pembuatan Pulp Non Konvensional

download pembuatan Pulp Non Konvensional

of 15

Transcript of pembuatan Pulp Non Konvensional

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    1/15

    PEMBUATAN PULP SECARA NON KONVENSIONAL

    (PROSES ORGANOSOLV)

    (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas)

    Oleh

    Kelompok 5

    Anwika Utami Putri D. 1114051006

    Isnaini Rahmadi 1114051028

    M. Satria Gunawan 1114051032

    JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2014

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    2/15

    I PENDAHULUAN

    Semakin meningkatnya populasi manusia serta meningkatnya kebutuhan literatur,

    terutama di negara-negara yang sedang berkembang menyebabkan semakin

    meningkatnya konsumsi produk kertas danpaper board. Seiring dengan kebijakan

    revitalisasi industri kehutanan, ketersediaan kayu untuk memasok bahan baku

    industri pulp dan kertas menjadi kebutuhan yang mendesak. Peningkatan ini

    secara tidak langsung telah berdampak pula pada penurunan sumber daya hutan.

    Semakin berkurangnya sumber daya hutan pada beberapa tahun terakhir

    menyebabkan semakin meningkatnya produksi kertas yang menggunakan

    berbagai jenis tanaman non kayu. Pada tahun 2005, produksi pulp untuk produk

    kertas dan paper boarddunia berkisar 187,6 juta ton, dimana 17,4 juta ton atau

    9,27% berasal dari bahan non kayu (Bowyer et al., 2007). Hal ini menjadikan

    salah satu peluang alternatif dalam upaya mengatasi permasalahan ketimpangan

    antara supply dan demand bahan baku kayu pulp tersebut. Sejumlah penelitian

    juga telah dilakukan untuk memperkenalkan sumber serat lignoselulosa yang baru

    sebagai sumber bahan baku pulp dan kertas (Jahan et al., 2007; Shatalov dan

    Pereira, 2006).

    Selain itu, perkembangan teknologi yang berkenaan dengan pulp dan kertas

    semakin pesat dan lebih memperhatikan aspek lingkungan. Sejarah dimulai ketikatahun 3000 SM, mulai diperkenalkan sebuah alat tulis berbentuk lembaran

    lembaran yang dibuat dengan menyatukan bagianbagian tipis dari Bambu Mesir

    yang disebut dengan pipirus. Pada tahun 250 SM, Meng Teen dari Cina membuat

    bulubulu unta menjadi semacam kain dan digunakan sebagai alat untuk menulis.

    Pada tahun 105 SM, Tsui lau dari Cina membuat lembaranlembaran tipis dari

    Kayu Rame dan kulit kayu. Rame dan kulit kayu ini ditumbuk dengan abu

    sehingga menjadi semacam bubur dan kemudian dikenal sebagai pulp. Bubur ini

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    3/15

    kemudian dikeringkan dalam bentuk lembaranlembaran tipis yang dikenal

    dengan kertas. Pada tahun 1867, Benyamin Chef Tilgham mencoba membuat pulp

    dengan menggunakan proses sulfit, ternyata pulp mempunyai rendemen yang

    tinggi dan warnanya lebih cerah. Tahun 1874, berdiri sebuah pabrik kertas

    pertama menggunakan proses sulfit di Swedia. Bahan kimia yang digunakan

    adalah Magnesian Bisulfit (Mg (HS)3)2) (Harsini, dan Susilowati, 2010).

    Tahun 1884, Jerman meneliti pulp dengan lebih baik. Proses ini menggunakan

    perbaikan dari proses soda. Proses ini dikenal dengan proses Sulfat atau kraft,

    yang berarti kuat, maka pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang sangat

    tinggi dibandingkan dengan proses lainnya. Proses ini mulai berkembang pada

    tahun 1926 dan dikenal dengan proses semi kimia. Proses kraft diakui mempunyai

    banyak segi positif, antara lain mampu mengolah semua jenis bahan baku dengan

    berbagai macam kualitas dan dapat menghasilkan pulp dengan kualitas yang

    sangat prima. Dilain pihak, proses konvensional ini juga mempunyai beberapa

    kelemahan, salah satunya adalah konstribusi terhadap pencemaran lingkungan

    (Harsini dan Susilowati, 2010).

    Tuntutan masyarakat akan teknologi bersih semakin meningkat, baik di tingkat

    nasional maupun internasional, tentu hal tidak dapat diakomodasikan dengan

    menggunakan proses kraft. Agar produksi pulp yang dihasilkan dapat diterima di

    pasaran, maka harus dilakukan suatu usaha pencarian teknologi alternatif yang

    lebih aman terhadap lingkungan, yaitu proses organosolv. Proses organosolv

    adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti

    misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telahterbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam

    pemanfaatan sumber daya hutan. Dengan menggunakan proses organosolv

    diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas

    akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa

    keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang

    lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    4/15

    sehingga lebih aman terhadap lingkungan, karena menghasilkan limbah yang

    bersifat ramah lingkungan (Harsini dan Susilowati, 2010).

    Selain itu, Dewi dkk, (2009), juga menyatakan bahwa pemanfaatan biomassa

    secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep biomassrefiningyaitu

    pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik (organosolv processes), dengan

    cara melakukan fraksionasi biomasas menjadi komponen-komponen utama

    penyusunnya: selulosa, hemiselulosa dan lignin, tanpa banyak merusak ataupun

    mengubahnya. Ia juga mengungkapkan kelebihan dari proses organosolv

    dibandingkan dengan proses konvensional adalah:

    1. Tidak menyebabkan timbulnya pencemaran gas-gas berbau.2. Pelarut organik yang sudah dipakai dapat digunakan kembali setelah

    dilakukan pemurnian terlebih dahulu.

    3. Proses dapat dilakukan dengan temperatur dan tekanan rendah.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    5/15

    II BAHAN PELARUT ORGANIK UNTUK PROSES ORGANOSOLV

    Beberapa jenis pelarut organik yang dapat digunakan dalam pembuatan pulp

    secara non konvensional atau metode organosolv antara lain etanol, metanol dan

    asam asetat. Berikut adalah penjelasan dari aplikasi pelarut organik tersebut.

    A. EtanolEtanol merupakan salah satu komponen kimia yang karateristiknya telah

    diketahui. Produk fermentasi yang tertua, yaitu hasil dari campuran madu-air yang

    dihasilkan lebah pada era Babilonia lama. Pada abad ke-11, destilasi etanol mulai

    dikembangkan dan penggunaanya pun sudah semakin meluas. Karateristik etanol

    antara lain berat molekul 46,7 g/mol, titik didih 78,32oC, titik beku -114,15oC dan

    densitas 0,78942 g/cm3

    . Lignin dapat dipisahkan dari kayu dengan pencucianmenggunakan etanol. Larutan etanol dengan range konsentrasi menengah dapat

    digunakan untuk melakukan delignifikasi baik padasoftwoodmaupun hardwood.

    Metode recovery etanol dalam proses ethanol pulping telah dipatenkan. Cairan

    lindi hitam di-flash, dan kemudian dievaporasi sebelum etanol didestilasi untuk

    recovery(Dewi, dkk, 2009).

    Penggunaan larutan etanol telah dimatenkan sebagai metode pembuatan pulpberbahan baku kayu, yaitu dengan menggunakan larutan pemasak etanol dan

    Natrium Hidroksida (NaOH). Penambahan etanol ke dalam larutan soda

    memperbaiki selektivitas reaksi kepada lignin. Sedangkan keberadaan Natrium

    Hidroksida meningkatkan kemampuan etanol untuk mendelignifikasi pulp.

    Penggunaan etanol memungkinkan waktu pemasakan yang lebih singkat.

    Kekuatan pulp yang dihasilkan sedikit lebih rendah dari pulp kraft, tetapi

    brightness yang dihasilkan lebih tinggi dari pulp kraft. Etanol yang digunakan

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    6/15

    dalam larutan pemasak dapat diregenerasi dengan cara flashing dan distilasi.

    Dengan cara tersebut, kehilangan etanol selama proses dapat diabaikan. Pulpyang

    dimasak dengan alkohol membutuhkan waktu dan energi yang lebih sedikit pada

    saat proses beating. Penambahan reagen anorganik (seperti NaOH) pada larutan

    etanol dalam proses pemasakan pulp berbahan baku ampas tebu menurunkan

    tekanan digester dan menghasilkan pulp dengan sifat-sifat mekanis yang lebih

    baik. Pulpyang dihasilkan dari proses ini lebih mudah untuk di-bleaching (Dewi,

    dkk, 2009).

    Pada pembuatan pulp berbahan baku jerami padi oleh Dewi, dkk (2009), dengan

    meningkatnya konsentrasi etanol yang digunakan pada larutan pemasak, maka

    kandungan lignin yang hilang dari pulp semakin banyak. Sedangkan selulosa tetap

    tidak terdegradasi sampai konsentrasi tertinggi yaitu 40%. Bertambahnya

    konsentrasi etanol maka rendemen pulp yang dihasilkan akan semakin rendah.

    Rendemen pulp tertinggi adalah 52,27% pada konsentrasi etanol 10%, sedangkan

    rendemen pulp terendah adalah 42,41% pada konsentrasi etanol 40%.

    Penambahan konsentrasi etanol mengakibatkan semakin besarnya konsentrasi ion

    OH-

    yang ada pada larutan pemasak sehingga kemampuan delignifikasi semakin

    baik. Dengan kata lain semakin banyak lignin yang terlarut, sehingga rendemen

    semakin rendah.

    Kandungan selulosa pulp akan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi

    etanol yang digunakan pada larutan pemasak. Terjadinya hal ini dikarenakan jika

    semakin besar konsentrasi etanol maka semakin banyak juga lignin yang terlarut.

    Dengan semakin besarnya konsentrasi etanol juga akan mengontrol degradasi agarlebih mengarah ke lignin. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada konsentrasi

    etanol 40% yaitu sebesar 85,88%. Selain itu, bertambahnya konsentrasi etanol,

    maka kandungan lignin yang terdapat pada pulp akan berkurang. Hal ini terjadi

    karena dengan bertambahnya konsentrasi etanol maka kekuatan delignifikasi pada

    larutan pemasak akan bertambah kuat. Didapat kandungan lignin terendah 3,31%

    pada konsentrasi etanol 40%. Sehinggga konsentrasi etanol terbaik yang didapat

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    7/15

    pada penelitian tersebut adalah 40% dengan kondisi temperatur 95oC dan lama

    pemasakan 75 menit.

    B. MetanolMetanol murni, pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh Robert Boyle,

    yang menamakannya spirit of box, karena ia menghasilkannya melalui distilasi

    kotak kayu. Metanol adalah salah satu senyawa hidrokarbon dari golongan

    alkohol(CnH2n+2O) dengan gugus alkil hidroksil (-OH). Alkohol memiliki

    keisomeran fungsi dengan eter. Rumus umum metanol adalah CH4O atau sering

    ditulis CH3-OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan

    atmosfer metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,

    mudah terbakar dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada

    etanol). Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh

    bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara.

    Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan

    bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Metanol adalah salah

    satu produk pemanfaatan CO2 yang dapat diubah menjadi bahan bakar

    hidrokarbon cair melalui teknologi konversi yang tersedia pada saat ini. Metanol

    juga merupakan salah satu produk kimia utama yang dalam jumlah besar

    digunakan sebagai bahan baku pada berbagai industri seperti formaldehida,

    klorometana, amina asetat dan juga sebagai alternatif energi baru yang ramah

    lingkungan.

    Berdasarkan penelitian Harsini dan Susilowati (2010) tentang Pemanfaatan Kulit

    Buah Kakao dari Limbah Perkebunan Kakao sebagai Bahan Baku Pulp dengan

    Proses Organosolv diperoleh bahwa semakin lama waktu pemasakan, maka kadar

    pulp yang diperoleh semakin meningkat, namun jika waktu terlalu lama akan

    menghasilkan penurunan persen pulp. Semakin lama waktu pemasakan maka

    alpha sellulosa yang dihasilkan akan semakin tinggi, dan akan mencapai titik

    maksimal pada waktu pemasakan 2,5 jam. Semakin bertambahnya konsentrasi

    metanol juga sangat berpengaruh terhadap terurainya alpha sellulosa. Tetapi

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    8/15

    apabila terlalu banyak metanol akan menyebabkan rusaknya sellulosa dan larut

    dalam pemasakan. Sehingga menyebabkan penurunan alpha sellulosa yang

    dihasilkan. Kadar metanol terbaik pada 40 %, dengan kondisi waktu pemasakan

    2,5 jam pada suhu 50oC, akan diperoleh kadarpulptertinggi sebesar 52,78 %.

    C. Asam AsetarPelarut organik yang banyak dikembangkan para peneliti salah satunya adalah

    asam asetat, baik digunakan dengan katalis maupun tanpa katalis dapat

    memisahkan secara selektif sellulosa, hemisellulosa dan lignin dari berbagai

    biomasa. Misalnya pada ampas tebu, kayu lunak dan kayu keras. Untuk

    menghasilkan pulp yang baik yang perlu diperhatikan disamping tipe dan macam

    pelarut organik yang digunakan adalah: Delignifikasi berlangsung semaksimal

    mungkin serta menghindari terjadinya reaksi-reaksi repolimerisasi lignin yang

    telah larut. Degradasi polisakarida dijaga agar hanya terjadi pada hemisellulosa

    dan tidak sampai terjadi pada sellulosa.

    Dari hasil penelitian menunjukan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi asam

    asetat yang digunakan sebagai larutan pemasak akan mempengaruhi kadar alfa

    selulosa yang didapat. Semakin besar konsentrasi larutan asam asetat akan

    memberikan kadar alfa selulosa yang lebih besar. Hal tersebut pada konsentrasi

    asam asetat 90% memiliki titik maksimum kadar alfa selulosa yang lebih tinggi

    daripada konsentrasi asam asetat 75% dan 60% yaitu sebesar 84,6% pada waktu

    pemasakan 60 menit dengan suhu 100 C. Begitu juga dengan konsentrasi asamasetat 75% pada waktu pemasakan 90 menit pada suhu 100 C memiliki titik

    maksimum kadar alfa selulosa sebesar 74,3% yang lebih tinggi daripada titik

    maksimum konsentrasi asam asetat 60% pada waktu 90 menit suhu 100 C yang

    hanya menghasilkan kadar alfa selulosasebesar 65,2%. Hal ini disebabkan karena

    dengan semakin tingginya konsentrasi asam asetat yang digunakan, menyebabkan

    lebih banyak asam asetat yang dapat mengikat lignin.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    9/15

    Degradasi dari lignin menyebabkan alfa selulosa yang sebelumnya terikat oleh

    lignin akan terlepas dari lignin, sehingga didapat kandungan pulp dengan kadar

    alfa selulosa yang lebih tinggi. Adanya titik maksimum dan penurunan untuk

    kadar alfa selulosa yang didapat untuk setiap beda konsentrasi larutan pemasak.

    Adanya titik maksimum dan adanya penuruan kadar alfa selulosa disebabkan oleh waktu

    atau lama proses pemasakan berlangsung. Penurunan kadar alfa selulosa yang

    terjadi dikarenakan dengan semakin tinggi pemakaian konsentrasi asam asetat

    untuk hidrolisis bahan baku, menyebabkan alfa selulosa yang sebenarnya mudah untuk

    terhidrolisis akan mengalami gangguan dalam hidrolisis sehingga kadar alfa selulosa

    mengalami penurunan. Ketika larutan pemasak sudah hampir menghidrolisis

    lignin sepenuhnya, maka larutan pemasak juga bereaksi dengan ikatan selulosa

    sehingga merusak ikatan polimerisasi alfa selulosa dan membuat kadar dari alfa

    selulosa menurun.

    Penelitian tentang pembuatan pulp dan kertas dari alang-alang menggunakan

    metode organoslv asam asetat diawali dengan bahan baku alang-alang dipotong-

    potong sekitar 1 cm sebanyak 10 gram. kemudian alang-alang dikeringkan dan

    dimasak dengan menggunakan larutan pemasak asam asetat dengan perbandingan

    10:1 sebanyak 100 mL untuk 10 gram dengan variasi konsentrasi serta suhu yang

    berbeda. Pulp dari alang-alang kemudian dimasak dengan waktu yang berbeda

    dan terhadap hasil hidrolisis kemudian dilakukan uji KAS untuk menentukan

    kadar alfa selulosa dan uji bilangan Kappa. Pulp yang telah dimasak kemudian

    diuji karakteristiknya dan dibandingkan dengan pulp komersial yang biasa dipakai

    oleh pabrik kertas pada umumnya. Produk yang dihasilkan berupa pulp alang-

    alang yang dipisahkan terlebih dahulu dari larutan pemasaknya, lalu dimasukkanke dalam oven sampai kering.

    Pada penelitian, asam asetat dengan konsentrasi 90% dan pada suhu pemasakan

    100C selama 60 menit, memberikan pulp dengan kadar alfa selulosa sebesar

    84,6% dan lignin sebesar 23,6628. Jika dibandingkan dengan pulp yang

    dipersyaratkan oleh pabrik kertas yang mengandung kadar alfa selulosa sebesar

    86% dan lignin 19,2041. Kadar alfa selulosa pulp dari alang-alang tersebut masih

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    10/15

    lebih rendah, sedangkan untuk lignin masih lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh

    berbagai faktor seperti pemilihan jenis bahan baku dan jenis proses pemasakan

    yang digunakan. Umumnya pabrik menggunakan bahan baku berjenis hardwood

    yang mengandung kadar alfa selulosa dan lignin yang lebih besar dari nonwood,

    tetapi jenis proses pemasakan pada pabrik yang umumnya memakai proses kraft

    memberikan kadar alfa selulosa dan degradasi lignin yang lebih baik.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    11/15

    III FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN PULP DENGAN

    PROSES ORGANOSOLV

    Faktor- faktor yang berpengaruh dalam pembuatanpulpsebagai berikut :

    A. Konsentrasi Pelarut

    Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa yang

    larut. Larutan NaOH dapat berpengaruh dalam pemisahan dan penguraian serat

    selulosa dan nonselulosa.

    B. Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku

    Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar

    pecahan-pecahan lignin sempurna dalam proses degradasi dan dapat larut

    sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat

    menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan bilangan

    kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan yang dianjurkan lebih dari 8 : 1.

    Dengan konsentrasi larutan pemasak yang makin besar, maka jumlah larutan

    pemasak yang bereaksi dengan lignin semakin banyak. Akan tetapi, pemakaian

    larutan pemasak yang berlebihan tidak terlalu baik karena akan menyebabkanselulosa terdegradasi. Asam asetat bisa digunakan sebagai larutan pemasak

    sampai dengan konsentrasi 100%.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    12/15

    C. Kecepatan Pengadukan

    Pengadukan berfungsi untuk memperbesar tumbukan antara zat-zat yang bereaksi

    sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik.

    D. Temperatur Pemasakan

    Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang tinggi

    dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang semakin banyak,

    sehingga produk yang larut pelarut pun akan semakin banyak. Dengan

    meningkatnya suhu, maka akan meningkatkan laju delignifikasi (penghilangan

    lignin). Namun, Jika suhu di atas 160C menyebabkan terjadinya degradasi

    selulosa.

    E. Lama Pemasakan

    Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar 60- 120

    menit dengan kandungan lignin konstan setelah rentang waktu tersebut. Semakin

    lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di dalam pulp tinggi, karena

    lignin yang tadi telah terpisah dari raw pulp dengan berkurangnya konsentrasi

    NaOH akan kembali menyatu dengan raw pulp dan sulit untuk memisahkannya

    lagi. Dengan semakin lamanya waktu pemasakan akan menyebabkan reaksi

    hidrolisis lignin makin meningkat. Namun, waktu pemasakan yang terlalu lama

    akan menyebabkan selulosa terhidrolisis, sehingga hal ini akan menurunkan

    kualitas pulp.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    13/15

    F. Ukuran Bahan Baku

    Ukuran bahan baku yang berbeda menyebabkan luas kontak antar bahan baku

    dengan larutan pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan

    menyebabkan luas kontak antara bahan baku dengan larutan pemasak semakin

    luas, sehingga reaksi lebih baik.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    14/15

    IV PENUTUP

    Pembuatan pulp dengan proses konvensional mempunyai beberapa kelemahan,

    salah satunya adalah konstribusi terhadap pencemaran lingkungan walaupun

    menghasilkan pulp dan kertas yang lebih baik. Agar produksi pulp yang

    dihasilkan dapat diterima di pasaran, maka harus dilakukan suatu usaha pencarian

    teknologi alternatif yang lebih aman terhadap lingkungan, yaitu proses

    organosolv. Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan

    menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam

    asetat, dan lain-lain. Proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara

    lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat

    dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman

    terhadap lingkungan, karena menghasilkan limbah yang bersifat ramah

    lingkungan.

    Pembuatan pulp berbahan baku jerami padi diperoleh konsentrasi etanol terbaik

    adalah 40% dengan temperatur 95oC dan lama pemasakan 75 menit. Hal ini

    karena karena kandungan selulosa tertinggi dan kandungan lignin terendah.

    Sedangkan pada pelarut metanol, pembuatan pulp menggunakan bahan baku kulit

    buah kakao menunjukkan hasil semakin bertambahnya konsentrasi metanol juga

    berpengaruh terhadap terurainya alpha sellulosa. Kadar metanol terbaik pada 40

    %, dengan kondisi waktu pemasakan 2,5 jam pada suhu 50

    o

    C, akan diperolehkadar pulp tertinggi. Selanjutnya, penelitian pembuatan pulp dan kertas dari

    alang-alang menggunakan metode organoslv asam asetat. Pada penelitian ini,

    asam asetat dengan konsentrasi 90% dan pada suhu pemasakan 100 C selama 60

    menit, memberikan pulp dengan kadar alfa selulosa terbesar dan lignin terendah.

    Faktor- faktor yang berpengaruh dalam pembuatan pulp antara lain konsentrasi

    pelarut, perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku, kecepatan

    pengadukan, temperatur pemasakan, lama pemasakan dan ukuran bahan baku.

  • 8/12/2019 pembuatan Pulp Non Konvensional

    15/15

    DAFTAR PUSTAKA

    Bowyer, J.L., R., Schmulsky, J. G. Haygreen. 2007. Forest Products and Wood

    Science : An Introduction. 5thEd. Iowa State Press. USA

    Dewi, T. K., , A. Wulandari dan Romy. 2009. Pengaruh Temperatur, Lama

    Pemasakan, dan Konsentrasi Etanol pada Pembuatan Pulp Berbahan

    Baku Jerami Padi dengan Larutan Pemasak NaOH-Etanol.Jurnal Teknik

    Kimia, Vol. 16, No. 3: 1120

    Harsini, T. dan Susilowati. 2010. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao dari Limbah

    Perkebunan Kakao sebagai Bahan Baku Pulp dengan Proses Organosolv.

    Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.2, No. 2 :80-89

    Jahan, M. S., R., Chowdhury, A., Islam, M.K. 2007. Pulping of Dhaincha

    (Sesbania aculeata). Celluse Chem. Technol 41. 413421

    Shatalov, A.A. dan H. Pereira. 2006. Papermaking Fibers From Giant Reed

    (Arundo donax L) Advanced Ecologically Friendly Pulping and Bleaching

    Technologies. Bioresources Journal 1 (1) 2006. 4561