Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...
Transcript of Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...
Pembelajaran 4.2 :
Jenis Surat Berharga Dalam KUHD
1. Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh kegiatan proses pembelajaran dalam
modul ini, diharapkan dapat: Memahami dan menjelaskan konsep hukum masing-
masing jenis surat berharga dalam pengaturan Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD).
2. Materi Pembelajaran
Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft)
Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft) dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia (KUHD) tidak ditemukan definisinya. Dalam Black’s Law Dictionary, draft
didefinisikan sebagai: perintah tertulis dari satu pihak (penarik) yang menginstruksikan kepada
pihak tertarik (bank), untuk membayar sejumlah uang pada saat dimintakan pembayarannya oleh
pemegang surat atau pada waktu yang ditentukan di dalam surat itu, kepada pihak ketiga
(penerima pembayaran) atau penggantinya atau siapapun yang membawa wesel.
Wesel sebagaimana didefenisikan di atas, dibedakan ke dalam 2 bagian, yaitu:
(i) wesel untuk keperluan kiriman uang (bank draft), dan
(ii) wesel dagang atau wesel tagih (bill of exchange, merchants draft), yang lazim
digunakan dalam transaksi trade finance.
Dari kedua bagian wesel dimaksud, maka wesel yang tergolong surat berharga adalah
wesel dagang atau lazim juga disebut wesel tagih. Wesel tagih atau bill of exchange didefinisikan
sebagai suatu surat berharga yang bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang
merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak yang satu kepada pihak lainnya untuk
membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya pada saat diminta atau pada waktu yang
ditetapkan.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), hal tersebut diatur di dalam Pasal
100 sampai dengan Pasal 173 KUHD, di samping itu juga dalam Konvensi Genewa, 1930 dan
1931. Dalam Pasal 100 KUHD diatur syarat formil suatu surat wesel, yaitu:
90
1. Nama surat wesel atau jelasnya kata “surat wesel” yang di muat dalam teks dan dituliskan
dalam bahasa yang dipakai wesel tersebut;
2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3. Nama orang yang harus membayar;
4. Penetapan hari bayar;
5. Penetapan tempat pembayaran;
6. Nama orang yang menerima pembayaran;
7. Tempat dan tanggal wesel ditarik;
8. Tanda tangan penarik.
Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Wesel
Untuk dapat dipahami lebih jelas, perlu diketahui pihak-pihak yang terlibat dalam hokum
surat wesel, yaitu:
1. Penerbit (trekker, drawer) adalah kreditur atau pemilik tagihan, memiliki 2 kewajiban
pokok yaitu kewajiban menjamin akseptasi dan pembayaran, serta kewajiban
menyediakan dana;
2. Tersangkut (betrokkene, drawee) adalah pembeli (debtor) atau penjaminnya;
3. Akseptan (acceptant, acceptor) adalah importir atau pembeli atau pihak yang mengakui
setiap tagihan dalam wesel dan berjanji untuk melakukan pembayaran pada waktu yang
ditentukan;
4. Pemegang pertama (nemer, holder) adalah Penerbit;
5. Pengganti (geendosseerde, indorsee) adalah Pemegang yang menerima pengalihan hak
atas wesel dari pemegang sebelumnya;
6. Endosan (endosant, indorser) adalah Penerbit atau Pemegang berikutnya yang
mengalihkan hak tagih atas wesel kepada Pemegang lainnya;
7. Avalist adalah penjamin sebagian atau seluruhnya dari Tersangkut.
Sesuai ketentuan Pasal 110 KUHD terkait dengan pengalihan wesel, bahwa wesel dapat
dibagi menjadi, yaitu:
1. Wesel atas nama tanpa menambah klausula “atau pengganti”. Wesel semacam ini
pengalihannya dilakukan dengan cessie.
90
2. Wesel atas nama dan tambahan klausula “atau pengganti”, maka cara pengalihannya
dilakukan dengan endorsement.
3. Wesel kepada pengganti, yang mana tedapat klausula “atas pengganti”, cara
pengalihannya dilakukan dengan endosement.
4. Wesel tidak kepada pengganti, wesel atas nama dengan tambahan klausula “tidak kepada
pengganti”, maka cara pengalihannya harus melalui cessie.
Endosement dimaksud adalah cara pengalihan atau pemindahtanganan surat wesel yang
dilakukan dengan menuliskan keterangan pada belakang surat itu bahwa hak tagihnya
dipindahkan kepada pihak lain (pengganti) yaitu pemegang berikutnya, yang kemudian diikuti
dengan penandatanganan dan penyerahan suratnya. Adapun pengalihan secara cessie dimaksud,
adalah mekanisme pengalihan yang sulit dilakukan karena tata cara pengalihannya mensyaratkan
dilakukan melalui suatu akta, sehingga surat wesel seperti ini tidak masuk kategori surat
berharga.
Sehubungan dengan peranan surat wesel dalam transaksi pembayaran, terdapat beberapa
batas waktu yang harus diperhatikan dalam penggunaan wesel, yaitu:
1. Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan (Pasal 122
KUHD);
2. Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang
sebagaimana diatur dalam Pasal 1831 KUH Perdata;
3. Hari bayar:
(i) saat diunjukkan (wesel unjuk),
(ii) setelah diunjukkan (wesel setelah unjuk),
(iii) pada waktu setelah hari tanggalnya, atau
(iv) suatu hari yang ditentukan;
4. Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3 tahun
setelah wesel diterbitkan;
5. Segala tuntutan hukum terhadap Endosan harus berakhir selambat-lambatnya 1 tahun
setelah wesel diterbitkan;
Hal-hal lain yang juga harus diperhatikan dalam wesel, yaitu:
90
1. Jika terdapat perbedaan penulisan, dalam angka dan dalam huruf, maka yang berlaku
penulisan dalam huruf. Apabila terdapat penulisan jumlah yang diulang-ulang, maka
berlaku yang terkecil (Pasal 105 KUHD);
2. Pemegang surat wesel biasa melaksanakan hak regresnya kepada pada endosan,
akseptan, avalist, penerbit dan debitur wesel lainnya (Pasal 142 KUHD);
3. Apabila avalist membayar kewajiban debitur, maka ia berhak seperti halnya pemegang
wesel (subrogasi) (Pasal 131 ayat 3 KUHD).
Cek (Cheque)
Cek didefenisikan sebagai surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada
rekening giro (current account), kepada tertarik yaitu bank, untuk membayar tanpa syarat
sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan. Cek dalam hukum surat berharga
berkedudukan sebagai alat pembayaran tunai, artinya setiap saat dapat dimintakan pembayaran
dan tidak boleh ada penolakan dari pihak bank sebagai tersangkut.
Dasar hukum atau sumber hukum cek, antara lain adalah Pasal 178-229d KUHD dan
beberapa Surat Edaran Bank Indonesia yang status sesungguhnya bukan termasuk sumber hukum
tetapi menjadi pedoman pihak perbankan dalam pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan
cek. Sebagai contoh Surat Edaran Bank Indonesia adalah; SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei
1975 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong (“SEBI No.8/7/1975”); SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10
Januari 1977 tentang Penulisan Nilai Nominal Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI
No.9/72/1975”); SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan Menerbitkan
Cek/Bilyet Giro dalam Valuta Asing (“SEBI No.9/16/1976”);
Syarat Formal
Setiap cek, menurut ketentuan Pasal 178 KUHD, harus berisikan:
1. Nama dan nomor cek;
2. Nama bank tertarik;
3. Perintah bayar tanpa syarat;
4. Nama penerima dana atau atas pembawa;
5. Jumlah dana dalam angka dan huruf;
6. Tempat pembayaran harus dilakukan;
90
7. Tempat dan tanggal penarikan cek;
8. Tanda tangan penarik.
Berkaitan dengan syarat formal yang disebutkan di atas ini terdapat hal-hal lain yang juga
perlu diperhatikan dalam penggunaan cek sebagai surat berharga, yaitu:
1. Terhadap cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam
tenggang waktu 70 hari sejak tanggal penerbitannya, ditambah 6 bulan tenggang waktu
sebelum kadaluwarsa (Pasal 206 KUHD jo Pasal 229 KUHD).
2. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat
diunjukkan;
3. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama
bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);
4. Apabila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahulu yang
dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);
5. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran
dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD);
6. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping
nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD);
7. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau
giran (Pasal 180 KUHD);
8. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai, sehingga
apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada (Pasal 181 KUHD);
9. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan cek adalah:
1. Penarik (drawee) adalah pihak yang menerbitkan cek atau pihak yang memiliki kewajiban
pembayaran;
2. Pemegang (namer, holder), dalam hal ini adalah kreditur atau pemilik piutang;
3. Tertarik (betrokkene, drawee, payee), adalah pihak lain (biasanya bank) yang memperoleh
perintah dari Penarik untuk membayar kepada Pemegang atau Pembawa atau Pengganti dari
Pemegang;
4. Pembawa (toonder, bearer), adalah siapapun yang memegang cek dengan klausula kepada
pembawa;
90
5. Pengganti (order), adalah adalah siapapun yang namanya tercantum dalam cek dengan
klausula kepada pengganti;
6. Endosant (Indorser) adalah pemegang cek dengan klausula kepada pengganti yang
mengalihkan hak tagih kepada pihak lain yang namanya tercantum sebagai pengganti.
Apa yang dikemukakan tentang Cek di atas merupakan syarat formal dan bentuk dasar
dari suatu Cek. Dalam hubungannya dengan kedudukan Cek sebagai surat berharga, maka suatu
Cek dapat memiliki bentuk yang melebihi dari syarat formal dan bentuk dasar tersebut yang
sekaligus mempengaruhi mekanisme pengalihannya. Demikian, dilihat dari bentuk dan
mekanisme pengalihannya, maka Cek dapat dibagi menjadi:
1. Cek atas unjuk atau cek kepada orang yang ditulis namanya dengan tambahan klausula
“atau penggantinya”, harus dibayar kepada yang namanya tertera dalam cek dan
pengalihannya secara endosemen;
2. Cek atas nama adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula
“tidak kepada pengganti”, maka pengalihannya secara cessie;
3. Cek atas pembawa adalah cek kepada pembawa atau kepada orang yang disebut namanya
dengan tambahan klausula “atau kepada pembawa” atau cek tanpa penyebutan nama
penerimanya, maka pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik ceknya.
Dalam hukum Cek sebagaimana surat berharga lainnya, mengenal beberapa prinsip yang
harus diketahui berkaitan dengan penggunaan atau pemanfaatannya, yaitu:
1. Istilah tanggal penarikan adalah tanggal ditandatanganinya warkat cek;
2. Post dated cheque adalah cek yang tanggal penarikannya setelah tanggal
ditandatanganinya warkat oleh si penarik;
3. Crossed cheque adalah cek yang digunakan sebagai media pemindahbukuan (tidak dapat
dibayarkan tunai);
4. Stop payment, merupakan perintah Penarik untuk membatalkan penarikan yang
disebabkan oleh hilangnya cek;
5. Counter cheque adalah media penarikan dana dalam rekening giro dalam hal pemilik
rekening tidak membawa buku cek atau bilyet giro;
6. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan sejumlah uang
yang tertera dalam cek;
90
7. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan pembayaran atas
instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan penarik atau nasabah, walalupun dana
pada rekening giro tersebut tidak mencukupi;
8. Cek kosong (blanked cheque) adalah tolakan terhadap cek yang ditarik, dikarenakan: (i)
saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup, dan (iii) alasan lain;
9. SP adalah surat peringatan yang diberikan oleh bank pengelola rekening, dengan
tembusan ke BI, perihal penarikan cek kosong oleh penarik, dengan tahap sebagai berikut:
(i) SP I untuk penarikan cek kosong pertama;
(ii) SP II untuk penarikan cek kosong kedua;
(iii) SP III untuk penarikan cek kosong ketiga, sekaligus penutupan rekening dan
pencantuman penarik dalam Daftar Hitam BI (“DHBI”);
(iv) SP III langsung, tanpa SP I dan II, apabila menarik cek kosong 3 lembar atau lebih
dalam waktu 6 bulan atau 1 lembar cek dengan nominal minimal Rp.1 miliar.
Surat Sanggup
Pengertian dan Dasar Hukum
Istilah surat sanggup bahasa Belanda disebut orderbrieffe, Perancisnya billet a orde,
Inggris promissory note. Dalam undang-undang juga dikenal dengan istilah promesse
aan order. Surat Sanggup juga disebut surat aksep atau “accept” (Perancis), artinya setuju.
Kata sanggup atau setuju itu mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari
pihak penandatangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada
waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep adalah surat tanda sanggup atau setuju
membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu.1
Dalam undang-undang tidak terdapat perumusan atau definisi surat sanggup. Tetapi
dalam pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk surat sanggup. Syarat-
syarat formal tersebut dapat dirumuskan dari pengertian atau definisi surat sanggup itu
“sebagai surat yang memuat kata sanggup atau promesse aan order, yang ditandatangani pada
tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penandatangan menyanggupi tanpa syarat untuk
1 Abdulkadir Muhammad, 2003, Hukum Dagang Tentang SuratBerharga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 155.
90
membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan tempat
tertentu”.
Bagi mahasiswa yang ingin mendalami lebih jauh contoh dari suatu Surat Sanggup, anda
dapat klik di sini:
https://www.google.com/search?
q=contoh+surat+sanggup+bayar&safe=strict&sa=X&biw=1275&bih=581&tbm=is
ch&source=iu&ictx=1&fir=d2xTTw9C_83VrM%253A
%252CwWHCFAV9x9TA3M%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kQZZxiGjKqZr4z5p_PvdBd_XoEAtA&ved=2ahUKEwiOkpOvzoXmAhWIyzgGH
VpDD7oQ9QEwBnoECAgQEA#imgrc=d2xTTw9C_83VrM:
Menyangkut dasar hukum Surat Sanggup, Dalam konferensi Jenewa 1930 tentang
penyeragaman pengaturan surat wesel dan sanggup, mengungkap cara pengaturan surat sanggup
yang boleh diikuti dan dipakai oleh negara peserta, yaitu :
pengaturan dengan cara mendetail, atau
pengaturan dengan cara penunjukkan pada ketentuan tentang surat wesel.
Indonesia melalui sistem KUHD yang berlaku menganut cara penunjukkan surat wesel,
yaitu surat wesel yang sesuai dengan sifat surat sangup. Menurut Pasal 176 KUHD, ketentuan
wesel yang sesuai sifat surat sanggup adalah ketentuan tentang; endosemen (Pasal 110 – 119
KUHD), hari bayar (Pasal 132 – 136 KUHD), hak regres dalam hal non pembayaran (Pasal 142 –
149, 151 – 153 KUHD), pembayaran dengan intervensi (Pasal 154, 158, 162 KUHD), turunan
surat wesel (Pasal 166 dan 167 KUHD), surat wesel yang hilang (pasal 167 a KUHD), perubahan
(Pasal 168 KUHD), daluwarsa (Pasal 168a, 169 – 170 KUHD), hari raya dan cara menghitung
tenggang waktu dan larangan penangguhan hari (Pasal 171. 171a, 172 dan 173 KUHD), surat
wesel yang harus dibayar ditempat tinggal orang ketiga ditempat lain dari pada tempat tersangkut
berdomisili (Pasal 103 dan 126 KUHD), klausula bunga (Pasal 104 KUHD), adanya selisih
dalam penyebutan mengenai jumlah uang yang harus dibayar (Pasal 105 KUHD), akibat-akibat
dari penempatan tanda tangan dalam hal tidk adanya keadaan-keadaan sebagaimana dimaksud
oleh Pasal 106 KUHD, akibat-akibat dari penempatan tanda tangan oleh seseorang yang
90
bertindak tanpa hak atau yang melampaui batas haknya (Pasal 107 KUHD), surat wesel dalam
blanko (Pasal 109 KUHD), dan aval (Pasal 129 – 131 KUHD).
Ketentuan lain yang tidak ditunjuk dalam Pasal 176 KUHD adalah tidak berlaku, karena
dipandang tidak sesuai dengan sifat surat sanggup. Seperti ketentuan surat wesel yang
berhubungan dengan akseptasi tidak berlaku terhadap surat sanggup, karena perbedaan sifat
surat wesel dengan surat sanggup, bahwa surat wesel adalah surat perintah membayar,
sedangkan surat sanggup adalah surat janji membayar.2
Di Indonesia ketentuan mengenai promes (surat sanggup bayar) ini diatur dalam
Pasal 174 – 177 KUHD, dimana menurut KUHD promes adalah merupakan penyanggupan
tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo dan pada
tempat pembayaran yang ditentukan dengan mencantumkan nama orang yang kepadanya
pembayaran itu harus dilakukan atau yang kepada tertunjuk pembayaran harus dilakukan dengan
ditandatangani oleh orang yang mengeluarkan promes. Apabila pada promes atau surat sanggup
tersebut tidak tercantum tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dianggap harus di bayar
atas tunjuk.
Promes atas unjuk adalah suatu promes yang tidak mencantumkan tanggal jatuh tempo
pembayaran, dimana pembayaran harus dilakukan setiap saat apabila diminta oleh pemberi
pinjaman. Biasanya si pemberi pinjaman akan mengirimkan pemberitahuan dengan tenggang
waktu beberapa hari sebelum tanggal pembayaran yang diingginkan.
Syarat-Syarat Surat Sanggup
Mengenai syarat-syarat formal surat sanggup diatur dalam Pasal 174 KUHD. Menurut
ketentuan pasal tersebut, setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat sebagai berikut :
a. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.
b. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c. Penetapan hari bayarnya.
d. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
e. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.
f. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
g. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.
2 I b I d., hal. 161 – 16390
Salah satu di atas tidak ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
surat sanggup, kecuali :
1. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat ditunjukkan.
2. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka tempat
penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran, dan
3. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap ditandatangani di
tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.
Konosemen (Bill of Lading atau B/L)
Pengertian dan Sumber Hukum
Istilah Konosemen dalam berbagai Bahasa dijumpai istilah Cognossement (Belanda): Bill
of Lading (Inggris); dan connaisemment (prancis). Istilah Konosemen merupakan dokumen
pengapalan yang sangat penting karena memiliki sifat jaminan atau pengamanan. Bill of Lading
menunjukkan hak atas kepemilikan barang-barang yang apabila seseorang tidak dapat
menunjukkan dokumen Bill of Lading tersebut maka tidak dapatlah kepadanya diserahkan
barang-barang yang disebutkan di dalam Bill of Lading tersebut.
Menurut ketentuan Pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal yang
dibuat oleh pengangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), menerangkan bahwa ia telah
menerima barang-barang (dari pengirim) untuk diangkut ke suatu tempat tertentu dan selanjutnya
menyerahkannya kepada orang tertentu (penerima), surat mana di dalamnya juga menerangkan
mengenai syarat-syarat penyerahan barang-barang dimaksud.
Konosemen sebagaimana dimaksud dalam pengertian tersebut, adalah suatu surat
berharga yang merupakan dokumen pengangkutan barang dilaut, dimana fungsinya di samping
sebagai bukti kepemilikan barang yang disebutkan di dalam surat konosemen tersebut, juga
sebagai bukti bahwa pengangkut telah menerima penyerahan barang atau titipan barang
angkutan, dan sebagai bukti perjanjian pengangkutan barang.
Sumber hukum Konosemen ditemukan dalam Pasal 506 sampai dengan Pasal 517d
KUHD, di samping itu sumber hukumnya didasarkan pada The Hague Rules tahun 1968,
merupakan suatu kesepakatan bersama para ahli hukum internasional, yang tergabung
dalam International Law Association dalam suatu konferensi di Den Haag, mengenai bentuk dan
isi konosemen.
90
Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah:
1. Penerbit, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal;
2. Pihak penerima atau penggantinya.
Penerima, sebagaimana dimaksud di atas, dapat:
1. Orang yang namanya ditunjuk dalam konosemen;
2. Kepada orang penggantinya pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh pengirim
(kepada pengganti);
3. Kepada orang penggantinya pihak ketiga atau kepada orang yang ditunjuk oleh pihak
ketiga (kepada pengganti);
4. Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen atau pembawa (kepada
pembawa);
5. Kepada orang yang membawa surat konosemen itu (kepada pembawa).
Berdasarkan Pasal 506 ayat (2) KUHD bahwa konosemen dapat diterbitkan:
a. atas nama,
b. kepada pengganti atau
c. kepada pembawa.
Konosemen yang tergolong sebagai surat berharga adalah konosemen yang diterbitkan
dengan klausula kepada pengganti atau kepada pembawa.
Konosemen kepada pengganti diatur secara khusus dalam Pasal 508 KUHD, dimana
penyerahannya dengan cara endosemen dan penyerahan konosemennya, sedangkan untuk
konosmen dengan klausula kepada pembawa, penyerahannya cukup dilakukan dengan cara
menyerahkan konosemennya saja.
Bentuk dan Jenis Bill of Lading
Konosemen atau Bill of Lading dapat berbentuk:
1. Konosemen Atas nama, dengan mana nama si penerima disebut dengan jelas di dalam.
Cara penyerahan konosemennya adalah dengan Cessie.
2. Konosemen atas pengganti, konosemen ini dapat diperalihkan dan juga cukup aman. Cara
penyerahan konosemennya dengan endossemet.
90
3. Konosemen atas tunjuk, konosemen ini mengandung risiko yang besar sekali karena
penyerahan hak atas konosemen itu hanya terjadi dari tangan ketangan saja, sehingga
kemungkinan jatuh ketangan orang yang tidak berhak adalah lebih besar.
Suatu Bill of Lading dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Received for Shipment dilakukan untuk barang yang akan dimuat ke atas kapal atau
sering juga disebut konosemen “to be shipped”.
Terkait hal ini, barang-barang dari pengirim belum dimuat di atas kapal. Konosemen seperti
ini oleh pengangkut diserahkan kepada pengirim dengan penarikan kembali resi
penerimaan atau resi penimbunan barang dari pengirim. Jadi konosemen “to be shipped” itu
berarti bahwa pengangkut telah menerima barang-barang dari pengirim untuk diangkut
dengan kapal tertentu dan pada waktu tertentu pula. Namun belum terjadi pengapalan
barang-barang. Dalam konosemen “to be shipped” ini pengangkut atau agennya tidak ada
kewajiban untuk mengangkut barang-barang pengirim seandainya ruangan kapal telah terisi
penuh muatan dari pelabuhan sebelumnya.
2. Shipped on Board, merupakan BL yang dikeluarkan apabila perusahaan pelayaran yang
bersangkutan mengakui telah menerima barang-barang yang akan dikirim dan telah dimuat
ke dalam kapal tertentu, dengan konosemen “the shipped” ini pengangkut mengakui bahwa
barang-barang seperti yang dicantumkan dalam konosemen itu benar-benar telah dimuat di
atas kapal dan nama kapal itu pun telah diketahui secara pasti, sedang tentang
pemberangkatan kapal itu pun juga telah diketahui. Konosemen “to be shipped” dapat
diubah menjadi konosemen “to shipped” kalau barang-barang itu telah dimuat di atas kapal
tertentu serta tersedianya ruangan kapal yang diperlukan.3
Di samping pembagian tersebut, penggolongan Bill of Lading BL dapat digolongkan
berdasarkan keadaan barang, yakni :
Clean bill of lading dilakukan oleh perusahaan pelayaran dalam hal perusahaan pelayaran
pengangkut menganggap keadaan barang yang dimuat cukup baik in opparent good order
and conditions.
Unclean bill of lading dikeluarkan dalam hal keadaan barang yang diterima kurang atau
tidak memuaskan, misalnya pengepakannya tidak sempurna, maka di dalam bill of lading
3 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Indonesia. Medan :Pustaka Bangsa Press,2005, hal.154
90
dicantumkan “catatan-catatan” seperti : old case peti tua, stained case, dan lain-lain, maka
bill of lading yang mengandung catatan demikian kurang disukai pihak bank maupun oleh
pihak penerima barang sebab hal itu sudah menunjukkan adanya indikasi yang kurang baik
tentang keadaan barang yang diangkut. Dalam hal pengepakannya kurang sempurna
memberikan asumsi membahayakan lebih cepat isinya terutama karena barang dikirim
melalui laut, dan kemungkinan dilakukannya muat bongkar lagi di pelabuhan-pelabuhan
lain sebelum sampai di pelabuhan tujuan.
Bill of Lading BL sebagai salah satu dokumen pengangkutan melalui jalur laut memilliki
tiga fungsi utama yakni:
a. Merupakan sebuah kontrak angkutan.
Bill of Lading pada hakekatnya bukanlah merupakan sebuah kontrak, karena hanya berupa
penandatanganan dari carrier atau agen. Akan tetapi dengan adanya penerimaan BL maka
shipper menjadi bagian dari kontrak yang tertera pada halaman kedua dari lembaran BL
tersebut.
b. Bill of Lading sebagai tanda bukti kepemilikan atas barang. Document Title yang
menyatakan bahwa orang yang memegang BL merupakan pemilik dari barang-barang yang
tercantum pada BL.
c. Bill of Lading merupakan suatu bukti perjanjian pengangkutan barang dan penyerahan
barang antara pihak pengangkut dengan pengiriman, dimana barang akan dimuat ke dalam
kapal hingga tempat tujuan yang telah diperjanjikan.
Delivery order
Menurut pengaturan dalam KUHD Pasal 510 bagian 2 bahwa DO merupakan bagian dari
Bill of Lading. Dalam hubungan ini, untuk kepentingan pengambilan barang, maka sebagian
barang yang disebutkan dalam Bill of Lading diberikan DO. Demikian dalam hal ini, DO
merupakan dokumen pengambilan barang. Demikian menurut system pengaturan KUHD ini
bahwa DO bukan merupakan surat berharga dan sebagai konsekuensinya, apabila terjadi
wanprestasi maka DO tidak dapat digunkan untuk menuntut atau melegetimasi pemegangnya
untuk menuntut. DO sebagai bagian dari BL memberi konsekuensi terhadap pemegang DO tidak
dapat berdiiri sendiri menutut penyerahan barang tetapi harus melalui pemegang BL karena
hanya merupakan hak accesoir. Di sini DO tidak dapat diperjualbelikan (Pasal 510 KUHD) tetapi
dalam praktek justru DO lah yang diperjualbelikan.
90
3. Intisari
Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft)
Wesel (Bill of Exchange) didefinisikan sebagai suatu surat berharga yang bertanggal dan
menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak
yang satu kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya
pada saat diminta atau pada waktu yang ditetapkan.
Terkait dengan pengalihan wesel, wesel dibagi menjadi:
1. Wesel atas nama tanpa menambahkan istilah “atau pengganti”. Wesel semacam ini
pengalihannya dilakukan dengan cessie.
2. Wesel atas nama dan ada tambahan kata “atau pengganti”, maka cara pengalihannya
dilakukan dengan endorsement.
3. Wesel kepada pengganti, yang mana tedapat klausula “atas pengganti”, cara
pengalihannya dilakukan dengan endosement.
Endosement dimaksud adalah cara pengalihan atau pemindahtanganan surat wesel yang
dilakukan dengan menuliskan keterangan pada belakang surat itu bahwa hak tagihnya
dipindahkan kepada pihak lain (pengganti) yaitu pemegang berikutnya, yang kemudian diikuti
dengan penandatanganan dan penyerahan suratnya. Adapun pengalihan secara cessie dimaksud,
adalah mekanisme pengalihan yang sulit dilakukan karena tata cara pengalihannya mensyaratkan
dilakukan melalui suatu akta, sehingga surat wesel seperti ini tidak masuk kategori surat
berharga.
Sehubungan dengan peranan surat wesel dalam transaksi pembayaran, terdapat beberapa
batas waktu yang harus diperhatikan dalam penggunaan wesel, yaitu:
1. Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan (Pasal 122 KUHD);
2. Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang sebagaimana
diatur dalam Pasal 1831 KUH Perdata;
3. Hari bayar:
a. saat diunjukkan (wesel unjuk),
b. setelah diunjukkan (wesel setelah unjuk),
c. pada waktu setelah hari tanggalnya, atau
d. suatu hari yang ditentukan;
90
4. Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3 tahun setelah
wesel diterbitkan;
5. Segala tuntutan hukum terhadap Endosan harus berakhir selambat-lambatnya 1 tahun setelah
wesel diterbitkan;
Cek (Cheque)
Cek didefenisikan sebagai surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada
rekening giro (current account), kepada tertarik yaitu bank, untuk membayar tanpa syarat
sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan. Cek dalam hukum surat berharga
berkedudukan sebagai alat pembayaran tunai.
Terkait dengan bentuk dan mekanisme pengalihan, cek dapat dibagi menjadi:
1. Cek atas unjuk atau cek kepada orang yang ditulis namanya dengan tambahan klausula
“atau penggantinya”, maka cara pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik (untuk Cek
atas unjuk) atau secara endosemen;
2. Cek atas nama adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula
“tidak kepada pengganti”, maka pengalihannya secara cessie;
3. Cek atas pembawa adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan
klausula “atau kepada pembawa” atau cek tanpa penyebutan nama penerimanya, maka
pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik cek saja yaitu dari tangan ke tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cek, yaitu:
1. Terhadap cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam
tenggang waktu 70 hari sejak tanggal penerbitannya, ditambah 6 bulan tenggang waktu
sebelum kadaluwarsa (Pasal 206 KUHD jo Pasal 229 KUHD).
2. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat
diunjukkan;
3. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama
bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);
4. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahulu yang
dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);
5. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran
dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD);
90
6. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping
nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD);
7. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau
giran (Pasal 180 KUHD);
8. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai, sehingga
apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada (Pasal 181 KUHD);
9. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.
Surat Sanggup
Semua ketentuan surat wesel yang berhubungan dengan akseptasi tidak berlaku terhadap
surat sanggup. Hal ini disebabkan perbedaan sifat antara surat wesel dengan surat sanggup. Surat
wesel adalah surat perintah membayar, sedangkan surat sanggup adalah surat janji membayar.
Di Indonesia ketentuan mengenai promes atau surat sanggup bayar ini diatur dalam
KUHD, dimana menurut KUHD surat sanggup (promes) merupakan penyanggupan tak bersyarat
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo dan pada tempat pembayaran
yang ditentukan dengan mencantumkan nama orang yang kepadanya pembayaran itu harus
dilakukan atau yang kepada tertunjuk pembayaran harus dilakukan dengan ditandatangani oleh
orang yang mengeluarkan promes. Apabila pada promes atau surat sanggup tersebut tidak
tercantum tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dianggap harus di bayar atas tunjuk.
Syarat formal surat sanggup menentukan setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.
2. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Penetapan hari bayarnya.
4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
5. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.
6. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.
Salah satu syarat di atas tidak ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai surat
sanggup, kecuali :
a. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat ditunjukkan.
90
b. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka tempat
penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran, dan
c. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap ditandatangani di
tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.
Konosemen (Bill of Lading atau B/L)
Konosemen adalah suatu surat berharga yang merupakan dokumen pengangkutan barang
dilaut, dimana fungsinya di samping sebagai bukti kepemilikan barang yang disebutkan di dalam
surat konosemen tersebut, juga sebagai bukti bahwa pengangkut telah menerima penyerahan
barang atau titipan barang angkutan, dan sebagai bukti perjanjian pengangkutan barang. Terhadap
konosemen (BL) diberikan sifat kebendaan yang gunanya adalah untuk mempercepat pengalihan
hak milik.
Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah:
1. Penerbit, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal;
2. Pihak penerima atau penggantinya.
Penerima, yang dimaksud di atas, dapat:
Orang yang namanya ditunjuk dalam konosemen;
Kepada orang yang menjadi pengganti pengirim atau kepada orang yang ditunjuk
oleh pengirim;
Kepada orang yang menjadi pengganti pihak ketiga atau kepada orang yang
ditunjuk oleh pihak ketiga;
Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen;
Kepada orang yang membawa surat konosemen itu (kepada pembawa).
Konosemen yang tergolong sebagai surat berharga adalah konosemen yang diterbitkan
dengan klausula kepada pengganti atau kepada pembawa.
Konosemen atau Bill of Lading dapat berbentuk:
a. Konosemen atas nama, dengan mana nama si penerima disebut dengan jelas di dalam surat
konosemen. Cara penyerahan adalah dengan Cessie.
b. Konosemen atas pengganti, konosemen ini dapat diperalihkan dan juga cukup aman. Cara
penyerahan konosemennya dengan endossemet.
90
c. Konosemen atas tunjuk, konosemen ini mengandung risiko yang besar sekali karena
penyerahan hak atas konosemen itu hanya terjadi dari tangan ketangan saja, sehingga
kemungkinan jatuh ketangan orang yang tidak berhak adalah lebih besar.
Di samping pembagian tersebut, Bill of Lading BL dapat digolongkan berdasarkan
keadaan barang, yakni :
Clean bill of lading dilakukan oleh perusahaan pelayaran dalam hal perusahaan pelayaran
pengangkut menganggap keadaan barang yang dimuat cukup baik in opparent good order
and conditions.
Unclean bill of lading dikeluarkan dalam hal keadaan barang yang diterima kurang atau
tidak memuaskan, misalnya pengepakannya tidak sempurna, maka di dalam bill of lading
dicantumkan “catatan-catatan” seperti : old case peti tua, stained case, dan lain-lain. Bill of
lading yang mengandung catatan demikian kurang disukai pihak bank maupun oleh pihak
penerima barang sebab hal itu sudah menunjukkan adanya indikasi yang kurang baik
tentang keadaan barang yang diangkut.
Delivery order
DO merupakan bagian dari Bill of Lading. Dalam praktik pengambilan barang, sebagian
barang yang disebutkan dalam Bill of Lading diberikan DO. Demikian hal ini, DO merupakan
dokumen pengambilan barang.
Dalam KUHD, DO bukan merupakan surat berharga dan sebagai konsekuensinya maka
apabila terjadi wanprestasi maka DO tidak dapat digunkan untuk menuntut penyerahan barang
yang disebutkan di dalamnya. Mengingat DO sebagai bagian dari BL, maka pemegang DO tidak
dapat berdiiri sendiri menutut penyerahan barang tetapi harus melalui pemegang BL karena
hanya merupakan hak accesoir. DO tidak dapat diperjualbelikan (Pasal 510 KUHD) tetapi dalam
praktek justru DO lah yang diperjualbelikan.
4. Evaluasi
Jawablah soal berikut ini dengan tepat dan benar.
1. Wesel adalah:
A. suatu surat berharga yang bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya,
B. merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak yang satu kepada pihak lain,
90
C. untuk membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya pada saat diminta atau
pada waktu yang ditetapkan.
D. Jawaban A, B dan C adalah Benar.
2. Wesel atas nama dan ada tambahan kata “atau pengganti”, maka cara pengalihannya
dilakukan dengan:
A. Cessie.
B. Endorsement.
C. Penyerahan fisik suratnya.
D. Jawaban A dan C adalah Benar
3. Terkait peranan surat wesel dalam transaksi pembayaran, terdapat beberapa batas waktu yang
harus diperhatikan dalam penggunaan wesel, yaitu:
A. Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan
B. Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang
C. Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3 tahun
setelah wesel diterbitkan.
D. Jawab A, B dan C adalah Benar.
4. Cek didefenisikan sebagai:
A. surat perintah dari nasabah (pemilik dana pada rekening giro),
B. kepada tertarik yaitu bank,
C. untuk membayar tanpa syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan.
D. Jawab A, B dan C adalah Benar.
5. Cek atas pembawa adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula
“atau kepada pembawa” atau cek tanpa penyebutan nama penerimanya, maka cara
pengalihannya dilakukan melalui:
A. Penyerahan fisik cek dari tangan ke tangan
B. Cessie
C. Endosemen
D. B atau C.
6. Dalam Cek berlaku peraturan sebagai berikut, kecuali:
A. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada
saat diunjukkan.
90
B. Cek tidak dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.
C. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping
nama bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran.
D. Apabila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahulu
yang dianggap sebagai tempat pembayaran.
7. Syarat formal surat sanggup menentukan setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat
sebagai berikut, kecuali:
A. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.
B. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
C. Penetapan tanggal pembayaran harus dilakukan
D. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
8. Pengertian konosemen, yaitu:
A. suatu surat berharga
B. dokumen pengangkutan barang dilaut
C. bukti kepemilikan barang yang disebutkan di dalamnya
D. Jawaban A, B dan C adalah Benar.
9. Konosemen yang tergolong sebagai surat berharga, kecuali:
A. konosemen yang diterbitkan dengan klausula kepada pengganti
B. konosemen yang diterbitkan dengan klausula kepada pembawa
C. konosemen yang diterbitkan dengan klausula atas nama
D. konosemen yang diterbitkan dengan klausula atas tunjuk
10. Konosemen yang mengandung risiko besar karena bisa jatuh ke tangan orang yang tidak
berhak, adalah:
A. Konosemen atas unjuk dan “atau kepada pengganti”
B. Konosemen atas pengganti
C. Konosemen atas pembawa
D. Konosemen atas nama
11. DO merupakan bagian dari Bill of Lading, membawa konsekuensi hukum terhadap:
A. DO bukan sebagai surat berharga.
B. DO tidak dapat digunakan menuntut penyerahan barang.
C. DO tidak dapat diperjualbelikan
90
D. Jawaban A, B dan C adalah Benar
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir
Modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi yang tersajikan.
Arti tingkat penguasaan: 90-100% = Baik Sekali
80-89% = Baik
70-79% = Cukup
< 70% = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan dengan
kegiatan pada Pembelajaran berikutnya. Namun, jika masih dibawah 80% maka anda harus
mengulangi materi dalam Pembelajaran ini, terutama pada bagian yang belum dikuasai.
90