Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas e book

103
  • date post

    19-Oct-2014
  • Category

    Business

  • view

    1.704
  • download

    1

description

Karya tulis ini membahas kebijakan, strategi dan upaya dalam rangka pemberdayaan perusahaan nasional di bidang migas. Diperlukan affirmative action dan konsistensi semua pemangku kepentingan untuk tercapainya objective tersebut.

Transcript of Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas e book

Page 1: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book
Page 2: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

v

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................

TABEL ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.................................................................................. 1

2. Maksud dan Tujuan........................................................... 6

3. Ruang Lingkup dan Sistematika................................. 6

4. Metode dan Pendekatan ........................................... 8

5. Pengertian ................................................................. 8

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum ................................................................................. 9

7. Paradigma Nasional.................................................. 9

8. Peraturan Perundang-undangan ............................... 13

9. Landasan Teori................................................................... 15

10. Tinjauan Pustaka................................ 17

BAB III KONDISI PEMBERDAYAAN PERUSAHAAN NASIONAL

DI BIDANG PENGELOLAAN MIGAS SAAT INI .................

11. Umum................................................................................... 20

12. Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas Saat ini ..................................... 20

13. Implikasi pemberdayaan perusahaan nasional di

bidang migas terhadap kemandirian dan daya saing

bangsa dan implikasi peningkatan kemandirian dan

daya saing bangsa terhadap pembangunan nasional 28

14. Pokok-pokok persoalan yang ditemukan .................. 31

Page 3: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

v

BAB IV PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

15. Umum.................................................................... 38

16. Perkembangan Lingkungan Global ............................ 38

17. Perkembangan Lingkungan Regional .................... 40

18. Perkembangan Lingkungan Nasional .................... 41

19. Peluang dan Kendala .......................................... 48

BAB V KONDISI PEMBERDAYAAN PERUSAHAAN NASIONAL

DI BIDANG PENGELOLAAN MIGAS YANG

DIHARAPKAN ....................................................................

20. Umum.......................................................................... 52

21. Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas yang Diharapkan........................

52

22. Kontribusi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di

Bidang Pengelolaan Migas terhadap peningkatan

kemandirian dan daya saing bangsa dan kontribusi

peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa

terhadap Pembangunan Nasional .......................... 60

23. Indikasi Keberhasilan ................................................ 64

BAB VI KONSEPSI PEMBERDAYAAN PERUSAHAAN

NASIONAL DI BIDANG PENGELOLAAN MIGAS ............

24. Umum.................................................................................. 69

25. Kebijakan........................................................................... 71

26. Strategi.............................................................................. 72

27. Upaya................................................................................... 81

BAB VII PENUTUP

28. Kesimpulan.........................................................................

29. Saran ...............................................................................

87

89

DAFTAR PUSTAKA :

DAFTAR LAMPIRAN :

1. ALUR PIKIR

2. POLA PIKIR

3. PENGERTIAN

Page 4: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

vii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Harga Gas Kontrak Jangka Panjang di dunia periode 2002 – 2005

TABEL 2 Indikator Ekonomi Beberapa Negara di Kawasan

TABEL 3 BUMN berpartisipasi dalam pengadaan barang dan jasa di

kegiatan hulu migas

Page 5: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Positioning PT Pertamina EP dalam Produksi migas

di Indonesia

Gambar 2 : Sumber Gas, Jaringan Pipa dan Fasilitas PGN

Gambar 3 : Rencana jaringan gas PT. Pertamina

Gambar 4 : Neraca Gas Indonesia

Gambar 5 : Neraca Energi Indonesia

Gambar 6 : Kendala fakta penunjang kegiatan usaha hulu migas

Gambar 7 : Pentahapan Pembangunan RPJPN

Gambar 8 : Harga Gas Ekspor vs Harga Gas Domestik

Gambar 9 : Kualitas hidup dan pemakaian energi

Gambar 10 : Wilayah Kerja Migas Indonesia

Gambar 11 : Prospek Pengembangan Gas Bumi Indonesia

Gambar 12 : Kebutuhan energi per sektor di Indonesia

Gambar 13 : Produktivitas menuju keunggulan kompetitif

Gambar 14 : Cadangan minyak dan Gas Bumi Indonesia

Gambar 15 : Profil Produksi Minyak dan Gas Indonesia

Gambar 16 : Sasaran bauran energi primer nasional 2025

Gambar 17 : Trans Asean Gas Pipelines

Page 6: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

a. Fenomena Umum

Minyak dan Gas Bumi (migas) sebagai energi fosil adalah

sumber daya alam nasional suatu bangsa. Dalam resolusi

Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) dinyatakan bahwa penduduk

dan bangsa memiliki kedaulatan permanen atas kekayaan dan

sumber daya alamnya, karena itu pengusahaannya harus sesuai

dengan kepentingan pembangunan nasional penduduk dari negara

yang bersangkutan1. Dengan demikian, pengelolaan migas harus

merupakan refleksi dari deklarasi kedaulatan bangsa yang harus

dijaga keberlangsungan dan sustainabilitasnya, serta tidak boleh

dieksploitasi sekadar untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi

generasi saat ini.

Kecenderungan global2 menunjukkan bahwa perusahaan

nasional semakin lebih berperan dalam pengelolaan3 migas. Studi

James Baker menunjukkan bahwa dalam tahun 2005, dari 1.148

milyar barel cadangan terbukti minyak, 77% diantaranya dikuasai

oleh Perusahaan Nasional, sedangkan yang 23% sisanya oleh

International Oil Companies4. Penguasaan minyak sebagai sumber

energi memiliki nilai strategis, tidak saja untuk kebutuhan energi,

tetapi terkait dengan geopolitik dan keamanan nasional. Pemerintah

1 Resolusi Majelis Umum PBB nomor 1803 tahun 1962 tentang Permanent sovereignity over

natural resources 2The changes roles of National Oil Companies in international Energy Market, Baker Institute of

Policy Studies, April 2007. 3 Pengelolaan yang dimaksudkan di sini dibatasi pada kegiatan hulu, yakni kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi, atau lazim dikenal sebagai kegiatan hulu (ref. UU 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, pasal 1 ayat 7. 4 International Oil Companies (IOC) dan National Oil Companies (NOC), adalah dua istilah yang

lazim di dunia migas. IOC menunjuk kepada perusahaan multi nasional yang beroperasi lintas negara, seperti ExxonMobil, BP, Chevron, Shell. Sementara itu NOC adalah Perusahaan Negara atau diberi mandat oleh negara, atau Hybrid, atau swasta nasional.

Page 7: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

2

Amerika Serikat, dalam policy paper pada tahun 1940 an

menyatakan bahwa penguasaan sumber daya minyak di belahan

dunia lainnya, seperti Timur Tengah merupakan critical points untuk

keunggulan militer dan Keamanan Nasional5.

Perusahaan-perusahaan pengelola migas di dunia,

strukturnya berbeda beda, ada yang merupakan satu grup

perusahaan dari hulu hingga hilir. Bentuk seperti itu disebut

perusahaan terintegrasi, termasuk pengelola peralatan dan jasa

penunjangnya. Bentuk lain adalah perusahaan yang independen,

yakni berdiri sendiri sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Beberapa perusahaan migas besar di dunia seperti Chevron

Corporation dan Exxon Mobile adalah perusahaan terintegrasi.

Demikian juga Pertamina, merupakan Perusahaan terintegrasi

Dalam hal ini Pertamina (Persero) merupakan induk perusahaan

(holding)., dari anak-anak perusahaannya. Kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi, misalnya, dikelola oleh PT. Pertamina EP, sedangkan

core business lainnya seperti unit usaha kilang, transportasi,

perkapalan, niaga dan jasa pendukung dikelola oleh anak-anak

perusahaan lainnya. Selain melaksanakan kegiatan terintegrasi,

Pertamina juga menjalankan sebagian dari tugas Pemerintah, yaitu

menjadi pelaksana dari Public Service Operation (PSO) untuk

penyaluran BBM bersubsidi minyak tanah, premium dan solar, serta

pelaksana konversi minyak tanah ke LPG.

Pertimbangan Perusahaan untuk menjadi perusahaan

terintegrasi adalah untuk memanfaatkan economics of scale yang

saling menunjang antar unit usaha, dan juga dengan

mempertimbangkan size atau besar kapitalisasi pasar perusahaan .

Perusahaan independen pada umumnya adalah perusahaan skala

menengah kecil baik dari ukuran permodalan, karyawan maupun

produk yang dihasilkan.

Pengelolaan migas sebagai alat untuk mensejahterakan

masyarakat dan bangsa yang merupakan tujuan pembangunan

5 Michael Klare, Blood and Oil, Penguin Group, London 2004, hal. 29 -30

Page 8: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

3

nasional, harus mempertimbangkan rangkaian lanjut dari pengguna

produk migas tersebut.

Perusahaan Gas Negara adalah perusahaan yang

menyalurkan gas pipa Pertamina dan perusahaan gas lainnya di

Indonesia. Konsumen terbesar lainnya yang harus dipertimbangkan

adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang merupakan

konsumen pengguna gas untuk pembangkit tenaga listriknya.

Karena itu, agar pengelolaan migas menghasilkan daya saing, maka

kebijakan yang diambil harus memperhitungkan dampaknya kepada

pengguna produknya.

b. Gambaran Beberapa Kasus

Pengelolaan bisnis minyak dan gas bumi, untuk

meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa, harus diletakkan

dalam konteks yang komprehensif, integral dan holistik, baik dalam

penetapan kebijakan, pengambilan keputusan dan implementasinya.

Beberapa kasus digambarkan secara singkat. Lapangan

Berau, Muturi dan Wiriagar di Papua yang dikenal dengan lapangan

Tangguh, ditemukan tahun 1994 oleh Kontraktor yang bekerja di

bawah Pertamina. Namun, karena tidak ada pembeli, lapangan

tersebut tidak dikembangkan. Pemerintah pernah menawarkan

kepada PLN untuk menggunakan gas tersebut. Namun karena tidak

ada infrastruktur, dan masih tersedia sumber daya bahan bakar

berbasis minyak, PLN tidak menerima tawaran Pemerintah.

Kemudian Pemerintah menawarkan gas tersebut kepada

Pemerintah Cina untuk memasok gas ke kawasan industri Guan

dong. Namun, gas Indonesia kalah bersaing dengan tawaran dari

Australia. Dengan itikad baik, untuk mempererat hubungan

perdagangan dan luar negeri, Pemerintah Cina bersedia menerima

gas Tangguh untuk dipasok ke Fujian dengan menggunakan terms

and condition seperti yang di Guan dong. Kontrak dengan pembeli

Fujian disepakati dengan volume total sebesar 3,2 MT, dengan

harga USD 15 – 25 mmbtu, serta dapat dilakukan price review

secara berkala.

Page 9: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

4

Tabel berikut menunjukkan bahwa harga gas Indonesia

adalah berada pada kisaran yang sama dengan gas dari bagian

dunia lain pada periode yang relatif sama6.

Tabel 1 : Harga Gas Kontrak Jangka Panjang di dunia periode 2002 – 2005. ( sumber : BPMIGAS, 2008)

Belakangan, kesepakatan bisnis tersebut digugat beberapa

kalangan di dalam negeri, termasuk oleh PLN serta dipolitisir

berbagai kalangan. Pada hal faktanya, harga gas lapangan Tangguh

adalah relatif sama dengan harga gas lainnya di dunia yang

dinegosiasikan pada sekitar perionde tersebut7. Hal ini, selain

memberikan ketidak pastian dalam berbisnis, juga adalah karena

tidak sinkronnya pada level pengambil kebijakan antara

pengembang lapangan gas dengan pengguna di sektor hilir.

Berdasarkan pasal 28 ayat 10 PP 35 tahun 2004, atas wilayah

kerja yang habis jangka waktu Kontraknya, Pertamina dapat

meminta kepada Pemerintah untuk mengusahakannya. Lapangan

minyak blok Cepu, diperkirakan mengandung minyak dan gas

sangat besar. Pertamina meminta pengelolaan sepenuhnya

lapangan tersebut setelah kontrak berakhir. Namun pada akhirnya

Pemerintah memberikan pengelolaannya kepada ExxonMobil,

6 Penjelasan BPMIGAS di DPR pada 23 Januari 2008

7 Sebagai rule of thumb, dengan memperhatikan kandungan kalorinya, perbandingan harga

minyak per barel versus gas per mmbtu adalah 1 : 6 – 7. Dengan variasi antara lain kualitas gas, jarak dan infrastruktur serta kondisi keseimbangan supply demand pada waktu negosiasi.

Page 10: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

5

walaupun Pertamina diikutkan hanya sebagai pemegang

participating interest8.

Kasus lain yang menarik untuk dibahas adalah mengenai

masa depan pengelolaan Blok Mahakam. Blok ini adalah salah satu

lapangan gas utama yang produksi gasnya diolah di kilang LNG

Badak di Bontang. Operator Wilayah Kerja ini adalah Total EP.

Kontrak Wilayah Kerja (WK) di mulai pada tahun 1967 dan telah

diperpanjang beberapa kali. Kontrak tersebut akan berakhir pada

tahun 2017. Cadangan gas terbukti (P1) adalah 4.8 TCF yang

diperkirakan akan habis terkuras pada akhir kontrak, namun

cadangan probable (P2), masih ada sekitar 6,5 TCF. Cadangan

probable ini memerlukan usaha dan investasi besar untuk

membuktikannya.9

Pertamina telah menunjukkan minatnya dan meminta kepada

Pemerintah agar pasca 2017, menjadi pengelola utama lapangan

tersebut. Total Indonesie sebagai pengelola (operator) saat ini, juga

menyatakan masih berminat untuk melanjutkan pengelolaannya10.

Hingga saat ini Pemerintah masih belum memutuskannya. Pada hal

keputusan lebih awal tersebut diperlukan untuk adanya transitional

smoothness dan untuk menjaga integritas operasional. Akibat tidak

tegasnya Pemerintah dalam memberi pemihakan kepada

Perusahaan Nasional, maka kesempatan untuk mandiri dan berdaya

saing bagi perusahaan nasional jadi tidak meningkat yang pada

gilirannya tidak menyukseskan pembangunan nasional.

8.Beberapa kalangan menyampaikan bahwa di lapangan Banyu Urip Cepu mengandung cadangan minyak

mentah dengan kandungan 1,478 milyar barel dan gas mencapai 8,14 milyar kaki kubik, sedangkan hak pengelolaan Kontraktor sebelumnya telah berakhir. Dengan berbagai pertimbangan, Pemerintah akhirnya menunjuk group ExxonMobil menjadi operator, dengan mengakui past cost sebelumnya, serta 45% participating Interest ada pada Pertamina. Bacaan lanjutan http://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Cepu., juga Tragedi dan Ironi Blok Cepu – Nasionalisme yang tergadai – Marwan Batubara, dkk. 9 Deputi Operasi BPMIGAS – Gde Pradnyana - dikutip – detikfinance Selasa, 06/11/2012 09:54 WIB 10 Dalam Kontrak Production Sharing (PSC) tidak ada kewajiban Pemerintah untuk memperpanjang Kontrak

kepada existing Operator. Namun, dalam kasus Mahakam, dari awal pemerintah gamang oleh beberapa kepentingan. Pertama, komitmen pasokan gas untuk ekspor jangka panjang ke Jepang hingga 2020. Kedua, komitmen pasokan di dalam negeri terkait kebutuhan gas yang semakin meningkat, antara lain untuk pabrik

pupuk Kaltim, PLN, PGN, serta pasokan terminal regasifikasi LNG di Jawa yang sudah beroperasi. Ref. Eddy

Purwanto http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/03/04//Polemik.Blok.Mahakam

Page 11: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

6

c. Rumusan Masalah

Mengacu pada fenomena umum dan identifikasi terhadap

beberapa kasus sebagaimana dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam taskap ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana mewujudkan pemberdayaan perusahaan

migas nasional dalam rangka meningkatkan kemandirian dan

daya saing bangsa guna mensukseskan pembangunan

nasional”.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud dari penulisan Kertas Karya Perorangan (Taskap)

ini adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang

pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas.

Pembahasan tersebut meliputi Identifikasi permasalahan, kondisi

saat ini, pengaruh lingkungan strategis, dan kondisi yang

diharapkan, peluang dan kendala, serta konsepsi agar kemandirian

dan daya saing bangsa meningkat guna suksesnya pembangunan

nasional

b. Tujuan

Tujuan utama penulisan taskap ini adalah untuk memberikan

pemahaman secara utuh dan komprehensif mengenai gagasan

pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas

guna meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa dalam

rangka pembangunan Nasional bagi semua fihak yang

berkepentingan. Dengan demikian penentu kebijakan, insitusi atau

kementerian yang terkait dapat merumuskan kebijakan, strategi

serta upaya pengelolaan migas secara optimal dan

berkesinambungan.

Page 12: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

7

3. Ruang Lingkup dan Sistematika

a. Ruang Lingkup

Fokus pembahasan penulisan taskap ini adalah pada

aspek pemberdayaan perusahaan nasional dalam pengelolaan

migas. Ruang lingkup pembahasannya meliputi sisi hulu untuk

penyediaan migas, sisi hilir untuk pengolahan, distribusi dan

niaga, serta jasa penunjang. Kaitan dan kontribusi masing-

masing segmen bisnis tersebut diharapkan akan memberi

gambaran bahwa untuk meningkatkan kemandirian dan daya

saing perusahaan nasional membutuhkan integrasi dalam

kebijakan, pelaksanaan dan pemahaman migas sebagai sebuah

industri strategis bagi pembangunan nasional.

b. Sistematika

Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Berisi penjelasan tentang latar belakang

permasalahan, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode dan

pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah,

sistematika/ tata –urut dan pengertian atau definisi operasional.

Bab II. Landasan Pemikiran. Berisi instrumental input dengan

paradigma nasional sebagai bahasan inti, peraturan perundang-

undangan, landasan teori dan tinjauan pustaka.

Bab III. Kondisi saat ini. Berisi mengenai bagaimana realitas

pengelolaan migas saat ini yang diperankan oleh perusahaan

nasional, implikasinya terhadap peningkatan kemandirian dan

daya saing bangsa, implikasi peningkatan kemandirian dan

daya saing bangsa terhadap suksesnya pembangunan nasional.

Pada bab ini akan dirumuskan pokok-pokok persoalan yang

ditemukan.

Bab IV. Perkembangan Lingkungan Strategis. Menjelaskan

mengenai perkembangan lingkungan strategis, regional di Asean

dan Nasional beserta peluang untuk pemecahan masalah, dan

kendala yang perlu diantisipasi yang menghambat pemecahan

masalah.

Page 13: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

8

Bab V. Kondisi yang diharapkan. Berisi mengenai bagaimana

seyogianya pengelolaan migas yang diperankan oleh

perusahaan nasional, implikasinya terhadap peningkatan

kemandirian dan daya saing bangsa, implikasi peningkatan

kemandirian dan daya saing bangsa terhadap suksesnya

pembangunan nasional. Pada bab ini akan dirumuskan berbagai

indikasi keberhasilan yang dapat menunjukkan tanda-tanda

bahwa kondisi yang diharapkan akan terwujud.

Bab VI. Konsepsi. Berisi mengenai konsepsi rumusan untuk

memecahkan persoalan. Bagaimana Kebijakan, Strategi dan

Upaya itu digunakan, serta oleh siapa berbuat apa dengan cara

atau metode yang bagaimana.

Bab VII. Penutup. Bab ini menyimpulkan hasil pembahasan dan

menyampaikan saran terkait pemberdayaan perusahaan

nasional di bidang pengelolaan migas guna meningkatkan

kemandirian dan daya saing bangsa dalam rangka

pembangunan nasional. Alur pikir dan pola pikir ditempatkan

sebagai lampiran, demikian juga dengan daftar istilah yang

bersifat teknis.

4. Metode dan Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penulisan taskap ini adalah metode

deskriptif-analitis melalui studi kepustakaan dengan dukungan data

sekunder, pengalaman penulis di lapangan dan pandangan praktisi

lainnya. Penulisan kertas karya ini dilakukan dengan pendekatan

komprehensif integral dengan menggunakan Wawasan Nusantara

dan Ketahanan Nasional sebagai pisau analisis.

5. Pengertian – pengertian

(lihat lampiran).

Page 14: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

9

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum

Minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam tidak

terbarukan (non renewable resources). Sebagai pencerminan

penguasaan kolektif bangsa, maka pengelolaan migas harus dapat

bertransformasi secara berkelanjutan (sustainable). Selain itu

pengelolaan sumber daya migas harus tetap dalam konteks

pengejawantahan kedaulatan negara, kemandirian bangsa dan daya

saing operasional di tengah pertarungan global. Daya saing bangsa

akan dapat terus ditingkatkan apabila pembangunan ekonomi

direncanakan dan dilaksanakan secara bertahap, terarah dan

berkesinambungan. Pengalaman empiris bangsa-bangsa yang maju

menunjukkan bahwa keberhasilan tersebut diperoleh dengan

transformasi perekonomian berbasis sumber daya alam (resource-

driven economy), ke ekonomi yang berbasis investasi (investment –

driven economy) dan akhirnya menjadi perekonomian dengan

pengandalan pengetahuan (knowledge base economy)11.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, dan selaras dengan

cita-cita Indonesia merdeka yaitu menciptakan masyarakat yang adil

dan makmur maka dalam pemberdayaan perusahaan nasional di

bidang migas harus berpedoman kepada Pencasila sebagai

landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, wawasan

nusantara sebagai landasan visional, ketahanan nasional sebagai

landasan konseptual, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

sebagai landasan operasional

7. Paradigma Nasional

Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan

lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir

11

H. Sampurno, Knowledge-based economy : Sumber Keunggulan Daya Saing Bangsa, Pustaka Belajar, Jakarta, 2007, hal. 100

Page 15: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

10

(kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Dengan

kata lain, paradigma merupakan sistem nilai, kerangka dan pola

berfikir yang dijadikan landasan, cara dan arah untuk mencapai

tujuan. Paradigma nasional yang dianut oleh Bangsa Indonesia

untuk menjalankan sistem kehidupannya adalah PANCASILA

(sebagai Landasan Idiil dalam menjalankan kehidupan nasional);

UUD 1945 (sebagai landasan konstitusional bangsa dan negara

Indonesia); WAWASAN NUSANTARA (sebagai landasan visional

bangsa Indonesia); dan KETAHANAN NASIONAL (sebagai

landasan konsepsional bangsa).

a. Pancasila sebagai Landasan Idiil

Pancasila merupakan weltanschaung (yakni landasan filosofis

yang menjadi dasar negara) dan ideologi dari negara kebangsaan

Indonesia. Sebagai weltanschaung atau landasan filosofis,

selanjutnya Pancasila dipergunakan dalam menyusun visi, misi dan

tujuan negara. Sebagai weltaschaung untuk menjelma menjadi

realita harus diperjuangkan. Dalam sila ketiga Persatuan Indonesia,

sebagaimana dimuat dalam butir-butir pengamalan Pancasila12,

bangsa Indonesia harus mampu menempatkan persatuan, kesatuan,

serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai

kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan

Dalam pengelolaan sumber daya alam migas, Pancasila harus

dapat diaktualisasikan dengan mengembalikan migas sebagai

kekayaan nasional yang keseluruhannya diabdikan untuk kejayaan

bangsa Indonesia selama-lamanya. Kepentingan pribadi, golongan,

sektor maupun institusi harus mengalah dan menundukkan diri

kepada kepentingan bangsa dan negara yang bersifat jangka

panjang. Dengan demikian, sumber kekayaan alam berupa migas ini

betul-betul menjadi kekayaan negara yang mampu mensejahterakan

12

TAP MPR nomor II/ MPR/ 1978 Tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Page 16: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

11

seluruh rakyatnya secara berkeadailan, sesuai dengan sila ke lima

dari Pancasila.

b. UUD NRI 1945 sebagai Landasan Konstitusional

UUD atau konstitusi (constituio – latin) bagi suatu negara

adalah merupakan norma hukum tertinggi, yang merupakan rujukan

dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, serta acuan

dalam perumusan peraturan perundang-undangan sebagai

instrumen dalam bernegara. UUD NRI Tahun 1945 merupakan

penjabaran dari sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila

sebagai filsafat negara. Konstitusi juga memberikan koridor

pembatas kepada penyelenggara negara dalam melaksanakan

kewenangannya.

Dalam pasal 33 UUD NRI 1945, dinyatakan bahwa

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara

dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

Negara, serta bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat. Pasal 33 ini harus merupakan jiwa dan

arah dalam pengelolaan kegiatan migas13.

c. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

Konsepsi Wawasan Nusantara menganut filosofi dasar geopolitik

Indonesia yang mengandung rasa kebangsaan, paham kebangsaan

dan semangat kebangsaan. Wawasan nusantara adalah cara

13

Dalam UU 5 tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria pada pasal 2 ayat 2 , terdapat elaborasi dan penjelasan makna pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut : hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk (a)., mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa, (b). Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, (c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Selanjutnya, Mahkamah Konstitusi pada putusan nomor 36/PUU-X/2012 menjelaskan makna kedaulatan, dimana rakyat secara kolektif memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid), pengurusan (bestuurdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad).

Page 17: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

12

pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai

ideologi nasional yaitu Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, sebagai

aspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat dan bermartabat di

tengah-tengah lingkungannya yang menjiwai tindak kebijaksanaan

dalam mencapai tujuan nasional dan menjamin kepentingan

nasional.

Pengelolaan migas harus dapat mendorong kemandirian dan

daya saing bangsa, serta berdimensi jangka panjang. Pemihakan

kebijakan kepada Perusahaan Nasional utamanya perusahaan

nasional dalam pengelolaan migas, termasuk transformasi dari

resource based ke knowledge based economy. Kemandirian dan

daya saing tersebut akan mendorong suksesnya pembangunan

nasional. Disamping itu, pemanfaatan sumber kekayaan alam

khususnya migas bagi kesejahteraan seluruh anak bangsa secara

adil dan merata akan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa

sebagaimana nilai - nilai yang terkandung pada Wawasan

Nusantara.

d. Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional

Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis yang meliputi

segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan

dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional, dalam menggapai dan mengatasi segala

tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang

dari luar dan dari dalam untuk menjamin identitas, integritas,

kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai

tujuan nasional. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia merupakan

pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa

yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional

dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Karena itu tata

laku dalam mengimplementasikan pengelolaan sumber daya alam

migas harus dilaksanakan secara komprehensif integral, yakni

secara utuh, menyeluruh dan terpadu dalam seluruh aspek

Page 18: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

13

kehidupan. Pengelolaan sumber daya alam khususnya migas, harus

mendorong kemandirian dan daya saing bangsa dalam

pembangunan nasional. Jika hal ini dapat diwujudkan, maka segala

ancaman dan gangguan yang datang, akan dapat ditangkal secara

baik. Bahkan ancaman (threat) yang masukpun dapat

ditransformasikan menjadi kesempatan (opportunity).

8. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Perundang-undangan yang digunakan sebagai landasan

operasional, yakni sebagai berikut :

a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas

Bumi.

Dalam Undang-undang ini dinyatakan bahwa minyak dan gas

bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang

dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang

menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan

penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya

harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan

kesejahteraan.

Undang-undang ini juga menata peran pengelolaan migas,

dengan pengaturan antara lain, mengenai kuasa pertambangan,

penyelenggaraan dan pelaksanaan kontrak kerja sama. Penguasaan

oleh Negara diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai pemegang

Kuasa Pertambangan. Sebagai pemegang Kuasa Pertambangan,

Pemerintah menentukan terms and conditions/ persyaratan Kontrak

Kerja Sama, wilayah kerja kontrak kerja sama, serta Kontraktor yang

akan melaksanakan kegiatan usaha hulu. Selanjutnya Pemerintah

sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk BPMIGAS.

Kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk

Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan BPMIGAS14.

14

Mahkamah Konstitusi pada 13 November 2012 mengeluarkan amar putusan Nomor 36/PUU-X/2012 yang menyatakan bahwa frasa-frasa terkait dengan BPMIGAS bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Putusan ini berimplikasi pada dialihkannya tugas BPMIGAS kepada Pemerintah cq. Kementerian terkait Selanjutnya dengan PerPres nomor 95

Page 19: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

14

b. Undang undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara. Undang-undang ini menyatakan bahwa keuangan mnegara

meliputi antara lain bahwa kekayaan negara/kekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,

piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/

perusahaan daerah (pasal 2 f)

c. Undang-undang 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara. Undang-undang ini antara lain menyatakan BUMN terdiri

dari 2 (dua) macam, yaitu Perusahaan Perseroan (“Persero”) dan

Perusahaan Umum (“Perum”). Persero adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham

yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen)

sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan

utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan, Perum adalah BUMN

yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham.

Terhadap BUMN yang berbentuk Persero berlaku segala ketentuan

dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas

sebagaimana terdapat dalam Undang – undang Perseroan Terbatas.

d. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang – undang ini

merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan

untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka

panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan di

tingkat Pusat dan Daerah

e. Undang-undang Nomor 17 tahn 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025.

Undang-undang ini merupakan pedoman dalam arah dan prioritas

tahun 2012, pelaksanaan tugas, fungsi dan organisasi BPMIGAS dialihkan ke MESDM. Dengan maksud untuk memberikan kepastian hukum, pada tanggal 14 Januari 2013 dengan PerPres nomor 9 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Migas dibentuk Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKKMIGAS) sampai dengan diterbitkannya undang-undang baru di bidang minyak dan gas bumi. Dengan pembentukan tersebut, maka seluruh tugas dan tanggungjawab beralih kepada SKKMIGAS

Page 20: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

15

pembangunan jangka panjang secara menyeluruh sehubungan

dengan tidak dibuatnya lagi Garis-garis Besar Haluan Negara

sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional

f. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman

Modal. Undang-undang ini antara lain menyatakan Pemerintah

memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal

yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan

penanaman modal di Indonesia (pasal6). Penanam modal diberi hak

untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing danHak

Guna Usaha selama 95 tahun

g. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi. Undang-

undang ini menyatakan bahwa peranan energi sangat penting

artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional,

sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan,

pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara

berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu.

h. Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Undang-undang ini menyatakan bahwa perseroan

terbatas merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan

modal. Dengan demikian Persero yang dalam pengaturannya

merujuk pada UUPT, juga merupakan badan hukum.

i. Peraturan Presiden nomor 32 tahun 2011 tentang Master Plan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI). Dokumen ini merupakan pelengkap dari dokumen

perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional

yang lebih solid

9. Landasan Teori

a. Teori pertumbuhan ekonomi. W.W Rostow mengungkapkan

teori pertumbuhan ekonomi dalam lima tahap15, yaitu masyarakat

15

http://www.sylabus.web44.net/pembangunan file - TEORI PERTUMBUHAN DAN

PEMBANGUNAN EKONOMI . Pemerintah Indonesia pada masa orde baru, mengikuti mazhab ini

Page 21: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

16

tradisional, pra syarat untuk tinggal landas (take off), tinggal landas

(take off), menuju kedewasaan (the drive to maturity) dan masa

konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption). Masing-masing

tahapan memerlukan prasyarat dan kondisi untuk dapat menuju

tahapan berikutnya. Rostow menyatakan bahwa Pemerintah perlu

membangun infrastruktur untuk merangsang pertumbuhan. Hal

tersebut karena pembangunan infrastruktur bersifat jangka panjang,

lintas departemen, sehingga tidak menarik bagi sektor swasta untuk

berinvestasi di bidang itu tanpa mendapat insentif dari Pemerintah.

Harus ada leading sector yang akan menggerakkan perekonomian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah

faktor sumber daya manusia, sumber daya alam, ilmu pengetahuan

dan teknologi, budaya dan sumber daya modal.

b. Teori pertumbuhan baru (endogenous growth theory). Teori

ini dikembangkan oleh Frankel (1962). Sebagaimana dikutip oleh

Sampurno16 adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa untuk

sustainabilitas perekonomian maka knowledge dan teknologi

mempunyai karakteristik peningkatan hasil (returns) yang

mengendalikan proses pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi

dihasilkan dari sistem itu sendiri sebagai hasil langsung dari proses

internal. Penguatan Human capital (sumber daya manusia) suatu

bangsa akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui

pengembangan inovasi teknologi dan cara berproduksi yang lebih

efisien dan efektif17.

10. Tinjauan Pustaka

Silvana Tordo, dari Bank Dunia18 menunjukkan bahwa hampir

90 % cadangan minyak dunia, dan 75% produksi minyak dan gas,

beserta infrastrukturnya dikuasai oleh perusahaan nasional. Selain

dengan Rencana Pembangunan Lima Tahunan (REPELITA), dengan doktrin ekonomi trilogi

pertumbuhan, yaitu stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan. 16

H. Sampurno, Knowledge-based economy : Sumber Keunggulan Daya Saing Bangsa, Pustaka Belajar, Jakarta, 2007, hal. 100 17

IBID, Hal. 63 18

National Oil Companies and Value Creation, Volume I by Silvana Tordo with Brandon Tracy and Noora Arfaa. World Bank Working Paper Series #218, tahun 2011 hal. 16

Page 22: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

17

itu, diperkirakan 60% cadangan migas yang belum discovery,

berada di lapangan-lapangan migas yang dikendalikan National Oil

Companies. Perusahaan nasional, terutama perusahaan negara

juga biasa dibebani misi sosial ekonomi dan politis oleh

Pemerintahnya. Buku tersebut mengulas, bahwa penciptaan nilai

(value creation) tidak boleh semata-mata diukur dari efisiensi, tetapi

harus juga dari kebijakan yang ada dalam pengendalian

Pemerintah, yang meliputi partisipasi di industri, kebijakan model

pembuatan Kontrak dan Lisensi pengusahaan migas, perpajakan

dan kebijakan umum terhadap komersialiasi sumber daya migas

yang ada (depletion policy).

Studi Forfas (2010)19, menunjukkan bahwa di negara-negara

maju (OECD) pun peran BUMN sebagai pelaksana kebijakan

Pemerintah untuk tanggung jawab publik tetap dikedepankan.

Implikasi infrastruktur dan kebijakan terhadap perusahaan negara,

meliputi beberapa hal yaitu, pengembangan kebijakan nasional

mengenai peran dari perusahaan milik negara, mengevaluasi misi

dan tujuannya, mengimplementasikan kerangka tata kelola

perusahaan yang lebih tegas, termasuk kebebasan komersial dalam

mengambil kebijakan.

Gde Pradnyana20 menggambarkan bahwa dalam pengelolaan

migas memiliki multi peran, secara vertikal maupun secara

horizontal. Secara vertikal, migas harus dapat menyeimbangkan

peran sebagai sumber pendapatan negara dari hasil ekspor migas

dan sekaligus sumber energi untuk kebutuhan domestik di dalam

negeri. Secara horizontal menyeimbangkan kepentingan daerah

dalam rangka tanggung jawab sosial perusahaan untuk

menyejahterakan masyarakat di sekitar daerah operasinya dan

kepentingan nasional untuk menumbuhkan multiplier effect.

19

Forfas study, The role of State Owned Enterprises : Providing Infrastructure and Supporting Economic Recovery, Dublin 2010, hal. 20. 20

Gde Pradnyana, Optimalisasi Pemanfaatan sumber daya migas guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pembangunan SDM, TASKAP, Lemhannas RI , tahun 2010, hal. 57

Page 23: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

18

Task Force Report on Strategic Energy Policy21 Amerika

Serikat mengatakan bahwa ukuran pertimbangan keuntungan

ekonomi semata adalah merupakan motivasi utama dari perusahaan

swasta baik asing maupun nasional, sedangkan Perusahaan yang

dikendalikan oleh Negara dapat didesain untuk mengemban

kebijakan dan misi Negara. Penciptaan nilai (value creation)

merupakan ukuran keberhasilan yang tidak langsung dapat dikaitkan

dengan perusahaan, namun memberikan efek berganda terhadap

roda perekonomian.

Munir Fuadi (2005)22 , menyatakan bahwa dalam suatu

kontrak bisnis, asas yang mengatur adalah asas kontrak sebagai

hukum mengatur, asas kebebasan berkontrak, asas pacta sunt

servanda, asas konsensual, asas obligatoir. Inti dari asas-asas

tersebut adalah bahwa suatu kontrak akan mengikat bagi kedua

belah pihak, serta menimbulkan hak dan kewajiban. Apabila

kewajiban kontraktual tidak dilaksanakan, maka pihak yang

dirugikan dapat menuntut wanprestasi dengan ganti rugi atau

pemenuhan perjanjian. Sebagai asas universal, Pemerintah

melindungi warga negaranya termasuk hak-hak kebendaan dan

kontraktualnya dari kesewenang-wenangan pihak lain maupun

Pemerintah negara lain.

Studi-studi tersebut di atas, belum ada yang membahas

secara spesifik mengenai peran perusahaan nasional di bidang

migas dalam kaitannya dengan kemandirian dan daya saing bangsa,

yang merupakan fokus bahasan dalam TASKAP ini.

21

Strategic Energy Policy, Challenges for the 21st Century, Council on Foreign Relations, Inc., 2001, hal. 4 22

Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2005, hal. 11 -12

Page 24: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

19

BAB III

KONDISI PEMBERDAYAAN PERUSAHAAN NASIONAL DI

BIDANG PENGELOLAAN MIGAS SAAT INI

11. Umum

Dalam pengelolaan migas sebagai bagian dari mata rantai

energi, Pemerintah harus mempertimbangkan secara komprehensif,

terpadu dan holistik manajemen pengelolaan yang meliputi

penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya secara

berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu.

Kemandirian dan daya saing perusahaan nasional tidak saja

ditentukan oleh kekuatan operasional atau permodalan suatu

perusahaan, tetapi banyak tergantung juga pada fasilitasi,

kemudahan dan kebijakan afirmatif yang harus dilakukan oleh

Pemerintah. Pemerintah dalam rangka mengemban mandat dari

rakyat untuk melaksanakan pembangunan nasional harus bermuara

pada terwujudnya tujuan pembangunan nasional, yakni tercapainya

masyarakat yang sejahtera, aman dan berkeadilan dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12. Kondisi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas Saat ini

Kondisi perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas

saat ini, dapat ditinjau dari berbagai hal, baik mulai dari sisi hulu,

hilir, pengguna hingga industri penunjang. Dari sisi hulu terkait

dengan operatorship, upaya eksplorasi dan penguasaan cadangan

migas. Di sisi hilir terkait dengan industri pengolahan bahan bakar

minyak, pengelolaan dan penguasaan jalur transmisi dan distribusi

migas, dan pengaturan tarif akses penggunaan jalur pipa. Adapun di

sisi industri penunjang adalah partisipasi industri penunjang usaha

hulu migas dalam mata rantai pengelolaan migas.

Kondisi dan fakta objektif tersebut berpengaruh terhadap

kemandirian dan daya saing bangsa, dalam hal nilai ekonomi yang

diperoleh dari lingkup pengelolaan kegiatan migas belum merupakan

kontribusi optimal dari pelaku ekonomi dalam negeri. Kemandirian

Page 25: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

20

dan daya saing bangsa yang masih rendah pada gilirannya

berpengaruh pada tidak optimalnya pencapaian tujuan

pembangunan nasional.

a. Keterlibatan perusahaan nasional dalam kegiatan hulu

migas

Perusahaan migas di sektor hulu dari sisi kepemilikan dan

operatorship memiliki tiga kategori besar. Pertama adalah

perusahaan yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia serta

secara nyata dikendalikan oleh bangsa Indonesia. Kedua adalah

perusahaan yang diketahui dimiliki oleh orang Indonesia, tetapi tidak

didirikan berdasarkan hukum Indonesia, serta yang ketiga adalah

perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, tetapi

pengendalian operasional dan lalu lintas keuangannya dikendalikan

sepenuhnya oleh perusahaan induknya di luar negeri23. Pada akhir

tahun 2012 tercatat di sektor hulu migas sebanyak 308 blok, atau

wilayah kerja di seluruh Indonesia, dari jumlah tersebut, wilayah

kerja yang sudah berproduksi baru ada 75 blok. Dari jumlah

tersebut, perusahaan yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia

hanya PT. Pertamina EP.

Perbatasan Indonesia, merupakan garda terdepan integritas

wilayah kedaulatan Indonesia. Sampai saat ini belum ada

perusahaan nasional Indonesia yang memegang operatorship di

wilayah perbatasan. Sementara, dari sisi Produksi minyak dan Gas

di Indonesia, posisi PT. Pertamina EP juga belum signifikan.

23

Perusahaan yang sepenuhnya didirikan berbadan hukum Indonesia dan dikendalikan oleh bangsa Indonesia adalah PT. Pertamina EP, yang merupakan anak perusahaan PT. Pertamina (Persero). Perusahaan yang diketahui dimiliki oleh orang Indonesia, tetapi tidak berbadan hukum Indonesia contohnya adalah interest holder dari Medco group., sedangkan perusahaan yang menggunakan badan hukum Indonesia, tetapi seluruh manajemen dan lalu lintas keuangannya dikendalikan oleh perusahaan induk adalah PT. CPI, yang dikuasai oleh Chevron Inc. dan Texaco Inc.. Hal ini ditandai antara lain bahwa struktur organisasi pengendali operasi dan beneficiary account dari hasil usahanya adalah atas nama perusahaan induknya di luar negeri.

Page 26: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

21

Gambar 1 : Positioning PT Pertamina EP dalam Produksi migas di

Indonesia . (sumber : Pertamina , 2013).

Posisi Produksi migas Pertamina, belum signifikan

dibandingkan dengan Produksi migas keseluruhan di Indonesia.

Namun demikian, yang menggembirakan adalah bahwa produksi

minyak Pertamina cenderung meningkat dari tahun ke tahun dalam

10 tahun terakhir. Dalam tahun 2003, produksi minyaknya adalah

sekitar 72.000 barel per hari, sedangkan pada tahun 2010 sudah

meningkat menjadi rata-rata 130.000 barel per hari. Dengan

perbandingan relatif terhadap produksi minyak Indonesia, itu

adalah peningkatan besar dari sekitar 7% ke 15%. Sedangkan

produksi gas rata-rata 970 mmcfd, atau sekitar 11% dari total

produksi Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada gas. Hal ini

antara lain adalah karena Pertamina dapat jadi lebih fokus ke

kegiatan intinya untuk eksplorasi dan eksploitasi migas, dengan

adanya Undang-undang migas24.

b. Pengelolaan jaringan transmisi dan distribusi gas

Manajemen gas pipa diatur oleh badan pengatur hilir, yaitu

BPHMIGAS, sesuai Undang-undang no. 22 tahun 2001 dan PP 67

tahun 2002. Pengaturan itu meliputi konsep unbundling, open

access, hak khusus, tarif, ring fencing, sistem informasi

24

http://finance.detik.com/read/2012/11/18/123917/2093563/1034/bp-migas-membuat-pertamina-lebih-efisien-dan-produksi-naik

Page 27: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

22

pengusahaan, harga gas bumi rumah tangga dan pelanggan kecil,

jaringan pipa transmisi dan distribusi. Jaringan pipa gas saat ini

belum terkoneksi. Konsentrasi terbesar dari lapangan gas masih di

pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Gas yang ada di Pulau Kalimantan

baru hanya terkoneksi utamanya untuk kilang LNG di Bontang dalam

rangka ekspor gas dalam bentuk LNG.

Jaringan pipa gas memiliki karakteristik yang khusus, yaitu :

- Sifatnya yang dedicative dan terbatas sebagai open access.

Jaringan pipa gas pada umumnya didesain untuk mentransmisi

dan mendistribusikan gas dari suatu lapangan tertentu, ke

jaringan distribusi untuk disambungkan dengan sumber gas dari

lapangan lain

- Investasi yang berdimensi jangka panjang

Mengingat investasi yang berdimensi jangka panjang, diperlukan

adanya kepastian pasokan dan penggunaannya untuk dapat

justifiable secara ekonomis

- Cenderung monopolistis sehingga posisi tawar lebih tinggi pada

pemilik jaringan gas. Keterbatasan kapasitas muat dan angkut,

dapat menjadi alasan bagi pemilik jaringan pipa gas untuk

menolak masuknya gas new entrance, atau menerimanya tetapi

dengan toll fee yang mahal.

Jaringan pipa transmisi dan distribusi gas sebagian besar

dimiliki oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) dan afiliasinya.,

sedangkan sebagian lagi dioperasikan oleh anak perusahaan

Pertamina (PT. Pertagas). PT. PGN bersama dengan PT. PLN

adalah merupakan warisan dari perusahaan yang telah ada sejak

zaman kolonial. Pada zaman kemerdekaan dengan Peraturan

Pemerintah nomor 19 tahun 1965 dialihkan menjadi perusahaan

Negara. PT PGN dan PT PLN adalah perusahaan strategis yang

menguasai hajat hidup orang banyak untuk kepentingan umum.

Page 28: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

23

Gambar 2 : Sumber Gas, Jaringan Pipa dan Fasilitas PGN

Sumber - Laporan Tahunan PGN, 2012

Dengan sifat monopolistis yang dipunyainya, serta peran

strategis untuk mendistribusikan gas dari lapangan-lapangan gas.,

Pemerintah telah melepaskan kendali manajemen strategisnya ke

perusahaan publik. Di sinilah salah satu salah kelola kebijakan

Pemerintah, yang melepas BUMN strategis dan menguntungkan ke

swasta, sementara sektor pelayanan publik yang merugi masih

dipegang oleh Pemerintah.25 Mengingat sifatnya yang monopolistik

dan dedicative, posisi kepemilikan pipa transmisi dan distribusi

tersebut sangat menentukan harga keekonomian gas. PT. PGN

berfungsi selain transporter adalah trader, yang membeli gas dari

perusahaan gas hulu, memilikinya dan menjualnya kepada

pengguna akhir seperti PT. Perusahaan Listrik Negara, Industri

Pupuk, Petrokimia dan industri umum.26

25

Berdasarkan data BPS, Statistik Gas Indonesia., volume gas yang digunakan domestik tahun 2011 ada sebesar 562.326,09 MMSCF, dgn komposisi pengguna 84,62% untuk sektor industri, 1,28% komersial, rumah tangga 0,16%, SPBG 0,18% dan Pembangkit Listrik 13,77%. PT. PGN dan Entitas anak perusahaannya mengoperasikan pipa transmisi sepanjang 2.047 km, dan pipa distribusi sepanjang 3.865 km. Jalur pipa transmisi gas bumi PGN terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi ke stasiun penerima pembeli. PGN menerima Toll Fee untuk pengiriman gas sesuai dengan Perjanjian Transportasi Gas (GTA) yang berlaku selama 10-20 tahun. Pipa distribusi gas menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia. PGN mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen, Sumber : Laporan tahunan PT. PGN tahun 2012 26

Komposisi Pemegang Saham per 31 Desember 2012 adalah, Pemerintah RI 56,94% dan publik 43,06%. Dari saham publik tersebut, 84,14% dimiliki asing. Pemerintah Indonesia juga memiliki

Page 29: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

24

Gambar 3 : Rencana jaringan gas PT. Pertamina

Sumber - PT. Pertamina (Persero), 2013

c. Penyerapan alokasi migas dan produk turunan pengolahan

migas di dalam negeri.

Sebagian terbesar hasil migas Indonesia masih diekspor

dalam bentuk bahan mentah. Minyak mentah bagian Kontraktor KKS

maupun bagian Pemerintah yang tidak dapat diolah di dalam kilang

domestik masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, yang tidak

memberikan nilai tambah. Demikian juga halnya, dengan gas, baik

berupa gas pipa maupun gas dalam bentuk LNG semuanya diekspor

dalam bentuk bahan mentah.

Grafik di bawah ini menunjukkan komposisi penggunaan

migas untuk domestik maupun untuk ekspor.

satu lembar saham seri A Dwi warna, yang tidak dapat dipindah tangankan, memiliki hak-hak istimewa antara lain dalam hal Perubahan modal, Penunjukan manajemen, anggaran dasar dan likuidasi Perusahaan. Sumber : laporan tahunan PT. PGN 2012

Page 30: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

25

Gambar 4 : Neraca Gas Indonesia

Sumber : BPMIGAS, 2012

Gambar 5 : Peta Neraca Energi Indonesia, sumber : lampiran

PerPres 5 tahun 2006 tentang Blue Print Pengelolaan Energi

Indonesia

d. Peran perusahaan penunjang migas dalam mata rantai

pengelolaan migas.

Industri penunjang kegiatan hulu migas, sebagian masih

mengandalkan dukungan perusahaan asing. Nilai pengadaan

barang dan jasa yang menggunakan komponen dalam negeri (local

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

20

10

20

12

20

14

20

16

20

18

20

20

20

22

20

24

BB

TUD

Contracted Export Contracted Domestic Potential Domestic

Existing Supply Project Supply Potential Supply

Page 31: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

26

content)., menunjukkan trend kenaikan dari tahun ke tahun. Namun

jumlah tersebut belum signifikan apabila dibandingkan dengan total

rencana anggaran Kontraktor hulu migas. Dalam tahun 201227

misalnya., total komitmen pengadaan barang dan jasa ada sebesar

$16.61 milyard. Dari jumlah tersebut, pengadaan yang melalui

BUMN adalah $ 2.518 juta. Penyebab hal ini terutama adalah

karena belum ada atau minimnya fasilitas dan peralatan kerja serta

sumber daya manusia, dan permodalan.

Gambar 6 :Inventarisasi kendala fakta penunjang kegiatan usaha

hulu migas. Sumber : BPMIGAS - 2012

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pengelolaan migas, baik dari sisi hulu dalam hal eksplorasi migas

dan pengoperasian blok migas, pengolahan dan distribusi di sisi hilir,

penyediaan kepada konsumen akhir serta dukungan industri

penunjang belum mencerminkan adanya keterpaduan dalam

kebijakan yang memungkinkan optimalnya pengelolaan migas yang

mendukung kemandirian, kedaulatan dan daya saing bangsa.

27

Laporan tahunan SKKMIGAS tahun 2012., hal. 93 – 94.

Page 32: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

27

13. Implikasi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas terhadap Kemandirian dan Daya Saing

Bangsa dan Implikasi Kemandirian dan Daya Saing Bangsa

terhadap Suksesnya Pembangunan Nasional

Globalisasi di bidang ekonomi telah mengakibatkan

kebebasan pergerakan lintas yurisdiksi negara terhadap arus

barang, arus jasa, arus investasi., modal dan tenaga kerja. Akses

yang terbuka tersebut telah mempersempit dan mengurangi

efektivitas negara-negara untuk memberikan kemudahan, fasilitasi

dan proteksi terhadap perusahaan dalam negeri. Restriksi

pengenaan tarif, kuota, bea, standardisasi mutu dan akreditasi serta

saling pengakuan (mutual recognition arrangement) akan jasa

profesional lintas negara, dan ditambah kemajuan teknologi

informasi akan meningkatkan produktivitas perekonomian. Tetapi di

sisi lain, hal tersebut akan dapat membuat terseleksi dan

tersingkirnya pelaku ekonomi yang tidak efisien.

Peran kelembagaan28 dalam meningkatkan daya saing

merupakan sesuatu yang mutlak. Daya saing adalah seperangkat

lembaga, kebijakan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat

produktivitas suatu negara. Tingkat produktivitas tersebut,

selanjutnya menentukan tingkat kemakmuran yang dapat diperoleh

dari perekonomian. Tingkat produktivitas tersebut juga menentukan

tingkat pengembalian investasi (rate of return), yang merupakan

faktor mendasar dalam mendorong pertumbuhan. Dengan demikian,

pertumbuhan yang berkelanjutan akan diperoleh dari perekonomian

yang lebih kompetitif29. Perekonomian yang bertumbuh secara

berkesinambungan, dengan daya saing yang lebih baik pada

gilirannya akan mendorong kemandirian para pelaku usaha dalam

menghadapi pasar bebas.

28

Ada 12 pilar daya saing, salah satu di antaranya adalah kelembagaan. Ref. Global Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2012-2013, hal. 5 29

ibid

Page 33: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

28

a. Implikasi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas terhadap Kemandirian dan Daya Saing

Bangsa

Pemberdayaan perusahaan nasional mengandung makna

adanya suatu kebijakan yang memungkinkan perusahaan nasional

lebih memiliki kemampuan dalam menguasai pasar, berproduksi

secara lebih efisien dan memberi dukungan kepada kemandirian dan

daya saing bangsa. Salah satu indikator kebesaran ekonomi suatu

negara adalah besarnya tingkat produk domestik bruto (gross

domestic product). Pengukuran dengan parameter tersebut dalam

suatu pasar bebas dapat menyesatkan. Gross domestic bruto

mengukur produksi yang dihasilkan di suatu negara, tanpa

mengaitkan dan membedakan siapa subjek yang menghasilkan

tersebut apakah perusahaan nasional atau perusahaan asing.

Di bidang pengelolaan migas, di sektor hulu perusahaan

nasional hal ini diwakili oleh Pertamina EP sebagai anak usaha dari

PT Pertamina (Persero). Dalam tahun 201230 kontribusi PT

Pertamina EP terhadap produksi minyak nasional hanya 14,81%. Di

sisi pengolahan, seluruh kilang minyak adalah dikelola oleh PT

Pertamina. Namun demikian, margin kilang minyak relatif kecil,

sehingga tidak banyak perusahaan yang berinvestasi di bidang

tersebut. Dalam jaringan distribusi, sebagian besar jaringan

distribusi gas adalah dioperasikan oleh PT. Perusahaan Gas

Negara, dan PT Pertamina Gas. Jaringan distribusi gas tersebut

bersifat open access31, yang dapat digunakan oleh pemilik gas yang

lain.

Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan

migas berbeda-beda untuk bidang hulu, pengolahan maupun hilir/

jaringan pipa. Sehatnya perusahaan nasional tersebut dapat dilihat

30

Produksi minyak PT Pertamina EP tahun 2012 tercatat 46.595.000 BBL., sedangkan produksi nasional 314.700.000 BBL. Sementara itu utk gas porsi produksi PT Pertamina EP terhadap nasional adalah 12,02 % (358.970.000 MSCF/ 2.987.672.000 MSCF). Ref. Laporan Konsolidasi KKKS - SKKMIGAS 31

Regulasi terkait pengaturan, pemanfaatan, tarif gas pipa melalui open access, merupakan kewenangan BPHMIGAS.

Page 34: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

29

dari kemampuan perusahaan dimaksud untuk melakukan operasi,

ekspansi dan penetrasi pasar secara efisien. Perusahaan nasional

yang sehat akan dapat mengurangi ketergantungannya baik dari sisi

permodalan, keahlian dan kemampuan keuangan kepada

perusahaan asing maupun kepada fasilitasi dari Pemerintah.

Kemandirian bangsa akan terwujud dalam hal perusahaan

nasional memiliki kemampuan yang memadai untuk menghasilkan

sendiri (self generate) berdasarkan pilihan kebijakan independennya

strategi yang diperlukan untuk pertumbuhan berkelanjutan bidang

usahanya.

Daya saing bangsa, secara internasional diakui dan diukur

berdasarkan indeks daya saing. Indeks tersebut akan meningkat

dalam hal perusahaan nasional di bidang pengelolaan dapat menjadi

penggerak, lokomotif dan soko guru perekonomian yang

memberikan efek pengganda (multiplier effect). Bergeraknya sektor

perekonomian yang lain sebagai bagian dari mata rantai

pengelolaan migas akan meningkatkan daya saing bangsa.

b. Implikasi Kemandirian dan Daya Saing Bangsa terhadap

Suksesnya Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan

oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan

bernegara. Tujuan bernegara adalah berhasilnya Pemerintah

Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional

(RPJPMN) memerinci tahapan yang akan dicapai sebagai berikut32 :

32

PerPres 5 tahun 2010 butir 3.1 gambar 3.10

Page 35: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

30

Gambar 7 : Pentahapan Pembangunan RPJPN

Sumber : Dokumen MP3EI

Dari pentahapan di atas, jelaslah bahwa pemberdayaan

perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas, akan

memberikan implikasi dan korelasi positif terhadap kemandirian

dan daya saing bangsa. Selanjutnya kemandirian dan daya

saing bangsa tersebut akan berimplikasi untuk menguatkan,

memantapkan dan mengokohkan terwujud suksesnya tujuan

pembangunan nasional.

14. Pokok-pokok Persoalan yang Ditemukan

Pengelolaan migas meliputi suatu mata rantai yang harus

dipandang secara menyeluruh, terintegrasi dan holistik mulai dari

sisi hulu, hilir , industri pendukung hingga pengguna akhir. Yang

sering menjadi persoalan adalah perbedaan prioritas yang

merupakan tanggung jawab sektor-sektor, dan sering bertolak

belakang. Misalnya, antara meningkatkan produksi migas dari

lapangan migas yang telah ada, dengan usaha untuk mencari

cadangan migas baru. Juga kebijakan untuk mengalokasikan gas

untuk kebutuhan domestik yang harganya lebih murah, atau

mengekspor gas dengan harga yang lebih mahal untuk menopang

APBN.

Page 36: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

31

Gambar berikut menunjukkan perbedaan harga rata-rata gas untuk

domestik versus harga gas untuk tujuan ekspor

Gambar 8 : Harga Gas Ekspor vs Harga Gas Domestik

Sumber - SKKMIGAS, 2013

Pokok-pokok persoalan yang ditemukan yang menyebabkan

perusahaan nasional di bidang migas belum terberdayakan dalam

rangka peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa adalah

sebagai berikut :

a. Melemahnya peran migas dalam pembangunan nasional

Melemah dan termarginalisasinya peran strategis migas dapat

dilihat dari degradasi muatan materi pada undang-undang yang

mengaturnya. Sebagai penjabaran dari UUD NRI 1945 pasal 33,

dalam Undang-undang no. 44 tahun 1960 tentang Pertambangan

minyak dan gas bumi dinyatakan bahwa minyak dan gas bumi

merupakan kekayaan nasional yang mempunyai arti yang khusus

untuk pertahanan nasional33 . Dalam Undang-undang no. 8 tahun

1971 tentang Pertamina, frase “kekayaan nasional” tersebut

menghilang dan diganti menjadi “bahan galian strategis”, baik untuk

perekonomian negara maupun untuk kepentingan pertahanan dan

keamanan Nasional34. Undang-undang nomor 22 tahun 2001

33

Butir menimbang c. “bahwa minyak dan gas bumi mempunyai arti yang khusus untuk pertahanan nasional”. Ayat 2:

Segala bahan galian minyak dan gas bumi yang ada di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara. 34

Butir menimbang poin a pada Undang-undang nomor 8 tahun 1971.

Page 37: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

32

mendegradasi peran migas lebih rendah lagi menjadi sumber daya

alam strategis serta hanya sekedar “komoditas vital” dalam

perekonomian nasional tanpa dikaitkan dengan kepentingan

pertahanan dan keamanan nasional. Konsekuensi lanjutan dari hal

tersebut adalah peran migas hanya dipandang sebagai instrumen

untuk memenuhi tujuan jangka pendek dalam rangka memenuhi

target APBN. Pemerintah lebih mengutamakan perusahaan

manapun yang dianggap dapat beroperasi lebih efisien. Pemerintah

juga ragu untuk mempercayakan operatorship wilayah kerja produktif

kepada perusahaan negara, atau perusahaan nasional yang belum

terbukti kinerjanya dibanding dengan perusahaan asing. Hal yang

sama juga berlaku dalam memperlakukan industri hilir dan industri

penunjang.

Perubahan cara pandang tersebut terkonfirmasi pada undang-

undang penanaman modal yang sama sekali tidak memberikan

proteksi atau afirmasi positif kepada industri dalam negeri dalam

berhadapan dengan perusahaan asing35. Tidak ada lagi pemihakan

kepada perusahaan negara atau perusahaan Nasional sebagai

bagian dari instrumen Negara untuk kemandirian dan kedaulatan

ekonomi apabila efisiensi keuangan dan operasionalnya lebih

rendah dari perusahaan asing.

b. Kurang terpadunya manajemen pengelolaan migas

Pada dasarnya setiap penggalan dalam mata rantai kegiatan

pengelolaan migas memiliki tanggung jawab kinerja masing-masing.

Namun apabila tidak ada suatu manajemen strategi yang memiliki

benang merah yang terpadu, maka kemandirian perusahaan migas

nasional tidak akan tercapai. Beberapa contoh dapat diberikan di

sini.

Gas yang diproduksikan oleh BP di Papua, tidak ada yang

dapat diserap di bumi Papua. Seluruh gas tersebut telah terikat

dengan kontrak jangka panjang untuk dijual sebagai LNG/ liquid

natural gas ke pembeli di luar negeri. Sementara itu, apabila ada

35

Ref. Pasal 6 dan pasal 8 UU 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Page 38: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

33

pengembangan lapangan baru (dikenal dengan Tangguh 3), juga

akan ditujukan untuk ekspor atau dikirim ke pulau Jawa, untuk

diregasifikasi memenuhi kebutuhan kelistrikan di pulau Jawa. Tidak

ada dalam desain pemerintah untuk membangun industri pengguna

seperti petrokimia, pabrik semen atau pabrik pupuk di Papua, yang

akan dapat merangsang tumbuhnya perekonomian lokal dari nilai

tambah hasil olahan gas.

Swastanisasi PT. Perusahaan Gas Negara, dengan

mencatatkannya di bursa pasar modal. PT PGN adalah suatu

perusahaan yang memiliki sifat monopolistis secara alami sebagai

pemilik jaringan gas dan diperkenankan untuk bertindak sebagai

transporter dan trader dapat dipandang merugikan kepada

konsumen industri. Pemerintah memberikan fasilitasi kepada PT

PGN dengan margin harga yang jauh berbeda antara harga di hulu

dengan di hilir, akan mengurangi daya saing industri hilir, sementara

keuntungan PT.PGN tidak seluruhnya kembali ke Negara.

Pemerintah juga tidak memberikan dukungan yang kuat dan

rasional terhadap pemberdayaan industri pendukung. Tidak ada

kebijakan nyata untuk mendorong tumbuhnya industri pendukung

seperti industri baja, perpipaan, galangan kapal, yang dikaitkan

dengan industri migas. Yang dilakukan Pemerintah adalah yang

sifatnya artifisial dan menimbulkan rente ekonomi. Misalnya, adanya

asas cabotage yang mewajibkan semua kapal berbendera

Indonesia. Di sini ada dua problem, yaitu yang pertama

mendefinisikan kapal terlalu luas, sehingga termasuk fasilitas

terapung tempat memproduksi dan menyimpan migas (FPSO) di

laut, yang tidak memungkinkan diproduksi di Indonesia. Yang kedua

adalah penggunaan bendera tersebut lebih kepada tujuan

penegakan yurisdiksi hukum di atas kapal, dan bukan menyangkut

kegiatan membangun kapal di galangan Indonesia36.

36

Pasal no 341 UU 17/2008 tentang Pelayaran berisikan tentang penerapan asas cabotage, yaitu suatu keharusan untuk menggunakan kapal berbendera Indonesia oleh pers angkutan laut nasional. Selama ini mayoritas angkutan laut dilayani oleh kapal kapal asing dan berbendera asing. Penerapan asas ini dimulai pada tanggal 7 Mei 2011.

Page 39: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

34

Definisi mengenai tingkat komponen dalam negeri (TKDN/ local

content) yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian, sifatnya

adalah artifisial dan tidak mendasar. Barang yang sepenuhnya

diproduksi di luar negeri, tetapi dimiliki oleh orang Indonesia, diakui

sebagai komponen lokal37.

c. Rendahnya kepastian hukum dalam melaksanakan kegiatan

bisnis migas

Kontrak Kerja Sama migas adalah kontrak perdata, bersifat

jangka panjang yang dibuat oleh Pemerintah serta disetujui oleh

pihak Kontraktor migas. Seluruh ketentuan dan syarat-syarat baik

untuk pengakuan pendapatan maupun untuk pembebanan biaya

telah diatur dalam kontrak kerja sama tersebut. Namun belakangan

ini, kontrak kerja sama ini mendapatkan penentangan dari banyak

pihak38

Di berbagai kalangan juga terjadi perdebatan, apakah

kekayaan badan usaha milik negara (BUMN) adalah kekayaan

korporasi atau kekayaan publik. Apabila tunduk kepada hukum

publik,maka mekanisme operasional, dan pertanggungjawabannya

akan melalui hukum publik. Undang-undang keuangan Negara tidak

37

Peraturan Menteri Perindustrian nomor 16/M-Ind/Per 2/2011 tanggal 21 Pebruari 2011, pasal 2 ayat 6 misalnya., menyatakan bahwa alat kerja yang diproduksi di dalam negeri, tetapi dimiliki oleh orang di luar negeri, diakui sebagai TKDN 75%. Anehnya, sebaliknya, alat kerja yang diproduksi di luar negeri, tetapi dimiliki oleh orang di dalam negeri, juga diakui sebagai TKDN 75%. Di sini terdapat kerancuan antara tempat memproduksi atau pemiliki faktor produksi, tetapi dua-duanya diberi pengakuan yang sama sebagai TKDN. Tampaknya kebijakan tersebut lebih dimaksudkan untuk mendorong perusahaan asing bermitra dengan perusahaan domestik. 38http://m.energitoday.com/2013/05/18/tak-ada-kepastian-hukum-investasi-sektor-migas-akan-terganggu/ Hal ini dimulai dengan masuknya pengaturan cost recovery, atau pengembalian biaya operasi ke undang-undang APBN. Kemudian ada Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2010 yang memformilkan ketentuan kontraktual keperdataan ke hukum publik. Selanjutnya Bank Indonesia dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 13 tahun 2011 mengatur lalu lintas pembukuan hasil ekspor migas. Bahkan Mahkamah Konstitusi menganggap tidak memiliki kekuatan hukum mengikat pasal-pasal dalam UU 22 tahun 2001 terkait BPMIGAS, sekalipun keberadaan BPMIGAS adalah mewakili Pemerintah dalam melaksanakan mandat yang diberikan Undang-undang untuk manajemen Kontrak Kerja Sama migas. Saat ini sedang bergulir satu kasus di pengadilan untuk pertama kalinya, sejak sistem kontrak kerja sama ada tahun 1960 an, di mana perlakuan pengakuan penghasilan dan biaya berdasarkan kontrak kerja sama perdata, diuji dan diperiksa berdasarkan hukum publik menyangkut keuangan negara. Sekalipun semua institusi yang berwenang termasuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan bahwa Production Sharing Contract adalah kontrak perdata, namun sampai saat ini aparat penegak hukum melihatnya dalam konteks hukum publik.

Page 40: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

35

mengenal dan mengakui adanya kerugian negara. Orang atau pihak

yang menimbulkan kerugian negara akan dapat dituntut berdasarkan

undang-undang tindak pidana korupsi.

Di sisi lain, bisnis adalah menyangkut kalkulasi, estimasi dan

keberanian dalam memanfaatkan peluang yang ada sepanjang telah

melalui pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan,

dengan kemungkinan akhir akan rugi atau beruntung. Kecepatan

dan keberanian dalam mengambil peluang merupakan salah satu

kunci sukses. Seseorang dalam bisnis tidak boleh dipersalahkan

atas hasil dari suatu kebijakan yang diambilnya, sepanjang telah

dilaksanakan dengan kehati-hatian (fiduciary duties) dan dengan

pertimbangan yang matang (business judgment rules).

Ambigu dalam memandang BUMN maupun Kontrak Kerja

Sama migas dalam yurisdiksi hukum publik atau hukum perdata,

telah memperlemah fleksibilitas dalam bersaing dengan perusahaan

swasta maupun asing. Pimpinan BUMN dan manajemen Kontraktor

Kontrak Kerja Sama dalam pengambilan keputusan menjadi kurang

decisive serta cenderung birokratis, konservatif.

Kewenangan Pemda dalam mengatur dan menerbitkan

berbagai aturan dan perizinan, maupun mencabut dan membatalkan

perizinan dan aturan yang telah diberikan oleh pejabat sebelumnya

menambah ketidak pastian dalam berbisnis39.

d. Rendahnya kompetensi Perusahaan Nasional

Kompetensi suatu perusahaan dalam kegiatan terkait

pengelolaan migas diukur dari kemampuan sumber daya manusia,

kemampuan permodalan dan kemampuan teknologi, sarana dan

prasarana. Eksposur atau pengalaman di lapangan dalam

menangani berbagai masalah akan memperkaya dan mematangkan 39

Dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa Peraturan Pemerintah Provinsi, maupun Pemerintah kabupaten adalah aturan hukum yang mengikat. Perizinan yang diperdakan dengan segala kewajiban pungutan dan retribusi, harus dipenuhi terlebih dahulu, sekalipun bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi. Kementerian Keuangan di tahun 2012 mencatat dari 14.000 perda, terdapat 4000 perda bermasalah, namun baru dapat dicabut 1800 , sementara jumlah perizinan tersebut empat kali lebih banyak. Perizinan di Indonesia, lebih banyak , lebih lama dan lebih mahal. Ref. www. Hukumonline.com/pemerintah belum cabut ribuan perda bermasalah

Page 41: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

36

perusahaan. Di sektor hulu migas, misalnya. PT Pertamina EP

hanya berusaha di daratan (on shore)., sedangkan potensi migas

yang ada saat ini sudah mengarah ke laut dalam. Operator wilayah

kerja di laut dalam saat ini adalah perusahaan-perusahaan asing.

Kontrak-kontrak pengadaan untuk proyek besar seperti EPCI

(Engineering, Procurement, Construction dan Installation) hingga

maintenance ditangani perusahaan-perusahaan asing. Perusahaan-

perusahaan tersebut sebagian adalah perusahaan yang terafiliasi

dengan perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia.

Kemampuan permodalan perusahaan dituntut untuk tinggi,

mengingat industri migas terutama di sektor hulu merupakan industri

yang sarat resiko, berdimensi jangka panjang dan membutuhkan

modal besar. Perusahaan-perusahaan nasional tidak memiliki akses

pasar yang cukup untuk menarik mitra financial banking untuk

mendanai aktivitasnya.

Hal yang sama juga terjadi di industri penunjang40. Sebagian

terbesar jasa penunjang industri migas ditangani oleh perusahaan

engineering41 yang merupakan jaringan perusahaan internasional.

Perusahaan-perusahaan besar memiliki jaringan atau pusat-pusat

riset dan pengembangan. Rotasi dan penugasan di berbagai level

dan kompleksitas lapangan, serta dukungan sarana dan prasarana

memperkaya dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia

pada perusahaan-perusahaan tersebut.

40

Perusahaan Jasa Penunjang Migas diatur dalam PerMen ESDM nomor 27 tahun 2008 41

Haliburton, inc dan Schlumberger yang beroperasi di lebih 70 negara, adalah pemain utama dalam industri jasa penunjang di Indonesia. http://en.wikipedia.org/wiki/Halliburton; http://en.wikipedia.org/wiki/Schlumberger

Page 42: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

37

BAB IV

PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

15. Umum

Perkembangan Lingkungan Strategis adalah perkembangan

situasi internal dan eksternal, baik yang statis (Trigatra) maupun

dinamis (Pancagatra) yang memberikan pengaruh pada pencapaian

tujuan nasional42. Karena itu faktor lingkungan strategis perlu

dicermati dan dianalisis baik terhadap potensi kontribusi untuk

mendapatkan dan mengoptimalkan peluang dan mengatasi kendala

yang ada. Pengelolaan perekonomian nasional melalui

pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas,

tidak terlepas dari konstelasi dan perkembangan situasi di

lingkungan global, regional, maupun lingkungan domestik.

16. Perkembangan Lingkungan Global

a. Peran strategis migas dalam percaturan kekuasaaan negara

adi daya

Jejak peran strategis migas dalam dunia modern dapat

ditelusuri dalam sejarah modern konflik dan perang dunia. Winston

Churchil (yang kelak menjadi Perdana Menteri Inggeris pada masa

perang dunia kedua), pada tahun 1912 telah menyatakan pentingnya

minyak dikuasai oleh Negara untuk tujuan strategis baik pada masa

damai maupun masa perang. Kemenangan suatu negara secara

signifikan ditentukan oleh kemampuan logistik dalam memenuhi

kebutuhan bahan bakar minyak kendaraan dan alat-alat perang43.

42

Dikutip dari Lembaga Ketahanan Nasional RI, Naskah Lembaga Perkembangan Lingkungan Strategis, tahun 2013, hal. 3 43

Invasi Jerman ke Rusia pada tahun 1941 adalah untuk menguasai ladang minyak di laut Kaspia, Azerbaijan. Kekalahan pasukan tank Jerman di bawah jenderal Rommel di gurun El Alamein Mesir adalah ketika tidak ada cukup pasokan bahan bakar untuk menggerakkan mesin perangnya. Amerika memperkuat ketahanan energinya pada masa perang dunia kedua dengan membangun jalur pipa dari Texas ke pantai atlantik, yang mengalirkan minyak sejumlah 6,3 milyar barel. Invasi Jepang ke Hindia Belanda, adalah untuk mengamankan pasokan minyak dari Indonesia, dengan menyerang Tarakan, Riau dsb. Kekalahan Jepang dari sekutu, bermula dari berhasilnya Inggeris dan Amerika Serikat memotong jalur pasokan minyak dari Indonesia. Pada operasi di Irak dan Afganistan, dimana AS menempatkan 190.000 pasukannya, memerlukan 10 juta galon minyak per hari, setara dengan kebutuhan 20 juta orang penduduk kota dalam satu hari. Ref. Michael Klare,

Page 43: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

38

Kehadiran militer Amerika Serikat di Timur Tengah44, maupun

bantuan serta kebijakan strategis dan taktis, tidak terlepas dari

kepentingan strategis Amerika Serikat untuk mendapatkan dan

mengamankan akses ke sumber minyak yang ada di negara-negara

teluk dan timur tengah. Perang dan kekerasan sipil yang terjadi

dewasa ini di Suriah, juga tidak terlepas dari kepentingan strategis

negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Rusia45

b. Peran regulasi perdagangan dunia melalui World Trade

Organization (WTO)

WTO saat ini beranggota 159 Negara, termasuk Indonesia46.

Tujuannya adalah untuk memperlancar arus perdagangan barang

dan jasa serta liberalisasi perdagangan dunia. WTO berfungsi untuk

mengadministrasikan perjanjian perdagangan, negosiasi

perdagangan, menangani perselisihan perdagangan, memonitor

kebijakan negara-negara di bidang perdagangan, memberikan

bantuan teknis dan pelatihan bagi negara-negara berkembang, serta

bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional. Demikian

juga dengan adanya standardisasi47 produk maupun jasa untuk

dapat memasuki satu pasar tertentu dapat merupakan penghalang

atau penambahan unit cost atas barang maupun jasa yang akan

Blood and Oil, Penguin Group, London 2004, http://www.greenpeace.org/international/en/news/Blogs/makingwaves/oil-wars 44

American security alliance in the middle east, http://www.cato.org/sites/cato.org/files/serials/files/cato-handbook-policymakers/2009/9/hb111-52.pdf 45

Kepentingan Geo Politik dan geo energi Amerika Serikat dan Rusia, terasa dalam pertikaian yang terjadi di Suriah dewasa ini. Pada bulan Juli tahun 2012, bersamaan dengan perang sipil di Suriah, Pemerintah Suriah, Iran dan Irak menandatangai MoU untuk kerangka kerja pembangunan jalur pipa gas dari Iran melewati Irak 46

http://www.wto.org/english/news.e/htm 47

Badan Standardisasi Internasional (International Standardization Organization), didirikan tahun 1947 berkantor pusat di Geneva sebenarnya adalah organisasi sukarela mengenai standardisasi barang maupun jasa. Namun demikian, dengan perkembangan konsensus global, badan ini menjadi sedemikian powerful, dan dijadikan rujukan termasuk oleh WTO dalam hal terdapat dispute yang terkait dengan persyaratan dan penghalangan/ barrier memasuki pasar tertentu. Sampai dengan saat ini telah tercatat lebih dari 19.500 standar internasional. ISO beranggota 163 negara, dan memiliki 3.368 technical bodies. Ref. http://www.iso.org/iso/home/about.htm

Page 44: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

39

diekspor. Hubungan antara ISO dengan WTO adalah “critical for

international trade”.

c. Krisis ekonomi dan keuangan di berbagai belahan dunia

Krisis keuangan di berbagai negara anggota masyarakat

Eropah, seperti Spanyol, Italia dan Yunani terjadi karena pinjaman

yang diberikan perbankan lebih banyak disalurkan kepada sektor

konsumtif seperti property yang tidak dapat dikembalikan pada saat

jatuh tempo. Krisis karena mismanagement di perbankan tersebut

adalah dampak dari krisis serupa yang terjadi sebelumnya di

Amerika Serikat.48

Berbagai program bail out, penghematan, disiplin anggaran dan lain-

lain telah diupayakan oleh Pemerintah dan lembaga keuangan

internasional seperti IMF. Proteksionisme untuk pemulihan Ekonomi

Eropah serta program penyelamatan secara finansialnya, akan

memberikan pengaruh kepada pemberdayaan perusahaan nasional

dalam menembus pasar Eropah.

d. Dinamika politik dan keamanan di berbagai belahan dunia

Terjadinya pergantian pemerintahan berdasarkan gelombang

tuntutan demokratisasi di negara-negara Afrika Bagian Utara dan

Timur Tengah, yang dikenal dengan Arab Spring49, telah membawa

perspektif baru.

Dari sisi politik, menurut Barzegar dari Harvard Kennedy

School50, adanya demokratisasi, reformasi politik, penghapusan

rezim otoriter, pengembangan pasar ekonomi, bangkitnya kelas

menengah, dan hak asasi telah menjadi perhatian dari negara-

negara di kawasan.

17. Perkembangan Lingkungan Regional

Organisasi kerja sama yang menonjol dan patut diperhitungkan di

lingkungan regional Indonesia antara lain adalah51 ASEAN, ASEAN

48

http://www.neurope.eu/article/reasons-behind-eurozone-financial-crisis 49

://www.powerandpolicy.com/2012/10/30/the-arab-spring-and-the-balance-of-power-in-the-middle-east 50

:ibid 51

http://en.wikipedia.org/wiki/ASEAN_Free_Trade_Area

Page 45: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

40

– Australia – New Zealand Free Trade Area, ASEAN – China Free

Trade Area, ASEAN – India Free Trade Area, ASEAN – Japan

Comprehensive Economic Partnership, ASEAN – Korea Free Trade

Area, Comprehensive Economic Partnership for East Asia, ASEAN

Regional Forum dan APEC. Intensitas integrasi dan luas lingkup

ekonomi dengan para mitra ASEAN dilakukan secara bergradasi dan

bertahap. Selain dengan ASEAN, beberapa negara di kawasan juga

bekerja sama, misalnya three lateral cooperation antara Cina, Korea

Selatan dan Jepang52.

Tabel 2 : Indikator ekonomi beberapa Negara di kawasan

Sumber : The world fact book – CIA publication, 2012

Negara-negara ASEAN53, akan membentuk kawasan integrasi

ekonomi regional di tahun 2015. Karakteristik utamanya adalah

52

http://en.wikipedia.org/wiki/China%E2%80%93Japan%E2%80%93South_Korea_trilateralsummit 53

ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967, saat ini beranggota 10 Negara di Asia Tenggara. Tujuan pendiriannya dikenal dengan tiga pilar yaitu Politik dan Keamanan, Perekonomian dan Sosial Kebudayaan. Prinsip fundamental ASEAN ada enam yaitu, (1). Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan, integritas teritorial, dan identitas nasional masing-masing, (2). Hak dari masing-masing Negara untuk mempertahankan eksistensi nasionalnya terbebas dari campur tangan eksternal, subversi dan permusuhan, (3). Tidak campur tangan dalam urusan domestik masing-masing, (4). Penyelesaian perbedaan dan sengketa dengan cara damai, (5). Menolak ancaman dan penggunaan kekerasan ,(6). Mengefektifkan kerja sama regional. Ref. http://en.wikipedia.org/wiki/ASEAN_Summit

Page 46: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

41

untuk membentuk (a). basis pasar dan produksi tunggal, (b)

kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, (c). Kawasan

pengembangan ekonomi dengan kesempatan perlakuan yang sama,

(d). Kawasan yang mengintegrasikan sepenuhnya dengan ekonomi

global. Singkatnya, ASEAN akan bertransformasi menjadi kawasan

dengan arus barang, jasa, investasi, pekerja terlatih dan modal yang

bebas54.

18. Perkembangan Lingkungan Nasional

Dalam lingkup nasional, pemberdayaan perusahaan nasional

di bidang pengelolaan migas dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

dipandang dari sisi perusahaan yang ada, kebijakan pemerintah

yang terkait serta sisi permintaan masyarakat akan pemenuhan

kebutuhan energi secara nasional.

Sedangkan dari sisi masyarakat pengguna atau pemanfaat

dipengaruhi oleh adanya tuntutan dan harapan untuk memperoleh

energi yang tersedia (available), pada harga yang terjangkau

(accessible), dan berkualitas. Dalam konteks tersebut, maka apakah

output yang tersedia di pasar merupakan produk dari perusahaan

nasional atau perusahaan bukan nasional tidak lagi merupakan

pertimbangan utama.

Dari perspektif lingkungan nasional, perkembangan aspek-

aspek statis (trigatra) dan dinamis (pancagatra) juga merupakan

determinan dalam kebijakan pemberdayaan perusahaan nasional di

bidang migas untuk menjadi perusahaan yang memiliki daya saing

dan kemandirian di tengah-tengah percaturan dan tuntutan lokal dan

global yang dinamis

a. Aspek Geografi

Indonesia adalah negara yang terletak di antara jalur lalu lintas

ekonomi dan perdagangan yang menghubungkan kawasan timur

tengah ke Asia Timur dan Pasifik. Kedua kawasan tersebut memiliki

karakteristik yang relatif berbeda. Di kawasan Asia Timur dan Pasifik

54

http://www.asean.org/communities/asean-economic-community

Page 47: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

42

terdapat negara-negara industri maju seperti Jepang, Cina, Korea

Selatan dan Taiwan. Negara-negara ini memerlukan pemasaran

barang dan jasanya hingga ke kawasan di Timur Tengah. Di sisi lain,

Negara-negara industri maju tersebut memerlukan pasokan energi

dari kawasan Timur Tengah baik berupa minyak mentah maupun

LNG yang melewati Selat Malaka yang merupakan kawasan

perbatasan Indonesia55.

Indonesia juga merupakan persilangan dari negara-negara

maju di kawasan Pasifik Selatan seperti Australia dan New Zealand

yang memiliki hubungan dagang dan ekonomi dengan negara-

negara di kawasan Utara seperti Cina, Jepang, Korea Selatan dan

India yang dapat melewati wilayah Indonesia.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki rentang wilayah

yang memanjang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan letak

antara 940 -1410 BT dan 60LU – 110LS56. Sumber daya migas

tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Ketersediaan

jaringan distribusi, jalur transportasi dan persebaran penduduk

merupakan faktor yang juga menentukan dalam pemberdayaan

perusahaan nasional di bidang migas.

55

Dalam tahun 2011, lebih dari 60.000 kapal melewati selat malaka, membawa hampir seperempat komoditas yang diperdagangkan dunia. 15,2 juta barel per hari minyak mentah dan produk minyak melewati kawasan tersebut. Merupakan jalur pasokan 77% energi kebutuhan Republik Rakyat China. Kedalaman selat yang hanya 25 meter (82 ft) membuat rute alternatif laut dalam melalui selat lombok, salah satu jalur ALKI Indonesia menjadi semakin penting,. Upaya lain yang dilakukan Pemerintah Cina adalah dengan mendukung terbukanya jaringan pipa gas di daerah semenanjung Asia Tenggara Ref. http://www.academia.edu/1931497/ The_Strait_of_Malacca_as_one_of_the_most_important_geopolitical_regions_for_the_Peoples_Republic_of_China., diunduh 7 Juni 2013 jam 11.00 56

Dalam perdebatan pembentukan Negara Indonesia di BPUPKI, wilayah Indonesia disepakati berdasarkan voting, namun tidak jadi dimasukkan dalam dokumen negara seperti Undang-undang Dasar. Indonesia sebagai negara kepulauan adalah berdasarkan deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut mendapatkan pengakuan masyarakat Internasional melalui Konvensi PBB tentang Hukum Laut, UNCLOS 1982, yang disahkan dengan UU no. 17 tahun 1985. Salah satu konsekuensi dari Negara Kepulauan adalah harus dibukanya sebagian jalur menjadi jalur lintas internasional, yang dikenal dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). UU no. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara menegaskan secara normatif yang menjadi batas yurisdiksi negara, namun tidak mencantumkan titik-titik koordinat batas wilayah Indonesia. Hal ini dilatar belakangi karena masih ada beberapa titik perbatasan yang masih dalam perundingan dengan negara tetangga . Bacaan lanjut : http://indomaritimeinstitute.org/?p=546 diunduh 6 Juni 2013 jam 20.00

Page 48: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

43

b. Aspek Demografi

Penduduk Indonesia pada tahun 2013 ada sekitar 245 juta

jiwa.57. Jumlah penduduk tersebut tidak tersebar secara merata.

Pulau Jawa yang hanya meliputi 7% dari seluruh luas Indonesia,

dihuni antara 55 – 60% penduduk. Komposisi usia produktif (15 – 64

tahun) adalah sekitar 68%, atau dependency ratio sekitar 45%.

Tingkat pendidikan rata-rata Indonesia adalah 7.2 atau kelas satu

SMP58. Adapun pendapatan per kapita penduduk adalah sekitar $

3700 per tahun, dengan tingkat persebaran (Gini ratio59), 0,41. Gini

rasio tersebut merupakan resultan dari kemampuan individu,

kesempatan kerja yang tersedia dan kebijakan Pemerintah.

Berdasarkan human development index 201260, Indonesia berada

pada urutan nomor 121 dari 186.

Apabila pemakaian listrik digunakan sebagai proxy indikator

peningkatan kesejahteraan61, maka rasio elektrifikasi rumah tangga

Indonesia, meningkat dari tahun ke tahun, hanya penyebarannya

tidak merata. Dalam tahun 2012 misalnya, meningkat menjadi

57

Simulasi dan proyeksi parameter kependudukan dapat diunduh di http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi/index.php. data diunduh pada 6 Juni 2013 jam 23.00 58

Saat ini sekitar 50% tenaga kerja di Indonesia berpendidikan SD, dan hanya 8% berijazah diploma atau sarjana. Ref. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 – 2025, section Tantangan Indonesia, hal. 19 dst. 59

Gini ratio adalah indikator yang mengukur tingkat pemerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan, yang bergerak dari indeks nol (0) yang merupakan pemerataan sempurna hingga 1, yang merupakan ketimpangan sempurna (yaitu seluruh penghasilan nasional hanya dimiliki oleh satu orang. Kurva yang menggambarkan distribusi pendapatan tersebut, dikenal dengan kurva Lorentz. 60

Human Development Index, diterbitkan oleh UNDP. Untuk tahun 2012 diterbitkan tanggal 14 Maret 2013. Index tersebut mengukur kualitas kehidupan masyarakat berdasarkan parameter harapan hidup, tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, kualitas kehidupan dan standar hidup. Index tersebut diperkenalkan sejak tahun 1990 oleh Amartya Sen, seorang ekonom India. Dengan indeks ini, suatu negara akan dikelompokkan sebagai negara maju (developed), berkembang (developing) dan terbelakang (under develop). 61

Index quality of life yang dikaitkan dengan energy consumption, antara lain terdapat pada kajian Global Energy Issues. http://www.geni.org/globalenergy/issues/global/qualityoflife/QualityOfLifeVsEnergyConsumption. Leslie White, mengembangkan the theory of cultural development C = E x T dengan postulat

bahwa Culture/ Civilization (C) adalah jumlah penggunaan energi per kapita per tahun (E) dikalikan

dengan Efisiensi alat/ teknologi yang dipakai untuk mengeksploitasi energi (T). Untuk yang tertarik

mendalaminya dapat membaca pada jurnal : Advance of Energy Studies, 2010 “can we break the

additon to fossil energy”. Penulis belum menemukan indeks penelitian serupa yang dilakukan dan

dipublikasikan di Indonesia.

Page 49: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

44

73,37% dari tahun sebelumnya 72,9%. Namun, tingkat

penyebarannya tidak merata, dimana yang tertinggi adalah di

Jakarta 99,9%, dan terendah di Papua sebesar 35,89%62. Bank

dunia mencatat, pemakaian energi per kapita meningkat dari tahun

ke tahun di Indonesia63.

Grafik berikut menunjukkan ada korelasi yang positif antara

tingkat pemakaian energi dengan pendapatan per kapita sebagai

proxy dari quality of life64.

Gambar 9 : Kualitas hidup dan pemakaian energi

Sumber : energy.wesrch.com/page-summary-pdf

c. Aspek Sumber Kekayaan Alam

Indonesia memiliki sumber daya alam yang merupakan

kekayaan alam nasional yang beragam, melimpah dan tersebar di

seluruh wilayah, baik yang berupa kekayaan alam yang terbarukan

maupun tidak terbarukan. Sumber daya alam Indonesia berupa

berbagai jenis flora, fauna, kehutanan, kelautan dan perikanan,

mineral, pertambangan dan energi. Kekayaan sumber daya alam

Indonesia, terbentuk karena beberapa faktor, yakni65 :

62

Publikasi Statistik PLN, 2012 63

http://data.worldbank.org/indicator/EG.USE.PCAP.KG.OE., Pemakaian kilogram of oil equivalent per capita Indonesia, berturut turut adalah 2008 (796), 2009 (836), 2010 (867). Pemakaian rata-rata per kapita di USA adalah 7000 Koec, sedangkan di Bangladesh adalah sekitar 190koec. 64

http://energy.wesrch.com/page-summary-pdf-TR1AU1PJUEQJH-catee-quality-of-life-is-strongly-correlated-with-energy-consumption-4 65

Ref. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam., diunduh tanggal 7 Juni 2013 jam 08.00 WIB

Page 50: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

45

1) Faktor astronomi, sebagai daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan. 2) Faktor geologi, yang terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik, yang banyak terbentuk pegunungan kaya akan mineral 3) Daerah perairan kaya berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral.

Dalam sistem pemerintahan Indonesia dewasa ini yang berdasarkan

desentralisasi dan otonomi pada daerah kabupaten/ kota., sumber

kekayaan alam menjadi salah satu modal pembangunan di daerah66.

Hal ini selain merupakan modal kekayaan, pada tingkat tertentu

apabila dieksploitasi secara berlebihan dan dengan persaingan antar

daerah yang ketat dapat menimbulkan ekses yang tidak diharapkan.

d. Aspek Ideologi

Pancasila sebagai ideologi negara, merupakan falsafah dan

pandangan bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila tersebut

merupakan tolok ukur, dan penuntun dalam menakar kepantasan

dalam kebijakan, sikap dan tindakan dalam praktek pergaulan

kemasyarakatan dan kenegaraan. Kemajuan pendidikan, interaksi

dengan masyarakat luas serta globalisasi membawa pengaruh

terhadap sikap dan persepsi bangsa Indonesia dalam menyikapi

tantangan yang dihadapi.

Pengelolaan migas yang sarat dengan dimensi perhitungan

bisnis, hendaknya tetap dilekatkan pada harmonisasi dengan

kerangka ideologi Pancasila. Pilihan kebijakan yang ada hendaknya

mengutamakan kepentingan dan keselamatan bangsa untuk jangka

panjang, dengan memperkokoh kemampuan pelaku ekonomi

nasional melalui peningkatan daya saingnya di tengah arus

globalisasi.

e. Aspek Politik

Arsitektur perpolitikan dewasa ini di Indonesia menunjukkan

pola yang unik. Sistem pemerintahan adalah kabinet presidensial,

66

UU 32 tahun 2004 pasal 17, sebenarnya lebih menekankan pada bagi hasil pemanfaatan sumber daya alam. Namun karena penafsiran yang tidak seragam mengenai kewenangan Pusat dan kewenangan daerah, terlihat dominasi yang lebih besar pada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam manajemen sumber daya alam, melalui mekanisme perizinan.

Page 51: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

46

namun pendulum bendul politik sangat heavy parliament. DPR

memiliki hak legislasi, hak anggaran, hak pengawasan. Di sisi lain,

Presiden tidak memiliki hak veto untuk menolak pengesahan

undang-undang atau untuk membubarkan DPR67. Demokrasi politik

Indonesia tidak memiliki keseimbangan atau balancing power antara

lembaga eksekutif dengan lembaga legislatif yang merupakan ciri-ciri

tidak sehatnya sistem perpolitikan68.

Politik negara di bidang migas terlihat aktif secara signifikan.

Pemerintah juga melakukan perubahan mendasar dalam arsitektur

pengelolaan migas, dengan membentuk BPMIGAS di sisi hulu, dan

BPHMIGAS di sisi hilir. Sebelumnya fungsi tersebut menyatu di

Pertamina. Kegiatan migas juga menarik secara politis, terbukti dari

adanya hak angket DPR menyangkut kebijakan harga BBM, dan

beberapa kali pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi

terkait dengan minyak maupun listrik.

f. Aspek Ekonomi

Dengan adanya globalisasi, kemajuan informasi komunikasi

dan teknologi, serta standardisasi produk dan jasa serta peraturan-

peraturan perdagangan internasional, maka aspek ekonomi suatu

negara tidak lagi menjadi sesuatu yang otonom dalam yurisdiksi

pengaturan negara yang bersangkutan. Integrasi pasar menuntut

adanya efisiensi. Konsumen barang, jasa diperhadapkan dengan

berbagai pilihan dengan pertimbangan utama harga, mutu dan

ketersediaannya.

67

Undang-undang nomor 22 tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR., DPR., DPD., dan DPRD., pada pasal 26 ayat 1, menyatakan bahwa undang-undang dibahas bersama dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Tetapi dalam pasal 102 ayat 2 Peraturan Tata tertib DPR dinyatakan bahwa dalam hal suatu RUU telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden, namun tidak ditandatangani oleh Presiden, dalam jangka 30 hari RUU tersebut berlaku sah dan wajib diundangkan sebagai undang-undang. Di sisi lain, Peraturan Tata tertib DPR tersebut sesungguhnya tidak termasuk dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia berdasarkan UU no. 12 tahun 2011. 68

Contoh yang nyata dalam praktek adalah seperti kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bbm untuk menekan beban subsidi di APBN misalnya. Hal ini akan sangat tergantung pada DPR yang mengambil penafsiran bahwa segala sesuatu yang menyangkut penggunaan dan alokasi APBN merupakan domain DPR.

Page 52: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

47

Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang migas tidak

selamanya mendapat dukungan dari masyarakat domestik, apabila

perlindungan Pemerintah dianggap memberatkan. Masyarakat akan

dapat menuntut dibukanya keran impor dan pasar dalam negeri

terhadap produk asing, apabila hal tersebut dipandang lebih efisien.

g. Aspek Sosial Budaya

Jati diri sosial budaya asli Indonesia adalah semangat

kekeluargaan, keharmonisan dan kebersamaan yang kental. Namun

dengan adanya globalisasi, kemajuan ekonomi dan tuntutan

persaingan untuk memenuhi kebutuhan dan peningkatan taraf hidup,

serta demokratisasi, aspek sosial budaya telah tergeser ke

pragmatisme dan kepentingan individu, kelompok, partai dan

sebagainya. Pandangan politik, keagamaan dan tata nilai yang

bergeser serta beragam telah membuat tidak mudah untuk

menyederhanakan perumusan pola dan peri laku sosial budaya di

Indonesia.

Kemungkinan adanya benturan sosial maupun psikologis

dengan adanya keseimbangan baru yang dibawa kemajuan ekonomi

di daerah juga perlu mendapat perhatian. Pengelolaan sumber daya

alam migas dengan atribut pengutamaan perusahaan nasional harus

tetap diletakkan dalam kerangka yang dapat mengantisipasi dan

mengakomodasi perubahan perspektif sosial budaya yang mulai

bergeser dari pandangan tradisional agraris ke modernitas

industrialis kapitalis.

h. Aspek Pertahanan Keamanan

Pengelolaan sumber daya alam migas erat kaitannya dengan

aspek pertahanan keamanan. Sumber daya alam migas di daerah

perbatasan negara, selain mempertimbangkan faktor ekonomi

hendaknya juga dikaitkan dengan konektivitas dan kohesivitasnya

dengan pengembangan kawasan sebagai bagian terdepan beranda

Republik Indonesia. Konflik dan klaim berbagai negara di kawasan

Laut Cina Selatan misalnya, erat kaitannya dengan perebutan

Page 53: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

48

sumber daya alam. Indonesia sendiri memiliki masa depan

eksploitasi gas di kawasan kepulauan Natuna, Laut Cina Selatan.

Industri penunjang migas hendaknya tetap dikaitkan dengan

kesadaran ruang sebagai negara kepulauan, dengan memperkokoh

industri yang mendukung aspek pertahanan keamanan, seperti

galangan kapal, transportasi laut dan sebagainya. Adanya jalur

bebas Internasional (Alur Laut Kepulauan Indonesia), serta posisi

Indonesia sebagai salah satu choke point69 penting, harus tetap

memperhatikan integritas dan keamanan negara termasuk terhadap

infiltrasi informasi dan data kekayaan alam Indonesia.

Fungsi migas maupun energi secara umum dalam memperkuat

pertahanan dan keamanan sangat signifikan. Ketahanan energi,

menyangkut ketersediaan, keterjangkauan dan sustainabilitasnya

merupakan salah satu faktor yang menjaga stabilitas perekonomian

dan perpolitikan di Indonesia.

19. Peluang dan Kendala

Perkembangan lingkungan global, regional dan nasional

menunjukkan adanya peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan. Di

samping itu terdapat juga kendala-kendala yang harus diantisipasi

dan diatasi agar tujuan pembangunan nasional dengan peningkatan

kemandirian dan daya saing bangsa tersebut dalam pengelolaan

perusahaan nasional di bidang migas dapat diwujudkan.

a. Peluang

1) Globalisasi dan standardisasi yang dipromosikan oleh WTO

memberikan perlindungan kepada konsumen dari

kemungkinan kecurangan negara-negara dalam menghalangi

kesempatan memasuki pasar di luar negeri. Kepastian dan

perlindungan hukum serta asas perlakuan yang adil bagi para

pelaku bisnis dapat dimanfaatkan untuk menerobos pasar di

luar negeri.

69

Choke point dalam strategi militer adalah satu wilayah geografis sempit dimana mobilisasi pasukan harus melewatinya. Dari sisi pandangan pertahanan maritim, terdapat tujuh check point di dunia, seperti terusan suez, gibraltar, dan panama. Selat Malaka di perbatasan Indonesia adalah salah satu di antaranya. Ref. http://en.wikipedia.org/wiki/Choke_point

Page 54: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

49

2) Konflik, sengketa dan krisis ekonomi, finansial dan perbankan

di berbagai negara akan mengalihkan perhatian negara-

negara dimaksud untuk memulihkan kondusivitas bisnis. Hal

ini relatif akan mengurangi persaingan dari negara-negara lain

yang relatif lebih stabil seperti Indonesia.

3) Pertumbuhan ekonomi dunia, dan kebutuhan energi untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut memberi peluang

untuk penguatan industri domestik memasuki pasaran negara

lain. Permintaan energi termasuk migas akan merangsang

tumbuh dan berkembangnya industri migas dalam negeri

4) Pasar ASEAN yang terbuka dan terintegrasi akan mendorong

alokasi dan efisiensi sumber daya. Imbas pertumbuhan di

kawasan sekitar diharapkan mampu merangsang

pertumbuhan ekonomi domestik

5) Jumlah penduduk yang besar, yang secara demografis

memiliki dependency ratio yang baik merupakan bonus

demografi. Jumlah penduduk tersebut selain merupakan

sumber tenaga kerja untuk menggerakkan ekonomi, juga

merupakan konsumen dan pasar produk industri barang dan

jasa

6) Demokrasi yang sedang mencari bentuk dalam menuju satu

titik ekuilibrium baru memberikan kesempatan kepada

masyarakat luas untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat

di era keterbukaan akan mendorong efisiensi dan moralitas

pasar.

7) Posisi geografis Indonesia yang membentang luas, dan

memanjang, serta memiliki sumber daya alam yang

menyebar, merupakan peluang untuk pengembangan

infrastruktur, dan pusat-pusat sentra pertumbuhan ekonomi di

daerah.

8) Sebagai industri yang memberikan kontribusi langsung ke

APBN sekitar 30 % - 40%, penguatan industri migas akan

Page 55: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

50

memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan

perekonomian Indonesia.

9) Adanya BUMN Pertamina yang sepenuhnya dikuasai oleh

Negara, dan PT PGN yang pemegang saham mayoritasnya

saat ini adalah Pemerintah, serta permintaan BUMN dan

industri strategis lainnya akan migas dan produk turunan

migas, memungkinkan Pemerintah memiliki leverage yang

cukup kuat untuk mengarahkan dunia usaha ke kerja sama

yang sinergis, dan penciptaan nilai tambah dari hasil migas.

b. Kendala

1) Globalisasi memiliki aturan dan mekanisme yang baku atas

pengaduan pihak-pihak yang tidak mendapatkan perlakuan

yang wajar dalam berbisnis. Fleksibilitas kebijakan pemihakan

untuk melindungi dan membesarkan industri dalam negeri

memiliki keterbatasan

2) Konflik, sengketa dan krisis ekonomi di berbagai belahan

dunia lain, akan memperlambat pertumbuhan ekonominya.

Pelambatan tersebut akan mengurangi daya serap terhadap

permintaan produk-produk dalam negeri.

3) Permintaan energi di kawasan lain, pada harga yang lebih

profitable akan dapat mengalihkan prioritas pasokan energi ke

negara lain. Kebutuhan energi sebagai bahan baku

(feedstock) di dalam negeri, akan terdorong ke harga yang

lebih tinggi untuk dapat bersaing ketersediaannya.

4) Keunggulan daya saing masing-masing negara di ASEAN

yang ditopang oleh struktur permodalan dan riset yang kuat,

akan merupakan faktor yang dapat meminggirkan perusahaan

nasional dalam berpartisipasi mengisi pembangunan nasional.

5) Jumlah penduduk besar, dengan ketrampilan rendah akan

mengurangi produktivitas, kreativitas dan inovasi dalam

berbisnis. Kemampuan daya beli yang rendah juga tidak akan

mendorong berkembangnya bisnis domestik

Page 56: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

51

6) Era demokratisasi dan otonomi daerah akan dapat

memperpanjang mata rantai pengambilan keputusan, serta

kepastian dalam aturan dan ketaatan pada kesepakatan

kontrak. Sentimen kedaerahan akan merupakan faktor

penghalang terhadap jaringan bisnis nasional di kancah

daerah

7) Posisi geografis sebagai negara kepulauan yang terbuka

membuat rawan untuk diinfiltrasi baik oleh penyelundupan,

perdagangan tidak sah dan barang-barang murah dari luar

negeri. Ketidak merataan jaringan infrastruktur dan penduduk

mengakibatkan terpusatnya sentra-sentra pertumbuhan bisnis

di daerah tertentu seperti pulau Jawa.

8) Sebagai industri yang merupakan kontributor penting ke

APBN, ada keengganan untuk melakukan inovasi dengan

mengikutkan partisipasi perusahaan nasional yang belum

memiliki track record yang teruji dalam kegiatan pengelolaan

migas.

9) Pemerintah yang menekankan pengukuran Key Performance

Indicators (KPI) yang berbeda-beda kepada BUMN, dan juga

perusahaan strategis yang sudah tercatat di bursa, membuat

prioritas masing-masing badan usaha berbeda-beda, serta

tidak mudah untuk disinergikan.

Page 57: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

52

BAB V

KONDISI PEMBERDAYAAN PERUSAHAAN NASIONAL DI BIDANG

PENGELOLAAN MIGAS YANG DIHARAPKAN

20. Umum

Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan

migas yang diharapkan, adalah tumbuh berkembangnya perusahaan

migas mulai dari sektor hulu, hilir, konsumen akhir hingga industri

pendukungnya. Pertumbuhan tersebut harus dengan komposisi yang

sehat. Komposisi yang sehat dimaksudkan adalah adanya

keseimbangan yang mencerminkan keuntungan komersial di

masing-masing segmen yang seimbang dengan resiko bisnis yang

dijalani.

Manajemen pengelolaan migas hendaknya tetap diletakkan

dalam kerangka mendukung kemandirian, kedaulatan dan daya

saing bangsa. Peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa

akan mendukung dan berkontribusi terhadap suskesnya

pembangunan nasional. Suksesnya pembangunan nasional akan

bermuara pada terwujudnya tujuan nasional yakni masyarakat yang

adil, makmur, aman sejahtera dan bermartabat.Indikator

keberhasilannya adalah berubah dan bertransformasinya pokok-

pokok permasalahan menjadi peluang, yang dapat didemonstrasikan

dengan indikator-indikator keberhasilan pada masing-masing pokok

persoalan yang telah berhasil diatasi.

21. Kondisi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas yang Diharapkan

Dalam dokumen MP3EI sebagai penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional dicantumkan ekspektasi

dari pengelolaan migas ke depan yang meliputi penambahan

cadangan migas, peningkatan produksi migas, pembangunan dan

peningkatan infrastruktur gas, peningkatan produk olahan migas,

penyederhanaan regulasi, dan peningkatan kualitas SDM. Dalam

kaitannya dengan harapan perbaikan atas kondisi pemberdayaan

Page 58: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

53

perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas, adalah sebagai

berikut :

a. Meningkatnya jumlah dan peran Perusahaan nasional dalam

kegiatan hulu migas

Pertambahan perusahaan nasional di bidang pengelolaan

migas, tidak saja menyangkut jumlah secara kuantitatif tetapi

termasuk secara kualitatif. Pertambahan tersebut antara lain

dalam bentuk pertambahan perusahaan nasional yang menjadi

operator/ pelaksana nyata kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

migas, penambahan kepemilikan dan model kerja sama seperti

joint operatorship atau joint venture, dan penghadiran perusahaan

migas nasional di daerah perbatasan.

Pentingnya perusahaan nasional untuk terlibat aktif dalam

operatorship perusahaan migas, dan tidak sekedar pada tingkat

kepemilikan perusahaan didasari beberapa pertimbangan

strategis. Kegiatan usaha migas, di satu sisi diperhadapkan

dengan resiko investasi dan teknologi yang tinggi. Namun di sisi

lain, penguasaan akan teknologi dan data geologis adalah sangat

penting. Undang-undang migas menyatakan dengan jelas, bahwa

data yang diperoleh selama kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

adalah milik Pemerintah, tetapi dapat dipergunakan selama

kegiatan operasi.

Gambar 11 : Wilayah Kerja Migas Indonesia

Sumber : Laporan Tahunan SKKMIGAS - 2013

Page 59: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

54

Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, untuk setiap

data, dimungkinkan untuk digandakan dan dicopy. Dalam hal,

operatorship suatu wilayah kerja migas adalah sepenuhnya

perusahaan asing, kemungkinan pengalihan informasi dan data

ini sangat terbuka. Operator suatu wilayah kerja yang tidak

berhasil menemukan migas secara komersial, akan

mengembalikan wilayah kerja migas ke Pemerintah. Namun

demikian, informasi yang diperoleh tersebut merupakan informasi

yang sangat berharga.

Di wilayah perbatasan seyogianya harus ada kehadiran

perusahaan nasional, terutama perusahaan migas Pemerintah.

Mengingat resiko investasi, operasional dan finansial yang lebih

besar di daerah perbatasan, Pemerintah perlu memberikan

kemudahan seperti dalam bentuk insentif fiscal terms, kemudahan

perizinan, infrastruktur dan kemitraan dengan perusahaan asing.

Perusahaan asing terutama yang memiliki daerah konsesi migas,

di wilayah kerja migas yang resiko geologis, operasional,

finansialnya rendah, sebagai subsidi silang dengan wilayah kerja

perbatasan yang lebih remote.

Data migas di wilayah perbatasan memiliki kerawanan

yang lebih tinggi. Perusahaan asing yang meninggalkan

Indonesia karena tidak berhasil dalam eksplorasi migas, dapat

menggunakan informasi yang diperolehnya, dalam hal

perusahaan tersebut mendapatkan konsesi wilayah kerja migas,

dari perbatasan negara di sisi luar70.

70

Terdapat sejumlah wilayah kerja migas di perbatasan yang rawan dipersengketakan. Salah satunya adalah wilayah kerja Ambalat, di lepas pantai Timur Kalimantan, dekat Sipadan – Ligitan yang telah menjadi milik Malaysia. Kontraktor di sekitar wilayah kerja tersebut sebelumnya adalah Shell group., namun mengembalikannya ke Pemerintah Indonesia, karena tidak ada kelanjutan kegiatan eksplorasi. Ada (unconfirmed) informasi bahwa Malaysia bekerja sama dengan Shell untuk menggarap wilayah kerja di perbatasan dari sisi Malaysia., Wilayah kerja tersebut sejak tahun 2004 tetap ditawarkan Pemerintah Indonesia yang saat ini di bawah operator perusahaan asing. Namun hingga saat ini, hampir tidak ada kegiatan fisik eksplorasi di kawasan tersebut. Salah satu alasannya adalah ada keraguan perusahaan asing untuk melakukan eksplorasi di sana. http://groups.yahoo.com/group/berita-lingkungan/message/7131. Kondisi yang hampir mirip ditemui di perbatasan Natuna (blok Natuna D-Alpha), yang sampai saat ini belum ada kegiatan fisik, sekalipun pihak operator migas mengklaim ada potensi migas yang sangat prospektif di sana.

Page 60: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

55

Dari perspektif ketahanan nasional, hal ini adalah sangat

serius, terutama untuk menjaga integritas wilayah dan

keamanan data sumber daya alam Indonesia. Dalam konteks ini,

maka sangat relevan, apabila di wilayah perbatasan negara,

kegiatan eksplorasi migas melibatkan porsi operatorship

Perusahaan nasional Indonesia, terutama Perusahaan negara

yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut.

b. Optimalnya Pengelolaan jaringan transmisi dan distribusi

gas

Jaringan pipa transmisi gas pada dasarnya adalah bagian

dari monetisasi lapangan-lapangan gas, yang dibangun atas

dasar perhitungan keekonomian yang dikaitkan dengan

pengembangan lapangan gas di sisi hulu. PT. PGN dan PT PT.

Pertamina (Pertagas)71 yang memiliki, mengelola dan

mengoperasikan jaringan pipa tersebut di sisi hilir, seyogianya

harus sepenuhnya milik Pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar

orientasi pengelolaan pipa tersebut tidak semata-mata

berdasarkan perhitungan keuntungan perusahaan, sebagaimana

berlaku di perusahaan yang dimiliki publik. Perusahaan yang

memiliki captive market permanen serta bersifat monopolistis

atau oligopolistis yang menguasai cabang penting strategis tidak

tepat untuk diswastanisasi.

Tarif (toll fee) penggunaan pipa transmisi ditentukan oleh pemilik

jaringan pipa, setelah melalui pembahasan dengan pengembang

lapangan dan pembeli gas dan dengan pengesahan BPHMIGAS/

hilir. Operator lapangan migas di sisi hulu memiliki posisi tawar

yang lebih lemah dalam menentukan tarif penggunaan pipa.

Koneksi jaringan pipa di seluruh Indonesia, yang

menghubungkan pusat pengembangan gas dengan pengguna

71

PT. PGN (tbk), adalah perusahaan umum publik yang sahamnya diperjual belikan di pasar modal. Saat ini PT Pertagas masih sepenuhnya milik PT Pertamina (Persero), namun tidak ada larangan untuk menjadikan anak perusahaan PT. Pertamina sebagai perusahaan publik. Beberapa statement manajemen Pertamina di surat kabar beberapa waktu yang lalu telah menyiratkan hal itu untuk melihat reaksi masyarakat (to test the water). Ref. http://www.aktual.co/energi/160441pertaminas-dorong-anak-perusahaan-go-public

Page 61: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

56

harus dibangun. Jaringan pipa yang tersedia akan mendatangkan

manfaat dalam pengembangan ekonomi Indonesia. Lapangan

gas akan dapat dimonetisasi dengan lebih ekonomis, pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi akan berkembang secara regional di

sekitar jalur pipa. Perkembangan ekonomi regional akan

memberi peluang untuk bertumbuhnya perusahaan-perusahaan

nasional. Selanjutnya Indonesia secara ekonomi akan dapat

terkoneksi, yang memudahkan Pemerintah mengelola

keseimbangan energi migas.

Gambar 11 : Prospek Pengembangan Gas Bumi Indonesia

Sumber : Kementerian ESDM, 2013

Dari aspek ketahanan nasional adalah penting untuk

membangun dan memberdayakan daerah penghasil migas sebagai

kawasan/ sentra bisnis yang menggunakan migas. Saat ini,

Pemerintah memberikan konsesi untuk mengalirkan gas dari Pulau

Kalimantan ke Pulau Jawa, yang disebut jalur pipa Kalimantan Jawa

( Kalija) sebagai bagian dari sistem jaringan transmisi dan distribusi

gas nasional. Mengalirkan gas dari sentra produksi gas Kalimantan

Timur ke Pulau Jawa, tidak mendukung pada pemerataan

industrialisasi di Kalimantan. Seyogianya, sentra-sentra produksi lah

yang dibangun di Pulau Kalimantan dengan merelokasi industri yang

di Pulau Jawa atau menutup perizinan industri baru di Pulau Jawa.

Page 62: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

57

Pembangunan sentra-sentra produksi baru di luar pulau Jawa selain

akan mendistribusikan pemerataan pembangunan, juga akan

memberi kesempatan berkembangnya industri-industri baru kecil,

menengah pendukungnya.

c. Meningkatnya Penyerapan Alokasi migas dan produk

turunan migas di dalam negeri

Production Sharing Contract telah mewajibkan alokasi DMO

(domestic market obligation) sebesar 30 % dari bagian entitlement

Kontraktor untuk dijual di dalam negeri. Namun hal tersebut belum

dapat dipenuhi karena kendala infrastruktur. Terdapat minyak

mentah tertentu yang diproduksi di Indonesia, namun tidak

memenuhi spesifikasi untuk diolah di kilang domestik. Sedangkan

untuk gas yang dikembangkan, tidak serta merta dapat dialokasikan

ke dalam negeri karena beberapa hal, seperti tidak ada komitmen

pembeli yang bersifat binding pada saat lapangan gas akan

dikembangkan. Selain itu, faktor lainnya adalah ketiadaan

infrastruktur gas yang menghubungkan lapangan gas dengan sentra

pengguna.

Dalam dokumen MP3EI dicantumkan termasuk dalam rencana

pengembangan migas ke depan adalah mendorong industri

pengolahan yang menggunakan minyak dan gas sebagai bahan

baku. Dengan demikian diharapkan akan ada nilai tambah dengan

perubahan struktur pengelolaan dari ekspor bahan mentah menjadi

manufaktur. Perubahan struktur tersebut akan dapat

mentransformasi perekonomian dari yang berbasis sumber daya

alam migas, menjadi perekonomian berbasis industrialisasi.

Pembangunan kilang pengolahan minyak mentah dalam

negeri, untuk menutup gap antara produksi dan kebutuhan konsumsi

dalam negeri adalah juga cara untuk meningkatkan alokasi

pemanfaatan minyak di dalam negeri. Mengingat investasi kilang

minyak yang mahal, dan pengembalian investasi yang lama, maka

Pemerintah harus dapat mengaitkan pemberian konsesi wilayah

Page 63: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

58

kerja perpanjangan yang prospektif dengan kewajiban membangun

atau bekerja sama untuk membangun kilang minyak baru.

Peningkatan perkiraan kebutuhan energi untuk dalam negeri, di

masa depan sebagaimana dalam gambar di bawah ini, memberikan

justifikasi yang kuat akan perlunya alokasi migas yang lebih besar

untuk digunakan dalam negeri.

Gambar 12 : Kebutuhan energi per sektor di Indonesia

Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dari aspek ketahanan nasional, kemandirian dan ketahanan

energi adalah hal yang sangat esensial. Ketergantungan yang tinggi

kepada impor bahan baku dan bahan bakar minyak, dapat

mendatangkan kerawanan. Kerawanan tersebut terkait dengan

keamanan jalur pasokan, ketersediaan pasokan dan fluktuasi harga.

Karena itu untuk masa yang akan datang, Pemerintah harus

mendorong kokohnya kebutuhan energi di dalam negeri.

d. Meningkatnya peran perusahaan penunjang migas dalam

mata rantai pengelolaan migas.

Dalam Peraturan Menteri ESDM no. 27 tahun 2008 dinyatakan

bahwa dalam rangka menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas

bumi yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien dan

mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional, perlu

Page 64: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

59

adanya dukungan bagi pelaku dan kegiatan usaha penunjang dalam

kegiatan usaha minyak dan gas bumi. Usaha penunjang migas

terdiri dari usaha jasa penunjang dan usaha industri penunjang.

Mata rantai pengelolaan penunjang usaha migas adalah mulai dari

kegiatan survey, seismik, pemboran, pembangunan EPCI, fasilitas,

pengangkutan, perkapalan, perawatan/ maintenance, pengolahan,

hingga distribusinya.

Tabel 3 : BUMN yang berpartisipasi dalam pengadaan barang dan

jasa di industri hulu migas

Sumber : SKKMIGAS, 2013

Dalam jasa pemborongan EPCI, diharapkan tersedia barang

pendukung, fasilitas, peralatan kerja serta sumber daya manusia

yang handal. Untuk menunjang jasa sewa perkapala, diharapkan

ada ketersediaan kapal yang dimiliki oleh perusahaan dalam negeri

atau dibuat di dalam negeri untuk menunjang kegiatan laut dalam,

pipe-lay barge, dan kapal survey. Jack up rig, drilling ship dan

sebagainya juga diharapkan akan tersedia.

Dalam dokumen MP3EI terkait dengan pengembangan untuk

industri pendukung, fasilitasi, insentif dan kemudahan peraturan,

perizinan dan prosedur-prosedur diharapkan akan disederhanakan

untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pendukung

kegiatan usaha migas.

Page 65: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

60

Dari perspektif ketahanan nasional, semakin banyak perusahaan

nasional yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa di industri

hulu migas, hal ini akan memberikan kesempatan bagi perusahaan

nasional untuk berinteraksi dengan perusahaan besar berskala

internasional. Semakin banyaknya pelaku bisnis nasional yang

terlibat dalam mata rantai industri migas, selain akan menambah

nilai produk domestik, juga akan merupakan penyebaran dan

penguatan ekonomi nasional. Hal ini pada gilirannya akan

memperkuat tujuan pembangunan nasional

22. Kontribusi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas terhadap Peningkatan Kemandirian dan

Daya Saing Bangsa dan Kontribusi Peningkatan Kemandirian

dan Daya Saing Bangsa terhadap Suksesnya Pembangunan

Nasional

Globalisasi perdagangan, perekonomian dan politik telah

melonggarkan dan merelatifkan batas-batas para pelaku bisnis.

Untuk tuntutan efisiensi dan produktivitas ekonomi, terkadang faktor

pelaku pasar apakah aktor domestik maupun asing sering tidak

menjadi pertimbangan utama. Pada jangka pendek hal tersebut

dapat dipandang baik untuk tujuan pragmatisme. Namun demikian,

untuk sustainabilitas, penyehatan struktur ekonomi dan menjaga

kemandirian suatu bangsa, dalam mengelola sumber daya yang

dimilikinya, mendorong peran yang lebih besar kepada porsi

perusahaan nasional tetap merupakan sebuah kebijakan strategis

berdimensi jangka panjang. Keunggulan komparatif dan kompetitif72

72

Teori keunggulan komparatif dikemukakan oleh David Ricardo pada abad ke 19 yang memandang bahwa keunggulan suatu bangsa untuk menghasilkan produk barang dan jasa tertentu dibandingkan dengan bangsa lain yang memiliki keunggulan pada produk lainnya, dan ada kebutuhan untuk saling mempertukarkannya mendorong terjadinya perdagangan internasional. Sedangkan teori keunggulan kompetitif dari Michael Porter tahun 1990, menyatakan bahwa keunggulan kompetitif diperoleh karena ketepatan dalam menetapkan suatu strategi, dikaitkan dengan barang dan jasa dari kompetitor , daya tawar dari pembeli, atau penjual, produk substitusi dan kebijakan Pemerintah. Faktor endowment, seperti keunggulan komparatif sumber daya alam, tetap perlu namun bukan yang terutama, tetapi harus dioptimalkan untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetiti en.wikipedia.org/wiki/Competitive_advantage

Page 66: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

61

perlu dioptimalkan untuk mendorong semakin berperannya

perusahaan nasional dalam bidang pengelolaan migas.

a. Kontribusi Pemberdayaan Perusahaan Nasional di Bidang

Pengelolaan Migas terhadap Peningkatan Kemandirian dan

Daya Saing Bangsa

Daya saing bangsa adalah ukuran keunggulan relatif

komponen penggerak ekonomi suatu bangsa dibandingkan dengan

bangsa lain di bidang dan pangsa pasar persaingan yang sama.

Daya saing tersebut merupakan resultan positif yang saling

mendukung antara berbagai komponen bangsa yang meliputi

penataan kelembagaan, harmonisasi kebijakan dan peraturan serta

keunggulan sumber daya manusia, infrastruktur dan teknologi.

Kemandirian suatu bangsa dalam menata arsitektur ekonominya

untuk meningkatkan daya saing adalah sesuatu yang esensial.

Kemandirian tersebut ditandai dengan adanya kemampuan dan

kebebasan untuk menata perekonomian tanpa harus didikte atau

tergantung kepada kepentingan – kepentingan asing.

Kemandirian bukan berarti tidak adanya unsur asing dalam

faktor produksi domestik. Kerja sama yang saling menguntungkan

tetap diperlukan dan merupakan sebuah keniscayaan. Suatu bangsa

akan mandiri dalam mengambil kebijakan apabila ketergantungan

kepada sumber daya asing seperti teknologi, permodalan,

infrastruktur, pasar , sumber daya manusia, dan enterpreneurship/

kewirausahaan adalah minimal dan dibawah pengendalian

pengambil keputusan domestik bangsa sendiri.

Kontribusi Perusahaan Nasional di bidang pengelolaan migas

akan memberikan penguatan kepada struktur perekonomian.

Pendapatan Nasional yang meningkat sebagai multiplier effect

kegiatan ekonomi yang digerakkan perusahaan nasional. Di bidang

kegiatan usaha hulu, PT. Pertamina EP, dan perusahaan nasional

lainnya akan lebih berperan dalam memberikan kontribusinya baik

dari sisi kontribusi penerimaan negara ke APBN , penyediaan

lapangan kerja, tranformasi teknologi dan pematangan

enterpreneurship. Di bidang hilir, industri pengolahan, distribusi dan

Page 67: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

62

penyaluran minyak maupun gas pipa yang kuat dan sinergis akan

memperkokoh dan memperbesar kontribusi ke struktur

perekonomian. Industri penunjang merupakan suatu bagian penting

dalam mata rantai ekonomi tersebut. Industri penunjang harus

mendapatkan insentif, pembinaan, kesempatan dan perlindungan

dalam memberi kesempatan untuk secara nyata bertumbuh,

berkembang dan berkontribusi dalam mata rantai pengelolaan

kegiatan migas. Pengertian dan pemahaman terhadap local content

diharapkan akan benar-benar sesuai dengan substansi yang

dikandung dalam pengertiannya.

Dari perspektif ketahanan nasional, kemampuan perusahaan

domestik untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan untuk

mendukung kegiatan pengelolaan migas akan memberikan landasan

yang kokoh, termasuk untuk tidak terlalu rawan terhadap

ketergantungan impor, dengan segala ketidakpastiannya.

Penghematan penggunaan devisa untuk impor, penyediaan

lapangan kerja, serta tumbuhnya perusahaan-perusahaan kecil dan

menengah akan lebih dimungkinkan apabila penerapan aturan local

content tersebut dikaitkan dengan pendirian secara nyata

perusahaan di dalam negeri.

Gambar 13 : Peningkatan Produktivitas menuju keunggulan

kompetitif

Sumber : MP3EI.

Page 68: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

63

b. Kontribusi Peningkatan Kemandirian dan Daya Saing

Bangsa terhadap Suksesnya Pembangunan Nasional

Kemandirian bangsa akan memberikan ruang yang cukup

bagi Pemerintah dalam mengambil pilihan-pilihan kebijakan ekonomi

tanpa harus terpengaruh dengan tekanan tekanan pihak asing dalam

menata ekonomi. Sebagaimana telah ditetapkan dalam tahapan

pembangunan jangka menengah kedua pada RPJM (2010 -2014),

fokus pembangunan adalah untuk memantapkan kembali NKRI,

meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, dan

memperkuat daya saing perekonomian. Selanjutnya, dengan

tercapainya sasaran pada RPJM 2, akan memberi pijakan yang

kokoh kepada RPJM 3 (2015 -2019). RPJM 3 difokuskan pada

pemantapan pembangunan secara menyeluruh dengan

menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian

yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya

manusia yang berkualitas serta kemampuan iptek.

Minyak dan gas bumi sebagai komoditas strategis, selain

berfungsi komersial juga mengemban misi pemberdayaan ekonomi,

dan fungsi sosial. Logika pengelolaan migas adalah kombinasi

antara upaya perusahaan untuk mengejar keuntungan yang

sebesar-besarnya, dengan fungsi Pemerintah untuk mengatur

alokasi, keterjangkauan dan ketersediaan migas bagi konsumen,

dan juga pemenuhan dan penghormatan kepada komitmen jangka

panjang kepada pembeli gas di luar negeri.

Daya saing yang tinggi dari suatu bangsa akan menghasilkan

output barang dan jasa yang memiliki nilai tambah lebih tinggi atas

penggunaan resources yang sama. Dengan demikian keunggulan

kompetitif akan dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan

nasional. Peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa

memberikan kontribusinya terhadap suksesnya pembangunan

nasional di berbagai bidang. Kontribusi optimal dari kemandirian

dan daya saing tersebut akan tergambar pada kokohnya daya tahan

Page 69: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

64

parameter-parameter ekonomi terhadap pengaruh-pengaruh

eksternal maupun internal.

Pembangunan nasional, sifatnya adalah bertahap, berlanjut

berkesinambungan serta menyeluruh dan meliputi seluruh aspek

kehidupan baik material dan moril, jasmaniah dan spiritual serta

dengan tetap menjaga keseimbangan dengan daya dukung alam.

Peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa ditandai dengan

lebih unggulnya produk dan jasa Indonesia terhadap pesaing sejenis

dari negara lain, dan berkurangnya ketergantungan kepada faktor

eksternal dalam mengambil kebijakan pembangunan nasional.

23. Indikasi Keberhasilan

Indikasi keberhasilan diperlukan untuk menilai apakah

persoalan-persoalan yang telah diidentifikasi dalam rangka

pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas,

telah dapat diatasi, sehingga kondisi yang diharapkan dapat

terwujud. Melalui evaluasi dan penilaian terhadap indikasi

keberhasilan, akan dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus,

baik dalam merumuskan suatu kebijakan maupun implementasinya.

Dalam pengelolaan migas, indikasi keberhasilan meliputi berbagai

parameter. Termasuk di dalamnya adalah partisipasi dan

pemberdayaan perusahaan nasional pada berbagai segmen dan

value chain kegiatan migas. Penguatan peran pada aktor pelaku

bisnis nasional pada berbagai kegiatan inti, transformasi alih

teknologi, enterpreneurship dan pemberdayaan sumber daya

manusia termasuk di dalamnya. Efisiensi pengelolaan kegiatan

migas, yang ditandai dengan peningkatan keunggulan kompetitif,

kemandirian dan daya saing bangsa.

Indikasi keberhasilan yang ditampilkan dapat saja belum

secara sempurna menggambarkan keseluruhan harapan untuk

mengatasi persoalan sesuai kondisi yang diharapkan. Namun

demikian, hal tersebut tidak mengurangi makna akan pentingnya

indikasi keberhasilan ditampilkan. Indikasi tersebut berfungsi

sebagai yardstick/milestone capaian-capaian, dan juga berfungsi

Page 70: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

65

untuk menjadi alat bantu instrumen evaluasi dalam memperbaik,

memfokuskan dan meningkatkan kualitas perumusan suatu

kebijakan.

a. Terwujudnya penguatan peran migas dalam pembangunan

nasional

1) Diterbitkannya peraturan perundang-undangan yang

mengembalikan dan mengakui peran migas tidak saja sebagai

komoditas vital strategis, tetapi adalah bagian integral dari alat

pertahanan dan keamanan nasional.

2) Dipulihkannya peran migas dari hanya sekedar faktor

penyeimbang sisi penerimaan dalam postur APBN ke

pemenuhan indikator ekonomi yang lebih berdimensi jangka

panjang

3) Meningkatnya cadangan migas baru, yang ditandai dengan

peningkatan rasio penggantian pemakaian (reserve replacement

ratio) baik untuk minyak maupun gas alam

4) Berubahnya komposisi kontribusi migas dalam APBN dari

penerimaan negara sebagai hasil penjualan crude oil (minyak

mentah), dan gas alam (baik melalui pipa atau LNG), menjadi

penerimaan berdasarkan hasil olahan (manufacturing) yang

menggunakan migas sebagai bahan baku

5) Dapat berperannya migas sebagai salah satu lokomotif utama

yang menggerakkan perekonomian dalam berbagai lapisan mata

rantai (value chain) bisnis, yang tampak dari kontribusi sektor

migas dan industri hasil migas ke dunia bisnis.

6) Berkembangnya industri pengolahan dan hilir yang berbasis

migas. Perkembangan industri pengolahan dan hilir tersebut

menyebar di seluruh Indonesia utamanya di sentra-sentra

produksi migas

7) Bertambahnya secara kuantitatif Perusahaan-perusahaan

nasional yang dapat menjadi operator di wilayah kerja

pertambangan migas, dan juga di daerah perbatasan.

Page 71: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

66

b. Lebih terpadunya manajemen pengelolaan migas

1) Diterbitkannya oleh Pemerintah, perencanaan yang matang,

terarah dan terpadu mengenai road map pengembangan

kegiatan migas, mulai dari sisi penyediaan energi, pengolahan,

distribusi dan industri pendukung

2) Berkembangnya sentra industri di daerah-daerah di mana

tersedia sumber daya migas sebagai bahan baku

3) Dalam kerja sama pengelolaan migas di sektor hulu dengan

mitra asing, dikaitkannya perpanjangan wilayah kerja migas

prospektif dengan kewajiban untuk membangun industri

pendukung seperti kilang pengolahan, galangan kapal, dan

pusat-pusat riset.

4) Terdapatnya perencanaan konkrit untuk konektivitas infrastruktur

gas, dengan PT. PLN, pabrik pupuk, industri dan rumah tangga

5) Dikaitkannya kebijakan koridor pengembangan ekonomi dengan

potensi migas yang ada di kawasan tertentu.

6) Adanya koordinasi strategis antara pengembangan kegiatan

hulu, pengolahan, alokasi, distribusi migas, penggunaan di sisi

hilir seperti PLN, Industri, pabrik pupuk, dan industri pendukung

7) Dilakukannya peninjauan dan kajian terhadap privatisasi sektor-

sektor dan bidang-bidang yang strategis dan menguasai hajat

hidup orang banyak di sektor migas.

c. Meningkatnya kepastian hukum dalam kegiatan bisnis

migas

1) Hilangnya peraturan yang bersifat ambivalen yang mendorong

bisnis kegiatan migas sebagai domain hukum publik

2) Hilangnya kriminalisasi terhadap suatu kebijakan berdasarkan

kewenangan yang sah73

73

Prof Tb. Nitibaskoro dan DR. Maqdir Ismail dalam ceramah budaya hukum di Lemhannas pd tgl 2 Juli 2013 menyatakan ada fenomena dewasa ini, yang lebih dulu menetapkan tersangka, baru melakukan penyidikan, mencari barang bukti dan saksi-saksi. Kemudian, oleh lembaga penegak hukum, akan sering mengadili para pejabat pembuat komitmen, yang melaksanakan kewenangannya berdasarkan ketentuan, tetapi diselewengkan oleh pejabat di bawahnya, yang tidak ada terkait dengan yang bersangkutan.

Page 72: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

67

3) Berkurangnya perselisihan akibat penafsiran Kontrak

pelaksanaan kegiatan bisnis migas, yang dipertentangkan

dengan ketentuan hukum publik

4) Berkurangnya peran kelembagaan di pusat maupun daerah

yang menerbitkan peraturan dan perizinan yang tumpang tindih

dan menambah birokrasi serta ketidak pastian hukum

5) Berkurangnya pungutan-pungutan dan pembebanan ke

perusahaan-perusahaan di luar kewajiban perpajakan, retribusi

maupun corporate social responsibility yang diharuskan

6) Berkurangnya intervensi pejabat publik terhadap kebijakan

perusahaan yang sifatnya managerial

7) Berkurangnya tumpang tindih dan benturan antar aturan institusi

yang berwenang, yang pada akhirnya akan merugikan

operasionalisasi perusahaan-perusahaan

d. Meningkatnya kompetensi Perusahaan Nasional

1) Tumbuh dan berkembangnya perusahaan nasional yang

berkiprah dalam mata rantai kegiatan pengelolaan migas, baik di

hulu, industri hilir, industri konsumen pengguna, dan industri

pendukung

2). Meningkatnya berbagai perusahaan nasional sebagai operator

yang mengelola kegiatan usaha hulu migas. Pengelolaan

kegiatan usaha hulu tersebut, baik yang ada di darat/ on shore,

di laut/ offshore, untuk lapangan minyak maupun untuk lapangan

gas

3). Tumbuh dan berkembangnya kemampuan SDM nasional pada

jajaran manajerial dan posisi kunci di perusahaan-perusahaan

migas, dan di perusahaan-perusahaan nasional yang terkait

dengan migas

4) Meningkatnya kemampuan teknologi, permodalan, sumber daya,

pemasaran dan daya saing perusahaan-perusahaan nasional.

Kemampuan teknologi tersebut meliputi teknologi tepat guna,

yang efisien dan efektif, baik sebgai hasil pengembangan sendiri

maupun adaptasi dari teknologi asing.

Page 73: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

68

5) Dapat bekerja samanya secara sinergis dalam semangat

kemitraan yang sejajar dan saling menguntungkan, antara

perusahaan nasional lokal dengan perusahaan asing yang telah

memiliki jaringan dan reputasi internasional.

6) Meningkatnya perusahaan-perusahaan nasional yang dapat

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan utama (main project) di

perusahaan – perusahaan migas, dan di perusahaan-

perusahaan yang terkait dengan industri migas.

7). Meningkatnya produksi minyak dan gas bumi, serta cadangan-

cadangan migas, pada perusahaan-perusahaan nasional.

Peningkatan cadangan migas tersebut termasuk di daerah yang

remote, jauh di pedalaman, dan di laut dalam

Page 74: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

69

BAB VI

KONSEPSI PEMBERDAYAAN PERUSAHAAN NASIONAL DI BIDANG

PENGELOLAAN MIGAS

24. Umum

Pemberdayaan memerlukan komitmen, kesungguhan, dan

pemihakan atau afirmasi Pemerintah untuk memungkinkan tumbuh

berkembangnya perusahaan nasional, sehingga memberi dasar

yang kokoh terhadap sektor riel pelaku usaha di Indonesia. Konsepsi

pemberdayaan harus bersifat menyeluruh, terintegrasi, konsisten

dan berkesinambungan, baik dalam bidang penyiapan peraturan,

regulasi dan kebijakan, penyediaan infrastruktur, dan dukungan

sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini

sejalan dengan teori pertumbuhan yang dikemukakan pada bab

sebelumnya, di mana campur tangan Pemerintah adalah

keniscayaan untuk membangun infrastruktur serta mendinamisasi

dan merestrukturisasi perekonomian.

Dukungan terkait regulasi dan peraturan meliputi antara lain

penyediaan iklim berusaha yang positif termasuk penyempurnaan

peraturan perundang-undangan dan penyederhanaan perizinan.

Selain itu sinergitas antar unit pemerintah dan para pemangku

kepentingan juga perlu ditingkatkan. Infrastruktur diperlukan sebagai

roda lalu lintas penghubung antara dunia usaha dengan

konsumennya. Investasi infrastruktur diharapkan adalah dari

Pemerintah. Bimbingan, pelatihan, penerapan teknologi baru, serta

pola pembinaan dan pemagangan dengan mitra usaha besar

diperlukan untuk memperkuat dan melengkapi kompetensi bisnis

dan ketrampilan perusahaan – perusahaan nasional. Pemberian

insentif dan penyediaan informasi yang relevan adalah juga perlu.

Pemberdayaan perusahaan nasional juga memerlukan tekad

yang kuat dan tidak instan dalam melihat hasilnya. Visi

pemberdayaan harus berdimensi dan berpandangan jangka

panjang. Desakan kebutuhan dan prioritas jangka pendek yang

Page 75: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

70

menunjukkan hasil konkrit tidak boleh menjadi alasan untuk merubah

suatu kebijakan. Sebagai contoh, apabila ada kebijakan untuk

mengambil alih operatorship suatu pengelolaan lapangan migas oleh

perusahaan nasional, di mana ada kemungkinan unjuk kinerja

perusahaan nasional tersebut tidak sebaik perusahaan asing yang

telah berpengalaman, maka resiko tersebut tidak boleh mengurangi

tekad untuk mewujudkannya.

Kondisi perusahaan nasional saat ini telah dipotret pada

pembahasan sebelumnya. Hal-hal yang mengemuka adalah belum

banyak berperannya perusahaan nasional sebagai operator dalam

kegiatan usaha hulu migas, belum sinergisnya manajemen jaringan

pipa gas nasional, alokasi migas untuk kebutuhan domestik yang

belum signifikan serta belum signifikannya perusahaan penunjang

kegiatan migas dalam mata rantai pengelolaan migas. Gambaran

realitas tersebut merupakan derivasi dan turunan dari pokok-pokok

persoalan yang ditemukan dalam permasalahan dalam pengelolaan

migas.

Salah satu tantangan industri migas nasional adalah

menjadikan migas menjadi lokomotif pembangunan nasional yang

menggerakkan perekonomian, meningkatkan keahlian, peran dan

institusi serta pelaku bisnis dalam negeri. Migas sebagai komponen

utama saat ini dalam energi di Indonesia dituntut menjadi pilar

pembangunan perekonomian bangsa.

Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan

migas adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan ketahanan

energi nasional74. Ketahanan energi merupakan kemampuan untuk

merespon dinamika perubahan konstelasi energi global (dari sisi

eksternal), serta kemampuan untuk menjamin ketersediaan energi

dengan harga yang wajar (dari sisi internal). Adapun kemandirian

energi meliputi ketersediaan (availability), yakni kemampuan untuk

menyediakan jaminan pasokan, kemampuan untuk mendapatkan

74

Prof. Dadan Umar Daihani, dalam ceramah di Lemhannas menyatakan bahwa ketahanan energi merupakan gabungan dari kedaulatan energi dan kemandirian energi.

Page 76: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

71

akses terhadap energi (accessibility), dan kemampuan untuk

membeli pada harga keekonomian yang wajar (affordability).

Pemberdayaan perusahaan nasional untuk meningkatkan daya

saing dan kemandirian bangsa untuk menopang perekonomian

nasional akan dapat diwujudkan apabila migas sebagai milik

nasional bangsa ditempatkan dalam peran strategisnya yang tidak

terbatas hanya sekedar komoditas semata. Kepastian hukum dalam

berbisnis dan berusaha yang disokong dengan kebijakan regulasi

serta direktif yang jelas dan konsisten dari pimpinan nasional,

termasuk dengan memberikan peluang dan kesempatan untuk

tumbuh berkembangnya perusahaan nasional dengan pemihakan,

pembinaan dan affirmative action Pemerintah sesuai kewenangan

masing-masing instansi merupakan akselerasi untuk memperkokoh

aristektur pilar pembangunan nasional.

25. Kebijakan

Dalam rangka menjawab permasalahan yang dihadapi, serta

untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan, mengatasi kendala

yang ada, memanfaatkan peluang yang tersedia, maka perlu ada

rumusan untuk mengarahkan langkah-langkah yang merupakan

keputusan strategis untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Desentralisasi dan otonomi daerah serta terikatnya Indonesia

dengan berbagai ketentuan yang bersifat global terhadap

pengelolaan bisnis, seperti non discriminatory treatment, pembukaan

pasar domestik dan pengurangan hambatan yang bersifat tarif

maupun non tarif merupakan faktor yang diperhatikan dalam

mengambil kebijakan.

Kebijakan tersebu dirumuskan sebagai berikut :

“Terwujudnya pemberdayaan perusahaan nasional di

bidang pengelolaan migas”

Melalui perumusan kebijakan tersebut diharapkan akan dapat

diperoleh arah dan pedoman dalam mewujudkan bangsa yang

mandiri dan berdaya saing melalui pengelolaan migas.

Page 77: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

72

26. Strategi

Berdasarkan kebijakan yang telah dirumuskan, maka untuk

mencapai sasaran perlu dielaborasi dan dijabarkan dalam bentuk

strategi yang akan menjadi koridor dalam pelaksanaan upaya untuk

mencapainya, dengan menetapkan tujuan, sarana dan metode yang

digunakan untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

a. Strategi 1. Meningkatkan peran migas dalam

pembangunan nasional

Untuk meningkatkan peran strategis migas dalam

pembangunan nasional, maka harus ada perubahan paradigma

dari penempatan migas hanya sekedar pemenuhan kebutuhan

energi, menjadi bagian dari kelangsungan bangsa dan negara.

Peran strategis migas sebagai sumber daya kekayaan alam,

dalam pembangunan nasional merupakan suatu keunggulan

kompetitif yang dapat dikemas dalam berbagai kebijakan

pemerintah. Peraturan perundang-undangan hendaknya tidak

lagi hanya menempatkan migas sebagai komoditas strategis

belaka, tetapi harus dikaitkan dengan strategi pembangunan

bangsa secara menyeluruh termasuk dengan aspek pertahanan

dan keamanan untuk keberlangsungan bangsa ini.

Migas juga tidak boleh lagi hanya dipandang sebagai

komoditas fiskal untuk mengisi sumber penerimaan migas di

APBN. Untuk kontinuitas dan sustainabilitas pembangunan,

selain operational excellence dengan menjaga optimasi produksi

migas dan kualitas lingkungan, untuk setiap migas yang

dieksploitasi, harus dilakukan penggantian dengan

mengeksplorasi dan menemukan cadangan migas baru, untuk

penyiapan bekal bagi generasi yang akan datang75.

75

Sebagai rule of thumb dalam industri hulu migas, adalah untuk setiap barel yang diproduksi, harus ditemukan cadangan baru minimal satu barel. Konsep ini dikenal dengan reserve replacement ratio, yang minimal 100%. Saat ini di Indonesia reserve replacement ratio adalah 52% untuk minyak, dan 127% untuk gas. Sumber : Laporan tahunan SKKMIGAS tahun 2012

Page 78: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

73

Gambar 14 : Cadangan minyak dan Gas Bumi Indonesia

Sumber – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Untuk adanya upaya nyata dalam kaitannya dengan peningkatan

cadangan migas baru, maka perlu ada disisihkan sebagian dana

hasil migas sebagai petroleum fund untuk membiayai eksplorasi

migas baru (depletion policy). Selain itu, sebagai konsekuensi

dari adanya campaign eksplorasi, meningkatnya biaya operasi

migas harus dapat diterima sebagai investasi untuk masa depan.

Migas akan semakin berperan dalam pembangunan

nasional, apabila diintegrasikan dan disinergikan dengan strategi

pertahanan dan keamanan. Sistem logistik, pelabuhan khusus

migas, lapangan terbang khusus, kapal pengangkut dan lain-lain

yang digunakan di industri migas dapat didesain sehingga

memenuhi spesifikasi kebutuhan dukungan pertahanan negara,

jika sesewaktu diperlukan. Hal ini memberikan manfaat ganda.

Di satu sisi akan dapat mengatasi keterbatasan anggaran

Negara untuk penyediaan dana anggaran militer, dan di sisi lain

dapat menumbuhkan industri pendukung kebutuhan tersebut.

Dalam hal sebagai konsekuensi penyesuaian spesifikasi sarana

dan prasarana migas yang compatible untuk kebutuhan

Page 79: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

74

pertahanan, mengakibatkan pertambahan biaya operasi migas,

hal tersebut hendaknya memperoleh kesamaan pandang

terutama di kalangan supra struktur dan infrastruktur politik.

b. Strategi 2. Meningkatkan keterpaduan manajemen

pengelolaan migas

Meningkatkan keterpaduan manajemen pengelolaan migas

dimaksudkan untuk memadukan rangkaian pengelolaan migas,

mulai dari sisi supply dalam penyediaan sumber migas,

mendekatkan ke konsumen dengan infrastruktur penyalurannya

serta manajemen komersialisasinya dari sisi pengguna/

konsumen/ demand. Penyiapan infrastruktur gas, industri

pendukung, konsumen akhir serta penggunaan pemanfaatan

sumber daya alam gas sebagai penguat posisi tawar dalam geo

strategis, dan geo ekonomis di lingkungan regional dan global

adalah juga bentuk penguatan peran strategis migas.

Berdasarkan data bahwa kecenderungan migas ke

depan adalah semakin berkurangnya kemampuan produksi

minyak dan meningkatnya produksi gas. Hal itu berarti

diperlukan manajemen pengelolaan migas yang tepat yang

menyangkut ketersediaan energi (availability), dan ada akses

terhadap sumber energi tersebut (accessibility), pada harga

keekonomian yang terjangkau dan fair (affordability). Selain itu,

migas harus menjadi lokomotif pendorong kemajuan ekonomi

(locomotive driven factor), yang memberikan nilai tambah (added

value) dalam seluruh mata rantai industri. Pemberdayaan

industri migas untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi sejalan

dengan teori pertumbuhan baru (endogenous growth theory),

sebagaimana telah disampaikan pada bab sebelumnya, yang

menyatakan habwa untuk sustainabilitas perekonomian maka

knowledge dan teknologi mempunyai karakteristik peningkatan

hasil (returns) yang mengendalikan proses pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari sistem itu sendiri sebagai

Page 80: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

75

hasil langsung dari proses internal. Implementasinya dalam

kaitannya dengan modal sumber daya alam migas yang ada,

adalah dengan meningkatkan kemampuan mengolah dan

menciptakan nilai (value creation)nya untuk peningkatan nilai

tambah dari suatu proses.

Profil migas ke depan yang menunjukkan dominasi gas

atas minyak hendaknya diikuti dengan penyesuaian di industri

dan konsumen hilir. Mobil atau kendaraan umum misalnya,

hendaknya di desain yang menggunakan bahan bakar gas.

Pembangunan jaringan gas kota (city gas), baik untuk keperluan

rumah tangga, maupun bahan bakar gas. Demikian juga industri

yang menggunakan gas seperti pabrik pupuk, petrochemical,

konversi bahan bakan minyak ke gas oleh PT.PLN perlu

diantisipasi dan dikembangkan

52 57 57 51 53 59 7491 99 109

153

266

401

488512

550 544585

744773

797

847

904

966

1056

1214

126413021302

1327

13971404

1316

1364

12671229

1366

15221501

14681462

13731408

1499

1586

14981496

1240

1375

146015001500

466

569601

742

853889

1082

13361373

1305

1506

1683

1631

158915871624

1288

1407

1519

13381362

1445

1303

1387

15391575

1491

1535

16121624

15741557

15371500

1415

1341

1252

1147

10961062

1006

954977

949 945

902861

830

900

100010101010

0

500

1000

1500

2000

1966

1967

1968

1969

1970

1971

1972

1973

1974

1975

1976

1977

1978

1979

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

MB

OEP

D

TAHUN Minyak Gas

PEAK 1977

Plateau stage

Decline 3-5%

*) Outlook per 29 Januari 2013

PEAK 1995

Perkembangan industri migas telah mengalami perubahan dari dominasi minyak bumi ke gas bumi

PROFIL PRODUKSI MIGAS INDONESIA

DOMINASI MINYAK DOMINASI GAS

Gambar 15 : Profil Produksi Minyak dan Gas Indonesia

Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2013

Kecenderungan penurunan produksi migas, sebagai

sumber energi yang menggerakkan ekonomi telah diantisipasi

Pemerintah dengan kebijakan bauran energi (energy

diversification) berdasarkan Peraturan Presiden no. 5 tahun

2006, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut :

Page 81: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

76

Gambar 16 : Sasaran bauran energi primer nasional 2025

Sumber : Perpres 5 tahun 2006

Arah kebijakan bauran energi tersebut harus diikuti dengan

penyiapan peraturan, infrastruktur, paradigma pola konsumsi

energi, sehingga pengelolaan migas khususnya dan energi pada

umumnya dapat terpadu, sinergis dan saling mendukung.

Rencana pengurangan kontribusi migas dalam bauran energi

nasional dari sekitar 75% saat ini menjadi sekitar 50% pada

tahun 2025., menyiratkan dua hal. Yang pertama adalah

diperlukannya investasi besar-besaran pada industri energi

primer di luar minyak dan gas bumi. Yang kedua, untuk tetap

berperan strategisnya minyak dan gas bumi, maka pengurangan

porsi tersebut harus diikuti dengan transformasi dari

penggunaan migas sebagai bahan mentah, ke pemanfaatan

migas sebagai hasil industri pengolahan/ manufaktur.

Denah berikut menampilkan jaringan peta distribusi gas di

Indonesia dan kawasan Asia yang merupakan potensi ke masa

yang akan datang untuk dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa. Peningkatan

posisi tawar tersebut, misalnya dengan mempersyaratkan

negara-negara pengimpor gas Indonesia, untuk juga

Page 82: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

77

menyediakan pembiayaan dan sumber daya yang diperlukan,

atau berinvestasi di industri manufaktur terkait gas di Indonesia,

bekerja sama dengan perusahaan nasional Indonesia.

Gambar 17 : Trans Asean Gas Pipelines

Sumber : Kementerian ESDM – Blue Print. Pengelolaan Energi

Nasional 2006 – 2025

Pelibatan perusahaan nasional dalam mata rantai (value

chain) ini harus terstruktur, terpola dan terkoordinasi. Pemberian

insentif, pemeliharaan dukungan kondusivitas, pemihakan dan

proteksi yang diperlukan, oleh Pemerintah harus dikemas dan

dijustifikasi sedemikian rupa sehingga tidak mendatangkan

perlawanan atau pembalasan dari pelaku bisnis mitra

perusahaan Indonesia di luar negeri.

Pengertian atas local content (kandungan lokal) juga

hendaknya substantive dan genuine, pada kandungan material,

proses dan jasa yang dihasilkan secara nyata dan lokal, serta

bukan merujuk pada kepemilikan atas perusahaan76. Definisi

yang memperluas pengertian kandungan lokal tersebut, sifatnya

76

Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16/M.Ind./Per/2/2011 tanggal 21 Pebruari 2011 pada pasal 2 ayat 6 d menyatakan bahwa alat kerja yang diproduksi di luar negeri dan dimiliki oleh penyedia barang/ jasa dalam negeri, dinilai 75% (tujuh puluh lima persen) komponen dalam negeri.

Page 83: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

78

menjadi artifisial dan mengaburkan esensi penguatan

kandungan lokal.

c. Strategi 3. Meningkatkan kepastian hukum dalam

berbisnis

Meningkatkan kepastian hukum dalam berbisnis adalah

dengan membuat aturan yang lebih jelas sebagai pedoman

dalam aturan main. Kemudian adanya konsistensi terhadap

aturan yang telah ditetapkan baik dalam kaitannya dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta penyelesaian

masalah (dispute resolution). Mengingat bisnis migas baik di sisi

hulu, maupun hilir adalah sarat dengan logika-logika bisnis,

kebiasaan yang umum di industri, serta standar operasi prosedur

yang menekankan keselamatan kerja, maka dalam hal terdapat

biaya-biaya yang lebih mahal dalam mengelola industri migas,

dibanding industri lainnya, para aparat yang berwenang harus

mendengarkan dan mempertimbangkan dengan serius

pandangan ahli dan praktisi dalam hal terjadi sebuah interpretasi

atau dispute atas pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.

Dispute atau perselisihan bisnis harus diselesaikan

berdasarkan pilihan hukum (choice of law), substansi (contract

base), tata cara (choice of procedure) dan forum penyelesaian

sengketa (choice of forum) yang telah ditentukan dan disepakati

dalam suatu perjanjian atau kontrak. Penyelesaian kasus

perdata dan kontrak dengan menggunakan hukum pidana/

publik selain berpotensi menjadi kriminalisasi perbuatan perdata,

juga menunjukkan ketidak pastian hukum, yang berimplikasi

pada kondusivitas bisnis. Hal ini sangat krusial, terutama

mengingat bisnis migas adalah bisnis yang sarat resiko, dan

berdimensi jangka panjang, dimana aturan-aturan hukum publik

dapat berbeda dengan kesepakatan yang telah ada dalam

Kontrak/ perjanjian.

Page 84: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

79

Kepastian hukum tidak saja hanya menyangkut substansi

dan interpretasi terhadap peraturan dan perjanjian, tetapi juga

meliputi adanya kepastian dalam aturan perizinan. Jumlah

persyaratan suatu perizinan, instansi yang berhak mengeluarkan

dan membatalkan suatu izin, jangka waktu yang diperlukan, tata

ruang, standardisasi, serta kompensasi kepada pebisnis atau

masyarakat terdampak sebagai akibat langsung atau tidak

langsung dari suatu kebijakan Pemerintah turut berkontribusi

terhadap meningkatnya kepastian hukum dalam berusaha.

Dalam laporan konsultan internasional, PwC77 tahun 2012

mencatat masih tingginya ketidak pastian dalam peraturan

maupun implementasinya yang terkait dengan fiscal terms,

perpajakan, cost recovery, bea cukai dalam bisnis migas di

Indonesia. Industri migas, sebagai industri berjangka panjang,

padat modal dan lintas negara, adalah industri yang sensitif

terhadap peraturan perundang-undangan.

Hilang atau berkurangnya kerancuan dalam mencampur

hukum bisnis keperdataan dengan hukum publik dan

administrasi, akan meningkatkan kepastian hukum dalam

berbisnis. Kepastian hukum akan meningkat manakala

Pemerintah tidak tunduk kepada tekanan opini publik yang

sering menyalahkan suatu keputusan bisnis yang telah diambil,

tanpa mempertimbangkan konteks pengambilan keputusan

bisnis tersebut.

d. Strategi 4. Meningkatkan kompetensi Perusahaan

Nasional

Meningkatkan kompetensi perusahaan nasional di bidang

migas meliputi kompetensi permodalan, keahlian, managerial

dan operatorship. Kompetensi permodalan akan diperoleh

apabila perusahaan nasional memiliki basis dukungan finansial

yang kuat. Basis dukungan tersebut akan dapat diperoleh dari

perbankan atau pasar modal, maupun lembaga pembiayaan

77

PriceWaterHouseCooper, Oil and Gas in Indonesia, Investment and Taxation Guide, May 2012

Page 85: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

80

asing lainnya, apabila perusahaan nasional menunjukkan

prospek yang baik dari sisi penguasaan cadangan migas, jalur

distribusi, kestabilan pasar dan reputasi bisnis.

Pengalaman operatorship atau kerja sama (joint venture)

selain memperkokoh reputasi dan operational excellence juga

akan memberikan eksposur dan pengalaman managerial dan

technical competence kepada sumber daya manusia yang

bekerja di perusahaan.

Peningkatan peran perusahaan nasional dalam value chain

industri pengelolaan migas akan tercermin dari semakin

besarnya porsi pekerjaan konstruksi (EPCI) yang dapat

ditangani perusahaan nasional. Demikian juga dengan industri

penunjang, baik untuk value chain di industri hulu migas maupun

di industri hilir.

Hal lainnya yang tidak kurang pentingnya adalah

tersedianya pasar untuk perusahaan-perusahaan nasional kecil

dan menengah yang menghasilkan bahan-bahan kebutuhan

industri migas. Untuk itu, diperlukan komitmen dan pembinaan

Pemerintah untuk keberlangsungan industri nasional. Tidak

kalah pentingnya adalah mutu yang harus dapat diandalkan,

pada harga yang terjangkau serta ketersediaanya pada

sesewaktu diperlukan.

Untuk mengatasi kelangkaan gas ke pulau Jawa,

sehubungan dengan terbatasnya pasokan gas melalui pipa,

telah dibangun dan dioperasikan fasilitas penerimaan LNG

secara terapung, yaitu FSRU yang dioperasikan PT. Nusantara

Regas78. FSRU adalah terminal terapung pertama di Indonesia,

namun hampir seluruh pekerjaan utama dalam membangun

FSRU tersebut adalah galangan dan perusahaan asing.

78

PT Nusantara Regas adalah Perusahaan Joint Venture antara Pertamina (60%) dan PGN (40%), yang mengoperasikan Floating Storage Receiving Terminal/ Unit di teluk Jakarta. FSRU tsb menampung dan mendelikuifaksi LNG, untuk disalurkan sebagai feeding gas. Konsumen utamanya saat ini adalah PT. PLN. Pengapalan pertama LNG ke PT. Nusantara Regas dilaksanakan tanggal 25 April 2012 dari Bontang dengan kapal tanker LNG Aquarius http://www.nusantararegas.com/; www.bpmigas.go.id/ALF)

Page 86: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

81

Diharapkan untuk masa yang akan datang, alih teknologi,

managerial dan operation excellence harus dimiliki oleh

perusahaan nasional dalam rangka peningkatan daya saingnya.

27. Upaya

a. Strategi 1 : Meningkatkan peran migas dalam

pembangunan nasional

1) Untuk meningkatkan peran strategis migas dalam

pembangunan nasional, Pemerintah melalui Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral agar mengusulkan

rancangan undang-undang yang mengembalikan peran

migas dari sekedar komoditas vital strategis menjadi

termasuk sebagai instrumen pertahanan dan keamanan.

Diperlukan kampanye dan sosialisasi penyadaran kolektif

kepada masyarakat untuk mendapatkan kesepahaman

bahwa migas bukan sekedar komoditas vital strategis

semata.

2) Kementerian Keuangan dalam penyusunan RAPBN untuk

tidak menggunakan jumlah minyak dan gas sebagai

indikator atau parameter dalam memenuhi target tahunan

anggaran. Melalui workshop dan focus group discussion

diharapkan ada kesamaan pandang dalam hal ini.

Diperlukan perubahan paradigma, bahwa dari sisi anggaran

yang diperlukan adalah pemenuhan dalam monetary value,

bukan unit value.

3) Lembaga Kepresidenan melalui Unit Kerja Presiden bidang

Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan (UKP4) merubah

paradigma pengukuran kinerja masing-masing Kementerian

dan Lembaga agar tidak ego sektoral. Kinerja ekonomi

nasional adalah yang merupakan tujuan, bukan kinerja

Page 87: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

82

kementerian yang terkadang bertolak belakang79. Berkaitan

dengan hal tersebut perlu penyepakatan melalui focus group

discussion dengan seluruh Kementerian dan Lembaga yang

terkait.

4) DPR-RI agar melakukan kajian dan sinkronisasi terhadap

berbagai produk undang-undang, seperti Undang-Undang

Energi, Undang-undang Migas, Undang-undang Penanaman

Modal dan Undang-undang Keuangan Negara, dalam

kaitannya untuk penempatan migas sebagai bagian dari

Energi untuk keberlangsungan bangsa. Inventarisasi untuk

kajian akademisnya agar dilakukan secara profesional dan

independen serta bebas dari kepentingan jangka pendek.

5) Perusahaan Negara di bidang pengelolaan migas

meningkatkan kapasitas, kompetensi dan komitmennya

dalam kegiatan migas, melalui penguatan permodalan,

ketrampilan dan manajerial para profesionalnya.

6) Media massa dan para intelektual pemerhati media, agar

mengambil tanggung jawab dengan memberikan

pencerdasan kepada masyarakat. Pencerdasan dimaksud

adalah memberikan campaign dan pencerahan bahwa

minyak dan gas adalah bukan sekedar komoditas untuk

menopang APBN, tetapi sebagai modal kekayaan sumber

daya alam yang berdimensi jangka panjang dan strategis.

7) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta

Kementerian Keuangan agar mengadakan sosialisasi dan

pemahaman kepada masyarakat, dengan menggandeng

Perguruan Tinggi dan Tokoh Masyarakat, akan pentingnya

industri migas, termasuk untuk transformasinya dari industri

berbasis sumber daya alam, ke industri yang berbasis

manufaktur dan kreativitas.

79

Contoh klasik untuk hal ini adalah seperti alokasi gas. Kementerian Perdagangan akan lebih menginginkan surplus neraca perdagangan dengan mengekspor gas yang lebih mahal untuk mendapatkan devisa. Di sisi lain, Kementerian Perindustrian lebih menyukai alokasi gas ke domestik, dengan harga yang lebih murah untuk mendorong tumbuhnya industri hilir.

Page 88: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

83

b. Strategi 2 : Meningkatkan keterpaduan manajemen

pengelolaan migas

1) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral agar

melakukan kajian dan pemetaan terhadap proyeksi

kemampuan menghasilkan energi, pertumbuhan ekonomi

dan kebutuhan masyarakat untuk dipadukan dengan

rencana pengembangan infrastruktur migas dan

pemanfaatan migas.

2) Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara agar

menyiapkan perencanaan yang matang, terarah dan

terpadu mengenai road map pengembangan kegiatan

migas, mulai dari sisi penyediaan energi, pengolahan,

distribusi dan industri pendukung.

3) Kementerian Perindustrian agar mengembangkan sentra-

sentra industri di daerah-daerah dengan memanfaatkan

sumber daya migas sebagai bahan baku.

4) Bappenas agar merancang kebijakan yang mengaitkan

konektivitas infrastruktur gas, dengan industri hulu,

jaringan pipa, PLN, industri pupuk dan rumah tangga.

Kebijakan ini bersifat jangka panjang, lintas Kementerian,

dengan pelaku ekonomi yang bervariasi.

5) Menko Perekonomian agar melakukan asesmen yang

mendalam dan komprehensif untuk industri migas.

Perpanjangan wilayah kerja migas yang prospektif agar

diwajibkan dengan mengembangan industri pendukung

seperti kilang pengolahan, industri pendukung seperti

kilang pengolahan migas, galangan kapal dan pusat-pusat

riset.

6) Kementerian BUMN agar melakukan pemetaan terhadap

berbagai BUMN, dengan memadukan roadmap long term

plannya secara sinergis dari aspek hulu hingga hilir.

7) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten, Kota agar menyiapkan tata ruang yang

Page 89: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

84

memungkinkan tumbuh dan berkembangnya industri lokal

terkait dengan energi dan sumber daya migas.

8) SKKMIGAS, BPHMIGAS, PT. PERTAMINA, PT PGN, PT

PLN agar meningkatkan koordinasi faktual baik dalam

perencanaan maupun pelaksanaan proyek-proyek utama

terkait dengan pemanfaatan migas mulai dari hulu hingga

hilir.

c. Strategi 3: Meningkatkan kepastian hukum dalam

kegiatan bisnis migas

1) Kementerian Hukum dan HAM agar melakukan

inventarisasi produk-produk hukum dan regulasi yang

secara potensial dapat menghambat investasi migas.

2) Kementerian Dalam Negeri agar melakukan pembinaan,

bimbingan, asistensi dan sosialiasi kepada Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota dalam

penerbitan Perda. Perizinan dan pungutan-pungutan,

untuk tidak bertentangan dengan hierarki ketentuan

perundang-undangan yang lebih tinggi

3) Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) bersama

regulatory bodies investasi sektor migas seperti

SKKMIGAS, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman

Modal) agar melakukan sosialisasi dan pemahaman

kepada para pemangku kepentingan di Pemerintahan

agar ada kesamaan pandang untuk konsisten dalam

penerapan hukum hukum bisnis yang secara substantif

berbeda dengan hukum pidana.

4) Lembaga-lembaga politik formal, seperti partai politik dan

DPR agar tetap dapat menjaga kondusivitas bisnis migas,

dengan tidak mempolitisir kebijakan Pemerintah untuk

tujuan jangka pendek dan sentimen nasionalisme yang

tidak berdasar.

Page 90: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

85

5) Media massa agar memberikan pendidikan hukum yang

kondusif kepada masyarakat dengan mengedepankan

sosialisasi pentingnya ketertiban, konsistensi dan

kepastian hukum.

6) Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM, dan

Kementerian Dalam Negeri, serta kementerian dan

lembaga lain terkait lainnya di bawah koordinasi Wakil

Presiden untuk melakukan kajian kemungkinan untuk

pencabutan kewenangan pemberian perizinan yang

berlapis lintas sektor.

7) SKKMIGAS, PT. Pertamina, PT PGN dan PT PLN,

Perguruan Tinggi bersama dengan KADIN dan asosiasi

perusahaan terkait lainnya untuk memberikan sosialisasi

yang difasilitasi oleh Kementerian BUMN dan

Kementerian ESDM kepada Aparat Auditor dan aparat

Penegak Hukum, untuk mendapatkan kesamaan persepsi

dan pemahaman mengenai prinsip-prinsip hukum kontrak

dan hukum bisnis yang berbeda hakekatnya dengan

hukum publik Keuangan Negara.

d. Strategi 4 : Meningkatkan kompetensi Perusahaan

Nasional

1) Pemerintah melalui Kementerian BUMN, Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral merumuskan kebijakan insentif yang

memungkinkan perusahaan nasional memiliki daya saing

dan kemandirian yang lebih tangguh.

2) Pemerintah dan Instansi pembina usaha terkait migas

seperti Kementerian Tenaga Kerja, SKKMIGAS, KADIN

agar merumuskan dan membuat road map transfer

knowledge, technology dan enterpreneurship yang

mewajibkan perusahaan asing untuk melakukan

pembinaan kepada perusahaan nasional.

Page 91: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

86

3) Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian, BPPT dan

Kementerian ESDM agar mendorong transformasi bahan

mentah migas menjadi produk manufaktur yang berbasis

bahan baku domestik.

4) Program riset dan pengembangan teknologi serta

perlindungan hak paten agar tetap didorong dan

dilindungi. Perusahaan-perusahaan di lingkungan value

chain migas seperti Perusahaan Migas Nasional, PT. PLN

(Persero), PT. PGN (Tbk), PT Pertamina (Persero) agar

mengambil inisiatif untuk program tersebut, serta

mendapatkan insentif keuangan yang diperlukan.

5) Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan

Kementerian BUMN agar melakukan pemetaan dan

clustering untuk memilah dan memilih BUMN yang dapat

diprivatisasi, diprofitisasi dan direstrukturisasi, yang

dikaitkan dengan penguatan, keberlanjutan dan

kemandirian ekonomi.

6) Kementerian Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan

Kementerian BUMN dan BPPT agar merancang

tumbuhnya kreasi dan inovasi bagi industri hilir untuk

mendapatkan nilai tambah dari transformasi industri

berbasis bahan baku menjadi manufaktur.

7) Pemerintah melalui Kementerian BUMN, Kementerian

Keuangan dan Kementerian ESDM dengan kebijakan

afirmatif agar mengkaji pembentukan BUMN khusus yang

berfungsi sebagai mitra pemegang working interest

operatorship pengelola lapangan migas di wilayah

perbatasan Negara.

8) Pemerintah melalui Kementeria Keuangan agar membuat

kebijakan dan fasilitasi yang memudahkan perusahaan

nasional untuk mengakses kebutuahan pendanaan dalam

rangka investasi maupun operasionalisasi kegiatan migas.

Page 92: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

87

BAB VII

PENUTUP

28. Kesimpulan

Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

a. Untuk mengembalikan peran strategis migas dalam

pembangunan nasional, perlu ada penajaman mindset pada

pemahaman bahwa migas adalah kekayaan nasional kolektif

bangsa. Pengembangan migas tidak boleh terlepas dari desain

besar pembangunan nasional yang berkelanjutan. Hasil yang

diperoleh dari kegiatan migas harus dapat diinvestasikan

kembali untuk bukan saja mencari dan menemukan cadangan

migas baru, tetapi untuk dapat menjadi instrumen transformasi

struktur perekonomian. Struktur perekonomian yang dikehendaki

adalah pergeseran dan peningkatan dari struktur ekonomi

berbasis sumber daya alam, menjadi perekonomian yang

berbasis industri manufaktur, dan selanjutnya meningkat ke

perekonomian yang berbasis sumber daya manusia yang

unggul, inovatif yang ditunjang oleh keunggulan teknologi.

b. Pengelolaan migas yang terpadu hanya dimungkinkan apabila

ada grand design yang jelas, dan konsisten diimplementasikan

oleh Pemerintah secara berkelanjutan tanpa harus terpengaruh

dengan periodisasi kepemerintahan maupun tuntutan

pemenuhan sasaran unjuk kerja (KPI) Kementerian/ Lembaga

yang bersifat jangka pendek/ tahunan. Pengelolaan usaha migas

meliputi keterpaduan antara tahapan, sasaran dan jangka waktu

yang diperlukan untuk konektivitas kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi migas, pengolahan bahan baku di kilang, alokasi

migas untuk berbagai kalangan pengguna, distribusi dan

penyaluran melalui pipa atau pengapalan serta pengembangan

industri pengguna bahan baku migas di daerah penghasil migas,

dan pengaturan manajemen pipa transmisi dan distribusi gas.

Page 93: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

88

Pembangunan kawasan dan daerah yang akan memanfaatkan

bahan baku migas hanya dapat dimungkinkan apabila di daerah

yang bersangkutan tersedia infrastruktur dan dibangunnya

sentra-sentra industri.

c. Untuk dapat berjalannya bisnis pengelolaan migas secara sehat

diperlukan adanya kepastian bisnis. Kepastian tersebut

memberikan comfortability dan proteksi bagi para pelaku bisnis

dalam menanamkan modalnya, dan melaksanakan bisnisnya.

Kepastian bisnis juga menyangkut ketaatan dan konsistensi

serta penghormatan kepada ketentuan-ketentuan hukum kontrak

yang mengikat para pihak dalam konteks perdata. Adanya

jaminan untuk tidak dikriminalisasi suatu keputusan bisnis yang

merupakan perbuatan perdata, akan menambah keyakinan para

pelaku bisnis. Perizinan yang sederhana dan tidak tumpang

tindih, kepastian dalam prosedur dan jangka waktu pengurusan

perizinan, serta tidak adanya pungutan-pungutan tambahan

dalam pengurusan perizinan maupun pelaksanaan operasional,

akan memberikan iklim yang kondusif dalam pelaksanaan bisnis.

Perusahaan Nasional akan dapat bertumbuh dengan baik dan

berdaya saing mana kala mendapatkan kesempatan, pembinaan

dan kepastian dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.

d. Peningkatan kapasitas, kompetensi dan daya saing perusahaan

nasional yang meliputi kompetensi manajerial, kompetensi

teknikal operasional, kompetensi finansial permodalan dan

kompetensi teknologi pada berbagai lapisan merupakan sesuatu

keniscayaan. Kebijakan afirmatif Pemerintah untuk memberikan

pembinaan, kesempatan, serta pewajiban kepada Perusahaan

asing untuk memberikan alih teknologi dan exposure manajerial

diperlukan. Pola kompensasi, insentif dan disinsentif yang adil

dan rasional secara ekonomi bagi perusahaan besar dan

perusahaan nasional merupakan suatu mekanisme yang adil

dan workable.

Page 94: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

89

29. Saran

Berkaitan dengan pemberdayaan perusahaan nasional di bidang

pengelolaan migas beberapa saran yang dapat diajukan adalah

sebagai berikut :

a. Dalam roadmap kebijakan Pemerintah mengenai pembangunan

ekonomi, disarankan agar sumber daya alam energi

diperhitungkan sebagai faktor dinamisator, akselerator dan

transformator perekonomian, yang bersifat jangka panjang,

bertahap dan terukur.

b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan

Kementerian Perindustrian disarankan untuk lebih banyak

membuka sekolah - sekolah kejuruan, diklat-diklat keterampilan

dan kewirausahaan dibidang pengelolaan migas. Untuk

mempercepat transfer of knowhow, maka para peserta didik

perlu ditempatkan dan dimagangkan di perusahaan-perusahaan

di bidang pengelolaan migas

c. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta

Kementerian Keuangan disarankan agar mengkaji kemungkinan

pengenaan pajak atas ekspor bahan mentah minyak maupun

gas. Hal ini akan mendorong Perusahaan minyak dan gas bumi

untuk secara nyata dan berdasarkan perhitungan ekonomi yang

realistis mengalokasikan minyak mentah dan gas yang

diproduksi untuk digunakan dan/atau diolah di dalam negeri

d. Untuk mendapatkan nilai tambah dari kegiatan pengelolaan

migas, maka kepada Pemerintah cq Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral dan Kementerian Perindustrian dan

Kementerian BUMN disarankan agar dalam Kontrak Kerja

Sama migas, diwajibkan untuk mendirikan industri yang

memasok sebagian kebutuhan operasionalnya dari dalam

negeri. Pendirian industri tersebut melalui kerja sama dengan

perusahaan nasional.

e. Perizinan dan pungutan yang akan diberlakukan oleh

Pemerintah Daerah hanya boleh diberlakukan setelah

Page 95: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

90

mendapatkan persetujuan dari instansi sektoral di tingkat Pusat.

Kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk

mengkoordinasikan teknis pengaturan dan pelaksanaannya.

f. Pemerintah disarankan untuk meningkatkan status hukum dari

dokumen masterplan percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi (MP3EI) menjadi acuan yang setingkat Undang-

undang, agar memiliki kekuatan hukum mengikat yang lebih

pasti. Menteri Perekonomian agar memberdayakan MP3EI

sebagai acuan yang mengikat dalam perencanaan

pembangunan.

g. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian

agar melakukan inventarisasi dan peninjauan terhadap berbagai

produk perundang-undangan dengan memperhatikan pendapat

dari para pemangku kepentingan. Peninjauan tersebut

dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mengusulkan pencabutan

atau revisi terhadap perundang-undangan yang tidak

memberikan perlindungan dan pemihakan nyata kepada

perusahaan nasional, seperti undang-undang Penanaman

Modal.

Page 96: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

91

DAFTAR PUSTAKA

American security alliance in the middle east,

http://www.greenpeace.org/international/en/news/Blogs/

Asean Free Trade Area, http://en.wikipedia.org/wiki/ASEANFree Trade Area

Asean Economic Community, http://www.asean.org/communities/asean-

economic-community

Badan Pusat Statistik, Publikasi Statistik PLN, 2012

Baker Institute of Policy Studies, April 2007, The changes roles of National Oil

Companies in international Energy Market

Bambang Ismawan,Kemandirian – suatu refleksi – Jurnal Ekonomi Rakyat –

Artikel – Th II – no. 3 Mei 2003.

BPMIGAS membuat Pertamina lebih efisien dan produksi naik,

http://finance.detik.com/read/2012/11/18/123917/2093563/1034/

Choke Point, . http://en.wikipedia.org/wiki/Choke_point

Competitiveness, http://en.wikipedia.org/wiki/Competitiveness

Council on Foreign Relations, Inc., 2001 Strategic Energy Policy, Challenges

for the 21st Century

Forfas study, 2010, The role of State Owned Enterprises : Providing

Infrastructure and Supporting Economic Recovery, Dublin

Fuadi Munir, 2005, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung, PT Citra Aditya Bakti

Gde Pradnyana, 2010, Optimalisasi Pemanfaatan sumber daya migas guna

peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pembangunan

SDM, TASKAP, Jakarta, Lemhannas RI

Geopolitical for the People Republic of China

http://www.academia.edu/1931497/

Global Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2012-2013

Global energy Isues, Qualtity of live vs Energy Consumption,

http://www.geni.org/globalenergy/issues/global/qualityoflife

Haliburton ,http://en.wikipedia.org/wiki/Halliburton;

Page 97: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

92

Handbook policy maker, http://www.cato.org/sites/cato.org/files/serials/files/

/2009/9/hb111-52.pdf

International Standard Organization, http://www.iso.org/iso/home/about.htm

Laporan tahunan PT. PGN 2012, http.:// www.pgn.co.id

Laporan tahunan SKKMIGAS tahun 2012, http.://www.skkmigas.go.id

Lemhannas RI,2013, Modul Konsepsi Ketahanan Nasional, Jakarta

------------------, 2013, Naskah Lembaga Perkembangan Lingkungan Strategis,

Michael Klare, 2004, Blood and Oil, London, Penguin Group

Nusantara Regas, http://www.nusantararegas.com/; www.bpmigas.go.id/ALF)

Onny S. Priyono, A.M.W Pranarka, Pemberdayaan – Konsep, Kebijakan dan

Implementasi, CSIS Jakarta 1996

Pertamina dorong anak perusahaan go public, http. // www.aktual.co/energy.

Power and Policy, The Arab spring and the balance of power in the middle

east ://www.powerandpolicy.com/2012/10/30/

PriceWaterHouseCooper, 2012, Oil and Gas in Indonesia, Investment and

Taxation Guide

Proyeksi Kependudukan, Indonesia,

http://www.datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php

Purwanto Eddy, Polemik.Blok.Mahakam, http://bisniskeuangan.kompas.com/

read/2013/03/04/

Sampurno H,2007, Knowledge-based economy : Sumber Keunggulan Daya

Saing Bangsa, Pustaka Belajar, Jakarta

Schlumberger ,http://en.wikipedia.org/wiki/Schlumberger

Silvana Tordo et.al, 2011, Oil Companies and Value Creation, Volume I, by.

World Bank Working Paper Series #218

TAP MPR nomor II/ MPR/ 1978 Tentang Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila, dari internet, tanpa penerbit, tanpa tahun

Page 98: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

93

Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,

http://www.sylabus.web44.net/

Warisan Trisakti Bung Karno, http://www.investor.co.id/home/warisan-trisakti-

bung-karno/48623

World Bank, Energy Consumption Indocator,

http://data.worldbank.org/indicator/

World Trade Organization, WTO, http://www.wto.org/english/news.e/htm

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Undang undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Undang-undang Nomor 17 tahn 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi

Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Peraturan Presiden nomor 32 tahun 2011 tentang Master Plan Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Page 99: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

94

DAFTAR LAMPIRAN

Page 100: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

2009 © BPMIGAS –All rights reserved

PA

RA

DIG

MA

NA

SIO

NA

L

KO

NS

EP

SI

PE

MB

ER

DA

YA

AN

PR

SH

NA

SIO

NA

L D

I

BID

AN

G P

’LO

LA

AN

MIG

AS

PE

RS

OA

LA

NY

AN

G

DIT

EM

UK

AN

:

1.

ME

LE

MA

HN

YA

PE

RA

N M

IGA

S D

LM

PE

MB

AN

GU

NA

N

NA

SIO

NA

L

2.

KU

RA

NG

TE

RP

AD

UN

YA

MA

NA

JE

ME

N

PE

NG

ELO

LA

AN

MIG

AS

3.

RE

ND

AH

NY

A

KE

PA

ST

IAN

HU

KU

M

DLM

ME

LA

KS

AN

AK

AN

KE

GIA

TA

N B

ISN

IS

MIG

AS

4.

RE

ND

AH

NY

A

KO

MP

ET

EN

SI

PE

RU

SA

HA

AN

NA

SIO

NA

L

PE

MB

ER

DA

YA

A

N P

RS

H

NA

SIO

NA

L D

I

BID

AN

G L

OLA

MIG

AS

SA

AT

IN

I

BA

NG

LIN

GS

TR

AP

EL

UA

NG

& K

EN

DA

LA

•K

EB

IJA

KA

N

•S

TR

AT

EG

I

•U

PA

YA

ALU

R P

IKIR

K’M

AN

DIR

IAN

DA

N D

AY

A

SA

ING

BG

S

ME

NIN

GK

AT

PE

MB

ER

DA

YA

AN

PR

SH

NA

SIO

NA

L

BID

P’L

OL

A’A

N

MIG

AS

YG

DIH

AR

AP

KA

N

PE

MB

ER

DA

YA

AN

PE

RU

SA

HA

AN

NA

SIO

NA

L D

I B

IDA

NG

PE

NG

ELO

LA

AN

MIG

AS

GU

NA

ME

NIN

GK

AT

KA

N K

EM

AN

DIR

IAN

DA

N D

AYA

SA

ING

BA

NG

SA

DA

LA

M

RA

NG

KA

P

EM

BA

NG

UN

AN

NA

SIO

NA

L

Pe

mb

an

gu

na

n

NA

SIO

NA

L

SU

KS

ES

1

Page 101: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book

2009 © BPMIGAS –All rights reserved

FE

ED

BA

CK

�S

UP

RA

ST

RU

KT

UR

�IN

FR

A

ST

RU

KT

UR

�S

UB

ST

RU

KT

UR

�K

EB

IJA

KA

N K

/L

DA

N P

EM

DA

�IN

FR

A S

TR

UK

TU

R

�A

PA

RA

TU

R

�K

adin

�B

UM

N//

PR

SH

N

�M

AS

YA

RA

KA

T

�..

ME

DIA

MA

SS

A

�P

T, T

oM

as

�R

EG

UL

AS

I

�S

INK

RO

NIS

AS

I

�K

OO

RD

INA

SI

�F

AS

ILIT

AS

I

�S

OS

IAL

ISA

SI

�P

EL

AT

IHA

N

�K

ER

JA

SA

MA

�P

EN

EG

AK

AN

HU

KU

M

�B

AN

GLIS

TR

A.

�P

ELU

AN

G &

KE

ND

ALA

.

INS

TR

UM

EN

TA

L IN

PU

T

�P

AR

AD

IGM

A N

AS

ION

AL

( P

AN

CA

SIL

A, U

UD

NR

I ‘4

5,

WA

SA

NT

AR

A, T

AN

NA

S )

�P

ER

AT

UR

AN

PE

R-U

U-A

N.

SO

M

P’M

BE

RD

AY

AA

N

PR

SH

NA

S D

I B

ID

PE

NG

ELO

LA

AN

MIG

AS

SA

AT

IN

I

PO

LA

PIK

IR

KE

MA

ND

IRIA

N D

AN

DA

YA

SA

ING

BA

NG

SA

ME

NIN

GK

AT

P’M

BE

RD

AY

AA

N

PR

SH

NA

S D

I B

ID

PE

’LO

LA

AN

MIG

AS

YG

DIH

AR

AP

KA

N

EN

VIR

ON

ME

NTA

L I

NP

UT

PE

MB

ER

DA

YA

AN

PE

RU

SA

HA

AN

NA

SIO

NA

L D

I B

IDA

NG

PE

NG

ELO

LA

AN

MIG

AS

GU

NA

ME

NIN

GK

AT

KA

N K

EM

AN

DIR

IAN

DA

N D

AYA

SA

ING

BA

NG

SA

DA

LA

M

RA

NG

KA

PE

MB

AN

GU

NA

N N

AS

ION

AL

Pe

mb

an

gu

na

n

NA

SIO

NA

L

SU

KS

ES

2

Page 102: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book
Page 103: Pemberdayaan perusahaan nasional di bidang pengelolaan migas   e book