PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro...

218
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA MELALUI PENGUATAN INDIVIDU DAN KELOMPOK KELUARGA BINAAN SOSIAL – KELOMPOK USAHA BERSAMA (STUDI KASUS DI DUSUN NGANGET DESA KEDUNGJAMBE KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR) CIPTO WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

Transcript of PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro...

Page 1: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA

MELALUI PENGUATAN INDIVIDU DAN KELOMPOK KELUARGA BINAAN SOSIAL – KELOMPOK USAHA BERSAMA

(STUDI KASUS DI DUSUN NGANGET DESA KEDUNGJAMBE

KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR)

CIPTO WIBOWO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2005

Page 2: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Pemberdayaan Komunitas Eks

Penderita Kusta Melalui Penguatan Individu dan Kelompok Keluarga Binaan

Sosial – Kelompok Usaha Bersama (KBS–KUBE). Studi Kasus di Dusun

Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi

Jawa Timur adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk

apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tugas ini.

Bogor, November 2005

CIPTO WIBOWO

NIM. A. 154040145

Page 3: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

@ Hak cipta milik Cipto Wibowo,Tahun 2005

Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya

Page 4: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA MELALUI PENGUATAN INDIVIDU DAN KELOMPOK ( KBS – KUBE )

KELUARGA BINAAN SOSIAL – KELOMPOK USAHA BERSAMA

(STUDI KASUS DI DUSUN NGANGET DESA KEDUNGJAMBE KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

PROVINSI JAWA TIMUR)

CIPTO WIBOWO

Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

Page 5: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

Judul Tugas Akhir : Pemberdayaan Komunitas Eks Penderita Kusta

Melalui Penguatan Individu dan Kelompok Keluarga

Binaan Sosial – Kelompok Usaha Bersama (KBS –

KUBE). Studi Kasus di Dusun Nganget Desa

Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten

Tuban Provinsi Jawa Timur.

Nama : Cipto Wibowo

NIM : A. 154040145

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Carolina Nitimihardjo, MS Ketua

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr.

Anggota

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc. Tanggal Ujian : 11 November 2005 Tanggal Lulus :

Page 6: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Pendidikan

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor hingga dapat menyelesaikan penulisan

kajian ini. Penulisan ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dengan judul laporan Kajian

Pengembangan Masyarakat “ Pemberdayaan Komunitas Eks Penderita Kusta

Melalui Penguatan Individu dan Kelompok Keluarga Binaan Sosial – Kelompok

Usaha Bersama (KBS–KUBE). Studi Kasus di Dusun Nganget Desa

Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.

Penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan moril dan materiil dalam menyelesaikan kajian pengembangan

masyarakat ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc. Selaku Dekan Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

2. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku Ketua Program Studi

Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (IPB).

3. Ibu Dr. Carolina Nitimihardjo, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr. selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan tugas akhir

ini.

4. Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, selaku Penguji di luar komisi yang

telah memberikan masukan yang berarti untuk kesempurnaan kajian ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pengembangan Masyarakat yang telah

membekali pengetahuan pengembangan masyarakat.

6. Bapak Ir. Binsar Tua Siregar, selaku Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh

pendidikan Strata-2.

7. Bapak Drs. Palimbu Paluta, selaku Kepala Panti Rehabilitasi Sosial Eks

Penderita Kusta Nganget Tuban, Jawa Timur dan seluruh staf yang turut

mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

Page 7: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

8. Bapak Kepala Desa beserta staf Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan

yang telah memberikan ijin, membantu dan memberikan informasi yang

sangat bermanfaat kepada penulis.

9. Bapak Ketua RT di Dusun Nganget dan warga masyarakat eks penderita

kusta yang telah membantu kelancaran tugas akhir penulis.

10. Bapak – bapak Pengurus Kelompok Usaha Bersama dan Pengurus serta

anggota KBS – KUBE di Dusun Nganget Desa Kedungjambe.

11. Ibunda dan Ayahanda serta adik – adik yang tercinta yang telah memberikan

doa dan restunya selama mengikuti pendidikan hingga selesai.

12. Istri tercinta dan anakku tersayang Anissa Ayu Dewantari yang selama ini

dengan penuh pengertian memberikan dorongan dan semangat hingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

Kami menyadari bahwa penulisan kajian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu semua pihak yang membaca kajian pengembangan masyarakat ini

hendaknya dapat memberikan saran untuk kesempurnaan tulisan ini, Semoga

kajian ini dapat memberikan sumbangan kepada pihak – pihak yang akan

mengadakan penelitian lebih lanjut dan semoga dapat memberi manfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan permasalahan eks

penderita kusta khususnya dan kesejahteraan sosial pada umumnya.

Bogor, November 2005

Cipto Wibowo

Page 8: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada

tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu Djuwarijah.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri I Kedungadem pada

tahun 1982, SMPK “St. Tarsisius” Kabupaten Bojonegoro pada tahun 1984,

SMA Negeri 2 Bojonegoro pada tahun 1987, STKS Bandung Program Diploma III

pada tahun 1990 dan STIKS Manado Program Sarjana pada tahun 1994.

Pada tahun 1991 penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor

Wilayah Departemen Sosial Provinsi Sulawesi Utara sampai tahun 1999.

Kemudian pada bulan Januari 2000 penulis pindah tugas di Panti Sosial Bina

Remaja (PSBR) “Mardi Waluyo” Bojonegoro, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

sampai dengan sekarang.

Pada tahun 1994 penulis menikah dengan Ana Sukiswati. Dari

pernikahan tersebut penulis dikaruniai seorang anak bernama Anissa Ayu

Dewantari lahir pada tanggal 2 September 1999.

Bogor, November 2005

Cipto Wibowo

Page 9: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

ABSTRAK CIPTO WIBOWO, Pemberdayaan Komunitas Eks Penderita Kusta Melalui Penguatan Individu dan Kelompok Keluarga Binaan Sosial – Kelompok Usaha Bersama (KBS–KUBE). Studi Kasus di Dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh CAROLINA NITIMIHARDJO sebagai ketua, ARYA HADI DHARMAWAN sebagai anggota komisi pembimbing.

Salah satu pola pendekatan pemberdayaan yang belakangan ini mampu mengangkat mereka yang miskin agar menjadi berdaya dan berkembang adalah melalui media “kelompok”. Mereka diorganisir dalam wadah kelompok dan kelompok itu dimultifungsikan menjadi media pembelajaran anggota sekaligus proses tukar menukar informasi dan, pengetahuan. Secara perlahan, kekuatan individu akan muncul menjadi kekuatan kelompok dan disitulah berlangsungnya proses penguatan atau pemberdayaan.

Kajian ini bertujuan menganalisis proses terjadinya kelompok Keluarga Binaan Sosial – Kelompok Usaha Bersama (KBS-KUBE), menganalisis masalah dan akar masalah yang dihadapi kelompok Keluarga Binaan Sosial – Kelompok Usaha Bersama (KBS-KUBE), menganalisis dan mengevaluasi program-program pengembangan penguatan kelompok yang ada di Dusun Nganget, menyusun program penguatan kelompok Keluarga Binaan Sosial-Kelompok Usaha Bersama (KBS-KUBE) sehingga eks penderita kusta dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian pengembangan masyarakat melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) Observasi; (2) Wawancara mendalam; (3) Studi Dokumentasi; dan (4) Diskusi Kelompok.

Hasil kajian menunjukkan bahwa program tersebut belum sepenuhnya dapat dipergunakan sebagai media pemberdayaan, ini disebabkan kelompok secara organisasi mempunyai berbagai permasalahan antara lain : aspek kelembagaan yang meliputi struktural dan kultural organisasi belum bisa menjalankan fungsinya secara optimal, aspek sosial meliputi pengembangan dinamika kelompok belum terjadi kekompakan kelompok dan secara individu anggota kelompok juga belum mempunyai keterampilan untuk mengembangkan kelompok tersebut serta belum mempunyai keterampilan teknik produksi kambing. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dirumuskan program penguatan individu dan kelompok KBS – KUBE. Penguatan individu dengan program yang meliputi (1) Penguatan Kapasitas Keterampilan Organisasi Individu anggota kelompok KBS-KUBE; dan (2) Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota KBS-KUBE. Penguatan Kelompok meliputi program (1) penguatan aspek struktural dan Kultural Organisasi KBS – KUBE ; dan (2) pengembangan Dinamika Kelompok KBS-KUBE, serta didukung oleh penguatan jejaring baik dalam komunitas maupun di luar komunitas.

Dengan penguatan individu dan kelompok serta program – program yang telah disusun maka eks penderita kusta menjadi berdaya. Dengan berdayanya eks penderita kusta maka akan meningkatkan keberfungsian sosialnya dalam masyarakat.

Page 10: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……………………………………………………………………………... i HAK CIPTA ……………………………………………………………………….……

JUDUL TUGAS AKHIR ……………………………………………………………… PENGESSAHAN TUGAS AKHIR ………………………………………………….. PRAKATA ……………………………………………………………………………... RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………………….. DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………

ii iii iv v vii viii xi xiii xiv I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………….……………… 1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………… 6

1.3. Tujuan……………………………………………………….……………… 9 1.4. Kegunaan………………………………………………………………….. 10

II. TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………………. 11

2.1. Tinjauan Tentang Kemiskinan………………………………………….… 11 2.2. Tinjauan Tentang Pemberdayaan……………………………………….. 13 2.3. Tinjauan Tentang Kelompok dan Dinamika Kelompok……………….. 17

2.3.1. Kelompok Dalam Artian Persepsi……………………………….. 17 2.3.2. Kelompok Dalam Artian Organisasi…………………………….. 17 2.3.3. Kelompok Dalam Artian Motivasi………………………………… 18 2.3.4. Kelompok Dalam Artian Interaksi………………………………… 18 2.4. Tinjauan Tentang Kelompok Sebagai Media Pemberdayaan………… 21 2.5. Tinjauan Tentang Keberfungsian Sosial………………………………… 23 2.6. Tinjauan Tentang Eks Penderita Kusta…………………………………. 26 2.7. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) …………………….……………… 27 2.8. Kerangka Konseptual ……………………………………………………. 31 2.9. Definisi Konseptual ………………………………………………………. 35

III. METODOLOGI KAJIAN………………………………………………………. 36

3.1. Metode dan Pendekatan…………………………………………………. 36 3.2. Waktu dan Lokasi…………………………………………………………. 37 3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….. 38 3.4. Pengolahan Data………………………………………………………….. 41 3.5. Penyusunan Program…………………………………………………….. 41

IV. PETA SOSIAL KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA………………… 43

4.1. Sejarah Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget……………. 43 4.2. Performa Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget

dan Komunitas Dusun Krajan Desa Kedungjambe……………………. 44 4.3. Proses Stigmatisasi Terhadap Eks Penderita Kusta…………………... 47 4.4. Alasan Pemilihan Lokasi…………………………………………………. 50 4.5. Batas Dusun Nganget………………………………………….. ……….. 51

Page 11: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

ix

4.6. Ciri Fisik Dusun Nganget……...…………………………………………. 51 4.7. Jarak Fisik dan Sosial…………………………………………………….. 52 4.8. Kependudukan…………………………………………………………….. 53 4.9. Sistem Ekonomi…………………………………………………………… 55

4.9.1. Mata Pencaharian Pokok…………………………………………. 56 4.9.2. Sistem Tata Niaga Input dan Output Pertanian dan Non Pertanian……………………………………………………………. 57 4.9.3. Kaitan Mata Pencaharian Dengan Sumber Daya Lokal…………………………………………………………………. 58 4.9.4. Keterkaitan antara Ekonomi Lokal Dengan Ekonomi yang Lebih Luas……………………………………….. ………………… 58

4.10. Struktur Komunitas…………………………………………….………… 59 4.10.1. Pelapisan Sosial………………………………………………… 59 4.10.2. Unsur Utama Pelapisan Sosial……………………………….. 59 4.10.3. Kepemimpinan dan Sumbernya………………………………. 60 4.10.4. Jejaring Sosial Dalam Komunitas…………………………….. 61

4.11. Organisasi dan Kelembagaan…………………………………………. 62 4.11.1. Lembaga Kemasyarakatan………………………….………… 63 4.11.2. Jejaring Lembaga Lokal Dengan Lembaga Lain Di Luar Komunitas……………………………………………………….. 4.11.3. Proses Sosialisasi (Pola Pengasuhan dan Sistem

Kekerabatan)……………………………………………………..

63

67 4.11.4. Kelembagaan Masyarakat Yang Sudah Mengarah

Pada Organisasi………………………………………………… 68 4.11.5. Hubungan Antar Kelompok………………………….………… 68

4.12. Sumber Daya Lokal…………………………………………………….. 69 4.12.1. Hubungan Manusia Dengan Ekosistem…………………….. 69 4.12.2. Sistem Penguasaan Sumber Daya Agraris…………………. 70 4.12.3. Tekanan Penduduk Terhadap Sumberdaya………………… 71 4.12.4. Lembaga Yang Berhubungan Sumberdaya Alam………….. 72

4.13. Permasalahan-permasalahan di Komunitas ….……………………… 72 V. EVALUASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT……………….…………. 73

5.1. Program Pendidikan TK Di Komunitas…………………………………. 74 5.1.1. Deskripsi Kegiatan………………………………………………… 74 5.1.2. Pengembangan Ekonomi Masyarakat………………………….. 75 5.1.3. Aspek Psikologi Sosial……………………………………………. 76

5.1.4. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial……………. 76 5.1.5. Kebijakan dan Perencanaan Sosial………………….………….. 79 5.1.6. Evaluasi Program Taman Kanak-Kanak…….………………….. 80

5.2. Pogram Bantuan Kesejahteraan Sosial KUBE………………………… 82 5.2.1. Deskripsi Kegiatan………………………………………………… 82 5.2.2. Pengembangan Ekonomi Lokal………………………………….. 87 5.2.3. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial……………. 89 5.2.4. Aspek Psikologi Sosial……………………………………………. 93 5.2.5. Kebijakan dan Perencanaan Sosial………………….………….. 94 5.2.5. Evaluasi Kelompok KBS-KUBE…………………………………. 95

VI. ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA 99

6.1. Profil Kelompok KBS – KUBE……………………………………………. 99 6.1.1. Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia…………………………….. 102 6.1.2. Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur………………………… 105

6.2. Analisis Aspek Kelembagaan Kelompok KBS – KUBE………………. 110

Page 12: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

x

6.2.1. Aspek Struktur Dalam Kelembagaan KBS – KUBE……………. 1116.2.1.1. Pelapisan Sosial Dalam Kelompok KBS-KUBE……….. 1116.2.1.2. Pola Hubungan dan Komunikasi Dalam Kelompok KBS – KUBE……... ………………………….. 1166.2.1.3. Kepemimpinan Dalam Kelompok……………………….. 1176.2.1.4. Konflik Dalam Kelompok…………………………………. 1186.2.1.5. Mekanisme Kerja KUBE…………………………………. 119

6.2.2. Aspek Kultur Dalam Kelembagaan Kelompok KBS – KUBE….. 1206.2.2.1. Sistem Nilai dan Norma Dalam Kelompok KBS–KUBE 1206.2.2.2. Tata Perilaku Dalam Kelompok KBS –KUBE…………… 122

6.3. Analisis Aspek Sosial Kelompok KBS – KUBE ………………………. 124 6.4. Analisis Aspek Ekonomi……………………………………….. ……….. 126 6.5. Analisis Kekompakan / compactness Kelompok KBS-KUBE……….. 127

6.5.1. Jejaring Komunitas Eks Penderita Kusta……………………… 127 6.5.2. Integrasi Sosial ………………………………………………… 130 6.5.3. Solidaritas Sosial,……………………………………………….. 133 6.5.4. Kohesivitas Sosial……………………………………………….. 134

6.6. Analisis Tipe Kelompok KBS – KUBE…………………………………… 137 6.7. Strategi Penguatan Kelompok KBS – KUBE…………………………… 140 6.8. Strategi Penguatan Individu Kelompok KBS-KUBE…………………… 140 6.9. Strategi Penguatan Jejaring……………………………………………… 141 6.10. Ihktisar…………………………………………………………………… 142

VII. PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA 144

7.1. Identifikasi Potensi Komunitas Eks Penderita Kusta………………….. 144 7.1.1. Sumber Daya Manusia…………………………………………… 144 7.1.2. Sumber Daya Alam……………………………………………… 145 7.1.3. Sumber Daya Kelembagaan………………………….…………. 145

7.2. Proses Penyusunan Perencanaan Program Secara Partisipatif……. 146 7.3. Identifikasi Masalah Dan Kebutuhan……………………………… 148

7.3.1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Kelompok KBS – KUBE.. 148 7.3.2. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Individu……….…………. 150 7.3.3. Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Komunitas ………. 152

7.4. Penyusunan Perencanaan Program Kerja Aras Kelompok Individu dan Komunitas……………………………………………… 155

7.4.1.Program Penguatan Pada Aras Kelompok KBS – KUBE …… 156 7.4.1.1. Program Penguatan Aspek Struktural dan Kultural Organisasi Kelompok KBS – KUBE…………………… 156 7.4.1.2. Program Pengembangan Dinamika Kelompok KBS – KUBE …………………………………………….. 167 7.4.2. Program Penguatan Kapasitas Keterampilan Individu Anggota Kelompok KBS – KUBE dan Rencana Program Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota Kelompok KBS – KUBE

178

7.4.3. Program Penguatan Jejaring ………………………………….. 182 7.5. Ikhtisar………………………………………………………………………. 188

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN………………………. 191

8.1. Kesimpulan…………………………………………………………………. 191 8.2. Rekomendasi …………..………………………………………………….. 194

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 198 LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 201

Page 13: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat…………….. 37

2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Kelompok KBS-KUBE.. 40

3. Performa Komunitas Dusun Nganget dan Komunitas Dusun

Krajan Desa Kedungjambe Tahun 2005 ………………………………..

45

4. Orbitan Waktu Tempuh dan Ongkos ……………………………………. 52

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian…………………. 56

6. Peta Intervensi Lembaga Eksternal Pada Eks Penderita Kusta

Di Dusun Nganget Desa Kedungjambe …………………………………

67

7. Nama Ketua KBS - KUBE dan Jumlah Bantuan ………………………. 85

8. Data Perkembangan Kelompok KBS – KUBE …………….…………… 86

9. Data Perkembangan Kelompok KBS – KUBE Tahun 2005…………… 100

10. Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia…… 103

11. Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur.. 107

12. Profil Kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia dan Sumber Makmur

Tahun 2005 …………………………………………………………………

109

13 Pelapisan Sosial dalam Kelompok KBS – KUBE ……………………… 113

14. Tata Perilaku Kelompok KBS – KUBE Dusun Nganget Tahun 2005… 122

15. Dinamika kelompok anggota KUBE Bangkit Mulia dan

Sumber Makmur Dusun Nganget Tahun 2005…………………………

124

16. Tipe kelompok KBS – KUBE di permukiman

eks penderita kusta Dusun Nganget Tahun 2005………………………

137

17. Identifikasi permasalahan pada aras dinamika kelompok

KBS – KUBE Tahun 2005…………………………………………………

149

18. Hasil identifikasi permasalahan pada aras individu anggota pada

Dua Kelompok KBS – KUBE Tahun 2005………………………………

151

19. Hasil identifikasi permasalahan pada aras komunitas

eks penderita kusta Tahun 2005………………………………………….

153

20. Rencana program penguatan aspek struktural dan kultural organisasi

KBS – KUBE ……………………………………………………………….

162

21. Rencana program pengembangan dinamika kelompok KBS – KUBE 172

Page 14: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

xii

Lanjutan daftar tabel ……….

22. Rencana program penguatan kapasitas keterampilan berorganisasi

Individu anggota kelompok KBS – KUBE Dan Rencana Program

Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota KBS – KUBE

Tahun 2005 …………………………………………………………………

180

23. Rencana Program penguatan jejaring hasil kajian pada

kelompok KBS-KUBE Tahun 2005……………………………………….

185

Page 15: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Empowerment Process (taken from Wilson, 1996 : 136) 16

2. Tiga Dimensi Keberfungsian Sosial 23

3. Kerangka Konseptual 34

4. Piramida Penduduk Dusun Nganget Tahun 2005 54

5. Keterkaitan ekonomi lokal dengan ekonomi yang lebih luas 58

6. Tingkatan Pelapisan sosial Pemukiman eks kusta 60

7. Jaringan komunitas permukiman eks kusta dengan komunitas luar 64

8. Struktur Organisasi KUBE di Dusun Nganget Tahun 2005 119

9. Bagan Alir Proses Perencanaan Program Secara Partisipatif

Di Dusun Nganget Desa Kedungjambe Tahun 2005 147

Page 16: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sketsa Lokasi Geografis Dusun Nganget Tahun 2005 201

3. Profil Eks Penderita Kusta 202

Page 17: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesejahteraan sosial mengupayakan meningkatnya taraf

kesejahteraan sosial, terjaminnya setiap warga negara untuk memperoleh hak-

haknya sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Dalam Pola Dasar

Kesejahteraan Sosial (Anonymons, 2003), dijelaskan bahwa hakekat

pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas

kesejahteraan sosial perorangan, kelompok dan komunitas masyarakat yang

memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan

menjalankan fungsinya dalam kehidupan. Pembangunan kesejahteraan sosial

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional

diselenggarakan sebagai upaya mewujudkan integrasi sosial melalui peningkatan

ketahanan sosial dalam tata kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.

Pembangunan kesejahteraan sosial diselenggarakan sebagai wujud investasi

sosial, dilaksanakan bersama oleh masyarakat, dunia usaha dan masyarakat

pada umumnya dalam wujud perbaikan kualitas kehidupan yang berkeadilan

sosial.

Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah terwujudnya tata kehidupan

dan penghidupan yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan usaha dan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, baik perorangan,

keluarga, kelompok maupun komunitas masyarakat dengan menjunjung tinggi

hak asasi manusia serta nilai sosial budaya setempat. Masalah yang muncul

adalah belum semua warga negara dapat tertangani dan terjangkau dalam

pemenuhan hidupnya. Terutama bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) yang termasuk masyarakat marjinal.

Masalah kesejahteraan sosial saat ini berkembang pesat, baik kuantitas maupun

jenisnya terutama akibat krisis ekonomi, konflik sosial, bencana alam dan

disintegrasi sosial. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)

Departemen Sosial tahun 2003, diketahui bahwa warga masyarakat yang

tercatat sebagai “fakir miskin” berjumlah sekitar 15,8 juta jiwa atau kurang lebih

42 % dari jumlah populasi orang miskin di Indonesia yang berjumlah sekitar 37,3

juta jiwa. Disamping 15,8 juta jiwa fakir miskin, masih terdapat pula sejumlah

warga masyarakat lainnya yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) seperti gelandangan, pengemis, bekas narapidana terlantar, anak

Page 18: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

2

jalanan, lanjut usia terlantar, tuna susila, komunitas adat terpencil, kecacatan dan

sebagainya, jumlahnya 8,7 juta jiwa. Secara keseluruhan, jumlah PMKS yang

membutuhkan perhatian adalah sebesar 24,5 juta jiwa.

Berdasarkan estimasi Departemen Sosial RI jumlah eks penderita penyakit

kronis termasuk eks penderita kusta tahun 2002 sebanyak 1.378.135 orang

(0,65 % dari jumlah penduduk) tersebar diseluruh Provinsi. Di Provinsi Jawa

Timur eks penderita kusta berjumlah 125.277 orang sampai dengan tahun 2005

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur bersama Departemen Sosial RI baru bisa

menangani sebanyak 4.407 orang atau 3,51 %. Departemen Kesehatan melalui

Program eliminasi kusta telah berhasil menurunkan angka pesakitan pada tingkat

tertentu. Dalam upaya tersebut, sampai dengan tahun 2002 masih terdapat 111

kabupaten pada 13 provinsi yang belum dapat mencapai eliminasi. Menurut

WHO angka prevalensi (angka pesakitan) kurang dari satu penderita per 10.000

penduduk, melalui strategi penemuan penderita secara dini dan mengobati

dengan tepat.

Dalam rangka meningkatkan keberfungsian sosial dan memenuhi kebutuhan

dasar penyandang masalah kesejahteraan sosial dapat melalui upaya

pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata

lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat

(Kartasasmita, 1996 dalam Suharto 2004).

Paradigma baru dalam pengembangan masyarakat memberikan pemahaman

bahwa sebenarnya masyarakat memiliki kemauan dan kemampuan untuk

melaksanakan pembangunan serta mewujudkan kesejahteraannya tak terkecuali

eks penderita kusta. Berbagai bentuk hubungan sosial, kepercayaan, kerjasama,

perasaan senasib, jejaring (networking), kelembagaan yang tumbuh di Dusun

Nganget merupakan modal untuk melaksanakan pembangunan secara mandiri.

Dalam kaitan ini Departemen Sosial melalui pembangunan kesejahteraan sosial

telah sejak lama melaksanakan pengentasan kemiskinan. Seperti yang dilakukan

pada REPELITA II yang dikenal dengan Program Usaha Bimbingan

Kesejahteraan Keluarga (UBKK) dan Program Usaha Bimbingan Kesejahteraan

Anak dan Taruna (UBKAT). Pada REPELITA III program tersebut berubah

menjadi Bimbingan dan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (BPKM) serta

Page 19: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

3

Usaha Swadaya Masyarakat (USM) dan pada REPELITA IV program tersebut

berubah lagi menjadi Program Penanggulangan Kemiskinan dikenal dengan

Proyek Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin (PPFM). Dalam

melaksanakan PPFM tersebut Departemen Sosial menggunakan pendekatan

kelompok yang dikenal dengan nama Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Dengan sistem KUBE (Kelompok Usaha Bersama), kegiatan usaha yang tadinya

dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian disatukan dalam kelompok, sehingga

memudahkan dalam pembinaan dan monitoring kegiatan usahanya. Disamping

itu, para anggota kelompok ini dapat saling bekerjasama secara lebih mudah

dibandingkan bila mereka saling berpencar. Ada beberapa jenis KUBE yang

dilaksanakan Departemen Sosial, yaitu KUBE Keluarga Muda Mandiri, Lanjut

Usia, Anak Terlantar, Karang Taruna, Masyarakat Terasing, Penyandang Cacat,

Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh dan KUBE fakir miskin.

Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin adalah himpunan dari keluarga yang

tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar

prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan lain, dan tinggal

dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas

anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan

anggota, memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah

pengembangan usaha bersama (Anonymons, 2003).

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang dilaksanakan Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur di Dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan

Kabupaten Tuban, Jawa Timur merupakan upaya pemberdayaan penyandang

masalah kesejahteraan sosial dalam hal ini adalah eks penderita kusta. Program

tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2004 berupa ternak kambing dan usaha

simpan pinjam. Pada praktek lapangan I (PL I) yang telah dilaksanakan tanggal 9

sampai dengan 24 November 2004 berupa pemetaan sosial, kemudian

dilanjutkan dengan praktek lapangan II (PL II) yang dilaksanakan tanggal 21

Februari sampai dengan 5 Maret 2005 berupa evaluasi kegiatan-kegiatan

pengembangan masyarakat sudah teridentifikasi permasalahan-permasalahan

dan potensi – potensi eks penderita kusta.

Program evaluasi kegiatan pengembangan yang dilaksanakan pada PL II yaitu

program pendidikan taman kanak-kanak dan program bantuan kesejahteraan

sosial Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Dalam kajian ini yang akan dibahas

Page 20: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

4

adalah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) khususnya usaha ternak kambing

melalui kelompok-kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS). Pemberian bantuan

modal kepada eks penderita kusta melalui KUBE sebesar Rp. 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) dibagi untuk usaha ternak kambing sebesar

Rp. Rp.28.530.000,- ( dua puluh delapan juta lima ratus tiga puluh ribu rupiah ),

dan simpan pinjam sebesar Rp. 21.470.000,- ( Dua puluh satu juta empat ratus

tujuhpuluh ribu rupiah ).

Modal awal usaha ternak kambing gibas sebanyak 100 ekor untuk 5 (lima)

kelompok, masing-masing kelompok 20 ekor. Dalam perkembangannya sampai

tanggal 26 Februari 2005 (pada saat PL II dilaksanakan) menunjukkan

pertambahan sebanyak 19 ekor kambing. Selanjutnya proses pengguliran

diserahkan pada pengurus/pendamping yang terdiri dari tokoh

masyarakat/agama/ketua RT sebagai muara kegiatan KUBE setelah anak

kambing berumur enam bulan .

Pelaksanaan program KUBE tersebut tentunya belum berjalan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai yaitu KUBE dapat berkelanjutan sehingga

meningkatkan kesejahteraan eks penderita kusta. Ada kendala-kendala yang

dialami oleh anggota kelompok, kelompok- kelompok (Keluarga Binaan Sosial)

KBS-KUBE, pengurus KUBE, koordinator KUBE (termasuk koordinasi antara

komponen-komponen tersebut). Adapun kendala yang berkaitan dengan anggota

kelompok adalah kurangnya keterampilan anggota kelompok dalam

mengembangkan kelompoknya dan terbatasnya keterampilan produksi kambing.

Kendala kelompok KBS-KUBE meliputi (1) aspek kelembagaan antara lain

srtuktural dan kultural, secara struktural pengurus belum dapat menjalankan

peranannya sedangkan secara kultural belum belum dipatuhinya peraturan dan

norma dalam kelompok ; (2) aspek sosial yaitu belum terjalinnya kerjasama,

kepedulian sosial antar anggota dalam kelompok dan anggota antar kelompok

KBS-KUBE maupun kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan

masyarakat ; (3) aspek ekonomi yaitu masih rendahnya tingkat pendapatan eks

penderita kusta. Kendala pada pengurus/koordinator KUBE yaitu terbatasnya

pendidikan, pengetahuan dan keterampilan menyebabkan tidak mampu

mengatasi berbagai permasalahan yang muncul seperti pada kelompok KBS-

KUBE dan usaha simpan pinjam.

Page 21: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

5

Guna menghindari kemacetan pengguliran semua komponen harus dapat

menjalankan fungsinya masing-masing. Karakteristik anggota kelompok yang

rentan terhadap sakit, kecacatan, kerjasama, tingkat kohesivitas, kepemimpinan,

mekanisme kerja dan lembaga lokal seperti Nahdatul Ulama (NU), Lembaga

Dakwah Islam Indonesia (LDII) merupakan komponen yang perlu

diperhitungkan, sehingga tujuan KUBE dapat tercapai. Dengan melihat

kompleksitas permasalahan yang dialami oleh eks penderita kusta, maka

kegiatan pemberdayaan komunitas eks penderita kusta melalui penguatan

individu dan kelompok KBS - KUBE sangat penting karena :

A. Kepentingan eks penderita kusta

1. Program Kelompok Usaha Bersama di Dusun Nganget Desa

Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban merupakan

wahana/proses pembelajaran eks penderita kusta untuk belajar tidak

menggantungkan diri kepada pihak lain.

2. Eks penderita kusta akan banyak belajar bagaimana mengenali dan

memahami serta memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang mereka

miliki.

3. Eks penderita kusta dapat mengembangkan potensi maupun sumber

daya alam yang dimiliki.

4. Eks penderita kusta belajar bagaimana mengembangkan kelompok baik

manajemen maupun organisasinya.

5. Untuk meningkatkan taraf penghidupan eks penderita kusta.

B. Kepentingan masyarakat di sekitar permukiman

1. Dengan keberhasilan eks penderita kusta mengembangkan Kelompok

Usaha Bersama baik simpan pinjam maupun ternak kambing, masyarakat

sekitar permukiman dapat membuka akses ekonomi seperti dapat

membeli kambing maupun hasil pertanian dengan harga yang kompetetif.

2. Dengan keberhasilan eks penderita kusta mengembangkan Kelompok

Usaha Bersama, secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan

pendapatan sehingga daya beli meningkat. Dengan meningkatnya daya

Page 22: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

6

beli tersebut masyarakat disekitar bisa menjual keperluan rumah tangga

dengan lebih baik/meningkat.

C. Kepentingan Pemerintah Daerah

1. Mencegah timbulnya permasalahan sosial yang baru bagi eks penderita

kusta yaitu menjadi gelandangan dan pengemis di jalan – jalan.

2. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkaitan dengan masalah

eks penderita kusta dapat berjalan dengan baik.

1.2. Perumusan Masalah

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan kesejahteraan sosial

mengupayakan meningkatnya taraf kesejahteraan sosial, terjaminnya setiap

warga negara untuk memperoleh hak-haknya sesuai dengan harkat dan

martabat manusia. Dijelaskan pula dalam Keputusan Menteri Sosial RI No.

24/HUK/1996 tentang Sistem Kesejahteraan Sosial bahwa tujuan pembangunan

kesejahteraan sosial adalah tercapainya kondisi kesejahteraan sosial yang adil

dan merata serta berjalannya suatu sistem kesejahteraan sosial yang mapan dan

melembaga sebagai salah satu piranti kehidupan masyarakat Indonesia dalam

upaya menjadi bangsa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin.

Pembangunan kesejahteraan sosial menekankan pada keberfungsian sosial

manusia dalam kehidupan sosial kemasyarakatan (Suharto, 2004).

Perlu diakui bahwa pemerintah Indonesia telah banyak melakukan serangkaian

upaya dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat.

Masalahnya belum semua warga negara dapat tertangani dan terjangkau dalam

pemenuhan kebutuhannya. Terutama bagi para penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) yang termasuk masyarakat marjinal, jumlah warga

PMKS yang membutuhkan perhatian sebesar 24,5 juta jiwa salah satunya adalah

eks penderita kusta.

Program bantuan kesejahteraan sosial dengan membentuk Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi

permasalahan tersebut dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat serta

menumbuhkan harga diri dalam rangka mewujudkan kehidupan dan

Page 23: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

7

penghidupan yang lebih baik. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Dusun

Nganget terdiri dari lima kelompok masing-masing kelompok 10 orang. Adapun

KBS-KUBE tersebut adalah (1) KBS-KUBE Sumber Makmur dengan modal

awal 20 ekor, beranak tujuh ekor, mati tiga ekor dan hilang satu ekor, dijual

12 ekor, jumlah yang ada sekarang 11 ekor ; (2) KBS-KUBE Bangkit Mulia

dengan modal awal 20 ekor beranak 28 ekor, mati tiga ekor, jumlah menjadi 45

ekor ; (3) KBS-KUBE Bina Usaha dengan modal awal 20 ekor beranak 10 ekor,

mati lima ekor dan dijual dua ekor jumlah terakhir 23 ekor; (4) KBS-KUBE

Barokah dengan modal awal 20 ekor beranak sembilan ekor, mati dua ekor,

jumlah yang ada 27 ekor dan (5) KBS-KUBE Sumber Rejeki dengan modal awal

20 ekor, beranak delapan ekor, mati dua ekor, hilang tiga ekor dijual dua ekor,

yang ada sekarang 21 ekor.

Dari modal awal usaha ternak kambing gibas sebanyak 100 ekor menunjukkan

adanya perkembangan yang positif sebanyak 27 ekor kambing. Selanjutnya

proses pengguliran diserahkan pada pengurus/pendamping yang terdiri dari

tokoh masyarakat/agama/ketua Rukun Tetangga ditunjuk enam orang sebagai

muara kegiatan KUBE setelah anak kambing berumur enam bulan . Setelah itu

dimusyawarahkan antara anggota dan pendamping serta ditetapkan siapa yang

dapat pengguliran berikutnya.

Perkembangan kambing sedikit banyak akan berpengaruh terhadap

keberfungsian sosial eks penderita kusta. Pertama dengan berkembangnya

kambing secara ekonomi akan meningkatkan pendapatan eks penderita kusta

seperti adanya pembelian peralatan pertukangan kayu yang lebih baik (mesin)

sehingga produksi meubel akan meningkat ini adalah hasil penjualan dari

perkembangan kambing KUBE. Dengan adanya perkembangan kambing

menambah semangat eks penderita kusta untuk saling bekerja sama dan

bertukar pengalaman tentang pemeliharaan kambing dan menambah kepedulian

sosial antar eks penderita kusta terhdapat sesama anggota kelompok KBS-

KUBE maupun dengan masyarakat.

Dalam perkembangannya KUBE tersebut tidak terlepas dari berbagai

permasalahan yang ada seperti pengorganisasian kelompok, dan individu

sebagai anggota kelompok. Secara pengorganisasian kelompok ada kelompok-

kelompok KUBE yang dapat berkembang dengan baik namun ada juga KUBE

yang tidak dapat berkembang, ini disebabkan adanya Adapun kendala yang

Page 24: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

8

berkaitan dengan anggota kelompok adalah kurangnya keterampilan anggota

kelompok dalam mengembangkan kelompoknya dan terbatasnya keterampilan

produksi kambing. Kendala kelompok KBS-KUBE meliputi (1) aspek

kelembagaan antara lain srtuktural dan kultural, secara struktural pengurus

belum dapat menjalankan peranannya sedangkan secara kultural belum belum

dipatuhinya peraturan dan norma dalam kelompok ; (2) aspek sosial yaitu belum

terjalinnya kerjasama, kepedulian sosial antar anggota dalam kelompok dan

anggota antar kelompok KBS-KUBE maupun kelompok dengan kelompok, serta

kelompok dengan masyarakat ; (3) aspek ekonomi yaitu masih rendahnya tingkat

pendapatan eks penderita kusta. Selain itu ada faktor (1) jejaring yaitu masih

terbatasnya jejaring antar anggota dalam kelompok KBS-KUBE maupun antar

kelompok KBS-KUBE ; (2) integrasi sosial yaitu belum terbentuk intergrasi sosial

antar anggota dalam kelompok maupun antar kelompok KBS-KUBE ; (3)

solidaritas sosial dalam kelompok masih lemah dan (4) kohesivitas sosial juga

masih lemah.

Kelompok KBS-KUBE yang akan diteliti dipilih berdasarkan tingkat progresifitas.

Pertama Kelompok KBS – KUBE yang progresif, kedua kelompok KBS – KUBE

yang pasif. Indikator progresifitas dapat dilihat dari aspek sosial (motivasi

berkelompok, peran masyarakat, partisipasi, rasa turut memiliki, kepedulian

sosial, kerjasama antar anggota kelompok), aspek ekonomi (meningkatkan

perekonomian anggota kelompok KBS-KUBE dan aspek kelembagaan yang

meliputi struktur dan kultur (rapat/pertemuan anggota, kelengkapan organisasi,

pembagian tugas, administrasi, pendelegasian wewenang, aturan tertulis, norma

dan tata nilai). Adanya kedua kelompok yaitu progresif dan pasif yang akan dikaji

ini sangat penting artinya karena akan diketahui faktor – faktor penyebab suatu

kelompok itu progresif atau pasif. Dengan diketahui faktor-faktor penyebab

tersebut akan dapat dijadikan wahana belajar bagi kelompok yang pasif sehingga

kelompok tersebut akan bergerak kearah progresif/maju.

Dengan berbagai kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok KBS –

KUBE maka penulis tertarik menelaah lebih dalam mengenai bagaimana strategi

yang tepat memberdayakan komunitas eks penderita kusta melalui penguatan

individu dan kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) – Kelompok Usaha

Bersama (KUBE).

Page 25: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

9

Dari gambaran latar belakang dan permasalahan di atas dapat dirumuskan

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembentukan kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) –

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ?

2. Bagaimana masalah dan akar masalah pengembangan kelompok yang

dihadapi oleh kelompok KBS – KUBE dikembangkan oleh eks penderita

kusta ?

3. Bagaimana analisis dan evaluasi program-program pengembangan

masyarakat melalui penguatan individu dan kelompok KBS–KUBE di Dusun

Nganget ?

4. Bagaimana program penguatan individu dan kelompok KBS–KUBE

seharusnya disusun sehingga komunitas eks penderita kusta dapat

melaksanakan fungsi sosialnya ?

1.3. Tujuan

Secara umum tujuan kajian ini adalah merumuskan bagaimana strategi

pemberdayaan komunitas eks penderita kusta melalui penguatan individu dan

kelompok KBS – KUBE. Seperti diketahui bahwa perkembangan KBS-KUBE

terletak pada kerjasama, kekuatan, manajemen kelompok dalam mengatur dan

mengelola anggota kelompok untuk tetap mencapai tujuan dari kelompok

tersebut. Tujuan umum tersebut dapat didukung dengan tujuan khusus yang

lebih spesifik yaitu :

1. Mengkaji proses terjadinya kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) –

Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

2. Menganalisis masalah dan akar masalah yang dihadapi kelompok KBS –

KUBE dalam hal jejaring, solidaritas sosial, kohesivitas sosial dan integerasi

sosial.

3. Menganalisis dan mengevaluasi program-program pengembangan

penguatan kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget.

4. Menyusun program penguatan individu dan kelompok KBS - KUBE sehingga

eks penderita kusta dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat.

Page 26: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

10

Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dicapai melalui penyusunan program

secara partisipatif bersama masyarakat dengan metoda diskusi kelompok.

Melalui diskusi kelompok dengan eks penderita kusta dapat diketahui, masalah

dan akar masalah yang dihadapi oleh kelompok KBS - KUBE dan bagaimana

strategi untuk memecahkan masalah tersebut sehingga KBS-KUBE dapat

berkembang.

1.4. Kegunaan

1. Kegunaan praktis, sebagai bahan masukan mengenai kebijakan dan program

secara partisipatif, bagi Departemen Sosial, Dinas Sosial serta instansi

pendukung pembangunan kesejahteraan sosial secara lebih aplikatif.

2. Kegunaan akademis berupa pengayaan referensi tentang teori praktek

pembangunan masyarakat secara partisipatif dan komprehensif.

3. Kegunaan strategis, berupa kontribusi terhadap berbagai strategi upaya

pelayanan sosial dalam rangka meningkatkan keberfungsian sosial individu,

kelompok, organisasi dan komunitas.

Page 27: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

11

II. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan tentang Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang ditandai dengan ketidakmampuan

seseorang, kelompok atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Dimensi kemiskinan dapat berupa keadaan melarat dan ketidakberuntungan,

suatu keadaan minus (deprivation) dan bila dimasukan dalam konteks tertentu

kemiskinan berkaitan dengan minimnya pendapatan dan harta, kelemahan fisik,

isolasi, kerapuhan dan ketidakberdayaan (Chambers, 1996).

Iskandar (1993) mengutip dari Salim (1990) mengemukakan lima ciri-ciri mereka

yang hidup di bawah garis kemiskinan yaitu : pertama, umumnya keluarga

miskin tidak memiliki faktor produksi seperti tanah, modal, ataupun keterampilan

yang cukup sehingga untuk memperoleh pendapatan sangat terbatas; kedua,

keluarga miskin tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi

dengan kekuatan sendiri ; ketiga, tingkat pendidikan rendah, tidak sampai tamat

sekolah dasar, waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah dan

mendapatkan tambahan penghasilan ; keempat, kebanyakan keluarga miskin

tinggal di pedesaan tidak memiliki tanah dan kalaupun ada sangat kecil; kelima,

keluarga miskin yang hidup di daerah kota masih berusia muda dan tidak

didukung dengan keterampilan yang memadai.

Dalam perspektif pekerjaan sosial, (Huraerah, 2003,) orang miskin adalah orang

yang mengalami disfungsi sosial, karena ia tidak dapat melakukan tugas-tugas

pokoknya dengan baik. Studi tentang kemiskinan perlu mencakupi suatu asumsi

dengan jangkauan luas ketika hal tersebut digunakan untuk memahami

kelompok orang-orang miskin tertentu, yang tinggal di suatu daerah spesifik. Ini

adalah berkaitan dengan fakta bahwa kemiskinan adalah suatu fenomena

spesifik secara lokal dan mungkin saja merupakan suatu masalah yang

kompleks yang dihadapi oleh komunitas tertentu (Alcock, 1997 dalam

Dharmawan, 2000).

Hemmer (1994) dan Spicker (1993 ) serta Weissberg (1999) dalam Dharmawan

(2000) mengelompokkan kategori sosial secara umum yang menyebabkan

kemiskinan di negara berkembang, dimana sistem perlindungan sosial (social

security system) dibutuhkan untuk melindungi warga negaranya dari tindakan

yang merugikan, yaitu :

Page 28: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

12

1. Orang-orang cacat mental, lebih mengarah pada orang –orang yang memiliki

perkembangan intelektual sangat lamban. Pada kondisi tertentu tidak mampu

menangkap rangsangan (stimulus) seperti yang dilakukan orang pada

umumnya.

2. Orang-orang cacat fisik, (disable persons) lebih mengarah pada orang-orang

yang mengalami kesulitan memfungsikan fisiknya/tidak normal, oleh karena

itu mereka tidak dapat secara penuh menikmati kehidupan yang lebih baik

sebagaimana orang normal.

3. Orang – orang yang menderita penyakit kronis (chronically ill persons) lebih

mengarah pada sebuah situasi yang menyebabkan orang-orang tidak mampu

hidup secara normal setelah menderita penyakit kronis.

4. Lanjut usia (old people) lebih mengarah pada situasi yang menjadikan

mereka dikelompokkan pada kelompok tidak produktif dan orang yang di

dalam waktu dekat tidak mampu menghasilkan pendapat yang memadai.

5. Orang-orang dalam lingkungan miskin (people in poor area) lebih mengarah

pada orang – orang yang hidup di daerah kumuh. Lingkungan kumuh adalah

bagian dari lingkungan alamiah.

6. Pengangguran permanen atau pengangguran sementara (temporarily

permanently joblees people) mengarah pada orang-orang yang hidup tanpa

memiliki pekerjaan dalam berbagai keadaan menjadikan hidup tidak aman

sebagaimana mestinya.

7. Pekerja urban atau pekerja harian dari desa (rural or urban daily laborers)

mengarah pada orang-orang yang umumnya bekerja di sektor ekonomi

informal yang secara ekonomi sangat dibutuhkan.

8. Petani gurem (the peasants or smallholder), menunjuk pada orang yang

memiliki lahan sempit sebagai sumber kehidupan utamanya.

9. Petani yang tidak memiliki tanah/penggarap ( the landless or tenants )

menunjuk pada orang-orang yang tidak memiliki tanah yang mendukung

kepada sumber hidupnya, ini berarti kehidupan mereka dalam

ketergantungan.

10. Pekerja ekonomi tradisional/desa (traditional rural economic workers) (wanita

yang bekerja pada industri rumah tangga mikro dan pedagang kecil) yaitu

Page 29: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

13

mereka yang bekerja pada sektor ekonomi desa yang memperoleh

pendapatan minimum dan hanya bisa memenuhi kebutuhan minimumnya

saja.

Menurut Hammer (1994) dan Spicker (1993) serta Weissberg (1999) bahwa

eks penderita kusta di Dusun Nganget Desa Kedungjambe dapat dikategorikan

sebagai lapisan miskin, karena berkesesuaian dengan ciri-ciri pada nomor tiga

yaitu orang – orang yang menderita penyakit kronis (chronically ill persons) lebih

mengarah pada sebuah situasi yang menyebabkan orang-orang tidak mampu

hidup secara normal setelah menderita penyakit kronis. Artinya mereka tidak

mampu hidup secara normal yaitu setelah sakit yang dideritanya ada kendala-

kendala sosial dan psikologis yang mereka rasakan. Seperti adanya perasaan

minder dan sulit diterima oleh masyarakat secara luas (isolasi sosial).

2.2. Tinjauan Tentang Pemberdayaan

Ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat telah menjadi

bahan diskusi dan wacana akademis yang cukup hangat pada dekade terakhir

ini. Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu

masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok

minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat,

umumnya adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan (Kieffer, 1984;

Tore, 1985) dalam Suharto (1997).

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal

dari kata “power” (kekuasaan dan keberdayaan) dalam arti pemberian atau

peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak

beruntung (disadvantaged) seperti yang dikemukakan Ife (2002) “Empowerment

aims to increase the power of disadvantaged”. Selanjutnya Torre dalam Parsons,

Jorgensen (1994). Hernandes (1994) mengemukakan pengertian pemberdayaan

sebagai berikut :

A process through which become strong to participate within, share in the control of and influence events and institutions affecting their lives, (and that in part) empowerment necessitates that people gain particular skill, knowledge and sufficient power to influence their lives those they care about.

Pemberdayaan merupakan suatu proses dimana orang-orang menjadi cukup

berdaya untuk berpartisipasi bersama-sama mengontrol dan mempengaruhi

Page 30: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

14

situasi dan lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pemberdayaan mengharuskan orang-orang untuk mendapatkan keterampilan,

pengetahuan dan kekuatan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupan dan

penghidupan mereka yang mereka perhatikan.

Menurut Ife (2002) pemberdayaan memuat dua pengertian kunci yakni

kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan kekuasaan

politik, melainkan kekuasaan atau penguasaan atas pilihan-pilihan personal dan

kesempatan hidup, pendefinisian kebutuhan, ide atau gagasan, lembaga-

lembaga, sumber-sumber, aktivitas ekonomi dan reproduksi. Sementara

kelompok lemah atau tidak beruntung meliputi kelompok lemah secara struktural,

kelompok lemah secara khusus dan kelompok lemah secara personal. Selain

pengertian pemberdayaan, juga terdapat dimensi pemberdayaan seperti

dikemukakan oleh Torre dalam Parsons, et.al (1994) yaitu :

1. A development procces that begins with individual growth and possibly culminates in larger sosial change.

2. A psychological state marked by heightened feelings of self esteem, efficacy and control.

3. Liberation resulting from a social movement, which begins with education and politization of powerless people and later involves collective attempt by the powerless o gain power and change those structure that remain oppressive..

Pemberdayaan memiliki tiga dimensi yaitu, (1) suatu proses pengembangan

yang mengawali pertumbuhan individual dan membentuk kemungkinan dalam

perubahan sosial yang lebih besar ; (2) kondisi psikologis yang ditandai dengan

peningkatan perasaan harga diri, kemampuan diri dan pengontrolan diri ; (3)

kebebasan sebagai hasil dari suatu pergerakan sosial yang dimulai dengan

pendidikan dan pemolitikan orang yang tidak berdaya, melibatkan usaha kolektif

dari mereka untuk mendapatkan daya dan mengubah struktur yang masih

menekannya.

Definisi lain mengenai pemberdayaan menurut Wallenstein dan Berstein (1998)

dalam Suharto (1997) “ pemberdayaan merupakan suatu proses aksi sosial

untuk meningkatkan partisipasi orang, organisasi-organisasi dan masyarakat

dalam mengendalikan kehidupan lingkungan masyarakat maupun masyarakat

yang lebih luas” sedangkan Guiterrez (1990) dalam Suharto (1997) menyebutkan

bahwa tujuan pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan warga

masyarakat sehingga mereka dapat mengatasi masalah.

Page 31: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

15

Makna pemberdayaan dikemukakan oleh Dharmawan (2000) , sebagai “a

procces of having enough energy enabling people to expand their capabilities, to

have greater bargaining power, to make their own decisions, and to more easily

access to source of better living”. Pemahaman ini memberikan makna bahwa

pemberdayaan berkaitan dengan upaya memperoleh posisi tawar yang lebih

besar, serta kemudahan aksesibilitas kepada sumber kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian tersebut , maka pemberdayaan mengandung makna (1)

argumentation of choices ; (2) increases the degree of freedom ; (3) enhancing

the ability to comman more economic resources ; dan (4) commanding more

power at the grassroots level.

Sumaryadi (2005), menyebutkan tujuan pemberdayaan masyarakat pada

dasarnya adalah : (1) membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan

integral dari masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil, seperti

petani kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat adat yang

terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang

didiskrimir/dikesampingkan; (2) memberdayakan kelompok-kelompok

masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih

mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup

berperan dalam pengembangan masyarakat. Foy (1994) menggambarkan

empat unsur utama pemberdayaan yang saling mengkait satu dengan lainnya.

Pertama, pemberdayaan itu terfokus pada kinerja (performance focus).

Masyarakat ingin melakukan pekerjaan baik. Organisasi yang memberdayakan

membantu mereka untuk mendapatkannya. Kedua adalah real teams (Foy, 1994)

Kinerja yang baik berasal dari tim yang baik. Ketiga, pemberdayaan

membutuhkan visible leadership (Foy, 1994). Memberdayakan orang/masyarakat

membutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai visi. Keempat,

pemberdayaan membutuhkan komunikasi yang baik (good communication)

(Foy, 1994).

Pemberdayaan adalah ada proses yang membantu mereka memahami diri

mereka sendiri, merencanakan penggunaan sifat dan karakteristik terbaik,

menetapkan arah bagi diri mereka sendiri.

Page 32: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

16

Proses seperti ini diperlihatkan oleh Wilson (1996 ).

Sumber : Wilson, (1996 ).

Gambar 1 : Empowerment Process (taken from Wilson, 1996 )

Tahap pertama dari proses pemberdayaan individu adalah ‘awakening’ , yang

membantu orang mengadakan penelitian terhadap situasi mereka saat ini,

pekerjaan dan posisi mereka dalam organisasi. Tahap kedua dari proses

pemberdayaan individu adalah ‘understanding’. Orang mendapat pemahaman

dan persepsi baru yang sudah mereka dapat mengenai diri mereka sendiri,

pekerjaan mereka, aspirasi mereka dan keadaan umum. Tahap ketiga proses

pemberdayaan adalah ‘harnessing’, yang diakibatkan oleh awakening and

understanding phases. Individu, yang sudah memperlihatkan ketrampilan dan

sifat, harus memutuskan bagaimana mereka dapat menggunakannya bagi

pemberdayaan. Tahap terakhir dari proses tersebut adalah menggunakan

keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan

kerja setiap hari.

Pemberdayaan komunitas berarti mengembangkan kondisi dan situasi

sedemikian rupa sehingga komunitas memiliki daya dan kesempatan untuk

mengembangkan kehidupannya tanpa ada kesan bahwa pengembangan itu

adalaH hasil kekuatan eksternal. Memberdayakan masyarakat berarti

menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam pengembangan komunitas.

Masyarakat berdaya memiliki ciri (1) mampu memahami diri dan potensinya ; (2)

mampu merencanakan/mengantisipasi kondisi perubahan ke depan, dan

mengarahkan dirinya sendiri ; (3) memiliki kekuatan untuk berunding,

bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang

memadai ; (4) bertanggungjawab atas tindakannya sendiri. (Sumardjo dan

Saharrudin, 2003)

AWAKENING

USING

HARNESSING

UNDERSTANDING

Page 33: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

17

2.3. Tinjauan Tentang Kelompok dan Dinamika Kelompok

Tidak ada definisi kelompok yang secara umum dapat diterima. Sebaliknya,

dapat disajikan suatu jajaran pandangan yang telah ada, dan dari berbagai

pandangan tersebut dapat dikembangkan suatu definisi bandingan tentang

kelompok.

2.3.1. Kelompok Dalam Artian Persepsi

Banyak ahli ilmu perilaku berpendapat bahwa untuk dianggap sebagai suatu

kelompok, anggota suatu kelompok harus mempersepsikan hubungan mereka

terhadap yang lainnya. Sebagai contoh :

Suatu kelompok kecil didefinisikan sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan tatap muka atau serangkaian pertemuan semacam itu, dimana setiap anggota menerima beberapa kesan atau persepsi yang cukup jelas tentang anggota lainnya sehingga ia dapat, pada saat itu atau bersoal jawab kemudian, memberikan reaksi satu sama lain sebagai seorang individu, meskipun hal itu mungkin hanya untuk mengingat bahwa yang lain hadir.

Pandangan ini menunjukkan bahwa anggota suatu kelompok harus

mempersepsikan keberadaan (eksistensi), setiap anggota dan keberadaan

kelompok itu sendiri.

2.3.2. Kelompok dalam Artian Organisasi

Para ahli Sosiologi memandang kelompok terutama dalam hubungannya

dengan ciri-ciri keorganisasian. Misalnya menurut definisi sosiologi, kelompok

ialah :

Suatu sistem yang diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan berbagai fungsi, mempunyai seperangkat standar hubungan, peranan para anggotanya dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggotanya.

Pandangan tersebut menekankan beberapa karakteristik kelompok yang penting,

seperti peranan dan norma.

Page 34: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

18

2.3.3. Kelompok dalam Artian Motivasi

Kelompok yang gagal membantu anggotanya memenuhi kebutuhannya akan

mendapat kesulitan untuk melangsungkan hidupnya. Pandangan ini

mendefinisikan kelompok sebagai :

Sekumpulan individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulan menguntungkan individu-individu.

2.3.4. Kelompok dalam Artian Interaksi

Para ahli teori mengasumsikan bahwa interaksi dalam bentuk saling

ketergantungan adalah inti “kekelompokan”. Pandangan yang menekankan

interaksi antar pribadi adalah :

Yang kita maksudkan dengan kelompok yaitu sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lain dan sering melampaui rentang waktu tertentu, serta jumlahnya cukup sedikit, sehingga setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain, tidak sebagai orang kedua, melalui orang lain, tetapi saling berhadapan.

Keempat pandangan tersebut penting, karena semuanya menunjukkan kepada

gambaran penting tentang kelompok.

Johnson & Johnson (1987) dalam Sarwono (1997) mengidentifikasi sedikitnya

tujuh jenis definisi kelompok yang penekanannya berbeda – beda yaitu :

1. Kumpulan individu yang saling berinteraksi ( Bonner, 1959; Stogdill, 1959).

2. Satuan (unit) sosial terdiri atas dua orang atau lebih yang melihat diri mereka

sendiri sebagai bagian dari kelompok itu (Bales, 1950;Smith, 1945).

3. Sekumpulan individu yang saling tergantung (Cartwright & Zander, 1968;

friedler, 1967; Lewin, 1951).

4. Kumpulan individu yang bersama-sama bergabung untuk mencapai satu

tujuan (Deutsch, 1959; Mills, 1967).

5. Kumpulan individu yang mencoba untuk memenuhi beberapa kebutuhan

melalui penggabungan diri mereka (joint association) (Bass, 1960;Cattell,

1951).

6. Kumpulan individu yang interaksinya diatur (distrukturkan) oleh atau dengan

seperangkat peran dan norma (McDavid & Harari, 1968; Sherif & Sherif,

1956).

7. Kumpulan individu yang saling mempengaruhi (Shaw, 1976).

Page 35: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

19

Berdasarkan kumpulan berbagai definisi itu, Johnson & Johnson (1987) dalam

Sarwono (1997) sendiri kemudian merumuskan definisinya sebagai berikut :

Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction), yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing, menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Soekanto (2002), membagi kelompok menjadi kelompok formal dan kelompok

informal. Kelompok formal adalah kelompok yang keanggotaannya terbentuk

menurut struktur resmi dan aturan yang dibuat dengan sengaja oleh anggotanya.

Sebaliknya kelompok informal merupakan kelompok yang tidak memiliki struktur

tertentu dan aturan dibuat secara tidak tegas. Berdasarkan pengertian tersebut

maka terdapat aspek dalam kelompok yaitu persepsi, organisasi dan aspek

motivasi seperti yang dijelaskan di atas.

Di dalam interaksi diantara anggota kelompok ada kekuatan atau pengaruh

(Nitimihardjo dan Iskandar, 1993). Anggota kelompok yang berinteraksi secara

tetap mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota kelompok lainnya.

Keberadaan kekuatan yang saling mempengaruhi menyebabkan anggota

kelompok dapat mengajak orang lain untuk mencapai tujuan kelompok.

Pencapaian tujuan kelompok dapat dilakukan dengan baik melalui koordinasi.

Kepemimpinan didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan untuk mencapai

tujuan dan memelihara kelompok. Minat-minat yang bertentangan dan konflik

tidak mungkin dapat diatur tanpa menggunakan kekuatan (kontrol). Tidak ada

komunikasi tanpa pengaruh, yang berarti tidak ada komunikasi tanpa kekuatan.

Dengan demikian kekuatan merupakan esensi bagi semua keberfungsian

kelompok.

Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya yaitu

dinamika dan kelompok. Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara

langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika

berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu

dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota

dengan kelompok secara keseluruhan.

Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok

(group spirit) terus menerus berada dalam kelompok itu. Oleh karena itu

Page 36: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

20

kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap kelompok yang bersangkutan

dapat berubah.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu

kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan

psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata

lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung

dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.

Pengertian dinamika kelompok yang lain yaitu kekuatan-kekuatan di dalam

kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan perilaku segala anggota

kelompok untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan kelompok sangat

ditentukan oleh tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

kelompok. Untuk dapat melakukan analisis dinamika kelompok, dapat dilakukan

dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan sosiologis dan

pendekatan psikososial. Pendekatan psikososial seringkali dilakukan, karena

dalam psikososial dilakukan kajian terhadap perilaku anggota kelompok dalam

melaksanakan tugas atau kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok.

Unsur – unsur dinamika kelompok menurut Ruth Benedict (1972) dalam Santosa

(2004) adalah sebagai berikut :

1. Kohesi/persatuan

Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok,

seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilahan, nilai

kelompok.

2. Motif/dorongan

Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan

kelompok, seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri

terhadap kelompok.

3. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan,

perbedaan, kedudukan antar anggota dan pembagian tugas.

4. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan berkelompok, hal

ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem

kepemimpinan.

Page 37: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

21

5. Perkembangan kelompok

Persoalan perkembangan kelompok dapat terlihat pada perubahan dalam

kelompok, senangnya anggota kelompok dalam kelompok, perpecahan

kelompok.

Unsur-unsur dinamika kelompok yang menjadi pertimbangan dalam kajian ini

adalah motivasi berkelompok, Kepedulian sosial , rasa turut memiliki, kerjasama

antar anggota kelompok, kontrol sosial.

2.4. Tinjauan Tentang Kelompok Sebagai Media Pemberdayaan

Salah satu pola pendekatan pemberdayaan yang belakangan ini mampu

mengangkat mereka yang miskin agar menjadi berdaya dan berkembang adalah

melalui media “kelompok”. Mereka diorganisir dalam wadah kelompok dan

kelompok itu dimultifungsikan menjadi media pembelajaran anggota sekaligus

proses tukar menukar informasi, pengetahuan dan sikap. Secara perlahan,

kekuatan individu akan muncul menjadi kekuatan kelompok dan disitulah

berlangsungnya proses penguatan atau pemberdayaan.

Melalui wadah kelompok, kreativitas masing-masing pihak (individu sebagai

anggota kelompok) akan mewarnai kehidupan kelompok termasuk bagaimana

mencari jawaban secara swadaya dan swadana terhadap persoalan-persoalan

yang mereka hadapi. Cara dan proses tersebut sudah tentu merupakan

gambaran mulus dari proses pemberdayaan melalui pendekatan kelompok.

Tokoh sosiologi-politik dari Universitas Gadjah Mada Prof. Sunyoto Usman

berpendapat bahwa setidaknya ada tiga aspek yang lazim dikenal dalam proses

pemberdayaan yakni : asistensi, fasilitasi, dan promosi. Pertama, apabila

sejumlah kemampuan sudah dimiliki oleh kelompok yang dibina, maka bentuk

yang lazim dilakukan adalah dengan assistance (misalnya dalam bentuk

pelatihan, konsultasi atau asistensi teknis, dana, dan sejenisnya) dan kedua

facilitation (kolaborasi kegiatan). Ketiga, apabila masyarakat binaan masih

dikategorikan ke dalam bentuk masyarakat yang berkemampuan rendah, maka

alternatif yang perlu dikembangkan adalah model promotion (bantuan pada

bidang-bidang tertentu yang sangat dibutuhkan).

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap dari tingkat

individu, keluarga, kelompok, komunitas sampai pada tingkat institusi atau

Page 38: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

22

kelembagaan. Salah satu upaya membangkitkan inisiatif dan partisipasi

masyarakat lokal dapat dilakukan dengan menggunakan medium kelompok.

Pendekatan kelompok menurut Vitayala (1986) mempunyai kelebihan antara lain

proses adopsi dapat dipercepat, karena adanya interaksi sesama anggota

kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu seperti

yang dikemukakan Gaetano Mosca bahwa “manusia mempunyai naluri untuk

berkumpul dan berjuang dengan kumpulan manusia lainnya, sehingga individu

‘senasib’ saling berkumpul dalam suatu kelompok (Olson, 1975).

Dengan demikian kelompok dapat dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang

paling efektif, seperti yang dikemukakan Kurt Lewin bahwa lebih mudah untuk

mengubah pola tingkah laku individu-individu yang terikat dalam satu kelompok

daripada secara individual (Soekanto,1986). Lebih lanjut dipertegas oleh Achlis

(1983) bahwa penggunaan kelompok merupakan mekanisme yang lebih baik

daripada mekanisme-mekanisme lainnya dan bahwa kelompok memiliki

kekuatan-kekuatan tertentu yang apabila digali dan dikembangkan atas nama

dan kerjasama kelompok dapat merupakan sumber-sumber untuk penyembuhan

dan pengembangan anggota-anggotanya.

Kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas,

merefleksikan dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah

bersama, termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga (safety net) di

komunitas (Darmajanti, 2004). Karena itulah maka dalam kelompok akan

terdapat kombinasi kepentingan individu dan kepentingan kolektif. Namun semua

kelompok seperti yang dinyatakan Olson (1975) mempunyai tujuan melayani

kepentingan kolektif anggotanya.

Dalam pemberdayaan masyarakat, penguatan kelompok berarti akan mencakup

pola relasi, interaksi sosial dan identifikasi yang didasari oleh tumbuhnya

kepercayaan, kerjasama dan membangun jejaring kerja. Lebih lanjut Achlis

(1983) mengemukakan bahwa proses kelompok merupakan sumber bagi

pemberdayaan anggota-anggotanya melalui : (1) Dukungan kelompok (group

support); (2) Pengawasan kelompok (group control); (3) Pengakuan

(rekognetion); (4) Generalisasi dan (5) Integrasi.

Page 39: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

23

2.5. Tinjauan tentang Keberfungsian Sosial

Keberfungsian sosial mengacu kepada cara yang dilakukan orang dalam rangka

melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhan. Hal ini dinyatakan

Zastrow (1999) dalam Suharto (1997) sebagai berikut :

“Social functioning refers to the way individuals or collectivities (families, associations, communities, and so on) behave in order to carry out their life tasks and meet their needs” .

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa keberfungsian sosial merupakan suatu

cara (the way) yang menggambarkan perilaku orang. Cara atau perilaku tersebut

dilakukan oleh individu, keluarga, kelompok, organisasi, komunitas maupun

masyarakat. Tujuannya untuk melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi

kebutuhan. Jadi keberfungsian sosial berkaitan dengan interaksi orang dengan

lingkungan. Interaksi tersebut merupakan perwujudan dari pelaksanaan peranan

sosial. Keberfungsian sosial menunjukkan kegiatan menampilkan beberapa

peranan sosial yang seharusnya ditampilkan orang tersebut sesuai dengan

status sosialnya. Penampilan peranan sosial dinilai oleh orang yang

bersangkutan maupun masyarakat sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.

Keberfungsian sosial merupakan hasil atau produk aktivitas orang dalam berelasi

dengan sekelilingnya. Keberfungsian sosial berkaitan dengan hasil interaksi

orang dengan lingkungannya. Oleh karena itu Skidmore, et,al (1994)

menggambarkan tiga dimensi keberfungsian sosial (social functioning triangl

sebagai berikut :

Sumber : Skidmore, et, al (1994 )

Gambar 2 : Tiga Dimensi Keberfungsian Sosial

Satis

factio

n with

roles

in li

fePositives relationships with others

Feeling of self worth

Social

Satis

factio

n with

roles

in li

fePositives relationships with others

Feeling of self worth

Social

Page 40: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

24

Gambar di atas mengilustrasikan bahwa keberfungsian sosial dapat dilihat dari

tiga dimensi, yaitu : (1) Kepuasan berperan dalam kehidupan (satisfaction with

role in life) ; (2) Relasi positif dengan orang lain (Positive relationships with

others), dan (3) Perasaan menyukai atau menghargai diri (feeling of self worth).

Dubois dan Miley (1992) menyatakan ada tiga klasifikasi keberfungsian sosial

yaitu : (1) Keberfungsian sosial adaptif (adaptive social functioning); (2)

Keberfungsian sosial rentan atau populasi yang berisiko (at risk populations), dan

(3) Keberfungsian sosial tidak adaptif (maladaptive social functioning).

Tiga klasifikasi keberfungsian sosial dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Keberfungsian sosial adaptif menunjukkan adanya sistem yang mampu

memanfaatkan sumber-sumber personal, interpersonal, dan institutional

ketika dihadapkan pada kebutuhan, isu, maupun masalah. Sumber-sumber

tersebut relatif tersedia di struktur sosial dan dapat diakses. Sistem tersebut

mempunyai kemampuan untuk memecahkan.

2. Keberfungsian sosial rentan menggambarkan keberfungsian sosial yang

dialami oleh populasi yang beresiko (at risk population). Dalam masyarakat

terdapat populasi atau sistem sosial yang mempunyai resiko gagal berfungsi

sosial. Sistem yang beresiko adalah sistem yang rentan (vulnerable)

terhadap masalah keberfungsian, walaupun masalah tersebut belum

dimunculkan dipermukaan (surface). Dengan kata lain, kondisi yang ada

diperkirakan mempunyai dampak negatif terhadap keberfungsian sosial

orang.

3. Keberfungsian tidak adaptif menunjukkan sistem yang mengalami

ketidakmampuan beradaptasi (maladaptive). Pada sistem seperti ini, masalah

menjadi begitu parah (exacerbated), karena kemampuan sistem berkurang

atau sistem tidak mampu menjalankan fungsinya dan tidak mampu berinisiatif

mengatasi perubahan. Dalam situasi seperti ini, sistem secara serius

mengalami masalah, sehingga tidak mampu berfungsi sosial.

Selanjutnya Dubois dan Milley (1992) menyatakan bahwa keberfungsian sosial

berhubungan dengan pemenuhan tanggung jawab seseorang kepada

masyarakat secara umum, terhadap mereka yang berada di lingkungan yang

terdekat dan terhadap diri sendiri. Tanggungjawab tersebut termasuk

Page 41: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

25

pemenuhan kebutuhan dasar manusia, bagi mereka yang tergantung kepada

seseorang dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Kebutuhan manusia yang dimaksud terdiri dari aspek fisik (pangan, tempat

tinggal, keamanan, perawatan kesehatan, dan perlindungan) ; pemenuhan

kebutuhan personal (pendidikan, rekreasi, nilai-nilai, estetika, agama) ;

kebutuhan-kebutuhan emosional (rasa memiliki, saling peduli dan persahabatan)

; serta konsep diri yang memadai (percaya diri, harga diri dan identitas).

Siporin (1975 ) mengemukakan bahwa :

Social functioning, refers to the way individuals or collectivities (families, associations, communities, and so on) behave in order to carry out their life tasks and meet their needs, because people function in term of their social role, social functioning. “Designates those activities considered essential for the perfomance of the several roles which each individual, by virtue of this membership in social group, is called upon to carry out”.

Keberfungsian sosial berhubungan dengan cara-cara berperilaku invidu-individu

dan kolektif-kolektif (keluarga, perkumpulan, masyarakat dan sebagainya) dalam

rangka melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhannya. Oleh

karena itu orang-orang berfungsi dalam kaitannya dengan peranan-peranan

sosial mereka, maka keberungsian sosial merupakan kegiatan-kegiatan yang

dianggap penting untuk menampilkan peranan yang harus dilaksanakan karena

keanggotaannya dalam kelompok sosial. Dengan demikian, keberfungsian sosial

menggambarkan pertukaran yang seimbang, cocok, tepat dan adaptasi timbal

balik diantara orang-orang, individu atau kolektif dengan lingkungannya baik

dilakukan secara individu maupun secara kolektif atau kelompok.

Suatu kelompok dikatakan memiliki keberfungsian sosial apabila : sejumlah

anggotanya telah mencapai kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama;

transmisi gagasan-gagasan sesama anggota berlangsung transparan dan tidak

kabur; individu-individu saling menolong atas dasar kesetaraan untuk memenuhi

kebutuhan mereka; aktivitas-aktivitasnya didukung berdasarkan prinsip-prinsip

hidup kesetiakawanan sosial dengan mendayagunakan sumber dan kesempatan

yang tersedia; pengaruh luar yang negatif yang menyebabkan disorganisasi,

secara efektif mampu diwaspadai dan ditangani hingga minimal.

Menurut Sukoco (1991) keberfungsian sosial dapat dipandang dari berbagai segi

yaitu:

Page 42: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

26

1. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan melaksanakan

peranan sosial, yaitu sebagai penampilan pelaksanaan peranan yang

diharapkan sebagai anggota suatu kolektifitas.

2. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan, yaitu mengacu pada cara-cara yang digunakan oleh individu,

maupun kolektifitas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memecahkan

permasalahan sosial yang dialaminya.

Keberfungsian sosial mempunyai arti dan makna yang banyak sesuai dengan

dengan pendapat beberapa ahli. Dalam kajian ini yang dimaksud dengan

keberfungsian sosial yaitu interaksi eks penderita kusta yang tergabung dalam

kelompok Keluarga Binaan Sosial - Kelompok Usaha Bersama dalam (1)

menampilkan peranan sosial sesuai dengan status yang dimiliki seperti sebagai

anggota, pengurus bagaimana peranannya dalam kelompok maupun

lingkungannya; (2) meningkatkan kemampuan anggota kelompok di dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan

meningkatnya pendapatnya keluarga dan kesehatan; (3) meningkatnya

kemampuan anggota kelompok dalam mengatasi permasalahan sosial yang ada

baik dalam keluarga, kelompok maupun lingkungan sosialnya yang ditandai

dengan adanya kebersamaan dari kesepakatan dalam pengambilan keputusan

dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.

2.6. Tinjauan Tentang Eks Penderita Kusta

Penderita kusta adalah seseorang yang mengalami penyakit menular yang

menahun disebabkan oleh kuman kusta (mycrobacterium leprae) yang

menyerang syaraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya. Eks penderita kusta

adalah penderita penyakit kusta yang telah disembuhkan dari penyakit kusta.

Dengan demikian eks penderita kusta adalah seseorang penderita yang secara

medik telah dinyatakan sembuh dari suatu penyakit yang dinilainya memerlukan

pengobatan yang sangat lama (menahun) dan telah sembuh dengan atau tanpa

menimbulkan kecacatan pada tubuh yang dapat mengganggu pelaksanaan

fungsi sosialnya. (Anonymons, 2002 ).

Page 43: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

27

Eks penderita kusta sebagai individu masih memiliki potensi yang dapat

dikembangkan sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan mereka

berhak mendapatkan kesejahteraan sosial yang sama dengan masyarakat pada

umumnya. Eks penderita kusta adalah mereka yang dulunya menderita penyakit

menular yang sifatnya kronis dan menyerang syaraf-syaraf (syaraf motorik,

sensorik, dan otonom) dan kulit dimana mereka sudah mendapatkan rehabilitasi

secara medis dan sosial (Anonymons, 1994).

2.7. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Keluarga Binaan Sosial adalah keluarga yang terpilih melalui seleksi yang

tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Program KUBE yang

merupakan bagian penting dari program pembangunan kesejahteraan sosial

bertujuan untuk mewujudkan taraf kehidupan sosial anggotanya ke arah

kehidupan yang lebih layak. KUBE diharapkan menjadi media pemberdayaan

bagi eks penderita kusta untuk berwirausaha, meningkatkan rasa percaya diri,

harga diri dan tekad kemandirian serta mengurangi ketersisihan eks penderita

kusta dalam masyarakat. Kelompok Usaha Bersama adalah himpunan dari

keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang

atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan lain, dan

tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan

meningkatkan produktifitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang

harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang

dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama (Anonymons,

2003).

Tujuan Kelompok Usaha Bersama adalah (1) meningkatkan kemampuan

anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik

dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin

meningkatnya kepedulian dan rasa tanggungjawab dan keikutsertaan anggota

dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya, semakin terbukanya

pilihan bagi anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih

menguntungkan, terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber dan

potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya; (2)

meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya pendapatan

Page 44: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

28

keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat

pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan dan meningkatnya

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya; (3) meningkatnya kemampuan

anggota kelompok KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin

terjadi dalam keluarganya maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan

adanya kebersamaan dari kesepakatan dalam pengambilan keputusan di dalam

keluarga, dalam lingkungan sosialnya, adanya penerimaan terhadap penerimaan

pendapat yang mungkin timbul di antara keluarga dan lingkungan, semakin

minimnya perselisihan yang mungkin timbul atau antara orang tua dan anak, dan

lain-lain.

Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin

untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan

kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber sosial

ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses

pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang

terkait. Melalui KUBE diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

wawasan berpikir para anggota karena mereka dituntut suatu kemampuan

manajerial untuk mengelola usaha yang sedang dijalankan, dan berupaya

menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dilingkungan untuk

keberhasilan kelompoknya. Selain itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan

sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik. Diharapkan

dengan kelompok KUBE, dapat menumbuhkan rasa kebersamaan,

kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial,

baik diantara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat yang lebih luas.

Melalui kelompok keluarga binaan sosial dapat saling berbagi pengalaman,

saling berkomunikasi, saling mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah

dan kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan usaha atau

beternak yang tadinya dilakukan sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam

kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam usaha kesejahateraan sosial serta kemampuan

berorganisasi.

Kegiatan yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial dapat berupa

pengelolaan santunan hidup, iuran kesejahteraan sosial (IKS), arisan, pengajian,

perkumpulan kematian, usaha simpan pinjam, pelayanan koperasi, usaha tolong

Page 45: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

29

menolong atau gotong royong, usaha pelayanan sosial untuk orang tidak

mampu, usaha-usaha untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial di

lingkungannya dan usaha-usaha kesejahteraan sosial lainnya. Kegiatan yang

dengan usaha ekonomis produktif dapat berupa usaha dagang, jasa, pertanian,

peternakan dan lain-lain, sedangkan kegiatan yang bersifat penataan

kelembagaan seperti : pengelolaan keuangan, pencatatan dan pelapoaran.

Dengan kelompok KUBE dapat menumbuhkan rasa kebersamaan,

kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial

secara luas karena mereka hidup dalam kelompok. Pengelolaan KUBE dilakukan

melalui pendekatan kelompok dengan pertimbangan (1) warga masyarakat lebih

dinamis dalam mengembangkan kegiatan; (2) adanya proses saling asah, asuh

dan asih sesama warga/anggota kelompok, sehingga setiap anggota bisa saling

berbagi baik dalam ilmu maupun keterampilan ; (3) adanya konsep saling

menolong dan konsolidasi kekuatan bersama antara yang kuat dan yang lemah.

KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofi “dari”, “oleh”, dan “untuk” masyarakat.

Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUBE dimanapun adalah berasal

dari dan berada di tengah-tengah masyarakat. Pembentukannya oleh

masyarakat setempat dan peruntukannya juga adalah untuk anggota dan

masyarakat setempat. Karena konsep yang demikian maka pembentukan dan

pengembangan KUBE harus bercirikan nilai dan potensi yang tersedia di

lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM (anggota

KUBE ) yang ada.

Pengembangan KUBE dapat dilakukan antara lain dengan (1) penambahan

modal usaha bisa diperoleh dengan cara kerjasama kemitraan dengan koperasi,

Bank Pemerintah setempat atau bantuan pengembangan KUBE; (2)

penambahan/pengembangan jenis usaha. Dalam penambahan/pengembangan

jenis usaha didasarkan pada kebutuhan pasar; (3) penambahan jumlah anggota.

Penambahan jumlah anggota dapat dilakukan apabila usaha KUBE memerlukan

jumlah tenaga yang lebih banyak, dana iuran kesetiakawanan sosial yang

dihimpun sudah cukup jumlahnya untuk digulirkan kepada warga setempat yang

memerlukan modal usaha; (3) pembentukan kelompok baru.

Page 46: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

30

Indikator keberhasilan Kelompok Usaha Bersama yaitu :

1. Bidang Kegiatan Kelembagaan

a. Kepengurusan dan pembagian tugas sudah ada dan sudah dijalankan

sebagaimana mestinya.

b. Administrasi kelompok, yang meliputi: buku daftar anggota kelompok,

buku tamu, buku kegiatan/agenda kelompok, buku kas/keuangan, buku

inventaris, buku simpan pinjam, sudah ada dan sudah diterapkan dengan

baik.

c. Proses pengambilan keputusan sudah didasarkan atas musyawarah

anggota.

d. Pertemuan sudah berlangsung secara rutin dan dilakukan pencatatan

serta ditindaklanjuti.

2. Bidang Kegiatan Sosial

a. Motivasi kelompok sudah baik ditunjukkan dengan minimal 2/3 kehadiran

anggota pada setiap pertemuan yang diadakan.

b. Kerjasama kelompok sudah baik yang dilihat dari koordinasi dan

kekompakan kelompok.

c. Kepedulian sosial sudah baik yang ditunjukkan dengan kesediaan

membantu anggota dan tetangga yang mengalami kesulitan.

d. Usaha simpan pinjam KUBE sudah dapat dimanfaatkan oleh keluarga.

e. Anggota keluarga taat dan sungguh-sungguh dalam menjalankan rukun

keagamaan.

3. Bidang Kegiatan Ekonomi

a. Meningkatnya pendapatan keluarga.

b. Simpan pinjam sudah berkembang dengan baik.

c. Kemitraan, sudah terjalin dengan baik dengan berbagai kelompok

masyarakat bisnis.

Secara spesifik keberhasilan KUBE dalam kajian ini dapat dilihat dari 3 aspek

yaitu aspek sosial meliputi motivasi berkelompok, peran masyarakat, rasa turut

memiliki, kepedulian sosial, dan kerjasama, aspek ekonomi meliputi peningkatan

Page 47: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

31

perekonomian anggota kelompok KBS-KUBE dan aspek kelembagaan yang

meliputi struktur dan kultur. Secara struktur meliputi pelapisan kelompok, pola

hubungan dan komunikasi, kepemimpinan, konflik dalam kelompok dan

mekanisme kerja sedangkan secara kultur meliputi nilai dan norma serta tata

perilaku dalam kelompok.

2.8. Kerangka Konseptual

Pengembangan program pemberdayaan masyarakat didasarkan pada kenyataan

bahwa setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat digerakkan untuk

mengatasi masalah kebutuhan mereka dengan prinsip dari, oleh dan untuk

masyarakat. Agar masyarakat mau dan mampu untuk mengembangkan dan

mendayagunakan berbagai potensi secara optimal, maka mereka perlu diberikan

bimbingan, bantuan stimulan dan pemberian lainnya (Anonymons, 1998).

Strategi pengembangan masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan

(empowerment) yang integral dan holistik dengan menempatkan komunitas

sebagai subyek pembangunan. Pemberdayaan pada hakikatnya adalah

pendelegasian tanggung jawab dan pembuatan keputusan kepada tingkat

kewenangan yang paling rendah di dalam organisasi masyarakat.

Langkah-langkah penerapan strategi pemberdayaan komunitas dapat secara

efektif dan efisien dilaksanakan melalui kelompok-kelompok yang ada dalam

komunitas. Pemberdayaan kelompok merupakan upaya peningkatan

kemandirian dan kemampuan kelompok agar mampu menjadi wahana

peningkatan kesejahteraan anggota kelompok.

Salah satu pendekatan untuk mengembangkan dan membangun kemandirian

masyarakat adalah pengembangan komunitas melalui pendekatan kelompok

dalam bentuk kelompok usaha bersama (KUBE). Melalui kelompok proses

adopsi terhadap upaya-upaya pembangunan dapat dipercepat melalui interaksi

sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain

(Vitalaya, 1996).

Untuk melihat suatu kelompok maka diperlukan analisis kelompok yang meliputi

jejaring sosial, integrasi sosial, solidaritas sosial dan kohesivitas sosial.

Keberadaan kelompok KBS-KUBE dalam suatu komunitas eks penderita kusta

tidak berdiri sendiri melainkan banyak juga kelompok-kelompok lain dalam

Page 48: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

32

komunitas. Untuk memahami masalah dan akar masalah kelompok KBS-KUBE

maka diperlukan konsep-konsep jejaring sosial, integrasi sosial, solidaritas sosial

dan kohesivitas sosial. Suatu komunitas pada dasarnya tidak akan bisa

menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bantuan pihak lain. Begitu juga

dengan eks penderita kusta memerlukan pihak lain untuk membantu

memecahkan permasalahan yang ada. Untuk memecahkan permasalahan

tersebut diperlukan jejaring (network) antar lembaga secara kolaboratif yaitu

suatu jejaring yang bersifat informal, transparan, menampilkan kesetaraan,

mengandalkan komitmen, mensinergikan upaya dan mengembangkan

kesadaran kritis serta berfungsi pula sebaga kontrol sosial. Dengan prinsip-

prinsip tersebut jejaring akan mampu mengkombinasikan fungsi-fungsi yang

diperlukan bagi penyelesaian masalah komunitas melalui pertukaran informasi,

pengalaman dan pengetahuan serta penyediaan sumber daya di tingkat

komunitas (Tonny, 2004).

Di dalam komunitas eks penderita kusta Dusun Nganget terdapat kelompok

antara lain kelompok KBS-KUBE, kelompok Nahdatul Ulama (NU), Lembaga

Dakwah Islam Indonesia (LDII). Agar kelompok – kelompok tersebut saling

mendukung dan menguatkan integrasi sosial dapat mulai dengan melihat

kelompok-kelompok tersebut sebagai komponen-komponen dari suatu sistem.

Artinya perlu diciptakan adanya komunikasi antar kelompok agar mereka saling

berinteraksi dan berhubungan untuk selanjutnya saling membutuhkan dan

menciptakan komitmen mencapai tujuan yang sama (Nitimihardjo, 2003).

Suatu kelompok yang mempunyai tingkat kohesivitas tinggi adalah kelompok

dimana anggota-anggotanya memiliki tingkat keterikatan pada kelompok cukup

tinggi. Konsekuensi dari kohesivitas tinggi adalah para anggota akan tetap

berada dalam kelompok bekerja bersama-sama mencapai tujuan kelompok. Hal

tersebut dimungkinkan karena mereka memandang bahwa dengan tetap berada

dalam kelompok dapat memperoleh apa yang mereka harapkan. Menurut

Ivancevich (1977) faktor – faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas kelompok

adalah : kesepakatan anggota terhadap tujuan kelompok, tingkat keseringan

berinteraksi, adanya keterikatan pribadi, adanya persaingan antar kelompok,

adanya evaluasi yang menyenangkan dan adanya perlakuan antar anggota

dalam kelompok sebagai manusia bukan sebagai mesin.

Page 49: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

33

Suatu masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial tinggi apabila masyarakat

tersebut memiliki solidaritas sosial yang mencerminkan adanya ikatan sosial

berupa kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral atau adanya saling

hubungan dan ketergantungan fungsional yang mencerminkan adanya

kesadaran kolektif (Nitimihardjo. 2003)

Pembentukan KUBE dengan jumlah anggota sepuluh orang dimaksudkan agar

setiap anggota saling mengenal, kontak lebih sering yang pada gilirannya akan

memperlancar pengelolaan KUBE. KUBE dimaksudkan untuk mewujudkan

keberfungsian sosial para anggota KUBE dan keluarganya, yang meliputi

meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-

hari dan berubahnya sikap dan tingkah laku dalam mengatasi permasalahan-

permasalahan yang dihadapi serta meningkatnya kemampuan dalam

menjalankan peranan-peranan sosialnya dalam masyarakat serta meningkatkan

rasa percaya diri.

Melalui kelompok, setiap anggota kelompok dapat saling berbagi pengalaman,

saling berkomunikasi, saling mengenal, sehingga dapat menyelesaikan berbagai

masalah dan kebutuhan yang dirasakan. Keberadaan usaha-usaha ekonomis

produktif yang bersifat ekonomis dalam kelompok KUBE hanya sebagai sarana

bukan sebagai tujuan. Banyak orang beranggapan bahwa aspek ekonomi atau

UEP (Usaha Ekonomi Produksi) dalam KUBE sebagai tujuan dan sering

dijadikan ukuran keberhasilan KUBE. Ini adalah suatu hal yang keliru

(Anonymons, 2003).

Setelah dilaksanakan evaluasi terhadap Kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget

maka ada permasalahan yang menyangkut aspek individu dan kelompok. Aspek

individu berkaitan dengan terbatasnya keterampilan individu dalam

berorganisasi, dan terbatasnya kemampuan individu dalam produksi kambing.

Adapun secara kelompok meliputi keterbatasan berinteraksi antar anggota

kelompok baik di dalam kelompok KBS-KUBE maupun di luar. Dengan adanya

permasalahan tersebut maka diperlukan penguatan individu dan kelompok

supaya eks penderita kusta dapat berdaya dan akhirnya dapat meningkatkan

keberfungsian sosialnya.

Page 50: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

33

Gambar 3. Kerangka Konseptual Pemberdayaan Komunitas Eks Penderita Kusta Melalui Penguatan Individu dan Kelompok

Sosial

Psikologi

Ekonomi

Solusi Melalui KUBE

Evaluasi KUBE

Permasalahan - Kelompok - Individu

Keberfungsian sosial

meningkat

Sosial – Organisasi

Kelembagaan KBS -KUBE

Ekonomi Produksi

Kelompok

Individu

Keberfungsian sosial tercapai

Ideal Permasalahan Gagasan pemecahan masalah

Masalah Eks

Penderita Kusta

Page 51: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

35

2.9. Definisi Konseptual

1. Masalah eks penderita kusta adalah sesuatu yang dirasakan oleh eks

penderita kusta sebagai yang tidak mengenakan baik masalah sosial,

psikologi maupun ekonomi.

2. Masalah sosial eks penderita kusta adalah masalah yang berkaitan dengan

belum bisa diterima sepenuhnya eks penderita kusta dalam kehidupan

masyarakat di luar komunitasnya.

3. Masalah psikologi eks penderita kusta adalah masalah yang berkaitan

dengan rasa minder dan kurang percaya diri yang dialami oleh eks penderita

kusta.

4. Masalah ekonomi eks penderita kusta adalah masalah yang berkaitan

dengan rendahnya tingkat pendapatan anggota kelompok KBS-KUBE.

5. KBS-KUBE adalah penerima bantuan stimulan program Bantuan

Kesejahteraan Sosial yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama.

6. Kelompok Usaha Bersama adalah suatu program yang dilaksanakan oleh

Departemen sosial untuk mengatasi permasalahan sosial, psikologi dan

ekonomi eks penderita kusta dalam bentuk kelompok.

7. Sosial – Organisasi adalah bentuk interaksi sosial yang dialami oleh antar

anggota dalam suatu kelompok sebagai sebuah organisasi.

8. Ekonomi produksi adalah jumlah produksi kambing yang dihasilkan oleh eks

penderita kusta sebagai anggota KBS-KUBE.

9. Kelembagaan KBS – KUBE adalah berkaitan dengan struktur dan kultur

kelompok KBS-KUBE (infra sturktur KBS-KUBE).

10. Kelompok adalah kelompok sebagai organisasi kelompok Keluarga Binaan

Sosial – Kelompok Usaha Bersama.

11. Individu adalah anggota kelompok Keluarga Binaan Sosial – Kelompok

Usaha Bersama.

12. Keberfungsian sosial adalah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup

ditandai dengan meningkatnya kualitas pangan dan kesehatan, mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik permasalahan kelompok,

keluarga dan lingkungan sosialnya ditandai dengan minimnya perselisihan

yang mungkin timbul , menampilkan peranan-peranan sosialnya ditandai

dengan semakin meningkatnya kepedulian sosial.

Page 52: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

36

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Metode dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan partisipatif. Pendekatan

kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2003). Metode kajian yang digunakan adalah

non survey, untuk menggali informasi pada tataran tineliti dengan menggunakan

instrumen diskusi kelompok, wawancara mendalam, observasi lapangan dan

studi kasus. Semua hasil wawancara mendalam, diskusi kelompok dan observasi

lapangan didokumentasikan dalam bentuk catatan harian (seperti terlihat dalam

lampiran), semua data disajikan dalam bentuk kutipan langsung, ataupun dalam

bentuk tabel. Dalam kajian ini dari lima Kelompok KBS-KUBE yang ada di Dusun

Nganget Desa Kedungjambe diambil dua Kelompok KBS-KUBE, yaitu Kelompok

KBS-KUBE Bangkit Mulia sebagai kelompok KBS-KUBE yang progresif dan

kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur sebagai kelompok KBS-KUBE yang pasif.

Pendekatan partisipatif yaitu sejumlah metode dan teknik serta persiapan yang

diperlukan untuk melakukan kajian potensi, identifikasi dan disain masalah,

menyusun rancangan kegiatan dan implementasinya pada suatu program/proyek

yang memungkinkan berbagai pihak terlibat. Tujuannya adalah menjaring

aspirasi dan partisipasi masyarakat/stakeholder dalam suatu program

pembangunan seefektif mungkin.

Melalui pendekatan partisipatif diharapkan dapat memperoleh informasi yang

mendalam mengenai proses pembentukan kelompok KBS – KUBE, masalah dan

akar masalah KBS –KUBE. Pendekatan partisipatif dilakukan bersama-sama

dengan eks penderita kusta melalui diskusi kelompok untuk dapat memahami

peranan kelompok dalam memberdayakan anggotanya sehingga anggota

kelompok dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban atau peranan-peranannya.

Tipe kajian ini menggunakan pendekatan subyektif mikro (Sitorus dan Agusta

2004), yaitu dalam upaya memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh

mengenai pola perilaku, tindakan dan interaksi anggota kelompok KBS – KUBE.

Aras analisis yaitu kelompok KBS – KUBE dan individu sebagai anggota

kelompok.

Page 53: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

37

3.2. Lokasi dan Waktu

Lokasi kajian adalah permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget Desa

Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.

Lokasi tersebut adalah merupakan satu-satunya permukiman eks penderita kusta

di Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini adalah sebagai kelanjutan dari Praktek

Lapangan I dan Praktek Lapangan II. Dusun Nganget ini letaknya yang sangat

strategis yaitu antara jalur Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

Dengan jalur tersebut akan memudahkan eks penderita kusta untuk menjangkau

berbagai pelayanan pengobatan. Dusun Nganget juga tidak terlalu jauh dengan

pasar hewan Desa Kedungjambe sehingga bagi eks penderita kusta akan

mudah mengakses bila ingin menjual dan membeli kambing.

Kajian ini, sudah dimulai dengan Praktek Lapangan I tanggal 9 sampai dengan

24 November 2004 berupa pemetaan sosial, kemudian dilanjutkan Prakek

Lapangan II tanggal 21 Februari sampai dengan 5 Maret 2005 berupa evaluasi

kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian dilanjutkan Praktek

Lapangan III bulan Juni sampai Juli 2005 dengan fokus merancang program

pengembangan masyarakat berupa pemberdayaan komunitas eks penderita

kusta melalui penguatan individu dan kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget

Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa

Timur. Berikut ini rencana kajian pengembangan masyarakat.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan kajian pengembangan masyarakat di Dusun Nganget Desa Kedungjambe Tahun 2005.

No Kegiatan 2004 2005

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pemetaan Sosial (PL-1) V

2 Evaluasi kegiatan Pengembangan masyarakat (PL –2)

V V

3 Pembuatan rencana kerja Lapangan (proposal) V V

4 Pengumpulan data kajian(PL-3) V V

5 Pengolahan, analisis data dan Penyusunan laporan KPM V V

Page 54: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

38

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer, adalah data yang bersumber dari kelompok subyek dan informan

diperoleh melalui metode partisipatif. Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari data statistik, laporan, literatur dan data desa yang diperoleh melalui

kegiatan studi dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) Observasi langsung; (2)

Wawancara mendalam ; (3) Studi Dokumentasi; (4) Diskusi Kelompok. Teknik ini

berkenaan dengan proses pelibatan partisipan dalam penggalian data, baik

secara individual, kelompok, dan komunitas yaitu :

1. Observasi lapangan yaitu bahwa peneliti datang ke lapangan mengadakan

observasi langsung ke Dusun Nganget ditemani oleh seorang informan. Data

yang akan diperoleh yaitu mengenai potensi sumber daya alam seperti padang

pengembalaan, aktifitas keseharian eks penderita dan sebagainya.

2. Studi dokumentasi ini peneliti lakukan ke berbagai stakeholder yang

mempunyai hubungan dengan eks penderita kusta seperti Dinas Sosial,

Kantor Desa, Panti dan sampai pada tingkat RT serta pengurus KUBE dan

Kelompok KBS–KUBE. Data yang akan diperoleh yaitu mekanisme kerja

Kelompok Usaha Bersama (KUBE), jumlah eks kusta yang menerima KUBE,

perkembangan KUBE, administrasi pelaksanaan KUBE.

3. Wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan proses temu muka

berulang antara peneliti dan subyek peneliti. Melalui cara ini peneliti hendak

memahami pandangan subyek tentang hidupnya, pengalamannya dan situasi

sosial. Wawancara mendalam berlangsung dalam suasana kesetaraan, akrab

dan informal. Wawancara ini dapat diwakili beberapa kelompok atau lembaga

yang ada di permukiman eks penderita kusta. Seperti kyai Ysf wakil dari

kelompok Nadhatul Ulama (NU) sekaligus ketua KUBE , Pak Rsln wakil dari

kelompok Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) wakil ketua KUBE dan Pak

Ykp wakil dari kelompok Kristen (pegawai panti/), dan Kepala Panti sebagai

tokoh formal. Data yang ingin diperoleh adalah mengenai dampak kegiatan

KUBE terhadap anggota, permasalahan dan kendala perkembangan KUBE,

kelembagaan yang dapat mendukung perkembangan KUBE.

Page 55: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

39

Dalam komunitas eks penderita kusta di Dusun Nganget tokoh agama dan

pegawai masih sangat dihormati. Hal ini disebabkan pada awalnya mereka

adalah kelayan dalam rumah sakit kusta Nganget. Kyai Jsf sebagai tokoh

Nahdatul Ulama (NU) merupakan tokoh panutan warga NU karena

pengetahuannya tentang agama melebihi warga lainnya, pengetahuan ini

diperoleh melalui pendidikan pesantren serta tujuan hidupnya yang

diperuntukkan untuk menolong warga NU dalam memperoleh kepercayaan diri

serta bisa membangun masjid dan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). Selain itu

hubungan dengan kelompok KBS – KUBE yaitu bahwa Kyai Jsf adalah Ketua

Pengurus KUBE.

Pak Rsln adalah seorang Amir dalam kelompok warga Lembaga Dakwah Islam

Indonesia (LDII) yang segala perilakunya dianut dan dipatuhi oleh warganya, ini

diperoleh karena pengetahuan agamanya yang melebihi warga yang lain dan

sebagai tokoh pertama yang membawa LDII ke komunitas eks penderita kusta

Dusun Nganget. Selain sebagai Amir Pak Rsln juga ketua RT.05 sekaligus wakil

ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sehingga mempunyai pengaruh dalam

pengelolaan KUBE.

Sedangkan Pak Ykp adalah tokoh Kristen dan Pegawai senior yang dulu

merawat eks penderita kusta yang dulunya menjadi kelayan di rumah sakit kusta

sehingga masih mempunyai pengaruh terhadap eks penderita kusta yang

sekarang menjadi anggota KBS-KUBE. Dengan pengaruh Pak Ykp maka

diharapkan bisa memotivasi eks penderita kusta untuk mengembangkan KBS-

KUBE.

4. Diskusi kelompok. Diskusi kelompok lebih merupakan proses komunikasi dua

arah antara kelompok dengan peneliti. Peneliti mengadakan diskusi dengan

pengurus KUBE dan kelompok – kelompok KBS, koordinator (panti), Pemerintah

Desa, kelompok –kelompok yang ada di permukiman (LDII, NU dan Umat

Kristiani), serta Ketua Rukun Tetangga (RT), dilakukan melalui diskusi kelompok

dengan kelompok-kelompok KBS – KUBE. Data yang ingin diperoleh adalah

performa kelompok KBS-KUBE, masalah dan akar masalah serta potensi dan

sumber lokal.

Page 56: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

40

Tabel 2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget Tahun 2005

Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Studi Dokumentasi

Diskusi Kelompok

Untuk mengetahui profil kelompok

Profil KBS – KUBE

• Pengurus

KUBE

• Hasil PL 2

• Koordinator KUBE (Pegawai panti).

V

V

V

V

Untuk mengetahui proses pembentukan kelompok

Proses pembentukan kelompok

• Pengurus

KUBE

• Hasil PL 2

• Koordinator KUBE (Pegawai panti)

• Anggota Klpk

KBS-KUBE

-

V

V V

Untuk mengetahui dinamika internal dan eksternal KBS –KUBE

Dinamika internal dan eksternal KBS-KUBE

a. Jejaring

b. Solidaritas

c. Integritas

d. Kohesivitas

• Kelompok KBS-KUBE

• Pengurus KUBE

• Koordinator KUBE

V V

V V

Untuk mengetahui masalah dan akar masalah keberhasilan perkembangan kelompok KBS-KUBE

Permasalahan KBS – KUBE

• Kelompok KBS-KUBE

• Pengurus KUBE

• Koordinator KUBE

V V

V

V

Untuk mengetahui potensi dan sumber

• Organisasi lokal

• Pasar

• SDA

• Tokoh masyarakat

• Tokoh Agama

• Kepala Panti

V V V V

Page 57: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

41

3.4. Pengolahan Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan tiga alur : reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman dalam Sitorus

dan Agusta, 2004). Reduksi data dalam proses pengumpulan data meliputi

kegiatan meringkas data, mengkode, menelusur tema, membuat gugus,

membuat partisi dan menulis memo. Kegiatan ini berlangsung sejak

pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan.

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya tidak terbatas, maka

peneliti harus melakukan reduksi, yaitu hanya memilih hal-hal yang pokok

dan tema-tema yang relevan dengan fokus kajian.

2. Penyajian data

Penyajian data bisa dalam bentuk matriks, network, dan lain-lain yang

memungkinkan data hasil kajian tidak tercampur dengan data yang belum

diolah.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Suatu upaya untuk mencari model, tema atau hal – hal yang sering muncul

sehingga didapat suatu kesimpulan yang semakin lama semakin jelas seiring

dengan semakin banyak data yang diperoleh.

3.5. Penyusunan program

Program pemberdayaan eks penderita kusta yang akan disusun menempatkan

partisipasi sebagai proses utamanya. Program disusun bersama masyarakat

secara partisipatif sedangkan penulis hanya sebagai pendamping dalam proses

perencanaan, yang dilakukan oleh masyarakat. Hasil Praktek Lapangan l dan

Praktek Lapangan II hanya sebagai pendukung. Pada saat PL I dan II telah ada

kontak dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam permasalahan KBS-KUBE,

seperti panti sebagai koordinator/pendamping KUBE, pengurus KUBE dan

kelompok KBS-KUBE pihak-pihak tersebut kemudian diikutsertakan dalam

kegiatan penyusunan program. Pada tahap pertama diskusi kelompok

dilaksanakan dengan pengurus dan anggota kelompok KBS-KUBE, tahap kedua

Page 58: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

42

diskusi kelompok dilaksanakan dengan pengurus KUBE, tahap ketiga diskusi

kelompok dilaksanakan dengan koordinator/pendamping KUBE dan pada tahap

kelima diskusi kelompok melibatkan semua unsur baik kelompok KBS-KUBE,

pengurus KUBE mapun koordinator/pendaping KUBE. Teknik yang akan

digunakan dalam penyusunan program adalah diskusi kelompok. Teknik ini

digunakan untuk menganalisis situasi, masalah-masalah dan kebutuhan yang

terjadi dalam kelompok, kiat-kiat mendayagunakan potensi yang ada, dan

penciptaan interaksi dengan kelembagaan yang ada, baik di dalam permukiman

atau di luar.

Page 59: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

43

IV. PETA SOSIAL KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA DUSUN NGANGET DESA KEDUNGJAMBE KECAMATAN SINGGAHAN

KABUPATEN TUBAN

Peta sosial suatu komunitas menjadi sangat penting artinya bagi pelaksanaan

pengembangan masyarakat. Dengan peta sosial akan diketahui potensi, sumber

dan permasalahan-permasalahan yang ada serta peluang yang dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan suatu masyarakat melalui potensi lokal

yang dimiliki oleh suatu komunitas. Pemetaan sosial juga dilaksanakan sebagai

bahan masukan dan analisis aspek-aspek kehidupan suatu komunitas

khususnya berkaitan dengan pelaksanaan pemberdayaan eks penderita kusta

melalui penguatan kelompok KBS –KUBE.

Peta sosial meliputi sejarah permukiman komunitas eks penderita kusta,

performa Dusun Nganget dan Dusun Krajan, data kependudukan, pendidikan,

sistem ekonomi, struktur komunitas, organisasi dan kelembagaan, sumber daya

lokal, masalah sosial dan potensi alam. Berdasarkan laporan praktek lapangan I

yang telah dilaksanakan, peta sosial yang akan dikemukakan di bawah ini adalah

berlokasi di permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget Desa Kedungjambe

Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.

4.1. Sejarah Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget

Sejarah Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget terjadi kira-kira pada

jaman Belanda I. Pada waktu itu sudah ada beberapa warga yang menempati

dusun tersebut dan bahkan sudah ada kepala Dusun yaitu Pak Nydd sebagai

Kepala Dusun pertama, Pak Trj sebagai Kepala Dusun kedua dan Pak Mrd

Kepala Dusun Ketiga. Pada Tahun 1935 Dusun Nganget oleh Kolonial Belanda

dijadikan perkampungan leproseri (perkampungan kusta/lepra) sampai dengan

tahun 1946. Pada saat itu yang menjadi Mantri Kesehatan Kusta Pertama

adalah Pak Yhn S dan Kepala Dusun Nganget dijabat oleh Pak Mrd, sedangkan

penduduk yang sebelumnya menempati dusun tersebut diberi ganti rugi oleh

Pemerintah Kolonial Belanda selanjutnya keluar dari dusun dan menyebar di

Desa Kedungjambe dan sekitarnya.

Page 60: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

44

Setelah sebelas tahun sebagai perkampungan leproseri (perkampungan kusta)

maka pada tahun 1947 dibangun Rumah Sakit Kusta Nganget Tuban di bawah

dokter Karesidenan Bojonegoro sampai dengan tahun 1968. Dokter yang

memimpin Rumah Sakit Kusta tersebut adalah dokter Stl yang berkedudukan di

Jakarta. Setelah tahun 1969 diserahkan ke Provinsi Jawa Timur dengan nama

Rumah Sakit Kusta Tingkat I dibawah Dinas Kesehatan Tingkat I, pimpinan

Rumah Sakit dijabat kembali oleh Pak Yhn S (mantri kesehatan) dengan

penghuni pasien kusta sebanyak 221 orang, ini berlangsung sampai dengan

tahun 1985.

Pada tahun 1985 bagi pasien kusta yang sudah dinyatakan sembuh oleh Rumah

Sakit selanjutnya dibuatkan rumah oleh Departemen Sosial melalui Kantor

Wilayah Departemen Sosial Provinsi Jawa Timur pada waktu itu sebanyak 55

buah melalui tiga tahap. Pada tahap pertama berjumlah 25 buah, tahap kedua

sebanyak 15 buah dan tahap ketiga sebanyak 15 buah. Tonggak sejarah adanya

pemukiman eks kusta yaitu tahun 1985 dan sampai sekarang dengan jumlah

penduduk sebanyak 464 jiwa. Daerah dimana eks kusta membuat permukiman

ada dua desa yaitu sebagian Desa Mulyorejo dan Desa Kedungjambe namun

masih dalam wilayah Kecamatan Singgahan. Eks penderita kusta secara wilayah

menempati dua desa tapi secara kependudukan masuk dalam Dusun Nganget

Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan.

4.2. Performa Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget dan Komunitas Dusun Krajan Desa Kedungjambe.

Komunitas Dusun Nganget merupakan komunitas campuran artinya bahwa yang

menjadi warga dusun adalah orang yang sehat (bukan eks penderita) yaitu

keluarga dari eks penderita kusta seperti anak, istri, suami ataupun keluarga

yang lain serta pegawai beserta keluarganya. Mereka menempati Dusun

Nganget baru sekitar tahun 1935 sebagai upaya pemerintah kolonial Belanda

menangani para penderita kusta.

Sedangkan warga pada Dusun Krajan merupakan penduduk yang sudah sangat

lama menempati dusun tersebut. Secara geofrafis Dusun Krajan berada di jalan

raya yang menghubungkan Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Performa kedua

dusun tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

Page 61: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

45

Tabel 3. Performa Komunitas Dusun Nganget dan Komunitas Dusun Krajan Desa Kedungjambe Tahun 2005.

Performa Komunitas Dusun Nganget Dusun Krajan

Sumber Nilai dan Norma

Norma lokal

Bagi tamu yang baru datang tidak akan diajak berjabat tangan

Pemberian makanan selalu yang terbungkus / dalam kemasan (seperti pisang, aqua, permen)

Bagi tamu yang baru datang diajak berjabat tangan.

Pemberian makanan sifatnya bisa terbuka dan tertutup.

Mobilitas sosial Mobilitas sosial hanya terbatas pada komunitasnya atau orang-orang yang sudah dikenal, bila keluar komunitas atau belum dikenal ada rasa minder dan kurang percaya diri.

Mobiltas sosial tidak terbatas bisa keluar komunitas tanpa perasaan minder dan kurang percaya diri.

Lapisan Sosial Pegawai Negeri menempati lapisan teratas. Ini disebabkan bahwa pegawai negeri adalah sebagai orang yang menolong mereka pada saat mereka di rumah sakit kusta Nganget.

Kyai menempati lapisan teratas. Ini disebabkan karena kyai mempunyai kepedulian terhadap permasalahan warga. Kyai mempunyai kelebihan secara keilmuan baik agama maupun ilmu yang lain seperti pengobatan.

Pola Hubungan Sosial Ketetanggaan dan pertemanan, organisasi hanya di bidang keagamaan

Melalui organisasi seperti PKK, Arisan, Tahlilan, Remaja Masjid, NU,LDII.

Sumber : Wawancara masyarakat di Dusun Nganget dan Dusun Krajan tahun

2005

Pola hubungan yang dimaksud disini adalah bahwa komunitas di Dusun Nganget

dalam melakukan suatu aktifitas tidak menggunakan organisasi yang sifatnya

formal sehingga di Dusun Nganget tidak banyak organisasi yang formal. Di

Dusun Nganget hanya ada lembaga keagamaan dan sebuah yayasan yaitu

Page 62: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

46

yayasan Bina Putra yang beberapa tahun yang lalu digunakan oleh warga

Nganget untuk mencari bantuan pembangunan Masjid dan Gereja. Namun untuk

sebuah kelompok informal yang tidak memiliki kepengurusan lebih banyak

seperti kelompok-kelompok sosial, kulon kali, pucung, ataupun kelompok-

kelompok yang sifatnya spontan.

Di Dusun Krajan pola hubungan bersifat formal ini ditandai dengan tumbuhnya

organisasi – organisasi formal seperti arisan, PKK, kelompok tani, Karang

Taruna, kelompok tahlilan baik bapak-bapak maupun ibu-ibu yang memerlukan

kepengurusan. Interaksi sosial yang terjadi di Dusun Nganget antara warga

terjadi pada sela-sela pekerjaan sampai dengan sore hari sedang pada malam

hari komunitas Nganget khususnya eks penderita kusta lebih banyak tinggal di

dalam rumah, sedangkan di Dusun Krajan interakasi sosial bisa sampai dengan

malam hari di warung-warung atau ogek (tempat duduk yang dibuat untuk

ngobrol di halaman rumah/pinggir jalan).

Nilai dan norma yang berlaku pada dusun Nganget yaitu berasal dari Agama

/Pemerintah dan norma lokal. Nilai dan norma yang bersumber dari agama

berupa larangan dan anjuran dari kitab suci agama yang dianutnya, dari

pemerintah yaitu peraturan-peraturan pemerintah seperti pembayaran pajak bumi

dan bangunan sedangkan normal lokal adalah norma-norma yang berkembang

di tingkat lokal, hanya berlaku ditempat tertentu dan tidak berlaku di tempat lain.

Perbedaan pada kedua komunitas hanya terletak pada norma lokal, bila dusun

Nganget ada kekhususan bagi para tamu yang datang atau yang berkunjung ke

permukiman yaitu warga tidak akan memberi makanan yang sifatnya terbuka tapi

tertutup seperti pisang, permen, air kemasan dan tidak pernah mengajak jabat

tangan pada orang yang baru dikenalnya.

Mobilitas sosial komunitas Dusun Nganget sangat terbatas ini disebabkan

stigma yang diberikan masyarakat kepada eks penderita kusta sehingga

komunitas hanya berinteraksi di kelompoknya atau disekitar lingkungan yang

sudah mengenalnya. Masyarakat pada umumnya mempunyai anggapan yang

keliru terhadap eks penderita kusta seperti (1) merupakan penyakit kutukan

Tuhan atau pengaruh kekuatan ilmu gaib ; (2) merupakan penyakit menular dan

turunan maka penderita harus diasingkan ditempat terpencil ; (3) merasa ngeri

dan jijik yang amat sangat apabila bersinggungan dengan penderita. Pengertian

Page 63: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

47

yang salah dan sudah berakar di masyarakat ini dipandang dari kesehatan dan

sosial sangat merugikan.

Lapisan sosial yang terjadi di Dusun Nganget bersumber pada struktural dan

agama sedangkan di Dusun Krajan bersumber pada agama dan kekayaan. Di

Dusun Nganget lapisan sosial paling tinggi adalah kelompok pegawai karena

secara struktur semua warga eks penderita kusta adalah di sebagian besar

berasal dari Rumah Sakit atau panti. Di Dusun Krajan lapisan sosial yang tinggi

adalah tokoh agama.

Bila dilihat dari semangat kerja di komunitas Dusun Nganget yaitu semangat

atau motivasi kerja yang tinggi dibanding Dusun Krajan. Warga Komunitas Dusun

Nganget walaupun mereka tidak mempunyai jari atau tidak mempunyai kaki

mereka tetap mencangkul di sawah dan hampir seharian berada di sawah atau

ladang, sehingga pada malam harinya lebih banyak di dalam rumah.

Solidaritas kedua dusun juga berbeda ini disebabkan masing-masing dusun

mempunyai latar belakang yang berbeda. Di Dusun Nganget solidaritas sosial

terbentuk karena mereka mempunyai perasaan senasib, mengalami kesulitan

secara bersama-sama dan secara terus menerus. Dengan demikian apabila

kepentingan kelompok terancam, maka dengan segera mereka akan bertindak

progresif bisa menimbulkan perilaku anarkis.

4.3. Proses Stigmatisasi Terhadap Eks Penderita Kusta

Stigmatisasi biasanya didefinisikan sebagai penggunaan stereotipe atau

penanda untuk memberikan suatu penegasan pada kelompok atau seseorang.

Stigma yang dalam bahasa Yunani berarti ‘tanda' merujuk pada pola karakteristik

untuk menyudutkan mereka yang menyandang ‘tanda' ini. Stigma inilah yang

kemudian menyelubungi berbagai ketidakpahaman yang membatasi segala

sudut pandang dan tentunya memunculkan suatu penilaian yang buruk. Hal-hal

ini terwujud dalam pemahaman yang kabur, ketidakpercayaan, pola

penyeragaman, penyebaran ketakutan, suatu hal yang memalukan, kebencian,

dan sikap-sikap peminggiran. Stigmatization (Goffman, 1963) dalam Panjaitan,

Nitimihardjo , Fahruddin (2004) adalah proses dimana suatu atribut yang dinilai

negatif menyebabkan identitas seseorang menjadi tercemar atau rusak.

Beberapa stigma yang ada dalam masyarakat menyangkut epilepsi, cacat , buta,

Page 64: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

48

pencandu, narkoba, HIV/AIDS, sakit mental dan eks penderita kusta. Identitas ini

dianggap sebagai status utama orang yang bersangkutan dan orang lain

cenderung mengkaitkannya dengan begitu banyak ketidaksempurnaan. Labeling

theory ( Wiggins, 1997) dalam Panjaitan, Nitimihardjo , Fahruddin (2004)

mengatakan dengan memberikan seseorang label menyangkut identitas

stigmatis akan membangkitkan skema kepercayaan orang lain tentang

bagaimana orang yang terstigma itu akan bertingkah laku.

Dalam kajian ini eks penderita kusta adalah salah satu korban dari dampak

stigma yang diberikan oleh masyarakat. Proses stigmatisasi terhadap eks

penderita kusta dapat dilihat dari aspek klinis, psikologi dan sosial.

1. Aspek Klinis

Perkembangan klinis berdasarkan pemeriksaan histopa tologik dan tanda

yang timbul kusta dibagi menjadi 4 tipe :

a. Tipe I atau disebut indeferent -------- indeterminate

Merupakan tanda-tanda permulaan dari kusta yang menyerang pada

jaringan kulit dan saraf dengan tanda-tanda : (1) bercak keputihan/noda

seperti panu sebesar uang logam, kadang bercak datar merah ; (2)

perasaan kulit pada bercak mulai berkurang terhadap suhu sakit dan tidak

sakit/anastese gejala ini disebut reaksi lepromin.

Pada tipe ini masyarakat yang berdekatan (teman, keluarga, tetangga )

sedikit – demi sedikit sudah mulai bertanya-tanya tentang bercak putih

tersebut, karena dirasa aneh, tidak sama dengan orang lain dari sini

proses stigmatisasi sudah mulai terjadi. Teman, tetangga bahkan

keluarga sedikit – demi sedikit sudah mulai menjauh.

b. Tipe II atau disebut T. Tuberkuloid

Pada tipe II ini tanda-tanda fisik sudah mulai nampak agak jelas seperti

rambut mulai rontok, kulit tak berkeringat tidak ada minyak sehingga

terjadi penebalan kulit yang terdiri dari lapisan tanduk, kadang

menimbulkan penbengkakan pada jari-jari tangan dan kaki.

Pada tipe ini orang-orang di sekeliling (teman, tetangga dan keluarga)

sudah mulai mengetahui bahwa itu sakit kusta orang sudah mulai takut

berdekatan dengan orang yang terkena kusta.

Page 65: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

49

c. Tipe III atau disebut B. Border Line

Pada tipe III akan memberikan tanda-tanda yang sudah sangat nyata

seperti kulit tidak menerima rangsangan menimbulkan kematian jaringan

terjadilah luka /ukus. Pada tingkat ini terjadi mutilasi = ujuang 3 ruas jari

kaki atau tangan terlepas.

Pada tipe ini orang – orang (teman, tetangga dan keluarga) sudah mulai

mengucilkan, membenci, menjauhi bahkan mengasingkan.

d. Tipe IV disebut sebagai Lepromatous

Pada tipe ini memberikan tanda-tanda leproma lebih banyak pada daun

telinga kiri dan kanan, bulu alis rontok, pipi kiri dan kanan menebal jari-jari

kaki kanan dan kiri membengkak. Terjadi luka-luka terutama pada kaki

dan tangan.

Pada tipe ini sudah menderita kecacatan baik di wajah, kaki dan tangan

sehingga menimbulkan rasa kengerian yang amat sangat. Pada tipe ini

orang yang mendengar saja sudah menimbulkan kengerian sehingga bila

mendengar kusta mereka sudah takut dan membentengi diri untuk tidak

bergaul dengan kusta.

Walaupun penyakit kusta sudah dinyatakan sembuh tetapi kadang-kadang

bekas penyakit tersebut masih nampak jelas sehingga orang masih takut bila

berhubungan atau bersentuhan dengan eks penyandang kusta. Takut bila

dirinya mengalami hal yang serupa, dikucilkan masyarakat itu akhirnya

mempengaruhi jiwa sehingga akan terus menjauhi eks penderita kusta.

Secara klinis orang juga tidak mengetahui cara penuluran kusta sehingga

orang selalu takut bila berdekatan dengan eks penderita kusta karena secara

fisik orang kusta sulit dikenali apa sudah sembuh atau belum.

2. Aspek Psikologi

Aspek psikologi ini berkaitan dengan bagaimana orang kusta melihat

keberadaan dirinya sendiri setelah melalui beberapa proses penyakit yang

dialaminya. Dengan keberadaannya yang berbeda dengan orang lain dan

mulai dijauhi oleh teman, tetangga bahkan keluarga membuat mereka

merasa lebih rendah dari orang lain sehingga sifat minder, kurang percaya

diri dan menarik diri dari lingkungannya.

Page 66: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

50

Aspek psikologi bagi masyarakat di luar eks penderita kusta yaitu dengan

pengalaman diri sendiri dan cerita-cerita dari orang lain dengan segala

macam kengeriannya akhirnya terpatri dalam jiwanya. Bila mendengar eks

penderita kusta maka dalam pikirannya sudah terbayang hal-hal yang

mengerikan dan akan membentengi dirinya untuk tidak bergaul bahkan

bertemu sekalipun dengan eks penderita kusta.

3. Aspek Sosial

Aspek sosial ini berkaitan dengan cerita dari individu – individu tersebut

akhirnya berkembang dalam masyarakat. Dari cerita-cerita tersebut akhirnya

proses stigmatisasi berkembang dalam masyarakat sehingga akan

berpengaruh pada pola pikir masyarakat tentang eks penderita kusta. Karena

hanya berdasarkan cerita dan ketidaktahuannya tersebut maka masyarakat

menganggap penyakit kusta merupakan penyakit menular dan turunan maka

penderita harus disingkirkan dan diasingkan di tempat terpencil. Merasa ngeri

dan jijik yang amat sangat bila bersinggungan dengan penderita misalnya

berjabat tangan.

Proses tersebut secara terus menerus mempengaruhi pola pikir masyarakat

sehingga akhirnya menimbulkan identitas sosial eks pederita kusta, yang

apabila orang menyebut eks penderita kusta dalam pikirannya sudah terpatri

kengerian dan penyakit menular dan harus dihindari. Identitas sosial adalah

konsep mental yang dikembangkan oleh pikiran dan disimpan di dalam

memori sebagai hasil pengalaman kita. Identitas sosial diasosiasikan dengan

sejumlah kenyakinan (belief) dan perasaan (feelings) yang disebut sikap

sosial. (social attitude). Adanya kenyakinan dari orang luar bahwa kalau

berdekatan dengan eks kusta akan menular. Dengan kenyakinan tersebut

maka akan timbul sikap sosial untuk menjauhi eks penderita kusta

4.4. Alasan Pemilihan Lokasi

Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan :

1. Di permukiman eks kusta sedang dilaksanakan program fakir miskin yaitu

Kelompok Usaha Bersama berupa ternak kambing dan simpan pinjam bahan

pertanian.

Page 67: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

51

2. Populasi eks penderita kusta semakin bertambah sedangkan lahan pertanian

dan ladang tetap, lapangan kerja terbatas sehingga harus dicari alternatif

usaha yang lain.

3. Berhasilnya program Kelompok Usaha Bersama diharapkan akan mampu

menarik masyarakat di sekitar permukiman untuk datang ke lokasi

permukiman sehingga sedikit demi sedikit akan terjadi penerimaan eks

penderita kusta oleh masyarakat umum.

4.5. Batas Dusun Nganget / Komunitas Eks Penderita Kusta

Letak Dusun Nganget / komunitas eks penderita kusta, dari jalan raya jurusan

Tuban – Bojonegoro kurang lebih 3 km, pemukiman eks penderita kusta terdiri

dari tiga RT yaitu RT 04 dan RT 06 masuk wilayah dusun Nganget, sedangkan

RT 05 sebagian masuk sebagian wilayah masuk desa Mulyorejo Kecamatan

Singgahan.

Batas Dusun Nganget / permukiman desa eks penderita kusta dikelilingi oleh

hutan dan perbukitan. Tanah atau lahan yang ditempati eks penderita kusta

adalah milik Dinas Sosial seluas 105.695 M2. Tanah tersebut dulunya adalah

milik Rumah Sakit kusta dan pada tahun 1997 sudah diserahkan ke Dinas Sosial

Provinsi Jatim, sebagian milik Aryodiningrat (hak pakai) seluas 9.904 M2 untuk

lapangan Sepak Bola dan sebagian lagi milik perhutani. (Sumber : Panti

Rehabilitasi Sosial Nganget, Tuban Tahun 2004).

4.6. Ciri Fisik Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget

1. Permukiman dikelilingi oleh hutan dan bukit

2. Pemukiman dikelilingi oleh aliran sungai belerang.

3. Jauh dari pemukiman penduduk ± 3 km.

4. Ada sumber air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga desa

Kedungjambe.

Page 68: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

52

4.7. Jarak Fisik dan Sosial

Adapun jarak fisik dan sosial permukiman eks penderita kusta dapat

dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Orbitan waktu tempuh dan ongkos Dusun Nganget Tahun 2004.

No Orbitasi dan jarak tempuh Jumlah Ongkos (Rp)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Jarak ke Desa

Jarak ke Kecamatan

Jarak ke Kabupaten

Jarak ke Provinsi

Jarak ke Pasar

Jarak ke Puskesmas

Jarak ke RSU Bojonegoro

Jarak ke RS Glagah Kusta Mojokerto

Waktu tempuh ke desa

Waktu tempuh ke Kecamatan

Waktu tempuh ke Kabupaten

Waktu tempuh ke Provinsi

Waktu tempuh ke Pasar

Waktu tempuh ke Puskesmas

Waktu tempuh ke RSU

Waktu tempuh ke RS Kusta Glagah Mojokerto

4 Km

6 Km

35 Km

145 Km

5 Km

8 Km

25 Km

145 Km

10 menit

15 menit

60 menit

180 menit

13 menit

15 menit

45 menit

180 menit

3.000

6.000

17.000

30.000

5.000

6.000

14.000

350.000

Sumber. Ketua RT Dusun Nganget Tahun 2004

Catatan : Diukur dengan menggunakan alat transportasi yang digunakan

masyarakat umum di dusun Nganget.

Pada umumnya jarak tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana

angkutan umum, motor/ojeg atau carter mobil dan setiap hari ada, tidak ada

kendala dalam mobilitas, namun kalau naik angkutan biasanya hanya untuk eks

penderita kusta yang masih utuh secara fisik, sedangkan bagi eks penderita

kusta yang mempunyai kendala secara fisik cenderung menggunakan mobil

carteran bila pergi jauh,namun ini jarang dilakukan. Kecuali yang

bermatapencaharian pedagang/warung/toko dan pengusaha meubel tingkat

mobilitas eks kusta cukup rendah. Bagi mereka yang tani atupun buruh tani

Page 69: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

53

jarang melakukan aktifitas di luar pemukiman, kebutuhan sehari-hari disamping

sudah ada toko/kios/warung juga ada penjual sayuran keliling.

4.8. Kependudukan

Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah

pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses demografi yaitu fertilitas,

mortalitas dan migrasi. Diantara beragam komposisi penduduk yang dapat

disusun, komposisi penduduk menurut jenis kelamin merupakan hal yang

terpenting. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin bagi suatu

masyarakat penting baik dalam kerangka biologis, ekonomis, maupun sosial.

Jumlah penduduk di permukiman eks kusta berdasarkan data yang dikeluarkan

oleh Ketua Rukun Tetangga masing – masing berjumlah 464 jiwa (Agustus

2005) yang terbagi yaitu laki-laki sebanyak 234 jiwa dan perempuan sebanyak

230 jiwa. Di permukiman tersebut terdapat eks penderita kusta sebanyak 152

Jiwa dan bukan kusta sebanyak 312 Jiwa (keturunan dan warga waras/kampung

yang kawin dengan eks kusta).

Fertilitas merupakan performan reproduksi aktual dari seorang wanita atau

sekelompok individu, yang pada umumnya dikenakan pada seorang wanita atau

sekelompok wanita, sedangkan paritas berarti jumlah anak yang telah dipunyai

oleh wanita. Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau

berpatisipasi dalam reproduksi dikenal dengan istilah fekunditas.

Tinggi rendahnya angka mortalitas penduduk berhubungan dengan beragam

faktor seperti keadaan persediaan pangan penduduk, kemiskinan, dan keadaan

fasilitas kesehatan. Faktor-faktor tersebut di satu pihak dapat meningkatkan reit

mortalitas penduduk, namun di pihak lain dapat menurunkannya. Tanpa kecuali

setiap daerah termasuk permukiman eks kusta menginginkan menurunnya reit

kematian penduduk di tingkat yang rendah.

Komposisi penduduk pemukiman eks kusta berdasarkan usia dan jenis kelamin

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 70: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

54

Gambar 4. Piramida penduduk Dusun Nganget berdasarkan usia dan jenis kelamin Tahun 2005.

Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin mempunyai arti yang

penting sebagai data analisis kependudukan karena berbagai fenomena dalam

kehidupan terkait dengan umur dan jenis kelamin, seperti fenomena biologis,

ekonomi sosial dan politik. Bila disimak piramida penduduk pada tabel tersebut

bahwa pada umur 20 – 24 tahun berjumlah 22 orang atau 4,74 %. Dengan

perincian remaja laki-laki berjumlah 10 orang atau 2,15 % dan perempuan

berjumlah 12 orang atau 2,58 %. Ini menandakan bahwa pada usia tersebut

banyak penduduk Dusun Nganget yang mengadakan migrasi keluar. Pada usia

tersebut kebanyakan mereka mencari pekerjaan di luar kota dan secara biologis

mereka akan menikah sehingga setelah menikah mereka tidak kembali lagi.

Jumlah penduduk pada usia 45 – 49 berjumlah 60 orang atau 12,93 % dengan

perincian laki-laki berjumlah 35 orang atau 7,54 % dan perempuan berjumlah 25

0 - 4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

♂ ♀

20 - 24

25 - 29

30 - 34 35 - 39

40 - 44

45 - 49 50 - 54

55 - 59

60 - 64

65 +

Sumber : Ketua RT Tahun 2005

45 40 35 30 25 20 15 10 0 10 15 20 25 30 35 40 45

Page 71: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

55

orang atau 5,39 % dan pada usia 50 – 59 berjumlah 45 orang atau 9,70 %

dengan perincian laki-laki 25 atau 5,39 % dan perempuan berjumlah 20 orang

atau 4,31 %. Jumlah laki-laki yang mengalami penurunan pada usia 45 – 49 ke

usia 50 – 59 tahun sampai dengan 10 orang ini disebabkan ada 10 pasang

suami istri yang laki-laki eks penderita kusta dan yang perempuan orang sehat.

Dengan sakit yang dideritanya itu menyebabkan lebih banyak laki-laki yang

meninggal lebih dulu dibanding perempuan.

Banyaknya laki – laki eks penderita kusta yang meninggal dunia ini disebabkan

pada saat mereka sakit membutuhkan biaya yang relatif tinggi dan mereka tidak

bisa membiayai pengobatan tersebut selain jarak yang ditempuh antara

permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget dengan Rumah Sakit Kusta di

Mojokerto relatif jauh dengan biaya sekali jalan mencapai Rp. 350.000,- (Tiga

ratus lima puluh ribu rupiah) dengan menggunakan mobil carteran belum biaya

rumah sakit yang harus dikeluarkan oleh eks penderita kusta.

4.9. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi dalam hal ini adalah konsep ekonomi lokal yang mengandung

dua dimensi yaitu dimensi fenomena ekonomi dan dimensi lokal. Fenomena

ekonomi menunjuk pada gejala bagaimana cara orang atau masyarakat

memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap jasa dan barang langka. Cara yang

dimaksud disini berkait dengan semua aktifitas yang berhubungan dengan

produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang

langka (Damsar, 1997). Sedangkan dimensi lokal menunjuk tidak hanya pada

kesatuan wilayah geografis, namun juga kesatuan entitas basis sosial untuk

tindakan kolektif.

Page 72: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

56

4.9.1. Mata Pencaharian Pokok

Menurut informasi yang di dapat, bahwa matapencaharian eks penderita kusta

adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Komposisi penduduk berdasarkan matapencaharian Dusun Nganget Tahun 2005.

No Mata Pencaharian Jumlah %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

PNS

Petani Penggarap

Penggarap Persil

Tukang Kayu

Pengusaha meubel

Pedagang

Pengemis

Lain-lain serabutan, sopir, ojek, jahit, guru

ngaji, pemulung, tukang batu, dukun bayi,

tukang becak, dan pengamen.

8

86

64

30

26

28

23

73

1,72

18,53

13,79

6,46

5,60

6,03

4,95

15,73

Jumlah 338 100

Sumber : ketua RT 2005

Mata pencaharian eks kusta sangatlah tergantung pada sumber daya lokal yang

ada, khususnya pertanian yang meliputi tanah persawahan yang ditanami padi

selama setahun dengan panen sebanyak tiga kali, sedangkan ladang/tegalan,

ditanami jagung, kedelai dan sayuran serta kayu jati yang ada disekitar

permukiman. Bila dilihat dari tabel tersebut diatas maka petani penggarap

menempati urutan paling banyak 18,53 % atau 86 orang, ini disebabkan

komunitas eks penderita kusta bekerja pada tanah pertanian milik Dinas Sosial

dan Perhutani. Sedangkan terkecil adalah Pegawai Negeri Sipil sebanyak

delapan orang atau 1,72 % mereka bekerja sebagai Pegawai Panti Rehabilitasi

Sosial Eks Penderita Kusta yang menempati rumah dinas.

Page 73: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

57

4.9.2. Sistem Tata Niaga Input dan Output Hasil Pertanian dan Non Pertanian

Tata niaga input dan output hasil pertanian dan non petanian di pemukiman eks

penderita kusta, hasil dari temuan lapangan menggambarkan bahwa hasil

pertanian warga eks penderita kusta tiap kali panen, langsung dibeli oleh

tengkulak yang datang ke permukiman. Sedangkan untuk sayur-sayuran di bawa

ke pasar desa Kedungjambe sekitar 5 Km dari permukiman. Hari pasaran di

desa Kedung jambe Kliwon dan Pahing. Hari-hari pasaran tersebut biasanya

banyak eks penderita kusta yang datang ke pasar membawa sayuran ataupun

hasil pertukangan kayu seperti tempat tidur dan kursi serta meja. Selain mereka

menjual sayur ke pasar juga ada pedagang sayur yang keliling permukiman.

Selain sayur mayur juga ada pasar kambing yang letaknya bersebelahan dengan

pasar tradisional. Di pasar inilah biasanya eks penderita kusta menjual dan

membeli kambing. Maka terjadilah transaksi dan interaksi sosial antara eks kusta

dengan masyarakat luas.

Bagi warga masyarakat di sekitar dusun Nganget seperti pasar desa

Kedungjambe dan para penjual sayur yang selama ini berinteraksi dengan eks

penderita kusta mereka tidak takut ketularan ini disebabkan seringnya mereka

berinteraksi dan selama ini tidak menimbulkan dampak apapun terhadap diri

mereka. Pada awalnya mereka takut juga tapi itu proses awal bagi semua orang

yang akan mengadakan interaksi dengan eks penderita kusta. Namun bila eks

penderita kusta mempunyai kepercayaan diri maka orang disekitar permukiman

lama-lama menjadi biasa bergaul dengan mereka bahkan ada yang menjadi

tukang kayu di rumah eks penderita kusta di permukiman eks penderita kusta

Dusun Nganget. Selain hal tersebut di atas di permukiman eks penderita kusta

pernah ada kegiatan ekonomi berskala kecil / home industry namun mengalami

kesulitan pemasaran dan akhirnya sekarang sudah tidak berkembang lagi/tidak

ada lagi. Adapun kegiatan ekonomi tersebut antara lain :

1. Pembuatan kipas

2. Pembuatan tas

3. Pembuatan asbak

4. Pembuatan geblok kasur

5. Pembuatan cikrah

6. Pembuatan batu bata

Page 74: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

58

4.9.3. Kaitan Mata Pencaharian Dengan Sumber Daya Lokal Di pedesaan lahan adalah aset produktif penting untuk mempertahankan mata

pencaharian. Akses lahan sangat penting, baik bagi kesejahteraan rumah

tangga, pertumbuhan agregat ekonomi, maupun bagi penurunan kemiskinan

secara berkelanjutan Kaitan antara mata pencaharian eks penderita kusta

dengan sumber daya lokal adalah sangat tinggi, ini dikarenakan :

1. Keterbatasan mobilitas sosial eks kusta

2. Letak permukiman eks kusta dipinggiran hutan sehingga sangat tergantung

pada sawah milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Ladang milik

Perhutani.

Ada sebagian kecil yang mengemis di luar seperti Semarang, Jakarta, namun

istri di permukiman menjadi buruh tani, selain itu yang muda menjadi TKI di

Malaysia dan Brunei ( khusus untuk keturunan eks kusta).

4.9.4. Keterkaitan Antara Ekonomi Lokal Dengan Ekonomi yang lebih Luas

Sudah terbentuk jaringan ekonomi lokal dengan ekonomi yang lebih luas, seperti

dengan pasar Kedungjambe, tengkulak, dan konsumen meubel, maupun kayu

jati serta tukang sayur. Pasar Kedungjambe merupakan jaringan yang baik bagi

eks kusta untuk memenuhi kebutuhan baik pertanian maupun non pertanian.

Pasar sebagai tempat transaksi dan interaksi eks kusta untuk membeli maupun

menjual hasil pertanian atau non pertanian. Bagi yang bergerak di bidang usaha

meubel sudah mempunyai jaringan konsumen tersendiri yaitu yang pesan pintu,

kusen maupun perkakas rumah tangga seperti tempat tidur, bufet dan lain

sebagainya jaringan mereka sudah sampai Jakarta, Surabaya, Malang dan

bebarapa daerah di Jawa Timur.

Gambar 5. Keterkaitan ekonomi lokal dengan ekonomi yang lebih luas Dusun Nganget .

Sumber Praktek Lapangan II Tahun 2004

• Kebutuhan Rumah Tangga (Pertanian dan non Pertanian

• Toko/Kios/warung • Pengusaha meubel

Permukiman Eks KustaKonsumen Meubel

Tengkulak Pedagang Pasar Kedungjambe

Penjual Sayur

Page 75: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

59

4.10. Struktur Komunitas

4.10.1. Pelapisan Sosial

Pelapisan komunitas dalam komunitas yang perlu dicermati adalah gejala

pelapisan itu sendiri. Apakah terjadinya pelapisan tersebut secara alamiah atau

non alamiah, hal tersebut merupakan fenomena yang penting untuk mengetahui

bagaimana komunitas lokal membangun suatu ikatan atau komunikasi satu

dengan lainnya.

4.10.2. Unsur Utama Pelapisan Sosial

Pada umumnya terjadinya pelapisan sosial karena hal-hal sebagai berikut:

a. Kondisi tempat tinggal

b. Pekerjaan

c. Idiologi / Agama

d. Suku / ras

e. Politik / Partai

f. Usia

g. Jenis kelamin

Pelapisan seperti tersebut di atas juga dialami oleh pemukiman eks kusta.

Adapun pelapisan sosial tersebut yaitu lapisan sosial yang pertama adalah

pegawai panti / bekas Rumah Sakit Swasta yang bertempat tinggal di

permukiman eks kusta. Pada lapisan ini suara dan ajakan masih berpengaruh

dalam kehidupan eks kusta. Pengaruh ini terkait dengan sejarah bahwa pada

waktu masih berbentuk rumah sakit, masih banyak eks kusta yang tergantung

pengobatan kesehatan kepada rumah sakit, dan ini berlanjut sampai sekarang.

Selain itu juga berkaitan dengan bantuan yang diberikan pada eks kusta sering

melalui panti sehingga pegawai mempunyai kelas tersendiri.

Lapisan sosial yang kedua tokoh agama, suara kelompok ini juga sangat

berpengaruh khususnya terhadap hal yang berkaitan dengan agama. Lapisan

sosial ini juga berpengaruh terhadap pembinaan mental para eks kusta serta

menangani berbagai permasalahan sosial yang terjadi di pemukiman. Tokoh

Page 76: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

60

I

II

III

IV

informal yang ada di permukiman juga menjadi pimpinan formal seperti ketua

Rukun Tetangga.

Lapisan sosial yang ketiga adalah pengusaha meubel, kelompok ini dalam

pemukiman juga berpengaruh namun tidak sebesar tokoh agama, pengaruh

mereka ini hanya didasari oleh ekonomi yang lebih baik. Lapisan sosial yang

selanjutnya yaitu petani penggarap, yang sebagian besar menghuni permukiman

eks kusta.

Namun yang perlu dicermati bukan saja pelapisan sosial tersebut, pelapisan

sosial itu juga mempengaruhi kehidupan komunitas, tapi yang lebih menonjol

yaitu adanya 3 kelompok yang ada di permukiman eks kusta antara lain,

kelompok NU (Nahdatul Ulama) yang dipimpin oleh Mbah Kyai Ysf dan kelompok

LDII ( Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang dipimpin oleh Bapak Rsl ( ketua

RT) sedangkan kelompok Kristen yang dipimpin oleh Ykb Salatnaya. ketiga

kelompok inilah yang mewarnai kehidupan eks kusta di permukiman. Disamping

kelompok keagamaan juga ada kelompok lokal seperti kelompok sosial, kulon

kali dan pucung.

Gambar 6. Tingkatan pelapisan sosial di Dusun Nganget Tahun 2005.

4.10.3. Kepemimpinan dan Sumbernya

Kepemipinan adalah proses mempengaruhi aktifitas orang lain atau sekelompok

orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dalam situasi apapun

dimana seorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok,

maka saat itu berlangsung kegiatan kepemimpinan.

Pegawai Negeri Sipil

Tokoh Agama

Pengusaha meubel/kayu

Petani Penggarap

Page 77: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

61

Keberfungsian kepemimpinan formal dan informal dapat dilihat dari aktifitasnya

dalam penanganan permasalahan sosial kemasyarakatan dan pemerintahan

serta keagamaan. Seperti dijelaskan diatas, hal yang paling berpengaruh dalam

kehidupan eks penderita kusta adalah tiga kelompok yaitu Nahdatul Ulama (NU),

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan Kristen serta kelompok lokal

seperti kelompok sosial, kulon kali dan pucung. Kepemimpinan itu lahir karena

seseorang memiliki pengetahuan agama dan kelebihan lainnya dibanding yang

lain serta kharismatik.

Pondok Pesantren yang berada di desa Bakalan ± 15 Km dari pemukiman eks

kusta khususnya warga Nahdatul Ulama sering datang ke pondok tersebut yang

dipimpin oleh Kyai Nsr. Mbah Kyai Ysf selain sebagai tokoh agama juga sebagai

pengusaha meubel / kayu sehingga secara ekonomi lebih mapan. Mbah Kyai

Ysf ini juga mendirikan Taman Pengajian Qur’an / Taman Pengajian Anak yang

berada di permukiman, beliau juga mengelolanya. Karena mempunyai kelebihan

tersebut di atas maka warga eks kusta khususnya warga Nahdatul Ulama

sangat patuh pada Kyai Ysf.

Begitu juga dengan Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang dipimpin oleh Pak

Rsl (Ketua RT 05). Sumber kepemimpinan juga diperoleh dari kepandaiannya di

bidang agama, sehingga beliau diangkat memjadi Amir di kelompok Lembaga

Dakwah Islam Indonesia ini. Warga eks penderita kusta juga sangat patuh

khususnya warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia terhadap amirnya.

Bagi warga Kristiani, pemimpin jemaahnya adalah Pak Ykp, (Pegawai Panti) di

samping beliau mempunyai kelebihan di bidang agama, beliau juga pegawai

panti sekaligus putra Pendiiri Perkampungan eks penderita kusta sehingga

beliau cukup disegani oleh warga Kristiani maupun warga eks penderita kusta.

4.10.4. Jejaring Sosial Dalam Komunitas

Berdasarkan hasil wawancara dengan eks penderita kusta, Pegawai Panti serta

Aparat Desa dan mempelajari berbagai laporan serta berbagai permasalahan

yang terjadi, maka ada jejaring sosial dalam komunitas namun tidak secara

formal dibentuk oleh warga eks kusta antara lain :

1. Panti Rehabilitasi Sosial Eks Kusta Nganget

2. Balai Pengobatan/Unit Rawat Jalan Nganget

Page 78: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

62

3. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

4. Nahdatul Ulama (NU)

5. Umat Kristiani

6. Kelompok Tahlilan Ibu-Ibu Al Hikmah

Secara formal tidak terbentuk suatu organisasi namum secara non formal

lembaga tersebut sudah membentuk jaringan. Panti Rehabilitasi Sosial Eks

Penderita Kusta yang dulunya rumah sakit kusta mempunyai ikatan yang kuat

dengan eks penderita kusta karena dulu mereka di rawat di rumah sakit tersebut.

Eks penderita kusta dalam kehidupan sehari-hari masih tetap memerlukan

pengobatan secara rutin maka Balai Pengobatan sangat diperlukan untuk

memberi pertolongan pertama yang kemudian dikirim ke Rumah Sakit Kusta

Sumber Glagah Mojokerto. Balai Pengobatan secara struktural merupakan Unit

Pelaksana Teknis Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto. Eks penderita

kusta merupakan sebagian merupakan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia

(LDII), Nahdatul Ulama (NU) dan umat Kristiani dan bagi eks penderita kusta

yang perempuan mengikuti Tahlilan ibu-ibu Al Hikmah. Dengan demikian dalam

penanganan eks penderita kusta dapat melalui lembaga tersebut diatas.

4.11. Organisasi Dan kelembagaan

Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu

tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Orang mendirikan

organisasi karena alasan, bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak

dapat kita capai secara perorangan. Organisasi dicirikan oleh “perilakunya yang

terarah pada tujuan” . Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efisien

dan efektif melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang

diselenggarakan dengan persetujuan bersama.

Kelembagaan merupakan himpunan norma-norma atau pola hubungan dan

segala tindakan yang berkisar pada kebutuhan pokok manusia. Sistem norma

yang dibangun di pemukiman eks penderita kusta merupakan kebiasaan yang

turun temurun. Pola perilaku yang standar adalah pola perilaku yang menurut

kebanyakan orang tidak menyimpang karena norma yang ada di pemukiman eks

penderita kusta / masyarakat pada umumnya. Namun demikian ada norma

khusus yang berlaku di pemukiman eks penderita kusta yaitu bila ada tamu yang

Page 79: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

63

berasal dari luar komunitas yaitu : (1) tidak akan diajak berjabat tangan; (2) tidak

akan diberi minuman atau makanan yang sifatnya terbuka.

4.11.1. Lembaga Kemasyarakatan

Di pemukiman eks penderita kusta belum banyak lembaga kemasyarakatan,

lembaga yang ada hanya bersifat kelembagaan agama, seperti NU (Nahdatul

Ulama), Lembaga Dakwah Islam Indonesia ( LDII ) dan Lembaga Gereja. Di

dalam organisasi Nahdatul Ulama (NU) itu ada kelompok tahlilan Ibu-ibu yang

beranggotakan 80 orang. Tahlil dilaksanakan setiap hari Jum’at. Dana yang

dapat dikumpulkan tiap minggunya mencapai Rp. 12.000,- sampai dengan

Rp.14.000,- Tahlilan untuk Bapak-bapak dilaksanakan tiap hari Kamis malam

Jum’at, namun sifatnya hanya mempunyai nilai ibadah saja.

Di organisasi NU juga ada lembaga Taman Pendidikan Anak (TPA) dan Taman

Pendidikan Qur’an (TPQ) ini di bangun atas inisiatif lokal dan remaja masjid

sedangkan di Umat Kristiani ada pemuda gereja. Namun dalam hal kerukunan

seperti yang dikemukakan P. Markum “bahwa kebiasaan yang ada di pemukiman

eks kusta tiap hari hanya Idul Fitri ataupun Natal mereka saling mengunjungi dan

bahkan bila umat Kristiani mengadakan Natal Cup maka panitia juga berasal dari

muslim begitu juga sebaliknya kalau umat Islam merayakan hari besar yang

mengiringi musiknya dari umat Kristiani. Sistem mekanisme kontrol sosial

terhadap warga secara khusus tidak ada. Hanya sistem kontrol sosial lebih

dilandasi oleh faktor religi (agama) dan sebagian ketetanggaan.

4.11.2. Jejaring Lembaga Lokal Dengan Lembaga Lain Di Luar Komunitas

Pengembangan usaha-usaha produktif yang berbasiskan pada komunitas

diharapkan dapat melibatkan stakeholder yang lain (kelembagaan kolaboratif),

seperti organisasi pemerintah dan berbagai organisasi lokal. Dalam hal ini

penguatan kelembagaan merupakan hal yang penting dalam pemberdayaan

komunitas. Apabila dilandasi dengan respon yang baik serta prinsip-prinsip

partisipatori, maka hasil pemikiran stakeholders ditingkat lokal atau nasional

perlu dikembalikan pada jejaring tingkat komunitas lokal, sehingga rumusan-

rumusan dari jejaring ini perlu mendapat tanggapan dari seluruh masyarakat.

Jejaring kelembagan berbasis komunitas tidak harus diformalkan.

Page 80: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

64

Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai unsur di permukiman eks

penderita kusta, Pegawai Panti serta Aparat Desa dan mempelajari berbagai

laporan serta berbagai permasalahan yang terjadi, maka ada beberapa

stakeholders baik yang sifatnya horizontal maupun vertikal, yaitu : (1) Dinas

Sosial Provinsi Jawa Timur; (2) Rumah Sakit Kusta Glagah Mojokerto; (3) Panti

Rehabilitasi Sosial Eks Kusta Nganget; (4) Balai Pengobatan/Unit Rawat Jalan

Nganget; (5) Kantor Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tuban; (6) Perhutani; (7)

Pasar; (8) Puskesmas; (9) Kepala Desa dan Perangkatnya; (10) Rumah Sakit

Kabupaten Bojonegoro; (11) Pondok Pesantren/Kyai Nasro’; (12) LDII Cabang

Desa Kedungjambe; (13) Lembaga Swadaya Masyarakat. Adapun jejaring sosial

tersebut seperti digambarkan di bawah ini :

Gambar 7. Jaringan komunitas permukiman eks kusta dengan komunitas luar.

Sumber : Praktek Lapangan II Tahun 2004

Keterangan : Garis koordinasi Garis Komando Hubungan timbal balik

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

RS Bojonegoro

PUSKESMAS

Panti Rehabilitasi

APARAT DESA

Kyai Nso’/ NU Desa

PERHUTANI

Rumah Sakit Kusta Mojokerto Kantor Sosial

Kab. Tuban Balai

Pengobatan

KRISTEN

NU LDII

LDDI Desa

LSM

Komunitas Eks Penderita kusta

Pendeta Desa

Page 81: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

65

Mencermati gambar di atas, maka begitu banyak stakeholders yang terlibat

dalam jejaring dengan pemukiman eks kusta. Adapun masing - masing

stakeholders yang mempunyai hubungan dan peranan adalah sebagai berikut :

1. Dinas Sosial

Eks penderita kusta adalah salah satu sasaran garapan dari pada Dinas

Sosial, maka Dinas Sosial mempunyai kewenangan untuk membantu

permasalahan yang dihadapi oleh eks penderita kusta. Dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan eks kusta Dinas Sosial memberikan bantuan

fakir miskin berupa bantuan modal sebesar Rp. 50.000.000,- berupa ternak

kambing dan simpan pinjam pupuk pertanian. Dalam memberikan bantuan

tersebut langsung melalui Panti Rehabilitasi Sosial Eks Kusta Nganget.

2. Panti Rehabilitasi Sosial Eks Kusta Nganget.

Tugas Pokok dan Fungsi Panti Rehabilitasi Sosial Eks Kusta Nganget

sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial mempunyai baik di dalam

maupun diluar panti, disamping secara struktural sebagai namun secara

kultural eks kusta yang diluar panti mempunyai hubungan yang sangat dekat

dengan panti yaitu pada waktu rumah sakit dulu dan ada sebagian penghuni

panti yang mempunyai ikatan keluarga (suami, istri, orang tua, anak) dengan

warga eks kusta di luar panti.

3. Balai Pengobatan / Unit Rawat Jalan Nganget.

Balai Pengobatan atau Unit Rawat Jalan adalah kepanjangan tangan dari

Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto yang menangani secara rutin

kesehatan eks kusta baik yang berada di dalam panti maupun luar panti.

4. Perhutani

Perhutani adalah lembaga yang memberi pinjaman lahan untuk warga eks

penderita kusta baik dipergunakan untuk sebagian permukiman maupun

ladang/persil.

5. Pondok Pesantren

Kyai Nsr adalah pemimpin pondok pesantren yang mempunyai peranan

cukup penting khususnya bagi warga Nahdatul Ulama (NU). Karena

kepeduliannya terhadap eks penderita kusta, pernah suatu kali seperti yang

Page 82: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

66

dikemukakan oleh Pak Rsd “bahwa kalau eks penderita kusta mau, akan

diberikan tanah untuk di tempati tidak jauh dari pondok pesantrennya”.

6. RSU Bojonegoro / Puskesmas

Penderita eks kusta walaupun sudah dinyatakan sembuh secara medis,

namun sebagai manusia pernah juga mengalami sakit. Dengan sakitnya itu

mereka berobat ke Rumah Sakit Umum Bojonegoro karena dianggap lebih

dekat di banding ke Rumah Sakit Umum Tuban. Rumah Sakit yang ada

sekarang belum dilengkapi dengan perawatan khusus bagi eks penderita

kusta.

7. Pasar

Pasar mempunyai arti yang sangat penting bagi eks penderita kusta. Karena

di pasar tersebut terjadi interaksi dan transaksi dengan masyarakat di luar

pemukiman. Dengan adanya pasar yang bisa menerima dirinya eks penderita

kusta dapat memenuhi kebutuhannya.

8. Kantor Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tuban dan Aparat Desa

Kedungjambe.

Secara administrasi kependudukan eks kusta adalah merupakan warga desa

Kedungjambe sekaligus berada dalam wilayah kerja Kantor Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tuban, sehingga permasalahan yang terjadi di komunitas

eks penderita kusta secara tidak langsung ikut bertanggungjawb. Namun

secara wilayah bahwa lahan yang ditempati eks penderita kusta tersebut

adalah milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Perhutani.

9. Tiga orang anggota Badan Perwakilan Desa (BPD), desa Kedungjambe

berasal dari pemukiman eks kusta, sehingga bila ada aspirasi warga yang

berhubungan dengan pemerintahan atau permasalahan yang ada maka bisa

langsung menyampaikan aspirasinya lewat anggota Badan Perwakilan Desa

tersebut.

10. Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Yayasan Kusta Indonesia yang peduli

terhadap pengembangan masyarakat dan Yayasan BRE juga memberi

bantuan berupa peralatan sekolah dan bahan makanan.

Page 83: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

67

Dari 10 lembaga eksternal yang memberi kontribusi langsung adalah Lembaga

Dakwah Islam Indonesia (LDII), Nahdatul Ulama (NU), LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) , Panti dan Balai Pengobatan, seperti terlihat dalam tabel 6.

Tabel 6. Peta Intervensi Lembaga Eksternal Pada Eks Penderita Kusta di Dusun Nganget Desa Kedungjambe. Tahun 2005.

Elemen Perhatian LDII NU

LSM Panti Balai

Pengobatan YKI BRE

Fokus Program yang ditawarkan

Pembina an mental agama

Pembina an mental agama

Pengembangan Usaha pertukangan kayu

Bantuan peralatan sekolah dan bahan makanan

Pembinaan lanjut

Pengobatan

ringan

Aspek yang ditonjolkan

Mental/ agama

Mental/ agama

ekonomi Sosial / charity

Sosial Psikologi

Kesehatan

Pola Pendekatan Pengembangan Program

Pengajian Pengajian / Tahlilan

Pinjaman modal tanpa bunga

Bantuan sosial

Pendam pingan Sosial sistim konsultasi

Bila sakit datang ke Balai Pengobatan.

Tingkat Keberhasilan

80 % 80 % 30 % 70 % 50 % 50 %

Faktor Utama Kendala Program

Proses yang lama

Proses yang lama

Tidak pernah dilaksanakan monitoring dan evaluasi.

Banyaknya bantuan tidak sama dengan jml orang.

Terbatas nya dana penbina an lanjut

Keterbatas an obat-obatan

Sumber : Hasil wawancara Tahun 2005

4.11.3. Proses Sosialisasi (Pola Pengasuhan dan Sistem Kekerabatan).

Pola pengasuhan yang ada di pemukiman eks kusta ada dua hal yang pertama

bahwa pola pengasuh anak diasuh oleh orang tua, yang kedua yaitu pola

pengasuhan dititipkan di Panti Asuhan. Pola pengasuhan dan sistem

kekerabatan di pemukiman eks kusta, seperti hasil wawancara dengan tiga

tokoh masyarakat yang tidak mempunyai anak, mereka cenderung mengasuh

anak dari keluarga. Sistem kekerabatan yang ada masih cukup kuat khususnya

bagi sesama penderita / eks penderita kusta . Ini dapat diamati bahwa pola

pemberian bantuan yang ada di pemukiman eks penderita kusta bukan

berdasarkan pelapisan sosial seperti kaya dan miskin , tapi perasaan senasib

mempunyai peranan yang cukup kuat, satu dapat bantuan semua harus dapat

Page 84: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

68

bantuan . Jadi sistem kekerabatan yang berlaku di permukiman eks kusta adalah

berdasar pada senasib sepenanggungan.

4.11.4. Kelembagaan Masyarakat yang Sudah Mengarah pada Organisasi.

Seperti telah diuraikan di atas bahwa di pemukiman eks penderita kusta belum

ada kelembagaan yang mengarah pada organisasi sosial kemasyarakatan,

namun berdasarkan agama / religi. Lembaga tersebut hanya bergerak di bidang

keagamaan.

4.11.5. Hubungan Antar Kelompok

Di pemukiman eks penderita kusta dalam hubungan tata kemasyarakatan ada

tiga kelompok yaitu Nahdatul Ulama (NU), Lembaga Dakwah Islam Indonesia

(LDII) dan Umat Kristiani. Ketiga lembaga itulah yang paling menonjol yang

mendasari kehidupan mereka. Hubungan antara ketiga kelompok tersebut juga

mengalami proses asosiatif, namun pernah terjadi juga proses dissosiatif.

Proses assosiatif ini adalah adanya kerjasama antara berbagai lembaga

tersebut walaupun bersifat formal, sedangkan proses dissosiatif terjadi antara

penganut Nahdatul Ulama (NU) dan Lembaga Da’wah Islam Indonesia (LDII).

Proses dissosiatif ini terjadi karena ada penganut Nahdatul Ulama (NU) yang

masuk ke LDII. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan musyawarah

antara tokoh agama yang ada, dengan melibatkan perangkat keamanan Desa

Kedungjambe.

Di komunitas eks penderita kusta disamping tiga kelompok dalam tata

kemasyarakat terbagi juga dalam tiga kelompok lagi dalam bidang penerimaaan

bantuan yaitu kelompok sosial, kelompok kulon kali dan kelompok puncung.

Kelompok sosial adalah kelompok yang secara resmi tercatat identitasnya di

instansi - instansi pemerintah sedangkan yang lain belum semuanya, disinilah

kadang-kadang sering menimbulkan konflik antar warga berkaitan dengan

pemberian bantuan.

Page 85: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

69

4.12. Sumber Daya Lokal

4.12.1. Hubungan Manusia dengan Ekosistem

Hubungan warga dengan ekosistem adalah bahwa mereka sangat bergantung

dengan alam sebagai sumber kehidupan dan kesehatan. Adapun hubungan

warga eks kusta dengan ekosistem antara lain :

1. Sumber air panas belerang

Pemukiman eks kusta dikelilingi oleh sungai air panas (belerang). Fungsi dari

air panas (belereng) tersebut adalah untuk membersihkan diri / mandi,

menghilangkan kesemutan serta gatal-gatal yang dialaminya. Walaupun

mereka sudah dinyatakan sembuh dari baksil kusta namun bekas luka,

biasanya kambuh bila dibuat bekerja, mereka merasa nyaman kalau sudah

berendam di air panas. Bagi para eks penderita kusta mereka dibuatkan

tempat khusus berupa jendingan. (tempat mandi eks penderita kusta berupa

bak mandi yang besar dan dikelilingi tembok yang khusus dipergunakan

mandi eks penderita kusta yang ada di permukiman eks penderita kusta

Dusun Nganget).

2. Hutan

Lokasi pemukiman eks kusta berada di pinggiran hutan oleh sebab itu alam

menjadi tempat menyadarkan kehidupannya. Kayu khususnya jati sebagai

komoditi yang sangat menggiurkan bagi mereka, maka ada sebagian eks

kusta yang mengandalkan hidup dengan menjadi pengusaha meubel ataupun

pedagang kayu baik yang ilegal maupun legal, mereka itulah yang secara

ekonomi lebih mapan. Selain mereka mengandalkan kayu jati juga sebagai

penggarap ladang / tegalan milik Perhutani,belum ada aturan yang mengikat,

berapa luas mereka membuka lahan / tegalan. Sesuai yang dikemukakan oleh

Pak Rsl (ketua RT 05) “bahwa tanah perhutani yang dikerjakan oleh eks kusta

kurang lebih 6 Ha untuk ladang dan 4,5 Ha untuk perumahan atas izin ADM /

sinder ataupun Muspika”. Antara pihak perhutani dan warga penggarap ladang

terjamin kerjasama seperti apabila perhutani membuat jalan di hutan,

menanam kembali jati / reboisasi maka eks kusta yang mengerjakan.

Page 86: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

70

3. Sawah

Sawah, ladang dan hutan tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan eks kusta.

Sawah yang dikerjakan oleh eks kusta adalah milik Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur, luas tanah pertanian yang dikelola eks kusta yaitu 2,5 Ha di bagi

dalam 44 petak dikerjakan oleh 44 KK dengan kriteria eks penderita kusta

yang masih potensial artinya secara fisik masih mampu mengerjakan

pekerjaan pertanian. Kesepakatan yang terjadi antara Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur yang dalam hal ini diwakili Panti Rehabilitasi Sosial Eks Kusta

Nganget, yaitu bahwa pihak eks kusta hanya mampu membayar sewa

sebesar sepuluh ribu rupiah setiap kali panen. Dalam setahun tiga kali panen.

4.12.2. Sistem Penguasaan Sumber Daya Agraris

Sistem penguasaan sumber daya agraris di pemukiman eks kusta adalah

sebagai berikut :

1. Tanah milik Aryodiningrat

Tanah milik Aryodiningrat ini seluas 9904 M2 digunakan untuk

lapangan/padang pengembalaan merupakan hak pakai.

2. Tanah milik Negara

a. Milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Tanah Milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur ini seluas 132.795 M2 yang

terbagi dalam :

Kantor dan Perumahan, tanah bangunan seluas 27.100 M2

Pertanian tanah ladang 20.700 M2

Pertanian tanah sawah 15.270 M2

Pemukiman eks penderita kusta dan pertanian, tanah tegalan seluas

69.720 M2.

b. Milik Perhutani digunakan untuk berladang bagi 64 orang eks penderita

kusta dan sebagian lagi untuk permukiman.

Page 87: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

71

4.12.3. Tekanan Penduduk Terhadap Sumber Daya

Luasan tanah dalam suatu wilayah tidak akan berubah, sementara jumlah

penduduk terus bertambah. Akibatnya dengan meningkatkan jumlah penduduk

maka besarnya rasio manusia – lahan yaitu perbandingan antara jumlah manusia

dan luas lahan di suatu daerah, semakin meningkat, meskipun nilai suatu lahan

sangat dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan masyarakat yang mendiami (Rusli

1996 ).

Menurut Erlich dan Erlich ( 1990) dalam Rusli (1996) kelebihan penduduk akan

terjadi jika suatu daerah sudah tidak mampu lagi mendukung penduduknya tanpa

merusak secara cepat menguras sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui dan

tanpa menurunkan kualitas lingkungan. Kondisi hutan yang ada di sekitar

permukiman eks kusta seperti fenomena yang terjadi di hampir seluruh Indonesia

bahwa terjadi penebangan yang tidak terkendali sehingga hutan habis dan

merusak lingkungan. Ini berakibat pada kehidupan yang semakin sulit bagi

warga eks penderita kusta dan keturunannya.

Adapun cara eks penderita kusta dalam mengatasi permasalahan tersebut

adalah dengan :

1. Menitipkan anak di panti asuhan atau di keluarga.

Eks penderita kusta dalam kehidupan sehari-harinya untuk memenuhi

kebutuhan hidup sangat minim bahkan kadang-kadang kurang maka untuk

mengurangi beban kehidupan anak dititipkan ke panti asuhan. Dari segi

sosial maka untuk menghindari stigma maka anak dititipkan pada panti

asuhan atau keluarga.

2. Seleksi yang cukup ketat migrasi masuk. Tugas Ketua Rukun Tetangga

/Rukun Warga disamping membantu pemerintah dan juga menyeleksi orang

yang masuk di pemukiman tersebut.

3. Banyak keturunan eks kusta yang mencari pekerjaan diluar pemukiman

bahkan menjadi Tenaga Kerja Indonesia.

Page 88: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

72

4.12.4. Lembaga yang Berhubungan Dengan Sumber Daya Alam

Di Pemukiman Eks Kusta Dusun Nganget belum ada lembaga yang mengurusi

masalah pengolahan sumber daya alam masih bersifat individu, bahkan hutan

yang dulu masih lebat sekarang sudah gundul.

4.13. Permasalahan-permasalahan di Komunitas. Permasalahan - permasalahan yang dirasakan oleh komunitas eks penderita

kusta di permukiman antara lain :

1. Masalah sosial/psikologi

Masalah pembinaan mental karena adanya sifat minder yang dialami oleh

eks penderita kusta bila harus bergaul dengan masyarakat luas, ini akibat

stigma yang diberikan masyarakat kepada eks penderita kusta.

2. Masalah kesehatan

Masalah kesehatan juga merupakan permasalahan yang sangat krusial

karena sarana dan prasarana kesehatan sangat terbatas. Balai Pengobatan

yang berada di panti kurang memadahi untuk melayani eks penderita kusta

baik di dalam panti maupun diluar panti.

3. Masalah Perekonomian

Masalah perekonomian berkaitan dengan banyak faktor antara lain belum

terbukanya akses (jejaring) bagi warga eks penderita kusta, keuletan, mental,

ini berakibat pada tingkat pendapatan yang rendah sehingga dalam

pemberian bantuan harus selektif mana bantuan yang sifatnya bergulir dan

tidak, sehingga program dapat berkelanjutan.

4 Masalah Pendidikan

Masalah pendidikan juga dirasakan menjadi permasalahan di permukiman

eks penderita kusta baik pendidikan formal maupun non formal karena

sebagian besar komunitas berpendidikan Sekolah Dasar dan tidak sekolah

serta kurangnya mengikuti pendidikan non formal sehingga berpengaruh

pada perkermbangan komunitas tersebut.

Page 89: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

73

V. EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan/proyek adalah

adanya keberhasilan dari suatu kegiatan/proyek yang telah atau sedang

dilakukan. Demikian halnya dalam upaya pengembangan masyarakat, untuk

mengetahui berhasil dan tidaknya suatu kegiatan, maka memerlukan evaluasi.

Evaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat diperlukan untuk :

1. Mengukur perubahan ataupun kemajuan yang dicapai oleh suatu

program/proyek. Perubahan tersebut dapat diamati pengaruhnya terhadap

peningkatan kesejahteraan anggota baik individu, kelompok atau

masyarakat.

2. Meningkatkan pemahaman mengenai faktor positif dan negatif yang

memberikan kontribusi bagi keberhasilan atau kegagalan suatu

program/proyek. Sebagai contoh kondisi sumber daya alam, kebutuhan

masyarakat, sikap dan perilaku individu/kelompok dalam memandang suatu

program/proyek.

3. Memahami kendala-kendala yang dialami suatu pelaksanaan

program/proyek. Bagaimana individu/kelompok/komunitas lokal

memecahkan permasalahan tersebut. Apakah ada saluran-saluran informal

untuk memecahkan permasalahan tersebut.

4. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat bagi tindakan yang akan

dilaksanakan pada masa yang akan datang yang didasarkan pada analisis

dan pembahasan suatu program/proyek.

Kegiatan pengembangan masyarakat di Dusun Nganget Desa

Kedungjambe Kecamatan Singgahan, yang dievaluasi dalam praktek lapangan II

adalah (1) program pendidikan Taman Kanak-Kanak ; (2) Program bantuan

kesejahteraan sosial Kelompok Usaha Bersama

Page 90: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

74

5.1. Program Pendidikan Taman Kanak- Kanak di Dusun Nganget.

5.1.1. Deskripsi Kegiatan

Pogram Pendidikan Taman Kanak-Kanak yang berada di Dusun Nganget adalah

atas inisiatif warga masyarakat itu sendiri. Latar belakang didirikan Taman

Kanak-Kanak tersebut adalah bahwa tempat pendidikan untuk anak- anak yang

selama ini adalah di luar Dusun yaitu di desa Kedungjambe dengan jarak tempuh

kira-kira 4 Km. Seperti diketahui bahwa warga eks penderita kusta karena

penyakit yang dideritanya banyak yang mengalami kecacatan fisik. Dengan

keberadaan yang dialaminya menyebabkan orang tua kesulitan untuk mengantar

anaknya ke sekolah yang berada di luar dusun. Disamping itu masyarakat desa

Kedungjambe juga belum sepenuhnya bisa menerima keberadaan warga eks

penderita kusta, walaupun anak-anak mereka tidak mengalami sakit seperti

yang dialami oleh orang tuanya. Jumlah anak usia sekolah Taman Kanak –

Kanak di Dusun Nganget mencapai 22 anak atau 4,74 % dari jumlah penduduk.

Kondisi tersebut memunculkan inisiatif lokal untuk mendirikan Taman Kanak –

Kanak. Beberapa kendala yang dihadapi tokoh masyarakat/agama/ketua RT

membicarakan dan masyarakat berkenaan dengan pendirian Taman Kanak-

Kanak antara lain : (1) Siapa kira-kira yang mau mengajar di Permukiman ? (2)

Dimana akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar ? (3) Apa kira-kira warga

masyarakat mampu untuk membayar guru ? (4) Bagaimana untuk biaya

operasionalnya dan macam –macam kebutuhan yang lain.

Berbagai pertanyaan yang ada tersebut akhirnya masing-masing RT

membicarakan melalui musyawarah. Dalam pembicaraan tersebut wali murid

hanya sanggup membayar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) setiap bulannya. Dengan

kesanggupan tersebut akhirnya tokoh masyarakat/agama/Ketua RT masing-

masing mencari guru yang mau mengajar di Taman Kanak – Kanak tersebut.

Dengan kegigihan para tokoh tersebut akhirnya menemukan guru yang mau

mengabdi walaupun dengan gaji Rp. 40.000,- termasuk biaya operasional, nama

guru tersebut adalah Ibu Rmh (37) yang bertempat tinggal di desa Kedungjambe

kira-kira 5 km dari lokasi permukiman. Setelah menemukan guru yang tanpa

pamrih dan peduli terhadap nasib pendidikan eks penderita kusta tersebut,

akhirnya warga dihadapkan pada permasalahan yang lain seperti dimana

kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan, akhirnya warga yang diwakili oleh

Page 91: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

75

beberapa tokoh masyarakat (Rsl, Kyai Ysf, Rso, Ryd dan Mkn ) memberanikan

diri untuk menghadap Kepala Panti Rehabilitasi Eks Penderita Kusta. Di

lingkungan panti ada bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan panti,

karena untuk kepentingan pendidikan maka kepala panti memperbolehkan,

namun dengan syarat bahwa bangunan tersebut harus dipelihara, untuk biaya

perawatan dan operasional harus ditanggung oleh warga masyarakat sendiri.

Dari beberapa permasalahan atau kendala sudah teratasi maka untuk biaya

operasional kegiatan sekolah serta sarana dan prasarana dimusyawarahkan lagi

di tingkat RT.

Dalam musyawarah tersebut akhirnya disetujui bahwa yang akan memyumbang

sarana yang prasarana adalah warga masyarakat yang mempunyai usaha

meubel, adapun barang-barang yang diperlukan seperti bangku, kursi dan

papan tulis. Dengan kesepakatan tersebut akhirnya sampai sekarang di Taman

Kanak-Kanak tersebut tersedia sarana: meja 10 buah, kursi 20 buah, alat

bermain satu buah dan alat peraga tiga buah. Disamping swadaya komunitas

lokal juga ada bantuan dari Sekretaris Desa berupa kusrsi sebanyak 10 buah.

Akhirnya dengan keberadaan yang sangat sederhana, tepatnya tanggal 13 April

2004 memberanikan diri membuat edaran mulai tahun anggaran 2004-2005 akan

dibuka pendaftaran “TK BHAKTI HUSADA DUSUN NGANGET DESA

KEDUNGJAMBE, SINGGAHAN, TUBAN”. Dengan jumlah murid sebanyak 20

orang. Karena sudah beroperasional secara formal maka perlu adanya

pengesahan dari Dinas Pendidikan, maka oleh warga didaftarkan ke Cabang

Dinas Pendidikan Kecamatan Singgahan melalui Yayasan Bina Putra yang

sudah dibentuk oleh warga eks penderita kusta sejak tahun 1989. Melalui

yayasan tersebut akhirnya TK BHAKTI HUSADA bergerak untuk mencari

donatur. Dengan demikian bahwa berdirinya Taman Kanak-Kanak tersebut

merupakan swadaya warga masyarakat.

5.1.2. Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Program pendidikan Taman Kanak-Kanak tidak berhubungan langsung dengan

pertumbuhan ekonomi, namun untuk jangka panjang diharapkan akan

berpengaruh pada peningkatan Sumber Daya Manusia, dengan meningkatnya

Sumber Daya Manusia akan meningkatkan daya saing bagi pertumbuhan

ekonomi di masa yang akan datang. Manfaat yang dirasakan oleh warga

Page 92: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

76

permukiman secara ekonomi justru akan menambah pengeluaran rumah tangga.

Namun untuk investasi jangka panjang akan sangat menguntungkan dengan

meningkatnya Sumber Daya Manusia.

5.1.3. Aspek Psikologi Sosial

Dalam pengembangan modal dan gerakan sosial yaitu dengan adanya identitas

sosial dan akhirnya menimbulkan sikap sosial. Dalam sikap sosial tersebut ada

dua komponen yaitu keyakinan dan perasaan, dan kedua komponen ini muncul

bersama-sama. Aspek perasaan yang sering dipelajari adalah evaluasi. Evaluasi

kita menyangkut apakah suatu identitas sosial tertentu baik atau jahat,

menyenangkan atau tidak menyenangkan suatu kelompok menjadi disukai atau

tidak disukai. Evaluasi dapat dibedakan menjadi direction dan intensity . Direction

atau arah menyangkut apakah sikap kita positif atau negatif terhadap identitas

sosial tertentu. Arah positif disebut sosial esteem atau penghargaan sosial,

sedangkan arah negatif disebut prejudice atau prasangka. Bila dikaitkan dengan

eks penderita kusta maka keberadaannya dalam masyarakat yang lebih luas

masuk dalam kategori prejudice atau prasangka. Seperti yang dialami oleh salah

salah eks penderita kusta saat mengantar anaknya sekolah di Taman Kanak-

Kanak di desa Kedungjambe Pak Tyo (54) mengemukakan bahwa :

” … saat saya mengantarkan anak di TK desa Kedungjambe banyak orang tua murid yang lain melihat saya dengan perasaan aneh, dan sangat menyakitkan sekali saat anak saya mau duduk dengan murid yang lain, tapi orang tua murid tersebut tidak mengijinkan, katanya takut ketuluaran penyakit …..“.

Dengan adanya akumulasi dari berbagai pengalaman yang dialaminya akhirnya

muncullah gerakan sosial yang dikoordinir oleh beberapa orang antara lain tokoh

masyarakat/agama.

5.1.4. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial

Social Capital Menurut Bank Dunia (1999) dalam Tonny (2004) merujuk pada

institusi, relasi dan norma-norma yang membentuk kuantitas dan kualitas

interaksi sosial di dalam masyarakat. Sedangkan modal sosial (sosial capital)

menurut Fukuyama (2000), dalam Tonny (2004) diartikan sebagai seperangkat

Page 93: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

77

nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota

suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu

dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa prasyarat penting munculnya modal

sosial adalah adanya kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), dan timbal bailk

(resiprocity). Modal sosial memiliki empat dimensi antara lain (1) Integrasi yaitu

ikatan yang kuat antar anggota masyarakat; (2) Linkage (pertalian) yaitu ikatan

dengan komunitas lain di luar komunitas asal; (3) Integritas organisasional yaitu

keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya; dan

(4) Sinergi yaitu relasi antara pemimpin dengan institusi pemerintahan (Colletta

& Cullen ; 2000) dalam Tonny (2004)

Bila penulis telaah secara sederhana dalam konteks program berdirinya Taman

Kanak-Kanak ditinjau dari modal sosial yang dikemukan oleh Bank Dunia dan

Fukuyama serta empat dimensi modal sosial maka dalam masyarakat yang

sangat sederhana pun sedikit banyak sudah menggunakan atau memanfaatkan

modal sosial dalam mengembangkan komunitasnya. Seperti yang dikemukakan

oleh Bank Dunia bahwa ternyata komunitas eks penderita kusta memanfaatkan

institusi RT (Rukun Tetangga) dan interaksi sosial warga yang tergambung

dalam kumpulan RT (Rukun Tetangga) sebagai media mencetuskan suatu

gagasan. Begitu juga seperti yang dikemukakan Fukuyama (2000) dalam Tonny

(2004) dalam mewujudkan inisiatifnya mereka memanfaatkan kerjasama antar

warga dalam menyediakan sarana dan prasarana Taman Kanak-Kanak juga

antar anggota masyarakat saling percaya, jujur serta adanya timbal balik dalam

mewujdkan berdirinya Taman Kanak-Kanak.

Ditinjau dari dimensi modal sosial secara sangat sederhana komunitas eks

penderita kusta juga masuk pada dimensi keempat yaitu sinergi. Secara integrasi

mereka mempunyai ikatan sangat kuat karena faktor senasib dan

sepenanggungan, secara linkage (pertalian) mereka bisa membangun relasi

dengan orang luar komunitas yaitu ibu guru Taman Kanak-Kanak dan

mendudukan ketua yayasan Bina Putra juga berasal dari luar komunitas.

Integrasi ini bisa dijalankan panti sebagai institusi negara dapat memberikan

fasilitas milik panti untuk kegiatan masyarakat di sekitar panti. Sedangkan secara

sinergi dapat dijalankan oleh masing-masing ketua RT, tokoh masyarakat/agama

dengan institusi pemerintahan yang dalam hal ini diwakili oleh panti.

Page 94: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

78

Gerakan sosial dalam program ini sudah dijelaskan dengan adanya Taman

Kanak-kanak akan membawa perubahan nilai, norma, sistem kepercayaan dan

budaya ke arah yang lebih baik seperti yang dikemukakann oleh Ibu Rmh (37)

(Guru TK) bahwa:

“….waktu saya baru masuk pertama kali di Taman Kanak-kanak ini, pembicaraan anak-anak disini sangat kasar dan tidak mengenal etika, tidak seperti kampung – kampung lain, pada saat saya menganjar di TK sebelumnya, namun setelah saya mengajar kurang lebih satu tahun sudah ada perubahan dalam cara bicara dan pergaulan……..”.

Seperti dijelaskan di atas bahwa Gerakan sosial ( social movement ) menurut

Baldridge (1986 ) dalam Tonny dan Utomo (2004) yaitu :

“….. suatu bentuk perilaku atau tindakan kolektif yang melibatkan sekelompok orang yang membaktikan diri untuk mendorong atau sebaliknya menolak suatu perubahan sosial”.

Perilaku kolektif menurut Sunarto (1993 ) dalam Tonny dan Utomo (2004)

….. “ perilaku yang dilakukan bersama oleh sejumlah orang, tidak bersifat rutin dan merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu “.

Bahwa untuk mengadakan perubahan di permukiman eks penderita kusta maka

dalam diri masyarakat sendiri sudah ada gerakan sosial ini akbiat dari

ketertindasan sosial seperti yang dikemukakan oleh Engels & Marx (1989) dalam

Tonny dan Utomo (2004) dengan teori asal mula gerakan sosial menggariskan

bahwa kondisi sosial ekonomi yang sangat buruk menjadi alasan untuk

seseorang memutuskan bahwa tidak ada ruginya bergabung dalam suatu

gerakan sosial revolusioner. Seperti dijelaskan pula oleh Giddens, (1990);

Komblum, (1988); Light, Keller dan Calhoun (1989), dalam Tonny dan Utomo

(2004) bahwa mereka mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan

sosial. Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena

menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya dibidang

ekonomi (seperti hilangnya peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pokoknya: pangan, sadang, papan).

Bila ditelaah lebih mendalam bahwa gerakan sosial yang diaktualisasikan eks

penderita kusta melalui pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak adalah bisa

dikatakan akibat kondisi sosial ekonomi yang sangat buruk dan adanya deprivasi

ekonomi dan sosial . Secara ekonomi eks penderita kusta sangat sulit untuk

mengakses sumber-sumber ekonomi ini disebabkan mereka tidak mempunyai

Page 95: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

79

aset untuk dianggunkan atau kalau ada modal akan kesulitan untuk pemasaran

karena masih ada ketakutan dari masyarakat bila harus membeli produk-produk

eks penderita kusta. Untuk mengoptimalkan gerakan tersebut akhirnya mereka

bermusyawarah bahwa pengelolaan Taman Kanak-Kanak dimasukan dalam

Yayasan Bina Putra yang sudah sejak lama didirikan oleh warga permukiman

eks penderita kusta. Bahkan supaya dapat bergerak dengan leluasa mereka

memilih ketua yang berasal dari orang luar permukiman dengan harapan dapat

memperjuangkan aspirasi mereka warga eks penderita kusta yang berada di

Dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban

Provinsi Jawa Timur.

5.1.5. Kebijakan dan Perencanaan Sosial

Kebijakan sosial adalah seperangkat tindakan (course of action), kerangka kerja

(framework), petunjuk (guideline), rencana (plan), peta (map) atau strategi, yang

dirancang untuk menterjemahkan visi politis ‘lembaga pelayanan publik ‘ ke

dalam program dan tindakan untuk tujuan tertentu di bidang kesejahteraan sosial

(sosial welfare). Istilah publik umumnya dikaitkan dengan urusan pemerintah

(government). Namun, belakangan ini makna publik merujuk pada ‘urusan orang

banyak ‘ dalam konteks ‘kepemerintahan’ atau ‘tatakelola’ (governance). Dengan

demikian, kebijakan sosial adalah kebijakan publik yang tidak lagi merupakan

domain pemerintah, melainkan pula badan – badan swasta sejauh berurusan

dengan kepentingan orang banyak.

Perencanaan (planning) adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan guna memilih

alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan

tertentu. Secara singkat perencanaan adalah ‘proses membuat rencana (plan).

Dengan demikian perencanaan sosial adalah proses membuat ‘rencana sosial’.

Sebagaimana tercermin dalam pernyataan Conyers (1984) dalam Suharto (2004)

perencanaan sebaiknya tidak dipandang sebagai aktifitas yang terpisah dari

kebijakan, tetapi sesuatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang amat

kompleks yang dimulai dari perumusan tujuan kebijakan serta sasaran yang lebih

luas kemudian dikembangkan melalui tahapan-tahapan dimana tujuan kebijakan

ini diterjemahkan ke dalam bentuk rencana (plan) yang lebih rinci bagi program

dan proyek khusus yang selanjutnya dilaksanakan secara nyata.

Page 96: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

80

Bila ditelaah secara sederhana apa yang dilaksanakan oleh warga komunitas eks

penderita kusta dengan didirikannya pendidikan Taman Kanak-Kanak

merupakan proses kebijakan dan perencanaan sosial. Kebijakan dan

perencanaan sosial yang lahir dari masyarakat, dimana setelah masyarakat

tersebut mengalami berbagai tekanan dari berbagai pihak. Dengan tekanan

tersebut akhirnya masyarakat membuat perencanaan dengan melakukan

berbagai kegiatan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternaif

yang baik bagaimana supaya Taman Kanak-Kanak berjalan dengan kondisi

komunitas yang serba terbatas. Seperti dimana lokasi yang dapat dipakai untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, apakah tempat tersebut di tengah-

tengah permukiman dengan resiko semua biaya operasional dan gaji guru,

sarana dan prasarana ditanggung oleh masyarakat atau bekerjasama dengan

panti dengan meminjam sarana milik panti dan lain sebagaimana yang berkaitan

dengan pelaksanaan keberlangsungan Taman Kanak-Kanak tersebut. Dengan

berdirinya Taman Kanak – Kanak tersebut bukan hanya masalah pendidikan

tetapi juga menyangkut permasalahan kesejahteraan sosial yang dialami oleh

eks penderita kusta sedikit demi sedikit bisa diselesaikan oleh masyarakat itu

sendiri.

5.1.6. Evaluasi Program Taman Kanak-Kanak

Pengembangan masyarakat mempunyai tujuan mengembangkan tingkat

kehidupan dan mempunyai cakupan seluruh komunitas. Pendekatan komunitas

biasanya memecahkan permasalahan dan menjadi kepentingan dan kebutuhan

hampir semua warga.

Pengembangan masyarakat diartikan sebagai :

“Community development is a movement designed to promote better living for the whole community with the active participation and the intiative of the community”. (Brokensha dan Hodge, 1969, dalam Adi 2001).

(Pengembangan masyarakat adalah gerakan yang dirancang untuk

meningkatkan kehidupan seluruh komunitas dengan partisipasi aktif dan atas

prakarsa komunitas).

Disebutkan juga pengembangan masyarakat menurut Brokensha dan Hodge

(1969) dalam Adi (2001). Bersumber dari disiplin pendidikan juga, terutama

Page 97: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

81

perluasan pendidikan di tingkat pedesaan (rural extension program). Sedang

bagi daerah perkotaan mereka mengembangkan organisasi komunitas

(community organization) yang bersumber dari Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan

diawali pada tahun 1873.

Bila ditelaah secara sederhana maka apa yang dilakukan oleh eks penderita

kusta merupakan pengembangan masyarakat dimana mereka membuat gerakan

untuk merancang bagaimana meningkatkan kehidupannya dengan gerakan

mendirikan Taman Kanak-Kanak yang diorganisasi melalui kumpulan Rukun

Tetangga (RT) sampai dengan Yayasan Bina Putra yang didirikan oleh eks

penderita kusta itu sendiri. Dan juga seperti yang dikemukakan oleh Brokensha

dan Hodge yang bersumber dari disiplin pendidikan terutama perluasan

pendidikan di tingkat pendesaan (rural extension program). Namun demikian

dalam pelaksanaanya masih perlu pengorganisasian yang lebih baik melalui

kerjasama yang kuat dari berbagai kelembagaan yang ada di Dusun Nganget

maupun luar dusun.

Berdirinya Taman Kanak-Kanak di Dusun Nganget merupakan kebutuhan dari

seluruh warga dusun. Ditinjau dari dimensi modal sosial menurut Woolcock

(1997) dalam Tonny (2004) secara sangat sederhana komunitas eks penderita

kusta juga masuk pada dimensi keempat yaitu sinergi. Secara integrasi mereka

mempunyai ikatan sangat kuat karena faktor senasib dan sepenanggungan,

secara linkage (pertalian) mereka bisa membangun relasi dengan orang luar

komunitas yaitu ibu guru Taman Kanak-Kanak dan mendudukan ketua yayasan

Bina Putra juga berasal dari luar komunitas. Integrasi ini bisa dijalankan panti

sebagai institusi negara dapat memberikan fasilitas milik panti untuk kegiatan

masyarakat di sekitar panti. Sedangkan secara sinergi dapat dijalankan oleh

masing-masing ketua Rukun Tetangga, tokoh masyarakat/agama dengan

institusi pemerintahan yang dalam hal ini diwakili oleh panti. Dengan demikian

dapat diyakini bahwa program Taman Kanak-Kanak yang berada di Dusun

Nganget Kecamatan Kedungjambe akan dapat berkelanjutan.

Page 98: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

82

5.2. Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama Di Nganget Kecamatan Singgahan

5.2.1. Deskripsi Kegiatan

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok yang dibentuk oleh

warga-warga /keluarga-keluarga binaan sosial yang terdiri dari orang-orang /

keluarga kurang mampu (pra sejahtera) yang menerima pelayanan sosial melalui

kegiatan Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial (Prokesos). Penerima

bantuan stimulan pemberdayaan adalah para Keluarga Binaan Sosial (KBS)

yang tergabung dalam KUBE, namun kondisi usaha ekonomi produktifnya

mengalami hambatan dan/atau kegagalan dan memerlukan bantuan tambahan

modal usaha.

Kelompok Usaha Bersama terdiri atas sepuluh orang fakir miskin yang telah

terpilih melalui seleksi sebagai Keluarga Binaan Sosial (KBS). Adanya kemauan

anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk bekerja secara kelompok.

Adanya kelompok minat dari anggota untuk melaksanakan suatu jenis usaha

(UEP/KUBE) melalui kegiatan kelompok. Proses Pembentukan Kelompok yaitu

melalui : (1) Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dibentuk berdasarkan

musyawarah bersama antar anggota (hasil seleksi) Keluarga Binaan Sosial

(KBS) Program Bantuan Kesejahteraan Sosial; (2) Penentuan jenis usaha

kelompok dilakukan atau dilaksanakan oleh anggota kelompok sesuai dengan

potensi alam yang ada; (3) Terhadap kelompok yang sudah terbentuk diberikan

latihan keterampilan sesuai dengan jenis usaha yang akan dilaksanakan; (4)

Pemberian bantuan sarana dan prasarana.

Mekanisme pengembangan bantuan stimulan dikembangkan menjadi tiga bagian

yaitu:

(1) Pengelolaan Usaha Ekonomis Produktif.

Bantuan stimulan berupa bahan dan peralatan yang diserahkan kepada masing-

masing kelompok merupakan hak milik kelompok. Oleh karena itu pengelolaan

dan pengembangannya menjadi tanggungjawab bersama. Beberapa cara

pengelolaan bantuanyang dapat dilakukan (sesuai kesepakatan kelompok)

antara lain :

Page 99: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

83

(a) Pengelolaan Bantuan Secara Kolektif.

Bahan dan peralatan yang diterima dikelola secara bersama-sama oleh seluruh

anggota kelompok dengan mengutamakan azas kebersamaan dengan cara

mengadakan pembagian kerja secara adil dan merata. Didalam kegiatan ini,tidak

dibenarkan anggota (Keluarga Binaan Sosial) diperlakukan sebagai buruh.

(b) Pengelolaan Bantuan Secara Perorangan

Karena berbagai pertimbangan tertentu tidak dapat dikelola secara kolektif

(misalnya tempat tinggal saling berjauhan, jenis usaha yang beraneka ragam)

maka bantuan stimulus dapat dikelola secara perorangan dengan catatan bahwa

kegiatan tersebut masih terkait dengan kepemilkan kelompok, sehingga kepada

yang bersangkutan (pengelola) tetap dikenakan kewajiban-kewajiban yang harus

dipenuhi sesuai dengan kesepakatan kelompok.

(2) Pengguliran IKS ( melalui dana Iuran Kesetiakawanan Sosial)

Setiap Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang mendapatkan bantuan

diwajibkan melaksanakan pengguliran kepada warga lain yang membutuhkan

disekitarnya secara perorangan maupun secara kelompok (KUBE lain yang telah

atau akan dibentuk). Mengingat bantuan yang diterima adalah bahan dan

peralatan usaha ekonomis produktif, maka penggulirannya adalah berupa uang

yang dikumpulkan melalui Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS). Besarnya nilai IKS

dan kapan mulai mengumpulkannya ditentukan berdasarkan kesepakatan

kelompok dengan mempertimbangkan kondisi dan hasil usaha serta rasa

kesetiakawanan sosial seluruh anggota kelompok. Disamping untuk memberi

bantuan keluarga yang belum mendapat bantuan (melalui penguliran) dan IKS

yang terkumpul dapat juga dipergunakan untuk : (a) Apabila sangat diperlukan

dapat dipergunakan untuk penambahan madal usaha ekonomis produktif atau

penganekaragaman usaha ; (b) Sebagai modal kegiatan Jaminan Kesejahteraan

Sosial (JKS).

(3) Pembagian Keuntungan.

Setelah usaha ekonomis produktif yang dikelola dapat berjalan dengan lancar

dan memiliki keuntungan maka seluruh Keluarga Binaan Sosial dapat

meninkmati hasil keuntungan usaha tersebut. Pembagian hasil keuntungan

usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok dengan

Page 100: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

84

mempertimbangkan keaktifan dan prestasi kerja dalam pengelolaan usaha baik

secara kolektif maupun perorangan.

Pelaksanaan Program di lapangan

Kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang berada di permukiman eks

penderita kusta di dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan

Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur dimulai pada bulan Oktober 2004.

Sumber pembiayaan berasal dari APBN yang dialirkan melalui Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur dengan Bagian Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial

Tahun 2004. Dalam mekanisme pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur untuk menangani KUBE yang berada di Dusun Nganget

Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban berbeda dengan

daerah lain .

Proses pembinaan KUBE di Dusun Nganget mekanismenya adalah : Pembina

Tingkat I / Provinsi adalah Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, langsung

kepada Kepala Panti Rehabilitasi Penderita Eks Kusta seterusnya ke

Pendamping Sosial yang terdiri dari tiga pejabat eselon empat selanjutnya

dibentuk pengurus KUBE sebanyak enam orang yang berasal dari tokoh – tokoh

masyarakat/agama/ketua RT di lingkungan komunitas eks penderita kusta

selanjutnya Kelompok KBS-KUBE. Ini dimaksudkan secara kultur eks penderita

kusta yang berada di Dusun Nganget masih mempunyai ikatan kekeluargaan

/kekerabatan sehingga nilai-nilai kepercayaan diantara keduanya yaitu eks

penderita kusta yang bermukim disekitar panti dan institusi panti sendiri masih

begitu kuat ini bisa dijadikan modal sosial untuk keberlangsungan suatu program.

Pendekatan yang digunakan dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan

Simpan Pinjam adalah secara partisipatif . Hal ini dikemukakan oleh salah satu

pengurus KUBE Pak Rsl (60) yang menyatakan bahwa :

“ ….walaupun program KUBE itu dari Dinas Sosial/Pemerintah namun yang menentukan kebutuhan adalah warga masyarakat sendiri melalui musyawarah pengurus KUBE. Hasil musyawarah dilaporkan pada Kepala Panti …”

Pemberian bantuan modal melalui Bagian Proyek Bantuan Sosial Fakir Miskin

tahun 2004 kepada 50 KK (lima kelompok usaha bersama/KUBE) sebesar Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang diwujudkan dalam bentuk kambing

Page 101: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

85

gibas masing-masing kelompok 20 ekor dan sisa uang dijadikan modal simpan

pinjam,. Sebelum bantuan turun tidak pernah diadakan penyuluhan dan

bimbingan sosial oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Seleksi dilaksanakan oleh tokoh masyarakat/agama/ketua RT yang terbentuk

dalam pengurus KUBE, selanjutnya nama-nama tersebut diserahkan kepada

panti. Dari panti selanjutnya diteruskan ke Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

selanjutnya ditetapkan sebagai penerima bantuan Program Kesejahteraan Sosial

Tahun 2004. Wujud dari Program Bantuan tersebut berupa KUBE Usaha Ternak

Kambing dan Usaha Simpan Pinjam sebagai hasil musyawarah dari anggota

kelompok dan pengurus.

1. Usaha Ternak Kambing

Sesuai dengan musyawarah penerima KUBE dan Pendamping pada tahap

awal dana bantuan dari anggaran bagian proyek bantuan sosial fakir miskin

tahun 2004 dibelikan kambing gibas betina 100 ekor yang masing–masing

kelompok mendapatkan 20 ekor kambing gibas dengan dana Rp.28.530.000,-

(dua puluh delapan juta lima ratus tiga puluh ribu rupiah).

Adapun lima kelompok KUBE yang masing – masing kelompok berjumlah 10

orang yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang sekretaris, satu orang

bendahara dan tujuh orang anggota, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 7. Nama Ketua KBS - KUBE dan Jumlah Bantuan KUBE Dusun Nganget Tahun 2005

Nama KBS-KUBE Ketua Bantuan Awal

.Sumber Makmur Khoirul 20 ekor

.Bangkit Mulia Bakri 20 ekor

. Bina Usaha Nurhadi 20 ekor

. Barokah Untung Alex 20 ekor

.Sumber Rejeki Suwarji 20 ekor

Total 100 ekor

Sumber : Laporan KUBE 2005

Page 102: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

86

Bantuan kambing gibas ini akan digulirkan kepada masyarakat yang belum

mendapat bantuan, dengan ketentuan semua penerima bantuan wajib

mengembalikan dua ekor kambing dari hasil (anak) kambing bantuan yang

diterima dan seterusnya sampai semua kepala keluarga dapat bantuan ;

sedangkan penerima terakhir tetap mengembalikan dua ekor kambing untuk

dijadikan tambahan modal simpan pinjam.

a. Perkembangan

Sejak digulirkannya bantuan modal usaha untuk kegiatan usaha ternak

kambing dan simpan pinjam dari Bagian Proyek Bantuan Sosial Fakir

Miskin tahun 2004 Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur pada bulan Oktober

2004, perkembangannya dapat dilihat pada tabelsebagai berikut :

Tabel 8. Data Perkembangan Kelompok KBS – KUBE Dusun Nganget Tahun 2005.

Nama Kube

Data Awal

Beranak

Mati

Hilang

Dijual

Jumlah

.Sumber Makmur 20 ekor 7 ekor 3 ekor 1 ekor 12 ekor 11 ekor

.Bangkit Mulia 20 ekor 28 ekor 3 ekor 45 ekor

. Bina Usaha 20 ekor 10 ekor 5 ekor 2 ekor 23 ekor

. Barokah 20 ekor 9 ekor 2 ekor 27 ekor

.Sumber Rejeki 20 ekor 8 ekor 2 ekor 3 ekor 2 ekor 21 ekor

Total 100 ekor 62 ekor 15 ekor 4 ekor 16 ekor 127 ekor

Sumber : Laporan Kelompok KBS - KUBE 2005

Dari modal awal usaha ternak kambing gibas sebanyak 100 ekor hingga

tanggal Agustus 2005 menunjukkan perkembangan yang positif sebanyak 27

ekor kambing. Selanjutnya proses pengguliran diserahkan pada

pengurus/pendamping yang terdiri dari tokoh masyarakat/agama/ketua RT

ditunjuk enam orang sebagai muara kegiatan KUBE setelah anak kambing

berumur enam bulan . Setelah itu dimusyawarahkan antara anggota dan

pendamping serta ditetapkan siapa yang dapat pengguliran berikutnya.

Page 103: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

87

2. Usaha Simpan Pinjam

Modal usaha simpan pinjam secara keseluruhan adalah Rp. 21.470.000,-

(dua puluh satu juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah) yang berasal dari

sisa pembelian kambing gibas.Kegiatan simpan pinjam ini penyalurannya

dalam bentuk pupuk pertanian dan bahan bangunan dengan sistem

pengembalian setiap panen dengan bunga 7,9 % per tiga bulan. Namun

kendala yang umum dalam pengelolaan usaha simpan pinjam adalah

kejujuran dan rasa tanggungjawab, terutama dalam pengguliran. Sering mereka beranggapan bahwa dana tersebut adalah hibah sehingga tidak perlu

harus dikembalikan.

5.1.2. Pengembangan Ekonomi Lokal

Komunitas eks penderita kusta berlokasi di Dusun Nganget, Desa Kedungjambe,

Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban terbagi menjadi tiga RT (Rukun

Tetangga) dengan jumlah penduduk 464 jiwa. Sebagian besar eks penderita

kusta mata pencahariannya adalah sebagai petani penggarap, berladang, tukang

kayu dan sebagian kecil menjadi pengemis diluar Jawa Timur.

Maka Program Bantuan Kesejahteraan Sosial dalam bentuk Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) yang dialokasikan di Dusun Nganget Desa Kedungjambe

Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur berupa : (1) Usaha

Ternak Kambing; (2) Usaha Simpan Pinjam. Bantuan usaha tersebut sebesar

Rp. 50.000.000,- dibagi untuk usaha ternak kambing sebesar Rp.

Rp.28.530.000,- ( dua puluh delapan juta lima ratus tiga puluh ribu rupiah ). Dan

simpan pinjam sebesar Rp. 21.470.000,- (Dua puluh satu juta empat ratus

tujuhpuluh ribu rupiah).

1. Usaha Ternak Kambing

Dengan adanya bantuan KUBE berupa usaha ternak kambing secara

ekonomi belumlah berdampak secara langsung pada peningkatan

kesejahteraan keluarga. Namun dengan dengan usaha ternak kambing ini

memberikan proses pembelajaran pada eks penderita kusta untuk berusaha,

bagaimana bertangungjawab terhadap diri, keluarga, dan masyarakat yang

akan menerima pengguliran kambing tersebut. Usaha ini juga

mencegah/mengurangi timbulnya permasalahan sosial yang baru yaitu eks

Page 104: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

88

penderita kusta untuk mengemis di kota-kota, serta melatih eks penderita

kusta untuk mandiri.

Dampak terhadap Usaha Kecil Menengah secara langsung belum terasa,

begitu juga dengan manfaat yang dirasakan masyarakat secara langsung,

namun untuk jangka panjang akan membantu eks penderita kusta untuk

menopang perekonomian keluarga bila dibutuhkan sewaktu-waktu. Program

usaha ternak kambing ini juga berusaha mengembangkan aspek lokalitas

dengan mempertimbangkan potensi yang ada di komunitas local baik sumber

daya manusia maupun sumber daya alam seperti : sebagian besar eks

penderita kusta adalah petani penggarap yang sudah terbiasa memelihara

ternak, dan potensi alam dengan luasnya padang pengembalaan yang ada di

permukiman. Keterkaitan program dengan ekonomi lokal dengan pasar yang

lebih luas belum ada dampak secara langsung.

2. Usaha Simpan Pinjam

Modal usaha simpan pinjam secara keseluruhan adalah Rp. 21.470.000,-

(dua puluh satu juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah) yang berasal dari

sisa pembelian kambing gibas dan diperuntukan untuk semua warga

permukiman eks penderita kusta siapa yang membutuhkan. Kegiatan simpan

pinjam ini penyalurannya dalam bentuk pupuk pertanian dan bahan

bangunan dengan sistem pengembalian setiap habis panen dengan bunga

7,9 % per tiga bulan. Sistem pemasaran yang berada di lokasi permukiman

eks penderita kusta adalah sebagian hasil panen di bawa ke pasar tradisional

yang berjarak 5 Km dan sebagian besar adalah di datangi oleh para

tengkulak.

Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Rkm (48) :

“…….bahwa hasil panen jagung ini nanti sudah ada orang yang mau membeli, hanya selisih Rp. 200,-bila dijual sendiri ke pasar, jadi masyarakat lebih senang bila ada orang yang datang membeli di sini daripada harus ke pasar, belum tambahan ongkos angkutnya…..”.

Dengan hasil panen yang baik akan mendorong para tengkulak untuk datang

ke permukiman eks penderita kusta, dengan demikian ini akan sedikit demi

sedikit menumbuhkan, membangkitkan dan menggerakan ekonomi

Page 105: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

89

masyarakat lokal. Dengan adanya tambahan bantuan simpan pinjam ini

sangat menolong para petani atau masyarakat eks penderita kusta dan

tentunya akan dapat menggerakan dan membangkitkan pertumbuhan

ekonomi masyarakat lokal. Modal usaha simpan pinjam tersebut mempunyai

arti yang sangat besar bagi eks penderita kusta, ini dikarenakan eks

penderita kusta baik secara fisik, sosial maupun ekonomi sangat sulit untuk

mengakses lembaga-lembaga atau sumber-sumber ekonomi seperti Bank,

Koperasi dll. Disamping itu Lembaga-lembaga tersebut juga harus

menggunakan anggunan/jaminan dan persyaratan yang bermacam-macam

padahal itu sama sekali tidak dipunyai oleh eks penderita kusta.

Usaha simpan pinjam ini tidak terlepas dari aspek lokalitas dengan bertumpu

pada kondisi komunitas yang sebagian besar adalah bermatapencaharian

petani penggarap ( 18,53 %) dan kondisi ekonomi komunitas yang kesulitan

mengakses lembaga atau sumber ekonomi.

5.2.3. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial

Social Capital Menurut Bank Dunia (1999) dalam Tonny (2004) merujuk pada

institusi, relasi dan norma-norma yang membentuk kuantitas dan kualitas

interaksi sosial di dalam masyarakat. Sedangkan modal sosial (social capital)

menurut Fukuyama (2000), dalam Tonny dan Utomo (2004) diartikan sebagai

seperangkat nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara

anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama

antara satu dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa prasyarat penting

munculnya modal sosial adalah adanya kepercayaan (trust), kejujuran (honesty),

dan timbal bailk (resiprocity).

Turner (1991) dalam Tonny (2004) mendefinisikan social capital lebih

menekankan pada hubungan sosial dan pola-pola organisasi sosial yang

diciptakan untuk memperoleh kekuatan yang potensial untuk perkembangan

ekonomi. Ia mengaitkan modal sosial (social capital) dengan analisis mikro, meso

dan makro, sehingga modal sosial (social capital) tidak bisa dijelaskan dengan

istilah modal (investasi) sebagaimana yang kita kenal dengan kehidupan sehari-

hari. Pada tataran makro (negara) modal sosial meliputi institusi seperti

Page 106: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

90

pemerintah, aturan hukum, kebebasan sipil dan politik. Pada tataran mikro

(individu dan keluarga) dan juga meso (komunitas). Modal sosial berkenaan

dengan nilai dan norma yang mengatur interaksi di antara individu, keluarga dan

komunitas yang dapat mengejawantahkan dalam berbagai tradisi, kebiasaan

dengan rasionalistas masing-masing.

Lebih lanjut Woolcock (1997) dalam Tonny (2004) menambahkan bahwa social

capital ini memiliki 4 perspektif yaitu : (1) The communitarian view; (2)

Networking view; (3) Institutional view dan ( 4) synergy view. Dalam

pengembagan modal sosial tidak bisa terlepas dari pembentukan Jejaring

(networking) antar lembaga secara kolaboratif , yaitu suatu jejaring yang bersifat

informal, transparan menampilkan kesetaraan, mengandalkan komitmen,

mensinergikan upaya dan mengembangkan kesadaran kritis serta berfungsi

sebagai kontrol sosial. Dengan prinsip-prinsip tersebut jejaring akan mampu

mengkombinasikan fungsi-fungsi yang diperlukan bagi penyelesaian masalah

komunitas melalui pertukaran informasi, pengalaman dan pengetahuan serta

penyediaan sumber daya yang berasal dari komunitas. Gerakan sosial ( social

movement ) menurut Baldridge (1986 ) dalam Tonny dan Utomo (2004),

“….. suatu bentuk perilaku atau tindakan kolektif yang melibatkan sekelompok orang yang membaktikan diri untuk mendorong atau sebaliknya menolak suatu perubahan sosial”.

Perilaku kolektif menurut Sunarto (1993 ) dalam Tonny dan Utomo (2004)

….. “ perilaku yang dilakukan bersama oleh sejumlah orang, tidak bersifat rutin dan merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu “.

Gerakan sosial dapat dibedakan menurut dua segi, yaitu dari segi orientasi

perubahan dan dari segi lingkup perubahan yang dikehendaki. Berdasar

orientasi perubahan yang dikendaki Baldridge (1986 ) dalam Tonny (2004)

membedakan gerakan sosial ke dalam empat tipe utama yaitu : (1) orientasi

kekuasaan; perubahan melalui kekuasaan dan pengaruh politik; melalui jalan

reformasi atau revolusi; (2) orientasi nilai; perubahan dalam nilai – nilai budaya,

norma dan system kepercayaan, melalui jalan persuasi, propaganda, pendidikan;

(3) orientasi ekspresi-personal: perbaikan pribadi-pribadi warga pengikut

gerakan, selain juga mendorong perubahan dalam masyarakat lebih luas; dan (4)

orientasi resistensi: penghentian perubahan sosial sekaligus promosi status quo;

merupakan reaksikonservatif terhdap perubahan sosial cepat (gerakan

Page 107: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

91

konservatif); kerap kali membangun kembali kondisi terdahulu (gerakan

reaksioner).

Tipologi gerakan sosial dapat juga dibuat menurut lingkup perubahan yang

dikehendaki, dalam arti pada skala (sebagian/menyeluruh) dan aras

(individu/sosial) mana perubahan dikehendaki (Aberle dalam Sunarto, 1993).

Menurut lingkup perubahan gerakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe

yaitu : (1) Gerakan alternatif perubahan sebagian pada perilaku individu; (2)

Gerakan Redemtif: perubahan menyeluruh pada perilaku individu; (3) Gerakan

reformatif: perubahan sebagian fungsi/nilai sosial dalam masyarakat; dan (4)

Gerakan reformatif perubahan menyeluruh pada masyarakat.

Bertitik tolak dari beberapa konsep di atas dan deskripsi mengenai kegiatan

Kelompok Usaha Bersama maka penulis akan menggunakan kerangka evaluasi

bagaimana sebuah kegiatan membangun jejaring (networking) antar lembaga

yang bersifat kolaboratif serta bagaimana sebuah gerakan masyarakat eks

penderita kusta bila ditinjau dari tipologi gerakan sosial. Dalam pelaksanaan

kegiatan Kelompok Usaha Bersama setelah ditetapkan sebagai penerima

bantuan kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan KUBE tahun 2004 di

permukiman eks kusta semua tokoh masyarakat dipanggil oleh kepala panti

untuk membicarakan masalah pembentukan kelompok karena bantuan akan

diserahkan melalui kelompok. Dari lima kelompok tersebut diangkat juga

pengurus yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dengan tugas dan fungsi

sebagai kontrol dari lima kelompok tersebut sekaligus yang memfasilitasi

bagaimana suatu kelompok tersebut membuat kesepakatan-kesepakatan dan

sanksi – sanksi bila ada yang melanggar serta berfungsi sebagai pengurus

simpan pinjam. Kelima pengurus tersebut dipantau dari panti sampai seberapa

jauh pelaksanaan kegiatan tersebut. Kepala panti disini berfungsi sebagai

pengendali karena beberapa pengalaman mengenai beberapa bantuan yang

sama tidak pernah berhasil ini disebabkan karena pandangan komunitas

terhadap bantuan tersebut bila bantuan sudah diberikan maka itu adalah milik

pribadi, seperti yang dikemukan Pak Dmt (54) bahwa :

“Mendho meniko sampun disukaake kula, kalih pemerintah, dados terserah kulo bade kulo napaake “.

( Artinya bahwa kambing ini sudah diberikan saya, oleh pemerintah jadi terserah mau saya apakan ).

Page 108: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

92

Dalam pemanfaatan kelompok, KUBE menggunakan kelompok-kelompok Rukun

Tetangga dari tiga RT yang ada di permukiman eks penderita kusta. Dari

masing-masing RT di ambil orang-orang yang memenuhi persyaratan penerima

bantuan selanjtunya membentuk KBS.

Dalam pelaksanaan pengorganisasiannya, kegiatan ini belum sepenuhnya

memanfaatkan modal sosial yang ada di permukiman. Bila mengacu pada

pendapat Woolcock (1997) dalam Tonny (2004) yang salah satu perspektifnya

adalah networking view maka dalam pelaksanaan kegiatan KUBE dalam

membentuk jaringan tersebut hanya memanfaatkan Rukun Tetangga dan Panti

sebagai bentuk kolaborasi. Bila mengacu pada PL –1 sebenarnya selain RT dan

Panti ada beberapa stakeholder yang dapat digunakan sebagai mitra kolaborasi

yang berfungsi sebagai pengawasan maupun pengelolaan kegiatan serta tidak

harus membentuk kelompok baru yang rentan terhadap terjadinya konflik karena

nilai dan norma yang ada masih lemah, lain bila kelompok tersebut sudah mapan

seperti: Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Nahdatul Ulama, Kelompok Kristen.

Dalam lembaga tersebut pengaruh kyai, pendeta dan amir cukup disengani

selain itu norma dan nilai yang ada sudah melembaga dan cenderung untuk

dipatuhi. Bila dilihat dari prasyarat modal sosial yang dikemukakan oleh

Fukuyama (2000) dalam Tonny (2004) seperti kepercayaan (trust), kejujuran

(honesty), dan timbal balik (resiprocity) maka kegiatan yang ada di permukiman

eks penderita eks juga belum sepenuhnya memenuhi persyaratan tersebut baik

antara panti sendiri dengan komunitas ataupun antar anggota masyarakat

penerima bantuan maupun masyarakat yang tidak mnerima bantuan. Seperti

yang dikemukan oleh salah satu warga yaitu Ibu Amh (35) (tidak menerima

bantuan) bahwa :

“….bantuan kambing itu akan dijual bila penerima butuh uang untuk kebutuhan hidupnya, apalagi bila penerima bantuan sakit karena tidak bisa memelihara lagi……i”.

Memang eks penderita kusta sangat rawan terhadap sakit, apalagi bila musim

dingin bekas luka akibat penyakit kustanya itu akan kambuh. Walaupun secara

medis bakteri kusta sudah dinyatakan sembuh namun penyakit lainnya akan

mudah menyerang. Begitu juga seperti yang yang dikemukakan oleh Pak Drs.

AY (Kepala Seksi Penyaluran dan Pembinaan Lanjut) sebagai penanggungjawab

KUBE bahwa :

Page 109: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

93

“……ada penerima bantuan yang menukarkan kambing gibas dua ekor menjadi kambing jawa satu ekor, namun ia berjanji akan menggulirkan dua ekor, namun setelah kambing jawa itu gemuk dijual pada saat bulan haji sehingga dia mendapat untung, lantas dibelikan lagi kambing gibas dua ekor itupun sangat kecil, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk beranak ini akan berakibat tertundanya proses pengguliran……”.

Dengan berbagai wawancara tersebut jelas bahwa belum sepenuhnya ada

kepercayaan, kejujuran maupun timbal balik baik dari masyarakat penerima

bantuan, masyarakat lainnya ataupun pihak panti sendiri.

Modal sosial di Dusun Nganget dapat dilihat dari empat dimenasi modal sosial

yang dikemukakan oleh Colletta & Cullen (2000) dalam Tonny (2004). Adapun

dimensi modal sosial tersebut antara lain (1) Integrasi yaitu ikatan yang kuat

antar anggota masyarakat; (2) Linkage (pertalian) yaitu ikatan dengan komunitas

lain di luar komunitas asal; (3) Integritas organisasional yaitu keefektifan dan

kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya; dan (4) Sinergi yaitu

relasi antara pemimpin dengan institusi pemerintahan. Perasaan senasib adalah

merupakan dimensi integrasi yang kuat antar anggota eks penderita kusta.

Lingkage (pertalian) dalam Dusun Nganget dapat dilihat dengan terjalinnya

berbagai stakeholders seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Pesantren,

Rumah Sakit Kusta seperti terlihat dalam sub bab jejaring. Sedangkan intergritas

organisasional dapat dilihat dengan adanya peran Panti Rehabilitasi Eks

Penderita Kusta dalam mengembangkan komunitas eks penderita kusta dan

hubungan yang baik antara tokoh masyarakat/agama dan ketua Rukun Tetangga

dengan pemerintah desa dan panti.

5.2.4. Aspek Psikologi Sosial

Dalam pengembangan modal dan gerakan sosial ini berkaitan bila eks penderita

kusta akan membentuk jejaring yang sifatnya ke luar permukiman. Adanya

identitas sosial dan sikap sosial yang diberikan oleh masyarakat diluar

permukiman yang kurang baik sehingga akan menghambat eks pendeirta kusta

dalam mengadakan interkasi dan menjalin relasi dengan dunia luar.

Identitas sosial adalah konsep mental yang dikembangkan oleh pikiran dan

disimpan di dalam memori sebagai hasil pengalaman kita. Identitas sosial

diasosiasikan dengan sejumlah kenyakinan (belief) dan perasaan (feelings) yang

disebut sikap sosial. (social attitude). Adanya kenyakinan dari orang luar bahwa

Page 110: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

94

kalau berdekatan dengan eks kusta akan menular. Dengan kenyakinan tersebut

maka akan timbul sikap sosial untuk menjauhi eks penderita kusta. Dengan

demikian eks penderita kusta akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan

dirinya ke luar permukiman termasuk dalam menbangun jejaring dengan orang

luar permukiman. Adanya pandangan bahwa bantuan KUBE adalah merupakan

hibah dan pandangan bahwa bila warga eks penderita kusta mendapat bantuan

maka semua harus mendapatkan bantuan pemahaman ini harus dirubah dengan

menggunakan teori representasi sosial.

5.2.5. Kebijakan dan Perencanaan Sosial.

Departemen Sosial melalui pembangunan kesejahteraan sosial sudah sejak lama

melaksanakan pengentasan kemiskinan. Seperti yang dilakukan pada REPELITA

II yang dikenal dengan Program Usaha Bimbingan Kesejahteraan Keluarga

(UBKK) dan Program Usaha Bimbingan Kesejahteraan Anak dan Taruna

(UBKAT). Pada REPELITA III program tersebut berubah menjadi Bimbingan dan

Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (BPKM) serta Usaha Swadaya

Masyarakat (USSM) dan Dalam REPELITA IV program tersebut berubah lagi

menjadi Program Penanggulangan Kemiskinan dikenal dengan Proyek

Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin (PPFM). Dalam melaksanakan

PPFM tersebut Departemen Sosial juga menggunakan pendekatan kelompok

yang dikenal dengan nama Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Dalam mendukung kebijakan Pemerintah / Departemen Sosial, Provinsi Jawa

Timur melalui Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun

2001 – 2005 juga dijelaskan mengenai arah kebijakan pada point pengelolaan

pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial yang berisi antara lain bahwa

dengan masih banyaknya kalangan masyarakat yang hidupnya kurang beruntung

seperti fakir miskin, orang jompo dan lanjut usia, eks penderita kusta dan tidak

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, maka sebagai konsekuensi dari

konstitusi kita maka pembangunan daerah haruslah memperhatikan sistem yang

lebih adil bagi masyarakat yang kurang beuntung. Untuk itu perlu adanya

peningkatan dan pengembangan peran serta partisipasi masyarakat dalam

mendukung penciptaan sistem sosial, ekonomi dan kemasyarakatan yang adil

sehingga mereka dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dengan cara lebih

memperhatikan dan menciptakan peluang kerja melalui pelatihan dan

Page 111: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

95

ketrampilan serta bantuan kesejahteraan untuk mengangkat kepercayaan diri

mereka sebagai manusia yang berharga dan bermartabat.

Kebijakan dan perencanaan program bantuan kesejahteraan sosial dalam

penyelenggaraannya berupa KUBE dari pemerintah pusat dalam hal ini

Departemen Sosial mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Dalam operasional pelaksanaan kegiatan diserahkan kepada Dinas Sosial

Provinsi JawaTimur. Seperti dijelaskan di atas bahwa kebijakan Dinas Sosial

dalam melalui mekanisme pemberian bantuan tidak melalui pemerintah

kabupaten sampai desa namun melalui panti ini dikarenakan warga permukiman

masih mempunyai kepercayaan dan ikatan kekerabatan dengan panti, sehingga

dalam pendampingan lebih mudah. Dalam hal seleksi bila di daerah lain melalui

pendataan oleh Petugas Sosial Kecamatan, namun bila di permukiman eks

penderita kusta oleh panti diserahkan pada tokoh masyarakat/agama untuk

mengadakan seleksi, siapa yang berhak menerima bantuan dan dalam bentuk

apa bantuan tersebut.

5.2.6. Evaluasi Kelompok KBS-KUBE

Dalam evaluasi program bantuan kesejahteraan sosial dalam hal ini Kelompok

KBS-KUBE di permukiman eks penderita kusta yaitu mulai dari : (1) Proses

Pembentukan kelompok; (2) Kepengurusan KUBE; (3) Pengguliran; (4)

Administrasi, secara global sudah sesuai dengan perencanaan. Namun ada

sedikit kebijakan dari masyarakat yang tidak sesuai dengan proses perencanaan,

kebijakan itu atas kesepakatan warga eks penderita kusta. Adapun kebijakan

tersebut adalah mengenai simpan pinjam. Sesuai dengan pedoman seharusnya

yang memperoleh bantuan KUBE adalah lima kelompok atau 50 orang hasil

seleksi yang dilakukan oleh tokoh masyarakat yang ditunjuk oleh Kepala Panti.

Namun untuk usaha simpan pinjam diperuntukan bagi semua warga yang

membutuhkan. Disinilah muncul bahwa dalam pelaksanaan di lapangan

masyarakat mempunyai peranan dalam mengatur dan menentukan

kebutuhannya sendiri.

Dalam hal pengawasan kegiatan Kelompok KBS - KUBE masyarakat hendaknya

diberi kepercayaan yang lebih besar dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan

seperti dibentuk kelompok bayangan yang akan menerima pengguliran atau

masyarakat lainnya karena Kelompok KBS - KUBE ini untuk kesejahteraan

Page 112: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

96

semua warga melalui sistem pengguliran tersebut. Ini akan memudahkan pihak

panti atau Dinas Sosial dalam monitoring dan evaluasi. Seleksi adalah salah

satu faktor yang sangat menentukan suatu program, bila seleksi tepat, maka satu

keberhasilan sudah diraih. Seperti yang terjadi di permukiman eks penderita

kusta, salah satu faktor yang menyebabkan terjadi kendala untuk pengguliran

karena ketidakmampuan anggota KBS - KUBE baik dalam segi keterbatasan fisik

atau secara ekonomi sulit untuk menggulirkan bantuan tersebut. Untuk program

yang sifatnya pengguliran hendaknya dipilih/diseleksi orang yang mempunyai

kemampuan secara fisik, mau dan mampu untuk mengkuti proses pengguliran

tersebut. Untuk mereka yang benar-benar tidak mampu baik secara fisik maupun

ekonomi hendaknya proses pertolongan bukan melalui proses pengguliran.

Namun yang perlu dicermati lebih mendalam adalah kelemahan dan kendala

program Kelompok Usaha Bersama itu sendiri dalam pelaksanaannya di Dusun

Nganget Desa Kedungjambe yaitu terjadinya pembentukan kelompok adalah

penunjukan dari Pengurus KUBE atas perintah Kepala Panti artinya bahwa

masalah pembentukan kelompok masih bersifat top down. Sebelum bantuan

modal usaha turun maka terlebih dahulu sudah dibentuk Kelompok KBS-KUBE.

Karena yang berhak mengambil dana adalah masing-masing ketua kelompok.

Dalam pelaksanaan kemudian yang berhak mengelola uang tersebut bukan

masing-masing kelompok KBS – KUBE tapi setelah uang diambil semua

diserahkan pada pengurus KUBE yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat untuk

mengelolanya.

Dengan demikian kelompok KBS – KUBE tidak diberi otoritas untuk pengelolaan

keuangan yang sebenarnya diperuntukan kepada kelompok, ini menyebabkan

timbulnya sikap apatis pada masing-masing kelompok. Bila dikaitkan dengan

konsep yang dikemukakan oleh Ife (2002) yang menyatakan bahwa

pemberdayaan adalah pemberian kekuasaan kepada masyarakat yang lemah

atau kurang beruntung, maka pada kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget

tidak diberi kekuasaan untuk membentuk kelompoknya sendiri sesuai dengan

kebutuhan, ide atau gagasan dari masing-masing anggota kelompok, sehingga

kelompok KBS-KUBE tidak mempunyai semangat kelompok untuk

mengembangkan kelompoknya. Akibatnya kelompok menjadi pasif dan hanya

menunggu perintah atau petunjuk dari panti, dengan demikian kelompok akan

sulit berkembang dan berkelanjutan.

Page 113: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

97

Sesuai dengan teori keberfungsian sosial yang dikemukakan oleh Sukoco (1991)

yang menyatakan (1) keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan

melaksanakan peranan sosial, yaitu sebagai penampilan pelaksanaan peranan

yang diharapkan sebagai anggota suatu kolektifitas; (2) keberfungsian sosial

dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, yaitu mengacu

pada cara-cara yang digunakan oleh individu, maupun kolektifitas dalam

memenuhi kebutuhan hidup mereka; (3) Keberfungsian sosial dipandang

sebagai kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.

Bahwa kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget belum menunjukan peningkatan

keberfungsian anggota kelompok dapat dilihat bahwa pengurus kelompok belum

mampu melaksanakan peranan-peranannya sesuai dengan status yang

disandangnya, dengan program KUBE di Dusun Nganget justru banyak kambing

yang dijual untuk memenuhi kebutuhannya hidupnya sehingga pengguliran tidak

berjalan, dan kelompok yang dibentuk sebagai media pemecahan masalah juga

tidak berjalan karena tidak pernah dilaksanakan pertemuan kelompok.

Untuk melihat kelemahan dan kelebihan kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget

Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban maka dapat dicari perbandingan

dengan KUBE yang lain. Adapun KUBE tersebut adalah KUBE Keluarga Muda

Mandiri yang berada di Desa Cikeusal Kecamatan Talaga Kabupaten

Majalengka, KUBE ini dipilih karena mempunyai persamaan yaitu sama-sama

beternak kambing hanya di Kabupaten Majalengka di tambah dengan sapi.

Bila ditelaah mengenai proses pembentukan kelompok pada kedua KUBE yaitu

pada kelompok KBS-KUBE yang berada di Dusun Nganget proses pembentukan

kelompok karena akan ada bantuan modal dari Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur. Pada KUBE KMM di Desa Cikeusal pada awalnya ada permasalahan

yang dirasakan oleh warga desa setelah adanya berbagai pertemuan yang

dilaksanakan di rumah Kepala Desa maka ada kesepakatan dari warga desa

untuk mengajukan bantuan permodalan kepada Dinas Sosial Kabupaten

Majalengka. Gayung bersambut maka oleh Dinas Sosial Kabupaten Majalengka

ditindaklanjuti dengan pembentukan KUBE Keluarga Muda Mandiri (KUBE

KMM). Nama dan pembentukan kelompok dilakukan oleh Kepala Desa Cikesual.

(Anonymons, 2003).

Menyimak proses pembentukan kelompok kedua KUBE tersebut maka dapat

dijelaskan bahwa pada KUBE KMM di Desa Cikesual proses pembentukan

Page 114: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

98

kelompok berawal dari permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan oleh warga

desa tersebut baru kemudian kepala desa mencoba mencari program atau

bantuan permodalan untuk menangani permasalahan sedangkan pada

Kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget ada program dulu baru dibentuk

kelompok, sehingga warga dusun kurang antusias dalam mengembangkan

bantuan tersebut akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan baik dari aspek

sosial, kelembagaan maupun ekonomi.

Dari ketiga program yang ada yaitu Pendidikan Taman Kanak – Kanak,

kelompok KBS-KUBE yang ada di Dusun Nganget dan KUBE KMM di Desa

Cikesual Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka dapat dikaji bahwa untuk

keberlangsungan sebuah program pengembangan masyarakat maka (1)

program pengembangan masyarakat harus disusun berdasarkan kebutuhan

yang dirasakan oleh masyarakat ; (2) pemberian kekuasaan kepada masyarakat

lokal untuk mengelola program itu sendiri berdasarkan potensi lokal yang

dimilikinya. Dengan berbagai permasalahan yang ada khususnya kelompok KBS-

KUBE yang berada di Dusun Nganget maka langkah–langkah untuk

memperbaiki keadaan tersebut adalah dengan mengubah pola pikir anggota

kelompok dari kebutuhan yang riil (real need) menjadi kebutuhan yang

dirasakan (felt need). Dengan demikian maka program KUBE yang ada menjadi

sangat dirasakan kalau itu memang benar-benar dibutuhkan untuk memecahkan

permasalahan bersama dan memenuhi dan meningkatkan kebutuhan keluarga

serta dapat meningkatkan peranan eks penderita kusta dalam kelompok dan

masyarakat.

Page 115: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

99

VI. ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA MELALUI PENGUATAN INDIVIDU DAN KELOMPOK KBS - KUBE

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam kelompok KBS – KUBE komunitas

eks penderita kusta dan sesuai dengan kerangka konseptual maka performa

KBS - KUBE dapat dianalisis berbagai aspek antara lain (1) aspek kelembagaan

yang meliputi struktur dan kultur ; (2) aspek sosial dan (3) aspek ekonomi ; (4)

jejaring sosial ; (5) solidaritas sosial; (6) integrasi sosial dan (7) kohesifitas sosial.

Sebelum pada analisis ketiga aspek tersebut maka akan dikemukakan profil

KBS-KUBE sesuai dengan hasil diskusi kelompok. Dari lima KBS – KUBE yang

ada di komunitas eks penderita kusta diambil dua kelompok yang dianggap

mewakili kelompok KBS – KUBE yang progresif dan pasif. Kelompok KBS –

KUBE dimaksud adalah kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia dan kelompok

KBS – KUBE Sumber Makmur.

6.1. Profil KBS – KUBE

Perkembangan kelompok KBS – KUBE sangat penting artinya untuk mengetahui

sejauhmana perkembangan dan kendala yang dialami oleh masing-masing

kelompok KBS-KUBE. Perkembangan KBS - KUBE yang ada di Dusun Nganget

sebenarnya belum dapat dikatakan mencapai tujuan Kelompok Usaha Bersama

yaitu antara lain (1) meningkatkatnya kemampuan anggota kelompok KBS-KUBE

di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari ; (2) meningkatkan

kemampuan anggota kelompok KBS-KUBE dalam mengatasi permasalahan

sosial; dan (3) meningkatkan kemampuan anggota kelompok KBS-KUBE dalam

menampilkan peranan-peranan sosialnya. Salah satu perkembangan Kelompok

KBS-KUBE dapat dilihat dari berkembangnya ternak kambing yang dipelihara

oleh eks penderita kusta. Dengan semakin banyaknya kambing maka dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan eks penderita kusta, mengatasi masalah

dan menampilkan peranan sosialnya.

Hasil penelitian perkembangan KBS-KUBE ternak kambing yang ada di

komunitas eks penderita kusta Dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan

Singgahan adalah sebagai berikut :

Page 116: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

100

Tabel 9. Daftar Perkembangan Kelompok KBS –KUBE di Dusun Nganget Tahun 2005

Nama KBS-KUBE

Data Awal Beranak Mati Hilang Dijual

Jumlah

Peng

guliran

1 2 3 4 5 6 7 8

Sumber Makmur

20 ekor 7 ekor 3 ekor 1 ekor 12 ekor 11 ekor -

Bangkit

Mulia

20 ekor 28 ekor 3 ekor - - 45 ekor 1 klp

Bina

Usaha

20 ekor 10 ekor 5 ekor - 2 ekor 23 ekor -

Barokah 20 ekor 9 ekor 2 ekor - - 27 ekor -

Sumber

Rejeki

20 ekor 8 ekor 2 ekor 3 ekor 2 ekor 21 ekor -

Total 100 ekor 62 ekor 15 ekor 4 ekor 16 ekor 127 ekor

Sumber : Pengurus Kelompok KBS - KUBE 2005

Tabel 10. Menunjukkan bahwa dari jumlah bantuan kambing yang diberikan

kepada eks penderita kusta sebanyak 100 ekor mulai bulan Oktober 2004

sampai Juli 2005 selama sembilan bulan ada 62 % berkembang dan 48 %

belum dapat berkembang, ini menunjukkan bahwa pada saat pembelian bibit

kambing secara kualitas tidak sama. Sebagaimana penuturan Pak Mkn ( 48 )

sebagai berikut :

“ …… pada saat pengurus mau membeli induk kambing yang akan diberikan pada anggota kelompok Keluarga Binaan Sosial -Kelompok Usaha Bersama mengalami kesulitan karena sekaligus dalam jumlah yang besar yaitu 100 ekor sehingga kualitas kambing tidak sama ada yang induknya bagus, ada yang kurang bagus dan ada juga yang sudah tua, atau masih muda semua itu diundi oleh pendamping/koordinator Kelompok Usaha Bersama yang berada di panti …… “

Sedangkan bantuan kambing yang mati mecapai 15 % ini menunjukkan bahwa

penerima bantuan yaitu eks penderita kusta mengalami kesulitan dalam

pemeliharaannya, seperti yang diungkapkan oleh P. Mkm (42) yaitu :

Page 117: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

101

“ …….. bahwa tidak semua eks penderita kusta mempunyai keterampilan memelihara kambing, karena latar belakang mereka sebelum bertempat tinggal di Nganget beraneka ragam …….”

Menyimak pernyataan tersebut bahwa tidak semua warga mempunyai

keterampilan memelihara kambing, dengan demikian mereka tidak tahu

mengenai penyakit-penyakit yang menyebabkan kambing mati, dan bila kambing

sakit apa yang harus dilakukan. Di lain pihak dalam proses seleksi tidak

mempertimbangkan apakah si penerima bantuan punya pengalaman atau

keterampilan memelihara kambing. Disamping hal tersebut dalam kegiatan

bantuan tidak dilaksanakan penyuluhan dan bimbingan sosial untuk membekali

penerima bantuan dalam hal ini eks penderita kusta baik secara teknis tentang

pemeliharaan/perawatan kambing maupun apa esensi daripada Kelompok

Usaha Bersama. Seperti pernyataan Pemimpin Proyek Ibu Dw A ( 42) yaitu :

“ …….. bahwa bantuan yang diberikan kepada eks penderita kusta adalah bantuan modal jadi tidak ada pos untuk penyuluhan dan bimbingan Sosial ………”

Dengan tidak dilaksanakan kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial akan

berpengaruh banyak terhadap perkembangan Kelompok Usaha Bersama baik

perkembangan kambing maupun perkembangan organisasinya itu sendiri. Di

dalam tabel 9 juga dapat diketahui bahwa 4 % atau 4 ekor kambing dinyatakan

hilang. Hilangnya kambing disebabkan belum ada kesiapan warga untuk

menempatkan kambing pada satu kadang besar karena keterbatasan sarana.

Disamping itu untuk penjagaan diperlukan kesadaran yang tinggi dari warga.

Seperti diungkapkan oleh P. Mkn (48) yaitu :

“………… bahwa setiap kelompok pada mulanya dijadikan satu kandang supaya mudah untuk mengontrol namun banyak kendala yang kemudian muncul yaitu sarana kadang besar sangat terbatas disamping itu untuk menjaga diperlukan kesadaran dan tidak semua eks penderita kusta mampu untuk menjaga kambing pada malam hari ………”

Melihat kendala tersebut akhirnya disepakati untuk diambil masing-masing

supaya yang mempunyai kambing merasa tenang dan lebih dekat dengan

kambing peiharaannya. Dengan diambilnya kambing dari kadang besar juga

membawa dampak makin sulitnya mengadakan pengawasan sehingga tanpa

Page 118: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

102

sepengetahuan pengurus banyak kambing yang dijual sampai mencapai 16 %

atau 16 ekor. Seperti diungkapkan oleh P. Ynt (34) yaitu :

“……… bahwa sebenarnya sudah banyak bantuan yang diberikan kepada warga Nganget ini baik berupa sapi maupun kambing, namun banyak yang dijual dengan alasan untuk makan atau tidak bisa merawat lagi karena sakit yang dideritanya kambuh ataupun dijual untuk berobat……..”

Dari berbagai pandangan yang diungkapkan seperti itu maka dalam upaya

mengembangkan Kelompok Usaha Bersama supaya dapat meningkatkan

keberfungsian sosial perlu telaah yang lebih mendalam lagi terhadap berbagai

hal yang menyangkut perkembangan Kelompok KBS-KUBE itu sendiri. Untuk

kajian yang lebih mendalam dari lima kelompok KBS-KUBE yang ada dipilih dua

kelompok yang progresif dan pasif dengan demikian dapat diketahui kendala

yang dialami dan dan faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan Kelompok

KBS-KUBE.

6.1.1. Kelompok KBS – KUBE “Bangkit Mulia”

Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia didirikan pada tahun 2004 karena akan ada

bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur melalui Program Bantuan

Kesejahteraan Sosial tahun 2004. Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia terdiri dari

10 orang, sembilan orang diantaranya bertempat tinggal di RT. 06 dengan ketua

RT Bapak Mkn dan satu orang tinggal di RT. 04. Adapun susunan pengurus

Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia adalah :

1. Ketua : Bakri : T.Tuberkuloid

2. Sekretaris : Eko Wahyu : Indeferent - Indeterminate

3. Bendahara : Gapar : T.Tuberkuloid

4. Anggota : 1. Darmi : T.Tuberkuloid

2. Satimin : T. Tuberkuloid

3. Suminah : Indeferent - Indeterminate

4. Sajid : T. Tuberkuloid

5. Lasmin : B. Border Line

6. Asan : T. Tuberkuloid

7. Romly : T. Tuberkuloid

Sumber : Balai Pengobatan Dusun Nganget Tahun 2005.

Page 119: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

103

Dari daftar susunan Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia semua anggotanya

adalah eks penderita kusta terdiri dari 10 orang dua orang perempuan dan

delapan orang laki-laki. Adapun satu orang yang berasal dari RT. 04 karena ada

kelebihan dari RT, 04 yang tidak tertampung di RT-nya, sehingga digabungkan

dengan RT. 06.

Sesuai dengan pernyataan Pak Rsd ( 65 ) yaitu :

“………. Kolo rumiyin sampun dados keputusanipun pengurus KUBE menawi Pak Lsm meniko nderek kelompok Bangkit Mulia RT nipun Pak Mkn amargo dateng RT kulo sampun ngluwihi bantuan ingkang dipun sukaake kalih panti lan mboten klebet dateng kelompok sanesipun ……”

(Artinya bahwa sejak dulu sudah jadi keputusan pengurus Kelompok Usaha Bersama bahwa Pak Lsm ini diikutkan kelompok Bangkit Mulia RT -nya pak Mkn karena di RT saya ada kelebihan orang yang menerima bantuan yang diberikan oleh panti dan tidak tertampung oleh kelompok lain).

Adapun tingkat pendidikan anggota kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia yaitu

sebagian besar adalah Tamat Sekolah Dasar, Tidak Sekolah dan Sekolah

Menengah Pertama, seperti tabel di bawah ini :

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia Di Dusun Nganget Tahun 2005.

No. Nama Anggota KUBE Pendidikan Keterangan 1. Bakri Tamat SD 2. Eko Wahyu Taman SMP 3. Gapar Tamat SD 4. Darmi Tidak Sekolah 5. Satimin Tamat SD 6. Suminah Tidak Sekolah 7. Sajid Tamat SD 8. Asan Tamat SD 9. Romly Tidak Sekolah 10. Lasmin Tamat SD

Sumber : Pengurus Kelompok KBS - KUBE 2005

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 10 anggota Kelompok KBS-KUBE

Bangkit Mulia yang berpendidikan Tidak Tamat Sekolah Dasar ada tiga orang

atau 30 %, Tamat Sekolah Dasar enam orang atau 60 % dan satu orang Tamat

SMP atau 1 %. Dengan 60 % anggota yang hanya berpendidikan SD akan

mempengaruhi perkembangan organisasi Kelompok Usaha Bersama. Secara

organasasi kelompok bangkit mulia belum berfungsi ini dapat dilihat dari

Page 120: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

104

aktivitasnya seperti pertemuan anggota tidak pernah ada, pembagian tugas dan

pedelegasian wewenang tidak berjalan hanya ada kelengkapan organisasi saja,

administrasi hanya ada buku perkembangan KUBE namun perkembangan

kambing tidak pernah dicatat oleh sekretaris tapi tercatat di Pak RT (Mkn), aturan

tertulis tidak ada, yang ada hanya aturan tidak tertulis yang berlaku untuk semua

Kelompok Usaha Bersama.

Ini sesuai dengan pernyataan Pak Bkr (55) yaitu :

“……… bahwa saya selaku ketua kelompok tidak tahu masalah perkembangan kambing Kelompok Usaha Bersama, yang tahu adalah Pak RT karena warga kalau ada apa-apa selalu melapor kepada Pak RT, waktu saya menjadi ketua kelompok atas penunjukan pak RT karena dalam kelompok tersebut tidak ada yang mau …….”

Dalam kepengurusan selanjutnya setiap anggota maupun pengurus di tingkat

Kelompok Usaha Bersama tidak pernah berpikiran untuk menumbuhkan atau

mengembangkan organisasi KBS - KUBE, yang ada hanya bagaimana supaya

kambing bantuannya dapat berkembang banyak dan bisa segera dapat

menggulirkan. Adapun karakteristik lain yang mendukung semangat anggota

KBS-KUBE Bangkit Mulia yaitu bahwa mereka adalah homongen dan hampir

semua berasal dari eks pasien Rumah Sakit Kusta Nganget. Sesuai dengan

pernyataan Pak Sbr (48) yaitu :

“………. bahwa di RT 06 itu atau orang biasa menyebut sosial memang dipersiapkan oleh Departemen Sosial pada waktu itu, jadi sebelum mereka keluar dari Rumah Sakit Kusta mereka diberi Pendidikan dan Latihan Ketrampilan selama 2 bulan, diberi rumah sebanyak 55 rumah setelah selesai pendidikan mereka diberi modal yaitu berupa sapi dan diperbolehkan mengerjakan sawah milik Dinas Sosial …….”

Dari pernyataan tersebut dapat ditelaah bahwa anggota KBS - KUBE Bangkit

Mulia secara kultur mempunyai hubungan psikologis dengan panti, jadi segala

sesuatu yang diprogramkan melalui panti sedikit banyak akan berpengaruh pada

tindakan mereka. Artinya bahwa apabila program lewat panti akan mempunyai

kecenderungan lebih besar kemungkinan untuk berhasil, apabila pihak panti

juga komitmen untuk mengembangkan eks penderita kusta di luar panti yaitu di

Dusun Nganget.

Page 121: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

105

Sesuai dengan uraian di atas bahwa kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dapat

dikatakan masuk pada kelompok dalam artian interaksi. Kelompok dalam artian

ini adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lain dan sering

melampaui rentang waktu tertentu, serta jumlahnya cukup sedikit, sehingga

setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain, tidak sebagai orang kedua,

melalui orang lain, tetapi saling berhadapan (Gibson, Ivancevich, Donnelly,

1996). Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dapat dikategorikan pada kelompok

dalam artian interaksi, ini dapat dilihat pada seringnya anggota kelompok

mengembala kambing secara bersama sehingga setiap anggota dapat

berkomunikasi dan berinteraksi langsung tanpa ada perantara, sehingga sedikit

demi sedikit dapat menimbulkan saling ketergantungan antar anggota kelompok.

6.1.2. Kelompok KBS – KUBE “Sumber Makmur”

Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur didirikan pada tahun 2004 karena akan

ada bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur melalui Program Bantuan

Kesejahteraan Sosial tahun 2004. Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur terdiri

dari 10 orang, dan semuanya bertempat tinggal dalam satu Rukun Tetangga

yaitu RT. 04. Adapun susunan pengurus Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur

adalah :

1. Ketua : Khoirul : T. Tuberkuloid

2. Sekretaris : Amir : T. Tuberkuloid

3. Bendahara : Kamjani : B. Border Line

4. Anggota : 1. Sableg : Indeferent - indeterminate

2. Suwoto : B. Border Line

3. Darmi : Indeferent - indeterminate

4. Matsai : B. Border Line

5. Sarmi : B. Border Line

6. Ngademo : B. Border Line

7. Kadari : T. Tuberkuloid

Sumber : Balai Pengobatan Dusun Nganget Tahun 2005.

Dari daftar susunan anggota Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur semua

adalah eks penderita kusta yang terdiri dari tiga orang perempuan dan tujuh

orang laki-laki. Anggota KBS-KUBE Sumber Makmur kebanyakan adalah

pendatang yang berobat ke Nganget dan sudah dinyatakan sembuh oleh Mantri

Page 122: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

106

Kesehatan (Balai Pengobatan). Di Dusun Nganget seperti dijelaskan di depan

bahwa ada sungai belereng sebagai tempat berobat untuk orang yang

mempunyai penyakit kusta. Dari berobat inilah banyak pendatang yang akhirnya

menjadi warga Nganget. Seperti diungkapkan oleh Pak Rsd (65) yaitu :

“…….. bahwa warga RT. 04 kebanyakan adalah pendatang yang berobat ke Nganget, karena merasa senasib maka mereka akhirnya membuat rumah disini, saya tidak bisa melarang karena mau kembali kerumah juga mereka dikucikan oleh warga di sekitar rumahnya……”

Dengan pernyataan tersebut maka banyak warga di RT. 04 yang pendatang

sehingga tingkat kesembuhan penyakit yang dideritanya masih perlu untuk

diadakan pemeriksaan kembali. Bagi anggota kelompok KBS - KUBE Sumber

Makmur secara kultural tidak mempunyai ikatan psikologis dengan panti ataupun

Rumah Sakit Kusta Nganget. Ini juga mempunyai mempunyai pengaruh terhadap

perilaku yang berbeda dengan anggota kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia

seperti yang diungkapkan oleh Pak Wdn (44) tahun yaitu :

“……..bahwa warga di RT 04 ini adalah liar karena mereka datang begitu saja sehingga kadang-kadang mereka susah diatur, sebelum kesini mereka itu sudah kemana-mana,seperti minta-minta di jalan..”

Menelaah pernyataan tersebut bahwa dalam Kelompok KBS-KUBE Sumber

Makmur anggotanya adalah para pendatang yang karakteristiknya berbeda

dengan kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia yang seluruhnya berasal dari

Rumah Sakit Kusta Nganget. Pada Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur

mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda artinya sebelumnya tidak

saling mengenal antar anggota kelompok dengan demikian akan berpengaruh

terhadap perkembangan Kelompok KBS-KUBE selanjutnya terutama mengenai

kekompakan antar anggota kelompok.

Adapun tingkat pendidikan anggota kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur yaitu

sebagian besar adalah, Tidak Sekolah, Tamat Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama, sesuai dengan tabel di bawah ini :

Page 123: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

107

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur Dusun Nganget Tahun 2005

No. Nama Anggota KUBE Pendidikan Keterangan 1. Khoirul Tamat SD 2. Amir Tamat SMP 3. Kamjani Tidak Sekolah 4. Sableg Tidak Sekolah 5. Suwoto Tidak Sekolah 6. Darmi Tidak Sekolah 7. Matsai Tamat SD 8. Sarmi Tidak Sekolah 9. Ngademo Tidak Sekolah10. Kadari Tidak Sekolah

Sumber : Pengurus Kelompok KBS - KUBE 2005

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 10 angota kelompok KBS-KUBE

yang Tidak Sekolah mencapai tujuh orang atau 70 %, dua orang atau 20 %

Tamat Sekolah Dasar dan satu orang atau 10 %, Tamat Sekolah Menengah

Pertama. Dengan 70 % anggota tidak sekolah akan mempengaruhi

perkembangan organisasi Kelompok KBS-KUBE. Secara organasasi kelompok

Sumber Makmur belum berfungsi ini dapat dilihat dari aktivitasnya seperti

pertemuan anggota tidak pernah ada, pembagian tugas dan pedelegasian

wewenang tidak berjalan hanya ada kelengkapan organisasi saja, administrasi

hanya ada buku perkembangan kelompok KBS-KUBE namun perkembangan

kambing tidak pernah dicatat oleh sekretaris tapi tercatat di Pak RT (Rsd), aturan

tertulis tidak ada, yang ada hanya aturan tidak tertulis yang berlaku untuk semua

Kelompok Usaha Bersama.

Ini sesuai dengan pernyataan Pak Amr (45) yaitu :

“……… bahwa selama ini kepengurusan di KBS-KUBE Sumber Makmur tidak berjalan saya sebagai sekretaris tidak pernah mencatat apa-apa semua buku-buku dibawa oleh ketua dan selama ini memang tidak ada petunjuk untuk mengadakan pertemuan …….”

Dalam kepengurusan selanjutnya setiap anggota maupun pengurus di tingkat

Kelompok Usaha Bersama tidak pernah berpikiran untuk menumbuhkan atau

mengembangkan organisasi KBS-KUBE. Adapun karakteristik anggota kelompok

KBS-KUBE Sumber Makmur yaitu bahwa mereka adalah heterogen berasal dari

berbagai daerah. Di permukiman tersebut mereka berusaha sendiri untuk

membangun rumah dan kebersamaan dibangun tidak secara bersamaan.

Page 124: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

108

Sesuai dengan pernyataan Pak Rsd (65) yaitu :

“………. Bahwa sebagian besar warga di RT saya adalah pendatang adanya perumahan dibangun atas inisiatif sendiri-sendiri …….”

Dari pernyataan tersebut dapat ditelaah bahwa anggota kelompok KBS - KUBE

Sumber Makmur secara kultur kurang mempunyai hubungan psikologis dengan

panti, jadi segala sesuatu yang diprogramkan melalui panti sedikit berpengaruh

pada tindakan mereka..Seperti terlihat pada tabel 9 bahwa 12 kambing atau12 %

kambing KUBE dijual dua diantaranya ditukar dengan kambing jawa karena

mereka menganggap memelihara kambing gibas tidak jodoh/sinung seperti

pernyataan Pak Kdr (49) yaitu :

“……… setelah saya mendapat bantuan kambing gibas beberapa hari kemudian sakit-sakitan sebelum kambing mati, saya melapor Pak RT untuk menjual kambing bantuan dan akan saya tukarkan dengan kambing jawa ………”

Walaupun mereka menjual kambing bantuan mereka tetap melapor kepada RT

setempat, bukannya melapor kepada ketua kelompok. Ketua RT mempunyai

kedudukan yang baik di mata mereka karena Ketua RT juga menjabat sebagai

wakil sekretaris pada kepengurusan Kelompok Usaha Bersama yang lebih besar

dan kepanjangan tangan dari panti dan selama ini kalau ada permasalahan

selalu melapor kepada Ketua RT.

Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur bila dikaitkan dengan teori kelompok

maka masuk dalam kelompok sebagai artian persepsi yaitu suatu kelompok kecil

didefinisikan sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain

dalam suatu pertemuan tatap muka atau serangkaian pertemuan semacam itu,

dimana setiap anggota menerima beberapa kesan atau persepsi yang cukup

jelas tentang anggota lainnya sehingga ia dapat, pada saat itu atau bersoal

jawab kemudian, memberikan reaksi satu sama lain sebagai seorang individu,

meskipun hal itu mungkin hanya untuk mengingat bahwa yang lain hadir (Gibson,

Ivancevich, Donnelly, 1996). Artinya bahwa dalam kelompok KBS-KUBE

Sumber Makmur antar anggota kelompok hanya menunjukkan yang lain hadir

pada saat terjadinya pertemuan seperti yang terjadi pada diskusi kelompok.

Dalam kelompok tersebut belum terjalin hubungan antar anggota yang saling

menguntungkan dan saling ketergantungan.

Page 125: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

109

Dari uraian profil kedua kelompok KBS-KUBE tersebut di atas dapat dibuat

dalam tabel sebagai berikut : seperti terlihat dalam tabel 12.

Tabel 12. Profil Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dan Sumber Makmur Dusun Nganget Tahun 2005.

Aspek Kajian Kelompok Bangkit Mulia Kelompok Sumber Makmur

Tahun dibentuk kelompok

Bulan Oktober 2004 Bulan Oktober 2004

Pendidikan Formal

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

3 orang atau 30 %

6 orang atau 60 %

1 orang atau 10 %

7 orang atau 70 %

2 orang atau 20 %

1 orang atau 10 %

Diklat yang pernah diikuti berkaitan dengan KUBE

Belum pernah

Belum pernah

Kepengurusan

Struktur organisasi

Pembukuan

Ada, tetapi ketua, sekretaris dan bendahara belum menjalankan fungsinya.

Ada, tetapi tidak pernah diisi.

Ada, tetapi ketua, sekretaris dan bendahara belum menjalankan fungsinya.

Ada, tetapi tidak pernah diisi.

Kepatuhan pada peraturan

Belum pernah menerima sanksi

Pernah menerima sanksi karena menjual kambing bantuan. (sanksi harus mengganti kambing).

Afiliasi lembaga keagamaan

NU dan LDII NU

Asal anggota kelompok KBS-KUBE

Semua mantan pasien Rumah Sakit Kusta Nganget / kelompok sosial

Pendatang (RS Kusta Kediri, Sumber Glagah Mojokerto) Kelompok kulon kali.

Page 126: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

110

Eks Penderita Kusta pada stadium / tipe

Dua orang pada tipe I atau disebut indeferent ---- indeterminate. (bercak keputihan). Daya tahan tubuh kuat tidak menular.

2 orang pada tipe I atau disebut indeferent ---- indeterminate. (bercak keputihan). Daya tahan tubuh kuat tidak menular.

Tujuh orang pada tipe 2 atau disebut T. Tuberkoloid rambut rontok, penebalan kulit, pembengkakan pada tangan dan kaki. (lepra kering).

3 orang pada tipe 2 atau disebut T. Tuberkoloid rambut rontok, penebalan kulit, pembengkakan pada tangan dan kaki. (lepra kering).

Satu orang pada tipe 3 B. Border Line terjadi luka dan mutilasai = ujung ruas jari kaki

Derajat kesembuhan

100 % sudah dinyatakan sembuh.

5 orang pada tipe 3 B. Border Line terjadi luka dan mutilasai = ujung ruas jari kaki.

Derajat kesembuhan

100 % sudah dinyatakan sembuh.

Sumber : wawancara dengan anggota kelompok KBS-KUBE Tahun 2005.

6.2. Analisis Aspek Kelembagaan Kelompok KBS - KUBE

Bertrand (1974) sebagaimana dikutip Tonny (2004) mengemukakan bahwa

kelembagaan sosial adalah tata abstraksi yang lebih tinggi dari group, organisasi

dan sistem sosial lainnya. Setiap kelembagaan mempunyai tujuan tertentu dan

orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki pola perilaku tertentu yang

berpedoman pada nilai–nilai dan norma yang sifatnya khas. Perihal sistem norma

yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan tertentu, apabila diwujudkan

dalam hubungan antar manusia dinamakan organisasi sosial (social

organization). Dalam perkembangan selanjutnya, norma-norma tersebut dapat

dikategorikan ke dalam berbagai kebutuhan pokok kehidupan manusia.

Selanjutnya, setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok

yang apabila dikelompokkan akan terhimpun menjadi kelembagaan sosial.

Kelembagaan itu bersifat konsepsi, dan bukan suatu yang kongkrit. Suatu

kelembagaan adalah suatu kompleks peraturan-peraturan dan peranan-peranan

sosial. Dengan demikian, kelembagaan memiliki aspek kultural dan struktural.

Page 127: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

111

Segi kultural memiliki norma-norma dan nilai-nilai dari segi struktural berupa

pelbagai peranan sosial.

6.2.1. Aspek Struktural dalam kelembagaan Kelompok KBS - KUBE

Struktur kelompok ialah suatu sistem yang cukup tegas mengenai hubungan-

hubungan antara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan-peranan dan

status-status mereka sesuai dengan sumbangan masing-masing dalam interaksi

kelompok menuju ketujuannya. (Gerungan : 2002) Jadi struktur dalam kelompok

itu terdiri dari susunan kedudukan-kedudukan fungsional anggota kelompok

dalam kerjasamanya kearah tujuannya. Dengan kata lain, struktur itu adalah

susunan hirarkis antar anggota kelompok disertai pengharapan-pengharapannya

bahwa tugas dan kewajiban yang diserahkan kepada anggota-anggota itu akan

diselesaikan dengan sewajarnya.

Oleh karena itu tujuan kelompok adalah khas bagi kelompok yang bersangkutan,

demikian pula ciri-ciri pribadi dan kecakapan-kecakapan anggota serta interaksi

kelompok kearah tujuannya adalah khas. Maka oleh karena struktur kelompok

yang bersangkutan adalah khas pula, sesuai dengan keadaan di dalam dan di

luar kelompok. Berkenaan dengan struktur kelembagaan KUBE maka faktor-

faktor yang diamati meliputi : pelapisan sosial dalam kelompok, pola hubungan

dan komunikasi dalam kelompok, kepemimpinan dalam kelompok dan konflik

dalam kelompok serta mekanisme kerja Kelompok Usaha Bersama.

6.2.1.1. Pelapisan Sosial dalam Kelompok KBS – KUBE

Dalam peta sosial di jelasakan bahwa pelapisan sosial di permukiman eks

penderita kusta dusun Nganget kekayaan bukanlah hal yang menjadi prioritas

tetapi senioritas, keahlian ilmu pengetahuan terutama di bidang agama dan yang

lebih khusus lagi adalah pegawai panti terlebih lagi didukung peranannya dalam

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Untuk mengamati pelapisan sosial dalam

kelompok dapat diamati dari jenis kelamin, pendidikan anggota, usia anggota,

pembagian kerja, pengambilan keputusan dalam kelompok, paham idiologi,

pendapatan per bulan dan asal eks penderita kusta.

Pada umumnya anggota kelompok KBS - KUBE baik Bangkit Mulia maupun

Sumber Makmur adalah laki-laki namun ada juga perempuan. Baik laki-laki

Page 128: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

112

maupun perempuan mereka semua adalah pencari nafkah, mereka saling

bergantian dalam pemeliharaan kambing tetapi ada juga yang sebagai pencari

nafkah utama karena suaminya meninggal dunia atau sakit tidak tidak bisa

bekerja lagi seperti yang diungkapkan oleh Ibu Gpr (55) yaitu :

“……… menawi bapake kerja dateng tiang sanes biasanipun dikengken macul utawi kerja nopo mawon ingkang angen nggih kulo niki ……..”

(artinya bahwa kalau suaminya disuruh orang untuk kerja mencangkul ataupun kerja yang lain maka yang mengembala kambing adalah istrinya).

Hal ini diungkapkan juga oleh pernyataan Ibu Drm (44) yaitu “

“…….. Ingkang pados penggesangan saben dintene nggih kulo wong bapakipun sampun mboten saget menopo-menepo amargi sakit, kulo nggih kadang-kadang bakdho nyencang mendho niku merman dikengkeni tiang-tiang dateng persil, sabin utowo menopo ke mawon…….”

( Artinya bahwa yang mencari penghidupan setiap harinya adalah perempuan karena suami sudah tidak bisa apa-apa karena sakit, kadang-kadang setelah mengembala kambing saya disuruh orang membantu di persil, sawah atau apa saja ……..”).

Dengan pernyataan tersebut bahwa peranan laki-laki dan perempuan dalam

pengembalaan kambing adalah saling melengkapi. Bahkan yang sering

mengembala kambing adalah perempuan karena tempat pengembalaan dekat

dengan permukiman warga sedangkan yang laki-laki cenderung mencari

penghasilan lain. Berikut ini adalah hasil wawancara terhadap dua kelompok

KBS - KUBE sebagai terdapat dalam tabel 13.

Page 129: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

113

Tabel 13. Pelapisan sosial dua kelompok KBS – KUBE di Dusun Nganget Tahun 2005

Pelapisan Sosial Kelompok Usaha Bersama

Bangkit Mulia Sumber MakmurJumlah Anggota

% Jumlah Anggota

%

Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

1082

1008020

10 7 3

1007030

Usia Anggota a. 20 – 30 Tahun b. 31 – 40 Tahun c. 41 – 50 Tahun d. > 51

101-45

10010

-4050

10 1 2 5 2

10010205020

Pembagian Kerja a. Ada b. Tidak ada

10-

10

100-

100

10 -

10

100-

100Pengambilan Keputusan a. Anggota/Pribadi b. Ketua Kelompok c. Musyawarah anggota d. Pihak lain (Ketua RT)

10---

10

100---

100

10 6 - - 4

10060

--

40Afiliasi Lembaga Keagamaan a. NU b. LDII

1073

1007030

10 10

-

100100

-Asal Eks Penderita Kusta a. Pendatang b. Bekas RS Kusta Nganget

10-

10

100-

100

10 10

-

100100

-Pendapatan Per Bulan a. < 100.000,- b. 100.000 – 300.000,- c. 301.000 – 600.000,- d. 601.000 – 900.000,

10-451

100-

405010

10 1 7 2 -

100107020

-Pekerjaan Petani Penggarap Tukang Kayu Swasta Tidak Bekerja

10811-

100801010

-

10 7 2 - 1

1007020

-10

Sumber : Wawancara dengan anggota kelompok KBS-KUBE

Usia anggota Kelompok Usaha Bersama rata-rata di atas usia 41 tahun

mencapai 90 %, untuk KBS - KUBE Bangkit Mulia 50 % anggotanya di atas 51

Tahun sedangkan KBS - KUBE Sumber Makmur hanya 20 %. Dengan usia yang

sudah semakin tua untuk anggota KBS-KUBE Bangkit Mulia lebih rajin dan sabar

dalam pemeliharaan kambing bahkan setiap hari kambing dicombor (makan

dedeg/katul campur air dan garam sedikit) supaya cepat gemuk karena mereka

Page 130: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

114

berprinsip bahwa memelihara kambing disamping untuk kegiatan ekonomis juga

untuk hiburan sehingga kambing dipelihara dengan baik dan bahkan sangat

disayangi seperti yang diungkapkan oleh Pak Gpr (49) yaitu :

“ …….. bahwa sebenarnya secara ekonomi dan jangka pendek memelihara kambing itu rugi, karena tiap hari mengeluarkan uang untuk membeli katul/dedeg setiap minggu kambing 7 ekor ini menghabiskan dedeg/katul sampai 10 kg per Minggu, harga per kilonya sampai di permukiman Rp. 1.000,- jadi setiap minggunya saya mengelurkan uang sebesar Rp. 10.000,- Namun saya ikhlas dan senang karena kambing-kambing saya menjadi gemuk itu jadi hati saya sudah terhibur dan kalau sewaktu-waktu saya butuh uang tinggal menjual……”

Kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur rata-rata anggotanya masih berusia

produktif yaitu mencapai 50 %, dengan usia yang produktif maka tingkat

mobilisasi sosial lebih tinggi dibanding dengan kelompok KBS – KUBE Bangkit

Mulia sehingga banyak kambing yang tidak terpelihara dengan baik.

Seperti yang diungkapkan oleh Pak Krl (23) yaitu :

“ ………. Bahwa pekerjaan saya adalah tukang kayu sehingga saya sering dipanggil orang kesana-kemari dan saya juga belum berumah tangga sehingga kambing tidak terurus dan akhirnya saya jual ……..”

Pendidikan formal anggota Kelompok Usaha Bersama baik kelompok KBS -

KUBE Bangkit Mulia maupun Sumber Makmur sebagian besar tidak tamat

Sekolah Dasar sampai tamat Sekolah Dasar hanya dua orang yang tamat

Sekolah Menengah Pertama. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan waktu

itu mereka dari kecil penyakit yang dideritanya sudah mulai nampak dan

kebanyakan dari keluarga yang tidak mampu. Seperti diungkapkan oleh Pak Amr

(45) yaitu :

“……..bahwa dari kecil sampai Sekolah Dasar penyakit saya ini belum kelihatan menginjak kelas tiga Sekolah Menengah Pertama mulai kelihatan, saya mulai dijauhi oleh teman-teman dan saya mulai minder namun tetap saya tahan sampai akhirnya saya lulus dari SMP ……”

Untuk melanjutkan sekolah orang yang mempunyai penyakit kusta sangat sulit

karena masih ada stigma dari masyarakat yang selalu melekat padanya yaitu

masyarakat menyebut penyakit tersebut akibat kutukan atau kalau berdekatan

bisa menular sehingga sangat sulit untuk bergaul dengan masyarakat pada

umumnya.

Page 131: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

115

Pembagian tugas dalam kelompok KBS - KUBE disusun secara sederhana terdiri

atas ketua, sekretaris dan bendahara. Kepengurusan ini hanya sekedar

memenuhi persyaratan untuk mendapatkan bantuan dari program bantuan

kesejahteraan sosial tanpa diketahui tugasnya dengan jelas. Karena di atas lima

kelompok KBS - KUBE yang ada ini ada kepengurusannya lagi yang menaungi

yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Kepengurusan inilah yang aktif dan

jelas pembagian tugasnya. Kepengurusan ini terdiri dari tokoh

agama/masyarakat dan masing-masing ketua RT. Masing-masing ketua RT

diberi wewenang untuk mengatur, mengawasi dan mengontrol KBS - KUBE di

RT –nya masing-masing.

Dengan pemberian wewenang tersebut akhirnya pengambilan keputusan selalui

diserahkan kepada ketua RT. Kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia ketua RT-

nya cukup aktif dan kebetulan dia tidak ada pekerjaan yang pasti karena

kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh anaknya, sehingga mempunyai waktu untuk

selalu memonitor KBS - KUBE yang berada dalam kewenangannya. Dalam

KUBE Bangkit Mulia 100 % keputusan diambil oleh ketua RT yang sekaligus

sebagai sekretaris pengurus KUBE.

Di permukiman eks penderita Nganget tidak bisa lepas dengan kelompok-

kelompok masyarakat yang ada. Pada Kelompok KBS - KUBE Bangkit mulia

anggota cukup beragam 70 % warga Nahdatul Ulama dan 30 % warga LDII,

namun mereka dipersatukan kelompok sosial, karena mereka berangkat ke

permukiman dengan gerbong yang sama yaitu bantuan dari Departemen Sosial.

Berbeda dengan KUBE Sumber Makmur 100 % warga Nahdatul Ulama yang

sangat rutin mengikuti tahlilan setiap satu minggu sekali walaupun pada awalnya

mereka tidak mengenal satu dengan yang lain.

Pendapatan diantara dua KUBE hampir sama yaitu KUBE Bangkit Mulia 50 %

berpendapatan tiap bulan antara Rp. 301.000 - 600.000 sedangkan KUBE

Sumber Makmur 70 % pendapatan per bulan anggotanya sebesar Rp. 100.000 –

300.000,- . Ada yang lebih menonjol diantara dua KUBE yaitu masing-masing 10

% ada anggota yang berpenghasilan tertinggi dan terendah. Ini disebabkan

karena anggota dari KBS – KUBE Bangkit Mulia ada yang bekerja di luar

permukiman sehingga pendapatan lebih tinggi sedangkan di KUBE Sumber

Makmur juga penderita namun usia sudah sangat tua dan tidak berpenghasilan.

Page 132: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

116

Dengan tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang tidak mencukupi

kebutuhan dan ditambah dengan persoalan-persoalan yang lain sehingga

peranan individu dalam kelompok sangat kurang. Seperti yang dikemukakan oleh

Soekanto (2005) bahwa peranan dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting

bagi struktur sosial masyarakat. Kurang adanya spesialisasi tugas menjadikan

individu kurang berperan dalam setiap aktifitas kelompok sehingga struktur

kelompok akan tampak statis, apalagi jika kemampuan sumber daya yang

dimilikinya sangat lemah maka intervensi dari luar akan sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan sebuah kelompok.

6.2.1.2. Pola Hubungan dan Komunikasi Dalam Kelompok

Pola hubungan dan komunikasi dalam kelompok yang berkaitan dengan aspek

struktur diamati dari derajat kedekatan anggota dalam kelompok serta bentuk

bentuk hubungan dan ikatan dalam kelompok. Sedangkan pola komunikasi

dalam kelompok diamati dari intensitas komunikasi dalam kelompok dan antar

kelompok baik horizontal maupun vertikal serta sarana komunikasi yang

digunakan. Hubungan yang dinamis dalam kelompok dengan komunikasi yang

baik dan lancar akan memperkuat tingkat kohesivitas kelompok tersebut.

Derajat kedekatan anggota dalam kelompok untuk kedua kelompok KBS - KUBE

hampir sama perasaan senasib membawa dampak adanya ikatan emosional

yang kuat. Perasaan senasib akan muncul apabila kelompok – kelompok

tersebut mempunyai kepentingan yang sama dalam menghadapi sesuatu.

Namun dalam kelompok KBS - KUBE mereka juga bisa bersifat egois bila antar

anggota kBS - KUBE mempunyai kepentingan yang tidak sama. Seperti yang

muncul dalam diskusi kelompok yang diungkapkan oleh Ibu Drm (44) yaitu :

“……….. bahwa kambing yang sakit itu adalah urusan mereka masing-masing mau memanggil mantri atau tidak, kalau disuruh membantu maka saya tidak mau karena tidak punya uang …….”

Ketidakmauan mereka membantu sesama anggota kelompok dapat disebabkan

susahnya mencari penghasilan karena keterbatasan pekerjaan, mereka hanya

bisa mencari penghasilan di permukiman saja atau di sekitarnya yang sudah

terbiasa menerima mereka.

Hubungan atau komuikasi anggota dalam kelompok pada umumnya

menggunakan media lisan atau tatap muka antar personal. Pranadji (2003)

Page 133: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

117

menyatakan bahwa hubungan atau komunikasi menggunakan media lisan dan

tatap muka personal menjadi ciri umum yang mendasari solidaritas

ketetanggaan. Masing-masing kelompok KBS - KUBE selama ini tidak pernah

mengadakan pertemuan. Pertemuan hanya dilakukan oleh pendamping KUBE

yang berkedudukan di dalam panti selama ini pertemuan baru dilaksanakan

sebanyak 4 kali. Sesuai dengan pernyataan Ibu Smh (49) yaitu :

“……..Bahwa pertemuan masing-masing kelompok memang tidak pernah ada namun kalau pertemuan seluruh KUBE yang ada kira-kira sudah 4 (empat) kali dan dilaksanakan di panti yang pertama pada saat akan ada bantuan; kedua pada saat akan menerima bantuan; ketiga pada saat pembagian kelompok dan yang keempat pada saat pembagian bantuan kambing setelah itu tidak pernah ada lagi ……..”

Pertemuan yang diadakan hanya pada tingkat pengurus KUBE yang menaungi

kelompok-kelompok KBS - KUBE. Pertemuan itu dilaksanakan setiap 4 bulan

sekali itu diadakan untuk membahas perkembangan simpan pinjam dan

permasalahan-permasalahan yang ada pada masing-masing kelompok KBS -

KUBE. Dengan jarangnya pertemuan yang dilaksanakan di permukiman ini juga

berkaitan dengan keterbasatan fisik yang ada pada eks penderita kusta itu

sendiri. Setelah seharian bekerja mereka cukup lelah sehingga frekwensi

pertemuan dengan tetangga juga terbatas hanya pada sore hari setelah pulang

dari sawah atau persil. Dan pada malam hari mereka beristirahat dalam rumah.

6.2.1.3. Kepemimpinan Dalam Kelompok KBS - KUBE

Poinsioen (1969) sebagaimana dikutip Pranadji (2003) menyatakan bahwa

kepemimpinan adalah salah satu penggerak utama perubahan masyarakat,

leadership as a prime mover of social changes. Aspek kepemimpinan sangat

menentukan kemajuan masyarakat. Kemajuan suatu kelompok sangat ditentukan

oleh ciri kepemimpinan yang melekat pada para pemimpinnya.

Berdasarkan hasil wawancara anggota kelompok bahwa pada kedua kelompok

KBS - KUBE baik Bangkit Mulia maupun Sumber Makmur pemilihan ketua

masing – masing KBS - KUBE berdasarkan penunjukkan ketua RT masing-

masing melalui musyawarah pengurus KUBE yang menaungi masing-masing

kelompok KBS - KUBE. Sesuai dengan pernyataan Pak Rls (65) yaitu :

“………bahwa pada siang hari kami dipanggil oleh kepala panti dan kami diberi tugas untuk membentuk 5 kelompok yang terdiri dari masing –masing kelompok 10 orang karena akan ada bantuan, maka

Page 134: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

118

pada malam harinya kami berkumpul di rumah Pak Rks untuk membicarakan masalah tersebut dan kami selesaikan tugas membentuk kelompok sekaligus pengurusnya dan pagi harinya kami serahkan kepada kepala panti……..”.

Kepemimpinan dalam kedua kelompok KBS-KUBE tersebut tidak berfungsi ini

disebabkan ketua kelompok adalah hasil penunjukkan dari pengurus Kelompok

Usaha Bersama.

6.1.2.4. Konflik Dalam Kelompok KBS - KUBE

Konflik adalah pertentangan antara sua pihak atau lebih. Konflik dapat terjadi

antar individu, antar kelompok kecil atau besar. Dalam mengelola sebuah

kelompok seperti KBS - KUBE tentunya konflik sering terjadi terutama berkaitan

dengan keragaman kebutuhan dan kepentingan anggota dalam kelompok.

Semakin beragamnya tujuan setiap anggota semakin besar pula kemungkinan

terjadinya konflik. Konflik dalam kelompok KBS - KUBE pada umumnya

merupakan suatu dinamika yang ada dalam perkembangan kelompok.

Pola konflik yang terjadi dalam kelompok KBS - KUBE umumnya bersifat

interpersonal, namun tidak menutup kemungkinan bisa meluas pada kelompok

yang lain. Sesuai dengan pernyataan Ibu Smh (49) yaitu :

“…….. sampun dados keputusanipun pengurus menawi mendho bantuan niku mboten saget dipun sadhe, niku medhonipun Bu Rks kok dipun sadhe malah ditumbasake kalung, pengurus KUBE sampun mangertos nanging mendhel mawon ……..”

( Artinya sudah menjadi keputusan pengurus bahwa kambing bantuan tidak boleh dijual, tapi kambingnya bu Rks di jual dan dibelikan perhiasan, pengurus KUBE sudah mengetahuinya tetapi diam saja )

Konflik akan terjadi bila pengurus KUBE sendiri tidak konsisten dengan peraturan

yang dibuatnya sendiri, walaupun peraturan itu sifatnya tidak tertulis. Penyebab

lain bisa terjadi karena faktor kurangnya komunikasi maupun lemahnya

kepemimpinan dalam kelompok. Lemahnya komunikasi ini bisa disebabkan

karena kurang adanya pertemuan baik internal kelompok maupun antar

kelompok KBS - KUBE yang ada. Konflik juga mempunyai aspek – aspek positif

seperti memperkuat identitas kelompok, meningkatkan prestasi kelompok (Jehn,

1995) dalam Sarwono (2001) memberi peluang untuk belajar, dan meningkatkan

konsensus (Franz & Jin, 1995) dalam Sarwono (2001).

Page 135: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

119

6.2.1.5. Mekanisme Kerja KUBE

Mekanisme KUBE yang ada di permukiman eks penderita kusta barangkali

berbeda dengan KUBE di daerah lain. Mekanisme kerja KUBE di permukiman

eks penderita kusta yaitu bantuan disaluran melalui panti. Didalam panti ada

koordinator KUBE yang dijabat oleh eselon IV dan mereka mempunyai staf yang

disebut sebagai pendamping. Jumlah pendamping ada lima orang sesuai

dengan jumlah kelompok KBS - KUBE yang ada. Dibawah Koordinator dan

pendamping ada pengurus yang yang berjumlah enam orang terdiri dari tokoh

masyarakat, tokoh agama dan Ketua RT disebut sebagai Pengurus KUBE ,

dalam kepengurusan KUBE mempunyai kegiatan usaha simpan pinjam dan

kelompok KBS - KUBE yang berjumlah lima kelompok.

Struktur Organisasi Kerja KUBE dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 8. Struktur Organisasi KUBE di Dusun Nganget Tahun 2005

Sumber : Koordinator KUBE Tahun 2005

Ket. : = Garis Komando, = Garis Koordinasi, = Garis Pendamping, =Grs Kegiatan

KBS – KUBE Sumber Rejeki

Dinas Sosial

Panti

Pengurus KUBE (Tokoh Masyarakat)

KBS – KUBE Bangkit Mulia

Koordinator Umum Koordinator I Koordinator II

KBS – KUBE Barokah

KBS – KUBE Sumber Makmur

KBS – KUBE Bina Usaha

Pendamping Pendamping PendampingPendampingPendamping

Usaha Simpan Pinjam KBS - KUBE

Page 136: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

120

Dalam pengelolaannya dilaksanakan secara hirarkis mulai Pembina yang dijabat

oleh Kepala Panti, dibawahnya koordinator lalu pendamping, pengurus KUBE

dan yang paling bawah pengurus kelompok KBS - KUBE. Secara struktural

pengurus KBS – KUBE akan melaporkan permasalahan kelompok kepada

Pengurus KUBE selanjutnya pengurus KUBE melanjutkan kepada Koordinator

KUBE dan seterusnya sampai kepada Pembina KUBE.

Namun yang terjadi pengurus KBS – KUBE baik kelompok KBS – KUBE Bangkit

Mulia maupun Sumber Makmur tidak berfungsi sehingga diambil alih oleh ketua

RT masing-masing yang secara langsung juga menjadi pengurus KUBE. Bagi

kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia yang mempunyai Ketua RT rajin dan sering

mengadakan monitoring maka KBS – KUBE dapat berkembang namun untuk

kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur sedikit mengalami hambatan dalam

perkembagannya. Ketua RT tidak bisa selalu memonitor perkembangan KBS –

KUBE akhirnya anggota KBS – KUBE bertindak sesuai dengan kebutuhan yang

dia rasakan seperti menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bila ditelaah lebih dalam mekanisme kerja KUBE secara hirarkis

petanggungjawaban antar unit organisasi tidak jelas adanya jabatan rangkap

yang disandang oleh pengurus KUBE. Selain sebagai pengurus KUBE mereka

juga menjadi ketua RT yang bertanggungjawab terhadap perkembangan KUBE.

Kelemahan dari mekanisme kerja KUBE karena masing-masing unit tidak

mengetahui siapa bertanggungjawab kepada siapa, karena tidak ada penjelasan

secara tertulis dan mekenisme tersebut hanya diketahui orang-orang yang

berada dalam panti tanpa melibatkan pengurus dan anggota KBS-KUBE yang

ada.

6.2.2. Aspek Kultur dalam kelembagaan KBS - KUBE

Banyaknya unsur-unsur kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat maka

untuk memahami kelompok KBS - KUBE, pengamatan dibatasi pada nilai dan

norma kelompok, dan tata perilaku dalam kelompok.

6.2.2.1. Sistem Nilai dan Norma dalam Kelompok KBS - KUBE

Sistem tata nilai yang diperankan oleh anggota-anggota kelompok dalam

masyarakat mencerminkan tata nilai dari masyarakat itu sendiri, begitu juga

Page 137: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

121

sebaliknya tata nilai masyarakat itu mencerminkan tata nilai dari anggota-

anggota masyarakat. Begitu juga yang terjadi pada anggota – anggota kelompok

KBS - KUBE dalam komunitas eks penderita kusta. Sistem tata nilai dan norma

yang dianut oleh kedua kelompok KBS – yaitu pada KBS-KUBE Bangkit Mulia

kepatuhan pada peraturan lebih baik dibanding dengan KBS – KUBE Sumber

Makmur ini dapat dilihat pada perilaku penjualan kambing yang dilakukan oleh

anggota kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur lebih banyak dibanding

kelompok Bangkit Mulia. Disamping penjualan kambing juga masalah

pengguliran Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia lebih banyak jumlah kambing

yang digulirkan bahkan sudah membentuk kelompok baru.

Penjualan yang terjadi pada kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur ini

disebabkan karena tingkat ekonomi kelompok sumber Makmur sangat rendah

dan sering sakit – sakitan sehingga kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan dipakai untuk pengobatan. Dalam kehidupan sehari-hari Eks

penderita kusta mempunyai semangat hidup dan semangat kerja yang lebih

tinggi dibanding dengan masyarakat di dusun sekitar permukiman Dusun

Nganget ini sesuai dengan pernyataan Pak Mstr (55) yaitu :

“………..bahwa yang membedakan eks penderita kusta dengan warga di Dusun lainnya adalah semangat kerja dan keinginannya untuk tetap hidup lebih besar dibanding dengan warga dusun lainnya……….”

Hakekat hidup dan hakekat kerja ini dapat diamati melalui pola kerja atau waktu

lamanya mereka bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rph (42) yaitu :

“……….Kulo niku pak nyambut dhamel milai injing ngantos suruf, tangi jam 04.00 terus sholat subuh, masak, umbah-umbah bakdho niku angen dateng saben kulo sambi nburuh tandur ngantos bade dhuhur manthuk sekedap, mangke jam 13,00 berangkat malih dateng saben nerusake mburuh ngantos jam 16.00, saksampune niku mendhet mendho kalih pados suket kangge nedo medho menawi dhalu ngantos jam 17,30 ……..”

(artinya saya ini pak mulai bekerja dari pagi sampai metahari tenggelam, mulai bangun jam 04.00 pagi terus menjalankan sholat subuh, masak, mencuci setelah itu pergi mengembala kambing sambil menjadi buruh tani sampai hampir dhuhur, pulang sebentar sampai pukul 13.00 lalu berangkat lagi melanjutkan bekerja sebagai buruh tani sampai pukul 16.00, sesudah itu pergi mengambil kambing sekalian mencari rumput untuk makan kambing pada waktu malam hari selesai sampai pukul 17.30)

Para eks penderita kusta bekerja selama 12 jam setiap harinya dengan kualitas

pekerjaan yang berat, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 138: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

122

6.2.2.2. Tata Perilaku Dalam Kelompok KBS - KUBE

Tata perilaku dalam kelompok juga merupakan perwujudan dari perilaku yang

ditujukkan oleh suatu masyarakat. Tata perilaku tersebut merupakan wujud

sistem norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat di permukiman eks

penderita kusta Dusun Nganget. Jadi baik buruhnya suatu perilaku suatu

kelompok tergantung pada seberapa kuat nilai dan sistem norma yang dijalankan

oleh kelompok tersebut. Untuk mengamati perilaku individu dalam kelompok KBS

- KUBE di permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget ada tiga hal yang

pokok yaitu perilaku kerjasama, perilaku persaingan dan disiplin kerja.

Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok

yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok

yang lain secara keseluruhan sehingga setiap individu hanya dapat mencapai

tujuan apabila individu yang lain juga mecapai tujuan. Persaingan suatu bentuk

interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan sehingga individu

lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut atau suatu proses sosial

ketika individu/kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai

keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan disiplin kerja merupakan

perilaku untuk mentaati suatu aturan baik itu aturan tertulis maupun tidak tertulis.

Ketiga faktor tersebut dipandang sangat berkaitan dengan tata nilai dan norma

yang berlaku dalam dalam kelompok KBS - KUBE di permukiman eks penderita

kusta. Untuk memahami lebih dalam tentang hal tersebut dapat diuraikan melalui

tabel 14.

Tabel 14. Tata perilaku kelompok KBS - KUBE Dusun Nganget Tahun 2005.

Tata Perilaku Dalam Kelompok

Kelompok KUBE Bangkit Mulia Sumber Makmur

Perilaku Kerjasama Bila ada anggota lain yang tidak bisa mengembalakan kambing maka dapat dititipkan kepada anggota lain tanpa pamrih.

Bila ada anggota lain yang tidak bisa mengembalakan kambing maka bisa dititipkan orang dengan jalan memberi upah.

Perilaku Persaingan Pengguliran

Ada kebanggaan bila sudah menggulirkan

Belum ada kebanggan bila sudah menggulirkan

Disiplin kerja Dalam mengembala dan pemberian makanan tambahan tepat waktu

Dalam mengembala dan pemberian makanan tambahan Tidak tepat waktu

Sumber : Wawancara dengan anggota kelompok tahun 2005

Page 139: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

123

Perilaku kerjasama di antara kedua kelompok ini mempunyai perbedaan yang

sangat menyolok. Bila pada kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia apabila ada

teman yang sedang bepergian maka teman yang lain dapat diminta untuk

sementara mengembalakan kambing yang dimilikinya ini.

Sesuai dengan pernyataan Ibu Smh (49) yaitu :

“……….Menawi wonten konco ingkang bade tindak an mendhonipun dititip kalih kulo, natos pak Stm tindak Griyo Sakit Sumber Glagah Mojokerto mresakaken gerahipun pinten-pinten ndinten mendhonipun dititip kulo, nggih kulo ngen sareng kalih mendho kulo ……..”

(artinya bahwa kalau ada teman yang akan pergi kambing dititipkan kepada saya pernah pak Stm pergi ke Rumah Sakit Sumber Glagah Mojokerto memeriksakan sakitnya, beberapa hari kambingnya dititipkan saya, ya saya mengembalakan bersamaan dengan kambing saya).

Bila ditelaah lebih dalam bahwa perilaku kerjasama yang ditunjukkan oleh

anggota kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia adalah berkat kebersamaannya

selama mereka berada di rumah sakit kusta Nganget sampai beberapa tahun

bahkan bertempat tinggal pun bertetangga sehingga diantara mereka timbul

solidaritas.

Sedangkan perilaku kerjasama di dalam kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur

sudah didasari oleh sikap yang agak komersial seperti pernyataan Pak Swt (50)

yaitu :

“………..bahwa pada saat saya sakit dan berobat ke Rumah Sakit Sumber Glagah Mojokerto beberapa hari, saya minta tolong pada seseorang untuk sementara menggembalakan kambing, tetapi orang tersebut minta upah dan saya beri Rp. 60.000,- karena tidak punya uang maka kambing saya jual untuk berobat dan memberi upah orang tersebut……..”

Dari pernyataan tersebut apabila ditelaah maka sifat solidaritas kelompok KBS –

KUBE Sumber Makmur sangat rendah ini disebabkan karena mereka

dipertemukan di permukiman dan pada awalnya tidak mengetahui latar belakang

masing-masing. Perilaku persaingan yang terjadi pada kedua kelompok KBS -

KUBE hampir sama namun frekwensi anggota yang berbeda artinya persaingan

antar anggota KBS - KUBE Bangkit Mulia terjadi apabila sudah bisa

menggulirkan itu adalah merupakan kebanggaan karena mereka menganggap

kewajiban sudah selesai dari 10 anggota hampir semua merasa senang kalau

sudah menggulirkan ini berakibat bahwa kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia

Page 140: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

124

jumlah pengguliran lebih banyak dibanding kelompok KBS - KUBE Sumber

Makmur dan bahkan sudah terbentuk kelompok KBS - KUBE baru.

Pada disiplin kerja anggota kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur masih

kurang dibanding dengan kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia. Ini disebabkan

tingkat mobilitas pada kelompok Sumber Makmur lebih tinggi sehingga kadang –

kadang berpengaruh pada pemeiliharaan kambingnya. Sedangkan pada

kelompok Bangkit mulia ada saling bekerjasama atau saling membantu antara

suami dan istri dalam pemeliharaan kambing, sehingga kambing tetap terpelihara

dengan baik.

6.3. Analisis Aspek Sosial Kelompok KBS - KUBE

Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau

lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang

satu dengan anggota yang lain. Dengan kata lain antar anggota kelompok

mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami

secara bersama-sama.

Untuk menganalisis aspek sosial baik anggota kelompok KBS - KUBE Sumber

Makmur dan KBS - KUBE Bangkit Mulia dalam kajian ini di fokuskan kepada

yaitu motivasi berkelompok, peran masyarakat, interaksi dalam kelompok dan

kepedulian sosial, rasa turut memiliki dan perkembangan kelompok. Seperti

dapat dilihat dalam tabel 15.

Tabel 15. Dinamika kelompok anggota KUBE Bangkit Mulia dan Sumber Makmur Dusun Nganget Tahun 2005.

Dinamika Kelompok Kelompok KUBE

Bangkit Mulia Sumber Makmur

Motivasi berkelompok Mulai tumbuh, ditandai dengan adanya mengembala secara bersama

Belum tumbuh

Peran Masyarakat Melalui

ketetanggaan

Melalui Lembaga keagamaan

Kepedulian Sosial Bila ada anggota sakit maka anggota yang lain menolong.

Belum ada dalam kelompok

Page 141: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

125

Perkembangan kelompok

Muncul kelompok baru Belum tumbuh kelompok baru

Rasa Turut Memiliki

Ditunjukkan dengan pemeliharaan kambing dengan baik sehingga kambing dapat berkembang.

Belum tumbuh

Kerjasama Kerjasama ditunjukkan dengan saling menolong dalam mengembala kambing

Kerjasama tidak ada melainkan bila ada anggota yang tidak bisa mengembalakan kambing maka membayar orang untuk mengembalakannya,

Sumber : Hasil wawancara dengan Anggota KBS – KUBE Tahun2005.

Analisis motivasi berkelompok pada kedua KSB - KUBE baik kelompok KBS -

KUBE Bangkit Mulia maupun Sumber Makmur bahwa motivasi berkelompok

bukan inisiatif masing-masing anggota kelompok KUBE tapi berasal dari pihak

luar yaitu Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta Nganget karena akan

ada bantuan turun. Analisis peran masyarakat untuk kedua kelompok KUBE

adalah bila pada kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia peran masyarakat

dilakukan melalui ketetanggaan artinya bahwa anggota masyarakat yang dalam

hal ini tetangga ikut mengawasi perkembangan kelompok KBS -

KUBE khususnya mengenai pemeliharaan kambing. Seperti yang diungkapkan

oleh Pak Ksbl (49) yaitu :

“…….. bahwa bila ada anggota kelompok KUBE yang ketahuan menjual kambing, maka oleh tetangga akan ditegur supaya tidak dijual karena itu adalah bantuan dari pemerintah tidak boleh dijual, saya sendiri beberapa kali menegur anggota KUBE yang mau menjual kambing dengan alasan tidak bisa merawat lagi ………..”

Bila pada kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur peran masyarakat

ditunjukkan melalui lembaga keagamaan yaitu melalui Jum’atan dan Tahlilan.

Seperti yang diungkapan oleh Kyai Jsf (65) yaitu :

“………. Bahwa untuk mendidik orang sakit itu perlu waktu yang sangat lama, seperti yang saya lakukan melalui Jum’atan dan Tahlilan baik bapak-bapaknya maupun ibu-ibu itupun tidak mudah kadang-kadang mereka itu seenaknya sendiri……..”

Page 142: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

126

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, atau antara orang perorangan dengan kelompok. Seperti

dijelaskan di depan bahwa kelompok-kelompok KBS - KUBE tidak pernah

mengadakan pertemuan, maka interaksi yang terjadi tidak dibatasi oleh

kelompok KBS - KUBE yang ada. Secara umum kepedulian sosial eks penderita

kusta terhadap sesama adalah rendah apabila berkaitan dengan bantuan

karena mereka berprinsip bila ada bantuan maka semua eks penderita kusta di

permukiman harus mendapat bantuan semua dapat tidak peduli kaya atau miskin

karena semua adalah eks penderita kusta.

Bila dikaitkan dengan bantuan maka eks penderita kusta mempunyai rasa

memiliki yang juga rendah apabila yang sifatnya bantuan.

Seperti yang diungkapkan oleh Kyai Jsf (65) yaitu :

“………. bahwa orang sakit itu kurang mempunyai rasa memiliki karena mereka berpikiran bantuan itu adalah kepunyaan negara apalagi yang bertempat tinggal di sekitar rumah saya ini karena sebelumnya mereka tidak pernah menjalani/mengikuti pendidikan agak berbeda sedikit dengan yang berada di sosial karena mereka dulu waktu di rumah sakit selain berobat juga diberi pendidikan ………”

6.4. Analisis Aspek Ekonomi Kelompok KBS – KUBE

Seperti dijelaskan di depan bahwa pendapatan anggota kelompok KBS - KUBE

baik Bangkit Mulia maupun Sumber Makmur sangatlah rendah. Oleh sebab itu

dengan adanya bantuan kambing membawa dampak positif dan negatif. Bila

pada anggota KBS - KUBE Bangkit Mulia kambing lebih berkembang daripada

Sumber Makmur maka dengan perkembangan tersebut sedikit banyak

memperngaruhi pendapatannya.

Seperti yang diungkapkan oleh Pak Mkn (48) yaitu :

“………. Bahwa setelah kambing KUBE itu berkembang dan sudah menggulirkan, ada beberapa anggota KUBE bangkit mulia yang menjual kambing dan dibelikan alat pertukangan sehingga usahanya mengalami kemajuan …….”

Namun disisi lain seperti yang terjadi pada KBS - KUBE Sumber Makmur karena

tingkat perekonomiannya lebih rendah daripada kelompok KBS - KUBE Bangkit

Mulia maka kambing bantuan banyak yang dijual untuk memenuhi kebutuhannya

Page 143: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

127

disamping untuk berobat bila sakit yang dideritanya kambuh. Pada aspek

ekonomi di dalam KBS-KUBE tidak ada usaha secara kelompok namun secara

individu masih diperlukan peningkatkan pendapatan individu dalam kelompok

melalui peningkatan jumlah produksi kambing.

6.5. Analisis Kekompakan (Compactness) kelompok KBS-KUBE.

Selain aspek kelembagaan, sosial dan ekonomi maka analisis kelompok KBS –

KUBE di Dusun Nganget juga menyangkut permasalahan jejaring sosial,

integrasi sosial , solidaritas sosial dan kohesivitas sosial.

6.5.1. Jejaring Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta

Dalam suatu komunitas masih sangat jarang yang mempu menyelesaikan

masalahnya sendiri. Sebagian masyarakat ternyata masih memerlukan

keterlibatan pihak lain, bahkan ada yang memerlukan sejak perumusan

masalahnya, termasuk dalam pengumpulan informasi yang diperlukan untuk

merumuskan suatu masalah. Dengan demikian, bila fungsi-fungsi yang

diperlukan bagi penyelesaian masalah komunitas yang bersangkutan maka

dalam hal ini diperlukan keteribatan pihak lain yang fungsinya diperlukan. Atau

dengan kata lain, perlu melibatkan seluruh komponen stakeholders.

Dalam menganalisis jejaring dibagi menjadi tiga yaitu (1) jejaring intra KBS-

KUBE ; (2) jejaring antar kelompok KBS – KUBE ; (3) jejaring kelompok KBS-

KUBE dengan dengan masyarakat yang lebih Luas.

1. Jejaring intra KBS – KUBE

Jejaring intra kelompok KBS – KUBE yang terbentuk baik kelompok KBS-

KUBE Sumber Makmur maupun kelompok Bangkit Mulia belum tampak ini

disebabkan proses pembentukan KUBE adalah bentukan panti akibat akan

ada bantuan modal usaha dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan waktu

terbentuk kelompok KBS – KUBE baru dua tahun. Dengan proses

terbentuknya KBS – KUBE yang dibentuk karena akan ada bantuan dan

ditambah dengan waktu yang antar anggota kelompok KBS-KUBE belum ada

perasaan saling ketergantungan ditambah lagi kambing ternak dipelihara

secara sendiri – sendiri sehingga seakan-akan sudah menjadi milik pribadi

Page 144: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

128

dan bila terjadi sakit dengan kambing tersebut maka secara pribadi pula akan

mengobati tanpa campur tangan dari kelompok. Jejaring terjadi bila antara

anggota yang satu dengan yang lain saling membutuhkan seperti yang terjadi

dalam kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia bila ada salah satu yang sakit dan

harus dirawat di rumah sakit maka anggota yang lain membantu dengan jalan

mengembalakan kambingnya. Jejaring juga terjadi secara informal melalui

pengembalaan kambing secara bersamaan.

2. Jejaring antara kelompok KBS – KUBE

Jejaring antar kelompok KBS – KUBE yang ada di komunitas eks penderita

kusta terjadi pada saat kandang kambing menjadi satu. Pada saat pertama

kali menerima bantuan kambing lima kelompok dengan kambing berjumlah

100 ekor tersebut dijadikan dua kadang. Kandang pertama di RT.06 yang

berisi 40 kambing dengan dua kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia dan

Barokah. Kadang kedua berada di RT. 04. yang berisi 60 ekor kambing

dengan 3 kelompok KBS-KUBE yaitu Bina Usaha, Sumber Rejeki dan

Sumber Makmur.

Pada saat kambing dijadikan satu kandang dibuatlah jadual yang melibatkan

masing-masing anggota kelompok KBS – KUBE. Tiap malam dua kelompok

orang yang menjaga kadang untuk kelompok Bangkit mula dan Barokah

sedangkan yang tiga orang untuk kelompok Sumber Rejeki, Bina Usaha dan

Sumber Makmur. Pada saat mereka berjaga itu sebenarnya sudah timbulnya

jejaring antar kelompok KBS-KUBE, namun kedekatan tersebut hanya

berlangsung selama dua minggu sehingga belum sampai pada tahap saling

membutuhkan. Ini disebabkan karena (1) rumah yang dipakai untuk kandang

kambing dibutuhkan oleh yang punya rumah; (2) pada saat orang sibuk

menghadapi hari raya idul fitri kandang tidak ada yang menjaga maka pada

malam terjadi pencurian kambing KBS – KUBE sebanyak empat ekor; (3)

setelah eks penderita kusta pada malam harinya menjaga kambing keesokan

harinya badan terasa tidak nyaman/sakit. Dengan kejadian tersebut maka

anggota mulai merasa kuatir, maka diadakan rapat di aula panti yang

dipimpin oleh Kepala Panti dihadiri oleh Pegurus KUBE, diputuskan untuk

memelihara kambing di rumah masing-masing.

Page 145: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

129

3. Jejaring anggota kelompok KBS – KUBE dengan Masyarakat yang lebih

Luas.

Jejaring anggota kelompok KBS – KUBE dengan pihak lain terjadi karena

bantuan kambing yang diberikan semuanya kambing betina jadi jejaring

terbangun dengan pihak lain /tetangga yang mempunyai kambing jantan.

Jejaring dengan pihak lain juga terjadi dengan warga Dusun Krajan yang

berbatasan dengan Dusun Nganget, eks penderita kusta yang mendapat

bantuan kambing dan merasa tidak mampu memelihara menitipkan kambing

di Dusun Krajan dengan sistem paron.

Jejaring yang terbangun baik kelompok KUBE Bangkit Mulia maupun Sumber

Makmur sudah ada namun terbatas yaitu hanya mantri hewan dan blantik

kambing (orang yang berprofesi sebagai pembeli dan penjual kambing).

Bertitik tolak dari penjelasan jejaring tersebut di atas maka dapat dianalisis

jaringan sosial yang ada di komunitas eks penderita kusta yaitu :

1. Kedalaman jejaring

Kedalaman jejaring pada tingkat antar anggota KBS - KUBE masih pada

tataran pertolongan belum saling membutuhkan antar anggota kelompok,

karena kebutuhan pribadi bisa dipenuhi tanpa membutuhkan kelompok.

Kedalaman jejaring intra KBS-KUBE, terjadinya pencurian kambing

menyebabkan masing-masing anggota kelompok intra KBS – KUBE

sudah tidak mempunyai wadah lagi untuk saling bertemu. Karena selama

ini tidak pernah diadakan pertemuan baik di tingkat kelompok KBS-KUBE

atau semua KBS – KUBE yang ada di komuitas eks penderita kusta.

Dengan tidak pernah diadakan pertemuan maka jejaring tidak pernah

terbangun.

Kedalamam jejaring dengan masyarakat yang lebih luas, sudah

terbangun sebelum adanya bantuan KUBE turun yaitu pembelian

kambing baik di pasar Kedungjambe maupun dengan blantik kambing

(orang yang pekerjaannya menjual dan membeli kambing), mantri hewan,

penduduk Dusun Krajan dan Tetangga yang mempunyai kambing jantan.

Kedalaman jejaring didasari oleh kepentingan kedua belah pihak

sehingga jejaring ini dapat bertahan.

Page 146: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

130

2. Faktor perekat jaringan

Pada saat keputusan rapat mengijinkan masing-masing penerima

bantuan sebenarnya perekat jaringan yang sudah mulai tumbuh memudar

lagi, karena anggota – anggota kelompok bisa memelihara kambing dan

berkembang tanpa harus bergantung pada anggota kelompok atau

kelompok secara organisasai.

Perekat jaringan yang ada di komunitas adalah (1) perasaan senasib; (2)

satu paham ideologi; (3) sentimen kelompok tempat tinggal (ada

kelompok sosial, kulon kali atau pucung). Perasaaan senasib dan

sentimen kelompok harus dimunculkan untuk memacu perkembangan

kelompok tetapi tidak boleh sampai terjadi konflik, peran tokoh

masyarakat diperlukan untuk mengatisipasi terjadinya konflik antar

kelompok. Paham idiologi juga mempunyai kekuatan untuk menyatukan

anggota kelompok karena mereka mempunyai pandangan dan

pemahaman yang sama.

3. Kendala dan hambatan

Kendala dan hambatan dalam membangun jejaring yaitu : (1) kurang

pengetahuan dan pemahaman terhadap hakekat KUBE. Kepala panti,

kordinator KUBE, pendamping, pengurus KUBE sampai dengan anggota

KBS-KUBE tidak mengetahui makna program KUBE sehingga fokus

pemekiran hanya terbatas pada perkembangan kambing saja; (2)

perasaan minder, kurang percaya diri akibat sakit yang pernah

dideritanya bila harus memulai membuat jejaring dengan pihak lain di luar

komunitas; (3) ketakutan dari masyarakat di luar komunitas bila

berhubungan dengan eks penderita kusta.

6.5.2. Integrasi Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta

Integrasi sosial di komunitas eks penderita kusta Dusun Nganget dapat dianalisis

melalui (1) integrasi sosial dalam kelompok KBS – KUBE ; (2) integrasi sosial

antar kelompok KBS-KUBE ; (3) integrasi sosial dengan lingkungan sosialnya.

Page 147: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

131

1. Integrasi Sosial intra Kelompok KBS-KUBE.

Integrasi sosial dalam kelompok KBS-KUBE terjadi karena ada ikatan yang

mendasarinya. Pada Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia memiliki ikatan

yang kuat berdasarkan proses awal masuk dari rumah sakit kusta,

berinteraksi di dalam rumah sakit sampai membentuk Rukun Tetangga

tersendiri, bahkan yang menjadi ketua RT dulunya di rumah sakit juga sudah

menjadi tokoh. Dengan ikatan tersebut membawa dampak terhadap

perkembangan kelompok KBS-KUBE seperti bila ada anggota kelompok

yang lain tidak bisa mengembalakan kambing karena sakit maka anggota

yang lain dengan sukarela menolongnya.

Intergrasi sosial yang terjadi pada kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur

adalah melalui lembaga keagamaan. Anggota kelompok pada KBS-KUBE

Sumber Makmur kedatangan ke permukiman tidak sama jadi ikatan asal usul

tidak mempengaruhi ikatan dalam kelompok KBS-KUBE. Sifat ikatan dalam

kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur sudah mengandung nilai komersial.

Faktor-faktor perekat integrasi sosial kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia

adalah dari sejarah bertemu dalam panti sampai pada permukiman

sedangkan pada kelompok Sumber Makmur melalui faham ideologi yang

sama yaitu sebagai warga Nahdatul Ulama. Kendala dan hambatan integrasi

sosial pada kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia adalah faham ideologi tidak

sama ini menyebabkan dalam memahami sesuatu tidak sama dan cenderung

menimbulkan perbedaan seperti ada usaha simpan pinjam anggota yang

berpaham LDII tidak memperbolehkan anggotanya untuk mengadakan

pinjam, sebaliknya warga NU memperbolehkan adanya simpan pinjam.

Sedangkan pada kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur kendala dan

hambatan yang dialami yaitu kebanyakan anggota kelompok KBS-KUBE

adalah pendatang dengan latar belakang yang berbeda dan kedatangan di

permukiman tidak sama menyebakan rendahnya ikatan emosional antar

anggota kelompok.

2. Integrasi Sosial Antar Kelompok KBS – KUBE

Integrasi sosial antar kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia terjalin dengan

kelompok KBS-KUBE Barokah dalam hal jadual menjaga bantuan kambing

pada saat kambing masih dalam satu kadang dan itu berjalan hanya dua

minggu karena banyak kambing yang hilang. Berdasarkan musyawarah

Page 148: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

132

seluruh anggota KBS-KUBE, Pengurus KUBE, Pendamping dan koordinator

diputusakan untuk dibawa ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan

kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur mempunyai ikatan dengan kelompok

KBS-KUBE Bina Usaha, Sumber Rejeki. Yang mendasari ikatan tersebut

adalah kedekatan tempat tinggal.

Faktor-faktor perekat integrasi sosial antar kelompok KBS-KUBE adalah

bahwa kelompok tersebut masih dalam struktur panti sehingga sewaktu-

waktu dapat dipertemukan dan dibuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya

melibatkan semua kelompok KBS-KUBE dan jenis bantuan yang sama yaitu

kambing dan adanya perasaan yang sama sehingga memiliki permasalahan

yang sama. Hambatan dan kendala integrasi sosial antar KBS-KUBE adalah

adanya sentimen kelompok bila kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia adalah

kelompok Sosial sedangkan kelompok Sumber Makmur adalah kelompok

kulon kali dan perbedaan ideologi.

3. Integrasi Sosial Kelompok KBS-KUBE dengan Lingkungan Sosialnya

Integrasi sosial yang terjadi antara KBS-KUBE dengan lingkungan sosial

adalah bila pada kelompok KBS-KUBE Bangkit mulia terjadi ikatan dengan

sesama pengembala kambing atau tetangga yang mempunyai kambing

jantan dan bukan merupakan anggota kelompok KBS-KUBE. Ikatan juga

terjadi dengan blantik kambing yang sering datang ataupun diundang bila ada

kambing anggota kelompok yang sakit, ditukar ataupun dijual. Ikatan juga

terjadi dengan penduduk disekitar Dusun Nganget yang menitipkan kambing

pada penduduk dengan sistim paron.

Faktor-fator yang mempererat integrasi sosial antar kelompok KBS-KUBE

dengan lingkungan sosialnya yaitu adanya hubungan yang saling

menguntungkan antara blantik kambing dengan anggota kelompok dan

antara penduduk dengan anggota kelompok juga. Hambatan dan kendala

yang menghambat integrasi sosial adalah banyaknya kelompok-kelompok

yang ada di komunitas eks penderita kusta seperti dari lembaga agama

Nahdatul Ulama (NU), Lembaga Dakwah Islam Indonnesia (LDII), dan Kristen

sementara kelompok lokal ada kelompok sosial, pucung dan kulon kali.

Page 149: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

133

6.5.3.Solidaritas Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta

Solidaritas sosial komunitas eks penderita dapat dianalisis melalui beberapa hal

antara lain : (1) solidaritas ditingkat kelompok KBS-KUBE ; (2) ditingkat KUBE ;

dan (3) tingkat komunitas. Analisis ketiga tingkat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Solidaritas sosial ditingkat KBS-KUBE

Pada tingkat kelompok – kelompok KBS - KUBE yang ada di permukiman

belum terjadi solidaritas kelompok ini disebabkan pembentukan kelompok

untuk kepentingan program bantuan kesejahteraan sosial bukan terjadi atas

inisiatif anggota. Solidaritas di dalam kelompok KBS – KUBE akan muncul

bila ada tekanan dari kelompok KBS – KUBE yang lain artinya diciptakan

persaingan antara kelompok KBS – KUBE seperti diadakan lomba KBS –

KUBE terbaik.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya solidaritas dalam kelompok KBS-

KUBE antara lain adanya pertemuan rutin yang dilaksanakan oleh kelompok,

menciptakan simbol-simbol kelompok seperti kelompok sosial, pucung dan

kulon kali, permasalahan yang dialami sama yaitu banyaknya kambing yang

sakit dan mati dan permasalahan pada segi ekonomi dengan tekanan

kemiskinan dan tersingkir secara sosial. Kendala dan hambatan untuk

mewujudkan solidaritas sosial ditingkat KBS-KUBE yaitu adanya tekanan

kemiskinan sehingga untuk membantu anggota kelompok yang lain sedikit

sulit seperti adanya kambing sakit untuk memanggil mantri hewan diperlukan

biaya untuk iuran saja mereka keberatan.

2. Solidaritas sosial ditingkat KUBE

Kelompok Usaha Bersama di Dusun Nganget mempunyai kegiatan beternak

kambing yang diorganisir melalui kelompok KBS-KUBE dan Usaha Simpan

Pinjam. Dalam kepengurusan KUBE tersebut yang rutin melaksanakan

pertemuan adalah mereka yang menpunyai pinjaman di KUBE tersebut.

Faktor yang mendukung solidaritas ditingkat KUBE adalah masih ada

ketergantungan anggota KUBE dengan pengurus KUBE, dengan adanya

usaha simpan pinjam anggota merasa mendapat manfaat dari KUBE

tersebut. Hambatan dan kendala adalah bahwa ada rasa kurang percaya

anggota kelompok KUBE terhadap pengurus KUBE terutama masalah

Page 150: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

134

laporan keuangan begitu juga pengurus KUBE ada rasa curiga kalau anggota

yang diberi pinjaman tidak bisa mengembalikan pinjaman.

3. Solidaritas sosial ditingkat komunitas

Namun bila ditarik ke komunitas eks penderita kusta maka akan timbul

solidaritas kelompok-kelompok yang ada di permukiman. Seperti kelompok

sosial, kelompok Nganget/kulon kali , kelompok pucung ada juga kelompok

yang berlandaskan keagamaan seperti Nahdatul Ulama, LDII dan Kristen.

Solidaritas sosial akan meluas lagi apabila mereka seluruh permukiman mulai

terancam, artinya bahwa apabila sumber kehidupan dan kebutuhan mereka

terganggu oleh pihak di luar komunitas eks penderita kusta misalnya panti,

perhutani maka mereka serentak bersatu. Dan apabila itu terjadi mereka

akan agresif sekali untuk bertindak seperti melakukan demo dan bisa sampai

pada sikap anarkis.

Faktor – faktor yang menghambat terjadi solidaritas ditingkat KUBE adalah

banyak kelompok-kelompok dan paham idelogi yang ada di tingkat KUBE.

Dalam kepengurusan KUBE saja ada tiga macam paham ideologi Kristen,

NU dan LDII serta berbagai kelompok pucung, sosial dan kulon kali yang

sangat rawan terjadinya konflik. Karena konflik pernah terjadi antara warga

NU dan LDII tentang perekrutmen anggota masyarakat menjadi penganut

salah satu paham tersebut. Faktor – faktor yang mendukung terjadinya

solidaritas sosial adalah mereka sama – sama eks penderita kusta yang

mempunyai permasalahan yang sama.

6.5.4. Kohesivitas Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta.

Sigmund Freud berpendapat bahwa dalam setiap kelompok perlu adanya

cohesiveness / kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama

dan berkembang. Selanjutnya kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan

apabila tiap-tiap kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota

satu dengan yang lain.

Kohesivitas sosial komunitas eks penderita kusta dapat dianalisis melalui tiga hal

yaitu (1) kohesivitas sosial intra kelompok KBS-KUBE ; (3) kohesivitas antara

kelompok KBS-KUBE ; dan kohesivitas komunitas eks penderita kusta. Adapun

kohesivitas sosial tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 151: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

135

1. Kohesivitas Sosial Intra Kelompok KBS – KUBE

Kohesivitas sosial intra kelompok KBS-KUBE baik kelompok KBS-KUBE

Bangkit Mulia dan Sumber Makmur sama – sama belum mempunyai

kesatuan yang kuat ini disebabkan karena antar anggota kelompok tidak

mempunyai saling ketergantungan satu sama lain, mereka tanpa

kelompokpun bisa memelihara kambing dan memecahkan permasalahan

keluarga bisa melalui tetangga ataupun orang lain di luar kelompok KBS -

KUBE. Kelompok – kelompok tersebut tidak mempunyai aturan dan norma,

simbol yang menyatukan antar anggota kelompok. Tujuan kelompok tidak

dirumuskan dan dibuat bersama bahkan kelompok tersebut tidak mempunyai

tujuan kecuali hanya tujuan-tujuan masing-masing anggota kelompok yaitu

memelihara kambing secara pribadi dan cepat menggulirkan itu yang terjadi

pada kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia sedangkan kelompok KBS-KUBE

Sumber Makmur cenderun dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan

mengobati penyakit yang dialaminya.

Faktor-faktor yang menghambat kohesivitas sosial intra kelompok yaitu antar

anggota kelompok tidak mempunyai rasa saling ketergantungan, kelompok

belum bisa memberi manfaat bagi anggota dan anggota merasa tidak

dibutuhkan dalam kelompok. Faktor-faktor yang mendukung yaitu masing-

masing anggota kelompok bertempat tinggal berdekatan satu sama lain dan

mempunyai permasalahan yang homogen pada pemeliharaan kambing dan

permasalahan sosial serta ekonomi.

2. Kohesivitas Sosial Antar Kelompok KBS – KUBE

Kohesivitas sosial antar kelompok KBS-KUBE yang terjadi di komunitas eks

penderita kusta adalah mempunyai tingkat kohesivitas yang rendah ini

ditandai dengan tidak ada hubungan yang mengikat antara kelompok-

kelompok KBS-KUBE yang ada seperti pertemuan rutin atau acara yang

bersifat kebersamaan yang tumbuh dari inisiatif kelompok. Pertemuan yang

terjadi selama ini atas inisitaif koordinator KUBE atau Kepala Panti dengan

munculnya berbagai permasalahan yang ada seperti banyak kambing yang

dijual atau mati maka seluruh anggota kelompok dipanggil di panti untuk

mengadakan rapat guna menyelesaikan permasalahan tersebut sehabis itu

sudah tidak mempunyai ikatan atau hubungan lagi.

Page 152: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

136

Faktor – faktor yang mendukung kohensivitas kelompok KBS-KUBE adalah

adanya srtuktur organisasi yang mengikat semua komponen yang ada. Dan

struktur tersebut ada pada koordinator KUBE sekaligus sebagai pegawai

panti. Disamping hal tersebut masih ada sifat kepatuhan anggota kelompok

KBS-KUBE terhadap panti. Faktor-faktor yang menghambat kohesivitas

kelompok KBS-KUBE tempat tinggal yang berjauhan antar kelompok, tidak

mempunyai tujuan di tingkat pengurus KUBE, tidak mempunyai motivasi yang

kuat untuk mengembangkan KUBE, karena mereka berpikir tidak mendapat

apa-apa di dalam kelompok.

3. Kohesivitas Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta

Kohesivitas sosial komunitas eks penderita kusta terjadi bila mereka

mempunyai keinginan komunitas seperti ingin mempertahankan tanah

pertanian yang selama ini sudah dikerjakan selama bertahun-tahun atau

menginginkan sesuatu dari pemerintah misalnya adanya listrik masuk Dusun

Nganget atau pembuatan jalan dan sebagainya. Namun secara formal

komunitas eks penderita kusta tidak mempunyai organisasi yang menyatukan

anggota komunitas. Faktor – faktor yang mendukung kohesivitas komunitas

adalah adanya perasaan senasib yang begitu kuat diantara anggota

komunitas sedangkan faktor – faktor yang menghambat adalah banyaknya

kelompok – kelompok dalam komunitas seperti diuraikan di atas.

Menyimak dan menelaah penjelasan di atas bahwa pemberdayaan komunitas

eks penderita dapat dikaitkan dengan pendapat Foy (1994) menggambarkan

empat unsur utama pemberdayaan yang saling mengkait satu dengan lainnya.

Pertama, pemberdayaan itu terfokus pada kinerja (performance focus).

Masyarakat ingin melakukan pekerjaan baik. Organisasi yang memberdayakan

membantu mereka untuk mendapatkannya. Kedua adalah real teams (Foy, 1994)

Kinerja yang baik berasal dari tim yang baik. Ketiga, pemberdayaan

membutuhkan visible leadership (Foy, 1994). Memberdayakan orang/masyarakat

membutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai visi. Keempat,

pemberdayaan membutuhkan komunikasi yang baik (good communication)

(Foy, 1994). Organisasi kelompok KBS-KUBE merupakan wadah yang tepat

untuk memberdayakan eks penderita kusta . Dengan organisasi kelompok KBS-

KUBE yang baik akan dapat membantu memberdayakan eks penderita kusta

ditunjang dengan komunikasi dan seorang pemimpin yang mempunyai visi.

Page 153: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

137

6.6. Analisis Tipe Kelompok KBS – KUBE

Tipe kelompok KBS – KUBE dipelajari berdasarkan dinamika yang terjadi dalam

kelompok-kelompok tersebut. Tipe kelompok-kelompok KBS-KUBE ini dapat

dilihat dari berbagai apek seperti aspek kelembagaan yang meliputi strukturak

dan kulturan, aspek sosial dan aspek ekonomi. Hasil analisis tipe kelompok ini

dapat dijelaskan sebagaimana dalam tabel 16.

Tabel 16 . Tipe kelompok KBS – KUBE di Dusun Nganget Tahun 2005.

Aspek yang diamati Kelompok KBS - KUBE

Bangkit Mulia Sumber Makmur

1. Kelembagaan

a. Struktural

b. Kultural

Struktur organisasi ada tetapi masing-masing belum berfungsi.

Pola pengambilan keputusan semua dilakukan oleh ketua RT.

Komunikasi antar anggota KBS-KUBE melalui aktifitas mengembala kambing.

Ketua RT aktif memonitor perkembangan kambing.

Ikatan psikologis dengan panti kuat.

Perempuan tidak dilibatkan dalam kepengurusan kelompok KBS-KUBE.

Buku perkembangan kelompok ada, tapi tidak pernah dipergunakan untuk mencatat perkembangan kelompok.

Aturan dibuat secara tidak tertulis

Kerjasama dilakukan tanpa pamrih

Pengguliran berjalan lancar

Struktur organisasi ada tetapi masing-masing belum berfungsi

Anggota mengambil keputusan sendiri-sendiri, Pak RT tidak aktif.

Komunikasi antar anggota KBS-KUBE pengajian / tahlilan.

Ketua RT kurang aktif memonitor perkembangan kambing.

Ikatan psikologis berdasarkan keaagaamaan

Perempuan tidak dilibatkan dalam kepengurusan kelompok KBS-KUBE.

Buku perkembangan

kelompok ada, tapi tidak digunakan untuk mencatat perkembangan kelompok.

Aturan dibuat secara tidak tertulis

Kerjasama dilaksanakan dengan imbalan/upah

Pengguliran mengalami kemacetan

Page 154: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

138

Waktu pengembalaan dan pemberian makanan tambahan ajeg

Kepatuhan pada ketua RT tinggi

Tingkat solidaritas sesama anggota ditunjukkan dengan menolong anggota yang lain yang tidak bisa mengembala kambing.

Terdiri dari berbagai paham idiologi (NU dan LDII).

Waktu pengembalaan dan pemberian makanan tambahan tidak ajeg

Kepatuhan pada ketua RT rendah

Tingkat solidaritas sesama anggota belum nampak.

satu paham idiologi yaitu NU.

2. Aspek Sosial Motivasi kelompok mulai tumbuh

Peran masyarakat melalui ketetanggaan

Interaksi dalam kelompok melalui pengembalaan kambing secara bersama

Mulai tumbuh kepedulian sosial dalam kelompok.

Sudah melahirkan kelompok KBS-KUBE baru

Ada rasa memiliki

Motivasi kelompok belum tumbuh

Peran masyarakat melalui lembaga keagamaan

Interaksi dalam kelompok melalui pengajian

Belum tumbuh kepedulian sosial dalam kelompok

Belum melahirkan kelompok KBS-KUBE baru

Belum ada rasa memiliki

3. Aspek Ekonomi Bantuan kambing berkembang.

Pendapatan anggota KBS-KUBE 50 % antara ( Rp. 301.000 – Rp. 600.000).

Bantuan kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pendapat anggota KBS-KUBE 70 % antara (Rp. 100.000 – Rp. 300.000)

4. Tipe kelompok KBS-KUBE

Tipe kelompok KBS-KUBE Bangkit mulia lebih progresif daripada KBS-KUBE Sumber Makmur.

Sumber : Hasil wawancara dengan anggota KBS-KUBE

Analisis tipe kelompok KBS – KUBE yang berada di permukiman eks penderita

kusta secara umum hampir sama namun ada beberapa hal yang menunjukkan

perbedaan. KBS – KUBE Bangkit Mulia bila dilihat dari aspek kelembagaan yaitu

secara struktur pengambilan keputusan berada ditangan ketua RT dengan gaya

Page 155: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

139

kepemimpinan semi otoriter, dan secara psikogis mempunyai ikatan yang kuat

dengan panti ini disebabkan mereka sebelumnya mendapat pelayanan dari panti

dan masih banyak keluarga (suami, istri, atau orang tua) yang sampai sekarang

dirawat dalam panti. Secara kultur kerjasama masih dilandasi dengan semangat

kegotongroyongan tanpa pamrih dan dalam pekerjaan khususnya mengembala

kambing keluarga ikut bertanggungjawab artinya ada pembagian kerja yang baik

antara laki-laki dan perempuan.

Bila ditinjau dari aspek sosial maka kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia peran

masyarakat dalam mendukung program KUBE melalui ketetanggaan sedangkan

Sumber Makmur melalui lembaga keagamaan. Ini menandakan kepeduliaan

sosial antar tetangga masih terjalin dengan baik. Sedangkan secara ekonomi

khususnya anggota kelompok KUBE tingkat ekonomi anggota kelompok Bangkit

Mulia lebih tinggi dibanding KBS-KUBE Sumber Makmur ini bisa dilihat dalam

tabel 13.

Bila ditelaah lebih dalam maka pada tabel 16 dan analisis kekompakan yang

meliputi: jejaring sosial, slidaritas sosial, integrasi sosial dan kohesivitas sosial

dapat diketahui bahwa diantara dua kelompok KBS-KUBE yang mendekati

keberfungsian sosial adalah kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dapat dilihat

dari beberapa aspek antara lain (1) aspek kelembagaan yaitu kerjasama

dilakukan tanpa pamrih, pengguliran berjalan lancar, waktu pengembalaan dan

pemberian makanan tambahan, tingkat solidaritas sesama anggota tinggi; (2)

aspek sosial yaitu motivasi kelompok mulai tumbuh, interaksi dalam kelompok

melalui pengembalaan kambing secara bersamam mulai tumbuh kepedulian

sosial dalam kelompok, Sudah melahirkan kelompok KBS-KUBE baru, dan

sudah tumbuh rasa memiliki bantuan ternak kambing; (3) aspek ekonomi sudah

bisa meningkatkan pendapatan keluarga ini ditandai dengan hasil beternak

kambing sudah bisa dibelikan peralatan pertukangan sehingga memperlancar

pembuatan meubel, bisa untuk membeli TV, menambah uang saku anak

sekolah. Dengan keberadaan masing-masing KBS-KUBE yang ada maka dapat

disusun berbagai alternatif strategi dalam pemberdayaan eks penderita kusta

melalui penguatan kelompok KBS-KUBE sehingga dapat berperan dalam

pengembangan KBS-KUBE dan masyarakat yang lebih luas.

Page 156: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

140

6.7. Strategi Penguatan Kelompok KBS – KUBE

Berdasarkan uraian diatas dan tipe kelompok KBS – KUBE yang meliputi aspek

kelembagaan, aspek sosial dan aspek ekonomi maka dapat disusun strategi

penguatan kelompok KBS - KUBE. Dengan melihat beragamnya pendekatan

maka pemberdayaan eks penderita kusta tidak hanya dilihat dari satu aspek saja

melainkan secara komprehensif dan terpadu dengan melibatkan berbagai

stakeholders yang selama ini sudah turut berpartisipasi.

Alternatif strategi pemberdayaan eks penderita kusta melalui penguatan

kelompok KBS - KUBE yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian dalam

kajian ini adalah :

1. Strategi penguatan kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur kelompok,

merupakan suatu strategi yang diarahkan untuk memperbaiki struktur dan

kultur dari kelompok KBS – KUBE. Aspek Struktur meliputi struktur

organisasi, pola kepemimpinan, pengambilan keputusan, manajemen

kelompok, pola komunikasi, administrasi dan mekanisme kerja dari pada

KUBE dan keterlibatan perempuan dalam kepengurusan KBS-KUBE.

Sedangkan secara kultur meliputi : tata nilai, norma, peraturan dalam

kelompok, dan mekanisme pengguliran.

2. Strategi penguatan sosial, yaitu strategi yang diarahkan untuk memperbaiki

aspek sosial yang meliputi penumbuhan motivasi berkelompok, peran

masyarakat guna mendukung pengembangan KBS – KUBE, mempererat

interaksi dalam kelompok, meningkatkan kepedulian sosial antar anggota

kelompok, dan memantapkan sikap atau rasa memiliki, menumbuhkan

solidaritas sosial, kohesivitas sosial dan integrasi sosial sehingga bantuan

dianggap sebagi amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara sosial.

6.8. Strategi Penguatan Individu Sebagai Anggota Kelompok KBS-KUBE

1. Strategi Penguatan Kapasitas Keterampilan Organisasi Individu .anggota

kelompok KBS-KUBE, merupakan strategi yang diarahkan untuk

memperkuat individu dalam peranannya sebagai anggota/pengurus

kelompok KBS-KUBE.

Page 157: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

141

2. Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota kelompok KBS-KUBE,

strategi ini diarahkan untuk memperkuat usaha ekonomi anggota

kelompok KBS – KUBE.

6.9. Strategi Penguatan Jejaring

Strategi ini diarahkan untuk memperkuat jejaring antar kelompok KBS-

KUBE, intra kelompok KBS-KUBE atau kelompok – kelompok yang ada di

komunitas serta di luar komunitas. Strategi ini memperkuat kerjasama di dalam

dan di luar komunitas guna mendukung perkembangan Kelompok Usaha

Bersama.

Berdasarkan profil umum kelompok KBS – KUBE baik Bangkit Mulia maupun

Sumber Makmur mempunyai sejarah pembentukan yang sama yaitu secara top

down karena akan ada program yang masuk di permukiman. Pembentukan

kelompok diserahkan kepada masyarakat namun yang membentuk kelompok-

kelompok tersebut adalah pengurus KUBE tanpa melibatkan masyarakat

penerima bantuan.

Pembentukan kelompok KBS-KUBE dibentuk berdasarkan kelompok RT

walaupun ada yang lintas RT namun itu sebagian kecil saja karena di RT yang

bersangkutan tidak bisa menampung lagi. Seperti diuraikan di atas bahwa

masing-masing RT mempunyai karakteristik yang berbeda ini disebabkan sejarah

permukiman yang berbeda. Kelompok KUBE Bangkit Mulia hampir seluruhnya

anggotanya adalah warga RT. 06 hanya 1 (satu) orang dari RT. 04. RT. 06 ini

juga disebut kelompok sosial artinya warganya semua adalah bekas pasien

Rumah Sakit Kusta Nganget. Setelah dinyatakan sembuh mereka ditangani oleh

Departemen Sosial dan sebelum mereka keluar dari Rumah Sakit Kusta sudah

disiapkan rumah, diberi paket bantuan, diadakan bimbingan sosial dan

ketrampilan sebagai persiapan mereka keluar dari Rumah Sakit. Dengan proses

tersebut secara struktur dan kultur mempunyai ikatan psikologis yang kuat maka

sebagai alternatif pendekatan pemberdayaan melalui Kelembagaan Panti.

Berbeda dengan kelompok Sumber Makmur yang semua anggotanya berada di

RT. 04, permukiman terjadi tidak secara kolosal tetapi bertahap karena mereka

membagun sendiri permukiman tersebut, sehingga secara psikologis ikatan

dengan panti tidak begitu kuat. Mereka datang dari berbagai tempat secara

Page 158: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

142

kekeluargaan tidak sekuat kelompok Bangkit Mulia. Namun mereka masih

mempunyai ikatan lain yang bisa dipergunakan untuk forum pemberdayaan yaitu

lembaga keagamaan. Dalam kelompok Sumber Makmur semua anggotanya

adalah warga Nahdatul Ulama yang sering bertemu melalui forum tahlilan.

Dengan uraian tersebut maka alternatif pemberdayaan kelompok KUBE Sumber

Makmur dapat melalui Lembaga Keagamaan.

6.10. Ikhtisar

Profil Kelompok Usaha Bersama di permukiman eks penderita kusta sesuai

dengan proses terbentuknya adalah bersifat top down. Kelompok Usaha

Bersama tersebut adalah merupakan program bantuan kesejahteraan sosial

dalam bentuk bantuan modal usaha yang diberikan dalam bentuk uang sebesar

Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Mekanisme kerja Kelompok Usaha Bersama yang berada di Dusun Nganget

penyalurannya melalui Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta. Maka

dalam mekanisme kerjanya adalah Kepala Panti sebagai Pembina KUBE,

dibawahnya ada koordiantor/pendamping yang dijabat oleh pegawai panti,

selanjutnya ada pengurus KUBE yang terdiri dari tokoh masyarakat/agama

selanjutnya ada kelompok-kelompok KBS – KUBE.

Dalam rangka memahami secara mendalam analisis kelompok KBS – KUBE

maka dapat dilihat dari berbagai aspek kelembagaan yang meliputi struktur dan

kultur, aspek sosial dan aspek ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing

kelompok KBS – KUBE. Bila ditelaah lebih dalam maka antara kelompok KBS –

KUBE Bangkit Mulia dan Sumber Makmur secara kelembagaan struktur maka

bila kelompok Bangkit Mulia pengambilan keputusan sepenuhnya oleh ketua RT,

tetapi justru perkembangan kelompok semakin baik khususnya mengenai

pemeliharaan/pengguliran kambing. Pada kelompok Sumber Makmur

pengambilan keputusan ketua RT hanya kadang-kadang tapi justru

perkembangannya tidak sebaik kelompok Bangkit Mulia ini disebabkan

keputusan yang diambil oleh anggota hanya untuk kepentingan pribadi tanpa

harus dimusyawarahnya dengan ketua RT. Pada kultur ada perbeadaan

walupun norma dan aturan sama yang ditetapkan secara musyawarah dari

ketiga komponen yang ada (koordinator/pendamping, pengurus KUBE dan

Page 159: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

143

anggota kelompok KBS – KUBE) namun kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia

lebih mematuhinya.

Bila ditelaah dari aspek sosial maka dinamika sosial kelompok KBS-KUBE

Bangkit Mulia lebih dinamis dibanding dengan kelompok KBS – KUBE Sumber

Makmur, ini disebabkan pada kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia sudah mulai

tumbuh motivasi kelompok, rasa kepedulian sosial, rasa turut memiliki serta

interaksi sosial juga terjadi sesama anggota kelompok walaupun masih bersifat

informal. Sedangkan dari aspek ekonomi maka kelompok KBS – KUBE Bangkit

Mulia lebih tinggi tingkat pendapatan dibanding kelompok KBS – KUBE Sumber

Makmur akibat pada kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur banyak kambing

bantuan yang dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan berbagai analisis yang disebutkan di atas maka pendekatan Kelompok

Usaha Bersama Ternak Kambing yang berada di Dusun Nganget belum dapat

meningkatkan keberfungsian sosial. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan (1)

aspek kelembagaan belum berfungsinya pengurus KUBE ditandai dengan tidak

berjalannya fungsi ketua, sekretaris dan bendahara serta adanya aturan yang

tidak tertulis belum dilaksanakan secara tegas dan sanksi-sanksinya ; (2) aspek

sosial dalam dinamika kelompok yaitu masih lemahnya motivasi berkelompok,

kepedulian sosial dan rasa turut memiliki mengingat proses terjadinya kelompok

adalah merupakan bentukkan dari panti, tidak adanya perekat dalam kelompok;

(3) aspek ekonomi dengan pendapatan yang rata-rata mecapai Rp. 100.000 –

Rp. 300.000,- per bulan menyebabkan banyak anggota yag menjual kambing

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Melihat berbagai aspek yang ada pada kelompok KBS – KUBE komunitas eks

penderita kusta maka strategi pengembangannya dapat melalui penguatan

kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur, penguatan ekonomi, dan

penguatan sosial, penguatan kapasitas individu dan komunitas eks penderita

kusta. Dengan berbagai penguatan yang ada tersebut diharapkan kelompok KBS

– KUBE dapat berkembang. Dengan perkembangan KBS-KUBE maka akan

terjadi pemberdayaan komunitas eks penderita kusta. Pemberdayaan akan

mengakibatkan peningkatan peranan sosial, pemenuhan kebutuhan serta dapat

mengatasi permasalahan sosial yang ada di lingkungan sosialnya sehingga

keberfungsian sosial eks penderita kusta akan meningkat.

Page 160: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

144

VII. PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA MELALUI PENGUATAN INDIVIDU DAN KELOMPOK KBS-KUBE

7.1. Identifikasi Potensi Komunitas Eks Penderita Kusta

Dalam rangka penyusunan program kegiatan yang partisipatif dan berbasis pada

potensi lokal, maka hasil penelitian dalam kajian yang sudah dijabarkan di bab-

bab sebelumnya dijadikan dasar untuk menyusun rencana program kegiatan.

Dalam praktek lapangan l dan II juga telah teridentifikasi kondisi sosial, ekonomi,

budaya, ekologi, dan demografi penduduk eks penderita kusta. Pada praktek

lapangan lll melalui kegiatan diskusi kelompok dibahas pula mengenai masalah

dan akar masalah yang dialami oleh kelompok KBS – KUBE serta potensi yang

dapat dikembangkan dalam upaya penguatan kelompok KBS – KUBE sehingga

pemberdayaan komunitas eks penderita kusta dapat dicapai.

Potensi tersebut dapat dirinci sebagai berikut : (1) Sumber Daya Manusia

(Human Asset); (2) Sumber Daya Alam (Natural Resources); dan Sumber Daya

Kelembagaan ( Sosial and Institutional Asset).

7.1.1. Sumber Daya Manusia ( Human Asset )

Sumber Daya Manusia selalu berkaiatan dengan jumlah penduduk dan tingkat

pendidikan. Namun demikian untuk komunitas eks penderita kusta semangat

hidup dan semangat bekerja menjadi variabel yang mendukung peningkatan

Sumber Daya Manusia.

Jumlah penduduk Dusun Nganget adalah berjumlah 464 jiwa (Agustus 2005)

terdiri dari laki-laki sebanyak 230 jiwa dan perempuan sebayak 234 jiwa. Jumlah

eks penderita kusta sebanyak 152 jiwa dan yang bukan eks penderita kusta

sebanyak 312 jiwa ( keturunan, orang sehat yang kawin dengan eks penderita

kusta dan keluarga pegawai panti).

Tingkat pendidikan komunitas eks penderita kusta yaitu (1) tidak sekolah

sebanyak 113 orang atau 24,35 % ; (2) belum sekolah sebanyak 20 orang atau

4, 31 % ; (3) Taman Kanan-Kanak sebanyak 22 orang atau 4,74 % ; (4) Sekolah

Dasar sebanyak 178 orang atau 38, 36 % ; (5) Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama sebanyak 91 orang atau 19,61 % ; (6) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Page 161: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

145

sebanyak 35 orang atau 7,54 % dan Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang atau

1,07 %. Bila di telaah dari segi pendidikan formal saja tidaklah cukup

menyakinkan namun yang perlu mendapat perhatian adalah semangat kerja

yang cukup tinggi inilah modal dasar untuk memberdayakan komunitas eks

penderita kusta di Dusun Nganget.

7.1.2. Sumber Daya Alam (Natural Resources)

Sawah, ladang dan hutan tidak bisa terlepas dari kehidupan komunitas eks

penderita kusta. Lokasi permukiman eks penderita kusta adalah berupa

perbukitan yang terpisah dari permukiman penduduk dalam satu desa. Luas

wilayah milik Dinas Sosial yaitu 132.795 M2 dipergunakan untuk bangunan

gedung panti seluas 27.100 M2, ladang seluas 20.700 M2 dan sawah seluas

15.275 M2 dan tegalan seluas 69.720 M2 di pergunakan untuk permukiman eks

penderita kusta dan pertanian. Disamping milik Dinas Sosial mereka juga

menempati tanah milik Perhutani seluas kurang lebih 80.00 M2 dipergunakan

untuk ladang seluas 40.000 M2 dan sisanya dipergunakan untuk permukiman.

Diantara tanah-tanah tersebut banyak terdapat padang pengembalaan yang

sangat potensial untuk mengembala kambing. Disamping tanah tersebut

komunitas eks penderita kusta juga memanfaatkan tanah perhutani untuk

permukiman dan persil seluas 50.500 M2. Selain itu masih ada tanah milik Arya

Diningrat seluas 9.904 M2 yang tidak ditanami dan setiap harinya dipergunakan

sebagai tempat pengembalaan kambing karena letaknya bersebelahan dengan

permukiman.

7.1.3. Sumber Daya Kelembagaan (Social and Institutional Asset)

Sumber Daya Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang berada di

dalam komunitas maupun di luar komunitas baik formal maupun non formal yang

mendukung perkembangan komunitas seperti lembaga pemerintahan, lembaga

pendidikan, dan lembaga keagamaan. Lembaga – lembaga di dalam komunitas

yang langsung berkaitan dengan kelompok KBS – KUBE yaitu kelembagaan

keagamaan, Kelembagaan panti, kelembagaan RT dan kelembagaan KUBE itu

sendiri. Sedangkan kelembagaan yang berada di luar komunitas yaitu Lembaga

Swadaya Masyarakat seperti Yayasan Kusta Indonesia, Yayasan BREA yang

Page 162: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

146

berdomisili di Suarabaya, juga ikut membantu dalam pengembangan komunitas

eks penderita kusta.

Potensi kelembagaan lain yang mendukung perkembangan KBS – KUBE di

Dusun Nganget adalah pasar sebagai tempat transaksi sekaligus interaksi

komunitas eks penderita kusta dengan masyarakat luas. Jarak pasar dengan

Dusun Nganget tidak terlalu jauh kira-kiran 5 km dan dapat ditempuh dengan

sepeda atau motor. Di pasar tersebut selain pasar tradisional juga ada pasar

hewan dengan waktu dua kali dalam lima hari yaitu Pahing dan Kliwon (Hari

pasaran).

7.2. Proses Penyusunan Perencanaan Program Secara Partisipatif

Sebelum pada penyusunan rancangan program kerja untuk memecahkan

permasalahan pada kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget Desa Kedungjambe

maka terlebih dulu ada proses perencanaan secara partisipatif yang melibatkan

anggota kelompok KBS-KUBE, pengurus KUBE dan pendamping KUBE serta

koordinator KUBE. Perencanaan tersebut dilaksanakan melalui diskusi kelompok

yang terbagi dalam beberapa tahapan yaitu (1) diskusi kelompok dilaksanakan

pada tingkat kelompok KBS-KUBE baik kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dan

kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur dengan tujuan untuk mengetahui

permasalahan dan kebutuhan pada aras individu dan kelompok KBS-KUBE ; (2)

pada tingkat pengurus KUBE dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan

yang dihadapi oleh pengurus KUBE dalam menangani permasalahan kelompok

KBS-KUBE ; (3) pada tingkat koordinator/pendamping KUBE dengan tujuan

untuk mengetahui apa yang sudah dilaksanakan oleh koordinator KUBE dalam

mengembangkan kelompok KBS-KUBE dan kendala-kendala yang dialami ; dan

(4) diskusi kelompok yang melibatkan semua unsur yaitu dua kelompok KBS-

KUBE yaitu kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia, kelompok KBS-KUBE Sumber

Makmur, pengurus KUBE (enam orang tokoh masyarakat/agama) dan

koordinator/pendamping KUBE (pegawai panti terdiri tiga orang koordinator, lima

orang pendamping) tujuan dari diskusi kelompok ini adalah untuk

mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan serta menyusun program untuk

memecahakan permasalahan tersebut. Adapun proses perencanaan program

secara partisipatif dapat digambarkan pada bagan alir seperti pada gambar 9.

Page 163: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

147

Gambar 9. Bagan alir proses perencanaan program secara partisipatif pada kelompok KBS – KUBE Dusun Nganget Tahun 2005.

Diskusi Kelompok I

Peserta : Pengurus dan anggota kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dan Sumber Makmur

Hasil Diskusi Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia Masalah

Pengurus tidak berfungsi Administrasi tidak berjalan Mekanisme kerja KUBE tidak berjalan Pengambilan keputusan oleh Ketua RT Rendahnya pendidikan dan keterampilan Tidak pernah diadakan bimbingan sosial Pertemuan tidak pernah dilaksanakan

Program/kegiatan/kebutuhan

Pelatihan pengurus dan administrasi Dilaksanakan pertemuan rutin Pelatihan kepemimpinan

Hasil Diskusi Kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur Masalah

Pengurus tidak berfungsi Administrasi tidak berjalan Mekanisme kerja KUBE tidak berjalan Banyak kambing yang mati dan dijual Tidak ada kerjasama antar anggota kelompok Tidak ada kepedulian sosial Pengambilan keputusan tanpa musyawarah Tidak pernah dilaksanakan bimbingan sosial Pendidikan rendah Pendapatan rendah Pertemuan tidak pernah dilaksanakan

Program/kegiatan/kebutuhan

Pelatihan pengurus dan administrasi Bimbingan sosial Pelatihan Teknik Produksi Kambing

Sumber : Diskusi kelompok KBS-KUBE Tahun 2005

Diskusi Kelompok II Peserta : Pengurus Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Hasil

Terbatasanya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan pada pengurus KUBE sehingga tidak mampu untuk mengatasi berbagai permasalahan baik usaha simpan pinjam maupun kelompok KBS-KUBE.

Kesibukan pengurus KUBE sebagai kepala keluarga dan mengurusi usaha simpan pinjam sehingga kelompok KBS-KUBE kdang-kadang terabaikan.

Belum adanya insentif yang memadai sehingga ada sifat malas untuk mengadakan kunjungan ke pengurus KBS-KUBE.

Diskusi kelompok III Peserta : Koordinator / Pendamping KUBE

Hasil : Koordinator :

Menampung berbagai permasalahan kelompok KBS-KUBE dan merumuskan pemecahan masalahnya.

Pendamping : Melaksanakan pendampingan dengan memonitor perkembangan kambing serta permasalahan yang dihadapi oleh kelompok KBS-KUBE. Kendala : Belum semua pendamping memahami hakekat KUBE sehingga kadang-kadang hanya mementingkan perkembangan kambing

Diskusi kelompok IV (Rumusan akhir) KBS-KUBE (Bangkit Mulia dan Sumber Makmur), Pengurus KUBE dan Koordinator/Pendamping KUBE Hasil :

Pada diskusi kelompok yang melibatkan semua unsur yang terkait dengan kelompok KBS-KUBE dari masing-masing kelompok KBS-KUBE menyampaikan aspirasinya sesuai dengan hasil diskusi pada kelompok KBS-KUBE.

Masing-masing kelompok memberikan tanggapan dan solusi untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok KBS-KUBE dalam bentuk program dan kegiatan.

Identifikasi permasalahan dan kebutuhan serta Program untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat dijabarkan dalam sub bab selanjutnya dalam kajian ini.

Ve r i f i k a s i

Ve r i f i k a s i

Ve r i f i k a s i

Page 164: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

148

7.3. Identifikasi Masalah Dan Kebutuhan

Berdasarkan kajian secara komprehensif tentang potensi-potensi yang ada di

dalam permukiman dan hasil evaluasi terhadap program pengembangan

masyarakat yang telah dilaksanakan pada praktek lapangan l dan II ternyata

belum mampu berkembang sesuai dengan pedoman yang ada. Hasil analisis

terhadap kelompok KBS – KUBE dapat diketahui bahwa masih lemahnya

kapasitas kelompok baik dari aspek kelembagaan, sosial maupun ekonomi

merupakan penyebab ketidakberdayaan kelompok dalam mengembangkan

kelompok KBS – KUBE.

Permasalahan kelompok KBS – KUBE permasalahan juga terjadi pada anggota

kelompok sebagai individu. Kapasitas individu dalam kelompok yang rendah

menyebabkan pengelolaan kelompok KBS - KUBE belum bisa berkembang

dengan baik.

Dengan permasalahan yang dialami baik anggota kelompok sebagai individu

,dan kelompok KBS – KUBE maka dalam penyusunan program pemberdayaan

dapat dilihat dari dua aras yaitu peningkatan kapasitas individu dan kelompok

KBS - KUBE. Dengan penyusunan program tersebut diharapkan komunitas eks

penderita kusta dapat diberdayakan melalui penguatan individu dan kelompok

sehingga dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya.

7.3.1. Identifikasi masalah dan kebutuhan kelompok KBS – KUBE

Ada tiga permasalahan pokok yang dihadapi oleh kelompok KBS – KUBE yaitu

lemahnya kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur, lemahnya aspek sosial

dan aspek kemampuan ekonomi. Upaya untuk mengidentifikasi permasalahan

dan kebutuhan tersebut dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan diskusi

kelompok. Hasil identifikasi tersebut adalah dapat dilihat pada tabel 17 sebagai

berikut :

Page 165: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

149

Tabel 17. Identifikasi permasalahan pada aras dinamika kelompok Tahun 2005.

Masalah Utama Penyebab Alternatif Pemecahan Lemahnya aspek kelembagaan (struktur ) kelompok KBS-KUBE (Kasus Kelompok Bangkit Mulia dan Sumber Makmur) Lemahnya aspek kelembagaan (kultur) kelompok KBS-KUBE (Kasus kelompok Sumber Makmur) Lemahnya aspek Sosial Kelompok KBS-KUBE (Kasus kelompok Sumber Makmur. Lemahnya aspek ekonomi Kelompok KBS KUBE(Kasus kelompok Sumber Makmur) Lemahnya integrasi, solidaritas dan kohesivitas (Kasus Kelompok Sumber Makmur)

Lemahnya manajemen kelompok dalam hal ini tidak berfungsinya pengurus KBS-KUBE, komunikasi, dan pola kepemimpinan.

Lemahnya mekanisme kerja KUBE, lemahnya kontrol sosial, administrasi KUBE, lemahnya keikutsertaan perempuan dalam kepengurusan KBS - KUBE

Lemahnya kelompok

dalam menerapkan norma dan aturan yang berlaku dalam KUBE.

Lemahnya kepercayaan dan kerjasama antar anggota kelompok dalam melakukan kegiatan.

Belum ada kontrol sosial antara anggota/tetangga

Lemahnya motivasi

kelompok. Lemahnya kepedulian

sosial antar anggota kelompok.

Lemahnya rasa turut memiliki

Lemahnya pendapatan KBS – KUBE Tidak ada saling ketergantungan antar anggota kelompok.

Pelatihan Tugas Pokok dan Fungsi Pengurus (Ketua, Sekretaris dan Bendahara),

Pelatihan Administrasi Pengurus

Pelibatan perempuan dalam kegiatan.

Perlunya menyelenggarakan pertemuan rutin

Pembuatan aturan

tertulis,

Permainan Dinamika kelompok dan musyawarah.

Pendampingan sosial (Sistim konsultasi) Diklat Teknik Produksi Kambing Lomba kelompok KBS-KUBE.

Sumber : Hasil resume wawancara dan diskusi kelompok

Page 166: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

150

Permasalahan pertama yang dihadapi oleh kelompok KBS – KUBE adalah

lemahnya aspek kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur. Aspek ini sangat

penting karena tumbuh dan berkembangnya kelompok berkaitan dengan aspek

tersebut. Penyebab lemahnya apek kelembagaan yang bersifat struktur adalah

lemahnya manajemen kelompok dalam hal ini tidak berfungsinya pengurus KBS-

KUBE, komunikasi, tujuan dan pola kepemimpinan, dan pengelolaan

administrasi. Sedangkan secara kultur adalah lemahnya kelompok dalam

menerapkan norma dan aturan yang berlaku dalam KUBE serta lemahnya

kepercayaan dan kerjasama antar anggota kelompok dalam melakukan kegiatan

serta belum ada kontrol sosial antara anggota/tetangga.

Kedua, aspek sosial ini disebabkan lemahnya motivasi kelompok, lemahnya

kepedulian sosial antar anggota kelompok dan lemahnya rasa turut memiliki.

Ketiga aspek ekonomi lemahnya tingkat ekonomi penerima bantuan ini

menyebabkan sedikit mempunyai permasalahan yang menyangkut pemenuhan

kebutuhan maka kambing akan dijual. Keempat lemahnya integrasi, solidaritas

dan kehesivitas kelompok.

Kelemahan itu tidak saja muncul begitu saja tetapi melalui proses dari awal

pembentukan KBS – KUBE sampai pada perkembangannya sekarang.

Kelemahan ketiga aspek tersebut disebabkan karena (1) Proses pembentukan

KBS - KUBE bersifat top down ; (2) tidak ada bimbingan sosial sebagai bekal

kelompok dalam mengelola KUBE ; (3) penguasaan pendamping dalam

pengelolaan KUBE sangat terbatas (belum pernah mengikuti pendidikan dan

latihan KUBE) ini berakibat bahwa dalam memberi penjelasan terhadap

kelompok hanya berkisar masalah pengguliran dan administrasi saja.

Dengan keberadaan komunitas eks penderita kusta baik segi pendidikan maupun

psikologis, maka peran pendamping diharapkan intensif dalam melaksanakan

pendampingan. Berdasarkan wawancara dan diskusi kelompok dengan anggota

kelompok KBS – KUBE pada umumnya mereka membutuhkan pendidikan dan

latihan supaya dapat mengelola KUBE dengan baik terutama mengenai aspek

kelembagaan struktural, kultur maupun aspek sosial dan ekonomi..

Page 167: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

151

7.3.2. Identifikasi masalah dan kebutuhan individu

Walaupun penelitian kajian ini terfokus pada pendekatan kelompok KBS – KUBE

namun peningkatan kapasitas individu sebagai anggota KBS – KUBE perlu

mendapat perhatian karena kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh beberapa permasalahan berkaitan

dengan individu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kelompok KBS –

KUBE.

Tabel 18. Hasil identifikasi permasalahan pada aras individu/anggota pada dua kelompok KBS – KUBE Tahun 2005

Masalah Utama Penyebab Alternatif pemecahan

Tidak ada keterlibatan individu dalam pengambilan keputusan.

(Kasus kelompok Bangkit Mulia)

Pengambilan keputusan dilaksanakan secara individu tanpa musyawarah.

(Kasus Kelompok Sumber Makmur).

Lemahnya peran pemimpin (ketua) dalam memimpin kelompok. (Kelompok Bangkit Mulia)

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknik produksi kambing. (Kelompok Sumber Makmur)

Terbatasnya pendidikan dan keterampilan individu dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

Masih dominannya peran tokoh dalam proses pengambilan keputusan.

Masih ada rasa kepatuhan dengan tokoh

Kurang dominan tokoh dalam proses pengambilan keputusan dalam kelompok.

Kepatuhan terhadap tokoh sudah berkurang.

Belum pernah mengikuti latihan kepemimpinan

Belum pernah ada Pendidikan dan Latihan mengenai teknik produksi kambing.

Pendampingan / Konseling

Pendampingan / Konseling

Latihan kepemimpinan (Permainan Dinamika Kelompok)

Pendidikan dan Latihan Teknik Produksi Kambing.

Sumber : Hasil wawncara dengan anggota kelompok KBS – KUBE.

Page 168: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

152

Permasalahan pertama adalah tidak adanya keterlibatan individu dalam

pengambilan keputusan. Penyebab utamanya dalah rendahnya pendidikan dan

ketrampilan individu dalam pemecahan masalah yang dihadapi serta masih

dominannya tokoh dalam pengambilan keputusan serta sifat kepatuhan individu

terhadap tokoh tersebut.

Bila ditengok ke belakang mengapa terjadi demikian maka seperti dijelaskan di

depan bahwa kelompok KBS-KUBE Bangkit mulai adalah semua anggotannya

berasal dari Rumah Sakit Nganget dan dalam jangka waktu yang lama dan yang

menjadi tokoh sekarang, adalah tokoh juga di rumah sakit sehingga sifat-sifat

kepatuhan sangat menonjol di kelompak KBS-KUBE Bangkit Mulia.

Berbeda dengan anggota kelompok Sumber Makmur karena datangnya tidak

bersama maka ikatan emosional sangat rendah ini ditandai dengan tidak adanya

kerjasama antara anggota kelompok dan pengambilan keputusan dilaksanakan

tanpa minta ijin kepada Ketua RT. Dengan demikian kepatuhan kepala Ketua RT

di kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur sangat rendah. Ini berpengaruh pada

sikap berani mengambil keputusan sendiri namun cenderung tidak sesuai

dengan aturan yang ada.

Komunitas eks penderita kusta setiap warganya adalah merupakan pendatang,

dengan berbagai latar belakang yang berbeda ada yang dulunya memang

seorang yang sudah biasa memelihara kambing dan ada yang tidak. Dengan

kondisi itu maka pemeliharaan kambing yang ada sekarang tentunya tidak

semua berkembang dengan baik, maka diperlukan pendidikan dan latihan

produksi kambing supaya kambing dapat berkembang banyak. Dengan

perkembangan tersebut secara ekonomi kondisi eks penderita kusta akan

meningkat dan dari sisi psikologis ada perasaan tenang karena bila terjadi sakit

mendadak atau memperlukan sesuatu masih mempunyai kambing yang

sewaktu-waktu bisa dijual.

7.3.3. Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Komunitas

Kebutuhan untuk mengembangkan jejaring sangat mutlak diperlukan untuk

membangun suatu komunitas. Seperti yang dialami oleh komunitas eks penderita

kusta disamping penguatan kelompok dan peningkatan kapasitas individu juga

dibutuhkan jejaring untuk membantu merumuskan dan memecahkan

Page 169: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

153

permasalahan yang ada, dengan melibatkan berbagai stakeholders yang ada

sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa di komunitas eks penderita kusta

banyak stakeholders yang berada di dalam maupun diluar baik itu bersifat

horizntal maupun vertikal, nanum keterilbatannya dalam mengembangkan

komunitas eks penderita kusta belum optimal. Hasil wawancara dan diskusi

kelompok dapat dilihat pada tabel 19.

Tebel 19. Hasil identifikasi permasalahan pada aras komunitas Tahun 2005.

Masalah Utama Penyebab Alternatif Pemecahan

Lemahnya kelompok dalam membangun jejaring antar kelompok dalam komunitas. Lemahnya koordinasi antar LSM dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Labilnya kondisi mental eks penderita kusta Perasaan minder, kurang percaya diri akibat sakit yang pernah diderita Ada rasa kekuatiran pihak luar bila bekerjasama dengan eks penderita kusta Ada sebagian eks penderita kusta yang belum diketahui tingkat kesembuhannya

Banyaknya kelompok-kelompok dalam komunitas. Belum adanya wadah sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan pengembangan eks penderita kusta. Merasa tidak berguna dalam menjalani kehidupan. Perasaan tidak diterima oleh masyarakat di luar komunitas eks penderita kusta. Ketidaktahuan masyarakat di luar komunitas eks penderita kusta bahwa eks penderita kusta sudah tidak menular lagi. Tidak dilaksanakan deteksi dini tentang penderita kusta di Dusun Nganget.

Pembentukan Forum Komunikasi Informal Antar Tokoh Agama. Forum Komunikasi Antar LSM Pengajian/tahlilan dari luar komunitas. Konseling dengan psikolog/pekerja sosial. Penyuluhan terpadu (kesehatan dan sosial) Konseling / klinis. Dilaksanakan Dinas Kesehatan/Rumah Sakit Kusta Mojokerto/Balai Pengobatan.

Sumber : Hasil wawancara dan diskusi kelompok.

Page 170: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

154

Permasalahan pertama adalah lemahnya kelompok KBS-KUBE dalam

membangun jejaring antar kelompok dalam komunitas ini disebabkan banyaknya

kelompok-kelompok yang ada di dalam komunitas yang sudah terbentuk lama

dan mempunyai kepentingan masing-masing, seperti lembaga keagamaan

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ingin menambah jumlah anggota

sementara kelompok Nahdatul Ulama (NU) juga menginginkan jumlah

anggotanya bertambah.

Permasalahan kedua adalah lemahnya koordinasi antara LSM dan Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur dalam membangun jejaring sehingga pelaksanaan program-

program di komunitas eks penderita kusta dilaksanakan sendiri-sendiri tanpa

koordinasi satu sama lain sehingga tidak ada keterpaduan program akibatnya

program tidak bisa berkelanjutan. Permasalahan ketiga adalah labilnya kondisi

mental eks penderita kusta ini disebabkan adanya sikap hidup yang memandang

dirinya tidak berguna dan selalu membuat keluarga menjadi malu dengan adanya

pengajian secara rutin diharapkan akan memperkuat mental dan sikap eks

penderita dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya di tengah-tengah

masyarakat yang lain.

Permasalahan keempat yaitu adanya sikap minder dan kurang percaya diri yang

dialami eks penderita kuata akibat sakit yang pernah dideritanya ini disebabkan

adanya perasaan tidak diterima oleh masyarakat di luar komunitas eks penderita

kusta maka pemberian motivasi sangat penting untuk memberi dorongan kepada

eks penderita kusta supaya mempnyai kepercayaan diri. Permasalahan kelima

adalah adanya rasa kekuatiran yang berlebihan dari pihak luar komunitas bila

akan bekerjasama dengan komunitas eks penderita kusta. Baik dari segi

kesehatan takut ketuluran penyakitnya, ataupun sikap skeptis dari beberapa

pihak terhadap komunitas eks penderita kusta karena ketidaktahuan mereka

tentang eks penderita kusta.

Permasalahan keenam adalah bahwa setelah diadakan penelitian maka

ditemukan khususnya di RT.04 ada beberapa orang yang masih belum sembuh

benar dari penyakit kusta dengan demikian perlu diadakan pemeriksaan kembali

supaya bisa dipastikan bahwa yang berada di Dusun Nganget adalah semua eks

penderita kusta. Kebutuhan yang dirasakan oleh komunitas eks penderita kusta

adalah mereka sangat membutuhkan jejaring dan pemeiksaan kembali/ulang

terhadap warga Dusun sehingga bisa dipastikan semua sudah sembuh sehingga

Page 171: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

155

tidak ada rasa kuatir pihak luar untuk menjalin kerjasama. Bila jejaring dapat

terbangun maka dapat meningkatkan keeratan anggota kelompok-kelompok

dalam komunitas dengan kelompok KBS-KUBE atau antar kelompok KBS-KUBE

yang ada di Dusun Nganget. Dengan jejaring yang terbangun dengan kuat maka

anggota kelompok KBS-KUBE dapat mengatasi berbagai permasalahan-

permasalahan yang mereka alami baik masalah individu, keluaarga, kelompok

maupun lingkungan sosialnya sehngga bisa meningkatkan keberfungsian

sosialnya.

7.4. Penyusunan Perencanaan Program Kerja Aras Kelompok, Individu dan Komunitas.

Penyusunan rancangan program pemberdayaan komunitas eks penderita kusta

melalui penguatan kelompok KBS – KUBE meliputi baik aras kelompok maupun

individu di dasarkan pada permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan oleh

kelompok dan individu eks penderita kusta. Untuk menyusun rancangan tersebut

dilaksanakan secara bersama-sama antara kelompok KBS–KUBE, pengurus

KUBE dan koordinator/pendamping KBS – KUBE melaksanakan diskusi

kelompok.

Hasil diskusi kelompok dalam penguatan individu dan kelompok KBS – KUBE

dikategorikan sebagai berikut pada aras kelompok, aras individu dan aras

komunitas .

1. Strategi Penguatan Kelompok KBS - KUBE

a. Strategi penguatan kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur

kelompok, merupakan suatu strategi yang diarahkan untuk memperbaiki

struktur dan kultur dari kelompok KBS – KUBE. Aspek Struktur meliputi

struktur organisasi, pola kepemimpinan, pengambilan keputusan,

manajemen kelompok, pola komunikasi, administrasi dan mekanisme

kerja dari pada KUBE dan keterlibatan perempuan dalam kepengurusan

KBS-KUBE. Sedangkan secara kultur meliputi : tata nilai, norma, peraturan

dalam kelompok, dan mekanisme kerja KUBE.

b. Strategi penguatan sosial, yaitu strategi yang diarahkan untuk

pengembangan dinamika kelompok yang meliputi penumbuhan motivasi

berkelompok, peran masyarakat guna mendukung pengembangan KBS –

Page 172: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

156

KUBE, mempererat interaksi dalam kelompok, meningkatkan kepedulian

sosial antar anggota kelompok, dan memantapkan sikap atau rasa

memiliki, menumbuhkan solidaritas sosial, kohesivitas sosial dan integrasi

sosial sehingga bantuan dianggap sebagi amanah yang harus

dipertanggungjawabkan secara sosial.

2. Strategi Penguatan Individu Sebagai Anggota Kelompok KBS-KUBE.

a. Strategi Penguatan Kapasitas Keterampilan Organisasi Individu .anggota

kelompok KBS-KUBE, merupakan strategi yang diarahkan untuk

memperkuat individu dalam peranannya sebagai anggota/pengurus

kelompok KBS-KUBE.

b. Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota kelompok KBS-KUBE, strategi ini diarahkan untuk memperkuat usaha ekonomi anggota

kelompok KBS – KUBE.

3. Strategi Penguatan Jejaring.

Strategi ini diarahkan untuk memperkuat jejaring antar kelompok KBS-KUBE,

intra kelompok KBS-KUBE atau kelompok – kelompok yang ada di komunitas

serta di luar komunitas. Strategi ini memperkuat kerjasama di dalam dan di luar

komunitas guna mendukung perkembangan Kelompok Usaha Bersama.

7.4.1. Perencanaan Program Penguatan Pada Aras Kelompok KBS - KUBE

7.4.1.1. Perencanaan Program Penguatan aspek Struktural dan Kultural Organsisasi Kelompok KBS – KUBE

Dalam mengimplementasi rencana program penguatan aspek struktural maupun

kultural organisasi kelompok KBS – KUBE maka akan dilaksanakan kegiatan

sesuai dengan akar masalah antara lain:

1. Pelaksanaan pendidikan kejar paket B

Tujuan pelaksanaan pendidikan kejar paket B adalah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan pengurus ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan

pengurus hanya 2 orang yang berpendidikan SMP sisanya tamat SD dan

tidak tamat SD. Pelaksan kegiatan ini adalah pengurus Kelompok Usaha

Bersama. Sebagai instansi pendukung adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur, Dinas Pendidikan dan Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta.

Page 173: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

157

Waktu pelaksanaan adalah pada bulan Juli tahun 2006 dilaksanakan di aula

panti dengan peserta pengurus KBS-KUBE yang terdiri dari ketua, sekretaris

dan bendahara. Sumber dana adalah anggaran dari Dinas Pendidikan.

2. Pendampingan sosial dengan sistim konsultasi (pemantapan pengurus

kelompok).

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberi pemahaman tentang hasil

penunjukkan eks penderita kusta sebagai pengurus KBS-KUBE oleh

pengurus KUBE. Pelaksana kegiatan ini adalah pengurus KUBE,

pendamping dan koordinator KUBE. Sebagai instansi pendukung adalah

Dinas Sosial Provinsi dan Panti.

Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah bulan Oktober 2005 di rumah

pengurus KBS-KUBE. Mekanisme pelaksanaan kegiatan ini adalah pengurus

KUBE, pendamping dan koordinator KUBE melaksanakan kunjungan rumah

(home visit) ke rumah pengurus secara bergantingan untuk memberi

pemahaman tentang pentingnya pengurus melaksanakan tugas-tugas

sebagai pengurus KBS-KUBE. Sumber dana adalah Panti Rehabilitasi Sosial

Eks Penderita Kusta.

3. Pendampingan sosial dengan sistim konsultasi (penguatan pengurus melalui

motivasi)

Tujuan kegiatan ini adalah memberi pemahaman dan motivasi tentang

pentingnya pengurus dan pemberian insentif bagi pengurus KBS-KUBE,

kegiatan ini ada karena pengurus beranggapan bahwa menjadi pengurus

tidak memberi keuntungan secara metari bahkan sering mendapatkan

umpatan dari anggota. Pelaksana kegiatan ini adalah pengurus KUBE,

pendamping dan koordinator KUBE. Sebagai instansi pendukung adalah

Dinas Sosial Provinsi dan Panti.

Waktu pelakanaan setiap bulan sesuai dengan kebutuhan tempat di rumah

pengurus secara bergantingan untuk memberi pemahaman tentang

pentingnya pengurus melaksanakan tugas-tugas sebagai pengurus KBS-

KUBE. Sumber dana adalah Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta.

Page 174: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

158

4. Pelatihan tentang tugas-tugas pengurus serta kewenangannya (Ketua,

sekretaris dan bendahara)

Tujuan kegiatan ini adalah untuk emberikan pengetahuan dan pemahaman

tentang tugas-tugas pengurus karena pengurus tidak mengetahui apa yang

harus dikerjakan dan kewenangan yang dimiliki. Dengan kegiatan ini

diharapkan pengurus akan mengetahui tugas – tugas apa yang harus

dikerjakan dan kewenangan apa saja yang dimiliki untuk memajukan

perkembangan kelompok KBS-KUBE.

Pelaksana kegiatan ini adalah Pengurus KUBE, Pendamping dan

Koordinator KUBE. Instansi pendukung adalah Dinas Sosial Provinsi dan

Panti. Pelaksanaan kegiatan pada Juli 2006 selama 3 hari di aula panti.

Mekanisme pelaksanaan kegiatan ini adalah Identifikasi kebutuhan dan

permasalahan pengurus kemudian menyusun materi dan melaksanakan

pelatihan dengan metode ceramah diskusi kelompok dan praktek. Sumber

dana adalah dari Dinas Sosial dan Panti.

5. Pendampingan sosial (pentingnya mencatat perkembangan kelompok)

Tujuan kegiatan ini adalah memberikan penjelasan tentang cara penulisan

buku-buku administrasi ini disebabkan karena pencatatan tidak dilaksanakan

setiap bulan dan setiap ada pekembangan kambing, sehingga pembukuan

tidak jelas dan tidak dapat dipakai untuk mengetahui pekermbangan

kelompok KBS-KUBE. Pelaksana kegiatan adalah pendamping. Sebagai

instansi pendukung adalah waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah setiap

bulan namun bila sudah menunjukkan perkembangan baik sedikit demi

sedikit akan dikurangi bisa sampai 3 bulan baru di monitor kembali. Tempat

pelaksnaan kegiatan di rumah pengurus KBS-KUBE. Sumber dana dari

Panti.

6. Rapat/Musyawarah

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyederhanakan buku-buku KUBE untuk

disesuaikan dengan kemampuan fisik dan pendidikan eks pendeita kusta ini

disebabkan banyaknya buku yang harus dikerjakan oleh pengurus KBS-

KUBE. Pelaksana kegiatan adalah koordinator KUBE, Pengurus KUBE dan

Pengurus KBS-KUBE. Sebagai instansi pendukung adalah Dinas Sosial

Provinsi dan Panti.

Page 175: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

159

Waktu pelaksanaan kegiatan adalah bulan Nopember 2005 / satu hari tempat

aula panti. Mekanisme kegiatan adalah mengundang pengurus KBS-KUBE,

Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE untuk membahas

penyederhanaan buku-buku KUBE. Sumber dana adalah Panti dan

Pengurus KUBE.

7. Sosialisasi gender

Tujuan kegiatan ini adalah memberi pengertian tentang peran gender dalam

kepengurusan KBS-KUBE karena selama ini perempuan dianggap tidak bisa

melaskanakan tugas-tugas pengurus dan menganggap tugas perempuan

hanya mengembala kambing dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Pelaksana kegiatan ini adalah koordinator KUBE.

Sebagai instansi pendukung adalah Dinas Sosial Provinsi dan Panti. Waktu

pelaksanaan kegiatan pada bulan Desember 2006 /satu hari dilaksanakan di

aula panti mekanisme kegiatan yaitu mengundang seluruh pengurus dan

anggota KBS-KUBE, Pengurus KUBE untuk mendengarkan ceramah tentang

peran gender dalam kepengurusan KBS-KUBE. Sumber dana dari Panti

Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta.

8. Pendampingan sosial dengan sistim konsultasi (penjelasan tentang peran

gender)

Tujuan kegiatan ini adalah memberi pemahaman terhadap peran gender

dalam pengambilan keputusan kegiatan ini penting karena perempuan

selama ini dianggap tidak tahu apa-apa. Sebagai pelaksana kegiatan adalah

Pendamping/ Koordinator KUBE dan instansi pendukung adalah Panti.

Waktu pelaksanaan kegiatan Setiap bulan / sesuai dengan kebutuhan bila

sudah mengerti dan memahami maka kegiatan dihentikan pelaksanaan

kegiatan dirumah pada malam hari. Mekanisme kegiatan adalah pendamping

memberi penjelasan tentang peran gender kepada kelompok KBS-KUBE.

Sumber dana adalah Panti.

9. Pertemuan rutin

Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok yaitu lemahnya pola hubungan

dan komunikasi karena tidak pernah dilaksanakan pertemuan rutin. Tujuan

Page 176: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

160

kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan hubungan dan komunikasi

antar anggota kelompok KBS-KUBE.

Dengan pertemuan merupakan metode untuk bertukar pikiran dan

pengalaman sekaligus sebagai proses belajar memecahkan permasalahan

kelompok dan permasalahan-permasalahan keluarga dan lingkungan

sosialnya secara bersama. Pertemuan juga ada dapat meningkatkan

kemampuan anggota kelompok KBS – KUBE dalam menampilkan peranan-

peranan sosialnya, baik dalam keluarga, kelompok maupun lingkungan

sosialnya baik perempuan maupun laki-laki.

Pertemuan rutin juga dihadiri oleh pengurus KUBE, pendamping dan

koordinator KUBE. Kehadiran mereka diharapkan memberi masukan dan

mengetahui permasalahan yang dialami oleh kelompok KBS-KUBE dan dari

koordinator bisa melaksanakan pendampingan dan monitoring ,evaluasi

terhadap perkembangan KUBE.

Pelaksana kegiatan adalah pengurus kelompok KBS - KUBE waktu

pelaksanaan setiap bulan dan dilaksanakan secara bergiliran. Tempat

pelaksanaan di rumah pengurus kelompok KBS-KUBE atau atas

kesepakatan kelompok. Anggaran berasal dari pengurus KUBE

10. Pertemuan informal

Tujuan kegiatan adalah membangun hubungan dan komunikasi antar

kelompok KBS-KUBE, kegiatan ini sangat penting karena waktu habis

dipergunakan eks pederita kusta untuk bekerja, malam hari untuk istirahat.

Pelaksana kegiatan adalah pendamping. Instansi pendukung adalah Panti.

Waktu pelaksanaan kegiatan minimal 3 bulan sekali, tempat dilaksanakan

pertemuan kelompok KBS-KUBE yang disepakati bersama antara kelompok

dengan pendamping bisa di sawah/padang pengembalaan didampingi oleh

pendamping. Sumber anggaran kelompok KBS-KUBE dan Panti.

11. Perumusan pembuatan peraturan tertulis pada masing-masing KBS-KUBE

Tujuan kegiatan ini adalah merumuskan dan menyepakati peraturan yang

sudah dibuat di kelompok KBS-KUBE ini disebabkan karena selama ini

peraturan kelompok tidak dibuat oleh kelompok KBS-KUBE itu sendiri

melainkan dibuat secara bersama oleh Kepala Panti di Aula panti. Pelaksana

Page 177: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

161

kegiatan ini adalah pengurus dan anggota KBS-KUBE, Instansi pendukung

kegiatan adalah panti.

Mekanisme kegiatan adalah pengurus kelompok KBS-KUBE mengundang

anggota kelompok untuk mengadakan rapat dan membuat peraturan tertulis

secara bersama dan disepakati secara bersama pula. Waktu pelaksanaan

kegiatan adalah pada bulan Desember 2005 / satu hari tempat kesepakatan

Kelompok KBS-KUBE. Sumber dana adalah dari anggran kelompok KBS-

KUBE.

12. Sosialisai hasil perumusan dan pembuatan peraturan kepada seluruh

anggota.

Tujuan kegiatan ini adalah menyebarluaskan hasil keputusan rapat kepada

seluruh anggota ini disebabkan karena tidak semua anggota kelompok hadir

pada saat pembuatan peraturan. Pelaksana kegiatan adalan pengurus KBS-

KUBE, Pengurus KUBE. Instansi pendukung adalah panti.

Mekanisne kegiatan ini adalah memberikan pengertian kepada suluruh

anggota kelompok tentang pentingmya mematuhi peraturan yang sudah

ditetapkan secara bersama. Waktu pelaksanaan yaitu Bersamaan dengan

pertemuan kelompok KBS-KUBE. Sumber dana adalah Kelompok KBS-

KUBE.

Page 178: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

167

7.4.1.2. Perencanaan Program Pengembangan Dinamika Kelompok KBS - KUBE

.Dalam mengimplementasi rencana program pengembangan dinamika

Kelompok KBS – KUBE maka akan dilaksanakan kegiatan sesuai dengan akar

masalah antara lain :

1. Pendampingan sosial/permainan dinamika kelompok.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkuat ikatan kelompok Kelompok dan

anggota ini disebabkan karena masing-masing anggota kelompok belum

bisa saling memberi dan menerima manfaat dibentuknya kelompok.

Pelaksana adalah Pendamping / Pekerja Sosial Panti. Sebagai instansi

pendukung adalah Panti.

Waktu pelaksanaan setiap 3 bulan sekali selama satu tahun kemudian

melihat perkembangan dari hasil permainan dinamika kelompok tersebut

masih diperlukan atau tidak pelaksanaan kegiatan di gedung TK Dusun

Nganget. Metode permainan dinamika kelompok yaitu komunikasi satu arah

dan dua arah.Setelah permainan selesai dijelaskan tujuan dari permainan

tersebut. Sumber dana adalah Panti dan KUBE.

2. Pertemuan rutin

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkuat ikatan kelompok sebab

kelompok KBS-KUBE dibentuk karena akan ada proyek sehingga tingkat

kohesivitas antar anggota dalam kelompok sangat lemah. Pelaksana

kegiatan adalah anggota dan pengurus kelompok KBS-KUBE. Sebagai

instansi pendukung adalah panti.

Waktu pelaksanaan kegiatan tiap bulan di rumah pengurus dan anggota

kelompok KBS-KUBE. Mekanisme pelaksanaan kegiatan adalah pengurus

KBS-KUBE membuat undangan untuk mengundang seluruh anggota dan

pengurus. Dan pertemuan rutin dilaksanakan untuk membahas

permasalahan yang dialami baik anggota sebagai individu, kelompok ataupun

permasalahan-permasalahan sosial yang ada di lingkungannya. Anggaran

untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah dibebankan kepada kelompok KBS-

KUBE.

Page 179: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

168

3. Pendampingan mengenai potensi dan sumber yang dimiliki anggota

kelompok.

Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk menggali dan memanfaatkan

potensi dan sumber yang dimiliki oleh anggota kelompok. Ini sangat penting

karena dengan keberadaannya eks penderita kusta seakan-akan dia

memandang dirinya tidak mempunyai apa-apa yang bisa dimanfaatkan untuk

menolong orang lain.

Pelaksana kegiatan ini adalah pendamping dan pekerja sosial panti. Instansi

pendukung adalah Dinas Sosial dan Panti. Waktu pelaksanaan kegiatan

adalah setiap bulan sesuai dengan pertemuan rutin yang ada namun disesuai

dengan materi yang ada. Mekanisme kegiatan adalah dilaksanakan secara

individu melalui home visit (kunjungan rumah). Anggaran dibebankan

kepada panti melalui dana pembinaan lanjut.

4. Pendampingan (motivasi kelompok)

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengadakan perubahan sikap dan cara

berpikir tentang bantuan dari pemerintah ini disebabkan eks penderita kusta

bila menerima bantuan ada rasa tidak ikut memiliki sehingga dalam

pemeliharaannya tidak begitu baik. Pelaksana kegiatan ini adalah

pendamping/pekerja sosial panti. Instansi pendukung adalah panti. Waktu

pelaksanaan setiap bulan disesuaikan dengan materi yang ada melalui

pertemuan rutin. Anggaran dari panti melalui dana pembinaan lanjut.

Mekanisme kegiatan adalah Pendampimgan dilaksanakan dengan cara

berkelompok dengan metode brainstorming/curah pendapat mengenai

perasaan-perasaan anggota kelompok saat menerima bantuan dan bila tidak

menerima bantuan. Setelah anggota kelompok selesai mengungkapkan

perasaannya maka saat itu perlu dijelaskan tentang pentingnya rasa memiliki

bantuan tersebut.

5. Pendampingan sosial melalui permainan dinamika kelompok

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberi pengertian dan pemahaman tentang

pentingnya manfaat dari kerjasama, ini disebabkan karena anggota kelompok

belum mengetahui dan memahami manfaat dari kerjasama. Pelaksana

kegiatan ini adalah pendamping. Sebagai instansi pendukung adalah Panti.

Page 180: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

169

Waktu pelaksanaan setiap bulan disesuikan dengan jadual pertemuan rutin

anggota kelompok KBS-KUBE.

Mekanisme kegiatan adalah dengan menggunakan metode persuasif dan

permainan dinamika kelompok. Anggaran dari panti melalui kegiatan

pembinaan lanjut.

6. Pendampingan sosial (pemberian motivasi secara kelompok)

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merubah anggapan yang salah menjadi

hal yang bermanfaat ini disebabkan karena ada anggapan dari anggota

kelompok bahwa kalau kita akan melaksanakan kerjasama berarti

mengeluarkan uang. Pelaksana kegiatan adalah pendamping. Sebagai

instansi pendukung adalah panti. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan

melalui pertemuan kelompok dengan metode persuasif. Anggaran

dibebankan melalui panti dengan dana pembinaan lanjut.

7. Peringatan Hari Besar Agama .

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang

perbedaan dan kebersamaan, ini disebabkan karena dalam komunitas eks

penderita kusta terdapat kelompok-kelompok dan berbagai perbedaan

paham idiologi seperti NU, LDII. Pelaksana kegiatan adalah tokoh agama /

panitia. Instansi pendukung kegiatan ini adalah panti.

Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan hari-hari besar agama. Metode yang

dilakukan adalah melalui ceramah. Anggaran dibebankan pada masyarakat

yang beragama Islam.

8. Pembentukan Kelompok KBS-KUBE Bayangan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memonitor perkembangan kelompok

KBS-KUBE yang dilakukan oleh anggota masyarakat itu sendiri. Ini dibentuk

karena lemahnya kontrol sosial yang dilaksanakan oleh anggota masyarakat,

ada rasa segan untuk memperingatkan orang lain. Pelaksana kegiatan ini

adalah pengurus KUBE, pendamping dan koordinator KUBE. Instansi

pendukung adalah panti.

Waktu pelaksanaan kegiatan adalah pada bulan Desember 2005 di gedung

Taman Kanak – Kanak Dusun Nganget. Mekanisme kegiatan diadakan

seleksi bagi masyarakat yang akan menerima pengguliran berikutnya dan

Page 181: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

170

diseleksi per RT setelah berjumlah sepuluh orang maka tugas kelompok ini

selanjutnya mengawasai kelompok yang akan memberikan pengguliran

tersebut. Anggaran dari pengurus KUBE.

9. Pangajian / Tahlilan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan ikatan emosional kelompok

sehingga kelompok mempunyai ikatan yang kuat karena latar belakang yang

berbeda sehingga perlu untuk menyatukan dalam suatu kegiatan. Pelaksana

kegiatan tersebut adalah kelompok KBS-KUBE. Sebagai instansi pendukung

adalah panti.

Waktu pelaksanaan kegiatan setiap malam Jum’at dilaksanakan di masjid.

Mekanisme kegiatan adalah setelah tahlilan dilanjutkan dengan ceramah baik

yang berhubungan dengan agama maupun dengan kemasyarakatan.

Anggaran di bebankan pada kelompok KBS-KUBE.

10. Rekreasi Bersama

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan ikatan emosional kelompok

KBS-KUBE karena banyak berbagai paham idiologi. Pelaksana kegiatan ini

adalah Kelompok KBS-KUBE. Instansi pendukung adalah panti. Waktu

pelaksanaan ditentukan bersama oleh kelompok (setelah panen). Mekanisme

kegiatan adalah rekreasi dilaksanakan ditempat yang terjangkau dan

didampingi oleh pendamping.

Dalam rekreasi tersebut ada acara untuk saling mengungkapkan perasaan

dan permasalahan yang dihadapi oleh semua anggota dan yang lain

mendengarkan setelah itu dicari pemecahan masalah secara bersama-sama.

Anggaran dibebankan pada kelompok KBS-KUBE.

11. Pertemuan kelompok sambil mengembala kambing

Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah antar anggota kelompok saling

membuka diri untuk saling mengenal lebih dekat. Ini sangat penting karena di

antara anggota kelompok belum terjadi identifikasi pribadi sehingga

solidaritas yang lemah. Kegiatan ini sudah terpola di komunitas eks penderita

kusta.

Pelaksana kegiatan ini adalah kelompok KBS-KUBE dan pendamping

kelompok. Sebagai instansi pendukung adalah panti. Waktu pelaksanaan dua

Page 182: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

171

minggu sekali. Mekanisme kegiatan adalah pendamping menjelaskan

pentingnya anggota kelompok mengungkapkan identititas diri masing-masing

di mulai dengan pendamping kelompok. Setelah itu bebas mengungkapkan

apa saja sesuai dengan yang dirasakan.

12. Pertemuan kelompok dengan Kyai

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempererat tali silaturohim dengan kyai

pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok KBS – KUBE. Sebagai

instansi pendukung adalah panti. Waktu pelaksanaan biasanya dilaksanakan

pada waktu selapanan. Mekanisme kegiatan ini adalah Setelah mengadakan

silaturrohim dengan Kyai Nas’ro maka kelompok melaksanakan pertemuan

sendiri dan mengundang Kyai untuk memberi wejangan petingnya antar

anggota untuk saling menerima sehingga akan timbul kohesivitas kelompok.

13. Lomba Kelompok KBS-KUBE.

Lemahnya integrasi sosial, solidaritas dan kohesivitas kelompok karena

masing-masing individu tidak mempunyai rasa saling ketergantungan satu

dengan yang lain. Kelompok KBS-KUBE tidak mampu memberi manfaat

kepada angota kelompok begitu juga sebaliknya individu belum bisa

memberi manfaat kepada kelompok. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

meningkatkan rasa solidaritas, integrasi sosial dan kohesivitas kelompok

KBS-KUBE. Dengan diadakan lomba maka kelompok akan bersaing,

dengan persaingan tersebut maka di dalam kelompok akan tumbuh perasaan

untuk menjadi yang terbaik, disinilah akan muncul kohesitas kelompok,

integrasi dan solidaritas.

Pelaksana kegiatan ini adalah, Pengurus KUBE, Pendamping dan

Koordinator KUBE. Tempat pelaksanaan kegiatan adalah di Dusun Nganget.

Waktu pelaksanaan setiap tahun pada bulan Desember bersamaan dengan

Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. Dengan anggaran dari Panti

Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta Tuban dan Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur.

Page 183: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

171

Tabel 20. Rencana Program penguatan Aspek Struktural dan Kultural Organiasai KBS-KUBE Tahun 2005

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Belum berfungsinya pengurus KBS-KUBE (Ketua, Sekretaris dan Bendahara

Rendahnya tingkat pendidikan pengurus Pengurus atas penunjukkan Pengurus KUBE Menjadi pengurus tidak memberi keuntungan secara materi

Pelaksanaan pendidikan kejar paket B Pendampingan Sosial dengan konsultasi (pemantapan pengurus kelompok) Pendampingan sosial dengan konsultasi (penguatan pengurus melaui motivasi)

Meningkatkan kualitas pendidikan pengurus Memberi pemahaman tentang penunjukkannya sebagai pengurus Memberi pemahaman dan motivasi tentang pentingnya pengurus dan pemberian insentif / honor pengurus

Pengurus KUBE Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE

Dinas Sosial Propinsi dan Panti Dinas Pendidikan Dinas Sosial Propinsi dan Panti Dinas Sosial Propinsi dan Panti

Tahun 2006 Aula panti (jangka panjang) Oktober 2005 rumah pengurus (jangka pendek) Setiap bulan Rumah pengurus (jangka pendek)

Peserta pengurus KBS-KUBE Metode pendidikan paket B Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE melaksanakan home visit Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE melaksanakan home visit

Dinas Pendidikan Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta KUBE dan Panti

KBS – KUBE Sumber Makmur. KBS – KUBE Sumber Makmur. KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 184: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

172

Tabel 20 :Lanjutan…………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan dan kewenangan yang dimiliki

Pelatihan tentang tugas-tugas pengurus serta kewenangannya (ketua,sekretaris dan bendahara)

Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang tugas-tugas pengurus

Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE

Dinas Sosial Propinsi dan Panti

Juli 2006 /3 hari Di panti (jangka panjang)

Peserta pengurus KBS-KUBE Identifikasi kebutuhan dan permasalahan pengurus. Menyusun materi dan melaksanakan pelatihan dengan metode ceramah diskusi kelompok dan praktek.

Dinas Sosial dan Panti

KBS – KUBE Sumber Makmur

Lemahnya administrasi pembukuan pengurus kelompok KBS-KUBE

Pencatatan tidak dilaksanakan setiap bulan dan setiap ada pekembangan kambing,

Pendampingan sosial (pentingnya mencatat perkembangan kelompok)

Memberikan penjelasan tentang cara penulisan buku-buku administrasi

Pendamping Panti Setiap bulan (jangka pendek) 1 tahun

Pengurus KUBE dan pendamping setiap bulannya harus memeriksa pembukuan kelompok KBS-KUBE

Panti KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 185: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

173

Tabel 20 : Lanjutan……………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Pendukung

Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Banyaknya buku yang harus dikerjakan oleh pengurus

Rapat / musyawarah

Menyederhanakan buku-buku KUBE untuk disesuaikan dengan kemampuan eks pendeita kusta.

Koordinator KUBE, Pengurus KUBE dan Pengurus KBS-KUBE

Dinas Sosial Propinsi dan Panti

Nopember 2005 / satu hari Aula panti (jangka pendek)

Mengundang pengurus KBS-KUBE, Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE untuk membahas penyederhanaan buku-buku KUBE

Panti dan KUBE

KBS – KUBE Sumber Makmur

Belum dilibatkannya perempuan dalam kepengurusan KBS-KUBE

Perempuan dianggap tidak bisa melaskanakan tugas-tugas pengurus. Menganggap tugas perempuan hanya mengembala kambing dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Sosialisasi gender

Memberi pengertian tentang peran gender dalam kepengurusan KBS-KUBE

Koordinator KUBE

Dinas Sosial Propinsi dan Panti

Desember 2006 /satu hari Aula panti (jangka pendek)

Mengundang seluruh pengurus dan anggota KBS-KUBE, Pengurus KUBE untuk mendengarkan ceramah tentang peran gender dalam kepengurusan KBS-KUBE.

Panti KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 186: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

174

Tabel 20 : Lanjutan… Masalah Akar

Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Pendukung

Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Belum dilibatkannya perempuan dalam pengambilan keputusan

Perempuan dianggap tidak tahu apa-apa

Pendampingan sosial, dengan sistim konsultasi (penjelasan tentang peran gender)

Memberi pemahaman terhadap peran gender dan pengambilan keputusan

Pendamping/ Koordinator KUBE

Panti Setiap bulan / dirumah pada malam hari (jangka pendek)

Pendamping memberi penjelasan tentang peran gender kepada kelompok KBS-KUBE.

Panti KBS – KUBE Sumber Makmur

Lemahnya pola hubungan dan komunikasi kelompok KBS-KUBE

Tidak pernah dilaksanakan pertemuan rutin Waktu habis dipergunakan eks pederita kusta untuk bekerja, malam hari untuk istirahat

Pertemuan rutin Pertemuan informal

Membangun hubungan dan komunikasi antar kelompok KBS-KUBE Membangun hubungan dan komunikasi antar kelompok KBS-KUBE

Kelompok KBS-KUBE, Pendamping/ Koordinator KUBE Pendamping

Panti Panti

Setiap bulan / di rumah anggota Kelompok KBS-KUBE (j.panjang) Minimal 3 bulan sekali (jangka menengah)

Dilaksanakan peretmuan rutin kelompok KBS-KUBE secara bergiliran dari rumah ke rumah Dilaksanakan pertemuan kelompok KBS-KUBE ditempat yang disepaktai bersama bisa di sawah/padang pengembalaan didampingi oleh pendamping.

Kelompok KBS-KUBE Panti

KBS – KUBE Sumber Makmur KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 187: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

175

Tabel 20 : Lanjutan…………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya kelompok KBS-KUBE dalam menerapkan peraturan

Peraturan kelompok tidak dibuat oleh kelompok KBS-KUBE itu sendiri. Tidak semua anggota kelompok hadir pada saat pembuatan peraturan.

Perumusan dan pembuatan peraturan secara tertulis di masing-masing kelompok KBS –KUBE Sosialisasi hasil perumusan dan pembuatan peraturan kepada seluruh anggota

Menyepakati peraturan yang sudah dibuat di kelompok KBS-KUBE Menyebarluas kan hasil keputusan rapat kepada seluruh anggota.

Pengurus dan anggota KBS-KUBE Didampingi Pengurus KUBE dan Pendamping Pengurus KBS-KUBE, Pengurus KUBE

Panti Panti

Desember 2005 / satu hari tempat kesepakatan kelompok. (jangka pendek) Bersamaan dengan pertemuan kelompok KBS-KUBE (jangka pendek)

Pengurus KBS-KUBE mengundang anggota kelompok untuk mengadakan rapat dan membuat peraturan tertulis secara bersama dan disepakati secara bersama pula. Memberikan pengertian kepada suluruh anggota kelompok tentang pentingmya mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan secara bersama.

Kelompok KBS-KUBE Kelompok KBS-KUBE

KBS – KUBE Sumber Makmur KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 188: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

176

Tabel 21. Rencana Program Pengembangan Dinamika Kelompok KBS-KUBE Tahun 2005

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya motivasi berkelompok

Kelompok dan anggota belum bisa saling memberi dan menerima manfaat dibentuknya kelompok. Kelompok dibentuk atas dasar proyek

Pendampingan sosial /permainan dinamika kelompok dan arisan kelompok. Pertemuan rutin

Memperkuat ikatan kelompok Memperkuat ikatan kelompok

Pendamping/ Pekerja Sosial Panti Anggota/ pengurus kelompok KBS - KUBE

Panti Panti

Mulai bulan Des’ 05 5 minggu sekali, di gedung TK Dusun Nganget. (jangka pendek) Tiap bulan di rumah pengurus dan anggota kelompok KBS-KUBE. (jangka panjang).

Permainan dinamika kelompok yaitu komunikasi satu arah dan dua arah.Setelah permainan selesai dijelaskan tujuan dari permainan tersebut. Waktu disesuaikan dengan pertemuan rutin yang lain dengan materi yang berbeda. Rumah secara bergiliran.

Panti Kelompok KBS-KUBE

KBS – KUBE Sumber Makmur KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 189: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

177

Tabel 21 : Lanjutan………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya kepedulian sosial antar anggota kelompok KBS-KUBE

Anggota kelompok merasa tidak memiliki apa-apa .

Pendampingan mengenai potensi dan sumber yang dimiliki anggota kelompok

Menggali dan memanfaatkan potensi dan sumber yang dimiliki oleh anggota kelompok

Pendamping dan Pekerja sosial panti.

Dinas Sosial dan Panti

Setiap bulan minggu ke 2, di rumah anggota kelompok (j.panjang)

Pendampingan dilaksanakan secara individu melalui home visit.

Panti Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur

Lemahnya rasa turut memiliki

Merasa tidak ikut memiliki baik bantuan maupun kelompok dan Seringnya dapat bantuan dari Pemerintah

Pendampingan (motivasi kelompok)

Mengadakan perubahan sikap dan cara berpikir tentang bantuan dari pemerintah.

Pendamping /Pekerja Sosial Panti.

Dinas Sosial dan Panti

Setiap bulan Di rumah anggota kelompok (jangka panjang)

Pendampimgan dilaksanakan dengan cara berkelompok dengan metode brainstorming/curah pendapat mengenai perasaan-perasaan anggota kelompok saat menerima bantuan dan bila tidak menerima bantuan. Setelah anggota kelompok selesai mengungkapkan perasaannya maka saat itu perlu dijelaskan tentang pentingnya rasa memiliki.

Panti

Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 190: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

178

Tabel 21: Lanjutan…………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Pendukung

Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya kerjasama antar anggota kelompok

Anggota kelompok belum mengetahui dan memahami manfaat kerjasama Ada anggapan dari anggota bahwa kalau kerjasama berarti mengeluarkan uang. Perbedaan paham idiologi

Pendampingan sosial Melalui permainan dinamika kelompok Pendampingan (pemberian motivasi secara kelompok). Peringatan Hari Besar Agama

Memberi pengertian dan pemahaman pentingnya manfaat kerjasama Merubah anggapan yang salah tersebut menjadi hal yang bermanfaat. Memberikan pemahaman tentang perbedaan dan kebersamaan

Pendamping/ Pekerja Sosial Panti Pendamping Tokoh agama/panitia

Panti Panti Panti

Setiap bulan di rumah anggota kelompok KBS-KUBE. (jangka pendek) Setiap bulan di rumah anggota kelompok KBS-KUBE. (Jangka pendek) Disesuaikan dengan hari besar agama Islam Di Dusun Nganget (j. panjang)

Metode yang digunakan persuasif, dan permaina dinamika kelompok. Metode adalah persuasif melalui pertemuan rutin kelompok KBS-KUBE. Metode ceramah

Panti Panti KUBE /Panti/ Anggota kelompok KBS-KUBE

KBS – KUBE Sumber Makmur KBS – KUBE Sumber Makmur KBS – KUBE Bangkit Mulia.

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 191: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

179

Tabel 21: lanjutan……………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran Prioritas Kelompok

Lemahnya integrasi sosial kelompok KBS -KUBE

Latar belakang yang berbeda dan datang di Dusun tidak bersamaan Anggota kelompok berbagai paham idiologi

Pengajian / Tahlilan Rekreasi bersama

Meningkatkan ikatan emosional kelompok. Meningkatkan ikatan emosional kelompok

Kelompok KBS –KUBE Kelompok KBS -KUBE

Panti Panti

Setiap minggu malam Jum’at sehabis Maghrib Di Masjid (jangka panjang) Ditentukan secara bersama oleh kelompok (jangka panjang)

Pelaksanaan yaitu Tahlilan dilanjutkan ceramah dan tanya jawab mengenai agama dan kemasyarakatan Pelaksanaan rekreasi ada pendamping dilakukan ditempat yang dapat dijangkau dan ada acara untuk mengungkapkan perasan dan permasalahan yang dihadapi oleh semua anggota kelompok serta yang lain mendengarkan difasilitasi oleh pendamping kelompok.

Kelompok KBS-KUBE Kelompok KBS-KUBE

Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur Kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia.

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 192: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

180

Tabel 21 : Lanjutan…………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya solidaritas kelompok KBS - KUBE

Belum terjadi identifikasi pribadi antar anggota dalam kelompok

Pertemuan kelompok sambil mengembala kambing

Agar antar anggota kelompok saling membuka diri untuk mengenal anggota yang lain secara apa adanya.

Kelompok KBS –KUBE Dan Pendamping

Panti

Padang pengembalaan Dusun Nganget, pelaksaan setiap 2 minggu sekali (Jangka menengah)

Pendamping menjelaskan pentingnya anggota kelompok mengungkapkan identititas diri masing-masing di mulai dengan pendamping kelompok. Setelah itu bebas mengung kapkan apa saja.

Kelompok KBS-KUBE

Kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia

Lemahnya kohesivitas kelompok (keterpaduan kelompok)

Belum terjalin penerimaan diri antara anggota kelompok

Pertemuan keompok melalui silaraturrohim dengan Kyai NU

Mempererat tali silaturrohim dengan Kyai NU dan antar anggota kelompok

Kelompok KBS-KUBE

Panti

Selapanan di Pondok Pesantren Kyai Nso (jangka menengah)

Setelah mengadakan silaturrohim dengan Kyai Nas’ro maka kelompok melaksanakan pertemuan sendiri dan mengundang Kyai untuk memberi wejangan petingnya antar anggota untuk saling menerima.

Kelompok KBS-KUBE

Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur.

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 193: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

181

Tabel 21 : lanjutan……………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya integrasi, solidaritas, dan kohesivitas kelompok KBS-KUBE

Belum terjadi identifikasi diri anggota kelompok. Belum adanya saling penerimaan antar anggota kelompok. Anggota kelompok heterogen Belum ada tujuan kelompok yang perlu diperjuang kan

Lomba kelompok KBS-KUBE

Meningkatkan integrasi sosial, solidaritas dan kohesivitas kelompok

Koordianator KUBE / Pendamping dan Pengurus KUBE

Dinas Sosial Propinsi dan Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta

Tiap tahun Bulan Desember/ HKSN Dusun Nganget (jangka panjang)

1. Peserta 5

kelompok KBS-KUBE.

2. Dari 5 kelompok diseleksi satu yang menjadi juara dan ada piala bergilir yang diperebutkan.

3. Penilaian di dasarkan pada keberhasilan kelompok dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Dinas Sosial/Panti

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 194: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

182

Tabel 22. Rencana Program Penguatan Kapasitas Keterampilan berorganisasi Individu anggota Kelompok KBS – KUBE

dan Rencana Program Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota KBS-KUBE Tahun 2005

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Rendahnya tingkat partisipasi anggota kelompok dalam pengambilan keputusan Rendahnya kemampuan individu menjadi pemimpin kelompok KBS-KUBE.

Rendahnya pengetahuan dan keterampilan sosial individu dalam memecahkan permasalahan kelompok Belum pernah menjadi pemimpin

Konseling Pendampingan melalui permainan dinamika kelompok

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sosial individu dalam memecahkan permasalahan kelompok Memberi keterampilan tentang kepemimpinan kepada ketua kelompok KBS-KUBE

Pekerja Sosial Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta Pekerja Sosial Panti

Dinas Sosial/Panti Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta

3 bulan sekali rumah anggota kelompok KBS-KUBE (jangka menengah) Bulan Nopember /satu hari Gedung Taman kanak-Kanak Dusun Nganget (jangka pendek)

1. Menggali

masalah secara mendalam.

2. Menggali solusi alternatif pemecahan masalah

Mengundang semua ketua kelompok KBS-KUBE untuk mengikuti permainan dinamika kelompok dengan permainan peran. (role playing).

Panti Panti

Kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia. Kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 195: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

183

Tabel 22 : Lanjutan………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran Prioritas Kelompok

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan produksi kambing

Belum pernah ada Pendidikan dan Latihan mengenai teknik produksi kambing

Pendidikan dan Latihan Teknik Produksi Kambing

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai teknik produksi kambing.

Anggota kelompok KBS-KUBE. Pengurus KUBE, Pendamping dan Koordinator KUBE

Dinas Sosial dan Panti

September 2006 /2 hari jangka panjang).

1. Peserta adalah

anggota kelompok KBS-KUBE.

2. Mengidentifikasi jenis kambing dan metode yang cocok dengan kondisi alam dan potensi Dusun Nganget.

3. Metode yang digunakan ceramah, studi kasus, diskusi dan studi banding

Dinas Sosial

Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur.

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 196: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

184

Tabel 23. Rencana Program Penguatan Jejaring Kelompok KBS-KUBE Tahun 2005

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana

Instansi Pendu kung

Waktu, Tempat Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Lemahnya kelompok dalam membangun jejaring antar kelompok dalam komunitas

Banyaknya kelompok dalam komunitas

Pembentukan Forum Komunikasi Informal Antar Tokoh Agama

Mempererat dan meningkatkan kohesivitas kelompok keagamaan di Dusun Nganget.

Tokoh Agama yang ada di Dusun Nganget (LDII, NU dan Kristen)

Panti Rehabili tasi Eks Penderita Kusta

Juli 2005 di rumah Kyai Ysf (NU) (jangka panjang)

Kyai Jsf mengundang tokoh-tokoh agama untuk membentuk forum komunikasi melalui rapat.

Tokoh-tokoh agama

Prioritas kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur

Lemahnya koordinasi antar LSM dan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur

Belum adanya wadah sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan eks penderita kusta.

Forum Komunakasi antar LSM dan Dinas Sosial

Untuk mempermudah komunkasi dan mengakses informasi sehingga program pengembangan bisa dipadukan.

Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur

Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur

Desember 2006 di Dinas Sosial Jawa Timur (Jangka Panjang)

Dinas Sosial mengundang LSM yang bergerak di bidang pengembangan komunitas eks penderita kusta untuk memadukan program sekaligus membentuk forum komunikasi sehingga program tersebut dapat berkelanjutan.

Dinas Sosial

Prioritas kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 197: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

185

Tabel 23 : Lanjutan……

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi

Pendukung Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Anggaran

Prioritas Kelompok

Labilnya kondisi mental eks penderita

Merasa tidak berguna dalam menjalani kehidupan

Pengajian/tahlilan dari luar komunitas Dusun Nganget.

Membangun jejaring dengan tokoh agama dari luar komunitas dan memberi motivasi kepada eks penderita kusta dalam menjalani kehidupan.

Tokoh agama di Dusun Nganget khsusnya NU

Panti

Tiap hari Jum’at dilaksanakan setiap minggu tempat bergiliran. (jangka panjang)

Kelompok Tahlilan NU mengundang penceramah dari luar komunitas atau ada program dari lembaga agama kecamatan untuk mengadakan pengajian di Dusun Nganget.

Pengurus kelompok tahlilan/ organisasi Keagamaan tingkat kecamatan.

Prioritas kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur

Perasaan minder, kurang percaya diri akibat sakit yang pernah diderita

Perasaan tidak diterima oleh masyarakat di luar komunitas eks penderita kusta

Konseling dengan psikolog /pekerja sosial

Untuk meningkat rasa percaya diri sehingga dapat menyakinkan masyarakat umum untuk menerima keberadaanya.

Psikolog / Pekerja sosial

Dinas Sosial /Panti

1 tahun 2 kali bula Juli dan Nopember 2006 (jangka panjang)

Pelaksanaan konseling di rumah atau tempat yang ditentukan secara bersama

Panti / Dinas Sosial

Prioritas kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 198: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

186

Tabel 23 : Lanjutan………

Masalah Akar Masalah Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Pendukung

Waktu, Tempat

Mekanisame / Metode

Angga ran

Prioritas Kelompok

Adanya perasaan takut dari masyarakat di luar komunitas bila berhubungan dengan eks penderita kusta.

Ketidaktahuan masyarakat luas tentang keberadaan eks penderita kusta

Penyuluhan sosial terpadu

Memberi pemahaman kepada masyarakat tentang penyakit kusta dan eks penderita kusta serta permasalahan yang dihadapi

Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta

Dinas Sosial, Dinas Kesehat an dan Panti Rehabili tasi Sosial Eks Penderita Kusta

Juli – Nop. 2006. Penyuluhan sosial terpadu 2 kali setahun. diadakan di Kec.Singgahan dengan mengundang warga dan pengusaha lokal. (jangka panjang)

Meminta ijin Camat kalau akan ada penyuluhan sosial terpadu 2 kali Penyuluhan I Camat mengundang warga . Penyuluhan kedua Camat mengundang pengusaha lokal untuk menghadiri kegiatan tersebut.

Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur

Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur

Ada sebagian eks penderita kusta yang belum diketahui tingkat kesembuhannya

Tidak dilaksanakan deteksi dini tentang penderita kusta di Dusun Nganget.

Konse ling / klinis..

Memperoleh kepastian tentang apakah warga Dusun Nganget semua sudah sembuh dari penyakit kusta.

Dinas Kesehatan/Rumah Sakit Kusta Mojokerto/ Balai Pengobatan

Dinas Sosial/ Dinas Kesehatan/Rumah Sakit Kusta Mojokerto/Balai Pengobat an

Dilaksanakan setiap tahun dan bila ada warga baru yang masuk ke Dusun Nganget (jangka panjang)

Balai Pengobatan/Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Kusta Mojokerto bekerjasama dengan Kepala Desa Kedungjambe dan Panti melaksanakan konseling/klinis

Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur / Panti

Kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur

Keterangan : Jangka Pendek : 1 – 2 tahun ; jangka menengah 2 – 4 tahun ; jangka panjang lebih dari 4 tahun

Page 199: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

178

7.4.2. Perencanaan Program Penguatan Kapasitas Keterampilan Individu anggota kelompok KBS-KUBE dan Rencana Program Penguatan Kapasitas usaha Ekonomi Anggota KBS-KUBE.

Program ini untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota

kelompok KBS-KUBE. Program ini sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia untuk merubah pola pikir, sikap dan perilaku eks

penderita kusta sehingga mampu mengetahui dan memahami potensi alam yang

ada dan kemampuan sumberdaya manusia supaya dapat memecahkan

permasalahan baik individu, keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.

Implementasi dari program tersebut adalah sebagai berikut :

1. Konseling

Konseling dalam perspektif pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui tiga

phase yaitu membangun relasi, menggali masalah secara mendalam dan

menggali solusi alternatif. Tujuan konseling yaitu meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan individu eks penderita kusta dalam memecahkan

permasalahan individu, keluarga, kelompok dan lingkungan sosial.

Permasalahan yang dihadapi anggota kelompok KBS-KUBE yaitu rendahnya

tingkat partisipasi anggota kelompok dalam pengambilan setiap keputusan.

Pelaksana kegiatan ini adalah Pekerja Sosial Panti Rehabilitasi Sosial Eks

Penderita Kusta. Instansi pendukung kegiatan ini adalah Panti Rehabilitasi

Sosial Eks Penderita Kusta dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Waktu

pelaksanaan kegiatan Disesuaikan dengan kondisi individu anggota

kelompok KBS – KUBE atau 3 (tiga) bulan sekali setelah melihat

perkembangan saat ada pertemuan kelompok pelaksanaan konseling di

rumah anggota kelompok KBS-KUBE atau tempat-tempat yang disepakati

antara anggota kelompok dengan Pekerja Sosial.

2. Pendampingan Melalui Permainan Dinamika Kelompok

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberi keterampilan tentang

kepemimpinan kepada ketua kelompok KBS-KUBE. Kegiatan ini muncul

karena rendahnya kemampuan individu dalam memimpin kelompok karena

belum pernah mengikuti latihan kepemimpinan.

Pelaksana kegiatan ini adalah Pendamping dan Pekerja Sosial Panti.

Sebagai Instansi pendukung adalah Panti. Waktu pelaksanaan kegiatan

Page 200: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

179

adalah bulan Nopember kegiatan dilaksanakan selama satu hari di gedung

Taman Kanak-Kanak Dusun Nganget. Mekanisme kegiatan yaitu dengan

menggunakan metode role playing. Anggaran dibebankan pada panti.

3. Pendidikan dan Latihan Teknik Produksi Kambing

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan mengenai teknik produksi kambing. Kegiatan ini muncul karena

kurangnya pengetahuan dan keterampilan produksi kambing yang

disebabkan karena belum pernah diadakan pendidikan dan latihan mengenai

produksi kambing.

Pelaksana kegiatan adalah koordinator KUBE, pendamping pengurus KUBE

dan pengurus kelompok KBS-KUBE. Instansi pendukung kegiatan ini adalah

Dinas Peternakan Kabupaten Tuban dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

serta Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta.

Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan September 2006, Anggaran yang

digunakan untuk kegiatan tersebut adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

atau serta Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta.

Mekanisme kegiatan adalah peserta anggota kelompok KBS-KUBE.

Mengidentifikasi jenis kambing dan metode yang cocok dengan kondisi alam

dan potensi Dusun Nganget. Metode yang digunakan ceramah, studi kasus,

diskusi dan studi banding.

Page 201: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

182

7.4.3. Perencanaan Program Penguatan Jejaring

Program penguatan jejaring ini sangat penting dan mempunyai nilai strategis. Mengingat keberadaan eks penderita kusta yang selama ini terminggirkan dari

kehidupan ditengah-tengah masyarakat pada umumnya. Penguatan jejaring ini

bertujuan supaya kelompok dapat mengoptimalkan jejaring antar anggota

kelompok KBS-KUBE, intra kelompok KBS-KUBE dan masyarakat di luar Dusun

Nganget / Permukiman Eks Penderita Kusta. Melalui jejaring yang kuat,

komunitas eks penderita kusta akan bisa mengembangkan kelompok KBS –

KUBE.

Kegiatan pokok dalam program penguatan jejaring adalah (1) Pembentukan

Forum Komunikasi Informal Antar Tokoh Agama; (2) Forum Komunikasi Antar

LSM dan Dinas Sosial ; (3) Pengajian/Tahlilan dari Luar Komunitas ; (4)

Konseling Dengan Psikolog/Pekerja Sosial ; (5) Penyuluhan Sosial Terpadu.

Untuk mengetahui lebih jauh maka dapat dijelaskan senagai berikut :

1. Pembentukan Forum Komunikasi Informal Antar Tokoh Agama

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempererat dan meningkatkan kohesivitas

kelompok-kelompok keagamaan yang berada di Dusun Nganget. Kegiatan ini

berangkat dari banyaknya kelompok-kelompok yang ada di Dusun Nganget.

Pelaksana kegiatan ini adalah Tokoh Agama yang ada di Dusun Nganget

(LDII, NU dan Kristen).

Sebagai instansi pendukung adalah Panti. Waktu pelaksanaan pada bulan

Juli 2005 di rumah Kyai Jsf. Sumber dana berasal dari tokoh-tokoh agama.

2. Forum Komunikasi Antar LSM dan Dinas Sosial

Tujuan kegiatan adalah untuk mempermudah komunikasi dan mengakses

informasi sehingga program dapat dipadukan antara program LSM dengan

LSM ataupun dengan Dinas Sosial. Munculnya kegiatan ini karena selama ini

tidak terjalin koordinasi antara LSM dengan Dinas Sosial program-program

yang ada di komunitas eks penderita kusta berjalan sendiri-sendiri.

Pelaksana kegiatan adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Sebagai

instansi pendukung adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Waktu

pelaksanaan pada bulan Agustus 2006.di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Mekanisme kegiatan adalah Dinas Sosial mengundang beberapa LSM yang

Page 202: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

183

bergerak di bidang pengembangan komunitas eks penderita kusta

memadukan program dari perencanaan sampai monitoring dan evaluasi

sekaligus membentuk forum komunikasi sehingga program tersebut dapat

berkelanjutan. Sumber dana dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

3. Pengajian/Tahlilan dari Luar Komunitas Eks Penderita Kusta.

Tujuan kegiatan ini adalah membangun jejaring dengan tokoh-tokoh agama

dari luar komunitas dan memberi motivasi kepada eks penderita kusta dalam

menjalani kehidupan. Pelaksana kegiatan ini adalah tokoh agama di dusun

Nganget khususnya warga Nahdatul Ulama.

Instansi pendukung kegiatan adalah Panti dan Pemerintah Desa

Kedungjambe. Waktu pelaksanaan kegiatan setiap hari Jum’at sore di rumah

warga secara bergiliran. Sumber dana Organisasi Tahlilan. Mekanisme

kegiatan adalah Kelompok Tahlilan NU mengundang penceramah dari luar

komunitas atau ada program dari lembaga agama kecamatan untuk

mengadakan pengajian di Dusun Nganget.

4. Konseling Dengan Psikolog / Pekerja Sosial

Konseling dalam perspektif pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui tiga

phase yaitu membangun relasi, menggali masalah secara mendalam dan

menggali solusi alternatif. Permasalahan yang dihadapi anggota kelompok

KBS-KUBE yaitu perasaan minder, kurang percaya diri akibat sakit yang

pernah diderita dalam membangun jejaring .Tujuan konseling yaitu

meningkatkan rasa percaya diri eks penderita kusta dalam membangun

jejaring.

Pelaksana kegiatan ini adalah Pekerja Sosial Panti Rehabilitasi Sosial Eks

Penderita Kusta atau Psikolog. Instansi pendukung kegiatan ini adalah Panti

Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta dan Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur. Waktu pelaksanaan kegiatan setiap 6 bulan sekali selama satu tahun.

Tempat di rumah Eks Penderita Kusta hasil kesepakatan antara konselor

dan eks penderita kusta. Anggaran dibebankan pada Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur.

5. Penyuluhan Sosial Terpadu

Penyuluhan sosial terpadu adalah penyuluhan sosial yang dilaksanakan

secara terpadu disesuaikan dengan permasalahan yang ada di lokasi tempat

Page 203: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

184

akan dilaksanakan penyuluhan tersebut. Permasalahannya yaitu adanya

perasaan takut dari masyarakat di luar komunitas eks penderita kusta bila

berhubungan dengan eks penderita kusta. Tujuan dari penyuluhan sosial

terpadu adalah menjelaskan tentang penyakit kusta bagaimana proses,cara

penuluraan dan bagaimana menghindarinya serta tentang keberadaan eks

penderita kusta dalam pergaulannya dengan masyarakat di luar Dusun

Nganget.

Pelaksana kegiatan yaitu Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Panti

Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta. Instansi pendukung yaitu Dinas

Sosial, Dinas Kesehatan dan Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta.

Waktu pelaksanaan kegiatan tersebut adalah pada bulan Juli 2006, dengan

jumlah kegiatan dua kali setahun. Tahap pertama dilaksanakan di Kantor

Kecamatan Singgahan dan peserta yang diundang adalah warga disekitar

Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan. Tahap Kedua yang diundang

adalah pengusaha lokal yang ada di Kecamatan dengan maksud supaya ada

investasi yang bisa diarahkan ke Dusun Nganget. Anggaran dari Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur.

6. Konseling Klinis

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh kepastian tentang apakah

warga yang berada di Dusun Nganget semua sudah sembuh dari penyakit

kusta. Kegiatan ini didasari oleh adanya sebagian warga Dusun Nganget

yang belum diketahui tingkat kesembuhannya.

Pelaksana kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Kusta

Mojokerto, Balai Pengobatan yang berada di Dusun Nganget dan Pekerja

Sosial. iIstansi pendukung kegiatan adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur,

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Rumah Sakit Kusta Mojokerto dan

Panti Rehabilitasi Sosial Eks Penderita Kusta Tuban.

Waktu pelaksnaaan kegiatan setiap tahun atau bila ada pendatang baru yang

akan bermukim di Dusun Nganget. Mekanisme pelaksanaan kegiatan adalah

Dinas Sosial bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

untuk mengadakan konseling klinis atau panti dengan data yang ada bisa

mengusulkan diadakannya konseling klinis. Sumber dana berasan dari Dinas

Sosial dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Page 204: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

188

7.5. Ikhtisar Program penguatan kelompok KBS – KUBE dalam upaya memberdayakan

komunitas eks penderita kusta disusun secara partisipatif dengan tahapan

identifikasi potensi yang meliputi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya kelembagaan, identifikasi permasalahan dan kebutuhan dan

penyusunan rancangan program secara partisipatif. Sumber Daya Manusia

meliputi jumlah penduduk dan tingkat pendidikan. Jumlah penduduk Dusun

Nganget adalah sebagai 464 jiwa (Agustus 2005) terdiri dari laki-laki sebanyak

230 jiwa dan perempuan sebayak 234 jiwa. Jumlah eks penderita kusta

sebanyak 152 jiwa dan yang bukan eks penderita kusta sebanyak 312 jiwa

(keturunan, orang waras yang kawin dengan eks penderita kusta dan keluarga

pegawai panti).

Tingkat pendidikan warga Dusun Nganget yaitu yang paling banyak

berpendidikan Sekolah Dasar mencapai178 orang atau 38, 36 % dan yang

paling sedikit jumlahnya adalah Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang atau 1,07 %.

Sumberdaya alam yang dimiliki adalah tanah pertanian berupa sawah dan persil.

Sawah adalah milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur sedangkan persil / ladang

adalah milik Perhutani, jadi eks penderita kusta hanya sebagai penggarap saja.

Namun untuk padang pengembalaan cukup untuk mengembala kambing karena

daerah yang berbukit, tanah lapangan yang sudah tidak dipakai lagi sehingga

dimanfaatkan untuk mengembala serta di pinggiran-pinggiran sawah sangat

potensial untuk pemeliharaan kambing.

Potensi kelembagaan yang ada di Dusun Nganget yaitu Lembaga Dakwah Islam

Indonesia , Nahdatul Ulama serta Umat Kristiani sangat mendukung

perkembangan KUBE. Dengan potensi alam yang ada dan didukung dengan

pengorganisasian kelompok KBS – KUBE yang baik maka KUBE kambing akan

dapat berkembang dengan baik. Namun demikian dalam pengorganisasiannya

perlu mendapat penguatan agar dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan

strategi yang disusun yaitu :

Page 205: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

189

Strategi Penguatan Kelompok KBS – KUBE

Alternatif strategi pemberdayaan eks penderita kusta melalui penguatan

kelompok KBS - KUBE yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian dalam

kajian ini adalah :

1. Strategi penguatan kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur kelompok,

merupakan suatu strategi yang diarahkan untuk memperbaiki struktur dan

kultur dengan kegiatan (1) pendidikan kerjar paket B; (2) pendampingan

sosial dengan konsultasi (pemantapan pengurus kelompok); (3)

pendampingan sosial dengan konsultasi (penguatan pengurus melalui

motivasi) ; (4) pelatihan tentang tugas-tugas pengurus serta kewenangannya;

(5) Pendampingan sosial (pentingnya mencatat perkembangan kelompok) ;

(6) Rapat / musyawarah ; (7) sosialisasi gender ; (8) pendampingan sosial

sistem konsultasi ; (9) pertemuan rutin ; (10) Pertemuan informal ; (11)

Perumusan dan pembuatan peraturan secara tertulis ; (12) Sosialisasi hasil

perumusan.

2. Strategi penguatan sosial, yaitu strategi yang diarahkan untuk

mengembangkan dinamika kelompok. yang meliputi kegiatan antara lain (1)

pendampingan sosial / permainan dinamika kelompok ; (2) pertemuan rutin ;

(3) pendampingan mengenai potensi dan sumber ; (4) pendampingan

(motivasi kelompok) ; (5) pendampingan sosial /permainan dinamika

kelompok ; (6) pendampingan sosial (motivasi secara berkelompok) ; (7)

Peringatan Hari Besar Agama ; (8) Membentuk kelompok KBS-KUBE

Bayangan ; (9) Pengajian / Tahlilan ; (10) rekreasi bersama ; (11) pertemuan

kelompok sambil mengembala ; (12) Pertemuan dengan Kyai NU ; (13)

Lomba kelompok KBS-KUBE.

Strategi Penguatan Individu sebagai anggota Kelompok KBS-KUBE.

1. Strategi Penguatan Kapasitas Keterampilan Organisasi Individu .anggota

kelompok KBS-KUBE, merupakan strategi yang diarahkan untuk memperkuat

individu dalam peranannya sebagai anggota/pengurus kelompok KBS-KUBE

dengan kegiatan (1) Konseling ; (2) pendampingan melalui permainan

dinamika kelompok.

Page 206: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

190

2. Penguatan Kapasitas Usaha Ekonomi Anggota kelompok KBS-KUBE,

strategi ini diarahkan untuk memperkuat usaha ekonomi anggota kelompok

KBS – KUBE dengan kegiatan pendidikan dan latihan teknik produksi

kambing.

Strategi Penguatan Jejaring.

Strategi ini diarahkan untuk memperkuat jejaring antar kelompok KBS-

KUBE, intra kelompok KBS-KUBE atau kelompok – kelompok yang ada di

komunitas serta di luar komunitas. Strategi ini memperkuat kerjasama di dalam

dan di luar komunitas guna mendukung perkembangan Kelompok Usaha

Bersama.

Page 207: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

198

DAFTAR PUSTAKA

Achlis, 1983, Bimbingan Sosial Kelompok, Kopma STKS Bandung.

Anonymons, 1994, Buku Pedoman Pembinaan Para Penyandang Cacat, Suatu Upaya Dalam Meningkatkan Kegiatan RBM, Manado.

Anonymons, 1998. Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Menanggulangi Rawan Pangan dan Kemiskinan sebagai Dampak Sosial Akibat Bencana dan Krisis Ekonomi. Departemen Sosial RI, Jakarta

Adi, Isbandi Rukminto, 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada pemikiran dan Pendekatan Praktis). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Anonymons, 2002. Panduan Penyelenggaraan Kelompok Usaha Bersama Penyandang Cacat (KUBE PENCA), Departemen Sosial RI, Jakarta

Anonymons, 2003, Pola Dasar Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI, Jakarta

Anonymons, 2003. KELOMPOK USAHA BERSAMA Proses Penumbuhan dan Pengembangan, Departemen Sosial RI, Jakarta.

Anonymons, 2003, Mewujudkan Kemandirian Keluarga Melallui KUBE KMM, Departemen Sosial RI, Jakarta.

Anonymons, 2003, Diagnosis, Klasifikasi dan Pengobatan Penyakit Kusta, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Adimihardja, Kusnaka dan Hikmat, Harry, 2003, Participatory Research Appraisal: Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press, Bandung

Chambers, Robert, 1996, Participatory Rural Appraisal, Memahami Desa Secara Partisipatif, Yayasan Obor, Yogyakarta.

Damsar, 1997, Sosiologi Ekonomi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Damarjanti, 2002. Kehidupan Berorganisasi sebagai Modal Sosial Komunitas, Artikel Jurnal Masyarakat No. 11 Tahun 2002, hal 62 – 88, Jakarta.

Dubois, B dan Milley K.K 1992, Sosial Work An Empowering Profession, Allyn and Bacon. Boston.

Dharmawan, Arya Hadi, 2000, Poverty, Powerlessness, and Poor People Empowerment: A Conceptual Analysis with Special Reference to the Case of Indonesia, Makalah Workshop on Rural Institutional Empowerment held in the Indonesian Consulate General of the Republic of Indonesia in Frankfurt am Main Germany.

Dharmawan, Arya Hadi, 2002, Kemiskinan Kepercayaan (The Poverty of Trust), Stok Modal Sosial dan Disintegrasi Sosial, Makalah Seminar dan Kongres nasional IV Ikatan Sosiologi Indonesia.

Page 208: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

199

Dharmawan, Arya Hadi dan Adiwibowo, Suryo, 2004, Ekologi Manusia. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dharmawan, Arya Hadi dan Nasdian Fredian Tonny, 2003, Sosiologi Perkembangan Komunitas. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

F. Netting Ellen, Peter M. Kettner, Steven L. McMurtry, 2001, Praktek Makro Pekerjaan Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.

Gerungan, 2002, Psikologi Sosial, Bandung, Refika Aditama.

Hikmat, Harry dan Adimihardja, Kusnaka, 2001, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung, Humaniora Utama Press.

Huraerah, Abu, 2003, Isu Kesejahteraan Sosial Di Tengah Ketidakpastian Indonesia , Bandung, CEPLAS, Fisipol Unpas.

Iskandar, Jusman, 1993, Strategi Dasar Membangun Kekuatan masyarakat, Kopma STKS, Bandung

Ibrahim Jabal Tarik, 2002, Sosiologi Pedesaan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Jamasy, Owin, 2004, Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan, Belantika, Bandung.

Kusuma, Sutara Hendra dan Syaukat, Yusman. 2004, Pengembangan Ekonomi Lokal, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor dan Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Nasution S, 2003, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.

Nasdian, Fredian Tonny dan Utomo, S, Bambang, 2004, Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial, Bahan Perkuliahan Program Pasca Sarjana Pembangunan Komunitas, Kerjasama IPB – STKS Bandung.

Nitimihardjo, Carolina et. Al, 1993, Dinamika Kelompok Dan Beberapa Catatan Tentang Organisasi, Kepemimpinan dan Komunikasi Dalam Pekerjaan Sosial, Bandung, Kopma STKS.

Olson, Mancur, 1975, The Logic of Collective action. Harvard University Press. London.

Panjaitan, Nurmala K, Nitimihardjo, Carolina dan Fahrudin, Adi .2004, Perilaku Manusia dan Lingkungan Sosial, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor dan Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Parsons, Ruth J. James D. Joregensen, Santos H. Hernandez. 1994 The Integration Of Sosial Work Practice. California : Pacipic Grove..

Pranadji T. 2003, Menuju Transformasi Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Puslitbang Sosek Departemen Pertanian Bogor.

Page 209: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

200

Rusli, Said, Wahyuni Ekawati Sri, dan Sunito, Melani A. 2004, Kependudukan, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor dan Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rusli, Said, 1995, Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES, Jakarta.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 2001, Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan, Balai Pustaka, Jakarta

Saharudin, 2003, Metode-Metode Partisipatif Dalam Pengembangan Masyarakat, Bahan Perkuliahan Program Pasca Sarjana Pembangunan Komunitas, Kerjasama IPB – STKS Bandung

Santosa, Slamet, 2004, Dinamika Kelompok, Buma Aksara, Jakarta.

Sukoco, Dwi Heru, 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya, Kopma STKS. Bandung

Supriatna, Tjahya, 1997, Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan, Humaniora Utama Press, Bandung

Suharto Edi, 1997, Pembangunan, Kebijakan Sosial, Dan Pekerjaan Sosial Spektrum Pemikiran, Lembaga Studi Pembangunan (Institute For Development Studies) LSP-STKS, Bandung.

Suharto, Edi. et.al, 2004, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial : Konsepsi dan Strategi, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI.

Sumarti Titik , dan Syaukat Yusman. 2004, Analisis Ekonomi Lokal, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor dan Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo dan Saharudin, 2005, Metode-Metode Partisipatif Dalam Pengembangan Masyarakat, Bahan Perkuliahan Program Pasca Sarjana Pembangunan Komunitas, Kerjasama IPB – STKS Bandung

Sumaryadi, I. Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, Citra Utama, Jakarta.

Siporin, Max. 1975. Introduction to Social Work Practice. Mac Millan Publishing Co. Inc. New York.

Sitorus M.T. Felix, Agusta Ivanovich, 2004, Metodologi Kajian Komunitas, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soetarto , Endriatmo. 2004, Analisis Sosial, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor dan Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta.

Skidmore, Rex A. dan Milton G. Trckeray, 1982, Introduction to Social Work. Printice Hall Inc. Englewood Cliff. New Jersey.

Vitalaya, Aida, 1996, Menuju Masyarakat Lewat Penyuluhan. LPPM IPB. Bogor

Page 210: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

201

Perbukitan

Perbukitan

Keterangan = Rumah Pegawai Panti = Jalan = Rumah Eks Penderita Kusta = Sungai belerang

= Gereja = Tempat mandi eks penderita = Masjid kusta

SKETSA LOKASI GEOGRAFIS DUSUN NGANGET

PERSAWAHAN

LADANG

Persawahan

PerbukitanPerbukitan

Ladang

Padang Pengembalaan

MakamPadang

Pengembalaan

Padang

Pnembalaa

Page 211: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

202

HASIL WAWANCARA DENGAN ANGGOTA KELOMPOK KBS –KUBE MENGENAI PERMASALAHAN YANG DIALAMI DAN PANDANGANNYA

TERHADAP PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA

1. Nama resnponden : Amr Pekerjaan : Petani Penggarap Umur : 45 tahun Asal : Kabupaten Lamongan Jabatan dalam kelompok : Sekretaris kelompok KBS-KUBE

Sumber Makmur

Menurut penuturan Pak Amr bahwa penyakit kusta yang diderita mulai terasa pada waktu duduk di kelas dua SMP, pada waktu itu hanya tampak bintik – bintik seperti panu atau kadas di kulit. Dan waktu itu saya juga tidak mengetahui kalau itu gejala sakit kusta. Sebenarnya dengan bintik-bintik di kulit itu saya sudah mulai malu dengan teman – teman, dan sedikit banyak teman-teman yang dulunya akrab mulai mejauh saya menjadi minder dan menarik diri dari pergaulan. Karena sudah kelas dua SMP saya coba bertahan dan berkat dukungan adik dan keluarga saya akhirnya saya lulus SMP.

Begitu lulus SMP bintik – bintik yang di kulit itu sudah mulai tampak nyata bahwa itu penyakit kusta. Melihat gejala tersebut saya sudah tidak berani keluar rumah. Teman – teman dan tetangga yang mengetahui hal tersebut semakin menjauhi aku dan keluarganya saat itu rasanya aku ingin mati saja. Itu saya alami sampai bertahun – tahun. Sampai pada akhirnya tahun 1987 saya ketemu orang yang mempunyai penyakit yang sama dengan aku yaitu Pak Jm dari Dusun Nganget.

Pak Jm menyarankan supaya sakit saya ini dibawa saja ke Nganget karena disana ada obatnya. Saya mengikuti saran Pak Jm akhirnya kami sama-sama berangkat ke Nganget, tapi pada saat saya sampai Nganget Rumah Sakit tersebut sudah penuh dan tidak bisa menampung aku. Dengan penuhnya Rumah Sakit Nganget tersebut saya disarankan supaya ke Rumah Sakit Kediri sama juga dengan di Nganget ini.

Maka pada tahun itu juga saya pergi ke Rumah Sakit Kusta Kediri, saya di rumah sakit itu selama tiga tahun. Dari Rumah Sakit Kediri itulah saya dinyatakan sembuh dari sakit kusta. Dari Rumah Sakit Kusta Kediri saya langsung ke Nganget karena saya lihat sebelumnya banyak juga teman-teman senasib yang hidup di Nganget.

Sebelum saya ke Nganget saya sempatkan pulang ke Lamongan menjenguk orang tua. Setelah beberapa tahun tidak bertemu dan ditambah keadaan saya yang sudah berubah ada beberapa luka di kaki baik yang kiri maupun yang kanan. Mereka terperangah dan kaget ada perubahan diraut wajahnya.

Dengan perubahan tersebut ada rasa nggak enak dan jijik tapi saya pura – pura

Page 212: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

203

tidak melihatnya. Saya hanya sehari di rumah orang tua dan pamitan kalau mau menetap di Nganget. Selama sehari saya kuatkan diri untuk mencoba keluar rumah tapi teman dan tetangga memandang dengan perasaan aneh dan segera menjauhi saya. Namun ada satu orang tua yang saya dekati dan saya tanya mengapa mereka menjauhi saya, orang tua itu bilang katanya takut ketularan dan itu penyakit kutukan Tuhan makanya mereka begitu melihat kamu langsung menjauh.

Dengan kejadian tersebut membuat saya berpikir bahwa semakin cepat meninggalkan rumah semakin baik bagi saya dan keluarga. Pada sore hari itu pula saya pamit untuk pergi ke Nganget. Pada saat saya pergi ke Nganget saya ikut pada keluarga Pak Jm selama beberapa bulan sambil belajar bekerja pada Pak Jm. Setelah ada penghasilan sendiri walaupun sedikit saya memutuskan untuk menikah dengan Samining yang masih keluarga Pak Jm.

Dengan sedikit penghasilan dibantu dengan istri yang jualan jajan untuk anak-anak akhirnya saya bisa mendirikan rumah. Setelah beberapa tahun membina rumah tangga akhirnya saya dikaruniai seorang anak laki – laki dan sekarang sedang kuliah di Malang. Semua biaya kuliah ditanggung oleh adik saya yaitu Pak KM yang menjadi dosen di Surabaya. Hubungan saya dengan Pak KM itu cukup baik, bila perlu apa–apa saya disuruh datang ke Surabaya. Istri dan anaknya juga memandang saya dengan baik.

Pada tahun 2004 bulan Oktober saya mendapat bantuan kambing gibas sebanyak dua ekor. Setelah saya pelihara beberapa bulan kambing itu sakit – sakitan akhirnya saya jual dan saya belikan kambing jawa hanya mendapat satu ekor. Menurut penjelasan Pak Amr sebenarnya pemerintan itu sudah baik memberikan bantuan kambing kepada kami, tapi sayangnya hanya diberikan begitu saja tidak pernah diberi tahu bagaimana pemeliharaan kambing itu yang baik sehingga kambing banyak yang sakit dan mati.

Selanjutnya Pak Amr meneruskan ceritanya bahwa penunjukkan sekretaris kepada dirinya selama itu juga dia tidak mengetahuinya, dan tugas – tugas sekretaris itu apa saja karena selama ini saya juga tidak mengetahui apa yang harus saya perbuat. Buku–buku juga saya tidak pernah melihat katanya Pak RT. ada di Ketua Kelompok tapi oleh ketua kelompok tidak pernah diberikan kepada saya.

Menurut Pak Amr bahwa pada saat ada pertemuan di panti penjelasan yang dia terima dari Kepala Panti pada waktu itu bahwa kambing bantuan itu hanya diperintahkan untuk dipelihara saja supaya menjadi banyak dan kalau sudah banyak dibelikan sapi selanjutnya Kepala Panti menjelaskan kalau kambing sudah beranak dan anaknya sudah disetor ke orang lain maka kambing itu sudah menjadi milik nya sendiri.

Page 213: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

204

2 Nama resnponden : Ngdm Pekerjaan : Petani Penggarap Umur : 42 tahun Asal : Kabupaten Jombang Jabatan dalam kelompok : Anggota kelompok KB-KUBE Sumber Makmur.

Pak Ngdm dilahirkan 42 tahun lalu di Kabupaten Jombang Jawa Timur. Beliau tidak pernah sekolah, dari umur yang 42 tahun hampir separuh umurnya dijalaninya dengan sakit . Sakit kusta yang dialami oleh Pak Ngdm kurang lebih 25 tahun lamanya. Selama Pak Ngdm sakit kusta di rumah orang tuanya di Jombang oleh keluarganya sendiri masih diterima dengan baik. Sakit kusta Pak Ngdm mulai kelihatan flag putih pada umur 17 tahun kira-kira kalau saya sekolah ya SMA, namun orang tua miskin jadi saya SD pun tidak tamat. Selama di rumah saya hanya membantu orang tua yang bekerja sebagai buruh tani. Selama saya sakit tidak pernah keluar rumah, karena tetangga saya kurang senang bila saya datang bermain ke rumah atau bila saya pergi ke warung seakan-akan bila saya membeli di warungnya tidak boleh, tetapi saya beruntung masih ada teman yang mau saya ajak untuk mengobrol sehingga ada sedikit hiburan.

Dengan kondisi tetangga yang kurang senang melihat keberadaan saya di rumah maka saya mengajak teman pergi keluar desa supaya keluarga juga merasa tidak dipandang kurang baik sama tetangga. Maka kami berdua pada tahun 1993 berangkat di Tangerang mencari pekerjaan apa saja yang penting bisa untuk makan, setelah beberapa minggu kami berdua hampir putus asa, maka ada orang yang menawari bekerja di perkebunan slada. Kami bekerja hampir tiga tahun disana namun gajinya sangat kecil sehingga kami tidak kuat membayar kontrakan rumah disamping itu sakit saya sudah mulai sering sakit-sakitan. Dengan sakit itu saya memutuskan untuk pulang ke Jombang dan akhirnya berdasarkan informasi dari teman saya berobat ke Rumah Sakit Sumber Glagah Mojokerto. Di Rumah Sakit Sumber Glagah saya bertemu dengan teman-teman Nganget yang berobat di Sumber Glagah maka pada tahun 1997 saya memutuskan berangkat ke Nganget pada mulanya saya ikut kerja sama Pak Kyai Jsf. Lama kelamaan saya kenalan sama Ik yang sekarang menjadi istri saya dan sampai sekarang belum dikaruniai anak.

Saya bekerja sedikit demi sedikit akhirnya dapat mendirikan rumah dan bersebelahan dengan Kyai Jsf. Pada tahun lalu saya diberi kambing oleh Pak Rsd katanya kambing bantuan dari pemerintah, dengan syarat dipelihara dengan baik setelah beranak digulirkan sama tetangga yang belum mendapatkan bantuan dan saya menyetujuinya. Sebelum saya mendapat bantuan kambing saya bekerja di persil atau bekerja apa saja kadang-kadang disuruh Pak Kyai ya saya jalani yang penting dapat uang. Setelah saya mendapat kambing saya memeliharanya dengan sungguh-sungguh sehingga kambing saya sehat-sehat dan dapat berkembang dengan baik dari dua ekor sudah bisa berkembang menjadi tujuh ekor dan yang dua sudah saya gulirkan tinggal lima ekor dan sudah menjadi milik saya.

Sebenarnya begini pak saya kan sudah menggulirkan buat apa dicatat-catat lagi itu kan sudah menjadi milik pribadi masak masih dicatat. Kalau ada kambing yang sakit itu karena yang punya tidak sungguh-sungguh merawat. Kalau saya disuruh urunan untuk mengobati kambing orang yang sakit ya tidak mau pak wong kambing saya sehat itu salahnya sendiri tidak dipelihara dengan baik.

Page 214: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

205

3. Nama resnponden : Mkn Pekerjaan : Petani Penggarap/tidak tetap Umur : 47 tahun Asal : Kabupaten Lamongan Jabatan dalam kelompok : Ketua RT/Sekretaris KUBE

Pak Mkn dilahirkan 47 tahun yang lalu di Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Penyakit kusta ini mulai kelihatan sekitar tahun 1979 waktu itu masih duduk di bangku SMP. Pada mulanya hanya kelihatan berupa flag putih dan akhirnya menjadi kusta. Mengetahui anaknya terkena penyakit kusta maka orang tua saya mulai panik dan mencari pengobatan dengan harapan penyakit tersebut bisa disembuhkan. Dalam pengobatan itu orang tua saya menempuh jalan apa saja seperti dukun sampai menghabiskan banyak biaya. Bahkan sempat dibawa ke Yogyakarta karena mendengar bahwa ada dukun yang bisa menyembuhkan penyakit saya ini tapi setelah tiga bulan berobat tidak sembuh juga, akhirnya pulang kembali ke Lamongan.

Karena tidak sembuh-sembuh maka saya dibawa ke rumah sakit di Kecamatan Sukodadi dengan rawat jalan selama enam bulan setiap kali saya disuntik langsung pingsan. Setelah enam bulan lamanya tidak ada perubahan, ada orang yang memberitahu supaya dibawa ke Sumberrejo. Pada saat di Sumberrejo itulah ketemu dengan orang dan diberi tahu supaya di bawa saja ke Nganget disana ada Rumah Sakit yang khusus menangani pernyakit seperti yang saya derita.

Pada waktu saya masuk Rumah Sakit Nganget orang masih sedikit tidak sebanyak sekarang dan saya cukup lama Rumah Sakit Nganget sehingga banyak kenal dengan teman-teman yang bahkan saya dipanggil Pak Lurah, karena pada waktu itu saya sering memimpin teman-teman bila di rumah sakit kami diperlakukan kurang baik. Akhirnya setelah keluar dari Rumah Sakit dan menempati rumah yang diberikan oleh Departemen Sosial saya dijadikan Ketua RT.sampai sekarang itu belum pernah diganti. Saya mejandi Ketua RT kurang lebih sudah 20 tahun sejak pertama kali dipilih langsung oleh warga disini.

Setelah keluar rumah sakit saya sempatkan pulang untuk menengok keluarga dan orang tua di Lamongan. Pada waktu itu orang tua saya menangis melihat keberadaan saya karena penyakit kusta itu menyerang kaki dan sebagian wajah saya. Sebenarnya keluarga saya bisa menerima saya namun pandangan masyarakat terhadap dan keluarga mengharuskan saya untuk kembali ke Nganget dan menetap sampai sekarang ini.

Begitu keluar dari rumah sakit kami semua di beri latihan oleh Departemen Sosial selama dua bulan, setelah latihan kami diberi modal seperti sapi, beras ada juga yang mendapat mesin jahit dan kami diperbolehkan mengerjakan sawah yang pada waktu itu masih milik Dinas Kesehatan Tingkat I. Saya mengerjakan sawah yang luasnya kira-kira hanya 15 x 20 m kami tanami kacang dan padi. Pada waktu itu hasil kebun kami jual di rumah sakit. Namun pada tahun 1985 sampai 1987 saya mencoba beralih profesi menjadi penjual kayu berupa papan karena pada waktu itu sangat murah saya beli di Nganget papan seharga Rp. 1.500,- dan saya jual ke Lamongan seharga Rp. 3.500. saya untung banyak, sehingga saya bisa membeli sawah di Lamongan.

Page 215: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

206

Namun usaha yang mulai kurintis dengan baik tersebut akhirnya habis karena untuk pengobatan istri saya yang sedang dirawat di rumah sakit di Bojonegoro. Pada tahun 1994 istri saya meninggal dunia. Saya berpikir mungkin usaha saya ini tidak diridhoi Allah karena yang saya jual adalah kayu hasil curian karena pada waktu itu di Nganget ini hutannya masih rimbun, sekarang sudah habis. Pada waktu istri saya meninggal tersebut kami dikaruniai satu orang anak yaitu E.W yang sekarang bekerja di Surabaya.

Tidak terlalu lama setelah istri saya meninggal dunia saya kawin lagi dengan sesama eks penderita kusta dan mempunyai anak tiga orang dan sekarang menunggui orang tuanya yang sakit di Nganjuk sehingga saya sering balak – balik Bojonegoro Nganjuk maka dari itu kambing bantuan yang diberikan E oleh panti saya titipkan kepada penduduk di Dusun sebelah. Dengan adanya bantuan tersebut sangatlah menolong warga yang ada disini khususnya warga di RT. saya ini. Maka warga disini sangat tekun dalam memelihara kambing tersebut walaupun ada yang sakit saya cepat mengambil keputusan ditukar dengan yang lain walaupun dapat kecil tapi sehat.

Bahkan dengan bantuan kambing yang ada, maka warga saya sudah dapat membeli alat pertukangan yang pakai mesin sehingga pesanan meubelnya semakin cepat dikerjakan tidak seperti dulu yang pesan sampai capek menunggu. Terus gini Pak Cip pada saat menerima kambing itu kita tidak diberi penjelasan mengenai tugas-tugas kelompok yang ada sehingga banyak pengurus yang tidak tahu, sehingga semuanya diserahkan sama saya. Sebenarnya buku-buku sudah saya serahkan kepada ketua kelompok namun tidak pernah dikerjakan sehingga saya ambil lagi dan sekarang setiap warga kalau ada permasalahan dengan kambingnya selalu melapor kepada saya. Ya kebetulan saya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap sehingga saya sering melihat – lihat kambing maka kalau ada yang sakit dengan cepat saya tukar dengan kambing yang lain yang sehat.

Page 216: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

207

4. Nama Resnponden : Gpr Pekerjaan : Petani Penggarap Umur : 63 tahun Asal : Kabupaten Tulungagung Jabatan dalam kelompok : Sekretaris Kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia.

Pak Gpr dilahirkan di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur 63 tahun yang lalu, mulai merasakan sakit pada saat di Sekolah Rakyat. Sebelum Pak Gpr berobat di rumah sakit kusta Nganget sebenarnya sudah berkeluarga dan mempunyai anak perempuan namun ditinggalkan di Tulungagung. Pak Gpr meninggalkan rumah di Tulungagung yaitu pada tahun 1982 dan langsung berobat ke Sumberglagah tidak lama di sana dipindahkan di Rumah sakit Nganget. Pengobatan yang dijalani Pak Gpr selama di Rumah Sakit Nganget selama 15 tahun.

Selama Pak Gpr meninggalkan rumah belum pernah satu kalipun pulang ke Tulungagung dengan alasan ingin menjaga nama baik keluarga karena selama ini saya di rumah menambah beban keluarga. Keluarga merasa malu karena saya sakit, dan pengalaman yang pernah tidak saya lupakan yaitu anak saya perempuan pada waktu itu pacaran dan mau dilamar namun melihat keadaan saya begini sehingga membatalkan lamaran tersebut. Sejak itu saya keluar rumah berobat dan belum pernah kembali sampai saya sekarang sudah mempunyai istri lagi. Istri pertama dan kedua saya tidak sakit mereka dua-duanya sehat.

Saya ketemu istri saya yang kedua ini pada saat bekerja di Semarang, istri saya ini jualan nasi ya dipinggir jalan itu mungkin melihat keadaan saya yang begini dia meresa kasihan dan mau saya ajak kawin. Istri saya itu seorang janda yang mempunyai dua orang anak laki – laki dan perempuan.

Pada mau menikah semua keluarganya menentang pernikahan itu dengan alasan yang tidak jelas, saya pikir mungkin karena saya sakit begini. Dengan permasalahan tersebut saya pantang menyerah akhirnya pernikahan itu berlangsung juga di Kudus rumah orang tuanya dan pada saat itu tinggal ibunya saja. Namun pernikahan itu membawa dampak yang besar anak laki – lakinya tidak pernah mengakui saya dan ibunya dan sampai sekarang tidak pernah komunikasi lagi, dimana sekarang kami juga tidak tahu.

Setelah menikah akhirnya istri saya yang kedua saya ajak hidup di Nganget. Dengan istri yang kedua ini saya tidak mempunyai anak. Saya merasa bahwa di Nganget ini adalah tempat yang sangat cocok untuk kami tinggal dan mungkin sampai akhir hayat. Walaupun pada musim paceklik kadang-kadang kami hanya makan seadanya seperti gabplek, karena harga gaplek tersebut yang bisa saya beli.

Namun dengan adanya bantuan kambing dari Pemerintah itu kami merasa bersyukur, karena ada hiburan selain untuk tabungan kambing itu juga merupakan hiburan bagi kami. Hati ini menjadi ayem kalau ada kambing di rumah makanya kambing itu saya pelihara dengan baik bukan hanya saya beri makan saja tetapi juga saya mandikan tiap pagi sehingga kambing – kambing saya menjadi sehat.

Page 217: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

208

5. Nama Resnponden : Smh Pekerjaan : Pengembala kambing Umur : 49 tahun Asal : Kabupaten Jember Jabatan dalam kelompok : Anggota Kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia.

Bu Smh dilahirkan 49 tahun yang lalu di Kabupaten Jember Jawa Timur. Ibu Smh mulai hidup di Nganget tahun 1967 yaitu Ibu Smh mengikuti kedua orang tuanya yang kedua – duanya menderita kusta dan berobat ke Rumah Sakit Nganget. Ayah Ibu Smh sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu sedangkan ibunya tinggal dalam panti.

Ibu Smh sejak berusia 11 tahun sudah hidup di lingkungan eks penderita kusta mengikuti orang tuanya berobat. Pada umur 17 tahun gejala sakit kusta Ibu Smh sudah mulai terdeteksi oleh pihak rumah sakit sehingga bisa segera diobati. Ibu Smh sekarang hidup dengan keempat anaknya dan suami yang keduanya. Pada perkawinan pertama Ibu Smh mempunyai satu anak perempuan dan sekarang di pondok pesantren di Jombang. Suami yang pertama adalah juga eks penderita kusta dan sudah meninggal dunia. Pada perkawinan keduanya Bu Smh mempunyai tiga orang anak, suami kedua juga adalah eks penderita kusta, namun anak-anaknya sampai sekarang tidak menunjukkan adanya gejala sakit kusta. Anak kedua Ibu Smh adalah laki-laki yang sudah berumur 21 tahun dan masih menganggur menurut penuturannya mereka kesulitan mencari pekerjaan karena pendidikan rendah dan tidak keterampilan. Anak ketiga adalah perempuan sudah berumur 17 tahun dan pekerjaannya hanya membantu orang tua dan yang terakhir masih kelas dua Sekolah Dasar. Pekerjaan suami sekarang adalah buruh tani dengan panen tiga kali dalam setahun. Bu Smh sendiri pekerjaannya hanya mengembala kambing bantuan Kelompok Usaha Bersama yang sekarang sudah dapat berkembang dan kadang-kadang membantu suami di sawah.

Saya bersyukur karena pemerintah sudah memberikan kambing. Selama ini memang kami sekeluarga ingin membeli kambing namun belum bisa dengan pemberian itu maka kambing saya pelihara dengan baik sehingga dapat berkembang. Dengan semakin berkembangnya kambing yang saya pelihara maka kami sekeluarga mempunyai tabungan, maka begitu kambing beranak setelah enam bulan saya gulirkan sehingga kewajiban saya sudah selesai dan kambing itu menjadi milik saya. Dalam pemeliharaan kambing tersebut kami banyak mengalami kendala-kendala, seperti banyak kambing tiba – tiba mencret, perutnya kembung sampai kami kebingungan. Namun kami masih beruntung sering mengembala kambing secara bersama dengan anggota yang lain sehingga kami sering berdiskusi dengan permasalahan tersebut. Dari hasil diskusi tersebut ada yang menyarankan bila ada kambing yang sakit perut diberi entrostop ini berdasarkan pengalaman dari teman-teman sesama pengembala, akhirnya kambing itu sembuh juga itulah enaknya kalau mengembala secara bersama banyak pengalaman dari teman-teman yang bisa ditularkan pada yang lain.

Begini Pak kalau saya mempunyai kambing dan ada sedikit gabah di rumah biar cuma ada dua sak maka perasaan kami sudah senang. Dengan tabungan itu bila dari keluarga kami ada yang memerlukan dan itu mendesak maka kambing itu bisa kami jual tidak perlu menghutang pada orang lain.

Page 218: PEMBERDAYAAN KOMUNITAS EKS PENDERITA KUSTA … · Penulis dilahirkan di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1968 dari pasangan Bapak Subijanto dan Ibu

209

6. Nama Resnponden : Rsd Pekerjaan : Petani Penggarap Umur : 60 tahun Asal : Kabupaten Lamongan Jabatan dalam kelompok : Ketua RT 04/Wakil Sekretaris KUBE

Pak Rsd dilahirkan di Kabupaten Lamongan pada tahun 1939. Pendidikan yang Beliau tempuh adalah SMP namun tidak sempat lulus. Pada tahun 1952 bercak – bercak putih mulai kelihatan di wajah dan tangan saya. Padahal pada saat itu sudah kelas tiga SMP dan sebentar lagi mau ujian. Dengan bercak-bercak putih yang tampak begitu jelas itu membuat saya menjadi minder, karena banyak teman-teman yang selalu melihat saya, seperti melihat orang asing. Dengan perlakuan yang demikian saya menarik diri dari pergaulan dan akhirnya tidak mengikuti ujian akhir.

Selama saya sakit itu sudah dibawa kemana-mana oleh orang tua saya pernah ke Rumah Sakit di Karangmenjengan Surabaya berobat jalan dan berlangsung selama tiga tahun yaitu mulai tahun 1963 sampai tahun 1966. Selama tiga tahun itu saya menetap di Surabaya sambil bekerja di penggilingan karet. Pada tahun 1967 saya kembali ke Lamongan karena selama di Surabaya tidak ada perubahan dengan penyakit saya itu. Saya memutuskan untuk berobat di Lamongan saja sampai tahun 1977, selama itu pula tidak ada perubahan dan disela-sela saya berobat di Lamongan itu ketemu teman dan akhirnya mengajak saya berobat ke Nganget.

Selama di Nganget saya tidak masuk rumah sakit saya hanya berobat di sungai yang ada di Nganget yang mengandung belerang dan ada orang rumah sakit yang selalu memberi obat kepada saya. Saya di Nganget bekerja mengambil kayu karena pada waktu itu kayu jati masih banyak. Saya ambil dan sudah ada yang membeli sampai saya bisa membangun rumah ini dan akhirnya saya kawin dengan eks penderita kusta juga tapi tidak dikaruniai anak. Karena saya tidak mempunyai anak maka saya mengajak keponakan ke Nganget ini. Sampai anak itu besar akhirnya kawin juga dengan anak eks penderita kusta dan menetap di Nganget juga.

Sebenarnya program Kelompok Usaha Bersama itu sangat bagus dan cocok di Nganget ini tapi ya karena waktu itu Pak Plb minta supaya yang mendapat bantuan adalah mereka yang sangat miskin, saya tidak bisa menolak permintaan tersebut sehingga sampai sekarang banyak kambing yang dijual untuk makan sehari – hari dan kebutuhan berobat. Sebenarnya yang mendapat kambing itu seharusnya yang setengah mampu dan yang sudah biasa memelihara kambing sehingga sudah berpengalaman. Tapi sekarang kan tidak pokoknya yang tidak mampu dapat bantuan sehingga ada yang bisa memelihara dan ada juga yang tidak akibatnya banyak kambing yang sakit dan mati. Seharusnya sebelum menerima kambing ada sejenis pendidikan dan latihan tentang apa sebenarnya Kelompok Usaha Bersama itu, sampai sekarang saya tidak tahu. Sepengetahuan saya hanya pemerintah memberikan bantuan kambing supaya kalau beranak bisa digulirkan pada tetangga yang belum menerima bantuan.