PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA ...repository.usd.ac.id/12482/2/121224009_full.pdfusia dua...
Transcript of PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA ...repository.usd.ac.id/12482/2/121224009_full.pdfusia dua...
-
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
SKRIPSI
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
Oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. B. Widharyanto, M.Pd. Tanggal, 24 Juli 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
SKRIPSI
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 7 Agustus 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Nama lengkap Tanda Tangan
Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ........................
Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ........................
Anggota 1 : Dr. B. Widharyanto, M.Pd. ........................
Anggota 2 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ........................
Anggota 3 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ........................
Yogyakarta, 7 Agustus 2017
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rohandi, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat-Nya.
2. Bapak Ignatius sumidi dan Ibu Cicilia Sutini (alm) yang tak pernah lelah
berjuang memberi dorongan moral maupun finansial sampai saat ini dengan
penuh cinta kasih.
3. Kakakku Agustina Eri Susanti yang selalu memberi semangat dan doa.
4. Kekasihku Bonaventura Sukma Hanggara Putra yang selalu memberi
dukungan, semangat, serta doa.
5. Para sahabatku yang saling memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTO
Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi
cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
(WS Rendra)
Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari
menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara
penuh;namun berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah
mencapainya.
(Michelangelo)
Sebesar apa sukses Anda diukur dari seberapa kuat keinginan Anda, seberapa
besar mimpi-mimpi Anda, bagaimana pula Anda mampu mengatasi kekecewaan
dalam hidup Anda.
(Robert T Kiyosaki)
Kecerdasan bukan untuk membuat semua hal tanpa kesalahan, namun untuk
mempercepat amatan bagaimana membuatnya menjadi bagus.
(Bertolt Brecht)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2017
Penulis
Florentina Fibrianingtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Florentina Fibrianingtyas
Nomor Induk Mahasiswa : 121224009
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA: KASUS EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Juli 2017
Yang menyatakan,
Florentina Fibrianingtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
Fibrianingtyas, Florentina. 2017. Pemerolehan Afiks dan Jenis Kata Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Pertama Kasus: Eden Parama Usia Dua
Tahun. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas pemerolehan afiks dan jenis kata Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama pada kasus Eden anak usia dua tahun. Tujuan
penelitian ini adalah afiks dan jenis kata apa sajakah yang sudah dikuasai Eden
usia dua tahun. Teori tentang afiks dalam penelitian ini menggunakan teori
Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif oleh Prof. Drs. M. Ramlan (2012). Jenis kata
dalam penelitian ini menggunakan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
edisi ketiga oleh Hasan Alwi, dkk (2010).
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber
data penelitian ini adalah tuturan Eden anak usia dua tahun. Data penelitian ini
berupa penggunaan kata berafiks dan penggunaan jenis kata.
Hasil penelitian ini sebagai berikut. Pertama, afiks yang sudah dikuasai
oleh Eden dalam usia dua tahun adalah prefiks, sufiks, dan simulfiks. Prefiks yang
dihasilkan meliputi: ter–, ber–, me–, pe–, di–, dan per–. Sufiks yang dihasilkan
meliputi: –i, –kan, dan –an. Simulfiks yang dihasilkan adalah ke–an. Kedua, jenis
kata yang sudah dikuasai Eden dalam usia dua tahun adalah nomina (kata benda),
verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), numeralia
(kata bilangan), konjungtor (kata sambung), pronomina (kata ganti), preposisi
(kata depan), dan interjeksi (kata seru). Verba (kata kerja) meliputi: verba asal dan
turunan. Adjektiva (kata sifat) meliputi: adjektiva dasar. Adverbia (kata
keterangan) meliputi: adverbia tunggal. Nomina (kata benda) meliputi: nomina
dasar dan nomina turunan. Pronomina (kata ganti) meliputi: ponomina penanya
dan pronomina pesona, dan penunjuk. Numeralia (kata bilangan) meliputi:
numeralia pokok. Preposisi (kata depan) meliputi: preposisi kata dasar.
Konjungtor (kata sambung) meliputi: konjungtor subordinatif. Interjeksi (kata
seru) meliputi: interjeksi keheranan dan interjeksi ajakan.
Implikasi dari hasil penelitian pemerolehan kata afiks dan jenis kata adalah
merujuk pada aktivitas yang dilakukan anak dalam menghasilkan bahasa secara
alami, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua untuk lebih
memperhatikan anaknya dalam perkembangan bahasanya. Saran penelitian ini
adalah pertama, peneliti lain dapat mengembangkan penelitian mengenai
pemerolehan bahasa anak dalam pembahasan kata yang berbeda. Kedua,orang tua
sebaiknya lebih memperhatikan perkembangan pemerolehan bahasa dan
perkembangan kosa kata yang dihasilkan supaya terstruktur dengan baik dan
benar. Ketiga, pemerolehan bahasa pertama menjadi pedoman bagi pendidik
dalam pembelajaran di sekolah. Bahasa pertama yang digunakan akan
mempengaruhi kemampuan belajar dan penguasaan kosa kata anak.
Kata kunci: Pemerolehan, Bahasa Pertama, dan Kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
Fibrianingtyas, Florentina. 2017. The acquisition Affixes and Types of Word of
Indonesian Language as the First Language of the Case: Eden Parama
Age of TwoYears. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
The research discussed the acquisition of affixes and word types of
Indonesian Language as the first language in the case of Eden of the child two
years of age. The purpose of the research was to affixes and types of word what
are already controlled by Eden, two years old child. The theory about affixes in
the research used the theory of The morphology of a Descriptive overview by Prof.
Drs. M. Ramlan (2012). The word types in the research used the theory of
Standard Grammar of Indonesian Language third edition by Hasan Alwi, dkk
(2010).
The research is included in descriptive research qualitative. The data
source of the research is speech of Eden, two years old child. The research data is
in the form of the used of the word affixes and the use of the word types.
The results of the research as followed. First, affixes that are already
mastered by Eden in two years is prefix, suffix, and simulfiks. The prefixes that
are produced includes: ter–, ber–, me–, pe–, di–, and per–. The suffixes that are
produced includes: –i, –kan, and –an. The simulfiks that is produced is ke–an.
Second, the types of word that is already control of Eden in two year are: nominal
(noun), verb, adjective, adverb, numeralia, konjungtor, pronomina, preposition,
and interjection. Verb includes origin and derivative. Adjective includes the
adjective base. Adverb includes the adverb single. Noun includes the noun base
and the noun derivative. Pronomina includes life questioner and refers to people.
Numeralia includes the numeralia base. Preposition includes the preposition word
base. Konjungtor includes the konjungtor subordinative. Interjection includes the
interjection astonishment and interjection solicitation.
The implication results of the research acquisition word affixes and word
types refers to the activities that children do in produce natural language, are
expected to contribute for the parents to pay more attention to her child in his
language development. Suggestions of the research are: first, other researchers can
develop research on the language acquisition of children in the discussion of the
different words. Second, parents should pay more attention to the development of
language acquisition and the development of vocabulary that is produced to be
structured properly. Third, the first language acquisition becomes guidelines for
educators in teaching and learning in the school. The using of the first language
will affect the learning ability and mastery of the vocabulary of the child.
Keyword: The acquisition, first language, and word.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Pemerolehan Kata Afiks dan Jenis Kata Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama Kasus: Eden Parama Usia Dua Tahun ini dengan baik.
Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),
Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan perhatian
dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan
yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,
bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah
sampai selesai.
5. Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu
sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
6. Kedua orang tua, Bapak Ignatius Sumidi dan Ibu Cicilia Sutini (alm) yang
telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara moral maupun material
bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai selesai ini.
7. Kakakku, Agustina Eri Susanti yang sudah memberikan dukungan, doa, dan
perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Maria Magdalena Damar Isti Nugraheni, Ana Afriyanti, Erichlina Susilawati,
Nur Putri Indah, Fandi Riwanto, Yohana Vita Desiani, Yonatan, Daniel
Bramantyo Adiyudho dan terkhusus untuk Bonaventura Sukma Hanggara
Putra yang selalu memberikan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI)
angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal perkuliahan sampai
penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai
cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa
hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan
satu per satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, segala bentuk kritik, saran, dan sumbangan ide yang membangun
dapat disampaikan kepada penulis demi peyempurnaan tulisan ini. Semoga karya
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi
siapa pun yang mempunyai minat pada bidang kebahasaan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTO ...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
E. Batasan Istilah ...................................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….7
G. Sistematika Penyajian .......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan...................................................... 9
B. Landasan Teori ..................................................................................... 10
1. Pemerolehan Bahasa Pertama ..................................................... 10
2. Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia .......................................... 15
a. Afiks ………………………………………………………… 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
b. Jenis Kata …………………………………………………… 22
3. Kerangka Berpikir …………………………………………….. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 37
B. Subjek Penelitian................................................................................ 38
C. Instrumen Penelitian .......................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 40
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 42
F. Triangulasi .......................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 44
A. Deskripsi Data.................................................................................... 44
1. Penggunaan Afiks ......................................................................... 45
2. Penggunaan Jenis Kata .................................................................. 48
B. Analisis Data ..................................................................................... 53
1.Afiks ............................................................................................... 53
a. Prefiks ......................................................................................... 53
b. Infiks ......................................................................................... 64
c. Sufiks ......................................................................................... 64
d. Simulfiks ................................................................................... 70
2. Jenis Kata ...................................................................................... 71
a. Nomina (Kata Benda) ................................................................. 72
b. Verba (Kata Kerja) ..................................................................... 73
c. Adjektiva (Kata Sifat) ................................................................ 75
d. Adverbia (Kata Keterangan) ...................................................... 76
e. Numeralia (Kata Bilangan) ........................................................ 78
f. Konjungtor (Kata Sambung) ....................................................... 79
g. Pronomina (Kata Ganti) ............................................................. 80
h. Preposisi (Kata Depan) .............................................................. 82
i. Interjeksi (Kata Seru) ................................................................. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 84
1. Afiks .............................................................................................. 84
2. Jenis Kata ...................................................................................... 87
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 90
A. Kesimpulan ........................................................................................ 90
B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................. 91
C. Saran................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Contoh Morfem Terikat dan Morfem Berafiks ................................... 17
Tabel 2 Macam-macam Afiks .......................................................................... 18
Tabel 3 Kode Data Tuturan .............................................................................. 40
Tabel 4 Jumlah Penggunaan Afiks ................................................................... 45
Tabel 5 Jumlah Penggunaan Jenis kata ............................................................ 48
Tabel 6 Afiks yang Dikuasai dan Belum Dikuasai .......................................... 85
Tabel 7 Jenis Kata yang Dikuasai dan Belum Dikuasai .................................. 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Tuturan ................................................................................. 95
Lampiran 2 Hasil Triangulasi........................................................................... 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat utama dalam membangun relasi manusia sebagai
wujud dari komunikasi. Bahasa membuat manusia dapat melakukan berbagai
aktivitas dengan mudah. Namun, pada umumnya pengguna bahasa tidak
menyadari bahwa menguasai bahasa bukan hal yang mudah. Dardjowidjojo
(2005:16) bahasa merupakan suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai
oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Fungsi
bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep atau juga perasaan (Chaer, 2009: 33). Dalam hal ini, Wardhaugh
(1972 dalam Chaer, 2009: 33) seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan
bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.
Oleh karena itu, bahasa merupakan identitas baik individu maupun kelompok.
Bahasa pada umumnya sudah melekat pada diri seseorang yang dimulai sejak
bayi. Seorang bayi sudah mulai berbahasa meski tidak dapat dipahami oleh orang
dewasa. Chomsky (1959 dalam Chaer, 2009:108) mengatakan bahwa otak
manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Manusia telah dilengkapi
dengan struktur bahasa universal dan apa yang disebut language acquisition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
device (LAD). Selain itu, Chomsky juga berpendapat bahwa tidak mungkin
seorang anak mampu menguasai bahasa ibunya dengan mudah yaitu tanpa diajar
dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit tanpa adanya sturktur universal dan
LAD itu dalam otak secara genetik. Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas
anak-anak dengan LAD yaitu menentukan bahasa masyarakat manakah masukan
kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal atau
sekema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah bertemu dengan
masukan dari bahasa masyarakatnya (bahasa ibunya) dan anak-anak membentuk
teori tata bahasanya berdasarkan itu.
Proses penguasaan bahasa dapat dipelajari melalui pemerolehan dan
belajar berbahasa. Dardjowidjojo (2005: 225) mengatakan pemerolehan dipakai
untuk padanan istilah Inggris acquisition, yaitu proses penguasaan bahasa yang
dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native
language). Dalam pengertian ini proses merupakan padanan dari istilah Inggris
learning. Proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, yaitu belajar di kelas
dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar
menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang yang
belajar di kelas adalah pembelajaran.
Ada pendapat bahwa bayi sejak lahir sampai usia sekitar satu tahun
dianggap belum punya bahasa atau belum berbahasa (Kaswanti 1989 via chaer,
2009:225). Meski dikatakan belum mempunyai bahasa, sebenarnya bayi tersebut
sudah mulai berkomunikasi. Bayi menangis merupakan salah satu cara
berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini pemerolehan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
dapat dibagi menjadi dua yaitu bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2).
Bahasa pertama (B1) biasanya dipelajari secara tidak langsung atau tanpa sadar,
sedangkan bahasa kedua (B2) dipelajari secara langsung dan dengan penuh
kesadaran. Pemerolehan bahasa ibu pada zaman sekarang berkembang sangat
cepat dan beragam. Selain itu banyak konsep mengenai bahasa yang semakin
banyak dan universal.
Pemerolehan bahasa anak dewasa ini dapat dijadikan pedoman penting
bagi guru dalam pembelajaran di sekolah. Seluk-beluk bahasa yang digunakan
anak akan mempengaruhi kemampuan belajar bahasa anak dan proses
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru dapat belajar dan mengambil
langkah yang tepat dalam proses pembelajaran, supaya materi yang disampaikan
dapat dipahami oleh anak dengan baik. Selain itu, penggunaan bahasa pertama
juga memudahkan anak dalam belajar berinteraksi dengan sesama dan lingkungan
sekitarnya.
Dalam penelitian ini, peneliti memusatkan perhatian pada pemerolehan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama khususnya tentang pemerolehan afiks
dan jenis kata dengan subjek yang bernama Eden Parama. Eden merupakan salah
satu anak laki-laki di Indonesia yang masih berusia dua tahun. Eden lahir di
Klaten pada tanggal 28 April 2013. Eden merupakan anak pertama dari Ibu
Agustina Eri dan Bapak Anton. Bapak Eden berasal dari klaten dan Ibunya berasal
dari Wonogiri. Kedua orang tua Eden aktif berkomunikasi dengan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia. Dalam keseharian orang tua Eden bekerja sebagai guru
salah satu sekolah swasta di Klaten. Eden tumbuh menjadi anak yang cerdas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
lincah, aktif, dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang lingkungan
sekitarnya dengan sebaik mungkin meskipun ucapan yang diucapkan belum
sejelas dan selancar orang dewasa pada umumnya. Dalam usaha untuk
berkomunikasi, Eden menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan
idenya. Eden dapat berbahasa Indonesia karena dari awal sudah diajarkan
menggunakan bahasa Indonesia. Eden belajar bahasa melalui peniruan ucapan
kedua orang tua dan lingkungannya. Selain itu, Eden belajar berbahasa melalui
media sosial seperti film, musik, video di youtube dan media cetak seperti buku
cerita bergambar, dan buku mewarnai.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada
pemerolehan kata bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pada anak yang
bernama Eden. Pemerolehan kata itu menarik peneliti untuk mengetahui lebih
dalam sejauh mana perkembangan bahasa tentang afiks dan jenis kata Bahasa
Indonesia yang sudah dikuasai oleh Eden anak usia dua tahun.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menentukan dua
rumusan yang akan diteliti sebagai berikut ini.
1) Afiks Bahasa Indonesia apa sajakah yang sudah dikuasai oleh Eden pada usia
dua tahun?
2) Jenis kata apa sajakah yang sudah dikuasai Eden pada usia dua tahun?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan di atas, maka
terdapat dua tujuan dari penelitian yaitu:
1) Mendeskripsikan pemerolehan afiks oleh Eden anak usia dua tahun.
2) Mendeskripsikan pemerolehan jenis kata oleh Eden anak usia dua tahun.
C. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
a. Bagi perkembangan teori mengenai pemerolehan bahasa khususnya
perkembangan bahasa dalam kajian psikolinguistik.
b. Bagi ilmu mengenai perkembangan pemerolehan bahasa supaya lebih
beragam dan lebih terpadu.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua supaya lebih memperhatikan dan membimbing anak dalam
belajar dan mengasah kemampuan berbahasa anak-anak mereka dengan
lebih baik dan tentu disesuaikan dengan perkembangan fisik dan tingkat
usia.
b. Bagi peneliti supaya dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai sarana
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya
perkembangan pemerolehan bahasa anak di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
c. Bagi pembaca supaya penelitian ini dapat di manfaatkan secara benar
dalam menggali pengetahuan dan salah satu sumber belajar.
D. Batasan Istilah
Di bawah ini merupakan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian
ini:
1) Bahasa Pertama
Bahasa pertama adalah anak belum mengenal bahasa dan pertama kali
berkomunikasi secara alami melalui orang terdekat (ibunya). Namun, pada
umumnya bahasa anak akan terus berkembang secara kompleks. Pada usia
tertentu anak akan semakin mudah menguasai bahasa ibu seiring dengan
perkembangan otaknya.
2) Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia
Pemerolehan kata bahasa Indonesia adalah kata yang meliputi: kata
berafiks dan jenis kata. Kata berafiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
simulfiks. Jenis kata terdiri dari verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia
(kata keterangan), nomina (kata benda), pronominal (kata ganti), numeralia (kata
bilangan), dan kata tugas yang terdiri dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata
sambung), interjeksi (kata seru), artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.
Pemerolehan kata bahasa Indonesia ini akan diketahui melalui ujaran-ujaran anak
dalam aktivitas sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Anak akan belajar bahasa pertamanya ketika anak belum mengenal dan
belajar bahasa apapun dan baru pertama kali belajar bahasa. Anak akan terus
belajar bahasa pertamanya melalui orang di sekitarnya dan akan tetap belajar
sampai menginjak dewasa.
Anak akan banyak bertanya kepada orangtuanya mengenai hal-hal
disekitarnya. Kemudian anak menirukan ucapan atau kata-kata orangtuanya dan
lambat laun kata-kata tersebut akan bertambah banyak dan beragam maknanya.
Penelitian ini, menekankan pada pemerolehan kata berdasarkan kata berafiks dan
jenis kata. Peneliti membatasi penelitian ini pada kasus Eden usia dua tahun lebih
sepuluh bulan sampai usia dua tahun lebih sebelas bulan pada tahun 2016.
F. Sistematika Penyajian
Dalam mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka
dibuat sistematika sebagai berikut. Bab I berisi mengenai pendahuluan. Dalam
bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika
penyajian.
Bab II berisi mengenai landasan teori. Dalam bab ini diuraikan mengenai
tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori. Landasan
teori berisi mengenai konsep pemerolehan bahasa yang terdiri dari dua tahap yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
BI dan B2, perkembangan pemerolehan kata bahasa Indonesia berdasarkan kata
berafiks dan jenis kata.
Bab III berisi mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini diuraikan
mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi.
Bab IV berisi mengenai hasil analisis dan pembahasan. Dalam bab ini
diuraikan mengenai deskripsi data pemerolehan kata berdasarkan afiks dan jenis
kata pada subjek Eden, analisis data, dan perbandingan hasil penelitian.
Bab V berisi mengenai penutup. Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dari
penemuan penelitian, implikasi penemuan bagi pembelajaran bahasa Indonesia
dan saran-saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak pernah dilakukan oleh
beberapa orang, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000),
Desma (2008), dan Eka (2013). Dardjowidjojo mendeskripsikan penelitiannya
berdasarkan perkembangan bahasa dan proses manusia memproduksi ujaran.
Subjek penelitiannya yaitu Echa ketika berumur dua tahun. Dalam penelitiannya
Soenjono memaparkan bahwa Echa sudah mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik khususnya di bidang sintaksis. Dalam bidang sintaksis Echa sudah
mampu menguasai kalimat pasif dan menyatakan bentuk negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Desma (2008) mengenai pemerolehan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek penelitiannya adalah anak yang
bernama Raka dan berusia dua tahun. Penelitian tersebut ditulis dalam skripsi
yang berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama:
Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun. Dalam penelitian ini Desma (2008)
memaparkan pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh anak
yang bernama Raka. Dalam penelitian ini mengkaji bahwa anak yang bernama
Raka sudah dapat menguasai klausa, kosa kata, dan kalimat. Dalam hal ini, orang
tua Raka mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
anaknya. Relasi orang tua dengan anak sangat penting dalam proses berbahasa
anak. Tanpa relasi dengan orang tua, perkembangan bahasa anak tidak akan
berjalan dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Eka (2013) mengenai pemerolehan kata
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek penelitiannya adalah anak yang
bernama Kukuh dan berusia lima tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang
berjudul Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama
Pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun. Dalam penelitian ini
mengkaji bahwa anak yang bernama Kukuh sudah dapat menguasai kata ulang.
Dalam hal ini, peran orang tua dan lingkungan tempat Kukuh bersosialisasi sangat
berperan besar dalam perkembangan pemerolehan bahasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2002), Desma (2008), dan
Eka (2013) dianggap relevan karena terdapat kesamaan yaitu pemerolehan bahasa
anak sebagai bahasa pertama. Hal ini, menjadi acuan bagi peneliti sebagai dasar
untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada pemerolehan bahasa anak
dalam bidang Morfologi dan Sintaksis.
A. Landasan Teori
1. Pemerolehan Bahasa Pertama
Ngalimun dan Noor Alfulaila (2014:83) mengemukakan bahwa proses
anak mulai berkomunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan
pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (B 1) anak terjadi bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada
masa pemerolahan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi
daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan
mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang
bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Dalam pengertian ini, pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya
dengan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan
ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara
otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang
bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh “kategori-
kategori kognitif ” yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa
alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan sebagainya.
Dardjowidjojo (2005: 167) mengatakan bahwa ada dua proses yang terjadi
ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses
kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang
berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung
secara tidak sadar. Proses kompetensi menjadi syarat untk terjadinya proses
performansi yang terdiri dari dua proses yaitu proses pemahaman dan proses
penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman
melibatkan kemampuan mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-
kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan
mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
a. Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama
Meskipun dengan landasan filosofis yang berbeda-beda, pada umumnya
banyak ahli berpandangan bahwa anak dimanapun juga memperoleh bahasa
ibunya dengan mamakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi
oleh biologi dan neurologi manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan
mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati
pada saat dilahirkan. Selain itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal
sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini.
Jadi bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitarnya
(Dardjowidjojo 2005:243). Tahap pemerolehan bahasa sebagai berikut.
(1) Cooing atau Dekutan
Dardjowidjojo (2005:244) mengatakan Pada umur sekitar 6 minggu anak
mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.
Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum
terdengar dengan jelas. Jadi anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang
belum jelas identitasnya.
(2) Celotehan
Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa tahap celotehan terjadi
sekitar umur 6 bulan. Dalam hal ini anak mulai mencampur konsonan dengan
vokal sehingga membentuk kata yang disebut celotehan. Celotehan yang diulang
dapat memunculkan struktur seperti papapa mamama bababa. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
konsonan dan vokal berubah dan muncul kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita,
mama, mami.
(3) Tahap Ujaran Satu Kata Satu Frase atau Holofrastik
Dardjowidjojo (2005:245) menyatakan tahap ini berlangsung ketika anak
berusia 1 tahun 6 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal
diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari.
Anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai
mengucapkan kata-kata yang pertama. Tahap ini juga dinamakan satu kata
dengan satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak
itu merupakan satu konsep yang lengkap. Ujaran satu kata dipakai dalam kategori
sintaksis yaitu nomina, verba, adjektiva, dan mungkin juga ada adverbia. Contoh:
“Mam” (saya minta makan); “Pa” (saya mau papa di sini); “Ma” (Saya mau mama
ada di sini); “Bi" (saya mau mobil).
(4) Tahap Tahap dua kata, satu frasa
Dardjowidjojo (2005:248) menyatakan kira-kira usia 1 tahun 8 bulan,
seorang anak mulai mengucapkan ujaran-ujaran yang terdiri dari dua kata. Anak
mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu
terpisah. Dalam tahap ini anak itu menggunakan rangkaian dari ucapan satu kata
dengan intonasi seakan-akan ada dua ucapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Contoh: “Ani/mam,” yang artinya: “Ani minta makan”. Kemudian, ia mulai
menggunakan “kalimat-kalimat” yang terdiri atas dua kata yang ciri-ciri hubungan
antara dua kata itu jelas ada.
(5) Ujaran Telegrafis
Dardjowidjojo (2005:247) menyatakan Tahap “ menyerupai telegram”
Apabila seorang anak sudah mampu menggunakan lebih dari dua kata maka
jumlah kata yang dipakai dapat tiga, empat bahkan lebih. Pada usia kira-kira 2
tahun, anak itu sudah mulai menguasai “kalimat-kalimat” yang lebih lengkap.
Hubungan-hubungan sintaktik (grammatical relations) sudah mulai tampak jelas,
meskipun hingga usia ini yang menjadi topik pembicaraan ialah hal-hal yang
berkenaan dengan dirinya, yakni yang ada di tempat dan terjadi pada waktu itu.
Sejumlah ahli yang meneliti bahasa anak telah mengadakan penelitian-
penelitian mengenai ucapan-ucapan anak, khususnya berapa kata yang sudah
dapat diucapkan dalam satu “kalimat”. Mereka mengatakan bahwa tahapan
pemerolehan bahasa dalam hal jumlah kata setiap ujaran tidak diukur menurut
usia anak, tetapi menurut jumlah morfem yang sudah mampu diucapkan. Ada lagi
teori bahwa seorang anak belajar dengan penguatan (reinforcement), yakni teori
yang mengatakan bahwa kalau seorang anak belajar ujaran-ujaran yang benar,
maka ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian (bagus! Pandai!) dan kalau
ujaran-ujarannya salah, ia mendapat “penguatan negatif” (lagi, salah, tidak baik!).
pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus terus menerus diperbaiki
bahasanya kalau salah, dan dipuji. Yang benar ialah bahwa, seperti dikatakan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
atas, seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri.
Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama.
2. Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia
Dardjowidjojo (2005:225) mengemukakan bahwa pemerolehan (language
acquisition) adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara
natural pada waktu dia belajar bahasa ibu. Chaer, (2009:167) mengemukakan
bahwa Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung
di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa ibunya.
Ngalimun dan Noor Alfulaila (2014:82) mengemukakan bahwa pemerolehan
bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan
untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi.
Chaer (2011:86) mengemukakan bahwa kata merupakan unsur yang paling
penting dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa karena kata
merupakan perwujudan bahasa. Setiap kata mengandung konsep makna dan
mempunyai peran di dalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran apa yang
dimiliki tergantung dari jenis atau macam-macam kata itu sendiri. Hasan Alwi
(2010:28) mengatakan bahwa kata adalah bentuk yang dapat dipotong-potong
menjadi bahasa yang lebih kecil kemudian yang dapat dipotong lagi menjadi
bentuk yang lebih kecil sampai dipotong lagi tidak mempunyai makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Keraf (1985: 21) mengatakan kata adalah suatu unit dalam bahasa yang
memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti memiliki
komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi bebas. Setidaknya ada
tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari
posisinya dalam satuan gramatikal, kata dapat dipahami sebagai satuan gramatikal
yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk
frasa atau kalimat. Kedua, dari sudut pandang bahasa lisan, kata dapat dipahami
sebagai deretan bunyi atau fonem yang mengandung arti yang diucapkan dalam
satu kecapan. Ketiga, dari sudut bahasa tulis, kata merupakan deretan huruf yang
mengandung arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi oleh spasi.
Chaer (2011: 25) kata terdiri atas tiga jenis yaitu morfem bebas, morfem
terikat, dan afiks. Morfem bebas/kata dasar adalah morfem yang tidak berkaitan
dengan morfem lain dan dapat langsung digunakan dalam pertuturan (morfem
dasar) contoh kata pulang ,merah, pergi dan sebagainya. Morfem terikat/kata
berimbuhan adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem
lain untuk dapat digunakan dalam tuturan. Dalam hal ini, termasuk semua afiks
bahasa Indonesia termasuk morfem terikat contoh kata henti, juang, geletak.
Ketiga morfem tersebut, harus diberikan afiks terlebih dahulu atau digabung
dengan morfem lain supaya dapat digunakan dalam tuturan. Contoh morfem
terikat yang sudah diberikan afiks terlebih dahulu dapat dilihat pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Tabel 1. Contoh Morfem Terikat dan Morfem Berafiks
No. Morfem Terikat Morfem Berafiks
1. Juang berjuang, pejuang, dan daya juang.
2. Henti berhenti, perhentian, dan menghentikan.
3. Geletak Tergeletak dan menggeletak.
Dalam penelitian ini, akan dibahas secara mendalam mengenai afiks dan
jenis kata Bahasa Indonesia.
a. Afiks
Masnur (2014:13) mengatakan bahwa afiks atau imbuhan adalah bentuk
(atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Afiks yang
ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan.
Misalnya ber- dalam berjalan. Bila tempatnya di belakang kata, morfem ini
dinamakan sufiks atau akhiran. Contohnya –an pada kata pejalan. Dan bila
tempatnya di tengah kata, ia dinamakan sisipan atau infiks. Misalnya –er- dalam
gerigi atau –el- dalam geletar. Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk
suatu kesatuan secara serentak dinamakan konfiks. Kata berdatangan dibentuk
dari datang dan konfiks ber-an dan bukan dari berdatang dan –an atau ber- dan
datangan. Kata berhalangan dibentuk dari ber- dan halangan dan bukan ber-an dan
halang. Maka dari itu, ber-an di situ bukanlah konfiks.
Praptomo (2011:40) mengatakan bahwa afiks atau kata berimbuhan adalah
pembentukan kata jadian dengan cara melekatkan imbuhan pada bentuk dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Jadi, afiks adalah bentuk dasar yang dilekati oleh kata imbuhan baik di
awal, tengah maupun akhir supaya dapat digunakan dalam tuturan. Zaenal dan
Junaiyah (2007:5) mengatakan bahwa afiks mempunyai peran yang sangat penting
sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk,
fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.
Ramlan (2012:57) mengatakan bahwa afiks adalah suatu satuan gramatik
terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan
pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk
membentuk kata baru. Ramlan (2012:57) membagi afiks menjadi empat yaitu
prefiks (awalan), infiks (tengah) sufiks (akhir), dan simulfiks (terbelah). Tabel di
bawah ini merupakan afiks menurut Ramlan (2012).
Tabel 2. Macam-macam Afiks
Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks
Me– –el– –kan Ke – an
Ber– –er– –an Pe – an
Di– –em– –i Ber – an
Ter– –wan Per – an
Pe– Se – nya
Se–
Per–
Ke–
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
Berikut contoh afiks.
(1) Prefiks
Ramlan (2012:60) mengatakan prefiks terletak di lajur paling depan karena
selalu melekat di depan bentuk dasar.
(a) Prefiks ber–
bertelur, bekerja, bercita-cita, berlayar, berjalan, berdua, bersedih,
bergembira, bertinju.
(b) Prefiks me–
mencair, meninju, melaut, membantu, menggambar, menulis, menggali.
(c) Prefiks di–
dipukul, dilihat, disimpan, dibeli, dilipat, ditiru, dimasak, dimakan, dibawa.
(d) Prefiks ter–
tercantik, terbuka, terpandai, terpesona, terbangun, tertawa, terkecil, tertipu,
tersimpan.
(e) Prefiks pe–
petinju, penulis, pembeli, pemalas, penakut, pelaut.
(f) Prefiks se–
Sekelas, serumah, sedesa, setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
(g) Prefiks ke–
kedua, ketua, kekasih, ketemu, kehendak.
(h) Prefiks per–
perokok, perjelas, persegi.
(2) Infiks
Ramlan (2012:60) mengatakan infiks terletak di lajur tengah karena selalu
melekat di tengah bentuk dasar.
(a) Infiks –el
telapak, telunjuk, gelembung, kelupas, geletar, geleser.
(b) Infiks –em
gemerlap, temali.
(c) Infiks –er
gerigi, seruling, geresek.
(3) Sufiks
Ramlan (2012:60) mengatakan sufiks terletak di lajur belakang karena
selalu melekat di belakang bentuk dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
(a) Sufiks –kan
jalankan, sewakan, bacakan, datangkan, patahkan, dengarkan.
(b) Sufiks –an
catatan, awalan, makanan, bacaan, tembakan, timbangan, sayuran, daratan,
lautan, manisan, jualan.
(c) Sufiks –i
alami, warnai, sirami, lempari, pukuli, selimuti.
(d) Sufiks –wan
hartawan, dermawan, bangsawan, rupawan, seniman, ilmuwan, wartawan.
(4) Simulfiks
Ramlan (2012:60) mengatakan afiks terpisah atau simulfiks sebagian
terletak di lajur paling depan dan sebagian terletak di lajur paling belakang bentuk
dasar.
(a) Simulfiks ke–an
kelaparan, keracunan, keadaan, kekurangan, kesempitan, keadilan,
kemanusiaan, kedudukan, kediaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
(b) Simulfiks ber–an
bepergian, berdatangan, berguguran, berpelukan, beralasan, berakhiran,
berpikiran.
(c) Simulfiks per–an
persetujuan, perdamaian, percakapan, perkelahian, perairan, peristirahatan.
(d) Simulfiks pe–an
Pendaftaran, pendapatan, penyelarasan.
(e) Simulfiks se–nya
sebaik-baiknya, sebesar-besarnya.
b. Jenis Kata
Kata merupakan unsur yang terpenting dalam bahasa. Setiap kata
mempunyai peran dan kosep dalam pelaksanaan bahasa dan tergantung pada jenis
atau macam-macam kata tersebut. Dalam KBBI jenis merupakan sifat, macam.
Jenis kata sama dengan kategori kata atau kelas kata atau klasifikasi kata
(misalnya kata benda, kata kerja dan sebagainya). Alwi, dkk (2010) dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga menjelaskan secara rinci
mengenai jenis kata beserta contohnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
(1) Verba (Kata Kerja)
Alwi, dkk (2010:91) mengatakan bahwa verba adalah kata yang
menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Verba
bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks. Pada umumnya verba tidak dapat
bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan seperti kata
agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali. Contoh: Adik menggambar
monyet, Siti membeli roti di pasar, pencuri itu lari, Mereka sedang belajar di
kamar, dan sebagainya. Berikut macam verba berdasarkan bentuknya.
(a) Verba asal
Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya afiks. Contoh
kata: ada,datang, mandi, tinggal, suka, tiba, turun, pergi.
(b) Verba turunan
Verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksan, reduplikasi, dan
pemajemukan.
1). Dasar bebas, afiks wajib
Contoh: mendarat, melebar, mengering, membesar, berlayar, bertelur, dan
bersepeda.
2). Dasar bebas, afiks manasuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Contoh: (mem)baca, (mem)beli, (meng)ambil, (men)dengar, (be)kerja, (ber)karya,
dan (ber)jalan.
3). Dasar terikat, afiks wajib
Contoh: bertemu, bersua, membelalak, menganga, mengungsi, dan berjuang.
4). Berulang
Contoh: berjalan-jalan, memukul-mukul, dan makan-makan.
5). Majemuk
Contoh: naik haji, campur tangan, cuci muka, mempertanggungjawabkan.
(2) Adjektiva (Kata Sifat)
Alwi, dkk (2010:177) mengatakan bahwa adjektiva adalah kata yang
memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh
nomina dalam kalimat adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina
itu berfungsi atribut. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau
keanggotaan dalam suatu golongan. Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan
dalam suatu golongan itu ialah kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda.
Contohnya seperti pada kata anak kecil, beban berat, baju merah, meja bundar,
alam gaib, pemain ganda.
Selajutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat.
Fungsi predikat dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, basah, baik, dan sadar. Contoh
seperti pada kata agaknya dia sudah mabuk, orang itu sakit dan tidak tertolong
lagi, bajunya basah kena hujan, ia berhasil dengan baik, hal itu dikemukakan
secara sadar.
Adjektiva juga didirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat
kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan
tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di
samping adjektiva. Contoh seperti pada kata anak itu sangat kuat, agak jauh juga
rumahnya. Tingkat bandingan juga dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata
lebih dan paling di muka adjektiva. Contoh kata seperti saya lebih senang di sini
dari pada di sana, dan anaknya yang paling besar lulus kemarin. Jadi adjektiva
atau kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda atau kata yang dapat
diikuti dengan kata keterangan. Berikut macam-macam adjektiva berdasarkan
bentuknya.
(a) Adjektiva Dasar
Sebagian besar adjektiva dasar merupakan bentuk yang morfofonemis, meskipun
ada yang berbentuk perulangan semu. Contoh: besar, merah, sakit, bundar, pura-
pura, sia-sia, hati-hati, tiba-tiba.
(b) Adjektiva Turunan
Contoh: gemetar, gemuruh, kemilau, gemerlap, semerbak, gemilang.
(c) Adjektiva Majemuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Contoh: antarbangsa, antarkota, internasional, mahabesar, mahakuasa, baik
budi, baik hati, bebas tugas, lepas landas.
(3) Adverbia (Kata Keterangan)
Alwi, dkk (2010:203) mengatakan bahwa dalam tataran frasa, adverbia
merupakan kata yang menerangkan verba, adjektiva, atau adverbial lain.
Sementara itu, adverbia sering juga disebut kata keterangan. Kata keterangan
adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Berikut macam adverbia.
(a) Adverbia tunggal
1. Adverbia yang berupa kata dasar. Contoh: tidak, telah, sungguh, sudah,
senantiasa, selalu, saling, sangat, niscaya, mungkin, memang, masih, kerap,
hanya, agar, bukan, boleh, belum, barangkali, amat, alangkah.
2. Adverbia yang berupa kata berafiks. Contoh: rasanya, biasanya, agaknya,
secepatnya, sesungguhnya, sebenarnya, sebaiknya, sekali, terlampau, terlalu,
terkadang.
3. Adverbia yang berupa kata ulang. Contoh: mati-matian, kecil-kecilan, habis-
habisan, diam-diam, pelan-pelan, tengah-tengah, pagi-pagi, mula-mula,
malam-malam, akhir-akhir.
(b) Adverbia Gabungan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir selalu.
(4) Nomina (Kata Benda)
Alwi, dkk (2010:221) mengatakan bahwa nomina atau kata benda adalah kata
yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Contohnya murid, burung, kursi, dan kemiskinan adalah nomina. Contoh nomina
yaitu seperti kata gambar, meja, rumah, malam, minggu, tahun, pisau, tongkat,
kesatria, dan hokum. Berikut macam nomina berdasarkan bentuknya.
(a) Dasar
Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem.
1). Nomina Dasar Umum
Contoh: gambar, meja, rumah, malam, minggu, tahun, pisau, tongkat, kesatria,
dan hukum.
2). Nomina Dasar Khusus
Contoh: adik, atas, batang, bawah, dalam, paman, muka, Pekalongan, Pontianak,
dan maret.
(b) Turunan
1). Afiksasi
Contoh: mendarat, daratan, bersatu, dan pengosongan.
2). Perulangan
Contoh: rumah-rumah, buku-buku, gunung-gunung, warna-warni, gerak-gerik,
main-mainan, dan batu-batuan.
3). Pemajemukan
Contoh: suka duka, ganti rugi, uang muka, tata tertib, peran serta, dan tata kota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
(5) Pronomina (Kata Ganti)
Alwi, dkk (2010:255) mengatakan bahwa pronomina atau kata ganti
adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina yang lain dan berfungsi
untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang dibendakan. Nomina
perawat dapat diacu dengan pronomina dia atau ia. Bentuk –nya pada meja itu
kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat
dikatakan bahwa pronominal menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh
nomina, seperti subjek, objek, predikat dan dalam macam kalimat tertentu.
Pronomina merupakan acuan yang dapat berpindah-pindah karena bergatung
kepada siapa yang menjadi pembicara, siapa yang menjadi pendengar, atau apa
yang dibicarakan. Pronomina terdiri dari:
(a) Pronomina pesona merupakan pronomina yang mengacu pada orang.
1). Pronomina Pesona Pertama (Kata Ganti Orang Pertama)
1). a. Pronomina orang pertama tunggal. Contoh: aku, saya, daku, ku,
1). b. Pronomina orang pertama jamak. Contoh: kami dan kita.
2). Pronomina Pesona Kedua (Kata Ganti Orang Kedua)
2). a. Pronomina orang kedua tunggal. Contoh: kamu, anda, engkau, kau-,
-mu, dikau.
2). b. Pronomina orang kedua jamak. Contoh: kalian, sekalian, dan kamu.
3). Pronomina Pesona Ketiga (Kata Ganti Orang Ketiga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
3). a. Pronomina orang ketiga tunggal. Contoh: ia, dia, beliau, -nya.
3). b. Pronomina orang ketiga jamak. Contoh: mereka.
(b) Pronomina Penunjuk (Demonstrative) adalah kata yang dipakai untuk
menunjuk atau menandai orang atau benda secara khusus.
1). Pronomina demonstrative umum. Contoh: itu dan ini.
2). Pronomina demonstratif tempat. Contoh: sini, situ, sana, di sini, dari situ,
dari sana, ke sini, yaitu, yakni, di sana.
3). Pronomina demonstrative ikhwal. Contoh: begini, begitu, berikut, sekalian,
sedemikian, sebegitu.
(c) Pronomina Penanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.
1). Pronomina penanya benda atau orang. Contoh: apa, siapa, mana, yang
mana.
2). Pronomina penanya waktu. Contoh: kapan, bilamana, apabila.
3). Pronomina penanya tempat. Contoh: di mana, dari mana, ke mana.
4). Pronomina penanya keadaan. Contoh: mengapa, bagaimana.
5). Pronomina penanya jumlah. Contoh: berapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
(6) Numeralia (Kata Bilangan)
Alwi, dkk (2010:281) mengatakan bahwa numeralia atau kata bilangan
adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang,
atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga,
dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima,
setengah, ketiga dan beberapa. Numeralia terdiri dari:
(a) Numeralia Pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan
bilangan yang lain. Contohnya seperti pada kata satu, dua, sebelas, delapan belas,
seratus, seribu, dua ribu, sembilan ratus, ketiga, kedua, kesepuluh, berlima,
berdua, berenam, puluhan, ratusan, jutaan, lusin, meter, kilo, liter, gram, kodi,
dan sebagainya.
(b) Numeralia Tingkat adalah numeralia pokok yang diubah dengan
menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Contoh seperti pada kata
kesatu, kedua, ketiga, kelima, kesepuluh, dan sebagainya.
(7) Kata Tugas
Alwi, dkk (2010:293) mengatakan bahwa kata tugas hanya memiliki arti
gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas ditentukan bukan oleh kata
itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau
kalimat. Selain itu, hamper semua kata tugas tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Kata tugas diklasifikasikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
(a) Preposisi (Kata Depan)
Alwi, dkk (2010:294) mengatakan bahwa preposisi menandai berbagai
hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan
konstituensi di belakangnya. Preposisi atau kata depan terdiri dari:
a. Preposisi Tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Preposisi
tunggal terdiri dari :
1. Preposisi Kata Dasar. Contoh: di, ke, dari, untuk, dalam, guna, pada, oleh,
dengan, tentang, karena, akan, antara, bagi, buat, demi, hingga, kecuali,
lepas, lewat, per, peri, sampai, sejak, seperti, serta, tanpa, dan tentang.
2. Preposisi Kata Berafiks. Contoh: bersama, beserta, menjelang, menuju,
menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh,
terhadap, bagaikan melalui mengenai.
b. Preposisi gabungan.
1. Preposisi Berdampingan. Seperti pada kata daripada, kepada, oleh karena,
oleh sebab, sampai ke, selain dari, dan sampai dengan.
2. Preposisi Berkorelasi. Seperti pada kata antara…dengan…, antara…dan…,
dari…hingga…, dari…sampai dengan…, dari…sampai ke…, dari…ke…,
dari…sampai…, sejak…hingga…, sejak…sampai…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
(b) Konjungtor (Kata Sambung)
Alwi, dkk (2010:301) mengatakan bahwa konjungtor atau kata sambung
adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungtor terdiri
dari:
1. Konjungtor koordinatif yaitu menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama
pentingnya, atau memiliki status yang sama. Seperti pada kata dan, atau, tetapi,
serta, melainkan, padahal, dan sedangkan.
2. Kata penghubung subordinatif yaitu yang menghubungkan dua klausa atau
lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Seperti pada kata sejak, sementara,
setelah, sesudah, sebelum, hingga, sampai, jika, kalau, jikalau, asalkan, bila,
manakala, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, agar, supaya, biar,
biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendatipun, seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih,
sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, sehingga, sampai, maka, dengan, tanpa,
bahwa, yang, sama…dengan…, lebih…daripada….
3. Kata penghubung korelatif yaitu kata penghubung yang menggabungkan dua
kata, klausa, atau frasa, dan hubungan kedua usur itu memiliki derajat yang sama.
Seperti pada kata baik…maupun…, tidak hanya…tetapi juga…, bukan
hanya…melainkan juga…, demikian…sehingga…, sedemikian rupa…sehingga…,
entah…entah…, jangankan…pun….
4. Konjungtor antar kalimat yaitu menghubungkan satu kalimat dengan kalimat.
Seperti pada kata walaupun demikian, meskipun demikian, biarpun demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
walaupun demukian, meskipun demikian, sungguhpun demikian, sekalipun
demikian, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, lagi pula, selain itu,
sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, bahkan, akan, tetapi, namun, kecuali itu,
dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu.
(c) Interjeksi (Kata Seru)
Alwi, dkk (2010:309) mengatakan bahwa interjeksi adalah kata tugas yang
mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa
kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu disamping kalimat
yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Berikut macam-macam
interjeksi.
1). Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih.
2). Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan, buset, keparat.
3). Interjeksi kekaguman: aduhai, amboi, asyik.
4). Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah.
5). Interjeksi harapan: insya Allah.
6). Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
7). Interjeksi kekagetan: astaga.
8). Interjeksi ajakan: ayo, mari.
9). Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
10). Interjeksi simpulan: nah.
(d) Artikula (Kata Sandang)
Alwi, dkk (2010:311) mengatakan bahwa artikula adalah kata tugas yang
membatasi kata nomina. Kata sandang terdiri dari:
a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar. Contoh: si monyet, sang
pendekar, sang dewi, para guru.
b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar
(nomina devebal). Contoh: si terdakwa, si pengamen, si perampok.
c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti. Contoh: si dia, sang aku.
d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif. Contoh: kaum teraniaya,
kaum terpinggirkan.
(e) Partikel Penegas
Alwi, dkk (2010:313) mengatakan bahwa partikel penegas meliputi kata
yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan
unsur yang diiringinya. Ada empat partikel penegas yaitu –kah, -lah, -tah, dan –
pun. Tiga yang pertama berupa klitika, sedangkan yang keempat tidak.
Penelitian ini memfokuskan jenis kata berdasarkan teori Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Hasan Alwi, dkk (2010). Alasan Peneliti
menggunakan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Hasan Alwi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
dkk (2010) karena unsur terkecil bahasa adalah kata dan tata bahasa merupakan
pedoman yang lengkap dalam menjelaskan berbagai komponen bahasa secara
jelas dan terperinci pembahasannya.
3. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, terdapat dua tujuan yang pertama mendeskripsikan
kata yang dikuasai Eden anak usia dua tahun berdasarkan afiks, yang kedua
mendeskripsikan pemerolehan kata yang dikuasai Eden anak usia dua tahun
berdasarkan jenis kata.
Dalam menganalisis tuturan berdasarkan jenis kata dan afiks peneliti
berpedoman pada teori Ramlan (2012) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2010). Afiks Ramlan (2012) meliputi prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis
kata Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2010) meliputi verba (kata kerja),
adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),
pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri
dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru),
artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.
Oleh karena itu, dalam menganalisis pemerolehan jenis kata dan afiks
peneliti juga mempertimbangkan pemerolehan kata dan analisis urutannya untuk
mengetahui sejauh mana dan apa saja kata yang sudah dikuasai anak pada usia
dua tahun. Berikut dipaparkan alur berpikir dalam penelitian ini melalui bagan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Ujaran Eden Usia Dua Tahun
Ujaran Berdasarkan Kata
Berafiks.
Ujaran Berdasarkan Jenis
Kata.
Prof. Drs. M. Ramlan tahun
2012 Hasan Alwi, dkk tahun 2010
Analisis Data
Hasil
Analisis
Kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut David Williams
(1995) (dalam Moleong 2014 : 174). penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena kata afiks dan jenis kata yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan , dan lain-
lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Pengertian deskriptif penelitian ini adalah data dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif. Jadi, penelitian ini berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Dalam hal ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan
data dan menganalisis data. Peneliti berperan penting dalam memperoleh data
bersifat alamiah berupa tuturan atau ujaran yang dihasilkan Eden dalam aktivitas
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki yang bernama
Gildhas Eden Parama Ananta Wijaya yang biasa dipanggil Eden. Eden lahir di
Klaten dalam keadaan normal dan sehat, pada tanggal 28 April 2013. Penelitian
berlangsung selama dua bulan. Pada saat penelitian Eden berusia dua tahun lebih
sepuluh bulan sampai dua tahun lebih sebelas bulan. Eden adalah anak pertama
dari Ibu Agustina Eri dan Bapak Anton. Latar belakang bahasa kedua orang tua
eden menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sejak bayi
Eden sudah belajar berkomunikasi dengan menggunakan variasi bahasa
bilingualisme atau kedwibahasaaan. Dalam usia dua tahun Eden sudah mampu
menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Namun Eden lebih lancar
berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan Bahasa Jawa.
Eden termasuk anak yang aktif berkomunikasi dengan orang di sekitarnya,
suka bermain, dan rasa ingin tahunya yang tinggi. Eden selalu menanyakan hal-
hal baru di sekitarnya. Kemudian dalam hal kemampuan berkomunikasi Eden
sudah dapat menghasilkan tuturan yang cukup baik di usianya. Namun Eden
masih kesulitan dalam mengucapkan fonem /e/, /r/,/n/, /j/, /k/, dan /y/ secara jelas
dan lancar. Kesulitan pengucapan kata tertentu disebabkan oleh bunyi hambat
bilabial dan faktor pertumbuhan gigi yang belum sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Foto: Eden ketika mendapatkan angpao
B. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006:1630) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya lebih
mudah dalam mengerjakan dan hasilnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga mudah diolah. Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya yaitu
peneliti sendiri melalui pengamatan langsung atau observasi langsung dengan
menyimak dan perekaman (handpone) terhadap subjek karena anak usia dua tahun
tidak memungkinkan untuk dilakukan tes atau wawancara. Setelah itu, peneliti
membuat transkrip dari hasil menyimak dan perekaman dalam lembar
pengamatan. Di bawah ini merupakan contoh dari lembar pengamatan yang
digunakan untuk mencatat hasil tuturan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Tabel 3. Kode Data Tuturan
No. Kode Data Tuturan Konteks Tuturan
1.(1) E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Situasi sore hari
sedang melihat film.
1.(2) E:Keletanya belhenti di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Situasi sore hari
sedang melihat film.
Keterangan:
No. Kode : banyaknya tuturan yang dihasilkan subjek.
Data Tuturan : ujaran yang dihasilkan subjek.
Konteks Tuturan : situasi yang berlangsung saat ujaran dihasilkan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Peneliti merupakan
instrumen kunci dalam pengumpulan data dan analisis data. Dalam hal ini, peneliti
berperan sebagai pengamat, mengobservasi dan berperan serta dalam aktivitas
keseharian Eden di lingkungan sosialnya. Alasan peneliti menggunakan metode
observasi atau pengamatan secara langsung yaitu pertama, anak usia prasekolah
tidak memungkinkan untuk dilakukan tes karena perkembangan kemampuan
otaknya yang masih tergolong sederhana belum mampu membaca dan menulis,
dan tidak dilakukan wawancara karena faktor indra pengucapan yang belum jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
yang disebabkan pertumbuhan gigi yang belum sempurna. Kedua, pengamatan
dan memberikan perhatian memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data
berupa ujaran yang dihasilkan Eden secara alamiah dan sejauh mana tuturan
dihasilkan, karena terlibat langsung dalam aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi
untuk merangsang hasil tuturan dan penggunaan bahasa Eden ketika berumur dua
tahun.
Dalam mempertegas alasan penggunaan pengamatan ada tiga alasan yang
dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014 : 174). Pertama,
teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung yang memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri dan mencatat kejadian sebenarnya dan dapat
menjadikan alat yang ampuh dalam mengatasi situasi-situasi yang rumit. Kedua,
dalam mengumpulkan data peneliti mengajak subjek berkomunikasi untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan berkomunikasi dan menghasilkan tuturan
dengan cara perekaman untuk mempermudah memperoleh data. Ketiga, dalam
pengamatan langsung tersebut, peneliti memberikan rangsangan untuk
berkomunikasi supaya subjek mudah merespon dan menghasilkan tuturan secara
alami dengan cara perekaman. Selain alat perekam peneliti juga menggunakan
buku dan alat tulis sebagai catatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini,
dilakukan dari bulan Februari 2016 sampai Maret 2016.
Setelah pengumpulan data peneliti memberikan kode pada tuturan untuk
mempermudah dalam menganalisis. Berikut cara pengkodean yang dilakukan
dalam penelitian ini. Kode I untuk data dari segi kata berafiks dan kode II untuk
data dari segi jenis kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Kode 1 digunakan untuk menandai kata dari segi kata berimbuhan atau
kata berafiks. Subkode tersebut masih dirinci lagi menjadi subkode-subkode yang
berupa angka (1), (2), (3) yang diapit tanda jurung dan seterusnya untuk menandai
hasil ujaran yang diproduksi subjek. Jadi penyajian data secara utuh 1.(1) dibaca
“data pemerolehan kata berafiks yaitu terdapat pada ujaran pertama.
Kode 2 digunakan untuk menandai data dari segi jenis kata. Subkode
tersebut masih dirinci lagi menjadi subkode-subkode yang berupa angka (1), (2),
(3) yang diapit tanda jurung dan seterusnya untuk menandai hasil ujaran yang
diproduksi subjek. Jadi penyajian data secara untuh 2.(2) dapat dibaca “data
pemerolehan jenis kata yaitu terdapat pada ujaran pertama.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
data kualitatif. Teknik ini, digunakan untuk menganalisis hasil tuturan Eden
Parama usia dua tahun. Langkah-langkah analisis kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Langkah pertama adalah mengklasifikasi data. Data tuturan yang dihasilkan
Eden diklasifikasi berdasarkan kata afiks dan jenis kata.
2. Langkah kedua adalah mengidentifikasi data. Setelah mengklasifikasi data
berdasarkan kata afiks dan jenis kata, peneliti mengidentifikasi tuturan yang
dihasilkan Eden, berdasarkan komponen dari kata afiks mencakup: prefiks,
infiks, sufiks, dan simulfiks. Komponen jenis kata mencakup: verba (kata
kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri
dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru),
artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.
3. Langkah ketiga adalah mendeskripsikan data. Setelah mengidentifikasi data
dari komponen kata berafiks dan jenis katanya, peneliti mendeskripsikan data
dari setiap komponen diamati setiap penggunaannya dalam tuturan Eden.
E. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2012 : 330). Jenis triangulaasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah trisngulasi dengan metode. Pada
triangulasi dengan metode, Patton (Moleong, 2012:331) menjelaskan terdapat dua
strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triangulasi dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan terhadap suatu
pengumpulan data dengan beberapa metode yang berbeda dan juga untuk
mengoreksi hasil temuan peneliti dari berbagai sumber dan metode yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Pertama,
peneliti menjelaskan tentang deskripsi data penelitian. Kedua, peneliti
menjelaskan hasil temuan analisis data dari dua rumusan masalah, yaitu afiks
terdiri dari prefiks, infiks, sufiks dan simulfiks serta jenis kata terdiri dari verba
(kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata
benda), pronomina (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang
terdiri dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata
seru), artikula (kata sandang), dan partikel penegas yang ada dalam tuturan Eden
ketika berusia dua tahun. Ketiga, peneliti menjelaskan tentang pembahasan hasil-
hasil temuan dari analisis data.
A. Deskripsi Data
Sesuai langkah-langkah pada penelitian bab III, peneliti mendeskripsikan
data mengenai afiks dan jenis kata pada tuturan yang dikuasai Eden pada usia dua
tahun. Pengambilan data dilakukan ketika Eden berusia dua tahun. Data diambil
dengan perekaman dan pencatatan ketika Eden berusia dua tahun sepuluh bulan
(2;10) sampai dua tahun sebelas bulan (2;11). Eden termasuk anak yang aktif,
ceria, rasa ingin tahunya yang tinggi, dan selalu ingin berkomunikasi meskipun
pengucapan belum sejelas dan selancar orang dewasa. Pengucapan yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
jelas tersebut disebabkan oleh faktor alat ucap yang belum sempurna seperti
pertumbuhan gigi dan bunyi hambat labial dan bilabial yang belum sepenuhnya
dikuasai oleh anak usia dua tahun. Data diperoleh melalui aktivitas keseharian
Eden secara alamiah ketika bermain, mandi, makan, belajar, bersantai, nonton
film, dan bercerita.
Kata berafiks yang dihasilkan meliputi prefiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis
kata yang dihasilkan meliputi nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva
(kata sifat), preposisi (kata depan), adverbia (kata keterangan), numeralia (kata
bilangan), demonstratif (kata penunjuk), konjungtor (kata sambung), pronominal
(kata penunjuk), interjeksi (kata seru), dan partikel. Data terkumpul sebanyak 34
kata berafiks dalam 78 data tuturan. Jenis kata terkumpul 371 kata dalam 78 data
tuturan. Berikut dipaparkan penggunaan kata berafiks dan penggunaan jenis kata.
1. Penggunaan Afiks
Penggunaan afiks terjadi sebanyak 34 temuan. Afiks tersebut diuraikan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Jumlah Penggunaan Afiks
No. Kata Berafiks Jumlah
1. Prefiks 25
a. ter– 2
b. ber– 3
c. me– 16
d. pe– 1
e. di– 2
f. per– 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
2. Sufiks 11
a. –i 2
b. –an 7
c. –kan 2
3. Simulfiks 1
a. ke–an 1
Contoh penggunaan afiks dapat diperjelas pada bagian (1) sampai (3).
Bagian tersebut berdasarkan macam-macam afiks. Bagian (1) penggunaan afiks
sebagai awalan atau prefiks yang terdapat 6 macam prefiks dan jumlah
keseluruhan sebanyak 25 kata . Contoh kata dapat dicermati di bawah ini.
(1) A. Prefiks ter–
E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan. [1. (7)]
A. Prefiks ber–
E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama, mananam jagung di kebun kita. Ambil
cangkulmu kita belkeja tak jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita. selesai. [1. (23)]
B. Prefiks me–
E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden. [1.(1)]
C. Prefiks pe–
E: keletanya mambawa penumpang banyak cekali ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini. [1.(6)]
D. Prefiks di–
E: Tilut-tilut keleta lewat duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak keleta. [1.(18)]
E. Prefiks per–
E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
E: pelmainan ini bisa.
T: Ini ndak bisa permainan ini, batrainya habis. [1.(30)]
Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “terjatuh”, “bekerja”,
“melewati”, “penumpang”, “diabrak”, dan “permainan”. Selain itu, kata berafiks
sebagai akhiran atau sufiks yang terdapat 3 macam dari jumlah keseluruhan
sebanyak 11 kata. Contoh kata ini dapat dicermati di bawah ini.
(2) A. Sufiks –i
I : Eden ibu berangkat kerja dulu ya?
E: Iya bawa buku mewalnai.
I : Buku mewarnai? Eden mau mewarnai?
E: Iya keleta. [1.(34)]
B. Sufiks –an
T: Eden kenapa kok sembunyi?
E: Ku takutan tokek-tokek.
T: eh kamu jangan takut sama tokek ya
E: Tokek-tokek di kebun. [1. (10)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
C. Sufiks –kan
E: Bapak bangun ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan lepaskan.
B: iya. [1. (27)]
Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “mewarnai”, “takutan”, dan
“lepaskan. Selain itu, kata berafiks sebagai awalan dan akhiran atau simulfiks
yang terdapat 1 macam dari jumlah keseluruhan sebanyak 1 kata. Contoh kata ini
dapat dicermati di bawah ini.
(3) Simulfiks ke–an
E: Ikannya makan kalapalan mau minta telut ini.
I : Yang minta telur Eden atau ikan ini?
E: Eden. [1.(26)]
Kata berafiks tersebut terdapa