Pemeriksaan Tanda vital

13
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL BAB II MELAKUKAN PEMERIKSAAN TANDA- TANDA VITAL A. Pengertian : Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi Pernapasan, dan Tekanan Darah. Tujuan : 1. Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh. 2. Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan) 3. Menilai kemampuan kardiovaskuler 4. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan 5. Menilai kemampuan fungsi pernapasan 6. Mengetahui nilai tekanan darah. Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar. Tanda vital utama antara lain : a. Tekanan darah Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri, Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop . Tekanan darah

Transcript of Pemeriksaan Tanda vital

Page 1: Pemeriksaan Tanda vital

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

BAB II

MELAKUKAN PEMERIKSAAN TANDA- TANDA VITAL

A.    Pengertian :

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan

sistem tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi Pernapasan, dan

Tekanan Darah.

Tujuan :

1. Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.

2. Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)

3. Menilai kemampuan kardiovaskuler

4. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan

5. Menilai kemampuan fungsi pernapasan

6. Mengetahui nilai tekanan darah.

Tanda-tanda vital  adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling

dasar. Tanda vital utama antara lain :                       

a.            Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding

arteri,  Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan

ukuran serta fleksibilitas dari arteri,  diukur dengan alat pengukur tekanan darah

dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas,

suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.

Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka  yang lebih tinggi,

adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung

berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah,

adalah  tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung

beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat

sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa). Perbedaan antara tekanan sistolik dan

Page 2: Pemeriksaan Tanda vital

diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur

dengan tensimeter air raksa.

Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi usia di bawah 1 bulan     : 85/15 mmHg

- Usia 1 - 6 bulan                      : 90/60 mmHg

- Usia 6 - 12 bulan                    : 96/65 mmHg

- Usia 1 - 4 tahun                      : 99/65 mmHg

- Usia 4 - 6 tahun                      : 160/60 mmHg

- Usia 6 - 8 tahun                      : 185/60 mmHg

- Usia 8 - 10 tahun                    : 110/60 mmHg

- Usia 10 - 12 tahun                  : 115/60 mmHg

- Usia 12a - 14 tahun                  : 118/60 mmHg

- Usia 14 - 16 tahun                  : 120/65 mmHg

- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg

- Usia lanjut                              : 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:

* Hipertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg

* Hipertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg

* Hipertensi berat    : 180 - 209/110-119 mmHg

Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:

* Lengan atas

* Pergelangan kaki

                                                                       

Pelaksanaan

1.       Alat dan bahan

        Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari

        Stetoskop

        Buku catatan tanda vital

        Pena

2.      Cara kerja

    Cara palpasi

Page 3: Pemeriksaan Tanda vital

        Jelaskan prosedur pada klien.

        Cuci tangan.

        Atur posisi pasien

        Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.

        Lengan baju di buka.

        Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti  (jangan terlalu

ketat maupun terlalu longgar)

        Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinister

        Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba

        Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis   tidak

teraba

        Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset

secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan

arah jarum jam.

        Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini

menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.

        Catat hasil.

        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Cara auskultasi

        Jelaskan prosedur pada klien.

        Cuci tangan.

        Atur posisi pasien

        Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.

        Buka lengan baju.

        Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu

ketat maupun terlalu longgar).

        Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.

        Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.

        Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.

        Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.

Page 4: Pemeriksaan Tanda vital

        Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar

sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.

        Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.

        Catat tinggi air raksa pada manometer

         Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi

         Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.

          Catat hasilnya pada catatan pasien.

          Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

b. Nadi

Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang

berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau

berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi

denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung. Denyut

merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada

beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis

pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis

pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan

bantuan stetoskop. Denyut nadi dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu

penyakit, cedera, dan emosi.

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi baru lahir                                    : 140 kali per menit

- Umur di bawah umur 1 bulan  : 110 kali per menit

- Umur 1 - 6 bulan                                : 130 kali per menit

- Umur 6 - 12 bulan                              : 115 kali per menit

- Umur 1 - 2 tahun                                : 110 kali per menit

- Umur 2 - 6 tahun                                : 105 kali per menit

- Umur 6 - 10 tahun                              : 95 kali per menit

- Umur 10 - 14 tahun                            : 85 kali per menit

- Umur 14 - 18 tahun                            : 82 kali per menit

- Umur di atas 18 tahun             : 60 - 100 kali per menit

- Usia Lanjut                                         : 60 -70 kali per menit

Page 5: Pemeriksaan Tanda vital

Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.

Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:

- Ateri radalis                : Pada pergelangan tangan

- Arteri temporalis         : Pada tulang pelipis

- Arteri caratis              : Pada leher

- Arteri femoralis           : Pada lipatan paha

- Arteri dorsalis pedis    : Pada punggung kaki

- Arteri politela : pada lipatan lutut

- Arteri bracialis            : Pada lipatan siku

- Ictus cordis                : pada dinding iga, 5 – 7

Pelaksanaan

Alat dan bahan

        Arloji (jam) atau stopwatch

        Buku catatan nadi

        Pena

Cara kerja

        Jelaskan prosedur pada klien

        Cuci tangan

        Atur posisi pasien (manusia coba)

        Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh

        Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)

        Periksa denyut nadi (arteri) dengan meng¬gunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari

manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.

        Catat hasil.

        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

c. Suhu

Page 6: Pemeriksaan Tanda vital

Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan

jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Kondisi

hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 – 20 kali per menit setiap peningkatan

suhu 1 derajat celcius. Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam

tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah.

Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang

diatur oleh hipotalamus.

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena

dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung pada

jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu

tubuh normal, menurut American Medical Association, dapat berkisar antara 97,8˚F atau setara

dengan 36,5˚C sampai 99˚F atau 37,2˚C.

Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36˚C -

37,5˚C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu

tubuhnya < 36˚C

Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:

- Demam : Jika bersuhu 37,5 ˚C - 38˚C

- Febris : Jika bersuhu 38˚C - 39˚C

- Hipertermia : Jika bersuhu > 40˚C

Persiapan pasien dan lingkungan

Prosedur

1. Mengukur suhu pada aksila

Sebelum kerja cuci tangan

Menurunkan aiar raksa sampai batas reservoir

 Bila perlu lengan baju pasien dibuka, jika ketiak pasien basah harus dikeringkan

Termometer dipasang tepat pada tengah ketiak dijepitkan, lengan pasien dilipat di dada

Setelah 10 menit termometer di angkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada

buku catatan suhu

Page 7: Pemeriksaan Tanda vital

Termometer dibersihkan dengan larutan sabun, memakai tissue kemudian di masukkan

dalam larutan desinfektan lalu dibersihkan dengan air bersihdan dikeringkan

Air raksa diturunkan dan termometer dimasukkan ke dalam tempatnya

2. Mengukur denyut nadi dan pernafasan

Pengaturan posisi pasdien berbaring / duduk

Menetukan tempat pengukura nadi dengan menggunakan tiga jari : jari telunjuk, tengah,

manis

Menghitung denyut nadi dalam 1 menit

Mengitung pernafasan tanpa diketahui pasien selama 1 menit

Mencatat hasil

Adanya komunikasi dengan pasien

3. Mengukur tekanan darah

Mengatur posisi tidur terlentang / semi fowler

Lengan baju di buka / digulung

Manset tensimeter di pasang pada lengan atas dan pipa karet berda di sisiluar lengan

Manset di pasang tidak terlalu kuat

Pompa tensimeter dipasang

Meraba denyut nadi brachialis

Sekrup balon karet ditutup , pengunci air raksa dibuka

Mempopa balon karet pelan- pelan sampai denyut nadi brachialis terdengar

Sekrup balon di buka perlahan- lahan, pandanga mata sejajar air raksa

Mencatat hasil

Manset dibuka dan digulung, air raksa di masukkan dalam reservoir, kunci air raksa di

tutup , tensimeter di tuutp dengan rapi

Mencuci tangan sesudah bekerja

Hasil

1. Data yang diperoleh valid sesuai sebagai hasil pemeriksaan

2. Posisi pasien pada keadaan semula

3. Alat – alat dalam keadaan siap pakai

Page 8: Pemeriksaan Tanda vital

Pelaksanaan

Alat dan bahan

        Termometer

        Tiga buah botol

         botol pertama berisi larutan sabun

         botol kedua berisi larutan desinfektan

         botol ketiga berisi air bersih

        Bengkok

        Kertas/tisu

        Vaselin

        Buku catatan suhu

        Sarung tangan

Pemeriksaan suhu aksila

        Jelaskan prosedur kepada klien

        Cuci tangan

        Gunakan sarung tangan

        Atur posisi pasien

        Tentukan letak aksila (Ketiak) dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tissue

        Turunkan suhu termometer dibawah anatara 34˚C – 35˚C.

        Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada (mendekap dada)

        Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya

        catat hasil

        Bersihkan termometer dengan kertas / tissue

        Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.

        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Termometer

Page 9: Pemeriksaan Tanda vital

d. Pernapasan

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan

pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan.

Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit.

Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan

menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.

Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa pernapasan,

adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas.

Jumlah pernapasan seseorang adalah:

- Bayi : 30 - 40 kali per menit

- Anak : 20 - 50 kali per menit

- Dewasa : 16 - 24 kali per menit

Pelaksanaan

Alat dan bahan

        Arloji (jam) atau stop-watch

        Buku catatan

        Pena

Cara kerja

        Jelaskan prosedur pada klien

        Cuci tangan

        Atur posisi pasien (manusia coba).

        Hitung frekuensi dan irama pernapasan.

        Catat hasil.

        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.