Pembuatan Bakso Daging Sapi
Transcript of Pembuatan Bakso Daging Sapi
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 1/8
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN BAKSO DAGING SAPI
(11 MEI 2013)
Anggia Dini Pratiwi 2012349055
Dina Yhunita 2012349066
Yeni Friska 2012349051
Dita Eka R 2012349068
Siti Fatimah 2011349078
Fara Dina 2011349077
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2012
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 2/8
I. Latar Belakang
Daging, menurut Soeparno (1998), didefinisikan sebagai semua jaringan hewan
dan hasil produk pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Menurut Muchtadi dan
Sugiyono (1992), daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat pada
kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari
hewan sehat sewaktu dipotong. Praktikum kali ini menggunakan sampel daging sapi.
Bull (1951) dan Forrest et al. (1975) menyatakan bahwa sapi yang lebih dewasa
mempunyai daging yang berwarna cherry-red terang dan daging yang warnanya
merah gelap atau hitam biasanya menunjukkan mutu yang rendah. Sebagian besar
daging sapi yang berwarna gelap berasal dari sapi tua dan menyebabkan daging
menjadi lebih liat. Daging dari sapi yang dipotong pada umur antara 3 – 14 minggu
disebut veal. Veal berwarna sangat terang. Karkas yang berasal dari sapi muda umur
antara 14 -15 minggu disebut calf (pedet). Tipe daging ini masih disebut veal ,
kualitasnya tidak sebaik veal , tetapi belum mencapai karakteristik beef (daging dari
sapi yang berumur lebih dari 1 tahun). Berdasarkan umur, jenis kelamin dan kondisi
seksual, daging sapi atau beef dapat berasal dari: (1) steer , sapi jantan yang dikastrasi
sebelum mencapai dewasa kelamin; (2) heifer , sapi betina yang belum dewasa (belum
pernah melahirkan pedet); (3) cow, sapi betina dewasa (telah pernah melahirkan
pedet); (4) bull , sapi jantan dewasa, biasa digunakan sebagai pejantan, dan (5) stag ,
sapi jantan yang dikastrasi setelah mencapai kedewasaan. Variasi kualitas beef dapat
terjadi karena variasi umur dan kedewasaan. Beef dari steer dan heifer mempunyai
karakteristik palatabilitas yang serupa (Soeparno 1998). Daging sapi yang digunakan
akan dibuat menjadi bakso.
Bakso daging menurut SNI No. 01-3818-1995 adalah produk makanan
berbentuk bulatan atau bentuk lain yang diperoleh dari campuran daging ternak
(kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serelia dengan atau tanpa BTP
(Bahan Tambahan Pangan) yang diizinkan (Dewan Standardisasi Nasional 1995).
Menurut Tarwotjo et al (1971), bakso merupakan daging yang dihaluskan, dicampur
tepung pati, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar lagi dan dimasak
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 3/8
dengan air panas untuk dikonsumsi. Ockerman (1978) mendefinisikan bakso
(meatball ) sebagai daging giling yang dicampur dengan sebanyak-banyaknya 12%
campuran kedelai, konsentrat protein, susu bubuk tanpa lemak dan bahan-bahan
sejenis lainnya. Bakso merupakan emulsi minyak dalam air, lemak sebagai fase
terdispersi dan air sebagai fase pendispersi dengan protein sebagai emulsifier.
Molekul pengemulsi mempunyai afinitas, baik terhadap air yaitu porsi molekul
hidrofilik maupun terhadap lemak yaitu porsi molekul hidrofobik.
II. Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan ialah pisau, sendok, timbangan, panic, baskom, food
processor , dan kompor. Bahan-bahan yang digunakan ialah daging sapi, pala 0.1 %,
tapioka 10%, gula 1,5%, merica 0,5%, es batu 20%, dan garam 2%.
III. Cara Kerja
Bersihkan daging dari lemak
Daging dicuci bersih, ditiriskan,dan ditimbang
Daging diiris dan digiling denganes 10%
Ditambahkan tapioka 10%, gula 1,5%, merica0,5%, es batu 20%, dan garam 2%.
Digiling kembali
Dibentuk bulat dengandiameter kurang lebih 3 cm
Direbus dalam air 70-80oCselama kurang lebih 15 menit
Diangkat jika bakso telahmengapung
Didinginkan
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 4/8
IV. Hasil dan Pembahasan
Pembuatan bakso daging sapi diawali dengan memisahkan daging dengan
lemak. Menurut Sunarlim (1992), daging yang digunakan untuk membuat bakso harus
sesegar mungkin yaitu segera setelah pemotongan tanpa mengalami proses penyimpanan
agar dapat menghasilkan mutu bakso yang baik. Daging yang banyak digunakan untuk
membuat bakso adalah daging penutup (top side), pendasar gandik ( silver side), lemusir
(cube roll ), paha depan (chuck ) dan daging iga (rib 6 meat ). Sebenarnya hampir semua
jenis daging dari bahan karkas dapat digunakan untuk membuat bakso, namun karena
perbedaan kandungan lemak dan jaringan ikat tiap bagian daging, maka penggunaannya
disesuaikan dengan mutu bakso yang dihasilkan (Elviera 1988).
Daging yang telah dipisahkan dari lemaknya lalu dibersihkan, ditiriskan, dan
ditimbang. Irisan daging digiling dengan es batu. Penambahan air dalam bentuk es
bertujuan untuk melarutkan garam dan mendistribusikannya secara merata ke seluruh
bagian masa daging, memudahkan ekstraksi protein serabut otot, membantu
pembentukan emulsi dan mempertahankan suhu adonan akibat pemanasan mekanis (.
Menurut Forrest et al . (1975), penambahan es berfungsi mempertahankan suhu
daging agar tetap rendah selama penggilingan daging dan pembuatan adonan
(emulsifikasi), menjaga kelembaban produk akhir agar tidak kering, meningkatkan
keempukan dan sari minyak (juiceness) daging. Suhu daging yang lebih dari 15 –
200C dapat menyebabkan kerusakan emulsi. Peningkatan suhu umumnya disebabkan
oleh jenis alat yang dipakai. Emulsi menjadi lebih stabil meskipun suhu luar emulsi
mencapai 20 – 250C, bila alat pelumat yang digunakan dengan kecepatan tinggi
seperti Sillent Cutter (Wilson et al 1981). Cara mempertahankan suhu adonan agar
tetap rendah dengan menambahkan es atau air es.
Penambahan es lebih baik dari air karena setiap penambahan satu gram es pada
suhu 0oC untuk menjadi air dengan suhu 0
oC membutuhkan 80 kalori. Sejumlah 80
kalori yang sama dapat digunakan untuk meningkatkan suhu sebanyak 10oC pada
suhu air 80oC. Peningkatan suhu selama proses pelumatan daging akibat panas yang
timbul akan digunakan untuk mencairkan es, sehingga suhu daging atau adonan dapat
dipertahankan (Forrest et al 1975). Jumlah es yang ditambahkan dalam adonan juga
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 5/8
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kadar air, daya mengikat air,
kekenyalan dan kekompakan bakso. Indrarmono (1987) menganjurkan penambahan
es sebanyak 20% dari berat daging agar dihasilkan bakso dengan sifat fisik dan
organoleptik yang disukai konsumen.
Setelah daging halus, lumatan daging ditambahkan tapioka, garam, gula,
merica, pala, dan es batu. Tapoka berfungsi sebagai bahan pengisi yang dapat
meningkatkan daya mengikat air, mereduksi penyusutan selama pemasakan, dan
memperbaiki sifat irisan. Bahan pengisi juga dapat memperbaiki stabilitas emulsi
produk daging. Bahan pengisi yang umum digunakan dalam pembuatan bakso adalah
tepung tapioka dan sagu aren (Pandisurya 1983). Tapioka harganya murah dan dapat
memberikan dekstrin dengan kelarutan yang lebih baik, cita rasa netral serta warna
terang pada produk. Tapioka yang digunakan sebesar 10%. Penggunaan bahan
pengisi dalam pembuatan bakso berdasarkan SNI 01-3818-1995 maksimum 50% dari
berat daging. Peningkatan penggunaan bahan pengisi menyebabkan peningkatan
kekerasan bakso (Purnomo 1990).
Garam dapur atau NaCl mempunyai fungsi untuk meningkatkan cita rasa
produk bakso, sebagai pelarut protein yaitu miosin sehingga menstabilkan emulsi
daging, sebagai pengawet karena dapat mencegah pertumbuhan mikroba sehingga
memperlambat kebusukan dan untuk meningkatkan daya mengikat air yang biasanya
dipadukan dengan STPP. Hasil penelitian Trout dan Schmidt (1986) bahwa garam
dapat memperbaiki sifat fungsional produk daging dengan mengekstrak protein
miofibril dari sel-sel otot selama perlakuan mekanis dan berinteraksi dengan protein
otot selama pemanasan sehingga terbentuk matriks yang kuat dan mampu menahan
air bebas serta membentuk tekstur produk.
Pengaruh NaCl atau garam dapur pada daya mengikat air berhubungan dengan
kemampuan ion Na+
menggantikan Ca2+
dalam menghambat terjadinya ikatan silang.
Peran ion Cl-
lebih dominan pada fungsi peningkatan daya mengikat air selanjutnya.
Ion Cl-
mampu berikatan kuat dengan filamen protein bermuatan positif, sehingga
menyebabkan filamen protein tersebut bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan
penolakan antar filamen, akibatnya ruang antar filamen menjadi lebih luas, sehingga
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 6/8
daya mengikat air meningkat (Devidek et al ., 1990). Peningkatan daya mengikat air
terjadi pada penambahan garam di atas 1% atau sebanding dengan 0,17 M NaCl.
Penambahan garam di atas 5% menyebabkan protein miofibril terpisah dari cairan
dan mengendap, sehingga daya mengikat air menjadi rendah (Honikel 1989). Pada
praktikum, garam ditambahkan sebanyak 2%, sehigga protein myofibril belum
terpisah dari cairannya.
Pemberian garam sebaiknya dilakukan secepat mungkin ketika daging masih
segar dan belum mengalami proses rigor. Pada keadaan tersebut pH masih di atas 5,5
(belum terjadi proses rigor mortis) sehingga ikatan aktomiosin belum terbentuk dan
aktin maupun miosin mudah terekstraksi. Penambahan garam sebaiknya tidak kurang
dari 2% atau lebih dari 4% karena konsentrasi garam kurang dari 1,8% menyebabkan
rendahnya protein terlarut (Sunarlim 1992).
Gula yang ditambahkan ke dalam adonan berfungsi memberi rasa manis,
sedangkan pala dan merica berfungsi sebagai bumbu. Merica juga dapat member rasa
pedas pada produk akhir. Menurut Forrest et al . (1975), penambahan bumbu pada
pembuatan produk daging bertujuan mengembangkan rasa dan aroma atau
memperpanjang umur simpan.
Setelah bahan-bahan ditambahkan, campuran daging dan bahan-bahan digiling
kembali untuk menghaluskan dan mencampur daging dengan bahan-bahan. Adonan
yang diperoleh dibentuk menjadi bulat dan direbus pada air bersuhu 70-80oC selama
kurang lebih 15 menit. Bakso yang telah matang diangkat, lalu didinginkan.
Karakterisasi bakso yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakterisasi bakso daging sapi
Parameter Hasil
Berat 380 g
Warna Cokelat keabuan
Rasa Terasa daging, namun hambar
Aroma Arome tepung kuat
Tekstur Lembek, tidak kenyal
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 7/8
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa bakso yang dihasilkan tidak
berkualitas baik. Hal ini dapat diketahui dari tekstur yang lembek, aroma tepung yang
kuat, dan rasa yang hambar. adanya sejumlah air pada bakso berpengaruh terhadap
kekenyalan yang diperoleh. Hal ini disebabkan air, lemak dan tersedianya hasil
ekstraksi protein akan menyebabkan terjadinya emulsi. Emulsi ini menyebabkan
bakso yang diperoleh menjadi lebih kompak dan tidak akan mudah pecah.
Kekenyalan bakso berhubungan dengan kekuatan gel yang terbentuk akibat
pemanasan. Menurut Indrarmono (1987), gelatinisasi pada bakso terdiri dari
gelatinisasi pati dan gelatinisasi protein, tetapi gelatinisasi pati lebih dominan
mempengaruhi kekenyalan bakso. Proses gelatinisasi melibatkan pengikatan air oleh
jaringan yang dibentuk rantai molekul pati atau protein.
Penambahan karagenan dan khitosan memberikan nilai kekenyalan bakso yang
sama dengan sodium tripoliposfat (STPP). Kemampuan STPP mengekstrak protein
daging dapat meningkatkan daya mengikat air yang akan mempengaruhi kekenyalan.
Penggunaan karagenan dapat membantu pembentukan gel yang dapat memperbaiki
sifat kekenyalan. Konsistensi pembentukan gel karagenan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain tipe dan konsentrasi karagenan serta adanya ion-ion. Karagenan
dapat berikatan baik dengan protein dan air, sehingga bakso memiliki kekuatan
menahan tekanan dari luar dan kembali ke bentuk semula setelah tekanan
dihilangkan. Sifat tersebut disebut sifat kenyal. Proses pemanasan selama perebusan
bakso mengakibatkan rantai polimer khitosan menjadi pendek sehingga
reaktivitasnya dalam mengikat air dan lemak meningkat. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kekenyalan.
V. Daftar Pustaka
Devidek, J., J. Velisek dan J. Pokorny. 1990. Chemical Changes during FoodProcessing. Elsevier, New York
Elviera, G. 1988. Pengaruh pelayuan daging sapi terhadap mutu bakso. Skripsi
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
7/16/2019 Pembuatan Bakso Daging Sapi
http://slidepdf.com/reader/full/pembuatan-bakso-daging-sapi 8/8
Forrest, J. C., E. D. Aberle, H. B. Hendrick, M. D. Judge dan Merkel. 1975. Principle
of Meat Science. W. H. Freemen and Co., San Francisco
Honikel. 1989. The Meat Aspects of Water and Food Quality. Dalam: Hardman (Ed).
Water Food Quality. Elsevier Science Publishing Co. Inc., New York. 35
Indrarmono, T. P. 1987. Pengaruh lama pelayuan dan jenis daging karkas serta
jumlah es yang ditambahkan ke dalam adonan terhadap sifat fisiko-kimia bakso
sapi. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muchtadi TR. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Depdikbud.
Dirjen DIKTI. PAU IPB, Bogor
Ockerman, H. W. 1978. Source Book of Food Scienctist. The Avi Publ. Co. Inc.
Westport. Connecticut
Purnomo, H. 1990. Kajian mutu bakso daging, bakso urat dan bakso aci di daerah
Bogor . Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor
Standard Nasional Indonesia. 1995. Bakso Daging. Dewan Standardisasi Nasional,
Jakarta
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Sunarlim, R. 1992. Karakteristik mutu bakso daging sapid an pengaruh penambahan
NaCl dan natrium tripolyfosfat terhadap perbaikan mutu. Disertasi Program
Pasca Sarjana. IPB, Bogor
Tarwotjo, I. S., S. Hartini, S. Soekirman dan Sumartono. 1971. Komposisi Tiga Jenis
Bakso di Jakarta. Akademi Gizi, Jakarta
Trout, G. R. dan G. R. Schmidt. 1986. Effect phosphates on functional properties of
restructured beef rolls: the rolls of pH, ionic strength ang phosphate type. Food
Science. 51: 1416
Wilson, N. R. P., E. J. Dyett, R. W. Hughes dan C. R. V. Jones. 1981. Meat and
Products. Applied Science Publisher. London