PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU -...

34
EVALUASI KEBIJAKAN PEMBINAANSANGGAR SENI DAN SENIMAN SE-PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014 DI DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU NASKAH PUBLIKASI Oleh AFIT RESTU DWIASA NIM : 080565201074 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

Transcript of PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU -...

EVALUASI KEBIJAKAN PEMBINAANSANGGAR SENI

DAN SENIMAN SE-PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014

DI DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

AFIT RESTU DWIASA NIM : 080565201074

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

ABSTRAK

Dalam rangka mendukungpeningkatan kreativitas sanggar seni dan seniman,

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui dinas Kebudayaan Provinsi

Kepulauan Riau melaksanakan Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014. Kebijakan tersebut dilaksanakan untuk

membantu mempermudah sanggar seni dan seniman yang selama ini kesulitan

dalam beraktivitas dan berkarya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014, dengan

mendeskripsikan efektifitas, efisiensi, kesamaan, kecukupan, responsivitas dan

kelayakan kebijakan tersebut, dengan menggunakan metode kualitatif.

Berdasarkan data yang didapat dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dalam segi efektifitas terdapat peningkatan aktivitas sanggar seni dan kreatifits

seniman dan efisien. Dalam segi kecukupan, belum dapat mengatasi permasalahan

secara maksimal. Dalam segi pemerataan, distribusi dana dan manfaat sudah

merata. Responsivitas pihak sanggar seni dan seniman menunjukkan cukup puas terhadap kebijakan ini. dalam segi kelayakan, Kebijakan Sanggar Seni dan

Seniman se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 layak diimplementasikan dan

sangat berguna bagi pihak sanggar seni dan seniman dalam beraktivitas dan

berkarya. Oleh karena itu kebijakan ini layak diimplementasikan dengan beberapa revisi.

Kata Kunci: Evaluasi, Kebijakan, Sanggar Seni dan Seniman.

DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar

Abstrak ....................................................................................................................... i

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8

D. Ruang Lingkup ................................................................................................... 9

E. Konsep Teoritis .................................................................................................. 9

F. Konsep Operasional ........................................................................................... 12

G. Metode Penelitian .............................................................................................. 14

1. Jenis Penelitian ............................................................................................. 14

2. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 14

3. Informan ....................................................................................................... 15

4. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 16

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 17

H. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 17

I. Evaluasi Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi

Kepulaan Riau Tahun 2014 .............................................................................. 53

1. Evaluasi Pada Kriteria Efektivitas (Effectiveness) ...................................... 53

a. Peningkatan Aktivitas Sanggar Seni ....................................................... 53

b. Peningkatan Karya Seniman.................................................................... 57

2. Evaluasi Pada Kriteria Efisiensi (Efficency) .............................................. 60

a. Hasil Penggunaan Dana Pembinaan ....................................................... 61

3. Evaluasi Pada Kriteria Kecukupan (Adequacy) ......................................... 65

a. Kecukupan Dalam Menyelesaikan Masalah........................................... 66

b. Permasalahan Yang Timbul..................................................................... 70

4. Evaluasi Pada Kriteria Kesamaan (Equity) ................................................ 73

a. Jumlah Dana Yang Diterima ................................................................... 73

b. Manfaat Yang Didapatkan ....................................................................... 77

5. Evaluasi Pada Kriteria Responsivitas (Responsiveness) ........................... 78

a. Tingkat Kepuasan Sanggar Seni dan Seniman ....................................... 78

6. Evaluasi Pada Kriteria Ketepatan (Appropriateness) ................................ 81

a. Kesesuaian Manfaat Yang Dirasakan ..................................................... 82

J. Kesimpulan ....................................................................................................... 87

K. Saran-Saran......................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 91

A. Latar Belakang

Kepulauan Riau merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman seni dan

budaya. Akan tetapi, secara perlahan seni dan budaya tersebut perlahan-lahan

hilang tergerus oleh modernisasi, sehingga seni dan budaya mulai ditinggalkan

dan tidak berkembang. Bukti konkrit yang dapat dilihat adalah dari sedikitnya

jumlah masyarakat yang menguasai dan mampu memperagakan serta rendahnya

minat terhadap seni dan budaya Kepulauan Riau.

Hal ini tentunya menjadi isu penting yang harus segera dibenahi demi

menjaga keberlangsungan eksistensi budaya yang semakin lama makin

ditinggalkan dan hampir hilang. Dengan hal tersebut para penggiat seni dan

budaya terus melakukan aktivitas-aktivitas seni dan budaya sebagai upaya untuk

mengembangkan dan menjaga kelestarian seni budaya yang ada.

Berdasarkan pada masalah tersebut, Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan

Riau perlu memberikan dukungan melalui Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni

dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014,yaitu dengan penyaluran

dana pembinaan kepada sanggar-sanggar seni dan seniman. Kebijakan ini

bertujuan untuk mendorong pelestarian dan perkembangan kesenian dan

kebudayaan di Kepulauan Riau melalui aktivitas sanggar seni dan karya yang

dihasilkan seniman.

Pelaksanaan Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014 dilaksanakan dalam bentuk kegiatan memberikan

bantuan dana pembinaan sanggar yang dianggap layak untuk mendapatkan dana

bantuan pembinaan melalui tahapan seleksi yang dilakukan oleh tim verifikasi

yang berasal dari Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah sanggar

seni tahun 2014 yang ada dan di Kepulauan Riau adalah mencapai 441 (empat

ratus empat puluh satu) sanggar yang tersebar di 7 (tujuh) kabupaten/kota. Dari

keseluruhan sanggar yang ada, setelah melalui proses seleksi maka didapatkan

penerina dana pembinaan sebanyak 28 sanggar seni dan 14 orang seniman.

Proposal dana bantuan yang diajukan oleh sanggar seni dan seniman

berjumlah lebih besar dari dana yang telah dialokasikan, sehingga tidak dapat

memenuhi jumlah kebutuhan yang diajukan. Berikut adalah beberapa contoh

proposal yang diajukan oleh sanggar seni dan seniman dalam Kebijakan

Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014.

Dilihat dari jumlah rencana kebutuhan yang diajukan oleh sanggar seni dan

seniman dan jumlah dana pembinaan yang diberikan tentunya tidak dapat

memenuhi kebutuhan sanggar secara maksimal. Kebijakan dalam bentuk

pemberian dana bantuan seperti ini rentan terhadap praktek-praktek menyimpang

seperti pemotongan dana yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku,

menimbulkan kesempatan adanya gratifikasi dan penyalahgunaan dana yang tidak

sesuai dengan kebutuhan awal.

Pelaksanaan Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014 ini sangat krusial mengingat adanya dinamika

masyarakat yang terus bergerak menuju gaya hidup modern, sehingga

berpengaruh pada pelestarian seni dan budaya karena secara perlahan seni dan

budaya tradisi mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan Provinsi

Kepulauan Riau sebagai supplier (provider) harus memfasilitasi masyarakat

sebagai demander suatu kebijakan yang dapat menangani isu tersebut agar seni

yang menjadi khasanah budaya di Kepulauan Riau dapat terjaga kelestariannya

dan berkembang yang pada akhirnya berdampak pada kemajuan potensi seni dan

budaya dan meningkatnya kesejahteraan Rakyat di Provinsi Kepulauan Riau.

B. Perumusan Masalah

Pada dasarnya Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014ini bertujuan untuk mengembangkan dan

melestarikan kesenian dan kebudayaan daerah Kepulauan Riau, dan meningkatkan

dan menguatkan peran sumber daya manusia dibidang kesenian daerah. Evaluasi

kebijakan bantuan sanggar seni dan seniman merupakan salah satu bentuk

penggalian informasi hasil implementasi dan dampaknya, apakah sudah

memenuhi tujuan atau belum.

Berdasarkan latar belakang, maka penelitian ini mengkaji manfaat yang

didapatkan dari Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014, dilihat dari efektivitas, efisiensi, kecukupan,

kesamaan dan ketepatannya dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.Oleh

karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Evaluasi

Kebijakan Pembinaan Sanggar SeniSe-Provinsi Kepulauan Riau di Dinas

Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 Di Dinas Kebudayaan

Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka

pertanyaan yang dirumuskan adalahbagaimana evaluasi kebijakan pembinaan

sanggar seni dan senimandi Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau ?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuanpenelitianiniadalah:

a. Untuk mengevaluasi kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014.

b. Sebagai informasi bagi penulis dan untuk mengetahui apakah Kebijakan

Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan RiauTahun

2014 yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau

layak untuk dilanjutkan, perlu diadakan kajian ulang atau terminasi.

2. Kegunaanpenelitianiniadalah:

a. Dikarenakan masih terbatasnya referensi untuk studi literatur terhadap

pembahasan evaluasi kebijakan bantuan sanggar seni dan seniman,

diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi

ataupun acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang meneliti tentang

masalah yang sama.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas

Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, khususnya pengambil keputusan

dan pelaksana Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-

Provinsi Kepulauan RiauTahun 2014 sebagai bahan kajian dalam

mengevaluasi pelaksanaan kebijakan tersebut.

c. Untuk mengetahui manfaatyang dihasilkan Kebijakan Pembinaan Sanggar

Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dibatasan pada pembahasan evaluasihasil

implementasikebijakan bantuan sanggar seni dan seniman oleh Dinas Kebudayaan

Provinsi Kepulauan Riau kepada pihak sanggar seni dan seniman penerima

bantuan. Pembahasan dibatasi pada pokok-pokok permasalahan pada hasil dan

manfaat yang didapatkan akibat dari implementasi yang diukur melalui kriteria-

kriteria evaluasi oleh William N. Dunn.

E. Konsep Teoritis

Setiap kebijakan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui mekanisme-

mekanisme dan prosedur yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, diperlukan

evaluasi sebagai kegiatan penggalian informasi tentang sejauh mana pencapaian

atas pelaksanaan kebijakan tersebut. Jadi, secara umum evaluasi kebijakan dapat

dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan

yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (Anderson--Winarno,

2012:229).

Evaluasi terdapat kajian-kajian sistematis terhadap kebijakan yang

dilaksanakan sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye

dalam Wayne Parsons (2005:247) bahwa Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan

yang objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program

publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Riant Nugroho (2014:711) menyatakan bahwa evaluasi biasanya ditujukan

untuk menilai sejauh mana keefektifan publik guna dipertanggungjawabkan

kepada konstituennya, sejauh mana tujuandicapai. Evaluasi diperlukan untuk

melihat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.Berdasarkan pendapat

tersebut, maka evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah proses untuk mengetahui

permasalahan atau ketidaksesuaian yang terdapat dalam peng-implementasi-an

kebijakan dan tujuan yang diharapkan, hal ini sesuai dengan pendapat bahwa

evaluasi juga memberikan pengetahuan tentang ketidaksesuaian kinerja sebuah

kebijakan yang telah diimplementasikan dan hasil yang benar-benar diharapkan

(Dunn, 2012:28).

F. Konsep Operasional

Konsep operasional yang digunakan pada penelitian evaluasi Kebijakan

Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2014adalah teori kriteria rekomendasi kebijakan oleh William N. Dunn

(2012:429-38), Yaitu:

1. Efektivitas (effectiveness). Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai

hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya

tindakan.Tujuan dari implementasi Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan

Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014ini adalah mengembangkan

dan melestarikan kesenian yang menjadi khasanah budaya Kepulauan Riau

melalui aktivitas sanggar seni dan seniman, dan meningkatkan dan

menguatkan sumber daya manusia bidang kesenian daerah melalui karya-karya

di bidang seni. Indikator-indikator yang dapat diteliti adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan aktivitas-aktivitas sanggar seni dan seniman.

b. Peningkatan karya seniman.

2. Efisiensi (efficiency). Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.Dalam hal ini, pengukuran efisiensi

kebijakan ini berdasarkan atas besarnya manfaat yang didapat dari penggunaan

sumber daya (resource) yang digunakan untuk mencapai tujuan implementasi

kebijakan sanggar seni dan seniman ini. Indikator yang dapat diteliti adalah:

a. Manfaat yang didapat dari pengunaan dana pembinaan

3. Kecukupan (adequacy). Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat

efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah.Kriteria ini diukur dari bagaimana Kebijakan Pembinaan

Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 dan

seniman ini memecahkan masalah kesulitan beraktivitas dan berkarya yang

dialami oleh sanggar seni dan seniman. Indikator-indikator yang dapat diteliti

adalah:

a. Kecukupan penyelesaian masalah.

b. Permasalahan yang timbul.

4. Kesamaan (equity). Erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan

menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antar kelompok yang berbeda dalam

masyarakat.Dalam kriteria ini dilihat dari kesamaan atau pemerataan atas

distribusi dana dan manfaat-manfaat yang dirasakan oleh sanggar seni dan

seniman penerima dana pembinaan ini. Indikator yang dapat diteliti adalah:

a. Jumlah dana yang diterima.

b. Manfaat yang merata.

5. Responsivitas (responsiveness). Berkenaan dengan seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-

kelompok masyarakat tertentu.Hal yang dilihat dalam kriteria ini adalah

bagaimana umpan balik (feedback) dari sanggar seni dan seniman penerima

dana pembinaan terhadap Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman

Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 atas terpenuhinya kebutuhan-

kebutuhan sanggar seni dan seniman.Indikator yang dapat diteliti adalah:

a. Tingkat kepuasan sanggar seni dan seniman.

6. Ketepatan (appropriateness). Berhubungan dengan rasionalitas substantif,

karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan

kinerja individu tapi dua atau lebih secara bersamaan.Kriteria ini dilihat dari

kesesuaian manfaat dari implementasi Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan

Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014dengan apa yang diharapkan

oleh sanggar seni dan seniman.

G. Metode Penelitian

1. JenisPenelitian

Penelitian ini akan mengkaji pokok permasalahan sesuai dengan ruang

lingkup permasalahan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode

kualitatif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang faktual dan

akurat di lapangan mengenai fakta pada hasilimplementasiKebijakan Pembinaan

Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014dan Seniman

Se-Provinsi Kepulauan Riau.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau,

dengan pertimbangan Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau merupakan

pelaksana kebijakan sehingga dapat memberikan data yang berkaitan dengan

penelitian ini.

3. Informan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan

informan. Pemilihan informan adalah dengan cara memilih orang-orang yang

relevan dengan desain penelitian (purposivesampling) sebanyak 6 (enam)

orang,dengan kriteria :

1. Sebagai pelaksana kebijakan (fasilitator) dan kelompok sasaran/penerima

bantuan (demander)

2. Informan kelompok sasaran (demander) merupakan kelompok

penerima/sasaran benefitkebijakan yang berasal dari bidang seni teater, seni tari

dan seni musik serta seni sastra.

3. Jumlah nilai proposal dan pola kebutuhan yang terpenuhi. Informan merupakan

kelompok penerima dengan pola dan jumlah kebutuhan bantuan yang sesuai

dengan jumlah dana pembinaan yang berikan, dan lebih dari dana pembinaan

yang diberikan.

4. Memiliki pengetahuan dan informasi yang akurat di lapangan mengenai hasil

kebijakan yang telah diimplementasikan dan manfaat yang dirasakan dan tidak

subyektif.

5. Waktu, Dana yang diperlukan dan Kesediaan.

Pemilihan informan-informan bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat

tentang kebijakan bantuan sanggar seni dan seniman adalah sebagai berikut:

1. Taufiq Hidayat, M.H., dari Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau yang

menjabat Kepala Seksi Adat dan Tradisi yang merupakan pelaksana teknis

kegiatan (PPTK)bantuan sanggar seni dan seniman sebagai

keyinforman(informan kunci), dengan pertimbanganinforman mengetahui

fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

2. BapakJunaidi,Ketua Sanggar Sri Gurindam Melayu Gazal Pulau Penyengat,

sanggar penerima bantuan yang menggeluti bidang seni musik.

3. Bapak Muhammad Ali,Ketua Sanggar Seni Bungsu Sakti, sanggar penerima

bantuan yang menggeluti bidang seni teater.

4. Bapak Azhar Mursidi,Ketua Sanggar Pusat Keterampilan Seni Tari Kelana,

sanggar penerima dana pembinaan yang menggeluti bidang seni tari.

5. Bapak Junewal Muhktar, Seniman sastra penerima dana pembinaan.

6. Bapak Roy Robert Waas, Seniman koreografer penerima dana pembinaan.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung diperoleh

peneliti melalui indepth interview yang bersumber dari informanberupa

keterangan, pernyataanataumasukan-masukan menyangkut kebijakan bantuan

sanggar seni dan seniman yang diteliti.

b. Data sekunder

Sumber-sumbersekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari berbagai sumber, yaitu dokumen-dokumen berupaarsip-arsip, laporan dan

lain-lain dari instansi terkait, sebagai pelengkap untuk memperkuat data yang

telah didapatkan melalui wawancara langsung dengan informan.

5. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalamdata pada penelitian adalah:

a. Wawancara

Wawancara digunakan untukmemperolehinformasi yang

berkualitasdanberkaitandenganpenelitianini, penulis menggunakan teknik

wawancara tak terstruktur dengan tujuan untuk menggali informasi secara

mendalam dari responden terhadap pokok-pokok permasalahan dalam

peneilitian ini.Alatyang digunakan dalam pengumpulan data pada penilitian ini

adalah recorder dan pedoman wawancara untuk memastikan bahwa secara

esensial informasi yang sama diperoleh dari sejumlah orang dengan mencakup

materi yang sama (patton, 2009:188).

b. Dokumen

Metode penggunaan dokumen dalam penelitain ini adalah pengumpulan

data melalui dokumen-dokumen internal maupun eksternal, yaitu dapat surat,

proposal, pengunguman, majalah, surat kabar dan dokumen resmi dari instansi

yang berkaitan dengan objek penelitian.

H. Teknik Analisa Data

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,maka teknik analisis

data dalampenelitianini menggunakan teknik analisa data kualitatifyang bertujuan

pada proses penggalian makna, penggambaran, penjelasan dan penempatan data

pada konteksnya masing-masing guna memberikan gambaran yang sebenarnya

dilapangandengan cara mengorganisir informasi yang didapatkan tentang fakta-

fakta dan perilaku objek yang diteliti untuk kemudian dianalisa menggunakan

teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan penilitian yang dibahas.

Dengan digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, maka teknik analisa

datayang dipakai adalah metode triangulasi, yaitu teknik pemeriksaankeabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untukkeperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Metode triangulasi yang digunakan

adalah dengan membandingkan pendapat seseorang dengan pendapat orang lain,

dengan menggunakan wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang sama dan

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

I. ANALISA DATA

1. Evaluasi Pada Kriteria Efektivitas (Effectiveness)

Kriteria efektivitas berorientasi pada tercapainya tujuan kebijakan. Dengan

demikian efektivitas dalam penelitian ini diukur dari peningkatan aktivitas

sanggar seni yang dapat berupa latihan-latihan yang dilakukan dan keikutsertaan

dalam event-eventseni budaya yang diselenggarakan, dan peningkatan karya

seniman penerima dana pembinaan ini, sebagaimana yang terdapat dalam

Kerangka Acuan Kerja (TOR) kegiatan ini.

a. Peningkatan Aktivitas Sanggar Seni

Permasalahan yang dialami oleh sanggar seni dalam beraktivitas disebabkan

oleh keterbatasan dana, dan sarana prasarana pendukung seperti alat-alat musik,

kostum seni, dan aksesoris seni. keterbatasan tersebtu menjadi hambatan bagi

pihak sanggar seni untuk berkreatifitas dalam bidang seni yang

ditekuni.Terhambatnya aktivitas mereka berdampak pada perkembangan dan

pelestarian seni budaya di Kepulauan Riau, sehingga perlu didukung oleh

Pemerintah dalam upaya mendukung peningkatan aktivitas sanggar seni.

Adapun wawancara dengan key informan, jawaban yang dikemukakan adalah

sebagai berikut:

“Dari hasil pengamatan kami dilapangan, sanggar-sanggar seni dan seniman

yang sudah dibantu dengan dana pembinaan tersebut, pada riilnya mereka

berkembang baik dalam segi kuantitasaktivitas dan karya maupun kualitasnya.” (wawancara, 22April 2015).

Setelah dilakukan wawancara pihak Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan

Riau (key informan) menunjukkan adanya peningkatan jumlah aktivitas sanggar

seni. dengan adanya bantuan tersebut, sanggar-sanggar seni sangat terbantu

terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatannya seperti perbaikan-perbaikan pada alat-alat kesenian,

pembenaahan tempa latihan dan sebagainya.

Selanjutnya didukung olehjawaban informan 2 yang menyatakan:

“Aktivitas bertambah, misalnya biasanya yang dahulunya latihan dalam

sebulan hanya dua kali, sekarang mereka minta dalam satu bulan bisa tiga

sampai empat kali.” (wawancara, 05 Juni 2015).

Hasil wawancara dengan informan 2 menunjukkan peningkatan jumlah

aktivitas sanggarnya, dapat dilihat dengan adanya perbedaan jumlah latihan pada

saat sebelum mendapatkan dana pembinaan sanggarnya hanya melakukan

aktivitas berupa latihan sebanyak dua sampai tiga kali dalam sebulan, dan sesudah

mendapatkan dana pembinaan sanggarnya rutinmelakukan latihan sebanyak empat

kali dalam pada setiap hari minggu setiap bulan dan dapat lebih meningkat apabila

ada event-event yang diikuti.

Kemudian ditambahkan wawancara dengan Informan 3 yang juga

mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh informan sebelumnya,

sebagaimana yang dikemukakannya dalam wawancara sebagai berikut:

“Ada, Ada, jadi sekarang kita sudah ada bantuan seperti ini bisa mengadakan dalam satu bulan itu bisa empat kali, bisa enam kali. Kalau dulu satu bulan

paling hanya mengadakan dua kali atau tiga kali latihan.” (16 Mei 2015).

Adanya peningkatan aktivitas berupa latihan. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan yang dikemukakan oleh informan 3 bahwa dahulunya, sebelum

mendapatkan dana pembinaan mereka mengadakan latihan hanya dua atau tiga

kali dalam sebulan, dengan adanya bantuan tersebut sekarang sanggar seninya

dapat melaksanakan latihan sebanyak tiga sampai empat kali.

Ditambahkan pula jawaban dariInforman 4yang menyatakan:

“Untuk peningkatan aktivitas di sanggar seni kami, tentunya ada, hanya saja untuk waktu latihan sama saja seperti biasa setiap hari selasa dan kamis,

kecuali adanya kegiatan atau acara acara tertentu, waktu latihan lebih di

perbanyak. Untuk kualitas dan kuantitas disanggar kami sebelum maupun

setelah mendapatkan dana dari pemerintah tentunya adalah perubahannya. Dalam segi partisipasi kami lebih aktif berpartisipasi dalam acara-acara atau

pegelaran seni yang diadakan baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, maupun tingkat nasional.”(wawancara, 23

Mei 2015).

Setelah dilakukan wawancara dengan informan 4, dapat dilihat telah terjadi

peningkatan aktivitas tidak hanya dalam latihan, dengan diberikannya dana

pembinaan memberikan dampak terhadap peningkatan pada latihan dan partisipasi

acara-acara seni yang digelar baik pada tingkat daerah maupun nasional.

Partisipasi dalam event-event seni kebudayaan yang diadakan baik oleh pihak

Pemerintah Kabupaten Bintan maupun pihak swasta.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan informan, maka

dapat dianalisa bahwa ada peningkatan aktivitas sanggar seni setelah mendapatkan

dana pembinaan yang diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Kebudayaan

Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini terlihat dari pernyataan-pernyataan yang didapat

dari hasil wawancara kepada seluruh informan yang menunjukkan adanya

perubahan dalam jumlah aktivitas di sanggarnya masing-masing.

Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2014 oleh pemerintah melaui Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan

Riau dengan pemberian dana pembinaan, menjadikan sanggar seni dapat

beraktivitas dengan mudah dan meningkatkan aktivitas seni di sanggarnya,

sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan ini.

b. Peningkatan Karya Seniman

Sama dengan sanggar seni, permasalahan kesulitan dalam berkarya yang

dialami oleh seniman pada dasarnya juga terhambat oleh keterbatasan dana dan

sarana prasarana pendukung dalam berkarya. Tentu saja hal ini dapat berdampak

pada perkembangan seni di Kepulauan Riau. Oleh karena itu, perlu dukungan

pemerintah, agar seniman dapat menghasilkan karya secara maksimal.

Wawancara dengan key informan jawaban yang dikemukakan adalah sebagai

berikut:

“Untuk seniman sifatnya bersifat individu dia lebih penciptaan hasil.Mereka itu tidak membuat satu garapan saja.Dengan bantuan yang kita berikan mereka

banyak membuat karya dapat mengembangkan atau meningkatkan karyanya

dan sanggarnya.” (wawancara, 22April 2015).

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan key informan menunjukkan

bahwa telah terjadi peningkatan jumlah karya yang dihasilkan oleh

seniman.karya-karya yang dihasilkan semakin meningkat, mereka mampu

menggarap karya seni lebih baik dari pada sebelumnya. dalam peningkatan

tersebut seniman setelah menerima bantuan tidak hanya membuat satu garapan

saja, mereka mampu membuat lebih banyak garapan dan juga mendukung

perkembangan kualitas di sanggarnya.

Selanjutnya ditambahkan oleh informan 5 yang menyatakan:

“Dalam berkarya, dalam kuantitas karya ada peningkatan, sudah disimpan

dalam dokumen komputer, hanya tinggal mencetak. Karena sebelum adanya

dana pembinaan tersebut saya harus cari uang dulu untuk pergi kewarnet tuk menulis apa yang mau saya tuangkan di buku. Tapi alhamdulilah lah adanya

dana tersebut saya tidak perlu jauh-jauh. Dirumah pun saya bisa

melakukannya. Untuk dibilang kuantitas sebelum maupun setelah mendapatkan

dana ini ada lah peningkatannya. Tapi untuk kualitas itu tergantung khalayak lah yang menilainya.”(wawancara, 16 Juni 2015).

Setelah dilakukan wawancara dengan informan 5, jawaban yang

dikemukakan menunjukkan adanya peningkatan jumlah karya yang dihasilkan.

Dari pernyataan tersebut, dapat dianalisa bahwa ada kemudahan setelah

mendapatkan bantuan dana pembinaan yang diberikan oleh pemerintah melalui

Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, sehingga terjadi perubahan pada

saat sebelum mendapatkan dana pembinaan dan sesudah mendapatkan dana

pembinaan berupa peningkatan karya yang dihasilkannya.

2. Evaluasi Pada Kriteria Efisiensi (Efficiency)

Efisiensi merupakan rasio atau perbandingan antara input yaitu dana yang

digunakan sebagai resource dan outputyaitu hasil yang didapatkan dari

penggunaan resource. Dikarenakan output dari kebijakan ini bukan berupa

nominal maka, pengukurannya adalah hasil berupa manfaat yang dirasakan.

Dari William N Dunn (2012:430) bahwa efisiensi (efficiency) berkenaan

dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas

tertentu. Efisiensi merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah

merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur

dari ongkos moneter.Sehingga efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan

biaya per unit produk atau layanan.

Dikarenakan hasil yang dicapai tidak dapat diukur dengan nilai moneter,

maka metode yang digunakan dalam pembahasan ini menggunakan analisis biaya-

efektivitas. Maka efisiensi diukur dari perbandingan hasil pengunaan dana

pembinaan dengan manfaat yang didapatkan dari penggunaan dana pembinaan

tersebut.

a. Hasil Penggunaan Dana Pembinaan

Penggunaan dana pembinaan ditujukan agar tujuan diimplementasikan

kebijakan ini tercapai, yaitu segala keperluan sanggar seni dan seniman guna

mendukung aktivitas-aktivitas sanggar seni dan juga karya-karya seniman.

Keyinforman dalam hal ini menyatakan:

“Secara fisik mereka dapat memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan

sarana dan prasarana, dan juga mencukupi kebutuhan peralatan kesenian

termasuk pakaian dan sebagainya untuk mendukung aktivitas-aktivitas sanggar seni, dan juga alat pendukung untuk dan menghasilkan karya-karya.”

(wawancara, 22 April 2015).

Pernyataan key informan di atasmenunjukkan bahwa hasil yang didapat dari

penggunaan dana pembinaan tersebut pada umumnya adalah peningkatan sarana

dan perlengkapan pendukung sanggar beraktivitas dan seniman berkarya. Dana

pembinaan digunakan untuk membelikan alat-alat musik dan kostum untuk

pertunjukan.

Analisa secara umum hasil yang didapat dari penggunaan dana pembinaan

sanggar seni dan seniman adalah peningkatan sarana dan prasarana pendukung

dalam beraktivitas dan berkaryaSarana tersebut adalah alat-alat musik, dan juga

kostum untuk menunjang kelancaran sanggar seni dalam beraktivitas dan

perangkat komputer untuk seniman sebagai penunjang mereka berkarya. Apabila

hasil yang didapatkan ini dihubungkan dengan efektivitas, maka peningkatan

aktivitas-aktivitas sanggar seni dan karya-karya oleh seniman yang terjadi

dikarenakan kemudahan yang didapat dengan adanya peningkatan sarana

pendukung tersebut.

Dengan kata lain, manfaat yang didapat dari penggunaan dana ini adalah

besar, dari penggunaan dana tersebut, tidak hanya sekedar dapat meningkatkan

sarana sanggar seni dan seniman, juga dapat memudahkan sanggar seni dan

seniman dalam beraktivitas dan berkarya. Pada akhirnya hal ini berdampak pada

berkembangnya seni dan budaya di Provinsi Kepulauan Riau.

3. Evaluasi Pada Kriteria Kecukupan (Adequacy)

Menurut William N. Dunn (2012:430) kecukupan berkenaan dengan seberapa

jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah.Bahasan kriteria kecukupan pada penelitian ini

terbagi menjadi dua, yaitu penyelesaian masalah dan juga masalah yang timbul.

Masalah pokok yang dialami oleh sanggar seni dan seniman dalam hal ini

adalah kesulitan beraktivitas dan berkarya dikarenakan keterbatasan dana dan

sarana pendukung. Suatu kebijakan harus dapat mennyelesaikan pokok

permasalahan yang menjadi isu kebijakan dan memberikan perubahan ke arah

yang lebih baik.

Maka bahasan yang pertama adalah apakah Kebijakan Pembinaan Sanggar

Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014ini dapat mengatasi

pokok permasalahan yang terjadi, yaitu kesulitan yang dialami oleh sanggar seni

dalam beraktivitas dan seniman dalam menghasilkan karya dikarenakan

keterbatasan sarana dan dana. Kemudian, apa saja masalah yang ditimbulkan

akibat dari implementasi kebijakan ini.

a. Kecukupan Dalam Menyelesaikan Masalah

Kecukupan dalam penyelesaian masalah ini dilihat dari apakah kebijakan ini

dapat menjadikan sanggar seni tidak lagi mengalami kesulitan dalam

melaksanakan aktivitas-aktivitas seninya dan demikian pula dengan seniman

dalam berkarya. Dalam hal ini key informan menyatakan :

“Dengan adanya dana pembinaan sanggar seni dan seniman, berdasarkan pengamatan kami di lapangan sanggar-sanggar tersebut merasa terbantu dan

merasa ada perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan dan

melestarikan seni budaya di Kepulauan Riau. sampai saat ini sebagaimana

informasi yang kami dapat dari teman-teman di sanggar seni dan seniman mereka sudah terbantu sehingga mudah dalam mengembangkan aktivitasnya,

masalah kesulitan itu sudah dapat terpecahkan.” (wawancara, 22 April 2015).

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh key informan, para penerima

dana pembinaan ini sudah terbantu dengan adanya pemberian dana tersebut.

Mereka (sanggar seni dan seniman) menjadi lebih mudah dalam menjalankan

aktivitas dan berkarya dalam rangka mengembangkan dan melestarikan seni

budaya di Kepulauan Riau.Sehingga dari hal tersebut Kebijakan Pembinaan

Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 dirasakan

sudah dapat memecahkan masalah kesulitan yang dialami oleh sanggar seni dan

seniman dalam berkreatifitas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan, maka dapat dianalisa

bahwa dana pembinaan yang diberikan cukup membantu sanggar dan seniman

dalam melakukan aktivitas dan berkarya, meskipun belum maksimal. Hal ini

dikarenakan, dana pembinaan ini hanya memenuhi kebutuhan yang bersifat skala

prioritas, dalam hal ini digunakan untuk meningkatkan sarana pendukung aktivitas

sanggar seni dan seniman dalam menghasilkan karya.

Bila dikaitkan dengan efektivitas, terjadi peningkatan aktivitas sanggar seni

dan karya yang dihasilkan seniman, dengan demikian hal tersebut menunjukkan

bahwa kebijakan ini sudah membantu mengurangi masalah yang dihadapi oleh

sanggar seni dan seniman walaupun belum signifikan.

b. Permasalahan Yang Timbul

Pembahasan permasalahan yang timbul akibat implementasi Kebijakan

Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

dilihat dari ruang lingkup dampak di internsanggar senidan seniman penerima,

dalam artian terjadi perubahan yang negatif yang diakibatkan oleh kebijakan ini.

Dalam hal ini key informan menyatakan:

“Secara umum tidak ada, yang kami terima hanya masalah urutan yang

mendapatkan bantuan. Jadi mana yang belum dapat tentunya mengajukan

proposal untuk mendapatkan bantuan, mengharapkan mendapatkan bantuan. Namun demikian tentunya hal tersebutkan harus kita lakukan berdasarkan

verifikasi di lapangan, apakah mereka benar-benar sanggar yang memenuhi

kriteria yang telah ditentukan.” (wawancara, 22 April 2015).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan key informan

menunjukkan bahwa tidak permasalahan yang timbul akibat implementasi

Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2014 ini. Tidak terdapat dampak negatif pada sanggar seni dan seniman

penerima dana pembinaan tersebut.

Hasil analisa tidak ada permasalahan yang timbul akibat implementasi

kebijakan ini. Permasalahan yang timbul justru dari lingkungan external, yaitu

kecemburuan dikarenakan belum mendapatkan dana pembinaan tersebut. Akan

tetapi, untuk mendapatkan dana pembinaan ini, pihak sanggar seni dan seniman

harus melalui seleksi dengan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan. Maka,

dengan kata lain, yang mendapatkan bantuan ini merupakan pihak-pihak yang

dinilai sudah memberikan kontribusi lewat karya dan aktivitasnya. Oleh karena

itu, kecemburuan yang timbul oleh pihak seniman dan atau sanggar lain tidak

memiliki dasar yang kuat.

4. Evaluasi Pada Kriteria Kesamaan (Equity)

Dalam hal ini William N. Dunn (2012:434) mengemukakan bahwa

kesamaan (equity) ) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan

menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang

berbeda dalam masyarakat. Oleh karena itu, pembahasan kriteria ini tidak hanya

menyangkut padapemerataan distribusi dana yang diterima, akan tetapi juga

menyangkut pada manfaat dari implementasi Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni

dan Seniman Se-Provnsi Kepulauan Riau Tahun 2014 yang didapatkan oleh

masing-masing sanggar seni dan seniman.

a. Jumlah Dana Yang Diterima

Jumlah dana yang sama belum tentu memberikan manfaat yang sama;

karena sasaran kebijakan ini terdiri masyarakat seni dari kelompok bidang seni

yang berbeda-beda dan pada setiap kelompok memiliki kebutuhan yang berbeda-

beda pula, tentunya tingkat kemampuan dana yang dimiliki akan berbeda juga

dalam memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah kebijakan ini sudah memenuhi

kriteria kesamaan (equity), dalam pembahasan penelitian ini indikator yang diukur

dalam kriteria ini adalah jumlah dana yang diterima dan manfaat-manfaat yang

didapat oleh sanggar seni dan seniman penerima dana pembinaan ini.

Dari hasil wawancara key informan yang kemudian dibandingkan dengan

jawabanyang dikemukakan oleh informan-informan lain yang berasal dari

kelompok penerima dana bantuan ini dan melalui studi pada buku rekening pada

salah satu informan, didapatkan informasi bahwa dana yang mereka terima adalah

sebesar Rp. 24.000.000,- (dua puluh empat juta rupiah) untuk masing-masing

sanggar seni dan Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah) untuk

masing-masing seniman, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Keputusan

Gubernur Nomor 1170 tahun 2014 tentang Penerima Bantuan Dana Pembinaan

Sanggar Seni Dan SenimanTahun Anggaran 2014. Dengan demikian distribusi

dana Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provnsi Kepulauan

Riau Tahun 2014 sudah merata.

B. Manfaat Yang Didapatkan

Kriteria kesamaan mengukur pemerataan hasil dari implementasi kebijakan

ini, Maka metode pembahasan yang digunakan pada indikator ini adalah dengan

menggunakan perbandingan antara pernyataan-pernyataan hasil wawancara antara

informan yang satu dengan lainnya.

Dari distribusi manfaat yang dirasakan oleh masing-masing informan

penerima dana pembinaan ini memiliki kesamaan, yaitu terjadinya peningkatan

sarana pendukung dalam beraktivitas dan berkarya, kemudian selanjutnya adalah

kemudahan dalam beraktivitas dan berkarya, peningkatan aktivitas dan hasil

karya. Dengan demikian dapat dianalisa bahwa terjadi pemerataan dalam

distribusi manfaat yang dirasakan oleh sanggar seni dan seniman penerima dana

bantuan ini.

5. Evaluasi Pada Kriteria Responsivitas (Responsiveness)

William N. Dunn (2012:437) menyatakan bahwa responsivitas berkenaan

dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi,

atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu.Pembahasan kriteria

responsivitas dalam penelitian ini merupakan jawaban atau umpan balik dari

informan-informan atas Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014yang telah diimplementasikan ini.

a. Tingkat Kepuasan Sanggar Seni Dan Seniman

Dikarenakan tingkat kepuasan individu yang satu dengan yang lainnya tentu

saja berbeda-beda. Akan tetapi pada dasarnya, pembahasan tingkat kepuasan ini

berdasarkan umpan balik (feedback)dari sanggar seni dan seniman atas manfaat

yang telah dirasakan dari hasil implementasi Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni

Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan, pada umumnya

mereka merasa puas terhadapKebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman

Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 berupa pemberian dana pembinaan ini.

Dikarenakan dana pembinaan yang diberikan ini bermanfaat dalammemenuhi

kebutuhan-kebutuhan mereka dalam beraktivitas dan menghasilkan karya. Dengan

tidak adanya umpan balik (feedback) yang negatif terhadapKebijakan Pembinaan

Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 yang sudah

diimplementasikan ini.

6. Evaluasi Pada Kriteria Ketepatan (Appropriateness)

Dalam penelitian ini pembahasan mengenai kriteria ketepatan dilihat dari

kesesuaian manfaat-manfaat yang telah dirasakan oleh sanggar seni dan seniman

dari Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman se-Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2014 ini dengan apa yang mereka harapkan. Sehingga ia berguna bagi

sanggar seni dan seniman dalam melakukan aktivitasnya dan menghasilkan karya

pada saat mendatang, dan dengan hal itu kebijakan ini dapat dikatakan layak

untuk diberlakukan.

a. Kesesuaian Manfaat Yang Dirasakan

Seperti yang sudah dibahas pada kriteria sebelumnya, manfaat yang

dirasakan oleh sanggar seni dan seniman penerima dana pembinaan ini

mempermudah mereka dalam melakukan aktivitas sanggar seni dan menghasilkan

karya. Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka pihak sanggar seni dan seniman

mengharapkan bantuan agar mereka dapat keluar dari permasalahan kesulitan

beraktivitas yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dana yang dimiliki;

sarana yang sudah tidak memadai. Hal ini tentunya menghambat kreatifitas

sanggar seni dan seniman dalam melakukan aktivitas dan menghasilkan karya.

Manfaat yang didapat antara lain adalah meningkatnya sarana sanggar seni

dan seniman. Kemudian dari peningkatan sarana tersebut pihak sanggar seni dan

seniman menjadi mudah dalam berkreatifitas, sehingga terjadi peningkatan

aktivitas dan karya yang dihasilkan oleh sanggar seni dan seniman. Dengan

demikian, manfaat dari Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ini berguna dalam membantu mereka dalam

mengatasi hambatan-hambatan dalam beraktivitas dan berkarya.

Dari hasil wawancara dengan seluruh informan, dapat disimpulkan bahwa

Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2014layak untuk diimplementasikan dan dilanjutkan. Karena dirasakan

sangat berguna bagi sanggar seni dan seniman dalam memenuhi kebutuhannya

dalam rangka mendukung mereka dalam beraktivitas dan berkarya di masa

mendatang.Sehingga dengan demikian sanggar seni dan seniman dapat lebih

mandiri menjalankan aktivitas dan menghasilkan karya.Dalam pelaksanaannya,

tujuan dari Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman se-Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2014 sudah tercapai dan manfaat yang dirasakan

terdistribusi secara merata kepada pihak sanggar seni dan seniman, juga sebagai

usaha mencapai visi Gubernur Kepulauan Riau untuk menjadikan Provinsi

Kepulauan Riau sebagai bunda tanah Melayu.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2014 memenuhi kriteria efektivitas (effectiveness).Karena berdasarkan

hasil penelitian di lapangan bahwa terjadi peningkatan aktivitas-aktivitas

sanggar seni berupa peningkatan baik dalam latihan maupun partisipasi pada

event seni budaya dan peningkatan hasil karya oleh seniman.

2. Pada kriteria efisiensi (efficiency), dilihat dari perbandingan antara sumber

daya yang digunakan berupa dana pembinaan dengan manfaat yang didapatkan

dari penggunaan dana tersebut, makapenggunaan dana pembinaan memberikan

manfaat yang besar bagi sanggar seni dan seniman dalam melakukan

aktivitasnya berkesenian.Adapun manfaat dari pengunaan danatersebut adalah

mendukung tercapainya efektivitas, yaitu tercapainya tujuan

diimplementasikannya kebijakan ini.

3. Bila dilihat dari kriteria kecukupan (adequacy), kebijakan ini cukup membantu

sanggar seni dan seniman penerima dana pembinaan ini dalam menjalankan

aktivitasnya dan berkarya, walaupun dirasakan belum maksimal. Hal ini

dikarenakan dana pembinaan ini hanya dapat memenuhi kebutuhan sanggar

seni dan seniman dalam skala prioritas, sedangkan untuk mengatasi kesulitan

dalam beraktivitas dan menghasilkan karya, sanggar seni dan seniman

membutuhkan sarana pendukung berupa alat-alat kesenian, gedung dan sarana

pendukung lainnnya yang tidak dapat ditutupi dengan dana pembinaan ini.

Dengan demikian Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni Dan Seniman Se-

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ini belum sudah cukup membantu

mengatasi kesulitan dalam beraktivitas dan berkarya yang dialami oleh sanggar

seni dan seniman, akan tetapi belum maksimal.

4. Bila dilihat dari kriteria kesamaan (equity), Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni

dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan RiauTahun 2014 sudah memenuhi kriteria

kesamaan. Dapat dilihat dari tidak adanya permasalahan potongan-potongan

yang dilakukan oleh pemerintah sehingga distribusi dana yang di terima oleh

sanggar seni dan seniman merata, yaitu Rp. 24.000.000 dua puluh empat juta

rupiah diterima oleh masing-masing sanggar seni dan Rp. 12.500.000 (dua

belas juta lima ratus ribu rupiah) diterima oleh para seniman. dari segi

distribusi manfaat dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi, manfaat yang

didapatkan oleh sanggar seni dan seniman adalah kemudahan dalam

beraktivitas, peningkatan aktivitas sanggar seni dan peningkatan sarana

pendukung.

5. Dalam kriteria responsitivitas (responsiveness), umpan balik (feedback) yang

didapatkan dari sanggar seni dan seniman menyatakan cukup puasterhadap

Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan

RiauTahun 2014. Hal ini dikarenakan manfaat yang mereka dapatkan dari

kebijakan ini dan mereka merasakan diperhatikan oleh pemerintah.

6. Dalam kriteria ketepatan atau kelayakan (appropriateness), mengingat manfaat

yang didapatkan sudah sesuai dengan keinginan sanggar seni dan seniman dan

sangat berguna bagi mereka dalam mendukung kelancaran berkreatifitas dalam

rangka untuk pengembangan dan pelesatarian seni budaya di Kepulauan Riau

ke depannya,maka kebijakan ini dibutuhkan sehingga layak

diimplementasikan.

B. Saran-saran

Rekomendasi kebijakan yang dapat disampaikan dari hasil evaluasi

Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1. Dalam pemilihan calon penerima tim verifikasi sebaiknya lebih selektif dalam

menentukan sanggar seni dan seniman penerima dana bantuan.

2. Pemberian dana pembinaan ini digantikan dengan pemberian fasilitas yang

menjadi kebutuhan sanggar, dalam artian pembinaan dilakukan dengan

memberikan sarana pendukung kreatifitas sanggar seni dan seniman berupa

alat-alat dan perlengkapan lainnya, tidak berupa uang.

3. Mengubah konsep kebijakan menjadi bentuk penghargaan (award). Dengan

demikian pelaku seni yang benar-benar berkontribusi yang akan mendapatkan

dana untuk mendukung mereka terus berkreatifitas, disamping itu juga dapat

menjadi stimulan atau pemicu pelaku seni lainnya untuk dapat memberikan

kontribusinya.

Demikian sejumlah rekomendasi kebijakan yang dapat disampaikan sebagai

bagian dari hasil penelitian Evaluasi Kebijakan Pembinaan Sanggar Seni dan

Seniman Se-Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku:

Agustino, Leo, 2014, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi & Jabar, Cepi Safruddin Abdul, 2014, Evaluasi Program

Pendidikan: Pedoman Teoretis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Dunn, William N., 2012, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,

diterjemahkan Samodra Wibawa, dkk., Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Moleong, J. Lexy, 2011, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S, 2011,Metode Research, Jakarta; BumiAksara.

Ndraha, Taliziduhu, 2011, Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1,

Jakarta: Rineka Cipta.

Nugoro, Riant, 2014, Public Plicy: Teori, Manajemen, Dinamika, Analisis,

Konvergensi, Dan Kimia Kebijakan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Patton, Michael Quinn, 2009, Metode Evaluasi Kualitatif, diterjemahkan oleh Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Subarsono, 2013, Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi .

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafile, Inu Kencana, 2003,Ilmu Pemerintahan (Edisi Revisi), Bandung: Mandar

Maju.

Parsons, Wayne, 2005, Public policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan,Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahab, SolichinAbdul, 2014,Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Widoyoko, Eko Putro, 2011,Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan

PraktisBagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Winarno, Budi, 2012, Kebijakan Publik: Teori, Proses, Dan Studi Kasus,

Yogyakarta: C A P S.

Wirawan, 2012, EVALUASI:teori, model standar, aplikasi dan profesi, contoh

aplikasi evaluasi program:pengembangan sumber daya manusia, program

nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan,

kurikulum, perpustakaan, dan buku teks. Jakarta: Rajawali Pers.