PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL...

121
PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 631 K/Pdt.Sus/2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : ATIEK AF’ IDATA 1110048000010 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI I L M U HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435H/2014 M

Transcript of PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL...

Page 1: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL

(Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 631 K/Pdt.Sus/2012)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

ATIEK AF’ IDATA

1110048000010

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

PROGRAM STUDI I L M U HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2014 M

Page 2: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional (Analisis

Putusan Mahkamah Agung No. 631/K/Pdt.Sus/2012), telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Hukum (SH) pada

Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 2014

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

DR. H. JM Muslimin, MA

NIP. 196808121999031014

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., MA (.............................)

NIP. 195003061976031001

Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum (.............................)

NIP. 196509081995031001

Pembimbing I : Nahrowi, S.H., M.H. (.............................)

NIP. 197302151999031002

Pembimbing II : Andi Syafrani, S.H.I., M.C.C.L. (.............................)

Penguji I : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. (.............................)

NIP. 19740252001121001

Penguji II : H. M. Yasir, S.H.,M.H. (.............................)

NIP.

Page 3: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

ii

Page 4: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah tercantum sesuai dengan ketentuan

yang ada pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau

jiplakan karya orang lain, maka saya siap dikenakan sanksi sesuai dengan

ketentuan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 April 2014

Atiek Af’ Idata

NIM : 1110048000010

Page 5: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

iv

ABSTRAK

Nama : Atiek Af’ Idata

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Skripsi : PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL

(Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 631/K/Pdt.Sus/2012)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peraturan mengenai Pembatalan Putusan

Arbitrase Internasional, serta praktek beracara yang dilakukan oleh lembaga peradilan

di Indonesia terutama terkait hukum acara arbitrase asing. dalam penulisan ini Penulis

menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan studi kepustakaan.

Hasilnya bahwa peraturan mengenai pembatalan putusan arbitrase internasional

belum jelas dan lengkap, masih terdapat multi tafsir pada suatu pasal di UU AAPS

yang menyatakan pembatalan putusan arbitrase dapat dilakukan dan prosedur

pelaksanaan beracara yang tumpang tindih antara putusan arbitrase lokal atau

internasional.

Hal tersebut dapat dilihat pada kasus antara Harvey Nichols and Company Limited

melawan PT Harapan Nusantara dan PT Mitra Adi Perkasa, Tbk. Dimana kasus

terebut erat kaitannya dengan upaya pembatalan suatu putusan arbitrase internasional

dan adanya prosedur pelaksanaan kasasi terhadap putusan putusan PN Jakarta Pusat

yang telah menolak gugatan Pemohon Pembatalan Putusan Arbitrase.

Upaya analisis ini dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain Undang-undang

No. 30 Tahun 1999 mengenai Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Konvensi New

York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan dalam Hukum Perdata Internasional

maupun Hukum Dagang Internasional.

Kata Kunci : Arbitrase, Arbitrase Internasional, Arbitrase Asing, Pembatalan Putusan

Arbitrase Internasional

Dosen Pembimbing I : Nahrowi, S.H., M.H

Dosen Pembimbing II : Andi Syafrani, S.HI., MCCL

Daftar Pustaka : Tahun 1981-Tahun 2011

Page 6: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

v

KATA PENGANTAR

Sebuah mimpi tak akan terwujud jika usahamu tak sebesar mimpimu. Dan “Aku

adalah apa yang hambaKu fikirkan tentangKu”.

Selama menempuh Pembelajaran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Program

Studi Ilmu Hukum ini, tentu jalannya tak semudah kelihatannya. Banyak

penyesuaian-penyesuaian yang Penulis jalankan dalam menuntut ilmu di UIN Syarif

Hidayatullah ini, yang patut disyukuri ialah Penulis mendapatkan ilmu yang

diselaraskan dengan ilmu agama.

Tidak Penulis pungkiri, bahwa dalam penulisan skripsi ini Penulis banyak menemui

berbagai rintangan. Namun sebanyak apapun kesulitan itu, Penulis selalu mendapat

motivasi besar untuk memacu semangat Penulis dalam menjalankan proses-proses

untuk meraih gelar Sarjana Hukum, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai

dengan baik. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Allah SWT yang Rahman dan RahimNya menjadikan jaminan bahwa

perjuangan Penulis akan selalu dilancarkan. IlmuNya meliputi langit dan

bumi, bahkan alam semesta tak dapat menggambarkan keluasan ilmuNya.

FirmanNya selalu menjadi benteng bagi Penulis dalam menjalani hidup, selalu

memberikan kenikmatan yang tak ternilai.

2. Nabi Muhammad Saw. Motivator terhebat dalam hidup Penulis, yang kasih

sayangnya selalu membuat Penulis meneteskan air mata ketika mengingat

kecintaannya kepada ummat. Semoga Penulis termasuk kedalam

golongannya.

Page 7: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

vi

3. DEKAN Fakultas Syariah dan Hukum Bp. JM. Muslimin, MA., Ph.D. yang

sangat Penulis hormati, menjadi Guru, Pemimpin sekaligus menjadi

Pengayom bagi Mahasiswa/i nya.

4. Ketua Jurusan Bp. Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Sekretaris Jurusan

Bp. Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum atas kesabarannya dan dedikasinya untuk

Jurusan Ilmu Hukum begitu besar.

5. Pembimbing Penulis Bp. Nahrowi S.H., M.H dan Bp. Andi Syafrani S.HI.,

MCCL. atas semua nasihat, ilmu dan waktunya hingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Ibu Masitoh dan ayahanda Bapak Zaenal Muslimin, telah menjadikan Penulis

dewasa dan mandiri, jasa kalian tak akan sanggup Penulis balas dengan

apapun. Tante Tuti Ulwiyah dan Om Syafrudin yang telah menjadi rumah

kedua bagi Penulis. Reza Wahyu Prawira, Afien Aninnas dan Salman Al

Farisi, kakak dan adik Penulis yang sangat mempengaruhi perkembangan

Penulis, mendidik Penulis dengan cara yang berbeda.

7. Keluarga Besar alm. H. Naisan dan alm. Muslim, kedekatan dan kasih sayang

kalian selalu menjadi bahan bakar bagi Penulis. Sebagai motivasi terhebat

untuk Penulis, agar selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi.

8. Sepupuku tercinta Alvi Muhibbah, Syifa Sakinah, Chairunnisa, Ulfa

Fauziyah, Zakiyah Mulyani, Faiz Zakaria, kalian bukan hanya berperan

sebagai sepupu, tetapi kalian adalah partner yang sangat berpengaruh terhadap

pembentukan kepribadian Penulis.

9. Teman-teman Ilmu Hukum 2010, terutama teman-teman hukum bisnis,

Nourma Andriany Utami, Apriyanti, Ayyida Sabila, Liza Tri Kusuma, Andi

Komara, Nur Fika, Nazia, Ka Defi, Ka Ninis, Basith, Endah, Ainul, Cantika,

Page 8: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

vii

Kendri dan tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Trimakasih telah sabar

menjadi teman terbaik Penulis dalam berdiskusi. Dan kawanku di Lembaga

Negara Hopsah, Setyo, M. Rizky dan khususnya Zikri Muliansyah yang telah

banyak membantu kesulitan Penulis dalam menulis skripsi ini.

10. Keluarga Besar BLC (Business Law Community) UIN Jakarta, Nanda,

Marwan, Dhani, Anto, Azhar dan yang tak dapat Penulis sebutkan di sini.

Teruslah menjadi bagian dari keluarga besar BLC UIN yang solid dan maju.

11. Sahabat tercinta Penulis, Meryam Zahida, Puspita Anggraini, Annisa Suciati,

Defi Rizky Amanda, Kilat Liliani Ningtyas, Arfan Zuhdi dan Cendy Tiara.

Kalian sangat berperan dalam membentuk kedewasaan Penulis, bukan hanya

sahabat, kalian adalah keluarga bagi Penulis. Dan Mas Furqon Wicaksono,

timakasih atas kritikan, bimbingan dan kesabarannya yang secara lamban tapi

pasti telah melatih mental Penulis menjadi lebih tangguh.

12. Keluarga Besar “KKN Garuda 18”, terimakasih untuk pembelajaran yang

kalian berikan, sehingga Penulis termotivasi atas kegigihan kalian, atas sifat-

sifat positif yang kalian tularkan kepada Penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan nikmat dan kasih sayangnya

untuk membalas kebaikan seluruh pihak yang telah membantu dan menjadi inspirasi

bagi Penulis. Tidak ada gading yang tak retak, tentunya dalam penulisan skripsi ini

banyak kekurangan. Namun demikian, besar harapan Penulis, karya tulis ini dapat

memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di

bidang Hukum Bisnis.

Ciputat, April 2014

Atiek Af’ Idata

Page 9: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

viii

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 7

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................... 8

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................... 9

F. Kerangka Teori dan Konseptual ........................................................ 10

G. Metode Penelitian .............................................................................. 11

H. Sumber Penelitian .............................................................................. 13

I. Sistematika Penulisan ........................................................................ 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ARBITRASE INTERNASIONAL

A. Pengertian dan Perkembangan Arbitrase Internasional ................... 17

B. Kekuatan Hukum Arbitrase Internasional (Choice of Forum,

Choice of Law, Final and Binding)

1. Choice of Forum .......................................................................... 22

2. Choice of Law .............................................................................. 25

Page 10: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

ix

3. Final and Binding ........................................................................ 27

C. Pengakuan dan Pelaksanaan Arbitrase Internasional di Indonesia .. 28

BAB III PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL

A. Ditinjau dari Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ............................. 34

B. Ditinjau dari Hukum Perdata Internasional ..................................... 40

BAB IV ANALISIS YURIDIS PUTUSAN Mahkamah Agung RI

No. 631/K/Pdt.Sus/2012

A. Posisi Kasus ...................................................................................... 47

B. Isi Putusan Mahkamah Agung ......................................................... 54

C. Analisis Putusan Hakim

1. Menurut Konvensi New York 1985 dan Hukum Perdata

Internasional ................................................................................ 56

2. Menurut Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ................... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 65

B. Saran ................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69

LAMPIRAN ........................................................................................................ 74

Page 11: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sengketa merupakan suatu kondisi dimana siapapun tak

menginginkannya, tetapi ada baiknya setiap subjek hukum menghindari maupun

mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan sengketa tersebut terjadi.1 Terlebih

dalam hal ini yang menjadi subjek hukum merupakan perusahaan yang

didalamnya memiliki kepentingan-kepentingan untuk meningkatkan profit (tujuan

ekonomi) perusahaan tersebut. Tentunya hal ini dapat memicu terjadinya suatu

benturan kepentingan yang berujung pada sengketa.

Kelemahan yang dimiliki oleh proses Pengadilan „meja hijau‟ dan

kelebihan-kelebihan tersendiri dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase,

membuat Arbitrase menjadi primadona. Dengan keunggulannya bahwa, proses

penyelesaian sengketa melalui arbirase kerahasiaannya dapat terjamin dengan

baik. Selain itu seorang arbiter yang dipilih secara seksama dan sesuai

kesepakatan kedua belah pihak tentunya, harus memiliki pengetahuan khusus

berkaitan dengan sengketa tersebut. Sehingga dalam pengambilan keputusannya

1 Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan APS Suatu Pengantar. (Jakarta: Fikahati aneska,

2011), h. 4. Menerangkan bahwa dalam setiap sengketa salah satu pihak mungkin benar dalam

masalah-masalah tertentu dan pihak lainnya benar dalam masalah-masalah lainnya.

Page 12: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

2

dapat bersifat praktis.2 Hal ini yang menjadikan suatu kelebihan tersendiri dalam

proses ber-arbitrase.

Pemilihan seorang Arbiter yang berkompeten dalam bidang sengketa

selain mempersingkat proses penyelesaian sengketa karena kompetensi arbiter

(dibidang „hal‟ yang disengketakan). Dapat juga memberikan output dalam

penyelesaian sengketa tersebut dengan rasa yang tidak merugikan bagi para pihak

yang bersengketa (win-win solution).3

Arbitrase pada dasarnya merupakan penyelesaian sengketa diluar

pengadilan. Namun yurisdiksi pengadilan tetap sangat berperan terhadap putusan

arbitrase. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 59 yaitu mengenai pendaftaran putusan

arbitrase, kemudian Pasal 61 mengenai pengakuan, dan Pasal 64 mengenai

pelaksanaan yang tertuang dalam UU No. 30 Tahun 1999 mengenai Arbitrase dan

APS.

Dalam Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan APS

sendiri tidak menyatakan jelas apakah pembatalan putusan arbitrase berlaku

2 Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)Suatu

Pengantar, 2011. (BANI-PT. Fikahati Aneska), h. 63. Priyatna Arrasyid secara tidak langsung

menjelaskan banyaknya kelebihan yang ada pada Arbitrase selain terletak pada prosedur ber-

Arbitrase itu sendiri. Kelebihan alternatif penyelesaian sengketa ini terletak pada Arbiternya,

karena diharuskan seorang Arbiter haruslah memiliki pengetahuan khusus mengenai hal yang

disengketakan, sehingga dapat menghasilkan putusan yang bersifat praktis dan tidak memihak,

wajar dan adil.

3 Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)Suatu

Pengantar, 2011., (BANI-PT. Fikahati Aneska),. h. 58. Menerangkan penting memilih arbiter

yang tepat, kompeten, jujur dan memiliki integritas bukan saja pribadinya akan tetapi juga

kemampuan dan keahliannya dibidang hukum arbitrase dan kemudian tentang inti sengketa yang

dihadapinya.

Page 13: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

3

umum untuk semua jenis putusan arbitrase, arbitrase asing salah satunya. Dalam

Pasal 70 Undang-undang No. 30 Tahun 1999 secara tegas disebutkan bahwa

permohonan pembatalan terhadap putusan arbitrase dapat diajukan oleh para

pihak.

Terkait dengan pembatalan putusan arbitrase internasional di Indonesia,

harus kita ketahui terlebih dahulu perbedaan antara pembatalan dengan penolakan

putusan arbitrase. Ada perbedaan mendasar antara kedua konsepsi ini, pertama

dari segi istilah, pembatalan dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai annulment

atau set aside, sementara penolakan dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai

refusal.4Perbedaan keduanya dapat dilihat dari konsekuensi hukumnya.

Pembatalan putusan arbitrase berakibat pada dinafikannya (seolah tidak pernah

dibuat) suatu putusan arbitrase.5

Terhadap putusan arbitrase yang dibatalkan, pengadilan dapat meminta

agar para pihak mengulang proses arbitrase (re-arbitrate). Hanya saja pembatalan

putusan arbitrase tidak membawa konsekuensi pada pengadilan yang

membatalkan untuk memiliki wewenang memeriksa dan memutus sengketa.

4 Hikmahanto Juwana. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Vol.21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002. h. 68.

5 Hikmahanto Juwana “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Vol.21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002. h. 68, „Namun demikian, ada pengadilan dari suatu

negara yang harus dan tetap melaksanakan putusan arbitrase sehingga mengabaikan putusan

pengadilan dari negara lain yang membatalkan putusan pengadilan arbitrase tersebut.

Sebagaimanan akan diuraikan lebih lanjut dalam tulisan ini‟.

Page 14: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

4

Apabila hal ini dilakukan maka akan bertentangan dengan asas kebebasan

berkontrak yang dimiliki oleh para pihak dalam penyelesaian sengketa mereka

dan pengadilan dapat dianggap sebagai tidak menghormati asas kebebasan

berkontrak.6

Dalam Konvensi Pasal II ayat (3) menjelaskan “The court of a

Contracting State, when seized of an action in a matter in respect of which the

parties have made an agreement with in the meaning of article, shall, at the

request of one of the parties refer the parties to arbitration, unless it finds that

said agreement is null and void in operative or incapable of being performed”.

Berdasarkan pasal ini, Konvensi New York menempatkan status arbitrase

sebagai forum atau mahkamah yang memiliki kompetensi absolut untuk memutus

persengketaan yang timbul dari perjanjian yang bersangkutan.7 Terlihat jelas

bahwa apabila penyelesaian sengketa sudah dilaksakan melalui jalur arbitrase

maka pengadilan tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikannya kembali.

Tidak dijelaskan apakah mengenai pembatalan putusan arbitrase, termasuk juga

kewenangan yang dimaksud.

6 Hikmahanto Juwana. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Vol.21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002. h. 68.

7Yahya Harahap. Arbitrase Ditinjau dari: (Reglemen Acara Perdata, Peraturan

Prosedur BANI, ICSID, UNCITRAL Arbitration Law, convention on the Recognition and

Enforcment of Foreign Arbitral Award, PERMA No. 1 Tahun 1990). (Jakarta: Sinar Grafika,

2006), h. 26.

Page 15: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

5

Namun dapat kita perhatikan bahwasanya ketentuan pembatalan putusan

telah mencederai asas bahwa putusan arbitrase bersifat final dan mengikat.

Pemberian asas ini seharusnya tidak relevan lagi dengan perkembangan hukum

dan segala ketentuan yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan internasional yang

kemudian menjadi hukum perdata internasional. Secara garis besar asas tersebut

jika dihubungkan dan kita analisis, maka akan bertentangan dengan asas

resiprositas dan kemudian kedaulatan Negara.

Dalam kasus penelitian ini yaitu putusan MA No. 631/K/Pdt.Sus/2012

Harvey Nichols and Company Limited dengan PT Harapan Nusantara dan PT

Mitra Adiperkasa,Tbk, berawal dari sengketa bisnis antara para pihak yang

kemudian dibawa oleh Harvey Nichols and Company Limited untuk diselesaikan

di Badan Arbitrase London. Sebagaimana sesuai dengan kesepakatan antara

keduanya dalam perjanjian. Namun atas dasar ketidakpuasan, pihak PT Hamparan

Nusanatara dan PT Mitra Adiperkasa,Tbk mengajukan gugatan pembatalan

putusan arbitrase kehadapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Namun PN Jakarta

Pusat tidak memberikan putusan sebagaimana kewenangan yang diberikan oleh

Undang-undang terkait dengan pembatalan putusan arbitrase untuknya. Sehingga

putusan PN Jakarta Pusat ini dibantah melalui gugatan kasasi ke Mahkamah

Agung oleh Harvey Nichols and Company Limited.

Yang menarik dalam pembahasan kasus ini ialah ketika adanya suatu

perjanjian yang telah disetujui dan disepakati satu sama lain antara para pihak,

Page 16: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

6

namun ditengah-tengah penggugat melakukan upaya tuntutan hukum dengan

alasan bahwa pelaksanaan perjanjian tersebut telah menyalahi aturan hukum di

negara RI terkait dengan menyalahi aturan PP No. 42 tahun 2007 tentang

Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/8/2008

tentang Penyelenggaraan Waralaba, hal ini patut diselidiki sebatas mana suatu

perjanjian dapat dikatakan bertentangan dengan hukum. Selain itu dalam

putusannya MA mengeluarkan putusan yang membatalkan putusan sela

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Patut menjadi pertanyaan ialah, karena meskipun UU mengatur mengenai

Pembatalan Putusan Arbitrase, UU No. 30/1999 mengenai AAPS terkait pasal

pembatalan putusan arbitrase tersebut mengalami contra dictio in termidis,

seharusnya apabila ini terjadi maka majelis dapat menggunakan yurisprudensi

yang menyatakan bahwa putusan arbitrase internasional dapat dibatalkan.

Berdasarkan pemaparan tersebut penulis bermaksud meneliti dan

mengkaji lebih dalam lagi mengenai pembatalan putusan arbitrase internasional di

Indonesia dan keterkaitannya dengan pertimbangan hakim yang akan dibenturkan

dengan asas-asas serta teori yang berlaku di setiap Negara. Oleh karena itu

penulis memilih judul “PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE

INTERNASIONAL (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.

631/K/Pdt.Sus/2012)”.

Page 17: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

7

B. Identifikasi Masalah

1. Putusan Arbitrase asing masih menjadi perdebatan dalam hal penerapan dan

pelaksanaannya, terkait dengan hal penolakan putusan arbitrase asing yang

dinyatakan tidak dapat diakui.

2. Efektifitas UU yang dikritisi dengan fenomena kasus tertentu, menunjukkan

ada banyaknya kelemahan yang seharusnya menjadi alasan dan tujuan untuk

membentuk aturan mengenai arbitrase agar lebih baik lagi.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan fokus dan tidak meluas, Penulis membatasi

permasalahan yang akan dibahas hanya pada substansi Undang-undang dan

Peraturan dalam bidang pembatalan putusan arbitrase internasional yang

belum memiliki aturan secara benar dalam hukum materiil. Selain itu Penulis

juga membatasi analisis kasus ini pada Putusan MA No. No.

631/K/Pdt.Sus/2012.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan yang Penulis paparkan dalam latar belakang dan

permasalahan yang sudah Penulis batasi, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana aturan dalam hukum perdata internasional dan hukum

nasional mengenai pembatalan putusan arbitrase internasional?

Page 18: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

8

2. Bagaimana kedudukan hukum putusan kasasi Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat ke MA dalam kasus Harvey Nichols Company Ltd melawan PT

Mitra Adi Perkasa dan PT Hamparan Nusantara?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tentang aspek-aspek hukum pembatalan putusan

arbitrase internasional di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses penyelesaian

sengketa putusan arbitrase internasional di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran dalam Ilmu Hukum, khususnya Hukum Bisnis yang

berkaitan dengan penyelesaian sengketa melalui arbitrase.

b. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan rujukan bagi mahasiswa, mengenai sengketa pembatalan putusan

arbitrase internasional di Indonesia, mengingat skripsi tentang ini masih

sangat minim. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gagasan

kepada pemerintah mengenai bagaimana agar Peraturan dan Perundangan

tentang Arbitrase dan APS lebih baik lagi dan sesuai dengan kondisi

situasi perekonomian terkini.

Page 19: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

9

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan dalam penelitian ini, Penulis melakukan

tinjauan kajian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini di beberapa

perpustakaan yang Penulis temukan, yaitu :

1. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 ,

yang disusun oleh Maisaroh Harahap, dengan judul skripsi “Pembatalan

Putusan Arbitrase Tentang Sengketa Ekonomi Syariah Oleh Pengadilan

Agama”. Penulis skripsi ini hanya membahas tentang bagaimana

penyelesaian sengketa ekonomi syariah dalam pembatalan putusan Basyarnas,

berbeda dengan skripsi yang akan Penulis tulis mengenai pembatalan putusan

arbitrase asing, putusan asing berarti putusan yang dikeluarkan di luar

teritorial negara Indonesia.

2. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2012, yang disusun oleh Raden

Umar Faaris Permadi dengan judul skripsi “Pembatalan Putusan Arbitrase

Internasional di Indonesia (Studi Kasus: Putusan MA No.

273PK/Pdt/2007 dan Putusan MA No. 56PK/Pdt.Sus/2011)”. Skripsi

menelaah mengenai aspek hukum perdata internasional dalam pembatalan

putusan arbitrase internasional dan membandingkan secara komparatif

putusan hakim. Berbeda dengan Penulis, substansi skripsi ini tidak

menyinggung mengenai hukum acara untuk pelaksanaan putusan arbitrase

internasional, sedangkan dalam skripsi Penulis, Penulis memiliki substansi

Page 20: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

10

pembahasan mengenai prosedural suatu putusan arbitrase yang dimohonkan

pembatalannya.

3. Tesis Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2011, yang disusun oleh Arman

dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap pembatalan Putusan Arbitrase

di pengadilan Negeri Indonesia Dalam Hal Adanya Dugaan Pemalsuan

Dikaitkan Dengan Sistem Peradilan Pidana di Indonesia”. Tesis ini

menelaah tentang pembatalan putusan arbitrase di Indonesia terkait dengan

adanya dugaan upaya pemalsuan dan perilaku hakim. Penulis tesis

mempermasalahkan mengenai pembatalan putusan final arbitrase dengan

hanya berdasarkan adanya dugaan pemalsuan dokumen oleh salah satu pihak.

Sedangkan skripsi yang penulis angkat mengenai kedudukan arbitrase asing di

Indonesia, hal ini memiliki keterkaitan dalam hal pembatalan tetapi sangat

berbeda dari segi substansi pada masing-masing penelitian.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan

umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis

oleh para pihak yang bersengketa. Hal ini tertuang dalam Pasal 1 butir 1 UU

No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan APS.

2. Putusan Arbitrase Asing, adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu Badan

Arbitrase ataupun Arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum

Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan Arbitrase Asing. Hal ini

Page 21: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

11

tertuang dalam Pasal 2, Perma No. 1 tahun 1990 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing.

3. Teori Kedaulatan Negara, menurut George Jellinek menyatakan bahwa

hukum adalah penjelmaan daripada kehendak atau kemauan Negara. Jadi,

negara jualah yang menciptakan hukum, maka negara dianggap satu-satunya

sumber hukum dan negaralah yang memiliki kekuasaan tertinggi atau

kedaulatan.8

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Pada penelitian jenis ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis

dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai

kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang

dianggap pantas9. Penelitian ini berpacu pada putusan Mahkamah Agung

sebagai putusan yang dianalisis dan kaitannya dengan landasan norma hukum

yang berlaku dan terdapat dalam peraturan perundang-undangan maupun

perjanjian-perjanjian internasional. Karenanya penulisan ini menggunakan

8 Soehino. Ilmu Negara. (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), h. 155.

9 Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet.I. (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), h.118.

Page 22: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

12

metode penelitian hukum normatif atau studi pustaka10

, analisa data bersifat

kualitatif yaitu hasil pembahasan tidak berupa angka-angka.

2. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum normatif sendiri memiliki beberapa pendekatan.

Melalui pendekatan ini, Penulis mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu yang akan dibahas. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian hukum normatif yaitu11

: pendekatan perundang-undangan,

pendekatan kasus, pendekatan historis dan pendekatan konseptual.

Dalam penelitian ini Penulis tentu menggunakan pendekatan

perundang-undangan (Statue Approach), karena Penulis menggunakan

metode normatif yang melibatkan aturan-aturan hukum terkait dengan

masalah penelitian Penulis. Undang-undang yang penulis gunakan yaitu

Undang-undang Arbitrase No. 30 Tahun 1999, Konvensi New York 1958 dan

peraturan-peraturan hukum lainnya yang berkaitan erat dengan pembatalan

putusan arbitrase Internasional.

Pendekatan kasus (Case Approach) yang Penulis gunakan yaitu,

pendekatan kasus pembatalan putusan Arbitrase Internasional oleh Mahkamah

Agung. Kemudian Penulis analisis dan teliti terkait dengan ketentuan-

10

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 2010), h. 10.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, jenis penelitian penulis ialah problem-focueds research,

yaitu penelitian yang berfokus pada masalah.

11 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.VI. (Jakarta: Kencana, 2010), h. 93.

Page 23: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

13

ketentuan dalam segi pelaksanaannya menurut peraturan dan perundangan

terkait, yaitu Konvensi New York 1958 dan UU No.30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase serta peraturan-peraturan hukum lain yang dapat Penulis kaitkan

secara normatif.

Pendekatan historis (Historical Approach) yang akan Penulis singgung

ialah mengenai sejarah awal aturan tentang arbitrase dan terakhir, Pendekatan

konseptual (Conceptual Approach) membantu Penulis dalam mengkonsep

pembuatannya dan alur penulisannya, serta bagaimana bentuk penulisan

selanjutnya.

H. Sumber Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, yaitu :

1. Bahan Hukum Primer, yakni bahan-bahan yang berisi kekuatan mengikat

kepada masyarakat. Bahan hukum primer yang penulis gunakan antara lain

UU No. 30 Tahun 1990 tentang Arbitrase; Konvensi New York 1958;

Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1982 dan peraturan-peraturan hukum

lainnya yang berkaitan dengan pembatalan putusan arbitrase internasional.

2. Bahan Hukum Sekunder, yakni bahan-bahan yang memberikan informasi

atau hal-hal yang berkaitan dengan ini sumber primer serta implementasinya.

Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan antara lain ialah; buku-buku;

artikel-artikel dalam jurnal hukum;

Page 24: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

14

3. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum, Dari bahan hukum yang sudah

terkumpul baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder,

diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan dibahas. Kemudian bahan

hukum diuraikan dan diteliti sehingga mendapatkan penjelasan secara

sistematis. Pengolahan bahan hukum bersifat deduktif, yaitu menarik

kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke

permasalahan yang khusus. Bahan hukum itu diolah dan diuraikan, kemudian

Penulis menganalisanya (melakukan penalaran ilmiah) dan

menyimpulkannya. Sehingga dapat terjawab isu hukum yang telah

dirumuskan dalam rumusan masalah.

I. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dan sistematis, penulis

mengklasifikasikan penelitian yang akan disusun ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat

penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka teori dan

konseptual, metode penelitian serta sumber Penelitian.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ARBITRASE INTERNASIONAL

Menjelaskan mengenai pengertian arbitrase dan arbitrase

Page 25: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

15

insternasional, sejarah munculnya arbitrase dan perkembangan di

Indonesia, Perjanjian Arbitrase dan Kewenangannya.

BAB III : PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Ketentuan Hukum

Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional ditinjau dari Undang-

undang No. 30 Tahun 1999 tentang AAPS dan ditinjau dari Hukum

Perdata Internasional yang akan dikaitkan dengan asas-asas yang

berlaku secara internasional.

BAB IV : ANALISIS YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE

INTERNASIONAL (Studi Analisis Putusan Mahkamah Agung No.

631/K/Pdt.Sus/2012)

Dalam bab ini akan dianalisis perkara putusan sela oleh MA terkait

kewenangan Pengadilan dalam Pembatalan Putusan Arbitrase

Internasional. Yaitu antara Harvey Nichols and Company Ltd,

dengan PT Hamparan Nusantara dan PT Mitra Adiperkasa, Tbk.

Pembahasan merupakan hasil kritisisasi UU No. 30/1999 tentang

AAPS dengan mengaitkannya pada putusan hakim Mahkamah

Agung dalam kaitannya pada Pembatalan Putusan Arbitrase

Internasional.

Page 26: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

16

BAB V : PENUTUP

Pada bab penutup dimuat suatu kesimpulan dan saran, yaitu uraian

kesimpulan dari hasil penelitian yang dapat diberikan terhadap

permasalahan-permasalahan yang dibahas serta saran yang akan

penulis sampaikan setelah melakukan penelitian ini.

Page 27: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG ARBITRASE INTERNASIONAL

A. Pengertian dan Perkembangan Arbitrase Internasional

Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu perkara perdata di luar

pengadilan, umumnya yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat

secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.12

Pada dasarnya arbitrase

merupakan perjanjian perdata dimana para pihak sepakat untuk menyelesaikan

sengketa yang terjadi di antara mereka, atau mungkin akan timbul di kemudian

hari yang diputuskan oleh orang ketiga.

Penyelesaian sengketa dilakukan oleh seorang atau beberapa orang wasit

(arbitrator) yang bersama-sama ditunjuk oleh pihak yang berperkara, dengan

tidak diselesaikan melalui pengadilan tetapi secara musyawarah menunjuk pihak

ketiga dan dituangkan dalam salah satu bagian dari kontrak.13

Kata Arbitrase

berasal dari bahasa latin yaitu arbitrare yang berarti kekuasaan untuk

12

Pasal 1 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa.

13 Joni Emirzon. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,

Konsolidasi, dan Arbitrase). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. h. 97.

17

Page 28: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

18

menyelesaikan suatu perkara menurut kebijaksanaan.14

Dalam Islam arbitrase

lebih dikenal dengan dengan istilah al tahkim, dan dalam hukum Islam istilah

yang sepada dengan tahkim adalah ash-shulhu yang berarti memutus

pertengkaran atau perselisihan.15

Dalam Hadist Riwayat An Nasa‟i, tentang dialog Nabi Muhammad

dengan Abu Sjureich (sering juga dipanggil Abu al hakam):16

Nabi Muhammad: Sesungguhnya hakam itu adalah Allah dan kepadaNya

lah dimintakan keputusan hukum. Mengapa kamu

dipanggil Abu Al hakam?

Abu Sjurech : Sesungguhnya apabila kaumku bertengkar mereka

akan datang kepadaku meminta Penyelesaian dan

kedua belah pihak rela dengan putusanku itu.

Nabi Muhammad: Alangkah baiknya perbuatanmu itu!

Arbitrase pada dasarnya menggunakan konsep musyawarah, dan Islam

sangat banyak membahas mengenai musyawarah. Salah satunya dalam

firmanNya, Allah Swt menjelaskan bahwa:

14

Joni Emirzon. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,

Konsolidasi, dan Arbitrase). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. h. 97.

15 Achmad Djauhari, Arbitrase Syariah di Indonesia, 2006, Jakarta: Badan Arbitrase Syariah

Nasional (Basyarnas), h. 26.

16 Achmad Djauhari, Arbitrase Syariah di Indonesia, 2006, Jakarta: Badan Arbitrase Syariah

Nasional (Basyarnas), h. 30.

Page 29: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

19

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan

mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka

bertakwallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”

Suatu arbitrase dianggap “Internasional” apabila para pihak pada saat

dibuatnya perjanjian, yang bersangkautan mempunyai tempat usaha mereka

(place of business) di negara-negara yang berbeda.17

Misalnya dalam suatu

kerjasama, salah satu pihak memiliki Perusahaan di London. Dalam arti,

perusahaan tersebut berdiri berdasarkan hukum di Inggris dan pihak lain memiliki

Perusahaan di Indonesia. Jika terjadi perselisihan dan keduanya menyepakati

penyelesaian sengketa melalui arbitrase, maka arbitrase ini tergolong arbitrase

internasional.

17

Sudargo Gautama. Perkembangan Arbitrase Dagang Internasional di Indonesia. Bandung:

PT Eresco, 1989. h. 3.

Page 30: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

20

Dalam sejarah perundang-undangan di negara Indonesia, aturan mengenai

Arbitrase diatur dalam Buku Ketiga Reglemen Acara Perdata tentang Aneka

Acara, yaitu pada Bab Pertama yang mengatur mengenai Putusan Wasit

(Arbitrase) yang terdiri mulai dari Pasal 615-651. Sebagai pedoman aturan umum

arbitrase yang diatur dalam Reglemen Acara Perdata, meliputi lima bagian

pokok18

:

- Bagian Pertama (615-623): Persetujuan arbitrase dan pengangkatan

arbitrator atau arbiter

- Bagian Kedua (624-630): Pemeriksaan di muka badan Arbitrase

- Bagian Ketiga (631-640): Putusan Arbitrase

- Bagian Keempat (641-647): Upaya-upaya terhadap putusan Arbitrase

- Bagian Kelima (647-651): Berakhirnya acara-acara Arbitrase.

Sumber hukum perdata zaman kolonial tidak mengatur sama sekali aturan

mengenai Arbitrase Internasional. “Seolah-olah, peraturan itu memencilkan

bangsa Indonesia dari lingkungan kehidupan hubungan antarnegara di bidang

arbitrase”.19

18

M. Yahya Harahap. Arbitrase (Ditinjau dari: Regelemen Acara Perdata (Rv), Peraturan

Prosedur BANI, International Centre for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), UNCITRAL

Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreing Arbitral Award,

PERMA No. 1 Tahun 1990). Jakarta: Sinar Grafika, 2006. h. 2.

19 M. Yahya Harahap. Arbitrase (Ditinjau dari: Regelemen Acara Perdata (Rv), Peraturan

Prosedur BANI, International Centre for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), UNCITRAL

Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreing Arbitral Award,

PERMA No. 1 Tahun 1990). Jakarta: Sinar Grafika, 2006. h. 3.

Page 31: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

21

Beberapa landasan pelaksanaan arbitrase asing di Indonesia antara lain

yaitu UU No. 5 Tahun 1968 yang merupakan persetujuan atas konvensi tentang

penyelesaian perselisihan antar negara dan warganegara asing mengenai

penanaman modal atau biasa disebut „Convention on the Settlement of Investment

Disputes between States and Nationals of other States‟. Konvensi ini lazim juga

disebut World Bank Convention atau Konvensi Bank Dunia.

Tujuan menetapkan persetujuan ratifikasi atas Konvensi ini bermaksud

untuk mendorong dan membina perkembangan penanaman modal asing atau joint

venture di Indonesia.20

Hal ini diupayakan, sebab Pemerintah Indonesia ingin

memberikan suatu rasa aman dan kepercayaan kepada Investor asing bahwa,

apabila terjadi sengketa penyelesaiannya dapat dibawa ke ranah forum arbitrase.

Namun meskipun Indonesia telah meratifikasi Convention on the Recognition and

Enforcment of Foreign Arbitral Award, namun dalam hal eksekusi putusan

arbitrase asing masih memiliki kendala.

Keppres No. 34 Tahun 1981 menunjukkan Pemerintah RI telah

mengesahkan dan bergabung ke dalam Konvensi New York 1958. Namun

kendala pelaksanaannya terjadi dikarenakan belum adanya dasar hukum

mengenai pelaksanaan tersebut, karena itu Perma No. 1 Tahun 1990 merupakan

jawaban terhadap tata cara pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing. Ketika

20

Yahya Harahap. Arbitrase (Ditinjau dari : Reglemen Acara Perdata (Rv), Peraturan

Prosedur BANI, International Centre for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), INCITRAL

Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award,

PERMA No. 1 Tahun 1990, Cet. Ke-3. Jakarta: Sinar Grafika, 2006. h. 5.

Page 32: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

22

unsur-unsur mengakui sudah terpenuhi, unsur melaksanakan eksekusi

(enforcement) yang masih belum dapat dilaksanakan.

Pasalnya, sesuai dengan praktek hukum yang berlaku diperlukan lagi

peraturan pelaksanaan tentang tata cara “exequatur”. Tanpa peraturan

pelaksanaan, pengadilan Indonesia tidak dapat menilai dan mempertimbangkan

dengan hukum atau ketertiban umum yang berlaku di Indonesia.21

Penyempurnaan dilakukan melalui undang-undang pelaksanaanya, yaitu

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Penjelasan mengenai Arbitrase Internasional dapat dilihat dalam Pasal

1 dalam ketentuan umum butir 9 bahwa “Putusan Arbitrase Internasional adalah

putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan

di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase

atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia

dianggap sebagai suatu putusan arbitrase Internasional”.

B. Kekuatan Hukum Arbitrase Internasional (Choice of Forum, Choice of Law,

Final and Binding)

1. Choice of Forum

21

Yahya Harahap. Arbitrase (Ditinjau dari : Reglemen Acara Perdata (Rv), Peraturan

Prosedur BANI, International Centre for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), INCITRAL

Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award,

PERMA No. 1 Tahun 1990, Cet: ke-3. Jakarta: Sinar Grafika, 2006. h. 32.

Page 33: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

23

Pilihan forum merupakan pilihan terhadap jurisdiksi lembaga atau badan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama dalam rangka mengajukan tuntutan pengembalian hak

terhadap pihak yang dianggap telah melanggar dan/atau merugikan pihak

yang mengajukan tuntutan.22

Sedangkan dalam HPI (Hukum Perdata Internasional) yang dimaksud

dengan pilihan hakim atau pilihan forum (Choice of Court, Choice of Forum)

adalah pemilihan yang dilakukan terhadap instansi peradilan atau instansi lain

yang oleh para pihak ditentukan sebagai instansi yang akan menangani

sengketa mereka jika terjadi di kemudian hari.23

Pilihan forum memiliki beberapa prinsip yang berlaku antara lain:24

1. Prinsip kebebasan para pihak

Kebebasan para pihak termasuk di dalamnya kebebasan untuk

mengubah forum yang sebelumnya telah disepakati. Prinsip kebebasan

22

Erman Suparman. Arbitrase & Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati Aneska,

2012. h. 50.

23 Sudargo Gautama. Hukum Perdata Internasiona Indonesial. Bandung: Alumni, 1989. h.

53-54. Para pihak di dalam suatu kontrak dapat menyepakati sebuah klausula yang isinya menentukan

bahwa, apabila di kemudian hari timbul sengketa dari substansi kontrak yang mereka sepakati tersebut,

sengketa dimaksud akan dibawa untuk diselesaikan oleh sebuah lembaga peradilan yang mereka pilih

selain pengadilan negeri di Indonesia. Pilihan dapat dilakukan terhadap lembaga tempat penyelesaian

sengketa yang ada, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.” Lihat juga Erman Suparman,

Arbitrase & Dilema Penegakan Keadilan, (Jakarta: PT Fikahati Aneska, 2012), h. 52.

24 Huala Adolf. Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Cet: ke-II. Bandung: Rafika

Aditama, 2008. h. 167-168.

Page 34: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

24

para pihak dalam memilih forum ini pada prinsipnya adalah hukum

yang mengikat.

2. Prinsip bonafid

Kesepakatan para pihak harus dihormati dan dilaksanakan dengan

iktikad baik. Penghormatan terhadap prinsip ini terletak pada

penghormatan atas ekspektasi dan keyakinan para pihak bahwa forum

yang dipilihnya adalah forum yang netral dan adil untuk

menyelesaikan sengketa, termasuk keahlian pengadilan di dalam

menyelesaikan sengketa.

3. Prinsip prediktabilitas dan efektifitas

Pilihan forum tidak boleh dilakukan secara sparodis. Pemilihan suatu

forum harus didasarkan pada pertimbangan apakah forum yang akan

menangani sengketa suatu kontrak dapat diprediksi kewenangannya

dalam memutus sengketa. Selain itu perlu diperhatikan pula efektifitas

putusan yang akan dikeluarkan dan kemungkinan akan ditaati dan

dilaksanakan.

4. Prinsip jurisdiksi eksklusif

Pilihan forum hendaknya tegas, eksklusif dan tidak menimbulkan

jurisdiksi ganda. Di dalam perancangan kontrak internasional, tidak

jarang para pihak mencantumkan lebih dari satu pilihan forum untuk

menyelesaikan satu sengketa.

Page 35: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

25

Pilihan forum arbitrase berawal dari adanya perjanjian atau kesepakatan

yang memang sebatas persoalan perniagaan. Kompetensi forum arbitrase

sebagai akibat adanya pilihan jurisdiksi melalui perjanjian arbitrase

(agreement to arbitrate), baik melalui klausul arbitrase (arbitration clause)

maupun melalui submission agreement, secara implisit diakui dan dinyatakan

dalam artikel II ayat (3) Konvensi New York 1958. Bahwa pengadilan dari

negara penandatanganan konvensi harus merujuk pada pihak ke forum

arbitrase, menunjukkan betapa akibat adanya pilihan forum pengadilan negeri

menjadi tidak berwenang memeriksa sengketa dimaksud, kecuali apabila

ternyata dapat dibuktikan bahwa “... the said agreement is “null and void”

inoperative or incapable of being performed”.25

Prof. Erman menjelaskan bahwa, negara kita menganut asas kebebasan

berkontrak, karenanya klausula arbitrase mengikat secara mutlak terhadap

para pihak yang membuatnya. Klausula arbitrase langsung melahirkan

kompetensi absolut forum arbitrase sesuai pilihan para pihak.

2. Choice of Law

Dalam mengantisipasi terjadinya sengketa, para pihak dapat melakukan

pilihan hukum terkait klausul perjanjian yang mereka sepakati. Dalam

25

Erman Suparman. Arbitrase & Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati Aneska,

2012. h. 68-69. Yang dimaksud yaitu apabila dalam kesepakatan memiliki adanya kehendak yang tidak

bebas dalam menentukan persetujuan, maupun adanya penipuan dalam berjalannya suatu proses ber-

arbitrase. Maka perananya, pengadilan negeri menjadi memiliki kewenangan dalam menangani

perkara.

Page 36: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

26

bukunya “Arbitrase Komersial Internasional”, Huala Adolf membagi dua

jenis pilihan hukum yang dikenal dalam Hukum Perdata Internasional:

Pertama, pilihan hukum secara tegas. Dalam hal ini memberitahukan

secara jelas dalam kontrak yang biasanya memiliki klausul tersendiri, yaitu

menyatakan menggunakan hukum mana dalam pelaksanaan perjanjian

tersebut. Contohnya, untuk menyelesaikan perkara jual beli yang mungkin

timbul antara perusahaan/pengusaha Amerika Serikat dengan pengusaha

Indonesia. Maka dengan persetujuan bersama di dalam kontrak itu

dicantumkan klausul tambahan. Misalnya saja dalam klausul itu ditentukan

bahwa untuk perjanjian jual beli itu berlaku ketentuan hukum Indonesia.26

Kedua, pilihan hukum secara diam-diam. Yang dimaksud dalam pilihan

hukum ini ialah para pihak tidak memilih hukum mana yang akan berlaku,

tetapi pilihan hukum itu akan tampak melalui penafsiran terhadap isi kontrak

atau dalam kehendak para pihak. Misalnya dalam dokumen kontrak itu, para

pihak mengutip beberapa pasal hukum perdata Amerika Serikat. Maka secara

tidak langsung tampak bahwa para pihak menginginkan kontrak itu tunduk

pada hukum Amerika Serikat, sehingga apabila timbul sengketa di kemudian

hari, maka hukum yang akan mengaturnya adalah hukum Amerika Serikat.27

26

Huala Adolf. Arbitrase Komersial Internasional. Jakarta : Rajawali Pers, 1991. h. 44.

27 Huala Adolf. Arbitrase Komersial Internasional. Jakarta : Rajawali Pers , 1991. h. 44.

Page 37: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

27

Selanjutnya, apabila para pihak tidak memberikan petunjuk sama sekali,

maka hakim yang menangani perkara harus mencari hukum yang paling tepat

sesuai dengan fakta-fakta yang melekat pada para pihak yang saling

mengikatkan janji maupun ketentuan-ketentuan yang dituangkan dalam

perjanjian tersebut. Perjanjian arbitrase seperti halnya perjanjian hukum

lainnya, hanya dapat dirubah atau ditambah oleh kedua belah pihak atau lebih

dalam perjanjian.28

3. Final dan Binding

Arbitrase memiliki asas final dan binding yang berarti putusan arbitase

bersifat putusan akhir dan tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain,

seperti banding atau kasasi.29

Hal tersebut dituangkan dalam Pasal 60 UU

AAPS “Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum

tetap dan mengikat para pihak”.

Padahal pada prakteknya asas ini tidak sesuai dengan kenyataan, nyatanya

putusan arbitrase dapat dimintai pembatalan untuk putusan arbitrase nasional

melalui jalur Pengadilan Negeri. Dan penolakan pengakuan yang

mempengaruhi dapat dilakukan eksekusi atau tidaknya, melalui Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat. Pelaksanaan eksekuaturnya pun setelah memperoleh

28

Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) Suatu

Pengantar. BANI: PT Fikahati Aneska, 2011. h. 76.

29 Sudiarto dan Zaenani Asyhadie, Mengenal Arbitrase (Salah Satu Alternatif Penyelesaian

Sengketa Bisnis). Jakarta : PT Raja Grafindo, 2004. h. 32.

Page 38: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

28

persetujuan dari Mahkamah Agung yang selanjutnya dilimpahkan kepada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Keterlibatan pengadilan di sini, patut dipertanyakan, terkait dengan prinsip

kemandirian, final dan mengikatnya putusan arbitrase. Terlebih terhadap

putusan arbitrase asing yang sangat terkait erat dengan prinsip timbal balik

atau resiprositas (reciprocity principle).30

C. Pengakuan dan Pelaksanaan Arbitrase Internasional di Indonesia

Dalam hal pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase yang dibuat di

luar negeri masih menjadi perdebatan. Pasalnya dalam suatu pengakuan dan

pelaksanaannya, terkait dengan Arbitrase Internasional ini bukan hanya

mengandalkan pengakuan terkait Konvesi New York 1958 saja, namun harus ada

aturan yang bersifat nasional yang dibuat di masing-masing negara bersangkutan

yang saling mengakui, sebagai aplikasi pelaksanaan dari putusan arbitrase

internasional tersebut.

Sebenarnya, timbulnya masalah ini merupakan refleksi dari peraturan atau

konvensi internasional pada umumnya, termasuk Konvensi New York 1958,

yakni bahwa konvensi internasional ini tidak mengatur peraturan-peraturan yang

detail, namum hanya mengatur hal-hal pokoknya saja. Dalam lingkup nasional,

konvensi ini ibarat undang-undang pokok yang pelaksanaannya dijabarkan

30

Erman Suparman. Arbitrase & Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati Aneska,

2012. h. 147.

Page 39: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

29

melalui Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden, Keputusan

Menteri, yang kesemuanya ini merupakan Implementating Legislation-nya.31

Mengacu pada Konvensi New York 1958 yang menjadi landasan bagi

negara dalam melaksanakan „pelaksanaan keputusan arbitrase komersial

internasional‟ di negara-negara yang saling meratifikasi, maka apabila

diperhatikan Konvensi ini mengandung 16 Pasal. Dari pasal-pasal ini dapat

ditarik 5 prinsip berikut ini:32

Pertama, konvensi ini menerapkan prinsip pengakuan dan pelaksanaan

keputusan arbitrase luar negeri dan menempatkan keputusan tersebut pada

kedudukan yang sama dengan keputusan arbitrase luar negeri dan menempatkan

keputusan tersebut pada kedudukan yang sama dengan keputusan peradilan

nasional. Kedua, konvensi ini mengakui prinsip keputusan arbitrase yang

mengikat tanpa perlu ditarik dalam pengambilan keputusannya. Ketiga, konvensi

ini menghindari proses pelaksanaan ganda (double enforcement process).

Keempat, Konvensi New York 1958 menyaratkan penyerderhanaan

dokumentasi yang diberikan oleh pihak yang mencari pengakuan dan pelaksanaan

konvensi, dalam hal ini hanya menyaratkan 2 dokumen saja untuk dapat

melaksanakan suatu keputusan, yaitu dokumen keputusan yang asli atau kopinya

yang sah dan dokumen perjanjian arbitrase yang asli atau kopinya yang sah (Pasal

31

Huala Adolf. Arbitrase Komersial Internasional. Jakarta : PT Rajawali, 1991. h. 78.

32 Huala Adolf. Arbitrase Komersial Internasional. Jakarta : PT Rajawali, 1991. h. 80.

Page 40: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

30

IV). Prinsip kelima, Konvensi New York 1958 lebih lengkap, lebih komprehensif

daripada hukum nasional pada umumnya. Secara garis besar Konvensi New York

tidak hanya mengatur pada pelaksanaan saja (enforcement), namun juga mengenai

pengakuan (recognition) terhadap suatu keputusan arbitrase meskipun tak ada

pembahasan terkait pembatalan putusan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pasal

dalam konvensi tersebut yang menerangkan mengenai pengakuan dan

pelaksanaan keputusan arbitrase yaitu Pasal I, III dan V Konvensi New York

1958.

Pasal I menjelaskan bahwa Konvensi berlaku untuk putusan-putusan

arbitrase yang dibuat dalam wilayah suatu negara maupun negara lain, yang mana

pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase itu diminta dan berlaku terhadap

putusan-putusan arbitrase yang bukan domestik di suatu negara dimana

pengakuan dan pelaksanaannya diminta.

Pasal III menjelaskan mengenai kewajiban bagi setiap negara peserta

untuk mengakui keputusan arbitrase yang dibuat di luar negeri mempunyai

kekuatan hukum dan melaksanakannya sesuai dengan hukum (secara) nasional

dimana keputusan tersebut akan dilaksanakan.

Konvensi hanya menyebutkan saja tentang daya mengikat suatu keputusan

dan tentang bagaimana pelaksanaan suatu keputusan dan tentang bagaimana

pelaksanaan atau eksekusinya. Konvensi tidak mengatur siapa pihak yang

berwenang untuk mengeksekusi keputusan tersebut. Pasal V menjelaskan

Page 41: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

31

mengenai alasan-alasan yang dapat diajukan oleh para pihak untuk menolak

pengakuan dan pelaksanaan suatu keputusan arbitrase asing.

Namun pada waktu itu Mahkamah Agung berpendapat, bahwa meskipun

pemerintah RI telah mengaksesi Konvensi melalui Keppres No. 34 Tahun 1981,

namun dengan adanya perundang-undangan tersebut tidak serta merta berarti

bahwa keputusan arbitrase asing dapat dilaksanakan di Indonesia. Mahkamah

berpendapat bahwa perlu adanya peraturan pelaksana dari Keppres tersebut agar

pelaksanaan (eksekusi) keputusan arbitrase asing dapat dilaksanakan. Lengkapnya

Mahkamah menyatakan sebagai berikut33

:

“Bahwa selanjutnya mengenai Keppres No. 34 Tahun 1981 tanggal 5

Agustus 1981 dan lampirannya tentang pengesahan Convention on the

Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award sesuai dengan

praktek hukum yang masih berlaku harus ada peraturan pelaksanaannya

tentang apakah permohonan eksekusi putusan hakim arbitrase dapat diajukan

langsung kepada Pengadilan Negeri, kepada Pengadilan Negeri yang mana,

ataukah permohonan eksekusi diajukan melalui Mahkamah Agung dengan

maksud untuk dipertimbangkan apakah putusan tersebut tidak mengandung

hal-hal yang bertentangan dengan ketertiban hukum Indonesia bahwa

berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, permohonan pelaksanaan Hakim

Arbitrase asing seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima”.

Cairnya kevakuman pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing di

Indonesia terjadi setelah MA mengeluarkan peraturannya, yaitu Perma No. 1

33

Huala Adolf. Arbitrase Komersial Internasional, Cet: ke-3. Jakarta : PT Rajawali, 2002. h.

120.

Page 42: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

32

Tahun 1990. Pada tahun itu pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing

dilakukan di bawah kewenangan Mahkamah Agung (Pasal 4). Namun kemudian

dibentuknya UU AAPS No. 30 Tahun 1999 yang mana pelaksanaan eksekusi

arbitrase asing dibahas melalui Pasal 67 “(1) Permohonan pelaksanaan Putusan

Arbitrase Internasional dilakukan setelah putusan tersebut diserahkan dan

didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat”. Maka, pelimpahan kewenangan mengenai eksekusi putusan

arbitrase asing berada di bawah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Terkecuali, jika

terjadi penolakan pengakuan dan pelaksanaan maka dapat diajukan kasasi ke

Mahkamah Agung.

Dalam sejarahnya Mahkamah Agung pernah mengeluarkan putusan

mengenai pembatalan Putusan Arbitrase Asing yang terjadi pada tahun 1992

dimana terjadi sengketa mengenai kontrak Bulog antara Haryanto (Pengusaha

Indonesia) dan Man (Pengusaha Inggris). Karena saat itu harga Bulog sedang

melambung tinggi akhirnya Haryanto membatalkan perjanjian secara sepihak dan

pihak Man merasa dirugikan akan hal tersebut sehingga mengajukan gugatan ke

Badan Arbitrase di London sesuai kesepakatan dalam perjanjian.

Namun Haryanto tidak mematuhi putusan Arbitrase tersebut dan

mengajukan gugatan pembatalan kontrak tadi ke PN Jakarta Pusat dengan

gugatan melanggar ketertiban umum. Baik PN Jakarta Pusat maupun Pengadilan

Tinggi mengabulkan gugatan tersebut, saat naik banding pihak Man meminta

Page 43: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

33

pelaksanaan putusan arbitrase London dan MA mengabulkan Permohonan

tersebut.

Pada tanggal 14 Desember 1992, Majelis Hakim diketuai oleh Prof.

Bustanil Arifin menolak kasasi Man. Keputusan tersebut menyatakan penetapan

exequatur tadi tidak bisa dilaksanakan. Alasannya, penetapan tersebut hanya

bersifat tittel eksekuatur saja, yang belum merupakan perintah (prima facie).

Sedangkan pelaksanaan putusan menurut Majelis, tetap harus tunduk kepada

hukum acara Indonesia.34

Dari kasus ini dapat dilihat bahwa alasan kepentingan

umum dipakai sebagai alasan suatu pembatalan putusan arbitrase.

34

Huala Adolf. Arbitrase Komersial Internasional,Cet: ke-3 . Jakarta : PT Rajawali, 2002. h.

127.

Page 44: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

34

Bab III

Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional

A. Ditinjau dari Undang-undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa No. 30 Tahun 1999 (UU AAPS)

Arbitrase merupakan lembaga yang paling umum digunakan untuk

menyelesaikan sengketa komersial dalam lingkup transaksi bisnis domestik

maupun bisnis internasional. Dalam hal ini lembaga peradilan diharuskan

menghormati lembaga arbitrase. Kewajiban pengadilan tersebut ditegaskan dalam

Pasal 3 juncto Pasal 11 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa

pengadilan negeri tidak berwenang mengadili sengketa para pihak yang telah

terikat dalam perjanjian arbitrase.35

M. Yahya Harahap kurang setuju mengenai hal ini. Menurutnya yang

dikaitkan dengan yurisdiksi arbitrase dan pengadilan yang digariskan Pasal 3 dan

11 menimbulkan kecenderungan yang keliru. “Terdapat kecenderungan

penerapan yurisdiksi arbitrase secara generalisasi dan absolut, tanpa

memperhatikan rumusan klausul yang disepakati dalam perjanjian”.36

35

Gatot Soemartono. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, 2006. h. 70.

36M. Yahya Harahap. “Beberapa Cacatan Yang Perlu Mendapat Perhatian Atas UU. 30 Tahun

1999”, Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Vol 21, Jakarta: Yayasan

Pengembang Hukum Bisns, 2002. h. 16. Dalam tulisannya M. Yahya Harahap menerangkan bahwa

bentuk klausula yang bersifat umum yang disepakati dalam perjanjian. Para pihak sepakat agar para

pihak sepakat agar segala atau setiap disputes yang terjadi atau yang timbul dari perjanjian, akan

34

Page 45: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

35

Artinya, ketentuan Pasal 3 dan Pasal 11 telah membentuk kecenderungan

penerapan klausula arbitrase secara generalisasi dan absolut berbentuk klausul

umum, sehingga setiap klausula yang diperjanjikan otomatis melahirkan

yurisdiksi absolut arbitrase untuk menyelesaikan segala atau setiap sengketa yang

terjadi dari perjanjian. Padahal di sisi lain, hukum tidak hanya mengakui dan

membenarkan bentuk klausula umum saja, tetapi juga bentuk klausula yang

bersifat enumeratif atau parsial secara terbatas untuk jenis sengketa tertentu saja.

Dalam bentuk klausula yang bersifat rinci (enumeratif) dan parsial atau

terbatas, harus ditegakkan penerapan yurisdiksi secara terbatas untuk jenis

sengketa tertentu saja. Dalam bentuk klausula yang enumeratif dan parsial, harus

ditegakkan penerapan yurisdiksi secara terpisah dan mendua:37

- Yang menjadi yurisdiksi arbitrase hanya terbatas sepanjang jenis

sengketa yang disebut dalam klausula;

- Sebaliknya segala sengketa yang timbul di luar ruang lingkup yang

disebut dalam klausula arbitrase, mutlak menjadi yurisdiksi PN.

Keterangan mengenai kelemahan pasal UU Arbitrase tersebut apabila

dilihat pada pasal-pasal lain memiliki beberapa kelemahan yang hampir sama.

Salah satunya pasal mengenai Pembatalan Putusan Arbitrase.

diselesaikan oleh arbitrase. Sedangkan absolut dalam pasal tersebut, menerangkan bahwa sengketa apa

saja yang timbul dari perjanjian menjadi mutlak yurisdiksi arbitrase untuk menyelesaikannya.

37 M. Yahya Harahap. “Beberapa Cacatan Yang Perlu Mendapat Perhatian Atas UU. 30

Tahun 1999”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Vol 21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisns, 2002. h. 18.

Page 46: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

36

Dalam pasal yang menyinggung mengenai Pembatalan Putusan Arbitrase,

yaitu dijelaskan pada Bab VII di Pasal 70 hingga Pasal 72. Isi dalam bab tersebut

mengenai Pembatalan Putusan Arbitrase dan tidak dijelaskan diperuntukkan

untuk putusan arbitrase mana yang dapat dibatalkan.

Sebelumnya patut diperhatikan perbedaan mengenai Pembatalan dan

Penolakan. Dari segi bahasa Inggris Pembatalan diistilahkan sebagai annulment

atau set aside, sementara Penolakan dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai

refusal. Dalam hal ini, Pembatalan dan Penolakan dapat dilihat dari konsekuensi

hukumnya. Pembatalan putusan berakibat pada dinafikannya (seolah tak pernah

dibuat) suatu putusan arbitrase, dan Penolakan putusan arbitrase oleh pengadilan

tidak berarti menafikan putusan tersebut.38

Pasal 65 menjelaskan”Yang berwenang menangani masalah Pengakuan

dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional adalah Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat”. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat merupakan tempat

penyelenggaraan pendaftaran terkait dengan pengakuan putusan arbitrase asing,

dan hal tersebut merupakan yurisdiksi yang kewenangannya diberikan melalui

Perma No. 1 Tahun 1990 dan diperkuat lagi melalui UU No. 30 Tahun 1999.

Kemudian sebatas mana Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berhak atas pengakuan

dan pelaksanaan tersebut diatur kemudian di dalam pasal selanjutnya.

38

Hikmahanto Juwana. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Vol 21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisns, 2002. h. 68.

Page 47: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

37

Keterkaitan kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap

Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional, dijelaskan di dalam UU No. 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan APS juga tidak secara jelas menerangkan

arbitrase nasional maupun arbitrase Internasional. Para penegak hukum pun masih

banyak yang keliru menerapkan bunyi pasal ini.

Adanya indikasi bahwa aturan pembatalan putusan arbitrase

diperuntukkan untuk putusan arbitrase nasional, terlihat pada pengaturan tentang

pengadilan yang berwenang untuk menerima pendaftaran putusan arbitrase.

Dalam hal pelaksanaan terhadap Putusan Arbitrase Internasional, sebagaimana

diatur dalam Pasal 65 dan 67 ayat (1), pembentuk UU menunjuk secara eksklusif

„Pengadilan Negeri Jakarta Pusat‟. Sementara dalam pembatalan putusan

arbitrase, sebagaimana diatur dalam Pasal 70 dan 71, tidak dilakukan secara

eksklusif di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melainkan bisa didaftarkan di

panitera „Pengadilan Negeri‟.39

Hal tersebut menerangkan bahwa pembatalan putusan arbitrase

Internasional tidak diatur dalam UU No. 30 Tahun 1999. Dalam praktiknya

Pengadilan Indonesia pernah membatalkan Putusan Arbitrase Internasional, yaitu

pada Kasus Karaha Bodas Company (KBC). Dimana PN Jakarta Pusat

39

Hikmahanto Juwana. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Vol 21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisns, 2002. h. 71.

Page 48: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

38

menyatakan bahwa dirinya memiliki kompetensi untuk membatalkan Putusan

Arbitrase Jenewa.

Sengketa ini bermula dengan ditandatanganinya perjanjian Join Operation

Contract (JOC) pada tanggal 28 Nopember 1994. Pada tanggal yang sama PT

Perusahaan Listrik Negara (PLN) di satu pihak dan Pertamina serta KBC

menandatangani perjanjian Energy Supply Contract (ESC). Perjanjian kerjasama

ini bertujuan untuk memasok kebutuhan listrik PLN dengan memanfaatkan

tenaga panas bumi yang ada di Karaha Bodas, Garut, Jawa Barat. Dalam

perjalanannya proyek kelistrikan ini ditangguhkan oleh Pemerintah berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1997 tertanggal 20 September 1997.

Dampak penangguhan adalah kerjasama Pertamina dengan KBC tidak dapat

dilanjutkan.40

Secara garis besar, kesimpulannya Pertamina tidak mau melaksanakan

putusan Arbitrase Jenewa tersebut dan berusahan menolakan putusan Arbitrase

melalui berbagai cara. Salah satunya yaitu melakukan penolakan ke pengadilan-

pengadilan di negara-negara dimana KBC meminta untuk dilakukan eksekusi.

Bahkan Pertamina bukan hanya melakukan upaya hukum dengan menolak

putusan tersebut, tetapi melakukan permohonan pembatalan putusan Arbitrase

yang dilakukan di Pengadilan Indonesia.

40

Hikmahanto Juwana. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Vol 21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisns, 2002. h. 69.

Page 49: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

39

Pada tanggal 14 Maret 2002 Pertamina secara resmi mengajukan gugatan

pembatalan Putusan Arbitrase Jenewa kepada PN Jakarta Pusat. Sebelum

diajukannya gugatan pembatalan ini, Pertamina pada tanggal 8 Maret 2002 telah

menyerahkan dan mendaftarkan Putusan Arbitrase Jenewa ke PN Jakarta Pusat.41

Seperti telah diutarakan bahwa pada prinsipnya dalam pemberian

eksekuatur Ketua Pengadilan Negeri tidak berwenang memeriksa dan menilai

benar tidaknya materi putusan arbitrase. Akan tetapi, terhadap prinsip tersebut

dikenal ada pengecualian. Setidaknya ada dua hal yang dikecualikan, sehingga

dalam rangka melakukan eksekuatur KPN Jakarta Pusat boleh menilai segi-segi

materi putusan arbitrase. Pertama, apakah materi putusan arbitrase tidak

melampaui batas yang dibenarkan hukum dan perundang-undangan. Kedua,

apakah putusan arbitrase tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum

(public policy).42

Materi putusan arbitrase dianggap melampaui batas yang dibenarkan

hukum dan perundang-undangan apabila forum arbitrase telah memeriksa dan

memutus kasus-kasus sengketa yang secara mutlak tidak termasuk jurisdiksi

arbitrase. Sedangkan yang berkaitan dengan persoalan ketertiban umum (public

policy), penilaian dilakukan terhadap setiap putusan arbitrase internasional yang

41

Hikmahanto Juwana. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Vol 21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisns, 2002. h. 70.

42 Erman Suparman. Arbitrase dan Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati

Aneska, 2012. h. 190, Lihat juga pada Pasal V (2) Konvensi New York 1958.

Page 50: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

40

dimintakan untuk dieksekusi di Indonesia, apakah putusan tersebut bertentangan

dengan ketertiban umum atau tidak.43

Hal ini diatur dalam Pasal 62 UU No. 30

Tahun 1999.

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa indikator mengenai ketertiban umum

tidak dinyatakan jelas sebatas mana ketertiban umum itu dapat tercederai atau

tidak. Ketertiban umum yang dimaksud ialah “rem” yang dipergunakan untuk

menjauhkan keberlakuan Hukum Asing yang seharusnya dipergunakan oleh

ketentuan Hukum Perdata Internasional Indonesia. Diberlakukan hukum asing

oleh Hakim Indonesia, tidak boleh sampai berakibat dilanggarnya atau

tercederanya sendi-sendi hukum negara kita sendiri.

B. Ditinjau dari Hukum Perdata Internasional

Hukum Internasional bukanlah hukum yang bersumber dari Internasional,

melainkan hukum negara yang melewati perbatasan negara dan subjek hukum

berbeda negara.44

Pengertian “Internasional” pada istilah Hukum Perdata

Internasional (Private International Law, International Privatrecht, droit

International Prive) di sini bukan diartikan sebagai “Internasiones” bukan berarti

43

Erman Suparman. Arbitrase dan Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati

Aneska, 2012. h. 190-191.

44 Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)Suatu

Pengantar. BANI: PT Fikahati Aneska, 2011. h. 59.

Page 51: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

41

bahwa sumber Hukum Perdata Internasional adalah Internasional. Sebaliknya

sumber HPI adalah nasional belaka.45

Karena Hukum Perdata Internasional bersumber pada masing-masing

hukum nasional suatu negara, maka tak jarang terjadi benturan hukum ketika

suatu negara satu dengan negara yang lainnya memiliki ketersinggungan yang

menyebabkan suatu hukum harus dilaksanakan terhadap subjek hukum tersebut.

Negara merupakan salah satu pihak yang terkait dalam kontrak

Internasional, yaitu suatu subjek hukum yang disebut juga sebagai subjek hukum

yang sempurna. Negara memiliki kedaulatan, berdaulat penuh atas wilayahnya,

memiliki yurisdiksi eksklusif atas orang termasuk badan hukum, benda-benda dan

peristiwa hukum yang terjadi di wilayahnya. Konsep-konsep negara sebagai

subjek hukum yang sempurna hanya dapat dijelaskan oleh hukum Internasional.46

Dalam Pasal 1 UNCITRAL Rule menyimpulkan bahwa suatu arbitrase

adalah internasional, jika meliputi syarat-syarat berikut ini 47

:

a. Pihak yang membuat klausul arbitrase atau perjanjian arbitrase pada

saat membuat perjanjian itu mempunyai tempat usaha di negara-

negara yang berbeda.

45

Sudargo Gautama. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, 1967. Bandung:

Binacipta. h. 3.

46 Huala Adolf. Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional. Bandung: PT Resika Aditama,

2008. h. 12.

47 Sudiarto dan Zaeni Asyhadie. Mengenal Arbitrase (Salah Satu Alternatif Penyelesaian

Sengketa Bisnis). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. h. 131-132.

Page 52: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

42

b. Jika tempat di mana akan dilakukannya arbitrase (yang ditentukan

dalam perjanjian arbitrase) terletak di luar negara tempat usaha para

pihak, meskipun tempat usaha para pihak masih dalam satu negara.

c. Tempat dari objek perjanjian terletak di luar wilayah negara dimana

para pihak memiliki usahanya.

d. Para pihak menyetujui secara tegas, bahwa objek perjanjian arbitrase

mereka ini berhubungan dengan lebih dari satu negara.

Keterikatan arbitrase dan pengadilan juga berlaku di dunia Internasional,

dimana sebagian besar pengadilan menghormati ketentuan yang ada dalam

klausul arbitrase. Disini, agar sebuah arbitrase Internasional dapat bekerja secara

efektif, pengadilan-pengadilan nasional dan kedua belah pihak yang bersengketa

harus mengakui dan mendukung arbitrase. Namun bukan berarti apabila suatu

negara mengakui dan mendukung putusan arbitrase, negara tersebut lantas

kehilangan jati dirinya dalam memperjuangkan kedaulatan negaranya sendiri,

dalam arti mempertahankan aturan-aturan yang berlaku di Inonesia.

Dalam kegiatan bisnis internasional terdapat dua alasan mengapa

pengadilan merupakan sistem yang penting dalam proses kelangsungan arbitrase,

yaitu:48

Pertama, putusan arbitrase harus dapat dilaksanakan melalui sistem

peradilan negara tersebut. Jadi, di mana pun arbitrase diputuskan, maka negara

tersebut patut mengakuinya dan memprosesnya sesuai dengan ketentuan hukum

48

Gatot Soemartono. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, 2006. h. 73.

Page 53: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

43

yang berlaku di negara bersangkutan, baik itu terkait dengan menyalahi aturan

suatu negara tersebut atau tidak, ataupun mencederai nilai-nilai ketertiban umum.

Arbitrase harus diproses sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia.

Jadi, tak perlu ada pembedaan dapat dilakukannya gugatan pembatalan atau tidak,

sedangkan untuk persoalan keputusan harus diputus sesuai dengan UU

bertentangan atau tidak.

Kedua, klausul arbitrase hendaknya secara tegas menyatakan bahwa para

pihak setuju atas yurisdiksi setiap pengadilan yang berkompeten terhadap

pelaksanaan setiap putusan. Pencantuman klausula tersebut sangat penting

meskipun Konvensi New York 1958 telah memberikan jaminan atas pelaksanaan

putusan arbitrase di banyak yurisdiksi nasional. Dengan demikian, jika salah satu

pihak menang melalui proses arbitrase (di mana pun itu dilakukan), maka ia yakin

bahwa pengadilan nasional di setiap negara akan bersedia melaksanakan putusan

arbitase, jika putusannya tak menyalahi aturan di negara yang dimohonkan

eksekusi.

Pengadilan memiliki peran dalam arbitrase yang dilakukan sebelum, saat

dan sesudah dilakukannya proses berarbitrase. Konvensi New York Tahun 1958

sendiri mengaturnya dalam Pasal 2 ayat (3) yang berisikan rumusan sebagai

berikut:

“The court of a contracting state, when seized of an action in a matter in

respect of which the parties have made an agreement within the meaning of this

Page 54: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

44

article, shall, at the request of one of the parties, refer the parties to arbitration,

unless it finds that the said agreement is null and void, inoperative or incapable

of being performed ”

Ketentuan tersebut pada intinya memberikan arti bahwa pengadilan dari

negara-negara yang ikut meratifikasi Konvensi ini, yang telah mengikatkan

dirinya untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui Arbitrase, wajib

menyerahkan kewenangan tersebut kepada forum arbitrase, kecuali ditemukan

bahwa perjanjian tersebut tidak sah atau mengandung suatu cacat hukum.49

Hal ini terkait dengan kewenangan lembaga arbitrase yang dipilih dalam

penyelesaian sengketa dan tercantum dalam perjanjian, menurut Konvensi

pengadilan tidak memiliki kewenangan dalam menyelesaikan sengketa apabila

dalam klausula perjanjian mereka memilih arbitrase sebagai lembaga untuk

penyelesaian sengketa tersebut. Kemudian bagaimana dengan asas yang

menyatakan bahwa pengadilan tidak boleh menolak suatu perkara dengan alasan

apapun, justru hal ini yang dapat mencederai rasa keadilan bagi para pihak.

Perlu diketahui terlebih dahulu apa saja kewenangan pengadilan suatu

negara terhadap keputusan arbitrase internasional. Selain pengakuan,

pelaksanaan (exequatur) pengadilan juga memiliki kewenangan pembatalan.

Terkait dengan pengakuan dan pelaksanaan hal tersebut diatur dalam Pasal V

49

Gunawan Widjaja dan Michael Adrian. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis (Peran

Pengadilan Dalam Penyelesaian Sengketa Oleh Arbitrase). Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008. h. 60.

Page 55: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

45

Konvensi New York 1958, menjelaskan mengenai alasan-alasan yang dapat

diajukan oleh para pihak untuk menolak pengakuan dan pelaksanaan suatu

keputusan arbitrase asing.

Apabila dikaitkan dengan pembatalan putusan, hal ini diatur dalam Pasal

V (1) (e) Konvensi New York 1958 yang menjelaskan bahwa “The award has not

yet become binding on the parties, or has been set aside or suspended by a

competent authority of the country in which, or under the law of which, that

award was made”

Maka apabila ditafsirkan competent authority yang dapat melakukan

pembatalan putusan arbitrase adalah pengadilan dari negara di mana putusan

arbitrase itu dibuat. Sedangkan dalam Pasal III Konvensi New York 1958 juga

diterangkan mengenai kandungan asas jus sanguinis atau “asas personalitas” yang

menentukan, pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing dijalankan menurut

tata cara hukum acara yang berlaku di negara mana eksekusi dimohon. Ketentuan

ini menunjukkan bahwa, eksekusi putusan arbitrase asing yang hendak dijalankan

di Indonesia haruslah mengikuti aturan hukum acara yang berlaku di Indonesia,

yaitu KUHPerdata.

Karenanya seperti yang diketahui sebelumnya mengenai kewenangan

pengadilan baik hal tersebut dinyatakan jelas dalam Konvensi maupun UU No. 30

Tahun 1999 tentang AAPS, merupakan aplikasi dari ratifikasi konvensi tersebut.

Sehingga kewenangan pengadilan terhadap putusan arbitrase internasional yaitu

Page 56: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

46

diperlakukan sama dengan kewenangan hukum acara yang sudah berlaku di

negara Indonesia, karena bagaimanapun juga suatu putusan arbitrase harus

dihargai sebagai putusan yang final dan mengikat antara para pihak. Hal ini

merupakan suatu wujud konsistensi kesepakatan dan penghormatan terhadap

hukum positif di Indonesia.

Page 57: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

47

Bab IV

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung No. 631/K/Pdt.Sus/2012

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai pelaksanaan putusan Mahkamah Agung

mengenai pembatalan putusan arbitrase asing, yang kemudian penulis kaitkan dengan

Hukum Perdata Internasional serta Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

A. Posisi Kasus

Dalam putusan Mahkamah Agung No. 631/K/Pdt.Sus/2012 yaitu antara

Harvey Nichols and Company Limited melawan PT Harapan Nusantara dan PT

Mitra Adiperkasa, Tbk, melibatkan tiga pihak. Para pihak yang dimaksud

adalah:50

Pemohon:

Harvey Nichols Company Limited, yang berkedudukan di 109/125

Knightsbridge, London SW1X 7 RJ, Inggris. Pemohon dahulu merupakan

Tergugat di muka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam hal ini

diwakili kuasa hukum A Karim, SH, LL.M, (selanjutnya disebut sebagai

Pemohon).

Termohon:

PT. Harapan Nusantara yang berkedudukan di Wisma 46- Kota BNI Lantai

45, Jalan Jendral Sudirman Kav.1, Jakarta Pusat dan PT Mitra Adi Perkasa, Tbk

50

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor: 631/K. Pdr.Sus/2012.

(Tanggal: 27 Desember 2012). h. 1.

47

Page 58: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

48

yang berkedudukan di Wisma Kota BNI lantai 8, Jalan Jendral Sudirman Kav.1,

Jakarta Pusat. Termohon dahulu merupakan Penggugat di muka persidangan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dan dalam hal ini diwakili kuasa hukum Joni

Aries Bangun, SH, MM, MH., (selanjutnya disebut sebagai Termohon).

Harvey Nichols and Company Limited merupakan sebuah perusahaan retail

yang melakukan suatu perjanjian kerjasama dengan PT Mitra Adi Perkasa dan PT

Hara pan Nusantara melalui perjanjian Lisensi Eksklusif (Exclusive License

Agreement).51

Perjanjian tersebut juga mengatur pembayaran royalti, atau keuntungan yang

dibagi kepada pemilik merk, sesuai dengan kesepakatan di awal yang telah

disetujui pada tanggal 23 Januari 2007. Selain itu, perjanjian juga mengatur

mengenai jaminan yang dikeluarkan oleh pemegang hak merk, sehingga

memberikan suatu kenyamanan dalam mengembangkan bisnisnya.

Namun kedua hal tersebut diciderai oleh pihak PT Mitra Adi Perkasa dan PT

Harapan Nusantara. Keduanya telah lalai dalam melunasi pembayaran royalti

yang menurut Harvey Nichols and Company Limited, mereka telah meraup

keuntungan yang sangat besar dari bisnis retail dengan menggunakan brand-

brand milik Harvey Nichols tersebut.

51

Dalam perjanjian tersebut, dimaksudkan dengan perjanjian pemberian izin dari pemegang

hak atas kekayaan intelektual yang diberi perlindungan guna menikmati manfaat ekonomi. Yaitu,

jangka waktu tertentu dan syarat tertentu seperti hak paten, hak merk, hak cipta, hak desain industri,

hak atas rahasia dagang dan hak desain tata letak sirkuit terpadu.

Page 59: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

49

„Tidak melaksanakan suatu perbuatan‟ atau wanprestasi inilah yang

melatarbelakangi pihak PT Harapan Nusantara dan PT Mitra Adi Perkasa digugat

ke Arbitrase di Chartered Institution of Arbitrators, Inggris.

Hal ini sesuai dengan klausul dalam Perjanjian Lisensi Eksklusif, bahwa

keduanya telah sepakat untuk menyerahkan sengketa ke ranah arbitrase di

London. Namun setelah tiga kali dipanggil oleh Arbiter, Termohon tidak hadir.

Pemeriksaan perkara karenanya dilakukan tanpa kehadiran pihak Termohon.

Setelah pemeriksaan, putusan arbitrase pun dikeluarkan oleh arbiter pada

tanggal 8 September 2010. Isi putusan tersebut antara lain :52

1. Menetapkan bahwa Termohon kedua melanggar perjanjian;

2. PT Mitra Adi Perkasa dan PT Harapan Nusantara atas tindakannya

merugikan Pemohon dan menimbulkan pelanggaran material dari

perjanjian oleh masing-masing mereka;

3. Termohon dan masing-masing mereka secara bersama-sama dan sendiri-

sendiri membayar kepada Pemohon sejumlah £971,524.26 bersama

dengan bunganya sebesar 4% setiap tahunnya, berlipat setiap tiga

bulannya, dari 1 Juni 2010 hingga pembayaran;

4. Termohon dan masing-masing mereka secara bersama-sama dan sendiri-

sendiri membayar kepada Pemohon lebih lanjut sejumlah US$ 35.000

52

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor : 631/K/Pdt.Sus/2012. (Tanggal: 27

Desember 2012). h. 9-8.

Page 60: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

50

sebagai kerugian yang ada hingga dan termasuk 31 Agustus 2010 untuk

pelanggaran para Termohon dalam menerbitkan proses-proses di Jakarta;

5. Pemohon (Harvey Nichols and Company Limited) berhak untuk ganti rugi

sehubungan dengan tiap kerugian yang diderita setelah 31 Agustus 2010

sebagai akibat dari pelanggaran para Termohon atas perjanjian dalam

menerbitkan proses-proses di Jakarta;

6. Para Termohon dan masing-masing mereka untuk dengan segera membuat

Barclays Bank Plc atau Bank Internasional besar lainnya dengan

kedudukan yang sama yang diterima oleh Pemohon untuk menerbitkan

surat jaminan kedua yang isinya dalam bentuk yang dikemukakan dalam

Bagian 2, Lampiran 2 Perjanjian untuk Pemohon sejumlah US$ 3 juta;

7. Para Termohon dan masing-masing mereka secara bersama-sama dan

sendiri-sendiri untuk membayar kepada Pemohon sejumlah £45,000

sehubungan dengan biaya-biaya arbitrase Pemohon;

8. Termohon harus membayar biaya-biaya jasa arbiter yang ditetapkan

sejumlah £12,175 ditambah PPN apabila berlaku (termasuk biaya-biaya

putusan atas yursidiksi), bersama-sama dengan pengeluaran-pengeluaran

sebesar £340.75; dan bahwa apabila Pemohon harus membayar biaya-

biaya jasa dan pengeluaran-pengeluaran tersebut sebelumnya, diberikan

hak untuk penggantian segera oleh para Termohon;

Page 61: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

51

Dalam proses pemeriksaan Arbitrase berlangsung, PT Mitra Adi Perkasa dan

PT Harapan Nusantara melakukan “perlawanan”. Mereka menggugat Harvey

Nichols Company di PN Jakarta Selatan pada tanggal 13 Juli 2010 untuk

pembatalan Perjanjian. Dengan gugatan, perjanjian tersebut bukanlah Perjanjian

Lisensi Eksklusif, melainkan perjanjian „waralaba‟. Karena di dalamnya tidak

hanya membahas pemberian izin dari pemegang hak kepada pihak lain untuk

menggunakan suatu hak kekayaan intelektual saja, tetapi juga hak khusus atas ciri

khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa.

Kemudian pada tanggal 13 Desember 2010, Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan mengeluarkan putusannya sebagai berikut:53

1. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dan

menyatakan Lisensi Eksklusif Agreement melanggar dan bertentangan

dengan hukum di Indonesia;

2. Menyatakan batal sejak semula (batal demi hukum) dan tidak sah

karenanya tidak berkekuatan hukum Perjanjian Lisensi Eksklusif

(Axclusive License Agreement) antara HNC dan PT HN & PT MAP

tanggal 23 Januari 2007 dengan segala akibat hukumnya;

3. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian para Penggugat

yang seluruhnya berjumlah Rp. 191.290.659.369 ditambah bunga 6% per

tahun dari jumlah tersebut, terhitung sejak putusan ini berkekuatan hukum

tetap sampai dibayar lunasnya ganti kerugian tersebut oleh Tergugat

kepada para Penggugat;

53

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Putusan Nomor: 394/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel. “Tentang

Pertimbangan Hukum”, (Tanggal: 13 Desember 2010). h. 71-81.

Page 62: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

52

Kemudian, pasca pengakuan Putusan Arbitrase Asing (IDRS 129100009) oleh

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, PT Mitra Adiperkasa dan PT Hamparan

Nusantara mengajukan gugatan pembatalan putusan arbitrase asing tersebut di PN

Jakarta Pusat. Dalam permohonan pembatalannya, Pemohon membangun

argumen hukum dengan mengacu pada kasus KBC.54

Di mana pada tanggal 14

Maret 2002 Pertamina secara resmi mengajukan gugatan Pembatalan Putusan

Arbitrase Jenewa kepada PN Jakarta Pusat. Dalam putusannya, Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat mengabulkan gugatan pembatalan tersebut.

Namun sesuai kewenangannya, PN Jakarta Pusat tidak mengabulkan

permohonan Penggugat. Sehingga pada tahap ini Harvey Nichols and Company

Limited memenangkan perkara. Kemenangan tersebut tidak membuat serta merta

Pihak Harvey Nichols and Company Limited merasa puas, sehingga melakukan

gugatan kasasi ke Mahkamah Agung.

Gugatannya mengacu pada Putusan Sela yang dikeluarkan oleh Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat dengan No. 126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst tanggal 20 maret

2012, yang isinya sebagai berikut :55

54

Di mana pada tanggal 30 April 1998 KBC memasukkan gugatan ganti rugi ke Arbitrase

Jenewa sesuai dengan tempat penyelesaian sengketa yang dipilih oleh para pihak dalam JOC (Joint

Operation Contract). Pada tanggal 18 Desember 2000 Arbitrase Jenewa membuat putusan agar

Pertamina dan PLN membayar ganti rugi kepada KBC, kurang lebih sebesar US$ 270,000,000. Namun

Pertamina tidak bersedia melaksanakannya.

55 Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor : 631/K/Pdt.Sus/2012,(Tangal: 27

Desember 2012). h. 30.

Page 63: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

53

1) Menolak eksepsi kompetensi absolut Tergugat;

2) Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan

mengadili perkara ini;

3) Memerintahkan kepada pihak yang berperkara untuk melanjutkan

pemeriksaan hingga putusan akhir;

4) Menangguhkan putusan biaya perkara hingga putusan akhir;

Dalam putusan tersebut Harvey Nichols Company and Limited mengajukan

upaya hukum lanjutan, yaitu dengan menunjukkan adanya ketidak konsistenan Judex

Facti, dalam menguraikan pertimbangan hukum dengan putusan sela yang

dikeluarkan. Yaitu pada butir 2, “Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini”.

Meskipun dalam putusan akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

memutuskan gugatan pembatalan tidak dapat diterima dan menghukum Penggugat

dalam hal ini PT Hamparan Nusantara dan PT Mitra Adiperkasa untuk membayar

biaya perkara.

B. Isi Putusan Mahkamah Agung

Pada tanggal 27 Desember 2012 Mahkamah Agung mengeluarkan putusan

dengan mempertimbangkan, bahwa Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional

tidak diatur dalam perjanjian Internasional, yaitu New York Convention 1958

Page 64: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

54

yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan putusan arbitrase asing tersebut.56

Oleh sebab itu, Pengadilan Nasional suatu Negara tidak mungkin dapat

membatalkan Putusan Arbitrase Internasional.

Konvensi memang menjelaskan aturan mengenai pembatalan Putusan

Arbitrase Internasional. Yaitu dengan menyerahkannya kepada masing-masing

Negara peserta Konvensi, untuk menentukan sendiri kriteria dan dasar yang

digunakan sebagai alasan pembatalan putusan arbitrase. Dan patut diketahui

bahwa, hanya di Negara di mana arbitrase diputuskanlah yang dapat membatalkan

putusan arbitrase asing tersebut.

Sehingga sebagaimana pertimbangan Konvensi New York 1958, jelas bahwa

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang. Selain itu, dengan

pertimbangan bahwa gugatan dilakukan atas dasar inkonsistensi Judex Facti

dalam mengeluarkan Putusan Sela. Majelis Hakim Mahkamah Agung

mengeluarkan putusan yang antara lain:57

1. Mengabulkan permohonan kasasi Harvey Nichols and Company Limited;

2. Membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst;

56

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor : 631/K/Pdt.Sus/2012,(Tanggal: 27

Desember 2012). h. 36.

57 Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor : 631/K/Pdt.Sus/2012,(Tanggal: 27

Desember 2012). h. 37.

Page 65: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

55

3. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili

gugatan pembatalan putusan Arbitrase Internasional atas putusan IDRS

129100009;

4. Menghukum para Termohon Kasasi/para Penggugat untuk membayar

biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini

sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

Namun yang patut dipertanyakan adalah bagaimana kedudukan hukum,

putusan kasasi yang dilontarkan oleh Mahkamah Agung ini, apabila

dikontradiktifkan dengan undang-undang yang membahas mengenai

kewenangannya Pengadilan. Kemudian terkait dengan ketentuannya dalam

hukum acara mengenai pembatalan putusan arbitrase internasional.

C. Analisis Putusan Hakim

1. Menurut Konvensi New York 1958 dan Hukum Perdata Internasional

Konvensi New York 1958 diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor

34 Tahun 1981 pada tanggal 5 Agustus 1981. Dengan demikian Konvensi ini

telah menjadi dasar hukum yang berlaku secara nasional. Namun, upaya

ratifikasi Konvensi New York 1958 ternyata belum memberikan jalan keluar

Page 66: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

56

dari masalah yang selama ini menghambat pelaksanaan putusan arbitrase

asing di Indonesia.58

Perkara dalam putusan ini merupakan putusan yang termasuk ke dalam

ruang lingkup Hukum Perdata Internasional (HPI). Sebagaimana dalam

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 mengenai AAPS, di Pasal 1 butir 9

menjelaskan bahwa “Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang

dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar

wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase

atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia

dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional”.

Ketentuan ini sesuai dengan ciri-ciri putusan arbitrase IDRS 129100009,

yaitu bersifat transnasional. Antara perusahaan yang berdiri menggunakan

hukum di Indonesia (PT Mitra Adiperkasa, Tbk dan PT Harapan Nusantara)

melawan perusahaan yang berdiri berdasarkan hukum Inggris yaitu (Harvey

Nichols and Company Limited), sehingga secara status personal hubungannya

menyentuh pada aspek Hukum Perdata Internasional.

Hukum Perdata Internasional memiliki ciri khas dan titik paut dalam

menetapkan „Prinsip Hukum Perdata Internasional‟ tersebut, antara lain; titik

taut dalam HPI di negara-negara Eropa Kontinental lebih mengedepankan

58

Eman Suparman. Arbitrase & Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati Aneska,

2012. h. 199.

Page 67: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

57

segi personalitas daripada hukum. Sebaliknya, titik-titik taut dalam HPI di

negara-negara Anglo-Saxon lebih mengedepankan segi teritorial daripada

hukum.

Menurut sistem domisili yang mengedepankan segi teritorialitas daripada

hukum, maka semua hubungan yang berkenaan dengan permasalahan

perorangan (individu), kekeluargaan, warisan, singkatnya: “Status Personil”,

ditentukan oleh domisilinya.59

Kemudian diprioritaskannya kuasa teritorial

daripada hukum di sesuatu negara, mengakibatkan semua orang yang berada

di dalam wilayah suatu negara dianggap takluk di bawah hukum Negara itu.

Sedangkan dalam menetapkan penggunaan hukum yang dipakai, ialah harus

dilihat dari Pilihan Forum.

Dalam penjelasan di bab sebelumnya, yaitu bab II telah diterangkan

bahwa pilihan forum ialah pilihan terhadap jurisdiksi lembaga atau badan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, dalam rangka

mengajukan tuntutan pengembalian hak terhadap pihak yang dianggap telah

melanggar dan/atau merugikan hak para pihak yang mengajukan tuntutan.

Sehingga perlu diketahui bahwa, hubungan antara pihak penggugat dan pihak

tergugat merupakan hubungan Perdata Internasional.

59

Sudargo Gautama. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Bandung: Bina

Cipta. h. 54.

Page 68: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

58

Ketika membahas mengenai Perdata Internasional bukanlah hukumnya

yang bersifat Internasional, tetapi hubungannya yang bersifat Internasional.

Hubungan Internasional ini adalah hubungan hukum yang terjadi melawan

lintas batas negara, bukan hukum antar negara-negara.60

Pilihan forum menjadi suatu penilaian, forum mana yang dipilih dan

memiliki kewenangan dalam melakukan tindakan hukum. Hal ini bukan

hanya dilihat dari substansi perjanjian, tetapi dilihat juga di mana suatu

perjanjian tersebut dibuat. Pilihan forum yang dilakukan oleh masyarakat

menjadi salah satu alasannya. Pilihan Forum dalam Perjanjian Lisensi

Eksklusif sendiri dapat dilihat dari isi perjanjian tersebut, yang mana di

dalamnya menerangkan bahwa penyelesaian sengketa dalam perjanjian

tersebut melalui Chartered Institute of Arbitrators di London.

Konstitusi di Negara kita memang memiliki framework tersendiri, dalam

hal ini katakan mengenai Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional. Namun

ketentuan tersebut tidak dapat membatasi seorang Hakim untuk

mengembangkan kewenangannya dalam berinterpretasi. Ketika suatu pihak

dalam suatu kasus mengajukan gugatan pembatalan putusan arbitrase

internasional, maka bukan berarti Pengadilan lantas menolak saja gugatan

yang diajukann padanya.

60

Erman Suparman. Arbitrase & Dilema Pe negakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati Aneska,

2012. h. 50.

Page 69: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

59

Hal ini bertentangan dengan konstitusi yang berlaku, bahwasannya

Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas.

Melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Sebagaimana yang

telah dijelaskan dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-undang No. 48 Tahun 2009.

Seperti yang telah diketahui bahwa Konvensi New York 1958 Pasal V

hanya mengatur mengenai alasan-alasan untuk menolak pengakuan dan

pelaksanaan suatu keputusan arbitrase asing. Alasan-alasan untuk menolak

putusan tersebut adalah sebagai berikut :61

a. Bahwa para pihak yang telah membuat perjanjian untuk arbitrase ini

(arbitration clause) menurut hukum yang berlaku, mereka tidak

berwenang untuk melakukan hal itu. Misalnya mereka itu masih

dibawah umur atau mereka dalam perwalian (curatele) dan

sebagainya. Para pihak dapat dianggap tidak berwenang menurut

hukum yang berlaku untuk perjanjian bersangkutan, atau dapat pula

mereka dipandang tidak berwenang menurut hukum.

b. Tidak dipenuhinya hal-hal tertentu dalam pelaksanaan acara

berperkara arbitrase. Misalnya tidak diberitahukan secara lazim

tentang pengangkatan arbiter atau tentang berjalannya perkara

61

Sudargo Gautama. Soal-soal Aktual Hukum Perdata Internasional. Bandung: Penerbit

Alumni, 1981. h. 220-222.

Page 70: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

60

arbitrase. Dalam hal pihak yang dikalahkan ini tidak diberi

kesempatan untuk melakukan pembelaannya, maka dapat dianggap

keputusan arbitrase telah diperoleh dengan cara-cara yang tidak wajar.

Dalam hal demikian maka dimintakan penolakan pengakuannya.

c. Arbitrase mencakup hal-hal yang di luar wewenang para arbiter,

seperti yang telah ditugaskan kepada mereka. Hanya bagian daripada

keputusan arbitrase yang termasuk dalam lingkungan wewenang para

arbiter itu, yang dapat dilaksanakan.

d. Prosedur untuk arbitrase tidak sesuai dengan apa yang telah disetujui

oleh para pihak. Atau apabila para pihak tidak mengadakan perjanjian

mengenai arbitrase.

e. Keputusan arbitrase masih belum mengikat para pihak, telah

dikesampingkan atau ditunda oleh instansi yang berwenang di dalam

negara di mana keputusan arbitrase itu dibuat atau menurut hukum

dari negara di mana keputusan bersangkutan dilakukan.

f. Dapat juga ditolak pelaksanaan atau pengakuan dari pada keputusan

arbitrase luar negeri, apabila menurut badan peradilan dari negara di

mana dimintakan pelaksanaan atau pengakuan. Dipandang bahwa

pokok persoalan yang diputus dengan arbitrase ini, tidak dapat

diselesaikan melalui arbitrase. Menurut ketentuan hukum daripada

hakim di mana dimintakan pelaksanaan itu.

Page 71: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

61

g. Public Policy, arbitrase asing tidak dapat dijalankan apabila dianggap

bertentangan dengan sendi-sendi daripada hukum negaranya sendiri.

Hingga apabila dilaksanakan pula, akan melanggar aturan sendi-sendi

hukum di negara tersebut.

Pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam putusan perkara No. 631

K/Pdt.Sus/2012 yang antara lain menyebutkan bahwa : “Menurut Konvensi

New York 1958, Pengadilan yang berwenang untuk mengadili permohonan

pembatalan putusan arbitrase internasional adalah Pengadilan di tempat

putusan arbitrase tersebut dijatuhkan”. Dirasakan tidak dapat menghentikan

prosedural yang sangat berkaitan pada kewenangan Pengadilan, dalam hal ini

tetap melaksanakan dan melanjutkan gugatan yang diajukan kepadanya,

meskipun gugatan tersebut tidak diatur dalam Undang-undang yang berlaku,

dalam hal ini UU AAPS terkait Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional.

2. Menurut Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dalam gugatan pembatalan putusan arbitrase asing oleh PT Mitra

Adiperkasa dan PT Hamparan Nusantara, PN Jakarta Pusat mengeluarkan

putusan sela dengan No. 126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst tanggal 13 Oktober 2011

yang kemudian di kasasi ke Mahkamah Agung dengan amarnya sebagai

berikut;

Page 72: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

62

1. Mengabulkan permohonan kasasi Harvey Nichols and Company

Limited;

2. Membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst;

3. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang

mengadili gugatan pembatalan putusan Arbitrase Internasional atas

putusan IDRS 129100009;

4. Menghukum para Termohon Kasasi/para Penggugat untuk membayar

biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat

kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

Dapat dilihat pada butir 2 dan butir 3 putusan Mahkamah Agung, bahwa

tidak ada ketentuan dalam UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa yang mana aturannya mengenai

ketidakberwenangnya Pengadilan Neger Jakarta Pusat mengadili „gugatan‟

pembatalan putusan arbitrase internasional. Apabila hal tersebut diajukan

kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, maka Pengadilan memiliki

kewenangan dan bahkan berkewajiban untuk memeriksa dan mengadili

perkara tersebut.

Meskipun sejatinya UU No. 30 Tahun 1999 mengatur bahwa pengadilan

dalam negeri tidak memiliki kewenangan dalam membatalkan putusan

arbitrase Internasional, namun tidak dapat Pengadilan menolak perkara

dengan alasan apapun, karena hal ini akan bertabrakan dengan ketentuan di

dalam UU No. 48 Tahun 2009. Ketentuannya berisi bahwa kewenangan

Page 73: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

63

Pengadilan di Indonesia untuk mengadili perkara meskipun bahwa hukum

tidak ada atau kurang jelas melainkan wajib untuk memeriksa dan

mengadilinya.

Ketetapan undang-undang yang secara emplisit menyatakan bahwasannya

Putusan Arbitrase Internasional tidak dapat dibatalkan di pengadilan dalam

negeri, „dapat tetap tegak‟, meskipun undang-undang mengatur mengenai

Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional. Hal ini ditujukan agar adanya

kepastian hukum terkait ketidakberwenangan pengadilan dalam

„membatalkan‟ putusan Arbitrase Internasional tersebut, dan terkait

prosedural yang akan dilaksanakan apabila gugatan tersebut dilayangkan

dengan segala kemungkinannya.

Sebagaimana dasar dari munculnya putusan arbitrase, yaitu adanya

“kesepakatan” antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan perselisihan yang

akan terjadi antara mereka melalui jalur arbitrase. Pada intinya dasar dari

keinginan penyelesaian melalui arbitrase tersebut adalah kesepakatan yang

dituangkan dalam perjanjian.

Islam mengatur hal substansial yang demikian dalam surah Al Anfaal ayat

58 yang berbunyi;

Page 74: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

64

“Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya)

pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian tersebut

kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh Allah tidak menyukai orang

yang berkhianat”

Page 75: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

65

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan dan dipaparkan dalam bab-bab

sebelumnya, yaitu mengenai Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia

maka dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pembatalan Putusan Arbitrase merupakan upaya yang dilakukan untuk

membatalkan isi putusan arbitrase, dengan membatalkan sebagian atau

seluruh isi putusan. Di Indonesia kewenangan tersebut diatur dalam Bab

VII Pasal 70 hingga 72. Aturan dalam pasal ini memang tidak diterangkan

secara jelas, apakah pembatalan putusan tersebut diperuntukan untuk

putusan arbitrase lokal maupun internasional. Namun Konvensi New York

1958 menjelaskan, bahwa kewenangan Pembatalan Putusan Arbitrase

Internasional tidak dapat dilakukan oleh Pengadilan di Negara yang tidak

memutuskan Putusan Arbitrase tersebut. Sehingga Pengadilan di Negara

Indonesia tidak memiliki kewenangan membatalkan putusan arbitrase

asing, terkecuali putusan arbitrasenya memang di keluarkan di Negara

Indonesia. Namun apabila putusan tersebut dikeluarkan bukan di Negara

Indonesia, maka Pengadilan tidak memiliki kewenangan tersebut.

65

Page 76: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

66

2. Hukum Perdata Internasional bukanlah hukum yang bersumber dari

Internasional, melainkan hukum negara yang saling memiliki

ketersinggungan antara suatu negara dengan negara lain. Terkait teritorial

atau batas suatu negara, maupun subjek hukum yang berbeda negara, atau

hubungan hukum individu/kelompok yang melewati lintas batas negara.

Permohonan pembatalan putusan arbitrase oleh PT Mitra Adi Perkasa dan

PT Harapan Nusantara ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Meskipun dalam putusannya Harvey Nichols and Company Limited

memenangkan perkara, bahwa putusan arbitrase Internasional tidak dapat

dilakukan di Indonesia. Namun Harvey Nichols tetap melakukan upaya

hukum kasasi dengan gugatan putusan sela yang menyatakan bahwa

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang membatalkan perkara ini.

Putusan MA yang membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat tersebut dapat dinyatakan invalid atau cacat hukum. Pada dasarnya

pengadilan tidak boleh menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya,

selain itu kewenangan yang dimaksud ialah kewenangan untuk

membatalkan, karena pada isi putusan akhir PN Jakarta Pusat tersebut

menyatakan bahwa pengadilan tidak berwenang dalam menangani perkara

pembatalan putusan arbitrase asing. Dalam Pasal 136 HIR, putusan

penolakan eksepsi kompetensi adalah putusan sela yang tidak dapat

dibanding tersendiri, tetapi harus diputuskan bersama-sama dengan pokok

Page 77: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

67

perkara. Dengan demikian, terdapat kontroversi dapat-tidaknya eksepsi

diajukan banding tersendiri dan terpisah dari pokok perkara

B. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan ialah harus dilakukan revisi terhadap UU

No. 30 Tahun 1999 tentang AAPS secara keseluruhan. Perbaikan tersebut

khususnya terhadap hal yang dianggap kecil terlebih dahulu, terkait ketentuan

bahwa putusan arbitrase merupakan putusan yang bersifat final dan binding

sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 60 UU No. 30 Tahun 1999, “Putusan

arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap”.

Padahal di dalam hukum, yang hitam jelas hitam dan yang putih pun harus

jelas, dapat dilakukannya upaya banding atas putusan arbitrase menunjukkan

tidak konsistennya ketentuan dalam undang-undang, bahwa putusan arbitrase

tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain. Sehingga menurut penulis hal

ini perlu diperhatikan.

Selain itu, undang-undang ini harus ditambahkan pasal mengenai pembatalan

putusan arbitrase internasional dengan menjelaskan bahwa putusan tersebut tidak

dapat „dibatalkan‟ karena hal ini dapat mempertegas kewenangan Pengadilan

Negeri di Indonesia dalam membatalkan putusan arbitrase Internasional tersebut.

Kemudian kelalaian atau kealpaan yang dilakukan oleh hakim Mahkamah

Agung terhadap ketentuan yang telah digariskan oleh perundangan dapat

Page 78: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

68

mengakibatkan keputusan yang dibuat menjadi cacat (invalid). Bila terjadi hal

yang demikian tentunya proses persidangan yang telah berlangsung dan menyita

waktu yang banyak akan sangat merugikan bagi para pihak yang bersengketa,

disamping itu biaya yang harus dikeluarkan oleh para pihak akan bertambah

besar, yang mana hal ini sangat bertentangan dengan prinsip peradilan yang cepat

dan biaya murah.

Dengan begitu diharapkan hakim dalam mengambil keputusan harus

memperhatikan lagi dengan seksama yurisprudensi-yurisprudensi yang ada,

bahwasannya gugatan pembatalan putusan arbitrase internasional dapat diajukan

ke pengadilan, hanya saja pengadilan tidak memiliki kewenangan dalam

membatalkannya, dan hakim harus memperhatikan bahwasannya ada undang-

undang lain yang akan saling bersinggungan dalam satu perkara dan ini patut

dicermati.

Page 79: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdurrasyid, Priyatna. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) Suatu

Pengantar, Cet. Ke-II. Jakarta: Fikahati Aneska, 2011.

Adolf, Huala. Arbitrase Komersial Internasional. Jakarta: Rajawali Pers, 1991.

Adolf, Huala. Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung: PT Resika

Aditama, 2008.

Ali, Ahmad. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang

(Legisprudence). Vol.I. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009).

Cet. Ke-III.

Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet. Ke-I.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Djauhari, Achmad. Arbitrase Syari‟ah di Indonesia. Jakarta: Badan Arbitrase Syariah

Nasional (Basyarnas), 2006.

Emirzon, Joni. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi,

Mediasi, Konsolidasi, dan Arbitrase). Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2001.

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode Penulisan

Skripsi. Jakarta: UIN Press, 2000.

Gautama, Sudargo. Indonesia dan Konvensi-konvensi Hukum Perdata Internasional.

Bandung: Penerbit Alumni, 1996.

69

Page 80: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

70

. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Bandung: Bina

Cipta, 1987.

. Soal-soal Aktual Hukum Perdata Internasional. Bandung: Penerbit

Alumni, 1981.

Harahap, Yahya. Arbitrase (Ditinjau dari : Reglemen Acara Perdata (Rv), Peraturan

Prosedur BANI, International Centre for the Settlement of Investment

Disputes (ICSID), INCITRAL Arbitration Rules, Convention on the

Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award, PERMA No. 1

Tahun 1990. Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Cet: ke-3.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis

Peradilan Umum dan Perdata Khusus Mahkamah Agung Republik

Indonesia. Jakarta: Mahkamah Agung, 2007.

Soemartono, Gatot. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia,

2006.

Widjaja, Gunawan dan Michael Adrian. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis (Peran

Pengadilan Dalam Penyelesaian Sengketa Oleh Arbitrase). Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008.

. Seri Aspek Hukum dalam Bisnis, Arbitrase Vs. Pengadilan Persoalan

Kompetensi (Absolut) Yang Tidak Pernah Selesai. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Cet. Ke-VI. Jakarta: Kencana, 2010.

Saleh, Abdul Rahman, dkk. Arbitrase Islam di Indonesi. Jakarta: Badan Arbitrase

Muamalat Indonesia Kerjasama dengan Bank Muamalat, 1994.

Page 81: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

71

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. Ke-III. Jakarta: UI-Press,

2010.

Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata, Cet. Ke-XIX. Jakarta: PT Intermasa, 1984).

Sudiarto dan Zaeni Asyhadie. Mengenal Arbitrase, Salah Satu Alternatif

Penyelesaian Sengketa Bisnis. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2004.

Suparman, Erman. Arbitrase & Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: PT Fikahati

Aneska, 2012.

Jurnal dan Artikel Ilmiah :

Fuady, Munir. “Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Arbitrase”. Jurnal Hukum

Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Vol. 21. Jakarta:

Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002.

Harahap, Yahya. “Beberapa Cacatan Yang Perlu Mendapat Perhatian Atas UU. 30

Tahun 1999”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, Vol.21. Jakarta: Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002.

Juwana, Hikmahanto. “Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional Oleh Pengadilan

Nasional”. Jurnal Hukum Bisnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, Vol. 21. Jakarta: Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002.

Panggabean, H.P. “Efektifitas Eksekusi Putusan Arbitrase Dalam Sistem Hukum

Indonesia”. Jurnal Hukum Bidnis: Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, Vol. 21. Jakarta: Yayasan Pengembang Hukum Bisnis, 2002.

Perundang-undangan :

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Page 82: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

72

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Peraturan Mahmakah Agung No. 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Putusan Arbitrase Asing;

Konvensi New York Tahun 1985

Putusan Arbitrase, Pengadilan dan Mahkamah Agung :

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Putusan Nomor: 394/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Putusan Nomor: 126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst

Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor: 631K/Pdt.Sus/2012

Internet :

Budidjaja, Tony, “Pembatalan Putusan Arbitrase di Indonesia” Pengadilan

Indonesia”,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol13217/pembatalan-putusan-

arbitrasedi-indonesia, diunduh pada tanggal: 13 Januari 2014.

Faiz, Pan Muhammad, “Kemungkinan Diajukannya Perkara Dengan Klausul

Arbitrase Ke Muka Pengadilan.”,

http://jurnalhukum.blogspot.com/2006/09/klausul-arbitrase-dan-

pengadilan_18.html, diunduh pada tanggal: 6 Februari 2014.

Hakim, Amri, “Apa Definisi Ketertiban Umum?”,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e3e380e0157a/apa-definisi-

ketertiban-umum, diunduh pada tanggal : 18 Februari 2014.

Page 83: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

73

Rachmadsyah, Shanti, “Penyelesaian Sengketa di Arbitrase”,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3897/penyelesaian-sengketa-

di-arbitrase, diunduh pada tanggal : 23 Februari 2014.

,“Wewenang PN dalam Melaksanakan Putusan Arbitrase.”,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3082/wewenang-pn-dalam

melaksanakan-putusan-arbitrase, diunduh pada tanggal: 1 Maret 2014.

Risdiana, Yana, “Beberapa Kelemahan Ketentuan Pembatalan Putusan Arbitrase”,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol9134/beberapa-kelemahan-

ketentuan-pembatalan-putusan-arbitrase, diunduh pada tanggal: 5 Januari

2014.

Umar, Muhammad Husseyn, “Pokok-pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Internasional di Indonesia”,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4bbd785494fc7/pokokpokok-

masalah-pelaksanaan-putusan-arbitrase-internasional-di-indonesia-br-

oleh-m-husseyn-umar- , diunduh pada tanggal : 4 April 2014.

Page 84: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara Perdata Khusus (Arbitrase) dalam tingkat kasasi telah memutuskan

sebagai berikut dalam perkara:

HARVEY NICHOLS AND COMPANY LIMITED, suatu

perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Inggris

(registrasi No. 1774537), berkedudukan di 109/125 Knightsbridge,

London SW1X 7RJ, Inggris, dalam hal ini memberi kuasa kepada:

ISWAHJUDI A. KARIM, SH., LL.M., dan kawan-kawan, para

Advokat, berkantor di Plaza Mutiara Lantai 7, Jalan Lingkar Mega

Kuningan Kav. 1 & 2, Jakarta 12950, berdasarkan surat kuasa khusus

tanggal 15 April 2011;

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat;

m e l a w a n :

1 PT. HAMPARAN NUSANTARA;

2 PT. MITRA ADIPERKASA, Tbk;

Keduanya berkedudukan di Wisma 46-Kota BNI Lantai 8, Jalan

Jendral Sudirman Kav. 1, Jakarta Pusat 10220, dalam hal ini

memberi kuasa kepada: JONI ARIES BANGUN, SH., MM., MH.,

dan kawan-kawan, para Advokat, berkantor di Bapindo Plaza-

Citibank Tower Lantai 24, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 54-55, Jakarta

12190, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 21 Februari 2012;

Para Termohon Kasasi dahulu para Penggugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang para

Termohon Kasasi dahulu sebagai para Penggugat telah menggugat sekarang Pemohon

Kasasi dahulu sebagai Tergugat di muka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

pada pokoknya atas dalil-dalil:

1 Bahwa Tergugat telah mendaftarkan putusan akhir dan adendum putusan akhir

pada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sebagaimana dimaksud dalam

Hal. 1 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 85: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Akta pendaftaran putusan Arbitrase Internasional nomor 05/PDT/ARB-

lNT/2011/PN.JKT.PST tertanggal 22 Maret 2011;

2 Bahwa oleh karenanya pengajuan gugatan pembatalan putusan akhir dan

adendum putusan akhir ini telah dilaksanakan sesuai dengan, dalam tenggang

waktu, cara-cara dan syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan Republik Indonesia yang berlaku cq. Pasal 71 Undang-undang nomor

30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ("UU

No. 30/1999");

3 Bahwa adapun amar putusan akhir dan adendum putusan akhir adalah sebagai

berikut:

Putusan akhir:

"VI-Award

71. For the reasons set out above I award as follows:

a. I declare that the Exclusive licence agreement between the parties dated

23 January 2007 ("the Agreement") is a valid agreement which is

binding on the parties;

b. I confirm the declarations made in my award on Jurisdiction dated 14

June 2010, namely that:

i. Clause 15 of the Exclusive Licence Agreement dated 23 January

2007 between the Claimants and the Respondents constitutes a valid

and binding arbitration agreement between the parties;

ii. My appointment as sole arbitrator by the President of the Chartered

Institute of Arbitrators on 12 May 2010 was valid and effective so

that the arbitral tribunal is properly constituted;

iii. I have jurisdiction to determine the claimant's claim referred to

arbitration pursuant to its notice of Arbitration dated 25 March 2010

and request for the appointment of an Arbitrator dated 4 May 2010;

c. I declare that the first respondent is in breach of the Agreement in the

following respects:

i. failing to issue the second letter of guarantee in the Sterling

equivalent of US $3 million as required by clause 4.2(j) of the

Agreement;

ii. failing to pay to the claimant the minimum royalty in accordance

with clauses 7.2 and 8.1 of the Agreement;

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 86: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

iii. failing to renew the second letter of guarantee after the claimant's

drawdown in accordance with clause 7.4 of the Agreement; and

iv. issuing the proceedings dated 26 May 2010 against the claimant in

the South Jakarta District Court ("the Jakarta proceedings");

d. I declare that the second respondent is in breach of the Agreement in the

following respects:

ifailing to perform its obligation to ensure the performance by the

first respondent of all monetary obligation of the first respondent

under the Agreement, namely the timely payment of minimum

royalties and the renewal or reissue of the second letter of

guarantee by the first respondent; and

ii issuing the Jakarta proceedings;

e. I declare that the conduct of both respondents described in (c) and (d)

above amounts to a material breach of the Agreement by each of them;

f. I order that the respondents and each of them jointly and severally do

pay to the claimant the sum of £971,524.26, together with interest

thereon at 4% per annum above Libor, compounded with monthly rests,

from 1 July 2010 until payment;

g. I order that the respondents and each of them jointly and severally do

pay to the claimant the further sum of US $35,000 as damages incurred

up to and including 31 August 2010 for the respondents' breach in

issuing the Jakarta proceedings, together with interest thereon at 4% per

annum above Libor, compounded with monthly rests, from 1 September

2010 until payment;

h. I declare that the claimant is entitled to further damages in respect of

any loss and damage suffered after 31 August 2010 as a result of the

respondents' breach of Agreement in issuing the Jakarta proceedings

and I reserve power to assess those damage in due course;

i. I order that the respondents and each of them do forthwith cause

Barclays Bank Plc or another major international bank of similar

standing acceptable to the claimant to issue a second letter of guarantee

substantially in the form set out in Part 2, Schedule 2 to the Agreement in

favour of the claimant in the amount of US $3 million;

Hal. 3 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 87: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

j. order that the respondents and each of them jointly and severally to pay

to the claimant the sum of £45,000 in respect of the claimant's costs of

the arbitration;

k. I order that the respondents must pay my fees, which I settle in the total

amount of £12,175 plus VAT if applicable (which includes the costs of

the award on Jurisdiction), together with expenses of £340.75; and that

if the claimant has paid those fees and expenses in the first sentence, it is

entitled to immediate reimbursement by the respondents;"

Dengan terjemahan sebagai berikut:

"VI-Putusan

71. Untuk alasan-alasan yang dikemukakan di atas, saya memutuskan sebagai

berikut:

a. Saya memutuskan bahwa Perjanjian lisensi ekslusif antara para pihak

tertanggal 23 Januari 2007 ("Perjanjian") adalah sebuah perjanjian yang

sah yang mengikat para pihak;

b. Saya menegaskan bahwa penetapan-penetapan yang dibuat dalam

putusan atas yurisdiksi tertanggal 14 Juni 2010, yaitu bahwa:

i Pasal 15 dari Perjanjian Lisensi Ekslusif tertanggal 23 Januari 2007 antara

Pemohon dan para Termohon merupakan perjanjian arbitrase yang sah dan

mengikat antara para pihak;

ii Penunjukan saya sebagai Wasit tunggal oleh Presiden dari Chartered Institute of

Arbitrators pada 12 Mei 2010 adalah sah dan efektif sehingga Majelis Arbitrase

dibentuk secara patut;

iii Saya memiliki yuridiksi untuk menyelesaikan tuntutan Pemohon merujuk pada

Arbitrase sesuai dengan pemberitahuan Arbitrase tertanggal 25 Maret 2010 dan

permohonan untuk penunjukan seorang Wasit tertanggal 4 Mei 2010;

b Saya menetapkan bahwa Termohon kesatu telah melanggar perjanjian

dengan cara-cara sebagai berikut:

i lalai untuk menerbitkan surat jaminan kedua dalam Sterling setara dengan US $3

juta sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 4.2 (j) Perjanjian;

ii lalai untuk membayar Pemohon royalti minimum berdasarkan Pasal-Pasal 7.2

dan 8.1 Perjanjian;

iii lalai untuk memperbaharui surat jaminan kedua setelah penarikan Pemohon

berdasarkan Pasal 7.4 Perjanjian; dan

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 88: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

iv menerbitkan proses-proses tertanggal 26 Mei 2010 terhadap Pemohon di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ("proses-proses di Jakarta");

c Saya menetapkan bahwa Termohon kedua telah melanggar perjanjian

dengan cara-cara sebagai berikut:

i. lalai untuk melaksanakan kewajibannya untuk memastikan

pemenuhan oleh Termohon pertama atas semua kewajiban keuangan

dan Termohon pertama berdasarkan perjanjian, yaitu pembayaran

dari waktu ke waktu atas royalti-royalti minimum dan pembaharuan

atau penerbitan ulang surat jaminan kedua oleh Termohon pertama;

dan

ii. menerbitkan proses-proses di Jakarta;

d Saya menetapkan bahwa tindakan kedua Termohon yang diuraikan

dalam (c) dan (d) di atas menimbulkan pelanggaran material dari perjanjian oleh

masing-masing mereka;

e Saya menetapkan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

secara bersama-sama dan sendiri-sendiri membayar kepada Pemohon sejumlah

£971,524.26, bersama dengan bunganya sebesar 4% setiap tahunnya di atas Libor,

berlipat setiap bulannya, dari 1 Jui 2010 hingga pembayaran;

f Saya menetapkan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

secara bersama-sama dan sendiri-sendiri membayar kepada Pemohon lebih lanjut

sejumlah US $ 35,000 sebagai kerugian yang ada hingga dan termasuk 31 Agustus 2010

untuk pelanggaran para Termohon dalam menerbitkan proses-proses di Jakarta, bersama

dengan bunganya sebesar 4% setiap tahunnya di atas Libor, berlipat setiap bulannya,

dari 1 September 2010 hingga pembayaran;

g Saya menetapkan bahwa Pemohon berhak untuk ganti rugi sehubungan

dengan tiap kerugian yang diderita setelah 31 Agustus 2010 sebagai akibat dari

pelanggaran para Termohon atas perjanjian dalam menerbitkan proses-proses di Jakarta

dan saya mencadangkan wewenang untuk menetapkan kerugian-kerugian tersebut

selanjutnya;

h Saya memutuskan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

untuk dengan segera membuat Barclays Bank Plc atau bank internasional besar lainnya

dengan kedudukan yang sama yang diterima oleh Pemohon untuk menerbitkan surat

jaminan kedua yang isinya dalam bentuk yang dikemukakan dalam Bagian 2, Lampiran

2 Perjanjian untuk Pemohon sejumlah US $3 juta;

Hal. 5 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 89: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

i Saya memutuskan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

secara bersama-sama dan sendiri-sendiri untuk membayar kepada Pemohon sejumlah

£45,000 sehubungan dengan biaya-biaya arbitrase Pemohon;

j Saya memutuskan bahwa para Termohon hams membayar biaya-biaya

jasa saya, yang saya tetapkan sejumlah £12,175 ditambah PPN apabila berlaku

(termasuk biaya-biaya putusan atas yurisdiksi), bersama-sama dengan pengeluaran-

pengeluaran sebesar £340.75; dan bahwa apabila Pemohon harus membayar biaya-biaya

jasa dan pengeluaran-pengeluaran tersebut sebelumnya, diberikan hak untuk

penggantian segera oleh para Termohon;"

Adendum putusan akhir:

V-Amended Award

13. For the reasons set out above paragraph 71 of my award is amended to read

as follows (the only changes being to sub-paragraphs (f) and (g):

a I declare that the Exclusive licence agreement between the parties dated 23

January 2007 ("the Agreement") is a valid agreement which is binding on the parties;

b I confirm the declarations made in my award on Jurisdiction dated 14 June

2010, namely that:

i. Clause 15 of the Exclusive Licence Agreement dated 23 January 2007

between the claimants and the Respondents constitutes a valid and

binding arbitration agreement between the parties;

ii. My appointment as sole arbitrator by the President of the Chartered

Institute of Arbitrators on 12 May 2010 was valid and effective so that

the arbitral tribunal is properly constituted;

iii. I have jurisdiction to determine the claimant's claim referred to

arbitration pursuant to its notice of Arbitration dated 25 March 2010

and request for the appointment of an Arbitrator dated 4 May 2010;

c. I declare that the first respondent is in breach of the Agreement in the

following respects:

i. failing to issue the second letter of guarantee in the Sterling equivalent

of US $3 million as required by clause 4.2(j) of the Agreement;

ii. failing to pay to the claimant the minimum royalty in accordance with

clauses 7.2 and 8.1 of the Agreement;

iii. failing to renew the second letter of guarantee after the claimant's

drawdown in accordance with clause 7.4 of the Agreement; and

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 90: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

iv. issuing the proceedings dated 26 May 2010 against the claimant in the

South Jakarta District Court ("the Jakarta proceedings");

d. I declare that the second respondent is in breach of the Agreement in the

following respects:

i. failing to perform its obligation to ensure the performance by the first

respondent of all monetary obligation of the first respondent under the

Agreement, namely the timely payment of minimum royalties and the

renewal or reissue of the second letter of guarantee by the first

respondent; and

ii. issuing the Jakarta proceedings;

e. I declare that the conduct of both respondents described in (c) and (d)

above amounts to a material breach of the Agreement by each of them;

f. I order that the respondents and each of them jointly and severally do pay

to the claimant the sum of £971,524.26, together with interest thereon at

4% per annum above Libor, compounded with three monthly rests, from 1

July 2010 until payment;

g. I order that the respondents and each of them jointly and severally do pay

to the claimant the further sum of US $35,000 as damages incurred up to

and including 31 August 2010 for the respondents' breach in issuing the

Jakarta proceedings, together with interest thereon at 4% per annum

above Libor, compounded with three monthly rests, from 1 September

2010 until payment;

h. I declare that the claimant is entitled to further damages in respect of any

loss and damage suffered after 31 August 2010 as a result of the

Respondents' breach of Agreement in issuing the Jakarta proceedings and

I reserve power to assess those damage in due course;

i. I order that the respondents and each of them do forthwith cause Barclays

Bank Plc or another major international bank of similar standing

acceptable to the claimant to issue a second letter of guarantee

substantially in the form set out in Part 2, Schedule 2 to the Agreement in

favour of the claimant in the amount of US $3 million;

j. I order that the respondents and each of them jointly and severally to pay

to the claimant the sum of £45,000 in respect of the claimant's costs of the

arbitration;

Hal. 7 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 91: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

k. I order that the respondents must pay my fees, which I settle in the total

amount of £12,175 plus VAT if applicable (which includes the costs of the

award on Jurisdiction), together with expenses of £340.75; and that if the

claimant has paid those fees and expenses in the first sentence, it is entitled

to immediate reimbursement by the respondents";

Dengan terjemahan sebagai berikut:

"VI-Putusan Yang Diubah

13. Untuk alasan-alasan yang dikemukakan di atas, paragraf 71 putusan saya

diubah untuk dibaca sebagai berikut (perubahan hanya pada sub-paragraf (f)

dan (g)):

a Saya memutuskan bahwa Perjanjian lisensi ekslusif antara para pihak tertanggal

23 Januari 2007 ("Perjanjian") adalah sebuah perjanjian yang sah yang mengikat para

pihak;

b Saya menegaskan bahwa penetapan-penetapan yang dibuat dalam putusan atas

yurisdiksi tertanggal 14 Juni 2010, yaitu bahwa:

i Pasal 15 dari Perjanjian lisensi ekslusif tertanggal

23 Januari 2007 antara Pemohon dan para

Termohon merupakan perjanjian arbitrase yang

sah dan mengikat antara para pihak;

ii Penunjukan saya sebagai Wasit tunggal oleh

Presiden dari Chartered Institute of Arbitrators

pada 12 Mei 2010 adalah sah dan efektif sehingga

Majelis Arbitrase dibentuk secara patut;

iii Saya memiliki yurisdiksi untuk menyelesaikan

tuntutan Pemohon merujuk pada arbitrase sesuai

dengan pemberitahuan Arbitrase tertanggal 25

Maret 2010 dan permohonan untuk penunjukan

seorang Wasit tertanggal 4 Mei 2010;

c Saya menetapkan bahwa Termohon kesatu telah melanggar perjanjian dengan

cara-cara sebagai berikut:

i lalai untuk menerbitkan surat jaminan kedua

dalam Sterling setara dengan US $3 juta

sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 4.2(j)

Perjanjian;

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 92: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ii lalai untuk membayar Pemohon royalti minimum

berdasarkan Pasal-pasal 7.2 dan 8.1 Perjanjian;

iii lalai untuk memperbaharui surat jaminan kedua

setelah penarikan Pemohon berdasarkan Pasal 7.4

Perjanjian; dan

iv menerbitkan proses-proses tertanggal 26 Mei 2010

terhadap Pemohon di Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan ("proses-proses di Jakarta");

d. Saya menetapkan bahwa Termohon kedua telah melanggar perjanjian

dengan cara-cara sebagai berikut:

i. lalai untuk melaksanakan kewajibannya untuk memastikan pemenuhan

oleh Termohon pertama atas semua kewajiban keuangan dari

Termohon pertama berdasarkan perjanjian, yaitu pembayaran dari

waktu ke waktu atas royalti-royalti minimum dan pembaharuan atau

penerbitan ulang surat jaminan kedua oleh Termohon pertama; dan

ii. menerbitkan proses-proses di Jakarta;

e. Saya menetapkan bahwa tindakan kedua Termohon yang diuraikan dalam

(c) dan (d) di atas menimbulkan pelanggaran material dari perjanjian oleh

masing-masing mereka;

f. Saya menetapkan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

secara bersama-sama dan sendiri-sendiri membayar kepada Pemohon

sejumlah £971,524.26 bersama dengan bunganya sebesar 4% setiap

tahunnya di atas Libor, berlipat setiap tiga bulannya, dari 1 Jui 2010

hingga pembayaran;

g. Saya menetapkan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

secara bersama-sama dan sendiri-sendiri membayar kepada Pemohon lebih

lanjut sejumlah US$ 35,000 sebagai kerugian yang ada hingga dan

termasuk 31 Agustus 2010 untuk pelanggaran para Termohon dalam

menerbitkan proses-proses di Jakarta, bersama dengan bunganya sebesar

4% setiap tahunnya di atas Libor, berlipat setiap tiga bulannya, dari 1

September 2010 hingga pembayaran;

h. Saya menetapkan bahwa Pemohon berhak untuk ganti rugi sehubungan

dengan tiap kerugian yang diderita setelah 31 Agustus 2010 sebagai akibat

dari pelanggaran para Termohon atas perjanjian dalam menerbitkan

Hal. 9 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 93: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

proses-proses di Jakarta dan saya mencadangkan wewenang untuk

menetapkan kerugian-kerugian tersebut selanjutnya;

i. Saya memutuskan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

untuk dengan segera membuat Barclays Bank Plc atau Bank Internasional

besar lainnya dengan kedudukan yang sama yang diterima oleh Pemohon

untuk menerbitkan surat jaminan kedua yang isinya dalam bentuk yang

dikemukakan dalam Bagian 2, Lampiran 2 Perjanjian untuk Pemohon

sejumlah US$ 3 juta;

j. Saya memutuskan bahwa para Termohon dan masing-masing mereka

secara bersama-sama dan sendiri-sendiri untuk membayar kepada

Pemohon sejumlah £45,000 sehubungan dengan biaya-biaya arbitrase

Pemohon;

k. Saya memutuskan bahwa para Termohon harus membayar biaya-biaya jasa

saya, yang saya tetapkan sejumlah £12,175 ditambah PPN apabila berlaku

(termasuk biaya-biaya putusan atas yurisdiksi), bersama-sama dengan

pengeluaran-pengeluaran sebesar £340.75; Dan bahwa apabila Pemohon

harus membayar biaya-biaya jasa dan pengeluaran-pengeluaran tersebut

sebelumnya, diberikan hak untuk penggantian segera oleh para

Termohon";

4. Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

hukumnya karena:

a. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan nomor 394/PDT.G/2010/

PN.JKT.SEL tertanggal 15 Desember 2010 ("Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan") menyatakan aI. (1) Harvey Nichols and Company Limited cq.

Tergugat melakukan perbuatan melawan hukum, dan (2) Exclusive license

agreement (perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007 melanggar dan

bertentangan dengan hukum yang berlaku dan karenanya batal demi hukum;

b. Putusan akhir dan adendum putusan akhir melanggar atau bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia (vide Pasal

1320 butir 4 jo. Pasal 1337 jo. Pasal 1339 KUHPerdata jo. PP No. 16 Tahun

1997 tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/

PER/3/2006 tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat

Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba jo. PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 94: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Waralaba);

c. Arbiter tunggal yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 mengabaikan prinsip audi et alteram

partem, yaitu mendengar kedua belah pihak;

d. Penunjukkan Arbiter tunggal cq. Tuan Stephen Males cacat secara hukum dan

tidak memenuhi syarat-syarat Exclusive license agreement (perjanjian lisensi

esklusif) tertanggal 23 Januari 2007;

e. Kuasa yang digunakan oleh Tergugat untuk mendaftarkan putusan akhir dan

adendum putusan akhir adalah bukan kuasa sebagaimana disyaratkan oleh

ketentuan hukum yang berlaku;

f. Pendaftaran putusan akhir dan adendum putusan akhir pada Panitera Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat mengandung cacat hukum dan tidak lengkap menurut

hukum;

Sebagaimana lebih lanjut akan didalilkan dalam butir 5 sampai dengan butir 10 di

bawah ini;

5. Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

hukumnya karena putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan aI. (1)

Harvey Nichols and Company Limited cq. Tergugat melakukan perbuatan melawan

hukum, dan (2) Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal

23 Januari 2007 melanggar dan bertentangan dengan hukum yang berlaku dan

karenanya batal demi hukum;

a. Bahwa amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

Mengadili:

I. Dalam Eksepsi:

a. Dalam eksepsi tentang kompetensi relatif:

• Menolak eksepsi Tergugat tentang kompetensi relatif;

• Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berwenang untuk

memeriksa dan memutus perkara ini;

b Dalam eksepsi terhadap gugatan para Penggugat:

• Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

II Dalam Provisi:

Hal. 11 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 95: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Menolak tuntutan para Penggugat dalam provisi;

III Dalam Pokok Perkara:

1 Mengabulkan gugatan para Penggugat untuk sebahagian;

2 Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum;

3 Menyatakan Perjanjian lisensi ekslusif (exclusive lisence agreement) antara

Harvey Nichols and Company Limited (Tergugat) dan PT. Hamparan Nusantara

(Penggugat I) dan PT. Mitra Adiperkasa Tbk. (Penggugat II) tanggal 23 Januari

2007 adalah melanggar dan bertentangan dengan hukum yang berlaku di

Indonesia;

4 Menyatakan batal sejak semula (batal demi hukum) dan tidak sah dan karenanya

tidak berkekuatan hukum Perjanjian lisensi ekslusif (exclusive lisence

agreement) antara Harvey Nichols and Company Limited (Tergugat) dan PT.

Hamparan Nusantara (Penggugat I) dan PT. Mitra Adiperkasa Tbk. (Penggugat

II) tanggal 23 Januari 2007 dengan segala akibat hukumnya;

5 Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada para Penggugat

yang seluruhnya berjumlah Rp 191.290.659.369,- (seratus sembilan puluh satu

milyar dua ratus sembilan puluh juta enam ratus lima puluh sembilan ribu tiga

ratus enam puluh sembilan rupiah) dengan perincian sebagai berikut:

a Royalty yang telah dibayarkan oleh Penggugat kepada Tergugat sebesar

Rp. 15.014.079.119,- (lima belas milyar empat belas juta tujuh puluh

sembilan ribu seratus sembilan belas rupiah);

b Biaya investasi sebesar Rp. 104.166.005.101,- (seratus empat milyar

seratus enam puluh enam juta lima ribu seratus satu rupiah);

c Gaji para karyawan sejak tahun 2007 sampai dengan bulan Maret 2010

adalah sebesar Rp. 25.386.057.042,- (dua puluh lima milyar tiga ratus

delapan puluh enam juta lima puluh tujuh ribu empat puluh dua rupiah);

d Pesangon pemutusan hubungan kerja karyawan sebesar Rp.

339.843.500,- (tiga ratus tiga puluh sembilan juta delapan ratus empat

puluh tiga ribu lima ratus rupiah);

e Sisa stock yang belum terjual per tanggal 27 April 2010 sebesar Rp.

46.384.671.607,- (empat puluh enam milyar tiga ratus delapan puluh

empat juta enam ratus tujuh puluh satu ribu enam ratus tujuh rupiah);

Ditambah bunga 6% per tahun dari jumlah Rp.

191.290.659.369,- tersebut terhitung sejak putusan ini berkekuatan

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 96: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hukum tetap sampai dibayar lunasnya ganti kerugian tersebut oleh

Tergugat kepada para Penggugat;

6 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 161.000,-

(seratus enam puluh satu ribu rupiah);

7 Menolak gugatan para Penggugat untuk yang lain dan selebihnya;

b. Bahwa berdasarkan amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut,

Harvey Nichols and Company Limited cq. Tergugat dinyatakan telah melakukan

perbuatan melawan hukum;

c. Bahwa disamping itu, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan

Exclusive license agreement (perjanjian lisensi eksklusif) tertanggal 23 Januari

2007, yang merupakan objek perselisihan perkara Arbitrase Internasional kasus

IDRS 129100009 dalam putusan akhir dan adendum putusan akhir:

i. melanggar dan bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia;

ii. batal seiak semula atau batal demi hukum dan tidak sah dan karenanya tidak

berkekuatan hukum dengan segala akibat hukumnya;

d. Bahwa karena (1) Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dan (2)

Exclusive license agreement (perjanjian lisensi eksklusif) tertanggal 23 Januari

2007 melanggar dan bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan

batal sejak semula atau batal demi hukum dan tidak sah, dan karenanya tidak

berkekuatan hukum dengan segala akibat hukumnya, maka putusan akhir dan

adendum putusan akhir yang pihaknya adalah Tergugat dan seluruh objek

perselisihan, isi, pertimbangan dan amarnya berkaitan dengan Exclusive license

agreement (perjanjian lisensi eksklusif) tertanggal 23 Januari 2007 menjadi batal

demi hukum dan tidak sah serta tidak berkekuatan hukum berdasarkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;

e. Bahwa apabila putusan akhir dan adendum putusan akhir tidak batal menurut

hukum atau tetap berkekuatan hukum, quod non, maka dikhawatirkan akan sulit

memulihkan keadaannya kembali seperti keadaan semula (restitutio in

integrum);

f. Bahwa dengan demikian, putusan akhir dan adendum putusan akhir harus batal

demi hukum atau harus dibatalkan menurut hukum karena bertentangan dengan

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;

6. Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

Hal. 13 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 97: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hukumnya karena melanggar atau bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Republik Indonesia (vide Pasal 1320 butir 4 jo. Pasal

1337 jo. Pasal 1339 KUHPerdata jo. PP No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba jo.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/ M-DAG/PER/3/2006 tahun 2006 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba jo.

PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/

M-DAG/PER/8/2008 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba);

a. Bahwa objek sengketa, isi, pertimbangan dan amar putusan akhir dan adendum

putusan akhir berkaitan erat atau tidak dapat dipisahkan dari Exclusive license

agreement (perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007;

b. Bahwa ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia mengenai syarat- syarat

sahnya suatu perjanjian (cq. Pasal 1320 butir 4 jo. Pasal 1337 jo. Pasal 1339

KUHPerdata) mengatur secara tegas sebagai berikut:

i. Pasal 1320 butir 4 KUHPerdata menyatakan bahwa salah satu syarat sahnya

suatu perjanjian adalah apabila memenuhi syarat "suatu sebab yang halal";

ii. Pasal 1337 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu sebab adalah terlarang

apabila dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan

atau ketertiban umum;

iii. Pasal 1339 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya

mengikat hal-hal yang diatur dalam perjanjian tetapi juga hal-hal yang

diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang;

c. Bahwa ternyata Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007 tidak memenuhi unsur sebab yang halal sebagaimana

disyaratkan Pasal 1320 butir 4 jo. Pasal 1337 KUHPerdata karena melanggar

atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang

Waralaba cq. PP No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri

Perdagangan No. 31/ M-DAG/PER/8/2008 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Waralaba, sebagaimana diuraikan berikut ini:

i. Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23

Januari 2007 melanggar atau bertentangan dengan PP No. 16 tahun 1997

tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/

PER/3/2006 tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat

Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, karena:

(1) Tidak dibuat dalam Bahasa Indonesia;

(2) Tidak menggunakan hukum Indonesia sebagai hukum yang berlaku;

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 98: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(3) Tidak ada pemberian keterangan tertulis atau prospektus dari Pemberi

Waralaba kepada Penerima Waralaba sebelum dibuatnya perjanjian;

(4) Pemberi Waralaba tidak memiliki surat keterangan legalitas usaha yang

dikeluarkan oleh instansi berwenang di Negara asalnya;

(5) Tidak ada pendaftaran perjanjian waralaba dan keterangan tertulis atau

prospektus kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Departemen Perdagangan;

ii Exclusive license agreement

(perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007

melanggar atau bertentangan

dengan PP No. 42 tahun 2007

tentang Waralaba jo. Peraturan

Menteri Perdagangan No. 31/M-

DAG/PER/8/2008 tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Waralaba,

karena:

1 Tidak diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia;

2 Antara Pemberi Waralaba

dan Penerima Waralaba

tidak mempunyai

kedudukan hukum yang

setara;

3 Tidak menggunakan hukum

Indonesia sebagai hukum

yang berlaku;

4 Tidak ada pemberian

prospektus penawaran

waralaba dari Pemberi

Waralaba kepada Penerima

Waralaba sebelum

dibuatnya perjanjian;

5 Tidak ada pendaftaran

perjanjian waralaba kepada

Hal. 15 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 99: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Direktorat Bina Usaha dan

Pendaftaran Perusahaan,

Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri,

Departemen Perdagangan;

6 Tidak ada pendaftaran

prospektus penawaran

waralaba kepada Direktorat

Bina Usaha dan Pendaftaran

Perusahaan, Direktur

Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri, Departemen

Perdagangan;

iii Exclusive license agreement

(perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007

melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1

Peraturan Menteri Perdagangan No.

31/M-DAG/PER/8/2008 tahun

2008 tentang Penyelenggaraan

Waralaba yang secara tegas

mensyaratkan adanya kedudukan

hukum yang setara antara pemberi

waralaba dan penerima waralaba di

dalam suatu perjanjian waralaba

dan terhadap mereka berlaku

hukum Indonesia, karena:

1 tidak memberlakukan

hukum Indonesia melainkan

hukum Inggris dalam

perjanjian (vide Pasal 15.1

Exclusive license agreement

(perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007;

dan,

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 100: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 mencerminkan

ketidakadilan atau tidak

adanya "fairness" dalam

suatu perikatan karena

Pemberi Waralaba (cq.

Tergugat) yang posisinya

secara ekonomis lebih kuat

dan dominan menggunakan

pengaruhnya agar Penerima

Waralaba (cq. Penggugat I)

dan Penjamin (cq.

Penggugat II) menerima isi

perjanjian seolah-olah

menggunakan prinsip "take

it or leave it" sehingga

Tergugat dapat bertindak

secara sepihak, leluasa dan

menurut kehendaknya

sendiri dalam menentukan

isi atau materi perjanjian,

hal mana sama sekali

menunjukkan tidak adanya

kedudukan hukum yang

setara antara para

Penggugat dan Tergugat

dalam perjanjian;

d. Bahwa selain itu, Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007 tersebut juga melanggar atau bertentangan dengan

Pasal 1339 KUHPerdata, karena penerapan Exclusive license agreement

(perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007 tidak hanya semata-mata

terikat pada pasal-pasal dalam Exclusive license agreement (perjanjian lisensi

ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007 saja namun juga pada hal-hal yang

diharuskan oleh:

i. Kepatutan:

Hal. 17 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 101: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Karena secara ekonomi, bisnis dan hukum pada umumnya, kegiatan usaha

seperti yang dijalankan oleh Tergugat dalam bidang Toko Serba Ada

Eksklusif Harvey Nichols adalah jenis usaha waralaba dan bukan jenis usaha

lisensi, sehingga adalah patut dilandasi oleh perjanjian waralaba bukan

perjanjian lisensi;

ii. Undang-undang:

Yaitu PP No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri

Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/3/2006 tahun 2006 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba jo. PP No.

42 tahun 2007 tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/

M-DAG/PER/8/2008 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba; dan,

iii. Ketertiban umum:

Karena seyogianya pelaksanaan usaha/bisnis waralaba di Indonesia harus

memenuhi atau tidak melanggar ketertiban umum yang ada di Indonesia cq.

peraturan perundang-undangan yang berlaku (cq. PP No. 16 tahun 1997

tentang Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/

PER/3/2006 tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat

Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba jo. PP No. 42 tahun 2007 tentang

Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/8/2008

tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba);

e. Bahwa oleh karena Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 200 melanggar atau bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia (cq. Pasal 1320 butir 4

jo. Pasal 1337 jo. Pasal 1339 KUHPerdata jo. PP No. 16 tahun 1997 tentang

Waralaba jo. Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/3/2006 tahun

2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran

Usaha Waralaba jo. PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba jo. Peraturan

Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Waralaba), maka putusan akhir dan adendum putusan akhir

tersebut harus batal demi hukum atau dibatalkan menurut hukum, dan karenanya

tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat hukumnya;

7. Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum, dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

hukumnya, karena Arbiter tunggal yang memeriksa, mengadili dan memutus

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 102: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

perkara Arbitrase Internasional kasus IDRS 129100009 mengabaikan prinsip audi et

alteram partem, yaitu mendengar kedua belah pihak;

a. Bahwa Pasal V paragrap 1 butir (b) Konvensi New York menyatakan sebagai

berikut:

Article V paragraph 1 point (b) Konvensi New York:

Recognition and enforcement of the award may be refused, at the request of the

party against whom it is invoked, only if that party furnishes to the competent

authority where the recognition and enforcement is sought, proof that:

The party against whom the award is invoked was not given proper notice of the

appointment of the arbitrator or of the arbitration proceedings or was otherwise

unable to present his case; or

Dengan terjemahan sebagai berikut:

Pasal V ayat 1 butir (b) Konvensi New York:

Pengakuan dan pelaksanaan putusan dapat ditolak, atas permintaan dari pihak

yang terhadapnya suatu putusan dimintakan, hanya jika pihak tersebut

mengajukannya kepada pihak yang berwenang di tempat pengakuan dan

pelaksanaan tersebut dimintakan, membuktikan bahwa:

Pihak yang terhadapnya suatu putusan dimintakan tidak diberitahu secara wajar

mengenai penunjukan Wasit atau persidangan Arbitrase atau telah dinyatakan

tidak dapat mengajukan sengketanya; atau

b Bahwa dalam suatu persidangan cq. Arbitrase terdapat asas utama yaitu asas

audi et alteram partem yang artinya kedua belah pihak harus didengar dan diperlakukan

sama serta tidak memihak dan tidak membedakan orang (eines mannes rede, ist keines

mannes rede, man soll sie horen beide, horen van beide partijen), sehingga kehadiran

kedua belah pihak dalam seluruh persidangan cq. Arbitrase mutlak diperlukan agar para

pihak dapat didengar oleh Arbiter cq. Arbiter tunggal yang memeriksa, mengadili dan

memutuskan perkara tersebut, yang pada akhirnya memberikan keadilan pada semua

pihak (vide Pasal 5 ayat 1 UU No. 4/2004 jo. Pasal 132a; Pasal 121 ayat 2 HIR jo. Pasal

47 Rv);

c Bahwa ternyata Arbiter tunggal tidak memberitahukan secara langsung dan patut

menurut hukum kepada para Penggugat mengenai persidangan Arbitrase, sehingga para

Penggugat tidak mengikuti/hadir dalam persidangan Arbitrase dan Arbiter tunggal

hanya menerima/ mendengar keterangan dari Tergugat saja secara sepihak tanpa

memberikan kesempatan kepada para Penggugat dan tanpa kehadiran para Penggugat,

perbuatan mana jelas sangat melanggar asas audi et alteram partem (vide Pasal 5 ayat 1

Hal. 19 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 103: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

UU No. 4/2004 jo. Pasal 132a; Pasal 121 ayat 2 HIR jo. Pasal 47 Rv) dan Pasal V

paragraph 1 butir (b) Konvensi New York;

d Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, putusan akhir dan adendum putusan

akhir harus batal demi hukum atau dibatalkan menurut hukum dan karenanya tidak

berkekuatan hukum dengan segala akibat hukumnya, karena bertentangan dengan asas

audi et alteram partem sebagaimana disyaratkan dalam ketentuan perundang-undangan

yang berlaku (vide Pasal 5 ayat 1 UU No. 4/2004 jo. Pasal 132a; Pasal 121 ayat 2 HIR

jo. Pasal 47 Rv) dan Pasal V paragraph 1 butir (b) Konvensi New York);

1 Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

hukumnya, karena penunjukkan Arbiter tunggal cq. Tuan Stephen Males cacat

secara hukum dan tidak memenuhi syarat-syarat Exclusive license agreement

(perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007;

a Bahwa Pasal 15.2 Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007 menyatakan:

Any dispute or difference arising out of or in connection with this Agreement

shall be referred to the arbitration of a sole arbitrator to be appointed in

accordance with S.16 (3) of the Arbitration Act 1996 ("the Act"), the seat of such

arbitration being hereby designated as London, England. In the event of failure

of the parties to make the appointment pursuant to S.16 (3) of the Act, the

appointment shall be made by the President for the time being of the Chartered

Institute of Arbitrators. The arbitrator shall decide the dispute according to the

substantive laws of England and Wales;

Dengan terjemahan resminya sebagai berikut:

Setiap perselisihan atau perbedaan yang timbul dari atau yang berhubungan

dengan Perjanjian ini akan dirujuk kepada arbitrase dari seorang Wasit tunggal

yang akan ditunjuk sesuai dengan S.16 (3) Undang-Undang Arbitrase 1996

("Undang-Undang"), tempat kedudukan dari Arbitrase tersebut dengan ini

ditunjuk London, Inggris. Dalam hal kegagalan para pihak untuk membuat

penunjukkan mengenai S.16 (3) dari Undang-Undang, penunjukkan akan dibuat

oleh Presiden yang untuk saat ini dari Chartered Institute of Arbitrators. Wasit

akan memutuskan perselisihan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip hukum

substantif Inggris dan Wales;

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 104: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b Bahwa berdasarkan Pasal 15.2 Exclusive license agreement (perjanjian lisensi

ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007, pihak yang menunjuk Arbiter tunggal

apabila para pihak gagal menunjuk para Arbiter adalah Presiden Chartered

Institute of Arbitrators pada saat itu;

c Bahwa ternyata penunjukkan Arbiter tunggal cq. Tuan Stephen Males dilakukan

oleh IDRS Ltd., yang beralamat di 24 Angel Gate, City Road, London EC1V

2PT, Inggris, dengan suratnya tertanggal 14 Mei 2010 dan bukan Presiden

Chartered Institute of Arbitrators;

d Bahwa penunjukkan Tuan Stephen Males sebagai Arbiter tunggal oleh IDRS

Ltd. tersebut adalah keliru, bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang

berlaku dan Pasal 15.2 Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif)

tertanggal 23 Januari 2007 karenanya adalah menurut hukum setiap produk yang

dihasilkan oleh Arbiter tunggal yang penunjukkannya cacat dan tidak sah secara

hukum (dalam hal ini putusan akhir dan adendum putusan akhir) menjadi tidak

sah, cacat, batal demi hukum dan bertentangan dengan hukum;

e Bahwa dengan demikian, putusan akhir dan adendum putusan akhir yang

didasarkan atas penunjukkan yang tidak sah tersebut harus batal demi hukum

atau dibatalkan menurut hukum dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan

segala akibat hukumnya;

9. Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

hukumnya, karena kuasa yang digunakan oleh Tergugat untuk mendaftarkan

putusan akhir dan adendum putusan akhir adalah bukan kuasa sebagaimana

disyaratkan oleh ketentuan hukum yang berlaku;

a. Bahwa Pasal 67 ayat (1) UU No. 30/1999 menyatakan sebagai berikut:

"Permohonan pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional dilakukan setelah

putusan tersebut diserahkan dan didaftarkan oleh Arbiter atau kuasanya kepada

Panitera Pengadilan Negeri;"

b. Bahwa amar putusan akhir dan adendum putusan akhir mengenai pemberian

kuasa menyatakan sebagai berikut:

Putusan akhir:

74. I authorise each of the parties severally to register this award in Indonesia

(or in any country where such registration is necessary) and if necessary

to instruct local counsel to do so;

Hal. 21 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 105: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dengan terjemahan sebagai berikut:

74. Saya memberikan kuasa kepada masing-masing pihak secara sendiri-

sendiri untuk mendaftarkan putusan ini di Indonesia (atau di Negara lain

dimana pendaftaran tersebut dianggap perlu) dan jika perlu memerintahkan

penasehat hukum lokal untuk melakukannya;

Adendum putusan akhir:

18. I authorise each of the parties severally to register this award in Indonesia

(or in any country where such registration is necessary) and if necessary

to instruct local counsel to do so;

Dengan terjemahan sebagai berikut:

18. Saya memberikan kuasa kepada masing-masing pihak secara sendiri-

sendiri untuk mendaftarkan putusan ini di Indonesia (atau di Negara lain

dimana pendaftaran tersebut dianggap perlu) dan jika perlu memerintahkan

penasehat hukum lokal untuk melakukannya;

c. Bahwa pendaftaran putusan akhir dan adendum putusan akhir pada Panitera

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dilakukan oleh kuasa hukum Tergugat cq. Offy

Syofiah, SH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 Juli 2010 dari Harvey

Nichols and Company Limited selaku pemberi kuasa cq. Tergugat;

d. Bahwa kuasa yang diberikan kepada Offy Syofiah, SH., tertanggal 2 Juli 2010

tersebut mengandung cacat hukum dan tidak sah menurut hukum, karena

kewenangan atau alas hak pemberian kuasa diberikan oleh Arbiter pada saat

penerbitan putusan akhir dan/atau adendum putusan akhir yaitu pada tanggal 8

September 2010 dan 7 Oktober 2010 sebagaimana dinyatakan dalam amar-amar

putusan akhir dan adendum putusan akhir;

e. Bahwa Harvey Nichols and Company Limited cq. Tergugat memberikan kuasa

untuk mendaftarkan putusan akhir dan adendum putusan akhir kepada Offy

Syofiah, SH., jauh sebelum putusan akhir dan adendum putusan akhir

dikeluarkan oleh Arbiter tunggal;

f. Bahwa pemberian kuasa oleh Tergugat kepada Offy Syofiah, SH., jauh sebelum

Arbiter tunggal memberikan kuasa melalui amar putusan akhir dan adendum

putusan akhir adalah bertentangan dengan hukum, karena pada saat itu (a) belum

ada (terjadi) pemberian kuasa dari Arbiter tunggal kepada Tergugat yang

menjadi dasar atau memberikan kewenangan kepada Tergugat untuk menunjuk

pihak lain cq. kuasa hukumnya untuk mendaftarkan putusan akhir dan adendum

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 106: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

putusan akhir, dan (b) Arbiter tunggal belum membuat dan/atau menerbitkan

putusan akhir dan adendum putusan akhir;

g. Bahwa disamping itu, kuasa yang diberikan Arbiter tunggal dalam amar-amar

putusan akhir dan adendum putusan akhir, adalah bukan surat kuasa khusus

sebagaimana yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan digunakan dalam hukum acara perdata;

h. Bahwa dengan demikian, kuasa yang diberikan oleh Arbiter tunggal kepada

Tergugat, dan oleh Tergugat kepada kuasa hukumnya untuk mendaftarkan

putusan akhir dan adendum putusan akhir mengandung cacat hukum, tidak sah

dan bertentangan dengan hukum, karenanya putusan akhir dan adendum putusan

akhir harus batal demi hukum atau dibatalkan menurut hukum;

10. Bahwa putusan akhir dan adendum putusan akhir dalam perkara Arbitrase

Internasional kasus IDRS 129100009 harus batal demi hukum atau dibatalkan

menurut hukum, dan karenanya tidak berkekuatan hukum dengan segala akibat

hukumnya, karena pendaftaran putusan akhir dan adendum putusan akhir pada

Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengandung cacat hukum dan tidak

lengkap menurut hukum;

a. Bahwa Arbiter tunggal yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara

Arbitrase Internasional kasus IDRS 129100009 telah mengeluarkan 3 (tiga)

putusan Arbitrase Internasional, yaitu:

i. Award on jurisdiction (putusan mengenai yurisdiksi) tertanggal 14 Juni 2010

("putusan mengenai yurisdiksi"); dan,

ii. Final award tertanggal 8 September 2010 cq. putusan akhir; dan,

iii. Addendum to final award dated 8 September 2010 tertanggal 7 Oktober

2010 cq. adendum putusan akhir;

b. Bahwa adapun amar putusan mengenai yurisdiksi adalah sebagai berikut:

"VI-Award

40 For the reasons set out above I award and declare that:

a Clause 15 of the Exclusive license agreement dated 23 January 2007

between the claimants and the respondents constitutes a valid and

binding arbitration agreement between the parties;

b My appointment as sole Arbitrator by the President of the Chartered

Institute of Arbitrators on 12 May 2010 was valid dan effective so that

the arbitral tribunal is properly constituted;

Hal. 23 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 107: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c I have jurisdiction to determine the claimant's claim referred to

arbitration pursuant to its notice of arbitration dated 25 March 2010 and

request for the appointment of an Arbitrator dated 4 May 2010;

41 I reserve all questions relating to the costs of the jurisdiction issue;

42 The seat of this arbitration is London;

43 I authorize each of the parties severally to register this award in Indonesia and

if necessary to instruct local Indonesian counsel to do so;"

Dengan terjemahan sebagai berikut:

"VI-Putusan

40 Untuk alasan-alasan yang dikemukakan di atas, saya memutuskan dan

menyatakan bahwa:

a Pasal 15 dan Perjanjian lisensi ekslusif tertanggal 23 Januari 2007 antara

Pemohon dan para Termohon merupakan perjanjian arbitrase yang sah dan

mengikat antara para pihak;

b Penunjukan saya sebagai Wasit tunggal oleh Presiden dari Chartered Institute of

Arbitrators pada 12 Mei 2010 adalah sah dan efektif sehingga Majelis Arbitrase

dibentuk secara patut;

c Saya memiliki yurisdiksi untuk menyelesaikan tuntutan Pemohon merujuk pada

Arbitrase sesuai dengan pemberitahuan Arbitrase tertanggal 25 Maret 2010 dan

permohonan untuk penunjukan seorang Wasit tertanggal 4 Mei 2010;

41 Saya menahan seluruh pertanyaan berkaitan dengan biaya dari masalah

yurisdiksi;

42 Kedudukan Arbitrase ini adalah di London;

43 Saya memberikan kuasa kepada masing-masing pihak secara sendiri-sendiri

untuk mendaftarkan putusan ini di Indonesia dan jika perlu untuk memerintahkan

penasihat hukum lokal Indonesia untuk melakukannya";

c. Bahwa apabila benar, quod non, berdasarkan putusan mengenai yurisdiksi, a)

Exclusive license agreement (perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23 Januari

2007 merupakan perjanjian yang sah dan mengikat, (b) penunjukkan Tuan

Stephen Males sebagai Arbiter tunggal adalah sah dan efektif dan (c) Arbiter

tunggal memiliki yurisdiksi untuk menyelesaikan tuntutan Tergugat;

d. Bahwa keabsahan pemeriksaan dan penyelesaian perkara Arbitrase Internasional

kasus IDRS 129100009 adalah didasarkan pada putusan mengenai yurisdiksi

yang memberikan kewenangan kepada Arbiter tunggal untuk memeriksa,

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 108: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mengadili dan memutus perkara tersebut dengan objek sengketa Exclusive

license agreement (perjanjian lisensi ekslusif) tertanggal 23 Januari 2007;

e. Bahwa dengan demikian, ketiga putusan Arbitrase tunggal yaitu putusan

mengenai yurisdiksi, putusan akhir dan adendum putusan akhir adalah satu

kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain menurut hukum, dimana

apabila putusan mengenai yurisdiksi ditiadakan atau diabaikan, maka putusan

akhir dan adendum putusan akhir mengandung cacat hukum, tidak sah dan tidak

berdasar dan karenanya harus batal demi hukum;

f. Bahwa Tergugat hanya mendaftarkan putusan akhir dan adendum putusan akhir

pada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanpa mendaftarkan putusan

mengenai yurisdiksi;

g. Bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh Tergugat atas putusan akhir dan

adendum putusan akhir tersebut adalah cacat hukum, tidak sah, tidak lengkap

secara hukum, tidak berdasar dan karenanya harus batal demi hukum, karena

putusan akhir dan adendum putusan akhir tidak memiliki landasan hukum dan

tidak dapat berdiri sendiri tanpa alas/dasar hukumnya, yaitu putusan mengenai

yurisdiksi;

h. Bahwa dengan demikian, putusan akhir dan adendum putusan akhir batal demi

hukum atau harus dibatalkan menurut hukum, dan karenanya tidak berkekuatan

hukum dengan segala akibat hukumnya karena pendaftarannya cacat hukum,

tidak sah, tidak lengkap secara hukum, dan tidak mempunyai alas atau dasar

hukum;

11. Bahwa oleh karena terdapat kekhawatiran para Penggugat bahwa Tergugat akan

melakukan tindakan pelaksanaan eksekusi atas putusan akhir dan adendum putusan

akhir dan juga untuk mencegah kerugian yang berkelanjutan akibat pelaksanaan

eksekusi tersebut, maka sebelum adanya putusan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap (inkracht van gewijsde), para Penggugat mohon kepada Majelis Hakim

yang terhormat untuk memutuskan dan menetapkan putusan provisi sebagai berikut:

a. Menghukum Tergugat atau kuasanya atau siapapun yang mendapat hak dari

Tergugat, untuk tidak melaksanakan dan/atau melakukan tindakan hukum

apapun yang berhubungan dengan pelaksanaan sebagian atau seluruh isi final

award dalam perkara Arbitrase Internasional antara Harvey Nichols & Co.Ltd.,

sebagai Pemohon dan (1) PT. Hamparan Nusantara, (2) PT. Mitra Adiperkasa,

Tbk. sebagai para Termohon (kasus IDRS 129100009) tertanggal 8 September

2010, dan Addendum to final award dated 8 September 2010 dalam perkara

Hal. 25 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 109: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Arbitrase Internasional antara Harvey Nichols & Co.Ltd., sebagai Pemohon dan

(1) PT. Hamparan Nusantara, (2) PT. Mitra Adiperkasa, Tbk. sebagai para

Termohon (kasus IDRS 129100009) tertanggal 7 Oktober 2010, sampai adanya

putusan Hakim dalam perkara ini yang berkekuatan hukum tetap (status quo);

b. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada para

Penggugat sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) setiap hari terhitung

sejak tanggal putusan provisi diterbitkan apabila Tergugat atau kuasanya atau

siapapun yang mendapat hak dari Tergugat tidak melaksanakan isi putusan

provisi ini;

12. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan berdasarkan bukti-bukti otentik yang sah

menurut hukum, maka telah cukup beralasan gugatan ini dapat diterima dan/atau

dikabulkan menurut hukum dan dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij

voorraad) meskipun ada perlawanan (verzet), banding atau kasasi;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, para Penggugat mohon kepada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat supaya memberikan putusan yang dapat dijalankan

lebih dahulu, sebagai berikut:

Dalam Provisi:

1. Mengabulkan gugatan provisi para Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menghukum Tergugat atau kuasanya atau siapapun yang mendapat hak dari

Tergugat untuk tidak melaksanakan dan/atau melakukan tindakan hukum apapun

yang berhubungan dengan pelaksanaan sebagian atau seluruh isi final award dalam

perkara Arbitrase Internasional antara Harvey Nichols & Co.Ltd., sebagai Pemohon

dan (1) PT. Hamparan Nusantara, (2) PT. Mitra Adiperkasa, Tbk. sebagai para

Termohon (kasus IDRS 129100009) tertanggal 8 September 2010, dan Addendum to

final award dated 8 September 2010 dalam perkara Arbitrase Internasional antara

Harvey Nichols & Co.Ltd., sebagai Pemohon dan (1) PT. Hamparan Nusantara, (2)

PT. Mitra Adiperkasa, Tbk. sebagai para Termohon (kasus IDRS 129100009)

tertanggal 7 Oktober 2010, sampai adanya putusan Hakim dalam perkara ini yang

berkekuatan hukum tetap (status quo);

3. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada para

Penggugat sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) setiap hari terhitung

sejak tanggal putusan provisi diterbitkan apabila Tergugat atau kuasanya atau

siapapun yang mendapat hak dari Tergugat tidak melaksanakan isi putusan provisi

ini;

4. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 110: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan para Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan final award dalam perkara Arbitrase Internasional antara Harvey

Nichols & Co.Ltd., sebagai Pemohon dan (1) PT. Hamparan Nusantara, (2) PT.

Mitra Adiperkasa, Tbk. sebagai para Termohon (kasus IDRS 129100009) tertanggal

8 September 2010, dan Addendum to final award dated 8 September 2010 dalam

perkara Arbitrase Internasional antara Harvey Nichols & Co.Ltd., sebagai Pemohon

dan (1) PT. Hamparan Nusantara, (2) PT. Mitra Adiperkasa, Tbk. sebagai para

Termohon (kasus IDRS 129100009) tertanggal 7 Oktober 2010 melanggar dan

bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia;

3. Menyatakan batal dan tidak sah dan karenanya tidak berkekuatan hukum final

award dalam perkara Arbitrase Internasional antara Harvey Nichols & Co.Ltd.,

sebagai Pemohon dan (1) PT. Hamparan Nusantara, (2) PT. Mitra Adiperkasa, Tbk.

sebagai para Termohon (kasus IDRS 129100009) tertanggal 8 September 2010, dan

Addendum to final award dated 8 September 2010 dalam perkara Arbitrase

Internasional antara Harvey Nichols & Co.Ltd., sebagai Pemohon dan (1) PT.

Hamparan Nusantara, (2) PT. Mitra Adiperkasa, Tbk. sebagai para Termohon (kasus

IDRS 129100009) tertanggal 7 Oktober 2010 dengan segala akibat hukumnya;

4. Menghukum Tergugat untuk tunduk dan taat pada putusan perkara ini;

5. Menyatakan putusan perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada

bantahan (verzet), banding atau kasasi (uitvoerbaar bij voorraad);

6. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan

eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

Dalam eksepsi kompetensi absolut;

A. Berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa ("UU Arbitrase"), putusan Arbitrase IDSR 129100009 yang

dikeluarkan oleh Arbiter tunggal Stephen Males qc. yang ditunjuk oleh President of

The Chartered Institute of Arbitrators di London, Inggris ("Putusan Arbitrase

IDSR 129100009") merupakan putusan Arbitrase Internasional;

1. Pasal 1 ayat 9 dari UU Arbitrase menyatakan:

"Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu

lembaga Arbitrase atau Arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik

Indonesia, atau putusan suatu lembaga Arbitrase atau Arbiter perorangan yang

Hal. 27 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 111: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan

Arbitrase internasional";

2. Bahwa Arbiter tunggal Stephen Males qc. yang ditunjuk oleh President of The

Chartered Institute of Arbitrators yang bertempat di London, Inggris,

menjatuhkan Final award tanggal 8 September 2010 ("putusan akhir") dan

Addendum to final award tanggal 8 Oktober 2010 ("adendum putusan akhir")

dalam perkara arbitrase antara para Penggugat dan Tergugat dan terdaftar dalam

putusan Arbitrase IDSR 129100009 ("Putusan Arbitrase IDSR 129100009")

(vide bukti T-1);

3. Putusan Arbitrase IDSR 129100009 a quo dijatuhkan di London, Inggris,

sebagaimana dinyatakan dalam angka 16 putusan Arbitrase IDSR 129100009

sebagai berikut:

"16. The seat of this Arbitration is London";

Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

"Tempat dimana Arbitrase ini dilangsungkan adalah di London"

4. Oleh karena itu, putusan Arbitrase IDSR 129100009 merupakan putusan yang

dijatuhkan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, sehingga berdasarkan UU

Arbitrase, putusan Arbitrase IDSR 129100009 dinyatakan sebagai putusan

Arbitrase Internasional;

B. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili permohonan

pembatalan putusan Arbitrase Internasional;

5. Permohonan pembatalan putusan Arbitrase sebagaimana diatur dalam Pasal 70

sampai dengan Pasal 72 UU Arbitrase hanya mengatur pembatalan putusan

Arbitrase Nasional dan bukan pembatalan putusan Arbitrase Internasional;

6. Mahkamah Agung Republik Indonesia telah dengan secara tegas mengatur hal

ini dalam pedoman yang telah dikeluarkan kepada seluruh Pejabat struktural dan

fungsional beserta Aparat peradilan melalui Pedoman Pelaksanaan Tugas dan

Administrasi Pengadilan dalam Empat Lingkungan Peradilan sebagaimana

terlampir dalam Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia

nomor: KMA/032/SK/IV.2006;

7. Dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II,

halaman 178 dinyatakan dengan tegas sebagai berikut:

"C. Pembatalan Putusan Arbitrase

1. Yang dapat dimohonkan pembatalan adalah putusan Arbitrase Nasional,

sepanjang memenuhi persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang No.

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 112: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

30 Tahun 1999, sesuai ketentuan Pasal 70 sampai dengan Pasal 72

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999." (Vide bukti T-2);

8. Dari ketentuan di atas, terlihat dengan jelas bahwa putusan Arbitrase yang dapat

dimohonkan pembatalan kepada Pengadilan Negeri hanya terbatas kepada

putusan Arbitrase Nasional saja, itu pun sepanjang putusan Arbitrase Nasional

tersebut memenuhi syarat pembatalan sebagaimana diatur dalam UU Arbitrase.

Adapun putusan Arbitrase Internasional tidak dapat dimohonkan pembatalan

kepada Pengadilan Negeri;

9. Dengan demikian, jelas bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang

untuk mengadili permohonan pembatalan putusan Arbitrase IDSR 129100009

karena putusan Arbitrase IDSR 129100009 a quo merupakan putusan Arbitrase

Internasional dan bukan putusan Arbitrase Nasional;

10. Lebih lanjut, dalam butir kedua Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia nomor: KMA/032/SK/IV.2006, Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia menetapkan: "Memerintahkan kepada semua Pejabat

struktural dan fungsional beserta Aparat peradilan untuk melaksanakan

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan sebagaimana tersebut

dalam Buku II secara seragam, disiplin, tertib dan bertanggung jawab." (Vide

bukti T-3);

11. Jelas bahwa dengan adanya surat keputusan di atas, Mahkamah Agung Republik

Indonesia telah secara khusus memberikan arahan yang wajib diikuti oleh semua

Pejabat struktural dan fungsional beserta Aparat Pengadilan, yang isinya

menyatakan bahwa Pengadilan Negeri tidak dapat menerima permohonan

pembatalan putusan Arbitrase Internasional, karena yang dapat dimohonkan

pembatalan hanyalah permohonan pembatalan putusan Arbitrase Nasional saja;

12. Berdasarkan hal di atas, Penggugat memohon agar yang mulia Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan dirinya tidak berwenang untuk

mengadili perkara a quo karena perkara a quo merupakan perkara permohonan

pembatalan putusan Arbitrase Internasional;

C. Menurut Konvensi New York, Pengadilan yang berwenang untuk mengadili

permohonan pembatalan putusan Arbitrase Internasional adalah Pengadilan di

tempat putusan arbitrase tersebut dijatuhkan;

13. Konvensi New York mengenai Pengakuan dan pelaksanaan putusan Arbitrase

Asing ("Konvensi New York"), sebagaimana telah diratifikasi oleh Republik

Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 34/1981, tanggal 5 Agustus 1981,

Hal. 29 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 113: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menyatakan bahwa Pengadilan yang berwenang untuk mengadili permohonan

pembatalan putusan Arbitrase Internasional adalah Pengadilan di tempat putusan

arbitrase tersebut dijatuhkan;

14. Pasal V butir (e) menyatakan bahwa pelaksanaan suatu putusan Arbitrase

Internasional dapat ditolak apabila putusan Arbitrase Internasional tersebut telah

dibatalkan oleh:

"a competent authority of the country in which, or under the law of which, that

award was made";

Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: "Lembaga yang

berwenang di Negara di mana, atau berdasarkan hukum mana putusan tersebut

dijatuhkan";

15. Putusan Arbitrase IDSR 129100009 dijatuhkan di London, Inggris. Oleh karena

itu, sekiranya terdapat alasan pembatalan putusan arbitrase dalam putusan

Arbitrase IDSR 129100009 (quod non), para Penggugat harus mengajukan

permohonan pembatalan tersebut ke Pengadilan di London, Inggris, dan bukan

Pengadilan di Indonesia;

Bahwa terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah

mengambil putusan sela, yaitu putusan No. 126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst tanggal 13

Oktober 2011 yang amarnya sebagai berikut:

1 Menolak eksepsi kompetensi absolut Tergugat;

2 Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini;

3 Memerintahkan kepada pihak yang berperkara

untuk melanjutkan pemeriksaan perkara hingga

putusan akhir;

4 Menangguhkan putusan biaya perkara hingga

putusan akhir;

Bahwa terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah

mengambil putusan akhir, yaitu putusan No. 126/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst tanggal 20

Maret 2012 yang amarnya sebagai berikut:

• Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

• Menghukum Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp. 266.000,- (dua

ratus enam puluh enam ribu rupiah);

Menimbang, bahwa putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut

telah dijatuhkan dengan hadirnya Tergugat/Pemohon Kasasi pada tanggal 13 Oktober

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 114: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2011, kemudian terhadapnya oleh Tergugat/Pemohon Kasasi, dengan perantaraan

kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 15 April 2011, diajukan permohonan

kasasi secara lisan pada tanggal 27 Oktober 2011 sebagaimana ternyata dari Akte

permohonan kasasi No. 85/Srt.Pdt.Kas/2011/PN.JKT.PST. jo. No. 126/PDT.G/2011/

PN.JKT.PST yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan

mana diikuti dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut pada tanggal 10 November

2011;

Bahwa setelah itu, oleh para Penggugat/para Termohon Kasasi yang pada

tanggal 9 Februari 2012 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat/Pemohon

Kasasi, diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 23 Februari 2012;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan

dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan

kasasi tersebut formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Tergugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah:

Dalam eksepsi kompetensi absolut;

A Keberatan pertama;

Judex Facti tingkat pertama salah dalam menerapkan Pasal 1 UU Arbitrase serta

tidak konsisten dalam menguraikan fakta antara pertimbangan hukum dan amar

putusan;

1. Bahwa berdasarkan apa yang kami dengar dan kami catat dari pembacaan

putusan sela a quo, Hakim Judex Facti menyatakan:

"Menimbang, bahwa setelah Majelis memperhatikan alasan-alasan yang

dikemukakan oleh Tergugat dan Penggugat mengenai eksepsi ini Majelis Hakim

berpendapat bahwa dalam seluruh peraturan perundang-undangan maupun

sumber-sumber lain yang dijadikan alasan eksepsi Tergugat maupun jawaban

Penggugat tersebut ternyata tidak ada satupun ketentuan yang secara nyata atau

eksplisit menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang

untuk memeriksa dan mengadili perkara pembatalan putusan Arbitrase

Internasional";

2. Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Judex Facti tingkat pertama

tersebut telah salah dalam menafsirkan peraturan perundang-undangan maupun

Hal. 31 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 115: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pembatalan putusan Arbitrase

Internasional;

3. Bahwa Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa ("UU Arbitrase") menggunakan istilah yang berbeda

antara putusan arbitrase yang dijatuhkan di dalam wilayah hukum Republik

Indonesia dengan putusan arbitrase yang dijatuhkan di luar wilayah hukum

Republik Indonesia. Khusus untuk putusan arbitrase yang dijatuhkan di luar

wilayah hukum Republik Indonesia, UU Arbitrase menggunakan istilah yang

telah ditentukan (defined term) yaitu istilah "Putusan Arbitrase Internasional"

(dengan penggunaan huruf kapital untuk setiap awal kata). Hal ini terlihat dalam

Pasal 1 Ayat (10) UU Arbitrase:

"Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu

lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik

Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang

menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan

arbitrase internasional";

4. Bahwa untuk putusan arbitrase yang dijatuhkan di dalam wilayah hukum

Republik Indonesia, UU Arbitrase hanya menggunakan istilah "putusan

arbitrase" (dengan penggunaan huruf kecil "p" dan "a" di awal kata);

5. Bahwa dengan adanya penggunaan dua istilah yang berbeda tersebut, maka jelas

para Pembuat undang-undang bermaksud untuk menerapkan pengaturan yang

berbeda antara putusan arbitrase yang dijatuhkan di dalam negeri dan putusan

arbitrase yang dijatuhkan di luar negeri atau putusan Arbitrase Internasional;

6. Bahwa hal tersebut terlihat dalam Bab VI UU Arbitrase yang dengan konsisten

selalu menggunakan istilah "putusan arbitrase" ketika mengatur perihal putusan

untuk arbitrase nasional dan menggunakan istilah "Putusan Arbitrase

Internasional" ketika mengatur perihal putusan untuk Arbitrase Internasional;

7. Bahwa oleh karena itu, setiap ketentuan yang menggunakan istilah "putusan

arbitrase" dalam UU Arbitrase seharusnya dipahami sebagai pengaturan bagi

putusan arbitrase nasional saja dan setiap ketentuan yang menggunakan istilah

"Putusan Arbitrase Internasional" seharusnya dipahami sebagai pengaturan bagi

putusan Arbitrase Internasional saja;

8. Bahwa berdasarkan apa yang kami dengar dan kami catat dari pembacaan

putusan sela a quo, Hakim Judex Facti tingkat pertama menyatakan:

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 116: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

"Menimbang, bahwa setelah memperhatikan ketentuan Pasal 1 ayat (9) UU No.

30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa serta

bukti T-1 tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil Tergugat yang

menyatakan bahwa putusan yang sedang disengketakan adalah putusan

Arbitrase Internasional dapat dibenarkan";

9. Bahwa pertimbangan Judex Facti tingkat pertama tersebut telah nyata

memperlihatkan, bahwa Majelis Hakim sependapat dengan eksepsi kompetensi

yang diajukan oleh Tergugat (sekarang Pemohon Banding) bahwa objek yang

disengketakan, yakni putusan Arbitrase Internasional ISDR 129100009, adalah

merupakan putusan Arbitrase lnternasional. Namun pada amar putusannya,

Majelis Hakim tidak konsisten dalam memberikan putusannya dengan

menyatakan bahwa "Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan

mengadili perkara ini";

Dengan demikian, jelas terlihat adanya ketidakkonsistenan antara pertimbangan

hukum yang diuraikan dan amar putusan dari Majelis Hakim yang memeriksa dan

menjatuhkan putusan sela a quo;

B Keberatan kedua;

Judex Facti tingkat pertama salah dalam menerapkan Pasal 65 UU Arbitrase sebagai

dasar kewenangannya dalam memeriksa dan mengadili perkara a quo;

1. Bahwa berdasarkan apa yang kami dengar dan kami catat dari pembacaan

putusan sela a quo oleh Hakim Judex Facti, Majelis Hakim Judex Facti

menyatakan bahwa:

"Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut apabila diterapkan dalam

perkara a quo maka Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat

harus tetap diperiksa oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

sebagai Pengadilan yang diberi kewenangan berdasarkan Pasal 65 UU No. 30

Tahun 1999 dengan terlebih dahulu mendengar dan memperhatikan hak-hak dari

pihak Tergugat untuk memberikan tanggapan";

2. Bahwa Pasal 65 UU Arbitrase menyatakan bahwa: "Yang berwenang menangani

masalah pengakuan dan pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional adalah

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;

3. Pasal 65 hingga Pasal 69 UU Arbitrase mengatur tatacara pengajuan

permohonan pengakuan dan pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional. Tidak

satupun pasal-pasal dalam UU Arbitrase yang mengatur tentang pembatalan

putusan Arbitrase Internasional;

Hal. 33 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 117: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Bahwa gugatan yang diajukan oleh para Penggugat (sekarang para Termohon

Banding) adalah merupakan gugatan "Pembatalan putusan Arbitrase

Internasional". Permohonan pembatalan putusan arbitrase diatur pada Pasal 70

UU Arbitrase. Pasal 70 UU Arbitrase menyatakan bahwa terhadap putusan

arbitrase dapat diajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut

mengandung unsur-unsur tertentu yang disebutkan pada Pasal 70 tersebut;

5. Pasal 70 UU Arbitrase mengatur permohonan pembatalan putusan arbitrase

dalam negeri bukan putusan Arbitrase Internasional;

6. Pasal 65 hingga Pasal 69 UU Arbitrase merupakan tatacara bagi para Pemohon

pengakuan dan pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional. Pasal-pasal tersebut

bukan merupakan tatacara pengajuan gugatan pembatalan putusan Arbitrase

Internasional;

Maka oleh karena itu, Judex Facti telah salah dalam menerapkan Pasal 65 UU

Arbitrase sebagai dalil kewenangannya dalam menangani perkara gugatan

pembatalan putusan Arbitrase Internasional;

C. Keberatan ketiga;

Berdasarkan Konvensi New York, Pengadilan yang berwenang untuk mengadili

permohonan pembatalan putusan Arbitrase Internasional adalah Pengadilan di

tempat putusan arbitrase tersebut dijatuhkan;

1. Konvensi New York mengenai Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Asing ("Konvensi New York"), yang telah diratifikasi oleh Republik Indonesia

melalui Keputusan Presiden No. 34/1981, tanggal 5 Agustus 1981, menyatakan

bahwa Pengadilan yang berwenang untuk mengadili permohonan pembatalan

putusan Arbitrase Internasional adalah Pengadilan di tempat putusan arbitrase

tersebut dijatuhkan;

2. Pasal V butir (e) menyatakan bahwa pelaksanaan suatu putusan Arbitrase

Internasional dapat ditolak apabila putusan Arbitrase Internasional tersebut telah

dibatalkan oleh:

"a competent authority of the country in which, or under the law of which, that

a ward was made”;

Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

“Lembaga yang berwenang di Negara di mana, atau berdasarkan hukum mana

putusan tersebut dijatuhkan";

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 118: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Putusan Arbitrase IDSR 129100009 adalah putusan Arbitrase Internasional yang

dijatuhkan di London, Inggris. Oleh karena itu, sekiranya terdapat alasan

pembatalan atas putusan Arbitrase IDSR 129100009, para Penggugat (sekarang

para Termohon Banding) harus mengajukan permohonan pembatalan tersebut ke

Pengadilan di London, Inggris, dan bukan Pengadilan di Indonesia;

D Keberatan keempat;

Pedoman yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung menyatakan bahwa yang dapat

dimohonkan pembatalan adalah hanya putusan arbitrase nasional, dan dengan

demikian Pengadilan Negeri tidak berwenang mengadili permohonan pembatalan

putusan Arbitrase Internasional;

1. Permohonan pembatalan putusan arbitrase sebagaimana diatur dalam Pasal 70

sampai dengan Pasal 72 UU Arbitrase hanya mengatur pembatalan putusan

arbitrase nasional dan bukan pembatalan putusan Arbitrase Internasional;

2. Mahkamah Agung Republik Indonesia telah secara tegas mengatur hal ini dalam

pedoman yang telah dikeluarkan kepada seluruh Pejabat struktural dan

fungsional beserta Aparat peradilan melalui Pedoman Pelaksanaan Tugas dan

Administrasi Pengadilan dalam Empat Lingkungan Peradilan sebagaimana

terlampir dalam Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia

No. KMA/032/SK/IV.2006;

3. Dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II,

halaman 178 dinyatakan dengan tegas sebagai berikut:

"C. Pembatalan putusan arbitrase

1. Yang dapat dimohonkan pembatalan adalah putusan arbitrase nasional,

sepanjang memenuhi persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang No. 30

Tahun 1999, sesuai ketentuan Pasal 70 sampai dengan Pasal 72 Undang-Undang

No. 30 Tahun 1999." (Vide bukti T-2);

4. Dari ketentuan di atas, terlihat dengan jelas bahwa putusan arbitrase yang dapat

dimohonkan pembatalan kepada Pengadilan Negeri hanya terbatas kepada

putusan arbitrase nasional saja, itupun sepanjang putusan arbitrase nasional

tersebut memenuhi syarat pembatalan sebagaimana diatur dalam UU Arbitrase.

Adapun putusan Arbitrase Internasional tidak dapat dimohonkan pembatalan

kepada Pengadilan Negeri;

5. Dengan demikian, jelas bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang

untuk mengadili permohonan pembatalan putusan Arbitrase IDSR 129100009

Hal. 35 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 119: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

karena putusan Arbitrase IDSR 129100009 a quo merupakan putusan Arbitrase

Internasional dan bukan putusan arbitrase nasional;

6. Lebih lanjut, dalam butir kedua Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia nomor: KMA/032/SK/IV.2006, Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia menetapkan:

"Memerintahkan kepada semua Pejabat struktural dan fungsional beserta Aparat

peradilan untuk melaksanakan Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi

Pengadilan sebagaimana tersebut dalam Buku II secara seragam, disiplin, tertib

dan bertanggung jawab." (Vide bukti T-3);

7. Jelas bahwa dengan adanya surat keputusan di atas, Mahkamah Agung Republik

Indonesia telah secara khusus memberikan arahan yang wajib diikuti oleh semua

Pejabat struktural dan fungsional beserta Aparat

Pengadilan, yang isinya menyatakan, bahwa Pengadilan Negeri tidak dapat

menerima permohonan pembatalan putusan Arbitrase Internasional, karena yang

dapat dimohonkan pembatalan hanyalah permohonan pembatalan putusan

arbitrase nasional saja;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat:

Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut dapat dibenarkan, dengan pertimbangan

hukum sebagai berikut:

- Bahwa Pengadilan yang berwenang membatalkan putusan Arbitrase IDSR

129100009 a quo adalah di Negara mana putusan arbitrase tersebut dibuat yaitu

Pengadilan di London, Inggris;

- Bahwa pembatalan putusan Arbitrase Internasional tidak diatur dalam perjanjian

internasional, oleh sebab itu Pengadilan Nasional suatu Negara tidak mungkin dapat

membatalkan putusan Arbitrase Internasional;

- Bahwa pembatalan putusan Arbitrase Internasional diatur dalam Konvensi New

York 1958 dan sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing Negara peserta

konvensi untuk menentukan sendiri kriteria dan dasar yang digunakan sebagai

alasan pembatalan putusan arbitrase, sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak

berwenang, namun pertimbangan hukum Pengadilan Negeri tentang gugatan

prematur sudah tepat sebab landasan putusan adalah putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan yang belum berkekuatan hukum tetap;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 120: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pemohon Kasasi: HARVEY NICHOLS AND COMPANY LIMITED tersebut, dan

membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 126/Pdt.G/2011/

PN.Jkt.Pst tanggal 13 Oktober 2011 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara

ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/

Tergugat dikabulkan dan para Termohon Kasasi/para Penggugat berada di pihak yang

kalah, maka para Termohon Kasasi/para Penggugat harus dihukum untuk membayar

biaya perkara dalam semua tingkat peradilan;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 48 Tahun 2009, Undang-

undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang No.

5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2009, dan

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 serta peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan;

M E N G A D I L I :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: HARVEY

NICHOLS AND COMPANY LIMITED tersebut;

Membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 126/

Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst tanggal 13 Oktober 2011;

MENGADILI SENDIRI:

Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili

gugatan pembatalan putusan Arbitrase Internasional atas putusan IDSR 129100009;

Menghukum para Termohon Kasasi/para Penggugat untuk membayar biaya

perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.

500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung

pada hari Kamis, tanggal 27 Desember 2012 oleh Prof. Dr. Valerine J.L.K, SH.,

MA., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua

Majelis, Dr. Nurul Elmiyah, SH., MH., dan Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH., LL.M.,

Hakim-Hakim Agung masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam

sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri

oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh Bongbongan Silaban, SH.,

LL.M., Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Hakim-Hakim Anggota: K e t u a :

Hal. 37 dari 38 hal. Put. No. 631 K/Pdt.Sus/2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 121: PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24975/1/ATIEK AF'IDATA-FSH.pdf · York 1985, serta prinsip-prinsip yang digunakan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ttd/Prof. Dr. Valerine J.L.K, SH., MA.ttd/Dr. Nurul Elmiyah, SH., MH.ttd/Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH., LL.M.

Biaya-biaya: Panitera Pengganti:

1. M e t e r a i ............... Rp. 6.000,- ttd/Bongbongan Silaban, SH.,LL.M.

2. R e d a k s i .............. Rp. 5.000,-

3 Adminstrasi Kasasi... Rp. 489.000,-

Jumlah = Rp. 500.000,-

============

Untuk Salinan:Mahkamah Agung RI

a.n. PaniteraPanitera Muda Perdata Khusus,

RAHMI MULYATI, SH.,MH.Nip. 19591207 1985 12 2 002

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38