PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF BAGl ORANG DEWASA AKHIR

of 21 /21
teoLoc SEKOLAH TINGGI TEOLOGIAMANAT AGUNG PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF BAGl ORANG DEWASA AKHIR MELALUI PEMBUATAN MAKNA SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoieh Gelar Sarjana Teologi OIeh BrandoTanean 1011611165 Ub41479 PERPUSTAKAAN i STT AMANAT AGUNO Jakarta 2020

Embed Size (px)

Transcript of PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF BAGl ORANG DEWASA AKHIR

SKRIPSI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoieh Gelar Sarjana Teologi
OIeh
BrandoTanean
1011611165
Ub41479
Jakarta 2020
JAKARTA
Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF BAGl ORANG DEWASA AKHIR MELALUI PEMBUATAN MAKNA dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim Dosen Penguji pada tanggal 18 Agustus 2020.
Dosen Penguji Tanda Tangan
2. Irwan Hidajat, S.Th., M.Pd.
3. Astri Sinaga, S.S., M.Th.
jakarta, 1 stiis 2020
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya
bahwa skripsi yang berjudul PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF BAGI ORANG
DEWASA AKHIR MELALUi PEMBUATAN MAKNA, sepenuhnya adalah hasil karya
tulisan saya sendiri dan bebas dari plagiarisme.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakan
plagiarisme dalam penulisan skripsi ini, saya akan bertanggung jawab dan siap
menerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Amanat
Agung.
PEMBUATAN MAKNA
(C) vii + 88 hlm; 2020
(D) Program Studi Sarjana Teologi/Kependetaan
(E) Skripsi ini membahas tentang orang dewasa akhir yang merasa frustrasi
karena mengalami kemunduran fisik dan kognitif seiring dengan
meningkatnya usia dan harapan hidup. Kemunduran ini menyebabkan
timbulnya stereotip orang dewasa akhir sudah tidak berguna lagi. Oleh karena
itu, orang dewasa akhir juga mempunyai stigma keberadaan dirinya tidak berguna dan bermakna lagi. Padahal orang dewasa akhir berharga di hadapan
Tuhan. Alkitab mencatat orang dewasa akhir tidak mengalami penurunan makna pada dirinya sekalipun terjadi penurunan-penurunan yang mereka hadapi. Pembuatan makna adalah sebuah proses pembelajaran yang bertujuan menolong orang dewasa akhir menemukan makna dalam hidupnya. Melalui
proses pembelajaran ini diharapkan terjadi transformasi konsep diri dan perspektif diri pada orang dewasa akhir. Pada akhirnya hidup orang dewasa akhir yang mengalami transformasi melalui proses pembelajaran pembuatan makna menjadi berbahagia, bersemangat, bersukacita dan bermartabat.
(F) Bibliografi 28 (1981-2019)
DAFTARISI
BAB DUA: MEMAHAMI DUNIA ORANG DEWASA AKHIR MENURUT ALKITAB 11
Pendahuluan H
Aspek Demografi 12
Aspek Sosio-Emosi dan Budaya 13
Stigma tentang Orang Dewasa Akhir dan Kaitannya dengan Komunitas Iman 15
Pandangan Perjanjian Lama tentang Orang Dewasa Akhir 17
Dimensi Négatif Tentang Orang Dewasa akhir 19
Kemunduran Fisik 19
Aspek Imago Dei dan Inkarnasi 23
Aspek Berkat 24
Aspek Hikmat 25
Aspek Hormat 28
Aspek Otoritas 29
Inkarnasi dan Gambar Allah 34
Konsumasi-Pembaharuan 35
Mengasihi Diri dan Sesama yang Berusia Dewasa Akhir 41
Keprihatinan Kepada yang Kurang Beruntung 43
Hubungan Pembuatan Makna Bagi Orang Dewasa Akhir dan Iman Menurut
Alkitab 45
Rangkuman 48
iii
Teori Pembelajaran Transformatif 50
Karakteristik Pembelajaran Transformatif 53
Tujuan Pembelajaran Transformatif 53
Menstrukturkan Makna 62
Proses Pembuatan Makna sebagai Pembelajaran 65
Rangkuman 66
MAKNA 49
Pendahuluan 68
Strategi Gereja dalam Proses Pembuatan Makna Orang Dewasa Akhir 70
Pembuatan Makna Secara Komunal 71
Mendengar dan Merefleksikan 71
Melatih Kebiasaan Baru dengan Berulang-ulang 77
Fembuatan Makna secara Personal 78
Mendengar dan Merefleksikan 79
Mendengar dan Mempraktikkan 80
Rangkuman 81
Menurut dua ahli teori perkembangan hidup, masa dewasa akhir
dikelompokkan pada orang dewasa yang berusia 60 tahun ke atas. Hurlock
membagi usia dewasa akhir menjadi usia lanjutdiniyangberlâsar antara 60 sampai
70 tahun dan usia lanjut yang mulai pada usia 70 tahun sampai akhir kehidupan
seseorang.1 Sedangkan masa dewasa akhir oleh Newman2 dibedakan antara later
adulthood, atau dewasa akhir (60 hingga 75 tahun), elderhood, atau usia lanjut (75
tahun hingga meninggal). Dari dua ahli perkembangan hidup ini, penulis
menyimpulkan orang dewasa akhir adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas.
Dunia hari ini semakin banyak orang yang berusia lanjut dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya, dan usia mereka juga semakin tua.3 Kemajuan
teknologi dan pencapaian pesât dalam ilmu kedokteran berdampak pada
peningkatan persentase populasi harapan hidup yang semakin tinggi.^ Artinya
dengan berjalannya waktu orang-orang yang mencapai usia tua semakin besar
jumiahnya.
1. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan (jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), 380.
Z.Barbara M. Newinan dan Philip R. Newman, Life-Span Development A Psychosocial Approach (Boston: Wadsworth, 2012), 551 & 587.
3. John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup, ed. Vol. 2 (Jakarta: Erlangga, 2012), 136.
4. Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi. terj. Bénédictine Widyasinta dan Darma Juwono, ed. Vol. 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), 137.
Masa dewasa akhir adalah masa dalam perkembangan hidup manusia
sebagai tahap yang seharusnya dapat dinikmati dan dijalani dengan memandang
kembali pengalaman hidup yang telah dilalui dengan rasa puas, kemudian menapaki
masa depan dengan penuh harapan. Namun, realitas dan harapan tidak selalu
berbanding lurus. Realitasnya semakin tinggi harapan hidup juga membawa
dampak terhadap kerentanan dari sakit penyakit, kesulitan-kesulitan hidup lainnya.
Orang lanjut usia mengalami penurunan dalam "aspek fisiologi, intelegensi, ingatan,
dan bentuk-bentuk lain dari fiingsi mental secara drastis seiring dengan
bertambahnya usia mereka.''^ Penurunan dalam tes penalaran, pemecahan masalah
yang kompleks, kemampuan memunculkan dan mengeja kata-kata umum,
perubahan ini membuat orang dewasa akhir merasa frustasi dan terganggu.^
Penurunan fisik dan kognitif menyebabkan timbulnya keputusasaan pada
orang masa dewasa akhir ini. Hal ini diperparah dengan kepasifan orang dewasa
akhir dalam kegiatan yang dapat merangsang mereka berpikir aktif, yaitu hilangnya
rangsangan intelektual, hilangnya tujuan yang dapat dicapai, dan hilangnya
kemampuan mengendalikan kejadian-kejadianyang ada di sekitar mereka.^
Ketidaksadaran orang tua dan anggota keluarganya akan pentingnya kegiatan-
kegiatan yang dapat merangsang mereka berpikir aktif mengakibatkan kemunduran
intelektual semakin cepat. Paul Baltes dan rekan-rekannya menyatakan bahwa
5. Wade dan Tavris, Psikologi, Vol. 2:274. 6. Wade dan Tavris, Psikologi, Vol. 2: 274. 7. Wade dan Tavris, Psikologi, Vol. 2:275.
orang tua akhir kehilangan kognitif dan kemampuan belajaryang cukup besar;
stress kronis, disabilitas fisik dan mental; meningkatnya rasa kesepian.»
"Proses penuaan juga berkontribusi pada menurunnya sistem kekebalan
tubuh yang dapat menimbulkan penyakit infeksi pada orang lanjut usia."^ Lamanya
menderita stress yang berkepanjangan dan berkurangnya proses penyembuhan
pada orang lanjut usia dapat mempercepat efek penuaan terhadap kekebalan
tubuh.io "Orang lanjut usia cenderung makin lama makin lambat dalam bermobilitas
dibandingkan ketika mereka masih muda/'" padahal "mobilitas adalah aspek
penting dalam mempertahankan gaya hidupyangaktif dan independen di dewasa
akhir."i2
tidak lepas dari dirinya."" Dengan kata lain, manusia adalah satu-satunya makhluk
yang tahu bahwa ia pasti meninggal.i'» Kesadaran dirinya pasti meninggal dapat
memunculkan berbagai reaksi dan sikap. Reaksi dan sikap yang négatif seperti
putus asa, takut, pasif dan perasaan tidak bermakna sangat wajar bisa bermunculan.
Padahal, sebagai umat Allah, ditinjau dari teologis maupun biblis, orang lanjut usia
hendaknya tidak melihat kondisi kemunduran fisik, kognitif, motorik dan sensorik
sebagai alasan hidupnya tidak bermakna lagi.
8. Santrock, Life-Span Development, 2:140. 9. Santrock, Life-Span Development. 2:143. 10. Santrock, Life-Span Development. 2:143. 11. Santrock, Life-Span Development. 2:148. 12. Santrock, Life-Span Development. 2:148. 13. Santrock, Life-Span Development. 2: 252. 14. Santrock, Life-Span Development. 2: 252.
"Sejauh mana seseorang telah menemukan makna dan tujuan hidupnya
berkaitan dengan bagaimana dia menghadapi kematiannya/'is Sebuah penelitian
mengungkapkan sebuah fakta, bahwa "individu dengan sisa hidupnya kurang dari
tiga bulan yang telah menemukan tujuan dan arti hidupnya tidak merasa putus asa
di minggu-minggu terakhir, di mana orangyang tidak memiliki alasan untuk hidup
merasa sangat putus asa dan ingin mempercepat kematiannya."i6 Dari penelitian di
atas dapat disimpulkan bahwa memiliki makna dan tujuan hidupn akan membuat
orangdi masa dewasa akhir tetap bertahan walaupun mengalami krisis oleh karena
kemunduran fisik.
dan tidak akan mampu berkembang. kecuali kalau dapat membuat makna."i7
Melalui makna manusia tidak melihat kemunduran-kemunduran yang dihadapi
membuat dia putus asa. Pembuatan makna sesungguhnya dapat dilakukan bagi
orang dewasa akhir. namun proses belajar seringkali dipandang sebagai kebutuhan
masa anak-anak dan orang muda. Orang lanjut usia sering memberikan stigma
bahwa orang yang sudah berusia tua tidak perlu dan tidak bisa belajar lagi.
Apa sesungguhnya makna itu? Manusia sering timbul pertanyaan untuk apa
dia hidup? Mengapa dia ada di dunia ini? Apa makna hidup dia? Bagaimana
seharusnya dia menjalani hidup ini? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan mencari
makna hidup. Roy D'Andrade. seorang filsuf mencatat empat fungsi dari makna,
15. Santrock, Life-Span Development 2:252.
17 Sharo°n DallS ParïL^^Big Q^stions, Worthy Dreams: Mentoring YoungAdults in TheirSearcHlorM^a^Zfrpose. and M (San Francisco: lossey-Bass, 2000), 7.
yaitu: "to represent, to construct, to evoke, or to direct. Dia menjelaskan keempat
istilah ini masing-masing sebagai berikuti^: "Pertama, makna merepresentasikan
pcngetahuan yang sesuai dongan data yang diamati. Ksdua, makna membangun
S6suatu yang sesuai dengan kesepakatan sosial seperti nilai-nilai dari budaya
seperti misalnya penduduk bekas negara Jerman Timur lebih mengerti makna
kebebasan, mereka belajar nilai kebebasan dalam memilih. Ketiga, makna
membangkitkan respon yang afektif yaitu respon yang berkenan dengan perasaan
seperti takut, cinta. Keempat, makna mengarahkan tindakan pada bagian seseorang
atau komunitas seperti membangun komunitas melalui karir dalam pekerjaan
sosial."
Mengapa kemunduran-kemunduran pada orang dewasa akhir membuat
adanya anggapati bahwa mereka Udak bisa belajar lagi? Para pemimpin gereja dan
Hamba Tuhan juga memberikan sHgma-stigma demikian sehingga pelayanan
kepada orang tua sering terbatas hanya pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
yang sangat mendasar saja, padahal orang tua mempunyai kebutuhan yang lebih
tinggi, yaitu kebutuhan akan makna.
Stigma-stlgma orang tua tidak periu dan tidak bisa belajar lagi sebenarnya
teiah terpatahkan. Sebuah studi yang diiakukan oieh David Snowdon berupa rangsangan menantang kemampuan Inteiektuai terhadap sejumiah biarawati
•mengglring para iimuwan di bidang neuroiogi untuk berpendapat bahwa otak
. . f ..r Marparet Ann Crain, dan Joseph V Crockett, Educating Chhstians: The18. Jack L. - fNashville: Abingdon Press, 1993), 35. Intersection ofMeanmg, Leaming I pducatina Chrsitians 35-6
19. Seymour, Crain, dan Crockett, Educating Lhrsitians. t>.
memiliki kapasitas untuk berubah dan bertumbuh, bahkan di usia tua."20 "Para
peneliti otak berpendapat bahwa hal ini berkontribusi terhadap kualitas hidup
mereka sebagai orang lanjut usia dan kemungkinan berusia panjang."2i Dengan
alasan dari studi ini, maka orang dewasa akhir juga mempunyai kapasitas berubah
dan bertumbuh dan mengalami hidup yang berkuaiitas.
Apa yang dimaksud dengan membuat makna dan bagaimana makna dapat
mentransformasi orang tua melalui pembelajaran? Jack Mezirow mengatakan
"membuat makna berarti membuat sebuah pengalaman masuk akai dan membuat
interprétas! pada pengalaman tersebut."22 Ketika kemudian memakai interpretasi
ini untuk memandu kita dalam pengambilan keputusan atau tindakan, maka
pembuatan makna menjadi pembelajaran.23 Pembelajaran dapat didefinisikan, "as
theprocess ofmaking a new or revised interprétation ofthe meaning ofan experience, which guides subséquent understanding, appréciation, and action.''^^ ]ad\ pembuatan
makna dapat diperoleh melalui penafsiran yang baru dari makna sebuah
pengalaman yang memandu kepada pemahaman, penghargaan dan tindakan.
Pembuatan makna juga terkait erat dengan iman.25 "iman selalu dikaitkan
secara eksklusif dengan kepercayaan, khususnya kepercayaan agama."26 "Tetapi
jauh melampaui kepercayaan agama."27 i^an lebih tepat dikenal sebagaiiman
20. Santrock, Life-Span Development, 2:147. 21 Santrock, Life-Span Development. 2:147. 22' lack Mezirow, "How Critical Reflectlon Triggers Transformative Learning." Dalam
Fostering Critical Re/lection in Adulthood: A Guide to Transformative and Emancipatory Learning. ed.lack Mezirow (San Francisco: Jossey-Bass, 1990), 1. 23 Mezirow "How Critical Reflection Triggers Transformative Learning, 1. 24^ Mezirow! "How Critical Reflection Triggers Transformative Learning," 1. 25. Parks, Big Questions, Worthy Dreams, 7. 26. Parks, Big Questions. Worthy Dreams. 7. 27. Parks, Big Questions, Worthy Dreams, 7.
"activity ofseeking and discovering weaning in the mostcomprehensive dimensions of
our experience."^^
Pembelajaran harus berakar pada "in the wayeach ofus makes meaning in
relation with the hofy One."^ Dengan kata lain pembelajaran yang berakar adalah
pembelajaran di mana terjadi perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan.
Perjumpaan ini yang membawa orang tersebut mengalam! transformatif di dalam
hidupnya. Orang dapat menginterpretasikan pengalaman hidup dalam hubungan
dengan orang lain, tradisi-tradisl Iman, dan Allah.^®
jadi melalui kehldupan religl, orang kemudlan raendapatkan makna hidupnya.
Hldup bukan sekedar kehldupan jasmani, ada kehldupan spiritual yang membuat hidup ini tidak hanya untuk sekarang, tetapi seteiah kehidupan sekarang ini manusia mau ke mana,
untuk apa hidup di dunla ini. Kaum lanjut usia sesungguhnya juga dapat mengalami pembelajaran yang membuat mereka hidup bermakna. Untuk itulah skripsl ini dlbuat sebagal sebuah penelltian untuk menemukan prinsip-prinslp penUng dalam menolong kaum lanjut usla mengalami pembelajaran yang transformatif.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di bagian atas, penulis
mengangkat beberapa pokok permasalahan sebagal berikut:
1. Fada umumnya banyak orang yang berusia dewasa akhir menghadapi
kenyataan kemunduran flsik, kognitif, motorik, sensorik dan sosial. Hal-hal ini
Il SîmÔïr Crain! dan Crockett, educatwg Chrsitlaes. 16.
8
menimbulkan masalah, orang dewasa akhir ini merasa keberadaan hidup mereka
sudah kurang atau tidak bermakna lagi, sehingga mereka menjalani hidup yang
tidak berkualitas, padahal secara teologis dan biblis, orang dewasa akhir seharusnya
tetap bisa memandang hidup yang bermakna sebagai anugerah Tuhan.
2. Penurunan daya yang dimiliki orang dewasa akhir membuat anggapan
orang dewasa akhir tidak bisa belajar, padahal proses belajar bisa terjadi sepanjang
hayat melalui pembuatan makna.
3. Program gereja kurang memfasilitasi pelayanan kepada orang tua yang
menyentuh proses transformasi dalam pembuatan makna.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adaiah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep teoiogis dan biblis tentang usia dewasa akhir sebagai hidup yang seharusnya dapat dijalani dengan berkualitas.
2. Menjelaskan pemahaman tentang proses belajar pada usia dewasa akhir melalui pembuatan makna.
3. Menjelaskan strategi yang dapat dilakukan gereja dalam upaya menolong orang dewasa akhir melaiui pembuatan makna.
Pembatasan Penulisan
j .roca akhir" yang akan digunakan dalam sepanjangIstilah "orang dewasa aKHir s s
eacifik hanva mengacu kepada orang dewasa yang berusiapenelitian ini, secara spesifik hanyd
enam puluh tahun ke atas yang kemampuan sensorik masih berfungsi dengan baik,
tidak mengalami penyakit skizofrenia, demensia, dan alzheimer dalam konteks
jemaat di gereja. Penulis sadar pembelajaran berkaitan dengan pembuatan makna
juga sangat luas. Penulis membatasi kajlan pembelajaran transformatif melalui
refleksi diri kritis yang menghasilkan reformulasi perspektif makna dari iman yang
mengacu kepada kebenaran firman Tuhan.
Metodologi Penelitîan
kualitatif merupakan upaya untuk memahami fenomena yang terjadi berkaitan
dengan subjek yang diteliti. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.3. Untuk itu, penulis akan melakukan penelitîan Ini berdasarkan pengumpulan data melakukan kajlan literatur dengan buku-buku, jurnal dan sumber lain yang berkaitan dengan toplk yang dlbahas.
Sistematika Penulîsan
Penullsan lui terdirl dari lima bab. Pada bab satu, penulis menjelaskan mengenal latar belakang permasalahan, pokok permasalahan. tujuan penuHsan, pembatasan penullsan, metode penullsan, dan sistematika penullsan. Pada bab dua,
iZndoloQi Penelitîan Kualitatif {Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 31. Lexy J Moleong. Metoaoïoy
2006). 6.
10
penulis menjelaskan konsep teologis dan biblis bahwa orang dewasa akhir tetap
mempunyai makna hidup. Pada bab tiga, penulis menjelaskan pemahaman tentang
proses belajar orang dewasa akhir melalui pembuatan makna. Pada bab empat.
penulis akan memberi penjelasan strategi yang dapat dilakukan gereja dalam upaya
menolong orang dewasa akhir melalui pembuatan makna. Pada bab lima, penulis
memberi kesimpulan dan refleksi pembelajaran.
BAB LIMA
Orang dewasa akhir adalah orang yang memasuki tahap terakhir dalam
hidup tnanusia. Mereka seharusnya menikmati hari-hari mereka dengan penuh
makna. Tetapi ada berbaga! pengalaman di masa lalu atau hal-hal yang belum
niereka capai sehingga tingkat kepuasan menjadi berkurang. Kemunduran fisik dan
kognitif yang adalah realitas juga menjadi sesuatu yang berdampak pada konsep dm
orang dewasa akhir. Penuaan tidak dapat dihindari, proses ini merupakan bagian
dari hidup yang harus diaiami oieh orang dewasa akhir. Proses penuaan dan
kemunduran ini kemudian memuncuikan berbagai sùgma tentang orang dewasa
akhir. Misainya stigma bahwa orang dewasa akhir tidak berguna iagi. Berbagai
atigma ini kemudian memengaruhi orang dewasa akhir daiam memandang dirinya aendiri. Seiain itu, berbagai stigma ini juga membuat orang dewasa akhir
mendapatkan periakuan diskriminasi, mereka seringkaii dianggap sebagai orang- orang yang tidak berguna. dijadikan sebagai objek, dilupakan. dan lain sebagainya.
Namun, jika kita meiihat pada Aikitab baik Perjanjian Uma maupun
•"erjanjian Baru, kita akan menemukan bahwa mereka adaiah pribadi priba y g bermakna dengan berbagai keiebihan yang dimiiiki oieh mereka. Orang dewasa ^khir mempunyai niiai pada diri mereka. Aiiah begitu menggambarkan orang tua, "Rombut puUh adaiah mahkota yang indah yang didapat pada jaian kebenaran" (Amsai 16:31). Mereka adaiah gambar dan rupa Aiiah. Citra diri sebagai gambar dan ^"Pa Aiiah. dan Aiiah yang datang ke dunia berinkarnasi mengambii rupa manusia
83
84
menjadi perpaduan makna pada diri manusia yang begitu mulia. Orang dewasa
akhir juga merupakan pribadi yang diselamatkan melalui karya penebusan Yesus.
Penjabaran ini menjadi landasan makna hidup orang dewasa akhir. Jadi Allah
mengaruniakan makna di dalam setiap diri manusia termasuk orang dewasa akhir.
Dalam upaya untuk menemukan makna tersebut di tengah berbagai stigma
yang ada tentang orang dewasa akhir, proses pembuatan makna sebagai
pembelajaran transformatif dapat menjadi sebuah sarana untuk melakukannya.
Pembelajaran pembuatan makna bertujuan mengubah cara pola pikir, sudut
pandang, konsep diri, dan perspektif diri pada diri orang dewasa akhir. Melalui
proses pembelajaran dengan penginterpretasian pengalaman, menilai pengalaman
dengan self-reflection yang merubah perspektif makna dan merekonstruksi dengan
menyesuaikan dengan kerangka referensi atau ekspektasi kebiasaan, seseorang
dapat menemukan makna yang tepat tentang apa yang terjadi dengan dirinya.
Pada akhirnya, proses pembuatan makna dapat menjadi pembelajaran yang
dapat menolong orang dewasa akhir, keluarga, komunitas menemukan aspek-aspek
'^akna tentang orang dewasa akhir. Dengan demikian, diharapkan bahwa proses
pembelajaran melalui pembuatan makna dapat mengubah konsep diri, perspektif
'^akna diri orang dewasa akhir dan membuat mereka mengalami transformasi
sehingga mereka dapat hidup lebih bermartabat, bersukacita, lebih mandiri dan
•^ergairah. Mereka bisa lebih memaknai proses penuaan ini bukan sebagai sesuatu
yang menakutkan dan harus ditolak. Tetapi mensyukurinya sebagai bagian dari
^encana Allah. Untuk itu, gereja dalam hal ini dapat berperan aktif memfasilitasi
nrarig dewasa akhir memperoleh pembelajaran pembuatan makna. Pembelajaran
85
mendiskusi dan mempraktikan dapat menolong orang dewasa akhir menemukan
dan membuat makna pada hidupnya. Program-program yang aplikatif dalam kelas
pembinaan, seminar, retreat orang dewasa akhir, persekutuan kelompok kecil, kelas
PA, pelayanan pastoral sebagal wadah yang dapat menolong orang dewasa akhir
Hîenemukan makna dalam hidup mereka sebagai gambar dan rupa Allah dan orang-
orangyang telah diselamatkan melalui karya penebusan yang Allah kerjakan di
dalam Kristus.