PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik...

95
i PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI SURAKARTA TAHUN 2008-2009 MAPPING OF FIRE INCIDENTS AT SURAKARTA DURING 2008-2009 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik...

Page 1: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

i

PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI SURAKARTA

TAHUN 2008-2009

MAPPING OF FIRE INCIDENTS AT SURAKARTA DURING 2008-2009

TUGAS AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh:

AGUNG SRIWINANTO

NIM. I 0103020

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA SURAKARTA

PADA TAHUN 2008-2009

MAPPING OF FIRE INCIDENTS AT SURAKARTA DURING 2008-2009

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

AGUNG SRIWINANTO

NIM. I 0103020

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Persetujuan Dosen Pembimbing,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Widi Hartono, ST, MT Ir. Agus P. Saido, Msc

NIP 19730729 199903 1001 NIP 19550501 198601 1001

Page 3: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA SURAKARTA

PADA TAHUN 2008-2009

MAPPING OF FIRE INCIDENTS AT SURAKARTA DURING 2008-2009

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:

AGUNG SRIWINANTO

NIM. I 0103020

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta pada .......................... 2010 :

1. Widi Hartono, ST, MT ( )

NIP 19730729 199903 1001

2. Ir. Agus Prijadi Saido, Msc ( )

NIP 19550501 198601 1001

3. Ir. Adi Yusuf M, MT ( )

NIP 19581127 198803 1 001

4. Ir.Suryoto, MT ( )

NIP 19580109 198601 1 001

Mengetahui, Disahkan,

an. Dekan Ketua Jurusan Teknik Sipil

Pembantu Dekan I Fakultas teknik UNS

Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Bambang Santosa, MT

NIP 19561112 198403 2 007 NIP 19590823 198601 1 001

Page 4: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

iv

MOTTO

Kejujuran adalah tombak yang akan menjadi penentu bagi nilai hidup seorang

manusia.

Tiada manusia itu lebih baik atau lebih buruk dari manusia lainnya. Tetapi kita

hanya berbeda dan itu yang membuat kita spesial

Daripada memikirkan apa yang tidak kita miliki, lebih baik kita mensyukuri dan

memanfaatkan apa yang kita miliki. Sesungguhnya hal itu akan lebih baik dan

membuat kita maju walaupun hanya selangkah demi selangkah.

Page 5: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

v

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Dan didedikasikan kepada orang-orang yang aku kasihi serta sayangi, yaitu :

1. Bapakku Karyadi dan ibuku Marmi yang telah membesarkan dan mendidikku

serta mencurahkan segala kasih sayang yang tak mungkin dapat kubalas.

2. Bapak Wibowo selaku pembimbing akademis yang selalu sabar menghadapi nilai-

nilaiku yang selalu buruk.

3. Bapak Widi Hartono dan bapak Agus P. Saido selaku pembimbing tugas akhir

serta para dosen sekalian, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan.

4. Adikku Yudhi dan para paman serta bibi terutama bibi Surati dan Karyanti yang

selalu menyempatkan diri untuk memantau dan membimbing pendidikanku

selama ini.

5. Para sahabat, terima kasih banyak atas segala kemurahan hati dan bantuan kalian

selama ini. Semoga persahabatan ini tak lekang oleh jarak dan waktu.

.

Page 6: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

vi

ABSTRAK

Agung Sriwinanto, 2010, PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA

SURAKARTA TAHUN 2008-2009, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Infrastruktur kota seperti pada kota Surakarta tumbuh pesat seiring.dengan

perkembangan kota. Hampir di setiap penjuru kota dapat ditemui bangunan seperti

mall, pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, pasar, apartemen/rumah susun, rumah

sakit, perguruan tinggi atau sekolah. Potensi infrastruktur yang besar tersebut akan

meningkatkan potensi terjadinya kebakaran. Untuk itu perlu dilakukan kajian dalam

rangka mengantisipasi bahaya kebakaran atau menangani kejadian kebakaran.

Salah satu langkah awal dalam kajian tersebut adalah membuat potret diri mengenai

kejadian kebakaran yang ada di Kota Surakarta dalam wujud pembuatan peta

kebakaran di Kota Surakarta. Data diperoleh melalui survei, wawancara dan

pengambilan data dari dinas yang terkait seperti dinas pemadam kebakaran,

kepolisian atau dinas pekerjaan umum. Koodinat lokasi kebakaran ditandai dengan

alat bantu GPS. Dalam penelitian ini digunakan program SIG buatan ESRI, ArcMap-

ArcInfo 9.2 untuk membantu mengelola data dan memvisualisasikan data-data dalam

bentuk pemetaan.

Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa bangunan perumahan dan non

gedung merupakan sarana yang paling sering terbakar, penyebab terbesarnya adalah

korsleting listrik. Akan tetapi tingkat potensi bahaya kebakaran tergolong kategori

ringan. Dari hasil analisis diperoleh daerah yang memiliki tingkat kerawanan bahaya

kebakaran di Kota Surakara. Daerah-daerah perdagangan dan bisnis merupakan

daerah yang memiliki tingkat kerawanan bahaya kebakaran yang paling tinggi.

Keyword: kebakaran, pemetaan, SIG.

Page 7: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

vii

ABSTRACT

Agung Sriwinanto, 2010, MAPPING OF FIRE INCIDENTS AT SURAKARTA

DURING 2008-2009, , Sebelas Maret University of Civil Engineering..

infrastructure of the city such as city of Surakarta grew rapidly in line with the growth

of the city. Almost in every corner of the city can be found buildings like malls,

shopping centers, office buildings, hotels, markets, apartments/flats, hospitals,

universities, or school. The huge potential for infrastructure will increase the potential

for fire. Therefore needed to study in order to anticipate the danger of fire or handling

fire incidents.

One initial step in these studies is to create a portrait of fire occurrence in the city of

Surakarta in the form of fires mapping at the city of Surakarta. Data obtained through

surveys, interviews, and data’s retrieval from relevant agencies such as fire service,

police or public works. Coordinates of the location of fire marked with GPS tools.

This study used GIS’s software by ESRI, AcMap-ArcInfo 9.2 to help manage the

data and visualize the data in the form of mapping.

The results of a study conducted shows that residential buildings and non-building is

the most common means of fire and the biggest cause of fire was electrical short

circuiting. However, potential fire hazard levels considered mild. Analysis results

obtained from areas that have a sensitivity level of fire danger in the city of Surakarta.

areas of trade and business is an area that has a high vulnerability of the most high fire

danger

Keyword: fire, mapping, GIS.

Page 8: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-NYA

sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul ”Pemetaan

Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta tahun 2008-2009” guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan lancar tidak lepas dari bimbingan,

dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Widi Hartono, ST, MT selaku dosen pembimbing I tugas akhir.

4. Ir. Agus P Saido, Msc selaku dosen pembimbing II tugas akhir.

5. Wibowo, ST, DEA selaku dosen pembimbing akademik.

6. Segenap bapak dan ibu dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis

dengan tulus ikhlas.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di

masa mendatang dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Page 9: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Pembatasan Masalah 2

1.4. Tujuan Penelitian 2

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Sistematika Pembahasan 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 5

2.2. Landasan Teori 6

2.2.1. Kebakaran 6

2.2.2. Peta 13

2.2.3. Sistem Informasi Geografi 14

2.2.4. Penelitian Deskriptif. 18

2.2.5. Teknik Penarikan Sampel/Teknik Sampling 19

Page 10: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

x

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Uraian Umum 21

3.2. Lokasi Penelitian 21

3.3. Waktu Penelitian 21

3.4. Teknik Pengumpulan Data 22

3.5. Metode Pengumpulan Data 23

3.5.1 Metode Penentuan lokasi dengan GPS 23

3.5.2. Metode Wawancara 23

3.5.3. Metode Kepustakaan 24

3.6. Populasi Dan Sampel 25

3.6.1. Populasi 25

3.6.2. sampel 25

3.7. Penentuan Ukuran Sampel 25

3.8. Teknik Pemetaan Dan Analisis Data 26

3.9. Sekilas Tentang ArcGIS 9.2. 26

3.10. Tahapan Penelitian. 27

BAB 4 ANALISIS dan PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian 28

4.1.1. Letak, Batas dan Luas daerah Penelitian 28

4.1.2. Kependudukan Kota Surakarta 30

4.2. Potensi Wilayah Kota Surakarta 30

4.3. Perhitungan Ukuran Sampel 32

4.4. Survei Pengumpulan Data 32

4.4.1. Survei Data Spasial 32

4.4.2. Survei Data Non Spasial 33

4.4.3. Kendala-kendala Yang Dihadapi 33

4.5. Analisa Data 34

4.5.1. Input Data 34

Page 11: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xi

4.5.2. Editing Data 37

4.5.3. Klasifikasi Sebaran Kebakaran Di Kota Surakarta 37

4.5.4. Pembuatan Peta Rawan Kebakaran 39

4.5.5. Model Builder 41

4.5.6. Analisis Kinerja Pelayanan Pemadam Kebakaran Di Kota

Surakarta 54

4.6. Hasil Dan Pembahasan 54

4.6.1. Peta Sebaran Kebakaran Di Kota Surakarta 54

4.6.2. Peta Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Peraturan Daerah

Jakarta No 8 tahun 2008 55

4.6.3. Peta Klasifikasi Penyebab Kebakaran 57

4.6.4. Peta Rawan Kebakaran 58

4.7. Pendapat Masyarakat Tentang Kinerja Pelayanan Pemadam Kebakaran

Kota Surakarta 60

4.7.1. Daya Tanggap Pemadam Kebakaran Di Kota Surakarta Terhadap

Laporan Kebakaran 62

4.7.2. Efisiensi Dan Efektifitas Pelayanan Pemadaman Kebakaran 64

4.7.3. Prosedur Permintaan Bantuan Pelayanan Pemadaman Kebakaran 66

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 69

5.2. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN xv

Page 12: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Surakarta Menurut Jenis Penggunaan

Lahan Per Kecamatan tahun 2008 29

Tabel 4.2. Luas Wilayah Kota Surakarta Menurut Jenis Penggunaan

Lahan Per Kecamatan tahun 2008 (lanjutan) 29

Tabel 4.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan

Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 30

Tabel 4.4. Perhitungan Jumlah Sampel Per Kecamatan 32

Tabel 4.5. Statistik Fungsi Sarana /Prasarana Terbakar 56

Tabel 4.6. Statistik Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran 56

Tabel 4.7. Statistik Penyebab Kebakaran 58

Tabel 4.8. Statistik Pendapat Warga Terhadap Daya Tanggap Kantor

Pemadam Kebakaran 64

Tabel 4.9. Statistik Pendapat Warga Terhadap Efisiensi dan Efektifitas

Pemadam Kebakaran 66

Tabel 4.10. Statistik Pendapat Warga Terhadap Prosedur Permintaan

Bantuan Pemadaman Kebakaran 67

Tabel 4.11. Matriks Kepuasan Warga Kota Surakarta Terhadap

Kinerja Pelayanan Pemadaman Kebakaran 68

Page 13: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Proses Pemetaan Dalam SIG 18

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Penelitian 27

Gambar 4.1. Proses Pembuatan Shapefile 34

Gambar 4.2. Jendela Pengisian Referensi Geografis Peta 35

Gambar 4.3. Penambahan Shapefile Ke ArcMap 35

Gambar 4.4. Penambahan Data Spasial 36

Gambar 4.5. Masukan Data Lokasi_kebakaran Di Kota Surakarta 36

Gambar 4.6. Editor Toolbar Dari ArcGIS 9.2. 37

Gambar 4.7. Membuka ArcMap 38

Gambar 4.8. Pengaturan Properties Klasifikasi Kebakaran 39

Gambar 4.9. Penggabungan Titik_bantu.shp Dengan Lokasi_kebakaran.shp 40

Gambar 4.10. Hasil Analisis Kernel 40

Gambar 4.11. Hasil Ekstraksi Raster Kernel 41

Gambar 4.12. Jendela Model Builder Yang Masih Kosong 42

Gambar 4.13. Proses Pembuatan model 43

Gambar 4.14. Model Pemetaan Kebakaran Di Kota Surakarta 44

Gambar 4.15. Ilustrasi Analisis Tool Select 45

Gambar 4.16. Model Untuk Tool Select 45

Gambar 4.17. Jendela Tool Select 46

Gambar 4.18. Jendela Query Builder 46

Gambar 4.19. Model Untuk Tool Polygon To Raster 47

Gambar 4.20. Jendela Tool Polygon To Raster 48

Gambar 4.21. Model Untuk Tool Merge 49

Gambar 4.22. Jendela Tool Merge 49

Gambar 4.23. Model Untuk Tool Frequency 50

Gambar 4.24. Jendela Tool Frequency 50

Gambar 4.25. Model Untuk Tool Kernel Density 51

Gambar 4.26. Jendela Tool Kernel Density 52

Page 14: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xiv

Gambar 4.27. Ilustrasi Tool Extract By Mask 52

Gambar 4.28. Model Untuk Tool Extract By Mask 53

Gambar 4.29. Jendela Tool Extract By Mask 53

Page 15: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan salah satu jenis kejadian yang berbahaya karena

mengakibatkan dampak negatif baik kehilangan harta maupun nyawa. Selama

tahun 2008-2009 telah terjadi banyak kebakaran di kota Surakarta, Jawa Tengah

dan telah mengakibatkan kerugian yang besar.

Pada tanggal 12 januari 2008, pasar mebel di gilingan kecamatan Banjarsari

mengalami kebakaran besar menghanguskan puluhan kios dengan kerugian

diperkirakan mencapai 2,7 miliar rupiah dan terakhir pada tanggal 5 oktober 2009

terjadi kebakaran di alun-alun keraton Hadiningrat yang menghancurkan sembilan

kios cenderamata beserta isinya di blok F. Dampak yang diakibatkan oleh

kebakaran-kebakaran ini cukup besar baik dari segi materi maupun imateri.

Kebakaran-kebakaran di kota Surakarta seharusnya dapat dicegah ataupun

dikurangi. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

mitigasi kebakaran. Mitigasi kebakaran adalah istilah yang digunakan menunjuk

pada semua tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak kebakaran.

Penelitian ini adalah langkah awal dalam kegiatan mitigasi kebakaran karena peta

memiliki kegunaan antara lain untuk kepentingan dokumentasi (recording),

peragaan (displaying), analisis (analyzing), dan pemahaman dalam berinteraksi

(interrelation) dari objek atau penampakan secara keruangan (spatial

relationship). Sebagai alat bantu, peta mempunyai peranan penting dalam

melakukan pengamatan lapangan atau mempelajari fenomena yang berkaitan

dengan kehidupan manusia seperti fenomena kebakaran di kota Surakarta.

Page 16: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

2

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan. Dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Dimana sajakah kebakaran di kota Surakarta yang terjadi pada tahun 2008-

2009?

2. Karakteristik apa saja yang dapat ditampilkan dari pemetaan kebakaran di kota

Surakarta pada periode tahun 2008-2009?.

3. Wilayah mana sajakah yang rawan terhadap kebakaran?.

4. Bagaimana pendapat warga kota Surakarta terhadap pelayanan DPU Subdin

Pemadam kebakaran

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian tidak melebar dan mudah

dikerjakan. Penelitian yang dilakukan memiliki batasan-batasan sebagai berikut:

1. Wilayah kajian adalah wilayah kota Surakarta.

2. Objek kajian adalah kebakaran pada periode 1 januari 2008–30 september

2009.

3. Penelitian ini bersifat deskriptif.

4. Penelitian menggunakan program ArcGIS 9.2.

5. Penghuni pada tiap bangunan diasumsikan berjumlah lima jiwa.

Page 17: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

3

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memetakan lokasi kebakaran di kota Surakarta yang terjadi pada tahun 2008-

2009.

2. Mengklasifikasikan kebakaran di kota Surakarta berdasarkan penyebab

kebakaran, fungsi sarana/prasarana yang terbakar, dan tingkat potensi bahaya

kebakaran .

3. Menentukan wilayah rawan kebakaran di kota Surakarta.

4. Mengetahui pendapat warga kota Surakarta terhadap pelayanan DPU Sub

dinas Pemadam kebakaran

1.5. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan mitigasi

kebakaran.

2. Penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan tentang

kebakaran di suatu kota berbasis SIG

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian dapat memberikan informasi kebakaran yang terjadi di kota

Surakarta pada periode 1 januari 2008 – 30 september 2009.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Surakarta

dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran.

Page 18: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

4

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan adalah urutan laporan penelitian yang digunakan untuk

menerangkan hasil penelitian.

Laporan penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu:

1. Bab satu pendahuluan yaitu: membahas tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, sistematika pembahasan dan bagan alir penelitian.

2. Bab dua tinjauan pustaka dan landasan teori, yaitu: membahas tentang

berbagai landasan teori yang dapat dijadikan dasar penelitian.

3. Bab tiga metodologi penelitian, yaitu: membahas tentang metodologi

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

4. Bab empat penyajian dan analisis data, yaitu: menjelaskan tentang penyajian

dan analisis data hasil penelitian.

5. Bab lima kesimpulan dan saran yaitu: menjelaskan kesimpulan dari seluruh

penelitian dan saran dari penulis terhadap penelitian yang dilakukan.

Page 19: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Api atau kebakaran adalah pembakaran dari material-material dan merupakan

proses oksidasi eksotermis dari bahan bakar. Elemen penting dari api adalah

bahan bakar, materi pengoksidasi dan sumber pemicu api. Bahan bakar bisa

berbentuk padat, cair ataupun gas. Pembakaran selalu terjadi pada fase gas, bahan

bakar cair menguap dan bahan bakar padat terurai menjadi gas terlebih dahulu

baru terjadi pembakaran (Fawas K Sweis, 2006).

Kebakaran sebenarnya adalah kondisi natural yang tidak dikehendaki. Kebakaran

adalah kondisi natural akibat persentuhan bahan bakar (fuel), oksigen dan panas

atau kalor yang tidak dikehendaki. Bedakan dengan api di tanur atau di pabrik

peleburan baja, yang memang dikendalikan (Suprapto, 2007).

Kebakaran pada bangunan umumnya berawal dari kebakaran dalam suatu

ruangan, yang sering disebut sebagai kebakaran dalam ruangan tertutup

(compartment fire). Sifat kimia dan sifat fisika yang terjadi pada saat penyulutan,

dilanjutkan dengan pembakaran (combustion) ditambah dengan tersedianya beban

api (fire load) dengan kuantitas yang cukup termasuk perletakannya, dimensi

ruangan serta faktor ventilasi yang menunjang, maka kebakaran meningkat

intensitasnya, ditandai dengan kecepatan penjalaran dan panas yang tinggi dalam

waktu yang relatif singkat (Suprapto, 2008)

A.M. Hasofer (2006), menyatakan bahwa faktor yang berkaitan dengan kebakaran

yang dikriteriakan memiliki efek terbesar adalah:

1. Perluasan kerusakan dari kebakaran,

Page 20: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

6

2. Luas area timbulnya kebakaran,

3. Jenis material yang terbakar dan faktor pemicunya.

Faktor personal yang paling signifikan adalah:

1. Kondisi yang menghambat dalam meloloskan diri dari kebakaran,

2. Kondisi sebelum terluka,

3. Kegiatan pada saat terluka,

4. Lokasi bermulanya api dan penyebab luka.

Terdapat beberapa pertanyaan fundamental dalam implementasi kegiatan

pengurangan resiko bencana baik mitigasi maupun upaya penguatan kapasitas.

Pertanyaan tersebut antara lain: di mana area yang resikonya tinggi?, akan

diimplementasikan di mana kegiatan pengurangan resiko bencana?, mengapa

resiko bencana di suatu tempat sangat tinggi?, dan sebagainya. Pertanyaan-

pertanyaan di atas merupakan pertanyaan yang harus dijawab sebelum

implementasi kegiatan pengurangan resiko bencana dilakukan agar kegiatan yang

dilakukan nantinya dapat tepat sasaran dan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya bisa dijawab jika resiko bencana itu

dipetakan (Tim DRR PPMU era BAPPENAS-BAPPEDA DIY-U, 2008)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kebakaran.

Berdasarkan Bakornas PBP (2002), kebakaran adalah situasi di mana suatu

tempat/lahan/bangunan dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian.

Menurut Agus Rachmad (2007), kebakaran adalah proses oksidasi yang terjadi

pada kondisi tertentu diakibatkan dari bereaksinya bahan bakar dengan oksigen

Page 21: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

7

karena suatu pemicu kemudian menghasilkan kalor dan nyala atau dinamakan api

hingga berkembang diluar kendali manusia.

Menurut Fawas K Sweiz (2006), api atau kebakaran adalah pembakaran dari

material-material dan merupakan proses oksidasi eksothermis dari bahan bakar.

Menurut Suprapto (2008), kebakaran adalah kondisi natural akibat persentuhan

bahan bakar (fuel), oksigen dan panas atau kalor yang tidak dikehendaki.

a. Uraian umum kebakaran

Selama ini, kebakaran di kawasan perkotaan kurang mendapat perhatian padahal

kebakaran juga telah menyebabkan banyak kerugian baik dari segi sosial,

ekonomi maupun budaya. Kebakaran yang terjadi pada bangunan umumnya

dimulai dari satu ruangan dan kemudian menyebar ke ruangan lain. Kebakaran

bermula dari api kecil dan kemudian berkembang hingga tingkat kebakaran

dibatasi oleh jumlah bahan bakar atau oksigen yang tersedia.

Kebakaran dalam ruangan mengarah kepada terjadinya flashover dengan

temperatur ruangan mencapai 500 derajat celcius di atas ambient dalam waktu

kurang dari 5 menit, atau ledakan asap (backdraft) apabila ruangan yang minim

ventilasi tetapi cukup tahan terhadap tekanan yang timbul akibat kebakaran.

Menurut NFPA (USA), asap merupakan pembunuh terbesar. Sebanyak 72%

korban kebakaran diakibatkan oleh asap. Kecepatan asap berkisar antara 1,0-1,4

meter per detik, maka dengan mudah asap bisa melampaui kecepatan jalan anak-

anak, wanita hamil dan orang-orang cacat saat dilakukan evakuasi.

Pada situasi kebakaran, panas yang ditimbulkan dari api bertindak sebagai faktor

penting pada mekanisme kebakaran yang akan mengarahkan api kepada

fenomena-fenomena kebakaran lainnya. Kebakaran akan menghasilkan energi

panas, cahaya, dan residu hasil pembakaran. Panas dari api merupakan mekanisme

Page 22: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

8

utama dalam pergerakan asap. Kebakaran bekerja seperti pompa yang menyedot

oksigen dari bagian bawah dan karena pemanasan yang terjadi di udara, maka

terjadi pengurangan kerapatan udara dan menghasilkan gas sebagai hasil dari

pembakaran di atas api. Hasil dari kebakaran ini memiliki initial momentum yang

bekerja untuk membuat aliran udara di atas api dan kemudian mennggalkan

struktur kebakaran yang terjadi.

Parameter-parameter yang berkaitan dengan kekuatan/tingkat kebakaran adalah

tinggi api, tingkat penyebaran api, pemicu kebakaran, lama waktu pengaktifan

detektor kebakaran, dan tingkat penghamburan asap.

Kenyataannya, mencegah kebakaran dari penyebab awal munculnya api adalah

sebuah tujuan proteksi yang penting. Walaupun pencegahan kebakaran tidak akan

pernah terjamin seratus persen, kemungkinan untuk mencegah kebakaran

meningkat dengan memastikan bahwa:

1. Desain dan konstruksi sesuai dengan peraturan pendirian bangunan

2. Pengerjaan bangunan mengikuti regulasi tentang proteksi kebakaran.

b. Pemeriksaan kejadian kebakaran

Pemeriksaan kejadian kebakaran dapat dikatakan aman dan berhasil jika

dilakukan dengan tata cara / tahapan yang beralasan dan sistematis mengikuti

prosedur yang telah ditetapkan. Indikator keberhasilan dari pemeriksaan kejadian

kebakaran adalah:

1. Menentukan lokasi titik mula api.

2. Menentukan penyebab / sumber pemicu kebakaran.

3. Menemukan, mendokumentasikan, dan melindungi bukti-bukti yang

menunjukkan penyebab kebakaran atau keterkaitan dengan tindakan kriminal.

Page 23: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

9

Tahap investigasi kejadian kebakaran yaitu:

1. Wawancara saksi mata

2. Pemeriksaan fisik bangunan

3. Analisis forensik atau analisis keteknikan.

Pemahaman mendasar akan sifat fisis dari fenomena kebakaran akan membantu

penyelidik kebakaran untuk menginterpretasikan proses/mekanisme kebakaran.

Ini penting mengingat kebakaran termasuk fenomena yang singkat. Kebakaran

dapat berkembang, menyusut, dan bergerak. Selain itu, mekanisme kebakaran

merupakan rekaman dari setiap fenomena dari kebakaran tersebut. Petunjuk dan

indikator yang tertinggal setelah kebakaran secara langsung menunjukkan berapa

lama kebakaran terjadi.

c. Klasifikasi kebakaran

Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 8 tahun 2008 tentang pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran mengklasifikasikan kebakaran berdasarkan

jenis sarana/prasarana yang terbakar dan tingkat potensi bahaya kebakaran.

Berdasarkan potensi bahayanya, kebakaran diklasifikasikan menjadi:

1. Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai

nilai dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaran melepaskan panas

rendah, sehingga penjalaran api lambat.

2. Bahaya kebakaran sedang 1 adalah ancaman bahaya Bangunan yang

mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang ; penimbunan bahan yang

mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua koma lima) meter dan

apabila terjadi, kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api

sedang.

3. Bahaya kebakaran sedang 2 adalah ancaman bahaya kebakaran yang

mempunyai jemlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan yang

Page 24: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

10

mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan apabila

terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang.

4. Bahaya kebakaran sedang 3 adalah ancaman bahaya kebakaran yang

mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas

agak tinggi serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran.

5. Bahaya kebakaran berat 1 adalah ancaman bahaya kebakaran yang

mempunyai jumlah dan kemudahan kebakaran terbakar tinggi, menimbulkan

panas tinggi dan serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.

6. Bahaya kebakaran berat 2 adalah ancaman bahaya kebakaran yang

mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan

panas yang sangat tinggi serta penjalaran api sangat cepat apabila terjadi

kebakaran.

Sedangkan berdasarkan jenis sarana/prasarananya, kebakaran diklasifikasikan

menjadi:

1. Bangunan gedung adalah wujud hasil fisik pekerjaan konstruksi yang menyatu

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas

dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan

keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

2. Bangunan perumahan adalah bangunan gedung yang peruntukannya sebagai

tempat tinggal orang dalam lingkungan permukiman baik yang tertata maupun

yang tidak tertata.

3. Kendaraan bermotor umum adalah moda angkutan penumpang yang

diperuntukan untuk melayani masyarakat umum.

4. Kendaraan bermotor khusus adalah moda angkutan yang khusus diperuntukan

untuk mengangkut bahan berbahaya.

Peneliti menganggap klasifikasi jenis sarana/prasarana ini kurang mewakili untuk

klasifikasi kebakaran di kota Surakarta. Maka peneliti membuat 2 tambahan

Page 25: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

11

kriteria untuk membantu penelitian ini. Berdasar pada peraturan diatas, 2 kriteria

tersebut adalah:

1. Bangunan non gedung : bangunan yang tidak dapat dikriteriakan sebagai

bangunan gedung.

2. Kendaraan bermotor pribadi : moda angkutan penumpang selain kendaraan

bermotor umum atau kendaraan bermotor khusus.

Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria klasifikasi kebakaran adalah sebagai

berikut:

1. Bangunan perumahan di lingkungan permukiman yang tertata seperti: real

estate dan kompleks perumahan, mempunyai potensi bahaya kebakaran

ringan.

2. Bangunan perumahan di lingkungan yang tidak tertata seperti perkampungan

padat hunian yang tidak ada akses mobil pemadam kebakaran mempunyai

potensi kebakaran sedang 3.

3. Kendaraan umum seperti bis mempunyai potensi kebakaran sedang 1.

4. Kendaraan khusus yaitu kendaraan pengangkut bahan berbahaya mempunyai

potensi kebakaran berat 2.

5. Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang 1

antara lain: tempat penjualan dan penampungan susu, restoran, pabrik gelas/

kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, pabrik kaca/ cermin,

pabrik garam, restoran/ kafe, penyepuhan, pabrik pengalengan ikan, daging,

buah-buahan, dan tempat pembuatan perhiasan.

6. Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang 2

antara lain: penggilingan produk biji-bijian, pabrik roti/kue, pabrik minuman,

pabrik permen, pabik destilasi/ penyulingan, minyak atsiri, pabrik makanan

Page 26: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

12

ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik mesin, pabrik baterai, pabrik bir,

panrik susu kental manis, konveksi, pabrik bohlam dan neon, pabrik

film/fotografi, pabrik kertas ampelas, laundry dan dry cleaning, penggilingan

dan pemanggangan kopi, tempat parkir mobil dan motor, bengkel mobil,

pabrik mobil dan motor, pabrik the, took bir/anggur dan spiritus, perdagangan

retail, pelabuhan, kantor pos, penerbitan dan percetakan, pabrik ban, pabrik

rokok, pabrik perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat hiburan/diskotik,

karaoke, sauna, klab malam.

7. Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang 3

antara lain: pabrik yang membuat barang dari karet, pabrik yang membuat

barang dari plastik, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan

metal, pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, took dengan

pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas, pabrik

semir sepatu , pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak ikan, pabrik dan

perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan partikel, tempat

penggergajian kayu.

8. Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat 1

antara lain: bangunan bawah tanah/ basement, subway, hangar pesawat

terbang, pabrik korek api gas, pabrik pengelasan, pabrik foam plastik, pabrik

foam karet, pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu,

tempat yang menggunakan fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik

pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan baku dengan titik nyala

37,9⁰ C (100⁰ F), pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan

bahan pelapis dengan foam plastik.

9. Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat 2

antara lain: pabrik selulosa nitrat, pabrik yang menggunakan dan/atau

menyimpang bahan berbahaya.

Page 27: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

13

2.2.2. Peta

a. Pengertian peta

Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia yang

berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada pada

suatu bidang datar dengan skala tertentu (PP no 10, 2000).

b. Jenis peta

Berdasarkan PP no 10 tahun 2000, peta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu peta

dasar dan peta wilayah, dan peta tematik wilayah:

1. Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau buatan

manusia, yang berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang

datar dengan skala, penomoran, proyeksi dan georeferensi. Peta dasar

digunakan sebagai dasar bagi pembuatan peta wilayah.

2. Peta wilayah adalah peta yang berdasarkan pada aspek administratif yang

diturunkan dari peta dasar. Peta wilayah digunakan sebagai dasar bagi

pembuatan peta tematik wilayah dan peta rencana tata-ruang wilayah.

3. Peta tematik wilayah adalah: peta wilayah yang menyajikan data dan

informasi tematik. Peta tematik wilayah digambarkan berdasarkan pada

kriteria, klasifikasi dan spesifikasi unsur-unsur tematik yang ditetapkan oleh

instansi yang mengadakan peta tematik wilayah.

c. Tingkat ketelitian peta rencana tata ruang wilayah

Tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah ditentukan berdasarkan pada

skala minimal yang diperlukan untuk merekonstruksi informasi pada peta di muka

bumi. Peta rencana tata ruang wilayah meliputi tingkat ketelitian peta untuk:

Page 28: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

14

1. Peta rencana tata ruang wilayah nasional yaitu menggunakan peta wilayah

Negara Indonesia dan peta tematik wilayah dengan tingkat ketelitian minimal

berskala 1:1.000.000 meliputi unsur-unsur berupa: garis pantai, hidrografi,

permukiman, jaringan transportasi, batas administrasi, dan nama-nama unsur

geografis.

2. Peta rencana tata ruang wilayah daerah provinsi, yaitu menggunakan peta

wilayah daerah propinsi dan peta tematik wilayah dengan tingkat ketelitian

minimal 1:250.000 meliputi unsur-unsur berupa: garis pantai, hidrografi,

permukiman, jaringan transportasi, batas administrasi, garis kontur titik tinggi

dan nama-nama unsur geografis.

3. Peta rencana tata ruang wilayah daerah kabupaten yaitu, menggunakan peta

wilayah daerah kabupaten dan peta tematik wilayah dengan tingkat ketelitian

minimal 1:100.000 meliputi unsur-unsur berupa: garis pantai, hidrografi,

permukiman, jaringan transportasi, batas administrasi, garis kontur titik tinggi

dan nama-nama unsur geografis.

4. Peta rencana tata ruang wilayah daerah kota, yaitu menggunakan peta wilayah

daerah kota dan peta tematik wilayah dengan tingkat ketelitian minimal

1:50.000 meliputi unsur-unsur berupa: garis pantai, hidrografi, permukiman,

jaringan transportasi, batas administrasi, garis kontur titik tinggi dan nama-

nama unsur geografis.

2.2.3. Sistem Informasi Geografi.

a. Pengertian sistem informasi geografi (SIG)

Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga

unsur pokok: sistem, informasi, dan geografis. Dengan demikian, pengertian

terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami

SIG. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah

satu sistem yang menekankan pada unsur “informasi geografis”.

Page 29: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

15

Istilah “geografi” merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua istilah ini

sering digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul istilah yang ketiga,

geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di dalam konteks

SIG. Penggunaan kata “geografis” mengandung pengertian suatu persoalan

mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi.

Istilah “informasi geografi” mengandung pengertian informasi mengenai tempat-

tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan, mengenai posisi dimana

suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-

keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan

atau diketahui.

Dengan memperhatikan pengertian sistem informasi, maka SIG merupakan suatu

kesatuan formal yang terdiri dari sumber daya fisik dan logika yang berkenaan

dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi. Jadi, SIG juga merupakan

sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan,

manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-

atributnya.

b. Subsistem SIG

1. Data Input (Masukan data).

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan

atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam

mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya kedalam

format yang dapat digunakan oleh SIG.

2. Data Management (Pengelolaan data)

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke dalam

sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-Update, dan di-

Page 30: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

16

edit. Jadi subsistem ini dapat menimbun dan menarik kembali dari arsip data

dasar, juga dapat melakukan perbaikan data dengan cara menambah, mengurangi

atau memperbaharui.

3. Data Manipulation and Analysis (Manipulasi dan analisis data)

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.

Subsistem ini juga dapat melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk

menghasilkan informasi yang diharapkan.

4. Data Output

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian

basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti tabel,

grafik, peta, dan lain-lain.

c. Format data SIG

Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format yaitu:

1. Data vector, bumi direpresentasikan sebagai suatu mosaik dari garis (arc/line),

poligon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik

yang sama), titik/ point (node yang mempunya label), dan nodes (merupakan

titik perpotongan antara dua garis).

2. Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan

dari sistem pengindraan jauh. Pada data raster, objek geografis

direpresentasikan sebagai strktur sel grid yang disebut pixel (picture element).

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixelnya.

Dengan kata lain, pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan

bumi yang diwakili oleh setiap pixel.

Page 31: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

17

d. Data spasial

Data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data

lain, yaitu:

1. Informasi lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umum adalah informasi

lintang dan bujur. Informasi lokasi ditentukan berdasarkan sistem koordinat ,

yang diantaranya mencakup datum dan data proyeksi peta.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau data non spasial. Suatu lokalitas bisa

mempunyai beberapa atribut atau properti yang berkaitan dengannya;

contohnya: jenis vegetasi, populasi, pendapatan pertahun dan sebagainya.

e. Sumber Data dan Pemasukan Data SIG

Sebagaimana telah diketahui, SIG membutuhkan masukan data yang bersifat

spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data tersebut adalah:

1. Peta analog yaitu: peta dalam bentuk cetakan.

2. Data dari sistem penginderajaan jauh.

3. Data hasil pengukuran di lapangan.

Pada sistem pemasukan data, ada beberapa teknik yang dapat digunakan; seperti:

1. Digitasi : cara kerjanya adalah mengkonversi fitur-fitur data spasial yang ada

pada peta menjadi kumpulan koordinat (x,y)

2. Penggunaan Global Positioning sistem (GPS)

3. Konversi dari sistem lain

Page 32: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

18

Gambar 2.1. Diagram proses pemetaan dalam SIG (ref. Hasanuddin Z.A,2007)

2.2.4. Penelitian Deskriptif

a. Pengertian penelitian deskriptif

Menurut Sanapiah Faisal (2003), penelitian deskripsi adalah penelitian sosial

untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan

masalah dan unit yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel.

Menurut Jalaluddin Rakhmad (2001), penelitian deskripsi adalah penelitian yang

hanya memaparkan situasi atau peritiwa. Penelitian ini mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

b. Uraian umum penelitian deskriptif

Penelitian ini bisa disebut penelitian taksonomik yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

Komputer

Peta dasar

Scanner/ digital maps

Survei lapangan Digitalisasi data eksisting

proses pemetaan

Penyimpanan data

Aplikasi SIG plotter Peta jadi

Page 33: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

19

kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang akan diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai

mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada. Karenanya pada suatu

penelitian deskriptif, tidak melakukan pengujian hipotesis seperti pada penelitian

eksplanasi. Pada penelitian ini akan digunakan analisis statistik deskriptif untuk

pengolahan / analisa data.

c. Analisis statistik deskriptif

Menurut Sugiyono (2008), statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi

untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis

dan membuat kesimpulan.

Nugraha Setiawan (2005), menyatakan bahwa analisis statistik deskriptif lebih

berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil

peringkasan tersebut. Data-data statistik yang diperoleh dari hasil sensus, survei,

atau pengamatan lainnya umumnya masih acak, mentah, dan tidak terorganisir

dengan baik. Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik

dalam bentuk tabel atau grafik sebagai dasar untuk berbagai pengambilan

keputusan.

2.2.5. Teknik Penarikan Sampel/Teknik Sampling.

a. Pengertian teknik penarikan sampel/teknik sampling

Menurut Sumanto (1995), penarikan sampel adalah proses pemilihan sejumlah

individu (objek penelitian) untuk suatu penelitian sedemikian rupa sehingga

individu-individu tersebut merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar di

mana objek itu dipilih.

Page 34: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

20

Menurut Nugraha Setiawan (2005), penarikan sampel adalah proses pengambilan

atau pemilihan n buah elemen/objek/unsur dari N buah populasi.

Tujuan utama dari setiap rancangan sampling adalah memberikan pedoman untuk

memilih sampel yang mewakili populasi dengan biaya minimum. Jika

populasinya memiliki sisi-sisi yang seragam, hampir setiap sampel akan

memberikan hasil yang dapat diterima.

b. Klasifikasi teknik sampling

Menurut Nugraha Setiawan (2005), teknik sampling dapat dibedakan menjadi

beberapa tipe:

Berdasarkan proses memilihnya, teknik sampling dibedakan menjadi:

1. Sampling dengan pengembalian: satuan sampling yang telah dipilih

dikembalikan lagi ke dalam populasi (sebelum dilakukan pemilihan kembali)

sehingga satuan sampling dapat terpilih lebih dari satu kali.

2. Sampling tanpa pengembalian: satuan sampling yang telah dipilih tidak

dikembalikan lagi ke dalam populasi sehingga satuan sampling hanya bisa

terpilih satu kali.

Sedangkan berdasarkan peluang pemilihannya, teknik sampling dibedakan

menjadi:

1. Teknik sampling probabilitas: dikenal pula dengan nama random sampling.

Pada saat memilih unit sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan

sampling untuk terpilih ke dalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama

dengan nol.

2. Sampling non probabilitas: pada saat melakukan pemilihan satuan sampling

tidak dilibatkan unsur peluang.

Page 35: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

21

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Uraian Umum

Metode penelitian adalah cara atau teknik pengerjaan suatu penelitian yang

dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, hingga menganalisa suatu objek

penelitian untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian dan

dapat dipertanggung-jawabkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penentuan lokasi dengan GPS dan metode analisis statistik deskriptif.

Konsep penelitian ini adalah membuat database informasi tentang kebakaran yang

terjadi di kota Surakarta selama tahun 2008-2009 dengan alat berupa GPS dan

program ArcGIS 9.2. Selain itu, analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk

menganalisa pendapat warga. Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa peta

klasifikasi dan matriks kepuasan pendapat warga akan kinerja pemadam sub dinas

pemadam kebakaran.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan kota Surakarta yang berbatasan dengan

kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali.

3.3. Waktu Penelitian

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2009- 31

Desember 2009.

Page 36: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

22

3.4. Teknik Pengumpulan Data.

Peneliti akan menggunakan data sekunder dari DPU Kota Surakarta, Sub Dinas

Pemadam Kebakaran sebagai acuan awal dan kemudian dilakukan observasi

lapangan dengan menggunakan metode GPS dan metode wawancara. Hasil dari

observasi lapangan akan diolah untuk kemudian dipetakan dan dianalisis sesuai

kebutuhan penelitian. Hasil akhir dari penelitian ini berupa peta tema dan tabel

kebakaran.

Data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Data koordinat lokasi kejadian kebakaran.

2. Data keterangan deskripsi kebakaran. Bentuk data yang digunakan dapat

dilihat pada lampiran A (panduan wawancara).

b. Data sekunder

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Data populasi penduduk Surakarta. Data ini didapat dari badan pusat statistik

kota Surakarta dan digunakan untuk penentuan ukuran sampel dan penarikan

sampel responden.

2. Data kebakaran yang terjadi di kota Surakarta tahun 2008-2009. Data ini

didapat dari DPU Kota Surakarta, Sub Dinas Kebakaran dan digunakan

sebagai dasar pengumpulan data primer.

3. Data pendukung lainnya berupa data literatur, peta-peta dan data lain yang

membantu tercapainya penelitian ini.

Page 37: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

23

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Metode Penentuan lokasi dengan GPS

Penelitian ini memerlukan data berupa titik lokasi, maka diperlukan survei

penentuan koordinat dari lokasi kebakaran. Salah satu metode yang sekarang

lazim digunakan adalah dengan penentuan lokasi dengan GPS. Global Positioning

System (GPS) adalah suatu sistem radio navigasi penentuan posisi dengan

menggunakan satelit. GPS dapat memberikan posisi suatu objek di muka bumi

dengan akurat dan cepat (tiga dimensi koordinat x, y, z) dan memberikan

informasi waktu serta kecepatan bergerak secara kontinyu di seluruh dunia. Satelit

GPS mempunyai konstelasi 24 satelit dalam enam orbit yang mendekati

lingkaran. Setiap orbit ditempati oleh 4 buah satelit dengan interval antara yang

tidak sama. Orbit satelit GPS berinklinasi 550 terhadap bidang equator dengan

ketinggian rata-rata dari permukaan bumi sekitar 20.200 km.

3.5.2. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mencari data primer tentang kondisi

kebakaran menurut kesaksian masyarakat disekitar lokasi kejadian kebakaran

secara lisan. Metode ini dipilih karena keluwesan metode ini dalam pengumpulan

informasi.

wawancara akan berpedoman pada susunan pertanyaan-pertanyaan yang disebut

dengan panduan wawancara. Secara garis besar daftar pertanyaan dibagi menjadi

tiga bagian yaitu: data pribadi responden, data kondisi kebakaran, dan pendapat

masyarakat tentang penanganan kebakaran.

Page 38: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

24

a. Data pribadi responden

Data ini berisi tentang data pribadi mengenai keberadaan responden secara umum.

Responden diutamakan adalah korban dan saksi yang terlibat langsung dengan

kejadian kebakaran. data pribadi yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa:

nama responden, alamat responden umur dan jenis kelamin.

b. Data kondisi kebakaran

Data ini meliputi data tentang kondisi kebakaran untuk mengetahui kondisi

kebakaran yang terjadi berdasarkan keterangan para saksi mata. Data yang

dikumpulkan berupa: lokasi kebakaran, fungsi sarana/prasarana terbakar, waktu

kebakaran, pemicu kebakaran, material yang terbakar, dan jumlah korban

kebakaran

c. Data penanganan kebakaran

Data ini adalah pendapat umum masyarakat dan personil pemadam kebakaran

tentang kualitas penanganan kebakaran di kota Surakarta. data yang dikumpulkan

adalah berupa pendapat warga tentang: daya tanggap pemadam kebakaran di kota

surakarta terhadap laporan kebakaran, efisiensi dan efektifitas pelayanan

pemadaman kebakaran, dan prosedur permintaan bantuan pelayanan pemadaman

kebakaran

3.5.3. Metode Kepustakaan

Metode ini adalah dengan mempelajari kepustakaan baik literatur, buku, jurnal,

maupun dokumentasi – dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 39: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

25

3.6. Populasi Dan Sampel

3.6.1. Populasi

Sugiyono (1994), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah bangunan yang ada di kota

Surakarta beserta penghuninya. Penentuan jumlah bangunan digunakan asumsi

bahwa tiap bangunan dihuni oleh 5 jiwa.

3.6.2. Sampel

J.Supranto (1993), menyatakan bahwa sampel adalah kumpulan elemen yang

merupakan bagian kecil dari populasi. Sedangkan Sugiyono (1994) menyatakan

bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel pada penelitian ini adalah bangunan di kota Surakarta yang

pernah mengalami kebakaran beserta saksi/korban kebakaran.

3.7. Penentuan Ukuran Sampel

Penentuan ukuran sampel akan menggunakan metode Purposive sampling karena

sampel diharapkan memiliki pengetahuan akan data yang dibutuhkan, relevant

dan reliable. Penentuan ukuran sampel ini akan menggunakan rumus Slovin –

seperti yang digunakan dalam Sugiyono (1994), yaitu:

(rumus i)

dengan:

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

e : persen kelonggaran karena kesalahan pengambilan sampel.

Page 40: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

26

3.8. Teknik Pemetaan Dan Analisis Data

Untuk pemetaan data kebakaran dan analisa data, peneliti menggunakan bantuan

program ArcGIS 9.2 dan program Microsoft Office. Pemetaan yang dilakukan

adalah melakukan klasifikasi kebakaran berdasarkan penyebab terjadinya

kebakaran, fungsi sarana/prasarana yang terbakar, dan tingkat potensi bahaya

kebakaran. Klasifikasi ini dilakukan dengan bantuan tool yang tersedia dalam

ArcGIS 9.2. Hasil klasifikasi kemudian akan dihtung frekuensi kejadian

kebakaran yang terjadi untuk tiap kategorinya. Selain klasifikasi kebakaran,

penelitian ini juga melakukan pemetaan daerah rawan kebakaran yaitu dengan

tinjauan kerapatan titik lokasi kebakaran di kota Surakarta dan juga menganalisa

keterkaitannya dengan potensi wilayah kota Surakarta secara deskriptif.

Analisis data lain yang dilakukan adalah analisis deskriptif terhadap pendapat

warga kota Surakarta sebagai pengguna layanan mengenai kinerja layanan

pemadam kota Surakarta. Analisis ini dilakukan dengan mengelompokkan hasil

wawancara berdasarkan tingkat kepuasannya dan mengambil sampel serta

menjabarkan sampel tersebut dalam suatu deskriptif agar mudah dipahami.

Berdasarkan penjabaran pada penelitian ini maka akan diambil kesimpulan

kepuasan warga kota Surakarta terhadap kinerja layanan selama tahun 2008-2009.

3.9. Sekilas Tentang ArcGIS 9.2.

ArcGIS 9.2 buatan ESRI merupakan lingkungan terpadu aplikasi SIG tingkat

lanjut terkini yang disiapkan untuk bekerja pada PC Desktop hingga ke aneka

komputer dalam jaringan intranet dan internet.

ArcGIS Desktop merupakan versi ArcGIS pada PC Desktop yang umum

digunakan oleh para professional SIG untuk menyusun , membuat, mengelola,

berbagi pakai dan mempublikasikan informasi dan pengetahuan keruangan.

Page 41: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

27

Komponen pembentuk ArcGIS Desktop meliputi : ArcMap, ArcCatalog,

ArcToolbox, ArcGlobe dan ModelBuilder.

3.10. Tahapan Penelitian

Gambar 3.1. Bagan Tahapan Penelitian

Mulai

Kerangka pemikiran

Penentuan Sampel

Pengumpulan data sekunder

Disain panduan wawancara Persiapan survei lokasi

Pengumpulan data primer

attribute kebakaran

Pengumpulan data primer

lokasi kebakaran

Pembahasan

kesimpulan

Analisis

Deskripsi

Pemetaan lokasi

kebakaran

Selesai

Page 42: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

28

BAB 4

PEMETAAN DAN ANALISIS DATA

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian

a. Letak Astronomis

Berdasarkan peta rupa bumi lembar Surakarta ( 1408-343), daerah penelitian

secara astronomis terletak di antara 9168424 mU – 9160415 mU dan 485583 mT-

474430 mT atau 110° 45’ 15”dan 110° 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7°36’ dan

7° 56’ Lintang Selatan.

b. Letak dan batas administrasi

Secara administratif, daerah penelitian yaitu kabupaten Surakarta termasuk dalam

propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Daerah penelitian adalah sebagai

berikut:

Batas- batas administrasi :

Sebelah Utara : Boyolali

Sebelah Timur : Karanganyar

Sebelah Selatan : Sukoharjo

Sebelah Barat : Boyolali

Kota Surakarta terbagi menjadi lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan.,

Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon., Kecamatan Jebres., Kecamatan

BanjarSari. Untuk lebih jelasnya Peta Administrasi dapat dilihat pada lampiran B.

Page 43: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

29

c. Luas daerah penelitian

Luas daerah kota Surakarta pada tahun 2008 tercatat seluas 44,0406 KM2 atau

4404,06 Ha. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1: Luas wilayah kota Surakarta menurut jenis penggunaan lahan per

kecamatan tahun 2008 (Ha).

Kecamatan Perumahan/

pemukiman

Jasa perusahaan Industri Tanah

kosong

Tegalan

1. Laweyan

2. Serengan

3. Pasar kliwon

4. Jebres

5. Banjarsari

563,83

210,43

308,94

673,37

980,91

88,61

17,17

37,69

176,75

106,91

42,20

30,16

39,73

87,00

88,39

39,40

6,11

9,77

25,38

20,76

7,28

2,52

16,38

16,19

11,01

0,00

0,00

0,00

81,46

0,50

Total luas 2737,48 427,13 287,48 101,42 53,38 81,96

Sumber: Surakarta dalam angka 2008

Tabel 4.2 Luas wilayah kota Surakarta menurut jenis penggunaan lahan per

kecamatan tahun 2008 (Ha) (lanjutan).

Kecamatan sawah kuburan Lapangan

olahraga

Taman

kota

Lain-

lain

Luas

wilayah

1. Laweyan

2. Serengan

3. Pasar kliwon

4. Jebres

5. Banjarsari

40,90

0,00

3,36

21,33

80,58

6,05

1,38

1,67

38,98

24,78

12,24

2,61

9,55

10,51

30,23

0,15

0,00

0,00

22,60

8,85

63,20

49,02

54,43

104,61

128,18

863,86

319,40

481,52

1258,18

1481,10

Total luas 146,17 72,86 65,14 31,60 399,44 4404,06

Sumber: Surakarta dalam angka 2008

Page 44: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

30

4.1.2. Kependudukan Kota Surakarta

Berdasarkan Badan Pusat Statistik kota Surakarta, penduduk daerah kota

Surakarta pada tahun 2008 adalah 565.799 jiwa. Untuk lebih rinci dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Luas wilayah, jumlah penduduk, dan tingkat kepadatan penduduk

kota surakarta tahun 2008

Kecamatan Luas wilayah

(Ha)

Jumlah penduduk

(jiwa)

Tingkat kepadatan

penduduk (jiwa/Ha)

1. Laweyan 863,86 109876 127

2. Serengan 319,40 63558 199

3.Pasar Kliwon 481,52 87980 182

4. Jebres 1258,18 142292 113

5. BanjarSari 1480,10 162093 109

Total 4404,06 565799 128

Sumber: Surakarta dalam angka 2008

4.2. Potensi Wilayah Kota Surakarta

Salah satu misi kota Surakarta adalah mengembangkan kota Surakarta menjadi

kota budaya yang bertumpu pada perdagangan dan jasa, pendidikan, budaya, dan

pariwisata. Berdasarkan kegiatan penyusunan rencana induk kebakaran yang

dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah pada tahun

2007, dihasilkan peta tema potensi wilayah pada kota Surakarta yaitu sebagai

berikut:

1. Terjadi peningkatan potensi perdagangan di kelurahan Nusukan

2. Perkembangan industri penggergajian kayu dan mebel di kelurahan kadipiro

3. Peningkatan potensi kegiatan perdagangan, jasa dan industri di kelurahan

Sumber, Jajar dan Kerten

Page 45: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

31

4. Peningkatan intensitas perdagangan dan jasa di kelurahan pajang

5. Berkembang pedagang kaki lima di kelurahan Manahan.

6. Berkembang Bank, mall, pertokoan, dan hotel berbintang di sepanjang jalan

Slamet Riyadi.

7. Peningkatan intensitas perdagangan di kelurahan Serengan, Kratonan,

Sudiroprajan, Kauman, dan setabelan

8. Berkembang kegiatan industri di kelurahan Gandekan.

9. Berkembang perumahan baru, pendidikan tinggi, dan perindustrian di

kelurahan Kadipiro.

Pada umumnya peningkatan potensi kegiatan ekonomi berpusat pada jalan-jalan

utama seperti jalan Kolonel Sugiyono, jalan Ki Mangun Sarkoro, jalan Adi

Sucipto, Jalan Dr Radjiman, jalan Slamet Riyadi, dan jalan Veteran. Sedangkan

peningkatan potensi perumahan baru, pasar dan pendidikan tinggi terjadi pada

wilayah yang memiliki banyak lahan kosong seperti pada kelurahan kadipiro.

Peningkatan potensi kegiatan ini menuntut perkembangan infrastruktur baik

berupa bangunan maupun berupa jaringan seperti aliran listrik, telepon, jalan dan

lain-lain sehingga akan meningkatkan resiko kebakaran. Hal ini disebabkan oleh

peningkatan unsur- unsur penyebab kebakaran.

Peningkatan potensi yang tidak sesuai perencanaan RUTRK akan memerlukan

perhatian lebih seperti halnya pada peningkatan pedagang kaki lima di daerah

stadion Manahan. Stadion Manahan direncanakan sebagai pusat olahraga tetapi

sesuai hasil survei yang dilakukan DPU Jawa Tengah, daerah ini berkembang

pedagang kaki lima sehingga perlu dilakukan kontrol untuk meminimalisasi

resiko permasalahan yang mungkin timbul di masa yang akan datang.

Untuk lebih jelasnya, potensi kota Surakarta dapat dilihat pada lampiran B.

Page 46: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

32

4.3. Perhitungan Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang digunakan yaitu:

(rumus i.a)

Nilai 113160 merupakan jumlah bangunan dari penduduk kota Surakarta yaitu

565799 jiwa dengan asumsi tiap bangunan dihuni oleh 5 jiwa. Ukuran sampel

didapatkan sebesar 100 bangunan dan didistribusikan kelima kecamatan.dengan

proporsi sesuai dengan persentase jumlah kebakaran pada suatu kecamatan

terhadap total kejadian kebakaran di kota Surakarta.

Tabel 4.4. Perhitungan jumlah sampel per kecamatan

Kecamatan Jumlah

% proporsi Jumlah

Kebakaran Sampel

Laweyan 12 16,91 17

Serengan 7 9,86 10

Pasar Kliwon 6 8,45 8

Jebres 20 28,16 28

BanjarSari 26 36,62 37

Jumlah 71 100.00 100

Sumber: pengolahan data sendiri

4.4. Survei Pengumpulan Data

4.4.1. Survei Data Spasial

Pengumpulan data spasial bertujuan untuk menentukan titik lokasi kejadian

kebakaran. alat yang digunakan adalah GPS dengan ketelitian 7 meter sedangkan

acuan dalam menentukan titik–titik lokasi kebakaran adalah data–data dari kantor

pemadam kebakaran. data spasial dapat dilihat pada lampiran A.

Page 47: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

33

4.4.2. Survei Data Non Spasial

Data non spasial berupa kesaksian warga tentang kebakaran yang terjadi.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan mendatangi alamat kebakaran yang

tercatat pada data Subdin Pemadam Kebakaran lalu mencari korban dan saksi

kebakaran dan menanyakan secara lisan perihal kebakaran yang terjadi pada

alamat tersebut. Rekapitulasi hasil wawancara akan digunakan sebagai data atribut

pada penelitian ini. rekapitulasi hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran A.

4.4.3. Kendala – Kendala Yang Dihadapi

Pada pengumpulan data, peneliti mendapatkan beberapa kendala baik berupa

kendala internal maupun kendala eksternal.

Kendala internal yang dihadapi berupa : kesulitan mendapatkan surveyor dan

kelengkapan alat- alat penunjang survei. Jadual pengumpulan data yang

direncanakan ternyata bertepatan dengan jadual tugas – tugas kampus sehingga

para surveyor mengalami kesulitan dalam mengatur waktu survei. Selain itu,

peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan perekam dalam jumlah banyak.

Kendala ini dapat diatasi dengan modifikasi teknik wawancara dan pengaturan

ulang waktu survei.

Kendala eksternal yang dihadapi antara lain berupa: kesulitan mencari alamat dan

keterangan seputar kebakaran dari korban dan saksi. ada beberapa alamat yang

tidak dipetakan karena alamat tersebut tidak ditemukan ataupun tidak ada

keterangan kebakaran yang didapatkan. Daftar alamat yang tidak dapat dipetakan

dapat dilihat pada lampiran A.

Page 48: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

34

Sedangkan Kesulitan mendapatkan keterangan dari korban dan saksi kebakaran

bervariasi. Korban biasanya trauma dan tidak ingin mengingat kebakaran yang

sudah terjadi. Sedangkan saksi–saksi kebakaran tidak mau memberikan

keterangan karena takut terkena masalah. Kendala ini dapat diatasi dengan teknik

wawancara tersembunyi, yaitu mewawancarai responden dengan obrolan tidak

langsung agar responden merasa nyaman dan memberikan informasi tanpa

disadari.

4.5. Analisa Data

4.5.1. Input Data

Masukan data lokasi kebakaran berupa data spasial (lokasi titik kebakaran) dan

data atribut (keterangan kebakaran). masukan ini dibentuk menjadi peta dijital

format shapefile dengan langkah-langkah berikut :

1. Buat shapefile dengan ArcCatalog yaitu mengklik kanan pada folder

penyimpanan data lalu klik shapefile.

Gambar 4.1. Proses Pembuatan Shapefile

Page 49: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

35

2. Isi dialog box yang muncul, ganti nama shapefile menjadi lokasi_kebakaran,

tentukan jenis shapefile yaitu point (titik), dan atur proyeksi petanya

menggunakan WGS 1984 UTM Zone 49S. Setelah selesai maka pada folder

penyimpanan data akan muncul sebuah shapefile yang siap digunakan.

Gambar 4.2. Jendela Pengisian Referensi Geografis Peta

3. Tahap selanjutnya adalah membuka ArcMap dan tambahkan shapefile

lokasi_kebakaran dengan tool add data

Gambar 4.3. Penambahan Shapefile ke ArcMap

Page 50: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

36

4. Tambahkan data lokasi titik dengan tool Add XY Data.

Gambar 4.4. Penambahan Data Spasial

5. Menambahkan keterangan atau data atribut pada data dilakukan dengan tool

add field, untuk menambahkan kolom atribut dan isi kolom atribut dengan

keterangan hasil wawancara yang sudah disederhanakan. Dengan cara yang

sama buat shapefile titik_bantu.shp untuk membantu analisis kernel.

Gambar 4.5. Masukan Data Lokasi_Kebakaran Di Kota Surakarta

Page 51: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

37

4.5.2. Editing Peta

Editing peta dilakukan untuk mempersiapkan peta dasar yang ada agar bisa

digunakan dalam proses analisis. Gambar berikut memperlihatkan Editor Toolbar

dar software ArcGIS 9.2 beserta keterangan mengenai fungsi masing-masing

toolbar tersebut.

Gambar 4. 6. Editor Toolbar Dari ArcGIS 9.2

4.5.3. Klasifikasi Sebaran Kebakaran di Kota Surakarta

Sebaran kebakaran di kota Surakarta diklasifikasikan berdasarkan Perda DKI

Jakarta no 8 tahun 2008. Berdasarkan klasifikasi ini akan didapatkan frekuensi

kebakaran di kota Surakarta. Klasifikasi kebakaran dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Buka ArcMap↵a new empty map.

Page 52: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

38

Gambar 4.7. Membuka ArcMap

2. Masukkan shapefile lokasi_kebakaran dan data administrasi kota Surakarta

sebagai acuan

3. Gunakan tool select dengan shapefile lokasi_kebakaran sebagai input feature

class. Tool klik Arctoolbox – analyst tool – extract – select. Tool ini akan

memisahkan shapefile menjadi beberapa bagian sesuai dengan kategori

klasifikasi kebakaran.

4. Gunakan SQL untuk melakukan pemilihan sesuai atribut yang diinginkan. Isi

query builder dengan ekspresi matematika untuk menentukan pemilihan

attribut berdasarkan klasifikasi yang sudah direncanakan.

5. Setelah diklasifikasikan, lakukan perhitungan menggunakan tool frequency

dengan cara klik Arctoolbox – Analyst tools – Statistics – frequency untuk

menghitung frekuensi kebakaran tiap kategori kebakaran yang terjadi.

Gunakan lokasi_kebakaran.shp sebagai masukan data.

6. Atur tampilan klasifikasi , klik kanan pada data klasifikasi ↵ properties ↵

symbology ↵ categories ↵ unique values. Kemudian pilih simbol yang

diinginkan ↵ OK.

Page 53: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

39

Gambar 4. 8. Pengaturan Properties Klasifikasi Kebakaran

7. Setelah selesai, simpan pekerjaan pada folder yang diinginkan. Peneliti

menyimpan file pekerjaan ini dengan nama “peta sebaran kota

Surakarta.mxd”.

4.5.4. Pembuatan Peta Rawan Kebakaran

Peta rawan kebakaran dibuat berdasarkan jumlah kebakaran pada suatu wilayah.

Pemetaan ini menggunakan metode Kernel. Langkah-langkah pembuatan peta

rawan kebakaran adalah sebagai berikut:

1. Buka file “peta sebaran kota Surakarta.mxd”.

2. Masukan data titik_bantu.shp. Analisis ini akan menggunakan tool kernel

density. Titik bantu diperlukan agar raster yang dihasilkan dapat menyelimuti

seluruh kota Surakarta.

3. Gabungkan lokasi_kebakaran.shp dan titik_bantu.shp dengan tool merge

yaitu: klik Arctoolbox – Data Management Tools – general – merge, sehingga

Page 54: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

40

dihasilkan shapefile lokasi_kebakaran_merge. Penggabungan ini dimaksudkan

untuk mendapatkan shapefile lokasi_kebakaran dengan titik bantu sebagai

pembatas luas raster.

Gambar 4 9. Penggabungan Titik_Bantu.Shp Dengan Lokasi_Kebakaran.Shp

4. Lakukan analisis kernel density dengan masukan data berupa

lokasi_kebakaran_merge.shp. Klik Arctoolbox – spatial analyst tools – density

– kernel density. Analisis ini menggunakan radius pencarian sebesar 1000

meter.

Gambar 4.10. Hasil Analisis Kernel

5. Membuat media ekstraksi (mask) berupa raster dari poligon kota Surakarta

dengan tool polygon to raster yang berada pada Arctoolbox – conversion tools

– to raster – polygon to raster.

Page 55: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

41

6. Ekstrak raster lokasi_kebakaran_merge menggunakan media ekstraksi yang

sudah dibuat. Gunakan tool extract by mask pada Arctoolbox – spatial analyst

tools – extraction – extract by mask.

Gambar 4.11. Hasil Ekstraksi Raster Kernel

7. Atur tampilan raster kernel , klik kanan pada raster kernel ↵ properties ↵

symbology ↵ categories ↵ unique values. Kemudian atur tampilan yang

diinginkan ↵ apply. Untuk mengatur tingkat visualnya, klik display ↵ atur

tingkat transparansinya ↵ OK.

8. Simpan file pekerjaan pada folder yang diinginkan

4.5.5. ModelBuilder

Modelbuilder merupakan suatu lingkungan (window) untuk membuat model

pemrosesan data spasial menggunakan ArcGis. Pemodelan menggunakan

modelbuilder pada dasarnya selalu input, proses, kemudian output.

Input maupun output bisa berupa tabel, peta, ataupun citra. Pemodelan

menggunakan modelbuilder merupakan pemodelan grafis tingkat tinggi dimana

Page 56: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

42

pemakai tidak perlu mengetahui rinci proses program, hanya perlu model abstrak

tingkat tinggi.

Model proses data-data spasial yang dibangun menggunakan modelbuilder

memberikan keuntungan dokumentasi proses dan otomasi proses. Bila salah satu

komponen input berubah, maka proses dengan mudah diulang untuk melihat hasil

dan pengaruhnya.

Gambar 4.12. Jendela Model Builder Yang Masih Kosong

Klasifikasi data dan analisis rawan kebakaran di Kota Surakarta menggunakan

model builder, karena memudahkan analisis dengan input berupa shapefile

lokasi_kebakaran beserta atributnya.

Langkah-langkah pembuatan model builder untuk analisis kebakaran di Kota

Surakarta adalah sebagai berikut:

1. Membuat toolbox baru dengan cara: buka Arctoolbox – klik kanan – klik new

toolbox – ketik nama toolbox (fire analyst tool)

Page 57: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

43

Gambar 4.13. Proses Pembuatan Model

2. Klik kanan pada fire analyst tool – new – model dan akan muncul jendela

seperti gambar .

3. Jendela model builder ditutup terlebih dahulu, untuk memberi nama baru pada

model yang ada, kemudian klik kanan pada model yang terdapat pada

Arctoolbox, klik resume, tulis nama model yang diinginkan.

4. Model builder dibuka dengan cara klik kanan pada model builder dengan

nama baru, klik edit, hingga muncul kembali jendela model builder.

5. Masukkan shapefile lokasi_kebakaran, titik_bantu.shp, dan kota_SKA.shp

sebagai input dalm proses analisis ke dalam jendela model builder.

6. Masukkan satu persatu toolbox yang digunakan dalam proses analisis ke

dalam jendela model builder.

7. Simpan model builder setiap kali selesai mengedit.

Berikut keseluruhan analisis menggunakan model builder dengan ArcGIS 9.2.

Page 58: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

44

Gambar 4.14. Model Pemetaan Kebakaran Di Kota Surakarta

Tool-tool yang digunakan untuk pemetaan kebakaran di kota Surakarta antara lain

sebagai berikut:.

a. Select

Tool Select data merupakan tool untuk melakukan pemilihan data sesuai dengan

kriteria yang diinginkan baik berdasarkan atribut maupun berdasarkan lokasi.

Analisis rawan kebakaran Klasifikasi kebakaran

Page 59: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

45

Gambar 4.15. Ilustrasi Analisis Select

Langkah-langkah select data adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan Arctoolbox – Analyst tools – extract – select dan drag ke model

builder.

2. Masukkan lokasi_kebakaran.shp yang akan diselect dengan di drag dari

ArcMap ke model builder.

3. Hubungkan masukan data dengan tool dengan toolbar connection.

Gambar 4.16. Model Untuk Tool select

Page 60: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

46

4. Tentukan tujuan file hasil analisis akan disimpan pada jendela output feature

class.

Gambar 4.17. Jendela Tool Select.

Gambar 4.18. Jendela Query Builder

Page 61: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

47

5. Atur logika matematika menggunakan query builder dengan klik kiri tombol

SQL pada kotak dialog select. Isi kotak perintah sesuai ekspresi yang

diinginkan ↵ OK ↵ OK.

6. Lakukan select pada klasifikasi yang akan dilakukan yaitu: berdasarkan kelas

tingkat potensi bahaya kebakaran, kelas sarana/prasarana yang terbakar, tahun

kebakaran, penyebab kebakaran di kota Surakarta, dan berdasarkan kecamatan

tempat terjadinya kebakaran. Simpan masing-masing pemilihan sesuai dengan

kategorinya.

b. Polygon to raster

Tool ini merupakan tool untuk mengkonversi shapefile dalam bentuk poligon

menjadi raster.

Langkah-langkah polygon to raster adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan Arctoolbox – conversion tools – to raster – polygon to raster dan

drag ke jendela model builder.

2. Masukkan poligon kota_SKA.shp dari ArcMap ke jendela model builder.

3. Hubungkan kota_SKA.shp dengan tool polygon to raster menggunakan

toolbar connection.

Gambar 4.19. Model Untuk Tool Polygon To Raster

Page 62: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

48

4. Tentukan tujuan file hasil analisis akan disimpan pada jendela output raster

dataset. Simpan dengan nama kota_SKA_poly1.img

Gambar 4.20. Jendela Tool Polygon To Raster

c. Merge

Tool merge merupakan tool yang dapat menggabungkan dua data sejenis menjadi

satu data.

Langkah-langkah merge adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan Arctoolbox – Data Management tools – general – merge dan drag ke

model builder.

2. Masukkan titik_bantu.shp yang akan dimerge dengan lokasi_kebakaran.shp.

dengan di drag dari ArcMap ke model builder.

3. Hubungkan lokasi_kebakaran.shp dan titik_bantu.shp dengan tool merge

menggunakan toolbar connection.

4. Tentukan tujuan file hasil analisis akan disimpan pada jendela output dataset.

Simpan dengan nama lokasi_kebakaran_merge.shp

Page 63: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

49

Gambar 4.21. Model Untuk Tool Merge

Gambar 4.22. Jendela Tool Merge

5. Lakukan juga merge pada klasifikasi yang dilakukan, yaitu: berdasarkan kelas

tingkat potensi bahaya kebakaran, kelas sarana/prasarana yang terbakar, tahun

kebakaran, penyebab kebakaran di kota Surakarta, dan berdasarkan kecamatan

tempat terjadinya kebakaran.. Simpan masing-masing merge dengan nama

nama berikut: “klas potensi bahaya.shp”, “lokasi klas sarana.shp”, “lokasi klas

tahun.shp”, “lokasi klas penyebab.shp”, dan “lokasi per kecamatan.shp”.

Page 64: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

50

d. Frequency

Frequency merupakan tool untuk menghitung statistik deskriptif dari klasifikasi

atribut.

Langkah-langkah frequency adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan Arctoolbox – Analyst tools – statistics – frequency dan drag ke

jendela model builder.

2. Hubungkan tiap merge dengan tool frequency menggunakan toolbar

connection.

Gambar 4.23. Model Untuk Tool Frequency

Gambar 4.24. Jendela Tool Frequency

Page 65: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

51

3. Pilih tabel yang akan dihitung dengan mengklik pada kotak yang ada, tentukan

lokasi keluaran tabel ↵ OK

e. Kernel density

Tool Kernel Density merupakan tool untuk mencari intensitas / kerapatan suatu

kejadian pada suatu daerah. Tingkat kerawanan kebakaran ditinjau dari jumlah

kebakaran yang terjadi dapat dibuat dengan tool ini.

Langkah-langkah kernel density adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan Arctoolbox – spatial analyst tools – density – kernel density dan drag

ke jendela model builder.

2. Hubungkan lokasi_kebakaran_merge.shp dengan analisis kernel density

menggunakan toolbar connection.

3. Atur radius pencarian sejauh 1000 meter dan simpan output raster dengan

nama kernelD_lokal.img

4. Tentukan tujuan file akan disimpan dan beri nama kernelD_lokal.img

Gambar 4.25. Model Untuk Tool Kernel Density

Page 66: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

52

Gambar 4.26. Jendela Tool Kernel Density

f. Extract by mask

Extract by mask merupakan tool untuk mengekstrak atau mengambil sebagian

raster berdasarkan dengan topeng (mask) yang diinginkan. Mask dapat berupa

raster maupun polygon. Sedangkan pada penelitian ini digunakan raster sebagai

mask.

Gambar 4. 27. Ilustrasi Tool Extract By Mask

Langkah-langkah extract by mask adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan Arctoolbox – spatial analyst toolbox – extraction – extract by mask

dan drag ke jendela model builder

2. Hubungkan kota_SKA_poly1.img dan kernelD.img dengan tool extract by

mask menggunakan toolbar connection.

Page 67: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

53

3. Atur kota_SKA_poly1.img sebagai mask dan kernelD.img sebagai masukan

raster.

4. Tentukan tujuan file akan disimpan dan beri nama output raster.

Gambar 4.28. Model untuk Tool Extract By Mask

Gambar 4.29. Jendela Tool Ekstrak By Mask.

Page 68: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

54

4.5.6. Analisis Kinerja Pelayanan Pemadam Kebakaran Di Kota Surakarta.

Analisis pendapat pengguna layanan dilakukan dengan menyimpulkan pendapat

para warga yang dikumpulkan dengan metode wawancara dan menampilkan

sebagian hasil wawancara sebagai dasar analisis. Hasil wawancara yang

ditampilkan merupakan perwakilan beberapa hasil wawancara yang serupa.

Penelitian ini menganalisa kinerja pelayanan pemadam kebakaran pada tiga

kategori yaitu:

1. Daya tanggap kantor pemadam kebakaran yaitu mengetahui cepat atau

lambatnya pemadam kebakaran untuk datang ke lokasi kebakaran.

2. Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pelayanan yaitu mengetahui baik

tidaknya kinerja anggota pemadam kebakaran dalam memadamkan

kebakaran.

3. prosedur permintaan bantuan yaitu mengetahui apakah prosedur yang

berlaku menyulitkan warga dalam meminta bantuan pemadaman

kebakaran.

Hasil dari analisis ini berupa matriks pendapat pengguna layanan terhadap kinerja

pelayanan pemadaman kebakaran.

4.6. Hasil dan Pembahasan

4.6.1. Peta Sebaran Kebakaran Di Kota Surakarta

Peta sebaran kebakaran memunculkan lokasi kebakaran berdasarkan historis

kebakaran per tahun. Peta ini memiliki atribut tentang lokasi kebakaran beserta

keterangan- keterangan umum kebakaran yang terjadi berupa korban, alamat,

tanggal dan waktu kejadian, pemicu kebakaran, material yang terbakar, luasan

area kebakaran serta fungsi sarana / prasarana kebakaran.

Page 69: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

55

Historis kebakaran dapat menjadi petunjuk untuk penelusuran pola kebakaran

untuk menentukan daerah rawan kebakaran. Selain itu, historis kebakaran juga

dapat menjadi tolak ukur penilaian keberhasilan pencegahan kebakaran. Peta

sebaran kebakaran di kota Surakarta dapat dilihat pada lampiran B

4.6.2. Peta Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Peraturan Daerah Jakarta

No 8 Tahun 2008.

Peraturan Daerah DKI Jakarta no 8 tahun 2008 tentang pencegahan dan

penanggulangan kebakaran membagi kebakaran menjadi dua klasifikasi yaitu

berdasarkan jenis sarana/ prasarana terbakar dan berdasarkan tingkat potensi

bahayanya.

Berdasarkan jenis sarana/prasarana yang terbakar, kebakaran di kota Surakarta

terklasifikasikan menjadi 4 kriteria yaitu:

1. Bangunan gedung, termasuk ke dalam kriteria ini berupa: ruko, usaha rumah

tangga, mall, kantor, pasar, pabrik, rumah sakit, percetakan dan gereja.

2. Bangunan non gedung/bukan gedung, termasuk ke dalam kriteria ini berupa:

warung hik, kios tambal ban semi permanen, tempat pembuangan sampah,

trafo PLN, area parkir dan lahan tidur.

3. Bangunan perumahan berupa gedung dengan fungsi sebagai tempat tinggal.

4. Kendaraan bermotor pribadi

Sedangkan berdasarkan tingkat potensi bahayanya, kebakaran di kota Surakarta

terklasifikasikan menjadi 4 kriteria yaitu:

1. Kebakaran ringan berupa kendaraan bermotor pribadi, perumahan tertata,

bangunan non gedung, rumah sakit, kios, kantor 1 lantai dan gereja.

2. Kebakaran sedang 1 berupa ruko, rumah makan dan usaha rumah tangga.

3. Kebakaran sedang 2 berupa mall, area parkir, bengkel mobil dan percetakan.

Page 70: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

56

4. Kebakaran sedang 3 berupa perumahan tidak tertata, pabrik, pasar mebel dan

kantor 2 lantai.

Peta klasifikasi berdasarkan sarana/prasarana yang terbakar dan potensi bahaya

kebakaran dapat dilihat pada lampiran B. Sedangkan statistik klasifikasi

berdasarkan berdasarkan PerDa DKI Jakarta no 8 tahun 2008 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.5. Statistik fungsi sarana/ prasarana terbakar tahun 2008-2009

Jenis sarana /prasarana terbakar Jumlah

kejadian

Persentase

(%)

1. Bangunan gedung

2. Bangunan perumahan

3. Bangunan non gedung

4. Kendaraan bermotor pribadi

5. Kendaraan bermotor umum

6. Kendaraan bermotor khusus

11

21

21

8

0

0

18.03

34.43

34.43

13.11

0

0

Total sarana/ prasarana terbakar 61 100

Sumber: pengolahan data sendiri.

Tabel 4.6. Statistik tingkat potensi bahaya kebakaran tahun 2008-2009.

Tingkat bahaya kebakaran Jumlah kejadian Persentase (%)

1. Ringan

2. Sedang 1

3. Sedang 2

4. Sedang 3

5. Berat 1

6. Berat 2

41

4

7

9

0

0

67.21

6.56

11.48

14.75

0

0

Total kebakaran 61 100

Sumber: pengolahan data sendiri.

Page 71: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

57

Klasifikasi ini menunjukkan bahwa sarana / prasarana terbakar paling banyak

adalah perumahan dan bangunan non gedung sedangkan menurut tingkat potensi

bahayanya, kebakaran di kota Surakarta umumnya berpotensi bahaya ringan.

4.6.3. Peta Klasifikasi Penyebab Kebakaran

Penilaian klasifikasi Penyebab kebakaran dilakukan berdasarkan pemicu

kebakaran yang terjadi. Penyebab kebakaran diklasifikasikan menjadi empat kelas

yaitu :

1. Kelalaian : yang termasuk dalam kategori ini adalah kecerobohan, kebiasaan

buruk dalam menggunakan api, meremehkan api kecil, kehilangan kendali atas

penggunaan api.

2. Korsleting listrik : yang termasuk dalam kategori ini adalah kebakaran yang

disebabkan oleh api yang berasal dari korsleting listrik baik pada bangunan,

kendaraan, dan sarana / prasarana lain.

3. Unsur kesengajaan : yang termasuk dalam kategori ini adalah kebakaran yang

sengaja dibuat oleh perorangan ataupun berkelompok.

4. Kecelakaan : yang termasuk dalam kategori ini adalah kebakaran karena

kecelakaan kerja dan ketidak-sengajaan.

Penyebab kebakaran merupakan informasi penting dalam mitigasi bencana

kebakaran. pada dasarnya tindakan pencegahan bencana adalah mengeliminasi

hal-hal yang bisa menjadi penyebab kebakaran kebakaran tak akan terjadi jika tak

ada pemicu/ penyebabnya.

Pemahaman akan penyebab kebakaran akan membantu peneliti untuk melakukan

mitigasi bencana kebakaran.

Peta klasifikasi penyebab kebakaran dapat dilihat pada lampiran B.

Page 72: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

58

Hasil klasifikasi kebakaran berdasarkan penyebabnya dapat dilihat pada tabel

dibawah.

Tabel 4.7. statistik penyebab kebakaran tahun 2008-2009

Jenis penyebab kebakaran Jumlah kejadian Persentase (%)

1. Kelalaian

2. Korsleting listrik

3. unsur kesengajaan

4. kecelakaan

20

23

5

13

32.79

37.70

8.20

21.31

Total kejadian 61 100.00

Sumber: pengolahan data sendiri.

Hasil analisa menunjukkan bahwa penyebab terbesar kebakaran di kota Surakarta

adalah korsleting listrik.

4.6.4. Peta Rawan Kebakaran

Peta rawan kebakaran merupakan peta yang menunjukkan tingkat kerawanan

suatu wilayah terhadap resiko kebakaran berdasarkan densitas kebakaran yang

terjadi. Sedangkan densitas kebakaran adalah tingkat kerapatan kebakaran pada

suatu wilayah. Densitas berbanding lurus dengan jumlah kejadian kebakaran pada

suatu wilayah tertentu.

Prinsip pemetaan ini adalah membuat perimeter area pencarian sejauh radius 1000

meter mengitari lokasi kebakaran. tiap perimeter yang berpotongan akan

meningkatkan tingkat kerawanan daerah tersebut maka Semakin banyak kejadian

kebakaran pada suatu daerah/wilayah maka daerah / wilayah tersebut semakin

rawan terhadap bencana kebakaran. Peta tingkat kerawanan kebakaran dapat

dilihat pada lampiran B.

Page 73: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

59

Berdasarkan hasil analisa, didapatkan sepuluh wilayah area paling rawan

kebakaran, yaitu :

1. Wilayah Karangasem

2. Wilayah Bumi

3. Wilayah Manahan, Purwosari dan Mangkubumen

4. Wilayah Serengan

5. Wilayah Jayengan dan Kratonan

6. Wilayah Mangkubumen, Timuran dan Sriwedari

7. Wilayah Kestalan dan Setabelan

8. Wilayah Kampung Baru, Kedunglumbu dan Kauman

9. Wilayah Gilingan, Tegalharjo, Kepatihan Wetan, Purwodinigratan dan

Jebres

10. Wilayah Jebres, Jagalan dan Pucang Sawit.

Pada umumnya, wilayah-wilayah kebakaran yang terjadi merupakan wilayah yang

mengalami peningkatan / perkembangan potensi baik potensi perdagangan, jasa,

perumahan maupun perindustrian.

Fenomena ini menunjukkan bahwa potensi kota Surakarta memiliki keterkaitan

dengan peningkatan resiko kebakaran di kota Surakarta. sedangkan jika ditinjau

dari segi historisnya, ada beberapa perbedaan pada pola kebakaran pada tahun

2008 dan 2009.

Kebakaran pada tahun 2008 dan tahun 2009 memiliki pola menyebar tetapi pola

kebakaran pada tahun 2009 mengalami pergeseran mendekati tengah wilayah kota

Surakarta.

Keterkaitan antara potensi kota Surakarta dengan perubahan pola kebakaran

selama 2 tahun ini memperlihatkan bahwa ada beberapa kelurahan memiliki

resiko terbesar yaitu: kelurahan Karangasem, Bumi, Purwosari, Kampung baru,

Page 74: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

60

Kedunglumbu, Kauman, Purwodiningratan, Mangkubumen, Kestalan dan

Setabelan.

4.7. Pendapat Masyarakat Tentang Kinerja Pelayanan Pemadam

Kebakaran Kota Surakarta.

Kinerja merupakan kemampuan kerja sumber daya dalam melakukan tugasnya.

Kemampuan tiap anggota pemadam dalam menanggapi dan menangani kebakaran

akan menentukan tingkat kepuasan masyarakat. Apabila sudah sesuai dengan

harapan, maka masyarakat sebagai pengguna layanan akan merasa puas dan

masyarakat akan menilai positif terhadap kualitas pelaksanaan pelayanan

pemadam kebakaran.

Mengenai kinerja pelaksanaan pelayanan, salah satu kepala regu pemadam

kebakaran Surakarta, bapak Artomo memberikan penjelasan sebagai berikut:

Daya tanggap atau waktu respon pemadam terhadap laporan kebakaran, bapak

Artomo menerangkan:

“Dari awal kita punya komitmen apabila terjadi kebakaran itu minimal 7 menit

kita sampai lokasi karena kita mesti ngecek segalanya. Karena bencana

kebakaran itu yang pertama kita tolong itu nyawa manusia setelah itu harta

benda. Maksudnya manusia ini kan bukan cuma korban kebakaran saja tetapi

juga jiwa petugas pemadam kebakaran sendiri, dan juga warga sekitar”.

(sumber: wawancara, 20 desember 2009)

Kemudian untuk prosedur pelaksanaan pelayanan, bapak Artomo menerangkan:

“setiap ada kebakaran itu pada umumnya, setelah sampai lokasi kita memang gak

langsung melakukan pemadaman tetapi nunggu perintah kepala regu. Kepala

regu disini nantinya mengamati kondisi kebakaran baru mengambil tindakan.

Seperti ada gak aliran listrik, atau ada gak bahan cair mudah terbakar seperti

Page 75: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

61

bensin atau oli. Kalau ada aliran listrik kan harus dipadamkan pake busa, kalau

pakai air nyetrum dong. Beda lagi kalau ada bensin, itu harus pakai powder

kalau gak bisa mengalir merembet kemana-mana. kalau Tidak hanya di

pemadaman saja tetapi kita juga mengisolir. Pada setiap kebakaran itu, kita

punya strategi masing-masing. Ada yang langsung memadamkan, ada yang kita

isolasi dulu baru kita padamkan, ada yang pendinginan dulu baru pemadaman.

Pendinginan itu gini, kita menggunakan air itu targetnya bukan satu titik tetapi

menyeluruh. Nah, disini kan kita ada spek. yang namanya spek itu ada yang

variable dan ada yang jet. Kalau untuk pendinginan biasanya kita pakai variable

kalau untuk langsung ke target / titik api kita pakainya yang jet sekalian kalau

yang jet itu biasanya kita itu untuk mencari jalan keluar”. (sumber: wawancara,

20 desember 2009).

Bapak Artomo juga menyatakan kesiapan kantor pemadam pelayanan untuk

memberikan pelayanan serta kemudahan prosedur permintaan bantuan seperti

yang diutarakan berikut ini:

“Salah satu upaya pelayanan dari pemadam kebakaran itu Kita dari pemadam

kebakaran itu berupaya semaksimal mungkin, secepat mungkin, setepat mungkin

dan seefisien mungkin. Kadang-kadang kita sendiri sebagai petugas itu tidak

pernah memikirkan diri sendiri. Kita gak pernah memikirkan nanti kita ketemu

api saya harus mempersiapkan ini dan ini, walaupun kita lagi tiduran, lagi kucek

kucek mata itu begitu, „mas, ada kebakaran‟, kita langsung bangun, pake sepatu

ambil jaket, ga tahu kita masih pake kaos singlet atau ngga kita langsung pake

jaket pemadam tahan panas, ambil helm terus naik kendaraan. Itu sudah

tertanam dari kita kita sebagai pemadam kebakaran. itupun tidak hanya di pos

tetapi kapanpun dan dimanapun kita selalu siap berangkat. Kalau ada kebakaran

juga mudah menghubungi kami, tinggal telepon ke 113 nanti kami minta nama

alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi tapi nomor TELKOM. Kalau

nomor TELKOM kan bisa langsung kami cek. Setelah itu, kita langsung siap-siap

terus berangkat ke lokasi”. (sumber: wawancara, 20 desember 2009)

Page 76: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

62

Kepuasan pengguna layanan akan kinerja pelaksanaan pelayanan menjadi salah

satu parameter untuk mengukur kualitas suatu pelayanan. Teknik wawancara

digunakan untuk mengumpulkan informasi dari para responden. Pemilihan

responden berdasarkan kedekatan responden terhadap kebakaran dengan tujuan

agar penilaian bisa objektif, maka penelitian ini memilih korban dan saksi

kebakaran sebagai responden utama.

4.7.1. Daya Tanggap Pemadam Kebakaran Di Kota Surakarta Terhadap

Laporan Kebakaran.

Daya tanggap adalah kemampuan dan kemauan dalam memberikan reaksi

terhadap aksi yang diberikan. Pada pelayanan pemadam kebakaran, daya tanggap

berarti kemampuan dan kemauan para petugas dalam menanggapi laporan

kebakaran yang ada.

Pendapat masyarakat mengenai daya tanggap kantor pemadam kebakaran kota

Surakarta terhadap munculnya laporan kebakaran dapat dilihat dari keterangan

korban maupun saksi kebakaran.

Beberapa responden berpendapat bahwa kantor pemadam kebakaran memiliki

daya tanggap yang cepat seperti diutarakan oleh bapak Hamp Tji Hump berikut

ini:

“cepet pak, cepet mboten nganti setengah jam sampun tekan lokasi. (cepat pak,

cepat tidak sampai setengah jam sudah sampai lokasi kebakaran)” (sumber:

wawancara, 25 desember 2009)

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh bapak Sumardi dan ibu Sihmanto:

Page 77: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

63

Bapak Sumardi: “petugas datang sekitar setengah jam dari laporan salah satu

warga . pemadamnya bergerak sigap langsung memadamkan sepeda motor yang

masih terbakar” (sumber: wawancara, 26 desember 2009).

Ibu Sihmanto: “itu dulu kan sini lapor ke PLN sama pemadam soalnya dari dalam

kan ada asap, takut. Kalau pemadamnya cepet mas tapi PLNnya yang lambat.

Telpon PLN sampai 4-5 kali tapi telpon pemadam Cuma sekali saja, sudah

datang”. (sumber: wawancara, 13 desember 2009).

Pendapat berbeda muncul dari beberapa responden lain. seperti diutarakan oleh

bapak Muhammad Amir Hasan berikut ini:

“bisa dikatakan pemadam kurang tanggap padahal jarak dinas kebakaran ke

lokasi hanya sekitar 1,5 kilometer. Pemadam sampai di lokasi waktu warung

makan sudah habis dan rata dengan tanah”. (sumber: wawancara, 27 desember

2009).

Daya tanggap pemadam kebakaran juga dianggap kurang cepat seperti diutarakan

oleh Ibu Parni:

“kurang cepet mas, niku telat jarene goro-goro bingung nggoleki alamate kene. (

kurang cepat mas, itu telat katanya karena bingung mencari alamat sini)”.

Selain dua pendapat diatas, beberapa responden menyatakan tidak tahu bagaimana

daya tanggap pemadam terhadap laporan kebakaran. Seperti dinyatakan oleh

saudari Arum berikut ini:

“wah mboten ngertos mas, soale pas kejadian niku kulo mboten ngertos sing

nyeluk pemadame kapan. nek sing nyeluk niku bu RT tapi nyeluk‟e jam pinten

nggih kulo mboten ngertos. (wah, tidak tahu mas, soalnya waktu kejadian itu saya

tidak tahu kapan memanggil pemadamnya. Kalau yang memanggil itu bu RT tapi

Page 78: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

64

memanggilnya jam berapa, saya tidak tahu)”. (sumber: wawancara,29 desember

2009).

Wawancara terhadap 102 responden menghasilkan pendapat sebagai berikut:

Tabel 4.8. Statistik pendapat warga terhadap daya tanggap kantor pemadam

kebakaran

Indikator Jumlah

1. Responden berpendapat daya tanggap kantor

pemadam kebakaran tergolong cepat.

2. Responden berpendapat daya tanggap kantor

pemadam kebakaran tergolong kurang cepat

3. Responden menyatakan tidak tahu atau abstain

82 warga

11 warga

8 warga

Jumlah responden 102 warga

Sumber: pengolahan data sendiri.

4.7.2. Efisiensi Dan Efektifitas Pelayanan Pemadaman Kebakaran

Efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan

dengan sumber daya dan dampak negatif seminimum mungkin. Sedangkan

efektifitas merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan

hingga tercapainya tujuan yang telah ditentukan.

Efisiensi dan efektifitas kerja di lapangan merupakan dua hal yang berkaitan erat

karena Efisiensi dan efektifitas kerja berjalan beriringan. keduanya akan bernilai

imbang yaitu keduanya bernilai positif atau keduanya bernilai negatif.

Beberapa pengguna layanan memberikan tanggapan positif, Seperti dinyatakan

oleh ibu wati berikut ini:

Page 79: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

65

“Kinerjanya sudah baik. Sekitar seperempat jam api sudah mati. Masih ada api

sedikit itu langsung disemprot supaya biar tuntas” (sumber: wawancara, 12

desember 2009).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak Hamp Tji Hump, sebagai berikut:

“pemadamane cepet, itungane cepet. Teko niku langsung dipadamke nganggo

sing pemadam gas niku (APAR). Sing teko niko tiga mobil tapi sing di nggo

namung setunggal sampun mati”. (pemadamannya cepat, terhitungnya cepat.

Setelah datang itu langsung dipadamkan pakai pemadam gas (APAR). Yang

datang itu tiga mobil tapi yang digunakan hanya satu, api sudah padam).(

sumber: wawancara, 25 desember 2009)

Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pelayanan pemadam kebakaran yang baik

juga diungkapkan oleh ibu Fatiyah berikut ini:

“petugas pemadamnya sangat sigap dan cekatan, kira-kira pemadam butuh waktu

setengah jam untuk menjinakkan api dan petugas juga tidak meminta uang alias

gratis”. (sumber: wawancara, 23 desember 2009)

Akan tetapi, pendapat berbeda muncul dari beberapa responden lain seperti yang

diutarakan oleh bapak Harjo berikut ini:

“niku mestine nggih api sampun reda jam semonten niku. Dadi pemadamane

nggih lambat”. (sumber: wawancara, 15 desember 2009).

Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak Aris berikut ini:

“Pemadam itu datangnya cepat, paling sekitar 5 menitan sudah datang tapi

pemadam kurang tanggap terhadap kebakaran sekitar karena air itu belum

Page 80: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

66

tersedia jadi api pun sulit dipadamkan”. (sumber: wawancara, 28 desember

2009).

Wawancara terhadap 102 responden menghasilkan pendapat sebagai berikut:

Tabel 4.9. Statistik pendapat warga terhadap efektifitas dan efisiensi

pemadaman kebakaran

Indikator Jumlah

1. Responden berpendapat efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan pelayanan pemadam kebakaran

sudah baik.

2. Responden berpendapat efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan pelayanan pemadam kebakaran

kurang baik

3. Responden menyatakan tidak tahu atau abstain

93 warga

4 warga

5 warga

Jumlah responden 102 warga

Sumber: pengolahan data sendiri.

4.7.3. Prosedur Permintaan Bantuan Pelayanan Pemadaman Kebakaran

Prosedur kerja merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah kerja untuk

mengatasi suatu permasalahan. Maka prosedur kerja penanganan kebakaran

merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah kerja untuk mengatasi

kebakaran yang terjadi mulai dari penerimaan laporan adanya kebakaran hingga

pemadaman dan pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran yang masih ada.

Pembuatan prosedur kerja bertujuan untuk mempermudah pengguna layanan

tetapi sering dianggap menyulitkan pengguna layanan dalam meminta bantuan

penanganan kebakaran.

Page 81: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

67

Pendapat masyarakat mengenai prosedur permintaan bantuan pemadam kebakaran

diungkapkan oleh beberapa korban dan saksi langsung. Seperti dinyatakan oleh

bapak David Nugroho berikut ini:

“cukup mudah. Tanpa prosedur yang sulit, hanya member nama, alamat, dan

nomor telepon saja”. (sumber: wawancara, 5 desember 2009)

Hal serupa juga diutarakan oleh bapak Yunus sebagai berikut:

“tidak ada kesulitan mas. Saya Cuma menelepon saja”. (sumber: wawancara, 18

desember 2009).

Berdasarkan data yang didapatkan, tidak ada warga yang mengalami kesulitan

ataupun memiliki keluhan terhadap prosedur permintaan bantuan pemadaman

kebakaran yang berlaku.

Wawancara dilakukan terhadap 102 responden menghasilkan pendapat sebagai

berikut:

Tabel 4.10. Statistik pendapat warga terhadap prosedur permintaan bantuan

pemadaman kebakaran.

Indikator Hasil wawancara

1. Responden berpendapat bahwa prosedur permintaan

bantuan pelayanan tergolong mudah

2. Responden berpendapat bahwa prosedur permintaan

bantuan pelayanan tergolong sulit

3. Responden menyatakan tidak tahu atau abstain.

88 warga

0 warga

14 warga

Total responden 102 warga

Sumber: pengolahan data sendiri.

Page 82: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

68

Hasil wawancara secara ringkas dapat dilihat dari matriks berikut:

Tabel 4.11. Matriks pendapat warga kota Surakarta terhadap kinerja pelayanan

pemadaman kebakaran

Indikator Hasil wawancara

1. Daya tanggap kantor

pemadam kebakaran

2. Efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan pelayanan.

3. Prosedur permintaan

bantuan pelayanan

Masyarakat berpendapat kantor pemadam sudah

memiliki daya tanggap yang cepat.

masyarakat berpendapat efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan pelayanan sudah baik

Masyarakat berpendapat prosedur pemintaan

bantuan pelayanan yang mudah.

Sumber: pengolahan data sendiri.

Matriks pendapat warga kota Surakarta terhadap kinerja pelayanan pemadaman

kebakaran ini memberikan informasi bahwa masyarakat berpendapat bahwa

kantor pemadam kebakaran memiliki kinerja yang baik.

Page 83: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

69

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pemetaan kejadian kebakaran di kota Surakarta tahun 2008-

2009 diketahui bahwa kebakaran di Kota Surakarta memiliki pola menyebar

tetapi memiliki kecenderungan berkumpul kearah tengah.

2. Klasifikasi pada titik-titik kejadian kebakaran menunjukkan bahwa bangunan

perumahan dan non gedung merupakan sarana yang paling sering terbakar,

penyebab terbesarnya adalah korsleting listrik, dan tingkat potensi bahaya

kebakaran tergolong kategori ringan.

3. Wilayah paling rawan kebakaran di kota Surakarta adalah sebabagai berikut :

Wilayah Karangasem

Wilayah Bumi

Wilayah Manahan, Purwosari dan Mangkubumen

Wilayah Serengan

Wilayah Jayengan dan Kratonan

Wilayah Mangkubumen, Timuran dan Sriwedari

Wilayah Kestalan dan Setabelan

Wilayah Kampung Baru, Kedunglumbu dan Kauman

Wilayah Gilingan, Tegalharjo, Kepatihan Wetan, Purwodinigratan dan

Jebres

Wilayah Jebres, Jagalan dan Pucang Sawit.

4. Masyarakat sebagai pengguna layanan berpendapat bahwa kantor pemadam

kebakaran memiliki kinerja yang baik.

Page 84: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

70

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dan juga kendala-kendala yang dihadapi pada

penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar:

1. Peneliti berharap adanya kelanjutan penelitian yaitu dengan menganalisa

keterkaitan kebakaran dengan faktor lain seperti: keterkaitan kebakaran

berdasarkan historis kebakaran tiap bulannya, keterkaitan kebakaran dengan

kepadatan penduduk, dan analisis karakeristik kebakaran secara mendalam.

2. Bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil, peneliti mengharapkan adanya

penelitian yang mengarah kepada infrastuktur bangunan.

3. Tindakan pencegahan/ mitigasi kebakaran lebih difokuskan kepada

karakteristik kebakaran yang banyak terjadi. Untuk mendapatkan hasil yang

efektif dan efisien.

4. Sub Dinas pemadam kebakaran melakukan dokumentasi yang lengkap untuk

memudahkan penelitian lain dalam rangka mitigasi bencana kebakaran.

Page 85: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

71

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanudin Z. 2007. Konsep dasar pemetaan, Bandung: kelompok

keilmuan Geodesi ITB.

BAKORNAS PBP. 2002. Arahan kebijakan mitigasi bencana perkotaan di

Indonesia, Jakarta.

BSI. 2007. PAS 79 Fire Risk assessment “Guidance and a Reccomended

methodology”: BSI Britnish Standart.

Faisal, Sanapiah. 2005. Ilmu-ilmu sosial penelitian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Hasofer, A.M, I Thomas. 2006. Fire Safety Journal 41 (2006)2-14 “Analysis of

fatalities and injuries in building fire statistic”.: www.elsevier.com.

Niamh, Nic Daeid. 2004. Forensic science series “fire investigaion”. USA: CRC

Press.

Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografis. Bandung:

Informatika.

Rachmad, Agus. 2006. Manajemen dan mitigasi bencana, Jawa Barat: BPLDH.

Rakhmad, Jalaluddin,. 2001. Metode penelitian komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Setiawan, Nugroho. 2005. Diklat Metodologi Penelitian Sosial Parung Bogor, 25-

28 Mei 2005: “Teknik Sampling”. Bogor: UNPAD

Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R dan D. Bandung:

Alfabeta.

Sumanto. 1995. Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Yogyakarta: Ani

Offset.

Page 86: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

72

Supranto. 1993. Metode riset aplikasinya dalam pemasaran. Jakarta: Lembaga

Penerbit FE-UI.

Suprapto. 2007. Jurnal pemukiman vol 2 no. 2 “Sistem proteksi kebakaran pasif

kaitannya dengan aspek keselamatan jiwa”.

Suprapto. 2008. Tinjauan ekstensi standar standar (SNI) proteksi kebakaran dan

penerapannya dalam mendukung implementasi peraturan keselamatan

gedung, prosiding PPIS 29 Juli 2008.

Suprapto, Anjar. 2004. Catatan kuliah “peta dan kegunaannya dibidang teknik

pertanian”. Jogjakarta.

Sweis, Fawas K. 2006. Fire Safety Journal 41 (2006) 370-376 “Fires and

incidents in Jordan (1996 - 2004)”. : www.elsevier.com.

Tim DRR PPMU ERA BAPPENAS-BAPPEDA DIY-U. 2008. Metode pemetaan

resiko bencana provinsi DIY. Jogjakarta: BAPPEDA DIY.

________. 2000. Peraturan Pemerintah no 10 tentang tingkat ketelitian peta

untuk penataan ruang wilayah.

________. 2008. Peraturan daerah DKI Jakarta no 8 tentang pencegahan dan

penanggulangan kebakaran.

________. 2010.www. Ristinet.com

Page 87: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xv

LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1. Data Spasial

Tabel A.1.1. Koordinat lokasi kebakaran tahun 2008-2009

id x y id x y

1 478238 9163108 32 478795 9164462

2 475815 9165710 33 480264 9165662

3 475625 9165484 34 480009 9167166

4 476697 9163136 35 480349 9164162

5 475771 9164486 36 481079 9166950

6 480090 9162392 37 480257 9165004

7 480730 9161572 38 479127 9165402

8 479934 9162368 39 479040 9166672

9 479885 9161300 40 480885 9164084

10 479907 9161414 41 0 0

11 480235 9162836 42 479577 9163758

12 481185 9162228 43 475696 9165758

13 481797 9161144 44 478306 9163236

14 481085 9162998 45 477652 9164828

15 481880 9166380 46 477304 9164538

16 482322 9164364 47 475458 9165162

17 481458 9163448 48 479573 9162988

18 483000 9164398 49 478988 9162078

19 482937 9165732 50 481091 9163036

20 482635 9162932 51 481765 9162972

21 483294 9163802 52 482110 9164126

22 484544 9164196 53 483415 9166716

23 482199 9164394 54 482183 9166408

24 481825 9164404 55 480759 9164578

25 484906 9164622 56 479604 9164140

26 483143 9164908 57 478795 9164460

27 482933 9163444 58 479249 9163844

28 483293 9163802 59 478556 9164254

29 481575 9164716 60 481802 9164980

30 479398 9166590 61 480604 9164248

31 479237 9165928 62 477927 9165606

Page 88: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xvi

A.2. Data non spasial (attribute) kebakaran di kota Surakarta tahun 2008-2009

Tabel A.2.1. Attribut kebakaran di kota Surakarta tahun 2008-2009

id pemicu penyebab korban tanggal_ke

1 korsleting kelistrikan pada mesin mobil korsleting listrik Budi Djawanto 3-Feb-08

2 korsleting listrik mengenai bensin eceran korsleting listrik bu jimah 7-May-08

3 api pada bagian kiri belakang mobil unsur kesengajaan Drs Sri Wahono 7-Sep-08

4 pembakaran sampah tak terkendali kelalaian Bp. Kasum 9-Feb-08

5 pembakaran sampah tak terkendali kelalaian Bp. Parjoko 28-Sep-08

6 api dari korsleting AC membakar multipleks korsleting listrik Bp. Hartono 1-Jan-08

7 obat nyamuk mengenai tumpahan bensin kelalaian Lulut 24-Feb-08

8 lampu minyak mengenai wax mebel kelalaian Bp. Munir 9-Mar-08

9 bensin bocor mengenai kelistrikan motor korsleting listrik Bp. Walidi 10-Jan-08

10 api dari korsleting listrik membakar kertas korsleting listrik Bp. Parada Kurnia 10-Sep-08

11 banner kios mengalami korsleting listrik korsleting listrik Bp. Henry dan Bp Andi 11-Feb-08

12 korsleting kelistrikan pada mesin mobil korsleting listrik Bp teguh basuki 6-Aug-08

13 pembakaran sampah tak terkendali kelalaian Bp. Sismadya Putra 9-Jan-08

14 kain perca masuk ke silencer knalpot genset kecelakaan Bank Niaga 16-Oct-08

15 kompor oven kayu meledak kecelakaan Bp.Wagiatno,SH 1-Aug-08

16 korsleting listrik korsleting listrik PLN 30-Jan-08

17 korsleting listrik korsleting listrik Bank Buana 2-May-08

18 korsleting listrik membakar kabel dan busa korsleting listrik Sony 3-Jan-08

19 mesin blower kelebihan beban kecelakaan Arif Hariyadi 3-Dec-08

20 lampu minyak jatuh mengenai minyak dekat kompor kelalaian Bp Cholik 5-Mar-08

21 kebocoran gas terkena percikan api dari mesin kecelakaan PT. kusuma mulya tekstil 5-Dec-08

22 percikan api las mengenai bensin kecelakaan Bp Sri prasetya 6-Oct-08

23 mobil tiba-tiba terbakar (diduga korsleting listri korsleting listrik mobil dinas hiperkes 21-Jun-08

24 korsleting listrik menyulut bensin di tangki korsleting listrik mobil carry th 1985 23-Jul-08

25 korsleting listrik di ruangan gudang korsleting listrik RSJD Kentingan 8-Dec-08

26 pembuangan puntung rokok sembarangan kelalaian Bp. Marsuli 20-Sep-08

27 api dari korsleting listrik mengenai thinner korsleting listrik Bp. Ham Tji Humg 22-Sep-08

28 kain perca masuk ke mesin finishing kecelakaan PT. Kusuma Mulia 12-Aug-08

29 api korsleting listrik mengenai bahan mebel korsleting listrik pasar mebel 1-Dec-08

30 kompor meledak kecelakaan Danu Saputro 2-Aug-08

31 korsleting listrik di dapur korsleting listrik Sumarno 4-Jul-08

32 obat nyamuk mengenai tumpahan bensin kelalaian Bp yunus 28-Jun-08

33 lilin membakar jaket yang digantung didekatnya kelalaian ibu Kun Wahyuti 7-Nov-08

34 puntung rokok tertinggal dikasur kelalaian Bp Kasio 23-Jul-08

35 api kompor meledak dan mengenai atap kelalaian Bp Hartono 31-Jul-08

36 korsleting listrik korsleting listrik ibu parni 8-Feb-08

37 korsleting accu truk korsleting listrik bp Djoko utomo 23-Aug-08

38 pembuangan puntung rokok sembarangan kelalaian SMP/SMK Purnama 2 24-Aug-08

39 pembakaran sampah tak terkendali kelalaian Bp. Berem (makam) 9-Jul-08

40 pembuangan puntung rokok sembarangan kelalaian Bp. Yuswito 26-Sep-08

42 kompor minyak meledak kecelakaan Ibu Rujuk 25-Oct-08

43 tabung asetilen bocor saat pengelasan kecelakaan Ibu Lusia Y 20-Jan-09

44 api kompor mengenai minyak tanah didekatnya kelalaian Bp. Amir Hasan 14-Feb-09

45 korsleting listrik korsleting listrik PT Solo Murni 26-Mar-09

46 lampu minyak jatuh dan membakar meja kelalaian Ibu Tuginem 16-Apr-09

47 pembuangan puntung rokok sembarangan kelalaian ABA Pignateli 19-Jul-09

48 pembakaran sampah tak terkendali kelalaian Bp. Purnomo 19-Jul-09

49 api membakar kayu (diduga ada faktor kesengajaan) unsur kesengajaan Ibu Mardi 24-Jun-09

50 percikan las membakar tumpukan kertas bekas kelalaian Bekas Bank BHS 1-Aug-09

51 sekering meledak dan kemudian api meluas korsleting listrik Bp. Sholeh 7-Oct-09

52 dupa jatuh mengenai kasur kecelakaan Tik Ling 28-Jan-09

53 bahan peledak (aksi terorisme) unsur kesengajaan Bp.Totok 17-Sep-09

54 melempar api ke lahan kering kelalaian Bp. Sahid 19-Sep-09

55 korsleting listrik pada instalasi lampu kantor korsleting listrik Kantor Satlantas 27-Feb-09

56 trafo baru dipasang, tiba-tiba meledak kecelakaan PLN 4-Mar-09

57 korsleting kelistrikan mengenai bensin di tangki korsleting listrik Bp. Qodri 4-Sep-09

58 orang bermain api di depan rumah unsur kesengajaan Bp. Kurnia Kasih 28-Jun-09

59 CPU tiba-tiba mengeluarkan asap dan terbakar korsleting listrik Bp.David Nugroho 29-Jun-09

60 kaca kamar terbuka (diduga disengaja) unsur kesengajaan Ny. Wati 21-Sep-09

61 percikan api genset mengenai solar kecelakaan Gereja Pantekosta 27-Sep-09

62 kebocoran kompor gas kecelakaan Bp. Hartono 28-Sep-09

Page 89: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xvii

Tabel A.2.2. Attribut kebakaran di kota Surakarta tahun 2008-2009 (lanjutan)

id tahun meninggal luka_berat ringan area_kbkrn sarana

1 2008 0 0 0 garasi mobil kendaraan

2 2008 0 0 0 warung 17,5 m2 dan meluas hingga 4 kios warung

3 2008 0 0 0 garasi mobil kendaraan

4 2008 0 0 0 tempat pembuangan sampah tempat pembuangan sampah

5 2008 0 0 0 tempat pembuangan sampah tempat pembuangan sampah

6 2008 0 0 1 area rumah rumah tinggal

7 2008 0 1 0 kios tambal ban 3x4 m2 kios tambal ban

8 2008 0 0 1 gudang wax mebel, meluas hingga ke teras rumah usaha

9 2008 0 0 0 area jalan raya kendaraan

10 2008 0 0 1 ruangan penyimpanan kertas ruko

11 2008 0 0 0 counter blok c28 dan meluas ke blok c29 kios handphones

12 2008 0 0 0 area parkir catering Sri ranti kendaraan

13 2008 0 0 0 2 tempat pembuangan sampah tempat pembuangan sampah

14 2008 0 0 0 ruangan genset rumah usaha

15 2008 0 0 0 ruangan pembuatan shuttlekoq rumah usaha

16 2008 0 0 0 sebuah box trafo trafo PLN

17 2008 0 0 0 ruangan kantor kantor

18 2008 0 0 0 sebuah box trafo trafo

19 2008 0 0 0 ruang blower (4 m2) meluas ke ruangan mesin pabrik

20 2008 1 0 0 area rumah rumah tinggal

21 2008 0 0 0 ruang tangki gas pabrik

22 2008 0 0 0 area bengkel mobil bengkel

23 2008 0 0 1 area jalan raya kendaraan

24 2008 0 0 0 area jalan raya kendaraan

25 2008 0 0 0 ruangan gudang rumah sakit

26 2008 0 0 0 lahan kosong lahan tidur

27 2008 0 0 0 ruangan percetakan seluas 200 m2 percetakan

28 2008 0 0 0 ruangan mesin pabrik

29 2008 0 0 1 sebuah kios dan meluas ke seluruh pasar mebel pasar

30 2008 0 0 0 dapur rumah dan meluas hingga 6 kavling rumah tinggal

31 2008 0 0 0 dapur rumah dan meluas hingga 1 rumah rumah tinggal

32 2008 0 0 0 kios tambal ban 2x10 m2 kios tambal ban

33 2008 0 0 0 ruangan kios dan meluas hingga ke rumah ruko

34 2008 0 0 0 sebuah rumah ukuran 3x3 m2 rumah tinggal

35 2008 0 0 0 dapur dan meluas hingga satu rumah rumah tinggal

36 2008 0 0 0 kamar tidur (7,5m2) meluas hingga rumah (120 m2) rumah tinggal

37 2008 0 0 0 area parkir gudang kendaraan

38 2008 0 0 0 lahan kosong lahan tidur

39 2008 0 0 0 area makam tempat pembuangan sampah

40 2008 0 0 0 lahan kosong lahan tidur

42 2008 0 0 0 dapur dan meluas membakar rumah dan kios rumah tinggal

43 2009 0 0 0 teras rumah rumah tinggal

44 2009 0 0 0 warung hik warung

45 2009 0 0 0 ruangan kantor di lantai 2 meluas ke lantai 3 kantor

46 2009 0 0 0 warung 12 m2 warung

47 2009 0 0 0 lahan kosong lahan tidur

48 2009 0 0 0 tempat sampah (2 m2) dan meluas ke lahan jati tempat pembuangan sampah

49 2009 0 0 0 tempat penyimpanan kayu seluas 2 m2 tempat penyimpanan kayu

50 2009 0 0 0 ruangan lantai 1 bekas Bank kantor

51 2009 0 0 0 area rumah rumah tinggal

52 2009 1 0 0 kamar tidur (12 m2),meluas hingga 1 rumah (60 m2) rumah tinggal

53 2009 0 0 0 area rumah rumah tinggal

54 2009 0 0 0 kebun pohon jati lahan tidur

55 2009 0 0 0 ruangan piket jaga kantor

56 2009 1 0 0 box trafo PLN trafo PLN

57 2009 0 0 0 ruangan mobil lancer kendaraan

58 2009 0 0 0 teras dan meluas hingga membakar satu rumah rumah tinggal

59 2009 0 0 0 ruangan persewaan komputer rumah usaha

60 2009 0 0 0 ruangan kamar dan meluas hingga area rumah rumah tinggal

61 2009 0 0 0 ruangan genset ukuran 3x4 m2 gereja

62 2009 0 0 0 dapur dan meluas hingga satu rumah rumah tinggal

Page 90: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xviii

Tabel A.2.3. Attribut kebakaran di kota Surakarta tahun 2008-2009 (lanjutan)

id kls_materi kls_fungsi kls_bahaya kelurahan kecamatan

1 kebakaran kelas A kendaraan pribadi ringan Bumi Laweyan

2 kebakaran kelas A non gedung ringan Karangasem Laweyan

3 kebakaran kelas B kendaraan pribadi ringan Karangasem Laweyan

4 kebakaran kelas A non gedung ringan Pajang Laweyan

5 kebakaran kelas A non gedung ringan Pajang Laweyan

6 kebakaran kelas A perumahan ringan joyotakan Serengan

7 kebakaran kelas B non gedung ringan Danukusuman Serengan

8 kebakaran kelas B perumahan sedang 1 Kratonan Serengan

9 kebakaran kelas B kendaraan pribadi ringan Dawung Serengan

10 kebakaran kelas A perumahan sedang 1 Dawung Serengan

11 kebakaran kelas C gedung sedang 2 Kemlayan Serengan

12 kebakaran kelas B kendaraan pribadi sedang 2 Baluwarti Pasarkliwon

13 kebakaran kelas A non gedung ringan Semanggi Pasarkliwon

14 kebakaran kelas B perumahan ringan Kampung Baru Pasarkliwon

15 kebakaran kelas A perumahan sedang 1 Mojosongo Jebres

16 kebakaran kelas C non gedung ringan jebres Jebres

17 kebakaran kelas C gedung ringan kepatihan wetan Jebres

18 kebakaran kelas C non gedung ringan jebres Jebres

19 kebakaran kelas A gedung sedang 2 Mojosongo Jebres

20 kebakaran kelas A perumahan sedang 3 Kampung Sewu Jebres

21 kebakaran kelas B gedung sedang 3 jebres Jebres

22 kebakaran kelas B kendaraan pribadi sedang 2 jebres Jebres

23 kebakaran kelas B kendaraan pribadi ringan jebres Jebres

24 kebakaran kelas B kendaraan pribadi ringan tegal harjo Jebres

25 kebakaran kelas A gedung ringan jebres Jebres

26 kebakaran kelas A non gedung ringan Jebres Jebres

27 kebakaran kelas B gedung sedang 2 Kampung Sewu Jebres

28 kebakaran kelas C gedung sedang 2 Jagalan Jebres

29 kebakaran kelas A non gedung sedang 3 Gilingan Banjarsari

30 kebakaran kelas A perumahan sedang 3 kadipiro Banjarsari

31 kebakaran kelas A perumahan ringan nusukan Banjarsari

32 kebakaran kelas A non gedung ringan manahan Banjarsari

33 kebakaran kelas B perumahan sedang 1 nusukan Banjarsari

34 kebakaran kelas A perumahan ringan kadipiro Banjarsari

35 kebakaran kelas A perumahan ringan ketelan Banjarsari

36 kebakaran kelas A perumahan sedang 3 kadipiro Banjarsari

37 kebakaran kelas B kendaraan pribadi sedang 2 Gilingan Banjarsari

38 kebakaran kelas A non gedung ringan Sumber Banjarsari

39 kebakaran kelas A non gedung ringan Banyuanyar Banjarsari

40 kebakaran kelas B non gedung ringan Setabelan Banjarsari

42 kebakaran kelas A perumahan ringan Timuran Banjarsari

43 kebakaran kelas D perumahan ringan Karangasem Laweyan

44 kebakaran kelas A non gedung ringan Bumi Laweyan

45 kebakaran kelas C gedung sedang 3 Kerten Laweyan

46 kebakaran kelas A non gedung ringan Kerten Laweyan

47 kebakaran kelas A non gedung ringan Karangasem Laweyan

48 kebakaran kelas A non gedung ringan Sriwedari Laweyan

49 kebakaran kelas A non gedung ringan Tipes Serengan

50 kebakaran kelas A gedung ringan Kampung Baru Pasarkliwon

51 kebakaran kelas A perumahan ringan Kedunglumbu Pasarkliwon

52 kebakaran kelas A perumahan sedang 3 Purwodiningratan Jebres

53 kebakaran kelas A perumahan ringan Mojosongo Jebres

54 kebakaran kelas A non gedung ringan Mojosongo Jebres

55 kebakaran kelas C gedung ringan manahan Banjarsari

56 kebakaran kelas C non gedung ringan punggawan Banjarsari

57 kebakaran kelas B non gedung ringan kadipiro Banjarsari

58 kebakaran kelas A perumahan ringan Mangkubumen Banjarsari

59 kebakaran kelas A perumahan ringan Mangkubumen Banjarsari

60 kebakaran kelas A perumahan sedang 3 Gilingan Banjarsari

61 kebakaran kelas B gedung ringan Kestalan Banjarsari

62 kebakaran kelas A perumahan sedang 3 Sumber Banjarsari

Page 91: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xix

A.3. Data alamat kebakaran di kota Surakarta tahun 2008-2009 yang tidak dapat

dipetakan

Tabel A.3.1. Daftar alamat kebakaran yang tak terpetakan

No Korban Alamat Kelurahan Kecamatan

1 Bambang jl sawo no 8 solo karangasem laweyan

2 Bp. Sucipto Jl. Ir Sutami 102 jebres jebres

3 Suharno depan RSU Dr Oen jebres jebres

4 Hermanto Jl sutoyo no 123 rt 02/08 gilingan banjarsari

5 Tri Agung

Suryantoro Jl. Ahmad Yani Manahan Banjarsari

6 Bp. Suraji / Herin hunian liar bantaran kali

pepe Manahan Banjarsari

7 PLN Ledoksari RT 02 RW 07 Purwodiningrat

an Jebres

8 Bp. R Soejoto Jl. Sri Gading No. 2 Mangkubumen Banjarsari

9 Bp Dul Rosyid Jl. Adisucipto 196 manahan Banjarsari

A.4. Panduan wawancara

Tabel A.4.1. Panduan Wawancara untuk data responden

DATA WAWANCARA: form 1

Surveyor Nama: NIM

alamat

DATA RESPONDEN

nama responden

kelurahan

kecamatan

korban

saksi langsung

saksi tidak langsung

* = beri tanda pada salah satu pilihan yang tersedia

Penjelasan kondisi

responden saat terjadi

kebakaran :

tanda tangan

( )

apakah ada orang lain yang bersama responden ?

siapa saja orang yang bersama responden pada saat kejadian?

posisi responden saat

kebakaran*:

jenis kelamin

pendidikan terakhir

pekerjaan

alamat

umur

Page 92: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xx

Tabel A.4.2. Panduan wawancara untuk data kebakaran

form 2

DATA KEBAKARAN

kelurahan

kecamatan

jenis kebakaran*: gedung lingkungan lahan kendaraan

lokasi titik api

waktu kebakaran

DAMPAK NEGATIF:

kerugian materi

korban luka ringan jumlah :

korban luka berat jumlah :

korban meninggal jumlah :

( )

luas area asli kebakaran

perluasan area kebakaran

deskripsi asap

penjelasan:Rp.

pemicu/ penyebab kebakaran

material terbakar

jiwa

jiwa

jiwa

deskripsi kebakaran

hal-hal mencurigakan

fungsi sarana /prasarana

Lokasi kebakaran:

ket :

Tabel A.4.3. Panduan wawancara untuk data pendapat warga tentang kinerja

pelayanan pemadam kebakaran

form 3

DATA PENANGANAN KEBAKARAN

9. kendala apa saja yang terjadi pada saat meminta bantuan dari PMK ?

5. cepat atau lambatkah pemadaman api yang dilakukan pemadam kebakaran?

8. apa saja yang harus dilakukan untuk mendapatkan bantuan dari kantor PMK ?

6. masih adakah api kecil atau bara api saat lokasi kebakaran ditinggalkan oleh petugas pemadam ?

3. bagaimana kondisi jalan baik dari tingkat kemacetan, lebar jalan dan aksesibilitasnya ?

Jawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberikan penilaian antara 1 hingga 9

1. berapa lama pemadam kebakaran sampai ke lokasi kebakaran setelah mendapat laporan kebakaran?

4. bagaimana kinerja pemadam kebakaran dalam menangani kebakaran yang terjadi?

7. bagaimana tingkat kesulitan meminta bantuan pemadam kebakaran untuk mengatasi kebakaran?

2. cepat atau lambatkah pemadam kebakaran untuk sampai ke lokasi kebakaran?

Page 93: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xxi

A.5. Kebakaran di kota Surakarta dalam grafik

Grafik A.1. Kebakaran tahun 2008 dalam grafik

Page 94: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

xxii

Grafik A.2. Kebakaran di kota Surakarta tahun 2009

Page 95: PEMETAAN KEJADIAN KEBAKARAN DI …/Pemetaa… · Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Su rakarta Disusun Oleh: AGUNG SRIWINANTO NIM. I 0103020 JURUSAN

23