Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

4
Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga Posted on June 20, 2013 by Taripar Doly, SE, MM Salah satu kasus sengketa pajak yang penulis tangani adalah tentang Biaya Bunga, dimana biaya bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi dilakukan koreksi oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa. Mungkin pembaca bertanya ada hal apa dikoreksi? bukankah pasal 6 ayat 1 UU PPh mengatakan bahwa Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain : bunga, bunga yang dibayarkan oleh Wajib Pajak baik kepada lembaga perbankan atau yang lainnya. Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa biaya bunga pinjaman sepanjang digunakan dalam kegiatan operasional dapat seluruhnya dibebankan. Adapun alasan dikoreksi seperti disebutkan di atas adalah dikarenakan atas biaya bunga pinjaman yang ditempatkan dalam deposito. Artinya perusahaan selain membayar bunga pinjaman juga memperoleh penghasilan bunga yang berasal dari tabungan/deposito, maka tidak seluruh biaya bunga atas pinjaman tersebut dapat dibiayakan dalam laba/rugi fiskal. Pemikiran sederhana penulis pada mulanya adalah, buat apa sih pengusaha meminjam uang di Bank yang akhirnya harus membayar bunga (Biaya Bunga) sementara perusahaan sangat liquid artinya memiliki dana berlimpah dan nganggur yang dimanfaatkan salah duanya melalui deposito. Namun pemikiran ini dibantah habis oleh kuasa wajib pajak dengan dalil-dalil bisnis luar biasa… tapi sudahlah… mari kita bahas tentang biaya bunga ini dengan judul yang penulis pilih “Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga” semoga memberi informasi yang bermanfaat .. Biaya Bunga Biaya bunga dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu Biaya bunga yang sudah dikenakan PPh Final dan biaya bunga yang belum dikenakan PPh final, dengan penjelasan sebagai berikut : Biaya bunga yang sudah dikenakan PPh Final. Pembayaran bunga yang dilakukan oleh perbankan, baik dari bunga tabungan, deposito, SBI maupun obligasi, akan dikenakan PPh Final sebesar 20%. Sedangkan pembayaran bunga simpanan dari anggota koperasi dikenakan PPh Final sebesar 15%. Besarnya pembayaran bunga beserta pajaknya, baik yang final maupun tidak, merupakan biaya untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang membayarkannya. 1. Biaya Bunga yang belum dikenakan PPh Final. Pembayaran bunga yang dilakukan oleh bukan perbankan, seperti pinjaman antar perusahaan akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15%, Besarnya pembayaran bunga serta pajaknya, baik berupa final maupun tidak, merupakan biaya untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang membayarkannya. 2. Perlakuan Biaya Bunga Perlakuan biaya bunga pada berbagai kegiatan dapat dibedakan oleh beberapa hal yang diuraikan, sebagai berikut : Bunga yang atas pinjamannya diperuntukkan membeli saham. Bunga pinjaman yang atas pinjamannya tersebut dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat diperlakukan sebagai biaya, sepanjang dividen yang diterima bukan merupakan obyek pajak, dan biaya bunga tersebut dapat dikapitalisasikan pada harga perolehan saham. Contohnya, PT. Nusagames meminjam uang dari Bank Mandiri sebesar Rp.25.000.000 dengan bunga 20% per tahun. Seluruh pinjaman tersebut dibelikan saham PT. Nusahati. Bunga bank sebesar Rp.25.000.000 X 20% = Rp.5.000.000 tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak, tetapi dikapitalisasi pada nilai saham, sehingga nilai saham menjadi Rp.25.000.000 + Rp.5.000.00 = Rp.30.000.000,- Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga | Nusa Hati http://www.nusahati.com/2013/06/sekilas-tentang-pembebanan-biaya-... 1 of 4 1 Des 2013 19:36

description

Pembebanan Biaya Bunga Fiskal Pembebanan Biaya Bunga Fiskal Pembebanan Biaya Bunga Fiskal Pembebanan Biaya Bunga Fiskal Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

Transcript of Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

Page 1: Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

Sekilas Tentang Pembebanan Biaya BungaPosted on June 20, 2013 by Taripar Doly, SE, MM

Salah satu kasus sengketa pajak yang penulis tangani adalah tentang Biaya Bunga,

dimana biaya bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi dilakukan koreksi oleh

Pejabat Fungsional Pemeriksa. Mungkin pembaca bertanya ada hal apa dikoreksi?

bukankah pasal 6 ayat 1 UU PPh mengatakan bahwa Besarnya Penghasilan Kena Pajak

bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan

penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan, termasuk: biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan

dengan kegiatan usaha, antara lain : bunga, bunga yang dibayarkan oleh Wajib Pajak

baik kepada lembaga perbankan atau yang lainnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa biaya bunga pinjaman sepanjang

digunakan dalam kegiatan operasional dapat seluruhnya dibebankan. Adapun alasan dikoreksi seperti disebutkan

di atas adalah dikarenakan atas biaya bunga pinjaman yang ditempatkan dalam deposito. Artinya perusahaan

selain membayar bunga pinjaman juga memperoleh penghasilan bunga yang berasal dari tabungan/deposito,

maka tidak seluruh biaya bunga atas pinjaman tersebut dapat dibiayakan dalam laba/rugi fiskal.

Pemikiran sederhana penulis pada mulanya adalah, buat apa sih pengusaha meminjam uang di Bank yang

akhirnya harus membayar bunga (Biaya Bunga) sementara perusahaan sangat liquid artinya memiliki dana

berlimpah dan nganggur yang dimanfaatkan salah duanya melalui deposito. Namun pemikiran ini dibantah habis

oleh kuasa wajib pajak dengan dalil-dalil bisnis luar biasa… tapi sudahlah… mari kita bahas tentang biaya bunga

ini dengan judul yang penulis pilih “Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga” semoga memberi informasi yang

bermanfaat ..

Biaya Bunga

Biaya bunga dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu Biaya bunga yang sudah dikenakan PPh Final dan biaya bunga yang

belum dikenakan PPh final, dengan penjelasan sebagai berikut :

Biaya bunga yang sudah dikenakan PPh Final. Pembayaran bunga yang dilakukan oleh perbankan, baik dari

bunga tabungan, deposito, SBI maupun obligasi, akan dikenakan PPh Final sebesar 20%. Sedangkan

pembayaran bunga simpanan dari anggota koperasi dikenakan PPh Final sebesar 15%. Besarnya pembayaran

bunga beserta pajaknya, baik yang final maupun tidak, merupakan biaya untuk mendapatkan Penghasilan

Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang membayarkannya.

1.

Biaya Bunga yang belum dikenakan PPh Final. Pembayaran bunga yang dilakukan oleh bukan perbankan,

seperti pinjaman antar perusahaan akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15%, Besarnya pembayaran bunga

serta pajaknya, baik berupa final maupun tidak, merupakan biaya untuk mendapatkan Penghasilan Kena

Pajak bagi Wajib Pajak yang membayarkannya.

2.

Perlakuan Biaya Bunga

Perlakuan biaya bunga pada berbagai kegiatan dapat dibedakan oleh beberapa hal yang diuraikan, sebagai berikut

:

Bunga yang atas pinjamannya diperuntukkan membeli saham. Bunga pinjaman yang atas pinjamannya

tersebut dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat diperlakukan sebagai biaya, sepanjang dividen yang

diterima bukan merupakan obyek pajak, dan biaya bunga tersebut dapat dikapitalisasikan pada harga

perolehan saham. Contohnya, PT. Nusagames meminjam uang dari Bank Mandiri sebesar Rp.25.000.000

dengan bunga 20% per tahun. Seluruh pinjaman tersebut dibelikan saham PT. Nusahati. Bunga bank sebesar

Rp.25.000.000 X 20% = Rp.5.000.000 tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak,

tetapi dikapitalisasi pada nilai saham, sehingga nilai saham menjadi Rp.25.000.000 + Rp.5.000.00 =

Rp.30.000.000,-

Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga | Nusa Hati http://www.nusahati.com/2013/06/sekilas-tentang-pembebanan-biaya-...

1 of 4 1 Des 2013 19:36

Page 2: Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

Rp.25.000.000 X 20% = Rp.5.000.000 tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak,

tetapi dikapitalisasi pada nilai saham, sehingga nilai saham menjadi Rp.25.000.000 + Rp.5.000.00 =

Rp.30.000.000,-

Selisih bunga yang dibayarkan ke pemilik saham. Selisih antara bunga yang dibayar kepada pemegang saham

dan bunga yang wajar tidak diperkenankan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak. Contohnya PT.

Nusagames membayar bunga bank sebesar Rp.10.000.000 kepada Mario Theodoric sebagai salah satu

pemegang saham yang memberikan pinjaman ke perusahaan. Bunga atas`pinjaman tersebut dihitung 50%

per tahun, sementara tingkat bunga yang wajar adalah 20%. Besarnya bunga yang dapat dibebankan sebagai

biaya untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak adalah sebesar Rp.4.000.000 sedangkan selisih sebesar

Rp.6.000.000 harus dilakukan koreksi fiskal positif.

Bunga yang dibayarkan pada tahapan konstruksi. Tentang hal ini diatur dalam SE Dirjen No. SE –

22/PJ.42/1999 tanggal 27 Mei 1999 tentang perlakuan biaya bunga selama masa konstruksi yang dpata

diuraikan sebagai berikut : 1). Dalam hal pinjaman dipergunakan untuk membiayai pembangunan pabrik atau

bangunan lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, biaya bunga yang timbul selama

masa konstruksi harus dikapitalisir kedalam harga perolehan pabrik/bangunan lainnya tersebut, yang

pembebanannya melalui biaya penyusutan. 2). Dalam hal pinjaman dipergunakan untuk pembelian tanah,

biaya bunganya harus dikapitalisir kedalam harga perolehan tanah, namun tidak dapat dibebankan sebagai

biaya penyusutan.

Bunga yang terjadi selain mempunyai pinjaman juga mempunyai tabungan/deposito

Terkait poin terakhir yaitu Bunga yang terjadi selain mempunyai pinjaman juga mempunyai tabungan/deposito

dibahas lebih intens karena terkait kasus sebagaimana diuraikan di awal tulisan.

Perlakuan biaya bunga apabila Wajib pajak selain mempunyai hutang juga mempunyai deposito diatur sesuai

SE-46/PJ.04/1995 tanggal 5 Oktober 1995 sebagai berikut :

Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besar atau lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan

sebagai deposito/tabungan, maka seluruh biaya bunga tidak dapat dibebankan sebagai biaya

1.

Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai

deposito/tabungan, maka biaya bunga yang dapat dikurangkan adalah biaya bunga rata-rata pinjaman yang

melebihi jumlah rata-rata deposito

2.

Contoh 1 :

PT. Nusaproperty meminjam uang dari Bank Permata sebesar Rp. 3.000.000.000,- dengan bunga 20% per

tahun. Namun PT. Nusaproperty juga memiliki tabungan (deposito) sebesar Rp. 2.000.000.000,- dengan bunga

15% per tahun. Seluruh pinjaman tersebut dibelikan saham PT. Nusahati . Maka Bunga bank permata sebesar Rp.

3.000.000.000,- x 20% = Rp. 600.000.000,- tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang penghasilan kena

pajak, tetapi dikapitalisasi pada nilai saham, sehingga nilai sahamnya menjadi Rp. 3.600.000.000,-

Contoh 2 :

Pada tahun 1995 PT. Nusatambang mendapat pinjaman dari Bank Mandiri dengan batas maksimum sebesar Rp

200.000.000,00 dan tingkat bunga pinjaman 20%. Dari jumlah tersebut telah diambil pada bulan Pebruari

sebesar Rp 125.000.000,00, pada bulan Juni diambil lagi sebesar Rp 25.000.000,00 dan sisanya (Rp

50.000.000,00) diambil pada bulan Agustus. Disamping itu Wajib Pajak mempunyai dana yang ditempatkan

dalam bentuk deposito dengan perincian sebagai berikut:

bulan Pebruari s/d Maret sebesar Rp. 25.000.000,00

bulan April s/d Agustus sebesar Rp. 46.000.000,00

bulan September s/d Desember sebesar Rp. 50.000.000,00, Dengan demikian bunga yang dapat dibebankan

sebagai biaya adalah sebagai berikut:

Rata-rata pinjaman Pinjaman Jangka Waktu

Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga | Nusa Hati http://www.nusahati.com/2013/06/sekilas-tentang-pembebanan-biaya-...

2 of 4 1 Des 2013 19:36

Page 3: Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

sebagai biaya adalah sebagai berikut:

Rata-rata pinjaman Pinjaman Jangka Waktu

Bulan Januari Rp 0 1 bln= Rp 0

bulan Pebruari s/d Maret Rp 125.000.000 4 bln= Rp 500.000.000

bulan Juni s/d Juli Rp 150.000.000 2 bln= Rp 300.000.000

bulan Agustus s/d Desember Rp 200.000.000 5 bln= Rp 1.000.000.000

Jumlah Rp 1.800.000.000,00

Rata-rata pinjaman perbulan Rp 1.800.000.000 : 12 = Rp 150.000.000

Rata-rata Dana Berupa Deposito Pinjaman Jangka Waktu

Bulan Januari Rp 0 1 bln= Rp 0

bulan Pebruari s/d Maret Rp 25.000.000 2 bln= Rp 50.000.000

bulan Juni s/d Juli Rp 46.000.000 5 bln= Rp 230.000.000

bulan Agustus s/d Desember Rp 50.000.000 4 bln= Rp 200.000.000

Jumlah Rp 4.800.000.000

Rata-rata deposito perbulan = Rp 480.000.000 : 12 = Rp 40.000.000

Bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya = 20% x (Rp 150.000.000,00 – Rp 40.000.000,00) = Rp

22.000.000,00.

Seperti diketahui bahwa atas penghasilan bunga yang berasal dari tabungan/deposito telah dikenakan pajak

penghasilan final, maka dalam menghitung laba kena pajak penghasilan bunga tersebut kita lakukan koreksi

negatif. Bila perusahaan sudah melakukan koreksi fiskal negatif atas penghasilan bunga, sementara biaya bunga

atas pinjaman dibebankan seluruhnya kedalam laba/rugi fiskal, maka hal tersebut akan memperkecil laba fiskal

yang tidak wajar. Maka biaya bunga atas pinjaman bagi perusahaan yang juga mendapat penghasilan bunga dari

tabungan/deposito hanya dapat dibebankan kedalam laba/rugi fiskal secara proporsional antara nilai pinjaman

vs nilai tabungan/deposito.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka disimpulkan bahwa kemungkinan dapat terjadi bahwa dana yang

ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka atau tabungan lainnya langsung atau tidak langsung berasal dari

pinjaman atau dana yang berasal dari pihak ketiga yang dibebani biaya bunga. Apabila hal tersebut terjadi Wajib

Pajak dapat memperkecil Penghasilan Kena Pajak secara tidak wajar, karena bunga yang terutang atau dibayar

atas pinjaman tersebut dikurangkan sebagai biaya, sedangkan bunga yang diterima atau diperoleh yang berasal

dari penempatan dana dalam bentuk deposito berjangka atau tabungan lainnya tidak ditambahkan dalam

penghitungan Penghasilan Kena Pajak karena telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 15%.

Namun, bunga yang dibayarkan atau terutang atas pinjaman Wajib Pajak dari pihak ketiga dapat dibebankan

sebagai biaya sesuai dengan Pasal 6 ayat (1a) dalam hal :

dana pinjaman tersebut disimpan/ditempatkan dalam bentuk rekening giro yang atas jasanya dikenakan

Pajak Penghasilan yang bersifat final,

1.

adanya keharusan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu pada suatu bank dalam

bentuk deposito berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito dan

tabungan tersebut semata-mata untuk memenuhi keharusan tersebut: misalnya cadangan biaya reklamasi

2.

Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga | Nusa Hati http://www.nusahati.com/2013/06/sekilas-tentang-pembebanan-biaya-...

3 of 4 1 Des 2013 19:36

Page 4: Pembebanan Biaya Bunga Fiskal

adanya keharusan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu pada suatu bank dalam

bentuk deposito berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito dan

tabungan tersebut semata-mata untuk memenuhi keharusan tersebut: misalnya cadangan biaya reklamasi

yang harus ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan di Bank Pemerintah,

2.

dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut dananya berasal dari tambahan modal

dan sisa laba setelah kena pajak.

3.

Terkait pada point 3 tersebut diatas, dapat dibuktikan melalui laporan keuangan yang menggambarkan posisi

ekuitas termasuk di dalamnya tambahan modal maupun sisa laba setelah kena pajak yang terdapat pada Neraca,

beserta mutasi deposito maupun pinjaman dari pihak ketiga. Setidaknya dapat meyakinkan seperti apa yang

dikatakan pada angka 5 pada SE-46/PJ.04/2005 tersebut.

Sekilas Tentang Pembebanan Biaya Bunga | Nusa Hati http://www.nusahati.com/2013/06/sekilas-tentang-pembebanan-biaya-...

4 of 4 1 Des 2013 19:36