PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH...

65
i LAPORAN TAHUNAN HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI (HIBAH PEKERTI) PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH DI JABODETABEK MENGGUNAKAN METODE SPASIAL Tahun ke -1 dari rencana 2 tahun Rokhana Dwi Bekti,S.Si., M.Si (NIDN: 0306038601) Dra. Heruna Tanty, M.Si (NIDN: 0315046201) Dr. Tati Herlina (NIDN: 0020036201) Dr. Solihudin (NIDN : 0005036307) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA NOVEMBER 2014

Transcript of PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH...

Page 1: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

i

LAPORAN TAHUNAN

HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR

PERGURUAN TINGGI

(HIBAH PEKERTI)

PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK

PADA AIR TANAH DI JABODETABEK

MENGGUNAKAN METODE SPASIAL

Tahun ke -1 dari rencana 2 tahun

Rokhana Dwi Bekti,S.Si., M.Si (NIDN: 0306038601)

Dra. Heruna Tanty, M.Si (NIDN: 0315046201)

Dr. Tati Herlina (NIDN: 0020036201)

Dr. Solihudin (NIDN : 0005036307)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

NOVEMBER 2014

Page 2: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

ii

Page 3: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

iii

RINGKASAN

Karakteristik kualitas air tanah dibeberapa lokasi saling berhubungan secara

spasial. Hal ini ditunjukkan oleh bergantungnya kualitas air antar lokasi. Informasi

pemetaan kualitas air disetiap lokasi tersebut juga penting untuk mendukung langkah-

langkah perbaikan dan peningkatan kualitas air tanah. Oleh karena itu penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kandungan zat anorganik air tanah di DKI Jakarta dan

sekitarnya, atau tepatnya di Jabodetabek. Analisis yang dilakukan adalah

menggunakan metode autokorelasi spasial untuk mendapatkan hubungan kualitas air

tanah antar lokasi

Data BPS menyebutkan pencemaran lingkungan hidup di Jabodetabek banyak

terjadi pada pencemaran air. Penyebab utamanya adalah dari akrifitas pabrik/industri.

Sementara itu berdasarkan hasil uji di labolatorium Unpad, diketahui bahwa rata-rata

kadar Mn di DKI Jakarta, Bekasi, dan Tangerang masih di atas baku mutu.

Selanjutnya kadar Cd di DKI Jakarta dan Tangerang masih di atas baku mutu. Rata-

rata kadar Pb di Bogor masih di atas baku mutu. Dengan uji Moran’s I (pada α=15%)

didapatkan hasil bahwa ada autokorelasi spasial pada kadar Cd di DKI Jakarta dan

Bekasi.

Melalui pemetaan kualitas air dengan uji LISA, wilayah bagian barat, utara,

dan timur cenderung memiliki P value lebih kecil dibandingkan bagian lainnya

sehingga dapat dikatakan kadar Cd di wilayah tersebut memiliki hubungan

dependensi antar lokasi. Selanjutnya di Bogor, lokasi sampel ke-2, ke-4, dan ke-7

memiliki hubungan dependensi dengan lokasi lain pada kadar Pb. Di Depok, lokasi

sampel ke-5 dan ke-10 memiliki hubungan dependensi dengan lokasi lain pada kadar

Mn.

Untuk mempermudah analisis dan pemetaan autokorelasi spasial, penelitian

ini membuat aplikasi program di R software dan dapat di run di R Deducer. Aplikasi

program ini memberikan output analisis autokorelasi spasial Moran’s I dan LISA,

serta pemetaan kualitas air yang berupa plot latitude longtitude.

Kata Kunci: Air Tanah, Autokorelasi Spasial, Moran’s I, LISA, Aplikasi Program.

Page 4: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

iv

PRAKATA

Penelitian ini merupakan penelitian kerjasama antara Universitas Bina

Nusantara Jakarta dan Universitas Padjadjaran Bandung. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan kemampuan meneliti bagi dosen-dosen di Universitas Bina Nusantara

dibantu oleh dosen-dosen senior yang berpengalaman dalam bidang research dari

Universitas Padjadjaran Bandung. Sedangkan untuk jangka panjang diharapkan ada

kerjasama antar kedua perguruan tinggi dalam bidang lain yang dapat meningkatkan

penelitian. Fokus penelitian ini pada masalah air tanah karena masih banyak

masyarakat di daerah Jabodetabek yang menggunakan air tanah sebagai sumber air

minumnya. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui juga bahwa

kadar Kadmium(Cd) dan Mangan (Mn) masih di atas batas ambang kadar yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 492/ Menkes / PER / IV/ 2010. Oleh karena itu, hasil pemetaan

kualitas air di penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

mendapatkan hubungan kualitas air tanah antar lokasi dan dapat mendukung langkah-

langkah perbaikan dan peningkatan kualitas air.

Page 5: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

v

DAFTAR ISI

RINGKASAN ................................................................................................................ ii

PRAKATA .................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 10

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 10

1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................... 12

1.2 Objek Penelitian ............................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 13

2.1 Studi Pendahuluan ............................................................................................ 13

2.2 Metode Autokorelasi Spasial ........................................................................... 14

2.3 R Language ...................................................................................................... 17

2.4 Kadar Zat Kimia ............................................................................................... 18

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .................................................. 21

3.1 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 21

3.2 Manfaat Penelitian............................................................................................ 21

3.3 Luaran Penelitian.............................................................................................. 21

BAB 4 METODE PELAKSANAAN ......................................................................... 23

4.1 Prosedur Penelitian ............................................................................................ 23

4.2 Lokasi Penelitian dan Sumber Data .................................................................. 23

4.3 Variabel Penelitian ............................................................................................ 25

4.4 Metode analisis .................................................................................................. 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 27

5.1. Kondisi Eksisting Air dan Permasalahannya............................................. 27

5.1.1 DKI Jakarta ............................................................................................ 27

5.1.2 Kab/Kota Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi ........................... 29

5.1.3 Kab/Kota Bogor Tangerang ................................................................... 30

5.2. Pemetaan Kadar Air Tanah di DKI Jakarta ............................................... 31

5.2.1 Karakteristik Air Tanah di DKI Jakarta ................................................. 31

Page 6: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

vi

5.2.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di DKI Jakarta .................................. 33

5.3. Pemetaan Kadar Air Tanah di Kab/Kota Bekasi ....................................... 35

5.3.1 Karakteristik Air Tanah di Kab/Kota Bekasi ......................................... 35

5.3.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Kab/Kota Bekasi .......................... 36

5.4. Pemetaan Kadar Air Tanah di Tangerang ................................................. 38

5.4.1 Karakteristik Air Tanah di Tangerang ................................................... 38

5.4.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Tangerang .................................... 38

5.5. Pemetaan Kadar Air Tanah di Bogor ........................................................ 39

5.5.1 Karakteristik Air Tanah di Bogor .......................................................... 39

5.5.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Bogor ........................................... 40

5.6. Pemetaan Kadar Air Tanah di Depok ........................................................ 42

5.6.1 Karakteristik Air Tanah di Depok .......................................................... 42

5.6.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Depok ........................................... 43

5.7. Aplikasi Program.............................................................................................. 44

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ...................................................... 48

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 49

7.1 Kesimpulan....................................................................................................... 49

7.2 Saran ................................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 51

LAMPIRAN ................................................................................................................. 53

Page 7: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Lokasi dan Jumlah Sampel Penelitian ......................................................24

Tabel 5.1 Banyaknya Desa Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup di DKI

Jakarta ............................................................................................................28

Tabel 5.2. Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di DKI Jakarta ........28

Tabel 5.3. Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di DKI Jakarta ........2

Tabel 5.4 Banyaknya Desa Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup di

Kab/Kota Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi ...................................29

Tabel 5.5. Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di Kab/Kota Bogor,

Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi ................................................................30

Tabel 5.6 Banyaknya Desa Menurut Sumber Air untuk minum/memasak di Kab/Kota

Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi ....................................................30

Tabel 5.7 Banyaknya Desa Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup di

Kab/Kota Tangerang ......................................................................................30

Tabel 5.8 Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di Kab/Kota

Tangerang ......................................................................................................30

Tabel 5.9 Banyaknya Desa Menurut Sumber Air untuk minum/memasak di Kab/Kota

Tangerang ......................................................................................................31

Tabel 5.10. Karakteristik Air Tanah di DKI Jakarta ..................................................33

Tabel 5.11 Hasil uji Moran’s I di DKI Jakarta ..........................................................33

Tabel 5.12. Hasil uji LISA di DKI Jakarta ................................................................34

Tabel 5.13. Karakteristik Air Tanah di Kab/Kota Bekasi ..........................................36

Tabel 5.14 Hasil uji Moran’s I di Kab/Kota Bekasi ..................................................37

Tabel 5.15 Hasil uji LISA di Kab/Kota Bekasi .........................................................37

Tabel 5.16. Karakteristik Air Tanah di Tangerang ....................................................38

Tabel 5.17 Hasil uji Moran’s I di Tangerang .............................................................39

Tabel 5.18 Hasil uji LISA di Tangerang ....................................................................39

Tabel 5.19. Karakteristik Air Tanah di Kota/Kab Bogor...........................................40

Tabel 5.20 Hasil uji Moran’s I di Kota/Kab Bogor ...................................................41

Tabel 5.21 Hasil uji LISA di Kota/Kab Bogor ..........................................................41

Tabel 5.22. Karakteristik Air Tanah di Depok ..........................................................43

Tabel 5.23 Hasil uji Moran’s I di Depok ...................................................................43

Tabel 5.24 Hasil uji LISA di Depok ..........................................................................43

Page 8: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Moran’s Scatterplot ................................................................................16

Gambar 4.1 Diagram alur proses penelitian ..............................................................23

Gambar 4.2. Lokasi Sampel Jakarta, Tangerang, dan Bekasi ....................................24

Gambar 4.3. Lokasi Sampel di Kab/Kota Bogor .......................................................25

Gambar 5.1. Jumlah Rumahtangga Pelanggan Air Bersih di DKI Jakarta ................29

Gambar 5.2. Pola Penyebaran Kadar Air Tanah di DKI Jakarta ...............................32

Gambar 5.3. Pemetaan Uji LISA (P value) Cd di DKI Jakarta .................................34

Gambar 5.4. Pola Penyebaran Kadar Air Tanah di Kab/Kota Bekasi .......................36

Gambar 5.5. Pemetaan Uji LISA (P value) Cd di Kab/Kota Bekasi .........................38

Gambar 5.6. Karakteristik Mn di Kab/Kota Bogor....................................................40

Gambar 5.7. Pemetaan Uji LISA (P value) Mn di Kab/Kota Bogor .........................42

Gambar 5.8. Pemetaan Uji LISA (P value) Pb di Kab/Kota Bogor ...........................42

Gambar 5.9. Pemetaan Uji LISA (P value) Cd di Depok ..........................................44

Gambar 5.10. DESCRIPTION package AutocorrelationTest ......................45

Gambar 5.11. Menu Spatial Analysis pada Deducer .................................................45

Gambar 5.12. Dialog Box Uji Autokorelasi Spasial ..................................................46

Gambar 5.13. Output di .txt .......................................................................................46

Gambar 5.14. Output Autokorelasi Spasial LISA di peta latitute longtitude ............47

Page 9: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas .....53

Lampiran 2. Dokumentasi alat dan bahan pengumpulan data ...................................54

Lampiran 3 : Dokumentasi Observasi di Bogor ........................................................55

Lampiran 4 : Dokumentasi Observasi di Depok ........................................................56

Lampiran 5 : Pengambilan Sampel Air Tanah dan Fungsi Air diDepok Bogor ........58

Lampiran 6 : Pengambilan Sampel Air Tanah dan Fungsi Air di Bogor...................61

Lampiran 7 : Dokumentasi Kunjungan TPP ke TPM ................................................63

Lampiran 8 : Publikasi IOSR Journal ........................................................................64

Lampiran 9 : Publikasi Seminar SNAST 2014 ..........................................................65

Page 10: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kualitas air yang sesuai dengan syarat kesehatan menjadi hal penting dalam

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kemenkes (2013) menyatakan bahwa salah

satu indikator kesehatan yang masih sulit dicapai adalah peningkatan persentase

penduduk dengan akses air minum yang berkualitas. Pencapaian tahun 2011 adalah

42,76%, sementara itu target pada 2014 adalah 68%. Selanjutnya Kemenkes (2012)

menyebutkan bahwa Susenas BPS (2011) mendapatkan terdapat sejumlah 47,71

persen rumahtangga yang memiliki akses air minum layak. Selajutnya tahun 2010 dan

2011 turun menjadi 44,19 persen dan 42,52 persen. Sementara itu di DKI Jakarta

2010, terdapat 87,0 persen rumahtangga yang mendapatkan air minum berkualitas.

Jakarta sebagai salah satu kota terpadat di Indonesia memiliki jumlah

penduduk sekitar 10.187.595 jiwa pada tahun 2011. Rata-rata kebutuhan air bersih per

hari adalah 2,38 juta m3. Pemerintah melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),

sampai saat ini baru dapat mendistribusikan 1,53 juta m3/hari ( 39%) untuk kebutuhan

total air bersih warga Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta (Kompas,2012). Hal ini

disebabkan karena sumber air PDAM yang berasal dari Kali Ciliwung, Kali Krukut,

Kali Sunter, dan Kali Pesanggrahan memang belum mencukupi, apalagi di musim

kemarau terjadi penurunan debet air. Selain itu, kondisi lingkungan industri dan

adanya bencana banjir yang sering terjadi di Jabodetabek juga menjadi salah satu

faktor pengaruh kualitas air. Karena kondisi tersebut, air tanah akan tercemar dan

menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, Metrotvnews

(2013) menyatakan bahwa 82 persen sumber air Jakarta ditopang dari waduk

Jatiluhur. Sementara itu kadar omoniak air waduk tersebut tergolong tinggi karena

tercemar. Hal ini menyebabkan pasokan air baku ke Jabodetabek makin tercemar.

Air tanah merupakan sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari. Di DKI

Jakarta hingga 2009, jumlah pemakaian air sumur adalah 10.049.814 m3. Air sumur

tersebut sangat bergantung pada air tanah. Sementara itu kondisi air tanah di Jakarta

dan sekitarnya, khususnya Jabodetabek, sangat memprihatinkan. Karakteristik

kualitas air tanah dibeberapa lokasi saling berhubungan secara spasial. Hal ini

ditunjukkan oleh bergantungnya kualitas air antar lokasi. Apabila salah satu lokasi

Page 11: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

11

memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain yang berdekatan akan ikut tercemar

pula. Hal ini sesuai dengan hukum pertama tentang geografi dikemukakan oleh

Tobler, menyatakan bahwa segala sesuatu saling berhubungan satu dengan yang

lainnya, tetapi sesuatu yang dekat lebih mempunyai pengaruh daripada sesuatu yang

jauh (Anselin, 1988). Untuk menggambarkan pola hubungan kualitas air antar lokasi

dapat menggunakan metode spasial, yaitu autokorelasi spasial. Beberapa pengujian

dalam autokorelasi spasial adalah Moran’s I, Rasio Geary’s, dan Local Indicator of

Spatial Autocorrelation (LISA) (Lee dan Wong, 2011).

Penelitian autokorelasi spasial yang telah dilakukan oleh peneliti diantaranya

Bekti (2011) tentang Indeks moran untuk identifikasi dan pemetaan pola hubungan

kemiskinan di Jawa Timur. Selanjutnya Bekti dan Sutikno (2012) dalam menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Salah satu faktor tersebut adalah ketersediaan fasilitas air bersih dan sumber air

minum. Melalui nilai Moran’s I diketahui bahwa terdapat hubungan (autokorelasi

spasial) antar kecamatan dalam hal sumber air minum. Selain itu, melalui pemodelan

spasial kedua faktor tersebut juga signifikan mempengaruhi kejadian diare. Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas air antar lokasi memiliki hubungan secara spasial.

Setelah didapatkan hasil analisis hubungan spasial perlu dilakukan pembuatan

peta untuk memberikan informasi lebih mudah dan cepat tentang geospasial dan

distribusi kualitas zat anorganik pada air tanah. Peta tersebut dibuat dengan

menggunakan adopsi Free Open Source Software (FOSS), yaitu R Software.

Pemetaan tersebut juga dibuat dengan membuat aplikasi open source pada R Software

tersebut. R-software tersebut merupakan suatu software statistik open source dan

dibuat pertama kali pada tahun 1992 oleh Ross Ihaka dan Robert Gentleman di

Universitas Auckland, New Zealand. Menurut Torgo (2011), R adalah bahasa

pemrograman yang baik untuk komputasi statistik. Sumber kode dari setiap

komponen R tersedia secara bebas sehingga dapat diadaptasikan dengan baik.

Software ini memiliki banyak kelebihan lain, diantaranya selalu update dengan cepat

terhadap metode-metode baru dan memberikan fasilitas yang mudah bagi developer

untuk membuat graphical user interface (GUI) di package Deducer. Fasilitas GUI ini

dapat diakses melalui java language (Fellows, 2012).

Berdasarkan analisis kandungan zat anorganik yang telah dilakukan

sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan zat

anorganik air tanah di DKI Jakarta dan sekitarnya, atau tepatnya di Jabodetabek.

Page 12: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

12

Analisis yang dilakukan adalah menggunakan metode spasial untuk mendapatkan

hubungan kualitas air tanah antar lokasi. Selanjuntya hubungan tersebut disajikan ke

dalam pemetaan yang dibangun dengan open source pada R Software.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas kandungan senyawa anorganik berdasarkan lokasi di

Jabodetabek?

2. Bagaimana pola autokorelasi spasial kandungan senyawa anorganik di

Jabodetabek?

3. Bagaimana bentuk pemetaan spatial kandungan senyawa anorganik yang

dibangun pada open source pada R Software?

1.2 Objek Penelitian

Penelitan ini akan dilakukan dengan observasi dan pengambilan sampel air

tanah di beberapa lokasi Jabodetabek. Kadar zat anorganik tersebut melipui Kadmium

(Cd), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Sianida (CN), dan Timbal (Pb) (Pb). Penentuan

kadar senyawa tersebut dilakukan dengan uji laboratorium di Universitas Padjadjaran

Bandung.

Page 13: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Pendahuluan

Peneliti telah melakukan beberapa penelitian mengenai kandungan air.

Heruna, dkk (2012) dengan judul “Analisis Kandungan Senyawa Anorganik Dalam

Beberapa Proses Air Minum Menggunakan One Way Manova”. Penelitian tersebut

menggunakan sampel dari air baku (kontrol) dan depot isi ulang (AMDIU) dan kadar

zat yang digunakan adalah lima senyawa anorganik Cd, Cr, Pb, Mn dan CN. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kualitas air baku dan peralatan filtrasi AMDIU pada

air minum yang ada di lima wilayah DKI Jakarta telah memenuhi syarat kesehatan.

Analisis kualitas air juga dilakukan oleh Massoud, Al-Dakheel, Hussein, dan

El-Mahmoudi (2011). Penelitian ini menggunakan metode spasial dan Geographic

Information System (GIS) dan drinking water spatial decision support system

(DWSDSS) untuk memonitoring dan evaluasi kualitas air di daerah Al Hassa.

Selanjutnya Brody, Highfield, dan Peck (2004) yang menggunakan Moran’s I untuk

menggambarkan dan memetakan mosaik persepsi masyarakat terhadap kualitas air.

Drewry, Fortune, dan Majid (2010) telah melakukan pemetaan distribusi kualitas air

berdasarkan salinitas, konduktivitas, oksigen terlarut dan pH. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, Bekti dan Sutikno (2012) yang telah menguji hubungan

spasial sumber air minum pada beberapa lokasi (kecamatan). Hasilnya menunjukkan

terdapat hubungan (autokorelasi spasial) antar kecamatan dalam hal sumber air

minum.

Beberapa tools statistik sebagai pengembangan R software diantaranya rattle

untuk statistik datamining dikembangkan oleh Williams (2011), Deducer yang

dikembangkan Fellows (2012), dan Glotaran yang dikembangkan oleh Snellenburg,

Laptenok, Seger, Mullen, dan Stokkum (2012). Selain itu, beberapa perancangan

aplikasi program yang telah dilakukan melalui R software dan Java adalah Andiyono

(2011). Penelitian tersebut membuat aplikasi untuk analisis statistik pemodelan spatial

Geographically Weighted Regression (GWR).

Page 14: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

14

2.2 Metode Autokorelasi Spasial

Hukum pertama tentang geografi dikemukakan oleh Tobler, menyatakan

bahwa segala sesuatu saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu

yang dekat lebih mempunyai pengaruh daripada sesuatu yang jauh (Anselin, 1988).

Hukum tersebut merupakan dasar pengkajian permasalahan berdasarkan efek lokasi

atau metode spasial.

Autokorelasi spasial merupakan salah satu analisis spasial untuk mengetahui

pola hubungan atau korelasi antar lokasi (amatan). Beberapa pengujian dalam spasial

autokorelasi spasial adalah Moran’s I, Rasio Geary’s, dan Local Indicator of Spatial

Autocorrelation (LISA). Metode ini sangat penting untuk mendapatkan informasi

mengenai pola penyebaran karakteristik suatu wilayah dan keterkaitan antar lokasi

didalamnya. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk identifikasi pemodelan

spasial. Beberapa penelitian yang telah menggunakan metode autokorelasi spasial

adalah Kissling dan Carl (2008) di bidang pemodelan ekologi, serta Bekti dan Sutikno

(2011) dalam analisis autokorelasi data kemiskinan.

a. Moran’s I

Koefisien Moran's I merupakan pengembangan dari korelasi pearson pada

data univariate series. Koefisien Moran’s I digunakan untuk uji dependensi spasial

atau autokorelasi antar amatan atau lokasi. Koefisien Moran’s I digunakan untuk uji

dependensi spasial atau autokorelasi antar amatan atau lokasi.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : I = 0 (tidak ada autokorelasi antar lokasi)

H1 : I ≠ 0 (ada autokorelasi antar lokasi)

Statistik uji (Lee dan Wong, 2001) :

)1,0(~)Ivar(

I-o N

IZ

hitung=

(1)

Dimana nilai moran’s I :

∑∑

∑∑=

= =

= =

−−

=n

1i

2

i

n

1i

n

1j

jiij

n

1i

n

1j

ij )(

))((n

xx

xxxxw

w

I (2)

Keterangan :

xi = data variabel lokasi ke-i ( i = 1, 2, ..., n)

Page 15: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

15

xj = data variabel lokasi ke-j ( j = 1, 2, ..., n)

x = rata-rata data

w = matrix pembobot

var (I) = varians Moran’s I

E(I) = expected value Moran’s I

( )1n

1IE

−−== oI

22

2

21

2

)1n(

3nn)var(

o

o

S

SSSI

+−=

∑≠

+=n

ji

2

ijji1)(

2

1wwS ∑

=

+=n

1i

2

oiio2 )( wwS

∑∑= =

=n

1i

n

1j

ijwSo ∑=

=n

1j

ijio ww ∑=

=n

1j

jioi ww

Pengambilan keputusan Ho ditolak atau ada autokorelasi antar lokasi jika

2/αZZ hitung > . Nilai dari indeks I adalah antara -1 dan 1. Apabila I > Io maka data

memiliki autokorelasi positif, jika I < Io

Pola pengelompokan dan penyebaran antar lokasi dapat disajikan dengan

Moran’s Scatterplot (lihat Gambar 1), yang menunjukkan hubungan antara nilai

amatan pada suatu lokasi (distandarisasi) dengan rata-rata nilai amatan dari lokasi-

lokasi yang bertetanggaan dengan lokasi yang bersangkutan (Lee dan Wong, 2001).

Scatterplot tersebut terdiri atas empat kuadran (Perobelli dan Haddad, 2003), yaitu :

- Kuadran I (High-High), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi.

- Kuadran II (Low-High), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan

rendah dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi.

- Kuadran III (Low-Low), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan

rendah dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah.

- Kuadran IV (High-Low), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan

tinggi dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah.

Page 16: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

16

Gambar 2.1. Moran’s Scatterplot

b. Local Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA)

Moran’s I juga dapat digunakan untuk pengidentifikasian koefisien

autocorrelation secara lokal (local autocorrelation) atau korelasi spasial pada setiap

daerah. Semakin tinggi nilai lokal Moran’s, memberikan informasi bahwa wilayah

yang berdekatan memiliki nilai yang hampir sama atau membentuk suatu penyebaran

yang mengelompok. Identifikasi Moran’s I tersebut adalah Local Indicator of Spatial

Autocorrelation (LISA), yang indeksnya dinyatakan dalam (Lee dan Wong, 2001)

seperti pada persamaan (3).

∑=

=n

1ijij

zwzii

I

iz dan jz adalah

( )

x

ii

xxz

σ

−=

( )

x

j

j

xxz

σ

−=

(3)

xσ adalah nilai standar deviasi dari variabel x.

Pengujian terhadap parameter dapat dilakukan sebagai berikut :

Ho : Ii = 0 (tidak ada autokorelasi antar lokasi)

H1 : Ii ≠ 0 (ada autokorelasi antar lokasi)

0.500.250.00-0.25-0.50

0.50

0.25

0.00

-0.25

-0.50

x

Wx

0

0

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Page 17: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

17

Statistik uji :

( )

)var( iI

- ii

hitung

IEIZ =

(4)

Keterangan :

w = matrix pembobot

var (I) = varians Moran’s I

E(I) = expected value Moran’s I

( )( )( ) ( )2

2

,2

24)(

2

2

4

)2(

.121

/22

1)var(

−−

−−

−−

=n

w

nn

nmmw

n

m

mn

wIi

khiii

jiwwn

jiji

≠=∑=

,1

2)2(

.

2

1

2

.

= ∑

=

n

j

iji ww

∑∑≠ ≠

=n

ik

n

ih

ihikkhi www )(

( )1

.

−−=

n

wIE i

i

Pengujian ini akan menolak Ho jika 2/αZZ hitung > atau P value< α=5%.

Positif autokorelasi spasial megindikasikan bahwa antar lokasi pengamatan

memiliki keeratan hubungan.

2.3 R Language

Menurut Torgo (2011, p1), R adalah bahasa pemrograman yang baik untuk

komputasi statistik. Hal ini mirip dengan bahasa S yang dikembangkan oleh AT&T

Bell Laboratories oleh Rick Becker, John Chambers dan Allan Wilks. Ada beberapa

macam versi untuk R antara lain R untuk Unix, Windows, dan berbagai macam Mac.

Selain itu R juga dapat berjalan di berbagai arsitektur komputer seperti Intel,

PowerPC, Alpha sistem, dan sistem Sparc. Sumber kode dari setiap komponen R

tersedia secara bebas sehingga dapat diadaptasikan dengan baik. R memiliki

keterbatasan dalam penanganan dataset yang sangat besar karena semua perhitungan

dilakukan dalam memori utama komputer.

R software memiliki beberapa kelebihan selain yang bersifar open source,

yaitu bersifat multiplatforms dengan file instalasi binary/file tar yang tersedia untuk

sistem operasi Windows, Mac OS, Mac OS X, Linux, Free BSD, NetBSD, irix,

Solaris, AIX, HPUX, dan lain-lain. Selain itu juga memiliki bahasa yang sama dengan

Page 18: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

18

S Plus, fungsi dan kemampuan dari R sebagian besar dapat diperoleh melalui add-on

packages/library, menyediakan fasilitas untuk membuat fungsi yang didefinisikan

user, selalu update dengan cepat terhadap metode-metode baru, dan tersedia petunjuk

dan contoh-contoh analisis.

Dalam pengembangannya, R software memberi kemudahan bagi developer

untuk membuat graphical user interface (GUI) yang dapat diakses melalui java

language. Salah satunya adalah untuk TIMP. TIMP adalah R package untuk modeling

multi-way spectroscopic measurements. Java GUI untuk package ini adalah Glotaran.

2.4 Kadar Zat Kimia

Definisi kadar zat kimia menurut Brown (2001) adalah jumlah massa zat

kimia yang terlarut dalam jumlah volume air. Kadar zat kimia dalam air

menggunakan satuan mg/liter atau ppm. Air terdiri dari tiga unsur yaitu unsur padat

(misalnya : garam, gula, pasir), unsur cair (asam) dan unsur gas (misalnya : hidrogen,

oksigen). Dan definisi air minum adalah menunjuk pada suatu cairan yang dapat

diminum.

Dalam air zat kimia terdiri dari 75.3% zat kimia anorganik, 24,7% zat kimia

organik (Brown, 2001). Zat kimia organik berbentuk mineral yang mengandung

magnesium, kalsium, nitrat dll. Sedangkan zat kimia anorganik seperti alumunium,

mangan, tembaga, timbal, kromium, kadmium, dan lain-lain. Zat kimia organik

sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena itu dalam pengolahan air diusahakan zat-zat

kimia ini tidak dihilangkan, sedangkan zat kimia anorganik seperti kadmium,

kromium, mangan, sianida, dan timbal tidak dibutuhkan oleh tubuh sama sekali dan

bahkan berbahaya bagi tubuh.

a. Kadmium

Kadmium (Cd) merupakan logam yang hingga saat ini belum diketahui

dengan jelas peranannya bagi tumbuhan dan makhluk hidup lain. Kadmium bersifat

tidak larut dalam air, memiliki ukuran yang sangat kecil ± 0.65 micron dan bersifat

toksik. Kadmium banyak digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam,

pigmen, baterai, peralatan elektronik, pelumas, gelas, keramik, tekstil, dan plastik

(Eckenfelder, 1989).

Garam-garam kadmium adalah hasil reaksi dari klorida (Cl-), nitrat (NO3

-),

dan sulfat (SO42-

). Pada pH dan kesadahan yang tinggi kadmium mengalami

Page 19: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

19

pengendapan. Menurut WHO, kadar kadmium maksimum pada air yang

diperuntukkan bagi air minum adalah 0.005 mg/liter (Moore, 2010).

b. Kromium

Kromium (Cr) merupakan logam yang larut dalam air dan bereaksi dengan

oksigen (O2). Garam-garam Kromium biasanya digunakan dalam industri besi baja,

cat, bahan celupan (dyes), bahan peledak, keramik, sebagai penghambat korosi atau

karat yang digunakan pada pelapis pipa PVC, dan sebagai campuran Lumpur

pengeboran (drilling mud). Kadar kromium yang diperkenankan pada air minum

adalah 0.05 mg/liter (Brown , 2001).

c. Mangan

Mangan (Mn) merupakan logam yang memiliki karakteristik kimia serupa

dengan besi. Mangan sebagian besar banyak terdapat dalam tanah. Mangan berada

dalam bentuk manganous (Mn2+

) dan manganik (Mn4+

). Apabila Mn4+

bereaksi

dengan oksigen (O2) yang berkadar tinggi maka akan menjadi Mn2+

yang mudah larut

dalam air. Air yang mengandung mangan biasanya berwarna coklat gelap sehingga air

menjadi keruh. Mangan dalam air berguna untuk menghambat pertumbuhan

microalgae Nitzschia closterium dan membuat air berwarna hijau dan dapat

meningkatkan kesadahan dalam air. Sekitar 90% mangan di dunia digunakan untuk

metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan kegunaan lain untuk

tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai, keramik dan gelas. Kadar

mangan yang diperkenankan pada air minum adalah 0.1 mg/liter (Brown , 2001).

d. Sianida

Sianida (CN) merupakan senyawa non-logam. Biasanya, senyawa ini dihasilkan

dalam pemrosesan logam. Sianida tersebar luas di perairan dan berada dalam betuk

senyawa yang lebih kecil atau disebut juga ion sianida (CN-), hidrogen sianida

(HCN), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh pH, suhu,

oksigen terlarut, dan keberadaan ion lain. Pada pH yang lebih kecil dari 8, sianida

dianggap lebih toksik bagi makhluk hidup. Sianida bersifat biodegradable atau mudah

berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga (Cu2+

) dan besi (Fe2+

). Sianida dalam

bentuk ion mudah diserap oleh bahan-bahan yang mudah melarutkan sesuatu (seperti

air). Menurut WHO, kadar maksimum sianida yang diperkenankan pada air minum

adalah 0,1 mg/liter (Brown, 2001).

Page 20: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

20

e. Timbal (Pb)

Timbal (Pb) lebih dikenal dengan sebutan timah hitam (Pb) atau lead. Timbal

tidak mudah larut dalam air. Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan,

pH, dan kadar oksigen. Timbal diserap dengan baik oleh tanah dan tidak berpengaruh

terhadap tanaman, tetapi bersifat toksik bagi hewan dan manusia. Timbal yang

terdapat di dalam air berguna untuk menghambat pertumbuhan mikroalgae Chlorella

saccharophila. timbal banyak digunakan juga dalam industri baterai. Menurut WHO,

kadar maksimum timbal yang diperkenankan pada air minum adalah 0,05 mg/liter

(Brown, 2001).

Page 21: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

21

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kualitas kandungan senyawa anorganik berdasarkan lokasi di

Jabodetabek.

2. Mengetahui pola autokorelasi spasial kandungan senyawa anorganik di

Jabodetabek.

3. Mengetahui bentuk pemetaan spatial kandungan senyawa anorganik di

Jabodetabek.

3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang tepat tentang kualitas air tanah di Jabodetabek,

sehingga pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk

melakukan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan kualitas air tanah.

2. Hasil penelitian akan dipublikasikan melalui seminar, Jurnal Ilmiah dan media

massa sebagai bahan referensi bagi para peneliti dan bahan pertimbangan

masyarakat dalam menentukan pilihan akan pemanfaatan air tanah untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3.3 Luaran Penelitian

Luaran penelitian ini adalah :

1. Publikasi ilmiah, yang berupa

- Jurnal ilmiah

Yaitu di IOSR Journal of Mathematics (IOSR-JM) dengan judul Spatial

Autocorrelation of Inorganic Compound in Groundwater, e-ISSN: 2278-5728,

p-ISSN: 2319-765X. Volume 10, Issue 6 Ver. III (Nov - Dec. 2014), PP 01-05.

- Seminar Nasional

Page 22: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

22

Yaitu Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknolog (SNAST) 2014 di IST

Akprind Yogyakarta, 15 November 2014 dengan ISSN 1979-911X. Judul

Package Plgun-In R untuk Pemetaan Autokorelasi Spasial pada Kualitas Air.

2. Terbangunnya kerjasama penelitian antar Universitas Bina Nusantara dan

Universitas Padjadjaran

Page 23: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

23

BAB 4

METODE PELAKSANAAN

4.1 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian secara umum disajikan pada Gambar 2, yaitu 1)

persiapan dan observasi awal, 2) Pengumpulan data, 3) Analisis data, 4) dan

pembuatan pemetaan kualitas air tanah.

Gambar 4.1 Diagram alur proses penelitian.

4.2 Lokasi Penelitian dan Sumber Data

Lokasi penelitian adalah di beberapa wilayah Jabodetabek, yaitu Jakarta,

Depok, Tangerang, dan Bekasi. Detail jumlah sampel dan lokasi penelitian dapat

dilihat di Tabel 4.1.

Data Primer : Survei kandungan

zat anorganik pada air tanah

Persiapan

Kadar zat anorganik

Data Sekunder : KLH, BPS, Dinkes, dan penelitian sebelumnya

Analisis data

(1) Uji dependensi spasial Indeks Moran

(2) Analisis pola spasial

dengan LISA

Analisis kandungan air tanah di

labolatorium

Pembuatan peta kandungan air

tanah berdasarkan hasil Indeks Moran dan LISA

Autokorelasi spasial

Pemetaan kualitas

Pengumpulan data

Proses output

Keterangan :

Page 24: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

24

Tabel 4.1. Lokasi dan Jumlah Sampel Penelitian

Wilayah Lokasi Jumlah sampel

DKI Jakarta Jakarta Barat, Utara, Timur, Pusat,

dan Selatan

10

Bekasi Bekasi Utara, Barat, Timur, dan

Selata n

12

Tangerang Tangerang 8

Bogor Di sekitar Tempat Pembuangan

AKhir (TPA) sampah Galuga

10

Depok Di sekitar Situ Rawa Besar 11

Total 51

Survei pengambilan sampel air tanah dilakukan di lokasi tersebut. Pengujian

kadar lima zat kimia anorganik akan dilakukan di Laboratorium Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,

Sumedang.

Gambar 4.2. Lokasi Sampel Jakarta, Tangerang, dan Bekasi

Page 25: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

25

Gambar 4.3. Lokasi Sampel di Kab/Kota Bogor

4.3 Variabel Penelitian

Kandungan zat anorganik yang digunakan untuk mengukur kualitas air tanah

adalah :

a. Kadmium (Cd)

b. Kromium (Cr)

c. Mangan (Mn)

d. Sianida (CN)

e. Timbal (Pb)

Page 26: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

26

4.4 Metode analisis

Metode analisis meliputi :

a. Analisis deskriptif, meliputi rata-rata, standard deviasi, nilai minimum dan

masksimum untuk mengetahui kualitas kandungan senyawa anorganik.

b. Analisis autokorelasi spasial yang meliputi moran’s I dan LISA.

Analisis ini berfungsi untuk mengidentifikasi pola penyebaran dan hubungan

kandungan zat anorganik (Cd, Cr, Mn, CN, dan Pb) antar wilayah.

c. Pemetaan kandungan zat anorganik (Cd, Cr, Mn, CN, dan Pb) berdasarkan

nilai Moran’s I dan LISA, beserta signifikansinya.

d. Pembuatan Aplikasi Program untuk pemetaan kualitas air.

Page 27: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

27

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Eksisting Air dan Permasalahannya

5.1.1 DKI Jakarta

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (DKI Jakarta) memiliki kepadatan penduduk

15.085,82 jiwa/km2. Kondisi jumlah penduduk yang sangat padat ini tentu saja akan

berbanding lurus dengan jumlah septictank yang berada di wilayah DKI Jakarta,

sehingga menurut Athena dkk air tanah di DKI Jakarta sudah tidak layak untuk

dikonsumsi karena telah tercemar oleh bakteri coly yang berasal dari septictank

(http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/abstrak/Athena.pdf).

Dari data BPS (Table 5.1) terlihat hampir disemua wilayah DKI Jakarta telah

mengalami pencemaran air, terutama wilayah Jakarta Timur, barat dan Utara yang

memang selain jumlah penduduknya padat, juga di wilayah tersebut banyak pabrik-

pabrik (Tabel 5.2), yang limbahnya langsung dibuang ke badan sungai sehingga

makin memperburuk kualitas air tanah di wilayah tersebut. Hasil penelitian Heruna

dkk menunjukan dalam air tanah di wilayah Jakarta, Bekasi dan Tanggerang rata-rata

mengandung logam Cadmium dan Mangan diatas ambang yang ditetapkan oleh WHO

atau Kementrian Kesehatan RI ( Heruna dkk,2013)

Untuk kebutuhan air minum dan memasak , hampir 50 % penduduk DKI

Jakarta mengkonsumsi air tanah (Tabel 5.3) dan air isi ulang (rata-rata Rp

3.000/gallon), hal ini terjadi karena masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah tidak

mampu untuk mengkonsumsi air mineral yang memang harganya mahal ( Rp 8000 –

Rp 16.000 /gallon). Dengan demikian masyarakat DKI Jakarta tanpa sadar telah

mengkonsumsi air dengan kualitas tidak memenuhi standar WHO/Kementrian

Kesehatan RI. Pada grafik (Gambar 5.1) terlihat jelas bahwa masyarakat yang

mengkonsumsi air bersih terus menurun prosentasenya dari tahun 2010-2012.

.

Page 28: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

28

Tabel 5.1. Banyaknya Desa Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup di

DKI Jakarta

Kabupaten/Kota Pencemaran

Air

Pencemaran

Tanah

Pencemaran

Udara

Kepualauan Seribu 3 - -

Kota Jakarta Selatan 7 - 8

Kota Jakarta Timur 10 - 4

Kota Jakarta Pusat 8 1 5

Kota Jakarta Barat 11 3 4

Kota Jakarta Utara 10 1 -

Total 49 5 21

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Tabel 5.2. Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di DKI Jakarta

Kabupaten/Kota Keluarga Pabrik Lainnya

Kepualauan Seribu 3

Kota Jakarta Selatan 3 1 3

Kota Jakarta Timur 6 4

Kota Jakarta Pusat 2 3 3

Kota Jakarta Barat 3 6 2

Kota Jakarta Utara 6 4

Total 23 18 8

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Tabel 5.3. Banyaknya Desa Menurut Sumber Air untuk minum/memasak di DKI

Jakarta

Kabupaten/Kota Air

kemasan/PAM/PDAM

Pompa

listrik/tangan

Sumur

Kota Jakarta

Selatan

10 54 1

Kota Jakarta Timur 11 54 -

Kota Jakarta Pusat 41 3 -

Kota Jakarta Barat 44 12 -

Kota Jakarta Utara 31 - -

Total 137 123 1

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Page 29: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

29

Sumber : Statistik Air Bersih DKI Jakarta, BPS, 2010-2012

Gambar 5.1 Jumlah Rumahtangga Pelanggan Air Bersih di DKI Jakarta

5.1.2 Kab/Kota Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi

Diantara daerah Bogor, Bekasi dan Depok tingkat pencemaran air atau tanah

tertinggi terjadi di Bogor dan Bekasi ( Tabel 5.4 - 5.6), sumber pencemar tetap berasal

dari rumah tangga dan pabrik. Sumber pencemar dari rumah tangga umumnya akibat

penggunaan detergen dan sampah sedangkan pabrik-pabrik disekitar wilayah Bogor

dan Bekasi mencemari air atau tanah akibat pembuangan limbah yang tidak diolah

terlebih dulu. Padahal dari data yang tertera pada Table 5.6 menunjukan hamper 70%

masyarakat mengkonsumsi air untuk minum dan masakmenggunakan air tanah.

Tabel 5.4. Banyaknya Desa Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup di

Kab/Kota Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi

Kabupaten/Kota Pencemaran

Air

Pencemaran

Tanah

Pencemaran

Udara

Kabupaten Bogor 104 11 100

Kota Bogor 20 2 6

Kabupaten Bekasi 76 3 23

Kota Bekasi 11 4 19

Kota Depok 11 1 4

Total

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Page 30: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

30

Tabel 5.5. Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di Kab/Kota

Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi

Kabupaten/Kota Keluarga Pabrik Lainnya

Kabupaten Bogor 31 42 31

Kota Bogor 13 5 2

Kabupaten Bekasi 16 55 5

Kota Bekasi 6 2 3

Kota Depok 9 2 -

Total

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Tabel 5.6. Banyaknya Desa Menurut Sumber Air untuk minum/memasak di

Kab/Kota Bogor, Kota Depok, dan Kab/Kota Bekasi

Kabupaten/Kota Air

kemasan/PAM/

PDAM

Pompa

listrik/tangan

Sumur Mata air Sungai/danau/

kolam

Kabupaten Bogor 18 103 221 86 -

Kota Bogor 36 7 24 1 -

Kabupaten Bekasi 71 93 20 - 2

Kota Bekasi 6 50 - - -

Kota Depok 11 29 23

Total

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

5.1.3 Kab/Kota Bogor Tangerang

Berbeda dengan masyarakat Tanggerangn, sebagian besar masyarakat telah

mengkonsumsi air bersih yang berasal dari air mineral dan PDAM (Tabel 5.9),

sehingga tingkat pencemaran yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan pabrik

tidak langsung dikonsumsi masyarakat Tanggerang melalui air minum/kebutuhan

masak.

Tabel 5.7. Banyaknya Desa Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan

Hidup di Kab/Kota Tangerang

Kabupaten/Kota Pencemaran

Air

Pencemaran

Tanah

Pencemaran

Udara

Kabupaten Tangerang 76 21 76

Kota Tangerang 10 3 18

Kota Tangerang

Selatan

4 1 3

Total

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Page 31: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

31

Tabel 5.8. Banyaknya Desa Menurut Sumber Pencemaran Air di

Kab/Kota Tangerang

Kabupaten/Kota Keluarga Pabrik Lainnya

Kabupaten Tangerang 25 45 6

Kota Tangerang 1 8 1

Kota Tangerang

Selatan

- 3 1

Total

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

Tabel 5.9. Banyaknya Desa Menurut Sumber Air untuk minum/memasak

di Kab/Kota Tangerang

Kabupaten/Kota Air

kemasan/PAM/PDAM

Pompa

listrik/tangan

Sumur Mata

air

Kabupaten

Tangerang

20 1 1 1

Kota Tangerang - - - -

Kota Tangerang

Selatan

- - - -

Total

Sumber : Statistik Potensi Desa BPS, 2011

5.2. Pemetaan Kadar Air Tanah di DKI Jakarta

5.2.1 Karakteristik Air Tanah di DKI Jakarta

Pola penyebaran kadar air tanah disajikan pada Gambar 5.1 berikut. Pada

kadar air Mn, daerah yang memiliki kadar Mn tinggi ada di Jakarta Selatan, yaitu

yang mencapai 3,5 mg/l. Selanjutnya yang rendah menyebar di semua wilayah DKI

Jakarta. Rata-rata kadar Mn adalah 1,600 mg/l (lihat Tabel 5.1). Peraturan Menteri

Kesehatan RI no. 492/MENKES/IV/2010 yaitu 0,5 mg/l. Berdasarkan hal tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa kadar Mn tidak memenuhi baku mutu air, karena

semua sampel bernilai lebih dari 0,5 mg/lt.

Sementara itu pada kadar CN, wilayah dengan kadar CN tinggi ada di Jakarta

Pusat, sebagian Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat. Hal ini menunjukkan

adanya pola bahwa semakin ke pusat, kadar CN semakin tinggi. Namun berdasarkan

syarat baku mutu air minum yang distandarkan 0,07 mg/l, maka kadar CN di DKI

Jakarta masih memenuhi baku mutu air. Kadar Cr bernilai tinggi di daerah Jakarta

Selatan dan Pusat. Kadar Pb bernilai tinggi di daerah Jakarta Pusat. Seperti halnya

CN, kadar Cr dan Pb juga masih memenuhi baku mutu air.

Page 32: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

32

Seperti pada kadar Mn, semua sampel masih memiliki kadar Cd di atas standar

baku. Kadar tertinggi ada di wilayah Jakarta Barat dan Timur. Sedangkan terendah

ada di sekitar Jakarta Pusat, seperti di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat

yang dekat di bagian Pusat. Hal ini menunjukkan adanya pola bahwa semakin ke arah

pusat kadar Cd semakin kecil.

Karakteristik Mn Karakteristik CN

Karakteristik Cr Karakteristik Pb

Karakteristik Cd

Gambar 5.2 Pola Penyebaran Kadar Air Tanah di DKI Jakarta

Page 33: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

33

Tabel 5.10. Karakteristik Air Tanah di DKI Jakarta

Keterangan Mn CN Cr Pb Cd

N 10 10 10 10 10

Mean (mg/l) 1.6100 0.0040 0.0120 0.0060 0.0058

Standard Deviasi 0.7187 0.0009 0.0045 0.0020 0.0008

Minimum (mg/l) 1.0000 0.0030 0.0030 0.0040 0.0050

Maximum (mg/l) 3.5000 0.0050 0.0180 0.0090 0.0070

Baku Mutu 0,5 0,07 0,05 0,01 0,003

5.2.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di DKI Jakarta

Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada dependensi spasial atau autokorelasi

kadar air tanah (Mn, CN, Cr, Pb, dan Cd) antar amatan atau lokasi. Pembobot yang

digunakan adalah jenis matrix pembobot standardize, dimana lokasi sampel dengan

jarak 0 o

hingga 0,13o dikoding 1. Jarak dihitung dengan metode euclidean.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : I = 0 (tidak ada dependensi kadar air tanah antar lokasi)

H1 : I ≠ 0 (ada dependensi kadar air tanah antar lokasi)

Pengambilan kesimpulannya adalah Ho ditolak jika P value < α. Dengan

α=10%, dapat diketahui bahwa P value kadar Cd 0,079 kurang dari 10%. Maka

kesimpulannya adalah ada dependensi kadar Cd. Kadar Cd di sepuluh sampel saling

berhubungan. Kesimpulan ini sejalan dengan pola di Gambar 4.1 bahwa semakin ke

arah pusat kadar Cd semakin kecil. Nilai koefisien moran’s I kadar ini adalah -0,217.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ada autokorelasi negative antar lokasi. Lokasi yang

mempunyai Cd rendah dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai Cd tinggi. Begitu juga

sebaliknya, lokasi yang mempunyai Cd tinggi dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai

Cd rendah.

Tabel 5.11. Hasil uji Moran’s I di DKI Jakarta

Kadar air tanah I P value

Mn -0.117 0.870

CN -0.172 0.336

Cr -0.130 0.733

Pb -0.178 0.280

Cd -0.217 0.079*

Page 34: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

34

Selanjutnya dilakukan pula uji dependensi di setiap lokasi menggunakan Local

Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA), khususnya pada kadar Cd. Dari Tabel

lberikut, terdapat 2 lokasi sampel yang signifikan mempengaruhi lokasi lain, yaitu

sampel pertama di Jakarta Barat dan sampel ketujuh di Jakarta Timur. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai P value yang kurang dari α=5%. Signifikan mempunyai arti

bahwa adanya autokorelasi spasial pada lokasi sampel yang terdekat. Seperti sampel

pertama dengan Cd 0,007 yang relative lebih besar dibandingkan yang lain. Sampel

tersebut mempengaruhi sampel-sampel terdekat di sekitarnya.

Tabel 5.12. Hasil uji LISA di DKI Jakarta

No

Sampel

W i l a y a h Latitude Longitude Cd Ii Zi Pvalue

1 Jakarta Barat -6.145392 106.782909 0.007 -0.64286 -2.07534 0.038*

2 Jakarta Selatan -6.229456 106.768001 0.006 -0.0625 0.312134 0.755

3 Jakarta Utara -6.146263 106.854466 0.006 -0.00794 1.008996 0.313

4 Jakarta Timur -6.222646 106.865716 0.005 -0.12698 -0.15523 0.877

5 Jakarta Pusat -6.205858 106.806651 0.005 -0.12698 -0.15523 0.877

6 Jakarta Barat -6.184274 106.812615 0.006 -0.00794 1.008996 0.313

7 Jakarta Tmur -6.196331 106.912183 0.007 -0.79592 -3.34171 0.000*

8 Jakarta Selatan -6.271095 106.846428 0.006 -0.03061 0.392817 0.694

9 Jakarta Utara -6.131378 106.81672 0.005 -0.28571 -0.85203 0.394

10 Jakarta selatan -6.257913 106.855645 0.005 -0.08163 0.143849 0.887

Ket : *) signifikan pada α=5%.

Hasil pengujian LISA dapat disajikan pada Gambar berikut. Di wilayah DKI

Jakarta bagian barat, utara, dan timur cenderung memiliki P value lebih kecil

dibandingkan bagian lainnya. Oleh karena itu dapat dikatakan, kadar Cd di wilayah

tersebut memiliki hubungan dependensi antar lokasi.

Gambar 5.3 Pemetaan Uji LISA (P value) Cd di DKI Jakarta

Page 35: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

35

5.3. Pemetaan Kadar Air Tanah di Kab/Kota Bekasi

5.3.1 Karakteristik Air Tanah di Kab/Kota Bekasi

Pola penyebaran kadar air tanah sampel di Kab/Kota Bekasi disajikan pada

Gambar 5.4 berikut. Kadar Mn di semua wilayah sampel tidak memenuhi baku mutu

air, karena semua sampel bernilai lebih dari 0,5 mg/lt.

Karakteristik Mn Karakteristik CN

Karakteristik Cr Karakteristik Pb

Page 36: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

36

Karakteristik Cd

Gambar 5.4 Pola Penyebaran Kadar Air Tanah di Kab/Kota Bekasi

Tabel 5.13. Karakteristik Air Tanah di Kab/Kota Bekasi

Keterangan Mn CN Cr Pb Cd

N 12 12 12 12 12

Mean (mg/l) 1.4917 0.0039 0.0135 0.0058 0.0058

Standard Deviasi 0.3088 0.0008 0.0054 0.0021 0.0008

Minimum (mg/l) 1.0000 0.0030 0.0030 0.0040 0.0050

Maximum (mg/l) 1.8000 0.0050 0.0180 0.0090 0.0070

Baku Mutu 0,5 0,07 0,05 0,01 0,003

5.3.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Kab/Kota Bekasi

Pembobot yang digunakan adalah jenis matrix pembobot standardize,

dimana lokasi sampel dengan jarak 0 o

hingga 0,05o dikoding 1. Jarak dihitung

dengan metode euclidean. Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : I = 0 (tidak ada dependensi kadar air tanah antar lokasi)

H1 : I ≠ 0 (ada dependensi kadar air tanah antar lokasi)

Dari hasil pengolahan data dengan α=15%, dapat diketahui bahwa P value

kadar Cd 0,124 kurang dari 15%. Maka kesimpulannya adalah ada dependensi kadar

Cd. Kadar Cd di kedua belas sampel saling berhubungan. Kesimpulan ini sejalan

dengan pola di Gambar 4.4 bahwa semakin ke arah pusat sampel maka kadar Cd

semakin besar. Sampel dengan Cd terbesar tersebut ada di daerah Tambun.

Page 37: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

37

Nilai koefisien moran’s I kadar Cd adalah 0,124. Hal tersebut menunjukkan

bahwa ada autokorelasi positif antar lokasi. Lokasi yang mempunyai Cd tinggi

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai Cd tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, lokasi

yang mempunyai Cd rendah dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai Cd rendah.

Tabel 5.14. Hasil uji Moran’s I di Kab/Kota Bekasi

Kadar air tanah I P value

Mn -0.062 0.839

CN -0.130 0.785

Cr -0.107 0.901

Pb -0.153 0.667

Cd 0.126 0.124*

Selanjutnya dilakukan pula uji dependensi di setiap lokasi menggunakan Local

Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA), khususnya pada kadar Cd. Dari Tabel

berikut, terdapat 2 lokasi sampel yang signifikan mempengaruhi lokasi lain. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai P value yang kurang dari α=10%. Lokasi sampel tersebut

adalah sampel ke 2 dan ke-6. Signifikan mempunyai arti bahwa adanya autokorelasi

spasial pada lokasi sampel yang terdekat. Seperti sampel ke-2 dengan Cd 0,005 yang

mempengaruhi sampel-sampel terdekat di sekitarnya. Sampel tersebut berlokasi dekat

dengan sampel 3 dan 4 yang memiliki nilai Cd sama pula. Begitu juga dengan sampel

ke-6 yang dekat dengan lokasi ke-7. Hasil pengujian LISA dapat disajikan pada

pemetaan Gambar 5.5.

Tabel 5.15. Hasil uji LISA di Kab/Kota Bekasi

No Sampel Latitude Longitude Cd Ii Zi Pvalue

1 -6.257913 106.855645 0.006 0.059 0.303 0.762

2 -6.21381 107.023228 0.005 0.410 1.828 0.068*

3 -6.174783 106.988158 0.005 0.059 -0.260 0.795

4 -6.193177 107.020908 0.005 0.246 1.392 0.164

5 -6.197793 106.988753 0.006 0.059 0.866 0.386

6 -6.208856 107.041964 0.005 0.059 -1.951 0.051*

7 -6.217489 107.067516 0.005 0.165 -0.663 0.507

8 -6.242693 107.088874 0.006 0.410 0.329 0.742

9 -6.269878 107.074889 0.007 0.059 1.430 0.153

10 -6.234934 107.06978 0.007 0.059 1.430 0.153

11 -6.228325 107.034672 0.006 0.042 0.739 0.460

12 -6.231114 107.043131 0.006 0.059 0.866 0.386

Page 38: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

38

Gambar 5.5 Pemetaan Uji LISA (P value) Cd di Kab/Kota Bekasi

5.4. Pemetaan Kadar Air Tanah di Tangerang

5.4.1 Karakteristik Air Tanah di Tangerang

Karakteristik air tanah di Tangerang disajikan pada Tabel 5.16. Dari 6 lokasi

sampel, masih ada beberapa lokasi yang memiliki kadar Mn dan Cd yang di atas baku

mutu. Pada kadar Mn dan Cd tersebut, semua lokasi di Tangerang bernilai di atas

baku mutu.

Tabel 5.16. Karakteristik Air Tanah di Tangerang

Keterangan Mn CN Cr Pb Cd

N 8 8 8 8 8

Mean (mg/l) 1.463 0.004 0.012 0.007 0.006

Standard Deviasi 0.302 0.001 0.006 0.002 0.001

Minimum (mg/l) 1.000 0.003 0.003 0.004 0.005

Maximum (mg/l) 1.700 0.005 0.018 0.009 0.006

Baku Mutu 0,5 0,07 0,05 0,01 0,003

5.4.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Tangerang

Pembobot yang digunakan adalah jenis matrix pembobot standardize,

dimana lokasi sampel dengan jarak 0 o

hingga 0,2o dikoding 1. Jarak dihitung

dengan metode euclidean. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.17. Sedangkan

hasil uji LISA di Tabel 5.18.

Page 39: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

39

Tabel 5.17. Hasil uji Moran’s I di Kab/Kota Tangerang

Kadar air tanah I P value

Mn -0.252 0.553

CN -0.174 0.871

Cr -0.179 0.847

Pb -0.265 0.547

Cd -0.079 0.725

Tabel 5.18. Hasil uji LISA di Kab/Kota Tangerang

No

Sampel

Mn CN Cr

Value Ii P Value Value Ii P Value Value Ii P Value

1 1.500 -0.217 0.935 0.003 0.026 0.858 0.247 -0.758 0.498

2 1.600 -0.050 0.663 0.015 -0.385 0.214 0.735 0.091 0.267

3 1.800 0.074 0.432 0.018 -0.015 0.634 0.231 0.039 0.509

4 1.000 -1.028 0.001* 0.012 -0.179 0.891 0.528 -0.016 0.646

5 1.600 0.099 0.380 0.015 -0.508 0.173 -0.073 0.067 0.446

6 1.500 0.036 0.516 0.003 -0.179 0.891 -0.958 -0.931 0.004*

7 1.000 -0.796 0.144 0.015 0.026 0.711 -1.007 -0.030 0.802

8 1.700 -0.136 0.975 0.018 -0.179 0.851 0.083 0.108 0.234

Tabel 5.18 Hasil uji LISA di Kab/Kota Tangerang (Lanjutan)

No

Sampel

Pb Cd

Value Ii P Value Value Ii P Value

1 0.008 -0.692 0.571 0.006 0.143 0.750

2 0.004 -0.128 0.934 0.007 -0.714 0.008*

3 0.005 -0.138 0.987 0.005 -0.086 0.837

4 0.008 -0.138 0.987 0.005 -0.086 0.837

5 0.005 -0.138 0.987 0.005 -0.086 0.837

6 0.008 -0.138 0.987 0.006 -0.086 0.837

7 0.005 -0.231 0.849 0.006 0.333 0.285

8 0.009 -0.513 0.038* 0.006 -0.048 0.659

5.5. Pemetaan Kadar Air Tanah di Bogor

5.5.1 Karakteristik Air Tanah di Bogor

Karakteristik kadar air dari 10 sampel di Kota Bogor disajikan di Tabel 5.19.

Lokasi sampel adalah di sekitar TPA Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kota Bogor

(lihat Gambar 4.3). Kadar CN, Cr, dan Cd di sampel tersebut masih di bawah standard

baku mutu air. Namun, ada beberapa sampel yang memiliki kadar Mn dan Pb yang

masih di atas standard baku. Lokasi sampel ke-9 memiliki kadar Mn 0.861 mg/l.

Page 40: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

40

Selanjutnya sampel ke 5, 6, 8,9, dan 10 memili kadar Pb yang melebihi standar baku.

Peta nilai Mn dan Pb di masing-masing lokasi dapat dilihat di Gambar 5.6.

Tabel 5.19. Karakteristik Air Tanah di Kab/Kota Bogor

Keterangan Mn CN Cr Pb Cd

N 10 10 10 10 10

Mean (mg/l) 0.260 <0.002 < 0,01 0.011 <0.001

Standard Deviasi 0.224 - - 0.007 -

Minimum (mg/l) 0.050 <0.002 < 0,01 0.005 <0.001

Maximum (mg/l) 0.861 <0.002 < 0,01 0.025 <0.001

Baku Mutu 0,5 0,07 0,05 0,01 0,003

Gambar 5.6 Karakteristik Mn di Kab/Kota Bogor

5.5.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Bogor

Hasil uji dependensi Moran’s I disajikan di Tabel 5.20. Nilai koefisien

moran’s I kadar Pb adalah 0,024. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada autokorelasi

positif antar lokasi. Lokasi yang mempunyai Pb tinggi dikelilingi oleh lokasi yang

mempunyai Pb tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, lokasi yang mempunyai Pb rendah

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai Pb rendah. Hal tersebut menunjukkan adanya

pola hubungan antar lokasi. Namun pada taraf signifikansi α=5%, nilai moran’s I

tersebut tidak signifikan. Sementara itu, kadar Mn memiliki moran’s I -0,131 dan

tidag signifikan pada α=5%.

Page 41: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

41

Tabel 5.20. Hasil uji Moran’s I di Kab/Kota Bogor

Kadar air tanah d2 I P value

Mn 0.01 -0.131 0.4703

Pb 0.002 0.024 0.5206

Selanjutnya dilakukan pada hasil LISA kadar Mn, sampel kesembilan

memiliki P value 0,156 yang lebih kecil dibandingkan sampel lain. Nilai tersebut

signifikan pada α=20%, yang berarti bahwa adanya autokorelasi spasial pada lokasi

sampel yang terdekat. Apabila dibandingkan nilai Mn dengan sampel lain, sampel

kesembilan memiliki nilai Mn paling tinggi dan di atas ambang baku. Hal tersebut

mengakibatkan kualitas Mn sampel kesembilan mempengaruhi lokasi-likasi lain

disekitarnya. Sedangkan pada Pb, sampel 2,4, dan 7 memiliki autokorelasi spasial

dengan lokasi lain terdekat pada α=10%. Hasil pengujian LISA dapat disajikan pada

pemetaan Gambar 5.7 dan Gambar 5.8.

Tabel 5.21. Hasil uji LISA di Kab/Kota Bogor

No Sampel Mn Pb

Value Ii Zi Pvalue Value Ii Zi Pvalue

1 0.268 -0.012 0.292 0.770 0.009 0.247 0.939 0.348

2 0.153 -0.020 0.240 0.810 0.0049 0.735 1.791 0.073*

3 0.287 -0.058 0.168 0.867 0.0049 0.231 1.088 0.276

4 0.249 0.014 0.367 0.714 0.0049 0.528 1.676 0.094*

5 0.096 -0.030 0.212 0.832 0.012 -0.073 0.081 0.935

6 0.050 -0.127 -0.026 0.979 0.018 -0.958 -0.921 0.357

7 0.191 -0.264 -0.403 0.687 0.0049 -1.007 -1.895 0.058*

8 0.230 -0.106 0.015 0.988 0.025 0.083 0.411 0.681

9 0.861 -0.650 -1.417 0.156 0.012 0.066 0.374 0.708

10 0.211 -0.180 -0.181 0.856 0.018 0.387 1.053 0.292

Page 42: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

42

Gambar 5.7 Pemetaan Uji LISA (P value) Mn di Kab/Kota Bogor

Gambar 5.8 Pemetaan Uji LISA (P value) Pb di Kab/Kota Bogor

5.6. Pemetaan Kadar Air Tanah di Depok

5.6.1 Karakteristik Air Tanah di Depok

Karakteristik kadar air dari 10 sampel di Kota Depok disajikan di Tabel 5.22

Dari pengambilan 11 lokasi sampel, masih ada beberapa lokasi yang memiliki kadar

Mn, Cr, dan Pb di atas baku mutu .

Page 43: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

43

Tabel 5.22. Karakteristik Air Tanah di Depok

Keterangan Mn CN Cr Pb Cd

N 11 11 11 11 11

Mean (mg/l) 0.442 <0.001 < 0.01 <0.005 <0.001

Standard Deviasi 0.672 - - - -

Minimum (mg/l) 0.057 <0.001 < 0.01 <0.005 <0.001

Maximum (mg/l) 1.799 <0.001 0.031 0.022 <0.001

Baku Mutu 0,5 0,07 0,05 0,01 0,003

5.6.2 Uji Dependensi Kadar Air Tanah di Depok

Uji dependensi hanya dilakukan pada kadar Mn.Uji Moran’s menghasilkan

nilai Moran’s I -0,104 (lihat Tabel 5.23). Nilai tersebut menunjukkan bahwa ada

autokorelasi negative antar lokasi. Lokasi yang mempunyai Mn rendah dikelilingi

oleh lokasi yang mempunyai Mn tinggi. Begitu juga sebaliknya, lokasi yang

mempunyai Mn tinggi dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai Mn rendah. Namun

pada taraf signifikansi α=5%, nilai moran’s I tersebut tidak signifikan. Melalui uji

LISA didapatkan bahwa lokasi sampel ke-5 dan ke-10 memiliki hubungan dependensi

dengan lokasi lain pada kadar Mn.Lokasi tersebut memiliki kadar Mn yang tinggi

pula sehingga mempengaruhi lokasi-lokasi lain disekitarnya.

Tabel 5.23. Hasil uji Moran’s I di Depok

Kadar air tanah d2 I P value

Mn 0.01 -0.104 0.777

Tabel 5.24. Hasil uji LISA di Depok

No Sampel Mn

Value Ii Pvalue

1 0.1910 -0.041 0.750

2 0.1340 -0.023 0.635

3 0.0960 -0.029 0.662

4 0.0570 -0.036 0.693

5 1.7800 -0.437 0.038*

6 0.0570 -0.036 0.693

7 0.1340 -0.023 0.635 8 0.0960 -0.056 0.814

9 0.1530 -0.020 0.623

10 1.7990 -0.449 0.031*

Page 44: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

44

Gambar 5.9 Pemetaan Uji LISA (P value) Cd di Depok

5.7. Aplikasi Program

Hasil penelitian ini menjelaskan spesifikasi sitem yang digunakan untuk

menggunakan package, petunjuk instalasi, dan hasil package dan evaluasinya.

1. Spesifikasi Sistem

Dalam melakukan implementasi program spesifikasi perangkat keras yang disarankan

adalah:

- Processor : Intel Pentium Core i-3 - Memory : 4 GB

- Harddisk : 250 GB - VGA : 256 MB

- Monitor : Resolusi 1366 x 768 - Keyboard : Ya

- Mouse : Ya

Spesifikasi perangkat lunak untuk implementasi program adalah:

• Microsoft Office Excel minimal versi 1997 dan notepad

• R untuk Deducer yang lengkap dengan RJava

• RStudio-0.98.1062

• Rtools

Page 45: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

45

2. Petunjuk Instalasi

Berikut adalah petunjuk instalasi yang harus dilakukan :

1. Instal dan run R untuk Deducer

2. Setelah hasil plug-in di Deducer sukses dibentuk maka dilakukan:

- Instal package ‘AutocorrelationTest’ di Deducer

- Load package :

> library(AutocorrelationTest)

3. R Package

Package R yang dihasilkan adalah AutocorrelationTest _1.0.zip dengan deskripsi

sebagai berikut :

Gambar 5.10 DESCRIPTION package AutocorrelationTest

4. Plug-in di R Deducer

Petunjuk pemakaian sistem yang dibuat dimulai setelah menjalankan library

(AutocorrelationTest) sehingga akan muncul Plug-in Spatial Analysis di Deducer

seperti pada Gambar 5.11. Dialog box untuk Uji Autokorelasi spasial disajikan di

Gambar 5.12. Output autokorelasi spasial dapat disimpan pada file .txt (lihat Gambar

5.13) dan plot pemetaan melalui koordinat latitude longtitude (lihat Gambar 5.14)

Gambar 5.11 Menu Spatial Analysis pada Deducer

Package: AutocorrelationTest

Type: Package

Title: Autocorrelation Test for Spatial Analysis

Version: 1.0

Date: 2014-09-25

Author: Rokhana DB, Edy Irwansyah, and Heruna T

Maintainer: Rokhana DB <[email protected]>

depends: AutocorrelationTest1

Description: Autocorrelation Test for Spatial Analysis

License: GPL-2

Page 46: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

46

Gambar 5.12 Dialog Box Uji Autokorelasi Spasial

Gambar 5.13 Output di .txt

Page 47: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

47

Gambar 5.14 Output Autokorelasi Spasial LISA di peta latitute longtitude

Page 48: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

48

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Proposal penelitian untuk tahun kedua telah tersusun dengan fokus pada

kualitas air di sekitar Tempat Pembuangan Akhihr (TPA). Hal ini dilatarbelakangi

oleh hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa air sumur warga di lokasi dengan

jarak 800 m dari TPA Galuga memiliki kadar Pb masih melebihi standard baku.

Tujuan dari penelitian tahap tahun kedua adalah :

1. Mendapatkan karakteristik kualitas air tanah pemukiman warga di sekitar TPA.

2. Mendapatkan pemetaan kualitas air tanah pemukiman warga di sekitar TPA

3. Mengetahui apakah jarak TPA dengan pemukiman warga mempengaruhi kualitas

air tanah tersebut.

Penelitan ini akan dilakukan dengan observasi dan pengambilan sampel air

tanah dan sumur di beberapa lokasi TPA di Kota Bogor, Kota Tangerang, dan Kota

Bekasi. Kualitas air ditunjukkan melalui parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi.

Penentuan kadar senyawa tersebut dilakukan dengan uji laboratorium di Universitas

Padjadjaran Bandung.

Page 49: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

49

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis didapatkab beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Data BPS menyebutkan pencemaran lingkungan hidup di Jabodetabek banyak

terjadi pada pencemaran air. Penyebab utamanya adalah dari akrifitas

pabrik/industri. Selanjutnya pada kadar zat anorganik air,

- Rata-rata kadar Mn dan Cd di DKI Jakarta masih di atas baku mutu.

- Rata-rata kadar Mn di Bekasi masih di atas baku mutu.

- Rata-rata kadar Mn dan Cd di Tangerang masih di atas baku mutu.

- Rata-rata kadar Pb di Bogor masih di atas baku mutu.

- Rata-rata setiap kadar anorganik air di Depok masih di bawah baku mutu,

namun ada beberapa lokasi yang memiliki kadar Mn, Cr, dan Pb dia atas baku

mutu.

2. Dengan uji Moran’s I didapatkan hasil sebagai berikut:

- DKI Jakarta (pada α=10%) : terjadi autokorelasi spasial pada kadar Cd.

Berdasarkan uji LISA, di wilayah bagian barat, utara, dan timur cenderung

memiliki P value lebih kecil dibandingkan bagian lainnya sehingga dapat

dikatakan kadar Cd di wilayah tersebut memiliki hubungan dependensi antar

lokasi.

- Bekasi (pada α=15%) : terjadi autokorelasi spasial pada kadar Cd.

Berdasarkan uji LISA, sampel ke-2 dan ke-6 memiliki hubungan dependensi

dengan lokasi lain pada kadar Cd.

- Tangerang : tidak terjadi autokorelasi spasial pada semua kadar anorganik.

- Bogor : tidak terjadi autokorelasi spasial pada semua kadar anorganik, namun

melalui uji LISA didapatkan bahwa lokasi sampel ke-2, ke-4, dan ke-7

memiliki hubungan dependensi dengan lokasi lain pada kadar Pb.

- Depok : tidak terjadi autokorelasi spasial pada kadar Mn, namun melalui uji

LISA didapatkan bahwa lokasi sampel ke-5 dan ke-10 memiliki hubungan

dependensi dengan lokasi lain pada kadar Mn.

Page 50: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

50

3. Aplikasi program untuk pemetaan kualitas air dibangun di R software dan dapat di

run di R Deducer. Aplikasi program ini memberikan output analisis autokorelasi

spasial Moran’s I dan LISA, serta pemetaan kualitas air yang berupa plot latitude

longtitude.

7.2 Saran

Beberapa saran yang diperlukan untuk penelitian ini adalah :

1. Menambah jumlah sampel pada penelitian selanjutnya

2. Penelitian selanjutnya fokus pada kualitas air tanah sebagai akibat pencemaran

TPA Sampah

Page 51: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

51

DAFTAR PUSTAKA

Andiyono, 2012, Analisis Angka Buta Huruf di Jawa Timur Menggunakan

Geographically Weighted Regression Berbasis Komputer, [Skripsi], Jakarta :

Bina Nusantara University.

Anselin, L., 1988. Spatial Econometrics: Methods and Models. Ist Edn., Kluwer

Academic Publishers, Netherlands, ISBN-10: 9024737354, pp: 304.

Bekti, R.D. and Sutikno, 2012. Spatial Durbin Model to Identify Influential Factors of

Diarrhea. Journal of Mathematics and Statistics, 8 (3): 396-402.

DOI:10.3844/jmssp. 2012.396.402

Bekti, R.D dan Sutikno, 2011. Spatial Modeling on the Relationship between Asset

Society and Poverty in East Java, Jurnal Matematika dan Sains, vol. 16 nomor

3, pp. 140-146

Brody, S.D., Highfield, W, dan Peck, B.M. 2004. Exploring the mosaic of perceptions

for water quality across watersheds in San Antonio, Texas. Landscape and

Urban Planning. doi:10.1016/j.landurbplan.2004.11.010

Brown, A.L. 1994. Freshwater Ecology. Heinenmann Educational Books, London.

Drewry, J., Fortune, J., dan Majid, M. 2010. Spatial distribution of water quality

indicators in Buffalo Creek estuary, Darwin Harbour. Department of Natural

Resources, Environment, The Arts and Sport. ISBN 978-1-921519-80-2

Eckenfelder, W.W. 2002. Industrial Water Pollution Control. 2th

Edition, McGraw-

Hill, Inc., New York.

Heruna T, Iwa S, Edison R. 2010. Analisis Kandungan Zat Kimia Anorganik pada

Beberapa Proses Air Minum Kemasan dan Isi Ulang menggunakan One-Way

Manova.ComTech , vol 1, No 1, p 48-60, ISSN: 2087-1244

Heruna T, Margaretha O, Tati H, dan Nurlelasari. 2012. Analisis Kandungan Senyawa

Anorganik Dalam Beberapa Proses Air Minum Menggunakan One Way

Manova. Hibah Pekerti DIkti.

Kemenkes. 2013. Menkes Buka Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Tengah.

http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-

newsslider/2269-menkes-buka-rapat-kerja-kesehatan-nasional-regional-

tengah.html. Di unduh 5 April 2013

Page 52: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

52

Kemenkes. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kemenkes

RI.

Kissling, W. D. dan Carl, G. 2008. Spatial autocorrelation and the selection of

simultaneous autoregressive models. Global Ecology and Biogeography (17)

: 59–71.

Kompas, 2012. Banyak warga Ibu Kota belum dapat air bersih. Senin 30 April

Lee, J. dan Wong, D. W. S. 2001, Statistical Analysis with Arcview GIS, John Wiley

and Sons, New York.

Massoud, M.A., Al-Dakheel, Y.Y., Hussein, A.H.A., dan El-Mahmoudi, A.S. 2011.

Spatial Decision Support System for Drinking Water Quality Monitoring and

Evaluation in Al-Hassa. International Journal of Water Resources and Arid

Environments, 1(6): 457-468.

Metrotvnews. 2013. Pasokan Air Baku ke Jakarta Makin Tercemar.

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/03/15/5/138636/Pasokan-

Air-Baku-ke-Jakarta-Makin-Tercemar. Di unduh 5 April 2013.

Moore, Stanitski and Jurs. 2010. Principle of Chemistry, Brooks/Cole, Cengage

learning, USA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. no

492/MENKES/PER/IV/2010

Perobelli, F. S., dan Haddad, E. 2003. Brazilian Interregional Trade (1985-1996): An

Exploratory Spatial Data Analysis. (http://www.anpec.org.br/encontro2003/

artigos/E18.pdf, diakses 10 Januari 2011).

Torgo, L. (2011). Data Mining with R : Learning with Case Studies. USA : Taylor

and Francis Group, LLC.

Williams, Graham, 2011, Data Mining with Rattle and R: The Art of Excaviting Data

for Knowledge Discovery. Springer. USA. ISBN : 9781441998897

Page 53: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas

No Nama/NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu

(jam/minggu) Uraian Tugas

1 Rokhana Dwi

Bekti, S.Si, M.si/

0306038601

Universitas

Bina

Nusantara

Statistika

Spasial dan

Komputasi

10 jam/minggu Ketua TPP

2 Dra. Heruna

Tanty, M.Si/

0315046201

Universitas

Bina

Nusantara

Kimia 10 jam/minggu Anggota TPP

3 Dr. Tati Herlina/

0020036201

Universitas

Padjadjaran

Kimia

Organik

Bahan Alam

10 jam/minggu Ketua TPM

4 Dr. Solihudin/

0005036307

Universitas

Padjadjaran

Kimia 10 jam/minggu Anggota TPM

Page 54: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

54

Lampiran 2 : Dokumentasi alat dan bahan pengumpulan data

Page 55: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

55

Lampiran 3 : Dokumentasi Observasi di Bogor

Page 56: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

56

Lampiran 4 : Dokumentasi Observasi di Depok

Lokasi : Situ Rawa Besar, Depok

Keterangan : Sebagian warga sekitar masih menggunakan air di Situ Rawa

Besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (mandi, mencuci, dan

memasak). Air tersebut juga masih menjadi sumber air resapan bagi sumur-

sumur warga.

Namun sebagian warga juga beranggapan air di Situ Rawa Besar sudah tidak

layak digunakan sehingga mereka beraalih ke air PDAM. Sampah banyak

berserakan di air dan air telah berwarna hijau.

Page 57: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

57

Lokasi : Jalan Ridwan Rais, Depok, sekitar 1 km dari Situ Rawa Besar.

Keterangan : Air sumur masih berhubungan dengan Situ Rawa Besar. Kualitas

air masih bagus (tidak berwarna dan berbau), namun tidak bisa untuk masak

dan minum. Air hanya dimanfaatkan untuk mandi dan cuci.

Page 58: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

58

Lampiran 5. Pengambilan Sampel Air Tanah dan Fungsi Air di Depok

No

Sam-

pel

A l a m a t Pemilik Fungsi Air dan

keterangan

Dokumentasi

1 Situ Rawa Besar

2 Jalan Kembang

Rio No 91, RT

4/RW 13

Ibu Narni Masak, cuci, dan

Mandi. Minum

dari Galon

3 Kampung Liyo

No 20,

RT1/RW13

Bpk Ismet Cuci dan Mandi.

Minum dari

Galon

4 Jl. Kembang Beji,

Gg Swadaya No

42 RT4/RW3

Bpk

Wahyani

Cuci dan Mandi.

Minum dari

Galon.

Jika hujan keruh.

Air dari aliran

rawa kecil. Rawa

Kecil dari Rawa

Besar.

Page 59: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

59

5 Jl. Kembang Beji,

Gg Swadaya No

42 RT4/RW3

Ibu Nanik Cuci dan Mandi.

Minum dari

Galon.

Jika hujan keruh.

Air dari aliran

rawa kecil. Rawa

Kecil dari Rawa

Besar.

6 Warteg Bahari. Jl

Ridwan Rais,

Beji, Depok

Timur

Bpk Sutikno Masak, cuci, dan

Mandi. Minum

dari Galon

Lokasi

disamping Rawa

Kecil. 4 tahun

lalu pernah

menjadi tempat

penelitian dan

diberi obat

penjernih

7 Setu Peladen

(Rawa Kecil)

8 Kel. Beji Timur

No6, RT 4/RW6

Ibu Ojeh Minum, Masak,

Cuci, Mandi.

Tidak pakai

galon. Air bersih

dan bening

Lokasi paling

jauh dari situ

rawa besar

Page 60: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

60

9 Kampung

Sangklek No 23,

RT3/RW16

Ibu Aisyah Minum, Masak,

Cuci, Mandi.

Tidak pakai

galon. Air bersih

dan bening

Lokasi paling

jauh dari situ

rawa besar

10 Toilet Stasiun

Depok Baru

11 Kel. Beji Timur

No 1, Rt3/RW6

Ibu Yusuf Minum, Masak,

Cuci, Mandi.

Tidak pakai

galon. Air bersih

dan bening

Lokasi paling

jauh dari situ

rawa besar

(samping stasiun

depok baru)

Page 61: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

61

Lampiran 6. Pengambilan Sampel Air Tanah dan Fungsi Air di Bogor

No

Sam-

pel

A l a m a t Fungsi Air dan

keterangan

Dokumentasi

1 Desa Galuga,

sinarjaya

Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 200m

2 Desa Moyan,

Galuga

Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 180 m

3 Desa Galuga,

sinarjaya

Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 100 m

4 Desa Galuga,

sinarjaya

Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 150 m

5 Desa Galuga

Sinarjaya, bawah

dekat sawah

Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan

bening, namun

kadang kotor karena

terpengaruh air dari

TPA yang mengalir

ke arah utara

Jarak dari TPA

Galuga : 200 m

Page 62: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

62

6 Moyan Galuga Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 50 m

7 Moyan harapan,

RT 7

Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 100 m

8 Moyan Galuga Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 100 m

9 Moyan Galuga Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 200 m

10 Moyan Galuga Fungsi : Minum,

Masak, Cuci, Mandi.

Air bersih dan bening

Jarak dari TPA

Galuga : 200 m

Page 63: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

63

Lampiran 7 : Dokumentasi Kunjungan TPP ke TPM

Page 64: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

64

Lampiran 8: Publikasi IOSR Journal

Page 65: PEMETAAN KUALITAS KANDUNGAN ZAT ANORGANIK PADA AIR TANAH ...repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2014/bekti_17912.pdf · memiliki air tanah yang tercemar maka lokasi lain

65

Lampiran 9: Publikasi di Seminar SNAST 2014