PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

105
PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR BERSIH SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Air Gambut di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman) Oleh: EDO HANDIKA TEKNIK LINGKUNGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG 2018

Transcript of PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Page 1: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT

MENJADI AIR BERSIH SKALA RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Air Gambut di Kecamatan Ulakan

Tapakis Kabupaten Padang Pariaman)

Oleh:

EDO HANDIKA

TEKNIK LINGKUNGAN

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

( STTIND ) PADANG

2018

Page 2: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT

MENJADI AIR BERSIH SKALA RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Air Gambut di Kecamatan Ulakan

Tapakis Kabupaten Padang Pariaman)

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

EDO HANDIKA

1410024428006

TEKNIK LINGKUNGAN

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

( STTIND ) PADANG

2018

Page 3: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

Judul : Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut Menjadi

Air Bersih Skala Rumah Tangga (Studi Kasus Air

Gambut di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten

Padang Pariaman)

Nama : Edo Handika

NPM : 1410024428006

Program Studi : Teknik Lingkungan

Jurusan : Teknik Lingkungan

Padang, 26 Maret 2018

Menyetujui :

Pembimbing I,

RIDWAN, MT

NIP : 197906112002121004

Pembimbing II,

HENDRI SAWIR, ST., M.Si

NIDN : 1015086704

Ketua Jurusan,

YAUMAL ARBI, MT

NIDN : 1007058407

Ketua STTIND Padang,

RIKO ERVIL, MT

NIDN : 1014057501

Page 4: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT

MENJADI AIR BERSIH SKALA RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Air Gambut di Kecamatan Ulakan

Tapakis Kabupaten Padang Pariaman)

Nama : Edo Handika

NPM : 1410024428006

Pembimbing I : Ridwan, MT

Pembimbing II : Hendri Sawir, ST., M.Si

RINGKASAN

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air bersih, terutama untuk

minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di Kecamatan Ulakan Tapakis

Kabupaten Padang Pariaman belum adanya fasilitas pelayanan air bersih dari Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) dan minimnya sumber air bersih yang tersedia, sehingga

sulitnya mendapatkan air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, namun

jumlah air gambut yang cukup banyak di Kecamatan Ulakan Tapakis belum

termanfaatkan secara maksimal dan diperlukannya alat pengolahan air gambut agar air

gambut tersebut bisa digunakan sebagai sumber air bersih. Untuk itulah dalam penelitian

ini dilakukan pembuatan alat pengolahan air gambut skala rumah tangga. Dari hasil

pengujian dilaboratorium Politeknik ATI Padang, sampel air gambut mengandung Fe 2

mg/L, BOD 8 mg/L, COD 55 mg/L dan memiliki pH 4,2. Setelah dilakukan pengolahan

dengan alat pengolahan air gambut kandungan Fe turun menjadi 0,2 mg/L, BOD turun

menjadi 3 mg/L, kandungan COD 27 mg/L, dan pH naik menjadi 6,8. Setelah

dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Th 2001,di air gambut yang telah

diolah tersebut termasuk kedalam air bersih kelas 2.

Kata kunci : Air Gambut, PP No 82 Th 2001

MAKING OF PEAT WATER TREATMENT TOOL

Page 5: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BECOME CLEAN WATER SCALE HOUSEHOLD

(Case Study of Peat Water in The Districs Ulakan

Tapakis Area Padang Pariaman)

Name : Edo Handika

NPM : 1410024428006

Advisor Lecturer I : Ridwan, MT

Advisor Lecturer II : Hendri Sawir, ST., M.Si

ABSTRACT

In everyday life people always need clean water, especially to drink, cook, bathe, wash

and so on. In Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman, there is no clean

water service facility from PDAM and lack of available clean water sources, making it

difficult to get clean water used for daily use, but the amount of peat water is quite high in

Ulakan Tapakis sub-district has not been fully utilized and the need for peat water

treatment equipment so that peat water can be used as a source of clean water. For this

reason in this study made the manufacture of household scale peat water treatment. From

the test results of the laboratory of Polytechnic ATI Padang, peat water samples contain

Fe 2 mg / L, BOD 8 mg / L, COD 55 mg / L and has pH 4.2. After treatment with peat

water treatment the Fe content decreased to 0.2 mg / L, BOD decreased to 3 mg / L,

COD content 27 mg / L, and pH rose to 6.8. Compared with Government Regulation No.

82 of 2001, in the treated peat water is included in class 2 clean water.

Keywords: Peat water, Goverment Regulation No. 82 Year 2001

Page 6: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat

dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul

“Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih Skala Rumah

Tangga (Studi Kasus Air Gambut di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten

Padang Pariaman)” Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah

curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,

hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi

Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Terselesaikannya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,

oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Antonius, SE selaku Ketua Yayasan Muhammad Yamin Padang

2. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi (STTIND)

Padang

3. Bapak Ridwan, MT sebagai Dosen Pembimbing 1 Program Studi Teknik

Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah

meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan

material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini

Page 7: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

4. Bapak Hendri Sawir, ST., M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan

material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini

5. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku ketua program studi teknik lingkungan yang

telah banyak membantu penulis dalam administrasi maupun penyusunan

Proposal Tugas Akhir ini

6. Ibu Eka Rahmatul Aidha, M.Pd selaku sekretaris program studi teknik

lingkungan yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi maupun

penyusunan Proposal Tugas Akhir ini

7. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan baik dari segi moriil

ataupun materil dalam mendukung penyeleseian tugas akhir ini;

8. Teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

tugas akhir ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna

sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, penulis

ucapkan terima kasih.

Padang, 26 Maret 2018

Penulis

Page 8: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ......................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................. iii

Daftar Tabel ............................................................................................. vi

Daftar Gambar .......................................................................................... vii

Daftar Lampiran ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 3

1.3 Batasan Masalah.............................................................................. 3

1.4 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Padang Pariaman ............................. 5

2.1.1 Letak Geografis ........................................................................ 5

2.1.2 Topografis ................................................................................. 5

2.1.3 Administratif ............................................................................. 8

2.1.4. Hidrologi .................................................................................. 9

2.1.5 Kondisi Klimatologi ................................................................. 11

2.1.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ............................................. 12

2.2 Kecamatan Ulakan Tapakis............................................................. 14

2.3 Air Bersih ........................................................................................ 16

2.4 Air Gambut ..................................................................................... 23

2.4.1 Pembentukan Air Gambut ........................................................ 26

2.4.2 Pengolahan Air Gambut ........................................................... 28

2.4.2.1 Pengolahan Air Gambut Secara Modern ........................ 28

2.4.2.2 Pengolahan Air Gambut Secara Konvensional .............. 32

2.5 Air Payau ......................................................................................... 37

Page 9: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2.6 Teknik Sampling ............................................................................. 40

2.6.1 Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel ................................... 40

2.6.2 Perencanaa Lokasi Pengambilan Sampel ................................. 41

2.6.3 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ................................... 43

2.6.4 Waktu Pengambilan Sampel ..................................................... 45

2.6.5 Studi Pendahuluan .................................................................... 45

2.6.6 Pengambilan Sampel ................................................................ 46

2.6.7 Perlakuan Sampel di Lapangan ................................................ 51

2.7 Tawas................................................................................................ 57

2.8 Arang Aktif...................................................................................... 68

2.9 Batu Kapur....................................................................................... 60

2.10 Kerangka Konseptual..................................................................... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 63

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................. 63

3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 63

3.3.1 Populasi .................................................................................... 63

3.3.2 Sampel ...................................................................................... 63

3.4 Variabel Penelitian .......................................................................... 64

3.5 Data dan Sumber Data .................................................................... 64

3.6 Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut ....................................... 65

3.6.1 Alat dan Bahan ......................................................................... 65

3.6.2 Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut ................................. 66

3.6.3 Prosedur Pengolahan Air Gambut ............................................ 66

3.7 Jadwal Penelitian ............................................................................. 67

3.8 Kerangka Metodologi ..................................................................... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ................................................................................................ 69

4.1.1 Alat Pengolahan Air Gambut.................................................... 69

4.1.2 Hasil Pengujian Air Gambut ..................................................... 71

Page 10: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

4.2 Pembahasan ..................................................................................... 72

4.2.1 Alat Pengolahan Air Gambut ........................................... 72

4.2.2 Hasil Pengujian Air Gambut ............................................ 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 80

5.2 Saran ............................................................................................. 81

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

Page 11: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari ........................................... 8

Tabel 2.2 Nama Sungai dan Daerah yang dilaluinya .................................. 11

Tabel 2.3 Suhu, Kelembaban, Kecepatan Angin dan Tekanan Udara ........ 12

Tabel 2.4 Jumlah Kepadatan Penduduk ...................................................... 13

Tabel 2.5 Jumlah Nagari dan Korong ......................................................... 15

Tabel 2.6 Bagan Kerangka Konseptual ....................................................... 62

Tabel 3.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 65

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian......................................................................... 67

Tabel 3.3 Kerangka Metodologi ................................................................. 68

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Air Gambut ....................................................... 71

Tabel 4.2 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian pH ................................... 75

Tabel 4.3 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian BOD ............................... 76

Tabel 4.4 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian DO .................................. 77

Tabel 4.5 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Fe .................................... 78

Tabel 4.6 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Zn ................................... 78

Page 12: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lokasi Sampling Air Gambut Ulakan Tapakis ....................... 7

Gambar 3.1 Alat Pengolahan Air Gambut .................................................. 66

Gambar 4.1 Alat Pengolahan Air Gambut .................................................. 69

Page 13: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Data Pengujian Air PP No 82 Tahun 2001

Lampiran B : Dokumentasi Penelitian

Lampiran C : Hasil Pengujian Air Gambut dan Air Bersih di Laboratorium

Page 14: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air bersih,

terutama untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Pada saat ini,

persentase penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih

dari badan atau perusahaan air minum masih sangat kecil yaitu untuk daerah

perkotaan sekitar 61%, sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar 56% (Data

BPS- Susenas, 2016).

Di daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut,

penduduk biasanya menggunakan air sumur galian dan air sungai yang kurang

memenuhi standar air minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk

kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan

untuk memenuhi kebutuhan air minum.

Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah

satu kecamatan di Padang Pariaman yang belum menikmati pelayanan air bersih

dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sehingga masyarakat masih

menggunakan air sumur dan air sungai sebagai sumber air bersih untuk keperluan

sehari-hari. Sumber air bersih di Kecamatan Ulakan Tapakis 22% air sumur bor,

30% air sumur galian dan sisanya air sungai yang mengalir di sepanjang

Kecamatan Ulakan Tapakis, sedangkan lahan gambut seluas 308 Ha yang

memiliki jumlah air gambut yang cukup banyak masih belum termanfaatkan

(PDAM Padang Pariaman, 2017).

Page 15: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Air gambut adalah satu sumber air permukaan yang banyak dijumpai di

daerah kalimantan dan sumatra. Air gambut berwarna coklat tua sampai

kehitaman, Daerah yang berair gambut ini biasanya daerah yang berawa yang

memiliki kadar organik yang tinggi (138 - 1560 mg/lt KmnO4), dan bersifat asam

(pH 3,7 - 5,3). Air gambut masih memerlukan pengolahan khusus terlebih dahulu

sebelum digunakan sebagai sumber air untuk keperluan domestik. Salah satu

alternatif pengolahan untuk air gambut adalah penyaringan. (Kusnaedi, 2006)

Dalam rangka penyediaan air bersih bagi masyarakat Kecamatan Ulakan

Tapakis Kabupaten Padang Pariaman yang berkualitas, yang memiliki 308 Ha

lahan gambut maka perlu mengenalkan pengetahuan mengenai pengolahan air

gambut menjadi air bersih yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat dengan

menggunakan bahan yang ada dipasaran setempat. Agar air gambut tersebut dapat

digunakan sebagai sumber air untuk keperluan domestik, maka di perlukan alat

pengolahan air gambut dan dilakukan pengujian di laboratorium secara fisika dan

kimia sehingga sesuai dengan standar air bersih yang telah di tetapkan pemerintah

dalam PP No 82 Th 2001.

Kecamatan Ulakan Tapakis Padang Pariaman yang masih belum

mendapatkan fasilitas pelayanan air bersih dari PDAM, Kurangnya sumber air

bersih, dan banyaknya jumlah air gambut yang belum dimanfaatkan yang mana

bisa dijadikan sumber air bersih, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang

“Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih Skala Rumah

Tangga (Studi kasus Air Gambut di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten

Padang Pariaman)”.

Page 16: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah

diantaranya :

1. Ketersediaan air bersih di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang

Pariaman saat ini sangat rendah

2. Air gambut di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman

sebagai salah satu sumber air bersih yang bisa digunakan untuk keperluan

domestik

3. Perlu adanya alat pengolahan air gambut skala rumah tangga untuk mengolah

air gambut menjadi air bersih

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian yang

ingin dicapai, maka ditetapkan batasan masalah yaitu membuat alat pengolahan

air gambut Ulakan Tapakis menjadi air bersih skala rumah tangga berkapasitas 1,3

L dan hasil penyaringan di uji di laboratorium Politeknik ATI Padang secara

fisika dan kimia serta dibandingkan dengan standar air bersih yang telah di

tetapkan pemerintah dalam PP No 82 Th 2001

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah di peroleh yaitu :

1. Bagaimana cara pengolahan air gambut menjadi air bersih ?

2. Bagaimana hasil dari pengolahan air gambut menjadi air bersih?

Page 17: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Membuat alat pengolahan air gambut menjadi air bersih skala rumah tangga

2. Membandingkan hasil penyaringan alat pengolahan air gambut menjadi air

bersih dengan standar air bersih yang telah di tetapkan pemerintah dalam PP

No 82 Th 2001.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

masyarakat untuk mengolah air gambut menjadi air bersih di Kecamatan Ulakan

Tapakis Padang Pariaman dan daerah yang lainnya yang memiliki lahan gambut.

2. Bagi penulis

Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke

dalam bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam

menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis khususnya di

bidang keilmuan teknik lingkungan.

3. Bagi institusi STTIND Padang

Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan

dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian.

Page 18: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Padang Pariaman

2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari beberapa satuan Geomorfologi

yang terdiri dari; pegunungan dan perbukitan, lipatan-patahan, lereng endapan

gunung api, dan dataran pantai, dengan sudut lereng; 0-2% (datar) 2-15% (landai),

15-40% bergelombang-agak curam) dan > 40% (curam-sangat curam).

Secara geografis, Kabupaten Padang Pariaman terletak antara 0°11’5- 3°30’

Lintang Selatan dan 98°36’ - 100°40’ Bujur Timur, dengan keadaan iklim tropis

yang sangat dipengaruhi oleh angin darat serta suhu udara berkisar antara 260C

sampai 310C. Setelah disahkannya Kota Administratif Pariaman menjadi Kota

Pariaman dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002, maka wilayah

Kabupaten Padang Pariaman menjadi 17 kecamatan dengan luas wilayah menjadi

1.328,79 Km² dengan panjang garis pantai 60,5 km. Luas daratan daerah ini setara

dengan 3,15 % luas daratan wilayah Propinsi Sumatera Barat.

2.1.2 Topografi

Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari

wilayah daratan pada daratan Pulau Sumatera dan 2 pulau-pulau kecil (Pulau Pieh

dan Pulau Bando), dengan 40% dataran rendah yaitu pada bagian Barat yang

mengarah ke pantai. Daerah dataran rendah terdapat di sebelah Barat yang

terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian antara 0 - 10 meter di atas

permukaan laut, serta 60% daerah bagian Timur yang merupakan daerah

Page 19: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Daerah bukit bergelombang terdapat di

sebelah Timur dengan ketinggian 100 - 1500 meter di atas permukaan laut.

Keadaan Topografi Kabupaten Padang Pariaman berupa daratan seluas

1.328,79 km² atau 56,10% dari wilayah datar - landai dengan ketinggian antara 0 -

100 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang lainnya merupakan daerah

bergelombang agak curam – curam dan sangat curam dengan ketinggian 100 -

1500 meter di atas permukaan laut atau seluas 43,90%. Daerah datar - landai

terletak pada bagian Barat yang mendekati pantai, sedangkan daerah

bergelombang dan dataran tinggi (agak curam – curam – sangat curam) terdapat di

bagian Timur dan Utara. Pada daerah perbatasan dengan Kabupaten Solok, Tanah

Datar, dan Agam merupakan daerah gugusan Bukit Barisan yang membujur

sepanjang bagian Barat Pulau Sumatera.

Berikut peta lokasi Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman

seperti pada gambar 2.1:

Page 20: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …
Page 21: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2.1.3 Administratif.

Luas wilayah Kabupaten Padang Pariaman mencapai 1.328,79 Km² dengan

panjang garis pantai 60,5 km. Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen

luas daratan wilayah Propinsi Sumatera Barat, seperti dijelaskan pada tabel 2.1

Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari serta Jumlah Korong berikut ini :

Tabel 2.1 Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari Serta Jumlah Korong

(Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka 2015)

Dari ke 17 (tujuh belas) kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman

ini, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas, yakni

228,70 km², sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas wilayah

terkecil, yakni 25,56 km². Sungai Geringging sebagai Ibukota Kecamatan Sungai

Kecamatan Nama Kota Kecamatan Luas Daerah

(KM2)

Jumlah

Nagari

Jumlah

Korong

Batang Anai Pasar Usang 180,39 4 31

Lubuk Alung Lubuk Alung 111,63 5 28

Sintuk Toboh Gadang Sintuak 25,56 2 29

Ulakan Tapakis Ulakan 38,85 2 33

Nan Sabaris Pauh Kambar 29,12 5 39

2 x 11 Enam Lingkung Sicincin 36,25 3 12

Enam Lingkung Pakandangan 39,20 5 27

2 x 11 Kayu Tanam Kayu Tanam 228,70 4 21

VII Koto Sungai Sarik Sungai Sarik 90,93 4 41

Patamuan Tandikat 53,05 3 20

Padang Sago Padang Sago 32,06 3 15

V Koto Kampung Dalam Kampung Dalam 61,41 2 26

V Koto Timur Kudu Gantiang 64,80 3 28

Sungai Limau Sungai Limau 70,38 4 29

Batang Gasan Gasan Gadang 40,31 2 11

Sungai Geringging Sungai Geringging 99,35 4 27

IV Koto Aur Malintang Batu Basa 126,80 5 30

Jumlah / 2010 60 447

Total 2009 46 366

2008 46 365

2007 46 364

2006 45 363

Page 22: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Geringging dan Batu Basa Ibukota Kecamatan dari IV Koto Aur Malintang

tercatat berada di wilayah yang paling tinggi yaitu 251 meter dari permukaan laut

sedangkan yang paling rendah adalah Ulakan Tapakis, Sungai Limau, Gasan

Gadang dengan ketinggian 2 meter dari permukaan laut.

Kabupaten Padang Pariaman memiliki letak yang cukup strategis karena

berbatasan langsung dengan Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera

Barat berikut Batas-batas wilayah Kabupaten Padang Pariaman :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Padang

c) Sebelah Timur dengan berbatasan Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah

Datar,

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pariaman dan Samudera Indonesia.

2.1.4 Hidrologi

Potensi pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Padang

Pariaman pada umumnya relatif besar karena dangkalnya air tanah di wilayah ini

sehingga memudahkan penduduk dalam penggunaannya. Selain itu Kabupaten

Padang Pariaman juga dilalui oleh 11 sungai, antara lain : sungai Batang Anai,

Batang Mangau yang keberadaannya memiliki kontribusi yang cukup besar untuk

pemenuhan kebutuhan akan air, baik untuk penggunaan rumah tangga ataupun

sebagai sumber air untuk kegiatan irigasi teknis maupun non teknis.

Dari 11 (sebelas) buah sungai yang ada, maka sungai terpanjang adalah

Sungai Batang Anai sepanjang 54,6 Km, serta Sungai Batang Mangau dengan

panjang 46 km. Sedangkan sungai yang memiliki lintasan terpendek dibandingkan

Page 23: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

dengan sungai-sungai lainnya di Kabupaten Padang Pariaman yaitu Batang

Kamumuan dan Batang Piaman dengan panjang sungai yaitu 12 km. Secara

ekonomis sungai-sungai ini merupakan pendukung bagi kegiatan irigasi dan untuk

budidaya ikan yang diusahakan masyarakat Kabupaten Padang Pariaman.

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa fluktuasi debit tertinggi terdapat di

Sungai Batang Gasan dimana debit Tertinggi mencapai maksimal 60 M³/dt dan

debit terendah adalah 9,2 M³/dt dan Batang Ulakan fluktuasi debitnya cukup

rendah dimana debit maksimal 60 M³/dt dan debit terendah 36 M³/dt .

Keadaan fluktuasi debit tersebut di atas menunjukkan bahwa tinggi dan

rendahnya fluktuasi debit ini ditentukan oleh keberadaan musim hujan dan musim

kemarau. Oleh karena itu pengelolaan dan pengendalian kawasan konservasi di

wilayah hulu sampai hilir menjadi perhatian utama untuk mempertahankan debit

dan peningkatan kualitas airnya menjadi lebih baik. Adapun keberadaan sungai-

sungai di Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

Page 24: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Tabel 2.2 Nama Sungai, Daerah yang dilalui dan Panjangnya

No Nama Sungai Daerah Yang Dilalui

(Kecamatan)

Debit (M/dt) Panjang

Sungai

(Km)

Kualitas

Max Min

1 Batang Sungai

Limau

Sungai Geringging –

Sungai Limau

45,00 7,77 14.00 Jelek

2 Batang

Kamumuan

Sungai Geringging –

Sungai Limau

- - 12.00 -

3 Batang Paingan Sungai Geringging –

Sungai Limau

36,00 3,98 16.00 Jelek

4 Batang Gasan IV Koto Aur Malintang –

Sungai Limau - Batang

Gasan

60,00 9,20 20.00 Jelek

5 Batang Sungai

Sirah

Sungai Geringging –

Singai limau

45,00 7,32 18.00 Jelek

6 Batang Naras V Koto Kp. Dalam –

Sungai Limau

33,80 0,91 20.00 Jelek

7 Batang Piaman VII Koto Sungai Sarik –

Pariaman

19,40 2,62 12.00 Jelek

8 Batang Mangau Patamuan - VII Koto

Sungai Sarik – Nan

Sabaris

55,90 7,57 46.00 Jelek

9 Batang Ulakan 2 X 11 Enam Lingkung,

Nan Sabaris, Ulakan

Tapakis

60,00 36,00 19.00 Jelek

10 Batang Anai 2 X 11 Kayutanam –

Lubuk Alung - Batang

Anai

70 25 54.60 Jelek

11 Batang Tapakis Lubuk Alung – Sintuk

Toboh Gadang - Nan

Sabaris – Ulakan Tapakis

- - 46.00 -

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2015)

2.1.5 Kondisi Klimatologi

Keadaan iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin darat dan curah

hujan mencapai rata-rata 427,70 mm/bulan sepanjang tahun 2015 serta suhu udara

berkisar antara 260C sampai 31

0C. Iklim wilayah Kabupaten Padang Pariaman

termasuk iklim tropis besar yang memiliki musim kering yang sangat pendek dan

daerah lautan sangat dipengaruhi oleh angin laut. Suhu udara berkisar antara 260C

Page 25: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

– 310C. Suhu udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah

terdapat pada bulan September. Kelembaban udara rata-rata 86.75% dengan

kecepatan angin rata-rata yaitu 2.14 knot/jam. Sedangkan rata-rata suhu

maksimum 31.080C dan rata-rata suhu minimum yaitu 21.34

0C dengan curah

hujan tercatat rata-rata 293.11 mm/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 2.3 Suhu, Kelembaban Relatif, Kecepatan Angin dan Tekanan Udara di

Kabupaten Padang Pariaman berikut ini :

Tabel 2.3 Suhu, Kelembaban Relatif, Kecepatan Angin dan Tekanan Udara

Bulan Suhu (oC) Kelembaban

Relatif (%)

Kecepatan

Angin (Knot)

Tekanan

Udara

(Nbs)

Januari 25.4 87.0 2.0 996.8

Februari 26.0 88.0 2.7 996.3

Maret 26.1 87.0 2.5 996.4

April 26.3 89.0 1.8 996.0

Mei 26.8 87.0 2.2 994.1

Juni 26.1 86.0 2.1 995.6

Juli 25.6 85.0 2.0 995.6

Agustus 25.7 88.0 1.8 995.5

September 25.6 87.0 2.1 984.8

Oktober 25.4 88.0 2.2 995.6

November 25.1 88.0 1.7 995.1

Desember 25.2 87.0 2.6 994.5

Rata-

rata/Tahun

25.7 86,0 2.14 994.7

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2015)

2.1.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2015 tercatat

sebanyak 393.571 jiwa dengan jumlah penduduk dari tahun 2010-2015 terus

Page 26: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

bertambah hingga 87.479 jiwa dengan rincian seperti dalam tabel 2.4 Jumlah dan

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Padang Pariaman berikut ini :

Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Padang Pariaman

Tahun 2011-2015

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2015)

Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 Kecamatan, dari jumlah

Kecamatan tersebut penduduk terbanyak tersebar di Kecamatan Batang Anai

No Kecamatan Luas

Daerah

(Km2)

Jumlah

Penduduk (jiwa)

Kepadatan

(jiwa/Km2)

1 Batang Anai 180 44,459 246

2 Lubuk Alung 112 43,020 385

3 Sintuk Toboh

Gadang

26 17,886 700

4 Ulakan Tapakis 39 18,980 489

5 Nan Sabaris 29 26,922 925

6 2 x 11 Enam

Lingkung

36 18,252 504

7 Enam Lingkung 39 19,029 485

8 2 x 11 Kayu

Tanam

229 25,724 112

9 VII Koto Sungai

Sarik

91 33,724 371

10 Patamuan 53 15,749 297

11 Padang Sago 32 8,010 250

12 V Koto Kampung

Dalam

61 22,597 368

13 V Koto Timur 65 14,251 220

14 Sungai Limau 70 27,789 395

15 Batang Gasan 40 10,534 261

16 Sungai

Geringging

99 27,017 272

17 IV Koto Aur

Malintang

127 19,610 155

Jumlah2010 1,329 393,571 296

2009 1,329 392,941 294

2008 1,329 390,226 292

2007 1,329 387,452 287

2006 1,329 381,792 283

Page 27: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

dengan jumlah penduduk 44,459 jiwa kemudian disusul oleh Kecamatan Lubuk

Alung dengan jumlah penduduk sebanyak 43,020 jiwa yang berkontribusi

sebesar 21% terhadap penduduk total yang ada di Kabupaten Padang Pariaman.

Hal ini disebabkan sifat perkotaan yang cukup mencolok di daerah ini serta

kelengkapan fasilitas maupun prasarana yang ada serta lokasi yang berdekatan

dengan Kota Padang membuatnya mampu menarik penduduk untuk tinggal

disana.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2015

2.2 Kecamatan Ulakan Tapakis

Kecamatan Ulakan Tapakis merupakan satu dari 17 (tujuh belas)

kecamatan yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman dengan luas wilayah

38,85 Km2 dan jumlah penduduk 18.369 jiwa. Kecamatan Ulakan Tapakis

terletak di pantai barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 7,5 km dan

ketinggian dari permukaan laut 2,0 M dpl . Kecamatan Ulakan Tapakis

mempunyai 1 (satu) buah pulau kecil, yaitu Pulau Pieh seluas 3 ha. Kondisi

Kecamatan Ulakan Tapakis terdiri dari :

1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kecamatan Ulakan Tapakis terletak pada 0º18’30″-0º50′

Lintang Selatan dan 99º56′-100º28′ Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Nan Sabaris

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Anai

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Alung

Page 28: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Tabel 2.5 Jumlah Nagari dan Korong di Kecamatan Ulakan Tapakis

NO NAMA NAGARI JUMLAH/NAMA

KORONG

LUAS (Ha)

1 ULAKAN 19 KORONG 21

1. Lapau Kandang

2. Maransi

3. Kampuang Ladang

4. Tiram

5. Sei Gimba Gantiang

6. Sikabu

7. Padang Toboh

8. Kampuang Koto

9. Kampuang Galapuang

10. Pasa Ulakan

11. Padang Pauah

12. Bungo Pasang

13. Gantiang Tangah Padang

14. Cubadak Palak Gadang

15. Manggopoh Dalam

16. Manggopoh Ujuang

17. Binuang

18. Koto Panjang

19. Tanjuang Medan

2 TAPAKIS 14 KORONG 18

1. Batang Gadang

2. Tiram

3. Rimbo Karambia

4. Surau Kandang

5. Parit

6. Batang Kambaru

7. Surau Duku

8. Kalamuntuang

9. Lubuak Aro

10. Kampuang Pauah

11. Kubu

12. Rawang

13. Kasai

14. Kabun

Sumber : Data diolah, 2015

Page 29: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2. Hidrologi

Kecamatan Ulakan Tapakis dilalui oleh 2 buah sungai yaitu Batang Ulakan

dan Batang Tapakis. Secara ekonomis, sungai-sungai ini merupakan pendukung

bagi kegiatan irigasi dan budidaya perikanan oleh masyarakat Ulakan dan

Tapakis.

3. Penggunaan Lahan

Kecamatan Ulakan Tapakis seluas 3.860 Ha, yang terdiri dari 2 (dua) nagari

meliputi daerah yang telah dimanfaatkan/dibangun yang digunakan untuk

berbagai kebutuhan masyarakat seperti perumahan dan permukiman serta

pertanian, perkebunan dan sebagainya. Pengunaan lahan terbesar adalah untuk

sawah yaitu 36% dari luas kecamatan Ulakan Tapakis, dan yang terkecil untuk

jalan sebesar 7% dari luas kecamatan Ulakan Tapakis. 8% dari luas kecamatan

Ulakan Tapakis terdapat lahan gambut yang masih belum termanfaatkan, lahan ini

hanya menjadi tumbuhnya semak-semak dan air gambut yang belum bisa

digunakan untuk kebutuhan domestik. (Sumber : Bamus Nagari Ulakan dan

Tapakis, 2008).

2.3 Air Bersih

Menurut Alaert, G (1987) Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya

berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk

dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari termasuk

diantaranya adalah sanitasi. Air bersih dapat diartikan air yang memenuhi

persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air minum dan untuk

Page 30: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia,

fisika dan biologis. Atau memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Secara Umum : Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.

2. Secara Fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

3. Secara Kimia: PH netral (bukan asam/basa), Tidak mengandung racun dan

logam berat berbahaya.

4. Parameter-parameter seperti BOD, COD, DO, TS, TSS dan konductiviti

memenuhi aturan pemerintah setempat.

Adapun parameter air Menurut Alaert, G (1987) dapat dikatakan bersih antara

lain:

1. Kesadahan (Hardness)

Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa

apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat

membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air

berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting artinya

bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu petunjuk kualitas air

yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan

yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai

kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga

merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk

memanipulasi nilai pH.

Page 31: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2. Alkalinitas

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang

mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering

disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion

bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air.

Ketiga ion tersebut didalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga

menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan

dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat(CaCO3). Air dengan kandungan

kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air

dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat

alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan

adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.

3. Kapasitas pem-buffer-an

Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga

dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air.

Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah

Kapasitas pem- buffer-an pH. Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan

melalui alkalinitas dengan proses sbb : CO2 + H2O H2CO3 H++HCO3

- CO3

- +

2H+CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air.

Sedangkan H+ merupakan sumber kemasaman. Mekanisme diatas merupakan

reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+)

atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba

menurunkan pH dengan memberikan “asam-asaman” artinya menambahkan H+

Page 32: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut akan segera diikat

oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini akhirnya bisa

lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akanterukur rendah, tapi

setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak kekiri, pH akan

kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena itupula kita

masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian

penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam

saja.Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya.

Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus

diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih

dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas.

4. pH

pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe

dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan didalam air. Selain itu ikan dan mahluk-

mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan

diketahuinya nilai pHmaka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak

untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam)

sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). NilaipH kurang dari 7 menunjukkan

lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7menunjukkan lingkungan yang

basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat

di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air

tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap

“gangguan” terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH

Page 33: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini

telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.

5. Karbon Dioksida (CO2)

Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari

ikan dan phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui

menunjukkan bersifatracun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa karbon

dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Kadar karbon dioksida tinggi juga

menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida

diperlukan dalam proses pem-bufferan. Apabila pH dalam suatu akuarium

dikendalikan, terutama, oleh sistem pem-buffer ankarbonat, maka hubungan pH,

KH dan CO2 terlaut akan merupakan hubungan yang tetap. Dengan demikian,

salah satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan mengatur parameter yang

lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan kadar CO2. Suatu sistem CO2

injektor, misalnya, dapat digunakan untuk mengatur pH dengan cara mengatur

injeksi CO2 sedemikian rupa apabila nilai pH nya mencapai nilai tertentu. CO2

digunakan oleh tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan

sistem otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan

berjalan sedemikian rupa disekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar CO2

yang memadai.

6. Salinitas

Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air,.

informasi kadar salintas sangat penting artinya dalam akuairum laut. Sedangkan

dalam akuarium air tawar mengetahui pH sudah memadai. Salinitas pada

Page 34: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat

larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini dihitung

berdasarkan konidisi suhu 15°C. Pengukuran salinitas dalam kehidupan sehari-

hari biasanya menggunakan hydrometer, yang telah dikalibrasikan

untuk digunakan pada suhu kamar.

Sumber – sumber air bersih Menurut Alaert, G (1987) yaitu :

1. Air Atmosfer

Air angkasa adalah air yang terjadi karena proses penguapan yang kemudian

terkondensasi dan akhirnya jatuh sebagai air hujan, salju dan es. Dalam keadaan

murni, sangat bersihakan tetapi air angkasa ini memiliki sifat yang agresif

terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini

akan mempercepat terjadinya korosi atau karat. Akan tetapi air angkasa ini

memiliki sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi, yang

berada pada tempat atau wadah atas permukaan daratan yaitu sungai, rawa,

bendungan danau. Air permukaan dapat terjadi melalui tiga cara yaitu aliran

permukaan bumi, aliran air tanah, dan campuran dari keduanya. Air permukaan

ada dua macam yakni :

Page 35: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

a. Air Sungai

Air sungai dalam penggunaannya sebagai air bersih haruslah mengalami

suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya

mempunyai derajat pengotoran yang sangat tinggi.

b. Air Rawa atau Danau

Kebanyakan air rawa atau danau ini berwarna yang disebabkan oleh adanya

zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air

yang menyebabkan warna kuning coklat. Sehingga dengan demikian pada

umumnya kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) akan tinggi pula. Sedangkan

kandungan oksigen (O2) sangat kurang sekali. Ini mengakibatkan permukaan air

akan ditumbuhi algae (lumut) karena ada sinar matahari.

3. Air Tanah

Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat di antara butir-

butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Air tanah lebih banyak tersedia daripada

air hujan. Air tanah biasanya memiliki kandungan Besi (Fe) yang cukup tinggi.

Standar air bersih yang telah di tetapkan pemerintah dalam PP No 82 Th 2001

terbagi dalam beberapa kelas yaitu:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

Page 36: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

2.4 Air Gambut

Manurut buku Kusnaedi, 2006 Air gambut adalah satu sumber air

permukaan banyak dijumpai di Kalimantan dan Sumatera, berwarna coklat tua

sampai kehitaman, berkadar organik tinggi (138 – 1560 mg/lt KmnO4), dan

bersifat asam (pH 3,7 – 5,3). Kondisi air tersebut menunjukkan bahwa air gambut

masih memerlukan pengolahan khusus terlebih dahulu sebelum dapat digunakan

sebagai sumber air untuk keperluan domestik. Salah satu alternatif pengolahan

untuk menurunkan warna dalam air adalah anaerobik biofilter dan Slow Sand

Filter (SSF).

Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa

maupun dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut (Kusnaedi, 2006) :

1. Intensitas warna yang tinggi (berwarna merah kecoklatan)

2. pH yang rendah

3. Kandungan zat organik yang tinggi

Page 37: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

4. Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi yang rendah

5. Kandungan kation yang rendah

Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya

kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam

humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi bahan

organik seperti daun, pohon atau kayu dengan berbagai tingkat dekomposisi,

namun secara umum telah mencapai dekomposisi yang stabil (Syarfi, 2007).

Dalam berbagai kasus, warna akan semakin tinggi karena disebabkan oleh adanya

logam besi yang terikat oleh asam-asam organik yang terlarut dalam air tersebut.

Struktur gambut yang lembut dan mempunyai pori-pori menyebabkannya mudah

untuk menahan air dan air pada lahan gambut tersebut dikenal dengan air gambut.

Berdasarkan sumber airnya, lahan gambut dibedakan menjadi dua yaitu (Trckova,

M., 2005) :

1. Bog

Merupakan jenis lahan gambut yang sumber airnya berasal dari air hujan

dan air permukaan. Karena air hujan mempunyai pH yang agak asam maka

setelah bercampur dengan gambut akan bersifat asam dan warnanya coklat karena

terdapat kandungan organik.

2. Fen

Merupakan lahan gambut yang sumber airnya berasal dari air tanah yang

biasanya dikontaminasi oleh mineral sehingga pH air gambut tersebut memiliki

pH netral dan basa. Berdasarkan kelarutannya dalam alkali dan asam, asam humus

dibagi dalam tiga fraksi utama yaitu (Pansu, 2006) :

Page 38: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

1. Asam humat

Asam humat atau humus dapat didefinisikan sebagai hasil akhir

dekomposisi bahan organik oleh organisme secara aerobik. Ciri-ciri dari asam

humus ini antara lain:

a) Asam ini mempunyai berat molekul 10.000 hingga 100.000 g/mol (Collet,

2007). Merupakan makromolekul aromatik komplek dengan asam amino, gula

amino, peptide, serta komponen alifatik yang posisinya berada antara kelompok

aromatik.

b) Merupakan bagian dari humus yang bersifat tidak larut dalam air pada

kondisi pH < 2 tetapi larut pada pH yang lebih tinggi.

c) Bisa diekstraksi dari tanah dengan bermacam reagen dan tidak larut dalam

larutan asam. Asam humat adalah bagian yang paling mudak diekstrak diantara

komponen humus lainnya.

d) Mempunyai warna yang bervariasi mulai dari coklat pekat sampai abu-abu

pekat.

e) Humus tanah gambut mengandung lebih banyak asam humat (Stevenson,

1982). Asam humus merupakan senyawa organik yang sangat kompleks, yang

secara umum memiliki ikatan aromatik yang panjang dan nonbiodegradable yang

merupakan hasil oksidasi dari senyawa lignin (gugus fenolik).

2. Asam fulvat

Asam fulvat merupakan senyawa asam organik alami yang berasal dari

humus, larut dalam air, sering ditemukan dalam air permukaan dengan berat

molekul yang rendah yaitu antara rentang 1000 hingga 10.000 (Collet, 2007).

Page 39: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Bersifat larut dalam air pada semua kondisi pH dan akan berada dalam larutan

setelah proses penyisihan asam humat melalui proses asidifikasi. Warnanya

bervariasi mulai dari kuning sampai kuning kecoklatan.

3. Humin

Kompleks humin dianggap sebagai molekul paling besar dari senyawa

humus karena rentang berat molekulnya mencapai 100.000 hingga 10.000.000.

Sedangkan sifat kimia dan fisika humin belum banyak diketahui.

Air Gambut adalah satu sumber air permukaan yang banyak dijumpai di

daerah kalimantan dan sumatra. Air gambut berwarna coklat tua sampai

kehitaman, daerah yang berair gambut ini biasanya daerah yang berawa yang

memiliki kadar organik yang tinggi (138 - 1560 mg/lt KmnO4), dan bersifat asam

(pH 3,7 - 5,3). Air gambut masih memerlukan pengolahan khusus terlebih dahulu

sebelum digunakan sebagai sumber air untuk keperluan domestik. Salah satu

alternatif pengolahan untuk menurunkan warna dalam air adalah anaerobik

biofilter dan Slow Sand Filter (SSF).

2.4.1 Pembentukan Air Gambut

Air Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat

pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang

tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika

sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan,

daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya

membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat

menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut

Page 40: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut. Lazimnya di dunia, disebut sebagai

gambut apabila kandungan bahan organic dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi

hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi

65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan

organic antara 35–65% juga biasa disebut muck.

Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi)

terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan.

Gambut yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang

terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya tergolong cepat,

dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering.

Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai

indikator perubahan iklim pada masa lampau. Demikian pula, melalui analisis

terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan

organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi pada

masa purba.

Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan

batubara. Gambut bog yang terkini, terbentuk di wilayah lintang tinggi pada akhir

Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus

bertambah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun

gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam; dan

kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon.

Gambut itu lunak dan mudah untuk ditekan. Bila ditekan , kandungan air

dalam gambut bisa dipaksa untuk keluar. Bila dikeringkan , gambut bisa

Page 41: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

digunakan sebagai bahan bakar sumber energi. Gambut adalah bahan akar penting

dinegara negara dimana pohon langka seperti Irlandia dan Skotlandia, secara

tradisional gambut digunakan untuk memasak dan pemanas rumah tangga . Secara

modern, gambut dipanen dalam sekala industri dan dipakai untuk bahan bakar

pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga gambut terbesar ada di Finlandia

(Toppila Power Station) sebesar 190 MW.

2.4.2 Pengolahan Air Gambut

2.4.2.1 Pengolahan Air Gambut Secara Modern

Di berbagai media, seperti fb (facebook), tweeter, atau media sosial lainnya,

banyak sekali orang yang membahas tentang teknologi pengolahan air. Seperti di

ketahui, bahwa pengguna fb di Indonesia semakin hari semakin besar jumlahnya

dan itu merupakan potensi bagi kita untuk sharing ilmu pengetahuan tentang

banyak hal, utamanya tentang teknologi pengolahan air. Sebagaimana kita ketahui

bersama bahwa masalah air bersih adalah masalah bersama, masalah seluruh

dunia dan bahkan diprediksi pada tahun 2015 akan terjadi krisis air bersih di kota-

kota besar. Oleh karenanya, sejak sekarang perlu kita memberikan pemahaman

tentang pengolahan air bersih. Banyak teknologi yang ditawarkan, mulai dari

teknologi konvensional sampai teknologi paling maju (modern).

Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada

keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk

yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa seperti di Sumatera dan

Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah

tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah

Page 42: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

air gambut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi

persyaratan kualitas air bersih. Air gambut mengandung senyawa organik terlarut

yang menyebabkan air menjadi berwarna coklat dan bersifat asam, sehingga perlu

pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi. Senyawa organik tersebut

adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam fulvat dan humin.

Asam humus adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan

berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan tanaman dan

hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama

(Notodarmojo, 1994). Air gambut di Indonesia merupakan salah satu sumber daya

air yang masih melimpah, kajian pusat Sumber Daya Geologi Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral melaporkan bahwa sampai tahun 2006 sumber daya

lahan gambut di Indonesia mencakup luas 26 juta ha yang tersebar di pulau

kalimantan ( 50 %), Sumatera ( 40 %) sedangkan sisanya tersebar di papua dan

pulau-pulau lainnya. Dan untuk lahan gambut Indonesia menempati posisi ke – 4

terluas setelah Canada, Rusia dan Amerika Serikat (Tjahjono, 2007). Secara

umum juga kita ketahui bahwa kondisi air di Indonesia, umumnya mengandung

besi dan mangan. Secara prinsip, penghilangan besi/mangan adalah melalui proses

oksidasi, yaitu dengan menaikan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan

tujuan untuk merubah bentuk besi atau mangan terlarut menjadi besi/mangan

tidak terlarut (endapan). Endapan inilah yang akan diproses secara sedimentasi

dan filtrasi menggunakan pasir aktif.

Teknologi pengolahan air lebih kurang sama dengan meracik resep,

dibutuhkan jenis bahan dan takaran yang tepat agar menghasilkan air olahan yang

Page 43: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

bagus dan berkualitas. Selain teknologi konvensional, saat ini sudah banyak

dikenal orang teknologi pengolahan air dengan menggunakan membrane, baik

membrane ultrafiltrasi maupun membrane reverse osmosis.

1. Teknologi Ultrafiltrasi (UF)

Teknologi Membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan salah satu terobosan

teknologi yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan

air bersih. Sifat membran yang sangat selektif telah terbukti mampu rnemisahkan

berbagai kontaminan dari dalam air sehingga diperoleh air yang bersih, baik

secara fisik, kimia maupun biologi dan bahkan aman untuk dikonsumsi.

Ultrafiltrasi atau Ultra Filtration adalah suatu teknologi filtrasi dengan besaran

pori 0.01 mikron Sistem kerja dari ultra filtration sebagai berikut :

Air masuk dengan tekanan rendah +/- 1.5 bar melalui lubang halus dengan

diameter 0.5-2 mm. Ukuran pori filter 0.01-0.05 μm (sebagai pembanding sehelai

rambut memiliki besar 50μm – jadi pori-pori dari UF ini 500 kali lebih besar)

Kontaminasi dengan ukuran yang lebih besar dari 0.05μm tertahan dan terbuang

secara berkala pada saat dilakukan back flushing ataupun forward flushing.

Keunggulan dari sistem UF ini adalah pori-pori yang memiliki nilai absolut

dibandingkan dengan filter biasa. Filter UF memiliki ukuran sangat kecil

dibandingkan dengan bakteri sehingga lebih steril dari filterisasi biasa.

Penghambat mikroorganisma dan bakteri yang lengkap. Qualitas hasil yang

difilter tidak tergantung dari air masuk. Ultrafiltration juga dapat membuang

chlorine resistant germs seperti cryptosporidium. Konsentrat (air limbah) juga

akan terbuang.

Page 44: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Dalam sistem yang dirangkai secara lengkap dapat menurunkan biaya

investasi.dan juga biaya perawatan. Memungkinkan sistem yang full otomatis.

Dapat membuang hampir semua film-forming pada membrane reverse osmosis,

sehingga dapat memperpanjang umur membrane.

2. Sistem Reverse Osmosis (RO)

Menggunakan membran yang bersifat selektif semi permeabel dapat

memisahkan air murni dari kotoran bahan pencemarnya. Membran yang

berdimensi 0,0001 mikron mampu bekerja hingga memurnikan air dari berbagai

aspek pencemaran seperti fisika, kimia dan mikrobiologi. Sistem ini bukan saja

sudah teruji secara kualitatif juga kuantitatif sehingga telah digunakan untuk

pengembangan proyek NASA, industri soft drink raksasa. Air RO

direkomendasikan oleh :

a. Rumah sakit terkemuka untuk mesin Haemodialisa (cuci darah)

b. Industri farmasi sebagai pelarut obat

c. NASA, Badan Antariksa AS

d. Industri soft drink raksasa di seluruh dunia

e. Angkatan Laut AS, pada kapal selam dan kapal perang

Manfaat Air RO :

a. Mengurangi kadar keasaman darah

b. Menjaga dan meningkatkan kesegaran tubuh

c. Mempercepat pengaruh daya larutan

d. Memperbaiki sirkulasi darah

e. Memperbaiki metabolisme

Page 45: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

f. Mencegah pembiakan bakteri

g. Membantu pertumbuhan dan perkembangan

Air RO dapat digunakan banyak di berbagai industry, karena TDS water RO

dapat dibuat hingga “0” sehingga sangat sesuai digunakan pada suatu proses yang

tidak membutuhkan adanya unsur mineral dalam air. Dimana diketahui, mineral

yang terkandung dalam air dapat mempengaruhi proses yang diingini. Seperti

halnya air minum dalam kemasan yang banyak beredar di pasaran, umumnya

mengandung TDS 100 atau kurang dan biasanya banyak mengandung mineral.

Jika ini digunakan dalam proses produksi, sementara kehadiran mineral tsb tidak

dibutuhkan, maka tentu kualtas produk akan mengalami perubahan dari apa yang

diingini. Keuntungan dan keunggulan modul ro:

a. Kebutuhan Energi relatif hemat.

b. Hemat Ruangan.

c. Mudah dalam pengoperasian karena pengendalian operasi terpusat pada satu

panel yang kecil dan sederhana.

d. Kemudahan untuk menambah kapasitas.

e. Produksi airnya dapat langsung diminum, tanpa dimasak dahulu.

f. RO mudah dipindahkan ke lokasi lain (ada yang terpasang dalam unit mobil

RO atau kontainer).

2.4.2.2 Pengolahan Air Gambut Secara Konvensional

Pengolahan air gambut untuk menjadi air bersih, membutuhkan beberapa

tahapan pengolahan agar kandungan asam dan bahan kimia lain dapat hilang dan

sesuai dengan kriteria air bersih. Adapun tahapannya sebagai berikut :

Page 46: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

1. Netralisasi

Netralisasi merupakan suatu usaha untuk mengubah pH atau keasaman air

menjadi normal (netral, pH 7-8). Secara teoritis pH dari 0 samapi 14, dimana 0

sangat asam dan 14 sangat basa, pH bormal berkisar 7 sampai 8. Untuk air yang

bersifat asam, misalnya air gambut, yang paling murah dan mudah adalah dengan

pemberian kapur (CaO) /gamping (CaCO3). Fungsi dari pemberian kapur,

disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu

efektifitas proses selanjutnya, antara lain:

- Proses oksidadi dengan udara, pengurangan Fe dan Mn efektif pada pH 7-8

- Proses oksidasi dengan chlorine efektif pada pH 7-8,5

- Proses koagulasi efektif pada pH ≥ 6

- Pengendapan logam efektif pada pH ≥ 8

Hal penting lainnya adalah air olahan yang dihasilkan netral sesuai dengan

kualitas air minum (pH 6,5-8,5). Dalam instalasi air minum, bertujuan untuk

mengendalikan korosi perpipaan dalam system distribusi, dimana korosi

membentuk racun pada pH <6,5 atau pH>9,5.

Zat alkali digunakan untuk menaikkan pH air yang rendah dan menaikkan

alkalinitas air baku agar proses koagulasi-flokulasi dapat berjalan baik dan efektif.

Cara pembubuhan dapat dilakukan dengan cara kering dan cara basah (melarutkan

dalam air pada konsentrasi tertentu).

Page 47: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2. Aerasi

Aerasi merupakan suatu cara untuk mengontakkan atau menggabungkan

antara udara dan air baku. Kandungan zat besi dan mangan yang terdapat dalam

air akan bereaksi dengan oksigen yang terdapat dalam udara sehingga terbentuk

senyawa besi dan mangan yang bisa mengendap. Zat tersebut (Fe dan Mn)

memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan hasil pemasakan beras dan

memberikan noda hitam kecoklatan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi

untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S,

Methan, carbon dioksida dan gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi besi dan

mangan oleh udara dapat ditulis sebagai berikut:

4Fe2+

+ O2 + 10H2O 4Fe(OH)3 + 8H+ (tak larut)

Mn2+

+ O2 + H2O MnO2 + 2H+

(tak larut)

Dari persamaan reaksi antara besi dan oksigen tersebut, maka secara teoritis

dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion

besi. Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah oksigen yang

bereaksi, dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang akan dikontakkan

dengan air serta luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air. Jadi

makin merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan ke dalam air

bakunya, maka oksigen yang bereaksi makin besar.

Faktor lain yang sangat mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan oksigen

dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini sangat efektif pada pH air lebih besar

7(tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi dilakukan, maka pH air baku harus

dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal ini dimaksudkan agar pH air tidak

Page 48: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

menyamping dari pH standart untuk air minum yaitu pH 6.5 – pH 8.5. Oksidasi

mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif untuk besi, tetapi jika kadar

mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagian mangan dapat juga teroksidasi dan

terendapkan.

3. Koagulasi tahap I

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia ke dalam air agar

kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi, misalnya zat warna organik,

lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara

paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus

kimianya Al2(SO4)3.18H2O (berupa kristal berwarna putih). Reaksi koagulasi

dengan tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3Ca(SO4) + 6CO2 +

18H2O

Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3Ca(SO4) + 3CO2 + 18H2O

Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan aluminium

hidroksida, Al(OH)3, yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel-

partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat

dan segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai

berikut, yaitu: sejumlah tawas/alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukan ke

dalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2

menit. Setelah itu kecepatan pengadukan dikurangi sedemikian rupa sehingga

terbentuk gumpalan-gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi

Page 49: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

yang ada dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan

kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.

4. Koagulasi tahap II dan flokulan

Pengendapan kotoran tahap kedua dengan penggunaan tawas untuk

mengikat dan membentuk gumpalan-gumpalan yang lebih besar lagi sehingga

kotoran bisa mengendap. Selanjutnya gumpalan-gumpalan yang telah terbentuk

diikat oleh flokulan sehingga bisa membentuk gumpalan yang lebih besar lagi.

Gumpalan tersebut akan lebih mudah dan cepat mengendap sehingga air bersih

dapat diperoleh.

5. Sedimentasi

Proses sedimentasi adalah proses pengendapan dimana masing-masing

partikel tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran maupun kerapatan selama

proses pengendapan berlangsung. Partikel-partikel padat akan mengendap bila

gaya gravitasi lebih besar daripada kekentalan dan gaya kelembaman dalam

cairan.

Proses sedimentasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a) Sedimentasi secara alamiah, partikel padat tersuspensi mengendap karena

gaya beratnya sendiri tanpa tambahan bahan kimia.

b) Sedimentasi non alamiah, partikel padat tersuspensi mengendap karena

penambahan bahan lain, sehingga partikel dapat bergabung menjadi lebih besar,

berat dan stabil sehingga gravitasinya lebih besar.

Proses sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

- Diameter butiran

Page 50: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

- Berat jenis butiran

- Berat jenis zat cair

- Kekentalan

- Kecepatan aliran

Setelah kotoran mengendap, air akan tampak lebih jernih. Endapan yang

terkumpul di dasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran penguras yang

terdapat di bawah tangki.

6. Filtrasi

Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan.

Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap,

sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air.

Proses filtrasi ini untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dalam air melalui

media biopori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui lapisan

media filter. Media filter bisanya pasir atau kombinasi dari pasir, anthracite,

garnet, ilmeniet, polystiren dan lainnya.Untuk mendapatkan air yang betul-betul

jernih harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan

mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri

dari saringan pasir.

2.5 Air Payau

Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar

garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram,

maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin. Air payau

ditemukan di daerah-daerah muara dan memiliki keanekaragaman hayati

Page 51: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

tersendiri. Beberapa jenis ikan yang populer di Indonesia, hidup di air payau,

seperti bandeng.

Air payau memiliki salinitas antara air tawar dan air laut. Perairan payau

berkembang melalui pencampuran air asin dan air tawar. Hal ini terjadi sebagian

besar di dekat pantai lautan di muara pantai (bagian hilir sungai di mana ia

mengalir ke lautan) atau rawa-rawa garam yang sering dibanjiri arus laut karena

naik dan turunnya pasang.

Sebagian besar spesies dapat mentolerir baik air asin atau air tawar, tetapi

tidak keduanya. Organisme yang hidup di habitat payau harus toleran terhadap

berbagai konsentrasi garam. Ikan kecil yang dikenal sebagai killifish adalah

penduduk umum muara, di mana dalam setiap hari konsentrasi garam dalam

kolam pasang surut dan sungai dapat bervariasi dari yang air tawar dengan laut

terbuka. Selama migrasi pemijahan mereka, salmon dan belut mengalami berbagai

konsentrasi garam ketika mereka bergerak melalui semua tiga lingkungan air: air

laut, air payau, dan air tawar.

1. Air payau yang terletak pada muara sungai dan pantai

Sungai yang membawa air tawar dari daratan akan bermuara di pantai,

sehingga air tersebut bercampur dengan air laut membentuk air payau. Akibatnya

perairan di sekitar muara sungai bersifat payau. Berbeda dengan air tawar dan air

laut, air payau memiliki salinitas dengan kisaran yang sangat lebar, yakni berkisar

antara 6-29 ppt. Perairan payau memiliki salinitas yang berfluktuasi dan dengan

kisaran yang sangat lebar. Kondisi demikian membentuk komunitas biota (darat

dan air) yang khas. Kadar salinitas air payau di muara sungai dan pantai dekat

Page 52: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

muara sungai dipengaruhi dengan beberapa faktor yaitu: musim, kisaran pasang

surut air laut, topografi pantai, dan sifat sungai. Pada saat musin turun hujan,

volume dan debit air sungai yang mempunyai sifat tawar meningkat, itu akan

menyebabkan perairan di sekitar muara sungai dan pantai yang dekat dengan

muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung lebih tawar (salinitas 0-10

ppt). begitu juga Sebaliknya, di saat musim kemarau ketika volume dan debit air

sungai kurang, maka akan menyebabkan air di sekitar muara sungai dan pantai

dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung lebih asin (salinitas

berkisar antara 25-35 ppt).

2. Air payau yang ada di rawa-rawa

Rawa payau adalah genangan air yang terbentuk akibat adanya cekungan di

belakang garis pantai yang digenangi air saat pasang air laut. Pada saat surut, air

tersebut tetap berada dalam cekungan(kubangan) akibat tertahan oleh pantai.

Elevasi pantai lebih tinggi dari dasar rawa payau akibat sedimentasi atau proses

alamiah. Selain oleh pengaruh pasang surut air laut, penggenangan (inundasi)

rawa payau bisa disebabkan oleh adanya saluran sempit yang menghubungkan

rawa tersebut dengan laut. Berbeda dengan air payau pada muara sengai dan

pantai, perairan rawa payau, airnya bersifat stagnan. Salinitas perairan rawa payau

dipengaruhi oleh kondisi perairan yang menjadi sumber air (muara, pantai,

sungai) dan musim.

3. Air payau yang berada di paluh

Paluh adalah perairan laut yang menjorok jauh ke dalam daratan hingga

membentuk seperti sungai. terkadang air tersebut bermuara kembali ke laut

Page 53: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

sehingga seperti mengelilingi sebuah pulau yang masuk ke daratan. Perairan paluh

tidak berhubungan dengan sungai besar, sehingga tidak memiliki sumber air tawar

yang besar. akan tetapi perairan paluh pada umumnya berifat payau akibat

besarnya pengaruh daratan (teresterial). Perairan ini bersifat payau yang

cenderung asin. Perairan ini cenderung stagnan dan sirkulasi air terjadi akibat

adanya tenaga pasang surut air laut.

ada juga manfaat dari air payau ini:

1. air payau untuk digunakan budidaya ikan seperti:ikan bandeng,beberapa ikan

patin dan kerapu juga dibudidayakan disini.

2. Mengatur keseimbangan air. Ekosistem ini dapat menampung dan

memperlambat aliran air, sehingga dapat mencegah banjir ataupun mengisi air

tanah, serta mencegah masukknya (intrusi) air laut ke darat.

3. Tempat olahraga, rekreasi, dan pariwisata: tempat memancing, arum jeram, dan

lain-lain.

2.6 Teknik Sampling

2.6.1 Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel

Menurut SNI 03-7016-2004, untuk mendapatkan kebenaran data harus

diperhatikan bahwa data yang digunakan terjamin kebenarannya sehingga dalam

pemantauan kualitas air perlu dipertimbangkan pemilihan lokasi secara berikut :

Tahap pertama dalam perencanaan sistem pemantauan air adalah

pengumpulan data mengenai keadaan lingkungan serta karakteristik dan

pemanfaatan sumber air. Berdasarkan data tersebut dapat direncanakan lokasi

pengambilan contoh yang tepat sesuai dengan keperluannya. Dalam tata cara ini

Page 54: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

diberikan suatu penuntun pemilihan lokasi yang tepat. Ada tiga dasar yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pengambilan contoh.

a) Kualitas air sebelum adanya pengaruh kegiatan manusia yaitu pada lokasi hulu

sungai yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air secara alamiah sebagai

base line station.

b) Pengaruh kegiatan manusia terhadap kualitas air dan pengaruhnya untuk

pemanfaatan tertentu. Lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh

kegiatan manusia yang disebut “impact station”.

c) Sumber-sumber pencemaran yang dapat memasukkan zat-zat yang berbahaya

kedalam sumber air. Lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber

penyebaran bahan-bahan yang berbahaya, sehingga dapat ditanggulangi. Letak

lokasi dapat di hulu ataupun di hilir sungai, bergantung pada sumber dan jenis zat

berbahaya tersebut apakah alamiah ataupun buatan.

2.6.2 Perencanaan Lokasi Pengambilan Sampel

Tahap pertama dalam perencanaan lokasi pengambilan contoh, adalah

mengetahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau. Kegunaan data adalah

sebagai berikut :

- sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang tersedia untuk

keperluan pengembangan sumber daya air pada saat ini dan masa yang akan

datang;

- penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap kualitas air dan

pencemaran air;

- sumber data untuk keperluan penelitian;

Page 55: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

- perlindungan terhadap pemakai;

- pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah tertentu;

- pertimbangan beban pencemaran yang dibuang melalui sungai ke laut.

a. Pertimbangan Pemanfaatan Sumber Air

Pemilihan lokasi pengambilan contoh banyak dipengaruhi oleh bermacam-

macam kepentingan pemanfaatan sumber air tersebut. Pemanfaatan sumber air di

hilir sungai lebih besar resiko pencemarannya dibandingkan dengan pemanfaatan

yang sama di lokasi hulu, sehingga diperlukan pengawasan kualitas air yang lebih

intensif di lokasi hilir.

Selain itu sumber air yang digunakan sebagai sarana transportasi bahan

kimia misalnya untuk pertanian ataupun pengawet kayu mempunyai resiko

pencemaran yang lebih besar dari pada sumber air yang tidak digunakan untuk

hal-hal tersebut. Oleh karena itu di lokasi-lokasi yang beresiko tinggi tersebut

diperlukan pemantauan kualitas air. Disamping itu di lokasi-lokasi yang kualitas

airnya sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan tertentu misalnya untuk

keperluan air rumah tangga atau industri tertentu, maka pemantauan kualitas

airnya juga harus dilakukan secara intensif.

b. Pertimbangan Sarana Pengambilan Sampel

Dalam perencanaan lokasi pengambilan contoh perlu diketahui fasilitas

bangunan yang telah ada pada sumber air tersebut, yang dapat dimanfaatkan untuk

sarana pengambilan contoh.

Beberapa sarana berikut dapat dimanfaatkan dalam pengambilan contoh.

a) Jembatan

Page 56: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Pengambilan contoh dari jembatan lebih mudah dilaksanakan dan titik

pengambilan contoh dapat diidentifikasikan secara pasti.

b) Pos pengukur debit air

Pos pengukur debit air biasanya dilengkapi dengan alat pencatat tinggi muka

air otomatis ataupun lintasan tali (cable way). Sarana tersebut dimanfaatkan untuk

membantu pengambilan contoh. Selain itu data debit air dapat pula dimanfaatkan

apabila diperlukan.

c) Bendung

Pengambilan contoh pada bendung juga sangat menguntungkan karena di

lokasi bendung umumnya terdapat pengukur debit serta catatan-catatan lain yang

berguna untuk evaluasi kualitas air.

2.6.3 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan contoh ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat

diketahui kualitas air alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh

kegiatan manusia.

Kualitas air alamiah diukur pada lokasi di hulu sungai yang belum

mengalami perubahan oleh kegiatan manusia. Sedangkan perubahan kualitas air

dapat diketahui di hilir sungai, setelah melalui suatu daerah permukiman, industri

ataupun pertanian. Untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air, diperlukan

pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain sumber air

minum, industri, perikanan, rekreasi dan lain-lain. Di daerah muara sungai

diperlukan pula lokasi pengukuran untuk mengetahui pengaruh intrusi air laut.

Pada danau atau waduk sekurang-kurangnya diperlukan tiga titik pengambilan

Page 57: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

contoh yaitu sebelum masuk, di tengah dan setelah keluar dari danau. Apabila

danau disadap untuk keperluan pemanfaatan tertentu, maka diperlukan pula

pengambilan contoh pada lokasi tersebut.

Perubahan kualitas air disebabkan oleh perubahan kadar unsur yang masuk

ke dalam air, kecepatan alir dan volume air. Perubahan tersebut dapat terjadi

sesaat ataupun secara teratur dan terus menerus dalam suatu periode waktu.

Sungai dan sumber air lainnya dapat mengalami perubahan yang sesaat maupun

yang terus menerus. Sumber yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut

dapat secara alamiah ataupun buatan. Kedua perubahan tersebut dapat dijelaskan

dibawah ini.

Perubahan sesaat disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba dan

seringkali tidak dapat diramalkan. Sebagai contoh turunnya hujan lebat yang tiba-

tiba akan menyebabkan bertambahnya debit air yang diikuti oleh terbawanya

bahan-bahan pencemaran dari pengikisan di daerah sekitarnya. Tumpahan dan

bocoran dari limbah industri atau pertanian dapat pula merubah kualitas air sesaat.

Perubahan secara terus menerus setiap tahun dapat terjadi karena turunnya

hujan atau turunnya suhu yang beraturan tiap-tiap musim. Perubahan musim akan

menyebabkan terjadinya perubahan komposisi air serta kecepatan pembersihan air

secara alamiah (self purification). Perubahan secara teratur dapat pula terjadi

setiap hari secara alamiah, misalnya perubahan pH, oksigen terlarut, suhu dan

alkaliniti. Kegiatan industri dan pertanian pada suatu daerah dapat pula

mempengaruhi kualitas air secara teratur selama periode terjadinya kegiatan

pembuangan limbahnya. Sedangkan kegiatan domestik dapat menyebabkan

Page 58: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

perubahan harian dan mingguan. Perubahan kualitas air yang teratur dapat pula

disebabkan oleh adanya pengaturan debit air yang dilakukan secara teratur dan

terus menerus untuk keperluan tertentu.

2.6.4 Waktu Pengambilan Sampel

Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam

penentuan waktu pengambilan contoh pada sumber air. Contoh perlu diambil pada

waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk

mengevaluasi perubahan kualitas air, akan tetapi kualitas air pada saat tersebut

tidaklah menggambarkan kualitas air pada saat-saat yang lain. Hal ini terjadi

terutama pada kualitas air yang berubah setiap waktu.

Kadar dari zat-zat tertentu di dalam air dipengaruhi oleh debit air sungai

atau volume sumber air. Selama debit aliran yang kecil dimusim kemarau,

frekuensi pengambilan contoh perlu ditingkatkan terutama pada sungai yang

menampung limbah industri, domestik dan pertanian. Pengukuran debit air

diperlukan pula untuk menghitung jumlah beban pencemaran dan diperlukan pula

untuk membandingkan kualitas air pada debit rendah dan debit besar selama

periode pemantauan.

2.6.5 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan perlu dilakukan untuk mengetahui kadar parameter-

parameter dalam air di lokasi yang akan diambil dan juga untuk mengetahui

perubahan-perubahan kualitas air yang terjadi. Sebagai perbandingan, studi

pendahuluan di sungai dapat dilakukan dengan frekuensi pengambilan contoh

sebagai berikut:

Page 59: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

a. Setiap minggu selama satu tahun

b. Setiap hari berturut-turut selama 7 hari, diulangi lagi setiap 13 minggu sekali

(empat kali selama satu tahun)

c. Setiap empat jam selama 7 hari berturut-turut, diulangi setiap 13 minggu

sekali.

d. Setiap jam selama 24 jam dan diulangi lagi setiap 13 minggu sekali;

Frekuensi pengambilan contoh seperti tersebut di atas masih dapat berubah

disesuaikan fasilitas yang ada. Untuk meringankan beban pekerjaan, jumlah

parameter yang dianalisis dapat dikurangi. Untuk lokasi danau dianjurkan survai

pendahuluan dilakukan lima hari berturut-turut diulangi setiap 13 minggu sekali.

Sedangkan untuk lokasi yang telah tercemar dan dekat dengan titik pemanfaatan,

maka frekuensi pengambilan contoh dapat diperbanyak. Dari data yang diperoleh

pada studi pendahuluan tersebut kemudian dihitung ketelitian dan confidence limit

dari parameter utamanya.

2.6.6 Pengambilan Sampel

a. Jenis contoh

Debit air mungkin tidak banyak berubah selama beberapa waktu, akan tetapi

banyak juga debit air yang selalu berubah dalam waktu yang singkat. Kualitas air

sungai di daerah hulu umumnya hanya berubah karena pengaruh curah hujan,

sehingga perubahan tersebut bersifat bulanan atau musiman. Di daerah hilir yang

telah terkena pencemaran oleh penduduk dan industri perubahan tersebut dapat

bersifat harian bahkan jam-jaman. Untuk memperoleh contoh yang mewakili

Page 60: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

keadaan sesungguhnya dapatlah dipilih tiga jenis contoh: contoh sesaat, contoh

gabungan waktu dan contoh gabungan tempat.

Pengumpulan dan evaluasi semua kondisi yang mempengaruhi perubahan

kualitas air pada suatu lokasiPengumpulan dan evaluasi data kualitas air yang ada

Penetapan parameter yang penting diperiksa dan tingkat gangguannya terhadap

pemakaian pelaksanaan studi pendahuluan untuk mengetahui kadar parameter dan

perubahan yang terjadi.

a) Contoh sesaat

Apabila suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak berubah

dalam suatu periode atau dalam batas jarak tertentu maka contoh sesaat cukup

mewakili keadaan waktu dan tempat tersebut. Umumnya metode pengambilan

contoh sesaat ini dapat dipakai untuk sumber alamiah, tetapi tidak mewakili

keadaan air buangan atau sumber air yang banyak dipengaruhi bahan buangan.

Apabila suatu sumber air atau air buangan diketahui mempunyai

karakteristik yang banyak berubah, maka beberapa contoh sesaat diambil berturut-

turut untuk jangka waktu tertentu, dan pemeriksaannya dilakukan sendiri-sendiri

tidak seperti pada metode contoh gabungan. Jangka waktu pengambilan contoh

tersebut berkisar antara 5 menit sampai 1 jam atau lebih. Umumnya periode

pekerjaan pengambilan contoh selama 24 jam. Pemeriksaan beberapa parameter

tertentu memerlukan metode contoh sesaat seperti pengukuran suhu, pH, kadar

gas terlarut, oksigen terlarut, karbon dioksida, sulfida, sianida dan klorin.

Page 61: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

b) Contoh gabungan waktu

Hasil pemeriksaan contoh gabungan waktu menunjukkan keadaan rata-rata

dari tempat tersebut dalam suatu periode. Umumnya pengambilan contoh

dilakukan terus-menerus selama 24 jam, akan tetapi dalam beberapa hal dilakukan

secara intensif untuk jangka waktu yang lebih pendek, misalnya hanya selama

periode beroperasinya industri atau selama terjadinya proses pembuangan. Metode

pengambilan contoh gabungan waktu ini tidak dapat dilakukan untuk pemeriksaan

beberapa unsur yang memerlukan pemeriksaan contoh sesaat.

Untuk mendapatkan contoh gabungan waktu perlu diperhatikan agar setiap

contoh yang dicampurkan mempunyai volume yang sama. Apabila volume akhir

dari suatu contoh gabungan 2 liter sampai 3 liter, maka untuk selang waktu 1 jam

selama periode pengambilan contoh 24 jam dibutuhkan volume contoh masing-

masing sebanyak 100 sampai dengan 120 mL.

c) Contoh gabungan tempat

Hasil pemeriksaan contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan rata-rata

dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan. Metode pengambilan contoh

gabungan tempat ini berguna apabila diperlukan pemeriksaan kualitas air dari

suatu penampang aliran sungai yang dalam atau lebar, atau bagian-bagian

penampang tersebut memiliki kualitas yang berbeda. Metode pengambilan contoh

gabungan tempat ini umumnya tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air

danau atau waduk, sebab pada umumnya kualitas air danau/waduk menunjukkan

gejala yang berbeda kualitasnya karena kedalaman atau lebarnya. Dalam hal ini

selalu digunakan metode pemeriksaan secara terpisah.

Page 62: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

b. Cara pengambilan contoh

Pengambilan contoh dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis

tergantung dari keperluan dan fasilitas yang ada. Masing-masing cara mempunyai

kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.

a) Cara manual

Pengambilan contoh secara manual mudah diatur waktu dan tempatnya,

serta dapat menggunakan bermacam-macam alat sesuai dengan keperluannya.

Apabila diperlukan volume contoh yang lebih banyak, contoh dapat diambil lagi

dengan mudah. Selain itu biaya pemeliharaan alat dengan cara ini tidak besar bila

dibandingkan dengan cara otomatis. Akan tetapi keberhasilan pengambilan contoh

secara manual sangat tergantung pada keterampilan petugas yang

melaksanakannya. Pengambilan contoh secara manual yang berulang-ulang dapat

menyebabkan perbedaan perlakuan yang dapat mengakibatkan perbedaan hasil

pemeriksaan kualitas air.

Pengambilan contoh secara manual sesuai untuk diterapkan pada

pengambilan contoh sesaat pada titik tertentu dan untuk jumlah contoh yang

sedikit. Sedangkan untuk pengambilan contoh yang rutin dan berulang-ulang

dalam periode waktu yang lama cara manual memerlukan biaya dan tenaga kerja

yang besar.

b) Cara otomatis

Pengambilan contoh cara otomatis sesuai untuk pengambilan contoh

gabungan waktu dan contoh yang diambil rutin secara berulang-ulang. Contoh

dapat diambil pada interval waktu yang tepat secara terus-menerus dan secara

Page 63: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

otomatis dapat dimasukkan ke dalam beberapa botol contoh secara terpisah atau

ke dalam satu botol untuk mendapatkan contoh campuran.

Pemeriksaan contoh secara terpisah dari tiap-tiap botol dapat menunjukkan

kemungkinan adanya kelainan pada masing-masing contoh, serta dapat

memberikan nilai minimum dan maksimum dalam periode waktu tertentu.

Sedangkan hasil pemeriksaan dari contoh komposit merupakan hasil rata-rata

selama periode pengukuran.

Dari hasil air komposit yang dicampur tidak dapat diperiksa parameter-

parameter seperti: oksigen terlarut, pH, suhu, logam-logam terlarut dan bakteri.

Hal ini disebabkan karena parameter-parameter tersebut dapat berubah oleh waktu

atau dihasilkan suatu reaksi kimia antara zat-zat tersebut dari contoh-contoh yang

berlainan.

Dewasa ini telah banyak peralatan mekanis yang dapat digunakan untuk

mengambil contoh cara otomatis yang dirancang sesuai dengan keperluan

pemakainya. Beberapa alat pengambil contoh otomatis dirancang khusus yang

dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan karakteristik sumber air dan air

limbah setiap waktu, debit air setiap waktu, berat jenis cairan dan kadar zat

tersuspensi, serta terdapatnya bahan-bahan yang mengapung. Akan tetapi

pengambilan contoh secara otomatis memerlukan biaya yang lebih mahal untuk

konstruksi alat dan pemeliharaannya, serta memerlukan tenaga operator yang

terlatih.

Page 64: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2.6.7 Perlakuan Sampel di Lapangan

a. Pemeriksaan kualitas air di lapangan

Parameter yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan,

maka pemeriksaannya harus dikerjakan di lapangan. Parameter tersebut antara

lain adalah suhu, pH, alkaliniti, asiditi, oksigen terlarut dan penetapan gas lainnya.

Penetapan gas tersebut seperti oksigen dan karbon dioksida, pemeriksaannya

dapat ditangguhkan dalam waktu beberapa jam apabila contoh disimpan dalam

botol KOB yang terisi penuh.

Pemeriksaan parameter lapangan biasanya dilakukan dengan peralatan

lapangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perlu diperhatikan agar peralatan

yang dipergunakan di lapangan terlebih dahulu dikalibrasi dan ketelitian alat

cukup memenuhi keperluannya. Selain itu juga diperlukan persiapan pereaksi,

larutan standar dan alat-alat gelas secukupnya.

b. Perlakuan pendahuluan sampel

Perlakuan pendahuluan yang dilakukan terhadap contoh antara lain adalah

penyaringan dan ekstraksi

a) Penyaringan

Penyaringan contoh diperlukan untuk pemeriksaan logam terlarut, silika dan

fosfor terlarut. Penyaringan dilakukan dengan melewatkan contoh melalui kertas

saring yang ukuran porinya 0,45 μm. Untuk mempercepat proses penyaringan

dapat digunakan pompa isap.

Page 65: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

b) Ekstraksi

Ekstraksi contoh diperlukan untuk pemeriksaan pestisida serta minyak dan

lemak. Ekstraksi dilakukan dengan cara memasukkan contoh yang telah diukur

volumenya kedalam labu pemisah. Kemudian ditambahkan larutan pengekstrak

dengan volume tertentu. Kocok labu pemisah beberapa saat sampai terbentuk dua

lapisan yang terlihat nyata. Pisahkan zat yang terekstrak ke dalam tempat khusus

dan ditutup rapat untuk pemeriksaan selanjutnya.

c. Pengawetan sampel

a) Faktor yang mempengaruhi kualitas air

Pemeriksaan kualitas air sebaiknya dilakukan segera setelah pengambilan

contoh. Hal ini disebabkan karena dalam waktu yang relatif singkat selama

penyimpanan mulai berlangsung perubahan-perubahan yang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Reaksi-reaksi berikut merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi kadar suatu zat selama penyimpanan .

b) Reaksi secara biologi

Aktifitas metabolisme dari mikroorganisme antara lain dapat mengubah

kadar nitrat, nitrit, ammonia, N-organik, fosfat organik dan menurunkan kadar

fenol serta indikator zat organik seperti KOB, KOK, KOT dan nilai permanganat.

Selain dari pada itu aktifitas mikroorganisme dapat mereduksi sulfat menjadi

c) Reaksi secara kimia

Terjadinya reaksi kimia dalam air dapat menyebabkan bahan-bahan polimer

menjadi depolimer dan sebaliknya, serta terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi.

Selain itu perubahan kadar gas terlarut dalam air dapat pula merubah pH dan

Page 66: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

alkaliniti, sulfida, sulfit, ferro, sianida, dan iodida dapat hilang karena oksidasi.

Kromium valensi 6 dapat direduksi menjadi valensi 3.

d) Reaksi secara fisika

Terjadinya reaksi fisika dapat menyebabkan penyerapan koloid, zat-zat

terlarut, atau zat-zat tersuspensi oleh permukaan tempat wadah contoh.

Penyimpanan air di dalam botol gelas dalam waktu yang cukup lama dapat

menyebabkan terjadinya penggerusan natrium, silika dan boron. Selain itu dapat

pula terjadi penggumpalan zat-zat koloid yang diserap oleh sedimen.

d. Cara pengawetan sampel

Apabila pemeriksaan air tidak dapat dilakukan segera setelah pengambilan

contoh dan akan ditangguhkan maka cara yang terbaik adalah dengan

mendinginkan contoh pada suhu 4o

C. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan,

maka dapat digunakan zat pengawet tertentu dengan syarat zat tersebut tidak

mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa. Salah satu tujuan

pengawetan ialah untuk memperlambat perubahan komposisi kimia kualitas air.

Penambahan bahan kimia sebagai bahan pengawet dapat menyebabkan contoh

tersebut tidak sesuai lagi untuk penetapan parameter tertentu. Metode pengawetan

dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam seperti dijelaskan berikut ini.

a) Pendinginan

Metode pengawetan dengan cara pendinginan dilakukan dengan menyimpan

contoh pada suhu kurang lebih 4o

C dan lebih baik lagi ditempat gelap. Perlakuan

ini dimaksudkan untuk memperlambat aktifitas biologi dan mengurangi kecepatan

reaksi secara kimia dan fisika. Keuntungan metode ini adalah tidak mengganggu

Page 67: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

unsur-unsur yang ditetapkan. Bila pendinginan tidak mungkin dilakukan pada

suhu 4o

C maka botol contoh dapat disimpan dalam bongkahan-bongkahan es.

b) Pengawetan secara kimia

Pengawetan secara kimia dapat dilakukan dengan beberapa metode.

a) Pengasaman

Pengawetan contoh dengan penambahan asam sampai pH lebih kecil atau

sama dengan 2, biasanya dilakukan untuk pengawetan logam terlarut dan logam

total sehingga pemeriksaannya dapat ditunda selama beberapa minggu. Khusus

untuk logam merkuri waktu penyimpanan paling lama 7 hari dan bila perlu

disimpan lebih lama lagi harus ditambahkan bahan pengoksidasi biasanya KMnO4

atau K2Cr

2O

7. Pengasaman menjadi pH ≤ 2 juga dapat menghalangi aktifitas

biologi, sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan unsur-unsur yang dapat

mengalami perubahan secara biologi.

b) Biosida

Pengawetan contoh dengan penambahan biosida akan menghalangi aktifitas

biologi. Salah satu bahan biosida yang umum digunakan ialah larutan HgCl2

dimana konsentrasi HgCl2

dalam contoh sekitar 20-40 mg/L. Penggunaan bahan

ini harus hati-hati bila dalam laboratorium yang sama dilakukan pengukuran kadar

merkuri dalam konsentrasi rendah karena dapat terkontaminasi oleh HgCl2.

Page 68: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

c) Keadaan khusus

Penetapan unsur-unsur tertentu memerlukan perlakuan yang tersendiri.

Sebagai contoh untuk pengawetan sianida ditambahkan larutan NaOH sehingga

pH

c) Pengaturan waktu

Dengan cara pengaturan waktu dapat dihindari kesalahan pemeriksaan yang

disebabkan oleh perubahan unsur selama penyimpanan. Batas waktu pemeriksaan

tidak boleh melebihi batas waktu maksimum penyimpanan agar tidak terjadi

perubahan unsur yang tidak dikehendaki.

e. Penyimpanan sampel

Jenis penyimpanan yang dapat dipakai untuk menyimpan contoh dapat

dibuat dari bahan gelas atau bahan plastik. Persyaratan kedua wadah tersebut

harus dapat ditutup dengan kuat dan rapat untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan. Masing-masing wadah mempunyai kelebihan serta kekurangan.

Keuntungan pemakaian wadah gelas antara lain adalah: mudah mencucinya,

mengecek keadaannya serta mensterilisasikannya. Sedang kekurangannya adalah

mudah pecah selama pengangkutan. Pemakaian wadah dari plastik tidak mudah

pecah dan tahan terhadap pembekuan, akan tetapi sulit membersihkannya.

Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tempat wadah contoh

yaitu:

a) penyerapan zat-zat kimia dari bahan wadah oleh contoh, misalnya bahan

organik dari plastik, natrium, boron dan silika dari gelas;

Page 69: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

b) penyerapan zat-zat kimia dari contoh oleh wadah, misalnya penyerapan logam-

logam oleh gelas atau bahan-bahan organik oleh plastik;

c) terjadinya reaksi langsung antara contoh dengan wadah, misalnya fluorida

dengan gelas.

f. Pengangkutan sampel

Tiap-tiap contoh yang telah dimasukkan kedalam wadah sebelum diangkut

ke laboratorium harus diberi label terlebih dahulu untuk menghindari tertukarnya

contoh. Pada tiap-tiap label masing-masing dicantumkan lokasi pengambilan

contoh, tanggal, jam, pengawet yang ditambahkan serta petugas yang mengambil

contoh. Label tersebut kemudian ditempelkan pada tiap-tiap wadah dan

diusahakan agar label tersebut tidak rusak atau hilang selama pengangkutan.

Botol-botol contoh ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam kotak yang telah

dirancang khusus sehingga contoh tidak pecah atau tumpah selama pengangkutan

dari lapangan ke laboratorium.

g. Label sampel dan catatan lapangan

Petugas pengambil contoh harus mempunyai label yang berisi keterangan

sebagai berikut : lokasi, tanggal dan waktu nomor dan jenis contoh, suhu air dan

udara, tinggi muka air atau debit, keadaan cuaca, keadaan fisik sumber air,

keadaan lingkungan lokasi pengambilan contoh, hasil pemeriksaan di lapangan

dan nama petugas. (SNI 03-7016-2004-Sampling Sungai)

Page 70: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2.7 Tawas

Alumunium sulfat atau biasanya disebut sebagai tawas. Bahan ini banyak

dipakai, karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Bahan ini paling

ekonomis (murah) dan mudah didapat di pasar serta mudah disimpan. Bentuknya

serbuk, kristal, koral (Sutrisno dan Suciastuti, 2004). Tawas (alum) dapat terdiri

dari:Al₂(SO₄)₃.11 H₂O, atau .14 H₂O, atau .18 H₂O ; komposisi tawas sebagai

hasil tambang adalah Al₂(SO₄)₃.14H₂O; Kristal dengan mutu p.a bersifat 18 H₂O

(Alaerts dan Santika, 1984).

Tawas adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat

isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-

beda tergantung pada jenis logam dan suhu. Tawas merupakan salah satu senyawa

kimia yang dibentuk dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya

Al₂(SO₄)₃. Tawas kalium juga sering dikenal sebagai alum, mempunyai rumus

formula yaitu K₂SO₄.Al₂(SO₄)₃.2 4H₂O Tawas telah dikenal sebagai flokulator

yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan

air. Tawas sering digunakan sebagai penjernihan air, kekeruhan dalam air dapat

dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan.

Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan

digunakan pada proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam

laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alaerts dan Santika,

1984).

Page 71: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2.8 Arang Aktif

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan melalui proses

pirolisis dari bahan-bahan yang mengandung karbon. Arang aktif atau karbon

aktif adalah arang yang konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan

dengan unsur lain serta rongga atau porinya dibersihkan dari senyawa lain atau

kotoran, sehingga permukaan dan pusat aktifnya menjadi luas atau meningkatkan

daya adsorbsi terhadap cairan dan gas (Sudrajat dan Soleh, 1994).

Pada prinsipnya, pengolahan arang menjadi arang aktif adalah proses untuk

membuka pori-pori arang agar menjadi lebih luas, yaitu dari luas 2 m2/g pada

arang menjadi 300 – 2000 m2/g pada arang aktif. Arang aktif dapat dibedakan

dari arang berdasarkan sifat pada permukaannya. Permukaan pada arang masih

ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang menghambat keaktifannya, sedangkan

pada arang aktif permukaannya relatif telah bebas dari deposit dan mampu

mengadsorbsi karena permukaannya luas dan pori-porinya telah terbuka.

Pada pembuatan arang aktif, mutu produk yang dihasilkan sangat tergantung

dari bahan baku yang digunakan, bahan pengaktif, suhu dan cara pengaktifannya.

Arang aktif dapat dibuat dari bahan tumbuhan seperti kayu, biji-bijian, lumut, dan

tempurung buah-buahan, maupun bahan-bahan polimer sintetik seperti rayon,

poliakrilonitril, dan polivinil klorida.

Sudrajat dan Soleh (1994) menjelaskan bahwa pembuatan arang aktif

dilakukan dalam dua tahap, yaitu proses karbonisasi atau destilasi kering yang

dilanjutkan dengan tahap pengaktifan atau pengeluaran senyawa yang menutupi

rongga dan pori-pori arang aktif dengan cara dehidrasi menggunakan garam jenuh

Page 72: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

seperti MgCl2, ZnCl2, CaCl2, NaOH, H3PO4, dan lain-lain. Selanjutnya, untuk

membebaskan unsur karbon dari ikatan dengan unsur lain, terutama hidrogen dan

oksigen, dilakukan oksidasi lemah dengan uap air pada suhu tinggi (1000oC).

Pada prinsipnya, arang aktif dapat dibuat dengan dua cara, yaitu:

1. Aktivasi cara kimia

Pada proses ini fasa pengarangan dan fasa pengaktifan berlangsung dalam

satu tahap. Bahan baku direndam dalam larutan pengaktif selama 12 - 24 jam

setelah itu ditiriskan, lalu diarangkan. Dengan adanya pemanasan pada suhu tinggi

diharapkan aktivator dapat masuk di antara pelat heksagonal dari kristalit arang

yang menyebabkan terjadinya pengikisan permukaan kristalit dan membuka

permukaan arang yang tertutup sehingga menjadi aktif. Hal ini dapat terjadi

karena arang aktif dengan strukturnya yang mirip grafit mempunyai lapisan

karbon heksagonal yang tidak terapatkan, karena tiap atom karbon mempunyai

bilangan koordinasi tiga dan ikatan antar lapisan lemah, sehingga memungkinkan

terjadinya interkalasi di antara lapisan karbon. Pemakaian bahan kimia sebagai

bahan pengaktif sering mengakibatkan pengotoran pada arang aktif yang

dihasilkan. Umumnya aktivator meninggalkan sisa-sisa berupa oksida yang tidak

larut dalam air pada waktu pencucian. Oleh karena itu dalam beberapa proses

sering dilakukan pelarutan dengan HCl untuk mengikat kembali sisa-sisa bahan

kimia yang menempel pada permukaan arang dan kandungan abu yang terdapat

dalam arang aktif.

Page 73: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2. Aktivasi cara fisika

Pada proses ini terdapat dua tingkat operasi, yaitu fasa pembentukan pori dan

fasa pengaktifan. Fasa pembentukan pori terjadi pada saat pengarangan bahan

baku, pada suhu 400 - 600ºC. Pengarangan di atas suhu 600ºC akan menghasilkan

arang dengan modifikasi sifat yang sukar diaktifkan, sedangkan arang yang

dihasilkan pada suhu di bawah 600ºC sangat efektif untuk diaktivasi tetapi arang

ini masih dilapisi oleh senyawa hidrokarbon, sehingga menutupi pori arang aktif

yang terbentuk. Untuk membersihkan permukaan arang dari senyawaan ini dapat

dilakukan dengan jalan mengalirkan gas pada suhu 800 – 1000ºC.

2.9 Batu Kapur / Kalsium Karbonat (CaCO3)

Kapur adalah batuan sedimen terutama terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3)

dalam bentuk kalsit mineral. Batuan ini paling sering terbentuk di perairan laut

yang dangkal. Ini biasanya merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk

dari akumulasi cangkang hewan, karang, alga dan puing-puing. Batu kapur

mengandung 98,9% kalsium karbonat (CaCO3) dan 0,95% magnesium karbonat

(MgCO3). Batu kapur di alam jarang ada yang murni, karena umumnya mineral

ini selalu terdapat partikel kecil kuarsa, felspar, mineral lempung, pirit, siderit dan

mineral lainnya. Dalam mineral batu kapur terdapat juga pengotor, terutama ion

besi. Batu kapur berwarna putih keabu-abuan dengan kekerasan 3,00 Mohs,

bersifat pejal dengan density bulk 2655 kg/m3, berbutir halus hingga kasar dan

mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Batu kapur juga

mudah larut dalam asam. Batu kapur yang larut dalam zat asam akan

menghasilkan gas karbon dioksida. Batu kapur akan menjadi semakin tidak larut

Page 74: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

dalam air dengan naiknya temperatur. Klasifikasi batu kapur dalam perdagangan

mineral industri didasarkan atas kandungan unsur kalsium (Ca) dan unsur

magnesium (Mg). Misalnya, batu kapur yang mengandung ± 90 % CaCO3 disebut

batu kapur kalsit, sedangkan bila mengandung 19% MgCO3 disebut dolomit.

Adapun batu kapur lebih banyak digunakan dalam industri karena banyak terdapat

di alam dan banyak manfaatnya, misalnya dalam pembuatan kalsium klorida.

(Russell, 2007)

Page 75: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2.10 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan

membantupenulis dalam menyelesaiakan penelitian yang terdiri atas bagan

kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.6 Bagan Kerangka Konseptual

Adapun input dari kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sampel

air gambut, wawancara dengan masyarakat di sekitar Kecamatan Ulakan Tapakis

Kabupaten Padang Pariaman. Setelah itu pada tahap proses dilakukan pembuatan

alat pengolahan air gambut dan mengolah sampel air gambut.Output dari

penelitian ini diharapkan dapat membuat alat yang efektif dan hasil pengolahan

air gambut dapat dikategorikan kelas air bersih.

Input

1. Sampelair

gambut

2. Hasil

Wawancara dan

sumber

informasi

Proses

1. Pembuatan alat

pengolahan air

gambut

2. Pengolahan air

gambut

Output

1. Alat pengolahan

air gambut

2. Hasil pengujian

pengolahan air

gambut

Page 76: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode

Penelitian, Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-

apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Sungai Batang Ulakan, memenuhi

kriteria lokasi yaitu lokasi nya memiliki air gambut yang cukup banyak dan

mengalir didekat pemukiman masyarakat Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten

Padang Pariaman.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang

memiliki karakteristik tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah aliran air

gambut di Sungai Batang Ulakan Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang

Pariaman.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi data yang dianggap mewakili

populasi keseluruhan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air

Page 77: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

gambut yang diambil di satu titik yaitu di bagian tengah aliran gambut pada

kedalaman 30 cm.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah parameter yang akan dikaji didalam melakukan

penelitian. Adapun variable penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini

antara lain hasil pengolahan air gambut dan hasil wawancara pada masyarakat di

sekitar Kecamatan UlakanTapakis Kabupaten Padang Pariaman.

3.5 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang akan diambil ada 3 sumber data yaitu :

a. Wawancara

Metode wawancara dilakukan pada beberapa masyarakat di sekitar

Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Wawancara dengan

masyarakat sekitar Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman

dilakukan untuk mendapatkan data apakah ada keluhan dan permasalahan tentang

kebutuhan air bersih dan air gambut

b. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dari hasil pengujian air gambut di laboratorium kimia.

c. Studi Literatur/Kepustakaan

Studi literatur yang akan digunakan adalah standar air bersih yang telah di

tetapkan pemerintah dalam PP No 82 Th 2001. Serta data – data yang lain yang

dibutuhkan.

Page 78: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

3.6 Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut

3.6.1 Alat dan Bahan

Tabel 3.1 Alat dan Bahan

Untuk membuat alat pengolahan air gambut alat dan bahan yang digunakan

bisa ditemukan disekitar lingkungan kita, bisa juga menggunakan alat-alat yang

sudah tidak digunakan lagi seperti aluminium, spons dan wadah penampungan air

gambut, sedangkan untuk mendapatkan tawas dan kapur gamping bisa dibeli di

toko bahan kimia yang ada didaerah Padang Pariaman, dan arang aktif bisa dibuat

dirumah masing-masing ataupun bisa membelinya dipasar daerah.

No. Alat dan Bahan Jumlah Satuan

1. Wadah Plastik (12 cm x 12 cm x 9

cm)

3 Buah

2. Pipa Aluminium 5 Meter

3. Lem Pipa 2 Buah

4. Spons Busa, tebal 2 cm 4 Lembar

5. Arang Aktif 1 Kg

6. Kapur Gamping 5 Gram

7. Tawas 0,05 Gram

Page 79: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

3.6.2 Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut

Prosedur pembuatan alat pengolahan air gambut :

a. Persiapkan semua alat dan bahan seperti pada tabel 3.1

b. Buat tempat balok 3 tingkat dari pipa aluminium

c. Rangkai peralatan seperti pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Alat Pengolahan Air Gambut

3.6.3 Prosedur Pengolahan Air Gambut

Prosedur pengolahan air gambut seperti berikut :

a. Buat lapisan penyaringan pada bak ke dua dan ke tiga, urutan lapisannya

yaitu spons busa dengan ketebalan 2 cm, arang aktif 500 gram, dan spons

busa ketebalan 2 cm

b. Pasang semua bak pada tempat penyangganya

Page 80: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

c. Pada wadah pertama, untuk netralisasi atau menaikkan pH air gambut, di

buat larutan gamping dengan konsentrasi 5% sebanyak 100 mL dan

campurkan dengan air gambut sambil diaduk hingga pH 6-8

d. Koagulasi atau pengikatan pengotor dalam air gambut, dibuat larutan tawas

dengan konsentrasi 0,1% sebanyak 50 mL, kemudian dicampurkan dengan

air gambut yang sudah netral, aduk hingga campuran merata dan biarkan

mengendap selama 5 menit

e. Buka selang bek pertama agar air mengalir ke bak ke dua

f. Tampung air hasil penyaringan air gambut

g. Ambil sampel untuk pengujian di laboratorium

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

Oktober 2017

November 2017

Desember

2017

II III IV I II III IV I

1 Penyusunan Proposal

2 Studi Literatur

3 Pelaksanaan

Penelitian

4 Pengolahan Data

5 Penyusunan dan

Penyerahan Laporan

Page 81: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

3.8 Kerangka Metodologi

Adapun kerangka metodologi penelitian yang akan dilakukan dari proposal

penelitian ini adalah yang terlihat pada Gambar :

Tabel 3.3 Kerangka Metodologi

Mulai

Survey Lapangan Studi Literatur

IdentifikasiMasalah

1. Air gambut di Ulakan Tapakis Kabupaten Padang

Pariaman belum bias digunakan untuk keperluan

domestik masyarakat

2. Belum adanya alat untuk mengolah air gambut menjadi

air bersih

RumusanMasalah

1. Bagaimana cara pengolahan air gambut menjadi air bersih ?

2. Bagaimana hasil dari pengolahan air gambut menjadi air

bersih?

Teknik dan Pengolahan Data

1. Pengujian hasil pengolahan di laboratorium

2. Analisis hasil pengujian laboratorium

BatasanMasalah

Merancang alat pengolahan air gambut skala menjadi air bersih

skala rumah tangga dan hasil penyaringan di uji di laboratorium

serta dibandingkan dengan standar air bersih yang telah di

tetapkan pemerintah dalam PP No 82 Th 2001

Kesimpulan

Selesai

Page 82: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Alat Pengolahan Air Gambut

Adapun bentuk dari alat pengolahan air gambut seperti dibawah ini :

Gambar 4.1 Alat Pengolahan Air Gambut

Page 83: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Alat dibuat dengan pipa aluminium sepanjang 5 meter yang dibentuk seperti

pada gambar 4.1, tempatkan 3 buah wadah plastik (12 cm x 12 cm x 9 cm) pada

setiap penyangganya, wadah ke 2 dan ke 3 di isi spons busa dengan ketebalan 2

cm kemudian masing-masing wadah diisi karbon aktif 500 gram dan tutup lagi

dengan spons busa ketebalan 2 cm, sedangkan wadah pertama sebagai penampung

air gambut dan tempat penambahan tawas sebagai koagulan. Pada wadah pertama

di berikan kran untuk air gambut yang akan diolah menuju wadah 2, dan satu buah

kran untuk buangan hasil pengendapan. Wadah ke 2 di beri lobang kecil sebanyak

13 buah untuk aliran ke wadah 3, dan pada wadah ke 3 diberikan kran untuk aliran

hasil pengolahan air gambut atau air bersih.

Untuk menggunakan alat pengolahan air gambut dengan jumlah sampel air

gambut Ulakan Tapakis sebanyak 1,3 L dapat ditambahkan 100 mL larutan

gamping dengan konsentrasi 5% agar pH sampel mendekati pH 7, kemudian

tambahkan larutan tawas dengan konsentrasi 0,1% sebanyak 50 mL kemudian

diaduk selama 30 detik agar larutan tawas mengikat pengotor yang ada pada air

gambut, biarkan mengendap selama 5 menit, buka kran pertama untuk

penyaringan air gambut dan hasil penyaringan di uji di laboratorium Politeknik

ATI Padang.

Page 84: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

4.1.2 Hasil Pengujian Air Gambut Setelah Pengolahan di Laboratorium

Politeknik ATI Padang Menggunakan Alat Atomic Absorption

Spectrometry (AAS)

Dilakukan pengujian terhadap sampel air gambut, sampel setelah

penyaringan 1, dan sampel setelah penyaringan 2 di laboratorium Politeknik ATI

Padang dengan Menggunakan Alat Atomic Absorption Spectrometry (AAS).

Hasil dari pengujiannya pada tabel bawah ini:

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian Air Gambut Menggunakan Alat Atomic

Absorption Spectrometry (AAS)

Hasil Pengujian Air Gambut dengan Atomic Arbsorption Spectrometry (AAS)

Parameter Satuan Sampel Air

Gambut

Sampel

Setelah

penyaringan 1

Sampel

Setelah

Penyaringan 2

FISIKA

pH 4,2 6,7 6,9

Temperature ◦C 28 26 26

Total Suspensi

Solid mg/L 126 75 50

Warna

Merah

Kecoklatan Kekuningan Jernih

KIMIA

pH mg/L 4,2 6,5 6,8

BOD mg/L 8 5 3

COD mg/L 55 36 27

DO mg/L 1 3 5

Besi mg/L 2 0,8 0,2

Tembaga mg/L 0,13 0,09 0,02

Mangan mg/L 0,02 0,01 0,01

Khrom mg/L 0,05 0,03 0,03

Seng mg/L 0,14 0,05 0,04

Page 85: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

4.2 Pembahasan

4.2.1 Alat Pengolahan Air Gambut

a. Pengambilan sampel air gambut di Kecamatan Ulakan Tapakis

Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Sungai Batang Ulakan, memenuhi

kriteria lokasi yaitu lokasi nya memiliki air gambut yang cukup banyak dan

mengalir didekat pemukiman masyarakat Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten

Padang Pariaman. Teknik sampling mengacu pada (SNI 03-7016-2004-Sampling

Sungai).

Adapun cara pengambilan sampel seperti dibawah ini :

1. Persiapan alat dan bahan

2. Pengujian pH dan suhu air gambut langsung di lapangan (lampiran B)

3. Pengambilan air gambut pada 2/3 kedalaman sungai dan berlawanan

dengan arus sungai

4. Bilas wadah sampel dengan air gambut

5. Sampel dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan

6. Di beri label tanggal dan lokasi pengambilan sampel

b. Perhitungan pembuatan larutan gamping 5% sebanyak 100 mL

x 100 % = 5 %

Timbang 5 Gram batu gamping dan larutkan dalam gelas kimia dengan

menggunakan akuadest hingga volume 100 mL

Page 86: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

c. Perhitungan pembuatan larutan tawas 0,1% sebanyak 50 mL

x 100 % = 0,1 %

Timbang 0,05 Gram batu gamping dan larutkan dalam gelas kimia dengan

menggunakan akuadest hingga volume 50 mL

d. Perhitungan kemampuan alat pengolahan air gambut

Ukuran alat = 12 cm x 12 cm x 9 cm = 1.296 cm3 = 1,296 m

3 = 1,3 L,

total air bersih yang diperoleh selama 8 menit adalah 1,2 L sedangkan 100 mL air

tertinggal di media penyaringan, perhitungannya :

Persentase Kehilangan Air =

= 7,69 %

Air yang tertinggal akan tetap 100 mL, penyaringan selanjutnya tidak ada

air yang tertinggal berarti menghasilkan 1,3 L air bersih, dengan menggunakan

arang aktif sebanyak 1 Kg, arang aktif telah jenuh setelah menyaring sebanyak 10

kali penyaringan air gambut, selama penyaringan menghasilkan 20 L air gambut.

Jadi kemampuan alat menyaring air gambut menjadi air bersih sebanyak 20 L

membutuhkan waktu 1 jam 20 menit.

e. Asumsi jumlah kebutuhan air gambut untuk satu keluarga

Untuk kebutuhan air bersih/orang/hari rata-rata masyarakat pedesaan yaitu

150 L/org/hr, asumsi jumlah pemakai air dalam satu Keluarga adalah 5 orang.

Adapun perhitungan kebutuhan air perhari seperti dibawah ini :

Page 87: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Jumlah Kebutuhan Air/Hr = Kebutuhan Pemakai x Jumlah Pemakai

= 150 L/Org/Hr x 5 Org

= 750 L/Hr

Alat dibuat dalam skala laboratorium, untuk keperluan satu keluarga

diperlukan alat yang lebih besar dan jumlah karbon aktif yang cukup banyak.

Asumsi kapasitas alat untuk satu keluarga jika kebutuhan minimal 750 L/Hr dan

alat bekerja tanpa henti :

Dibuat dimensi alat 10x lebih besar dari alat penelitian:

120 cm x 120 cm x 90 cm = 130 L

Kehilangan air 7,69 % x 13 L = 1 L

Asumsi total air bersih yang diperoleh selama 8 menit adalah 12 L. Jika alat

dijalankan selama 1 jam 20 menit tanpa henti diperkirakan menghasilkan air

bersih sebanyak 200 L. Untuk memperoleh kebutuhan air 750 L/Hr diperlukan

pengolahan air gambut sebanyak 4 kali dengan mengganti bahan yang ada pada

alat pengolahan tersebut dan akan menghabiskan waktu 5 jam 20 menit jika alat

bekerja tanpa henti. Dapat juga dengan menambah jumlah alat 4 buah agar dalam

sekali penyaringan menghasilkan 800 L air bersih selama 1 jam 20 menit, atau

bisa menambah jumlah wadah pengolahan 4 tingkat lagi. Jika karbon aktif sudah

jenuh atau penyaringannya tidak jernih lagi, dapat mengganti karbon aktif dan

gabus, karbon aktifpun bisa digunakan kembali setelah diaktifkan.

Page 88: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

4.2.2 Hasil Pengujian Air Gambut Setelah Pengolahan di Laboratorium

Politeknik ATI Padang Menggunakan Alat Atomic Absorption

Spectrometry (AAS)

Air gambut yang bersumber dari Kecamatan Ulakan Tapakis bewarna

merah kecoklatan (lampiran dokumentasi), setelah dilakukan pengujian

dilaboratorium air gambut memiliki kadar Fe yang tinggi dan kadar BOD yang

cukup banyak, ini diakibatkan oleh pelapukan dan pembusukan tumbuhan dan

hewan yang telah mati. Setelah dilakukan pengolahan, warna merah kecoklatan

pada air gambut diserap oleh gabus dan arang aktif sehingga air gambut menjadi

bersih dan bening, kadar logam pada air gambut diserap oleh arang aktif,

sedangkan kotoran diikat oleh tawas sebagai koagulan, dan penetralan pH

ditambahkan larutan CaCO3 sampai pH netral. Adapun grafik pengujian seperti

dibawah ini :

Tabel 4.2 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian pH

Dari hasil pengolahan sampel air gambut Ulakan Tapakis yang semulanya

air gambut memiliki pH asam yaitu 4,2 meningkat hingga netral yaitu pH 6,8,

012345678

pH

Sample

Hasil Pengolahan 1

Hasil Pengolahan 2

PP Kelas 1

PP Kelas 2

PP Kelas 3

Page 89: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

pada pH netral ini hasil pengolahan air gambut bisa digolongkan kategori air

bersih kelas 1, 2, dan 3 menurut PP No 82 Tahun 2001. Peningkatan pH

disebabkan karena penambahan dari larutan batu gamping.

Tabel 4.3 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian BOD

Biological Oxygen Demand ( BOD ) adalah jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat

organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.

kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan

oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa

mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan

dapat menimbulkan bau busuk pada air, jadi semakin tinggi kadar BOD semakin

buruk kualitas air. kadungan BOD pada hasil penyaringan ke 2 yaitu 3 mg/L,

kandungan BOD ini cukup rendah dan bisa dikatakan kualitas air hasil pengolahan

0123456789

BOD

Sample

Hasil Pengolahan 1

Hasil Pengolahan 2

PP Kelas 1

PP Kelas 2

PP Kelas 3

Page 90: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

ini baik, setelah dibandingkan dengan PP No 82 Tahun 2001, air hasil pengolahan

ini termasuk air bersih kelas 2.

Tabel 4.4 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian DO

Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan

dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO).

Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.

Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak

sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Pada grafik 4.4

menunjukkan kandungan DO pada hasil pongolahan air gambut ke 2 cukup tinggi

yaitu 5 mg/L sehingga air bersih tersebut masuk dalam kategori air bersih kelas 2

menurut PP No 82 Tahun 2001.

0

1

2

3

4

5

6

7

DO

Sample

Hasil Pengolahan 1

Hasil Pengolahan 2

PP Kelas 1

PP Kelas 2

PP Kelas 3

Page 91: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Tabel 4.5 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Fe

Kandungan Fe dalam air akan memberikan rasa dan bau logam yang amis

pada air, disebabkan karena bakteri mengalami penguraian yang menimbulkan

warna merah kecoklatan. Kandungan Fe pada sampel air gambut Ulakan Tapakis

yaitu 2 mg/L sedangkan untuk standar air bersih maksimal kandungan Fe adalah

0,3 mg/L, setelah dilakukan pengolahan kandungan Fe pada sampel air gambut

turun menjadi 0,2, setelah dibandingkan dengan standar air bersih menurut PP No

82 Tahun 2001 air bersih termasuk dalam air bersih kelas 1.

Tabel 4.6 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Zn

0

0,5

1

1,5

2

2,5

Fe (Besi)

Sample

Hasil Pengolahan 1

Hasil Pengolahan 2

PP Kelas 1

PP Kelas 2

PP Kelas 3

00,020,040,060,08

0,10,120,140,16

Zn (Seng)

Sample

Hasil Pengolahan 1

Hasil Pengolahan 2

PP Kelas 1

PP Kelas 2

PP Kelas 3

Page 92: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Seng merupakan unsur yang berguna dalam tubuh manusia, binatang

maupun tumbuh-tumbuhan. Karena kegunaannya tersebut maka Zn ditemukan

dalam air, tanaman maupun binatang. Menurut PP No 82 Tahun 2001 standar

kandungan seng dalam air minum maksimum yang diperbolehkan adalah ≤5

mg/L, air bersih setelah dilakukan pengolahan ke 2 kandungan seng yaitu 0,04

mg/L, setelah dibandingkan dengan standar air bersih menurut kelas yang telah

ditentukan hasil olahan air gambut termasuk kedalam air kelas 1,2 dan 3.

Dari hasil pengujian dilaboratorium terhadap semua sampel dan dianalisa

kandungan air gambut yang telah diolah menjadi air bersih serta dibandingkan

dengan PP No 82 Th 2001, rata-rata kandungan bahan logam dan senyawa lainnya

yang diperbolehkan termasuk kedalam air bersih kelas 2 (lampiran PP No 82 Th

2001) yang mana air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

Page 93: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa alat

pengolahan air gambut sangat mudah dibuat, bisa menggunakan alat-alat disekitar

kita bahkan bisa menggunakan alat yang sudah tidak digunakan lagi seperti

aluminium, wadah plastik dan gabus, dan bahannyapun mudah untuk didapatkan

di pasaran. Alat pengolahan pengolahan air gambut sangat efisien, mudah

dipindahkan dan mudah dalam penggantian bahan penyaringannya.

Sampel air gambut dan hasil pengolahan air gambut di uji di laboratorium

Politeknik ATI Padang, didapatkan hasil pengujian seperti dibawah ini :

1. Sampel air gambut Ulakan Tapakis bewarna merah kecoklatan, banyak

pengotor, dan berbau logam, setelah diolah dengan alat pengolahan, air

menjadi bersih dan bewarna bening (lampiran B)

2. Sampel air gambut Ulakan Tapakis yang semulanya memiliki pH asam yaitu

4,2 meningkat hingga netral yaitu pH 6,8 karena penetralan dengan

penambahan larutan gamping

3. Kandungan Fe pada sampel air gambut Ulakan Tapakis yaitu 2 mg/L setelah

dilakukan pengolahan kandungan Fe pada sampel air gambut turun menjadi 0,2

mg/L, pengurangan yang cukup signifikan ini diakibatkan oleh kemampuan

arang aktif dalam mengikat kandungan logam terutama logam Fe

4. Kadungan BOD pada hasil penyaringan ke 2 yaitu 3 mg/L, kandungan BOD ini

cukup rendah dan bisa dikatakan kualitas air hasil pengolahan ini baik, setelah

Page 94: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

dibandingkan dengan PP No 82 Tahun 2001, air hasil pengolahan ini termasuk

air bersih kelas 2.

Dari hasil pengujian dilaboratorium terhadap semua sampel dan dianalisa

kandungan air gambut yang telah diolah menjadi air bersih serta dibandingkan

dengan PP No 82 Th 2001, rata-rata kandungan bahan logam dan senyawa lainnya

yang diperbolehkan termasuk kedalam air bersih kelas 2 (lampiran PP No 82 Th

2001) yang mana air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

5.2 Saran

Pada penulisan tugas akhir ini penulis ingin memberikan saran kepada

pembaca maupun masyarakat Ulakan Tapakis, agar alat ini bisa diterapkan dan

digunakan dilingkungan masyarakat yang memiliki kawasan air gambut, sehingga

dapat mempermudah untuk mendapatkan sumber air bersih. Alat ini masih jauh

dari kesempurnaan, penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca.

Page 95: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alaerts, G dan Santika, S.S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional :

Surabaya.

Anonim. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/

Aqueous Chlorine and Bromine”,

http”//www.Newcastle.edu.au/services/library/bersih. Prosiding Seminar

Nasional Teknologi Proses Kimia : Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman. 2015.

Darsono,et al. 2002. Pengaruh Diameter dan Ketebalan Pasir Dalam Saringan

Pasir Lambat database/sciencedirect.html.p.25 dengan proses

koagulasi/flokulasi dan adsorpsi karbon aktif, Thesis ITB Bandung.

Department Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta Karya. 1999. Modul

no.4.6. Petunjuk Praktis Pembangunan Pengolahan Air Gambut From

http://ciptakarya.pu.go.id/pam/Tekno/Juktis/Modul%204.6.%20Pengolahan

%20Air%20Gambut.pdf (Diakses tanggal 07 September 2017).

Ervil Riko ,dkk. 2015. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah

Tinggi Teknolgi Industri (STTIND) Padang.

Iswono. 2001. Efektivitas PAC terhadap penurunan intensitas warna air gambut

di Its Physical Model. Separation Technology VI: New Perspectives on Very

Large.

Kasmono. 2007. Efektivitas PAC dan Tawas dalam menurunkan warna air

gambut di KEPMENKES.2002. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA.

Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Bersih. Jakarta.

Meidhitasari, Vidyaningtyas. 2007. Evaluasi dan Modifikasi Instalasi Pengolahan

Air Minum, ITB,Bandung menggunakan membran ultrafiltrasi dengan

aliran cross flow yang didahului MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-

syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Mu'min B. 2002. Penurunan zat organik dan warna pada pengolahan air gambut

NOMOR907/MENKES/SK/VII/2002. Peraturan Menteri Kessehatan

Republik Indonesia, 2010. Jakarta: Nomor 492/MENKES/PER/2010,

Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Padang Pariaman Dalam Angka 2015

Page 96: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Jakarta, No. 82 Th. 2001,

Tentang Pengolahan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran.

persediaan air bersih.”, Teknosains 13(2) Mei Pollutants Distribution With

Particle Size of Wastewater Treated by CEPT Process.

Russell. 2007. Apparatus and Methods for Producing Calcium Chloride and

Products Made Thereform. http:// www.patentsonline/US20070009423/. 20

Oktober 2010.

Said N, I. 2008. Teknologi pengolahan air minum : Teknologi pengolahan air

gambut Scale Operations. RP3 (8): 1-11 sederhana.” BPPT Press Siantan

Hulu Kota Pontianak. Skripsi Undip Semarang Singkawang, Kalimantan

Barat. Skripsi Undip Semarang Studi Teknik Kimia, Universitas Riau, Pekanbaru, 6

(1), h. 1-4.

SNI 03-7016-2004-Sampling Sungai

Sudrajat, R dan S. Soleh. 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Sutapa I. 2003. Efisiensi alum sulfat sebagai koagulan dalam proses produksi air Syarfi, H.S.2007. Rejeksi Zat Organik Air Gambut Dengan Membran Ultrafiltrasi. Jurnal

Sains dan Teknologi, Program Teknik Lingkungan Water Practice and

Technology. 1(3): 1-7.

Sutrisno, T dan E. Suciastuti. 2002. Teknologi Penyedian Air Bersih. Rineka Cipta

. Jakarta.

Yusnimar, A, dkk. 2010. Pengolahan Air Gambut Dengan Bentonit. Jurnal Sains

dan Teknologi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Riau,

Pekanbaru, h. 9 (2), 77-81.

Page 97: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

LAMPIRAN B

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Sampling Air Gambut di Batang Ulakan

Persiapan Alat Sampling Pengujian pH dan suhu air

gambut

Pengambilan Sampel Air Gambut di Batang Ulakan

Page 98: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

2. Pembuatan Alat Pengolahan Air Gambut

Persiapan Alat dan Bahan Alat Pengolahan Air

Gambut

3. Penyaringan Air Gambut

Pengaktifan Arang Tempurung

Pemasangan Bahan pada Alat

Page 99: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Proses Penyaringan Air Gambut

Sampel

Untuk

Pengujian

Kadar

Logam di

Laboratorium Politeknik ATI Padang

Keterangan : A : Blankko (aquades)

B : Hasil Penyaringan Ke 2

C : Hasil Penyaringan Ke 1

D : Sampel Baku Air Gambut

Page 100: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Lampiran Laporan Pengujian Kualitas Air

No: 001/AK/LABINS/2017 Jenis sampel : Sampel Air Gambut Tgl datang : 27

November 2017

Jumlah sampel : 3 Tgl mulai diuji : 27

November 2017

Keterangan sampel : Tgl selesai diuji: 28

November 2017 Keterangan :

1. Hasil pengujian ini hanya untuk sampel hasil uji

2. Penggandaan harus sepengetahuan laboratorium uji

Padang, 28 November 2017

Penanggung Jawab Laboratorium

Hasil Pengujian Air Gambut dengan Atomic Arbsorption Spectrometry (AAS)

Parameter Satuan

Sampel Air

Gambut Sampel Setelah

penyaringan 1

Sampel Setelah

Penyaringan 2

ANALISA

FISIKA

pH 4,2 6,7 6,9

Temperature ◦C 28 26 26

Total Suspensi

Solid mg/L 126 75 50

Warna

Merah

Kecoklatan Kekuningan Jernih

ANALISA KIMIA

pH mg/L 4,2 6,5 6,8

BOD mg/L 8 5 3

COD mg/L 55 36 27

DO mg/L 1 3 5

Besi mg/L 2 0,8 0,2

Tembaga mg/L 0,13 0,09 0,02

Mangan mg/L 0,02 0,01 0,01

Khrom mg/L 0,05 0,03 0,03

Seng mg/L 0,14 0,05 0,04

Page 101: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

LAMPIRAN: PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL : 14 Desember 2001 TENTANG : PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN

I II III IV

FISIKA

Temperatur 0 C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperatur dari alamiahnya

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi < 5000 mg/L

KIMIA ORGANIK

pH 6 – 9 6 – 9 6 – 9 5 – 9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Total fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi Perikanan,kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka <

0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Cu < 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe < 5 mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Pb < 0,1 mg/L

FISIKA

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Page 102: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN

I II III IV

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Zn < 5 mg/L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional,NO2-N < 1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan

Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional,S sebagai H2S < 0,1 mg/L

MIKROBIOLOGI

- Fecal coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahann air minum secara konvensional, fecal coliform - Total coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000 10000 < 2000 jml/100 mL dan Total coliform < 10000 jml/100 mL

RADIOAKTIVITAS

- Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

- Gross-B Bq/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK

Minyak dan lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen sebagai MBAS ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa Fenol sebagai ug/L 1 1 1 (-)

fenol

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2

FISIKA

Heptachlor dan heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)

epoxide

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 1 4 4 (-)

Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)

Page 103: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

Keterangan :

mg = milligram ug = microgram ml = millilitre L = Liter Bq = Bequerel MBAS = Methyne Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut. Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan. Tanda < adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil

Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Page 104: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …
Page 105: PEMBUATAN ALAT PENGOLAHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR …

BIODATA WISUDAWAN

No. Urut :

Nama : Edo Handika

JenisKelamin : Laki-laki

Tempat/TglLahir : Batu Banyak / 19 September 1993

NomorPokok

Mahasiswa

: 1410024428006

Program Studi : Teknik Lingkungan

Tanggal Lulus :

IPK :

Predikat Lulus :

Judul Tugas Akhir : Pembuatan Alat Pengolahan Air

Gambut Menjadi Air Bersih Skala

Rumah Tangga (Studi kasus Air

Gambut di Kecamatan Ulakan

Tapakis Kabupaten Padang

Pariaman)

DosenPembimbing : 1. Ridwan, MT

2. Hendri Sawir, ST.,M.Si

Asal SMTA : SMK – SMAK Padang

Nama Orang Tua : M Zaini

Marnis

Alamat / Telp / HP : Jl Kubu Dalam RW 02 RT 05 No 27

/ 085284906231

Poto