Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

16
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019 272 Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5.0 Sumarno SMK Negeri 5 Kota Malang [email protected] ABSTRAK Makalah ini merupakan hasil kajian pustaka berhubungan dengan pembelajaran kompetnsi kecakapan abad 21 dalam kerangka menghadapi tantangan hidup era society 5.0. Tujuan makalah ini adalah sebagai sarana berbagi informasi kepada para pendidik untuk melakukan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar kompetensi keprofesian yang dimiliki tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, sehingga pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mengembangkan model pembelajaran yang bermutu relevan dengan kebutuhan zaman. Makalah ini berisi tiga pokok bahasan, yaitu peradaban society 5.0, kompetensi kecakapan abad 21, dan model pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21. Trilling dan Fadel (2009) berpendapat bahwa kecakapan abad 21 terdiri tiga jenis kecakapan utama, yaitu: (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information media and technology skills. Kecakapan abad 21 yang disosialisasikan oleh Dirjen Dikdasmen Kemendikbud (2017) terdiri empat jenis kecakapan, yaitu: (1) keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill) (2) kecakapan berkomunikasi (Communication Skills), (3) kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation), (4) kolaborasi (Collaboration). Kompetensi kecakapan abad 21 tersebut perlu dibelajarkan kepada peserta didik di sekolah dalam rangka menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan era society 5.0. Pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21 dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berparadigma konstruktif, berpusat pada peserta didik dan berbasis eksperimen, yaitu: inquiry training, inquiry jurisprudensi, group investigation dan project based learning. Kata Kunci: pembelajaran, kompetensi abad 21 dan era society 5.0 PENDAHULUAN Konsep Society 5.0 adalah konsep masyarakat masa depan yang dicita-citakan oleh pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang mengemukakan bahwa era Industry 4.0 lebih berfokus pada proses produksi, sedangkan Society 5.0 lebih menekankan pada upaya menempatkan manusia sebagai pusat inovasi (human centered) adapun kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup, tanggung jawab sosial dan berkembang keberlanjutan. Untuk menghadapi kompleksitas kondisi kehidupan masyarakat era Society 5.0, peserta didik tidak cukup dibekali dengan kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau lebih dikenal dengan sebutan “Tree R” (reading, writing, arithmetic), tetapi juga perlu dibekali kompetensi masyarakat global atau juga disebut kecakapan ababd 21, yakni kemampuan berkomunikasi, kreatif, berpikir kritis, dan berkolaborasi atau dikenal dengan sebutan “Four Cs” , yaitu communicators, creators, critical thingkers, and collaborators (National Education Association, 2012).

Transcript of Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

Page 1: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

272

Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5.0

Sumarno

SMK Negeri 5 Kota Malang [email protected]

ABSTRAK

Makalah ini merupakan hasil kajian pustaka berhubungan dengan pembelajaran kompetnsi kecakapan abad 21 dalam kerangka menghadapi tantangan hidup era society 5.0. Tujuan makalah ini adalah sebagai sarana berbagi informasi kepada para pendidik untuk melakukan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar kompetensi keprofesian yang dimiliki tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, sehingga pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mengembangkan model pembelajaran yang bermutu relevan dengan kebutuhan zaman. Makalah ini berisi tiga pokok bahasan, yaitu peradaban society 5.0, kompetensi kecakapan abad 21, dan model pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21. Trilling dan Fadel (2009) berpendapat bahwa kecakapan abad 21 terdiri tiga jenis kecakapan utama, yaitu: (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information media and technology skills. Kecakapan abad 21 yang disosialisasikan oleh Dirjen Dikdasmen Kemendikbud (2017) terdiri empat jenis kecakapan, yaitu: (1) keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill) (2) kecakapan berkomunikasi (Communication Skills), (3) kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation), (4) kolaborasi (Collaboration). Kompetensi kecakapan abad 21 tersebut perlu dibelajarkan kepada peserta didik di sekolah dalam rangka menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan era society 5.0. Pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21 dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berparadigma konstruktif, berpusat pada peserta didik dan berbasis eksperimen, yaitu: inquiry training, inquiry jurisprudensi, group investigation dan project based learning.

Kata Kunci: pembelajaran, kompetensi abad 21 dan era society 5.0

PENDAHULUAN

Konsep Society 5.0 adalah konsep masyarakat masa depan yang dicita-citakan oleh pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang mengemukakan bahwa era Industry 4.0 lebih berfokus pada proses produksi, sedangkan Society 5.0 lebih menekankan pada upaya menempatkan manusia sebagai pusat inovasi (human centered) adapun kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup, tanggung jawab sosial dan berkembang keberlanjutan. Untuk menghadapi kompleksitas kondisi kehidupan masyarakat era Society 5.0, peserta didik tidak cukup dibekali dengan kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau lebih dikenal dengan sebutan “Tree R” (reading, writing, arithmetic), tetapi juga perlu dibekali kompetensi masyarakat global atau juga disebut kecakapan ababd 21, yakni kemampuan berkomunikasi, kreatif, berpikir kritis, dan berkolaborasi atau dikenal dengan sebutan “Four Cs”, yaitu communicators, creators, critical thingkers, and collaborators (National Education Association, 2012).

Page 2: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

273

Kompetensi kreatif, kritis, fleksibel, terbuka, inovatif, tangkas, kompetitif, peka terhadap masalah, menguasai informasi, mampu bekerja dalam “team work” lintas bidang, dan mampu beradaptasi terhadap perubahan dapat dijadikan modal untuk menghadapi kondisi kemasyasrakatan atau Society 5.0

Era society 5.0 ditandai peningkatan program digitalisasi yang didukung oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Kondisi kehidupan masyarakat era society 5.0 sangat berpengaruh terhadap segala bidang kehidupan manusia termasuk pada bidang pendidikan. Implikasi konsep society 5.0 terhadap pendidikan diantaranya adalah tuntuan pembaharuan kompetensi yang dibelajarkan kepada peserta didik untuk disesuaikan dengan kebutuhan hidup masyarakat era society 5.0 dan termasuk juga model pembelajaranya di sekolah. Model pembelajaran yang didasarkan pada paradigma bahwa peserta didik adalah individu yang belum dewasa, individu yang pasif sebagai objek dalam proses interaksi belajar mengajar, dan menempatkan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar (Zamroni, 2000), tidak lagi memadai untuk menyiapkan sumber daya manusia menghadapi era society 5.0. Model pembelajaran yang menekankan pada proses deduksi, proses transfer pengetahuan oleh guru kepada peserta didik tidak mampu menjangkau percepatan perubahan yang terjadi. Pertanyaanya adalah dalam rangka penguatan pendidikan, kompetensi apakah yang perlu dibelajarkan pada peserta didik dan bagaimana kompetensi tersebut dibelajarkan di sekolah dalam konteks menghadapi kehidupan era society 5.0? Dalam makalah ini disajikan gagasan-gagasan awal sebagai jawaban pertanyaan tersebut.

Makalah ini ditulis berdasarkan hasil kajian pustaka berkaitan dengan pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21 dan kehidupan era society 5.0. Makalah ini terdiri tiga pokok pembahasan yaitu: peradaban era society 5.0, kompetensi kecakapan abad 21, dan model pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21. Makalah ini disusun bertujuan sebagai wahana berbagi informasi untuk para pendidik dalam melakukan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar kompetensi keprofesian yang dimiliki tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dan/atau olahraga, sehingga guru dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mengembangkan model pembelajaran yang bermutu relevan dengan kebutuhan zaman. PEMBAHASAN Konsep Peradaban Society 5.0

Dalam pertemuan tahunan forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss tanggal 23 Januari 2019, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjelaskan visi baru Jepang tentang Society 5.0 atau disebut juga Super Smart Society. Society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan antara kemajuan ekonomi dengan

Page 3: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

274

penyelesaian masalah sosial melalui sistem dengan mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik (Tempo, 2019).

Society 5.0 menggambarkan bentuk ke-5 dari perkembangan kemasyarakatan dalam sejarah manusia, secara kronologis dimulai masyarakat perburuan (Society 1.0), masyarakat pertanian (Society 2.0), masyarakat industri (Society 3.0), dan masyarakat informasi (Society 4.0). Revolusi industri keempat menciptakan layanan nilai-nilai baru yang mengantarkan manusia pada hidup yang lebih baik. Society 5.0 menggapai derajat yang lebih tinggi dalam konvergensi cyberspace (ruang virtual) dan physical space (ruang nyata). Di masyarakat informasi (Society 4.0), orang-orang mengakses sebuah cloud service dalam ruang virtual melalui internet dan kemudian mencari, memperoleh, dan menganalisa informasi atau data. Dalam Society 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor-sensor dalam ruang nyata diakumulasi dalam ruang virtual. Dalam ruang virtual, data yang besar ini dianalisa oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasil analisis akan diberikan kembali kepada manusia di ruang nyata dalam berbagai bentuk. Dalam masyarakat informasi, praktek umumnya adalah dengan mengumpulkan informasi melalui jaringan dan informasi tersebut dianalisa oleh manusia. Namun, dalam Society 5.0, masyarakat, benda-benda, dan sistem-sistem semuanya dihubungkan dalam ruang virtual dam hasil-hasil yang optimal diperoleh oleh AI, yang mampu melampaui kemampuan manusia, dan akan diberikan kembali ke ruang nyata. Akibatnya, proses ini akan memberikan nilai baru kepada industri dan masyarakat dalam berbagai cara yang sebelumnya mustahil untuk dilakukan.

Peradaban di era society 5.0 akan ditandai dengan fenomena-fenomena baru yaitu Drone Delivery, alat-alat rumah tangga berbasis Artificial Intelligence (AI), Medical Care, dan Smart Work. Drone Delivery, pada masa yang akan datang drone akan digunakan untuk mengantar dan mengirimkan barang-barang properti dan mendukung kegiatan pertolongan bencana di sekitar dunia kita. Alat-alat rumah tangga berbasis Artificial Intelligence. Peralatan rumah tangga yang menggunakan teknologi intelijensia buatan sedang dikembangkan dan dijual di seluruh dunia. Kenyamanan akan dilancarkan ketika peralatan-peralatan rumah tangga kita terhubung satu sama lain. Contoh peralatan tersebut adalah kulkas dengan AI dan pengeras suara dengan AI. Medical Care, para pembantu yang tak kenal lelah akan segera membantu layanan pengasuhan dan penerima perawatan. Masyarakat kita yang mengalami penuaan membutuhkan kemampuan kita untuk menyediakan layanan pengobatan dan perawatan. Robot-robot dan bentuk-bentuk lain dari teknologi canggih memberi kita petunjuk dalam hal solusi. Teknologi-teknologi yang telah dikembangakan tersebut seperti, Telemedicine, robot perawat, dan layanan pemantauan. Smart Work, peran robot-robot yang meningkat akan menghilangkan kerja keras. Mereka yang bekerja keras dalam lingkungan-lingkungan yang menantang akan segera memperoleh rekan kerja yang keren dan terpercaya di sisi mereka, sebuah rekan yang dapat bekerja dalam kondisi apapun. Contoh rekan-rekan tersebut adalah traktor yang bekerja secara otonom dam robot-robot pembersih.

Page 4: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

275

Konsep Society 5.0 bagi Indonesia merupakan suatu era yang mau tidak mau harus dihadapi pada masa yang akan datang. Indonesia langsung berhadapan dengan dua era canggih, yaitu era Industry 4.0 dan Society 5.0. Kedua momentum ini harus diantisipasi dengan penguatan pendidikan dan kebudayaan bersifat nasional sehingga nantinya akan terjadi transformasi yang matang dengan mitigasi faktor resiko yang dapat ditimbulkan. Permasalahan yang dihadapi oleh Jepang dan Indonesia memang berbeda, khususnya terkait demografi penduduk, namun masalah kesehatan dan infrastruktur yang dihadapi kurang lebih sama. Di bidang kesehatan, Society 5.0 menawarkan gagasan atau konsep bagaimana menyelesaikan masalah jumlah harapan hidup masyarakat. Society 5.0 memberikan solusi seluruh data kesehatan masyarakat di simpan dalam satu pusat data besar untuk dianalisis oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI), kemudian ditindaklanjuti melalui program preventif kesehatan. Di bidang infrastruktur, masalah tingginya dan cepatnya kerusakan infrastruktur publik yang dapat berpotensi memperlambat kegiatan ekonomi masyarakat. Society 5.0 memberikan solusi yaitu memanfaatkan sensor dan robot untuk menginspeksi sarana infrastruktur dan sanitasi yang rusak. Dengan menggunakan kecerdasan buatan dapat mengidentifikasi, mana infrastruktur dasar yang prioritas diperbaiki dengan merujuk pada aktivitas ekonomi masyarakat pengguna sarana prasarana. Sedangkan untuk dibidang distribusi barang yang lambat akibat sistem transportasi yang padat dan belum disertai dengan infrastruktur jalan yang ideal, solusi yang ditawarkan Society 5.0 adalah dengan menerapkan sistem transportasi barang dengan memanfaatkan teknologi Drone sebagai alternatif sarana distribusi barang.

Indonesia harus siap menghadapi berbagai tantangan sekaligus peluang era Society 5.0 yang penuh dengan perkembangan teknologi canggih agar tetap dapat menggapai cita-cita dan tujuan bangsa, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menggapai tujuan tersebut, terdapat dua faktor penting yang dapat menentukan arah kemana suatu bangsa akan berjalan, yakni Pendidikan dan Kebudayaan (Sriyadi, 2019). Pendidikan dan kebudayaan dapat diibaratkan sebagai suatu roda yang saling terhubung satu sama lainnya. Pendidikan sebagai sarana untuk mempersiapkan aspek intelektual anak bangsa, sedangkan kebudayaan sebagai sarana memperkuat aspek “soft skill” sehingga terbentuk manusia-manusia unggul yang siap menghadapi kehidupan masyarakat era Society 5.0. Penguatan pendidikan dalam rangka pembentukan intelektual bangsa merupakan kewajiban dan tugas mulian lembaga-lembaga pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Lembaga pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia, untuk menghadapi era society 5.0 ke depan perlu memiliki rancangan kurikulum yang bermuatan kompetensi berupa kecakapan yang dibutuhkan masyarakat Society 5.0 dan era Industry 4.0. Era Industry 4.0 lebih dominan ke aspek teknologinya, bukan pada manusia sebagai pusatnya, Artificial Intelegence (AI) dan Internet of Things (IoT) dimanfaatkan sebagai perangkat bantuan untuk manusia agar hidup lebih berkualitas. Jangan sampai terbalik, manusia menjadi korban kecanggihan teknologi, diantaranya muncul gejala tidak lagi mampu berpikir kritis dan percaya sepenuhnya pada kemampaun teknologi.

Page 5: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

276

Lembaga pendidikan berkewajiban menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan hidup berkarier, selalu belajar dan berinovasi, menguasai teknologi media informasi, berpikir kritis dalam memecahkan persoalan, terampil berkomunikasi, berjiwa kreatif dan inovatif serta dapat berkerjasama dalam suatu kelompok. Model pembelajaran yang berorientasi penguatan kompetensi atau kecakapan hidup berkarier, selalu belajar dan berinovasi, menguasai teknologi media informasi, berpikir kritis dalam memecahkan persoalan, terampil berkomunikasi, berjiwa kreatif dan inovatif serta dapat berkerjasama dalam suatu kelompok, sangat diperlukan dan dikembangkan secara kreatif oleh para pendidik. Kompetensi Dan Kecakapan Abad 21

Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang menyangkut sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran. Kecakapan (Skills) menurut Tim Broad-Based Education Depdiknas, diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2002). Kompetensi kecakapan abad 21 dalam makalah ini akan disajikan dua pandangan yang saling melengkapi, yaitu pandangan dari ahli dan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud. Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009) berpendapat bahwa kecakapan abad 21 mencakup tiga macam, yaitu (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and technology skills. Ketiga kecakapan tersebut diilustrasikan dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi kompetensi-pengetahuan abad 21(21stcentury knowledge-skills rainbow). Gambar berikut ini menunjukkan skema pelangi kompetensi-pengetahuan abad 21.

Gambar 1.1. Core Subject 21st Century Skills

(Trilling dan Fadel, 2009)

Gambar 5. Core Subject 21st Century Skills

(Trilling dan Fadel, 2009)

Page 6: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

277

Deskripsi penjelasan core subject 21st century skills pada gambar tersebut adalah seperti uraian berikut ini. Life and Career Skills

Deskripsi kompetensi berkaitan dengan kecakapan hidup dan berkarir (Life and Career Skills) dapat dibaca pada tabel nomor satu berikut ini. Tabel 1.1 Kecakapan Hidup dan Karier

Kecakapan Abad 21

Kompetensi Deskripsi

Kecakapan Hidup dan Berkarir (Life and Career Skills)

1. Fleksibilitas dan adaptabilitas (Flexibility and Adaptability)

Peserta didik mampu beradaptasi terhadap perubahan dan fleksibel dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok

2. Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri (Initiative and Self-Direction)

Peserta didik mampu mengelola tujuan dan waktu, bekerja secara independen dan menjadi peserta didik yang dapat mengatur diri sendiri.

3. Interaksi sosial dan antar-budaya (Social and Cross- Cultural Interaction)

Peserta didik mampu berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan kelompok yang beragam

4. Produktivitas dan akuntabilitas (Productivity and Accountability)

Peserta didik mampu menglola projek dan menghasilkan produk.

5. Kepemimpinan dan tanggungjawab (Leadership and Responsibility)

Peserta didik mampu memimpin teman-temannya dan bertanggungjawab kepada masyarakat luas.

Adaptasi dari: Trilling dan Fadel (2009:73)

Learning and Innovation Skills

Deskripsi kompetensi berkaitan kecakapan dalam Belajar dan Berinovasi (Learning and Innovation Skills) dapat dibaca pada tabel nomer dua berikut ini. Tabel 1.2 Kecakapan Belajar dan Inovasi

Kecakapan Abad 21

Kompetensi Deskripsi

Kecakapan Belajar dan Berinovasi (Learning and Innovation Skills)

1. Berpikir kritis dan mengatasi masalah (Critical Thinking and Problem Solving)

Peserta didik mampu mengunakan berbagai alasan (reason) secara induktif atau deduktif untuk berbagai situasi; menggunaan cara berpikir sistem; membuat keputusan dan mengatasi masalah.

2. Komunikasi dan kolaborasi (Communication and Collaboration)

Peserta didik mampu berkomunikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya.

3. Kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation)

Peserta didik mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif dan menciptakan inovasi baru.

Adaptasi dari: Trilling dan Fadel (2009:45)

Page 7: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

278

Information Media and Technology Skills Deskripsi kompetensi berkaitan dengan kecakapan teknologi dan

media informasi (Information Media and Technology Skills) dapat dibaca pada tabel nomor tiga berikut ini. Tabel 1.3 Kecakapan Teknologi dan Media Informasi

Kecakapan Abad 21

Kompetensi Deskripsi

Kecakapan teknologi dan media informasi (Information Media and Technology Skills)

1. Literasi informasi (information literacy)

Peserta didik mampu mengakses informasi secara efektif dan efisien; mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat dan efektf untuk mengatasi masalah.

2. Literasi media (media literacy)

Peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan untuk berkomunikasi.

3. Literasi ICT (Information and Communication Technology literacy)

Peserta didik mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan media yang sesuai untuk melakukan komunikasi.

Adaptasi dari: Trilling dan Fadel (2009:61)

Kecakapan abad 21 yang disosialisasikan Kemendikbud sebagaimana

tercantum dalam buku panduan implementasi pembelajaran kecakapan abad 21 adalah seperti berikut ini. Critical Thinking and Problemsolving Skill (Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)

Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri, memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu dipandang sebagai aset penting terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktek. Hal itu memerlukan komunikasi efektif dan pemecahan masalah dan juga komitmen untuk mengatasi sikap egosentris dan sosiosentris bawaan (Paul and Elder, 2006: xviii). Berpikir kritis menurut Beyer (1985) adalah: 1) menentukan kredibilitas suatu sumber, 2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, 3) membedakan fakta dan penilaian subyektif, 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, 5) mengidentifikasi bias yang ada, 6) mengidentifikasi sudut pandang, dan 7) mengevaluasi bukti untuk mendukung pengakuan. Communication Skills (Kecakapan Berkomunikasi)

Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, dan angka. Raymond Ross (1996) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol- simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut, memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang

Page 8: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

279

efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy). Kompetensi kecakapan berkomunikasi diantaranya seperti berikut ini.

a) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.

b) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.

c) Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan.

d) Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.

e) Dalam abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multi-bahasa.

Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi)

Guilford (1976) mengemukakan bahwa kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral. Beberapa kompetensi terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sebagai berikut.

a) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.

b) Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. c) Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan

praktikal. d) Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi

baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual

e) Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran. f) Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki. g) Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi

positif terhadap lingkungan. Collaboration (Kolaborasi)

Kecakapan kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan. Kompetensi terkait dengan kecakapan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok. b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja

secara produktif dengan yang lain. c) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda. d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi

tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.

Page 9: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

280

Perpaduan pendapat kecakapan abad 21 menurut pandangan ahli dan kemendikbud apabila dipadukan terdapat tujuh kecakapan yang diperlukan untuk peserta didik, yaitu: (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information media and technology skills, (4) critical thinking and problemsolving skill, (5) Communication Skills, (6)

Creativity and Innovation, dan (7) Collaboration. Kompetensi kecakapan abad 21 dapat diungkapkan dengan rumusan sederhana, yaitu hidup berkarier, selalu belajar dan berinovasi, menguasai teknologi media informasi, berpikir kritis dalam memecahkan persoalan, terampil berkomunikasi, berjiwa kreatif dan inovatif serta dapat berkerjasama dalam suatu kelompok. Pembelajaran Kompetensi Abad 21

Kehidupan masyarakat 5.0 yang penuh nuansa mega kompetisi disertai gelombang perubahan yang sedemikian cepat, secara langsung atau tidak langsung mendorong kebutuhan model pembelajaran yang mampu menjamin peserta didik memiliki kompetensi belajar dan berinovasi, menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja dan bertahan dengan menguasai sejumlah kecakapan untuk hidup. Model pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik sebagai sumber daya manusia masa depan hendaknya tetap mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan oleh Komisi UNESCO dalam wujud “the four pillars of education” yaitu belajar untuk mengetahui (“learning to know”), belajar melakukan sesuatu (“learning to do”), belajar hidup bersama sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia (“learning to life together”), dan belajar menjadi dirinya (“learning to be”). Hasil pembelajaran yang terpenting adalah peserta didik memiliki kekuatan dan kemampuan belajar mengembangkan diri lebih lanjut, bukan hanya memperoleh sejumlah pengetahuan, kompetensi, dan sikap, tetapi juga lebih penting adalah mengembangan kemampuan metakognisi, yaitu bagaimana pengetahuan, kompetensi, dan sikap itu diperoleh dan digunakan (Schunk, 2012).

Model pembelajaran eksperimen yang berpusat pada peserta didik merupakan alternatif pilihan model untuk mempersiapkan peserta didik menjadi sumber daya manusia unggul siap menghadapi masyarakat 5.0 yang penuh dengan tantangan sekaligus peluang. Berikut ini alternatif konsep model pembelajaran berparadigma konstruktif, berpusat pada peserta didik dan berbasis eksperimen untuk membelajarkan kompetensi kecakapan abad 21 dalam upaya menyiapkan peserta didik menghadapi tantangan era society 5.0, yaitu model: inquiry training, inkuiry jurisprudensi, group investigation dan Project Based Learning (PjBL). Deskripsi singkat prinsip, prosedur dan efek pembelajaran dari model-model pembelajaran tersbut adalah seperti uraian berikut ini.

1. Inquiry Training Untuk model ini, terdapat tiga prinsip utama, yaitu bahwa

pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat alamiah ingin tahu, dan manusia mampu mengembangkan dirinya secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua

Page 10: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

281

mengindikasikan pentingkan peserta didik melakukan eksplorasi, dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada integritas dan sikap ilmiah.

Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran (Joyce & Weil, 1980) seperti pada tabel berikut ini. Tabel 1.4 Pembelajaran Inquiry Training

Tahapan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

1. Menghadapkan permasalahan

Penjelasan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan

2. Menemukan masalah Memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, menganalisis timbulnya masalah

3. Mengumpulkan data eksperimen

Memilih variabel-variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis

4. Mengorganisasikan temuan

Merumuskan dan menjelaskan hasil temuan

5. Refleksi proses eksperimen

Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif

Adaptasi dari: Joyce & Weil, (1980).

Sistem sosial yang dikembangkan dalam kelas adalah kerjasama,

kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi peserta didik harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan peserta didik dalam pembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dalam mengakomodasikan segala ide yang berkembang.

Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah: pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan, menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil eksplorasi, formulasi, dan generalisasi peserta didik.

Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual peserta didik dan masalah-masalah yang menantang peserta didik untuk melakukan penelitian.

Dampak pembelajaran model ini adalah menguasai model penelitian dan semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat memahami tentatif krilmuan, memliki keterampilan proses keilmuan, memiliki sikap otonomi, dan toleransi terhadap ketidakpastian.

2. Inquiri Jurisprudensi. Model inquiri jurisprudensi dikembangkan Donald Oliver dan James

Shaver P. (1966/1974), startegi ini dikembangkan untuk membantu peserta didik belajar berpikir sistematis tentang berbagai isu-isu kontemporer. Kemampuan berpikir sistematis dibutuhkan siswa untuk menyikapi isu-isu terkini berkaitan dengan kebijakan kepentingan publik serta menganalisis posisi-posisi alternatif yang tepat sebagai warga negara. Model Inkuiri Jurisprudensi didasarkan pada konsepsi masyarakat dimana setiap orang memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda-beda dan nilai-nilai sosial

Page 11: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

282

seringkali berbenturan satu dengan lainnya. Untuk mengatasi isu-isu kompleks dan kontroversial dalam konteks masyarakat yang produktif mengharuskan setiap warga negara memiliki kemampuan untuk saling berdiskusi dan menegosiasikan perbedaan mereka

Efek lansung pembelajaran inquiri jurisprudensi adalah penguasaan kemampuan menganalisa masalah, kemampuan untuk melakukan dialog intensif dengan orang lain, memotivasi untuk terlibat kegiatan sosial dan membangkitkan keinginan melakukan aksi-aksi sosial. Sikap memelihara nilai-nilai pluralisme dan penghormatan terhadap sudut pandang orang lain dan juga mendukung penggunaan emosi dalam merespon kebijakan sosial. Penguasaan keterampilan dalam mengidentifikasi permasalahan kebijakan; penerapan nilai-nilai sosial; penggunaan analogi untuk mengeksplorasi isu-isu; dan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah faktual dan nilai. Hal ini dapat meningkatkan respon emosi pebelajar dalam hal kebijakan sosial, meskipun model ini membawa ke dalam bermacam-macam tanggapan emosional siswa.

Sintak atau prosedur pembelajaran inkuiri jurisprudensi dapat diilustrasikan seperti tabel berikut ini. Tabel 1.5 Pembelajaran Inquiry Jurisprudensi

Tahap Pebelajaran Kegiatan pembelajaran

Tahap Satu: Orientation to the Case

Guru memperkenalkan bahan ajar berbagai fakta kasus kebijakan yang kontroversi

Guru menyampaikan ulasan fakta secara garis besar

Tahap Dua: Identifying the Issues

Siswa mensintesa fakta masalah kebijakan publik.

Siswa memilih salah satu isu kebijakanuntuk materi diskusi.

Siswa mengidentifikasi nilai-nilai dan nilai- nilai yang konflik.

Siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan faktual dan definisi

Tahap Tiga: Taking Positions

Siswa mengartikulasikan atau mengambil posisi terhadap isu yang didiskusikan.

Siswa menentukan posisiawal terhadap isu-isu sosial ataukonsekuensi dari keputusan tersebut.

Tahap Empat: Exploring the Stance(s), Patterns of Argumentation

Menetapkan titik letak pelanggaran nilai (faktual).

Membuktikan posisi nilai yang diinginkan atau tidak diinginkan.

Memperjelas konflik nilai dengan analogi

Menegaskan prioritas satunilai di atas yang lain dan menunjukkan dukungannya.

Tahap Lima: Refining and Qualifying the Positions

Siswa menyatakan posisi dan alasan untuk posisi dalam sejumlah situasi yang sama.

Siswa memenuhi persyaratan posisi yang diambil.

Tahap Enam: Testing Factual Assumptions Behind Qualified Positions

Mengidentifikasi asumsi faktual

menentukan apakah mereka relevan.

Menentukan konsekuensi dan memeriksa validitas faktual yang akan benar-benar terjadi?

Adaptasi dari: Bruce. Weil, M. (2003)

Efek lansung model pembelajaran model inkuiri jurisprudensi yaitu

peserta didik menguasai kemampuan menganalisa masalah, kemampuan untuk melakukan dialog intensif dengan orang lain, memotivasi untuk terlibat kegiatan sosial dan membangkitkan keinginan melakukan aksi sosial.

Page 12: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

283

Memelihara nilai-nilai pluralisme dan penghormatan terhadap sudut pandang orang lain dan juga mendukung penggunaan emosi dalam merespon kebijakan sosial. Peserta didik menguasai keterampilan mengidentifikasi permasalahan kebijakan, penerapan nilai-nilai sosial, penggunaan analogi untuk mengeksplorasi isu-isu, dan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah faktual dan nilai. Hal ini dapat meningkatkan respon emosi pebelajar dalam hal kebijakan sosial, meskipun model ini membawa ke dalam bermacam-macam tanggapan emosional siswa.

3. Group Investigation Model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif

filosofis terhadap konsep belajar John Dewey. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob.1996), adalah: (1) peserta didik hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998).

Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin, 1995), yaitu seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1.6 Pembelajaran Group Investigation

Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Grouping

Menetapkan jumlah anggota kelompok,

Menentukan sumber belajar,

Memilih topik,

Merumuskan permasalahan

Planning

Menetapkan apa yang akan dipelajari,

Bagaimana mempelajari,

Siapa melakukan apa dan apa tujuannya

Investigation Saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan

informasi, menganalisis data, membuat inferensi

Organizing Anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi

laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis

Presenting Salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,

mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan

Evaluating Masing-masing peserta didik melakukan koreksi terhadap laporan

masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi

Page 13: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

284

Sistem sosial yang dikembangkan adalah meminimalisir arahan guru, demokratis, guru dan peserta didik memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan.

Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Dampak pembelajaran yang timbul adalah memiliki pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan komitmen dalam bernegara, kebebasan sebagai peserta didik, penumbuhan aspek sosial, interpersonal, dan intrapersonal.

4. Project Based Learning (PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna

(Bell, 2005). Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi peserta didik untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant (2008).

Sintak model pembelajaran berbasis proyek terdiri lima langkah utama (Trisna Sastradi, 2013) seperti deskripsi pada tabel berikut ini.

Tabel 1.7 Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Tahap Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Menetapkan tema proyek

Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan yang penting dan menarik, (b) mendeskripsikan masalah kompleks, (c) mengutamakan pemecahan masalah.

Menetapkan konteks belajar

Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) mengutamakan otonomi peserta didik, (b) melakukan inquiry (c) peserta didik mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (d) peserta didik belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab

Merencanakan aktivitas

Merencanakan proyek dan mencari sumber yang berkait dengan tema proyek.

Memeroses aktivitas (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa rancangan proyek.

Page 14: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

285

Penerapan aktivitas

Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (a) mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) membuat laporan terkait dengan proyek, dan (c) mempresentasikan proyek

Menilai semua proses pengerjaan proyek

Menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.

Adaptasi dari: Trisna Sastradi. (2013:3-7)

Sistem sosial yang dikembangkan oleh peserta didik dalam tim adalah

merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang akan dikembangkan peserta didik merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim mereka.

Prinsip reaksi yang dikembangkan guru adalah pembelajaran secara aktif dapat memimpin peserta didik ke arah peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para peserta didik.

Dampak model pembelajaran berbasis proyek adalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja ilmiah peserta didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja peserta didik meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan. KESIMPULAN

Era society 5.0 secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada segala bidang kehidupan, di bidang pendidikan harus diperkuat dengan melakukan perubahan kompetensi yang dibelajarkan kepada peserta didik dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif di sekolah. Kompetensi kecakapan abad 21 yaitu meliputi kreatif, kritis, fleksibel, terbuka, inovatif, tangkas, kompetitif, peka terhadap masalah, menguasai informasi, mampu bekerja dalam “team work” lintas bidang, dan beradaptasi terhadap perubahan merupakan kompetensi penting untuk dibelajarkan kepada peserta didik untuk menghadapi tantangan dan tuntutan hidup di era society 5.0 yang akan datang. Model pembelajaran yang menekankan pada proses deduksi, proses transfer pengetahuan oleh guru kepada peserta didik tidak mampu lagi menjangkau percepatan perubahan yang terjadi. Model pembelajaran berparadigma konstruktif, berpusat pada peserta didik dan berbasis eksperimen merupakan pilihan model strategis untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga unggul hidup dalam

Page 15: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

286

masyarakat society 5.0 yang penuh dengan tantangan sekaligus peluang. Model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21 di sekolah adalah model pembelajaran berbasis eksperimen yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik. Model pembelajaran berbasis eksperimen sebagai alternatif membelajarkan kompetensi kecakapan abad 21menghadapi era society 5.0, yaitu (1) inquiry training, (2) inkuiri jurisprudensi, (3) group investigation dan (4) project based learning.

Pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21 dengan model-model pembelajaran berbasis penemuan tersebut perlu diujicobakan untuk mengetahui tingkat efefktifitasnya. Oleh karena itu, saran tindak lanjut dari seminar makalah ini adalah para pendidik melakukan kegiatan penelitian eksperimen menguji efektivitas model-model pembelajaran tersebut di kelas sesuai tujuan pembelajaran, karakter peserta didik dan mata pelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arends, R. I. 1998. Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book

Company. Bell, B.F. 2005. “Children’s Science, Contructivism and Learning in

Science”. Tersedia pada: http://www.gsn.org/web/ontructivism /whatis.htm.

Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second edition. Boston: Allyn and Bacon.

Doppelt, Y. 2005. “Assessment of Project-Based Learning”. International Journal of Technology Education, Volume16, Nomor 2. Tersedia pada: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf. diakses 18 September 2019

Eng. Ansarullah Lawi. 2019. Society 5.0 Solusi Masa Depan Dunia http://hotnewsbatam.com/2019/02/19/society-5-0-solusi-masa-depan-dunia/,

diakses 15 September 2019 Fatur Rahman. 29 Januari 2019. Society 5.0: Konsep Peradaban Masa

Depan https://medium.com/hmif-itb/society-5-0-konsep-peradaban-masa-depan-

d1b29ebbac9e, diakses 26 September 2019 Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models

approach. Boston: Allyn and Bacon. Irianto, D. 2017. Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Seminar

Nasional Teknik Industri, Batu-Malang. Joyce, B., & Weil, M. 2013. Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall,

Inc. Kemendikbud. 2017. Implementasi kecakapan abad 21 Kurikulum 2013 di

Sekolah Menengah. Krulik, S., & Rudnick, J. A. 1996. The new sourcebook for teacing reasoning

and problem solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and Bacon.

Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., (2013). Recent Advances and Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1), 38–41.

Page 16: Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

287

LPPM Unika Soegijapranata. 9 Agustus 2019 . Budaya Menjadi Penentu Arah Society 5.0 di Indonesia

http://news.unika.ac.id/2019/08/budaya-menjadi-penentu-arah-society-5-0-di-indonesia, diakses 24 September 2019

Mayer, R. E. 1999. Designing instruction for constructivist learning. Dalam Reigeluth, C.M.(Ed.): Instructional-design theories and models: A new paradigm of instructional theory, volume II. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Muhamad Yahya. 2018. Pidato ilmiah Era Industri 4.0: Tantangan dan peluang Pendidikan kejuruan Indonesia. Makasar: Universitas Negeri Makasar

Prisecaru, P. 2016. Chalenges of the Fourth Industrial Revolution. Knowledge Horizon Economic. 8(1), 57-62.

Saskatchewan. 1991. Intructional Approach. Satkatchewan Education Sung, T.K. 2017. Industri 4.0: a Korea perspective. Technological

Forecasting and Social Change Journal, 1-6. Schwab, Kaluse. 2016. The Fourth Industrial Revolution. World

Economic Forum® Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and

Bacon. Sriyadi . 2019. Peran Pendidikan dan Kebudayaan di Era Society 5.0,

Sebagai Penentu Kemajuan Bangsa http://kalimayanews.com/peran-pendidikan-dan-kebudayaan-di-era-society-

5-0-sebagai-penentu-kemajuan-bangsa/, diakses 5 September 2019 Tempo. 29 Januari 2019. Mengenal Visi Jepang Society 5.0: Integrasi Ruang

Maya dan Fisik https://dunia.tempo.co/read/1245855/topan-faxai-putus-pasokan-listrik-

hampir-1-juta-rumah-di-jepang, diakses 12 September 2019 Trilling, B & Fadel, C. 2009. 21st-century skills: learning for life in our times.

US: Jossey-Bass A Wiley Imprint. Trisna Sastradi. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Proyek Tersedia pada:

http://mediafunia.blogspot.com/2013/02/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html 13 September 2019