Pembuatan Minyak Goring Dari CPO

7
Pembuatan minyak goring dari CPO Pertama-tama, CPO dipanaskan dengan suhu tertentu sesuai dengan metode pemisahan yang digunakan. Kemudian ditambahkan asam fosfat untuk mengikat senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan tadi. Meskipun berwarna merah, struktur kimiawinya sudah berubah. Namun CPO ini masih belum layak dimakan. Masih ada caroten yang menyebabkan warna merahnya, zat besi dan tembaga yang tercampur selama proses produksi. Proses menghilangkan warna atau caroten ini disebut dengan proses bleaching . CPO yang merah tadi sekarang berwarna putih susu. Namun masih beraroma dan berasa khas kelapa sawit. Karena itu harus dinetralkan bau dan rasanya. Inilah tujuan proses deodorizing . B. Proses Pembuatan Margarine  B.1 Emulsifikasi Emulsifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut dengan churn sehingga prosesnya disebut dengan churning. Dalam praktek pembuatan margarine secara modern untuk mencapai kadar air akhir dari margarine sebesar 16 persen jumlah fase berair yang digunakan 17-20  persen. Jika dalam proses pengolahan margarine emulsi yang dihasilkan tidak stabil akan menunjuk kecendrungan untuk memisah dengan penetesan titik air, dengan demikian proses emulsifikasi merupakan tahapan yang penting dalam proses selanjutnya. Kehalusan dispersi antar fase pada dasarnya dipengaruhi oleh pengadukan mekanis dan stabilisator emulsi. Produsen mengarah pada teknik emulsifikasi dan penggunaan stabilisator yang dapat menghasilkan flavor yang sangat baik.  Dispersi fase berair yang sangat halus dapat membantu margarine terlindung terhadap kerusakan oleh mikrobia yang beberapa diantaranya dapat hidup dalam lemak, hanya apabila terdapat air. Infeksi mikrobia dari udara mengalami kesulitan jika titik-titik air terkurung dalam lemak. Bahkan infeksi dalam titik air akan mati karena titik air yang diselubungi dengan lemak tidak cukup oksigen yang sangat diperlukan oleh mikrobia atau jumlah nutrien dalam titik air tidak cukup untuk menompang kehidupan dan pertumbuhan mikroba tersebut. Dengan demikian emulsifikasi merupakan tahapan pengolahan margarine yang sangat penting. Apabila  pengetahuan tentang proses emulsifikasi kurang berkembang maka d iperlukan ilmu dan seni dari  pekerja terhadap keberhasilannya.  

Transcript of Pembuatan Minyak Goring Dari CPO

Pembuatan minyak goring dari CPOPertama-tama, CPO dipanaskan dengan suhu tertentu sesuai dengan metode pemisahan yang digunakan. Kemudian ditambahkan asam fosfat untuk mengikat senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan tadi. Meskipun berwarna merah, struktur kimiawinya sudah berubah. Namun CPO ini masih belum layak dimakan. Masih ada caroten yang menyebabkan warna merahnya, zat besi dan tembaga yang tercampur selama proses produksi.Proses menghilangkan warna atau caroten ini disebut dengan prosesbleaching. CPO yang merah tadi sekarang berwarna putih susu. Namun masih beraroma dan berasa khas kelapa sawit. Karena itu harus dinetralkan bau dan rasanya. Inilah tujuan prosesdeodorizing.B. Proses Pembuatan Margarine

B.1 EmulsifikasiEmulsifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut dengan churn sehingga prosesnya disebut dengan churning. Dalam praktek pembuatan margarine secara modern untuk mencapai kadar air akhir dari margarine sebesar 16 persen jumlah fase berair yang digunakan 17-20 persen. Jika dalam proses pengolahan margarine emulsi yang dihasilkan tidak stabil akan menunjuk kecendrungan untuk memisah dengan penetesan titik air, dengan demikian proses emulsifikasi merupakan tahapan yang penting dalam proses selanjutnya. Kehalusan dispersi antar fase pada dasarnya dipengaruhi oleh pengadukan mekanis dan stabilisator emulsi. Produsen mengarah pada teknik emulsifikasi dan penggunaan stabilisator yang dapat menghasilkan flavor yang sangat baik.Dispersi fase berair yang sangat halus dapat membantu margarine terlindung terhadap kerusakan oleh mikrobia yang beberapa diantaranya dapat hidup dalam lemak, hanya apabila terdapat air. Infeksi mikrobia dari udara mengalami kesulitan jika titik-titik air terkurung dalam lemak. Bahkan infeksi dalam titik air akan mati karena titik air yang diselubungi dengan lemak tidak cukup oksigen yang sangat diperlukan oleh mikrobia atau jumlah nutrien dalam titik air tidak cukup untuk menompang kehidupan dan pertumbuhan mikroba tersebut. Dengan demikian emulsifikasi merupakan tahapan pengolahan margarine yang sangat penting. Apabila pengetahuan tentang proses emulsifikasi kurang berkembang maka diperlukan ilmu dan seni dari pekerja terhadap keberhasilannya.

Tugas ASKEP1. Mengelola Pabrik dan seluruh aset, sumber daya dan kegiatan yang berada dibawah pengawasannya.2. Menyusun rencana dan anggaran tahunan.3. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengolahan serta aspek lainnya agar mutu dan effisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang ekonomis.4. Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang dapat merugikan Perusahaan.5. Menciptakan/menumbuhkan Sense of Belonging kepada seluruh personil.Tugas Asisten labD.Asisten LaboratoriumAnalisa Kualitas TBS1. Memonitor dan memeriksa TBS yang di kirim dari Kebun untuk keperluan grading.2. Memonitor pelaksanaan grading untuk mengetahui kualitas TBS yang di kirim.3. Memastikan bahwa pelaksanaan grading telah di lakukan dengan benar dan akuratAnalisa pelaksanaan proses pengolahan TBS1. Memeriksa pengambilan sample CPO dan Kernel yang di lakukan oleh petugas sample untuk memastikan bahwa sampale yang di ambil sesuai dengan : titik pengambilan, waktu pengambilan dan jumlahnya.2. Memonitor pelaksanaan pencampuran/quartering dari sample yang di ambil untuk mendapatkan sample yang representatif untuk di analisa.3. Memonitor pelaksanaan sortering & analisa sample untuk memastikan bahwa proses sorter dan analisa berjalan sesuai ketentuan.4. Memonitor pemberitahuan hasil analisa kehilangan (losses) dan mutu hasil produksi (product quality) ke setiap station.Analisa solar, CPO dan Kernel1. Memonitor hasil analisa solar yang di lakukan analis untuk mengetahui berat jenis.2. Memonitor pemeriksaan hasil analisa oil dan kernel yang di kirim.3. Memonitor kadar air dalam tangki minyak Memonitor kualitas CPO (moisture, impurities,FFA, DOBI ) dan kernel ( moisture, impurities, broken kernel ).Analisa Oil Content dan Nut Histogram1. Melakukan analisa oil content untuk mengetahui kandungan minyak dalam TBS sebagai acuan terhadap pencapaian rendemen.2. Melakukan analisa nut histogram untuk mengetahui ukuran nut yang paling dominan sebagai rekomendasi setting di Ripple Mill dan LTDS ( Light Tenerra Dry Separation ).Pemakaian Bahan & Alat1. Menyusun perencanaan & me monitor pemakaian bahan dan alat laboratorium Memonitor kualitas air umpan Boiler.2. Memonitor penggunaan bahan kimia Boiler Melakukan analisa dan monitoring air limbah (final effluent)Administrasi1. Menyusun budget tahunan Departemen.2. Melakukan administrasi Departemen Bersama-sama dengan Assistant Process & Kepala Administrasi melakukan perhitungan produksi harian.

Manajemen1. Memonitor hasil kerja bawahan2. Mengidentifikasi ketidaksesuain dalam pelaksanaan pekerjaan3. Secara konsisten melakukan pembinaan, pelatihan dan pengembangan diri bawahan untuk meningkatkan kemampuan Melakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan.

Biogas dan POMEBiomethana yang sering dikenal sebagai biogas merupakan bahan bakar alternatif yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Biogas dapat dibuat dari berbagai macam bahan seperti kotoran sapi, limbah cair tahu, dan POME (Palm Oil Mill Effluent). Bahan baku biogas pada Prarancangan pabrik ini adalah POME (Palm Oil Mill Effluent). POME merupakan limbah dari pengolahan CPO (Crude Palm Oil) milik PTPN III (PT. Perkebunan Nusantara) di daerah Torgamba. Prarancangan Pabrik Biogas ini akan didirikan di daerah KotaPinang Labuhan Batu, Sumatra Utara dengan kapasitas 1.312.000 m3 /th. Pada Prarancangan pabrik ini, biogas digunakan sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan listrik PTPN III sebesar 450 kW. Proses pembuatan biogas terdiri dari 3 unit yaitu unit persiapan bahan baku, unit proses dan unit pemurnian produk. Pada persiapan bahan baku, POME yang berasal dari PTPN III dinetralkan dengan menggunakan NaHCO3 di dalam mixer (M-01). POME yang telah netral masuk ke unit proses. Di unit proses, POME mengalami proses fermentasi di dalam Reaktor Tangki Berpengaduk dengan menggunakan proses batch pada kondisi tekanan 1 atm dan suhu 35 o C. Proses fermentasi ini antara lain proses hidrolisis, prose asetogenik dan proses metanogenik. Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi kemudian masuk ke dalam unit pemurnian produk. Pada unit pemurnian produk, CO2 dan H2S diserap MDEA di dalam absorber 01 (ABS-01) sedangkan NH3 diserap dengan air di dalam absorber 02 (ABS-02). Limbah cair keluaran reaktor dapat digunakan sebagai pupuk cair organik. Unit pendukung proses didirikan untuk menunjang proses produksi yang terdiri dari unit penyediaan air, steam, tenaga listrik, penyediaan bahan bakar, serta unit pengolahan limbah. Agar mutu bahan baku dan kualitas produk tetap terkendali, maka keberadaan laboraturium sangat diperlukan. Dalam pabrik biogas ini terdapat tiga buah laboraturium, yaitu laboratorium fisik, laboratorium analitik, dan laboratorium penelitian dan pengembangan. Bentuk perusahaan adalah PT (Perseroan Terbatas) dengan struktur organisasi line and staff. Sistem kerja karyawan berdasarkan pembagian jam kerja yang terdiri dari karyawan shift dan non shift . Hasil analisa ekonomi terhadap prarancangan pabrik biogas diperoleh bahwa total investasi (TCI) sebesar US$ 4.875.697 dan total biaya produksi (Production Cost) US$ 4.693.566. Dari analisa kelayakan diperoleh hasil ROI sebelum pajak 37,68 % dan setelah pajak 28,26 %. POT sebelum pajak 2,2 tahun dan setelah pajak 2,8 tahun, BEP 58,11 %, SDP 34,38 % dan DCF sebesar 27,10 %. Dari hasil analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Prarancangan Pabrik Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) layak untuk didirikan

Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Industri berbasis kelapa sawit merupakan investasi yang relatif menguntungkan, namun demikian perlu diperhatikan pula beban pencemaran yang ditimbulkan bila tidak dilaksanakan dengan baik. Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah cair sekitar 50% dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan tandan kosong sebanyak 23% (Sutartaet al, 2000). Lubis dan Tobing (1989) mengatakan bahwa setiap 1 ton CPO menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.

Gambar 1. Palm Oil Mill Effluen

Limbah yang dihasilkan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada yang berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler atau coir mesh dan tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai mulsa (pupuk bagi tanaman).

Pada mulanya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung(carrying capacity approach). Keterbatasan daya dukung lingkungan secara alami dalam menetralisir pencemaran membuat strategi pengelolaan pencemaran berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk(end of pipe treatment)Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang sudah ditetapkan dan tidak dapat dibuang/diaplikasikan secara langsung karena akan berdampak pada pencemaran lingkungan. Parameter yang menjadi salah satu indikator kontrol untuk pembuangan limbah cair adalah angka biological oxygen demand (BOD). Angka BOD berarti angka yang menunjukkan kebutuhan oksigen. Jika air limbah mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai maka oksigen yang ada di sungai tersebut akan terhisap material organik tersebut sehingga makhluk hidup lainnya akan kekurangan oksigen. Sedangkan angka chemical oxygen deman (COD) adalah angka yang menunjukkan suatu ukuran apakah dapat secara kimiawi dioksidasi. Fungsi dari pengolahan limbah (effluent treatment) adalah untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum diaplikasikan (land aplication). Mutu limbah cair yang dapat dialirkan ke sungai adalah: BOD 3.500 hingga 3.000 mg/liter, Minyak dan lemak 600 mg/liter, dan pH 6.Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi danhidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan sisa buanganyang tidak bersifat toksik (tidak beracun), tetapi memiliki daya pencemaran yang tinggi karena kandunganorganiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD berkisar 45.000-65.000 mg/L(Chin et al.,1996). Limbah cair yang dihasilkan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkanpencemaran lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cairmelalui sistem kolam yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan.

Limbah cair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:1. Kolam Pendinginan C. Agar prosesLimbah cair pabrik kelapa sawit memiliki temperatur 75-90oC2. Kolam Pengasaman Pada kolam pengasaman akan terjadi penurunan pH dan pembentukan karbondioksida. Proses pengasaman ini dibiarkan selama 30 hari.3. Kolam Pembiakan Bakteri Pada fase ini terjadi pembiakan bakteri, bakteri tersebut berfungsi untuk pembentukan methane, karbondioksida dan kenaikan pH. Proses pembiakan bakteri hingga limbah tersebut dapat diaplikasikan memerlukan waktu 30-40 hari. (Kittikun et al., 2000)

Secara garis besar alur proses pengolahan limbah di Pabrik Kelapa Sawit adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Alur Proses Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Fat Pit

Limbah dari PKS dialirkan masuk kedalamfat pit. Padafat pitini terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dari BPV. Pemanasan ini diperlukan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge sebab padafat pitini masih dimungkinkan untuk melakukan pengutipan minyak dengan menggunakanskimmer.Limbah darifat pitini kemudian dialirkan ke kolamcooling pondyang berguna untuk mendinginkan limbah yang telah dipanaskan.

Gambar 3. Fat Pit

Cooling PondSelain untuk mendinginkan limbah,cooling pondjuga berfungsi untuk mengendapkan sludge.Setelah daricooling pondI limbah kemudian masuk kecooling pondII untuk dilakukan proses pendinginan yang sama dengancooling pondI.Limbah daricooling pondII kemudian dialirkan ke kolamanaerobic1, 2, 3.

Gambar 4. Cooling Pond

Kolam AnaerobicPada kolamanaerobicini terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan menggunakan bakteri metagonik yang telah ada di kolam.Unsur organik yang terdapat dalam limbah cair digunakan bakteri sebagai makanan dalam proses mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan.Pada kolamanaerobicterjadi penurunan BOD dan kenaikan pH minimal 6.Ketebalanscumpada kolamanaerobictidak boleh > 25 cm, jika ketebalannya telah melebihi 25 cm maka itu merupakan tanda bahwa bakteri sudah kurang berfungsi.

Gambar 5. Kolam Aerobik

Maturity PondSetelah dari kolamanaerobic, limbah masuk ke kolammaturity pondyang berfungsi untuk pematangan limbah (serta kenaikan pH dan penurunan BOD).Dimaturity pondini terdapat pompa yang berfungsi mensirkulasikan limbah kembali ke kolamanaerobic(ditunjukkan oleh garis putus-putus padaflow process).Kegunaan sirkulasi adalah untuk membantu menurunkan suhu dan menaikkan pH di kolamanaerobic1, 2, 3.

Gambar 6. Kolam Pematangan

Kolam AplikasiSetelah darimaturity pondlimbah kemudian masuk ke kolam aplikasi yang merupakan tempat pembuangan akhir limbah.Limbah yang terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan untuk pupuk tanaman kelapa sawit (land application).

Gambar 7. Kolam Aplikasi

Ada beberapa pilihan dalam pengelolaan limbah cair PKS setelah diolah di kolam pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya adalah dibuang ke badan sungai atau diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit yang dikenal dengan land application. Pembuangan limbah cair ke badan sungai bisa dilakukan dengan syarat telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh peraturan perundangan. Alternatif ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya: Pengelolaan limbah cair sehingga menjadi layak dibuang ke badan sungai (BOD dibawah 100 ppm ), secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi di samping waktu retensi efluen yang panjang di kolam-kolam pengelolaan. Tidak ada nilai tambah baik bagi lingkungan maupun bagi perusahaan Merupakan potensi sumber konflik oleh masyarakat karena perusahaan dianggap membuang limbahnya ke badan sungai adalah berbahaya walaupun limbah tersebut mempunyai BOD di bawah 100 ppm.

Model alternatif lainnya dalam pengelolaan efluen adalah dengan mengaplikasikan ke areal pertanaman kelapa sawit (land application), sebagai sumber pupuk dan air irigasi. Banyak lembaga penelitian yang melaporkan bahwa efluen banyak mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Potensi ini menjadi semakin penting artinya dewasa ini karena harga pupuk impor yang meningkat tajam serta kerap terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan.

Pemanfaatan limbah cair PKS melalui land application telah menjadi hal yang rutin dilakukan di perkebunan besar dengan hasil yang baik, yaitu dapat meningkatkan produksi kelapa sawit tanpa menimbulkan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan. (baca artikel land application).