PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan...

70
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS 1 DESAIN TAPAK WISATA ALAM TAMAN HUTAN RAYA (tahura) GUNUNG TUMPA PROVINSI SULAWESI UTARA MANADO 2013 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS KEHUTANAN Jalan Pomurow Telepon 862387 Fax. 855583 Kotak Pos 132 MANADO 95125 DIPA-029.05.3.179030/2013 tanggal 05 Desember 2012 Kegiatan Konservasi Keanakeragaman Hayati dan Perlindungan Hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2013

Transcript of PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan...

Page 1: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

1

DESAIN TAPAK WISATA ALAM TAMAN HUTAN RAYA (tahura)

GUNUNG TUMPA PROVINSI SULAWESI UTARA

MANADO

2013

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA

DINAS KEHUTANAN Jalan Pomurow Telepon 862387 Fax. 855583 Kotak Pos 132

MANADO 95125

DIPA-029.05.3.179030/2013 tanggal 05 Desember 2012 Kegiatan Konservasi Keanakeragaman Hayati dan

Perlindungan Hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

Tahun Anggaran 2013

Page 2: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

2

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN TAPAK PARIWISATA ALAM

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) GUNUNG TUMPA

PROVINSI SULAWESI UTARA

Disusun Oleh :

Tim Pelaksana

1. Max K. S. Wowor, SP.

2. Stery J. Lombogia, S.Sos.

3. Ir. Zainal A. Jusuf

4. Robby Rombeng, S.Sos.

5. Surja A. Makiengung, S.Sos.

6. Domingos Soares

7. Arlenos

Di nilai di

Pada Tanggal O l e h

: Manado

: Oktober 2013 :

KEPALA BIDANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN ALAM

ARIE N. TIMBULENG, SH. Pembina Tingkat I

NIP. 19620103 198603 1 017

KEPALA UPTD TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA

Ir. THOMAS A. KUMESAN Pembina Tingkat I

NIP. 19630816 199403 1 005

Disahkan di

Pada Tanggal

O l e h

: Manado

: Oktober 2013

:

KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Ir. HERRY ROTINSULU Pembina Utama Madya

NIP. 19591018 198903 1 007

Page 3: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

3

SUSUNAN TIM KERJA

Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara Nomor :

522.12/___/SK/Keh/2013 tentang Pembentukan Tim Kerja Penyusunan Desain

Tapak Pengusahaan Pariwisata Alam di Taman Hutan Raya (TAHURA) Gunung

Tumpa Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

Pengarah : 1. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

2. Sekretaris Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

Penanggung Jawab : 1. Kepala UTPD TAHURA Gunung Tumpa

2. Kepala Bidang Perlindungan Hutan & Konservasi Alam

Pelaksana :

Ketua Tim : Max K. S. Wowor, SP. / 19631110 198403 1 009

(Kepala Sub Bidang Tata Usaha, UPTD Taman Hutan Raya

(TAHURA) Gunung Tumpa

Sekretaris : Stery J. Lombogia, S.Sos. / 19710831 199103 1 002

(Kepala Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan, UPTD Taman

Hutan Raya (TAHURA) Gunung Tumpa

Anggota : 1. Ir. Zainal A. Jusuf / 19630311 199803 1 003

(Kepala Seksi Kehutanan, Dinas Pertanian Kota Manado)

2. Johanis M.J. Wowor, S.Sos. / 196505121985031024

(Kepala Seksi Informasi dan Analisa, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara)

3. Robby Tombeng, S.Sos / 19581012 198403 1 007

(Kepala Seksi Perlindungan dan Pengamanan UPTD Taman

Hutan Raya (TAHURA) Gunung Tumpa)

4. Petrer S. Mantiri / 19650512 198503 1 024

(Staf Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara)

5. Surja A. Makiengung, S.Sos. / 196308101987031024

(Staf Bidang Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi Sulawesi Utara)

6. Arlenos / 19841018 200604 1 002

(Staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara)

7. Dimingos Soares / 19710411 199510 1 001

(Staf Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VI Manado)

Page 4: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

4

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas limpahan dan rakmatNya sehingga laporan desain tapak kepariwisataan

Alam di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa ini dapat disusun. Secara khusus

desain tapak pariwisata alam ini mencoba memberi altenatif terhadap berbagai

masalah kawasan Taman Hutan Raya dan sekitarnya yang merupakan potensi

utama sumber daya bagi masyarakat sekitar sekaligus juga potensi berbagai

tekanan terhadap kelestarian kawasan.

Taman Hutan Raya Gunung Tumpa merupakan kawasan konservasi yang

memiliki potensi wisata alam yang cukup banyak serta adanya kecenderungan

peningkatan wisatawan yang meningkat dari tahun ke tahun. Namun

pengembangan obyek-obyek daya tarik wisata ada yang sudah berjalan namun

ada pula yang belum dapat dikembangkan dengan optimal. Desain tapak

pariwisata alam ini disusun untuk memberikan arahan bagi pengembangan

pariwisata alam di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Dan berharap ada pihak-

pihak yang tertarik untuk mengembangkan kegiatan wisata alam di Taman

Huitan Raya Gunung Tumpa sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap

upaya pelestarian dan promosi terhadap kawasan konservasi baik melalui Izin

pemanfaatan pengusahaan pariwisata alam maupun skema kolaborasi.

Selain itu juga disusun untuk dapat mengakomodasi spesifikasi kawasan

(site specific), kondisi geografis, dan demografis masyarakat sekitarnya. Dokumen

ini akan selalu dilengkapi dan disempurnakan dengan masukan informasi dan

analisis terbaru tentang berbagai aspek pengelolaan, baik kajian tentang

biodiversitas maupun aspek kemasyarakatan daerah sekitarnya, dalam rangka

menjadikannya sebagai paduan pengelolaan yang lebih adaptif.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan dukungan

berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan desain tapak

pengelolaan pariwisata alam ini dengan harapan agar kerjasama tersebut dapat

dilanjutkan dalam pelaksanaanya.

Manado, Oktober 2013

Team Penyusun

Page 5: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i.

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii.

SUSUNAN TIM KERJA ................................................................................ iii.

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv.

DAFTAR ISI ................................................................................................ v.

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii.

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii.

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix.

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ I – 1

A. Latar Belakang .......................................................................... I – 1

B. Tujuan dan Sasaran .................................................................. I – 3

C. Batasan dan Pengertian ............................................................ I – 3

BAB II KEBIJAKAN KEPARAWISATAAN ALAM .......................................... II – 1

A. Pariwisata .................................................................................. II – 1

B. Wisata Alam .............................................................................. II – 7

C. Kebijakan Desain Tapak Keparawisataan Alam .......................... II – 8

D. Reponsible Tourisme ................................................................. II – 10

E. Sekilas Tentang Taman Hutan Raya Gunung Tumpa ................. II – 11

F. Keparawisataan Alam di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa .... II – 14

G. Ekowisata ................................................................................. II – 14

H. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ............................... II – 16

I. RPJM Provinsi Sulawesi Utara .................................................... II – 17

J. Pembangunan Kota Manado ...................................................... II – 23

BAB III SUBSTANSI DESAIN TAPAK .......................................................... III – 1

A. Sarana dan Prasarana Keparawisataan Alam

Desain Eko-Arsitektur ..............................................................

III – 1

B. Keparawisataan dan Wisata Alternatif....................................... III – 3

C. komponen Utama Keparawisataan ........................................... III – 5

BAB IV METODOLOGI KEGIATAN ............................................................. IV – 1

A. Waktu dan Tempat .................................................................... IV – 1

B. Alat dan Bahan ........................................................................ IV – 1

C. Metode Kegiatan ....................................................................... IV – 1

Page 6: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

6

D. Pengumpulan Data .................................................................. IV – 2

E. Validasi ke Lapangan ............................................................... IV – 3

F. Penyusunan Desain Tapak ....................................................... IV – 3

G. Pencermatan dan Masukan ....................................................... IV – 4

H. Pengesahan .............................................................................. IV – 4

BAB V ANALISA WISAYAH PERENCANAAN .............................................. V – 1

A. Risalah Kawasan ....................................................................... V – 1

B. Wilayah Perencanaan ............................................................... V – 9

C. Wisata Alam TAHURA Gunung Tumpa ..................................... V – 10

1. Analisa Eksisting Keparawisataan Alam .............................. V – 10

2. Analisa Keruangan Keparawisataan Alam ............................ V – 20

BAB VI KONSEP PENDEKATAN DAN DESAIN TAPAK ................................ VI - 1

A. Atraksi Tapak Keparawisataan Alam ......................................... VI – 1

B. Amenitas Tapak Keparawisataan Alam ..................................... VI – 2

C. Aksesibilitas Tapak Keparawisataan Alam ................................ VI – 2

D. Pengelolaan Lingkungan Tapak Keparawisataan Alam .............. VI – 2

E. Pendekatan Desain Tapak Wisata Alam TAHURA ...................... VI – 3

BAB VII PENUTUP ...................................................................................... VII - 1

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 7: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

7

DAFTAR TABEL

Tabel :

III – 1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Provinsi

Sulawesi Utara .............................................................................

II – 20

V – 1 Arah/Jalur lewat dan Jarak tempu menunju ke Lokasi TAHURA

Gunung Tumpa ............................................................................

V – 6

V – 2 Rencana Sarana Prasarana Wisata Alam pada Ruang A dan C ..... V – 12

V – 3 Rencana Sarana Prasarana Wisata Alam pada Ruang B ............... V – 19

V – 4 Deliniasi termasuk Keruangan di TAHURA ................................... V – 23

Page 8: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, merupakan sumber daya

alam yang memiliki aneka ragam kandungan kekayaan alam yang bermanfaat

bagi manusia, baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi. Sebagai

bentuk perwujudan rasa syukur terhadap karunia-Nya, maka hutan harus

diurus dan dimanfaatkan secara optimal dengan mempertimbangkan

kecukupan luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai, daerah

Kabupaten/Kota, dan/atau Provinsi serta keserasian manfaat secara

proporsional sesuai sifat, karakteristik dan kerentanan peranannya sebagai

penyerasi keseimbangan lingkungan lokal, nasional, dan global.

Sesuai dengan sifat, karakteristik dan kerentanannya sebagai penyerasi

keseimbangan lingkungan, hutan dibagi dalam 3 (tiga) fungsi pokok yaitu

hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Selanjutnya masing-

masing fungsi pokok hutan diatur pengelolaannya dalam rangka mewujudkan

prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari.

Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan dan kawasan

hutan sesuai dengan amanat Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang, dan sesuai

dengan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat, pada

prinsipnya kawasan hutan dapat diubah peruntukan atau fungsinya. Untuk

menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial

budaya, dan manfaat ekonomi, maka perubahan peruntukan dan fungsi

kawasan hutan harus berasaskan optimalisasi distribusi fungsi dan manfaat

kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan memperhatikan

keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang

proporsional.

Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan atau buatan, jenis

asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya pariwisata dan

rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990, Pasal 1 (15). TAHURA mempunyai fungsi

sebagai sumber genetik dan plasma nutfah, peredam erosi, pusat informasi

Page 9: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

9

dan penelitian, tempat pendidikan, latihan dan penyuluhan konservasi, sarana

rekreasi dan pariwisata dan estetika. Sedangan secara sederhana TAHURA

merupakan kawasan konservasi yang mempunyai potensi sumber daya alam

yang mempunyai nilai kebanggaan di tingkat propinsi pada khususnya dan

kebanggan nasional pada umumnya. Untuk propinsi Sulawesi Utata, TAHURA

Gunung Tumpa ditunjuk berdasarkan Surat Keptusan Menteri Kehutanan

Republik Indonesia Nomor SK.434/Menhut-II/2013 tanggal 17 Juni 2013

dengan luas sekitar 208,81 Ha. Beberapa kegiatan awal yang bersifat

multidisiplin dan terpadu untuk perencanaan TAHURA adalah kegiatan

penataan ruang atau blok/zonasi fungsi, kajian potensi, kajian penyusunan

rencana tata letak, desain fisik, rencana pengelolaan detil dan kegiatan fisik

terpadu. Salah satu tahap awal yang perlu dilakukan untuk mengelola

TAHURA adalah menyusun tata ruang kawasan. Penyusunan blok/zonasi

kawasan memerlukan kajian yang mendalam dan detil mengenai landscape

dari suatu kawasan, data mengenai kondisi biogeofisik dan sosek, sehingga

dihasilkan zonasi kawasan yang reprentatif terhadap pengembangan lebih

lanjut, baik dari unsur budaya setempat, estetika maupun segi ilmiah. Salah

satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut adalah dengan

metode SIG. Analisa SIG dalam hal ini dapat berfungsi menyokong

pengambilan keputusan dalam penentuan blok/zonasi kawasan TAHURA.

B. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata alam di TAHURA

Gunung Tumpa adalah agar pelaksanaan dan pengembangan pengelolaan

pariwisata alam secara serasi dan harmonis, dengan lingkungan alam yang

berada di TAHURA Gunung Tumpa, sedangkan sasaran penyusunan desain

tapak pengelolaan pariwisata alam di TAHURA Gunung Tumpa, adalah

tersusunnya desain tapak pengelolaan pariwisata alam sesuai kaidah, prinsip

dan fungsi konservasi alam yang berada di TAHURA.

C. BATASAN DAN PENGERTIAN

1. Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu, baik daratan maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya.

2. Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah KPA untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan/atau satwa yang alami, jenis asli dan/atau bukan asli, yang

Page 10: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

10

tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepetingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, parawisata, dan

rekreasi.

3. Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah unsur-unsur hayati

di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati

di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

4. Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar

habitatnya tidak punah.

5. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah

upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak

punah.

6. Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengenal

jenis, keadaan umum status populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan

di dalam habitatnya.

7. Inventansasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk

mengetahul kondisi dan status populasi secara lebih rinci serta daerah

penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya maupun di

lembaga konservasi.

8. Jenis tumbuhan atau satwa adalah jenis yang secara ilmiah disebut

species atau anak-anak jenis yang secara ilmiah disebut sub-species baik

di dalam maupun di luar habltatnya.

9. Populasi adalah kelompok individu dan jenis tertentu di tempat tertentu

yang secara alami dan dalam jangka panjang mempunyai kecenderungan

untuk mencapai keseimbangan populasl secara dinamis sesuai dengan

kondisi habitat beserta lingkungannya.

10. Pengelolaan KPA adalah upaya terpadu dalam perencanaan, penataan,

pengembangan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan, perlindungan,

dan pengendaliannya.

11. Rencana Pengelolaan KPA adalah panduan yang memuat tujuan,

kegiatan dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan kawasan

peletarian alam.

12. Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya (RP-TAHURA) adalah panduan

yang memuat tujuan, kegiatan, dan perangkat yang diperlukan untuk

pengelolaan TAHURA.

Page 11: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

11

13. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) adalah rencana

pengelolaan makro yang bersifat indikatif disusun berdasarkan kajian

aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan memperhatikan

partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat dan rencana pembangunan

daerah/wilayah.

14. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM) adalah rencana

pengelolaan strategis, kualitatif dan kuantitatif, disusun berdasarkan

rencana pengelolaan jangka panjang.

15. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (TPJP-Tahunan) adalah rencana

pengelolaan teknis operasional, kualitatif dan kuantitatif, disusun

berdasarkan dan merupakan penjabaran dari rencana pengelolaan jangka

menengah.

16. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu alat yang berisi

kerangka dasar bagi upaya pengalokasian ruang berdasarkan fungsi,

struktur dan hirarki ruang, serta sebagai pengendalian pemanfaatan ruang.

17. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir

periode perencanaan.

18. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

19. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif

untuk mewujudkan visi dan misi.

20. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.

21. Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam adalah pelaksanaan

suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu

meningkatkan efektivitas pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam secara

bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan

kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

22. Para Pihak (stakeholders) adalah semua pihak yang memiliki minat,

kepedulian, atau kepentingan terhadap eksistensi kawasan pelestarian

alam. Para pihak dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,

kelompok masyarakat, perorangan baik lokal, nasional, maupun

internasional, LSM, BUMN/BUMD, BUMS, perguruan pendidikan tinggi,

lembaga ilmiah dan media massa.

23. Peran serta para pihak adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan

oleh para pihak yang timbul atas minat, kepedulian, kehendak dan atas

Page 12: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

12

keinginan sendiri untuk bertindak dan membantu dalam mendukung

pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam.

24. Kelembagaan Kolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan

Kawasan Pelestarian Alam adalah pengaturan yang meliputi wadah

(organisasi), sarana pendukung, pembiayaan termasuk mekanisme kerja

dalam rangka melaksanakan pengelolaan kolaborasi yang ditetapkan

berdasarkan kesepakatan para pihak.

25. Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah

salah satu metode analisa yang didasarkan pada kajian tehadap

Lingkungan Internal yaitu aspek kekuatan (Strength), dan kelemahan

(Weaknesses), serta terhadap lingkungan Eksternal yaitu aspek peluang

(Opportunities), dan ancaman (Threats) untuk pengambilan keputusan.

26. Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi

tumbuhan dan atau sama di luar habitatnya (ex situ), baik berupa lembaga

pemerintah maupun lembaga non pemenntah.

27. Pariwisata Alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

alam, termasuk usaha pemanfaatan obyek dan daya tarik serta usaha-

usaha yang terkait dengan wisata alam.

28. Pengusahaan Pariwisata Alam adalah suatu kegiatan untuk

menyelenggarakan usaha pariwisata alam di suaka margasatwa, taman

nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam berdasarkan rencana

pengelolaan.

29. Izin usaha penyediaan jasa wisata alam yang selanjutnya disebut

IUPJWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan jasa wisata

alam pada kegiatan pariwisata alam.

30. Izin usaha penyediaan sarana wisata alam yang selanjutnya disebut

IUPSWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan fasilitas

sarana serta pelayanannya yang diperlukan dalam kegiatan pariwisata

alam.

31. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan taman wisata alam dan

taman hutan raya yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan

wisata.

32. Rencana Pengelolaan adalah suatu rencana makro yang bersifat indikatif

strategis, kualitatif, dan kuantitatif serta disusun dengan memperhatikan

partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat, kondisi lingkungan dan rencana

pembangunan daerah/wilayah dalam rangka pengelolaan suaka

margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Page 13: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

13

33. Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam adalah suatu rencana kegiatan

untuk mencapai tujuan usaha pemanfaatan pariwisata alam yang dibuat

oleh pengusaha pariwisata alam yang didasarkan pada rencana pengelolaan

suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata

alam.

34. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

35. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

36. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

37. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.

38. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan.

39. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi

Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih

wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas

umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling

terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

40. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

41. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.

42. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling

terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

43. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata

yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

Page 14: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

14

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup,

serta pertahanan dan keamanan.

44. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang

dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

45. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di

bidang kehutanan.

46. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan

bertanggung jawab di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya.

47. Direktur Teknis adalah Direktur yang diserahi tugas dan bertanggung

jawab di bidang konservasi kawasan.

48. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut sebagai pemerintah, adalah

perangkat Negara Kesatuan RI yang tediri dari Presiden beserta Menteri.

49. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah

otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah.

50. BAPPEDA adalah Badan pada Propinsi/Kabupaten/Kota yang menangani

dan bertanggungjawab dibidang Perencanaan Pembangunan Daerah.

51. Dinas adalah Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota yang menangani bidang

kehutanan.

52. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja Pemerintah

Daerah (provinsi) yang membidangi Kehutanan dan Keparawisataan.

53. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) adalah UPT Pemerintah Daerah

(provinsi) yang mengelola Taman Hutan Raya dan atau membidangi

kehutanan.

Page 15: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

15

BAB II

KEBIJAKAN KEPARAWISATAAN ALAM

A. PARIWISATA

Kegiatan pariwisata di Indonesia di atur dalam Undang-undang Nomor 10

Tahun 2009. Undang-undang ini disahkan oleh Presiden Republik Indonesia,

Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta 16 Januari 2009.

Undang-undang ini dibuat dalam rangka memperbaiki undang-undang yang

sudah ada sebelumnya, yaitu Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 yang

sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan perkembangan zaman.

Di dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 terdapat beberapa pasal dan

ketentuan dimulai dari ketentuan umum, asas, fungsi, dan tujuan, prinsip

penyelenggaraan pariwisata, pembangunan kepariwisataan, sampai dengan

sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh wisatawan atau pun badan

promosi pariwisata Indonesia, terdapat pula beberapa pasal yang menjelaskan

tentang lingkungan dan alam yang terkait dengan geografi. Seperti dalam bab

2 pasal 2 mengenai asas, fungsi, dan tujuan pariwisata dijelaskan terkait

dengan tujuan pariwisata yaitu melestarikan alam, lingkungan, dan sumber

daya alam. Juga dalam BAB 3 pasal 5 tentang prinsip penyelenggaraan

kepariwisataan yaitu memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Dikarenakan geografi ekonomi sangat terkait dengan kawasan dan usaha. Oleh

karenanya penulis memfokuskan pembahasan Undang-undang Nomor 10

Tahun 2009 pada BAB V tentang Kawasan Strategis dimulai dari pasal 12

sampai 13 dan BAB VI tentang Usaha Pariwisata pasal 14 sampai dengan

pasal 17, sebagai berikut :

Pasal 12

a. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan

aspek:

- sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya

tarik pariwisata.

- potensi pasar

- lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan

wilayah.

- perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis

dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

- lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan

pemanfaatan aset budaya

- kesiapan dan dukungan masyarakat dan kekhususan dari wilayah

Page 16: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

16

b. Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam

terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

c. Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial

dan agama masyarakat setempat.

Pasal 13

a. Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat

(1) dan ayat (2) terdiri atas kawasan strategis nasional, kawasan strategis

pariwisata provinsi, dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota.

b. Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan bagian integral dari rencana tata ruang wilayah nasional,

rencana tata ruang provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten

/kota.

c. Kawasan strategis pariwisata nasional ditetapkan oleh Pemerintah, Kawasan

strategis pariwisata provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi,

dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

d. Kawasan pariwisata khusus ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 14

a. Usaha pariwisata meliputi, antara lain: daya tarik wisata, kawasan

pariwisata, jasa transportasi pariwisata, jasa perjalanan pariwisata, jasa

makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan

hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,

konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan

pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta dan spa.

b. Usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan peraturan menteri.

Pasal 15

a. Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud

dalam pasal 14, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya

terlebih dahulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 16

Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menunda atau meninjau kembali

pendaftaran usaha pariwisata apabila tidak sesuai dengan ketentuan tata cara

sebagaimana dimaksud dalam pasal 15

Page 17: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

17

Pasal 17

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi

usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata

dengan cara: Membuat kebijakan pencadangan usaha pariwisata untuk usaha

mikro, kecil, menengah, dan koperasi dan menfasilitasi kemitraan usaha

mikro, kecil, menengah, dan koperasi dengan usaha skala besar.

Menilik Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan

Kebijakan pariwisata nasional dapat ditinjau dari UUD 1945 dan UU Nomor 9

Tahun 1990, hingga Tahun 1999 dengan apa yang dinamakan “Kebijakan

Nasional” (National Policy) tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN).

Pencantuman pariwisata dalam GBHN baru dilakukan pada Pelita II tahun

1978, yaitu dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang GBHN.

Kedudukan UU Nomor 9 tahun 1990 dalam perundang-undangan nasional

merupakan undang-undang non-organik yang lahir dan timbul atas dasar

pemenuhan kebutuhan kebijakan operasional di bidang pariwisata yang

bersifat lintas sektoral.

UU Nomor 9 tahun 1990 dapat dikaitkan dengan UUD 1945 yang

diamandemen, khususnya berkaitan pasal 32 dan 33, yaitu : kebebasan

masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya;

demokrasi ekonomi keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Selama empat dasawarsa pembangunan nasional, kebijakan kepariwisataan

telah mengalami perubahan yang signifikan. Awalnya, pariwisata dipandang

sebagai kegiatan pembangunan yang berbasiskan kebudayaan, kemudian

sebagai salah satu andalan sektor ekonomi terutama bagi peningkatan

penerimaan devisa.

Terakhir, sejak tahun 1999 sampai sekarang pariwisata dikembalikan pada

konsep semula sebagai program pembangunan sosial budaya. Perubahan

kebijakan tersebut telah membawa implikasi luas, baik pada kegiatan

kepariwisataan itu sendiri, maupun bagi pengelolaan lingkungan alam, sosial

dan budaya sebagai sumber daya yang menjadi andalan utama dalam kegiatan

pariwisata.

Apa yang penyebabnya? Perubahan kebijakan pariwisata tersebut telah

membawa dampak luas baik pada kegiatan kepariwisataan itu sendiri,

maupun pemanfaatan lingkungan alam, sosial dan budaya sebagai sumber

daya pariwisata. Beberapa hal ketidaksesuaian ada dalam kebijakan pariwisata

kita. Misalnya, hingga tahun „90-an, kebijakan pariwisata sangat bersifat

sentralistik, ekonomi sentris dan eksploitatif dalam penerapannya.

Page 18: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

18

Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan GBHN 1978 yang menunjukkan

bahwa ciri utama pelaksanaan kebijakan kepariwisataan adalah memperbesar

penerimaan devisa dengan segala daya upaya. Akibatnya, sisi penerimaan

devisa meningkat. Namun, eksplotasi yang berlebihan merusak sumber daya

alam dan budaya.

Memang karena eranya, UU Nomor 9 tahun 1990 yang disusun atas dasar

pemenuhan kebutuhan kebijakan operasional, juga bersifat sentralistik,

berpihak pada swasta berskala besar dan membatasi peran masyarakat,

khususnya dalam pengambilan keputusan yang diperlukan dalam

menyelenggarakan kepariwisataan.

Parahnya lagi, beberapa UU termasuk UU Nomor 9 tahun 1990 menunjukkan

muatan yang inkontekstual (Lex specialist derogate lex generalist) dengan

kebijakan terkait. Artinya sifat UU Nomor 9 tahun 1990 terhadap Undang-

undang lainnya (yang terkait), tidak memiliki hubungan kontekstual.

Bayangkan bahwa kata terpadu, terintegrasi selalu dikumandangkan, apa

lacur kebijakan satu sektor dengan sektor lain masih banyak yang tidak

berhubungan.

Masyarakat, pelestarian memang tercantum dalam UU Nomor 9 tahun 1990,

namun secara rinci dan lengkap belum mengakomodasi dimensi kesejahteraan

lokal, konservasi sumber daya alam, peningkatan kualitas hidup, serta

keseimbangan distribusi kesejahteraan inter dan antargenerasi.

Butir Penting

Sejumlah butir penting yang mencerminkan prinsip pariwisata berkelanjutan

muncul pada beberapa produk hukum antara lain UU Nomor 9 tahun 1990,

GBHN 1999 dan PROPENAS (UU Nomor 25 tahun 2000). Walaupun paradigma

pembangunan berkelanjutan belum menjadi wacana publik, nilai-nilainya

dalam UU Nomopr 9 tahun 1990 sudah ditemukan di beberapa pasal secara

parsial. Sebut saja, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal, berbasis

budaya dan integrasi sosial, bottom-up dan ekoturisme.

UU Nomor 9 tahun 1990 di samping menyiratkan penyelenggaraan pariwisata

yang memperhatikan kelestarian, keseimbangan, keterpaduan ekologi dan

keberlanjutan, juga telah menempatkan masyarakat untuk berperan serta

dalam penyelenggaraan dan pengambilan keputusan.

GBHN 1999 dan Propenas tampak makin memberi arah keberlanjutan yang

jelas dalam pariwisata, seperti menempatkan pariwisata berpijak pada

kebudayaan tradisional, sebagai wahana persahabatan antarbangsa, serta juga

mendorong ekonomi kerakyatan.

Page 19: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

19

GBHN tersebut juga mencerminkan bahwa pengembangkan pariwisata perlu

melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu, bersifat interdisipliner, dan

partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis,

sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak

lingkungan.

Dalam era otonomi daerah, Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan UU

Nomor 25 tahun 2000 menggariskan bahwa basis pengembangan pariwisata

adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni dan alam (pesona alam).

Pengembangan sumber daya tersebut, tentunya harus dikelola melalui

peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu dengan memperhatikan

aspek good governance, desentralisasi, SDM dan pemberdayaan masyarakat

lokal dalam rangka pengembangan pariwisata (community-based tourism

development).

Kebijakan Sektoral yang Terkait

Kebudayaan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Pertanahan, Tata Ruang,

Lingkungan hidup, dan Otonomi daerah merupakan sebagian sektor yang

sangat terkait dengan pariwisata. Dilihat dari sisi kebudayaan, kebijakan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (BCB)

beserta turunannya menjelaskan bahwa BCB tertentu dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan,

dan kebudayaan.

Sektor kehutanan dengan UU Nomor 41 tahun 1999 yang diatur secara rinci

dalam peraturan pemerintah dan sejumlah keputusan menteri. Sebagian besar

sumber daya alam banyak dijumpai di kawasan pelestarian alam seperti

Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan lain sebagainya yang wewenang

pengelolaannya masih berada di pusat. Sebagai contoh PP. Nomor 18 tahun

1994 tentang pengusahaan pariwisata alam di taman nasional, taman wisata

alam, taman hutan rakyat.

Di sektor kelautan, dengan sekitar 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang

81.000 km, Indonesia dikenal negara mega biodiversity dalam hal genetik,

spesies, serta ekosistem laut dan pantai sebagai sumber daya lautnya.

Namun kebijakan pengelolaan sumber daya laut dan pesisir yang dimuat

Kepmen Nomor 41 tahun 2000 yang kurang terpadu dengan UU Nomor 22

tahun 1999, belum sepenuhnya mengatur hak nelayan di bidang ekonomi,

lingkungan sosial, budaya, termasuk pengakuan hak adat oleh Negara.

Hal yang sangat menentukan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan

peruntukannya adalah tata ruang. UU Nomor 24 tahun 1992 tentang penataan

ruang merupakan landasan ketentuan tentang segi-segi pemanfaatan ruang

Page 20: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

20

untuk berbagai kepentingan termasuk kepariwisataan. Beberapa pasal

menyinggung pemanfaatan ruang bahwa salah satu pemanfaatan ruang di

dalamnya adalah termasuk pariwisata. Hingga saat ini, banyak faktor yang

terlupakan oleh pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan termasuk di

bidang pariwisata yang sangat multisek

B. WISATA ALAM

Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan

potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik yang masih alami atau

sudah ada usaha budidaya, agar ada daya tarik wisata ke tempat tersebut.

Wisata alam digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah melakukan

aktivitas yang sangat padat, dan suasana keramaian kota. Sehingga dengan

melakukan wisata alam tubuh dan pikiran kita menjadi segar kembali dan bisa

bekerja dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam memungkinkan

kita memperoleh kesenangan jasmani dan rohani. Dalam melakukan wisata

alam kita harus melestarikan area yang masih alami, memberi manfaat secara

ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat

sehinga bias menjadi Desa wisata, agar desa tersebut memiliki potensi wisata

yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau

penginapan

C. KEBIJAKAN DESAIN TAPAK KEPARIWISATAAN ALAM

Beberapa kebijakan mengenai pengusahaan kepariwisataan alam di kawasan

konservasi telah digulirkan untuk meningkatkan peran dan fungsi kawasan

konservasi yaitu dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun

2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman

Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Peraturan ini

merupakan penyempurnaan dari Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1994

tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional,

Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam belum mengatur mengenai

pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa sesuai dengan ketentuan

Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; selain itu kebijakan ini juga

memperluas cakupan mengenai jenis usaha di suaka margasatwa, taman

nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Secara berjenjang peraturan ini kemudian diterjemahkan dalam tataran yang

lebih operasional antara lain dengan keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan

nomor : P.48/Menhut-II/2010, tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka

Page 21: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

21

Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

yang secara rinci mengatur mengenai : usaha pariwisata alam; peralihan

kepemilikan izin; kerjasama pariwisata alam; pengawasan, evaluasi dan

pembinaan; dan sanksi.

Sedangkan dalam tataran teknis terbit Peraturan Direktur Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor : P.3/IV-Set/2011 Tentang

Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka

Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam,

Desain Tapak adalah Pembagian ruang pengelolaan pariwisata alam di zona

pemanfaatan dan zona rimba yang diperuntukkan bagi ruang publik dan

ruang usaha penyedia jasa/sarana pariwisata alam.

Prinsip Desain Tapak Kawasan Kosnervasi

Sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati didefinisikan bahwa Taman Hutan Raya (TAHURA)

adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau

satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang

dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.

Pada pengelolaan TAHURA dikenal zona-zona pengelolaan, yaitu zona

inti, zona pemanfaatan, dan zona lainnya, yaitu zona rimba, zona

pengembangan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona khusus dan

seterusnya.

Pengembangan zona pemanfaatan TAHURA pada hakekatnya

merupakan salah satu bentuk kegiatan yang paling strategis dalam

Peruntukan fasilitas umum, bangunan permanen, rekreasiparawisata, dan fasilitas olah raga (Blok/Zona Pemanfaatan)

Peruntukan fasilitas tidak permanen, kema memancing, bersemoa, berenang

Tidak diperbolehkan ada pembangunan jalan umum. Diperuntukanjalan setapak, pendakian, olah raga berkuda, menara pandang(Blok/Zona Rimba)

Tidak ada akses jalan masuk dan tidak boleh ada fasilitas

Tidak ada pencapain jalan dan fasilitas

Perdirjen No : P. 3/IV-SET/2011

Page 22: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

22

mengenalkan potensi kawasan TAHURA kepada masyarakat, khususnya

pengunjung. Dengan demikian, perencanaan pengembangan zona

pemanfaatan harus disusun sedemikian rupa sehingga realisasinya bisa

mencerminkan fungsi dan peruntukan kawasan secara benar.

Keanekaragaman hayati dan ekosistem TAHURA yang khas dan unik

merupakan komoditas yang sangat menjanjikan dan menjadi daya tarik yang

sangat diminati wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah

wisatawan yang berkunjung di beberapa lokasi kawasan baik stasiun

penelitian maupun objek wisata yang berada di dalam kawasan TAHURA

Gunung Tumpa.

D. RESPONSIBLE TOURISM

Responsible tourism (eko)wisata sebagai konsep baru, pertama kali dikenalkan

pada tahun 1987 oleh Hector Ceballos dan Lascurain. Seiring waktu, definisi

responsible tourism (eko)wisata pun berkembang. The Ecotourism Society pada

1993 menyempurnakan konsep responsibletourism (eko)wisata dengan

mendefinisikannya sebagai suatu perjalanan yang bertanggung jawab pada

lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan

kesejahteraan penduduk setempat. Dengan perkembangan definisi responsible

tourism (eko)wisata tersebut, pada hakekatnya responsible tourism (eko)wisata

adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area

yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan

keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.

Wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari kegiatan yang menikmati

pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif, hingga kegiatan fisik

seperti wisata petualang yang seringkali mengandung resiko. Kegiatan wisata

tersebut dapat bersifat berkelanjutan maupun tidak berkelanjutan. Dilihat dari

sumbangan positif pada upaya kelestarian alam dan peningkatan

perekonomian masyarakat, hanya sedikit jenis wisata alam yang menawarkan

hal tersebut. Jenis wisata alam yang sedikit itulah yang kemudian berkembang

menjadi ekowisata (Goodwin, 1996).

Hafild (1995) menjelaskan bahwa suatu kegiatan wisata baru dapat dikatakan

sebagai ekowisata jika telah memenuhi empat dimensi:

1. Dimensi Konservasi, yaitu kegiatan wisata tersebut membantu usaha

pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin.

Page 23: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

23

2. Dimensi Pendidikan, yaitu wisatawan yang mengikuti kegiatan wisata

tersebut akan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem,

keunikan biologi dan kehidupan sosial di tempat yang dikunjungi.

3. Dimensi Sosial/Kemasyarakatan, yaitu bentuk kegiatan wisata yang secara

aktif melibatkan masyarakat (khususnya masyarakat lokal) menjadi bagian

dari actor utama dalam penyelenggaraan kegiatan wisata tersebut.

4. Dimensi Ekonomi, yaitu menumbuhkan kegiatan perekonomian yang

berbasis masyarakat.

Menurut batasan di atas, kegiatan ekowisata secara langsung atau tidak

langsung ikut berperan dalam upaya melindungi dan mengelola habitat alam

dan spesies di dalamnya serta di sisi lain dapat menguntungkan masyarakat

setempat dari segi ekonomi

E. SEKILAS TENTANG TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA

Kawasan Taman Hutan Raya Gunung Tumpa secara administrasi

pemerintahan terletak di wilayah Kota Manado seluas ± 165 ha (76,74%) dan

Kabupaten Minahasa Utara seluas ± 50 ha (23,26%), Provinsi Sulawesi Utara.

Secara geografis, Taman Hutan Raya Gunung Tumpa berdasarkan Peta hasil

Tata Batas tahun 1932 dan hasil Rekonstruksi Tahun 1996 terletak pada

posisi koordinat 01º33‟16,82” s/d 01º34‟31,86” Lintang Utara dan

124º49‟57,63” s/d 124º51‟06,05” Bujur Timur. Luas wilayah Taman Hutan

Raya Gunung Tumpa seluas 215 ha. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.434/Menhut-II/2013

tanggal 17 Juni 2013 Amar KEDUA nomor 2 : ”Hutan Lindung menjadi

Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) ± 208 ha”.

Letak Kawasan Hutan Lindung Gunung Tumpa berbatasan pada :

1. Bagian Utara berbatasan dengan wilayah Desa Tiwoho dan Wori,

Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara

2. Bagian Barat berbatasan dengan wilayah Kelurahan Tongkeina, Kecamatan

Bunaken, Kota Manado

3. Bagian Selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Meras dan

Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken, Kota Manado

4. Bagian Timur berbatasan dengan wilayah Kelurahan Pandu, Kecamatan

Bunaken, Kota Manado.

TAHURA Gunung Tumpa merupakan satu-satunya kawasan hutan yang ada di

Kota Manado, dengan tipe ekosistemnya yang terbentuk di dalam kawasan

mengikuti perubahan bentuk topografi dan bentang alam. Berbagai tipe

ekosistem yang masing-masing ekosistem dicirikan oleh munculnya tumbuhan

Page 24: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

24

dominan yang mencirikannya. Keanekaragaman dari tipe ekosistem yang

terdapat di dalam kawasan TAHURA Gunung Tumpa secara umum memiliki

tipe ekosistem hutan dataran rendah, terletak pada ketinggian 100 - 627 m

dpl.

Selain hal tersebut Kawasan TAHURA Gunung Tumpa telah dijadikan sebagai

tempat/objek penelitian siswa, mahasiswa dan Dosen Perguruan Tinggi Negeri

dan Swasta di Sulawesi Utara. Terdapat objek wisata rohani Bukit Doa

disekitar kawasan TAHURA Gunung Tumpa yang saat ini di kelola oleh Gereja

Masehi Injili di Minahasa (GMIM), juga telah memiliki akses jalan masuk

sampai ke pinggiran kawasan hutan melalui arah Kelurahan Meras sepanjang

± 4,6 km dan melalui arah Kelurahan Pandu sepanjang ± 3 km yang di biayai

dari APBD Provinsi Sulawesi Utara maupun APBD Kota Manado. Dari atas

puncak Gunung Tumpa ± 627 meter dari permukaan laut dapat melihat

pemandangan Kota Manado secara keseluruhan, Pulau Manado Tua, Pulau

Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage dan Pulau Nain, serta terdapat

jenis-jenis flora dan fauna yang endemik seperti Nantu (Palaquiun sp), Pohon

kulit lawang (Cinnamomun culliawan), Bayur (Pterospermum javanicum), Amu

(Arthocarpus sp), Pakoba (Eugenia sp), Rotan (Calamus spp), Jenis anggrek dan

non anggrek serta Babi hutan (Suscrova sp), Kera Hitam Sulawesi

(Cynopithecus niger), Soa-soa (Hydrasaurus sp), Ular, dan beberapa jenis

burung lainnya.

Selain potensi flora dan fauna, TAHURA Gunung Tumpa juga memiliki

Panorama alam didominasi terutama oleh deretan pegunungan dan hutan

tropis basah. Keindahan pemandangan lebih menarik lagi disaksikan apabila

seseorang sudah melakukan pendakian dan berada di puncak bukit. Kawasan

Gunung Tumpa merupakan perwakilan dari tipe ekosistem hutan hujan

tropika pegunungan yang mendominasi bukit-bukit. Lansekap kawasan

TAHURA Gunung Tumpa pun cukup bervariasi. Dimulai dari hamparan

berbagai bukit sampai dengan banyaknya aliran sungai yang ada. Apabila

menggunakan jalan masuk dari arah Kelurahan Meras maupun dari arah

Kelurahan Pandu pada pagi hari, maka akan didapatkan pemandangan yang

bagus dimana bukit-bukit masih diselimuti kabut dan berbagai jenis satwa.

Selain itu dapat pula melihat pesawat yang datang dan meninggalkan Bandara

Sam Ratulangi. Keberadaan Gunung Tumpa sebagai bukit tertinggi di Kota

Manado (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara) dengan ketinggian 627 m dpl

dengan keindahan panorama alam, menjadi daya tarik utama bagi

pengunjung/wisatawan. Hal ini dapat dilihat ketika berada pada posisi

ketinggian.

Page 25: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

25

F. KEPARIWISATAAN ALAM DI TAHURA GUNUNG TUMPA

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati didefinisikan bahwa TAHURA adalah Kawasan

Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola secara blok/zonasi

yang dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Pada pengelolaan

Taman Hutan Raya dikenal blok pengelolaan, yaitu : Blok Inti, Blok

Pemanfaatan, dan Blok Lainnya, yaitu Blok Rimba, Blok Pengembangan, Blok

Tradisional, Blok Rehabilitasi, Blok Khusus dan seterusnya.

Pengembangan Blok Pemanfaatan TAHURA pada hakekatnya merupakan salah

satu bentuk kegiatan yang paling strategis dalam mengenalkan potensi

kawasan TAHURA kepada masyarakat, khususnya pengunjung. Dengan

demikian, perencanaan pengembangan blok pemanfaatan harus disusun

sedemikian rupa sehingga realisasinya bisa mencerminkan fungsi dan

peruntukan kawasan secara benar.

Keanekaragaman hayati dan ekosistem TAHURA Gunung Tumpa yang khas

dan unik merupakan komoditas yang sangat menjanjikan dan menjadi daya

tarik yang sangat diminati wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun

wisatawan mancanegara. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya minat

masyarakat yang berkunjung di beberapa lokasi kawasan baik bukit doa

maupun maupun objek wisata yang berada di dalam kawasan TAHURA

Gunung Tumpa. Sampai dengan saat ini, TAHURA Gunung Tumpa memiliki

beberapa daerah tujuan wisata alam utama yang menjadi primadona

kunjungan wisatawan.

G. EKOWISATA

Ekowisata (biasa diterjemahkan dengan wisata alam, yang sebetulnya kurang

tepat) adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa lingkungan, baik itu

alam (keindahannya, keunikannya) ataupun masyarakat (budayanya, cara

hidupnya, struktur sosialnya) dengan mengemukakan unsur-unsur

konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat setempat (Fandlei, et.al,

2000).

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (KLH) mendefinisikan ekowisata

sebagai : “Wisata dalam bentuk perjalanan ke tempat-tempat di alam terbuka

yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan khusus untuk mempelajari,

mengagumi, dan menikmati pemandangan dengan tumbuhan serta satwa

liarnya (termasuk potensi kawasan ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam,

kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan

Page 26: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

26

yang ada (termasuk tatanan lingkungan sosial budaya) baik dari masa lampau

maupun masa kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk

melestasikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

setempat”.

Ciri-ciri Ekowisata dan Perkembangannya

Menurut Fandlei et.al (2000), ekowisata pada mulanya hanya bercirikan

bergaul dengan alam untuk mengenali dan menikmati. Meningkatnya

kesadaran manusia akan meningkatnya kerusakan/perusakan alam oleh ulah

manusia sendiri, telah menimbulkan/menumbuhkan rasa cinta alam pada

semua anggota masyarakat dan keinginan untuk sekedar menikmati telah

berkembang menjadi memelihara dan menyayangi, yang berarti

mengkonservasi secara lengkap. Ciri-ciri ekowisata sekarang mengandung

unsur utama, yaitu : a) Konservasi, b) Edukasi untuk berperan, serta c)

Pemberdayaan masyarakat setempat

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengusahaan ekowisata dalam kawasan hutan

harus bersasaran :

a. Melestarikan hutan dan kawasannya

b. Mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang dimaksud, baik

itu pengunjung, pengelola sendiri sampai masyarakat yang ada di dalam

dan sekitarnya.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat agar dengan demikian

tidak mengganggu hutan.

Wisatawan

Menurut Deparpostel (1997), wisatawan pada umumnya terbagi atas dua

macam yaitu wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara. Ditinjau dari

umur maka ada wisatawan yang remaja dan orang tua. Untuk wisatawan yang

tua umumnya ingin paket yang santai, tidak berat menarik dan fasilitas sesuai

kemampuannya dapat tersedia. Para wisatawan yang muda disamping

panorama yang indah dan menarik mereka ingin juga mendapat pengalaman-

pengalaman yang bersifat khas seperti mendaki gunung (hiking), rafting dan

lain-lain.

H. PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN

Menurut (Fandlei, et.al, 2000), Indonesia memiliki potensi yang sangat besar

dalam pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika yang tersebar di

kepulauan yang sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata khusus.

Kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis

Page 27: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

27

lingkungan adalah Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan

Raya, Taman Wisata Alam), Kawasan Suaka Alam (Suaka Margasatwa) dan

Hutan Lindung melalui kegiatan wisata alam terbatas, serta Hutan Produksi

yang berfungsi sebagai Wana Wisata.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa perencanaan pengembangan ekowisata harus

didasarkan pada regulasi secara nasional maupun kesepakatan secara

internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan dasar

dan landasan untuk pengembangan ekowisata nasional. Sementara

pengembangan ekowisata regional atau lokal didasarkan pada regulasi di

daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat sebagai bentuk realisasi

paradigma baru yang memberdayakan rakyat. Dalam perencanaan

pengembangan ekowisata tujuan yang ingin dicapai adalah kelestarian alam

dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Sementara pemanfaatan hanya

dlakukan terhadap aspek jasa estetika, pengetahuan (pendidikan dan

penelitian) terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati filosofi,

pemanfaatan lajur untuk tracking dan adventure.

Choy (1997) dalam Fandle, et.al (2000) menjelaskan bahwa ada 5 (lima) aspek

utama berkembangnya ekowisata yaitu : (1) adanya keaslian alam dan budaya

(2) keberadaan dan dukungan masyarakat (3) pendidikan dan pengalaman (4)

keberlanjutan dan (5) kemampuan manajemen pengelolaan ekowisata.

I. RPJM PROVINSI SULAWESI UTARA

Kebijakan pembangunan Provinsi Sulawesi Utara didasari pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010-2015, Visi

pembangunan Provinsi Sulawesi Utara selama lima tahun adalah “Menuju

Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing, dan Sejahtera.”

Untuk mencapai visi tersebut sesuai dengan harapan terwujudnya “Rakyat

Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing, dan Sejahtera”, maka

ditetapkan “Misi” Sulawesi Utara 2010-2015 sebagai upaya dalam

mewujudkan visi, maka telah ditetapkan misi Pembangunan yang terdiri atas :

a. Sulawesi Utara yang Berbudaya:

1). Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, keadilan,

dan hak asasi manusia dan kesetaraan gender serta memantapkan

landasan etik dan moral untuk mewujudkan kondisi aman, damai,

nyaman, tertib, dan disiplin

2). Mengembangkan kebudayaan dan berbagai potensi alam daerah sebagai

bagian dari warisan dunia.

Page 28: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

28

b. Sulawesi Utara yang Berdaya Saing:

1). Memantapkan penerapan Clean Government dan Good Governance yang

bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan pelayanan

publik yang optimal.

2). Mewujudkan masyarakat yang sehat, memiliki harapan hidup yang

panjang, cerdas, berdaya saing tinggi, dan berprestasi.

3). Memberdayakan pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi global, regional,

dan lokal yang berbasiskan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UMKM), dan koperasi.

4). Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan

menjamin kebebasan pers yang bertanggung jawab.

5). Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan.

6). Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai Pintu Gerbang Indonesia ke Asia

Timur dan Pasific.

7). Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Utara dan

Indonesia Timur Bagian Utara.

8). Meningkatkan kerjasama lokal, nasional, dan internasional.

9). Memantapkan revitalisasi pertanian, perikanan, dan fasilitas penunjang

perekonomian daerah.

10). Menyediakan infrastruktur publik yang memadai.

c. Sulawesi Utara yang Sejahtera:

1). Mengelola sumber daya alam secara efektif, efisien, berkelanjutan, dan

melestarikan lingkungan hidup serta melakukan upaya adaptasi dan

mitigasi terhadap akibat-akibat perubahan iklim serta bencana.

2). Melaksanakan penataan kelembagaan dan pelaksanaan sistem

perlindungan sosial dengan memperhatikan kepentingan kaum

perempuan, anak, dan lanjut usia.

3). Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (petani,

nelayan, buruh, dan pegawai).

Secara Umum Tujuan Pembangunan Daerah ialah: “Mempersiapkan Sulawesi

Utara menjadi provinsi yang maju, yang berfungsi sebagai pintu gerbang

Indonesia di kawasan Asia Pasifik. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan

pelibatan secara langsung warga masyarakat dan pelaku bisnis bersama-sama

dengan pemerintah dalam perencanaan dan proses pembangunan daerah,

serta mengelola dan memanfaatkan sumber daya berkelanjutan menuju

masyarakat yang berbudaya, berdaya saing, dan sejahtera”. Keterkaitan Visi,

Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah khususnya yang terkait

dengan Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah Misi 2, 9 dan 13

seperti pada tabel dibawah ini :

Page 29: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

29

Tabel III-1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015

Visi : “Menuju Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing. dan Sejahtera”

Misi Tujuan Sasaran

1 2 3

Misi 2 :

Mengembangkan

kebudayaan dan

berbagai potensi alam

daerah sebagai bagian

dari warisan dunia

1. Memelihara dan

mengembangkan

kebudayaan daerah

untuk menjadi

warisan dunia

2. Memelihara dan

mengembangkan

potensi alam daerah

untuk menjadi

warisan dunia

1. Terwujudnya sanggar-sanggar budaya serta komunitas

adat

2. Terwujudnya Pelestarian bahasa daerah

3. Terwujudnya status kawasan konservasi menjadi

kawasan konservasi dunia (World Heritage Sites, Cagar

Biosfer)

4. Terwujudnya Pelestarian kawasan konservasi (Taman

hutan raya: Bunaken, dan Bogani Nani Wartabone;

Cagar Alam: Tangkoko, Dua Sudara; Suaka Margasatwa:

Manembo-nembo, Karakelang; Taman Wisata Alam:

Batu Putih, Batu Angus)

5. Terwujudnya Daerah Perlindungan Laut (DPL) dan

Daerah Perlindungan Mangrove (DPM)

6. Terwujudnya kawasan konservasi baru termasuk

pengembangan kawasan konservasi laut daerah (KKLD)

dan Taman Hutan Raya (TAHURA)

7. Terwujudnya Pelestarian peninggalan benda dan situs

bersejarah (Cagar Budaya)

1 2 3

Page 30: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

30

8. Terlaksananya Pengembangan penulisan buku dan

pemberian penghargan bagi penulis daerah

9. Terlaksananya program pembangunan yang

berwawasan lngkungan dan berkelanjutan

Misi 9 : Meningkatkan

jumlah kunjungan

wisatawan ke

Sulawesi Utara dan

Indonesia Timur

Bagian Utara

1. Meningkatkan sarana

dan prasarana

pariwisata

2. Meningkatkan

kerjasama melalui

paket wisata dengan

provinsi tetangga dan

pelaku bisnis

3. Peningkatan pelayanan

industri pariwisata

4. Menciptakan branding

tentang Sulawesi Utara

1. Terlaksananya pembenahan sarana dan prasarana

pariwisata

2. Terciptanya keamanan dari segala bentuk kejahatan di

Bandara Internasional Sam Ratulangi, pelabuhan laut

Bitung dan Manado, serta pintu-pintu masuk di wilayah

perbatasan

3. Terwujudnya kerjasama dan sosialisasi Sulawesi Utara

sebagai pintu gerbang pariwisata ke propinsi-propinsi

tetangga

4. Terlaksananya peran dan fungsi badan promosi

pariwisata

5. Terwujudnya Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang

pariwisata Indonesia Timur

6. Terciptanya kualitas pelayanan industri pariwisata

7. Tetap terjaganya tata nilai sosial budaya

1 2 3

Misi 13 : Mengelola 1. Meningkatkan 1. Terlaksananya peningkatan kualitas pengelolaan

Page 31: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

31

sumber daya alam

secara efektif, efisien,

berkelanjutan, dan

melestarikan

lingkungan hidup

serta melakukan

upaya adaptasi dan

mitigasi terhadap

akibat-akibat

perubahan iklim serta

bencana

kualitas pengelolaan

sumberdaya alam

yang berkelanjutan

2. Optimalisasi

pengendalian dan

pemanfaatan energi

panas bumi serta

sumberdaya mineral

3. Meningkatkan

pemahaman

masyarakat tentang

adaptasi dan mitigasi

terhadap perubahan

iklim dan bencana

secara intensif

Sumber Daya Alam

2. Terwujudnya sumber-sumber air bersih yang baru,

serta pemeliharaan sumber-sumber air bersih yang

telah ada

3. Terlaksananya pemanfaatan energi panas bumi

4. Terlaksananya pemanfaatan sumber daya mineral

5. Terlaksananya pemanfaatan energi baru dan

terbarukan (biomassa, angin, laut, matahari,)

6. Terciptanya perlindungan sumber daya hutan sebagai

penyangga ekonomi dan kehidupan

7. Terlaksananya penjaminan ketersediaan sandang,

pangan, dan papan secara berkelanjutan

8. Terlaksananya program mitigasi terhadap perubahan

iklim dan bencana

9. Terciptanya regulasi (PERDA) yang berhubungan

dengan adaptasi perubahan iklim

10. Terlaksananya sosialisasi dan kampanye penanganan

dampak perubahan iklim kepada masyarakat

11. Terwujudnya kerjasama internasional terkait perubahan

iklim

12. Terlaksananya peningkatan peran aktif secara global

dalam upaya penanganan dampak perubahan iklim dan

bencana

Page 32: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

32

Dari pemaparan tersebut diatas jelas terlihat adanya benang merah yang

menunjukkan relevansi pembangunan Provinsi dengan pengembangan

kawasan TAHURA. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala

aspek kehidupan yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi, akan

mengurangi tekanan terhadap keutuhan kawasan dan kelestarian

keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. Selain dari itu, program

kepariwisataan pemerintah provinsi dapat disinergikan dengan peluang

yang dimiliki oleh TAHURA untuk memanfaatkan kawasan sebagai tujuan

wisata alam. Dengan menjalin komunikasi dan kerjasama yang intensif

baik TAHURA maupun pemerintah daerah Provinsi dan Kota/Kabupaten

akan memperoleh banyak manfaat dengan kehadiran TAHURA Gunung

Tumpa yang dikelola secara baik dan profesional untuk meningkatkan

kemanfaatannya bagi masyarakat. Baik program Pemerintah Provinsi,

Kabupaten/Kota maupun TAHURA Gunung Tumpa, distrategikan untuk

pembangunan masyarakat.

J. Pembangunan Kota Manado

Visi Pembangunan Daerah Kota Manado ini diharapkan akan mewujudkan

harapan dan amanat masyarakat kota Manado dengan tetap mengacu pada

pencapaian tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan

UUD 1945, serta selaras dengan RPJM Nasional 2010-2014, RPJMD Provinsi

Sulawesi Utara 2010-2015 serta RPJPD Kota Manado 2005-2025. Visi

pembangunan Daerah Kota Manado tersebut harus jelas mudah dipahami

oleh seluruh masyarakat dan dapat dicapai dan merupakan pencapaian satu

tahapan dalam mewujudkan visi Jangka Panjang Kota Manado yaitu

“Manado Pariwisata Dunia”.

Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep

pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung

upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat

ekonomi kepada masyarakat setempat. Dari segi pengelolaanya, ekowisata

dapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang

bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang

dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang

mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan

meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat. Sementara itu dari segi

perjalanannya dapat didefinisikan sebagai “perjalanan yang bertanggung

Page 33: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

33

jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan

dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”

Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa ekowisata adalah ecological

tourism, yaitu suatu model pengembangan pariwisata yang bertanggung

jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara

kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk

budaya yang menyertainya) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur

pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan

aktif sosio ekonomi masyarakat setempat. Ekowisata merupakan upaya

untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber

alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang

berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam

plus.

Adanya unsur plus plus di atas yaitu kepudulian, tanggung jawab dan

komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat setempat ditimbulkan oleh : Kekuatiran akan makin rusaknya

lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber

daya alam, Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik

dan sehat, Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi

aktif masyarakat setempat, Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika

mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi ('economical benefit') dari

lingkungan yang lestari, Kehadiran wisatawan ke tempat-tempat yang masih

alami itu memberikan peluang bagi penduduk setempat untuk mendapatkan

penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka

homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang

berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan

mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara

materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.

Dalam perspektif pembangunan daerah kota Manado jangka panjang,

penetapan visi Manado Kota Model Ekowisata adalah satu dari 5 (lima)

tahapan pembangunan daerah yang disepakati melalui Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Manado 2005-2025.

Jika tahap pertama yaitu periode 2005-2010 dengan visi Manado Kota

Pariwisata Dunia, ditujukan pada upaya memperkenalkan dan menjadikan

Manado sebagai salah satu destinasi wisata dunia di Indonesia, maka pada

tahapan kedua yaitu periode 2010-2015 visi kota Manado diarahkan untuk

memperkuat citra kota Manado sebagai kota wisata dunia dengan fokus pada

Page 34: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

34

meningkatkan primadona pariwisata kota Manado yaitu Taman Nasional

Bunaken yang dikelola melalui prinsip-prinsip ekowisata.

Oleh karena ekowisata lebih diarahkan pada kawasan Taman Nasional dalam

hal ini Taman Nasional Bunaken, maka berkembangnya berbagai kegiatan

perkotaan lainnya termasuk mass-tourism, MICE-tourism maupun

perdagangan dan jasa tetap akan dikembangkan.

Misi Kota Manado yaitu “Menjadikan Manado sebagai kota yang

menyenangkan.” (To make Manado a city of happiness).

Misi merupakan komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama yang

menjadi penentu keberhasilan pencapaian visi pembangunan. Secara

substansial misi pembangunan jangka menengah tahun 2011-2015 ini

merupakan kelanjutan dari misi pembangunan jangka menengah

sebelumnya yaitu Manado kota yang menyenangkan dimana setiap

orang dapat mewujudkan potensi dan impiannya.

Yang dimaksud dengan kota yang menyenangkan adalah tempat dimana

orang bermukim ataupun orang tinggal dalam situasi kondisi dimana

lingkungan fisiknya asri, hijau dan bersih sementara masyarakatnya hidup

dengan berbagai aktivitasnya dalam suasana rukun dan damai, tentram,

aman sejahtera lahir bathin serta memiliki pemerintahan yang responsive,

akuntabel.

Tujuan dan sasaran pada hakekatnya adalah penegasan kembali visi dan

misi pembangunan kota Manado secara lebih terinci, lebih tergambar dengan

jelas dan selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kerangka kerja

pembangunan secara keseluruhan. Rumusan tujuan dan sasaran

merupakan dasar dalam penyusunan pilihan-pilihan strategi pembangunan

dan sarana untuk mengevaluasi pilihan-pilihan tersebut. Tujuan (goal)

adalah pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk menapai visi,

melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis dan permasalahan

pembangunan daerah.

Untuk menjabarkan misi agar jelas wujudnya dalam masa lima tahun

kedepan ditetapkan tujuan (grand strategy, goals) pembangunan daerah kota

Manado ssebagai berikut :

1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berkualitas, Rukun dan Damai

2. Menciptakan Lingkungan Perkotaan yang Nyaman.

3. Membangun Identitas dan Citra Kota sebagai Model Ekowisata Dunia

4. Meningkatkan Peran Manado dalam Pengembangan Ekonomi Kawasan

5. Menerapkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Page 35: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

35

Kelima grand strategies (tujuan/goals) tersebut diatas merupakan kristalisasi

dari apa yang ingin diwujudkan masyarakat kota Manado, yang juga ingin

dicapai melalui visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Manado untuk

periode 2010-2015.

Secara teknokratik, gambaran nyata dari cita-cita pembangunan diatas akan

dicapai secara bertahap, sinambung, dan disesuaikan dengan kemampuan

pendanaan APBD. Namun dengan berupaya menyesuaikan dengan prioritas

nasional dan provinsi Sulawesi Utara, diharapkan pendanaan pembangunan

di kota Manado juga akan didukung oleh dana APBD Provinsi Sulawesi Utara

dan APBN, mengingat posisi Manado sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi

Utara, sekaligus juga semakin signifikan perannya dalam skala nasional,

khususnya dibidang pariwisata. Pembiayaan pembangunan daerah juga

diharapkan akan didukung oleh investasi dunia usaha serta masyarakat itu

sendiri.

Adapun sasaran-sasaran yang ingin dicapai menurut tujuannya adalah

sebagai berikut :

1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berkualitas, Rukun dan

Damai

a. Terpeliharanya hubungan harmonis antar agama dan antar umat

beragama dan pemerintah

b. Pelayanan kesehatan yang berkualitas mampu menjangkau dan

dijangkau oleh seluruh masyarakat setiap saat.

c. Pendidikan yang Berkualitas mampu menjamin pendidikan bagi

seluruh masyarakat dengan unggulan Iptek dan Bahasa Internasional.

d. Pemuda Manado meraih prestasi regional, nasional dan internasional

di bidang olahraga, sosial budaya dan iptek.

e. Masyarakat usia produktif menjadi tenaga kerja produktif yang

mampu memajukan potensi daerahnya.

f. Keluarga menerapkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

2. Menciptakan Lingkungan Perkotaan yang Nyaman.

a. Lingkungan perkotaan dan pemukiman memiliki infrastruktur yang

memenuhi standar.

b. Seluruh wilayah dapat diakses sarana transportasi yang terintegrasi,

lancar, aman dan nyaman.

c. Kawasan boulevar dan DAS Tondano menjadi waterfront city dengan

infrastruktur dan fasilitas yang bertaraf internasional.

d. Seluruh pembangunan sesuai tata ruang wilayah serta bebas

pencemaran dan pengrusakan lingkungan.

Page 36: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

36

3. Membangun Identitas dan Citra Kota sebagai Model Ekowisata Dunia

a. Manado menjadi model ekowisata bahari dan tujuan ekowisata dunia.

b. Manado menjadi pusat penelitian dan pengembangan ecowisata

internasional.

4. Meningkatkan Peran Manado dalam Pengembangan Ekonomi Kawasan

a. Manado menjadi salah satu tujuan investasi dan pusat perdagangan

terbesar di kawasan timur Indonesia.

b. Seluruh wilayah memiliki pasar yang mampu menjamin ketersediaan

bahan pokok dansarana produksi dengan harga terjangkau.

c. Setiap kelurahan memiliki kelompok usaha yang mandiri dan produk

unggulan.

d. Setiap produk unggulan menerapkan teknologi pengolahan dan

kemasan yang unggul dengan mutu terjamin.

5. Menerapkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih :

a. Manajemen pemerintahan (perencanaan, pelaksanaan, pengendalian

dan pelaporan) dilaksanakan secara terintegrasi dan tepat waktu

dengan basis data yang terkini dan akurat

b. Setiap SKPD memiliki aparatur yang kompeten sesuai kebutuhan dan

mencapai target kinerjanya dengan administrasi yang akuntabel.

b. Pelayanan publik menerapkan pelayanan prima dan sistem informasi

terintegrasi yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat

c. Masyarakat berpartisipasi aktif dalam pembangunan serta taat hukum

dalam melaksanakan kegiatannya secara tertib, aman dan harmonis.

Dari pemaparan tersebut diatas jelas terlihat adanya benang merah yang

menunjukkan relevansi pembangunan kota dengan pengembangan kawasan

Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

dalam segala aspek kehidupan yang ditetapkan oleh pemerintah kota, akan

mengurangi tekanan terhadap keutuhan kawasan dan kelestarian

keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. Selain dari itu, program

kepariwisataan pemerintah kota dapat disinergikan dengan peluang yang

dimiliki oleh Taman Hutan Raya untuk memanfaatkan kawasan sebagai

tujuan wisata alam. Dengan menjalin komunikasi dan kerja sama yang

intensif baik Pengelola Taman Hutan Raya maupun pemerintah daerah

Provinsi dan Kota/Kabupaten akan memperoleh banyak manfaat dengan

kehadiran Taman Hutan Raya Gunung Tumpa yang dikelola secara baik dan

profesional untuk meningkatkan kemanfaatannya bagi masyarakat. Baik

program Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Taman Hutan Raya

Gunung Tumpa, distrategikan untuk pembangunan masyarakat.

Page 37: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

37

BAB II

SUBSTANSI DESAIN TAPAK

A. SARANA DAN PRASARANA KEPARIWISATAAN ALAM DESAIN EKO-

ARSITEKTUR

Prasarana dan kegiatan kepariwisataan alam harus dirancang dan diprogram

sedemikian rupa untuk melindungi ekosistim dan biodiversitas serta untuk

melestarikan jenis flora dan fauna yang terancam punah.

Para pengelola destinasi dan pelaku pariwisata lainnya terutama profesional

harus sepakat dan wajib memperhatikan batasan dan kendala yang ada pada

kegiatan kepariwisataan alam terutama bila dilakukan ditempat yang peka

seperti wilayah pegunungan tinggi, hutan tropis atau zona basah yang tepat

dan sesuai sebagai tempat pelestarian alam (Taman Hutan Raya) atau daerah

yang dilindungi.

Desain tapak kepariwisataan alam di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa

memerlukan perencanaan dan arahan secara komprehensif terutama dari

aspek desain sarana dan prasarana. Terdapat arahan dan tingkatan didalam

perencanaan dan desain sarana dan prasarana untuk kepariwisataan alam,

yaitu:

Perencanaan harus dilakukan secara ekologis

Perencanaan harus diarahkan bagi kesehatan manusia dan lingkungan

Bahan bangunan yang sehat dan ramah lingkungan.

Sistem utilitas sarana dan prasarana harus memperhatikan sistem daur

ulang.

Menghadirkan jiwa setempat dan nilai-nilai lokalitas.

Tidak mengganggu lintasan satwa yang ada dikawasan tersebut.

Rencanakan pertumbuhan sarana-sarana fisik di masa yang akan datang

untuk menekan serendah mungkin perombakan dengan merobohkan

bangunan yang dapat menimbukan limbah.

Pengetahuan dasar-dasar ekologi didalam rencana tapak kepariwisataan

alam di Taman Nasional Kutai, memperhitungkan keselarasan dengan alam

dan kepentingan manusia sebagai pelaku. Pembangunan fasilitas sarana dan

prasarana di dalam perencanaan tapak dalam hubungan timbal balik dengan

lingkungan alam dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur.

Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam

arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau

ukuran baku. Namun, Eko-arsitektur mengandung juga dimensi yang lain

seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik

Page 38: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

38

bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa ekoarsitektur bersifat lebih

kompleks, padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya

yang berdekatan dengan ekologi alam.

Penggantian bagian bangunan yang aus dari masa pakai membutuhkan

bahan mentah dan energy yang sebenarnya dapat di hemat baik secara

ekonomis maupun ekologis pada setiap bahan bangunan harus

dipertimbangkan ciri khas berikut:

Kemampuan tahan lama bagian bangunan tersebut secara fisik

Kapan bagian bangunan harus diganti karena rusak atau terdapat

perkembangan teknologi yang dibutuhkan

Nilai-nilai local arsitektur setempat

Low technologi (teknologi rendah)

Kemampuan tahan lama dan masa pakai bagian –bagian bangunan

mempunyai perbandinganperbandingan teknologi keras dengan teknologi

lunak dan ada upaya untuk keberlanjutan dalam rentang waktu.

Dengan perhatian atas masa pakai bagian-bagian bangunan yang

mempertimbangkan waktu, kapan bagian harus diganti karena rusak, aus,

dsb. Dan perbandingan teknologi keras dengan lunak (Dickson,1978) dapat

di lihat pada tabel III-1.

Tabel III-1 : Masa pakai bagian-bagian bangunan perbandingan teknologi

keras dan teknologi lunak.

No Teknologi Keras

(Hard teknologi)

Teknologi Lunak

(Soft Teknologi)

Struktur

Bangunan Masa pakai

1 Berbahaya terhadap

keseimbangan

teknologi

Seimbang dengan

lingkungan sekitar

Dinding

batubata

30 60 90

2 Mengeksploitasi alam Memelihara

peredaran alam

Dinding

beton

30 60

3 Penggunaan energi

tinggi

Penggunaan energi

rendah

Dinding

kayu

20 30

4 Jangka waktu dan

masa pakai pendek

Waktu dan masa

pakai panjang

Lantai

beton

20 40

5 Proses produksi rumit Proses produksi

rumit

Lantai

kayu

20 30

6 Spesialisasi tinggi Keahlian dalam

keterampilan

Kuda-kuda

kayu

20 30

Page 39: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

39

B. KEPARIWISATAAN DAN WISATA ALTERNATIF

Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,

peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor

produksi lain serta sebagai sektor yang kompleks, pariwisata mampu

merealisasi industri-industri jasa dan klasik yang bersumber dari

masyarakat lokal. Pariwisata merupakan faktor dalam pengembangan yang

berkelanjutan meliputi aspek-aspek :

a. Semua bentuk pembangunan pariwisata yang memungkinkan

penghematan sumber alam yang langka dan berharga terutama air dan

energi demikian pula untuk mengurangi produksi sampah harus prioritas

dan digalakkan oleh pejabat pemerintah nasional, regional maupun lokal.

b. Pengaturan dalam waktu dan jarak arus wisatawan dan pengunjung

terutama pengaturan waktu cuti kerja dan liburan sekolah,

menyeimbangkan tempat yang dikunjungi harus diupayakan untuk

mengurangi tekanan kegiatan pariwisata terhadap lingkungan hidup dan

sebaliknya harus dapat meningkatkan dampak positif bagi ekonomi lokal

maupun industri pariwisata

c. Prasarana dan kegiatan pariwisata harus dirancang dan diprogram

sedemikian rupa untuk melindungi ekosistim dan biodiversitas serta

untuk melestarikan jenis flora dan fauna yang terancam punah; para

pelaku pembangunan pariwisata terutama profesional harus sepakat dan

wajib memperhatikan batasan dan kendala yang ada pada kegiatan

Pariwisata terutama bila dilakukan ditempat yang peka seperti wilayah

padang pasir, kutub atau pegunungan tinggi, hutan tropis atau zona

basah yang tepat sebagai tempat pelestarian alam (Taman Hutan Raya)

atau daerah yang dilindungi

d. Wisata alam dan ekowisata diakui sebagai bentuk kegiatan pariwisata

yang dapat memperkaya dan meningkatkan penghasilan pariwisata,

apabila dilakukan dengan menghormati lingkungan alam, melibatkan

penduduk setempat dalam pengembangan pariwisata serta sesuai dengan

daya dukung daerah setempat.

Pengertian Wisata Alternatif, mengutip pendapat (de Kadt, 1992) dalam

Chafid Fandeli – Perencanaan Kepariwisataan Alam, (2002). Pariwisata

alternatif memiliki dimensi yang sangat luas merupakan perubahan dan

pergeseran minat setelah pariwisata masal berkembang dan mengalami titik

kejenuhan dan dirasakan banyak menimbulkan kepadatan. Alternatives

tourism merupakan bentuk pariwisata yang konsisten pada nilai-nilai sosial,

Page 40: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

40

alami dan komunitas yang memungkinkan penerima (host) dan pendatang

(guest) menikmati interaksi positif yang bermanfaat karena secara tidak

disadari telah terjadi proses transformasi pengetahuan dan pengalaman.

Pada intinya bentuk pariwisata ini lebih berorientasi pada wawasan

lingkungan serta selalu mempertimbangkan kelangsungan sumber daya bagi

generasi mendatang (eco system – sustainable approach)

Pada hakikatnya produk alternative tourism harus dioperasikan secara

harmonis dengan lingkungan, komunitas dan budaya setempat dengan

maksud menghindari terjadi korban dan kerugian serta konflik kepentingan

dengan masyarakat setempat sebagai akibat dari penyelenggaraan kegiatan

pariwisata yang menurut Smith & Eadington, 1992 disini sangat dibutuhkan

tightcontroll zone sebagai area konservasi.

C. KOMPONEN UTAMA KEPARIWISATAAN.

Batasan umum yang banyak diikuti, membagi produk kepariwisataan alam

kedalam 3 (tiga) komponen utama yaitu :

1. Atraksi (attractions)

Berdasarkan skalanya, atraksi terbagi 2 (dua) yaitu atraksi utama

(primary attractions) yang merupakan alasan utama wisatawan untuk

melakukan perjalanan dan cenderung menghabiskan sebagian besar

waktunya karena tempat ini merupakan sumber daya vital bagi aktivitas

yang diinginkan. Sedangkan yang kedua adalah atraksi pendukung

(secondary attractions) yang merupakan tempat-tempat yang dapat

dikunjungi dalam perjalanannya menuju atraksi utama (Swarbrooke,

1996)

Atraksi merupakan komponen yang paling penting dalam sistem

pariwisata sekaligus sebagai motivator utama bagi perjalanan wisata dan

merupakan pusat dari produk pariwisata karena tanpa ada atraksi maka

tidak akan ada pariwisata.

Atraksi pada umumnya cenderung bersifat single unit atau individual sites

dan merupakan area yang secara geografis berskala kecil, mudah dicapai

dan mendorong banyak orang untuk melakukan wisata.

2. Aksesibilitas (accessibility)

Aksesibilitas pariwisata lebih diartikan sebagai cara dan jalan menuju

destinasi atraksi wisata atau dengan kata lain adalah tersedianya

kemudahan dan layanan prasarana dan sarana transportasi dari tempat

tinggal/asal wisatawan (generating area) menuju daerah tujuan wisata

Page 41: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

41

(destination area). Prasarana meliputi tersedianya akses jalan, jembatan,

terminal-stasiun-pelabuhan-bandara, rest area, pom bensin dan lain-lain,

sedangkan sarana meliputi tersedianya alat transportasi baik darat, laut

dan udara (How to get there) atau tersedianya kesiapan infra struktur

suatu wilayah sebagai penunjang kemudahan wisatawan dalam mencapai

daerah tujuan wisata yang diinginkan.

Tersedianya prasarana dan sarana transportasi sebagai akses perjalanan

wisatawan untuk mencapai daerah tujuan adalah bersifat mutlak, dan

tersedianya layanan transportasi lokal merupakan suatu tuntutan bagi

terciptanya kemudahan wisatawan agar secara cepat dan nyaman dapat

mencapai obyek wisata.

3. Amenitas (Amenity)

Merupakan fasilitas yang dibutuhkan wisatawan dalam perjalanan

wisatanya dan secara umum dapat digolongkan sebagai layanan usaha

sarana dan jasa pariwisata seperti akomodasi, makan minum, angkutan

wisata, jasa perjalanan, pramuwisata, layanan informasi, serta fasilitas

pendukung lain seperti cinderamata, dan lain-lain.

Page 42: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

42

BAB IV METODOLOGI KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu Kegiatan penyusunan desain tapak dilaksanakan selama 12 (dua

belas) hari dimulai tanggal 3 Juni sampai dengan 15 Juni 2013. Adapun

tempat pelaksanaannya adalah TAHURA Gunung Tumpa yang dijadikan

sebagai objek pariwisata alam.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain :

1. Peta lokasi obyek dan daya tarik wisata alam

2. Intepretasi vegetasi

3. Data fisik meliputi : Topografi, jenis tanah, curah hujan, batas, jalan,

bangunan vegetasi dan demografi

4. Peta zonasi sebagai dasar penyipan desain tapak

5. Kompas, alat penunjuk arah

6. Global Positioning System (GPS), alat penentuk posisi koordinat

7. Kamera, alat pengambil gambar

8. Meteran, alat pengukuran jarak

9. Alat tulis

C. METODE KEGIATAN

1. Tahap Pemaparan Rencana Kerja dan Orientasi Kerja.

Pemaparan rencana kerja secara umum untuk mengetahui titik-titik

lokasi desain tapak untuk kepariwisataan alam.

2. Kajian.

Kajian yang akan dipergunakan pada tahap ini antara lain bersumber

dari himpunan dokumen laporan yang berupa peraturan Direktur

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dan laporan penelitian

ilmiah sebelumnya serta faktualisasi setiap adanya perubahan maupun

pergeseran kondisi eksisting tapak seperti adanya isu-isu dan persoalan

yang sedang dihadapi serta sampai sejauh manakah, apakah upaya yang

sudah dilakukan membuahkan hasil. Perolehan data dan informasi pada

tahap ini akan dikelompokkan sesuai dengan sifat dan jenisnya guna

dipergunakan sebagai referensi atau pertimbangan analisis desain tapak

kepariwisataan alam.

Page 43: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

43

D. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data penyusunan desain tapak kepariwisataan alam dengan

teknik perolehan data menggunakan :

1. Data Primer.

Pedoman Wawancara

Tanyajawab dengan pegunjung (wisatawan) disetiap titik rencana

untuk desain tapak tentang masalah sehubungan dengan tema yang

diamati

Pengamatan

Pencatatan atas pengamatan secara langsung di area penelitian

mengenai kondisi aktual yang sedang dihadapi.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk data sudah jadi dan

terolah yang didapat dari instansi teknis terkait serta data hasil studi

pustaka guna mendapatkan gambaran awal, teori atau konsep yang

relevan dengan rencana desain tapak yang dilakukan. Sumber data

sekunder diperoleh dari institusi pengampu kepentingan (Dinas

Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara / UPTD TAHURA Gunung Tumpa)

termasuk kemitraan TAHURA.

E. VALIDASI KE LAPANGAN

Proses validasi data akan menjadi lebih jelas jika data yang diperoleh

semakin jelas, terarah dan spesifik melalui instrumen yang ditetapkan dari

hasil tahap orientasi. Perolehan data dan informasi yang diperoleh dari tahap

orientasi dan hasil observasi penelitian lapangan akan dikelompokkan serta

masing-masing akan diurai dalam bentuk dokumen dan plotting maupun

menurut jenis data agar diperoleh himpunan data dan informasi untuk di

lakukan analisis data baik secara kuantitatif mapun kualitatif. Sedangkan

hasil perolehan data kualitatif akan dipergunakan sebagai referensi dalam

pengembangan interpretasi data agar khususnya dalam menganalisa desain

tapak.

F. PENYUSUNAN DESAIN TAPAK

Tahapan didalam penyusunan desain tapak ini terdiri: persiapan akan

digunakan metode studi literature serta penelaahan materi, Sedangkan pada

tahap survei lapangan akan menggunakan metode observasi langsung bagi

kebutuhan data primer melalui pengukuran dan pengamatan serta interview

Page 44: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

44

dengan segmen sumber informasi yang memiliki keterkaitan dan kompetensi

dengan kegiatan pelestarian lingkungan dan kepariwisataan alam (kemitraan

KPC). Pada tahap inventarisasi dan identifikasi data dilakukan dengan

mengintepretasikan data hasil survei lapangan dan hasil rapat koordinasi

yang diselenggarakan, yang disusun dan disajikan dalam himpunan data

dasar yang sistematik dan informatif.

Gambaran data yang bersifat kualitatif dituangkan dalam diagram dan peta

tematik, sedangkan data kuantitatif disajikan dengan bentuk tabel, grafik

dan peta skalatis. Pada tahap analisis, metode yang dilakukan akan

disesuaikan dengan karakter data dan sasaran penelitian sebagaimana dapat

diperinci yaitu

1. Analisis dilineasi ruang / dilakukan dengan menentukan jenis informasi

dasar yang dikaji dengan model Metode Analisis Super Impose (Survey

Map Analysis) sehingga dapat diperoleh gambaran Ruang Kawasan

(Potention Delenation)

2. Analisis data atas aspek yang berhubungan dengan pemetaan dilakukan

dengan teknik potongan melintang dan membujur, hasil yang diperoleh

interval kontur pada masing-masing tapak.

3. Membuat batasan umum dalam desain tapak kepariwisataan alam:

atraksi, akses dan amenitas

G. PENCERMATAN DAN MASUKAN

Pencermatan dan masukan terhadap draft desain tapak diperoleh dari

masyarakat dan para stakeholder yang terlibat dalam kegiatan ekowisata di

Taman Hutan Raya Gunung Tumpa.

H. PENGESAHAN

Selanjutnya setelah mendapatkan perbaikan dilakukan penilaian oleh Kepala

UPTD TAHURA dan kemudian pengesahan oleh Kepala Dinas Kehutanan

Provinsi Sulawesi Utara

Page 45: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

45

BAB V ANALISA WILAYAH PERENCANAAN

A. RISALAH KAWASAN

a. Letak dan Luas

Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) Gunung Tumpa berdasarkan

administratif pemerintahan terletak di 2 (dua) wilayah antara lain :

Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Luas kawasan hutan :

1. Berdasarkan penetapannya sesuai Surat Keputusan Gubernur

Belanda Nomor 6 tanggal 28 April 1932 dan hasil rekonstruksi batas

tahun 1996 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan seluas

215 ha yang terdiri dari : Kota Manado dengan luas 162 hektar dan

Kabupaten Minahasa Utara seluas 53 hektar, dengan panjang batas

keliling 8.000 meter (8 km). Berdasarkan Peta hasil Tata Batas tahun

1932 dan hasil Rekonstruksi Tahun 1996 terletak pada posisi

koordinat 01º33‟16,82” - 01º34‟31,86” Lintang Utara dan

124º49‟57,63” - 124º51‟06,05” Bujur Timur.

2. Bedasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.434/Menhut-II/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang Perubahan

Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas ±

6.344 ha, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas ± 761 Ha, dan

perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas ±

290 ha, di Provinsi Sulawesi Utara. Khususnya Kawasan Hutan

Lindung Gunung Tumpa menjadi TAHURA Gunung Tumpa seluas ±

208,81 Ha yang terbagi di 2 (dua) Wilayah : 1) Kota Manado seluas ±

163,77 Ha pada koordinat 01º33‟49,56” Lintang Utara - 124º50‟34,67”

Bujur Timur, dan 2) Kabupaten Minahasa Utara seluas ± 45,04 Ha

pada koordinat 01º34‟14,43” Lintang Utara - 124º50‟26,06” Bujur

Timur.

Page 46: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

46

Gambar V.1

Peta Tata Batas Hutan Lindung Gunung Tumpa

b. Batas-batas

Letak Kawasan TAHURA Gunung Tumpa berbatasan pada :

5. Bagian Utara berbatasan dengan wilayah Desa Tiwoho dan Wori,

kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara

6. Bagian Barat berbatasan dengan wilayah Kelurahan Tongkaina,

Kecamatan Bunaken, Kota Manado

7. Bagian Selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Meras dan

Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken, Kota Manado

8. Bagian Timur berbatasan dengan wilayah Kelurahan Pandu,

Kecamatan Bunaken, Kota Manado.

c. Sejarah Kawasan

Penggalian sejarah merupakan satu cara untuk mengingat kembali apa yang

sudah terjadi di masa lalu, dari awal keberadaan kawasan hutan Gunung

Page 47: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

47

Tumpa hingga kondisi sekarang. Penggunaan tokoh-tokoh masyarakat dan

aparat pemerintahan setempat sebagai tokoh kunci, sangat membantu dalam

penggalian yang dilakukan melalui cara wawancara secara mendalam

ataupun melalui diskusi secara terfokus. Informasi yang didapat tidak hanya

dari pihak masyarakat tapi juga didapat dari dokumen-dokumen yang terkait

dengan lokasi yang dimaksud.

Tujuan dari penggalian ini adalah untuk melihat sejauhmana konflik yang

terjadi antara pemerintah dengan masyarakat sekitar TAHURA Gunung

Tumpa dan keberadaan masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini

wanariset (nama yang dikenal sebagian besar masyarakat Kelurahan/Desa

sekitar hutan)

Sejarah penunjukan dan penetapan kawasan Hutan Lindung Gunung Tumpa

sebagai berikut :

1. Tahun 1932

Kawadan Hutan Gunung Tumpa pertama kali ditunjuk dan ditetapkan

sebagai kawasan Hutan Lindung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda

dengan nama “Goenoeng Toempa” sebagaimana tertera dalam Berita

Acara (Grensregelings-Proces-Verbal van het in stand te houden bosh

“Goenoeng Toempa”, gelegen in het onderdistrict Noord Manado, distict

Manado, onderafdeeling Minahasa, afdeeling Manado van het Gewest

Manado, zooals dit ter instandhouding is aangwezen bij Gouverne-

mentsbelsuit van 28 April 1932 No. 6). Kegiatan penataan batas

“Goenoeng Toempa”, tersebut mempunyai initial pal batas yang dimulai

dari pal batas G 1/Ta, G 2/Ta,...G30/Ta, G 31/Ta = G 1/Ta, dengan luas

215 ha.

2. Tahun 1983

Keberadaan hutan lindung Gunung Tumpa dipertegas keberadaannya

dalam peta Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan (RPPH)

Propinsi Dati I Sulawesi Utara skala 1 : 500.000 atau dikenal dengan

nama Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan luas 215 ha

3. Tahun 1996

Keberadaan kawasan hutan lindung Gunung Tumpa kembali dipertegas

dalam Peta Paduserasi TGHK dan RTRW Propinsi Dati I Sulawesi Utara

skala 1 : 250.000 tahun 1996, dengan luas 215 ha. Serta hasil

Rekonstrusi Batas yang dilakukan oleh Sub Balai Perpetaan Hutan

Page 48: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

48

(BIPHUT) Manado dengan inisial tanda batas G1, G2 ..... G30, dengan

luasan 215 hektar dengan perkiraan : perambahan seluas 105 hektar dan

yang masih berhutan 110 ha

4. Tahun 1999

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor

452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999 sebagai kawasan hutan dengan

luasan 1.151,10 hektar, dengan rincian sebagai berikut :

a. Hutan lahan kering sekunder 103,28 ha

b. Pertanian lahan kering 370,04 ha

c. Pertanian lahan kering campur semak 434,35 ha

d. Semak belukar (235,10 ha), Tubuh air 8,33 ha

5. Tahun 2000

Kawasan TAHURA Gunung Tumpa dilakukan Rekonstrusi Batas oleh

Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara dengan inisial tanda batas

B0/THR, B1/THR ..... B79/THR, dengan luasan 215 hektar dengan

perkiraan : perambahan seluas 105 hektar dan yang masih berhutan 110

hektar.

6. Tahun 2013

Bedasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.434/Menhut-II/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang Perubahan

Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas ±

6.344 ha, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas ± 761 Ha, dan

perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas ± 290

ha, di Provinsi Sulawesi Utara.

Khususnya Kawasan Hutan Lindung Gunung Tumpa menjadi TAHURA

Gunung Tumpa seluas ± 208,81 Ha yang terbagi di 2 (dua) Wilayah : 1)

Kota Manado seluas ± 163,77 Ha pada koordinat 01º33‟49,56” Lintang

Utara - 124º50‟34,67” Bujur Timur, dan 2) Kabupaten Minahasa Utara

seluas ± 45,04 Ha pada koordinat 01º34‟14,43” Lintang Utara -

124º50‟26,06” Bujur Timur.

d. Aksesibilitasi

TAHURA Gunung Tumpa dapat dicapai dari beberapa arah antara lain arah

Utara, Timur dan Selatan. Informasi aksesibilitas menuju TAHURA Gunung

Tumpa, sebagai berikut :

Page 49: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

49

Tabel V-1 : Arah / Jalur lewat dan Jarak tempu menujuk Lokasi

TAHURA Gunung Tumpa

No Arah / Jalur Lewat (dari – ke) Panjang

(Km)

1 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Jembatan Megawati –

Tuminting – Batusaiki – Molas – Meras – Lokasi Gn. Tumpa

13.283,00

2 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Jembatan Megawati –

Tuminting – Buha – Bengkol – Pandu – Lokasi Gn. Tumpa

17.773,00

3 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Paal 2 – Kairagi - Politeknik –

Buha – Bengkol – Pandu – Lokasi Gunung Tumpa

20.259,00

4 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Paal 2 – Kairagi - Paniki –

Tugu Adipura – Kima Atas – Pandu – Lokasi Gunung Tumpa

25.374,00

5 Bandara Sam Ratulangi – Tugu Adipura – Kima Atas – Pandu –

Lokasi Gunung Tumpa

15.265,06

Gambar V.2

Jaringan Jalan Menuju TAHURA Gunung Tumpa

e. Kondisi Fisik Kawasan

1. Ketinggian

TAHURA

BANDARASAM RATULANGI

MANADO

Page 50: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

50

Kawasan TAHURA Gunung Tumpa berketinggian 627 meter dari

permukaan laut, memiliki pemandangan alam yang asri karena

dikelilingi pepohonan yang menghijau dan perkebunan kelapa rakyat,

juga telah dibangun suatu tempat yang dinamakan Bukit Doa.

Dari atas puncak gunungnya dapat melihat pemandangan sebagai

berikut :

Dapat melihat secara keseluruhan Kota Manado dan juga pulau

Manado Tua, Bunaken, Siladen, Mantehage serta Nain. Bahkan

Pulau-pulau dibagian utara (Pulau Talise, Pulau Biaro,

Tagulandang dan Siau)

Dapat melihat sebagian wilayah Kabupaten Minahasa dan sebagian

besar Kabupaten Minahasa Utara serta sebagian kecil Kota

Tomohon.

Dapat pula melihat dan menyaksikan aktivitas bandara udara Sam

Ratulangi (Take off dan Landing pesawat).

Pada sore hari dapat menyaksikan terbenamnya matahari (Sunset)

2. Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca merupakan sumberdaya alam yang tersedia dan

sangat menentukan keberhasilan usaha peningkatan produktivitas

tanah, melalui saling pengaruhnya bersama-sama dengan keberadaan

gunung-gunung dan sungai-sungai. Oleh karena itu faktor iklim harus

dipandang sejajar dengan faktor produksi lain dan perlu dimanfaatkan

semaksimal mungkin secara bijaksana untuk meningkatkan produksi

dan produktivitas pertanian. Indikator yang utama dalam iklim di

daerah tropis adalah curah hujan.

Sebagai daerah beriklim tropis, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota

Manado hanya mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau dan

musim penghujan.

Keadaan alam wilayah TAHURA Gunung Tumpa secara garis besar

beriklim tropis dengan suhu rata-rata 24° – 27° C. Keadaan iklim

kawasan TAHURA tersebut termasuk type iklim C menurut klasifikasi

Schmidt dan Ferguson.

Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di

sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas

penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi ±84 %

Page 51: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

51

3. Jenis Tanah dan Geologi

Jenis tanah yang terdapat di kawasan TAHURA Gunung Tumpa

adalah Aluvial_1. Sedangkan tanah disekitarnya berupa Latosol yang

penyebarannya terletak dibagian selatan TAHURA Gunung Tumpa,

serta Red Jelow Pedsolic di bagian timur.

4. Topografi

Keadaan topografi di dalam TAHURA Gunung Tumpa menunjukkan

dari keadaan lapangan yang bergelombang, berbukit sampai dengan

bergunung dengan titik tertinggi 637 meter dari permukaan laut.

Sedangkan lahan disekitarnya untuk pertanian dan perkebunan

didominasi lahan bergelombang sampai berbukit dan umumnya

dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan dan perkebunan.

Sedangkan lahan datar ditemukan di wilayah pemukiman, daerah

aliran sungai besar sampai lembah, dengan kemiringan rata-rata 0 –

15 %.

Gambar V-3

Kondisi Topografi dai dalam dan sekitar TAHURA

5. Penutupan Lahan

Page 52: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

52

Keadaan penutupan lahan kawasan TAHURA Gunung Tumpa

berdasarkan penetapannya sesuai SK GB No. 6 tanggal 28 April 1932

dan hasil rekonstruksi batas tahun 1996 oleh Sub Balai Inventarisasi

dan Perpetaan Hutan, dengan luas 215 hektar, adalah :

a. Hutan lahan kering sekunder : 103,28 ha

b. Pertanian lahan kering campur semak : 111,71 ha

6. Flora dan Fauna

Data/informasi flora dan fauna yang dilindungi diperoleh dengan jalan

mencatat nama jenis flora dan fauna yang ditemui pada unit

contoh/jalur ukur. Pencatan jenis fauna yang diketemukan di

lapangan dapat berupa wujud fisik atau tanda-tanda seperti kotoran,

jejak dan lainnya. Selain itu dapat dilakukan wawancara dengan para

pekerja yang membantu survey, masyarakat setempat atau mengutip

data dan informasi dari laporan-laporan dari instansi terkait.

Terdapat jenis-jenis flora dan fauna yang endemik seperti Nantu

(Palaquiun sp), Pohon kulit lawang (Cinnamomun culliawan), Bayur

(Pterospermum javanicum), Amu (Arthocarpus sp), Pakoba (Eugenia sp),

Kayu Telor/Pulai (Alstonia sp), Kenanga (Cananga sp), Sengon/Albizia

(Falcataria minahasae), Matoa (pometia sp), Ficus (Eugenia minahasae),

Kembang spatu (Spatodea sp), Walantakan, Rotan (Calamus spp),

Jenis anggrek dan non anggrek serta Babi hutan (Suscrova sp), Kera

Hitam Sulawesi (Cynopithecus niger), Tarsius (Tarsius spectrum), Soa-

soa (Hydrasaurus sp), Ular, kupu-kupu, dan beberapa jenis burung

lainnya.

7. Bentang Alam yang spesifik

Dari atas puncak gunungnya yang berketinggian sekitar 627 meter

diatas permukaan laut, dapat melihat pemandangan kota Manado

secara keseluruhan dan juga pulau Manado Tua, Bunaken, Siladen,

Mantehage serta Nain.

B. WILAYAH PERENCANAAN

TAHURA Gunung Tumpa memiliki obyek daya tarik wisata alam yang

cukup banyak. Berdasarkan Analisis daerah operasi dan daya tarik wisata

alam TAHURA Gunung Tumpa (Mei s/d Juni 2013), terdapat beberapa titik

yang memiliki pemandangan.

Page 53: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

53

Dalam perkembangannya TAHURA baru dimulai pada tahun 2012

penglolaannya, sehingga pengelolaannya dirasa belum optimal. Obyek wisata

alam yang di temukan yang menjadi pertimbangan bagi pengelolaan

kepariwisataan alam ke depan.

Lokasi obyek daya tarik wisata alam di TAHURA Gunung Tumpa yang

menjadi obyek dalam penyusunan desain tapak adalah pada daerah-daerah

yang diarahkan pengelolaannya pada blok/zonasi Pemanfaatan, seperti pada

peta dibawah ini.

Gambar V.4

Peta Blok/Zonasi Pengembangan TAHURA Gunung Tumpa

C. WISATA ALAM TAHURA GUNUNG TUMPA

1. Analisa Eksisting Kepariwisataan Alam

Potensi wisata yang ada di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa antara

lain : adalah hutan alam dengan berbagai tumbuhan terutama : Nantu

(Palaquiun sp), Pohon kulit lawang (Cinnamomun culliawan), Bayur

A

B C

A. BLOK PEMANFAATAN

B. BLOK RIMBA

C. BLOK INTI

Page 54: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

54

(Pterospermum javanicum), Amu (Arthocarpus sp), Pakoba (Eugenia sp),

Rotan (Calamus spp), Jenis anggrek dan non anggrek, dan berbagai jenis

satwa seperti Babi hutan (Suscrova sp), Kera Hitam Sulawesi

(Cynopithecus niger), Soa-soa (Hydrasaurus sp), Ular, dan beberapa jenis

burung lainnya. Daya tarik yang lain di TAHURA adalah petualangan

jelajah hutan dengan fasilitas-fasilitas yang perlu dibangun dan

disediakan pada tempat-tempat yang cukup memadai dengan jalur yang

menantang.

Untuk mengelilingi kawasan wisata alam TAHURA Gunung Tumpa

sepanjang ± 9 km, pengunjung harus melewati trek wisata yang yang

akan dibangun.

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan di kawasan wisata alam

TAHURA Gunung Tumpa antara lain adalah: jungle tracking, berkemah,

pengamatan satwa, dan pengenalan pohon.

Fasilitas yang perlu disediakan di kawasan wisata alam TAHURA Gunung

Tumpa adalah : wisma tamu, balai pertemuan umum, mushola dan toilet.

Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Alam yang diperlukan di TAHURA

Gunung Tumpa tersaji dalam tabel V-2 dan V-3.

Page 55: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

55

Tabel V-2 : Rencana Sarana Prasarana Wisata Alam pada Ruang A dan C

No

Nama

Bangunan dan

Ruang

Besaran

Ruang Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana

1 2 3 4 5 6

1 Gerbang (Gate) P= 10 m

dan L= 1

m

Struktur permanen dengan

kolom benton bertulang, dinding

bata, fondasi stail (menerus) dan

struktur atap

Gerbang masuk keluar

TAHURA

1. 1°33'46.14" - 124°50'00.36"

2. 1º33‟19,08” - 124º51”05,12”

3. 1º34‟35,48” - 124º50”25,92”

2 Pos Jaga

Pengaman

Hutan

3 X 4 m Struktur permanen dengan

kolom beton bertulang, dinding

bata, pondasi stall (menerus),

struktur atap kayu, atap, seng,

kusen pintu, jendela kayu

Pos jaga dan keamanan

kluster kawasan (control

kawasan)

1. 1°33'46.14" - 124°50'00.36"

2. 1º33‟19,08” - 124º51”05,12”

3. 1º34‟35,48” - 124º50”25,92”

3 Jalan Utama

dalam Kawasan

TAHURA

L= 3,5 – 5

meter

Jalan dengan lebar ± 5 meter,

paving stone

Jalan paving stone yang

menghubungkan pintu

masuk dengan kawasan-

kawasan lainnya

1°33'42.49"-124°49'58.03" ↔

1°33'55.00"-124°50'07.01" ↔

1°33'03.20"-124°50'03.00" ↔

1°34'12.90"-124°50'07.86" ↔

1°34'24.72"-124°50'08.27" ↔

1°34'35.86"-124°50'26.31"

4 Papan

intepretasi

3 x 3

meter

Struktur tidak permanen, papan,

plat seng, digital printing, papan

pemopang

Alat informasi dan

penjelasan dengan

simbol-simbol tertentu

1. 1º33‟46,95” - 124º50”00,93”

5 Pusat Informasi

Wisata

6 x 8

meter

Struktur semi permanent dengan

kolom kayu, dinding kayu,

pondasi stall (menerus), struktur

atau kayu, atap, seng, kusen

pintu, jendela kau

Informasi wisata dan

tiket masuk, leaflet,

bookeet (tourist quide

book)

1. 1°33'47.16" - 124°50'00.61"

Page 56: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

56

No

Nama

Bangunan dan

Ruang

Besaran

Ruang Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana

1 2 3 4 5 6

6 Loket Karcis 2 x 1,5

meter

Struktur permanen dengan

kolom beton bertulang, dinding

bata, pondasi stall (menerus),

struktur atap baja ringan, atap,

seng, kusen pintu, jendela kaca

Loket karcis pengunjung

kluster kawasan

1. 1º33‟45,94” - 124º50”00,27”

2. 1º33‟19,08” - 124º51”05,12”

3. 1º34‟35,48” - 124º50”25,92”

7 Pagar pengaman pm Struktur pemanen dengan kolom

beton bertulang, dinding bata,

pondasi stall (menerus), dan

semi permanen dengan kolom

beton bertulang, kawat.

Pagar batas kluster

kawasan

Keliling areal Taman Hutan Raya

(TAHURA) Gunung Tumpa

8 Balai pertemuan

(Pendopo)

12 x 20

meter

Struktur semi permanen dengan

kolom beton bertulang, dinding

bata, pondasi stall (menerus),

struktur atap kayu, atap, seng,

kusen pintu, jendela kayu

Ruang diskusi/rapat

pertemuan

1. 1º34‟19,41” - 124º50”12,64”

9 Ruang

pertemuan

6 x 6

meter

Struktur semi permanent dengan

kolom beton kayu, dinding kayu,

pondasi umpak (setempat),

struktur apap kayu, atap, seng,

kusen pintu kedela kayu

Ruang diskusi terbatas

(kecil), ruang multifungsi

untuk pengelola dan

wisatawan

1. 1º34‟19,41” - 124º50”12,64”

Page 57: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

57

No

Nama

Bangunan dan

Ruang

Besaran

Ruang Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana

1 2 3 4 5 6

10 Quest house /

Cotage (kamar

tidur)

6 x 6

meter

Struktur semi permanent dengan

kolom beton kayu, dinding kayu,

pondasi umpak (setempat),

struktur apap kayu, atap, seng,

kusen pintu kedela kayu

Tempat istirahat tamu,

wisatawan dan

pengunjung yang

menginap dan

beristirahat

1. 1°33'46.39" - 124°50'01.42" 2. 1°33'46.53" - 124°50'03.39" 3. 1°33'46.77" - 124°50'05.59" 4. 1°33'47.72" - 124°50'07.20" 5. 1°33'49.88" - 124°50'07.07" 6. 1°33'51.60" - 124°50'07.23" 7. 1°33'53.62" - 124°50'07.75"

11 Boardwalk

sebagian jalur

tracking

Struktur tidak permanent Jalur sirkulasi memasuki

kawasan mengelilingi

daya tarik, sekaligus road

map soft adventure ke

kawasan

Pm

12 Shelter 2 x 3

meter

Struktur tidak permanen,

maupun permanen

Tempat pemberhentian

sementara (transit)

Pm

13 Jembatan

gantung

Struktur tidak permanent Jalur setapak yang

menghubungkan tinggi

rendahnya (kountur).

Jejalur yang dilalui oleh

sungai yang melintang

route perjalanan

1. 1º34‟12,00” - 124º50”34,10”

2. 1º34‟02,05” - 124º50”28,53”

14 Rumah pohon Struktur tidak permanent Lebih berfungsi sebagai

tempat pengintaian

satwa, sekaligus tempat

bermalam bagi peneliti

dan pengunjung

Pm

Page 58: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

58

No

Nama

Bangunan dan

Ruang

Besaran

Ruang Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana

1 2 3 4 5 6

15 Mushola 3 x 4

meter

Struktur pemanen dengan kolom

bertulang, diding batas, pondasi

stail (menerus), struktur atau

kayu, atap, seng, kusen pintu,

jendela kayu

Tempat beribadah bagi

pengelola dan

pengunjung

1º33‟58,25” - 124º50”04,46”

16 Mess Karyawan

/ Pegawai

6 x 12

meter

Struktur pemanen dengan kolom

bertulang, diding batas, pondasi

stail (menerus), struktur atau

kayu, atap, seng, kusen pintu,

jendela kayu

Berfungsi sebagai tempat

tinggal para karyawan /

pegawai pengelola

TAHURA

1. 1°33'57.17" - 124°50'04.81"

2.

17 Pondok Kerja 6 x 8

meter

Struktur pemanen dengan kolom

bertulang, diding batas, pondasi

stail (menerus), struktur atau

kayu, atap, seng, kusen pintu,

jendela kayu

Berfunsgi sebagai tempat

tinggal penjaga TAHURA

1. 1º33‟54,72” - 124º50”07,45”

2. 1º34‟20,70” - 124º50”15,07”

18 Gudang dan

genset

3 x 3

meter

Struktur permanen, dinding

bata, atap rangka kayu

Ruang mekanik dan

eletrika

1. 1º33‟54,72” - 124º50”07,45”

19 Jalan Trail Jalan dengan lebar 2 meter,

paving stone sepanang ± 6.000

meter

Jalur intepretasi baik

untuk wisata biasa

maupun wisata

pendidikan

Mengelilingi areal Taman Hutan

Raya Gunung Tumpa

20 Menara

Pandang

5 x 5 x 12

meter

Struktur semi permanen dengan

kolom kayu, dinding kayu,

pondasi stall (menerus), struktur

atau kayu, atap, kusen pintu,

jendela kau

Untuk memanjakan para

wisatawan yang

merkunjung dan melihat

pemandangan

1. 1º34‟20,96” - 124º50”12,09”

2. 1º33‟25,83” - 124º50”45,29”

Page 59: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

59

No

Nama

Bangunan dan

Ruang

Besaran

Ruang Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana

1 2 3 4 5 6

21 Menara

Pengawas

Kebakaran

Hutan

5 x 5 x 12

meter

Struktur semi permanen dengan

kolom kayu, dinding kayu,

pondasi stall (menerus), struktur

atau kayu, atap, kusen pintu,

jendela kau

Untuk memanjakan para

wisatawan yang

merkunjung dan melihat

pemandangan

1. 1°34'05.50" - 124°50'04.58"

2.

22 Toilet Umum 3 x 3

meter

Struktur permanen, dinding

bata, atap rangka kayu

Untuk mengakomodasi

kebutuhan manusia

dalam rangka membuang

hajat sehari-hari

1. 1°33'55.42" - 124°50'07.18"

2. 1°34'15.92" - 124°50'11.70"

3. 1°33'46.62" - 124°49'59.27"

23 Embung-

embung

3 x 3 x

2,5 meter

Struktur permanen, dinding

bata, atap permanen

Sebagai tempat

penampungan air bersih

1. 1°34'01.28" - 124°50'05.50"

2. 1°33'54.63" - 124°50'08.57"

3. 1°33'50.59" - 124°50'15.52"

24 Kolam Renang 10 x 20

meter

Struktur permanen dan dinding

bata, dilengkapi dengan sarana

penunjangnya

Sebagai sarana rekreasi,

tempat bermain, dan

sosialisasi, dll

1. 1º34‟04,98” - 124º50”08,86”

25 Outbound Pm Struktur semi permanent Sebagai sarana

pendidikan

1. 1º34‟07,95” - 124º50”11,76”

26 Areal Parkiran 1 Pm Areal yang direncang paving

stone

Sebagai tempat parkiran

kendaraan pengunjung

1º33‟46,38” – 1º33‟57,39”

124º49”58,49” - 124º50”03,97”

27 Areal Parkiran 2 pm Areal yang direncang paving

stone

Sebagai tempat parkiran

kendaraan pengunjung

1º33‟23,14” – 1º33‟36,49”

124º51”12,52” - 124º51”11,09”

Page 60: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

60

Tabel IV-2 : Rencana Sarana Prasarana Wisata Alam pada Ruang B

No

Nama

Bangunan dan

Ruang

Besaran

Ruang Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana

1 Camping

Ground

70 x 130

meter

Areal yang dirancang dengan

tanaman rumputan, maupun

tanaman kehutanan yang

endemic lokal setempat

Bagi pencinta alam, pelajar

maupun wisatawan yang

ingin berkemah. Selain

instalasi air, perlu juga

disediakan toilet dan

kamar mandi, sehingga

memudahkan para

campers

1º33‟52,15” – 1º33‟56,56”

124º50”18,45” - 124º50”20,60”

2 Green House

(shading neet)

3 x 5 meter Struktur tidak permanen, net,

kolom penopang

Pembudidayaan jenis flora

yang dilindumgi

1. 1º34‟48,60” -

124º50”10,75”

3 Menara

Pengamatan

Satwa

Struktur semi permanen dengan

kolom kayu, dinding kayu,

pondasi stall (menerus), struktur

atau kayu, atap, kusen pintu,

jendela kau

Untuk para wisatawan

yang melakukan

pengamatan satwa

2. 1º34‟50,87” -

124º50”25,44”

3. 1º33‟37,82” -

124º50”53,20”

4 Jungke Tracking Pm Jalur jalan tracking alami Sarana wisata petualang,

melakukan pengenalan

flora, dll

Pm

5 Pengenalan

pohon

Pm Lahan kawasan hutan pada blok

rimba

Para wisatawan dan

pengunjung dapat belajar

dan mengenal jenis flora

Pada seluruh areal blok rimba

Page 61: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

61

2. Analisis Keruangan Kepariwisataan Alam.

Analisis keruangan pada zona pemanfaatan kepariwisataan di Taman

Hutan Raya Gunung Tumpa berbentuk kluster sistem yaitu pada area-area

kawasan wisata mempunyai sistem keruangan yang dilakukan untuk

melindungi sumbersumber daya alam dan memberikan keragaman

pengalaman perjalanan wisata bagi pengunjung seperti pada gambar

dibawah ini. Sistem keruangan kluster ini dirancang seiring dengan

kebutuhan tematik dari wisatawan dan pengunjung.

Gambar V-5

Pembagian Ruang Pariwisata Alam

di TAHURA Gunung Tumpa

Karakteristik ruang A, tata letak terdapat pada akses Jalan utama yang

perlu didukung dengan keberadaan sarana dan prasarana penunjang

seperti : Pintu gerbang, pusat informasi, ticketing dan area parkir,

Kantor pengelola, ruang pertemuan (besar dan kecil), pondok kerja,

resting area, guest house dan cotage, mussolah, bumi perkemahan, area

sovenir dan kuliner, gantole, Green House (shading neet), yang

berdekatan dengan jalan tersebut dan terlihat masa-masa bangunan

BB

A B

C

C

C

C

D

D

D

D

E

Page 62: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

62

fasilitas penunjang tersebut oleh pengunjung (wisatawan) dan yang

melewati.

Karakteristik ruang titik B, pengunjung (wisatawan) merasa nyaman

dengan tersedianya jalan setapak yang terbuat dari rangkaian paving

stovne yang berkelok dengan beberata titik shelter sebagai tempat

pemberhentian yang disediakan. Ruang publik terdapat kemenarikan

yang tinggi disebabkan terdapat tumbuhan yang ditanam dari jenis-

jenis khas setempa sebagai daya tarik wisata yang tinggi. Jalur trecking

ini merupakan jalur pendek yaitu dari titik awal sampai ketitik daya

tarik tersebut 2,15 km yang dapat dilalui selama 30 menit. Jejalur ini

diperuntukan bagi anak-anak dan Lansia yang tidak memerlukan

tantangan berat (hard adventure)

Karakteristik Ruang C, pengunjung (wisatawan) melalui jalur yang

panjang untuk mengelilingi TAHURA dengan melewati jalur jalan paving

stone dan kembali ke gate awal dengan jarak tempuh ± 5,5 kilometer.

Perlu disediakan shelter-shelter sebagai tempat pemberhentian. Jalur

ini dirancang bagi pengunjung yang ingin berpetualang (hard adventure)

dan berolah raga jalan kali maupun bersepeda.

Karateristik Ruang D, pengujung (wisatawan) melalui Jalur ini

dirancang bagi pengunjung yang ingin berpetualang (hard adventure)

menuju tempat-tempat pengamatan satwa maupum rumah pohon.

Karateristik Ruang E, ruang yang tidak ada akses masuk dan tidak ada

fasilitas

Berdasarkan analisis sekuen tapak dileneasi ruang, bahwa terdapat

perbedaan antar ruang (A, B, C, D, E) diantara semua ruang terdapat titik

view atau pandangan yang menerus (sekuen) untuk melihat obyek dan

daya tarik tertentu.

Page 63: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

63

Tabel V-2 : Deliniasi termasuk keruangan di TAHURA

No Deliniasi

Ruang Karateristik Ruang

1 A - Pintu gebang utama masuk TAHURA

- Akses menuju cluster tujuan wisata

- Pusat pengunjung dan pusat suara (kebisingan)

- Pusat informasi dan pelayanan terhadap pengunjung,

ticketing, parkiran.

- Shelter (tempat berteduh)

- Kantor pengelola

- Guest house dan cotage

- Mess karyawan/pegawai

- Balai pertemuan (besar dan kecil) sebagai fasiltas

Rapat, Expose perseta, Briefing, Pers conference,

penyuluhan dan seminar.

- Mushola (tempat sembayang/Ibadah)

- Papan interpretasi

- Terdapat tanda-tanda informasi

2 B - Pintu Gerbang keluar TAHURA (ke Desa Tiwoho)

- Jembatan gantung

- Camping groud

- Embung-embung

- Kolam renang

- Outbond

3 C - Pintu gerbang masuk/keluar (dari arah Kel. Pandu)

- Jalan tracking keliling (paving stone), jalan olah raga

jalan kaki, bersepeda dan track wisata

- Jembatan gantung

- Shelter/tempat berteduh (permanent & semi

permanent)

- Menara pandang

- Pengenalan jenis flora

4 D - Jungle Tracking

- Menara pengamatan satwa

- Pengenalan jenis flora

- Shelter alami (semi permanen)

5 E - Tidak ada akses jalan maupun fasilitas apapun

Page 64: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

64

BAB VI

KONSEP PENDEKATAN DAN DESAIN TAPAK

Penyusunan pengelolaan desain tapak pariwisata alam di Taman Hutan

Raya (TAHURA) Gunung Tumpa merupakan strategi pembagian ruang

pengelolaan pariwisata alam di zona/blok pemanfaatan dan zona/blok

perlindungan/rimba yang diperuntukan bagi ruang publik dan ruang usaha

penyediaan jasa/sarana pariwisata alam.

Meskipun penyusunan desain tapak tersebut lebih bersifat makro tetapi

bersifat indikatif, strategis, kualitatif dan kuantitatif serta disusun dengan

mempertimbangkan potensi yang dimiliki, permintaan pasar dan kemampuan

membangun yang dimiliki, dan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan

dengan pernyataan tersebut, maka ditetapkan prioritas desain tapak yang

masing-masing mempunyai karakteristik tema yang berbeda. Prioritas

pengembangan desain tapak tersebut dan direncanakan secara bertahap dalam

penerapannya.

Dari identifikasi potensi di lapangan, trend permintaan pasar wisata dan

analisis, terdapat spot-spot daya tarik wisata di Taman Hutan Raya (TAHURA)

Gunung Tumpa.

Konsepsi site plan tersebut antara lain dengan pengembangan atraksi,

pengembangan amenitas, aksesibilitas, dan pasar.

A. ATRAKSI TAPAK KEPARIWISATAAN ALAM

Atraksi tapak merupakan srategi awal dalam pengembangan kawasan Taman

Hutan Raya (TAHURA) sebagai daya tarik wisata. Atraksi inilah yang nantinya

akan ditawarkan wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Atraksi wisata

dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Atraksi wisata alam, Atraksi wisata budaya,

Atraksi wisata buatan. Program atraksi wisata di kawasan Taman Hutan Raya

diawali oleh penentuan tema pengembangan kawasan yang mencirikan atraksi

yang dikembangkan dan dilanjutkan dengan penentuan jenis atraksi yang

dibagi menjadi atraksi utama dan atraksi pendukung.

Page 65: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

65

B. AMENITAS TAPAK KEPARIWISATAAN ALAM

Strategi dalam pengembangan amenitas dilakukan untuk memfasilitasi

pengembangan atraksi. Keberadaan dan kelengkapan berbagai jenis fasilitas

menjadi prasyarat bagi terlaksananya kegiatan wisata.

Meskipun atraksi wisata yang akan dilaksanakan dinilai cukup bagus namun

apabila tidak memiliki jaminan fasilitas yang dapat berkembang. Penyediaan

fasilitas yang diutamakan adalah penyedia fasilitas dengan standar umum bagi

wisata seperti rumah makan, tempat informasi wisata, tempat ibadah, parkir,

lavatory. Pengembangan fasilitas Taman Hutan Raya pastinya sesuai dengan

tema yang sudah ditentukan disetiap kawasan wisata.

C. AKSESIBILITAS TAPAK KEPARIWISATAAN ALAM

Strategi dalam pengembangan aksesibilitas memudahkan wisatawan dalam

mengakses kawasan wisata yang akan di kembangkan. Program

pengembangan sistem pengembangan aksesibilitas meliputi aksisibilitas

didalam dan diluar kawasan Taman Hutan Raya.

Diluar kawasan dititik beratkan kepadi bagaimana cara mencapai kawasan

tersebut, dari kawasan lain disekitar Taman Hutan Raya. Didalam kawasan

adalah bagaimana sirkulasi dan rute wisatawan lancar dan teratur.

D. PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAPAK KEPARIWISATAAN ALAM

Strategi pengelolaan lingkungan merupakan hal yang terpenting dalam

pemanfaatan kawasan Taman Hutan Raya, karena dalam pemanfaatan juga

harus memperhatikan aspek konservasi dan lingkungan. Program pengelolaan

lingkungan kawasan Taman Hutan Raya sesuai dengan kawasan wisata alam

yang konservatif, lestari, dan seimbang sesuai dengan pengertian dasar produk

pariwisata, kajian profil produk pariwisata akan mengamati potensi obyek dan

daya tarik wisata/ODTW (Attractions), aksesibilitas pariwisata (Accessibility)

serta fasilitas pariwisata (Amenity) yang telah berkembang di didalam dan di

sekitar kawasan Taman Hutan Raya.

Page 66: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

66

E. PENDEKATAN DESAIN TAPAK WISATA ALAM TAMAN HUTAN RAYA

1. Atraksi tapak.

Atraksi tapak di Taman Hutan Raya adalah petualangan jelajah hutan

dengan fasilitas outbond yang memadai dengan jalur yang menantang dan

kemungkinan-kemungkinan penambahan daya tarik lain (titik D).

Rencana prioritas atraksi dapat dialokasikan pada titik A, B dan C antara

lain:

Prioritas atraksi utama melihat Flora dan fauna, berbagai jenis satwa

liar dan berbagai jenis burung.

Prioritas atraksi utama hutan dengan medan ringan pada ruang A dan

B dan medan berat pada ruang D (gambar V-5) yang sebagian besar

kegiatan untuk keluarga, rombongan sekolah/instansi ataupun

masyarakat setempat, lokasi ini sering digunakan oleh pelajar atau

mahasiswa sebagai laboratorium interpretasi alam. Perlunya

pengaturan kapasitas pengunjung untuk melalui canopy traill (struktur

kekuatan terhadap beban berat pengunjung)

Prioritas atraksi pendukung : perluasan dalam rangka menambah daya

tarik untuk meningkatkan pengalaman dan membangun kesadaran

pengunjung seperti pengenalan biodiversitas hutan, fungsi ekologi

hutan (ruang B) dan lain-lain. Area tertentu sebagai atraksi pendukung

adalah untuk camping ground di titik B, atraksi camping ground terletak

disalah satu ruang yang mempunyai kontur relatif datar dan terletak

bukan pada tutupan yang mempunyai kerapatan tinggi, dan dekat

dengan sumber air (alternative ruang C dan D). Diperlukan perhitungan

jumlah unit-unit untuk kegiatan ini.

2. Konsep Pendekatan Amenitas (sarana dan prasarana)

Strategi dalam pengembangan amenitas yang dilakukan di Taman Hutan

Raya bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan atraksi. Keberadaan

dan kelengkapan berbagai jenis fasilitas menjadi prasyarat bagi

terlaksananya kegiatan wisata. Meskipun atraksi wisata alam yang dimiliki

dinilai cukup bagus (menurut kriteria) namun apabila tidak memiliki

Page 67: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

67

jaminan fasilitas ekologis dan memadai maka tidak akan dapat

berkembang dan menarik bagi wisatawan. Penyediaan fasilitas yang

diutamakan adalah penyedia fasilitas dengan standar prioritas utama dan

pendukung bagi penentuan sarana dan prasarana wisata seperti :

Sarana utama : pembuatan area parkir, dan bak sampah, penyusunan

konsep sistem utilitas kawasan publik yang ramah lingkungan

(mekanikal dan elektrikal) dan papan petunjuk secara informatif.

Sarana pendukung : perbaikan–perbaikan sarana yang sudah ada

beserta perawatan dan pemeliharaan. Pengembangan amenitas (fasilitas

sarana dan prasarana) merupakan pendukung bagi rencana tapak di

Taman Hutan Raya sesuai dengan tema yang sudah ditentukan disetiap

titik tersebut

3. Konsep Pendekatan Aksesibilitas Tapak di Taman Hutan Raya Gunung

Tumpa

Strategi dalam pengembangan aksesibilitas memudahkan wisatawan dalam

mengakses kawasan wisata yang akan dikembangkan. Program

pengembangan sistem pengembangan aksesibilitas meliputi aksisibilitas

didalam dan diluar kawasan Taman Hutan Raya. Diluar kawasan dititik

beratkan kepada bagaimana cara mencapai kawasan tersebut, dari

kawasan lain disekitar Taman Hutan Raya agar sirkulasi dan rute

wisatawan lancar dan teratur.

Aksesibilitas di Taman Hutan Raya perlu pembuatan rute-rute yang lain

untuk menghubungkan daya tarik yang lain pada pengembangan yang

berikutnya.

Page 68: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

68

BAB VII

STRATEGI PROGRAM DAN PENGEMBANGAN

DESAIN TAPAK WISATA ALAM

Prioritas pengembangan desain tapak kepariwisataan alam kawasan Taman

Hutan Raya (TAHURA) Gunung Tumpa ditentukan berdasarkan analisis terhadap

aspek keunikan, aksesibilitas, pasar wisatawan, urgensi serta ketersediaan dana.

Berdasarkan kegiatan tersebut maka dapat direkomendasikan 4 (empat)

strategi / skala prioritas fasilitas pengembangan untuk kawasan Taman Hutan

Raya (TAHURA) Gunung Tumpa, dengan mengkaitkan program-program yang

terkait secara Lintas Sektoral antara lain :

1. Kementerian Kehutanan

2. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

3. Kementerian Pekerjaan Umum (Ditjen Bina Marga, Ditjen Cipta Karya),

4. Kementerian Perhubungan.

5. Kementerian dan Lembaga Pemerintah lainnya

6. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ; PLN, Bank, dll.

7. Pemerintah Provinsi

8. Pemerintah Kabupaten/Kota di kawasan TAHURA.

9. NJO maupun Swasta pengelola destinasi dan masyarakat lainnya.

Adapun prioritas pengembangan dalam 10 tahun ke depan, seperti ditunjukan

dalam Tabel VII-1 sebagai berikut :

Page 69: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

69

Tabel VII-1 : Strategi dan Program Pengembangan Desain Tapak Wisata Alam

Strategi

(Skala Prioritas)

Dukungan

Sektor

Indikasi Program

Tahun Pelaksanaan Hasil yang

Diharapkan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 5 5

Pengembangan

diversifikasi atraksi

Kementerian

Kehutanan

Pengembangan tapak

untuk wisata alam dan

minat khusus

Terdapat diversifikasi di

TAHURA

Pengembangan

aksesibiitas untuk

kemudahan

pencapaian menuju

dan sirkulasi dalam

kawasan

Dinas Pekerjaan

Umum

Pengadaan jalan masuk

lokasi dan pos jaga

Portal

Tersedianya Fasilitas

jalan masuk dan keluar

ke dan dari TAHURA

Dinas

Kebudayaan

dan Pariwisata

Tourism Information

Center (TIC),

Pengembangan SDM

pelaku Pariwisata, dan

SAPRAS Pariwisata

Tersedianya Tourism

Information center

(TIC), SDM pelaku

pariwisata dan Sarana

Prasarana Pariwisata

Kementerian

Kehutanan dan

Pemerintah

Provinsi

Penataan,

pengembangan dan

pengelolaan TAHURA

Tertata dan

terkelolanya TAHURA

Kementerian

Perhubungan

Lalu lintas menuju ke

TAHURA serta

sekitarnya

Lancarnya lalu-lintas ke

dan dari TAHURA

BUMN (PLN,

Bank, dll)

Penerangan Listrik (PLN,

Solar Shell), dll

Penerangan dalam

kawasan TAHURA dan

kegiatan dukungan

sosial lainnya guna

pelestarian alam

Pengembangan

fasilitas sesuai

dengan segmen

wisatawan

Dukungan pembiayaan

pengembangan

pariwisata

Berkembangnya

pariwisata

Kementerian

dan Lembaga

Pemerintah

Lainnya

Kegiatan–kegiatan

terkait dengan

pengembangan

TAHURA dan Daerah

Penyangga

Peningkatan SDM

Masyarakat serta

pengembangan Daerah

Penyangga sekitar

kawasan

Pemerintah

Kabupaten/Kota

Pengembangan potensi

daerah penyangga

kawasan TAHURA

Pengembangan

Daerah Penyangga

Konservasi

Pengelolaan

Lingkungan untuk

pelestarian

lingkungan

Badan

Pengelola

Lingkungan

Hidup

Pengelolaan

Lingkungan, dll

Terkelolanya

Lingkungan untuk

pelestarian lingkungan

NJO dan Swasta

pengelola

destinasi dan

masyarakat

lainnya

Kegiatan - kegiatan

penunjang pengelolaan

TAHURA dan

Pengembangan Daerah

Penyangga

Terkelolanya TAHURA

dan Daerah Penyangga

sekitar kawasan

Page 70: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS · PDF fileH. Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan ... pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS

70

BAB VII

PENUTUP

Demikian desain tapak kepariwisataan alam di Taman Hutan Raya

(TAHURA) Gunung Tumpa ini disusun agar dapat digunakan dalam panduan

mengembangkan kepariwisataan alam di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa.

Keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian adalah kunci dari

pengembangan pengelolaan kepariwisataan alam di Taman Hutan Raya Gunung

Tumpa untuk mendukung tercapainya tujuan pengelolaan Taman Hutan Raya

Gunung Tumpa.

Dukungan berbagai pihak juga merupakan kunci dalam pengembangan

kepariwisataan alam, mengingat pengembagan kapariwisataan membutuhkan

jaringan yang kuat agar pengunjung mendapatkan pengalaman dan nilai tambah

berkunjung ke Taman Hutan Raya Gunung Tumpa.