Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

21
Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1. Capaian Pembelajaran: Mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh kegiatan proses pembelajaran dalam modul ini, diharapkan dapat: Memahami dan menjelaskan konsep hukum masing- masing jenis surat berharga dalam pengaturan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). 2. Materi Pembelajaran Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft) Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft) dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia (KUHD) tidak ditemukan definisinya. Dalam  Black’s Law Dictionary, draft didefinisikan sebagai: perintah tertulis dari satu pihak (penarik) yang menginstruksikan kepada pihak tertarik (bank), untuk membayar sejumlah uang pada saat dimintakan pembayarannya oleh pemegang surat atau pada waktu yang ditentukan di dalam surat itu, kepada pihak ketiga (penerima pembayaran) atau penggantinya atau siapapun yang membawa wesel. Wesel sebagaimana didefenisikan di atas, dibedakan ke dalam 2 bagian, yaitu: (i) wesel untuk keperluan kiriman uang (bank draft), dan (ii) wesel dagang atau wesel tagih (bill of exchange, merchants draft), yang lazim digunakan dalam transaksi trade finance. Dari kedua bagian wesel dimaksud, maka wesel yang tergolong surat berharga adalah wesel dagang atau lazim juga disebut wesel tagih. Wesel tagih atau bill of exchange didefinisikan sebagai suatu surat berharga yang bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak yang satu kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya pada saat diminta atau pada waktu yang ditetapkan. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), hal tersebut diatur di dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 173 KUHD, di samping itu juga dalam Konvensi Genewa, 1930 dan 1931. Dalam Pasal 100 KUHD diatur syarat formil suatu surat wesel, yaitu: 90

Transcript of Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

Page 1: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

Pembelajaran 4.2 :

Jenis Surat Berharga Dalam KUHD

1. Capaian Pembelajaran:

Mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh kegiatan proses pembelajaran dalam

modul ini, diharapkan dapat: Memahami dan menjelaskan konsep hukum masing-

masing jenis surat berharga dalam pengaturan Kitab Undang-undang Hukum

Dagang (KUHD).

2. Materi Pembelajaran

Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft)

Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft) dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia (KUHD) tidak ditemukan definisinya. Dalam  Black’s Law Dictionary,  draft 

didefinisikan sebagai: perintah tertulis dari satu pihak (penarik) yang menginstruksikan kepada

pihak tertarik (bank), untuk membayar sejumlah uang pada saat dimintakan pembayarannya oleh

pemegang surat atau pada waktu yang ditentukan di dalam surat itu, kepada pihak ketiga

(penerima pembayaran) atau penggantinya atau siapapun yang membawa wesel.

Wesel sebagaimana didefenisikan di atas, dibedakan ke dalam 2 bagian, yaitu:

(i) wesel untuk keperluan kiriman uang (bank draft), dan

(ii) wesel dagang atau wesel tagih (bill of exchange, merchants draft), yang lazim

digunakan dalam transaksi trade finance.

Dari kedua bagian wesel dimaksud, maka wesel yang tergolong surat berharga adalah

wesel dagang atau lazim juga disebut wesel tagih. Wesel tagih atau bill of exchange didefinisikan

sebagai suatu surat berharga yang bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang

merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak yang satu kepada pihak lainnya untuk

membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya pada saat diminta atau pada waktu yang

ditetapkan.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), hal tersebut diatur di dalam Pasal

100 sampai dengan Pasal 173 KUHD, di samping itu juga dalam Konvensi Genewa, 1930 dan

1931. Dalam Pasal 100 KUHD diatur syarat formil suatu surat wesel, yaitu:

90

Page 2: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

1. Nama surat wesel atau jelasnya kata “surat wesel” yang di muat dalam teks dan dituliskan

dalam bahasa yang dipakai wesel tersebut;

2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;

3. Nama orang yang harus membayar;

4. Penetapan hari bayar;

5. Penetapan tempat pembayaran;

6. Nama orang yang menerima pembayaran;

7. Tempat dan tanggal wesel ditarik;

8. Tanda tangan penarik.

Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Wesel

Untuk dapat dipahami lebih jelas, perlu diketahui pihak-pihak yang terlibat dalam hokum

surat wesel, yaitu:

1. Penerbit (trekker, drawer) adalah kreditur atau pemilik tagihan, memiliki 2 kewajiban

pokok yaitu kewajiban menjamin akseptasi dan pembayaran, serta kewajiban

menyediakan dana;

2. Tersangkut (betrokkene, drawee) adalah pembeli (debtor) atau penjaminnya;

3. Akseptan (acceptant, acceptor) adalah importir atau pembeli atau pihak yang mengakui

setiap tagihan dalam wesel dan berjanji untuk melakukan pembayaran pada waktu yang

ditentukan;

4. Pemegang pertama (nemer, holder) adalah Penerbit;

5. Pengganti (geendosseerde, indorsee) adalah Pemegang yang menerima pengalihan hak

atas wesel dari pemegang sebelumnya;

6. Endosan (endosant, indorser) adalah Penerbit atau Pemegang berikutnya yang

mengalihkan hak tagih atas wesel kepada Pemegang lainnya;

7. Avalist adalah penjamin sebagian atau seluruhnya dari Tersangkut.

Sesuai ketentuan Pasal 110 KUHD terkait dengan pengalihan wesel, bahwa wesel dapat

dibagi menjadi, yaitu:

1. Wesel atas nama tanpa menambah klausula “atau pengganti”. Wesel semacam ini

pengalihannya dilakukan dengan cessie.

90

Page 3: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

2. Wesel atas nama dan tambahan klausula “atau pengganti”, maka cara pengalihannya

dilakukan dengan endorsement.

3. Wesel kepada pengganti, yang mana tedapat klausula “atas pengganti”, cara

pengalihannya dilakukan dengan endosement.

4. Wesel tidak kepada pengganti, wesel atas nama dengan tambahan klausula “tidak kepada

pengganti”, maka cara pengalihannya harus melalui cessie.

Endosement dimaksud adalah cara pengalihan atau pemindahtanganan surat wesel yang

dilakukan dengan menuliskan keterangan pada belakang surat itu bahwa hak tagihnya

dipindahkan kepada pihak lain (pengganti) yaitu pemegang berikutnya, yang kemudian diikuti

dengan penandatanganan dan penyerahan suratnya. Adapun pengalihan secara cessie dimaksud,

adalah mekanisme pengalihan yang sulit dilakukan karena tata cara pengalihannya mensyaratkan

dilakukan melalui suatu akta, sehingga surat wesel seperti ini tidak masuk kategori surat

berharga.

Sehubungan dengan peranan surat wesel dalam transaksi pembayaran, terdapat beberapa

batas waktu yang harus diperhatikan dalam penggunaan wesel, yaitu:

1. Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan (Pasal 122

KUHD);

2. Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang

sebagaimana diatur dalam Pasal 1831 KUH Perdata;

3. Hari bayar:

(i) saat diunjukkan (wesel unjuk),

(ii) setelah diunjukkan (wesel setelah unjuk),

(iii) pada waktu setelah hari tanggalnya, atau

(iv) suatu hari yang ditentukan;

4. Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3 tahun

setelah wesel diterbitkan;

5. Segala tuntutan hukum terhadap Endosan harus berakhir selambat-lambatnya 1 tahun

setelah wesel diterbitkan;

Hal-hal lain yang juga harus diperhatikan dalam wesel, yaitu:

90

Page 4: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

1. Jika terdapat perbedaan penulisan, dalam angka dan dalam huruf, maka yang berlaku

penulisan dalam huruf. Apabila terdapat penulisan jumlah yang diulang-ulang, maka

berlaku yang terkecil (Pasal 105 KUHD);

2. Pemegang surat wesel biasa melaksanakan hak regresnya kepada pada endosan,

akseptan, avalist, penerbit dan debitur wesel lainnya (Pasal 142 KUHD);

3. Apabila avalist membayar kewajiban debitur, maka ia berhak seperti halnya pemegang

wesel (subrogasi) (Pasal 131 ayat 3 KUHD).

 

Cek (Cheque)

Cek didefenisikan sebagai surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada

rekening giro (current account), kepada tertarik yaitu bank, untuk membayar tanpa syarat

sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan. Cek dalam hukum surat berharga

berkedudukan sebagai alat pembayaran tunai, artinya setiap saat dapat dimintakan pembayaran

dan tidak boleh ada penolakan dari pihak bank sebagai tersangkut.

Dasar hukum atau sumber hukum cek, antara lain adalah Pasal 178-229d KUHD dan

beberapa Surat Edaran Bank Indonesia yang status sesungguhnya bukan termasuk sumber hukum

tetapi menjadi pedoman pihak perbankan dalam pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan

cek. Sebagai contoh Surat Edaran Bank Indonesia adalah; SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei

1975 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong (“SEBI No.8/7/1975”); SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10

Januari 1977 tentang Penulisan Nilai Nominal Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI

No.9/72/1975”); SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan Menerbitkan

Cek/Bilyet Giro dalam Valuta Asing (“SEBI No.9/16/1976”);

 

Syarat Formal

Setiap cek, menurut ketentuan Pasal 178 KUHD, harus berisikan:

1. Nama dan nomor cek;

2. Nama bank tertarik;

3. Perintah bayar tanpa syarat;

4. Nama penerima dana atau atas pembawa;

5. Jumlah dana dalam angka dan huruf;

6. Tempat pembayaran harus dilakukan;

90

Page 5: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

7. Tempat dan tanggal penarikan cek;

8. Tanda tangan penarik.

Berkaitan dengan syarat formal yang disebutkan di atas ini terdapat hal-hal lain yang juga

perlu diperhatikan dalam penggunaan cek sebagai surat berharga, yaitu:

1. Terhadap cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam

tenggang waktu 70 hari sejak tanggal penerbitannya, ditambah 6 bulan tenggang waktu

sebelum kadaluwarsa (Pasal 206 KUHD jo Pasal 229 KUHD).

2. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat

diunjukkan;

3. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama

bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);

4. Apabila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahulu yang

dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);

5. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran

dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD);

6. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping

nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD);

7. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau

giran (Pasal 180 KUHD);

8. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai, sehingga

apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada (Pasal 181 KUHD);

9. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.

Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan cek adalah:

1. Penarik (drawee) adalah pihak yang menerbitkan cek atau pihak yang memiliki kewajiban

pembayaran;

2. Pemegang (namer, holder), dalam hal ini adalah kreditur atau pemilik piutang;

3. Tertarik (betrokkene, drawee, payee), adalah pihak lain (biasanya bank) yang memperoleh

perintah dari Penarik untuk membayar kepada Pemegang atau Pembawa atau Pengganti dari

Pemegang;

4. Pembawa (toonder, bearer), adalah siapapun yang memegang cek dengan klausula kepada

pembawa;

90

Page 6: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

5. Pengganti (order), adalah adalah siapapun yang namanya tercantum dalam cek dengan

klausula kepada pengganti;

6. Endosant (Indorser) adalah pemegang cek dengan klausula kepada pengganti yang

mengalihkan hak tagih kepada pihak lain yang namanya tercantum sebagai pengganti.

Apa yang dikemukakan tentang Cek di atas merupakan syarat formal dan bentuk dasar

dari suatu Cek. Dalam hubungannya dengan kedudukan Cek sebagai surat berharga, maka suatu

Cek dapat memiliki bentuk yang melebihi dari syarat formal dan bentuk dasar tersebut yang

sekaligus mempengaruhi mekanisme pengalihannya. Demikian, dilihat dari bentuk dan

mekanisme pengalihannya, maka Cek dapat dibagi menjadi:

1. Cek atas unjuk atau cek kepada orang yang ditulis namanya dengan tambahan klausula

“atau penggantinya”, harus dibayar kepada yang namanya tertera dalam cek dan

pengalihannya secara endosemen;

2. Cek atas nama adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula

“tidak kepada pengganti”, maka pengalihannya secara cessie;

3. Cek atas pembawa adalah cek kepada pembawa atau kepada orang yang disebut namanya

dengan tambahan klausula “atau kepada pembawa” atau cek tanpa penyebutan nama

penerimanya, maka pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik ceknya.

Dalam hukum Cek sebagaimana surat berharga lainnya, mengenal beberapa prinsip yang

harus diketahui berkaitan dengan penggunaan atau pemanfaatannya, yaitu:

1. Istilah tanggal penarikan adalah tanggal ditandatanganinya warkat cek;

2. Post dated cheque adalah cek yang tanggal penarikannya setelah tanggal

ditandatanganinya warkat oleh si penarik;

3. Crossed cheque adalah cek yang digunakan sebagai media pemindahbukuan (tidak dapat

dibayarkan tunai);

4. Stop payment, merupakan perintah Penarik untuk membatalkan penarikan yang

disebabkan oleh hilangnya cek;

5. Counter cheque adalah media penarikan dana dalam rekening giro dalam hal pemilik

rekening tidak membawa buku cek atau bilyet giro;

6. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan sejumlah uang

yang tertera dalam cek;

90

Page 7: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

7. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan pembayaran atas

instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan penarik atau nasabah, walalupun dana

pada rekening giro tersebut tidak mencukupi;

8. Cek kosong (blanked cheque) adalah tolakan terhadap cek yang ditarik, dikarenakan: (i)

saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup, dan (iii) alasan lain;

9. SP adalah surat peringatan yang diberikan oleh bank pengelola rekening, dengan

tembusan ke BI, perihal penarikan cek kosong oleh penarik, dengan tahap sebagai berikut:

(i) SP I untuk penarikan cek kosong pertama;

(ii) SP II untuk penarikan cek kosong kedua;

(iii) SP III untuk penarikan cek kosong ketiga, sekaligus penutupan rekening  dan

pencantuman penarik dalam Daftar Hitam BI (“DHBI”);

(iv) SP III langsung, tanpa SP I dan II, apabila menarik cek kosong 3 lembar atau lebih

dalam waktu 6 bulan atau 1 lembar cek dengan nominal minimal Rp.1 miliar.

Surat Sanggup

Pengertian dan Dasar Hukum

Istilah surat sanggup bahasa Belanda disebut orderbrieffe, Perancisnya billet a orde,

Inggris promissory note. Dalam undang-undang juga dikenal dengan istilah promesse

aan order. Surat Sanggup juga disebut surat aksep atau “accept” (Perancis), artinya setuju.

Kata sanggup atau setuju itu mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari

pihak penandatangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada

waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep adalah surat tanda sanggup atau setuju

membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu.1

Dalam undang-undang tidak terdapat perumusan atau definisi surat sanggup. Tetapi

dalam pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk surat sanggup. Syarat-

syarat formal tersebut dapat dirumuskan dari pengertian atau definisi surat sanggup itu

“sebagai surat yang memuat kata sanggup atau promesse aan order, yang ditandatangani pada

tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penandatangan menyanggupi tanpa syarat untuk

1 Abdulkadir Muhammad, 2003, Hukum Dagang Tentang SuratBerharga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 155.

90

Page 8: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan tempat

tertentu”.

Bagi mahasiswa yang ingin mendalami lebih jauh contoh dari suatu Surat Sanggup, anda

dapat klik di sini:

https://www.google.com/search?

q=contoh+surat+sanggup+bayar&safe=strict&sa=X&biw=1275&bih=581&tbm=is

ch&source=iu&ictx=1&fir=d2xTTw9C_83VrM%253A

%252CwWHCFAV9x9TA3M%252C_&vet=1&usg=AI4_-

kQZZxiGjKqZr4z5p_PvdBd_XoEAtA&ved=2ahUKEwiOkpOvzoXmAhWIyzgGH

VpDD7oQ9QEwBnoECAgQEA#imgrc=d2xTTw9C_83VrM:

Menyangkut dasar hukum Surat Sanggup, Dalam konferensi Jenewa 1930 tentang

penyeragaman pengaturan surat wesel dan sanggup, mengungkap cara pengaturan surat sanggup

yang boleh diikuti dan dipakai oleh negara peserta, yaitu :

pengaturan dengan cara mendetail, atau

pengaturan dengan cara penunjukkan pada ketentuan tentang surat wesel.

Indonesia melalui sistem KUHD yang berlaku menganut cara penunjukkan surat wesel,

yaitu surat wesel yang sesuai dengan sifat surat sangup. Menurut Pasal 176 KUHD, ketentuan

wesel yang sesuai sifat surat sanggup adalah ketentuan tentang; endosemen (Pasal 110 – 119

KUHD), hari bayar (Pasal 132 – 136 KUHD), hak regres dalam hal non pembayaran (Pasal 142 –

149, 151 – 153 KUHD), pembayaran dengan intervensi (Pasal 154, 158, 162 KUHD), turunan

surat wesel (Pasal 166 dan 167 KUHD), surat wesel yang hilang (pasal 167 a KUHD), perubahan

(Pasal 168 KUHD), daluwarsa (Pasal 168a, 169 – 170 KUHD), hari raya dan cara menghitung

tenggang waktu dan larangan penangguhan hari (Pasal 171. 171a, 172 dan 173 KUHD), surat

wesel yang harus dibayar ditempat tinggal orang ketiga ditempat lain dari pada tempat tersangkut

berdomisili (Pasal 103 dan 126 KUHD), klausula bunga (Pasal 104 KUHD), adanya selisih

dalam penyebutan mengenai jumlah uang yang harus dibayar (Pasal 105 KUHD), akibat-akibat

dari penempatan tanda tangan dalam hal tidk adanya keadaan-keadaan sebagaimana dimaksud

oleh Pasal 106 KUHD, akibat-akibat dari penempatan tanda tangan oleh seseorang yang

90

Page 9: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

bertindak tanpa hak atau yang melampaui batas haknya (Pasal 107 KUHD), surat wesel dalam

blanko (Pasal 109 KUHD), dan aval (Pasal 129 – 131 KUHD).

Ketentuan lain yang tidak ditunjuk dalam Pasal 176 KUHD adalah tidak berlaku, karena

dipandang tidak sesuai dengan sifat surat sanggup. Seperti ketentuan surat wesel yang

berhubungan dengan akseptasi tidak berlaku terhadap surat sanggup, karena perbedaan sifat

surat wesel dengan surat sanggup, bahwa surat wesel adalah surat perintah membayar,

sedangkan surat sanggup adalah surat janji membayar.2

Di Indonesia ketentuan mengenai promes (surat sanggup bayar) ini diatur dalam

Pasal 174 – 177 KUHD, dimana menurut KUHD promes adalah merupakan penyanggupan

tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo dan pada

tempat pembayaran yang ditentukan dengan mencantumkan nama orang yang kepadanya

pembayaran itu harus dilakukan atau yang kepada tertunjuk pembayaran harus dilakukan dengan

ditandatangani oleh orang yang mengeluarkan promes. Apabila pada promes atau surat sanggup

tersebut tidak tercantum tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dianggap harus di bayar

atas tunjuk.

Promes atas unjuk adalah suatu promes yang tidak mencantumkan tanggal jatuh tempo

pembayaran, dimana pembayaran harus dilakukan setiap saat apabila diminta oleh pemberi

pinjaman. Biasanya si pemberi pinjaman akan mengirimkan pemberitahuan dengan tenggang

waktu beberapa hari sebelum tanggal pembayaran yang diingginkan.

Syarat-Syarat Surat Sanggup

Mengenai syarat-syarat formal surat sanggup diatur dalam Pasal 174 KUHD. Menurut

ketentuan pasal tersebut, setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat sebagai berikut :

a. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.

b. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

c. Penetapan hari bayarnya.

d. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

e. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.

f. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.

g. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.

2 I b I d., hal. 161 – 16390

Page 10: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

Salah satu di atas tidak ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai

surat sanggup, kecuali :

1. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat ditunjukkan.

2. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka tempat

penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran, dan

3. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap ditandatangani di

tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.

Konosemen (Bill of Lading atau B/L)

Pengertian dan Sumber Hukum

Istilah Konosemen dalam berbagai Bahasa dijumpai istilah Cognossement (Belanda): Bill

of Lading (Inggris); dan connaisemment (prancis). Istilah Konosemen merupakan dokumen

pengapalan yang sangat penting karena memiliki sifat jaminan atau pengamanan. Bill of Lading

menunjukkan hak atas kepemilikan barang-barang yang apabila seseorang tidak dapat

menunjukkan dokumen Bill of Lading tersebut maka tidak dapatlah kepadanya diserahkan

barang-barang yang disebutkan di dalam Bill of Lading tersebut.

Menurut ketentuan Pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal yang

dibuat oleh pengangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), menerangkan bahwa ia telah

menerima barang-barang (dari pengirim) untuk diangkut ke suatu tempat tertentu dan selanjutnya

menyerahkannya kepada orang tertentu (penerima), surat mana di dalamnya juga menerangkan

mengenai syarat-syarat penyerahan barang-barang dimaksud.

Konosemen sebagaimana dimaksud dalam pengertian tersebut, adalah suatu surat

berharga yang merupakan dokumen pengangkutan barang dilaut, dimana fungsinya di samping

sebagai bukti kepemilikan barang yang disebutkan di dalam surat konosemen tersebut, juga

sebagai bukti bahwa pengangkut telah menerima penyerahan barang atau titipan barang

angkutan, dan sebagai bukti perjanjian pengangkutan barang.

Sumber hukum Konosemen ditemukan dalam Pasal 506 sampai dengan Pasal 517d

KUHD, di samping itu sumber hukumnya didasarkan pada The Hague Rules  tahun 1968,

merupakan suatu kesepakatan bersama para ahli hukum internasional, yang tergabung

dalam International Law Association dalam suatu konferensi di Den Haag, mengenai bentuk dan

isi konosemen.

90

Page 11: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

 

Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah:

1. Penerbit, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal;

2. Pihak penerima atau penggantinya.

Penerima, sebagaimana dimaksud di atas, dapat:

1. Orang yang namanya ditunjuk dalam konosemen;

2. Kepada orang penggantinya pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh pengirim

(kepada pengganti);

3. Kepada orang penggantinya pihak ketiga atau kepada orang yang ditunjuk oleh pihak

ketiga (kepada pengganti);

4. Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen atau pembawa (kepada

pembawa);

5. Kepada orang yang membawa surat konosemen itu (kepada pembawa).

Berdasarkan Pasal 506 ayat (2) KUHD bahwa konosemen dapat diterbitkan:

a. atas nama,

b. kepada pengganti atau

c. kepada pembawa.

Konosemen yang tergolong sebagai surat berharga adalah konosemen yang diterbitkan

dengan klausula kepada pengganti atau kepada pembawa. 

Konosemen kepada pengganti diatur secara khusus dalam Pasal 508 KUHD, dimana

penyerahannya dengan cara endosemen dan penyerahan konosemennya, sedangkan untuk

konosmen dengan klausula kepada pembawa, penyerahannya cukup dilakukan dengan cara

menyerahkan konosemennya saja.

Bentuk dan Jenis Bill of Lading

Konosemen atau Bill of Lading dapat berbentuk:

1. Konosemen Atas nama, dengan mana nama si penerima disebut dengan jelas di dalam.

Cara penyerahan konosemennya adalah dengan Cessie.

2. Konosemen atas pengganti, konosemen ini dapat diperalihkan dan juga cukup aman. Cara

penyerahan konosemennya dengan endossemet.

90

Page 12: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

3. Konosemen atas tunjuk, konosemen ini mengandung risiko yang besar sekali karena

penyerahan hak atas konosemen itu hanya terjadi dari tangan ketangan saja, sehingga

kemungkinan jatuh ketangan orang yang tidak berhak adalah lebih besar.

Suatu Bill of Lading dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

1. Received for Shipment dilakukan untuk barang yang akan dimuat ke atas kapal atau

sering juga disebut konosemen “to be shipped”.

Terkait hal ini, barang-barang dari pengirim belum dimuat di atas kapal. Konosemen seperti

ini oleh pengangkut diserahkan kepada pengirim dengan penarikan kembali resi

penerimaan atau resi penimbunan barang dari pengirim. Jadi konosemen “to be shipped” itu

berarti bahwa pengangkut telah menerima barang-barang dari pengirim untuk diangkut

dengan kapal tertentu dan pada waktu tertentu pula. Namun belum terjadi pengapalan

barang-barang. Dalam konosemen “to be shipped” ini pengangkut atau agennya tidak ada

kewajiban untuk mengangkut barang-barang pengirim seandainya ruangan kapal telah terisi

penuh muatan dari pelabuhan sebelumnya.

2. Shipped on Board, merupakan BL yang dikeluarkan apabila perusahaan pelayaran yang

bersangkutan mengakui telah menerima barang-barang yang akan dikirim dan telah dimuat

ke dalam kapal tertentu, dengan konosemen “the shipped” ini pengangkut mengakui bahwa

barang-barang seperti yang dicantumkan dalam konosemen itu benar-benar telah dimuat di

atas kapal dan nama kapal itu pun telah diketahui secara pasti, sedang tentang

pemberangkatan kapal itu pun juga telah diketahui. Konosemen “to be shipped” dapat

diubah menjadi konosemen “to shipped” kalau barang-barang itu telah dimuat di atas kapal

tertentu serta tersedianya ruangan kapal yang diperlukan.3

Di samping pembagian tersebut, penggolongan Bill of Lading BL dapat digolongkan

berdasarkan keadaan barang, yakni :

Clean bill of lading dilakukan oleh perusahaan pelayaran dalam hal perusahaan pelayaran

pengangkut menganggap keadaan barang yang dimuat cukup baik in opparent good order

and conditions.

Unclean bill of lading dikeluarkan dalam hal keadaan barang yang diterima kurang atau

tidak memuaskan, misalnya pengepakannya tidak sempurna, maka di dalam bill of lading

3 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Indonesia. Medan :Pustaka Bangsa Press,2005, hal.154

90

Page 13: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

dicantumkan “catatan-catatan” seperti : old case peti tua, stained case, dan lain-lain, maka

bill of lading yang mengandung catatan demikian kurang disukai pihak bank maupun oleh

pihak penerima barang sebab hal itu sudah menunjukkan adanya indikasi yang kurang baik

tentang keadaan barang yang diangkut. Dalam hal pengepakannya kurang sempurna

memberikan asumsi membahayakan lebih cepat isinya terutama karena barang dikirim

melalui laut, dan kemungkinan dilakukannya muat bongkar lagi di pelabuhan-pelabuhan

lain sebelum sampai di pelabuhan tujuan.

Bill of Lading BL sebagai salah satu dokumen pengangkutan melalui jalur laut memilliki

tiga fungsi utama yakni:

a. Merupakan sebuah kontrak angkutan.

Bill of Lading pada hakekatnya bukanlah merupakan sebuah kontrak, karena hanya berupa

penandatanganan dari carrier atau agen. Akan tetapi dengan adanya penerimaan BL maka

shipper menjadi bagian dari kontrak yang tertera pada halaman kedua dari lembaran BL

tersebut.

b. Bill of Lading sebagai tanda bukti kepemilikan atas barang. Document Title yang

menyatakan bahwa orang yang memegang BL merupakan pemilik dari barang-barang yang

tercantum pada BL.

c. Bill of Lading merupakan suatu bukti perjanjian pengangkutan barang dan penyerahan

barang antara pihak pengangkut dengan pengiriman, dimana barang akan dimuat ke dalam

kapal hingga tempat tujuan yang telah diperjanjikan.

Delivery order

Menurut pengaturan dalam KUHD Pasal 510 bagian 2 bahwa DO merupakan bagian dari

Bill of Lading. Dalam hubungan ini, untuk kepentingan pengambilan barang, maka sebagian

barang yang disebutkan dalam Bill of Lading diberikan DO. Demikian dalam hal ini, DO

merupakan dokumen pengambilan barang. Demikian menurut system pengaturan KUHD ini

bahwa DO bukan merupakan surat berharga dan sebagai konsekuensinya, apabila terjadi

wanprestasi maka DO tidak dapat digunkan untuk menuntut atau melegetimasi pemegangnya

untuk menuntut. DO sebagai bagian dari BL memberi konsekuensi terhadap pemegang DO tidak

dapat berdiiri sendiri menutut penyerahan barang tetapi harus melalui pemegang BL karena

hanya merupakan hak accesoir. Di sini DO tidak dapat diperjualbelikan (Pasal 510 KUHD) tetapi

dalam praktek justru DO lah yang diperjualbelikan.

90

Page 14: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

3. Intisari

Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft)

Wesel (Bill of Exchange) didefinisikan sebagai suatu surat berharga yang bertanggal dan

menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak

yang satu kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya

pada saat diminta atau pada waktu yang ditetapkan.

Terkait dengan pengalihan wesel, wesel dibagi menjadi:

1. Wesel atas nama tanpa menambahkan istilah “atau pengganti”. Wesel semacam ini

pengalihannya dilakukan dengan cessie.

2. Wesel atas nama dan ada tambahan kata “atau pengganti”, maka cara pengalihannya

dilakukan dengan endorsement.

3. Wesel kepada pengganti, yang mana tedapat klausula “atas pengganti”, cara

pengalihannya dilakukan dengan endosement.

Endosement dimaksud adalah cara pengalihan atau pemindahtanganan surat wesel yang

dilakukan dengan menuliskan keterangan pada belakang surat itu bahwa hak tagihnya

dipindahkan kepada pihak lain (pengganti) yaitu pemegang berikutnya, yang kemudian diikuti

dengan penandatanganan dan penyerahan suratnya. Adapun pengalihan secara cessie dimaksud,

adalah mekanisme pengalihan yang sulit dilakukan karena tata cara pengalihannya mensyaratkan

dilakukan melalui suatu akta, sehingga surat wesel seperti ini tidak masuk kategori surat

berharga.

Sehubungan dengan peranan surat wesel dalam transaksi pembayaran, terdapat beberapa

batas waktu yang harus diperhatikan dalam penggunaan wesel, yaitu:

1. Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan (Pasal 122 KUHD);

2. Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang sebagaimana

diatur dalam Pasal 1831 KUH Perdata;

3. Hari bayar:

a. saat diunjukkan (wesel unjuk),

b. setelah diunjukkan (wesel setelah unjuk),

c. pada waktu setelah hari tanggalnya, atau

d. suatu hari yang ditentukan;

90

Page 15: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

4. Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3 tahun setelah

wesel diterbitkan;

5. Segala tuntutan hukum terhadap Endosan harus berakhir selambat-lambatnya 1 tahun setelah

wesel diterbitkan;

Cek (Cheque)

Cek didefenisikan sebagai surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada

rekening giro (current account), kepada tertarik yaitu bank, untuk membayar tanpa syarat

sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan. Cek dalam hukum surat berharga

berkedudukan sebagai alat pembayaran tunai.

Terkait dengan bentuk dan mekanisme pengalihan, cek dapat dibagi menjadi:

1. Cek atas unjuk atau cek kepada orang yang ditulis namanya dengan tambahan klausula

“atau penggantinya”, maka cara pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik (untuk Cek

atas unjuk) atau secara endosemen;

2. Cek atas nama adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula

“tidak kepada pengganti”, maka pengalihannya secara cessie;

3. Cek atas pembawa adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan

klausula “atau kepada pembawa” atau cek tanpa penyebutan nama penerimanya, maka

pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik cek saja yaitu dari tangan ke tangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cek, yaitu:

1. Terhadap cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam

tenggang waktu 70 hari sejak tanggal penerbitannya, ditambah 6 bulan tenggang waktu

sebelum kadaluwarsa (Pasal 206 KUHD jo Pasal 229 KUHD).

2. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat

diunjukkan;

3. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama

bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);

4. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahulu yang

dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);

5. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran

dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD);

90

Page 16: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

6. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping

nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD);

7. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau

giran (Pasal 180 KUHD);

8. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai, sehingga

apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada (Pasal 181 KUHD);

9. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.

Surat Sanggup

Semua ketentuan surat wesel yang berhubungan dengan akseptasi tidak berlaku terhadap

surat sanggup. Hal ini disebabkan perbedaan sifat antara surat wesel dengan surat sanggup. Surat

wesel adalah surat perintah membayar, sedangkan surat sanggup adalah surat janji membayar.

Di Indonesia ketentuan mengenai promes atau surat sanggup bayar ini diatur dalam

KUHD, dimana menurut KUHD surat sanggup (promes) merupakan penyanggupan tak bersyarat

untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo dan pada tempat pembayaran

yang ditentukan dengan mencantumkan nama orang yang kepadanya pembayaran itu harus

dilakukan atau yang kepada tertunjuk pembayaran harus dilakukan dengan ditandatangani oleh

orang yang mengeluarkan promes. Apabila pada promes atau surat sanggup tersebut tidak

tercantum tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dianggap harus di bayar atas tunjuk.

Syarat formal surat sanggup menentukan setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat

sebagai berikut :

1. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.

2. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

3. Penetapan hari bayarnya.

4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

5. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.

6. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.

7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.

Salah satu syarat di atas tidak ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai surat

sanggup, kecuali :

a. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat ditunjukkan.

90

Page 17: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

b. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka tempat

penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran, dan

c. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap ditandatangani di

tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.

Konosemen (Bill of Lading atau B/L)

Konosemen adalah suatu surat berharga yang merupakan dokumen pengangkutan barang

dilaut, dimana fungsinya di samping sebagai bukti kepemilikan barang yang disebutkan di dalam

surat konosemen tersebut, juga sebagai bukti bahwa pengangkut telah menerima penyerahan

barang atau titipan barang angkutan, dan sebagai bukti perjanjian pengangkutan barang. Terhadap

konosemen (BL) diberikan sifat kebendaan yang gunanya adalah untuk mempercepat pengalihan

hak milik.

Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah:

1. Penerbit, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal;

2. Pihak penerima atau penggantinya.

Penerima, yang dimaksud di atas, dapat:

Orang yang namanya ditunjuk dalam konosemen;

Kepada orang yang menjadi pengganti pengirim atau kepada orang yang ditunjuk

oleh pengirim;

Kepada orang yang menjadi pengganti pihak ketiga atau kepada orang yang

ditunjuk oleh pihak ketiga;

Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen;

Kepada orang yang membawa surat konosemen itu (kepada pembawa).

Konosemen yang tergolong sebagai surat berharga adalah konosemen yang diterbitkan

dengan klausula kepada pengganti atau kepada pembawa. 

Konosemen atau Bill of Lading dapat berbentuk:

a. Konosemen atas nama, dengan mana nama si penerima disebut dengan jelas di dalam surat

konosemen. Cara penyerahan adalah dengan Cessie.

b. Konosemen atas pengganti, konosemen ini dapat diperalihkan dan juga cukup aman. Cara

penyerahan konosemennya dengan endossemet.

90

Page 18: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

c. Konosemen atas tunjuk, konosemen ini mengandung risiko yang besar sekali karena

penyerahan hak atas konosemen itu hanya terjadi dari tangan ketangan saja, sehingga

kemungkinan jatuh ketangan orang yang tidak berhak adalah lebih besar.

Di samping pembagian tersebut, Bill of Lading BL dapat digolongkan berdasarkan

keadaan barang, yakni :

Clean bill of lading dilakukan oleh perusahaan pelayaran dalam hal perusahaan pelayaran

pengangkut menganggap keadaan barang yang dimuat cukup baik in opparent good order

and conditions.

Unclean bill of lading dikeluarkan dalam hal keadaan barang yang diterima kurang atau

tidak memuaskan, misalnya pengepakannya tidak sempurna, maka di dalam bill of lading

dicantumkan “catatan-catatan” seperti : old case peti tua, stained case, dan lain-lain. Bill of

lading yang mengandung catatan demikian kurang disukai pihak bank maupun oleh pihak

penerima barang sebab hal itu sudah menunjukkan adanya indikasi yang kurang baik

tentang keadaan barang yang diangkut.

Delivery order

DO merupakan bagian dari Bill of Lading. Dalam praktik pengambilan barang, sebagian

barang yang disebutkan dalam Bill of Lading diberikan DO. Demikian hal ini, DO merupakan

dokumen pengambilan barang.

Dalam KUHD, DO bukan merupakan surat berharga dan sebagai konsekuensinya maka

apabila terjadi wanprestasi maka DO tidak dapat digunkan untuk menuntut penyerahan barang

yang disebutkan di dalamnya. Mengingat DO sebagai bagian dari BL, maka pemegang DO tidak

dapat berdiiri sendiri menutut penyerahan barang tetapi harus melalui pemegang BL karena

hanya merupakan hak accesoir. DO tidak dapat diperjualbelikan (Pasal 510 KUHD) tetapi dalam

praktek justru DO lah yang diperjualbelikan.

4. Evaluasi

Jawablah soal berikut ini dengan tepat dan benar.

1. Wesel adalah:

A. suatu surat berharga yang bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya,

B. merupakan perintah tertulis tanpa syarat dari pihak yang satu kepada pihak lain,

90

Page 19: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

C. untuk membayar sejumlah uang yang disebutkan di dalamnya pada saat diminta atau

pada waktu yang ditetapkan.

D. Jawaban A, B dan C adalah Benar.

2. Wesel atas nama dan ada tambahan kata “atau pengganti”, maka cara pengalihannya

dilakukan dengan:

A. Cessie.

B. Endorsement.

C. Penyerahan fisik suratnya.

D. Jawaban A dan C adalah Benar

3. Terkait peranan surat wesel dalam transaksi pembayaran, terdapat beberapa batas waktu yang

harus diperhatikan dalam penggunaan wesel, yaitu:

A. Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan

B. Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang

C. Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3 tahun

setelah wesel diterbitkan.

D. Jawab A, B dan C adalah Benar.

4. Cek didefenisikan sebagai:

A. surat perintah dari nasabah (pemilik dana pada rekening giro),

B. kepada tertarik yaitu bank,

C. untuk membayar tanpa syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan.

D. Jawab A, B dan C adalah Benar.

5. Cek atas pembawa adalah cek kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula

“atau kepada pembawa” atau cek tanpa penyebutan nama penerimanya, maka cara

pengalihannya dilakukan melalui:

A. Penyerahan fisik cek dari tangan ke tangan

B. Cessie

C. Endosemen

D. B atau C.

6. Dalam Cek berlaku peraturan sebagai berikut, kecuali:

A. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada

saat diunjukkan.

90

Page 20: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

B. Cek tidak dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.

C. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping

nama bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran.

D. Apabila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahulu

yang dianggap sebagai tempat pembayaran.

7. Syarat formal surat sanggup menentukan setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat

sebagai berikut, kecuali:

A. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.

B. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

C. Penetapan tanggal pembayaran harus dilakukan

D. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

8. Pengertian konosemen, yaitu:

A. suatu surat berharga

B. dokumen pengangkutan barang dilaut

C. bukti kepemilikan barang yang disebutkan di dalamnya

D. Jawaban A, B dan C adalah Benar.

9. Konosemen yang tergolong sebagai surat berharga, kecuali:

A. konosemen yang diterbitkan dengan klausula kepada pengganti

B. konosemen yang diterbitkan dengan klausula kepada pembawa

C. konosemen yang diterbitkan dengan klausula atas nama

D. konosemen yang diterbitkan dengan klausula atas tunjuk 

10. Konosemen yang mengandung risiko besar karena bisa jatuh ke tangan orang yang tidak

berhak, adalah:

A. Konosemen atas unjuk dan “atau kepada pengganti”

B. Konosemen atas pengganti

C. Konosemen atas pembawa

D. Konosemen atas nama

11. DO merupakan bagian dari Bill of Lading, membawa konsekuensi hukum terhadap:

A. DO bukan sebagai surat berharga.

B. DO tidak dapat digunakan menuntut penyerahan barang.

C. DO tidak dapat diperjualbelikan

90

Page 21: Pembelajaran 4.2 : Jenis Surat Berharga Dalam KUHD 1 ...

D. Jawaban A, B dan C adalah Benar

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir

Modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat

penguasaan anda terhadap materi yang tersajikan.

Arti tingkat penguasaan: 90-100% = Baik Sekali

80-89% = Baik

70-79% = Cukup

< 70% = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan dengan

kegiatan pada Pembelajaran berikutnya. Namun, jika masih dibawah 80% maka anda harus

mengulangi materi dalam Pembelajaran ini, terutama pada bagian yang belum dikuasai.

90