Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan...

9
Pemeriksaan sistem motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan tertentu untuk menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan. Pengamatan: Gaya berjalan dan tingkah laku Simetri tubuh dan ektremitas Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll. Gerakan volunteer Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya: Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu Fleksi dan ekstensi artikuluskubiti Mengepal dan membuka jari-jari tangan Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul Fleksi dan ekstensi artikulus genu Plantar fleksi dan dorsofleksi kaki Gerakan jari- jari kaki Palpasi otot Pengukuran besar otot Nyeri tekan Kontraktur Konsistensi Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada: Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas) Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas) Kontraktur otot Konsistensi otot yang menurun terdapat pada: Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di “motor end plate” Perkusi otot Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanya terdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk)

description

dk

Transcript of Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan...

Page 1: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

     Pemeriksaan sistem motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan tertentu untuk menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.Pengamatan:         Gaya berjalan dan tingkah laku         Simetri tubuh dan ektremitas         Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll.Gerakan volunteerYang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:         Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu         Fleksi dan ekstensi artikuluskubiti         Mengepal dan membuka jari-jari tangan         Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul         Fleksi dan ekstensi artikulus genu         Plantar fleksi dan dorsofleksi kaki          Gerakan jari- jari kakiPalpasi otot         Pengukuran besar otot         Nyeri tekan         Kontraktur         Konsistensi         Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada:  Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP  Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas)  Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas)  Kontraktur otot         Konsistensi otot yang menurun terdapat pada:  Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot  Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di “motor end plate”Perkusi otot

Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja

Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanya terdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk)

Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.

Tonus otot

Page 2: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar

Flaksid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN)

Hipotoni : tahanan berkurang Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini

dijumpai pada kelumpuhan UMN Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada

Parkinson.

Kekuatan otot         Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:

Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan ini

Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan

         Cara menilai kekuatan otot:

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan

gerakan pada persendian     yang harus digerakkan oleh otot tersebut

2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)

3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi

sedikit tahanan yang diberikan 5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

         Sindrom Lower Motor Neuron, gejala :  Flaksid  Atoni  Atrofi disertai fasikulasi  Klonus (-)  Reflek patologis (-)  Reflek fisiologis: hiporefleksia/arefleksi (tidak adanya reflex)  Ada gangguan sensoris, tropik, autonom  

Page 3: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

         Sindrom Upper Motor Neuron, gejala :  Spastik  Hipertonia  Atrofi (-), fasikulasi (-)  Klonus/kontraksi & relaksasi otot bergantian dengan cepat (+)  Refleks patologis (+)  Hiperreflexia  Tak ada gangguan sensoris, tropik, autonom      Kelumpuhan bukanlah merupakan kelainan yang harus ada pada tiap gangguan gerak. Pada gangguan gerak oleh kelainan di sistem ekstrapiramidal dan serebelar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan.         Gangguan yang ditimbulkan sistem ekstrapiramidal  Gangguan pada tonus otot  Gerakan otot abnormal yang tidak dapat dikendalikan  Gangguan pada kelancaran gerakan otot volunter   Gangguan gerak-otot asosiatif         Gangguan yang ditimbulkan serebelum :

Gangguan sikap dan tonus Ataksia/gangguan koordinasi gerakan Dismetria/gerakan yang tidak mampu dihentikan tepat pada

waktunya/tepat pada tempat yang dituju Tremor intensi. tremor yang timbul waktu melakukan gerakan

volunter dan menjadi lebih nyata ketika gerakan hampir mencapai tujuannya

Tiga fungsi penting dari serebelum adalah keseimbangan pengatur tonus otot dan pengelola serta pengkoordinasi gerakan volunteer

Gait         Hemiplegik gait (gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara sirkumduksi)         Spastik/ Scissors gait (gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai)         Tabetic gait (gaya jalan pada pasien tabesdorsalis)         Steppage gait (gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid/paralisis n. peroneus)   Waddling gait (gaya berjalan dengan pantat & pinggang bergoyang berlebihan khas untuk kelemahan otot tungkai proximal misal otot gluteus)         Parkinsonian gait (gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua tungkai berfleksi sedikit pada sendi lutut & panggul. Langkah dilakukan setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek)

Page 4: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

RefleksA.      Refleks fisiologis1.       Biseps  Stimulus    :  ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m. biseps                       brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku  Respons    :  fleksi lengan pada sendi siku.  Afferent     :  n. musculucutaneus (C5-6)  Efferenst    :  n. musculucutaneus (C5-6)2.       Triseps  Stimulus    :  ketukan pada tendon otot trisepsbrachii, posisi lengan fleksi pada sendi                         siku dan sedikit pronasi.  Respons   :  extensi lengan bawah disendi siku  Afferent    :  n. radialis (C 6-7-8)  Efferenst   :  n. radialis (C 6-7-8)3.       KPR  Stimulus     :  ketukan pada tendon patella  Respons     :  ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps emoris.  Efferent     :  n. femoralis (L 2-3-4)  Afferent     :  n. femoralis (L 2-3-4)4.       APR  Stimulus     :  ketukan pada tendon Achilles  Respons     :  plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius  Efferent     :  n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )  Afferent     :  n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )5.       Periosto-radialis  Stimulus    :  ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan setengah                       Fleksidan sedikit pronasi.  Respons    :  fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi                       m.Brachioradialis  Afferent     :  n. radialis (C 5-6)  Efferenst    :  n. radialis (C 5-6)6.       Periosto-ulnaris  Stimulus     :  ketukan pada periosteum proc. styloigeusulnea, posisi lengan setengah                         fleksi& antara pronasi – supinasi.  Respons     :  pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadrates

Page 5: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

  Afferent     :  n. ulnaris (C8-T1)  Efferent     :  n. ulnaris (C8-T1)B.      Refleks Patologis      Banyak macam rangsang yang dapat digunakan untuk membangkitkannya, misalnya menggores telapak kaki bagian lateral, menusuk atau menggores dorsum kaki atau sisi lateralnya, memberi rangsang panas atau rangsang listrik pada kaki, menekan pada daerah interossei kaki, mencubit tendon Achilles, menekan tibia, fibula, otot betis, menggerakkan patella ke arah distal, malah pada keadaan yang hebat, refleks dapat dibangkitkan dengan jalan menggoyangkan kaki, menggerakkan kepala dan juga bila menguap.      Refleks Babinski. Untuk membangkitkan refleks Babinski, penderita disuruh berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan.Kita pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya.Untuk merangsang dapat digunakan kayu geretan atau benda yang agak runcing. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai mengakibatkan rasa nyeri, sebab hal ini akan menimbulkan refleks menarik kaki (flight reflex). Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari. Jika reaksi positif, kita dapatkan gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai gerak mekarnya jari-jari lainnya .      Tadi telah dikemukakan bahwa cara membangkitkan refleks patologis ini bermacam-macam, di antaranya dapat disebut:  Cara Chaddock     :  rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral                                   maleolus  Cara Gordon         :  memencet (mencubit) otot betis  Cara Oppenheim   :   mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, Arah                                   mengurut ke bawah (distal).  Cara Gonda          :  memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian melepaskannya                                  sekonyong-konyong  Schaefer               :  memencet (mencubit) tendon AchillesKlonus      Kita telah mempelajari bahwa salah satu gejala kerusakan pyramidal ialah adanya hiperfleksi.Bila hiperfleksi ini hebat dapat terjadi klonus.Klonus ialah kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bila otot diregangkan secara pasif. Klonus merupakan reflex regang otot  yang meninggi dan dapat dijumpai pada lesi supranuklir(UMN , pyramidal ). Ada orang normal yang mempunyai hiperfleksifisiologis ; pada mereka ini dapat terjadi klonus, tetapi klonusnya berlangsung singkat dan disebut klonusabortif. Bila klonus

Page 6: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

berlangsung lama,hal ini dianggap patologis. Klonus dapat dianggap sebagai rentetan reflex regang otot, yang dapat disebabkan oleh lesi pyramidal.      Pada lesi piramidal (UMN (uppermotorneuron) supranuklir) kita sering mendapatkan klonus di pergelangan kaki, lutut dan pergelangan tangan.A.      Klonus kaki      Klonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot gastroknemius. Pemeriksa menempatkan tangannya di telapak kaki penderita, kemudian telapak kaki ini didorong dengan cepat (dikejutkan) sehingga terjadi dorsofleksi sambil seterusnya diberikan tahanan enteng.Hal mengakibatkan teregangnya otot betis.Bila ada klonus, maka terlihat gerakan ritmik (bolak-balik) dari kaki, yaitu berupa plantar fleksi dan dorsofleksi secara bergantian.B.      Klonuspatella      Klonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot kuadrisepsfemoris.Kita pegang patella penderita, kemudian didorong dengan kejutan (dengan cepat) ke arah distal sambil diberikan tahanan enteng. Bila terdapat klonus, akan terlihat kontraksi ritmik otot kuadriseps yang mengakibatkan gerakan bolak-balik dari patella. Pada pemeriksaan ini tungkai harus diekstensikan serta dilemaskan.Refleks dan gejala patoiogis lain yang perlu diketahui.A.      Refleks Hoffman Tromrner.      Kita telah mendiskusikan refleks fleksor jari-jari.Pada orang normal, refleks ini biasanya tidak ada atau enteng saja; karena ambang refleks tinggi.Akan tetapi, pada keadaan patologik, ambang refieks menjadi rendah dan kita dapatkan refleks yang kuat. Refleks inilah yang merupakan dasar dari refleks Hoffman-Trommer, dan refleks lainnya, misalnya refleks Bechterew.      Dalam beberapa buku, refleks Hoffman-Trommer ini masih dianggap sebagai refleks patologis dan disenafaskan dengan refleks Babinski, padahal mekanisme refleks fleksor jari-jari sama sekali lain dari reflex Babinski.Ia merupakan regleks regang otot, jadi sama seperti reflex kuadriseps dan reflex regang otot lainnya. Reflex Hoffman-trommer positif dapat disebabkan oleh lesi pyramidal, tetapi dapat pula disebabkan oleh peningkatan reflex yang melulu fungsional. Akan tetapi bila reflex pada sisi kanan berbeda dari yang kiri, maka hal ini dapat dianggap sebagai keadaan patologis.      Simetri penting dalam penyakit saraf.Kita mengetahui bahwa simetri sempurna memang tidak ada pada tubuh manusia. Akan tetapi, banyak pemeriksaan neurologi didasarkan atas anggapan, bahwa secara kasar kedua bagian tubuh adalah sama atau simetris. Tiap refleks tendon dapat meninggi secara bilateral, namun hal ini belum tentu berarti adanya lesi piramidal. Lain halnya kalau peninggian refleks bersifat asimetris !!!

Page 7: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

      Cara membangkitkan refleks Hoffman-trommer: Tangan penderita kita pegang   pada   pergelangan dan  jari-jarinya  disuruh fleksi-entengkan. Kemudian jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari-tengah kita.Dengan ibu-jari kita "gores-kuat" (snap) ujung jari tengah penderita.Hal ;   ini mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari, bila refleks positif. Kadang juga disertai fleksi jari lainnya,Reflex massa, reflex automatisme spinal. Kita telah mengetahui bahwa bila reflex Babinski cukup hebat, kita dapatkan dorsofleksi jari-jari, fleksi terdapat juga kontraksi tungkai bawah dan atas, dan kadang-kadang terdapat juga kontraksi tungkai yang satu lagi. Daerah pemberian rangsang pun bertambah luas.Hal dernikian dapat kita jurnpai pada lesi transversal medulaspinalis, dan disebut refleks automatisme spinal Hal mi dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsang, misalnya goresan rangsang nyeri dan lain sebagainya.      Bila refleks lebih hebat lagi, didapatkan juga kontraksi otot dinding perut, adanya miksi dan defekasi, keluarnya keringat, refleks eriterna dan refleks pilomotor.Keadaan demikian disebut juga sebagai refleks massa dan Riddoch Hal demikian didapatkan pada Iesi transversal yang komplit dan medulaspinalis, setelah fase syoknya lampau.      Refleks genggam {grasp reflex). Refleks genggam merupakan hal normal pada bayi sampai usia kira-kira 4 bulan. Pada orang normal, bila telapak tangan digores kita tidak mendapatkan gerakan fleksi jari-jari, tetapi kadang-kadang terjadi fleksi enteng (ambang refleks ini tinggi).      Dalam keadaan patologis, misalnya pada Iesi di lobusfrontalis didapatkan reaksi (fleksi jari) yang nyata.Penggoresan telapak tangan mengakibatkan tangan digenggamkan, dan menggenggam alat yang digunakan sebagai penggores. Hal ini dinamai refleks genggam Refleks genggam terdiri dari fleksi ibu jari dan jari lainnya, sebagai jawaban terhadap rangsang taktil, misalnya bila pemeriksa meraba telapak tangan pasien atau menyentuh atau menggores tangan pasien di antara ibu jari dan telunjuknya.      Kadang-kadang refleks ini demikian hebatnya, sehingga bila kita menjauhkan tangan kita yang tadinya didekatkan, tangan pasien mengikutinya, "seolah-olah kena tenaga maknit".Hal ini dinamakan refleks menjangkau (groping reflex).      Untuk membangkitkan refleks genggam dapat dilakukan ha! berikut Penderita disuruh mem-fleksi-entengkan jari-jari tangannya. Kemudian kita sentuh kulit yang berada di antara telunjuk dan ibu jari dengan ujung ketok-refleks. Bila refleks menggenggam positif ujung ketok-refleksi ini akandigenggamnya.B.      Gejala leriPemeriksaan dilakukan sebagai berikut :

Page 8: Pemeriksaan Sistem Motorik Sebaiknya Dilakukan Dengan Urutan Tertentu Untuk Menjamin Kelengkapan Dan Ketelitian Pemeriksaan

      Kita pegang lengan bawah pasien yang disupinasikan serta difleksikan sedikit. Kemudian kita tekukan dengan kuat ( fleksi ) jari-jari serta pergelangannya. Pada orang normal, gerakan ini akan diikuti oleh fleksi lengan bawah dan lengan atas, dan kadang-kadang juga disertai aduksi lengan atas. Reflex ini akan negative bila terdapat lesi pyramidal. Tidak adanya reflex ini dinyatakan sebagai gejala leri positif.C.      Gejala mayer      Pasien disuruh mensupinasikantangannya, telapak tangan ke atas , dan jari-jari difleksi kan serta ibu jari difleksikan dan diabduksikan. Tangannya kita pegang , kemudian dengan tangan yang satu lagi kitatekukkan jari 3 dan 4 pada falangproksimal dan menekannya pada telapak tangan (fleksi). Pada orang normal, ha! ini mengakibatkan aduksi dan oposisi ibu jari disertai fleksi pada persendian metakarpofalangeai, dan ekstensi di persendian interfalang ibu jari. Jawaban demikian tidak didapatkan pada lesi piramidal, dan tidak adanya jawaban ini disebut sebagai gejala Mayer positif.