Pemeriksaan Leopold Dan APN

download Pemeriksaan Leopold Dan APN

of 38

Transcript of Pemeriksaan Leopold Dan APN

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    1/38

    PEMERIKSAAN LEOPOLD

    Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold.

    Pemeriksaan (Manuver) Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk menentukan

    posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen, namun menjadi sulit dilakukan bila bertemu

    dengan ibu hamil yang obes (gemuk) atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion

    berlebih.

    Persiapan :

    a. Ibu

    - Ranjang obstetric/periksa

    - Selimut/ kain penutup

    - Stetoskop monoaural (laenec)

    b. Pemeriksa

    - Air hangat dan wadahnya

    - Tempat bilas dan gayung

    - Handuk bersih dan kering

    Pemeriksaan Leopold :

    - Persilahkan ibu untuk berbaring

    - Sisihkan pakaian ibu sehingga seluruh perut ibu tampak jelas kemudian minta ibu untuk

    meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha

    (coxae) dan lutut (genu), untuk mengurang ketegangan dinding perut.

    - Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan.

    - Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan kedua tangan

    tersebut dengan handuk.

    - Pemeriksa berada disisi kanan ibu, menghadap bagian lateral kanan.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    2/38

    - Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan.

    Leopold I

    Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa yang

    terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).

    Teknik pemeriksaan

    Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk meraba

    fundus.

    Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri

    Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan

    melenting (seperti mudah digerakkan).

    Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang

    bundar, dan kurang melenting.

    Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada rahim.

    Menentukan usia kehamilan

    Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis.

    Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat.

    Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.

    Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.

    Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.

    Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara prosesus

    xipoideus dan pusat.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    3/38

    Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus xipoideus.

    Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara prosesus

    xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk

    membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

    Leopold IIBertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi perut

    ibu.

    Teknik pemeriksaan

    menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut ibu, raba

    (palpasi) kedua bagian sisi perut ibu.

    Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.

    Palpasi janin di antara dua tangan.

    Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.

    Menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi perut ibu

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    4/38

    bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.

    bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan

    menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

    Leopold III

    Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian

    bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah menyentuh pintu atas panggul.

    Teknik pemeriksaan

    Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.

    Pemeriksa hanya menggunakan satu tangan.

    Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.

    Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan

    pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.

    Bagian yang teraba, bisa kepala, bisa juga bokong.

    Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih dapat digerakkan atau tidak. Apabila tidak

    dapat digoyangkan, maka janin sudah menyentuh pintu atas panggul.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    5/38

    Leopold IVBertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut

    ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas

    panggul.

    Teknik pemeriksaan

    pemeriksa menghadap kaki pasien

    Palpasi janin di antara dua tangan.

    dengan kedua tangan ditentukan bagian janin apa (bokongkah atau kepalakah?) yang

    terletak di bagian bawah perut ibu.

    Evaluasi penurunan bagian presentasi.

    Mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul

    Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin memasuki

    pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa jauh), janin

    (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    6/38

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    7/38

    ASUHAN PERSALINAN NORMAL

    Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan

    yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi

    yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang

    diinginkan (optimal).

    Kala Satu Persalinan

    Batasan

    Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.

    Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

    minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi

    dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya

    plasenta secara lengkap. Ibu belum in partu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

    perubahan serviks.

    Tanda dan gejala in partu termasuk:

    Penipisan dan pembukaan serviks

    Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10

    menit)

    Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina

    Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan

    Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat

    (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan

    terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

    Fase laten pada kala satu persalinan:

    Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara

    bertahap.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    8/38

    Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

    Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam

    Fase aktif pada kala satu persalinan:

    Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

    adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung

    selama 40 detik atau lebih)

    Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan

    kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2

    cm (multipara).

    Terjadi penurunan bagian terbawah janin

    Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin

    Anamnesis

    Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan

    persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan

    diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.

    Tanyakan pada ibu:

    Nama, umur dan alamat

    Gravida dan para

    Hari pertama haid terakhir

    Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)

    Riwayat alergi obat-obatan tertentu

    Riwayat kehamilan yang sekarang:

    Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan

    antenatalnya ( jika mungkin).

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    9/38

    Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya; perdarahan,

    hipertensi, dll)?

    Kapan mulai kontraksi?

    Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi? Apakah ibu maasih merasakan gerakan bayi?

    Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah

    kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu untuk

    melihat air ketuban di pakaiannya.)

    Apakah keluara cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak atau

    darah segar per vaginam? (Periksa perineum ibu untuk melihat darah segar atau lendir

    bercampur darah di pakaiannya.) Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?

    Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?

    Riwayat kehamilan sebelumnya:

    Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah sesar,

    persalinan dengan ekstraksi vakum atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang

    diinduksi oleh kehamilan, preeklampsia/eklampsia, perdarahan pascapersalinan)?

    Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?

    Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya?

    Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll)

    Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium

    bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan protein dalam urin ibu.

    Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.

    Pemeriksaan Fisik

    Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat

    kenyamanan fisik ibu bersalin.

    Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    10/38

    Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.

    Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar merasa nyaman.

    Minta ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang/gelisah.

    Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin danadanya protein dan aseton dalam urin).

    Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri

    kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh.

    Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan). Untuk akurasi

    penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan itu di antara dua kontraksi.

    Lakukan pemeriksaan abdomen

    Lakukan periksa dalam.

    Pemeriksaan Abdomen

    1. Menentukan tinggi fundus

    Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi fundus

    dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rentangkan

    pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis dinding abdomen.

    Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.

    2. Memantau kontraksi uterus

    Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua

    kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi

    akan terjadi relaksasi dinding uterus.

    3. Memantau denyut jantung janin

    Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu

    dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit, gunakan jarum detik pada jam dinding atau

    jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat.

    Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama

    puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    11/38

    detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi.

    Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari

    160 kali per menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari

    180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi.

    Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan

    yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.

    4. Menentukan presentasi

    Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong):

    Berdiri di samping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai atas

    dan menekukkan lutut).

    Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang bagian

    terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas simfisis pubis) ibu. Bagian

    yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.

    Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul maka bagian tersebut masih

    dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit atau

    tidak dapat digerakkan lagi.

    Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan danpertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba

    keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya

    adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit

    terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang

    digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari kepala atau

    diidentikkan sebagai bokong.

    5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin

    Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran

    pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika

    dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher).

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    12/38

    Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah:

    5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis

    4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul

    3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul

    2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisi dan (3/5)

    bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan)

    1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas

    simfisis dan 4/5 bagian telah masauk ke dalam rongga panggul

    0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh

    bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul

    Periksa Dalam

    Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk:

    1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.

    2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan

    membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).

    3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.

    4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan antiseptik.

    Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk menghindarkan

    kontaminasi feses (tinja).

    5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk

    kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.

    6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam atau

    mekonium:

    a. Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.

    b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan

    mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ .

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    13/38

    i. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama

    menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin,

    lakukan rujukan segera.

    ii. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera .

    iii. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi.

    7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan sarung

    tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah. Jangan

    mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban

    belum pecah, jangan melakukan tindakan amniotomi (merobeknya).

    8. Nilai vagina. Luka parut di vagina mengindisikasikan adanya riwayat robekan perineum atau

    tindakan episiotomi sebelumnya.

    9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.

    10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki ) tidak teraba pada saat

    melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawatdarurat dan segera

    rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.

    11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke

    dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil periksa dalamdengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) untuk menentukan

    kemajuan persalinan.

    12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-ubun

    besar atau fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan

    atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran

    jalan lahir

    13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan ke dua jari pemeriksaan (hati-hati), celupkan

    sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi

    secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10 menit.

    14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.

    15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    14/38

    16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.

    Persiapan Asuhan Persalinan

    Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi

    Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu atau rumah kerabat), di

    tempat bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan

    sarana yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai dengan standar yang

    telah ditetapkan.

    Persiapan Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan yang Diperlukan

    Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap

    pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan

    terjadi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Pada

    setiap persalinan dan kelahiran bayi:

    Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan

    yang hilang atau rusak.

    Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin dan

    melahirkan bayinya. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang. Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set,

    peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir sudah

    dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

    Persiapan Rujukan.

    Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit, keterlambatan

    untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika

    perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan/perawatan yang telah

    diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

    Memberikan Asuhan Sayang Ibu

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    15/38

    Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah:

    Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan dukungan

    penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.

    Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.

    Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya. Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika

    diperlukan.

    Siap dengan rencana rujukan.

    Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:

    Memberikan dukungan emosional

    Membantu pengaturan posisi ibu

    Memberikan cairan dan nutrisi

    Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur Pencegahan infeksi

    Dukungan Emosional

    Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan

    dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali

    berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk

    menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta untuk menemaninya.

    Bekerja bersama anggota keluarga untuk:

    Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.

    Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.

    Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.

    Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin.

    Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

    Mengatur Posisi

    Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta

    anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi.

    Pemberian Cairan dan Nutrisi

    Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses

    kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase

    aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    16/38

    Kamar Mandi

    Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu harus berkemih

    sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa

    penuh.

    Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk:

    Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan

    Menyebabkan ibu tidak nyaman

    Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri

    Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu

    Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan

    Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secararutin. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat

    berkemih sendiri.

    Pencegahan Infeksi

    Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan

    aman bagi ibu dan bayinya. Hal ini merupakan unsur penting dalam asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam

    menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik, juga akan melindungi penolong persalinan

    dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktik-praktik pencegahan infeksi yang telah ditetapkan untuk

    mempersiapkan persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada saat awal

    persalinan dan pastikan ibu memakai pakaian yang bersih. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan

    peralatan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung tangan saat diperlukan. Anjurkan

    anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu

    dan/atau bayi baru lahir.

    PARTOGRAF

    Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat

    keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

    Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui

    periksa dalam.

    Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat

    mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    17/38

    Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan

    proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

    membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan

    secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir

    Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk:

    Mencatat kemajuan persalinan

    Mencatat kondisi ibu dan janinnya

    Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

    Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan

    Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat

    waktu

    Partograf harus digunakan:

    Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan

    persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.

    Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat

    keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.

    Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,

    rumah sakit, dll).

    Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan

    proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Uumum, Residen dan Mahasiswa

    Kedokteran).

    Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang

    aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam

    keselamatan jiwa mereka.

    Kala Dua Persalinan

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    18/38

    Batasan

    Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir

    dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.

    Gejala dan Tanda Kala Dua PersalinanGejala dan tanda kala dua persalinan adalah:

    Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

    Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.

    Perineum menonjol.

    Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

    Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

    Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnyaadalah:

    pembukaan serviks telah lengkap, atau

    terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

    Persiapan Penolong Persalinan

    Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik

    pencegahan infeksi (PI) yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan

    perlengkapan pelindung pribadi.

    Sarung Tangan

    Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa

    dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi

    baru lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari

    perlengkapan untuk menolong persalinan (partus set) dan prosedur penjahitan (suturing atauheckting set). Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.

    Perlengkapan Pelindung Pribadi

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    19/38

    Pelindung pribadi merupakan penghalang atau barier antara penolong dengan bahan-bahan yang

    berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan harus memakai

    celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga

    gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata (kacamata) yang bersih dan nyaman.

    Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta

    serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.

    Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan

    Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan

    tersebut harus memiliki pencahayaan/penerangan yang cukup (baik melalui jendela, lampu di

    langit-langit kamar ataupun sumber cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat

    tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan pelapis anti bocor

    (plastik) apabila hanya beralaskan kayu atau diatas kasur yang diletakkan diatas lantai (lapisi

    dengan plastik dan kain bersih). Ruangan harus hangat (tetapi jangan panas) dan terhalang dari

    tiupan angin secara langsung. Selain itu, harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan

    mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan. Pastikan bahwa semua

    perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik; termasuk perlengkapan untuk

    menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir. Semuaperlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi

    atau steril. Daftar tilik lengkap untuk bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obat esensial yang

    dibutuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi baru lahir.

    Penyiapan Tempat dan Lingkungan untuk Kelahiran Bayi

    Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi barulahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi

    proses kelahiran bayi atau bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih,

    hangat (minimal 25C), pencahayaannya cukup, dan bebas dari tiupan angin (matikan kipas

    angin atau pendingin udara bila sedang terpasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    20/38

    atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan

    bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.

    Persiapan Ibu dan Keluarga

    Asuhan Sayang Ibu

    Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran

    bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam

    menjalani proses persalinan.

    Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi,

    melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan memberikan

    dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.

    Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya

    dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.

    Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan. Lakukan bimbingan dan

    tawarkan bantuan jika diperlukan.

    Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.

    Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan

    untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan

    ibu beristirahat di antara kontraksi.

    Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.

    Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman dan

    semangat serta tenteramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian

    akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri

    penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya,

    jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil

    pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam).

    Membersihkan Perineum Ibu

    Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala dua persalinan diantaranya adalah melakukan

    pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas

    atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    21/38

    ke arah rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di bawah bokong saat

    ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan di dekatnya. Jika keluar tinja saat ibu

    meneran, jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong

    atau tangan yang sedang menggunakan sarung tangan. Ganti kain alas bokong dan sarung tangan

    DTT. Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir maka

    sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.

    Mengosongkan Kandung Kemih

    Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa

    penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi. Jika ibu tak dapat berjalan ke kamar

    mandi, bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.

    Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayi

    dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu

    tak mampu berkemih sendiri.

    Amniotomi

    Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan

    tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika

    terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah

    lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses

    persalinan.

    Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua

    Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi

    sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan

    ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan

    penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan

    lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    22/38

    meneran dan kemudian beristirahat di antara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman,

    baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan untuk

    ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau

    dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.

    Membimbing Ibu untuk Meneran

    Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan

    untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.

    Mendiagnosa kala dua persalinan dan memulai meneran:

    Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir).

    Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.

    Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam.

    Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm),

    lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI.

    Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman

    (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernapas

    selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan

    pada partograf.

    Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum

    saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernapas cepat selama kontraksi

    berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk

    menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu.

    Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil

    posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti

    dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung

    usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ

    setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di antara kontraksi.

    Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu

    untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan).

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    23/38

    Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk

    meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi

    (lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua temuan pada partograf. Berikan

    cukup cairan dan anjurkan/perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ

    setiap 15 menit. Stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas

    kontraksi. Jika ibu ingin meneran, lihat petunjuk pada butir 7 diatas.

    Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,

    anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah

    posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.

    Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.

    Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi tidak

    akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin

    disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).

    Posisi Ibu Saat Meneran

    Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara

    teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi

    meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.

    Cara Meneran

    Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.

    Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.

    Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.

    Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran jika lutut

    ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.

    Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

    Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan

    pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan anggota

    keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan itu.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    24/38

    Menolong Kelahiran Bayi

    Posisi Ibu Saat Melahirkan

    Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring telentang (supine

    position).

    Pencegahan Laserasi

    Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.

    Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin

    kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan

    kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala

    bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan

    dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangikemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas

    dengan cepat pada waktunya.

    Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan:

    meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma

    kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin dibandingkan

    dengan tanpa episiotomi

    meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum

    meningkatnya risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)

    Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi

    bila didapatkan:

    Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan

    Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi

    cunam (forsep) atau ekstraksi vakum)

    Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat

    kemajuan persalinan

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    25/38

    Melahirkan Kepala

    Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3

    nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk

    mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain

    bersih dan kering), ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan

    tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

    fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Perhatikan perineum

    pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT

    untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi.

    Periksa Tali Pusat pada Leher

    Setelah kepala bayi lahir minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher

    bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan

    lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali

    pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara 2

    klem tersebut.

    Melahirkan Bahu

    Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut

    sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan.

    Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan

    kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis.

    Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah

    dan seluruh dada dapat dilahirkan

    Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai berikut:

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    26/38

    Kepala seperti tertahan di dalam vagina.

    Kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar.

    Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali ke dalam vagina (turtle sign).

    Melahirkan Seluruh Tubuh Bayi

    Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu

    dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.

    Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat

    melewati perineum.

    Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir .

    Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan

    lengan bagian anterior.

    Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki .

    Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara kedua kaki bayi yang

    kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.

    Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan

    posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya. Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau

    selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.

    Memotong Tali Pusat

    Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm

    dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari

    tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Setelah memotong tali pusat, ganti

    handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    27/38

    Pemantauan Selama Kala Dua Persalinan

    Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan ketat selama

    berlangsungnya kala dua persalinan.

    Pantau, periksa dan catat:

    nadi ibu setiap 30 menit

    frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit

    DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit

    penurunan kepala bayi setiap 30menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan

    periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat

    warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau

    darah)

    apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka

    putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir

    kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir

    catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan

    Kala Tiga dan Empat Persalinan

    Batasan

    Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan

    selaput ketuban

    Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu

    Fisiologi Persalinan Kala Tiga

    Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume

    rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran

    tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    28/38

    plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding

    uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

    Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini:

    Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

    Tali pusat memanjang.

    Semburan darah mendadak dan singkat.

    Manajemen Aktif Kala Tiga

    Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif

    sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah

    kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus

    kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana

    sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah

    dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.

    Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga:

    Persalinan kala tiga yang lebih singkat

    Mengurangi jumlah kehilangan darah

    Mengurangi kejadian retensio plasenta

    Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:

    pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

    melakukan penegangan tali pusat terkendali

    masase fundus uteri

    Pemberian suntikan Oksitosin

    1. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI

    2. Letakkan kain bersih di atas perut ibu.3. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain. (Undiagnosed twin)

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    29/38

    4. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.

    5. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3

    bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).

    Penegangan Tali pusat Terkendali

    1. Berdiri di samping ibu.

    2. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat sekitar 5-

    20 cm dari vulva.

    3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis.

    Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan

    penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan

    satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal

    dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati hati untuk mencegah terjadinya inversio

    uteri.

    4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga

    menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.

    5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke

    arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri

    bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.

    6. Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun

    setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang

    menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.

    a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika

    perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.

    Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

    b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan

    tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut

    pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.

    7. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui

    introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan

    lahir).

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    30/38

    8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali

    pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah

    penampung. Karena selaput ketuban mudah robek; pegang plasenta dengan kedua tangan dan

    secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

    9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban..

    10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-

    hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari- tangan anda atau klem

    DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.

    Plasenta manual

    Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan)

    dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.

    Prosedur Plasenta Manual

    Persiapan

    Pasang set dan cairan infus

    Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

    Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal

    Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

    Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

    1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

    2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan

    sejajar lantai

    3. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke

    dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    31/38

    4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk memegangkan

    klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri

    5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga

    mencapai tempat implantasi plasenta

    6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari

    telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)

    Melepas plasenta dari dinding uterus1.Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.

    Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan

    sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung

    tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)

    Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung

    jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap

    ke atas (anterior ibu)

    2.Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan

    plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu)

    hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus

    Mengeluarkan plasenta

    1. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak

    ada sisa plasenta yang tertinggal

    2. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian

    instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta

    keluar (hindari terjadinya percikan darah)

    3. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus kearah dorso-kranial

    setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan

    Pencegahan infeksi pasca tindakan

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    32/38

    1. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan

    2. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5%

    selama 10 menit

    3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

    4. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

    Pemantauan pasca tindakan

    1. Periksa kembali tanda vital ibu

    2. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

    3. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan

    4. Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih

    memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan

    5. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindah ke ruang rawat

    gabung

    Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri

    Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus:

    1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.

    2. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena

    tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan perlahan serta rileks.

    3. Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya

    uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan

    penatalaksanaan atonia uteri (lihat di bawah).

    4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh:

    a. Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan

    bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang).

    b. Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada

    bagian yang hilang.

    c. Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak adanya

    kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    33/38

    d. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

    5. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi.

    Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan

    keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika

    uterus tidak berkontraksi baik.

    6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap

    30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

    Ingat, ada tiga langkah manajemen aktif kala tiga:

    1. Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu satu menit setelahbayi lahir.

    2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali

    3. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir.

    Atonia Uteri

    Kontraksi miometrium dan perdarahan kala tiga

    Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit. Jika uterus tidak

    berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-

    500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan

    menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot tadi. Atonia uteri adalah suatu

    kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari

    bekas tempat melekatnya palsenta menjadi tidak terkendali.

    Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang disebabkan

    oleh atonia uteri adalah:

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    34/38

    Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya:

    o jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion)

    o kehamilan gemeli

    o janin besar (makrosomia)

    Kala satu dan/atau dua yang memanjang

    Persalinan cepat (partus presipitatus)

    Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)

    Infeksi intrapartum

    Multiparitas tinggi

    Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia/eklampsia

    Penatalaksanaan Atonia Uteri

    Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan

    taktil (masase) fundus uteri:

    1. Segera lakukan kompresi bimanual internal :

    a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan secara

    obstetrik (menyatukan kelima hujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.

    b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri

    mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh

    c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior

    uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah

    depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang

    d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan

    langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding

    uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

    e. Evaluasi keberhasilan:

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    35/38

    i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama

    dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat

    selama kala empat.

    ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum,

    vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan

    untuk menghentikan perdarahan .

    iii Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan

    kompresi bimanual eksternal kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan

    atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.

    2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Jangan berikan

    ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.

    3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc

    larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.

    4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.

    5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini

    bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan

    rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.

    6. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu

    tiba di tempat rujukan.

    a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.

    b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan

    yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.

    c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan tetesan

    sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi.

    Kompresi Bimanual Eksternal

    1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di atas

    simfisis pubis.

    2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri, sejajar

    dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang bagian belakang

    uterus seluas mungkin.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    36/38

    3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar

    pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat

    menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

    Asuhan dan Pemantauan Pada Kala Empat

    Setelah plasenta lahir:

    1. Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan

    kuat.

    2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat

    sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Sebagai

    contoh, hasil pemeriksaan ditulis: dua jari di bawah pusat.

    3. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

    4. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum .

    5. Evaluasi keadaan umum ibu.

    6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang

    partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

    Memperkirakan Kehilangan Darah

    Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali

    bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Tak

    mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah sarung karena

    ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah

    oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah,

    bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karena

    berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang

    dan menyusukan bayinya.

    Memeriksa Perdarahan dari Perineum

    Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.

    Nilai perluasan laserasi perineum.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    37/38

    Pencegahan Infeksi

    Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan klorin

    0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan

    dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah. Dekontaminasi linen

    yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan

    air dan deterjen.

    Pemantauan Keadaan Umum Ibu

    Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca

    persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah

    penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan

    kontraksi uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pascapersalinan, mungkin

    ibu tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan. Penting untuk berada di samping ibu dan

    bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.

    Selama dua jam pertama pasca persalinan:

    Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15

    menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika

    ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.

    Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam

    pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak

    normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.

    Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika meningkat,

    pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.

    Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap15 menit selama satu jam pertama dan

    setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.

    Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang

    keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.

  • 7/22/2019 Pemeriksaan Leopold Dan APN

    38/38

    Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju

    atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal

    atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik,

    kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI .

    Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir .

    Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya

    mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan pada mereka

    bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti:

    demam

    perdarahan aktif

    keluar banyak bekuan darah

    bau busuk dari vagina

    pusing

    lemas luar biasa

    penyulit dalam menyusukan bayinya

    nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa