PEMBINAAN AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB...
Transcript of PEMBINAAN AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB...
PEMBINAAN AKHLAK
SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
POPY INDRIANI
NIM: 114-13-030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
i
PEMBINAAN AKHLAK
SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
POPY INDRIANI
NIM: 114-13-030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
IMAM MASARUM, M.Pd
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lamp. : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Mahasiswi : Popy Indriani
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di- Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
naskah Skripsi mahasiswi:
Nama : Popy Indriani
NIM : 114-13-030
Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PEMBINAAN AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA
SMPLB NEGERI SALATIGA
dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 20 Maret 2017
Pembimbing,
Imam Masarum, M.Pd
NIP. 19790507 201101 1 00
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Selatan Km.2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
PEMBINAAN AKHLAK
SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA
disusun oleh
POPY INDRIANI
NIM: 114-13-030
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, pada tanggal 27 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd __________________
Sekretaris Penguji : Imam Masarum, M.d __________________
Penguji I : Achmad Maimun, M.Ag __________________
Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M.Si __________________
Salatiga, 3 April 2017
Dekan
iv
Suwardi, M.Pd
NIP. 19670121 199903 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : POPY INDRIANI
NIM : 114-13-030
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat ataupun
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dukutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Maret 2017
Yang menyatakan,
POPY INDRIANI
v
MOTTO
“Jadikan diri selalu bermanfaat untuk orang lain”
(Popy Indriani)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku yang kucintai
Anak-anakku yang kubanggakan
Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga
Teman seperjuangan semuanya
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan menyajikan hasilnya dalam bentuk skripsi ini dengan baik. Sholawat serta
salam senantiasa kita limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah
membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang penuh hidayah dari
Allah SWT.
Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan IAIN Salatiga yang telah memberikan
kemudahan dalam proses persetujuan dan perijinan penelitian.
3. Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
yang telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi.
4. Imam Masarum, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Muhlisun, M.Pd, selaku Kepala SMPLB (SLB) Negeri Salatiga yang telah
memberikan izin penelitian sekaligus menjadi sumber data.
vii
6. Eko Puji Widodo, S.Pd.I, selaku Guru PAI SMPLB Negeri Salatiga yang
telah berkenan menjadi sumber data dalam penelitian.
7. Bapak/Ibu Guru SLB Negeri Salatiga yang telah membantu lancarnya proses
selama penelitian berlangsung.
8. Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga yang telah membantu dan
berkenan untuk bekerjasama dengan penulis selama penelitian.
9. Keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa restu atas
penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga amal baik beliau-beliau semua mendapatkan balasan
yang setimpal dan mendapatkan Ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 20 Maret 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Indriani, Popy, 2017. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Imam Masarum, M.Pd.
Kata Kunci: Pembinaan Akhlak dan Siswa Tunagrahita
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tentang pembinaan akhlak
siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga. Siswa tunagrahita memiliki
inteligensi di bawah rata-rata sehingga dalam pembinaan akhlaknya memerlukan
cara yang khusus dan mendalam.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana pembinaan
akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga? 2) metode apa yang
diterapkan oleh Guru PAI dalam membina akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga? 3) permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan akhlak
siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?
Jenis penelitian ini adalah bersifat kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Teknik pengumpulan datanya antara lain yaitu dengan observasi,
interview dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengarah pada kesimpulan
bahwa 1) pembinaan akhlak siswa tunagrahita sama dengan siswa pada umumnya,
tetapi untuk siswa tunagrahita memerlukan pembinaan yang lebih intens dengan
menggunakan metode yang tepat. 2) Metode tersebut antara lain metode
keteladanan, pembiasaan, nasehat dan ganjaran. Kepala Sekolah, Guru dan
Karyawan sangat berperan dalam usaha membina akhlak siswa tunagrahita. 3)
Sedangkan permasalahan yang muncul dalam membina akhlak siswa tunagrahita
yaitu karena kekurangan dan kelemahan siswa itu sendiri, kurangnya kerja sama
dengan orang tua serta kurangnya guru PAI di SLB Negeri Salatiga.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ..............................................
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
D. Manfaat Penelitian .............................................................
E. Penegasan Istilah ...............................................................
F. Metode Penelitian ..............................................................
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................
2. Kehadiran Peneliti ........................................................
3. Lokasi Penelitian ..........................................................
4. Sumber Data .................................................................
5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................
6. Analisis Data ................................................................
7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................
8. Tahap-tahap Penelitian .................................................
G. Sistematika Penulisan ........................................................
1
6
6
7
7
9
9
9
9
10
10
12
12
13
13
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Akhlak ............................................................
B. Siswa Tunagrahita SMPLB ..............................................
1. Pengertian Siswa Tunagrahita SMPLB ....................
2. Karakteristik Tunagrahita .........................................
3. Klasifikasi Tunagrahita .............................................
4. Faktor-Faktor Penyebab Tunagrahita .......................
5. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita .............
6. Perkembangan Sosial, Emosi dan Kepribadian
Anak Tunagrahita .....................................................
7. Anak Tunagrahita dalam Pandangan Islam ..............
C. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ...............................
15
21
21
24
25
27
28
29
30
32
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil SMPLB Negeri Salatiga ..........................................
1. Sejarah dan Identitas Sekolah ......................................
2. Visi, Misi dan Tujuan ...................................................
3. Kurikulum ....................................................................
4. Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan .....................
5. Kondisi Siswa ...............................................................
6. Kondisi Sarana dan Prasarana ......................................
B. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga ..................................................................
1. Kondisi Akhlak Siswa ..................................................
2. Peran Sekolah dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ..................
C. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan
Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
1. Metode uswah (keteladanan) ........................................
2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan) ................................
34
34
35
37
38
43
44
47
47
49
51
52
53
xi
3. Metode Mau’izah (nasehat) ..........................................
4. Metode Tsawab (ganjaran) ...........................................
D. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak
Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga .............
1. Kekurangan dan kelemahan siswa tunagrahita ............
2. Kurangnya kerjasama dengan orang tua dalam upaya
pembinaan akhlak siswa ...............................................
3. Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga
53
53
54
54
56
56
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga ..................................................................
B. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan
Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
C. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak
Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga .............
57
63
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran-saran ........................................................................
C. Penutup ..............................................................................
70
73
74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri
Salatiga ....................................................................................
39
Tabel II Daftar Nama Guru Pengampu Kelas Tunagrahita SMPLB
Negeri Salatiga ........................................................................
42
Tabel III Daftar Siswa Tunagrahita Muslim di SMPLB Negeri
Salatiga ....................................................................................
43
Tabel IV Daftar Gedung dan Ruang SLB Negeri Salatiga .................... 45
Tabel V Daftar Barang Penunjang Pembelajaran SLB Negeri
Salatiga.....................................................................................
46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI
2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
3. SURAT KETERANGAN PENELITIAN
4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
5. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
6. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
1
BAB I
PENDAHULUAN
H. Latar Belakang Masalah
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Islam
mengajarkan untuk hidup dengan akhlak yang mulia dalam keadaan
bagaimanapun juga. Seperti akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak. Beliau
mempunyai akhlak yang agung atau paling baik, sebagaimana dalam Al-
Quran surat Al-Qalam ayat 4:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. al-Qalam (68): 4).
Akhlak dalam agama Islam tidak dapat disamakan dengan pengertian
etika. Etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antar sesama
manusia dan hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah. Akhlak memiliki
makna yang luas, meliputi berbagai aspek. Aspek akhlak mulai dari akhlak
terhadap Allah SWT hingga kepada sesama makhluk.
Akhlak terhadap Allah SWT merupakan bentuk ketaatan dan
kepatuhan hamba terhadap Tuhannya, bagaimana hamba melaksanakan
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya serta bagaimana seorang hamba
2
bersikap terhadap Tuhannya. Sedangkan akhlak terhadap sesama makhluk
merupakan sikap terhadap sesama manusia, terhadap hewan, tumbuhan dan
semua ciptaan Allah SWT baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik mulai dari diri sendiri, dalam
keluarga, masyarakat, sekolah dan bersosialisasi dengan siapapun pasti tidak
terlepas dari akhlak. Kegagalan pembinaan akhlak akan menimbulkan
masalah yang sangat besar.
Sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu membina siswanya agar
berakhlak mulia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan
bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Seringkali guru beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah mengajar
yang tujuannya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya.
Kadang mereka lupa bahwa guru itu “digugu dan ditiru”. Ini bermakna bahwa
tugas seorang guru bukanlah hanya mengajar saja, tetapi mendidik siswa
menjadi lebih baik, baik dari segi akademis maupun nonakademis. Guru
sebagai suri tauladan bagi siswanya dalam segala hal, terutama guru pada
sekolah luar biasa yang siswanya berkebutuhan khusus. Guru benar-benar
berperan sebagai panutan bagi siswanya.
3
Salah satu sekolah yang menangani anak berkebutuhan khusus yaitu
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Sekolah tersebut terdiri dari
beberapa jenjang yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas
(SMALB). Tiap jenjang memberikan layanan pendidikan pada siswa dengan
berbagai macam ketunaan, antara lain tunanetra, tuna rungu wicara,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, hiperaktif, autis, dan lain-lain.
Sebagaimana jenjang yang lain, SMPLB Negeri Salatiga juga
memberikan layanan pendidikan kepada siswa berkebutuhan khusus dengan
berbagai macam ketunaan. Masing-masing ketunaan mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga dalam pembelajaran para siswa dikelompokkan
ke dalam satu rombongan belajar sesuai dengan ketunaan yang disandang.
Pembelajaran di SMPLB tentunya tidaklah sama dengan pembelajaran
di SMP reguler pada umumnya. Pada sekolah reguler, siswa tidak mempunyai
hambatan secara fisik maupun intelegensi, sehingga pembelajaran berjalan
normal. Sedangkan di SMPLB Negeri Salatiga, semua siswa sebagai
penyandang ketunaan yang artinya masing-masing mempunyai hambatan
baik dari segi intelegensi, fisik, sosial maupun emosional. Oleh karena itu,
pembelajaran di SMPLB Negeri Salatiga membutuhkan pelayanan yang
khusus dan mendalam.
Karena adanya hambatan-hambatan pada siswanya, maka
pembelajaran di SMPLB Negeri Salatiga tidak hanya tentang akademis saja,
tetapi mereka juga belajar kemandirian, keterampilan, pembinaan bakat,
4
minat, pembinaan agama, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan visi
SMPLB/SLB Negeri Salatiga yaitu “Mendidik siswa mandiri, berkemampuan
optimal dan berakhlak mulia”.
Sesuai dengan visi tersebut maka sekolah mempunyai program dalam
rangka mewujudkan siswa yang berakhlak mulia yaitu dengan pembinaan
akhlak. Pembinaan akhlak diberikan kepada semua siswa baik yang beragama
Islam maupun lainnya. Namun dalam hal ini penulis hanya meneliti tentang
pembinaan akhlak pada siswa muslim SMPLB khususnya siswa tunagrahita.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Siswa tunagrahita
yang mempunyai keterbatasan intelegensi dan sosial tersebut tentunya
menjadi tantangan tersendiri bagi guru agama, guru kelas maupun pihak
sekolah dalam membina akhlak mereka.
Selama penulis mengadakan observasi, secara umum siswa
tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga sudah mempunyai akhlak yang baik,
sebagai contoh siswa memberi salam dan berjabat tangan dengan guru,
berdoa sebelum dan sesudah belajar, sholat dhuhur berjamaah, dan lain
sebagainya.
Namun demikian penulis juga masih menemukan ada beberapa siswa
yang masih acuh dengan teman dan gurunya, masih datang terlambat
sehingga tidak berdoa sebelum belajar, belum mau sholat dhuhur berjamaah,
serta ada siswa yang ketahuan merokok, dan lain-lain. Hal ini menjadi
5
perhatian khusus bagi guru-guru di SMPLB Negeri Salatiga terutama guru
Pendidikan Agama Islam.
Karena keterbatasan kemampuan intelektual siswa tunagrahita, maka
pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
tidak hanya menerapkan pembelajaran secara teoritis, tetapi lebih kepada
pembelajaran praktis. Pembelajaran praktis yang dimaksud yaitu
pembelajaran dalam membentuk akhlak siswa secara langsung. Disini guru
PAI berperan sebagai tauladan akhlak yang baik bagi siswanya. Namun
karena siswa tunagrahita mempunyai keterbatasan dalam intelektual dan
sosialnya, sehingga masih ada juga siswa yang belum bisa belajar
menerapkan akhlak yang baik.
Dalam pembelajaran PAI semua siswa seharusnya memenuhi nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Sesuai dengan
informasi dari Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I untuk KKM mata pelajaran
PAI pada SMPLB Negeri Salatiga yaitu 75. Hasil UTS Semester I Tahun
2016/2017 menunjukkan bahwa ada sebagian siswa belum memenuhi KKM,
yang artinya materi-materi PAI belum sepenuhnya diserap dengan baik oleh
siswa termasuk di dalamnya materi tentang akhlak. Hal ini merupakan
tantangan dan tanggung jawab bagi sekolah khususnya guru PAI.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembinaan akhlak pada siswa
tunagrahita mempunyai kesulitan dan tantangan tersendiri, maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul skrisi tentang bagaimana PEMBINAAN
AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA.
6
I. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga?
2. Metode apa yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlak siswa
tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?
3. Permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa
tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?
J. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga
2. Mengetahui metode yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlak
siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
3. Mengetahui permasalahan yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa
pada SMPLB Negeri Salatiga
7
K. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan
agama Islam.
Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan penelitian
tentang pembinaan akhlak di sekolah berkebutuhan khusus.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:
a. memberikan informasi tentang akhlak siswa tunagrahita di SMPLB
Negeri Salatiga
b. menjadi sumbangan pemikiran alternatif dalam pembinaan akhlak di
SMPLB Negeri Salatiga
c. menjadi masukan bagi pendidik di sekolah luar biasa dalam
pembinaan akhlak siswanya secara umum.
L. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalamjudul skripsi
ini, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang
digunakan dalam judul di atas, antara lain sebagai berikut:
8
1. Pembinaan Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembinaan adalah usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Depdiknas, 2007: 152). Sedangkan
akhlak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan budi pekerti,
kelakuan (Depdiknas, 2007: 20).
2. Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak
yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam
kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally
retarded, mental deficiency, mental detective, dan lain-lain (Somantri,
2006: 103).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
siswa tunagrahita adalah siswa yang memiliki problema belajar yang
disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi,
sosial dan fisik. Karena adanya hambatan tersebut, maka siswa
tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan secara khusus seperti
sekolah luar biasa yang mencakup jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB.
Sebagaimana SLB pada umumnya, SLB Negeri Salatiga juga melayani
siswa berkebutuhan khusus tunagrahita dari jenjang SDLB, SMPLB
maupun SMALB. Namun pada penelitian ini, peneliti fokus pada siswa
tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.
9
M. Metode Penelitian
9. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Sebagaimana pendapat Moleong bahwa penelitian kualitatif
merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini bertujuan
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan
di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa
angka-angka. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah pembinaan akhlak
pada anak tunagrahita.
10. Kehadiran Peneliti
Peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian untuk
memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti ikut
berperan serta menjadi pengamat dan mengikuti secara pasif kegiatan
pembinaan akhlak siswa tunagrahita selama penelitian berlangsung.
11. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Salatiga yang beralamat di Jalan Hasanudin Gang Cakra, Banjaran,
Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Di sekolah
ini terdapat beberapa jenjang, yaitu: Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah
10
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Adapun yang akan menjadi obyek
penelitian ini hanya pada jenjang SMPLB.
12. Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber data
untuk memperkuat penelitian. Sumber data yang dikumpulkan melalui
penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Sumber data manusia
Sumber data ini berasal dari informan, yaitu orang-orang yang
terlibat langsung dalam pembinaan akhlak. Dalam penelitian ini ada
beberapa informan yaitu kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas
tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.
b. Sumber data bukan manusia
Sumber data ini bersumber dari dokumen dan bahan-bahan lain
yang dapat mendukung penelitian ini.
13. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pencatatan sistemik
terencana fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1995: 227). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang sebenarnya dengan
pengamatan penulis.
11
Melalui observasi ini diharapkan penulis memperoleh data yang
konkret tentang kondisi akhlak siswa, strategi guru PAI dan peran
sekolah dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita di SMPLB Negeri
Salatiga.
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2009: 186).
Penulis menggunakan metode wawancara untuk memperoleh
data yang lebih detail. Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas
terpimpin, yaitu memberi kebebasan kepada pihak terwawancara tetapi
pewawancara mengarahkan secara langsung pokok permasalahannya
sehingga diperoleh data yang lebih jelas dan detail. Metode ini penulis
gunakan untuk mengetahui kondisi SLB Negeri Salatiga secara umum
dan pembinaan akhlak siswa tunagrahita jenjang SMPLB secara
mendalam. Adapun yang menjadi narasumber atau pihak
terwawancara yaitu kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya (Arikunto, 2006: 67). Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen.
12
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai
profil SLB Negeri Salatiga, keadaan guru, keadaan peserta didik,
jadwal pelajaran, bukti kegiatan pembinaan akhlak, dan lain-lain.
14. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, penulis
selanjutnya akan melakukan analisis dan pembahasan secara deskriptif.
Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa kemudian dikaji dan
dikupas secara runtut.
Penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non
statistikal karena data yang diperoleh merupakan data kualitatif. Yang
dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang
pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang
telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Peneliti menguraikan secara
menyeluruh dan cermat tentang pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita
SMPLB Negeri Salatiga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana data yang
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka
dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting.
Setelah itu penulis melakukan analisis penarikan kesimpulan tentang
pembinaan pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga.
15. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh, peneliti
menggunakan dua teknik validasi, yaitu validasi sumber data dan validasi
13
metode. Validasi sumber data meliputi kepala sekolah, guru PAI dan guru
kelas, sedangkan validasi metode meliputi observasi, wawancara dan
dokumentasi.
16. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan pembinaan
akhlak pada anak tunagrahita, kemudian membuat kerangka atau
bahan untuk memulai penelitian.
b. Penelitian Desain
Setelah mengetahui banyak hal tentang pembinaan akhlak pada
anak tunagrahita, kemudian penulis melakukan observasi dan
wawancara secara langsung ke obyek penelitian untuk mengetahui
bagaimana pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita.
c. Penelitian Sebenarnya
Penulis mengkaji antara informasi yang didapat dalam buku-
buku mengenai pembinaan akhlak pada anak tunagrahita dengan data
yang diperoleh di lapangan secara langsung.
N. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pengkajian dan pemahaman terhadap
skripsi ini, penulis menyusun dengan menggunakan uraian yang sistematis.
Adapun sistematikan dalam skripsi ini sebagai berikut:
14
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pengertian dan teori tentang
pembinaan akhlak dan siswa tunagrahita SMPLB serta
penelitian sebelumnya yang relevan
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini memaparkan profil SMPLB Negeri Salatiga,
temuan dalam pembinaan akhlak, metode yang diterapkan
guru PAI serta permasalahan yang muncul dalam
pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas tentang pembinaan akhlak siswa
tunagrahita, metode yang diterapkan guru PAI serta
permasalahan yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa
tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan,
saran-saran dan penutup.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
O. Pembinaan Akhlak
Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan yang di dalam
pelaksanaannya mencakup pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan
secara praktis. Pembinaan bertujuan untuk membantu individu dalam rangka
menemukan dan mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh hasil
yang lebih baik sehingga mampu mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Dari segi bahasa (etimologi), kata akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk
jamak dari khulk. Menurut kamus Al-Munjid di dalam buku Pengantar Studi
Akhlak (Asmaran, 2002: 1), khulk berarti budi pekerti, perangai tingkah laku
atau tabiat.
Menurut Imam Al-Ghazali, al-khuluq (akhlak) merupakan suatu sifat
yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu (Mahmud, 2004: 28).
Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan
terpuji maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang
terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan
dengan akhlak yang buruk.
Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya.
Sebagaimana halnya keindahan bentuk lahir manusia secara mutlak tak dapat
16
terwujud hanya dengan keindahan dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan
lainnya. Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah sehingga terwujud
keindahan lahir manusia. Demikian juga dalam batin manusia ada empat
rukun yang harus terpenuhi sehingga terwujudlah keindahan khuluq (akhlak).
Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan bersesuaian, maka terpenuhilah
keindahan akhlak itu. Menurut Imam Al-Ghazali di dalam buku Akhlak
Mulia (Mahmud, 2004: 28) keempat rukun agar terwujud keindahan akhlak
yaitu:
1. Kekuatan ilmu
Keindahan dan kebaikannya adalah dengan membentuknya hingga
menjadi mudahmengetahui perbedaan antara jujur dan dusta dalam
ucapan, antara kebenaran dan kebatilan dalam berakidah, dan antara
keindahan dan keburukan dalam perbuatan.
2. Kekuatan marah
Keindahannya adalah jika pengeluaran marah itu dan penahannya
sesuai dengan tuntunan hikmah.
3. Kekuatan syahwat
Keindahan dan kebaikannya adalah jika ia berada di bawah
perintah hikmah, yaitu perintah akal dan syariat. Hal ini digambarkan
dengan sifat iffah yaitu menjaga kesucian diri.
4. Kekuatan keadilan
Kekuatan keadilan adalah kekuatan dalam mengendalikan syahwat
dan kemarahan di bawah perintah akal dan syariat.
17
Siapa yang dapat mewujudkan keseimbangan unsur-unsur tersebut, ia
pun menjadi sosok yang berakhlak baik secara mutlak. Sementara orang yang
hanya dapat mewujudkan sebagian unsur tersebut, maka ia menjadi orang
yang berakhlak baik jika dilihat pada segi yang baik itu saja. Dengan
demikian, pokok-pokok utama keutamaan akhlak menurut Al-Ghazali
(Mahmud, 2004: 31) adalah empat sifat yaitu: hikmah,keberanian, iffah, dan
keadilan.
Hikmah adalah kondisi jiwa yang dengannya seseorang dapat
mengetahui yang benar dan yang salah, dalam seluruh perbuatan yang
dilakukan. Keberanian adalah kondisi kekuatan kemarahan yang tunduk
kepada akal, dalam maju dan mundurnya. Iffah atau kesucian diri adalah
melatih kekuatan syahwat dengan kendali akal dan syariat. Sedangkan
keadilan adalah kondisi jiwa dan kekuatannya yang memimpin kemarahan
dan syahwat, dan membimbingnya untuk berjalan sesuai dengan tuntutan
hikmah, juga memegang kendalinya dalam melepas dan menahannya sesuai
dengan tuntutan kebaikan.
At-Tahanawi mengartikan akhlak sebagai keseluruhannya kebiasaan,
sifat alami, agama dan harga diri (Mahmud, 2004: 34). Beliau membagi
akhlak atas tiga hal, yaitu: keutamaan, kehinaan dan selain keduanya.
Keutamaan merupakan dasar bagi apa yang sempurna. Kehinaan merupakan
dasar bagi apa yang kurang. Sedangkan selain keduanya merupakan dasar
bagi selain kedua hal tersebut (keutamaan dan kehinaan).
18
Akhlak yang agung bagi para shalihin menurut At-Tahanawi di dalam
buku Akhlak Mulia (Mahmud, 2004: 34) adalah berpaling dari dua semesta,
dan menghadap hanya kepada Allah SWT semata secara total. Akhlak yang
agung bagi Nabi Muhammad SAW adalah yang disinyalir dalam firman
Allah SWT, (QS Al-Qalam: 4) “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung”. Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran,
yang bertindak sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan telah tertanam kuat
dalam diri, sehingga beliau dalam menjalaninya tanpa kesulitan.
Akhlak merupakan menangnya keinginan dari beberapa keinginan
manusia dengan langsung berturut-turut (Ahmad Amin, 1991: 62). Orang
yang baik ialah orang yang menguasai keinginan baik dengan langsung
berturut-turut dan begitu juga sebaliknya orang yang jahat atau tidak baik.
Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah,
tanpa diawali berfikir panjang, merenung dan memaksakan diri (Mahmud,
2004: 34). Sedangkan sifat-sifat yang tidak tertanam kuat dalam diri, seperti
kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak. Demikian
juga sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan
sulit dan berpikir panjang, seperti orang bakhil yang berusaha menjadi
dermawan ketika ingin dipandang orang, maka itu tidak dinamakan akhlak.
Dari definisi-definisi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak
merupakan sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
sehingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan
19
dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran yang dalam.
Jika kondisi tersebut timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak mulia.
Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebutlah akhlak
yang tercela.
Ukuran akhlak yang baik/mulia adalah jika ia sesuai dengan syariat
Allah, berhak mendapatkan ridho-Nya dan dalam memegang akhlak yang
baik ini selalu memperhatikan pribadi, keluarga, dan masyarakat sehingga di
dalamnya terdapat kebaikan dunia dan akhirat. Secara sederhana yang
menjadi dasar akhlak mulia adalah pendidikan dan latihan atau pembinaan
untuk selalu berbuat baik.
Adapun sifat-sifat pokok dari nilai akhlak dalam Islam (Asmaran,
2002: 128) dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Akhlak Rabbani
Akhlak rabbani merupakan ajaran akhlak dalam Islam bersumber
dari wahyu Ilahi yang termaktub di dalam Al-Quran maupun Sunnah
Rasul. Sifat rabbani ini menyangkut dengan tujuan Islam yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti, dalam
hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, orang lain
maupun alam sekitar. Akhlak rabbanilah yang mampu menghindari
kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.
20
2. Akhlak Manusiawi
Akhlak manusiawi yang dimaksud adalah bahwa ajaran akhlak
dalam Islam sejalan dengan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.
Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan
mengikuti ajaran akhlak dalam Islam. Ketetapan akal tentang kebaikan
akan bertemu dengan ajaran kebaikan dalam akhlak Islam. Ajaran akhlak
dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan
dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan semu. Allah yang menciptakan
manusia dengan fitrahnya. Manusia dibimbing dengan akhlak Islam agar
dapat hidup sesuai dengan tuntutan fitrahnya.
3. Akhlak Universal
Akhlak universal yang dimaksud adalah ajaran akhlak dalam Islam
sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek
hidup manusia. Manusia diciptakan Allah SWT berkedudukan sebagai
individu, makhluk sosial dan yang mendiami serta memperoleh sarana
kehidupannya dari alam lingkungannya. Dengan demikian ajaran akhlak
dalam Islam memberikan pedoman tentang bagaimana seharusnya
manusia hidup dan berkehidupan dengan diri pribadinya sendiri,
berhadapan dengan masyarakatnya, berhadapan dengan alam
lingkungannya dan lebih-lebih berhadapan dengan Allah SWT.
4. Akhlak Keseimbangan
Yang dimaksud dengan akhlak keseimbangan adalah bahwa ajaran
akhlak dalam Islam adalah tengah-tengah antara yang mengkhayalkan
21
manusia sebagai malaikat yang hanya menitikberatkan segi kebaikannya
dan yang mengkhayalkannya sebagai hewan yang menitikberatkan pada
sifat keburukannya saja.
Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan hidup manusia,
jasmani dan rohani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di
dunia dan akhirat secara seimbang pula. Memenuhi kebutuhan pribadi
juga harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
5. Akhlak Realistik
Akhlak realistik dimaksud adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam
memperhatikan kenyataan manusia. Meskipun sebagai makhluk yang
mulia dan mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya, manusia
mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki berbagai macam
kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan
spiritual. Termasuk realistiknya akhlak Islam adalah bahwa keadaan luar
biasa yang dihadapi manusia dalam hidupnya diperhatikan. Hal yang
dalam keadaan biasa dilarang, diberikan pengecualian jika keadaan
memaksa.
P. Siswa Tunagrahita SMPLB
8. Pengertian Siswa Tunagrahita SMPLB
Menurut Wikipedia siswa adalah istilah bagi peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar, menengah pertama dan menengah atas. Siswa
adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
22
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan,
antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
Dalam penelitian ini, siswa yang dimaksud adalah peserta didik
yang belajar di jenjang sekolah menengah pertama yang melayani anak
berkebutuhan khusus yang disebut dengan SMPLB. Sesuai dengan
subyek penelitian, maka siswa yang dipilih peneliti yaitu siswa pada
SMPLB Negeri Salatiga. Sekolah tersebut melayani siswa dengan
berbagai ketunaan, antara lain: tunanetra, tuna rungu wicara, tunagrahita,
tunadaksa dan lain sebagainya.
Di dunia pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak yang
mengalami gangguan kecerdasan disebut juga dengan anak tunagrahita.
Istilah-istilah untuk menyebut anak tunagrahita yaitu mental illness,
mental retardation, mental retarded, mental deficiency, mentally
defective, gangguan intelektual serta terbelakang mental (Tin Suharmini,
2009: 41). Anak tunagrahita biasanya mengalami keterlambatan dalam
belajar yang disebabkan karena kemampuan mereka berada di bawah
rata-rata kecerdasan anak normal.
Menurut Sutjihati Somantri (2007: 103) anak tunagrahita
merupakan anak dengan kondisi kecerdasannya jauh di bawah rata-rata
dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam
23
interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal terbelakang mental karena
keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk
mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, sehingga
mereka perlu layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan
kondisi anak tersebut.
Menurut Abdurrachman yang dikutip oleh Rahmad Rizani, dkk
(2012:06) kata lain dari tunagrahita adalah retardasi mental (mental
retardation). Secara harfiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita
adalah pikiran. Ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam
berpikir atau bernalar. Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan
bernalar mengakibatkan kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di
bawah rata-rata.
Menurut pendapat Munzayanah dalam artikel pendidikan
(http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2015/04/pengertian klasifikasi-
dan.html, diakses 4 Desember 2016) anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan daya pikir
serta seluruh kepribadianya sehingga dia tidak mampu hidup di
masyarakat atas kemampuan sendiri meskipun dengan cara yang
sederhana.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa tunagrahita SMPLB yaitu anak yang belajar pada jenjang
sekolah menengah pertama luar biasa yang mengalami gangguan atau
keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan maupun kepribadian
24
sehingga dapat mengakibatkan kurang mampunya dalam menyesuaikan
diri dalam kehidupan di masyarakat. Siswa tunagrahita perlu ditangani
oleh lembaga pendidikan khusus atau tenaga-tenaga yang memiliki
keahlian khusus di lembaga umum guna dapat memberikan pelayanan
secara khusus dan optimal.
9. Karakteristik Tunagrahita
Menurut Sutjihati Somantri (2007: 105) karakteristik anak
tunagrahita secara umum adalah sebagai berikut:
a. Keterbatasan Inteligensi
Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal kemampuan untuk
mempelajari informasi yang baru, berfikir abstrak, kreatif, kritis serta
kurang dalam merencanakan masa depan. Kemampuan belajarnya
cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
b. Keterbatasan Sosial
Anak tunagrahita ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu
memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka
harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga gampang
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya.
c. Keterbatasan Funsi-fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,
membedakan antara yang baik dan yang buruk, serta membedakan
yang benar dan yang salah. Hal ini karena kemampuan terbatas
25
mereka dalam memprediksi terlebih dahulu konsekuensi dari suatu
perbuatan.
10. Klasifikasi Tunagrahita
Selain memiliki karakteristik secara umum anak tunagrahita juga
memiliki ciri-ciri khusus yang bisa dikelompokkan menjadi klasifikasi
anak tunagrahita sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu tertentu.
Maksud dari adanya klasifikasi anak tunagrahita tersebut adalah untuk
memudahkan penentuan bentuk pelayanan yang tepat bagi masing-
masing kelompok atau tingkatan tunagrahita.
Menurut Grosmman Ettel yang dikutip Mulyono Abdurrahman
(http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2015/04/pengertian klasifikasi-
dan.html, diakses 4 Desember 2016) mengemukakan bahwa klasifikasi
ketunagrahitaan untuk keperluan pembelajaran, terbagi atas beberapa
kelompok yaitu :
a. Taraf perbatasan atau lamban belajar
b. Tunagrahita mampu didik
c. Tunagrahita mampu latih
d. Tunagrahita mampu rawat (berat, dan sangat berat)
Menurut Paula Anne Ford-Martin sebagaimana dikutip oleh Tin
Suharmini (2009: 42) klasifikasi anak tunagrahita dibatasi dengan apa
yang dinyatakan dari tes inteligensi yang terstandar, atau dengan ukuran
umur mental yaitu dengan IQ (Intelligence Quotient). Klasifikasi tersebut
yaitu:
26
a. Mild mental retardation (tunagrahita ringan)
Tunagrahita ringan mempunyai IQ yang bergerak dari 50-75. Anak-
anak ini dapat diajar akademik kira-kira sampai kelas 4, 5 atau 6.
Mereka juga dapat menjadi anak yang percaya diri, mandiri,
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan baik apabila
lingkungan sosialnya mendukungnya. Anak tunagrahita ringan ini
biasanya disebut dengan debil.
b. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang)
Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan imbesil. Tunagrahita
sedang mempunyai IQ yang bergerak dari 35-55. Mereka mampu
merawat diri dan melaksanakan tugas sederhana dengan bimbingan.
Bimbingan di rumah oleh keluarga sangat menentukan kesuksesan
anak terutama dalam keterampilan berkomunikasi.
c. Severe mental retardation (tunagrahita berat)
Kelompok penyandang tunagrahita berat sering disebut idiot.
Tunagrahita berat mempunyai IQ yang bergerak dari 20-40.
Keterampilan merawat diri dan komunikasi yang dapat mereka
lakukan sangat terbatas, hanya pada tingkat dasar.
d. Profound mental retardation (tunagrahita sangat berat)
Tunagrahita sangat berat mempunyai IQ yang bergerak di bawah 20-
25. Anak tunagrahita ini kemungkinan dengan latihan-latihan dan
supervisi-supervisi akan dapat mencapai perkembangan merawat diri
pada tingkat dasar.
27
11. Faktor-Faktor Penyebab Tunagrahita
Menurut Straus dalam Muamin (1995: 72) membagi penyebab
tunagrahita menjadi dua yaitu:
1) Endogen
Endogen adalah faktor yang penyebabnya berasal dari sel keturunan.
2) Eksogen
Eksogen adalah hal-hal lain diluar keturunan misalnya:
kecelakaan,kekurangan gizi, faktor penanganan pada saat kelahiran,
penyakit pada ibu ketika hamil dan lain sebagainya.
Dalam artikel Rahmat Rizani (2012: 6) menjelaskan cara lain
yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab
ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang
terjadi sebelum lahir (prenatal), saat lahir (natal) dan setelah lahir
(postnatal).
1) Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan.
Penyebabnya seperti: campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu
hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan juga
perokok berat.
2) Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah terlalu lama dapat mengakibatkan
kekurangan oksigen pada bayi, tulang panggul ibu yang terlalu kecil
dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada
28
otak (anoxia). Selain itu juga proses melahirkan yang menggunakan
alat bantu (penjepit, tang) yang akan menimbulkan kerusakan pada
organ bayi terutama otak.
3) Postnatal ( Sesudah Lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar,
demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput
otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan
(tunagrahita).
12. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita
Kognisi meliputi proses dimana pengetahuan itu diperoleh,
disimpan dan dimanfaatkan. Jika terjadi gangguan inteligensi atau
intelektual anak, maka perkembangan kognitif anak juga akan terganggu.
Menurut Sutjihati Somantri (2007: 110) perkembangan kognitif anak
tunagrahita secara umum adalah sebagai beriku:
a. Dalam hal kecepatan belajar, anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh
anak normal. Anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangan
tentang materi yang dipelajari
b. Ketepatan (keakuratan) respon anak tunagrahita kurang daripada
respon anak normal.
c. Anak tunagrahita tidak mampu memanfaatkan informasi (isyarat)
yang ada untuk menjawab soal
d. Anak tunagrahita tidak mempunyai strategi dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya
29
e. Anak tunagrahita sulit dalam hal mengingat yang sifatnya segera
13. Perkembangan Sosial, Emosi dan Kepribadian Anak Tunagrahita
Dalam bukunya Tin Suharmini (2009: 88) menerangkan bahwa
perkembangan sosial anak dikatakan baik apabila anak sudah dapat
berperilaku sesuai dengan norma-norma masyarakat. Perkembangan
emosi sudah dapat mencapai perkembangan yang optimal apabila anak
sudah dapat mencapai keseimbangan emosi. Maksud dari keseimbangan
emosi adalah anak dapat mengelola emosinya dan dapat
mengekspresikannya sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat.
Kelemahan intelektual anak tunagrahita menyebabkan hambatan
dalam perkembangan sosial, emosi maupun kepribadiannya. Emosi anak
tunagrahita tidak matang, kadang masih nampak seperti emosi pada
kanak-kanak, nampak dengan jelas, mudah dipengaruhi, sensitif, dan
kadang meledak-ledak.
Anak tunagrahita juga mempunyai masalah penyesuaian sosial.
Sebagaimana halnya dengan anak normal, anak tunagrahita juga
mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan oranglain, namun
mereka mengalami kesukaran dan kegagalan dalam penyesuaian sosial.
Pemberian kesempatan untuk berhubungan sosial dan latihan
kemandirian akan banyak membantu anak untuk sukses dalam
beradaptasi dengan lingkungan.
Perkembangan kepribadian anak banyak ditentukan oleh keadaan
fisik, kesehatan, pemberian cap dari orang lain, inteligensi, pola asuh
30
orang tua, dan sikap masyarakat. Pada waktu anak lahir sampai sebelum
sekolah, keluarga merupakan faktor yang banyak menentukan
perkembangan kepribadian dan sosial anak tunagrahita. Pada waktu anak
sekolah, perkembangan kepribadian dan sosial anak tunagrahita tidak
hanya dipengaruhi oleh keluarga saja tetapi juga teman-temannya, guru,
dan masyarakat sekitar.
14. Anak Tunagrahita dalam Pandangan Islam
Islam memandang sama semua manusia. Islam tidak melihat dari
fisik, harta maupun tahta melainkan dari hati dan keimanan seseoang.
Seperti yang tercantum dalam Q.S. An-Nur ayat 61 yang artinya:
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang
pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu
sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau
dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara-
saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan,
dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara
bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki,
dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu
miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada
halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian.
Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah
(ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang
berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang
31
ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar
kamu memahaminya.”
Islam sangat memuliakan manusia sekalipun yang cacat, karena
Allah Maha Adil. Islam tidak pernah memandang rendah anak
berkebutuhan khusus yang termasuk di dalamnya anak tunagrahita.
Sesuai dengan karakteristiknya, anak tunagrahita termasuk anak
yang tidak sempurna akalnya. Di dalam hukum Islam, orang yang tidak
sempurna akalnya tidak termasuk mukallaf. Mukallaf yaitu orang yang
dibebani ketentuan-ketentuan hukum Syara‟ (Departemen Agama, 1984:
5). Agar seseorang disebut mukallaf harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
a. Orang tersebut harus dapat memahami dalil-dalil penetapan hukum
baik dari Al-Quran maupun Hadits
b. Orang tersebut harus telah berakal sempurna
Sebagian besar ulama Usul Fiqh mengatakan bahwa dasar
adanya taklif (pembebanan hukum) terhadap seorang mukallaf adalah
akal dan pemahaman. Seorang mukallaf dapat dibebani hukum apabila
ia telah berakal dan dapat memahami taklif secara baik yang ditujukan
kepadanya. Oleh karena itu, orang yang tidak atau belum berakal tidak
dikenai taklif karena mereka dianggap tidak dapat memahami taklif
dari al-Syari‟. Termasuk ke dalam kategori ini adalah orang yang
32
sedang tidur, anak kecil, gila, mabuk, khilaf dan lupa. Pendapat ini
berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW:
يحتلم حتي الصبي عه و يستيقظ حتي الىائم عه :ثالث عه القلم رفع
والتزمذي داوود وأبو البخاري رواي( يفيق حتي المجىون وعه
”والذارقطىي( ماجة وابه والىسائ
Artinya: “Diangkat pembebanan hukum dari tiga (orang); orang tidur
sampai bangun, anak kecil sampai baligh, dan orang gila
sampai sembuh”.
Dalam Hadits lain dinyatakan:
ماجة ابه )رواي لً استكزي وما والىسيان الخطأ عه أمتي رفع
”)والطبزاوي
Artinya: “Beban hukum diangkat dari umatku apabila mereka khilaf,
lupa dan terpaksa”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, anak
tunagrahita tidak termasuk kategori mukallaf karena mereka tidak
33
memenuhi persyaratan sebagai mukallaf. Mereka tidak mempunyai
akal dan pemahaman yang sempurna sehingga mereka tida bisa
dikenai taklif (pembebanan hukum).
Q. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Dalam rangka melengkapi skripsi ini, penulis menggunakan dasar dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pembinaan akhlak.
Skripsi-skripsi tersebut antara lain:
1. “Pembinaan Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta” yang disusun oleh Umi Habibah dari UIN Sunan Kalijaga
tahun 2009. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripsikan
dan menganalisa tentang proses pembinaan akhlak di MA Ali Maksum
Yogyakarta, metode-metode yang diterapkan, serta faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaannya.
2. Skripsi Fitri Pagerwati tahun 2007 dengan judul “Peranan Guru Agama
Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMPN 31 Kebayoran Lama
Jakarta Selatan”. Skripsi ini hanya fokus membahas tentang bagaimana
peranan guru agama Islam dalam membina akhlak siswanya.
3. Skripsi dari Ida Rosida dengan judul “Pembelajaran Akhlak Terhadap
Alam di Sekolah Alam Bandung” tahun 2006. Skripsi ini membahas
tentang bagaimana materi pembelajaran akhlak terhadap alam di Sekolah
Alam Bandung, metode-metode yang digunakan, faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaannya.
34
4. Skripsi oleh Anggih Ratna Sari dengan judul “Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan
Salatiga 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk mengetahui karakter
siswa tunagrahita serta mengetahui strategi guru PAI dalam membentuk
karakter siswa tunagrahita SMPLB Wantuwirawan.
Berdasarkan kajian pustaka dari penelitian yang relevan di atas, dapat
diketahui bahwa belum ada penelitian tentang pembinaan akhlak siswa
tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga. Dalam penelitian ini, penulis akan
membahas tentang pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga, peran sekolah serta metode yang diterapkan guru PAI serta
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaannya.
35
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
R. Profil SMPLB Negeri Salatiga
7. Sejarah dan Identitas Sekolah
SLB Negeri Salatiga adalah sekolah luar biasa yang menangani
siswa-siswi berkebutuhan khusus yang ada di Salatiga. SLB Negeri
Salatiga merupakan pengembangan dari SDLB Negeri Mangunsari yang
dibangun pada tahun 1983 berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 1983.
Sekolah ini dulunya hanya melayani siswa-siswi berkebutuhan khusus
yang berjenjang SDLB saja. Awalnya SDLB Negeri Mangunsari hanya
melayani 4 siswa tunagrahita dengan 5 tenaga pengajar.
Menyesuaikan perkembangan pendidikan, situasi dan kondisi untuk
lebih banyak memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, maka SDLB Negeri Mangunsari beralih status menjadi SLB
Negeri Salatiga sesuai dengan SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah Nomor: 421.8/24686 tanggal 25 Juni 2007. SLB Negeri
Salatiga menyelenggarakan pelayanan pendidikan mulai dari jenjang
TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Berdasarkan Surat Keputusan
tersebut, maka SMPLB Negeri Salatiga mulai melayani pendidikan untuk
siswa berkebutuhan khusus yang termasuk di dalamnya adalah siswa
tunagrahita.
Adapun identitas SLB Negeri Salatiga secara rinci adalah sebagai
berikut:
36
Nama Sekolah : SLB Negeri Salatiga
NPSN : 20328473
NIS : 100610
NSS : 101036203018
Status : Negeri
Alamat : Jl. Hasanudin Gang III Banjaran RT 03 RW 12
Kel. Mangunsari, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga
Telepon : 0298-328036
Email : [email protected]
Website : www.slbnsalatiga.sch.id
8. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
“Mendidik siswa bisa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak
mulia”
1) Siswa Mandiri
Dengan proses pendidikan dan pelatihan yang diterapkan,
diharapkan siswa mampu membangun kemandiriannya. Program
pendidikan difokuskan untuk memberi bekal mental dan
keterampilan siswa untuk dapat mengurus diri sendiri meskipun
dengan keterbelakangan dan kekurangan berbeda yang dimiliki
oleh setiap siswa. Siswa diajarkan untuk bisa melayani diri
sendiri, melaksanakan perintah-perintah sederhana dan pekerjaan
37
sehari-hari tanpa harus selalu dengan bantuan guru, orang tua
maupun orang lain.
2) Siswa Berkemampuan Optimal
Kemampuan optimal tidak hanya dinilai dari meningkatnya
intelijensi siswa, namun keterampilan menerima dan
mengembangkan kreasi juga dapat dijadikan ukuran. Tingkat
pengetahuan, kecakapan, penugasan materi dan keterampilan
siswa tunagrahita sangat berbeda dengan siswa normal pada
umumnya. Namun dengan pembelajaran khusus yang diterapkan
di SMPLB Negeri Salatiga, maka kemampuan siswa tunagrahita
bisa dioptimalkan. Dari segi non-akademis, bakat minat siswa
tunagrahita dapat dikembangkan melalui program ekstrakurikuler
yang ada di sekolah.
3) Siswa Berakhlak Mulia
Akhlak mulia merupakan tujuan pendidikan yang
sesungguhnya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang
tidak hanya mengembangkan nilai akademis saja tetapi mampu
menanamkan akhlak mulia dalam setiap pembelajarannya. Siswa
diajarkan untuk bersikap dan berakhlak sesuai dengan nilai-nilai
luhur Islam meliputi perintah dan larangan yang harus diketahui,
dijalankan dan ditinggalkan. Dari pembiasaan baik yang
konsisten, maka kebiasaan akan tercipta dan membentuk
kepribadian yang baik serta terwujudlah akhlak mulia pada siswa.
38
b. Misi
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu perundang-
undangan yang berlaku
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku
3) Menambah kegiatan keterampilan
4) Mengintensifkan kegiatan agama
c. Tujuan
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (anak luar
biasa/penyandang ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya
dalam lembaga pendidikan formal
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa
depan mereka yang kompetitif
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan
berkesinambungan.
9. Kurikulum
SMPLB Negeri Salatiga menerapkan kurikulum pendidikan khusus
2013 sesuai dengan jenis ketunaannya. Kelas tunagrahita SMPLB
memakai kurikulum pendidikan khusus 2013 SMPLB Tunagrahita.
Dengan kurikulum yang telah disesuaikan dengan kondisi siswa
tunagrahita, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, pengalaman
dan keterampilan siswa tunagrahita sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minat siswa.
10. Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan
39
Menurut Syaiful Bahri, guru yaitu orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik
secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah
(2004: 87). Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat dalam
upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan
yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik.
Guru atau pendidik yang mengampu di SLB Negeri Salatiga saat
ini ada 38 orang yang terdiri dari 32 guru PNS dan 6 guru wiyata bhakti.
Sedangkan jumlah tenaga kependidikan ada 4 orang yang semuanya
wiyata bhakti yang terdiri dari 1 orang pustakawan, 1 orang tenaga
administrasi, 1 orang terapis wicara dan 1 orang penjaga sekolah.
Guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga mempunyai latar
belakang pendidikan yang beragam, seperti pendidikan luar biasa (PLB),
matematika, bahasa inggris, olahraga, pendidikan agama Islam maupun
pendidikan agama Kristen. Mereka mendapat tugas dan tanggung jawab
mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel daftar guru dan tenaga
kependidikan SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:
Tabel I
Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri Salatiga
IJASAH MENGA
NO NAMA JABATAN TERAKHIR JAR
KELAS
40
1 Muhlisun, M.Pd Kepala
Sekolah
S2
Manajemen
Pendidikan
PKn 5C,
6C
2 Trisnani, S.Pd Guru S1 PLB 1D
3 Rohani Eko Sunareni,
S.Pd
Guru S1 PLB 8C1
4 Rohana Dwi Sunaryanti,
S.Pd
Guru S1 PLB 1C
5 Siti Aisah, S.Pd Guru S1 Pkn 7D
6 Nunik Supriyatmi, S.Pd Guru S1 PLB 5A
7 Siti Rahayu, S.Pd Guru S1 PLB 7C
8 Drs.Sarjiya Guru S1 PLB 7B
9 Kusnanto, S.Pd Guru S1 PLB 2A
10 Sri Mulyani, S.Pd.SD Guru S1PGSD 3C1(b)
11 Wagiman, S.Pd.SD Guru S1PGSD 4C
12 Subiyati, S.Pd Guru S1PGSD 12C1
13 Yekti Wibawani, S.Pd.SD Guru S1PGSD 5C1
14 Sri Rahayu, S.Pd.SD Guru S1PGSD 11C1
15 Rastini, S.Pd Guru S1 PLB 4D
16 Wawan Pamungkas,
S.Pd.SD
Guru S1PGSD 8B
17 Indyatno, BA Guru Sm PLB 8C
41
18 Muh Ihromi, S.Pd.I Guru S1 PAI PAI
19 Sularno, S.Pd.SD Guru S1PGSD 11C
20 Juzan, S.Pd Guru S1 PLB 6C
21 Tin Kartini, S.Pd Guru S1 Bahasa
Jawa
1C1(a)
22 Sri Lestari Wahyu H, S.Pd Guru S1 PPKn 5C
23 Eko Puji Widodo, S.Pd.I Guru S1 PAI PAI
24 Indah Widyahety, S.Pd Guru S1 Seni
Budaya
10C
25 Reni Setiawati, S.Pd Guru S1 MIPA 9B
26 Khoirul Hidayati, S.Pd Guru S1 PLB 4B
27 Ninda Solikhah,S.Pd Guru S1 PLB 1B
28 Hastien
Chandraningrum,M.Pd
Guru S2 PLB 1C1(c)
29 Yustina Emma Hartati,
S.Pd
Guru S1 Bahasa
Inggris
2B
30 Heriani Thamrin, S.Pd Guru S1 TIK 9/10 C1
31 Fitri Indriyani, S.Si Guru S1 Olahraga OR
32 Wisnu Laksono Jati, S.Si Guru S1 Teologi PAK
33 Masiyem Guru S1 PGSD 5D1
34 Asih Widiyarti, S.Pd Guru S1 Pend.
Biologi
3C1(a)
42
35 Baniyah, S.PdI Guru S1 Bahasa
Inggris
1D1
36 Ika Yunita Astanti, S. Pd Guru S1 BK 4C1
37 Fenny Ayuningtyas, S.Pd Guru S1 PLB 11B
38 Nausyad Em'a Istasfi, S.Pd Guru S1 PLB 12C
39 Lusi Wulandari Tenaga
Administrasi
SMA -
40 Reni Indriyani Agustine,
S.I.Pust
Pustakawan S1
Perpustakaan
-
41 Fretty Arumningtyastuti,
A.Md.TW
Terapis D3 Terapi
Wicara
-
42 Khoirul Saleh Penjaga
Sekolah
SMP -
Tabel II
Daftar Nama Guru Pengampu Kelas Tunagrahita SMPLB Negeri
Salatiga
No Nama Jabatan
Jenis
Kelamin
Mengampu
Kelas/Mapel
1 Siti Rahayu, S.Pd Guru Kelas P 7-C
2 Rohani Eko Sunareni,
S.Pd
Guru Kelas P 8-C1
3 Indiyatno, BA Guru Kelas L 8-C / 9-C
43
4 Heriani Thamrin,
S.Kom
Guru Kelas P 9-C1
5 Fitri Indriyani, S.Si Guru Mapel P Olahraga
6 Eko Puji Widodo,
S.Pd.I
Guru Mapel L PAI
7 Wisnu Laksono Jati,
S.Si
Guru Mapel L PAK
8 Rastini, S.Pd Guru
Vokasional
P Tata Boga
9 Masiyem, S.Pd Guru
Vokasional
P Tata Busana
11. Kondisi Siswa
Jumlah siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga yang beragama
Islam ada 13 siswa, adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel III
Daftar Siswa Tunagrahita Muslim di SMPLB Negeri Salatiga
No Nama JK NISN Kelas
1 Adam Wahab L 0026563826 7-C
2 Adi Nugroho Febriyanto L 0021050576 9-C
3 Aprila Hana Dewi Hapsari P 0031383463 7-C
44
4 Eko Yulianto L 0024700034 7-C
5 Erika Indah Pratiwi P 0049281127 7-C
6 Faisal Firmansyah L 0006436150 7-C
7 Iqbal Angga Kusuma L 0015488987 7-C
8 Latiful Mudzi Khanafi L 0029047508 8-C1
9 M. Alpha Teddy L 0014760461 9-C
10 Muhammad Ali Tamimi L 9946008093 9-C1
11 Mustianah P 9894849664 9-C1
12 Nadya Yuliana Puspita P 9970266143 8-C
13 Rafli Rozaq Maulana L 0017501287 7-C1
14 Savitri Dewi Anggraeni P 0016564956 7-C
15 Sintiya Saputri P 0024322065 8-C1
16 Sugiarti P 9954971846 7-C
17 Tri Sukarsono L 9980105460 8-C
12. Kondisi Sarana dan Prasarana
SLB Negeri Salatiga saat ini telah memiliki 2 lokasi pembelajaran.
Lokasi yang utama yaitu berada di Jl. Hasanudin Gang III Banjaran RT
03 RW 12, Mangunsari, Sidomukti, Salatiga. Sedangkan lokasi kedua
merupakan pengembangan atau penambahan gedung dan ruang
pembelajaran. Lokasi kedua tersebut tidak jauh dari lokasi pertama, yaitu
berada di Jl. Pancanaka RT 07 RW 07 Banjaran, Mangunsari, Sidomukti,
Salatiga. Luas lahan lokasi pertama ada 3.810 m2 dan luas lahan lokasi
45
kedua ada 2.224 m2. Secara keseluruhan luas lahan yang dimiliki oleh
SLB Negeri Salatiga yaitu 6.034 m2. Sarana dan prasarana yang dimiliki
SLB Negeri Salatiga antara lain sebagai berikut:
a. Gedung dan Ruang
SLB Negeri Salatiga terdiri dari beberapa gedung bangunan yang
terpisah antara yang satu dengan lainnya. Dalam masing-masing
gedung terdapat ruang-ruang yang digunakan untuk ruang kelas
maupun untuk pemanfaatan lainnya. Secara rinci kami sajikan tabel
daftar ruang SLB Negeri Salatiga beserta kondisinya sebagai berikut:
Tabel IV
Daftar Gedung dan Ruang SLB Negeri Salatiga
NO NAMA RUANG
JUM
LAH
KONDISI
BAIK
RUSAK
RINGAN
RUSAK
BERAT
1
Ruang Kepala
Sekolah 2 2
2 Ruang Guru 2 2
3 Ruang TU 2 2
4 Ruang Tamu 1 2
5 Ruang Kelas 27 20 7
6 Ruang Perpustakaan 2 1 1
7 Ruang Multimedia 2 2
8 Ruang Tata Rias 1 1
46
9 Ruang Tata Boga 1 1
10 Ruang Tata Busana 1 1
11 Ruang Cuci Motor 2 2
12 Ruang Musik 1 1
13 Ruang UKS 2 2
14 Ruang Koperasi 1 1
15 Ruang Ibadah 2 1 1
16 Ruang KMD 1 1
17
Ruang Sensori
Integrasi 1 1
18 Ruang Gudang 2 1 1
19
Ruang
Keterampilan 2 2
20 Kamar mandi/WC 19 17 2
21
Rumah Dinas
Penjaga 1 1
b. Barang/Perkakas
Barang atau perkakas yang dimiliki SLB Negeri Salatiga
diinventariskan oleh guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
pengurus barang. Barang atau perkakas sekolah berfungsi sebagai
penunjang pembelajaran bagi siswa maupun guru di sekolah. Untuk
47
lebih jelasnya kami sajikan tabel daftar barang di SLB Negeri Salatiga
sebagai berikut:
Tabel V
Daftar Barang Penunjang Pembelajaran SLB Negeri Salatiga
NO BARANG / PERKAKAS JUMLAH SATUAN
1 Alat Besar 3 Buah
2 Alat Bengkel dan Alat Ukur 12 Buah
3 Alat Kantor dan Rumah Tangga 772 Buah
4 Alat Studio dan Komunikasi 20 Buah
5 Alat Kedokteran 8 Buah
6 Alat Laboratorium 249 Buah
7 Buku Perpustakaan 2170 Eksemplar
S. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
3. Kondisi Akhlak Siswa
Sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah, pembinaan akhlak di
SLB Negeri Salatiga merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh
sekolah. Guru Pendidikan Agama sangat berperan dalam pembinaan
akhlak, namun semua guru dan karyawan juga bertanggung jawab untuk
selalu membina akhlak siswa. Kepala sekolah selaku pembuat kebijakan
dan penanggung jawab sekolah juga sangat berperan dalam pembinaan
akhlak siswa.
48
Pembinaan akhlak siswa dilaksanakan baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Pembinaan akhlak di dalam kelas merupakan
tanggung jawab guru kelas dan guru agama Islam dengan materi-materi
pembelajaran yang sesuai, sedangkan di luar kelas siswa secara langsung
belajar akhlak dengan guru, karyawan, kepala sekolah maupun sesama
siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama Islam,
pembinaan akhlak merupakan salah satu tujuan pembelajaran agama
Islam. Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting karena
merupakan arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Adapun tujuan
pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT
b. Memberikan bekal akhlak (budi pekerti) agar siswa dapat disiplin dan
mandiri
c. Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, akhlak siswa tunagrahita
SMPLB Negeri Salatiga secara umum sudah cukup bagus, sebagaimana
berikut:
a. Siswa mematuhi tata tertib sekolah
b. Siswa hormat dan patuh kepada guru
49
c. Siswa saling menghargai dengan siswa lain
d. Siswa melaksanakan doa sebelum dan sesudah belajar
e. Siswa melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
f. Siswa berkata dan bersikap sopan serta santun kepada orang lain
g. Siswa rajin berangkat sekolah
h. Siswa mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah
i. Siswa menjaga kebersihan lingkungan
j. Siswa masuk kelas dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam
k. Siswa mau berbagi dengan temannya
l. Siswa menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT
seperti mencuri, merokok, minum-minuman keras, dll.
Selama pengamatan di SMPLB Negeri Salatiga, peneliti juga
mendapati ada beberapa siswa yang masih belum berakhlak baik seperti:
a. Kurang hormat kepada bapak/ibu guru di sekolah
b. Belum mau sholat dhuhur berjamaah disekolah
c. Berkata dan bersikap kurang sopan
d. Mengganggu teman lainnya
e. Datang ke sekolah terlambat
f. Sering membolos tidak masuk sekolah
g. Tidak mematuhi peraturan sekolah
h. Membuang sampah sembarangan
i. Masih ada siswa yang masuk kelas tanpa mengetuk pintu dan
mengucap salam
50
j. Masih ada siswa yang bersikap individualis
4. Peran Sekolah dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga
Dalam pembinaan akhlak tunagrahita tentunya peran sekolah
sangat dibutuhkan yang dalam hal ini kepala sekolah sebagai pembuat
kebijakan dan penanggung jawab. Kepala sekolah SLB Negeri Salatiga,
Bapak Muhlisun, M.Pd mengungkapkan bahwa dalam membina siswa
berkebutuhan khusus berakhlak mulia perlu adanya kerjasama dari
semua pihak, baik dari sekolah, guru, orang tua maupun siswa itu sendiri.
Akhlak mulia merupakan tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Hal ini sebagai dasar sekolah untuk membina peserta didik agar
berakhlak mulia. Berikut beberapa program sekolah dalam rangka
pembinaan akhlak peserta didik di SLB Negeri Salatiga:
a. Pembinaan terhadap guru oleh kepala sekolah
b. Pembiasaan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) bagi semua
warga sekolah
c. Program guru menyambut kedatangan siswa dan berjabat tangan
setiap pagi di pintu gerbang
d. Pogram doa sebelum belajar bersama di halaman sekolah sesuai
agama masing-masing dipimpin oleh guru agama
e. Program menyanyikan lagu nasional atau daerah bersama di halaman
sekolah dipimpin oleh salah satu siswa
f. Program sholat dhuhur berjamaah di sekolah
51
g. Program ekstrakurikuler pramuka untuk melatih kemandirian dan
kedisiplinan siswa
h. Kegiatan peringatan hari besar Islam
i. Pembiasaan menjaga ligkungan tetap bersih
j. Program sekolah bebas kekerasan
T. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
Akhlak merupakan kompetensi yang harus dicapai dalam mata
pelajaran agama Islam. Setiap materi yang disampaikan selalu ada
penanaman nilai akhlak siswa. Begitu halnya dengan pembelajaran PAI pada
kelas tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga, materi-materi pembelajarannya
terdapat nilai-nilai akhlak yang ditanamkan. Adapun materi akhlak yang
terdapat pada mata pelajaran PAI jenjang SMPLB Tunagrahita adalah sebagai
berikut:
1. Kelas VII
a. Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti
menunjukkan perilaku jujur dan melakukan perilaku tertib.
b. Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat kepada orang
tua dan guru, menampilkan adab makan dan minum.
2. Kelas VIII
a. Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati dan
memberi contoh perilaku hidup sederhana.
52
b. Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada teman di
kelas dan menampilkan perilaku hormat dan santun kepada guru.
3. Kelas IX
a. Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan perilaku
hemat.
b. Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan perilaku
setia kawan di rumah, di sekolah dan di masyarakat.
Siswa tunagrahita mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
siswa pada umumnya, sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
khususnya dalam pembinaan akhlak siswa perlu menerapkan metode yang
tepat. Metode menurut Purwadarminto adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud atau tujuan (Sudjana,
2001: 8). Tidak semua metode harus digunakan bila hanya untuk mencapai
tujuan tertentu, namun cukup beberapa metode saja yang digunakan. Metode
yang dipilihpun harus berdasarkan pertimbangan dan pemilihan yang tepat
(Saiful Bahri, 2004: 99).
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari Bapak Eko Puji
Widodo, S.Pd.I selaku guru PAI SMPLB Negeri Salatiga, beliau
menggunakan beberapa metode yang dianggap tepat dalam membina akhlak
siswa tunagrahita, yaitu:
5. Metode uswah (keteladanan)
Guru sebagai tauladan yang baik di sekolah. Guru harus selalu
berperilaku dan berakhlak yang baik untuk dicontoh oleh siswa. Aplikasi
53
metode teladan, diantaranya adalah tidak menjelek-jelekkan seseorang,
menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan
pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, dan lain-lain.
6. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Kebiasaan yang baik dapat menempa peribadi yang berahlak mulia. Di
SMPLB Negeri Salatiga semua siswa dibiasakan dengan hal-hal yang
baik seperti berdoa sebelum belajar, sholat dhuhur berjamaah, saling
menghormati, tolong menolong, dll. Dengan pembiasaan yang baik, maka
akan terbentuk akhlak siswa yang baik pula.
7. Metode Mau’izah (nasehat)
Memberi nasehat kepada siswa merupakan kewajiban semua guru.
Nasehat yang baik kepada siswa dapat membantu siswa lebih termotivasi
untuk lebih baik. Jika siswa melakukan hal yang menyimpang, guru
segera memberi nasehat dengan lemah lembut. Jika dengan cara yang
lembut siswa tidak menghiraukan, maka guru akan menegur dengan lebih
tegas. Hal ini bertujuan untuk membina siswa berakhlak yang baik.
8. Metode Tsawab (ganjaran)
Metode ini juga penting dalam pembinaan ahklak yaitu berupa hadiah
dan hukuman. Metode pemberian hadiah bagi siswa berprestasi atau
berakhlak mulia, dengan adanya hadiah akan memberi motivasi siswa
untuk terus meningkatkan atau paling tidak mempertahankan kebaikan
54
akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak, temannya yang melihat
pemberian hadiah akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya dengan
harapan suatu saat akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah.
Hadiah diberikan berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.
Sedangkan hukuman dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut,
dengan teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti
tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.
U. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
Dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga tidak terlepas dari permasalahan yang menghambatnya.
Permasalahan tersebut menghambat proses pembinaan akhlak yang
mengakibatkan akhlak siswa menjadi kurang baik. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan kepala sekolah, guru kelas maupun guru
PAI SLB Negeri Salatiga dapat ditemukan permasalahan yang muncul dalam
pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga. Adapun
permasalahan-permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut:
4. Kekurangan dan kelemahan siswa tunagrahita
Siswa tunagrahita memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan
siswa pada umumnya. Mereka memiliki inteligensi di bawah rata-rata,
serta memiliki kekurangan dan kelemahan lainnya seperti:
a. Kelainan atau ketidaksempurnaan fisik
55
Siswa tunagrahita mempunyai fisik yang tidak sempurna dan tidak
berfungsi dengan baik. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat
dalam proses pembelajaran/pembinaan akhlak siswa. Berdasarkan ciri
fisiknya, siswa tunagrahita dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Down syndrome (mongoloid) memiliki ciri fisik seperti mata sipit
dan miring, lidah tebal dan suka menjulur keluar, telinga kecil,
kulit kasar serta susunan gigi tidak baik.
2) Kretin (cebol) memiliki ciri fisik yaitu gemuk dan pendek, kaki
tangan pendek dan bengkok, kulit kering tebal dan keriput, telapak
tangan dan kaki tebal, serta pertumbuhan gigi terlambat.
3) Hydrocepal memiliki ciri fisik yaitu kepala besar, raut muka kecil,
pandangan dan pendengaran tidak sempurna serta mata kadang-
kadang juling.
4) Microcepal memiliki ukuran kepala yang kecil.
5) Macrocepal memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran
normal.
b. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru khususnya yang bersifat
abstrak (ghaib)
c. Kesulitan dalam mengeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru
d. Kurangnya kemampuan bicara bagi anak tunagrahita berat
e. Lambannya perkembangan gerak
f. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri
g. Tingkah laku dan interaksi tidak lazim
56
h. Tingkah laku kurang wajar dan terus menerus
5. Kurangnya kerjasama dengan orang tua dalam upaya pembinaan akhlak
siswa
Usaha-usaha yang dilakukan sekolah dalam pembinaan akhlak siswa
terkadang tidak atau belum dilanjutkan orang tua/wali siswa di rumah
masing-masing. Sehingga akhlak siswa yang telah dibina di sekolah
kurang berkembang karena kurangnya peran orang tua dalam membina
akhlak siswa di rumah. Orang tua/wali siswa lebih banyak memanjakan
anak-anaknya di rumah yang menyebabkan siswa kurang berakhlak yang
baik.
6. Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga
SLB Negeri Salatiga merupakan sekolah satu atap yang didalamnya
terdapat 3 jenjang pendidikan yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB. Jumlah
siswa keseluruhan yang dilayani ada 199 siswa dan khusus siswa yang
beragama Islam ada 169 siswa. Namun dari 3 jenjang tersebut SLB Negeri
Salatiga hanya mempunyai 2 guru agama Islam yaitu Bapak Muh
Ihromi,S.Pd.I dan Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I. Pendidikan agama
Islam jenjang SDLB diampu oleh Bapak Muh Ihromi, S.Pd.I, sedangkan
Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I mengampu PAI jenjang SMPLB dan
SMALB.
57
BAB IV
PEMBAHASAN
V. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
Pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
telah dilaksanakan dengan baik di sekolah. Hal ini terwujud atas kerjasama
yang baik antara guru PAI, guru kelas maupun kepala sekolah selaku stake
holder SMPLB Negeri Salatiga. Mereka melaksanakan tugas pembinaannya
sesuai dengan peran mereka masing-masing dan tentunya saling terkait antara
satu dengan lainnya. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik demi
terlaksananya pembinaan akhlak yang baik dan maksimal.
Pembinaan akhlak siswa di SMPLB Negeri Salatiga dilaksanakan di
dalam kelas maupun di luar kelas. Pembinaan akhlak di dalam kelas
merupakan tanggung jawab guru kelas dan guru agama Islam dengan materi-
materi pembelajaran yang sesuai. Guru kelas membina akhlak siswanya
dengan berdasar pada nilai-nilai karakter dan budi pekerti yang harus dicapai
pada tiap mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang
diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga, yaitu harus menanamkan nilai karakter
di setiap materi pelajaran yang diajarkan.
Pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
juga telah dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam sesuai dengan
tujuan pembelajaran PAI sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab
58
sebelumnya yaitu agar siswa menjadi insan yang beriman dan bertakwa serta
berakhlak mulia.
Secara garis besar, pembinaan akhlak siswa tunagrahita telah
terlaksana dengan baik serta menghasilkan siswa-siswi berakhlak lebih baik
dari sebelumnya. Hal ini tercermin dari perilaku-perilaku terpuji siswa di
lingkungan sekolah baik di kelas maupun di luar kelas. Namun demikian,
hasil pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
belum berhasil sepenuhnya karena ada beberapa permasalahan yang
menghambat pembinaan. Walaupun ada permasalahan yang menghambat
pembinaan akhlak siswa tunagrahita, tentunya ini bukanlah hal yang
menyurutkan semangat bapak/ibu guru di SMPLB Negeri Salatiga. Mereka
menganggap semua permasalahan merupakan hal yang harus dipecahkan
sekaligus sebagai motivasi untuk berjuang membina akhlak siswanya.
Dalam rangka mewujudkan visi sekolah agar siswa beakhlak mulia,
kepala sekolah telah menetapkan kebijakan-kebijakan atau program-program
sekolah yang sangat bagus untuk dilaksanakan. Kebijakan atau program
tersebut disosialisasikan kepada guru, karyawan, komite sekolah, orang
tua/wali siswa, dan siswa SLB Negeri Salatiga. Dengan disosialisasikannya
program-program sekolah diharapkan semua pihak bisa memahami dan
melaksanakan program-program tersebut dengan kerjasama yang baik dari
semua pihak.
Akhlak mulia merupakan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Hal
ini sebagai dasar sekolah untuk membina siswa agar berakhlak mulia.
59
Berikut beberapa program sekolah dalam rangka pembinaan akhlak siswa di
SLB Negeri Salatiga:
k. Pembinaan terhadap guru oleh kepala sekolah
Dalam hal ini kepala sekolah secara rutin mengadakan pembinaan
terhadap guru dan karyawannya agar selalu melaksanakan tugasnya
dengan baik. Menghimbau kepada semua guru agar dalam memberikan
pelajaran selalu menanamkan nilai-nilai karakter dan budi pekerti (akhlak).
l. Pembiasaan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
Pembiasaan 5 S ini sangat sesuai dengan visi sekolah yang ingin
diwujudkan. Semua warga sekolah sudah membiasakan program ini
sehingga tercipta lingkungan sekolah yang menyenangkan. Sekolah juga
selalu mengingatkan program ini dengan memasang banner di pintu
gerbang sekolah.
m. Program guru menyambut kedatangan siswa dan berjabat tangan setiap
pagi di pintu gerbang
Guru datang lebih awal kemudian menyambut siswa dan berjabat
tangan dengan siswa setiap pagi di pintu gerbang sekolah. Program ini
sangat bagus untuk member contoh siswa agar tertib dan datang tidak
terlambat. Selain itu, hal ini juga sangat memotivasi siswa untuk sekolah
dan belajar lebih giat lagi.
60
n. Pogram doa sebelum belajar bersama di halaman sekolah sesuai agama
masing-masing dipimpin oleh guru agama
SLB Negeri Salatiga merupakan sekolah dengan guru dan siswa
yang latar belakang agamanya beragam. Jika siswa berdoa di dalam kelas,
siswa dipimpin oleh guru kelasnya yang kemungkinan besar berbeda
agama sehingga siswa hanya berdoa sendiri-sendiri di dalam hati atau
cenderung diam tidak melafalkan doa. Maka dengan program ini, siswa
berdoa sesuai agama masing-masing dipimpin oleh guru agamanya secara
bersama-sama.
o. Program menyanyikan lagu nasional atau daerah bersama di halaman
sekolah dipimpin oleh salah satu siswa
Program ini menanamkan jiwa nasionalis atau cinta tanah air dan
daerah pada diri siswa. Program ini juga menanamkan semangat juang dan
menghargai jasa para pahlawan.
p. Program sholat dhuhur berjamaah di sekolah
Pembelajaran di SLB Negeri Salatiga khususnya jenjang SMPLB
dan SMALB dimulai dari jam 07.15 WIB sampai dengan 14.00 WIB.
Dengan demikian siswa harus makan siang dan melaksanakan sholat
dhuhur di sekolah. Untuk pelaksanaan sholat dhuhur di SLB Negeri
Salatiga, sekolah mewajibkan semua siswa muslim untuk sholat berjamaah
di mushola yang tersedia di sekolah. Selain itu, siswa juga dibimbing
secara langsung bagaimana cara wudhu yang benar serta siswa lak-laki
praktek adzan dan iqomah.
61
q. Program ekstrakurikuler pramuka untuk melatih kemandirian dan
kedisiplinan siswa
Kemandirian dan kedisiplinan siswa merupakan tujuan sekolah
yang harus tercapai sesuai dengan visi misi dan tujuan sekolah. Untuk
mencapai kemandirian dan kedisiplinan siswa tersebut, salah satu cara
yang ditempuh sekolah yaitu dengan menggiatkan program estrakurikuler
pramuka.
Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali setiap hari kamis jam
12.30 WIB sampai dengan 13.30 WIB. Siswa yang mengikuti kegiatan
pramuka yaitu siswa kelas besar maksudnya siswa kelas 4 SDLB sampai
dengan siswa kelas 12 SMALB. Semua guru bertanggung jawab sebagai
pembina pramuka. Pogram kegiatan pramuka ini sangat membantu siswa
dalam upaya melatih kemandirian dan kedisiplinan mereka sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masing.
r. Kegiatan peringatan hari besar Islam
Peringatan hari besar Islam sangat penting dilaksanakan untuk
menanamkan nilai-nilai Islami bagi siswa muslim di SLB Negeri Salatiga.
Peringatan-peringatan hari besar Islam di SLB Negeri Salatiga antara lain
sebagai berikut:
a. Hari Raya Idul Fitri dengan melaksanakan acara Halal bi halal
b. Hari Raya Idul Adha dengan latihan menyembelih hewan qurban
c. Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengadakan pengajian
62
d. Bulan Ramadhan dengan mengadakan acara buka bersama dan
MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)
s. Pembiasaan menjaga ligkungan tetap bersih
Dalam hal ini sekolah memasang tulisan dan slogan baik berupa
banner maupun MMT tentang anjuran menjaga lingkungan sekolah agar
selalu bersih dan nyaman. Menjaga kebersihan merupakan kewajiban
seorang muslim. Kebersihan merupakan bagian dari iman,sehingga
menjaga kebesihan meupakan bentuk akhlak mulia terhadap lingkungan
sekitar.
Semua warga sekolah mempunyai tanggung jawab yang sama
dalam menjaga kebersihan sekolah. Siswa dilatih dengan melaksanakan
jadwal piket di kelasnya masing-masing. Jumat bersih juga dilaksanakan
setiap bulan sekali untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan melatih
siswa peduli dengan lingkungan sekitar serta belajar bergotong royong.
t. Program sekolah bebas kekerasan
Pendidikan tidak hanya mengajarkan akademis saja tetapi SLB
Negeri Salatiga mendidik bagaimana menghormati, menghargai dan
menyayangi antar sesama. Adanya pembinaan baik secara individu
maupun klasikal di kelas membantu siswa untuk lebih bersikap dan
berakhlak lebih baik. Sekolah menerapkan aturan tentang larangan adanya
tindak kekerasan di lingkungan sekolah. Guru mengajarkan kasih sayang
kepada siswanya, sehingga siswa mencontoh perilaku guru yang jauh dari
tindak kekerasan. Jika ada siswa yang ketahuan melakukan kekerasan
63
kepada siswa lain maka sekolah segera memberikan pembinaan baik
melalui guru kelas, guru PAI maupun kepala sekolah secara langsung.
W. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
Metode yang diterapkan dan dinilai paling tepat oleh guru PAI
SMPLB Negeri Salatiga dalam membina akhlak siswa tunagrahita, yaitu:
9. Metode uswah (keteladanan)
Keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik akhlak anak,
keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak
anak didik, kalau pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak
didiknya juga berakhlak baik, karena siswa meniru gurunya. Sebaliknya
kalau guru berakhlak buruk ada kemungkinan anak didiknya juga
berakhlak buruk.
Teladan yaitu sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena
mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Aplikasi metode teladan,
diantaranya adalah tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati
orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian
yang sopan, tidak berbohong, dan lain-lain.
Di SMPLB Negeri Salatiga Guru PAI sebagai teladan utama dalam
pembinaan akhlak sudah menunjukkan akhlak terpuji yang patut dicontoh
oleh siswanya. Metode keteladanan ini tentunya juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ini yaitu siswa secara
64
langsung bisa melihat akhlak yang dicontohkan oleh guru, selain itu siswa
juga bisa langsung mempraktekkan apa yang telah dicontohkan.
Sedangkan kelemahan dari metode uswah/keteladanan diantaranya:
kadangkala siswa tidak memperhatikan secara seksama apa yang
dicontohkan oleh guru, kemudian siswa tunagrahita juga kurang mampu
memahami nilai-nilai pembelajaran akhlak yang dicontohkan guru karena
keterbatasan dan kekurangannya.
10. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Metode Ta‟widiyah atau pembiasaan merupakan cara mendidik
akhlak siswa dengan membiasakan perilaku terpuji sehingga bisa menjadi
kebiasaan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
kepribadiannya. Metode pembiasaan yang digunakan dalam pembinaan
akhlak di SMPLB Negeri Salatiga sudah berjalan sangat baik.
Metode ini mengajarkan siswa tunagrahita membiasakan perilaku
atau perbuatan yang baik melalui bimbingan guru. Pembiasaan baik yang
diajarkan di SMPLB Negeri Salatiga antara lain: menghormati orang tua
dan guru, menyayangi teman, sholat berjamaah, berdoa sebelum
beraktifitas, menjaga kebersihan lingkungan, menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah SWT, dan lain sebagainya.
Namun dalam pembinaan akhlak tentunya ada kelebihan dan
kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode
pembiasaan ini memiliki kelebihan diantaranya: secara otomatis akhlak
siswa terbentuk dari pembiasaan-pembiasaan sederhana yang dilakukan,
65
selain itu guru tidak perlu berpanjang lebar menjelaskan perbuatan baik
dan buruk tetapi cukup langsung membiasakan perbuatan yang baik-baik
kepada siswanya. Sedangkan untuk kelemahan dari metode tersebut tidak
ada karena metode pembiasaan sangat tepat digunakan untuk membina
akhlak mulia.
11. Metode Mau’izah (nasehat)
Metode mau’izah atau nasehat adalah metode membina akhlak
dengan cara memberikan bimbingan secara lisan oleh guru kepada
siswanya. Metode ini cukup efektif diterapkan di SMPLB Negeri
Salatiga. Dalam pembelajaran di kelas maupun diluar kelas, guru selalu
memberi nasehat kepada siswa agar senantiasa berakhlak terpuji.
Dalam metode ini guru sangat berperan untuk selalu mengingatkan
siswa agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala
larangan-Nya. Guru PAI SMPLB Negeri Salatiga dalam memberikan
nasehatnya bertahap yaitu: secara umum di kelas pembelajaran PAI,
menegur secara langsung pada siswa yang kurang berakhlak terpuji
maupun memanggil dan membimbing secara individu bagi siswa yang
bermasalah.
Metode mau’izah ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode ini diantaranya: siswa bisa lebih jelas membedakan
mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus
ditinggalkan. Sedangkan kelemahan metode ini diantaranya: guru
membutuhkan waktu yang lama untuk menasehati siswa yang terlanjur
66
memiliki kebiasaan-kebiasan yang buruk. Dalam hal ini guru diuji dengan
kesabarannya.
12. Metode Tsawab (ganjaran)
Metode tsawab atau ganjaran yaitu metode pemberian hadiah bagi
siswa berprestasi atau berakhlak mulai. Dengan adanya hadiah akan
memberi motivasi siswa untuk terus meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan kebaikan akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak,
temannya yang melihat pemberian hadiah akan termotivasi untuk
memperbaiki akhlaknya dengan harapan suatu saat akan mendapatkan
kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah diberikan berupa materi, doa,
pujian atau yang lainnya.
Sanksi dalam pembinaan akhlak mempunyai arti penting. Sanksi
tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran,
kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk
menyakiti tetapi untuk mendidik.
Metode ini diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga guna memacu
semangat siswa dalam meningkatkan akhlak yang mulia. Sebagaimana
metode yang diterapkan dalam pembinaan akhlak lainnya, metode ini juga
mmpunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ganjaran
diantaranya: siswa termotivasi untuk lebih baik lagi, sedangkan
kelemahannya ada sebagian siswa yang hanya menginginkan hadiah yang
diberikan sehingga saat telah memperolehnya kadang mereka lupa dengan
tujuan utama dan kembali dengan akhlak yang kurang baik.
67
X. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
Dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga tidak terlepas dari permasalahan yang menghambatnya.
Permasalahan tersebut dapat menghambat proses pembinaan akhlak yang
mengakibatkan akhlak siswa menjadi kurang baik. Adapun permasalahan
yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:
7. Kekurangan dan kelemahan siswa tunagrahita
Siswa tunagrahita memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan siswa pada umumnya. Mereka memiliki inteligensi di bawah rata-
rata, serta memiliki kekurangan dan kelemahan lainnya. Dengan kondisi
siswa yang seperti ini tentunya dalam pembinaan akhlaknya menjadi tidak
maksimal. Kemampuan inteligensi yang rendah membuat siswa sulit
memahami materi maupun nasehat dari guru. Demikian juga kondisi fisik
yang kurang sempurna mempengaruhi siswa menjadi malas untuk
membiasakan perbuatan-perbuatan yang baik. Mereka cenderung senang
berdiam diri dan asyik dengan dirinya sendiri tanpa menghiraukan
lingkungan sekitar.
68
8. Kurangnya kerjasama dengan orang tua dalam upaya pembinaan akhlak
siswa
Kurangnya kerjasama yang baik dari orang tua menyebabkan
proses pembinaan akhlak siswa tunagrahita tidak berjalan maksimal,
meskipun dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin membina
siswanya. Sebagai contoh, sekolah telah mengajari dan membiasakan anak
mandiri serta disiplin tetapi di rumah mereka dimanja oleh orang tuanya
sehingga mereka menjadi anak yang malas lagi.
Orang tua masih banyak yang menganggap anak tunagrahita tidak
bisa apa-apa sehingga mereka enggan membina akhlak anaknya. Orang tua
kadang juga kurang memperhatikan perkembangan anaknya terutama
perkembangan perilaku anak, sehingga jika ada perilaku anak yang
menyimpang mereka tidak menegurnya. Hal ini akan membuat anak
terbiasa lagi dengan perilaku atau akhlak yang tidak baik.
9. Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga
Guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga hanya ada 2 orang
melayani 3 jenjang pendidikan, yaitu 1 guru mengampu SDLB dan 1 guru
mengampu SMPLB sekaligus SMALB. Kurangnya guru agama Islam
merupakan masalah yang menyebabkan kurang maksimalnya pembinaan
akhlak di SLB Negeri Salatiga.
Permasalahan yang muncul dengan merangkapnya guru PAI
SMPLB dan SMALB yaitu pembelajaran PAI dilaksanakan dengan cara
menggabung beberapa kelas menjadi 1 kelas. Penggabungan kelas tersebut
69
tentunya dengan jenjang kelas dan ketunaan yang berbeda. Hal ini
menyebabkan pembelajaran di kelas pada umumnya dan pembinaan
akhlak pada khususnya menjadi tidak maksimal. Guru kurang bisa
membina siswanya lebih mendalam karena harus mengampu siswa dengan
jumlah yang banyak dan kadang beda ketunaan dalam waktu yang
bersamaan.
70
BAB V
PENUTUP
Y. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan data yang diperoleh dari lapangan,
maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga sudah
terlaksana dengan baik tetapi masih kurang maksimal utamanya
disebabkan karena karakteristik siswa tunagrahita. Siswa tunagrahita
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan siswa lain pada umumnya.
Mereka mempunyai inteligensi jauh di bawah rata-rata serta mempunyai
kekurangan dan kelemahan secara fisik maupun emosional. Namun
demikian, pembinaan akhlak tetap dilaksanakan guna meningkatkan
kemampuan siswa dalam berperilaku yang lebih baik. Untuk membentuk
akhlak siswa yang lebih baik diperlukan kerjasama yang baik pula dari
semua warga sekolah, baik kepala sekolah, guru kelas, guru PAI,
karyawan maupun orang tua atau wali siswa. Mereka mempunyai
tanggung jawab yang sama besarnya dalam membimbing dan membina
siswa sesuai dengan peran mereka masing-masing.
Sekolah dan kepala sekolah sangat berperan dalam pembinaan siswa
tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga. Kebijakan kepala sekolah
sebagai dasar semua program-program yang akan dilaksanakan di sekolah
guna meningkatkan mutu pelayanan pendidikan pada umumnya dan guna
71
mencapai visi misi pada khususnya. Salah satu visi SLB Negeri Salatiga
yang harus tercapai yaitu siswa berakhlak mulia, dan untuk mewujudkan
visi tersebut sekolah melaksanakan program-program sebagai berikut:
u. Pembinaan terhadap guru oleh kepala sekolah
v. Pembiasaan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) bagi semua
warga sekolah
w. Program guru menyambut kedatangan siswa dan berjabat tangan setiap
pagi di pintu gerbang
x. Pogram doa sebelum belajar bersama di halaman sekolah sesuai agama
masing-masing dipimpin oleh guru agama
y. Program menyanyikan lagu nasional atau daerah bersama di halaman
sekolah dipimpin oleh salah satu siswa
z. Program sholat dhuhur berjamaah di sekolah
aa. Program ekstrakurikuler pramuka untuk melatih kemandirian dan
kedisiplinan siswa
bb. Kegiatan peringatan hari besar Islam
cc. Pembiasaan menjaga ligkungan tetap bersih
dd. Program sekolah bebas kekerasan
Program-program tersebut telah terlaksana dengan baik di SLB Negeri
Salatiga dan sangat membantu guru serta siswa dalam membiasakan
perilaku baik sehari-harinya. Dengan pembiasaan perilaku yang baik,
maka terbentuklah siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan visi sekolah
yang ingin dicapai.
72
2. Metode-metode yang diterapkan guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa
tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga cukup efektif. Metode-metode
tersebut sudah pas dan sesuai dengan karakteristik siswa tunagrahita.
Metode yang diterapkan guru PAI dalam membina siswa tunagrahita
antara lain yaitu: metode uswah (keteladanan), metode ta’widiyah
(pembiasaan), metode mau’izah (nasehat), dan metode tsawab (ganjaran).
Walaupun metode yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik
siswanya, namun dalam pelaksanaannya metode-metode tersebut tetap
memiliki kelebihan dan kelemahan. Karena memiliki kelebihan dan
kelemahan itulah maka guru PAI menerapkan metode-metode tersebut
secara berdampingan agar bisa melengkapi satu sama lainnya dalam upaya
membina akhlak siswa menjadi lebih baik.
3. Dalam pelaksanaan pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga ada permasalahan yang muncul dan menghambatnya.
Permasalahan tersebut antara lain yaitu: kekurangan dan kelemahan siswa
tunagrahita, kurangnya kerjasama dengan orang tua dalam upaya
pembinaan akhlak siswa serta kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri
Salatiga. Permasalahan-permasalahan di atas dapat menghambat
pelaksanaan pembinaan akhlak siswa sehingga pembinaan kurang berjalan
dengan lancar. Walaupun ada permasalahan yang muncul, hal ini tidaklah
menjadi penghalang bagi guru PAI di SMPLB Negeri Salatiga untuk tetap
melaksanakan tugasnya dalam membina akhlak siswa semaksimal
mungkin.
73
Z. Saran-saran
1. Untuk pihak SLB Negeri Salatiga
a. Melengkapi sarana prasarana untuk mendukung pembinaan akhlak
yang lebih baik
b. Memaksimalkan pelaksanaan program-program sekolah yang sudah
dijalankan
c. Meningkatkan kualitas akhlak guru dan karyawan dengan pembinaan
yang baik
d. Menambah guru pendidikan agama Islam
e. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua
atau wali siswa.
2. Untuk guru-guru SLB Negeri Salatiga
a. Meningkatkan kualitas guru baik dari segi akademis maupun non-
akademis
b. Meningkatkan kesabaran dan ketelatenan dalam membina akhlak
c. Aktif melaporkan perkembangan siswa kepada orang tua atau walinya.
3. Untuk orang tua atau wali siswa SLB Negeri Salatiga
a. Meningkatkan kerjasama yang baik dengan pihak sekolah
b. Meningkatkan peran sebagai orang tua atau wali dalam membina
akhlak anak di rumah
c. Konsultasi dengan guru kelas maupun guru lainnya mengenai
perkembangan anaknya di sekolah.
74
AA. Penutup
Alhamdulillahi Robbil „Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena
disebabkan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu
sumbangsih kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar
penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. 1991. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Bina Ilmu
Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Ditjen
Bimas.
Departemen Agama. 1984. Ilmu Fiqh. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan
Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN .
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Habibah, Umi. 2009. Pembinaan Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.
http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2015/04/pengertian klasifikasi-dan. html
(diakses 4 Desember 2016)
Mahmud, A.A. Halim. 1995. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pagerwati, Fitri. 2007. Peranan Guru Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak
Siswa di SMPN 31 Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Rosida, Ida. 2006. Pembelajaran Akhlak Terhadap Alam di Sekolah Alam
Bandung. Yogayakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Suharmini, Tin. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa
Publisher.
Para siswa berdoa bersama dipimpin oleh guru PAI
Peringatan hari besar Islam
Peringatan hari besar Islam
Jumat bersih dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan kelas dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan
Kegiatan Pramuka di SLBN Salatiga
Olahraga bersama
Pertemuan orang tua dengan pihak sekolah
Siswa latihan berbagi dan peduli
Siswa bersama guru menyanyikan lagu nasional dan daerah
Upacara bendera setiap hari Senin