Pemeriksaan IVA

77
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Papilloma Virus (HPV) adalah infeksi seksual yang paling banyak terjadi di dunia. Terjadi pada sebanyak 75% perempuan yang aktif secara seksual (Groopman 1999). Walaupun infeksi HPV tersebar luas, hanya sedikit orang yang tahu bahwa terinfeksi karena penyakit ini jarang menimbulkan gejala. Diperkirakan setiap 1 juta perempuan yang terinfeksi, sekitar 10% nya (100.000) akan mengalami perubahan pra-kanker jadi jaringan ikat leher rahim (dysplasia). Dari kelompok perempuan tersebut, sekitar 8% (8000) akan menjadi kanker awal terbatas pada lapisan luar sel-sel leher rahim Carsinoma In Situ (CIS), dan sekitar 1.600 akan berkembang menjadi kanker ganas (invasive cancer) bila lesi pra kanker atau CIS tidak terdeteksi dan tidak diobati. Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita diseluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling umum pada perempuan, dialami oleh lebih dari 1,4 juta perempuan diseluruh dunia (Farley et al.2001). Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000 perempuan meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia 1

description

Public Health

Transcript of Pemeriksaan IVA

Page 1: Pemeriksaan IVA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Papilloma Virus (HPV) adalah infeksi seksual yang paling banyak

terjadi di dunia. Terjadi pada sebanyak 75% perempuan yang aktif secara seksual

(Groopman 1999). Walaupun infeksi HPV tersebar luas, hanya sedikit orang yang

tahu bahwa terinfeksi karena penyakit ini jarang menimbulkan gejala.

Diperkirakan setiap 1 juta perempuan yang terinfeksi, sekitar 10% nya

(100.000) akan mengalami perubahan pra-kanker jadi jaringan ikat leher rahim

(dysplasia). Dari kelompok perempuan tersebut, sekitar 8% (8000) akan menjadi

kanker awal terbatas pada lapisan luar sel-sel leher rahim Carsinoma In Situ

(CIS), dan sekitar 1.600 akan berkembang menjadi kanker ganas (invasive cancer)

bila lesi pra kanker atau CIS tidak terdeteksi dan tidak diobati.

Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita

diseluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling umum pada

perempuan, dialami oleh lebih dari 1,4 juta perempuan diseluruh dunia (Farley et

al.2001). Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000

perempuan meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia berdasarkan data

yang diperoleh kanker leher rahim menempati urutan kedua dari k anker pada

wanita. Angka estimasi insiden rate kanker leher rahim di kota Solok terbilang

cukup banyak. Kota Solok memiliki 4 puskesmas yang aktif, dimana target Dinas

Kesehatan Kota Solok untuk lima tahun sebanyak 9.878 wanita yang tinggal

diwilayah Kota Solok mengikuti pemeriksaan deteksi dini IVA, dan target satu

tahunnya sebanyak 1.975 wanita. Sementara pada tahun 2010 hanya 84% wanita saja

yang sudah melakukan pemeriksaan dini, dan pada tahun 2011 mengalami

peningkatan menjadi 382 (19%) wanita. Berdasarkan luas wilayah, jumlah sasaran,

dan perbandingan persentase sasaran yang telah melakukan pemeriksaan IVA tahun

2014 di puskesmas Nan Balimo adalah sebesar 26,5 %.

Selain kaitan antara HPV dan penyakit kanker, ada bukti yang terus

berkembang bahwa penderita HPV yang melakukan hubungan melalui anal dapat

1

Page 2: Pemeriksaan IVA

lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih (squamous

cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual, sekitar 60% yang

tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV, sementara hampir 95%

yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-pria tersebut terbukti

membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya jenis 16 dan 18) yang

menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya, perempuan dengan infeksi aktif

dapat menyebarkan virus tersebut kepada bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical).

Pada saat melahirkan yang dapat menyebabkan virus papilloma pada bayi baru

lahir dan kemungkinan terjadi laryngeal papilomatosis.

Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi,

seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus,

infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif

selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah

atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang

diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan.

Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih dari 40% perempuan

tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif.

Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan tersebut masih membawa virus

tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian tersebut, infeksi yang

berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang ganas dan terkait

dengan kanker.

Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin

pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear,

bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA memang

belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di Indonesia yang

merealisasikannya. Salah satu kota yang telah merealisasikannya adalah Kota solok.

Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang

rendahnya cakupan wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA sebagai

deteksi dini kanker serviks di Kota Solok khususnya wilayah kerja Puskesmas Nan

Balimo Tahun 2014.

2

Page 3: Pemeriksaan IVA

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

1. Mengetahui tentang menejemen Puskesmas

2. Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas

3. Mengetahui tentang program–program di Puskesmas

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita

tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah

diberikan intervensi.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker

serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan

intervensi.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan wanita untuk

melakukan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan

intervensi.

4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan pemeriksaan dini

IVA setelah dilakukan intervensi

5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap

wanita terhadap kanker serviks dan pemeriksaan dini IVA setelah

dilakukan intervensi

1.3 Manfaat

1. Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan

pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derjat kesehatan

wanita usia subur.

2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan program pencegahan dan

pemberansan penyakit tahun berikutnya.

3

Page 4: Pemeriksaan IVA

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai gambaran

manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) tentang

Rendahnya Angka Kunjungan Pemeriksaan Iva di Wilayah Kerja Puskesmas Nan

Balimo Tahun 2014.

4

Page 5: Pemeriksaan IVA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas

merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di

wilayah kerjanya.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan

masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya

kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.

UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan

gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan

penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan

perorangan.

5

Page 6: Pemeriksaan IVA

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan

masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

puskesmas

g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan pelayan kesehatan

6

Page 7: Pemeriksaan IVA

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerja sama inter dan antar profesi,

f. Melaksanakan rekam medis

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu

dan akses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan.

2.2 Manajemen

Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber

daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip

pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan

sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.

7

Page 8: Pemeriksaan IVA

2.2.1 Perencanaan

a. Pengertian

Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan

strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi

untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik

terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan

fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-

fungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola

pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa

yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan

tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

b. Langkah-langkah Perencanaan

Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu

sebagai berikut :

1) Analisa situasi

2) Mangidentifikasi masalah prioritas

3) Menentukan tujuan program

4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program

5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian

a. Pengertian

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga

mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber

daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur

penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang

ditetapkan.

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-

golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok

dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai

tujuan organisasi

8

Page 9: Pemeriksaan IVA

b. Manfaat Pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan

mengetahui:

1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok

2. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf

organisasi

3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan

wewenang kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan

kepadanya

4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

c. Langkah-langkah Pengorganisasian

Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf

2. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan

3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis

4. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan

fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya

5. Mendelegasikan wewenang

2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan

a. Pengertian

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan

program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan

program (yang dirumuskan dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini

lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua

sumber daya (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang

telah disepakati.

b. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan

Tujuan pelaksanaan yaitu

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien

9

Page 10: Pemeriksaan IVA

b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf

c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan

prestasi kerja staf

e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.

2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian

a. Prinsip Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari

proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi

perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan

program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya

harus selalu dibandingkan dengan hasil yang dicapai atau yang mampu dikerjakan

oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang terjadi harus segera

diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah, dikendalikan

atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan

agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk

mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan.

b. Standar Pengawasan

Standar pengawasan mencakup :

1. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf

melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan

dalam situasi yang sama di masa lalu.

2. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh

petugas yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat

profesionalisme staf.

c. Manfaat Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi

yang akan memperoleh manfaatnya yaitu :

1. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan

oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber

10

Page 11: Pemeriksaan IVA

dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal

ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan

efesiensi kegiatan program

2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf

melaksanakan tugas-tugasnya

3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi

kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien

4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan

5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan

atau diberikan pelatihan lanjutan.

d. Evaluasi

Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering

dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya

terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan

waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga

mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas

pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.

2.3 Kanker Servik

2.3.1 Definisi

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia

epitel di daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina

dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi

pada serviks atau atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita

yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan

liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita

berusia 35-55 tahun.

2.3.2 Faktor-faktor risiko kanker leher rahim

Penelitian epidemiologi telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang

berperan nyata terhadap pertumbuhan CIN (Cervical Intraepithelia Neoplasia),

suatu pertanda awal kanker leher rahim seperti terlihat pada tabel 2.1. Baik jenis

11

Page 12: Pemeriksaan IVA

maupun pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor

utama yang menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat

perilaku yang santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya,

jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat

banyak, dan masing-masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak

pasangan. Sehingga pola kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar

Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HPV.

Tabel 2.1. Faktor-faktor Risiko Kanker Leher Rahim

FAKTOR RISIKO

Kegiatan Seksual (Usia <20 tahun)

Banyak pasangan seksual

Paparan terhadap IMS

Ibu ata saudara perempuan yang mengidap kanker leher rahim

Tes pap sebelumnya yang abnormal

Merokok

Penurunan kekebalan tubuh :

HIV/AIDS

Penggunaan kortikosteroid kronis (asthma dan lupus)

Sumber : Buku Panduan Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Payudara untuk Fasilitas dengan Sumber Daya Terbatas

Faktor risiko lain adalah adanya hubungan darah keluarga (ibu atau saudara

perempuan) yang menderita kanker leher rahim. Magnusson, Sparren and

Gyllensten (1999) membandingkan munculnya displasia dan CIS (Carsinoma In

Situ) pada keluarga perempuan yang menderita penyakit kanker dan dalam

kontrol usia. Mereka menemukan adanya kluster yang signifikan dalam keluarga

biologis, bukan adopsi. Pada ibu biologis dibandingkan dengan kasus kontrol,

risiko relatifnya adalah 1,8 sementara pada adopsi risiko relatifnya tidak jauh

berbeda dengan kontrol (1,1). Pada saudara perempuan biologis, risiko relatifnya

bahkan lebih tinggi (1,9), dibandingkan 1,1 pada saudara perempuan nonbiologis.

12

Page 13: Pemeriksaan IVA

Data tersebut memberikan bukti epidemiologi yang kuat mengenai kaitan antara

timbulnya kanker leher rahim dan penyebab awalnya.

Penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV juga

menjadi faktor risiko yang penting karena dapat membuat sel-sel yang berada

disaluran genital bawah (vulva, vagina dan serviks/leher rahim) lebih mudah

terinfeksi oleh tipe HPV yang mendorong timbulnya kanker. Kondisi yang tidak

umum lainnya yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh termasuk kondisi

yang membutuhkan pengobatan kortikosteroid kronis, seperti asthma atau lupus.

Para perempuan juga dapat meningkatkan risiko terkena CIN bila

menerapkan beberapa perilaku yang diketahui dapat menurunkan sistem

kekebalan tubuh. Perilaku tersebut antara lain penggunaan obat-obat rekreasional,

alkohol dan rokok. Perilaku yang disebutkan terkahir terutama penting karena

walaupun sudah ada penurunan jumlah pria yang merokok, jumlah perempuan

yang merokok telah meningkat secara dramatis beberapa tahun terakhirnya

khususnya pada remaja putri. Nikotin dan hasil sampingan dari rokok dianggap

dapat meningkatkan risiko relatif perempuan terkena kanker leher rahim dengan

berpusat pada mukosa leher rahim dan mengurangi daya kekebalan sel-sel

langerhans untuk melindungi jaringan ikat pada leher rahim dari faktor onkogenik

yang bersifat invasif, seperti infeksi HPV.

2.3.3 Pencegahan Kanker Leher Rahim

Sebagaimana telah disebutkan diatas, HPV adalah infeksi menular seksual

yang paling banyak terjadi di dunia. Walaupun kondom dan praktik-praktik seks

yang aman melindungi dari berbagai IMS, termasuk HIV/AIDS, alat-alat tersebut

masih kurang efektif dalam mencegah penularan HPV. Hal ini karena virus

papiloma tinggal di sel-sel kulit (pipih/squamous) yang menutupi daerah pubis

(vulva atau penis) serta sel-sel sebelah dalam sepanjang vagina dan leher rahim

pada perempuan, serta uretra dan anus pada kedua jenis kelamin. Kondom tidak

menutupi seluruh batang penis, dan juga tidak membatasi kontak dengan kulit

pubis. Oleh karena itu, pada saat senggama bahkan dengan memakai kondom, sel-

sel kulit yang mengandung HPV bisa bersentuhan dengan vulva atau vagina,

13

Page 14: Pemeriksaan IVA

sehingga memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Selain itu, friksi yang

terjadi ketika berhubungan seksual dipercaya dapat menyebabkan sobeknya

dinding vagina dalam ukuran mikroskopis yang semakin memungkinkan

terjadinya penularan. Lebih dari itu, bahkan sel-sel mati yang terlepas saat

berhubungan dapat mengandung HPV dan tetap dapat menular sampai beberapa

hari (Roben, Lowy and Schiller 1997)

a. Pencegahan Primer

Menurut sumber, cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher

rahim dan kanker genital lain dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan

imunisasi sejak usia dini sebelum mereka aktif secara seksual. Manfaat dari

vaksin tersebut terutama nyata di Negara yang sedang berkembang, dimana

pelayanan kesehatan untuk perempuan sangat sedikit. Tetapi, pemberian vaksin

tidak mudah karena respon kekebalan tubuh seseorang tampaknya tergantung

pada tipe/jenis HPV. Sebagai contoh, seseorang yang dilindungi dari 16 tetap

berisiko terinfeksi tipe lain yang dapat menyebabkan kanker, seperti tipe 18 atau

33. Lebih lanjut, tampaknya ada beberapa sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan

mungkin juga pada tipe-tipe lainnya. Terakhir, seperti telah disebutkan, tipe HPV

yang terkait dengan penyakit kanker berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis.

Dengan meningkatnya perjalanan internasional, berbagai tipe karsinogen akan

segera menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu, sebuah vaksin yang

mengandung campuran beberapa tipe harus diciptakan (Groopman 1999, Stewart

et al. 1996).

Terlepas dari masalah tersebut, saat ini sedang dilakukan pengujian

keamanan dari dua vaksin yang dapat melindungi perempuan dari virus papiloma

yang terkait dengan kanker leher rahim. Namun, vaksin tersebut diperkirakan baru

tersedia beberapa tahun lagi, dan butuh beberapa tahun lagi sebelum akhirnya

dapat terjangkau di negara-negara yang sedang berkembang.

Blumenthal (2002) membahas kompleksitas penerapan program vaksinasi

dan perlunya melanjutkan program pencegahan sekunder sementara waktu, dan

menekankan perbedaan antara sebuah vaksin dan sebuah program vaksinasi.

Memang benar bahwa suatu vaksin tidak akan efektif kecuali ada program yang

14

Page 15: Pemeriksaan IVA

berhasil yang dapat menjamin ketersediaan, akses dan penerimaan/akseptabilitas.

Terakhir, ada pula beberapa upaya untuk menghasilkan vaksin penyembuhan akan

meningkatkan system kekebalan tubuh seseorang yang telah terinfeksi dan

menyebabkan kanker mengecil atau bahkan menghilang. Vaksin seperti ini

ditargetkan untuk menonaktifkan protein E6 dan E7, yaitu protein viral yang

menghambat kerja protein yang mengatur pertumbuhan sel (Rb dan p53)

(Massimi dan Banks 1997).

Uji coba klinis telah dilakukan pada penelitian efektifitas kedua vaksin baik

vaksin penyembuhan maupun vaksin profilaksis untuk HPV. Schreckenberger dan

Kaufman (2004) menyimpulkan bahwa walaupun vaksin profilaksis untuk HPV

yang berhasil telah sampai pada uji coba klinis yang lebih besar, vaksin

penyembuhan HPV, walaupun terjadi induksi sel T, kurang berhasil karena

kemampuan tumor dalam membuat kekebalan untuk melawan vaksin tersebut.

Akibatnya, ajuvan (komponen yang meningkatkan respons kekebalan tubuh) bagi

modulasi kekebalan tubuh sistemik dan local diwajibkan agar terapi/pengobatan

dapat efektif.

Roden, Ling dan Wu (2004) menunjukan kemajuan pengembangan vaksin

pencegahan. Vaksin pencegahan menargetkan protein yang terhubung dengan

kapsul virus dan memaksa produksi antibody penetralisir. Walaupun vaksin

pengobatan menghadapi banyak tantangan, berbagai bentuk vaksin sedang diuji

coba untuk menargetkan HPV-16 E6 dan E7 dan masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Koutsky

et al. (2002), partikel yang menyerupai virus HPV-16 digunakan sebagai vaksin

dan menghasilkan 100% keampuhan pada 768 perempuan. Tetapi, penulis hanya

menilai satu sub tipe dari HPV dan mungkin diperlukan banyak vaksinasi untuk

meningkatkan kekebalan tubuh. Terakhir, vaksin yang saat ini diuji membutuhkan

pendingin, yang kadang bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan akses di

negara-negara sedang berkembang.

Sampai sebuah vaksin pelindung tersedia dan mudah didapat secara luas,

pencegahan primer harus memfokuskan untuk terus merubah praktik seksual dan

perilaku lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, dan program-

15

Page 16: Pemeriksaan IVA

program pencegahan sekunder harus terus menapis dan menangani perempuan

yang menderita pra-kanker dan kanker. Sama seperti perang melawan HIV/AIDS,

konseling untuk mengurangi risiko yang terkait dengan faktor risiko yang telah

disebutkan diatas (Tabel 2.1) harus diterapkan di semua sistem pelayanan

kesehatan, khususnya fasilitas yang menangani remaja. Pesan-pesan tersebut

harus memperingatkan para remaja bahwa praktek-praktek yang dibuat untuk

meminimalkan risiko terpapar HIV/AIDS dan IMS lainnya (mis., penggunaan

kondom pria dan perempuan) tidak efektif dalam mencegah penularan HPV.

Selain itu, berbagai upaya keras untuk mengurangi minat remaja, khususnya

remaja putri, untuk mencoba merokok dan melakukan aktivitas seksual harus

disebarluaskan secara terus menerus.

b. Pencegahan Sekunder

Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi

HPV sulit dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk

segera :

Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra-kanker awal dan mudah

diobati, dan

Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi

berkembang menjadi kanker

2.3.4 Pemeriksaan

a. IVA

Inspeksi Visual Asam (IVA) merupakan salah satu cara melakukan tes

kanker leher rahim. Kelebihan dari tes ini adalah kesederhanaan teknik dan

kemampuan untuk memberikan hasil yang segera kepada ibu. Yang menjalani tes

kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua perempuan berusia 30-50 tahun.

Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara perempuan berusia antara

40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra kanker

lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10-20 tahun lebih awal. Perempuan yang

mempunyai faktor risiko adalah kelompok yang paling penting untuk mendapat

pelayanan tes dan pengobatan difasilitas dan sarana terbatas. Bahkan, dengan

16

Page 17: Pemeriksaan IVA

memfokuskan pada pelayanan tes dan pengobatan untuk perempuan berusai antara

30-45 atau memiliki faktor risiko seperti risiko tinggi IMS akan dapat

meningkatkan nilai prediktif postif dari IVA. Selain itu karena angka penyakit

lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, lebih besar kemungkinan untuk

mendeteksi lesi pra kanker sehingga meningkatkan efektivitas biaya dari program

pengujian dan mengurangi kemungkinan pengobatan yang tidak perlu.

Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat

menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau pasca keguguran. Tes

tersebut dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki

IMS atau HIV/AIDS.

Pengujian atau tes untuk kanker leher rahim biasanya dilakukan sebagian

bagian dari program penapisan kesehatan reproduksi misal atau pelayanan

kesehatan primer, seperti kunjungan prenatal atau postpartum/nifas, pemakaian

awal atau lanjutan KB, asuhan paska keguguran, kontap, atau asesmen IMS. Oleh

karena itu, riwayat singkat dan pemeriksaan terbatas harus disajikan dalam

konteks pelayanan kesehatan reproduksi yang sedang diberikan.

Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:

a. Riwayat menstruasi

b. Pola pendarahan ( misalnya paska coitus atau mens tak teratur)

c. Paritas

d. Usia pertama kali berhubungan seksual

e. Penggunaan alat kontrasepsi

Pastikan untuk menyertakan informasi tentang faktor risiko kanker leher

rahim yang telah disebutkan sebelumnya.

Peralatan dan bahan lain :

IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana berikut ini:

a. Meja periksa

Meja periksa harus membuat petugas dapat memasukkan spekulum dan

melihat serviks.

17

Page 18: Pemeriksaan IVA

b. Sumber cahaya/lampu

Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat serviks, maka

gunakan sumber cahaya, seperti lampu leher angsa atau senter, jika

tersedia. Cahaya harus cukup kuat agar petugas dapat melihat ujung vagina

dimana serviks berada. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika tidak

cukup cahaya untuk melihat seluruh serviks. Penting juga untuk menjaga

agar sumber cahaya tidak terlalu panas. Lampu yang terlalu panas bisa

membuat ibu/pasien dan petugas tidak nyaman. Senter berkualitas tinggi

dapat memberi cukup cahaya tanpa menghasilkan banyak panas. Selain

itu, senter tidak memerlukan sumber listrik, dapat dibawa-bawa dan

ditempatkan ddalam posisi apapun agar serviks dapat dengan jelas.

c. Bivalved speculum

Bivalve speculum lebih dianjurkan karena lebih efektif dalam

memperlihatkan serviks, tetapi baik Cusco atau Graves dapat diatur dan

dibiarkan terbuka saat serviks sedang diperiksa. Hal ini membuat tangan

petugas bebas mengoles serviks, mengatur sumber cahaya dan

memanipulasi serviks dan spekulum agar dapat melihat serviks

sepenuhnya. Speculum Simms tidak dianjurkan karena hanya mempunyai

satu bilah (blade) dan harus dipegang oleh seorang asisten.

Selain itu, jika krioterapi akan diberikan bersama dengan tes IVA,

pearalatan yang diperlukan untuk krioterapi harus siap dan tersedia.

d. Rak atau wadah peralatan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia ditempat :

1. Kapas lidi untuk swab

Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran keputihan

dari serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke serviks. Kapas lidi

terebut harus tertutup rata dengan kapas sehingga dapat mengoleskan asem

asetat secara merata dan tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas

lidi tidak harus steril. Bahan katun wall yang dibentuk seperti bola dan

dioleskan pada serviks juga dapat diterima.

18

Page 19: Pemeriksaan IVA

2. Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di

Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah digunakan,

harus sudah di dekontaminasi, dibersihkan dan di DTT setiap kali selesai

digunakan. Sarung tangan steril tidak diperlukan. Gunakan sepasang

sarung tangan baru untuk setiap ibu.

3. Spatula dari kayu dan atau kondom

Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika

menonjol melalui bilas speculum. Gunakan spatula baru untuk tiap

perempuan. Cara lain, kondom dengan ujung yang dipotong dapat

dipasang pada bilas-bilas speculum untuk mencegah agar dinding vagina

tidak menekan kecelah diantara bilas speculum dan menghalangi

pandangan arah ke serviks.

4. Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat digunakan )

Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat 3-5%. Di

sebagian Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang dijual dipasar adalah

mengganti cuka sebenarnya adalah asam asetat. Jika asam asetat tidak

tersedia, ahli farmasi atau pemasok kimia setempat dapat mengencerkan

larutan asam asetat dengan rumus dibawah ini :

Total bagian (TB )air = % konsentrasi

% Larutan

5. Larutan klorin 0,5% untuk dekontanminasi peralatan dan sarung tangan

Larutan klorin 0,5% digunakan untuk mendekontaminasi speculum dan

sarung tangan bedah tiap kali selesai dipakai. Setelah dekontaminasi,

speculum baki atau wadah peralatan dan sarung tangan harus dicuci

dengan air sabun, bilas sampai bersih, di DTT atau sterilisasi.

6. Formulir catatan untuk mencatat penemuan

19

Page 20: Pemeriksaan IVA

Tindakan umum :

Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada

serviks. Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi

serviks dengan menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan

menggunakan spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk

menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudaian asam asetat dioleskan

secara merata pada serviks, setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk

melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus

dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling jika

diperlukan dan tersedia.

Klasifikasi hasil

Temuan assesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku

sebagaimana terangkum dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2. klasifikasi IVA sesuai dengan temuan klinis

KLASIFIKASI IVA TEMUAN KLINIS

Hasil tes positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite

Hasil tes negative Permukaan polos dan halus, berwarna merah

jambu;ektropion,polip,servisitis,inflamasi,kist

a nabotian

Kanker Masa mirip kembang kola tau ulkus

b. Pap smear

Tes pap smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk

melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio

(dysplasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker.

Pap smear merupakam suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari

kanker leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Pap smear

merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya

untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.

20

Page 21: Pemeriksaan IVA

Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta dilakukan

setiap saat, kecuali pada saat haid.

Manfaat Pap smear

Pemeriksaan pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining)

dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan

prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah.

Pap smear mampu mendeteksi lesi precursor pada stadium awal sehingga

lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif.

Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Diagnosa dini keganasan

Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus

endometrium, keganasan tuba falopi, dan mungkin keganasan ovarium.

2. Perawatan ikutan dari keganasan

Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah

mendapat kemoterapi dan radiasi

3. Interpetasi hormonal wanita

Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau

tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan

kemungkinan keguguran pada hamil muda.

4. Menentukan proses peradangan

Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai

infeksi bakteri dan jamur.

21

Page 22: Pemeriksaan IVA

BAB III

HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Umum Institusi

3.1.1 Kondisi Geografi

Peta Wilayah :

Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai

beroperasional pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua)

Kelurahan yaitu Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan

22

Page 23: Pemeriksaan IVA

Kelurahan Laing dengan luas wilayah 815 Ha. Puskesmas Nan Balimo merupakan

puskesmas non perawatan atau puskesmas rawat jalan.

Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa

Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa

Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera

Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua)

kelurahan, yaitu :

Kelurahan Nan Balimo

Kelurahan Laing

3.1.2 Kondisi Demografi

Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa

2. Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa

Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing

pada umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.

3.1.3 Visi Dan Misi

A. Visi

“Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk

hidup sehat”

B. Misi

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS

Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan

23

Page 24: Pemeriksaan IVA

Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja

Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan

lingkungan

3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan

1. Gedung Puskesmas

1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan

Balimo Kota Solok

2. Puskesmas Pembantu

Pustu Gelanggang Betung

Pustu Tembok

Pustu Laing Taluk

Pustu Laing Pasir

3. Pos Kesehatan Kelurahan

Poskeskel Nan Balimo

Poskeskel Laing

4. Sarana Transportasi

Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit

Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit

Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Nan BalimoTahun 2015

No Jenis Sarana Jumlah

1. Puskesmas Induk 1 Unit

2. Puskesmas Pembantu 4 Unit

3. Poskeskel 2 Unit

4. Posyandu Balita 10 Unit

5. Posyandu Lansia 4 Unit

6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit

7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit

Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.1.5 Ketenagaan Puskesmas

24

Page 25: Pemeriksaan IVA

Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas

No Jenis Tenaga Jumlah Ket

1 Dokter Umum 2

2 Dokter Gigi 1

3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas

4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela

5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela

6 Tenaga Sanitarian 1

7 Tenaga Gizi 3

8 Perawat Gigi 1

9 Tenaga Apotik/gudang obat 3

10 Tenaga Analis 1

11 Tenaga Refraksi Optisi 0

12 Tenaga RM 1

13 Tenaga Elektromedik 0

14 Tenaga Umum 0

15 Tenaga Supir 1

16 Penjaga Malam 1

17 Tenaga Kebersihan 1

Total 40

Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di

Puskesmas Nan Balimo

3.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

1) Promosi kesehatan

Kegiatan yang dilakukan :

Penyuluhan ke Sekolah

Penyuluhan di Posyandu

Penyuluhan Keliling

25

Page 26: Pemeriksaan IVA

Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kawasan Tanpa Rokok (PHBSKTR)

Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

2) Kesehatan Lingkungan

a. Kegiatan yang dilakukan :

Inspeksi sanitasi dasar

Rumah sehat

Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan

makanan dan minuman (ttu-tpm)

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)

Pengelolaan sampah rumah tangga

Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air

Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah

Penyuluhan kawasan sehat

b. Hasil Kegiatan

Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan

No Kegiatan Target % Pencapaian %

1 Akses air bersih * 92 90,8

2 Jamban keluarga * 90 70,5

3 Pembuangan limbah 75 85,13

4 Pengelolaan sampah 95 84,9

5 Rumah sehat 80 87,12

6 TTU 75 89,4

7 TPM 65 82,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

26

Page 27: Pemeriksaan IVA

3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

a. Kegiatan yang dilakukan :

a) Program Kesehatan Ibu

Kelas Ibu Hamil

PelayananAnte Natal Care(ANC)

Kunjungan ibu hamil risiko tinggi

Kunjungan nifas

Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan

komplikasi (P4K/ANC)berkualitas

otopsi verbal,dll

b) Program Kesehatan Anak

Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)

Kelas Ibu Balita

c) Program Keluarga Berencana

pelayanan dan konseling

penanganan komplikasi ringan

b. Hasil Kegiatan

Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu

No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)

1 Cakupan kunjungan ibu hamil K1 100% 107,5%

2 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% 96%

3 Cakupan ibu hamil dengan

komplikasi yang ditangani

80% 20,3%

4 Cakupan pertolongan persalinan

nakes

90% 93.4%

5 Kunjungan nifas 85% 82,7%

6 Peserta KB aktif 71% 71,6%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

27

Page 28: Pemeriksaan IVA

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak

No Program Kegiatan sasaran Target(%)Pencapaian

(%)

1 (Anak) Jumlah KN1 170 90 88,23

2

Jumlah KN

Lengkap sasaran

170

170 90 82,7

3 DDTK 2x/tahun 659 90 82,9

4

Jumlah neonatus

komplikasi yg

ditangani

0 80 26,6

5 (Bayi) Pelayanan Bayi

6 DDTK 4x/th 170 90 90,5

7 Yankes anak balita 170 85 84,6

8Jlh kematian

neonatus0 - 4

9 Jlh kematian bayi 0 - 1

10 Jlh Kematian Balita 0 - 0

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

28

Page 29: Pemeriksaan IVA

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

No KelurahanJml

PUS

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif DROP OUT

Kumulatif Kumulatif Kumulatif

Jml % Jml % Jml %

1Nan

Balimo1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64

2 Laing 174 41 23,6 133 76,4 23 13,2

Total 1424 149 16,12 1041 74,5 106 16,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

4) Perbaikan Gizi Masyarakat

a. Kegiatan yang dilakukan :

Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)

Pengukuran Status Gizi muridtk/PAUD

Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA

Pemberian PMT Pemulihan

Kelas gizi

Survey GAKY tingkat rumah tangga.

Kegiatan rutin seperti :

Pemberian vit A

Pemberian tablet Fe

GERNASDARZI

29

Page 30: Pemeriksaan IVA

b. Hasil Kegiatan

Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat

N

oKegiatan Target (%) Pencapaian(%)

1 D/S Balita 69 65,7

2 N/D’ Balita 87 89.4

3 BGM/D Balita 3 0,9

4 Pendistribusian Vit A 85 98

5 Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96

6Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi

ekslusif80 90.9

7 Balita gizi buruk mendapat perawatan - -

8Cakupan rumah tangga yg konsumsi

beryodium90 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

a. Kegiatan yang dilakukan :

1) Prog. P2P

Sosialisasi P2P dan Surveilans

Pemeriksaan kontak TB

Penyegaran Kader TB

Penyuluhan HIV – AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas

Survey Epidemiologi

PTM

Posbindu

2) Kusta

Penemuan dan penanganan kasus

30

Page 31: Pemeriksaan IVA

3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC

Pelacakan Kasus Kontak

PMO TB

TB mangkir

Penyaringan suspect

4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Sosialisasi DBD

Pemantauan Jentik

PE

5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia

penemuan dan penanganan kasus

6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies

Pelacakan Kasus

7) Program Imunisasi

Pelayanan Imunisasi

BIAS

TT WUS

Sweeping

Pelacakan KIPI

b. Hasil Kegiatan

Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P

N

oKegiatan Target % Pencapaian %

1 Penemuan kasus BTA (+) * 70 38

2 Angka Bebas Jentik(ABJ) 92 77,43

3Penemuan kasus Pneumoni

*- 18 org

4 Pengobatan Diare 100 100

31

Page 32: Pemeriksaan IVA

5 Penanganan kasus DBD 100 100

6 Penemuan kasus Kusta - -

7 Rabies : Kasus Gigitan - 19 org

8 Pemberian VAR/SAR - 9

9 IVA : diperiksa 237 org 63org

10 hasil (+) - 2 org

11Pemakaian Zink pada diare

pada anak balita100 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi

No Kegiatan Target % Pencapaian %

1 Imunisasi lengkap 90 91.2

2 HB 0 85 92.4

3 BCG 95 95.3

4 Polio 1 95 96.5

5 DPT HB 1 95 101.2

6 DPT HB 3 90 95.9

7 Polio 4 90 98.2

8 Campak 90 91.2

9 BIAS Campak 95 96.3

10 BIAS DT/TT 95 93.9

11 TT WUS SMU 85 91.1

12 TT WUS 85 82.9

32

Page 33: Pemeriksaan IVA

POSYANDU

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)

a. Kegiatan

1. UKS

Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA

Pembinaan Sekolah Sehat

Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan

2. Perkesmas

Asuhan keperawatan pada keluarga

Kunjungan rumah KK Resti

3. Kesehatan Jiwa

Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa

Rujukan kasus jiwa

4. Kesehatan Mata

Penemuan dan penangan kasus

Rujukan

5. Kesehatan Lansia

Pelayanan di dalam dan luar gedung

Pembinaan kelompok lansia

Senam lansia

Penyuluhan kesehatan lansia

Deteksi Dini Kesehatan Lansia

6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)

pelatihan kader PKPR

Penyuluhan & konsultasi ke sekolah

konsultasi bagi remaja

7. Kesehatan Gigi & Mulut

Dalam Gedung :

Pelayanan kedaruratan Gigi

33

Page 34: Pemeriksaan IVA

Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar

Pelayanan medik gigi dasar

Luar Gedung

UKGS

UKGM

3.3 Hasil Kegiatan Puskesmas

Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan

selama 5 minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan

balimo kota solok. Kegiatan dari puskesmas ini di mulai dengan adanya

pengarahan dari dinas kesehatan berupa materi terkait program- program

yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik senior

melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran mengenai

program –program, program ini dilakukan di masing- masing pemegang

program, mahasiswa yang berjumlah 6 orang dibagi dalam 3 kelompok,

yakni kelompok KIA, Imunisasi dan gizi , serta poli umum dan P3K. setiap

kelompok berisikan 2 orang dan akan diganti setiap minggu nya sehingga

mendapat kesempatan yang sama untuk mempelajari setiap program dari

masing – masing poli.

Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah

1. Penelitian Epidemiologi (PE)a. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 27 Juli 2015Tempat : Sawah Sianik Kecamatan Tanjung Harapan

b. Tujuan Kegiatan - Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan

minimal 10 rumah di lingkungannya- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko

menimbulkan jentik nyamuk Aides agepti- Melakukan fogging karena di temukannya positif jentik nyamuk pada

4 rumah - Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus

34

Page 35: Pemeriksaan IVA

c. Manfaat- Mencegah penyebaran penyakit DBD- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)

2. Puskesmas Keliling (Puskel)a. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 27 Juli 2015Tempat : Pustu Laing Pasir

b. Tujuan Kegiatan- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang DM dan artritis- Konseling gizi- Pemeriksaan kesehatan- Memberikan pengobatan

c. Manfaat- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang materi penyuluhan- Meningkatkan derajat kesehatan

3. Penelitian Surveya. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 30 Juli 2015Tempat : Jl. Syamsu Tulus kelurahan Nan Balimo

b. Tujuan Kegiatan- Menemukan pasien suspek TB- Memberikan pot sputum pada pasien suspek TB- Memberikan penyuluhan tentang TB

c. Manfaat- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB- Mendata pasien yang dicurigai penyakit TB

4. Kunjungan ke Lapas kelas IIba. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 6 Agustus 2015

35

Page 36: Pemeriksaan IVA

Tempat : Jl. Kapten Bahar Hamid km 41 Solok

b. Tujuan- Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas- Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang IMS dan Tinea

c. Manfaat- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit

5. Posyandua. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 12 & 13 Agustus 2015Tempat : Posyandu Anggrek 1 & 2 Gelanggang Betung

Posyandu Setia Kawan Laing Posyandu Bugenvil Posyandu Merah Sari Posyandu Teratai

b. Tujuan- Memberikan Vitamin A, imunisasi, penimbangan BB, TB- Memberikan penyuluhan tentang IVA

c. Manfaat- Memantau tumbuh kembang anak- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan- Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi- Mencukupi asupan Vit. A anak

6. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)a. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 15 Agustus 2015Tempat : Posyandu Lansia Tembok

b. Tujuan- Mensosialisasikan program baru kesehatan

36

Page 37: Pemeriksaan IVA

- Memberikan penyuluhan pada lansia tentang TB sebagai salah satu penyakit kronis

c. Manfaat - Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kronis- Pengelolaan penyakit kronis di masyarakat

7. Kelas Ibu dan Balitaa. Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :Tanggal : 19 & 20 Agustus 2015Tempat : Posyandu Tembok

Posyandu Laing

b. Tujuan Memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun

c. ManfaatMeningkatkan pengetahuan ibu tentang perjalanan tumbuh kembang anak

8. Skrining siswa baru masuka. Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah:Tanggal : 24 agustus 2015Tempat : SDN 016 Nan Balimo

b. Tujuan- Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan- Melakukan pemeriksaan mata dan telinga- Melakukan imunisasi campak

c. Manfaat- Mengetahui tingkat kesehatan siswa baru

3.4 Fokus Kajian Program

3.4.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan

wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo.

Terdapat 5 upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi

37

Page 38: Pemeriksaan IVA

kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta pencegahan dan pengendalian

penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing program wajib di

Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat

kesenjangan antara target dan pencapaian.

Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih tiga

masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens,

Seriousness, Growth (USG). Penilaian tiga masalah prioritas tersebut ditentukan

berdasarkan data laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang

program dan pimpinan puskesmas, serta observasi langsung lapangan.

Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan

pencapaian, tetapi juga dilihat dari urgensi, Seriousness,dan Growth.

Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:

1. Rendahnya pencapaian cakupan wanita usia subur yang melakukan

pemeriksaan IVA.

Jumlah wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo ditemukan sebanyak 63 orang yang seharusnya

mencapai target 237 orang.

2. Rendahnya pencapaian penemuan kasus BTA positif.

Jumlah pencapaian penemuan kasus BTA positif di Puskesmas Nan Balimo

hanya ditemukan sebanyak 38% yang seharusnya mencapai target 70%.

3. Rendahnya pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ)

Jumlah pencapaian angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo

ditemukan sebanyak 77,43% yang seharusnya mencapai target 90%.

3.4.2 Penetapan Prioritas Masalah

Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus

ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

Puskesmas.

Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah

menggunakan teknik skoring sebagai berikut :

38

Page 39: Pemeriksaan IVA

1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

3. Growth (tingkat perkembangan masalah)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

3.4.3 Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo

Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih

tiga masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG.

Penilaian tiga masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan

tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan

puskesmas, serta observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya

dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari

urgensi, Seriousness,dan Growth. Adapun masalah yang menjadi prioritas utama

berdasarkan skala USG adalah cakupan wanita usia subur yang melakukan

pemeriksaan IVA dengan nilai skala USG yaitu 125.

39

Page 40: Pemeriksaan IVA

Tabel 3.10. Penilaian prioritas masalah berdasarkan USG

Masalah U S G Total Prioritas

Rendahnya cakupan wanita usia

subur yang melakukan

pemeriksaan IVA

5 5 5 125 P1

Rendahnya penemuan kasus

BTA positif5 4 3 60 P2

Rendahnya pencapaian angka

bebas jentik (ABJ)3 2 2 12 P3

40

Page 41: Pemeriksaan IVA

FISHBONEE !!!

41

Page 42: Pemeriksaan IVA

3.5 Hasil Penelitian Ilmiah

Penilitan ilmiah dilakukan karena berkurangnya kunjungan Wanita Usia

Subur (WUS) yang sudah menikah untuk melakukan pemeriksaan IVA di wilayah

Puskesmas Nan Balimo. Penelitian ini dilakukan dengan metode questioner yang

dibagikan kepada 100 Wanita Usia Subur pada 6 posyandu di wilayah Puskesmas

Nan Balimo.

Tabel 3.11.Hasil Penelitian

Masalah Keterangan

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sangat baik : 2%

Baik : 6%

Cukup : 58%

Buruk : 19%

Sangat Buruk : 15%

Pernah Mendapatkan Penyuluhan tentang

Pemeriksaan IVA sebelumnya

Tidak Pernah : 58%

Pernah : 35%

Lupa : 7%

Pernah dilakukan Pemeriksaan IVA

sebelumnya

Pernah : 12%

Tidak Pernah : 88%

Izin dari suami untuk dilakukan

Pemeriksaan IVA

Izin : 83%

Tidak izin : 17%

Keinginan untuk dilakukan Pemeriksaan

IVA

Minat : 94%

Tidak Minat : 6%

Tingkat Ekonomi Masyarakat di Wilayah

Kerja Puskesmas Nan Balimo

Tinggi : 0%

Sedang : 13%

Rendah : 87%

Jarak Tempuh yang dibutuhkan untuk

sampai ke Puskesmas Nan Balimo

Dekat : 50%

Sedang : 26%

Jauh : 24%

42

Page 43: Pemeriksaan IVA

Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke

Puskesmas Nan Balimo

Sangat lama : 0%

Lama : 9%

Sebentar : 91%

Sarana dan prasarana yang tersedia di

Puskesamas Nan Balimo untuk

pemeriksaan IVA

Sarana dan prasarana yang tersedia untuk

melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas

Nan Balimo dikatakan cukup

3.6 Analisis Sebab Akibat Masalah

No Variabel masalah

Alternatif Pemecahan masalahFaktor

penyebab

Penyebab masalah

1 Manusia Masih rendahnya pengetahuan Wanita Usia

Subur (WUS) yang sudah melakukan

hubungan seksual tentang pemeriksaan

IVA

Tidak adanya kader khusus untuk mengajak

masyakat untuk dilakukan pemeriksaan IVA

Kurangnya motivasi Wanita Usia Subur

(WUS) yang sudah melakukan hubungan

seksual untuk pemeriksaan IVA

Memberikan penyuluhan kepada

pengetahuan Wanita Usia Subur

(WUS) yang sudah melakukan

hubungan seksual tentang

pemeriksaan IVA

Menjelaskan kepada Wanita Usia

Subur (WUS) yang sudah

melakukan hubungan seksual

tentang pentingnya pemeriksaan

IVA

Membentuk kader khusus untuk

mengajak masyakat untuk

dilakukan pemeriksaan IVA

2 Metode Kurangnya sosialisasi / penyuluhan pada

Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah

melakukan hubungan seksual tentang

pemeriksaan IVA

Kurangnya pelaporan dari praktek dokter

swasta dan bidan swasta yang melakukan

pemeriksaan IVA

Mengadakan penyuluhan/

konsultasi tentang pemeriksaan

IVA

Membuat format pelaporan yang

jelas kepada dokter/bidan praktek

swasta yang melakukan

pemeriksaan IVA

43

Page 44: Pemeriksaan IVA

3 Money Dana APBD untuk pembentukan kader/

petugas IVA

Menyediakaan APBD khusus

untuk kader/ petugas yang bertugas

mengajak dan merekrut masyarakat

untuk ikut dalam pemeriksaan IVA

4 Sarana Dana APBD untuk pengadaan sarana dan

prasarana khusus pemeriksaan IVA

Menyediakan APBD untuk

pengadaan sarana dan prasarana

khusus untuk pemeriksaan IVA

5 Lingkungan Kurangnya dukungan dari Keluarga (suami) Meningkatkan peranan dan

dukungan dari keluarga (suami)

3.7 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah

1. Man

Rendahnya pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah

melakukan hubungan seksual mengenai bahaya kanker serviks dan

pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks serta masih

rendahnya pemahaman suami tentang pemeriksaan IVA.

Kegiatan : Penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) yang

sudah melakukan hubungan seksual mengenai kanker

serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini

kanker serviks serta memberikan pemahaman

terhadap suami mengenai pemeriksaan IVA

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan Wanita Usia Subur

(WUS) yang sudah melakukan hubungan seksual

serta memberikan pemahaman terhadap suami

mengenai pemeriksaan IVA

Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan

Seksual, Suami

Lokasi : Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu

Volume Kegiatan : Sekali setahun

Pelaksanaan : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan

44

Page 45: Pemeriksaan IVA

pemeriksaan IVA

2. Method

Program khusus dari Puskesmas mengenai kanker serviks dan

pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks secara berkala

Kegiatan I :

Kegiatan : Jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA gratis melalui

program puskesmas keliling secara berkala sebagai

deteksi dini kanker serviks ( Safari IVA )

Tujuan : Meningkatkan angka cangkupan pemeriksaan IVA di

wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo

Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah berhubungan

seksual

Lokasi : Puskesmas Keliling

Volume Kegiatan : Sekali setahun

Pelaksana : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan

pemeriksaan IVA

Kegiatan II

Kegiatan : Pembentukaan kader-kader khusus untuk pemeriksaan

IVA disetiap wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo

Tujuan : - Mengajak dan menghimbau Wanita Usia Subur (WUS)

agar datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA di

puskesmas.

a.Mendata dan mengunjungi Wanita Usia Subur (WUS)

yang tidak datang pada penyuluhan dan pemeriksaan

IVA

b. Memberikan pengertian pada suami-suami yang

tidak menyetujui untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA

pada istrinya.

45

Page 46: Pemeriksaan IVA

3.8 Plan of Action

No Kegiatan Tujuan Sasaran LokasiVolume

kegiatanPelaksanaan

1. Penyuluhan

kepada

Wanita Usia

Subur (WUS)

yang sudah

melakukan

hubungan

seksual

Meningkatkan

pengetahuan

Wanita Usia

Subur (WUS)

yang sudah

melakukan

hubungan

seksual serta

memberikan

pemahaman

terhadap suami

mengenai

pemeriksaan

IVA

Wanita Usia

Subur

(WUS) yang

sudah

melakukan

seksual,

suami

Puskesmas,

Puskesmas

Pembantu,

Posyandu

Sekali

setahun

Dokter dan

petugas yang

mendapatkan

pelatihan

pemeriksaan

IVA

2. Jadwal khusus

untuk

pemeriksaan

IVA gratis

melalui

program

puskesmas

kelliling

secara berkala

Meningkatkan

angka cakupan

pemeriksaan

IVA

Wanita Usia

Subur

(WUS) yang

sudah

berhubungan

seksual

Puskesmas

Keliling

Sekali

setahun

Dokter dan

petugas yang

mendapatkan

pelatihan

pemeriksaan

IVA

3. Pembentukan

kader-kader

khusus untuk

pemeriksaan

IVA

Mengajak dan

menghimbau

WUS agar

datang pada

penyuluhan dan

WUS yang

telah

berhubungan

seksual

Puskesmas

keliling

dan

Posyandu

Sekali

setahun

Petugas yang

bertanggung

jawab

terhadap IVA

46

Page 47: Pemeriksaan IVA

pemeriksaan

IVA

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke

puskesmas untuk pemeriksaan IVA, didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai IVA dan kanker serviks, sangat baik : 2%, baik : 6%,

cukup : 58%, buruk : 19%, sangat buruk : 15% . pernah atau tidaknya

mendapatkan penyuluhan tentang pemeriksaan iva, tidak pernah : 58%, pernah :

35%, lupa : 7%. pernah atau tidaknya dilakukan pemeriksaan iva sebelumnya :

Pernah : 12% : Tidak Pernah : 88%. Izin dari suami untuk dilakukan Pemeriksaan

IVA Izin : 83% : Tidak izin : 17%. Keinginan untuk dilakukan Pemeriksaan IVA,

Minat : 94% : Tidak Minat : 6% . Tingkat Ekonomi Masyarakat di Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo, Tinggi : 0% : Sedang : 13% : Rendah : 87%. Jarak

Tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke Puskesmas Nan Balimo, Dekat :

50% : Sedang : 26% : Jauh : 24%. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke

Puskesmas Nan Balimo ,Sangat lama : 0% : Lama : 9% : Sebentar : 91%. Sarana

dan prasarana yang tersedia di Puskesamas Nan Balimo untuk pemeriksaan IVA

dikatakan cukup.

Dari data yang ada rendahnya kunjungan masyarakat ke puskesmas nan

Balimo sekitar 88% tidak pernah memeriksakan diri ke puskesmas, hal ini

disebakan karena pengetahuan masyarakat yang cukup (58%), dimana masyarakat

hanya mengetahui pengertian dan gejala dari kanker serviks, tapi tidak

mengetahui bahaya dari kanker serviks itu sendiri, meski tingkat penyuluhan yang

dilakukan cukup tinggi sekitar 58% tapi masyarakat tidak memahami betul apa itu

IVA dan bahayanya jika telah terjadi kanker serviks.

47

Page 48: Pemeriksaan IVA

4.2. Saran

1. Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk

beberapa orang kader yang akan melakukan monitoring kegiatan

setiap bulan.

2. Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas

sector / lintas program.

3. Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan

tentang pemeriksaan IVA kepada masyarakat.

4. Memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/ fasilitas

kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini kanker leher rahim yang

berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.

48

Page 49: Pemeriksaan IVA

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker

Payudara. Jakarta : DEPKES RI

Hacker. 2001. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC

Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar

Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC:

2004

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.

http://sinforeg.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 22 Agustus 2015.

Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta :

Sagung Seto

Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :

Sagung Seto

49

Page 50: Pemeriksaan IVA

DOKUMENTASI

LAMPIRAN KEGIATAN PROMOTIF DAN PREVENTIF

Kegiatan Penelitian Epidemiologi (PE)27 Juli 2015

50

Page 51: Pemeriksaan IVA

Kegiatan Penyuluhan di Puskeskel Laing

27 Juli 2015

Kegiatan Penyuluhan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Solok

51

Page 52: Pemeriksaan IVA

6 Agustus 2015

Kegiatan Penyuluhan Posyandu Anggrek I, Anggrek II, Setia Kawan, Bugenvil, Merah Sari, Teratai

12 & 13 Agustus 2015

52

Page 53: Pemeriksaan IVA

Kegiatan Penyuluhan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)15 Agustus 2015

53

Page 54: Pemeriksaan IVA

Kegiatan Penyuluhan Kelas Ibu dan Balita19 & 20 Agustus 2015

Kegiatan Skrining siswa baru masuk24 agustus 2015

54

Page 55: Pemeriksaan IVA

55