PEMERINTAH DIGUGAT

download PEMERINTAH DIGUGAT

If you can't read please download the document

description

98

Transcript of PEMERINTAH DIGUGAT

P U S A T I N F O R M A S I K O M P A SPalmerah Selatan 26 - 28 Jakarta, 10270Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200Fax. 5347743=============================================KOMPAS Jumat, 17-07-1998. Halaman: 15 Soal Kerusuhan PEMERINTAH DIGUGAT RP 52,5 TRILYUN Jakarta, Kompas Lima lembaga swadaya masyarakat (LSM) menggugat Pemerintah yang telah lalai memberikan perlindungan keamanan, lalai memberikan kesejahteraan, dan lalai melindungi hak sipil warga negara, pada saat terjadi kerusuhan 13-15 Mei 1998 di Jakarta. Gugatan class action itu didaftarkan di PN Jakarta Pusat dengan No 323/Pdt.G/1998/PN Jkt.Pst tertanggal 16 Juli 1998. Kelima LSM itu menuntut pemerintah membayar kerugian immateriil sebesar Rp 2,5 trilyun dan kerugian materiil Rp 50 trilyun. Penegasan ini dikemukakan Direktur Eksekutif Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Hendardi, dan Ketua Dewan Pekerja Solidaritas Nusa Bangsa (SNB), Ester Indahyani Jusuf, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (16/7). Menurut Hendardi dan Ester, Pemerintahan di bawah Presiden BJ Habibie memang telah mengutuk dan menyesalkan terjadinya kerusuhan, tetapi itu tidak cukup. Pemerintah harus juga bertanggung jawab atas kerusuhan, penjarahan, dan pemerkosaan terhadap sejumlah wanita etnis Tionghoa. Lima LSM yang menggugat pemerintah itu adalah PBHI, SNB, Institut Sosial Jakarta (ISJ), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), dan Serikat Pengacara Indonesia (SPI). Sebagai tergugat adalah Presiden RI (tergugat I), Departemen Pertahanan dan Keamanan/ ABRI (tergugat II), Kepala Kepolisian RI (tergugat III), Kepala Kepolisian Daerah Metropolitian Jakarta Raya (tergugat IV) dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah (tergugat V). Peranan ABRI Menurut Hendardi, gugatan class action ini juga mempertanyakan peranan ABRI sebagai penanggung jawab keamanan yang pada saat kerusuhan itu meletus justru tampak membiarkan dan cenderung mendiamkan kerusuhan yang terjadi di beberapa tempat. "Dugaan masyarakat mengenai adanya kelompok terorganisir yang menjadi pencetus dan pelaku kerusuhan adalah merupakan kewajiban pemerintah untuk mengusutnya dan tidak cukup hanya mengutuk keras," kata Hendardi. Menurut Hendardi, kerusuhan yang terjadi ini sangat terbuka dilakukan lembaga resmi negara. "Jika tidak dituntaskan bukan tidak mungkin kejahatan ini juga dilakukan negara. Peluang gugatan class action harus selalu dibuka. Pertanyaannya sekarang adalah ABRI berada di mana saat kerusuhan itu terjadi?" kata Hendardi Hendardi mengatakan optimis melakukan gugatan class action meski di masa Orde Baru gugatan sejenis lebih banyak kalah. "Gugatan Class Action diakui memang sering kalah di masa rezim Soeharto dulu. Tetapi bentuk upaya hukum ini yang menurut kami harus terus menerus diperjuangkan sebagai jalan yang ditempuh untuk melindungi hak-hak sipil masyarakat," tegasnya. Menurut Hendardi, hukum sangat bergantung pada kondisi politik pada suatu masa tertentu. Dan jika ada perubahan politik, diharapkan hukum juga harus menyesuaikan dengan berbagai perubahan itu sendiri. "Idealnya setiap upaya untuk dapat memperkuat hak sipil masyarakat dalam bentuk apa pun harus terus dilancarkan. Kalau perlu setiap hari harus ada gugatan Class Action. Dan ini saya kira akan efektif," papar Hendardi. Pendidikan masyarakat Ketua Dewan Pekerja SNB, Ester I Jusuf senada dengan Hendardi menambahkan, pernyataan mengutuk dan penyesalan tidak menutup pertanggungjawaban negara yang lalai dalam menjalankan tugasnya menyusul kejadian 13-15 Mei 1998 lalu. "Tanggung jawab negara untuk memberi keamanan dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat tidak terlaksana. Dan ini harus dipertanggungjawabkan melaluisebuah mekanisme hukum tertentu," kata Ester. Menurut Ester, pemerintah tidak boleh melalaikan kewajibannya memberikan perlindungan keamanan kepada segenap warga negaranya. "Gugatan class action ini juga dimaksudkan memberikan pendidikan kepada masyarakat akan sadar hukum, sekaligus agar pemerintah tidak lalai dan peristiwa tersebut tidak terulang kembali," papar Ester. Menyoal target yang akan dicapai dalam pengajuan gugatan ini, Ester melihat upayanya ini tidak berhenti begitu gugatan dimasukkan. "Bukan hanya sampai di situ. Dalam peristiwa ini telah terjadi kekerasan rasial. Masalah rasial sangat rawan di mana terlihat jelas ada ketidakadilan. Dan ini harus ada perubahan. Hak warga negara harus dijamin pemerintah," paparnya. (bw/bb)