pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume...

55
55 pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi upaya penyelamatan lingkungan yang saat ini menjadi isu utama selain isu global dan dapat mendorong kerjasama dibidang lainnya,sikap Indonesia tersebut perlu mendapatkan apresiasi yang tinggi dari dunia Internasional.

Transcript of pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume...

Page 1: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

55  

pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi upaya

penyelamatan lingkungan yang saat ini menjadi isu utama selain isu global dan

dapat mendorong kerjasama dibidang lainnya,sikap Indonesia tersebut perlu

mendapatkan apresiasi yang tinggi dari dunia Internasional.

Page 2: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

54  

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang berpartisipasi aktif

dalam mendorong pencegahan dan penanganan perubahan iklim dan Energi,

sejauh ini Indonesia berusaha menunjukkan diplomasi internasionalnya dengan

mengajak negara lain berpartisipasi dalam upaya penyelamatan dan pelestarian

lingkungan hidup.

Masalah Lingkungan hidup merupakan masalah bersama baik bagi negara

maju dan negara berkembang,pemerintah Indonesia menyadari bahwa masalah

Lingkungan akan mengakibatkan rantai persoalan yang tidak ringan terhadap

bidang kehidupan baik lokal maupun global. Misalnya kerusakan Hutan karena

pembalakan hutan secara sembarangan akan menghancurkan ekosistem alam serta

pola irigasi lalu diikuti dengan bencana yang tidak sedikit jumlah kerugiaannya

seperti Banjir dan tanah longsor.

Selain isu lingkungan penting bagi kelangsungan hidup beraneka ragam

sumber daya hayati di Indonesia, alasan ekonomi juga menjadi faktor yang tidak

bisa dilupakan begitu saja. Isu lingkungan hidup yang menyangkut perubahan

iklim, penggunaan zat kimia berbahaya serta keaneka ragam biologi merupakan

tiga hal yang utama di dalam kerjasama negara – negara maju dan berkembang

saat ini.

Peranan Indonesia dan kerjasama kedua belah pihak di tingkat bilateral ini

dapat menciptakan citra positif dari dunia internasional, atas sikap kedua negara

tersebut akan kepeduliannya dalam menyelamatkan lingkungan hidup baik

tingkat lokal maupun di tingkat global. Hal inilah yang menjadi peluang bagi

Page 3: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

53  

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa yang sudah penulis jabarkan dalam bab-bab

sebelumnya, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa terwujudnya Joint

Declaration on Climate change and Energy antara Indonesia dan Norwegia tahun

2007 di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu Faktor Internal Setting dan Faktor

External Setting. Faktor Internal setting antara lain dipengaruhi oleh Indonesia

saat ini fokus pada pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup,

Indonesia ingin menjadi contoh positif bagi negara lain, dan Kontribusi NGO

lingkungan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) dalam pembentukan opini

publik. Kemudian dari Faktor External setting yaitu pemerintah Norwegia berjanji

untuk memberikan akses ke sumber pendanaan dan teknologi yang diperlukan

bagi pengelolaan lingkungan hidup Indonesia dan berupaya mendukung Indonesia

dalam memperjuangkan dan melaksanakan konvensi atau protocol internasional

dibidang Lingkungan Hidup dalam forum Internasional serta Peningkatan

Kesadaran pemerintah Norwegia akan pentingnya kerjasama dengan Indonesia

dalam memenuhi tantangan isu Lingkungan Hidup.

Dari kedua faktor tersebut, menurut hemat saya faktor yang paling

Dominan adalah Faktor Internal setting yaitu terkait keinginan Indonesia menjadi

contoh positif bagi dunia internasional guna memperbaiki citra Indonesia, dengan

menjadi salah satu negara yang aktif dalam membahas dan menangani masalah

Lingkungan hidup.

Page 4: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

52  

on Climate change and Energy Issues Maret tahun 2007 yang merupakan

Refitalisasi dari MOU (Memorandum of Understanding) Lingkungan hidup tahun

1998, isu perubahan iklim dan energi menjadi prioritas hubungan bilateral antara

kedua negara. Isu energi merupakan kunci penting dalam deklarasi bersama

tersebut. Kedua negara sepakat, bahwa ada hubungan antara perubahan iklim,

keamanan Energi, dan pengentasan kemiskinan karena itu menekankan

pentingnya kerjasama dalam mengembangkan upaya tentang perubahan iklim,

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Joint declaration ini

berhubungan dengan perubahan iklim global, masalah energi, dan kegiatan terkait

dengan mekanisme pembangunan bersih guna mengurangi emisi gas rumah kaca

dan membantu kesuksesan PBB dalam komferensi perubahan iklim di Bali

Desember 2007.79

Penandatanganan Joint decalration dan pertemuan bilateral tersebut,

menunjukkan semakin pentingnya kedudukan Indonesia dalam kebijakan Luar

negeri Norwegia. Meskipun kedua negara secara geografis letaknya sangat

berjauhan, namun Norwegia menganggap Indonesia sebagai mitra yang sangat

penting. Untuk itu Norwegia sejauh ini telah memperkuat kedutaan besarnya di

Jakarta guna menunjang upaya meningkatkan Hubungan dan kerjasama bilateral

tersebut.80

                                                            79 Al Busyra Basnur , Hubungan RI-Norwegia, dalam http ://www. unisosdem .org /kliping

detail.php? aid=858 &coid=1&caid=27, di akses 23 Juni 2010.  80Indonesia - Norwegia, Kerjasama Energi dan Lingkungan Ditingkatkan, dalam http://www.Set

neg.go .id/index.php?Itemid=55&id=252&option=com_content&task=view, di akses 20 Mei 2010. 

Page 5: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

51  

mengubah zona iklim dan menaikkan laut. Perubahan dalam skala ini dapat

mengakibatkan dampak yang luar biasa besar terhadap ekosistem alam dan

kehidupan manusia.

Terkait dengan isu lingkungan hidup tantang perubahan iklim pemerintah

Norwegia menyadari bahwa masalah tersebut disebabkan oleh manusia dan harus

segera mengambil tindakan sebab semakin lama menunggu, maka semakin besar

beban dan biaya yang akan dipikul generasi mendatang.78

Norwegia secara aktif bekerjasama untuk menstabilkan konsentrasi gas

rumah kaca di lapisan udara, untuk mencapai tingkat yang akan mencegah

gangguan berbahaya yang disebabkan manusia bagi sistem iklim. Kesadaran akan

dampak dari Lingkungan mendorong pemerintah Norwegia untuk berkerjasama

dengan negara lain, salah satunya adalah Indonesia. Hubungan kerjasama

Norwegia dan Indonesia telah terjalin cukup lama mencakup beberapa bidang

salah satunya di bidang Lingkungan hidup.

Norwegia menyadari pentingnya Lingkungan hidup dan dampaknya bagi

kesejahteraan masyarakat baik lokal maupun global, sehingga dalam setiap

pertemuan antara kedua negara selalu membicarakan masalah tersebut dan

berupaya mencari solusi. Salah satu solusi yang diambil oleh kedua pemerintah

dalam menanggapi isu Lingkungan hidup yaitu menandatagani Joint declaration

                                                            78 Kerja sama internasional, dalam http://www.norwegia.or.id/About_Norway/Politik-Luar-

Negeri/Iklim-dan-lingkungan-hidup/cooperation/ , diakses 24 oktober 2010.

 

Page 6: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

50  

Norwegia berperan penting dalam upaya menerapkan kerja sama internasional

yang mengikat secara hukum dalam hal permasalahan lingkungan.

Kebijakan manajemen lingkungan dan sumber daya merupakan komponen

penting dari kebijakan kerja sama luar negeri dan pembangunan Norwegia.

Kondisi lingkungan yang memuaskan membantu memajukan stabilitas dan

keamanan. Lingkungan yang sehat dan beragam penting untuk mengentaskan

kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkesinambungan yang

bermanfaat bagi semua orang di seluruh dunia.

Area yang menjadi prioritas dalam hal kerja sama internasional, Norwegia

memprioritaskan hal-hal berikut:77

• perubahan iklim

• zat kimia yang berbahaya

• keragaman biologi

Perubahan iklim anthropogenic merupakan salah satu tantangan lingkungan

yang paling serius, yang dihadapi dunia saat ini. Iklim global sudah berubah, dan

menurut UN Intergovernmental Panel on Climate Change, tren kenaikan suhu

yang diamati dalam 50 tahun terakhir sebagian besar disebabkan oleh kegiatan

manusia. Kenaikan suhu gobal dapat mempengaruhi pola hujan dan sistem angin,

                                                            

77 Kerja sama internasional, dalam http://www.norwegia.or.id/About_Norway/Politik-Luar-Negeri/Iklim-dan-lingkungan-hidup/cooperation/ , diakses 24 oktober 2010.

 

Page 7: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

49  

sebagai salah satu negara yang paling cepat mengalami deforestasi di dunia.

Terkait hal tersebut, Norwegia memberikan apresiasi dan merasa penting untuk

melihat dampak dari deforestasi dan kebijakan penanganannya bagi Indonesia.75

Pemerintah Indonesia sadar bahwa Masalah lingkungan akan

mengakibatkan rantai persoalan yang tidak ringan terhadap bidang – bidang

kehidupan di Indonesia. Misalnya Kerusakan hutan karena pembalakan hutan

secara sembarangan akan menghancurkan ekosistem alam serta merusak pola

irigasi lalu diikuti dengan bencana yang tidak sedikit jumlah kerugiannya

misalkan banjir. sampai saat ini Indonesia mampu memanfaatkan semua peluang

yang berasal dari kerja sama antara Indonesia dengan Norwegia meskipun dengan

kondisi dalam negeri yang masih belum stabil. Usaha Indonesia dalam

memperjuangkan perbaikan dalam isu lingkungan hidup di dunia mandapat

apresiasi yang tinggi dari dunia internasional khususnya Norwegia.76

B. Peningkatan Kesadaran Pemerintah Norwegia Akan Pentingnya Peningkatan Kerjasama dengan Indonesia Dalam hal Isu Lingkungan hidup.

Kerja sama lingkungan internasional juga penting dalam kemampuan

untuk merencanakan solusi yang baik dalam menghadapi tantangan lingkungan

global yang dihadapi negara-negara di dunia dalam bentuk perubahan iklim,

hilangnya keragaman biologi dan penyebaran zat kimia berbahaya ke lingkungan.

                                                            75 Radian Nurcahyo, Upaya Pemerintah Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup Di Kawasan

Hutan. Sekretaris kabinet Republik Indonesia, di akses 13 Juni 2011  76 Andhi Susanto, Peran Indonesia dalam Isu Lingkungan Global. Media Indonesia .com. Jum'at,

26 Agustus 2011  

Page 8: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

48  

sertifikasi dan manajemen risiko. kerjasama antara Pertamina dan StatOil sebagai

salah satu capaian penting kerjasama energi kedua negara.73

Di bidang perikanan, capaian pemajuan kerjasama antara lain dilakukan

melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara Menlu RI dan Menlu

Norwegia pada bulan Januari 2006. Penandatanganan LoI inilah yang mendasari

bergulirnya kerjasama perikanan saat ini, antara lain di bidang sustainable

harvesting of marine fish resources, aquaculture development. Education and

training, dan post harvesting development and food safety. Mulai tahun 2007,

Indonesia telah mengirimkan mahasiswa ke Universitas Tromso untuk belajar

perikanan. Kerjasama di bidang standarisasi produk perikanan merupakan satu

kerjasama yang mendapatkan perhatian Indonesia. Norwegia sejauh ini selalu

memberikan dukungan terhadap pencalonan Indonesia di berbagai forum

internasional.74

Norwegia sepakat bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang

memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan dikenal sebagai paru-paru dunia.

Dibalik luasnya wilayah hutan tersebut, setiap tahun diperkirakan cukup banyak

area hutan mengalami deforestasi. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor,

diantaranya pembalakan liar (illegal logging), pembukaan lahan (land clearing)

dan kebakaran hutan (forest fire). Hal tersebut membuat Indonesia dikategorikan

                                                            73 “ Representanter for energi sektoren in Indonesia”, dalam http://www.regjeringen.no/mobil/nb

/dep/ud/aktuelt/taler_artikler/utenriksministeren/2010/energisektoren_indonesia.html?id=623350, diakses 21 Mei 2011

74 Ibid., 

Page 9: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

47  

Dalam kerjasama Joint declaration on Climate Change and Energy issues

antara kedua negara, selain memberi dukungan berupa transfer teknologi,

Norwegia juga telah berjanji untuk mendukung Indonesia melalui dana sebesar 1

milyar Dolar Amerika dalam beberapa tahun ke depan guna mendukung Indonesia

dalam proses pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan dan program infrakstuktur

pembangunan berorientasikan Lingkungan.72

Kerjasama bilateral tersebut mencakup bidang bidang Lingkungan hidup,

perikanan, dan Energy. Pengelolaan lingkungan hidup di Taman Nasional Bukit

Tigapuluh (terrestial bio-diversity) dan pengelolaan keanekaragaman hayati

pesisir laut dan perikanan (marine and coastal management) di Barelang dan

Bintan. Di tahun 2008, Indonesia menjadi tuan rumah Isu pemboran sumur-sumur

minyak yang telah tua serta riset di bidang carbon capture and storage (CCS)

merupakan dua isu penting yang dibahas dalam Joint Declaration on Climate

Change and Energy issues tahun 2007. Dalam rangka lebih menggiatkan

kerjasama energi dan sebagai pelengkap dari konsultasi bilateral yang lebih

melibatkan pemerintah di dalamnya, maka dalam tahun yang sama, KBRI Oslo

menggagas suatu forum energi Indonesia (Forum on Indonesia) yang utamanya

ditujukan untuk mempertemukan swasta kedua negara. Forum ini telah

menghasilkan beberapa kerjasama konkrit, antara lain kerjasama pembangunan

PLTA, pembangunan graviFloat LNG terminal dan komitmen kerjasama untuk

                                                            

72 “Indonesia Memimpin Dunia Menuju Masa Depan, dalam http://www.norwegia.or.id / News_and_events/Lingkungan/Indonesia-Leads-the-World-Into-the-Future/, diakses 24 Januari 2011. 

Page 10: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

46  

adanya perubahan yang begitu signifikan dalam hubungan bilateral Indonesia dan

Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi Indonesia

menjadi sebuah negara yang demokratis, membaiknya penghormatan terhadap

hak asasi manusia dan tekad kuat pemerintah saat ini untuk memberantas korupsi.

Lahirnya “Indonesia Baru” tersebut secara alami telah mendekatkan Indonesia

pada beberapa prinsip dasar diantaranya mengenai masalah kemanusiaan,

perdamaian dunia dan isu perubahan iklim, yang selama ini dilaksanakan dalam

kebijakan luar negeri Norwegia dan pada gilirannya membawa kesamaan posisi

dan sikap kedua negara terhadap berbagai isu Internasional.70

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah berjanji Indonesia untuk

menjadi produsen energi panas bumi terbesar di dunia. Kerjasama antara mitra

Indonesia dan Norwegia di bawah pendirian. Mengurangi emisi bahan bakar fosil:

Untuk maju dalam bidang CCS (Carbon capture and Storage), teknologi CCS

(Carbon capture and Storage) dalam skala besar harus mulai menerapkan.

Ekstensif transfer teknologi dan kerjasama internasional merupakan prasyarat

untuk penyebaran global CSS (Carbon capture and Storage). Penurunan emisi

teknologi merupakan kunci menuju 2050, melengkapi upaya efisiensi energi dan

energi terbarukan. CCS (Carbon capture and Storage) merupakan pilihan untuk

menggunakan bahan bakar fosil, baik selama dan setelah transisi menuju ekonomi

rendah-emisi.71

                                                            70Retno L.p., “ Indonesia Norwegia: Melebarkan sayap hubungan yang semakin kokoh”, dalam

http://www.Kementrian Luar Negeri RI.go.id, diakses 24 Januari 2011.  71Ibid,hal 2-3. 

Page 11: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

45  

BAB IV

FAKTOR EKSTERNAL SETTING YANG MEMPENGARUHI TERWUJUDNYA JOINT DECLARATION ON CLIMATE CHANGE AND

ENERGY ISSUES ANTARA INDONESIA-NORWEGIA TAHUN 2007

Selain Faktor Internal setting yang mempengaruhi terwujudnya Joint

declaration on Climate Change and energy issues antara Indonesia dan Norwegia

tahun 2007, adapun Faktor External setting yang mendorong ditandatanganinya

Joint declaration tersebut pada masa Susilo Bambang Yudhoyono. Pada bab ini

akan menjelaskan mengenai bentuk dukungan Norwegia terhadap Indonesia.

Faktor External setting yang mempengaruhi terwujudnya Joint

Declaration on Climate change and Energy Issues antara Indonesia-Norwegia

adalah Dukungan Norwegia dalam mengakses bantuan dan Mendukung Indonesia

dalam Konvensi Atau Protokol Internasional serta peningkatan kesadaran

pemerintah Norwegia akan pentingnya kerjasama dengan Indonesia dalam hal

memenuhi tantangan isu Lingkungan hidup.69

A. Dukungan Norwegia dalam mengakses bantuan dan Mendukung Indonesia dalam Konvensi Atau Protokol Internasional.

Norwegia memandang Indonesia sangat penting dalam memainkan peranan

di dunia Internasional. Sejauh ini antara Indonesia dan Norwegia memiliki

hubungan bilateral yang cukup baik, salah satu hal utama yang menyebabkan

                                                            69 Hubungan Bilateral Indonesia – Norwegia Alami Peningkatan, dalam, http://www.esdm.go.id

/berita/37-umum/2122-hubungan-bilateral-indonesia-norwegia-alami-peningkatan.pdf, diakses 23 Mei 2010. 

Page 12: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

44  

juga akan memberikan “insentif fund” untuk Pemerintah Republik Indonesia

sebesar 1M US Dollar atas komitmennya terhadap penyelamatan hutan.67

Dengan adanya Joint Declaration on Climate Change and Energy antara

Indonesia dan Norwegia pada tahun 2007 yang di dalamnya tertuang kesepakatan

dalam hal Reboisasi, adaptasi dan Mitigasi, serta CDM, diharapkan Norwegia

dapat memberikan dukungan guna mampu mengurangi dampak negatif bagi

Lingkungan hidup Indonesia selama ini.68

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Wahana Lingkungan Hidup

Indonesia (WALHI) sebagai pihak yang berkecimpung dalam masalah lingkungan

hidup, memanfaatkan posisinya dengan maksimal untuk terus mendorong

pemerintah Indonesia agar membuat kebijakan-kebijakan yang pro lingkungan

dan berguna bagi keselamatan lingkungan hidup Indonesia. Kebijakan progresif

pemerintah di dalam negeri menimbulkan keinginan kuat untuk membawa

kesuksesan domestik dalam kebijakan luar negeri Indonesia mengenai perubahan

iklim global. Dengan demikian, faktor-faktor domestik yang mempengaruhi

kebijakan luar negeri Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam

perumusannya.

                                                            

67 “Karbon di Pulau Kalimantan Didagangkan Kepada Norwegia”, dalam http://www.walhi. or.id/id/kampanye-dan-advokasi/tematik/iklim/107-karbon-di-pulau-kalimantan-didagangkan-kepada-norwegia.html, diakses 24 Desember 2011.

68 “Wajah hutan Indonesia”, dalam http://www.walhi.or.id/id/kampanye-dan-advokasi /tematik/hutan/67-wajah-hutan-indonesia-.html, diakses 23 Desember 2011.

Page 13: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

43  

Kampanye-kampanye tersebut diawali diseluruh universitas-universita di

Jakarta dan kemudian berkembang pada kawasan-kawasan publik lainnya

termasuk di luar kota Jakarta, utamanya di kawasan-kawasan dimana

pertambangan dilakukan. WALHI meminta agar pemerintah membuka

mekanisme donasi publik untuk penyelamatan kawasan lindung sekaligus

mendorong pemerintah untuk melakukan Regulatory Impact Assesment terhadap

kebijakan yang memperbolehkan aktivitas penambangan di hutan lindung

sebagaimana yang diamanatkan dalam Tap MPR No 1 tahun 2004. Awal tahun

2007 WALHI menyebutkan bahwa ada tiga masalah mendasar disektor kehutanan

yang menjadi pemicu munculnya sejumlah konflik dan kejahatan disektor

kehutanan: 1) tidak ada pengakuan terhadap hak masyarakat dalam pengelolaan

sumberdaya hutannya, 2) besarnya kapasitas produksi industri kehutanan dan 3)

korupsi yang merajalela disegala level.66

Keberhasilan Operasi Hutan Lestari tidak akan pernah efektif apabila tiga

masalah mendasar tersebut tidak dilakukan. WALHI mencatat lebih dari 170 ribu

hektar hutan lindung telah dialihfungsikan dalam tiga tahun terakhir. Lebih dari

80 persen diantaranya dilakukan secara ilegal dalam artian tidak ada proses alih

fungsi lahan sama sekali. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia memberikan

apresiasi atas inisiatif perjanjian Indonesia – Norwegia tentang Kerjasama terkait

perubahan iklim dan Energi. Seperti diketahui bersama bahwa dalam perjanjian

tersebut Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi

dari deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut. Pemerintah Norwegia

                                                            66 Ibid,. 

Page 14: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

42  

negara menjalankan program rehabilitasi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)

adalah faktor pendorong krisis air dan pangan terus berulang.63

UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sejauh ini kurang efektif

menjawab krisis yang ada. WALHI mendesak pemerintah untuk segera membuat

agenda mitigasi dan adaptatif untuk lindungi petani dengan pengalokasian APBN

yang memadai, pembenahan sistem irigasi dan distribusi air yang baik, pemberian

bantuan sarana produksi pertanian, penghentian konversi hutan, serta lebih serius

melakukan konservasi wilayah DAS. Dengan pelibatan warga tani, kelompok

pemerhati lingkungan lokal dan pemerintah daerah.64

Terkait dengan dampak Lingkungan hidup tersebut, WALHI aktif

melakukan kampanye-kampanye dengan menghimbau kepada seluruh lapisan

masyarakat untuk menyelamatkan hutan lindung dengan turut berpartisipasi dalam

merespon perkembangan kebijakan pemerintah yang dapat memberikan solusi

alternatif saat ini bagi penanganan dampak Lingkungan hidup. Tujuannya agar

masyarakat bisa terlibat secara langsung dalam advokasi menolak pertambangan

di hutan lindung dan mendukung kerjasama pemerintah yang dianggap mampu

memberikan solusi.65

                                                            63 Ibid,. 

64 “Petani sulit air, presiden salahkan El Nino”, dalam http://www.walhi.or.id /id/kampanye-dan-advokasi /tematik/iklim/58-petani-sulit-air-presiden-salahkan-el-nino-.html, diakses 23 Desember 2011.

65 “Wajah hutan Indonesia”, dalam http://www.walhi.or.id/id/kampanye-dan-advokasi/tematik/ hutan/67-wajah-hutan-indonesia-.html, diakses 23 Desember 2011 

Page 15: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

41  

lebih tepat dibandingkan hanya dengan melakukan perubahan dari hutan menjadi

perkebunan besar.61

Selama ini perubahan iklim telah memberikan dampak negatif bagi

kehidupan manusia di dunia, khususnya Indonesia. Salah satunya adalah,

Ancaman krisis pangan akibat kekeringan. Sejak beberapa tahun terakhir petani

khususnya di sentra-sentra produksi pangan nasional, dilaporkan mengalami

kesulitan air, dan ancaman gagal panen. Misalnya terjadi di Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, sebagian Jogjakarta. Selain itu, juga terjadi di wilayah lain

di luar pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Lampung, Bali dan

Nusa Tenggara Timur.62

Krisis tersebut terjadi diakibatkan oleh beberapa hal yaitu buruknya sistem

antisipasi dini pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam mendeteksi

perubahan iklim yang berubah cepat. Termasuk menyiapkan skema mitigasi dan

adaptatif mengatasi krisis, selain itu Mengabaikan peran aktif warga dan tidak

terintegrasi antara satu departemen dengan yang lain, Tidak adanya kemauan

politik pemerintah guna menghentikan konversi hutan di hulu, perubahan areal

vegetasi menjadi kepentingan bisnis skala besar dan infrastruktur, serta gagalnya

                                                            61 WALHI (2008) “Hak Atas Lingkungan Masih di Langit”, WALHI National Executive, Jakarta 

62 “Petani sulit air, presiden salahkan El Nino”, dalam http://www.walhi.or.id /id/kampanye-dan-advokasi /tematik/iklim/58-petani-sulit-air-presiden-salahkan-el-nino-.html, diakses 23 Desember 2011.

Page 16: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

40  

berkembang. Hal ini dimaksudkan agar tindakan mitigasi dan adaptasi terhadap

ancaman perubahan iklim dilakukan dengan mempertimbangkan akibat yang

ditimbulkannya. Sebab kerusakan alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim

tidak dapat dipulihkan kembali seperti semula.59

C. Kontribusi NGO Lingkungan Hidup WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Dalam Pembentukan Opini Publik.

Terlibatnya NGO dalam penanganan masalah perubahan iklim global

seperti organisasi WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Indonesia, juga menjadi

pertimbangan para pembuat kebijakan luar negeri Indonesia terutama

Kementerian Lingkungan Hidup sebagai pihak yang menguasai masalah

lingkungan hidup khususnya mengenai perubahan iklim global dan Kementerian

Luar Negeri sebagai pihak yang mengurusi masalah yang berkaitan dengan

transboundary issues yang melibatkan negara-negara lain.60

Masifnya gerakan NGO lingkungan di Indonesia mencerminkan kepedulian

masyarakatnya terhadap lingkungan. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup

indonesia) sudah jauh-jauh hari mengkampanyekan soal Moratorium Logging

(Jeda penebangan hutan), kampanye tersebut dimulai tahun 2001, bahkan sebelum

masalah perubahan iklim dan pemanasan global menjadi buah bibir di dunia

Internasional bahkan di Indonesia sendiri. Konsep moratorium logging dinilai

                                                            59 Ibid,. hal 35 60Inar Ishsana Ishak, “Penaatan Atas Perjanjian Multilateral di Bidang Lingkungan Hidup”, Jurnal

Hukum Internasional, FHUI, Volume 2 No. 2 Januari 2005, hal. 280-281 

Page 17: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

39  

ke sumber-sumber pendanaan dan teknologi baru yang diperlukan bagi

pengelolaan lingkungan hidup.56

Jika pemerintah Indonesia tidak dapat memanfaatkan peluang ini dengan

baik, maka partisipasi Indonesia dalam masalah perubahan iklim akan menjadi

tidak ada artinya. Oleh karena itu, pemerintahan perlu menunjukkan ketegasannya

agar jangan sampai partisipasi Indonesia dalam masalah lingkungan hidup

dipandang tidak cukup berperan dalam mempengaruhi hasil perundingan.57

Peran aktif Indonesia dalam berbagai forum internasional yang membahas

masalah lingkungan kini mendapatkan berbagai pujian dari berbagai negara di

dunia. Indonesia saat ini dipandang mampu menempatkan dirinya dalam usaha

mengatasi problema lingkungan hidup yang menjadi persoalan dunia. Hal ini

kemudian membuka peluang kerjasama di bidang yang lain, setelah Indonesia

memiliki hubungan baik melalui kerjasama di bidang lingkungan dengan berbagai

negara.58

Masalah Lingkungan Hidup merupakan masalah bersama baik bagi negara

maju dan negara berkembang, untuk itu perlu adanya kesadaran untuk melawan

perubahan iklim dan energi dengan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan

kemampuannya masing-masing. Ketentuan ini cukup memadai dan adil dalam

menampung beberapa perbedaan kepentingan antara negara maju dan negara                                                             56 Robert Chase, Hill & Kennedy, The Pivotal States: A New Framework for U.S. Policy in the 

Developing World, New York: WW. Norton & Co, 1999, hal. 305‐306 57 Ibid, hal. 305‐306 58 “Indonesia- Norwegia hadapi Climate Change melalui Kerjasama REDD+”, dalam http://www.

kementrian luar Negeri RI.com/Indonesia/Norwegia/climate change/REDD+/2010/htm, di akses 23 Maret 2011.

 

Page 18: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

38  

Kelawa-Kalimantan Tengah dan ragam kelola hutan-gambut lainnya oleh

masyarakat.54

Terkait dengan dampak dari masalah Lingkungan tersebut, Indonesia aktif

membahas dan melakukan kerjasama dibidang Lingkungan salah satunya dengan

menandatangani Joint declaration on Climate change and Energy antara

Indonesia dengan Norwegia Tahun 2007 mencakup kerjasama mitigasi dan

adaptasi, Reboisasi, dan CDMA, guna melindungi kekayaan alam serta sumber

daya hayati endemic Indonesia. Pemerintah Indonesia sadar bahwa Masalah

lingkungan akan mengakibatkan rantai persoalan yang tidak ringan terhadap

bidang–bidang kehidupan di Indonesia. Misalnya Kerusakan hutan karena

pembalakan hutan secara sembarangan akan menghancurkan ekosistem alam serta

merusak pola irigasi lalu diikuti dengan bencana yang tidak sedikit jumlah

kerugiannya misalkan banjir.55

B. Indonesia Ingin Menjadi Contoh Positif Bagi Negara Lain.

Sebagai negara berkembang, Indonesia memandang penting terhadap

partisipasinya dalam proses negosiasi internasional mengenai masalah lingkungan

hidup atau multilateral environmental agreements (MEAs) karena dengan adanya

partisipasi Indonesia sebagai negara berkembang dalam mengatasi masalah

lingkungan hidup akan dapat memberikan kesempatan untuk mendapatkan akses

                                                            54 Ibid., 55 Freddy Numberi, Perubahan iklim implikasinya terhadap kehidupan di Laut, Pesisir, dan pulau-

pulau kecil, Citrakreasi, Jakarta, 2006, hal 38-39. 

Page 19: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

37  

Kehutanan mengakui 50% kawasan hutan-gambut sudah rusak dan tidak berhutan

(bila hutan didefinisikan sebagai tegakan dari tumbuhan). Kawasan hutan yang

berupa rawa gambut di seluruh Indonesia diperkirakan masih seluas 38 juta ha

(terluas di Sumatera, Kalimantan dan Papua).53

Kawasan hutan-gambut saat ini tinggal 137,3 juta ha atau setara dengan

70% luas daratan Indonesia. Kementerian Kehutanan mengakui 50% kawasan

hutan-gambut sudah rusak dan tidak berhutan (bila hutan didefinisikan sebagai

tegakan dari tumbuhan). Kawasan hutan yang berupa rawa gambut di seluruh

Indonesia diperkirakan masih seluas 38 juta ha (terluas di Sumatera, Kalimantan

dan Papua). Hutan-gambut yang terbentang dari Sumatera hingga Papua sudah

sejak lama menjadi ruang hidup masyarakat lokal (adat). Terbukti, praktik-praktik

pemanfaatan hutan-gambut oleh masyarakat lokal (adat) masih berlangsung

hingga sekarang dalam skala kecil dan berkelanjutan. Pemanfaatan hutan-gambut

sebagai hutan sagu di Tebing Tinggi-Riau mampu menjadikan desa-desa di

Tebing Tinggi pemasok sagu ke Malaysia dan Singapura secara berkelanjutan,

sebagai kebun buah (durian, duku dan nanas) dengan pola parit di Tangkit Baru-

Muaro Jambi, sebagai hutan-gambut karet dan tempat pengembalaan ternak di

Ogan Komering Ilir-Sumatera Selatan, dan sebagai hutan-gambut karet (handil) di

                                                            

53 Hutan gambut rendah karbon”, dalam http://www.walhi.or.id/id/kampanye-dan-advokasi/ tematik/hutan/88-hutan-gambut-rendah-karbon.html, diakses 24 Desember 2011.

Page 20: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

36  

mempengaruhi ekosistem pantai, termasuk kerusakan terumbu karang, kehilangan

habitat dan jenis-jenis kehidupan laut lainnya, serta produksi perikanan. Secara

global pemanasan bumi yang menyebabkan naiknya permukaan laut antara lain

juga karena dengan mencairnya lapisan es di kutub utara (Samudra Arcticdan

Greenland), di kutub selatan/Benua Antartika, di puncak Himalaya,

Kilimanjaro(gunung tertinggi diAfrika), sertadi pegunungan Puncak Wijaya di

Papua.51

Persoalan Lingkungan Hidup di Indonesia bukanlah masalah yang

sederhana terutama dalam kapasitasnya sebagai negara berkembang. Adanya

kepentingan untuk pembangunan ekonomi telah mengakibatkan terjadinya

pemanfaatan sumber-sumber alam yang di miliki Indonesia, sehingga masalah

lingkungan hidup tidak dapat terhindari. Saat ini permasalahan Lingkungan hidup

yang sedang di hadapi oleh Indonesia yaitu meningkatnya eksploitasi sumber daya

alam, masih tingginya tingkat kemiskinan didesa-desa tertinggal, banyaknya

Industri yang menggunakan teknologi tidak ramah Lingkungan, kurangnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya persoalan lingkungan hidup, lemahnya

koordinansi antar instansi yang terkait dalam persoalan Lingkungan hidup, dan

lemahnya penegakkan hukum Lingkungan.52

Hampir 50% emisi karbon Indonesia berasal dari kebakaran hutan-lahan dan

alih fungsi hutan-gambut untuk pembangunan. Kawasan hutan-gambut saat ini

tinggal 137,3 juta ha atau setara dengan 70% luas daratan Indonesia. Kementerian                                                             51 Ibid, hal 1. 52 Fuan Amsyarai, Membangun Lingkungan sehat, Surabaya: Airlangga University Press, 1996, hal 

9. 

Page 21: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

35  

sendiri seperti illegal logging, illegal fishing, dan eksploitasi kekayaan alam, baik

di darat maupun di laut, tanpa memperhatikan keberlanjutannya bagi generasi

sekarang dan akan datang.48

Perubahan iklim dunia juga ditengarai telah menyebabkan pemanasan

global dan naiknya permukaan laut. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh bagi

Indonesia yang wilayahnya sebagian - besar terdiri atas laut dengan ribuan pulau-

pulau besar dan kecil disertai garis pantai yang puluhan ribu mil panjangnya dan

terletak di tengah-tengah jalan raya samudra antara Samudra Pasifik dan Hindia.49

Para ilmuwan memperhitungkan, jika permukaan laut naik 56 cm menjelang

2050, Indonesia akan kehilangan 30.120 km2 wilayah daratnya, dan jika

permukaan laut naik l.l meter dari sekarang menjelang 2100, Indonesia akan

kehilangan 90.260 km2 wilayah daratnya. Lapangan terbang Soekarno-Hatta bisa

terendam menjelang 2030 atau sebelumnya. Menjelang 2015 temperatur Pulau

Jawa saja akan naik 1°C dari sekarang dan ini akan dapat mengangkat tingkat

banjir, badai, dan tanah longsor, serta kesulitan persediaan air bersih yang

sekarang pun sudah kelihatan mengalami krisis.50

Hal ini akan berpengaruh terhadap pertanian dan penyebaran penyakit

menular seperti diare dan malaria. Peningkatan permukaan laut juga akan

                                                            48 Budy P. Resosudarmo, “Kebijakan di bidang Lingkungan Hidup, Pertumbuhan Ekonomi dan

Distribusi Pendapatan”, dalam http://people.anu.edu.au/budy.resosudarmo /199 6to 2000 /UIJ2 _96.pdf, diakses 21 Maret 2011 

49 Ibid.,hal 2. 50 Budy P. Resosudarmo, “ Kebijakan di bidang Lingkungan Hidup, Pertumbuhan Ekonomi dan

Distribusi Pendapatan”, dalam http://people.anu.edu.au/budy.resosudarmo /199 6to 2000 /UIJ2 _96.pdf, diakses 21 Maret 2011

 

Page 22: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

34  

BAB III

FAKTOR INTERNAL SETTING YANG MEMPENGARUHI TERWUJUDNYA JOINT DECLARATION ON CLIMATE CHANGE AND

ENERGY ISSUES ANTARA INDONESIA-NORWEGIA TAHUN 2007

Saat ini permasalahan global tidak lagi di pandang sebagai masalah sepele

dan hanya menjadi tanggung jawab sebuah negara, akan tetapi lingkungan telah

menjadi sebuah masalah serius dimana jika tidak diambil langkah-langkah untuk

segera mengatasinya, dapat menimbulkan dampak yang tidak pernah kita

bayangkan sebelumnya.

Dalam bab ini, akan menjelaskan mengenai faktor faktor Internal Setting

yang mempengaruhi terwujudnya Joint declaration antara indonesia dan

Norwegia masa Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2007. Dalam bagian ini akan

menjelaskan tentang keprihatinan Indonesia terhadap masalah Lingkungan

Global, Indonesia ingin menjadi contoh positif bagi negara lain, dan kontribusi

NGO lingkungan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) dalam membentuk opini

publik.

A. Keprihatinan Indonesia Terhadap Masalah Lingkungan Hidup Global.

Indonesia akhir-akhir ini sangat prihatin dengan perubahan iklim bumi yang

disebabkan oleh emisi GRK (gas rumah kaca) baik oleh industri, pertanian, dan

deforestasi, serta pengaruhnya terhadap pengelolaan kelautan dan kehutanan

Indonesia. Deforestasi di dunia ditengarai menyumbang 20% terhadap total GRK

(gas rumah kaca) dunia. Perusakan lingkungan juga akibat tindakan manusia

Page 23: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

33  

pelestarikan fungsi ekosistem yang mendukungnya, serta memperhatikan manfaat

kegiatan untuk berkembang secara bersama-sama dan semua itu perlu mendapat

dukungan yang luas dari negara lain dan khususnya masyarakat melalui peran

aktif masyarakat dalam melakukan pembangunan dengan memperhatikan

kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem baik di masa sekarang maupun pada

periode di masa datang.

Page 24: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

32  

Antara kedua pihak sepakat untuk terus dengan intensif melaksanakan

kerjasama bilateral dalam bidang Lingkungan karena mengingat pentingnya

kerjasama dalam memenuhi tantangan isu Lingkungan. Joint declaration on

Climate Change and Energy Issues, ini berhubungan dengan perubahan iklim

global, masalah energi, dan kegiatan yang terkait dengan mekanisme

pembangunan bersih guna mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu

kesuksesan PBB (Perserikstsn Bangsa-Bangsa) terkait konferensi perubahan

iklim.47

Joint Declaration on Climate Change and Energy issues yang dilakukan

oleh Indonesia dan Norwegia, merupakan salah satu alternatif yang mampu

mendukung keselamatan Lingkungan Hidup, mengingat kerjasama tersebut

mencakup beberapa hal yang penting bagi keberlangsungan ekosistem dan

kesejahteraan masyarakat. Kebijakan tersebut diharapkan mampu membantu

mengurangi permasalahan Lingkungan Hidup yang dihadapi selama ini baik

regional maupun global. Kerjasama tersebut sejauh ini dilakukan secara

berkesinambungan dan berkelanjutan, sebab sangat erat kaitannya dengan

persoalan diberbagai bidang lainnya seperti masalah ekonomi, teknologi, sosial,

dan budaya.

Dari Joint Declaration tersebut dapat dilihat, bahwa Kedua negara

bekomitmen untuk memperhatikan keselamatan lingkungan, memaksimalkan

                                                            47 “Pernyataan Bersama oleh Presiden Indonesia dan Perdana Mentri kerajaan Norwegia tentang

perubahan iklim dan energi”, dalam http://www.deplu.go.i d/Pages/Pre ssRelease .aspx?IDP =1025&l=id, diakses 2 Januari 2011. 

Page 25: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

31  

Sumber daya alam Indonesia saat ini berada dalam tekanan yang berat, dan

banyak tantangan yang dihubungkan dengan penerapan skema manajemen sumber

daya alam. Tujuan dari kerja Joint declaration on Climate change and Energy

Issues adalah menghasilkan rencana kerja untuk manajemen lingkungan dan

sumber daya alam yang menggunakan pendekatan ekosistem.44

Kerjasama antara Indonesia dan Norwegia dalam Joint declaration on

climate change dan Energy merupakan solusi penting bagi dunia dan khususnya

untuk negara kepulauan seperti Indonesia, sebab ada perubahan pada permukaan

air laut, lebih banyak badai akan berakibat pada semua negara di dunia dan dan

terutama Indonesia karena berkaitan dengan perubahan pada tingkat permukaan

air laut, dan perubahan Iklim.45

Terkait masalah isu climate change dan Energy kedua pihak sepakat untuk

meningkatkan kerjasama, karena ini menjadi tugas seluruh negara di dunia untuk

menyelamatkan bumi. Untuk mengelola pemanasan global, pada bulan Maret

2007 antara Indonesia dan Norwegia sepakat untuk menandatangani Joint

declaration on Climate Change and Energy Issues di Jakarta, yang merupakan

revitalisasi dari MOU (Memorandum of Understanding) Lingkungan hidup tahun

1998.46

                                                            44 “Indonesia - Norwegia, Kerjasama Energi dan Lingkungan Ditingkatkan”, dalam http://

www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/03/29/1683.html , di akses 21juli 2011. 45 Ibid,. 46 Al Busyra Basnur, “Hubungan RI-Norwegia” , dalam http://www.unisosdem .org /kliping detai

l. php?aid=7858&coid=1&caid=27, di akses 27 Januari 2011 

Page 26: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

30  

pembangunan menyeluruh pilar-pilar ekonomi nasional serta tampilan diplomasi

internasional yang diinisiasi, dianut, dan ditempuh Indonesia.42

Sejauh ini antara Indonesia dan Norwegia telah menjalin kerjasama

dibidang perdagangan dan investasi yang terus meningkat, terutama investasi di

bidang energi utamanya minyak, gas dan listrik. Demikian juga dengan Indonesia

dan Norwegia juga melaksanakan kerjasama yang baik di bidang penghormatan

hak-hak asasi manusia, di bidang interfaith dialoge dan intermedia dialoge.

Desember tahun 2006 Indonesia dan Norwegia menjadi penyelenggara bersama

untuk global intermedia dialog, dan ini dilanjutkan di Oslo Norwegia, dan

mendapatkan dukungan yang luas dari kalangan media massa sedunia.

Alam Indonesia merupakan peringkat ke tujuh dalam keragaman spesies

tumbuhan berbunga, memiliki 12% dari jumlah spesies binatang

menyusui/mamalia (36% diantaranya spesies endemik), pemilik 16% spesies

binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung (28% diantaranya spesies

endemik), 25% dari spesies ikan dunia 121 spesies kupu-kupu ekor walet di dunia

(44% di antaranya endemik), spesies tumbuhan palem paling banyak,kira-kira 400

spesies 'dipterocarps', dan kira-kira 25.000 spesies flora dan fauna, meskipun luas

daratannya hanya 1,3 persen dari luas daratan di permukaan bumi.43

                                                            42 Ibid, hal 1  

43 Ibid,. 

Page 27: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

29  

pada tahun 1998, tahun 2005 mulai dirintis Human Right Dialogue, pada masa

pemerintahan Megawati soekarno putri.40

Kunjungan PM (Perdana Menteri) Norwegia Stoltenberg ke Indonesia pada

28 Maret 2007 merupakan kunjungan pertama setelah presiden Susilo bambang

Yudhoyono Indonesia melakukan kunjungan pada tahun 2006. Kunjungan

tersebut sangat penting karena terjadi saat begitu banyak peristiwa dunia, regional,

dan internasional yang memerlukan perhatian serius dan sungguh-sungguh oleh

pemimpin bangsa-bangsa di dunia. Kunjungan penting itu terasa mengandung

lebih banyak makna dan harapan besar ke depan bila melihat dinamika hubungan

yang sangat baik dan kerja sama bilateral yang semakin meningkat di semua

bidang,terutama dalam beberapa tahun terakhir.41

Dalam kunjungannya ke Asia hanya China dan Indonesia yang dikunjungi

PM Stoltenberg, ini mencerminkan bahwa Indonesia mendapat tempat khusus dan

makna tersendiri bagi pemerintah dan rakyat Norwegia. Duta Besar RI di Oslo

Retno L. Marsudi membenarkan bahwa pandangan dan penilaian Norwegia

terhadap Indonesia dewasa ini dengan cepat berkembang sangat positif. Hal ini

tidak terlepas dari berbagai perubahan fundamental yang terjadi di hampir semua

sisi kehidupan bangsa dan aktor pemerintah Indonesia, terutama mengenai

penegakan prinsip dan realisasi demokratisasi, HAM, pemberantasan korupsi,

                                                            40 Ibid, hal 1-2 41 NN, “Kerjasama Indonesia-Norwegia”, dalam http://www.Greenpressnetwork.blogspot.Com//

2010/ 11, diakses 28 Januari 2011.  

Page 28: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

28  

akan sangat erat kaitannya dengan persoalan lingkungan dan berbagai bidang

lainnya seperti masalah ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya. Karena

pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara haruslah memperhatikan

keselamatan lingkungan, melestarikan fungsi ekosistem yang mendukungnya,

serta memperhatikan manfaat kegiatan untuk berkembang secara bersama-sama

dan tentunya perlu mendapat dukungan yang luas dari masyarakat melalui peran

aktif masyarakat dalam melakukan pembangunan dengan memperhatikan

kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem baik di masa sekarang maupun pada

periode di masa datang.38

B. Joint Declaration On Climate Change And Energy Issues Antara Indonesia-Norwegia Tahun 2007 Masa Susilo Bambang Yudhoyono.

Hubungan diplomatik antara RI dan Norwegia sudah dimulai sejak 25

Januari 1950, dimana Norwegia secara resmi membuka kantor keduataan di

Jakarta pada 27 April 1971 dan Pembukaan Kantor Perwakilan Indonesia di Oslo

1981. Hubungan Bilateral Indonesia dan Norwegia sudah terjalin kurang lebih 60

tahun.39

Hubungan kerjasama bilateral antara kedua belah pihak, sebelumnya telah

dimulai sejak masa Pemerintahan Soeharto diantaranya pada 24 November 1969

di bidang Investasi, pada 19 Juli1988 di bidang Penghindaran Pajak Berganda, di

bidang Konsultasi Bilateral pada 26 November 1995, dibidang Lingkungan Hidup

                                                            38 Surya T. Djajadiningrat, Industrialisasi dan Lingkungan Hidup: Mencari keseimbangan, dalam

Teologi Industri, Muhamadiyah University Press, 1996, hal 121. 39” Pengantar dari duta besar”, dalam http://www.norwegia.or.id/Embassy/Pengantar-dari-

Duta_Besar/, diakses tanggal 12 Februari 2011 

Page 29: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

27  

Facility) telah sepakat membantu 19 proyek di Indonesia dari tahun 1992 sampai

2003. Enam dari proyek ini bersifat regional. Sekitar seratus proyek lain telah

didanai oleh GEF-SGP (Small Grant Program), yang meliputi kegiatan di bidang

perubahan iklim, keanekaragaman hayati, agro-biodiversity dan pemberda- yaan

masyarakat.35

Proyek-proyek yang mendapatkan bantuan dari GEF-SGP dilaksanakan oleh

kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi non-pemerintah atau lembaga

swadaya masyarakat. Pada dasarnya kerja sama yang dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia melalui KLH dengan pihak pemerintah negara lain berupa bantuan dana

yang bersifat hibah. Negara-negara yang telah memberikan bantuan hibah antara

lain Jerman, Norwegia, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, dan

Australia.36

Bagi Indonesia, kebijakan luar negeri yang telah dirumuskan dan

ditetapkan, diharapkan dapat digunakan untuk memperjuangkan berbagai

kepentingan nasional bangsa Indonesia, salah satunya berupa kepentingan di

bidang lingkungan hidup. sebeb lingkungan ini merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan berkaitan dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ekonomi

dari negara itu sendiri. Perlunya pemerintah menjaga lingkungan hidup karena

lingkungan hidup merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.37

Pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan

                                                            35 Ibid,.hal 4 36 Ibid,. hal 3 37 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta 2008,hal 15 

Page 30: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

26  

Dalam hal ini, Indonesia siap bekerjasama secara bilateral maupun

multilateral dengan berbagai negara guna bersama-sama menanggulangi

perubahan iklim. Upaya menanggulangi permasalahan perubahan iklim tidak bisa

terlepas dari pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Masyarakat

yang terpenuhi kebutuhan ekonominya akan lebih mudah untuk diajak menjaga

lingkungan hidup. Oleh karena itu strategi pembangunan yang bertumpu pada

pertumbuhan ekonomi (pro-growth), pengentasan kemiskinan (pro-poor), dan

pembukaan lapangan kerja (pro-job); dipadukan dengan pembangunan

berwawasan lingkungan (pro-environment) harus dijadikan landasan utama

pembangunan berkelanjutan (sustainable development).34

Sejauh ini Indonesia aktif berperan dan berpartisipasi dalam menjalin kerja

sama politik, ekonomi maupun lingkungan hidup dalam forum kerja sama

regional dan internasional seperti ASEAN, PBB, APEC dan lain-lain, juga

Indonesia telah melakukan program kerja sama bidang lingkungan hidup dengan

lembaga internasional dalam melaksanakan Agenda 21 dan pembangunan

berkelanjutan. Misalnya, penyusunan Agenda 21 nasional, sektoral dan lokal

bekerja sama dengan UNDP (United Nations Development Program). Proyek lain

yang dilaksanakan dengan bantuan UNDP (United Nations Development

Program) adalah proyek good governance di bidang lingkungan dan rancang

tindak penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. GEF (Global Environment

                                                            34 “Rencana Aksi Nasional dalam menghadapi perubahan iklim November 2007”, dalam

http://www.csoforum.net/attachments/023_RAN%20PI-Indonesia.pdf, diakses 24 Mei 2011

 

Page 31: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

25  

air laut yang mengancam kawasan pantai serta makhluk hidup yang

mendiaminya.31

Di beberapa lokasi di Indonesia telah tercatat kenaikan permukaan air laut

sebesar 8 mm per-tahun. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah

pulau tidak kurang dari 17.500 serta memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km.

Penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir cukup besar; sebagai contoh,

65% penduduk Jawa mendiami daerah pesisir. Kondisi tersebut menyebabkan

negara ini sangat rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Perubahan

iklim juga telah mengubah pola presipitasi dan evaporasi sehingga berpotensi

menimbulkan banjir di beberapa lokasi dan kekeringan di lokasi yang lain.32

Hal ini sangat mengancam berbagai bidang mata pencaharian di tanah air,

terutama pertanian dan perikanan. Sebagai salah satu negara yang rentan terhadap

dampak perubahan iklim, Indonesia sangat berkepentingan dalam usaha

penanggulangan pemanasan global dan perubahan iklim yang menyertainya,

dimana Indonesia bertekad untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di

sektor energi dan LULUCF (Land-Use, Land-Use Change and Forestry) serta

meningkatkan absorbsi karbon. Indonesia menyadari bahwa tidak bisa sendiri

untuk melaksanakan berbagai upaya untuk mencegah atau menghambat terjadinya

perubahan iklim, oleh karena itu Indonesia mengajak negara-negara maju untuk

memenuhi komitmennya dalam menurunkan emisi GRK (Gas Rumah kaca).33

                                                            31 Rencana Aksi Nasional dalam menghadapi perubahan iklim November 2007, dalam http://

www.csoforum.net/attachments/023_RAN%20PI-Indonesia.pdf, diakses 24 Mei 2011  32 Rencana Aksi Nasional dalam menghadapi perubahan iklim November 2007, dalam http://

www.csoforum.net/attachments/023_RAN%20PI-Indonesia.pdf, diakses 24 Mei 2011 33 Ibid,.hal 3. 

Page 32: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

24  

diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaanya.Undang-undang ini merupakan

salah satu alat yang kuat dalam melindungi Lingkungan Hidup.29

Dalam penerapannya ditunjang dengan peraturan perundang-undangan

sektoral. Hal ini mengingat Pengelolaan Lingkungan hidup memerlukan

koordinasi dan keterpaduan secara sektoral dilakukan oleh departemen dan

lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan bidang tugas dan

tanggungjawab masing-masing, seperti Undang-undang No. 22 Th 2001 tentang

Gas dan Bumi, UU No. 41 Th 1999 tentang kehutanan, UU No. 24 Th 1992

tentang Penataan Ruang dan diikuti pengaturan lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun

Keputusan Gubernur.30

A.3. Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dibidang Lingkungan Hidup Masa Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun-tahun belakangan ini, umat manusia dihadapkan pada suatu

ancaman global yang belum pernah dihadapi oleh generasi terdahulu. Pemanasan

global yang memicu terjadinya perubahan iklim bumi telah menyebabkan

perubahan-perubahan terhadap sistem fisik dan biologis bumi. Kenaikan

temperatur bumi telah menyebabkan melelehnya bongkahan-bongkahan es di

Kutub Utara dan Selatan bumi. Hal tersebut menyebabkan kenaikan permukaan

                                                            29 Ibid, hal 1 30 Ibid, hal 2 

Page 33: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

23  

ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia

dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.27

Kondisi Lingkungan Lidup dari waktu ke waktu ada kecenderungan terjadi

penurunan kualitasnya, penyebab utamanya yaitu karena pada tingkat

pengambilan keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga

menimbulkan adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Dengan terjadinya

pencemaran dan kerusakan lingkungan ternyata juga menimbulkan konflik sosial

maupun konflik lingkungan.28

Dengan berbagai permasalahan tersebut diperlukan perangkat hukum

perlindungan terhadap lingkungan hidup, secara umum telah diatur dengan

Undang-undang No.4 Tahun 1982. Namun berdasarkan pengalaman dalam

pelaksanaan berbagai ketentuan tentang penegakan hukum sebagaimana

tercantum dalam Undang-undang Lingkungan Hidup, maka dalam Undang-

Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup diadakan berbagai perubahan untuk

memudahkan penerapan ketentuan yang berkaitan dengan penegakan Hukum

Lingkungan yaitu Undang-undang No 4 Tahun 1982 diganti dengan Undang-

undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan kemudian

                                                            27 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta, 2008. hal 8. 28 Freddy Numberi, Kebijakan Antisipasi dalam Menghadapi Perubahan Iklim Global, Citra

Kreasi, Jakarta, 2005, hal 77-78. 

Page 34: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

22  

instrumen hukum, penataan dan penegakan hukum termasuk instrumen alternatif,

serta upaya rehabilitasi lingkungan. Kebijakan Daerah dalam mengatasi

permasalahan lingkungan hidup khususnya permasalahan kebijakan dan

penegakan hukum yang merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup di

Daerah dapat meliputi :26

• Regulasi Perda tentang Lingkungan.

• Penguatan Kelembagaan Lingkungan Hidup.

• Penerapan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam proses

perijinan

• Sosialisasi/pendidikan tentang Peraturan Perundangan dan Pengetahuan

Lingkungan Hidup.

• Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait

dan stakeholders

• Pengawasan terpadu tentang penegakan Hukum Lingkungan.

• Memformulasikan bentuk dan macam sanksi pelanggaran Lingkungan

Hidup. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia.

• Peningkatan pendanaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan

Fungsi Lingkungan Hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian

lingkungan hidup, sedangkan yang dimaksud Lingkungan Hidup adalah kesatuan

                                                            26 Ibid,.hal 5 

Page 35: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

21  

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran

Lingkungan Hidup.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber

Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup.

A.2. Kebijakan Nasional dan Daerah Dalam Penegakan Hukum Lingkungan Masa Susilo Bambang Yudhoyono.

Sisi lemah dalam pelaksanaan peraturan perundangan lingkungan hidup

yang menonjol adalah penegakan hukum, oleh sebab itu dalam bagian ini akan

dikemukakan hal yang terkait dengan penegakan hukum lingkungan. Dengan

pesatnya pembangunan nasional yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, ada beberapa sisi lemah, yang menonjol antara lain

adalah tidak diimbangi ketaatan aturan oleh pelaku pembangunan atau sering

mengabaikan landasan aturan yang mestinya sebagai pegangan untuk dipedomani

dalam melaksanakan dan mengelola usaha dan atau kegiatannya, khususnya

menyangkut bidang sosial dan lingkungan hidup, sehingga menimbulkan

permasalahan lingkungan.25

Oleh karena itu, sesuai dengan Rencana Tindak Pembangunan

Berkelanjutan dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dilakukan

meningkatkan kualitas lingkungan melalui upaya pengembangan sistem hukum,

                                                            25 Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan Otonomi Daerah, dalam http://geo.ugm.

ac.id/archives/125, diakses 21 Maret 2011 

Page 36: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

20  

Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup

memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat

kepada daerah:23

• Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan

hidup.

• Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.

• Membangun hubungan interdependensi antar daerah.

• Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004

dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada

di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara

eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :24

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi

Sumber Daya Alam.

                                                            23 “Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan Otonomi Daerah”, dalam http://geo.ugm.

ac.id/archives/125, diakses 21 Maret 2011 

24 Ibid,. hal 3. 

Page 37: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

19  

penting dari perekonomian negara, akibatnya berbagai sektor yang berhubungan

dengan pengelolaan sumber daya alam seperti sektor kehutanan dan sektor

kekayaan alam lainnya berada dalam keadaan yang memprihatinkan karena

sumber dayanya terus menipis.21 Negara ini juga menghadapi berbagai

tantangan lingkungan hidup lainnya seperti polusi udara atau sulitnya akses

terhadap sumber daya air. Karena berperan penting bagi pembangunan jangka

panjang Indonesia, penanganan masalah lingkungan hidup menjadi semakin

mendesak dalam kaitannya dengan isu perubahan iklim. Indonesia merupakan

penghasil emisi gas rumah kaca yang besar sekaligus negara yang secara khusus,

rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti misalnya, kenaikan muka air laut

atau gangguan terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan.22

Dalam konteks itu, Indonesia harus mampu mempengaruhi perkembangan

pada tingkat global dan regional dengan memobilisasi apapun sumber daya yang

dimilikinya. Di dalam negeri sendiri, Indonesia telah melakukan beberapa langkah

konkrit dalam rangka melakukan penyelamatan lingkungan.

A.1.Kebijakan Nasional Dan Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Masa Susilo Bambang Yudhoyono.

                                                            

21 “Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim” , dalam http://eeas.europa. eu/delegations/ in donesia/eu/indonesia/cooperation/sectors_of_cooperation/environment/index_id.htm, diakses 21 juni 2011 

22 “Lingkungan hidup dan perubahan iklim, Gambaran umum dan tantangan-tantangan sector”, dalam http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/eu_indonesia/cooperation/sectorsof cooperation/environment/index_id.htm, diakses 24 Mei 2011. 

Page 38: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

18  

BAB II

KEBIJAKAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DIBIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN JOINT DECLARATION ON CLIMATE

CHANGE AND ENERGY ISSUES ANTARA INDONESIA DAN NORWEGIA TAHUN 2007

Isu Ligkungan Hidup dewasa ini telah menjadi sebuah isu dalam politik

global. Sifatnya yang lintas negara telah memaksa negara-negara yang ada di

dunia untuk berkerjasama satu dengan yang lainnya dalam mengatasi perubahan

Lingkungan, seperti perubahan iklim dan energi. Masuknya isu lingkungan

kedalam percaturan politik internasional sebenarnya membawa dampak yang

positif terhadap keberadaan lingkungan secara global. Dalam bab ini akan

menjelaskan dua hal penting yaitu mengenai kebijakan Susilo Bambang

Yudhoyono di bidang Lingkungan Hidup dan Joint Declaration on Climate

change and Energy Issues antara Indonesia dan Norwegia Tahun 2007. Dalam

bagian ini akan membahas mengenai kebijakan Susilo Bambang Yudhoyono

dibidang Lingkungan Hidup baik dalam maupun Luar Negeri. Pada bagian kedua

akan membahas mengenai kapan dan bagaimana Joint Declaration tersebut.

A. Kebijakan Susilo Bambang Yudhoyono Dibidang Lingkungan Hidup.

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman hayati

tertinggi di dunia. Hutan dan laut, termasuk ekosistem terkaya di dunia,

memberikan lapangan kerja dan pendapatan kepada jutaan penduduk Indonesia.

Akan tetapi, lingkungan hidup Indonesia mengalami tekanan hebat akibat

kegiatan-kegiatan manusia. Eksploitasi sumber daya alam merupakan bagian yang

Page 39: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

17  

Bab II: Dalam bab ini penulis membahas Kebijakan Susilo Bambang Yudhoyono

dibidang Lingkungan Hidup dan Joint Declaration on Climate change

and Energy Issues antara Indonesia-Norwegia.

Bab III: Dalam bab ini penulis akan membahas tentang faktor internal setting

yang mempengaruhi terwujudnya Joint Declaration on Climate

Change and Energy Issues antara Indonesia dan Norwegia dalam

mengatasi isu perubahan iklim dan energi.

Bab IV: Dalam bab ini akan membahas tentang faktor External setting yang

mempengaruhi terwujudnya Joint Declaration on Climate Change and

Energy Issues antara Indonesia dan Norwegia dalam mengatasi

perubahan iklim dan energi.

Bab V: Merupakan bab penutup dari skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan

dan saran-saran dari penulis.

Page 40: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

16  

G. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjawab permasalahan yang ada

yaitu untuk menjelaskan “Mengapa Indonesia menandatangani Joint Declaration

On Climate Change and Energy Issues dengan Norwegia di era Susilo Bambang

Yudhoyono tahun 2007”.

H. Jangkauan penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil jangka waktu dari tahun 2007-

2011, dimana pada tahun 2007 merupakan starting research ditandatanganinya

Joint Declaration on Climate Change and Energy Issues antara Indonesia dan

Norwegia, dan pada tahun 2011 merupakan ending research tentang

penandatanganan MOU mengenai isu Lingkungan Hidup, Tidak menutup

kemungkinan penulis mengambil diluar jangka waktu tersebut yang mendukung

data penulis dalam hal hubungan bilateral antara Indonesia dan Norwegia.

I. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal ini penulis menggunakan sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang memuat Latar belakang masalah, Identifikasi masalah,

Perumusan masalah, Tujuan penelitian, Pembatasan masalah, Kerangka

teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yang relevansi,

Hipotesa, serta Metode penelitian, dan Sistematika penulisan.

Page 41: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

15  

guna mensukseskan diplomasi Lingkungan, serta kontribusi NGO Lingkungan

WALHI(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dalam pembentukan opini publik.

Faktor External setting berupa Dukungan Norwegia dalam mengakses bantuan

dan Mendukung Indonesia dalam Konvensi Atau Protokol Internasional serta

peningkatan kesadaran pemerintah Norwegia akan pentingnya kerjasama dengan

Indonesia dalam mengatasi isu Lingkungan hidup.

F. Metode Penelitian.

F.1. Teknis analisa data.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskripsi

kualitatif adalah suatu metode yang menggambarkan situasi relevan

atas fakta dan data yang ada untuk dihubungkan antara variabel yang

satu dengan variabel yang lainnya, menginterpretasikannya untuk

kemudian ditarik kesimpulan akhir.20

F.2. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi dokumen atau literatur, yaitu peneliti mengumpulkan data

sekunder melalui dokumen-dokumen atau literatur yang berkenaan

dengan masalah yang peneliti ajukan, seperti buku, jurnal ilmiah dan

surat kabar, dan sumber internet, untuk kemudian data tersebut penulis

klasifikasi dan analisa.

                                                            20Moh.Nazir, Metode penelitian, Cetakan 3, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1998 hal, 63. 

Page 42: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

14  

memiliki peluang dapat mengurangi dampak Lingkungan Hidup dengan

mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut.18

Faktor yang menarik Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan

Norwegia dalam Joint Declaration yaitu, Indonesia saat ini fokus dalam masalah

Lingkungan Hidup terkait isu pemanasan global, guna menjadi contoh positif

bagi negara-negara lain dan pemerintah Norwegia berjanji menjadi negara

pendonor bagi Indonesia dalam melaksanakan program kerja Pembangunan

terkait isu perubahan iklim dan energi, mengembangkan mekanisme hidup bersih

serta berupaya mendukung Indonesia dalam memperjuangkan dan melaksanakan

konvensi atau protocol internasional dibidang Lingkungan Hidup dalam forum

Internasional serta Kesadaran Pemerintah Indonesia dalam melakukan diplomasi

Lingkungan guna mengatasi isu Lingkungan hidup.19

E. Hipotesa.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat ditarik Hipotesa bahwa

Joint Declaration on Climate Change and Energy Issues ditandatangani di era

SBY tahun 2007 karena dipengaruhi oleh faktor Internal setting yaitu Indonesia

prihatin terhadap masalah Lingkungan hidup saat ini, Indonesia Ingin menjadi

contoh positif bagi negara lain dengan aktif membahas isu Lingkungan hidup

                                                            18 “Norwegia dan Indonesia dalam kemitraan untuk mengurangi emisi dari deforestasi”,dalam

http://www.norway.or.id/Norway_in_Indonesia/Environment/Norway-and-Indonesia-in-partnership-to-reduce-emissions-from-deforestation/, diakses 3 Januari 2011.

 19 Retno L.p., “ Indonesia Norwegia: Melebarkan sayap hubungan yang semakin kokoh”, dalam

http://www.Kementrian Luar Negeri RI.go.id, diakses 24 Januari 2011. 

Page 43: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

13  

ditanggulangi oleh hanya satu negara, namun harus melibatkan negara lain. Atas

dasar itulah permasalahan lingkungan juga menjadi ranah foreign policy maker

serta merupakan tanggung jawab komunitas internasional untuk

menyelesaikannya. Untuk itu diperlukan kerjasama internasional dalam membuat

kesepakatan dan aturan agar masing-masing pihak dapat mengusahakan perbaikan

lingkungan untuk kepentingan bersama.

Disinilah posisi Indonesia dalam sistem internasional tentang isu perubahan

iklim global memainkan peranan penting karena peranan Indonesia di tingkat

internasional dapat menciptakan citra positif akan kepedulian pemerintah

Indonesia dalam keselamatan lingkungan hidup baik tingkat lokal maupun di

tingkat global dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya peningkatan

kerjasama dalam mengatasi isu Lingkungan hidup dan dukungan pemerintah

Norwegia dalam bentuk pendanaan dan teknologi.

Dengan demikian faktor-faktor external mempunyai pengaruh yang

signifikan yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia di bidang

lingkungan hidup, khususnya isu perubahan iklim global. Hal ini membentuk

situasi yang mendorong Joint declaration on Climate Change and Energy Issues

antara Indonesia dan Norwegia di tandatangani pada masa Pemerintahan Susilo

Bambang Yudhoyono tahun 2007.

Faktor yang mendorong pemerintah Norwegia menjalin kerjasama dengan

Indonesia dalam Joint Declaration, yaitu karena Indonesia terkenal dengan luas

hutan tropis dan termasuk dalam negara dengan kapasitas Industri kecil yang

Page 44: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

12  

menghadapi perubahan lingkungan global. Menurut James N. Rosenau,

menjelaskan bahwa foreign policy merupakan perilaku organisme atau entitas

melakukan adaptasi sebagai langkah antisipasi menghadapi perubahan

lingkungan. Sebagaimana organisme, negara juga harus melakukan adaptasi untuk

menyesuaikan dengan perubahan. Perubahan dapat terjadi dalam lingkup external

maupun internal.

Dengan demikian kebijakan luar negeri (foreign policy) adalah merupakan

produk kebijakan yang dibuat negara sebagai sebuah entitas. Negara adalah entitas

yang kompleks sehingga seringkali penentuan kebijakan tidak semata-mata pada

pilihan kebijakan mana yang harus diambil. Tetapi untuk kepentingan siapa

kebijakan itu diambil yang pada gilirannya belum tentu mencerminkan

rasionalitas pilihan yang ada.16

Adanya kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, latar belakang sejarah serta

kemungkinan gejolak dalam struktur sosial masyarakat turut menjadi

pertimbangan para pengambil kebijakan. Karena pada hakikatnya negara adalah

kumpulan individu-individu yang terikat dalam aturan-aturan hukum yang

disepakati bersama dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu kesejahteraan

individu-individu dalam negara. Bila dihubungkan dengan karakter lingkungan

sebagaimana yang ditulis Neil Carter17, masalah lingkungan hidup ini bersifat

lintas batas (transboundary problems) karena masalah ini tidak dapat                                                             16 Ibid., hal. 14.  17 Neil Carter, op cit., hal. 162-168.

 

Page 45: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

11  

karena selaku Kepala Negara, Presiden perlu mempertimbangkan berbagai faktor

mengenai isu-isu yang ada sebelum diambil keputusan untuk dijadikan sebagai

kebijakan luar negeri Indonesia.

Factor External Setting yang mempengaruhi dalam proses pengambilan

keputusan mengenai masalah lingkungan hidup tersebut, kontribusi yang paling

memberikan pengaruh besar bagi Indonesia yaitu kesempatan yang diberikan

oleh Norwegia untuk mendapatkan akses sumber pendanaan dan teknologi dan

transfer ilmu yang diperlukan bagi pengelolaan lingkungan hidup, dan

peningkatan kesadaran pemerintah pemerintah Norwegia akan kerjasama dengan

Indonesia, karena peranan Indonesia dan kerjasama kedua belah pihak di tingkat

bilaterala ini dapat menciptakan citra positif dari dunia internasional atas sikap

kedua negara tersebut akan kepedulian dalam menyelamatkan lingkungan hidup

baik tingkat lokal maupun di tingkat global. Hal inilah yang menjadi peluang bagi

pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi upaya

penyelamatan lingkungan yang saat ini menjadi isu utama selain isu global

lainnya.15

Menghubungkan posisi kebijakan luar negeri Indonesia dalam masalah

lingkungan hidup, khususnya isu perubahan iklim global, jika dikaitkan dengan

teori James N. Rosenau, maka terlihat bahwa kebijakan luar negeri Indonesia ini

cenderung bersifat adaptif, yaitu melakukan adaptasi sebagai langkah antisipasi

                                                            15 “ Indonesia - Norwegia, Kerjasama Energi dan Lingkungan Ditingkatkan”, dalam http://www.

Set neg. go.id/index.php?Itemid=55&id=252&option=com_content&task=view, di akses 21 Januari 2011. 

Page 46: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

10  

Keputusan pemerintahan Susilo bambang Yudhoyono untuk

menandatangani Joint Declaration tersebut dipengaruhi oleh factor Internal

Setting yaitu Indonesia prihatin akan masalah Lingkungan hidup dalam rangka

melestarikan, mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan

kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar 1945 dan

Pancasila, Indonesia saat ini fokus pada pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan hidup, Indonesia ingin menjadi contoh positif bagi

negara-negara lain dengan aktif membahas isu Lingkungan hidup dan menjadi

ketua di dalam forum Lingkungan hidup internasional, serta kontribusi NGO

(Non-Goverment Organisation) Lingkungan, WALHI (Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia) dalam mempengaruhi opini publik berpengaruh terhadap

Pemerintah Indonesia.

Terlibatnya NGO dalam penanganan masalah perubahan iklim global

seperti organisasi WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), juga menjadi

pertimbangan para pembuat kebijakan luar negeri Indonesia terutama

Kementerian Lingkungan Hidup sebagai pihak yang menguasai masalah

Lingkungan Hidup khususnya mengenai perubahan iklim dunia.14

Aktifnya gerakan NGO lingkungan di Indonesia mencerminkan

kepedulian masyarakatnya terhadap lingkungan. Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono sebagai pihak penentu dalam kebijakan luar negeri Indonesia

merupakan pihak yang paling menentukan di tingkat akhir mengenai masalah ini                                                             14Inar Ishsana Ishak, Penataan Atas Perjanjian Multilateral di Bidang Lingkungan Hidup,

Jurnal Hukum Internasional, FHUI, Volume 2 No. 2 Januari 2005, hal. 280-281.  

Page 47: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

9  

bagian. Menurut Snyder, proses pembuatan keputusan tersebut terdiri dari tiga

sub-kategori pokok: (1) bidang kemampuan, (2) komunikasi dan informasi, (3)

motivasi, sub-sub kategori itu tadi meliputi peran, norma dan fungsi yang ada

didalam pemerintahan pada umumnya dan khususnya pada unit yang mambuat

keputusan tersebut.

Adapun Internal setting antara lain meliputi: (1) Non-human environment

atau faktor lingkungan diluar manusia, (2) Society atau keadaan masyarakat, (3)

human environment atau lingkungan manusia mencakup budaya dan populasi, (4)

Orientasi nilai-nilai pokok, (5) Pola kelembagaan, (6) karakterteristik sosial

organisasi, (7) perbedaan peran dan pengkhususan sosial, (8) bentuk dan fungsi

kelompok, (9) proses sosial yang relevan mencakup didalamnya pendapat umum

masyarakat serta kepentingan politik.

Kemudian External setting antara lain: (1) non-human environment atau

faktor lingkungan diluar manusia, (2) other culture atau faktor kebudayaan negara

lain, (3) other society atau keadaan masyarakat negara lain, dan (4) aksi dan reaksi

masyarakat negara lain yang berfungsi seperti tindakan negara tersebut.13

Secara lebih mendalam penulis lebih menitik beratkan kepada faktor-

faktor Internal Setting dan External Setting yang mempengaruhi pemerintahan

Indonesia khususnya pada masa Susilo Bambang Yudhoyono untuk

menandatangani Joint Declaration on Climate Change and Energy antara

Indonesia dengan Norwegia pada tahun 2007.

                                                            13 AA Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 2005, hal 65. 

Page 48: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

8  

pada masa mendatang oleh pembuat keputusan.11 Jika dipersempit, pembuatan

keputusan adalah proses pemilihan antara alternatif urutan tindakan.

Adapun alternatif urutan tindakan tersebut tidak bisa lepas dari keadaan

sistem ekstern, historis dan kontenporer yang ada kaitannya dengan proses

pengambilan keputusan. Untuk itu Snyder dan kawan-kawan melihat situasi

seperti ini dengan sebutan setting, yang mempunyai makna seperangkat kategori

yang relevan dengan kondisi-kondisi dan faktor-faktor potensial yang mempunyai

pengaruh terhadap negara.12 Dengan menganalisa faktor yang ada di pihak para

pembuat keputusan dan yang memberi bentuk serta isi pada pemilihan mereka,

Snyder membagi faktor tersebut menjadi tiga kelompok dorongan utama yaitu

keadaan Ekstern serta keadaan Intern dan proses pembuatan keputusan. Keadaan

Intern adalah masyarakat kepada pejabat yang membuat keputusan. Selain

meliputi pendapat umum, dorongan ini mencakup orientasi-orientasi utama nilai

yang sama, ciri-ciri pokok organisasi sosial, bentuk dan fungsi kelompok, pola

pokok kelembagaan, proses sosial yang mendasar, dan pembedaan serta

pengkhususan sosial.

Keadaan ekstern terdiri dari aksi dan reaksi negara lain (para pembuat

keputusan di negara-negara tersebut) dan masyarakat untuk siapa mereka

bertindak. Ketiga, adanya proses pembuatan keputusan yang timbul didalam

organisasi pemerintahan dan tempat-tempat proses tersebut merupakan suatu

                                                            11 Richard C. Snyder, A Decision making An Approach To Study Of Political Phenomena, dalam

Roland Young, “Approach To The Study Of Politics”, Evanston Illinois, Northwestern University Press 1958, hal 19. 

12 Richard C. Snyder, at al, Foreign Policy Decision making: An Approach to study of International, Glencoe Illinois, Free Press, 1962, hal 67-68. 

Page 49: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

7  

terkait dengan mekanisme pembangunan bersih serta kebutuhan untuk

memperkuat kerjasama Internasional mengurangi emisi gas rumah kaca dan

menekankan kebutuhan sukses PBB terkait konferensi perubahan iklim UNFCCC

(UN Framework Conference on Climate Change) dibali tahun 2007.10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah

yaitu “Mengapa Indonesia menandatangani Joint Declaration On Climate Change

and Energy Issues dengan Norwegia di era Susilo Bambang Yudhoyono tahun

2007”?

D. Kerangka teori.

Untuk membantu penulis memahami dan menganalisis tentang “Mengapa

Indonesia menandatangani Joint Declaration On Climate Change and Energy

Issues dengan Norwegia di era Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2007”, maka

penulis menggunakan Decision Making Theory (Teori pembuatan keputusan).

Decision Making adalah tindakan memilih alternatif yang tersedia yang

didalamnya terdapat kepastian. Tindakan yang dilakukan oleh suatu negara adalah

hasil dari pembuatan keputusan (Decision Making), diperoleh dari alternatif

urutan tindakan yang diseleksi dari jumlah masalah yang terbatas yang ditetapkan

secara sosial, dari suatu proyek untuk melahirkan keadaan peristiwa yang khusus

                                                            10 Ibid., hal 8. 

Page 50: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

6  

yang disebutkan sebelumnya. Hal ini lebih dikarenakan isu-isu law politic

(Ekonomi, Lingkungan Hidup, Sosial dan lain-lain), tidak mendapatkan perhatian

yang relevan dari masyarakat dunia pada masa perang dingin (Cold War), karena

perhatian dunia hampir seluruhnya terfokus pada isu-isu seputar politik, keamanan

nasional, dan persaingan idiologi.8

Pembangunan selalu membawa dampak terhadap perubahan Lingkungan.

Semakin meningkat upaya pembangunan maka semakin meningkat pula

dampaknya terhadap Lingkungan Hidup. Kondisi ini mendorong upaya

pengendalian dampak perubahan Lingkungan Hidup untuk meminimalisasi resiko

yang dapat di timbulkan oleh dampak perubahan Lingkungan. Hal ini menjadi

fokus pertimbangan bagi negara-negara maju dan berkembang dalam pembuatan

kebijakan baik dalam maupun Luar negeri.9

Bagi Indonesia dan Norwegia kerjasama Lingkungan Hidup adalah salah

satu kerjasama tradisional yang merupakan pilar penting dalam hubungan

bilateral. Joint Declaration on Climate Change and Energy Issues yang

ditandatangani oleh kedua kepala pemerintahan di Jakarta Maret 2007 merupakan

penekanan kembali arti penting kerjasama Lingkungan Hidup bagi kedua Negara

yang sebelumnya telah ditandatangani pada tahun 1989 masa Soeharto. Joint

Declaration ini bekaitan dengan perubahan iklim Global, Energi, dan kegiatan

                                                            8 Gareth Porter dan Janet Welsh Brown, Global Envirenment Politics: Dilemmas of world politics,

(Oxford, Westhew Press: 1996), hal 1.  9 Otto sumarwoto, Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Gadjah Mada University press

Yogyakarta, 1989, hal 25.  

Page 51: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

5  

kepemimpinan di bidang Lingkungan Hidup khususnya dalam isu perubahan

iklim dan energi. Diharapkan hal ini dapat mendorong kerjasama serupa dengan

negara-negara lain.6

Pada September 2006, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

melakukan kunjungan ke Norwegia, sebuah kunjungan pertama bagi seorang

Presiden Indonesia ke Norwegia setelah kunjungan PM (Perdana Menteri)

Norwegia tahun 1995. Kurang dari tujuh bulan kemudian, tepatnya Maret 2007,

PM (Perdana Menteri) Norwegia Jens Stoltenberg, melakukan kunjungan ke

Indonesia. Hanya dua negara Asia yang dikunjungi PM (Perdana Menteri)

Stoltenberg pada tahun 2007 yaitu Cina dan Indonesia. Masih dalam tahun yang

sama, pada bulan Desember 2007, PM (Perdana menteri) Stoltenberg kembali

melakukan kunjungan ke Indonesia. Terlepas bahwa kunjungan dua kali ini antara

lain disebabkan kerena pertemuan Climate Change tahun 2007 di Bali, keputusan

untuk mengunjungi Indonesia dua kali dalam satu tahun tentunya dilatarbelakangi

oleh suatu penilaian mengenai pentingnya Indonesia bagi Norwegia dan peran

yang dimainkan oleh Indonesia dalam dunia Internasional selama ini.7

Disamping dua isu tradisional utama dalam hubungan internasional yaitu isu

Keamanan nasional dan Ekonomi global, isu lingkungan hidup muncul menjadi

isu ketiga yang memiliki tingkat urgensi (mendesak) yang sama dengan kedua isu

                                                            6 NN, “RI-Norwegia Kerjasama perubahan iklim, pengurangan Emisi, dan pengundulan Hutan”,

dalam http://dunia.vivanews.com/news/read/187486/ri-norwegia-kerjasama-perubahan-iklim, diakses 24 Januari 2011. 

7 NN, “Kerjasama Indonesia-Norwegia”, dalam http://www.Greenpressnetwork.blogspot.Com// 2010/ 11, diakses 28 Januari 2011. 

Page 52: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

4  

Norwegia memandang Indonesia sangat penting dalam memainkan peranan

di dunia Internasional. Sejauh ini antara Indonesia dan Norwegia memiliki

hubungan bilateral yang cukup baik, salah satu hal utama yang menyebabkan

adanya perubahan yang begitu signifikan dalam hubungan bilateral Indonesia dan

Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi Indonesia

menjadi sebuah negara yang demokratis, membaiknya penghormatan terhadap

hak asasi manusia dan tekad kuat pemerintah saat ini untuk memberantas korupsi.

Lahirnya “Indonesia Baru” tersebut secara alami telah mendekatkan Indonesia

pada beberapa prinsip dasar diantaranya mengenai masalah kemanusiaan,

perdamaian dunia dan isu perubahan iklim, yang selama ini dilaksanakan dalam

kebijakan luar negeri Norwegia dan pada gilirannya membawa kesamaan posisi

dan sikap kedua negara terhadap berbagai isu Internasional.5

Kedekatan Indonesia dan Norwegia sangat terlihat dalam hubungan

ekonomi, perdagangan, investasi, dan dibidang HAM (Hak Asasi Manusia) pada

April 2007 untuk keenam kalinya diselengarakan dialog HAM (Hak Asasi

Manusia) di Oslo, ditahun yang sama diselenggarakan pula GIMD (Global Inter

Media Dialogue), Selain itu juga telah ditandatangani beberapa MOU

(Memorandum of Understanding)antara Presiden Indonesia dan PM (Perdana

menteri) Norwegia yang telah disampaikan dalam sidang Majelis Umum PBB

(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dengan sosialisasi di PBB (Perserikatan Bangsa-

Bangsa), maka diharapkan Indonesia dan Norwegia mampu menunjukkan

                                                            5Retno L.p., “ Indonesia Norwegia: Melebarkan sayap hubungan yang semakin kokoh”, dalam

http://www.Kementrian Luar Negeri RI.go.id, diakses 24 Januari 2011.  

Page 53: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

3  

dari Manila. Sejak saat itu, kedua negara menjalin komunikasi dan hubungan

perdagangan yang stabil, termasuk kunjungan antara negara oleh para menteri,

politikus dan pelaku bisnis. Selain itu, masyarakat kedua negara juga telah

menjalin berbagai hubungan profesional maupun pribadi.3

Hubungan kerjasama bilateral antara kedua belah pihak, sebelumnya telah

dimulai sejak masa Pemerintahan Soeharto diantaranya pada 24 November 1969

di bidang Investasi, pada 19 Juli1988 di bidang Penghindaran Pajak Berganda, di

bidang Konsultasi Bilateral pada 26 November 1995, dibidang Lingkungan Hidup

pada tahun 1998, tahun 2005 mulai dirintis Human Right Dialogue, pada masa

pemerintahan Megawati soekarno putri, dan pada masa pemerintahan Susilo

Bambang Yodhoyono hubungan antara RI dan Norwegia meningkat hal ini

terbukti dengan adanya kerjasama di bidang Perikanan yang ditandatangani di

oslo pada 23 Januari 2006, kerjasama di Bidang Politik mengenai Joint

Declaration on Climat Change and Energy pada tahun 2007, dan

penandatanganan MOU pada 26 Mei 2010 antara RI dan Norwegia di empat area

yang merupakan Flesback dari Joint declaration selama ini diantaranya kerja

sama dibidang minyak dan gas, lingkungan hidup, dialog antarmedia dan antar-

agama, serta kelanjutan proses perdamaian dan rekonstruksi di Aceh.4

                                                            3 Eivind. S. Homme : Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, “Pengantar dari duta besar”, dalam

http://www.norwegia.or.id/ Embassy/Pengantar _dari_ Duta Besar/, diakses 12 Februari 2011. 

4 “Norwegia”, dalam http//www.kemlu.go.idDaftar Perjanjian Internasionalnorwegia.htm, diakses tanggal 28 Februari 2011 

Page 54: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

2  

pertama setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Norwegia

tahun 2006, setelah kunjungan PM (Perdana menteri) Norwegia ke Indonesia

tahun 1995. Dalam kunjungan tersebut, antara Indonesia dan Norwegia sepakat

untuk menandatangani Joint declaration on Climate Change and Energy Issues

pada 8 Maret 2007 yang merupakan revitalisasi dari MOU (Memorandum of

Understanding) Lingkungan Hidup pada tahun 1998, dan dalam kunjungan

berikutnya pada 26 Mei 2011 dilakukannya penandatanganan MOU

(Memorandum of Understanding) antara Indonesia dan Norwegia di empat area,

salah satunya di Bidang Lingkungan hidup yang merupakan flashback dari Joint

Declaration selama ini.2

Hal di atas melatar belakangi penulis untuk mengangkat topik tersebut

dalam penulisan skripsi dengan judul, “Mengapa Indonesia menandatangani Joint

Declaration On Climate Change and Energy Issues dengan Norwegia di era

Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2007”.

B. Latar Belakang Masalah

Di tengah berbagai perubahan yang terjadi secara cepat baik dalam skala

regional maupun global, Indonesia dan Norwegia telah lama menjalin hubungan

kerja sama yang kuat dan solid. Bagi kedua belah pihak, hubungan bilateral

merupakan hal yang penting. Setelah tahun 1950, Indonesia dan Norwegia mulai

menjalin hubungan diplomatik melalui akreditasi dari Bangkok, dan kemudian

                                                            2 “Bentuk-Bentuk Kerjasama RI-Norwegia” , dalam http://www.norwegia.or.id/Embasy/bentuk-

bentuk-kerjasama-norwegia-indonesia/, di akses 20 juni 2011.  

Page 55: pemerintah Indonesia untuk menunjukkan peran positifnya bagi …eprints.upnyk.ac.id/3421/5/Resume Sripsi.pdf · Norwegia adalah perubahan yang terjadi di Indonesia atau tranformasi

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis dalam memilih judul diatas

antara lain disebabkan, dalam isu lingkungan hidup khususnya isu perubahan

iklim global banyak dipengaruhi oleh berbagai politik domestik yang merupakan

variabel yang menentukan dalam memperkuat kebijakan luar negeri Indonesia.

Fakta adanya kerusakan lingkungan dan pemanasan global telah menyebabkan

terjadinya perubahan iklim yang berakibat serius, serta menjadi ancaman bagi

kehidupan manusia di muka bumi, memaksa negara maju dan negara berkembang

seperti Indonesia dan Norwegia untuk segera bertindak.

Selama ini hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia telah terjalin cukup

lama mencakup berbagai bidang.1 Salah satu bentuk kerjasama antara Indonesia-

Norwegia adalah dibidang Lingkungan Hidup, kerjasama tersebut dimulai pada

masa Soeharto tahun 1998, pada masa pemerintahan pasca Soeharto kebijakan

Politik Luar Negeri Indonesia-Norwegia tidak lagi membahas Isu terkait

Lingkungan hidup melainkan masalah Ekonomi dan HAM (Hak Asasi Manusia)

tahun 2002. Masalah Lingkungan Hidup, mulai dibahas kembali pada masa

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2007 dalam kunjungan Perdana

Mentri Norwegia Jens Stoltenberg. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan                                                             1 ” Pengantar dari duta besar”, dalam http://www.norwegia.or.id/Embassy/Pengantar_ dari_

Duta_Besar/, diakses 12 Februari 2011.