Pemboran lubang ledak

24
PEMBORAN LUBANG LEDAK Klasifikasi batuan Menurut para ahli geologi berdasarkan pada sumber atau asal ( origin) batuan secara umum dibagi menjadi tiga golongan Batuan beku Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma atau lava, yang mengalami proses pendinginan dan membentuk Kristal secara perlahan-lahan. Batuan beku dapat ditemukan sebagai batuan lelehan (extrusive), batuan korok dan batuan instrusi (intrusive). Batuan sedimen Batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan material-material hasil pelapukan yang tersusun secara berlapis menurut urutan waktu pengendapan. Batuan sedimen di bagi menjadi dua kelompok yaitu : a. Sedimen klasik, contohnya : konglongmerat dan batu pasir. b. Sedimen insitu, contohnya : batu gamping, dolomite dan batu-bara. Batuan metamorf Batuan metamorf merupakan hasil dari suatu proses rekristalisasi yang terjadi pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Sifat-sifat dari batuan yang dihasilkan tergantung pada batuan yang terkena metamorphose dan seberapa jauh deformasi yang berhubungan dengan prosesnya. Sifat-sifat teknis batuan a) Kekerasan Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dan material batuan dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa

Transcript of Pemboran lubang ledak

Page 1: Pemboran lubang ledak

PEMBORAN LUBANG LEDAK

Klasifikasi batuan

Menurut para ahli geologi berdasarkan pada sumber atau asal (origin) batuan secara umum

dibagi menjadi tiga golongan

Batuan beku

Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma atau lava, yang mengalami proses pendinginan

dan membentuk Kristal secara perlahan-lahan. Batuan beku dapat ditemukan sebagai batuan

lelehan (extrusive), batuan korok dan batuan instrusi (intrusive).

Batuan sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan material-material hasil pelapukan yang

tersusun secara berlapis menurut urutan waktu pengendapan. Batuan sedimen di bagi menjadi

dua kelompok yaitu :

a. Sedimen klasik, contohnya : konglongmerat dan batu pasir.

b. Sedimen insitu, contohnya : batu gamping, dolomite dan batu-bara.

Batuan metamorf

Batuan metamorf merupakan hasil dari suatu proses rekristalisasi yang terjadi pada temperatur

dan tekanan yang tinggi. Sifat-sifat dari batuan yang dihasilkan tergantung pada batuan yang

terkena metamorphose dan seberapa jauh deformasi yang berhubungan dengan prosesnya.

Sifat-sifat teknis batuan

a) Kekerasan

Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.Kekerasan dipakai

untuk mengukur sifat-sifat teknis dan material batuan dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa

Page 2: Pemboran lubang ledak

cara. Kekerasan batuan dapatjuga di pakai untuk menyatakan besarnya tegangan yang diperlukan

untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. ”Moh’s test” digunakan untuk menentukan nomor

uruta macam-macam mineral, yang menyatakan kekerasan relative suatu mineral terhadap

mineral lain. Dalam skala Mohs, suatu mineral akan dapat menggores semua mineral yang

mempunyai nomor urutan lebih rendah.

Tabel 4 . Skala Fredrich van Mohs (1882)

Klasifikasi Skala Mohs Kuat tekan

batuan (MPa)

Sangat keras

Keras

+7

6 - 7

+200

120 - 200

Kekerasan sedang

Cukup lunak

4,5 - 6

3 - 4,5

60 - 120

30 - 60

Lunak

Sangat normal

2 - 3

1 - 2

10 - 30

-10

b) Abrasiveness

Abrasivennes adalah suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor atau batang

bor. Abrasiveness tergantung pada komposisi batuan tersebut, kandungan kuarsa dalam batuan

biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur kehausan batang bor.

c) Tekstur

Tekstur menunjukkan butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat

porositas, density, dan ukuran butir, tekstur juga mempengaruhi kecepatan pemboran.

d) Struktur batuan

Page 3: Pemboran lubang ledak

Struktur batuan seperti patahan, rekahan bidang pelapis, jenis batuan, dip, strike, semuanya

mempengaruhi kekuatan struktur batuan. Struktur batuan akan berpengaruh terhadap kelurusan

lubang bor dan kecepatan pemboran.

e) Breaking Characteristic

Breaking characteristic merupakan ukuran relative untuk menentukan tahanan batuan terhadap

penghancuran. Setiap jenis batuan mepunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang

berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral dan strukturnya.

f) Rock Drillability

Rock Drillabiliti adalah kecepatan penetrasi ( penembusan ) mata bor kedalam batuan. Rock

drillabiliti merupakan fungsi dari beberapa sifat batuan seperti : komposisi mineral, tekstur

ukuran batuan dan lain-lain.

Defenisi Pemboran pada Kegiatan Penambangan

Pekerjaan pemboran dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain pemboran untuk lubang

ledak, pemboran air dan pemboran inti (coring). Pemboran untuk lubang ledak dan pemboran

inti dapat dilaksanakan di tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Adapun jenis-jenis alat

bor yang digunakan banyak ragamnya, yaitu tumbuk (percussing), putar (rotary) dan kombinasi

tumbuk dan putar (rotary-percussing).

Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran merupakan pertama kali yang

dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah lubang ledak dengan geometri dan pola yang

sudah tertentu pada masa batuan, yang selanjutnya akan diisi dengan bahan peledak yang akan

diledakan.

Page 4: Pemboran lubang ledak

Peledakan itu sendiri bertujuan untuk membongkar batuan atau material yang keras

dengan menggunakan campuran bahan–bahan kimia untuk memicu terjadi peledakan.

Kegiatan peledakan pada penambangan batubara dilakukan dengan tujuan menunjang

operasi penggalian yang dilakukan Excavator, karna tujuan dari peledakan itu sendiri membuat

fragmentasi sehinga dapat menghasilkan rekahan pada batuan, yang dapat memudahkan dalam

proses penggalian batuan tersebut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja pemboran.

Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock

drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator .

1. Sifat batuan

Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan

metode pemboran.

a. Kekerasan

Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan

dipakai untuk mengukur sifat–sifat teknis dari material batuan dan juga dipakai untuk

menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada

batuan. Kekerasan merupakan suatu fungsi dari kekerasan, Komposisi butiran mineral, serta

merupakan hal yang utama harus diketahui, karna setelah mata bor menetrasi batuan, maka akan

menentukan tingkat kemudahan pemboran.

b. Kekuatan ( Strength )

Page 5: Pemboran lubang ledak

Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineral. Diantara mineral–

mineral yang terkandung di dalam batuan, kwarsa yang terkompak atau terkuat tekan mencapai

lebih 5,00 MPa, sehingga semakain tinggi kandungan kwarsa, akan memberikan kekuatan yang

menigkat.

c. Elastisitas

Sifat elatisiatas dinyatakan dengan modulus elatisitas atau modulus Young ( E ), dan nisbah

poisson (u) modulus elatisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan

regangan relatif, sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan regangan lateral dan

reganagn aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya, porositas,

jenis perpindahan dan besarnya beban yang diterapkan. Nilai modulus elastisitas untuk batuan

yang sangat rendah, hal ini disebapkan komposisi mineral dengan tekturnya, seperti modulus

elastisitas pada arah yang sejajar bidang perlapisan selalu lebih besar dibandingkan dengan arah

tegak lurus.

d. Plastisitas

Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah

tegangan dikembalikan kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis

tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan dan diperbaharui oleh adanya pertambahan

kwarsa dan mineral lain.

Tabel 5 : Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen

Batuan

Sedimen

Modulus Elastisitas

104 x (MPa)

Nisbah

Poisson Porositas

Dolomit 1,96 – 8,24 0,08 – 0,2 0,27 – 4,10

Limestone 0,98 – 7,85 0,1 – 0,2 0,27 – 4,10

Sandstone 0,49 – 8,43 0,066 – 0,125 1,62 – 26,40

Shale 0,8 – 3,0 0,11 – 0,54 20,0 – 50,0

Page 6: Pemboran lubang ledak

e. Abrasitas

Abrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material lain, ini merupakan

suatu parameter yang mempengaruhi kehausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan

kwarsa dari batuan biasanya petunjuk yang dipercaya untuk mengukur kehausan mata bor.

a) Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kwarsa mempunyai tingkat abrasi

yang tinggi.

b) Bentuk butir, bila bertuk butir tersebut tidak teratur atau lebih abrasive disbanding dengan

bentuk bulat.

c) Ukuran butir.

d) Porosita batuan.

e) Ketidaksamaan, batuan poli mineral sekalipun mempunyai kekerasan sama akan abrasive karena

meningkatakn permukaan kasar.

f. Tekstur

Tektur suatu batuan menujukan hubungan antara minieral-mineral penyusutan batuan,

sehingga dapat di klafikasikan berdasarkan sifat-sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran

butir. Tekstur juga mempengaruri pemboran. Jika butiran berbentuk lembaran, pemboran akan

lebih sulit di banding dengan permukaan bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan mempunyai

bobot isi rendah sehingga lebih mudah jika dibor.

g. Struktur geologi

Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan berpengaruh kepada

penyesuaian kelurusan lubang ledak.adanaya rekahan–rekahan dan rongga–rongga dalam batuan

seperti di batu gamping sering mempersulit kinerja pemboran, karena batang bor dapat terjepit.

Page 7: Pemboran lubang ledak

h. Karakteristik pecahan

Karakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu di kenai palu. Masing–masing

tipe batuan mempunyai karakteristik pembongkaran yang benareka ragam dan derajat

pembongkaran berhubungan dengan tektur, komposisi mineral struktur.

2. Rock Drillability

Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan penetrasi ke

dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral,

tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.

3. Umur dan Kondisi Mesin bor

Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor maka

pemakaian kemampuan alat semakin turun.

4. Ketrampilan Operator

Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari

latihan dan pengalaman kerja.

5. Geometri pemboran

Geometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak, kemiringan

lubang ledak dan pola pemboran.

a. Diameter lubang ledak

Pemilihan diameter lubang ledak secara tepat pada suatu rancanagan peledakan

memerlukan dua bagian pernilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan dari efek lubang

ledak terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang dan getaran tanah, sedangkan yang

Page 8: Pemboran lubang ledak

kedua adalah mempertimbangkan faktor ekonominya. Diamaeter lubang ledak berpengaruh pada

penutupan burden dan jumlah bahan peledak yang dipakai pada setiap lubang ledak.

b.Kemiringan lubang Ledak

Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak dan lubang ledak

miring. Rancangan peledakan yang menerapkan lubang ledak tegak, maka gelombang tekan

yang dipantulkan oleh bidang, sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada

lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang.

Sedangkan pada lobang ledak miring akan membentuk bidang bebas lebih luas, sehingga

mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang

menjadi lebih kecil.

Gambar 28. Lubang ledak vertikal dan Miring

Ket:

B = burden

Page 9: Pemboran lubang ledak

L = kedalaman kolom lubang ledak S = spacing

T = penyumbat (stemming) H = tinggi jenjang

PC = isian utama (primary charge atau powder column) J =subdrilling

Keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem tersebut sebagai berikut :

a) Keuntungan dari lubang ledak miring adalah :

(1). Fragmentasi dari hasil tumpukan peledakan yang dihasilkan lebih baik, karena ukuran burden

sepanjang lubang yang dihasilkan relatif seragam

(2). Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif rata.

b) Kerugian dari lubang ledak miring adalah sebagai berikut :

(1). Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut devisiasi yang dibentuk semakin besar.

(2). Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak.

(3). Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antara lubang ledak, serta dibutuhkan

banyak ketelitian dalam pembuatan lubang ledak, sehingga membutuhkan pengawasan yang

ketat.

c) Keuntungan lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :

(1). Pemboran yang dilakukan lebih mudah dan akurat.

(2). Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika dibanding dengan lubang ledak

miring.

d) Kerugian lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :

(1). Kemungkinan akan timbul tonjolan pada lantai jenjang.

(2). Kemungkinan timbulnya retakan kebelakang jenjang (back break) dan getaran tanah lebih besar.

(3). Lebih banyak menghasilkan bongkahan pada derah stemming.

c. Pola Pemboran

Page 10: Pemboran lubang ledak

Pola pemboran merupaka salah satu tahapan yang penting dalam pelaksanaan oprasi

peledakan. Penerapan pola pemboran tertentu akan mempengaruhi jumlah batuan yang akan

diperoleh per meter pemboran. Secara garis besar pola pemboran yang pakai pada kegiatan

pemboran adalah :

a) Pola pemboran sejajar (paralel pattern)

(1). Bujur Sangkar (square pattern)

(2). Empat Persegi Panjang (Rectangular Pattern)

b) Pola pemboran selang- seling (srtaggred pattern)

Page 11: Pemboran lubang ledak

Pola pemboran sejajar adalah pola penempatan lubang–lubang ledak yang sejajar pada

setiap kolomnya. Pada pola bujur sangkar ukuran spasi dan burden mempunyai ukuran yang

sama panjang. Pola peledakan yang tepat untuk pola ini adalah pola peledakan V delay atau

Gambar 29. Sketsa Pola Pengeboran Pada

Tambang Terbuka

Page 12: Pemboran lubang ledak

system penyalaan beruntun. Sedangkan pola pemboran empat persegi pajang dimana ukuran

spasi dalam satu baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi panjang

Pada pola persegi panjang daerah yang tidak terkena pengaruh ledakan cukup besar

sehingga hasil fragmentasinya kurang baik. Biasanya pola peledakan persegi panjang di

kombinasikan dengan pola peleakan baris demi baris ( delay row by row ).

Sedangkan pola pengeboran selang–seling adalah penempatan lubang ledak secara

selang-seling pada setiap kolomnya. Pola ini lebih dikenal pola pemboran zig-zag, pola ini pada

umumnya dikombinasikan dengan delay row by row.

1. Keuntungan pola pemboran :

A. Pola Bujur Sangkar

a) Lebih mudah dalam menentukan titik yang akan dibor, karena ukuran spasi dan burdennya sama

sehingga penempatan alat bor tidak membutuhkan waktu yang lama

b) Pengaturan waktu tunda peledakan pada pola Bujur sangkar adalah V delay, sehingga hasil

peledakan terkumpul pada suatu tempat tertentu.

B. Pola pemboran selang-seling.

a) Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang baik sehingga batuan yang tidak terkena

pengaruh ledakan kecil.

b) Delay yang digunakan tidak terlalu banyak karena dalam satu baris atau row lubang ledak diberi

nomor delay yang sama.

2. Kerugian dari pola pemboran :

A. Pola Pemboran Bujur Sangkar

Page 13: Pemboran lubang ledak

a) Volume batuan yang terkena pengaruh ledakan lebih besar sehingga kemungkinan pada hasil

peledakan masih ditemukan bongkahan batuan (boulder)

b) Secara teoritis, semakin banyak lubang ledak semakin banyak pula nomor delay.

B. Pola pemboran Selang-seling.

a) Kesulitan dalam penempatan titik bor, karena titik bor yang dibuat tidak sejajar dengan baris

yang berlainan.

b) Hasil peledakan akan menyebar karena peledakanya serentak pada garis yang sama tapi pada

baris yang berlainan diledakan secara tunda.

Dalam merencanakan pola pemboran yang akan digunakan dilapangan, ada beberapa

faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain kondisi lapangan yang akan di ledakan, jenis

detonator yang akan dipakai antara lain menyangkut panjang dari detonator itu sendiri dan

banyak faktor lagi yang mempengaruhi.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan pada jenis batuan kompak, menunjukkan bahwa

fragmentasi hasil peledakan menggunakan pola selang–seling lebih baik dari pada pola sejajar,

hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran selang-seling jauh lebih optimal dalm

mendistribusikan energi peledakan yang bekerja dalam batuan.

d. Burden

Burden merupakan jarak tegak lurus antara lubang tembak terhadap bidang bebas yang

paling dekat, burden merupakan dimensi yang terpenting didalam peledakan, karena burden

digunakan untuk menentukan geometri peledakan yang lainnya. Dalam menentukan burden ada

beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

Page 14: Pemboran lubang ledak

a) Burden harus merupakan jarak dari muatan (charges) tegak lurus terhadap free face terdekat dan

arah dimana pemindahan akan terjadi.

b) Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan, karakteristik bahan peledakan dan

parameter lainnya.

Gambar 30. Burden

e. Spacing

Spasing adalah jarak antar lubang tembak dalam satu baris dan di ukur sejajar terhadap

dinding teras (jenjang), hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentapan spacing adalah :

a. Pola peledakan yang ditetapkan.

b. Fragmentasi yang di inginkan.

c. Besarnya burden.

d. Delay interval.

e. Kedalaman lubang tembak.

Page 15: Pemboran lubang ledak

Gambar 31. Spacing

Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah sebagai berikut

:

a. Spacing = 2B , untuk peledakan serentak dalam satu baris.

b. Spacing = 1B, untuk peledakan berurutan dalam satu baris dengan selang waktu yang

lama (second delay).

c. Spacing = 1-2B, bila lubang–lubang dalam satu baris di ledakan secara beruntun dengan selang

waktu yang singkat (milli second delay ).

d. Spacing = 1,2-1,8 B, untuk peledakan pada batuan yang terdapat “ joint ”yang letaknya tidak

saling tegak lurus.

Page 16: Pemboran lubang ledak

e. Spacing = 1,15 B, untuk peledakan yang menggunakan pola “Equilateral” daan berurutan

pada garis yang sama.

f. Spacing = 1,2 -1,4 B, untuk peledakan beruntun dalam satu garis yang sama.

f. Subdrilling

Subdrilling adalah kelebihan panjang lubang tembak yang terdapat di bawah lantai teras

(jenjang) yang mempunyai panjang lebih kurang 0,3 B, tujuan pembuatan subdrilling adalah

untuk mendapatkan permukaan lantai teras yang baik dan tidak terjadi tonjolan ( toe ) pada

permukaan lantai tersebut setelah peledakan, sehingga kegiatan tidak mengganggu aktivitas

selanjutnya.

Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lobang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah

miring, arah lobang ledak ini berpengaruh terhadap aktifitas pemboran.

Bila suatu jenjang dibor dengan arah lobang bor tegak lurus, maka pada ketinggian yang

sama dengan arah lobang ledak miring, mempunyai kedalaman lobang ledak yang kecil,

sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan pemboran juga menjadi lebih singkat. Hal ini

berpengaruh terhadap waktu edar alat bor maka waktu total untuk membuat suatu lobang ledak

akan lebih semakin kecil.

Sebaliknya bila suatu jenjang dibor dengan arah lobang ledak dibuat miring, maka pada

ketinggian jenjang yang sama dengan arah lobang ledak yang tegak lurus akan mempunyai

kedalaman lobang ledak yang lebih besar, sehingga waktu yang digunakan untuk pemboran

menjadi lebih besar.

Page 17: Pemboran lubang ledak

Pembuatan lobang ledak miring, sebelum dilakukan pemboran diperlukan waktu untuk

menentukan besarnya kemiringan batang bor agar sesuai dengan kemiringan lobang ledak yang

telah direncanakan, sehingga waktu pemboranpun menjadi lebih besar

6. Merencanakan Pemboran

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan pemboran adalah sebagai

berikut :

1) Pembersihan atau meratakan areal, yang mana bertujuan untuk mempermudah pergerakan mesin

bor dari satu lobang ke lobang yang lainya.

2) Pemasangan tanda kerja pada seam yang akan dikerjakan, berupa plang nama yang bertujuan

agar orang yang tak berkepentingan dilarang memasuki areal drill.

3) Pengukuran dan penandaan titik pemboran yang mana dilakukan oleh helper atau orang yang

membantu dalam kelancaran kegiatan pemboran, pengukuran pertama kali dari bidang bebas

atau Free.

a. Produksi mesin bor

Produktivitas mesin bor untuk menyediakan lubang ledak menyatakan berapa volume atau

berat batuan yang dapat dicakup oleh lubang ledak dalam waktu tertentu, sehingga produktivitas

mesin bor dinyatakan dalam volume atau berat persatuan waktu (m3/jam, ton/jam). Ini dengan

anggapan bahwa seluruh volume cakupan lubang ledak itu akan terbongkar ketika diledakkan.

Produktivitas mesin bor ini sangat dipengaruhi oleh geometri dan pola pemboran, kecepatan

pemboran, dan efesiensi kerja alat

1) Geometri dan pola pemboran

Page 18: Pemboran lubang ledak

Geometri dan pola pemboran secara terpadu dalam rancangan peledakan. Geometri pemboran

meliputi:

a) Diameter ()

b) Burden (B)

c) Spasi antar lubang ledak (S)

d) Kedalaman lobang ledak (H)

e) Kemiringan ()

2) Kecepatan pemboran

Kecepatan pemboran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : geologi, sifat fisik batuan,

penyebaran tegangan dan struktur internal, ada tiga prosedur yang dapat dipakai untuk

menentukan kecepatan pemboran yaitu :

a. Pengujian di laboratorium.

b. Perhitungan kecepatan penetrasi berdasarkan kuat tekan batuan.

c. Estimasi berdasarkan siklus pemboran.

adapun persiapan yang dilakukan untuk pengamatan siklus pemboran adalah sebagai

berikut:

1. Buatlah kesepakatan dengan Supervisor, juru ledak, dan juru bor bahwa saudara akan

mengamati siklus pemboran untuk estimasi produktifitas mesin bor.

2. Tentukan lokasi front penambangan dan skedul kerja pengamatannya.

3. Catat spesifikasi dan kondisi mesin bor, jenis dan diameter mata bor, dan pajang batang bor.

4. Catalah geometri, jumlah dan pola pengeboran yang akan dilakasanakan pada hari itu.

5. Siapkan boring pengamatan.

6. Siapkan meteran dan stopwatch, serta pensil.

Page 19: Pemboran lubang ledak

Dengan anggapan bahwa mesin bor sudah siap di lapangan, maka prosedur pengamatan

komponen waktu dan kegiatanya adalah sebagai berikut :

1) Waktu untuk mengambil posisi mesin bor ke titik pemboran (positioning time, Pt ).

2) Waktu untuk member dengan batang bor ( boring time, Bt).

3) Waktu untuk meniup cutting, mengangkat, melepas dan menyambung batang bor ( stoping time,

St).

4) Waktu untuk mengatasi hambatan (pindah track dan menegakan jack/kaki hidraulik ) ( delay

time, Dt).

5) Cycle time

6) Ukur dan catat kedalaman lobang bor yang dicapai.

7) Buatlah sketsa pola pengeboran yang dihasilkan ( kemudian bandingkan dengan rencana pola

pemboran) kompenen waktu dinyatakan dalam detik.

Tabel 6 : Contoh tabel pola hasil pemboran dan sketsa pola pemboran

No No

Lubang

Ledak

Height

Rencana

(meter)

Height

Realisasi

(meter)

Burden

rencana

( meter)

Burden

Realisasi

(meter)

Spasi

Rencana

(meter)

Spasi

Realisasi

(meter )

1 1

2 2

3 3

n n

Volume batuan yang akan diledakan tergantung pada burden, spasi, tinggi jenjang dan

jumlah lubang ledak yang tersedia (n). Prinsip volume yang akan diledakan adalah perkalian

burden (B), spasi (S) dan tinggi jenjang atau kedalaman lubang bor (H) yang hasilnya berupa

balok, maka volume batuan yang akan diledakan dapat dicari dengan rumus :

Page 20: Pemboran lubang ledak

a) Volume peledakan perlubang = B × S × H (panduan kursus juru ledak, 2009:31)

b) Total volume peledakan = B × S × H × n (panduan kursus juru ledak, 2009:31)

Tabel 7 : Contoh borang pengamatan siklus pemboran

Waktu siklus pemboran adalah waktu yang dibutuhkan mesin bor untuk menyelesaikan

suatu lobang bor. Siklus pemboran (cycle time, Ct) untuk :

Stang bor tunggal :

Ct = Pt + Bt + St + Dt

Stang bor ganda:

Ct = Pt+Bt1 +St1+Bt2+St2+Dt

Siklus pemboran rata-rata :

Ctr =

No Pt

Detik

Bt1

Detik

St1

Detik

Bt2

Detik

St2

Detik

Dt

Detik

Ct

Detik

Ct

Menit

1

2

3

N

Page 21: Pemboran lubang ledak

Kedalaman lubang bor rata-rata

Hr =

n = Jumlah Pengamatan

Kecepatan pemboran rata-rata :

Drr =

Keterangan :

Drr = kecepatan rata-rata, meter / menit

Hr = kedalaman lobang bor rata-rata, meter

Ctr = Waktu siklus rata-rata, menit

3) Efesiensi kerja alat

Efisiensi kerja pemboran dinyatakan persen waktu produktif terhadap waktu kerja yang

terjadwal. Waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran. Jadi efisiensi

kerja dapat dinyatakan :

Keterangan :

Ek : Efisiensi waktu pemboran, %

WP : Waktu yang digunakan untuk kerja pemboran, menit

WT : Jumlah waktu terjadwal, menit

Page 22: Pemboran lubang ledak

4) Volume Setara

Volume setara (equivalent volume, veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan

terbongkar untuk setiap meter kedalaman lobang ledak yang dinyatakan dalam m3/ m.

Veq =

Keterangan :

Veq : volume setara (m3/ m)

V : volume batuan yang diharapkan terbongkar, m

H : kedalaman lobang ledak, m

Produksi mesin bor tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan

penggunaan efektif mesin bor. Produksi mesin bor dinyatakan dalam m3/jam. Maka persamaan

produksi mesin bor adalah:

P = Drr x Veq x Ek x 60

Keterangan:

P : produksi mesin bor, m3/jam

Drr : kecapatan pemboran rata-rata, m /menit

Veq : Volume setara, m3/m

Ek : efesiesi kerja pemboran, %

60 : 1 jam dinyatakan dalam menit

5) Perhitungan biaya pemboran

Page 23: Pemboran lubang ledak

Merupakan biaya yang timbul akibat dilakukannya kegiatan pemboran, dan biaya-biaya

yang dihasilkan tersebut dapat menentukan efektifnya pekerjaan dalam kegiatan pemboran.

Biaya pemboran per meter dihitung dengan persamaan berikut:

Keterangan :

Biaya Tak Langsung :

CA : Depresiasi

CI : Biaya Bunga, Pajak, Asuransi

Biaya Langsung :

Cm : Perawatan

Co : upah kerja

Ce : biaya bahan bakar

Cl : Pelumas dan grease

Ca : biaya mata bor

Vm : kecepatan pemboran rata-rata (m/jam)

Depresiasi

Bunga,Pajak,Asuransi dan strage

AAI = x Total harga alat

Diposkan oleh Mas Tojok di 02.03

Page 24: Pemboran lubang ledak