Pemeriksaan Tht
-
Upload
tobirama-senju -
Category
Documents
-
view
103 -
download
1
description
Transcript of Pemeriksaan Tht
PENUNTUN CARA PEMERIKSAAN TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN
Oleh:Dr. Olivia Pelealu,SpTHT-KL
Bagian THT-KLFakultas Kedokteran Unsrat
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Pemeriksaan Telinga
• Yang diperiksa bgn luar telinga : auriculum, MAE, M.tympani bgn luar.
• AURICULUM, tdd: bgn bertulang rawan, bgn tdk bertulang rawan, helix dan antihelix, tragus, antitragus, concha,sulcus retroauricular.
• Anatomi abnormal :- kongenital:fistula auris kong, microtia- acquisita: trauma, radang, sikatriks,bloemkool ear- penykt: erisipelas, dermatitis sekunder, perikondritis, herpes zoozter otikus, othematoma.
• MAE, ad/ saluran tdk lurus, membentuk sudut tumpul ke anteroinferior.
• Lumen MAE, terbagi ke dlm 2 bgn :– Bgn lateral : pars cartilago, berambut, mempunyai
kelenjar sebacea dan serumen, cartilago.– Bgn medial: pars osseus bgn dr os temporal, tidak
berambut, tdpt penyempitan yang dsbt isthmus, tdk mobile thdp sekitar.
• Kelainan2: – atresia - stenosis– cerumen obturans- corpus alienum– radang - tumor
45%
15%
5%
35%
Membran Timpani :Posisi : mbtk sudut 450 dng bdg horisontal-sagital
tepi bwh terletak 6 mm medial dr tepi atas. pd by <1 th letak lbh horizontal & frontal
Warna : putih spt mutiaraUkuran: tinggi 9-10 mm, lebar 8-9 mmBentuk : oval yg condong ke anterior.Bagian2:- pars tensa: (manubrium mallei, umbo, proc.brevis,
refleks cahaya),histologis:lapisan luar :kulit tipis lanjutan kulit MAElapisan medial: mukosalapisan tengah : 2 lapisan, lateral serat radier & medial
serat sirkuler- Pars flaccida :tdk punya membrana propria, tegang.
• Patologi Membran Timpani1. Perubahan warna :
a. merah : (hiperemis),pemb.darah mjd lbh banyak dan jelas, jg pemb.darah yg radier.
b. hitam : fungi (jamur)c. kuning : fungi (jamur) atau obat tetes telingad. putih : fungi (jamur) atau accidum baricum pulvuratum
2. Perubahan posisi :a. retraksi : manubr.malei lbh pendek & lbh horizontal,
ref.cahaya berubh bntuk at hilang, proc.brevis menonjol.b. bombans : mmbran terdesak ke lateral,cembung, merah
3. Perubahan struktur :
Perforasi, ruptura, sikatriks, granulasi.
TEKNIK MEMERIKSA LUBANG TELINGA
Memeriksa dng Lampu1.Px MAE dan MT dng lampu 6 volt2.Posisi lampu medial mata & sedekat mgkn pd pupil, proyeksi
tabung medial proyeksi cahaya yg diameter 1cm,&singgung menyinggung
3.Cara duduk : pdrt ddk di muka px, lutut kiri msg2 berdempet, kepala dipegang dng ujung jari.
4.Cara pegang telinga: kanan : dipegang dng tangan kiri, auriculum ditarik ke posterosuperior dipegang dng jari I,II sdgkn jari III,IV,V pd mastoidkiri : auriculum diantara jari II dan III sdgkn jari IV dan V pd mastoid.
5. Alat2 pembantu : spekulum telinga (untuk menyingkirkan rambut-rambut dan melebarkan MAE, dimasukkan dng gerak memutar), loupe berkekuatan 10 D, Watten drager (pemintal kapas), kapas dan lampu spritus.
Pemeriksaan dengan Kaca Kepala (Reflektor) :1. Prinsip : kaca kepala mrpkn kaca cekung dng titik fokus 15-
20 cm yg dikaitkan pd kepala. Dokter melihat melalui lubang yg ada di tengah kaca dengan mata kiri (mata terdekat dng sumber cahaya).
2. Sumber cahaya :lampu 40 watt yg diberi selubung berlubang, terletak di kanan pdrt, shg kedua mata pemeriksa tltk di belakang bayangan kaca kepala.
3. Keuntungan: poros mata dan poros berkas cahaya saling berimpitan, artinya yg dilihat reflektor dilihat pula oleh mata pemeriksa.
4. 4. Kerugian: sudut antara poros mata dan poros berkas cahaya harus konstan.
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALISA. AnatomiI. Batang Hidung : Terdiri atas :
1. Bgn keras (kranial) : os nasalis, proc.frontalis os maxilaris.
2. Bgn lunak (kaudal) : cartilago nasi lateral & cartilago alaris, kulit dihubungkan dng pericondrium o/jar.ikat keras. Dlm vestibulum nasi didapatkan vibrissae.
II. Septum Nasi, menopang dorsum nasi dan membagi 2 cavum nasi, tdd 2 bagian :1. Bgn posterior tdd os vomer & lamina perpendicularis os ethmoidalis.2. Bgn anterior tdd cartilago quadrangularis.Di masa cranium dlm pertumbuhan, bgn2 septum tdk sama kec pertmbuhan, akbtnya :- Septum letak miring, deviasi septi- Septum bengkok dng pembntkn cristadan spina septi.
III. Cavum Nasi, batas-batasnya :a.Medial : Septum Nasib.Lateral: dng ddg lateral dimana tdpt concha (superior, medius, inferior) dan meatus nasi (superior, medius, inferior).c.Anterior: introitus cavum nasi yg berhub dng dunia luar mll vestibulum. Peralihan vestibulum ke dlm cavum nasi disebut limen nasi.d.Posterior: dengan choane (ka/ki)e.Superior: lamina cribosa os ethmoidalisf.Inferior: palatum durum.Permukaan dalam seluruhnya dilapisi dng mukosa. Mukosa pd septum ternyata lbh anterior drpd concha inferior. Sdgkn mukosa dkt atap cavum nasi (medial & lateral) mengandung epitel olfaktorius.
IV. Sinus Parasanalis, tdpt 2 kelompok paranasalis :1. Kelompok anterior : sinus maxilaris, sinus frontalis dan
sinus ethmoidalis anterior. Ostia bermuara dlm meatus nasi medius.
2. Kelompok posterior : tdd sinus ethmoidalis post & sinus sphenoid. Ostia dr ke2 sinus ini bermuara ps meatus nasi inferior.
Pus yg berasal dr sinus kelompok anterior akan mengalir ke dlm vestibulum nasi, sdgkn yg berasal dr kelompok posterior mengalir ke dlm faring (post nasal drips).
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN HIDUNG1. Px luar 2. Rhinoskopi anterior3. Rhinoskopi posterior 4. Transiluminasi5. Pemeriksaan radiologi 6. Punksi percobaan7. Biopsi 8. Px lab.
• Pemeriksaan Luar1. Inspeksi, perhatikan hal2 sbb :
- Perubahan kerangka dorsum nasi (lebar, miring saddle nose, lorgnet nose).- Luka-luka - Warna kulit- Edema - Sulcus nasolabialis- Bibir atas (maserasi, sekresi kronis oleh sinusitis).
2. Palpasia.Dorsum nasi : krepitasi, os nasal menonjol/jatuhb.Ala nasi : Nyeri tekan pd furunkel vestibulum nasic.Regio frontalis, tekanan thdp sinus frontalis dengan ibu jari, ke arah mediosuperior dng tenaga optimal kanan = kiri (simetris).Interpretasi hanya ada nilai bila terdapat perbedaan reaksi. Jangan menekan pd regio supra orbitalis !!d.Fossa Canina, thd sinus maxilaris, syarat serta penilaian idem.
3. Perkusi, bila palpasi menimbulkan Rx yg hebat, maka dpt diganti dengan perkusi. Syarat palpasi juga berlaku pada perkusi.
RHINOSKOPI ANTERIOR1. Perlu : alat khusus (Speculum hidung HATMANN) dan alat tambahan (pinset
anguler atau bayonet, kapas & larutan tetracain efedrin 1%).2. Pemakaian Spekulum :
a.Spekulum dipegang dng tangan kiri, dng posisi horisontal, tangkai di lateral, mulut spekulum di medialb.Spekulum dimasukkan dlm keadaan tertutup ke dlm vestibulum, tdk melewati limen nasi (batas vestibulum & cavum nasi).c.Sesudah spekulum dimasukkan, mulut spekulum dibuka pelan-peland.Selesai px, spekulum dikeluarkan dng mulut spekulum dlm keadaan sdkt terbuka. Kalau ditutup dpt menjepit&menarik vibrissae.
3. Tahap-tahap pemeriksaan:a.Px vestibulum nasi: diperhatikan bibir atas(maserasi), pinggir lubang hidung (krusta,merah) dan posisi septum nasi (dorong apex nasi dng ibu jari ke atas). Bgn dlm vestibulum dipx dng spekulum yi dng dorong spekulum ke lat,med,sup&inf. Phtkn apakah ada sekret,krusta,bisul.b.Px cavum nasi bgn bwh:arahkan sinar lampu ke dlm cavum nasi, shg sejajar dng concha inf,kmd phtkn:wrn mukosa(hiperemis,kebiruan), besar lumen & concha inf (udem,hipertrofi,atrofi), lantai cavum nasi, dan septum (deviasi, crista, spina).
c.Px fenomena Palatum Molle sinar lampu arahkan ke ddg belakang nasofaring, normal nasofaring terlihat terang benderang,ok arah sinar tegak lurus thd ddg nasofaring. Pdrt disuruh ucapkan iiiiii dan fenomena (+) bila: - wkt mengucapkan iii tlht pal.mole bergerak ke atas & tmpk bayangan gelap bergerak naik - selesai mengucapkan iii pal.mole bergerak ke bwh, sbg benda gelap yg menghilang ke bwh. Fenomena pal.mole dikatakan(-) bila tdk ditemukan hal di atas,pada: - paralisis pal mole (post difteri) - spasme pal.mole(abses peritonsil) - sikatriks (sifilis,post tonsilektomi) - Tumor nasofaring(ca,abses).d.Px cavum nasi bgn atas : arahkan sinar lampu ke cavum nasi bgn atas phtkn: - caput concha media - meatus medius: pus,polip
- septum (mukosa,posisi) - fisura olfaktoriuse.Px septum nasi : perhatikan adanya deviasi, spina, crista
Rhinoskopi PosteriorIde px: menyinari choana & ddg nasofaringdng sinar yg dipantulkan cermin yg ditempatkan
pada nasofaring.Syarat :1. Ada tempat cukup lebar utk menempatkan kaca. Utk itu lidah ditarik ke dlm mulut &
ditekan ke bwh dng spatel lidah.2. Hrs ada jln ckp lebar antara uvula dan ddg faring, agar chy yg dipantulkan o/ kaca dpt
masuk ke dlm nasofaring. u/ itu pdrt diminta bernafas lwt hidung, shg pal.mole bergerak ke bwh.
Alat : Kaca bertangkai kecil, spatula penekan lidah, lampu spritus, tetracaine 1%.Teknik Px:Pd pdrt sngt sensitif kira2 5 menit sblm px, ke dlm faring diteteskan 10 tts lar tetracaine 1%
(atau xylocaine spray). Spatula lidah dipegang dng tangan kiri, sdgkn kaca bertangkai dng tangan kanan.
1. Punggung kaca bertangkai terlbh dahulu dipanaskan pd lampu spritus. Kmdn temperatur kaca di px dng menekankan pd bgn dorsal tangan kiri.
2. Tangkai kaca dipegang spt memegang potlot dng kaca mnghdp atas.3. Pdrt buka mulut lebar2,lidah tetap dlm mulut, bernapas via hidung.4. Spatula diletakkan pd paramedial kanan lidah, ujung spatula ditempatkan sdkt melewati
punggung lidah di depan uvula.
5. Lidah ditekan ke bawah,shg diperoleh tempat ckp luas utk menempatkan kaca.6. Kaca dimasukkan dan ditempatkan di antara faring & pal.mole dng tuntunan
spatula lidah.7. Sinar lampu diarahkan pada kaca.
Tahap-Tahap Pemeriksaan :1. Px bgn kanan penderita : pertama perhatikan margo post septum nasi pada
tengah kaca. Tangkai kaca diputar ke kanan,shg tampak concha. Concha yg plg besar a/ cauda concha media. Jg diperhatikan cauda concha sup, meatus sup & meatus medius.
2. Memeriksa bagian kiri penderita : tangkai kaca diputar ke medial, tampak margo post septum nasi, kmdn tangkai kaca diputar terus ke kiri shg berturut-turut terlihat choana kanan & tuba kanan.
3. Memeriksa atap nasofaring : mula2 tangkai kaca diputar kembali ke medial, shg terlihat lg margo post septum nasi. Ssdh itu tangkai kaca dinaikkan sdkt at kaca direndahkan
4. Memeriksa cauda concha inferior : tangkai kaca direndahkan atau kaca dinaikkan, biasanya cauda concha inferior tak dpt dilihat, kec mengalami hipertrofi, bentuknya seperti murbei.
Perhatikan :a. Radang : pus dr meatus nasi medius at superior, ada adenoiditis, ulserasi ddg
nasofaring.b. Tumor :carcinoma pd fossa rosenmuleri, polip
Kesulitan-Kesulitan :1. Dari pihak dokter :a.Menekan lidah hendaknya dng tenaga optimal. Terlalu kuat sakit, kurang kuat
faring belum terlihat. b.Spatula diletakkan pd daerah optimal. Cukup luas buat kaca dan tdk timbul
refleks muntah. Terlalu jauh ke radix lingua timbul muntah, terlalu dkt gigi lidah terangkat shg tidak ada tempat untuk kaca.
c.Diusahakan ujung spatula tetap pd tempatnya. Fiksasi spatula dpt dilaksanakan dng mmgang spatula dng ibu jari dibwh spatula, jari II&III diatas spatula, jari IV diatas dagu, jari V di bwh dagu.
2.Dari pihak penderita :a.Bernapas dr hidung dng mulut terbuka.b.Refleks muntah yg kuat.
PEMERIKSAAN MULUT & FARINGA.Anatomi
1. Mulut2. Palatum Mole : uvula terletak median dng axis mengarah ke bwh vertikal. Pinggir
kanan dan kiri konkaf. Pd wkt mengucapkan aaa pal.mole secara simetris.3. Tonsil : Tdd jaringan limfoid. Pd radang, ditemukan banyak detritus (tdd leukosit,
epitel rusak, bakteri mati), yg tampak sbg bintik-bintik putih pd permukaan tonsil. Batas-batas tonsil:Depan : arcus palatoglossus/anteriorBelakang : arcus palatofaringeus/posteriorLateral : ruangan peritonsiler berisi jar.ikat longgar dan M.constrictor faringeus medius.
4.Faring : tdpt jar limfoid pd ddg belakang faring (granula) dan ddg lateral (lateral band), yg merupakan bgn dr lingkaran Waldeyer,yg tdd:
a.Tonsila palatina b. Tonsila lingualisc. Adenoid d. Lateral bandDiantara uvula dan ddg faring tdpt ruangan. Ruangan ini menghilang pd abses
retrofaringeal, dimana uvula bersentuhan dng ddg faring.
5. Refleks Muntahbila ddg faring disentuh, akan tjd kontraksi m.constrictor faringeus medius, diperhatikan :Faring : ddg belakang akan tertarik ke depan, sdgkn ddg lateral tertarik ke medial, shg lumen faring menghilang.Tonsil : terdorong keluar dari fosa tonsilaris ke arah medial, axis diputar dari frontal mjd sagital. Akibat lumen faring tak nampak, kec ke2 tonsila palatina sangat besar.
PEMERIKSAAN MULUT1. Inspeksi : phtkn ada rhinolalia. Rhinolalia oklusa disebbkan obstruksi
nasi/nasofaring/adenoid besar, rhinolalia aperta tjd krn jln dr orofaring ke nasofaring msh terbuka, hal amna dijumpai pd palatoschiziz dan paralisis pal.mole. Phtkn juga : ptyalismus, parese N VII, ulkus pada mukosa/gingiva, gigi & geraham, lidah (atrofi, aphtae, parese N XII), palatum durum yang mungkin bengkak.
2. Palpasi : jng dilupakan bila ada ulkus pada lidah ?3. Perkusi : pada gigi&geraham.
Pemeriksaan Tonsil dan Faring1. Teknik : mulut dibuka lebar2, lidah tetap di dalam dlm keadaan relaks, lidah
ditekan dng spatula ke bwh pd bgn medial, pdrt tetap bernafas lwt hidung. Pdrt tidak blh menahan nafas, sbb faring dapat mengecil atau timbul refleks muntah. Waktu ekspirasi mengucapkan huruf “h” dan bukan “cha” sbb lidah bisa terangkat ke atas.
2. Memeriksa Tonsil :Lidah ditekan pd anterior tonsil shg tampak pool bwh tonsil. Dng spatula lain menekan arcus anterior ke lateral ke arah jaringan peritonsil. Normal tonsil terdesak ke luar dari fosa tonsilaris.
3. Patologi tonsil :- Tonsilitis akut - Tonsilitis kronik- Aphtae - Abses peritonsiler- Difteri - Angina plaut vincent- Radang spesifik - tumor- Korpus alienum - Sikatriks
4. Patologi faring :- Faringitis akut - Faringitis kronik- Aphtae - Radang spesifik- Sikatriks - Korpus alienum
• Memeriksa Parese/ParalisisNormal:waktu istirahat uvula di tengah dan vertikal, konkavitas pal.mole simetris. Pd saat mengucapkan aaee, terangkat ke atas tetapi tetap simetris. Gerakan di atas tjd o/kerja m.levator veli palatini (gerak ke atas) dan m.tensor veli palatini (ke lateral).Parese/paralise : bilateral wkt istirahat normal, wkt mengucapkan aaa tdk terangkat, mengucapkan eee bergerak sdkt, faktor penyebab post difteri. Unilateral wkt istirahat normal, mengucapkan aaaeee uvula dan konkavitas tertarik ke arah sehat/ tdk simetris. Penyebab tumor maligna nasofaring, parese n.X.
Faring normal disentuh : refleks muntah/sensitif. Bila ada parese bilateral, tampak tumpukan saliva dan tidak ada gerakan otot. Pada perese unilateral, disentuh menyebabkan gerakan pada sisi yang sehat.
• PEMERIKSAAN LARING :Terdiri atas :1. Px dr luar : inspeksi/palpasi2. Laringoscope inderect : dengan kaca laring3. Laringoscope direct : bgn dr pemeriksaan endoskopi.4. Px radiologisPemeriksaan dari Luar :a.Inspeksi, phtkn : warna, keutuhan kulit, pembengkakan.b.Palpasi, phtkn : kerangka laring, pembengkakan, susunan abnormal.LARINGOSCOPE INDIRECT :Ide px: laring disinari dengan cahaya yang dipantulkan o/kaca yg ditempatkan
dlm faring.Syarat:1. Ada jln lebar u/cahaya yg dipantulkan. Lidah hrs dikeluarkan shg radix akan
bergerak ke depan.2. Harus ada jln luas buat kaca & kaca tdk blh ditutupi dengan uvula. u/ itu pdrt
bernafas dr mulut, uvula bergerak ke atas.
Tahap Pemeriksaan :1. Px radix lingua, epiglotis dan sekitarnya.2. Px lumen laring dan rima glotis3. Px bagian yang letaknya kaudal rima glotis.Alat-ALat :1. Kaca laring besar 3.Lampu spritus2. Larutan tetracaine 4. Kain kasa dilipatTeknik :1.Pd faring sensitif, 10 menit sblm px diteteskan larutan tetracaine2.Mulut dibuka lebar-lebar & pdrt bernafas lwt mulut.3.Pdrt mengeluarkan lidah panjang2.4.Bgn lidah diluar mulut dibungkus dng kain kasa & dipegang dng tangan kiri dng
tenaga optimal. Terlalu kuat sakit, terlalu lemah mudah terlepas. Cara pegang lidah jari I di atas lidah, jari III di bwh lidah, jari II menekan pipi pdrt ke dlm di antara gerham atas dan bawah.
5.Kaca dipegang dengan tangan kanan (spt memegeng potlot) dng kaca mengarah ke bawah. Kaca dipanasi lampus spritus dan dikontrol di dorsal tangan kiri.
6. Kaca dimasukkan ke dalam faring di depan uvula, kalau perlu uvula didorong sdkt ke belakang dng punggung kaca.
7. Kemudian kaca disinari.Hasil Pemeriksaan :1. Radix lingua, epiglotis dan sekitarnya.2. Lumen laring dan sekitarnya, pdrt mengucapkan iii panjang,nada tinggi.
phtkn anatomi laring: epiglotis, plica ariepiglotica, sinus piriformis, chorda vocalis, arytenoid, plica ventricularis, comisura ant/postPhtkn patologi : Radang, ulserasi, edema, cairan, tumor, hipertrofi.Phtkn pergerakan normal dari :- Chorda vocalis ka/ki : stad.fonasi bergerak ke median bersama-sama, simetris, bertemu di grs median, bergetar o/tek udara dlm paru-paru. Stad.respirasi : ke-2 chorda vocalis bergerak ke lateral bersama-sama, gerakan simetris.- Arytenoid ka/ki :stad.Fonasi bergerak simetris ke median,stad.respirasi bergerak kembali ke lateral, simetris.
Gerakan ke median o/gol adduktor, sdgkn gerakan ke lateral (abduksi) o/ gol.abduktor.
Perhatikan gerakan abnormal :1.Paralisis adductor bilateral2.Paralisis adductor monolateral3.Paralisis abductor bilateral4.Paralisis abductor monolateralKausa paralisis proses : kranium, leher, thorax, jantung, nefritis, diabetes, fiksasi
arytenoid.Memeriksa trakhea : biasanya chorda vocalis hanya dapat dilihat pd stad.fonasi.
Dlm stad. Respirasi lumen laring tertutup epiglotis.Kesalahan lazim dibuat dokter:1. Lidah pdrt ditarik keluar.2. Lidah dipegang terlalu keras3. Kaca menimbulkan refleks muntah.Kesulitan:Pihak dokter: mengadakan koordinasi yg baik pada tangan.Pihak pasien : nervous, mengucapkan huruf iii dng mulut terbuka dan lidah
dikeluarkan.
LARINGOSCOPE DIRECTMaksud : Melihat laring sec langsung tanpa kaca dengan perantaraan
laringoscope.Alat :1.Endoscope model brunings, jackson, Mc.Intosh, Mc.Gill2.Sumber cahaya: Brunings proximal, jackson distal, lampu van Hassel.Teknik :1. Pdrt tidur terlentang di atas meja. Teteskan tetracaine 1% 10 menit sblm
pemeriksaan.2. Pipa dimasukkan sampai introitus laring.Perbedaan : apa yg berada di kanan dokter adalah bagian kanan laring,
sedangkan px dng kaca, apa yg terletak di sblh kanan dokter sebenarnya bagian kiri dari laring penderita.
PEMERIKSAAN dengan X-FOTO :Indikasi pembuatan foto pada:- Fraktur laring- Ca laring, u/ melihat pasase, luas tumor, membuat laminografi.
TERIMA KASIH