PEMBERDAYAAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN …
Transcript of PEMBERDAYAAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN …
PEMBERDAYAAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI MASYARAKAT DI DESA SUKARIMBUN
KECAMATA KETAMBE KABUPATEN
ACEH TENGGARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Dakwah dan Komunikasi
Oleh:
RIAN KANDRA
NIM. 13153008
Program Studi: Pengembangan Masyarakat Islam
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PEMBERDAYAAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI MASYARAKAT DI DESA SUKARIMBUN
KECAMATAN KETAMBE KABUPATEN
ACEH TENGGARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Sidang Munaqasyah Penelitian
Dalam Penyusunan Skripsi
Oleh:
RIAN KANDRA
NIM. 13153008
Program Studi: Pengembangan Masyarakat Islam
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dr. H. Sahrul, M.Ag Drs. H. Muniruddin, MA
NIP.19660501 199303 1 005 NIP.196412012 014111 1 001
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Nomor : Istimewa Medan, November 2019
Lampiran : - Kepada Yth:
Hal : Skripsi Bapak Dekan Fakultas Dakwah
An. Rian Kandra dan Komunikasi UIN SU
Di-
Medan
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah membaca, meneliti dan memberikan saran-saran dan masukan seperlunya untuk
memperbaiki dan kesempurnaan skripsi mahasiswa An. Rian Kandra yang berjudul:
Pemberdayaan Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Desa
Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara, maka kami berpendapat
bahwa skripsi ini sudah dapat diterima untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara Medan.
Mudah-mudahan dalam waktu dekat, saudara tersebut dapat dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan skripsinya dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sumatera Utara Medan.
Demikianlah untuk dimaklumi dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalam
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Sahrul, M.Ag Drs. H. Muniruddin, MA
NIP. 19660501 199303 1 005 NIP. 196412012 014111 1 001
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana pemberdayaan Pemerintah
Desa Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe,
apa upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di
Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe, apa hambatan yang di hadapi pemerintah desa dalam
meningkatkan ekonomi masyarkat di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe, dan bagaimana
tanggapan masyarakat terhadap pemberdayaan pemerintah desa dalam meningkatkan
ekonomi masyarakat di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe. Penelitian ini dilaksanakan
di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Informasi penelitian oleh Bapak Asbi Nasri, Bapak Manan, Bapak
Ayu, Bapak Salam, penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara (interview),
observasi, dan dokumentasi yang dilakukan oleh penulis.
Temuan penelitian sebagai berikut: (1) Pemberdayaan Pemerintah Desa yang
dilakukan oleh pemerintah sangat membantu masyarakat supaya terberdaya dengan adanya
pemberdayaan dari pemerintahan sebagian masyarakat sudah terberdayakan, (2) hambatan
yang dihadapai pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat adalah dana yang
dimiliki masih tergolong rendah, belum bisa memberdayakan masyarakat lebih banyak lagi,
dan lahan perkebunan yang langsung berbatasan dengan hutan lindung membuat masyarakat
tidak bisa menambah lahan perkebunan, (3) tanggapan masyarakat terhadap pemberdayaan
pemrintah desa, masyarakat merasa bersyukur atas pemberdayaan pemerintah desa.
Kata Kunci: Pemberdayaan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat Di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara
ABSTRACT
This study aims to reveal how the empowerment of the Village Government in Improving the
Community's Economy in Sukarimbun Village, Ketambe District, what are the efforts made
by the village government in improving the community economy in Sukarimbun Village,
Ketambe District, what are the obstacles faced by the village government in improving the
community economy in Sukarimbun Village Ketambe Subdistrict, and how the community
responded to the empowerment of the village government in improving the community
economy in the Sukarimbun Village, Ketambe Subdistrict. This research was conducted in
Sukarimbun Village, Ketambe District, Southeast Aceh Regency.
The method used in this research is qualitative research with a descriptive approach.
Research information by Mr. Asbi Nasri, Mr. Manan, Mr. Ayu, Mr. Salam, this research is to
use interview techniques, observation, and documentation conducted by the author.
The research findings are as follows: (1) Empowerment of the Village Government by the
government is very helpful for the community to be empowered with the empowerment of the
government, some people have been empowered, (2) the obstacles faced by the village
government in empowering the community are that the funds owned are still relatively low,
not yet can empower more communities, and plantation land directly adjacent to protected
forests makes the community unable to add to plantation land, (3) the community's response
to the empowerment of the village government, the community feels grateful for the
empowerment of the village government.
Keywords: Empowerment of Village Government in Improving Community Economy in
Sukarimbun Village, Ketambe District, Southeast Aceh Regency
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia yang
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan pengikutnya. Teruntuk ayah dan ibu saya ucapan terimakasih sebesar-
besarnya karena mendidik dan membesarkan saya sampai seperti ini
Skripsi ini berjudul “Pemberdayaan Pemerintah Desa dalam Meningkkatkan
Ekonomi Masyarakat di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara”. Disusun guna memenuhi dan melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial dalam dakwah dan komunikasi UIN Sumatera Utara. Dalam penyusunan
skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, hal ini
semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh
karena itu penulis mempunyai banyak harapan semoga skripsi ini dapat menjadi alat
penunjang dan ilmu pengetahuan bagi penulis pada umumnya.
Dalam usaha penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik berupa bantuan materi maupun moril. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat atas penulisan
skripsi ini dengan segala partisipasi dan motivasinya. Secara khusus penulis ucapkan terima
kasih terutama kepada:
1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda tercinta Kalamudin dan
Ibunda Siti Mariam yang telah melahirkan, mengasuh, dan membesarkan, serta
mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang.Dengan cinta, kasih sayang
dan pengorbanannyalah penulis semangat dalam menyelesaikan program Sarjana S-1
UIN SU Medan.
2. Bapak Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor UIN SU Medan
3. Bapak Dr. Soiman, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN SU
Medan.
4. Bapak Dr.H. Muaz Tanjung, MA selaku Ketua Jurusan Pengembangan masyarkat
islam (PMI) UIN SU Medan.
5. Bapak Dr. H. Sahrul, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
banyak arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Muniruddin, MA sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama menjalani pendidikan di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SU Medan
8. Kepada seluruh pihak Pemerintah Desa, teruntuk kepala desa dan aparatur desa yang
sudi kiranya membantu dalam penyelesaian skripsi
9. Ketiga saudara penulis Fitri Ana Sari, Arman Kandra, Nirwana Sari, yang senantiasa
memberikan cinta, kasih sayang, nasehat, dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan program sarjana S-I UIN SU Medan. Semoga Allah Swt memberikan,
kesehatan, keselamatan, dan balasan kebaikan yang tak terhingga. Aamiin.
10. Teman seperjuangan dan keluarga PMI-B stambuk 2015: Andiriani Hrp, Amelia Pjt,
Ainul Mardiah, Ade Aulia Husna, Ainun Hamidah Hsb, Erfina Hrp, Dewi Suhartini,
Gisra Chairumi, Mhd Fadlan, Hijrina Sari Mrp, Ika Nur’ani, Jam’ah Hrp, Kharatun
Nazmi Gayo, Khairatunnisa Nst, Khairani Smjk, Laila Sukriani Hsb, Lasmawati,
Maulida Fitri, Mhd Rasyid Ibrahim Nst, Pramudianto Ifandi, Syaid Basrah Lubis,
Suprijal R, Wahyu Rizky Parmanda. senantiasa memberikan masukan, semangat dan
dorongan dalam penyusunan skripsi ini dan senantiasa mendorong penulis untuk
selalu maju.
11. Kepada sahabat saya Sari Dayanti Napitupulu, Mhd Al-Idil Al-Amin S.Pd, Murdi Al-
isyira SE, Tahmi Pazri S,Pd, Ray Sani Jawaris SH yang senantiasa memberikan
dukungan, semangat, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya dengan segala upaya yang dilakukan dalam penyelesaian
skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan baik
dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
mendukung dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat
dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, Amin….
Medan, Februari 2020
Rian Kandra
Nim : 13153008
DAFTAR ISI
Abstrak................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. v
Daftar Tabel ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Batasan Istilah ........................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
F. Sistematis Pembahsan ............................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 9
A. Pemberdayaan Masyarkat ......................................................................... 9
1. Pengertian Pemberdayaan ................................................................... 9
2. Tujuan Pemberdayaan ......................................................................... 14
3. Proses Pemberdayaan.......................................................................... 16
4. Tahapan Pemberdayaan ...................................................................... 18
B. Pemerintah Desa ...................................................................................... 22
1. Pengertian Pemerintah Desa .............................................................. 22
2. Perinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintah desa ................... 24
C. Ekonomi Masyarakat ................................................................................ 29
D. Hubungan ekonomi dengan masyarakat ................................................... 35
E. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 38
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 38
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 39
C. Sumber Data.............................................................................................. 39
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 40
E. Teknik Analisa Data ................................................................................. 41
F. Keabsahan Data ........................................................................................ 42
G.
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 43
A. Gambaran Umun ....................................................................................... 43
B. Upaya Pemberdayaan Pemerintah Desa ................................................... 48
C. Kendala yang dihadapi pemerintah desa................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................................................... 61
B. Saran ......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63
LAMPIRAN ......................................................................................................
DAFTAR TABEL
1.1 ...................................................................................................................... 44
1.2 ...................................................................................................................... 45
1.3 ...................................................................................................................... 46
1.4 ....................................................................................................................... 53
1.5 ....................................................................................................................... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara maritim yang memiliki sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang amat sangat melimpah, kekayaan alam Indonesia seharusnya sudah bisa
mengatasi kemiskinan, akan tetapi, kurangnya keahlian dan permberdayaan terhadap
masyarakat membuat pengelolaan sumber daya alam tidak berfungsi dengan semestinya
sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat tidak stabil.
Indonesia salah satu Negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang sangat
tinggi, upaya yang di lakukan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian melalui
pemerintah desa sebagai pemerintahan yang terendah, maka kedudukan pemerintah desa
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat penting untuk menunjang kehidupan.
Pemerintah desa merupakan unit terbawah yang memiliki instansi secara langsung
melayani masyarakat yang di tuntut untuk memberikan pelayanan public yang di butuhkan
oleh masyarakat, profesional di dalam memberikan berbagai pelayanan yang di butuhkan
oleh masyarakat. Kepala desa sebagai aparat pemerintah selaku abdi Negara dan masyarakat,
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menyangkut kepentingan umum.
Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu hal penting dalam memajukan
kesejahteraan masyarakat desa. Inti dari pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana rakyat
dibantu agar lebih berdaya sehingga tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas dan
kemampuannya dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya, tetapi juga sekaligus
meningkatkan kemampuan ekonomi nasional.
Peningkatan perekonomian seharusnya mengarah pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan berupaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dalam membentuk dan merubah
perilaku masyarkat untuk mencapai kehidupan yang. Lebih baik dan taraf hidup yang lebih
berkualitas.
Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai proses penyerahan kekuasaan dari
pemerintah kepada pihak yang tak berdaya (masyarakat miskin), supaya dapat memiliki
kekuatan untuk meningkatkan ekonomi yang mumpuni, masyarakat miskin memiliki ciri
ketidakberdayaan secara ekonomi, dan berada dibatas atau dibawah ambang kemampuan
materil untuk mencukupi kebutuhan minimal yang diperlukan sebagai manusia.
Kehidupan ekonomi masyarakat desa tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang
mereka dapatkan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang mimiliki pendidikan yang lebih rendah maka
keinginan dan wawasan cenderung kurang. Oleh karena itu, peningkatan perekonomian harus
dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia yang ada. Meskipun tidak mengenyam
pendidikan yang tinggi setidaknya seseorang mampu dan dibekali dengan berbagai
keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupannya.
Terkait dengan latar belakang diatas maka sangatlah diperlukan peran pemerintah
desa dalam meningkatkan ekonomi masyarakat desa. Bentuk kepedulian pemerintah desa
dalam meningkatkan prekonomian masyarakat yaitu pemerintah desa memberdayakan
masyarakatnya dengan memberikan pelatihan penanaman, pengurusan, dan pendanaan
pertama di tanggung pemerintah desa sampai ada hasil yang diperoleh, pemberdayaan
melalui bidang pertanian berupa serai wangi.
Sebelum masyarakat diberdayakan oleh pemerintah desa masyarakat hanya
mengharapkan hasil bumi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dikarekan berbagai aspek seperti tanaman gagal panen, harga turun, dan gangguan hama
lainnya.Setelah pemerintah desa memberdayakan masyarakat yang membutuhkan, melalui
tanaman Serai Wangi masyarakat dapat terberdayakan oleh pemerintah, dari penelitian yang
dilakukan oleh penulis, penulis sudah mendapati petani yang diberdayakan pemerintah secara
ekonomi telah sejahtera.
Pak Manan sudah menyelesaikan banguinan yang lama tertunda dan kereta gunung,
Pak Ayu bisa sekolahnya ke2 anaknya di ponpes yang cukup terkenal dan memiliki biaya
sekolah yang tinggi, Pak Salam bisa membeli rumah yang sebelumnya hanya
mengontrak/menyewa rumah warga desa, langkah yang dilakukan oleh pemerintah desa
sangat tempat dalam memberdayakan masyarakatnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis benar bahwa masyarakat yang
diberdayakan pemerintah desa sejahtera dari segi bidang ekonomi meski masih ada hambatan
yang di hadapai oleh pemerintah desa yaitu dana yang masih cukup kecil untuk
memberdayakan masyarakat yang banyak, dikarenakan wilayah perkebunan masyarakat
langsung berbatasan dengan hutan nasional gunung leuser maka masyarakat tidak
diperbolehkan untuk perluasan lahan perkebunan.
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan urain di atas maka permasalahan yang menjadi fokus perhatian
penulis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apa upaya yang di lakukan pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi
masyarkat di Desa Sukarimbun Kec Ketambe Kab Aceh Tenggara?
2. Apa saja kendala yang di hadapi pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat di Desa Sukarimbun Kec Ketembe Kab Aceh Tenggara?
C. Batasan Istilah
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, terutama individu-individu yang mengalami
kemiskinan.1 Adapun pemberdayaan yang dilakukan pemerintah desa dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengontrolan, dan pengevaluasian.
2. Pemerintah Desa
Pemerintah desa adalah penyelenggaran urusan pemerintah oleh pemerintah desa
dan badan permusyawaratam desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia.2
3. Ekonomi Masyarakat
Kata ekonomi itu sendiri bersal dari “oikos” yang artinya rumah tangga, dan
“nomos” yang berarti hukum, kaidah atau pengelolaan. Dengan demikian, secara
sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan pengelolaan
suatu rumah tangga.3 Ekonomi yang dimaksud disini yaitu ekonomi masyarakat.
Ekonomi masyarakat adalah pengembangan ekonomi yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup dalam melibatkan masyarakat secara keseluruhan,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di berbagai bidang. Bidang yang di
kembangkan oleh pemerintah desa adalah penanaman Serai Wangi.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat di Desa Sukarimbun Kec Ketambe Kab Aceh Tenggara
2. Untuk mengetahui kendala pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat di Desa Sukarimbun Kec Ketambe Kab Aceh Tenggara
E. Manfaat Penelitian
1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2006) hlm. 59. 2 PP No. 72 Tahun 2005 pasal 1 (7)
3Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonoi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hlm. 2.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan sebagai bahan kajian dan referensi yang
berkaitan dengan pemberdayaan pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat.
2. Manfaat Praktisi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperaktekkan ilmu
pendidikan luar sekolah Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya dengan
mengkaji fenomena pemberdayaan masyarakat.
3. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini digunakan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan
mendapatkan gelar sarjana pada program Pengembangan Masyarkat Islam FDK
UIN-SU.
b. Sebagai bekal pengalaman dalam pengaplikasikan ilmu pengetahuan selama
perkuliahan kedalam karya nyata.
c. Dapat mengetahui pemberdayan pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat
F. Sistematis Pembahasan
Pada bagian ini dicantumkan rencana laporan penelitian sebagai gambaran dari
permasalahan yang akan diteliti. Dirumuskan dalam bentuk bab-bab dan masing-masing bab
dirinci kedalam beberapa subbab yang berkaitan.
BAB I merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematis
pembahasan.
BAB II dipaparkan tentang landasan terori yang digunakan dalam bab ini akan
diuraikan secara teoritis mengenai pengertian pemberdayaan, pemerintah desa, ekonomi
masyarakat, hubungan ekonomi dan masyarakat, dan penelitian yang relevan.
BAB III membahas tentang metodologi penelitian, yang meliputi jenis penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data, dan
keabsahan data.
BAB IV membahas tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum desa,
upaya pemberdayaan pemerintah desa, kendala yang di hadapi pemerintah desa.
BAB V membahas tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok
lemah dalam masyarakat, terutama individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan
sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator sebuah keberhasilan pemberdayaan.
Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolektif (kelompok).4
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan
atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai
proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya,
kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya.5
Dalam Al-Qur’an juga menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat
Surah At-Taubah ayat 122
4 Ibid, 59. 5 Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. (Jogjakarta: Gava
Media,2004) hlm. 7.
Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.
Dalam kitab tafsirnya yang berjudul jami’ Al-Bayan fii Ta’wil Al-Qur’an atau yang
lebih sering dikenal dengan nama Tafsir At-Thabari, Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
At-Thabari menjelaskan begitu banyak perbedaan pendapat para ulama ahli Tafsir dalam
memahami ayat tersebut. Diantara mereka, ada yang menitibaratkan dalam kajian historis,
pendekatan kritik sosial, dan aktualisasi isi kandungan ayat. Beberapa diantaranya terangkum
dalam beberapa pendapat berikut:
Diriwayatkan dari sahabat Mujahid Ra, beliau berkata: “Dulu, para sahabat nabi
banyak yang ditugaskan di daerah suku pedalaman tanah arab. Di sana, mereka membangun
interaksi yang baik dan memajukan sektor pertanian yang bermanfaat bagi penduduk
setempat. Selain itu, para sahabat nabi tersebut juga mendakwahkan ajaran islam kepada
penduduk setempat. Akhirnya mereka kembali dan menemui Rasulullah Saw untuk
menceritakan apa yang telah meraka alami. Sehingga turunlah ayat ini.
Sahabat Qatadah ra, mengambil pemahaman bahwa ketika Rasulullah Saw mengutus
angkatan perang, hendaklah sebagian diantara mereka tetap tinggal bersama beliau untuk
lebih memperdalam pengetahuan agama meraka. Kemudian sebagian upaya tindak lanjut,
mereka juga berkewajiban mendakwahkan apa yang telah didapat terhadap kamunya.
Secara garis besar, dari QS. At-Taubah/ayat/122 dapat di tarik sebuah pemahaman.
Kandungan dan penafsiran ayatnya bermuara pada kewajiban seorang muslim untuk
bertanggung jawab atas keadaan umat yang ada disekitarnya. Karena dalam konteks ini,
pemberdayan masyarakat sekitar merupakan sebuah amanah yang murni muncul dari
kesadaran sosial semata.6
Defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan
1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah
atau tidak beruntung
2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi
terhadap kehidupannya.
3. Pemberdayaan merujuk pada pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial.
4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa) atas kehidupannya.7
Menurut Widjaja Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri,
harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara
mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya. Pemberdayaan masyarakat
terutama di pedesaan tidak cukup hanya dengan upaya meningkatkan produktivitas,
memberikan kesempatan usaha yang sama atau modal saja, tetapi harus diikuti pula dengan
6 Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari, Jami’ Al-Bayan fii Ta’wil Al-Quran,
(Jakarta: Pustaka Azza, 2008) hlm. 48. 7 Agus Ahmad Safei, Nanih Machendrawati, pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi
Sampai Tradisi, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2003) hlm. 59.
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat, mendukung berkembangnya potensi
masyarakat melalui peningkatan peran, produktivitas dan efisiensi.8
Menurut Sumodiningrat pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
mendirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki adapun
pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu
masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai
pihak yang memberdayakan.9
Pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang
tertinggal. Konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah
dengan aliran yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran
postmodernisme. Aliran ini menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi pada
jargon antisistem, antistruktur, dan antideterminisme yang diaplikasikan pada dunia
kekuasaan. Pemahaman konsep pemberdayaan oleh masing-masing individu secara selektif
dan kritis dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam
pikiran masyarakat dan kebudayaan barat.10
Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk
memperoleh atau memberikan daya, kekuatan, atau kemampuan kepada individu masyarakat
lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta
masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternative pemecahnya dengan
mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
8 Haw Widjaja, Pemerintahan Desa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 169. 9 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1999) hlm. 32. 10 Usman Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004) hlm. 36.
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan, kesenjangan, ketidakberdayaan.
Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi
layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan
transportasi. Keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia
yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian
masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional karena dipergunakan untuk
memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah
keterbelakangan menyangkut struktural (kebijakan)11
dan kultural Tujuan yang ingin dicapai
dari pemberdayaan masyarakat adalah membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan
apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami
oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi dengan mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik,
dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik atau material. Pelaku pemberdayaan
harus dapat berperan sebagai motivator, mediator, dan fasilitator yang baik. Pelaku
pemberdayaan tidak hanya dituntut untuk memperdaya pengetahuannya, melainkan mereka
dituntut meningkatkan ketrampilannya dalam mendesain pemberdayaan. Terkait dengan
tujuan pemberdayaan, menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
11 Ibid
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan
daya atau kemampuan yang dimiliki.12
3. Proses pemberdayaan
Proses pemberdayaan memerlukan tindakan aktif subyek untuk mengakui daya yang
memiliki obyek dengan memberinya kesempatan untuk mengembangkan diri sebelum
akhirnya obyek yang beralih fungsi menjadi subyek yang baru. Karena proses tersebut
didukung oleh faktor atau stimulus dari luar, maka subyek tersebut sebagai faktor eksternal.
Selain itu, faktor internal yang mementingkan tindakan aktif obyek atau masyarakat miskin
sendiri juga merupakan prasyarat penting yang dapat mendukung proses pemberdayaan yang
efektif.13
Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolektif (kelompok).
Proses ini merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan antara
lapisan sosial yang dicirikan dengan adanya polarisasi ekonomi, maka kemampuan individu
“senasib” untuk saling berkumpul dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk
pemberdayaan yang paling efektif. Hal tersebut dapat dicapai melalui proses dialog dan
diskusi di dalam kelompoknya masing-masing, yaitu individu dalam kelompok belajar untuk
mendeskripsikan suatu situasi, mengekspresikan opini dan emosi mereka atau dengan kata
lain mereka belajar untuk mendefinisikan masalah, menganalisis, kemudian mencari
solusinya.
12 Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan, hlm. 7. 13 Pranaka, Prijono Onny, Pemberdayaan Konsep Kebijakan dan Implementasi,(Jakarta: CSIS, 1996)
hlm. 137.
Kartasasmita mengatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga
proses yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi
yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat
tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan
atau kemampuan, dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran
(awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya.
b. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat (empoewering), sehingga
diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana.
c. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.14
Proses pemberdayaan mengandung dua kecendrungan:
1. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
menjadikan sebagian kekuatan, supaya berdaya.
2. Menekankan pada proses stimulus, mendorong atau memotivasi agar individu
mempunyai kemampuan akan keberdayaan.15
Hakikat pemberdayaan masyarkat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam proses tersebut
masyararakat bersama-sama melakukan hal-hal berikut:
14 Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang berakar pada
Masyarakat, (Jakarta: Bappenas.1996) hlm. 23. 15 Jafar Hafsah, Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Iris Pres,
2006) hlm. 136.
1. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa
keadaannya, baik potensi maupun permasalhannya. Pada tahap ini diharapkan
dapat diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi, dan kelembagaan,
proses ini meliputi:
a. Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan
pertemuan awal dan teknis pelaksanaanya.
b. Persiapan penyelenggaraan pertemuan.
c. Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan.
d. Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut.
2. Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian, meliputi:
a. Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah.
b. Iidentifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik.
c. Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah.
d. Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisaian pelaksanaanya.
3. Menerapkan rencana kegiatan kelompok: rencana yang telah disusun bersama
dengan dukuan fasilitas dari pendamping selanjutnya diimplementasikan dalam
kegiatan yang kongkrit dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal
4. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara partisipatif
(participatory monitoring and evalution/PME). PME ini dilakukan secara
mendalam pada semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar proses penilaian,
pengkajian dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil
dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan.16
16 Totok Mardikanto, PoerwokoSoebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan
Publik,(Bandung: Alfabeta, 2019), hlm. 125-126.
Pada kenyataanya proses pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan
potensi ekonomi rakyat tetapi harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya,
terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Proses pemberdayaan warga masyarakat
diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan
berkemampuan.
4. Tahapan pemberdayaan
Menurut Sumodingningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai
target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari
jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui
suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri.17
Tahapan intervensi sosial
dalam program pemberdayaan masyarakat merupakan suatu siklus perubahan yang berusaha
mencapai ke taraf yang lebih baik.18
Proses pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarkat
(key person), tetapi juga menurut Isbandi Rukminto Adi, pemberdayaan masyarakat memiliki
tujuh tahapan pemberdayaan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada tahpan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: pertama,
penyiapan petugas. Yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan
oleh community wolker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya di
usahakan dilakukan secara non-direktif.
b. Tahap pengkajian (Assesment)
17 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan, hlm. 41. 18 Adi Isbandi Rukmianto, Intervensi Komunitas, Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2002) hlm. 179.
Pada tahap ini yaitu dapat melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam
hal ini petugas harus berusaha mengedintifikasi masalah kebutuhan yang
dirasakan dan sumber daya yang dimiliki klien.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan
Pada tahapan ini petugas sebagi agen perubahan (exchange agent) secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegitan yang
dilakukan.
d. Tahapa pemformulasi rencana aksi
Pada tahap ini agen perubahan membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegitan apa yang akan mereke
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Disamping itu juga petugas
membantu untuk memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis,
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang
dana.
e. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat berperan sebagai
kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah
dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan masyarakat merupakan hal penting
dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik
melenceng saat dilapangan.
f. Tahapan evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka
waktu pendek bisa terbentuk suatu sitem komunitas untuk pengawasan secara
internal dan untuk jangka panjang dapat membangun komunitas masyarakat yang
lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
g. Tahap terminalasi
Tahap terminalasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.
Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin. Kemudian
secara perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasaran.19
Menurut Sulistiyani menyatakan bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan
masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut
meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan pemberian keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga
terbentuklah inisiatif dan kemampuan untuk mengantarkan pada
kemandirian.20
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto dengan menekankan pada proses, maka
pemberdayaan masyarakat memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
19 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahterasan Sosial, (Jakarta:
LP FEUL, 2002), hlm. 54. 20 Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan, hlm. 83-84.
a. Penyadaran pada tahap ini, dilakukan sosialisasi terhadap komunitas agar
mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan
kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri
b. Pengkapasitaan sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan kecakapan
dalam mengelolanya. Tahap ini sering disebut sebagai capacity bulding, yang
terdiri atas pengkapasitasan, organisasi, dan system nilai.
c. Pendayaan pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, dan peluang
sesuai dengan kecakapan yang sudah diperolehnya.21
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan tahapan pemberdayaan masyarakat
melalui penyadaran, pengkapasitasan, dan penberdayaan, sehingga masyarakat mampu
mandiri dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, mensejahterkan adalah kewajiban
bersama dalam lungkup kelurga dan negara.
Upaya pemberdayaan masyarkat perlu didasari pemahaman bahwa munculnya
ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless)
beberapa jenis kekuatan yang dimilki masyarakat dapat digunakan untuk memberdayakan
mereka.
1. Kekuatan atas pilihan peribadi. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan pribadi atau kesempatan
untuk hidup lebih baik.
2. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri. Pemberdayaan dilakukan dengan
mendampingi mereka untuk merumuskan kebutuhannya sendiri.
3. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
mengembangankan kapasitas untuk bebas berekpresi dalam bentuk budaya public.
21 Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2007) hlm. 3.
4. Kekuatan kelembagaan. Pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan aksesisbilitas
masyarakat terhadap kelembagaan pendidikan, kesehatan, keluarga, keagamaan,
sistem kesejahteraan sosial, struktur pemerintahan, media dan sebagainya.
5. Kekuatan sumber daya ekonomi. Pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan
aksesibilitasi dan control terhadap aktivitas ekonomi.
6. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi. Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan
kebebasan kepada masyarakat dalam menentukan proses reproduksi
Faktor yang menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat adalah ketimpangan,
ketimpangan yang sering terjadi pada masyarakat meliputi:
1. Ketimpangan struktural yang terjadi diantara kelompok primer, seperti perbedaan
kelas orang kaya dengan orang miskin, buruh dan majikan, ketidaksetaraan gender,
ras etni, dan antara minoritas dan mayoritas.
2. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua dengan muda,
keterbatasan fisik, mentel dan intelektual.
3. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan orang-orang yang dicintai,
persoalan pribadi, dan keluarga
Melaksanakan dan mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat akan berjalan
efektif jika sebelumnya sudah dilakukan investigasi terhadap faktor-faktor yang menjadi akar
permasalahan sosial. Dalam konteks ini, perlu diklarifikasi apakah akar penyebab
ketidakberdayaan berkaitan dengan faktor kelangkaan suberdaya atau faktor ketimpangan,
ataukah kombinasi antar keduanya.
Upaya memberdayakan kelompok masyarakat yang lemah dapat dilakukan dengan
tiga strategi
1. Pemberdayaan melalui perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan dengan
membangun atau mengubah atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa
memberikan akses yang sama terhadap sumberdaya, pelayanan dan kesempatan
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
2. Pemberdayaan melalui aksi-aksi sosial dan politik yang dilakukan perjuangan politik
dan gerekan dalam rangka membangun kekuasaan yang efektif.
3. Pemberdayaaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaran yang dilakukan
dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang cukup luas. Upaya ini
dilakukan dalam rangka membekali pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat
lapis bawah dan meningkatkan kekuatan mereka.22
B. Pemerintah Desa
1. Pengertian Pemerintah Desa
Dalam UU No 6 Tahun 2014 pasal 1 yang menyatakan bahwa pemerintah desa adalah
yang penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 (7) Pemerintah desa adalah penyelenggaran
urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur
dan meng urus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, pemerintah desa atau yang disebut juga dengan nama lain adalah kepala desa dan
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005, Desa atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di kabupaten/kota,
22 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana Dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group), hlm, 27.
dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan
memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Jumlah Penduduk.
b. Luas Wilayah.
c. Bagian Wilayah Kerja.
d. Perangkat, dan.
e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan.23
2. Prinsip Dasar Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 prinsip dasar penyelenggaraan
pemerintah desa adalah:
a. Untuk menjamin terselenggaranya tertib pemerintahan dan sesuai pula dengan
sifat Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pengaturan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan atas
Desa di Seluruh Indonesia yang beraneka ragam baik dalam susunan masyarakat,
tata hukum adatnya maupun latar belakang kehidupannya sebagai satuan
masyarakat terkecil. Keseragaman tersebut meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan
pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa yang diarahkan kepada
perwujudan daya guna dan hasil guna yang rasional.
b. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa hanya
mengatur Desa dan Kelurahan dari segi pemerintahannya. Dengan demikian
Undang-undang tersebut tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat hukum adat
23 Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Desa.
dan kebiasaan-kebiasaan yang masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan
pemerintahan. Pembangunan dan ketahanan nasional dalam Undang-undang
nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa tidak mengarah kepada
pembentukan Daerah Otonomi tingkat tiga. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Undang-undang tersebut yang menegaskan bahwa walaupun Desa mempunyai
hak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, tetapi hak tersebut
bukanlah hak otonomisebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 32
Tahun 2004 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Telah ditetapkannya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Desa dan berbagai peraturan sebagai kebijaksanaan pelaksanaannya, diharapkan akan dapat
makin mantap penyelenggaraan pemerintahan Desa secara terpadu dan menyeluruh sehingga
terwujud hubungan yang jelas antara sistem penyelenggaraan pemerintah Desa berdasarkan
Undang-undang nomor 32 Tahun 2004.
Program tahunan dalam rencana kerja yang disusun oleh pemerintah Desa terhadap
kegiatan-kegiatan yang kebijaksanaan dan sistem penyelenggaraan pemerintah Desa yang
selama ini diatur dengan berbagai kebijaksanaan Daerah menjadi sistem penyelenggaraan
pemerintahan Desa secara Nasional dengan pola yang seragam ini berarti bahwa
penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004
adalah merupakan pembaharuan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan Desa. Oleh
karena itu dalam melakukan pengkajian terhadap materi Undang-undang nomor 32 Tahun
2004 dan berbagai peraturan pelaksanaannya diperlukan adanya ketelitian dan kehati-hatian
agar tidak menimbulkan suatu penafsiran yang keliru.24
24 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
C. Ekonomi Masyarakat
Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy sementara kata
ekonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan
rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga
adalah surat usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya dengan berhubungan
dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas diantara berbagai
anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha keinginan masing-masing. Oleh
karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan
pelaksanaannya. Tidak berbeda halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga selalu
dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaanya.
Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat (rumah
tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan
mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. 25
Dalam
perekonomian yang berdasarkan pada ekonomi kerakyatan dan demokrasi ekonomi, peran
masyarakat sangat besar. Untuk itu diperlukan suatu usaha pemberdayaan masyarakat,
terutama menghadapi proses industrial yang memasuki era perdagangan dan investasi bebas,
yang tentu saja akan lebih memperhitungkan aspek keunggulan mutu hasil produksian
keuntungan hasil penjualan.
Didalam QS Al-Jumuah: 10 menjelaskan tentang ekonomi sebagai berikut:
25 Damsar, Sosiologi Ekonomi (Jakarta:Prenada Media Group,2011),hlm 9-10.
Artinya: apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi;
dan carilah karunia allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Ayat diatas menunjukanan bahwa manusia diperintahkan allah mencari karunia allah
dibumi rejeki tersebut tentu tidakkan datang kepada kita andai kita tidak berihktiar. Allah
sudah menetpakan sunnatullah untuk manusia mendapatkan rizki, tinggal manusia
mengoptimalkan dan mengaturnya dengan baik atau tidak.
Hal ini misalnya, allah menciptakan pohon manga beserta sistem tumbuh dan
berkembangnya. Manusia bisa mendapatkan rizki manga-mangga tersebut asalkan ia mau
mengolahnya, merawat, dan memetiknya secara rutin sampai dijual kepada konsumen. Jika
tidak dilakukan, tentu saja rezeki tersebut tidakkan bisa didapatkan.
Dalam suatu sistem ekonomi tercakup nilai-nilai, kebiasan, adat-istiadat, hokum,
norma-norma, aturan-aturan berikut kesepakatan akan tujuan bersama serta otoritas dan
kekuasaan untuk mengarahkan sumber daya yang ada untuk tuuan bersama.26
Peningkatan
ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan-pendapatan perkapita dan lajunya
pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB untuk
tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah. Defenisi pembangunan tidak dapat
dipisahkan dengan pengertian pembangunan ekonomi, karena pada dasarnya baik tujuan
pembangunan maupaun pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Ekonomi kerakyatan yang di dasarkan pada Pancasila dan UUD-45 sudah lama
menjadi cita-cita para pendiri Negara ini kerakyatan dipetik dari sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan. Apabila kedua kata
tersebut disandingkan dengan pembangunan nasional, maka pengertiannya menurut GBHN
26
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, hlm. 3-4.
adalah menjadi: “pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat dilaksanakan dalam semua
aspek kehidupan bangsa”, sedangkan ekonomi kerakyatan menurut visi dari UUD 1945 pasal
27 adalah: “tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”,
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa misi ekonomi kerakyatan yang
pokoknya adalah penyediaan lapangan kerja, serta mewujudkan taraf hidup yang layak bagi
seluruh warga Negara dengan demikian prekonomian rakyat mempunyai misi yang luhur,
aspek prekonomian bangsa yang selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak.27
Pengembangan ekonomi masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat,
melainkan juga tugas pemerintah desa. Peran pemerintah desa dibutuhkan untuk memantau
keadaan disetiap daerah dan memfasilitasi adar terjadi pengembangan sumber daya ekonomi
masyarakat desa. Pengembangan ekonomi yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup perlu melibatkan masyarakat secara keseluruhan, dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di berbagai bidang.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
1. Kurang berkembanganya sistem kelembagaan bersekala kecil dalam
mengembangkan kegiatan usaha ekonomi yang bertujuan meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
2. Kurangnya akses masyarakat kepada input sumber daya ekonomi berupa modal
usaha, informasi pasar dan teknologi
3. Lemahnya kemampuan masyarakat golongan ekonomi lemah untuk membangun
organisai ekonomi masyarakat (perusahaan) yang memiliki posisi tawar (berning
power) dan daya saing menghadapi perusahaan besar.
27 Prijono Tjiptoherijanto, Prospek Prekonomian Indonesia Dalam Rangka Globalisasi,(Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1997), hlm. 138
Dengan melaksanakan kebijakan pemerintah untuk mendorong berkembangnya usaha
kecil, menengah, dan koperasi, dengan memberikan bantuan modal dengan Bungan rendah,
memberikan kesempatan dan kemudahan mengembangkan usaha dan berusaha, serta
membekali pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan, maka diharapkan akan dapat
mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi produktif dalam masyarakat. 28
Untuk mewujudkan peningkatan perekonomian berdasarkan karakteristik potensi,
geografis dan kebutuhan daerah, maka strategi kebijakan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Menigkatkan aksesibilitas untuk memperlancar aliran investasi dan produksi serta
menigkatkan keterkaitan ekonomi antar daerah yang saling mendukung.
2. Mendorong pemanfaatan potensi sumber daya alam yang belum tergali di daerah
tirtinggal dan menciptakan perkembangan kawasan-kawasan potensi ekonomi
baru.
3. Menigkatkan kelangsungan kegiatan usaha yang sudah ada di sentra-
sentraproduksi di daerah yang relatif maju sebagai andalan pertumbuhan ekonomi
dan mengembangkannya dalam kerangka prekonomian wilayah berdasarkan
kesamaan karakteristik potensi geografis dan kebutuhan daerah
4. Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengembangkan daya tarik
investasi berdasarkan keunggulan komperatif dan kompetitif masing-masing
daerah sesuai dengan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia, dan lokasi
geografis.29
28 Rahardjo Adisasmita, Manajemen Pemerintahan Desa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) hlm. 133-
134. 29 Ibid, 126.
D. Hubungan Ekonomi Dengan Masyarakat
Pusat perhatian dari kajian para ekonomi adalah pertukaran ekonomi adalah
pertukaran ekonomi, pasar, dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggap sebagai sesuatu
yang diluar, dia dipandang sebagai sesuatu yang telah ada (given) sebaliknya, sosiologi
memandang ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat.
Sosiologi tidak terbiasa melihat kenyataan dengan melakukan ceteris paribus terhadap
faktor-faktor yang dipandang berpengaruh terhadap suatu kenyataan sosial tetapi sebaliknya,
sosiologi terbiasa melihat kenyataan secara holistic, melihat kenyataan saling kait mengait
antara berbagai faktor. Dengan demikian, sosiologi ekonomi selalu memusatkan perhatian
pada:
1. Analisis sosiologi terhadap proses ekonomi, misalnya proses pembentukan, harga
antara pelaku ekonomi, proses terbentuknya kepercayaan dalam suatu tindakan
ekonomi, atau proses terjadinya peselisihan dalam tindakan ekonomi.
2. Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan instusi lain dari masyarakat,
seperti hubungan antara ekonmi dan agama, pendidikan, stratifikasi sosial, demokrasi,
atau politik.
3. Studi tentang perubahan instusi dan parameter budaya yang menjadi konteks bagi
landasan ekonomi masyarakat, contohnya semangat kewirusahaan dikalangan santri,
capital budaya (cultural capital) pada masyarakat nelayan atau etos kerja dikalangan
pekerja tambang.
E. Penelitian Yang Relevan
1. Hasil penelitian yang dilaksanakan Sigit Suwardinto pada tahun 2015
mengenai Peran Kepala Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa
Sidoagung Kecamatan Godean Kabupaten Sleman bahwa peranan kepala desa
dalam pemberdayaan masyarakat di desa sidoagung yaitu pembangunan fisik
dan pembangunan non fisik. Peranan kepala desa Sidoagung dilihat dari
berbagai indikator yaitu Peranan kepala desa dalam pembinaan masyarakat
dan Peranan kepala desa dalam mengkoordinasi pembangunan secara
partisipasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan kepala desa dalam
pemberdayaaan masyarakat di desa Sidoagung ada 2 yaitu factor pendukung
dan faktor penghambat. Faktor pendukung meliputi keturunan, kewibawaan,
dan kekuasaan. Faktor penghambat meliputi kondisi penduduk, partisipasi
penduduk, dan peralatan atau fasilitas.
2. Hasil penelitian yang dilaksanakan Rahmi pada tahun 2018 mengenai Peran
Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Industry Berbasis
Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng bahwa Peranan Pemerintah Daerah
dalam Pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi kreatif sektor kuliner ada
3 yaitu Tatanan regulasi, pengarahan strategi, dan Pelatihan. Pemberdayaan
melalui upaya yang ditempuh oleh pemerintah itu sudah terlaksana dengan
baik, dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Faktor
pendorong pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi
kreatif sektor kuliner adalah Dukungan Multipihak baik dari Pemerintah
(PMD, Koperasi, RKB), Semangat dan respon positif dari masyarakat yang
terbukti dengan keikutsertaan dan kehadiran masyarakat, proses pembuatan
produk yang tergolong mudah sehingga mudah diterima oleh masyarkat. selain
itu kerjasama dalam pemasaran juga menjadi pendorong proses pelaksanaan
produksi yang membuat masyarakat tertarik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah kualitatif, yang berbentuk pengamatan untuk memahami tentang
fenomena yang terjadi pada subjek yaitu berupa kata- kata tertulis dan lisan dari orang-
orang yang dapat diamati atau diteliti. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa. Metode penelitian kualitatif baiasanya adalah wawancara,
pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. 30
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan uraian tentang ucapan,
tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat maupun
organisasi tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh dan menyeluruh dan juga untuk
memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan
mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks alami (natural setting), tentang apa
yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya dilapangan studi. Tujuan utama metode
kualitatif adalah untuk medapatkan data yang mendalam dan menghandung makna, yaitu
data yang sebenarnya dan data yang pasti. 31
Pendekatan ini adalah deskriptif, pendekatan yang dilakukan dengan cara pengamatan
langsung dari lapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan seperti kata-kata (naskah
wawancara), gambar (foto dan video), dokumen pribadi, cacatan lapangan dan dokumen
resmi lainnya, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti.
Tujuan pendekatan deskriptif adalah untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai
setting sosial atau untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
30
Lexy. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), hlm, 4-6.
31 Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm.20.
kenyataan sosial. Dengan pendekatan deskripti peneliti akan mendapat data berupa kata-kata,
gambar dan lainnya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara. Peneliti tertarik memilih Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara karena peneliti merasa belum terlaksanya pembedayaan sebagai salah satu program
kerja pemerintah desa.
C. Sumber Data
Adapun aktifitas yang dilakukan adalah membuat basis data kasus dengan
menggunakan berbagai metode pengumpulan data, baik data kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam penelitian ini untuk sumber dan jenis data yang diperlukan, yaitu :
1. Data Primer
Sumber data primer adalah bersumber dari kepala desa, sekretaris, kaur
kesejahteraan, kaur keuangan, kadus, kepala bidang pemberdayaan, pemuka agama
(penasehat kepala desa) sebagai nara sumber utama dalam penetilian, penulis
mendapatkan data dengan cara wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen,
peneliti menulis dan merekam suara supaya mendapatkan data dengan sebenarnya.
2. Data sekunder
Berbagai sumber tertulis yang memungkinkan dapat dimanfaatkan dalam
penelitian ini akan digunakan semaksimal mungkin demi mendorong keberhasilan
penelitian ini. Diantaranya buku-buku, literatur, internet, majalah, atau jurnal ilmiah,
arsip, dokumentasi pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan
penelitian ini. Pada fungsi yang optimal dapat memberikan pemahaman teoritik dan
metodologi yang melandasi dalam melakukan penelitian yang benar.32
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara :
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari responden atau key informan yang
diteliti. Hubungan pewawancara dengan terwawancara seperti suasana biasa, wajar,
dan berjalan seperti kehidupan sehari-hari.
2. Observasi
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mengamati
pengelolaan objek wisata dan ekonomi masyarakat dengan adanya dibuat objek wisata
dan mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsungnya, dan biasanya peneliti
dapat sebagai partisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu
objek peristiwa yang sedang di teliti nya.
3. Dokumentasi
Dokumen didapatkan dari pengamatan dilapangan baik berupa catatan lapangan,
foto, video.
E. Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam priode tertentu. Miles dan
Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
32
Lisa Harrison, Metodologi Penelitian politik (Jakarta : Kencana, 2007), hlm.35
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah di
reduksikan akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudahkan
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan Verifikasi. 33
F. Keabsahan Data
1. Kroscek adalah pengecekan kembali dari data-data dan informasi yang didapatkan
sehingga penelitian mengahasilkan data dan informasi yang tepat.
2. Pengamat berkepanjangan adalah salah satu cara mendapatkan keabsahan data dimana
peneliti terus melakukan pengamatan terhadap penelitian yang dilakukan supaya tidak
terjadi kekeliruan dalam data.
3. Tringulasi
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
33
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Realitions dan Komunikasi (Jakarta : Rajawali Pers,
2017), hlm. 221-222
d. Membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang-orang
berpendidikan menengah atau tinggi dan pemerintah.34
34 Lexi J. Moleong Metode Penelitian Kualitatif hlm. 331
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara
1. Riwayat Singkat Desa Sukarimbun
Desa Sukarimbun berdiri sejak tahun 2006, Desa Sukarimbun salah satu desa
pemekaran yang berasal dari desa Aunan Sepakat yang di pecah menjadi tiga desa yaitu:
Lawe Aunan, Sukarimbun, dan Desa Bintang Bener. Pemerintah daerah butuh tiga tahun
untuk menetapkan pemekaran desa, hingga pada bulan April tahun 2006 pemerintah daerah
meresmikan ketiga desa tersebut salah satunya desa Sukarimbun. Desa sukarimbun memiliki
tiga dusun yaitu: Dusun I Atu Kapur, Dusun II Sena Rebung, Dusun III Timang Rasa. Berikut
adalah silsilah kepemimpinan desa Sukarimbun:
1) Saparudin Th. 2006-2011
2) Saparudin Th. 2011-2016
3) Asbi Nasri Th. 2016- Sampai sekarang
2. Kondisi Geografis
Jumlah penduduk Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara
dapat diketahui melalui table di bawah ini:
Tabel 1.1
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Sukarimbun Kecamatan
Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara
N
o
Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 222 jiwa
2 Perempuan 184 jiwa
Jumlah 406 jiwa
Menganalisa data tersebut ternyata jumlah penduduk desa Sukarimbun Kecamtan
Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara berjumlah 406 jiwa, dengan rincian 120 KK (kepala
keluarga) dengan perinciannya penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 222 jiwa dan
berjenis kelamin perempuan berjumlah 184 jiwa jumlah tersebut dilihat dari persentasenya
lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.
3. Letak Geografis Desa
Letak desa Sukarimbun berada disebelah barat ibu kota Kecamatan Ketambe jarak dari
desa Sukarimbun ke Ibu Kota Kecamatan sekitar 5 KM dan ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 29
KM, batas-batasnya adalah:
Sebelah Utara berbatas dengan Desa Bintang Bener
Sebelah Timur berbatas dengan Desa Lawe Aunan
Sebelah Selatan berbatas dengan perkebunan dan gunung Leuser
Sebelah Barat berbatas dengan Desa Gunung Baru
4. Kondisi Perekonomian
Jumlah penduduk Desa Sukarimbun sebanyak 406 jiwa dengan penduduk usia
produktif 230 jiwa, sedangkan penduduk yang di kategorikan miskin terdapat 54 KK. Rata-
rata mata pencaharian penduduk adalah petani sedangkan hasil produksi ekonomis desa yang
menonjol adalah cokelat dan jagung
Tabel 1.2
Tabel Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe
Kabupaten Aceh Tenggara
No Mata Pencaharian Jumlah
1 PNS 3 Orang
2 TNI dan Polisi 2 Orang
3 Pensiunan -
4 Petani 197 Orang
5 Pedagang 10 Orang
6 Buruh Bangunan 2 Orang
7 Karyawan BUMN -
8 Peternak Sapi dan Kambing 3 Orang
9 Sopir 3 Orang
10 Belum Bekerja 98 Orang
11 Tidak Bekerja 5 Orang
12 Lain-lain 83 Orang
5. Kondisi Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat desa Sukarimbun kental dengan tradisi peninggalan para leluhur
baik dalam acara kelahiran anak, khitanan, maupaun perkawinan dengan kegiatan kenduri,
kesenian tradisional yang digemari masyarakat antar lain adalah Saman, Bines, Didong,
Dabus.
Dari segi pendidikan masyarakat desa Sukarimbun dapat dilihat pada table di bawah
ini:
Tabel 1.3
Table Tingkat Pendidikan Masyarakat
N
o
Jenjang Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah 56 Orang
2 Belum Tamat SD 40 Orang
3 Tidak Tamat SD 35 Orang
4 Tamat SD 145 Orang
5 Tamat SLTP 74 Orang
6 Tamat SLTA 52 Orang
7 Tamat Akedemik/Perguruan
Tinggi
4 Orang
6. Kondisi Sarana dan Prasarana
Desa Sukarimbun memiliki sarana dan prasarana untuk masyarakat yang terdapat
disetiap dusun, yang meliputi sarana prasarana dibidang pemerintahan, pendidikan,
kesehatan, keagamaan, dan sarana umum
1) Sarana dan prasarana pemerintah
Sarana dan prasarana Pemerintah Desa Sukarimbun mempunyai kantor balai
desa yang terletak didusun II Sena Rebung. Yang meliputi sarana prasarana
dibidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan, keagaman dan sarana umum.
Sedangkan didesa Sukarimbun mempunyai 3 dusun dan dikepalai 3 kepala
dusun. Sarana prasarana tersebut berjalan sesuai peraturan dan memberikan
pelayanan kepada seluruh masyarakat.
2) Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan didesa Sukarimbun mempunyai sekolah
yaitu SD.
3) Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan didesa Sukarimbun yaitu puskesmas 1 unit
dan posyandu 1 pos.
4) Sarana dan Prasarana Keagamaan
Sarana dan prasarana keagamaan di Desa Sukarimbun memiliki 1 Mesjid, 1
Musholla.
5) Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana umum yang terdapat di desa Sukarimbun meliputi
perdagangan dan kesehatan , sarana dan prasarana dibidang prdagangan di
desa Sukarimbun terdapat jual beli cokelat dan jagung dan berada di setiap
dusun bidang kesehatan memiliki beberapa MCK umum yang terdapat di dua
dusun yaitu dusun I dan dusun II yang kondisinya cukup memprihatinkan.
Jalan desa Sukarimbun meliputi jalan desa jalan dusun. Serta jalan kabupaten
ruas jalan di desa sudah beraspal dan babat beton.
B. Upaya Pemberdayaan Pemerintahan Desa Dalam Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat
1. Perencanaan
Perencanaan pemerintah desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan
pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintah
desa, pelaksaan pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa guna
mensejahterkan masyarkatnya dan bisa berdaya mandiri dengan usaha yang dimilikinya.
Perencanaan dalam pelasanaan program kerja pemerintah desa pada kurun waktu
pertengahan bulan Maret 2018 sampai satubulan setangah lamanya hingga pada bulan Mei
2018 ditetapkanlah siapa-siapa yang berhak mendapatkan pembedayaan dari pemerintah,
dalam melakukan perencanaan perancangan, melakukan diskusi antar prangkat desa
pemberdayaan apa yang mampu mensejahterakan masyarakat desa.
Diskusi yang dilakukan oleh perangkat desa untuk menentukan pemberdayaan
pertanian di bidang Serai Wangi menjadi pemilihan tananaman yang di berikan kepada
masyarakat, meski banyak tanaman lain yang diusulkan dalam rapat diskusi program kerja,
kepala desa setuju jika serai wangi lah yang diberikan kepada masyarakat
Program yang diimplementasikan terhadap petani di Desa Sukarimbun adalah
“Penanaman Modal dan Pelatihan Pertanian”. Modal merupakan uang yang diberikan oleh
pemerintah untuk petani dengan harapan hasil panen yang banyak dan berkembang agar
dapat memperbanyak masyarakat untuk menjadi petani serai wangi, dan dengan harapan hasil
panen petani yang bagus dan melimpah sehingga tarap hidup dapat terbedayakan.
Modal yang diberikan pada petani serai wangi dimulai pada tahun 2018. Tepatnya
pada bulan mei masa pembersihan lahan yang digunakan masyarakat, proses kegiatan
pemberdayaaan ekonomi ini di lakukan melalui pelatihan dan pembelajaran lapangan
mempelajari cara penanaman, pengurusan, panen, dan pengukusan agar hasilnya memuaskan.
2. pengorganisasian
Kepala Desa
ASBI NASRI Sekretaris Desa
ABDUSSALA
M
K.U.Keuangan
M. AMIN
K.U.Perencanaa
n
AHMADSYAH
K.S.Pemerintah
an
SAMIN
K.S.Kesejahteraa
n
MHD. TAHIR
Staff
Bendahara
MUKMIN
Kepala desa adalah jabatan tertinggi dalam sebuah organisai desa segala yang
berkaitan dengan desa kepala desa yang berperan penting dalam memberikan kebijakan dan
norma-norma di desa yang dia pimpin, prangkat desa yang membantu dan seagala keperluan
kepala desa dengan cara bertindak terlebih dahulu tergantung bidang masing-masing.
Susunan pengorganisasian menentukan hasil dari sebuah organisasi yang didirikan baik
dalam perencanaan kerja maupun dalam pelaksanaanya. Program kerja pemberdayaan
masyarakat yang telah terlaksana adalah salah satu bentuk keberhasilan pengorganisasian,
kepala desa selaku jabatan tertinggi dan penentu kebijakan mengambil langkah yang tepat
dalam memberdayakan masyarakatnya.
3. Pergerakan
Pergerakan yang dilakukan di Desa ini adalah penanaman serai wangi dari bentuk
kepedulian pemerintah desa terhadap masyarakat yang kurang mampu untuk meningkatkan
prekonomian rakyatnya. Pemberdayaan dilakukan supaya masyarakat mampu mandiri berdiri
dan berdaya, tanaman Serai Wangi termasuk tumbuhan yang hidup panjang dan jarak panen
yang cukup dekat sehingga pemerintah memberdayakan masyarakatnya dengan menanam
Serai Wangi
Pergerakan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat yaitu dengan cara:
a. Pelatihan
Penyuluhan pertanian memberikan pelatihan kepada petani Serai Wangi mulai dari
cara menanam, merawat dan memanen Serai Wangi. pelatihan dilaksanakan
berdasarkan antara penyuluhan dan petani Serai Wangi. menurut bapak Asbi Nasri,
pelatihan yang di lakukan dapat memberikan wawasan kepada para petani Serai
Kadus 1
BUSTAMI ARIFIN
Kadus 2
SALIMAN
Kadus 3
KAMISIN
Wangi hanya di lakukan jika instansi atau lembaga pemerintah yang memfasilitasi
pelatihan tersebut.
Pelatihan dilakukan setiap dua minggu sekali guna memperdalam pengetahuan dan
menjawab dari permasalahan yang di rasakan oleh petani dalam penanaman,
perawatan, dan memanen Serai wangi, pemerintah berupaya untuk masyarakat tidak
lagi mendapatkan kesulitan dikala dilapangan dalam pengurusan serai wangi baik itu
penanaman pengurusan dan pengentasan hama pada tananaman serai wangi.
b. Penyuluhan
Dalam proses meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat petani hal yang
terpenting adalah memberikan penyuluhan kepada para petani Serai Wangi yang telah
dilaksankan pada jadwal yang sudah ditentukan oleh penyuluhan dan para petani
Serai Wangi. Dengan adanya penyuluhan, maka petani dapat mengetahui dan
membawa wawasan tentang pengolahan pertanian Serai Wangi dengan cara
pengolahan yang efektif dan tepat guna dapat meningkatkan hasil panen sehingga
prekonomian masyarakat dapat meningkat. Hal ini sebagai mana dalam bab II bahwa
ekonomi masyarakat yang dimaksudkan untuk suatu usaha dalam pembuatan
keputusan dan pelaksanaanya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya
masyarakat.
c. Modal
Modal merupakan bantuan dari pemerintah yang di salurkan untuk para petani Serai
wangi di desa Sukarimbun, modal yang di berikan pemerintah dari pemberishan
lahan, pembibitan pengurusan sampai panen pertama, yang akan harus di kembalikan
apabila sudah sampai padan panan ke dua dan seterusnya dan dana akan di gunakan
kembali untuk memberdayakan masyarakat yang kurang berdaya.
Dana yang diberikan pemrintah secara pertahap di tinjau dari sejauh mana
perkembangan tananaman serai wangi apakah baru pembersihan lahan, masa
penanaman, pengurusan, dan panen pertama. Pemerintah desa tidak langsung
memberikan semua dana yang telah disepakati guna mengurangi penyalah guanaan
dana oleh masyarakat, dana juga tidak akan di keluarkan jika petani belum
menyelasaikan satu langkah pun untuk pelaksanaan penanaman serai wangi. dan jika
masyarakat yang sudah menerima dana pertama namun tidak melanjutkan penanaman
serai wangi maka masyarakat tersebut akan dikeluarkan dari pemberdayaan
pemerintah sekarang dan kedepannya.
Adapaun besaran dana yang di berikan pemrintah desa sebagai berikut:
Besaran dana yang diberikan pemerintah desa kepada petani serai wangi yang di telah
di berdayakan senilai Rp 2.000.000., /kepala keluarga dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.4
Tabel dana desa
N
o
Jenis Pengeluaran Jumlah
1 Pembersihan Lahan Rp. 375.000
2 Bibit Serai Wangi Rp. 1.000.000
3 Pupuk Rp. 250.000
4 Panen Pertama Rp. 375.000
Jumlah Rp. 2.000.000
4. Pengontrolan
Pengontrolan di lakukan oleh aparatur desa yang bertugas memantau ke lokasi
penanaman Serai Wangi yang di berdayakan pemerintah desa, pengontrolan dilakukan setiap
sepekan sekali dan melaporkan kepada pemerintah untuk di jadikan pembahasan dikala
penyuluhan dan rapat perubahan yang sudah tampak pada tanaman Serai Wangi sampai
panen pertama dari Serai Wangi.
Pengontrolan akan terus dilakukan guna mengetahui perubahan, media yang di
gunakan dalam pengontrolan kertas, pulpen dan kamera. Kertas dan pulpen untuk mencatat
sejauh mana perubahan pada tanaman mengukur persen keberhasilan dan kamera sebagai
bukti yang bisa di tampakkan pada kala diskusi pembahasan dan penyuluhan petani serai
wangi, dengan media yang ada prangkat desa berupaya mengatasi permasahan dilapangan
dan dapat diketahui segala yang terjadi dilapangan dengan adanya laporan dari petugas yang
mengontrol lapangan
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap tahun dan dilakukan secara berkala sesuai peraturan
permendagri nomor 81 tahun 2015 tentang evaluasi perkembangan desa dan kelurahan pasal
7 ayat 1 yang menyatakan bahwa pemantauan dilakukan secara berkala ditingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota serta desa dan kelurahan. Acara evaluasi ini dilaksanakan dengan
meriah dengan membuat perlombaan untuk mencapai desa yang tangguh dan mandiri menuju
evaluasi tingkat pusat.
Evaluasi ini guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang diproleh dari
pemberdayaan pemerintah desa. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis telah
menelusuri dari sebelum masyarakat diberdayakan dan sampai mereka diberdayakan dan
mengamati dari segi ekonomi masyarakat betul-betul butuh akan pergerakkan dari
pemerintah desa untuk membantu meningkatkan perokonomian masyarakat, selain dari segi
ekonomi masyarakat juga kurang pengetahuan tentang pertanian yang bisa menghasilkan
panen memuaskan.
Peneliti telah mengamati dan mempertanyakan langsung bagaimana keadaan ekonomi
masyarakat sebelum diberdayakan dan sesudah diberdayakan oleh pemerintah, tabel sebagai
berikut:
Tabel 1.5
Penghasilan sebelum dan sesudah
N
o
Kepala
keluarga
pekerjaa
n
Penghasilan
sebelum
Penghasilan
sesudah
1 Pak Ayu Petani Rp: 4.212.000 /4
bln
Rp:16.212.000 /4
bln
2 Pak Manan Kenek Rp: 4.175.000 /4
bln
Rp:16.175.000 /4
bln
3 Pak Salam petani Rp: 5.655.000
/4bln
Rp:13.500.000 /4
bln
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis masyarakat yang berhak mendapatkan
pemberdayaan dari pemerintah dari segi ekonomi tepat pada sasaran dikarekan perekonomian
sebelum mereka diberdayakan Pak Ayu petani coklat dan pinang yang hasilnya kian
memburuk selain batang coklat yang sudah tua membuat hasil panen tidak memuaskan, pak
manan petani dan kenek dari mobil sewa didaerah desa pagi pergi menjadi kenek siang pergi
kelahan kebun warga untuk menambah penghasilan, Pak Salam adalah masyarakat yang patut
diberdayakan karean sebelum diberdayakan pak Salam hanya petani jagung dan rumahnya
masih dikontrak/sewa dari ketiga anaknya baru satu yang bersekolah dan pendapatan belum
mencukupi.
Setelah pemberdayaan dilakukan pak manan bisa menyelasaikan rumahnya yang dulu
masih ngontrak kini sudah memiliki kereta untuk kegunung dan perlatan dapur lainnya, pak
Ayu yang dulu mencita-citakan anaknbya bisa sekolah salah satu ponpes disana kini sudah
bisa ke dua anak di sekolahakan di tempat tersebut, dan sudah memiliki warung kecil sebagai
penambah penghasilan, pak Salam sudah bisa membayarkan rumahnya yang dulu
dikontrkanya dan sudah memiliki alat dapur untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari.
Fokus penelitian terhadap pemerintah desa untuk meningkatkan ekonomi masyarakat
melalui petani serai wangi yang beranggotakan 3 orang, merupakan hasil dari suatu analisa
penulis dalam mengetahui pemberdayaan pemerintah desa untuk meningkatkan serta
membantu perekonomian masyarakat kecil.
Tingkat pendidikan mayoritas kepala keluarga hanya Sekolah Dasar (SD) dan ada
juga yang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rataan lahan penanaman serai wangi 1 ha,
dengan tingkat pendapatan 40 kg sampai 50 kg sekali panen dalam kurun waktu 4 bulan
sekali. Sumber utama pendapatan diperoleh dari usaha serai wangi, cokelat dan jagung.
Pemerintah desa mengambil langkah pemberdayaan ini bukan tidak mengadakan
diskusi antar perangkat desa butuh kurang lebi satu bulan lebih untuk mendiskusikan
permberdayaan apa yang harus dilakukan menentukan siapa-siapa yang berhak mendapatkan
pemberdayaan dari pemrintah, banyak masyarakat juga mengharapakan pemberdayaan dari
pemerintah namun pemerintah desa tidak bisa menambah orang yang sudah ditentukan.
C. Kendala yang dihadapi pemberdayaan pemerintah desa dalam meningkatkan
ekonomi masyarakat di Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe
Menurut wawancara terbuka kepada bapak kepala desa sukarimbun pak Asbi nasri
hambatan yang dihadapi oleh pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat yaitu 1
Karena daerah kita termasuk dikelilingi oleh perbatasan hutan TNGL maka untuk perluasan
lahan, ijin untuk perluasan lahan penanaman Serai Wangi didaerah kita tidak ada lagi.
Masalah biaya yang kita berikan masih telalu kecil jika dibandingkan dengan komuditi
tanaman Serai Wangi ini karena kemampuan kita sekedar modal seadanya
Berdasarkan SK Kementrian Kehutanan No 276/kpts-VI/1997, luas TNGL sekitar
1.094.692 hektare, yang wilayahnya meliputi Propinsi Aceh dan Sumatra Utara. Namun pada
2014 , SK No 856 dan SK No 579 menyatakan luas TNGL adalah 838.872 hektare, Meneger
Konsevasi Leuser (FKL) Rudi Putra mengatakan, pada 2016, FKL telah memusnahkan
sekitar 100 hektare perkebunan ilegal didalam TNGL. Umumnya, yang dimusnahkan adalah
perkebunan kelapa sawit “ tahun ini, kebun TNGL yang akan dimusnahkan sekitar 1.000
hektare ungkapnya.
Peraturan pemerintah terhadap larangan perluasan lahan perkebunan salah satu yang
menghabat petani yang di berdayakan tidak memilki lahan perkebunan karena lahan yang di
miliki sudah di tanami pokok coklat, jagung dan lainnya, sehingga masyarakat lain yang juga
ingin di berdayakan oleh pemerintah desa sudah tidak memiliki lahan penanaman lahan maka
pemerintah tidak akan memberikan modal kepada masyarakat yang tidak memiliki lahan
untuk penanaman Serai Wangi
Dana yang dimiliki pemerintah desa masih tergolong sedikit, pemerintah hanya bisa
memberdayakan 10 sampai 15 keluarga dalam satu program kerja, banyak masyarakat yang
mengharapakan di berdayakan oleh pemerintah desa namun dana yang dimiliki belum cukup
banyak untuk memberdayakan masyarakta, pemerintah dearah juga belum ada memberikan
dorongan dan dana untuk pemberdayaan pemerintah desa
Harapan pak kepala desa dari wawancara terbuka kepada pak Asbi Nasri “harapan
kami sebagai, harapan saya sebagai kepala desa untuk desa kami di desa sukarimbun kami
membutuhkan dukungan atau dorongan dari pemerintah agar pengembangan Serai Wangi ini
berlanjut terus dan modal dapat bertambah lagi agar perkembangan Serai Wangi di desa kami
lebih maju dan menguntungkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dikemukan diatas, skripsi ini membahas tentang
Pemberdayaan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Di Desa
Sukarimbun Kecamtan Ketambe Kabupate Aceh Tenggara, maka permasalahan ini yang ada
dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberdayan pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di desa
Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara yaitu: Program yang
diimplementasikan terhadap petani di Desa Sukarimbun adalah “ Penanaman Modal
dan Pelatihan Pertanian”. Modal merupakan uang yang diberikan oleh pemerintah
untuk petani dengan harapan hasil panen yang banyak dan berkembang agar dapat
memperbanyak masyarakat untuk menjadi petani serai wangi, dan dengan harapan
hasil panen petani yang bagus dan melimpah sehingga tarap hidup dapat
terbedayakan. Modal yang diberikan pada petani serai wangi dimulai pada tahun
2018. Proses kegiatan pemberdayaaan ekonomi ini di lakukan melalui pelatihan dan
pembelajaran lapangan.
Dalam menigkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat para petani Serai Wangi di
desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara, tidak hanya
memberikan pembeinaan saja tetapi juga mendampingi masyarakat serta
memfasilitasi masyarakat petani dengan memberikan modal, dengan adanya modal
yang di berikan pemerintah kepada para petani Serai Wangi, dengan adanya modal
yang di berikan pemerintah kepada para Petani Serai Wangi, petani terbantu untuk
bisa mengelola tanah yang kosong untuk di jadikan sumber pengahasilan seperti
Serai Wangi yang di berdayakan oleh pemerintah.
2. Peraturan pemerintah terhadap larangan perluasan lahan perkebunan salah satu yang
menghabat petani yang di berdayakan tidak memilki lahan perkebunan karena lahan
yang di miliki sudah di tanami pokok coklat, jagung dan lainnya, sehingga
masyarakat lain yang juga ingin di berdayakan oleh pemerintah desa sudah tidak
memiliki lahan penanaman lahan maka pemerintah tidak akan memberikan modal
kepada masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk penanaman Serai Wangi
Dana yang dimiliki pemerintah desa masih tergolong sedikit, pemerintah hanya bisa
memberdayakan 10 sampai 15 keluarga dalam satu program kerja, banyak
masyarakat yang mengharapakan di berdayakan oleh pemerintah desa namun dana
yang dimiliki belum cukup banyak untuk memberdayakan masyarakta, pemerintah
dearah juga belum ada memberikan dorongan dan dana untuk pemberdayaan
pemerintah desa
B. Saran
Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat di sampaikan
adalah:
1. Dari pemberdayaan pemerintah desa dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di
Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara, dan diharap bagi
pemerintah desa agar selalu memantau pekerjaan masyarakatnya terutama dapat
mengembangkan potensi alam yang ada di desa Sukarimbun.
2. Bagi pemerintah desa diharapkan lebih mengembangkan program penanaman serai
wangi ini agar lebih banyak lagi masyarakat yang ikut serta guna untuk membantu
prekonomian masyarakat.
3. Petani serai wangi yang mendapat modal dari pemerintah desa mestinya dapat
menjadikan suatu momen kebangkitan hidupnya, agar dapat berkembang dan dapat
menyalurkan ilmunya kepada masyarakat lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Isbandi Rukmianto,2002, Intervensi Komunitas, Pengembangan Masyarakat sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Agus Ahmad Safei, Nanih Machendrawati, 2003, pengembangan Masyarakat Islam Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, Bandung:Remaja Rosda Karya
Ambar Teguh Sulistiyani, 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Jogjakarta:
Gava Media
Burhan Bungin, 2007, Penelitian Kualitatif, Jakarta : Prenada Media Group
Damsar, 2011, Sosiologi Ekonomi, Jakarta : Prenada Media Group
Deliarnov,2010, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Edi Suharto,2006, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT Refika
Aditama
Ginanjar Kartasasmita, 1996, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang
berakar pada Masyarakat, Jakarta: Bappenas
Gunawan Sumodiningrat, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Haw Widjaja, HAW, 2003, Pemerintahan Desa/ Marg, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Isbandi Rukminto Adi, 2002 Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahterasan
Sosial, Jakarta: LP FEUL
Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari, 2008, Jami’ Al-Bayan fii Ta’wil Al-
Quran, Jakarta: Pustaka Azza
Jafar Hafsah,2006, Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat, Bandung:
Iris Pres
Lexy J. Moleong, 2017, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Lisa Harrison,2007, Metodologi Penelitian politik Jakarta : Kencana
Pranaka,A.M.W, Prijono Onny,S,1996 Pemberdayaan Konsep Kebijakan dan
Implementasi,Jakarta: CSIS
Prijono Tjiptoherijanto, 1997, Prospek Prekonomian Indonesia Dalam Rangka Globalisasi,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Rahardjo Adisasmita,2011, Manajemen Pemerintahan Desa, Yogyakarta: Graha Ilmu
Rosady Ruslan,2008, Metode penelitian Publik Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Suwandi,2009, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Totok Mardikanto, Poerwoko Soebiato, 2019, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Nomor, 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor, 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintah Desa
Ulber silalahi,2009, Metode Penelitian Sosial Bandung: PT Refika Aditama
Usman Sunyoto,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto,2007, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan
Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT. Elek Media Komputindo
Zubaedi, 2013, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, Jakarta: Prenadamedia
Group
LAMPIRAN
Foto Bersama Kepala Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara
Foto Bersama Petani Seraiwangi Desa Sukarimbun Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara
Foto Petani Sedang Memanen Serai Wangi
Foto Serai Wangi
Foto Tempat Pengolahan Serai Wangi
Foto Pak Salam
Kebun Pak Salam
Tempat Pengukusan Kebun Serai