Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

40
i Pemanfaatan Limbah Drainase Sebagai Pupuk Organik Selokan (POS) Diusulkan oleh: SARA KRISTIANA LASARUS ( 8758) FETY ANDRIANI ( 8621 ) SMA NEGERI 2 PONOROGO SMARTHCLEV PONOROGO 2012

description

Pemanfaatan limbah cair domestik merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan serta memberikan solusi terhadap lingkungan dalam mengolah limbah menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat. Pengelolaan limbah cair domestik (rumah tangga) secara anaerob (fermentasi) berarti yang bekerja adalah bakteri anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas. Jenis limbah yang diolah yaitu limbah seloakn sekitar jalan Soekarno-Hatta, Ponorogo. pH operasi yaitu 6,8-7 (netral), suhu operasi adalah suhu kamar (27-30 'C), tekanan 1 atm, volume limbah selokan beserta sampah organik di dalam limbah selokan (sayuran busuk, buah-buahan busuk, daun-daun dan lain-lain) sebanyak 5 liter, yang difermentasikan selama 4 hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengolah limbah cair domestik menjadi Pupuk Organik Selokan (POS) dengan parameter peningkatan kesuburan tanah kering, sekaligus mengukur keefektifan Pupuk Organik Selokan (POS). Dalam penelitian ini disediakan beberapa variasi pupuk organik dari limbah selokan sebagi cara pengukur keefektifan POS, variasi pupuk organik yang diuji cobakan yaitu pupuk kompos buatan pabrik, pupuk organik selokan dengan antibiotik alami (kunyit) dan pupuk organik selokan murni. Tanah kering yang diolah memiliki ph 5 (asam) dengan berat 5kg. Tanah kering tersebut di olah dengan menggunakan tiga variasi pupuk organik yang diujikan dan dijadikan media tanam untuk tanaman tomat dan bayam. Bibit tomat dan bayam yang di tanam masing- masing 10 biji. Dilakukan pengamatan setiap 3 hari untuk mengetahui pertumbuhan tanaman tomat dan bayam, waktu yang diperlukan untuk melakukan pengamatan adalah selama 6 hari. Niai rata-rata tinggi tanaman tomat dan bayam yang menggunakan Pupuk Organik Selokan (POS) lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata tinggi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK), tanah kering, serta pupuk kompos buatan pabrik.

Transcript of Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

Page 1: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

i

Pemanfaatan Limbah Drainase Sebagai Pupuk

Organik Selokan

(POS)

Diusulkan oleh:

SARA KRISTIANA LASARUS ( 8758)

FETY ANDRIANI ( 8621 )

SMA NEGERI 2 PONOROGO

SMARTHCLEV

PONOROGO

2012

Page 2: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

ii

Halaman Pengesahan

1. Judul karya tulis : ” PEMANFAATAN LIMBAH DRAINASE SEBAGAI PUPUK ORGANIK SELOKAN (POS) “

2. Kategori : Pengelolaan Lingkungan 3. Ketua tim

a. Nama lengkap : SARA KRISTIANA LASARUS

b. NIS : 8758

c. Sekolah : SMA Negeri 2 Ponorogo

d. Alamat rumah : JL. Soekarno-Hatta 36 Ponorogo

e. No.Telp/Hp : 082 334 494 264

f. Alamat e-mail : [email protected]

4. Anggota tim/penulis : 1 orang

5. Guru pembimbing

a. Nama lengkap dan gelar : ERNIN NAURINNISA, M.Pd

b. NIP : 19700609 199702 2 00

c. Alamat rumah : Jalan Parang Centung 9 Ponorogo

d. No Telp/Hp : 085 735 306 818

Menyetujui,

Guru Pembimbing Ketua Tim

ERNIN NAURINNISA, M.Pd SARA KRISTIANA LASARUS

NIP. 19700609 199702 2 001 NIS.8758

Page 3: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat dan

karunia sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pembuatan

Limbah Selokan Sebagai Pupuk Organik”.

Kami menyusun karya tulis ini dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah

yang diadakan Institut Teknologi Bandung tahun 2012.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan karya tulis ini, antara lain :

1. Bapak Drs. Sugeng Subagyo,M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 2 Ponorogo

2. Ibu Ernin Nauranisa,M.Pd selaku guru pembimbing SMA Negeri 2 Ponorogo

3. Semua pihak yang telah mau membantu dalam pembuatan karya tulis ini

Dalam penulisan karya tulis ini, merupakan langkah awal penulis untuk senantiasa

peduli dan prihatin dengan permasalahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh

limbah selokan serta mampu berpikir secara sistemik dalam penanganan permasalahan

lingkungan tersebut. Dan besar harapan penulis, karya tulis ini dapat dijadikan bahan evaluasi

dan mendapat tindak lanjut untuk evaluasi pada tahap kegiatan kedepan.

Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan

karya tulis ini, sehingga dapat menjadi koreksi bagi kami.

Ponorogo, September 2012

Tim Penyusun

Page 4: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

LAMPIRAN vi

DAFTAR TABEL viii

ABSTRAK ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Manfaat Masalah 2

1.4. Tinjauan Dasar yang Mendasari Penelitian

1.4.1. Pengertian Limbah 2

1.4.2. Pengolahan Limbah 2

1.4.3. Karakteristik Limbah 4

1.5. Pengertian Fermentasi 4

1.6. Pengertian Kompos 4

1.6.1. Jenis-jenis Kompos 5

1.6.2. Jenis-jenis Limbah 5

1.6.3. Dasar-dasar Pengomposan

1.6.3.1. Bahan yang Dapat Dikomposkan 6

1.6.3.2. Proses Pengomposan 6

1.6.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan 8

Page 5: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

v

1.7. Jenis-jenis Bakteri yang Terdapat di Pupuk Organik 9

1.8. Kumyit sebagai Antibiotik Alami 9

1.8.1. Kandungan Kimia 9

1.9. Tanaman yang Digunakan Percobaan

1.9.1. Bayam 9

1.9.2. Tomat 11

BAB II TUJUAN

2.1. Tinjauan Umum Tentang POS 13

2.1.1. Keunggulan POS 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Kondisi Operasi 15

3.2. Alat dan Bahan 15

3.3. Langkah Percobaan 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan Penelitian 23

4.3. Hasil Percobaan 24

4.4. Sumber Limbah Selokan 25

4.5. Proses Pembuatan POS 25

4.6. Tanaman Indikator Pengukur Keefektifan POS 26

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

vi

LAMPIRAN

Biodata Guru Pembimbing

Nama : Ernin Naurinnisa, M.Pd.

NIP : 19700609 199702 2 001

Alamat : Jl Parang Centung 9 Ponorogo

No.HP : 085 735 306 818

Biodata Penulis

Nama : Sara Kristiana Lasaurus

Tempat, tanggal lahir : Ponorogo, 18 Januari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

NIS : 8758

Alamat : Jl Soekarno-Hatta 36 Ponorogo

Email : [email protected]

No. HP : 082 334 494 264

Nama : Fety Andriani

Tempat,tanggal lahir : Ponorogo, 20 Februari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

NIS : 8621

Alamat : Jl. Soekarno-Hatta 206 Ponorogo

Email : [email protected]

No. HP : 082 334 494 397

Page 7: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

vii

LAMPIRAN KARTU PELAJAR PESERTA

Page 8: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

viii

DOKUMENTASI

Page 9: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

ix

Daftar Tabel

1.6.1 Tabel Organisme yang Terlibat Proses Pengomposan 7

4.1 Tabel Hasil Percobaan

4.1.1. Biji Tomat yang Diberi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit 17

4.1.2. Biji Tomat yang Diberi Pupuk Organik Selokan Murni 18

4.1.3. Biji Tomat yang Diberi Pupuk Kompos Buatan Pabrik 18

4.1.4 Biji Tomat pada Tanah Kering 19

4.1.5. Biji Bayam yang Diberi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit 20

4.1.6. Biji Bayam yang Diberi Pupuk Organik Selokan Murni 21

4.1.7. Biji Bayam yang Diberi Pupuk Kompos Buatan Pabrik 21

4.1.8. Biji Bayam pada Tanah Kering 22

Page 10: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

x

Abstrak

Pemanfaatan limbah cair domestik merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan serta memberikan solusi terhadap lingkungan dalam mengolah limbah menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat. Pengelolaan limbah cair domestik (rumah tangga) secara anaerob (fermentasi) berarti yang bekerja adalah bakteri anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas. Jenis limbah yang diolah yaitu limbah seloakn sekitar jalan Suekarno-Hatta, Ponorogo. Ph operasi yaitu 6,8-7 (netral), suhu operasi adalah suhu kamar (27-300C), tekanan 1atm, volume limbah selokan beserta sampah organik di dalam limbah selokan (sayuran busuk, buah-buahan busuk, daun-daun dan lain-lain) sebanyak 5 liter, yang difermentasikan selama 4 hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengolah limbah cair domestik menjadi Pupuk Organik Selokan (POS) dengan parameter peningkatan kesuburan tanah kering, sekaligus mengukur keefektifan Pupuk Organik Selokan (POS). Dalam penelitian ini disediakan beberapa variasi pupuk organik dari limbah selokan sebagi cara pengukur keefektifan POS, variasi pupuk organik yang diuji cobakan yaitu pupuk kompos buatan pabrik, pupuk organik selokan dengan antibiotik alami (kunyit) dan pupuk organik selokan murni. Tanah kering yang diolah memiliki ph 5 (asam) dengan berat 5kg. Tanah kering tersebut di olah dengan menggunakan tiga variasi pupuk organik yang diujikan dan dijadikan media tanam untuk tanaman tomat dan bayam. Bibit tomat dan bayam yang di tanam masing- masing 10 biji. Dilakukan pengamatan setiap 3 hari untuk mengetahui pertumbuhan tanaman tomat dan bayam, waktu yang diperlukan untuk melakukan pengamatan adalah selama 6 hari. Niai rata-rata tinggi tanaman tomat dan bayam yang menggunakan Pupuk Organik Selokan (POS) lebih tinggi di banding dengan nilai rata-rata tinggi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK), tanah kering, serta pupuk kompos buatan pabrik.

Kata kunci : limbah selokan; fermentasi; bakteri; tanah kering; POS.

Page 11: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

xi

SURAT PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (Ketua Kelompok) : SARA KRISTIANA LASAURUS

NIS : 8758

Nama Sekolah : SMA NEGERI 2 PONOROGO

Alamat Lengkap : JL. SOEKARNO-HATTA 36 PONOROGO

Menyatakan bahwa karya tulis yang kami sertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ini adalah benar hasil karya kelompok kami dan kami dapat menjamin originalitas karya ini belum pernah diikutsertakan dalam kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah lainnya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur paksaan. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Kami yang menyatakan,

SARA KRISTIANA LASAURUS

NIS 8758

Page 12: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

xii

Page 13: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Limbah adalah suatu bentuk pencemaran lingkungan baik berupa padat

atau cair yang berasal dari pabrik/industri dan rumah tangga. Limbah rumah

tangga biasanya banyak dijumpai di daerah perkotaan. Ini mengakibatkan saluran

air/selokan menjadi tersumbat oleh limbah yang berupa lumpur dan benda yang

menghambat aliran air. Padahal selokan mempunyai peran penting dalam aliran

air kalau selokan samapai tersumbat oleh sampah dan lumpur maka akan

menyebabkan banjir. Sehingga masyarakat yang menjadi korbannya. Akan tetapi,

masyarakat belum mempunyai kesadaran terhadap lingkungan sekitar terutama

selokan.

Karena masalah ini pula kami mencoba menggali potensi dari limbah

selokan yang terdapat di selokan untuk menjadi pupuk alternatif yang mempunyai

manfaat daripada hanya dibiarkan begitu saja dan tidak memberikan dampak

positif.

Ide ini didapatkan dari rasa keprihatinan kami terhadap selokan,

khususnya yang terdapat di kota Ponorogo terutama daerah perkotaan dan

perumahan karena kebetulan dekat dengan tempat tinggal kami. Selokan yang

keruh penuh dengan lumpur, daun-daun kering serta sampah organik lainnya.

Sebenarnya masalah ini bisa diatasi tetapi masyarakat yang kurang

perhatian dan merasa jijik serta kesibukan rutinitas. Limbah selokan bisa

dimanfaatkan sebagai pupuk karena sekeliling selokan tumbuhan hidup subur dan

ada makhluk hidup yang sebagai dekomposer yaitu cacing. Selain lumpur selokan

ada beberapa sampah organik dalam limbah selokan sebagai penambah bahan

pembuatan pupuk.

Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah limbah selokan dapat

dipecahkan. Disamping itu, mengurangi dampak pada lingkungan dan sebagai

industri kecil dalam bidang pertanian.

Page 14: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

2

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengolah limbah yang baik dan benar ?

2. Kandungan dan bahan organik apa yang terdapat dalam limbah selokan ?

3. Bagaimana keefektifan Pupuk Organik Selokan dalam meningkatkan

produktifitas?

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Mengurangi pencemaran lingkungan, baik berupa bau selokan dan lumpur

selokan.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan lumpur selokan dan sampah organik yang

berasal dari selokan rumah tangga.

3. Dapat memberi kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan

lingkungan.

4. Mengurangi terjadinya bencana banjir.

5. Menjadi industri dalam bidang pertanian

I.4. Tinjauan Pustaka yang Mendasari Penelitian

1.4.1. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,

disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus

(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey

water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak

dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau

secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa

anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,

sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan

yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

1.4.2. Pengolahan limbah

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,

kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi

Page 15: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

3

limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya

pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:

1.pengolahan menurut tingkatan perlakuan

2.pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu

kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan

sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang

disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri

oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban

misalnya. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani

limbah Air kakus. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang

cukup dan tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban

pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau

MCK.

Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan

pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak

atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat

pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas

pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk

mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada

yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya

pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.

Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan

menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air

tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase

harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang

dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas

dari sampah.

Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara

berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk

memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga

untuk kebutuhan cuci dan pembersihan lingkungan.

Page 16: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

4

1.4.4. Karakteristik limbah

1. Berukuran mikro

2. Dinamis

3. Berdampak luas (penyebarannya)

4. Berdampak panjang

1.5. PENGERTIAN FERMENTASI

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan

anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk

respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang

mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan

tanpa akseptor elektron eksternal.

Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang

digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang

merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol

(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada

produksi makanan.

Persamaan Reaksi Kimia

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ

per mol)

Dijabarkan sebagai

Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon

dioksida + Energi (ATP)

Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang

terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari

tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan

bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.

1.6. Pengertian Kompos

Menurut J.H. Crawford (2003), kompos adalah hasil dekomposisi

parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan

organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang

hangat, lembab, dan aerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana

bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-

Page 17: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

5

mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat

kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos

dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang

seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan

aktivator pengomposan.

Gambar 1.6.1. Kompos

1.6.1. Jenis-jenis kompos

1. Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan

organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran

cacing tersebut.

2. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa

penggilingan tebu di pabrik gula.

3. Kompos bokashi

1.6.2. Jenis-jenis limbah

Jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Limbah Organik

Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan

rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan

melalui proses yang alami.

2. Limbah Anorganik

Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah

anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak

dapat diperbaharui

Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Limbah Pabrik

Page 18: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

6

Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah

ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di

sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga

masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya

MCK(Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah

pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat

2. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah

tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada

dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga

memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.

3. Limbah Industri

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau

perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya

asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka

akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup

pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk

juga manusia.

1.6.3. Dasar-dasar Pengomposan

1.6.3.1. Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan

Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,

misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota,

kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah

agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa

sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang,

tanduk, dan rambut.

1.6.3.2. Proses Pengomposan

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah

dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,

yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen

dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh

mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.

Page 19: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

7

Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan

meningkat hingga di atas 500C - 700C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu

tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu

mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian

bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan

menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air

dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-

angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat

lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan

terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat

mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau

anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses

aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan

organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang

disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama

proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan

menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam

organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Tabel 1.6.1. organisme yang terlibat dalam proses pengomposan

Kelompok Organisme Organisme Jumlah/gr kompos

Mikroflora Bakteri; Aktinomicetes;

Kapang

109 - 109; 105 108; 104 -

106

Mikrofanuna Protozoa 104 - 105

Makroflora Jamur tingkat tinggi

Makrofauna Cacing tanah, rayap,

semut, kutu, dll

Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan

Page 20: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

8

Tabel 1.6.2. organisme yang terlibat dalam proses

Proses pengomposan tergantung pada :

1. Karakteristik bahan yang dikomposkan

2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan

3. Metode pengomposan yang dilakukan

1.6.3.3. Faktor yang memengaruhi proses pengomposan

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan

dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer

tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila

kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan

dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang

optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses

pengomposan itu sendiri.

Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:

1. Ukuran Partikel

2. Aerasi

3. Porositas

4. Kelembapan (Moisture content).

5. Temperatur/suhu pH

6. Kandungan Bahan Berbahaya

7. Lama pengomposan

Page 21: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

9

1.7. Jenis bakteri yang terdapat di pupuk organik

1. Bakteri fotosintetik

2. Lactobacillus sp

3. Streptomycetes sp

4. Ragi (yeast)

5. Actinomycetes

1.8. Kunyit Sebagai Antibiotik Alami

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.),

adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia

Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia,

Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta

bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai

pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.

Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar. Kunyit tergolong

dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah

dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda),

kunyit (Indonesia dan Malaysia), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).

1.8.1 Kandungan kimia

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut

kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10% dan

bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti

minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,

Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga

mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%,

Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan

kalsium.

1.9. Tanaman yang Digunakan untuk Percobaan

1.9.1. Bayam

Amaranthus caudatus

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Page 22: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

10

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Caryophyllales

Famili :Amaranthaceae

Upafamili :Amaranthoideae

Genus :Amaranthus

Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat

mencapai 1,5 – 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar

dangkal pada kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar tunggang (Bandini dan

Aziz, 2001).

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air,

tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang

keras berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan

bercabang banyak (Van Steenis, 1978).

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat

daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau

keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap

(kasar) dan kadang berduri (Azmi, 2007).

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4

– 5 buah, benang sari 1 – 5, dan bakal buah 2 – 3 buah. Bunga keluar dari ujung-

ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.

Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual

yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan

berlangsung dengan bantuan angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).

Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna

coklat tua sampai m mengkilap sampai hitam Kelam. Namun ada beberapa jenis

bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi

yang bijinya merah. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji kira-kira 1200 –

3000 biji/gram (Wirakusuma, 1998).

Syarat Tumbuh

1. Iklim

2. Tanah

3. Pupuk NPK

Page 23: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

11

1.9.2. Tomat

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

Ordo :Solanales

Famili :Solanaceae

Genus :Solanum

Spesies :S. lycopersicum

Nama binomial : Solanum lycopersicum

Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.

Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah

hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh

benih rendah. Curah hujan yang idealselama pertumbuhan tanaman tomat berkisar

antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat

dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat

dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik

hasilnya. iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi

bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang

dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin

yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan

berguguran). Walaupun tomat tahan terhadap kekeringan, namun tidak berarti

tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh

karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dalam musim kemarau,

tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan

produksinya (Rismunandar, 2001).

Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-30

derajat Celcius. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat

adalah 24 -28 derajat celcius. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan

terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya

yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan

tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan, kelembaban akan meningkat

sehingga resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi. Karena itu,

Page 24: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

12

jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari

segala jenis gulma (Wiryanta, 2004).

Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk

produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai.

Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap

awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan

busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi

pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga (Wiryanta, 2004).

Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,

latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis

lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang

tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran

dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan oksigen penting bagi

pernapasan akar yang memang rentan tehadap kekurangan oksigen.

Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar bisa meningkatkan

produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga meningkatkan penyerapan unsur

hara fosfat, kalium, dan besi (Redaksi Agromedia, 2007).

Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah

yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,

dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai

tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).

Page 25: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

13

BAB II

TUJUAN

2.1. Tinjauan Umum Tentang Pupuk Organik Selokan (POS)

Pupuk Organik Selokan adalah inovasi dalam bidang pengelolaan limbah

saluran drainase (selokan) yang bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan

yang diakibatkan oleh limbah selokan yang menumpuk. POS dibuat dari limbah

selokan murni dan sampah organik yang ada selokan. Khususnya di wilayah

perkotaan limbah selokan menjadi masalah utama karena pencemaran bau dan

pencemaran lingkungan lain yang ditimbulkan. Oleh sebab itu, penulis membuat

terobosan baru dalam pengelolaan limbah selokan menjadi pupuk organik.

Sehingga limbah yang awalnya tidak berguna atau merugikan masyarakat dapat

berubah menjadi pupuk organik yang menguntungkan masyarakat dalam

meningkatkan produktifitas tanah. sebelumnya penelitian tentang pemanfaatan

limbah got sebagai media tanam jamur tiram sudah pernah dilakukan oleh SMAN

3 Kediri. Tetapi penelitian tentang pembuatan pupuk organik dari limbah selokan

belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penulis memiliki ide membuat pupuk

organik dari limbah selokan. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang

sudah dilakukan oleh SMAN 3 Kediri yaitu :

1. SMAN 3 Kediri memanfaatkan limbah selokan sebagai media tanam

jamur tiram, tanpa ada proses tertentu (langsung dimanfaatkan untuk

media tanam). Sedangkan penulis memanfaatkan limbah selokan sebagai

Pupuk Organik Selokan (POS) melalui proses fermentasi selama 1 (satu)

minggu serta penulis juga mengambil sampah organik dalam selokan

sebagi bahan tambahan organik pupuk, misalnya. Daun-daun kering, buah-

buahan busuk dan sayuran-sayuran busuk.

2. Untuk tanaman yang di uji cobakan SMAN 3 Kediri menggunakan jamur

timar, sedangkan penulis menggunakan bibit tomat dan bayam.

2.1.1. Keunggulan POS

Pupuk Organik Selokan (POS) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman

yang ditanam pada media yang berasal dari tanah kering, selama kurang dari 1

(satu) minggu. Dari segi keefektifan POS lebih unggul dari pada pupuk kompos

Page 26: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

14

buatan pabrik yang sering digunakan masyarakat untuk campuran media tanam.

Kefektifan POS dalam meningkatkan produktifitas tanah terbukti dari cepatnya

pertumbuhan tanaman tomat dan bayam. Dari segi ekonomis Pupuk Organik

Selokan lebih menguntungkan. Karena dalam pembuatan POS tidak dibutuhkan

biaya karena alat dan bahan berasal dari barang-barang bekas misalnya untuk

wadah fermentasi limbah selokan alatnya hanya ember bekas, pengaduk bekas

berupa kayu, dan penutup ember berasal dari ubin lantai yang tak terpakai. Selain

itu waktu pembuatannya cukup singkat dibanding pembuatan pupuk kompos dan

dari segi kepraktisan POS lebih unggul dari campuran media tanam yang diujikan

lainnya. Sehingga telah terbukti bahwa POS adalah solusi pemecahan masalah

lingkungan yang diakibatkan oleh limbah selokan.

Page 27: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kondisi Operasi

Limbah yang diolah adalah limbah selokan sekitar Jalan Soekarno-Hatta,

Ponorogo.

pH operasi : 6,8-7 (netral)

Suhu operasi : 27-300C

Tekanan : 1 atm

Volume limbah : 5 liter

Waktu tinggal limbah yang diolah adalah 6 hari

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. 2 (dua) buah ember plastik bekas

2. 1 (satu) buah Penutup ember ( keramik )

3. Pengaduk

4. 10 (sepuluh) lembarIndikator Universal

5. 8 (delapan) buah polibag

Bahan yag digunakan :

1. Limbah selokan (lumpur selokan serta sampah organik dalam selokan)

2. 50 gram kunyit

3. 40 biji tomat

4. 40 biji bayam

5. 5 kg tanah kering

6. 250 gram pupuk kompos

3.3. Langkah Percobaan

1. Tahap awal

1. Siapkan alat dan bahannya

2. Masukkan air dan lumpur selokan ke dalam 2 (dua) ember plastik bekas

yang masing-masing sebanyak 2,5 liter.

3. Berilah label A pada ember pertama dan label B pada ember kedua

4. Tambahkan 50 gram kunyit pada ember B

Page 28: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

16

3. Tutup kedua ember dengan penutup berupa keramik dan taruh pada

tempat yang lembab.

4. Diamkan selama 4 hari sampai menjadi pupuk organik selokan

2. Tahap Kedua

1. Siapkan 5 kg tanah kering, bagilah tanah kering menjadi 8 bagian yang

sama masing-masing 625 gram.

2. Siapkan 1 liter pupuk organik selokan murni dan 1 liter pupuk organik

selokan dengan antibiotik alami (kunyit)

3. Campurkan 1 liter pupuk organik selokan murni dengan 625 gram tanah

kering, kemudian masukkan kedalam 2 buah polibag.

4. Campurkan 1 liter pupuk organik selokan menggunakan antibiotik alami

(kunyit) dengan 625 gram tanah kering, kemudian masukkan kedalam 2

buah polibag.

5. Campurkan 250 gram pupuk kompos dengan 625 gram tanah kering,

kemudian masukkan kedalam 2 buah polibag.

6. Masukan 625 gram tanah kering kedalam 2 buah polibag.

7. Beri label A pada polibag untuk media tanam bibit tomat, beri label B

pada polibag untuk media tanam bibit bayam.

8. Tebarkan 10 biji tomat pada masing-masing polibag berlabel A dan

tebarkan 10 biji bayam pada masing-masing polibag berlabel B.

9. Siram air pada masing-masing polibag dengan takaran air yang sama

setiap harinya.

10. Berilah jarak 30 cm antara dua polibag yang berbeda label serta sama

komponen media tanamnya.

11. Amati pertambahan tinggi tanaman setiap 3 hari selama 6 hari.

Page 29: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil pengamatan dan pembahasan sebagai berikut:

4.1.Tabel Hasil Percobaan

4.1.1. Biji tomat yang diberi pupuk organik selokan dengan kunyit

biji ke tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 1,5 3,5 2 0 2 3 3 0 1 2 4 0 1 2 5 0 1,5 2,5 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0

10 0 0 0

Tinggi rata-rata0 = ೕೠೌ ೌೌ బ ೌభబ

= ଵ

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

= ళభబ

= 0,7 cm

Tinggi rata-rata6= ೕೠೌ ೌೌ ల ೌ

భబ

=భయభబ

= 1,3 cm

Page 30: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

18

4.1.2. Biji tomat yang diberi pupuk organik selokan murni

biji ke Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 2 4 2 0 2,8 5 3 0 1,5 3 4 0 1 2 5 0 2 3 6 0 2 3 7 0 2,5 3 8 0 1 2 9 0 0,5 1

10 0 1 1,5

Tinggi rata-rata0 = ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

= ଵ

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

= ଵ,ଷଵ

= 1,63cm

Tinggi rata-rata6 =ೕೠೌ ೌೌ ల ೌ

భబ

=ଶ,ହଵ

= 2,75 cm

4.1.3. Biji tomat yang diberi pupuk kompos buatan pabrik

biji ke Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 2 4 2 0 2 4 3 0 3,5 5 4 0 2,5 3 5 0 1,5 2 6 0 4 6 7 0 2 4 8 0 0 0 9 0 0 0

10 0 0 0

Page 31: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

19

Tinggi rata-rata0 =ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

= ଵ

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

=ଵ,ହଵ

= 1,75 cm

Tinggi rata-rata6 =ೕೠೌ ೌೌ ల ೌ

భబ

= ଶ଼ଵ

= 2,8 cm

4.1.4. Biji tomat pada tanah kering

biji ke Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 2 3,5 2 0 2 4 3 0 1,5 4 4 0 3 3,5 5 0 2 3 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0

10 0 0 0

Tinggi rata-rata0 =ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

=

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

=ଵ,ହଵ

= 1,05 cm

Tinggi rata-rata6 =ೕೠೌ ೌೌ ల ೌ

భబ

=ଵ଼ଵ

= 1,8cm

Page 32: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

20

4.1.5. Biji bayam yang diberi pupuk organik selokan dengan kunyit

biji ke Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 0,2 0,5 2 0 1 2 3 0 0,5 1,5 4 0 1 3 5 0 1,5 3 6 0 1 2 7 0 1,5 2 8 0 1 2 9 0 0,5 1

10 0 0,5 1

Tinggi rata-rata0 =ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

=

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

=଼,ଵ

= 0,87 cm

Tinggi rata-rata6 =ೕೠೌ ೌೌ ల ೌ

భబ

=ଵ଼ଵ

= 1,8 cm

Page 33: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

21

4.1.6. Biji bayam yang diberi pupuk organik selokan murni

biji ke Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 2 3 2 0 1,5 3 3 0 1 2 4 0 2 3 5 0 1,5 3 6 0 2 3 7 0 2 3 8 0 2 3,5 9 0 0,5 1

10 0 1 2

Tinggi rata-rata0 =ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

=

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

=ଵହ,ହଵ

= 1,55 cm

Tinggi rata-rata6 =௨ ௧ ௗ

=ଶ,ହଵ

= 2,65 cm

4.1.7. Biji bayam yang diberi pupuk kompos buatan pabrik

biji ke tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 0,5 1 2 0 1 2 3 0 1 2 4 0 0,5 1 5 0 0,5 1 6 0 0,7 1,25 7 0 0,5 1 8 0 0,5 1 9 0 0,5 1

10 0 2 3

Page 34: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

22

Tinggi rata-rata0 =ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

=

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

=,ଵ

= 0,77

Tinggi rata-rata6 =௨ ௧ ௗ

=ଵସ,ଶହଵ

= 1,425 cm

4.1.8. Biji bayam pada tanah kering

biji ke tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke 0 3 6

1 0 0,7 1 2 0 2 3 3 0 0,5 1 4 0 0 0,5 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0

10 0 0 0

Tinggi rata-rata0 =ೕೠೌ ೌೌ బ ೌ

భబ

=

= 0 cm

Tinggi rata-rata3 = ೕೠೌ ೌೌ య ೌభబ

=ଷ,ଶଵ

= 0,32 cm

Tinggi rata-rata6 =௨ ௧ ௗ

=ହ,ହଵ

= 0,55 cm

Page 35: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

23

4.2. Pembahasan Penelitian

Dari data di atas dapat diketahui beberapa hasil penelitian yaitu tanaman tomat

dan bayam yang bibitnya ditanam di media tanah kering dengan Pupuk Organik

Selokan (POS) murni pada hari ke- 6 memiliki rata-rata tinggi 2,75 cm dan 2,65

cm. Tanaman tomat dan bayam yang bibitnya ditanam pada media tanah kering

dan dicampur Pupuk Organik Selokan dengan antibiotik Kunyit (POSK) pada hari

ke- 6 memiliki rata-rata tinggi 1,30 cm dan 2,50 cm . Tanaman tomat dan bayam

yang bibitnya ditanam pada media tanah kering dengan pupuk kompos buatan

pabrik pada hari ke- 6 memiliki rata-rata tinggi 2,80 cm dan 1,48 cm. Tanaman

tomat dan bayam yang bibitnya ditanam di media tanah kering pada hari ke- 6

memiliki rata-rata tinggi 1,80 cm dan 2,50 cm. Jadi rata-rata tinggi tanaman tomat

pada Pupuk Organik Selokan (POS) murni lebih tinggi dari rata-rata tinggi

tanaman tomat pada Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK), hal ini

disebabkan pada POSK sebagian bakteri baik yang membantu proses penguraian

limbah selokan mati akibat antibiotik dari kunyit. Rata-rata tinggi tanaman tomat

pada POS lebih tinggi dari rata-rata tinggi tanaman tomat pada tanah kering,

karena kandungan nutrisi dan zat hara pada tanah kering sangat rendah. Rata-rata

tinggi tanaman tomat pada POS sebanding dengan rata-rata tinggi pada pupuk

kompos buatan pabrik, ini membuktikan tingkat keefektifan POS dan pupuk

kompos buatan pabrik sebanding untuk tanaman tomat. Begitu juga rata-rata

tinggi tanaman bayam pada Pupuk Organik Selokan (POS) murni memiliki rata-

rata paling tinggi di banding dengan Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit

(POSK), tanah kering dan pupuk kompos buatan pabrik. Sehinggga dapat di

simpulkan bahwa Pupuk Organik Selokan (POS) memiliki keefektifan yang

cukup tinggi dalam meningkatkan kesuburan tanah kering (tanah tandus). Pupuk

Organik Selokan juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk kompos

buatan pabrik yaitu mudah dalam proses pembuatan, dalam pembuatan POS tidak

membutuhkan biang/decomposer untuk pengurai sampah organik dalam limbah

selokan, karena pada limbah selokan sudah terdapat banyak bakteri pengurai yang

menguntungkan seperti Actinobacteria, Lactobacillus sp. Streptomyces sp.

Cyanobacter sp. Sedangkan pada pembuatan kompos organik dibutuhkan

tambahan biang/decomposer untuk mempercepat pengomposan. Selain itu dalam

Page 36: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

24

segi ekonomi POS lebih menguntungkan di banding dengan pupuk kompos

buatan pabrik karena dalam pembuatan Pupuk Organik Selokan tidak

mengeluarkan biaya sepeser pun dan pertumbuhan tanaman yang dihasilkan juga

cukup memuaskan karena semua biji tomat dan bayam tumbuh dengan sehat dan

cepat. Sehingga POS dapat dijadikan jawaban serta solusi tentang meningkatkan

produktifitas tanah tandus dan menjadi upaya penanggulangan pencemaran

lingkungan akibat limbah selokan.

4.3. Berikut hasil dari percobaan dalam gambar :

Gambar 4.3.1. Hasil pertumbuhan tanaman tomat

Tanah kering kompos pabrik selokan murni

Selokan + kunyit

Gambar 4.3.2. Hasil pertumbuhan tanaman bayam

Tanah kering kompos pabrik selokan murni

Selokan + kunyit

Page 37: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

25

4.4. Sumber Limbah Selokan

Salah satu penyebab pencemaran lingkungan di wilayah perkotaan

maupun di lingkup perkampungan yang menimbulkan dampak negatif pada

masyarakat adalah masalah limbah selokan domestik atau limbah rumah tangga.

Limbah selokan domestik adalah hasil buangan berupa cair atau padat yang

berasal dari sampah rumah tangga. Permasalahan limbah selokan dapat

ditimbulkan akibat adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, sarana

prasarana berkurang, berkembangnya wilayah perkotaan, sumber daya manusia

yang kurang mencukupi, sistem manajemen pengelolaan selokan yang tidak baik,

dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap saluran air/selokan, serta

kebiasaaan masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran air/selokan.

Volume air selokan yang semakin besar akibat aktifitas kehidupan masyarakat

perkotaan,apabila tidak dikelola secara benar, maka akan berpotensi menimbulkan

masalah. Masalah yang di timbulkan dapat berupa pencemaran lingkungan akibat

bau tak sedap karena selokan tersumbat, bencana banjir danpencemaran

lingkungan yang berupa pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah

selokan secara langsung ke sungai serta masalah-masalah yang merugikan

masyarakat lainnya. Padahal masalah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah

daerah atau bagian instansi penataan lingkungan, tetapi masyarakat ikut terjun

juga dalam masalah ini.

4.5. Proses Pembuatan Pupuk Organik Selokan (POS)

Proses pembuatan pupuk organik selokan akan segera berlangsung setelah

lumpur dimasukkan kedalam 2 (dua) ember yang salah satunya diberi kunyit.

Proses pembuatan pupuk organik selokan secara sederhana melalui tahap

fermentasi. Bakteri yang aktif pada kondisi ini adalah bakteri fotosintetik dan

Lactobacillus sp. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang

sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam limbah selokan akan menguraikan bahan

organik menjadi bahan organik yang sederhana. Setelah sebagian besar bahan

telah terurai. Pada saat ini terjadi pematangan pupuk organik selokan tingkat

lanjut, yaitu pembentukan komplek cairan hasil fermentasi. Selama proses

pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.

Pengurangan ini dapat mencapai 25-30% dari volume/bobot awal bahan.

Page 38: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

26

Pembuatan pupuk organik selokan melalaui proses anaerobik (tidak ada oksigen).

Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut

proses aerobik.Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau

tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat,

puttrecine), amonia, dan H2S.

4.6. Tanaman Indikator Pengukur Keefektifan POS

Dalam penelitian ini penulis memilih bibit tanaman bayam dan tomat

sebagai tanaman indikator penguur keefektifan Pupuk Organik Selokan

(POS).Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK) dan pupuk kompos buatan

pabrik, dalam meningkatkan produktifitas tanah kering. Penggunaan bibit bayam

dan tomat dalam penelitian dikarenakan kedua tanaman ini sangat familiar

dimasyarakat Indonesia, mudah dijumpai serta waktu yang dibutuhkan untuk

pengamatan pertumbuhan tidak terlalu lama, kurang lebih 6-10 hari sudah dapat

diamati perubahan tinggi dari tanaman tomat dan bayam. Tomat dan bayam

merupakan jenis banyak mengandung vitamin dan mineral serta zat lain yang

dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Page 39: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

27

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Kandungan yang terdapat di selokan bisa dimanfaatkan dan dapat

dijadikan pupuk.

2. Perbandingan antara pupuk selokan tanpa menggunakan antibiotik (tanpa

kunyit) dengan menggunakan pupuk kompos pabrik hasilnya relatif sama.

3. Mengelola limbah selokan dengan tanggung jawab yang benar

menimbulkan dampak positif terhadap lingkungan sekitar.

5.2. Saran

1. Limbah yang berasal dari selokan bisa diolah menjadi sesuatu yag

bermanfaat

2. Memanfaatkan limbah selokan sebagai alternatif pupuk kompos buatan

pabrik.

Page 40: Pembuatan Limbah Drainase sebagai Pupuk Organik Selokan

28

DAFTAR PUSTAKA http://yangragil.blogspot.com/2009/10/kunyit-sebagai-antibiotik-alami.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bayam

http://id.wikipedia.org/wiki/Tomat

http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit

http://akubesertakamu.blogspot.com/2011/03/respons-pertumbuhan-dan-

produksi.html

http://panduanberkebun.blogspot.com/2012/03/tomat-stakes.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah

http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos