Pemeriksaan Tractus Urinarius
-
Upload
ferry-afreo-tanama -
Category
Documents
-
view
104 -
download
9
description
Transcript of Pemeriksaan Tractus Urinarius
A. PEMERIKSAAN TRACTUS URINARIUS
a. Pemeriksaan Radiologi 6 1. Foto polos (BNO)
- Perlu pengosongan saluran cerna.
- Analisa :
a. Besar, aksis dan bentuk ginjal
b. Bayangan batu radioopaq pd proyeksi tr urinarius
c. Garis psoas simetris
2. IVP
a. Pemeriksaan penting à memperlihatkan anatomi dan fungsi
b. Media kontras intravena. Kontras media IV adalah senyawa iodium yang
mempunyai efek toksik terhadap ginjal, selain memang di ekskresi oleh ginjal.
Sehingga penting untuk memperhatikan fungsi ginjal pada pasien yang akan
diperiksa dengan menggunakan kontras media IV.
c. Kontra indikasi gagal ginjal (kadar ureum dan kreatinin), >3
d. Tahapan pemeriksaan dan posisi di sesuaikan keperluan ( standar 5 menit, 15
menit, 25-30 menit, buli-buli penuh dan post voiding).
e. Analisa perjalanan kontras
i. Untuk menilai fungsi sekresi dan ekskresi ginjal.
ii. Bentuk pelviokalices
iii. Ada/tidak pelebaran sistem pelviokalices
iv. Ada/tidak ekstravasasi kontras
v. Ada/tidak hambatan drainase serta pelebaran diameter ureter
vi. Bentuk dan kaliber serta reguleritas dinding kandung kemih
vii. Ada./tidak filling defect atau additional shadow , ekstravasasi kontras
pada kandung kemih
viii. Sisa urine post voiding
3. Tomogrphy
a. Untuk melihat kontur dan ukuran ginjal.
4. RPG (Retrograde Pylography)
a. Untuk melihat trACTUS Urinarius yang tidak terlihat dengan IVP. Dengan
memasukkan kontras melalui kateter.
5. APG (Antegrade Pylography)
a. Berguna untuk melihat traktus urinarius yang mengalami sumbatan total, serta
menilai level sumbatan.
b. Dilakukan pemasangan Catheter Nefrostomi ( biasanya di OK), kemudian pasien
dibawa ke radiologi kontras dimasukkan melalui chateter( dilakukan pada kasus-
kasus Hidronefrosis hebat, untuk tindakan penyelamatan ginjal )
c. Biasanya fungsi ginjal dapat membaik setelah dilakukan tindakan ini.
6. Cystography
a. Untuk melihat buli buli.
7. Uretrocystography
a. Tujuannya melihat keadaan buli-buli dan uretra , apakah ada filling defect karena
Prostat, tumor, batu, apakah ada penyempitan uretra ( infeksi / post trauma)
8. MCU ( Micturiting cystouretrogram)
a. Gambaran imejingnya biasanya hampir sama dengan uretrocystogram.
b. Penilaian biasanya ditujukan pada uretra, karena pasien kesulitan dalam BAK.
c. Pengambilan gambar dilakukan pada saat kontras dimasukkan melalui uretra dan
pasien di minta untuk miksi ( kalau perlu sambil mengedan) sehingga di dapat
gambar daerah penyempitan /striktur dari uretra.
9. Angiography
a. Untuk melihat vaskulariasi ginjal. Menggunakan bahan kontras. Biasanya untuk
transplantasi.
10. USG
a. Menggunakan Gelombang suara ultra.
b. Menilai: morfologi, kontur,hidronefrosis, batu, tumor dll.
c. Bedside
d. Real time
e. Mudah dioperasikan
f. Tanpa persiapan
g. Sebagai penapis
h. Merupakan pemeriksaan kedua terbanyak pada sistim traktus urinarius.
i. Saat ini USG color doppler, 3 dimensi dan 4 dimensi
j. Dapat sebagai guiding untuk nefrostomi, aspirasi kista ginjal,
11. CT scan (Computer Tomography)
a. Menggunakan sinar X, dapat melihat potongan aksial dan coronal dan sagital
dengan rekonstruksi
b. Pesawat CT Scan generasi terbaru adalah multislice CT Scan lebih cepat dan high
resolution.
c. Berguna melihat organ-organ secara menyeluruh, untuk kasus ginjal biasanya
untuk melihat morfologi ginjal, tumor-tumor pada ginjal serta perluasannya,
(untuk staging tumor)
d. Dapat menggunakan kontras media baik oral maupun IV.
12. MRI ( Magnetic Ressonance Imaging )
a. Menggunakan medan magnet, berkekuatan tinggi, makin tinggi kekuatan medan
magnt makinhigh resolution. Dan makin cepat di dunia sudah ada MRI 3 tesla, di
indonesia 1,5tesla.
b. Fungsinya hampir sama dengan CT Scan namun dalam memberikan detai lebih
baik, serta sampai taraf pefusi sel dapat dinilai, sertamultiplanar (sagital, aksial,
coronal sekaligus).
13. Dapat menggunakan kontras IV (kontras paramagnetik) terbuat dari senyawa ferro
(ferromagnetik)
14. MR UROGRAPHY
a. Pemeriksaan traktus urinarius, tanpa menggunakan kontras media IV, dan tidak
memerlukan khusus karena flow urine yang dinilai apakah ada hambatan / tidak,
sehingga pada pasien-pasien CKD dapat dilakukan tanpa takut pada /contrast
media induce nephropathy ( CIN).
15. NUCLEAR MEDICINE ( KEDOKTERAN NUKLIR )
a. Berguna untuk menilai fungsi ginjal, GFR (glomerulo Filtration Rate) dan ERPF (
Effective Renal Plassma Flow) keduanya dapat dihitung karena menggunakan
Geiger Muller Counter (alat pencacah radioaktif), biasanya pemeriksaan ini
disebut renogram.
b. Zat radioaktif yang biasanya digunakan TC 99M DTPA ( Dimercapto
Triphospatinic Acid) dan TC 99M DMSA ( Dimercapto Succinic Acid).
c. Jadi dengan cara menyuntikan zat radioaktif ke dalam tubuh kemudian
menggunakan gama kamera kita dapat melihat polling zat radioaktif tsb dan dapat
menghitung aktifitas radioaktif di ginjal.
d. Kita juga dapat menilai hipertensi yang disebabkan karena ginjal dengan
penggunakan pemeriksaan renogram catopril.1
b. Pemeriksaan fisik 7
Yang di periksa antara lain:
1. Ginjal
a. Dengan palpasi (balotemen). Normal tidak terasa, kecuali pada orang yang sangat
kurus. Ren dextra letaknya lebih anterior,sehingga harus dibedakan dengan hati.
Bila teraba, jelaskan besar, bentuk, dan apa ada rasa nyeri.
b. Rasa nyeri pada ginjal, dengan memberikan tekanan (dengan jari atau pukulan)
pada daerah kostovertebral. Bila ada nyeri biasanya disebabkan oleeh
pielonefritis.
2. Vesica urinaria
a. Normal baru teraba bila membesar melewati bagian atas symphisis pubis. Pada
palpasi kubah VU atas akan teraba licin dan membundar, perhatikan adanya nyeri
atau tidak. Gunakan perkusi untuk mengetahui adanya bagian yang dull agar
diketahui berapa tinggii di atas symphisis pubis. Pembesaran VU disebabkan oleh
obstruksi karena striktura uretra, hyperplasia prostat, obat obatan an kelainan
neurologist, seperti stroke, multiple sclerosis, dll. Selain itu perlu diperhhatikan
adanya sakit supra pubik, karena adanyainfekssi VU.6
c. Pemeriksaan Laboratorium 6,8
Ada beberapa specimen urin yang digunakan dalam pemeriksaan lab, yaitu:
1. Urin sewaktu: tanpa persiapan khusus.
2. Urin pagi: urin pertama setelah bangun tidur. Baik dipakai untuk pemeriksaan sediment
urin, tes kehamilan, proteinuria ortostastik.
3. Urin puasa: harus puasa min 8 jam.
4. Urin post prondial: urin 2 jam setelah makan.
5. Urin Tes Toleransi Glukosa (TTG): berkaitan dengan tes toleransi glukosa oral.
6. Urin 24 jam: urin yang dikumpulkan selama 1 hari atau 24 jam. Butuh pengawet.
7. Urin 3 gelas: berkemih tanpa berhenti ke dalam 3 gelas. Gelas pertama berisi urin yang
pertama kali keluar (25-30ml). Gelas kedua berisi urin berikutnya (midstream urine).
Dan, gelas ketiga berisi urin yang terakhir keluar, setelah dilakukan massage prostate.
Cara pengambilan urin:
1. Aspirasi suprapubik
2. Kateterisasi
3. Midstream urine
Beberapa zat yang digunakan sebagai pengawet urin:
1. Toluena
2. Timol
3. Formaldehida
4. NaF
5. HCL pekat
6. Asam borat, dll
Pemeriksaan urin yang paling mendasar adalah pemeriksaan urin rutin. Pemeriksaan urin rutin
adalah penyaring dan sebagai dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Sedangkan pemeriksaan urin
lengkap adalah pemeriksaan urin rutin ditambah pemeriksaan kimia, seperti tes urobilinogen,
urobilin, bilirubin, dll). Pemeriksaan urin rutin meliputi:
1. volume
2. Pemeriksaan makroskopis
3. Protein
4. Glukosa
5. Sedimen
d. Pemeriksaan Makroskopis 6,8
a. Volume: rata rata volume urin 24 jam adalah 750-2500ml. Urin siang lebih banyak dari
urin malam.
b. Warna urin:
a. Kuning tua: urin pekat, bilirubin, akriflavin
b. Kuning hijau: bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin
c. Cokelat tua: eritrosit teeroksidasi menjadi metHb, homogenistic acid, melanin
d. Merah keruh/merah cokelat: eritrosit, Hb, mioglobin, porfirin, kontaminasi darah
haid
e. Seperti susu: kristal fosfat, kristal urat, pus, khilus, lemak, bakteri, getah prostate
c. Kejernihan: urin normal jernih (tembus cahaya)
Kekeruhan fisiologis: urat amorf, fosfat amorf dan karbonat, peningkatan jumlah epitel
dalam sediment urin, kontaminasi bakteri.
Keruh patologis: leukosit, eritrosit, khilus, bakteriuria, dan benda koloid.
d. Berat jenis urin
Normal: 1,003-1,030. Keadaan normal berat jenis urin siang lebih rendah dari urin
malam. Berat jenis urin selalu konstan dari waktu ke waktu, disebut isotenuria.
Pemeriksaan BJ urin dapat dilakukan dengan urinometer, refraktometer, dan carik celup.
Pemeriksaan dengan urinometer menggunakan rumus:
BJ urin = BJ alat + x/3x 0,001
Selain itu ada juga koreksi terhadap:
- Glukosa 300mg/dL à meningkatkan BJ urin 0,001
- Albumin 400mg/dL à meningkatkan BJ urin 0,001
- Bahan kontras, bila BJ urin >1,035 maka harus periksa kristal dan delayed false
(+) dengan tes sulfosalisilat
Dengan mendapati BJ urin, maka kita dapat menghitung jumlah total zat padat yang
terkandung dalam urin, yaitu dengan mengalikan 2 angka terakhir di belakang koma
dengan 2,66.
e. Bau urin: normal disebabkan oleh asam asam organic yang mudah menguap.
Bau abnormal: bau amoniak, aseton, bau busuk.
f. pH urin: normal 4,8-7,4.
e. Pemeriksaan Mikroskopis 6,8
Dalam permeiksaan ini, urin harus dijadikan sediment, dengan cara:
1. Masukkan 7-8ml urin yang telah dicampur homogen ke dalam tabung sentrifuse.
2. Tabung sentrifuse dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 Rpm.
3. Supernatan urin (cairan bagian atas) dibuang dengan gerakan yang agak cepat, kemudian
tabung sentrifuse ditegakkan kembali agar cairan yang tadinya menempel di dinding
tabung turun kembali ke dasar dan volume cairan sedimen urin menjadi 0,5 ml.
4. Kocok tabung untuk meresuspensi sediment.
5. Teteskan sediment di atas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup.
6. Pemeriksaan sediment urin dilakukan dengan mikroskop cahaya, kondensor diturunkan
dan diafragma dikecilkan.
7. Pelaporan dilakukan dalam LPK, yaitu pembesaran 100x. Dan, LPB yaitu pembesaran
400x.
Pemeriksaan sediment urin ada 2, yaitu:
1. Sediaan natif (tanpa pewarnaan).
2. Dengan pewarnaan (misalnya Sternheimer Malbin, sudan III).
Unsur unsure yang dinilai dalam pemeriksaan sediment urin adalah:
1. Unsur organic
a. Eritrosit (normal tidak ada)
b. Leukosit (normal tidak ada)
c. Epitel, bermacam macam tergantung asalnya.
2. Silinder
Merupakan cetakan protein yang terjadi di tubuli ginjal. Protein Tamm Horsfall
merupakan matriks dasar untuk terbentuknya silinder. Pembentukan silinder terjadi bila
pH urin asam, mengandung kadar garam tinggi (urin pekat) dan terdapat stasis.
Pembentukkan terjadi pada pars ascendens ansa henle, tubuli colligen atau tubulus distal.
Macam macam silinder:
- silinder hialin à kedua sisi parallel, ujung membulat, dan tidak
berwarna/transparan.
- Silinder eritrosit à pada permukaannya ada eritrosit.1-7
- Silinder leukosit à pada permukaannya ada leukosit.
- Silinder epitel à pada permukaannnya ada sel epitel.
- Silinder berbutir à pada permukaannya ada granula. Sifatnya bisa kasar/halus.
- Silinder lilin à tidak berwarna/agak keabu abuan. Ukuran lebih lebar dari silinder
hialin, bagian pinggir tidak rata, dan sering kali bagian ujungnya bersudut.
- Silinder lemak à mengandung butir butir lemak. Dapat dilihat dengan sudan III.
3. Mikroorganisme
a. Bakteri
i. Bakteriuria
ii. Kontaminasi
b. Jamur/hifa
Candida albicans: tampak sebagai massa bulat, pada bagian ujung terdapat tunas.
c. Parasit
i. Trichomonas vaginalis
ii. Schistosoma hematobium
iii. Telur cacing
4. Kristal
Jenis kristal terbentuk dipengaruhi oleh pH urin.
a. Kristal dalam urin alkalis: tripel fosfat, fosfat amorf, kalsium fosfat, kalsium
karbonat, dan ammonium biurat.
b. Kristal dalam urin asam: asam urat, urat amorf, dan natrium urat.
Kristal di atas masih dianggap normal terdapat pada urin. Kristal yang abnormal adalah
sistin, leusin, tirosin, kolesterol, bilirubin, dan hematoidin, serta kristal dari obat:
sufonamida.
5. Lain lain
a. Spermatozoa
b. Silindroid, mirip silinder tapi salah satu ujungnya mengecil sampai menjadi halus
seperti benang.
a. Benang lender, bentuk panjang berombak ombak. Dapat ditemukan bila terjadi
iritasi pada mukaan selaput lender traktus urogenitalis bagian distal.
b. Serat
c. Potongan jaringan
d. Bahan kontras
f. Pemeriksaan kimia 8
1. Pemeriksaan protein
Keadaan normal ekskresi protein melalui urin 50-150mg/hari, terdiri dari protein berat
molekul rendah dan protein yang disekresikan oleh organ traktus urogenitalia. Kadar
protein dalam urin normal biasanya <10mg/dL dan tidak terdeteksi dalam pemeriksaan
urin rutin.
Klasifikasi proteinuria:
- prarenal
- renal
i. glomerular
ii. tubular
- pasca renal
- Asimtomatik, biasanya ditemukan waktu pemeriksaan rutin dan berupa
proteinuria ringan. Contoh: proteinuria ortostatik.
- Mikro-albuminuria
Normal <30mg/24jam dan tidak terdeteksi oleh pemeriksaan dengan asam
sulfosalisilat maupun carik celup. Mikro-albuminuria kadarnya antara 30-
300mg/hari. Jika lebih, patut diwaspadai sebagai gejala awal diabetic nefropati.1-7
Pemeriksaan proteinuria ada 3 macam, yaitu semikuantitatif, kualitatif, dan kuantitatif.
a. Pemeriksaan semikuantitatif
a. Cara turbidimetrik
Prinsip: penemabahan asam dan pemanasan urin yang mengandung protein
akan menyebabkan terjadinya presipitasi protein.
Ada 2 cara, yaitu dengan penambahan asam sulfosalisilat 20% (peka tapi tidak
spesifik) dan asam asetat 6%.
Hasil negative palsu dapat terjadi pada highly buffered alkaline urine sehingga
reagen asam dinetralkan. Untuk itu perlu mengasamkan urin sampai pH 5-6
baru tes diulang kembali.
Hasil positif palsu bisa terjadi karena urin mengandung zat zat yang akan
meniombulkan kekeruhan dengan penambahan asam. Misal:
i. zat kontras
ii. metabolit tolbutamid, sefalosporin, penisilin, dan sulfonamide.
iii. Nukleoprotein dan musin, keruh setelah penambahan asam sebelum
pemanasan. Proteosa, keruh hilang setelah pemanasan.
iv. Asam asam resin, keruh akan larut dalam alcohol.
v. Protein Bence Jones
b. Pemeriksaan dengan carik celup. Misalnya Albustix, Combistix, Labstix, dll.
b. Pemeriksaan kualitatif
Untuk penetapan protein bence jones. Protein bence jones bersifat fisik larut pada
suhu mendidih dan pada tes pemanasan dengan asam asetat, kekeruhan akan timbul
kembali bila urin didinginkan pada suhu 60o. Bila urin dipanaskan kembali,
kekeruhan akan menghilang.
Pemeriksaan protein bence jones:
- pemeriksaan Osgood à prinsipnya bence jones akan larut pada suasana asam dan
suhu di atas 60o.
- dengan tes asam sulfonat (TSA)
Prinsip: reagens TSA akan mempresipitasi protein bence jones walau dalm jumlah
kecil (o,3mg/dL). Reagens TSA tidak bisa mempresipitasi albumin pada
konsentrasi > 25mg/dL tetapi mempresipitasi globulin pada konsentrasi> 5mg/dL.
Tes TSA dapat digunakan sebagai tes penyaring untuk protein bence jones.
Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan tes pemanasan dan pemeriksaan
imunoelektroforesis atau imunodifusi. Untuk menghindari hasil positif palsu,
lakukan pemanasan.
c. Pemeriksaan kuantitatif à cara esbach (dengan albuminometer esbach)
2. Pemeriksaan glukosa urin
Normal glukosa tidak terdapat dalam urin. Glukosuria dapat terjadi bila kadar glukosa
plasma melebihi Tm atau penrunan Tm. Cara pemeriksaan ada 2 macam:
Cara reduksi. Pemeriksaan akan (+) juga bila dalam urin terkandung zat zat yang bisa
mereduksi, seperti fruktosa, laktosa, galaktosa, vit. C, aspirin, asam urat, dll.
a. Tes benedict à (-) tetap biru/agak sedikit kehijauan dan agak keruh, (+) hijau
kekuningan, (++) kuning keruh dengan kadar 1-1,5% glukosa, (+++) warna
jingga dengan kadar 2-3,5% glukosa, (++++) warna merah keruh dengan
kadar >3,5% glukosa.
b. Reagen fehling
c. Nylander à reduksi alkalin bismuth subnitrat oleh glukosa akan terbentuk
presipitat berwarna hitam.
d. Ragen tablet, misalnya clinitest. Kurang sensitive disbanding tes benedict.
Cara enzimatik
Spesifik untuk glukosa. Ada n2 jenis enzim yang digunakanyaitu glukosa oksidase
dan peroksidase. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vit. C kadar tinggi, 5
hydroxy indol acetic acid, homogentisic acid, aspirin, levodopa, dan urin dingin.
Sedangkan hasil positif palsu bila mengandung oksidator kuat, BJ urin rendah
sehingga sensitifitas meningkat, dan carik celup terpapar udara.1-7
Dengan cara peragian
Glukosa à CO2 + H2O
CO2 + NaOH à Na2CO3 (keruh)
Tes Ozason
Prinsip pemeriksaan: glukosa + fenil hidrasin à ozason
Masing masing jenis gula akan membentuk kristal ozason yang khas. Glukosa,
fruktosa akan membentuk kristal ozason yang sama.
3. Pemeriksaan benda keton
Dalam keadaan normakl, keton tidak terdapat di dalam urin. Tetapi bila terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat yang mengakibatkan peningkatan metabolisme lemak, maka
benda keton akan terdapat dalam urin dengan komposisi: asam beta hidroksi butirat
(78%), asam aseto asetat (20%), dan aseton (2%).
- dengan reagen rothera à (+) cincin ungu di perbatasan, (-) cincin cokelat. Tes ini
tidak dapat mendeteksi adanya asam betahidroksi butirat.
- Dengan reagen Gerhardt à (+) warna merah anggur, (-) tidak terbentuk warna
merah anggur. Tes positif palsu dengan fenol, salisilat, antipirin, NaHCO3
Tes rothera lebih peka daripada Gerhardt.
4. Pemeriksaan bilirubin
Dalam keadaan normal, urin mengandung bilirubin direk sebanyak 0,02 mg/dL dan
jumlah ini tidak terdeteksi dengan pemeriksaan urin rutin. Bilirubinuria terjadi akbat
adanya penyakit hati,
Bilirubin: senyawa yang bersifat tidak stabil dan akan menghilang bila urin dibiarkan,
terutama bila terkena sinar matahari (fotolabil). Karena itu, pemeriksaan dilakukan
dengan urib yang diambil langsung dari kandung kemih.
- Percobaan busa à jika timbul busa kuning, maka hasil (+). Hasil (+) palsu bila
kadar urobilin urin tinggi dan adanya beberapa jenis obat, seperti akriflavin,
piridium, dll.
- Tes oksidasi
i. Percobban Harrison
Bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin. Hasil (+) akan timbul warna
hijau/biru-hijau.
ii. Tes gmelin
Bilirubin + asam nitrat à kholesianin (biru/hijau)
- Reaksi diazo
6. Pemeriksaan urobilinogen urin
Keadaan normal terdapat dalam urin 1-4mg/hari. Pmeriksaan urobilinogen dapat dipakai
untuk membedakan penyakit hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi sal. Empedu.
Terdapat korelasi antara urobilinogen urin dan bilirubin urin.
Normal Penyakit
hemolitik
Penyakit hati Obstruksi bilier
Urobilinogen
urin
Normal Meningkat Meningkat Menurun/tidak
ada
Bilirubin urin Negative Negative (+)/(-) (+)
Penilaian: dengan mencatat pengenceran tertinggi yang masih memperlihatkan warna
merah. Hasil positif palsu: 5HIAA; 5,6 dihidroksi indol; indikan; dan porfobilinogen.
7. Pemeriksaan urobilin
Urin normal mengandung urobilin.Hasil (+) à fluoresensi hijau dengan dasar gelap.Bila
urin sudah berfluoresensi sebelum dilakukan pemeriksaan berarti palsu, karena adanya
eosin, akriflavin, riboflavin, atau merkurokrom.
8. Pemeriksaan darah dalam urin
Hematuria à merah keruh
Hemoglobinuria à merah jernih. Jika + ammonium sulfat à berpresipitasi, tes darah
samar (-).
Mioglobinuria à merah jernih. Jika + ammonium sulfat à berpresipitasi, tes darah
samar (+).
9. Pemeriksaan bakteri dalam urin à normal tidak ada. Harus bisa dibedakan kuman dari
saluran urinarius dengan hasil kontaminasi.
10. Pemeriksaan dengan carik celup.