Pembuatan Biodiesel Fatma

22
PEMBUATAN BIODIESEL BERBAHAN DASAR MINYAK JELANTAH I.Tujuan 1. Mengetahui proses pembuatan biodiesel 2. Menguji dan mengetahui kualitas biodiesel berbahan dasar minyak jelantah II. Dasar Teori Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX % Keuntungan Pemakaian Biodiesel 1. Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin 2. Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin) 3. Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin 4. Dapat diproduksi secara lokal 5. Mempunyai kandungan sulfur yang rendah 6. Menurunkan tingkat opasiti asap 7. Menurunkan emisi gas buang

Transcript of Pembuatan Biodiesel Fatma

Page 1: Pembuatan Biodiesel Fatma

PEMBUATAN BIODIESEL BERBAHAN DASAR MINYAK JELANTAH

I. Tujuan

1. Mengetahui proses pembuatan biodiesel

2. Menguji dan mengetahui kualitas biodiesel berbahan dasar minyak jelantah

II. Dasar Teori

Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam

lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau

esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX)

adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX %

Keuntungan Pemakaian Biodiesel

1. Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin

2. Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar

berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)

3. Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar

sehingga memperpanjang umur pakai mesin

4.  Dapat diproduksi secara lokal

5.  Mempunyai kandungan sulfur yang rendah

6.  Menurunkan tingkat opasiti asap

7.  Menurunkan emisi gas buang

8.  Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility

petroleum diesel sampai 500 %

Penerapan peraturan emisi kendaraan mendorong diturunkannya kadar belerang

dalam minyak solar. Penurunan kadar belerang dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan

berupa gas SOx dan SPM (Solid Particulate Matters) yang mengotori udara. Akan tetapi solar

yang berkadar belerang rendah memiliki daya pelumasan rendah.

Sementara itu produksi solar Indonesia masih sangat tinggi kadar belerangnya (1500-

4100 ppm) Dengan demikian biodiesel sebagai campuran minyak solar mempunyai dua

keuntungan sekaligus. Pertama yaitu biodiesel mempunyai kadar belerang yang jauh lebih

kecil (sangat ramah lingkungan karena kadar belerang kurang dari 15 ppm) dan yang kedua

adalah biodiesel dapat meningkatkan daya pelumasan.

Viskositas biodiesel lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga biodiesel

mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada solar. Oleh karena mampu melumasi

Page 2: Pembuatan Biodiesel Fatma

mesin dan sistem bahan bakar, maka dapat menurunkan keausan piston sehingga mesin yang

menggunakan bahan bakar biodiesel menjadi lebih awet. Selain itu biodiesel sudah

mengandung oksigen dalam senyawanya, sehingga pembakaran di dalam mesin nyaris

sempurna dan hanya membutuhkan nisbah udara/bahan bakar rendah.

Dengan demikian emisi senyawa karbon non-CO2 dalam gas buang kendaraan sangat

kecil dan penggunaan bahan bakar lebih efisien

Spesifikasi minyak biodiesel dibandingkan minyak diesel (BBM)

Sifat Minyak Biodiesel Minyak Diesel (BBM)

Densitas (g/cm3 pada 20oC) 0,879 0,841

Titik nyala (oC) 191 80

Bilangan setan (cetane

number)

51 47.8 to 59

Kekentalan (mm2/s pada 30

oC)

4,84 3,6

Abu bersulfat (%) 0,014 1,0-1,2 ppm Sulfur

Bilangan netralisasi (mg

KOH/g)

0,24 -

Gliserin total (%) 0,088 -

Gliserin bebas (%) 0,015 -

Fosfat (ppm) 17,5 -

Metanol (%) 0,06 -

Bahan Baku Biodiesel

Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam

jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu

tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel.

Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel. 

Nama Lokal Nama LatinSumber

Minyak

Isi

% Berat KeringP / NP

Jarak Pagar Jatropha Curcas Inti biji 40-60 NP

Jarak Kaliki Riccinus Communis Biji 45-50 NP

Kacang Suuk Arachis Hypogea Biji 35-55 P

Kapok / Randu Ceiba Pantandra Biji 24-40 NP

Page 3: Pembuatan Biodiesel Fatma

Karet Hevea Brasiliensis Biji 40-50 P

Kecipir Psophocarpus Tetrag Biji 15-20 P

Kelapa Cocos Nucifera Inti biji 60-70 P

Kelor Moringa Oleifera Biji 30-49 P

Kemiri Aleurites Moluccana Inti biji 57-69 NP

Kusambi Sleichera Trijuga Sabut 55-70 NP

Nimba Azadiruchta Indica Inti biji 40-50 NP

Saga Utan Adenanthera Pavonina Inti biji 14-28 P

Sawit Elais Suincencis Sabut dan biji 45-70 + 46-54 P

Nyamplung Callophyllum Lanceatum Inti biji 40-73 P

Randu Alas Bombax Malabaricum Biji 18-26 NP

Sirsak Annona Muricata Inti biji 20-30 NP

Srikaya Annona Squosa Biji 15-20 NP

Bagan alir proses pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut:

Minyak jelantah murni Metanol/etanol KOH/NaOH

Reaktor

Pendiaman dan pemisahan Bagian bawah

Bagian atas Netralisasi Asam mineral

Pencucian Pendiaman Asam lemak

Penguapan Penguapan Metanol/etanol

Minyak Biodiesel Gliserin

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL

Page 4: Pembuatan Biodiesel Fatma

Pada pembuatan biodiesel, sebelum bahan baku (trigliserida) ditransesterifikasi

dilakukan beberapa tahap pemurnian (refining). Tahap ini dimaksudkan untuk

menghilangkan berbagai bahan yang tidak diinginkan seperti fosfatida, asam lemak bebas,

lilin, tokoferol, zat warna dan zat pengotor lainnya yang dapat memperlambat reaksi. Tahap

pemurnian ini terdiri atas proses degumming, netralisasi, pemucatan (bleaching) dan

deodorasasi.

Proses degumming dimaksudkan untuk menghilangkan getah atau lendir yang terdiri

atas fostatida, protein, residu, karbohidrat dan air tetapi tidak dapat mengurangi jumlah asam

lemak bebas dalam minyak. Fostatida pada minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 0,60 persen.

Fosfatida akan membuat minyak menjadi gelap (turbid) selama penyimpanan dan

mengakibatkan berkumpulnya air pada produk ester. Biasanya pemisahan ini dilakukan

dengan menambah air pada suhu 60-90 derajat Celsius dan diikuti sentrifugasi (pemusingan),

kemudian ditambahkan larutan asam seperti asam fospat.

Deasidifikasi dilakukan untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau

lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa sehingga membentuk sabun.

Proses ini dimaksudkan untuk mencagah bau tengik pada produk.

Pemucatan (bleaching) dan deodorisasi untuk menghilangkan zat warna dan bahan

berbau dari bahan berlemak. Pemucatan dilakukan dengan mencampurkan minyak dengan

sejumlah kecil adsorben, seperti tanah pemucat (bleaching earth), bentonit, lempung aktif,

arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia. Pemucatan ini merupakan cara

konvensional dan proses pemurnian secara fisik. Pada proses pemucatan menggunakan

adsorben, akan menyerap zat warna dari senyawa karoten, karotenoid, xantrofil dan klorofil.

Selain itu, pemucatan dapat mengurangi zat pengotor baik yang berasal dari minyak

itu sendiri seperti protein, sterol, tokoferol, hidrokarbon, asam lemak bebas, peroksida dan

sebagainya maupun zat pengotor akibat dari proses ekstraksi minyak dari tumbuhan.

Pemucatan yang sering digunakan adalah gabungan dua adsorben seperti arang aktif dan

bentonit dengan perbandingan 1:0 sampai 1:20. Sedangkan untuk proses penghilangan bau

atau deodorisasi dapat dilakukan dengan cara distilasi uap.

Setelah pemurnian, bahan baku (trigliserida) dapat langsung diproses menjadi

biodiesel.

Sebelum dipakai perlu dilakukan pengujianmutu biodiesel, antara lain

1. Analisis Bilangan Asam

Page 5: Pembuatan Biodiesel Fatma

Pelarutan contoh lemak/minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol netral 96%)

dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH)

2. Viskositas (Cst) kinematic biodiesel pada suhu 40C (ASTM D 445)

Viskositas kinematik diukur dengan alat viskosimeter yang telah dikalibrasi sampai

volume cairan tertentu mengalir dibawah pengaruh grafitasi pada suhu yang

ditentukan dimana contoh masih dapat mengalir dalam pipa viskosimeter kering.

3. Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C (ASTM D 1298)

Pada Suhu 40C adalah perbandingan antara massa jenis pada suhu tersebut dengan

massa jenis aquadest pada suhu yang sama yang dinyatakan dalam gram/liter.

4. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)

Penambahan larutan iodium monoklorida dalam campuran asam asetat dan

karbontetrakhlorida kedalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan

penetapan halogen yang dibebaskan dengan penambahan kalium iodide (KI).

Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat

dan indikator kanji.

5. Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D 874)

Mengarangakan sampel kemudian mengabukan sampel tersebut pada sushu 775C

dengan penambahan beberapa tetes asam sulfat pekat.

http://prosespembuatan.blogspot.com/2009/07/proses-pembuatan-biodiesel-2-

metil.html

2.1 Minyak Jelantah sebagai Bahan Baku Biodiesel

Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah

yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,

minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas

pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk

keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah

mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses

penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat

merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya

dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang

tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan

kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak

jelantah adalah bahan bakar biodisel. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah

Page 6: Pembuatan Biodiesel Fatma

II. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Labu distilasi

2. Corong Pemisah

3. Pemanas listrik

4. Gelas beker

5. Termometer

6. Buret

7. Erlenmeyer

8. Gelas ukur

9. Gelas arloji

10. Sendok sungu

11. Neraca analitik

12. Piknometer

13. Pipet tetes

14. Pipet gondok

15. Bulbpet

b. Bahan

1. Minyak jelantah

2. Etanol

3. Zeolit

4. NaOH

5. KOH

6. HCl

7. Indikator PP

III. Cara Kerja

a. Esterifikasi Minyak

1. Komposisi larutan dibuat antara minyak jelantah dan etanol 1:5.

2. Labu ekstraksi diisi dengan 250mL etanol.

3. Alat reflux di rangkai dengan kolom yang sebelumnya diisi dengan zeolite dan

labu ekstraksi yang berisi etanol. Pada bagian atas reflux dirangkai dengan

corong pemisah yang berisi minyak jarak sebanyak 50mL.

4. Etanol dipanaskan hingga titik didihnya, minyak jelantah ditambahkan setetes

demi setetes melewati reflux.

Page 7: Pembuatan Biodiesel Fatma

Gambar 3. Rangkaian Alat

5. Setelah minyak jelantah habis, direflux selama 1 jam.

6. Didinginkan larutan hasil sampai dengan suhu kamar dan dibiarkan hingga

terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas biodiesel sedangkan lapisan bawah sisa

pereaksi dan gliserol.

7. Dipisahkan kedua lapisan tersebut dengan menggunakan corong pemisah,

diukur biodiesel yang didapatkan.

b. Analisis Biodiesel

a. Penentuan Bilangan Asam

1. Ditimbang sampel biodiesel yang peroleh sebanyak 2 gram dan dimasukkan

ke dalam labu erlemeyer.

2. Kemudian ditambahkan 20 mL campuaran pelarut (etanol 95%v).

3. Larutan tersebut diaduk dan ditritasi dengan larutan KOH 1 N alkoholik

sampai berwarna merah jambu. Warna merah jambu harus bertahan minimal

15 detik.

4. Dihitung bilangan asam dari volume titran.

b. Penentuan Bilangan Penyabunan

1. Sampel biodiesel ditimbang 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu distilasi

250 mL, tambahkan 25 mL NaOH 0,1 N alkoholis, dipanaskan di bawah

pendingin balik (direflux), dan didinginkan. Ditambahkan 1 mL indikator PP

dan dititrasi dengan HCl 0,5 M, dicatat volumenya sebagai volume contoh.

Page 8: Pembuatan Biodiesel Fatma

2. NaOH 0,1 N alkoholis diambil 50 mL, dipanaskan di bawah pendingin balik,

didinginkan dan ditambahkan 1 mL indikator PP kemudian dititrasi dengan

HCl 0,5 M, dicatat volumenya sebagai volume blanko.

IV. Data Pengamatan

a. Data Sampel

Volume Minyak jelantah = 50 mL

Volume etanol = 250 mL

Suhu distilasi = 78°C

Volume Biodiesel = 196 mL

b. Pengujian Biodiesel

a. Densitas

Tabel 1. Pengamatan Densitas

Massa (g)

Piknometer Kosong 15,5900

Piknometer + aquadest 42,5422

Piknometer + Biodiesel 22,5055

Piknometer + Minyak Jelantah 26,5070

Suhu Aquadest : 28°C ρ aquadest : 0,9921 g/ cm3

b. Viskositas

Tabel 2. Pengamatan Viskositas

Waktu alir (detik) Rerata (detik)

Air 3,073,08

3,09

Biodiesel 6,336,3

6,27

Minyak Jelantah 32,9232,47

32,02

Suhu Aquadest : 28°C μ aquadest : 837,81 μPa.s

c. Bilangan Penyabunan

Page 9: Pembuatan Biodiesel Fatma

Tabel 3. Pengamatan Bilangan Penyabunan

Massa Biodiesel (g)Volume NaOH

alkoholis (mL)Volume HCl 0,5 N

1,9881 25 3,0 ml

2,0078 25 3,1 ml

Blanko 25 4,8 ml

d. Bilangan Asam

Tabel 4. Pengamatan Bilangan Asam

Massa Biodiesel (g) Volume KOH alkoholis 1 N(mL)

2,0082 3,0

2,0144 3,0

V. Perhitungan

a. Densitas

ρ= massavolume

Volume piknometer=massa aquadestρ aquadest

¿(42,5422−15 , 5900 ) g

0,9921 g /cm3=27,1668 cm3

Tabel 5. Densitas Hasil Perhitungan

ρ (g/cm3)

Biodiesel 0,8284

Minyak Jelantah 0,9757

b. Viskositas

η1

η2

=ρ1 . t1

ρ2 . t2

Tabel 6. Viskositas Hasil Perhitungan

Waktu alir (detik) ρ (g/cm3) η (µPa.s)

Air 3,08 0,9921 837,8100

Biodiesel 6,3 0,8284 1430,9353

Minyak Jelantah 32,47 0,9757 8686,3628

c. Bilangan Penyabunan

Bilangan Penyabunan=56,1 (B−C ) N

M¿

Page 10: Pembuatan Biodiesel Fatma

Dengan B = 4,8 mL

Tabel 7. Bilangan Penyabunan Hasil Perhitungan

Massa Biodiesel (g)Volume HCl 0,5 N

(mL)

Bilangan Penyabunan ¿

1,9881 3,0 25,3961

2,0078 3,1 23,7499

Rata-rata 24,573

d. Bilangan Asam

Bilangan Asam=56,1 V NM

¿

Tabel 8. Bilangan Asan Hasil Perhitungan

Massa Biodiesel (g)Volume KOH alkoholis 1 N

(mL)

Bilangan Asam ¿

2,0082 0,3 8,3806

2,0144 0,3 8,3548

Rata-rata 8,3677

e. Bilangan Ester

Bilangan Ester (Ae)=Bilangan Penyabunan−Bilangan Asam

= 24,573 – 8,3677

= 16,2053

VI. Pembahasan

Bahan baku yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak jelantah. Minyak

jelantah dapat digunakan karena merupakan minyak nabati, selain itu juga sebagai salah

satu cara recycle limbah minyak goreng. Katalis yang digunakan adalah zeolit. Kolom

zeolit berfungsi memperluas permukaan dan memberbesar waktu kontak antara uap

etanol dengan minyak jelantah. Reaksi ini dinamakan reaksi transesterifikasi karena

mengubah ester menjadi ester yang lain, pelarut yang digunakan adalah etanol oleh

karena itu reaksi ini juga disebut reaksi alkoholis, sebenarnya alkohol bisa diganti

dengan air tetapi air bisa menyebabkan korosi pada mesin.

Untuk memperbesar jumlah produk,digunakan beberapa cara. yaitu :

a. Menambahkan etanol berlebih dalam reaksi

Page 11: Pembuatan Biodiesel Fatma

b. Memisahkan gliserin

c. Menurunkan temperatur reaksi tetapi tetap diatas titik didih etanol (trans-

esterifikasi merupakan reaksi eksoterem)

Tabel. Perbandingan Sifat Fisis Air, Biodiesel dan Minyak Jelantah Hasil

Praktikum (T=28°C)

Bahan ρ (g/cm3) η (µPa.s)

Air 0,9921 837,8100

Biodiesel 0,8284 1430,9353

Minyak Jelantah 0,9757 8686,3628

Berdasarkan tabel Standar mutu Biodiesel SNI No. 04-7182-2006, bilangan asam

maksimal untuk biodiesel adalah sebesar 0,8 mg KOH/kg biodiesel. Sedangkan biodiesel

hasil praktikum memiliki bilangan asam sebesar 8,3677 mg KOH/g biodiesel. Biodiesel

hasil praktikum memiliki bilangan asam 10.000 kali lipat dari seharusnya. Untuk

bilangan ester, dari sampel sebanyak 2 gram biodiesel hasil praktikum menunjukan nilai

sebesar 16,2053gr. Sementara standarnya hanya diperbolehkan 96,5 % dari massanya.

Hal ini dimungkinkan karena pada praktikum tidak dilakukan proses pencucian maupun

pengadsorbsian unsur-unsur pengotor di dalam produk. Dari analisis ini dapat dikatakan

bahwa biodiesel hasil praktikum belum memenuhi standart mutu nasional.

VII. Kesimpulan

1. biodiesel dibuat dengan reaksi trans-esterifikasi trigliserida (minyak nabati) menjadi

metil ester dengan hasil samping berupa gliserol.

2. Biodiesel hasil praktikum memiliki bilangan asam 8,3677 mg KOH/g biodiesel dan

kadar ester 16,2053gr. Sedangkan standart yang diijinkan adalah 0,8 mg KOH/kg

biodiesel untuk bilangan asam dan Untuk bilangan ester standarnya hanya

diperbolehkan 96,5 % dari massanya (belum memenuhi standart).

VIII. Daftar Pustaka

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah. Diakses 13 Mei 2013 pukul 19.24

WIB

2. http://prosespembuatan.blogspot.com/2009/07/proses-pembuatan-biodiesel-2-

metil.html Diakses 13 Mei 2013 pukul 19.48 WIB

Page 12: Pembuatan Biodiesel Fatma

Asisten,

Deni Swantomo, S.ST, M.Eng

Yogyakarta, 19 Mei 2013

Praktikan,

Fatmawati Nurcahyani

Page 13: Pembuatan Biodiesel Fatma

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

PEMBUATAN BIODIESEL BERBAHAN DASAR MINYAK JELANTAH

b. Data Sampel

Volume Minyak jelantah = 50 mL

Volume etanol = 250 mL

Suhu distilasi = 78°C

Volume Biodiesel = 196 mL

c. Pengujian Biodiesel

e. Densitas

Tabel 9. Pengamatan Densitas

Massa (g)

Piknometer Kosong 15,5900

Piknometer + aquadest 42,5422

Piknometer + Biodiesel 22,5055

Piknometer + Minyak Jelantah 26,5070

Suhu Aquadest : 28°C ρ aquadest : 0,9921 g/ cm3

f. Viskositas

Tabel 10. Pengamatan Viskositas

Waktu alir (detik) Rerata (detik)

Air 3,073,08

3,09

Biodiesel 6,336,3

6,27

Minyak Jelantah 32,9232,47

32,02

Suhu Aquadest : 28°C μ aquadest : 837,81 μPa.s

Page 14: Pembuatan Biodiesel Fatma

g. Bilangan Penyabunan

Tabel 11. Pengamatan Bilangan Penyabunan

Massa Biodiesel (g)Volume NaOH

alkoholis (mL)Volume HCl 0,5 N

1,9881 25 3,0 ml

2,0078 25 3,1 ml

Blanko 25 4,8 ml

h. Bilangan Asam

Tabel 12. Pengamatan Bilangan Asam

Massa Biodiesel (g) Volume KOH alkoholis 1 N(mL)

2,0082 3,0

2,0144 3,0

Asisten,

Deni Swantomo, S.ST, M.Eng

Yogyakarta, Maret 2013

Praktikan,

1. Dian Noorfika Ariani

2. Dimas Puguh Winarseto

3. Fatmawati Nurcahyani

Page 15: Pembuatan Biodiesel Fatma

Lampiran

Neraca Ekonomi Proses (Skala Laboratorium)

Biaya praktikum =

1. Minyak jelantah = Rp 200,-/L x 0,05 L = Rp 10,-

2. Ethanol = Rp 15.000,-/L x 0,25 L = Rp 3.750,-

Total sekali proses = Rp 3.760,-

Produk yang dihasilkan = -. Biodiesel = 0,196 L

- Gliserol = 0,050 L

Skala lebih besar, basis produksi 100 L biodiesel / bulan

a. Bahan Baku = 500 x Rp 3.760,- = Rp 1.880.000,-/bulan

b. Fixed Cost

Biaya Laboratorium (termasuk listrik dan air) = Rp 50.000,-/bulan

Pemeliharaan alat = Rp 15.000,-/bulan

Pemurnian Produk = Rp 30.000,-/bulan

Total per bulan = Rp 95.000,-

c. Penjualan Produk

1. Biodiesel = Rp 15.000,-/L = Rp 15.000,- x 100 L

= Rp 1.500.000,-

2. Gliserol = Rp 20.000/L = Rp 20.000,- x 25 L

= Rp 500.000,-

Total per bulan = Rp 2.000.000,-

d. Pengeluaran total = 1.975.000,-

Penjualan = 2.000.000,-

(untuk memperbesar keuntungan dapat dilakukan dengan menambah kapasitas produksi)