Pembinaan Anak dan Remaja.docx

download Pembinaan Anak dan Remaja.docx

of 4

Transcript of Pembinaan Anak dan Remaja.docx

PEMBINAAN ANAK DAN REMAJA

a. Peningkatan Status Gizi dan Kesehatan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan bayi, anak balita, serta remaja. Upaya peningkatan status gizi bagi bayi dan anak balita terutama dilaksanakan melalui posyandu yang kegiatannya antara lain meliputi penyuluhan dan pelayanan gizi, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita melalui kartu menuju sehat (KMS), peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI), dan pembinaan kebiasaan makanan yang sehat dan bermutu gizi sejak usia dini. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, jumlah posyandu yang melaksanakan kegiatan peningkatan status gizi dan kesehatan telah mencapai 257,0 ribu posyandu, meningkat dari tahun 1993/94 yaitu sebanyak 244,8 ribu posyandu.

Upaya peningkatan status gizi sekaligus penurunan angka putus sekolah dan tinggal kelas anak didik SD/MI di perdesaan dilaksanakan melalui Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Pada tahun 1996/97 PMT-AS dicanangkan menjadi program nasional yang terpadu dan lintas sektor.

Sejalan dengan itu, dilakukan pula kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS) yang meliputi penjaringan masalah kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan pencegahan penyakit berupa imunisasi. Di samping itu dilaksanakan pula Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk mencapai bebas Polio pada tahun 2000 dan sekaligus untuk meningkatkan kesehatan bagi anak balita.

Sebagai hasil dari berbagai kegiatan pembinaan anak remaja tersebut di atas, terdapat peningkatan derajat kesehatan serta status gizi yang ditunjukkan oleh semakin menurunnya angka kematian bayi dan prevalensi kurang energi protein (KEP). Angka kematian bayi diperkirakan mengalami penurunan dari 58 per seribu kelahiran pada tahun 1993 menjadi 50 per seribu kelahiran pada tahun 1998. Demikian pula prevalensi KEP pada anak balita cenderung mengalami penurunan dari sebesar 41,7 persen pada tahun 1992 menjadi 35 persen pada tahun 1995.

b. Peningkatan Pendidikan

Peningkatan pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas anak dan remaja yang bercirikan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, cerdas, kreatif, berdisiplin, serta sehat jasmani dan rohani. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak dan remaja, dilakukan upaya-upaya Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, pendidikan agama dan budi pekerti luhur serta kegiatan seperti pramuka, Karang Taruna, OSIS, kesenian dan kegiatan keagamaan.

Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun memberikan kesempatan anak dan remaja untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi sehingga partisipasi pendidikan tingkat SD dan SLTP dapat meningkat. Pada tahun 1997/98 angka partisipasi kasar (APK) tingkat SD/MI dan tingkat SLTP tidak termasuk MTs mencapai 113,6 persen dan 60,0 persen, meningkat dari masing-masing 110,4 persen dan 43,4 persen pada tahun 1993/94. APK SLTP termasuk MTs pada tahun 1997/98 telah mencapai 73,8 persen. Gangguan kesehatan, kekurangan gizi, dan terutama rendahnya kemampuan ekonomi keluarga, merupakan penyebab utama anak dan remaja tidak bersekolah atau putus sekolah sehingga APK terutama tingkat SLTP belum dapat mencakup seluruh anak dan remaja.Pendidikan agama dan budi pekerti luhur bagi anak dan remaja diselenggarakan antara lain melalui kegiatan perkemahan keagamaan, penyuluhan keagamaan, penyediaan buku bacaan keagamaan dan pesantren kilat remaja SLTP.

c. Penumbuhan Wawasan Iptek

Penumbuhan wawasan iptek anak dan remaja dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan iptek sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan kesempatan bermain bersama yang menumbuhkan daya cipta bagi balita; menumbuhkan minat baca, menulis, berhitung, seni, budaya, daya cipta, analisis, prakarsa dan kreasi bagi anak usia sekolah; dan meningkatkan dan membudayakan minat baca dan belajar bagi remaja.

Upaya menumbuhkan daya cipta bagi balita dilaksanakan melalui penyediaan alat permainan edukatif (APE) dan pedoman belajar pendidikan prasekolah bagi lembaga-lembaga pendidikan prasekolah. Sementara itu, dalam rangka menumbuhkan wawasan iptek bagi anak dan remaja, dalam Repelita VI telah diselenggarakan sayembara penyusunan cerita ilmiah bergambar dan lomba karya remaja setiap tahun. Pada tahun 1994/95 telah didirikan pula Pusat Peragaan Ilmu dan Teknologi di Taman Mini Indonesia Indah. Di samping itu, dilaksanakan pula penyediaan taman bacaan dan perpustakaan keliling di perdesaan di seluruh propinsi, untuk meningkatkan minat membaca dan belajar para anak dan remaja.

d. Penumbuhan dan Peningkatan Idealisme danPatriotisme

Upaya menumbuhkan dan meningkatkan idealisme, patriotisme dan wawasan kebangsaan terhadap anak dan remaja dilakukan dengan menanamkan rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian sejak anak usia sekolah. Upaya tersebut terutama di-selenggarakan melalui kegiatan kepramukaan berupa penyeleng-garaan kepanduan, pelatihan instruktur/pembina pramuka, serta bantuan pengadaan peralatan kepramukaan. Upaya menanamkan rasa cinta tanah air dilakukan antara lain melalui kegiatan wisata remaja dan kirab remaja yang diikuti oleh perwakilan remaja dari seluruh propinsi dan wakil-wakil remaja dari negara sahabat. Kegiatan lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan idealisme, patriotisme dan wawasan kebangsaan selama empat tahun Repelita VI adalah Forum Dialog Anak (FDA).

e. Peningkatan Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Masyarakat dan Lingkungan

Peningkatan kemampuan anak dan remaja dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya dimaksudkan untuk membudayakan hidup bermasyarakat sedini mungkin. Salah satu kegiatannya adalah memberikan kesempatan bermain bersama bagi balita dengan mengutamakan permainan tradisional yang bercirikan budaya Indonesia. Sementara itu bagi anak usia sekolah dan remaja, upaya-upaya tersebut di atas dilanjutkan dengan penumbuhan kesadaran hidup bermasyarakat dan peningkatan kepekaannya terhadap lingkungan.

Salah satu kegiatan pembinaan anak dan remaja yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri adalah pengembangan tempat penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain melalui pelatihan petugas, penyediaan peralatan, penyusunan dan penyebarluasan profil panti sosial TPA dan kelompok bermain. Sampai dengan tahun 1997/98, jumlah TPA sampai dengan 1997/98 adalah 760 buah, yang berlokasi di 24 propinsi.

Salah satu bentuk pembinaan remaja yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan adalah wisata remaja cinta lingkungan bagi remaja di lingkungan OSIS yang diselenggarakan setiap tahun sejak awal Repelita VI. Selain itu, untuk lebih meningkatkan pemahaman dan tindak nyata remaja dalam pelestarian lingkungan hidup, setiap tahun dalam Repelita VI diselenggarakan "Jambore Kependudukan dan Lingkungan Hidup" yang diikuti oleh wakil-wakil organisasi kepramukaan dari seluruh propinsi di Indonesia.

f. Peningkatan Peranan Keluarga dan Masyarakat

Peningkatan peran keluarga dan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan keluarga, meningkatkan dan memperluas dukungan lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah, meningkatkan partisipasi masyarakat serta mendorong dunia usaha dalam pembinaan anak dan remaja. Pendalaman pengetahuan dan peningkatan keterampilan bagi para ibu mengenai pendidikan dan pengasuhan anak balita yang baik dan benar dilaksanakan melalui kelompok- kelompok bina keluarga balita (BKB).

Sebagai hasil dorongan dan kerja sama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam pembinaan anak dan remaja, peran serta masyarakat luas termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI), GN-OTA, dan Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FKPPAI) selama Repelita VI, IDI membimbing dalam perancangan dan pembuatan alat pantau tumbuh-kembang anak balita. Selain itu, pada akhir tahun 1995/96 FKPPAI telah menyelenggarakan Musyawarah Nasional II yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pembinaan dan pengembangan anak dan remaja.

g. Pembinaan dan Perlindungan Hukum Anak dan Remaja

Pembinaan dan perlindungan hukum bagi anak dan remaja bertujuan untuk melindungi anak dan remaja dari perlakuan atau tindakan yang tidak sesuai dengan atau membahayakan bagi anak dan remaja baik secara fisik maupun kejiwaan. Dalam Repelita VI, kegiatan ini antara lain meliputi perlindungan terhadap anak-anak yang terpaksa bekerja dan perlindungan terhadap berbagai bentuk diskriminasi dan hukuman yang tidak mendukung proses tumbuh kembang anak. Perlindungan bagi anak yang terpaksa bekerja ditujukan untuk melindungi dan mengawasi terhadap hal yang membahayakan keselamatan dan masa depan anak tersebut. Upaya perlindungan ini berupa pembatasan jam kerja tidak lebih dari 4 jam sehari, tidak mempekerjakan mereka pada malam hari, pemberian waktu dan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan, dan pelaksanaan pemberian upah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) setempat. Untuk meningkatkan kualitas pengawasan dan memperluas pengawasan, diselenggarakan pelatihan peningkatan pengelolaan bagi tenaga pengawas ketenagakerjaan khususnya mereka yang menangani anak yang terpaksa bekerja.

Dalam upaya awal untuk mengurangi anak yang terpaksa bekerja pada Repelita VI, telah diupayakan perbaikan penyediaan data dan informasi mengenai aspek-aspek anak yang terpaksa bekerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), jumlah anak usia 10-14 tahun yang terpaksa bekerja telah menurun dari 2,2 juta orang pada tahun 1993 menjadi 1,6 juta orang pada tahun 1997.

Peningkatan perlindungan terhadap anak dan remaja dari berbagai bentuk diskriminasi dan hukuman yang tidak mendukung proses tumbuh kembang anak dilakukan antara lain melalui penyebarluasan dan pemasyarakatan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang ratifikasi konvensi hak anak. Selain itu dalam Repelita VI juga dilaksanakan serangkaian kajian dan penyempurnaan hukum tentang anak, yang dilakukan antara lain melalui temu karya penjabaran konvensi PBB dan Hukum Nasional, penyusunan dan penyebarluasan panduan penyuluhan hukum tentang anak, serta kajian penyempurnaan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang perlindungan terhadap anak yang terpaksa bekerja dan Wajib Belajar. Dalam rangka mencegah dan mengurangi kenakalan dan penyalahgunaan obat terlarang dan narkotika di kalangan remaja, telah dikeluarkan UU No. 7 Tahun 1997 tentang pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika tahun 1988. Pelaksanaan pengawasan peredaran obat-obat terlarang dan psikotropika juga terus ditingkatkan secara terpadu antara Badan Koordinasi Pelaksana (Bakolak) bekerjasama dengan masyarakat dan pengusaha.