PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN...

102
PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS TIMOR LESTE SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Disusun Oleh: Sarifah Dacosta Vidigal NIM: 1112044100030 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H/2016 M.

Transcript of PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN...

Page 1: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU

LOSPALOS TIMOR – LESTE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Disusun Oleh:

Sarifah Dacosta Vidigal

NIM: 1112044100030

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/2016 M.

Page 2: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS
Page 3: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS
Page 4: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS
Page 5: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

i

ABSTRAK

Sarifah Dacosta Vidigal, NIM 1112044100030, Pemberian Belis (Mahar)

Dalam Adat Perkawinan Suku Fataluku Lospalos Timor-Leste, Jurusan Hukum

Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 1437 H/2016 M, 80 Halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep dasar yang digunakan

masyarakat Fataluku dalam penentuan belis, serta tata cara atau praktek yang

digunakan masyarakat Fataluku sekaligus memahami sudut pandang masyarakat

dan makna filosofis yang terkandung dalam belis, yang menghubungkan dengan

kehidupan setiap hari sekaligus untuk mendapatkan pandangan masyarakat

mengenai kehidupan mereka yang berkaitan dengan belis, serta dikaitkan dengan

pandangan Islam mengenai belis dalam pemahaman masyarakat Fataluku.

Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan

pendekatan Antropologis. Penelitian ini juga dapat dikategorikan sebagai

penelitian lapangan (field research), dan merupakan kelanjutan dari penelitian

deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan karakteristik saja,

melainkan juga menganalisa dan menjelaskan mengapa atau bagaimana hal itu

terjadi. Kriteria data yang didapatkan berupa data primer dan sekunder dengan

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi

dokumentasi dan studi pustaka.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diketahui bahwa landasan yang

digunakan oleh masyarakat Fataluku dalam menentukan besarnya belis adalah

dengan melihat strata sosial penganti wanita, yang meliputi keturunan bangsawan,

jabatan, pekerjaan, jenjang pendidikan yang ditempuh serta kedekatan hubungan

antarkeluarga tersebut. Apabila semakin dekat hubungan kekerabatan, maka

semakin besar nilai belis yang harus diberikan. Ketidak mampuan memberi belis

menimbulkan sanksi sosial maupun psikologis diantaranya adalah dikucilkan dari

pergaulan, diperbincangkan oleh tetangga, ditegur oleh para pemuka adat, serta

menimbulkan rasa malu yang mendera. Selain itu, belis ini menciptakan keluarga

yang kukuh hingga akhir hayat dalam ikatan keluarga yang kuat.

Kata kunci : Belis, Tradisi, Masyarakat Fataluku Lospalos

Pembimbing : Arip Purkon, S.HI., MA.

Daftar Pustaka : 1999 Sampai 2016.

Page 6: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

ii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih sayang, dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemberian Belis (Mahar)

Dalam Adat Perkawinan Suku Fataluku Lospalos Timor-Leste”. Shalawat dan

salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan umatnya dari

kegelapan dunia ke zaman peradaban ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas

akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah

selesai. Serta penulis tak lupa meminta maaf apabila didalam penulisan skripsi ini

ada yang kurang berkanan dihati para pembaca, karena penulis menyadari bahwa

penulis masih jauh dari kesempurnaan.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat

tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai

ungkapan rasa hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, P, hd. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil Dekan

I,II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

Page 7: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

iii

3. Dr. H. Abdul Halim, M. Ag, dan Arip Purkon, S.HI., MA, Ketua Program

Studi Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga.

4. Pembimbing Akademik JM. Muslimin, MA., Ph.D, Dosen Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen pembimbing Skripsi Arip Purkon, S.HI., MA yang selalu memberi

pengarahan, pembelajaran yang baru bagi saya dengan penuh keikhlasan,

kesabaran, dan keistiqomahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Terimakasih kepada Dr. H. A. Djuaini Syukri, Lc., M.Ag. dan Hj. Hotnidah

Nasution, S.Ag., M.A. dosen penguji dalam munaqasah, para dosen yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis, beserta seluruh staf dan karyawan

yang telah memberikan pelayanan maksimal.

7. Para narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data-

data terkait penelitian ini, Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat Lospalos), Sr.

Carlos Dias Quintas, Sr. (Tokoh Masyarakat), Muhammad Anwar (Tokoh

Agama), beserta beberapa elemen masyarakat, Muhammad Ali, Lucia Martin,

Inacia Gutteres, Olga Dacosta, Fatimah da Silva dan Gabriela Araujo.

8. Paling istimewa untuk kedua orang tua penulis Ayahanda tercinta Sebastiao

Dacosta Vidigal dan ibunda tercinta Saudah binti Hamzah, yang tak pernah

jenuh dan tak menyerah untuk memberikan dukungan serta tak henti-hentinya

mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Adikku tersayang Jihan

Dacosta Vidigal dan Ete Marjani, serta seluruh Keluarga Besar Kampung

Alor Dili.

Page 8: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

iv

9. Kepada kakek dan nenek tercinta Abdullah Balafif, Sazia Manduly loly,

Saleha dan Olandina yang selalu mendoakan Ananda dan selalu

mengingatkan ananda agar terus berjuang mencapai apa yang di impikan.

10. Kepada sahabat sekaligus teman sekamar, sekelas, seperjuangan terkhusus

Aprilia Farchataeni dan Nanik Maulidah yang selalu memberi semangat dan

selalu mengingatkan satu sama lain untuk terus maju dan berjuang

menyelesaikan penulisan skripi ini.

11. Teman seperjuangan Peradilan Agama 2012, khususnya kelas PA.A Nisa,

Putri, Aisyah, Deza, Nafis, Iffa dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang telah memberikan semangat untuk penulis.

12. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Ara Dasopang, Navida, Syela, Ulan, Tyas,

Septian, Fatima wati, Anaqleto Marques, Custodio Agiar yang telah menjadi

saksi dari perjuanganku. Terimakasih telah banyak membuat cerita dalam

hidup penulis baik berupa canda tawa, tangis, dan pengorbanan. Tetap selalu

menjadi sahabat yang terbaik bagi penulis.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan

kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat pada saat ini, masa yang akan

datang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih amat jauh dari

kesempurnaan karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi selanjutnya.

Jakarta, 05 Oktober 2016

Sarifah Dacosta Vidigal

Page 9: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

v

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................................... ..........ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat ................................................................... 6

E. Metode Penelitian ...................................................................... 7

F. Review Studi Terdahulu .......................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II KONSEP DASAR BELIS (MAHAR) A. Pengertian Belis ....................................................................... 16

B. Sejarah Belis ............................................................................ 21

C. Syarat dan Jenis-Jenis Belis .................................................... 27

D. Bentuk dan Kadar Belis ........................................................... 33

E. Hikmah dan Tujuan Belis ........................................................ 38

BAB II PRAKTEK PEMBERIAN BELIS MASYARAKAT

FATALUKU

A. Potret Suku Fataluku ............................................................... 43

B. Budaya Sosial Masyarakat Fataluku ....................................... 47

C. Prosesi Pelaksanaan Perkawinan Adat Fataluku ..................... 47

D. Praktek Pemberian Belis Masyarakat Fataluku ....................... 52

BAB IV NILAI FILOSOFIS BELIS

A. Belis Dalam Prespsi Masyarakat Fataluku ............................ 62

B. Makna Filosofis Belis Dalam Sudut Pandang Masyarakat

Fataluku ................................................................................... 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 77

B. Saran-saran .............................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberian mahar dalam pernikahan tidak hanya sebatas budaya yang

berlaku dalam peradaban manusia, tata cara dan pemberian mahar bahkan diatur

dalam kitab suci al-Qur‟an. Pembayaran mahar pada isteri sudah dilakukan

orang Arab di zaman Jahiliyah, yakni sebelum datangnya Islam. Konsep yang

mendasarinya ialah bahwa perkawinan, menurut berbagai bentuk hukum adat

Arab,1 adalah transaksi jual beli, yakni jual beli antara suami selaku pembeli di

satu pihak dan ayah atau kerabat dekat laki-laki dari calon istri selaku pemilik

barang ( si calon isteri ) di pihak lain.2

Aturan al-Qur‟an yang begitu sederhana ternyata punya dampak yang cukup

berarti. Ia dapat mengubah kedudukan isteri dari sebagai barang dagangan

menjadi pihak yang ikut terlibat dalam kontrak. Wanita dapat meminta mahar

dalam bentuk harta dengan nilai nominal tertentu seperti uang tunai, emas,

tanah, rumah, kendaraan atau benda berharga lainnya. Mahar juga dapat berupa

mushaf al-Qur‟an serta seperangkat alat shalat. Agama Islam mengizinkan

mahar diberikan oleh pihak laki-laki dalam bentuk apapun ( cincin dari besi atau

1 Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011), h.

151.

2 Noel J. Coulson, The History of Islamic Law, (Inggris: Edinburg University Press,

1974), h. 17.

Page 11: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

2

jasa ), namun demikian mempelai wanita sebagai pihak penerima memiliki hak

penuh untuk menerima ataupun menolak mahar tersebut.3

Mahar atau mas kawin adalah hak seorang wanita yang harus dibayar oleh

laki-laki yang akan menikahinya. Mas kawin merupakan hak milik seorang isteri

dan tidak boleh seorangpun mengambilnya, baik sang ayah maupun selainnya,

kecuali jika diambilnya mas kawin itu dengan keridhaan hatinya. Syari‟ah Islam

tidak membatasi nominal sedikit banyaknya mas kawin, akan tetapi Islam

menganjurkan untuk meringankan mas kawin agar mempermudah proses

pernikahan dan tidak membuat para pemuda enggan untuk menikah karena

mahalnya mas kawin. Maka dari itu, Allah SWT telah berfirman dalam (QS.Al-

Nisa (4), bahwa mas kawin adalah kewajiban seorang pria yang harus dibayar

kepada calon isterinya.

Timor Timur atau Timor Leste merupakan sebuah negara yang terletak di

separuh bagian timur Pulau Timor. Kata Timor yang berasal dari bahasa Melayu

dan kata Leste yang berasal dari bahasa Portugis sama-sama berarti timur. Nama

itu tepat karena pulau ini terletak di bagian timur Kepulaun Indonesia.

Masyarakat Timor Leste semuanya pada dasarnya sangat ramah, suka belajar

sesuatu yang baru dan ceria. Mereka juga sangat menjunjung tinggi akan

masalah budaya dan tradisi. Selain itu, pola perkawinan yang disukai oleh orang

Timor adalah perkawinan antara seorang pemuda dengan anak gadis saudara

laki-laki ibu.Walaupun demikian seorang pemuda bisa kawin dengan gadis

manapun, asal bukan dengan anak saudara perempuan ibunya yang dianggap

3

Imam Al-Mundziri, Mukhtasar Sahih Muslim, (Riyadh: Dar Ibni

Khuzaimah,1414H/1994),446.

Page 12: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

3

masih saudara. Ada dua macam sistem perkawinan adat yang dianut oleh

masyarakat Timor, yakni sistem perkawinan patrilineal (perkawinan yang

menganut garis keturunan ayah) dan sistem matrilineal (perkawinan yang

menganut garis keturunan ibu).4Dari kedua sistem perkawinan tersebut yang

paling menonjol adalah sistem perkawinan patrilineal. Sistem ini menjunjung

tinggi belis (mas kawin) karena sebelum pernikahan dilangsungkan, calon pria

menjalani rentetan adat perkawinan, dari meminang, memberikan belis, dan

terakhir dilakukan pengesahan.

Belis (Mahar) adalah sebutan untuk mahar atau mas kawin adat di Timor

Leste. 5

Seperti tradisi di daerah-daerah lain pada umumnya, para calon

mempelai laki-laki harus membayar belis kepada pihak orang tua calon

mempelai wanita sebelum meminang anak gadisnya. Belis ini telah ditentukan

oleh adat masyarakat Timor Leste, baik mulai dari jenis belis maupun nilai harga

belis. Di daerah Fataluku propinsi Lospalos (Timor Leste bagian Timur), jika

seorang laki-laki yang ingin meminang seorang wanita maka ia harus membayar

belis berupa 77 ekor kerbau kepada orang tua si wanita sebagai mas kawin. Belis

ini bisa digantikan dengan uang senilai 77 ekor kerbau, dan ini merupakan

tradisi atau peraturan adat yang harus diikuti oleh semua masyarakat Fataluku

propinsi Lospalos.

Belis ini bisa di hutang serta dicicil. Jika seorang laki-laki tidak atau belum

mampu membayar belis secara keseluruhan, maka ia hanya bisa menikahi si

wanita namun tidak berhak membawa pulang isterinya ke tempat tinggal lain

4 Dr.Joao Goncalves, Cu‟ Pede „Usa Sa‟e Pede Laru, (Timor Leste, 2007), h. 41.

5Dr.Joao Goncalves, Cu‟ Pede „Usa Sa‟e Pede Laru (Timor Leste, 2007), h. 43.

Page 13: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

4

sampai “hutang belis“ tersebut lunas.6 Dan selama belis belum lunas menantu

laki-laki tersebut harus tinggal di rumah mertua dan harus mau membantu

menanggung sebagian atau seluruh biaya hidup mertua karena ia belum lunas

membayar belis. Setelah belis terbayar senilai 77 ekor kerbau, maka menantu

laki-laki berhak membawa isterinya pergi ke tempat tinggal lain dan ia tidak

diwajibkan lagi memenuhi permintaan mertua terkait biaya atau keuangan yang

mertua butuhkan.

Mahar harus ditunaikan dan dipenuhi oleh pihak calon suami sesuai dengan

persyaratan-persyaratan tertentu yang telah diajukan (telah ditentukan bentuk

dan kadarnya) dari pihak calon isteri sebelumnya yakni saat peminangan,

misalnya mengenai jenis dan jumlah dari belis (mahar) tersebut sebagai suatu

syarat perkawinan. Hal inilah yang menyebabkan praktek pemberian belis

(mahar) dalam adat perkawinan cenderung terkesan memberatkan pihak calon

suami, harta belis tersebut dari segi nilai dan bentuknya sangat berat dan sulit

untuk dipenuhi.

Agama Islam tidak menentukan suatu kadar dan bentuk mahar yang

mengikat, namun diserahkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak baik

pihak laki-laki dengan syarat kepatutan, bermanfaat serta mahar itu mencakup

pengertian sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai, juga halal menurut

syari‟at Islam.7 Seperti halnya yang terjadi pada masa Rasulullah saw, yaitu

mahar berupa sebentuk cincin besi, sepasang sendal. Mengucapkan kalimat

6Dr.Joao Goncalves, Cu‟ Pede „Usa Sa‟e Pede Laru (Timor Leste, 2007), h. 43.

7 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Alih Bahasa Maskur A.B dkk, cet

ke-15 ( Jakarta : Lentera, 2005 ), hlm.367-368.

Page 14: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

5

syahadatain dan mengajarkan Al-qur‟an.8 Hal ini menunujukkan bahwa Islam

tidak mempersulit proses akad nikah dan cenderung menyederhanakan serta

memudahkan penunaian suatu mahar.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh mengenai

pemberian belis menurut Masyarakat Fataluku Kabupaten Lautem Propinsi

Lospalos Timor Leste. Untuk itu penulis ingin meneliti lebih jauh lagi kedalam

bentuk penulisan skripsi dengan judul “Pemberian Belis ( Mahar) DalamAdat

SukuFatalukuKabupaten Lautem KotaLospalos Timor Leste“

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan beberapa permasalahan yang berkaitan

dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan muncul dalam

latar belakang diatas, akan penulis paparkan beberapa diantaranya, yaitu:

1. Bagaimana konsep pemberian belis (mahar) dalam perkawinan yang

terjadi pada masyarakat Suku Fataluku Kota Lospalos Timor Leste ?

2. Apakah jumlah belis 77 ekor kerbau masih berlaku di masyarakat

Suku Fataluku Lospalos?

3. Bagaimana prespektif hukum Islam terhadap pemberian belis (mahar)

dalam adat perkawinan masyarakat Fataluku ?

4. Apa yang menjadi konsep dasar dalam menetapkan belis oleh

masyarakat Fataluku di Kota Lospalos Timor leste ?

5. Bagaimana praktek belis masyarakat Fataluku di Kota Lospalos Timor

Leste ?

8 Muslim, Shahih Muslim, Jilid I (Jakarta : Dar Al-Kutub Al-„Arbiyah,t.t),hlm.596.

Page 15: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

6

6. Apa nilai filosofis yang terkandung dari pemahaman masyarakat

Fataluku di Kota Lospalos Timor Leste mengenai belis (mahar) ?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar Pembahasan pada penelitian ini tidak melebar maka pembahasan

mahar (mas kawin yang diberikan calon suami kepada isteri) di tempat lain ,

maka dibatasi pada mahar dalam masyarakat Fataluku kota Lospalos saja.9

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut ;

1. Apa yang menjadi konsep dasar dalam menetapkan belis oleh

masyarakat Fataluku di Kota Lospalos Timor leste ?

2. Bagaimana praktek belis oleh masyarakat Fataluku di kota Lospalos

Timor Leste ?

3. Apa nilai filosofis yang terkandung dalam belis (mahar) ?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari sebuah penelitian ialah mengungkapkan secara jelas sesuatu

yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari pemahaman

tersebut maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk menganalisis konsep dasar yang digunakan oleh masyarakat

Fataluku dalam menetapkan mahar.

9Terdapat lima Sub-Distrik di Lospalos dan masing-masing distrik memiliki sub-distrik,

diantaranya; Distrik Lospalos, Lautem, Tutuala, Iliomar dan Luro. Setiap Sub-Distrik dibagikan

dalam desa, yang disebut suco, yang dikelolai oleh Chefe de Suco atau kepala desa. Setiap Suco

terdiri dari Sub-desa, yang disebutkan Aldeia atau kampung, yang dikelolai oleh Chefe de Aldeia.

Yang termasuk Masyarakat Fataluku adalah Distrik lautem, Tutuala dan Lospalos.( Administrasi

Umum Timor Lorosae Lautem: Maret, 2002).

Page 16: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

7

2. Untuk mengetahui tata cara praktek mahar yang digunakan oleh

masyarakat Fataluku.

3. Untuk memahami sudut pandang masyarakat Fataluku di Lospalos,

hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan prespektifnya

mengenai duniannya yang berkaitan dengan mahar.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, demikian pula

dengan penelitian yang penulis adakan diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut;

1. Adapun manfaat yang didapat secara pribadi dari penulisan karya ilmiah

ini adalah sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang

lebih tinggi dan menjadikan pemberian belis (mahar) dalam adat

perkawinan Suku Fataluku Kota Lospalos ini sebagai konsentrasi yang

akan penulis dalami.

2. Sebagai kontribusi ilmiah dalam memperkaya khazanah kepustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum dengan pembahasan tentang pemberian

belis (mahar) dalam adat perkawinan Suku Fataluku kota Lospalos,

tidak hanya membahas itu melainkan memperkaya kaitannya dengan

hukum Islam.

3. Diharapkan dapat menjadi masukan dan sumbangan pemikiran kepada

orang-orang yang hendak menikah dalam penentuan mahar.

E. Metode Penelitian

Dalam membahas masalah-masalah dalam penelitian ini, diperlukan suatu

metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas

Page 17: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

8

dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas, tepat dan akurat. Terdapat

beberapa metode yang akan penulis gunakan antara lain ;

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif yaitu penelitian

lapangan (field research ) yang sumber datanya terutama diambil dari obyek

penelitian (masyarakat atau komunitas sosial) secara langsung di daerah

penelitian.10

Penelitian ini merupakan penelitian etnografi. Tentu saja sebagai

suatu rancangan penelitian, metode etnografi dengan sendirinya menyediakan

perangkat-perangkat yang memungkinkan penelitian berlangsung secara baik.

Terdapat dua kelompok dalam memandang etnografi (etnografi sebagai

paradigma filosofis dan etnografi sebagai sebuah metode dalam penelitian).

Namun ada yang menganggap etnografi sebagai keduanya, artinya di satu sisi

sebagai paradigma filosofis, sedangkan di lain sisi merupakan rancangan

penelitian yang hendak dilakukan.11

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

antropologi, istilah antropologi adalah ilmu atau studi tentang manusia, atau

jelasnya ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia baik dari segi hayati

maupun dari segi budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami tentang

asal usul terjadi dan perkembangan manusia secara evolsi.12

10

Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Buku Ajar ,2009),h.28. 11

Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Buku Ajar ,2009),h.28. 12

Hilman Handikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, Cet-3, (Bandung: P.T Alumni,

2010),h.1.

Page 18: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

9

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik merupakan kelanjutan dari penelitian

deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan karakteristik tertentu.

Tetapi juga menganalisa dan menjelaskan mengapa atau bagaimana hal itu

terjadi.13

4. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan meniliti di Suku Fataluku Kota Lospalos

Timor Leste. Penulis mengambil lokasi ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan

salah satu lokasi yang memakai belis atau mahar dengan 77 ekor kerbau.

5. Kriteria dan Sumber Data

a. Data Primer, data yang didapat dari hasil observasi, wawancara langsung

dengan masyarakat, tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

b. Data Sekunder, dalam penelitian ini data yang digunakan penulis adalah

data yang dikumpulkan oleh orang lain, pada waktu penelitian dimulai

data telah tersedia.14

Selain itu data yang memberikan bahan tidak

langsung atau data yang didapatkan selain primer. Data ini juga

dikumpulkan melalui studi pustaka yang berkaitan diantaranya buku-

buku fiqh, artikel, jurnal dan data lain yang terkumpul yang mempunyai

hubungan dengan tema ini.

13

Yayan Sopyan, Metode Penelitain Hukum, h.20. 14

Bambang sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum , (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007), h.37.

Page 19: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

10

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara

mengumpulkan data dapat menggunakan teknik : wawancara (interview), angket

(quiestioner), pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan fokus group

discussion (FGD).15

Penulisan ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Teknik observasi, yaitu dengan cara mengadakan analisa, pengamatan

dan pencatatan secara terperinci serta sistematis tentang mahar di Suku

Fataluku Lospalos.

b. Teknik Interview (wawancara), selama ini metode wawancara dianggap

sebagai metode yang efektif dalam penggumpulan data primer di

lapangan. 16

menggunakan pedoman secara mendalam dengan pokok

permasalahan guna menghindari penyimpangan dari masalah penelitian

dan kevakuman selama wawancara. Adapun yang di wawancarai dalam

penulisan skripsi ini yaitu dengan tokoh adat, tokoh agama dan

masyarakat Fataluku.

c. Studi Dokumentasi, yaitu meliputi studi bahan hukum yang terdiri dari

bahan hukum primer dan hukum sekunder.17

Juga data yang diperoleh

dari referensi atau literatur yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

d. Studi Pustaka, yaitu pengidentifikasian secara sistematis dan melakukan

analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi yang

15

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah ,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001),h. 138. 16

Bambang Waluyo, Penelitian Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h,. 57. 17

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, 2004),h.82.

Page 20: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

11

berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian yang akan

dilakukan. Terdiri dari dua langkah yaitu kepustakaan penelitian yang

meliputi laporan penelitian yang telah diterbitkan, dan kepustakaan

konseptual meliputi artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli

yang memberikan pendapat, pengalaman, teori-teori atau ide-ide tentang

apa yang baik dan buruk, hal-hal yang diinginkan dan tidak dalam bidang

masalah.18

e. Teknik Penulisan, adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi

ini mengacu kepada “Pedoman Penulisan Skripsi“ yang diterbitkan oleh

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2012.

F. Review Studi Terdahulu

Tinjauan (review) kajian terdahulu yang dimaksud adalah melihat data-data

skripsi tahun-tahun sebelumya dengan tujuan menganalisis skripsi yang berkaitan

dengan judul atau permasalahan penyusunan. Dari sekian banyak skripsi yang

penyusun temukan, diantara penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah

sebagai berikut :

Judul Skripsi Pembahasan Perbedaan

1. Yoseph Yapi

Taum/2015. Sastra lisan

Nololo Masyarakat

Penulis membahas

tentang tradisi Lisan

Nololo Termasuk

Perbedaann skripsi ini

dengan penulis adalah

skripsi ini lebih

18

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010),h.17-18.

Page 21: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

12

Fataluku Timor-Timur puisi Nololo

masyarakat

Fataluku yang

melibatkan disiplin

ilmu-ilmu lain

seperti sosiologi,

studi perbandingan

agama, etika,

filsafat dan

historiografi

tradisional.

menekankan pada trasidi

lisan Nololo masyarakat

Fataluku yang merupakan

sebuah bentuk cipta sastra

berupa puisi rakyat yang

didalamnya mengandung

makna sejarah sedangkan

pembahasan penulis adalah

pemberian belis (mahar)

adat perkawinan Suku

Fataluku.

2. Edegas da

conceisao/2015.

Studi

sosiolinguistik

bahasa Fataluku di

Lautem

Penulis membahas

tentang

sosiolinguistik

bahasa Fataluku di

Lautem mengenai

kemahiran dan

penggunaan

berbagai bahasa dan

komunikasi baik

lisan maupun

tertulis.

Perbedaan skripsi ini

dengan penulis adalah

skripsi ini lebih

menekannkan pada

pendidikan keberaksaraan

orang desawa di Timor

Leste terutama bahasa

Fataluku yang digunakan

di Distrik Lautem

sedangkan

Pembahasan penulis

adalah pemberian belis

Page 22: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

13

(mahar) adat perkawinan

Suku Fataluku.

3. Vladimir Ageu de

safi‟i/2013

Lukisan-lukisan

dinding Goa”ili

kere-kere”: awal

peradaban

masyarakat

Fataluku

Penulis membahas

tentang lukisan-

lukisan dinding goa

“ile kere-kere”:

awal peradaban

masyarakat

Fataluku yang

ditemukan di

gunung Tutuala.

Perebedaan artikel ini

dengan penulis adalah

artikel ini lebih

menekankan kepada

sejarah penemuan tulisan-

tulisan bersejarah yang

ditemukan di gunung

tutuala sedangkan

pembahasan penulis adalah

pemberian belis (mahar)

adat perkawinan suku

Fataluku.

G. Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisan skripsi ini menjadi terarah dan tidak mengambang,

penulis membuat sistematika penulisan yang disusun per bab. Dalam skripsi ini

terdiri dari lima bab, dan setiap bab memiliki sub-bab yang menjadi penjelasan

dari masing-masing bab tersebut. Skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka yang

menjadi rujukan penulis dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran.

Adapun sistematika penulisan tersebut ialah sebagai berikut :

Page 23: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

14

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang diuraikan tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

manfaat dan tujuan penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, beserta

sistematika penulisan. Adapun pembahasan pada bab kedua mengenai konsep

dasar belis dalam perkawinan yang meliputi pengertian belis, sejarah belis, syarat

dan jenis belis, bentuk dan kadar belis serta hikmah atau tujuan belis.

Selanjutnya pada pembahasan bab ketiga membahas mengenai praktek

pemberian belis pada masyarakat Fataluku yang meliputi potret suku Fataluku,

budaya masyarakat Fataluku serta prosesi pelaksanaan perkawinan masyarakat

Fataluku dan praktek pemberian belis masyarakat Fataluku. Kemudian pada

pembahasan bab keempat mengenai nilai filosofis yang terkandung dalam

pemberian belis meliputi belis dalam prespektif masyarakat Fataluku, makna belis

dalam sudut pandang masyarakat Fataluku yang merupakan sebuah analisis dari

penulis, dan diakhiri dengan bab kelima yang merupakan bab penutup yang berisi

kesimpulan dan saran terkait kajian yang dimaksud dari awal sampai akhir

pembahasan beserta lampiran-lampiran terkait.

Page 24: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

15

BAB II

KONSEP DASAR BELIS (MAHAR)

A. Pengertian Belis

Mahar dalam bahasa Tetum disebut dengan Belis, sedangkan dalam bahasa

Fataluku disebut Fa‟in. Menurut istilah berarti “pengumpulan mas kawin” adalah

mas kawin yang berlaku dalam suku Fataluku berupa hewan ternak jumlahnya

mencapai 77 ekor kerbau dan dilengkapi dengan kalung-kalung atau manik-manik

tradisional, yang disebut Paya dalam bahasa Fataluku.1

Belis atau barlake secara bahasa yang berasal dari kata bar-la-ke yang

berarti keberuntungan. Secara istilah yaitu beruntng seorang wanita yang akan

dinikahi seorang pria dengan memberi mahar. Belis ini adalah hak milik wanita

yang akan dinikahi, akan tetapi biasanya wanita tersebut sebelum meninggalkan

rumahnya ia akan memberikan belis atau barlake tersebut kepada kedua orang

tuanya.

Belis adalah hak mutlak (calon) mempelai wanita dan kewajiban mempelai

pria untuk memberikannya sebelum akad nikah dilangsungkan. Pelaksanaan dapat

dilakukan secara tunai dan boleh secara utang. Belis merupakan lambang

tanggung jawab mempelai pria terhadap mempelai wanita, yang kemudian

menjadi isterinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belis adalah harta yang

diberikan oleh pihak laki-laki kepada mempelai wanita pada saat

1 Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007), h.41.

Page 25: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

16

lamaran.2

Menurut pendapat umum belis mempunyai arti dalam hubungan

kekeluargaan sebagai suatu tanda terima kasih kepada wanita yang telah

merelakannya pindah tempat, juga sebagai hubungan keluarga baru untuk

seterusnya serta memberi nilai pada wanita.

Belis juga mempunyai arti untuk menentuhkan sahnya perkawinan sebagai

imbalan jasa atas jerih payah orang tua, serta sebagai tanda penggantian nama si

gadis, artinya menurunkan nama keluarga si gadis dan menaikkan nama keluarga

laki-laki.3

Belis memiliki beberapa fungsi sebagai berikut;4

a. Sebagai alat untuk mempererat hubungan keluarga

b. Sebagai alat penentu sahnya perkawinan

c. Sebagai penanda bahwa si gadis telah keluar dari keluarga asalnya

d. Sebagai alat menaikan nama keluarga laki-laki

Selain itu, terdapat beberapa dampak yang di dapat pada saat belis telah

diberikan yaitu dampak positif dan dampak negatif.

Adapun dampak positif dari pemberian belis yaitu;5

2Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005) h. 696.

3Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007), h.42. 4Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru, h.43-

45. 5Parera, A.D.M; Neonbosu, Gregor, Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor: suatu kajian

atas peta politik pemerintahan kerajaan-kerajaan di Timor sebelum kemerdekaan Rebublik

Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994).

Page 26: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

17

a. Martabat keluarga laki-laki menjadi terhormat atau diangkat karena pihak

laki-laki dianggap mampu membayar belis yang ditentukan oleh pihak

wanita.

b. Pihak keluarga wanita merasa dihargai. Maksud dari pemberian belis ini

adalah sebagai imbalan jasa atau penghormatan atas kecapaian, kesakitan

dan jerih payah orang tua wanita selama melahirkan dan memelihara si

gadis sampai dewasa.

c. Munculnya sebuah kerabat baru. Dengan memberikan belis akan muncul

sebuah kekerabatan baru antara keluarga wanita dan keluarga pria. Belis

dijadikan sebagai pengikat.

d. Calon pengantin. Melalui pemberian belis calon pengantin pria dan wanita

sudah mendapatkan restu dari orang tua dan keluarga sehingga boleh

melanjutkan hubungan ke jenjang perkawinan.

Adapun dampak negatif dari pemberian belis antara lain;

a. Martabat wanita direndahkan

Dengan pemberian belis kepada keluarga wanita pihak laki-laki merasa

bisa bertindak bebas kepada wanita sehingga martabat wanita direndahkan

dan wanita kurang dihargai dalam hidup berumah tangga. Sehingga

banyak menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga.

b. Pihak laki-laki merasa malu

Jikap pihak laki-laki tidak mampu membayar belis maka laki-laki tersebut

akan tinggal dirumah keluarga wanita dan bekerja untuk keluarga wanita.

Page 27: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

18

Wanita merasa statusnya lebih tinggi dari laki-laki itu sehingga laki-laki

akan merasa malu.

c. Pertentangan di antara kedua keluarga

Hal ini terjadi karena belis yang dituntut oleh pihak wanita terlalu tinggi

sehingga pihak laki-laki tidak mampu membayarnya.

d. Menimbulkan utang piutang

Karena tak mampu membayar belis maka pihak keluarga laki-laki

mengambil jalan pintas dengan meminjam uang pada pihak lain sehingga

menimbulkan utang.6

Belis juga diartikan sebagai ikatan yang sesungguhnya untuk ditaati dalam

mengikuti suatu hubungan pernikahan, serta menjadi jalan pembuka hubungan

baru untuk seterusnya dan memberi nilai kepada seorang wanita, juga

mempunyai nilai penting dalam rangkaian ikatan secara lahir batin bagi suami

isteri. Belis diberikan oleh keluarga pihak laki-laki kepada keluarga pihak

wanita dan kaum kerabat wanita.

Di masyarakat Fataluku penyebutan untuk mahar juga dikenal sebagai

barlake yang berarti beruntung. Beruntung seorang wanita yang akan dinikahi

oleh seorang laki-laki dengan memberikan belis atau barlake sebagai

penghargaan.7Belis atau barlake dalam adat Fataluku juga dianggap sebagai

suatu simbol untuk mempersatukan hubungan perkawinan seorang wanita

6 Triano, Perkawinan Adat Wulugiri Suku Tengger, h. 13.

7 Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007), h.41.

Page 28: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

19

dengan laki-laki, dengan demikian tidak akan terjadi perceraian dikemudian

hari.

Belis dalam masyarakat Fataluku merupakan suatu keharusan yang harus

ada dalam perkawinan. Karena dengan adanya belis wanita akan merasa

dihargai dan dihormati oleh laki-laki yang akan menikahinya. Belis sangat

penting bagi masyarakat Fataluku dan sudah menjadi aturan dalam adat

perkawinan.

Belis tidak hanya menjadi ikatan bagi pasangan wanita dan laki-laki secara

individu saja melainkan dengan adanya belis maka, kedua belah pihak keluarga

akan memiliki hubungan yang erat. Apabila salah satu keluarga baik dari pihak

perempuan maupun pihak laki-laki ada yang mengalami kesusahan atau kabar

duka maka kedua keluarga itu akan saling membantu dan berpastisipasi dengan

memberikan apa saja yang dibutuhkan oleh keluarga laki-laki maupun wanita

yang terkena masalah.

Sedangkan pengertian mahar dalam Islam secara etimologi mahar berasal

dari bahasa Arab dan termasuk kata benda yang berbentuk mashdar (سا( atau

kata kerja (فعو)dari mahara-yamharu-mahran سا –يس –س , sedangkan

digunakan dalam sebuah kalimat seperti س اىساة artinya (membayar mahar)

atau جعو ىا سا (memberi mahar).8 Adapun اىس (jamak: ز ) bermakna

.yang berarti maskawin اىصداق 9

Secara terminologis mahar ialah pemberian wajib dari calon suami kepada

calon isteri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta

8 Ibrahim Madzkur, Al-Mu‟jam al-wasit, (Beirut: Dar al-Fikr,t.th.), Jilid ke-2,h. 899.

9 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997),h.1363.

Page 29: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

20

kasih bagi calon isteri kepada calon suaminya10

, atau suatu pemberian yang

diwajibkan bagi calon suami kepada istrinya, baik dalam bentuk benda maupun

jasa (memerdekakan, mengajar, dan sebagainya).11

Mahar atau shadaq dalam hukum perkawinan Islam merupakan kewajiban

yang harus dibayarkan oleh seorang pengantin laki-laki kepada pengantin

perempuan.12

Mahar adalah satu diantara hak isteri yang didasarkan atas

kitabullah, Sunnah Rasul, dan Ijma‟ kaum muslimin.13

Mahar dalam bahasa

Indonesia dikenal atau disebut juga dengan maskawin. Maskawin atau mahar

menurut Abd.Shomad adalah:14

a. Pemberian seorang suami kepada isterinya sebelum, sesudah atau pada

waktu berlangsungnya akad sebagai pemberian wajib.

b. Sesuatu yang serahkan oleh calon suami kepada calon isteri dalam rangka

akad perkawinan antara keduanya, sebagai lambang kecintaan calon suami

terhadap calon isteri serta kesediaan calon isteri untuk menjadi isterinya.

Adapun mahar menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal 1 huruf

(d) disebutkan; “pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai

wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan

hukum Islam.

10

Slamet Abidin dan H.Aminuddin, Fiqh Munakahat, (Bandung: Pustaka Setia,

1999),h.105. 11

M. Abdul Mujjeb et.al, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994),h.84. lihat

juga Zakiah Daradjat rt.al,Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: dana bhakti wakaf, 1995),h.83. dan

H.Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Gema Insane Pers, 1991), cet.ke-

2,h.133. 12

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia: Berlaku Bagi Umat Islam, (Jakarta: UI

Press, 1986),h.68. 13

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B.dkk.,

(Jakarta: Lentera, 1999),h.364. 14

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,

(Jakarta: Kencana Grup, 2010),h.299.

Page 30: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

21

B. Sejarah Belis

Pada zaman animisme belis telah ada dan telah dilaksanakan pada setiap

tradisi pernikahan adat. Masyarakat Fataluku dipengaruhi oleh kehidupan pada

masa lalu, yang kemudian dia tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah

kerajaan. Terdapat banyak kerajaan di zaman dulu. Mulai dari Kerajaan Wehali,

Kerajaan Rote, Kerajaan Soe, Kerajaan Belu, Kerajaan Lautem dan lain-lain.15

Pada zaman dulu kerajaan yang paling eksis dan terkenal adalah kerajaan

wehali, kerajaan ini kaya akan kayu cendana, minyak wangi cendana, kudan dan

rempah-rempah. Dimana masing-masing kerajaan ini memiliki hewan ternak yang

begitu banyak. Selain itu pada zaman dulu juga ada pertukaran perdagangan

secara barter yang dimana pertukaran tersebut terjadi dikalangan para kerajaan.

Dari kerajaan wehali memberikan rempah-rempah, sedangkan kerajaan lautem

memberikan hewan ternak seperti kerbau, sapi, kambing dan lain-lain. Sejak saat

itulah mereka menentukan untuk pemberian belis berupa hewan ternak pada

waktu itu, karena pada zaman dulu dari masing-masing kerajaan tersebut memiliki

banyak hewan ternak. Mereka memilih hewan ternak kerbau sebagai belis karena

di wilayah ini jarang ditemukan kerbau. Laki-laki yang berusaha untuk

mendapatkan kerbau atau laki-laki yang bisa memberikan keyakinan kepada

keluarga calon isterinya bahwa dia bisa memberi belis itu artinya dia laki-laki

yang sungguh-sungguh.16

15

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016. 16

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016.

Page 31: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

22

Selain itu sejarah belis juga hadir bersamaan dengan kehadiran nenek moyang

suku Fataluku di Kabupaten Lautem Lospalos tersebut dalam kategori kasta,17

yakni; Ratu adalah kasta yang tertinggi, penguasa, raja, tuan tanah. Paca adalah

kasta biasa, rakyat biasa tapi juga bisa jadi tuan tanah. Akano adalah kasta paling

rendah, yaitu hamba sahaya, budak, mereka hanya boleh melayani para ratu dan

paca, biasanya dikalangan masing-masing rumah tangga ratu itu satu keluarga

akano yang melayani. Belis sudah menjadi tradisi masyarakat Fataluku, dan sudah

menjadi keharusan untuk memberikannya. Pada zaman dulu keluarga bangsawan

atau yang disebut ratu adalah keluarga yang susah untuk dinikahi oleh laki-laki

dari kalangan keluarga paca maupun akano. Sehingga pada zaman itu belis berupa

hewan ternak 77 ekor kerbau sudah menjadi turun temurun.18

Adat ini sudah

masuk dalam golongan masyarakat adat Fataluku secara total, masuk dalam klan

Fataluku dan tunduk pada hukum adat Fataluku meskipun secara suku kelompok

berdasarkan pulau, mereka tetap tunduk pada ketentuan adat lokal masing-masing

tetapi secara hukum seluruhnya tunduk kepada adat Fataluku. Salah satu adat

Fataluku itu adalah pada tataran perkawinan yaitu belis dalam hukum perkawinan

termasuk di dalamnya hukum Islam juga mengenal sistem perkawinan dengan

sistem belis. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem perkawinan dengan sistem

membayar belis ini dilakukan oleh seluruh masyarakat asli yang berada di Lautem

Lospalos. Walaupun terkadang ketentuan atau jumlah belis yang ditentukan

17

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016.

18

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016.

Page 32: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

23

mengikuti suku atau kelompok berdasarkan pulau mereka masing-masing. Namun

keberlakuan belis ini ada disetiap suku dan wilayah kelompok yang ada di Lautem

Lospalos baik yang beragama Muslim maupun Non Muslim.

Sebenarnya belis itu adalah kesepakatan secara tradisi adat istiadat. Karena

kita hidup di dunia belum ada kesepakatan atau aturan yang mengatur kita, maka

kita sepakati bahwa di desa ini, dikampung ini, di wilayah ini, kita sepakati bahwa

melamar perempuan belisnya seperti ini. Belis itu sebenarnya atas dasar

kesepakatan desa tertentu atau komunitas, secara adat istiadat tententu untuk

menjadi pengikat hubungan perkawinan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Adapun kesepakatan tersebut dicapai oleh musyawarah yang dilakukan oleh

keluarga calon mempelai pria dengan calon mempelai wanita. Ada tiga hal yang

harus dibicarakan;19

a. Selu be manas aitukan (pembayaran uang air susu ibu), yang dalam adat Jawa

disebut sebagai uang dapur. Uang ini akan dijadikan sebagai pemenuhan

kebutuhan primer rumah tangga baru mereka. Uang air susu ibu ini jumlahnya

ditentukan oleh ibu calon mempelai wanita yang akan menikah.

b. Selu loke oramatan (pembayaran pembukaan pintu) yang dilakukan oleh calon

mempelai wanita yang biasanya berupa kebutuhan rumah tangga. Loke

oramatan ini jenis dan jumlahnya ditentukan oleh saudara ibu atau paman dari

ibu calon mempelai wanita.

c. Kesepakatan Jumlah pembayaran belis yang berupa kerbau. Jumlah ini sangat

dipengaruhi oleh status sosial calon mempelai wanita. Jumlah kerbau yang

19

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016.

Page 33: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

24

harus dibayarkan oleh calon memepelai laki-laki untuk belis wanita yang akan

dinikahinya sangat bergantung pada status sosial wanita tersebut.

Belis ini memiliki tingkatan berbeda-beda, jadi kalau wanita tersebut anak

keturunan raja atau ratu belisnya 77 ekor kerbau, kalau di bawah raja sedikit atau

tengah-tengah sekitar 55 ekor kerbau dan di bawahnya lagi sekitar 25 kerbau.20

Makanya di Lautem Lospalos banyak yang jadi perawan tua, bukan karena tidak

cantik tapi mereka cantik-cantik semua cuman orang tidak sentuh, orang tidak

berani bayar mahal karena belisnya terlalu mahal. Dengan belis yang begitu mahal

ini mereka tetap mewajibkan pada setiap lelaki yang ingin menikahi putri mereka

untuk membayar belisnya. Karena menurut tokoh adat Fataluku, belis ini

pemberian wajib dari calon mempelai laki-laki dan keluarganya.

Semua masyarakat Fataluku hingga saat ini masih memakai adat istiadat

tersebut karena sudah turun-temurun dari nenek moyang, sudah aturan adat yang

tidak boleh dipermainkan. Tokoh adat tersebut juga mempertegaskan bahwa belis

pada masyarakat Fataluku ini sangat kuat, karena itu tidak ada seorang pun laki-

laki yang menikah tanpa belis. Belis itu harga mati, jika seorang laki-laki tidak

memberi belis kepada calon isterinya maka dianggap tidak ada pengorbanan sama

sekali. Walaupun untuk saat ini belis berupa kerbau jarang ditemukan dan sangat

mahal, keberlakuannya tetap wajib bagi siapa saja yang ingin menikah dengan

putri-putri mereka. Karena dengan belis ini mereka anggap sebagai kesungguhan

dari pria yang ingin menikah dengan putri mereka. selain itu belis juga dianggap

sebagai penghormatan terhadap kaum wanita. Namun tetap ada pengecualian bagi

20

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016.

Page 34: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

25

mereka yang menikah dengan orang dari luar adat masyarakat Fataluku dalam

membayar belis. Bagi mereka yang tidak menikahi wanita masyarakat adat

Fataluku tidak diwajibkan membayar belis, walaupun mereka adalah laki-laki dari

masyarakat adat Fataluku.

Adapun dasar hukum pemberian mahar dalam Islam adalah wajib.21

Adapun

perintah Allah mengenai mahar tersebut secara tegas tertuang dalam Al-Qur‟an,

antara lain;

1. Qs. An-Nisa‟ (4) : 4

)4 :4 /اىساء )

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan

senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”22

2. Qs.An-Nisa‟ (4) : 24 juga disebutkan;

(4:24 /)النساء

Artinya: “Dihalalkan bagimu (mengawini) perempuan-perempuan dengan

hartamu (mahar), serta beristeri dengan dia, bukan berbuat jahat.

Jika kamu telah menikmati (bersetubuh) dengan perempuan itu,

hendaklahkamu memberikan kepadanya mas kawin (ujur,faridhah)

yang telah kamu tetapkan.”

21

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia: Berlaku Bagi Umat Islam.h.68. 22

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penterjemah

Pentashih Al-Qur‟an, 1980),h.115.

Page 35: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

26

Berangkat dari ayat-ayat ini para ulama telah menetapkan bahwa mahar itu

hukumnya wajib berdasarkan al-Qur‟an, sunnah dan ijma‟23

. Hadis Nabi Saw.;

ال هللا يا زسه هللا , فقاه : اذب اىي ايل فا ظس و تجد شيا : و عدك شيء ؟ قاه

زجع فقاه :ال هللا ا جدت شيا . فقاه زسه هللا : اظس ى خاتا حديد. .فرب ث

زجع فقاه:ال هللا يا زسه هللا ال خا تا حديد ىن را اشازي فيا صف فرب ث

صع با شازك ا ىبست ى ينين عييا شيء ا ىبست ى ين .فقاه زسه هللا :ا ت

عييا شيء.فجيس اىسجو حتي اذا طاه جيس قا فسا زسه هللا اىيا فاس فدعي,

ا جاء قاه: اذا عل اىقسآ ؟ قاه :عي سزة مرا مرا –عددا –في فقاه :تقسؤ

, فقد ينتنا با عل اىقسآع ظس قيبل ؟ قاه: ع. قو : اذب

Artinya: “Apakah engkau punya sesuatu untuk dijadikan mahar? tidak, demi

Allah wahai Rasulullah, jawabnya.”Pergilah ke keluargamu, lihatlah

mungkin engkau mendapatkan sesuatu” pinta Rasulullah. Laki-laki itu

pun pergi, tak berapa lama ia pun kembali,”Demi Allah, saya tidak

mendapatkan sesuatu pun” ujarnya. Rasulullah bersabda:”Carilah

walaupun hanya berupa cincin dari besi”. Laki-laki itu pergi lagi

kemudian tak berapa lama ia kembali, “Demi Allah Wahai Rasulullah,

saya tidak mendapatkan walau cincin dari besi, tapi ini sarung saya,

setengahnya untuk wanita ini”. “ Apa yang dapat kau perbuat dengan

sarungmu ? jika kau memakianya maka wanita ini tidak mendapat

sarung itu, dan jika dia memakainya berarti kamu tidak memakai

sarung itu.” Laki-laki itu pun duduk hingga tatkala telah lama

duduknya, ia bbangkit. Rasulullah melihatnya berbalik pergi, maka

beliau memerintahkan seseorang untuk memanggil laki-laki tersebut,

ketika ia telah ada di hadapan Rasulullah, beliau bertanya: “Apa yang

kau hafal dari Al-Qur‟an?”saya hafal surat ini dan surat itu

”jawabnya.”benar-benar engkau menghafalnya dalam hatimu?“tegas

Rasulullah ,iya jawabnya.“Bila demikian,baiklah,sungguh aku telah

menikahkan engkau dengan wanita ini dengan mahar berupa surah-

surah Al-Qur‟an yang engkau hafal kata Rasulullah. (HR.Bukhari

No.5087).24

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, yang berbunyi:

ع اب عباس زضي هللا ع قاه قاه زسه هللا صيي هللا عيي سي خيس اىساء أحس

(جا ازخصزا )زا اىبيقي

23

Wahbah al-Zuhailiy, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986),Juz

VII,h.252. 24

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Riyadh: Bait al-

Afkar ad-Dauliyyah, 1998),Juz II,h.251.

Page 36: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

27

Artinya: “Dari ibnu Abbas r.a ia berkata telah bersabda Rasulullah Saw, sebaik-

baiknya wanita (istri adalah) yang tercantik wajahnya dan termurah

maharnya”.(HR.Baihaqi).25

C. Syarat dan Jenis-jenis Belis

Syarat belis sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Sebelum

ada pembicaraan mengenai jumlah belis biasanya dari pihak laki-laki akan

mengirim seorang juru bicara (lia lain) untuk menyelesaikan persoalan belis.26

Untuk mengetahui jumlah belis yang ditentukan maka ada beberapa tahap belis

yaitu;

1. Tahap pertama, yaitu dimana kedua keluarga baik dari pihak laki-laki

maupun wanita (familia rua husi feto no husi mane) terlebih dulu

melakukan perkenalan. Melalui jalan perkenalan ini maka dari keluarga

pihak laki-laki harus memberi satu ekor sapi/kerbau (inan ka aman) terlebih

dulu kepada keluarga pihak wanita. Namun, sebaliknya dari pihak keluarga

wanita juga akan memberikan satu buah kain tenun (tais feto) kepada

keluarga pihak laki-laki. Dengan diberikan satu ekor sapi kepada keluarga

pihak perempuan menunjukkan bahwa adanya rasa hormat kepada pihak

keluarga wanita. 27

25

Ahmad Ibn Al-Hasan Ibn Al-Baihaqi, Sunan al-kubra, (Beirut: Dar al-Fikr.t.th),Juz

3.h.13. 26

Parera, A.D.M; Neonbosu, Gregor, Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor: suatu

kajian atas peta politik pemerintahan kerajaan-kerajaan di Timor sebelum kemerdekaan Rebublik

Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994). 27

Iha prosesu ida ne „e familia rua (husi feto no husi mane) sei fo uluk koiesimentu ba

malu. Husi konese malu ne‟e liu husi dalan ida ne‟ebe mak hanesan, familia husi mane nia tenki fo

uluk karau (inan ka aman) ba iha familia husi feto nia, nune‟e mos familia husi feto nia mos sei

distribui mos tais feto ida ba nia familia mane nian. liu husi karau (inan ka aman) ne‟ebe mak fo

husi familia mane nian ne‟e ho sentidu respeito ba familia feto nian.

Page 37: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

28

2. Tahap kedua atau disebut juga sebagai penggganti air susu ibu (aitukan no

be‟e manas).28

Dalam tahap ini keluarga dari pihak laki-laki akan

memberikan lagi satu ekor sapi/kerbau (inan ka aman) dan sebagian uang.

Sebagai simbol perkenalan sekaligus rasa terima kasih kepada kedua orang

tua wanita karena sudah membesarkan anaknya dan memberikan

pendidikan.

3. Tahap ketiga yang dinamakan juga sebagai pembayaran (hafolin), dari

keluarga pihak laki-laki akan memberikan belis/barlaki berupa pedang keris

(surik), pedang (samurai), uang logam putih (osan mutin), logam hitam

(osan metan), kalung manik-manik(mortel), kayu bambu (belak) dan yang

lainnya. Dan keluarga dari pihak laki-laki akan memberikan hewan ternak

berupa kambing (bibi), kuda, sapi (karau nia dikur) kepada keluarga pihak

wanita. Dengan begitu keluarga pihak wanita akan memberikan satu kain

tenun (tais feto) kepada keluarga pihak laki-laki.

Jika ada yang melamar anak gadis dari kalangan ratu maupun dari paca,

maka syaratnya harus membawa belis jenis kerbau sebanyak 77 ekor beserta

kalung manik-manik atau paya. Namun bagi kalangan paca biasanya

disesuaikan dengan pendidikan wanita.

Sedangkan syarat-syarat mahar dalam Islam yang harus diberikan kepada

calon isteri yaitu sebagai berikut:29

1. Jelas dan diketahui bentuk dan sifatnya.

28

Aitukan no be‟e manas artinya sebagai pengganti air susu ibu, dimana selama ini

seorang ibu telah merawat, menjaga serta memberi pendidikan kepada anak gadisnya, jika ada

seorang laki-laki datang untuk melamar anaknya maka harus memberikan uang ganti. 29

Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet.Pertama,h.87.

Page 38: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

29

2. Harta atau bendanya berharga, tidak sah mahar dengan yang tidak berharga,

walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar, akan tetapi

walaupun mahar itu sedikit namun mempunyai nilai maka mahar tersebut

tetap sah.

3. Barangnya suci dan bisa diambil manfaatnya, tidak sah mahar dengan

memberikan khamr,babi atau darah, karena semua itu haram dan tidak

berharga.

4. Barangnya bukan ghasab, ghasab artinya mengambil barang milik orang

lain tanpa seizinya, namun tetap tidak bermaksud untuk memilikinya karena

berniat mengembalikannya nanti, memberikan mahar dengan barang ghasab

tidak sah, tetapi akadnya tetap sah.

5. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya, tidak sah mahar dengan

memberikan barang yang tidak jelas keadaannya atau tidak disebutkan

jenisnya.

6. Dapat diserahkan pada waktu akad atau waktu yang dijanjikan, dalam arti

barang tersebut sudah berada di tangannya pada waktu diperlukan, barang

yang tidak dapat diserahkan tidak dapat dijadikan mahar, misalkan burung

yang terbang di udara.

Kemudian berdasarkan jenisnya, mahar dapat dibagi menjadi dua kategori,

yaitu;

Page 39: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

30

a. Mahar musamma, adalah mahar yang disepakati oleh pengantin laki-laki dan

perawan yang disebutkan dalam redaksi akad.30

b. Mahar mitsil, menurut Hanafi, mahar mitsil ditetapkan berdasarkan keadaan

wanita yang serupa dari pihak suku ayah, bukan suku ibunya. Tetapi

menurut Maliki, mahar diterapkan berdasarkan keadaan wanita tersebut baik

fisik maupun moralnya, sedangkan Syafi‟i menganalogikan dengan isteri

dari anggota keluarga, yaitu isteri saudara dan paman, kemudian dengan

saudara perempuan dan seterusnya. Bagi Hambali hakim harus menentukan

mahar mitsil dengan menganalogikannya pada wanita-wanita yang menjadi

kerabat wanita tersebut, misalnya ibu dan bibi. Sementara itu imamiyah

mengatakan bahwa, mahar mitsil tidak mempunyai ketentuan dalam syara‟.

Untuk itu, nilanya ditentukan oleh „urf yang paham ihwal wanita, baik

dalam hal nasab maupun kedudukan, juga mengetahui kedaan yang dapat

menambah atau berkurangnya mahar, dengan syarat tidak melebihi mahar

yang berlaku menurut ketentuan sunnah, yaitu senilai 500 dirham.31

Jenis barang yang dijadikan mahar, wujud dari sesuatu yang dapat dijadikan

mahar dapat berupa;32

a. Barang berharga baik berupa barang bergerak atau tetap

b. Pekerjaan yang dilakukan oleh calon suami untuk calon isteri

c. Manfaat yang dapat nilai dengan uang

30

Muhammad Jawad Mughnuyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif

Muhammad dan Idrus Al-Kaff.,h.364. 31

Muhammad Jawad Mughnuyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif

Muhammad dan Idrus Al-Kaff.,h.368. 32

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,

h.299.

Page 40: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

31

Mahar boleh berupa uang, perhiasan, perabot rumah tangga, binatang, jasa,

harta perdagangan, atau benda-benda lainnya yang mempunyai harga. Disyaratkan

bahwa mahar harus diketahui secara jelas dan detail, misalnya seratus lire, atau

secara global semisal sepotong emas, atau sekarung gandum. Kalau tidak bisa

diketahui dari berbagai segi yang memungkinkan diperoleh penetapan jumlah

mahar, maka menurut seluruh mazhab kecuali Maliki, akad tetap sah, tetapi

maharnya batal. Sedangkan Maliki berpendapat bahwa, akadnya fasid (tidak sah)

dan di fasakh sebelum terjadi percampuran. Tetapi bila telah dicampuri, akad

dinyatakan sah dengan menggunakan mahar mitsil.33

Syarat lain bagi mahar adalah hendaknya yang dijadikan mahar itu barang

yang halal dan dinilai berharga dalam syariat Islam. Jadi, kalau mahar musamma

itu berupa khamr, babi atau bangkai dan benda-benda lain yang tidak bisa dimiliki

secara sah, maka Maliki mengatakan bahwa bila belum terjadi percampuran,

akadnya fasid. Tetapi bila terjadi percampuran, maka akad dinyatakan sah dan si

isteri berhak atas mahar mitsil. Sementara itu Syafi‟i, Hanafi, dan Hambali dan

Mayoritas Ulama‟ mazhab Imamiyah berpendapat bahwa, akad tetap sah dan isteri

berhak atas mahar mitsil. Sebagian ulama mazhab Imamiyah memberi batasan

bagi hak isteri atas mahar mitsil dengan adanya percampuran. Sedangkan sebagian

yang lain sependapat dengan empat mazhab, tidak memberi batasan.34

Jika mahar tersebut berupa barang rampasan, misalnya suami memberi

mahar berupa perabot rumah tangga milik ayahnya atau milik orang lain, maka

33

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif

Muhammad dan Idrus Al-Kaff.,h.366. 34

Muhammad Jawad Mughnuyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif

Muhammad dan Idrus Al-Kaff.,h.366.

Page 41: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

32

Maliki berpendapat bahwa, kalau perabot itu barang yang dikenal oleh mereka

berdua, sedangkan kedua-duanya dewasa, maka akadnya dinyatakan fasid dan di

fasakh sebelum terjadi percampuran. Tetapi bila sudah dicampuri, akad

dinyatakan sah dengan menggunakan mahar mitsil. Syafi‟i dan Hambali

menyatakan akad tetap sah dan isteri berhak atas mahar mitsil.35

D. Bentuk dan Kadar Belis

Bentuknya macam-macam sesuai dengan kesepakatan juru bicara (lia nain)

kedua belah pihak, belis bisa langsung dilunaskan dengan 77 ekor kerbau beserta

kalung manik-manik atau paya, atau bisa juga dengan dicicil tapi dalam bentuk

atau jumlah yang ganjil seperti36

satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, sebelas, tiga

belas, lima belas, tujuh belas, sembilan belas, duapuluh satu, duapuluh tiga,

duapuluh lima, duapuluh tujuh, duapuluh sembilan, tigapuluh satu, dan

seterusnya. Akan tetapi jarang terjadi terhadap masyarakat Fataluku yang

langsung melunaskan belisnya. Karena butuh waktu untuk bisa melunasi belis

dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga pihak keluarga laki-laki biasanya

mendapat keringan dalam membayar belis.

Mahar adalah pemberian sesuatu dari pihak pria sesuai dengan permintaan

perempuan dengan batas-batas yang ma‟ruf, besarnya mahar tidak dibatasi. Islam

35

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif

Muhammad dan Idrus Al-Kaff.,h.366-367. 36

Wawancara Pribadi dengan Sr Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28 Juli

2016.

Page 42: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

33

memberikan prinsip pokok yaitu “secara ma‟ruf”. Artinya dalam batas yang wajar

sesuai kemampuan dan kedudukan suami yang dapat diperkirakan oleh isteri.37

Syariat tidak menetapkan bahasan minimal, tidak pula maksimal atas mahar

yang harus diberikan kepada pihak perempuan. Sebab, manusia memiliki

keberagaman dalam tingkat dan kemiskinan. Manusia pun berbeda-beda dari segi

kondisi sulit dan lapang, serta masing-masing komunitas memiliki kebiasaan dan

tradisi yang berbeda-beda. Dari itu, syariat tidak memberikan batasan tertentu atas

mahar, agar masing-masing memberi sesuai dengan kadar kemampuannya dan

sesuai dengan kondisi serta kebiasaan komunitasnya. Dari semua teks syariah

yang ada mensinyalir bahwasanya tidak ada syariat terkait jenis mahar selain

berupa sesuatu yang memiliki nilai tanpa memandang sedikit maupun banyak.

Dengan demikian, mahar boleh hanya berupa cincin dari besi, atau berupa

semangkuk korma, atau berupa jasa pengajaran kitab Allah, dan atau

semacamnya, jika kedua belah pihak yang melaksanakan akad nikah saling

meridhainya.38

Adapun benda atau uang pemberian itu adalah milik perempuan. Jika

dikehendaki olehnya atau atas inisiatif dari perempuan itu maka bolehlah suami

sekedar ikut memakan dan ikut hidup dari mahar yang ia berikan, yang telah

menjadi milik isteri.39

Mengenai ketentuan mahar, jumlahnya tergantung dari

37

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1991), h. 78-

79. 38

As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, (Kairo:Dar al-Fath li I‟lam al-„Arabi, 1999),h.101-

102. 39

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia: Berlaku Bagi Umat Islam, h. 68.

Page 43: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

34

kemampuan calon suami atas persetujuan isteri, namun hendaklah tidak

berlebihan.40

Jabir ra. Menuturkan, Rasulullah bersabda; “Seandainya seorang pria

memberi makanan sepenuh dua tangannya saja untuk maskawin seorang wanita,

sesungguhnya wanita itu halal baginya.”(HR. Ahmad dan Abu Dawud )41

. Para

ulama mazhab sepakat bahwa tidak ada jumlah maksimal dalam mahar tersebut

karena adanya firman Allah QS. An-Nisa‟(4) : 4 yang berbunyi;

(: 20 /4)النساء

Artinya: “Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang

kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang

banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya

barang sedikitpun.”42

Tetapi mereka berbeda pendapat tentang batas minimalnya. Syafi‟I,

Hambali dan Imamiyah berpendapat bahwa tidak ada batas minimal dalam mahar.

segala sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli boleh dijadikan mahar

sekalipun hanya satu qirsy. Sementara itu Hanafi mengatakan bahwa jumlah

minimal mahar adalah sepuluh dirham. Kalau suatu akad dilakukan dengan mahar

kurang dari itu, maka akad tetap sah, dan wajib membayar mahar sepuluh dirham.

Maliki mengatakan, jumlah minimal mahar adalah tiga dirham. Kalau akad

40

Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya Islam, 2006), h. 448. 41

Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Azdi as- Sijistani, Ensiklopedia Hadits 5;

Sunan Abu Dawud, Penerjemah Muhammad Ghazali dkk., (Jakarta: Almahira, 2013), Cet.I, h. 434. 42

Dari ayat ini dipahami bahwa tidak ada batas maksimal dari maskawin. Umar ibn al-

Khattab pernah mengumumkan pembatasan maskawin tidak boleh lebih dari empat puluh auqiyah

perak, tetapi seorang wanita menegurnya dengan berkata, “ Engkau tidak boleh membatasinya,

karena Allah berfirman: kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka qinthar

(harta yang banyak).” Umar ra. Membatalkan niatnya sambil berkata, “ seseorang wanita berucap

benar dan seorang pria keliru”. Lihat dalam M.Quraisy Shihabm Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan

dan keserasianAl-Qur‟an, Vol.II, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 366-367.

Page 44: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

35

dilakukan dengan mahar kurang dari jumlah tersebut, kemudian terjadi

percampuran, maka suami harus membayar tiga dirham. Tetapi bila belum

mencampuri, suami boleh memilih antara tiga dirham dengan melanjutkan

perkawinan atau fasakh akad, lalu membayar separuh mahar musamma.43

Dalam hukum Islam tidak ditetapkan jumlah mahar tetapi didasarkan pada

kemampuan masing-masing orang keadaan dan tradisi keluarga. Dengan

ketentuan bahwa jumlah mahar merupakan kesepakatan kedua belah pihak yang

akan melakukan akad nikah. Dalam syariat Islam hanya ditetapkan bahwa

maskawin harus berbentuk dan bermanfaat, tanpa melihat jumlahnya. Walau tidak

ada batas minimal dan maksimal namun hendaknya berdasarkan pada

kesanggupan dan kemampuan suami. Islam tidak menyukai mahar yang

berlebihan,44

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

ع اب عبا س زضي هللا ع قاه زسه هللا عيي صيي سي : خيس اىساء احس

زا)زا اابيقي( جا ازخص45

Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a., telah berkata Rasulullah Saw: sebaik-baiknya

wanita(isteri) adalah yang tercantik wajahnya dan termurah maharnya.

(HR. Al-Baihaqi).

Berkaitan dengan pembayaran mahar terdapat beragam pendapat, Syafi‟I,

Malik, dan Dawud berpendapat suami tidak wajib memberikan mahar

seluruhnya, kecuali jika telah diawali dengan persetubuhan, dan jika masih

menyendiri atau belum melalukan persutubuhan, maka wajib membayar

setengahnya. 46

Dalam QS.Al-Baqarah (2) : 237 disebutkan;

43

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemh Masykur A.B.dkk.,

h.364-365. 44

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, h.

301. 45

Ahmad Ibn Al-Hasan Ibn Ali Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.),

Juz III, h. 13. 46

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, h.

305.

Page 45: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

36

( 237: /2)البقراة

Artinya:”Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan

mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya,

maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu,

kecuali jika isteri-isterimu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang

memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada

takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan.”

Jika jumlah maharnya belum ditentukan dan isteri belum pernah dicampuri,

maka isteri hanya berhak mendapatkan pemberian menurut keadaan suaminya.

Pemberian ini sebagai ganti rugi dari apa yang diberikan oleh mantan isterinya,

hal ini berdasarkan firman Allah Swt. Dalam QS. Al-Baqarah (2) : 236.47

(236: /2)البقراة

Artinya: “Tidak ada kewajiban membayar mahar atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu sebelum bercampur dengan mereka

dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu

berikan suatu mut‟ah kepada mereka. Orang yang mampu menurut

kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya

pula, yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu

ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.

47

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, h.

305.

Page 46: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

37

Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah

maksimum dari maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan

kemampuan manusia dalam memberinya. Orang yang kaya mempunyai

kemampuan untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon

isterinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu

memberinya.48

Oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut kemampuan

yang bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-masing pihak yang

akan menikah untuk menetapkan jumlahnya.

Mukhtar Kamal menyebutkan, “janganlah hendaknya ketidaksanggupan

membayar maskawin karena besar jumlahnya menjadi penghalang bagi

berlangsungnya suatu perkawinan,” sesuai dengan sabda Nabi yang menjadikan

A-lqur‟an sebagai mahar sebagaimana terdapat dalam hadis Sahal bin Sa‟adi

dalam bentuk muttafaq‟alaih , ujung dari hadis panjang yang dikutip di atas:

ع ظس قيبل سزة مرا ,زة مراقاه ادا عل اىقسا قاه عي س عددا.قاه تقسؤ

قاه ع:قاه : اذب فقر يننا با عل اىقسا49,

Artinya :”Nabi berkata ;”apakah kamu memiliki hafalan ayat-ayat al-Qur‟an? “

ia menjawab: “ ya. Surat ini, sambil menghitungnya?‟‟. Nabi berkata:

kamu menghafal surat-surat itu di luar kepala?” dia menjawab: ya.

Nabi berkata: pergilah, saya kawinkan engkau dengan perempuan itu

dengan mahar mengajarkan al-qur‟an.

48

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,(Jakarta:

PT.Rajawali Pers,2009),h.40 lihat Mukhtar Kamal,Op.cit.,h.82. 49

Muhammad Nashiruddin Al-albani, Mukhtashar Sahih Muslim,cet.ke-1, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2003),h.572.

Page 47: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

38

E. Hikmah dan Tujuan Belis

Dengan adanya belis maka akan timbul rasa saling menghargai satu sama

lain, baik dari keluarga laki-laki maupun dari keluarga perempuan. Dengan

adanya belis akan terlaksana tanggung jawab serta saling melayani satu sama lain.

Belis juga mempunyai beberapa manfaat untuk pihak laki-laki dan perempuan,

antara lain:50

a. Sebagai alat mempererat hubungan keluarga.

b. Sebagai alat penentun sahnya suatu perkawinan.

c. Sebagai penanda bahwa si gadis telah keluar dari keluarga asalnya.

d. Sebagai alat menaikan nama keluarga laki-laki.

Ada juga beberapa dampak positif dan negatif yang di dapat pada saat belis

telah diberikan oleh pihak laki-laki yaitu:

Dampak positif dari pemberian belis;

a. Martabat keluarga laki-laki menjadi terhormat; melalui pemberian “belis”,

martabat laki-laki menjadi terhormat atau diangkat karena pihak pria di

anggap mampu membayar belis yang ditentukan oleh pihak wanita.

b. Pihak keluarga wanita merasa dihargai; maksud dari pemberian belis ini

adalah imbalan jasa atau penghormatan atas kecapaian, kesakitan dan jerih

payah orang tua selama melahirkan dan memelihara si gadis sampai dewasa.

5050

Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru

(Timor Leste, 2007), h.43-45.

Page 48: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

39

c. Munculnya sebuah kerabat baru; dengan memberikan belis, calon pengantin

pria dan wanita sudah mendapat restu dari orang tua dan keluarga sehingga

boleh melanjutkan hubungan ke jenjang perkawinan.

Adapun dampak negatif dari pemberian belis tersebut antara lain:

a. Martabat wanita direndahkan; dengan pemberian belis kepada keluarga

wanita pria merasa bisa bertindak bebas kepada wanita sehingga martabat

wanita di rendahkan dan wanita kurang di hargai dalam hidup berumah

tangga.

b. Pihak laki-laki merasa malu; jika pihak pria tidak mampu membayar belis

maka pria akan tinggal dirumah keluarga wanita dan bekerja untuk wanita.

Wanita merasa statusnya lebih tinggi dari pria itu sehingga pria merasa

malu.

c. Pertentangan di antara kedua keluarga; hal ini terjadi karena belis yang di

tuntut oleh pihak wanita terlalu tinggi sehingga pihak pria tidak mampu

membayarnya.

d. Menimbulkan utang piutang; karena tidak mampu membayar belis maka

pihak keluarga laki-laki mengambil jalan pintas dengan meminjam uang

pada pihak lain sehingga menimbulkan piutang.

Sedangkan dalam Islam Mahar atau mas kawin merupakan hak perempuan

wajib diberikan oleh seorang laki-laki. Mahar bukanlah sebagai pembelian atau

ganti rugi. Karena itu, jika ia telah menerimanya, hal itu berarti ia suka dan rela

dipimpin oleh laki-laki yang baru saja mengawininya.51

Hal ini sekaligus

membuktikan bahwa mahar itu adalah lambang atau tanda cinta calon suami

51

Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al-Mar‟a al-Muslimah, (Semarang: asy-

Syifa‟,1986),h.373.

Page 49: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

40

terhadap calon isterinya, sekaligus berfungsi sebagai pertanda ketulusan niat dari

calon suami untuk membina kehidupan berumah tangga bersama calon isterinya.

Pada masa Jahiliyah, hak perempuan (berupa mahar) ini disia-siakan bahkan

dihilangkan, sehingga mahar yang seharusnya menjadi milik dari seorang

perempuan malah diserahkan kepada ayahnya (walinya) yang lalu

menggunakannya dengan semena-mena sesuai dengan keinginannya. Lalu Islam

datang menggugurkan kebiasaan tersebut yang sangat tidak patut dan salah.52

Menurut Wahbah al-Zuhailiy, salah satu hikmah pemberian mahar dalam

prosesi pernikahan kepada pihak perempuan ialah sebagai tanda akan adanya

mawaddah yang akan ditegakkan secara bersama oleh suami isteri, juga sebagai

simbol rasa cinta serta kasih sayang sang suami terhadap isterinya.53

Dengan

adanya kewajiban calon suami memberikan mahar kepada calon isterinya

merupakan indikasi bahwa setelah usai ijab qabl, maka seluruh beban

kekeluargaan termasuk memberi nafkah lahir batin kepada isteri adalah sudah

menjadi tanggungjawab sang suami. Juga dalam hal memberikan perlindungan

dan rasa aman kepada pendamping hidupnya, dengan segala kelebihan dan

kekurangannya, adalah juga sudah dibebankan kepada sang suami

Hikmah disyari‟atkan mahar menurut Dr.Yusuf Qardhawi54

adalah sebagai

berikut:

52

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,alih bahasa oleh Moh.Thalib dengan Judul Fikih Sunnah,

Jilid VII, (Bandung: al-Ma‟arif, 1996),h.52. 53

Wahbah al-Zuhailiy, Tafsir al-Munir al-Aqdah wa Syari‟ah wa Manhaj, Juz III (Beirut:

Dar al-Fikr al-Mu‟ashir, 1991),h.235. 54

Anugrah, Hendra. Hikmah di Syariatkan Mahar, dipublikasikan pada tanggal 15 april

2007.

Page 50: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

41

1. Menunjukkan kemuliaan wanita, karena wanita yang dicari laki-laki bukan

laki-laki yang dicari wanita. Laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan

wanita meskipun harus mengorbankan hartanya.

2. Menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada isterinya, karena

mas kawin itu sifatnya pemberian, hadiah atau hibah yang oleh Al-qur‟an

diistilahkan dengan nihlah (pemberian dengan penuh kerelaan), bukan

sebagai pembayar harta wanita. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa‟

(4) : 4.

(4 :/4النساء (

Artinya : “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan[267].55

kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu

dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu

(sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

3. Menunjukkan kesungguhan, karena nikah dan berumah tangga bukanlah

main-main dan perkara yang bisa dipermainkan.

4. Menunjukkan tanggung jawab suami dalam kehidupan rumah tangga

dengan memberikan nafkah, karenanya laki-laki adalah pemimpin atas

wanita dalam kehidupan rumah tangganya. Dan untuk mendapatkan hak itu,

wajar bila suami harus mengeluarkan hartanya sehingga ia harus lebih

bertanggung jawab dan tidak sewenang-wenang terhadap isterinya. Allah

SWT berfirman dalam QS. An-nisa(4) : 34 yang berbunyi:

55

Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua

pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

Page 51: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

42

(4:34 /)النساء

Artinya : “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagahian mereka(laki-laki) atas sebahagian

yang lain (wanita), dan kerana mereka (laki-laki) telah menafkahkan

sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah

yang taat kepada Allah lagi memelihara diri {289}56

ketika suaminya

tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) {290}57

wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya {291}58

maka

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,

dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka

janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya {292}59

.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

56

Makdusnya tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. 57

Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik. 58

Nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. Nustuz dari pihak isteri seperti

meninggalkan rumah ranpa izin suaminya. 59

Maksudnya untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan

pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah

dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul

mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya

janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

Page 52: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

42

BAB III

PRAKTEK PEMBERIAN BELIS MASYARAKAT FATALUKU

A. Potret Suku Fataluku Kabupaten Lautem Kecamatan Lospalos

Distrik Lautem adalah salah satu distrik yang terletak di ujung paling timur

pulau Timor. Distrik Lautem dibatasi oleh selat wetar di sebelah utara, laut Banda

di sebelah Timur Kabupaten Indonesia Maluku Barat Daya, Laut Timor di sebelah

dan berbatasan dengan Baucau dan Viqueque bagian barat.1

Distrik Lautem identik dengan nama salah satu dewan kotapraja zaman

Timor Portugis. Pada saat itu, banyak daerah memiliki nama Portugis, seperti Vila

Nova de Malac (sekalang Lautem), Nova Nazare (sekarang com), Nova Sagres

(sekarang Tutuala) dan Nova Ancora (sekarang Laivai).2

Distrik Lautem terdiri dari sebuah dataran tinggi yang dikelilingi

pegunungan. Dataran tinggi ini adalah padang rumput yang cukup subur. Distrik

ini merupakan daerah yang hujannya paling banyak di seluruh wilayah Timor-

Leste.

Lautem terletak di bagian paling timur pulau Timor. Distrik ini terletak

sekitar 215 kilo lewat jalan ke arah Timur dari Dili. Distrik ini berbatas di bagian

utara dan timur dengan Laut Water, di bagian selatan dengan Laut Timor di

1

Boaventura Aoares da Silva, Titolu Perfil Distritu Lautem, Direksaun Nacional

Administrasaun Local Rua de Belarmino Lobo, Dili Timor Leste 2012. 2

Boaventura Aoares da Silva, Titolu Perfil Distritu Lautem, Direksaun Nacional

Administrasaun Local Rua de Belarmino Lobo, Dili Timor Leste 2012.

Page 53: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

43

bagian barat daya dengan distrik Viqueque dan di bagian barat-laut dengan distrik

Baucau.3

Sebagai salah satu dari tiga belas (13) distrik Timor Leste, distrik ini terdiri

dari 1,702.33 kilo persegi atau hampir 1/8 dari daerah tanah di tanah air. Distrik

ini juga hanya mempunyai salah satu dari hanya dua pulau di tanah air. Pulau

indah Jaco, yang terdiri dari daerah 8 kilo persegi terletak di ujung Timur, sub-

distrik Tutuala. Kota Lospalos adalah pusat administrasi dan ekonomi dan terletak

di pusat distrik, yang mudah dicapai.

Masa tanah Timor adalah fragmen benua. Sebagian besar dari dasar pulau

Timor terdiri dari batu gamping dan endapan sedimeter lainnya. Hal ini

membedakan pulau Timor dari tetangganya ke utara dan barat di rangkaian pulau

sunda, yang dibentuk oleh letusan gunung api.4

Topografi Timor Leste mempunyai rangkaian gunung Ramelau sebagai ciri

utama, sebuah tulang punggung pusat besar yang mencapai tingginya 3000 meter,

yang dibagikan oleh lembah yang dalam yang mudah dikenai banjir yang datang

sekonyol-konyol. Ke arah utara pulau Timor dari tetangganya ke utara, gunung

hampir mencapai pantai tanpa daratan yang luas. Malahan, ke arah selatan,

gunung turun jauh dari laut dan ada daratan pesisir, yang lebih untuk pertanian.

Distrik Lautem mempunyai ciri-ciri geologi dan geografi yang sama dengan

ciri-ciri yang ada di sebagian besar Timor Leste. Bagian pusat distrik terdiri dari

gunung dan bukit dari barat-daya ke timur-laut, dari pantai selatan ke pantai utara.

3

Boaventura Aoares da Silva, Titolu Perfil Distritu Lautem, Direksaun Nacional

Administrasaun Local Rua de Belarmino Lobo, Dili Timor Leste 2012. 4 Laporan mengenai Kondisi Sosial dan Ekonomi di Timor Leste yang dipersiapkan di

bawah Program Penyelesaian Percekcokan Internasional (Universitas Columbia, New York, AS

dan FAFO Lembaga Ilmu Sosial Yang Terapan, Oslo, Norway).

Page 54: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

44

Puncak yang paling tinggi distrik adalah gunung Legumaw di sub-distrik Luro,

dengan ketinggan 1297 meter.

Gunung dan bukit dikelilingi di pantai selatan oleh rawa, petak dan daratan

yang berbukit-bukit di bagian utara oleh petak-petak dan tanah daratan yang

melandai dan berbukit-bukit di bagian timur distrik ada daratan tinggi Fuiloro

yang tanahnya menurun ke arah selatan, dari 700 meter sampai 500 meter.

Lerengan daratan tinggi sampai Danau Ira Lalaro, dengan luasnya sekitar 2200

hektar.5

Pada umumnya, 20-3-% tanah di ditrik Lautem adalah tanah pertanian, 35%

tanah tinggi dan 35% pergunungan. Sebagian besar distrik mempunyai tanah

lembah dan tanah subur yang ideal untuk penanaman. Pertanian tradisional

dilakukan di distrik ini.6

Distrik Lautem hampir seluruhnya dikelilingi dengan laut, termasuk Laut

Ibu yang adalah laut utara Tasi-Feto dan Laut selatan Tasi-Mane. Dua laut ini

saling meliputi di Pulau Jaco, dan ini adalah salah satu alasan mengapa pulau ini

dianggap sebagai pulau suci.

Distrik Lautem mempunyai tiga (3) suku (suco) utama dan masing-masing

suku mempunyai bahasa sendiri, suku Fataluku (sub-distrik Lospalos, Tutuala dan

Lautem) suku Makassai, (Luro, Lautem dan Iliomar), dan suku Makalero

5Laporan mengenai Kondisi Sosial dan Ekonomi di Timor Leste yang dipersiapkan di

bawah Program Penyelesaian Percekcokan Internasional (Universitas Columbia, New York, AS

dan FAFO Lembaga Ilmu Sosial Yang Terapan, Oslo, Norway). 6Laporan mengenai Kondisi Sosial dan Ekonomi di Timor Leste yang dipersiapkan di

bawah Program Penyelesaian Percekcokan Internasional.

Page 55: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

45

(Iliomar). 7Dan juga kelompok daerah Sa‟ane di daerah Luro atas dengan bahasa

yang dekat dengan bahasa Makalero. Asli tepat suku Fataluku dan suku Makassai

merupakan campuran orang Melanesia dan orang papua. Suku Fataluku dan suku

Makassai adalah petani, dan bukan penangkap ikan. Tarian budaya mereka masih

menerima kembali perbuatan berani pejuang.

Suku Fataluku adalah penganut animisme, dan kepercayaan animisme

mereka masih sebagian besar dari kehidupan sehari-hari penduduk distrik Lautem.

Menawarkan darah binatang sebagai korban adalah kejadian biasa di desa-desa.

Juga merupakan hal biasa menemukan lulik (sebuah ukiran yang mewakili orang

yang menangkal roh jahat) di beberapa desa. Di jalan com dari Lospalos ada

pemakaman tradisional yang berumur tiga ratus tahun. Pemakaman ini dibangun

untuk orang Timor-Leste yang dibunuh oleh orang Portugis.

B. Budaya Sosial Masyarakat Fataluku

Masyarakat Fataluku terbagi menjadi tiga lapisan sosial yaitu; pertama,

golongan raja-raja dan keluarganya yang disebut ratu. Biasanya merekalah yang

memerintah dalam setiap desa yang pada zaman dulu berbentuk kerajaan-kerajaan

tradisonal yang kecil-kecil. Kedua, golongan orang biasa yang disebut sebagai

pacak. Ketiga, golongan hamba sahaya yang disebut dengan akano.8 Golongan

ratu diperkuat dengan hak-hak dan simbol kebangsawanan.

Mereka umumnya memiliki ternak kerbau dan kuda yang banyak sampai

ratusan pada setiap keluarga. Mas kawin yang harus mereka bayar dan harus

7

Boaventura Aoares da Silva, Titolu Perfil Distritu Lautem, Direksaun Nacional

Administrasaun Local Rua de Belarmino Lobo, Dili Timor Leste 2012. 8Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28 Juli

2016.

Page 56: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

46

mereka terima cukup tinggi, yaitu 77 ekor kerbau dan harus diimbali dengan

sejumlah kalung paya (manik-manik). 9Akibatnya golongan lain tidak ada yang

berani mengawini mereka. Arsitektur rumah adat mereka terkenal di Timor Leste,

karena khas dan tradisional masyarakat Fataluku di atas empat tiang kayu besar,

diberi atap ijuk yang menjulang tinggi. Rumah itu mereka sebut fiale (rumah ijuk

).10

Perbedaan fiale fatasiriko ( rumah ijuk biasa ) antara milik golongan ratu dan

pacak hanya pada jumlah tingkat yang terdapat di bawah atap yang tinggi itu.

Rumah ijuk kaum ratu biasa bertingkat sampai lima. Tingkat paling atas

digunakan untuk menyimpan benda-benda sakral. Setiap rumah dihuni oleh satu

keluarga batih.

C. Prosesi Pelaksnaan Perkawinan Adat Masyarakat Fataluku

Prosedur pelaksanaan perkawinan adat masyarakat Fataluku dilakukan

dengan berbagai urutan sebagai berikut;11

a. Perkenalan (conese mentu)

Tahap pertama yang dapat menjadi awal suatu perkawinan adalah

perkenalan antara seorang pria dan seorang wanita. Perkenalan ini biasanya terjadi

baik ditempat umum seperti pasar mingguan dikota ataupun ditempat-tempat

khusus seperti upacara adat atau keagamaan.

Pemuda-pemudi timor pada umumnya masih berpendidikan rendah,

malahan mereka pada umumnya masih buta aksara pemalu dan tertutup dalam

9Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28 Juli

2016. 10

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos, 28

Juli 2016. 11

Singh, Bilveer. Timor-Timur Indonesia dan Dunia. Penerjemah : Tim Institut for policy

studies ) IPS ) Jakarta : Institut for policy studies, 1998.

Page 57: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

47

membicarakan hal-hal yang menyangkut perkawinan. Kehendak menjalin

hubungan ketingkat perkawinan biasanya dilakukan secara “simbolis” dengan

saling memberi dan menerima hadiah.

b. Peminangan (tama husu)

Setelah diadakan penjejakan dan dicapai kesimpulan perkawinan dapat

dilaksanakan, ayah si pemuda menyelenggarakan kunjungan resmi kepada orang

tua gadis. Pada kunjungan ini ia menyatakan keinginan anak laki-lakinya

memperistrikan anak gadis bapak tersebut. Menurut adat kebiasaan yang berlaku

penegasan keinginan ini harus dinyatakan dengan menyerahkan barang tertentu.

Jika barang ini diterima maka gadis yang bersangkutan telah terlarang bagi laki-

laki lain. Pemberian ini menurut David Hicks merupakan referensi terhadap mas

kawin (belis), karena pemberian ini akan dihimpun menjadi satu dalam segala

macam pemberian sebagai mas kawin yang diberikan kepada mertua laki-laki.12

c. Pertunangan (troka prenda)

Setelah pernyataan keinginan dari pihak laki-laki dinyatakan tegas dan

diterima pula oleh perempuan dengan tegas maka sipemuda mengunjungi orang

tua si gadis paling tidak dua kali. Setiap kali datang ia menghanturkan kelaki-laki

senior dari kalangan garis keturunan gadis dengan seekor kerbau susuan dan

sedikit uang sebagai tanda hormat pada kunjungan yang pertama sipemuda

menyerahkan hadiah yang berfungsi sebagai “pengetuk pintu“ untuk memasuki

rumah mertua.13

12

Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007). 13

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques(Tokoh Adat), Lautem Lospalos 28 Juli

2016.

Page 58: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

48

Pada kunjungan berikutnya pemuda menyerahkan sesuatu yang berfungsi

sebagai “tali milik“(tara korenti) yang berarti pertunangan antara sigadis dan

sipemuda telah terjadi.14

Upacara ini berfungsi pula sebagai tanda penghubungan

pertama antara garis keturunan mereka masing-masing.

d. Upacara serah terima mas kawin tahap pertama

Setelah upacara perkawinan dan penetapan jumlah serta waktu pembayaran

mas kawin ditentukan. Proses selanjutnya adalah upacara serah terima mas kawin

(belis), saat upacara serah terima ini tergantung dari kesanggupan pengantin laki-

laki menggumpulkan mas kawin. upacara serah terima mas kawin ini dapat

dimulai walaupun yang terkumpul baru beberapa saja. Pada tahap ini barang lain

yang menjadi bagian mas kawin (belis) seperti; kerbau, sapi, kambing dan

beberapa kalung (mortel), tusuk konde (ulsukun), perak (dinel), emas (osan

mean), petaca (belak), di harapkan sudah diserahkan kepada mertua. Pada hari

pertemuan dari garis keturunan pengambil istri mengawal saudaranya ke rumah

mertuanya. Dirumah mertuanya rombongan disambut oleh keluarga patrilinear

pengantin perempuan. Seorang keluarga patrilinear pengantin perempuan ditunjuk

untuk memeriksa binatang yang dipegang oleh rombongan pengantin laki-laki.

Sesudah binatang-binatang itu diperiksa oleh tukang periksa dan diserah

terimakan, mertua menyampaikan terima kasih kepada kelompok pengambil istri

pemimpin upacara keluar dari rumah untuk mengantar sepupuh kedua belah pihak

memasuki rumah pada saat ini pemimpin upacara mengadakan persembahan

kepada roh nenek moyang.

14

Wawancara Pribadi dengan Sr.Afonso Marques(Tokoh Adat), Lautem Lospalos 28 Juli

2016.

Page 59: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

49

e. Upacara serah terima mas kawin tahap kedua

Tahap ini merupakan acara puncak dari sekalian banyak upacara penyerahan

mas kawin yang tersisah pada acara sebelumnya dilakukan disini. Dalam

kenyataan ada beberapa kelompok garis keturunan yang kaya menyerahkan mas

kawin pada saat serah terima mas kawin tahap pertama, namun penyerahan yang

terlalu dini semacam itu dilarang. Jika dari awal mas kawin sudah siap, maka

serah terima mas kawin pada tahap ini dilakukan beberapa hari setelah terima mas

kawin yang pertama dilaksanakan. Penyerahan ini disertai dengan upacara

(kenduri) pelembagaan instansi kedua jenis kelamin, kedua jenis keturunan dari

nenek moyang dengan manusia.

f. Upacara perkawinan

Upacara perkawinan adat pada tahap ini ditandai oleh berbagai kegiatan;

pertama adalah penyampaian mas kawin yang telah terkumpul. Penyampaian mas

kawin ini kepada ayah gadis, kedua “ pergi untuk mencapai persetujuan”.

Beberapa mas kawin itu diberikan pada tahap ini, beberapa jumlah uang (osan)

sebagai “pembuka pintu rumah” (loke odamatan). 15

Dengan pemberian ini, berarti

pengambil isteri mendapat hak memasuki rahim rumah mertua, untuk

membicarakan besarnya mas kawin (folin atau belis) dan jangka waktu

pembayarannya. Upacara lain pada tahap ini adalah tindakan yang

mempersatukan, tidak hanya pengantin laki-laki dan pengantin perempuan dalam

satu ikatan, tapi juga sakaligus mempersatukan mereka dengan warga kelompok

pemberi isteri dan pengambil isteri serta persatuan manusia dengan arwah nenek

15

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos 28 Juli

2016.

Page 60: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

50

moyang. Sesudah upacara ini, pengantin perempuan bebas tinggal di rumah

suaminya, atau tinggal di rumah ayahnya.

Pada saat itu perkawinan antara keduanya telah tercipta. Upacara ini dihadiri

oleh setiap laki-laki dari garis keturunan pengambil istri, selain itu juga hadir

orang-orang senior di tiap dukuh dari garis keturunan. Lambang persatuan dalam

upacara ini adalah sirih dan pinang (bua ho malus) yang saling ditukarkan oleh

pihak laki-laki kepada pihak perempuan.16

Upacara doa suci dan penyatuan ini

dipimpin oleh seorang pria yang dianggap sebagai wakil dunia suci. Kegiatan

selanjutnya adalah makan dan minum bersama. Pada tahap ini pihak perempuan

menghidangkan makanan dan minuman, sementara pihak laki-laki tawar menawar

mengenai besarnya mas kawin (folin atau belis) dan bagaimana cara

pembayaranya.

Setelah semua upacara perkawinan adat selesai kedua keluarga menyepakati

supaya melangsungkan upara perkawinan agama. Pada tahap ini pihak keluarga

laki-laki mempersiapkan perlengkapan pakaian pengantin wanita dan sebaliknya

pihak keluarga wanita menyiapkan perlengkapan pria. Sebelumnya kedua

mempelai masih berada di rumah masing-masing walaupun mereka telah

diizinkan untuk saling berkunjung, tetapi pada saat upacara perkawinan agama

akan dilangsungkan masing-masing di rumahnya dan didampingi oleh keluarga

masing-masing.

16

Wawancara Pribadi dengan Sr.Afonso Marques(Tokoh Adat), Lautem Lospalos 28 Juli

2016.

Page 61: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

51

D. Praktek Pemberian Belis Pada Masyarakat Fataluku

Dalam praktek pemberian belis dalam masyarakat Fataluku, terlebih dahulu

diadakan pertemuan antara keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak wanita.

Pihak laki-laki akan mengirimkan seorang juru bicara(lia nain) untuk proses

negosiasi jumlah belis/barlaki, yang diawali dengan melemparkan biji jagung di

atas meja, kemudian juru bicara (lia lain) dari pihak laki-laki akan mengambil biji

jagung sesuai dengan kemampuannya. Dari situ akan diketahui berapa jumlah

kerbau/sapi yang akan diminta oleh pihak keluarga wanita.17

Dalam praktek

belis/barlaki dengan dua cara yaitu;

1. Pembayaran belis boleh secara bertahap, diangsur-angsur atau dicicil.

banyak masyarakat Fataluku yang membayar belis secara diangsur akan

tetapi dampak dari belum terlunasnya belis akan membawa laki-laki tinggal

dirumah keluarga wanita dan menghidupi semua keluarga wanita. Selain itu

juga terdapat hinaan bila belis tidak dilunaskan, keluarga dari pihak laki-laki

akan merasa malu.

2. Pembayaran belis secara tunai, tapi untuk pembayaran belis secara tunai

jarang sekali yang melakukannya. Namun ada sebagian laki-laki yang

langsung membayar belis secara tunai, karena menurut mereka jika belis

tidak terlunaskan atau dibayar cicil maka tanggung jawab meraka akan lebih

besar dan menambah beban serta timbul cacian dari keluarga wanita.

17

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), Lautem Lospalos 28 Juli

2016.

Page 62: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

52

Dalam praktek pemberian belis dalam masyarakat Fataluku terdapat dua

unsur atau nilai. Dimana ada nilai positif dan negatifnya.18

a. Nilai positifnya itu kita menganggap seperti menghargai wanita lebih relatif

dilihat dari derajat kekerabatan.

b. Dari aspek negatifnya kita menyamakan harga diri wanita sama dengan

penjualan barang. Dan mengganti harga diri wanita dengan barang dan

materi yang lain.

Tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Setiap individu dan setiap

generasi melakukan penyesuaian dengan semua perubahan kehidupan sesuai

dengan kepribadian dan tuntutan zaman. Terkadang diperlukan banyak

penyesuaian dan generasi baru tidak hanya mewarisi suatu edisi kebudayaan baru,

tetapi suatu versi kebudayaan yang direvisi.19

Seluruh kebudayaan merupakan proses belajar yang besar. Proses belajar

dalam bidang kebudayaan menghasilkan bentuk baru menimbun gerak

pendukungnya. Hal ini juga tercermin pada kehidupan bermasyarakat di Lospalos.

Penduduk yang beraneka ragam, baik budaya, agama, maupun pekerjaan yang

menimbulkan pengetahuan baru bagi orang-orang Fataluku untuk mencari solusi

pembayaran belis yang cukup tinggi.20

Hakikat belis berupa material, tetapi dibalik itu belis juga mempunyai

hakikat immaterial yang menyiratkan fungsi dan simbol. Simbol mahar berupa

18

Wawancara Pribadi dengan Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016. 19

Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007).

20

Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007).

Page 63: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

53

hewan ternak yaitu kerbau, sapi, kambing dan tanah pertanian dapat digantikan

dengan benda lain, yakni uang, yang difungsikan nilainya sama dengan bahan

mahar.Tetapi secara immateril atau arti simbol akan mengalami pemaknaan serta

cara baru yang akan dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan perkembangan

zaman.

Menurut R.Linton dalam Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan

universal ada yang mudah berubah dan ada yang sukar berubah serta sulit diganti

dengan unsur asing, yakni bagian inti dari suatu kebudayaan yang disebut Covert

Culture, yang terdiri dari sistem nilai budaya, keyakinan keagamaan yang

dianggap keramat. Beberapa adat yang sudah dipelajari sejak dini dalam proses

sosialisasi individu warga masyarakat dan beberapa adat yang mempunyai fungsi

yang terjaring luas dalam masyarakat.

Sedangkan unsur kebudayaan yang mudah berubah, yaitu bagian

perwujudan lahiriyah atau covert Culture adalah kebudayaan fisik seperti alat dan

beda bergunam tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup dan rekreasi

yang memberi kenyamanan.

Dalam hal ini terlihat bagaimana perubahan yang terjadi dalam pembayaran

mahar di masyarakat Fataluku. Perubahan dapat dipandang sebagai suatu proses

yang berlangsung terus menerus dan bermakna masyarakat.

Menurut Soekanto, bahwa perubahan sosial dan kebudayaan selalu

berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan

mengakibatkan pula perubahan di dalam lembaga kemasyarakatan lainnya. Oleh

Page 64: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

54

karena itu lembaga kemasyarakat tersebut selalu ada proses saling mempengaruhi

secara timbal balik.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan berubahnya suatu unsur-

unsur kebudayaan antara lain:21

1. Perubahan lingkungan yang diikuti oleh perubahan adaptif dalam

kebudayaan.

2. Variasi perorangan mengenai cara orang di dalam kebudayaan memahami

karakteristik kebudayaan sendiri yang dapat menimbulkan perubahan cara

masyarakat pada umumnya menafsirkan norma dan nilai kebudayaan.

3. Kontak dengan kelompok lain yang menyebabkan masuknya gagasan dan

cara baru untuk mengerjakan sesuatu yang akhirnya menimbulkan

perubahan nilai perilaku tradisional.

Perubahan tersebut merupakan salah satu untuk mengendalikan keadaan di

masyarakat yang merasa resah dan kesulitan dalam memperoleh bahan mahar.

Seperti pendapat R.Linton dalam Koentjaraningrat, bahwa perubahan dari suatu

masyarakat yang tradisional ke masyarakat masa kini tidak perlu menyebabkan

hilangnya keseimbangan sehingga timbul konflik yang merusak, asalkan

perubahan itu berlangsung lambat dan terarah.

Dalam sebuah acara perkawinan adat dalam masyarakat tradisional, akan ada

suatu hubungan timbal balik dari pemberian belis (mahar) dari pihak keluarga

laki-laki ke pihak keluarga wanita, dimana pihak keluarga laki-laki akan

memberikan sejumlah mahar berupa hewan ternak. Atas pemberian mahar dari

21

Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru (Timor

Leste, 2007).

Page 65: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

55

pihak keluarga laki-laki maka keluarga dari pihak wanita akan memberikan

sejumlah barang atau benda sebagai balasan pemberian belis dari keluarga laki-

laki, disini terciptanya sebuah hubungan timbal balik yang terus berkeseimbangan

antara kedua belah pihak keluarga.22

Pada upacara perkawinan inilah terdapat sistem tukar menukar yang

mempunyai daya pengikat dan daya gerak dari masyarakat di Lospalos.

Pemberian belis merupakan suatu bagian dari usaha untuk mendapatkan kembali

keseimbangan yang nyata terlihat dalam tukar menukar itu, dimana ada perubahan

materi, menerima dan mengembalikan, sistem menyumbang untuk menimbulkan

balasan itu mempunyai prinsip timbal balik (resiprositas) atau principle of

reciprocity.23

Hubungan timbal balik ini mengaktifkan hubungan ekonomi, penukaran

kewajiban terhadap kaum kerabat yang mengaktifkan kehidupan kekerabatan,

sistem penukaran mahar yang mengakibatkan hubungan antar kelompok

kekerabatan dan sebagainya. Dalam pembayaran mahar, kewajiban membantu

untuk menyumbang kerabatnya yang akan menikah secara tidak langsung

berfungsi mempererat kembali hubungan yang telah lama terjalin. Harta yang

disumbangkan akan dibayar kembali pada saat ia mengadakan acara serupa.

Pada dasarnya, rukun yang harus dipenuhi dalam perkawinan yang

dilaksanakan oleh agama Islam adalah lima hal yaitu; 24

22

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016. 23

Ir. Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu‟ Pede U‟sa Sa‟e Pede Laru

(Timor Leste, 2007), h.41. 24

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Anwar Dacosta (Tokoh Agama), 25 Juli 2016.

Page 66: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

56

1. Mempelai pria

2. Mempelai wanita

3. Wali

4. Dua orang saksi

5. Ijab dan qabul

Adapun mahar dalam perkawinan diletakkan pada syarat perkawinan,

sehingga mahar yang telah disepakati boleh dibayar secara kontan saat akad

pernikahan dilaksanakan, atau dibayar nanti saat telah mampu. Begitupun

jumlahnya yang tidak dianjurkan terlalu berlebih-lebihan dan cenderung pada hal-

hal yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Sedangkan belis ini

bukanlah mahar dalam syarat perkawinan Islam, belis adalah pemberian untuk

keluarga mempelai wanita, seperti yang oleh tokoh adat fataluku, belis ini untuk

keluarga, sedangkan prinsip nikahnya tetap menggunakan sodaqoh. Jadi sang

isteri tetap menerima mahar sebagaimana apa adanya seperti biasa ditambah

dengan hak ibu itu, air susu ibu.

Dalam istilah fiqih belis ini termasuk dalam kategori hadiah seperti yang

terdapat pada kitab Fathul Mu‟in bab hibah sebagai berikut hadiah ialah hibah

yang pemberiannya dengan cara mengantarkan kepada yang diberi, guna

memuliakannya. Adapun hukum dari hadiah ialah sunnah.25

Menyikapi hal ini, tentu terdapat kontradiksi pandangan tokoh

masyarakat Fataluku dari sisi positif, maupun sisi negatifnya. Para narasumber

25

Aliy As‟ad tardjamah fathun mu‟in jilid 1-3 Jakarta: menara kudus, 1980 h.328.

Page 67: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

57

pun memberikan pandangan mereka masing-masing dalam menjelaskan sisi

positif dan sisi negatif dalam sistem perkawinan dengan sistem belis ini.

a. Sisi Positif Belis

Belis memiliki sisi positif yang datang dari filosofis tradisional yaitu belis

yang syarak akan nilai, bukan sekedar soal jumlah besaran belis yang akan

diberikan melainkan melebihi itu. Dengan adanya belis maka akan mengangkat

derajat wanita, dan mengangkat harga dirinya, ibarat penghargaan bagi wanita.26

Belis yang dipertahankan dalam pernikahan masyarakat Fataluku ini

memiliki nilai positif yang sangat besar. Manfaatnya untuk menjaga martabat dan

harga diri perempuan ditengah-tengah kehidupan masyarakat, hal itu supaya

wanita tidak dipermainkan oleh laki-laki, karena dengan berlakunya belis itu

sebagai suatu sangsi dalam kehidupan di masyarakat itu, sebagai aturan yang

berlaku maka ketika siapa saja yang melanggar aturan itu, maka akan dikenakan

hukuman.27

Misalnya di masyarakat Fataluku anak perempuan mereka tidak

diganggu sembarangan, karena apabila kita menganggu anak gadisnya maka kita

akan dikenakan denda, apalagi sampai membawah lari anak gadis maka kita akan

didenda dengan sangat besar. Selain itu kita akan langsung dipertemukan dengan

orang tua wanita dan membicarakan kesepakatan belis yang diminta orang tua

wanita. Belis dipandang sebagai kiasan putri-putri mereka yang berharkat mahal

dan bermartabat tinggi. Sehingga pengaruhnya terhadap masyarakat Fataluku,

wanita sangat dijaga harkat dan martanatnya oleh masyarakat sekitar. Wanita

26

Wawancara Pribadi dengan Sr. Oracio Concencao da Savio (Tokoh Masyarakat ), 27

Juli 2016. 27

Wawancara Pribadi dengan Sr. Oracio Concencao da Savio (Tokoh Masyarakat), 27

Juli 2016.

Page 68: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

58

Fataluku tidak sembarangan dipermainkan oleh laki-laki sebelum dan setelah

menikah. Selain itu belis juga berfungsi sebagai pengikat yang kuat bukan hanya

mengikat hubungan suami dan isteri, melainkan juga mengikat hubungan antara

keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. Selain akad nikah dalam hukum

Islam, adat juga ikut mengikat. Maka sudah menjadi keharusan bagi laki-laki yang

akan menikahi perempuan dari masyarakat Fataluku. Sehingga sudut pandang

yang baik ini juga menjadi i‟tikad baik dalam belis di masyarakat Fataluku dalam

mewujudkan perkawinan yang baik. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap laki-

laki yang ingin menikahi anak gadis mereka.28

Upaya yang dilakukan masyarakat Fataluku ini untuk mewujudkan

keluarga yang sakinah dengan meninggikan martabat wanita dan mengikat kedua

keluarga dengan belis. Hal ini menjadikan belis memiliki posisi yang sangat

penting dalam perkawinan masyarakat Fataluku. Dengan adanya peraturan belis

tersebut maka akan mendorong para laki-laki untuk bekerja lebih keras lagi, untuk

mengumpulkan uang yang banyak. Bahkan banyak dari mereka yang bekerja

sampai keluar negeri. selain itu belis dikalangan masyarakat Fataluku telah

membuat mereka tidak menjadikan sebuah pernikahan sebagai sesuatu yang

mudah, melainkan mereka akan sangat menghargai pernikahan tersebut. Belis itu

gunanya untuk melindungi isteri, baik keluarga sendiri maupun keluarga isteri

dalam berbagai bentuk dan sifat-sifatnya dan berbagai seginya itu harga mati.

28

Wawancara Pribadi dengan Sr. Oracio Concencao da Savio (Tokoh Masyarakat), 27

Juli 2016.

Page 69: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

59

b. Sisi Negatif Belis

Adapun beberapa masalah yang timbul dari belis ini adalah karena

mahalnya belis. Sehingga bagi mereka yang kurang mampu atau ekonominya

kurang memadai akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran belis.

Namun banyak dari mereka yang memilih untuk menikah terlebih dahulu

dengan pembayaran belis secara utang lalu setelah menikah baru mereka pergi

untuk merantau mengumpulkan uang biar bisa bayar belisnya.29

Kalangan

rakyat biasa yang berada di posisi ekonomi lemah memiliki kesulitan dalam

membayar belis. Sehingga tidak jarang belis juga menghambat waktu

pernikahan bagi masyarakat Fataluku. Terlebih lagi jika putri mereka dari

keturunan raja, maka akan sangat jarang sekali yang datang melamar mereka

karea harga belisnya yang terlalu mahal. Karena belis yang mencapai 77 ekor

yang membuat mereka enggan untuk dihampiri oleh laki-laki. Belis itu punya

tingkatan yang berbeda-beda, jadi kalau diketurunan raja belis mencapai 77

ekor kerbau, kalau di bawah raja ditengah-tengah yaitu 55 ekor, sedangkan

yang paling bawah mencapai 25 ekor kerbau, makanya banyak yang jadi

perawan tua. Bukan mereka tidak cantik, melainkan karena belisnya sangat

mahal, jadi tidak ada yang berani mendekati atau menyentuh mereka.

Hambatan ini yang menjadi sisi negatif dari belis, jika ditinjau dari beratnya

belis masyarakat Fataluku. Sehingga bisa diperkirakan akan jarang sekali

masyarakat luar Fataluku yang mau menikah dengan wanita Fataluku, hal ini

29

Wawancara Pribadi dengan Sr. OrACIO Concencao da Savio (Tokoh Masyarakat), 27

Juli 2016.

Page 70: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

60

semata karena mahalnya harga belis yang harus dibayar untuk menikah dengan

mereka.

Tokoh masyarakat Fataluku mengemukakan beberapa alasan dalam

mempertahankan belis sebagai syarat perkawinan mereka. yang pertama adalah

alasan untuk mempertahankan tradisi mereka yang telah ada sejak zaman nenek

moyang yang dulu. Karena pada dasarnya belis itu sudah tradisi masyarakat

Fataluku yang tidak bisa diubah-ubah, hanya bisa diringankan saja tidak untuk

dihilangkan.30

Esensi dari pada adat itu melainkan perempuan berada pada satu

sisi yang pantas kita posisikan untuk kemudian di perlakukan secara Ma‟ruf wa

asiruhunna bil ma‟ruf.

Masyarakat Fataluku memberi banyak pendapat, belis tidak harus

dihapuskan atau dihilangkan, melainkan diringakan saja, karena untuk saat ini

masyarakat Fataluku tidak banyak yang memiliki hewan ternak sehingga untuk

kerbau susah didapat, jadi belis bisa diganti dengan uang atau barang berharga

yang lain. 31

30

Wawancara Pribadi dengan Sr. Oracio Concencao da Savio (Tokoh Masyarakat), 27

Juli 2016. 31

Wawancara Pribadi dengan Sr. Oracio Concencao da Savio (Tokoh Masyarakat), 27

Juli 2016.

Page 71: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

61

BAB IV

NILAI FILOSOFIS BELIS

A. Belis Dalam Presepsi Masyarakat Fataluku

Masyarakat Fataluku menjadikan belis sebagai syarat dalam tradisi

perkawinan mereka. keunikan dari belis ini adalah pembayarannya tidak

menggunakan uang atau emas, melainkan dengan hewan ternak seperti kerbau.

Belis ini wajib dibayarkan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita yang

nantinya menjadi isterinya. Jumlah belis ditentukan oleh kesepakatan dari

keluarga kedua calon mempelai.

Masyarakat Fataluku biasanya membayar belis mereka dengan sebelas ekor

kerbau sampai dua puluh lima , dan terkadang bisa sampai tujuh puluh tujuh ekor

kerbau walaupun itu jarang terjadi. Jumlah belis tersebut dipengaruhi oleh

keturunan, pendidikan, sosial, ekonomi, pekerjaan dan kecantikan putri-putri

mereka. sehingga, semakin tinggi strata mereka maka semakin banyak jumlah

kerbau yang harus dibayar oleh calon mempelai laki-laki untuk belisnya.1

Masyarakat Fataluku percaya bahwa perkawinan harus dilaksanakan dengan

membayar belis yang berupa kerbau agar bisa menikahi anak gadis mereka. Jika

tidak, maka perkawinan tersebut dianggap belum direstui oleh keluarga wanita

sebelum ada kata sepakat mengenai belis tersebut telah dilunasi. Sehingga belis

sangat diwajibkan bagi masyarakat Fataluku yang mau menikahi anak gadis

1 Wawancara Pribadi Dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh adat), 28 Juli 2016.

Page 72: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

62

mereka. walaupun pembayaran belis ini terlambat dari pelaksanaan perkawinan

yang telah terjalin diantara kedua mempelai. 2

Belis atau mahar adalah pemberian pihak laki-laki kepada perempuan yang

akan dinikahinya, berupa benda atau barang yang terdiri dari peteca (belak), tusuk

konde (ulsukun), emas (osan mean), kalung (mortel), perak (dinel), kain

tradisional (tais). Bisa juga berupa ternak yang terdiri dari kerbau, kuda, sapi dan

kambing sebagai syarat salah satu syarat sahnya pernikahan.3

Jumlah belis sebagaimana diucapkan pihak laki-laki pada saat pernikahan

(akad nikah), menurut ketentuan adat jumlahnya bervariasi sesuai dengan

tingkatan strata sosial atau tingkatan sosial seseorang.4

Adapun menurut

masyarakat setempat berpendapat bahwa, mahar merupakan salah satu unsur yang

wajib ada dalam pernikahan. 5

Belis atau mahar telah menjadi fenomena sosial budaya bagi masyarakat

Fataluku, belis merupakan bagian yang tidak terlepas dari adat perkawinan dan

memiliki konsekuensi bila tidak dilaksanakan. Karena menjadi hal yang mengikat

maka pembayaran belis perkawinan ini bisa dilakukan dengan tunai saat akan

berlangsungnya upacara perkawinan atau dengan cara diangsur dalam atau tanpa

batas waktu. Karena belis yang telah ditetapkan menjadi utang maka wajib untuk

dibayarkan. Bilamana pihak laki-laki belum melunasi belisnya dan atau telah

meninggal dunia, maka pelunasannya akan menjadi tanggung jawab

2 Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

3 Wawancara Pribadi denga Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

4 Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

5 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ali (Masyarakat), 30 Juli 2016.

Page 73: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

63

keturunannya. Bila belis masih belum juga dilunasi maka akan menerima sanksi

moral, sosial maupun psikologis di dalam lingkungan masyarakat.6

Selain uang, beragam belis di Fataluku adalah perhiasan emas atau perak,

ternak seperti kuda, kerbau sapi dan kambing.7

Sedangkan besarnya belis

ditentukan oleh keadaan status sosial pihak perempuan, semakin tinggi status

sosial seorang perempuan, maka semakin tinggi belisnya. Namun nilai besaran

belis bisa juga ditentukan oleh perundingan antara keluarga pihak laki-laki dan

perempuan. Suatu kebangaan bagi pihak laki-laki jika ia telah berhasil melunasi

belisnya baik saat perkawinan atau setelahnya, maka belis bisa dikatakan sebagai

simbol pemersatu laki-laki dan perempuan sebagai ikatan suami isteri, dan juga

menjadi bagian pengesahan perpindahan marga atau suku isteri ke marga atau

suku suami, serta sebagai kompensasi terhadap jasa orang tua mempelai

perempuan yang telah membesarkan anak gadisnya.

Belis juga bisa dipahami sebagai suatu hal yang positif atau negatif.

Determinasi ini bermula dari cara berfikir dan bertindak. Belis merupakan hal

esensial karena menyentuh martabat manusia. Belis tidak diartikan sebagai

“membeli gadis” baik secara kontan atau cicil, dan juga menjadi bagian skenario

ekonomi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pihak keluarga

perempuan terhadap pihak keluarga laki-laki. Maupun beserta dengan dampak

bila belis belum atau sudah terlunasi baik untuk pihak laki-laki maupun untuk

pihak perempuan. Yang mana bila belis belum terlunasi maka pihak laki-laki akan

6Parera, A.D.M; Neonbosu, Gregor, Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor: suatu kajian

atas peta politik pemerintahan kerajaan-kerajaan di Timor sebelum kemerdekaan Rebublik

Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994). 7 Wawancara Pribadi Dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

Page 74: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

64

menjadi”tahanan” keluarga perempuan dan bila telah terlunasi, maka pihak

perempuan akan menjadi “harta milik” yang menjadi sepenuhnya milik pihak

laki-laki. Sehingga dapat menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga. Namun

dampak belis terhadap kekerasan di nilai sebagai kematian belis sebagai simbol

budaya, karena belis diarahkan pada wilayah ekonomis semata. Sedangkan belis

sebenarnya adalah sebuah simbol kebudayaan yang menjaga kehormatan seorang

perempuan yang memiliki nilai-nilai luhur sejak dahulu kala, di lain sisi belis juga

merupakan bentuk penghargaan terhadap perempuan melalui pertalian

kekeluargaan. Manusia hidup dibentuk dari simbol budaya, sehingga manusia

menjadi subjek sesungguhnya untuk menjadikan dirinya lebih beradab dan

bermartabat.

Adapun menurut masyarakat setempat bahwa, mahar merupakan salah satu

unsur yang wajib ada dalam pernikahan.8 Tidak boleh tidak ada.

9 Istilah lain yang

digunakan dalam menyebutkan mahar adalah belis atau barlake. Dan diberikan

oleh piha laki-laki kepada pihak perempuan menurut adat istiadat di Lospalos.

Pada zaman dahulu, memang belis atau barlake yang berlaku sejak lama di

distrit Lospalos dinilai dengan hewan ternak. Bagi bangsawan tinggi serupa raja

dan ratu maka maharnya dinyatakan dengan hewan peliharaan sebanyak 77 ekor,

ditambah dengan kalung manik-manik dan kain tenun (tais). Sedangkan bagi

perempuan dari kalangan bangsawan menegah kebawah maka hanya 55 ekor ,

sedangkan bagi kalangan biasa hanya beberapa.

8 Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques ( Tokoh Adat ). Lospalos, 28 Juli 2016.

9Parera, A.D.M; Neonbosu, Gregor, Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor: suatu kajian

atas peta politik pemerintahan kerajaan-kerajaan di Timor sebelum kemerdekaan Rebublik

Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994).

Page 75: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

65

Penentuan jumlah mahar berdasarkan tingkatan sosialnya dikuatkan oleh salah

satu tokoh adat setempat yang menegaskan bahwa memang hukum adat yang

berlaku di Fataluku, mahar harus berdasarkan tingkatan sosialnya. Tingkatan

sosialnya bukan hanya karena alasan dari golongan bangsawan, namun juga bisa

karena jabatan atau karena pendidikan yang telah ditempuh. Jenis mahar yang

biasa diberikan bisa menggunakan hewan ternak atau uang.10

Berikut penulis

menemukan jenis mahar yang diterima oleh lima orang informan atau narasumber

masyarakat Fataluku dalam prosesi pernikahan diantaranya;:

a. 31 ekor kerbau dengan beberapa kain tenun(tais) dan kalung manik-manik.11

b. 25 ekor kerbau dengan 2 kain tenun (tais)12

c. 15 ekor kerbau dengan 3 kalung manik-manik.13

d. 11 ekor kerbau dengan 1 kain tenun(tais) dan kalung manik-manik.14

e. 7 ekor kerbau dengan kalung manik-manik.15

Salah satu toko agama di Lospalos menyampaikan bahwa mahar memang

merupakan keharusan, meskipun terdapat beberapa perbedaan penadapat

ulama.16

Pada zaman orang tua terdahulu, (selain berupa nilai yang telah

disebutkan diatas) mereka selalu mengorientasikan mahar itu berupa hewan

ternak, namun kondisi yang ada pada masa kini dimana paradigma masyarakat

tentu telah bergeser, masyarakat mulai mengganti hewan ternak dengan sesuatu

10

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ali (Masyarakat). Lospalos, 30 Juli 2016. 11

Wawancara Pribadi dengan Luis Martin (Masyarakat Fataluku), 26 Juli 2016. 12

Wawancara Pribadi dengan Inacio Guteres (Masyarakat Fataluku), 26 Juli 2016. 13

Wawancara Pribadi dengan Fatimah da Silva (Masyarakat Fataluku), 27 Juli 2016. 14

Wawancara Pribadi dengan Gabriela Araujo (Masyarakat Fataluku), 27 Juli 2016. 15

Wawancara Pribadi dengan Olga Dacosta ( Masyarakat Fataluku), 26 Juli 2016. 16

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Anwar da Costa ( Tokoh Agama), 25 Juli

2016.

Page 76: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

66

yang bernilai seperti uang dan perhiasan emas. Demikian fenomena yang terjadi

di sepuluh kecamatan yang ada di provinsi Lospalos. Pada prakteknya ternyata

mahar itu tidak berdiri sendiri, terdapat unsur-unsur adat yang masuk kedalamnya

yang terkadang membuat orang salah presepsi terhadap masyarakat Fataluku.

Kondisi kekinian masyarakat Fataluku di Lospalos, mahar saat ini telah

menggunakan sistem pertukaran hewan ternak dengan sejumlah uang dikarenakan

pada zaman sekarang susah untuk menemukan hewan ternak yang banyak seperti

zaman dahulu dimana semua masyarakat Fataluku masing-masing mempunyai

hewan ternak. Meskipun begitu beberapa nilai tetap terjaga. Perubahan tersebut

hanya terjadi pada kebiasaan yang bersifat materi saja.17

Meskipun mahar bisa diberikan dengan nilai hewan ternak atau berupa

emas, ataupun (pada masa kini) bisa menggunakan uang, yang perlu ditekankan

bahwa setiap tingkatan strata sosial berbeda dalam penentuan jumlah maharnya.

Jika dianggap semakin tinggi strata sosialnya, semakin tinggi pula jumlah mahar

yang harus diberikan. Saat ini, khususnya pada masyarakat Fataluku jelas bahwa

jenis mahar pada masa lampau tersebut dinilai sudah tidak relevan karena

keberlakuannya pun sudah tidak diakui lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa

masyarakat Fataluku jelas sangat merespon perkembangan zaman.

Jumlah mahar yang tinggi diberikan kepada pengantin perempuan pada

mulanya memang didasarkan pada strata atau derajat sosial yang dimilikinya,

ternyata telah terjadi pergeseran atau perubahan dalam hal ini. Strata sosial yang

dimaksud pada saat ini bukan hanya disebabkan karena darah kebangsawannnya,

17

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

Page 77: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

67

melainkan juga bisa karena jabatan yang dimiliki, pekerjaan yang mapan ataupun

karena jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh calon mempelai perempuan.

Di samping mahar, pada prosesi penentuan hari pernikahan (loron kaben),

hal yang paling penting adalah besarnya uang pesta (osan festa) diberikan oleh

pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Besarnya uang pesta ditetapkan

berdasarkan kelaziman atau kesepakatn terlebih dahulu antar anggota keluarga

yang melaksanakan pernikahan.18

Para informan juga menyampaikan bahwa tidak seharunsya belis tersebut

memberatkan pihak laki-laki karena sifat kesiapan dari seorang laki-laki yang

datang untuk melamar saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa. Maka dari

itu tidak seharusnya belis itu memberatkan mereka. Tidak seharusnya besar

jumlah belis dipatokkan seperti itu, seharusnya jumlah belis disesuikan dengan

kemampuan pihak laki-laki. Karena kedepannya akan menyusahkan kedua

mempelai setelah berumah tangga, biasanya mereka akan terlilit hutang yang

banyak karena untuk memenuhi nilai belis yang terlampau sangat tinggi.19

B. Makna Filosofis Belis Dalam Sudut Pandang Masyarakat Fataluku

Banyak presepsi yang disampaikan oleh para informan, yang akan penulis

paparkan sebagai berikut:

Jika aturan mahar atau belis tersebut tidak ditaati maka terdapat sanksi

sosial dari kalangan masyarakat pada umumnya, khususnya keluarga besar kedua

pihak. Sanksi sosial yang terjadi misalnya tersisih dari keluarga besar dan

18

Parera, A.D.M; Neonbosu, Gregor, Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor: suatu

kajian atas peta politik pemerintahan kerajaan-kerajaan di Timor sebelum kemerdekaan Rebublik

Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994). 19

Wawancara Pribadi dengan Luis Martin (Masyarakat Fataluku), 26 Juli 2016.

Page 78: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

68

masyarakat menggunjingkan hal itu yang kadang tiada hentinya. Sanksi yang

dapat diberikan memang hanya sebatas sanksi sosial, karena berupa praktek

sosial, sehingga tidak bisa dibuat semacam sanksi yang bersifat normatif. Tanpa

pemberian mahar seorang perempuan dianggap tidak memiliki kehormatan, mahar

dalam perspektif masyarakat Fataluku dianggap sebagai bentuk kompensasi

terhadap kehormatan seorang perempuan. Ada yang mengatakan bahwa itu

sebagai apresiasi terhadap harkat dan martabat seorang perempuan yang akan

dipinang juga sebagai bentuk penghormatan terhadap keluarga besar mempelai

perempuan.

Keberadaan ketentuan tersebut untuk menghormati asal-usul seseorang, dan

untuk menunjukkan bahwa seseorang berasal dari keturunan yang terhormat.

Makna filosofis yang terkandung di dalamnya yaitu untuk saling menjaga nama

baik keluarga dikarenakan status sosial yang dimilikinya. Meskipun bentuk

penghormatan itu misalnya tidak harus dengan bentuk mahar terlampau tinggi,

tetapi tidak tepat juga jika diberikan dalam bentuk yang sangat minim. Dalam

masyarakat Fataluku pada umumnya, dikenal adanya budaya (moe/orite) yang

tetap dipegang teguh hingga saat ini.20

Budaya malu (moe) dapat diaktualisasikan atau direpresentasikan dalam

berbagai pola kehidupan dalam masyarakat Fataluku, salah satunya dengan

adanya aturan adat mengenai jumlah mahar berdasarkan strata sosial yang ada di

tengah-tengah masyarakat. Malu itu ada yang bertujuan untuk memperlihatkan

status sosialnya, misalnya seseorang tidak akan mau anaknya jika dilamar oleh

20

Moe/orite adalah budaya masyarakat Fataluku apabila seorang laki-laki tidak

memberikan belis kepada wanita yang akan dinikahinya maka mereka akan merasa malu dan harga

diri mereka akan direndahkan di kalangan masyarakat lain.

Page 79: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

69

seorang pria apabila jumlah yang diberikan lebih sedikit dari jumlah yang ia

dapatkan, karena ia kan malu (moe), terutama di hadapan keluarga besarnya. Ada

juga yang merepresentasikan malu (moe) untuk berbentuk penyebutkan jumlah

mahar dalam nominal yang besar, tetapi pada kenyataannya yang diberikan

kepada anak perempuannya tidak sesuai dengan yang disebutkan. Misalnya juga

karena mempunyai status jalur keturunan tertentu, ia merasa tidak nyaman jika

seseorang kemudian hendak menikahi anaknya dengan mahar hanya berupa

seperangkat alat shalat. Malunya (moe) dapat terganggu jika akan menikahkan

anaknya layaknya pernikahan orang biasa dalam jumlah mahar. dalam hal ini

penulis berpandangan bahwa malu (moe) bermakna sebagai gengsi atau harga diri.

Penulis juga menemukan beberapa makna dibalik penetapan jumlah mahar

dalam pernikahan masyarakat Fataluku. Tokoh adat dan tokoh agama yang

penulis temui untuk mencari tahu makna filosofis yang terkandung dalam

ketentuan adat tersebut menyatakan bahwa hal itu (jumlah mahar berdasarkan

strata sosial yang dimiliki) merupakan representasi dari prinsip budaya

(memanusiakan manusia/tahu diri, saling mengingatkan/ solidaritas/menasehati,

apresiasi/saling memuji).21

Belis dalam sudut pandang masyarakat Fataluku adalah suatu ikatan

keluarga kedua belah pihak sampai turun temurun, dan bisa mengawinkan turunan

satu sama lain agar turunan tidak terputus (sepupu menikah dengan sepupu).22

Tujuan perkawinan bagi orang Timor ada dua yaitu tidak sekedar

mempertemukan kedua anggota masyarakat yang berlainan jenis dan membentuk

21

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016. 22

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

Page 80: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

70

keluarga tapi didalamnya ada maksud yang luhur untuk melanjutkan generasi

yang menyangkut individu dan masyarakat. Dua tujuan ini menyadarkan bahwa

perkawinan tidak hanya menyangkut kepentingan individu tetapi juga kepentingan

keluarga. Dengan demikian proses perkawinan melibatkan seluruh keluarga.

Upacara perkawinan tidaklah sederhana untuk dilaksanakan karena harus

melalui proses atau tahap-tahap perkawinan yang melibatkan seluruh anggota

keluarga. Baik tahap perkenalan, pertunangan maupun perkawinan mempunyai

makna yang penting untuk menjalin relasi antara pihak laki-laki dan perempuan

yang merupakan pola hidup masyarakat turun-temurun supaya kehidupan

berlangsung aman, tentram dan lancar. Upacara perkawinan ini diatur secara adat

karena mempunyai nilai yang luhur. Nilai luhur berarti nilai itu dinyatakan

sebagai pedoman tertinggi bagi tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.23

Hal ini memberi arti bahwa perkawinan mempunyai tujuan penting karena

itu tahap perkawinan perlu disiapkan dengan matang.24

Persiapan ini tidak semata-

mata oleh kedua individu yang bersangkutan tetapi juga oleh kedua pihak

keluarga. Dengan persiapan yang baik dan adanya ikatan-ikatan dengan tanda

pembayaran belis (mas kawin), terkandung maksud bahwa perkawinan akan

berjalan dengan baik dan menghasilkan hubungan yang kekal. Secara adat, ikatan-

ikatan ini tidak mudah untuk dibatalkan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

adat perkawinan adalah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu

23

E.K.M.Masinambow, Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta

1997.h.101. 24

Wawancara Pribadi dengan Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

Page 81: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

71

masyarakat untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan

perkawinan.25

Adat dan upacara perkawinan yang berlaku merupakan suatu manisfestasi

ikatan kekeluargaan dan kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat. Adat

perkawinan sebagai ikatan kekeluargaan maksudnya terjalin relasi antara keluarga

perempuan dan laki-laki. Dan sebagai ikatan kepercayaan berarti masyarakat

percaya bahwa dengan patuh dan setia terhadap adat maka mereka dapat hidup

aman dan tentram. Dengan demikian adat yang turun temurun dari nenek moyang

yang merupakan patokan atau peraturan-peraturan wajib untuk dilaksanakan.

Dengan upacara perkawinan secara adat terdapat aturan tertentu dalam

sistem kekeluargaan yang bersifat patrilineal artinya sesudah perkawinan maka

isteri keluar atau marga isteri diganti dengan marga suami.

Dalam upacara perkawinan nampak adanya nilai-nilai sosial yang dijunjung

tinggi dan bukanlah nilai-nilai individu yang ditonjolkan. Misalnya nilai gotong-

royongan yaitu bagaimana menyiapkan belis (mas kawin) ditanggung oleh

seluruh keluarga. Belis adalah mas kawin yang diserahkan oleh pihak laki-laki

kepada pihak pengantin perempuan.26

Makna belis sebagai penghormatan pada

pihak perempuan dan untuk membangun relasi kekeluargaan antara laki-laki dan

perempuan. Tuntunan pembayaran belis dalam proses perkawinan yang dikuti

dengan balas belis oleh pihak wanita mengandung nilai pendidikan moral yang

tinggi yaitu belis bukanlah merupakan harga dari wanita yang harus dibayar serta

wanita boleh diperlakukan seenaknya.

25

Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Timur, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Proyek Inventariasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Jakarta 1983,h.3. 26

Wawancara Pribadi dengan Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

Page 82: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

72

Dalam adat dan upacara perkawinan sebenarnya tidak ada perhitungan

untung rugi oleh karena itu tidak terlintas memperhitungkan secara ekonomis

berapa kerugian materi. Tetapi kemudian hal ini menjadi masalah bahwa makna

belis yang murni dimanipulasi. Pada kenyataan sekarang ini adat yang murni

dibisniskan atau dikomersialkan, misalnya soal belis (mas kawin). Tuntunan belis

sering amat tinggi dan hal ini dapat memberatkan pihak laki-laki dan

menyebabkan masyarakat menjadi miskin serta terlilit hutang.27

Selain tuntutan

belis terdapat juga biaya pesta perkawinan yang diadakan setelah nikah agama

sebagai rasa syukur karena kedua keluarga menjadi satu. Biaya pesta ini harus

ditanggung pihak laki-laki.

Berkaitan dengan manipulasi adat, memberikan pengaruh negatif terhadap

masyarakat. Pengaruh negatifnya adalah karena belis mahal sehingga

membutuhkan waktu lama untuk melunaskannya.

Belis mempunyai nilai-nilai antara lain:28

Belis mempunyai nilai sebagai tanda penghargaan. Belis ditetapkan dalam

sebuah adat perkawinan yang merupakan tanda penghargaan. Hal ini berkaitan

dengan adat menetap setelah menikah.

Belis sebagai pemersatu kedua belah pihak. Dengan belis hubungan

perkawinan yang terjadi sebagai pemersatu kedua belah pihak. Belis menjadi

sarana yang mempersatukan.

Nilai belis dilihat dari tujuan belis yaitu demi kehormatan bagi perkawinan dan

menerima.

27

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ali (Masyarakat Fataluku), 30 Juli 2016. 28

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016.

Page 83: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

73

Makna belis yang telah berubah ini pun lebih lanjut berdampak pada

kehidupan keluarga pengantin baru. Keluarga pengantin baru pun secara tidak

langsung dimiskinkan sejak awal. Itu terjadi karena mereka harus mengganti

sejumlah uang yang dipakai untuk belis kepada pihak yang meminjamkan

uangnya kepada mereka.

Tidak hanya itu, tingginya nilai belis rentan lahirnya konflik dalam rumah

tangga. Terkadang, sang isteri melalaikan kewajibannya dengan alasan suaminya

belum lunas membayarkan belis yang harus dibayarkan kepada orang tua isteri.

Sebaliknya, jika belis sudah dibayar lunas sang suami, ibarat api dalam sekam,

menjadikan belis sebagai senjata untuk menyudutkan isteri. Ungkapan-ungkapan

kasar, misalnya; “percuma belis mahal tetapi tidak bisa memasak” tak jarang

terjadi.29

Makna Filosofis belis sebagai berikut:30

1. Menghalalkan ikatan perkawinan dengan si perempuan

Seperti yang terkandung dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 yang

berbunyi perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan

Yang Maha Esa.31

2. Sebagai bayaran kecapean orang tua perempuan

Dengan membayar belis pihak laki-laki tidak hanya menghormati wanita

yang akan dinikahinya melainkan ia juga menghormati jerih payah kedua

29

Wawancara Pribadi dengan Fatimah da Silva (Masyarakat Fataluku), 27 Juli 2016. 30

Wawancara Pribadi dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat), 28 Juli 2016. 31

Alwi, Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, 9 Juni 2009.

Page 84: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

74

orang tua wanita yang akan dinikahinya. Dengan membayar belis keluarga

wanita akan merasa dihormati karena dan merasa bangga kepada laki-laki

yang akan menikahi putrinya. Masyarakat Fataluku sangat menjunjung

tinggi belis tidak hanya sebagai penghormatan, melainkan belis juga

memberi nilai yang sangat besar serta pengaruh terhadap rumah tangga

anak perempuanya.

3. Sebagai tanda menyatukan kedua keluarga yang tadinya tidak ada

hubungan darah menjadi satu. Tidak hanya menyatukan kedua keluarga

dalam bentuk pernikahan melainkan ini akan berkesinambungan,bahkan

sampai ke persoalan rumah adat. Dimana ketika salah satu dari dua

keluarga baik dari pihak keluarga laki-laki maupun pihak dari keluarga

wanita yang terkena musibah atau mengalami suatu acara pernikahan

keluarga yang lain maka kedua keluarga ini akan ikut menyumbang. Yang

dalam adat Fataluku dikenal dengan feto sa no uma mane.32

4. Menunjukkan status sosial si calon suami lebih berwibawa di hadapan

keluarga isteri. Dengan pemberian belis maka wibawa suami akan terjaga

dan terlihat dihadapan keluarga mempelai wanita. Tidak hanya pada

keluarga pihak wanita melainkan juga di masyarakat Fataluku pada

umunya.

5. Sebagai tanda penjemputan calon isteri keluar rumahnya.

32

Feto sa keluarga dari pihak perempuan sedangkan uma mane itu keluarga dari pihak

laki-laki, dimana kedua keluarga ini akan terikat dengan hubungan belis, jadi selalu saling

membantu dalam hal apapun. Terutama dalam hal adat.

Page 85: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada beberapa bab sebelumnya maka

penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut, diantaranya:

1. Mahar dalam bahasa Tetum disebut dengan Belis, sedangkan dalam bahasa

Fataluku disebut Fa‟in atau yang lebih dikenal dengan barlake yang berarti

beruntung. Beruntung seorang wanita yang akan dinikahi seorang pri

dengan memberi haknya berupa mahar. masyarakat Fataluku memahami

bahwa untuk penentuan jumlah mahar atau konsep dasar yang digunakan

harus berdasarkan strata sosial yang dimiliki oleh pihak keluarga mempelai

perempuan yang tak hanya berasal dari bangsa bangsawan saja melainkan

juga berdasarkan tingginya pendidikan, status sosial dan jabatan pekerjaan.

Telah terjadi beberapa pergeseram dimasyaraat mengenai wujud mahar,

namun hanya pada tatanan materi saja sebab tuntutan zaman tidak pada

tataran nilai (Valor) yang dikandungnya.

2. Adapun praktek pemberian belis atau mahar yang dilakukan oleh

masyarakat Fataluku adalah dengan proses pembayaran tunai atau boleh

juga dengan dicicil. Semuanya tergantung dari kesepakatan kedua belah

pihak. Untuk itu ketika sebelum terjadi penentuan proses pembayaran mahar

biasanya pihak keluarga laki-laki mengirimkan seorang juru bicara (lia nain)

untuk menyepakati pembayaran belis.

Page 86: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

76

3. Makna filosofis yang terkandung dalam adat Lospalos mengenai penetapan

jumlah mahar yaitu aturan tersebut berkaitan dengan budaya moe. Makna

filosofis belis sebagai ikatan pengesahan perkawianan si perempuan,

sebagai pembayaran rasa capek kedua orang tua wanita yang selama ini

merawatnya, mempersatu dua hubungan keluarga yang tadinya tidak saling

kenal, dan mengangkat wibawa suami dihadapan keluarga wanita.

Masyarakat Fataluku masih mempertahankan belis dalam perkawinan

mereka selain sebagai upaya untuk mempertahankan tradisi mereka, juga

sebagai cara memuliakan para wanita dan meninggikan derajat wanita.

B. Saran-saran

1. Hendaknya belis ini diringankan atau disederhanakan dengan alasan

semakin seulitnya kerbau. Alangkah baiknya belis ini diganti dengan uang

atau barang berharga lainnya.Bagi masyarakat, hendaknya berupaya

mempertahankan tradisi atau adat istiadat dan kebudayaan mereka sebagai

salah satu identitas kebangsaan yang mengandung norma kearifan lokal dan

berusaha untuk lebih memahami relasi antara ajaran agama dengan tradisi-

tradisi yang terdapat dalam perkawinan, agar kiranya setiap perkembangan

zaman dapat direspon dengan baik tanpa harus meninggalkan nilai-nilai

luhur yang telah lama adanya.

2. Nilai utama yang terkandung dalam kebudayaan Fataluku hendaknya mampu

menjadi one of solution dalam menyikapi dampak perkembangan teknologi

dan globalisasi supaya tidak kehilangan identitas atau jati diri. Ilmuwan dan

ulama memiliki kewajiban untuk memberikan penjelasan mengenai nilai

Page 87: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

77

kearifan lokal yang terintegrasi dengan Islam, tanpa menghindari

perkembangan zaman, karena justru nilai utama kebudayaan Fataluku

seiring dengan semangat ajaran Al-quran yang mendorong masyarakat

untuk menjadi garda terdepan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hal

demikian tentunya bukan hanya berlaku pada masyarakat Fataluku saja, tapi

setiap entitas kebudayaan yang begitu banyak di Indonesia, dimana masing-

masing dari entitas tersebut memiliki nilai-nilai kearian budaya yang

kiranya dapat diintegrasikan dengan nilai Islam untuk dipraktekkan dalam

kehidupan.

3. Bagi seluruh mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, hendaknya agar lebih intens melakukan penelitian di

bidang etnografism untuk mencapai pemahaman mengenai Islam dan

korelasinya dengan budaya lokal, sehingga dapat menemukan jawaban

mengenai makna dari tradisi yang berjalan dan dipraktekkan di tengah-

tengan masyarakat, khususnya dalam tradisi perkawinan, serta memahami

dan menganalisa maksud dan tujuan dari fenomena tersebut sebagai sebuah

pengetahuan yang baru dan tinggi nilainya.

Page 88: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

80

DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim dan Terjemahannnya.Jakarta : Departemen Agama RI

Ayyub,Syaikh Hasan.Fikih Keluarga. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006. Cet.

Ke-5

Ali hasan.M.pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta : Prenada

Media, 2003

Al-asqalani, Ibnu Hajar.Bulughul Maram ( kumpulan dalil-dalil hukum ) Bab

Mahar. Jakarta : Pustaka as-sunnah, 2007. Cet ke-1.

Asmawi, Mohammad. Nikah dalam Perbincangan dan perbedaan.Yogyakarta :

PT. Darussalam, 2004. Cet.ke-I

Asikin, Zainal dan Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. 2004.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu. Damaskus: Dar al-Fikr,

2004.

Ali, Zainuddin. Antropologi Hukum. Palu: Yayasan Indonesia Baru.2013

As-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Azdi. Ensiklopedia Hadists

5; Sunan Abu Dawud. Penerjemah Muhammad Ghazali dkk. Jakarta:

Almahira. 2013

Departemen Kehakiman RI.Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan Dalam

Kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-negara Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

2005.

Ghazali, Abdurahrahman. Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana. 2006.

Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti.

1990.

Hamid, Syamsul Rijal. Buku Pintar Agama Islam, Bogor: Cahaya Islam.2006

Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, Yogyakarta:

GrahaIlmu, 2011.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Penerjemah : Masykur

A.B.dkk..Jakarta : Lentera, 1999

Page 89: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

81

Muhammad, Bushar. Asas-Asasa Hukum Adat. Cet-14. Jakarta: PT Balai Pustaka.

2013.

Mukhtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta:PT.

Bulan Bintang. 1974

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab- Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progresif. 1997.

Nurudin, Amiur. Dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia.

Jakarta: Kencana. 2004

Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Penerjemah Abdul

Rasyad Shiddiq. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 2013

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta : kencana,

2007.

Shihab,M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an

Vol.II, Ciputat: Lentera Hati. 2000.

Soekanto, Soerjono. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2003.

Singh, Bilveer. Timor-Timur Indonesia dan Dunia. Penerjemah : Tim Institut for

policy studies ) IPS ) Jakarta : Institut for policy studies, 1998.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2007

Tihami, M.A dan Sohari Sahroni, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah

Lengkap. T.tp:t.th.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :

Balai Pustaka. 2005

Wahid, Abdurrahman. Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia dan

Transformasi Kebudayaan.Jakarta: The Wahid Institute. 2007

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

2008.

Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fiqhiyyah: Kajian Hukum Islam

Kontemporer. Bandung: Penerbit Angkasa. 2005.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1990.

Yelipele, Adnan. Hukum Islam Dan Adat di Papua, Ciputat : Cinta Buku Media,

2015

Page 90: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

82

Artikel dan Wawancara

Lestari, Mustiana. “Tradisi Belis, Budaya Mencekik Leher Warga NTT”, artikel

diakses pada 05 Juli 2016 dari http://www.merdeka.com/peristiwa/tradisi-belis-

budaya-mencekik-leher-warga-ntt.html

Zoditama, Bella.” Belis dan Tradisi Pernikahan Ala Maumere”, artikel diakses

pada 05 Juli 2016 dari http://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/06/03/belis-

tradisi-pertunangan-dari-maumere

Ama, Kornelis Kewa.”Mahar Kawin yang Membebani Keluarga”, artikel diakses

pada 15 Juli 2016 dari http://lipsus.kompas.com/jejakperadabantt/read/2010/12/10

/08361911/mahar.kawin.yang.membebani.keluarga

Wawancara Pribadi Dengan Sr. Afonso Marques (Tokoh Adat Lospalos)

Wawancara Pribadi Dengan Muhammad Anwar da Costa ( Tokoh Agama)

Wawancara Pribadi Dengan Sr. Oracio da Conceicao Savio (Tokoh Masyarakat)

Wawancara Pribadi Dengan Elemen Masyarakat ( Muhammad Ali,Olga Dacosta,

Fatima da Silva, Luis Martin, Inacio Guteres dan Gabriela Araujo)

Page 91: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS
Page 92: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

HASIL WAWANCARA

DENGAN TOKOH ADAT SUKU FATALUKU PROVINSI LAUTEM

LOSPALOS

Sr. AFONSO MARQUES

1. Menurut bapak apakah masyarakat Fataluku masih memegang kuat adat

istiadat ? kalau iya seberapa kuat?

Jawaban : Tentu saja masyarakat Fataluku masih memegang kuat adat

istiadat di sini karena mereka percaya bahwa adat merupakan aturan yang

sudah ada sejak nenek moyang mereka dan diturunkan kepada keturunan

selanjutnya.

2. Menurut bapak apa yang dimaksud dengan belis dalam masyarakat

Fataluku?

Jawaban : Belis adalah hak mutlak calon mempelai wanita dan kewajiban

mempelai pria untuk memberikannya sebelum akad nikah dilangsungkan.

3. Apakah bapak tahu sejarah adanya belis ?

Jawaban : kalau untuk tradisi belis ini sudah turun temurun dari nenek

moyang dan menjadi tradisi masyarakat Fataluku.

4. Bagaimana praktek pemberian belis masyarakat Fataluku, mohon

penjelasan Bapak?

Jawaban : Untuk praktek pemberian belis terlebih dahulu diadakan

pertemuan antara kedua belah pihak baik keluarga wanita maupun pihak

keluarga laki-laki, dimana pihak laki-laki akan mengirimkan seorang juru

bicara (lia nain) untuk proses negosiasi jumlah belis yang diawali dengan

pelemparan biji jagung di agtas meja, kemudian juru bicara (lia nain) dari

pihak laki-laki akan mengambil biji jagung sesuai dengan kemampuannya.

Dari situ akan diketahui berapa jumlah belis yang akan diminta oleh

keluarga wanita. Untuk praktek pemberian belis sendiri terdapat dua cara

Page 93: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

yaitu bisa dibayar secara langsung atau tunai, atau bisa juga dengan cara

utang atau dicicil.

5. Apakah ada syarat dalam pemberian belis pada masyarakat Fataluku ?

Jawaban : untuk syarat belis biasanya sesuai dengan kesepakatan bersama

dari kedua pihak keluarga. Dan untuk mengetahui jumlah besarnya belis

dari keluarga pihak laki-laki biasanya mengirim juru bicara(lia nain) untuk

menyelesaikan persoalan belis.

6. Bagaimana dengan bentuk dan kadar belis yang ditentukan masyarakat

saat ini, apakah untuk bentuk dan kadar belis mengalamai perubahan ?

Jawaban: untuk bentuk belis bermacam-macam sesuai dengan kesepakatan

juru bicara (lia nain) kedua belah pihak belis bisa langsung dibayar tunai

dengan dilengkap kalung-kalung manik atau paya, bisa juga dengan dicicl

tapi dalam bentuk ganjil seperti satu, tiga, lima dan seterusnya.

7. Menurut Bapak apakah penetapan belis yang begitu besar tidak

memberatkan pihak laki-laki ?

Jawaba : tidak karena semua laki-laki suku Fataluku sudah mengetahui

dengan benar bahwa belis sudah menjadi suatu keharusan untuk diberikan

kepada wanita yang akan dinikahinya. Jadi tidak ada masalah hanya saja

jarang yang langsung melunaskan belis.

8. Jika dalam pernikahan tidak memberikan belis atau melunasinya apakah

ada sanksi-sanksi tertentu yang dijatuhkan kepada kedua pihak keluarga ?

Jawabnnya : ada sanksi-sanksi tertentu dimana pihak keuarga laki-laki

akan diperbincangkan masyarakt setempat, berupa sanksi sosial dari

kalangan masyarakat pada umumnya, khsusunya keluarga besar kedua

pihak sehingga keluarga pihak laki-laki akan merasa malu(moe) dan untuk

pihak perempuan juga akan merasa terhina.

9. Apa makna filosofis yang terkandung dalam pemberian belis ?

Jawaban : banyak makna filosofis yang terkadung dalam belis merupakan

representasi dari prinsip budaya (memanusiakan manusia/ tahu diri, saling

mengingatkan/ solidaritas/ menasehati, apresiasi/saling memuji). Selain itu

juga terdapat nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dan bukanlah nilai-

Page 94: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

nilai individu yang ditonjolkan. Misalnya nilai gotong royong yaitu

bagaimana menyikapi belis yang ditanggung oleh seluruh keluarga. Selain

itu dengan pemberian belis dapat menghalalkan ikatan perkawinan dengan

wanita tersebut, sebagai bayaran atas rasa capek kedua orang wanita yang

telah merawatnya, sebagai tanda menyatukan kedua keluarga yang tadinya

tidak ada hubungan jadi ada, selain itu menunjukkan status sosial calon

suami lebih berwibawa di hadapan keluarga wanita dan sebagai tanda

penjemputan isteri atau berpindahnya marga isteri ke dalam marag suami.

10. Apakah ada dampak atau manfaat dari pemberian belis ?

Jawaban : untuk pemberian belis sendiri terdapat beberapa dampak positif

dan negatifnya. Untuk dampak positifnya dimana martabak keluarga laki-

laki menjadi terhormat, begitu pula pihak keluarga wanita merasa dihargai,

terjalingnya hubungan baru. Namun dibalik nilai positif ada juga nila

negatifnya dimana martabat wanita direndahkan apalagi kalau laki-laki

berhasil melunasi belisnya dia akan memperlakukan isterinya dengan

sesuak hati, bagi mereka yang kurang mampu maka akan menimbulkan

utang piutang untuk membayar belis.

Lospalos, 28 Juli 2016

Peneliti Tokoh Adat

Sarifah Dacosta Vidigal Sr. Afonso Marques

Page 95: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

HASIL WAWANCARA

DENGAN TOKOH AGAMA LOSPALOS

MUHAMMAD ANWAR DA COSTA

1. Bagaimana kehidupan keagamaan di suku Fataluku Lospalos ?

Jawaban : untuk kehidupan di masyarakat fataluku sendiri kebanyakan

beragama kristen tapi juga banyak yang Islam dimana untuk soal adat baik

agama Islam maupun Kristen tetap mengikuti dan menjalankannya karena

sudah terikat dengan aturan adat yang sejak ada pada jaman nenek

moyang.

2. Menurut bapak seberapa kuatkah masyarakat di desa ini memegang adat

istiadat ?

Jawaban : masih sangat kuat, karena masyarakat Fataluku sampai sekarang

masih menggunakan tradisi jaman dahulu. Dengan menjalankan tradisi

pemberian belis atau barlake.

3. Menurut bapak bagaimana sebenarnya posisi Islam terhadap adat istiadat?

Jawaban : Menurut saya untuk soal hukum adat dan hukum Islam tidak

bisa dipisahkan dimana suatu hukum adat itu bisa dilestarikan serta dapat

menopang kehidupan umat Islam. Maka dari itu menurut saya tidak ada

perbedaan karena dalam hukum Islam terkait dengan angka-angka

sedangkan dalam adat disesuaikan dengan strata serta kemampuan

seseorang dalam memberikan belis, serta salin memberi satu sama lain.

kalau ada adat yang bertentangan dengan syariat , jelas sekuat apapun adat

tersebut harus ditinggalkan sebab adat itu bukanlah agama, adat adalah

kebiasaan seklompok orang atau seklompok daerah sedangkan agama

adalah sifatnya universal untuk rahmatan lil’alamin, sehingga kalau

dilihat seberapa kuat adat mempengaruhi agama, tidak boleh jika adat

mendominasi agama. Bahkan jika ada adat yang bertetangan dengan

syariat, maka adat tersebut tidak boleh dilakukan .

Page 96: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

4. Bagaimana bentuk mahar yang terdapat pada masyarakat Fataluku saat ini,

sepengetahuan bapak, mohon penjelasannya mengenai belis ?

Jawaban : kalau untuk bentuk belis di masyarakat Fataluku bermacam-

macam, tapi lebih terkenal dengan hewan ternak berupa kerbau, sapi,

kambing dan lain-lain. dan dalam pemberiannya pun harus dengan ganjil

seperti, satu, tiga, lima dan seterusnya.

5. Menurut pandangan bapak bagaimana mengenai beratnya belis yang

diminta keluarag pihak perempuan apakah tidak bertentang dengan Islam?

Jawaban : menurut saya belis ini kan sudah menjadi keharusan bagi laki-

laki yang ingin menikahi wanita dari suku Fataluku jadi wajar saja, dengan

begitu akan terlihat siapa yang serius dan siapa yang main-main dalam

ikatan perkawinan. Jadi menurut saya tidak bertentang hanya saja jangan

terlalu besar karena akan berdampak kurang baik kepada wanitanya atau

sebaliknya takutnya menimbulkan hal-hal yang tidak diinginka.

6. Menurut bapak, bagaimana sebenarnya posisi Islam terhadap adat istiadat?

Jawaban : selama adat tidak menyeleweng dari ajaran Islam menurut saya

tidak masalah, karena adat bisa dikembangkan sesuai dengan ajaran Islam/

7. Bagaimana menurut bapak sebagai masyarakat Fataluku, apakah adat ini

perlu dihapus atau tidak ?

Jawaban : kalau dihapus sih tidak, karena tradisi belis ini sudah ada sejak

jaman nenek moyang, hanya saja diringankan untuk jumblanya saja,

karena tidak semua mampu membayar sesuai dengan yang minta,

kalaupun iya dibayar akan tetapi biasanya dengan mengutang terlebih

dahulu.

8. Apakah ada makna filosofis yang terkandung dalam penetapan jumlah

belis tersebut, menurut bapak?

Jawaba: dengan memberi belis maka akan timbul rasa saling mengormati

satu sama lain serta salimg menolong.

9. Menurut bapak bagaiaman kiranya Islam memandang terhadap tingginya

belis seorang perempuan?

Page 97: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

Jawaban : sebenarnya pada zaman dahulu masyarakat Arab memandang

wanita seperti barang namun Rasulullah datang dan mengajarkan kepada

kita bahwa wanita harus dihormati, maka dari itu untuk menikahi seorang

wanita diwajibkan memberi belis bedanya belis dalam Islam kalau bisa

tidak memberatkan calon suami, kalau bisa yang mudah-mudah saja,

berbeda dengan adat dimana belis itu harus sesuai dengan permintaan

keluarga wanita. Semakin mahal belis dan ada seorang laki-laki yang

benar-benar serius ingin menikahi anak gadis dari masyarakat Fataluku

maka ia tidak peduli dengan mahalnya belis tersebut.

Lautem, Lospalos, 25 Juli 2016

Peneliti Tokoh Agama

Sarifah Dacosta Muhammad Anwar Da Costa

Page 98: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

HASIL WAWANCARA

DENGAN TOKOH MASYARAKAT

Sr. Oracio Concencao da Savio

1. Apakah bapak mengerti tentang sejarah Suku Fataluku ?

Jawaban : kalau untuk soal belis sudah ada sejak jaman nenek moyang

dimana menjalankannya merupakn suatu keharusan.

2. Menurut bapak seberapa kuatkah masyarakat di desa ini memegang

adat istiadat ?

Jawaban : yaa sebagian besar masyarakat disini masih menggunakan

adat turun-temurun dari nenek moyang, seperti adat yang ada pada

pernikahan, manaqiban, keba, muputi,selametan dan lain-lain.

3. Bagaimana menurut bapak dengan penentuan belis yang sangat mahal?

Apakah tidak memberatkan keluarga pihak laki-laki?

Jawab : sebenarnya iya, tapi itu sudah merupakan adat yang harus

dilakukan karena mesipun mahal, terdapat nilai-nilai positif di

dalamnya. Dengan belis yang mahal maka akan menutup kemukinan

orang akan menikah lagi, sebaliknya meraka akan berusaha keras

untuk melunasi belisnya.

4. Apa tujuan belis menurut pandangan bapak?

Jawaban : dengan adanya belis maka akan timbul rasa saling

menghargai satu sama lain, baik dari keluarga laki-laki maupun dari

keluarga perempuan. Tak hanya itu dengan adanya belis akan

terlaksana tanggung jawab serta saling melayani satu sama lain.

5. Apakah belis memiliki peranan penting dalam pernikahan adat?

Jawaban : belis sangat berpengaruh dalam adat pernikahan, karena

belis dinilai dapat mempersatukan kedua keluarga tak hanya pada saat

pernikahan saja, melainkan ketika mendegar berita duka dari salah satu

Page 99: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

keluarga maka semuanya akan berpartisipasi terhadapnya. Dengan

begitu peranan belis sangatlah penting dan sangat berpengaruh.

Lautem,Lospalos 27 Juli 2016

Peneliti Tokoh Masyarakat

Sarifah Dacosta V Sr.Orasio Concenc Savio

Page 100: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

Bersama Tokoh Masyarakat Sr. Oracio Concencao da Savio

Bersama Tokoh Agama Sr. Afonso Marques

Page 101: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

Rumah Adat Masyarakat Fataluku Lospalos

Page 102: PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42529/1/SARIFAH...PEMBERIAN BELIS (MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU FATALUKU LOSPALOS

Pakaian Adat Masyarakat Fatalouku Lospalos