PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38220...Rumah...
Transcript of PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38220...Rumah...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM
KETERAMPILAN SENTRA KRIYA OLEH RUMAH PINTAR
ATSIRI KECAMATAN BOJONGGEDE KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
DWIKO MAXI RIANTO
NIM. 1112054000029
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ii
ABSTRAK
Dwiko Maxi Rianto (1112054000029)
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya
Oleh Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor
Pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif
masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. Program
Keterampilan sentra kriya merupakan program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri. Program ini dibuat dalam rangka mengurangi
dan mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Rumah Pintar Atsiri adalah
salah satu lembaga yang berperan dalam menaungi masyarakat yang lemah
kemudian diberikan pelatihan dan pendidikan sehingga mampu diberdayakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan proses pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri
Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data secara mendalam agar
segala tujuan dalam penelitian ini dapat terjawab. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut Isbandi Rukminto Adi, bahwa
ada tujuh tahapan yang tediri atas: Tahapan Persiapan, Tahapan Pengkajian,
Tahapan Perencanaan Alternatif Program, Tahapan Pemformulasian Rencana
Aksi, Tahapan Pelaksanaan Program, Tahapan Evaluasi dan Tahapan Terminasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui
program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri sudah melalui
tahapan pemberdayaan. Tahapan persiapan dimulai dari persiapan petugas yang
ditunjuk oleh Rumah Pintar Atsiri untuk menjadi petugas pelaksana dan persiapan
lapangan yang menjadi sasaran penerima program adalah Desa Ragajaya.
Tahapan pengkajian dengan mengkaji permasalahan yang ada di masyarakat.
Tahapan perencanaan alternatif program, dimana pada tahap ini petugas
memberikan alternatif program seperti berbagai macam keterampilan sentra kriya.
Tahap pemformulasian rencana aksi pada tahapan ini program yang dilakukan
adalah program kue kering dengan segala jenis kue kering dan minuman jamu
dalam hal ini kunyit asam. serta merumuskan tujuan jangka pendek maupun
jangka panjang. Tahapan pelaksanaan dimana pelaksanaannya memiliki hambatan
pada penerima program terkait masalah waktu dan modal. Tahap evaluasi ini
merupakan evaluasi proses dengan memperhatikan perubahan keselurahan
dampak dari program yang telah dilakukan dari tahap persiapan sampai
pelaksanaan dan untuk tahap terminasi, Rumah Pintar Atsiri melihat penerima
program belum dapat dilepas dalam menjalankan program keterampilan sentra
kriya dan masih perlu dibina serta dibimbing. Penelitian ini dapat menjadi
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor” dengan baik
dan lancar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan semoga sampai kepada umatnya
hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini, tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed Ph D, selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Hj.
Roudhonah, M.Ag, selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si,
selaku Wakil Dekan III.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam dan sebagai dosen Pembimbing yang telah meluangkan dan
mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian, arahan, kritik dan saran
yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak M. Hudri, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam dan Dosen- Dosen Pengembangan Masyarakat Islam yang telah
memberikan ilmu-ilmu serta pengalamannya kepada penulis.
iv
4. Ibu Ade Rina selaku dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan sumbangan wawasan keilmuan selama mengikuti perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih karena sudah membantu
memberikan referensi buku untuk skripsi penulis.
6. Ibu Sri Umami Raswad selaku pengurus Rumah Pintar Atsiri, staff-staff dan
anggota Rumah Pintar Atsiri yang telah membantu dan mengijinkan penulis
untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.
7. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Ibu Safrida Hartuty dan Bapak
Ahmad Zuhry, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya telah memberikan
dorongan moril dan material serta doa yang senantiasa dipanjangkan demi
kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis.
8. Kakak dan adik-adikku, Juwita Deca Ryane, Dwiki Maxi Rianto dan Agustina
Okta Rosiane, terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis.
9. Hanna Chairunnisa, terimakasih karena selalu memberikan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta telah memberikan
iringan doanya, menemani, membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Serta teman-teman jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2012
terimakasih atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi teman dan
keluarga selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selamanya
terjaga serta selalu kompak.
v
11. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya,
namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tak mengurangi rasa hormat,
penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih.
Semoga hasil penelitian yang termuat dalam bentuk skripsi ini, dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan peneliti selanjutnya. Aamiin Ya
Rabbal ‘Alamin.
Depok, September 2017
Dwiko Maxi Rianto
1112054000029
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 8
F. Metodologi Penelitian ................................................................................ 12
1. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 12
2. Jenis Penelitian ..................................................................................... 12
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 13
4. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 13
5. Teknik Pemilihan Informan ................................................................. 13
6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 16
vii
a. Observasi ........................................................................................ 16
b. Wawancara ..................................................................................... 17
c. Dokumentasi .................................................................................. 17
7. Teknik Analisis Data ............................................................................ 18
8. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 18
9. Teknik Penulisan .................................................................................. 19
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 20
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan Masyarakat......................................................................... 22
1. Pengertian ............................................................................................ 22
2. Tujuan Pemberdayaan .......................................................................... 26
3. Indikator Keberdayaan ......................................................................... 29
4. Tahapan Pemberdayaan ....................................................................... 32
B. Rumah Pintar .............................................................................................. 39
1. Pengertian ............................................................................................. 39
2. Tujuan Rumah Pintar ........................................................................... 40
3. Sasaran Rumah Pintar .......................................................................... 41
C. Keterampilan Sentra Kriya ......................................................................... 41
1. Pengertian ............................................................................................. 42
2. Keterampilan Sentra Kriya ................................................................... 45
viii
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Profil Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor ..... 48
1. Visi dan Misi Rumah Pintar Atsiri ....................................................... 50
2. Kelembagaan Rumah Pintar Atsiri....................................................... 50
3. Program-prgram Rumah Pintar Atsiri .................................................. 52
4. Jaringan Kelembagaan ......................................................................... 54
B. Gambaran Umum Keterampilan Sentra Kriya Rumah Pintar Atsiri .......... 55
1. Jenis-Jenis Keterampilan Sentra Kriya ................................................ 56
2. Keterampilan Pembuatan Kue Kering ................................................. 58
3. Keterampilan Minuman Kunyit Asam ................................................. 59
C. Kondisi Kecamatan Bojonggede ................................................................ 64
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Tahapan Persiapan Program Keterampilan Sentra Kriya........................... 64
B. Tahapan Assessment Program Keterampilan Sentra Kriya ........................ 67
C. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan ......................... 69
D. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi ................................................... 71
E. Tahapan Pelaksanaan Program Keterampilan Sentra Kriya ...................... 73
F. Tahapan Evaluasi Program Keterampilan Sentra Kriya ............................ 77
G. Tahapan Terminasi Program Keterampilan Sentra Kriya ......................... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 82
B. Saran .......................................................................................................... 85
ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kerangka Pemikiran Informan .................................................................. 15
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tahapan Pemberdayaan........................................................................ 38
Gambar 2 Struktur Organisasi ............................................................................. 51
Gambar 3 Alur Program Keterampilan Sentra Kriya ............................................. 58
Gambar 4 Alur Pembuatan Kue Kering dan Minuman Kunyit Asam ................... 61
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Catatan Observasi ................................................................... 91
2. Lampiran 2 Wawancara Ketua dan Pengurus Sentra Kriya ....................... 93
3. Lampiran 3 Wawancara Tutor atau Pelatih .............................................. 100
4. Lampiran 4 Wawancara Peserta Pembuatan Kue Kering ........................ 106
5. Lampiran 5 Wawancara Peserta Pembuatan Minuman Kunyit Asam ..... 111
6. Lampiran 6 Daftar Hadir Penerima Program ........................................... 117
7. Lampiran 7 Dokumentasi ......................................................................... 118
8. Lampiran 8 Daftar Tanda Tangan Narasumber ....................................... 122
9. Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................
10. Lampiran 10 Surat Keterangan Riset ..............................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah sosial, terutama kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks
dan menjadi fokus utama bagi pemerintah Indonesia. Jumlah kekayaan alam yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebenarnya cukup untuk mensejahterakan
rakyatnya, namun kemiskinan justru menjadi masalah diantara potensi dan
kekayaan alam yang berlimpah itu. Hal itu memicu munculnya pertanyaan, apakah
benar bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah kemiskinan
atau sebenarnya adalah masalah ketidakadilan distribusi kekayaan?1 Berkaitan
dengan kondisi tersebut, pemberdayaan masyarakat dinilai dapat menjadi salah
satu pendekatan yang sesuai untuk mengatasi masalah sosial, terutama
kemiskinan.2
Pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui berbagai elemen mulai dari
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui organisasi kemasyarakatan.
Meskipun dengan cara pandang yang berbeda, namun program pemberdayaan
tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai usaha untuk menyelesaikan atau
paling tidak mengurangi dampak masalah sosial. Hakikatnya, pemberdayaan
merupakan penciptaan suasana yang memungkinkan berkembangnya (enabling)
potensi masyarakat.
1Sri Widayanti, Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan Teoritis, Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sosial, Vol. 1, No. 1, 2012, tersedia pada (http://digilib.uin-suka.ac.id), diakses pada tanggal 18
Agustus 2017. 2Sri Widayanti, Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan Teoritis, Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sosial.
2
Rappaport mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah salah satu cara dimana
rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau
berkuasa atas) kehidupannya.3 Sedangkan Parsons mengemukakan bahwa
pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan
orang lain yang menjadi perhatiannya.4 Berdasarkan definisi tersebut, bahwa
kegiatan pemberdayaan adalah untuk mewujudkan potensi menjadi kekuatan yang
mampu meningkatkan mutu hidup dalam kehidupan seseorang.
Pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif warga
yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. Sumodiningrat menjelaskan
bahwa keberdayaan dapat dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat.5
Ketercapaian proses pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dan dianalisis
berdasarkan tahapan-tahapan pemberdayaan sehingga tujuan dapat tercapai dan
tepat sasaran. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah warga yang lemah
dan tidak memiliki daya, kekuatan atau ketidakmampuan mengakses sumberdaya
produktif serta masyarakat yang terpinggirkan dalam pembangunan.
Masyarakat Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede termasuk kedalam
masyarakat yang terpinggirkan. Hal itu berdasarkan demografi yang masih berada
di wilayah Kabupaten dan cukup jauh dari pusat Kota6 sehingga masyarakat
kurang mengakses sumberdaya yang telah disediakan pemerintah. Keinginan
3Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), cet. Ke-1, h.59. 4Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, 5Kessi Widjajanti, Model Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.12,
No.1, 2011, tersedia pada (http://journals.ums.ac.id), diakses pada tanggal 19 Agustus 2017. 6Demografi Desa Ragajaya, Kecamatan Bojonggede, tersedia pada
(http://kecamatanbojonggede.bogorkab.go.id), diakses pada tanggal 19 Agustus 2017.
3
masyarakat agar kehidupannya menjadi lebih baik dapat dicapai dengan
pemberdayaan, dimana dalam prosesnya dinaungi oleh sebuah lembaga dalam
memberdayakan individu atau kelompok.
Keberadaan lembaga pemberdayaan merupakan bentuk aktualisasi untuk
menaungi masyarakat agar menjadi lebih mandiri dan keinginan untuk sejahtera
dalam hidupnya. Keterlibatan masyarakat dalam pemberdayaan dapat ditekankan
pada peningkatan kemampuan dalam mengelola usaha serta pengembangan
kreatifitas dan potensi. Pengelolaan usaha yang dapat dilakukan misalnya
pengolahan bahan makanan atau pengolahan bahan akrilik.
Keterpaduan dan keinginan antara lembaga pemberdayaan dan masyarakat,
menjadi suatu gagasan yang mendukung terbentuknya sebuah lembaga
pemberdayaan dengan nama Rumah Pintar Atsiri yang berlokasi di Desa Ragajaya
Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Masyarakat Ragajaya ternyata mampu
mengambil manfaat dari keberadaan Rumah Pintar. Sebagai wujud karya dari
masyarakat terhadap Rumah Pintar, konsep dasar demi berjalannya seluruh
program di Rumah Pintar Atsiri adalah dari, oleh dan untuk masyarakat.
Rumah Pintar Atsiri berperan sebagai lembaga yang memberikan pelatihan dan
pendidikan kepada masyarakat sehingga mampu diberdayakan. Kajian Rumah
Pintar dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam berbagai sektor terutama
sektor pendidikan dan ekonomi. Pada sektor pendidikan diharapkan potensinya
dapat berkembang melalui pengetahuan yang telah diperoleh. Sedangkan sektor
ekonomi diharapkan masyarakat menjadi lebih produktif dan mandiri dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
4
Tujuan adanya Rumah Pintar yaitu membentuk dan membina masyarakat
untuk berkarya sehingga menjadi berdaya dalam meningkatkan ekonomi keluarga
menuju keluarga yang bahagia dan sejahtera. Rumah Pintar Atsiri mempunyai
lima sentra yaitu Sentra Buku, Sentra Komputer, Sentra Kriya, Sentra Panggung
dan Sentra Permainan. Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan usaha pada
Rumah Pintar Atsiri, ditempatkan di salah satu sentra yaitu sentra kriya. Sentra
kriya adalah wadah yang menyediakan berbagai aktivitas yang dirancang untuk
memberikan keterampilan hidup dan keterampilan vokasional bagi masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan pada sentra kriya diantaranya keterampilan
pengolahan bahan makanan, pengolahan berbahan dasar akrilik, pembuatan
kompos dan lain-lain. Program kegiatan tersebut dilakukan selama 2 kali dalam
sebulan. Selain itu Rumah Pintar Atsiri juga membantu dalam memasarkan
produk-produk hasil dari keterampilan sentra kriya. Dengan adanya sentra kriya
diharapkan terciptanya perluasan peluang usaha dan peluang kerja sehingga dapat
mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia khususnya di Kecamatan
Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Program keterampilan sentra kriya dilakukan dengan memberikan pelatihan-
pelatihan mulai dari pengumpulan bahan-bahan sampai menghasilkan suatu
produk yang mempunyai nilai jual. Selanjutnya produk tersebut dipamerkan dan
diperjual belikan agar dapat memberikan hasil berupa uang. Hasil pemberdayaan
oleh Rumah Pintar Atsiri membentuk UKM yang pemiliknya adalah para
penerima program yang telah diberi pelatihan. Dengan demikian Rumah Pintar
5
Atsiri melalui program keterampilan sentra kriya dapat menjadi lembaga yang
memberdayakan masyarakat.
Al-Quran menjelaskan bahwa sesama manusia sudah sepatutnya saling
menolong dan membantu satu sama lain agar berhasil dalam hidup, termasuk
memberdayakan masyarakat untuk menjadi lebih mandiri dan berkualitas
hidupnya. Seperti yang terdapat pada Q.S At-Taubah ayat 71, Allah SWT telah
berfirman:
هون بالمعروف يأمرون والمؤمنون والمؤمنات ب عضهم أولياء ب عض عن وي ن سي رحهم ولئك أ ورسوله الله ويطيعون الزكاة وي ؤتون الصلة ويقيمون المنكر
زيز حكيم ع الله إن الله
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (Q.S At-Taubah : 71).7
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, menarik untuk
dicermati bagaimana tahapan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Rumah Pintar Atsiri melalui keterampilan sentra kriya agar masyarakat menjadi
yang lebih berdaya, mandiri dan produktif. Oleh karena itu penelitian ini
7Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemah, (Jakarta: Depag RI,
1980), Cet. Ke-1.
6
dilakukan dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Keterampilan Sentra Kriya Oleh Rumah Pintar Atsiri Kecamatan
Bojonggede Kabupaten Bogor”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka peneliti membatasi permasalahan
penelitian yakni pemberdayaan masyarakat berdasarkan tahapan pemberdayaan
melalui program keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar Atsiri Kecamatan
Bojonggede, Kabupaten Bogor.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka pertanyaan utama
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tahapan pemberdayaan masyarakat
melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri Kecamatan
Bojonggede Kabupaten Bogor?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
tahapan pemberdayaan masyarakat pada program keterampilan sentra kriya yang
dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Praktis:
a. Manfaat bagi peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang sudag didapat
selama di perkuliahan.
b. Penelitian dapat membantu Rumah Pintar Atsiri untuk menjadi bahan
mengevaluasi hasil dari program keterampilan sentra kriya yang sudah
dijalankan.
c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi masyarakat
perkotaan untuk dapat mandiri dan berdaya dalam memenuhi kebutuhan
hidup.
2. Manfaat Akademis:
a. Dapat dijadikan informasi dalam pengembangan mutu pembelajaran
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan gelar Sarjana Sosial di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
c. Untuk menambah referensi atau sumbangan kepada Bidang Ilmu
Pengembangan Masyarakat yang berhubungan dengan studi masalah dan
intervensi sosial mengenai pemberdayaan melalui keterampilan sentra
kriya.
8
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap jurnal
internasional, skripsi dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Adapun jurnal internasional, skripsi dan jurnal ilmiah tersebut yakni:
Berdasarkan Jurnal Internasional “Community Development Work and Youth
Empowerment”8 menyatakan bahwa penelitian tersebut menjelaskan konsep
pengembangan komunitas kerja dengan menggunakan media proyek sebagai alat
pemberdayaan kaum muda. Ini menyoroti interaksi sosial dan perilaku pemuda
dari pengamatan partisipatif dan perspektif penelitian tindakan. Jurnal ini
menggambarkan kaum muda sebagai kontributor yang sama dalam hal modal
sosial di dalam masyarakat untuk memberikan masukan yang perlu
dipertimbangkan dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan. Hasilnya
menunjukkan bahwa kerja pengembangan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
pemberdayaan masyarakat modern sekarang ini.
Jurnal Internasional “Empowering Women Through Crafts. Unesco Norway
Funded Project: Mapping Of Cultural Assets In Districts Multan & Bahawalpur”.9
Dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat dengan
memanfaatkan sentra kriya dapat memberikan keuntungan dengan daya nilai jual
sehingga masyarakat mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Seperti yang
dilansir dari jurnal tersebut perempuan yang berada di District Multan dan
8Muluka Gloria, Community Development and Yout Empowerment” Bchelor of Social
Services, Diaconia University of Applied Sciences, 2012, tersedia pada (http://theseus.fi), diakses
pada tanggal 20 Agustus 2017. 9UNESCO “Empowering Women Through Crafts. Unesco Norway Funded Project: Mapping
Of Cultural Assets In Districts Multan & Bahawalpur”, 2010, (http://unesco.org.pk/) . Diakses
pada tanggal 30 Juli 2017.
9
Bahawalpur mengutamakan pelestraian budaya mereka dalam pembuatan
kerajinan akrilik seperti pada kain dari payet-payet menggunakan pola budayanya
atau dapat juga dibuat perhiasan-perhiasan.
Skripsi “Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Sapu Gelagah Di Desa
Kajongan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga”10 yang dilakukan oleh
Ayu Purnami Wulandari, menyatakan bahwa Pemberdayaan masyarakat desa
melalui Pelatihan pembuatan Sapu Gelagah di Desa Kajongan sudah terlaksana
dengan baik, dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan pemberdayaan ini, dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap yang
pertama yaitu perencanaan yang meliputi identifikasi kebutuhan dengan melihat
potensi alam sebagai penyedia bahan baku industri serta melihat kondisi
masyarakat yang jauh dari sejahtera dan tingkat urbanisasi yang tinggi.
Selanjutnya, menentukan latar belakang berdirinya Pelatihan, menentukan struktur
kepengurusan dan rekuitmen masyarakat sebagai warga belajar melalui proses
musyawarah dan diskusi di balai desa oleh pengelola dan tokoh masyarakat.
Pengawasan atau pendampingan dilakukan pada proses pelaksanaan dengan cara
memberikan contoh atau praktek langsung cara pembuatan sapu Gelagah dan
memantau jalannya produksi, evaluasi dilakukan dengan menargetkan jumlah
produksi karena berpengaruh terhadap penghasilan warga belajar dan kualitas
Pelatihan pembuatan sapu Gelagah, sedangkan tindak lanjut dilakukan dengan cara
10Ayu Purnami Wulandari, Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Sapu Gelagah Di Desa Kajongan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
10
memantau dan mengembangkan ketrampilan lainnya serta diharapkan masyarakat
bisa membuka wirasuaha mandiri.
Skripsi “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata”11
yang dilakukan oleh Abdur Rohim, menyatakan bahwa: 1) Pemberdayaan
Masyarakatmelalui KWT di Desa Kemanukan meliputi: (a) kegiatan pertanian
yang dilakukan oleh KWT, (b) pertemuan rutin untuk membahas kemajuan KWT,
(c) sosialisasi dari PPL, (d) simpan pinjam. 2) Dampak KWT bagi aktualisasi
perempuan di Desa Kemanukan yaitu meningkatnya ilmu dan pengetahuan tentang
pertanian, adanya perubahan perilaku pada anggota ke arah yang lebih baik,
keberadaan KWT telah diakui dan bermanfaat untuk masyarakat. 3) Faktor
pendukungnya yaitu partisipasi dan motivasi dari semua anggota KWT cukup
tinggi, tersedianya fasilitas seperti lahan dan sarana pendukung pengolahan lahan
di Desa Kemanukan, adanya kerjasama yang baik dari berbagai instansi terkait
khususnya di bidang pertanian, dan dukungan dari masyarakat sekitar cukup baik.
Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan KWT adalah kurangnya perhatian
pemerintah khususnya pada kelompok wanita tani. Hal ini nampak pada pemberian
bantuan yang sangat terbatas, selain itu SDM wanita tani belum dikembangkan
secara maksimal.
Jurnal Ilmiah “Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi
Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)”,12 dilakukan oleh Dwi
Pratiwi Kurniawati, dkk menyatakan bahwa Hasil dari penelitian menunjukkan
11Abdur Rohim, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata, Skripsi
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013. 12Dwi Pratiwi Kurniawati, dkk, Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi
Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.
I, No.4 (http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id) Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
11
bahwa program yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kota Mojokerto khususnya pada Bidang Usaha Ekonomi meliputi bantuan
perorangan dan bantuan lembaga. Oleh sebab itu diperlukan adanya kerjasama
yang baik antar pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan tahap persiapan
sebelum beralih ke tahap pelaksanakan. Dampak dari program pemberdayaan yang
telah dilaksanakan telah dapat meningkatkan kemandirian ekonomi terutama pada
produktivitas dan pendapatan masyarakat yang mendapatkan bantuan.
Jurnal Ilmiah “Model Pemberdayaan Masyarakat”,13 dilakukan oleh Kesi
Widjajanti menyatakan bahwa modal manusia berperan memainkan perubahan
sumberdaya masyarakat untuk meraih kesuksesan proses pemberdayaan. Modal
manusia ditandai adanya tingkat pendidikan yang memadai yang diperoleh dari
dukungan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan sehingga dapat
mengembangkan pemberdayaannya dan akan berdampak secara signifikan pada
kemandirian masyarakat. Penelitian ini menegaskan bahwa masyarakat dalam
meningkatkan pemberdayaannya didasari atas pertimbangan sumber daya yang
ada. Untuk dapat menyesuaikan di era reformasi ini, masyarakat harus dapat
melakukan perubahan yang lebih kompetitif dengan melakukan peningkatan
pendidikan dan keterampilannya untuk menjadi masyarakat yang tajam dalam
menangkap peluang yang berorientasi pada masa depan.
Berdasarkan kajian diatas, peneliti jadikan sebagai bahan perbandingan
terhadap skripsi yang dibuat dalam hal ini peneliti memfokuskan kajian tentang
13Kessi Widjajanti, Model Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.12,
No.1, 2011, tersedia pada (http://journals.ums.ac.id), diakses pada tanggal 19 Agustus 2017.
12
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu
penelitian agar hasil yang dinginkan dapat tercapai. Metode penelitian terdiri dari:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Taylor penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.14 Penelitian kualitatif merupakan
penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas
sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual maupun
kelompok.15 Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menemukan hasil
penelitian yang menyajikan data akurat dan menggambarkan kondisi yang
sebenarnya serta pendekatan ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan
mengklasifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskripsi berupa kata-kata,
14Lexi J. Moleog, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), h. 4. 15Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 60
13
gambar dan bukan angka.16 Dengan demikian, laporan penelitian ini berisi
kutipan-kutipan untuk memberi gambaran dari penyajian laporan tersebut. Data
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainnya.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitain ini adalah Rumah Pintar Atsiri di
Komplek Atsiri Permai Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Maret 2017 sampai dengan bulan September 2017.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Istilah subjek penelitian menunjuk pada individu atau kelompok yang
dijadikan unit atau satuan yang diteliti dan objek penelitian adalah permasalahan
yang diangkat dalam penelitian.17 Subjek yang diteliti adalah Rumah Pintar Atsiri
dan Masyarakat Ragajaya Kecamatan Bojonggede yang terlibat. Sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah Program Keterampilan Sentra Kriya.
5. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan dalam pemilikan informan dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling yakni teknik pemilihan informan yang dilakukan serta
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, oleh karena itu sampel ditentukan
dengan cara purposive (sengaja) sehingga sampel penelitian tidak perlu mewakili
16M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 34. 17Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 109.
14
populasi, tetapi lebih kepada kemampuan sampel (informan) untuk memberikan
informasi selengkap mungkin kepada peneliti.18
Pemilihan informan didasari pertimbangan dari tingkat produktivitas anggota
yang mengikuti keterampilan sentra kriya. Program keterampilan ini diikuti oleh
dua belas penerima program, dimana lima anggota melanjutkan program sampai
proses pemasaran produk dan tujuh anggota tidak melanjutkan program sampai
dengan pemasaran Sementara informan untuk pengurus Rumah Pintar Atsiri
adalah Ketua Rumah Pintar Atsiri dan Divisi Humas. Sasaran dalam program ini
adalah masyarakat sekitar yang berada di Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede.
Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak
delapan orang yang terdiri dari empat orang penerima program, dua orang yang
bertindak sebagai tutor dan dua orang pengurus Rumah Pintar Atsiri.
Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak yang terlibat dalam
kegiatan Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Pihak-
pihak tersebut antara lain: anggota Rumah Pintar, pengurus Rumah Pintar dan
masyarakat.
18M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 89.
15
Tabel 1
Kerangka pemilihan informan
No Nama Posisi Jumlah
Informan Informasi Yang Dicari
Kriteria
Informan
1
Sri
Umami
Raswad
Ketua Rumah Pintar
Atsiri 1
Profil dan sejarah Rumah
Pintar Atsiri, Proses
pelaksanaan program
keterampilan sentra kriya
Aktif dalam
kepengurusan
Rumah Pintar
2 Ade Rina Divisi Humas 1
Kegiatan keterampilan
yang dilakukan di sentra
kriya
Aktif dalam
kepengurusan
Rumah Pintar
3. Muhajir Tutor Pembuatan Kue
Kering 1
Proses pelaksanaan
program keterampilan
sentra kriya
Tutor atau Petugas
Pelaksana
4. Duriyatul
um’ah
Tutor Pembuatan
Minuman Kunyit
Asam dan Beras
Kencur
1
Proses pelaksanaan
program keterampilan
sentra kriya
Tutor atau Petugas
Pelaksana
5. Lilis Ki
Agus Penerima Program 1
Proses pelaksanaan
program dan harapan
keterampilan sentra kriya
Aktif dalam
pengembangan
hasil atau produk
dari sentra kriya
Rumah Pintar.
6. Ida
Rosida Penerima Program 1
Proses pelaksanaan
program dan harapan
keterampilan sentra kriya
Aktif dalam
pengembangan
hasil atau produk
dari sentra kriya
Rumah Pintar.
16
No Nama Posisi Jumlah
Informan Informasi Yang Dicari
Kriteria
Informan
7. Muhajir Penerima Program 1
Proses pelaksanaan
program dan harapan
keterampilan sentra kriya
Aktif dalam
pengembangan
hasil atau produk
dari sentra kriya
Rumah Pintar.
8. Duriyatul
um’ah Penerima Program 1
Proses pelaksanaan
program dan harapan
keterampilan sentra kriya
Aktif dalam
pengembangan
hasil atau produk
dari sentra kriya
Rumah Pintar.
Total 8
Sumber: Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik data kualitatif
yang terdiri dari lembar observasi dan wawancara.
a. Observasi
Teknik observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data
yang menekankan peneliti untuk langsung ke lapangan dan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,
peristiwa, tujuan dan perasaan.19 Observasi atau pengamatan merupakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak
pada objek penelitian.20 Peneliti mendatangi Rumah Pintar Atsiri Kecamatan
Bojonggede Kabupaten Bogor untuk memperoleh data mengenai pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya. Peneliti akan melihat,
19M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h.165. 20Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 220.
17
mencatat dan mendokumentasikan semua hal yang peneliti temui di lapangan
dengan lengkap dan jelas sesuai dengan yang peneliti lihat.
Peneliti menggunakan beberapa alat bantu seperti kamera, buku tulis, pulpen
dan perekam suara. Peneliti menggunakan kamera untuk mendokumentasikan
semua kegiatan yang dilakukan di lokasi penelitian, agar bukti yang kongkrit
mengenai program keterampilan sentra kriya. Buku tulis dan pulpen digunakan
untuk mencatat setiap kejadian pada objek penelitian. Perekam suara peneliti
gunakan untuk merekam suara pada saat wawancara.
b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.21 Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan pemelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara.22 Data didapatkan dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan berkaitan dengan
pemberdayaan masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah
Pintar Atsiri.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik yang menggunakan dokumen meliputi
materi (bahan) seperti: fotografi, video, film, memo, surat, diary, rekaman kasus
21Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 72. 22Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, h.
212.
18
klinis dan sebagainya yang dapat digunakan sebagai bahan informasi penunjang.23
Dalam teknik ini peneliti berusaha memperoleh data-data dokumentasi seperti
foto-foto yang berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat, Keterampilan Sentra
Kriya di Rumah Pintar Atsiri.
7. Teknik Analisis Data
Secara umum dinyatakan bahwa analisis data merupakan suatu pencarian,
pola-pola dalam data perilaku yang muncul, objek-objek, terkait dengan fokus
penelitian.24 Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja
menggunakan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dikelola, mensistesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang harus dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.25 Hasil analisis tersebut merupakan jawaban atas
pertanyaan penelitian ini dan mampu memberikan rekomendasi yang dapat
dijadikan alternatif dalam meneliti pemberdayaan masyarakat melalui program
keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
8. Teknik Keabsahan Data
Peneliti menggunakan keabsahan data dengan Triangulasi, Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
23M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 199. 24M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 246. 25Lexy J. moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Banyumedia
Publishing, 2003), h. 247-248.
19
Data lain yang dikumpulkan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi
literatur, wawancara, pengamatan, dan data-data sekunder lembaga.26
Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode. Jadi triangulasi berarti
cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan–perbadaan konstruksi kenyataan
dalam konteks pada saat mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan ada
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi,
peneliti dapat me-recheck temuanya dengan cara membandingkannya dengan
berbagai sumber, metode, atau teori. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara
mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, dan mengeceknya dengan
berbagai sumber data.
Peneliti juga menggunakan langkah kredibilitas (derajat kepercayaan) yang
berfungsi untuk menunjukan hasil-hasil penemuan dengan pembuktian oleh
peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti. Peneliti melakukan kunjungan ke
Rumah Pintar Atsiri untuk melakukan wawancara, observasi langsung,
mengambil beberapa dokumen tentang program keterampilan sentra kriya dan
berdiskusi dengan masyarakat Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede yang
terlibat.
9. Teknik Penulisan
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center
for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2010.
26M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 319.
20
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika
penulisan ke dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis
Bab ini merupakan bab yang membahas teori tentang Pemberdayaan
Masyarakat yang membahas Definisi pemberdayaan masyarakat, tujuan
pemberdayaan masyarakat, indikator keberdayaan dan tahapan pemberdayaan.
Bab ini juga membahas mengenai pengertian Rumah Pintar, pengertian
keterampilan sentra kriya, jenis-jenis keterampilan sentra kriya.
Bab III Profil Lembaga
Bab ini berisi profil Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten
Bogor, Visi dan Misi Rumah Pintar Atsiri, Struktur Organisasi, Program Kerja
Rumah Pintar Atsiri dan gambaran ketrampilan sentra kriya Rumah Pintar Atsiri
serta gambaran umum Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede.
Bab IV Temuan dan Analisa Data
Peneliti memaparkan temuan hasil lapangan dan analisis program pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya di Rumah
Pintar Atsiri. Bab ini berisi hasil wawancara dan observasi peneliti di lapangan
yang dihubungkan dengan teori Isbandi Rukminto Adi tentang tahapan dalam
21
pemberdayaan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: tahap persiapan, tahap
pengkajian (assessment), tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan,
tahap pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program atau kegiatan,
tahap evaluasi dan tahap terminasi.
Bab V Penutup
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian yang dianggap perlu dalam perbaikan dan keberlanjutan program
keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
22
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat yang mengalami masalah kemiskinan.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, yang menunjuk pada kemampuan
orang atau hasil yang ingin dicapai yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik, ekonomi
maupun sosial seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
pelaksanaan tugas-tugas kehidupannya.1 Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar
sehingga memiliki kebebasan, kebebasan yang dimaksud dapat diciptakan
kelompok itu sendiri atau melalui fasilitasi lembaga swadaya atau pemerintah.2
Menurut Ife bahwa pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan
orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.3 Sedangkan menurut Rappaport
yang mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah salah satu cara dengan mana
rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau
1Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h.
60. 2Chambers, Robert. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar dan
Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment. New York: New York
University Press, 1995, h. 98. 3Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 58.
23
berkuasa atas) kehidupannya.4 Parsons juga mengemukakan bahwa pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya.5
Menurut Payne bahwa pemberdayaan (empowerment) adalah pemerolehan
daya bagi klien untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk pengurangan suatu hal yang
menjadi penghambat dalam bertindak. 6 Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri dalam penggunaan daya yang dimiliki antara
lain melalui transfer daya dari lingkungan. Beberapa pemberdayaan menurut para
ahli diantaranya:
a. Shardlow mengemukakan bahwa pada intinya pemberdayaan membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka.
b. Mc. Ardle lebih menitikberatkan pemberdayaan pada proses pengambilan
keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan
tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan
melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,
4Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. 5Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. 6Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 162.
24
keterampilan serta sumber lainnya tanpa tergantung pada pertolongan dari
hubungan eksternal.
c. Biestek mengemukakan prinsp ini intinya mendorong klien untuk menemukan
sendiri apa yang harus dilakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi
permasalahan yang dihadapi.7
Pemberdayaan pada hakikatnya mencakup dua arti yaitu to give or authority
dan to give to or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki
makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas
ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan dalam
sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan.8 Menurut Zubaedi
bahwa Pemberdayaan adalah upaya untuk pembangunan masyarakat dengan
mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran terhadap potensi yang
dimilikinya dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan
nyata.9
Dengan demikian pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memberdayakan kelompok lemah dalam masyarakat termasuk individu yang
mengalami kemiskinan. Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang
ingin dicapai dalam masyarakat, hal ini terkait perubahan dalam kehidupan
menjadi lebih mandiri dan sejahtera, masyarakat yang berdaya dan masyarakat
7Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2008). 8Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan sampai
Pemberdayaan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2003), h. 43. 9Zubaedi, Pengembangan Masyrakat Wacana & Praktik, (Jakarta: Prenada Media, 2013) h.
24.
25
yang memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
pemenuhan hidup.
Menurut Ginanjar mengatakan bahwa memberdayakan masyarakat adalah
sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi tidak mampu untuk dapat melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.10 Dalam pandangan islam, pemberdayaan
masyarakat adalah mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran
islam dalam kehidupan keluarga, kelompok social dan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat merupakan model empiris pengembangan perilaku individual dan
kolektif dalam dimensi amal shaleh dengan titik tekan pada pemecahan masalah
yang dihadapi masyarakat.11
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya menciptakan atau meningkatkan
kapasitas masyarakat baik secara individu maupun berkelompok dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
membangun paradigma baru dalam pembangunan, yakni yang bersifat “people-
centered, participatory, empowering, and subtainable”.12 Upaya meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: a. menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang; b.
10B. Mujiyadi, dkk, Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin, (Jakarta: Puslitbang
Kesejahteraan Sosial- Badikilit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial RI, 2007), h. 15. 11Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan MAsyarakat Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 41-43. 12Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 99.
26
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering); c.
Memberdayakan mengandung pula arti melindungi kelompok yang rentan atau
lemah.13
Berdasarkan paparan-paparan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
keberdayaan kelompok atau masyarakat yang rentan dan lemah dalam mengalami
masalah kemiskinan, sehingga memiliki kekuatan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.14 Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan cara yaitu
dengan memberikan motivasi atau dukungan berupa penyediaan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran tentang potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan
potensinya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan,
pengetahuan dan kekuasaan untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan
orang lain di masyarakat agar menjadi lebih baik.
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal
(misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Ife mengemukakan bahwa
13Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 102. 14Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 60.
27
pemberdayaan untuk meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok masyarakat
yang kurang beruntung (disadvantaged). “Empowerment aims to increase the
power of the disadvantaged”. Berdasarkan pernyataan ini, pemberdayaan pada
dasarnya menyangkut dua kata kunci, yakni power dan disadvantage.15
Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan, perlu diketahui
konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya.
Kategori kelompok lemah yaitu: (a) kelompok lemah secara struktural, baik lemah
secara gender maupun etnis; (b) kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-
anak dan remaja, penyandang cacat, masyarakat terasing; (c) kelompok lemah
secara personal yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.16
Agus Ahmad Syafi‟I mengemukakan bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat
adalah memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Karenanya
pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi
masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.17
Tujuan pemberdayaan dapat berbeda sesuai dengan bidangnya, dalam hal ini
bidang ekonomi, pendidikan dan sosial. Tujuan pemberdayaan dalam bidang
ekonomi adalah agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya kemudian
memasarkannya dan membentuk siklus pemasaran yang relative stabil. Tujuan
15Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 272-273. 16Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 60. 17Agus Ahmad Syafi‟i, Manajemen Masyarakat Islam, (Bandung: Gerbang Masyarakat Baru,
2001), h. 39.
28
pemberdayaan dalam bidang pendidikan adalah agar kelompok sasaran dapat
menggali berbagai potensi yang ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi
yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Sedangkan tujuan
pemberdayaan dalam bidang sosial adalah agar kelompok sasaran dapat
menjalankan fungsi sosialnya sesuai dengan peran dan tugas sosialnya.18
Pencapaian tujuan tersebut terdapat beberapa sasaran antara lain:
a. Perbaikan kelembagaan, hal ini dimaksudkan agar terjalin kerja sama dan
kemitraan antar pemangku kepentingan sehingga berbagai inovasi sosial dapat
meningkatkan produktifitas masyarakat.
b. Perbaikan pendapatan, stabilitas ekonomi keamanan dan politik yang mutlak
diperlukan untuk terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan.
c. Perbaikan akses, berkenaan dengan akses inovasi teknologi, permodalan atau
kredit, sarana dan prasarana produksi, peralatan dan mesin serta energi listrik
yang digunakan.
d. Perbaikan tindakan, melalui pendidikan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dapat ditingkatkan sehingga diharapkan akan berdampak pada
perbaikan sikap dan tingkatan yang lebih bermartabat.
e. Perbaikan usaha produktif, melalui upaya pendidikan, pelatihan dan perbaikan
diharapkan usaha yang bersifat produktif akan lebih maju dan berdaya saing.19
Berdasarkan paparan diatas, tujuan dari pemberdayaan adalah untuk merubah
struktur sosial dalam suatu masyarakat melalui kemampuan atau kekuatan yang
18Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 60. 19Chabib Sholeh, Dialektika Pembangunan dan Pemerdayaan, (Bandung: Fokusmedia, 2014),
h. 81.
29
diberdayakan bagi seseorang atau kelompok dengan pengembangan sesuai potensi
yang dimilikinya. Peneliti dalam penelitian ini mengangkat tentang pemberdayaan
masyarakat yang umumnya sulit dalam mendapatkan akses untuk perekonomian
seperti kesempatan mendapatkan modal usaha, kemudahan dalam meraih sumber
ekonomi dan pelayanan, kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan, pendidikan,
dan kesempatan untuk menyalurkan bakat dan minatnya dalam berkarya.
3. Indikator Keberdayaan
Parson, et al mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:20
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang
kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.
b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasaa percaya diri, berguna dan
mampu mengendalikan diri dan orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan sebuah gerakan sosial yang dimulai dari
pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-
upaya kolektif dari orang-orang yang lemah untuk memperoleh kekuasaan.
Schuler, Hasemi dan Kiley mengembangkan beberapa indikator
pemberdayaan yang disebut sebagai Empowerment Index atau indeks
pemberdayaan:21
a. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau
wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, rumah ibadah.
Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.
20Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat dan Intervensi
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 63. 21Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat dan Intervensi
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 63-66.
30
b. Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang kebuatuhan keluarga sehari-hari (kebutuhan sandang dan
pangan) dan kebutuhan dirinya. Indikator ini dianggap tinggi jika dapat
membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya.
c. Kemampuan membeli komoditas ‘besar’: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang sekunder atau tersier. Sama halnya dengan komoditas
‘kecil’ indikator ini juga tinggi jika dapat membuat keputusan sendiri tanpa
meminta ijin pasangannya.
d. Terlibat dalam pembuatan keputusan rumah tangga: mampu membuat
keputusan secara sendiri maupun bersama pasangannya misalnya renovasi
rumah.
e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga.
f. Kesadaran hokum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai
pemerintah Desa/Kelurahan, mengetahui betapa pentingnya memiliki surat-
surat adminidtrasi domisili.
g. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap
“berdaya” jika pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya penyalahgunaan bantuan sosial.
h. Jaminan ekonomi dan kontribusi keluarga: memiliki tanah, asset produktif.
Individu dapat memperoleh nilai tinggi jika memiliki aspek-aspek tersebut
secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
31
Mardikanto mengemukakan beberapa indikator keberhasilan yang dipakai
untuk mengukur pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat
mencakup beberapa hal berikut:22
a. Jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam tiap kegiatan yang
dilaksanakan
b. Frekuensi kehadiran tiap-tiap warga pada pelaksanaan tiap jenis kegiatan
c. Tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh persetujuan
warga atas ide baru yang dikemukakan
d. Jumlah dan jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan untuk
kelancaran pelaksanaan program pengendalian
e. Jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang pelaksanaan
program kegiatan
f. Intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah
g. Meningkatkan kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan
h. Berkurangnya masyarakat yang menderita sakit malaria
i. Meningkatnya kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan
kehidupan kesehatan
j. Meningkatnya kemandirian kesehatan masyarakat
Perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukan
seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan
diberikan, segala upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari
22Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.291-292.
32
sasaran perubahan yang perlu dioptimalkan.23 Berdasarkan indikator keberdayaan
tersebut, maka keberhasilan pemberdayaan dapat dilihat dari keberdayaan yang
menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan
dan kemampuan kultural serta politis.
4. Tahapan Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat membutuhkan tahapan yang jelas dan terarah.
Pemberdayaan menurut Suparjan & Hempri S dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat dalam struktur sosial
politik. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa sumber kemiskinan berasal dari
konstruksi sosial yang ada pada masyarakat itu sendiri;
b. Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat masyarakat mampu
membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi serta sekaligus
membuat pemutusan terhadap hal tersebut;
c. Peningkatan kapasitas masyarakat, dalam konteks ini perlu dipahami, bahwa
masalah kemiskinan bukan sekedar persoalan kesejahetraan sosial tetapi
berkaitan dengan faktor politik, ekonomi sosial budaya dan keamanan;
d. Pemberdayaan juga perlu meningkatkan dengan pembangunan sosial budaya
masyarakat. 24
Menurut Rr. Suhartini, ada beberapa tahapan dalam melakukan pemberdayaan
diantaranya:
a. Membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya.
b. Melakukan analisis atau kajian terhadap permasalahan tersebut secara mandiri.
23Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 63. 24Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan sampai
Pemberdayaan, h. 44.
33
c. Menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih tiap
masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.
d. Mencari cara penyelesaian masalah yang dihadapi, antara lain dengan cara
sosio kultural yang ada di masyarakat.
e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai
sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.25
Edi Suharto memiliki pendekatan yang berbeda dan membaginya menjadi
lima tahapan yaitu:
a. Pemungkinan yakni menciptakan suasana atau iklim untuk mengembangkan
potensi masyarakat secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambat.
b. Penguatan yakni memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalahnya dan memenuhi kebutuhanya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan
dan kepercayaan diri masyarakat serta menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan yakni melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. Pemberdayaan harus diarahkan
kepada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
25Rr. Suhartini, dkk, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS
Pelangi Aksara, 2005), h. 135.
34
d. Penyokongan yakni memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keaadaan dan
posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan yakni memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh usaha.26
Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad syafe’I membagi kedalam tiga tahapan
pemberdayaan yaitu:
a. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, adalah degradasi moral atau pergeseran
nilai masyarakat Islam yang sangat mengguncang kesadaran islam. Oleh
karena itu pemberdayaan jiwa dan akhlak harus lebih ditingkatkan.
b. Pemberdayaan intelektual, pemberdayaan dengan keadaan kemajuan jaman
dan teknologi.
c. Pemberdayaan ekonomi, dalam hal ini berkaitan dengan permasalahan
kemiskinan.27
Chabib Sholeh mengemukakan bahwa tahapan pemberdayaan adalah tahapan
kegiatan yang berupa siklus dan senantiasa berulang. Tahapan-tahapan tersebut
adalah:
26Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 102 27Syamsudin, RS, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Dakwah Islam,
(Bandung: KP HADID, 1999), h. 28.
35
a. Penumbuhan hasrat atau keinginan mau berubah. Langkah awal proses
pemberdayaan adalah niat untuk mau berubah. Tanpa keinginan dari yang
bersangkutan proses pemberdayaan apapun akan mengalami kendala.
b. Menumbuhkan kemauan dan keberanian. Dalam hal ini untuk menahan diri
dari kesenangan sesaat dengan keberanian untuk menghadapi berbagai
tantangan dan hambatan.
c. Mengembangkan kemauan dan ambil bagian. Tumbuhnya kemampuan minat
dan keberanian untuk secara sadar melakukan perubahan nasib memperbaiki
mutu kehidupannya.
d. Peningkatan peran dalam setiap kegiatan. Keterlibatan secara sadar terhadap
suatu kegiatan menuju kehidupan yang lebih baik akan meningkat dengan
sendirinya apabila mereka telah merasakan manfaat dalam hal ekonomi dan
sosial.
e. Peningkatan efisiensi dan efektifitas. Penggunaan sumber daya yang terbatas
harus dilakukan dengan seefisien dan seefektif mungkin sehingga
membutuhkan metode atau teknologi yang tepat.
f. Peningkatan kompetensi diri secara otomatis. Pada akhirnya pemberdayaan
harus mampu meningkatkan kapasitas diri secara otomatis pada pihak yang
diberdayakan.28
Menurut Isbandi Rukminto Adi, pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh
tahapan pemberdayaan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
28Chabib Sholeh, Dialektika Pembangunan dan Pemerdayaan, h. 81.
36
Pada tahap ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: pertama,
penyiapan petugas yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan
oleh community worker; dan kedua, penyiapan lapangan yang merupakan
prasayarat suksesnya suatu program pemberdayaan masyarakat yang pada
dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
b. Tahap Pengkajian (Assessment)
Pada tahap ini yaitu proses pengkajian dapat dilakukan secara individual
melalui tokoh masyarakat (key person), tetapi juga dapat melalui kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan juga sumber
daya yang dimiliki klien.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini petugas sebagai agen perubah (exchange agent) secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang
dapat dilakukan.
d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi
Pada tahap ini agen perubah membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka
lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Disamping itu juga petugas
membantu untuk memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis,
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
37
e. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran
masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program
yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan masyarakat merupakan
hal penting dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik melenceng saat dilapangan.
f. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka
waktu pendek dapat terbentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara
internal dan untuk jangka panjang dapat membangun komunitas masyarakat yang
lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
g. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapakan proyek harus segera
berhenti. Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin.
Kemudian secara perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasaran. 29
Adapun bagan dari model tahapan pemberdayaan yang telah dijelaskan di atas
adalah pada bagan 2.
29Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan
Kajian Pembangunan), (Jakarta: Rajawali Press. 2015), h. 206.
38
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tahapan pemberdayaan yang
dilakukan menurut Isbandi Rukminto Adi dimana proses tahapannya memiliki
tujuh tahapan yang terdeksripsi dengan jelas proses pelaksanaanya. Tahapan
tersebut adalah tahapan persiapan, tahapan pengkajian (assessment), tahap
perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pemformulasi rencana aksi,
tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan, tahap evaluasi, dan
tahap terminasi.
Dengan merujuk pada tujuan pemberdayaan yang telah dipaparkan, maka
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pemberdayaan adalah suatu upaya
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang mengalami kerentanan sosial
(seperti: masalah kemiskinan, penyandang cacat, manula). Upaya pemberdayaan
Terminasi
Gambar 1
Tahapan Pemberdayaan
Evaluasi
Pelaksanaan Program atau
Kegiatan
Pemformulasian Rencana Aksi
Perencanaan Alternatif
Program atau Kegiaatan
Pengkajian (assessment)
Persiapan
39
tersebut ditujukan agar masyarakat dapat hidup sejahtera. Dalam penelitian ini
peneliti mengangkat tentang pemberdayaan masyarakat yang umumnya sulit
dalam mendapatkan akses dalam perkonomian seperti kesempatan mendapatkan
modal usaha, kemudahan dalam meraih sumber ekonomi dan pelayanan,
kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan, pendidikan, dan kesempatan untuk
menyalurkan bakat dan minatnya dalam berkarya.
B. Rumah Pintar
1. Pengertian
Berawal dari ide dan pemikiran Ibu Negara untuk turut berperan dalam
mensejahterakan bangsa, maka Ibu Negara bersama Solidaritas Isteri Kabinet
Indonesia Bersatu (SIKIB) menggagas Program Indonesia Pintar. Tujuan utama
dari Program Indonesia Pintar adalah mewujudkan masyarakat berpengetahuan,
masyarakat sejahtera (welfare society) dan masyarakat yang beradab (civilized
society).30 Salah satu kegiatan Indonesia Pintar adalah Program Rumah Pintar.
Program ini merupakan bagian pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan
taraf hidup menuju masyarakat sejahtera.
Rumah Pintar pada dasarnya merupakan tempat melakukan berbagai kegiatan
dan menumbuhkan kreatifitas masyarakat baik anak-anak maupun orang tua yang
terjadwal, termonitor, mandiri dan terpadu. Melalui Rumah Pintar diharapkan
30Oong Komar dan Dadang Yunus, Model Lab Site PLS Melalui Pelembagaan Rumah Pintar
Bu Een, Jurnal Ilmu Pendidikan, 2014, tersedia pada
(http://www.ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/download/5901/3985), diakses pada
tanggal 21 Agustus 2017.
40
mampu tercipta masyarakat cerdas, inovatif, kreatif, mandiri dan sejahtera. 31
Rumah Pintar dimaksudkan sebagai layanan yang mampu menjangkau
masyarakat yang belum terlayani. Rumah Pintar Atsiri sebagai sarana
pemberdayaan masyarakat dapat mewadahi berbagai kegiatan dimulai dari
pendidikan anak usia dini, remaja, kaum perempuan juga kelompok lanjut usia,
sesuai cita-cita Ibu Negara untuk turut berperan dalam mencerdaskan bangsa,
lokasi Rumah Pintar Atsiri di Komplek Perumahan Pertanian Atsiri Permai
Citayam, desa Ragajaya, BojongGede, Bogor.32
2. Tujuan Rumah Pintar
Rumah Pintar merupakan salah satu sarana pembelajaran yang menjadi
kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Menurut (SIKIB: 2012), tujuan dari
kegiatan rumah pintar antara lain:33
a) Menciptakan minat baca masyarakat;
b) memberdayakan masyarakat;
c) Menjangkau masyarakat yang belum terjangkau layanan pendidikan;
d) Membantu pemerintah dalam memberikan pemerataan pendidikan;
e) Meningkatkan angka partisipasi masyarakat terhadap pendidikan;
f) Memberikan peluang usaha dan peluang kerja bagi masyarakat dan
g) Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
31Rumah Pintar Atsiri, 2016, tersedia pada (http://www.atsiripermai.com/?hal=rumah-pintar),
diakses pada tanggal 18 Juli 2017. 32Edy Pranoto, Manajemen Pembinaan Perpustakaan Rumah Pintar Di Kecamatan Semarang
Barat, Majalah Media Pustakawan, Vol. 19 No. 2, 2012, tersedia pada
(http://www.pnri.go.id/magazine/manajemen-pembinaan-perpustakaan-rumah-pintar-di-
kecamatan-semarang-barat/), diakses pada tanggal 20 Agustus 2017. 33Rumah Pintar Atsiri, 2010, (http://rumahpintarkita.org/profile/5/rumpin), diakses pada
tanggal 19 Juli 2017.
41
3. Sasaran Rumah Pintar
Penerima manfaat layanan rintisan Rumah Pintar adalah masyarakat, anak usia
dini dan ibunya, anak usia sekolah, remaja atau pemuda, dan anggota masyarakat
secara keseluruhan khususnya di kawasan adat, tertinggal, terpencil, perbatasan,
terdepan, dan terluar atau masyarakat yang belum terlayani.34
C. Keterampilan Sentra Kriya
Keterampilan berasal dari kata mahir yang berarti mahir atau dalam
pembahasan ini keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan yang
berhubungan dengan pekerjaan tangan atau kecekatan kerja.35 Whitherington
menyataan bahwa suatu keterampilan adalah hasil yang dilakukan berulang-ulang
yang dapat disebut perubahan meningkat atau progresif yang dialami oleh orang
yang belajar keterampilan sebagai hasil dari aktivitas tertentu.36 Jadi keterampilan
adalah suatu latihan yang dilakukan berulang-ulang secara terstruktur dan terarah
kepada orang yang belajar keterampilan tersebut untuk menghasilkan sesuatu
dalam bentuk produk atau jasa.
Robbin mengemukakan bahwa keterampilan dikategorikan menjadi empat
yakni:
1. Basic Literacy Skill yaitu keahlian dasar yang sudah pasti dimiliki oleh setiap
orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan;
34Elly, Yulaelawati, Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui Rumah
Pintar, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2013 tersedia di (http://www.paud-
dikmas.kemdikbud.go.id) diakses pada tanggal 22 Mei 2017. 35Ngalim Purwanto, Ilmu Teoritis dan Praktikum, (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986),
h. 169. 36Whitherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 104.
42
2. Technical Skill yaitu keahlian secara teknis yang didapat melalui pembelajaran
dalam bidang teknik seperti mengoperasikan komputer dan alat digital
lainnya;
3. Interpersonal Skill yaitu keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat, dan
bekerja secara tim; dan
4. Problem Solving yaitu keahlian seseorang dalam memecahkan masalahnya
dengan menggunakan logikanya.37 Keterampilan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah keterampilan dalam kategori Interpersonal Skill yang
meliputi kerja sama tim dalam hal seni kriya.
1. Pengertian Kriya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kriya adalah
“pekerjaan (kerajinan) tangan”.38 Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan
pada keterampilan tangan yang tinggi dalam proses pengerjaannya.
Prof. SP. Gustami mengemukakan bahwa kriya adalah karya seni yang unik
dan punya karakteristik di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik,
simbolik, filosofis dan sekaligus fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya
didukung craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk
dalam kelompok seni-seni adiluhung.39
37Rudi Yanani, Keterampilan, 2002, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/571/jbptunikompp-
gdl-rudiyanani-28501-10-unikom_r-i.pdf, diakses pada tanggal 19 Mei 2017. 38Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, http://kbbi.web.id/kriya.html, diakses pada tanggal
11 Maret 2017. 39SP. Gustami, Proses Penciptaan Seni Kriya: Untaian Metologis, (Yogyakarta: Program
Penciptaan Seni Pascasarjana, ISI Yogyakarta, 2004), h. 71.
43
Kriya adalah suatu ranting atau cabang seni yang menghasilkan karya-karya
seni dan benda-benda fungsional atau benda-benda hias yang dibuat dengan
bantuan alat sederhana maupun mesin yang pembuatannya mengandalkan bahan
natural maupun buatan dan bertumpu pada keterampilan tangan dengan muatan
nilai etnik budaya Nusantara.40
Substansi kriya dapat dikelompokan ke dalam tiga gugus berdasarkan wilayah
kerjanya. Ketiga gugus kriya itu ialah: Kriya-seni, Kriya-disain, dan Kriya-
kerajinan. Secara ringkas ketiga gugus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, kriya-seni adalah bidang kekriyaan yang wilayah kerjanya menekankan
penciptaan karya-karya untuk kepentingan ekspresi yang bersifat personal dengan
berlandaskan pada pemanfaatan unsur-unsur tradisi yang ada pada kriya; Kedua,
kriya-disain adalah bidang kekriyaan yang wilayah kerjanya menekankan
penciptaan karya-karya untuk pemenuhan (pelayanan) kebutuhan masal yang
produknya merupakan hasil perpaduan dari pemanfaatan unsur-unsur tradisi yang
ada pada kriya dengan dilandasi adaptasi prinsip-prinsip perancangan (desain);
Ketiga, kriya-kerajinan adalah bidang kekriyaan yang wilayah kerjanya
menekankan penguasaan keterampilan teknik untuk kepentingan produksi dan
reproduksi benda-benda kriya.41
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kriya
adalah kerja, pekerjaan, perbuatan, yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai
penciptaan karya seni yang didukung oleh keterampilan (skill) yang tinggi. Seni
kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang
40Muria Zuhdi, Konsep Seni Kriya, (http://staff.uny.ac.id/) Diakses pada tanggal 12 Maret
2017. 41Muria Zuhdi, Konsep Seni Kriya.
44
berkaitan dengan tangan, sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan.
Seni kriya dihasilkan melalui keahlian manusia dalam mengolah bahan mentah.
Dalam penelitian ini kriya yang dimaksudkan dinaungi oleh sebuah tempat yakni
Rumah Pintar Atsiri Bojonggede, Bogor dan dijadikan sebagai sentra kriya.
Sentra merupakan unit kecil kawasan yang memiliki ciri tertentu dimana
didalamnya terdapat kegiatan proses produksi dan merupakan area yang ditunjang
oleh sarana untuk berkembangnya produk atau jasa yang terdiri dari sekumpulan
pengusaha mikro, kecil dan menengah. Di area sentra tersebut terdapat kesatuan
fungsional secara fisik: lahan, geografis, infrastruktur, kelembagaan dan sumber
daya manusia yang berpotensi untuk berkembangnya kegiatan ekonomi dibawah
pengaruh pasar dari suatu produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing
tinggi.42 Sentra juga didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan atau lokasi
tertentu dimana terdapat usaha yang menggunakan bahan baku atau sarana yang
sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis serta memili prospek untuk
dikembangkan.43
Dengan demikian, Sentra Kriya merupakan wadah bagi kegiatan yang
berhubungan dengan penciptaan karya seni yang didukung oleh keterampilan
(skill) dimana seni kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan
keahlian berkaitan dengan tangan, dihasilkan melalui keahlian manusia dalam
mengolah bahan mentah. Sentra Kriya adalah tempat yang diperutukan demi
pemberdayaan masyarakat. Keberadaan sentra ini dalam konsep Rumah Pintar
42Tasrifin, Pengembangan Sentra Produk Unggulan UMKM,
(http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/) Diakses pada tanggal 12 Maret 2017 43Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 32/Kep/M.KUKM/IV/2002,
tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra.
45
merupakan syarat mutlak, karena aktivitas di sentra tersebut dirancang untuk
memberikan kecakapan hidup dan keterampilan vokasional dan bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan dan memberdayakan masyarakat.
2. Keterampilan Sentra Kriya
Kriya dalam pengertian luas dapat berupa apa saja, berada dimana saja,
digunakan oleh siapa saja dan untuk kepentingan apapun. Pengertian kriya dapat
berupa apa saja adalah menyangkut: Materialnya yakni: tanah liat (keramik),
kayu, kulit, tekstil, logam, batu, dan lain sebagainya. Definisi kriya dapat berada
dimana saja adalah menyangkut: Tempat atau penerapannya: di rumah, di hotel, di
kantor, di ruang-ruang publik lainnya (berupa: berbagai perabot, elemen estetik
interior, peralatan rumah tangga atau restoran, dan lain sebagainya). Sedangkan
definisi kriya dapat digunakan oleh siapa saja ialah: Kriya dapat digunakan sesuai
dengan perencanaan peruntukan produk itu diciptakan, sasarannya bisa anak-anak,
remaja, dewasa, orang tua baik laki-laki maupun perempuan dan pengertian kriya
dapat digunakan untuk kepentingan apa saja ialah menyangkut:
a. Tujuan praktis produk itu diciptakan misalnya: untuk perhiasan, pakaian atau
peralatan yang digunakan.
b. Tujuan estetik, misalnya: untuk ekspresi pribadi, simbol status, pajangan atau
“klangenan”.
c. Tujuan sosial misalnya: sebagai hadiah, oleh-oleh atau cinderamata wisata.
d. Tujuan bisnis perdagangan yakni kepentingan ekonomi rumah tangga,
ekonomi masyarakat secara luas maupun ekonomi negara.
46
e. Tujuan pendidikan yakni memberikan bekal kemampuan ketrampilan
produksi, reproduksi, mencipta, mengelola (managerial), memasarkan dan
apresiasi sesuai dengan tingkat atau jenjang pendidikan yang ditempuh.44
Kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan sentra kriya yakni sebagai
berikut: (a.) Drawing, Kegiatan gores–menggores (menggambar, mewarnai,
melukis) dengan berbagai; (b) Cutting, Kegiatan potong-memotong (memisahkan
bagian dari bagian yang lain dengan berbagai media); (c) Glueing, Kegiatan
mengelem (menempelkan dua atau lebih bagian menjadi satu) dengan berbagai
media; (d) Modelling, Kegiatan membentuk/membuat rupa. Membentuk dengan
plastisin, playdough, clay atau tanah liat dll.45
Keterampilan sentra kriya dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri Kabupaten
Bogor adalah sebagai sentra pemberdayaan masyarakat. Pada sentra kriya Rumah
Pintar, masyarakat dilatih dalam keterampilan baik personal maupun berbisnis.
Keterampilan personal seperti kerjasama tim, komunikasi antar anggota dan
pemilik UKM maupun pengurus lembaga, kepercayaan diri, mampu mengambil
inisiatif dan mampu memecahkan masalah melalui penggunaan sumberdaya yang
dapat dijadikan sebagai hasil produk dari pemberdayaan. Selain itu untuk
keterampilan berbisnis, perempuan dapat mengerti tentang perekonomian dasar,
pengembangan pasar, peningkatan pasar dan pemilihan teknik penjualan hasil
produk yang dikembangkan.46
44Muria Zuhdi, Konsep Seni Kriya. 45Muria Zuhdi, Konsep Seni Kriya. 46Elly Yulaelawati, Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui Rumah
Pintar.
47
Kegiatan keterampilan sentra kriya yang dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri
yaitu dengan memberikan pelatihan terlebih dahulu mulai dari pengumpulan
bahan-bahan sampai menjadi produk yang mempunyai nilai jual. Selanjutnya
produk tersebut dipamerkan dan dipromosikan pada saat bazaar atau event lainnya
dengan produk utama yakni hasil pengolahan bahan makanan.
48
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Profil Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor
Rumah Pintar adalah Program Nasional yang digagas oleh Ibu Negara, Ibu
Ani Yudhoyono, yang didukung oleh ibu-ibu Solidaritas Istri Kabinet Indonesia
Bersatu (SIKIB). Pembentukan Rumah Pintar Atsiri adalah tindak lanjut dari
Program nasional yang digagas oleh Ibu Anton Apriantono yang saat itu
menjabat sebagai Ibu Darma Wanita di Departemen Pertanian. Penetapan lokasi
Rumah Pintar di Atsiri mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu: Jumlah
penduduk yang ada di Atsiri, Sumber daya manusia yang dianggap mampu dalam
mengembangkan Rumah Pintar dan keberadaan lokasi yang jauh dari
perpustakaan.
Luas Area Atsiri Permai dengan total penghuni 280.000 orang dengan sumber
daya manusia yang mempunyai kapabilitas yang dapat dikembangkan, maka
49
didirikanlah Rumah Pintar yang diberi nama Rumah Pintar Atsiri. Kegiatan-
kegiatan di Rumah Pintar Atsiri adalah murni kegiatan sosial kemasyarakatan
yang didukung oleh Solidaritas Istri-Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).
Adapun dewan pembina Rumah Pintar Atsiri adalah Dharma Wanita Pusat
Kementerian Pertanian.
Rumah Pintar Atsiri adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang
berlokasi di Komplek Atsiri Permai, Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede,
Kabupaten Bogor. Berada di Jl. Sedap malam raya No.45. Didirikan pada tanggal
19 Oktober 2009 dan diresmikan oleh Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS Menteri
Pertanian Republik Indonesia periode 2004-2009 dan dihadiri oleh enam ibu-ibu
Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Rumah Pintar Atsiri sebagai
sarana pemberdayaan masyarakat yang dapat mewadahi berbagai kegiatan
dimulai dari pendidikan anak usia dini, masyarakat, kaum perempuan juga
kelompok lanjut usia. Sesuai dengan cita-cita dan tujuan dari bangsa dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu untuk turut berperan dalam mencerdaskan bangsa.
Tujuan dari Rumah Pintar Atsiri adalah membentuk dan membina masyarakat
Indonesia untuk berkarya sehingga menjadi berdaya dalam meningkatkan
ekonomi menuju keluarga yang bahagia dan sejahtera. Sasaran utamanya adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat, anak-anak,
remaja, ibu-ibu di Kecamatan Bojonggede serta meningkatan pendapatan rumah
tangga. Hal itu diperuntukan bagi masyarakat yang kurang mampu guna
mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan agar dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Sebab di Atsiri Permai terdapat potensi-potensi yang dimiliki
50
oleh masyarakat namun belum dapat dikembangkan. Oleh karena itu dengan
adanya Rumah Pintar Atsiri selain memberikan pendidikan kepada anak-anak
agar minat membaca menjadi tinggi, keberadaan Rumah Pintar ini untuk
mensejahterkan masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimiliki.
1. Visi dan Misi Rumah Pintar Atsiri
Visi yang dijadikan sebagai pemacu kinerja dari keberadaan Rumah Pintar
adalah membentuk dan membina masyarakat untuk berkarya sehingga menjadi
berdaya menuju keluarga yang bahagia dan sejahtera. Misi yang dijalankan oleh
Rumah Pintar Atsiri antara lain: (a) memberikan pendidikan kepada kaum ibu,
remaja, dan anak-anak untuk mengaktualisasikan diri sendiri sesuai dengan minat;
(b) menciptakan keluarga yang kreatif dan berdaya secara ekonomi dan (c)
mengusahakan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan Rumah Pintar.
2. Kelembagaan Rumah Pintar Atsiri
Kelembagaan Rumah Pintar Atsiri telah ditetapkan tanggal 26 Februari 2010
dengan susunan sebagai berikut dan selengkapnya dapat dilihat pada Bagan 3.1.
Dewan Penasehat : Dharma Wanita Persatuan Kementrian Pertanian
Penanggung Jawab : Yunny Aziz Hidayat
Ketua : Sri Umami Raswad
Wakil Ketua : dr. Elis Tiahesara
Bendahara : Ida Ulfa Suwarso
Sekretaris : Poppy Indrawati H.
51
Sumber: Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor
PENASEHAT
KETUA DHARMA WANITA PERSATUAN KEMENTAN
DEWAN PAKAR
NY. MEIKE SUSWONO
NY. UMY RUSMAN. H
NY. ROSSI ANTON. A
PENANGGUNG JAWAB
NY. YUNNY AZIZ HIDAYAT
KETUA
NY. SRI UMAMI RASWAD
WAKIL
NY. Dr. ELIS TIAHESSARA
KOORDINATOR TUTOR
NY. ARI SURYANI S.
BENDAHARA
NY. IDA ULFA SUWARSO
SEKRETARIS
NY. POPPY IRMAWATI H.
5. SENTRA
PERMAINAN
NY. SRI
BUDIARTI
2. SENTRA
PANGGUNG
NY. ETI MULYATI
4. SENTRA
KOMPUTER
NY. NINIK S.H
1. SENTRA BUKU
NY. EVI RATNASARI
NY. LILIS SISWATI
NY. KI AGUS
DIVISI HUMAS
NY. ENY ENDRANINGSIH Y.
NY. ADE RINA FARIDA
DIV. PENGEMBANGAN
SENTRA
NY. ANDI ARINIDA A. K
3. SENTRA
KRIYA
NY. NURUL A. M.
Gambar 2
Struktur Organisasi Pengurus Rumah Pintar Atsiri
52
3. Program-Program Rumah Pintar Atsiri
Program Layanan, program layanan yang dilakukan di Rumah Pintar Atsiri
adalah sebagai berikut:
a. Layanan pembelajaran bagi anak usia 4-9 tahun, layanan ini berupa
pembelajaran membuat origami, mewarnai, menggambar, posyandu gratis
yang bekerja sama dengan salah satu klinik di sekitar Rumah Pintar Atsiri
Desa Ragajaya.
b. Layanan pengembangan life skill bagi remaja dan ibu produktif, layanan ini
berupa pelatihan pengembangan keterampilan, penyuluhan, sosialisasi
program yang berguna bagi masyarakat terutama ibu-ibu dalam membantu
memenuhi kebutuhan hidup (diajarkan untuk mengelola usaha).
c. Layanan perpustakaan bagi masyarakat, layanan ini berupa perpustakaan
keliling yang dijalankan ke setiap sekolah atau ke tempat strategis lainnya di
sekitar Rumah Pintar Atsiri mengingat koleksi buku di sentra buku Rumah
Pintar cukup banyak dan beragam.
d. Layanan edukasi pengasuhan dan kesehatan bagi kaum ibu, layanan ini berupa
pendidikan serta penyuluhan kesehatan bagi masyarakat terutama kaum ibu
yang memiliki anak balita.
Adapun Mekanisme Pelayanan yang dilakukan yakni :
a. Dibagi dalam 2 kategori anak/orang dewasa (remaja, ibu-ibu dan lain-lain),
pembagian ini disesuaikan dengan penempatan pada sentra-sentra yang ada di
Rumah Pintar Atsiri
53
b. Peserta datang dan didaftar oleh tutor, setiap tutor mewakili setiap sentra yang
ada di Rumah Pintar Atsiri sehingga dapat mengakomodir semua masyarakat
yang ikut tergabung dalam anggota Rumah Pintar.
c. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk bereksplor sambil menunggu
teman-temannya misalnya dalam hal peminjaman alat komputer maupun
buku.
d. Tutor memberikan arahan bagi setiap anggota yang tergabung pada masing-
masing sentra.
e. Peserta memilih sentra sesuai dengan minatnya sehingga potensi yang
dimilikinya lebih mudah untuk dikembangkan.
f. Tutor melakukan pengamatan untuk memetakan kebutuhan peserta sehingga
setiap peserta terlayani sesuai dengan potensi yang dimiliki dan dengan
potensi tersebut mengarahkan untuk menjadi lebih baik dalam hidupnya.
g. Bila peserta sudah fokus, tutor membimbing belajar dengan pendekatan
Multiple Intelligence, dimana pendekatan ini untuk melihat bermacam-macam
kecerdasan dan potensi yang dimiliki setiap peserta tetapi dalam
pengembangan potensinya tersebut disesuaikan dengan kadarnya dan dalam
proses pengembangnnya berbeda-beda.
Rumah Pintar Atsiri mempunyai 5 sentra yaitu Sentra Buku, Sentra Komputer,
Sentra Panggung, Sentra Permainan dan Sentra Kriya,. Pertama, Sentra Buku.
Kedua, Sentra Komputer. Ketiga, Sentra Panggung. Keempat, Sentra Permainan.
Kelima, Sentra Kriya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Rumah Pintar fokus
pada sentra-sentra yang telah dibuat adalah sebagai berikut: Sentra Panggung,
54
Sebagai upaya pelestarian salah satu budaya daerah di Rumah Pintar Atsiri,
diadakan program berlatih menari. Sentra Permainan, Rumah Pintar Atsiri
mempunyai banyak ragam permainan edukasi. Sebagai penunjang pendidikan dan
teknologi di Rumah Pintar Atsiri. Sentra Komputer, Tersedia 4 unit komputer
dalam sentra ini. Tersedia tutor computer yang siap memandu anak-anak untuk
mengoperasikan dan memaksimalkan sarana tersebut. Sentra Buku, Rumah Pintar
Atsiri telah memiliki 5600 buku meliputi buku agama sebanyak 400 buku,
pengetahuan umum 2600, bahasa asing 1500 dan 1100 unit sisanya adalah sains.
Sentra Kriya adalah sentra pemberdayaan konten lokal/lifeskill yang outputnya
membuat penghasilan dari penduduk setempat bertambah atau meningkat.
Aktifitas di sentra kriya meliputi produksi jenis makanan dan minuman seperti
kue kering, kunyit asam, dan lidah buaya.
4. Jaringan (Network) Kelembagaan
Rumah Pintar Atsiri memiliki jaringan atau Network kelembagaan dengan
Bank Sampah Melati Bersih Pamulang, Koperasi Wanita, PNPM Mandiri,
Kemenperindag, PN2PF provinsi Jawa Barat. Rumah Pintar Atsiri sebagai sarana
bagi program Bank Sampah yang ada di Komplek Atsiri yang dikenal dengan
Bank Sampah Atsiri. Bank Sampah Atsiri adalah cabang dari Bank Sampah
Melati Bersih Pamulang yang telah memiliki banyak anggota sehingga banyak
orang yang telah mengenal Bank Sampah ini. Selain itu Bank Sampah Atsiri
didirikan oleh beberapa orang yang berprofesi sebagai dosen di salah satu
Universitas Islam di wilayah Jawa Barat, maka jaringan lembaga ini cukup luas.
55
Rumah Pintar Atsiri memberdayakan masyarakatnya dengan berbagai program
seperti Bank Sampah, selanjutnya dengan Koperasi Wanita.
Koperasi Wanita Rumah Pintar Atsiri adalah kumpulan kaum perempuan yang
mengeluhkan keterbatasan dan kenaikan harga sembako. Rumah Pintar Atsiri
dengan bekerja sama melalui Dharma Wanita dan UKM-UKM yang disekitar
Komplek Atsiri menyediakan sembako murah demi mencukupi permintaan pasar.
Kegiatan Koperasi Wanita juga melakukan sistem simpan pinjam dengan maksud
untuk memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan menyediakan
peminjaman modal bagi masyarakat yang ingin membuka usaha kecil disekitar
tempat tinggalnya.
Kemenperindag (Kementrian Perindustrian dan Perdagangan) bekerjasama
dengan Rumah Pintar Atsiri dalam hal keterampilan menjahit, menyulam,
pembuatan hantaran. Keterampilan pembuatan makanan kue kering dan minuman
Kunyit Asam bekerjasama dengan PNPM Mandiri dan P2PNF provinsi Jawa
Barat. Selain itu Rumah Pintar Atsiri juga bekerjasama dengan salah satu
Universitas di Jakarta dalam melakukan pemberdayaan keterampilan sentra kriya
di Rumah Pintar Atsiri.
B. Gambaran Umum Keterampilan Sentra Kriya Rumah Pintar Atsiri
Bojonggede Kabupaten Bogor
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri diantaranya adalah
keterampilan-keterampilan yang ditempatkan pada salah satu sentra yaitu sentra
kriya. Sentra kriya adalah wadah yang menyediakan berbagai aktivitas yang
dirancang untuk memberikan keterampilan hidup dan keterampilan vokasional
56
bagi masyarakat. Dengan adanya sentra kriya diharapkan tercipta perluasan
peluang usaha dan peluang kerja bagi masyarakat setempat. Kegiatan yang
dilakukan diantaranya keterampilan pengolahan bahan makanan, pengolahan
berbahan dasar akrilik, pembuatan kompos dan lain-lain.
1. Jenis-Jenis Keterampilan Sentra Kriya
Program keterampilan sentra kriya yang berada di Rumah Pintar Atsiri terbagi
beberapa macam seperti, keterampilan menyulam menjahit, melukis, membatik,
pembuatan hantaran, pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam.
a) Keterampilan menyulam, kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Pintar dan
bekerjasama dengan SIKIB (Solidaritasi Istri Kabinet Indonesia Bersatu).
Proses pendanaan dan penyedian alat bahan disediakan oleh pemerintah
dengan tujuan anggota Rumah Pintar dan masyarakat umum yang ikut
bergabung menjadi lebih mandiri dan berdaya.
b) Keterampilan Menjahit dan Membatik, keterampilan ini bekerjasama dengan
salah satu Universitas di Jakarta dengan tutor yang juga berasal dari
Universitas tersebut. Kegiatan menjahit dan membatik juga dilakukan di
Rumah Pintar Atsiri.
c) Keterampilan Pembuatan Hantaran, keterampilan ini berupa kreatifitas
masyarakat terutama ibu-ibu untuk membuat hantaran pernikahan dalam
berbagai bentuk seperti bentuk hewan atau tempat ibadah. Kegiatan ini
dilakukan di rumah salah satu tutor yang berpengalaman dalam menghias
hantaran. Hal ini dikarenakan keterbatasan tempat yang ada di Rumah Pintar
Atsiri, namun tetap masih berada di bawah naungan Rumah Pintar.
57
d) Keterampilan Pembuatan Kue Kering dan Minuman Kunyit Asam,
keterampilan ini berupa kreatifitas dalam menggunakan bahan-bahan pangan
mengingat penggunaaan bahan pangan yang belum terjamin kehalalannya,
maka hasil makanan yang telah dibuat oleh Rumah Pintar diuji kehalalannya
dan bersertifikat dari MUI maupun BPOM.
Jenis keterampilan yang ditekankan dalam penelitian ini adalah pembuatan
makanan kue kering dan minuman Kunyit Asam. Hal ini dikarenakan program
tersebut lebih terlihat jelas keberlanjutannya dibandingkan program keterampilan
lainnya. Selain itu keterampilan ini lebih mudah diterima masyarakat mengingat
tahap pembuatannya sudah banyak yang mengetahui dan produknya lebih laku di
pasaran serta merupakan produk unggulan dibandingkan dengan produk lain dari
keterampilan sentra kriya.
Program keterampilan sentra kriya sudah ada sejak 2009 bersamaan dengan
berdirnya Rumah Pintar Atsiri, khusus untuk program keterampilan pembuatan
kue kering dan minuman kunyit asam dimulai pada bulan Mei tahun 2012.
Program keterampilan kue kering dan kunyit asam dilakukan selama 2 kali dalam
sebulan. Rumah Pintar Atsiri memberikan pelatihan, membantu dalam
memasarkan dan pelabelan produk hasil dari keterampilannya dan memberikan
modal serta sertifikat bagi penerima program. Berikut ini alur program
keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam yang dilakukan
oleh Rumah Pintar Atsiri.
58
Gambar 3
Alur Program Keterampilan Sentra Kriya
Sumber: Hasil Analisis Wawancara
2. Keterampilan Pembuatan Kue Kering
Pembuatan kue kering adalah salah satu program yang ditempatkan pada
bagian sentra kriya di Rumah Pintar Atsiri. Keterampilan ini membuat kue yang
pada umumnya sering diperjualbelikan di toko-toko. Beberapa jenis kue kering
yang dibuat adalah stick keju, untir-untir, kue kering khas perayaan idul fitri dan
idul adha. Tujuan dari program ini, meskipun sudah banyak yang mengetahui dan
pernah membuat kue-kue tersebut, namun di Rumah Pintar diberikan pelatihan,
pembelajaran sampai pada cara pelabelan serta pemasarannya. Penerima program
yang mengikuti keterampilan ini diharapkan menjadi individu yang berdaya,
mandiri dan lebih produktif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
59
Pada awal pembuatan kue kering dibantu oleh tutor dengan memberikan
arahan dan mempraktekkan tata cara pembuatannya. Tata cara pembuatannya
yaitu sebagai berikut: persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam hal ini
bahan-bahan seperti tepung terigu, telur dan bahan lainnya diperlukan dengan
membeli di pasar-pasar tradisional atau warung sekitar tempat tinggal. Proses
pembuatan kue seperti pada umumnya hanya saja dalam pelatihan, penerima
program diarahkan untuk lebih teratur dalam mengikuti alur yang telah diarahkan
oleh tutor. Selanjutnya kue-kue kering yang telah jadi akan dikemas dan diberi
label serta dibuatkan hak paten dan sertifikat halal dibawah naungan Rumah
Pintar Atsiri dan dipromosikan pada saat acara bazar atau event penting lainnya.
Waktu pembuatan kue kering dari awal sampai proses pelabelan dan pengemasan
yaitu selama 3-4 jam, tergantung jenis kue kering yang dibuat.
3. Keterampilan Pembuatan Minuman Kunyit Asam
Pembuatan minuman kunyit asam merupakan program keterampilan
pengolahan bahan makanan yang diadakan oleh Rumah Pintar Atsiri sebagai
bagian dari proses pemberdayaan terhadap masyarakat. Penerima program akan
diberikan pelatihan, pembelajaran sampai pada cara pelabelan serta
pemasarannya. Tujuan dari program ini juga agar penerima program dapat
membuka usaha sendiri sekaligus dapat membantu perekonomian keluarga.
Sasaran penerima program ini adalah warga yang lemah dan ketidakmampuan
dalam mengakses sumberdaya karena adanya keterbatasan modal.
Pelaksanaan tahapan untuk pembuatan minuman kunyit asam mengikuti alur
yang telah diarahkan oleh tutor sebagai berikut:
60
a. Pencucian bahan-bahan;
b. Penyortiran dan pengelupasan kulit kunyit dan kencur;
c. Pemarutan atau diblender;
d. Perebusan;
e. Penyaringan;
f. Pendinginan;
g. Penyiapan atau penataan botol;
h. Pengisian bahan yang telah matang kedalam botol;
i. Pasteurisasi dan pembersihan;
j. Pelabelan; dan
k. Penyimpanan yang bertahan selama 5-6 hari karena tidak ada bahan
pengawet yang dicampurkan kedalam minuman tersebut.
Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan minuman ini dari awal sampai proses
pengemasan dan pelabelan adalah 6-7 jam. Proses pembuatannya membutuhkan
waktu yang cukup lama mengingat tahapannya harus sesuai dan steril agar dapat
bertahan lebih lama meskipun tidak memakai bahan pengawet. Berikut alur
pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam sampai proses pemasaran.
61
Gambar 4
Alur Pembuatan Kue Kering dan Minuman Kunyit Asam
Sumber: Hasil Analisis Wawancara
C. Kondisi Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede
Desa Ragajaya terletak di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Luas wilayah desa kurang lebih sekitar 433,328 hektar, terbagi dalam 15
Rukun Warga dan 68 Rukun Tetangga. Secara Geografis, Kecamatan Bojonggede
terletak di wilayah kecamatan Bojonggede dengan titik koordinat 106.77935
LS/LU dan 6.453639 BT/BB. Desa Ragajaya berbatasan dengan sebelah utara
dengan Kelurahan Pasir Putih atau Bedahan Depok, sebelah selatan Desa
Nanggerang, sebelah barat Desa Pabuaran atau Kel. Cipayung Jaya Depok dan
sebelah timur Desa Sasak Panjang. Jarak orbitrasi dari pusat pemerintahan
kecamatan berjarak 6 km, jarak dari pusat pemerintahan kota 15 km dan jarak dari
ibu kota provinsi adalah 145 km. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Ragajaya
62
terdiri atas 155 psyandu dan polindes, prasarana ibadah yaitu masjid 20 buah,
musholla 24 buah.1
Rumah Pintar Atsiri berada di perumahan Atsiri Permai Citayam. Perumahan
Atsiri Permai hadir sebagai perumahan dengan lingkungan yang strategis, nyaman
dan fasilitas umum yang menunjang warga RW 12. Pengertian atsiri ini adalah
sejenis minyak, yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri yang dikenal dengan nama
minyak terbang (volatile oil) atau minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang
dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi. Sedangkan Permai sendiri sinomimnya adalah
elok, indah yang merupakan jenis kata sifat. Jadi berdasarkan tinjauan bahasa di
atas, Atsiri Permai jika digabung berarti minyak (atsiri) yang indah (elok).
Perumahan Atsiri Permai adalah Perumahan dengan minyak (atsiri) yang indah
(elok). Perumahan yang memberikan aroma yang wangi yang membuat
penghuninya menjadi sehat, segar dan nyaman.2
Perumahan Atsiri Permai mempunyai lapangan Sepak Bola yang tiap hari
selalu ada warga Atsiri dan sekitarnya memanfaatkan lokasi tersebut. Letak
lapangan ini ditengah-tengah perumahan. Anak-anak bebas bermain, berlari di
lapangan tersebut untuk menunjang pertumbuhannya kelak. Di lapangan sepak
bola ini terhitung aktif dengan beragam kegiatan misalnya setiap sabtu dan
minggu sore pemuda dan bapak-bapak bermain bola untuk menyalurkan hobi dan
1Profil Desa Ragajaya, 2016, tersedia pada
(http://kecamatanbojonggede.bogorkab.go.id/index.php/multisite/detail_desa/129), diakses pada
tanggal 19 Agustus 2017. 2Perumahan Atsiri Permai, 2013, tersedia pada (http://www.atsiripermai.com/), diakses
pada tanggal 18 Agustus 2017.
63
bakat mereka. Selain itu pada minggu pagi atau dalam acara tertentu di lapangan
tersebut menjadi sarana yang tepat untuk memperkenalkan keadaan lingkungan
termasuk acara bazar yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri dalam memasarkan dan
mempromosikan hasil keterampilan pemberdayaannya.3
3Perumahan Atsiri Permai, 2013, tersedia pada (http://www.atsiripermai.com/), diakses
pada tanggal 19 Agustus 2017.
64
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
Menurut buku yang ditulis oleh Isbandi Rukminto Adi mengemukakan bahwa
tahapan pemberdayaan terdiri atas tujuh tahap, yaitu: tahapan persiapan,
pengkajian (assessment), perencanaan alternatif program, pemformulasian
rencana aksi, pelaksanaan program, evaluasi dan terminasi. Berikut ini peneliti
jabarkan secara lengkap dan jelas mengenai hasil temuan data di lapangan,
wawancara peneliti dengan ketua, divisi Humas, tutor atau petugas pelaksana
dalam sentra kriya, dan penerima program keterampilan sentra kriya oleh Rumah
Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yakni teknik
keabsahan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data.
Peneliti membandingkan hasil wawancara dari setiap narasumber sehingga
peneliti dapat menarik kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Berikut ini peneliti jabarkan tentang hasil temuan data wawancara dan
observasi yang telah dilakukan sesuai dengan urutan tahapan pemberdayaan
menurut Isbandi Rukminto Adi.
A. Tahapan Persiapan dalam Program Keterampilan Sentra Kriya
Rumah Pintar Atsiri adalah salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat
yang berperan dalam usaha memberdayakan agar kehidupan masyarakat menjadi
lebih mandiri dan produktif. Persiapan yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri adalah
menyiapkan petugas pelaksana dan persiapan lapangan.
65
1. Persiapan Petugas Pelaksana
Program keterampilan sentra dalam penelitian ini lebih ditekankan pada
keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam. Program ini
dinilai lebih terlihat jelas keberlanjutannya dan lebih mudah dilakukan mengingat
sebagian masyarakat yang bergabung adalah ibu-ibu. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan pengurus sentra kriya yaitu Ibu Ade Rina yang menyatakan
bahwa:
“Ada keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam serta beras
kencur, menyulam, menjahit, payet-payet, pembuatan hantaran. Tetapi yang lebih
ditekankan adalah pembuatan kue kering dan kunyit asam karena bahan-bahan
yang dibutuhkan mudah didapatkan dan kebanyakan masyarakat mengetahui
prosesnya tetapi disini (Rumah Pintar Atsiri) akan dibina dan diarahkan lagi
sehingga mereka menjadi berdaya dan lebih mandiri.”1
Tahapan persiapan diawali dengan persiapan petugas pelaksana. Pelaksanaan
program akan berjalan dengan lancar apabila dilakukan oleh petugas yang
professional dan berpengalaman di bidangnya. Petugas pelaksana dalam penelitian
ini diarahkan pada dua orang tutor dalam keterampilan pembuatan kue kering dan
minuman kunyit asam. Berikut pernyataan Ibu Raswad selaku ketua Rumah Pintar
Atsiri dan Ibu Ade Rina mengenai tahapan persiapan petugas pelaksana program
keterampilan sentra kriya:
“Tutor di sentra kriya cukup banyak tergantung jenis keterampilannya. Untuk
keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam ada 2 tutor
masing-masing memegang keterampilan yang dikuasainya”2
“Ada 2 tutor salah satunya ibu Ria yang bertugas pada program pembuatan
kunyit asam.”3
1Wawancara Pribadi dengan Ibu Ade Rina, Bogor, 11 Juni 2017. 2Wawancara Pribadi dengan Ibu Raswad, Bogor, 10 Juni 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ade Rina, Bogor, 11 Juni 2017.
66
Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa dalam
keterampilan sentra kriya khusus pembuatan kue kering dan minuman kunyit
asam dilakukan oleh dua orang tutor yang masing-masing memegang tugasnya
sesuai dengan keahlian. Rumah Pintar Atsiri menunjuk petugas pelaksana atau
tutor adalah orang yang professional dan ahli dalam bidangnya sehingga tujuan
dari program pemberdayaan tercapai. Penyiapan petugas ini terutama diperlukan
untuk menyamakan persepsi antar anggota tim sebagai pelaku perubahan
mengenai pendekatan yang dipilih dalam pelaksanaan program pemberdayaan.
2. Persiapan Lapangan
Sebuah kegiatan memerlukan sarana dan prasarana yang memadai sehingga
keterlaksanaan program yang dijalankan oleh petugas sesuai dengan tujuan dan
harapan yang diinginkan. Persiapan lapangan beriringan dengan persiapan
petugas, karena jika pelaksana sudah dipersiapkan sementara tempat atau
lapangan belum memadai maka kegiatan yang dijalankan mengalami hambatan.
Oleh karena itu persiapan lapangan diperlukan guna meminalisir hambatan dalam
pelaksanaan program tersebut, dalam hal ini persiapan lapangan mencangkup
wilayah Desa Ragajaya dan disekitar Rumah Pintar Atsiri. Berikut hasil
wawancara dengan Ibu Raswad yang menyatakan bahwa kegiatan keterampilan
bertempat di Rumah Pintar itu sendiri karena Rumah Pintar ini dibangun atas
dasar gagasan SIKIB (Solidaritas Isteri-Isteri Kabinet Indonesia Bersatu) dan
wawancara dengan Ibu Ade Rina. Berikut pernyataan Ibu Raswad:
“Berdirinya rumah pintar ini adalah atas gagasan dari SIKIB (Solidaritas Isteri-
Isteri Kabinet Indonesia Bersatu) dengan ujuannya untuk memberdayakan dan
mensejahterakan masyarakat sekitar. Selain itu lokasi rumah pintar yang cukup
67
strategis dan bersebelahan dengan lapangan bola serta berada tidak jauh dari
pintu gerbang utama menjadi alasan utama agar masyarakat dapat mengetahui
dengan jelas dan tidak kebingungan apabila ditanya dimana letak Rumah Pintar
Atsiri. Awalnya dari kegiatan origami buat anak paud kemudian keterampilan-
keterampilan sentra kriya yang kerjasama koperasi dan Kemenperindak
kemudian lanjut pelatihan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam serta
keterampilan payet-payet.”4
“Berdirinya rumah pintar ini adalah atas gagasan dari SIKIB (Solidaritas Isteri-
Isteri Indonesia Bersatu) dengan ujuannya untuk memberdayakan dan
mensejahterakan masyarakat sekitar. Awalnya dari kegiatan origami buat anak
paud kemudian ada pelatihan untuk pembuatan kue kering dan minuman dan
lanjut kegiatan menyulam, menjahit, melukis, membatik, membuat hantaran untuk
pernikahan. Tujuannya untuk agar masyarakat sekitar menjadi sejahtera.”5
Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa Rumah Pintar
Atsiri dibangun atas dasar gagasan SIKIB yang bertujuan agar masyarakat sekitar
tempat Rumah Pintar Atsiri menjadi sejahtrera. Rumah Pintar Atsiri adalah
lembaga untuk menaungi masyarakat terutama Desa Ragajaya yang berdasarkan
demografi merupakan masyarakat terpinggirkan dan jauh dari pusat kota. Tidak
hanya menyiapkan lapangan, fasilitator juga melakukan kontak dengan tokoh-
tokoh informal sehingga hubungan dengan masyarakat calon penerima program
terjalin dengan baik.
B. Tahapan Assessment dalam Program Keterampilan Sentra Kriya
Pengkajian dalam proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara
individual melalui tokoh-tokoh masyarakat (key person), tetapi dapat juga melalui
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam tahapan ini juga dilakukan
identifikasi masalah yang ada pada masyarakat. Masalah tersebut adalah
terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih baik namun tidak tahu mau mulai
4Wawancara Pribadi dengan Ibu Raswad, Bogor, 10 Juni 2017. 5Wawancara Pribadi dengan Ibu Ade Rina, Bogor, 11 Juni 2017.
68
darimana, takut akan kerugian yang diterimanya, terbentur masalah modal apabila
ingin membuka usaha serta proses pelabelan dan pemasaran ketika sudah
dihasilkannya produk. Oleh karena itu melalui Rumah Pintar Atsiri, penerima
program dibina, dilatih dan diberdayakan sehingga mampu dan mandiri dalam
hidup sekaligus membantu perekonomian keluarga.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Raswad mengatakan bahwa tujuan
adanya Rumah Pintar Atsiri dan program-programnya adalah untuk
memberdayakan masyarakat menjadi lebih mandiri dan produktif dan sebagian
program keterampilan adalah program yang mudah untuk dilakukan oleh semua
orang hanya saja perlu ditambah dengan pemberian pelatihan secara khusus
sehingga dapat lebih diberdayakan. Berikut hasil wawancara dengan ketua Rumah
Pintar Atsiri, Ibu Raswad.
“Setiap program yang ada di Rumah Pintar Atsiri selalu kami konsultasikan
dengan tokoh masyarakat setempat agar proses pemberdayaan yang kami
lakukan tidak salah sasaran. Hal itu menjadi hal yang paling utama mengingat
Rumah Pintar Atsiri adalah sebagai fasilitator yang hanya menyediakan fasilitas
dan yang akan merasakan programnya adalah masyarakat. Masalah yang ada di
masyarakat adalah tidak adanya modal, keinginan ingin hidup lebih baik namun
tidak tahu mulai darimana, takut akan kerugian yang nanti diterimanya serta
pelabelan maupun proses pemasaran di masyarakat yang tidak berjalan lancar
sehingga membuat masyarakat semakin takut untuk membuka usaha.”6
Dalam analisis kebutuhan masyarakat ini ada beberapa teknik, dalam proses
assessment dapat digunakan teknik SWOT dengan melihat kekuatan (Strength),
Kelemahan (Weekness), Kesempatan (Opportunies), dan Ancaman (Threat).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa kelemahan yang terjadi adalah
keterbatasan modal dan ketidaktahuan masyarakat untuk merubah kualitas
6Wawancara Pribadi dengan Ibu Raswad, Bogor, 10 Juni 2017.
69
hidupnya. Sementara kekuatannya terletak pada keinginan masyarakat untuk
berubah dalam hidupnya menjadi lebih baik. Kesempatannya melalui program
yang akan dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri sehingga masyarakat calon
penerima program dapat berdaya. Ancamannya terletak pada produk yang
dihasilkan sudah umum namun ada proses selanjutnya yaitu pelabelan atas nama
Rumah Pintar Atsiri sehingga dapat menjadi kekuatan bagi keberhasilan calon
penerima program.
Jadi tahap pengkajian ini melihat dan mengkaji permasalahan yang ada
kemudian Rumah Pintar Atsiri melakukan pemilihan peserta penerima program
berdasarkan bakat, potensi dan minatnya selanjutnya diarahkan pada program-
program Rumah Pintar Atsiri. Selanjutnya penerima program diberdayakan dan
diberikan pembelajaran yang mendidik untuk menjadi produktif dan mandiri
sampai proses pelabelan maupun pemasaran produk yang dihasilkan.
C. Tahapan Perencanaan Alternatif Program
Tahapan selanjutnya adalah menyusun rencana kegiatan program yang
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus menanggulangi
permasalahan yang muncul. Dalam proses ini fasilitator yang membantu
masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat
dilaksanakan pada saat itu. Petugas memberikan alternatif program seperti
berbagai macam kegiatan keterampilan sentra kriya agar potensi yang ada pada
masyarakat berkembang sesuai dengan bakatnya. Namun, program yang lebih
ditekankan dalam proses pemberdayaan sekaligus bahasan dalam penelitian ini
70
adalah pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Ibu Ade, beliau berkata:
“Ada keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam serta beras
kencur, menyulam, menjahit, payet-payet, pembuatan hantaran. Tetapi yang lebih
ditekankan adalah pembuatan kue kering dan kunyit asam karena bahan-bahan
yang dibutuhkan mudah didapatkan dan kebanyakan masyarakat mengetahui
prosesnya tetapi disini (Rumah Pintar Atsiri) akan dibina dan diarahkan lagi
sehingga mereka menjadi berdaya dan lebih mandiri.”7
Komunikasi Rumah Pintar Atsiri dengan masyarakat desa Ragajaya
Kecamatan Bojonggede sudah terjalin cukup lama, karena program-program
sebelumnya sudah dijalankan oleh Rumah Pintar dan mencangkup aspek semua
umur termasuk anak-anak serta jaringan kelembagaan yang cukup luas.
Kedekatan yang terjalin ini membuat masyarakat tidak lagi canggung untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan lainnya seperti pemilihan alternatif program untuk
dilakukan Rumah Pintar Atsiri dalam proses memberdayakan. Berikut ini Ibu
Raswad menjelaskan bagaimana program keterampilan sentra kriya ini tercipta.
“Rumah Pintar Atsiri berdiri sudah sejak 19 Oktober 2009. Awalnya kegiatan
origami buat anak paud, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usia anak-
anak seperti membaca, mewarnai, menggambar termasuk membuat origami.
kemudian keterampilan-keterampilan sentra kriya yang kerjasama koperasi dan
Kemenperindak melanjutkan pelatihan ke pembuatan batik, melukis yang juga
bekerjasama dengan salah satu Universitas negeri dan swasta di wilayah Jakarta,
selanjutnya keterampilan membuat hantaran pernikahan, pembuatan olahan
makanan seperti kue kering dan minuman kunyit asam. Program kue kering dan
minuman kunyit asam menjadi produk unggulan dalam program dari Rumah
Pintar Atsiri”8
Pada tahap ini fasilitator secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berpikir tentang masalah yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Berdasarkan hasil wawancara Ibu Raswad dan Ibu Ade didapatkan data bahwa
7Wawancara Pribadi dengan Ibu Ade, Bogor, 11 Juni 2017. 8Wawancara Pribadi dengan Ibu Raswad, Bogor, 10 Juni 2017.
71
program pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam merupakan salah solusi
bagi permasalahan di masyarakat yang menginginkan kehidupan lebih baik namun
tidak ada keberanian untuk membuka usaha serta terhambat dengan modal untuk
membuka usaha. Dengan demikian program pembuatan kue kering dan minuman
kunyit asam menjadi program pilihan yang dapat membantu masyarakat calon
penerima program dalam memenuhi kebutuhan hidup sekaligus menjadikan
masyarakat lebih mandiri dan produktif.
D. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi dalam Program Keterampilan
Sentra Kriya
Pada tahap ini fasilitator membantu masyarakat calon penerima program untuk
merumuskan dan menentukan program serta kegiatan apa yang akan dilakukan
guna mengatasi permasalahan yang ada. Proses pemformulasian ini diajukan
dalam bentuk tulisan untuk kemudian dilaporkan kepada penyandang dana yakni
Kemenperindag, Koperasi, PNPM Mandiri karena Rumah Pintar Atsiri bekerja
sama dengan beberapa jaringan kelembagaan. Tahapan ini juga memformulasikan
atau menuliskan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang dicapai
dalam program keterampilan sentra kriya serta menyusun cara untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Berikut pernyataan Ibu Raswad dan Ibu Ade:
“Dengan diberikan pelatihan terlebih dahulu kemudian masyarakat yang terlatih
akan dilepas untuk meneruskan hasil pelatihannya dalam bentuk produk yang
dapat menghasilkan atau berdaya jual. Umumnya kegiatan di sentra kriya adalah
hal yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat hanya saja perlu ditambah
pembeljaran atau pendidikan yang mengarahkan mereka agar menjadi berdaya
dan lebih mandiri. Sehingga hakikatnya kegiatan di Rumah Pintar Atsiri adalah
kegiatan yang sudah mengakomodir keinginan masyarakat dalam hal pemenuhan
kebutuhan hidup jadi masyarakat yang sudah mengerti jenis keterampilan yang
akan dijalankan menjadi lebih mengerti karena ditambah adanya pembelajaran
yang mengajarkan mereka untul lebih produktif dan mandiri. Keterampilan-
72
keterampilan sentra kriya yang kerjasama koperasi dan Kemenperindag, selain
itu bekerjasama dengan PNPM Mandiri apalagi untuk keterampilan pengolahan
bahan makanan (kue kering dan minuman kunyit asam)…”
Pernyataan Ibu Ade, Divisi Humas.
“Tujuan jangka panjang program ini adalah agar semua masyarakat dapat hidup
lebih baik, sejahtera, lebih mandiri dan berdaya. Sementara tujuan jangka
pendeknya masyarakat dapat melanjutkan usaha setelah pelatihan dan dapat
melakukan usaha dengan label mereka sendiri.”9
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa program yang akan dilakukan
adalah program kue kering dengan segala jenis kue kering dan minuman jamu
dalam hal ini kunyit asam. Fasilitator dan calon penerima program juga
merumuskan tujuan adanya program tersebut. Tujuannya yakni melalui program
tersebut diharapkan penerima program dapat melanjutkan usaha dan sampai pada
pelabelan dengan merk sendiri sebab selama pelatihan, produk yang dihasilkan
dibawah naungan label Rumah Pintar Atsiri. Hal tersebut merupakan tujuan
jangka pendek, sementara jangka panjangnya adalah agar masyarakat menjadi
lebih mandiri sejahtera dan tentunya berdaya. Dalam mencapai tujuan tersebut
Rumah Pintar Atsiri melakukan dengan cara bertahap, mulai dari pemberian
sosialisasi, pelatihan dan sampai pemberian modal usaha bagi masyarakat untuk
melanjutkan hasil pelatihan yang telah diberikan.
9Wawancara dengan Ibu Ade Rina, Bogor, 11 Juni 2017.
73
E. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan Keterampilan Sentra
Kriya
Pada tahap ini adalah tahap yang menentukan keberhasilan suatu program,
karena dengan adanya kerjasama baik petugas pelaksana dan penerima program,
maka kegiatan ini dapat berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan. Program
yang terpilih kemudian diaplikasikan dan pelaksanaannya didampingi oleh tutor
atau petugas pelaksana. Upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat,
peran masyarakat sebagai calon penerima program diharapkan dapat menjaga
keberlangsungan program yang telah dilaksanakan.
Proses pelaksanaan pembuatan kue kering diawali dengan pemberian contoh
atau sosialisasi di Rumah Pintar Atsiri kemudian dilanjutkan dengan pembinaan
bagi calon penerima program. Penerima program yang mengikuti keterampilan
kue kering mengikuti alur yang telah direncanakan yakni: 1) persiapan alat-alat
yang dibutuhkan; 2) persiapan bahan-bahan yang dibeli dengan dana dari Rumah
Pintar Atsiri karena Rumah Pintar tidak menyediakan bahan-bahan untuk
pembuatan makanan; 3) proses pembuatannya dimulai dari adonan kue sampai
adonan matang dan siap dikemas; 4) pelabelan atas nama Rumah Pintar Atsiri; 5)
pengajuan label dan sertifikat halal dari MUI maupun BPOM dan Depkes.
Pembuatan kue kering dilakukan selama 3-4 jam tergantung jenis kue kering yang
dibuat. Berikut pernyataan Ibu Muhajir sebagai petugas pelaksana pembuatan kue
kering sekaligus penerima program keterampilan sentra kriya.
“Pelatihan ini dilakukan selama 2x kali dalam seminggu selama 3 bulan. Sebelum
pelatihan dilakukan demo kepada masyarakat umum. Tempat untuk melakukan
demonya adalah di Rumah Pintar Atsiri sedangkan pelatihan programnya kami
terkadang mengadakan di Rumah Pintar atau di Rumah saya. Pelaksanaannya
74
mengikuti alur yang sudah saya buat sehingga masyarakat tidak akan
kebingungan. Waktu yang dibutuhkan tergantung jenis makanan yang akan
dibuat, biasanya saya membuat stick keju membutuhkan waktu selama 3-4 jam
sampai proses pengemasan.”10
Pelaksanaan untuk pembuatan minuman kunyit asam mengikuti alur sebagai
berikut: 1) pencucian bahan-bahan; 2) penyortiran dan pengelupasan kulit kunyit
dan kencur; 3) pemarutan atau diblender; 4) perebusan; 5) penyaringan; 6)
pendinginan; 7) penyiapan atau penataan botol; 8) pengisian bahan yang telah
matang kedalam botol; 9) pasteurisasi dan pembersihan; 10) pelabelan; dan 11)
penyimpanan yang bertahan selama 5-6 hari karena tidak ada bahan pengawet
yang dicampurkan kedalam minuman tersebut. Proses pembuatannya
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 7 jam. Berikut hasil
wawancara dengan Ibu Ria.
“Pelatihan untuk kunyit asam ini dilakukan selama 3 bulan. Dalam satu bulan
pelatihan dilakukan hanya 2 kali dan sebelum pelatihan dilakukan demo kepada
masyarakat umum. Tempat untuk melakukan demonya adalah di Rumah Pintar
Atsiri sedangkan pelatihan programnya kami terkadang mengadakan di Rumah
Pintar atau di Rumah saya (salah satu tutor). Proses pembuatannya
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 6- 7 jam.”11
Pada awal pembuatan dibantu oleh petugas pelaksana dengan cara diarahkan
dan dipraktekan berdasarkan tata cara pembuatan kue kering serta minuman
kunyit asam. Kue kering dan minuman yang telah jadi segera dibuatkan hak paten
dan sertifikat halal dibawah naungan Rumah Pintar Atsiri untuk meningkatkan
keberhasilan pemasaran produk tersebut. Proses pemasarannya melalui promosi
pada saat bazar atau event lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibu Raswad
dan Ibu Ade.
10Wawancara Pribadi dengan Ibu Muhajir, Bogor, 17 Juni 2017. 11Wawancara Pribadi dengan Ibu Ria, Bogor, 20 Mei 2017.
75
“Makanan kue kering yang sudah jadi akan mendapatkan hak paten dengan atas
nama Rumah Pintar Atsiri begitu pula dengan minuman kunyit asam, beras
kencur dan kalau ada bazar akan dipamerkan. Selain itu juga makanan-makanan
tersebut sudah bersertifikat halal dari MUI.” Kata Ibu Raswad.12
“Makanan kue kering maupun minuman kunyit asam serta beras kencur sudah
mendapatkan hak paten atas nama Rumah Pintar Atsiri dan kalau ada bazar akan
dipromosikan sekaligus sebagai bagian dari evaluasi. Selain itu juga makanan-
makanan tersebut sudah bersertifikat halal dari MUI maupun Depkes.” Kata Ibu
Ade.13
Dalam tahapan pelaksanaan ini tidak mengalami hambatan mengingat bahan-
bahannya mudah didapatkan di lingkungan tempat tinggal. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara dengan Ibu Ria dan Ibu Muhajir. Ibu Ria berkata:
“Selama pelaksanaan tidak ada hambatan karena bahan-bahan yang didapatkan
mudah, hanya saja hambatan setelah program tersebut berjalan yakni tangan
menjadi kuning sebab warna yang dihasilkan dari kunyit sehingga membuat
sebagian orang hanya beberapa yang melanjutkan pelatihan program tersebut”14
Pendapat tersebut senada dengan Ibu Muhajir yang berkata:
“Selama pelaksanaan tidak ada hambatan karena bahan-bahan yang didapatkan
mudah dan bahan-bahan tersebut mudah ditemukan tidak hanya dipasar tetapi
juga di warung-warung sekitar tempat tinggal.”15
Dengan demikian tahapan pelaksanaan ini dapat dikatakan tidak mengalami
hambatan bagi petugas pelaksana. Sementara menurut penerima program dalam
keterampilan tersebut sebanyak tiga responden mengatakan bahwa hambatannya
adalah waktu mengingat penerima program adalah ibu rumah tangga dan tidak
banyak memiliki waktu luang serta Ibu Lilis yang menambahkan bahwa tidak
hanya masalah waktu melainkan masalah modal, seperti hasil wawancara berikut
ini:
12Wawancara Pribadi dengan Ibu Raswad, Bogor, 10 Juni 2017. 13Wawancara Pribadi dengan Ibu Ade, Bogor, 11 Juni 2017. 14Wawancara Pribadi dengan Ibu Ria, Bogor, 20 Mei 2017. 15Wawancara Pribadi dengan Ibu Muhajir, Bogor, 17 Juni 2017.
76
“Hambatannya untuk bahan-bahan tidak ada karna bahannya mudah didapatkan
tetapi ada hambatan pada masalah waktu karena sebagai ibu rumah tangga tidak
banyak waktu luang yang tersisa oleh karena itu sebisa mungkin mengatur waktu
agar tugas di rumah tidak terbengkalai dan juga masalah modal apabila
modalnya tidak cukup maka harus menunggu sampai uang terkumpul dahulu.”16
Pada tahapan ini hambatan yang ada adalah masalah waktu pembuatan
terutama untuk minuman kunyit asam yang membutuhkan waktu 6-7 jam karena
penerima program adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki waktu luang
yang cukup banyak serta modal yang diperlukan untuk pembuatan makanan dan
minuman tersebut. Hasil wawancara dengan Ibu Ria dan Ibu Muhajir
“Biasanya saya promosikan pada saat ada acara event atau bazar sehingga
masyarakat umum dapat mengetahui dan promosi produk tersebut berada
dibawah naungan Rumah Pintar Atsiri.” Kata Ibu Ria.17
“Biasanya saya promosikan pada saat ada acara event atau bazar sehingga
masyarakat umum dapat mengetahui dan promosi produk tersebut berada
dibawah naungan Rumah Pintar Atsiri yang sudah bersertifikat halal atas
bantuan dari Rumah Pintar Atsiri.” Kata Ibu Muhajir.18
Setelah proses tahapan pembuatan sampai pelabelan, maka langkah
selanjutnya adalah proses pemasaran. Produknya dipromosikan pada acara bazaar
atau event penting lainnya untuk membuat masyarakat umum lebih mengenal
produk hasil pemberdayaan Rumah Pintar Atsiri. Selain itu agar memunculkan
ide-ide atau gagasan baru yang dapat berasal dari konsumen serta dapat menjadi
acuan untuk pelatihan program selanjutnya.
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai narasumber, didapatkan data
bahwa dalam pelaksanaannya berjalan sesuai dengan alur tahapan program yang
telah dibuat mulai dari pemilihan calon penerima program, pemberian pelatihan,
16Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, Bogor, 18 Juni 2017. 17Wawancara Pribadi dengan Ibu Ria, Bogor, 20 Mei 2017. 18Wawancara Pribadi dengan Ibu Muhajir, Bogor, 17 Juni 2017.
77
pemberian pengetahuan untuk pengelolaan usaha, pelabelan dan pemasaran.
Tahap pelaksanaannya tidak mengalami hambatan bagi tutor mengingat persiapan
alat dan bahannya mudah didapatkan dan kebanyakan penerima program sudah
mengetahui cara membuatnya hanya perlu ditambah pemberian pengetahuan
untuk mengelola usaha, pelabelan dan pemasaran produknya.
Sementara hambatan yang terjadi bagi penerima program adalah terbatasnya
modal usaha dan waktu, karena profesinya sebagai ibu rumah tangga tidak
memiliki banyak waktu luang terutama untuk pembuatan kunyit asam yang
membutuhkan waktu 6-7 jam. Produk yang dipromosikan berlokasi di halaman
Rumah Pintar Atsiri atau di lapangan bola dekat lingkungan Rumah Pintar Atsiri.
Hal ini dimaksudkan agar masayarakat umum lebih mengenal produk Rumah
Pintar Atsiri serta dapat menarik masyarakat lain yang berkeinginan hidupnya
menjadi lebih mandiri dengan diberdayakan.
F. Tahapan Evaluasi Program Keterampilan Sentra Kriya
Tahapan evaluasi ini, Rumah Pintar Atsiri dan tutor berperan dalam
melakukan pengawasan demi menjaga keberlangsungan program keterampilan
sentra kriya agar tetap berjalan dengan baik. Evaluasi ini diarahkan pada evaluasi
hasil dengan melihat keseluruhan dampak dari program terhadap penerima
program. Berikut hasil wawancara dengan penerima program pembuatan kue
kering dan minuman kunyit asam.
“Hasil dari program ini sangat membantu saya untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga dan juga untuk menambahkan uang bagi anak-anak untuk sekolah
bahkan omset kue kering pada bulan ramdahan mencapai 16 juta selama satu
78
bulan itu. Selain sudah ada label produk hasil pemberdayaan Rumah Pintar ini
telah mendapatkan sertifikat dari BPOM.”19
“Setelah saya mengikuti program ini saya terbantu, karena setelah mengikuti
program pembuatan kunyit asam saya dapat menjual hasil olahannya itu dan
uangnya dapat menjadi tambahan untuk memenuhi kebutuhan. Apalagi kita ibu
rumah tangga ya harus bisa mengatur segalanya, dengan adanya tambahan dari
hasil produk tersebut dapat membantu keuangan di dapur dan sampai saat ini
penghasilan dari minuman kunyit asam sangat membantu keuangan saya”20
“Banyak pengetahuan yang saya dapatkan, kerjasama tim, tingkat kesabaran
karena untuk pembuatan minuman kunyit asam membutuhkan waktu yang cukup
lama sekitar 6-7 jam dan juga pemanfaatan barang-barang yang sebenarnya
mudah ditemukan ternyata dapat menjadi ladang usaha jika ada kemauan.”21
“Saya jadi tahu bagaimana proses pembuatan kue kering dan juga tahu
bagaimana penggunaan modal untuk usaha agar usahanya tetap berjalan
terus.”22
Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa terjadi
perubahan pada kehidupan penerima program. Pembuatan kue kering dapat
menghasilkan omset sampai jutaan dalam satu bulan selama bulan ramadhan dan
minuman kunyit asam yang dapat membantu kekurangan keuangan bagian dapur.
Selain keuangan yang berubah, pengetahuan yang didapatkan setelah mengikuti
pemberdayaan Rumah Pintar Atsiri juga bertambah. Penerima program
mendapatkan pengetahuan tentang kerjasama tim, tingkat kesabaran serta cara
penggunaan modal untuk usaha. Menurut Pietrzak, evaluasi proses memfokuskan
diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung dengan penerima
19Wawancara Pribadi dengan Ibu Muhajir, Bogor, 17 Juni 2017. 20Wawancara Pribadi dengan Ibu Ria, Bogor, 20 Mei 2017. 21Wawancara Pribadi dengan Ibu Ida Rosida, Bogor 19 Juni 2017. 22Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, Bogor, 18 Juni 2017.
79
program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis pemberian layanan dari suatu
program sampai pencapaian tujuan diadakannya suatu program.23
Tahap Evaluasi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pemerolehan
pengetahuan baru bagi penerima program serta keinginan untuk mengelola usaha
demi hidup yang lebih mandiri dan produktif. Selain itu keberhasilan dari
kemajuan program ini dapat terlihat dari hasil lomba-lomba yang diikuti Rumah
Pintar Atsiri, program kue kering dan minuman kunyit asam menjadi program
unggulan serta terlihat keberlanjutannya dibandingkan program lain di sentra
kriya. 24 Pada tahap evaluasi, fasilitator juga mengevaluasi apakah telah terjadi
perubahan yang diinginkan serta mengkaji perubahan yang terjadi sudah menjadi
perubahan yang relatif menetap. Seperti data yang didapatkan bahwa Ibu Muhajir
secara continue melanjutkan program bahkan setiap bulan Ramadhan
penghasilannya mencapai jutaan. Begitu pula dengan Ibu Ria yang tetap
menjalankan program minuman kunyit asam dan membantu keuangannya.
Dengan demikian pemberdayaan Rumah Pintar Atsiri untuk tahap evaluasi ini
merupakan evaluasi proses dengan memperhatikan perubahan keselurahan
dampak dari program yang telah dilakukan dari tahap persiapan sampai
pelaksanaan.
G. Tahapan Terminasi Program Keterampilan Sentra kriya
Tahap ini merupakan tahap dimana sudah selesainya secara formal dengan
penerima program. Namun, pada tahap ini Rumah Pintar Atsiri belum sepenuhnya
23Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat dan Intervensi
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 232. 24Wawancara Langsung dengan Ibu Raswad, Bogor 11 Juni 2017.
80
melakukan terminasi. Rumah Pintar Atsiri akan selalu memonitoring penerima
program agar tidak jenuh untuk terus melakukan program kue kering ataupun
minuman kunyit asam. Meskipun penerima program sudah dieri sertifikat dan
modal untuk melanjutkan usaha, Rumah Pintar Atsiri tetap melakukan monitoring
guna untuk memberikan motivasi dan inovasi agar program tersebut dapat terus
berkembang. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Ria mengenai tahap terminasi:
“Sudah dapat dikatakan mensejahterakan masyarakat karena beberapa
masyarakat sekitar ada yang berada dibawah garis kemiskinan dan ketika ada
pelatihan kemudian diberi tambahan modal sebesar 500.000 rupiah membuat
warga tersebut menjadi lebih baik hidupnya karena ada modal usaha yang
dijalankan. Namun kita tetap memantau masyarakat agar mereka tetap
melakukan program dan tidak jenuh, atau kalau perlu ada inovasi-inovasi lain
sehingga tidak minuman jamu itu-itu saja misalnya minuman jamu beras kencur”
Kata Ibu Ria.25
Sama halnya seperti wawancara dengan Ibu Raswad berikut ini:
“…hakikatnya kegiatan di Rumah Pintar Atsiri adalah kegiatan yang
mengakomodir keinginan masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup jadi
masyarakat yang sudah mengerti jenis keterampilan yang akan dijalankan
menjadi lebih mengerti karena ditambah adanya pembelajaran yang mengajarkan
mereka untuk lebih produktif dan mandiri. setelah diberikan pelatihan program,
mereka terus dipantau agar program yang dilakukan bermanfaat dan berguna
bagi kelanjutan hidupnya.”26
Tahap terminasi ini baik pengurus, tutor, penerima program berharap agar
program Rumah Pintar Atsiri dapat terus berjalan dan menjadi lebih baik dalam
proses memberdayakan masyarakat. Hasil wawancara kepada salah satu peserta
yaitu Ibu Lilis mengatakan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah
Pintar Atsiri sudah bagus sekali karena pemberdayaan ini sasarannya adalah
masyarakat umum dan siapa saja boleh bergabung kemudian yang kekurangan
25Wawancara Pribadi dengan Ibu Ria, Bogor, 20 Mei 2017. 26 Wawancara Langsung dengan Ibu Raswad, Bogor 11 Juni 2017.
81
finansial juga dibantu oleh Rumah Pintar dengan diberikan modal usaha untuk
melanjutkan program keterampilan yang telah dilakukan.27
Berdasarakan data yang didapatkan hasil wawancara bahwa Rumah Pintar
Atsiri melihat penerima program belum dapat dilepas dalam menjalankan program
keterampilan sentra kriya dan masih perlu dibina serta dibimbing. Walaupun
demikian beberapa peserta sudah mampu membuat sampai dengan memasarkan
hasil produknya sendiri melalui pemesanan dari orang ke orang (seperti yang
dilakukan oleh Ibu Ria dan Ibu Muhajir). Jadi Rumah Pintar Atsiri tidak semata-
mata melepasnya begitu saja melainkan secara bertahap sehingga tujuan jangka
pendek dan jangka panjang dari pemberdayaan masyarakat ini dapat tercapai.
Berdasarkan hasil analisa temuan penelitian bahwa program keterampilan
sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri dikatakan berhasil dalam memberdayakan
masyarakat dan pencapaiannya dapat dikatakan sesuai dengan urutan tahapan
pemberdayaan.
27Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, Bogor, 18 Juni 2017.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa temuan penelitian bahwa program keterampilan
sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri dikatakan berhasil dalam memberdayakan
masyarakat dan pencapaiannya sesuai dengan tahapan pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat tersebut telah mencangkup tujuh tahapan
pemberdayaan. Ketujuh tahapan yang telah dilakukan Rumah Pintar Atsiri adalah:
1. Tahapan Persiapan: pada tahap ini Rumah Pintar Atsiri melakukan persiapan
petugas dan persiapan lapangan. Petugas pelaksana program adalah Rumah
Pintar sebagai fasilitator dan menunjuk dua orang sebagai tutor atau petugas
pelaksana dalam program keterampilan pembuatan kue kering dan kunyit
asam. Selain itu persiapan lapangan dalam hal ini sarana dan prasarana yang
berlokasi di Rumah Pintar Atsiri serta masyarakat di Desa Ragajaya.
2. Tahapan pengkajian (assessment): dalam tahapan ini dilakukan identifikasi
masalah yang ada pada masyarakat. Masalah tersebut adalah terdapatnya
keinginan untuk hidup yang lebih baik namun tidak tahu harus mulai
darimana, takut akan kerugian yang diterimanya, terbentur masalah modal
apabila ingin membuka usaha serta proses pelabelan dan pemasaran ketika
sudah dihasilkannya produk. Oleh karena itu Rumah Pintar Atsiri melakukan
pemilihan peserta penerima program berdasarkan bakat, potensi dan minatnya
selanjutnya diarahkan pada program-program di Rumah Pintar Atsiri.
Selanjutnya penerima program diberdayakan dan diberikan pembelajaran yang
83
mendidik untuk menjadi produktif dan mandiri sampai proses pelabelan
maupun pemasaran produk hasil pelatihan.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Program: pada tahap ini petugas memberikan
alternatif program seperti berbagai macam keterampilan sentra kriya agar
potensi yang ada pada masyarakat berkembang sesuai dengan bakatnya.
Fasilitator secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir
tentang masalah yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Program
pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam merupakan salah solusi bagi
permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan demikian program pembuatan
kue kering dan minuman kunyit asam menjadi program pilihan yang dapat
membantu masyarakat calon penerima program dalam memenuhi kebutuhan
hidup sekaligus menjadikan masyarakat lebih mandiri dan produktif.
4. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi: pada tahapan ini program yang akan
dilakukan adalah program kue kering dengan segala jenis kue kering dan
minuman jamu dalam hal ini kunyit asam. Fasilitator dan calon penerima
program juga merumuskan tujuan adanya program tersebut baik tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang. Tujuan jangka pendeknya adalah mengatasi
permasalahan yang ada di masyarakat dengan cara menjadikan masyarakat
agar produktif dalam mengelola bahan-bahan untuk kemudian masyarakat
dapat membuka usaha sendiri. Jangka panjangnya agar masyarakat menjadi
lebih berdaya, mandiri dan sejahtera dalam kehidupannya.
5. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan: pada tahap ini bahwa dalam
pelaksanaannya berjalan sesuai dengan alur tahapan program yang telah dibuat
84
mulai dari pemilihan calon penerima program, pemberian pelatihan,
pemberian pengetahuan untuk pengelolaan usaha, pelabelan dan pemasaran.
pada tahapan ini Rumah Pintar Atsiri membangun kerjasama untuk terlibat
antara ketua, pengurus, tutor dan penerima program. Dalam pelaksanaannya
bagi tutor tidak mengalami hambatan, namun bagi penerima program
hambatannya adalah masalah waktu pembuatan yang cukup lama karena
penerima program adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki waktu
luang yang cukup banyak serta hambatan pada modal dalam pemenuhan
bahan-bahan untuk membuat makanan dan minuman.
6. Tahapan Evaluasi: Tahap Evaluasi dalam penelitian ini dapat dilihat dari
pemerolehan pengetahuan baru bagi penerima program serta keinginan untuk
mengelola usaha demi hidup yang lebih mandiri dan produktif. Selain itu
keberhasilan dari kemajuan program ini dapat terlihat dari hasil lomba-lomba
yang diikuti Rumah Pintar Atsiri, program kue kering dan minuman kunyit
asam menjadi program unggulan serta terlihat keberlanjutannya dibandingkan
program lain di sentra kriya. Tahap evaluasi ini merupakan evaluasi proses
dengan memperhatikan perubahan keselurahan dampak dari program yang
telah dilakukan dari tahap persiapan sampai pelaksanaan.
7. Tahapan Terminasi: pada tahap ini, Rumah Pintar Atsiri melihat penerima
program belum dapat dilepas dalam menjalankan program keterampilan sentra
kriya dan masih perlu dibina serta dibimbing. Walaupun demikian beberapa
peserta sudah mampu membuat sampai dengan memasarkan hasil produknya
sendiri melalui pemesanan dari orang ke orang (seperti yang dilakukan oleh
85
Ibu Ria dan Ibu Muhajir). Jadi Rumah Pintar Atsiri tidak semata-mata
melepasnya begitu saja melainkan secara bertahap sehingga tujuan jangka
pendek dan jangka panjang dari pemberdayaan masyarakat ini dapat tercapai.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan mengenai pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri,
ada beberapa saran dari penulis diantaranya:
1. Terkait tahapan-tahapan pemberdayaan dalam pemberdayaan yang dilakukan
oleh Rumah Pintar Atsiri dalam program keterampilan sentra kriya diharapkan
melakukan persiapan lebih mendalam dan lebih matang lagi.
2. Masyarakat umum hendaknya memberikan dukungan dan motivasi untuk
program keterampilan selanjutnya sehingga semakin banyak peserta yang
mengikuti maka semakin banyak masyarakat yang berdaya, mandiri dan
sejahtera.
3. Program keterampilan ini harus lebih disosialisasikan karena program tersebut
menarik untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
86
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan
Sosial dan Kajian Pembangunan). Jakarta: Rajawali Press. 2015.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: LP FEUI. 2002.
Demografi Desa Ragajaya, Kecamatan Bojonggede. Tersedia pada
(http://kecamatanbojonggede.bogorkab.go.id). Diakses pada tanggal 19
Agustus 2017.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2007.
Ghony, M. Djunaedi dan Fauzan Almanshur. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.
Gloria, Muluka. Community Development and Yout Empowerment” Bchelor of
Social Services. Diaconia University of Applied Sciences. 2012. Tersedia
pada (http://theseus.fi). Diakses pada tanggal 20 Agustus 2017.
Gustami, SP. Proses Penciptaan Seni Kriya: Untaian Metologis. Yogyakarta:
Program Penciptaan Seni Pascasarjana. ISI Yogyakarta. 2004.
Huda, Miftachul. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Komar, Oong dan Dadang Yunus. “Model Lab Site PLS Melalui Pelembagaan
Rumah Pintar Bu Een.” Jurnal Ilmu Pendidikan. 2014. Tersedia pada
(http://www.ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/download/5901/3
985). Diakses pada tanggal 21 Agustus 2017.
Kurniawati, Dwi Pratiwi.“Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi
(Studi Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)”. Jurnal
Administrasi Publik (JAP). Vol. I, No.4. Tersedia pada
87
(http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id). Diakses pada tanggal 30
Agustus 2017.
Machendrawaty, Nanih dan Agus Ahmad Safei. Pengembangan Masyarakat
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001.
Mardikanto Totok dan Poerwoko Soebiato. Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta. 2013.
Moloeng, J. Lexi Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
2011.
Mujiyadi, B., dkk. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta:
Puslitbang Kesejahteraan Sosial- Badikilit KEsejahteraan Sosial-
Departemen Sosial RI. 2007.
Pemerintah Kabupaten Bogor. 2016. Tersedia pada
(http://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/83/kecamatan-
bojonggede#.WbngoDVLddg). Diakses pada tanggal 19 Agustus 2017.
Perumahan Atsiri Permai. 2013. Tersedia pada (http://www.atsiripermai.com/).
Diakses pada tanggal 18 Agustus 2017.
Pranoto, Edy. “Manajemen Pembinaan Perpustakaan Rumah Pintar Di Kecamatan
Semarang Barat”. Majalah Media Pustakawan. Vol. 19 No. 2. 2012.
Tersedia pada (http://www.pnri.go.id/magazine/manajemen-pembinaan-
perpustakaan-rumah-pintar-di-kecamatan-semarang-barat/). Diakses pada
tanggal 20 Agustus 2017.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Profil Desa Ragajaya. 2016. Tersedia pada
(http://kecamatanbojonggede.bogorkab.go.id/index.php/multisite/detail_desa
/129). Diakses pada tanggal 19 Agustus 2017.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Teoritis dan Praktikum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1986.
88
Rumah Pintar Atsiri. 2012. Tersedia pada
(http://www.atsiripermai.com/?hal=rumah-pintar). Diakses pada tanggal 18
Juli 2017.
Rumah Pintar Atsiri. 2010. (http://rumahpintarkita.org/profile/5/rumpin). Diakses
pada tanggal 19 Juli 2017.
Robert, Chambers. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar
dan Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment.
New York: New York University Press. 1995.
Rohim, Abdur. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata”
Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Universitas Negeri
Yogyakarta. 2013.
Salam Syamsir dan Amir Fadhilah. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2008.
Sholeh, Chabib. Dialektika Pembangunan dan Pemerdayaan. Bandung:
Fokusmedia. 2014.
Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA. 2010.
Suhartini, Rr. dkk. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara. 2005.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.
Refika Aditama. 2005. cet. Ke-1.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2011.
Sumodiningrat, Gunawan. Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwara. 1997.
89
Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No.
32/Kep/M.KUKM/IV/2002. Tentang Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan Sentra.
Suyatno, Suparjan dan Hempri. Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan
sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media. 2003.
Syafi‟i, Agus Ahmad. Manajemen Masyarakat Islam. Bandung: Gerbang
Masyarakat Baru. 2001.
Syamsudin, RS. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Dakwah
Islam. Bandung: KP HADID. 1999.
Tasrifin. Pengembangan Sentra Produk Unggulan UMKM. Tersedia pada
(http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/). Diakses pada tanggal 12 Maret 2017.
UNESCO. “Empowering Women Through Crafts. Unesco Norway Funded
Project: Mapping Of Cultural Assets In Districts Multan & Bahawalpur”.
2010. Tersedia pada (http://unesco.org.pk/). Diakses pada tanggal 30 Juli
2017.
Whitherington. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru. 1985.
Widayanti, Sri. “Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan Teoritis”. Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial. Vol. 1, No. 1. 2012. Tersedia pada (http://digilib.uin-
suka.ac.id). Dakses pada tanggal 18 Agustus 2017.
Widjajanti, Kessi. “Model Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol.12, No.1. 2011. Tersedia pada (http://journals.ums.ac.id).
Diakses pada tanggal 19 Agustus 2017.
Wulandari, Ayu Purnami. “Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Sapu
Gelagah Di Desa Kajongan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga”.
Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta.
2014.
90
Yanani, Rudi. Keterampilan. 2002. Tersedia pada
(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/571/jbptunikompp-gdl-rudiyanani-
28501-10-unikom_r-i.pdf). Diakses pada tanggal 19 Mei 2017.
Yulaelawati, Elly. Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Masyarakat Melalui
Rumah Pintar, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. 2013.
Tersedia di (http://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id). Diakses pada
tanggal 22 Mei 2017.
Zubaedi. Pengembangan Masyrakat Wacana & Praktik. Jakarta: Prenada Media.
2013.
Zuhdi, Muria. Konsep Seni Kriya. Tersedia pada (http://staff.uny.ac.id/). Diakses
pada tanggal 12 Maret 2017.
91
Lampiran 1
CATATAN OBSERVASI
No Tanggal Jam Kegiatan Subyek
Observasi
Catatan Hasil Observasi
1 15 April
2017
10.00
WIB
Survey lokasi Ketua Rumah
Pintar Atsiri
Peneliti melakukan survei lokasi ke tempat yang akan menjadi tempat
penelitian. Pengurus menjelaskan secara singkat tentang sejarah berdirinya
rumah pintar atsiri, tujuan, jenis pelayanan yang ada di Rumah Pintar Atsiri,
jaringan kelembagaan (network) dan sasaran kegiatan yang ada dirumah
pintar. Peneliti meminta perijinan melakukan wawancara dan sedikit
bertanya tentang kegiatan apa saja disana.
2 20 April
2017
11.00
WIB
Survey ke-2 lokasi
sentra kriya
Divisi Humas
Rumah Pintar
Atsiri
Peneliti lebih memfokuskan terhadap keterampilan yang ada di sentra kriya.
Peneliti melakukan diskusi seputar program sentra kriya dengan pengurus
sentra kriya. Peneliti meminta perijinan melakukan wawancara tentang
kegiatan disana.
3 29 April
2017
10.00
WIB
Kunjungan ke rumah
ketua RT setempat
Ibu Duriyatul
‘umah)
Peneliti melakukan kunjungan ke rumah ketua RT setempat untuk meminta
ijin melakukan penelitian di Lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan :
1. Peneliti mengenalkan diri dan menjelaskan tujuan peneliti
2. Meminta ijin untuk dapat melakukan penelitian di lingkungannya
3. Menanyakan seputar Rumah Pintar Atsiri.
4. Melakukan wawancara seputar Desa Ragajaya. Dan peneliti
diarahkan untuk mengakses web terkait keadaan seputar Desa
Ragajaya.
4 20 Mei 2017 10.00
WIB
Peneliti berkunjung
dan mewawancarai
Tutor Pembuatan
Minuman Kunyit
Asam sekaligus
penerima program
Ibu Ria
(Duriyatull’u
mah)
Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud kedatangannya bahwa peneliti
ingin mengadakan penelitian terhadap program keterampilan pembuatan
minuman kunyit asam. Peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Ria
untuk mengetahui program pembuatan minuman kunyit asam,
pelaksanaannya serta proses pemasaran produk yang telah dihasilkan. Tutor
juga mengarahkan peneliti untuk kembali lagi datang melihat proses
tahapan pembuatan minuman kunyit asam maupun beras kencur.
92
5 27 Mei 2017 09.00
WIB
Tutor Pembuatan
Minuman Kunyit
Asam
Ibu Ria
(Duriyatull’u
mah)
Peneliti mengamati proses pembuatan minuman kunyit asam dari
pembuatan awal sampai pengemasan dan pelabelan.
6 10 Juni 2017 11.00
WIB
Peneliti melakukan
wawancara mendalam
ketua Rumah Pintar
Ibu Sri
Ummami
Raswad
Peneliti melakukan wawancara lebih mendalam dengan ketua Rumah Pintar
perihal program-program yang ada di Rumah Pintar Atsiri sekaligus
perkembangan keterampilan sentra kriya.
7 11 Juni 2017 14.00
WIB
Peneliti melakukan
wawancara divisi
humas Rumah Pintar
Ibu Ade Rina Peneliti melakukan wawancara dengan divisi humas dan wawancara lebih
fokus pada program keterampilan sentra kriya untuk pembuatan kue kering
dan minuman kunyit asam dan beras kencur.
8 17 Juni 2017 15.00
WIB
Peneliti berkunjung
dan melakukan
wawancara kepada
tutor pembuatan kue
kering sekaligus
penerima program
Ibu Muhajir Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud kedatangannya bahwa peneliti
ingin mengadakan penelitian terhadap program keterampilan pembuatan
kue kering. Peneliti menanyakan perihal tahapan pembuatan baik kue
kering, bahan-bahan yang diperlukan, kegiatan dan jumlah anggota yang
mengikuti serta harapan terhadap Rumah Pintar Atsiri dan yang telah
mengikuti pelatihan program tersebut. Selain itu merangkap sebagai
penerima program, peneliti menanyakan hasil yang didapatkan setelah
mengikuti program keterampilan tersebut.
9 18 Juni 2017 11.00
WIB
Peneliti melakukan
wawancara kepada
penerima program
untuk pembuatan kue
kering
Ibu Lilis Peneliti menanyakan perihal keikutsertaan mereka dalam pelatihan tersebut,
awal mula mereka mengikuti dan sekarang menjadi bagian dari
keterampilan sentra kriya. Selain itu peneliti juga menanyakan perubahan
apa yang terjadi setelah mereka mengikuti keterampilan tersebut serta
tanggapan maupun harapan terhadap pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri.
10 19 Juni 2017 09.00 Peneliti melakukan
wawancara kepada
penerima program
untuk pembuatan
minuman kunyit asam
Ibu Ida Rosida Peneliti menanyakan perihal keikutsertaan mereka dalam pelatihan tersebut,
awal mula mereka mengikuti dan sekarang menjadi bagian dari
keterampilan sentra kriya. Selain itu peneliti juga menanyakan perubahan
apa yang terjadi setelah mereka mengikuti keterampilan tersebut serta
tanggapan maupun harapan terhadap pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Rumah Pintar Atsiri.
93
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Jabatan Ketua atau Pengurus Rumah Pintar Atsiri
Nama : Sri Umami Raswad
Usia : 51 Tahun
Alamat : Jl. Kasturi
Pendidikan terakhir : Diploma III
1. Kapan berdirinya Rumah Pintar Atsiri dan kapan kegiatan keterampilan sentra
dan program pembuatan kue kerig dan kunyit asam berlangsung?
Jwb: Pada tanggal 19 Oktober 2009 rumah pintar berdiri dan program kue kering
dan kunyit asam mulai berjalan pada bulan Mei tahun 2012.
2. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Pintar Atsiri dan apa tujuannya?
Jwb: Berdirinya rumah pintar ini adalah atas gagasan dari SIKIB (Solidaritas
Isteri-Isteri Indonesia Bersatu) dengan ujuannya untuk memberdayakan dan
mensejahterakan masyarakat sekitar. Selain itu lokasi rumah pintar yang cukup
strategis dan bersebelahan dengan lapangan bola serta berada tidak jauh dari pintu
gerbang utama menjadi alasan utama agar masyarakat dapat mengetahui dengan
jelas dan tidak kebingungan apabila ditanya dimana letak Rumah Pintar Atsiri.
Awalnya kegiatan origami buat anak paud, kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan usia anak-anak seperti membaca, mewarnai, menggambar termasuk
94
membuat origami. kemudian keterampilan-keterampilan sentra kriya yang
kerjasama koperasi dan Kemenperindag, selain itu bekerjasama dengan PNPM
Mandiri apalagi untuk keterampilan pengolahan bahan makanan (kue kering dan
minuman kunyit asam) melanjutkan pelatihan ke pembuatan batik, melukis yang
juga bekerjasama dengan salah satu Universitas negeri dan swasta di wilayah
Jakarta, selanjutnya keterampilan membuat hantaran, pembuatan olahan makanan
seperti kue kering dan minuman kunyit asam menjadi produk unggulan dalam
program dari Rumah Pintar Atsiri.
3. Dalam mempersiapkan program apakah ibu melakukan konsultasi atau sosialisasi
terlebih dahulu dengan tokoh masyarakat sekitar? Dan bagaimana tanggapannya?
Jwb: setiap program yang ada di Rumah Pintar Atsiri selalu kami konsultasikan
dengan tokoh masyarakat setempat agar proses pemberdayaan yang kami lakukan
tidak salah sasaran. Hal itu menjadi hal yang paling utama mengingat Rumah
Pintar Atsiri adalah sebagai fasilitator yang hanya menyediakan fasilitas dan yang
akan merasakan programnya adalah masyarakat. Masalah yang ada di masyarakat
adalah tidak adanya modal, keinginan ingin hidup lebih baik namun tidak tahu
mulai darimana, takut akan kerugian yang nanti diterimanya serta proses
pemasaran di masyarakat yang tidak berjalan lancar sehingga membuat
masyarakat semakin tidak ada usaha untuk mau memperbaiki kualitas hidupnya.
4. Berapa jumlah keseluruhan anggota yang tergabung dalam Rumah Pintar ?
Jwb: 86 orang
5. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri dalam memberdayakan
masyarakat khususnya sentra kriya?
Jwb: Dengan diberikan pelatihan terlebih dahulu kemudian masyarakat yang
terlatih akan dilepas untuk meneruskan hasil pelatihannya dalam bentuk produk
yang dapat menghasilkan atau berdaya jual. Umumnya kegiatan di sentra kriya
adalah hal yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat hanya saja perlu
ditambah pembeljaran atau pendidikan yang mengarahkan mereka agar menjadi
berdaya dan lebih mandiri. Sehingga hakikatnya kegiatan di Rumah Pintar Atsiri
95
adalah kegiatan yang sudah mengakomodir keinginan masyarakat dalam hal
pemenuhan kebutuhan hidup jadi masyarakat yang sudah mengerti jenis
keterampilan yang akan dijalankan menjadi lebih mengerti karena ditambah
adanya pembelajaran yang mengajarkan mereka untuk lebih produktif dan
mandiri. Setelah diberikan pelatihan program, mereka terus dipantau agar
program yang dilakukan bermanfaat dan berguna bagi kelanjutan hidupnya.”
6. Apakah setiap anggota Rumah Pintar mengikuti keterampilan sentra kriya?
Jwb: iya tidak semua anggota ikut pelatihan ditambah dengan masyarakat sekitar
7. Berapa jumlah anggota yang mengikuti kegiatan keterampilan di sentra kriya?
Jwb: 21 orang
8. Berapa jumlah tutor atau pendamping pada keterampilan sentra kriya?
Jwb: Tutor di sentra kriya cukup banyak tergantung jenis keterampilannya.
Untuk keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam ada 2 tutor
masing-masing memegang keterampilan yang dikuasainya
9. Kegiatan keterampilan apa saja yang ada di sentra kriya?
Jwb: ada keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam
menyulam, menjahit, membatik, melukis dan pembuatan hantaran,
10. Apa hasil yang dicapai dari kegiatan keterampilan di sentra kriya?
Jwb: Makanan kue kering sudah mendapatkan hak paten dan atas nama Rumah
Pintar begitu pula dengan minuman kunyit asam dan kalau ada bazar akan
dipamerkan. Selain itu juga sudah bersertifikat halal dari MUI.
11. Bagaimana cara memperoleh bahan baku utama untuk produksi pada
keterampilan sentra kriya?
Jwb: bahan baku disediakan dan didanakan dari Rumah Pintar dengan bantuan
anggaran dari pemerintah tetapi untuk bahan-bahan kue kering seperti terigu dan
sebagainya
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam pelaksanaan
kegiatan keterampilan di sentra kriya?
96
Jwb: faktor pendukung dapat dikatakan semua mendukung mulai dari anggota,
pengurus sampai pengurus pusat. Sementara hambatannya pada masalah waktu
mengingat tutor dan pengurus Rumah Pintar adalah ibu-ibu yang juga punya
kesibukan masing-masing seperti ibu rumah tangga atau pegawai swasta
13. Apa harapan Anda bagi anggota yang mengikuti kegiatan keterampilan sentra
kiya?
Jwb: Semoga semua anggota dapat berdaya dan menjadi sejahtera hidupnya,
mandiri dan dapat membantu penghasilan keluarga
97
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Jabatan Divisi Humas Rumah Pintar Atsiri
Nama : Ade Rina
Usia : 40 Tahun
Alamat : Jl. Kecubung III
Pendidikan terakhir : S2
1. Kapan berdirinya Rumah Pintar Atsiri dan kapan kegiatan keterampilan sentra
dan program pembuatan kue kerig dan kunyit asam berlangsung?
Jwb: Pada tanggal 19 Oktober 2009 rumah pintar berdiri sedangkan untuk
keterampilan kue kering dan kunyit asam mulai ada pada bulan Mei tahun 2012
2. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Pintar Atsiri dan apa tujuannya?
Jwb: Berdirinya rumah pintar ini adalah atas gagasan dari SIKIB (Solidaritas
Isteri-Isteri Indonesia Bersatu) dengan ujuannya untuk memberdayakan dan
mensejahterakan masyarakat sekitar. Awalnya dari kegiatan origami buat anak
paud kemudian ada pelatihan untuk pembuatan kue kering dan minuman dan
lanjut kegiatan menyulam, menjahit, melukis, membatik, membuat hantaran
untuk pernikahan. Tujuannya untuk agar masyarakat sekitar menjadi sejahtera
3. Berapa jumlah keseluruhan anggota yang tergabung dalam Rumah Pintar ?
Jwb: 86 orang
4. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri dalam memberdayakan
masyarakat?
98
Jwb: Dengan diberikan pelatihan terlebih dahulu kemudian masyarakat yang
sudah terlatih akan dilepas untuk meneruskan hasil pelatihannya dan produk
tersebut diberi merk atau label atas nama pribadi. Selain itu peserta juga akan
diberikan modal usaha sebesar Rp.500.000,- dengan harapan mereka dapat
meneruskan hasil pelatihan yang didapatkan.
5. Apakah setiap anggota Rumah Pintar mengikuti keterampilan sentra kriya?
Jwb: tidak semua anggota mengikuti
6. Berapa jumlah anggota yang mengikuti kegiatan keterampilan di sentra kriya
khususnya program pembuatan kue kering dan kunyit asam?
Jwb: 10 orang yang sudah dipilih berdasarkan minat dan potensi yang sesuai.
7. Berapa jumlah tutor atau pendamping pada keterampilan sentra kriya?
Jwb: Ada 2 tutor salah satunya ibu Ria yang bertugas pada program pembuatan
kunyit asam.
8. Kegiatan keterampilan apa saja yang ada di sentra kriya?
Jwb: Ada keterampilan pembuatan kue kering dan minuman kunyit asam,
menyulam, menjahit, payet-payet, pembuatan hantaran. Tetapi yang lebih
ditekankan adalah pembuatan kue kering dan kunyit asam karena bahan-bahan
yang dibutuhkan mudah didapatkan dan kebanyakan masyarakat mengetahui
prosesnya tetapi disini (Rumah Pintar Atsiri) akan dibina dan diarahkan lagi
sehingga mereka menjadi berdaya dan lebih mandiri.
9. Apa hasil yang dicapai dari kegiatan keterampilan di sentra kriya?
Jwb: Makanan kue kering maupun minuman kunyit asam sudah mendapatkan
hak paten atas nama Rumah Pintar Atsiri dan kalau ada bazar akan dipromosikan
sekaligus sebagai bagian dari evaluasi.
10. Bagaimana cara memperoleh bahan baku utama untuk produksi pada
keterampilan sentra kriya?
Jwb: bahan baku disediakan dan didanakan dari Rumah Pintar yang telah bekerja
sama dengan kemenperindag, koperasi dan PNPM mandiri.
99
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam pelaksanaan
kegiatan keterampilan di sentra kriya?
Jwb: selama ini tidak ada hambatan yang terlalu sulit hanya pada masalah
penggunaan waktu saja
12. Apa harapan Anda atau tujuan jangka pendek dan jangka panjang bagi anggota
yang mengikuti kegiatan keterampilan sentra kiya?
Jwb: Tujuan jangka panjang program ini adalah agar semua masyarakat dapat
hidup lebih baik, sejahtera, lebih mandiri dan berdaya. Sementara tujuan jangka
pendeknya masyarakat dapat melanjutkan usaha setelah pelatihan dan dapat
melakukan usaha dengan label mereka sendiri.
100
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Jabatan Tutor Keterampilan Sentra Kriya Rumah Pintar Atsiri (Pembuatan
Minuman Kunyit Asam)
Nama : Duriyatul um’ah
Usia : 44 Tahun
Alamat : Jl. Kenanga IV
Pendidikan terakhir : Diploma III
1. Jenis Keterampilan apa yang ibu tekuni di sentra kriya Rumah Pintar Atsiri?
Jwb: Keterampilan pembuatan minuman kunyit asam
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatannya?
Jwb: prosesnya cukup lama yaitu 6-7 jam
3. Berapa kali Ibu melakukan pelatihan untuk keterampilan ini dan dimanakah
tempatnya?
Jwb: Pelatihan untuk kunyit asam ini dilakukan selama 3 bulan. Dalam satu
bulan pelatihan dilakukan hanya 2 kali dan sebelum pelatihan dilakukan demo
kepada masyarakat umum. Tempat untuk melakukan demonya adalah di
Rumah Pintar Atsiri sedangkan pelatihan programnya kami terkadang
mengadakan di Rumah Pintar atau di Rumah saya (salah satu tutor).
101
4. Apa saja faktor penghambat yang ibu hadapi selama kegiatan keterampilan
disini?
Jwb: selama pelaksanaan tidak ada hambatan karena bahan-bahan yang
didapatkan mudah, hanya saja hambatan setelah program tersebut berjalan
yakni tangan menjadi kuning sebab warna yang dihasilkan dari kunyit
sehingga membuat sebagian orang tidak melanjutkan pelatihan program
tersebut.
5. Apakah ibu membuka atau memasarkan produk hasil dari keterampilan yang
telah ibu lakukan?
Jwb: saya juga membuka dan menerima pesanan bagi siapa saja yang ingin
memesan tapi kembali lagi ke konsumen karena pada dasarnya minuman jamu
tersebut dapat menimbulkan rasa khas yang berbeda-beda setiap orang yang
membuatnya.
6. Hasil produk keterampilan yang ibu perjual-belikan biasanya digunakan untuk
apa?
Jwb: untuk menambah penghasilan bagi keluarga, terlebih lagi saya seorang
ibu rumah tangga, setidaknya dapat menambah untuk memenuhi kekurangan
bumbu-bumbu dapur dan juga dapat membantu penghasilan utama dari suami.
7. Strategi apa yang tepat untuk memasarkan hasil produk keterampilan anda?
Jwb: Hasil produknya dipromosikan pada saat ada acara event atau bazar
sehingga masyarakat umum dapat mengetahui dan juga melalui lomba-lomba
karena setiap masyarakat yang dilatih meskipun sudah mengerti tata caranya
namun rasa yang dihasilkan tiap makanan bisa jadi berbeda.
8. Bagaimana pelaksanaan program keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar
ini?
Jwb: pelaksanaannya berjalan dengan lancar, pendanaannya juga dibantu oleh
kemenperindag, PNPM mandiri, dan LSM yang bekerja sama dengan Rumah
Pintar
102
9. Bagaimana cara memperoleh bahan baku utama untuk produksi pada
keterampilan sentra kriya?
Jwb: bahan baku untuk pembuatan minuman kunyit asam dan beras kencur
sangat mudah diperoleh dan apabila mencari di pasar tradisional dapat dengan
mudah didapatkan
10. Menurut Anda, apakah program keterampilan sentra kriya ini sudah dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar?
Jwb: sudah dapat dikatakan mensejahterakan masyarakat karena beberapa
masyarakat sekitar ada yang berada dibawah garis kemiskinan dan ketika ada
pelatihan kemudian diberi tambahan modal sebesar 500.000 rupiah membuat
warga tersebut menjadi lebih baik hidupnya karena ada modal usaha yang
dijalankan. Namun kita tetap memantau masyarakat agar mereka tetap
melakukan program dan tidak jenuh, atau kalau perlu ada inovasi-inovasi lain
sehingga tidak minuman jamu itu-itu saja misalnya minuman jamu beras
kencur
11. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan keterampilan disini?
Jwb: harapan semoga semua masyarakat dapat mengikuti program ini dan
dapat mensejahterakan masyarakat serta menjadi lebih mandiri.
103
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Jabatan Tutor Keterampilan Sentra Kriya Rumah Pintar Atsiri (Pembuatan
Makanan Kue Kering)
Nama : Muhajir
Usia : 49 Tahun
Alamat : Jl. Kecubung III
Pendidikan terakhir : Diploma III
1. Jenis Keterampilan apa yang ibu tekuni di sentra kriya Rumah Pintar Atsiri?
Jwb: Keterampilan pembuatan kue kering
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatannya?
Jwb: tergantung jenis makanan yang akan dibuat, biasanya saya membuat
stick keju membutuhkan waktu selama 3-4 jam sampai proses pengemasan
3. Berapa kali Ibu melakukan pelatihan untuk keterampilan ini dan dimanakah
tempatnya?
Jwb: Pelatihan ini dilakukan selama 2x kali dalam seminggu selama 3 bulan.
Sebelum pelatihan dilakukan demo kepada masyarakat umum. Tempat untuk
melakukan demonya adalah di Rumah Pintar Atsiri sedangkan pelatihan
programnya kami terkadang mengadakan di Rumah Pintar atau di Rumah
saya. Pelaksanaannya mengikuti alur yang sudah saya buat sehingga
masyarakat tidak akan kebingungan. Waktu yang dibutuhkan tergantung jenis
104
makanan yang akan dibuat, biasanya saya membuat stick keju membutuhkan
waktu selama 3-4 jam sampai proses pengemasan
4. Apa saja faktor penghambat yang ibu hadapi selama kegiatan keterampilan
disini?
Jwb: selama pelaksanaan tidak ada hambatan karena bahan-bahan yang
didapatkan mudah dan bahan-bahan tersebut mudah ditemukan tidak hanya
dipasar tetapi juga di warung-warung sekitar tempat tinggal
5. Apakah ibu membuka atau memasarkan produk hasil dari keterampilan yang
telah ibu lakukan?
Jwb: saya juga membuka dan menerima pesanan bagi siapa saja yang ingin
memesan dan biasanya pada saat perayaan seperti hari raya idul fitri, saya
melibatkan masyarakat sekitar untuk ikut membuat kue kering sekaligus
membantu perekonomian bagi mereka
6. Hasil produk keterampilan yang ibu perjual-belikan biasanya digunakan untuk
apa?
Jwb: untuk menambah penghasilan bagi keluarga, terlebih lagi saya seorang
ibu rumah tangga, setidaknya dapat menambah untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga mulai dari tambahan sekolah untuk anak dan tambahan untuk
makan sehari-hari atau untuk ditabung sebagai persiapan dana yang tak
terduga
7. Strategi apa yang tepat untuk memasarkan hasil produk keterampilan anda?
Jwb: biasanya saya promosikan pada saat ada acara event atau bazar sehingga
masyarakat umum dapat mengetahui dan promosi produk tersebut berada
dibawah naungan Rumah Pintar Atsiri yang sudah bersertifikat halal atas
bantuan dari Rumah Pintar Atsiri
8. Bagaimana pelaksanaan program keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar
ini?
105
Jwb: pelaksanaannya berjalan dengan lancar, pendanaannya juga dibantu oleh
kemenperindag, PNPM mandiri, dan LSM yang bekerja sama dengan Rumah
Pintar
9. Bagaimana cara memperoleh bahan baku utama untuk produksi pada
keterampilan sentra kriya?
Jwb: bahan baku untuk pembuatan kue kering sangat mudah ditemukan,
dapat ditemukan di pasar modern atau pasar tradisional dan warung-warung
sekitar tempat tinggal
10. Menurut Anda, apakah program keterampilan sentra kriya ini sudah dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar?
Jwb: sudah mensejahterakan masyarakat dan setelah diadakan pelatihan
kemudian diberi tambahan modal untuk membuat warga tersebut menjadi
lebih baik hidupnya karena ada modal usaha yang dijalankan.
11. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan keterampilan disini?
Jwb: semoga masyarakat sekitar menjadi lebih mandiri dan mengurangi
angka kemiskinan akibat tidak ada pekerjaan tetap dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sekaligus masyarakat yang telah dilatih dapat
memasarkan produknya dengan merk sendiri dan tentunya ada sertifikat halal
dari MUI maupun Depkes.
106
Lampiran 4
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Penerima Program (pembuatan makanan kue kering)
Nama : Lilis Ki Agus
Usia : 50 Tahun
Alamat : Kecubung III
Pendidikan terakhir : SMA
1. Sudah berapa lama ibu mengikuti kegiatan keterampilan di tempat ini?
Jwb: sejak tahun 2012
2. Bagaimana ibu tahu tentang kegiatan keterampilan di sentra kriya ini?
Jwb: Saya tahu dari sosialisasi beberapa ibu-ibu yang pengurus Rumah Pintar
Atsiri dan mengajak masyarakat sekitar untuk bergabung. Sebelumnya saya
hanya sebagai ibu rumah tangga dan berkeinginan supaya dapat menambah
penghasilan suami
3. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam keterampilan sentra kriya?
Jwb: sebagai ibu rumah tangga saja
4. Apakah dengan adanya keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar Atsiri
Anda merasa terbantu?
107
Jwb: terbantu, karena saya tidak punya waktu jadi saya tidak melanjutkan
programnya
5. Pengetahuan apa saja yang ibu dapatkan dari hasil mengikuti kegiatan
keterampilan disini?
Jwb: saya jadi tahu bagaimana proses pembuatan kue kering dan juga tahu
bagaimana penggunaan modal untuk usaha agar usahanya tetap berjalan terus.
6. Adakah hambatan yang dirasakan selama program tersebut berlangsung?
Jwb: hambatannya tidak ada karna bahan-bahannya mudah didapatkan hanya
pada masalah waktu karena sebagai ibu rumah tangga tidak banyak waktu
luang yang tersisa oleh karena itu sebisa mungkin mengatur waktu agar tugas
di rumah tidak terbengkalai.
7. Apakah hasil produk yang telah didapatkan dari program tersebut dapat
memenuhi kebutuhan hidup Anda?
Jwb: iya sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
8. Apa harapan Anda bagi Rumah Pintar Atsiri bagi kegiatan keterampilan ini?
Jwb: semoga Rumah Pintar Atsiri dapat menjadi tempat yang mampu dan
menolong orang kesusahan agar dibantu dan hidup orang tersebut dapat
menjadi lebih sejahtera
9. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan di Rumah Pintar Atsiri melalui keterampilan sentra kriya?
Jwb: pemberdayaan yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri sudah bagus, karena
pemberdayaan ini mengajak masyarakat umum dan siapa saja boleh
bergabung kemudian yang kekurangan uang atau modal juga dibantu oleh
108
Rumah Pintar dengan diberikan modal untuk usaha melanjutkan program
keterampilan yang telah dilakukan.
109
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Penerima Program (pembuatan makanan kue kering)
Nama : Muhajir
Usia : 47 Tahun
Alamat : Jl. Kecubung III
Pendidikan terakhir : Diploma III
1. Sudah berapa lama ibu mengikuti kegiatan keterampilan di tempat ini?
Jwb: pada awal berdirinya Rumah Pintar ini dan saya selalu mengikuti
program yang ada di sentra kriya Rumah Pintar Atsiri
2. Bagaimana ibu tahu tentang kegiatan keterampilan di sentra kriya ini?
Jwb: dari orang yang juga ikut dalam kegiatan program pembuatan kue
kering
3. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam keterampilan sentra kriya?
Jwb: sebagai ibu rumah tangga saja
4. Apakah dengan adanya keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar Atsiri
Anda merasa terbantu?
Jwb: iya sangat terbantu, karena setelah mengikuti program kue kering, saya
dapat menjual hasil olahannya itu, apalagi kalau sudah memasuki bulan
ramadhan biasanya orang mencari dan membeli kue kering untuk hari raya
idul fitri
110
5. Pengetahuan apa saja yang ibu dapatkan dari hasil mengikuti kegiatan
keterampilan disini?
Jwb: saya jadi tahu bagaimana proses pembuatan kue kering, dan juga tahu
bagaimana penggunaan modal untuk usaha agar usahanya teteap berjalan
terus. Ditambah lagi bahan-bahan yang diperlukan mudah ditemukan jadi
hanya perlu belajar pada saat proses pembuatan dan pemasarannya
6. Adakah hambatan yang dirasakan selama program tersebut berlangsung?
Jwb: hambatannya hanya pada masalah waktu karena sebagai ibu rumah
tangga tidak banyak waktu luang yang tersisa oleh karena itu sebisa mungkin
mengatur waktu agar tugas di rumah tidak terbengkalai.
7. Apakah hasil produk yang telah didapatkan dari program tersebut dapat
memenuhi kebutuhan hidup Anda?
Jwb: iya sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan
juga untuk menambahkan uang bagi anak-anak untuk sekolah bahkan omset
kue kering pada bulan ramdahan mencapai 16 juta selama satu bulan itu.
Selain sudah ada label produk hasil pemberdayaan Rumah Pintar ini telah
mendapatkan sertifikat dari BPOM.
8. Apa harapan Anda bagi Rumah Pintar Atsiri bagi kegiatan keterampilan ini?
Jwb: semoga Rumah Pintar Atsiri dapat menjadi tempat yang dapat membuat
orang yang hidupnya kesusahan menjadi lebih baik dan sejahtera
9. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan di Rumah Pintar Atsiri melalui keterampilan sentra kriya?
Jwb: pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri sudah
bagus, karena pemberdayaan ini mengajak masyarakat umum yang belum ada
pengetahuan tentang keterampilan serta kekurangan uang atau modal.
111
Lampiran 5
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Penerima Program (keterampilan minuman kunyit asam)
Nama : Duriyatul um’ah
Usia : 48 Tahun
Alamat : Jl. Kenanga IV
Pendidikan terakhir : Diploma III
1. Sudah berapa lama ibu mengikuti kegiatan keterampilan di tempat ini?
Jwb: sejak awal berdirinya Rumah Pintar, saya selalu mengikuti programnya
2. Bagaimana ibu tahu tentang kegiatan keterampilan di sentra kriya ini?
Jwb: dari sosialisasi beberapa ibu-ibu yang ikut Rumah Pintar Atsiri dan
mengajak masyarakat sekitar untuk bergabung
3. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam keterampilan sentra kriya?
Jwb: hanya sebagai ibu rumah tangga saja
4. Apakah dengan adanya keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar Atsiri
Anda merasa terbantu?
Jwb: Setelah saya mengikuti program ini saya terbantu, karena setelah
mengikuti program pembuatan kunyit asam saya dapat menjual hasil
olahannya itu dan uangnya dapat menjadi tambahan untuk memenuhi
112
kebutuhan. Apalagi kita ibu rumah tangga ya harus bisa mengatur segalanya,
dengan adanya tambahan dari hasil produk tersebut dapat membantu
keuangan di dapur dan sampai saat ini penghasilan dari minuman kunyit asam
sangat membantu keuangan
5. Pengetahuan apa saja yang ibu dapatkan dari hasil mengikuti kegiatan
keterampilan disini?
Jwb: banyak pengetahuan yang saya dapatkan, dimulai dari proses
pengolahan yang benar dan higienis, kerjasama tim karna pelatihan tersebut
dibagi kedalam beberapa kelompok agar orang yang mengajari kami lebih
mudah, sampai pada tingkat kesabaran karena untuk pembuatan minuman
kunyit asam membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 6-7 jam.
6. Adakah hambatan yang dirasakan selama program tersebut berlangsung?
Jwb: hambatannya hanya pada masalah waktu karena sebagai ibu rumah
tangga tidak banyak waktu luang yang tersisa oleh karena itu sebisa mungkin
mengatur waktu agar tugas di rumah tidak terbengkalai apalagi pembuatan
kunyit asam yang memerlukan waktu yang cukup lama sampai 7 jam.
7. Apakah hasil produk yang telah didapatkan dari program tersebut dapat
memenuhi kebutuhan hidup Anda?
Jwb: iya dapat memenuhi kebutuhan hidup, membantu penghasilan yang
didapatkan dari suami
8. Apa harapan Anda bagi Rumah Pintar Atsiri bagi kegiatan keterampilan ini?
Jwb: semoga Rumah Pintar Atsiri menjadi tempat yang lebih maju lagi dan
banyak membantu orang yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
9. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan di Rumah Pintar Atsiri melalui keterampilan sentra kriya?
Jwb: sangat bagus sekali pemberdayaan yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri,
karena pemberdayaan ini sasarannya adalah masyarakat umum dan siapa saja
boleh bergabung kemudian yang kekurangan finansial juga dibantu oleh
113
Rumah Pintar dengan diberikan modal usaha untuk melanjutkan program
keterampilan yang telah dilakukan
114
Pedoman Wawancara
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Sentra Kriya oleh
Rumah Pintar Atsiri Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”
Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program keterampilan sentra kriya oleh Rumah Pintar Atsiri.
Wawancara ini bersifat tentatif, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam
wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Penerima Program (keterampilan minuman kunyit asam dan beras kencur)
Nama : Ida Rosida
Usia : 50 Tahun
Alamat : RW 07
Pendidikan terakhir : SMA
1. Sudah berapa lama ibu mengikuti kegiatan keterampilan di tempat ini?
Jwb: sejak tahun 2012
2. Bagaimana ibu tahu tentang kegiatan keterampilan di sentra kriya ini?
Jwb: dapat kabar dari masyarakat yang juga bergabung dengan Rumah Pintar
Atsiri sentra kriya
3. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam keterampilan sentra kriya?
Jwb: dirumah saja, sebagai ibu rumah tangga
4. Apakah dengan adanya keterampilan sentra kriya di Rumah Pintar Atsiri
Anda merasa terbantu?
Jwb: terbantu, tetapi saya tidak melajutkannya karena waktu yang cukup lama
untuk pembuatan minuman kunyit asam itu
115
5. Pengetahuan apa saja yang ibu dapatkan dari hasil mengikuti kegiatan
keterampilan disini?
Jwb: banyak pengetahuan yang saya dapatkan, kerjasama tim, tingkat
kesabaran karena untuk pembuatan minuman kunyit asam membutuhkan
waktu yang cukup lama sekitar 6-7 jam dan juga pemanfaatan barang-barang
yang sebenarnya mudah ditemukan ternyata dapat menjadi ladang usaha jika
ada kemauan
6. Adakah hambatan yang dirasakan selama program tersebut berlangsung?
Jwb: hambatannya pada masalah waktu karena sebagai ibu rumah tangga
tidak banyak waktu luang yang tersisa apalagi pembuatan kunyit asam yang
memerlukan waktu yang cukup lama sampai 7 jam. Oleh karena itu sebisa
mungkin mengatur waktu agar tugas di rumah tidak terbengkalai contohnya
apabila ingin mencoba sendiri dirumah dapat dilakukan ketika malam hari
pada saat semua tertidur sehingga tidak mengganggu aktifitas yang lainnya.
7. Apakah hasil produk yang telah didapatkan dari program tersebut dapat
memenuhi kebutuhan hidup Anda?
Jwb: iya dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membantu penghasilan yang
didapatkan dari suami
8. Apa harapan Anda bagi Rumah Pintar Atsiri bagi kegiatan keterampilan ini?
Jwb: semoga Rumah Pintar Atsiri menjadi tempat yang dapat membantu
orang yang kesulitan dalam hidup dan dapat mensejahterakan masyarakat
umum
9. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan di Rumah Pintar Atsiri melalui keterampilan sentra kriya?
116
Jwb: sudah bagus sekali pemberdayaan yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri,
karena pemberdayaan ini sasarannya adalah masyarakat umum dan siapa saja
boleh bergabung kemudian yang kekurangan uang pada saat pelatihan
program tersebut juga dibantu oleh Rumah Pintar serta diberikan modal usaha
untuk melanjutkan program keterampilan yang telah dilakukan
117
Lampiran 6
Daftar Penerima Program
Peserta penerima program berjumlah 10 orang dan dipilih berdasarkan potensi, bakat dan
minat yang sesuai dengan program yang dilakukan Rumah Pintar Atsiri. Daftar nama
penerima program yang megikuti:
1) Ibu Muhajir
2) Ibu Ria
3) Ibu Lilis
4) Ibu Ida Rosida
5) Ibu Ngadimin
6) Ibu Fitriyah
7) Ibu Tuty
8) Ibu Hadi
9) Ibu Dedi
10) Ibu Lilis Ki Agus
11) Aulia Nabila
12) Ibu Poppi
118
Lampiran 7
Lokasi Rumah Pintar Atsiri
Pembuatan Kue Kering
119
Persiapan Bahan-bahan dan Pembuatan Minuman Kunyit Asam
Hasil Produk Minuman Kunyit Asam Hasil Produk Kue Kering
120
Evaluasi (Pemasaran Kue Kering dan Minuman Kunyit Asam serta Beras Kencur)
Terminasi (Pemberian Modal kepada Peserta (secara simbolis))
121