Pemberian Suplemen Vitamin Penambah Nafsu Makan Terhadap Peningkatan Berat Badan Balita

download Pemberian Suplemen Vitamin Penambah Nafsu Makan Terhadap Peningkatan Berat Badan Balita

of 8

description

Pemberian Suplemen Vitamin Penambah Nafsu Makan Terhadap Peningkatan Berat Badan Balita

Transcript of Pemberian Suplemen Vitamin Penambah Nafsu Makan Terhadap Peningkatan Berat Badan Balita

BAB 2

PAGE 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep vitamin / suplemen, konsep balita, kerangka konsep dan hipotesa. Pertama konsep vitamin / suplemen meliputi definisi, jenis dan fungsi, tingkat kecukupan gizi. Kedua konsep balita meliputi definisi tumbuh kembang, nafsu makan, berat badan, kerangka konsep dan hipotesa.

2.1 Konsep Vitamin / Suplemen

2.1.1 Definisi

1. Vitamin adalah senyawa organik yang dalam jumlah sangat kecil diperlukan untuk terjadinya proses metabolisme sel sebagai bagian dalam kelangsungan hidup suatu organisme (Sudibjo Pudjiadi Solikin, 1999:122).

2. Vitamin adalah suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah 2 kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh (Sediaoetomo Djaeni Achmad, 2000:105).

3. Vitamin adalah bahan organik yang diperlukan dalam jumlah kecil oleh tubuh untuk metabolisme normal (Ali Assagaf, 2001:6).

4. Vitamin adalah suatu senyawa kimia yang terjadi secara alamiah dalam makanan dan dalam jumlah kecil penting untuk kesehatan (Sacharin RM, 1993:192).

5. Suplemen adalah suatu cara untuk menambahkan kadar vitamin yang terbuang dan berkurang kadarnya kembali ke kadar normal (Soedioetomo Djaelani Achmad, 2000:109).

2.1.2 Jenis dan Fungsi Vitamin (Soedioetomo Djaelani Achmad, 1987:126)

1. Vitamin A (Retual)

Berfungsi untuk menentukan pigmen, pertumbuhan tulang dan gigi, pembentukan epitel kulit, mata sistem reproduksi, saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih.

2. Tiami (Vit B1, Aneurin, Vitamin anti beri-beri)

Berfungsi untuk komponen enzim karboksilase yang berperan dalam proses dekarboksilase oksidatif, termasuk metabolisme asam pruvat, korenzim dalam metabolisme karbohidrat, sitensis asitilkolin.

3. Riboflavin (Vit B2)

Merupakan unsur pokok dua korenzim floroprotein berperan pada pertukaran hidrogen, bagian dari pigmen retina.

4. Vitamin B6 (pirdoksin, piridoksamin, porodoksal)

Berfungsi sebagai unsur pokok korenzim untuk metabolisme asam amino, glikogen, asam lemak, dan untuk metabolisme lemak kacang kedelai.

5. Kobalamin (Vit B 12)

Berfungsi sebagai metabolisme gugusan purin dan gugusan metil, pematangan normablas, metabolisme jaringan saraf.

6. Biotin

Berfungsi sebagai korenzim dari asitel korenzim A karboksilase, pertukaran CO2.

7. Folasin (Asam folinat)

Berfungsi untuk sintesis purin, pirimidin, nukleoprotein, gugusan metil.

Niasin (Nikotinamid, asam nikotinat, anti pelagra)

Merupakan unsur koenzim I dan II, kofaktor dalam berbagai sistem dehidrogenase.

8. Vitamin C (Asam askorbat)

Berfungsi untuk meningkatkan absorpsi besi, meningkatkan konversi asam folat menjadi asam folimat sebagai koenzim dalam metabolisme tirosin dan fenilalanin, dan berperan dalam aktivitas dehidrogenase dan fosfase.

9. Vitamin D

Berfungsi untuk mengatur absorpsi penyimpangan kalsium dan fosfor, mengatur kadar fostafase dalam serum.

10. Vitamin E (Alfafokaferol)

Berkaitan dengan metabolisme otot dan fragilitas eritrosit, mengurangi oksidasi karotin, vit A, asam linoleat dalam usus.

11. Vitamin K

Berfungsi untuk pembentukan faktor pembekuan II, VII, IX, X.

2.1.3 Tingkat Kecukupan Gizi

Zat gizi atau zat makanan, merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan. Ada lima fungsi zat gizi yaitu :

1. Sumber energi atau tenaga. Jika fungsi terganggu, orang menjadi berkurang geraknya atau kurang giat dan merasa cepat lelah.

2. Menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada.

3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai, yaitu mengganti sel yang tampak jelas pada luka tubuh.

4. Mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh atau keseimbangan air, asam basa dan mineral.

5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai antioksidan dan antibodi lainnya (Sediaoetomo Djaeni Ahmad, 1987:100).

Zat gizi terdiri dari karbohidrat atau hidrat arang, protein, atau zat putih telur, lemak, vitamin dan mineral. Zat gizi ini bila dikaitkan dengan fungsi zat gizi digolongkan menjadi tiga yaitu pertama zat penghasil energi terdiri dari karbohdirat, lemak, dan protein, kedua zat gizi pembangun sel terdiri dari protein dan ketiga zat gizi pengatur terdiri dari vitamin dan mineral (Santoso Soegeng, 1999:108).

Kekurangan zat gizi akan menghambat proses tumbuh kembang anak, dan bisa menimbulkan berbagai masalah fisik di kemudian hari, pemenuhan kebutuhan zat gizi, terutama pada masa satu tahun pertama, akan memungkinkan terbentuknya fisik dan mental yang optimal pada anak dan infeksi (Ayah Bunda, 1996:10).

Tabel 2.1 Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (per orang per hari) menurut Indya Karta Nasional Pangan dan Gizi V (1993).

Golongan UmurBB (Kg)Energi (Kkal)Protein (g)Tiamin (mg)Vit C (mg)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)

0-6 bln

7-12 bln

1-3 th

4-6 th 5,5

8,5

12

18560

800

1250

175012

15

23

320,3

0,4

0,5

0,830

35

40

45300

400

500

600200

250

250

3003

5

8

9

2.2 Konsep Balita

2.2.1 Definisi

1. Balita adalah kelompok anak yang berumur di bawah lima tahun (Lestari Wita, 1996:1).

2. Balita adalah kata baru yang diperkenalkan belum lama ini untuk menyebut anak-anak yang usianya di bawah lima tahun (Suidman leneke, 1995:15).

3. Masa balita adalah masa yang sangat penting diperhatikan oleh para orang tua (Sudiman leneke, 1995:15).

2.2.2 Tumbuh Kembang

Tumbuh berarti ada perubahan dalam ukuran, sedangkan kembang diartikan sebagai proses pematangan fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya intelektual dari perilaku anak (Lestari Wita, 1996:1).

Faktor yang menentukan pertumbuhan normal anak adalah gizi dan lingkungan. Kedua faktor ini ditentukan oleh beberapa besar usaha orang tua untuk memberikan gizi yang baik dan menciptakan lingkungan yang sehat agar tumbuh kembang anak dapat optimal.

Tumbuh kembang umur 1-2 tahun, masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan pertumbuhan fisik yaitu dengan kenaikan berat badan berkisar antara 1,5-2,5 kg atau rata-rata 8 cm per tahun. Biasanya setelah umur 10 bulan terdapat penurunan nafsu makan yang berlanjut sampai umur 2 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak yang tadinya gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing dan berotot (Lestari Wita, 1996:1).

Demikian pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami perlambatan selama tahun ke-2, kenaikan lingkar kepala yang pada tahun pertama sebesar 12 cm. Pada tahun kedua hanya 2 cm. Besar otak pada akhir tahun pertama mencapai 2/3 dan pada akhir tahun kedua 4/5 dari ukuran otak orang dewasa (Lestari Wita, 1996:2).

Selama tahun ke 2 timbul sebanyak 8 buah tambahan gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi laring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah, erupsi gigi bersifat tidak teratur, keluar geraham pertama dahulu baru menyusul erupsi gigi taring (Aritonang Irianto, 1996:23).

Kenaikan ukuran pertumbuhan fisis selama tahun ke 3, 4 dan 5 bersifat tetap yaitu kenaikan BB lebih kurang 2,0 kg dan tinggi badan 6-8 cm pertahun. Sekitar umur 21/2 tahun biasanya anak mempunyai 20 buah gigi susu. Selama sisa waktu pertumbuhan pra sekolah berikutnya bagian muka kepala tumbuh lebih sebanding dari pada bagian rongga tengkorak, rahang akan melebar sebagai persiapan untuk erupsi gigi tetap (Aritonang Irianto, 1996:28).

2.2.3 Nafsu Makan

Nafsu makan yaitu keinginan untuk menerima berbagai jenis makanan (Santoso Soegeng, 1999:99).

Penyebab kurang nafsu makan atau kesulitan makan pada balita menurut Palmer dan Horn yang dikemukakan oleh Samsudin (1985) antara lain :

1. Kelainan neuro-motorik

Kelainan neuro-motorik ini berupa rekardasi mental, kelamin, otot, ikoordinasi alat-alat tubuh, kelainan esofagus atau saluran menelan, dan lainnya.

2. Kelainan kongenetal

Kelainan ini mencakup kelainan yang berhubungan dengan alat pencernaan, seperti lidah, saluran pencernaan. Kelainan ini merupakan kelainan yang secara mekanik menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk makan atau menimbulkan muntah-muntah.

3. Kelainan gigi geligi

Kerusakan pada gigi atau ketidaksempurnaan gigi yaitu tanggal, akan menyulitkan anak mengunyah atau menggigit makanan dan anak merasa sakit pada giginya sehingga segan makan.

4. Penyakit infeksi akut dan menahun

Pada infeksi akut saluran nafas bagian atas, sering menimbulkan kurang nafsu makan anoreksia, dan sulit menelan, infeksi ini mempersukar anak untuk menerima makanan.

5. Defisiensi nutrien / gizi

Defesiensi golongan nutrien yang pokok seperti kalori dan protein menimbulkan gejala anoreksia karena produksi enzim pencernaan dan asam lambung yang kurang dan anak dalam keadaan apatis.

6. Psikologik

Seringkali terjadi kelainan psikologik disebabkan kekeliruan pengelolaan orang tua dalam hal mengatur makan anaknya, perasaan takut berlebihan pada makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan.

Akibat dari kesulitan makan jelas akan mempengaruhi terhadap keadaan gizi seorang anak. Karena itu perlu diusahakan upaya untuk mengatasi kesulitan makan. Upaya terpenting adalah menghilangkan penyebab kesulitan makan. Secara garis besar yang dapat dilakukan adalah upaya dietetik dan upaya psikologik (Santoso Soegeng, 1999:100).

a. Upaya dietetik

Upaya ini berhubungan dengan pengaturan makanan yaitu merancang makanan. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan makanan yaitu umur dan berat badan, keadaan penyakit anak, keadaan alat pencernaan makanan, mulut gigi geligi, usus dan sebagainya (Santoso Soegeng, 1999:101).

b. Upaya psikologik

Hubungan emosional antara anak dan ibu hendaknya baik, ibu perlu sabar, tenang dan tekun. Adakan suasana makan yang menyenangkan anak, bersih dan berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik serta cukup makan guna anak dan sesuai dengan kondisi anak sehingga memudahkan anak untuk makan (Santoso Soegeng, 1999:102).

2.2.4 Berat Badan

Untuk mengetahui pertumbuhan anak adalah dengan menimbang dan mengukur tinggi badan secara teratur. Anak yang sehat tumbuh dengan pesat, bertambah umur bertambah pula berat dan tinggi badan (Lestari Wita, 1996:4).

Secara normal pada umur satu tahun anak mengalami pertumbuhan panjang, sekitar 1,5 kali panjang badan saat lahir dan berat sekitar 3 kali lebih berat lahir. Selanjutnya dari umur 2-12 tahun pertumbuhan panjang dan berat badan anak relatif stabil, sekitar 5, 7, 5 cm.

Dengan demikian anak yang terbaik berat badan dan tinggi badan di ukur tiap bulanan dan enam bulan sekali, dari pengukuran ini akan diperoleh sejumlah data tentang tinggi dan berat badan mereka (Lestar Wita, 1996:4). BB baik > 80%, BB sedang 70%-79%, BB kurang 60%-69,9% (Aritonang Irianto, 1996:90).

PAGE 12