PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

14
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI BEHAVIORISME Fathul Khoiriyah Mahasiswa Pascasarjana IAIN Madura E mail: [email protected] Abstrak: Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapakan dapat membangun karakter yang luhur dengan menciptakan lingkungan belajar yang yang baik untuk menyiapkan generasi muda penerus bangsa yang handal dan berahklah mulia. Namun, maraknya prilaku menyimpang yang justru banyak terjadi dalam dunia pendidikan dewasa ini semakin menguatkan asumsi bahwa sekolah sebagai lembaga yang bertugas untuk membentuk akhlak siswa sudah semakin kehilangan kepercayaan dari masyrakat. Oleh karenanya perlu dikaji faktor-faktor yang menjadi penyebab untuk mencari pemecahannya. Tulisan ini mengkaji pembelajaran pendidikan akhlak (karakter) dalam perspektif teori behavioris sebagai teori dasar dalam perkembangan ilmu pembelajaran, namun masih memiliki relevansi dengan model-model pembelajaran, terutama pembelajaran yang bersifat pembentukan prilaku (behavioral code system). Kata kunci: teori behaviorisme, pembelajaran akhlak (karakter). PENDAHULUAN Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [قأخ] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan tersebut baik menurut pandangan akal dan ajaran agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi, apabila tindakan tersebut berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah. Dalam konteks pembalajaran, akhlak atau sering pula disebut dengan karakter, dimaksudkan untuk memperkokoh integrasi dan kredibilitas pribadi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama Rasulullah Saw dalam membawa perdamaian, menghindari prilaku tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Nucci & Narvaes (2008: 147) istilah karakter sering dihubungkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai yang berkaitan

Transcript of PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

Page 1: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER)

PERSPEKTIF TEORI BEHAVIORISME

Fathul Khoiriyah

Mahasiswa Pascasarjana IAIN Madura E mail: [email protected]

Abstrak: Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapakan dapat

membangun karakter yang luhur dengan menciptakan lingkungan belajar

yang yang baik untuk menyiapkan generasi muda penerus bangsa yang

handal dan berahklah mulia. Namun, maraknya prilaku menyimpang yang

justru banyak terjadi dalam dunia pendidikan dewasa ini semakin

menguatkan asumsi bahwa sekolah sebagai lembaga yang bertugas untuk

membentuk akhlak siswa sudah semakin kehilangan kepercayaan dari

masyrakat. Oleh karenanya perlu dikaji faktor-faktor yang menjadi penyebab

untuk mencari pemecahannya. Tulisan ini mengkaji pembelajaran pendidikan

akhlak (karakter) dalam perspektif teori behavioris sebagai teori dasar dalam

perkembangan ilmu pembelajaran, namun masih memiliki relevansi dengan

model-model pembelajaran, terutama pembelajaran yang bersifat

pembentukan prilaku (behavioral code system).

Kata kunci: teori behaviorisme, pembelajaran akhlak (karakter).

PENDAHULUAN

Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang

artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan.

Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang yang

diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan tersebut baik

menurut pandangan akal dan ajaran agama, maka disebut akhlak yang baik atau

akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi, apabila tindakan tersebut

berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul

madzmumah.

Dalam konteks pembalajaran, akhlak atau sering pula disebut dengan

karakter, dimaksudkan untuk memperkokoh integrasi dan kredibilitas pribadi,

memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia

melanjutkan misi utama Rasulullah Saw dalam membawa perdamaian,

menghindari prilaku tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara. Menurut Nucci & Narvaes (2008: 147) istilah karakter

sering dihubungkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai yang berkaitan

Page 2: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

dengan kekuatan moral dan berkonotasi positif. Secara umum karakter memiliki

makna nilai yang baik dalam diri seseorang dan tercermin dalam perilaku atau

sering diasosiasikan dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada

definisi psikososial.

Berdasar pada pendapat tersebut, Lickona (2012: 25-27) berpendapat

bahwa masalah kepribadian selalu mengacu kepada pembentukan karakteristik

seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan

prilaku. Oleh karenanya tujuan utama dari pembelajaran karakter adalah untuk

membentuk kepribadian karena karakter merupakan sesuatu yang mengevaluasi

seorang pribadi atau individu serta dapat memberi kesatuan atas kekuatan dalam

mengambil sikap di setiap situasi. pembelajaran karakter juga dapat dijadikan

sebagai strategi untuk mengatasi pengalaman yang selalu berubah sehingga

mampu membentuk identitas yang kokoh dari setiap individu. Karenanya,

pembelajaran karakter bagi individu seharusnya bertujuan untuk mengetahui

berbagai karakter manusia, dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai karakter,

menunjukkan contoh prilaku berkarakter dalam kehidupan sehari-hari, dan

memahami sisi baik prilaku berkarakter.

Namun, fenomena yang berkembang sampai saat ini, tampaknya ajaran

mulia akhlak masih belum hadir secara utuh dalam kehidupan masyarakat. Salah

satu faktor penyebabnya adalah kegagalan sistem pendidikan nasional dalam

membentuk mentalitas dan moralitas bangsa. Maraknya tawuran antar pelajar,

mahasiswa, kelompok masyarakat dan kelompok agama merupakan indikator

yang mengarah pada kerusakan dan desintegrasi bangsa. Menurut Woolfolk

(2008:10) kegagalan dalam system pembelajaran terjadi karena pembelajaran

yang dilaksanakan tidak memiliki basis teori yang kokoh dan tidak reflektif dalam

mengaplikasikan kurikulum. SedangkanWingkel (2009:65) berpendapat bahwa

kegagalan dalam pembelajaran bisa terjadi akibat sekolah tidak dapat menjalankan

fungsi sebagai pembuka kemampuan emosional siswa di samping kemampuan

intelektual, di mana kemampuan emosional dapat memberikan bantuan kepada

tiap siswa untuk mencapai kedewasaan dan membantu mempelajari keterampilan

dan sikap yang esensial atau disebut dengan akhlak (karakter).

Page 3: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

Pendapat-pendapat tersebut menunjuk pada pentingnya kemampuan

sekolah dalam mendesain dan mengolah pembelajaran yang dapat memudahkan

proses pembelajaran yang berkarakter. Menurut Degeng (2013: 54) strategi selalu

berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pengorganisasian dan

penyampaian mana yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga

mencapai hasil sesuai cita-cita yang diinginkan, yaitu tercapainya masyarakat

madani yang cerdas dan berkarakter mulia sesuai dengan Pancasila dan UUD

1945.

Untuk mencapai cita-cita tersebut maka perlu adanya kebersamaan

seluruh komponen bangsa untuk ikut memikirkan dan mengembangkan upaya-

upaya yang dapat mempercepat keberhasilan pembelajaran karakter sejak dini. Di

sekolah dasar dapat dilakukan pembangunan lingkungan belajar yang dapat

memberikan kondosi belajar yang memungkinkan siswa memiliki karakter yang

baik dan bermartabat sebagai penerus pembangunan Indonesia di masa yang

akan datang. Asumsi tersebut mengarahkan pemikiran pada pentingnya mengkaji

ulang pendidikan Akhlak yang selama ini dilaksanakan. Tipologi pendidikan

Akhlak merupakan keilmuan yang bersifat deduktif yang menuntun berpikir

aksiomatis apriori dari dalil-dalil yang umum, kemudian menjadi tugas guru untuk

membuat hal yang abstrak tersebut menjadi mudah bagi siswa dan yang paling

penting teraplikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Jika disederhanakan

tujuan pembelajaran Akhlak sebenarnya “bagaimana membentuk manusia

berprilaku baik sesuai ajaran agama sehingga dapat berguna bagi masyarakat.

PEMBAHASAN

Peran Pendidikan dalam Membentuk Akhlak

Secara filosofis, pendidikan bukan sekedar sistem belajar-mengajar untuk

mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga proses penciptaan

gagasan-gagasan, konsep-konsep, nilai-nilai, ide-ide, doktrin-doktrin dan impian-

impian yang mengarahkan dan memberikan pengertian tentang tujuan untuk apa

sistem itu dibentuk. Dalam teori Gagne tahun 1977, belajar merupakan

seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi yang merupakan hasil

transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal atau kondisi di

lingkungan pribadi yang bersangkutan (dalam Miarso 2004: 174).

Page 4: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

Dewasa ini sekolah semakin kehilangan makna sebagai wahana

pendidikan yang dibutuhkan masyarakat. Berbagai masalah krusial yang meletup

seperti kekerasan, anarkisme, dekadensi moral dan bahkan disintegrasi bangsa

justru banyak terjadi di lembaga sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

masalah moralitas sudah sangat mengkhawatirkan, di mana sekolah yang disebut

sebagai produsen pendidikan telah gagal membentuk karakter bangsa yang ideal.

Di pihak lain, persoalan pendidikan karakter sejauh ini hanya menyangkut

pendidikan moral dan dalam aplikasinya hanya membentuk satu sudut kurikulum

yang diringkas ke dalam formula menu siap saji tanpa melihat proses

pembelajaran yang dijalani.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, guru harus mampu mendesain

sebuah pembelajaran yang komprehensif. Menurut Woolfolk (2008: 76) dalam

kegiatan belajar mengajar, guru harus mengetahui basis teorinya, reflektif,

bijaksana dan dapat mengaplikasikan dalam praktik pembelajaran secara efektif.

Sedangkan, Semiawan (2000: 33-47) berpendapat bahwa guru selain mengajar

juga berfungsi mendidik untuk membuka kemampuan setiap orang dengan

optimal, memberikan bantuan kepada tiap orang untuk mencapai kedewasaannya

dan menggunakan praktik terbaik untuk membantu siswa memelajari

keterampilan dan sikap yang esensial.

Pendapat di atas didukung oleh temuan Benson (1977: 149) bahwa

kontribusi komunitas bagi perkembangan moral anak sangat penting karena

lingkungan yang kuat akan menjadi arena yang dapat membekali anak-anak

dengan sensetivitas identitas dan kepemilikan. Oleh karena itu dalam bentuknya

yang terbaik, dukungan lingkungan atau komunitas dapat membekali anak-anak

dengan tujuan-tujuan positif dalam kehidupan sehingga memotivasi mereka untuk

bertindak dengan cara-cara yang sangat etis. Sekolah harus bersedia

berkomunikasi dengan orang tua perihal tujuan dan aktivitas sekolah terkait

dengan pengembangan karakter dan bagaimana bantuan dapat diberikan oleh

keluarga dan efektifitas kemitraan antara sekolah dan keluarga dapat meningkat

jika keduanya merekrut bantuan dari komunitas yang lebih luas—kelompok

bisnis, institusi agama, organisasi pemuda, pemerintah dan media—dalam

menunjukkan nilai-nilai inti etika.

Page 5: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

Pendapat tersebut menunjuk pada pentingnya kemampuan guru dalam

mendesain dan mengolah pembelajaran yang dapat memudahkan proses belajar

dan mencapai hasil sesuai dengan konsep-konsep dan teori-teori pembelajaran.

Menurut Degeng (1989: 34) strategi pengelolaan pembelajaran merupakan

komponen variabel yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si-

belajar dengan variabel-variabel metode lainnya dan strategi selalu berkaitan

dengan pengambilan keputusan tentang pengorganisasian dan penyampaian mana

yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Teori Behavioris dalam Pembelajaran Akhlak

Teori pembelajaran adalah goal oriented, artinya teori pembelajaran

dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, variabel yang diamati

dalam teori pembelajaran adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.

Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori pembelajaran adalah

hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan

lebih dulu. Karananya teori pembelajaran berisi seperangkat preskriptif untuk

mengoptimalkan hasil pembelajaran yang diinginkan di bawah kondisi tertentu

(Degeng, 2003: 45).

Berkaitan dengan pendidikan Akhlak, atau yang sering disebut karakter

seharusnya didasarkan pada kometmen dan etika kebajikan. Dengan kata lain

perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan keteladanan yang

ditularkan melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan dalam jangka

panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi

dengan nilai-nilai luhur. Lickona (2012: 80) berpendapat pendidikan karakter

harus selalu berhubungan dengan penggunaan nilai-nilai etis, antara lain:

trustworthiness, recpect, responsibility, fairness, caring, dan citizenship.

Jika dicermati, pendapat-pendapat tersebut lebih mengarahkan

pendidikan karakter pada pendekatan behavioris. Artinya metode-metode yang

digunakan untuk memeroleh hasil pembelajaran yang optimal lebih mengacu pada

teori behavioris. Teori behaviori adalah teori yang memandang individu hanya

dari sisi fenomena jasmaniyah. Menurut Bahruddin dan Nurwahyuni (2015:90)

belajar adalah melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi

kebiasaan yang dikuasai individu dan belajar merupakan perubahan tingkah laku

Page 6: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

yang bisa di amati, di ukur dan di nilai secara kongkrit, karena adanya interaksi

antara stimulus dan respon, sedangkann hasil belajar dimaksudkan agar pebelajar

menjadi mampu berfikir dan melakukan sesuatu.

Psikologi behavioris disebut juga psikologi stimulus respon karena

behavioristik melihat adanya hubungan sebab akibat. Hubungan ini adalah

hubungan antara unsur terkecil yang ada di lingkungan (environment) dan unsur

terkecil dari tingkah laku (behavior). Behavioristik melakukan reduksi, di mana

unsur terkecil dari tingkah laku direduksi menjadi respon, dan unsur terkecil dari

lingkungan direduksi menjadi stimulus. Menurut Hergenhahn & Olson, terdapat

empat macam pandangan pendekatan behavioristik, yaitu; (1) contiguity dan

association, (2) clasical conditioning, (3) operant conditioning, dan (4) social

cognition (dalam Sagala, 2009: 42-44).

Untuk mendukung argumentasi bahwa pendidikan karakter, diajukan

beberapa temuan penelitian yang memiliki relevansi dengan teori behavioris

antara lain: Pertama, temuan Ryan (1986) menyatakan bahwa pendekatan

pembelajaran tradisional yang melibatkan nilai-nilai keteladanan, arahan langsung

dan kesempatan untuk memraktekkan nilai-nilai dan penerapan secara bijaksana

penghargaan dan hukuman untuk mendorong prilaku yang sesuai dengan nilai-

nilai dasar, adalah cocok dengan pendekatan arahan langsung pada pembelajaran

karakter. Kedua, hasil penelitian Power (1989) menemukan empat hal: (1)

didasarkan pada model perkembangan yang kuat; (2) ada pedoman khusus tentang

cara model harus berjalan, di mana ruang kelas dan sekolah harus mejadi

komunitas interaktif yang menggunakan praktik-praktik demokrasi pertisipatif

dan pertemuan kelas, (3) menghindari bahasa kepatuhan dan internalisasi dengan

mendukung bahasa penyesuaian dan pembangunan moral; dan (4) model ini

dibuktikan kebenarannya oleh literatur penting yang mendokumentasikan

efektifitas suasana moral untuk memromosikan tanggung jawab dan mengurangi

perilaku menyimpang. Ketiga, temuan Kohn (1992) menunjukkan bahwa iklim

sekolah yang bermoral akan mengurangi persaingan yang tidak sehat tanpa

menghilangkan kompetensi, guru mungkin mengadopsi sikap tidak mentoleransi

perilaku yang menyakiti orang lain, tetapi guru tidak menetapkan aturan tidak ada

toleransi. Aturan bukan untuk meniadakan penilaian. Guru harus bisa

Page 7: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

memutuskan kapan perilaku yang dilarang hanya karena kesalahan biasa dan

kapan hal tersebut menjadi pelanggaran yang berbahaya dan disengaja.

Penerapan Pembelajaran Akhlah (karakter) dalam Satuan Pendidikan

Satuan pendidikan sebenarnya sudah mengembangkan dan melaksanakan

nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan

masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pembelajaran karakter pada satuan

pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil

kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang

dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun. Dalam rangka

lebih memperkuat pelaksanaan pembelajaran karakter telah teridentifikasi 18 nilai

yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional,

yaitu: jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta

damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, dan

religius (Puskur, 2009).

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun

satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara

melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang

diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis

karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah

yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi

satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan,

dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan

mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.

Berdasar kajian teori behaviorisme dalam pembelajaran akhlak, dapat

disimpulkan beberapa hal yang harus dikembangkan, yaitu (1) siswa harus

memelajari muatan moral dari warisan budaya yang dapat dimanipulasi

berdasarkan perubahan yang terjadi di mana siswa dapat belajar memutuskan

secara rasional, (2) domain efektif yang mencakup perasaan, simpati, kepedulian,

dan cinta pada orang lain sebagai jembatan penting bagi tindakan moral, (3)

siswa harus belajar menghormati norma-norma yang ada, membangun rasa

Page 8: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

percaya diri dan keberanian dengan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan

tidak takut resiko setiap menghadapi situasi baru, dan (4) memiliki otonomi

dalam menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai

bagi pribadinya sehingga mampu mengambil keputusan mandiri tanpa

dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.

Beberapa hal yang dapat dilakukan satuan pendidikan dalam

mengaplikasikan teori behaviorisme dalam membentuk akhlak (karakter) siswa,

yaitu:

1. Komunitas Moral di Sekolah

Kontribusi komunitas bagi perkembangan moral anak sangat penting karena

lingkungan yang kuat akan menjadi arena yang dapat membekali anak-anak

dengan sensetivitas identitas dan kepemilikan. Oleh karena itu dalam

bentuknya yang terbaik, dukungan lingkungan atau komunitas dapat

membekali anak-anak dengan tujuan-tujuan positif dalam kehidupan sehingga

memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara-cara yang sangat etis.

Sekolah harus bersedia berkomunikasi dengan orang tua perihal tujuan dan

aktivitas sekolah terkait dengan pengembangan karakter dan bagaimana

bantuan dapat diberikan oleh keluarga dan efektifitas kemitraan antara

sekolah dan keluarga dapat meningkat jika keduanya merekrut bantuan dari

komunitas yang lebih luas—kelompok bisnis, institusi agama, organisasi

pemuda, pemerintah dan media—dalam menunjukkan nilai-nilai inti etika.

2. Hidden Curriculum

Kurikulum tersembunyi sangat penting untuk mendapatkan perhatian yang

serius dari pihak sekolah dalam upaya pengembangan moral siswa yang

terwujud dalam lingkungan interpersonal sekolah dan ruang kelas karena

memang tampak sangat sedikit pembelajaran moral yang jelas terjadi di

sekolah tercatat dalam rencana pembelajaran, panduan kurikulum atau tujuan

perilaku, sebaliknya siswa mengembangkan sendiri konsepsi mereka apa

artinya menjadi orang yang baik. Di samping itu, pendekatan pembelajaran

tradisional yang melibatkan nilai-nilai keteladanan, arahan langsung dan

kesempatan untuk memraktekkan nilai-nilai dan penerapan secara bijaksana

penghargaan dan hukuman untuk mendorong prilaku yang sesuai dengan

Page 9: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

nilai-nilai dasar, mudah dilakukan oleh sekolah daripada pendekatan yang

rumit dan terlalu berbelit-belit.

3. Kometmen dan Cita-cita Moral

Sekolah harus mendorong para siswa untuk memiliki kometmen pada cita-

cita dan norma-norma moral. Model-model pembelajaran yang mengacu pada

pendekatan teladan moral dan sistem dapat menghasilkan teladan moral yang

mendukung jenis kometmen prososial yang ditujunjukkan oleh teladan yang

peduli terhadap kepentingan bersama sebagai tujuan. Sekolah harus

memikirkan bagaimana siswa bisa menyelaraskan tujuan pribadi dengan

tujuan-tujuan moral; atau mengidentifikasi diri dengan tujuan-tujuan ideal.

Bagaimana anak-anak terserap oleh jaringan sosial yang memiliki tujuan

moral. Oleh karena itu introgasi orang tua juga bisa mencakup acuan pada

norma, standar dan nilai-nilai moral diri yang ideal yang menjadi bagian dari

narasi otobiografi anak. Dengan cara ini, orang tua membantu anak-anak

mengenali jenis pengalaman mereka yang mempunyai relevansi moral dan

mendorong terbentuknya skema kognitif sosial yang dapat diakses secara

berkesinambungan.

4. Iklim Sekolah yang Bermoral

Iklim sekolah yang bermoral akan mengurangi persaingan yang tidak sehat

tanpa menghilangkan semua kompetisi. Beberapa kreteria kompetisi yang

sehat, yaitu: kegiatan-kegitan harus tetap menyenangkan, membantu untuk

meningkatkan kinerja yang semakin lama semakin baik, dan harus

memungkinkan merasa senang dengan keberhasilan orang lain. Terdapat

beberapa model pembelajaran moral yang dapat dikembangkan dewasa ini,

yaitu: keteladanan, dialog, praktik, dan konfirmasi. Dari keempat model

tersebut ditemukan tiga model pembelajaran karakter yang diterapkan di

tempat penelitian, yaitu, keteladanan, praktik dan konfirmasi, meskipun

model-model tersebut dijalankan di luar perencanaan yang matang dan tidak

terstruktur dengan baik.Pembelajaran moral dari perspektif teori kepedulian

dan berkonsentrasi pada pembangunan iklim moral bagi pendididikan.

Pembelajaran moral adalah pembelajaran yang secara moral dapat dibenarkan

dalam struktur sosial, isi kurikulum, pedagogi dan interaksi manusia yang

Page 10: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

disetujui. Ini memberikan iklim pembelajaran di mana ia diinginkan dan

dimungkinkan menjadi baik. Dalam struktur seperti itu, sekolah harus

menyediakan pembelajaran yang dirancang untuk menghasilkan siswa yang

bermoral melalui keteladan, praktik dan konfirmasi.

Implementasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran Akhlak

Secara teoretik, pembelajaran Akhlak memiliki tipe model belajar sistem

perilaku (behavioral model of teaching), yaitu dibangun atas dasar kerangka

teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat

memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah yang

kecil dan berurutan.

Pengertian dari modifikasi tingkah laku adalah apa yang orang lakukan.

Perilaku di sini dimaksudkan dalam arti luas, termasuk perilaku terbuka yang

mudah diamati, perilaku rahasia seperti pikiran yang umumnya disimpulkan dari

apa yang orang memberitahu, berbagai emosi, dan aktivitas halus dari sistem

saraf. Dalam semua kasus kita mendefinisikan perilaku seobjektif mungkin dalam

batas-batas kepraktisan situasi dan batas-batas teknologi.

Modifikasi perilaku atau disebut behavioris secara umum dapat

didefinisikan sebagai segala tindakan yang bertujuan mengubah perilaku. Definisi

yang tepat dari modifikasi perilaku adalah usaha untuk menerapkan prinsip-

prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain

pada perilaku manusia. Teori perilaku sering disebut stimulus-respon (S-R)

psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau

reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku

belajar terdapat jalinan erat antar reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.

Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan pada teori prinsip

psikologi behavioral. Pada dasarnya bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik

tingkah laku yang di sukai maupun tingkah laku yang tidak disukai. Seorang

melakukan tindakan menyimpang tersebut karena satu atau dua alasan, yaitu telah

mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau belum mempelajari tingkah

laku yang sebaiknya.

Page 11: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

Joyce & Weil (2003), membagi unsur dalam pembelajaran menjadi lima,

yaitu: (1) syntax, langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system,

adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of

reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,

memperlakukan, dan merespon siswa, (3) support system, segala sarana, bahan,

alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (4) instructional

dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan

(instructional effects) dan hasil belajar di luar yang ditetapkan (nurturant effects)

(dalam Fawaid, dkk. 2009:142)

Berdasarkan kajian teori behaviorisme dan pembelajaran Akhlak, maka

tahapan pembelajaran dapat disusun sebagai berikut:

Tahap 1: Mengondisikan pebelajar dalam sebuah lingkungan yang memungkinkan

penanaman ajaran moral. Sekolah menyiapkan lingkungan belajar yang sesuai

dengan rancangan rencana pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dengan menggunakan kearifan lokal sebagai basis pembelajarannya.

Misal, mengajarkan pebelajar untuk dapat berperilaku santun dalam bertegur sapa,

maka sekolah akan mewajibkan para pebelajar untuk melakukan jabat tangan dan

menyapa sesuai tuntunan agama kepada guru dan sesama teman setiap masuk

sekolah dan pulang sekolah.

Tahap 2: Membuat program-program yang memungkinkan siswa untuk belajar

mengimplementasikan pembelajaran konsep menjadi praktik. Dapat dirancang

kegiatan pra pembelajar yang isinya mengacu pada pembelajaran, sejenis pilot

project yang akan dilaksanakan selama priode tertentu, di mana evalusi bisa

dilaksanakan setiap waktu dan pada akhir masa kegiatan.

Tahap 3: Melaksanakan pembelajaran dalam bentuk penanaman konsep. Pada

masa kegiatan dapat dilaksanakan di dalam kelas. guru harus dapat

mengintegrasikan pembelajaran yang dilakukan pada masa pra pembelajaran

sesuai dengan tema pembelajaran yang sudah diputuskan.

Tahap 4: Melakukan pemodelan pada saat pembelajaran. Pada tahap ini pebelajar

diarahkan untuk dapat mengaplikasikan konsep-konsep abstrak menjadi kongkrit

sehingga perilaku mereka dianggap dapat mewakili objek yang dimaksud.

Page 12: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

Tahap 5: Evaluasi. Pada tahap evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran

dengan penilaian autentik di mana guru harus memonitor secara intensif semua

perilaku pebelajar selama pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk memastikan

bahwa perkembangan perilaku pebelajar dapat diukur dalam bentuk penilaian

kongkrit.

Langkah-Langkah Pembelajaran Model Behavior dalam Pembelajaran Akhlak

Langkah-langkah Pembelajaran Model Behavior

Bagian awal Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Guru menyampaiakan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Siswa memperhatikan dengan

seksama penjelasan guru.

Mempersiapkan peserta

didik untuk belajar

Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok.

Siswa mengatur tempat duduk

berpasangan sesuai kelompok.

Bagian Inti

Mendemonstrasikan

pengetahuan atau

keterampilan.

Guru memberikan contoh dengan

mendemontarsikan pengetahuan

dan keterampilan yang harus

dikuasai siswa (tentang prilaku

akhlak yang baik).

Siswa menirukan prilaku yang

dicontohkan oleh guru secara

kelompok dan secara

perorangan (tentang prilaku

akhlak yang baik).

Memberikan latihan

terbimbing.

Guru memberikan pelatihan-

pelatihan secara terbimbing secara

kelompok maupun individu

(tentang prilaku akhlak yang baik).

Siswa melakukan hal-hal yang

dilatihkan oleh guru untuk

memperbaiki sikap dan

prialaku sesuai bimbingan

guru (tentang prilaku akhlak

yang baik).

Bagian akhir (evaluasi)

Mengecek pemahaman

dan memberikan umpan

balik.

Guru melakukan penilaian pada

masing-masing kelompok atau

individu dalam melakukan sikap

yang dipelajari.

Guru memberikan penguatan

(umpan balik) kepada siswa yang

dapat melakukan unjuk kerja

dengan baik.

Siswa melakukan unjuk kerja

secara kelompok atau individu

prilaku akhlak yang baik

sesuai petunjuk guru.

Siswa menerima umpak balik

yang dilakukan oleh guru dan

memperbaiki hal yang masih

kurang.

Memberikan penjelasan

atau penanaman konsep.

Guru memberikan penjelasan

tentang konsep prilaku akhlak baik

yang dipelajari

Guru memberikan kesempatan

untuk tanya jawab.

Siswa memperhatikan dan

mencatat penjelasan guru

Siswa bertanya hal-hal yang

dianggap belum dipahami

tentang konsep akhlak yang

dipelajari.

Page 13: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

KESIMPULAN

Pembelajaran Akhlak (karakter) memiliki relevansi yang kuat dengan teori

belajar behavior karena akhlak anak dapat terbentuk melalui kebiasaan-kebiasaan

yang secara konsiten dilakukan, pengondisian lingkungan, dan iklim sekolah yang

mendukung, namun harus diperhatikan tentang kapan harus memutuskan bahwa

prilaku anak yang menyimpang dapat ditolerasi dan kapan sudah dianggap

berbahaya. Sekolah dapat membangun lingkungan pembelajaran untuk

membentuk akhlak (karakter) siswa dalam perspektif teori pembelajaran

behavorisme dalam beberapa pola, antara lain: (1) membangun komunitas moral

di sekolah, (2) memerhatikan Hidden Curriculum, (3) menanamkan kometmen

dan cita-cita moral, dan (4) mendesain iklim sekolah yang bermoral

Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menerapkan

pembelajaran model behavior dalam pembelajaran akhlak, yaitu:

1. Bagian Awal

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Menyiapkan perserta didik untuk belajar

2. Bagian Inti

a. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

b. Memberikan latihan terbimbing.

3. Bagian akhir (evaluasi)

a. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

b. Memberikan penjelasan atau penanaman konsep.

SARAN

Mencermati implementasi pembelajaran Akhlak (karakter) yang semakin

rumit, maka berdasarkan kajian teori behavioris dapat disarankan beberapa hal

sebagaai berikut:

1. Meneliti ulang pengtingnya pelajaran Akhlak (karakter) sebagai major subjek

dalam kurikulum.

2. Pendidikan Akhlak (karakter) harus mendapatkan porsi yang cukup, karena

akhlak adalah pondasi dari terciptanya civil society yang madani.

Page 14: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK (KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI …

3. Secara teoeretik, anak-anak cenderung tidak terlalu memerhatikan apapun

yang diucapkan oleh guru dan orang tua, namun mereka tidak pernah gagal

meniru apa yang dilakukan orang lain). Oleh karena itu suri tauladan yang

baik adalah metode yang sangat relevan (behavioral code system). Suri

tauladan relevan dengan teori behaviorisme, yaitu dengan pemberian contoh

dan perbaikan-perbaikan langsung dalam pembelajaran (Stimulus dan

Respon/ Operant Conditioning)

DAFTAR PUSTAKA

Benson, L. P. 1977. All Kids are Our Kids: What communities must do to raise

caring and responsible children and adolescent. San Fransisco: Jossey-

Bass.

Degeng, Nyoman N. 2013. Ilmu Pembelajaran Klasifikasi Variabel untuk

Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung: Kalam Hidup.

Fawaid, Achmad et.al. 2009. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kajian Puskur Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa. 2009.

Kohn, A. 1992. No Contest: The Case Againt Competititon. Boston: Houngton

Mifflin.

Lichona, Thomas. 2012. Pendidikan Karakter. terj. Daut Pasaribu. Bantul: Kreasi

Wacana Offset.

Nucci, L. & Narvaez, D. 2008. Handbook of Moral and Character Education.

NewYork: Routladge.

Nurwahyuni, Esa & Bahrudin. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. YokyaKarta:

AR-Ruzz Media.

Power, F.C. Higgins, A., & Kohlberg, L. 1989. Lawrence Kohlberg’s Approch to

Moral Education. New York: Colombia University Press.

Ryan, K. 1986. In Defense of Character Education. Dalam L. Nucci (Ed.) Moral

Development and Character Education: A Dialogue (hlm. 2-17).

Berkeley, CA.: Mccutchan.

Sagala, Saiful. 2009. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: AlfaBeta cv.

Semiawan, Comy.2000. Relevansi Kurikulum Pendidikan Masa Depan. Dalam

Sindunata (Ed). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita Mencari

Kurikulum Pendidikan Abat XXI. Yogyakarta: Kanisius.

Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Jogjakarta: Media Abadi.

Woolfolk, Anita. 2008. Educational Psychology Active Learning Edition. terj.

Helly Prajitno Soetjipto & Srimulyani Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Yusuf, H. Miarso. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media.