PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA ...repository.usd.ac.id/12482/2/121224009_full.pdfusia dua...

230
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN PARAMA USIA DUA TAHUN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Florentina Fibrianingtyas NIM: 121224009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA ...repository.usd.ac.id/12482/2/121224009_full.pdfusia dua...

  • PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA

    INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN

    PARAMA USIA DUA TAHUN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

    Oleh:

    Florentina Fibrianingtyas

    NIM: 121224009

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA

    INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN

    PARAMA USIA DUA TAHUN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

    Oleh:

    Florentina Fibrianingtyas

    NIM: 121224009

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    SKRIPSI

    PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA

    INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN

    PARAMA USIA DUA TAHUN

    Oleh:

    Florentina Fibrianingtyas

    NIM: 121224009

    Telah disetujui oleh:

    Dosen Pembimbing

    Dr. B. Widharyanto, M.Pd. Tanggal, 24 Juli 2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    SKRIPSI

    PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA

    INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN

    PARAMA USIA DUA TAHUN

    Dipersiapkan dan ditulis oleh:

    Florentina Fibrianingtyas

    NIM: 121224009

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

    pada tanggal 7 Agustus 2017

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan Tim Penguji

    Nama lengkap Tanda Tangan

    Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ........................

    Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ........................

    Anggota 1 : Dr. B. Widharyanto, M.Pd. ........................

    Anggota 2 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ........................

    Anggota 3 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ........................

    Yogyakarta, 7 Agustus 2017

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sanata Dharma

    Dekan

    Rohandi, Ph.D.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi ini untuk:

    1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat-Nya.

    2. Bapak Ignatius sumidi dan Ibu Cicilia Sutini (alm) yang tak pernah lelah

    berjuang memberi dorongan moral maupun finansial sampai saat ini dengan

    penuh cinta kasih.

    3. Kakakku Agustina Eri Susanti yang selalu memberi semangat dan doa.

    4. Kekasihku Bonaventura Sukma Hanggara Putra yang selalu memberi

    dukungan, semangat, serta doa.

    5. Para sahabatku yang saling memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTO

    Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi

    cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.

    (WS Rendra)

    Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari

    menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara

    penuh;namun berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah

    mencapainya.

    (Michelangelo)

    Sebesar apa sukses Anda diukur dari seberapa kuat keinginan Anda, seberapa

    besar mimpi-mimpi Anda, bagaimana pula Anda mampu mengatasi kekecewaan

    dalam hidup Anda.

    (Robert T Kiyosaki)

    Kecerdasan bukan untuk membuat semua hal tanpa kesalahan, namun untuk

    mempercepat amatan bagaimana membuatnya menjadi bagus.

    (Bertolt Brecht)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 24 Juli 2017

    Penulis

    Florentina Fibrianingtyas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Florentina Fibrianingtyas

    Nomor Induk Mahasiswa : 121224009

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA

    INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA: KASUS EDEN

    PARAMA USIA DUA TAHUN

    Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

    mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal: 24 Juli 2017

    Yang menyatakan,

    Florentina Fibrianingtyas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Fibrianingtyas, Florentina. 2017. Pemerolehan Afiks dan Jenis Kata Bahasa

    Indonesia sebagai Bahasa Pertama Kasus: Eden Parama Usia Dua

    Tahun. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

    Penelitian ini membahas pemerolehan afiks dan jenis kata Bahasa

    Indonesia sebagai bahasa pertama pada kasus Eden anak usia dua tahun. Tujuan

    penelitian ini adalah afiks dan jenis kata apa sajakah yang sudah dikuasai Eden

    usia dua tahun. Teori tentang afiks dalam penelitian ini menggunakan teori

    Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif oleh Prof. Drs. M. Ramlan (2012). Jenis kata

    dalam penelitian ini menggunakan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

    edisi ketiga oleh Hasan Alwi, dkk (2010).

    Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber

    data penelitian ini adalah tuturan Eden anak usia dua tahun. Data penelitian ini

    berupa penggunaan kata berafiks dan penggunaan jenis kata.

    Hasil penelitian ini sebagai berikut. Pertama, afiks yang sudah dikuasai

    oleh Eden dalam usia dua tahun adalah prefiks, sufiks, dan simulfiks. Prefiks yang

    dihasilkan meliputi: ter–, ber–, me–, pe–, di–, dan per–. Sufiks yang dihasilkan

    meliputi: –i, –kan, dan –an. Simulfiks yang dihasilkan adalah ke–an. Kedua, jenis

    kata yang sudah dikuasai Eden dalam usia dua tahun adalah nomina (kata benda),

    verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), numeralia

    (kata bilangan), konjungtor (kata sambung), pronomina (kata ganti), preposisi

    (kata depan), dan interjeksi (kata seru). Verba (kata kerja) meliputi: verba asal dan

    turunan. Adjektiva (kata sifat) meliputi: adjektiva dasar. Adverbia (kata

    keterangan) meliputi: adverbia tunggal. Nomina (kata benda) meliputi: nomina

    dasar dan nomina turunan. Pronomina (kata ganti) meliputi: ponomina penanya

    dan pronomina pesona, dan penunjuk. Numeralia (kata bilangan) meliputi:

    numeralia pokok. Preposisi (kata depan) meliputi: preposisi kata dasar.

    Konjungtor (kata sambung) meliputi: konjungtor subordinatif. Interjeksi (kata

    seru) meliputi: interjeksi keheranan dan interjeksi ajakan.

    Implikasi dari hasil penelitian pemerolehan kata afiks dan jenis kata adalah

    merujuk pada aktivitas yang dilakukan anak dalam menghasilkan bahasa secara

    alami, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua untuk lebih

    memperhatikan anaknya dalam perkembangan bahasanya. Saran penelitian ini

    adalah pertama, peneliti lain dapat mengembangkan penelitian mengenai

    pemerolehan bahasa anak dalam pembahasan kata yang berbeda. Kedua,orang tua

    sebaiknya lebih memperhatikan perkembangan pemerolehan bahasa dan

    perkembangan kosa kata yang dihasilkan supaya terstruktur dengan baik dan

    benar. Ketiga, pemerolehan bahasa pertama menjadi pedoman bagi pendidik

    dalam pembelajaran di sekolah. Bahasa pertama yang digunakan akan

    mempengaruhi kemampuan belajar dan penguasaan kosa kata anak.

    Kata kunci: Pemerolehan, Bahasa Pertama, dan Kata.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    Fibrianingtyas, Florentina. 2017. The acquisition Affixes and Types of Word of

    Indonesian Language as the First Language of the Case: Eden Parama

    Age of TwoYears. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

    The research discussed the acquisition of affixes and word types of

    Indonesian Language as the first language in the case of Eden of the child two

    years of age. The purpose of the research was to affixes and types of word what

    are already controlled by Eden, two years old child. The theory about affixes in

    the research used the theory of The morphology of a Descriptive overview by Prof.

    Drs. M. Ramlan (2012). The word types in the research used the theory of

    Standard Grammar of Indonesian Language third edition by Hasan Alwi, dkk

    (2010).

    The research is included in descriptive research qualitative. The data

    source of the research is speech of Eden, two years old child. The research data is

    in the form of the used of the word affixes and the use of the word types.

    The results of the research as followed. First, affixes that are already

    mastered by Eden in two years is prefix, suffix, and simulfiks. The prefixes that

    are produced includes: ter–, ber–, me–, pe–, di–, and per–. The suffixes that are

    produced includes: –i, –kan, and –an. The simulfiks that is produced is ke–an.

    Second, the types of word that is already control of Eden in two year are: nominal

    (noun), verb, adjective, adverb, numeralia, konjungtor, pronomina, preposition,

    and interjection. Verb includes origin and derivative. Adjective includes the

    adjective base. Adverb includes the adverb single. Noun includes the noun base

    and the noun derivative. Pronomina includes life questioner and refers to people.

    Numeralia includes the numeralia base. Preposition includes the preposition word

    base. Konjungtor includes the konjungtor subordinative. Interjection includes the

    interjection astonishment and interjection solicitation.

    The implication results of the research acquisition word affixes and word

    types refers to the activities that children do in produce natural language, are

    expected to contribute for the parents to pay more attention to her child in his

    language development. Suggestions of the research are: first, other researchers can

    develop research on the language acquisition of children in the discussion of the

    different words. Second, parents should pay more attention to the development of

    language acquisition and the development of vocabulary that is produced to be

    structured properly. Third, the first language acquisition becomes guidelines for

    educators in teaching and learning in the school. The using of the first language

    will affect the learning ability and mastery of the vocabulary of the child.

    Keyword: The acquisition, first language, and word.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

    sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

    yang berjudul Pemerolehan Kata Afiks dan Jenis Kata Bahasa Indonesia sebagai

    Bahasa Pertama Kasus: Eden Parama Usia Dua Tahun ini dengan baik.

    Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa

    Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),

    Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna

    memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi

    Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

    Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi

    ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai

    pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sanata Dharma.

    2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

    3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan perhatian

    dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan

    yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang

    dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,

    bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah

    sampai selesai.

    5. Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu

    sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam

    menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Kedua orang tua, Bapak Ignatius Sumidi dan Ibu Cicilia Sutini (alm) yang

    telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara moral maupun material

    bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai selesai ini.

    7. Kakakku, Agustina Eri Susanti yang sudah memberikan dukungan, doa, dan

    perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.

    8. Maria Magdalena Damar Isti Nugraheni, Ana Afriyanti, Erichlina Susilawati,

    Nur Putri Indah, Fandi Riwanto, Yohana Vita Desiani, Yonatan, Daniel

    Bramantyo Adiyudho dan terkhusus untuk Bonaventura Sukma Hanggara

    Putra yang selalu memberikan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI)

    angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas

    dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal perkuliahan sampai

    penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini.

    Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai

    cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses

    pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa

    hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan

    satu per satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.

    Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

    Oleh karena itu, segala bentuk kritik, saran, dan sumbangan ide yang membangun

    dapat disampaikan kepada penulis demi peyempurnaan tulisan ini. Semoga karya

    ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi

    siapa pun yang mempunyai minat pada bidang kebahasaan.

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

    HALAMAN MOTO ...................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    ABSTRACT ..................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

    E. Batasan Istilah ...................................................................................... 6

    F. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….7

    G. Sistematika Penyajian .......................................................................... 7

    BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9

    A. Penelitian Terdahulu yang Relevan...................................................... 9

    B. Landasan Teori ..................................................................................... 10

    1. Pemerolehan Bahasa Pertama ..................................................... 10

    2. Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia .......................................... 15

    a. Afiks ………………………………………………………… 17

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    b. Jenis Kata …………………………………………………… 22

    3. Kerangka Berpikir …………………………………………….. 35

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37

    A. Jenis Penelitian .................................................................................. 37

    B. Subjek Penelitian................................................................................ 38

    C. Instrumen Penelitian .......................................................................... 39

    D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 40

    E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 42

    F. Triangulasi .......................................................................................... 43

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 44

    A. Deskripsi Data.................................................................................... 44

    1. Penggunaan Afiks ......................................................................... 45

    2. Penggunaan Jenis Kata .................................................................. 48

    B. Analisis Data ..................................................................................... 53

    1.Afiks ............................................................................................... 53

    a. Prefiks ......................................................................................... 53

    b. Infiks ......................................................................................... 64

    c. Sufiks ......................................................................................... 64

    d. Simulfiks ................................................................................... 70

    2. Jenis Kata ...................................................................................... 71

    a. Nomina (Kata Benda) ................................................................. 72

    b. Verba (Kata Kerja) ..................................................................... 73

    c. Adjektiva (Kata Sifat) ................................................................ 75

    d. Adverbia (Kata Keterangan) ...................................................... 76

    e. Numeralia (Kata Bilangan) ........................................................ 78

    f. Konjungtor (Kata Sambung) ....................................................... 79

    g. Pronomina (Kata Ganti) ............................................................. 80

    h. Preposisi (Kata Depan) .............................................................. 82

    i. Interjeksi (Kata Seru) ................................................................. 83

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 84

    1. Afiks .............................................................................................. 84

    2. Jenis Kata ...................................................................................... 87

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 90

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 90

    B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................. 91

    C. Saran................................................................................................... 92

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94

    LAMPIRAN

    BIOGRAFI PENULIS

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Contoh Morfem Terikat dan Morfem Berafiks ................................... 17

    Tabel 2 Macam-macam Afiks .......................................................................... 18

    Tabel 3 Kode Data Tuturan .............................................................................. 40

    Tabel 4 Jumlah Penggunaan Afiks ................................................................... 45

    Tabel 5 Jumlah Penggunaan Jenis kata ............................................................ 48

    Tabel 6 Afiks yang Dikuasai dan Belum Dikuasai .......................................... 85

    Tabel 7 Jenis Kata yang Dikuasai dan Belum Dikuasai .................................. 87

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data Tuturan ................................................................................. 95

    Lampiran 2 Hasil Triangulasi........................................................................... 104

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bahasa merupakan alat utama dalam membangun relasi manusia sebagai

    wujud dari komunikasi. Bahasa membuat manusia dapat melakukan berbagai

    aktivitas dengan mudah. Namun, pada umumnya pengguna bahasa tidak

    menyadari bahwa menguasai bahasa bukan hal yang mudah. Dardjowidjojo

    (2005:16) bahasa merupakan suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai

    oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar

    sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Fungsi

    bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,

    gagasan, konsep atau juga perasaan (Chaer, 2009: 33). Dalam hal ini, Wardhaugh

    (1972 dalam Chaer, 2009: 33) seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan

    bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.

    Oleh karena itu, bahasa merupakan identitas baik individu maupun kelompok.

    Bahasa pada umumnya sudah melekat pada diri seseorang yang dimulai sejak

    bayi. Seorang bayi sudah mulai berbahasa meski tidak dapat dipahami oleh orang

    dewasa. Chomsky (1959 dalam Chaer, 2009:108) mengatakan bahwa otak

    manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Manusia telah dilengkapi

    dengan struktur bahasa universal dan apa yang disebut language acquisition

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    device (LAD). Selain itu, Chomsky juga berpendapat bahwa tidak mungkin

    seorang anak mampu menguasai bahasa ibunya dengan mudah yaitu tanpa diajar

    dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit tanpa adanya sturktur universal dan

    LAD itu dalam otak secara genetik. Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas

    anak-anak dengan LAD yaitu menentukan bahasa masyarakat manakah masukan

    kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal atau

    sekema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah bertemu dengan

    masukan dari bahasa masyarakatnya (bahasa ibunya) dan anak-anak membentuk

    teori tata bahasanya berdasarkan itu.

    Proses penguasaan bahasa dapat dipelajari melalui pemerolehan dan

    belajar berbahasa. Dardjowidjojo (2005: 225) mengatakan pemerolehan dipakai

    untuk padanan istilah Inggris acquisition, yaitu proses penguasaan bahasa yang

    dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native

    language). Dalam pengertian ini proses merupakan padanan dari istilah Inggris

    learning. Proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, yaitu belajar di kelas

    dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar

    menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang yang

    belajar di kelas adalah pembelajaran.

    Ada pendapat bahwa bayi sejak lahir sampai usia sekitar satu tahun

    dianggap belum punya bahasa atau belum berbahasa (Kaswanti 1989 via chaer,

    2009:225). Meski dikatakan belum mempunyai bahasa, sebenarnya bayi tersebut

    sudah mulai berkomunikasi. Bayi menangis merupakan salah satu cara

    berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini pemerolehan bahasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    dapat dibagi menjadi dua yaitu bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2).

    Bahasa pertama (B1) biasanya dipelajari secara tidak langsung atau tanpa sadar,

    sedangkan bahasa kedua (B2) dipelajari secara langsung dan dengan penuh

    kesadaran. Pemerolehan bahasa ibu pada zaman sekarang berkembang sangat

    cepat dan beragam. Selain itu banyak konsep mengenai bahasa yang semakin

    banyak dan universal.

    Pemerolehan bahasa anak dewasa ini dapat dijadikan pedoman penting

    bagi guru dalam pembelajaran di sekolah. Seluk-beluk bahasa yang digunakan

    anak akan mempengaruhi kemampuan belajar bahasa anak dan proses

    pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru dapat belajar dan mengambil

    langkah yang tepat dalam proses pembelajaran, supaya materi yang disampaikan

    dapat dipahami oleh anak dengan baik. Selain itu, penggunaan bahasa pertama

    juga memudahkan anak dalam belajar berinteraksi dengan sesama dan lingkungan

    sekitarnya.

    Dalam penelitian ini, peneliti memusatkan perhatian pada pemerolehan

    bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama khususnya tentang pemerolehan afiks

    dan jenis kata dengan subjek yang bernama Eden Parama. Eden merupakan salah

    satu anak laki-laki di Indonesia yang masih berusia dua tahun. Eden lahir di

    Klaten pada tanggal 28 April 2013. Eden merupakan anak pertama dari Ibu

    Agustina Eri dan Bapak Anton. Bapak Eden berasal dari klaten dan Ibunya berasal

    dari Wonogiri. Kedua orang tua Eden aktif berkomunikasi dengan bahasa Jawa

    dan bahasa Indonesia. Dalam keseharian orang tua Eden bekerja sebagai guru

    salah satu sekolah swasta di Klaten. Eden tumbuh menjadi anak yang cerdas,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    lincah, aktif, dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang lingkungan

    sekitarnya dengan sebaik mungkin meskipun ucapan yang diucapkan belum

    sejelas dan selancar orang dewasa pada umumnya. Dalam usaha untuk

    berkomunikasi, Eden menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan

    idenya. Eden dapat berbahasa Indonesia karena dari awal sudah diajarkan

    menggunakan bahasa Indonesia. Eden belajar bahasa melalui peniruan ucapan

    kedua orang tua dan lingkungannya. Selain itu, Eden belajar berbahasa melalui

    media sosial seperti film, musik, video di youtube dan media cetak seperti buku

    cerita bergambar, dan buku mewarnai.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada

    pemerolehan kata bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pada anak yang

    bernama Eden. Pemerolehan kata itu menarik peneliti untuk mengetahui lebih

    dalam sejauh mana perkembangan bahasa tentang afiks dan jenis kata Bahasa

    Indonesia yang sudah dikuasai oleh Eden anak usia dua tahun.

    A. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menentukan dua

    rumusan yang akan diteliti sebagai berikut ini.

    1) Afiks Bahasa Indonesia apa sajakah yang sudah dikuasai oleh Eden pada usia

    dua tahun?

    2) Jenis kata apa sajakah yang sudah dikuasai Eden pada usia dua tahun?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    B. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan di atas, maka

    terdapat dua tujuan dari penelitian yaitu:

    1) Mendeskripsikan pemerolehan afiks oleh Eden anak usia dua tahun.

    2) Mendeskripsikan pemerolehan jenis kata oleh Eden anak usia dua tahun.

    C. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hasil penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1) Manfaat Teoritis

    a. Bagi perkembangan teori mengenai pemerolehan bahasa khususnya

    perkembangan bahasa dalam kajian psikolinguistik.

    b. Bagi ilmu mengenai perkembangan pemerolehan bahasa supaya lebih

    beragam dan lebih terpadu.

    2) Manfaat Praktis

    a. Bagi orang tua supaya lebih memperhatikan dan membimbing anak dalam

    belajar dan mengasah kemampuan berbahasa anak-anak mereka dengan

    lebih baik dan tentu disesuaikan dengan perkembangan fisik dan tingkat

    usia.

    b. Bagi peneliti supaya dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai sarana

    dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya

    perkembangan pemerolehan bahasa anak di Indonesia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    c. Bagi pembaca supaya penelitian ini dapat di manfaatkan secara benar

    dalam menggali pengetahuan dan salah satu sumber belajar.

    D. Batasan Istilah

    Di bawah ini merupakan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian

    ini:

    1) Bahasa Pertama

    Bahasa pertama adalah anak belum mengenal bahasa dan pertama kali

    berkomunikasi secara alami melalui orang terdekat (ibunya). Namun, pada

    umumnya bahasa anak akan terus berkembang secara kompleks. Pada usia

    tertentu anak akan semakin mudah menguasai bahasa ibu seiring dengan

    perkembangan otaknya.

    2) Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia

    Pemerolehan kata bahasa Indonesia adalah kata yang meliputi: kata

    berafiks dan jenis kata. Kata berafiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks,

    simulfiks. Jenis kata terdiri dari verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia

    (kata keterangan), nomina (kata benda), pronominal (kata ganti), numeralia (kata

    bilangan), dan kata tugas yang terdiri dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata

    sambung), interjeksi (kata seru), artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.

    Pemerolehan kata bahasa Indonesia ini akan diketahui melalui ujaran-ujaran anak

    dalam aktivitas sehari-hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Anak akan belajar bahasa pertamanya ketika anak belum mengenal dan

    belajar bahasa apapun dan baru pertama kali belajar bahasa. Anak akan terus

    belajar bahasa pertamanya melalui orang di sekitarnya dan akan tetap belajar

    sampai menginjak dewasa.

    Anak akan banyak bertanya kepada orangtuanya mengenai hal-hal

    disekitarnya. Kemudian anak menirukan ucapan atau kata-kata orangtuanya dan

    lambat laun kata-kata tersebut akan bertambah banyak dan beragam maknanya.

    Penelitian ini, menekankan pada pemerolehan kata berdasarkan kata berafiks dan

    jenis kata. Peneliti membatasi penelitian ini pada kasus Eden usia dua tahun lebih

    sepuluh bulan sampai usia dua tahun lebih sebelas bulan pada tahun 2016.

    F. Sistematika Penyajian

    Dalam mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka

    dibuat sistematika sebagai berikut. Bab I berisi mengenai pendahuluan. Dalam

    bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian, batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika

    penyajian.

    Bab II berisi mengenai landasan teori. Dalam bab ini diuraikan mengenai

    tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori. Landasan

    teori berisi mengenai konsep pemerolehan bahasa yang terdiri dari dua tahap yaitu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BI dan B2, perkembangan pemerolehan kata bahasa Indonesia berdasarkan kata

    berafiks dan jenis kata.

    Bab III berisi mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini diuraikan

    mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik

    pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi.

    Bab IV berisi mengenai hasil analisis dan pembahasan. Dalam bab ini

    diuraikan mengenai deskripsi data pemerolehan kata berdasarkan afiks dan jenis

    kata pada subjek Eden, analisis data, dan perbandingan hasil penelitian.

    Bab V berisi mengenai penutup. Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dari

    penemuan penelitian, implikasi penemuan bagi pembelajaran bahasa Indonesia

    dan saran-saran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

    Penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak pernah dilakukan oleh

    beberapa orang, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000),

    Desma (2008), dan Eka (2013). Dardjowidjojo mendeskripsikan penelitiannya

    berdasarkan perkembangan bahasa dan proses manusia memproduksi ujaran.

    Subjek penelitiannya yaitu Echa ketika berumur dua tahun. Dalam penelitiannya

    Soenjono memaparkan bahwa Echa sudah mempunyai kemampuan berbahasa

    yang baik khususnya di bidang sintaksis. Dalam bidang sintaksis Echa sudah

    mampu menguasai kalimat pasif dan menyatakan bentuk negatif.

    Penelitian yang dilakukan oleh Desma (2008) mengenai pemerolehan bahasa

    Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek penelitiannya adalah anak yang

    bernama Raka dan berusia dua tahun. Penelitian tersebut ditulis dalam skripsi

    yang berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama:

    Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun. Dalam penelitian ini Desma (2008)

    memaparkan pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh anak

    yang bernama Raka. Dalam penelitian ini mengkaji bahwa anak yang bernama

    Raka sudah dapat menguasai klausa, kosa kata, dan kalimat. Dalam hal ini, orang

    tua Raka mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    anaknya. Relasi orang tua dengan anak sangat penting dalam proses berbahasa

    anak. Tanpa relasi dengan orang tua, perkembangan bahasa anak tidak akan

    berjalan dengan baik.

    Penelitian yang dilakukan oleh Eka (2013) mengenai pemerolehan kata

    bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek penelitiannya adalah anak yang

    bernama Kukuh dan berusia lima tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang

    berjudul Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama

    Pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun. Dalam penelitian ini

    mengkaji bahwa anak yang bernama Kukuh sudah dapat menguasai kata ulang.

    Dalam hal ini, peran orang tua dan lingkungan tempat Kukuh bersosialisasi sangat

    berperan besar dalam perkembangan pemerolehan bahasa.

    Penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2002), Desma (2008), dan

    Eka (2013) dianggap relevan karena terdapat kesamaan yaitu pemerolehan bahasa

    anak sebagai bahasa pertama. Hal ini, menjadi acuan bagi peneliti sebagai dasar

    untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada pemerolehan bahasa anak

    dalam bidang Morfologi dan Sintaksis.

    A. Landasan Teori

    1. Pemerolehan Bahasa Pertama

    Ngalimun dan Noor Alfulaila (2014:83) mengemukakan bahwa proses

    anak mulai berkomunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan

    pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (B 1) anak terjadi bila

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada

    masa pemerolahan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi

    daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan

    mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang

    bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.

    Dalam pengertian ini, pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya

    dengan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan

    ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara

    otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang

    bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh “kategori-

    kategori kognitif ” yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa

    alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan sebagainya.

    Dardjowidjojo (2005: 167) mengatakan bahwa ada dua proses yang terjadi

    ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses

    kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang

    berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung

    secara tidak sadar. Proses kompetensi menjadi syarat untk terjadinya proses

    performansi yang terdiri dari dua proses yaitu proses pemahaman dan proses

    penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman

    melibatkan kemampuan mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-

    kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan

    mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    a. Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama

    Meskipun dengan landasan filosofis yang berbeda-beda, pada umumnya

    banyak ahli berpandangan bahwa anak dimanapun juga memperoleh bahasa

    ibunya dengan mamakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi

    oleh biologi dan neurologi manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan

    mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati

    pada saat dilahirkan. Selain itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal

    sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini.

    Jadi bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitarnya

    (Dardjowidjojo 2005:243). Tahap pemerolehan bahasa sebagai berikut.

    (1) Cooing atau Dekutan

    Dardjowidjojo (2005:244) mengatakan Pada umur sekitar 6 minggu anak

    mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.

    Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum

    terdengar dengan jelas. Jadi anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang

    belum jelas identitasnya.

    (2) Celotehan

    Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa tahap celotehan terjadi

    sekitar umur 6 bulan. Dalam hal ini anak mulai mencampur konsonan dengan

    vokal sehingga membentuk kata yang disebut celotehan. Celotehan yang diulang

    dapat memunculkan struktur seperti papapa mamama bababa. Kemudian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    konsonan dan vokal berubah dan muncul kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita,

    mama, mami.

    (3) Tahap Ujaran Satu Kata Satu Frase atau Holofrastik

    Dardjowidjojo (2005:245) menyatakan tahap ini berlangsung ketika anak

    berusia 1 tahun 6 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal

    diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari.

    Anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai

    mengucapkan kata-kata yang pertama. Tahap ini juga dinamakan satu kata

    dengan satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak

    itu merupakan satu konsep yang lengkap. Ujaran satu kata dipakai dalam kategori

    sintaksis yaitu nomina, verba, adjektiva, dan mungkin juga ada adverbia. Contoh:

    “Mam” (saya minta makan); “Pa” (saya mau papa di sini); “Ma” (Saya mau mama

    ada di sini); “Bi" (saya mau mobil).

    (4) Tahap Tahap dua kata, satu frasa

    Dardjowidjojo (2005:248) menyatakan kira-kira usia 1 tahun 8 bulan,

    seorang anak mulai mengucapkan ujaran-ujaran yang terdiri dari dua kata. Anak

    mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu

    terpisah. Dalam tahap ini anak itu menggunakan rangkaian dari ucapan satu kata

    dengan intonasi seakan-akan ada dua ucapan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Contoh: “Ani/mam,” yang artinya: “Ani minta makan”. Kemudian, ia mulai

    menggunakan “kalimat-kalimat” yang terdiri atas dua kata yang ciri-ciri hubungan

    antara dua kata itu jelas ada.

    (5) Ujaran Telegrafis

    Dardjowidjojo (2005:247) menyatakan Tahap “ menyerupai telegram”

    Apabila seorang anak sudah mampu menggunakan lebih dari dua kata maka

    jumlah kata yang dipakai dapat tiga, empat bahkan lebih. Pada usia kira-kira 2

    tahun, anak itu sudah mulai menguasai “kalimat-kalimat” yang lebih lengkap.

    Hubungan-hubungan sintaktik (grammatical relations) sudah mulai tampak jelas,

    meskipun hingga usia ini yang menjadi topik pembicaraan ialah hal-hal yang

    berkenaan dengan dirinya, yakni yang ada di tempat dan terjadi pada waktu itu.

    Sejumlah ahli yang meneliti bahasa anak telah mengadakan penelitian-

    penelitian mengenai ucapan-ucapan anak, khususnya berapa kata yang sudah

    dapat diucapkan dalam satu “kalimat”. Mereka mengatakan bahwa tahapan

    pemerolehan bahasa dalam hal jumlah kata setiap ujaran tidak diukur menurut

    usia anak, tetapi menurut jumlah morfem yang sudah mampu diucapkan. Ada lagi

    teori bahwa seorang anak belajar dengan penguatan (reinforcement), yakni teori

    yang mengatakan bahwa kalau seorang anak belajar ujaran-ujaran yang benar,

    maka ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian (bagus! Pandai!) dan kalau

    ujaran-ujarannya salah, ia mendapat “penguatan negatif” (lagi, salah, tidak baik!).

    pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus terus menerus diperbaiki

    bahasanya kalau salah, dan dipuji. Yang benar ialah bahwa, seperti dikatakan di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    atas, seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri.

    Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama.

    2. Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia

    Dardjowidjojo (2005:225) mengemukakan bahwa pemerolehan (language

    acquisition) adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara

    natural pada waktu dia belajar bahasa ibu. Chaer, (2009:167) mengemukakan

    bahwa Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung

    di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa ibunya.

    Ngalimun dan Noor Alfulaila (2014:82) mengemukakan bahwa pemerolehan

    bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan

    untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan

    komunikasi.

    Chaer (2011:86) mengemukakan bahwa kata merupakan unsur yang paling

    penting dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa karena kata

    merupakan perwujudan bahasa. Setiap kata mengandung konsep makna dan

    mempunyai peran di dalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran apa yang

    dimiliki tergantung dari jenis atau macam-macam kata itu sendiri. Hasan Alwi

    (2010:28) mengatakan bahwa kata adalah bentuk yang dapat dipotong-potong

    menjadi bahasa yang lebih kecil kemudian yang dapat dipotong lagi menjadi

    bentuk yang lebih kecil sampai dipotong lagi tidak mempunyai makna.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Keraf (1985: 21) mengatakan kata adalah suatu unit dalam bahasa yang

    memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti memiliki

    komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi bebas. Setidaknya ada

    tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari

    posisinya dalam satuan gramatikal, kata dapat dipahami sebagai satuan gramatikal

    yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk

    frasa atau kalimat. Kedua, dari sudut pandang bahasa lisan, kata dapat dipahami

    sebagai deretan bunyi atau fonem yang mengandung arti yang diucapkan dalam

    satu kecapan. Ketiga, dari sudut bahasa tulis, kata merupakan deretan huruf yang

    mengandung arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi oleh spasi.

    Chaer (2011: 25) kata terdiri atas tiga jenis yaitu morfem bebas, morfem

    terikat, dan afiks. Morfem bebas/kata dasar adalah morfem yang tidak berkaitan

    dengan morfem lain dan dapat langsung digunakan dalam pertuturan (morfem

    dasar) contoh kata pulang ,merah, pergi dan sebagainya. Morfem terikat/kata

    berimbuhan adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem

    lain untuk dapat digunakan dalam tuturan. Dalam hal ini, termasuk semua afiks

    bahasa Indonesia termasuk morfem terikat contoh kata henti, juang, geletak.

    Ketiga morfem tersebut, harus diberikan afiks terlebih dahulu atau digabung

    dengan morfem lain supaya dapat digunakan dalam tuturan. Contoh morfem

    terikat yang sudah diberikan afiks terlebih dahulu dapat dilihat pada tabel berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Tabel 1. Contoh Morfem Terikat dan Morfem Berafiks

    No. Morfem Terikat Morfem Berafiks

    1. Juang berjuang, pejuang, dan daya juang.

    2. Henti berhenti, perhentian, dan menghentikan.

    3. Geletak Tergeletak dan menggeletak.

    Dalam penelitian ini, akan dibahas secara mendalam mengenai afiks dan

    jenis kata Bahasa Indonesia.

    a. Afiks

    Masnur (2014:13) mengatakan bahwa afiks atau imbuhan adalah bentuk

    (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Afiks yang

    ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan.

    Misalnya ber- dalam berjalan. Bila tempatnya di belakang kata, morfem ini

    dinamakan sufiks atau akhiran. Contohnya –an pada kata pejalan. Dan bila

    tempatnya di tengah kata, ia dinamakan sisipan atau infiks. Misalnya –er- dalam

    gerigi atau –el- dalam geletar. Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk

    suatu kesatuan secara serentak dinamakan konfiks. Kata berdatangan dibentuk

    dari datang dan konfiks ber-an dan bukan dari berdatang dan –an atau ber- dan

    datangan. Kata berhalangan dibentuk dari ber- dan halangan dan bukan ber-an dan

    halang. Maka dari itu, ber-an di situ bukanlah konfiks.

    Praptomo (2011:40) mengatakan bahwa afiks atau kata berimbuhan adalah

    pembentukan kata jadian dengan cara melekatkan imbuhan pada bentuk dasar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Jadi, afiks adalah bentuk dasar yang dilekati oleh kata imbuhan baik di

    awal, tengah maupun akhir supaya dapat digunakan dalam tuturan. Zaenal dan

    Junaiyah (2007:5) mengatakan bahwa afiks mempunyai peran yang sangat penting

    sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk,

    fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.

    Ramlan (2012:57) mengatakan bahwa afiks adalah suatu satuan gramatik

    terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan

    pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk

    membentuk kata baru. Ramlan (2012:57) membagi afiks menjadi empat yaitu

    prefiks (awalan), infiks (tengah) sufiks (akhir), dan simulfiks (terbelah). Tabel di

    bawah ini merupakan afiks menurut Ramlan (2012).

    Tabel 2. Macam-macam Afiks

    Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks

    Me– –el– –kan Ke – an

    Ber– –er– –an Pe – an

    Di– –em– –i Ber – an

    Ter– –wan Per – an

    Pe– Se – nya

    Se–

    Per–

    Ke–

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Berikut contoh afiks.

    (1) Prefiks

    Ramlan (2012:60) mengatakan prefiks terletak di lajur paling depan karena

    selalu melekat di depan bentuk dasar.

    (a) Prefiks ber–

    bertelur, bekerja, bercita-cita, berlayar, berjalan, berdua, bersedih,

    bergembira, bertinju.

    (b) Prefiks me–

    mencair, meninju, melaut, membantu, menggambar, menulis, menggali.

    (c) Prefiks di–

    dipukul, dilihat, disimpan, dibeli, dilipat, ditiru, dimasak, dimakan, dibawa.

    (d) Prefiks ter–

    tercantik, terbuka, terpandai, terpesona, terbangun, tertawa, terkecil, tertipu,

    tersimpan.

    (e) Prefiks pe–

    petinju, penulis, pembeli, pemalas, penakut, pelaut.

    (f) Prefiks se–

    Sekelas, serumah, sedesa, setempat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    (g) Prefiks ke–

    kedua, ketua, kekasih, ketemu, kehendak.

    (h) Prefiks per–

    perokok, perjelas, persegi.

    (2) Infiks

    Ramlan (2012:60) mengatakan infiks terletak di lajur tengah karena selalu

    melekat di tengah bentuk dasar.

    (a) Infiks –el

    telapak, telunjuk, gelembung, kelupas, geletar, geleser.

    (b) Infiks –em

    gemerlap, temali.

    (c) Infiks –er

    gerigi, seruling, geresek.

    (3) Sufiks

    Ramlan (2012:60) mengatakan sufiks terletak di lajur belakang karena

    selalu melekat di belakang bentuk dasar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    (a) Sufiks –kan

    jalankan, sewakan, bacakan, datangkan, patahkan, dengarkan.

    (b) Sufiks –an

    catatan, awalan, makanan, bacaan, tembakan, timbangan, sayuran, daratan,

    lautan, manisan, jualan.

    (c) Sufiks –i

    alami, warnai, sirami, lempari, pukuli, selimuti.

    (d) Sufiks –wan

    hartawan, dermawan, bangsawan, rupawan, seniman, ilmuwan, wartawan.

    (4) Simulfiks

    Ramlan (2012:60) mengatakan afiks terpisah atau simulfiks sebagian

    terletak di lajur paling depan dan sebagian terletak di lajur paling belakang bentuk

    dasar.

    (a) Simulfiks ke–an

    kelaparan, keracunan, keadaan, kekurangan, kesempitan, keadilan,

    kemanusiaan, kedudukan, kediaman.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    (b) Simulfiks ber–an

    bepergian, berdatangan, berguguran, berpelukan, beralasan, berakhiran,

    berpikiran.

    (c) Simulfiks per–an

    persetujuan, perdamaian, percakapan, perkelahian, perairan, peristirahatan.

    (d) Simulfiks pe–an

    Pendaftaran, pendapatan, penyelarasan.

    (e) Simulfiks se–nya

    sebaik-baiknya, sebesar-besarnya.

    b. Jenis Kata

    Kata merupakan unsur yang terpenting dalam bahasa. Setiap kata

    mempunyai peran dan kosep dalam pelaksanaan bahasa dan tergantung pada jenis

    atau macam-macam kata tersebut. Dalam KBBI jenis merupakan sifat, macam.

    Jenis kata sama dengan kategori kata atau kelas kata atau klasifikasi kata

    (misalnya kata benda, kata kerja dan sebagainya). Alwi, dkk (2010) dalam buku

    Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga menjelaskan secara rinci

    mengenai jenis kata beserta contohnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    (1) Verba (Kata Kerja)

    Alwi, dkk (2010:91) mengatakan bahwa verba adalah kata yang

    menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Verba

    bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks. Pada umumnya verba tidak dapat

    bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan seperti kata

    agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali. Contoh: Adik menggambar

    monyet, Siti membeli roti di pasar, pencuri itu lari, Mereka sedang belajar di

    kamar, dan sebagainya. Berikut macam verba berdasarkan bentuknya.

    (a) Verba asal

    Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya afiks. Contoh

    kata: ada,datang, mandi, tinggal, suka, tiba, turun, pergi.

    (b) Verba turunan

    Verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksan, reduplikasi, dan

    pemajemukan.

    1). Dasar bebas, afiks wajib

    Contoh: mendarat, melebar, mengering, membesar, berlayar, bertelur, dan

    bersepeda.

    2). Dasar bebas, afiks manasuka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Contoh: (mem)baca, (mem)beli, (meng)ambil, (men)dengar, (be)kerja, (ber)karya,

    dan (ber)jalan.

    3). Dasar terikat, afiks wajib

    Contoh: bertemu, bersua, membelalak, menganga, mengungsi, dan berjuang.

    4). Berulang

    Contoh: berjalan-jalan, memukul-mukul, dan makan-makan.

    5). Majemuk

    Contoh: naik haji, campur tangan, cuci muka, mempertanggungjawabkan.

    (2) Adjektiva (Kata Sifat)

    Alwi, dkk (2010:177) mengatakan bahwa adjektiva adalah kata yang

    memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh

    nomina dalam kalimat adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina

    itu berfungsi atribut. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau

    keanggotaan dalam suatu golongan. Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan

    dalam suatu golongan itu ialah kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda.

    Contohnya seperti pada kata anak kecil, beban berat, baju merah, meja bundar,

    alam gaib, pemain ganda.

    Selajutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat.

    Fungsi predikat dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, basah, baik, dan sadar. Contoh

    seperti pada kata agaknya dia sudah mabuk, orang itu sakit dan tidak tertolong

    lagi, bajunya basah kena hujan, ia berhasil dengan baik, hal itu dikemukakan

    secara sadar.

    Adjektiva juga didirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat

    kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan

    tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di

    samping adjektiva. Contoh seperti pada kata anak itu sangat kuat, agak jauh juga

    rumahnya. Tingkat bandingan juga dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata

    lebih dan paling di muka adjektiva. Contoh kata seperti saya lebih senang di sini

    dari pada di sana, dan anaknya yang paling besar lulus kemarin. Jadi adjektiva

    atau kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda atau kata yang dapat

    diikuti dengan kata keterangan. Berikut macam-macam adjektiva berdasarkan

    bentuknya.

    (a) Adjektiva Dasar

    Sebagian besar adjektiva dasar merupakan bentuk yang morfofonemis, meskipun

    ada yang berbentuk perulangan semu. Contoh: besar, merah, sakit, bundar, pura-

    pura, sia-sia, hati-hati, tiba-tiba.

    (b) Adjektiva Turunan

    Contoh: gemetar, gemuruh, kemilau, gemerlap, semerbak, gemilang.

    (c) Adjektiva Majemuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Contoh: antarbangsa, antarkota, internasional, mahabesar, mahakuasa, baik

    budi, baik hati, bebas tugas, lepas landas.

    (3) Adverbia (Kata Keterangan)

    Alwi, dkk (2010:203) mengatakan bahwa dalam tataran frasa, adverbia

    merupakan kata yang menerangkan verba, adjektiva, atau adverbial lain.

    Sementara itu, adverbia sering juga disebut kata keterangan. Kata keterangan

    adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Berikut macam adverbia.

    (a) Adverbia tunggal

    1. Adverbia yang berupa kata dasar. Contoh: tidak, telah, sungguh, sudah,

    senantiasa, selalu, saling, sangat, niscaya, mungkin, memang, masih, kerap,

    hanya, agar, bukan, boleh, belum, barangkali, amat, alangkah.

    2. Adverbia yang berupa kata berafiks. Contoh: rasanya, biasanya, agaknya,

    secepatnya, sesungguhnya, sebenarnya, sebaiknya, sekali, terlampau, terlalu,

    terkadang.

    3. Adverbia yang berupa kata ulang. Contoh: mati-matian, kecil-kecilan, habis-

    habisan, diam-diam, pelan-pelan, tengah-tengah, pagi-pagi, mula-mula,

    malam-malam, akhir-akhir.

    (b) Adverbia Gabungan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir selalu.

    (4) Nomina (Kata Benda)

    Alwi, dkk (2010:221) mengatakan bahwa nomina atau kata benda adalah kata

    yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Contohnya murid, burung, kursi, dan kemiskinan adalah nomina. Contoh nomina

    yaitu seperti kata gambar, meja, rumah, malam, minggu, tahun, pisau, tongkat,

    kesatria, dan hokum. Berikut macam nomina berdasarkan bentuknya.

    (a) Dasar

    Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem.

    1). Nomina Dasar Umum

    Contoh: gambar, meja, rumah, malam, minggu, tahun, pisau, tongkat, kesatria,

    dan hukum.

    2). Nomina Dasar Khusus

    Contoh: adik, atas, batang, bawah, dalam, paman, muka, Pekalongan, Pontianak,

    dan maret.

    (b) Turunan

    1). Afiksasi

    Contoh: mendarat, daratan, bersatu, dan pengosongan.

    2). Perulangan

    Contoh: rumah-rumah, buku-buku, gunung-gunung, warna-warni, gerak-gerik,

    main-mainan, dan batu-batuan.

    3). Pemajemukan

    Contoh: suka duka, ganti rugi, uang muka, tata tertib, peran serta, dan tata kota.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    (5) Pronomina (Kata Ganti)

    Alwi, dkk (2010:255) mengatakan bahwa pronomina atau kata ganti

    adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina yang lain dan berfungsi

    untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang dibendakan. Nomina

    perawat dapat diacu dengan pronomina dia atau ia. Bentuk –nya pada meja itu

    kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat

    dikatakan bahwa pronominal menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh

    nomina, seperti subjek, objek, predikat dan dalam macam kalimat tertentu.

    Pronomina merupakan acuan yang dapat berpindah-pindah karena bergatung

    kepada siapa yang menjadi pembicara, siapa yang menjadi pendengar, atau apa

    yang dibicarakan. Pronomina terdiri dari:

    (a) Pronomina pesona merupakan pronomina yang mengacu pada orang.

    1). Pronomina Pesona Pertama (Kata Ganti Orang Pertama)

    1). a. Pronomina orang pertama tunggal. Contoh: aku, saya, daku, ku,

    1). b. Pronomina orang pertama jamak. Contoh: kami dan kita.

    2). Pronomina Pesona Kedua (Kata Ganti Orang Kedua)

    2). a. Pronomina orang kedua tunggal. Contoh: kamu, anda, engkau, kau-,

    -mu, dikau.

    2). b. Pronomina orang kedua jamak. Contoh: kalian, sekalian, dan kamu.

    3). Pronomina Pesona Ketiga (Kata Ganti Orang Ketiga)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    3). a. Pronomina orang ketiga tunggal. Contoh: ia, dia, beliau, -nya.

    3). b. Pronomina orang ketiga jamak. Contoh: mereka.

    (b) Pronomina Penunjuk (Demonstrative) adalah kata yang dipakai untuk

    menunjuk atau menandai orang atau benda secara khusus.

    1). Pronomina demonstrative umum. Contoh: itu dan ini.

    2). Pronomina demonstratif tempat. Contoh: sini, situ, sana, di sini, dari situ,

    dari sana, ke sini, yaitu, yakni, di sana.

    3). Pronomina demonstrative ikhwal. Contoh: begini, begitu, berikut, sekalian,

    sedemikian, sebegitu.

    (c) Pronomina Penanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.

    1). Pronomina penanya benda atau orang. Contoh: apa, siapa, mana, yang

    mana.

    2). Pronomina penanya waktu. Contoh: kapan, bilamana, apabila.

    3). Pronomina penanya tempat. Contoh: di mana, dari mana, ke mana.

    4). Pronomina penanya keadaan. Contoh: mengapa, bagaimana.

    5). Pronomina penanya jumlah. Contoh: berapa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    (6) Numeralia (Kata Bilangan)

    Alwi, dkk (2010:281) mengatakan bahwa numeralia atau kata bilangan

    adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang,

    atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga,

    dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima,

    setengah, ketiga dan beberapa. Numeralia terdiri dari:

    (a) Numeralia Pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan

    bilangan yang lain. Contohnya seperti pada kata satu, dua, sebelas, delapan belas,

    seratus, seribu, dua ribu, sembilan ratus, ketiga, kedua, kesepuluh, berlima,

    berdua, berenam, puluhan, ratusan, jutaan, lusin, meter, kilo, liter, gram, kodi,

    dan sebagainya.

    (b) Numeralia Tingkat adalah numeralia pokok yang diubah dengan

    menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Contoh seperti pada kata

    kesatu, kedua, ketiga, kelima, kesepuluh, dan sebagainya.

    (7) Kata Tugas

    Alwi, dkk (2010:293) mengatakan bahwa kata tugas hanya memiliki arti

    gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas ditentukan bukan oleh kata

    itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau

    kalimat. Selain itu, hamper semua kata tugas tidak dapat menjadi dasar untuk

    membentuk kata lain. Kata tugas diklasifikasikan sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    (a) Preposisi (Kata Depan)

    Alwi, dkk (2010:294) mengatakan bahwa preposisi menandai berbagai

    hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan

    konstituensi di belakangnya. Preposisi atau kata depan terdiri dari:

    a. Preposisi Tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Preposisi

    tunggal terdiri dari :

    1. Preposisi Kata Dasar. Contoh: di, ke, dari, untuk, dalam, guna, pada, oleh,

    dengan, tentang, karena, akan, antara, bagi, buat, demi, hingga, kecuali,

    lepas, lewat, per, peri, sampai, sejak, seperti, serta, tanpa, dan tentang.

    2. Preposisi Kata Berafiks. Contoh: bersama, beserta, menjelang, menuju,

    menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh,

    terhadap, bagaikan melalui mengenai.

    b. Preposisi gabungan.

    1. Preposisi Berdampingan. Seperti pada kata daripada, kepada, oleh karena,

    oleh sebab, sampai ke, selain dari, dan sampai dengan.

    2. Preposisi Berkorelasi. Seperti pada kata antara…dengan…, antara…dan…,

    dari…hingga…, dari…sampai dengan…, dari…sampai ke…, dari…ke…,

    dari…sampai…, sejak…hingga…, sejak…sampai…

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    (b) Konjungtor (Kata Sambung)

    Alwi, dkk (2010:301) mengatakan bahwa konjungtor atau kata sambung

    adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata

    dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungtor terdiri

    dari:

    1. Konjungtor koordinatif yaitu menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama

    pentingnya, atau memiliki status yang sama. Seperti pada kata dan, atau, tetapi,

    serta, melainkan, padahal, dan sedangkan.

    2. Kata penghubung subordinatif yaitu yang menghubungkan dua klausa atau

    lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Seperti pada kata sejak, sementara,

    setelah, sesudah, sebelum, hingga, sampai, jika, kalau, jikalau, asalkan, bila,

    manakala, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, agar, supaya, biar,

    biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendatipun, seakan-akan,

    seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih,

    sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, sehingga, sampai, maka, dengan, tanpa,

    bahwa, yang, sama…dengan…, lebih…daripada….

    3. Kata penghubung korelatif yaitu kata penghubung yang menggabungkan dua

    kata, klausa, atau frasa, dan hubungan kedua usur itu memiliki derajat yang sama.

    Seperti pada kata baik…maupun…, tidak hanya…tetapi juga…, bukan

    hanya…melainkan juga…, demikian…sehingga…, sedemikian rupa…sehingga…,

    entah…entah…, jangankan…pun….

    4. Konjungtor antar kalimat yaitu menghubungkan satu kalimat dengan kalimat.

    Seperti pada kata walaupun demikian, meskipun demikian, biarpun demikian,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    walaupun demukian, meskipun demikian, sungguhpun demikian, sekalipun

    demikian, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, lagi pula, selain itu,

    sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, bahkan, akan, tetapi, namun, kecuali itu,

    dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu.

    (c) Interjeksi (Kata Seru)

    Alwi, dkk (2010:309) mengatakan bahwa interjeksi adalah kata tugas yang

    mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa

    kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu disamping kalimat

    yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Berikut macam-macam

    interjeksi.

    1). Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih.

    2). Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan, buset, keparat.

    3). Interjeksi kekaguman: aduhai, amboi, asyik.

    4). Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah.

    5). Interjeksi harapan: insya Allah.

    6). Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.

    7). Interjeksi kekagetan: astaga.

    8). Interjeksi ajakan: ayo, mari.

    9). Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    10). Interjeksi simpulan: nah.

    (d) Artikula (Kata Sandang)

    Alwi, dkk (2010:311) mengatakan bahwa artikula adalah kata tugas yang

    membatasi kata nomina. Kata sandang terdiri dari:

    a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar. Contoh: si monyet, sang

    pendekar, sang dewi, para guru.

    b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar

    (nomina devebal). Contoh: si terdakwa, si pengamen, si perampok.

    c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti. Contoh: si dia, sang aku.

    d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif. Contoh: kaum teraniaya,

    kaum terpinggirkan.

    (e) Partikel Penegas

    Alwi, dkk (2010:313) mengatakan bahwa partikel penegas meliputi kata

    yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan

    unsur yang diiringinya. Ada empat partikel penegas yaitu –kah, -lah, -tah, dan –

    pun. Tiga yang pertama berupa klitika, sedangkan yang keempat tidak.

    Penelitian ini memfokuskan jenis kata berdasarkan teori Tata Bahasa Baku

    Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Hasan Alwi, dkk (2010). Alasan Peneliti

    menggunakan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Hasan Alwi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    dkk (2010) karena unsur terkecil bahasa adalah kata dan tata bahasa merupakan

    pedoman yang lengkap dalam menjelaskan berbagai komponen bahasa secara

    jelas dan terperinci pembahasannya.

    3. Kerangka Berpikir

    Dalam penelitian ini, terdapat dua tujuan yang pertama mendeskripsikan

    kata yang dikuasai Eden anak usia dua tahun berdasarkan afiks, yang kedua

    mendeskripsikan pemerolehan kata yang dikuasai Eden anak usia dua tahun

    berdasarkan jenis kata.

    Dalam menganalisis tuturan berdasarkan jenis kata dan afiks peneliti

    berpedoman pada teori Ramlan (2012) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

    (2010). Afiks Ramlan (2012) meliputi prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis

    kata Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2010) meliputi verba (kata kerja),

    adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),

    pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri

    dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru),

    artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.

    Oleh karena itu, dalam menganalisis pemerolehan jenis kata dan afiks

    peneliti juga mempertimbangkan pemerolehan kata dan analisis urutannya untuk

    mengetahui sejauh mana dan apa saja kata yang sudah dikuasai anak pada usia

    dua tahun. Berikut dipaparkan alur berpikir dalam penelitian ini melalui bagan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Ujaran Eden Usia Dua Tahun

    Ujaran Berdasarkan Kata

    Berafiks.

    Ujaran Berdasarkan Jenis

    Kata.

    Prof. Drs. M. Ramlan tahun

    2012 Hasan Alwi, dkk tahun 2010

    Analisis Data

    Hasil

    Analisis

    Kesimpulan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut David Williams

    (1995) (dalam Moleong 2014 : 174). penelitian kualitatif adalah penelitian yang

    bermaksud untuk memahami fenomena kata afiks dan jenis kata yang dialami

    oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan , dan lain-

    lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

    pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

    metode alamiah. Pengertian deskriptif penelitian ini adalah data dikumpulkan

    berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh

    adanya penerapan metode kualitatif. Jadi, penelitian ini berkemungkinan menjadi

    kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan

    berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

    Dalam hal ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan

    data dan menganalisis data. Peneliti berperan penting dalam memperoleh data

    bersifat alamiah berupa tuturan atau ujaran yang dihasilkan Eden dalam aktivitas

    sehari-hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    A. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki yang bernama

    Gildhas Eden Parama Ananta Wijaya yang biasa dipanggil Eden. Eden lahir di

    Klaten dalam keadaan normal dan sehat, pada tanggal 28 April 2013. Penelitian

    berlangsung selama dua bulan. Pada saat penelitian Eden berusia dua tahun lebih

    sepuluh bulan sampai dua tahun lebih sebelas bulan. Eden adalah anak pertama

    dari Ibu Agustina Eri dan Bapak Anton. Latar belakang bahasa kedua orang tua

    eden menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sejak bayi

    Eden sudah belajar berkomunikasi dengan menggunakan variasi bahasa

    bilingualisme atau kedwibahasaaan. Dalam usia dua tahun Eden sudah mampu

    menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Namun Eden lebih lancar

    berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan Bahasa Jawa.

    Eden termasuk anak yang aktif berkomunikasi dengan orang di sekitarnya,

    suka bermain, dan rasa ingin tahunya yang tinggi. Eden selalu menanyakan hal-

    hal baru di sekitarnya. Kemudian dalam hal kemampuan berkomunikasi Eden

    sudah dapat menghasilkan tuturan yang cukup baik di usianya. Namun Eden

    masih kesulitan dalam mengucapkan fonem /e/, /r/,/n/, /j/, /k/, dan /y/ secara jelas

    dan lancar. Kesulitan pengucapan kata tertentu disebabkan oleh bunyi hambat

    bilabial dan faktor pertumbuhan gigi yang belum sempurna.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Foto: Eden ketika mendapatkan angpao

    B. Instrumen Penelitian

    Menurut Arikunto (2006:1630) instrumen penelitian adalah alat atau

    fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya lebih

    mudah dalam mengerjakan dan hasilnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis

    sehingga mudah diolah. Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya yaitu

    peneliti sendiri melalui pengamatan langsung atau observasi langsung dengan

    menyimak dan perekaman (handpone) terhadap subjek karena anak usia dua tahun

    tidak memungkinkan untuk dilakukan tes atau wawancara. Setelah itu, peneliti

    membuat transkrip dari hasil menyimak dan perekaman dalam lembar

    pengamatan. Di bawah ini merupakan contoh dari lembar pengamatan yang

    digunakan untuk mencatat hasil tuturan:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Tabel 3. Kode Data Tuturan

    No. Kode Data Tuturan Konteks Tuturan

    1.(1) E: Keletanya melwati umah.

    I : Lewat rumah siapa?

    E: Umah Eden.

    Situasi sore hari

    sedang melihat film.

    1.(2) E:Keletanya belhenti di umah.

    I : Mana keretanya?

    E: Ini keleta besal.

    Situasi sore hari

    sedang melihat film.

    Keterangan:

    No. Kode : banyaknya tuturan yang dihasilkan subjek.

    Data Tuturan : ujaran yang dihasilkan subjek.

    Konteks Tuturan : situasi yang berlangsung saat ujaran dihasilkan.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Peneliti merupakan

    instrumen kunci dalam pengumpulan data dan analisis data. Dalam hal ini, peneliti

    berperan sebagai pengamat, mengobservasi dan berperan serta dalam aktivitas

    keseharian Eden di lingkungan sosialnya. Alasan peneliti menggunakan metode

    observasi atau pengamatan secara langsung yaitu pertama, anak usia prasekolah

    tidak memungkinkan untuk dilakukan tes karena perkembangan kemampuan

    otaknya yang masih tergolong sederhana belum mampu membaca dan menulis,

    dan tidak dilakukan wawancara karena faktor indra pengucapan yang belum jelas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    yang disebabkan pertumbuhan gigi yang belum sempurna. Kedua, pengamatan

    dan memberikan perhatian memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data

    berupa ujaran yang dihasilkan Eden secara alamiah dan sejauh mana tuturan

    dihasilkan, karena terlibat langsung dalam aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi

    untuk merangsang hasil tuturan dan penggunaan bahasa Eden ketika berumur dua

    tahun.

    Dalam mempertegas alasan penggunaan pengamatan ada tiga alasan yang

    dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014 : 174). Pertama,

    teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung yang memungkinkan

    melihat dan mengamati sendiri dan mencatat kejadian sebenarnya dan dapat

    menjadikan alat yang ampuh dalam mengatasi situasi-situasi yang rumit. Kedua,

    dalam mengumpulkan data peneliti mengajak subjek berkomunikasi untuk

    mengetahui sejauh mana kemampuan berkomunikasi dan menghasilkan tuturan

    dengan cara perekaman untuk mempermudah memperoleh data. Ketiga, dalam

    pengamatan langsung tersebut, peneliti memberikan rangsangan untuk

    berkomunikasi supaya subjek mudah merespon dan menghasilkan tuturan secara

    alami dengan cara perekaman. Selain alat perekam peneliti juga menggunakan

    buku dan alat tulis sebagai catatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini,

    dilakukan dari bulan Februari 2016 sampai Maret 2016.

    Setelah pengumpulan data peneliti memberikan kode pada tuturan untuk

    mempermudah dalam menganalisis. Berikut cara pengkodean yang dilakukan

    dalam penelitian ini. Kode I untuk data dari segi kata berafiks dan kode II untuk

    data dari segi jenis kata.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Kode 1 digunakan untuk menandai kata dari segi kata berimbuhan atau

    kata berafiks. Subkode tersebut masih dirinci lagi menjadi subkode-subkode yang

    berupa angka (1), (2), (3) yang diapit tanda jurung dan seterusnya untuk menandai

    hasil ujaran yang diproduksi subjek. Jadi penyajian data secara utuh 1.(1) dibaca

    “data pemerolehan kata berafiks yaitu terdapat pada ujaran pertama.

    Kode 2 digunakan untuk menandai data dari segi jenis kata. Subkode

    tersebut masih dirinci lagi menjadi subkode-subkode yang berupa angka (1), (2),

    (3) yang diapit tanda jurung dan seterusnya untuk menandai hasil ujaran yang

    diproduksi subjek. Jadi penyajian data secara untuh 2.(2) dapat dibaca “data

    pemerolehan jenis kata yaitu terdapat pada ujaran pertama.

    D. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis

    data kualitatif. Teknik ini, digunakan untuk menganalisis hasil tuturan Eden

    Parama usia dua tahun. Langkah-langkah analisis kualitatif adalah sebagai berikut.

    1. Langkah pertama adalah mengklasifikasi data. Data tuturan yang dihasilkan

    Eden diklasifikasi berdasarkan kata afiks dan jenis kata.

    2. Langkah kedua adalah mengidentifikasi data. Setelah mengklasifikasi data

    berdasarkan kata afiks dan jenis kata, peneliti mengidentifikasi tuturan yang

    dihasilkan Eden, berdasarkan komponen dari kata afiks mencakup: prefiks,

    infiks, sufiks, dan simulfiks. Komponen jenis kata mencakup: verba (kata

    kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri

    dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru),

    artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.

    3. Langkah ketiga adalah mendeskripsikan data. Setelah mengidentifikasi data

    dari komponen kata berafiks dan jenis katanya, peneliti mendeskripsikan data

    dari setiap komponen diamati setiap penggunaannya dalam tuturan Eden.

    E. Triangulasi

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

    sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2012 : 330). Jenis triangulaasi

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah trisngulasi dengan metode. Pada

    triangulasi dengan metode, Patton (Moleong, 2012:331) menjelaskan terdapat dua

    strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

    beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan

    beberapa sumber data dengan metode yang sama.

    Triangulasi dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan terhadap suatu

    pengumpulan data dengan beberapa metode yang berbeda dan juga untuk

    mengoreksi hasil temuan peneliti dari berbagai sumber dan metode yang berbeda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini terdiri atas deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Pertama,

    peneliti menjelaskan tentang deskripsi data penelitian. Kedua, peneliti

    menjelaskan hasil temuan analisis data dari dua rumusan masalah, yaitu afiks

    terdiri dari prefiks, infiks, sufiks dan simulfiks serta jenis kata terdiri dari verba

    (kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata

    benda), pronomina (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang

    terdiri dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata

    seru), artikula (kata sandang), dan partikel penegas yang ada dalam tuturan Eden

    ketika berusia dua tahun. Ketiga, peneliti menjelaskan tentang pembahasan hasil-

    hasil temuan dari analisis data.

    A. Deskripsi Data

    Sesuai langkah-langkah pada penelitian bab III, peneliti mendeskripsikan

    data mengenai afiks dan jenis kata pada tuturan yang dikuasai Eden pada usia dua

    tahun. Pengambilan data dilakukan ketika Eden berusia dua tahun. Data diambil

    dengan perekaman dan pencatatan ketika Eden berusia dua tahun sepuluh bulan

    (2;10) sampai dua tahun sebelas bulan (2;11). Eden termasuk anak yang aktif,

    ceria, rasa ingin tahunya yang tinggi, dan selalu ingin berkomunikasi meskipun

    pengucapan belum sejelas dan selancar orang dewasa. Pengucapan yang belum

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    jelas tersebut disebabkan oleh faktor alat ucap yang belum sempurna seperti

    pertumbuhan gigi dan bunyi hambat labial dan bilabial yang belum sepenuhnya

    dikuasai oleh anak usia dua tahun. Data diperoleh melalui aktivitas keseharian

    Eden secara alamiah ketika bermain, mandi, makan, belajar, bersantai, nonton

    film, dan bercerita.

    Kata berafiks yang dihasilkan meliputi prefiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis

    kata yang dihasilkan meliputi nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva

    (kata sifat), preposisi (kata depan), adverbia (kata keterangan), numeralia (kata

    bilangan), demonstratif (kata penunjuk), konjungtor (kata sambung), pronominal

    (kata penunjuk), interjeksi (kata seru), dan partikel. Data terkumpul sebanyak 34

    kata berafiks dalam 78 data tuturan. Jenis kata terkumpul 371 kata dalam 78 data

    tuturan. Berikut dipaparkan penggunaan kata berafiks dan penggunaan jenis kata.

    1. Penggunaan Afiks

    Penggunaan afiks terjadi sebanyak 34 temuan. Afiks tersebut diuraikan

    dalam tabel berikut ini.

    Tabel 4. Jumlah Penggunaan Afiks

    No. Kata Berafiks Jumlah

    1. Prefiks 25

    a. ter– 2

    b. ber– 3

    c. me– 16

    d. pe– 1

    e. di– 2

    f. per– 1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    2. Sufiks 11

    a. –i 2

    b. –an 7

    c. –kan 2

    3. Simulfiks 1

    a. ke–an 1

    Contoh penggunaan afiks dapat diperjelas pada bagian (1) sampai (3).

    Bagian tersebut berdasarkan macam-macam afiks. Bagian (1) penggunaan afiks

    sebagai awalan atau prefiks yang terdapat 6 macam prefiks dan jumlah

    keseluruhan sebanyak 25 kata . Contoh kata dapat dicermati di bawah ini.

    (1) A. Prefiks ter–

    E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.

    B: Kenapa kok sakit?

    E: Tadi tatuh di jembatan. [1. (7)]

    A. Prefiks ber–

    E: Cangkul-cangkul.

    I : Iya ayo nyanyi dari awal.

    E: Ayo kawan kita belsama, mananam jagung di kebun kita. Ambil

    cangkulmu kita belkeja tak jamu-jamu. Cangkul aku gembila

    mananam jagung di kebun kita. selesai. [1. (23)]

    B. Prefiks me–

    E: Keletanya melwati umah.

    I : Lewat rumah siapa?

    E: Umah Eden. [1.(1)]

    C. Prefiks pe–

    E: keletanya mambawa penumpang banyak cekali ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    B: mau di bawa kemana itu?

    E: oh ke pacal ini. [1.(6)]

    D. Prefiks di–

    E: Tilut-tilut keleta lewat duel nabak mobin.

    T: Kenapa Eden?

    E: Mobin ditabak keleta. [1.(18)]

    E. Prefiks per–

    E: Mau ini.

    T: Ini namanya apa?

    E: Hape.

    T: Mau buat apa?

    E: pelmainan ini bisa.

    T: Ini ndak bisa permainan ini, batrainya habis. [1.(30)]

    Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “terjatuh”, “bekerja”,

    “melewati”, “penumpang”, “diabrak”, dan “permainan”. Selain itu, kata berafiks

    sebagai akhiran atau sufiks yang terdapat 3 macam dari jumlah keseluruhan

    sebanyak 11 kata. Contoh kata ini dapat dicermati di bawah ini.

    (2) A. Sufiks –i

    I : Eden ibu berangkat kerja dulu ya?

    E: Iya bawa buku mewalnai.

    I : Buku mewarnai? Eden mau mewarnai?

    E: Iya keleta. [1.(34)]

    B. Sufiks –an

    T: Eden kenapa kok sembunyi?

    E: Ku takutan tokek-tokek.

    T: eh kamu jangan takut sama tokek ya

    E: Tokek-tokek di kebun. [1. (10)]

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    C. Sufiks –kan

    E: Bapak bangun ikannya lapal.

    B: Mana ikannya?

    E: Ini tangan lepaskan.

    B: iya. [1. (27)]

    Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “mewarnai”, “takutan”, dan

    “lepaskan. Selain itu, kata berafiks sebagai awalan dan akhiran atau simulfiks

    yang terdapat 1 macam dari jumlah keseluruhan sebanyak 1 kata. Contoh kata ini

    dapat dicermati di bawah ini.

    (3) Simulfiks ke–an

    E: Ikannya makan kalapalan mau minta telut ini.

    I : Yang minta telur Eden atau ikan ini?

    E: Eden. [1.(26)]

    Kata berafiks tersebut terdapa