Pemeriksaan Parameter Air & Udara Ozon, Kekeruhan Dhl, Koagulasi Dan Flokulasi
-
Upload
paper2paper -
Category
Documents
-
view
1.066 -
download
9
Transcript of Pemeriksaan Parameter Air & Udara Ozon, Kekeruhan Dhl, Koagulasi Dan Flokulasi
TUGAS PRAKTIKUM PEMERIKSAAN AIR DAN UDARA
OZON, KEKERUHAN, DHL, KOAGULASI DAN
FLOKULASI
OLEH:
NAMA NIM
Nike Sucianda E2A006072
Nugroho Adi s E2A006081
Priyatiningsih E2A006087
Resty Elviana E2A006096
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
2
OZON
1. Definisi
Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di
atas permukaan bumi yang dikenal sebagai 'lapisan ozon'. Ozon
dihasilkan dengan berbagai persenyawaan kimia, tetapi mekanisme
utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah
penyerapan tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari.
Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinar ultraviolet pada
jarak gelombang 242 nanometer dan disingkirkan dengan fotosintesis
dari sinar bagi jarak gelombang yang besar dari 290 nm. O3 juga
merupakan penyerap utama sinar UV antara 200 dan 330 nm.
Penggabungan proses-proses ini efektif dalam meneruskan
kekonstanan bilangan ozon dalam lapisan dan penyerapan 90% sinar
UV.
2. Senyawa Kimia
Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen dan amat berbahaya pada
kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui
percampuran cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan
membentuk suatu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer.
3. Bentuk di Alam
Ozon di muka bumi terbentuk oleh sinar ultraviolet yang
menguraikan molekul O3 membentuk unsur oksigen. Unsur oksigen ini
bergabung dengan molekul yang tidak terurai dan membentuk O3.
Kadangkala unsur oksigen akan bergabung dengan N2 untuk
membentuk nitrogen oksida; yang apabila bercampur dengan cahaya
mampu membentuk ozon.
4. Metode Pemeriksaan
Jumlah ozon di atmosfir diukur dengan menggunakan berbagai
instrument baik yang dipasang di darat, dipasang pada balon sonde,
3
pesawat udara dan satelit. Mengukur ozon bisa dilakukan dengan
memasukkan udara kedalam suatu alat yang berisi sistem deteksi
ozon. Cara lainnya dilakukan berdasarkan sifat unik ozon dalam hal
menyerap radiasi matahari di atmosfir. Dalam hal ini, sinar matahari
atau laser secara cermat diukur porsinya di atmosfir yang mengandung
ozon. Luasnya ruang lingkup penggunaan ozon ini tidak terlepas dari
sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan
senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Ozon
dengan kemampuan oksidasinya dapat menguraikan berbagai macam
senyawa organik beracun yang terkandung dalam air limbah, seperti
benzene, atrazine, dioxin dan berbagai zat pewarna organik. Melalui
proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam
microorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis,
serta berbagai bakteri pathogen lainnya. Ozon juga dapat
dipergunakan untuk mengawetkan bahan mentah makanan seperti
daging dan ikan dengan menghambat perkembangan jamu. Hal yang
sama juga dipergunakan untuk menghambat perkembangan jamur
pada sayur-mayur dan buah-buahan .
Kelimpahan ozon di atmosfir diukur menggunakan berbagai
teknik. Teknik-teknik pengukuran dilakukan dengan menggunakan
sifat-sifat optis dan kimia ozon. Ada dua kat e gori utama teknik
pengukuran , yaitu pengukuran secara langsung dan dari jarak jauh
(remote). Pengukuran ozon dengan teknik seperti ini telah sering
digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi pada lapisan ozon
dan melalui pemahaman kita terhadap berbagai proses yang
mengendalikan kelimpahan ozon.
Ozon di atmosfir diukur dengan berbagai instrumen baik yang
ditempat di daratan, di pesawat udara, balon udara dan satelite.
Berbagai instrumens dapat mengukur ozon secara langsung dengan
jalan mengukur kandungan ozon sampel udara, sedangkan yang
lainnya mengukur dari jarak jauh. Beberapa jenis instrument
4
menggunakan teknik optic dengan sinar Matahari dan laser sebagai
sumber cahaya, atau menggunakan reaksi kimia yang unik terhadap
ozon. Pengukuran ozon total dilakukan di berbagai tempat dengan
skala waktu mingguan.
Pengukuran langsung kelimpahan ozon di atmosfir dilakukan
dengan menarik udara langsung ke dalam sebuah instrumen. Begitu
udara sudah berada di dalam instrumen, ozon dapat diukur melalui
penyerapannya terhadap sinar ultraviolet (UV) atau melalui arus listrik
yang dihasilkan dalam reaksi kimia dari ozon. Cara seperti itu
digunakan dalam pembuatan “ozonsonde,” yang merupakan modul
pengukur ozon yang bisa ditempatkan dalam sebuah balon udara yang
kecil. Balon-balon udara kecil dapat terbang cukup tinggi sehingga bisa
mengukur ozon di lapisan stratosfir. Ozonsonde bisanya diluncurkan
setiap minggu di berbagai tempat di dunia. Instrumen pengukur ozon
secara langsung dengan menggunakan sifat optis dan kimia sering
dipasang pada pesawat terbang untuk mengukur distribusi ozon di
troposfir dan stratosfir bawah. Pesawat terbang tertentu (high altitute
aircraft) dapat terbang cukup tinggi sehingga dapat mencapai lapisan
ozon di stratosfir dan dapat mencapai tempat terjauh di sekitar kutub.
Pengukuran ozon juga dilakukan dengan menggunakan pesawat
komersial.
Pengukuran kelimpahan ozon jarak jauh dilakukan dengan
mendeteksi keberadaan ozon dari jarak yang sangat jauh dengan
instrument pengukurnya. Sebagian besar pengukuran ozon jarak jauh
didasarkan pada sifat unik ozon yang dapat menyerap radiasi UV.
Sumber-sumber radiasi UV bisa berasal dari Matahari dan laser.
Sebagai contoh, satelit menggunakan penyerapan UV matahari oleh
atmosfir atau penyerapan sinar matahari yang dibaurkan oleh
permukaan Bumi untuk mengukur ozon di seluruh dunia setiap
harinya. Suatu jaringan detektor yang ditempatkan di darat mengukur
ozon melalui jumlah sinar UV yang mencapai permukaan Bumi.
5
Instrumen lain yang digunakan mengukur ozon dilakukan dengan
mengukur absorpsi radiasi infra-merah atau sinar tampak atau emisi
gelombang mikro atau radiasi inframerah. Jumlah ozon total dan
distribusinya menurut lintang dapat diukur dengan teknik jarak jauh.
Sinar laser yang dipancarkan dari stasiun di daratan maupun dari
pesawat udara sering kali digunakan untuk mengukur ozon dari jarak
beberapa kilometer sepanjang berkas sinar laser tersebut.
5. Standar Baku Mutu Udara
Biasanya, ozon digunakan dalam proses pemurnian (purifikasi)
air, sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu. Di
atmosfer, terjadinya ozon berasal dari nitrogen oksida dan gas organik
yang dihasilkan oleh emisi kendaraan maupun industri. Di samping
dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman, ozon berbahaya
bagi kesehatan, terutama penyakit pernafasan seperti bronkitis
maupun asma. Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah 235
ug/Nm3 pada pengukuran selama 1 jam.
6. Dampak terhadap Lingkungan
Di dalam lingkungan perkotaan terdapat berbagai macam
tumbuhan yang dapat ditemukan di taman-taman kota, di pinggir jalan,
di taman-taman perumahan, dan bagian-bagian lainnya. Saat ini,
ditemukan keanekaragaman spesies yang lebih besar meskipun
terancam punah akibat polusi terutama yang dihasilkan dari kendaraan
bermotor.
Kualitas udara merupakan faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan vegetasi di lingkungan perkotaan. Beberapa studi
menunjukkan bahwa palawija dan tumbuhan lain yang ditanam
sepanjang jalur jalan utama dari wilayah pinggir kota sampai dengan
pusat kota memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang rendah di lokasi
sekitar kota.
6
Efek dari masing-masing pencemar sulit untuk diketahui, dan
kerusakan tumbuhan kemungkinan merupakan hasil dari campuran
pencemar di udara. Tetapi kadar ozon yang tinggi telah
memperlihatkan kerusakan species tumbuhan dalam beberapa studi.
Beberapa spesies terutama yang berdaun pendek seperti
bayam dan semanggi peka terhadap ozon, dan kerusakan tampak
setelah pajanan yang pendek. Meskipun tidak ada pengetahuan rinci
tentang efek ozon terhadap spesies, diasumsikan bahwa kerusakan
struktur sel diakibatkan masuknya ozon ke dalam stomata. Ozon dapat
mengganggu fungsi stomata dan kemudian merusak keseimbangan
kelembaban.
7. Dampak terhadap Kesehatan
Dampak ozon terhadap kesehatan manusia yaitu :
a. Dengan konsentrasi 0,3 ppm selama 8 jam akan menyebabkan
iritasi pada mata.
b. 0,3 – 1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam akan memberikan reaksi
seperti tercekik, batuk, kelesuan.
c. 1,5 – 2 ppm selama 2 jam akan mengakibatkan sakit dada batuk-
batuk, sakit kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi dan
gerak.
Ozon pada konsentrasi 0,3 ppm dapat berakibat iritasi terhadap
hidung dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 –
3,0 ppm selama 2 jam mengakibatkan pusing berat dan kehilanan
koordinasi pada beberapa orang yang snsitif. Sedangkan kontak
dengan konsentrasi 9,0 ppm selama beberapa waktu dapat
mengakibatkan endema pulmonari pada kebanyakan orang.
Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena akan
menyebabkan menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam
jumlah yang besar. Kerusakan fungsi ventilasi dapat kembali baik
7
mendekati fungsi paru-paru normal pada orang yang terpajan dalam
tingkat rendah.
Koagulasi dan Flokulasi
A. Koagulsi
1. Jenis Bahan Kimia Koagulan
Jenis bahan kimia koagulan yang umum dipakai yaitu:
a. Koagulan garam logam
Aluminium Sulfat atau tawas (Al3(SO4)2.14H2O)
Feri Chloride (FeCl3)
Fero Chloride (FeCl2)
Feri Sulfhate (Fe2(SO4) 3)
b. Koagulan polimer kationik
Koagulan yang umum di pakai adalah Aluminium Sulfat atau
dalam bahasa pasarnya adalah Tawas. Sedangkan Feri Chloride dan
Fero Sulfat, meskipun juga merupakan koagulan yang baik, namun
jarang dipakai di suatu instalasi pengolahan air di Indonesia.
Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di
lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah
diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis
koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling
lazim dipakai adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran
koagulan berlangsung efektif dibutuhkan derajat pengadukan >
500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan (G).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi Antara Lain:
a. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau,
dan kesadahan;
b. Jumlah dan karakteristik koloid;
c. Derajat keasaman air (pH);
8
d. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;
e. Temperatur air;
f. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan
kapur;
g. Karakteristik ion-ion dalam air.
3. Bentuk Koagulasi
Koagulan pembantu berasal dari proses alami misalnya lumpur
dan gel, sekarang ini hanya ada beberapa struktur dasar monomer
untuk koagulan/flokulan pembantu, kelompok/grup yang paling penting
berasal dari polimerisasi akrilamida.
4. Koagulan/Flokulan Pembantu
a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen
akrilat
Sifat muatan elektrostatik : Ionik
Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatan
elektrostatik tergantung dari status kopolomerisasi (n/m + n) dan pH,
membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisa
b. Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
Sifat : Polimer yang paling penting anionik dan segmen linier dalam
kopolimer dengan akril amida dan anionik
c. Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Non ionogen
Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenal sebagai
flokulan pembantu yang ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk
membantu dalam proses flokulasi dan untuk mempengaruhi sifat flok.
5. Reaksi kimia
Pengolahan air menjadi air minum di dalam satuan proses
terjadi di unit koagulasi dan flokulasi yang mempergunakan kapur dan
9
tawas, dan senyawa magnesium / dolomite. Jumlah / dosis koagulan
yang dipakai dengan perbandingan 1 : 4 antara kapur dan tawas,
dengan pengendapan kontinyu selama 19 – 24 jam, akan diperoleh
efisiensi pengolahan sebesar 80 – 90%. memberikan istilah
pengolahan penghilangan fluor dengan sebutan dengan butiran
powder kapur dan tawas dalam bentuk cairan. Menurut teknologi
pengolahan yang pernah dilakukan oleh Japerson (1987), setiap 1 mg/l
Fluor membutuhkan 50 mg/l larutan kapur, bahkan tepatnya secara
stokiometri setiap 8 mg/l fluor membutuhkan 34 mg/l kalsium.
Pengaruh penambahan kapur Ca(OH)2 akan bereaksi dengan
bikarbonat yang ada dalam air, yang akan diolah membentuk endapan
CaCo3 dan MgCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak
sehingga pH melebihi pH = 7, maka terbentuk endapan Mg (OH)2.
Kelebihan ion Ca++ pada pH tinggi tersebut dapat diendapkan dengan
penambahan soda abu. Pada air yang mengandung fluor akan
terbentuk kalsium fluorida (Tebut, 1979).
Reaksinya :
Ca(OH)2 + Ca(HCO3) 2CaCO3 + 2H2O
2Ca(OH)2 + Mg(HCO3) 2CaCO3 + Mg(OH)2
Ca(OH)2 + Na2CO3 CaCO3 + Na+
Ca(OH)2 + HF CaF + 2H2O
6. Pemakaian Tawas
Senyawa A12(SO4)3 disebut juga tawas, dan tawas tersebut
merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena
bahan ini paling murah dan mudah didapatkan di pasaran serta mudah
penyimpanannya. Selain itu tawas juga cukup efektif untuk
menurunkan kadar fluor. Menurut Degremont (1987), pemakaian tawas
yang semakin banyak, pH makin turun karena hasilnya asam sulfat,
10
sehingga perlu dicari dosis tawas optimum yang harus ditambahkan.
Pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8 – 7,4 atau 5,9 – 7,
pemakaian yang pernah diteliti adalah setiap 150 gr/l menjadi air
minum yang memenuhi persyaratan. Dengan kualitas air yang ada di
Amerika Serikat pH = 6, kadar karbonat sebagai CaCo3 dan MgCO3.
Reaksi yang terjadi :
Al2(SO4) 3 + Ca(HCO2) 2 Al (OH) 3 + 3CaSO4
Al2(SO4) 3 2Al+3a + 3 SO4-2)
H2O H+ + OH
Selanjutnya Al+3 + 6OH Al (OH)3 Flok
Al(OH)3 + F AlF3 + H2O
Dalam Reaksi Stokiometri :
CA(OH)2 + HF CaF7 + 2H2O
Setiap mg/l Fluoride membutuhkan 4,25 mg/l kalsium
(Japerson, 1987). Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya
flok pada proses koagulasi flokulasi :
a. Dosis dan jenis bahan koagulasi;
b. Kondisi pH;
c. Alkalinitas;
d. Kekeruhan air baku;
e. Type Suspended Solid;
f. Pengadukan;
Untuk mengetahui dosis bahan koagulan optimum yang
ditambahkan ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium yang
dinamakan Jar Test.
11
B. Flokulasi
1. Definisi
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara
penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih besar.
Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel
flok.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses
flokulasi adalah pengadukan, dimana dikenal tiga macam cara
pengadukan yaitu mekanis, pneumatis dan hidrolis. Pengadukan
dengan cara mekanis adalah yang paling banyak digunakan dalam
pengolahan air minum, namun memerlukan peralatan yang rumit
dan pasok enerji yang cukup besar.
Terdapat 2 (dua) perbedaan pada proses flokulasi yaitu :
a) Flokulasi Perikinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai
ukuran μm dengan mengandalkan gerakan Brownian. Biasanya
koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi perikinetik.
b) Flokulasi Ortokinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai
ukuran di atas 1μm dimana gerakan Brownian diabaikan pada
kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan
pengaduk buatan (artificial mixing).
2. Senyawa kimia
Flokulan merupakan senyawa yang digunakan untuk
membentuk senyawa dari polutan yang mudah mengendap dan
atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar dengan
suatu reaksi kimia. Flokulan yang biasanya digunakan dalam
proses flokulasi adalah tawas (Al2(SO4)3, kapur (CaO), dan
polyaluminium chloride (PAC). Flokulan juga dapat berupa
polielektrolit seperti polisakarida dan asam poliamino yang
12
dihasilkan atau dieksresikan oleh bakteri selama pertumbuhan
bakteri tersebut.
3. Bentuk flokulasi
Flokulan yang biasanya digunakan dalam proses flokulasi
adalah tawas (Al2(SO4)3, kapur (CaO), dan polyaluminium chloride
(PAC). Flokulan juga dapat berupa polielektrolit seperti polisakarida
dan asam poliamino yang dihasilkan atau dieksresikan oleh bakteri
selama pertumbuhan bakteri tersebut.
4. Dampak terhadap lingkungan
Proses koagulasi-flokulasi selain untuk menurunkan tingkat
kekeruhan untuk memperoleh air yang bening, juga ada efek
samping yaitu fraksi zat tersuspensi dalam air yang seringkali
menyebabkan pencemaran. Dengan koagulasi-flokulasi zat
suspensi tersebut yang juga sebagai pencemar, bisa dihilangkan
dari air.
5. Efisiensi Flokulasi
Efisiensi dari proses flokulasi pada prakteknya seringkali
dapat dilihat dari kualitas air setelah dilakukan pemisahan flok
secara mekanik. Dengan demikian, cara pemisahan zat padat atau
flok sangat penting dan sangat dipengaruhi oleh bentuk flok yang
ada, misalnya untuk melakukan flotasi diperlukan bentuk flok yang
lain berbeda dengan flok untuk sedimentasi. Jika dipakai
sedimentasi diperlukan flok dengan berat jenis dan diameter yang
besar. Pada proses flotasi dibutuhkan flok yang lebih kecil dan
mempunya berat jenis yang lebih ringan tetapi mempunyai sifat
untuk bergabung dengan gelembung udara. Untuk filtrasi
dibutuhkan flok yang kompak yang cukup homogen dengan struktur
yang kuat terhadap abrasi dan dengan sifat mudah melekat diatas
partikel media penyaring (filter) untuk menjamin pemisahan yang
efisien dan operasional penyaringan yang ekonomis.
13
Untuk efek penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup
apakah flok bisa dipisahkan dari air secara efektif, karena belum
dapat menjamin dengan pasti apakah kualitas air yang diinginkan
bisa tercapai hanya dengan kondisi ini saja. Selain itu dibutuhkan
bahwa semua zat yang akan dihilangkan dari air juga melekat pada
flok.
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya :
Waktu flokulasi,
Jumlah enersi yang diberikan
Jumlah koagulan
Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
Penetapan pH pada proses koagulasi
KEKERUHAN (TURBIDITY)
1. Definisi
Turbiditas atau kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat
kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang
melayang. Kekeruhan biasanya terdiri dari partikel organik maupun
anorganik yang berasal dari DAS (Daerah Aliran Sungai) dan
resuspensi sedimen di dasar danau.
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya
sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU
(nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau
FTU (formazin turbidity unit).
14
2. Penyebab Kekeruhan (Turibidity) dalam Air
Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau
benda koloid di dalam air. Kekeruhan erat sekali hubungannya
dengan kadar zat tersuspensi karena kekeruhan pada air memang
disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air tersebut.
Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat,
misalnya pasir halus, tanah liat, dan lumpur alami yang merupakan
bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik
yang melayang-layang dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata
dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri.
Bahan-bahan organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri
dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang
melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme
seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain
berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan
kegiatan manusia seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan
atau kegiatan rumah tangga.
3. Senyawa Kimia
Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O,
tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana
X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk
karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air
yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam-
macam diantaranya adalah kekeruhan (turbidity).
4. Bentuk di Alam
Koloid berasal dari kata “colla” (Yunani) artinya Lengket/lem
karena nampak seperti lapisan film atau dalam bentuk gelatin. Partikel-
partikel koloid umumya berasal dari kwarsa (pasir), tanah liat, sisa
tanaman, ganggang, zat organik, dan lain-lain.
15
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian
dari binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya
adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali
mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen
terlarut.
Beberapa sifat koloid yang penting :
a. Besarnya partikel
Partikel koloid mempunyai diameter antara 1 – 100 µm tidak dapat
dilihat dalam mikroskop. Partikel disper kasar lebih besar dari 100
µm dan partikel larutan sejati lebih kecil dari 1 µm.
b. Penyaringan
Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa akan
tetapi dapat ditahan oleh penyaring ultra. Disper kasar dapat
disaring dengan kertas saring biasa.
c. Diffusi
Karena besarnya partikel koloid dan dispers kasar, zat ini sukar
berdiffusi, jadi berbeda dengan larutan sejati. Dari kecepatan diffusi
koloid partikel, temperatur, viskositas medium, dan bilangan
Avogadro, Einstein dapat memperoleh rumus untuk menentukan
besarnya partkel-partikel koloid.
Partikel-partikel koloid mengendap akibat dari gravitasi. Kehendak
untuk mengendap ini ditentang oleh diffusi. Pada saat
kesetimbangan akan didapatkan, bahwa pada bagian bawah
konsentrasi partikel koloid lebih besar. Dari kecepatan
pengendapan atau sedimentasi, dapat ditentukan besar dan massa
dari partikel koloid. Kecepatan pengendapan dapat diperbesar
dengan memperbesar gaya gravitasi.
d. Rupa
Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan sinar yang
mengenai larutan tersebut. Gejala ini disebut dengan efek Tyndall.
Bila seberkas sinar dilewatkan larutan koloid, sebagian sinar
16
diserakkan dan sebagian diteruskan. Sinar yang terserak
disebabkan oleh adanya partikel-partikel koloid yang nampak
sebagai butiran-butiran yang bercahaya di dasar yang gelap.
Butiran ini selalu bergerak dengan jalan yang zig-zag yang disebut
dengan gerak Brown. Gerakan ini disebabkan oleh tumbukan
molekul-molekul pelarut kepada partikel-partikel koloid. Walaupun
tumbukan ini lenting sempurna, artinya tenaga kinetik molekul
pelarut dan partikel koloid sama, tetapi karena partikel koloid
diameternya lebih besar, maka gerakannya lebih lambat daripada
molekul pelarut.
e. Luas Permukaan
Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat
besar, bila dibandingkan dengan partikel dari dispers kasar dengan
massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya
adsorpsi yang besar.
f. Muatan Listrik
Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan
ion-ion dalam larutan. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif.
Muatan listrik partikel dapat disebabkan oleh dua hal :
1. Ionisasi dari partikel koloidnya sendiri
2. Adsorpsi selektif ion-ion dalam larutan oleh partikel koloid
Adsorpsi selektif dari ion-ion dalam larutan oleh partikel koloid
menyebabkan terjadinya lapisan listrik rangkap, partikel koloid
menyerap ion positif, ion- ion ini kemudian menyerap ion negative,
tetapi jumlah-jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion positif
yang ada.
Disini terjadi lapisan listrik rangkap, yang berkedudukan tetap.
Antara permukaan partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial,
yang disebut potensial elektrokinetik atau tegangan zeta. Ion-ion
positif dan negatif diluar lapisan listrik rangkap dapat bergerak
bebas didalam larutan.
17
5. Metode Pemeriksaan
Partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik yang
bermuatan negatif akan bergerak ke anode dan yang bermuatan positif
akan bergerak ke katode. Gerakan partikel koloid akibat adanya
medan listrik disebut forese atau elektroforese
Bila pada pemakaian medan listrik partikel-partikel koloid
ditahan tetap pada tempatnya, maka pelarut akan bergerak kearah
lawan dari gerakan partikel dalam elektroforese, peristiwa ini disebut
dengan elektro osmose. Stabilitas partikel-partikel koloid terutama
disebabkan karena partikel-partikel ini bermuatan listrik sama, muatan
yang sama saling tolak menolak, hingga mencegah koagulasi atau
flokulasi. Bila muatan listrik ini dihilangkan dengan cara tertentu, maka
partikel koloid akan bergabung dan kemudian mengendap.
Partikel koloid dapat diendapkan dengan penambahan koloid
lain yang muatannya sama atau umumnya dengan penambahan ion-
ion dari elektrolit. Ion-ion yang berfungsi ialah ion yang bermuatan
lawan, disamping itu makin besar muatan ion makin besar daya
pengendapannya.
Koloid dapat bersifat hidrofobik bila tidak menarik air atau
bersifat Hidrofil bila partikel-partikelnya menarik air. Koloid hidrofobik
kadang-kadang dapat dapat distabilkan dengan penambahan koloid
hidrofil, koloid hidrofil demikian disebut koloid pelindung Akibat dari
hal ini, koloid hidrofobik menjadi lebih tahan terhadap pengaruh
elektrolit, artinya lebih sukar mengendap.
Koloid yang berasal dari anion organik besar (asam humus /
humat, detergen, dan lain-lain yang bergugus asam di beberapa di tiap
partikel) umumnya dapat mengakibatkan Fouling / Clogging atau
penyumbatan dalam membran filter. Ion-ion ini akan bergerak ke
membran, tinggal di loka elektropositifnya. Karena melekat, ia merusak
daya hantar setempat.
18
Fouling juga dapat berbiang koloid yang bermuatan permukaan
(jadi turut bergerak ke membran), membentuk “lendir “. Besi koloid
paling sering mengganggu membran kation, membentuk film inert
pada membran, sukar berdifusi, merusak jenjangan konsentrasi.
Bila bahan Fouling-nya polielektrolit (beberapa gugus
bermuatan tiap partikelnya), sebagian muatan tertaut ke membran,
lainnya tetap bebas. Akibatnya gugus-gugus elektronegatif itu justru
membentuk lapisan selektif didepan membran sehingga sulit untuk
berdifusi.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan
kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya
flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau
sesuatu polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan
pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini membentuk
partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbuhkan) dan akhirnya
bersama-sama mengendap.
6. Standar Baku Mutu Air
Kekeruhan merupakan suatu ukuran banyaknya bahan-bahan
organik yang tersuspensi dalam air. Dalam PPRI No. 82 tahun 2001,
kekeruhan tidak dipersyaratkan sedangkan dalam KepMenKes RI No
907 tahun 2002 tingkat kekeruhan air maksimal 5 mg/L.
7. Dampak Kekeruhan terhadap Lingkungan
Adanya kekeruhan akan manghambat proses masuknya sinar
matahari ke dalam perairan. Sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan proses fotosintesis tanaman (fitoplankton) menjadi
terhambat. Padahal seperti diketahui bersama, fotosintesis oleh
tanaman akan menghasilkan gas O2 yang banyak dibutuhkan oleh
organisme di lingkungan perairan.
8. Dampak Kekeruhan terhadap Kesehatan
Dampak kekeruhan pada air minum terutama adalah dapat
menimbulkan estetika yang kurang baik. Orang menilai air minum
19
pertama dari kekeruhannya. Air yang keruh ditinjau dari estetikanya
tidak layak untuk diminum. Selain dari segi estetika, air yang keruh
yang mengandung zat-zat tersuspensi dapat menyebabkan
mikroorganisme patogen hidup dan berkembang dengan baik, bahkan
adanya bahan-bahan tersuspensi tersebut dapat menyebabkan
mikroorganisme lebih tahan terhadap proses desinfeksi.\
DAYA HANTAR LISTRIK
1. Definisi
Daya hantar listrik merupakan ukuran kemampuan suatu zat
penghantar arus listrik dalam tempratur tertentu yang dinyatakan
dalam micro mohs per centimeter oC satuan yang lebih umum
digunakan adalah mikrosiemens (ms) ada juga decisiemens per meter
(dS/m) atau millimhos per sentimeter (mmhos/cm). Untuk
mengantarkan arus listrik ,ion-ion bergerak dalam larutan memindakan
muatan listriknya yang bergantung pada ukuran .interaksi antar ion
dalam larutan
2. Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air
a. Air destilasi ( aquades ) 0,5 -5,0 ms
b. Air hujan 5,0- 30 ms
c. Air tanah segar 30-200 ms
d. Air laut 1500- 5500 ms
e. Air garam >100.000 ms
Berdasarkan daya hantar listrik,larutan terbagi menjadi 2 (Dua)
golongan :
a. Larutan elektrolit :
1. Dapat menghantarkan daya listrik
2. Terjadi proses ionisasi
3. Lampu menyala dengan terang
b. Larutan non- elektrolit :
20
1. Tidak dapat menghantar arus listrik
2. Tidak terjadi ionisasi
3. Lampu menyala redup
3. Alat yang digunakan
TDS, Salinitas dan DHL (Daya Hantar Listrik/Electrical
Conductivity) meter ini menggunakan metoda Electrical Conductivity
dalam pengukurannya.
Prinsip kerja Electrical Conductivity adalah dua buah probe
dihubungkan ke larutan yang akan diukur, kemudian dengan rangkaian
pemprosesan sinyal diharapkan bisa mengeluarkan output yang
menunjukkan besar konduktifitas larutan tersebut, yang jika dikalikan
dengan factor konversi maka akan kita dapatkan nilai kualitas air
tersebut dalam TDS atau PPM.
4. Manfaat
Daya Hantar Listrik (DHL) dapat dipakai sebagai indikator
tingkat pencemaran parameter inorganic (terutama mineral terlarut).
DHL juga merupakan parameter yang menunjukkan tingkat salinitas
dari suatu badan air yang berpengaruh terhadap kehidupan akuatik,
pemanfaatan air baku, dan korosifitas air.