Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Mutu

6
  PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP BERBASIS PADA STANDAR MUTU Oleh: Subroto  FMIPA UNY Abstrak Sebagai pendidikan yang bersifat strategis, maka pendidikan di SMP didasarkan pada peningkatan mu tu. Hal ini menunjukan a danya suatu tuntutan perubahan, salah satu contohnya adalah perubahan evaluasi. Untuk itu maka ada beberapa permasalahan perlu dikaji lebih mendalam, antara lain: (1) adanya tuntutan perubahan suatu pembelajaran fisika yang mempunyai relevansi dengan model evaluasi yang digunakan bedasarkan perundan-undangan yang belaku, (2) tuntutan adanya perubahan peningkatan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA-fisika, dan (3) adanya tuntutan bahwa kita harus dapat dan berhasil melaksanakan pembelajaran fisika yang berbasis pada pengendalian dan penjaminan mutu dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Meskipun sistem pembelajaran yang berbasis pada standar mutu memberi peluang yang besar dalam pencapaian hasil belajar siswa, sistem pembelajaran ini akan menghadapi beberapa kendala, sebagai contoh: dalam sistem pembelajaran ini setiap kelas minimal dibutuhkan dua guru fisika untuk mengelola kelas jaminan mutu dan kelas layanan pembelajaran tambahan dan ruang kelas tambahan yang akan digunakan sebagai kelas layanan tambahan.  PENDAHULUAN Berdasarkan UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, sekolah menegah pertama (SMP) merupakan bagian dari pendidikan dasar sembilan tahun. Pendidikan ini merupakan kelanjutan pendidikan SD/MI dan merupakan pendidikan yang bersifat wajib. Sebagai pendidikan yang bersifat strategis, maka pendidikan di SMP didasarkan pada peningkatan mutu. Hal ini menunjukan adanya suatu tuntutan perubahan, s alah satu contohnya a dalah perubahan evaluasi. Evaluasi dimaknai sebagai suatu kegiatan pengendalian dan penjaminan mutu terhadap komponen-komponen pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Apabila suatu evaluasi pembelajaran dikaitkan dengan standar mutu, maka standar mutu tersebut harus memiliki relevansi dengan proses pembelajaran (Vaidya, 1976), artinya evaluasi yang berbasis pada sistem pengendalian dan penjaminan mutu harus terkait pula dengan suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Oleh karena itu suatu pembelajaran yang memasukkan standard mutu perlu didukung oleh alat evaluasi yang bermutu khusunya untuk pembelajaran fisika di SMP. Mata pelajaran Fisika yang berdiri sendiri, pertama kali di perkenalkan di SMP adalah sebagai bagian dari IPA. Perlu diketahui bahwa siswa pada usia 15 tahun atau dapat dikatakan pada saat siswa duduk di bangku SMP, mereka mulai merasakan bahwa konsep- konsep fisika mulai sulit untuk dipahami, sehingga siswa sering merasa bosan untuk mempelajarinya (Harding, 1972). Meskipun telah ditebitkan ratusan buku fisika yang setiap buku bertujuan untuk menyempurnakan buku-buku sebelumnya, ternyata siswa masih saja merasakan adanya kesulitan. Hal ini ditunjukan adanya hasil nilai Ujian Nasional untuk mata pelajaran IPA yang relatif masih rendah. Akibatnya, kesa n yang membosankan dan sulit untuk mata pe lajaran fisika akan terbawa oleh siswa baik saat mereka mencari lapangan kerja maupun saat mereka melanjutkan studi. Berdasarkan harapan dan kenyataan yang ada, maka dibutuhkanlah suatu pembelajaran fisika yang memungkinkan atau yang dapat member peluang dapat meningkatkan hasil belajar fisika yaitu melelui suatu pembelajaran yang berbasis pada sistem pengendalian dan penjaminan mutu sebagai usaha untuk memperoleh hasil yang maksimal.

description

gh

Transcript of Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Mutu

  • Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,

    Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009

    S-121

    PEMBELAJARANFISIKADISMPBERBASISPADASTANDARMUTU

    Oleh:SubrotoFMIPAUNY

    AbstrakSebagaipendidikanyangbersifatstrategis,makapendidikandiSMPdidasarkan

    pada peningkatan mutu. Hal ini menunjukan adanya suatu tuntutan perubahan, salahsatucontohnyaadalahperubahanevaluasi.Untukitumakaadabeberapapermasalahanperlu dikaji lebih mendalam, antara lain: (1) adanya tuntutan perubahan suatupembelajaranfisikayangmempunyairelevansidenganmodelevaluasiyangdigunakanbedasarkan perundan-undangan yang belaku, (2) tuntutan adanya perubahanpeningkatan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA-fisika, dan (3) adanyatuntutan bahwa kita harus dapat dan berhasil melaksanakan pembelajaran fisika yangberbasis pada pengendalian dan penjaminan mutu dalam usaha untuk meningkatkanhasilbelajarsiswa.

    Meskipun sistem pembelajaran yang berbasis pada standar mutu memberipeluangyangbesardalampencapaianhasilbelajarsiswa,sistempembelajaraniniakanmenghadapi beberapa kendala, sebagai contoh: dalam sistem pembelajaran ini setiapkelas minimal dibutuhkan dua guru fisika untuk mengelola kelas jaminan mutu dankelas layananpembelajarantambahandanruangkelastambahanyangakandigunakansebagaikelaslayanantambahan.

    PENDAHULUAN

    Berdasarkan UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, sekolah menegah pertama (SMP)merupakan bagian dari pendidikan dasar sembilan tahun. Pendidikan ini merupakankelanjutan pendidikan SD/MI dan merupakan pendidikan yang bersifat wajib. Sebagaipendidikan yang bersifat strategis, maka pendidikan di SMP didasarkan pada peningkatanmutu. Hal ini menunjukan adanya suatu tuntutanperubahan, salah satu contohnya adalahperubahanevaluasi.Evaluasidimaknaisebagaisuatukegiatanpengendaliandanpenjaminanmutu terhadap komponen-komponen pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.Apabila suatu evaluasi pembelajaran dikaitkan dengan standar mutu, maka standar mututersebut harus memiliki relevansi dengan proses pembelajaran (Vaidya, 1976), artinyaevaluasi yang berbasis pada sistem pengendalian dan penjaminan mutu harus terkait puladengan suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Oleh karena itu suatupembelajaran yang memasukkan standard mutu perlu didukung oleh alat evaluasi yangbermutukhusunyauntukpembelajaranfisikadiSMP.

    MatapelajaranFisikayangberdirisendiri,pertamakalidiperkenalkandiSMPadalahsebagai bagian dari IPA. Perlu diketahui bahwa siswa pada usia 15 tahun atau dapatdikatakanpadasaatsiswadudukdibangkuSMP,merekamulaimerasakanbahwakonsep-konsep fisika mulai sulit untuk dipahami, sehingga siswa sering merasa bosan untukmempelajarinya(Harding,1972).Meskipuntelahditebitkanratusanbukufisikayangsetiapbuku bertujuan untuk menyempurnakan buku-buku sebelumnya, ternyata siswa masih sajamerasakanadanyakesulitan.HaliniditunjukanadanyahasilnilaiUjianNasionaluntukmatapelajaranIPAyangrelatifmasihrendah.

    Akibatnya, kesan yang membosankan dan sulit untuk mata pelajaran fisika akanterbawa oleh siswa baik saat mereka mencari lapangan kerja maupun saat merekamelanjutkanstudi.Berdasarkanharapandankenyataanyangada,makadibutuhkanlahsuatupembelajaran fisika yang memungkinkan atau yang dapat member peluang dapatmeningkatkan hasil belajar fisika yaitu melelui suatu pembelajaran yang berbasis padasistem pengendalian dan penjaminan mutu sebagai usaha untuk memperoleh hasil yangmaksimal.

  • Subroto/Pembelajaran IPA di SMP

    S-122

    Bedasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa beberapa permasalahanyang harus dipecahkan. Permasalahan itu antara lain (1) adanya tuntutan perubahan suatupembelajaran fisika yang mempunyai relevansi dengan model evaluasi yang digunakanbedasarkan perundan-undangan yang belaku. (2) Tuntutan adanya perubahan peningkatanhasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA-fisika. Dan (3) adanya tuntutan bahwa kitaharusdapatdanberhasilmelaksanakanpembelajaranfisikayangberbasispadapengendaliandanpenjaminanmutudalamusahauntukmeningkatkanhasilbelajarsiswa.EVALUASIPEMBELAJARANFISIKA

    Evaluasihasilbelajarmerupakanpenentuantarafprestasibelajarsiswabedasarkannormaataukriteriatertentu(Winkel,1996).DidalamUUSisdiknastahun2003,evaluasi/penilaiandapat diartikan sebagai kegiatan pengendalian dan penjaminan mutu terhadap komponenpendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawabanpenyelenggarapendidikan.Olehkarenaitu,jikapengertiantersebutditerapkanuntukmenilaisuatu komponen pendidikan, khususnya untuk pembelajaran fisika, maka penilaian dapatdipandangsebagaikegiatanpengendaliandanpenjaminanmututerhadaphasilbelajarfisika.Meskipun tes tertulis tidak cukup untuk mengukur semua hasil yang penting dari suatupembelajaran di sekolah, khususnya di SMP, namun ujian yang dibuat oleh guru secaracermatakanmengaksessecaratepatpulaterhadapsasaranatautujuanyangakandicapai.

    Hal ini memberi gambaran bahwa untuk memperoleh bentuk penilaian yang baikdibutuhkanperencanaanyangbaikpula.Pertanyaannyaadalahmengapahalitudibutuhkan?Pemikiran tersebutmenunjukankepadakitabahwauntukmenunjangsuatupenilaianmakadiperlukansuatualatpenilaianyangbaik,yaituberbentuktes.DibutuhkannyaalatpenilaianyangbaikkarenakebijakanpembelajarandiSMPselalumembutuhkanalatpenilaianyangdiperolehmelaluikuisatauujiansehinggaalatpenilaianyangdangkalatauyangkualitasnyarendahdapatmenyebabkansiswacenderungkearahyangkurangpentingdalammemahamikonsep-konsepfisika.Olehkarenaitu,dibutuhkanbentuktesyangmemenuhistandarmutudanmencakuppemahamankonsepyanglebihluas.

    Berikut ini disajikan suatu contoh pengembangan evaluasi yang akan dikaitan denganpengembangan pembelajaran fisika yaitu suatu evaluasi yang berbasis pada dimensipengetahuandantaksonomi.Dimensipengetahuanterdiriatasempattipepengetahuan,yaitu:(1)faktual,(2)konseptual,(3)procedural,(4)metakognitif.Keempattipepengetahuaninidapat digunakan oleh guru sebagai pedoman atau tuntunan dalam menentukan apa yangharusdiajarkanpadasiswa(Anderson,2001).Tipe-tipepengetahuantersebutdapatdikaitkanatau di masukkan dalam dimensi taksonomi. Dimensi taksonomi tersebut terdiri ataskemampuan:(1)mengingat,(2)pemahaman,(3)aplikasi,(4)analisis,(5)evaluasi,dan(6)mencipta. Klasifikasi dimensi pengetahuan kaitannya dengan dimensi taksonomi akandiperolehtabelklasifikasisebagaiberikut.

    DimensiPengetahuan

    DimensiProsesKognitifmengingat memahami aplikasi analisis evaluasi mencipta

    Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif

    Dimensikognitifmerupakanbagiandaridimensi taksonomi.Bedasarkan tabel tersebut,proseskogniktifyangditerimaolehsiswa,dapatdikembangkandengancaramengkaitkankedalamdimensipengetahuan,sehinggacakupandariproseskogniktifakanmenjadilebihluasataumenjadilebihberkembang.

    Sebagaicontoh,kitadapatmembuatsoalaplikasiyangmelibatkandimensipengetahuanmulaidaripengetahuanfaktualsampaidenganmetakognitif,sehinggadiperolah4tipesoal.

  • Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,

    Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009

    S-123

    Bedasarkantabelsecarakeseluruhankitadapatmengembangkan24tipesoalyangberbasispadadimensipengetahuandandimensiproseskogniktif.

    PEMBELAJARNFISIKAdiSMPSekolahMenengahPertamasebagaipendidikanyangwajibuntuksemuawargaNegara

    Republik Indonesia, lulusan SMP dapat melanjutkan ke pendidikan menengah atau dapatpula memasuki lapangan kerja. Kemudian melalui kegiatan pembelajaran fisika ini,diperkenalkan keteraturan alam, yang memungkinkan siswa dapat menjelaskan berbagaifenomenadandapatmemahamiberbagaialatpercobaanyangdigunakanuntukmengamatidanmengukurfenomenafisis.

    Dulfer (1988), telah membandingkan antara pembelajaran fisika di Indonesia denganNegara-negaradiAfrikaSelatan.Ternyatapersoalannyajauhlebihrumit,tetapiadajugahal-hal yang mirip. Perbedaan ini disebabkan adanya keterbatasan dalam sarana pembelajarankhususnya sarana yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, Aron (1983)menyatakanbahwabanyaksekolahtidakmengajarkansiswauntukberpikirmelaluikegiatanpraktis,melainkanhanyadisajikanrumussecaraotomatisdalammemecahkanmasalah.

    Pernyataan ini jugadidukungolehpenelitian (Driver, 1985)bahwa siswayangmampumemecahkanmasalahdalambentuktestertulis,seringmenggunakangagasanintuisimerekaketika dihadapkan pada pemecahan masalah-masalah praktis. Pertanyaan yang munculadalah kapan siswa siswa mulai mengalami kesulitan belajar fisika. Bedasarkan uraiantersebut dapat dijelaskan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikanmasalahfisikabaikitumasalahyangbersifatteoritismaupunyangbersifatpraktis.

    Lewis (1972)mengemukakanbahwa siswapadausia15 tahunyang rata-rata dudukdikelas VIII dan IX ternyata mulai mengalami kesulitan dalam memahami fisika. Artinya,hanya siswa di sekolah dasar pada umumnya yang merasakan adanya pembelajaran IPA-Fisikayangbermaknadanmenyenangkan.

    Kesulitan itu juga muncul ketika siswa SMP mengikuti ujian nasional untuk matapelajaran IPA pada khususnya. Rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional untuk mata pelajaranIPA tahun 2008 adalah 5,74 (Depdiknas,2008). Artinya nilai hasil belajar rata-rata untuksiswa yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikatakan masih relatif rendah,apalagijikadibandingkandengandengannilaistandaryangditetapkansekolah.

    Mutu pembelajaran fisika dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari input, prosespembelajaran, dan output. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalahkeadaan awal dari siswa dan prakonsepsi fisika yang dimilki oleh siswa. Prosespembelajaran banyak dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Selanjutnyaoutput pembelajaran merupakan hasil prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peningkatanmutu pembelajaran dapat dilakukan melalui peningkatan mutu prakonsepsi siswa danpeningkatanmutudalamprosespembelajarankhususnyapembelajaranfisikayangberbasispada pengendalian dan penjaminan mutu. Sistem pembelajaran tersebut diharapkan dapatmeningkatakanmutupembelajaransiswa.HAKEKATMUTU

    Minat yang besar baru-baru ini telah diperlihatkan di kalangan pendidikan sepertiyang terjadi pada sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi tertentu terhadapinternasionalstandardorganization(ISO)yangmemilikiequivalendenganbritishstandard(BS)sertifikasi inidigunakansebagai symbolmutusuatuproduk , sehinggamutu tersebutharus dibangun di dalam suatu sistem dan prosedur suatu organisasi. Karena lembagapendidikanmerupakansutubentukorganisasiyangbergerakdalambidangpendidikan,makalembaga tersebut berusaha untuk memasukkan sertifikasi iso ke dalamnya, meskipunsertifikasi iso kurang menyentuh langsung dalam sistem pembelajaran, namun kita dapatmenerapkandanmengembangkannyadalampembelajaran,khususnyadalampembelajaranfisika.

  • Subroto/Pembelajaran IPA di SMP

    S-124

    OlehkarenapenerapanISOmerupakansesuatuyangbarudalampendidikandengansiswa sebagai pelanggan, maka guru lebih berperan sebagai pemberi layanan. Pengertiantentangistilahmutudapatdigunakansebagaikonsepabsolutmaupunkonseprelatif.Didalampengertianabsolutsegalasesuatudiukurdenganstandardtertinggiataudapatdikatakantidakdapatdilampaui.

    Konsep relatif tentang mutu, biasa digunakan sebagai TQM (Total QualityManagement ).Olehkarena itupengertianmutusebagaikonsep relatifmemandangbahwamutu lebih terkait dengan produk atau layanan, artinya mutu dapat dinilai ketika sebuahbarangataulayananmemenuhikriteriayangtelahditetapkan(sesuaitujuan)danmemenuhikebutuhanpelanggan.

    Mutubagipelangganmeliputikendalimutu,jaminanmutu,danmututotal.Kendalimutu melibatkan deteksi dan eliminasi komponen- komponen atau produk- produk yangtidak memenuhi standard .Ini merupakan metode untuk menjamin mutu, Di dalampembelajaranmetodeyangbiasadigunakanadalah test.Testdigunakanuntukmenentukanapakahstandard-standardmutudalampembelajaranterpenuhi.

    Jaminan mutu dirancang di dalam proses sebagai upaya untuk menjamin produkyang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan lebih dulu, sedangkan mutu totalmencakup jaminan mutu, memperluas dan mengembangkannya, oleh karena itu TQMmenciptakansuatukulturmutuyangdapatdigunakanuntukmenyenangkanpelanggandanmemandangpelangganadalah raja.Berdasarkan informasi tersebutdapatdijelaskanbahwaunsurunsuryangberkaitandenganmutudapatmeliputiinspeksikendalimutu,jaminanmutu,deteksipencegahandanpeningkatanhasil.

    PENERAPANSTANDARMUTU

    Suatupembelajaranyangberbasispadastandarmutudibutuhkanguruyangmampu menganalisis tentang kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, materipembelajrandanmodelpembelajaranyangakandilaksanakandalamkelas.Olehkarenaituguru memiliki kewajiban untuk membuat siswa sadar akan adanya berbagai metodepembelajaran yangdapatmemberi peluang kepada siswa untuk mencoba berbagai metodetersebut.Guruharusmenyadaribahwabanyaksiswamenyukaimetode-metodepembelajaranyang bersifat campuran, sehingga model pembelajaran harus memiliki sifat fleksibel.Penerapan standar mutu dalam pembelajaran fisika di SMP dapat digunakan sebagaipenggerak awal suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Banyak tugas ataupekerjaan yang harus dilakukan oleh komponen lembaga pendidikan khususnya gurutentang bagaimana menerapakan standar mutu dalam pembelajran di kelas. Beberapalangkah yang dapat dilakukan guru untuk menyusun model pembelajaran yang berbasisstandarmutuaalah:(1)siswadangurumenentukantujuanuntukmenentukantargetminimalyang harus dicapai. (2) menentukan langkah-langkah agar dapat mencapai tujuan tersebut.(3) menentukan sumber-sumber yang diperlukan. (4) menentukan tindakan agar siswatermotivasiuntukbelajar.(5)Gurumemantauuntukmenentukanpetakemajuansiswadalamsetiap tahap kegiatan. (6) tindakan korektif yang tepat agar tidak terjadi kegagalan. (7)membuat rangkaian umpan balik untuk menjamin mutu. (8) evaluasi terhadap prosespembelajaran pada setiap tahapan atau setiap proses pembelajaran. Bedasarkan langkah-langkah tersebut maka dapat disajikan bagan suatu pembelajaran yang berbasis padapengendaliandanpenjaminanmutusepertiberikut:

  • Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,

    Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009

    S-125

    BAGANPEMBELAJARANFISIKABERBASISPadaSTANDARDMUTU

    Keterangan:

    PBM1 :Prosespembelajaranuntukpokokbahasan1PBM2 :Prosespembelajaranuntukpokokbahasan2LPT :Layananpembelajarantambahan

    Berdasarkan bagan tersebut maka proses pembelajaran fisika dapat dilakukan dengancaramemberi tesformatifpadaakhirkegiatanpembelajaranuntuksatupokokbahasandanpada akhir kegiatan praktikum untuk setiap satuan topik praktikum. Pemberian tes inidimaksudkan sebagai seleksi atau sebagai kontrol untuk memperolah penjaminan mutuartinyasiswayangmemilikinilaiminimalyangsesuaisenganstandaryangditetapkanmakadapatdikatakansiswatersebutmasukdalampenjaminanmutu.Bagisiswayangtidaklolosseleksidapatdilayanigurumelaluipelayananpembelajarantambahansepertitugasmembacamodulpembelajaranataudiberitugasuntukmembacaataubelajardarisuatubahanajaryangtelah disiapkan guru dalam bentuk lembar kerja atau LKS. Kemudian untuk kegiatanpraktikumbagisiswayangtidaklolosseleksidimintauntukmengulangikegiatanpraktikum.

    Model tersebut akan memberi informasi seawal mungkin tentang kemajuan siswasehinggadiperoleh informasiyang tepat untuk siswamana yangmasuk jaminanmutudansiswamanasajayangmasihmembutuhkanlayananuntukmencapaisatandarminimalyangdiinginkan.

    Selanjutnyatessumatifdigunakanuntukmengetahuihasilbelajarakhirsetelahbeberapapokok bahasan diselesaikan. Hasil tersebut tentu saja harus melalui pengendalian mutu,seleksi, penjaminan mutu dan akhirnya akan diperoleh suatu peningkatan (Edward,Sallish,1993).Jikapendidikandipandangsebagaiprosesbelajar,danstandarmutuakandimasukkandidalamnya,makastandarmutu tersebutharusmemilki relevansi.Hal iniadanya tuntutansuatu lembaga yang biasanya diminta melakukan lebih banyak dengan input yang lebihsedikit.Olehkarena itu lembagapendidikanperlumenfokuskanperhatiankepadaaktivitasutamayaituprosespembelajaranyangbermutu(LangforddanCleary,1996).

    PENUTUPApabila lembaga pendidikan menginginkan peningkatan hasil belajar fisika maka

    lembagapendidikankhususnyaguruperlumemilikikeberanianuntukmelakukanperubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan suatu pembelajaran fisika yang

  • Subroto/Pembelajaran IPA di SMP

    S-126

    mempunyai relevansi denganpengertian evaluasi yang tertulis dalamundang-undang yaituevaluasi yang berbasis pada penjaminan dan pengendalian mutu. Selanjutnya diharapkangurudapatmelaksanakanprosespembelajarantermasukevaluasididalamnyayangberbasispada pengendalian dan penjaminan mutu. Kemudian guru diharapkan dapat berhasilmengantarkan siswa dalam belajar fisika sesuai standar minimal yang ditentukan melaluiprosespembelajaranyangberbasispadastandarmutu. Meskipun sistem pembelajaranyangberbasispadastandarmutumemberipeluangyangbesardalampencapaianhasilbelajarsiswa, sistempembelajaran ini akanmenghadapibeberapakendala, sebagai contoh:dalamsistem pembelajaran ini setiap kelas minimal dibutuhkan dua guru fisika untuk mengelolakelas jaminan mutu dan kelas layanan pembelajaran tambahan dan ruang kelas tambahanyangakandigunakansebagaikelaslayanantambahan.

    DAFTARPUSTAKA

    Anderson,L.W.(2001).ATaxonomyforLearningTeachingandAssesing.Newyork:Longman

    Aron,P.(1983)CultivatingThingkingandReasoningProcessesConducttoTheLearningofPhysicsAsianPhysiceducation.NewWord,3,9-15

    Depdiknas(2007).KurikulumTSPMataPelajaranIPASMP/MTS.Jakarta:Depdiknas

    Depdiknas(2003),UUSisdiknasNomor20,Yogyakarta:MediaWacana

    Driver,RandWarington,(1985)StudentuseofthePrinsipleofEnergiConservationin.ProblemSituation,PhysicsEducation,20,171-175.

    Dulfer,H.G(1988).MengatasiKekuranganTenagaKerjakePendidikan,Netherland:FreeUniversityAmsterdam

    Edward,Sallish,(1993),TotalQualityManagementinEducation,London:Philadelohia

    Foqeil,M.(1992),ThePhysicsproblemSolver.USA:ResearchandEducation.Association.

    Harding,J.(1992)BreakingtheBarrier,Paris:UNESCO

    Jacoby,M.AtAll(1987)CollageStudentOutComesAssesment,Calofornia:ASHE-ERIC

    Langford,D.P(1996),LearningwithQuality,Malaysia:SynergybooksInternasional

    Lewis,J.L.(1972).TeachingSchoolPhysics,London:UNESCO

    Serway,R.A(1996),PhysicsforScientistandEnginers,Tokyo:SoundersGolden

    Vaidya,N.(1976)TheImpactScienceTeaching,India:IBHPublishingCo

    Winkel,W.S.(1987)PsikologiPengajaran.Jakarta:Grasindo