repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam...

265

Transcript of repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam...

Page 1: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan
Page 2: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

TEOLOGI

Muhaemin Latif

PEMBEBASANDALAM ISLAM

Page 3: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Penulis:Muhaemin Latif

Layout & Desain sampulTim Orbit Publishing

Cetakan I: Agustus 2017vii + 256 halaman, 15 x 23 cmISBN 978-602-9469-46-2

Dilarang keras memperbanyak sebagian atau keseluruhanisi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang@All Right Reserved

Griya Serua Permai Blok E No. 27Jl. Sukamulya 4 Serua Indah Ciputate-mail: [email protected]. (021) 44686475 - 0813 8853 6249

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Muhaemin Latif  Teologi  pembebasan dalam  Islam: Asghar  Al i  Engineer/penulis, Muhaemin Latif. -- Tangerang : OrbitPublishing, 2017. hlm. ; cm.

ISBN 978-602-9469-46-2 1. Aqaid dan ilmu kalam.   I. Judul.  297.3

Page 4: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar iii

Adalah bentuk keangkuhan dan arogansi intelektual jikakata pengantar buku ini tidak diawali dengan ucapansyukur kepada Allah swt sebagai pemilik segala yang

ada baik yang berwujud dalam alam fisik-material maupun yangbereksistensi dalam alam metafisik. Keteraturan dan kecantikanalam besar yang berupa makrokosmos maupun alammikrokosmos (manusia) menjadi saksi atas keagungan,kesempurnaan dan kebesaran-Nya. Semuanya tidak terlepas darisifat rahmat dan rahim-Nya Allah swt. Salah satu makhluk-Nyayang menjadi “titisan” kesempurnaan adalah Nabi Muhammadsaw yang telah merepresentasikan sifat-sifat-Nya ke dalam ranahrealitas kemanusiaan. Nabi telah menjadi manusia paripurna(insan kamil) karena mampu menjadi rahmat dan pembebas bagialam ini. Alam ini pun menjadi berwarna akibat sentuhan danpesan-pesannya yang membawa misi kemanusiaan. Sehinggamenjadi salah satu bentuk kebakhilan jika penulis tidakmenghaturkan salawat kepada Nabi Muhammad saw.

Buku ini adalah jawaban dari kegelisahan penulis atas teologiyang masih terjebak dalam problematika klasik dan cenderungjauh dari realitas sosial masyarakat. Teologi pembebasan alaEngineer adalah salah satu solusi alternatif untuk menjawabrealitas sosial dalam konteks kekinian. Dengan menggali misisosial Nabi Muhammad saw serta memadukannya dengan spiritturunnya al-Qur’an, Engineer berhasil memunculkan spirit

Page 5: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

iv Kata Pengantar

pembebasan dalam Islam. Bahkan spirit ini bisa menjadi elanvital Islam sehingga agama ini tidak hanya dipandang dari sisiritual belaka, tetapi lebih dari itu, Islam secara historis bisamemunculkan wajah pembebasannya dari berbagaiketerpurukan, terutama dari segi ekonomi dan ilmupengetahuan. Melihat Islam hanya sebagai dogma, justrumenjadikan Islam semakin terpuruk dan bukan tidak mungkinagama ini akan ditinggalkan oleh penganutnya sendiri. Bukuini telah berupaya mengupas pemikiran Asghar Ali Engineer,yang tidak hanya sebagai intelektual tetapi juga sebagai aktivisyang tidak hanya berkampanye menyuarakan pembebasankemanusiaan tetapi terlibat secara praksis dalam berbagaikegiatan kemasyarakatan.

Melalui kata pengantar ini, penulis ingin berterima kasihkepada penerbit ORBIT Publishing yang berkenan menerbitkangoresan penulis sebagai buah dari kegelisahan teologis. Begitupula kepada teman sejawat penulis, Prof.Dr. Saleh Tajuddinyang penuh keikhlasan membagi referensi-referensinya yangterkait dengan tema buku ini. Pada akhirnya, penulis berharapide-ide pembebasan dalam buku ini dapat membumi dalamkonteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Akhirnya buku inisaya persembahkan kepada kedua orang tua saya tercinta,Ayahanda H. Abdul Latif Sabang, dan Ibunda Hj RohaniMasud, yang selalu mensupport penulis untuk terus menuntutilmu dan membagikannya kepada orang lain. Begitu pula kepadaisteri saya Mulyati dan puteri tersayang Adelia Nayla Zahirah,semoga buku ini menjadi kado terindah buat kalian berdua.

Makassar, 14 Juli 2017

Muhaemin Latif

Page 6: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

KATA PENGANTAR _____ iiiDAFTAR ISI _____ v

BAB IPENDAHULUAN _____ 1

BAB IIASGHAR ALI ENGINEER: POTRET SEORANGINTELEKTUAL DAN AKTIVIS _____ 17

A. Setting Sosial Politik India Sebelum dan SemasaAsghar Ali Engineer _____ 17

B. Riwayat Hidup dan Karir IntelektualAsghar Ali Engineer _____ 27

C. Aktivitas dan Gerakan Asghar Ali Engineer _____ 40D. Tokoh-Tokoh yang Memengaruhi

Asghar Ali Engineer _____ 53

BAB IIIARKEOLOGI TEOLOGI PEMBEBASANASGHAR ALI ENGINEER _____ 63

A. Hermeneutika sebagai Metode Penafsiran _____ 63B. Materialisme Historis sebagai Kerangka Acuan _____ 79C. Bercermin kepada Nabi Muhammad saw _____ 98

DAFTAR ISI

Daftar Isi v

Page 7: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

1. Pembebasan dari Belenggu Sosial Budaya _____ 982. Pembebasan dari Berhala-Berhala _____ 1073. Pembebasan dari Sistem Ekonomi

yang Menindas _____ 113

BAB IVKRITIK ASGHAR ALI ENGINEER TERHADAP TEOLOGIISLAM KLASIK _____ 121

A. Kritik terhadap Teologi Islam Klasik _____ 1211. Jabariah _____ 1242. Muktazilah _____ 1283. Ahlu as-Sunnah wal-Jamaah _____ 132

B. Sampel Teologi Pembebasan _____ 1381. Khawarij sebagai Teologi Anti Status-Quo _____ 1382. Teologi Progresif Syiah Ismailiyah _____ 1443. Teologi Revolusioner Qaramithah _____ 148

BAB VKONSTRUKSI TEOLOGI PEMBEBASAN ASGHAR ALIENGINEER DAN TAWARANNYA TERHADAPPROBLEMATIKA TEOLOGI ISLAM _____ 155

A. Elemen-Elemen Dasar Teologi Pembebasan _____ 1561. Tauhid sebagai Episentrum _____ 1562. Dari Teologi ke Gerakan _____ 1643. Keadilan: Muara Teologi Pembebasan _____ 173

a. Keadilan dalam Bidang Agrikultur _____ 177b. Keadilan dalam Perdagangan _____ 180

B. Teologi Pembebasan sebagai Solusi atas ProblematikaTeologi Islam _____ 1841. Melawan Sistem Ekonomi Kapitalistik : Solusi atas

Kemiskinan _____ 1842. Pluralisme: Pembebasan dari Konflik

antar Agama _____ 200

vi Daftar Isi

Page 8: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

3. Teologi Feminisme: Pembebasan Perempuan _____ 213a. Poligami _____ 222b. Pemakaian Cadar _____ 229

C. Kritik Penulis terhadap TeologiPembebasan Engineer _____ 235

BAB VIPENUTUP _____ 241

DAFTAR PUSTAKA _____ 247

Daftar Isi vii

Page 9: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 1

Kajian teologi pembebasan telah menjadi trending topicdalam diskursus akademik pada beberapa dekade terakhir.Kondisi ini bisa dilihat dengan maraknya referensi-referensiyang bertalian dengan teologi pembebasan baik dalam versicetak1 maupun yang bisa diakses di berbagai website. Selain itu,lahirnya berbagai tokoh2 yang concern pada teologi pembebasanyang dalam istilah Inggris dikenal sebagai theology of liberationjuga menjadi indikator bahwa kajian ini sangat urgen untukdieksplorasi lebih jauh. Menariknya, kajian ini tidak hanyadimonopoli oleh satu agama tertentu (baca: Islam), tetapi hampirsemua agama memiliki semangat pembebasan. Agama-agamapembebasan dapat ditemukan pada agama Hindu dengan

PENDAHULUAN

BAB I

1Antara lain yang bisa disebut adalah buku Michael Amaladoss, Life in freedom:Liberation Theologies from Asia,(2000), Daniel Bell, Liberation Theology after the end ofhistory,(2001), Hamid Dabashi, Islamic Liberation Theology, 2008, Kristien Justaet, Lib-eration Theology, Asghar Ali Engineer, Islam and its Relevance to our Age, (1987), AsgharAli Engineer, Islam and Liberation Theology: Essays on Liberal Element in Islam, (1990), FrWahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan: Sejarah, Metode, Praksis dan Isinya. Demikianlahantara lain buku-buku yang secara langsung mengurai teologi pembebasan dan masihbanyak lagi buku-buku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

2Tokoh-tokoh seperti Jon Subrino, Gustavo Gutierrez, Leonardo Boff, James H.Hone, dan Maria Pilar Aquino adalah representasi lokomotif teologi pembebasanwilayah Amerika Latin. Di Asia, beberapa tokoh teologi pembebasan bermunculanseperti Tissa Balasuriya, Sadayandy Batumali, Aloysius Pieris, J.B. Banawiratma,serta Asghar Ali Engineer dari India. Sedangkan dalam konteks Indonesia, tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Romo Mangunwijaya, T.H, Sumartanatidak boleh dinafikan perannya dalam pengembangan teologi pembebasan.

Page 10: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

2 Pendahuluan

konsep visi pembebasan menyeluruh, agama Budha dengankonsep berbelas kasih, agama Kong Hu Cu dengan konsepkeselarasan manusia dengan kosmos, agama Kristiani dengankonsep keselamatan sebagai pemanusiaan, agama Islam dengankonsep tauhid dan keadilan, serta agama-agama kosmik dalamciri-ciri pembebasan dalam religiositas kosmis.3 Namun pentingdicatat bahwa teologi pembebasan itu sendiri pertama kaliditemukan oleh Gustavo Gutierrez (b.1928) , seorang pendetaKatolik dari Peru, Amerika Latin, yang menulis buku Teologiade la liberacion, Perspectivas (1971) kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris dengan judul the theology of liberation padatahun 1973.4

Sebelum mengeksplorasi lebih jauh teologi pembebasan, adabaiknya menyimak penjelasan makna teologi dan beberapaistilah penting yang terkait dengan teologi. Term theology berasaldari bahasa Yunani dan berakar dari dua kata, yaitu theosberarti Allah dan logia berarti perkataan. Teologi adalah bidangilmu yang mempelajari iman, tindakan dan pengalaman agamakhususnya tentang hubungan Allah dengan dunia ini.5 MenurutHarun Nasution, teologi dimaknai sebagai ajaran-ajaran dasardari suatu agama. Artinya siapa saja yang ingin menyelamiagamanya maka perlu mempelajari teologi yang terdapat dalamagamanya. Teologi dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ushûlal-dîn, sehingga buku-buku yang membahas teologi disebut kitabushûl al-dîn. Ajaran-ajaran dasar itu disebut aqâ’id, credos ataukeyakinan-keyakinan. Teologi dalam Islam disebut juga ‘ilmu altauhid. Tauhid sendiri bermakna esa atau satu. Teologi Islam

3Lihat Michael Amaladoss, Life in freedom: Liberation Theologies from Asia,diterjemahkan oleh A Widyamartala dan Cinderalas, Teologi Pembebasan Asia,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000). h. 265

4Elizabeth Lavita, The Liberation of Gustavo Gutierrez: A Dialectic Reconciliation ofHegel and Marx, Thesis unpublished, tt, h. 4.

5Lihat Henk ten Napel, Kamus Teologi: Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gunung Mulia,2006), h. 310.

Page 11: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 3

seringkali juga disebut ilmu kalam yang berarti ilmu tentangkata-kata atau sabda Tuhan. Disebut ilmu kalam karena kaumteolog Islam bersilat dengan kata-kata dalam mempertahankanpendapat dan pendirian masing-masing. Dengan kata lain,tidak ada pembedaan antara term teologi itu sendiri dengankalam karena sama-sama memperbincangkan sabda-sabdaTuhan.6 Hanya saja, Seyyed Hossein Naser cenderungmembedakan antara teologi dan ilmu kalam. Ilmu kalammenurutnya tidak menempati posisi yang sangat sentral dalambangunan pemikiran Islam, seperti teologi bagi orang-orangKristen Barat. Jika teologi Kristen Barat telah melewati fase yangsangat panjang dengan mengandung muatan-muatankeagamaan maka ilmu kalam menempati posisi yang lebihperiferal.7 Hal yang sama apa yang diutarakan oleh AminAbdullah bahwa mempersamakan term teologi dan kalam kurangtepat karena teologi itu sendiri berasal dari khazanah BaratKristen sementara kalam lahir dari tradisi intelektualisme Islam.8

Pendapat ini diperkuat dengan penelusuran penulis padabeberapa ensiklopedia, antara lain encyclopedia ofreligion,ditemukan bahwa “theology is the knowledge of Chris-tian God and Christ.9

6Lihat Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan(Cet. V; Jakarta: UI Press, 2009, h. ix.

7Dalam tradisi Kristen, teologi tidak hanya berusaha memberikan suatupertahanan rasional untuk keyakinan, tetapi ia juga berusaha memberikan suatu“pintu masuk” realitas tertinggi bagi kehidupan jiwa seperti ditemukan dalam teologimistik Dioniysius the Areopagite atau dalam konteks Protestan dalam Theologica GermanicaMarthin Luter. Hal yang seperti ini tidak terjadi dalam Islam di mana kalam yangberarti kata telah berkembang menjadi ilmu yang memperbincangkan kemapananaliran-aliran pemikiran Islam dan memberikan argumen-argumen demi menjawabkeraguan. Lihat Seyyed Hossein Nasr, Theology, Philosophy and Spirituality, diterj. olehSuharsono, Intelektual Islam; teologi, Filsafat dan Gnosis (Cet.I; Yogyakarta: CIIS Press,1995), h. 11-12. Lihat juga Afif Muhammad, Dari Teologi ke Ideologi: Telaah atas Metodedan Pemikiran Teologi Sayyid Quthb (Bandung: Pena Merah, 2004), h. 5.

8Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Post-modernisme (Yogyakarta: PustakaPelajar, 1997), h. 80.

9Mircea Eliade (Ed.), The Encyclopedia of Religion (New York: Macmillan LibraryReference, 1986), h. 455.

Page 12: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

4 Pendahuluan

Meskipun demikian, merujuk kepada Amin Abdullah,bahwa pengadopsian tersebut adalah konsekuensi daripergeseran pemikiran Islam yang sangat cepat mengikuti trendperkembangan ilmu dan teknologi. Dengan kata lain, untukmenjadikan Islam câlih li kulli zamân wa makân, maka tidak adajalan lain kecuali harus mengikuti irama perkembanganpemikiran dengan cara berdialektika dengan zaman. Terlepasdari perdebatan istilah diatas, penulis lebih cenderungmenggunakan teologi dibandingkan dengan kalam, untukmelihat progresivitas pemikiran Islam sebagaimana terkandungdalam makna theology itu sendiri.

Kembali kepada teologi pembebasan, teologi ini tidak hanyamembicarakan kewajiban-kewajiban ritual serta janji-janjieskatologis bagi pemeluknya, tetapi lebih dari itu, bagaimanateologi mampu membebaskan pemeluknya dari segala macambentuk penindasan, seperti eksploitasi, hegemoni penguasa,ketidakadilan serta ketimpangan-ketimpangan sosial. Pada titikini, tentu saja berbeda dengan domain teologi klasik tradisionalyang masih sibuk memperbincangkan persoalan-persoalanklasik-dogmatik10 tanpa peduli dengan persoalan-persoalankemanusiaan. Di sinilah makna “pembebasan” yang berarti“memanusiakan manusia” menemukan momentumnya.Dengan kata lain, kesejahteraan dan keadilan untuk manusiamenjadi skala prioritas dari teologi pembebasan. Teologipembebasan tidak hanya berhenti pada tataran teoretis atausibuk dengan dialektika ide-ide pembebasan, tetapi sudah

10Antara lain persoalan-persoalan klasik yang dimaksud adalah pembahasaniman dan kafir, siapa yang masih muslim dan siapa yang sudah kafir dan telah keluardari Islam. Begitupula soal halal dan haram juga termasuk issu-issu klasik. Uraianlebih lanjut lihat Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah AnalisaPerbandingan, h. xi. Issu-issu klasik bisa juga digambarkan dengan posisi akal danwahyu, kebebasan manusia, kekuasaan mutlak Tuhan, keadilan Tuhan, perbuatanTuhan, dan sifat-sifat Tuhan. Lihat Hamka Haq, Pengaruh Teologi dalam Ushul Fikih(Makassar: Alauddin Press; 2013), h. 38-67

Page 13: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 5

memasuki ranah praktis yang merupakan implementasi darikonsep-konsep pembebasan.

Dalam konteks ini, sosok Asghar Ali Engineer, untukselanjutnya disebut Engineer, (1939-2013) perlu mendapatperhatian serius bagi dunia akademik.11 Ia merupakan avantgarde intelektual muslim yang berasal dari Bombay, India, yangserius mengampanyekan sekaligus membumikan teologipembebasan. Engineer tidak hanya berhenti sebagai pemikir,tetapi ia juga sebagai aktivis salah satu kelompok SyiahIsmailiyah, Daudi Bohras (Guzare Daudy).12 Engineer olehMichael Amalados dimasukkan dalam deretan tokoh intelektualdi Asia yang menjadi pelopor teologi pembebasan dalam konteksagama Islam. Engineer selevel dengan Abu A’la Maududi (1903-1979) dan Ali Shariati (1933-1977).13 Engineer meyakini bahwaagama Islam adalah jalan pembebasan yang ia istilahkan sebagaireligiositas yang senantiasa menyatakan keterlibatan emosi yangtulus dengan visi moral dan spiritual yang menunjuk kepadapengalaman manusia yang agung untuk memperjuangkan

11Dalam catatan penulis, Engineer telah menulis lebih dari 40 buku dalam bahasaInggris dan menulis berbagai macam artikel baik dalam skala nasional maupuninternasional.

12Penjelasan lebih lanjut tentang Daudi Bohras, Engineer mengulas dalambukunya yang berjudul The Bohras: Study of the Bohra (or Ismailite) Community in India,(1980). Memahami kelompok Daudi Bohras ini menjadi penting jika ingin memetakanpemahaman keagamaan Daudi Bohras. Dalam catatan pengantar Djohan Effendidalam buku Engineer, Islam dan Pembebasan, ia mengatakan bahwa Daudi Bohrasdipimpin oleh Imam sebagai pengganti Nabi yang dijuluki Amirul Mukminin. Merekamengenal 21 orang Imam. Imam mereka yang terakhir Mawlana Abu al-Qasim al-Thayyib yang menghilang pada tahun 526 H. Namun mereka percaya bahwa ia masihhidup hingga sekarang. Kepemimpinannya kemudian dilanjutkan oleh para da’i (termaini kemudian yang menginspirasi terma Daudi) yang selalu berhubungan denganImam terakhir. Untuk menjadi da’i diperlukan 94 kualifikasi yang diringkas menjadi4; 1. Pendidikan, 2. Administratif, 3. Moral dan teoretikal, 4. Kualifikasi keluarga dankepribadian. Menariknya, di antara kualifikasi itu, seorang da’i harus tampil sebagaipembela umat yang tertindas dan berjuang melawan kedhaliman. Di sinilah posisiAsghar Ali Engineer menjadi penting karena ia adalah seorang da’i dan sekaliguspemimpin dari kelompok Daudi Bohras.

13Lihat Michael Amaladoss, Life in freedom: Liberation Theologies from Asia, diterjemahkanoleh A Widyamartala dan Cinderalas, Teologi Pembebasan Asia, h. 216-247.

Page 14: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

6 Pendahuluan

harkat kemanusiaannya. Menurutnya, teologi pembebasanadalah pengakuan terhadap perlunya memperjuangkan secaraserius problem bipolaritas spiritual-material kehidupan manusiadengan menyusun kembali tatanan sosial sekarang dengan carayang lebih baik, lepas dari sifat eksploitatif, adil dan egaliter.14

Barangkali ini yang menjadi alasan Engineer mengapa ia lebihcenderung menyebut teologi pembebasan dibandingkan kalampembebasan karena sifat progresivitas dan revolusioner darimakna teologi itu sendiri.

Sebagai seorang aktivis sekaligus pemikir, Engineer memangberbeda dengan pemikir muslim lain yang lebih banyak berkutatpada tataran wacana seperti Mohammed Arkoun (1928-2010)yang berusaha membongkar rancang bangun pemikiran Islamdengan menawarkan pisau analisa hermeneutik historis.15

Begitupula ia berbeda dengan Mohammad Shahrur (l.1938),seorang intelektual muslim dari Syria yang menawarkan gagasanpembacaan baru terhadap al-Qur’an.16 Engineer juga berbedadengan Hassan Hanafi (l.1935) di Mesir yang terkenal dengangagasan al-yasar al-Islami (Kiri Islam) yang menulis karya monu-mental minal aqîdah ila al-thaurah (dari teologi ke revolusi)sebanyak 5 jilid.17 Selain itu ia berbeda dengan Ziaul Haque yang

4Asghar Ali Engineer, Islam and Its Relevance to Our Age, diterjemahkan oleh HairusSalim HS dan Imam Baehaqy, Islam dan Pembebasan (Yogyakarta: LKiS, 1993), h. 80.

15Lihat Muhaemin Latif, Islamologi Terapan: Membongkar Bangunan Pemikiran Islam alaMohammed Arkoun (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012)

16Muhammad Shahrur, al-Kitab wa al-Qur’an; Qirâah Muashirah (Damaskus: al-Ahalial-Thibaah, 1990).

17Sebenarnya secara teoretis, apa yang dieksplorasi oleh Hassan Hanafi adalah bentukpencarian energi pembebasan dalam turats Islam. Turats tidak hanya sekedar warisanilmu pengetahuan masa lampau, tetapi ia juga bisa menjadi pendobrak energi progresifdan pendobrak tentang kesadaran berpikir dan berprilaku. Hassan Hanafi menyebutturats sebagai penjaga gerbang dan pelestari “anarkisme”. Dalam anarkisme terkandungsemangat revolusi pembebasan dan menjadi pendorong perubahan sosial menujumasyarakat egaliter dan demokratis, terbebas dari belenggu otoritarianisme. Bahkangerakan-gerakan anti globalisasi adalah produk dari anarkisme yang di dalamnyaterkandung energi pembebasan. Lihat Hassan Hanafi, Dirâsah Islamiah, diterjemahkanoleh Miftah Faqih, Islamologi I: Dari Teologi Statis ke Anarkis, (Yogyakarta: LKiS, 2004).Hanya saja, sejauh penelusuran penulis, ide pembebasan dari Hassan Hanafi masihberkutat pada tataran teoretis. Hassan Hanafi sendiri tidak pernah menyebut dalambukunya teologi pembebasan sebagaimana Asghar Ali Engineer.

Page 15: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 7

menulis buku yang sedikit provokatif, Revelation and Revolutionin Islam (wahyu dan revolusi dalam Islam).18 Penulis melihat gayapemikiran Engineer mirip dengan Sayyid Quthb19 dengan revolusiIslamnya dan Ali Syariati dengan ide pemberontakannya.

Melalui Daudi Bohras, Engineer berusaha mengimplementasikangagasan-gagasannya sehingga seringkali harus berhadapan dengangenerasi tua yang cenderung konservatif dan anti kemapanan. Iatidak hanya sekadar merumuskan teologi pembebasan, tetapi iakemudian mengajak generasi muda untuk merekonstruksi teologimenjadi teologi yang radikal transformatif sehingga bisa melahirkanteologi yang peduli dan sensitif terhadap realitas sosial. Ia meyakinibahwa agama Islam sarat dengan nilai-nilai pembebasan. Engineermengawali dengan telaah sejarah kehidupan Mekkah sebelumdatangnya Islam. Mekkah menjadi pusat bisnis dan merupakanjalur perdagangan antara pedagang Arabiah Utara ke ArabiaSelatan. Mekkah juga menjadi pertemuan para pedagang darikawasan Laut Tengah, Teluk Parsi, Laut Merah melalui Jeddah,bahkan dari Afrika. Dengan modal geografis demikian, Mekkahkemudian berkembang menjadi pusat keuangan dari kepentinganinternasional yang besar.20 Terkait hal tersebut, menarik untukdisimak uraian W. Montgomery Watt tentang kondisi Mekkah padawaktu itu, sebagaimana dikutip oleh Engineer:

Mekkah bukan sekedar pusat jual beli, ia juga merupakansentra keuangan…Nyatanya transaksi keuangan yang luarbiasa sibuk memang terjadi di kota ini. Orang-orangterkemuka di Mekkah pada jamannya Muhammadmerupakan para kapitalis ulung dalam mengelola kredit,

18Johan Effendi, “Memikirkan Kembali Asumsi Pemikiran Kita” Kata Pengantarbuku Asghar Ali Engineer, Islam and Its Relevance to Our Age, diterjemahkan olehHairus Salim HS dan Imam Baehaqy, Islam dan Pembebasan (Yogyakarta: LKiS, 1993),h. v-vi.

19Sayyid Quthb, Islam: the Misunderstood Religion, diterj. oleh Fungky KusnaedyTimur, Islam Agama Pembebas (Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2001), h. 232.

20Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 3.

Page 16: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

8 Pendahuluan

mahir berspekulasi dan jeli dalan melihat segala peluanginvestasi menguntungkan, baik dari Aden, Gaza maupunDamaskus. Jala-jala keuangan yang telah mereka rajut tidakhanya menjaring penduduk Mekkah, namun juga banyakorang yang terkemuka di sekitarnya. Al-Qur’an turun bukandalam lingkungan yang bergurun, melainkan lingkungandengan tingkat perputaran uang yang sangat tinggi.21

Hanya saja, menurut Engineer, kondisi Mekkah tersebuttidak memberikan implikasi distribusi kekayaan yang meratakepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain, kekayaanhanya dimonopoli oleh segelintir elit masyarakat sedangkanmasyarakat pinggiran (Arab Badui) tetap saja tidakmendapatkan keuntungan dari kondisi Mekkah yang strategis.Mereka tetap hidup di bawah garis kemiskinan dan tidakmampu bersaing dengan kelompok elit masyarakat.22

Kondisi tersebut di atas terjadi karena sistem perdaganganyang bersifat kapitalistik dan tidak berpihak kepadamasyarakat pinggiran. Kehadiran Nabi Muhammad saw. yangoleh Engineer disebut sebagai revolusioner baik dalam ucapanmaupun tindakan, telah membebaskan masyarakat Arab darisistem perdagangan yang monopolistik menjadi sistemdistribusi yang lebih adil dan merata. Singkatnya, Nabi telahmembebaskan masyarakat Arab dari krisis moral dan sosialyang lahir dari penumpukan kekayaan yang berlebih-lebihansehingga menyebabkan kebangkrutan sosial. Islam kemudianmenjadi gerakan transformasi dengan misi perubahan sosialekonomi yang radikal.23 Sejalan dengan Engineer, SayyidQuthb (1906-1966), sebagaimana dikutip oleh Eky Malaky, jugamenganggap bahwa risalah Muhammad saw. adalah revolusi

21Asghar Ali Engineer, Islamic State, diterj. oleh Imam Muttaqin, Devolusi NegaraIslam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 17-18.

22Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, h. 423Asghar Ali Engineer, Islamic State, h. 5

Page 17: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 9

yang membebaskan manusia secara total yang mencakupsegala segi kehidupan manusia, dan menghancurkan berhala-berhala, terlepas dari apapun namanya, yang terdapat dalamsegi-segi kehidupan manusia itu. Berhala-berhala yangdimaksud oleh Sayyid Quthb adalah kefanatikan agama, SARA(suku, agama dan ras), sistem kelas, perbudakan modern, sertapenguasa yang tiranik.24

Situasi sosial di atas yang melatari lahirnya Islam sebagaiagama pembebasan mirip dengan kondisi yang menginspirasilahirnya teologi pembebasan di Amerika Latin pada tahun 1960-an. Kebanyakan negara-negara Amerika Latin, ekonomi dikuasaioleh negara bersama kapitalis-kapitalis sejati serta berkorporasidengan lembaga-lembaga moneter internasional seperti IMF(International Monetary Fund) dan bank dunia, maupunkorporasi lintas negara dan konglomerat nasional. Kondisitersebut melahirkan ketimpangan dan kesenjangan sosialekonomi pada sebagian besar negara Amerika Latin. Militerismedalam negeri bekerja sama dengan kapitalisme liberal asing yangpada gilirannya semakin memperlebar ketimpangan danketidakadilan. Para aktivis sosial yang mencoba melakukanperlawanan terhadap penguasa yang tiranik kemudianditangkap dan dibunuh. Mereka dihabisi dengan alibi menjagastabilitas politik dalam negeri. Suasana teror dan ketakutandiciptakan dalam segala lini kehidupan. Membicarakan issu-issu kemiskinan, korupsi, nepotisme adalah “dosa besar” bagirakyat.25 Konsekuensinya, masyarakat semakin tertindas dankemiskinan pun merajalela akibat pola distribusi kekayaan yangtidak merata. Begitulah gambaran carut marutnya sistem politikyang terjadi di wilayah Amerika Latin.

24Ekky Malaky, Dari Sayyid Qutub, Ali Syariati, The lord of the Rings hingga keBollywood, (Cet. I; Jakarta: Lentera, 2004), h. 18.

25Fr Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan: Sejarah, Metode, Praksis dan Isinya(Cet.I; Yogyakarta: LKiS, 2000), h. x-xi.

Page 18: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

10 Pendahuluan

Jika ditelusuri lebih jauh, menurut penulis, deskripsi ini miripdengan situasi Indonesia pada 1980-an, di mana orde baru menjadipenguasa tiranik yang siap menghabisi lawan-lawan politiknya danmelakukan tindakan represif terhadap para aktivis yang melakukanprotes. Praktek perdagangan dimonopoli oleh klan-klan dan kroni-kroni orde baru. Akibatnya disparitas ekonomi semakin lebar.Perlawanan terhadap rezim ini hanya akan melahirkan korban-korban penculikan dan pembunuhan. Tidak terhitung aktivis-aktivisyang kemudian berakhir di penjara sebagai tapol (tahanan politik)dan tidak sedikit juga yang tidak teridentifikasi rimbanya. Selain itu,teror dan intimidasi selalu menghantui kehidupan masyarakat. Padaakhirnya, kemiskinan dan ketertindasan menggurita di sebagianbesar wilayah Indonesia.

Ironisnya, teologi seakan “diam” dan tidak memberikan reaksiatas ketertindasan dan memberikan jalan keluar bagi pemeluknya.Padahal teologi, sebagaimana diungkapkan oleh Gutierrez (1971),bukan merupakan kebijaksanaan, bukan pula pengetahuan rasionalmelainkan refleksi kritis atas praksis sejarah pembebasan. Dalamkonteks Amerika Latin, hal tersebut berarti praksis pembebasan daribelenggu sosial, ekonomi, dan politik, dari sistem yang mengingkarikemanusiaan dan dari kedosaan yang merusak hubungan manusiadengan Tuhannya. Singkatnya, teologi bukan untuk menciptakanideologi yang membenarkan suatu status quo.26 Teologi pembebasanGutierrez tidak hanya bersifat orthodoxy (memantapkan ajaran) danbukan pula hanya orthopraxis (menuntut dijalankan tindakanmendunia dan menuju Allah), tetapi bersifat heteropraxis yaitugabungan antara orthodoxy dan orthopraxis yang berujung kepadatindakan konkret berupa humanisasi dan pembebasan manusia darisegala model penindasan.27

26Gustavo Gutierrez, A Theology of Liberation; History, Politics and Salvation, terj. C.India dan John Eagleeson (Maryknoll: Orbis Books, 1973), h. 235.

27Gustavo Gutierrez, A Theology of Liberation; History, Politics and Salvation, h. 236.

Page 19: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 11

Senada dengan Gutierrez (1973), Th Sumartana,sebagaimana dikutip oleh Budhy Munawwar Rahman dalamcatatan pengantar buku Kamaruddin Hidayat, bahwatantangan teologi pada masa sekarang bukan lagi pada beautycontest dari doktrin normatif teologi sebab yang diperlukanadalah respons teologi terhadap persoalan-persoalankemanusiaan. Eksistensi sebuah teologi sebenarnya tidak terletakpada upaya keras menjaga kemurnian doktrin-doktrinkeagamaan, tetapi kemampuannya menjawab masalah-masalah kemanusiaan.28 Dengan kata lain, teologi apapun kalautidak memiliki atensi terhadap realitas kemanusiaan maka disinilah terjadi, meminjam bahasa Kamaruddin Hidayat,“kebingungan teologis”. Artinya bangunan doktrin teologi yangbertahun-tahun dianggap valid oleh pengikutnya dan dirasakanbisa memberi rasa nyaman bagi kegelisahan psikologis danintelektual ternyata akan menciptakan kebingungan dan padaakhirnya pemeluk teologi akan melakukan gugatan serius.29

Padahal teologi dalam perkembangannya tidak hanya berbicarapada pengetahuan tentang Tuhan tetapi juga berkaitan denganpengalaman historis dan kehidupan sehari-hari umat Islam.Vergilius Vern mengatakan, sebagaiman dikutip oleh AfifMuhammad, “theology is a study of the question of God andthe relation of God to the world of reality”.30

Tampaknya, ide Gutierrez dan Th. Sumartana di atasrelevan dengan makna teologi pembebasan menurut Asghar AliEngineer. Ia mengatakan bahwa teologi pembebasan melaluiempat tahap penting. Pertama, teologi pembebasan dimulaidengan melihat kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.

28Kamaruddin Hidayat, Agama Masa Depan, Perspektif Filsafat Perennial, (Jakarta:Paramadina, 1995), h. xxxviii

29 Kamaruddin Hidayat, Agama Masa Depan, Perspektif Filsafat Perennial, h. 125.30Afif Muhammad, Dari Teologi ke Ideologi; Telaah atas Metode dan Pemikiran Teologi

Sayyid Quthub, h. 5.

Page 20: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

12 Pendahuluan

Kedua, teologi ini tidak menginginkan status quo yangmelindungi golongan kaya yang berhadapan dengan golonganmiskin. Ketiga, teologi pembebasan dapat memainkan peranpenting dalam membela kelompok marginal, sertamemperjuangkan kelompok ini dengan membekalinya dengansenjata ideologis yang kuat untuk melawan golongan yangmenindasnya. Keempat, teologi pembebasan tidak hanyamengakui satu konsep metafisika tentang takdir dalam rentangsejarah umat Islam, namun juga mengakui bahwa manusiabebas menentukan nasibnya sendiri.31

Menurut Engineer, konsep kebebasan adalah modal utamateologi pembebasan. Kebebasan untuk memilih dan kebebasanuntuk keluar (transendensi diri) menuju kondisi kehidupanyang lebih baik. Teologi pembebasan memberikan manusiakebebasan untuk melampaui situasi kekiniannya dalam rangkamengaktualisasikan potensi-potensi kehidupan yang baru dalamkerangka kerja sejarah. Hal inilah yang menyebabkan sehinggateologi pembebasan membutuhkan kerja keras untukmemperoleh kehidupan yang lebih baik. Teologi pembebasanbukanlah untuk pelipur lara dan justifikasi atas penderitaandan kesengsaraan dengan menganggapnya sebagai takdir yangtidak bisa dihindari. Teologi pembebasan adalah teologiperjuangan (jihad). Teologi ini tidaklah membela konsep “Godof gaps” yang ditugaskan untuk mengisi kekosongan temporerdalam ilmu pengetahuan dan keterbatasan-keterbatasantemporer teknologi dengan hipotesis metafisisnya. Ia jugamenolak konsep “God of Alibis” yang dibangun berdasarkanargumen-argumen bahwa kegagalan dan ketertindasanmanusia adalah bentuk intervensi super-natural. Dengan katalain, teologi pembebasan tidak mencari Tuhan dalamketerbatasan kekuatan manusia atau dalam kegagalannya.

31Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 2.

Page 21: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 13

Tetapi pada diri manusia ada kreativitas dan kematangan untukmerumuskan teologi yang berpihak kepada mereka.32

Penjelasan Engineer di atas mirip dengan ungkapan SayyidQuthb, sebagaimana dikutip oleh Ekky Malaky bahwa Islamadalah suatu kekuatan pembebasan, yang bergerak di atas duniauntuk membebaskan manusia dari rantai yang membelenggumereka, dan memberikan kepada mereka kebebasan, cahayadan kehormatan diri, tanpa menimbulkan suatu kefanatikanagama.33 Menurut penulis, apa yang diinginkan oleh Engineersebenarnya adalah bentuk pemihakan bahwa teologi hadiruntuk memberikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan bagiumat manusia. Teologi tidak lahir hanya untuk memberikankenikmatan-kenikmatan personal untuk penganutnyakemudian mengabaikan persoalan sosial kemasyarakatan.Teologi juga tidak lahir untuk membuat penganutnya menjaditerbelenggu baik dalam aspek sosial, politik serta ekonomi. Disinilah letak urgensi teologi pembebasan menurut Asghar AliEngineer yang tidak hanya merekonstruksi terma-terma dalamIslam yang menurutnya seringkali disalahpahami, tetapi jugamampu menghadirkan wajah teologi Islam lebih humanis danegaliter. Antara lain Engineer merekonstruksi definisi mukmindan kafir dengan mengatakan bahwa orang kafir itu tidakhanya ingkar pada persoalan ritual normatif, tetapi kafirsesungguhnya adalah orang-orang yang menumpuk kekayaandan terus membiarkan kezaliman dalam masyarakat sertamerintangi upaya-upaya menegakkan keadilan. Dalam bahasaAli Syariati (1933-1977), sebagaimana dikutip oleh MuslimAbdurrahman, bahwa kafir sebenarnya merujuk kepada orang-orang yang tidak mau menegakkan kebenaran dan keadilan.34

32Asghar Ali Engineer, Islam dan pembebasan, h. 8333Ekky Malaky, Dari Sayyid Quthb, Ali Syariati, The lord of the Rings hingga ke Bollywood,

h. 19.34Muslim Abdurrahman, Islam sebagai Kritik Sosial (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 101.

Page 22: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

14 Pendahuluan

Demikian pula seorang mukmin sejati bukanlah hanya sekadarpercaya kepada Allah akan tetapi ia harus menjadi mujahidyang berjuang menegakkan keadilan, melawan kezaliman danpenindasan. Demikianlah salah satu gagasan Engineer dalammemaknai terma-terma penting dalam ajaran Islam. Sekali lagi,uraian-uraian di atas menjadi isyarat urgensi kajian teologipembebasan Asghar Ali Engineer dalam konteks kekinian.

Buku ini pada akhirnya akan meminjam teori dari FrWahono Nitiprawiro yang mengatakan bahwa perbincanganteologi pembebasan mengarah kepada tiga skema. Pertama,pembebasan dari belenggu ekonomi, sosial dan politik yangdipelopori oleh Gutierrez pada tahun 1973, atau pembebasandari alienasi kultural oleh Segundo Galilea (1975), danpembebasan dari kemiskinan dan ketidakadilan yang dicetuskanoleh Ronaldo Munoz (1974). Kedua, pembebasan dari kekerasanyang melembaga (Gutierrez), atau pembebasan dari lingkaransetan kekerasan (Galilea), atau pembebasan dari praktik-praktikyang menentang usaha pemanusiaan manusia (Munoz). Ketiga,Pembebasan dari dosa yang memungkinkan manusia masukdalam persekutuan dengan Tuhan dan semua manusia(Gutierrez), pembebasan dari spiritual menuju pemenuhanKerajaan Allah (Munoz), atau pembebasan mental, yaitupenerjemahan dan penginkarnasian iman dan cinta dalamsejarah yang kongkret yang ditandai oleh Salib Kristus sebagaisalib cinta yang mengalahkan kuasa dosa yang terjelma dalamsituasi kekerasan.

Tampaknya ada kemiripan teologi pembebasan Engineerdengan dua skema di atas terutama terkait dengan pembebasandari belenggu ekonomi, sosial dan budaya. Begitupulapembebasan dari kekerasan yang melembaga serta pembebasandari usaha atau praktik yang tidak memanusiakan manusia.Dengan kata lain, sikap humanis menjadi titik sentral dari bagian

Page 23: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Pendahuluan 15

teologi pembebasan Engineer. Namun demikian, skema ketigadi atas tidak sejalan dengan misi teologi pembebasan Engineer.Engineer sendiri memiliki empat langkah dalam menjabarkanteologi pembebasannya. Pertama, dimulai dengan kehidupanmanusia di dunia dan akhirat. Kedua, teologi pembebasan tidakmenginginkan status quo yang melindungi golongan kaya yangberhadapan dengan golongan miskin. Ketiga, teologipembebasan memainkan peran penting dalam membelakelompok-kelompok tertindas dan membangun gerakan untukmelawan penindasan tersebut. Keempat, teologi pembebasantidak hanya mengakui satu konsep metafisika tentang takdirdalam rentang sejarah umat Islam, namun mengakui bahwamanusia bebas menentukan nasibnya sendiri. Teori inilah yangkemudian dipakai oleh peneliti dalam mengelaborasi teologipembebasan Engineer. [*]

Page 24: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

16 Pendahuluan

Page 25: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 17

BAB II

A. Setting Sosial-Politik India Sebelum dan SemasaAsghar Ali Engineer

Situasi sosial-politik India1 menjelang kelahiran Asghar AliEngineer pada tahun 1939 masih tidak menentu. Di satu sisi,India belum melepaskan diri dari otoritas Inggris yang telahmendudukinya sejak 1612.2 Fase abad 19 sendiri, diistilahkanoleh Wilfred Cantwell Smith, sebagai fase kedua imperialismeInggris di mana India masih menjadi obyek pemasaran produk-

ASGHAR ALI ENGINEER:POTRET SEORANG INTELEKTUAL

DAN AKTIVIS

1India modern adalah sebuah negara republik federal di Asia Selatan, denganibukota New Delhi. Wilayahnya seluas 3.287.782 km2 terletak di antara Laut Arab diBarat dan Teluk Benggala di Timur. Di utara, negeri ini berbatasan dengan pegununganHimalaya, China dan Nepal. Di Timur berbatasan dengan Myanmar, di timur lautdengan Bangladesh, di barat laut dengan Pakistan dan Afganistan, dan di selatanberbatasan dengan Samudera Hindia. Uraian lebih lanjut, lihat Nina M. Armando (etal), Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), h. 177.

2Tahun tersebut ditandai dengan satu Pakta (perjanjian) yang dibuat oleh RatuElizabeth I untuk membangun perusahaan East India Company yang menjadi sentraperdagangan antara Inggris dengan India. Meskipun dalam perkembangannya tidakberjalan mulus, karena pihak Perancis juga membangun French India Company diIndia. Tujuannya sama yaitu membangun perdagangan dengan India. Persaingandagang ini melahirkan pertempuran antara Inggris dan Perancis. Karena kekuatanarmada perang yang hebat, maka Inggris kemudian memenangkan pertempuranyang terjadi pada tanggal 23 Juni 1757. Di sinilah awal imperialisme dan kolonialismeInggris atas India yang sebelumnya hanya ditandai sebagai hubungan dagang. Uraianlebih lanjut, lihat Renny Faqih, “Penjajahan India”, diambil dari https://www.academia.edu/4120187/Penjajahan_India, (tanggal 19 Pebruari 2015). Indiasendiri memperoleh kemerdekaannya dari kolonialisme Inggris pada tanggal 15Agustus 1947. Jadi selama 190 tahun, India berada dibawah imperialisme Inggris.Uraian lebih lanjut lihat Lihat Nina M. Armando (et al), Ensiklopedi Islam, h. 177.

Page 26: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

18 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

produk Inggris. Pada fase ini juga, masyarakat India yang terdiridari berbagai elemen, mulai dari level bawah, menengah sampaikepada level elit semuanya mengalami infiltrasi dengan budayaliberal Inggris.3 Pada saat yang bersamaan, komunitas HinduIndia dan komunitas Muslim India belum menemukan titik-titikkesamaan dalam membangun nasionalisme India. Politikkonfrontatif masih mewarnai hubungan antara dua kelompoktersebut. Hindu yang menjadi agama mayoritas masyarakatIndia cenderung tidak memberikan ruang kepada kelompokMuslim yang menjadi agama minoritas India. Sementara di sisilain, kelompok umat Islam juga menaruh curiga kepada taktikdan strategi politik kelompok Hindu yang menurutnya akanmenyingkirkan umat Islam dalam konteks politik India.

Jika dibuka lembaran sejarah India, pasang surut hubungankelompok Hindu dan kelompok Muslim memang telahmewarnai sejarah India. Masing-masing dari mereka mengklaimbahwa negara India adalah miliknya, sementara kelompok laindianggap sebagai pendatang. Terkait dengan hal tersebut,menarik untuk menyimak penjelasan Buya Hamka (1908-1981),ia mengatakan bahwa ratusan tahun sebelum Nabi Isa a.s. lahir,India4 telah menempati kedudukan yang tinggi dalam sejarahperadaban dunia, terutama dalam soal keagamaan danmetafisika. Di sanalah awal mula munculnya agama Brahmanayang terkenal itu, dan di India pula lahir Budha Gautama.5

Kalau demikian, maka kelompok yang pertama kali tinggal diIndia adalah kelompok agama Hindu dan kelompok agamaBudha, sementara kelompok agama Islam datang belakangan.

3Wilfred Cantwell Smith, Modern Islam in India: A Social Analysis (Victor Gollancs:London, 1946), h. 10

4Nama India sendiri berasal dari nama sungai Sindu yang ada di benua India.Sind juga telah menjadi nama tempat kedudukan negara Pakistan yang sekarang inimenjadi Karachi. Uraian lebih lanjut lihat Hamka, Sejarah Umat Islam (Cet II: Singapura;Pustaka Nasional, 1997), h. 482.

5Hamka, Sejarah Umat Islam (edisi baru), h. 482.

Page 27: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 19

Menurut Buya Hamka, India memang secara resmi masukwilayah teritorial Islam pada masa pemerintahan Abdul Malikbin Marwan (646-705), khalifah kelima Bani Umayyah.Meskipun demikian pada masa Khalifah Umar bin Khattab(579-644) dan Khalifah Usman bin Affan (577-656), usaha-usahatersebut terus dilakukan namun gagal.6 Pada masa Abdul Maliklah, di bawah komando perang yang masih sangat muda denganusia 17 tahun, Muhammad bin al-Qasim (695-715) mampumenaklukkan Sind atau India dengan modal hanya 6000tentara. Muhammad bin al-Qasim berhasil mengalahkan RajaDahar (agama Hindu) yang memerintah Sind (salah satuwilayah di India) pada waktu itu.7

Namun demikian, kontak perdagangan antara Indiadengan pedagang Arab sudah lama berlangsung. Bahkanmenurut Buya Hamka, kontak tersebut sudah terjalin sebelumkedatangan Islam. Hal ini dibuktikan dengan penemuan pedangyang sangat terkenal di kalangan masyarakat Arab diberi nama“saif Muhammad”, artinya pedang yang ditempa secara India.Begitu pula, beberapa istilah dalam bahasa Arab yang diyakinisebagai resapan dari agama Hindu, misalnya kata handasah(ilmu ukur) yang merupakan resapan dari kata Hindu.8

Meskipun Islam bukan sebagai agama awal India, tetapisejarah telah merekam bagaimana Islam telah menorehkan tinta-tinta perjuangan dan kemajuan yang sampai sekarang masihberbekas dalam memori orang India dan umat Islam secaraumum. Setidaknya ada empat tahap pengembangan Islam yangtelah memberi aksentuasi sendiri dalam sejarah India. Pertama,

6Pernyataan Buya Hamka ini berbeda dengan data lain yang penulis temukanbahwa sejak abad ke-1 Hijriah, Islam telah masuk ke India ketika Umar memerintahkanekspedisi. Pada 643, setelah Umar wafat kemudian digantikan oleh Usman bin Affan,orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Lihat Nina M. Armando (et al),Ensiklopedi Islam, h. 178.

7Hamka, Sejarah Umat Islam (edisi baru), h. 483.8Hamka, Sejarah Umat Islam (edisi baru), h. 482.

Page 28: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

20 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

masa sebelum Kerajaan Mughal (705-1526), kedua, masakekuasaan kerajaan Mughal (1526-1858), ketiga, masa kekuasaanInggris (1858-1947), dan keempat, Islam pada kekuasaan negaraIndia sekuler (1947 sampai sekarang).9

Dalam konteks politik India modern, polemik antara Hindudan Islam di India ini bisa dilihat bagaimana Jawaharlal Nehru(1889-1964), sesaat setelah diadakan pemilihan di India padatahun 1937, mengatakan bahwa India hanya memiliki duakekuatan politik, yaitu Partai Kongres dan Pemerintah Inggris.Partai Kongres dalam pemilu tersebut mendapatkankemenangan besar, sedangkan partai Liga Muslimin10 tidakmemperoleh suara yang signifikan dan dianggap tidak memilikipengaruh yang besar terhadap peta perpolitikan nasional In-dia. Golongan Nasional India merasa kuat untuk mengangkatanggota-anggotanya menjadi menteri di daerah-daerah, dankalaupun ada yang diangkat dari kelompok Islam, maka merekaadalah pengikut Partai Kongres dan bukan pengikut LigaMuslimin. Efek dari kebijakan politik dalam negeri India inimenjadikan kekuasaan Hindu mulai terasa di daerah-daerahdi mana umat Islam menjadi mayoritas.11

Kondisi di atas menambah kecurigaan umat Islam sehinggaterus berjuang lewat Liga Muslimin. Liga Muslimin India sendirididirikan bertujuan untuk mengakomodir kepentingan umatIslam India dalam kontestasi politik. Penting dicatat bahwa umatIslam di India adalah kelompok minoritas dan akan mengalamikesulitan dalam pemilihan umum ketika berhadapan denganumat Hindu yang mayoritas. Oleh karena itu, umat Islammenuntut untuk diberikan daerah-daerah pemilihan terpisah

9Lihat Nina M. Armando (et. al), Ensiklopedi Islam, h. 177.10Uraian lebih lanjut, lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah

Pemikiran dan Gerakan (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 174-176.11Uraian lebih lanjut, lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah

Pemikiran dan Gerakan, h. 196.

Page 29: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 21

dimana umat Islam menjadi mayoritas sehingga mereka bisamendapatkan kursi di parlemen. Argumen inilah yang menjaditujuan utama pendirian Liga Muslimin India.12 Kekalahan LigaMuslimin tersebut di atas pada pemilihan daerah India 1937juga memberi dampak yang besar terhadap kepentingan umatIslam India yang dirasakan hanya bisa terjamin melaluipembentukan negara tersendiri dan terpisah dari negara umatHindu di India. Sebagai tindak lanjut atas kekalahan LigaMuslimin di atas, organisasi ini mengadakan sidang tahun 1940di Lahore yang mencetuskan suatu resolusi yang lebih dikenaldengan “Resolusi Lahore” yang isinya antara lain: 1) Umat Is-lam India merupakan suatu bangsa yang memerlukan suatutanah air terpisah untuk dapat hidup sebagaimana merekakehendaki, bebas dan terhormat. 2) Daerah yang secara geografisberdampingan dan berpenduduk mayoritas muslim seharusnyajuga menjadi negara baru. Dua isi resolusi Lahore tersebutmenyiratkan bahwa Liga Muslimin telah menyetujuipembentukan negara tersendiri untuk umat Islam India, yangdiberi nama Pakistan13 dan dinyatakan sebagai tujuanperjuangan Liga Muslimin India.14

Sebenarnya perjuangan umat Islam India untukmendapatkan ruang politik di India sudah berlangsung lama.Kondisi ini terlihat bagaimana Liga Muslimin India sebagaiwadah perjuangan umat Islam India sudah didirikan sejaktanggal 30 Desember tahun 1906 di Dacca yang diinisiasi olehNawab Muhsin al-Mulk (1837-1907) yang lebih populer dengan

12Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,h. 196.

13Nama Pakistan diambil dari nama beberapa kota di India. P diambil dariPunjab, A dari Afghan, K dari Kasmir, S dari Sindi dan TAN dari Balukhistan.Sumber lain mengatakan bahwa nama Pakistan berasal dari kata Persia “pak” yangberarti suci dan “stan” yang berarti negara. Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalamIslam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 194.

14Lihat Nina M. Armando (et al), Ensiklopedi Islam, h. 186.

Page 30: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

22 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

nama Sayyid Mahdi Ali. Jika ditelusuri lebih jauh, maka embriodari Liga Muslimin India adalah gerakan Aligarh yangdipelopori oleh Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) bersamamurid dan pengikutnya. Gerakan Aligarh sendiri adalah motorpenggerak pembaharuan di kalangan Umat Islam India padaakhir abad ke-19. Tanpa adanya gerakan ini, gagasan-gagasanpembaharuan Islam di India yang dipelopori oleh Amir Ali,Muhammad Iqbal, Maulana Kalam Azad akan mengalamikesulitan. Gerakan Aligarh ini pula yang meningkatkankesadaran umat Islam India dari kemunduran menujukemajuan. Singkatnya gerakan ini menjadi inspirator lahirnyaLiga Muslimin India pada awal abad ke-20 yang pada gilirannyamenjadi cikal bakal negara Pakistan. Tercatat tokoh-tokohseperti Sayyid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1876-1938), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948) pernah menjadipembesar Liga Muslimin India.15 Muhammad Iqbal sendirimenjadi presiden Liga Muslimin pada tahun 1930, MuhammadAli Jinnah terpilih pada tahun 1913, kemudian terpilih kembalitahun 1934. Di bawah kepemimpinan Ali Jinnah (periodekedua), Liga Muslimin India menjadi gerakan rakyat yang kuat.Kondisi yang jauh berbeda dengan periode sebelumnya di manaLiga Muslimin cenderung menjadi organisasi elitis, terdiri darihartawan, intelektual, sedangkan hubungan denganmasyarakat grass root (akar rumput) tidak tersentuh.16

Salah satu prestasi besar dari Liga Muslimin India yangdipelopori oleh Muhammad Ali Jinnah adalah keluarnyakeputusan Inggris untuk menyatakan kedaulatan kepada duadewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India.Pada tanggal 14 Agustus 1947, Dewan Konstitusi Pakistandibuka dengan resmi dan keesokan harinya, 15 Agustus 1947

15Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,h.190-100.

16Lihat Nina M. Armando (et al), Ensiklopedi Islam, h. 185.

Page 31: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 23

Pakistan lahir sebagai negara umat Islam India dan India sendirisecara resmi melepaskan diri dari imperialisme dan kolonialismeInggris. Dengan kata lain, hari kemerdekaan India pada tanggal15 Agustus 1947, adalah hari lahirnya Pakistan sebagai negarabaru bagi umat Islam India. Adapun Muhammad Ali Jinnahdiangkat sebagai Gubernur Jenderal pertama Pakistan danmendapat gelar Qaid al-Azam (pemimpin besar) dari rakyatPakistan. Hanya berselang satu tahun setelah terbentuknyanegara Pakistan, Muhammad Ali Jinnah kemudian wafat padabulan September 1948 di Karachi.17

Selain batu sandungan dari umat Hindu sebagai umatmayoritas India terhadap perjuangan Liga Muslimin, tantanganlain juga datang dari internal umat Islam. Salah satunya dariadalah gerakan umat Islam yang ingin mendukungkelangsungan khilafah Islamiah yang berpusat di Turki,Istanbul. Salah satu tokoh revolusioner India yang ikutbergabung di sini adalah Abu A’la al-Maududi (1903-1979).Untuk mendukung gerakannya, Maududi membentukorganisasi Jamaah Islami pada tahun 1940.18 Menurut Maududi,terbentuknya negara Islam Pakistan tidaklah serta mertamenyelesaikan persoalan umat Islam. Pasca kepemimpinan AliJinnah, nyaris tidak ada pemimpin yang bisa merepresentasikanmasyarakat Islam yang sebenarnya sebagaimana menjadiimpian Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah. Merekadianggap gagal membentuk pemerintahan Islam yangmenanamkan nilai-nilai Islam dalam konteks pemerintahanPakistan. Abu A’la al-Maududi sangat getol menyuarakan sikapkritis terhadap pemerintahan Pakistan yang dianggapnya tidakIslami. Dia merupakan propagandis terkemuka dari gerakan

17Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,h. 199

18Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Cet. IV; Bandung:Mizan, 1998), h. 241.

Page 32: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

24 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

khilafah dan menjadi juru bicara gagasan Islam sebagaikonsepsi alternatif bagi kehidupan bermasyarakat danbernegara. Maududi menolak ide-ide Partai Kongres yangtidak berpihak kepada umat Islam India, pada saat yangbersamaan, ia juga menolak nasionalisme Islam yangmerupakan garis perjuangan Liga Muslimin. Nasionalismemenurutnya adalah produk Barat yang berlandaskan kepadakedaulatan rakyat, dan bukan pada kedaulatan Tuhan yangmenjadi karakter Islam. Nasionalisme juga bisa berorientasikepada sekularisme dan pemisahan antara agama dannegara. Selain itu, menurut Maududi, gagasan inibertentangan dengan universalisme Islam dan akanmemperluas perpecahan dalam dunia Islam. Menurutnya,Liga Muslim yang dipimpin oleh Ali Jinnah adalah produksekuler yang sudah terpengaruh sama Barat, dan tidakmampu memberikan pimpinan yang Islami.19

Terkait dengan hal tersebut, Maududi menawarkan“revolusi Islam” sebagai jalan tengah yang ditempuh antaraumat Islam India yang bergabung kepada negara India yangtentu saja didominasi oleh mayoritas Hindu dan umat Islamyang bergabung kepada Pakistan yang dianggapnya sebagaiproduk sekuler. Tawaran ini sebagai jalan keluar menujutatanan masyarakat dan negara Islam yang betul-betul Islami.Revolusi sendiri yang dimaksud oleh Maududi adalah usahagradual dan bertahap tanpa menggunakan kekerasan, untukmengadakan transformasi kehidupan umat Islam, perbaikanakhlaq, dan memperkuat iman serta kepercayaan akankeunggulan ajaran pola hidup Islam, khususnya di kalangantokoh dan cendekiawan Muslim.20

19Uraian lebih lanjut, lihat Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarahdan Pemikiran (Cet. V; Jakarta: UI Press, 2008), h. 160-161.

20Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, h. 161.

Page 33: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 25

Selain dari internal umat Islam yang menghendaki pola atausistem khilafah Islamiah dalam bernegara, sebagaimana yangdigambarkan oleh Maududi diatas, ada juga kelompok umatIslam India yang mengharapkan hidup damai berdampingandengan kelompok Hindu dalam satu negara India. Mereka tidakingin memisahkan diri membentuk satu negara sebagaimanayang dirancang oleh Muhammad Iqbal serta diwujudkan olehMuhammad Ali Jinnah dalam satu bentuk negara Pakistan.Kelompok ini lebih dikenal dengan nasionalisme India. Salahsatu tokoh penting kelompok ini adalah Abu Kalam Azad (1888-1958). Menurut Abu Kalam, Islam dengan nasionalisme Indiatidak ada pertentangan. Semua manusia bersaudara, dan darahseorang bukan muslim sama tinggi harganya dengan darahseorang Islam. Umat Islam menurutnya, harus bekerja samadengan saudara-saudaranya dari golongan Hindu, Sikh, Parsidan Kristen untuk membebaskan tanah air dari perbudakan.Kemerdekaan India dari imperialisme menjadi tujuan utamadari ide dan gagasan Abu Kalam.21

Pergolakan politik India di atas yang terjadi pada awal abadke-20 menjelang kelahiran dan masa kecil dari Asghar Ali En-gineer yang telah melahirkan deretan intelektual Islam yangtidak hanya memberi dampak pembaharuan pemikiran di In-dia tetapi di belahan dunia Islam yang lain. Jika disederhanakankembali, maka pergolakan tersebut dibintangi oleh tiga kelompokbesar, yaitu kelompok pendukung umat Islam yangmenginginkan negara Islam (Liga Muslimin India), kelompokyang masih konsisten dengan khilafah Islamiah yang berpusatdi Istanbul, Turki (gerakan khilafah), dan kelompok yang inginmenempatkan kemerdekaan India sebagai tujuan utama(nasionalisme India).

21Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 243. Lihat jugaHarun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 204.

Page 34: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

26 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Tiga kutub pemikiran tersebut tentu saja akan membentukpemikiran Asghar Ali Engineer baik dalam hubungannyadengan politik India maupun dengan teologi pembebasannya.Pilihannya untuk tetap hidup di India sebagai muslim, secarasepintas, tentu bisa ditafsirkan sebagai bentuk pemihakankepada nasionalisme India tanpa mengecilkan peran daripendukung negara Pakistan. Dengan kata lain, Engineer, tidakhanya berpihak kepada tokoh nasionalis India, Abu KalamAzad, terutama ketika ia merumuskan teologi pembebasannya,tetapi pada saat yang bersamaan, ia juga banyak mengutippendapat-pendapat Muhammad Iqbal sebagai inisiator negaraPakistan. Engineer mempelajari kreativitas teologi Abu Kalam,ia juga mendalami syair-syair pembaharuan pemikiranMuhammad Iqbal. Ia mengampanyekan persatuan danpersaudaraan dunia yang melintasi batas-batas agama, budaya,etnis, bahkan bangsa. Dalam hal ini, Engineer sama sekali tidakpernah setuju dengan teori clash of civilization (benturanperadaban yang dilontarkan oleh Samuel Philip Huntington(1996) dengan mengatakan bahwa budaya dan identitas agamaakan menjadi sumber konflik pasca perang dunia ke-2. Benturanperadaban akan menjadi ancaman serius bagi perdamaiandunia. Huntington menjelaskan bahwa peristiwa 9/11, perangdi Iraq dan Afganistan menjadi bukti kongkret bahwa benturanperadaban tersebut akan mengancam eksistensi perdamaiandunia. Kondisi pusat ekonomi dunia yang mulai bergeser keAsia dan dunia Muslim tidak hanya melahirkan benturanperadaban tetapi juga akan merambah ke benturan ekonomi,budaya dan politik.22 Teori-teori ini lah yang ditentang olehAsghar Ali Engineer yang melihat bahwa perdamaian duniaakan tercipta dengan mengambil spirit pembebasan dan

22Samuel P Huntington, Clash of Civilization and the Remarking of World Order(New York: Touch Stone, 1997), h. 245.

Page 35: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 27

perdamaian dari budaya dan agama. Agama sejatinya tidakakan melahirkan pertentangan, tetapi agama sebaliknyamelahirkan kedamaian.

Untuk melihat anatomi pemikiran Engineer, ada baiknyamenyimak riwayat pendidikan Engineer serta karirintelektualnya sebagaimana tergambar pada uraian selanjutnya.Uraian ini penting untuk menyingkap genealogi pemikiran En-gineer secara komprehensif.

B. Riwayat Hidup dan Karir Intelektual Asghar AliEngineer

Asghar Ali Engineer lahir pada tanggal 10 Maret 1939 diSalumbar,23 Rajashtan, India. Asghar Ali Engineer berasal darikeluarga Bohras yang merupakan sekte dari Syiah Ismailiyah. Diantara beberapa sekte Syiah Ismailiyah, Daudi Bohras termasukmemiliki banyak pengikut yang diperkirakan sekitar 1 jutapengikut yang tersebar di berbagai dunia Islam. Hanya saja,mayoritas pengikutnya berada di India, termasuk keluarga AsgharAli Engineer.24 Ayah Engineer adalah Syeikh Qurban Husain,salah seorang ulama dan pemimpin Dawoodi Bohras, dan ibunyabernama Maryam. Meskipun Bohras termasuk sekte yangberaliran ekstrem-fundamental, tidak demikian dengan ayahEngineer. Ia lebih dikenal sebagai ulama liberal, terbuka, danberpikiran inklusif terutama ketika melakukan diskusi-diskusidengan kelompok yang berbeda aliran atau agama.25 Hal inidiakui sendiri oleh Engineer dalam testimoninya yang tertuangdalam artikelnya berjudul What I believe sebagaimana berikut:

23Salumbar adalah salah satu kota di Kabupaten Udaipur, Provinsi Rajashtan.Populasi penduduk Kota Salumbar terbilang tinggi. Data statistik 2001, populasiSalumbar sebanyak 15682 dengan persentase 51% laki-laki dan 49 % perempuan.Kota ini termasuk bekas jajahan Inggris

24Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 3.

25M. Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’s Views on Liberation Theology andWomens Issues in Islam”, h. 5.

Page 36: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

28 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

…My father, who was firm believer in the Shi’ah-Isma’iliIslam had somewhat open mind and showed great patiencewhen persons of other persuasions entered into dialoguewith him. In my childhood a Hindu Brahmin priest used tocome and have dialogue with my father and both used toexchange views on each others beliefs. But otherwise myfather was firm in his own beliefs. I was brought up in thisreligious environment…26

Kutipan di atas mengilustrasikan bahwa sejak kecil Engineersudah mendapatkan pendidikan pluralisme dari lingkungankeluarganya, terutama dari ayahnya sendiri. Tentu saja, atmosfertersebut pada gilirannya akan membentuk postur pemikiran En-gineer yang lebih inklusif dan apresiatif terhadap perbedaan-perbedaan yang ada baik dari segi agama, budaya dan bangsa.

Sebagaimana anak pada umumnya, Engineer kecil jugamemulai pendidikannya pada sekolah-sekolah negeri yangmengajarkan pengetahuan sekuler modern. Ia menyelesaikanpendidikannya dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai denganSMA (Sekolah Menengah Atas) pada sekolah yang berbeda-beda,seperti Hosanghabad, Wardha, Dewas dan Indore. Selain itu,Engineer kecil juga mendapatkan pendidikan agama dari ayahnyasendiri seperti bahasa Arab, tafsir, kitab suci al-Qur’an, hadis danfiqih.27 Hal ini wajar, karena ayah Engineer adalah seorang ulamayang menguasai berbagai bidang ilmu agama sehingga bisamengajar Engineer dengan mudah. Namun yang menarik adalahdorongan ayah Engineer untuk mempelajari berbagai disiplin ilmutanpa melakukan pemisahan antara ilmu sekuler modern danilmu agama. Kondisi ini sekali lagi mempertegas bahwalingkungan keluarga Engineer adalah gambaran lingkunganpluralis, inklusif dan moderat.

26Asghar Ali Engineer, “what I believe”,http://anromeda.rutgers.edu/ (diaksespada tanggal 27 Februari 2015).

27Asghar Ali Engineer, “What I Believe”,http://anromeda.rutgers.edu/ (diaksespada tanggal 28 Februari 2015).

Page 37: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 29

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Salumbar, Engi-neer kemudian memilih kuliah di Fakultas Teknik Sipil di VikramUniversity,28 Ujjain, Bombay, India pada tahun 1956. Pilihanini sekali lagi karena mendapat dukungan dari ayahnya yangmemintanya untuk melanjutkan kuliah bidang teknik ataukesehatan.29 Namun yang menarik adalah tidak adanyapermintaan ayahnya kepada Engineer untuk melanjutkanpendidikan tinggi di bidang agama, padahal seperti diketahuibahwa India memiliki universitas Islam yang terkenal sepertiAMU (Aligarh Muslim University) yang sudah dibangun sejaktahun 1875 dengan nama Mohammedan Anglo-Oriental Col-lege oleh Sir Syed Ahmed Khan.30 Selain itu sebagai seorangulama Bohras tentu memiliki jaringan yang luas denganperguruan tinggi yang concern di bidang agama baik yang beradadi India, maupun yang ada Iran, Mesir, bahkan Mekkah sebagaisentra ilmu agama Islam. Penulis dalam hal ini tidak mengetahuipersis atas opsi-opsi pendidikan yang dipilih oleh ayah Engi-neer yang pada gilirannya akan menentukan masa depan dariAsghar Ali Engineer. Hanya saja, menurut Agus, Engineerdisamping mempelajari teknik sipil di bangku perkuliahan, diatetap menekuni ilmu agama dengan cara otodidak.31 Ilmu-ilmu

28Universitas ini sebenarnya kurang populer di India. Bahkan data yang dikeluarkanweb ranking universitas 2015 tentang universitas-universitas terbaik di India, Universi-tas Vikram tidak termasuk dari 500 universitas terbaik di India. Uraian lebih lanjut,silahkan kunjungi http://www.4icu.org/in/ (diakses pada tanggal 28 Februari 2015).

29Asghar Ali Engineer, “What I Believe”, http://anromeda.rutgers.edu/ (diaksespada tanggal 28 Februari 2015).

30Tahun 1920, namanya diubah menjadi Aligarh Muslim University danmendapatkan status Central University. AMU terletak 130 km di sebelah Tenggara darikota Delhi. Universitas ini dibangun dengan mengadaptasi sistem pembelajaran diUniversitas Cambridge dan Oxford, Inggris. Sir Syed Ahmed Khan berkeinginan untukmemajukan India, caranya adalah dengan membasmi keterbelakangan masyarakatnyamenggunakan pendidikan. Walaupun sistem pendidikan yang diambil berasal darinegara barat, tapi AMU tetap menjaga nilai-nilai kandungan islam sebagai pedoman.Uraian lebih lanjut silahkan kunjungi http://www.berkuliah.com/2014/06/20-uni-versitas-terfavorit (diakses pada tanggal 28 Februari 2015).

31M. Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’s Views on Liberation Theology andWomens Issues in Islam”, h. 5.

Page 38: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

30 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

agama yang diperoleh oleh Asghar Ali Engineer kebanyakanmelalui otodidak, tidak melalui pendidikan formal denganbersekolah di sekolah-sekolah agama. Penguasaannya padabeberapa bahasa membuat ia begitu mudah menelaah karya-karya Islam klasik sampai kepada pemikiran filosof-filosof Baratkontemporer. Engineer sendiri, menurut Agus, menguasaibahasa Inggris, Arab, Urdu, Persia, Gujarat, Hindi danMarathi.32 Selain karena modal bahasa, poin penting menurutpenulis yang menjadikan Engineer sebagai intelektual yangdikenal dunia Islam dan Barat adalah semangat kecintaanterhadap ilmu pengetahuan serta kegelisahannya terhadapketertindasan dan kemiskinan yang dialami oleh sebagian besarumat Islam. Agama menurutnya cenderung disalahtafsirkansehingga kemiskinan dan penindasan dijadikan sebagai takdiryang tidak bisa dihindari oleh umat Islam sendiri. Poin-poininilah yang memotivasi Engineer untuk terus belajar Islamdengan cara otodidak.

Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya di UniversitasVikram dan mendapatkan gelar sarjana dalam bidang teknik sipil,Engineer kemudian bekerja di BUMN India sebagai seorang engi-neer profesional selama 20 tahun33 sebelum akhirnya bergabungpada gerakan reformasi Dawoodi Bohra sekitar tahun 1970an.34

Pada tahun 1983, Engineer diberi gelar DLitt35(Ph.D atau Doktor)oleh Universitas Calcutta sebagai gelar penghormatan atas dedikasidan integritasnya terhadap kemanusiaan dan perdamaian di In-dia. Engineer termasuk intelektual produktif. Dia telah menulis

32M. Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’s Views on Liberation Theology andWomens Issues in Islam”, h. 5.

33Riwayat akademik di jurusan teknik sipil dan bekerja sebagai engineer profes-sional di perusahaan membuat dia digelari sebagai “Engineer”.

34Hilal Ahmed, “Asghar Ali Engineer 1939-2013”, Economic and Political Weekly,June 2013, Vol XLVIII No 22.

35DLitt singkatan dari Doctor of Letters yang diambil dari Bahasa Latin LitterarumDoctor. Gelar ini adalah gelar akademik yang statusnya di atas dari Doktor karenadedikasi dan aktivitasnya yang membela hak-hak kemanusiaan.

Page 39: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 31

kurang lebih 40 buku dalam berbagai bidang keislaman danmenulis berbagai artikel yang telah dipublikasikan di berbagaipenerbit dan website. Sejauh penelusuran penulis, Engineer mulaimenulis pikiran-pikirannya kemudian diterbitkan dalam bentukbuku sejak tahun 1980. Buku pertama yang ditulisnya adalah TheBohras.36 Buku ini adalah refleksi kritis pemikiran Asghar tentangBohras dengan berbagai sepak terjangnya. Jika dirunut perjalananintelektual Engineer sebagai aktivis, sebenarnya berawal ketika iabergabung pada gerakan Bohras. Poin ini akan dibahas padauraian selanjutnya. Sejak tahun 1980, perjalanan Engineer sebagaipenulis atau intelektual produktif dimulai. Hampir setiap tahundia menulis buku dalam berbagai aspek pemikiran Islam, bahkanpada tahun-tahun tertentu dia menulis beberapa buku dalamsetahun. Meskipun bahasa Inggris bukan bahasa ibu (mothertongue) Engineer, namum sebagian besar tulisan-tulisannya dalambahasa Inggris. Barangkali sebagai strategi agar tulisannya bisadibaca oleh dunia internasional termasuk Indonesia. Berikut daftar-daftar buku yang ditulisnya maupun yang dieditnya.

36http://andromeda.rutgers.edu/~rtavakol/engineer/booklist.htm Website inidibuat oleh Prof Rahmat Tavakol dari Universitas Rutgers, New Jersey, Amerika.Universitas ini populer dengan basis penelitian yang kuat dan menempati pendidikantinggi terbaik di New Jersey.

No Judul Buku Tahun Penerbit

1 The Bohras (revised edition) 1980 Vikas Publishing

House, New Delhi

2 Communal Violence in Post-

Independence India

1984 Orient Longman,

Mumbai

3 Islam and it’s relevance to our age 1984 I.I.S Mumbai

4 Bhivandi Bombay Riots 1984 I.I.S Mumbai

5 On Developing Theory of Communal

Riots

1984 C.S.S.S Mumbai

Page 40: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

32 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

6 Indian Muslims: A Study of Minority

Problem

1984 Ajanta Books

7 Islam & Muslim- Critical Perspectives 1985 Rupa Books, Delhi

8 Islam South and South East Asia 1985 Ajanta Books, Delhi

9 Communalism and Communal Problem in

India

1985 Ajanta Books, Delhi

10 Communalism and Communal Violence 1985 Ajanta Books, Delhi

11 The Shah Banu Controversy 1986 Orient Longman,

Mumbai

12 Struggle for Reform in Bohra Community 1986 I.I.S Mumbai

13 Ethnic Conflict in South Asia 1987 Ajanta Books, Delhi

14 Status of Women in Islam 1987 Ajanta Books, Delhi

15 Delhi Meerut Riots 1988 Ajanta Books, Delhi

16 The Muslim Communities of Gujarat The

Bohras, Khojas and Memons

1989 Ajanta Books, Delhi

17 Religion and Liberation 1989 Ajanta Books

18 Justice, Women and Communal Harmony

in Islam

1989 ICSSR New Delhi

19 Liberation Theology in Islam 1990 Sterling Publishers,

Delhi

20 Babri Masjid Ram Janmabhoomi

Controversy

1990 Ajanta Books, Delhi

21 Sufism and Communal Harmony 1991 Rupa Books, Jaipur

22 Secular Crown on Fire (Kashmir Problem) 1991 Ajanta Books, Delhi

23 Mandal Commission Controversy 1991 Rupa Books, Jaipur

24 Communalisation of Politics & 10th 1991 Ajanta Books, Delhi

Page 41: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 33

25 Politics of Confrontations (Ed.) the Babri

Masjid Ramjanmabhoomi Controversy

Runs Riots

1990 Ajanta Books, Delhi

26 Communal Riots in Post Independence

India

1991 Sangam Books

27 Origin and Development of Islam 1992 Orient Longman,

Mumbai

28 Rights of Women in Islam 1992 Sterling Publisher,

Delhi

29 The Islamic State (Revised Edition) 1994 Vika Publishing

House

30 Islam and Revolution 1994 Ajanta Books, Delhi

31 Problem of Muslim Women in India 1994 Orient Longman,

Mumbai

32 Lifitng the Veil Communal Violence and

Communal, Harmony in Contemporary

India

1994 Orient Longman,

Mumbai

33 Kerala Muslims in Historical Perspective 1995 Ajanta Books, Delhi

34 Communalism in India: A Historical and

Empirical Study

1995 Vikas Publishing

House, N Delhi

35 Gandhiji and Communal Harmony (ed.) 1997 Gandhi Peace

Education

36 Rethinking Issues in Islam 1998 Orient Longman,

Mumbai

37 State Secularism and Religion 1998 Ajanta Books, Delhi

38 The Qur’an Women and Modern Society 1999 Sterling Publisher,

Page 42: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

34 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Sumber: List of Books Written/Edited by Dr.Asghar Ali Engineer37

Daftar buku-buku di atas semakin menegaskan bahwaAsghar Ali Engineer adalah penulis yang sangat produktif yangmerambah ke dalam berbagai bidang keilmuan pemikiran Is-lam. Menurut penulis, tidak banyak intelektual Muslim yangbisa menulis sebanyak karya Engineer, termasuk di Indonesia.Tokoh seperti Engineer terbilang unik dan langkah di dunia post-modern ini. Tidak hanya persoalan teologi yang menjadi titikfokusnya, tetapi aspek-aspek lain seperti sosiologi, gender, politik,tafsir serta demokrasi juga dirambahnya. Teologi pembebasandalam Islam (Liberation Theology and Islam) sendiri ditulisnyapada tahun 1990 yang didahului dengan tulisannya tentangagama dan pembebasan (Religion and Liberation). Tulisan En-gineer tidak hanya tersebar dalam bentuk buku, ada beberapawebsite yang secara khusus menyediakan tulisan-tulisan Engi-neer yang masih berbentuk artikel lepas.38

Selain itu, karya-karya Engineer sudah diterjemahkan dalamberbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Di Indonesiasendiri, Engineer mulai diperkenalkan pada tahun 1990 an olehpara aktivis-aktivis intelektual muslim seperti Gus Dur (temandekat Engineer) dan Johan Effendi. Sejauh penelusuran penulis,

39 Contemporary Politics of Identity,

Religion and Secularism

1999 Ajanta Publication,

New Delhi

40 Rational Approach to Islam 2000 Gyan Publisher,

Delhi

41 Islam, Women and Gender Justice 2001 Gyan Publisher,

Delhi

37http://andromeda.rutgers.edu/~rtavakol/engineer/booklist.htm. (diaksespada tanggal 28 Februari 2015).

38Antara lain bisa yang diakses adalah http://www.csss.isla.com/IIS/archive.php, http://andromeda.rutgers.edu/~rtavakol/engineer/booklist.htm, sertawebsite http://www.dawoodi-bohras.com/index.htm .

Page 43: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 35

setidaknya terdapat enam buku Engineer yang sudahditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karya Engineer yangpertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia adalah Islamand It’s Relevance to our Age (1984)39 yang diterjemahkan secarabebas oleh LKiS sebagai penerbit dengan judul Islam danPembebasan (1993). Judul buku ini menurut penulis, sedikitprovokatif. Buku ini telah memantik semangat para aktivisgerakan-gerakan sosial Islam Indonesia di mana era 1990 anmasih di bawah tekanan rezim orde baru untuk melawanpemerintahan status quo. Kemudian pada tahun 1999, LKiSkembali menerbitkan buku Pembebasan Perempuan yangditerjemahkan dari The Qur’an, Women and Moderns Society. Bukuini diterjemahkan oleh Agus Nuryatno yang memang seriusmenekuni kajian terhadap Asghar Ali Engineer. Selanjutnya,pada bulan Nopember tahun 1999, penerbit Pustaka PelajarYogyakarta menerbitkan dua buku Engineer sekaligus yaitu;Islam and Liberation Theology: Essay on Liberative Elements in Is-lam (1990) (Islam dan Teologi Pembebasan) dan The Origin andDevelopment of Islam (Asal Usul dan Perkembangan Islam:Analisis Pertumbuhan Sosio Ekonomi). Berselang setahun setelahpenerbitan tersebut, tepatnya pada tahun 2000, pihak PustakaPelajar kembali menerbitkan buku Engineer Devolusi Negara Is-lam yang merupakan terjemahan dari Islamic State (1994). Sejauhpenelusuran penulis, karya terkini Engineer dalam bahasa In-donesia adalah Islam Masa Kini. Buku ini diterbitkan pada tahun2004 dari judul asli Islam and Modern Age (1999).40 Jika ditelaah

39Buku ini adalah satu-satunya yang diberi kata pengantar oleh intelektual Mus-lim Indonesia, Johan Effendi yang diberi judul “Memikirkan Kembali Asumsi PemikiranKita”. Sementara empat buku lan dalam versi Indonesia sama sekali tidak memilikikata pengantar kecuali pengantar dari Asghar Ali Engineer.

40Buku ini diawali dari testimoni Engineer tentang apa yang dia yakini selama inipersis ketika dia berumur 60 tahun. Testimoni ini juga dimuat dalam website yangdiberi judul “What I Believe” http://anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal28 Februari 2015).

Page 44: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

36 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

lebih jauh, semua buku-buku Engineer dalam versi Indonesiaditerbitkan di Yogyakarta yang dimotori oleh LKiS dan PustakaPelajar. Penulis belum menemukan buku-buku Engineer versiIndonesia yang diterbitkan oleh penerbit lain di luar Yogyakarta.Penulis dalam hal ini tidak ingin terjebak oleh ungkapan bahwapemikiran-pemikiran progresif revolusioner Muslim biasanyaberawal dari Yogyakarta.

Selain menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk bukudan artikel, Engineer juga seringkali membawakan kuliah, semi-nar-seminar, konferensi-konferensi di berbagai universitas duniaseperti di Amerika,41 Kanada, Eropa,42 Asia Tenggara,43 Aus-tralia dan di berbagai belahan dunia lannya. Di Indonesiasendiri, Engineer telah berkunjung sebanyak dua kali, yaitu padatahun 2002 dan 2008. Tahun 2002, bersama Hassan Hanafi,Nurcholis Madjid, dan beberapa intelektual Muslim lainnya, iamenjadi pembicara pada Konferensi Islam dan PerdamaianGlobal yang diadakan di IAIN (sebelum menjadi UIN) AlauddinMakassar. Ia membawakan makalah berjudul Islam and Human

41Beberapa universitas di Amerika di mana ia pernah menjadi visiting profes-sor adalah New York, Universitas Columbia , Universitas Chicago, UCLA Califor-nia, North West di Chicago, Philadelphia, Minnesota, and beberapa universitaslain di Amerika. http://andromeda.rutgers.edu/~rtavakol/engineer/ (Diaksespada tanggal 01 Maret 2015)

42Di Eropa dia seringkali menjadi pembicara di berbagai universitas sepertiUniversitas Sorbonne Prancis, Jerman, Universitas Oxford dan Universitas Cam-bridge di Inggris, dan Swiss. http://andromeda.rutgers.edu/~rtavakol/engineer/(Diakses pada tanggal 01 Maret 2015)

43Di Asia Tenggara, negara yang sering dikunjungi adalah Indonesia, Malay-sia dan Singapura. Hanya saja, negara yang paling simpatik terhadap kunjunganEngineer adalah Indonesia. Engineer seringkali menjadi referensi bagi paraintelektual-intelektual muslim Indonesia. Kondisi ini berbeda dengan kunjungannyake Singapura dan Malaysia. Di Singapura, ia seringkali mendapat protes daripengikut Bohra yang bermukim di Singapura yang diperkirakan berjumlah 600orang. Sementara di Malaysia, protes datang dari kelompok Sunni yang belumsiap menerima penganut Syiah seutuhnya, termasuk Asghar Ali Engineer yangmenganut Syiah Ismaili. Meskipun demikian, buku Engineer yang bertemakangender diterbitkan di Malaysia. Uraian lebih lanjut lihat Mohammad ImranMohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An Introduction to the KeyThoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 3.

Page 45: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 37

Rights.44 Kunjungan kedua Engineer pada tahun 2008, tepatnyadi Jakarta dan Yogyakarta. Di Jakarta, dia pernah diwawancarailangsung oleh Majalah Tempo, salah satu media kritis ataspersoalan-persoalan politik dan kemanusiaan, yang diberi judulSurga Bukan Monopoli Muslim.45 Hasil wawancara tersebutkemudian dimuat oleh majalah tempo pada Agustus 2008.Kunjungan ini adalah yang terakhir kalinya yang dilakukanoleh Engineer di Indonesia, negara yang memiliki memoritersendiri baginya, sebelum menghembuskan nafas terakhirnyapada 14 Mei 2013.

Sebagai seorang aktivis, gagasan-gagasan progresifrevolusioner Engineer yang tertuang dalam berbagi teksdijabarkan dalam berbagai aktivitasnya baik dia sebagaipembesar pada Bohras maupun sebagai anak bangsa dalamnegara India. Langkah pertama yang Engineer lakukan adalahmembentuk dua lembaga yang tidak hanya mendiseminasi ide-ide briliannya tetapi juga mampu membentuk gerakan-gerakansosial yang mengutamakan harmoni atau perdamaian. Dualembaga yang dimaksud adalah IIS (Institute of Islamic Stud-ies) yang didirikannya pada 1980 di Mumbai46 dan CSSS (Cen-ter for Study of Society and Secularism) yang dibentuk pada1983.47 Hanya saja, hasil penelusuran penulis terhadap dualembaga tersebut disimpulkan bahwa lembaga CSSS saja yang

44Tulisan Engineer bersama pembicara lainnya sudah dibukukan dan diterbitkandalam bentuk bunga rampai oleh Madyan Press Yogyakarta bekerjasama denganIAIN Alauddin Makassar serta The Asia Foundation dengan judul Islam dan PerdamaianGlobal.

45Wawancara ini termasuk panjang dan mengupas berbagai persoalan yangdihadapi oleh umat Islam secara umum baik yang terjadi di India maupun di Indo-nesia.

46Zeenat Shaukat Ali, “The Passing Away of a Legend: A Tribute to Dr AsgharAli Engineer” Interreligious Insight, Vol VII, Juli, 2013,h.6-7. Lembaga ini bisa dikunjungimelalui website http://ecumene.org/IIS/csss.htm

47CSSS sebagai corong Engineer setiap saat bisa dikunjungi websitenya yangmemuat informasi dan updated kegiatan-kegiatannya. Silahkan kunjungi http://www.csss-isla.com/

Page 46: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

38 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

masih aktif dan setiap saat di update kegiatan-kegiatannya.Sementara lembaga yang pertama, IIS, cenderung vakum dariberbagai aktivitasnya dan hanya memuat informasi-informasisekilas tentang lembaga tersebut. Tujuan utama dari pendirianlembaga CSSS adalah menyebarkan semangat sekularisme andharmonisitas komunal serta perdamaian sosial. Selain itu yanglebih penting adalah CSSS berupaya mengorganisasikan dialoginter-faith dan dialog lintas iman serta keadilan. CSSS ini miripdengan lembaga Interfidei di Yogyakarta yang juga concern padadialog lintas iman dan lintas budaya. Bahkan dalam kontekspergerakan sosial Muslim Indonesia, ada beberapa lembaga yangmenyerupai CSSS ini. Antara lain Wahid Institute yang dibuatoleh anak-anak muda NU (Nahdhatul Ulama) untukmendiseminasi ide-ide Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sertamelakukan gerakan-gerakan sosial dengan misi kemanusiaandan pluralisme. Sejalan dengan itu, tokoh Muhammadiah sertamantan pimpinan Muhammadiah, Syafii Maarif, juga memilikilembaga yang sama dengan Wahid Institute, yaitu Maarif Insti-tute yang memiliki visi dan misi pemihakan terhadap nilai-nilaikemanusiaan lewat gerakan-gerakan sosial. Bahkan yang pal-ing populer intelektual Muslim Indonesia, Nurckholis Madjid(1939-2005) yang juga membangun lembaga Paramadina yangtidak hanya dirancang sebagai institusi pendidikan Islam tetapisekaligus menjadi lembaga yang concern pada pengembanganpluralisme dan multikulturalisme.

Selain itu, Engineer juga menjadi figur penting dalamorganisasi AMAN (Asian Muslim Action Network) yangdidirikan pada 1980 di Mumbai.48 Lembaga ini menghimpunpemikir-pemikir progresif dan merupakan jaringan aktivis sosial

48Lembaga ini sebenarnya memiliki website yang bisa dikunjungi http://www.arf-asia.org/aman. Hanya saja, website ini tidak aktif lagi setelah dilakukan penelusuranoleh penulis. Artinya organisasi ini tidak lagi efektif dalam melakukan pergerakan-pergerakan sosial terutama setelah wafatnya Asghar Ali Engineer.

Page 47: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 39

Asia yang dirancang untuk mengkampanyekan pentingnyakeadilan sosial dan melawan kekerasan.49 Akumulasi dariberbagai aktivitas Engineer yang menempatkan perdamaian danpenghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan sebagai pijakanutamanya membuat dia menerima berbagai penghargaan dariPemerintah India. Salah satunya yang telah disebutkan lebihawal adalah penganugerahan doktor kehormatan dari Univer-sitas Calcutta pada tahun 1983. Kemudian pada tahun 1997,Engineer kembali mendapatkan The National Communal HarmonyAward (penghargaan terhadap peran mengharmonikankomunitas Hindu-Muslim India) dari pemerintah India. Puncakpenghargaan Engineer, ketika pada 2004, ia menerimapenghargaan dari Pemerintah India The Right Livelihood Awardyang lebih populer dikenal sebagai penghargaan The AlternatifNobel Prize.50 Penghargaan yang terakhir ini adalah palingprestisius diantara beberapa penghargaan lainnya karenadianggap sebagai level kedua setelah penghargaan nobel.

Namun demikian, menurut penulis, aktivitas Engineersebagai intelektual dan sekaligus sebagai aktivis tentulah tidakdilandasi dengan motivasi perburuan gelar akademik dan gelar-gelar kehormatan. Keyakinannya bahwa agama sejatinyamembawa misi perdamaian dan pemihakan terhadap hak-hakkemanusiaan adalah refleksi dari pengetahuan yang digelutinyaselama beberapa dekade. Teologi menurutnya membawa misipembebasan pemeluknya dari berbagai belenggu sosial, budaya,ekonomi bahkan belenggu agama yang seringkali dijadikansebagai justifikasi pada penindasan hak-hak kemanusiaan.Teologi tidak hanya membawa seperangkat keyakinan-keyakinan yang mesti diamini oleh pemeluknya, tetapi teologi

49Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 3.

50Hilal Ahmed, “Asghar Ali Engineer (1939-2013): Emancipatory IntellectualPolitics”, h. 20.

Page 48: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

40 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

mengandung misi transformasi nilai-nilai keimanan yangdijabarkan dalam bentuk gerakan-gerakan sosial. Di sinilahurgensi Asghar Ali Engineer yang tidak hanya dicap sebagaiintelektual tetapi juga sebagai aktivis. Bahkan menurut HilalAhmed, wafatnya Engineer pada 14 Mei 2014 menjadikehilangan bagi semua orang yang berjuang atas namakemanusiaan. Maka pantaslah kemudian kalau perjalananhidupnya disusun dalam bentuk buku yang diberi judul A LivingFaith: My Quest for Peace, Harmony and Social Change yangpeluncurannya dihadiri oleh wakil presiden India Shri HamidAnsari pada tanggal 20 Juli 2011.51

Terlepas dari hal-hal tersebut diatas, menarik untukmenyimak uraian berikut tentang aktivitas Engineer pada gerakanDawoodi Bohras yang digelutinya sejak kecil yang semakinmengukuhkan branding Engineer sebagai seorang aktivis.

C. Aktivitas dan Gerakan Asghar Ali Engineer

Sebelum mengeksplorasi lebih jauh aktivitas Engineer diBohras, ada baiknya penulis memotret secara singkatgenealogi Bohras di India. Seperti dijelaskan pada uraiansebelumnya bahwa Bohras adalah salah satu sekte Syiah52

51Buku ini diasumsikan sebagai buku yang sangat obyektif membedah otobiografiEngineer yang dipotret dari berbagai sudut pandang. Sayang sekali, penulis belummemiliki buku tersebut.

52Syiah berasal dari bahasa Arab Syi’at Ali yang berarti kelompok dalam Islam,selain sunni, yang memiliki banyak divisi. Secara umum divisi-divisi tersebut sepakatbahwa tahta atau kepemimpinan pasca Nabi Muhammad saw harus dari keluarganabi (ahlul bait) baik secara politik maupun agama. Mereka mengingkari keberadaan3 Khulafa Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman) yang diyakininya telah merebutkepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib. Ali sendiri dilambangkan sebagaiImam pertama dalam sejarah Syiah yang telah melahirkan Imam-Imam selanjutnyadan bergelar Amirul Mukminin. Hal itu berlaku pada tiga kelompok besar Syiah,yaitu Syiah Itsna Asyriah (Syiah Imamiya), Syiah Ismailiyah, dan Syiah Zaidiyah.Uraian lebih lanjut lihat Mircea Eliade (Ed.), Encyclopedia of Religion, h. 242. Datastatistik menunjukkan 10 sampai 15 persen populasi penduduk Muslim dunia berasaldari kelompok Syiah yang tersebar di berbagai negara. Mayoritas penganut Syiahberada di Iran, Iraq, Bahrain, dan Azerbaijan. Uraian lebih lanjut, lihat Christoper MBlanchard, Islam: Sunnis and Shiites (CRS Report for Congress, 2010).

Page 49: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 41

Ismailiyah53 yang ada di India yang juga digelari sebagaiMusta’lis.54 Terminologi Bohras sendiri tereduksi dari katavohorvu (bahasa Gujarat) yang berarti berdagang.55 Dari sekianbanyak sekte Syiah Ismailiyah, Bohras termasuk sekte yangmemiliki basis massa yang besar dan mayoritas berada di India.Diperkirakan 1,2 juta penganut sekte Bohras yang tersebar diberbagai belahan dunia, mulai dari Afrika sampai ke Asia.56

Menurut para sejarawan, akar sejarah Bohras tidak bisadilepaskan dari aktivitas perdagangan antara dunia Islamdengan dunia luar, termasuk Hindu di India. Mereka adalahsatu dari tiga kelompok pedagang muslim terkenal yangbermukim di Gujarat. Dua kelompok yang lain adalah Khojas57

dan Memons. Nenek moyang mereka diyakini berasal dari Hindudan telah memeluk Islam antara abad kesebelas dan kedua belasMasehi. Bohras dan Khojas adalah golongan Syiah sedangkan

53Syiah Ismailiyah adalah sekte kedua terbesar Syiah setelah Syiah Istna Asyariyah.Posisi terbesar ketiga adalah Syiah Zaidiyah. Berbeda dengan Syiah yang lain, Ismailiyahjuga dikenal sebagai Syiah tujuh karena hanya mempercayai tujuh Imam pertama.Hal ini berbeda dengan Syiah Istna Asyariyah yang mempercayai 12 Imam, sertaSyiah Zaidiyah yang hanya percaya pada 5 Imam saja. Disebut Ismailiyah karenadinisbahkan kepada Ismail, anak dari Ja’far Shadiq, Imam keenam dalam Syiah IstnaAsyariyah. Ismail dipercaya bahwa dia tidak meninggal, hanya menghilang, dandatang sebagai Imam al-Mahdi yang nantinya akan kembali sebelum hari kiamat.Ismail ditunjuk oleh ayahnya, Ja’far Shadiq, untuk menggantikannya sebagai Imam,hanya saja Ismail meninggal terlebih dahulu. Namun bagi pengikut Ja’far, penunjukantersebut adalah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat apakah mengingkarikematian Ismail atau menerima anak Ismail, Muhammad sebagai imam setelah Ja’far.Namun dalam perkembangannya, sejarawan membagi Syiah Ismailiyah kepada duakelompok. Pertama, kelompok yang dikenal sebagai “the Pure Ismailiyah” (Ismailiyahmurni) yang meyakini bahwa Ismail tidak meninggal, dia adalah Imam yang ditunggu(al-Mahdi). Kedua, kelompok “the Mubarakiah” yang meyakini bahwa imam penggantiJa’far adalah Muhammad bin Ismail (anak dari Ismail). Uraian lebih lanjut lihatMircea Eliade (Ed.), The Encyclopedia of Religion, h. 455.

54Farhad Daftary, Azim Nanji, Encyclopedia of Modern Asia (New York: The Insti-tute of Ismaili Studies, tt), h. 1.

55Theodor V. Wright, Jr, “The Bohras”, Book Review. The Journal of Asian Studies,Vo. 40. No. 4 (Agustus, 1981),h. 819-820.

56Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 4.

57Kelompok Khojas juga seringkali diistilahkan dengan Nizaris. Kelompok inidipimpin oleh Agha Khan dimana populasinya juga tersebar di berbagai negara sepertiPakistan, Iran, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Uraian lebih lanjut, lihat FarhadDaftary, Azim Nanji, Encyclopedia of Modern Asia, h. 2.

Page 50: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

42 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Memons berasal dari golongan sunni. Hanya saja, dalamperkembangannya, Bohras terbagi kepada dua kelompok juga, BohrasSunni dan Bohras Syiah di mana tidak ada hubungan sosial antarakeduanya. Sementara kelompok Memons konsisten pada aliranSunni.58 Selain itu, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwaasal-usul Bohras berasal dari Yaman yang melakukan imigrasi keIndia karena terjadi instabilitas politik akibat tekanan dari Turki padaabad 16 Masehi.59 Pendapat ini diamini oleh Engineer bahwa imigrasiSyiah Ismailiyah secara besar-besaran dari Yaman ke India membuatbanyak kalangan kelas menengah Hindu tertarik masuk Islamkhususnya pada kelompok Syiah Ismailiyah.60

Sebagai induk dari Bohras, tipologi Syiah Ismailiyah memangrelatif berbeda dengan Syiah Istna Asyariyah yang menjadikelompok Syiah terbesar sampai sekarang. Syiah Ismailiyah dekatdengan revolusi dan gerakan-gerakan oposisi. Sejarah telah merekambahwa kemunculannya terkait dengan revolusi Afrika Utarakemudian berhasil menempatkan imamnya menjadi khalifah diMesir pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah (910-1171). SyiahIsmailiyah mirip dengan Syiah Zaidiah yang bersifat revolusioner.Barangkali inilah yang membuat kedua kelompok Syiah ini tidakpernah memiliki basis massa yang besar karena selalu berada dalamwilayah oposisi dan melawan pemerintahan yang menindas.Konsekuensinya, para pejuang-pejuang kedua kelompok Syiahtersebut ditundukkan dan disiksa tanpa belas kasihan. Mereka selalumenjadi fenomena di pinggiran dalam dunia Islam. Syiah Ismailiyahmisalnya setelah berkuasa selama 200 tahun, mereka kemudiandiasingkan di Yaman dan Tabaristan.61

58Sh. T. Lokhandwalla, “The Bohras: A Muslim Communities of Gujarat” StudiaIslamica, No 3. (1953), h. 117-135.

59Sh. T. Lokhandwalla, “The Bohras: A Muslim Communities of Gujarat”, StudiaIslamica, No 3. (1953), h. 123.

60Asghar Ali Engineer, The Bohras (Delhi: Vikas Publishing, 1980), h. 23.61RM. Burrell, Islamic Fundamentalism, diterjemahkan oleh Yudian W. Asmin,

Fundamentalisme Islam (Cet.I: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1995), h. 86.

Page 51: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 43

Kedekatan Syiah Ismailiyah dengan semangat revolusi,setidaknya menurut penulis, yang membuat juga Asghar AliEngineer sebagai penganut Syiah Ismailiyah memiliki semangatpembebasan atau revolusi yang luar biasa. Hal yang berbedadengan Syiah Itsna Asyariyah yang merupakan sekte terakhirdari Syiah, cenderung dekat dengan kekuasaan. Mereka selaluhadir pada pusat-pusat kekuasaan seperti di Kufah dan Bagdad.Bagi kaum Syiah yang berada di pusaran kekuasaan Abbasiah,sikap revolusioner tentu tidak menguntungkan dari segieksistensinya.62 Seirama dengan hal tersebut, Ja’far Shadiq (702-765), Imam Syiah keenam dalam Syiah Istna Asyariah, telahmelakukan revolusi perjuangan yang berbeda dengan imampendahulunya yang masih mengutamakan perjuanganbersenjata terhadap setiap penguasa yang tiranik yangcenderung merugikan kelompok syiah. Ia mengatakan,sebagaimana dikutip oleh Karen Amstrong, bahwa fungsi utamaImam bukanlah untuk terlibat dalam konflik yang tak berguna,melainkan Imam harus membimbing kaum Syiah dalampenafsiran mistiknya atas kitab suci. Setiap Imam keturunanAli, lebih lanjut Ja’far Shadiq, adalah pemimpin spiritualgenerasinya. Setiap Imam telah ditentukan oleh pendahulunya,yang mewariskan kepadanya pengetahuan rahasia (ilm)kebenaran ilahi. Oleh karena itu, seorang Imam adalahpemimpin spiritual yang tidak bisa sesat dan menjadi hakimyang sempurna. Karena itu juga, kaum Syiah menolak politikdan memilih menjadi sekte mistik dengan mengembangkanteknik-teknik meditasi untuk memperoleh kebijaksanaan rahasiayang terletak dibalik setiap kata al-Qur’an.63

62RM. Burrell, Fundamentalisme Islam, h. 86.63Karena Armstrong, The Battle for God: A History of Fundamentalism, diterjemahkan

oleh T. Hermaya, Berperang demi Tuhan: Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi(Cet. I :Bandung; Mizan, 2013), h. 94.

Page 52: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

44 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Konsep imamah bagi Ja’far Shadiq adalah spiritulitas yangmemancar dalam diri setiap Imam, tidak cukup hanya denganmemandang Imam sebagai leader tetapi ia telah melampauibatas-batas materil yang melingkupi seorang pemimpin. Ja’farsecara efektif memisahkan agama dari politik, menempatkaniman sebagai domain personal. Ia melakukan untuk melindungiagama dari kepentingan-kepentingan politik yang setiap saatbisa mencederai misi utama agama sebagai pembawaperdamaian. Kebijakan sekularisasi ini muncul dari doronganspiritual yang mendalam.64

Meskipun berbeda dalam tipologi gerakan, tampaknya posisiImam dalam semua sekte Syiah memiliki posisi yang sama yaituperan spiritual. Namun demikian, tampaknya hal ini tidakberlaku pada Bohras yang merupakan sekte dari SyiahIsmailiyah. Bohras meyakini peran penting sayyid (da’i atauimam kecil) dalam kehidupan mereka. Sayyid tersebut telahditunjuk oleh Imam dari Syiah Ismailiyah. Dengan kata lain,peran sayyid tidak hanya mengurusi administrasi Bohras tetapijuga sekaligus menjadi pemimpin spiritual para pengikutnya.Hanya saja, spiritual yang dimaksud berbeda denganspiritualitas yang dimaksudkan oleh Imam Ja’far Shadiq.Spiritualitas hanya dijadikan sebagai kedok untuk menundukkanrelasi antara sayyid dan pengikutnya. Mereka lebih menekankanpada aspek materialisme. Hubungan yang terjadi adalah relasikuasa superior dan inferior. Para pengikut Bohras menyebutsayyid mereka sebagai da’i mutlak yang memiliki otoritas absolutkarena diasumsikan sebagai “reinkarnasi” Imam yangtersembunyi dan mendapatkan titah dari Nabi Muhammad sawdan Allah swt. Terkait dengan hal ini, kutipan berikut menarikuntuk dicermati lebih jauh:

64Karena Armstrong, Berperang demi Tuhan, h. 94.

Page 53: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 45

the central concept of the Bohras is their firm faith in theda’i, who is called Mullah ji Sahib or Sayyidina and has thetitle His Holiness. He is regarded as the representative ofGod and earth and as such is infallible and immaculate,ma’sum.65

Dalam konteks inilah, Engineer mengkritisi sistemkepemimpinan dalam Bohra yang menurutnya sudah terjadipengultusan individu pada diri sayyid yang tentu saja sudahmelenceng dari koridor ajaran Islam yang sebenarnya.66

Kenyataan ini sudah disaksikan oleh Engineer sejak kecil ketikaseringkali menemani ayahnya dalam berbagai aktivitasnya diBohras. Berikut kutipan kesaksian Engineer:

I have seen exploitation in the name of religion at very closequarter since my father was a Bohra priest himself. Heinwardly resented this exploitative system strongly but foundhimself helpless as he had no alternate means of livelihood.He had to serve the system or starve or even face severepersecution as I discovered later when I challenged thesystem. There is no trace of spiritualism in the Bohra priestlysystem. The system is nothing but a huge machinery forcollection of money from its followers and which is controlledby one priestly family of the Da’i. This machinery has totalgrip over the life of a Bohra. Even an ordinary Bohra lives inthe fear of the system. Any trace of disobedience can ruinhis/her life. The vice-like grip of the Bohra priestlyestablishment over the lives of ordinary Bohras has reducedthem to mere slaves.67

Eksploitasi yang dilakukan oleh pemimpin Bohras kepadapengikutnya, seperti tergambar pada kutipan di atas, membuatEngineer sadar bahwa agama seringkali juga dipergunakan

65Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 5.

66M. Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’s Views on Liberation Theology andWomens Issues in Islam”, h. 6

67Asghar Ali Engineer, “What I Believe”, http://anromeda.rutgers.edu/ (diaksespada tanggal 03 Maret 2015).

Page 54: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

46 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

untuk menjustifikasi perilaku-perilaku pemimpin agama yangsudah melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Atas nama agama,para pengikut Bohras dipaksa untuk memberikan sumbanganuang kepada Bohra yang dikontrol oleh da’i dan kroni-kroninya.Pembangkangan terhadap perintah tersebut hanya akanmelahirkan hukuman atau penganiayaan yang setiap saat bisamengancam kehidupan pengikutnya. Salah satu hukuman pal-ing populer yang dilakukan oleh elit Bohras adalah mengucilkankelompok yang sering melakukan protes terhadap kebijakanda’i.68 Konsekuensinya, para pengikut Bohras hidup dalamketakutan dan seringkali mendapatkan tekanan-tekanan darielit Bohras.

Kondisi inilah yang memaksa Engineer bergabung padagerakan reformasi Bohras (Progressive Bohra Movement) pada1970 an yang waktu itu dipimpin oleh Norman L Contractor,dengan melakukan aksi protes terhadap Bohras di Udaipur.Engineer yang waktu itu berumur 33 tahun memainkan peranpenting pada aksi protes tersebut tersebut yang dipelopori olehAsosiasi Kelompok Muda Bohras (Bohra Youth Association)pada tahun 1972. Aksi protes ini menjadi puncak kekecewaandan kegelisahan Engineer muda pada setiap kebijakan-kebijakanyang dikeluarkan oleh pimpinan Bohra.69 Tidak berhenti sampaidi situ, Engineer muda terus mengkampanyekan pentingnyareformasi Bohras lewat tulisan dan gerakan bahwa Islam tidakmengajarkan sikap otoritarianisme yang telah meruntuhkannilai-nilai kemanusiaan. Islam justru menghadirkan pembelaandan penghormatan terhadap hak-hak individu manusia,kehormatan dan nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan Engineermenulis satu buku yang berjudul The Bohras pada tahun 1980,

68Sh. T. Lokhandwalla, “The Bohras: A Muslim Communities of Gujarat” StudiaIslamica, No 3. (1953), h. 117-135.

69Theodor V. Wright, Jr, “The Bohras”, h. 819-820.

Page 55: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 47

sebagai otokritik terhadap langkah dan strategi Bohras dalammengelola sekte keagamaan sebagai satu organisasi.

Sikap kritis dan protes terhadap sistem Bohras tersebutmembuat Engineer seringkali mendapat intimidasi bahkanancaman dari agen Bohras. Ia dan keluarganya beserta pegawai-pegawainya menjadi target penyerangan dari kelompok Bohratradisional. Pengakuan Engineer kepada Agus Nuryatno melaluikorespondensi pribadinya, bahwa dia sudah mengalamikekerasan fisik berkali-kali dari Bohras. Bahkan beberapadiantaranya sudah mengancam jiwanya, seperti yang terjadipada 13 Pebruari 2000, ia diserang oleh sekelompok orang dariBohras di Bandara Udara Bombay sesaat setelah mendarat dariBelanda sehingga mengalami memar dan pendarahan sehinggaharus dibawah ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkanperawatan. Tidak cukup sampai disitu, sebagaimanapengakuan Engineer, Bohra juga merobohkan rumahnya sertamerampok dan menghancurkan sebagian dari kantornya.70

Sikap Bohra tersebut mencerminkan sikap sebagian umat Islamyang anti kritik dan cenderung melakukan teror dan intimidasikepada siapa saja yang dianggap mengancam eksistensinya.Perilaku seperti ini menurut Engineer sebagai bentukfundamentalisme agama yang anti terhadap toleransi danpluralisme. Baginya, intimidasi dan teror yang didapatkanadalah resiko perjuangan dalam menegakkan nilai-nilaipluralisme dan keadilan. “It’s not easy to fight fundamentalismand religious fanaticism” begitu potongan kalimat Engineersesaat setelah mendapatkan serangan dari Bohra.

70M. Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’s Views on Liberation Theology andWomens Issues in Islam”,h.7. Lihat juga hasil interview Farish Noor dengan AsgharAli Engineer yang dimuat dalam The Voices of Islam yang diterbitkan oleh Leiden ISIM.Hasil wawancara tersebut yang diberi judul The Compatibility of Islam, Secularism andModernity juga menyinggung kekerasan yang dialami oleh Engineer sebagaimanadigambarkan di atas.

Page 56: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

48 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Apa yang dialami oleh Engineer di atas juga telah menjadipengalaman buruk bagi pemikir-pemikir lain di mana tingkatintensitasnya lebih tinggi. Sebutlah, Sayyid Quthb, salah satupemimpin Ikhwan al-Muslimin Mesir 1950-1960, penulis tafsiryang sangat terkenal Tafsîr fî Zilâl al-Qur’an71 harus berakhirhidupnya di tiang gantungan karena dituduh sebagai aktorintelektual pembunuhan presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.Begitupula Nasr Hamid Abu Zaid diusir dari tanahkelahirannya, Mesir, kemudian berkarir di Belanda karenakaryanya yang dianggap merendahkan al-Qur’an. Peristiwa-peristiwa semacam ini sudah senantiasa menghiasai dialektikapemikiran sejak zaman klasik sampai pada saat sekarang.Bahkan menurut penulis bahwa kelompok ekstrem dankelompok liberal akan terus berada pada binary opposition(berhadap-hadapan) dalam sejarah peradaban manusia.

Selain kritik Engineer terhadap hegemoni da’i mutlaq, dansistem kepemimpinan Bohras yang diktator dan otoriter, ia jugamengkritisi sistem social ostracism (pengasingan sosial). Jikaseorang pengikut Bohras melakukan aksi protes terhadap gayakepemimpinan da’i, maka ia harus ditempatkan di baraat (tempatpenampungan) sampai ia mengakui kesalahan dan menerimaotoritas penuh da’i mutlaq.72 Pada masa pengasingan, seseorangtidak akan bisa mengikuti kegiatan-kegiatan ritual dan sosial,seperti pernikahan dan upacara kematian, bahkan tidak bolehberinteraksi dengan keluarga dan teman-teman. Bahkan yangpaling menyedihkan dari orang-orang yang menjalani hukumandi baraat adalah tidak adanya legitimasi untuk menikahkananak perempuannya atau tidak bisa melakukan upacarakematian bapak atau ibunya. Singkatnya baraat menjadi wadah

71Tafsir ini sarat dengan muatan teologi pembebasan.72Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-

troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 7.

Page 57: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 49

penghakiman fisik dan sosial kepada pengikut yang tidak loyalkepada da’i. Akumulasi dari hegemoni dan tindakan otoritertersebut menyulut aksi protes 1972 sebagaimana tergambar diatas yang dilakukan oleh korban dari penggunaan sistem baraatterutama orang-orang yang ingin melakukan pernikahan.Diperkirakan 200 pasangan calon suami isteri yang tertundapernikahannya karena keluarganya masih berada di baraat jugaikut bergabung pada aksi protes tersebut. Bahkan Engineermuda berdiri di depan membacakan salah satu insiden yangmenimpa seorang suami yang dipaksa untuk menceraikanisterinya karena keluarganya berada dalam baraat(pengasingan). Testimoni ini menarik simpati banyak oranguntuk ikut bergabung dalam gerakan reformasi Bohras.73 Sejaksaat itu hubungan Engineer muda dengan Bohras tidak harmonislagi hingga mengalami rangkaian intimidasi dan teror daribohras, seperti yang dialaminya ketika berada di Mesir 1993, iamendapatkan serangan fisik. Resistensi yang dilakukan Engi-neer membuat dia dicap sebagai liberal activist yang keluar darikotak Pandora Bohras di mana ia pernah dididik dan dibimbing.

Berbeda dengan keyakinan Syiah pada umumnya tentangImam yang tersembunyi, da’i dalam konteks Bohras harus hadirdalam aktivitas keseharian para jamaahnya. Karena tantanganjarak geografis yang membatasi pertemuan fisik, di manajamaahnya sudah tersebar di berbagai belahan dunia, makakohesi sosial bisa saja dilakukan lewat email. Banyak di antarajamaah mempergunakan perangkat teknologi tersebut untukberkomunikasi dengan da’i nya demi mendapatkan berkah(blessing). Bentuk lain dari hegemoni Bohras kepadapenganutnya adalah kewajiban memiliki kartu yang dirancangdengan berbagai warna, hijau, kuning dan merah. Semua kartu

73Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 7.

Page 58: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

50 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

tersebut ditanda tangani dan disahkan oleh amil, pembantusayyid yang biasanya ditempatkan di daerah-daerah tertentu.Warna-warna kartu tersebut bervariasi sesuai dengan levelkepercayaan mereka terhadap otoritas sayyid. Perbedaan warnakartu dijelaskan oleh Blank, sebagaimana dikutip olehMuhammad Imran Mohammed Thaib:

A green card indicates that the holder is in full compliancewith the dictates of syedna on all matters public andprivate…..A yellow card indicates that the bearer is in basiccompliance with the most important requirements of thefaith, but deviates from normative practice in one or moreparticulars…the holder of red card is still a legitimatemember of the community, but a member who has strayedfrom Syedna’s direction in one or more areas.74

Pada tataran praktis, kartu ini sangat penting bagi jamaahBohras terutama ketika ingin mendapatkan pelayanan dakwah,seperti ziarah, pernikahan, kematian, dan seterusnya.Konsekuensinya, pernikahan yang dilakukan tanpa ijin darisayyid dianggap tidak sah. Namun yang paling pentingsebenarnya adalah kartu ini menjadi pembeda antara loyalisBohra dan penentang Bohras, seperti Asghar Ali Engineer yangtidak memiliki kartu anggota. 75 Tidak hanya Engineer yangtidak mendapatkan kartu, semua pengikut bohras yang tidakloyal otomatis juga tidak akan mendapatkan kartu sehinggamereka dilarang untuk mengikuti kegiatan keagamaan Bohrasserta dibatasi untuk melakukan interaksi sosial dalamlingkungan Bohras76

74Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 10.

75Samer Traboulsi, “Mullahs on the Mainframe: Islam and Modernity among theDawoodi Bohras”, Book Review, Journal of Americal Oriental Society, Vo. 1223, No. 1(Jan-March, 2003), h. 185-188

76Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 7.

Page 59: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 51

Sistem ID card ini juga mengisyaratkan bahwa di satu sisisekte Bohras memiliki manajemen administrasi yang profesionaldengan penataan anggota-anggotanya berdasarkan level-levelpenerimaan. Dengan jumlah pengikut sekitar 1 juta anggotayang tersebar di berbagai belahan dunia, tentu ini bukanpekerjaan yang mudah bagi pengurus Bohras. Tidak banyakorganisasi keagamaan yang bisa menerapkan sistem adminitrasiyang rapi seperti Bohras. Tetapi di sisi lain, model tersebut jugamengisyaratkan tingginya tingkat hegemoni elit Bohras padapengikutnya. Dengan memiliki kartu berdasarkan tingkatloyalitas, maka kontrol terhadap anggota relatif lebih mudah.Belum lagi, varian kartu anggota tersebut melahirkan modelkasta baru dalam struktur keanggotaan. Kondisi ini tentu sajatermasuk dalam feodalisme baru dalam satu organisasi denganmenilai keanggotaan berdasarkan loyalitas bukan pada prestasi.Pengikut yang kritis terhadap model tersebut akan disingkirkandalam keanggotaan organisasi. Berikut kutipan dari Sh. T.Lokhandwalla yang menjelaskan model administrasi Bohras:

The administration of the Bohras is wholly autocratic andchiefly in the hands of the Da’i, who governs every acitivityof the community with the help of his personally chosenassistants. The religious designation of the head is Da’iMutlaq, a lesser rank in the Ismaili religious hierarchy, butimplying at present the uncontested and absolute leadershipof the community.77

Keanggotaan dalam Bohra bukan sesuatu yang sifatnyagiven. Artinya meskipun seseorang lahir dari keluarga Bohrastidak secara otomatis keanggotaannya. Tentu melalui prosesyang panjang dan dirancang untuk menanamkan loyalitas yangmendalam terhadap da’i mutlak. Untuk menjadi anggota Bohrasdisyaratkan bagi orang yang sudah baligh dan diminta untuk

77Sh. T. Lokhandwalla, “The Bohras: A Muslim Communities of Gujarat” StudiaIslamica, No 3. (1953), h. 117-135.

Page 60: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

52 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

menandatangani surat perjanjian yang dikenal dengan istilahmitsâq. Mitsâq ini diulangi lagi oleh penganut Bohras setiaptahunnya pada tanggal 18 Zulhijjah pada perayaan Hari BesarGhadir Khumm yang diperingati sebagai bentuk pernyataan NabiMuhammad bahwa Ali sebagai penggantinya. Namun yangpaling fundamental dalam mitsâq inilah penyerahan secaratotalitas atas otoritas yang dimiliki da’i dalam berbagai sendikehidupan pengikutnya.78

Hegemoni sayyid pada pengikutnya juga berimbas kepadapemujaan (pengultusan) kepada sayyid secara berlebihan.Menurut Engineer, siswa Bohras seringkali meminta amil (asistensayyid) untuk meniup pulpennya sebelum mengikuti ujian agarmendapatkan kemudahan, begitu pula wanita-wanita Bohrasmempercayai bahwa air yang sudah ditiup oleh sayyid dapatmenyembuhkan berbagai macam penyakit.79 Perilaku-perilakuseperti inilah yang dikritisi oleh Engineer dengan mengatakanbahwa beragama harus mengedepankan aspek nalardibandingkan dogma dalam menyelesaikan persoalan-persoalankeseharian. Engineer menyebut orang-orang seperti ini sebagaitipe pemburu “mukjizat’, mukjizat dalam mengurus ujian,mukjizat untuk penyembuhan, dan mukjizat untuk kemudahansegala urusan.

Namun demikian, rangkaian aksi protes dan kritik Engi-neer terhadap ajaran dan sistem yang diperlakukan dalambohras tidak membuat dia keluar dari jamaah Bohras. Meskipundalam administrasi Bohras, Engineer tidak lagi terdaftar dalamdatabase keanggotaan tetapi ia sendiri masih mengakui sebagaijamaah Bohras sebagaimana ungkapan Engineer berikut yangdikutip oleh Muhammad Imran Muhammad Thaib:

78Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 10.

79Asghar Ali Engineer, The Bohras, h. 35.

Page 61: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 53

The reformers are not challenging any religious tenet, webelieve in all the tenets of the Bohra faith. Our society ismainly against dictatorship and unaccountability towardthe community. These our main plans. We don’t evenchallenge the position of the da’i , it is fine the da’i to bethere, but he must govern according to the norms laid downfor a da’i. Our complaints is that Syedna has strayed forthese norms…I am tryng to reform, not leave.80

Demikianlah sebagian aktivitas Engineer dalam lingkunganBohras yang telah mengukuhkan dirinya sebagai seorang aktivis.Aktivis yang telah memperjuangkan pembebasan anak manusia(baca: pengikut Bohras) dari belenggu sosial, ekonomi, budayabahkan agama. Bohras yang telah menjelma menjadi sekte otokrasi,kekuasaan yang tak terbatas, membuat Engineer terpanggil untukikut andil dalam melakukan resistensi terhadap segala bentukpenindasan yang telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Tidakjarang ia harus menerima kenyataan pahit dalam melakukanperlawanan terhadap aristokrasi Bohras, namun baginya haltersebut adalah resiko perjuangan dalam menegakkan nilai-nilaikebenaran yang diyakininya. Iman tidak cukup dengan testimoniatas esensi dan eksistensi Tuhan, tetapi iman harus dijabarkandalam kehidupan praktis dengan ikut andil dalam menegakkankeadilan dan melawan kezaliman serta penindasan.81

D. Tokoh-Tokoh yang Memengaruhi Asghar Ali Engi-neer

Untuk melacak landasan pemikiran Engineer, makadiperlukan telaah khusus kepada tokoh-tokoh yangmemengaruhi pembentukan pemikirannya baik secara langsungmaupun tidak langsung mulai sejak ia masih muda sampai padausia senja. Selain itu, faktor sosial politik yang mengitari Engi-

80Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 11.

81Asghar Ali Engineer, Islam and Its Relevance to Our Age, h. 89.

Page 62: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

54 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

neer, tentu juga berpengaruh pada sketsa pemikirannya.Mengingat Engineer dalam riwayatnya tidak melalui prosespendidikan formal dalam studi Islam, maka jalan yangditempuh oleh penulis adalah melacak mainstream referensi-referensi Engineer ketika menulis buku ataupun artikel. Tentuini bukan pekerjaan mudah karena buku dan artikel Engineertersebar begitu banyak sehingga penulis hanya melihat main-stream (arus besar) nya saja. Selain itu, penulis menemukanpengakuan yang ditulis sendiri Engineer bahwa pemikirannyatidak bisa dilepaskan dari berbagai tokoh yang menjadibacaannya selama ini. Berikut kutipan Asghar Ali Engineer yangdimuat dalam testimoninya:

…I also read avidly literature on rationalism in Urdu,Arabic and English. I also read writings of NiyaazFatehpuri - a noted Urdu writer and a critic of religiousorthodoxy when I was studying in my first year of interscience. It was that time that I also read writings ofBertrand Russell, a rationalist Brtisih philosopher. I alsostudied the Das Capital of Marx. Though I was influencedby the writings of these great thinkers I never ceased tostudying the Qur’an and its tafsir by great scholars ofIslam. It is during that period that I read Sir Syed’s andMaulana Azad’s commentaries also. I also delved deepinto Rasa’il khwanus Safa believed to have been compiledby the Isma’ili Imams during the period of theirconcealment in late eighth century A.D. It is thephilosophical tract of great significance and has beendescribed by scholars as an encyclopaedic work. Theseepistles of the Brethren of Purity (Ikhwanus Safa) are greatworks of synthesis of reason and revelation. I also kepton studying the science of ta’wil (the inner meaning ofthe Qur’anic verses developed by the Isma’ili scholars).82

82Asghar Ali Engineer, Islam and Modern Age (India: Ajanta Publication,1999), h. 56.

Page 63: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 55

Kutipan di atas mengilustrasikan bahwa spektrumpemikiran Engineer adalah perpaduan antara metode ilmupengetahuan sekuler dan metode para pemikir-pemikir Mus-lim kontemporer. Ia belajar tentang pemikiran para filosofkontemporer seperti Bertrand Russel, seorang filosof rasionalmodern Inggris, ia juga mendalami teori-teori Marx denganmengupas habis Das Kapital nya. Pada saat yang bersamaan,Engineer juga menekuni bidang tafsir dari beberapa intelektualmuslim kontemporer, seperti penafsiran Ahmad Khan, teologiMaulana Kalam Azad serta yang lebih penting adalah iamengembangkan teori-teori Rasâil Ikhwan Safa yang merupakanbuah kerja keras dari Imam-Imam Syiah Ismailiyah. MelaluiIkhwan Safa, ia mendalami metodologinya dalam mensintesakanantara akal dan wahyu. Bahkan ilmu-ilmu takwil yangdikembangkan oleh Syiah Ismailiah terus dipelajarinya sehinggaia bisa menafsirkan al-Qur’an dengan formulasinya sendiri.Rasionalisme menurutnya adalah sebuah kemestian yang tetapharus diperhatikan dalam memaknai ajaran Islam.

Uraian di atas mengindikasikan bahwa Engineer yangmerupakan intelektual Syiah Ismailiyah, tidak bisa melepaskandiri dari lingkungan dan tradisi Syiah Ismailiyah. Maka benarlahyang dikatakan oleh Georg Lukacs, sebagaimana dikutip olehMuhammad Thaib:

Every writer is the son of the age….Thus it is very difficultfor the writer really to free himself from the currents andfluctuations of his time, and within time, from those of hisclass.83

Seorang penulis adalah “anak” dari zamannya. Ia tidakmungkin menghindar dari latar sosial yang mengitarinya. Diapasti akan terpengaruh dalam melahirkan gagasan-gagasannya.

83Mohammad Imran Mohamed Taib, “Religion, Liberation and Reforms: An In-troduction to the Key Thoughts of Asghar Ali Engineer”, h. 4.

Page 64: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

56 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Tidak terkecuali Engineer, ia mengakui bahwa pemikirannyabanyak dipengaruhi oleh tradisi intelektual Syiah Ismailiyah.84

Terkait dengan hal tersebut, Michel Foucault (1926-1984), FilsufPerancis abad XX, mengatakan bahwa struktur berpikirmanusia sangat terkait dengan kehidupan sejarah yangmelatarbelakanginya. Manusia setiap zaman memandang,memahami dan membicarakan kenyataan dengan caratertentu. Setiap abad atau zaman memiliki ciri atau corakepistemologis sendiri-sendiri dengan peranan bahasa yang jugaberlainan sekali. Hasil penelitian Foucault atas sejarahpemikiran manusia dan peralihan episteme setiap zamanmemperlihatkan betapa sejarah, pemikiran dan bahasamemiliki korelasi yang tak terpisahkan. Ketiga elemen inimuncul secara simultan dalam totalitas kehidupan manusia.Pengalaman kesejarahan tersebut telah membentuk danmewarnai pola berpikir tertentu di jamannya dan tercermindalam bahasa yang mereka pergunakan.85

Selain tokoh-tokoh yang telah disebut sendiri oleh Engineerlewat pengakuannya di atas, sepertinya masih banyak pemikiryang juga ikut andil dalam pembentukan pemikirannya.Misalnya dalam bidang sejarah, Engineer tampaknya banyakdipengaruhi oleh Montgomery Watt (1909-2006),86 seorangsejarawan berkebangsaan Inggris yang sangat produktif dantelah diakui otoritasnya dalam sejarah peradaban Islam. Engi-neer berulang kali mengutip Watt dalam berbagai bukunya

84Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam: A Essay on Its Socio-Economic Growth, h. 2.

85Michel Foucault, The Order of Things: An Archeology of Sciences (London: TavistockPublication, 1977), h. 55-63.

86Montgomery Watt lahir di Skotlandia adalah sejarawan Islam yang palingterkenal dan banyak menginspirasi pemikir Muslim, termasuk pemikir di Indonesiaseperti Nuckholis Madjid. Ia adalah professor dalam bidang Bahasa Arab dan Is-lamic studies di Universitas Edinburg. Ia telah menulis beberapa buku terkait dengansejarah peradaban Islam

Page 65: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 57

terutama ketika Engineer menyorot sejarah sosial di Mekkahdan Madinah. Dua karya Watt yang paling menonjol adalahmengenai sejarah Nabi Muhammad saw. adalah Muhammad atMecca dan Muhammad at Medina. Sebagai ahli Islam yang non-Muslim, Watt tetap merupakan seorang pengamat yang palingobyektif dan tidak apriori terhadap Islam. Hal ini berbeda denganBernard Lewis87 (1916) yang juga seorang sejarawan Inggristetapi cenderung tidak bersimpatik terhadap Islam. Engineerlebih memilih Watt dibandingkan Lewis. Hal ini tampak padapenelusuran penulis terhadap beberapa karya Engineer yangtidak pernah merujuk kepada Lewis. Di sinilah kehati-hatianEngineer dalam membingkai pemikirannya selalumempertimbangkan sumber-sumber yang obyektif dalamrangka pencapaian yang obyektif pula. Salah satu buktipengakuan obyektivitas dari karya-karya Watt, sebagaimanadiungkapkan oleh Nurcholish Madjid, adalah tidak masuknyaWatt dalam daftar orientalis “hitam” oleh Edward. W. Said88

dalam bukunya yang sangat masyhur Orientalism: Western Con-ceptions of the Orient (1978).89 Buku ini juga ikut membentukpemikiran Engineer dalam mengutip beberapa pendapatorientalis tentang sejarah Islam. Berulang kali, Engineer

87Bernard Lewis adalah sejarawan Inggris-Amerika yang fokus pada kajianketimuran. Di samping sebagai sejarawan Islam ia juga dikenal sebagai komentatorpolitik Islam. Titik fokus karya-karyanya terkait dengan sejarah Islam.

88Edward. W. Said lahir di Palestina 1 Nopember 1935 dan besar di Mesir danAmerika. Ia meninggal pada hari kamis di rumah sakit New York 2003. Bukunyayang berjudul orientalism dianggap sebagai buku yang paling representatif dalammemotret karya-karya orientalis yang ditulisnya pada tahun 1978. Buku ini sangatkritis dalam membedah studi-studi ketimuran yang dilakukan oleh para orientalis.Dengan penguasaan pada teori-teori Foucault, terutama teori kuasanya, Said“menelanjangi” kelemahan-kelemahan orientalis dalam melihat timur. Uraian lebihlanjut, lihat Edward. W. Said, Orientalism diterjemahkan oleh Ahmad Fawaid,Orientalisme: Menggugat Hegemoni Barat dan Menundukkan Timur sebagai Subyek (Cet. I;Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

89Nurcholish Madjid, “Kata Pengantar” dalam W. Montgomery Watt, The Influ-ence of Islam on Medieval Europe, terj. Hendro Prasetyo, Islam dan Peradaban Dunia:Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan (Cet. III; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1995), h. x.

Page 66: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

58 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

mengutip Edward D. Said yang menyimpulkan bahwa beberapaorientalis seperti Renan, Goldziher, MacDonald, dan BernardLewis tidak pernah serius untuk mengkompilasikan Islam yangesensial. Tampaknya Engineer setuju pada Edward W. Said.

Namun demikian, Engineer tidak hanya mengutip dariorientalis dalam merumuskan pikiran-pikirannya, sejarawanIslam juga menjadi rujukannya seperti Abu Muhammad AbdMalik bin Hisyam (w. 833) yang lebih populer dengan IbnuHisyam yang menulis Sirah Nabawi, begitupula Muhammadibnu Jarir At-labari (839-923)90 yang menulis Tarikh al-Rusul wal-Mulûk dalam beberapa jilid. Dua buku ini adalah telaah historisyang paling mendalam dari Intelektual Muslim klasik yangmasih menjadi rujukan penting bagi sejarawan-sejarawan mod-ern, termasuk Engineer. Meskipun ditulis oleh intelektual Mus-lim, tetapi tetap asas obyektivitas menjadi acuan penulisan duakarya tersebut. Kedua karya ini ikut memengaruhi pola pikirEngineer dalam memotret sejarah Nabi Muhammad saw. sebagaisebuah bentuk revolusi dalam ucapan dan tindakan. Pentingdicatat bahwa kajian teologi pembebasan Asghar Ali Engineerberakar dari pengetahuannya yang mendalam terhadapkonstruksi sejarah peradaban baik sebelum Islam lahir maupundalam perkembangannya selama beberapa ratus tahun. Engi-neer sendiri selalu bercermin kepada kehidupan NabiMuhammad saw. yang disimbolkan sebagai pembebas dariberbagai belenggu, sosial, ekonomi dan budaya.

Dalam bidang sosiologi, Engineer juga mencobamengintegrasikan pemikiran sosiologi Barat dan Islam. SosiologiKarl Marx menjadi rujukan utama Engineer dalam membangunpola hubungan masyarakat tanpa kelas (classless society). Dalam

90Muhammad ibnu Jarir al-Tabari lebih dikenal dengan nama al-Tabari. Ia lahirdi Tabaristan, Iran. Tempat ini kemudian dinisbahkan menjadi namanya. Di sampingsebagai sejarawan kawakan, ia juga dikenal sebagai mufassir yang juga menulistafsir al-Qur’an yang sangat terkenal dengan judul Tafsir al-labary.

Page 67: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 59

konteks ini, pengaruh Marx sangat jelas dalam pemikiran Engi-neer ketika ia menafsirkan tauhid bukan hanya sebagai keesaanTuhan, namun juga sebagai kesatuan manusia (unity of man-kind) yang tidak akan terwujud tanpa terciptanya masyarakattanpa kelas. Jadi tidak ada perbedaan level dalam masyarakatyang dibedakan sesuai dengan stratifikasi sosial seperti kelasborjuis (pemilik modal) dan kelas proletarian (kelas buruh) dalamkonteks Marxisme.91 Namun pada saat yang bersamaan, Engi-neer juga dipengaruhi oleh teori-teori sosiologi Ibnu Khaldunterutama ketika ia menjadikan Muqaddimah sebagai referensiutamanya. Teori-teori dari kedua tokoh tersebut diramukemudian dimodifikasi sehingga sejalan dengan pemikiran Is-lam yang dia pahami. Singkatnya, kedua tokoh tersebut telahmembentuk pemikiran Engineer dalam memotret masyarakatIslam dari sejak klasik sampai pada kehidupan modern dalamhubungannya dengan teologi pembebasan.

Dalam bidang tafsir dan teologi, tampaknya Engineerberutang budi pada Abu Kalam Azad yang menurutnya memilikitafsir dan teologi yang sangat kreatif. Engineer berulang kalimengutip karya tafsir Azad yang berjudul Tarjuman al-Qur’an(terjemahan al-Qur’an). Tafsir ini tidak sekadar terjemahan al-Qur’an tetapi mengandung visi, pandangan dan pengetahuanAzad. Salah satu bentuk kreativitasnya adalah pernyataanyang mengatakan bahwa ayat-ayat suci akan terus berdialektikadengan zaman yang selalu berubah-ubah. Dengan kata lain,kehidupan manusia tidaklah statis tetapi akan terus dinamis.Selain itu, Engineer juga tidak bisa melepaskan diri dariprogresivitas pemikiran Muhammad Iqbal yang menurutnyasebagai seorang penyair dan pemikir yang kreatif ketikamengatakan bahwa manusia adalah pencipta yang membantuTuhan (co-creator with God). Inilah status tertinggi yang dimiliki

91Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 28-29.

Page 68: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

60 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

oleh manusia.92 Selain merujuk kepada intelektual muslim, En-gineer juga seringkali merujuk kepada teolog Barat seperti PaulTillich93 (1886-1965) yang menulis buku Systematic Theology.Engineer dalam hal ini mencoba mengintegrasikan kreativitasteologi Azad dan progresivitas Iqbal serta kedalaman teologiPaul Tillich. Sekali lagi, tampak bagaimana Engineermemadukan ilmu pengetahuan sekuler dengan pengetahuanagama. Kreativitas teologi Azad yang menjadi rujukan Engi-neer selaras dengan unsur kebebasan dalam teologi dalamrangka keluar dari transendensi diri menuju kehidupan yanglebih baik dan juga untuk menghubungan dirinya dengankondisi yang berubah-ubah.94 Dengan kata lain, teologibukanlah sesuatu yang statis tetapi akan terus berkreasi danberdialektika dengan perubahan dan perkembangan zaman.

Selain beberapa tokoh di atas yang telah melandasipemikiran Engineer, faktor lain yang tak kalah penting adalahkeberadaan teologi Syiah Ismailiyah di mana Engineerberkecimpung. Seperti diurai sebelumnya, bahwa di antara sekteSyiah, Ismailiyah telah mengasimilasi pemikiran progresif padamasa itu dan berkembang menjadi salah satu teologi yang pal-ing progresif dalam Islam. Pengalaman tersebut ikutmemengaruhi postur pemikiran Engineer dalam merumuskanteologi pembebasannya. Kedalaman pengetahuan SyiahIsmailiyah, menurut Engineer, bisa ditelusuri dalam Ikhwan al-Shafa yang merupakan surat-surat ensiklopedis dan memuatkedalaman pengetahuan mereka dalam tradisi filsafat Yunani.95

Menurut Engineer, ensiklopedia Ikhwan al-Safa memuatsuatu sintesa kreatif pemikiran Islam dan Yunani yang

92Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 186-18793Paul Tillich adalah seorang teolog, filosof, yang berkebangsaan Jerman. Ia

dianggap sebagai teolog yang memiliki pengaruh dan kontribusi yang besar padaperkembangan teologi abad 20.

94Asghar Ali Engineer, Islam and Its Relevance to Our Age, h. 82.95Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 76-77.

Page 69: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis 61

melahirkan suatu teologi baru yang progresif yang bisaditafsirkan sebagai teologi pembebasan pada masa itu. Teologiinilah kemudian yang menginspirasi para pejuang-pejuangSyiah Ismailiyah untuk melawan dinasti Abbasiah denganmengembangkan organisasi bawah tanah yang sangat soliddengan suatu hirarki yang fungsional. Hanya saja dalamperkembangannya, setelah Syiah Ismailiyah berkuasa di AfrikaBarat Laut, semangat revolusioner mereka memudar dan mati.Bahkan mereka menjadi justifikator kebijakan-kebijakanpenguasa. Meskipun demikian, Qaramithah, cabang lain dariSyiah Ismailiyah tetap menjadi komitmen para revolusi danberjuang terus menghadapi imperium Abbasiah maupunFatimiah. Salah satu tokoh penting dari sekte ini adalah Mansural-Hallaj, yang dikenal sebagai sufi terkemuka yang digantungoleh rejim Abbasiah karena terlibat dalam konspirasi untukmenjatuhkan kekuasaan Bani Abbasiah. Penting dicatat bahwaal-Hallaj tidak hanya seorang sufi, tetapi, dia juga seorangperancang (planner) dan konsisten memperjuangkan persoalankelompok buruh kecil. 96 Di sinilah semangat revolusionerQaramithah yang diapresiasi oleh Engineer yang terus melawankekuasaan status quo yang telah melahirkan berbagai bentukpenindasan. Poin ini juga menjadi elemen penting dalamkonstruksi pemikiran teologi pembebasan Engineer. [*]

Page 70: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

62 Asghar Ali Engineer: Potret Seorang Intelektual dan Aktivis

Page 71: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 63

BAB III

Untuk melacak rancang bangun teologi pembebasan AsgharAli Engineer, maka dipandang perlu untuk mengelaborasiarkeologi1 pemikirannya. Arkeologi yang dimaksud di siniadalah postulat-postulat yang dipakai Engineer dalammerumuskan teologi pembebasannya. Arkeologi sendirisetidaknya mengacu pada tiga elemen penting yang saling berkaitkelindan, yaitu bahasa, pemikiran dan sejarah. Keterkaitan tigahal tersebut akan dilihat pada tiga postulat penting yangmenjadi media Engineer dalam merumuskan teologinyasebagaimana berikut.

A. Hermeneutika Sebagai Metode PenafsiranEngineer dalam membangun pemikirannya selalu merujuk

kepada kajian sumber yaitu al-Qur’an dan hadis. Al-Qur’andipandang sebagai sumber inspirasinya dalam merumuskan

ARKEOLOGITEOLOGI PEMBEBASANASGHAR ALI ENGINEER

1Penulis menggunakan term ini terinspirasi oleh istilah Michel Foucault dalamjudul bukunya Order of Things: An Archeology of Science. Foucault ingin melihat lebihdalam terhadap sesuatu yang selama ini dianggap mapan dengan cara meminjammetode arkeolog. Sejatinya, istilah ini dipakai dalam ilmu arkeologi yang bermaknapenggalian benda-benda purbakala atau situs-situs yang telah berumur ratusan tahun.Tujuan utamanya adalah mengungkap makna dan pesan yang tersirat dalam benda-benda tersebut.

Page 72: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

64 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

pikirannya. Baginya, al-Qur’an telah mencakup berbagai ilmupengetahuan, termasuk di dalamnya sains. Berikut kutipanAsghar Ali Engineer:

The Qur’an, on the other hand, put all the emphasis on ‘ilm(knowledge) which is a very comprehensive word in Arabic.‘Ilm is used for science as well. It includes knowledge ofeverything created by Allah including the knowledge ofcreator himself. Allah invites human beings to think, to broodand to reflect on the whole universe, on the creation of Allah,the stars, the earth, the plants and the animals.2

Kutipan di atas mengilustrasikan bahwa al-Qur’an memuatberbagai macam isyarat-isyarat ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya sains. Tidak hanya ilmu agama tetapi juga mencakupseluruh alam baik yang sifatnya makro maupun alam mikro.Hanya saja, Tuhan mengajak manusia untuk berpikir kritissehingga bisa menerjemahkan realitas kosmik. Dalam konteksini, al-Qur’an menjadi pintu masuk untuk menelusuri lorong-lorong ilmu pengetahuan tersebut. Di sinilah peran metodologitafsir dalam memaknai al-Qur’an untuk menyingkap rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an. Metodologimenentukan arah dan orientasi para mufassir. Dengan kata lain,kualitas tafsir seorang sangat ditentukan oleh metodologi yangdipergunakan. Menurut Engineer, adalah suatu kewajaran jikaperbedaan metodologi akan melahirkan perbedaan pemahamanterhadap makna al-Qur’an selama perbedaan tersebut tidakmembawa sikap anarkis. Selain itu metodologi interpretasitersebut harus juga bersandar pada asas-asas fundamental.3

Penulis dalam hal ini melihat bahwa metode yang dilakukanoleh Engineer dalam memahami al-Qur’an adalah proses

2Asghar Ali Engineer, “Reconstruction of Islamic Thought” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 13Maret 2015).

3Asghar Ali Engineer, “Understanding the Quran”, Tribune Business News. Wash-ington. 10 Februari, 2012.

Page 73: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 65

hermeneutik. Namun demikian, sebelum menelusurihermeneutika Engineer dalam melakukan penafsiran terhadapteks-teks al-Qur’an, ada baiknya menyimak genealogihermeneutika secara umum serta tokoh-tokoh yang telahberperan dalam mengembangkan metode hermeneutik. Hal inipenting untuk menelusuri akar hermeneutik Engineer.

Secara etimologis, “hermeneutik” berasal dari bahasaYunani “hermeneuein” yang berarti menafsirkan. Kata bendanyaadalah hermeneia diartikan penafsiran atau interpretasi.4

Hermeneutika adalah sebuah disiplin filsafat yangberkonsentrasi di bidang kajiannya pada persoalan “under-standing of understanding” pemahaman-pemahaman terhadapteks, terutama teks kitab suci yang datang dari kurun waktu,tempat, serta situasi sosial yang asing bagi para pembacanya.Istilah ini diadopsi dari tokoh Mitologi Yunani yang bernamaHermes yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas dalammenyampaikan pesan Yupiter kepada manusia. la harusmenerjemahkan pesan-pesan Dewa agar dapat dimengerti olehmanusia. Suatu saat Hermes dihadapkan pada persoalan yangsulit ketika harus menyampaikan message Zeus untuk manusia.Yaitu bagaimana menjelaskan pesan Zeus yang menggunakan“bahasa langit” agar bisa dipahami oleh manusia yangmenggunakan “bahasa guru”. Singkatnya dengan segalakepintaran dan kebijaksanaannya, Hermes menafsirkan danmenerjemahkan bahasa Zeus ke dalam bahasa manusia sehinggamenjelma menjadi sebuah teks suci.5 Oleh karena itu fungsiHermes sangat penting sebab bila terjadi kesalahpahamantentang pesan dewa, akibatnya akan fatal bagi seluruh umat

4Richard Palmer, Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey,Heidegger, and Gadamer , diterj. oleh Musnur Hery, Damanhuri Muhammad,Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), h. 14.

5Lihat Amin Abdullah, “Arkoun dan Tradisi Hermeneutika” dalam Johan HendrikMouleman [ed]. Tradisi. Kemerdekaan dan Meta Modernisme [Jakarta : LKIS, 1996], h. 24

Page 74: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

66 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

manusia. Sejak saat itu Hermes menjadi simbol seorang duta yangdibebani sebuah misi tertentu. Tepatnya, Hermes diasosiasikandengan fungsi transmisi apa yang ada di balik pemahamanmanusia ke dalam bentuk yang dapat ditangkap intelegensimanusia. Bentuk kata yang beragam itu mengasumsikan adanyaproses menggiring sesuatu atau situasi dari yang sebelumnya takdapat ditangkap oleh intelegensi menjadi dipahami. OrangYunani berutang budi pada Hermes dengan penemuan bahasadan tulisan – sebuah mediasi di mana pemahaman manusia dapatmenangkap makna dan menyampaikannya pada orang lain.Oleh karena itu, hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagaiproses mengubah sesuatu dari ketidaktahuan menjadi mengerti.6

Kemunculan Hermes sebagai dewa dalam kajianhermeneutik memantik para cendekiawan muslim untuk ikutberkomentar terhadap sosok Hermes. Sebagaimana dikutip olehQuraish Shihab, beberapa cendekiawan muslim sepertiSulaiman ibnu Hassan Juljul dalam Tabaqaat al-Athibbai,Muhammad Thaher Ibnu Asyur ketika menafsirkan QS. Maryam(19): 56, Seyyed Hossein Nasr (lahir 1933) dalam Knowledge andthe Sacred, dan masih banyak yang lainnya, semua berpendapatbahwa Hermes tidak lain adalah Nabi Idris as. Argumen inididasari karena Nabi Idris dikenal dalam sejarah sebagai orangyang pertama kali mengenal tulisan atau orang yang banyakbelajar dan mengajar. Term Idris sendiri seakar kata dengandarasa yang berarti ajar mengajar. Singkatnya, Nabi Idris atauHermes adalah orang yang terpilih untuk menjelaskan pesan-pesan Yang Mahakuasa kepada manusia.7 Sementara menurut

6Lihat E. Sumaryono, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,1999),h. 24. Lihat juga Roy J. Howard, Three Faces of Hermeneutics: An Introduction Cur-rent Theories of Understanding (Los Angeles: University of Chicago Press, 1982). Lihatjuga Muhaemin Latif, Muhammad Shahrur dan Dekonstruksi Pembacaan Terhadap al-Qur’an(Cet. I;Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 135.

7Uraian lebih lanjut lihat M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, danAturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur’an (Cet. II; Jakarta: LenteraHati, 2013), h. 402.

Page 75: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 67

legenda yang beredar di kalangan pesantren pekerjaan NabiIdris adalah sebagai tukang tenun. Jika profesi tukang tenundikaitkan dengan mitos Yunani tentang peran dewa Hermes,ternyata mempunyai korelasi positif. Kata kerja “memintal”padanannya dalam bahasa latin adalah tegere, sedangkanproduknya disebut textus atau text, memang merupakan isusentral dalam kajian hermeneutika.8

Hermeneutika, oleh sementara penulis Arab, diterjemahkandengan kata Ilmu at-Ta’wil atau at-Ta’wiliyah, dan ada juga yanglangsung menamainya dengan Ilmu Tafsir, karena memangsecara umum fungsinya adalah menjelaskan maksud teks yangditeliti. Agaknya penamaan dengan Ilmu at-Ta’wil atau at-Ta’wiliyah lebih tepat karena titik berat uraiannya adalahpengalihan makna satu kata/susunan ke makna lain yang lebihtepat menurut sang penakwil.9 Dalam konteks ini, menarikuntuk dicermati pengakuan Engineer, sebagaimana diuraikansebelumnya, bahwa sejak kecil ia sudah diajarkan Ilmu at-Ta’wiloleh ayahnya.10 Dengan kata lain, Engineer sudah mengenalhermeneutika sejak kecil, terlepas apakah yang dimaksud adalahhermeneutika atau tafsir.

Di dunia Barat (Kristen), hermeneutika digunakan pertamakali di kalangan sebagian cendekiawan Kristen Protestan sekitartahun 1654 M. Mereka tidak puas dengan penafsiran gerejaterhadap teks Perjanjian Lama dan Baru. Tidak heran jika TheNew Encyclopedia Britannica menjelaskan bahwa hermeneutikaadalah the study of the general principle of Biblical interpretation todiscover the truths and values of the Bible (suatu prinsip-prinsipumum tentang penafsiran Bibel untuk mencari kebenaran dan

8Lihat Kamaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas : Moralitas Agama dan KrisisModernisme (Jakarta : Paramadina, 1998), h. 118

9Lihat M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 402.10Lihat Asghar Ali Engineer, “What I Believe” http://andromeda.rutgers.edu /

~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 14 Maret 2015).

Page 76: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

68 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

nilai-nilai kebenaran Bibel).11 Menurut para ahli, Kristenmengadopsi hermeneutika untuk mereka jadikan alat atau seniinterpretasi karena para tokoh dan pemikir Kristen hampirsepakat bahwa Bibel secara harfiahnya bukan Kalam Tuhan.Itu dibuktikan antara lain dengan adanya perbedaan pengarangyang secara otomatis melahirkan gaya yang berbeda-beda,bahkan informasi yang bertolak belakang.12

Kembali kepada relasi hermeneutika dan Hermes, MartinHeidegger (w. 1976), filosof berkebangsaan Jerman, melihat filsafatitu sendiri sebagai ‘interpretasi’. Ia secara eksplisitmenghubungkan filsafat sebagai hermeneutika dengan Hermes.Hermes ‘membawa pesan takdir; hermenuein mengungkap sesuatuyang membawa pesan, sejauh yang diberitakan bisa menjadipesan. Tindakan ‘mengungkap’ ini menjadi penjelasan yangtertata terhadap apa yang sudah dikatakan. Jadi denganmenelusuri akar kata paling awal dalam Yunani, orisinalitas katamodern dari ‘hermeneutika’ dan ‘hermeneutis’ mengasumsikanproses ‘membawa sesuatu untuk dipahami’. Proses ini tentumelibatkan bahasa, karena bahasa merupakan media palingsempurna dalam proses tersebut.13 Namun menurut Heidegger,bahasa berfungsi tidak hanya sebatas menjadi media, tetapihakikat bahasa sesungguhnya adalah berpikir dan berkata ataumengungkapkan sesuatu, sebab dengan demikian, bahasa akanbenar-benar berupaya menampakkan ‘das sein’. Bahasa adalahketerbukaan manusia terhadap ‘das sein’. Berkata ataumengungkapkan yang sesungguhnya adalah memberitahukan,

11Definisi yang sama juga dapat ditemukan dalam Webster’s Third New Interna-tional Dictionary sebagaimana dikutip oleh Palmer yang mengatakan bahwahermeneutika adalah “studi tentang prinsip-prinsip metodologis interpretasi daneksplanasi, khususnya studi tentang prinsip-prinsip umum interpretasi Bibel”. Uraianlebih lanjut lihat Richard Palmer, Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleirmacher,Dilthey, Heidegger, and Gadamer, h. 4.

12Lihat M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 404.13Richard Palmer, Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey,

Heidegger, and Gadamer, h. 162.

Page 77: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 69

menampakkan atau menunjukkan ‘das sein’, sehinggamembuatnya menjadi terbuka berpikir dan mengungkapkansuatu kata adalah ‘sein lassen’ (membicarakan peristiwa yang ada).Di dalam berpikir dan berkata maka akan terciptalah ruang yangdibutuhkan bagi penampakkan atau tampilnya ‘das sein’.Singkatnya, bahasa dan pikiran adalah ruang tempat terjadinyaperistiwa ‘das sein’ atau ‘ada’. 14 Tugas inilah yang diemban olehHermes untuk mengungkapkan ‘das sein’ ke dalam realitas yangsesungguhnya. Dia tidak hanya menyampaikan pesan lewatbahasa tetapi yang paling utama adalah proses berpikir yang dialakukan dalam bahasa.

Mediasi dan proses membawa pesan ‘agar dipahami’ yangdiasosiasikan dengan Hermes ini terkandung di dalam tigabentuk makna dasar dari hermeneuein dan hermeneia dalampenggunaan aslinya. Tiga bentuk ini menggunakan bentuk verbdari hermeneuein, yaitu: (1) mengungkapkan kata-kata, misalnya,to say, (2) to explain artinya menjelaskan, seperti menjelaskansebuah situasi: (3) to translate berarti menerjemahkan, sepertidalam transliterasi bahasa asing. Ketiga makna itu bisadiwakilkan dalam bentuk kata kerja Inggris ‘to interpret’. Namunmasing-masing ketiga makna itu membentuk sebuah maknaindependen dan signifikan bagi interpretasi. Dengan demikian,interpretasi bisa mengacu kepada tiga persoalan yang berbeda:pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan transliterasidari bahasa lain – baik dalam penggunaan bahasa Yunanimaupun Inggrisnya. Hanya seseorang bisa mencatat bahwasecara prinsip ‘proses Hermes’ sedang berfungsi dalam ketigapersoalan itu. Dengan kata lain, segala sesuatu memerlukanrepresentasi, eksplanasi, atau transliterasi yang mengarah padapemahaman yang diinterpretasi.15Apa yang dilakukan oleh

14Kaelan. M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika (Cet. I; Yogyakarta:Paradigma, 2009), h. 277.

15Muhaemin Latif, Islamologi Terapan, h. 112.

Page 78: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

70 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Engineer dalam memahami al-Qur’an tidak terlepas dari tigabentuk di atas. Pertama, ia mengungkapkan apa yang ada dalampikiran melalui kata-kata dalam rangka menyampaikannyakepada sasaran yang dituju. Kedua, menjelaskan secara rasionalmenyangkut hal-hal yang masih samar agar maksudnya dapatdipahami dengan jelas. Ketiga, menerjemahkan ke bahasa yangdipahami oleh sasaran. Di sinilah bentuk kehati-hatian Engi-neer dengan mengatakan bahwa tidak mudah untukmengerjakan terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain,demikian pula menafsirkan suatu pernyataan, apalagi jika yangditerjemahkan adalah kitab suci al-Qur’an. Bahasa Arab, lebihlanjut Engineer, memiliki cara-cara yang sulit diungkapkan kedalam bahasa lain. Kitab suci al-Qur’an menurutnya bukanhanya berbahasa Arab, namun juga telah menjadi simbol.16 Olehkarena itu, Engineer dalam menginterpretasi al-Qur’anmenggunakan tiga catatan penting yang perlu diperhatikansebagaimana uraian berikut.

Pertama, al-Qur’an memiliki dua unsur penting yaitunormatif dan kontekstual. Dua hal ini menjadi barometer bagiEngineer dalam memahami al-Qur’an. Kalau normatif terkaitdengan prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai fundamental yangtereduksi dari al-Qur’an seperti asas kesetaraan dan keadilandalam konteks kajian gender, maka unsur kontekstualberhubungan dengan ayat-ayat socio historis yang terkait dengankonteks tempat dan waktu. Inilah yang dimaksud oleh Engi-neer bahwa setiap ayat yang diwahyukan kepada Nabi memilikilatar belakang peristiwa tertentu.17 Terkait dengan unsur yangkedua, Engineer mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut bisa sajadibatalkan karena hal tersebut terkait dengan persoalankemanusiaan. Ia mencontohkan kasus perbudakan yang

16Lihat Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology : Essays on LiberativeElements in Islam (New Delhi: Sterling Publishers Limited, 1990) h. 171.

17Lihat Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 171.

Page 79: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 71

menjadi tradisi umum bagi masyarakat Arab sebelum Islam, al-Qur’an tidak serta merta menghapus perbudakan. Al-Qur’anmenurut Engineer berusaha menghapusnya secara perlahan-lahan, hanya saja sampai ayat terakhir turun, tradisiperbudakan masih eksis dan tertulis jelas dalam al-Qur’an.Dalam konteks sekarang, perbudakan tidak lagi diperbolehkankarena melanggar nilai-nilai universal dalam al-Qur’an dan jugabertentangan dengan HAM (Hak Asasi Manusia).18 Meskipunmenurut Engineer bahwa konsep HAM (Hak Azasi Manusia)tidaklah statis tetapi akan berdialektika dengan perubahanzaman. Berikut kutipan Engineer dalam menjelaskan HAM:

the concept of human rights might also differ from onehistorical era to the other. In the feudal era, there was nosuch concept of human rights as we have today. In the feudalera, they have their own understanding of human freedom.In each historical era, we have certain principal values…19

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pemahaman tentangkonsep perbudakan mengalami dinamika pemahamanmengiringi perubahan zaman. Fenomena seperti ini diistilahkanoleh Hassan Hanafi sebagai historisitas. Realitas sosial yanghidup dalam masyarakat menjadi fenomena tersendiri dalammenafsirkan teks-teks qurani.20

Menurut Engineer, salah satu tujuan pembedaan antaranormatif dan kontekstual adalah untuk mempertegas apa yangdikehendaki oleh Allah swt dan apa yang perlu dipertajam olehrealitas masyarakat. Kedua-duanya merupakan produk dari al-Qur’an, hanya saja, menurut Engineer, sebuah teks tidak hanya

18Asghar Ali Engineer, Justice, Women and Communal Harmony in Islam (NewDelhi: Indian Council of Social Research, 1989), h. viii.

19Asghar Ali Engineer, “Islam and Human Rights” dalam Azhar Arsyad (ed.),Islam and Global Peace (Cet. I; Yogyakarta: Madyan Press, 2002), h. 204.

20Hassan Hanafi, “The Preparation of Societies for Life in Peace: An IslamicPerspective” dalam Azhar Arsyad (ed.), Islam and Global Peace (Cet. I; Yogyakarta:Madyan Press, 2002), h. 229.

Page 80: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

72 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

memperbincangkan masyarakat ideal lewat apa yangseharusnya “ought to be” tetapi teks juga terkait dengan realitasempiris atau yang diistilahkan dengan “ what is”. Dialektikaantara kedua ini “ought to” dan “what is” membuat teks al-Qur’an diterima masyarakat dalam konteks tertentu di manawahyu diturunkan, sekaligus memberikan ruang kreativitasmanusia untuk membuat norma-norma universal dan dasar-dasar yang bisa dijabarkan ke dalam realitas sosial ke depan.Perbedaan tersebut dengan karakteristik yang berbeda puladisebut oleh Engineer sebagai pendekatan studi ideologispragmatis “pragmatic-ideological course”.21

Ide Engineer di atas menurut penulis dipengaruhi olehsemiotika Ferdinand de Saussure (1857-1913), filosofberkebangsaan Swiss, yang mengatakan bahwa bahasa atauteks adalah merupakan sistem tanda. Terdapat hubungan yangtak dapat dipisahkan antara penanda (signifier) dan petanda (sig-nified), antara bahasa dengan sesuatu yang diacunya. Saussuremenjelaskan bahwa sistem bahasa tersebut tidak bisa dipisahkandari konteks sosial. Artinya, jika tanda merupakan bagian darikonteks sosial maka tanda juga merupakan bagian dari aturan-aturan sosial yang berlaku. Tentu saja ini seirama dengan teorifilsafat analitik Ludwig Wittgenstein (1889-1951), filosofberkebangsaan Austria, bahwa ungkapan bahasa adalah suatuungkapan kehidupan, dan dalam kehidupan terdapat suatu ruleof game (aturan main), yaitu aturan-aturan dalammenggunakan ungkapan tersebut.22 Hanya saja menurutpenulis, aturan bahasa ini akan mendapat tantangan ketikamelihat al-Qur’an bukan sebagai teks biasa yang lahir darimanusia atau seseorang, sebagaimana pernyataan Engineer,

21Asghar Ali Engineer, The Rights of Women in Islam (Lahore: Vanguard Books,LTD, 1992), h. 10-11. Lihat juga M Agus Nuryatno, “Examining Asghar Ali Engineer’sQur’anic Interpretation of Women in Islam”, al-Jamiah Vol.45, No. 2. 2007, h. 392.

22Kaelan. M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, h. 160.

Page 81: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 73

tetapi al-Qur’an adalah kitab suci yang langsung berasal dariTuhan sehingga wajar kalau menimbulkan perbedaanpenafsiran dan terjemahan yang berbeda-beda.23 Meskipundemikian, teks al-Qur’an juga tentu tidak bisa dilepaskan darikonteks sosial ketika ia diturunkan. Ia hadir menyapa umatmanusia untuk menjawab problematika yang dihadapi olehumat manusia pada waktu itu. Barangkali di sinilah juga letakrelevansi pembagian Engineer terhadap dua kategori pentingyaitu normatif dan kontekstual.

Kedua, menurut Engineer, interpretasi terhadap ayat-ayatal-Qur’an sangat tergantung dengan persepsi, pengalaman,tradisi dan latar belakang seorang penafsir.24 Hal ini berartibahwa dibutuhkan sikap profesionalisme dan obyektivitasdalam dunia penafsiran. Tidak terkecuali al-Qur’an, hadis jugatelah mengalami pengembangan kajian dengan melihatkontekstualitasnya agar universalitas maknanya bisaditangkap.25 Engineer, sebagaimana dikutip oleh AgusNuryatno, mengungkapkan bahwa interpretasi terhadap fakta-fakta empiris atau teks al-Qur’an selalu tergantung pada latarbelakang seseorang.26 Tampaknya, Engineer terpengaruh olehistilah Friederich Schleiermacher (1768-1834), seorang teolog dan

23Lihat Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 172.24Asghar Ali Engineer, The Qur’an, Women and Modern Society (New Delhi: Sterling

Publisher Private Limited, 1999), h. 35.25Hamzah Harun al-Rasyid, Abd Rauf Amin, Melacak Akar Isu Kontekstualisasi

Hadis dalam Tradisi Nabi dan Sahabat (Cet.I; Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata,2015), h. 12

26M Agus Nuryatno, “Examining Asghar Ali Engineer’s Qur’anic Interpretationof Women in Islam”, al-Jamiah Vol.45, No. 2. 2007, h. 393. Engineer memberikancontoh bagaimana at-labari, salah seorang mufassir terkenal, mengutip beberapaperbedaan pemahaman para sahabat Nabi Muhammad saw. dalam memahami ayat-ayat. Ini membuktikan bahwa betapa luasnya perbedaan di antara para sahabatmengenai ayat-ayat al-Qur’an. at-labari, menurut Engineer, bahkan pernah memberikan50 makna perbedaan makna ayat sebagaimana dipahami oleh sahabat dan tabiin.Perbedaan ini menurut Engineer karena para sahabat datang dari berbagai latar belakangsosial dan asal usul mereka. Demikian pula mereka mempunyai kapasitas mentaldan prasangka-prasangka sosial yang berbeda-beda. Asghar Ali Engineer, Islam MasaKini, terjemahan Tim Porstudia (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 25.

Page 82: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

74 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

tokoh hermeneutika, dengan “lingkaran hermeneutik”.Seseorang yang berusaha memahami teks pada dasarnyamelakukan tindakan referensial. Artinya memahami sesuatukarena mengkomparasikannya dengan sesuatu yang telahdiketahui. Dengan kata lain, pemahaman seseorang akandipengaruhi oleh pemahamannya terhadap sesuatu yang lain.Latar belakang dan konteks sosial seseorang akan memberipengaruh yang besar terhadap pemahamannya pada sesuatu.Apa yang dipahami kemudian membentuk satu kesatuansistematis, atau lingkaran-lingkaran itu membentuk bagian-bagian. Lingkaran secara keseluruhan mendefinisikanbagian-bagian individu, dan bagian-bagian tersebut bersama-sama membentuk lingkaran itu. Satu kalimat utuhmerupakan satu kesatuan interaksi dialektis antarakeseluruhan dan bagian-bagian tersebut akan melahirkanmakna sehingga pemahaman merupakan lingkaran karenadi dalam lingkaran ini makna menjadi pijakan, dan inilahyang disebut lingkaran hermeneutik. Proses lingkaranhermeneutika ini akan berakhir pada apa yang disebut olehSchleiermacher sebagai Verstehen (mengerti). Dalam Verstehenpengalaman dan pemahaman bercampur. Teori inimenggambarkan bagaimana pengalaman direproduksidengan mengandaikan bahwa orang pada masa kini dapatberempati terhadap penghayatan orang pada masa lampau.27

Artinya, pengalaman seseorang akan turut berkontribusiterhadap lahirnya Verstehen pada diri mufassir.Schleiermacher lebih lanjut mengatakan, sebagaimanadikutip oleh Palmer,

Setiap penafsiran memiliki hubungan ganda, baik kepadakeutuhan bahasa ataupun kepada pemikiran kolektif penafsir

27F. Budi Hardiman , Kritik Ideologi: Menyingkap Pertautan Pengetahuan danKepentingan bersama Jurgen Habermas (Cet.V; Yogyakarta: Kanisius, 2009), h. 164.

Page 83: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 75

demikian juga dalam semua pemahaman pembicaraan terdapatdua momen yaitu memahaminya dengan sebagai sesuatu yangtergambar dari bahasa dan sebagai sebuah “fakta” daripembicara.28

Menurut penulis, selain Schleiermacher, Engineer jugaterpengaruh oleh Hans Georg Gadamer (1900-2002), filosofberkebangsaan Jerman, yang mengistilahkan lingkaranhermeneutik sebagai proses “pra-pengertian”. Gadamer inginmenegaskan pandangan Heidegger bahwa “mengerti”merupakan suatu proses melingkar. Untuk mencapai pengertianmaka seseorang harus bertolak dari pengertian, misalnya untukmengerti suatu teks maka harus memiliki pra-pengertian tentangteks tersebut. Pra-pengertian inilah yang pasti akan dipengaruhioleh latar sosial dan budaya di mana seseorang eksis danbereksistensi. Kalau tidak, maka sekali-kali tidak mungkinmampu mencapai pengertian tentang teks itu. Namun di pihaklain dengan membaca teks itu pra-pengertian terwujud menjadipengertian yang sebenarnya. Inilah yang dimaksud olehGadamer dengan lingkaran hermeneutik. Hanya saja, menurutGadamer, bahwa lingkaran tersebut tidak hanya lahir ketikamembaca teks-teks, tetapi lingkaran tersebut sebenarnyamenandai eksistensi manusia sendiri. Mengerti tentang dunia,lebih lanjut Gadamer, hanya mungkin kalau ada pra-pengertiantentang dunia, dan tentang diri kita sendiri, sehinggamewujudkan eksistensi diri kita sendiri.29

Rekonsepsi pemahaman radikal Heidegger yang dibongkaroleh Gadamer di atas menggiring hermeneutika ke dalamekspresi yang sangat sistematis, dan implikasinya menuju halyang historis dan estetis dapat dipahami mulai mencuat.

28Richard Palmer, Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey,Heidegger, and Gadamer, h. 100.

29Kaelan. M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, h. 284-285.

Page 84: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

76 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Konsepsi hermeneutika yang lama sebagai basis metodologis,khususnya bagi ilmu-ilmu kemanusiaan, telah ditinggalkan,dan status metode itu sendiri dipertanyakan, karena karyaGadamer mengulasnya sebagai satu ironi. Metode bukanlahcara menuju kebenaran. Sebaliknya, kebenaran menegasikanmanusia yang metodis.

Bahasa adalah suatu media komunikasi di mana ‘aku’dan ‘dunia’ bersama-sama tercover di dalamnya. Bahasabukanlah data yang final dari realitas, melainkan proses yangtidak pernah berhenti ke arah transformasi bahasa. Prosestransformasi realitas ke dalam bahasa menunjukkan suatustruktur ontologism universal. Atas dasar inilah, makamenurut Gadamer, pemahaman dapat memiliki suatu arahjalannya pengalaman. Hal ini sebagaimana dijelaskanGadamer sebagai berikut:

…filsafat hermeneutika memahami dirinya sendiri bukansebagai posisi mutlak sebuah pengalaman, melainkansebagai jalannya pengalaman itu. Hal ini menegaskanbahwa tidak terdapat prinsip yang lebih tinggi daripadamengusahakan diri tetap terbuka untuk berbicara denganorang lain.30

Terkait dengan hermeneutika struktur spekulatif, bahasamemiliki posisi yang sangat sentral dalam menentukan jalannyapengalaman. Hal itu membawa kemungkinan bagi manusiauntuk senantiasa berdialog dengan orang lain dan terutamadengan realitas yang tercover dalam bahasa. Dalam hubunganinilah, maka Gadamer menemukan posisi sentral bahasa dalamhermeneutika bahwa “ada yang dapat dipahami adalahbahasa”. Struktur spekulatif bahasa sebagaimana dijelaskandiatas menuntun Gadamer ke arah kritik estetik dan kesadaranhistoris dalam proses hermeneutika. Realitas suatu karya seni

30Kaelan. M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, h. 293.

Page 85: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 77

bukanlah suatu keberadaanya yang berada pada dirinya sendiri.“Pembedaan estetis” hanya terjadi pada kegiatan historis ataufilologis dengan tradisi kita. Arti suatu teks yang tampak dihadapan kita bukanlah sesuatu yang tetap. Suatu kesadaranhistoris memuat hubungan antara masa lalu dan masa kini.Sedangkan masa kini telah diketahui melalui media universalyaitu bahasa, dengan demikian cakupan pemahaman kitamenjadi bersifat universal. Oleh karena itu, hubungan manusiadengan dunianya pada hakikatnya adalah bersifat kebahasaan,oleh karena itu dapat ditangkap dan dipahami. Makahermeneutika sebenarnya merupakan suatu yang universal danbukannya sekadar metode dalam memahami sesuatu.31

Ketiga, menurut Engineer, pemahaman ayat-ayat al-Qur’anberkembang sesuai dengan perkembangan zaman.Konsekuensinya, apa yang telah dilahirkan oleh sarjana-sarjanayang hidup di zaman klasik bisa saja berbeda dengan interpretasipara ilmuwan-ilmuwan yang hidup di era modern. Hal initerjadi karena ayat-ayat al-Qur’an sarat dengan muatan-muatan simbolik atau mengandung bahasa metaforik yang bisamelahirkan pemahaman yang ambigu. Dalam konteks ini, En-gineer memaknai ambiguitas sebuah ayat secara tidak langsungikut mempromosikan fleksibilitas dan perubahan secara kreatif.Di sinilah urgensi pemahaman ayat al-Qur’an yang sarat dengansimbol-simbol dapat didekati dengan bingkai historisitas danpengalaman sosial seseorang.32

Menurut Engineer, simbol dan kata-kata metaforik tersebutdi atas tidak hanya bisa dilihat dari satu perspektif saja, namunjuga ada kata dan simbol yang berkembang maknanya sesuaidengan berkembangnya waktu dan pengalaman-pengalamanyang baru. Membatasi pemahaman al-Qur’an hanya kepada

31Kaelan. M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, h. 240.32Asghar Ali Engineer, The Rights of Women in Islam, h. 42.

Page 86: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

78 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

beberapa individu saja secara tidak langsung membatasirelevansi al-Qur’an pada satu zaman saja padahal al-Qur’anbersifat abadi dan selalu relevan pada masa lalu dan masa yangakan datang. Bagi generasi mendatang, mereka punya hakuntuk menafsirkan al-Qur’an dengan cara mereka sendiriberdasarkan pengalaman dan problematika yang merekahadapi. Tentu saja, tantangan yang akan dihadapi oleh umatmuslim yang akan datang berbeda dengan tantangan umat Is-lam pada masa sekarang. Dengan demikian, untuk mendapatkanpetunjuk dan inspirasi dari al-Qur’an, maka mereka akanmenafsirkan dengan perspektif mereka sendiri.33 Di sinilah peranhermeneutika yang secara singkat dapat dikatakan sebagai carakerja yang harus ditempuh oleh siapa pun yang hendakmemahami teks, baik yang sifatnya jelas, apalagi yang bersifatsimbol dan metaforik. Penerapannya bagaikan menggalipeninggalan lama atau fosil yang telah hidup ratusan tahun,bahkan ribuan tahun yang lalu.34

Tiga model di atas menjadi dasar pijakan Engineer dalammemahami al-Qur’an. Menurutnya, seseorang yang inginmemahami al-Qur’an harus memberi perhatian yang seriuspada ayat-ayat normatif daripada ayat-ayat kontekstual, karenamenurutnya, normatifitas al-Qur’an memuat nilai-nilai danprinsip-prinsip yang menjadi postulat dalam memahami al-Qur’an. Ayat-ayat yang sifatnya kontekstual harusditerjemahkan secara ketat karena terkait dengan konteks sosiohistorisnya. Bahkan menurut Engineer, kadangkalapertimbangan sosiologis sangat penting untuk memahami ayat-ayat kontekstual dalam rangka menyingkap makna yangtersembunyi dalam ayat-ayat al-Qur’an.35 Dalam konteks ini,

33Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini, h. 2434Lihat M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 401.35M Agus Nuryatno, “Examining Asghar Ali Engineer’s Qur’anic Interpretation

of Women in Islam”, al-Jamiah Vol.45, No. 2. 2007, h. 393.

Page 87: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 79

ide Engineer relevan dengan gagasan Muhammed Arkoun (1928-2010), pemikir Aljazair, untuk menjadikan pisau ilmu humanioradalam studi teks-teks keislaman. Menurutnya, studi keislamanidealnya menggunakan pendekatan dan metodologi humanioradan ilmu-ilmu sosial. Inilah yang dimaksud oleh Arkoun sebagaiimplementasi dari Islamologi terapan. Arkoun menawarkanpraktek ilmiah terhadap studi Islam dengan pendekatanmultidisipliner, termasuk didalamnya pendekatan sosiologisebagaimana yang dikehendaki oleh Engineer.36 Sebenarnya, ideintegrasi keilmuan bukanlah hal baru dalam blantika pemikiranIslam. Pendekatan ini sudah dipergunakan oleh para intelektual-intelektual muslim seperti Ahmad Khan (1817-1898) yangmenggunakan pendekatan ilmu alam dalam kajian hubunganTuhan, manusia dan alam. Begitupula penggunaan filsafat padapemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal,37 dan implementasi sainspada pemikiran Seyyed Hussein Nasr.38 Hanya saja menurutpenulis, apa yang dilakukan oleh Engineer dalam studi Islamadalah upaya memadukan teori-teori hermeneutika danpendekatan ilmu-ilmu humaniora, termasuk di dalamnya, pisaubedah sejarah. Yang disebut terakhir akan menjadi tema pentingselanjutnya dalam upaya mengungkap arkeologi pemikiran En-gineer dalam teologi pembebasan.

B. Materialisme Historis sebagai Kerangka AcuanSelain terpengaruh oleh teori-teori hermeneutik di atas, En-

gineer sendiri dalam beberapa kesempatan, mengakui bahwapikiran-pikirannya selama ini banyak dipengaruhi oleh teori-

36Muhaemin Latif, Islamologi Terapan, h.166. Lihat juga Muhammad Arkoun,Min Faisal Tafriqah ila Fasli Maqal: Aina Huwa al-Fikr al-Muashir, diterjemahkan olehJauhari, Membongkar Wacana Hegemonik dalam Islam dan Post-Modernisme (Surabaya:al-Fikr, 1999), h. 21.

37Lihat Muhammad Iqbal, Reconstruction of Religious Thought dalam Issa Boullata(Ed.), An Antology of Islamic Studies (Canada: McGill Indonesia IAIN DevelopmentProject, 1992).

38Lihat Seyyed Hussein Nasr, The Knowledge and The Sacred, diterjemahkan olehSuharsono, Pengetahuan dan Kesucian (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997).

Page 88: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

80 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

teori Karl Marx (1818-1883).39 Hanya saja, ia tidak menjadidogmatis dalam mengikuti Marx, ia justru sangat kritis dalammengimplementasikan teori-teorinya terutama materialismehistorisnya. Berikut salah satu kutipan dari Asghar Ali Engineer.

…I have striven to try and understand social developmentsin the light of historical materialism, as this approachconvince and appeals to me. This term, “historicalmaterialism” calls for some cautions. First of all, as statedabove, its dogmatic application is not intended here; neitheris it intended to be applied mechanically, Marx, with whomthe modern methodology of historical materialism originated,was himself aware of this danger…”40

Teori materialisme historis di atas menjadi kerangka acuanbagi Engineer dalam menganalisis sejarah perkembangan Islamterutama dari segi pertumbuhan sosial dan ekonomi. Hanya saja,teori ini menurut Engineer tidak boleh diikuti secara dogmatissebagaimana Marx juga tidak menjadikannya sebagai warisan

39Karl Marx adalah seorang keturunan Yahudi. Ayahnya seorang pengacara.Dalam usia enam tahun ia dibaptis masuk agama Kristen Protestan. Setelahmenyelesaikan pendidikan dasarnya di kota kelahirannya, ia belajar di Bonn dankemudian di Berlin. Di Berlin, ia terpikat dengan filsafat Hegel, bahkan terlibat dengankelompok sayap Hegel kiri. Ia mengagumi Hegel sekaligus mengkritiknya. Semula iabekerja sebagai wartawan, kemudian pindah ke Paris, disana ia bertemu teman setianyaFriedricht Engels (1820-1895). Karena pertolongan Engels lah, Marx dapat meneruskankaryanya. Bahkan karya monumental Marx Das Kapital, bagian kedua dan bagianketiga, diselesaikan oleh Engels karena Marx sakit. Ketika Marx diusir dari Perancis, iapindah ke Brussel. Pada waktu meletus revolusi di Jerman pada tahun 1848, iakemudian pindah ke Koln. Setelah ia diusir dari Jerman, ia pindah lagi ke Paris danakhirnya berdiam di London sampai meninggal pada tahun 1883. Pemikiran Marxbagi sebagian kalangan, dapat dibagi kepada dua, Marx muda dan Marx tua. Marxmuda dipersonifikasi sebagai ahli ekonomi yang membuat analisis-analisis objektifitasatas sejarah dan ekonomi. Ia lebih dianggap sebagai ahli ekonom daripada filosofkarena karya Das Capital bersifat ekonomis. Bahkan dalam sejarah filsafat modern,Marx diragukan apakah ia masuk dalam filosof modern atau tidak. Pada tahun1932, seorang Marxis yang bernama David Ryazanov, menemukan kumpulan tulisanMarx ketika berada di Paris yang diberi judul Paris Manuscript. Dalam buku ini, Marxmenampakkan diri sebagai filosof yang humanis daripada seorang ekonom yangdeterministis. Di sinilah Marx dijuluki sebagai Marx tua. Uraian lebih lanjut F.BudiHardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (Dari Machiavelli sampaiNietzsche) (Cet. I: Jakarta; Penerbit Erlangga, 2011), h. 203.

40Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam: A Essay on itsSocio-Economic Growth (Bombay: Orient Longman Ltd, 1980), h. 2.

Page 89: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 81

yang sifatnya dogmatis.41 Sebelum mengelaborasi lebih jauhpengaruh teori ini kepada Engineer, ada baiknya menyimakuraian tentang materialisme historis dan perkembangannya.

Materialisme historis memang menjadi branding filsafat KarlMarx. Hanya saja, terminologi “materialisme” dalam filsafat Marxtidak dipahami sebagai ajaran metafisis tentang materi sebagaikenyataan akhir. Terminologi ini, oleh Marx, dipahami bahwabukan pikiran yang menjadi kegiatan dasar manusia, tetapi kerjasosial yang menjadi penentu. Dengan kata lain, Marx menolaksegala bentuk materialisme, termasuk materialisme LudwigFeurbach (1804-1872) yang mengatakan bahwa adanya alamdapat diketahui lewat pikiran. Alam material adalah kenyataanterakhir. Manusia menjadi sadar dengan membedakan dirinya daridasar terakhir ini. Hal itu berarti bahwa selain mampumembedakan dirinya dari alam, manusia juga mampumerefleksikan hakikatnya sendiri. Singkatnya menurut Feurbach,hakikat manusia adalah rasio, kehendak, dan hatinya.42 Modelmaterialisme seperti inilah yang kemudian dikritik oleh Marxdengan menganggapnya sebagai kegiatan kontemplatif yang tidakmenghasilkan sesuatu yang kongkret. Model ini juga menurut Marxtidak mendorong kegiatan revolusioner yang hanya menafsirkandunia secara mekanistis. Dalam rumusan positif, Marx mengatakanbahwa materialisme harus mendorong praksis perubahan sosial.Dengan kata lain, kerja sosial menjadi penentu kegiatan dasarmanusia, bukan pikirannya.43 Marx berusaha menerapkan

41Penolakan Marx secara dogmatis terhadap teori materialisme historis termuatdalam surat panjangnya pada editor Jurnal Rusia pada tahun 1877. Uraian lebihlanjut, lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 3.

42F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (DariMachiavelli sampai Nietzsche) h. 198-204.

43Kritik Marx terhadap Feurbach dan materialis Perancis lainnya karena iamenganggap mereka tidak dialektis, melainkan statis, sehingga ajaran mereka tidakbersifat historis. Mereka terlalu abstrak karena memandang manusia lepas darihubungan-hubungan kemasyarakatan yang melahirkan manusia itu. Uraian lebihlanjut, lihat Harun Hadijiwono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Cet. I: Yogyakarta: Kanisius,1980), h. 120. Lihat juga F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang MembentukDunia Modern, h. 204.

Page 90: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

82 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

materialisme yang dialektis kepada hidup kemasyarakatan,bukan secara teoretis melainkan secara praktis, guna mengubahhidup kemasyarakatan itu menjadi lebih baik.44 Teori inimemengaruhi Engineer dalam merumuskan teologipembebasannya terutama ketika ia merekonstruksi makna jihadmenjadi gerakan revolusioner. Jihad dimaknai sebagai gerakanperjuangan menghapus eksploitasi, korupsi dan kezalimandalam berbagai bentuknya. Perjuangan ini menurutnya harusterus menerus dilakukan hingga pengaruh destruktif ini hilangsama sekali dari muka bumi. Engineer dalam hal ini merujukkepada QS al-Anfal/8: 39 yang berbunyi:

Terjemahnya :39) Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dansupaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika merekaberhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah mahamelihat apa yang mereka kerjakan.45

Menurut Engineer, ayat di atas mendemonstrasikan bahwaAllah menginginkan orang yang beriman berjuang secara penuhsehingga penindasan di muka bumi berhenti. Seandainya semuaagama Allah untuk Allah, mestinya tidak ada penindasan lagidan eksploitasi manusia oleh manusia di dalam masyarakat.46

Tafsir Engineer ini mengisyaratkan bagaimana pentingnyamenjadi pelaku perubahan dalam masyarakat terutamamelawan berbagai bentuk penindasan yang pada gilirannyamenyengsarakan masyarakat secara keseluruhan. Dengan katalain, umat Islam tidak hanya menjadi bagian dari perubahan

44Harun Hadijiwono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, h. 120.45Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: PT Toha Putera

Semarang, 2002), h. 245.46Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 96.

Terjemahnya :

Page 91: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 83

tetapi ia sendiri menjadi aktor perubahan dengan cara bekerjasecara aktif atau berjihad. Pada titik inilah konsep materialismehistoris Marx menemukan momentumnya dengan menawarkankerja sosial menjadi penentu dasar manusia.

Kembali kepada teori materialisme, Marx juga tidak sepakatdengan pendapat Hegel yang mengatakan bahwa kebenaranyang asasi ada pada pikiran. Alam material pada hakikatnyahanya menjadi penjabaran dari pikiran. Seorang senimanmelahirkan sebuah patung yang pernah dibayangkan dalampikirannya. Patung tak lain adalah pikiran yangmengejawantah. Hal ini tampak jelas dalam ungkapan Hegel,sebagaimana dikutip oleh F Budi Hardiman, “alam adalah hasilpelahiran (eksternalisasi) dari Roh atau Pikiran, maka intisari“ada” nya alam sebenarnya adalah pikiran yang “membeku”.Artinya, kritik Hegel hanya terjadi di dalam pemikiran, tetapitidak penah dibidikkan dalam ke arah masyarakat yangkongkret dan terjamah. Di sinilah kehebatan Marx yang berhasilmenempatkan pengetahuan dalam proses material yang terjadidalam masyarakat yang kongkret. Proses material ini adalahsuatu “aktifitas inderawi manusia” atau kerja.47 Dengan katalain, Materialisme Marx menggambarkan bahwa satu-satunyayang nyata adalah “adanya masyarakat”. Adapun teori-teoriatau pandangan pada materi tersebut hanya merupakangambar atau cermin dari apa yang nyata, atau dalam istilahMarx sebagai “lapisan atau ideologis”.48 Apa yang dikatakanoleh Marx di atas, menurut penulis, juga ikut memengaruhikerangka pikir Engineer yang menempatkan realitas masyarakatsebagai acuan dalam merumuskan teologi pembebasannya.Realitas masyarakat yang mengalami penindasan menjadi ba-rometer seseorang dianggap mukmin apakah memiliki perhatian

47F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, h. 130-131.48Harun Hadijiwono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, h. 121.

Page 92: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

84 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

atau tidak. Kondisi ini dibuktikan oleh Engineer yang tidak berhentipada perang gagasan-gagasan atau mempromosikan ide-idepembebasan, tetapi kemudian terjun dalam kehidupan kongkret,memainkan peran vital dalam upaya melakukan transformasi sosialke arah yang lebih baik.49

Terkait dengan makna materialisme historis yangmendekatkan pada persoalan-persoalan kemasyarakatan, menarikuntuk disimak ungkapan Engineer yang mengatakan bahwaagama adalah instrumen penting dan dapat digunakan sebagaicandu atau ideologi yang revolusioner. Dengan kata lain, agamatidak hanya hadir dalam kerangka teoretis, atau menjadi ruang-ruang perdebatan dalam pergulatan pemikiran, tetapi ia menjelmamenjadi gerakan perubahan sosial yang bisa menggulingkaneksploitator dan kelompok-kelompok pro status quo.50 Semangatini sudah tertanam dalam materialisme Marx yang berharapmenciptakan masyarakat yang lebih adil dan mencapai kebebasanbagi manusia seluruhnya. Hanya saja Marx tidak setuju denganpaham kebebasan yang dipahami oleh liberalisme danindividualisme yang didukung oleh filsuf Perancis dan Inggris.Selama masyarakat masih terkotak-kotak dalam kelas-kelas,kebebasan yang diharapkan hanya menjadi dalih untukmenjustifikasi penindasan yang dilakukan oleh kapitalis-kapitalisyang tidak memberi perhatian kepada kelas-kelas. Dalam hal ini,kelas pekerja tetap saja tidak bebas karena institusi hak-hak privatatas alat-alat produksi masih terus dibiarkan berkembang.Sementara kaum borjuis bebas memilih tempat kerja dan bebasmemilih ketergantungannya pada kerja upahan tersebut.51

49Uraian terhadap peran aktif Engineer dalam berbagai bentuk aktifitas yangmelawan penindasan dapat dibaca pada bab III disertasi ini. Ia tidak berhenti sebagaipemikir tetapi telah menjelma menjadi aktivis sosial yang memperjuangkan hak-hakdan martabat orang-orang tertindas atau meminjam istilah Marx, sebagai bentukperlawanan kelompok proletarian terhadap kapitalis.

50Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 29.51Lihat Ernst Fischer, Marx in His Own Words ( England: Pinguin Books, 1984), h.

80. Lihat juga F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern(Dari Machiavelli sampai Nietzsche), h. 207.

Page 93: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 85

Teori ini juga menurut penulis, juga sangat berpengaruhpada pemikiran Engineer tentang teori pemilikan pribadi yangjuga masuk dalam frame teologi pembebasannya, atau dalamistilah Marx “institusi hak-hak privat”, yang dianggap sebagaiajaran suci dan tidak boleh diganggu gugat. Menurut Engineer,hak milik yang diperoleh dengan cara eksploitasi, spekulasi ataudengan cara apapun yang bukan hasil keringat sendiri tidakdibenarkan dalam Islam. Bahkan menurutnya, NabiMuhammad saw. secara jelas melarang pemilikan tanah yangtidak ditanami oleh pemiliknya sendiri. Hampir semua kitab-kitab hadis al-mu’tabarah telah mengonfirmasi pelaranganpemilikan pribadi tersebut. Hadis-hadis tersebut menurut Engi-neer telah diriwayatkan oleh enam sahabat terpercaya. Salahsatu hadis Nabi yang dimuat dalam Sahih Muslim yangdiriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah yang berbunyi:

Terjemahnya:Jabir bin Abdullah dia berkata; Rasulullah Shallallu ‘alaihiwa sallam bersabda: “Barangsiapa yang memiliki tanah,hendaknya ditanaminya, jika dia tidak sanggupmenanaminya dengan sendiri, hendaknya saudaranya yangmenanaminya.”53

Merujuk kepada hadis di atas, dapat disimpulkan bahwatidak benar melakukan praktek pemilikan pribadi yangdilakukan dengan cara penindasan kepada pihak-pihak lain.Jadi, menurut Engineer, hak pemilikan dalam Islam bukanlah

52

52Imam Muslim, Shahih Muslim, dalam program Lidwa Hadis, Lidwa PusakaSoftware, t.th, hadis no. 2862.

53Terjemahan bebas penulis

لمسو هليع لى اللهص ول اللهسقال قال ر الله دبن عابر بج نع من كانت له أرض فليزرعها فإن لم يزرعها فليزرعها أخاه

Page 94: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

86 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

barang mutlak tetapi ia harus tunduk kepada kondisi-kondisiyang bisa mendukung pembentukan sebuah tatanan sosialyang adil.54

Kembali kepada teori Marx tentang hak-hak institusi privatyang masih dibiarkan terus berkembang, yang terjadi adalahkonflik antar kelas proletarian dan borjuis dalam hal pemenuhanhak-hak ekonomi. Pengalaman inilah yang dirasakan sendirioleh Marx bersama sahabatnya Engels sehingga melahirkan teoriCommunist Manifesto (Marx dan Engels 1848). Menurut Marxdan Engels, semua sejarah digerakkan oleh konflik antara kelas-kelas yang terbentuk melalui properti dan ketidakpunyaan alat-alat produksi. Dalam masyarakat feudal, pembagian kelastampak sebagai pembagian antara tingkatan-tingkatan sosialyang ditentukan oleh status relatifnya. Di sisi lain, dalammasyarakat kapitalis, cita-cita tradisional dan status telahditanggalkan dan kelas-kelas tampak dalam bentuk yang murnimaterial sebagai kelas-kelas. Kapitalisme modern diorganisasikandi seputar konflik antara kelas borjuis dari para pemilikkekayaan yang membentuk kelas penguasa dan kelas proletar-ian yang tunduk kepada kekuasaannya.55 Pertentangan-pertentangan inilah yang menjadi target utama dari Marx untukmewujudkan masyarakat tanpa kelas. Revolusi kaum proletar-ian terhadap berbagai bentuk penindasan yang dialaminyaadalah konsekuensi dari kontradiksi-kontradiksi yangterkandung dalam ekonomi kapitalisme.56 Ini pula yang dikritisioleh Engineer terhadap sistem ekonomi kapitalis yang selamaini tidak berpihak kepada masyarakat secara proporsional.Menurutnya, pembagian kelas apakah dengan terminologi

54Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 93.55John Scott, Social Theory: Central Issues in Sociology, diterjemahkan oleh Ahmad

Intan Lazuardi, Teori Sosial: Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi (Cet. I: Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), h. 129.

56Hendry D. Aiken, Abad Ideologi (Cet. II; Yogyakarta: Relief, 2010), h. 221.

Page 95: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 87

Marx, borjuis dan proletarian, secara tidak langsungmenegaskan dominasi yang kuat atas yang lemah dan dominasiitu merupakan pengingkaran terhadap pembentukanmasyarakat yang adil.57 Kalau ini dilakukan pembiaran, makakonsekuensinya adalah terjadi penindasan di segala linikehidupan seperti sosial, politik dan ekonomi. Jadi, sekali lagitampak pengaruh Marx dalam postur pemikiran Engineertentang teori pertentangan antar kelas.

Tidak hanya materialisme yang direkonstruksi oleh Marx,terminologi sejarah dalam filsafat “materialisme sejarah” Marxjuga mengalami pergeseran. Sejarah yang dimaksud tidak hanyacukup dari apa yang dijelaskan oleh Hegel sebagai prosesdialektis. Ia menerapkan teorinya tentang sejarah bukan hanyamenjelaskan apa yang telah terjadi, atau bahkanmemperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akandatang,58 tetapi sejarah yang merupakan perjuangan kelas-kelasuntuk mewujudkan dirinya mencapai kebebasan. Tesa danantitesa bukan menyangkut roh subyektif dan roh obyektif,melainkan menyangkut kontradiksi-kontradiksi di dalam hidupbermasyarakat, khususnya dalam kegiatan ekonomi danproduksi. Sintesis akan dicapai dalam bentuk penghapusanalienasi, yakni ketika hak milik dihapus dan masyarakat tanpakelas ditegakkan.59

Teori ini tampak jelas memengaruhi Engineer dalammerumuskan teologi pembebasannya. Ia mengatakan bahwateologi pembebasan, berbeda dengan teologi tradisional, yangmenafsirkan tauhid bukan hanya sebagai keesaan Tuhan, namunjuga sebagai kesatuan manusia (unity of mankind) yang tidakakan benar-benar terwujud tanpa terciptanya masyarakat tanpa

57Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 94.58Hendry D. Aiken, Abad Ideologi, h. 221.59F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, h. 208.

Page 96: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

88 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

kelas (classless society). Menurut Engineer, konsep tauhid ini sangatdekat dengan semangat al-Qur’an untuk menciptakan keadilandan kebajikan (al’adl wa al-‘ihsân). Selama dunia terbagi menjadinegara-negara berkembang di satu sisi, dan kelas menindas-tertindas di sisi yang lain, kesatuan manusia yang sebenarnya tidakmungkin tercapai. Maka dari itu, tauhid di satu sisi adalah imankepada Allah swt yang tidak bisa ditawar-tawar, pada saat yangbersamaan tauhid juga dapat menciptakan struktur yang bebaseksploitasi dari para kapitalis-kapitalis dan penguasa tiranik.60

Teologi pembebasan mempertahankan kesatuan manusia, tidakmenolerir perbedaan apapun baik yang berdasarkan kasta,kelompok, kelas maupun ras. Secara terus menerus ia berupayamencapai kesatuan dengan menyingkirkan semua perbedaan yangada. Bahkan perbedaan-perbedaan yang didasarkan pada agamalebih nampak dari yang sesungguhnya.61 Hanya saja teori Marxtentang masyarakat tanpa kelas tidak terlalu berharap kepadaperan agama untuk mengubahnya, terutama agama yangdianutnya pada waktu itu. Marx hanya menginginkan manusiauntuk melakukan perubahan sendiri dengan melakukan kerja-kerjayang produktif dengan tidak melibatkan agama secara penuh.Dengan kata lain sejarah itu ditentukan oleh gerak sejarah manusiaitu sendiri. Meskipun demikian, Marx masih memandang bahwaagama memiliki watak ganda. Berikut pernyataan Marx, yangdikutip oleh Michael Lowy:

Kenestapaan keagamaan pada saat yang sama merupakanungkapan kesengsaraan nyata dan sekaligus protes melawanpenderitaan nyata tersebut. Agama adalah keluh kesahnyaorang-orang tertindas, jantungnya dunia yang tidak punyahati, karena itu ia merupakan roh dari suatu keadaan yangtak memiliki roh sama sekali. Ia adalah candu rakyat.62

60Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 12.61Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 98.62Michael Lowy, Teologi Pembebasan, terjemahan Roem Topatimasang (Cet. III:

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 2.

Page 97: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 89

Kutipan di atas menjadi isyarat bagi teori Marx bahwaagama tidak hanya menjadi tempat pelarian seseorang yangpopuler dikenal sebagai alienasi (pengasingan diri),63 tetapiagama pada saat yang bersamaan berkaitan erat denganhubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat.64 Teoriini kemudian dikembangkan oleh para sosiolog abad 20andengan mengatakan bahwa agama berfungsi untuk menjagakohesi sosial. Agama bisa didekati dengan sebagai seperangkatlandasan sosial yang bisa membentuk ikatan pribadi yangantagonis, serta bisa menjadi bentuk solusi atas konflik yangterjadi di dalam masyarakat.65 Artinya agama tidak hanyasekadar menawarkan janji-janji kehidupan akhirat tetapi ia jugapeduli dengan realitas masyarakat, bahkan agama sendirimenjadi suatu kenyataan sosial. Pada titik ini, menurut penulis,Engineer sangat Marxis ketika mengatakan bahwa agamamenjadi candu jika menjadi keluh-kesah kaum tertindas (sighof oppressed), hati dari manusia robot (heart of the heartless world),dan jiwa dari keadaan kosong (spirit of a spiritless situation).66

Pendapat ini mirip dengan kutipan dari Marx di atas yangmenggambarkan bagaimana agama bisa memiliki wajah ganda.Ide ini tentu saja ingin merespon pendapat yang selama inimenganggap bahwa Marx sangat membenci agama dengan

63Marx terpengaruh oleh pemikiran Feurbach yang mengatakan bahwamanusia mengasingkan diri dalam agama. Namun Marx lebih kritis membacapersoalan ini dengan mengajukan pertanyaan, mengapa manusiamengalienasikan dirinya dalam agama. Menurut Marx, pertanyaan ini t idakdipertanyakan oleh Feurbach karena manusia dipahami secara abstrak. MenurutMarx, kondisi-kondisi material tertentulah yang membuat manusia mengasingkandiri dalam agama. Yang dimaksud dengan “kondisi-kondisi material” disiniadalah proses-proses produksi atau kerja sosial dalam masyarakat. Uraian lebihlanjut, lihat F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Mod-ern, h. 205.

64Michael Lowy, Teologi Pembebasan, h. 3.65Bryan S. Turner, Religion and Social Theory (Britain : British Library, 1983),

h. 10966Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 29.

Page 98: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

90 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

mengatakan bahwa “agama adalah candu rakyat”.67 Padahal,pernyataan ini hanya menjadi sintesis dari pernyataan Marxsebelumnya yang mengatakan bahwa agama memiliki fungsiganda. Di satu sisi, agama hanya menjadi tempat keluh kesahpenganutnya, tetapi di sisi lain, agama juga bisa menjadi elemenyang sangat revolusioner.

Pendapat Marx di atas memengaruhi Engineer bahwasesungguhnya agama tidak selalu menjadi keluh-kesah kaumtertindas, agama bisa menjadi sumber motivasi untukmenggulingkan status quo. Engineer mencontohkan bagaimanaagama Budha, Kristen dan Islam adalah agama yang menentangstatus quo. Tiga agama itu menurut Engineer, mendorongterciptanya tatanan baru yang revolusioner. Bahkan agamaYahudi ketika Nabi Musa as masih hidup, menentang Firaunsebagai raja yang kejam. Demikian juga yang terjadi di Irandan Philipina membuktikan bahwa agama merupakanpendorong untuk menyingkirkan status quo. Islam di Iranmenggulingkan Syah, dan Kristen di Philipina merobohkanMarcos.68 Semua ini menjadi bukti nyata bahwa agama bisamenjadi senjata utama dalam menggerakkan revolusi melawanpenindasan. Menurut Engineer, agama dapat menjadi canduatau menjadi kekuatan yang revolusioner tergantung pada duahal. Pertama, kondisi sosial politik yang nyata, dan kedua,tergantung pada siapa yang akan bersekutu dengan agama,apakah kaum revolusioner atau status quo.69 Dua hal inimengisyaratkan bahwa agama tidak mungkin didiskusikan an

67"Agama adalah candu rakyat” adalah penggalan kalimat Marx yang dianggapsebagai saripati konsepsi Marxis tentang gejala keagamaan oleh para pendukungmaupun penentangnya. Hanya saja perlu diingat bahwa pernyataan ini sebenarnyabukanlah pernyataan khas Marxis. Ungkapan yang sama dapat ditemukan dalamberbagai konteks seperti tulisan-tulisan Kant, Herder, Feuerbach, Bruno Bauer, danjuga Hendrich Heine. Uraian lebih lanjut, lihat Michael Lowy, Teologi Pembebasan, h. 1.

68Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology,, h. 29. Lihat juga MichaelAmalados, Teologi Pembebasan Asia, h. 242.

69Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 30.

Page 99: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 91

sich tanpa melibatkan konteks sosial-politiknya. Engineer dalamhal ini membenarkan ungkapan Marx dalam bukunya Das Capi-tal yang mengatakan bahwa “setiap sejarah agama yang gagalmenjadikan materi sebagai basisnya adalah agama yang tidakkritis”.70 Prinsip inilah yang diperpegangi oleh Engineer dalammerumuskan teologi pembebasannya. Bahkan pesan Marx untukpara aktivis gerakan yang berbunyi “setiap langkah gerakanriil adalah lebih penting dari satu lusin program”71 juga menjadimotivator bagi Engineer untuk melawan berbagai bentukpenindasan dengan melakukan gerakan-gerakan sosialtermasuk pembebasan perempuan dari berbagai belenggu.

Jika ditelusuri perjuangan para teolog pembebasan baik yangada di Amerika Latin, yang dianggap sebagai kiblat teologipembebasan, maupun teologi pembebasan yang berkembangdi Afrika dan Asia,72 semuanya tidak bisa melepaskan diri dariteori-teori Marxisme. Bahkan salah satu alasan dan tuduhanserius dari Vatikan Roma pada 1980an kepada teolog-teologpembebasan Amerika Latin adalah “dosa Marxisme”. Artinyakekacauan dan kegaduhan dari sebagian besar gereja di AmerikaLatin dimotori oleh ajaran-ajaran Marxisme. Ajaran ini dianggaptelah mengacaukan dan merusak tatanan rapi Gereja. Marxismedengan segala teorinya terutama materialisme historisnyamemang telah menginspirasi berbagai gerakan keagamaan yangkemudian dikenal sebagai teologi pembebasan.73 Hanya saja

70Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 30.71F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, h. 211.72Bagi sebagian kalangan, teologi pembebasan di Asia, termasuk Engineer di

India, dan Afrika, dianggap sebagai replikasi dari teologi pembebasan di AmerikaLatin. Setidaknya itu menurut Michael Amaladoss, Teologi Pembebasan Asia, h. v.Namun yang menarik dari penelusuran penulis terhadap rujukan-rujukan Engineerdalam merumuskan teologi pembebasannya sama sekali tidak pernah mengutippendapat teolog-teolog Amerika Latin, termasuk kepada Gustavo Gutierrez yangdijadikan sebagai icon teologi pembebasan di Amerika Latin.

73Keterkaitan antara Marxisme dengan revolusi atau gerakan memang sudahmenjadi perbincangan terutama pada dunia ketiga yang secara ekonomi cukupterbelakang dibandingkan dengan negara-negara Barat. Uraian lebih lanjut, lihat DavidHorowitz, Imperialism and Revolution (London: The Penguin Press, 1969), h. 29.

Page 100: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

92 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

menurut Amalados, ada perbedaan tekanan-tekanan yangmenginspirasi perlawanan mereka terhadap kemapanan ataustatus quo. Kalau di Amerika Latin, teologi pembebasan lahirsebagai bentuk gerakan perlawanan terhadap kemiskinan yangdiakibatkan oleh penindasan ekonomi yang telah mengguritapada sebagian besar penganut gereja Katolik. Sementara di Asia,teologi pembebasan lahir karena didasari oleh religiositas danpluralisme keagamaan serta dampaknya terhadap perjuangandemi pembebasan. Lain lagi di Afrika, teologi pembebasan lahirsebagai respon atas diingkarinya jati diri mereka olehpenindasan budaya.74 Di sinilah kehebatan Engineer, meskipunia memakai pendekatan Marx dalam kerangka analisisnya tetapiia mencoba memadukannya dengan ajaran al-Qur’an secarasubstantif. Paling tidak, dalam konteks Asia sebagaimanakategori Amalados di atas, Engineer telah merepresentasikanmodel teologi pembebasan Asia di mana nuansa religiositasnyasangat kental.

Meskipun Engineer mengadopsi teori-teori Marx dalamrumusan teologi pembebasannya, bukan berarti Engineer tidakhati-hati dalam mengimplementasikannya. Seperti dijelaskandi awal bahwa Engineer mengikuti teori-teori Marxis tidakdengan dogmatis, justru ia sangat kritis dalam melihatmaterialisme historis Marx. Salah satu kritikannya adalahpenerapan teori Marxis secara mekanistis. Kalau ini dilakukan,maka kesimpulan-kesimpulan yang keliru akan lahir danbertentangan dengan sejarah yang sebenarnya. Berikut kutipandari Asghar Ali Engineer:

Marxist theory if applied mechanically, as pointed abovecan lead to ridiculous results in flagrant contradiction tohistorical reality. What is most laudable, according to me, inthe Marxist theory, is its methodological approach, which

74Michael Amaladoss, Teologi Pembebasan Asia, h. v.

Page 101: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 93

can be called historical materialist approach. I choose Marxistmethodology preciously because it enables me to understand,better than any other methodology, various historicalenigmas in all their complexity.75

Kutipan di atas menyimpulkan bagaimana Engineermenempatkan teori-teori Marxisme dalam kerangkametodologinya dalam kritik sejarah. Baginya, teori Marxismemudahkan untuk memahami konteks sejarah yang dikajinyaselama teori tersebut tidak dilihat secara mekanistis. Engineermencontohkan beberapa hasil penelitian sejarah yang memakaipendekatan Marxis dengan mekanistis. Salah satunya adalahA.Z. Manfred, salah seorang Marxis berkebangsaan Rusia, yangmenulis buku A Short History of the World, yang berkesimpulanbahwa model sosial-ekonomi masyarakat Arab abad ke-7 adalahfeodal. Ia mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Engineer,

the emergence of feudal relations in the Arabian Peninsulaand the immediately adjacent territories took place in themiddle of the first millennium, with the gradual collapse ofslave-holding societies in the south and south west of thepeninsula, and the disintegration of the primitive clan systemof the nomads in other areas.76

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana munculnyahubungan feodal di Semenanjung Arab akibat runtuhnyamasyarakat pemilik budak serta hancurnya suku primitif daribangsa nomad lainnya. Menurut Engineer, interpretasi inimuncul karena penerapan teori Marxisme secara mekanistis-dogmatis. Menggambarkan masyarakat Arab dengankehidupan primitif dan agraris tentu saja bertentangan denganrealitas sejarah. Islam telah dilahirkan di lingkungan kotaMekkah yang ramai dan telah menjadi pusat perdaganganinternasional. Selain itu tidak terdapat jejak akan adanya pola

75Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 6.76Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 4

Page 102: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

94 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

produksi ataupun hubungan feodalistik dalam suku padangpasir Arab yang nomad maupun kota perdagangan Mekkah.Tidak pula ada sistem pertanian sebagaimana yang digambarkanoleh Marxis di atas karena Mekkah berada di tengah-tengahgurun Arabia dan tidak memungkinkan diterapkannya sistempertanian di sana.77 Belum lagi klaim bahwa dalam masyarakatArab sebelum Islam, telah terjadi perang antar suku untukmendapatkan tanah dan memperluas wilayah. Semuakesimpulan-kesimpulan ini menurut Engineer akibat polapendekatan Marxis yang mekanistis dan tentu saja berdampakkepada pemahaman yang keliru terhadap realitas sejarahmasyarakat Arab.78

Kemajuan peradaban Arab yang terkesan jauh darikehidupan primitif juga digambarkan oleh Ernest Renan (1823-1892), orientalis Perancis, mengatakan bahwa “belum pernahterdapat suatu peradaban yang melebihi keindahan peradabanArab sebelum datangnya Islam”.79 Namun demikian, tidaksemua sejarawan memiliki perspektif yang sama dalammenggambarkan masyarakat Arab sebelum Islam. Tidak sedikitjuga yang setuju dengan gambaran Manfred di atas. MisalnyaBarthelemy Saint Hilaire80(1805-1895), filosof Perancis yangdikutip oleh Buya Hamka, sebagaimana berikut:

Kalau benar bahwa orang Arab sebelum Islam itu telahmencapai kemajuan, tentu tidaklah akan sampai turun ayatlarangan yang demikian bunyinya, yang menyebabkan buluroma kita berdiri. Diharamkan atas kamu menikahi ibu

76Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 477Asghar Ali Engineer, Islamic State diterjemahkan oleh Imam Mutaqin, Devolusi

Negara Islam (Cet.I: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2000), h. 29.78Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 5.79Dikutip dari Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 106.80Salah satu sumber mengatakan bahwa filosof Perancis ini adalah anak dari

perkawinan yang tidak sah dari Napoleon Bonaparte. Uraian lebih lanjut kunjungihttps://www.google.co.id/gws_rd=ssl#q=barth%C3%A9l%C3%A9my+saint+hilaire(diakses pada tanggal 07 Maret 2015).

Page 103: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 95

kamu, anak perempuan kamu, saudara perempuanayahmu, anak perempuan saudara laki-lakimu dan anakperempuan saudara perempuanmu.81

Kutipan di atas seakan ingin menegaskan bahwa peradabanArab sebelum Nabi Muhammad saw. jauh dari kesanperadaban tinggi bahkan ia lebih rendah dari bangsa Barbardan bangsa Ibrani sebelum Nabi Musa as dibangkitkan. Selainitu, Edward Montet juga menjelaskan bahwa Orang Arabsebelum Islam datang, sangat terbelakang dan memerlukanseorang pemimpin yang revolusioner di dalam urusan agamadan budi pekerti.82 Jika dipergunakan teori Marx sebagaimanayang dimaksud oleh Engineer, maka tafsir terhadap kehidupanmasyarakat Arab yang primitif dan terbelakang adalah bentukpenerapan materialisme historis yang mekanistis. Engineersendiri memberi catatan penting ketika memperbincangkanmasyarakat Arab sebelum Islam apakah Arab yang dimaksudbagian selatan atau bagian tengah.83 Menurutnya, Arab yangmenjadi lahirnya sebelum Islam berbeda dengan Arab dikawasan selatan Semenanjung Arabia yang dikenal sebagaiYaman dan merupakan salah satu peradaban tua di dunia.Beberapa abad sebelum kelahiran Islam, Yaman diperintah olehRaja Himyarit, tanahnya subur dan pertanian begitu majukarena adanya irigasi dari bendungan, namun sekitar 4 abad

81Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 107.82Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 107.83Engineer dalam hal ini melakukan pembagian Arab dengan wilayah yang berbeda

pula. Misalnya Arab Timur itu meliputi Arab Saudi, Syria, Libanon, Jordania, Israel,dan Iraq. Sementara Arab Bara meliputi Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, danMoritania. Dan Arab Selatan adalah Yaman. Uraian lebih lanjut, lihat Asghar AliEngineer, The Origin and Development of Islam, h. 5. Dalam konteks sejarah klasiksebelum lahirnya Islam, Arab hanya terbagi kepada dua wilayah, yaitu Arab Selatandan Arab Utara. Arab Selatan meliputi Yaman, Hadramaut dan daerah pesisir.Sementara Arab Utara kebanyakan merupakan orang-orang nomad yang tinggal di“rumah-rumah bulu” di Hijaz dan Nejed. Uraian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti,History of the Arabs: From the Earliest Times to the Present, terjemahan Cecep LukmanYasin, Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs (Cet. I; Jakarta: Serambi Indonesia,2013), h. 37.

Page 104: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

96 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

sebelum munculnya Islam, bendungan al-Ma’rib roboh danberakhirlah kejayaan Yaman.84 Sejarah ini menurut Engineerjuga menjadi catatan korespondensi antara Engels dan Marxyang mengatakan bahwa peristiwa robohnya bendungantersebut yang menghancurkan tata niaga di Arab Selatanberujung lahirnya revolusi yang dibawa oleh Nabi Muhammadsaw..85 Sementara Mekkah yang berada di gurun Arabia, tidakmemungkinkan diterapkannya sistem pertanian di sana dantidak pula ada peluang untuk membangun sistem kerajaan ataudinasti yang berbuntut pada kehidupan feodal. Hal ini tentusaja berbeda dengan deskripsi Marxis di atas yang mengatakanbahwa sistem pertanian di Mekah begitu maju dan perebutanlahan atau tanah menjadi issu penting dalam masyarakat Arabserta sistem kehidupan feodal menjadi tradisinya.86 Menurutpenulis, apa yang dimaksud oleh Manzer di atas adalah potretmasyarakat Arab selatan yang dikenal sebagai Yaman, bukanmasyarakat Arab Mekkah.

Menurut Engineer, menggunakan teori-teori Marxis dalammelihat perkembangan sejarah maka yang dimaksud adalahpendekatan Marxis, khususnya dalam metodologi, dan bukanpada pola a priori yang kaku. Engineer mengutip pendapat JeanPaul Satre (lahir 1905), seorang eksistensial abad ke-20, yangmengatakan bahwa isi pokok dari konsep-konsep Marxis adalahpengetahuan masa lampau, tetapi para Marxis masa kinimenjadikannya sebagai pengetahuan yang abadi.87 Dengan katalain, sebagian Marxis cenderung menjadikan teori-teori Marxsebagai dogma sehingga terkadang menjadi anti kritik. PadahalMarx sendiri telah menegaskan bahwa teorinya materialisme

84Uraian lebih lanjut lihat Husain Haikal, The Life of Muhammad (New Delhi:Crescent Publishing, 1976), h. 14

85Lihat Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, h. 28.86Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 5.87Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 5.

Page 105: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 97

historis tidak dipakai secara ideologis melainkan sebagaikerangka analisis yang dibatasi oleh ruang dan situasi yangberbeda. Catatan ini penting untuk diketahui oleh Marxis,bahkan yang lebih menarik ketika Marx sendiri memberikanpesan untuk para Aktivis “segala yang kuketahui adalah akubukan Marxis”.88

Memakai metodologi materialisme historis, menurut En-gineer, dalam menjelaskan asal usul dan perkembangansebuah agama seperti Islam tidak lantas merendahkankeyakinan seseorang dalam agama tersebut sebagaimanayang sering dituduhkan oleh kaum ortodoks yang kaku.Bahkan para teolog sendiri menjelaskan berbagai ayat-ayatdalam kitab suci dari konteks sejarahnya. Demikan pulahalnya konteks sosial dan ekonomi juga memberikan bahan-bahan yang berguna untuk menjelaskan lembaga-lembagakeagamaan. Singkatnya segala metode kalau diterapkansecara ekstrem juga dapat menyesatkan, termasukmaterialisme historis.89

Uraian di atas menjadi salah satu bukti bagaimanapengaruh pemikiran Marx pada rumusan teologi pembebasanEngineer begitu kuat. Inilah yang dimaksud oleh penulissebagai arkeologi pemikiran Engineer yang dilandasi olehteori-teori Marxis. Klaim ini tidak hanya karena pengakuanEngineer sendiri tetapi kerangka analisis yang dibangunnyaterinspirasi dengan gaya pemikiran Marx terutama modelmaterialisme historis. Pada titik ini menurut penulis, Engi-neer tidak bisa dikategorikan sebagai seorang Marxis yanghampa kritik, justru yang terjadi sebaliknya, Engineer sangatkritis dalam menjabarkannya pada konstruksi pemikirannyaseperti uraian di atas.

88F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, h. 212.89Lihat Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 225.

Page 106: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

98 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

C. Bercermin kepada Nabi Muhammad saw.Selain dari dua elemen sebelumnya, hermeneutika dan

materialisme historisme Marx, entitas lain yang tak kalahpentingnya adalah sosok Nabi Muhammad saw. yang menjadipembebas dari berbagai bentuk penindasan. Nabi menjadiinspirasi Engineer dalam merumuskan teologi pembebasannya.Kehadiran Nabi Muhammad saw. dalam membebaskanmanusia dari berbagai belenggu sosial, politik dan budaya or-ang Arab menjadi alasan penulis memasukkan poin sebagaikerangka analisis pemikiran Engineer terkait dengan teologipembebasan. Nabi oleh Engineer tidak hanya sebagai seorangguru dan filosof, namun juga sebagai seorang aktivis yang turunke lapangan berjuang bersama sahabat-sahabatnya untukmelawan penindasan, perbudakan dan ketidakadilan. Tujuandari perjuangan yang dilakukan oleh Nabi tidak lain sebagaipembebasan harkat dan martabat manusia serta memberikankebebasan berpikir dan berbuat.90

Menurut Engineer, untuk melacak peran Nabi Muhammadsaw. sebagai pembebas, maka pengetahuan atas kondisi sosialbudaya, agama, serta ekonomi sebelum datangnya Islammenjadi urgen. Engineer mengatakan bahwa gerakan-gerakanpembebasan semuanya berangkat dari unsur-unsur tersebut.Dengan mengetahuinya, maka signifikansi Nabi Muhammadsaw. sebagai pembebas dapat terungkap.

1. Pembebasan dari Belenggu Sosial BudayaKondisi sosial ketika Nabi dilahirkan di Mekah memang

memprihatinkan. Masyarakat Mekkah pada waktu itu adalahmasyarakat yang butu huruf. Seorang sejarawan terkenal, al-labari, sebagaimana dikutip oleh Engineer, memperkirakanbahwa hanya ada 17 orang yang melek huruf pada waktu itu.

90Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 45.

Page 107: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 99

Kondisi ini dilatari oleh tradisi sosial masyarakat Arab padawaktu yang tidak menganggap penting tradisi baca-tulis yangmenurut mereka hanya menghabiskan waktu dan bahkan tradisiyang berkembang pada waktu itu adalah buta huruf itu menjadikebanggaan tersendiri. Mereka sangat menggemari puisi sebagaisesuatu yang dibacakan dan didengarkan, bukannya ditulis.Pada waktu itu, tidak ada genre sastra lain selain yangberkembang di Arab selain puisi. Dikatakan bahwa bahasa Arabitu memiliki nilai sakral di telinga, bukan di mata.Konsekuensinya, tidak ada karya tertulis yang dikenal padawaktu itu karena bahasa Arab sendiri adalah bahasa lisan.91

Melalui puisi atau prosa, terjadi proses hegemoni dialekQuraisy dalam karya-karya mereka. Artinya, meskipunseseorang bukan dari suku Quraisy, syair dan puisinyamenggunakan dialek Quraisy dan meninggalkan dialek merekasendiri. Hal ini menunjukkan bagaimana dominasi suku Quraisydalam berbagai hal termasuk dalam gubahan syair dan puisimasyarakat Arab pada waktu itu. Melalui kemampuan berolahbahasa inilah, sifat-sifat yang dianggap terpuji, sepertikeberanian atau kemuliaan pemimpin qabilah atau diri merekasendiri, diungkapkan bahkan disombongkan.92 Terkait denganyang terakhir inilah yang menjadi problem sosial dalam konteksmasyarakat Arab sebelum Islam. Tingginya egoisme kesukuanyang dilambangkan dengan syair-syair kesombongan sehinggaseringkali menegasikan peran dari etnis-etnis lain menjadi warnatersendiri bagi masyarakat Arab pada waktu itu.

Menurut penulis, kehebatan mereka dalam menyusunperkataan (uslub al-kalam) dan membuat perumpamaan (amtsal)dalam bentuk syair tidaklah menjadi soal, bahkan tradisi tersebut

91Asghar Ali Engineer, “Muhammad as a Liberator”, http://anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal 28 Maret 2015).

92Abdul Azis, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam (Cet. I: Jakarta; PustakaAlvabet, 2011), h. 186.

Page 108: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

100 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

melambangkan peradaban sastra yang tinggi bagi kalanganmasyarakat Arab sebelum Islam. Tidak banyak peradaban padawaktu itu yang memiliki nilai dan kualitas sastra yang tinggiseperti masyarakat Arab. Hanya saja yang menjadi problemketika syair dan puisi-puisi tersebut tidak mendemonstrasikanprinsip-prinsip egalitarianisme bahkan menjadi identitaskesombongan dan kepongahan suku-suku tertentu. Hegemonisuku atas suku-suku lain yang diekspresikan lewat syair danpuisi terkadang berujung konflik yang meninggalkan dendamyang berkepanjangan antara suku-suku tersebut.

Kenyataan di atas, menurut Engineer, menunjukkan bahwamasyarakat Arab sangat sulit memahami orang lain di luarsukunya. Dengan kata lain, sikap eksklusivisme kesukuan itumenjadi branding tersendiri bagi masyarakat Arab.Konsekuensinya, norma atau aturan hidup yang mereka bangunhanya berdasarkan adat istiadat suku tertentu. Tidak ada aturanyang mengatur hubungan lintas suku. Semua aturan tersebutdibuat secara lisan dan tidak ada hukum yang tertulis. Kondisiinilah yang menyebabkan seringkali terjadi pertumpahan darahkarena tidak adanya pegangan hukum secara tertulis yangmengatur hubungan antara satu suku dengan suku yang lain.Masing-masing suku menyombongkan nenek moyang dan adatistiadat mereka.93 W. Montgomery Watt menulis, sebagaimanadikutip oleh Engineer, tentang peran penting kehidupansukuisme masyarakat Arab pra-Islam sebagaimana berikut:

The Religion by which the Arab really live may be calledtribal humanism. According to this, the meaning of lifeconsists in the manifestation of human exellences, that is,all the qualities that go to make up the Arab ideal ofmanliness or fortitude. The bearer of this excellences is thetribe rather than the individual. If they are seen in the life of

93Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 42.

Page 109: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 101

an individual, that is because he is a member of a tribe whichis characterized by them. The thought that is uppermost inthe mind of the individual is that of the honour of the tribe.Life is meaningful for him when it is honourable, andanything involving dishonour and disgrace is to be avoidedat all costs.94

Kutipan di atas menegaskan bagaimana pentingnya posisietnisitas dalam kehidupan masyarakat Arab sehinggamenegasikan peran-peran personal dalam kehidupan mereka.Inilah sebabnya dalam puisi-puisi mereka tidak menggambarkantentang pahlawan besar karena tidak adanya pertentanganantara individu yang menjadi syarat terciptanya puisi tersebut.Puisi-puisi mereka hanya menggambarkan nyanyiankemenangan suku dan mengekspresikan etos keberanian,kemurahan hati, kehormatan dan keunggulan keturunan.95

Bahkan menurut penulis, tradisi tersebut sudah mengakar dalamkehidupan masyarakat Arab yang efeknya masih dirasakansampai sekarang. Garis keturunan dan hubungan keluargamenjadi patron mereka dalam merumuskan entitas kehidupanyang lain termasuk dari segi ekonomi. Sebenarnya, fenomenaseperti ini memang menjadi tradisi universal yang tidak hanyaberlaku pada masyarakat Arab pra-Islam. Hampir sebagianbesar belahan dunia lainnya juga mengalami sikap etnisitasseperti ini. Hasil penelitian di beberapa suku imigran yang hidupdi Australia juga menggambarkan bagaimana kuatnya identitaskesukuan mereka, bahkan terkadang mengalahkan identitasnasional mereka. Hal ini terjadi karena kelompok atau sukuterbentuk karena persamaan asal-usul, ideologi, agama, bahasadan kepentingan-kepentingan umum.96 Menurut penulis, teoriini juga berlaku pada masyarakat Arab. Hanya saja, menurut

94Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 18.95Asghar Ali Engineer, The Origin and Development of Islam, h. 17.96Abe (I) Wade Ata (ed.), Religion and Ethnic Identity: An Australian Study (Victoria:

Spectrum Publication Pty Ltd, 1988), h. 3.

Page 110: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

102 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Buya Hamka, di antara sekian banyak bangsa-bangsa di duniaini, bangsa Arab lah yang menaruh perhatian besar terhadapgaris keturunan dari nenek moyang, asal usul, dan pecahanketurunan, sehingga dengan menyebut suku (qabilah) saja,mereka sudah mengenal keturunan keberapa dalam nasabmereka. Pengetahuan atas garis keturunan sangat urgen bagimereka karena mereka seringkali melakukan peperangan antarsuku yang tanpa pengetahuan tersebut bisa saja mengorbankananggota suku sendiri. Selain itu, pengetahuan ini jugamemudahkan dalam menguatkan barisan internal suku.97

Kondisi geografis Mekkah yang panas, setidaknya menurutpenulis, juga turut berkontribusi atas pembentukan watak dansifat masyarakat Arab. Memang secara ekonomis dapatmenguntungkan, sebagaimana telah dijelaskan oleh Montgom-ery Watt sebelumnya, tetapi di sisi lain, gurun pasir yang panasdan dipenuhi dengan bebatuan setidaknya juga memberipengaruh kepada watak dan cara berpikir masyarakat Arab.Watak dan sikap mereka begitu keras sebagaimana kerasnyabebatuan yang ada di Mekkah yang oleh Engineer disebutsebagai al-Rab al-Khali (tempat yang sunyi).98 Selain itu, kondisiini juga menggiring masyarakat Arab untuk mempercayaikekuatan gaib yang disebut dengan jin dan syaitan yangmemengaruhi kebaikan dan keburukan nasib manusia. Karenaitu, mereka sangat percaya pada juru ramal (kahin) dan ahlisihir (sahir), yang mereka yakini mampu menguasai kekuatangaib itu dan mengarahkannya untuk keuntungan mereka.Biasanya setiap suku memiliki juru ramal atau tukang sihir yangmenjadi referensi bagi anggota suku lainnya sebagai tempat

97Tingkat garis keturunan masyarakat Arab dapati dibagi kepada enam tingkatan.Pertama-tama adalah ‘sya’b’, setelah itu ‘qabilah’, sesudah itu ‘imarah’, kemudian‘bathn’, terus ‘fakhidz’ dan terakhir adalah ‘fusailah’. Uraian lebih lanjut lihat Hamka,Sejarah Umat Islam (Edisi Baru), h. 85.

98Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, h. 18. Lihat juga Asghar Ali Engi-neer, The Origin and Development of Islam, h. 12.

Page 111: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 103

konsultasi atas masa depan atau masalah yang mereka hadapi.Jadi, peran tukang sihir ini menjadi sangat terhormat dalamkonteks masyarakat Arab pada waktu itu minimal untuk dikalangan suku mereka. Berbagai media yang digunakan olehtukang ramal atau tukang sihir seperti qiyafah (pencarian jejakkaki, bau), firasat, atau iyafah (analisis gerak gerik burung) dansebagainya.99

Akumulasi dari kondisi sosial di atas menjadi karaktertersendiri masyarakat Arab Mekkah menjelang kelahiran Islam.Nabi Muhammad saw., menurut Engineer, membawa ajaran-ajaran pembebasan dari kebodohan dan mengharuskanpencarian ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan itulahyang membuka cakrawala pembebasan dan perilaku liberatif.Engineer kemudian merujuk kepada QS al-Alaq/96: 1-4sebagaimana berikut:

Terjemahnya:

1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangMenciptakan, 2). Dia telah menciptakan manusia darisegumpal darah. 3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahapemurah, 4). yang mengajar (manusia) dengan perantaraankalam.100

Menurut Engineer, ayat keempat di atas menjelaskan bahwaNabi Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah swt untukmenuntut ilmu pengetahuan lewat media pena (al-qalam). Penamenjadi simbol pengembangan ilmu pengetahuan sekaligusmenjadi sindiran kepada masyarakat Arab pada waktu itu yang

99Abdul Azis, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam, h. 182.100Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 904.

Page 112: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

104 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

tidak mengenal dunia baca tulis sebagaimana telah dijelaskanpada uraian sebelumnya. Proses transformasi ilmu pengetahuandari satu ke generasi selanjutnya menurut Engineer dapatdilakukan dengan pena. 101 Tanpa pena, warisan ilmupengetahuan akan sulit untuk didiseminasi pada lintas generasidan akan mengalami kepunahan sebagaimana kepunahan syair-syair yang dimiliki oleh masyarakat Arab yang tidak mengenalbudaya tulis. Secara umum, ayat-ayat di atas menurut Engi-neer adalah perintah untuk tidak menjadi masyarakat yangbodoh, karena kebodohan itu sangat dekat dengan penindasan.Misi Nabi adalah melakukan pencerdasan kepada umat manusiaagar bebas dari berbagai belenggu yang biasanya lahir karenakebodohan.102 Pembebasan dari perbudakan, tradisi-tradisi sosialyang membelenggu masyarakat seperti perbudakan daneksploitasi menjadi misi revolusioner Nabi Muhammad saw.103

Sepintas ayat di atas diperuntukkan untuk masyarakat Arab,namun pada hakekatnya diperuntukkan kepada umat manusiasecara umum. Bahkan perintah membaca sebagaimana padaayat di atas dikembangkan oleh Muhammad Shahrur, pemikirdari Syria, dengan mengatakan bahwa ada dua obyek dariperintah membaca tersebut. Pertama, teks tertulis yang dikenalsebagai al-Qur’an. Kedua, teks yang tidak tertulis yang dikenalsebagai alam secara makro. Dengan kata lain, ayat-ayat Tuhanyang bertebaran di muka bumi seperti sumber daya alam (natu-ral resources) juga menjadi obyek perintah membaca pada ayatyang pertama turun tersebut.104 Poin yang kedua ini yangmenjadikan umat Islam saat sekarang menjadi terbelakang

101Asghar Ali Engineer, “Muhammad as a Liberator”, http://anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal 28 Maret 2015)

102Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 46.103Hasan Sho’ub, Al-Islâm wa Tahaddiyatul ‘Ashri, terj. Muhammad Luqman

Hakim, Islam dan Revolusi Pemikiran (Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1997), h. 8.104Muhammad Arkoun, “Reading the Religious Text: A New Approach”, http:/

/www.Islam21/keyissues/modernist (diakses pada tanggal 28 Maret 2015)

Page 113: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 105

karena ketidakmampuan membaca ayat-ayat Tuhan yangdikenal sebagai ayat-ayat kauniyah (alam). Umat Islam jauhditinggalkan oleh negara-negara Barat yang jeli dan kritisterhadap ayat-ayat Tuhan tersebut sehingga merekamengembangkannya dalam bentuk ilmu pengetahuan danteknologi (IPTEK).

Perintah “membaca” pada ayat di atas juga menjadi isyaratagar manusia memanfaatkan rasionya dalam kehidupankeseharian. Kondisi masyarakat Arab menjelang kedatangan Is-lam yang lebih banyak mempercayai tukang sihir atau ahli nujummengindikasikan bahwa mereka sebenarnya tidak melakukan“bacaan’ atau dengan kata lain tidak menggunakan rasionya.Nasib dan masa depan mereka lebih banyak ditentukan olehtukang sihir tersebut. Islam datang lewat Nabi Muhammad saw.memberikan pesan khusus kepada masyarakat Arab yang sepertiini untuk meninggalkan tradisi perdukunan yang menyesatkan.Tukang sihir diibaratkan sebagai orang gila dan bersama-samadengan setan yang mencoba membuat kebenaran menjadi samar-samar serta yang lebih penting mereka lebih banyakmemutarbalikkan fakta.105 Islam sudah terang-teranganmelakukan pembebasan dari tradisi tersebut yang membuatmasyarakat Arab menjadi terbelenggu.

Selain itu, menurut Engineer, Nabi Muhammad saw. jugamembawa panji-panji kebersamaan, egalitarianisme, tidak adaperbedaan kelas antara satu suku dengan suku lainnya.Semuanya sama di hadapan Allah swt. yang membedakanadalah derajat dan kualitas ketaqwaan mereka.106 Misi ini jugamenjadi sindiran kepada masyarakat Arab pada waktu itu di

105Lihat misalnya QS as-Shaffat/ 37: 36, QS as-Syuara /26: 221-227, QS al-Qasash/28: 48, QS al-Naml/27: 13. Uraian lebih lanjut lihat Adonis, At- Tsâbit wa al-Mutahawwil: Bahts fî al-Ibda wa al-Ithba ‘inda al-Arab (Jil II), terj. Khoiron Nahdiyyin,Arkeologi Pemikiran Arab Islam (Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 171.

106Lihat QS al-Hujurat /49: 13

Page 114: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

106 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

mana hegemoni dan egoisme kesukuan sangat mengakar dalamkehidupan mereka. Cara pandang dan sikap mereka dalamrealitas sosial dilandasi dengan semangat kesukuan. Engineermengatakan bahwa misi Nabi pada waktu itu sangatrevolusioner yang tidak hanya membebaskan masyarakat Arabsecara khusus tetapi umat manusia secara umum. Jauh sebelumPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkannya dalampiagam deklarasi hak azasi manusi (Declaration of Human Rights),Islam sudah mengampanyekannya lewat pesannya dalam al-Qur’an. Selama ini menurut Engineer, problem rasisme danprimordialisme tidak hanya melanda dunia Islam tetapi duniasecara umum. Perbedaan kulit putih dan kulit hitam seringkalimenjadi akar persoalan rasisme di berbagai belahan dunia.107

Nabi Muhammad saw. tidak hanya sekadar menyampaikanpesan Allah swt. lewat al-Qur’an tetapi Nabi sendirimenjabarkannya dalam kehidupan praktis. Misalnya Nabimengangkat seorang budak negro, Bilal, menjadi muazzin yangtentu saja menjadi kehormatan besar bagi seorang Bilal. Tugasini menjadi impian para budak yang dimerdekakan dan hanyaBilal yang berkulit hitam dipilih oleh Nabi. Pilihan ini sendiritentu saja langkah revolusioner yang dilakukan oleh Nabidengan memberikan posisi yang terhormat kepada Bilal yangbagi masyarakat Arab pada waktu itu hanya seorang budakhitam yang tidak memiliki nilai kecuali nilai seorang hamba yangsetiap saat bisa diperjual belikan. Di sinilah menurut Engineerlangkah liberatif atau pembebasan yang dilakukan oleh Nabiyang pada saat itu tidak ada pemimpin dunia yangmelakukannya.108 Dengan kata lain, visi Nabi sangat futuralistikdalam membela hak-hak asasi manusia, tidak hanya sekadar

107Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 47.108Asghar Ali Engineer, “Muhammad as a Liberator”, http://

anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal 28 Maret 2015)

Page 115: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 107

konseptor tetapi sekaligus diikuti dengan tindakan, makapantaslah kalau Nabi menjadi inspirasi Engineer dalammembangun kerangka analisisnya terkait teologi pembebasan.Engineer menjadikan Nabi sebagai cerminnya dalam berjuanguntuk membebaskan manusia dari berbagai belenggu sepertiyang ia perjuangkan di India maupun dalam internalnya digerakan Bohras. Singkatnya Engineer tidak hanya seorangpemikir, tetapi ia juga sebagai aktivis yang memperjuangkanhak-hak asasi manusia sebagaimana yang dilakukan oleh NabiMuhammad saw.

2. Pembebasan dari Berhala-BerhalaTidak hanya persoalan sosial yang menjadi problem besar

menjelang kedatangan Islam, soal kepercayaan juga menjaditantangan tersendiri yang dihadapi oleh Nabi. Kehidupanreligius masyarakat Arab juga sangat memprihatinkan. MenurutEngineer, setiap suku memiliki berhala atau tuhan sendiri.Berikut petikan Engineer:

The religious scene was even worse. Each tribe had its ownidol. Historians tell us there were more than 360 idols inK’aba, the holy abode of God. Tribal gods brought abouteven sharper divisions. There was no concept of humanitybeyond ones tribe. The whole existence of an Arab wascircumscribed by tribal limits. Superstitions were a greatreligious force. These superstitions have been referred to inthe Quran and condemned. There was no attemptwhatsoever to widen the frontier of knowledge. Their wholelife was governed by superstition.109

Kutipan di atas mengisyaratkan bagaimana pola tradisikepercayaan yang terjadi pada masyarakat Arab juga dibungkus

108Asghar Ali Engineer, “Muhammad as a Liberator”, http://anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal 28 Maret 2015)

109Asghar Ali Engineer, “Muhammad as a Liberator”, http://anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal 28 Maret 2015)

Page 116: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

108 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

dengan identitas kesukuan. Begitu banyak berhala-berhala yangbertebaran yang jumlahnya sesuai dengan jumlah suku.Berhala-berhala yang masyhur ialah Lata110, Uzza111, Hubal112

dan Manata113. Lata ialah berhala orang Saqif di Thaif serta diGurun Syria dan Hauran. Sedangkan Uzza adalah berhala or-ang Ghathafan dan kawasan pegunungan yang melintasi Petra,pusat Kerajaan Nabatea. Sementara di wilayah Hijaz, Hubaldan Manata adalah berhala yang paling populer. Merekameyakini bahwa berhala-berhala tersebut adalah anakperempuan Tuhan yang dapat mendatangkan syafaat.114 Selainkepada berhala-berhala sebagai tempat sandaran mereka,matahari juga diyakini dapat menentukan nasib baik dan burukmereka. Matahari dibesarkan, dimuliakan karena diyakinisebagai malaikat yang bisa memberikan cahaya kepada bulan

110Lata seringkali juga disebut dengan Al-Lat yang berasal dari kata Ilahah yangmemiliki tempat suci, hima dan haram di dekat Thaif . Disinilah tempat berkumpulorang Mekkah untuk melakukan ibadah haji dan menyembelih binatang kurban. Disekitar daerah itu tidak diperbolehkan untuk menebang pohon, memburu binatangdan menumpahkan darah. Hewan dan tanaman di sekitarnya tidak boleh diganggukarena di sanalah tuhan yang diagungkan tinggal. Uraian lebih lanjut, lihat Philip K.Hitti, History of the Arabs, h. 124.

111Uzza adalah berhala yang paling agung dan paling dipuja di Nakhlah, sebelahtimur Mekkah. Berhala ini juga digelari dengan Venus atau bintang pagi. Ia merupakanberhala yang paling agung di kalangan masyarakat Quraisy. Tempat pemujaan terdiridari tiga pohon dan manusia menjadi korbannya. Pada masa menjelang kelahiranIslam, banyak kalangan masyarakat Quraisy yang menamai anaknya dengan abd al-Uzza. Urian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 125.

112Hubal berasal dari bahasa Aramaik yang berarti roh yang tampaknyamerupakan dewa tertinggi di Ka’bah, direpresentasikan dalam bentuk manusia. Disamping patung Hubal, disediakan busur dilengkapi anak panah yang digunakanuntuk mengundi nasib oleh para peramal (kahin dari bahasa Aramaik). Uraian lebihlanjut, lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 125.

113Manata berasal dari maniyah yang berarti pembagian nasib. Ia adalah dewayang menguasai nasib dan dengan demikian merepresentasikan tahap kegiatankeagamaan yang lebih awal. Tempat suci utamanya adalah sebuah batu hitam diQudaid, sebuah jalan antara Mekkah dan Madinah. Dewa nasib ini sangat populer dikalangan suku Aus dan Khazraj yang memberikan dukungan kepada Nabi ketikahijrah ke Madinah. Sebagai dewa yang berdiri sendiri, namanya diasosiasikan denganzu al-syara’ yang seringkali dijadikan sasaran kekesalan oleh penyair Arab karenakesialan kepada al-manâya atau al-dahr (masa). Uraian lebih lanjut, lihat Philip K.Hitti, History of the Arabs, h. 125.

114Abdul Azis, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam, h. 164. Lihat jugaHamka, Sejarah Umat Islam, h. 107.

Page 117: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 109

dan bintang. Sebagai wujud penghormatan kepada matahari,mereka juga membuat berhala yang di tangannya terpegangsebuah permata yang amat mahal. Mereka menyembahmatahari sebanyak tiga kali, yaitu waktu fajar, tengah hari tepatdan senjakala. Tidak hanya kepada matahari, ada juga yangmenyembah bulan karena keyakinannya atas kemampuanbulan untuk mengatur alam bagian bawah yang dibedakannyadengan matahari yang mengatur alam bagian atas. MasyarakatArab seringkali berpuasa untuk menghormati bulan pada awal,tengah, dan akhir bulan. Sama dengan matahari, mereka jugamembuat berhala sebagai wakil bulan di bumi, memberi makandan minum, bersenda gurau, bernyanyi dan memainkan gitarsuci dekat dengan berhala mereka.115 Di antara yangmenyembah berhala tersebut, menurut Buya Hamka, ada jugayang hanya menjadikannya sebagai perantara untuk sampaikepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut mereka, bahwa sangattidak etis kalau menghadap kepada Tuhan secara langsungtanpa perantara, menjadilah berhala-berhala tersebut menjadiperantara bagi mereka. Namun ada juga yang meyakini bahwadalam berhala tersebut, syaitan hadir di dalamnya yang bisamenentukan nasib baik dan buruk mereka.116

Tidak hanya berhala-berhala yang menghiasi kehidupankeagamaan orang Arab pada waktu itu, agama-agamamonoteis juga telah hadir menjelang kelahiran Islam. Bahkanmenurut penulis Muslim, sebagaimana dikutip oleh Abdul Azis,kehadirannya mendahului berhala-berhala tersebut. Merekasebelumnya memeluk agama Ibrahim a.s. yakni agama tauhid

115Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 82.116Selain kepada matahari dan bulan, mereka juga meyakini perjalanan bintang

dan falak sangat terkait dengan gerak kehidupan mereka. Nasib mereka digantungkankepada perjalanan bintang dan falak tersebut. Sehingga muka tiap-tiap bintang masing-masing memiliki nama yang disertai dengan kebesarannya dan memiliki rumah-rumahpersembahan sesuai dengan bintangnya. Golongan ini dinamai “Sabiah”. Golongan inidiabadikan dalam al-Qur’an QS al-Baqarah/2 : 62 Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 81.

Page 118: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

110 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

dan hanifiyah. Argumen ini dibuktikan dengan dibangunnyaKa’bah oleh Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. sebagai satu-satunyatempat ibadah untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa.117

Selain itu, mereka berhaji ke Ka’bah, mengagungkan tanahdan bulan-bulan suci-Nya. Namun dalam perkembangannya,mereka kemudian menyimpang dari ajarah tauhid tersebutsetelah sebelumnya seorang penguasa Arab yang bernamaAmr bin Luhay al-Khuza’i yang pernah berkuasa atas Ka’bahdi Mekkah. Suatu ketika ia menderita sakit, dan seseorangmemberi tahu dirinya bahwa penyakit itu bisa sembuh kalauia pergi mandi ke tempat permandian bernama Balqa di Syriayang waktu itu dihuni kaum Amalik. Amr pun pergi ke sana,lalu mandi kemudian sehat. Di sanalah, Amr menyaksikanpenduduk daerah itu menyembah patung yang bernamaHubal. Patung itu dimintanya kemudian digantungnya diKa’bah dan sisa patung yang lain didistribusikan kepadakepala-kepala suku lainnya. Di sinilah era penyembahanberhala bagi masyarakat Arab dimulai.118

Menurut Abdul Azis, tidak hanya penulis Muslim yangberpendapat seperti di atas, orientalis Perancis, Ernest Renan,juga berpendapat demikian. Ia mengatakan bahwa padadasarnya agama orang Arab adalah agama monoteis,sebagaimana bangsa Semit yang lain. Penilaian ini dilatarioleh analisisnya mengenai tuhan sesembahan kaum Semit,juga mengenai eksistensi kata Al dan Ayl dalam logat mereka.Renan menduga kaum Semit menyembah Tuhan Yang Esa,yaitu Al atau Ayl itu. Kata ini kemudian diungkapkanmenurut logat bahasa suku mereka sehingga menyimpangdari aslinya.119

17Husain Haikal, The Life of Muhammad, h. 28.118Abdul Azis, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam, h. 165.119Abdul Azis, Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam, h. 165.

Page 119: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 111

Selain itu, agama Yahudi juga telah mendiami tanah Hijaz120

setelah mereka diusir oleh bangsa Seriyani dan Yunani darinegeri mereka. Agama ini diterima oleh anak cucu Nabi Ismaildengan senang hati karena dianggap telah membela kebesaranagama Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang mereka.Agama ini berkembang di daerah Hijaz, terutama di Khaibardan di antara bani suku Bani Quraidzah, Bani Nadir, dan BaniQainuqa di negeri Madinah. Proses asimilasi agama Yahudidengan penduduk Hijaz relatif begitu mudah dan cepat. Halini dikarenakan karena tipe Yahudi ini sudah bercampur denganperadaban Yunani yang sentralnya berada di Iskandariyah,Mesir pada waktu itu.121

Selain agama Yahudi, agama Nasrani juga telahmenancapkan jejak-jejaknya di tanah Hijaz. Agama ini dibawaoleh anggota pemerintahan Ghassan, Romawi, yang melakukanperjalanan perdagangan ke Mekkah. Mereka terpecah kepadabeberapa kelompok gereja, seperti kelompok Nasturiah yangberkembang di Hirah dan Ya’qubiyah eksis di Syabel Syam.Sebagaimana Yahudi, Nasrani juga sudah terkontaminasi olehfilsafat Plato. Meskipun agama Nasrani lahir di timur, namunperkembangannya lebih besar di Barat. Kondisi inilah yangmembuat tradisi filsafat Barat juga kental dengan tradisi-tradisiketuhanan Kristen.122

Singkatnya, ada tiga agama atau kepercayaan yang eksisdan bereksistensi di tanah Arab menjelang kelahiran Islam, yaituYahudi, Nasrani dan Watsani atau berhala. Hanya saja dalam

120Hijaz adalah sebuah dataran tandus yang berfungsi seperti penghambat antaradataran tinggi Nejed dan daerah Pesisir yang rendah yaitu Tihamah. Hijaz memilikitiga kota yaitu, Thaif, Mekkah dan Madinah. Uraian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti,History of the Arabs, h. 130.

121Hamka, Sejarah Umat Islam (Edisi Baru), h. 83.122Lihat Adel Allouche, “Arabian Religions” dalam Mirchea Elliade (Ed.), Ency-

clopedia of Religion, Vol. II (New York: Mcmillan, 1987), h. 363. Lihat juga Hamka,Sejarah Umat Islam (Edisi Baru), h. 83.

Page 120: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

112 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

prakteknya, tradisi keagamaan yang paling mendominasi dalamstruktur masyarakat Arab adalah Watsani atau berhala. Dengankata lain tingkat populasi masyarakat yang percaya kepadaberhala jauh mengalahkan kepercayaan kepada agama monoteisatau agama tauhid. Di antara dua agama monoteis tersebut,tingkat komitmen Yahudi terhadap agamanya lebih tinggidibandingkan dengan agama Nasrani. Agama Yahudi sangatmilitan terhadap agamanya dan juga sangat membenci agamalain. Sementara agama Nasrani tidak memiliki pengikut yangmilitan sebagaimana Yahudi dan cenderung banyak menyimpanrahasia serta mementingkan perkara mukjizat dan keganjilan.123

Kompleksitas tradisi keagamaan di atas yang melahirkanketidakpastian beragama menjadi tantangan tersendiri bagiNabi Muhammad saw. sebagai salah satu Nabi yang lahir darimasyarakat yang penuh dengan keberhalaan. Tentu bukanperkara yang mudah ketika perubahan itu dimulai dari keluargaatau sukunya. Nabi yang berasal dari suku Quraisy, setelahmenerima wahyu, diperintahkan untuk merevolusi sebuahtatanan kepercayaan yang telah mengakar dan membumi dalamkehidupan masyarakat Arab. Revolusi ini bukannya tanpatantangan, bahkan sarat dengan berbagai tantangan mulai darikeluarganya sampai kepada sukunya sendiri. Atas namakebenaran dan perintah Tuhan, Nabi tetap mewujudkankebenaran yang diyakininya dengan menegasikan semua bentukkeberhalaan orang Arab pada waktu itu, dan menggantinyadengan agama baru yaitu Islam yang meyakini bahwa Allahswt. sebagai satu-satunya Tuhan yang pantas disembah.Melanggar titah tersebut adalah bentuk kemusyrikan yang tidakbisa ditoleransi. Spirit inilah yang diadopsi oleh Engineer yangjuga melakukan revolusi tatanan kepercayaan dalam internal

123Lihat Adel Allouche, “Arabian Religions”, h. 363. Lihat juga Hamka, SejarahUmat Islam (Edisi Baru), h. 84.

Page 121: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 113

sektenya yaitu gerakan Bohras. Bahkan syirik tidak hanyadiartikan pelanggaran atas konsep keesaan Tuhan, iakembangkan dalam bentuk kemusyrikan kesatuan manusiadalam semua hal.124 Sekali lagi, pengorbanan Nabi untukmelakukan pembebasan kepada umatnya dari keberhalaanyang berbuntut hijrahnya Nabi dari tanah kelahirannya yangdicintainya, di Mekkah, menjadi cermin bagi Engineer,bagaimana gerakan pembebasan itu memang melahirkan resiko.Apa yang selalu diungkapkan oleh Engineer terkait dengangerakan pembebasan “its not easy to fight religious fanati-cism”125 adalah kesediaannya menerima resiko perjuangangerakan pembebasan.

3. Pembebasan dari Sistem Ekonomi yang MenindasKondisi ekonomi menjelang kelahiran Islam terutama akhir

abad ke-5 M juga tidak kalah kroniknya. Menurut Engineer,sistem oligarki telah mewarnai sistem ekonomi masyarakat Arabpada waktu itu. Sistem ini menggantikan struktur ekonomikesukuan. Oligarki ini tumbuh karena keserakahan terhadapmateri dan bahkan kemudian secara terang-terangan norma-norma kesukuan tidak lagi dihormati.126 Konsekuensinya, anak-anak yatim, janda-janda dan orang-orang miskin menjadikorbannya. Budak-budak laki-laki dipaksa bekerja tanpadiupah, sementara budak-budak perempuan dipaksa melayanituan-tuannya. Perbudakan ini terjadi di daerah-daerahpinggiran. Mereka tidak lagi memiliki harkat dan martabatkemanusiaan. Jalur perdagangan yang strategis yang melewati

124Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 94.125Muhammad Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’s view on Liberation The-

ology”, h. 7.126Di antara norma-norma kesukuan terkait dalam hal adalah adanya larangan

pengembangan institusi milik privat dan larangan penumpukan keuntungan darikorporasi antar suku serta tidak bolehnya memonopoli perdagangan yang biasanyadikuasai oleh elit-elit suku. Pelanggaran atas norma-norma kesukuan ini menurutEngineer akan membawa kepada kebangkrutan sosial di Mekkah. Uraian lebih lanjut,lihat Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 85.

Page 122: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

114 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Mekkah tidak memberi keuntungan secara ekonomi bagipenduduk Arab secara keseluruhan. Penting dicatat bahwaMekkah berada pada rute strategis dan menguntungkan dariArabiah Utara ke Arabiah Selatan. Posisi ini membuat Mekkahmenjadi jalur utama perdagangan dan menjadi pusat pertemuanpara pedagang dari kawasan laut Tengah, Teluk Parsi, LautMerah melalui Jeddah, bahkan dari Afrika. Bahkan lembah-lembah yang ada di sekitar Mekkah seringkali menjadi tempatperistirahatan bagi para traveler yang kebetulan melintasiMekkah.127 Keuntungan secara geografis di atas hanya dinikmatioleh segelintir orang yang memiliki pengaruh bisnis yang kuatsehingga jurang kemiskinan semakin melebar antara kapitalisdan kelompok masyarakat kecil.128

Seiring dengan perkembangan ekonomi yang begitu cepatdi Mekkah serta menjadi sentra bisnis internasional, prob-lem persaingan yang tidak sehat pun kemudian muncul danpada akhirnya memaksa orang-orang yang tidak mampumengikuti irama bisnis yang begitu kompetitif harus beradadi wilayah pinggiran. Praktek kepemilikan bisnis privatsemakin berkembang dan sentra kekayaan bertumpuk kepadaorang-orang tertentu. Bisnis memang memiliki logika sendiriyang tidak jarang harus mengorbankan pihak-pihak laintanpa belas kasih. Kondisi inilah yang dialami olehmasyarakat Badui yang memang kehidupannya sangatnomaden dan memelihara etika kesukuan cenderung keluardari pergulatan bisnis di Mekkah pada waktu itu. Tradisimasyarakat Badui yang tidak mengenal kepemilikan pribadikecuali pada hewan peliharaan dan persenjataan ringan tentusaja menjadi masalah baru bagi mereka.129

127Husain Haikal, The Life of Muhammad, h. 22.128Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 43.129Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 4.

Page 123: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 115

Terkait dengan hal tersebut, penting dicatat bahwa orangArab Badui memang berbeda dengan orang Arab padaumumnya. Mereka memiliki kebajikan tertinggi seperti yangtercermin dalam puisi-puisi kaum pagan diungkapkan dalamistilah muru’ah yang berarti kewibawaan dan ‘irdh(kehormatan). Unsur-unsur yang terdapat dalam muru’ahadalah keberanian, loyalitas, dan kedermawanan. Barometerkeberaniannya dapat dilihat berdasarkan jumlah peperanganyang diikuti, sedangkan kedermawanan dapat diukur padakesediaannya mengorbankan untanya untuk menyambut tamuatau untuk kepentingan orang miskin dan yang membutuhkanbantuan.130 Kebajikan-kebajikan orang Arab Badui ini tentu sajaberlawanan dengan logika bisnis yang dipraktekkan sebagianbesar masyarakat Mekkah yang sudah terobsesi dengan investasiyang berlebih-lebihan dan tradisi pemusatan sentra-sentra bisnispada segelintir orang.

Menurut Hitti, jauh sebelum Mekkah dilintasi “jalurrempah-rempah” dari Selatan ke Utara, Mekkah sejak lamatelah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antaraMa’rib dan Gazzah. Orang-orang Mekkah yang progresif danmemiliki naluri dagang berhasil mengubah kota tersebut menjadipusat kemakmuran. Kemakmuran kota tersebut digambarkandari sebuah kafilah dagang Mekkah yang terlibat dalam PerangBadr (16 Maret 624 M). Saat kafilah itu kembali dari Gazza,rombongannya terdiri atas seribu ekor unta dan menurut al-Waqidi, sebagaimana dikutip oleh Hitti, membawa barangdagangan senilai 50.000 dinar (sekitar 20.000 pondsterling atau

130Beberapa tokoh Badui yang bisa dicatat disini adalah Hatim al-Thai (w. 605 M)yang dikenang sebagai sosok Badui ideal karena kedermawanannya. Ia pernahmenyembelih tiga unta untuk memberi makan kepada para traveler asing yang lewatdan membagikan sisanya untuk mereka. Begitu pula nama seperti Anthara ibnuSyaddad al-Absyi (525-615) yang terkenal karena sikap kepahlawanannya dankebangsaw.anannya. Uraian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 119.

Page 124: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

116 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Rp 387.371.724). Di Mekkah juga seringkali diadakan ekshibisiUkaz sebagai wadah pertemuan antara pengusaha dan paraintelektual. Semua kegiatan tersebut diadakan oleh orang-or-ang Quraisy sebagai event organizer nya.131 KemakmuranMekkah tersebut di atas, menurut Engineer sekali lagi tidakmemberikan dampak ekonomi kepada masyarakat Arab secarakomprehensif.

Kondisi di atas terjadi menurut Engineer karena tidak adanyaaturan baku dalam perdagangan yang disepakati oleh semuapihak suku. Sebenarnya mereka memiliki institusi yang bernamamala’a (senat) di mana setiap kepala suku menjadi anggota mala’a.Hanya saja, sekali lagi institusi ini hanya berpihak kepadakapitalis-kapitalis Quraisy tertentu dan mengabaikankepentingan-kepentingan grass root (akar rumput).132 Dalamperspektif Marx, kelompok borjuis yang menikmati keuntunganproduksi, sementara kelompok proletarian sebagai kelompokpekerja tidak mendapatkan manfaat secara ekonomi. Merekaibarat mesin yang dikontrol oleh operatornya.133

Kompleksitas persoalan ekonomi di Mekkah sebagaimanatergambar di atas, menjadi perhatian utama Islam di awalkedatangannya. Nabi Muhammad saw. yang juga seorangpengusaha, sangat jeli melihat ketimpangan ekonomi yangterjadi di Mekkah pada waktu itu. Nabi menurut Engineer,melihat bahwa ketidakadilan ekonomi tersebut bisa berujungkepada konflik horizontal. Kondisi inilah yang membuat Nabiseringkali memberikan warning kepada para kapitalis-kapitalisMekkah untuk tetap memperhatikan anak-anak yatim, danmendistribusikan sebagian kekayaannya kepada orang-orangyang tidak mampu. Langkah Nabi ini kemudian dipertegas oleh

131Philip K Hitti, History of The Arabs, h. 130.132Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, h. 29.133F.Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, h. 211.

Page 125: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 117

turunnya wahyu yang mengutuk keras penumpukan kekayaansecara berlebihan dan tidak melakukan pemihakan kepada or-ang-orang yang tidak mampu. Engineer dalam hal ini mengutipQS al-Humazah/104:1-9.

Terjemahnya: Terjemahnya:

1). Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela. 2). yangmengumpulkan harta dan menghitung-hitung. 3). Diamengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. 4).sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akandilemparkan ke dalam Huthamah. 5). dan tahukah kamuapa Huthamah itu? 6). Api yang menyala-nyala. 7). Yangmembakar sampai ke hati. 8). Sungguh api itu ditutuprapat atas mereka. 9). Sedang mereka diikat di tiang-tiangpanjang.135

Perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. diatas untuk menghapus ketidakadilan ekonomi yang melandamasyarakat Mekkah pada waktu itu bukan tanpa tantangan,bahkan yang terjadi adalah pengorbanan fisik dan mental telah

134

134Selain surah al-Humazah yang menjadi dasar pijakan Engineer, tampaknyasurah lain juga dikutip oleh Engineer untuk memperkuat argumennya. Adalah QSal-Takâtsur /102: 1-8 yang semakin menegaskan bahwa terjadi ketidak adilanekonomi pada masyarakat Mekkah pada waktu itu yang menyulut gerakanpembebasan ekonomi dari kapitalistik ke ekonomi kerakyatan yang dipeloporioleh Nabi Muhammad saw. bersama sahabat-sahabat dekatnya. Dua surah diatas semuanya turun di Mekkah sebagai respon atas kondisi masyarakat Arabpada waktu itu.

135Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 914.

Page 126: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

118 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

mewarnai kehidupan Nabi. Nabi sendiri beberapa kali mendapatkekerasan fisik dari para kapitalis Mekkah. Menurut Engineer,Nabi seringkali ditawari hadiah untuk menghentikan gerakannyayang berbasis egalitarian, termasuk gerakan ekonomi kerakyatan(istilah penulis) yang dia kampanyekan di awal kelahiran Islam.136

Namun Nabi menolak berkompromi dengan para kapitalis-kapitalis Mekkah tersebut. Nabi sendiri meyakini bahwa akarpersoalan disparitas ekonomi di Mekkah lahir dari kesombongandan kerakusan para kapitalis-kapitalis tersebut yang tidakmementingkan asas kesamaan dan keadilan.137

Menurut Engineer, para kapitalis tersebut sebenarnya tidakterlalu peduli dengan ajaran tauhid yang dibawa oleh NabiMuhammad saw. namun yang mereka khawatirkan adalahimplikasi-implikasi ekonomi yang ditimbulkan dari penerapanajaran Islam. Bisnis dan pola perdagangan mereka akan terganggudengan lahirnya sistem ekonomi baru yang memberikan atensiyang besar terhadap pemerataan ekonomi. Dalam konteks inilah,menurut Engineer, teologi pembebasan bisa mendefiniskan ulangkonsep-konsep ajaran Islam yang tidak hanya mementingkanajaran ritual tetapi juga memberi pemihakan kepada kelompokyang tertindas. Apa yang telah dilakukan oleh Nabi di awalkelahiran Islam menjadi cermin bagi Engineer dalam melihatulang teologi yang menurutnya tidak memiliki sensitivitasterhadap realitas sosial. Padahal menurutnya, semua tindakanNabi tidak hanya mengupas relasi manusia dengan Tuhan, tetapijuga yang tak kalah pentingnya adalah relasi manusia denganmanusia lainnya. Muslim yang sejati menurut Engineer adalahmuslim yang turut andil dalam pembentukan masyarakat yangadil dengan memelihara anak yatim, dan ikut membela kelompok-kelompok yang tertindas.138

136Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 86.137Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 86.138Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 90.

Page 127: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer 119

Demikianlah uraian arkeologi teologi pembebasan Engineeryang tidak bisa dilepaskan dari tiga elemen di atas, yaitupembacaan hermeneutik kitab suci, materialisme historis KarlMarx, dan pembelajaran dari perjuangan Nabi Muhammadsaw. Ketiganya secara simultan menjadi akar pembacaan En-gineer dalam melihat teologi pembebasan. Arkeologi yangdipahami sebagai ilmu tentang fosil-fosil yang telah berumurratusan tahun atau ribuan tahun terpendam, dipakai olehpenulis untuk melukiskan bagaimana warisan yang terpendamdalam ajaran Islam kemudian ditata ulang untuk melihat jarumrelasi antara satu elemen dengan elemen yang lainnya. Kalaudua elemen pertama lebih menyentuh kepada persoalanepistemologi Engineer dalam merumuskan teologipembebasannya, maka elemen terakhir lebih fokus kepadametode Nabi dalam melakukan pembebasan masyarakatMekkah dari berbagai bentuk penindasan yang sekaligusmenjadi cermin Engineer dalam membentuk teologipembebasannya. [*]

Page 128: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

120 Arkeologi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Page 129: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 121

BAB IV

KRITIK ASGHAR ALI ENGINEERTERHADAP TEOLOGI KLASIK

Asghar Ali Engineer dalam merumuskan teologipembebasannya memang berbeda dengan para intelektuallainnya. Perbedaan itu dipotret dari cara dan metodologi yangdibangunnya dalam merumuskan teologinya. Teologi yangdipahaminya tidak hanya memperbincangkan kehidupan spiri-tual seseorang tetapi teologi juga mengutuk ketidakadilanekonomi akibat sistem perdagangan yang tidak berpihak kepadakelompok lemah. Dilandasi dengan teori gerakan sosial Marx,ia mencoba mengintegrasikannya dalam spirit progresivitaspemikiran Islam. Terkait dengan itu, bab ini akan mengelaborasilebih jauh sifat progresivitas dan revolusioner teologipembebasan dalam Islam. Namun sebelumnya, ia melakukanotokritik terhadap teologi Islam klasik sebagaimana tergambardalam uraian berikut:

A. Kritik terhadap Teologi Islam KlasikEngineer dalam mengkritik teologi Islam klasik, sebagaimana

dikutip oleh Nuryatno, mengatakan bahwa:

classical theology in its received form does not imply humanliberation due to it concerns itself exclusively with liberation inpurely metaphysical sense and outside the process of history.1

1Agus Nuryatno, “’Asghar Ali Engineer’s View on Liberation Theology”, h. 13.

Page 130: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

122 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

Kutipan di atas mengisyaratkan bagaimana Engineer inginmenempatkan teologi dekat dengan realitas sosial.Menurutnya, teologi tidak hanya berkutat dengan aspekmetafisika2 agama yang melintasi proses sejarah sebagaimanatergambar dalam tradisi teologi klasik, tetapi teologi adalahbagian dari dialektika historis. Dengan kata lain, teologi tidakberhenti pada tataran pikiran atau berada dalam alam idea,tetapi ia membumi dalam realitas. Bahkan menurut Engineer,metafisika yang didengungkan oleh para teolog klasik seringmemberi ketidakjelasan pemahaman terutama karenafokusnya pada hal-hal yang sifatnya abstrak. Karakter teologiseperti ini menurut Engineer, akan berdampak kepadapenguatan status quo. Semakin tidak jelas aspek metafisikayang diperbincangkan oleh satu teologi, maka peluang untukmemperkuat status quo semakin besar. Teologi Islam klasikmemang memperkuat teoritisasi metafisis yang menyangkutkonsep-konsep ambigu.3

Menurut Engineer, titik sentral pergulatan teologi Islamklasik bukanlah persoalan keduniaan atau realitas sosialmasyarakat pada waktu itu, tetapi mereka terkonsentrasi padaaspek-aspek kehidupan akhirat. Dengan kata lain, mengutippendapat Amin Abdullah, bahwa literatur teologi Islam klasikmasih belum beranjak dari rumusan persoalan teologi abadtengah seperti persoalan qadariah dan jabariah, sifat dua puluhTuhan, apakah al-Qur’an diciptakan dalam kurun waktu

2Teologi dan metafisika seringkali dipertukarkan maknanya. Kalau teologiterfokus pada Tuhan, sementara metafisika menfokuskan diri pada “ada” dan “yangada” (being and beings). Meskipun demikian, keduanya saling terkait antara satudengan yang lain sehingga teologi sering juga disebut dengan metafisika ketuhanan.Salah satu contoh yang bisa menjadi pertimbangan bagi argumen ini adalah bahwaTuhan yang dalam konteks teologi identik dengan Ada dan Yang Ada dalam terminologimetafisika. Uraian lebih lanjut lihat Muhammad Al-Fayyadl, Teologi Negatif IbnuArabi: Kritik Metafisika Ketuhanan (Cet.I; Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 7.

3Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 2-8.

Page 131: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 123

tertentu ataukah kekal abadi seperti hakikat Tuhan sendiri,4

perbuatan Tuhan terkait dan terkena hukum kausalitas atautidak. Semua tema-tema tersebut masih mewarnai teologi Is-lam klasik yang membuat corak pemikirannya bersifattransendental-spekulatif dan tidak menaruh minat pada realitasempiris kehidupan masyarakat.5

Alur pemikiran Engineer di atas sebenarnya juga telahmenjadi perhatian para pemikir modern pada abad 20. Lihatlahmisalnya Fazlur Rahman (1919-1988), sebagaimana dikutip olehAmin Abdullah, ketika ia mengatakan bahwa teologi Islamklasik akan menemukan titik-titik kelemahan jika berhadapandengan realitas sosial-empirik kehidupan manusia yang dinamissejalan dengan perkembangan ilmu dan peradaban manusia.Dalam konteks ini, Rahman memandang bahwa diperlukansystematic reconstruction dalam bidang teologi, filsafat, dan ilmu-ilmu sosial dalam wilayah pemikiran Islam.6 Sementara menurutEngineer, berbagai persoalan empirik yang melekat dalamrealitas kehidupan masyarakat modern seperti kemiskinan, hakasasi manusia, demokrasi, kebodohan, ketidakadilan,ketertindasan, keterbelakangan, luput dari perhatian seriusdalam pemikiran teologi Islam klasik.7 Bahkan kondisi sepertiini masih juga menjadi karakter bagi sebagian pemikir yanghidup di abad modern ini yang tidak memiliki kepedulian dankeberpihakan kepada hal-hal tersebut di atas.8 Berikut beberapaaliran teologi Islam klasik yang dikritik oleh Engineer:

4Menurut Engineer, perdebatan tentang tema apakah al-Qur’an makhluk ataubukan berlangsung antara Muktazilah dengan kelompok tradisional. Begitupula temaapakah Allah memiliki sifat atau tidak juga menjadi perdebatan teologi Islam klasikantara Muktazilah, Syiah dan Asy’ariyah. Selain itu, perdebatan lain yang jugamewarnai teologi Islam klasik adalah apakah Allah menciptakan alam ini denganmetode kun fayakûn atau melalui proses selama tujuh hari. Uraian lebih lanjut lihatAgus Nuryatno, “’Asghar Ali Engineer’s View on Liberation Theology”, h. 14.

5M. Amin Abdullah, Falsafah Kalam, h. 48.6M. Amin Abdullah, Falsafah Kalam, h. 47.7Agus Nuryatno, “’Asghar Ali Engineer’s View on Liberation Theology”, h. 14.8M. Amin Abdullah, Falsafah Kalam, h. 47.

Page 132: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

124 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

1. Teologi JabariahMenurut Engineer, realitas pemikiran teologi Islam klasik

tidak bisa dipandang secara an sich, kehadirannya sangat terkaitdengan kondisi sosial dan politik yang mengitarinya. Artinyaproduk-produk pemikiran tersebut saling berkait kelindandengan tendensi dan kekuasaan politik tertentu, termasuk didalamnya teologi atau aliran jabariah.

Jabariah sendiri dinisbahkan kepada Jahm bin Shafwanyang dianggap sebagai tokoh utamanya. Meskipun sebenarnyaaliran ini diinisiasi oleh Ja’d bi Dirham. Menurut aliran ini,sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Qahir al-Bagdhadi, segalaperbuatan dan aktifitas yang dilakukan oleh manusia adalahmurni kekuasaan dan perbuatan Tuhan. Manusia dalam halini tidak memiliki daya atau kebebasan dalam menentukanperbuatannya. Manusia ibarat mesin yang dikendalikan olehoperatornya. Dengan kata lain, iman menurut aliran ini adalahsebatas pengetahuan terhadap adanya Allah swt. Adapungerakan atau perbuatan tidak ada kaitannya dengan iman.Karena semua perkataan dan perbuatan manusia tersebutadalah perkataan dan perbuatan Tuhan.9 Paham ini jugaseringkali disebut sebagai kelompok determinisme murni yangtidak menempatkan manusia sebagai subyek bagi perbuatannyatetapi hanya sebagai media atau alat dalam proses terjadinyaperbuatan. Apa yang terjadi pada manusia adalah bentukintervensi Tuhan, manusia sama sekali tidak memiliki kuasauntuk memilih dan menentukan masa depannya sendiri.10 Jahmsendiri. Doktrin inilah yang melandasi pemerintahan awal BaniUmayyah dengan menjadikannya sebagai mazhab resmi negara.

9Abdul Qahir al-Bagdhadi, al-Farqu bain al-Firaq wa Bayân al-Firaq al-Nâjiyah(Cet.II; Bairut: Dâr al-Afaq al-Jadidah, 1977), h. 199.

10Abdul Qahir al-Bagdhadi, al-Farqu bain al-Firaq wa Bayân al-Firaq al-Nâjiyah,h. 199.

Page 133: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 125

Terkait dengan paham tersebut, Engineer mencontohkanbagaimana Muawiyah bin Abi Sufyan yang menjadi aktorintelektual dimulainya sistem monarki dalam sejarah peradabanIslam dan juga sekaligus menandai era baru pemerintahan Is-lam yaitu Bani Umayyah. Sistem monarki ini menggambarkanbahwa kekuasaan berpusat pada raja dan segala kebijakan yangkeluar dari raja adalah kebenaran dan tidak boleh dikritik karenaapa yang dititahkan sang raja adalah titah Tuhan. Jika rajamangkat, maka ia akan digantikan oleh penerusnya yangmemiliki garis keturunan yang sama dengan raja secara biologis,tanpa mempertimbangkan aspek kapabilitas dankompetensinya.11 Rakyat dalam hal ini tidak memiliki kebebasanuntuk memberikan hak suara dalam penentuan kebijakan,semuanya menjadi sentralistik yang berpusat pada kekuasaanraja. Singkatnya, rakyat tidak berdaya atau tidak memiliki kuasauntuk mengkritik pemerintah. Untuk melancarkan jalannyasistem seperti ini maka diperlukan landasan teologis yang bisamemperkuat otoritas penguasa atau dengan kata lainmemperkuat status quo. Berikut petikan dari Engineer yangmenggambarkan sistem monarki tersebut:

These monarchical or dictatorial regimes often survive byenforcing medieval theological formulations, which arebased not on core teachings of the Qur’an but on medievaltheological formulations and term it Islamisation ofpolitics. Thus, this legitimisation game by unpopular rulershas serious social and political repercussions of their own.These rulers then enforce measures which look anti-modern, anti-secular and anti-women and bring uponharsh criticism on Islam.12

11Uraian tentang pengertian monarki bisa dilihat pada Grolier, New Websters Dic-tionary (USA: Library Larosse, 1992), h. 249.

12Asghar Ali Engineer, “A New Approach of Islam Needed” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 07April 2015).

Page 134: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

126 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

Dalam konteks ini, menurut Engineer, pada masa awalpemerintahan Bani Umayyah terjadi perdebatan sengit antarakubu teologi yang menghendaki pilihan bebas (qadariyah ataufree will) dan kubu teologi yang menerima takdir Tuhan (jabariyahatau predestination). Perdebatan ini tidak hanya menyangkutpersoalan teologis, tetapi sudah merambah kepada wilayahkekuasaan politik.13 Bani Umayyah yang menjadikan jabariahsebagai mazhabnya tentu memiliki motif dan kepentingantertentu. Jabariah yang tidak memberikan kebebasan berkehendakkepada manusia secara tidak langsung telah “membunuh”kreativitas manusia dalam menentukan pilihan-pilihannya.Bahkan tidak jarang kelompok-kelompok yang berbeda dengankeyakinan khalifah akan berakhir dengan kematian. MisalnyaKhalifah Hisyam dari Bani Umayyah (724-743) pernahmemerintahkan untuk mengeksekusi Ja’d bin Dirham karenamengajarkan bahwa al-Qur’an diciptakan dan telahmengeksekusi Ghailan al-Dimasyqi karena mengembangkanajaran kehendak bebas. Begitupula pada masa Khalifah al-Mahdidan al-Hadi pernah menyalib sejumlah zindiq.14

Demikianlah konteks politik bani Umayyah yang tidakmemberikan ruang kepada masyarakatnya untuk berkreasidalam menentukan pilihan-pilihannya karena secara teologissemua pilihan-pilihan tersebut sudah ditentukan oleh Tuhan,manusia dalam hal ini tidak berdaya. Landasan teologis inilahyang dijabarkan oleh Bani Umayyah untuk memperkokohkekuasaannya, terutama di awal-awal pemerintahannya.15

Inilah yang dimaksud oleh Engineer bahwa salah satu misi dariteologi pembebasan adalah menghindari kemapanan (establish-ment) apakah itu kemapanan religius maupun politik.16 Apa

13Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam, h. 88.14Philip K. Hitti, History of The Arabs, h. 542.15Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 76.16Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 2.

Page 135: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 127

yang dilakukan Muawiyah bin Abi Sufyan kemudiandilanjutkan oleh anaknya, Yazid bin Muawiyah di awalpemerintahan Bani Umayyah di atas adalah upaya untukmelakukan kemapanan politik serta agama sehingga teologiyang dipahaminya tidak membuat dia membela kelompok yangtertindas, justru yang terjadi sebaliknya. Aliran teologi Jabariahini juga anti kritik karena menekankan sikap normativitas teologisehingga manusia tidak bebas menentukan nasibnya sendiri,termasuk tidak memiliki kebebasan untuk menentukan pilihanpolitik selain Bani Umayyah karena itu sudah menjadi takdirTuhan.17 Dalam konteks ini, teologi pembebasan menjadi terapidengan meletakkan takdir penentuan nasib manusia padamanusia sendiri.18

Bentuk hegemoni yang dilakukan oleh Bani Umayyah diatas melalui landasan teologi Jabariah bukan tanpa tantangan.Menurut Engineer, beberapa kelompok teologi lain yangmelakukan penolakan kepada kebijakan-kebijakan teologiMuawiyah misalnya sekte-sekte Syiah yang cenderung kepadaaliran Muktazilah seperti Zaid, pendiri Syiah Zaidiyah, yangmengadakan pemberontakan bersenjata terhadap Muawiyahadalah murid Washil bin Atha’ seorang tokoh Muktazilahterkemuka.19 Mereka tidak setuju dengan teologi Jabariah yangtidak memberikan kebebasan kepada manusia untukberkehendak.20

17Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam, h. 88.18Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 2.19Kedekatan Syiah Zaidiah dengan Muktazilah memang terekam dalam sejarah

sehingga Syahrastani mengatakan bahwa Syiah Zaidiyah berasal dari Muktazilah.Zaidiyah sendiri mengikuti jejak Muktazilah dalam persoalan akidah. Mereka lebihmemuliakan imam-imam Muktazilah daripada Imam-Imam Ahlil Bait dari SyiahImamiyah. Rasionalitas Syiah Zaidiyah juga berdampak kepada keberpihakannyakepada aliran fiqhi Abu Hanifah yang terkenal rasional. Namun pada saat-saat tertentu,ia juga mengikuti Imam Syafii dan kelompok-kelompok Syiah lainnya. Uraian lebihlanjut, lihat Neveen Abdul Khalik Musthafa, Al-Muaradhah fi Fikr al-Siyasi al-Islami,diterjemahkan oleh Ali Ghufron, Oposisi Islam (Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 290.

20Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 76.

Page 136: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

128 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

2. Teologi MuktazilahMuktazilah adalah salah satu warisan teologi Islam klasik

yang menjadi avant-garde pemikiran Islam yang progresif-revolusioner. Kemunculan teologi ini tidak bisa dilepaskan daripolemik antara kelompok Khawarij dan Murjiah tentang sta-tus orang yang berdosa besar. Kalau Khawarij menganggapbahwa orang yang berdosa besar tidak lagi dianggap mukmintetapi sudah menjadi kafir dan kemudian darahnya menjadihalal, sedangkan Murjiah masih menganggap orang tersebutmasih mukmin, tidak kafir, dan keputusan finalnya menunggudi hari perhitungan di depan Tuhan, maka Muktazilahmengambil jalan tengah, yaitu tempat antara mukmin dan kafiryang dikenal dengan al-manzilah bainal manzilatain (tempat diantara dua tempat).21 Terkait penamaan Muktazilah, palingtidak ada beberapa versi tentang hal tersebut, namun yang pal-ing terkenal adalah pemisahan Washil bi Atha’ dari pengajianHasan al-Basri atas pertanyaan dari seorang jamaah pengajianyang menanyakan status orang yang berdosa besar yang belumsempat dijawab oleh Hasan al-Basri. Washil mengatakan bahwaorang yang berdosa besar berada di antara dua titik yaitumukmin dan kafir. Setelah memberikan jawaban, Washilkemudian berdiri dan membentuk jamaah sendiri. Peristiwainilah yang menyulut lahirnya kalimat i’tazala anna (Washilmenjauhkan diri dari kita).22 Term i’tazala inilah yang kemudianterkenal menjadi Muktazilah.

Salah satu kritikan utama Engineer terhadap teologiMuktazilah adalah proses institusionalisasi teologi tersebut kedalam kekuasaan yang berlandaskan pemaksaan dan cenderungtidak membebaskan. Hal ini terlihat pada masa pemerintahanBani Abbasiah yang menjadikan Muktazilah sebagai mazhab

21Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal (Beirut: Darul Ma’rifah, 1404 H), h. 48.22Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h. 48.

Page 137: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 129

resmi negara banyak mendapatkan resistensi. KelompokMuktazilah melakukan tindakan represif dalam menjalankanajaran-ajarannya terutama paham mereka bahwa al-Qur’anbersifat makhluq dalam arti diciptakan dan bukan bersifat qadimatau kekal dan tidak diciptakan. Corak rasionalitas Muktazilahini juga mendapat tantangan keras dari golongan tradisionalIslam, terutama golongan Hanbali yang tidak setuju denganpemikiran liberal Muktazilah.23 Bahkan yang menarik padamasa pemerintahan Bani Abbasiah terutama pada masaKhalifah al-Makmun, bahwa proses penghakiman aliran teologiyang berseberangan dengan mazhab teologi resmi negara adalahtelah melalui proses institusionalisasi atau pelembagaan yangpopuler dengan nama lembaga mihnah. Hal yang belum pernahterjadi pada masa Bani Umayyah. Lembaga ini bertujuan untukmenguji loyalitas seseorang kepada Khalifah Makmun yangmemerintah pada waktu itu. Mereka yang menolak dihukumberat. Di sinilah Imam Ahmad bin Hambal menjadi korban yangpaling penting dalam sejarah karena keberanian dankegigihannya memperjuangkan pemikiran ortodoks-konservatifseperti al-Qur’an bersifat makhluk.24

Meskipun demikian, strategi yang dilakukan olehMuktazilah ini, bagi sebagian intelektual seperti Harun Nasution,dianggap sebagai suatu kewajaran karena sifat kekuasaan yangmemang berhak mengontrol dan memastikan pemerintahannyaberjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Hanya sajamenurut penulis, kritik Engineer terhadap Muktazilah terletakpada proses penegakan aturan yang dilakukan oleh penguasatersebut telah mencederai makna Islam yang membebaskan.

23Muhammad Abdul Adhim az-Zarqani, Mahahilul Irfân fî Ulûm al-Qur’an (Cet.I;Beirut: Darul Fikr, 1996), h. 13.

24Philip K. Hitti, History of The Arabs, h.542. Lihat juga Asghar Ali Engineer, Islamdan Pembebasan, h. 75.

Page 138: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

130 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

Agama telah dijadikan sebagai alat untuk menghabisi nyawasesama umat Islam, apalagi hal tersebut menimpa paraintelektual muslim.

Namun demikian, Engineer sendiri mengakui bahwa salahsatu warisan besar teologi Muktazilah yang dijadikan sebagailandasan utama dalam teologi pembebasan adalah kehendakbebas atau pilihan bebasnya dalam menentukan perbuatannya.Manusia menurut Engineer adalah makhluk yang bebas yangmenentukan masa depannya sendiri berdasarkan kalkulasi danhukum-hukum alam yang telah disiapkan oleh Tuhan. ArtinyaTuhan dalam teologi Engineer adalah Tuhan yang Maha Adildan tidak bersikap semena-mena kepada hambanya. Tuhanwajib memasukkan hambanya ke dalam surganya jikahambanya berbuat sesuai koridor yang telah ditetapkannya,serta Tuhan akan melemparkan manusia ke dalam neraka-Nyakalau hamba tersebut melenceng dan melanggar dari koridoryang sebenarnya. Pemahaman teologi Muktazilah inilah yangdipahami oleh Engineer dalam merumuskan teologipembebasannya sehingga mengembangkan teori determinismesejarah.25 Jadi, meskipun Engineer adalah seorang penganutSyiah Ismailiyah, tetapi dalam beberapa hal, justru ia dekat danakrab dengan teologi Muktazilah.

Penting dicatat, bahwa Muktazilah juga seringkali disebutsebagai penganut paham keadilan dan keesaan Tuhan.Kelompok ini diyakini sebagai wujud pengembangan dari aliranqadariyah (paham kebebasan manusia) yang tentu sajaberlawanan dengan aliran Jabariyah. Selain itu, Muktazilahmemiliki karakter penting dalam pengembangan pemikirannyayaitu paham rasionalitas.26 Peran akal sangat dominan dalammenginterpretasi ajaran-ajaran dasar Islam. Wahyu menurutnya

25Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 1-2.26Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h. 42.

Page 139: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 131

hanya menjadi pembenar terhadap produk-produk yangtelah dilahirkan oleh akal. Untuk menentukan baik danburuknya perbuatan, akal menurut teologi ini mampumengetahuinya tanpa bantuan wahyu.27 Singkatnya, teologiini memiliki kemampuan untuk menjadi solusi dalampengembangan ilmu pengetahuan.

Jadi, poin penting yang dikritik Engineer terhadap aliranMuktazilah adalah penggunaan teologi muktazilah sebagaijustifikasi untuk melanggengkan kekuasaan status quo. Prosespelanggengan kekuasaan tersebut dengan cara-cara yang tidakmembebaskan sebagaimana tergambar pada uraian di atasmenjadikan teologi tidak lagi berpihak kepada nilai-nilaikemanusiaan. Teologi justru membenarkan dan cenderungmelakukan pembiaran terhadap penindasan yang menimpakelompok-kelompok yang berseberangan dengan kebijakan parapenguasa. Singkatnya, menurut penulis, terjadi sikap dilematisdan ambiguitas dalam teologi Muktazilah. Di satu sisi, teologiini menghendaki terciptanya kebebasan manusia dalamberkehendak dan menjadi pilar utama teologi pembebasan,namun pada saat yang bersamaan, teologi ini justrumenciptakan ketidakbebasan manusia dalam memilih atauberkehendak. Selain itu, Engineer juga memandang bahwa tema-tema yang diperbincangkan oleh Muktazilah juga belumberorientasi terhadap peningkatan martabat kemanusiaanseperti melakukan pembelaan terhadap kelompok-kelompokmarginal atau kalangan tertindas. Konsep keadilan yangdidiskusikan oleh Muktazilah masih bersifat metafisika-ketuhanan. Padahal teologi pembebasan menghadirkanpembelaan terhadap orang-orang yang tertindas yang disertaidengan gerakan-gerakan konkret dalam rangka menciptakankeadilan pada masyarakat.

28Lihat Harun Nasution, Teologi Islam, h. 62.

Page 140: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

132 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

3. Teologi Ahlu as-Sunnah wal-JamâahInterpretasi para sejarawan dalam mendefinisikan

terminologi Ahlu as-Sunnah wal-Jamâah memang variatif. Adayang mengatakan bahwa term tersebut merujuk kepadakelompok teologi Asy’ariah dan Maturidiah sebagaimana yangdikatakan oleh Harun Nasution dalam berbagai literaturnya.28

Namun ada juga yang berpendapat bahwa term tersebut tidakterkait dengan dua kelompok teologi tersebut karena kelompokini sudah hadir sebelum munculnya teologi Asy’ariah.Kelompok Ahlus Sunnah wal-Jamaah diartikan sebagaikelompok pembela sunnah (baca: hadis) yang tidakmendapatkan tempat pada ajaran Muktazilah. Artinya, teologiini lahir sebagai respon terhadap ajaran Muktazilah yang tidakmenjadikan sunnah sebagai ajaran dasarnya. Sunnah atauhadis hanya bersifat komplementer dalam diskursus pemikiranIslam. Peran sunnah sebagai sumber ajaran Islam yang keduakalah dengan peran akal yang dijadikan sebagai referensiutama Muktazilah dalam membentuk ajaran-ajarannya.Sedangkan makna jamâah (konsensus) dalam pengistilahantersebut dimaknai sebagai mayoritas umat Islam yangberjumlah besar.29 Menurut Marylin Robinson Waldman,terminologi ahlu as-Sunnah wal-Jamaah mengarah kepada tigakelompok yang berbeda. Pertama, dalam bidang fiqhi,terminologi ini mengarah kepada empat mazhab besar, yaituAhmad bin Hanbal (780-855) yang selanjutnya disebut MazhabHanbali, Malik bin Anas (715-795) disebut Mazhab Malikiyah,Abu Hanifah (699-767), pengikutnya disebut MazhabHanifiyah, dan Muhammad bin Idris as-Syafii (767-820). Kedua,dalam bidang kalam atau teologi, terminologi Ahlu as-Sunnah

28Lihat Harun Nasution, Teologi Islam, h. 62.29Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari, al-Wajîz fî Aqîdah al-Salafi as-Shalih: Ahlu

Sunnah wal-Jamâah (Cet.I; Arab Saudi: Wazârah al-Syuûni al-Islmiah, 1422 H), h. 29.

Page 141: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 133

wal-Jamaah merujuk kepada pengikut Abu Hasan al-Asy’ari(w.935) dan pengikut Abu Mansur al-Maturidi (w.944). Ketiga,dalam bidang sufisme, terminologi ini menunjuk kepadamistisisme al-Ghazali (w.1111) yang telah menyempurnakan sisispiritualitas teologi Asy’ariah dan Maturidiah.30

Dalam konteks keindonesiaan, teologi ahlu as-Sunnah wal-Jamâah (aswaja) telah menjadi mazhab resmi organisasiNahdhatul Ulama (NU). Inilah sebabnya mengapa NU jugadikenal sebagai organisasi “tradisional” karena dia menjagatradisi atau sunnah Nabi sebagaimana yang terurai secara jelaspada konsepsi awal teologi ahlu as-Sunnah wal-Jamâah. Hanyasaja, menurut penulis, aswaja yang ada dalam tubuh NU telahmengalami transformasi paradigma sehingga muncul kesanliberalitas dan revolusioner teologi aswaja. Aswaja dalamkonsepsi NU telah mengalami lompatan makna yang tidakhanya menfokuskan wilayahnya pada aspek-aspek metafisika-ketuhanan, tetapi sudah menyentuh aspek pengembangan sosialkemasyarakatan. Misalnya, NU cabang Jawa Tengah telahmelahirkan buku Fiqhi Anggaran yang mengkritisi pola-poladistribusi anggaran APBD yang tidak berpihak kepadakelompok marginal atau pinggiran. Selain itu, NU dengan teologiAswajanya juga ikut berperan dalam pengurangan angkakemiskinan dengan melahirkan program ekonomi kerakyatanmisalnya penerapan dana bergulir kepada kelompok masyarakatmiskin. Begitupula yang terjadi dalam organisasi Muhammadiahyang meskipun secara langsung tidak menyebut aswaja sebagaiteologinya, tetapi dalam beberapa praktek teologinya, merekasangat dekat dengan teologi Asy’ariah. Mereka mengakui teorikasb (usaha) milik Asyariah dalam pemaknaan perbuatanmanusia. Tema teologi yang berkembang di Muhammadiah juga

30Marylin Robinson Waldman, “Sunnah” dalam Mircea Eliade (Ed.), The Encyclo-pedia of Religion (New York: Simon and Schuster Macmillan, 1995), h. 152.

Page 142: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

134 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

mengalami pergeseran makna. Artinya, mereka tidak hanyaberbicara konsep-konsep metafisika, tetapi sudah jauhmempraktekkan pendampingan kepada masyarakat dalam halpertanian. Seperti yang dilakukan oleh organisasi sayapnya, yaituMPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) yang berfokus padapembinaan masyarakat marginal dalam pengembangan danpeningkatan ekonomi mereka. Hanya saja, dalam konteks teologipembebasan Engineer, apa yang telah dilakukan oleh dua ormasini belum maksimal terutama kecenderungan kedua ormastersebut mengamini kebijakan-kebijakan penguasa meskipunkebijakan tersebut tidak berpihak kepada kelompok miskin.Begitupula aksi-aksi protes terhadap kebijakan pemerintah yangtidak berpihak kepada kelompok proletarian seperti peningkatanupah buruh sangat jarang dilakukan oleh kedua ormas tersebut.Hal-hal inilah yang menjadi perhatian teologi pembebasan.

Kembali kepada kritikan Engineer, ia mengatakan bahwateologi Asy’ariah memiliki kecenderungan fatalism atau Jabariah.Misalnya tentang perbuatan-perbuatan manusia tidaklahdiciptakan oleh manusia itu sendiri sebagaimana pahamMuktazilah, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Sehingga orang yangmenjadi kafir dan mukmin, tidak terlepas dari intervensi Tuhan.Meskipun Asy’ari, sebagai aktor Ahlu as-Sunnah wal-Jamaah,merefomulasinya dengan istilah kasb (daya) untuk menjelaskanperbuatan manusia. Hanya saja, daya tersebut tidak memberikanefek pada diri manusia.31 Artinya, perbuatan-perbuatan yangdilahirkan oleh manusia tetap mendapat intervensi dari Tuhanmeskipun persentasenya tidak totalitas seperti paham Jabariah.Inilah yang dimaksud oleh Engineer bahwa teologi Asy’ari inijuga sebenarnya berorientasi pada sikap fatalism yang padagilirannya tidak membawa misi pembebasan manusia dariberbagai belenggu.

31Al-Syahrastani, al-Milal wan-Nihal, h. 97.

Page 143: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 135

Terkait dengan sikap fatalism atau kepasrahan, Engineermencontohkan bagaimana makna kesabaran seringkalidisalahpersepsikan. Mereka memaknai kesabaran yangmelanggengkan kekuasaan status quo, padahal yang ditekankanadalah yang sebaliknya, yaitu kesabaran untuk tetap berjuanguntuk melakukan perubahan sosial. Kesabaran dalam menerimakondisi yang mapan merupakan candu yang menjadi ciri teologiIslam klasik pertengahan. Kesabaran dalam konteks sekarang,menurut Engineer, harus menjadi stimulus dalam mengadakanperjuangan perubahan sosial. Tentu saja ini paradigmakesabaran seperti ini dapat menjadi senjata psikologis yangsangat kuat dalam menghadapi segala kesulitan.32

Pergulatan aliran-aliran teologi Islam klasik di atasmenggambarkan bagaimana tema-tema pokok mereka masihberkutat pada persoalan-persoalan akhirat, belum menyentuhpada aspek realitas sosial manusia yang dihadapi pada waktuitu seperti kemiskinan, penindasan, serta keterbelakanganekonomi. Inilah salah satu kritikan Engineer, sebagaimanatergambar di atas, yang mengatakan bahwa teologi Islam klasikmasih berada dalam langit jingga konseptual belum membumi

dalam ranah realitas.33 Teologi pembebasan menawarkanteologi praksis yang tidak ahistoris serta kontekstual. Sebagaiseperangkat keyakinan dan dogma, teologi akan melintasisejarah dan eksis dalam konteks kesejarahan tertentu. Selainitu, tidak hanya tema-tema pokok teologi Islam klasik yangmenjadi obyek kritikan Engineer, tetapi cara dan modelpenerapan teologi klasik juga menjadi sasaran kritiknya. TeologiIslam klasik yang tergambar dalam dua pemerintahan di atascenderung melakukan hegemoni dan penindasan kepadakelompok atau pihak yang bertentangan dengan teologi

32Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 12.33Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 8.

Page 144: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

136 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

penguasa. Kondisi ini tentu saja menurut Engineer, tidakmenjadikan sisi liberatif atau pembebasan yang dimiliki olehsatu teologi. Padahal salah satu elemen teologi pembebasanadalah memainkan peranan dan membela kelompok yangtertindas dan tercabut hak miliknya, serta memperjuangkankepentingan kelompok dan membekalinya dengan senjataideologis yang kuat untuk melawan golongan yang menindas.34

Di sinilah peran teologi pembebasan Engineer yang tidak hanyamengkritisi obyek material dari teologi Islam yang hanyaterkonsentrasi pada pembicaraan tentang Tuhan tetapi jugakepada obyek formal yang dipergunakan oleh teologi terutamakarena keterkaitannya dengan kekuasaan. Dengan kata lain,pendekatan yang menjadi trend bagi mazhab teologi klasik masihbersifat tradisional.35

Terkait dengan hal tersebut, penulis memandang bahwaletak kritikan Engineer pada teologi Islam klasik adalah padaobyek material dan obyek formalnya. Engineer memandangbahwa sudah saatnya melakukan shifting paradigm dalammelihat obyek material teologi yang tidak hanya melihat darisisi persoalan metafisika ketuhanan tetapi juga mengarahkepada realitas kehidupan manusia di mana teologi eksis danbereksistensi. Meskipun tidak bisa dinafikan bahwamembicarakan teologi berarti memperbincangkan tentangTuhan dan tidak ada teologi tanpa Tuhan. Pendapat ini seiramadengan ungkapan yang mengatakan bahwa tidak adaantropologi tanpa manusia. Teologi tanpa Tuhan adalah sebuahcontradictio in terminis (kontradiksi dalam peristilahan). Memang

34Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 2.35Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 73. Obyek material teologi adalah

Tuhan itu sendiri sehingga semua konsep teologis terpusat pada obyek tersebut.Sementara obyek formalnya adalah pendekatan yang rasional dan menyeluruh untukmemahami Tuhan. Uraian lebih lanjut, lihat Muhammad Al-Fayyadh, Teologi NegatifIbnu Arabi, h. 8.

Page 145: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 137

benar kalau dikatakan bahwa bukan hanya Tuhan an sich yangmenjadi obyek material teologi, tetapi juga persoalan iman, dosa,eskatologi juga menjadi obyek material teologi.36 Namundemikian menurut Engineer, tema-tema ini masih belummenyentuh secara langsung problem sosial kemasyarakatansehingga teologi terkesan hanya sebagai dogma atau seperangkatritual dan tidak memiliki relevansi dengan realitas sosial yangmengitarinya.37

Selain itu, Engineer juga menganggap bahwa diperlukanrekonstruksi terhadap pendekatan yang dipergunakan olehtradisi teologi Islam klasik yang juga masih diasumsikan dalamdomain tradisional.38 Teologi pembebasan dalam hal inimenawarkan perlunya pengembangan sosiologi sebagaipendekatan dalam memahami teologi Islam.39 Engineer meyakinibahwa tidak satupun agama yang turun dari langit ke dalamruang yang hampa budaya dan sunyi dari realitas sosial. Tiap-tiap agama muncul di tengah masyarakat yang sarat dengannilai, etos, kebiasaan serta tradisinya. Dalam konteks ini, agamayang didalamnya ada teologi, idealnya memakai pendekatansosiologi yang secara khusus mempelajari kehidupan budayadan realitas sosial manusia.40

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Engineer menggambarkanbagaimana progresivitas-revolusioner teologi Islam klasik justrulahir dari sekte-sekte Syiah seperti Zaidiah dan Ismailiyah.

36Muhammad Al-Fayyadl, Teologi Negatif Ibnu Arabi, h. 67.37Asghar Ali Engineer, “Reconstruction of Islamic Thought” http://

andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 06April 2015).

38Asghar Ali Engineer, “A New Approach of Islam Needed” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 07April 2015).

39Asghar Ali Engineer, On Developing Theology of Peace in Islam, diterjemahkanoleh Rizqon Hamami, Liberalisasi Teologi Islam: Membangun Teologi Damai dalam Islam(Cet. I; Yogyakarta: Alenia, 2004), h. 170.

40Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam, h. 170.

Page 146: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

138 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

Progresivitas itu tidak lahir dari teologi yang hanyamemperbincangkan aspek-aspek metafisika ketuhanan tanpamemberi perhatian terhadap realitas sosial manusia seperti yangtergambar pada uraian sebelumnya. Semua aliran teologi tersebuttidak memiliki landasan revolusioner dan terkenal dekat dengankekuasaan dan cenderung mempertahankan status quo. Sementaraaliran atau teologi yang berjuang melawan penindasan daripenguasa akan melahirkan teologi pembebasan yang revolusioneryang memiliki komitmen memperjuangkan hak-hak orang yangtertindas. Antara lain teologi yang dimaksud adalah Khawarij,Muktazilah, Syiah Ismailiyah, Qaramithah, Zaidiah.41 Namunpenulis hanya akan mengurai tiga kelompok teologi saja yaituKhawarij, Syiah Ismailiyah dan Qaramitah.

B. Sampel Teologi Pembebasan

1. Khawarij sebagai teologi anti status quoMenurut Engineer, salah satu aliran teologi yang memiliki

sifat revolusioner serta mengakui adanya kebebasanberkehendak adalah khawarij.42 Mereka sangat menentang Imamal-jaur (penguasa tiran). Menjadi oposisi terhadap penguasayang zalim serta melakukan perlawanan terhadap dinasti yangotoriter adalah bagian integral dari teologi khawarij. Selain itumereka juga menentang aturan-aturan yang bersifat dinastik(dynastic ruler) dan meyakini kesamaan hak di antara umat Is-lam, serta menegaskan bahwa syarat untuk menjadi pegawaipemerintahan tidak didasarkan pada kesukuan atau daerahasal.43 Dengan kata lain, khawarij dalam konsep ketatanegaraan

41Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 76.42Kata khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama ini dinisbahkan

kepada barisan yang keluar dari pihak Ali karena mereka tidak setuju dengan peristiwatahkim pada perang Siffin antara pihak Ali dan Muawiyah. Uraian lebih lanjut lihatJohn Alden Williams, “Kharijis” dalam Mirchea Elliade (Ed.), Encyclopedia of Religion,Vol. II (New York: Mcmillan, 1987), h. 288.

43Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 17.

Page 147: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 139

sudah berlawanan dengan mazhab monarki pada waktu itu.Mereka sudah menerapkan azas-azas demokratis dalampemilihan Imam atau khalifah. Menurutnya, yang berhakmenjadi khalifah bukan hanya dari suku Quraisy saja, bahkanbukan hanya orang Arab, tetapi siapa saja yang sanggup asalorang Islam, sekalipun ia hamba sahaya yang berasal dariAfrika. Semuanya berhak untuk memilih pemimpin dansekaligus berhak untuk dipilih menjadi pemimpin.44 Khalifahyang terpilih akan terus memegang jabatannya selama iabersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Hanya saja, kalauseorang khalifah menyeleweng dari ajaran Islam maka ia wajibdijatuhkan atau dibunuh.45 Konsep khawarij ini tentu sajamerupakan langkah maju dalam konsep ketatanegaraan Islamyang pada waktu itu yang masih terbilang baru. Keterbukaanmereka kepada suara arus bawah dan keberpihakan merekakepada azas kesetaraan dan kesamaan dalam berpolitikdianggap sebagai langkah revolusioner teologi pada waktu itu.Argumen yang mereka bangun dalam memperkuat gerakanrevolusionernya adalah komitmen atas prinsip-prinsip amarmakruf nahi mungkar, perkataan benar, jihad, memutuskansesuai apa yang diturunkan oleh Allah swt dan tidak menurutihawa nafsu.46 Pendekatan yang revolusioner tentu saja menjadihal yang baru dalam konteks politik Islam pada waktu itu.Menurut Engineer, Khawarij telah menjabarkan pandangan-

44Adonis, Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam, h. 247.45Dalam konteks ini, Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab dianggapnya

sebagai representasi dari pemerintahan Islam yang adil dan merakyat, sementarapemerintahan Usman, khususnya 7 tahun terakhir masa pemerintahannya diyakinioleh Khawarij telah keluar dari dari ajaran Islam dan dianggap kafir. Begitu pulamasa pemerintahan Ali bin Abi Thalib dianggap telah keluar dari mainstream ajaranIslam yang sebenarnya setelah peristiwa tahkim atau arbitrase dan berujung kepadakekafiran Ali. Hal yang sama terjadi pula pada Muawiyah, Amr bi Ash, Abu Musaal-Asy’ari, semuanya dinilai sebagai orang-orang kafir yang halal darahnya. Uraianlebih lanjut John Alden Williams, “Kharijis”, h. 288. Lihat juga Harun Nasution,Teologi Islam, h. 14.

46Neveen Abdul Khalik Musthafa, Oposisi Islam, h. 264.

Page 148: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

140 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

pandangannya tentang keadilan dan persamaan darikecenderungan murni Islam yang sosialistik.47

Engineer mengatakan bahwa meskipun sekte khawarijmendapat stigma negatif dari Sunni maupun Syiah, namundalam praktisnya khawarij telah mengembangkan teologirasional yang tidak hanya memperbincangkan aspek-aspekmetafisika ketuhanan tetapi juga menekankan pentingnyakeadilan dan kesetaraan dalam pemerintahan. Dengan kata lain,penindasan yang dilakukan oleh khalifah yang zalim harusdilawan dengan melakukan revolusi atau gerakan.48 Tampaknyateologi yang dipahami oleh khawarij tidak hanya padaterkonsentrasi pada tataran teoretis tetapi teologi dapatmembumi dalam kehidupan praktis. Dengan kata lain, maknapembebasan yang ada dalam teologi pembebasan untukmelepaskan manusia dari berbagai belenggu ketidakadilan danhegemoni kediktatoran khalifah menemukan momentumnya.

Menurut Engineer, pemihakan khawarij kepada kelompokyang tertindas dengan melakukan perlawanan terhadappemerintahan tiranik lewat revolusinya membuktikan bahwakhawarij tidak hanya gerakan keagamaan, tetapi juga menjadigerakan politik sekaligus gerakan ekonomi kerakyatan. MenurutMahmud Ismail, sebagaimana dikutip oleh Engineer, khawarijmerupakan hasil dari kontradiksi ekonomi yang mengiringikontroversi di sekitar problem imamah (kepemimpinanmasyarakat muslim). Kontradiksi-kontradiksi ini yangmengakibatkan munculnya sekte khawarij yang menekankanaspek keadilan kolektif seperti yang ditekankan oleh Islam.49

Keadilan kolektif ini menurut Engineer adalah hal baru dalamdiskursus teologi Islam klasik. Keadilan tidak hanya

47Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 79.48Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 80.49Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 79. Lihat juga Agus Nuryatno,

“Asghar Ali Engineer’sViews on Liberation Theology”, h. 15.

Page 149: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 141

membicarakan perdebatan atas konsep keadilan Tuhan tetapimengarah kepada keadilan yang dekat dengan realitas sosialmanusia.50 Keadilan yang dibentuk oleh proses historisitas Is-lam yang terkait dengan politik dan kekuasaan. Inilah yangmenyebabkan mengapa khawarij begitu menekankanpentingnya pemimpin atau imam yang adil dalamkepemimpinan Islam karena dapat membentuk keadilankolektif. Kalau seorang pemimpin tidak berbuat adil ataumenindas rakyatnya maka rakyat harus turun tanganmenjatuhkannya lewat revolusi.

Sepanjang sejarahnya, khawarij memang konsistenmelakukan perjuangan dan revolusi melawan imam yangdzalim. Keruntuhan Bani Umayyah tidak bisa dilepaskan dariperan kelompok khawarij. Pemberontakan demi pemberontakanyang dilakukannya membuat kelompok ini seringkalidinisbahkan dengan kata “pemberontakan”.51 Apalagi kalaukhalifah atau imam yang dzalim berbuat sewenang-wenangkepada rakyatnya tentu tidak akan lepas dari kritik danpenyerangan kelompok khawarij. Pemberontakan atau revolusimenurut khawarij hukumnya wajib jika jumlah penentangpemimpin yang dzalim mencapai empat puluh orang. Menurutmereka, jumlah ini adalah batasan as-syarah, yaitu orang-or-ang yang membeli surga dengan jiwanya. Keempat puluh or-ang ini wajib memberontak dan melakukan revolusi sampai matiatau sampai mampu menegakkan agama Allah danmenghancurkan orang kafir serta orang-orang dzalim.52

Konsistensi inilah yang membuat Engineermenggolongkannya sebagai salah satu sampel teologi

50Lihat juga Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineer’sViews on Liberation Theol-ogy”, h. 19.

51John Alden Williams, “Kharijis”, h. 288.52Neveen Abdul Khaliq Musthafa, Oposisi Islam, h. 264.

Page 150: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

142 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

pembebasan yang anti kemapanan atau anti status quo.53 Di saatteologi Islam klasik yang lain sibuk memperdebatkan soal-soalmetafisika, khawarij sudah melakukan langkah progresif dalammelihat problem umat Islam pada waktu itu yang terbelengguoleh kekuasaan yang ingin mempertahankan status quo. Inilahyang mesti diapresiasi, menurut Engineer, dari gerakan politikkhawarij yang memiliki komitmen pembelaan terhadappersamaan, keadilan sosial, dan keluar dari lingkup arabisme kelingkup Islam yang ramah sehingga sejumlah besar dari golonganMawali (kaum budak yang telah dimerdekakan) banyakmenganut pemikiran Khawarij persis setelah insiden Nahrawan.54

Meskipun demikian, tidak bisa dinafikan bahwa khawarijjuga sarat dengan stigma negatif. Kebencian yang berlebihanterhadap penguasa yang berseberangan dengan teologinyamembuat kelompok ini begitu ekstrem dan terkesan frontaldalam melakukan tindakan revolusinya. Sehingga hampirsemua pemberontakan-pemberontakan yang dilakukannyatidak berbuah positif. Hal ini pertama disebabkan karenakhawarij miskin manajemen, bercorak spontanitas, dan terlaluberlebihan dalam berevolusi.55 Sebenarnya pandangan negatifkepada khawarij sudah muncul di awal-awal kemunculannya.Misalnya Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip oleh Neveen AbdulKhaliq, tidaklah haruriyah (khawarij) lebih mengetahui hukumdari orang Yahudi dan Nashrani. Mereka semua adalah sesat.Pendapat-pendapat khawarij dikritik dan dihancurkan oleh

53Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 8054Insiden Nahrawan adalah pemberontakan yang dilakukan oleh khawarij kepada

pihak Ali bin Abi Thalib yang berlangsung pada tanggal 17 Juli di sungai Nahrawan.Penyerangan ini lebih sebagai pembantaian secara besar-besaran kepada pihak khawarijdibandingkan perang antara pihak Ali dan khawarij. Tragedi ini begitu berbekas padabenak kelompok khawarij. Setelah tiga tahun berselang pasca peristiwa ini, Ali kemudiandibunuh oleh seorang khawarij yang bernama Ibnu Muljam al-Muradi di pintu masjidKufa sebagai bentuk balas dendam dari tragedi pembantaian Nahrawan. Uraian lebihlanjut, lihat John Alden Williams, “Kharijis”, h.288. Lihat juga Neveen Abdul KhaliqMusthafa, Oposisi Islam, h. 268.

55Neveen Abdul Khaliq Musthafa, Oposisi Islam, h. 268.

Page 151: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 143

khalifah Umar bin Abdil Azis. Bahkan dalam konteks sekarang diabad modern, Syaik Abu Zahrah menyebut mereka fanatik,berpandangan sempit, berpihak pada satu pemikiran saja,mengklaim hadis-hadis berasal dari Rasul karena membutuhkanjustifikasi gerakannya dan cenderung sangat tekstual dalam melihatayat-ayat al-Qur’an tanpa mempertimbangkan kontekstual ayat.56

Bahkan tuduhan yang paling menarik adalah pandangan yangmenganggap teologi khawarij sangat revolusioner dalam sejarahperadaban Islam hanya berasal dari orientalis dan pemikir muslimmodern. Antara lain, Orientalis Jerman seperti Julius Wellhausen(1844-1918), memang sangat memuji khawarij dengan mengatakanbahwa teologi khawarij sudah keluar dari pakem al-Qurra yaitu or-ang Islam yang hanya menghafal al-Qur’an tetapi tidakmengamalkannya. Khawarij menurutnya telah mengamalkankeimanannya melalui nasehat dan pengamalan musyawarah dalampersoalan-persoalan masyarakat yang diharuskan dalam corakkhilafah keislaman. Begitupula pemikir Muslim modern seperti UmarAbu Nashr dalam bukunya Al-Khawariju wa al-Islam mengapresiasiteologi khawarij karena sumbangsihnya pada perkembanganpemikiran Islam, seperti prinsip-prinsip dalam pemilihan bebasterhadap khilafah dan pencopotan khalifah jika melenceng dariajaran Islam. Bahkan ia mengatakan bahwa teologi khawarij telahmenginspirasi revolusi industri dan sosial di Barat.57

Tuduhan lain yang menarik adalah sikap non kompromistisyang dimiliki oleh khawarij membuat kelompok ini begitu mudahterpecah ke dalam berbagai golongan. Sejarawan mencatatnyabahwa khawarij memiliki kurang lebih 20 sekte.58 Masing-masing

56Neveen Abdul Khaliq Musthafa, Oposisi Islam, h. 276.57Neveen Abdul Khaliq Musthafa, Oposisi Islam, h. 278.58Pendapat ini didukung oleh al-Bagdadi, sementara al-Syahrastani mengatakan

bahwa khawarij terpecah menjadi 18 belas sekte. Lain lagi dengan al-Asy’ari yangmenganggap bahwa pecahan khawarij lebih banyak lagi. Hanya saja, tidak semuasekte memiliki peran besar dalam lintasan sejarah peradaban Islam. Menurut orientalis,sekte khawarij yang besar hanya ada 3 yaitu Azarikah, Sufriyah dan Ibadiyah. JohnAlden Williams, “Kharijis”, h. 288.

Page 152: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

144 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

sekte memiliki imam.59 Hanya saja menurut Engineer, sikap nonkompromistis tersebut bisa berdampak positif terhadapkonsistensi dan komitmen pemimpin Islam dalam menjalankanroda pemerintahan yang adil dan merakyat. Sikap keraskhawarij terhadap pemerintah yang mempertahankan statusquo dengan melakukan pemberontakan dan revolusi menjadibahan Engineer untuk pengembangan teologi pembebasannya.Tentu saja, apa yang dilakukan oleh khawarij tidak semuadimiliki oleh aliran atau teologi Islam klasik lainnya. Ini jugamenjadi salah satu kritikan Engineer kepada teologi Islam klasiklainnya yang tidak memiliki energi pembebasan dari berbagaibelenggu yang sengaja diciptakan oleh imam atau khalifah padamasa Islam klasik. Teologi pembebasan menjadi kebutuhan saatini, demikian kata Engineer, suatu teologi yang meletakkantekanan berat pada kebebasan, persamaan dan keadilandistribusi dan menolak keras penindasan, penganiayaan daneksploitasi manusia lainnya.60

2. Teologi Progresif Syiah IsmailiyahMenurut Engineer, teologi Syiah Ismailiyah layak juga

menjadi alternatif teologi progresif dalam tradisi teologi Islamklasik. Warisannya bisa menjadi bahan dalam pengembanganteologi pembebasan.61 Teologi Syiah Ismailiyah sendiri terbentukkarena konflik yang terjadi dalam tubuh Syiah Istna Asyariah,yaitu ketika mereka mempersoalkan Imamah setelah Ja’farShadiq. Ismailiyah mengatakan bahwa Imamah tersebut jatuh

59John Alden Williams, “Kharijis”, h. 288. Sikap non kompromistis khawarij inimenggambarkan bahwa mereka memiliki sikap dan watak yang keras. MenurutHarun Nasution, kondisi ini disebabkan karena kaum khawarij pada umumnyaberasal dari orang-orang Arab Badui yang hidup di padang pasir yang tandus.Faktor geografis inilah yang membuat kaum khawarij bersifat sederhana baik carahidup maupun pemikiran, tetapi keras hati serta berani dan bersikap merdeka sertatidak bergantung pada orang lain. Lihat Harun Nasution, Teologi Islam, h. 15.

60Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 80.61Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 79.

Page 153: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 145

kepada puteranya, Ismail yang memiliki kecenderunganrevolusioner dan bukan kepada Musa al-Kadzim yang mengikutijejak Ja’far Shadiq dengan menjauhi revolusi sebagai jalanperubahan.62 Pemikiran revolusioner Ismailiyah terpengaruh olehtradisi-tradisi filsafat. Revolusi mereka bersifat sosial denganpendukung dari orang-orang Arab dan Mawali.63 Faktor-faktorinilah yang membuat Engineer menjadikan Ismailiyah sebagaisampel teologi pembebasannya yang menekankan kepadaperubahan sosial yang lebih baik. Perjuangan yang dilakukanoleh Ismailiyah dengan mengembangkan organisasi bawah tanahyang sangat solid dengan suatu hirarki fungsional menambahspirit teologi ini sebagai sampel teologi pembebasan pada waktuitu. Teologi ini juga mengembangkan sintesa pemikiran Islam danYunani yang membuat teologi ini berbeda dengan teologi klasikpada waktu itu.64

Hanya saja, misi revolusi teologi Ismailiyah dan pembelaanterhadap orang-orang yang tertindas berhenti seiring denganberkuasanya teologi ini pada Dinasti Fatimiah di Afrika BaratLaut yang kemudian dikenal sebagai Fatimiah Ismailiyah.Bahkan menurut Engineer, semangat revolusi mereka lambatlaun memudar sampai hilang sama sekali. Bahkan merekamenjadi alat pembenaran kebijakan-kebijakan para penguasayang tiranik.65 Tidak hanya perubahan arah gerakan Ismailiyah

62Pendapat yang berbeda yang penulis temukan dalam karya Philip K Hitti, bahwapada awalnya Ja’far Shadiq (Imam keenam) telah menunjuk Muhammad bin Ismailsebagai imam penerusnya, tetapi karena melihat sifat-sifat Ismail yang serakah dan sukamabuk-mabukan, ia mengubah keputusannya dengan menunjuk anaknya yang lain yaituMusa al-Kadzim sebagai penerusnya. Mayoritas mengakui bahwa Musa al-Kazhim lahyang menjadi penerus Ja’far Shadiq terutama Syiah Itsna Asyariah yang memangpopulasinya lebih banyak dibandingkan dengan dua kelompok Syiah yang lain, Ismailiyahdan Zaidiah. Namun bagi Syiah Ismailiyah, persoalan mabuk-mabukan tidaklahmenggugurkan status Muhammad bin Ismail sebagai Imam ketujuh yang juga dikenalsebagai Syiah Sab’iyah. Muhammad bin Ismail tetap diyakini sebagai Imam Mahdi atauimam yang ditunggu. Uraian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 560.

63Neveen Abdul Khaliq Musthafa, Oposisi Islam, h. 295.64Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 77.65Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineers View on Liberation Theology”, h. 17.

Page 154: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

146 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

yang mengalami pergeseran seiring dengan berkuasanya padaDinasti Fatimiah, tetapi juga doktrin atau konsep imamahterutama tentang al-Mahdi atau Imam al-Muntazhar (yangditunggu) juga mengalami perubahan. Khalifah pertama,Ubaidillah al-Mahdi billah (873-934), pada Dinasti Fatimiahtidak hanya mengklaim diri sebagai Imam tetapi jugamempersonifikasi diri sebagai al-Mahdi. Jadi semua urusan al-Mahdi atau Imam yang ditunggu diselesaikan oleh khalifahUbaidillah. Setelah ia mangkat, ia kemudian mengangkatanaknya menjadi khalifah yang dia beri gelar sebagai al-Qaimyang juga seringkali diasosiasikan sebagai al-Mahdi atau Imamyang ditunggu. Doktrin ini tentu berlawanan dengan SyiahIsmailiyah sebelum masa Dinasti Fatimiah yang meyakini bahwaImam Mahdi adalah Muhammad bin Ismail yang merupakananak dari Ja’far Shadiq, menjadi Imam ketujuh dalam urutanimam mereka. Muhammad bin Ismail diyakini tidak meninggal,tetapi ia akan tampil di publik di akhir zaman untukmenyatakan kebenaran yang sebenarnya.66

Dalam sistem kepercayaan Ismailiyah, seperti di dalamfilsafat Pythagoras, angka tujuh diyakini memiliki makna yangsakral. Kelompok tujuh membagi seluruh peristiwa kosmis danhistoris ke dalam tujuh periode. Dalam kepercayaan kosmogonignostik mereka, yang sebagian didasarkan atas pandangan Neo-Platonisme. Tahap-tahap emanasi meliputi tujuh tahap: (1)Tuhan; (2) Akal universal; (3) Jiwa universal; (4) Materi utama;(5) Ruang; (6) Waktu; (7) Dunia dan manusia. Dunia inidiberkahi dengan turunnya tujuh nabi yang berbicara yaituAdam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad dan Muhammadal-Tamm, putra Ismail. Di antara periode ketujuh nabi yangberbicara, terdapat nabi-nabi yang diam dan berasal dari

66Wilfred Madelung, “Shiism: Ismailiyah”, dalam Mirchea Elliade (Ed.), Encyclo-pedia of Religion, Vol. II (New York: Mcmillan, 1987), h. 256.

Page 155: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 147

manusia biasa seperti Ismail, Harun dan Ali. Sejajar denganmereka ada beberapa tingkatan lain yang lebih rendah, disusundalam bilangan tujuh atau dua belas yang merupakan parapemimpin dakwah dan para pendakwah biasa (dai).67

Aliran Ismailiyah merupakan kelompok teologi yang pal-ing berhasil menggunakan perangkat-perangkat propagandapolitik-agama yang paling halus dan efektif sepanjang sejarahIslam. Dari tempat pengasingan, mereka mengirim dai-dai keberbagai wilayah muslim mendakwakan ajaran mereka yangbersifat batiniah (esoterik).68 Strategi inilah yang membuat En-gineer simpatik terhadap teologi ini dalam kaitannya denganteologi pembebasan. Engineer memandang bahwa gerakanteologi ini sangat rapi dan solid dalam menyebarkan ajarannya.Ajarannya tidak hanya mengupas persoalan-persoalanmetafisika tetapi telah merambah pada realitas kehidupan umatIslam pada waktu itu yang dilandasi penafsiran batin terhadapal-Qur’an.69 Menurut teologi Ismailiyah, al-Qur’an harusditafsirkan secara alegoris dan kebenaran agama bisadidapatkan melalui penelusuran batin yang ditutup oleh bentukluar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kebenaran al-Qur’andari orang yang tidak layak mendapatkannya. Dengan penuhkewaspadaan dan kerahasiaan, setiap pengikut baru dibaiatuntuk mengucapkan sumpah setia untuk mendakwakan ajaranesoterik, termasuk beberapa ajaran yang susah dimengerti,seperti penciptaan dunia melalui emanasi dari esensi Tuhan,transmigrasi jiwa, imanensi ilahi dalam diri Ismail dan harapanbahwa ia segera kembali sebagai Mahdi. Proses inisiasi dilakukanmelalui tujuh hingga sembilan tahapan.70

67Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 560.68Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 561.69Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 77.70Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 561.

Page 156: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

148 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

Tampak dari teologi Syiah Ismailiyah di atas inginmenempatkan teologi dalam realitas sosial manusia. Tuhan tidakhanya menjadi transenden dalam pengetahuan teologi ini, tetapijuga Tuhan menjadi imanen dalam diri manusia seperti yangterjadi pada diri Muhammad bin Ismail sebagai Imam Mahdi.Penulis tidak akan melihat lebih jauh bangunan teologinya,tetapi yang menjadi perhatian adalah bagaimana teologi inidibangun atas kerangka problematika yang dihadapi oleh umatIslam pada waktu itu dengan memobilisasinya untuk melakukanperlawanan terhadap pemerintah dinasti Abbasiah. Dai-daiyang dikirim tidak hanya berfungsi sebagai referensi spiritualtetapi juga sebagai pembela kelompok-kelompok mereka darisegala ketertindasan. Hal ini juga yang membuat mereka sangatselektif dalam menerima keanggotaan teologi Syiah Ismailiyah.Dalam konteks ini, Engineer juga menempatkan teologi inisebagai teologi revolusioner yang terus melakukan perjuanganmelawan penindasan. Meskipun pada akhirnya, teologi ini jugatidak sepenuhnya bisa menjadi oposisi setelah terbentuk menjadiDinasti Fatimiah. Namun semangat revolusionernya kemudiandikembangkan oleh pecahan Ismailiyah yaitu teologi qaramitah.

3. Teologi Revolusioner Qaramithah

Engineer mengatakan bahwa teologi qaramithah adalahbagian dari teologi revolusioner yang cukup ekstrem.71

Kelompok ini adalah pecahan dari Syiah Ismailiyah. NamaQaramithah sendiri dinisbahkan kepada Hamdan al-Qarmat(w.933),72 salah seorang da’i dari Syiah Ismailiyah yang hidupdi salah satu daerah yang ada di Kufa. Hamdan diberi gelar al-Qarmat karena dia memiliki kaki yang pendek dan mata yang

71Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 79.72Terminologi al-Qarmat sendiri sedikit membingungkan. Ada yang mengatakan

bahwa term tersebut bukan istilah Arab, tetapi dari bahasa Aramaik yang berarti“guru rahasia”. Setidaknya itu kesan dari Philip K. Hitti yang dikutipnya dari sejarahIslam At-Tabari. Uraian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 562.

Page 157: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 149

merah.73 Belakangan nama ini kemudian menjadi terkenalsebagai salah satu sempalan dari Syiah Ismailiyah yang terkenaldengan semangat revolusinya.74 Hamdan Qarmat adalah mu-rid dari Abdullah (w.874), salah seorang dai Syiah Ismailiyahyang paling berhasil dalam sejarah Syiah yangmengkampanyekan gerakan esoterik atau batiniyah. Hamdansendiri terkenal sebagai murid yang cerdas dan cerdik. Iamampu meramal dengan membaca susunan dan gerakperbintangan bahwa orang Iran akan mendapatkan kembalikekuasaan atas bangsa Arab.75

Ajaran prinsip dari qaramitah adalah doktrin atas kehadiranMuhammad bin Ismail, sebagai Imam ketujuh, di akhir zamansebagai al-Mahdi atau imam yang ditunggu (al-muntazhar). Padatitik ini, ajaran teologi ini persis sama dengan teologi Ismailiyah.Qaramitah menggambarkan perbedaan yang fundamental antarayang dzahir (exoteric) dan yang batin (esoteric). Kalau yangpertama berkaitan dengan aspek eksternal ajaran Islam danmemaknai ayat-ayat al-Qur’an secara dzahir, maka yang keduaterkait aspek hakikat dalam ajaran Islam yang dikenal denganbatiniah. Qaramitah sendiri berusaha menformulasikan sintesabaru antara akal dan wahyu yang didasari oleh kosmologineoplatonisme dan ajaran syiah. Perpaduan ini melahirkan duniabaru dibawah bimbingan seorang imam yang menyerupai filsafatPlato. Perpaduan ini terungkap jelas pada ensiklopedia merekayang terkenal yaitu rasail ikhwan safa.76

Menurut Engineer, qaramitah bergerak menuju ke titikekstrem yang lain dalam mengembangkan teologi revolusioner.

73Wilfred Madelung, “Hamdan Qarmat”, The Encylopedia Iranica Online, 2003.www.iranicaonline.org. (diakses pada tanggal 24 April 2015)

74Ismail K Poonowala, “Qaramitah” dalam Mirchea Elliade (Ed.), Encyclopedia ofReligion, Vol. II (New York: Mcmillan, 1987), h. 126.

75Uraian lebih lanjut, lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 562.76Ismail K Poonowala, “Qaramitah”, h. 127.

Page 158: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

150 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

Mereka melawan semua bentuk ritual, bahkan gerakan yangpaling ekstrem yang dilakukan oleh teologi ini adalah melepaskanbatu suci hajar aswad dari tempatnya di Mekkah, dan barumengembalikannya setelah lebih kurang enam bulan setelahditekan oleh kalangan muslim ortodoks. Yang menarik dari teologiqaramitah adalah perlawanan terhadap institusi kepemilikanpribadi dan mereka memilih tinggal di dalam camp-camp di daerahrendah Mesopotamia. Mereka telah melakukan beberapaeksperimen tentang pemilikan kolektif tetapi hasilnya tidakmaksimal. Landasan teologi ini dibangun karena terkait dengankondisi sosial ekonomi mereka yang sangat bergantung pada hasilkebun yang dikelola secara bersama-sama.77 Kondisi ini bisadilihat dari mayoritas pengikut qaramitah ini adalah pekerja-pekerja perkebunan yang hidup berpindah-pindah. Bahkan at-Tabari mengatakan, sebagaimana dikutip Ismail K Poonowala,teologi qaramitah diisi oleh para petani dan tukang kebun yangtinggal di pedesaan. Bahkan dukungan teologi ini juga sebagianberasal dari dari orang Arab Badui.78 Hamdan Qarmat sendiridianggap sebagai pemimpin spiritual mereka yang mampumenggerakkan pekerja-pekerja perkebunan tadi untukmelakukan perlawanan terhadap khalifah pada waktu itu yangtidak memihak kepada buruh-buruh proletarian tersebut.79

Komitmen terhadap revolusi tersebut membuat qaramitahmelepaskan diri dari Syiah Ismailiyah yang mereka anggap telahkeluar dari garis khittah perjuangan sebelumnya. Qaramitahmemandang bahwa visi dan misi perjuangan Syiah Ismailiyahberubah setelah mereka membentuk kekuasaan DinastiFatimiyah. Mereka tidak lagi memiliki semangat revolusisebagaimana perjuangan awalnya. Perhatian mereka

77Ismail K Poonowala, “Qaramitah”, h. 126.78Ismail K Poonowala, “Qaramitah”, h. 126.79Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 78.

Page 159: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 151

terkonsentrasi pada bagaimana mengkonsolidasikankemenangan serta menumpuk harta sebanyak-banyaknya.Kebijakan-kebijakan Dinasti Fatimiah yang di dalamnya adateologi Syiah Ismailiyah cenderung moderat dan mencari titik-titik aman dalam mengelola pemerintahan.80 Faktorinkonsistensi inilah yang disayangkan oleh qaramitah sehinggamereka memantapkan diri untuk berpisah dari Ismailiyah.Kekuasaan tidak boleh menghalangi perjuangan untuk melawanpenindasan yang telah dilakukan oleh Abbasiah terhadapkelompok Syiah. Konsistensi perjuangan dan revolusi dalammelawan penguasa yang tiranik adalah keharusan bagi teologiini. Alasan inilah yang membuat pengikut dan pendukungteologi ini berasal dari rakyat kecil yang selama ini mendapatpenindasan dari elite penguasa baik dari Bani Abbasiah maupundari Dinasti Fatimiah.81

Uraian di atas menjadi indikasi bagaimana konsistensiperjuangan qaramitah dalam melawan penindasan yang biasanyadilakukan oleh penguasa yang zalim. Menurut Engineer, salahsatu contoh ulama sufi yang juga menjadi anggota gerakanqaramitah ini adalah Mansur al-Hallaj (858-922) yang dihukumgantung oleh rejim Abbasiah. Ia terlibat dalam konspirasi untukmenjatuhkan kekuasaan Abbasiah. Dalam dakwaannya, iadituduh melakukan korespondensi rahasia dengan kelompokqaramitah dan surat-surat itu dibacakan ketika ia diadili dipengadilan Abbasiah. Namun yang paling penting menurut En-gineer, al-Hallaj, selain sebagai seorang sufi, ia juga berprofesisebagai arsitek dalam memperjuangkan persoalan kelompokburuh kecil.82 Tentu saja tidak banyak teolog atau sufi pada waktuitu yang berprofesi ganda sebagaimana Mansur al-Hallaj ini yang

80Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 78.81Ismail K Poonowala, “Qaramitah”, h. 126.82Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 78.

Page 160: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

152 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

beraliran teologi qaramitah. Ia bahkan digelari juga sebagai revolu-tionary writer (penulis revolusioner). Dengan kata lain, teologi tidakhanya mengurus persoalan metafisika ketuhanan tetapi teologijuga memperbincangkan sekaligus melindungi buruh-buruh kecilyang ada di persawahan dan perkebunan.

Terkait dengan teologi, qaramitah memang lebih majudibandingkan dengan teologi Islam klasik lainnya. Merekamenginterpretasi al-Qur’an dengan tafsir alegoris.Perumpamaan-perumpamaan atau simbol-simbol yang adadalam al-Qur’an ditafsirkannya secara batiniah. Dari sinikemudian penafsiran mereka sangat mendalam dan luas. Selainitu, teologi yang mereka kembangkan sangat menjunjung tinggiprinsip-prinsip egalitarian terutama terkait dengan hak-hakindividu. Terlihat bagaimana mereka mengorganisir para pekerjadan pengrajin ke dalam serikat kerja (shinf) untuk mendapatkanhak-hak mereka dalam satu industri. Melalui serikat buruh ini,mereka mengadakan gerakan-gerakan revolusioner untukmelawan penguasa yang otoriter. Gerakan mereka memantikpara pekerja-pekerja lain untuk ikut bergabung dalam gerakanqaramitah ini. Teologi mereka menjanjikan kehidupan yang lebihbaik dimana keadilan dan persamaan menjadi karakternya.83

Perkembangan gerakan sarikat buruh ini, menurut Massignon,sebagaimana dikutip oleh Philip K Hitti, telah mencapai wilayahBarat serta memengaruhi pembentukan serikat-serikat pekerjadan gerakan freemasonry84 di Eropa.85 Keberpihakan qaramitahini kepada kelompok-kelompok pekerja kecil yang membuat

83Ismail K Poonowala, “Qaramitah”, h. 127.84Organisasi adalah jaringan persaudaraan yang menjunjung tinggi kebebasan

berpikir. Organisasi ini biasanya hadir di setiap negara yang biasanya diinisiasi olehpekerja keras yang menuntut keadilan dan kebebasan berpikir. Asal usul merekatidak jelas. Ada yang mengatakan bahwa organisasi ini muncul pada akhir abad 15dan awal abad 16. Organisasi ini sangat tertutup dan tidak dilandasi oleh ideologidan teologi tertentu. Tujuannya hanya menciptakan keadilan dan persamaan hakindividu dihadapan negara.

85Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs, h. 563.

Page 161: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik 153

Engineer simpatik terhadap teologinya. Hal ini penting bagiEngineer dalam merumuskan teologi pembebasannya. Teologiperkebunan atau teologi yang memihak kepada kelompok tanidan tukang kebun juga menjadi bahan dalam mengisi teologipembebasannya. Jiwa revolusioner teologi ini telahmenginspirasi gerakan-gerakan sosial lain baik yang ada di timurmaupun yang ada di Barat.

Meskipun gerakan revolusioner teologi Qaramitah telahmenginspirasi banyak gerakan-gerakan sosial, tetapi gerakanteologi ini telah berkembang menjadi gerakan yang paling jahatdalam sejarah politik Islam. Mereka tidak segan-seganmenumpahkan darah musuh-musuhnya bahkan jika merekamuslim kalau tidak sependapat dengan teologinya. Mereka telahmenjadi ancaman serius pemerintahan Bani Abbasiah yangberaliran sunni serta menebarkan teror di daerah Irak selatanserta memotong rute-rute perjalanan ibadah haji. Antara abadkesepuluh dan kesebelas, para pengikut Qaramitah menyerangSuriah dan Irak dari markas-markas mereka sehingga keduadaerah tersebut tenggelam dengan darah. Bahkan penguasaKhurasan yang jaraknya lebih jauh seperti Yaman setelahmelihat Qaramitah, menetapkan keadaan darurat.86

Demikianlah kritik Engineer terhadap teologi Islam klasikyang menurutnya masih fokus pada tema-tema metafisikaketuhanan, dan tidak memberi perhatian yang besar terhadapaspek pembebasan manusia dari berbagai ketertindasanterutama dari penguasa-penguasa dalam lintasan sejarahperadaban Islam. Engineer mengadopsi sisi-sisi pembebasan daritiga aliran teologi klasik di atas sebagai sampel teologipembebasannya. Teologi yang anti status quo danmembebaskan kelompok-kelompok buruh yang tertindas karena

86Ismail K Poonowala, “Qaramitah”, h. 127. Lihat juga Philip K. Hitti, History ofthe Arabs, h. 563.

Page 162: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

154 Kritik Asghar Ali Engineer Terhadap Teologi Klasik

kekuasaan politik yang berlebihan. Meskipun diakui bahwatiga sampel teologi di atas tidak terlepas dari pro dan kontraterhadap ajaran-ajaran teologi yang dibawanya, tetapi palingtidak, teologi tersebut di atas telah memperbincangkanpersoalan-persoalan riil kehidupan umat Islam pada waktuitu sekaligus mempraktekkannya dalam berbagai bentukgerakan perlawanan terhadap penguasa tiran. Tentu saja inimenjadi catatan penting dimana teologi Islam klasik yang laintidak memperbincangkannya. Prinsip-prinsip egalitariandalam ketatanegaraan diwujudkannya begitu pula sistempemilihan khalifah tidak lagi bersifat monarki absolut.Semuanya telah berlandaskan pada prinsip-prinsip demokrasimeskipun masih terbatas. Begitupula keadilan yang dimaksudbukan hanya menceritakan tentang keadilan Tuhan tetapikeadilan yang dimaksud adalah keadilan yang dekat denganrealitas sosial manusia. Sifat revolusioner dan progresif teologiIslam klasik di atas baik pada tataran ide maupun padagerakan telah menginspirasi berbagai gerakan sosial di berbagaibelahan dunia lainnya.

Namun demikian, menurut penulis, sifat progresivitas danrevolusionitas satu teologi juga sangat bergantung pada sistemtauhid yang diyakininya. Sejalan dengan hal tersebut, menarikuntuk disimak uraian berikut bagaimana tauhid menjadi bagianvital dan integral dalam menentukan dimensi liberatif teologi.Tauhid kemudian menjadi barometer dalam membingkai teologipembebasan Engineer. Sejauh mana teologi tersebut akanberkait kelindan dengan energi pembebasan akan dikupas padauraian berikut. [*]

Page 163: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 155

BAB V

KONSTRUKSI TEOLOGI PEMBEBASANASGHAR ALI ENGINEER DAN

TAWARANNYA TERHADAP PROBLEMATIKATEOLOGI ISLAM

Bab ini mengurai konstruksi teologi pembebasan Engineerserta tawarannya terhadap berbagai problematika teologi Is-lam dalam konteks kekinian. Menurut penulis, setidaknya adatiga elemen penting teologi pembebasan Engineer yang menjadi“baju baru” konstruksi teologi pembebasannya. Ketiga haltersebut adalah tauhid, gerakan, dan keadilan. Tiga skematersebut mengarah kepada tiga orientasi pembebasan, yaitukemiskinan, konflik antar umat beragama dan penindasanterhadap perempuan. Seperti diurai pada uraian sebelumnya,bahwa faktor kemiskinan telah melandasi lahirnya teologipembebasan di Amerika Latin. Demikian halnya di Asia,meskipun bukan faktor dominan, kemiskinan juga telah menjadifaktor penting dalam teologi pembebasan, termasuk apa yangtelah dirumuskan oleh Engineer. Selain itu, konflik religiusitasjuga telah mewarnai teologi pembebasan Engineer terutamaterkait ketegangan antara Hindu dan Islam yang acapkali terjadidi India. Poin lain yang tak kalah pentingnya adalah posisidan status perempuan yang juga menjadi perhatian utamateologi pembebasan Engineer. Tiga entitas tersebut akan menjaditema sentral pada bab ini yang ditutup dengan kritik penulis

Page 164: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

156 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

terhadap teologi pembebasan Engineer. Kritik penulis dalam halini adalah respon terhadap analisis teologi pembebasan Engi-neer yang memerlukan pengayaan metodologi dan pembacaanyang realistis terhadap konteks kekinian.

A. Elemen-Elemen Dasar Teologi Pembebasan AsgharAli Engineer

1. Tauhid sebagai EpisentrumSalah satu tema sentral dalam kajian teologi pembebasan

adalah konsep tauhid.1 Konsep ini menjadi akar persoalandalam perumusan teologi pembebasan. Jika konsep ini salahdipahami maka akan melahirkan teologi yang tidak berpihakkepada gerakan pembebasan. Inilah yang penulis maksudkansebagai episentrum. Sejatinya, terminologi episentrum dimaknaisebagai titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus diatas pusat gempa yang ada di dalam bumi.2 Terkait dengan haltersebut, tauhid harus ditegakkan dengan tegak lurus dalamkonteks teologi pembebasan karena ia menjadi titik pusat yangmenentukan orientasi satu teologi.

Menurut Engineer, doktrin tauhid menempati posisi sentraldalam Islam. Ia menjadi core dan jantung Islam. Doktrin initerefleksi pada kalimat lâ ilâha illallah (tidak ada Tuhan selainAllah). Kalimat ini tidak hanya melahirkan konsekuensi agama,tetapi juga menyangkut konsekuensi sosio-ekonomi. NabiMuhammad dalam “mengampanyekan” kalimat lâ ilâha illallahtidak hanya menegasikan berhala-berhala yang dianggapsebagai tuhan-tuhan masyarakat Arab pada waktu itu, tetapijuga menolak secara tegas pengakuan adanya kekuatan atauotoritas dibalik berhala-berhala tersebut serta kekuasaan yang

1Terminologi tauhid berasal dari bahasa Arab yang akar katanya wahada, artinyaesa atau satu. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi keesaan Tuhan.

2KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) versi terbaru (diakses lewat playstoreandroid)

Page 165: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 157

dibentuk secara sosial dan ekonomi. Yang disebut terakhirseringkali menjadi elemen penting dalam menciptakanpenindasan terutama kelompok masyarakat biasa yang tidakmemiliki basis ekonomi yang kuat.3 Dengan kata lain, menurutEngineer, sebagaimana dikutip oleh Agus Nuryatno, doktrin lâilâha illallah memiliki dua dimensi yang saling terkait satu samalain. Dimensi pertama terkait dengan aspek keagamaan atauspiritualitas, sementara dimensi kedua merupakan aspek sosio-politik. Nabi tidak hanya membebaskan masyarakat dari aspekketuhanan yang menyesatkan tetapi juga membebaskanmanusia dari praktek sosial, politik, dan ekonomi yanghegemonik.4 Engineer dalam hal ini mengutip pendapat AhmadAmin, seorang intelektual Mesir yang memberikan penafsiranterhadap kalimat lâ ilâha Illallah sebagaimana berikut:

Orang yang berkeinginan memperbudak sesamanya berartiingin menjadi Tuhan, padahal tiada Tuhan selain Allah; orangyang berkeinginan menjadi tiran, berarti ingin menjadiTuhan, padahal tiada Tuhan selain Allah; penguasa yangberkeinginan merendahkan rakyatnya berarti ingin menjadiTuhan, padahal tiada Tuhan selain Allah. Kita menghargaimanusia apa pun keadaannya dan darimana pula asalnya,asal bisa menjadi saudara bagi sesamanya… Demokrasi,sosialisme dan keadilan sosial dalam makna yangsesungguhnya akan dan semakin berjaya karenamengajarkan persaudaraan, dan ini merupakan salah satukonsekuensi dari kalimat syahadat, tiada Tuhan selain Allah.5

Pandangan Engineer di atas relevan dengan pendapat AliSyariati bahwa tauhid bukan hanya mengandung prinsip-prinsip pokok dalam Islam seperti iman akan risalah dan HariPeradilan tetapi tauhid juga melandasi dimensi-dimensi yanglain. Tauhid adalah dasar kehidupan individual dan sosial

3Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineers View on Liberation Theology”, h. 37.4Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineers View on Liberation Theology”, h. 38.5Kutipan langsung dari Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 11.

Page 166: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

158 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

seorang muslim. Artinya segala kegiatan dan hubunganmanusiawi, politik, ekonomi, sastra atau artistik seharusnyategak di atas titik pusat tauhid. Tauhid memberikan satu arahtunggal, dan ia menjamin kesatuan semangat di antara parapenganutnya.6 Dengan kata lain, tauhid tidak saja memberikankepastian, perasaan aman, dan ketenangan batin kepadamanusia, ia juga menjadikannya untuk bertanggung jawabterhadap kesejahteraan dirinya dan masyarakat yang laindengan memberikan arti dan kepada eksistensinya. Tauhidmencakup semua manifestasi keyakinan agama dalamkehidupan spiritual maupun material manusia.7

Menurut Engineer, teologi pembebasan dalam memaknaitauhid tidak hanya mengenai keesaan Allah swt sebagaimanapemahaman teologi tradisional, tetapi tauhid juga bermaknakesatuan manusia dalam berbagai hal. Teologi pembebasanmembentengi manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dalambentuk suku, agama dan ras yang bisa menciptakan manusiaterkotak-kotak sehingga manusia kemudian tidak memilikikesatuan. Dengan kata lain, ada perbedaan stratifikasi sosialyang membuat manusia berada dalam tingkatan-tingkatankelas. Engineer mengatakan bahwa masyarakat tauhid yangsejati dapat menjamin kesatuan sempurna di antara manusiadan untuk mencapainya perlu membentuk masyarakat tanpakelas (classless society). Keesaan Allah mengharuskan kesatuanmasyarakat (unity of mankind) dengan sempurna, danmasyarakat demikian tidak mentolerir pembedaan dalambentuk apapun, bahkan pembedaan kelas sekalipun. Tidak akanterjadi solidaritas iman yang sejati kecuali segala bentukperbedaan suku, agama, kelas dan ras dihilangkan.8

6Abdul Azis Sachedina, “Ali Syariati, Ideolog Revolusi Iran” dalam John L.Esposito (ed.), Dinamika Kebangunan Islam: Watak, Proses dan Tantangan, terjemahanBakri Siregar, Voices of Resurgent Islam (Cet. I; Jakarta: Rajawali, 1987), h. 246.

7Abdul Azis Sachedina, “Ali Syariati, Ideolog Revolusi Iran”, h. 247.8Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 94.

Page 167: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 159

Konsep tauhid di atas sangat dekat dengan semangat al-Qur’an untuk mencapai keadilan dan kebajikan (al-‘adlu wa al-ihsân). Engineer mengutip QS al-Hujurat/49 :13) sebagaimanaberikut:

Terjemahnya:13). Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamudari seorang laki-laki dan seorang perempuan danmenjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orangyang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orangyang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya AllahMaha mengetahui lagi Maha Mengenal.9

Menurut Engineer, ayat di atas menggambarkan bagaimanamewujudkan keadilan dan kebajikan tidak boleh dilandasi olehdiskriminasi dalam berbagai bentuk. Selama dunia masih terbagimenjadi negara-negara berkembang di satu sisi, dan kelas yangmenindas-tertindas di sisi yang lain, kesatuan manusia yangsebenarnya tidak akan mungkin tercapai. Oleh karena itu,tauhid merupakan iman kepada Allah yang tidak bisa ditawar-tawar di satu sisi, dan konsekuensinya adalah menciptakanstruktur yang bebas eksploitasi di sisi lain. Sehingga tauhid yangbermakna bagi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari dua haltadi.10 Dengan kata lain tauhid yang dimaksudkan dalamteologi pembebasan tidak hanya berakar dari keesaan Tuhantetapi juga kesatuan masyarakat. Pada titik ini, Engineer

9Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 745.10Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 11-12.

Page 168: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

160 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

berusaha menformulasi tauhid dalam kerangka praktis danberhubungan langsung dengan realitas kehidupan manusia.Tafsir tauhid ini relevan dengan istilah tauhid sosial yangdimaknai sebagai dimensi praksis dari resiko keimanan kepadaAllah Yang Esa. Istilah ini kemudian dikembangkan oleh SyafiiMaarif sebagai teologi pemberdayaan masyarakat. Satu teologiyang tidak hanya sibuk mengurus soal-soal yang ghaib tetapijuga memberi atensi terhadap soal-soal kongkret yang terkaitdengan realitas sosial.11

Doktrin tauhid yang menegaskan keesaan Allahmemerlukan dimensi sosial, politik, ekonomi, iptek dankebudayaan. Tanpa mengaitkannya dengan dimensi-dimensitersebut, maka aspek pembebasan dari ketertindasan akan sulitditemukan. Prinsip egaliter adalah salah satu dimensi sosialdalam doktrin tauhid yang membebaskan manusia dari berbagaibentuk pemasungan dan penindasan terutama kepadakelompok masyarakat yang tidak memiliki power.12 MenurutEngineer, dalam konteks teologi pembebasan, tidak hanya aspeksosio-ekonomi yang menjadi tema sentralnya, tetapi jugadibicarakan psiko-sosial. Dalam Islam, dikenal konsep sabar yangseringkali disalahpahami sebagian besar umat Islam. Sabarterkadang diartikan sebagai justifikasi atas ketidakmampuanseseorang untuk melawan penindasan dengan menyerahkansegala urusannya kepada Tuhan. Sabar menjadi keyakinanteologis bahwa segala penindasan yang menimpanya adalahsebuah takdir yang tidak bisa dihindari. Interpretasi tentangsabar inilah yang dimaksud oleh Engineer melanggengkan sta-tus quo dan sangat dibenci oleh teologi pembebasan.13 Karenasalah satu misi teologi pembebasan adalah melawan

11Syafii Maarif, Islam: Kekuatan Doktrin dan Kegamangan Umat (Cet. I; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1997), h. 3.

12Syafii Maarif, Islam: Kekuatan Doktrin dan Kegamangan Umat, h. 9-10.13Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 12

Page 169: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 161

pemerintahan yang memapankan status quo.14 Kesabaran itusendiri dituntut pada saat berjuang untuk melakukanperubahan sosial. Ia menjadi energi positif dalam melakukanperubahan dalam rangka pembebasan bahkan ia bisa menjadisenjata psikologis yang powerful dalam menegakkan tauhid.15

Kesabaran inilah yang dimiliki oleh para Nabi dalammenegakkan tauhid keesaan Tuhan dan penciptaan kesatuanmasyarakat yang adil. Dalam terminologi Ali Syariati,kesabaran ini adalah “kearifan” atau kebijaksanaan yangmenjadi pendorong para nabi dalam menegakkan tauhidserta menjadikannya sebagai reformis moral agung dunia.Tauhid menyempurnakan kesadaran etika dalam manusia.Melalui kearifannya, manusia secara rasional bereaksiterhadap lingkungannya dengan menciptakan tanggungjawab yang diperlukan pada dirinya untuk menghasilkansuatu tatanan sosial yang adil.16 Dalam bahasa yang sedikitkeras, Ali Syariati mengatakan tauhid atau akidah Islam tidakhanya menjadi “tumpukan informasi ilmiah keagamaan” ataudalam istilah Sayyid Quthb sebagai “terpenjara dalam hati”,tetapi tauhid sejatinya menjadi kekuatan yang bergulatdengan pengalaman historis.17

Selain itu, menurut Engineer, dalam tauhid, struktur sosialyang menindas harus diubah sehingga menjadi lebih adil yangtentu saja harus dibarengi dengan perjuangan yang terkadangmeminta pengorbanan.18 Misi inilah yang dilakukan oleh paranabi dalam membebaskan umatnya dari berbagai belenggu.Perjuangannya tidak hanya terkait dengan reformasi tauhidyang terkait dengan keesaan Tuhan tetapi juga berkaitandengan misi pembebasan umat dari ketertindasan. Misalnya,

14Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 1-2.15Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 12.16Abdul Azis Sachedina, “Ali Syariati, Ideolog Revolusi Iran”, h. 247.17Afif Muhammad, Dari Teologi ke Ideologi, h. 98.18Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 12

Page 170: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

162 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Nabi Musa as digambarkan oleh al-Qur’an sebagai pembebasbangsa Israel yang ditindas Firaun. Bangsa Israel sebagaikelompok yang tertindas dan dilemahkan di muka bumi. NabiMusa adalah seorang pemimpin yang berjuang untukmembebaskan kaumnya dari kelompok-kelompok mapan yangmenindas. Ia membebaskan dari berbagai macam monopoli danperbudakan. Nabi Musa secara khusus meminta kepada Firaununtuk menghentikan penindasan dan membiarkan bangsaYahudi bebas dari berbagai macam bentuk eksploitasi.Perlawanan Nabi Musa kepada Firaun tentu meninggalkanberbagai pengorbanan bagi Nabi Musa sendiri serta bangsa Is-rael yang terkadang mengancam nyawa mereka.19 Selain NabiMusa as, Nabi Isa as juga disamping berjuang menegakka tauhidkeesaan Tuhan, bentuk pembebasan yang dilakukan adalahmenyelamatkan umatnya dari penindasan dalam bentukperbudakan yang dilakukan oleh bangsa Romawi. Umatnyakemudian menjadi bangsa yang bebas dan terhormat.20

Begitu pula Nabi Muhammad saw yang tidak hanyamembebaskan manusia dari keberhalaan menuju tauhid keesaanTuhan tetapi juga melepaskan manusia dari belenggu sosial,budaya dan ekonomi. Penindasan-penindasan tersebut yangterjadi pada masyarakat Mekkah bertalian dengan aspekketauhidan mereka.21 Nabi telah menciptakan masyarakat yangberperadaban berdasarkan kitab suci dari langit, mengajarkanprinsip-prinsip egaliter, keadilan dan kasih sayang terhadapsemua.22 Artinya, tauhid yang bermakna keesaan Tuhan tidakbisa dilihat secara an sich, tetapi harus dilihat secarakomprehensif dengan mengaitkannya dengan dimensi-dimensi

19Lihat Gamal al-Banna, Relasi Agama dan Negara (Cet.I; Jakarta: Tim MataairPublishing, 2006), h. 337. Lihat juga Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 96.

20Lihat Gamal al-Banna, Relasi Agama dan Negara, h. 337.21Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 41.22Lihat Gamal al-Banna, Relasi Agama dan Negara, h. 337.

Page 171: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 163

lain. Inilah yang dimaksud oleh Ali Syariati sebagai nidhâm al-tauhîd (sistem yang berdasarkan kesatuan).23

Singkatnya, menurut penulis, teologi pembebasan Engineertelah menjadikan tauhid sebagai titik episentrumnya. Tauhidmenjadi sentra dari semua persoalan yang ada dalam Islam.Hal ini tampak bagaimana Islam pertama kali menyapamasyarakat Arab dengan misi penegakan tauhid. Ayat yangpertama kali turun sangat jelas membenarkan pernyataantersebut. Ini juga menjadi misi prioritas Nabi Muhammad dalamrangka memperbaiki tatanan ketauhidan masyarakat Arab padawaktu itu yang masih diliputi oleh tradisi animisme danpoliteisme serta menata ulang praktek ekonomi yang dikuasaioleh para kapitalis-kapitalis masyarakat Arab pada waktu itu.Dalam konteks ini, Engineer kemudian merekonstruksi maknaAllâhu Akbar yang tidak hanya melambangkan “supremasi”Tuhan terhadap segala sesuatu, tetapi Allâhu Akbar jugabermakna bahwa seseorang tidak boleh melakukan praktekdominasi dan hegemoni terhadap orang lain karena semuamanusia sama di hadapan Allah swt.24 Dengan kata lain,praktek diskriminasi dalam berbagai hal melanggar maknaAllâhu Akbar yang mengisyaratkan Allah sebagai Yang MahaBesar. Tafsir Engineer terhadap makna Allâhu Akbar ini tentusaja sangat revolusioner. Efek yang dilahirkan dari maknatersebut tidak hanya menegaskan kepada kesucian dankemahabesaran Tuhan, tetapi juga berdampak kepadapenguatan aturan dalam kohesi sosial bahwa tidak boleh adakelas-kelas sosial yang melahirkan diskriminasi. Sekali lagitampak bagaimana Engineer selalu ingin menempatkan teologidalam konteks kemanusiaan. Terkait dengan hal tersebut,menarik untuk menyimak uraian berikut yang mencoba

23Abdul Azis Sachedina, “Ali Syariati, Ideolog Revolusi Iran”, h. 247.24Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineers View on Liberation Theology”, h. 42.

Page 172: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

164 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

mengelaborasi Iman sebagai formulasi teologi humanis yangmenjadi inti dari teologi pembebasan.

2. Dari Teologi ke GerakanEngineer mengatakan bahwa teologi pembebasan harus

memiliki landasan iman yang kuat. Hanya saja iman dalamperspektif Engineer tidak sederhana sebagaimana yangdipahami pada umumnya. Iman tidak hanya sekedarmempercayai Tuhan, tetapi iman menurutnya melandasiperjuangan yang keras dalam upaya menciptakanmasyarakat yang berkeadilan. Sesuai dengan namanya, imanberasal dari bahasa Arab yang merupakan derivasi dari kataâmana yang artinya selamat, damai, perlindungan, dapatdiandalkan, terpercaya dan yakin. Menurut Engineer, imanyang sebenarnya akan mengimplikasikan semua hal-haltersebut. Dengan kata lain, orang yang beriman pasti dapatdipercaya. Tanpa dilatarbelakangi dengan iman, kata-katadan gagasan hanya akan berarti bagi dirinya sendiri. Engi-neer dalam hal ini terkontaminasi oleh ide Erich Fromm yangmengatakan bahwa “kata dan pola pikir itu berbahayakarena akan memperbudak orang lain karena bisa denganmudah berubah menjadi kekuasaan yang disembah padahalkehidupan harus bersandar pada kebenaran.” Di sinilahperan iman yang bisa membuat kata dan pola pikir menjadibermanfaat, bukannya menjadi struktur yang menindas.Orang yang beriman juga berusaha menciptakan kedamaiandan ketertiban, dan memiliki keyakinan terhadap semua nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan.25

Jika dibuka lembaran sejarah teologi Islam klasik, makakonsep iman telah menjadi bahan diskusi dan perdebatan diantara mereka. Bagi kalangan teologi muktazilah, iman bukanlahtasdîq (membenarkan), bukan pula ma’rifah tetapi iman adalah

25Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 12.

Page 173: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 165

melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Perintah Tuhan yangdimaksud di sini bukan hanya yang terkait dengan kewajibantetapi juga yang bersifat sunnat. Dengan kata lain, muktazilahmenempatkan efek dari keimanan kepada Tuhan yaituperbuatan menjadi inti dari iman. Ia menjadi entitas pentingdari iman karena ia adalah wujud dari keimanan.26 Muktazilahtidak ingin memisahkan antara iman dan amal. Keduanya harussaling berkait kelindan.27 Lain lagi dengan teologi Asy’ariah,iman bukanlah amal atau ma’rifah, tetapi iman adalah tasdîq.Menurut teologi ini, manusia dapat mengetahui kewajiban ituhanya melalui wahyu. Wahyulah yang mengatakan danmenerangkan kepada manusia, bahwa ia berkewajibanmengetahui Tuhan, dan manusia harus menerima kebenaranberita ini. Oleh karena itu, teologi ini memahami bahwa imanadalah tasdîq bi Allah. Tasdîq tentang adanya Tuhan, rasul-rasuldan berita yang mereka bawa. Tasdîq ini tidak sempurna jikatidak disertai dengan pengetahuan. Hanya saja pengetahuanini tidak timbul kecuali dengan bantuan wahyu.28

Senada dengan Asy’ariah, teologi Maturidiah golonganBukhara juga berpendapat bahwa akal tidak dapat sampai kepadakewajiban mengetahui adanya Tuhan, iman tidak bisa mengambilbentuk ma’rifah atau amal sebagaimana pendapat Muktazilah,tetapi iman merupakan tasdîq. Iman menurut teologi ini adalahmenerima dalam hati dengan lidah bahwa tidak ada Tuhan selainAllah dan bahwa tidak ada yang serupa dengan Dia. Hal yangberbeda dengan teologi Maturidiah golongan Samarkand yangmenganggap bahwa akal dapat mengetahui kewajiban mengetahuiTuhan. Teologi ini mengatakan bahwa Iman adalah mengetahui

26Keterkaitan antara iman dan amal shaleh dapat dilihat dalam beberapa ayatdalam al-Qur’an. Antara lain QS Ali Imran/03:57 ; QS an-Nisa/04: 57 ; QS Hud/11:23; QS al-A’raf /07:42; QS al-Maidah/05:07. Semua ayat ini menunjukkanbagaimana iman dan amal perbuatan menjadi satu elemen yang tidak bisa dipisahkan.

27Harun Nasution, Teologi Islam, h. 147.28Harun Nasution, Teologi Islam, h. 148.

Page 174: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

166 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Tuhan dan ketuhanan-Nya, ma’rifah adalah mengetahui Tuhandengan segala sifatnya dan tauhid adalah mengenal Tuhan dalamkeesaan-Nya. Teologi ini berkeyakinan bahwa iman harus melebihitasdîq yaitu iman dan amal.29

Merujuk kepada perbedaan teologi di atas tentang konsepiman, penulis memandang bahwa iman perspektif Engineer lebihdekat dengan konsep Muktazilah yang menekankan pada amalatau perbuatan manusia yang merupakan konsekuensi dariiman. Selain pengaruh Muktazilah, Engineer juga terpengaruholeh Sayyid Quthb yang juga mengatakan bahwa pengakuanatas Allah sebagai Tuhan belumlah disebut iman, tetapi barumerupakan wujud dari iqrâr. Ia masih harus disertai denganpembuktian dalam bentuk ketundukan terhadap syariat yangditetapkan-Nya. Itu pula sebabnya ketika manusia diturunkanke dunia sebagai khalifah Tuhan, disitu perjanjian denganTuhan diperbarui dengan menambahkan syarat bahwapengakuan atas ketuhanan Allah mesti disertai denganmengikuti petunjuk-Nya. Petunjuk inilah yang disebut olehSayyid Quthb sebagai manhaj atau pedoman.30

Terkait pemikiran modern Islam, pendapat ini selarasdengan apa yang dikatakan oleh Farid Esack (l.1959),sebagaimana dikutip oleh Agus Nuryatno, melihat bahwa imanpaling tidak memiliki tiga interpretasi yang berbeda. Pertama,iman itu dipergunakan untuk menegaskan keesaan Tuhan,meyakini adanya hari kiamat dan kenabian Muhammad saw.Kedua, iman juga bisa dijabarkan dalam konteks kehidupanmasyarakat Islam, dan ketiga, iman adalah perjuangan yangberlangsung terus-menerus untuk membumikan keesaan Tuhandalam konteks perbuatan manusia.31

29Harun Nasution, Teologi Islam, h. 148.30Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’an (Juz VII; Beirut Dar al-Syuruq, 1980), h. 836.31Agus Nuryatno, “Asghar Ali Engineers View on Liberation Theology”, h. 42.

Page 175: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 167

Menurut Engineer, dalam konteks teologi pembebasan, imantidak hanya berimplikasi kepada hal-hal yang bersifat metafisik,tetapi iman juga berefek kepada konsekuensi-konsekuensi sosialkemasyarakatan. Ia mengatakan bahwa orang-orang yangmengaku beriman kepada Allah dan menunjukkan kesalehanmereka tetapi mencabut hak-hak anak yatim dan orang miskinbukanlah mukmin sejati. Untuk menjadi mukmin sejati, menurutEngineer, seseorang harus turut memberikan andil terhadappembentukan masyarakat yang adil dengan jalan memeliharaanak yatim, orang-orang yang tertindas, dan orang-orang yangterpinggirkan. Dalam tradisi teologi Islam pada abadpertengahan, para teolog-teolog menekankan pentingnyapemberian sedekah, tetapi dalam masyarakat modern, teologipembebasan harus menginterpretasikannya dalam modelpemberian sarana untuk membentuk suatu struktur sosial yangdemokratik, dengan menekankan distribusi yang sama darisemua sumber yang tersedia.32

Rekonstruksi makna iman yang dilakukan oleh Engineer diatas juga berimplikasi kepada redefinisi makna kâfir sebagaiantonim dari iman. Kâfir dalam perspektif Engineer, tidak hanyabermakna ketidakpercayaan religius, seperti pemahaman teologitradisional, tetapi secara tidak langsung juga menyatakanperlawanan dan penentangan terhadap terhadap sistem danmasyarakat yang adil dan egalitarian serta menjadi bagian daribentuk penindasan dan eksploitasi.33 Jadi, orang-orang kâfiradalah orang yang tidak percaya kepada Allah dan secara aktifmenentang usaha-usaha yang jujur untuk membentuk kembalimasyarakat, penghapusan penumpukan kekayaan, penindasan,eksploitasi dan segala bentuk ketidakdilan. Dalam konteks teologipembebasan, meskipun seseorang secara formal beriman kepada

32Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 90.33Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 178.

Page 176: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

168 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Allah, tetapi tetap menjalani kehidupan materialistik danhedonistik dan membiarkan orang-orang lain di sekitarnyahidup dalam ketertindasan maka menurut Engineer, orangtersebut masih tergolong orang-orang kâfir. Engineer dalamhal ini merujuk kepada QS al-Mâ’un/107: 1-7 sebagaimanaberikut: 34

Terjemahnya:1).Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2).Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3). dan tidakmenganjurkan memberi makan pada orang miskin. 4). Makakecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5). (yaitu)orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6). orang-orang yangberbuat riya, 7). dan untuk mencari pujian ataukemasyhuran di masyarakat.35

Ayat-ayat di atas mengisyaratkan bagaimana agama yangdi dalamnya ada keimanan harus memiliki perhatian yang besarterhadap realitas sosial di sekitarnya. Barometer keimananseseorang diukur sejauh mana kepeduliannya terhadap persoalansosial kemasyarakatannya. Semakin tinggi tingkat kepedulianseseorang terhadap sesamanya, maka kualitas keimanannya jugasemakin tinggi. Hal ini berarti bahwa Islam tidak hanyamengajarkan kehidupan dan kenikmatan personal, tetapi sangat

34Ayat ini turun di Mekkah sebagai respon terhadap model kehidupan masyarakatArab pada waktu itu yang dikuasai oleh kapitalis-kapitalis yang tidak berlandaskankehidupan egalitarian.

35Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 917.

Page 177: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 169

menekankan pentingnya menjaga kehidupan sosial dengan caramembebaskan mereka dari berbagai bentuk penindasan terutamabelenggu ekonomi. Menurut Engineer, ayat-ayat di atas adalahsalah satu contoh bagaimana al-Qur’an sangat mendukungteologi pembebasan, bahkan inspirasi teologi pembebasan itusendiri berasal dari semangat al-Qur’an. Membantu orang-or-ang miskin serta menjaga anak-anak yatim adalah salah satubentuk pembebasan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-or-ang beriman.36 Orang-orang yang tidak berjuang untukmembebaskan orang-orang yang tertindas dan lemah, menurutEngineer, tidak bisa dikategorikan sebagai orang berimanmeskipun sudah beriman secara verbal. Bahkan dalam bahasayang lebih tegas, Sayyid Quthb mengatakan bahwa meskipunseseorang beribu kali mengatakan dirinya mukmin, namun jikapengakuannya tidak disertai dengan amal, maka dia bukanlahseorang mukmin. Akidah menurut Quthb bukanlah sesuatuyang terpenjara dalam hati atau tersimpan di petiintelektualisme.37 Akidah, menurut Engineer, adalah gerakanperubahan atau pembebasan. Engineer dalam hal ini mengutipsalah satu ayat dalam QS al-Ankabût/29: 2 sebagaimana berikut:

Terjemahnya:

2). Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan(saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang merekatidak diuji lagi?38

Ayat di atas menurut Engineer, menerangkan bahwa imanseseorang itu harus diuji dengan perjuangan. Teologipembebasan membutuhkan perjuangan yang keras melawan

36Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 97.37Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’an (Juz XI; Beirut: Dar al-Syuruq, 1980), h. 1734.38Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 559.

Page 178: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

170 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

penindasan. Ia menuntut setiap muslim untuk berjuangmenghadapi eksploitasi dan penindasan, baik di negara merekasendiri maupun di negara lain melalui kerjasama denganseluruh kekuatan imperialis.39 Pada titik ini, tampak bagaimanaEngineer ingin menempatkan iman berjalan seiring dengan jihadatau perjuangan. Ia mengutip salah satu hadis yang berbunyi:

Terjemahnya:Bentuk terbaik dari jihad adalah menyampaikan kebenarandi hadapan para penguasa yang tiran.41

Hanya saja, jihad yang dimaksud oleh Engineer berbedadengan pemahaman kelompok radikal-ekstremis.42 Iamengatakan bahwa meskipun jihad secara literal bermaknaberjuang, tetapi Engineer menfokuskan pada perjuanganmelawan eksploitasi, korupsi, dan penindasan dalam berbagaibentuknya. Dengan kata lain, teologi pembebasan tidakmenyukai sikap diam dan apatis terhadap berbagai bentukpenindasan. Semua bentuk penindasan tersebut harus dilawandengan gerakan jihad atau perjuangan. Menurut Ziauddin

40

40Imam Abi Daud, Sunan Abi Daud dalam program Lidwa Hadis, Lidwa PusakaSoftware, t.th, hadis no 3781.

41Terjemahan bebas penulis42Jihad menurut Greg Fealy terbagi kepada dua yaitu jihad kecil dan jihad besar.

Jihad kecil adalah perjuangan personal menuju kehidupan spiritual yang sempurna,sedangkan jihad yang kedua melibatkan segala sesuatu yang essensial, melalui kegiatandakwah hingga sampai kepada perang suci. Jihad kedua ini dipakai oleh parakelompok muslim ekstremis untuk menjustifikasi perjuangan mereka dalam memerangiAmerika dan sekutu-sekutunya yang mereka istilahkan dengan Holy War (perangsuci). Uraian lebih lanjut, lihat Greg Fealy, Anthony Bubalo, Joining the Caravan?: TheMiddle East, Islamism and Indonesia, diterjemahkan oleh Akh Muzakki, Jejak Kafilah:Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia (Cet.I; Bandung: Mizan, 2007), h. 46.

نأبي ع يدعس ريدول قال قال الخسر لى اللهص الله هليع لمسل وأفض ادة الجهمل كلدع دنع لطانس جائر أمري أو جائر

Page 179: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 171

Sardar (l.1951), jihad berarti melawan penindasan, despotismedan ketidakadilan demi kepentingan yang tertindas terlepas dariagama dan strata sosialnya. Namun menurut Sardar,perjuangan atas keadilan hanyalah salah satu aspek jihad,karena seperti berbagai konsep Islam lainnya, jihad harusdilakukan pada berbagai level.43 Jika merujuk kepada sarjanaIslam klasik, seperti Ibnu Taimiyah (1263-1328), sebagaimanadikutip oleh Sardar, jihad bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitulewat hati, lidah dan tangan. Jihad hati atau perjuanganmelawan kelemahan dan kejahatan batinnya sendiri seringdisebut sebagai jihad terbesar sebagaimana nabi menyebutnyasetelah pulang dari Perang Badar. Sementara jihad lidah dantangan membutuhkan pemahaman dan kesabaran.44

Potensi untuk berjihad mutlak dimiliki oleh setiap manusia.Hal tersebut terkandung pada makna beriman kepada yanggaib.45 Menurut Engineer, keimanan tersebut perlu ditafsirkandengan semangat pembebasan. Keimanan kepada yang ghaibberarti meyakini bahwa ada suatu potensi yang tak terbatas yangbelum diaktualisasikan dan tidak terlihat. Potensi ini tersimpandi alam semesta, yaitu di dalam dan di luar diri manusia. Olehkarena itu, manusia harus yakin bahwa dirinya mampumengembangkan potensi-potensi dan kreativitas yang terletakdalam dirinya dan tersembunyi dari pandangan umum.46

Interpretasi Engineer di atas terkait iman kepada yang gaibmengilustrasikan bagaimana teologi pembebasan menghendakiadanya perjuangan atau gerakan dari orang-orang beriman.Bagi Engineer, teologi-teologi yang berorientasi pada perjuangan(struggle oriented), pesimisme dan keputusasaan dianggap

43Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual: Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam,terj. AE Priyono (Cet.I; Surabaya: Risalah Gusti, 1998), h. 20.

44Uraian lebih lanjut lihat Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual, h. 21.45QS al-Baqarah/2: 3.46Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 14.

Page 180: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

172 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

sebagai dosa. Al-Qur’an memerintahkan orang-orang yangberiman agar berkeyakinan, berjuang melawan ketidakdilandan agar tidak berputus asa serta bersikap pasrah. Poin inimenjadi entitas penting dalam teologi pembebasan.47 Dalamkonteks ini, Hasan Sho’ub, intelektual Libanon, menyebutnyasebagai iman yang mutlak yang menerima potensi manusia yangdiwujudkan melalui berbagai perubahan atau perjuangandalam kerangka ekonomi dan sosial. Keyakinan bahwa manusiamemiliki potensi menjadi pijakan dasar bagi manusia untukmelakukan gerakan perubahan sehingga tidak menciptakankegersangan iman yang kreatif, kegersangan rasio yangparadigmatik, kegersangan indera alternatif yang selektif, dankegersangan estetika.48 Kegersangan inilah yang menjadi biangkerok dari kemusnahan iman yang berimplikasi kepadaterciptanya manusia-manusia pesimis dan cepat berputus asa.Memang di dalam Islam terkandung makna kepasrahan, tetapibukan berarti pada penghambaan pada kepasrahan, bukan pulafatalisme dan keterbelengguan, juga bukan diam dan mengekorsaja. Islam memiliki makna kebebasan dan disiplin,pembangunan dan pembebasan, gerakan dan kreativitas.Bahkan tujuan paripurna diturunkannya wahyu dalam Islamadalah pembebasan manusia tertindas untuk membangundunia ini dalam perspektif yang baru.49

Uraian di atas menggambarkan bagaimana Engineermereformulasi teologi yang awalnya hanya bersifat ritual-normatif menuju kepada lahirnya gerakan. Teologi tidak hanyamembicarakan tentang Tuhan, serta aspek-aspek yangberhubungan dengan-Nya, tetapi teologi melahirkan gerakankemanusiaan. Keberpihakan Engineer kepada kelompok

47Pendapat Engineer ini didasari atas pemahamannya atas QS ali Imran /3: 139; QS Ali Imran/3: 146.

48Hasan Sho’ub, Islam dan Revolusi Pemikiran, h. 24-25.49Hasan Sho’ub, Islam dan Revolusi Pemikiran, h. 26.

Page 181: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 173

tertindas menjadikan makna teologi sebagai konsep yangimanen dan inheren dalam kehidupan manusia. Teologi menjadibenteng manusia untuk menangkal dan melawan berbagaibentuk penindasan dan eksploitasi. Teologi yang di dalamnyaada iman juga melahirkan gerakan aktif dari orang-orangberiman yang tidak hanya berhenti pada tataran teoretis atauverbal, tetapi iman telah menggiring orang-orang beriman untukmenjadi aktif dalam berbagai bentuk perubahan terutamamembela orang-orang yang tertindas sehingga mereka memilikikebebasan dan kemerdekaan. Pendapat Engineer ini didasariatas keyakinannya bahwa iman tidak sekedar membenarkan,atau mengetahui sesuatu tetapi yang paling penting adalahkonsekuensi dari iman itu adalah amal atau perbuatan. Dariperbuatan inilah, gerakan-gerakan perubahan dankeberpihakan kepada kelompok-kelompok tertindas lahir danmembuat iman menjadi sangat humanis.50 Inilah yangdimaksud oleh penulis sebagai beralih dari teologi ke gerakanyang merupakan inti dari teologi pembebasan yang tidak hanyamemperbincangkan aspek-aspek keimanan kepada Tuhan tetapiintinya adalah memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yangberlandaskan iman kepada Tuhan serta membebaskan manusiadari berbagai belenggu sosial, politik, dan budaya. Gerakan-gerakan tersebut berakhir pada terciptanya keadilan yang bisadirasakan oleh manusia. Berikut uraian konsep keadilanperspektif Engineer.

3. Keadilan: Muara Teologi PembebasanKonsep keadilan juga menjadi elemen penting dalam teologi

pembebasan. Keadilan dalam teologi pembebasan tidak lagimembicarakan konsep-konsep metafisika ketuhanan ataumemperbincangkan keadilan Tuhan pada hari kebangkitan

50Hasan Sho’ub, Islam dan Revolusi Pemikiran, h. 26.

Page 182: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

174 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

sebagaimana yang menjadi bahan diskusi atau perdebatanteologi Islam klasik. Teologi pembebasan Islam menfokuskanpada kehidupan yang berkeadilan. Terkait dengan yangterakhir ini menjadi poin penting dalam memahami Islam yangmembebaskan. Islam sangat peduli atas terciptanya keadilandalam masyarakat.51 Inilah salah satu misi Nabi Muhammadsaw. untuk merubah masyarakat Arab pada waktu itu agarbisa menciptakan keadilan baik yang terkait dengan hubunganekonomi maupun hubungan sosial.52 Ketidakadilan ekonomiyang terjadi pada masyarakat Arab pada waktu itu menjadikeresahan sendiri bagi Nabi Muhammad saw. Praktek ekonomiyang hanya menguntungkan elit-elit masyarakat Arab sertamenindas kelompok-kelompok masyarakat kecil menjadi stimu-lus terjadinya ketidakadilan ekonomi. Menurut NurcholishMadjid, praktek seperti ini dikutuk keras oleh al-Qur’an.53 Situasiinilah, menurut Engineer, yang menyebabkan al-Qur’an begitutegas bahkan memerintahkan untuk mengajarkan umat Islamuntuk berlaku adil dan berbuat kebaikan.54 Perintah berbuatadil dan kebaikan ini memang sangat vital dalam ajaran Islam.Al-Qur’an menyasar orang-orang beriman untuk berprilaku adilbahkan kepada musuhnya sekalipun. Keadilan, menurut Engi-neer, adalah bagian integral dari taqwa yang tidak hanyadipahami sebagai konsep ritualistik, namun juga secara inte-gral terkait dengan keadilan sosial dan ekonomi. Di sinilah salahsatu kritikan Engineer kepada awal pemerintahan BaniUmayyah yang telah menghancurkan struktur sosial yang adildan kemudian membuat aturan-aturan yang menindas.

51Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, h. 57.52Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1987),

h. 126.53Lihat QS at-Taubah/9: 34-35. Uraian lebih lanjut lihat Nurcholish Madjid,

Islam Kemodernan, h. 126.54Lihat QS al-Maidah/5: 8.55Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 58.

Page 183: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 175

Kebijakan ini telah mengebiri semangat revolusi Islam danmeninggalkan kerangka yang kosong (empty shell).55

Untuk menjelaskan makna leksikal keadilan, Engineermerujuk kepada Kamus Munjid Ma’luf. Terminologi keadilandalam al-Qur’an dibahasakan dengan ‘adl atau qist. ‘Adl dalambahasa Arab bukan berarti keadilan, tetapi mengandungpengertian yang identik dengan sawiyyât yang bermaknapenyamarataan (equalizing) dan kesamaan (levelling). Lawankata dari penyamarataan dan kesamaan adalah zulm dan jauryang berarti kejahatan dan penindasan. Sedangkan qistmengandung makna distribusi, angsuran, jarak yang merata,dan juga keadilan, kejujuran dan kewajaran. Taqassata yangmerupakan kata turunannya juga bermakna distribusi yangmerata bagi masyarakat. Selain itu qistas yang juga turunan katadari qist berarti keseimbangan berat. Dari sini bisa disimpulkanbahwa kata ‘adl dan qist di dalam al-Qur’an mengandung makna“distribusi yang merata”, termasuk distribusi materi , dan dalamkasus tertentu, penimbunan harta diperbolehkan kalau untukkepentingan sosial.56

Menurut Engineer, teologi pembebasan sangat menekankankeadilan di semua aspek kehidupan. Keadilan ekonomi, politikdan sosial merupakan masalah pokok dalam ajaran Islam. IbnuTaimiyah, sebagaimana dikutip oleh Engineer, menganggapkeadilan itu sangat sentral dengan mengatakan “kehidupanmanusia di muka bumi ini akan lebih tertata dengan sistem yangberkeadilan walau disertai dengan perbuatan dosa, daripadadengan tirani yang alim”. Inilah mengapa dikatakan bahwaAllah membenarkan negara yang berkeadilan walaupundipimpin oleh orang kafir, dan menyalahkan negara yang tidakmenjamin keadilan meskipun dipimpin oleh seorang muslim.

55Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 58.56Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 59-60.

Page 184: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

176 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Juga disebutkan bahwa dunia akan bisa bertahan dengankeadilan dan kekafiran, namun tidak dengan ketidakadilan danIslam.57 Di sini tampak bagaimana Engineer begitu memberiperhatian yang sangat besar terhadap keadilan karena iamenjadi pintu pembebasan manusia dari belenggu sistemekonomi yang menindas.

Salah satu ketidakadilan yang menjadi concern teologipembebasan adalah ketidakadilan ekonomi. Sistem ekonomifeodalistik yang terjadi pada masyarakat Arab sebelum Is-lam kemudian berkembang menjadi sistem ekonomi yangbanyak dianut oleh umat Islam sekarang ini di berbagaibelahan dunia, termasuk Indonesia. Sistem ini telah menjadiperhatian teologi pembebasan Engineer. Salah satu bentukkongkret sistem ekonomi tersebut ajaran Islam tentangkepemilikan tanah. Jika Ibnu Taimiyah, ahli hukum Islammasa pertengahan, menganggapnya bahwa tidak adanyalarangan pemilikan tanah privat dan tidak menjadi soaldalam ajaran Islam, maka tidak demikian dengan teologipembebasan Engineer. Teori kepemilikan dalam konteksteologi pembebasan telah menjadi alat eksploitasi kapitalisuntuk mengeruk keuntungan yang sebanyak-banyaknya.Mereka yang tidak memiliki modal atau kelompok buruhdalam terminologi Marx, hanya akan menjadi mesin yangsiap menambah pundi-pundi keuntungan para pemilik modalatau kapitalis. Padahal Islam menurut Engineer menekankanbahwa proses pemilikan didasarkan pada kerja atau keringatsendiri, bukan dalam bentuk eksploitasi tenaga kerja.58 Olehkarena itu, Engineer dalam hal ini membagi keadilan padadua poin penting, yaitu keadilan dalam bidang agrikulturdan keadilan perdagangan.

57Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 39.58Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 92.

Page 185: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 177

a. Keadilan dalam bidang AgrikulturKonsep kepemilikan tanah memang telah menjadi perhatian

para intelektual muslim. Misalnya Abu A’la al-Maududimengatakan bahwa kepemilikan tanah untuk kepentinganpribadi itu diperbolehkan. Al-Qur’an dalam hal ini menjelaskansecara retoris dengan menyatakan bahwa bumi ini milik Allah(al-ardhu lillah). Pendapat yang setuju terhadap kepemilikanpribadi menjadikan kalimat bumi ini milik Allah sebagai argumenbahwa hal tersebut dibolehkan karena al-Qur’an sama sekali tidakmenyebut larangan terhadap pemilikan tersebut. Akan tetapi,mereka yang tidak setuju terhadap pemilikan pribadimenganggap bahwa semua kekayaan alam, termasuk tanah,merupakan milik seluruh umat manusia sebagai suatu kesatuandan tidak dapat dimiliki secara pribadi. Kepemilikan kekayaanalam seperti tanah secara pribadi dianggap mengintervensiurusan Allah dalam pembagian rezki kepada umat manusia.59

Menurut Engineer, para teolog tradisional menganggap institusipemilikan itu bersifat suci dan tidak bisa dikritisi. Hak milik yangdiperoleh dengan cara eksploitasi, spekulasi atau dengan caraapapun yang bukan hasil keringat sendiri tidak dibenarkan dalamIslam.60 Pendapat yang terbilang keras dan tegas ini membuktikanbagaimana Engineer sangat berpihak kepada kelompok-kelompoklemah atau tertindas yang tidak mendapatkan keadilan akibatsistem ajaran Islam yang antikritik seperti konsep kepemilikan.

Engineer dalam mengurai institusi pemilikan merujuk kepadapendapat Abu Hasan Bani Sadr61 yang mengatakan bahwa Is-

59Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 62.60Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 93.61Abu Hâsan Bani Sadr adalah sarjana muslim Syiah Iran yang meraih doktor bidang

ekonomi di Sorbonne, Perancis. Ia menjadi bagian dari gerakan penggulingan Shah Iran di luarnegeri dan berjuang bersama dengan Ayatullah Khomeini di Paris. Setelah gerakan revolusitersebut berhasil menggulingkan Shah, ia dan Khomeini kembali ke Iran. Hanya saja, padatahun 1981, ia kemudian diusir dari Iran karena dituduh sebagai seorang fundamentalis yangbergerak di Parlemen. Bani Sadr sendiri banyak dipengaruhi oleh teori-teori Marxis, tetapipada saat yang bersamaan, ia juga mengkritik Marxis dalam berbagai aspek. Uraian lebihlanjut lihat Agus Nuryatno, Asghar Ali’s view on Liberation Theology”, h. 43.

Page 186: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

178 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

lam dibangun di atas pondasi tauhid dan keadilan. Keadilan yangesensial terdapat pada kepemilikan di mana Bani Sadr membagikepada tiga kategori, yaitu pemilikan pribadi yang didasarkanpada kerja seseorang (malikiyat al-khushûsi), pemilikan secaraumum (malikiyat al-‘umûmi) seperti milik negara dan termasuksarana produksi dan kategori pemilikan sejenis lainnya, danpemilikan (malikiyat al-izor) yang diperoleh dengan kekerasan,eksploitasi, spekulasi, penipuan dan seterusnya. Bani Sadrmenjelaskan, sebagaimana dikutip oleh Engineer, bahwa Islamtidak mengakui pemilikan yang diperoleh lewat kekerasan, tetapimembolehkan pemilikan yang didasarkan pada kerja. Dalamkonteks masyarakat kapitalis, sistem pemilikan hanyadisandarkan pada kekerasan, eksploitasi dan penindasan dansistem ini telah berlawanan dalam ajaran Islam yang sebenarnya.Sistem pemilikan kapitalis, menurut Sadr, tidak bisadipersamakan dengan sistem pemilikan berdasarkan kerja karenaburuh atau pekerja tidak memiliki kekuatan yang besar kecualisebatas kekuatan yang dia miliki. Pekerja ibarat mesin yangdikendalikan oleh operator dan tidak banyak mengambilkeuntungan dari pekerjaannya.62 Menurut Engineer, kondisi inilahyang paling dibenci dalam teologi pembebasan yangmengutamakan keadilan antara pemilik dan pekerja. Hubungankeduanya idealnya berangkat dari asas persamaan dan keadilansehingga tidak hanya menguntungkan pihak pemilik, sementarapekerja mengalami penindasan. Ide Engineer menurut penulissekali lagi menampakkan pengaruh Marx terutama pertentanganantara kelas buruh dan kapitalis.

Persoalan lain yang menarik juga untuk dicermati dari BaniSadr, sebagaimana dikutip oleh Engineer, bahwa penerapansistem pemilikan berlandaskan kekerasan dan eksploitasi (al-malikiyat al-izor) adalah salah satu bentuk pengingkaran (takfîr)

62Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 93.

Page 187: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 179

terhadap Tuhan. Artinya siapapun yang berusaha menerapkansistem pemilikan ini termasuk kategori kâfir meskipun secaraverbal telah mengatakan beriman kepada Allah swt. ArgumenBani Sadr ini dilandasi dengan konsekuensi yang dilahirkan darisistem ini adalah penghalangan pembentukan jam’iyyat tauhîdi(masyarakat yang adil). Masyarakat yang adil tidak akanmembenarkan diskriminasi dalam bentuk apapun, baik dari sisiras, agama, kasta maupun kelas. Menurutnya, bumi adalahkepunyaan manusia secara universal. Allah memberikan bumikepada manusia tanpa memandang agama atau ras tertentu.Di sinilah makna manusia sebagai khalifah Allah di muka bumiyang memiliki bumi secara kolektif dan tidak dimiliki olehsegelintir orang atau kelompok tertentu.63

Memang dalam sejarah masyarakat Arab sebelum Islam,mereka tidak memiliki institusi yang bisa mengatur danmengontrol pemilikan tanah. Engineer mengistilahkan bahwatidak adanya lembaga seperti sanctum sanctorum64 yang bisamemberikan sangsi bagi masyarakat Arab yang melanggarhak-hak kepemilikan tanah membuat mereka lebih feodaldalam menjalankan hubungan perdagangan dan ekonomitermasuk agrikultur. Feodalisme inilah yang menjadi akarpersoalan ketidakadilan ekonomi karena pembagian danmekanisme perdagangan berlandaskan hubungankekerabatan dan keluarga.65

Hukum-hukum ekonomi yang berlangsung pada waktu itumenempatkan para kapitalis menjadi lebih berkuasa. Praktekinilah yang ditentang oleh Nabi Muhammad saw. bersama parasahabat-sahabatnya. Bahkan sebagian besar ahli hukum sepertiAbu Hanifa, Imam Malik, dan Imam Syafii, sebagaimana dikutip

63Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 94.64Istilah sanctum sanctorum berasal dari bahasa Latin yang diterjemahkan menjadi

holy of holies yang bermakna tempat suci dari beberapa tempat suci.65Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 62.

Page 188: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

180 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

oleh Engineer, mengatakan bahwa semua jenis ketidakadilansebelum Islam, seperti istikra’ al-ardh bi ba’di mâ yakhruju minhâ,yaitu menyewa tanah dengan sistem bagi hasil yang tidak adil,pada dasarnya tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan dalamsyariat karena berlawanan dengan prinsip dasar etika ekonomidan akan melahirkan ketidakadilan. Begitupula sistem gararyang menyewa orang lain dengan upah yang tidak ditentukandan membeli hasil pertanian sebelum layak panen sangat jelasdilarang dalam ajaran Islam dan para ahli hukum telahmelarangnya. Argumen yang melandasi larangan ini karenapraktek tersebut mengarah pada pembagian hasil produksipertanian yang belum diketahui jumlahnya dan berujungkepada aspek eksploitasi kepada buruh-buruh atau pekerja.66

Uraian di atas tampak bagaimana semangat keadilan itumenjadi core bagi transaksi-transaksi ekonomi yang bertaliandengan agrikultur. Teologi pembebasan dalam hal ini menaruhperhatian yang sangat besar demi terciptanya keadilan bagimasyarakat level bawah. Tentu saja poin-poin ini luput dariatensi teologi Islam klasik tradisional yang menfokuskan diripada penguatan metafisika ketuhanan.

b. Keadilan dalam PerdaganganSelain kepada aspek keadilan agrikultur, keadilan dalam

perdagangan juga menjadi perhatian yang serius dalam teologipembebasan. Tidak bisa dipungkiri bahwa praktek perdaganganmenjelang kedatangan Islam begitu eksploitatif dan tidakmengindahkan etika-etika perdagangan. Kondisi inilahmenurut Engineer sehingga al-Qur’an merespon dengan cepatpraktek ekonomi tersebut terutama yang terjadi padamasyarakat Arab Mekkah. Antara lain ayat berikut pada QSal-Muthaffifîn/83: 1-4

66Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 63.

Page 189: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 181

Terjemahnya:1). Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. 2).Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dariorang lain mereka minta dipenuhi, 3). Dan apabila merekamenakar atau menimbang untuk orang lain, merekamengurangi. 4). Tidaklah orang-orang itu menyangka,bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.67

Ayat-ayat di atas memberi isyarat bagaimana perhatianIslam dalam menumbuhkan rasa keadilan antara pelanggandan pengusaha. Semangat al-Qur’an di atas dengan menyebutcelaka mengindikasikan bahwa praktek penipuan danspekulasi dalam perdagangan telah menjadi tradisi yangmengakar pada masyarakat Arab. Oleh karena itu, ungkapan“celaka” adalah penegasan sekaligus sindiran terhadap orang-orang yang melakukan malpraktek perdagangan yangsebenarnya tidak hanya terjadi pada masyarakat Arab ketikaayat-ayat tersebut turun tetapi telah menjadi karaktermasyarakat kapitalistik yang juga tidak mementingkankepentingan kelompok-kelompok marginal.

Menurut Engineer, al-Qur’an menuntut manusia untukberprilaku jujur dalam transaksi perdagangan dan memberikansangsi yang berat kepada yang melakukan eksploitasi terhadaporang lain. Dengan kata lain, al-Qur’an menekankan perhatianyang besar terhadap struktur ekonomi yang menciptakankeadilan dan bebas dari eksploitasi. Penekanan ini

67Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 858.

Page 190: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

182 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

menggambarkan aspek transendental ajaran Islam yangmembebaskan selama tidak melanggar prinsip-prinsip ekonomiyang berkeadilan. Transaksi apapun yang berkaitan baikdengan masalah produksi maupun perdagangan, harusdilakukan dengan adil dan bebas dari eksploitasi. Sebagaimanailmu dan hikmah yang tidak bisa dipisahkan, maka keadilandan kebajikan (al’adlu wa al-ihsân) juga menjadi dua entitas yangsaling mendukung. Keduanya menjadi unsur penting dan salingmelengkapi agar dapat mengurangi ketegangan sosial sehinggaajaran-ajaran Islam terkait ekonomi masih tetap transenden.68

Menurut Engineer, keadilan dan kebajikan tidak bisa terciptakalau terjadi pemusatan sentra-sentra bisnis atau kekayaan yanghanya dinikmati oleh segelintir orang.69 Kondisi ini menurutEngineer dapat mengakibatkan ketidakseimbangan struktursosial, penuh dengan ketegangan dan konflik. Pemusatankekayaan secara berlebih-lebihan dapat menggiring kepadakehidupan konsumerisme dan hedonistik. Bahkan yang palingpenting menurut Engineer adalah kondisi ini akan menggiringkepada kesibukan yang tiada henti-hentinya (rat race),mengalienasikan manusia dari manusia, merusak secara seriushubungan kemanusiaan dan moral masyarakat.70

Pandangan Engineer di atas didasari atas sistem ekonomikapitalistik yang tidak lagi memberi perhatian terhadap distribusikeuntungan yang merata dan adil terhadap para pekerja industri.Orientasi ekonomi industri adalah produksi yang sebanyak-banyaknya.71 Produksi inilah yang menurut Engineer harus

68Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 46.69Engineer merujuk kepada ayat-ayat al-Qur’an yang turun di Mekkah seperti

QS al-Humazah/104:1-4.70Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 48.71Sistem kapitalis juga sudah digandrungi oleh negara-negara muslim yang dikenal

sebagai dunia ketiga. Padahal sistem ini awalnya hanya menjadi branding negara-negara Barat dan Amerika. Uraian lebih lanjut, lihat Khalid M. Ishaque, “AncanganIslam pada Perkembangan Ekonomi” dalam John E. Esposito, Dinamika KebangkitanIslam, h.343.

Page 191: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 183

mempunyai tujuan moral, distribusi apapun harus bersifat adil.Konsep keadilan distributif sangat penting dalam membangunsuatu masyarakat yang bebas dari eksploitasi. Teologi pembebasanEngineer memberi penekanan pentingnya menghargai martabatmanusia yang berkeadilan. Meskipun Islam menjadikan ajaransedekah atau zakat sebagai salah satu bentuk pola distribusiproduksi kepada kelompok lemah atau marginal, tetapi menurutEngineer, ajaran tersebut tidak boleh menghina martabat manusia.Karena penghinaan yang demikian berlawanan dengan prinsipegalitarian yang merupakan inti dari teologi pembebasan.72 Tujuandari pandangan Engineer ini sebenarnya adalah bagaimanakesejahteraan itu bisa dinikmati dan dirasakan oleh semua orangdengan cara-cara yang bermartabat. Hal ini relevan denganpandangan Fazlur Rahman, sebagaimana dikutip oleh DawamRahardjo, yang tidak hanya memandang sedekah, zakat dan infaqsebagai ajaran ritual, tetapi mampu menjadi mediumpemberantasan kemiskinan atau pemerataan dalam kerangka pro-gram pembangunan ekonomi.73 Singkatnya, ending dari penerapansistem perdagangan di atas adalah menciptakan keadilan kepadamasyarakat secara universal yang tidak hanya dilihat sebagaiproduk metafisika tetapi keadilan juga adalah produk fisik dalamrealitas kehidupan manusia yang harus diperjuangkan. Dua bentukkeadilan di atas adalah bentuk teologi pembebasan Engineer yangprogresif dan revolusioner. Dengan kata lain, di sinilah maknateologi pembebasan Engineer yang menjadikan prinsip keadilansebagai muaranya.

Demikianlah gambaran teologi pembebasan Engineer yangmenurut penulis sangat progresif dan revolusioner. Issu-issu

72Engineer dalam hal ini merujuk kepada QS al-Baqarah/2: 264 yang menjelaskanbagaimana sedekah menjadi sia-sia jika dilandasi dengan kseombongan dan menghinamartabat kemanusiaan.

73M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa: RisalahCendekiawan Muslim (Cet. III; Mizan: Bandung, 1996), h. 282.

Page 192: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

184 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

yang tidak diperbincangkan oleh teologi Islam klasik sepertikeadilan dalam agrikultur ataupun dalam perdagangan telahdijadikan sebagai issu-issu strategis dalam mengembangkanteologi pembebasan. Teologi pembebasan Engineer tidak hanyamempersoalkan tema-tema metafisika ketuhanan tetapi jugaconcern pada persoalan riil kehidupan manusia yang seringkalimembuatnya terbelenggu dalam berbagai bentuk. Di sinilahperan teologi pembebasan dalam memberikan solusi padaproblematika teologi terutama jika dikaitkan dengan kehidupanpost-modern. Terkait dengan hal tersebut, menarik untukmenyimak uraian berikut bagaimana teologi pembebasanmenjadi solusi atas pelbagai persoalan teologi.

B. Teologi Pembebasan sebagai Solusi atasProblematika Teologi Islam

1. Melawan Sistem Ekonomi Kapitalistik: Solusi ataskemiskinanTeologi pembebasan Engineer memandang bahwa

kemiskinan menjadi problem besar yang dihadapi oleh umat Is-lam.74 Kompleksitas dari persoalan tersebut tidak hanyamenyangkut kemiskinan itu sendiri, melainkan juga implikasinyakepada seluruh elemen kehidupan yang lain. Kemiskinan sendiridapat didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaituadanya kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan or-ang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umumberlaku dalam masyarakat.75 Hanya saja tidak ada informasi al-

74Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 90.75Miskin seringkali di sepadankan dengan fakir. Namu sebenarnya keduanya

memiliki makna yang berbeda. Kalau fakir dimaknai sebagai orang yangberpenghasilan kurang dari setengah kebutuhan pokoknya, sedang miskin adalahorang yang berpenghasilan di atas i tu namun tidak cukup untuk memenuhikebutuhan pokoknya. Ada juga yang mendefinisikan sebaliknya sehingga keadaansi fakir lebih baik dari orang miskin. Uraian lebih lanjut, lihat M. Nur Kholis Setiawan,Pribumisasi al-Qur’an: Tafsir Berwawasan Keindonesiaan (Cet. I; Yogyakarta: KaukabaDipantara, 2012), h. 167.

Page 193: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 185

Qur’an dan hadis dalam menetapkan angka tertentu sebagaiukuran kemiskinan. Yang ada adalah perintah untuk menyantuniorang miskin, larangan menzalimi mereka, larangan menumpukharta, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa al-Qur’an memandangbahwa kemiskinan adalah problem yang membutuhkan solusi.76

Persoalan kemiskinan sendiri menurut Engineer tidakbanyak diperbincangkan dalam diskursus teologi Islam klasik.Padahal menurut Engineer, kemiskinan idealnya menjadi temabesar dalam teologi karena berimplikasi kepada doktrin teologiyang lain yaitu kekafiran. Dalam konteks ini, Engineer merujukkepada sikap Nabi Muhammad saw yang membenci kemiskinandan kekufuran.77 Dua hal ini telah membuat umat Islam semakinterpuruk dibandingkan dengan negara-negara Barat. Terkaitdengan hal ini, Nabi menegaskan bahwa kemiskinan telahmenjadi faktor penting tumbuhnya kekufuran.78 Islam telahmengajarkan bagaimana pentingnya memerangi kekafiranyang juga secara tidak langsung berarti memerangi kemiskinan.Membiarkan kemiskinan sama halnya dengan memeliharakekafiran. Paham atau sistem yang berusaha mengekalkankemiskinan, kelaparan dan kekurangan, harus dilawan, karenaakan mengarah kepada feodalisme atau kapitalisme.Konsekuensinya, perang melawan kemiskinan merupakanbagian integral dari keyakinan Islam.79 Namun demikian,

76Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang memberi perhatian perlunya mengayomiorang miskin adalah QS al-Mâun/107: 1-3 ; QS al-Humazah/104: 1-4. Uraian lebihlanjut lihat M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi al-Qur’an, h. 168.

77Engineer dalam hal ini merujuk kepada hadis nabi yang diriwayatkan oleh IbnuMâjah dan al-Hâkim yang artinya “Ya Tuhan, aku berlindung kepada-Mu darikemiskinan, kekurangan, dan kehinaan, dan aku berlindung kepada-Mu dari keadaanteraniaya dan perilaku aniaya terhadap orang lain.” Begitu hadis riwayat oleh AbuDâwûd yang artinya “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dankefakiran”. Uraian lebih lanjut, lihat Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan,h. 99. Lihat juga M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi al-Qur’an, h. 172.

78Engineer merujuk kepada hadis nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi danTabrani yang artinya “kemiskinan mengakibatkan kekufuran”. Lihat Asghar Ali En-gineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 99.

79Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 100.

Page 194: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

186 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

penulis sebelumnya membagi kemiskinan menjadi tiga jenisyaitu kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan kemiskinanstruktural. Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang dialamioleh seseorang sejak lahir, dikarenakan terlahir dari keluargamiskin, dan hidup dalam lingkungan miskin. Kemiskinankultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor tradisiatau budaya seperti gaya hidup malas yang berdampak padaketertinggalan. Sedangkan kemiskinan struktural adalahkemiskinan yang bukan disebabkan oleh rajin atau tidakrajinnya individu bekerja, tetapi disebabkan oleh adanya sistematau struktur yang mencegah sebagian besar orang untukmenjadi kaya.80 Tampaknya, kemiskinan yang dimaksud olehEngineer adalah jenis yang ketiga yaitu kemiskinan strukturalsebagaimana tergambar pada uraian berikut.

Kemiskinan menurut Engineer bukanlah sebuah takdir yangtidak bisa dihindari oleh manusia.81 Kemiskinan adalah artifisialdan menjadi konsekuensi dari penerapan sistem ekonomikapitalistik yang tidak memiliki sense of humanism. Sistem inilahyang perlu dilawan dengan menerapkan sistem ekonomi Islamyang mengutamakan keadilan dan kesejahteraan. Selain itu,menurut Engineer, sistem ekonomi Islam telah menghapus segalamacam bentuk eksploitasi, penindasan dan kecurangan.82 Asas

80M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi al-Qur’an, h. 173.81Dalam struktur gramatikal Bahasa Arab, kemiskinan itu sendiri adalah derivasi

dari kata sa-ka-na yang berarti tinggal atau berdiam. Jadi penduduk yang berdiam disuatu tempat diberi istilah Arab sukkân. Begitupula pisau dalam bahasa Arab diistilahkandengan sikkîn karena ia diam. Jadi miskin pada hakekatnya karena orang miskin itumenjadi diam, stagnan, tidak kreatif, dan cenderung pasrah terhadap kondisi yangada. Doktrin inilah yang dikritik oleh Engineer ketika orang Islam cenderung bersikappasrah terhadap keadaan mereka sehingga mereka cenderung menjadi peminta-minta.Lihat Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 112. Bahkan dalam kegiatanperekonomian, al-Qur’an mengatakan bahwa peran serta dalam kegiatan kreatif yangekonomis adalah wajib bagi setiap muslim sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Jumuah/62: 10. Artinya manusia tidak boleh bersikap pasif atau diam terhadap kondisinya. Iaharus meresponnya dengan gerakan atau kreativitas. Uraian lebih lanjut, lihat KhalidM. Ishaque, “Ancangan Islam pada Perkembangan Ekonomi”, h.345.

82Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 50.

Page 195: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 187

keadilan, transparansi dan bebas spekulasi menjadi salah satutolak ukur dari penerapan ekonomi Islam. Kegiatan ekonomi Is-lam harus mengacu pada mekanisme asas tersebut agarperputaran ekonomi tidak hanya jatuh pada kekuasaan orang-orang kaya saja.83 Salah satu wujud kongkretnya adalah ekonomiIslam sangat membenci praktek perdagangan yang dilandasidengan kesamar-samaran. Semuanya harus menerapkan asastransparansi dan akuntabel. Dalam Islam dikenal dengan istilahgharâr yaitu praktek jual beli dengan kondisi barang atau produkyang masih belum jelas bentuk dan materinya.84 Praktek ini sangatdilarang dan dibenci oleh Islam yang membebaskan. Logika iniyang dibangun oleh Engineer dalam mengkampanyekan teologipembebasan yang didalamnya juga dibahas ekonomi Islamsebagai terapi terhadap persoalan kemiskinan yang banyakmelanda negara-negara ketiga, baik di Asia maupun di Afrika.Dalam konteks ini, Engineer menjadikan sistem ekonomi kapitalmenjadi biang kerok dari menjamurnya kemiskinan di berbagaibelahan dunia Islam.

Jika ditilik lebih jauh, faktor kemiskinan juga menjadi mo-tor penggerak teologi pembebasan di Amerika Latin. Kemiskinantelah menjadi problem massif yang dikumandangkan oleh parateolog. Sistem ekonomi kapitalistik juga dianggap sebagaidalangnya yang telah memporak-porandakan bangunanekonomi negara-negara Amerika Latin. Bahkan para teolognyamengganti terminologi orang-orang miskin menjadi kaum papa(proletarian) yang diadopsinya dari sistem pemikiran Marx.Kondisi inilah yang membuat kelompok gerejawan kemudianmenggugat Gustavo Gutierrez dan rekan-rekannya karena telahmerubah istilah orang miskin. Padahal kemiskinan bagi para

82Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 50.83Lihat QS al-Hasyr/59: 7. Uraian lebih lanjut lihat Hamka Haq, Islam: Rahmah

untuk Bangsa (Cet. I; Jakarta: RMbooks, 2009), h. 296.84Lihat QS al-Baqarah /2: 282.

Page 196: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

188 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

gerejawan adalah sesuatu yang mulia. Hal ini terlihat pada tigamacam sumpahnya, yaitu, tidak akan memiliki sesuatu secarapribadi (miskin), akan taat kepada kepala biara dan tidak akankawin atau melakukan hubungan seks. Dalam konteks ini,kemiskinan diberi penilaian positif dari segi agama, karenadipandang sebagai suasana yang baik untuk menghadap Tuhan.Bahkan dalam Bibel, khususnya Injil Lukas, juga seringditemukan peringatan terhadap orang kaya, dan dikatakanbahwa lebih baik menjadi orang miskin. “Berbahagialah orangmiskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunyaKerajaan Surga”.85 Argumen teologis inilah yang dipakaikelompok gerejawan untuk menjustifikasi kondisi sosial danpolitik serta memantapkan status quo di Amerika Latin yangmenganggap kemiskinan sebagai bagian dari kehidupan yangmulia sehingga tidak perlu dikritik apalagi maknanyadirekonstruksi sebagaimana yang dilakukan oleh Gutierrez dankawan-kawannya.

Selain itu, para teolog pembebasan Amerika Latin tidaksetuju dengan solusi yang ditawarkan oleh kelompok Gerejauntuk memerangi kemiskinan dengan cara meminta parakapitalis untuk mendermakan sebagian hartanya kepada or-ang miskin. Menurut mereka, strategi tersebut bukanlah solusidefinitif dalam memberantas kemiskinan.86 Para teologmenghendaki adanya gerakan yang lahir dari orang-orangmiskin untuk melawan sistem ekonomi yang membuat mereka

85Dikutip dari Matius 5, 3. Uraian lebih lanjut, lihat Karel A. Steenbrink,Perkembangan Teologi dalam Dunia Kristen Modern (Cet. I; Yogyakarta: IAIN SunanKalijaga Press, 1987), h. 143. Dalam konteks Islam, kemiskinan bukanlah saranapenyucian jiwa, Islam percaya terhadap etos kerja umat Islam yang bisa diberdayakanuntuk melawan kemiskinan. Uraian lebih lanjut lihat M. Nur Kholis Setiawan,Pribumisasi al-Qur’an, h. 170.

86Strategi ini dalam Islam dikenal dalam anjuran untuk memberi sedekah ataumengeluarkan zakat agar terjadi pemerataan kesejahteraan. Namun menurut Engi-neer, strategi ini sebenarnya tidak cukup apalagi dengan pola sedekah yang cenderungmenurunkan martabat kemanusiaan.

Page 197: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 189

menjadi miskin. Dengan kata lain, bantuan atau pertolonganyang bersifat kebapakan (paternalistik) harus digantikan denganaksi kesetiakawanan bersama dalam perjuangan rakyat miskinuntuk menentukan nasib mereka sendiri.87 Dengan kata lain,perlawanan terhadap kemiskinan tidak menunggu gerakan darielit atau penguasa, tetapi gerakan itu lahir dari kesadaranmasyarakat miskin untuk membebaskan dirinya dari belenggukemiskinan. Mereka harus diberi pendidikan dan kesadarantentang hak-hak mereka agar mereka tidak menjadi peminta-minta. Dalam konteks ini, Gutierrez beserta kawan-kawannyamemakai analisa Marxis dalam melihat sistem ekonomikapitalistik. Masalah pertentangan antara kelas kaya dan kaumproletarian dan masalah hak milik secara kolektif terhadapsemua alat produksi menjadi faktor penting timbulnyakemiskinan.88

Seirama dengan teologi pembebasan Amerika Latin yangmengkritik sistem derma atau bantuan, Engineer juga dalamteologi pembebasannya juga mengkritik doktrin amal calihsebagai entitas penting dalam usaha mengurangi kemiskinan.Amal atau perbuatan yang memiliki implikasi teologis normatifdijadikan sebagai senjata ampuh dalam mengurangi angkakemiskinan sejak dulu sampai sekarang. Padahal menurut En-gineer, amal atau perbuatan yang didalamnya ada sedekahdianggap tidak cukup untuk mengurangi kemiskinan. Al-Qur’anmenyebut adanya hak-hak orang miskin dalam kekayaan or-ang kaya dan tentu saja ini menuntut lebih dari perbuatanamal.89 Belum lagi amal atau perbuatan yang dilakukan olehindividu umat Islam seringkali dicemari dengan arogansi dan

87Lihat Gustavo Gutierrez, Theology of Liberation, h. 289. Lihat juga Michael Lowy,Teologi Pembebasan, h. 143.

88Karel A. Steenbrink, Perkembangan Teologi dalam Dunia Kristen Modern, h. 142.89Lihat QS at-Taubah /9: 103 yang bermakna “ambillah sedekah dari harta-

harta orang kaya tersebut, kau bersihkan dan sucikan mereka dengan sedekah itu”.

Page 198: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

190 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

keangkuhan. Padahal al-Qur’an sangat mencela perbuatan amalyang demikian, apalagi disertai dengan celaan dan umpatanyang menyakitkan.90 Engineer menawarkan model sedekahyang dikelola oleh managemen dan institusi sosial yang profes-sional dan memotong hubungan kontak langsung antarapemberi (orang kaya) dan yang diberi (orang miskin).91 Jikadistribusi kekayaan dilakukan oleh institusi-institusi sosialekonomi yang jelas dan terpercaya serta dirancang dengan baik,akan membangkitkan antusiasme masyarakat untukmenyumbangkan hartanya yang berakibat pada peningkatansemangat kerja dan produksi sebanyak dua kali lipat.92

Menurut Engineer, sistem kapitalisme modern sangateksploitatif sehingga menimbulkan struktur sosio-ekonomi yangtidak adil. Dalam struktur seperti ini, tidak ada keadilan sosial,ekonomi dan politik yang tercipta dalam suatu masyarakat.Kondisi ini pada gilirannya membuat disparitas antara kelompokmiskin dan kelompok kaya menjadi melebar. Memang, kondisitersebut sudah menjadi konsekuensi kehidupan modern dimanakebebasan menjadi core business nya. Dengan kata lain, strukturekonomi yang hegemonik serta praktek-praktek yang eksploitatifsangat sulit dihindari dalam kehidupan materialistik sepertisekarang. Hal inilah yang menurut Engineer bahwa masyarakatkapitalis modern tidak dapat bekerja sama dengan weltanschauung(world view) Islam.93 Islam sangat mementingkan aspek

90Lihat QS al-Baqarah/2: 264-265.91Model seperti ini banyak dipraktekkan di negara-negara Barat seperti Australia

sebagaimana pengalaman penulis ketika menempuh studi Master (2007-2008) diAdelaide, Australia Selatan. Jadi gereja mengorganisir satu lembaga sosial yang disebutdengan Salvos (salvation army) yang bertugas untuk menerima sedekah dari orang-orang yang memiliki kelebihan barang atau produk untuk kemudian dijual denganharga murah dan keuntungannya dibagikan kepada orang-orang miskin. Menurutpenulis, para pengelola masjid juga bisa mengadopsi model lembaga sosial seperti inisupaya sedekah orang-orang kaya bisa terorganisir dengan baik dan pembagiannyalebih merata.

92Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 104.93Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 97.

Page 199: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 191

kemaslahatan umum. Hal ini berbeda dengan model ekonomikapitalisme yang cenderung mengabaikan hal seperti ini. Dalamekonomi Islam, aspek keseimbangan dan keadilan menjadi salahsatu hikmah syariah untuk memberikan perlindungan kepadaorang-orang miskin dan tertindas baik dari segi politik, ekonomi,budaya, dan lemah dari segi pembelaan hukum. Hal inidimaksudkan agar dalam kehidupan bermasyarakat tak satupunpihak yang menzalimi dan terzalimi.94

Namun demikian, melakukan kritik terhadap kapitalisme tentutidak mudah baik secara intelektual, politis maupun psikologis.Pernyataan ini didasari atas suatu kenyataan bahwa manusiamodern hidup dalam lembaran sejarah dimana mereka bekerjadan serta berpikir dalam kerangka sistem kapitalisme. Kapitalismesendiri sebagaimana dirumuskan oleh Werner Sombart, dikutipoleh Dawam Rahardjo, adalah sistem ekonomi yang dikuasai dandiwarnai oleh peranan kapital, dimana pandangan ekonominyadidominasi oleh tiga gagasan besar, yaitu usaha untuk memperolehatau memiliki, persaingan dan rasionalitas.95 Hanya saja yangmenjadi sorotan utama Engineer dalam sistem ekonomi kapitalismeadalah sistem pemilikan atas barang atau produk yang didasariatas persaingan yang seringkali tidak sehat. Sistem perdaganganbebas yang membuka ruang untuk melakukan praktek pemilikanyang berlebih-lebihan membuat orang-orang miskin kehilangankesempatan untuk bersaing dan keluar dari percaturan ekonomiglobal. Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan teologipembebasan yang digagas oleh Engineer. Padahal al-Qur’an dansunnah Nabi dengan sangat jelas bahwa dalam memerangikemiskinan, kepemilikan itu tidak bersifat mutlak, namun harusdibagi secara adil dan merata kepada orang-orang yang tertindasdan menderita.96

94Hamka Haq, Islam Rahmat untuk Bangsa, h. 29995M. Dawam Rahardjo, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa, h. 252.96Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 102.

Page 200: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

192 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Dalam konteks ini, Engineer kembali mengkampanyekanpentingnya pemahaman kembali terhadap teori perwalian(theory of trusteeship) yang telah diajarkan oleh beberapa teologdan kaum modernis. Teori ini meyakini bahwa Allah swt adalahpemilik yang sejati dari seluruh alam semesta baik yang ada dilangit maupun yang ada di bumi. Artinya, manusia bukanlahpemilik harta benda, melainkan harta benda itu hanyalah titipandari-Nya. Tuhan menitipkan harta benda itu agardidistribusikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkan.Menurut Engineer, manusia hanya diijinkan memiliki kekayaanuntuk kesejahteraan bersama tanpa melakukan praktekpemborosan sehingga orang-orang miskin tidak mendapatkanbagian. Namun menurut Engineer, teori perwalian ini tidakmengindikasikan bahwa tingkah laku manusia hanya dilatarioleh idealisme semata. Manusia adalah makhluk yang kompleksyang secara alami juga menyadari pentingnya materi dalamkehidupannya selama itu tidak berlebih-lebihan. Hanya saja,menurut Engineer, nafsu atas kehidupan materialis justruseringkali menjadi faktor dominan dalam kehidupan manusiasehingga manusia menjadi tidak bebas.97 Dengan kata lain, sikaphidup materialisme dan hedonisme lebih banyak menghiasikehidupan manusia modern yang membuat mereka semakinterbelenggu dan cenderung tidak bebas. Terkait dengan hal ini,menarik untuk menyimak ungkapan Nurkholish Madjidtentang manusia yang terbebaskan (the liberated man)sebagaimana berikut:

Manusia bebas ialah dialah yang pemurah dan takberkeinginan-keinginan, dia adalah juga seorang yangkreatif, yang mampu menyatakan diri dan bakat-bakatnyadalam soal tindakan penciptaan tanpa paksaan, baik dalampekerjaan berupa kerajinan tangan, kegiatan intelektual

97Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 105.

Page 201: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 193

maupun seni, atau dalam hubungan-hubunganpersahabatannya dengan orang lain. Seorang manusia yangbebas mampu secara penuh merasakan kesendiriannya danmasyarakat lainnya dalam waktu yang sama. Dia adalahseorang abdi tanpa berhala-berhala, dogma-dogma,prasangka-prasangka, ataupun pikiran-pikiran a priori. Diabersikap toleran, disemangati oleh rasa yang mendalam akankeadilan dan persamaan, menyadari dirinya sebagai seorangmanusia individual dan manusia universal sekaligus.98

Pendapat Nurcholish Madjid di atas mengindikasikanbahwa keadilan dan persamaan sangat bergantung dari carapandang dan proses kreasi manusia sebagai subyeknya.Kemiskinan yang menjadi problem sosial bagi sebagian besarnegara-negara Islam juga dibentuk oleh manusia-manusia Is-lam yang telah terhegemoni oleh cara pandang ekonomikapitalisme. Realitas inilah yang menyebabkan mengapa teologipembebasan Engineer dari awal mempertautkan antara teologidi satu sisi dengan manusia di sisi lain. Bahkan dalam teoripembebasan Engineer sebagaimana digambarkan pada uraiansebelumnya bahwa langkah pertama teologi pembebasan adalahmemotret kehidupan manusia baik dalam konteks duniamaupun kehidupan akhirat.99 Posisi manusia memang menjadivital dalam teologi pembebasan karena ia menjadi penentuharah pembebasan tersebut. Bahkan menurut Frithjof Schuon(1907-1998), seorang perenialis berkebangsaan Swiss, bahwasalah satu ciri manusia selain inteligensia dan kemampuan danketulusan adalah kehendak bebas.100 Kehendak bebas tidakhanya untuk manusia secara personal tetapi ia juga mampumenjadi pembebas sehingga orang lain menjadi bebas.Barangkali ini juga yang mendasari Engineer dalam menerapkan

98Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, h. 126.99Lihat Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 1.100Frithjof Schuon, Roots of the Human Condition, diterjemahkan oleh Ahmad

Page 202: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

194 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

teologi pembebasannya selalu bercermin pada pembebasan yangdilakukan oleh Nabi Muhammad saw. terhadap masyarakatMekkah. Artinya manusia seperti Nabi bisa menjadi inspirasibagi para teolog-teolog yang bisa membebaskan dari berbagaibelenggu. Salah satu potongan ayat yang seringkali dirujuk olehpara intelektual dalam mendeskripsikan manusia sebagai pelakupembebasan atau perubahan adalah QS al-Ra’d/13: 11sebagaimana berikut:

… … Terjemahnya:

…sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatukaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada padadiri mereka sendiri…101

Ayat di atas berbicara tentang konsep perubahanmasyarakat, yang menurut Quraish Shihab, ditafsirkan sebagaisebuah proses perubahan yang menempatkan manusia sebagaisubyek perubahan atau pembebasan. Dalam posisinya sebagaipelaku perubahan, di samping manusia berperan sebagai wujudpersonal, juga sebagai bagian dari komunitas ataumasyarakat.102 Perubahan yang digambarkan dalam ayat di atasjuga bisa dijabarkan dalam dua bentuk perubahan yaituperubahan masyarakat yang dilakukan oleh Allah swt dan inibersifat mutlak dan perubahan keadaan diri manusia yangpelakunya adalah manusia sendiri.103 Perubahan oleh manusiaterwujud karena manusia pada hakikatnya memilikikemampuan untuk mengetahui kebenaran baik yang absolutmaupun yang relatif serta menghendaki dan mencintaiKebaikan Berdaulat.104

101Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 337-338.102Lihat M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 242.103M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi al-Qur’an, h. 176.104Frithjof Schuon, Hakikat Manusia, h. 85.

Page 203: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 195

Terkait dengan kesadaran akan posisi sebagai subyekperubahan tersebut, Engineer menggambarkan sosok Abu Zaral-Ghifâri yang tampil sebagai subyek perubahan dengan caramengkritisi sistem kapitalistik yang dilakukan oleh para sahabatNabi yang lain pada waktu itu. Kritik Abu Dzar tersebutkarena beberapa sahabat telah mempertontonkan kehidupanmaterialistik dan seringkali berkontestasi dengan materinyadi ruang publik tanpa peduli dengan kondisi kehidupansahabat lain yang miskin dan tertindas. Meskipun dalamsejarahnya, Abu Zar yang kritis itu mengalami akhir hidupyang tragis, dia diasingkan dan meninggal dunia tanpa oranglain di sisinya. Kritiknya yang keras membuktikan bahwa saatitu terjadi penggunaan harta benda yang tidak efektif danpemborosan dalam skala yang besar.105 Selain itu kritikan AbuZar yang tajam kepada model perdagangan yang bebasberakhir dengan pengorbanannya yang tragis membuktikanbahwa kapitalisme adalah musuh yang nyata dan akanmenabrak semua hal yang menghalanginya.

Sekali lagi ditekankan bahwa teologi pembebasan Engineermenaruh perhatian yang sangat besar terhadap konsepkepemilikan pribadi. Menurutnya, kekayaan pribadi tidak dapatdiperlakukan sebagai hal yang suci dan mutlak, meskipun tidakberarti mengabaikan hak milik pribadi. Kekayaan pribadi yanghanya dikuasai oleh segelintir orang saja tidak dapat dibiarkantak tersentuh jika semangat al-Qur’an ingin ditegakkan. Salahsatu langkah kongkret yang mesti dilakukan oleh teologipembebasan dalam usaha mengurangi kemiskinan adalahreformasi tanah (land reform). Reformasi ini penting karenakepemilikan tanah secara berlebihan secara tidak langsung telah

105Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 107. Al-Qur’an sendirisudah menegaskan larangan untuk bersikap pamer atas harta yang dimiliki olehseseorang seperti pada QS al-Qasas/28: 79.

Page 204: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

196 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

mengebiri hak-hak orang lain untuk diberi kesempatanmemiliki tanah dan pada akhirnya memiliki dampak yangcukup panjang jika persoalan tanah masih menyisakan prob-lem. Engineer memberi contoh bagaimana Pakistan pada masapemerintahan Ziaul Haq (1924-1988) telah membentuk timekonomi yang secara khusus bertugas untuk mereformasipersoalan tanah. Salah satu bentuk rekomendasi tim ekonomitersebut sebagai berikut:

perlu ditambahkan, reformasi tanah ini dilaksanakan untukmengurangi jumlah tanah yang dipegang oleh banyakkeluarga. Langkah-langkah untuk memperkenalkan sistemyang Islami dalam sewa menyewa tanah, harus diambiluntuk menghilangkan penyewaan tanah yang menurut parafuqaha secara formal identik dengan riba. Lebih dari itu,ada ketentuan Islam yang eksplisit bahwa tanah yang tidakdiolah selama tiga tahun berturut-turut harus disita negara,tanpa ada kompensasi apapun bagi pemiliknya, dankemudian diberikan kepada siapa saja yang sanggupmengolahnya.106

Kutipan di atas mengindikasikan bahwa jika semua prosesIslamisasi ekonomi yang sungguh-sungguh dimulai, maka tanahbaik perkotaan maupun pedesaan, harus dibagi-bagikan lagiuntuk mengurangi ukuran tanah milik pribadi dan untukmewujudkan keadilan sosial seperti yang diabadikan dalam al-Qur’an.107 Hanya saja, apa yang dilakukan oleh Ziaul Haq diatas, menurut Engineer, dalam mereformasi tanah belum bisasecara signifikan membebaskan umat Islam Pakistan bebas darikemiskinan. Hal ini terjadi karena pada saat yang bersamaan,Ziaul Haq tidak menerapkan hukum secara komprehensifterhadap pelaku kriminal dan kesusilaan. Begitu pula dalambidang ekonomi seperti bunga bank masih tetap dipertahankan

106Disadur dari Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 108.107Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 69.

Page 205: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 197

padahal lahirnya kemiskinan akibat dari kerakusan danpemborosan yang dilakukan oleh orang-orang kaya.108 Jadihukum syariah yang diterapkan di Pakistan dimana Islammenjadi agama resmi negara sejak 1948 masih terbatas padahal-hal tertentu, belum menyentuh pada seluruh aspekkehidupan manusia.109

Teologi pembebasan tidak hanya fokus pada satu domainkeadilan seperti ekonomi, tetapi pada saat yang bersamaan, iajuga memberikan atensi yang besar pada keadilan hukum, sosialdan budaya. Kalau hal tersebut tidak dilakukan secarakomprehensif, maka keadilan dalam berbagai aspek akan sulitterwujud. Kondisi inilah yang terjadi di Pakistan bagaimana kelaspemilik tanah tetap merupakan kelas yang kuat. Land reform yangmenjadi proyek besar dari Ziaul Haq dianggap gagal dalammengurangi angka kemiskinan di Pakistan. Kemiskinan tetapmenjadi problem besar bagi negara ini. Singkatnya, dalam upayamewujudkan keadilan ekonomi maka harus ditunjang dengankeadilan hukum, keadilan sosial dan budaya. Elemen-elemeninilah yang menjadi core business dari teologi pembebasan Engi-neer yang tidak ingin menghadirkan kasta-kasta atau kelas dalammasyarakat karena bertentangan dengan tauhid yang hakikidimana tidak ada lagi masyarakat tanpa kelas (classless society).

Menurut Engineer, praktek pemilikan harus dilihat secaraproporsional. Artinya, pemusatan kekayaan terhadap segelintirorang dan melupakan hak-hak orang miskin harus dilawan,tetapi hal ini bukan berarti bahwa hak milik harus dihapus.Engineer menawarkan cara trial and error, gagasan ideal yangdijiwai semangat kebenaran untuk menyelesaikan masalah inidengan memperhitungkan kondisi yang ada. Dengan kata lain,penerapan pembatasan pemilikan bisa juga menimbulkan prob-

108Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 109.109Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam, h. 21.

Page 206: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

198 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

lem baru sebagaimana yang terjadi Rusia. Segera setelah terjadiRevolusi Oktober, sejumlah pembatasan hak milik diterapkan,namun kemudian setelah selesai perang, muncullah komunismesehingga perlu diadopsi sebuah kebijakan ekonomi baru (NEP,new economic policy) untuk menghilangkan pembatasan-pembatasan yang semula diterapkan. Begitupula sebaliknya,ketika penerapan pemilikan kolektivisasi, maka terjadi aksiprotes dari kalangan Bolsheviks dan Mao Ze Dong.110

Fakta sejarah di atas membuat Engineer berkesimpulanbahwa sistem pemilikan harus dilihat dari konteksnya.Penerapannya tentu saja harus melihat bagaimana sistemekonomi yang berlaku pada satu negara. Teori pemilikan tidakboleh monoton dalam mengimplementasikannya. Ia harusberdialektika dengan konteks zaman dan tempat yangmengitarinya. Namun Engineer juga tidak terjebak oleh prinsiporang-orang sosialis yang mengatakan bahwa mengurangi hakmilik pribadi itu bertentangan dengan kodrat manusiawi danbahwa produksi tidak akan berjalan tanpanya. Dari sinilahmenurut Engineer, mengapa al-Qur’an tidak menganggapkepemilikan itu suci, namun juga tidak menolaknya.111 Tujuanutamanya adalah bagaimana al-Qur’an menyerukanpenghapusan eksploitasi dan penindasan, ketidakadilan sosio-ekonomi, serta masalah kepemilikan individu yang semuanyamenjadi akar menjamurnya kemiskinan.112 Hal ini relevandengan kecaman keras Marxisme terhadap kapitalisme dimanapemborosan dan pembagian serta pengunaan yang tidakmerata menjadi ciri khasnya. Kesenjangan yang tinggi terjadi

110Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 114.111Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 114.112Beberapa ayat al-Qur’an telah menegaskan hal tersebut. Antara lain tentang

bagaimana seseorang berhak mendapat bagian dari apa yang diusahakannya sepertiQS an-Nisa/4: 32. Begitupula larangan menyimpan semua harta yang diperolehnyadengan jalan membaginya kepada orang-orang miskin dan tertindas seperti dijelaskanpada QS al-Humazah/104: 2.

Page 207: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 199

pada kelompok kaya dan kelompok miskin juga menjadi ranahkritikan Marxisme terhadap kapitalisme.113 Jadi baik al-Qur’anmaupun Marxisme sama-sama menegaskan bahwa sistemekonomi kapitalisme telah menghancurkan nilai-nilai keadilan,persamaan dan pemerataan. Di sinilah Engineer mencobamemadukan teori Marxis dan pesan-pesan al-Qur’an dalam teoripemilikan pribadi terhadap barang atau produk. Argumen inisekali lagi memperjelas pengaruh Marxisme dalam pemikiranteologi pembebasan Engineer.114

Demikianlah teologi pembebasan yang tidak hanya memberiperhatian terhadap perlunya mencari solusi atas kemiskinantetapi juga menawarkan solusi yang digali dari semangat al-Qur’an. Dua solusi yang ditawarkan adalah bagaimanaperlunya membangun formulasi berpikir bahwa amal shalehyang didalamnya ada sedekah atau zakat tidak cukup untukmengurangi angka kemiskinan serta merekonstruksi sistempemilikan barang atau produksi. Kalau yang pertama lebihfokus kepada perbaikan managemen pengelolaan zakat dansedekah supaya lebih terorganisir dengan baik serta revolusikesadaran umat Islam bahwa sedekah tidak cukup untukmengurangi angka kemiskinan. Maka poin yang keduamengarah kepada rekonstruksi pemahaman bahwa kepemilikanmutlak hanyalah milik Allah sedangkan manusia hanyamemanfaatkan milik Allah. Kepemilikan pribadi harus dikajiulang dengan memberi batasan-batasan sehingga orang miskinjuga mendapatkan bagian dan kekayaan tidak dimonopoli olehsegelintir orang. Langkah kongkret menurut Engineer adalahpembatasan pemilikan tanah seperti apa yang dilakukan olehpemerintah Pakistan pada masa Ziaul Haq. Tanah idealnya

113Khalid M. Ishaque, “Ancangan Islam terhadap Perkembangan Ekonomi”, h. 346.114Pengakuan Engineer selama ini bahwa ia terpengaruh pada pemikiran Marx seperti

yang telah penulis urai dalam bab 3 disertasi ini semakin tampak terutama teori pemilikanbarang produksi.

Page 208: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

200 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

dikelola bersama oleh kelompok kaya dan miskin denganmenjunjung tinggi rasa kebersamaan dan keadilan antara keduabelah pihak. Hanya saja, Engineer menekankan bahwa teologipembebasan dalam mengurangi angka kemiskinan tidak cukuphanya berazaskan satu aspek keadilan saja, seperti ekonomi,tetapi ia memandang keadilan dari berbagai sisi seperti keadilansosial, politik dan budaya sehingga sinergisitas antara keadilan-keadilan tersebut dapat terwujud.

2. Pluralisme: Pembebasan dari Konflik antar AgamaPluralisme atau kemajemukan menurut John Hick,

sebagaimana dikutip oleh Budhy Munawar Rahman,merupakan tantangan bagi semua agama-agama monoteisseperti Yahudi, Kristen dan Islam, karena pendekatanekslusifnya yang dilakukan oleh agama-agama ini selamaratusan tahun terakhir.115 Dengan kata lain, secara internal,agama pada dasarnya memiliki klaim kebenaran (truth claim)untuk mempertahankan eksistensinya. Keyakinan ini seringkalimenegasikan eksistensi agama lain dan menganggap bahwaagama tertentu saja yang benar. Tentu saja pluralisme menjaditantangan dalam konteks ini, padahal dalam studi empirisfenomena keberagamaan menemukan kenyataan yang sulitdielakkan yakni adanya pluralitas keyakinan dan pedomanhidup manusia.116 Selain itu, faktor eksternal sepertiperkembangan dunia dengan ciri khas globalisme telahmembuat umat manusia pemeluk agama menjadi satu dan lebihcair. Kelompok-kelompok masyarakat hidup salingberhubungan, saling membutuhkan antara satu dengan yanglain. Jaringan komunikasi telah menembus tembok-tembok

115Budhy Munawar Rahman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekularisme, Liberalismedan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia (Cet. I; Jakarta: LSAF, 2010), h. 524.

116Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Cet. I; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), h. 44.

Page 209: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 201

pemisah yang sebelumnya mengisolasi kelompok-kelompokagama di masyarakat.117 Pluralisme dalam hal ini membuatpemeluk agama-agama harus mengatur strategi dalammerespon pesatnya perkembangan dan model pluralisme. Kalaupluralisme pada masa lampau, menuntut suatu responkerukunan, ko-eksistensi, dan keserasian hidup dari kelompok-kelompok agama di masyarakat, maka pada masa sekarang,pluralisme sudah mengalami proses emansipasi sedemikian rupasehingga setiap kelompok keagamaan telah mengalami prosesemansipasi bersama, tampil bersama secara setara.118

Pluralisme sendiri lahir terkait dengan praktek JemaahGereja di beberapa negara Eropa yang mengikuti ibadah padabeberapa sekte dalam waktu yang bersamaan. Praktek inikemudian dilarang pada 1529 di Inggris. Namun dalamperkembangannya, larangan ini kemudian dicabut denganlahirnya undang-undang 1838 dan 1885 di Georgia yangmembuat pluralitas menjadi legal dan dibolehkan kembali.119

Jadi pluralisme dalam sejarahnya memang selalu dikaitkandengan perbedaan keyakinan atau agama. Terkait hal tersebut,ada baiknya juga menyimak pengertian pluralisme agama yangdimuat dalam Routledge Encyclopedia of Philosophy,sebagaimana berikut:

Religious pluralism is a loosely defined expressionconcerning acceptance of different religions and is used in anumber of related ways, such as acceptance of the conceptthat two or more religions with mutually exclusive truthclaims are equally valid and the promotion of some level ofunity, cooperation, and improved understanding between

117Th Sumartana, “Theologia Religionum”, dalam Tim Balitbang PGI (peny.),Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia: Theologia Religionum (Cet. I; Jakarta:Gunung Mulia, 2000), h. 17.

118Th Sumartana, “Theologia Religionum”, h. 19.119Sir J. Hammerton (ed.), Cassel’s Modern Encyclopaedia: A New Dictionary of Uni-

versal Knowledge (Sydney: Cassel and Company, tt), h. 766.

Page 210: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

202 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

different religions or different denominations whithin asingle religion.120

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana perbedaanagama dapat digambarkan dalam berbagai bentuk ekspresi,terutama karena agama secara ekslusif masing-masing memilikiklaim-klaim kebenaran. Dalam konteks ini, Masdar F. Mas’udi,sebagaimana dikutip oleh Budhy Munawar Rahman,mengatakan pluralisme pada dasarnya adalah bentukpengakuan atas hak-hak dasar setiap manusia, tanpamembedakan latar belakang primordial apapun, baik etnis, warnakulit, agama, gender dan sebagainya. Pluralisme menurutnya,bukan sama sekali memandang bahwa semua agama sama,karena masing-masing pemeluk agama akan merasa tersinggungperasaannya jika disamakan begitu saja agamanya. Dalamkeberagamaan, ada ruang privat yang tidak bisa disentuh olehagama lain. Pluralisme agama bukan berarti menyamaratakanagama tetapi menjalankan pemahaman bahwa agama yang satuharus mengakui realitas agama lain, dan itu bukan dalam rangkameyakini tetapi mengakui keberadaannya.121

Engineer sendiri mengakui bahwa pluralisme adalah suatukeniscayaan yang secara alami hadir dalam konteks kehidupanmanusia. Pemahaman ini dilandasi dengan argumen teologisbahwa Tuhan membiarkan manusia berbeda-beda baik dari segiagama, bangsa dan etnis. Engineer dalam hal ini merujuk kepadaal-Qur’an yang menjustifikasi bahwa heterogenitas menjadisesuatu yang pasti dan akan terus mewarnai kehidupanmanusia.122 Bahkan dalam beragama sekalipun, al-Qur’an

120Routledge Encyclopedia of Philosophy, dalam entri “Religious Pluralism”. https://www.rep.routledge.com/search?searchString=religious+pluralism&newSearch=(diakses pada 15 Juni 2015)

121Budhy Munawar Rahman, Reorientasi Pembaruan Islam, h. 94.122Lihat QS al-Maidah /5: 48 yang menjelaskan bahwa setiap umat memiliki

syariat dan ajaran sendiri; lihat juga QS al-Hajj/22: 67.

Page 211: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 203

menegaskan bahwa tidak ada pemaksaan dalam beragama.123

Hal ini berarti bahwa manusia memiliki kebebasan dalamberagama tergantung dari keyakinan masing-masing. Konsepkebebasan sendiri sebagaimana dijelaskan sebelumnya menjadielemen penting dalam teologi pembebasan. Kebebasan untukmemilih dan kebebasan untuk keluar (transendensi diri) menujukondisi kehidupan yang lebih baik dan juga untukmenghubungkan dirinya dengan kondisi yang berubah-rubahsecara berarti.124

Meskipun demikian, kebebasan yang dimaksud oleh Engi-neer di atas adalah kebebasan yang mengarah kepada kebaikandan ketenteraman manusia. Kebebasan dalam beragama yangdimaksud tentu saja dalam kerangka perdamaian dankeharmonisan antar pemeluk agama yang berbeda, bukankebebasan yang melahirkan konflik dan benturan setiap pemelukagama. Di sinilah makna teologi pembebasan yang membebaskanpemeluk agama dari konflik dan benturan. Argumen inilah yangmelandasi Engineer sehingga tidak setuju dengan sikapfundamentalisme agama yang dianggap telah menghancurkannilai-nilai universalitas sebuah agama yang membawa misiperdamaian dan keharmonisan umat manusia.125 Menurut En-gineer, dalam konteks teologi pembebasan, nilai-nilai universalini yang mesti dipertahankan dan diperlakukan sebagai sesuatuyang suci, bukan institusi-institusi keagamaan yang eksistensinyaterkait dengan proses historis yang selalu berubah sesuai denganperkembangan zaman.

Menurut para pemikir filsafat agama dewasa ini, pluralismehanya mungkin terjadi manakala pemeluk dari setiap agama

123Engineer dalam hal ini merujuk kepada QS al-Baqarah/2: 256. Uraian lebihlanjut lihat Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, h. 290.

124Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, h. 82.125Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, h. 83.

Page 212: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

204 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

menyingkirkan pandangan ekslusifnya dan berusaha menerimaasumsi dari pihak lain dan melihat alam semesta dari melaluikonsep-konsep pihak lain. Jika upaya ini berkembang akantimbul satu pemahaman timbal balik dimana berbagai agamadunia saling memahami dan menerima satu sama lain.126 Padatitik inilah terjadi pluralisme dimana kesepahaman dan kerelaanmenerima dalam hati berbagai perbedaan yang ada tanpamengedepankan sikap antipati dan kebencian antar berbagaipemeluk agama.

Hanya saja, menurut Engineer, diperlukan langkah-langkah kongkret dalam upaya menegakkan pluralismedalam konteks kehidupan beragama. Salah satunya adalahmelakukan dialog serius yang dia istilahkan dengan dialoglintas agama dan lintas kultural. Dialog ini penting untukmeningkatkan saling pemahaman yang lebih baik di antarapihak-pihak yang bertikai. Menurut Engineer, dialog ini bisadilakukan dengan berbagai macam kelompok atau kalanganseperti kelompok politik, kelompok keagamaan dan kelompokpendukung politik dan kelompok keagamaan. Pada tingkatkeagamaan, dialog akan dipenuhi dengan berbagai persoalankeagamaan dan teologi. Agama hendaknya dipahami darisisi perbedaannya dalam berbagai level seperti ritual, teologi,institusi dan nilai-nilai. Namun menurut Engineer, tema yangideal untuk didialogkan adalah nilai-nilai universal yangdimiliki oleh semua agama. Misalnya agama Hindumenekankan anti-kekerasan, Budha pada ajaran kasih,Kristen pada cinta kasih, sedangkan Islam pada persamaandan keadilan. Dari sini bisa dilihat bahwa semua nilai-nilaitersebut satu sama lain saling melengkapi.127

126Budhy Munawar Rahman, Reorientasi Pembaruan Islam, h. 526.127Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini, h. 44.

Page 213: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 205

Dalam membicarakan universalitas nilai yang dimiliki olehsemua agama, Engineer mencontohkan bagaimana agamaHindu di India mengedepankan sisi esoterisnya dibandingkansisi eksoteriknya.128 Demikian juga dengan tradisi Kristen, merekamenekankan pada aspek spiritualitasnya dan penyerahan dirikepada Tuhan daripada sisi ritual teologinya. Spiritualitas atausisi esoteris agama juga menjadi karakter Islam sebagaimana yangdikembangkan oleh para Sufi. Engineer dalam hal ini merujukkepada filosof Muhiddin Ibnu Arabi (1165-1240), sufi abad 11dari Spanyol, dengan doktrin wahdatul wujud nya. Doktrin inimenjadikan pusat ajarannya pada cinta kepada Tuhan danmenempatkan hati sebagai pusat cinta karena di hatilah letakpusat kehadiran Tuhan. Semua ciptaan Tuhan merupakanmanifestasi Tuhan itu sendiri, sehingga semua sekat penghalangumat manusia dalam keragaman tradisi keagamaan hanyalahartifisial semata. Artinya sisi spiritualitas dalam setiap agamamenjadi fundamental daripada berbagai bentuk ritual yang tentusaja berbeda pada masing-masing agama. Pada titik inilah,kesatuan pondasi dalam semua keyakinan agama mengalami titik-titik kesamaan.129 Titik kesamaan ini diistilahkan oleh Sukidisebagai konvergensi agama-agama130 atau dalam istilah al-Qur’anadalah kalimatun sawâ.131 Dalam rumusan ahli agama sepertiHuston Smith (1973), sebagaimana dikutip oleh Sukidi, bahwapada tataran esoteris landasan semua agama-agama itu satu yaituTuhan yang disimbolkan dengan berbagai nama,132 atau dalam

128Islam dan Hindu pada tataran tertentu memang memiliki kesamaan-kesamaan terutama dalam aspek mistisismenya. Bahkan ada satu buku yang secarakhusus membandingkan keduanya. Lihat R.C. Zaehner, Hindu and Muslim Mysti-cism, diterjemahkan oleh Suhadi, Mistisisme Hindu Muslim (Cet.I; Yogyakarta: LKiS,2004), h. 57.

129Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini, h. 46.130Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur (Cet. I; Jakarta: Kompas Media Nusantara,

2001), h. 6.131Lihat QS al-Imran /3: 64.132Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur, h. 6.

Page 214: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

206 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

bahasa Kamaruddin Hidayat, satu Tuhan banyak nama.133

Menurut Filsuf Perennialis,134 Frithof Schuon, semua agamaberasal dari Tuhan yang pada level transenden, semua agamaakan mencapai konvergensi. Dengan kata lain, agama akanbersatu dalam menyampaikan pesan dasar agama yaitu sikappasrah untuk selalu menghayati kehadiran Tuhan dalamkehidupan sehari-hari.

Dalam konteks agama-agama, penerimaan adanya the com-mon vision, meminjam istilah Huston Smith, sebagaimanadikutip oleh Budhy Munawar Rahman, berartimenghubungkan kembali the many, dalam hal ini realitaseksoteris agama-agama, kepada The One, Tuhan yang diberiberbagai macam nama oleh para pemeluknya sejalan dengankebudayaan dan dan kesadaran sosial-spiritual manusia.Sehingga kesan empiris tentang adanya agama-agama yangplural itu, tidak hanya berhenti sebagai fenomena faktual saja,tetapi kemudian dilanjutkan bahwa ada satu realitas yangmenjadi pengikat yang sama dari agama-agama tersebut, yangdalam bahasa simbolis disebut dengan “agama itu”.135

Namun demikian, Engineer mengatakan bahwa penguatansisi esoteris agama-agama di atas tidak juga menempatkan

133Kamaruddin Hidayat, Agama Masa Depan, h.23. Dalam konteks Islam, Tuhanmemiliki 99 nama yang dikenal dengan asmâul husna (Nama-Nama Yang Baik). Nama-nama tersebut tentu saja merujuk kepada satu yaitu Tuhan atau Allah swt. Uraianlebih lanjut, lihat Kamaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Cet.I; Jakarta:Naura Books, 2012), h. 261.

134Istilah perennial dapat dipahami dengan dua pengertian. Pertama, sebagainama diri (proper name) dari suatu tradisi filsafat tertentu, dan kedua, “perennial”sebagai sifat yang menunjuk pada filsafat yang memiliki keabadian ajaran. Filsafatperennial adalah terjemahan dari istilah Philosophia Perennis yang pertama kalidiperkenalkan oleh Agostino Steuco, seorang Neo-Platonis pengikut Augustinus dariItalia. Steuco menggunakan istilah ini sebagai judul bukunya De Perenni Philosophiayang membahas tradisi filsafat sejati yang abadi. Uraian lebih lanjut, lihat AhmadNorma Permata, “Antara Singkretis dan Pluralis: Perennialisme Nusantara” dalamAhmad Norma Permata (Ed.), Perennialisme: Melacak Jejak Filsafat Abadi (Cet.I;Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996), h. 1.

135Budhy Munawar Rahman, “Kata Pengantar” dalam Kamaruddin Hidayat,Agama Masa Depan, h. xx.

Page 215: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 207

bahwa aspek ritual dalam teologi tidak bermakna sama sekalibagi para penganutnya. Bahkan dari sekian banyak penganutagama, banyak yang menempatkan begitu pentingnya tata aturanritual dalam teologi.136 Domain ini disebut oleh KamaruddinHidayat sebagai jamâah, yakni semua agama memiliki aturanritual dan doktrin yang dilakukan di jamâah mereka denganmengambil tempat yang disucikan. Melalui domain jamâah inipula, paham keagamaan dan iman seseorang terbentuk danterbina secara efektif. Di domain ini pula, idiom dan simbol agamasecara eksklusif bebas dikemukakan karena pesertanya bersifathomogen dan eksklusif. Artinya, bisa saja terjadi perbedaanpandangan dan pemahaman keagamaan dalam internal jamâahkarena mereka sama-sama mempermainkan makna yang diolaholeh peserta yang homogen.137

Engineer meyakini bahwa dialog yang serius antar pemelukagama bisa menegakkan pluralisme yang menjadi pembebasterjadinya konflik antar pemeluk agama. Engineer dalam halini meletakkan beberapa aturan dasar demi terealisasinya dia-log antar agama sebagaimana berikut:

1. Peserta dialog diharuskan memahami secara ontologis tradisikeyakinannya dan memiliki keyakinan penuh dalam dirinya.

2. Tidak ada rasa superioritas atas tradisi masing-masingantara peserta dialog dengan yang lain.

3. Dialog tidak menimbulkan polemik, karena polemik itusendiri bertentangan dengan esensi dialog itu sendiri.

4. Dialog tidak hanya memberikan pemahaman kepada yanglain, tetapi juga harus menghormati integritas orang lain.Dialog tidak dapat berlangsung jika tidak ada penghormatanterhadap integritas dan keyakinan orang lain.

5. Ide dialog hendaknya menjelaskan satu poin masalah dan

136Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini, h. 46.137Kamaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa, h. 72.

Page 216: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

208 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

tidak memaksa orang lain untuk sepaham. Jika ada unsurpemaksaan yang terjadi dalam dialog, sama saja denganmenghancurkan semangat dialog, karena pemaksaantersebut akan menjurus untuk mengajak pindah keyakinandan disinilah terjadi kebencian.

6. Sesama teman dialog juga harus siap mengakui keunikankeyakinan satu sama lain, ritual atau sistem teologi.Keunikan inilah yang menjadikan berbeda. Tidak pentingmenanyakan benar atau salah, melainkan mengakui sisikeunikan dan keragaman tersebut.

7. Selain itu, sesama teman dialog juga harus mengakuibahwasanya keragaman-perbedaan itu merupakansunnatullah. Tanpa perbedaan, kehidupan akanmenjemukan dan hilang semua daya tariknya. Tidakadanya keragaman dalam menjalankan satu sistemkeyakinan atau ideologi tertentu pada akhirnya hanya akanmemunculkan paham fasisme dan autoritarianisme.

8. Dialog harus mampu memunculkan semangat perdamaiandan penyelesaian untuk meminamalisir konflik dalammasyarakat. Semangat dialog terpancar dari sikapmenghargai orang lain dalam situasi sulit dan kompleks.Perdamaian merupakan sesuatu yang sangat esensial dalamkultur dialog.

9. Seseorang harus mengetahui perbedaan antara dialog danmonolog untuk jalannya proses dialog yang efektif.Keinginan untuk mendominasi dialog akan memunculkanbentuk monolog. Sesama peserta dialog haruslahmendapatkan kesempatan yang sama dalam menjelaskansatu masalah. Dialog hendaknya mengambil tempat yangsteril dari kepentingan dan menjunjung tinggi semangatdemokratis hak-hak semua orang yang ikut dalam dialog.

10. Seseorang harus memahami proses dialog yang efektif ituhanya terealisasi jika tidak hanya mendengarkan pendapat

Page 217: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 209

orang lain, akan tetapi menyimaknya dan memberikanapresiasi sesuai dengan konteks pembicaraan. Karena padaumumnya, teks kitab suci harus ditafsirkan sesuai dengansituasi dalam konteks tertentu kecuali teks yang menyangkutnilai pernyataan. Sikap kritis terhadap teks seringkali terjadikarena kurang memahami konteksnya.138

Aturan-aturan dasar di atas menggambarkan bagaimanaEngineer begitu rinci dalam merealisasikan dialog antar agama.Jadi, ia tidak sekedar menganjurkan bagaimana dialog antarpemeluk agama itu terwujud tetapi menyediakan aturan yangjelas sehingga output dialog juga jelas. Barangkali karenapengalamannya mengikuti dialog lintas iman yang hanyaterkesan dialog ritual dan tidak menghasilkan output yang jelas,maka ia meletakkan prinsip-prinsip dialog di atas. Engineersangat menekankan proses dialog itu berlangsung damai, dantidak hanya mengharapkan hasil dialog sebagai barometerkeberhasilan tetapi proses dialog juga menjadi ukurankesuksesan dialog. Aturan dasar di atas relevan dengan apayang dikatakan oleh Th. Sumartana, sebagaimana dikutip olehBudhy Munawar Rahman, bahwa dalam melakukan dialog dandalam rangka mengembangkan kesadaran pluralisme,sedikitnya ada dua hal pokok yang harus dipertimbangkan,yaitu: pertama, menghidupkan suatu kesadaran baru tentangkeprihatinan pokok iman orang lain, tanpa meremehkan, apalagimendistorsikan keyakinan-keyakinan mulia tersebut. Hal inipenting untuk menciptakan “mutual enrichment” bagi setiappenghayatan iman yang berbeda. Kedua, mengarah kepadakerjasama untuk memecahkan persoalan kemanusiaan bersamadi masyarakat. Keprihatinan agama-agama ini akan menjadikekuatan baru bagi kemanusiaan untuk menanggulangi eskalasipersoalan yang formatnya memang bersifat lintas agama.

138Disadur dari Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini, h. 49.

Page 218: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

210 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Kemampuan agama-agama secara individual untukmenghadapi persoalan kemanusiaan di zaman modern ini tidakmemadai lagi, sehingga diperlukan suatu bentuk barupersekutuan antaragama.139

Dialog tidak mengagendakan kompetisi kebenaran ataumeminjam istilah Th Sumartana sebagai competition of truth. Misidialog tidak akan mencari pemenang-pemenang dialog. Ia jugabukan festival untuk memilih agama mana yang paling hebat.Dialog bukan pertarungan untuk merebut nomor satu dalamkehidupan pluralisme agama. Oleh sebab itu, issu konversiagama dianggap sebagai hal yang tidak relevan dalam dialogantar agama. Bahkan menurut Engineer, di beberapa negaramuslim yang menyerukan pemeluk agama lain untuk masukIslam adalah sebuah tindakan arogan dan egoistis.140 Dalamdialog, orang bisa belajar mengenai agama lain, dari dalamagamanya sendiri, menghayati kebenaran agama yang lain.141

Hanya saja, dialog antar agama memang bukanlah soal yangmudah. Frans Magnis Suseno menggambarkan bahwa dialogantar agama yang selama ini dilakukan dalam konteks Indone-sia mengalami titik nadir. Bahkan dalam terminologi Frans, dia-log antar agama berada di jalan buntu. Pesimisme inidigambarkan karena selama 30 tahun berlangsung dialog antarKristen dengan Islam, tetapi tetap saja masih terjadi tindakan-tindakan yang mendiskriminasi agama minoritas lain sepertipengrusakan rumah ibadah.142 Bahkan yang paling pentingmenurut penulis, dialog yang serius juga mestinya digalakkan

139Budhy Munawar Rahman, Reorientasi Pembaruan Islam, h. 531.140Asghar Ali Engineer, “The Compatibility of Islam, Secularism and Modernity”

, h. 4.141Th Sumartana, “Beberapa Tema Dialog Antar-Agama Kontemporer” dalam

Balitbang PGI, Agama dalam Dialog: Pencerahan, Perdamaian dan Masa Depan (Cet. III;Jakarta: Gunung Mulia, 2003), h. 120.

142Frans Magnis Suseno, “Dialog antar Agama di Jalan Buntu”, dalam BalitbangPGI, Agama dalam Dialog, h. 19.

Page 219: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 211

di internal umat Islam. Kasus pengusiran kelompok-kelompokSyiah di beberapa wilayah di Indonesia serta pembatasan akseskepada kelompok Ahmadiyah dalam beribadah membuktikanbahwa ada problem serius yang terjadi dalam internal umatIslam yang memerlukan langkah kongkrit yang melebihi darisebatas dialog. Padahal, menurut Engineer, Islam yangdidalamnya ada spirit pembebasan mestinya menjadi bentengdalam mengurangi tingkat kekerasan intenal umat Islam denganmengedepankan sifat kasih sayangnya. Konsep kasih sayangsendiri menurut Engineer, sama pentingnya dengan tauhid danmenjadi bagian vital dalam risalah Nabi Muhammad saw.Bahkan Nabi sendiri menjadi representasi rahmat bagi seluruhalam semesta.143 Dalam konteks ini, jika dialog mengedepankanrahmat atau kasih sayang yang dimiliki oleh semua agama, makapembentukan masyarakat yang bebas dari kepentingan-kepentingan primordialistik akan terwujud. Karena tidaksatupun agama mengajarkan konflik atau permusuhan, semuaagama mengajarkan perdamaian, keharmonisan antara umatmanusia, serta persaudaraan dan kesetaraan. Di sinilah maknapluralisme sebagai bentuk pembebasan dari berbagai konflikantar agama. Pluralisme menjadi bagian penting dari teologipembebasan Engineer. Tegaknya pluralisme pada kelompok-kelompok yang berbeda agama akan mengikis bentuk-bentukketidakadilan dan penindasan yang dilakukan oleh elemen-elemen tertentu yang mengatasnamakan agama sehingga misiteologi pembebasan yang menjadikan keadilan sebagai titikepisentrumnya dapat terwujud. Dari sinilah kemudiankekerasan atas nama agama yang dilahirkan dari sikapfundamentalisme agama harus diminimalisir. Sama dengan sifatkasih sayang yang dimiliki oleh semua agama, sikap

143Lihat QS al-Anbiya /21: 107. Uraian lebih lanjut, lihat Asghar Ali Engineer,“The Concept of Compassion in Islam”, GRV, July-October, Vol.2/I-II.

Page 220: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

212 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

fundamentalisme juga biasanya menjadi problem masing-masing agama. Artinya, agama-agama besar di dunia, pastimemiliki kelompok ekstremis yang cenderung menegasikankelompok lain baik dalam internal agamanya, apalagi antaragamanya.144 Oleh karena itu, menurut Engineer, diperlukanlangkah kooperatif untuk mewujudkan pluralisme denganmengedepankan dialog yang tidak hanya melibatkan elite tetapidialog tersebut membumi pada tataran grass root (masyarakatbawah). Dialog tersebut juga harus berkesinambungan dantercermin dalam kesediaan hidup berdampingan dalammenghadapi persoalan bersama-sama. Dialog berangkat darikepentingan bersama-sama dengan visi dan misi bersamamewujudkan perdamaian yang dirasakan oleh semua kelompokpeserta dialog.145 Jadi sekali lagi, pluralisme dalam konteks iniyang merupakan bagian dari teologi pembebasan Engineeradalah upaya membebaskan pemeluk agama dari berbagaikonflik yang mengatasnamakan agama. Engineer telahmembuktikan bagaimana Hindu dan Islam dalam konteks In-dia dapat hidup bersama-sama dalam kesamaan-kesamaanprinsip beragama. Nilai universalitas Hindu juga terdapat dalamnilai-nilai universal Islam.

Demikianlah teologi pembebasan menjadikan pluralismesebagai terapi dalam memecahkan problematika teologi yangdihadapi dunia modern terutama dalam hubungan antaragama. Selain itu, soal yang tak kalah pentingnya adalahpembebasan perempuan dari berbagai belenggu. Engineer dalamhal ini, juga sangat concern dalam persoalan ini sehingga iamenulis beberapa buku yang bertalian dengan pembebasan

144Tiga agama besar dunia, Islam, Kristen dan Yahudi dikenal memiliki kelompok-kelompok ekstrem konservatif. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini, lihat KarenArmstrong, Berperang Demi Tuhan, h. 29-113.

145Lihat Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini, h. 50.

Page 221: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 213

perempuan. Oleh sebab itu, uraian berikut mencerminkan teologipembebasan yang secara khusus memperbincangkanpembebasan perempuan.

3. Teologi Feminisme: Pembebasan PerempuanSecara umum, istilah teologi feminisme146 tidak lahir dari

rahim Islam. Terminologi ini sebenarnya sangat erat kaitannyadengan tradisi Kristen, terutama yang dijelaskan dalam Alkitabbahwa Tuhan itu identik dengan laki-laki atau dalam istilahumat Kristen147 sebagai “Bapak”.148 Dengan kata lain, tradisigereja cenderung menempatkan perempuan sebagai makhlukyang kehadirannya sangat bergantung pada laki-laki. Lahirnyafeminisme dalam konteks ini sebagai otokritik terhadap otoritasgereja yang tidak sensitif terhadap posisi perempuan. Namunjika ditelusuri lebih jauh, ketidakberpihakan terhadapsensitivitas perempuan tidak hanya terjadi dalam tradisiKristen, tetapi jauh sebelumnya dalam tradisi Yunani klasiksudah terjadi, misalnya istilah Dewi-Dewi yang menunjukkantuhan perempuan juga sangat bergantung pada Dewa-Dewasebagai pasangan hidup mereka. Dewi-Dewi dianggap tidakmampu menunaikan tugasnya tanpa kehadiran Dewa disampingnya.149 Hal ini berarti bahwa problem ketidaksetaraandan ketidakseimbangan antara laki-laki dan perempuan telahmewarnai kilas balik perkembangan teologi sejak masa dahulusampai sekarang.

146Istilah feminisme berasal dari bahasa Perancis feminisme atau feministe yang kemudiandiinternalisasi dalam bahasa Inggris feminism. Terminologi ini pertama kali dipergunakanpada 1880an oleh Hubertine Auclert, pembela hak-hak perempuan di Perancis. Istilah inikemudian populer pada 1890an. Uraian lebih lanjut, lihat Nancy F. Cott, The Grounding ofModern Feminism (USA: Vail Ballau Press, 1987), h. 14. Uraian lebih lanjut lihat MichaelAmaladoss, Teologi Pembebasan Asia, h. 63.

147Michael Amaladoss, Teologi Pembebasan Asia, h. 65.148Istilah “Bapak” adalah salah satu bagian dari konsep trinitas yang dipahami oleh

umat Kristen Katolik. Selain “bapak”,mereka juga mengenal “putra” dan “roh kudus”.149Michael Amaladoss, Teologi Pembebasan Asia, h. 65.

Page 222: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

214 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Menurut Amaladoss, dalam konteks Asia, feminisme dapatdibagi kepada tiga kelompok. Pertama, feminisme liberal yangmenyasar gerakan-gerakan perempuan kelas menengahperkotaan yang memperjuangkan kesetaraan perempuan danlaki-laki dari aspek gaji, kedudukan sebagai pemimpin serta jenispekerjaan. Kedua, feminisme dalam gerakan-gerakan politik kiriyang mendefinisikan kerja pada sektor industri swasta, bukanpekerjaan rumah tangga. Ketiga, feminisme dari gerakan-gerakan kelas masyarakat bawah perempuan yang tidakterorganisir dengan baik seperti buruh perempuan, nelayanperempuan, petani perempuan yang menuntut perbaikanekonomi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.150 Lahirnyatiga kelompok feminisme ini tidak bisa dilepaskan dari budayapatriarkhisme yang secara literal berarti “kepemimpinan sangayah”. Ayah dipandang sebagai figur yang menguasai anggotakeluarga, sumber ekonomi dan sekaligus pembuat keputusantertinggi. Patriarkhisme, dengan demikian, menempatkan laki-laki dalam posisi lebih tinggi daripada perempuan. Lebih parahlagi, patriarkhisme juga dipandang sebagai akar pandanganmisoginis (istilah antropologis yang cenderung meremehkanposisi perempuan atau bahkan membencinya).151

Feminisme dalam konteks dunia modern tidak hanyadipandang sebagai gerakan pembebasan perempuan yangbertalian dengan tradisi sosial politik masyarakat tertentu, tetapifeminisme juga telah merambah dunia teologi yang kemudianberkembang menjadi istilah teologi feminisme. Istilah ini telahberkembang sejak 1960 di Amerika Utara yang telah dijadikansebagai satu disiplin ilmu di berbagai perguruan tinggi ternama.

150Michael Amaladoss, Teologi Pembebasan Asia, h. 63.151Nurul Agustina, “Gerakan Feminisme Islam dan Civil Society” dalam

Kamaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af (Ed.), Islam, Negara dan Civil Society (Cet;Jakarta: Paramadina, 2005), h. 378.

Page 223: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 215

Keterkaitan gerakan feminisme dalam hubungannya denganteologi ini menjadi acuan penulis dalam menyorot sisi pembebasanperempuan dalam kerangka teologi pembebasan Engineer.

Posisi perempuan sendiri dalam Islam juga menjadiperhatian serius teologi pembebasan Engineer. Ketidakadilanpada perempuan akibat sistem dan tradisi yang tidak berpihakpada mereka, menurut Engineer, nyaris tidak pernah menjadiperbincangan teologi Islam klasik. Kondisi inilah yangmenyebabkan mengapa dalam tradisi teologi Islam klasik,pembelaan terhadap perempuan tidak masuk dalam skalaprioritas, karena dianggap tidak memiliki relasi dan implikasiteologis. Doktrin teologis seperti ini menggiring perempuan padaruang-ruang subordinasi yang terpinggirkan dan tidak perlumendapatkan keadilan. Perempuan dianggap sebagai makhlukyang inferior di atas superioritas laki-laki. Dalam terminologiEngineer, meminjam bahasa Simon de Beavoir, perempuanadalah “jenis kelamin kedua” setelah laki-laki.152 Dengan katalain, tidak ada konsep kesetaraan antara laki-laki danperempuan. Konsekuensinya, kontinuitas ketidakadilan yangdilahirkan dari berbagai belenggu tradisi, budaya, bahkannormativitas teologis terus berlanjut. Pada titik ini, pembebasanperempuan versi Engineer patut menjadi perhatian serius.

Semangat pembebasan perempuan sendiri menurut Engi-neer, tidak hadir di ruang yang hampa. Engineermenggambarkan bahwa perjuangan pembebasan perempuandalam konteks Eropa dan Amerika, tersebut tidak lahir secaraspontanitas dan natural. Sebagaimana diketahui bahwa perangdunia kedua telah memberikan efek kerusakan yang besarterhadap dunia ekonomi industri. Banyaknya korban akibat

152Asghar Ali Engineer, The Qur’an and Modern Women and Modern Society,diterjemahkan oleh Agus Nuryatno, Pembebasan Perempuan (Cet. II; Yogyakarta: LKiS,2007), h. 1.

Page 224: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

216 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

perang yang kebanyakan dari pihak laki-laki telah menjadi prob-lem sendiri bagi industri. Mereka kekurangan tenaga kerja dalammengelola industri mereka. Kondisi ini secara otomatis harusmelibatkan perempuan sebagai tenaga kerja industri yang tidakbanyak menjadi korban dari perang dunia kedua tersebut. Darisinilah, menurut Engineer, starting point perempuanmeninggalkan dunia kerja domestik (rumah tangga) menuju keruang publik. Meningkatnya jumlah industri juga secara otomatismeningkatkan kebutuhan tenaga kerja perempuan. Perempuankemudian memegang peran penting dalam berbagai industrisekaligus meningkatkan kesadaran atas kesetaraan merekadengan laki-laki. Mereka kemudian menjadi mandiri dan tidakselalu bergantung kepada laki-laki. Kemandirian tersebutmendasari lahirnya gerakan-gerakan pembebasan perempuanyang dikampanyekan di Eropa dan Amerika tahun 60an.153

Berbeda dengan apa yang terjadi di Barat, gerakanpembebasan perempuan dalam Islam sudah lahir sejak Islamdatang abad keenam masehi. Dengan kata lain, kedatanganIslam juga menjadi awal mula pembebasan perempuan. NabiMuhammad saw sendiri bertindak sebagai inisiator dan“pembawa” bendera pembebasan perempuan dari berbagaibelenggu tradisi Arab klasik. Sebagaimana dijelaskansebelumnya, bahwa nabi tidak hanya menjadi revolusionerdalam perkataan tetapi juga revolusioner dalam tindakan. Iatelah membebaskan perempuan dari keterkungkungan tradisidan pola hidup masyarakat Arab. Sejarah telah mencatatbagaimana perempuan pada masa Arab pra-Islam layaknyamenjadi barang dagangan yang siap diperjual belikan sewaktu-waktu. Mereka ditawarkan sebagaimana harta benda. Dalamgambaran Maulana Muhammad Ali, sebagaimana dikutip olehEngineer, perempuan yang ditinggal oleh suaminya, maka

153Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 2.

Page 225: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 217

puteranya yang lebih tua atau anggota keluarga lainnyamempunyai hak untuk memilikinya, mengawininya jika merekamenyukainya tanpa memberikan mahar atau mengawinkannyadengan orang lain, atau melarang mereka kawin sama sekali. Tidakhanya itu, mengubur anak-anak perempuan yang baru lahir sudahmenjadi tradisi masyarakat Arab pra-Islam. Mereka menganggapbahwa anak perempuan hanya menjadi beban ekonomi keluargapada masa yang akan datang serta ketakutan akan menjadi bahanpenghinaan dan celaan yang seringkali disebabkan karena paragadis yang ditawan oleh suku musuh dan selanjutnya menimbulkankebanggaan penculiknya di hadapan para orang tua dan saudaralaki-lakinya.154 Tradisi tersebut diperparah dengan kebiasaanmasyarakat Arab pra-Islam tentang tidak adanya pembatasantentang jumlah isteri yang bisa dimiliki oleh laki-laki. Dalam catatanal-labari, sebagaimana dikutip oleh Engineer, bahwa seoranganggota suku Quraisy rata-rata mempunyai sepuluh orang isteri.Ada yang mengawini empat, lima, enam atau bahkan sepuluhorang isteri dan bertanya siapa yang bisa menghentikannya darimengawini lebih banyak dari orang lain.155

Kedudukan perempuan dalam konteks masyarakat Arab pra-Islam memang sangat memprihatinkan. Mereka menjadi korbandari tradisi yang menindas dan menempatkan mereka padawilayah subordinasi laki-laki. Kedatangan Islam kemudian menjadisemangat baru bagi kaum perempuan dengan menempatkanderajat mereka setara dengan laki-laki. Menurut Engineer, tidakada perbedaan status antara laki-laki dan perempuan. Keduanyaberasal dari unsur yang sama yaitu nafsin wahidah (jiwa yang satu).Engineer dalam hal ini merujuk kepada QS al-Nisa/4: 1sebagaimana berikut:

154Asghar Ali Engineer, The Rights of Women in Islam, diterjemahkan oleh FaridWajidi dan Cici Farkha Assegaf, Hak-Hak Perempuan dalam Islam (Cet. II; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2000), h. 32.

155Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, h. 32.

Page 226: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

218 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Terjemahnya:1.) Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-muyang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari padakeduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki danperempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allahyang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu salingmeminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungansilaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga danmengawasi kamu.156

Ayat di atas menurut Engineer telah membawa revolusibesar dalam tradisi Islam. Laki-laki dan perempuan tidak hanyaberasal dari sumber yang sama, tetapi juga Islam telahmemberdayakan perempuan dan memberikan kepada merekastatus yang setara dengan laki-laki. Hanya saja, ekspansi Islamke berbagai wilayah besar di berbagai tempat seperti Syria,Mesir, Persia, dan wilayah lain di Asia Tengah, tradisi-tradisimereka yang tetap menomorduakan perempuan masih tetapdipertahankan yang pada gilirannya memberikan dampakkerugian terhadap status perempuan.157 Bahkan pada masa ini,berbagai macam hadis yang muncul dan cenderungmendiskreditkan perempuan sehingga terkadang sulitdibedakan antara sunnah rasul dan adat kebiasaan bangsa Arabserta kebiasaan bangsa ajam (asing) yang diarabkan.158 Selain

156Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 99.157Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 9.158Armahedi Mahzar, “Wanita dan Islam”, kata pengantar dalam Fatima Mernissi,

Women and Islam: A Historical and Theological Enquiry, terjemahan Raziar Radianti,Wanita di dalam Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka, 1994), h. xii.

Page 227: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 219

itu, menurut Engineer, tafsir terhadap berbagai riwayat hadisjuga menjadi pemicu munculnya persepsi bahwa perempuanberada dibawah bayang-bayang laki-laki. Salah satu hadis yangdisorot oleh Engineer adalah bahwa penciptaan perempuanberasal dari tulang rusuk laki-laki.159 Hadis ini telahmenempatkan perempuan dalam subordinasi laki-laki sehinggatidak ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.160

Menurut Engineer, konsep bahwa Hawa diciptakan dari tulangrusuk Adam umumnya ada di kalangan umat Kristen.161 Pal-ing tidak, menurut Engineer, ada dua argumen yang bisa diambiluntuk mengcounter hadis tersebut. Pertama, bahwa al-Qur’antelah memberikan penghormatan dan penghargaan yangsetinggi-tingginya kepada manusia dan kemanusiaan tanpamembedakan antara laki-laki dan perempuan. Kedua, adanyaperbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan adalahsesuatu yang alami. Hanya saja perbedaan tersebut tidakmelahirkan perbedaan dalam wilayah gender.162 Dengan katalain, perempuan tidak boleh dibedakan dengan laki-laki dalamkontestasi peran-peran publik karena perbedaan jenis kelamin.

159Meskipun hadis tersebut dalam kategori sahih, Engineer tetap sa jamengkritiknya dengan mengatakan bahwa hadis ini masuk dalam kategori misoginis(hadis-hadis yang cenderung mendiskreditkan perempuan). Hadis ini diriwayatkanoleh Bukhari.

عوج ن أ وإ ع ة خلقت من ضل مرأ ن ال إ ساء ف الن م استوصوا ب یھ وسل عل ى صل ال رسول ال ق ھ ق عن ي ھریرة رضي ب عن أساء الن استوصوا ب عوج ف م یزل أ ن تركتھ ل قیمھ كسرتھ وإ ھبت ت ن ذ عاله فإ أ ع ل شيء في الض

Urian lebih lanjut lihat Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam program Lidwa Hadis,Lidwa Pusaka Software, t.th, hadis no. 3084.

160Agus Nuryatno, “Examining Asghar Ali Engineer’s Quranic Interpretation ofWomen in Islam” Jurnal al-Jamiah, Vol.45.No.2, 2007.

161Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 10.162Engineer dalam hal ini mengutip salah satu ayat dalam QS al-Nisa/4: 34 yang

mengatakan bahwa “laki-laki adalah penjaga (qawwâm) terhadap perempuan”.Potongan ayat ini seringkali dijadikan acuan bahwa laki-laki bertugas menjaga danmengayomi laki-laki. Artinya laki-laki bertanggung jawab sepenuhnya terhadapperempuan. Uraian lebih lanjut, lihat Agus Nuryatno, “Examining Asghar Ali Engineer’sView..”. Perempuan dalam hal ini menjadi obyek, sementara laki-laki menjadisubyeknya. Yang paling penting dari ayat ini adalah bahwa perempuan tidak bisamenjadi pemimpin bagi kaum laki-laki. Mereka hanya pantas dipimpin oleh laki-lakiyang bertindak sebagai penjaga.

Page 228: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

220 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Lahirnya pendapat yang cenderung mendiskreditkanperempuan, menurut Engineer, juga lebih banyak dipengaruhioleh pemahaman kepada teks-teks keagamaan secara tekstual.Padahal menurutnya, al-Qur’an tidak hanya dipandang dariaspek normativitasnya tetapi juga kontekstual ayat juga menjadipertimbangan utama dalam penafsiran. Semangat pembebasanperempuan yang tertuang jelas dalam al-Qur’an lambat launmenjadi pudar karena pola penafsiran yang tidak kontekstualdan cenderung mengabaikan substansi ayat-ayat al-Qur’an. 163

Senada dengan Engineer, Musdah Mulia menggambarkanbahwa setidaknya ada tiga faktor penyebab munculnyapemahaman keagamaan tidak ramah perempuan atau bias gen-der. Pertama, pada umumnya umat Islam lebih banyak memahamiagama secara dogmatis, bukan berdasarkan penalaran kritis danrasional, khususnya pengetahuan agama yang menjelaskanperanan dan kedudukan perempuan. Tidak heran jikapemahaman yang muncul adalah sangat ahistoris. Relasi genderdipandang sebagai sesuatu yang given, bukan socially constructed.Kedua, pada umumnya masyarakat Islam memperolehpengetahuan keagamaan melalui ceramah dari para ulama yangumumnya sangat bias gender dan bias nilai-nilai patriarkhal,bukan berdasarkan kajian kritis dan mendalam terhadap sumber-sumber aslinya. Ketiga, pemahaman tentang relasi laki-laki danperempuan di masyarakat lebih banyak mengacu kepadapemahaman tekstual terhadap teks-teks suci, mengabaikan aspekkontekstualnya yang lebih mengedepankan prinsip egaliter danakomodatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Agama Islambukan hanya sekedar sekumpulan teks, melainkan seperangkatpedoman ilahiah yang diturunkan demi kebahagiaan dankemaslahatan seluruh manusia perempuan dan laki-laki.164

163Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 11164Musdah Mulia, “Perempuan dari Patriarkhisme Islam” kata pengantar dalam

Syafiq Hasyim, Bebas dari Patriarkhisme Islam (Cet.I; Yogyakarta: KataKita, 2010), h. 18.

Page 229: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 221

Sejarah Islam awal telah menunjukkan secara kongkretbagaimana Nabi Muhammad saw telah melakukanperubahan radikal terhadap kondisi masyarakat Arab,khususnya terkait dengan posisi dan kedudukan perempuan.Antara lain, nabi mengajarkan keharusan merayakankelahiran bayi perempuan di tengah tradisi Arab yangmemandang aib kelahiran bayi perempuan.

Konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan tidak hanyadilihat dari penjelasan bahwa mereka berasal dari sumber yangsama tetapi juga hak mereka untuk mendapatkan warisan jugamenjadi revolusi besar dalam tradisi Islam. Sebagaimanadijelaskan dalam QS al-Nisa/4: 7 sebagaimana berikut:

Terjemahnya:7). Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baiksedikit atau banyak menurut bahagian yang telahditetapkan.165

Ayat di atas, menurut Fatima Mernissi, ibarat ledakan bombagi kaum pria Madinah. Inilah untuk pertama kalinyamengalami konflik dengan Tuhan Islam. Sebelum ayat tersebutturun, hanya pihak pria yang berhak mendapat warisan,sementara perempuan tidak memiliki hak waris, bahkan iamenjadi bagian dari barang warisan. Ayat di atas juga menyulutprotes dari kelompok pria madinah pada waktu itu yang

165Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 101.

Page 230: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

222 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

beranggapan bahwa Islam sudah terlalu jauh ikut campur dalampersoalan warisan, termasuk hubungan mereka denganperempuan. Protes ini tentu saja beralasan karena tradisimenomorduakan perempuan telah mengakar pada masyarakatArab pra-Islam pada waktu itu. Mereka sudah terbiasa hidupdengan cara dan pola patriarkhi dimana laki-laki menjadi sangatdominan dalam konteks kehidupan mereka sementara perempuanselalu menjadi obyek penderita. Selain faktor tradisi, secaraekonomi, pemberlakuan sistem warisan baru yang dibawa olehIslam otomotis menurunkan income generated (pemasukanekonomi) kepada pihak pria karena bagian mereka sudah tidaksepenuhnya menjadi hak mereka, tetapi harus dibagi kepadapihak perempuan.166

Demikianlah Nabi memperkenalkan hak waris bagiperempuan di saat perempuan diperlakukan hanya sebagaiobyek atau bagian komoditas yang diwariskan. Begitupula nabitelah melakukan koreksi total terhadap praktik poligami yangsudah menjadi tradisi masyarakat Arab dengan membatasinya.Bahkan nabi sendiri melarang anak perempuannya, Fatimah,dipoligami.167 Semua contoh-contoh tersebut menandakankeberpihakan Islam terhadap pembebasan perempuan dariberbagai keterkungkungan tradisi.

Berikut beberapa issu terkait perempuan yang menurutEngineer telah mendiskreditkan perempuan danmenempatkannya pada wilayah subordinasi laki-laki. Issu-issu tersebut juga menggiring perempuan menjadi terbelenggudan membuatnya tidak bebas.

a. PoligamiMenurut Engineer, poligami tidak hanya menjadi diskursus

hangat dalam blantika teologi pembebasan Engineer, tetapi

166Fatima Mernissi, Wanita di dalam Islam, h. 151.167Musdah Mulia, “Perempuan dari Patriarkhisme Islam”, h. 19.

Page 231: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 223

secara umum telah menjadi issu yang inheren dalam tradisiteologi-teologi agama besar. Sebutlah dalam mitologi Hindu yangmenggambarkan bagaimana Dewa Khrisna yang dipercayamemiliki ratusan isteri, begitupula Brahma yang banyak hidupdi kuil-kuil juga menjadikan poligami sebagai bagian dari teologimereka. Menariknya, soal tersebut tidak menjadi problem bagiperempuan bahkan dianggap sebagai sesuatu yang natural ataugiven. Perempuan-perempuan tersebut tidak menganggap dirinyasebagai korban bahkan yang terjadi sebaliknya, merekamenganggapnya sebagai kebanggaan atau kehormatan jikamenjadi salah satu isteri dari dewa-dewa tersebut.168 Barangkaliini juga, setidaknya menurut penulis, yang mendasari mengapapoligami dalam tradisi teologi Islam klasik tidak menjadi temayang serius untuk diperbincangkan bagi para teolog-teolog.Asumsi bahwa poligami tidak selalu merugikan pihakperempuan, tetapi justru mengangkat derajat dan status sosialmereka, telah menjadikan poligami sebagai tema yang tidak perlumenjadi skala prioritas perbincangan teologi Islam klasik. Asumsiini didasari oleh pernyataan Engineer yang mengatakan bahwateologi tidak lahir di ruang yang hampa. Kondisi sosial, politik,dan budaya masyarakat akan ikut mempengaruhi ajaran-ajaranyang dibawa oleh sebuah mazhab atau teologi.169 Kegelisahanterhadap pembebasan perempuan terutama dari praktek poligamiitu muncul akibat gelombang revolusi industri yang menandailahirnya dunia modern.170 Abad modern telah memperluas ruangruang kontestasi publik yang tidak hanya menjadi domain laki-laki tetapi juga telah menjadi ranah perempuan. Tuntutanpembebasan atau kesetaraan laki-laki dan perempuan berjalanseiring dengan perkembangan dunia modern

168Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 108.169Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, h. 74.170Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 109.

Page 232: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

224 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Namun demikian, menurut Engineer, keberpihakanterhadap bolehnya poligami dalam konteks modern akibatkekeliruan dalam memaknai QS al-Nisa/4: 3 yang berbunyi:

Terjemahnya:3). Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adilterhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamumengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yangkamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamutakut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorangsaja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian ituadalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.171

Ayat di atas dijadikan sebagai justifikasi bagi penggiatpoligami dan kelompok-kelompok yang setuju terhadap poligami.Engineer mengatakan salah satu spirit diturunkannya al-Qur’anadalah membawa misi keadilan dalam berbagai bentuk, sepertikeadilan politik, ekonomi, sosial, dan keluarga. Meskipunpenjelasan tentang keadilan telah dibahas pada bab sebelumnyadi mana keadilan sebagai muara teologi pembebasan, ada baiknyajuga menyinggung sedikit bagaimana keadilan menjadi core dalampembahasan poligami. Keadilan yang dieksplorasi dalam ayattersebut di atas menegaskan bagaimana perempuan harusmendapatkan keadilan dan kesetaraan dalam hubunganpernikahan bukan pada soal dibolehkannya menikah lebih darisatu isteri. Dengan kata lain, fokus ayat tersebut di atas menurutEngineer, sebagaimana dikutip oleh Agus Nuryatno, tidak terletak

171Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 99.

Page 233: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 225

pada bilangan jumlah isteri tetapi pada keadilan yang menjadihak bagi setiap isteri.172

Engineer mengatakan bahwa sebenarnya ayat di atas engganuntuk menerima institusi poligami. Tetapi karena kontekstualisasiayat yang pada titik-titik tertentu masih menghargai tradisi yanghidup ratusan tahun, maka al-Qur’an membatasinya pada empatisteri. Batas maksimal ini saja masih mengundang protes daribeberapa sahabat nabi apalagi kalau kemudian ayat tersebutberbunyi larangan untuk beristeri lebih dari satu orang. Namundemikian, menurut Engineer, bolehnya memiliki isteri lebih darisatu orang harus memenuhi syarat yang sangat ketat, yaitumampu berbuat adil kepada semua isterinya dalam berbagai halmulai dari soal yang kecil sampai kepada skala yang besar. Kalausyarat ini tidak bisa dipenuhi, maka al-Qur’an mengajarkan untukmengawini satu orang saja. Alternatif lain yang diberikan olehal-Qur’an adalah mengawini budak perempuan yang dimilikisecara penuh. Jadi menurut Engineer, sebenarnya maksud ayattersebut di atas adalah monogami.173

Menurut at-labari (838-923) serta ar-Razi (854-925),sebagaimana dikutip oleh Engineer, bahwa maksud dari ayatdi atas adalah untuk menciptakan keadilan baik kepada anak-anak yatim maupun kepada isteri. Argumen ini jelas terlihatpada pendahuluan ayat yang memang memperbincangkankeadilan terhadap anak-anak yatim. Artinya bolehnya menikahsampai kepada empat saja adalah efek dari ketidakmampuanwali anak-anak yatim untuk berbuat adil kepada mereka. Hartaanak-anak yatim tersebut dipakai oleh walinya untuk menikahdengan perempuan yang bebas sehingga anak-anak yatimmendapatkan ketidakadilan dari harta mereka. Jadi posisi

171Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 99.172Agus Nuryatno, “Asghar Ali’s Views on Liberation Theology and Womens

Issues in Islam”, h. 71173Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 113.

Page 234: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

226 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

menjaga harta anak yatim dalam hal ini sama pentingnyamelindungi kepentingan kaum perempuan sebagai isteri. Terkaitdengan hal ini, menarik untuk mengutip pernyataan at-labari,sebagaimana dikutip oleh Engineer, bahwa orang terbiasamenganggap sebagai sebuah dosa jika tidak berlaku adil kepadaanak-anak yatim, tetapi tidak menganggapnya sebagai dosa jikatidak berlaku adil terhadap isteri-isterinya.174

Hanya saja dalam konteks kekinian, menurut penulis,perbincangan tentang poligami serta dalil-dalil yang dipakaiuntuk menguatkannya cenderung menafikan diskusi tentangeksistensi anak yatim sebagaimana dijelaskan oleh Engineer diatas. Kebanyakan diskusi tentang poligami mengarah kepadapotongan ayat “nikahilah sesuai kehendakmu dua, tiga sampaiempat” tanpa mendalami maksud dan fokus dari ayat tersebutsecara keseluruhan yang sebenarnya lebih mengerucut kepadapemeliharaan anak yatim secara adil. Seseorang terjebak padabilangan istri yang dibolehkan sampai empat tanpa melihatmunasabah ayat sebelumnya. Dengan kata lain, pemahamanterhadap satu ayat tidak secara komprehensif melainkan masihparsial. Sehingga terkadang kesimpulan yang diambil juga tidakmencakup maksud dari totalitas ayat tersebut. Hal inilah yangterjadi pada poligami yang semakin menempatkan perempuanpada posisi tidak bebas dan selalu berada di bawah bayang-bayang superioritas laki-laki. Perempuan tetap menjadi makhlukkelas kedua dan tidak memiliki kebebasan untuk menentukanmasa depannya sendiri akibat pola interpretasi yang keliruterhadap ayat poligami di atas.

174Ayat yang menjadi acuan poligami di atas memang diturunkan terkait denganperilaku seorang laki-laki yang menjadi wali anak yatim yang kaya, yang ingin dikawinidemi kekayaannya, meskipun anak yatim tersebut tidak menyukainya dan telahmemperlakukannya secara tidak wajar. Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan,h.113. Uraian lebih lanjut, lihat Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fîTa’wîl al-Qur’an,(Cet.I; t.tp: Malik Fahd, 1420 H), h. 531.

Page 235: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 227

Kemampuan laki-laki untuk tidak berbuat adil terhadapisteri-isterinya juga jelas ditekankan oleh ayat lain dalam QSan-Nisa/4:129 yang berbunyi:

Terjemahnya:129) Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat inginberbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalucenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamubiarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamumengadakan perbaikan dan memelihara diri (darikecurangan), maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang.175

Ayat di atas menurut Engineer menjelaskan bahwaseseorang tidak memiliki kekuatan untuk berbuat adil dalammemperlakukan isteri-isterinya antara satu dengan yang lain.Artinya, pesan al-Qur’an sebenarnya beriorientasi padamonogami bukan pada poligami. Argumen Engineer tersebutdidasarkan pada tafsir at-labari yang mengatakan bahwaseseorang tidak mungkin untuk berbuat adil pada semuaisterinya pada persoalan cinta dan seks. Dengan kata lain, duapersoalan ini menjadi sangat fundamental dalam hubunganperkawinan terutama yang melakukan praktek poligami. Halinilah yang menjadi kekhawatiran Nabi Muhammad saw danUmar ra dalam doanya sebagaimana dikutip oleh Engineermelalui tafsir at-labari. Umar berdoa “Ya Allah, saya tidak dapat

175Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 129.

Page 236: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

228 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

mengontrol hatiku, kecuali ini (yakni, cinta yang sama), akuakan berusaha untuk berbuat adil kepada isteri-isteriku”.Begitupula doa Nabi yang juga dikutip oleh at-labari yangberbunyi “Ya Allah, inilah bagaimana aku membagi waktukuuntuk isteri-isteriku yang dapat aku kontrol, tetapi janganlahmenyalahkanku dalam masalah di luar yang sudah Engkaukontrol, bukan aku.”176

Engineer tidak hanya mengutip al-labary dalammemperkuat argumennya, ia juga merujuk kepada ar-Razi yangmenganggap bahwa pesan al-Qur’an tentang ayat poligamiadalah interpretable (multi-tafsir). Namun demikian, al-Razi,sebagaimana dikutip oleh Engineer, cenderung menerjemahkanayat tersebut kepada monogami dibandingkan dengan poligami.Ketidakmampuan seseorang untuk berbuat adil kepada isteri-isterinya pada masalah cinta dan seks mengindikasikan bahwaTuhan tidak mewajibkan kepada suami untuk berbuat adilterhadap isteri-isterinya karena Tuhan tidak akan pernahmembebani seseorang yang tidak bisa dilakukannya.177 Al-Razi,sebagaimana dikutip oleh Engineer, mengutip pendapatMuktazilah yang mengatakan bahwa karena laki-laki tidakdapat diwajibkan dengan sesuatu yang tidak dapat dikerjakanmaka tidak dibolehkan untuk memiliki lebih dari satu isteri.178

Selain merujuk kepada tafsir klasik, Engineer juga membacapemikir modern kenamaan Pakistan, Fazlur Rahman (1919-1988), tentang hubungan poligami dan pembebasanperempuan. Rahman mengatakan, sebagaimana dikutip olehEngineer, al-Qur’an memperbolehkan seseorang beristeri lebihdari satu orang hanya kepada janda-janda dan anak yatim agarmereka merasa terlindungi.179 Pemihakan Engineer kepada

176Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 116.177Lihat QS al-Baqarah/2: 286178Lihat Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 116.179Lihat Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 122.

Page 237: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 229

pernyataan Rahman tersebut membuktikan bahwa poligamisebenarnya adalah bentuk pembelaan kepada orang-orang yangtertindas baik secara materil maupun non-materil. Anak-anakyatim serta janda-janda adalah dua kelompok sosial masyarakatyang sering mengalami penindasan akibat tidak memiliki waliatau pendamping. Di sinilah makna teologi feminisme yang saratdengan misi pembebasan yang didengungkan oleh Engineerdengan “melawan” tafsir ayat yang secara tidak langsungmemberikan ruang penindasan serta keterbelengguan kepadaperempuan. Sekali lagi problem seperti ini tidak masuk dalamranah perdebatan teologi Islam klasik. Engineer dalam hal inimelakukan rekonstruksi ulang terhadap makna ayat di atas agardapat menggambarkannya secara komprehensif terutamadalam rangka membumikan misi pembebasan perempuan.

b. Pemakaian CadarSelain soal poligami yang membuat perempuan menjadi tidak

bebas, tafsir tentang purdah (cadar atau veil),180 menurut Engi-neer, juga cenderung dogmatis dan pada gilirannya telahmenggiring perempuan pada wilayah subordinasi laki-lakisehingga perempuan tidak menjadi bebas tampil di ruang publiktanpa ditemani oleh pendampingnya atau muhrimnya. Poin inijuga telah menjadi perbincangan hangat teologi feminisme,meskipun hal tersebut tidak banyak (menghindari kata tidak)didiskusikan dalam halaman-halaman teologi Islam klasik.Keyakinan atas wajibnya pemakaian cadar bagi sekelompokmuslim perempuan telah menjadikan teologi Islam anti terhadapketidakadilan pada perempuan terutama dalam mengembangkankreativitasnya. Di sinilah urgensi teologi feminisme dalam

180Veil dalam istilah Inggris merujuk kepada pengertian “loosely used to refer toa wide variety of head and face covering”. Secara sederhana, veil yang berarti cadardalam bahasa Inggris diartikan sebagai cara atau model untuk menutup tangan danwajah. Uraian lebih lanjut, lihat Agus Nuryatno, Agus Nuryatno, “Asghar Ali’s Viewson Liberation Theology and Womens Issues in Islam”, h. 76.

Page 238: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

230 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

menghadirkan keadilan terhadap perempuan sebagaimanayang dimiliki oleh laki-laki.

Pemakaian cadar telah menciptakan ketidakbebasan dankurangnya kreativitas perempuan. Biasanya perempuan-perempuan yang bercadar hanya bergaul dan berinteraksidengan sesama perempuan yang berpakaian cadar pula.Menurut Engineer, kondisi ini terjadi akibat keyakinan yangmasih dilandasi dengan argumen teologis normatif yang melihatteologi pada aspek ritual saja, tetapi tidak merambah wilayahsosial kemasyarakatan yang setiap saat berkembang mengikutiirama modernitas yang semakin kompleks.

Cadar sendiri telah menjadi diskursus kontroversial dariberbagai belahan dunia Islam. Ada yang menganggappemakaian cadar sebagai perintah agama, ada juga yangberpandangan bahwa hal tersebut hanya terkait dengan tradisidan kebiasaan komunitas tertentu serta tidak ada hubungannyadengan ritual keagamaan. Negara seperti Arab Saudi cenderungmemihak kepada pendapat yang pertama yang mewajibkanperempuan memakai cadar ketika keluar dari rumah dandiberikan sangsi yang berat jika ditemukan tidak memakaicadar. Sementara di negara-negara Arab lainnya, seperti al-Jazair, Maroko, Tunisia, Mesir, pemakaian cadar hanyaditemukan di daerah pedesaan. Pada saat yang bersamaan,perempuan-perempuan yang berdomisili di perkotaan memakaipakaian modern yang tidak lagi menutupi tangan dan mukanya.Perempuan-perempuan Muslim di negara Arab tersebutcenderung lebih longgar dalam berpakaian seperti perempuanBarat.181 Begitupula perempuan-perempuan Muslim di negara-negara Islam Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia,jumlah pemakai cadar bukanlah populasi yang besar darikeseluruhan umat Islam di kedua negara. Jadi, tidak ada

181Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 84.

Page 239: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 231

keseragaman antara negara-negara muslim dalam kewajibanpemakaian purdah. Masing-masing negara tersebut memilikitafsir sendiri terhadap penggunaan cadar.

Engineer berpandangan bahwa cadar tidak diperkenalkanoleh al-Qur’an maupun nabi. Cadar sudah umum di kalangansebagian kelas mapan di kota sebelum Islam datang. Tampaknyaasal mula cadar bukanlah dari institusi Arab. Cadar diperolehdari Syria, dan Palestina, dan keduanya merupakan wilayahyang didominasi oleh orang-orang Romawi. Dalam konteksmasyarakat tersebut, cadar dianggap sebagai simbol status, dansudah umum di kalangan Bangsa Yunani, Romawi, Yahudi danSyria. Menurut Engineer, tidak ada perintah khusus di dalamal-Qur’an untuk menutup wajah, kecuali perempuan disuruhuntuk menyembunyikan bagian privat mereka dan menjulurkankain ke dadanya. Berikut ayat yang menyinggung persoalantersebut yang dijelaskan pada QS an-Nur/24: 31.182

Terjemahnya:

31). Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklahmereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, danjanganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecualiyang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah merekamenutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlahMenampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,

182Uraian lebih lanjut, lihat Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 11.

Page 240: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

232 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atausaudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-puterasaudara lelaki mereka, atau putera-putera saudaraperempuan mereka…183

Satu-satunya cara yang ditekankan oleh al-Qur’an adalahcara berpakaian yang bermartabat dan membiarkan bagianyang terbuka tetap terbuka (illâ mâ dhahara minhâ). Terjadiperbedaan pendapat bagi kalangan sarjana Muslim tentang“apa yang tetap terbuka” itu. Sebagian mengatakan bahwa yang“tetap terbuka” itu adalah wajah dan kedua telapak tangan.Dengan kata lain, kesimpulan bahwa apa yang tetap terbukadan tetap tertutup itu adalah interpretasi para intelektual.Intelektual yang kemudian menentukan secara jelas bagaimanamekanisme dan cara menutup berdasarkan potongan ayat diatas (illâ mâ dhahara minhâ) berdasarkan lokal konteks sosialkemasyarakatan. Dari sinilah kemudian mengapa Engineermengatakan bahwa pemakaian cadar lebih banyak disandarkankepada tradisi dan budaya masyarakat tertentu. Atau dalambahasa Engineer, bahwa cadar lebih merupakan praktek sosio-kultural daripada murni keagamaan.184

Sebagaimana persoalan poligami, Engineer dalammerumuskan pendapatnya tentang kewajiban memakai purdahjuga merujuk kepada tafsir al-labari dan Fakhruddin al-Razi.Dalam catatan al-labari, sebagaimana dikutip oleh Engineer, mini-mal ada delapan pendapat yang berbeda dalam penafsiran ayattersebut. Beberapa sahabat berpendapat bahwa hanya pakaianluar saja yang dapat diekspos, dan seluruh badan termasuk wajahdan tangan harus tertutup. Pendapat lain mengatakan bahwaperempuan dapat mengekspos bulu (matanya), cincingnya,

183Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 493.184Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 85.

Page 241: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 233

gelangnya, dan wajahnya. Ada juga yang mengatakan bahwaperempuan dapat mengekspos bulu mata dan pipinya. Padasaat yang bersamaan, ada juga sahabat yang berpendapatbahwa perempuan wajah dan dua tapak tangannya terbuka.Beberapa orang berpendapat bahwa perempuan dapatmengekspos khizab nya (mehendi), bulu mata danpakaiannya. Al-labari juga mengutip pendapat sahabat lainbahwa perempuan harus menutup rambut, anting-anting,leher dan gelangnya. Selain itu, pendapat yang membolehkanperempuan mengekspos gelang dan kalungnya, tetapi harusmenutup gelang kali, rambut dan bahunya juga dikutip olehal-labari.185

Selain itu, Fakhr ad-Din ar-Razi juga menjadi rujukan En-gineer dalam memaknai ayat tentang cadar . Al-Raziberpegang pada pendapat bahwa perempuan merdeka yangberiman boleh mengekspos wajah dan telapak tangannyakarena terkait dengan fungsinya untuk membeli, menjual danmembayar. Sementara, perempuan yang belum merdeka(hamba) menurut al-Razi, bisa membuka seluruh tubuhnyakecuali apa yang ada diantara pusar dan pahanya karenabagian-bagian lain tersebut perlu diekspos untuk dijual dipasar.186 Pendapat al-Razi ini mengindikasikan, setidaknyamenurut penulis, bahwa perempuan-perempuan Muslimahdalam konteks kekinian yang memakai pakaian dan hanyamenutupi pusar dan diantara kedua pahanya adalah tergolongperempuan-perempuan yang tidak merdeka atau hamba.Dengan kata lain, perempuan-perempuan tersebut tidak lagimemiliki kehormatan sebagaimana perempuan-perempuanyang merdeka. Mereka ibarat produk yang siapdiperjualbelikan atau untuk kebutuhan komersial.

185Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 85.186Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, h. 87.

Page 242: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

234 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Menurut Engineer, pluralitas penafsiran di atas menegaskanbahwa potongan ayat illâ mâ dhahara minhâ termasuk dalamkategori ayat-ayat mutasyâbihât yang memerlukan penafsiran lebihlanjut tergantung dari konteks sosial dan budaya yang dimilikioleh suatu masyarakat. Dengan kata lain, pemahaman terhadapayat tersebut akan selalu bersifat kultural spesifik. Produk hukumyang dihasilkan oleh para ulama tidak menjadi final, tetapi tujuandari hukum tersebut atau maqâsid syariah dan masâlih mursalahtetap menjadi pertimbangan utama dalam melihat suatu produkhukum.187 Pemakaian cadar hendaknya dilihat bahwa Islam hanyamemerintahkan untuk menutup aurat atau bagian sensitivitasperempuan yang tidak memunculkan syahwat bagi laki-laki yangmelihatnya. Tidak ada secara jelas dalam al-Qur’an yangmendeskripsikan bagian yang sensitif tersebut. Perdebatan apakahtangan dan telapak tangan perempuan juga menjadi areasensitivitas perempuan, tentunya memerlukan diskusi lebih lanjut.Namun menurut penulis, pemakaian cadar telah menjadikanperempuan sebagai makhluk eksklusif yang kebebasannya dibatasioleh laki-laki sehingga perempuan pada hakikatnya telah menjaditidak bebas. Teologi feminisme dalam hal ini perlu disuarakan dandiimplementasikan dalam ranah realitas. Banyak perempuan-perempuan yang cerdas dan mengalahkan kecerdasan laki-lakitidak bisa tampil di ruang publik karena teologi yang merekapahami masih membatasi ruang gerak kreativitas mereka, termasukpemakaian cadar. Meskipun demikian, menurut Engineer,perempuan tidak harus mencoba untuk menjadi “tidak sopan”dan berpakaian dengan cara mengabaikan sensitivitas seksualdalam konteks sosio-kulturalnya.

Demikianlah dua contoh issu kontroversial yang menurutEngineer sangat terkait dengan teologi feminisme. Issu-issu

187Asghar Ali Engineer, “Shariah, Fatwas and Women’s Rights”, Centre for Studyof Society and Secularism. Mumbai. h. 2.

Page 243: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 235

tersebut hanya sebagian dari soal-soal lain yang telahmenempatkan perempuan menjadi makhluk inferior dihadapan laki-laki. Issu tentang pembagian warisan yang tidakmemihak serta soal keraguan terhadap kemampuan perempuanmenjadi saksi juga sebenarnya menjadi penting untukdielaborasi lebih jauh. Hanya saja, issu-issu tersebut tidakmenjadi diskursus hangat dalam teologi Islam klasik sehinggaketidakadilan dan ketertindasan tetap menjadi tradisi padakelompok perempuan. Dalam konteks ini, teologi feminismesebagai bagian dari teologi pembebasan Engineer idealnyamenjadi kerangka dalam membebaskan perempuan dariketertindasan akibat pola interpretasi yang cenderungpatriarkhis. Persoalan inilah yang dimaksud oleh penulisbagaimana teologi pembebasan Engineer menjadi jawaban ataspersoalan-persoalan yang dihadapi oleh teologi Islam yangmenurutnya tidak hanya membahas soal-soal abstrak tetapiyang tak kalah pentingnya adalah bagaimana persoalan sosialkemasyarakatan juga menjadi wilayah domain teologi Islam.

C. Kritik Penulis terhadap Teologi Pembebasan AsgharAli EngineerSalah satu elemen penting yang luput dari teologi

pembebasan Engineer, setidaknya menurut penulis, adalah tidakadanya bangunan teologi yang disusun secara sistemik yangbisa mengcover teologi pembebasan secara universal. Dengankata lain, teologi pembebasan Engineer masih berkutat padaserpihan-serpihan yang dimiliki oleh mazhab atau teologitertentu tanpa menghadirkan bentuk dan distingsi teologipembebasannya. Asumsi ini dilandasi oleh analisis penulisterhadap beberapa sampel teologi pembebasan yangdigambarkan oleh Engineer misalnya, teologi Syiah Ismailiyah,teologi Qaramithah dan teologi Khawarij, tetapi Engineer tidakmenghadirkan secara spesifik bagaimana teologi

Page 244: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

236 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

pembebasannya ketika berbentuk menjadi mazhab atau gerakantersendiri. Hal ini terjadi, setidaknya menurut penulis, karenalatar belakang pendidikan keagamaan Engineer tidak melaluijalur formal sebagaimana intelektual-intelektual lainnya, sepertiHassan Hanafi, Ali Syariati serta Sayyid Quthb. Engineermendalami ilmu keagamaan dengan cara otodidak sertamendapatkan bimbingan langsung dari ayahnya. Kondisi inilahyang membuat tulisan-tulisan Engineer terkesan tidak sistematis,koheren dan cenderung tidak mengikuti pola-pola penulisanilmiah secara umum. Namun demikian bukan berarti bahwaproduk pemikirannya tidak memenuhi standar ilmiah.

Selain itu, Engineer dalam menggambarkan sampel teologipembebasannya tidak melihat secara totalitas karakter teologiyang digambarkannya. Misalnya, ketika Engineer mengapresiasispirit pembebasan teologi Khawarij dengan melawanpemerintahan yang melanggengkan status quo dan tidakberpihak kepada kelompok marginal serta memiliki sifat egali-tarian, tetapi pada saat yang bersamaan, teologi Khawarij telahmenjadi bagian hitam dalam sejarah perkembangan teologi Is-lam. Mereka tidak segan-segan melakukan kekerasan dalampenyebaran teologinya terutama yang tidak berpihak kepadagerakan dan teologinya. Sifat ekstremisme Khawarij tersebut tidakdielaborasi lebih jauh oleh Engineer sehingga memunculkankesan penilaian secara parsial. Begitupula penilaian Engineertentang teologi Qaramitah yang juga dijadikan sebagai sampelteologi pembebasannya. Padahal dalam sejarah sebagaimanayang diungkap oleh Philip K Hitti, bahwa gerakan teologiQaramitah adalah gerakan yang paling menakutkan dalamsejarah peradaban Islam. Bahkan gerakan ini telah menginspirasigerakan-gerakan pemberontakan di Eropa seperti gerakan assas-sin. Artinya, terdapat kesan kalau Engineer hanya melihat satusisi yang dimiliki oleh satu teologi tanpa melihat sisi lain yangtentu saja melahirkan warna yang berbeda.

Page 245: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 237

Poin lain yang tak kalah penting dan luput dari perhatianteologi pembebasan Engineer adalah ketidakmampuannyamenyelesaikan secara detail teori sosialisme Marx danmaterialisme historis yang menjadi kerangka acuannya. Engi-neer mengatakan bahwa untuk menciptakan kesatuan manusiadalam satu wadah keadilan bersama maka perbedaan kelas-kelas dalam sosial kemasyarakatan harus dihilangkan. Teori initentu tidak ideal dan cenderung utopis dalam konteks kekinian.Penting dicatat bahwa panggung kapitalisme telah menjadiwarna tersendiri dalam kehidupan sekarang. Kapitalismemenjadi sebuah keniscayaan yang akan terus mewarnaikehidupan manusia. Dengan kata lain, apa yang dipikirkanEngineer untuk menciptakan kesatuan manusia denganmenegasikan peran kelas-kelas sangat sulit untuk diwujudkan.Belum lagi, larangan tentang pemilikan pribadi, diadopsi dariteori Marx, dengan cara yang berlebihan juga menjadi bahanperhatian teologi pembebasan Engineer, sangat sulit untukdiwujudkan. Kegagalan sosialisme Marx yang telahdipraktekkan oleh Stalin dan Lenin di Unisovyet mestinyamenjadi bahan perhatian Engineer dalam menggambarkanteologi pembebasannya. Hal ini tentu penting untuk dijadikansebagai bahan pertimbangan agar gerakan yang terkandungdalam teologi pembebasannya dapat mencapai sasaran atautarget. Karena salah satu distingsi dari teologi pembebasan En-gineer adalah kemampuannya dalam mereformulasi maknateologi menjadi satu gerakan. Pada titik ini tentu berbeda denganSayyid Quthb yang menggambarkan teologi ke homosentris,begitupula Hassan Hanafi dengan istilahnya teosentris keantroposentris, Ali Syariati dengan teologi sebagai aksi protes,serta Gustavo Gutierrez dengan teologi ke praxis. Artinya, En-gineer ingin menempatkan gerakan perubahan sosial sebagaisubstansi dari teologi. Hanya saja, kalau gerakan tersebut tidakdilandasi dengan rencana dan strategi yang matang, tentu saja

Page 246: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

238 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

akan melahirkan gerakan yang sia-sia. Singkatnya, menurutpenulis, teologi pembebasan Engineer harus bersinergi dengandisiplin ilmu lain seperti managemen, sosiologi dan antropologi.Dengan kata lain, pendekatan multi dimensi menentukan arahdan orientasi teologi pembebasan.

Selanjutnya, konsep keadilan teologi pembebasan Engi-neer masih perlu pengembangan ke arah yang lebih komples.Keadilan yang digambarkan oleh Engineer berkutat padakeadilan pertanian dan perdagangan. Namun menurutpenulis, dua elemen keadilan ini tidak bisa diwujudkan tanpapenegakan hukum yang jelas. Dengan kata lain, teologipembebasan idealnya menghadirkan penjelasan bagaimanapentingnya penegakan hukum yang berkeadilan olehpenguasa sehingga dapat menciptakan keadilan. Pemimpin-pemimpin yang adil menjadi entri poin dalam membebaskanmanusia dari berbagai belenggu sosial, ekonomi, dan budaya.Teologi pembebasan tidak hanya menjadi oposisi secara terusmenerus dengan melawan pemerintahan status quo, tanpamenghadirkan solusi alternatif dalam penegakan keadilansecara praktis. Artinya, diperlukan bentuk pemerintahanyang jelas yang bisa menjadi wadah bagi teologi pembebasanEngineer dalam mewujudkan keadilan yang menjadi muaradari teologi pembebasan. Kekuasaan tidak hanya bisadipandang secara destruktif, tetapi kekuasaan jika dikeloladengan baik maka akan berkontribusi secara konstruktifdalam membangun pemerintahan yang berkeadilan. Dalamkonteks ini, penulis memahami alur pemikiran Engineer yangterhegemoni oleh rekam jejak Syiah Ismailiyah yangsebelumnya sangat revolusioner dan pro terhadap kelompok-kelompok marginal, namun setelah membentuk kekuasaanyang dikenal dengan Dinasti Fatimiah, spirit revolusinyakemudian lambat laun menghilang.

Page 247: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer... 239

Demikianlah respon penulis terhadap teologi pembebasanEngineer yang barangkali bisa memperkaya kajian teologipembebasan dalam konteks akademik. Poin ini menjadi pentingkarena teologi Islam dalam konteks kekinian cenderung hanyamenjadi bahan yang bersifat teoretis-metifisik tanpa memilikiimplikasi sosial, politik dan ekonomi. Penulis memandangbahwa kehadiran teologi pembebasan dalam berbagaipendekatan akan menghadirkan wajah teologi yang sensitifterhadap berbagai issu seperti kemiskinan, penindasan, daneksploitasi. Issu-issu seperti ini seringkali terlupakan bahkandiabaikan dalam konteks kehidupan beragama. Wilayah teologicenderung dipersempit sehingga tercipta kesan bahwa hal-haltersebut bukan domain dari teologi. [*]

Page 248: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

240 Konstruksi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer...

Page 249: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Penutup 241

BAB VI

PENUTUP

A. KesimpulanSetidaknya ada tiga landasan epistemologi teologi

pembebasan Engineer, yaitu pola pendekatan hermeneutikdalam menafsirkan al-Qur’an, materialisme historis Karl Marx,dan gerakan pembebasan yang dilakukan oleh NabiMuhammad saw. Tiga elemen penting ini menjadi landasanepistemologi Engineer yang penulis istilahkan sebagai arkeologiteologi pembebasan Engineer. Pertama, pendekatanhermeneutika menjadi pilihan Engineer karena keyakinannyabahwa ayat-ayat al-Qur’an tidak turun di ruang hampa. Iasangat terkait dengan kondisi tradisi agama sosial, dan politikmasyarakat Arab pada waktu itu. Begitupula interpretasiterhadap ayat-ayat al-Qur’an yang melahirkan berbagai tafsiral-Qur’an mulai dari zaman klasik sampai pada masapertengahan juga sangat terkait dengan konteks sosial, politikdan budaya tertentu. Pola inilah yang memengaruhi Engineerdalam memetakan dua hal yang berbeda dalam memahamiayat-ayat al-Qur’an, termasuk di dalamnya ayat-ayatpembebasan, yaitu normativitas dan kontekstual. Normativitasadalah pesan universal yang tidak pernah mengalamiperubahan seperti asas keadilan dan kesetaraan, sementarakontekstual adalah hal-hal yang dilakukan untuk mempertegasapa yang dikehendaki oleh Allah swt. dengan melihat

Page 250: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

242 Penutup

keterkaitan pengarang, pembaca dan teks. Kedua, materialismehistoris menjadi kerangka teologi pembebasan Engineerdimaksudkan bahwa teologi pembebasan Engineer yangmengandung unsur gerakan adalah hasil replikasi darimaterialisme historis. Teori ini melihat bahwa hakikat darimanusia itu terletak pada kerja kerasnya, bukan padapikirannya. Materialisme Marx mendorong praksis perubahansosial dengan cara menjadi aktor-aktornya. Teori Marx ini tidakhanya berhenti pada tataran teoritis tetapi ia melahirkangerakan atau kerja kongkret. Pada tataran inilah, teologipembebasan Engineer mendapatkan landasannya. Konsep jihaddalam perspektif Engineer ini dimaknai sebagai gerakanperubahan yang menjadi entitas penting dalam teologipembebasannya. Ketiga, gerakan pembebasan yang dilakukanoleh Nabi Muhammad menjadi cermin bagi Engineer dalammerumuskan teologi pembebasannya. Pembebasan yangdilakukan oleh Nabi dari berbagai perspektif, seperti belengguekonomi, budaya dan tradisi berhala. Engineer bercerminkepada Nabi Muhammad saw sebagai tokoh pembebas umatmanusia secara universal. Menurut Engineer, Nabi juga telahmelakukan pembebasan masyarakat Arab dari pola hidupkapitalis menuju masyarakat yang berkeadilan secara ekonomi.Poin-poin inilah yang menjadi landasan epistemologi teologipembebasan Engineer.

Salah satu kritikan utama Engineer terhadap teologi Islamklasik adalah kesibukannya memperbincangkan metafisikaketuhanan seperti sifat-sifat Tuhan, apakah al-Qur’an itu qadimatau tidak, atau bagaimana bentuk keadilan Tuhan dalamkehidupan akhirat dan mengabaikan realitas sosial masyarakat.Antara lain aliran teologi Islam klasik yang dimaksud oleh En-gineer seperti Jabariah, Muktazilah dan Asyariah. Selain itu,teologi-teologi tersebut seringkali menjadi alat legitimasikekuasaan yang memelihara status-quo. Sejalan dengan hal

Page 251: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Penutup 243

tersebut, Engineer memberikan contoh beberapa aliran teologiyang telah memiliki energi pembebasan, dekat dan imanendalam kehidupan manusia. Sebutlah seperti teologi Khawarijyang tidak hanya sibuk dalam persoalan abstrak metafisik tetapijustru sangat care terhadap persoalan ketidakadilan danpenindasan yang dilakukan oleh para imam dhalim. Bahkanyang menarik perhatian Engineer, khawarij telah melakukanlangkah revolusioner dengan memilih pemimpin tidak melaluisistem monarki. Selain khawarij, teologi Syiah Ismailiah jugamenjadi sampel teologi pembebasan Engineer. Sikap oposisiSyiah Ismailiah terhadap status-quo dan membela kelompoktertindas menjadi argumen Engineer dalam menempatkannyasebagai bagian dari teologi pembebasan.

Dalam menjawab problematika teologi Islam klasik dalamkonteks kekinian, Engineer mengawalinya denganmengelaborasi peran tauhid dalam sendi ajaran Islam. Doktrintauhid tersentralisasi pada kalimat lâ ilâha illallah (tidak adaTuhan selain Allah). Kalimat ini, menurut Engineer, tidak hanyamelahirkan konsekuensi normatif, tetapi juga menyangkutkonsekuensi sosio-ekonomi. Nabi Muhammad dalam“mengkampanyekan” kalimat lâ ilâha illallah tidak hanyamenegasikan berhala-berhala yang dianggap sebagai tuhan-tuhan masyarakat Arab pada waktu itu, tetapi juga menolaksecara tegas pengakuan adanya kekuatan atau otoritas dibalikberhala-berhala tersebut serta kekuasaan yang dibentuk secarasosial dan ekonomi. Selain tauhid, Engineer juga mereformulasimakna iman menjadi energi yang menggerakkan. Imanmenurutnya tidak hanya berimplikasi kepada hal-hal yangbersifat ghaib, tetapi iman juga berefek kepada konsekuensi-konsekuensi sosial kemasyarakatan. Ia mengatakan bahwa or-ang-orang yang mengaku beriman kepada Allah danmenunjukkan kesalehan mereka tetapi mencabut hak-hak anakyatim dan orang miskin bukanlah mukmin sejati. Untuk menjadi

Page 252: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

244 Penutup

mukmin sejati, menurut Engineer, seseorang harus turutmemberikan andil terhadap pembentukan masyarakat yang adildengan jalan memelihara anak yatim, orang-orang yangtertindas, dan orang-orang yang terpinggirkan. Di sinilah peranteologi pembebasan dalam merekonstruksi sistem pemilikanprivat dengan membatasinya. Misalnya, menurut Engineer,seseorang tidak boleh memiliki banyak tanah kemudianmempekerjakannya. Dengan kata lain harus ada pembagiantanah secara adil dan proporsional dengan memikirkankelompok-kelompok marginal. Tidak boleh ada dominasi olehkelompok tertentu terhadap kelompok yang lain dalam halpemilikan tanah. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Engineerkembali mengkampanyekan pentingnya pemahaman kembaliterhadap teori perwalian (theory of trusteeship) yang telahdiajarkan oleh beberapa teolog dan kaum modernis. Teori inimeyakini bahwa Allah swt. adalah pemilik yang sejati dariseluruh alam semesta baik yang ada di langit maupun yangada di bumi. Artinya, manusia bukanlah pemilik harta benda,melainkan harta benda itu hanyalah titipan dari-Nya. MenurutEngineer, manusia hanya diijinkan memiliki kekayaan untukkesejahteraan bersama tanpa melakukan praktek pemborosansehingga orang-orang miskin tidak mendapatkan bagian.Pemahaman teologi pembebasan seperti ini menurut Engineerbisa mengurangi angka kemiskinan yang banyak diderita olehumat Islam terutama dalam konteks Asia. Selain pembebasandari kemiskinan yang menjadi sasaran teologi pembebasan,pembebasan dari konflik antar agama juga menjadi domainteologi pembebasan. Terjadinya benturan dan konflik yangmengatasnamakan agama, menurut Engineer, akibatpemahaman teologi yang belum mengalami transformasiparadigma. Di sinilah peran dari pemahaman pluralisme yangmenjadi entitas penting dalam teologi pembebasan. Teologipembebasan juga menghendaki pembebasan kelompok

Page 253: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Penutup 245

perempuan yang juga seringkali mendapatkan ketidakadilandan penindasan. Menurut Engineer, teologi pembebasan yangdidalamnya ada teologi feminisme patut menjadi perhatian.Teologi feminisme yang tidak hanya berhenti pada analisa dalil-dalil misoginis (memojokkan) tetapi juga melahirkan gerakan-gerakan pembebasan kelompok perempuan dari berbagaibelenggu tradisi bahkan norma agama. [*]

Page 254: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

246 Penutup

Page 255: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Daftar Pustaka 247

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. “Arkoun dan Tradisi Hermeneutika” dalamJohan Hendrik Mouleman [ed]. Tradisi. Kemerdekaan danMeta Modernisme. Jakarta : LKIS, 1996.

———————————. Falsafah Kalam di Era Post-modernisme.Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 1997.

———————————. Studi Agama: Normativitas atauHistorisitas? Cet. I: Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Abdurrahman, Muslim. Islam sebagai Kritik Sosial. Jakarta:Erlangga, 2003.

Adonis, At Tsabit wa al-Mutahawwil: Bahts fi al-Ibda wa al-Ithba‘inda al-Arab (Jil II), terj. Khoiron Nahdiyyin, ArkeologiPemikiran Arab Islam. Cet.I; Yogyakarta: LKiS, 2007.

Agustina, Nurul. “Gerakan Feminisme Islam dan Civil Society”dalam Kamaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af (Ed.),Islam, Negara dan Civil Society. Cet; Jakarta: Paramadina,2005.

Ahmed, Hilal. “Asghar Ali Engineer 1939-2013”, Economic andPolitical Weekly, June 2013, Vol XLVIII No 22.

Aiken, Hendry D. Abad Ideologi. Cet. II; Yogyakarta: Relief, 2010.Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Cet.

IV: Bandung: Mizan, 1998.Ali, Zeenat Shaukat. “The Passing Away of a Legend: A Tribute

to Dr Asghar Ali Engineer” Interreligious Insight, VolVII, Juli, 2013.

Allouche, Adel. “Arabian Religions” dalam Mirchea Elliade(Ed.), Encyclopedia of Religion, Vol. II. New York:Mcmillan, 1987.

Page 256: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

248 Daftar Pustaka

Amaladoss, Michael. Life in freedom: Liberation Theologies from Asia.diterjemahkan oleh A Widyamartala dan Cinderalas,Teologi Pembebasan Asia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000.

Arkoun, Muhammad. “Reading the Religious Text: A NewApproach”, http://www.Islam21/keyissues/modernist(diakses pada tanggal 28 Maret 2015)

—————————————. Min Faisal Tafriqah ila Fasli Maqal:Aina Huwa al-Fikr al-Muashir, diterjemahkan olehJauhari. Membongkar Wacana Hegemonik dalam Islam danPost-Modernisme. Surabaya: al-Fikr, 1999.

Armando, Nina M. (et al), Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baruvan Hoeve, 2005.

Armstrong, Karen. The Battle for God: A History of Fundamentalism,diterjemahkan oleh T. Hermaya, Berperang demi Tuhan:Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi. Cet. I:Bandung; Mizan, 2013.

Ata , Abe (I) Wade (ed.). Religion and Ethnic Identity: An AustralianStudy. Victoria: Spectrum Publication Pty Ltd, 1988.

Azis, Abdul. Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam. Cet. I:Jakarta; Pustaka Alvabet, 2011.

Banna, Gamal al- Relasi Agama dan Negara. Cet.I; Jakarta: TimMataair Publishing, 2006.

Blanchard, Christoper M. Islam: Sunnis and Shiites. CRS Reportfor Congress, 2010.

Bubalo, Greg Fealy, Anthony. Joining the Caravan?: The MiddleEast, Islamism and Indonesia, diterjemahkan oleh AkhMuzakki, Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme Timur Tengahdi Indonesia. Cet.I; Bandung: Mizan, 2007.

Bukhari, Imam. Shahih Bukhari, dalam program Lidwa Hadis,Lidwa Pusaka Software, t.th, hadis no. 3084.

Burrell, RM. Islamic Fundamentalism, diterjemahkan oleh YudianW. Asmin, Fundamentalisme Islam. Cet.I: Yogyakarta;Pustaka Pelajar, 1995.

Cott, Nancy F. The Grounding of Modern Feminism. USA: Vail BallauPress, 1987.

Daud, Imam Abi. Sunan Abi Daud dalam program Lidwa Hadis,Lidwa Pusaka Software, t.th, hadis no 3781.

Page 257: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Daftar Pustaka 249

Effendi, Johan. “Memikirkan Kembali Asumsi Pemikiran Kita”Kata Pengantar buku Asghar Ali Engineer, Islam andIts Relevance to Our Age, diterjemahkan oleh HairusSalim HS dan Imam Baehaqy, Islam dan Pembebasan.Yogyakarta: LKiS, 1993.

Eliade, Mircea (Ed.). The Encyclopedia of Religion. New York:Macmillan Library Reference, 1986.

Engineer, Asghar Ali. The Bohras. Delhi: Vikas Publishing, 1980.—————————————. “Muhammad as a Liberator”,

http://anromeda.rutgers.edu/ (diakses pada tanggal 28Maret 2015).

—————————————. “Reconstruction of IslamicThought” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13. diakses pada tanggal 13 Maret2015.

—————————————. Islam and Liberation Theology :Essays on Liberative Elements in Islam. New Delhi: SterlingPublishers Limited, 1990.

—————————————. Justice, Women and CommunalHarmony in Islam. New Delhi: Indian Council of SocialResearch, 1989.

—————————————. The Rights of Women in Islam.Lahore: Vanguard Books, LTD, 1992.

—————————————. “A New Approach of IslamNeeded” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 07 April2015).

—————————————. “Islam and Human Rights” dalamAzhar Arsyad (et al), Islam and Global Peace. Cet. I;Yogyakarta: Madyan Press, 2002.

—————————————. “Reconstruction of IslamicThought” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13 (diakses pada tanggal 06 April2015.

————————————. “Shariah, Fatwas and Women’sRights”, Centre for Study of Society and Secularism.Mumbai. h.2

Page 258: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

250 Daftar Pustaka

————————————. “The Concept of Compassion inIslam”, GRV, July-October, Vol.2/I-II.

————————————. “Understanding the Quran”, TribuneBusiness News. Washington. 10 Februari, 2012.

————————————. “What I Believe” http://andromeda.rutgers.edu /~rtavakol/engineer/recon.htm13. diakses pada tanggal 14 Maret 2015.

————————————. Islam and Its Relevance to Our Age.diterj. Oleh Hairus Salim HS dan Imam Baehaqy, Islamdan Pembebasan. Yogyakarta: LKiS, 1993.

————————————. Islam Masa Kini , terjemahan TimPorstudia. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

————————————. Islamic State diterjemahkan oleh ImamMutaqin, Devolusi Negara Islam. Cet.I: Yogyakarta; PustakaPelajar, 2000.

————————————. On Developing Theology of Peace inIslam, diterjemahkan oleh Rizqon Hamami. LiberalisasiTeologi Islam: Membangun Teologi Damai dalam Islam. Cet.I; Yogyakarta: Alenia, 2004.

————————————. The Origin and Development of Islam:A Essay on its Socio-Economic Growth. Bombay: OrientLongman Ltd, 1980.

————————————. The Qur’an, Women and Modern Society.New Delhi: Sterling Publisher Private Limited, 1999.

————————————. The Rights of Women in Islam,diterjemahkan oleh Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf,Hak-Hak Perempuan dalam Islam. Cet. II; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2000.

Faqih, Renny “Penjajahan India”, diambil dari https://www.academia.edu/4120187/Penjajahan_India,(tanggal 19 Pebruari 2015).

Fayyadl, Muhammad Al- Teologi Negatif Ibnu Arabi: Kritik MetafisikaKetuhanan . Cet.I; Yogyakarta: LKiS, 2012.

Fischer, Ernst. Marx in His Own Words. England: Pinguin Books,1984.

Foucault, Michel. The Order of Things: An Archeology of Sciences.London: Tavistock Publication, 1977.

Page 259: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Daftar Pustaka 251

Grolier, New Websters Dictionary. USA: Library Larosse, 1992.Gutierrez, Gustavo. A Theology of Liberation; History, Politics and

Salvation. terj. C. India dan John Eagleeson 1971.Maryknoll: Orbis Books, 1973.

Hadijiwono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Cet. I: Yogyakarta:Kanisius, 1980.

Hamka, Sejarah Umat Islam. Cet II: Singapura; Pustaka Nasional,1997.

Hammerton, Sir J. (ed.). Cassel’s Modern Encyclopaedia: A NewDictionary of Universal Knowledge. Sydney: Cassel andCompany, tt.

Hanafi, Hassan. “The Preparation of Societies for Life in Peace: AnIslamic Perspective” dalam Azhar Arsyad (et al), Islamand Global Peace. Cet. I; Yogyakarta: Madyan Press, 2002.

——————————. Dirasah Islamiah, diterjemahkan olehMiftah Faqih, Islamologi I: Dari Teologi Statis ke Anarkis.Yogyakarta: LKiS, ;Cet. II, 2004.

Haq, Hamka. Islam: Rahmah untuk Bangsa. Cet. I; Jakarta: RMbooks,2009.

———————— Pengaruh Teologi dalam Ushul Fikih. Makassar:Alauddin Press; 2013.

Hardiman, F. Budi. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk DuniaModern (Dari Machiavelli sampai Nietzsche). Cet. I: Jakarta;Penerbit Erlangga, 2011.

———————————— Kritik Ideologi: Menyingkap PertautanPengetahuan dan Kepentingan bersama Jurgen Habermas.Cet.V; Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Hidayat, Kamaruddin. Agama Masa Depan, Perspektif FilsafatPerennial. Jakarta: Paramadina, Cet.I, 1995.

—————————————. Agama Punya Seribu Nyawa. Cet.I;Jakarta: Naura Books, 2012.

—————————————. Tragedi Raja Midas : MoralitasAgama dan Krisis Modernisme. Jakarta : Paramadina, 1998.

Hitti, Philip K. History of the Arabs: From the Earliest Times to thePresent, terjemahan Cecep Lukman Yasin, Dedi SlametRiyadi, History of the Arabs. Cet. I; Jakarta: SerambiIndonesia, 2013.

Page 260: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

252 Daftar Pustaka

Horowitz, David. Imperialism and Revolution. London: ThePenguin Press, 1969.

Howard, Roy J. Three Faces of Hermeneutics: An IntroductionCurrent Theories of Understanding. Los Angeles: Universityof Chicago Press, 1982.

Huntington, Samuel P. Clash of Civilization and the Remarking ofWorld Order. New York: Touch Stone, 1997.

Husain Haikal, The Life of Muhammad. New Delhi: CrescentPublishing, 1976.

Harun, Hamzah., Abd Rauf Amin, Melacak Akar IsuKontekstualisasi Hadis dalam Tradisi Nabi dan Sahabat.Yoogyakarta: Ladang Kata, 2015.

Iqbal, Muhammad. Reconstruction of Religious Thought dalam IssaBoullata (Ed.), An Antology of Islamic Studies. Canada:McGill Indonesia IAIN Development Project, 1992.

J., W. Creswell. Research Design : Qualitative, Quantitative and MixedMethod (2nd Ed.). California: SAGE Publication Inc.2003.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) versi terbaru (diakses lewatplaystore android)

Latif, Muhaemin. Islamologi Terapan: Membongkar BangunanPemikiran Islam ala Mohammed Arkoun. Cet. I: Makassar:Alauddin University Press, 2012.

——————————. Muhammad Shahrur dan DekonstruksiPembacaan Terhadap al-Qur’an. Cet. I;Makassar: AlauddinUniversity Press, 2011.

Lavita, Elizabeth. The Liberation of Gustavo Gutierrez: A DialecticReconciliation of Hegel and Marx. Thesis unpublished, tt.

Lokhandwalla, Sh. T. “The Bohras: A Muslim Communities ofGujarat” Studia Islamica, No 3. (1953).

Lowy, Michael. Teologi Pembebasan , terjemahan RoemTopatimasang. Cet. III: Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

M.S, Kaelan. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Cet. I;Yogyakarta: Paradigma, 2009.

Maarif, Syafii. Islam: Kekuatan Doktrin dan Kegamangan Umat.Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Madelung, Wilfred. “Hamdan Qarmat”, The Encylopedia IranicaOnline, 2003. Sumber www.iranicaonline.org. diaksespada tanggal 24 April 2015.

Page 261: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Daftar Pustaka 253

Madelung, Wilfred. “Shiism: Ismailiyah”, dalam Mirchea Elliade(Ed.), Encyclopedia of Religion, Vol. II. New York:Mcmillan, 1987.

Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.Bandung: Mizan, 1987.

————————————. “Kata Pengantar” dalam W.Montgomery Watt, The Influence of Islam on MedievalEurope, terj. Hendro Prasetyo, Islam dan PeradabanDunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan. Cet.III; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Malaky, Ekky. Dari Sayyid Qutub, Ali Syariati, The lord of theRings hingga ke Bollywood. Cet. I: Jakarta; Lentera, 2004.

Mernissi, Fatima. Women and Islam: A Historical and TheologicalEnquiry, terjemahan Raziar Radianti, Wanita di dalamIslam. Cet. I; Bandung: Pustaka, 1994.

Muhammad, Afif. Dari Teologi ke Ideologi; Telaah atas Metodedan Pemikiran Teologi Sayyid Qutub. Bandung: PenaMerah; Cet I, 2004.

Mulia, Musdah. “Perempuan dari Patriarkhisme Islam” katapengantar dalam Syafiq Hasyim, Bebas dari PatriarkhismeIslam. Cet.I; Yogyakarta: KataKita, 2010.

Muslim, Imam. Shahih Muslim, dalam program Lidwa Hadis,Lidwa Pusaka Software, t.th, hadis no. 2862.

Musthafa, Neveen Abdul Khalik. Al-Muaradhah fi Fikr al-Siyasial-Islami, diterjemahkan oleh Ali Ghufron. Oposisi Islam.Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2012.

Nanji, Farhad Daftary, Azim. Encyclopedia of Modern Asia. NewYork: The Institute of Ismaili Studies, tt.

Napel, Henk ten. Kamus Teologi: Inggris-Indonesia. Jakarta:Gunung Mulia; Cet. IX, 2006.

Nasr, Seyyed Hossein. Theology, Philosophy and Spirituality, diterj.oleh Suharsono, Intelektual Islam; teologi, Filsafat danGnosis. Cet. I.: Yogyakarta: CIIS Press, 1995.

—————————————. The Knowledge and The Sacred,diterjemahkan oleh Suharsono, Pengetahuan danKesucian. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Page 262: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

254 Daftar Pustaka

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran danGerakan. Cet. II: Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

——————————. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah AnalisaPerbandingan. Cet. V: Jakarta: UI Press, 2009.

Nitiprawiro, Fr Wahono. Teologi Pembebasan: Sejarah, Metode, Praksisdan Isinya. Cet.I: Yogyakarta: LKiS; 2000.

Nuryatno, M Agus. “Examining Asghar Ali Engineer’s Qur’anicInterpretation of Women in Islam”, al-Jamiah Vol.45, No. 2.2007.

————————————. “Asghar Ali Engineer’s Views onLiberation Theology and Womens Issues in Islam” Thesesunpublished, Canada: Mc.Gill Montreal, 2000.

————————————. “Examining Asghar Ali Engineer’sQuranic Interpretation of Woman in Islam”, Jurnal al-Jamiah, Vol 45, No. 2, 2007 M/1428 H.

Palmer, Richard. Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleirmacher,Dilthey, Heidegger, and Gadamer, diterj. oleh Musnur Hery,Damanhuri Muhammad, Hermeneutika: Teori Baru MengenaiInterpretasi. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Parray, Tauseef Ahmad. “Islam-Democracy Reconciliation in theThought/Writings of Asghar Ali Engineer” A Social ScienceJournal . Vol 5, No 1-2012.

Permata, Ahmad Norma. “Antara Singkretis dan Pluralis:Perennialisme Nusantara” dalam Ahmad Norma Permata(Ed.), Perennialisme: Melacak Jejak Filsafat Abadi. Cet.I;Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996.

Poonowala, Ismail K. “Qaramitah” dalam Mirchea Elliade (Ed.),Encyclopedia of Religion, Vol. II. New York: Mcmillan, 1987.

Quthub, Sayyid. Islam: the Misunderstood Religion. diterj. oleh FungkyKusnaedy Timur, Islam Agama Pembebas. Yogyakarta: MitraPustaka; Cet. I, 2001.

Rahardjo, M. Dawam. Intelektual Inteligensia dan Perilaku PolitikBangsa: Risalah Cendekiawan Muslim. Cet. III; Mizan:Bandung, 1996.

Rahman, Budhy Munawar. Reorientasi Pembaruan Islam: Sekularisme,Liberalisme dan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia.Cet. I; Jakarta: LSAF, 2010.

Page 263: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

Daftar Pustaka 255

Ramli, Andi Muawiyah. Peta Pemikiran Karl Marx. Yogyakarta :LKiS,2000.

Sachedina, Abdul Azis. “Ali Syariati, Ideolog Revolusi Iran”dalam John L. Esposito (ed.), Dinamika Kebangunan Islam:Watak, Proses dan Tantangan, terjemahan Bakri Siregar,Voices of Resurgent Islam. Cet. I; Jakarta: Rajawali, 1987.

Said, Edward. W. Orientalism diterjemahkan oleh Ahmad Fawaid,Orientalisme: Menggugat Hegemoni Barat danMenundukkan Timur sebagai Subyek. Cet. I; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010.

Sardar, Ziauddin. Jihad Intelektual: Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam, terj. AE Priyono. Cet.I; Surabaya:Risalah Gusti, 1998.

Schuon, Frithjof. Roots of the Human Condition. diterjemahkanoleh Ahmad Nurman Permata, Hakikat Manusia. Cet. I;Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Scott, John. Social Theory: Central Issues in Sociology, diterjemahkanoleh Ahmad Intan Lazuardi, Teori Sosial: Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi. Cet. I: Yogyakarta: PustakaPelajar, 2012.

Setiawan, M. Nur Kholis. Pribumisasi al-Qur’an: Tafsir BerwawasanKeindonesiaan. Cet. I; Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,2012.

Shahrur, Muhammad. al-Kitab wa al-Qur’an; Qiraah Muashirah.Damaskus: al-Ahali al-Thibaah, 1990.

Shihab, M Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan,1995.

———————————. Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, danAturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur’an. Cet. II; Jakarta: Lentera Hati, 2013.

Sho’ub, Hasan. Al-Islam wa Tahaddiyatul ‘Ashri, terj. MuhammadLuqman Hakim, Islam dan Revolusi Pemikiran. Cet. I;Surabaya: Risalah Gusti, 1997.

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah danPemikiran. Cet. V: Jakarta; UI Press, 2008.

Smith, Wilfred Cantwell. Modern Islam in India: A Social Analysis.Victor Gollancs: London, 1946.

Page 264: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan

256 Daftar Pustaka

Steenbrink, Karel A. Perkembangan Teologi dalam Dunia KristenModern. Cet. I; Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,1987.

Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur. Cet. I; Kompas Media Nusantara,2001.

Sumartana, Th “Theologia Religionum”, dalam Tim Balitbang PGI(peny.), Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia:Theologia Religionum. Cet. I; Jakarta: Gunung Mulia, 2000.

—————————. “Beberapa Tema Dialog Antar-AgamaKontemporer” dalam Balitbang PGI, Agama dalam Dialog:Pencerahan, Perdamaian dan Masa Depan. Cet. III; Jakarta:Gunung Mulia, 2003.

Sumaryono, E. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta:Kanisius, 1999.

Suseno, Frans Magnis. “Dialog antar Agama di Jalan Buntu”, dalamBalitbang PGI, Agama dalam Dialog.

Taib, Mohammad Imran Mohamed. “Religion, Liberation andReforms: An Introduction to the Key Thoughts of AsgharAli Engineer” Indian Journal of Secularism . Vol 10. No 3.Oct-Des 2006.

Thabari, Muhammad Ibnu Jarir al- Tafsir al-Thabari. CD MaktabahSyamilah

Traboulsi, Samer. “Mullahs on the Mainframe: Islam and Modernityamong the Dawoodi Bohras”, Book Review, Journal ofAmerical Oriental Society, Vo. 1223, No. 1 (Jan-March, 2003.

Turner, Bryan S. Religion and Social Theory. Britain : British Library,1983.

Williams, John Alden. “Kharijis” dalam Mirchea Elliade (Ed.),Encyclopedia of Religion, Vol. II. New York: Mcmillan, 1987.

Wright, Jr, Theodor V. “The Bohras”, Book Review. The Journal ofAsian Studies, Vo. 40. No. 4 (Agustus, 1981.

Zaehner, R.C. Hindu and Muslim Mysticism, diterjemahkan olehSuhadi, Mistisisme Hindu Muslim. Cet.I; Yogyakarta: LKiS,2004.

Zubair, Anton Bakker, Ahmad Charris. Metodologi PenelitianFilsafat. Yogyakarta: Kanisius,1990.

Page 265: repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4637/1/Teologi pembebasan dalam Islam.pdf · Penulis: Muhaemin Latif Layout & Desain sampul Tim Orbit Publishing Cetakan