PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH...

97
i PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH (Studi Putusan Pengadilan Agama Boyolali No.886/Pdt.G/2010/PA.Bi) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam Oleh ASTUTI NUR HALIMAH 212 08 019 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012

Transcript of PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH...

Page 1: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

i

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL

DI LUAR NIKAH

(Studi Putusan Pengadilan Agama Boyolali

No.886/Pdt.G/2010/PA.Bi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam

Oleh

ASTUTI NUR HALIMAH

212 08 019

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2012

Page 2: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

ii

i

Page 3: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

iii

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )

SALATIGA

Jl. Nakula Sadewa VA No. 09 Kode Pos 50721 Salatiga

Website : www.stainsalatiga.ac.id e-mail :

[email protected]

Drs. Mubasirun, M.Ag

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudara Astuti Nur Halimah

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Astuti Nur Halimah

NIM : 22108019

Jurusan / Progdi : Syari‟ah S1 – AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

Judul : PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA

HAMIL DI LUAR NIKAH (Studi Putusan

Pengadilan Agama Boyolali No.

0886/Pdt.G/2010/PA.Bi)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera

dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Salatiga, 28 Juni 2012

Pembimbing

Drs. Mubasirun, M.Ag

NIP 19590202 199003 1 001

ii

Page 4: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

iv

iii

Page 5: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

v

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )

SALATIGA

Jl. Nakula Sadewa VA No. 09 telp. ( 0298 ) 3419400,323706 Fax

323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website : www.stainsalatiga.ac.id e-mail :

[email protected]

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan dalam skripsi-skripsi sebelumnya. Demikian juga skripsi ini tidak

berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam

referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 04 Agustus 2012

Penulis

Astuti Nur Halimah

NIM 21208019

iv

Page 6: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

vi

MOTTO

“Hidup bagaikan air mengalir

yang akan terus berjalan

mengikuti arus air, ada saatnya

arus air itu mengalir pelan dan

ada saatnya arus air itu mengalir

deras dan ada pula saatnya arus

air itu mengikuti celah lubang-

lubang yang ada”

“Bagaimana orang tua bersikap kepada

anaknya maka begitulah anaknya akan

bersikap kepada orangtuanya”

v

Page 7: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda Sumarno yang selalu mendukung anaknya untuk selalu belajar

dan terus belajar sampai akhir hayat.

2. Ibunda Sudarsi yang selalu memberikan do‟anya untukku.

3. Suamiku tercinta Mas Mustakim, yang rela berkorban demi cita-cita

isterinya.

4. Kakakku Ida Mardiana Nur Arif, S.E, yang selalu memberikan semangat

untuk maju.

5. Adikku Adin, yang selalu memberikan dukungannya.

6. Seluruh keluarga besar mertua yang selalu memberikan do‟a dan

dukungannya.

7. Saudara-saudara ipar yang selalu memberikan dukungannya.

8. Keponakan-keponakan yang lucu yang selalu memberikan inspirasi

Seluruh keluarga besar penulis yang berbahagia.

vi

Page 8: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang

tidak henti-hentinya melimpahkan Rahmat dan Anugerah-Nya dan Sholawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, sebagai suri tauladan yang baik bagi kita umatnya.

Dengan Rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagai

skripsi dan atas bantuan banyak pihak yang telah mendukung serta memberikan

sumbang sih saran dan kritik. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini

sebagai Skripsi pada Program Studi Al-ahwal Al-syakhshiyyah yang berjudul

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH (Studi

Putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 0886/Pdt.G/2010/Pa.Bi) dan penulis

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga yang kami hormati

2. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag. selaku dosen pembimbing

3. Bapak Illya Muhsin,M.Si. selaku ketua program studi

4. Ibu Dra.Hj.A.Muliany Hasyim,S.H.,M.H.,S.H. selaku ketua Pengadilan

Agama Boyolali yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian

di Pengadilan Agama Boyolali

5. Bapak Drs.Romadhon,S.H. selaku hakim pembimbing

vii

Page 9: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

ix

6. Bapak dan Ibu seluruh pegawai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga

7. Bapak dan Ibu seluruh pegawai Pengadilan Agama Boyolali

Penulis tidak dapat memberikan balasan atas kebaikan jasa-jasa bapak dan

ibu, kecuali sebuah do‟a semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang

berlipat ganda. Amin.

Dalam menyusun skripsi ini pengetahuan penulis belum sempurna,

sehingga dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan,

baik dalam penulisan maupun materinya, oleh sebab itu demi sempurnanya skripsi

ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pembaca atas perhatiannya

penulis mengucapkan terimakasih.

Salatiga, 04 Agustus 2012

Penulis

Astuti Nur Halimah

NIM 21208019

viii

Page 10: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

x

ABSTRAK

Halimah, Astuti Nur. 2012. PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA

HAMIL DI LUAR NIKAH(Studi Putusan Pengadilan Agama Boyolali

No. 0886/Pdt.G/2010/PA.Bi). Skripsi Jurusan Syari’ah. Progdi Ahwal

Al Sakhshiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga. Pembimbing: Drs. Mubasirun, M.Ag

Kata Kunci : Pembatalan Perkawinan, Hamil, Di luar Nikah

Perkawinan merupakan suatu hal yang bersifat religius dan tidak boleh

dipermainkan. Perkawinan tidak hanya mengikat hubungan satu laki-laki dengan

satu perempuan, tetapi mengikat semua keluarga besar yang ada dalam nasab

keluarga. Perkawinan juga tidak hanya menyangkut hubungan antara manusia

dengan manusia (hablun min annaas), melainkan melibatkan hubungan antara

manusia dengan Allah SWT (hablun min Allah), sehingga perkawinan tidak

mudah dibatalkan namun pada kenyataannya perkawinan dapat diajukan

pembatalan ke pengadilan.

Untuk mengetahui permasalahan tersebut maka peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif dan menggunakan metode yuridis sosiologis. Tahapan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan tema, mengumpulkan

informasi, menentukan lokasi penelitian dan mengumpulkan data serta

menganalisis data.

Melalui putusan ini dihasilkan suatu kesimpulan bahwa dalam perkara

pembatalan perkawinan Nomor 0886/Pdt.G/2010/PA.Bi telah terjadi hal yang

dapat dijadikan alasan untuk dilakukannya pembatalan perkawinan, karena telah

terjadi penipuan yang dilakukan oleh termohon terhadap pemohon mengenai

status dirinya sehingga mengkibatkan adanya salah sangka pihak suami

(pemohon) terhadap isteri (termohon) yang disengaja oleh isteri dengan tidak

memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada suaminya bahwa ia telah hamil

sebelum menikah. Hal ini sesuai dengan maksud dari undang-undang nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 27 ayat (2).

ix

Page 11: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI ......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 4

E. Penegasan Istilah ........................................................................ 4

F. Metode Penelitian ....................................................................... 6

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 10

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERKAWINAN ............... 13

A. Perkawinan Menurut Hukum Islam ............................................. 13

1. Pengertian perkawinan ........................................................... 13

2. Syarat dan rukun perkawinan ................................................. .. 14

x

Page 12: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

xii

3. Hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan. ........................ .. 17

B. Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam ............................ 21

1. Pengertian perkawinan ........................................................... 21

2. Syarat dan rukun perkawinan ................................................. 21

3. Hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan. ........................ 22

C. Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan .................................................................... 24

1. Pengertian perkawinan ........................................................... 24

2. Syarat dan rukun perkawinan ................................................. 25

3. Hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan. ........................ 26

BAB III : PENGADILAN AGAMA BOYOLALI DAN KASUS

PEMBATALAN PERKAWINAN ........................................... 26

A. Gambaran umum tentang Pengadilan Agama Boyolali ................ 28

1. Profil Pengadilan Agama Boyolali ......................................... 28

2. Sejarah Pengadilan Agama Boyolali ....................................... 29

3. Kewenangan Pengadilan Agama Boyolali .............................. 36

4. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Boyolali .................... 41

5. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Boyolali ............ 42

B. Prosedur beracara di Pengadilan Agama Boyolali .......................

C. Kasus Pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama Boyolali ....

D. Putusan Pengadilan Agama Boyolali No.

0886/Pdt.G/2010/Pa.Bi tentang Pembatalan Perkawinan Karena

Hamil Di Luar Nikah ..................................................................

xi

Page 13: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

xiii

BAB IV : DASAR DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENETAPKAN PEMBATALAN PERKAWINAN

KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH ....................................

A. Analisis Putusan Pengadilan Agama Boyolali

No.0886/Pdt.G/2010/Pa.Bi Tentang Pembatalan Perkawinan

Karena Hamil Di Luar Nikah ......................................................

B. Analisis dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan

putusan terhadap pembatalan perkawinan karena hamil di luar

nikah...........................................................................................

BAB V : PENUTUP .................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................

B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii

Page 14: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan

perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami isteri

yang dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syariat

Islam. (Chafidh dan Asrori, 2008:88). Perkawinan merupakan seruan agama

yang harus dijalankan oleh manusia bagi yang mampu untuk berkeluarga.

Selain sunatullah yang telah digariskan ketentuannya, perkawinan juga dapat

membuat kehidupan seseorang menjadi lebih terarah, tenteram, dan bahagia.

Perkawinan sebagai perantara untuk menyatukan dua hati yang berbeda,

memberikan kasih sayang, perhatian dan kepedulian antara laki-laki dan

Perempuan. (BP4, 2011:1).

Perkawinan merupakan ibadah karena dengan perkawinan dilakukan

untuk menyempurnakan separoh agama sebagaimana Rasulullah SAW.

Bersabda: “Disaat seseorang telah menikah berarti ia telah menyempurnakan

separoh agamanya”. Perkawinan mempunyai tujuan untuk memperoleh

ketenangan hidup, untuk menjaga kehormatan, untuk menjaga pandangan

mata dan untuk mendapat keturunan. (BP4, 2011:1).

Istilah pambatalan nikah tidak dikenal dalam Islam akan tetapi hukum

Islam hanya mengenal fasakh nikah yang mempunyai arti batal. (Mahsun,

2005:6). Pembatalan perkawinan tidak seharusnya dilaksanakan karena

Page 15: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

2

pembatalan perkawinan sama dengan perceraian dimana memisahkan ikatan

perkawinan yang telah sah menurut agama dan negara.

Sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh

Abu Dawud dan Ibnu Majah dalam buku tarjamah Sunan Abu Dawud jilid III,

halaman 87, yang berbunyi:

“Sesungguhnya perkara yang halal yang amat dibenci Allah adalah

talak.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Tidak seharusnya suatu perkawinan itu dibatalkan karena suatu

perkawinan merupakan suatu hal yang bersifat religius dan tidak boleh

dipermainkan. Dalam suatu perkawinan tidak hanya mengikat hubungan satu

laki-laki dengan satu perempuan, melainkan mengikat semua keluarga besar

yang ada dalam nasab keluarga. Perkawinan yang terjadi tidak hanya

hubungan antara manusia dengan manusia (hablu min annas), melainkan

melibatkan hubungan antara manusia dengan Allah SWT (hablu min Allah),

sehingga perkawinan tidak mudah dibatalkan.

Namun pada kenyataannya perkawinan dapat diajukan pembatalan ke

Pengadilan. Dengan adanya pengajuan pembatalan ini mempengaruhi hakikat

dari perkawinan. Dimana seseorang menganggap bahwa perkawinan dapat

dengan mudah dibatalkan, hal ini tentu menjadikan suatu pertentangan dengan

makna perkawinan yang ada.

Page 16: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

3

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat menimbulkan

suatu pertanyaan yang disini penulis akan mencoba menelusuri jawabannya.

Pertanyaan tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pembatalan perkawinan ditinjau dari Undang-Undang

Perkawinan No.1 Tahun 1974?

2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pembatalan perkawinan

karena hamil di luar nikah?

3. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan terhadap

pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah sebagaimana termuat

dalam putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 0886/Pdt.G/2010/PA.Bi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan

penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang pembatalan perkawinan berdasarkan undang-

undang perkawinan No.1 Tahun 1974.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pembatalan perkawinan

karena hamil di luar nikah.

3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memberikan putusan

terhadap pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah sebagaimana

termuat dalam putusan Pengadilan Agama Boyolali No.

0886/Pdt.G/2010/PA.Bi.

Page 17: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

4

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a. Menambah pengetahuan penulis di bidang hukum Islam khususnya

yang menyangkut perkawinan.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan baru

yang belum banyak diketahui.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi

siapa saja yang membutuhkannya.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

upaya penyelesaian permasalahan-permasalahan hukum Islam

kontemporer.

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan hukum

perkawinan.

d. Memberikan masukan kepada masyarakat luar untuk lebih mendalami

lagi arti perkawinan sesuai agama Islam.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan salah pemahaman terhadap judul penelitian

ini, maka perlu kiranya penulis untuk menegaskan istilah tersebut:

1. Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan

perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami

Page 18: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

5

isteri yang dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh

syariat Islam. (Chafidh dan Asrori, 2008:88).

2. Pembatalan Nikah

Istilah pambatalan nikah tidak dikenal dalam Islam akan tetapi hukum

Islam hanya mengenal fasakh nikah yang mempunyai arti batal. (Mahsun,

2005:6)

3. Nikah

Nikah menurut bahasa: al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul.

Makna nikah atau zawaj bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya

akad nikah. Juga bisa diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna meyetubuhi

isteri. Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam proses

pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan)

dan Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki). (Tihami dan Sahrani,

2009:7).

Nikah menurut syarakh: nikah adalah akad serah terima antara laki-

laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama

lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah

serta masyarakat yang sejahtera. (Tihami dan Sahrani, 2009:8).

4. Wanita

Wanita adalah (orang) perempuan (lebih halus). Kaum, kaum putri.

(Khalim , 2005:4).

5. Hamil

Hamil adalah orang yang mengandung. (Khalim, 2005:4).

Page 19: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

6

6. Pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah

Pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah merupakan batalnya

suatu perkawinan dikarenakan adanya keadaan mengandung atau hamil

oleh pihak perempuan sebelum terjadinya perkawinan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau

proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan

suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari

sudut pandangan teoritis maupun praktis. (Nawawi dan Hadari, 1992:208).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian

ini, peneliti melakukan penelitian langsung terhadap nara sumber yang

dibutuhkan dalam penelitian dan tidak dengan penyebaran angket.

Berangkat dari judul dan permasalahan yang mendasari penelitian,

maka penelitian ini termasuk jenis penelitian yuridis sosiologis yaitu suatu

penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena

atau kejadian yang terjadi di lapangan. (Soekanto, 2001: 26)

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpulan data

yang mana penulis langsung datang dan mewancarai salah satu hakim

Pengadilan Agama Boyolali yang telah membatalkan perkawinan

berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Boyolali

Page 20: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

7

No.0886/Pdt.G/2010/Pa.Bi Tentang Pembatalan Perkawinan Karena

Hamil Di Luar Nikah.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Agama Boyolali yang

beralamat di Jl.Pandanaran Nomor 167 Telp. (0276) 321014 Fax. (0276)

321599 http: // www.pa-boyolali.go.id email: [email protected].

Boyolali 57311, Jawa Tengah, Indonesia.

4. Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penulisan ini ada dua sumber, yaitu :

a. Sumber Primer

Sumber Primer adalah sumber-sumber dasar yang merupakan bukti

atau saksi utama dari suatu kejadian. (Nazir,t.t:58). Dalam penelitian

ini sumber primer yang digunakan adalah hakim dan putusan.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah data yang materinya tidak langsung mengenai

masalah yang diungkapkan. (Sofwan, 2011:11). Pada umumnya terdiri

dari data penunjang, di antaranya adalah buku-buku yang mengulas

masalah perkawinan, buku-buku yang mengulas masalah pembatalan

nikah, buku-buku yang mengulas masalah perceraian dan suatu

lembaga pemerintahan yaitu Pengadilan Agama Boyolali.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Studi kepustakaan (library reasearch)

Page 21: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

8

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi kepustakaan

dengan cara mengumpulkan bahan-bahan pustaka, baik yang berupa

buku-buku literatur dokumen-dokumen (arsip kegiatan, kertas kerja

dan lain sebagainya). (Nazir,t.t:111).

b. Wawancara (interview)

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dengan orang

yang diwawancarai (interviewee). Wawancara merupakan metode

pengumpulan data yang populer, karena itu banyak digunakan

(Bungin, 2011:155). Namun disini penulis lebih memfokuskan lagi

pada wawancara mendalam yaitu suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan,

dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang

diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-

ulang. (Bungin, 2011:156).

c. Pengamatan (observasi)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan

sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala psikis untuk

kemudian dilakukan pencatatan. Tujuan pengamatan adalah terutama,

membuat catatan atau deskriptif mengenai perilaku dan kenyataan,

serta memahami perilaku tersebut. (Nawawi, 1990:100).

Page 22: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

9

d. Dokumentasi

Yaitu usaha untuk mendapatkan data dengan mengambil dokumen-

dokumen, catatan-catatan dan arsip-arsip dari berbagai kegiatan.

Teknik dokumenter ini akan penulis gunakan untuk memperoleh data

tentang putusan Pengadilan. (Nawawi, 1990:133).

5. Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif.

Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara

berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai

konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi teoritis

terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbangkan menghasilkan

pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar

dan universal. Gambaran atau informasi tentang peristiwa atas objek yang

dikaji tetap mempertimbangkan derajad koherensi internal, masuk akal,

dan berhubungan dengan peristiwa faktual dan realistik. Dengan cara

melakukan komparasi hasil temuan observasi dan pendalaman makna,

diperoleh suatu analisis data yang terus-menerus secara simultan

sepanjang proses penelitian. (Bungin, 2011:154). Metode berpikir yang

digunakan dalam menganalisis adalah berdasarkan pada dasar-dasar yang

bersifat umum kemudian meneliti persoalan-persoalan yang bersifat

khusus. Dari analisis tersebut kemudian ditarik, kesimpulan yang pada

hakikatnya merupakan jawaban atas permasalahan. (Nawawi dan Hadari,

1992:213).

Page 23: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

10

6. Pengecekan Keabsahan Data

Dilakukan pengechekkan sumber data terhadap sumber data yang lain.

Dengan demikian data atau informasi tentang suatu keadaan atau aspek

tertentu yang sama, dapat dibanding-bandingkan. Usaha itu akan

memungkinkan data yang terhimpun dapat lebih dipercaya kebenarannya.

(Nawawi dan Hadari, 1992:211).

7. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan penelitian yang penulis lakukan adalah: menentukan atau

memilih tema penelitian, pencarian informasi, penentuan lokasi penelitian

yang akan ditelitin pencarian dan pengumpulan sumber-sumber datan serta

menganalisisi data yang telah diperoleh berkaitan dengan masalah yang

penulis teliti dan bahas.

I. Sistematika Penulisan

Dalam melakukan menyelesaikan penelitian ini, maka penulis mencoba

memberikan gambaran seluruh penelitian dengan sistematika penulisan,

yakni:

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri atas Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,

Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian,

Sistematika Penulisan.

Page 24: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

11

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERKAWINAN

Pembahasan tentang tinjauan umum mengenai perkawinan

meliputi: bagian pertama, yaitu perkawinan menurut

hukum Islam, yang terdiri dari: pengertian perkawinan,

syarat dan rukun perkawinan serta hal-hal yang dapat

membatalkan perkawinan. bagian kedua, yaitu perkawinan

menurut Kompilasi Hukum Islam, yang terdiri dari:

pengertian perkawinan, syarat dan rukun perkawinan serta

hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan. Bagian

ketiga, yaitu perkawinan menurut Undang-Undang Nomor

1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yang terdiri dari:

pengertian perkawinan, syarat dan rukun perkawinan serta

hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan.

BAB III : PENGADILAN AGAMA BOYOLALI DAN KASUS

PEMBATALAN PERKAWINAN

Dalam bab ini membahas mengenai: bagian pertama,

Gambaran umum tentang Pengadilan Agama Boyolali,

yang meliputi: Profil Pengadilan Agama Boyolali, Sejarah

Pengadilan Agama Boyolali, Kewenangan Pengadilan

Agama Boyolali, Struktur Organisasi Pengadilan Agama

Boyolali, Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama

Boyolali, bagian kedua, Prosedur beracara di Pengadilan

Agama Boyolali, bagian ketiga, Kasus Pembatalan

Page 25: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

12

perkawinan di Pengadilan Agama Boyolali, bagian ke

empat, Putusan Pengadilan Agama Boyolali

No.0886/Pdt.G/2010/Pa.Bi Tentang Pembatalan

Perkawinan Karena Hamil Di Luar Nikah.

BAB IV : DASAR DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENETAPKAN PUTUSAN TERHADAP

PELAKSANAAN PEMBATALAN PERKAWINAN

KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH

Dalam bab ini membahas mengenai: bagian pertama,

analisis Putusan Pengadilan Agama Boyolali

No.0886/Pdt.G/2010/Pa.Bi tentang pembatalan

perkawinan karena hamil di luar nikah. Bagian kedua,

analisis dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan

putusan terhadap pembatalan perkawinan karena hamil di

luar nikah.

BAB V : PENUTUP

Dalam penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

Page 26: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

13

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERKAWINAN

A. Perkawinan Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Perkawinan

Secara etimologis, perkawinan adalah pencampuran, penyelarasan,

atau ikatan. Adapun secara terminologis para fukaha sepakat bahwa

perkawinan dan pernikahan itu sama. Maksud dari keduanya adalah suatu

akad demi kenikmatan secara sengaja atau suatu akad yang memberi

keluasan pada setiap laki-laki dan perempuan untuk saling menikmati

sepanjang hidupnya, sesuai dengan ketentuan syariat. (Mathlub, 2005:3).

Perkawinan merupakan cara yang dipilih oleh Allah sebagai jalan

bagi manusia untuk melakukan hubungan seksual secara sah antara laki-

laki dan perempuan untuk mempertahankan keterunannya. (Chafid dan

Asrori, 2008:88).

Sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan

oleh Ibnu Majah dalam buku Sunan Ibnu Majah, halaman 592 tentang bab

nikah yang berbunyi:

)ماجو ابه رواه( منى فليس بسنتى يعمل لم فمه سنتى مه النكاح

Artinya: Perkawinan adalah sunahku, barang siapa yang tidak

melaksanakan sunahku, maka bukanlah termasuk bagian

golonganku. (H.R. Ibnu Majah).

Menurut sebagian fukaha pengertian perkawinan dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu: pertama, pengertian perkawinan dilihat dari segi

Page 27: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

14

kebolehan hukumnya: Pengertian ini dibuat hanya melihat dari satu segi

saja, yaitu kebolehan hukum, dalam hubungan antara seorang laki-laki

dengan seorang wanita yang semula dilarang menjadi dibolehkan.

Kedua, pengertian perkawinan dilihat dari segi akibat hukumnya,

Dari pengertian yang kedua ini perkawinan mengandung aspek akibat

hukum melangsungkan perkawinan, seperti saling mendapat hak dan

kewajiban serta bertujuan mengadakan pergaulan yang dilandasi tolong-

menolong.

Tegasnya perkawinan adalah akad atau perikatan yang

menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam

rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa

ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang didirikan Allah SWT.

(Depag, 1985:49).

2. Syarat dan Rukun Perkawinan

Menurut syariat Islam, setiap perbuatan hukum harus memenuhi

dua unsur, yaitu: rukun dan syarat. Rukun adalah unsur pokok (tiang)

dalam setiap perbuatan hukum dan syarat adalah unsur pelengkap dalam

setiap perbuatan hukum.

Apabila kedua unsur ini tidak dipenuhi maka perbuatan itu

dianggap tidak sah menurut hukum. Demikian pula untuk sahnya suatu

perkawinan harus dipenuhi rukun dan syarat.

Rukun nikah terdiri dari:

Page 28: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

15

a. Calon mempelai laki-laki dan perempuan

Calon mempelai laki-laki dan perempuan biasanya hadir dalam

upacara pernikahan. Calon mempelai perempuan selalu ada dalam

upacara tersebut, tetapi calon mempelai laki-laki, mungkin karena

sesuatu keadaan, dapat mewakilkan kepada orang lain dalam ijab

kabul. (Saleh, 2008:300).

b. Wali dari calon mempelai perempuan

Wali yang menjadi rukun nikah adalah wali nasab, yaitu wali yang

mempunyai hubungan darah dengan calon mempelai perempuan.

Dalam keadaan luar biasa, wali nasab dapat digantikan oleh wali

hakim, yaitu petugas pencatat nikah jika wali nasab tersebut tidak ada

atau tidak ditemukan. Demikian pula, jika wali nasab tidak mau tau

tidak bersedia menikahkan calon mempelai perempuan, maka wali

hakimlah yang bertindak untuk menikahkannya.

c. Dua orang saksi (laki-laki)

Saksi dalam perkawinan harus terdiri dari dua orang yang memenuhi

syarat. Perkawinan yang tidak dihadiri saksi, walaupun rukun (1), (2),

dan (3) sudah dipenuhi, menurut pendapat umum adalah tidak sah.

d. Ijab dan kabul

Tentang pelaksanaan ijab kabul atau akad, perkawinan harus dimulai

dengan ijab dan dilanjutkan dengan kabul. Menurut pengertian hukum

perkawinan, ijab adalah penegasan kehendak untuk mengikatkan diri

Page 29: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

16

dalam ikatan perkawinan dari (wali) pihak perempuan kepada calon

mempelai laki-laki.

Kabul adalah penegasan untuk menerima ikatan perkawinan

tersebut, yang diucapkan oleh mempelai laki-laki. Penegasan

penerimaan itu harus diucapkan oleh mempelai laki-laki langsung

sesudah ucapan penegasan penawaran yang dilakukan oleh wali pihak

mempelai perempuan. Tidak boleh ada tenggang waktu yang

mengesankan adanya keraguan. (Saleh, 2008:300).

Syarat nikah ada dua, yaitu syarat nikah untuk calon mempelai

laki-laki dan calon mempelai perempuan. Dimana syarat nikah untuk calon

mempelai laki-laki, sebagai berikut:

a. Beragama Islam

b. Terang prianya (bukan banci)

c. Tidak dipaksa

d. Tidak beristeri empat orang

e. Bukan mahram calon isteri

f. Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu

g. Mengetahui calon isteri tidak haram dinikahinya

h. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah

Dan syarat nikah untuk calon mempelai perempuan, sebagai berikut:

a. Beragama Islam

b. Terang wanitanya (bukan banci)

c. Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya

Page 30: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

17

d. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah

e. Bukan mahram calon suami

f. Belum pernah dili‟an (sumpah li‟an) oleh calon suami

g. Terang orangnya

h. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah. (BKM, 1992:22).

3. Hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan

Fasakh berarti pembatalan perkawinan. Hal ini terjadi akibat

pertengkaran antara suami isteri yang tidak mungkin didamaikan. Dalam

istilah Al-Qur‟an hal ini disebut Syiqaq. (Saleh, 2008:324).

Sebagaimana dalam firman Allah Surat An-Nisa ayat 35:

Artinya:

dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga

perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan,

niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Departemen Agama R.I,

2011:124)

Fasakh atau pembatalan perkawinan terjadi ketika:

a) Akad nikah diketahui bahwa di antara calon suami dan isteri

punya hubungan atau nasab atau sepersusuan

b) Ketika mereka nikah keduanya masih kecil

c) Walaupun ketika akad nikah berlangsung wajar, tetapi ada suatu

saat diketahui adanya penipuan, baik dari segi mas kawin maupun

dari pihak yang melangsungkan perkawinan

Page 31: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

18

d) Setelah akad nikah, salah satu pihak murtad dan tidak mau

kembali kepada Islam

e) Salah satu pihak mengalami cacat fisik, yang tidak memungkinkan

untuk melakukan hubungn suami-isteri

f) Kehidupan ekonomi keluarga krisis, sedangkan istteri tidak sabar

menunggu pulihnya kembali.

Fasakh pada dasarnya merupakan bentuk perceraian yang di

lakukan oleh Hakim atas permintaan suami atau isteri. Namun, ada juga

fasakh yang terjadi secara otomatis, yaitu jika kemudian diketahui di

antara suami-isteri itu punya hubungan nasab atau sepersusuan. (Saleh,

2008:325).

Bentuk perkawinan yang dibatalkan Islam, yaitu:

a. Pergundikan

Pergundikan selama dilakukan secara tersembunyi, masyarakat

menganggap tidak apa-apa, tetapi kalau dilakukan terang-terangan

dianggap tercela.

Perkawinan semacam ini tersebut dalam firman Allah:

... ن ا خد ا ت متخذا ولآ

Dan bukan perempuan-perempuan yang mengambil upah

(gundik).

b. Tukar menukar isteri

Seorang laki-laki mengatakan kepada temannya: Ambillah isteriku

dan kuambil isterimu dengan kutambah sekian.

Page 32: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

19

Daruthny meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah dengan sanad

yang sangat lemah menerangkan bahwa „Aisyah menyebutkan bentuk

perkawinan lain, selain dari dua macam tersebut di atas. Katanya:

perkawinan di zaman Jahiliyah itu ada empat macam: Pertama,

perkawinan pinang, yaitu seorang laki-laki meminang melalui seseorang

laki-laki yang menjadi wali atas anak perempuannya sendiri, lalu ia

berikan maharnya, kemudian menikahinya. Kedua, perkawinan pinjam,

yaitu seorang suami berkata kepada isterinya sesudah ia bersih dari

haidnya: ”Pergilah kepada polan untuk berkumpul dengannya”. Sedang

suaminya sendiri berpisah darinya sampai ternyata isterinya hamil.

Sesudah ternyata hamil, suaminya dapat pula mengumpulinya, jika ia

suka. Perkawinan seperti ini dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang

pandai. Perkawinan ini disebut “mencari keturunan yang baik (bibit

unggul)”. Ketiga, sejumlah laki-laki (di bawah 10 orang) secara bersama-

sama mengumpuli seorang perempuan, yaitu jika nantinya ia hamil dan

melahirkan setelah berlalu berapa malam ia kirimkan anak itu kepada

salah seorang diantara mereka, dan ia tidak dapat menolaknya, sampai

nanti mereka berkumpul di rumah wanita tersebut, dan wanita itu lalu

berkata kepada mereka: ”kalian telah tahu masalahnya saya telah

melahirkan anak ini adalah anakmu,” ia sebut nama laki-laki yang ia

cintai, lalu anaknya ini dinisbatkan kepadanya. Dan laki-laki yang

disebutnya itu tidak dapat menolaknya. Keempat, perempuan-perempuan

yang tidak menolak untuk digauli oleh banyak laki-laki, yaitu mereka ini

Page 33: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

20

disebut wanita tuna susila. Di depan rumah-rumah mereka dipasang

bendera. Siapa yang mau boleh masuk. Bila salah seorang diantaranya ada

yang hamil, semua laki-laki yang pernah datang padanya berkumpul dan

memanggil seorang dukun ahli firasat untuk meneliti anak siapa dia, lalu

diberikanlah kepada laki-laki yang serupa dengannya dan tidak boleh

menolak.

Sesudah Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul, semua bentuk

perkawinan tersebut dihapuskan, kecuali kawin pinang saja. Perkawinan

yang masih tetap dilaksanakan oleh Islam ini hanya sah, bilamana rukun-

rukunnya, seperti ijab kabul dan kehadiran para saksi dipenuhi. Dengan

terpenuhinya rukun-rukunnya, maka akad yang menghalalkan suami isteri

hidup bersenang-senang sebagaimana ditentukan Islam menjadi sah. Dan

selanjutnya masing-masing isteri punya tanggung jawab dan hak-hak yang

lazim. (Sabiq, 1980:9).

Dalam hukum Islam juga dikenal dengan adanya larangan

perkawinan. Adapun larangan tersebut yaitu seorang laki-laki dilarang

menikah dengan seorang perempuan dalam arti jika terjadi hal tersebut,

maka nikahnya batal apabila: karena adanya hubungan mahram antara

laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh: kerabat dekat, hubungan

sesusuan, hubungan persemendaan, tidak terpenuhinya rukun nikah,

terjadinya murtad bagi yang beragama Islam. (Depag, 2005:17).

Page 34: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

21

B. Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam

1. Pengertian Perkawinan

Sebagaimana disebutkan pada bab II tentang dasar-dasar

perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam tentang pengertian

perkawinan, yaitu sebagai berikut:

Pasal 2

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad

yang sangat kuat atau mitsaqon ghalidzan untuk mentaati perintah

Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Pasal 3

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga

yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Pasal 4

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukkan menurut hukum Islam

sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan.

2. Syarat dan Rukun Perkawinan

Adapun syarat dan rukun perkawinan dalam Kompilasi Hukum

Islam sebagaimana tertera dalam bab IV tentang rukun dan syarat

perkawinan, bagian kesatu, sebagai berikut:

Pasal 14

Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:

a. Calon suami;

b. Calon isteri;

c. Wali Nikah;

d. Dua orang saksi dan;

e. Ijab dan Kabul;

Bagian kedua tentang calon mempelai

Pasal 15

(1) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan

hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai

umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang N0. 1

Page 35: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

22

tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19

tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun

(2) Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun

harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6

ayat (2), (3), (4) dan (5) UU No. 1 Tahun 1974.

Pasal 16

(1) Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai,

(2) Bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa

pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat

tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada

penolakan yang tegas.

Pasal 17

(1) Sebelum berlangsungnya perkawinan Pegawai Peencatat Nikah

menanyakan lebih dahulu persetujuan calon mempelai di

hadapan dua saksi nikah.

(2) Bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang

calon mempelai maka perkawinan itu tidak dapat

dilangsungkan. Bagi calon mempelai yang menderita tuna

wicara atau tuna rungu persetujuan dapat dinyatakan dengan

tulisan atau isyarat yang dapat dimengerti.

Pasal 18

Bagi calon suami dan calon isteri yang akan melangsungkan

pernikahan tidak terdapat halangan perkawinan sebagaimana

diatur dalam bab VI.

3. Hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan

Adapun tentang batalnya perkawinan diatur dalam Kompilasi

Hukum Islam pada bab XI tentang batalnya perkawinan, yaitu:

Pasal 70

Perkawinan batal apabila:

a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak

melakukan akad nikah karena sudah mempunyai empat orang

isteri sekalipun salah satu dari keempat isterinya dalam iddah

talak raj‟i;

b. Seseorang menikahi bekas isterinya yang telah dili‟annya;

c. Seseorang menikahi bekas isterinya yang pernah dijatuhi tiga

talak olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut pernah menikah

dengan pria lain kemudian bercerai lagi ba‟da al dukhul dan

pria tersebut dan telah habis masa iddahnya;

d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai

hubungan darah, semenda dan sesusuan sampai sederajat

tertentu yang menghalangi perkawinan menurut pasal 8

Undang-undang No. 1 Tahun 1974, yaitu:

Page 36: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

23

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah

atau ke atas,

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyimpang

yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang

tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu

dan ibu atau ayah tiri,

4) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesususan, anak

sesusuan, saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

e. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau

kemenakan dari isteri atau isteri-isterinya.

Pasal 71

Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila:

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan

Agama;

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih

menjadi isteri pria lain yang mafqud,

c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah suami

lain;

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan

sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No. 1

tahun 1974;

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh

wali yang tidak berhak;

f. Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.

Pasal 72

(1) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan

dibawah ancaman yang melanggar hukum.

(2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya

perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai diri

suami atau isteri.

(3) Apabila ancaman telah berhenti, atau bersalah sangka itu

menyadari keadannya dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah itu masih tetap hidup sebagai suami atau isteri, dan

tidak menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan

pembatalan, maka haknya gugur.

Pasal 73

Yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan

adalah:

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke

bawah dari suami atau isteri;

b. Suami atau isteri;

c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan

menurut Undang-undang;

Page 37: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

24

d. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya

cacat dalam rukun dan syarat perkawinan menurut hukum

Islam dan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana tersebut

dalam pasal 67.

Pasal 74

(1) Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal suami atau

isteri atau perkawinan dilangsungkan.

(2) Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan

Agama mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku

sejak saat berlangsungnya perkawinan.

Pasal 75

Keputusan Pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap:

a. Perkawinan yang batal karena salah satu suami atau isteri

murtad;

b. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

c. Pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan

ber‟itikad baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Pasal 76

Batalnya perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukum

antara anak dengan orang tuanya.

C. Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Dalam Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

pada bab I tentang dasar perkawinan, menyebutkan pengertian

perkawinan, sebagai berikut:

Pasal 1

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.

Pasal 2

(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 38: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

25

2. Syarat dan Rukun Perkawinan

Dalam Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

hanya menyebutkan syarat-syarat perkawinan tanpa menyebutkan adanya

rukun perkawinan. Adapun syarat-syarat perkawinan tersebut, seperti yang

tercantum dalam bab II tentang syarat-syarat perkawinan, sebagai berikut:

Pasal 6

1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai.

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum

mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin

kedua orang tua.

3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal

dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan

kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup

diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua

yang mampu menyatakan kehendaknya.

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka

izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga

yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan, lurus

keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat

menyatakan kehendaknya.

5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang

disebut dalam ayat (2), (3) dan (4), pasal ini atau salah seorang

atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya

maka Pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang

yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang

tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar

orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.

6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini

berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan

lain.

Pasal 7

1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai

umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah

mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat

meminta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain, yang

ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.

Page 39: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

26

3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau

kedua orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4)

Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan

dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi

yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).

Pasal 8

Perkawinan dilarang antara dua orang yang :

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah

ataupun ke atas;

b. Berhubungan darah, dalam garis keturunan menyamping yang

antar saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan

antara seorang dengan saudara neneknya;

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan

ibu/bapak tiri;

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan,

saudara susuan dan bibi atau paman susuan;

e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau

kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih

dari seorang;

f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain

yang berlaku, dilarang kawin.

Pasal 9

Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak

dapat kawin lagi, kecuali dalam hal tersebut pada pasal 3 ayat (2)

dan pasal 4 Undang-undang ini.

Pasal 10

Apabila suami atau isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan

yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka di antara

mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang

masing-masing hukum agamanya dan kepercayaannya itu dari

yang bersangkutan tidak menentukan lain.

Pasal 11

1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka

waktu tunggu.

2) Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat (1) akan

diatur dalam Peraturan Pemerintahan lebih lanjut.

Pasal 12

Tata cara pelaksanaan perkawinan diatur dalam peraturan

perundang-undangan tersendiri.

3. Hal-hal yang dapat membatalkan perkawinan

Perkawinan dapat dibatalkan apabila setelah berlangsung akad

nikah, diketahui adanya larangan menurut hukum ataupun peraturan

Perundang-undangan tentang perkawinan.

Page 40: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

27

Dalam Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, pada bab IV tentang batalnya perkawinan, disebutkan bahwa:

Pasal 22

Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi

syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Pasal 23

Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu:

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami

atau isteri;

b. Suami atau isteri;

c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum

diputuskan;

d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) pasal 16 Undang-

undang ini dan setiap orang yang mempunyai kepentingan

hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi

hanya setelah perkawinan itu putus.

Pasal 24

Barang siapa karena perkawinan masih terikat dirinya dengan salah

satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih adanya

perkawinan dapat mengajukan pembatalan perkawinan yang baru,

dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 3 ayat (2) dan pasal 4

Undang-undang ini.

Pasal 25

Permohonan pembatalan perkawinan diajukan kepada Pengadilan

dalam daerah hukum di mana perkawinan dilangsungkan atau

tempat tinggal kedua suami isteri, suami atau isteri.

Pasal 26

1) Perkawinan yang dilangsungkan di muka pegawai pencatat

perkawinan, wali nikah yang tidak sah atau yang

dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi dapat

dimintakan pembatalannya oleh para keluarga dalam garis

keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri, jaksa suami atau

isteri.

2) Hak untuk membatalkan oleh suami atau isteri berdasarkan

alasan dalam ayat (1) pasal ini gugur apabila mereka telah

hidup bersama sebagai suami isteri dan dapat memperlihatkan

akte perkawinan yang tidak berwenang dan perkawinan harus

diperbaharui supaya sah.

Pasal 27

1) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di

bawah ancaman yang melanggar hukum.

Page 41: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

28

2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya

perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau

isteri.

3) Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu

menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isteri, dan

tidak mempergunakan haknya untuk mengajukan permohonan

pembatalan, maka haknya gugur.

Pasal 28

1) Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan

Pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan

berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan.

2) Keputusan tidak berlaku surut terhadap:

a. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

b. Suami atau isteri yang bertindak dengan i‟tikad baik kecuali

terhadap harta bersama, bila pembatalan perkawinan

didasarkan atas adanya perkawinan lain yang lebih dahulu;

c. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam a dan b

sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan i‟tikad baik

sebelum keputusan tentang pembatalan mempunyai kekuatan

hukum tetap.

Page 42: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

29

BAB III

PENGADILAN AGAMA BOYOLALI DAN KASUS PEMBATALAN

PERKAWINAN

A. Gambaran umum tentang Pengadilan Agama Boyolali

1. Profil Pengadilan Agama Boyolali

Pengadilan Agama Boyolali yang beralamat di Jl.Pandanaran

Nomor 167 Telp. (0276) 321014 Fax. (0276) 321599 http: // www.pa-

boyolali.go.id email: [email protected]. Boyolali 57311, Jawa Tengah,

Indonesia.

Secara Geografis Kabupaten Boyolali berada di bagian tenggara

lereng gunung Merapi atau secara administrasi (kewilayahan ) Pengadilan

Agama Boyolali berbatasan sebagai berikut :

Page 43: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

30

a. Sebelah Barat :Kabupaten Magelang

b. Sebelah Utara :Kabupaten Semarang dan Purwodadi

c. Sebelah Timur :Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen

d. Sebelah Selatan :Kabupaten Klaten dan Sukoharjo.

Dengan luas wilayah 1.015 Km letak geografis dan secara

astronomis Pengadilan Agama Boyolali terletak pada titik koordinat :

a. 70 28‟ Lintang Selatan

b. 1070 48‟ Bujur Timur

(http://www.pa-boyolali.go.id/index.php/profil-pa-boyolali).

2. Sejarah Pengadilan Agama Boyolali

Peradilan agama adalah proses pemberian keadilan berdasarkan

hukum Islam kepada orang Islam yang mencari keadilan di Pengadilan

Agama dan Peradilan Tinggi Agama, dalam sistem peradilan nasional di

Indonesia. Selain itu, peradilan umum merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman dalam Negara Republik Indonesia. Lembaga

peradilan dimaksud, mempunyai kedudukan yang sama, sederajat dengan

kewenangan yang berbeda.

Sebagai lembaga peradilan, Peradilan Agama mempunyai bentuk

yang sederhana, yaitu berupa tahkim, yang artinya: suatu lembaga

penyelesaian sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang

dilakukan oleh para ahli Agama Islam.

Page 44: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

31

Rancangan Undang-undang Peradilan Agama disahkan tanggal 29

Desember 1989 oleh Presiden Republik Indonesia menjadi Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, diundangkan pada

tanggal yang sama oleh Menteri Sekretaris Negara dan dimuat dalam

Lembaran Negara Nomor 49 Tahun 1989.

Pengesahan Undang-Undang Peradilan Agama merupakan peristiwa

penting yang bukan hanya pembangunan perangkat hukum nasional,

melainkan juga bagi umat Islam Indonesia. Sebabnya adalah Peradilan

Agama menjadi lebih mantap kedudukannya sebagai salah satu badan

pelaksana kekuasaan kehakiman yang mandiri di Indonesia; menegakkan

hukum Islam bagi pencari keadilan, utamanya bagi mereka yang beragama

Islam berkenaan dengan perkara keperdataan di bidang perkawinan,

kewarisan, wasiat, hibah, dan sedekah.

Undang-Undang Peradilan Agama yang telah disahkan dan

diundangkan itu terdiri atas 7 bab, 108 pasal dengan sistematika dan garis-

garis besar isinya, sebagai berikut: Bab I tentang ketentuan Umum. Hal ini

mengatur diantaranya: Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-

orang yang beragama Islam, terdiri atas (a) Pengadilan Agama Pengadilan

tingkat Pertama dan (b) Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengadilan

tingkat banding. Kedua-duanya merupakan pelaksana kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai

perkara perdata dimaksud, Pengadilan Agama berkedudukan di

Kotamadya atau di Ibu kota Kabupaten, sedangkan Pengadilan Tinggi

Page 45: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

32

Agama berkedudukan di Ibu kota provinsi. Kedua-duanya berpuncak pada

Mahkamah Agung, dibawah pimpinan Ketua Muda Mahkamah Agung

dibidang Lingkungan Peradilan Agama. Pembinaan organisasi,

administrasi dan keuangannya seperti halnya dengan badan peradilan lain,

dilakukan oleh Departemen Teknis, yaitu Departemen Agama yang

dipimpin Oleh Menteri Agama.

Bab II sampai Bab III mengatur susunan dan kekuasaan Peradilan

Agama, diantaranya disebutkan bahwa bagian pertama atau bagian umum

menyebut susunan Pengadilan Agama yang terdiri atas pimpinan, yaitu

seorang ketua dan seorang wakil ketua, hakim anggota, panitera, sekretaris

dan juru sita. Susunan Pengadilan Tinggi Agama terdiri atas pimpinan,

yaitu seorang ketua dan seorang wakil ketua, hakim tinggi.

Bab IV mengatur hukum acara Peradilan Agama, Bab V mengatur

tentang ketentuan- ketentuan lain, Bab VI mengatur tentang ketentuan

peralihan, Bab VII tentang penutup (sekarang ada Undang-undang Nomor

3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama). (Ali, 2006:93).

Masa sebelum tahun 1882, sebelum Islam datang ke Indonesia, di

Indonesia telah ada dua macam Peradilan yakni Peradilan Perdata dan

Peradilan Padu. Peradilan Perdata mengurus perkara-perkara yang

menjadi urusan raja, sedang Peradilan Padu mengurusi perkara-perkara

yang bukan menjadi urusan raja. (Djalil, 2006:32).

Page 46: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

33

Dilihat dari segi materi hukumnya, Peradilan Perdata bersumber

pada hukum Hindu, sedangkan Peradilan Padu berdasarkan pada hukum

Indonesia asli. Kedua pengadilan tersebut juga berbeda lingkungan

kekuasaannya. Aturan-aturan Hukum Perdata bersumber pada kitab

hukum, sehingga menjadi hukum tertulis sedangkan hukum padu

bersumber pada hukum kebiasaan dalam praktek sehari-hari, sehingga

merupakan hukum tidak tertulis. (Djalil, 2006:33).

Periode berikutnya disebut periode tauliah dari Imam, yaitu suatu

masa dimana seorang hakim diangkat oleh Imam atau Sultan. Dimana

hakim tersebut disebut Wali al-amr. Periode ini dimulai ketika Islam

datang dan diterima oleh raja-raja seperti pada kerajaan Mataram. Pada

periode ini hampir di semua Swapraja Islam, jabatan keagamaan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan jabatan pemerintahan

umum. Misalnya ditingkat desa ada jabatan kaum, amil, modin, kaim

(sekarang disebut kepala desa, carik, bayan dan kaur). Kemudian di

tingkat kecamatan ada Penghulu dan Naib. Sementara di tingkat kabupaten

ada Penghulu seda. Pada pusat Kerajaan Mataram, dilingkungan kerajaan

terdapat Kanjeng Penghulu atau Penghulu Agung yang berfungsi sebagai

Hakim pada Mejelis Pengadilan Agama saat itu. (Sy, 2005:13).

Dengan demikian pada saat itu pola masyarakat Kerajaan Mataram

telah ada Majelis Agama yang bertugas menyelesaikan sengketa antar

umat Islam di bidang tertentu dan peranan Hakim dipegang oleh seorang

Page 47: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

34

Penghulu, baik Penghulu Kabupeten (untuk tingkat Kabupaten) dan

Penghulu Agung (untuk tingkat Kerajaan).

Masa penjajahan Belanda, secara yuridis formal, Peradilan Agama

sebagai suatu badan peradilan yang terkait dalam sistem kenegaraan untuk

pertama kali lahir di Indonesia (Jawa dan Madura) pada tanggal 1 Agustus

1882. Kelahiran ini berdasarkan keputusan raja Belanda (Konninklijk

Besluit), yakni Raja Willem III Pada tanggal 19 Januari 1882 Nomor 24

yang dimuat dalam Staatsblad Nomor 152. Di mana ditetapkan satu

peraturan tentang Peradilan Agama dengan nama “Piesterraden”untuk

Jawa dan Madura. Badan peradilan ini yang kemudian lazim disebut

dengan Raad agama dan terakhir dengan Pengadilan Agama. Keputusan

raja Belanda ini dinyatakan berlaku mulai 1 Agustus 1882 yang dimuat

dalam Staatsblad 1882 Nomor 152, sehingga tanggal kelahiran Peradilan

Agama di Indonesia adalah tanggal 1 Agustus 1882. (Djalil, 2006:50).

Kemudian berdasarkan Staatsblad 1937 Nomor 116 Pasal 2a ayat

(1) yang berlaku tanggal 1 April 1937, maka kompetensi Peradilan Agama

menjadi lebih sempit, sehingga hanya terbatas dalam bidang-bidang:

a. Persilisihan antara suami isteri yang beragama Islam.

b. Perkara-perkara tentang nikah, talak, rujuk dan perceraian antara

orang-orang yang beragama Islam yang memerlukan perantaraan

Hakim Agama (Islam).

c. Memberi putusan perceraian.

Page 48: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

35

d. Menyatakan bahwa syarat untuk jatuhnya talak yang digantungkan

(taklik talak) sudah ada.

e. Perkara mahar (mas kawin ), sudah termasuk mut‟ah.

f. Perkara tentang keperluan kehidupan suami isteri yang wajib diadakan

oleh suami. (Djalil, 2006:58).

Masa Penjajahan Jepang Pada masa ini, Pengadilan Agama tetap

dipertahankan berdasarkan Paraturan Peralihan Pasal 4 Undang-Undang

Bala Tentara Jepang (Osamu Saire) tanggal 7 Maret 1942 Nomor 1 yang

menyatakan bahwa Pengadilan Agama masuk dalam Departemen

Kehakiman (Shihobu) dari Gunseilanbu (nama kabinet waktu itu) dan

disebut degan istilah Sooriyo Hooin (Pengadilan Agama dalam istilah

Jepang). (Djalil, 2006:60). Pada masa ini melalui proses penelusuran

sejarah dapat diketahui administrasi dari Pengadilan Agama seperti Ketua,

Mejelis dan karyawan yang membantu dalam proses persidangan.

Masa kemerdekaan (1945-1949). Dalam rentang waktu 4 tahun

sejak proklamasi kemerdekaan RI, ada tiga hal yang dapat diungkapkan

yang terkait langsung dengan keberadaan Peradilan Agama di Indonesia.

Pertama, berkaitan dengan penyerahan kepada kementerian agama, kedua,

lahirnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 tentang pencatatan Nikah,

Talak, dan Rujuk. ketiga, lahirnya Undang-Undang Nomor 19 tahun 1948

tentang Susunan dan Kekuasaan Badan Kehakiman dan Kejaksaan.

(Zuhriah, 2009:101).

Page 49: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

36

Selanjutnya pada tahun 1949, ketua Pengadilan Agama Boyolali

dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1955 adalah Ky.Djamaluddin.

Kantor Pengadilan Agama Boyolali pada awalnya menempati gedung

Departemen Agama yang terletak di Jalan Pandanaran No 67 Boyolali.

Perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Boyolali masih sedikit

karena masih banyak perceraian (Cerai Talak) yang dijatuhkan oleh

suami tidak dilakukan di muka persidangan Pengadilan Agama Boyolali,

namun setelah lahirnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan yang berlaku secara efektif, dan sejak dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 maka tugas-tugas Pengadilan Agama

menjadi semakin bertambah, perkara-perkara perkawinan diatur dengan

jelas, sehingga volume perkara yang diterima di Pengadilan Agama

Boyolali meningkat.

Pada tahun 1976-1980 Pengadilan Agama Boyolali dipimpin oleh

Drs. Ahmad Slamet. Pada tahun-tahun tersebut telah memiliki gedung

tersendiri seluas 348 m², yang terletak di Jl. Printis Kemerdekaan

Boyolali, dibangun diatas tanah seluas 546 m² dari Pemerintah Daerah

Kabupaten Boyolali atau tanah hak milik Negara dengan status hak pakai

sebagaimana dalam seftifikat Hak Pakai Nomor : 12 tahun 1987.

Pada bulan Juni 2004, Pasca satu atap pengadilan dibawah lembaga

Mahkamah Agung, lembaga Peradilan Agama mengalami kemajuan yang

signifikan, saat itu yang menjabat Ketua Pengadilan Agama Boyolali

Page 50: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

37

Drs.H.Syadzali Musthofa,SH (Tahun 2003-2007), Mahkamah Agung

Republik Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan citra Peradilan

yang lebih berwibawa dan bermartabat, baik dari segi sarana dan

prasarana maupun kualitas sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan

Surat Kepala Badan Urusan Administrasi MA-RI Nomor 42/BUA-PLS-

KEP/XII/2006, tanggal 12 Desember 2006 kemudian ditindak lanjuti

dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Gedung lama

Pengadilan Negeri Boyolali yang terletak di Jalan Pandanaran No. 167

Boyolali kepada Pengadilan Agama Boyolali pada tanggal 19 September

2007. Dan Tahun 2007 melalui DIPA PTA Jawa Tengah gedung lama

Pengadilan Negeri Boyolali tersebut direnovasi dan selesai pada bulan

Desember 2007 saat itu yang menjabat Ketua Pengadilan Agama Boyolali

adalah Drs.H.Noor Salim, SH., MH. Dan secara resmi Pengadilan Agama

Boyolali berkantor digedung tersebut sejak bulan Pebruari 2008 sampai

sekarang. (http://www.pa-boyolali.go.id/index.php/sejarah-paboyolali).

3. Kewenangan Pengadilan Agama Boyolali

Kewenangan peradilan dapat di bedakan menjadi dua, yaitu

kewenangan absolut (absolute competentie) dan kewenangan relatif

(relative competentie).

Kewenangan absolut adalah kewenangan pengadilan untuk

mengadili berdasarkan materi hukum (hukum materiil). Kekuasaan absolut

Peradilan Agama disebut dalam Pasal 49 Undang-Undang No. 7 Tahun

Page 51: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

38

1989 tentang Peradilan Agama yang telah diamandemen dengan Undang-

Undang No. 3 Tahun 2006 dengan perubahan kedua Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009, yang berbunyi:

Pasal 49

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam di bidang:

a. Perkawinan;

b. Kewarisan,

c. wasiat

d. hibah

e. wakaf

f. zakat

g. infak

h. sedekah, dan

i. ekonomi syariah

Kewenangan dan kekuasaan di bidang perkawinan, adalah hal-hal

yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

antara lain:

a. izin beristeri lebih dari seorang (Pasal 3 Ayat 2)

b. izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21

tahun, dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus

ada perbedaan pendapat (Pasal 6 Ayat 5

c. dispensasi kawin (Pasal 7 Ayat 2)

d. pencegahan perkawinan (Pasal 17 Ayat 1)

e. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah (Pasal 21 Ayat 3)

f. gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri (Pasal 34 Ayat 3)

g. perceraian karena talak (Pasal 39)

Page 52: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

39

h. gugatan perceraian (Pasal 40 Ayat 1)

i. penyelesaian harta bersama (Pasal 37)

j. ibu dapat memikul biaya penghidupan anak bila bapak yang

seharusnya bertanggung jawab tidak memenuhinya (Pasal 41 sub b)

k. penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada

bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri (Pasal 41

sub c)

l. putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak (Pasal 44 Ayat 2)

m. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua (Pasal 49 Ayat 1)

n. pencabutan kekuasaan wali (Pasal 53 Ayat 2)

o. penunjukan orang lain sebagai wali oleh Pengadilan Agama dalam hal

kekuasaan seorang wali dicabut (Pasal 53 Ayat 2)

p. menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup

umur 18 tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak ada

penunjukkan wali oleh orang tuanya;

q. pembebanan kewajiban kerugian terhadap wali yang telah

menyebabkan kerugian atas anak yang ada di bawah kekuasaannya

(Pasal 54)

r. penetapan asal usul anak (Pasal 55 Ayat 2)

s. keputusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk

melakukan perkawinan campur (Pasal 60 Ayat 3)

Page 53: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

40

t. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang dijalankan

menurut peraturan yang lain (Pasal 64)

u. bidang kewarisan yang menjadi tugas dan wewenang Peradilan Agama

disebutkan dalam Pasal 49 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama sebagai berikut:

1) penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris

2) penentuan mengenai harta peninggalan

3) penentuan masing-masing ahli waris

4) melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut

Kewenangan absolut Mahkamah Syar‟iyah dan Mahkamah

Syar‟iyah Provinsi adalah Kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan

Tertinggi Agama, ditambah dengan kewenangan lain yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dalam ibadah syiar Islam yang ditetapkan

dalam Qanun. Kewenangan lain tersebut dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan kemampuan kompetensi dan ketersediaan sumber daya

manusia dalam kerangka sistem peradilan nasional. (Sy, 2005:11).

Kewenangan relatif adalah kekuasaan mengadili berdasarkan

wilayah atau daerah. Kewenangan relatif Pengadilan Agama sesuai dengan

tempat dan kedudukannya. Pengadilan Agama berkedudukan di kota atau

Page 54: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

41

kabupaten. Pengadilan Tinggi Agama berkedudukan di ibu kota provinsi

dan daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi. (Sy, 2005:11).

Dalam rangka menentukan kompetensi relatif setiap Pengadilan

Agama dasar hukumnya adalah berpedoman pada ketentuan Undang-

Undang Hukum Acara Perdata. Dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 menjelaskan bahwa acara berlakunya pada lingkungan

Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada

lingkungan Peradilan Umum. Oleh karena itu, landasan untuk menentukan

kewenangan relatif Pengadilan Agama merujuk pada ketentuan Pasal 118

HIR. Atau Pasal 142 R.Bg.jo Pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989. Penentuan kompetensi relatif ini bertitik tolak dari aturan yang

menetapkan ke Pengadilan Agama mana gugatan memenuhi syarat formal.

Pasal 118 ayat (1) HIR. Menganut asas bahwa yang berwenang adalah

pengadilan tempat kediaman tergugat. Asas ini dalam bahasa latin disebut

”actor sequiter forum rei”.

Namun ada beberapa pengecualian, yaitu tercantum dalam Pasal

118 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), yaitu:

a. apabila tergugat lebih dari satu, maka gugatan diajukan kepada

pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman salah

seorang dari tergugat

b. apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan

kepada pengadilan di tempat tinggal penggugat

Page 55: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

42

c. apabila gugatan mengenai benda tidak bergerak, maka gugatan

diajukan kepada pengadilan di wilayah hukum di mana barang

tersebut terletak

d. apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akad, maka

gugatan dapat diajukan kepada pengadilan tempat tinggal yang dipilih

dalam akta tersebut.

Tentang kompetensi relatif perkara cerai talak dan cerai gugat dapat

dijelaskan sebagai berikut: untuk kedua istilah ini, biasanya di dalam

perkara peradilan disebut dengan permohonan talak dan gugat cerai. Untuk

permohonan talak tersebut cerai talak, diajukan oleh pihak suami sedang

untuk gugat cerai, istilah ini dibalik menjadi cerai gugat, diajukan oleh

pihak isteri. (Zuhriah, 2009:200).

4. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Boyolali

Page 56: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

43

Struktur Organisasi Pengadilan Agama Boyolali

(http://www.pa-boyolali.go.id/index.php/struktur).

5. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Boyolali

Page 57: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

44

Peradilan Agama sebagai salah satu dari lingkungan lembaga

peradilan di Mahkamah Agung memiliki beberapa tugas, sebagai berikut:

a. Tugas yustisial merupakan tugas pokok, inti dari tugas ini adalah

menegakkan hukum dan keadilan. Realisasi pelaksanaan tugasnya

dalam bentuk mengadili apabila terjadi sengketa, pelanggaran hukum

atau perbedaan kepentingan antara sesama warga masyarakat

(perseorangan atau badan hukum).

b. Tugas non yustisial merupakan tugas yang diemban oleh Pengadilan

Agama yang tidak terkait dengan teknis litigasi di Pengadilan Agama.

Adapun contoh mengenai tugas yang sifatnya non yustisial antara lain:

1) Memberi keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum

Islam kepada lembaga yang memerlukannya (atas permintaan yang

bersangkutan).

2) Memberi pertolongan kepada masyarakat Islam yang memerlukan

pertolongan atau bantuan hukum dalam pembagian harta

peninggalan (warisan) di luar sengketa. Produknya bukan putusan

sehingga tidak mengikat bagi masyarakat (ahli waris) yang

memintanya. (Anshori, 2007:67).

Untuk melaksanakan tugas pokok, Pengadilan Agama mempunyai

fungsi sebagai berikut :

a. Memberikan pelayanan Teknis Yustisial dan Bidang Kepaniteraan.

Page 58: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

45

b. Memberikan pelayanan di bidang administrasi perkara Banding,

Kasasi, Peninjauan Kembali serta Administrasi Peradilan lainnya.

c. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat hukum Islam pada

instansi Pemerintah di daerah hukumnya.

d. Memberikan pelayanan administrasi umum (Umum, Kepegawaian dan

Keuangan).

e. Melakukan tugas-tugas lain, seperti penyuluhan hukum, Hisab Rukyat,

Pelayanan Publik, Pelayanan Penelitian atau Riset, dan lain

sebagainya. (Laporan tahunan Pengadilan Agama Boyolali, 2011: 5).

Peta Yuridiksi Pengadilan Agama Boyolali

Page 59: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

46

Wilayah yuridiksi Pengadilan Agama Boyolali Kabupaten Boyolali

terletak pada arah selatan dari Kota Semarang dengan jarak tempuh

sepanjang 70 Km, yang terdiri dari 12 kecamatan dan 150 desa. Adapun

data wilayah hukum Pengadilan Agama Boyolali yang terdiri dari 19

kecamatan terdiri 261 Desa dan 3 Kelurahan terdapat pada lampiran.

B. Prosedur beracara di Pengadilan Agama Boyolali

Adapun tata cara berperkara di Pengadilan Agama Boyolali adalah

sebagai berikut:

1. Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat

gugatan atau permohonan.

2. Pihak berperkara menghadap petugas meja pertama dan menyerahkan

surat gugatan atau permohonan, minimal 2 (dua) rangkap. Untuk surat

gugatan ditambah sejumlah tergugat.

3. Petugas pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu

berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya

perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar

(SKUM). Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah

mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut didasarkan pada pasal

182 ayat (1) HIR atau pasal 90 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Page 60: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

47

Catatan:

a. Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo

(cuma-cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan

melampirkan surat keterangan dari Lurah atau Kepala Desa setempat

yang dilegalisir oleh camat.

b. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya ditaksir Rp. 0.00 dan ditulis

dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Didasarkan pasal 237-

245 HIR.

c. Dalam tingkat pertama, para pihak yang tidak mampu atau berperkara

secara prodeo. Perkara secara prodeo ini ditulis dalam surat gugatan

atau permohonan disebutkan alasan penggugat atau pemohon untuk

berperkara secara prodeo dan dalam petitumnya.

4. Petugas Meja Pertama menyerahkan kembali surat gugatan atau

permohonan kepada pihak berperkara disertai dengan Surat Kuasa Untuk

Membayar (SKUM) dalam rangkap 3 (tiga).

5. Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat

gugatan atau permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar

(SKUM).

6. Pemegang kas menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)

membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan dalam Surat

Kuasa untuk membayar (SKUM) dan dalam surat gugatan atau

permohonan.

Page 61: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

48

7. Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)

kepada pihak berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke

bank.

8. Pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan mengisi slip

penyerotan panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut

sesuai degan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Seperti nomor urut

dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara menyerahkan

slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera

dalam slip bank tersebut.

9. Setelah pihak berperkara menerima slip yang telah validasi dari petugas

layanan bank. Pihak berperkara menunjukkan slip bank tersebut dan

menyerahkan Surat Kuasa Untuk Mebayar (SKUM) kepada pemegang

kas.

10. Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kepada

pihak berpekara. Pemegang kas kemudian memberi tanda dalam Surat

Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak

berperkara asli dan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar

(SKUM) serta surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan.

11. Pihak berperkara menyerahkan kepada meja kedua surat gugatan atau

permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah (2) rangkap serta

tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)

12. Petugas Meja Kedua mendaftar atau mencatat surat gugatan atau

permohonan dalam register bersangkutan serta memberi nomor register

Page 62: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

49

pada surat gugatan atau permohonan tersebut yang diambil dari nomor

pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.

13. Petugas Meja Kedua menyerahkan Kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan

atau permohonan yang telah register kepada pihak berperkara.

14. Pendaftaran selesai

15. Pihak-pihak yang berperkara akan dipanggil jurusita pengganti untuk

menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Hakim (PMH) dan

hari sidang pemeriksaan perkaranya (PHS). (Http://www.Pa-

boyolali.Go.Id/index.Php/proses-perkara).

C. Kasus Pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama Boyolali

Pasal 22 UU No. 1/1974 menyatakan bahwa perkawinan dapat

dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk

melangsungkan perkawinan. Namun demikian, perkawinan yang tidak

memenuhi syarat tidak dengan sendirinya menjadi batal, melainkan harus

diputuskan oleh Pengadilan Pasal 37 PP No. 9/1975 menegaskan bahwa

batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan oleh Pengadilan. Hal ini

mengingat bahwa pembatalan suatu perkawinan dapat membawa akibat yang

jauh lebih baik terhadap suami isteri maupun terhadap keluarga. Maka

ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya pembatalan suatu

perkawinan oleh instansi di luar Pengadilan.

Tata cara pengajuan permohonan pembatalan perkawinan dilakukan

sesuai dengan tata cara pengajuan gugatan perceraian. Hal-hal yang

Page 63: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

50

berhubungan dengan pengadilan, pemeriksaan pembatalan perkawinan dan

putusan Pengadilan, dilakukan sesuai dengan tata cara tersebut dalam Pasal 20

sampai 35 PP No. 9/1975, yaitu tentang tata cara penyelesaian gugatan

perceraian (Pasal 38 PP No. 9/1975). Tata cara penyelesaian pembatalan

perkawinan dilakukan sebagai berikut:

1. Hanya pengadilan yang berwenang menetapkan batalnya perkawinan.

a. Batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan oleh Pengadilan

(Pasal 37 PP No. 9/1975).

b. Instansi pemerintah atau lembaga lain di luar Pengadilan atau siapapun

juga tidak berwenang untuk menyatakan batalnya suatu perkawinan.

2. Gugatan pembatalan perkawinan

Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu:

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau

isteri;

b. Suami atau isteri;

c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan balum diputuskan;

d. Pejabat yang ditunjuk, jaksa dan setiap orang yang mempunyai

kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut,

tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

3. Gugatan pembatalan perkawinan harus memuat:

a. Identitas para pihak dalam perkara.

b. Posita yang memuat alasan-alasan pembatalan perkawinan.

c. Petitum.

Page 64: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

51

Suami dan isteri yang perkawinannya menjadi objek sengketa

pembatalan perkawinan, maka berkedudukan sebagai Tergugat I dan

Tergugat II, kecuali jika ia sendiri menjadi penggugat.

4. Alasan-alasan pembatalan perkawinan ialah sebagaimana diatur dalam

Pasal 70, 71 dan 72 Kompilasi Hukum Islam, sebagai berikut:

Perkawinan batal apabila:

a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad

nikah karena sudah mempunyai 4 (empat) orang isteri, meskipun salah

satu dari keempat isterinya itu dalam „iddah talak raj‟i.

b. Seseorang menikahi bekas isterinya yang telah dili‟annya.

c. Seseorang menikahi bekas isterinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak

olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut menikah dengan pria lain

yang kemudian bercerai lagi ba‟da dhukul dari pria tersebut dan telah

habis masa iddahnya.

d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan

darah, semenda atau sesusuan sampai derajat tertentu yang

menghalangi sahnya perkawinan menurut Pasal 8 UU No. 9/1974,

yaitu:

1) Berhubungan darah dalam keturunan lurus ke atas dan ke bawah.

2) Berhubungan darah dalam keturunan menyamping yaitu antara

saudara dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan

saudara neneknya.

Page 65: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

52

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu

atau ayah tiri.

4) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan,

saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

e. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari

isteri atau isteri-isterinya.

Suatu Perkawinan dapat dibatalkan apabila:

1) Seorang suami melakukan poligami tanpa ijin Pengadilan Agama.

2) Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih

menjadi isteri pria lain yang mafqud.

3) Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah suami lain.

4) Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang No. 1/1974.

5) Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali

yang tidak berhak.

6) Perkawinan dilaksanakan dengan paksaan.

7) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman

yang melanggar hukum.

8) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi

penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau isteri.

Page 66: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

53

9) Apabila ancaman telah berbunyi, atau yang bersalahsangka itu

telah menyadari keadaannya dan dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan setelah ia masih hidup sebagai suami isteri, dan tidak

menggunakan haknya untuk mengajukan pembatalan, maka

haknya gugur.

5. Kewenangan relatif Pengadilan Agama

a. Gugatan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada Pengadilan

Agama yang mewilayahi tempat: di mana perkawinan dilangsungkan,

di tempat tinggal kedua suami isteri, di tempat tinggal suami, atau di

tempat tinggal isteri

b. Yang paling tepat ialah diajukan kepada Pengadilan Agama di mana

perkawinan dilangsungkan, atau ditempat tinggal suami dan isteri

tersebut (Yurisprudensi).

6. Pemanggilan

Tatacara pemanggilan sama seperti pemanggilan dalam perkara cerai

gugat.

7. Pemeriksaan

Tatacara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan dalam perkara cerai

gugat.

8. Upaya damai

Upaya perdamaian sama seperti dalam perkara cerai gugat.

Page 67: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

54

9. Pembuktian

Pembuktian dilakukan menurut hukum pembuktian dalam hukum acara

khusus, sama dengan pembuktian dalam perceraian.

10. Putusan hakim

a. Pengadilan agama setelah memeriksa pembatalan perkawinan dan

berkesimpulan bahwa perkawinan tidak memenuhi syarat-syarat

perkawinan yang berakibat batalnya perkawinan, maka Pengadilan

Agama menjatuhkan “Putusan” yang isinya “menetapkan perkawinan

batal demi hukum” atau “membatalkan perkawinan tersebut”.

b. Terhadap putusan tersebut dapat dimintakan banding atau kasasi.

11. Biaya perkara

Biaya perkara dibebankan kepada penggugat.

12. Berlakunya putusan hakim

Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan Agama

mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sejak berlangsungnya

perkawinan (pasal 28 ayat (1) UU No. 1/1974).

13. Salinan putusan sebagai bukti

Sebagai bukti batalnya perkawinan, para pihak dapat meminta salinan

putusan yang telah diberi catatan bahwa putusan telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Page 68: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

55

14. Pengiriman salinan putusan

Pengiriman salinan putusan pembatalan perkawinan, dilakukan sama

seperti dalam perkara cerai gugat. ( Arto, 1998:231).

Kasus di Pengadilan Agama Boyolali hanya terdapat satu perkara

pembatalan perkawinan yang disebabkan karena hamil di luar nikah.

Adapun perkara pembatalan perkawinan yang lain disebabkan karena

adanya paksaan dari orang tua dan adanya pemalsuan data serta ada pula

yang karena umur pihak suami atau isteri yang belum mencapai batas yang

dibolehkan yaitu batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan. Dimana untuk perempuan batas minimal

16 tahun dan untuk laki-laki batas minimalnya adalah 19 tahun. Adapun

dengan alasan lain dalam pembatalan perkawinan diantaranya karena

suami tidak mampu memberi nafkah secara batin.

D. Putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 0886/Pdt.G/2010/PA.Bi Tentang

Pembatalan Perkawinan Karena Hamil Di Luar Nikah

Pengadilan Agama Boyolali yang memeriksa dan mengadili perkara

perdata pada tingkat Pertama telah menjatuhkan putusan perkara Pembatalan

Nikah yang diajukan Oleh:

D bin W S

Page 69: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

56

Umur 34 tahun, Pekerjaan Tani, Agama Islam, bertempat tinggal di Dukuh

Kidul Sendang Rt. 02 Rw. 01, Desa Bangsalan, Kecamatan Teras, Kabupaten

Boyolali, selanjutnya disebut sebagai PEMOHON.

M E L A W A N

S binti S M

Umur 29 tahun, Pekerjaan Buruh Pabrik, Agama Islam, bertempat tinggal di

Dukuh Nepen Rt. 03 Rw. 02 Desa Nepen Kecamatan Teras Kabupaten

Boyolali, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON.

Pengadilan Agama tersebut

Setelah membaca semua surat yang bersangkutan

Setelah mendengar dan memperhatikan alat-alat bukti Pemohon dan

Termohon

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa pemohon telah mengajukan permohonannya

bertanggal 6 September 2010 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan

Agama Boyolali pada tanggal 6 September 2010, dalam register perkara

Nomor: 886/Pdt.G/2010/PA.Bi. adalah sebagai berikut:

Page 70: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

57

1. Bahwa, tanggal 08 Agustus 2010, Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Urusan Agama Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali

sebagaimana dalam kutipan Akta Nikah Nomor: 265/10/VIII/2010 tanggal

08 Agustus 2010.

2. Bahwa, pada saat pernikahan berlangsung di rumah orang tua Termohon,

Pemohon tidak diberi tahu tentang keadaan Termohon oleh keluarga

Termohon maupun Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama

Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

3. Bahwa, setelah pernikahan tersebut Pemohon dan Termohon pernah

bertempat tinggal bersama selama 2 hari di rumah pribadi Pemohon

namun pada saat itu Pemohon mau mengajak hubungan layaknya suami

isteri ternyata Termohon dalam keadaan sudah hamil 5 bulanan.

4. Bahwa, setelah Pemohon mengetahui Termohon hamil kemudian sore

harinya Pemohon mengembalikan Termohon kepada orang tua Termohon.

5. Bahwa oleh karena itu, pernikahan antara Pemohon dan Termohon telah

melanggar ketentuan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,

karena Termohon sebelum menikah dengan Pemohon sudah melakukan

hubungan layaknya suami isteri dengan orang lain sampai Termohon

hamil.

6. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;

Page 71: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

58

Berdasarkan alas an atau dalil-dalil diatas, Pemohon mohon agar Ketua

Pengadilan Agama Boyolali cq. Majelis Hakim segera memeriksa dan

mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan amarnya berbunyi:

1. Mengabulkan Permohonan Termohon.

2. Menetapkan, membatalkan perkawinan antara Pemohon D bin W S

dengan termohon S binti S M yang dilangsungkan di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali pada tanggal 08 Agustus

2010.

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

4. Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.

Menimbang, bahwa pada hari-hari sidang yang ditetapkan, Pemohon

hadir sendiri menghadap dipersidangan, sedangkan Termohon tidak hadir

menghadap atau menyuruh orang lain menghadap sebagai wakilnya meskipun

Pengadilan telah memanggilnya dengan cara resmi dan patut dan ketidak

hadirannya tersebut tidak disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah.

Menimbang, bahwa majelis Hakim telah menasehati Pemohon agar

dapat berdamai dan rukun kembali dengan Termohon akan tetapi tidak

berhasil.

Menimbang, bahwa pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan

membacakan surat permohonan pemohon, terhadap hal tersebut Pemohon

menyatakan tetap pada permohonannya dan tidak mengadakan perubahan

atau tambahan.

Page 72: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

59

Menimbang, bahwa dalam meneguhkan dalil-dalil permohonannya,

Pemohon telah mengajukan alat-alat bukti berupa:

1. Surat

1.1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Nomor : 3309072812770001

(kode P.1).

1.2. Fotocopy Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor : 265/10/VIII/2010

(kode P.2).

2. Saksi-saksi dibawah sumpah adalah:

2.1. H bin Y S, Menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa, saksi mengaku kenal dengan Pemohon dan Termohon

karena saksi adalah ipar Pemohon.

- Bahwa, Pemohon dan Termohon adalah suami isteri, telah

pernah hidup rukun selama beberapa hari dan belum dikarunia

anak.

- Bahwa, sepengetahuan saksi Termohon telah hamil dengan

orang orang lain sebelum menikah dengan Pemohon, hal ini

saksi ketahui dari Pengakuan Termohon sendiri dan waktu mau

menikah Pemohon dan saksi juga tidak mengetahui kalau

termohon telah hamil dengan lelaki lain dan saksi sendiri yang

melamar Termohon.

- Bahwa, setelah menikah Termohon tidak mau diajak kerumah

orang tua Pemohon, karena ketahuan hamil sebelum menikah

dengan Pemohon.

Page 73: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

60

- Bahwa, saksi telah pernah menasehati Pemohon, namun

Pemohon tetap ingin membatalkan Perkawinannya dengan

Termohon, karena merasa ditipu oleh Termohon.

2.2. S bin J, Menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa, saksi adalah saudara sepupu Pemohon, jadi mengenal

Pemohon dan termohon.

- Bahwa, Pemohon dan Termohon adalah suami isteri, telah

pernah hidup rukun selama beberapa hari dan belum dikarunia

anak.

- Bahwa, sepengetahuan saksi Termohon telah hamil dengan

orang orang lain sebelum menikah dengan Pemohon, hal ini

saksi ketahui dari Pengakuan Termohon sendiri dan waktu mau

menikah Pemohon dan dan saksi juga tidak mengetahui kalau

termohon telah hamil dengan lelaki lain dan saksi sendiri yang

melamar Termohon.

- Bahwa, setelah menikah Termohon tidak mau diajak kerumah

orang tua Pemohon, karena ketahuan hamil sebelum menikah

dengan Pemohon.

- Bahwa, saksi telah pernah menasehati Pemohon, namun

Pemohon tetap ingin membatalkan Perkawinannya dengan

Termohon, karena merasa ditipu oleh Termohon.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut, Pemohon

membenarkan dan tidak menyatakan bantahan dan keberatannya, kemudian

Page 74: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

61

dalam kesimpulannya menyatakan tidak akan mengajukan hal-hal lain atau

sesuatu apapun juga dan mohon putusan.

Menimbang, bahwa untuk singkatnya maka semua berita acara

pemeriksaan perkara ini harus dianggap telah termasuk dan merupakan

bagian tidak terpisahkan dari putusan ini.

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa majelis Hakim telah menasehati Pemohon agar

dapat berdamai dan rukun kembali dengan Termohon akan tetapi tidak

berhasil karena Pemohon tetap berkehendak bercerai dengan Termohon.

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

sebagaimana telah diuraikan dalam pertimbangan tentang duduk perkaranya.

Menimbang, bahwa dari dalil-dalil Permohonan Pemohon dapat

disimpulkan bahwa pemohon membatalkan perkawinannya dengan Termohon

karena merasa ditipu oleh Termohon, dimana Termohon telah hamil dengan

orang lain sebelum menikah dengan Pemohon.

Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil permohonan Pemohon tersebut,

Termohon tidak membantah atau membenarkannya, karena Termohon tidak

pernah hadir atau menyuruh orang lain hadir menghadap sebagai wakilnya,

meskipun pengadilan telah memanggilnya dengan resmi dan patut

sebagaimana telah dibacakan dipersidangan. Dan tidak hadirnya itu ternyata

tidak disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah menurut hukum, oleh

Page 75: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

62

karenanya majelis harus mengkwalifisir Termohon telah mengakui kebenaran

dalili-dalil Permohonan Pemohon serta telah mengorbankan hak-hak

keperdataannya, sehingga putusan ini dapat dijatuhkan dengan tanpa hadirnya

Termohon.

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini

adalah apakah benar pemohon telah ditipu dalam perkawinannya dengan

Termohon yang hamil sebelum menikah dengannya?

Menimbang, bahwa meskipun Termohon tidak pernah hadir, oleh karena

perkara ini perkara khusus mengenai perkawinan dalam hal perceraian, maka

untuk mengetahui permohonan tersebut bersandar dan beralasan hukum

majelis tetap akan menilai alat-alat bukti Pemohon yang berupa surat kode P.1

dan P.2 dan saksi-saksi yang bernama H dan S.

Menimbang, bahwa bukti surat kode P.2 yang bermaterai cukup setelah

diteliti ternyata cocok sesuai dengan aslinya yang isinya mengenai telah

terjadinya perkawinan Pemohon dengan Termohon, sehingga demikian harus

dikwalifisir bahwa Pemohon dengan Termohon telah terjalin dalam suatu

hubungan hukum sebagai suami isteri yang sah.

Menimbang bahwa surat kode P.1 cocok sesuai dengan aslinya serta

bermaterai cukup, terhadap surat tersebut majelis mengkwalifisir bahwa surat

tersebut merupakan bukti autentik bahwa Pemohon berdomisili pada yuridiksi

Pengadilan Agama Boyolali.

Page 76: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

63

Menimbang, bahwa selanjutnya kedua saksi tersebut ternyata telah

memenuhi syarat formil yang ditetapkan oleh hukum dan keterangannya

sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar serta saling bersesuaian antara

yang satu dengan yang lainnya antara lain adalah:

- Bahwa, Pemohon dan Termohon adalah suami isteri

- Bahwa, keduanya telah sempat hidup rukun dan belum dikarunia anak.

- Bahwa, Termohon telah menipu Pemohon, bahwa Termohon hamil dulu

dengan lelaki lain sebelum menikah dengan Pemohon hal tersebut

dinyatakan sendiri oleh Termohon dihadapan keluarga Pemohon.

- Bahwa, saksi telah menasehati keduanya akan tetapi tidak berhasil.

Menimbang, bahwa apabila dalil-dalil permohonan Pemohon

dihubungkan dengan alat bukti yang diajukan serta hasil pemeriksaan

dipersidangan, majelis telah menemukan fakta-fakta sebagai berikut:

- Bahwa, Pemohon dan Termohon telah terikat dalam hubungan hukum

sebagai suami isteri yang sah telah pernah hidup rukun.

- Bahwa, dalam perkawinan Pemohon dan Termohon telah terjadi penipuan

yang dilakukan oleh Termohon yang hamil duluan dengan lelaki lain

dengan tidak memberitahukan kepada Pemohon.

Menimbang, bahwa setelah majelis menemukan fakta-fakta dalam

perkara ini, selanjutnya majelis akan mempertimbangkan petitum petitum

Pemohon.

Menimbang, bahwa terlebih dahulu majelis mempertimbangkan legalitas

Pemohon dalam mengajukan permohonan ini bahwa untuk mengajukan suatu

Page 77: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

64

perkara adalah suatu keniscayaan adanya sandaran hukum (legal standing),

sebagaimana fakta yang telah ditemukan oleh majelis, bahwa Pemohon dan

Termohon adalah suami isteri yang sah sehingga demikian majelis harus

menyatakan bahwa Pemohon berkualitas sebagai Pemohon karena sandaran

hukum melekat pada Pemohon. Hal ini telah sesuai dengan maksud dari:

- Pasal 23 (b) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 (tentang Perkawinan)

jo

- Pasal 73 (b) Inpres RI Nomor 1 tahun 1991 (tentang Kompilasi Hukum

Islam)

Menimbang, bahwa petitum kedua tentang agar perkawinan Pemohon

dan Termohon dibatalkan, sebagaimana fakta yang telah ditemukan oleh

majelis bahwa dalam perkawinan Pemohon dan Termohon telah terjadi

penipuan dimana Termohon telah hamil dengan lelaki lain dan hal tersebut

tidak diberitahukan Termohon kepada Pemohon, dari fakta tersebut majelis

menyatakan bahwa Termohon telah dengan sengaja menyembunyikan

keadaan dirinya yang sesungguhnya telah hamil dengan lelaki lain, sebelum

menikah dengan Pemohon, keadaan yang demikian menjadikan perkawinan

yang seharusnya dilandasi dengan saling mempercayai menjadi hambar,

sehingga tujuan rumah tangga yang seharusnya sakinah, mawaddah dan

rahmah tidak terwujud keberadaannya dalam rumah tangga Pemohon dan

Termohon dibatalkan telah berdasar dan sesuai dengan maksud dari:

- Pasal 23 (b) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 (tentang Perkawinan)

jo

Page 78: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

65

- Pasal 73 (b) Inpres RI Nomor 1 tahun 1991 (tentang Kompilasi Hukum

Islam)

Selanjutnya majelis akan berpendapat dalam amar putusan ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas,

selanjutnya majelis harus menyatakan bahwa Buku Akta Nikah

265/10/VIII/2010 tanggal 08 Agustus 2010 yang dikeluarkan oleh Kantor

Urusan Agama Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali atas nama Pemohon

dan Termohon dinyatakan tidak berkekuatan hukum.

Menimbang, bahwa terhadap petitum ketiga tentang biaya perkara

berdasarkan pasal 89 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dengan

perubahan dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-

undang RI Nomor 50 tahun 2009 (tentang Peradilan Agama), biaya perkara

dibebankan kepada Pemohon.

Menimbang, bahwa untuk petitum pertama, oleh karena Pemohon dapat

membuktikan kebenaran dalil-dalil permohonannya dengan alat-alat bukti

yang diajukan, majelis selanjutnya mengabulkan permohonan Pemohon

dengan verstek, sebagaimana dimaksud pasal 125 HIR.

Memperhatikan segala ketetapan hukum dan peraturan perundang

perundang lainnya yang berhubungan dengan perkara ini.

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Termohon yang telah dipanggil dengan secara resmi dan

patut untuk menghadap di persidangan tidak hadir

2. Mengabulkan permohonan pemohon dengan verstek

Page 79: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

66

3. Membatalkan perkawinan Pemohon (D bin W S dengan Termohon S

binti S M) yang dilangsungkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Teras, Kabupaten Boyolali pada tanggal 08 Agustus 2010.

4. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya Perkara Sebesar

Rp. 271.000,- (dua ratus tujuh puluh satu ribu rupiah)

Demikianlah diputuskan berdasarkan hasil musyawarah majelis pada

hari Selasa tanggal 30 Nopember 2010 Masehi bertepatan dengan tanggal 23

Dzulhijjah 1431 Hijriyah, oleh Drs. ACHMAD HARUN SHOFA, SH

Sebagai Hakim Ketua, Drs. ROMADHON, S dan Dra. AINA AINI ISWATI

HUSNAH masing-masing sebagai Hakim Anggota, dibantu oleh WIWIK

DWI HARYANI, SH sebagai Panitera Pengganti, putusan nama diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri Pemohon tanpa hadirnya

Termohon. (Putusan Pengadilan Agama Boyolali, 2010).

Page 80: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

67

BAB IV

DASAR DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN

PUTUSAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBATALAN

PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH

A. Analisis Putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 0886/Pdt.G/2010/PA.Bi

Tentang Pembatalan Perkawinan Karena Hamil Di Luar Nikah

Sebelum dijatuhkannya putusan pembatalan nikah, hakim terlebih

dahulu harus mengetahui tentang perkaranya dengan membaca semua surat-

surat yang bersangkutan dengan masalah pembatalan nikah ini.

Kemudian menasehati Pemohon agar dapat berdamai. Adapun dalam hal

penasehatan, hakim melaksanakan upaya perdamaian atau mediasi yang wajib

dilakukan sebelum diadakannya persidangan lanjutan. Dalam mediasi ini,

hakim berusaha untuk meyatukan agar suami-isteri ini dapat berkumpul

kembali membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Namun, pada kenyataannya pihak suami tidak mau lagi hidup bersama dengan

isterinya dalam ikatan rumah tangga dan pihak isteri menerima. Maka, hakim

memutuskan bahwa mediasi yang dilakukan telah gagal sehingga perlu adanya

lanjutan persidangan dalam masalah ini.

Kemudian persidangan dilanjutkan, dalam persidangan ini hakim telah

melihat permohonan yang telah diajukan pihak pemohon dan surat-surat

jawaban yang diajukan oleh termohon, maka hakim kemudian memeriksa

perkara. Dalam pemeriksaan perkara harus berdasarkan pembuktian, dengan

Page 81: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

68

tujuan untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang

dikemukakan dalam suatu persengketaan atau untuk memperkuat kesimpulan

hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah.

Adapun pengertian dari pembuktian adalah segala sesuatu atau alat

bukti yang dapat menampakkan kebenaran di sidang peradilan dalam suatu

perkara. (Mardani, 2009:106). Dimana dalam pembuktian ini hakim

mendengar dan melihat serta memperhatikan alat-alat bukti yang diajukan

pemohon dan termohon.

Adapun alat buktinya berupa:

a. Surat-surat yang terdiri dari: fotocopy Kartu Tanda Penduduk Nomor

:3309072812770001 (kode P.1) dan fotocopy Duplikat Kutipan Akta

Nikah Nomor :265/10/VIII/2010 (kode P.2).

b. Saksi-saksi dari pemohon. Dimana saksi tidak boleh satu karena dalam

pembuktian mempunyai azas unus testis nullus testis, yaitu satu alat bukti

bukanlah alat bukti, maka seorang saksi bukanlah saksi. (Mardani, 2009:

111).

c. Pengakuan dari pihak termohon.

Dilihat dari segi pelaksanannya, dimana pengakuan termohon yang

dilakukan dihadapan keluarganya.. Maka, pengakuannya ini dinamakan

pemgakuan di luar siding, yaitu keterangan yang diberikan salah satu

pihak dalam suatu perkara perdata di luar persidangan untuk

membenarkan pernyataan-pernyataan lawannya.

Page 82: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

69

Setelah Pengadilan Agama memeriksa perkara maka ia harus mengadili

atau memberikan putusan. Dimana putusan merupakan keputusan pengadilan

atas perkara gugatan berdasarkan adanya suatu sengketa atau perselisihan,

dalam arti putusan merupakan produk pengadilan dalam perkara-perkara

contentiosa, yaitu produk pengadilan yang sesungguhnya. Disebut juga

jurisdictio contentiosa, yaitu karena adanya dua pihak yang berlawanan dalam

perkara. (Mardani, 2009:118).

Dalam putusan ini, bahwa benar hakim mengabulkan permohonan

pemohon untuk membatalkan perkawinan antara pemohon dengan termohon,

adapun dikabulkannya permohonan termohon dengan berdasarkan

pertimbangan bahwa untuk menghilangkan madharatnya dan mengedepankan

manfaatnya. Karena perkawinan yang dilakukan antara pemohon dan

termohon telah mengandung unsur penipuan, dimana pihak isteri telah hamil

dengan orang lain sebelum melaksanakan perkawinan dengan suaminya. Hal

ini sesuai dengan maksud Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,

Pasal 27, yang berbunyi:

4) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang

melanggar hukum.

5) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah

sangka mengenai diri suami atau isteri.

Page 83: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

70

6) Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari

keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih

tetap hidup sebagai suami isteri, dan tidak mempergunakan haknya untuk

mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya gugur.

Dan lebih tepatnya yaitu sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) tentang

adanya salah sangka mengenai diri isteri, semula yang suami mengira

bahwa isterinya sebelum menikah dalam keadaan gadis tetapi setelah

diketahui ternyata isteri telah hamil sebelum diadakannya perkawinan dan

lebih-lebih hamilnya isteri dikarenakan orang lain, bukan suaminya

sendiri.

Berdasrkan Undang-undang putusan yang dikeluarkan hakim

dalam perkara pembatalan perkawinan ini sudah benar. Putusan ini

berdasarkan pada Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Pasal 23, yang berbunyi:

Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu:

e. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri;

f. Suami atau isteri;

g. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;

h. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) pasal 16 Undang-undang ini dan

setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung

terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

Putusan ini juga berdasarkan pada Inpres RI Nomor 1 tahun 1991

(tentang Kompilasi Hukum Islam) Pasal 73 (b), yang berbunyi, “yang dapat

Page 84: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

71

mengajukan permohonan pembatalan perkawinan adalah: (b) Suami atau

isteri”.

Dilihat dari putusan yang dikeluarkan oleh hakim dalam perkara ini,

putusan ini termasuk putusan konstitutif, yaitu putusan yang menciptakan

keadaan hukum baru yang sah menurut hukum yang sebelumnya memang

belum terjadi keadaan hukum tersebut. (Mardani, 2009:120).

Majelis hakim dalam mengeluarkan putusan telah mencakup azas

keadilan dan azas musyawarah. Dimana azas keadilan itu sendiri dapat dilihat

dari amar putusannya, yang berbunyi:

5. Mengabulkan Permohonan Termohon.

6. Menetapkan, membatalkan perkawinan antara Pemohon D bin W S

dengan termohon S binti S M yang dilangsungkan di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali pada tanggal 08 Agustus

2010.

7. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

8. Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.

Dan azas musyawarah dapat dilihat dari mediasi yang dilaksanakan oleh

majelis hakim.

Page 85: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

72

B. Analisis dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan

terhadap pelaksanaan pembatalan perkawinan karena hamil di luar

nikah

Setelah penulis mencermati dari hasil wawancara kepada salah satu

hakim dalam perkara pembatalan perkawinan ini, dimana hakim tersebut

berkedudukan sebagai hakim anggota dalam perkara pembatalan perkawinan

ini. Penulis dapat menuturkan sedikit banyak dari apa yang majelis hakim

jadikan dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan terhadap

pelaksanaan pembatalan perkawinan ini.

Adapun dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan

terhadap pelaksanaan pembatalan perkawinan ini, sebagai berikut:

1. Bahwa terlebih dahulu majelis mempertimbangkan legalitas Pemohon

dalam mengajukan permohonan ini bahwa untuk mengajukan suatu

perkara adalah suatu keniscayaan adanya sandaran hukum (legal standing),

sebagaimana fakta yang telah ditemukan oleh majelis, bahwa Pemohon

dan Termohon adalah suami isteri yang sah sehingga demikian majelis

harus menyatakan bahwa Pemohon berkualitas sebagai Pemohon karena

sandaran hukum melekat pada Pemohon.

2. Bahwa majelis Hakim telah menasehati Pemohon agar dapat berdamai

dan rukun kembali dengan Termohon akan tetapi tidak berhasil karena

Pemohon tetap berkehendak bercerai dengan Termohon.

3. Bahwa dalam meneguhkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon telah

mengajukan alat-alat bukti berupa: surat-surat dan saksi-saksi.

Page 86: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

73

4. Bahwa petitum kedua tentang agar perkawinan Pemohon dan Termohon

dibatalkan, sebagaimana fakta yang telah ditemukan oleh majelis bahwa

dalam perkawinan Pemohon dan Termohon telah terjadi penipuan dimana

Termohon telah hamil dengan lelaki lain dan hal tersebut tidak

diberitahukan Termohon kepada Pemohon

5. Bahwa pernikahan antara Pemohon dan Termohon telah melanggar

ketentuan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 27

ayat (2) karena Termohon sebelum menikah dengan Pemohon sudah

melakukan hubungan layaknya suami isteri dengan orang lain sampai

Termohon hamil.

6. Bahwa mengenai waktu pengajuan perkara, telah sesuai dengan maksud

pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dimana

pengajuan perkara itu belum melampaui batas waktu yang ditentukan

dalam Undang-Undang tersebut.

7. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, selanjutnya majelis

harus menyatakan bahwa Buku Akta Nikah 265/10/VIII/2010 tanggal 08

Agustus 2010 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan

Teras, Kabupaten Boyolali atas nama Pemohon dan Termohon dinyatakan

tidak berkekuatan hukum.

Hakim dalam melaksanakan tugasnya dalam memutus perkara

mendasarkan putusannya pada hukum. Hukum yang berlaku yang dijadikan

dasar adalah peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Putusan itu terkadang didasarkan atas putusan pengadilan atasannya. Jika

Page 87: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

74

hakim tidak dapat menemukan hukumnya dalam peraturan-peraturan hukum

atau yurisprudensi untuk dijadikan dasar putusannya, maka hakim

membentukya sendiri terlepas dari putusan-putusan pengadilan yang pernah

dijadikan putusan mengenai perkara yang sejenis. Hakim menetapkan sendiri

hukumnya. (Mertokusumo, 1983:3).

Berdasarkan dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan

terhadap pelaksanaan pembatalan perkawinan tersebut. Penulis akan

memberikan penjelasan dari hal-hal tersebut. Dimana menurut hemat penulis

bahwa memang benar adanya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974 tentang Perkawinan lebih tepatnya lagi pada pasal 27 ayat (2),

dimana pihak isteri tidak memberitahukan keadaan yang sebenarnya dari

dirinya bahwa ia telah hamil dengan orang lain sebelum melaksanakan

perkawinan.

Kemudian hakim memberikan kesimpulannya bahwa ia dapat

mengetahui fakta bahwa pihak termohon hamil sebelum melaksanakan

perkawinan dari hasil pembuktian, yang mana diketahui dari apa yang

disampaikan dari para saksi dan pengakuan dari pihak termohon.

Yang sebenarnya wanita hamil di luar perkawinan dapat melaksanakan

perkawinan. Namun, dalam hal ini, majelis hakim justru membatalkan

perkawinan sebab dalam perkara ini telah ada unsur penipuan sehingga

menyebabkan adanya salah sangka dari pihak suami terhadap isteri.

Dalam hal untuk mengetahui apakah pemohon berkualitas sebagai

pemohon, majelis hakim dapat menemukan faktanya berdasarkan dari

Page 88: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

75

pembuktian dalam persidangan. Bahwa telah diketahui pemohon dan

termohon memang telah melaksanakan perkawinan, dengan melihat bukti

yang ada, berupa Buku Akta Nikah atas nama pemohon dan termohon.

Dalam pelaksanan perdamaian atau mediasi hakim telah berupaya

mendamaikan kedua belah pihak. Namun, tidak ada kesepakatan untuk terus

menjalankan kehidupan rumah tangga secara bersama, karena jika hidup

bersama tidak akan menjadi lebih baik, dan lebih baiknya adalah berpisah.

Maka diambil jalan keluar untuk tetap melaksanakan pembatalan perkawinan.

Hal ini dilaksanakan untuk menghilangkan madharatnya dan lebih

mengedepankan manfaanya.

Fakta-fakta lain yang dapat majelis hakim gunakan untuk menentukan

putusan, yaitu setelah majelis hakim mendengarkan keterangan saksi-saksi.

Kemudian majelis hakim mengkwalifisir keterangan saksi-saksi yang mana

saja yang dapat dijadikan pertimbangan majelis hakim. Tindakan yang

dilakukan majelis hakim dengan menghadirkan dua orang saksi sudah sesuai

prosedur. Dimana syarat saksinya, yaitu dua orang saksi, beragama Islam dan

tahu benar tentang permasalahannya.

Setelah dikeluarkannya putusan pembatalan perkawinan, maka Buku

Akta Nikah yang dimiliki oleh pihak pemohon dan termohon menjadi tidak

inkracht (berkekuatan hukum) lagi. Sehingga harus diganti dengan kutipan

akta cerai. Namun, dalam hal ini, karena perkawinan yang dilaksanakan belum

lebih dari 6 (enam) bulan, maka tidak disebut dalam putusan sebagai

perceraian melainkan disebut pembatalan perkawinan. Mengenai jangka

Page 89: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

76

waktu ini dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan pasal 27 ayat (3), yang berbunyi: “Apabila ancaman telah

berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari keadaannya, dan dalam

jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami

isteri, dan tidak mempergunakan haknya untuk mengajukan permohonan

pembatalan, maka haknya gugur.”

Dalam hal pokok pada dasar dan pertimbangan hakim dalam

menetapkan putusan terhadap pelaksanaan pembatalan perkawinan ini, semua

langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak majelis hakim telah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam.

Page 90: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis bahas pada bab-bab sebelumnya pada

skripsi ini yang berjudul PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA

HAMIL DI LUAR NIKAH (Studi Putusan Pengadilan Agama Boyolali No.

0886/Pdt.G/2010/PA.Bi) dan penelitian yang penulis lakukan penulis dapat

memberikan kesimpulan, sebagai berikut:

1. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang

disebutkan pada bab IV tentang batalnya perkawinan, pasal 22, yaitu:

perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memnuhi syarat-

syarat untuk melangsungkan perkawinan dan pada pasal 28 ayat (1)

menyebutkan bahwa, batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan

pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat

berlangsungnya perkawinan.

Maka menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, bahwa perkawinan dapat dibatalkan karena telah sesuai

dengan ketentuan yang ada dalam undang-undang tersebut.

2. Ditinjau dari hukum Islam pembatalan perkawinan karena hamil di luar

nikah ini dapat di batalkan karena dalam hal ini, perkawinan itu lebih

banyak madharatnya daripada manfaatnya yang berakibat tidak baik untuk

semua pihak dan terdapatnya unsur penipuan sehingga menyebabkan

Page 91: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

78

adanya salah sangka dari perkawinan oleh pihak suami terhadap pihak

isteri. Maka, perkawinan ini tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh

Agama Islam di dalam Al-Qur‟an maupun Sunah Rasul serta dalam

Kompilasi Hukum Islam, sehingga perkawinan ini dapat dibatalkan karena

tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Kompilasi

Hukum Islam pada bab XI tentang batalnya perkawinan.

3. Pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan terhadap pembatalan

perkawinan karena hamil di luar nikah sebagaimana termuat dalam

putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 0886/Pdt.G/2010/PA.Bi, sebagai

berikut:

a. Mempertimbangkan legalitas Pemohon dalam mengajukan

permohonan.

b. Telah menasehati Pemohon agar dapat berdamai dan rukun kembali

dengan Termohon akan tetapi tidak berhasil.

c. Pemohon telah mengajukan alat-alat bukti.

d. Telah terjadi penipuan dimana Termohon telah hamil dengan lelaki

lain dan hal tersebut tidak diberitahukan Termohon kepada Pemohon.

e. Pernikahan antara Pemohon dan Termohon telah melanggar ketentuan

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 27 ayat (2)

f. Bahwa mengenai waktu pengajuan perkara, telah sesuai dengan

maksud pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

dimana pengajuan perkara itu belum melampaui batas waktu yang

ditentukan dalam Undang-Undang tersebut.

Page 92: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

79

g. Buku Akta Nikah 265/10/VIII/2010 tanggal 08 Agustus 2010 yang

dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Teras, Kabupaten

Boyolali atas nama Pemohon dan Termohon dinyatakan tidak

berkekuatan hukum.

Dengan melihat dasar dan pertimbangan hakim dalam menetapkan

putusan terhadap pelaksanaan pembatalan perkawinan di atas dan dengan

penelitian yang telah penulis laksanakan terhadap penelusurannya

sebagaimana yang di bahas pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa

semua langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak majelis hakim tersebut

telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam serta Hukum Islam.

B. Saran

Adapun saran penulis dalam masalah pembatalan perkawinan ini,

sebagai berikut:

1. Untuk Pengadilan Agama Boyolali:

a. Untuk lebih mengupayakan suatu proses mediasi agar berhasil.

b. Lebih hati-hati dan lebih teliti dalam menerima perkara.

2. Untuk masyarakat

a. Alangkah baiknya kita dalam melangkah ke jenjang yang lebih serius

yaitu suatu perkawinan sebaiknya terlebih dahulu mempersiapkan

semuanya, baik persiapan mental maupun persiapan fisik.

Page 93: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

80

b. Sebaiknya sebelum mengikat janji suci perkawinan terlebih dahulu

pihak perempuan dan pihak laki-laki saling mengenal dan saling

terbuka satu sama lain tentang kehidupan masing-masing (ta‟aruf).

c. Tidaklah sepatutnya seorang suami menolak keadaan isteri apabila

memang suami telah siap lahir dan batin untuk menikahi isterinya,

maka seharusnya suami mampu menerima apa adanya situasi dan

kondisi isteri.

d. Sebaiknya seorang perempuan mampu menjaga martabat sebagai

seorang perempuan dengan menjaga kehormatan yang palig berharga

dalam kehidupan ini.

e. Orang tua harus menjadi suri tauladan pertama terhadap anak-anaknya

dalam melangkah di kehidupan ini. Maka orang tua harus berperan

aktif dalam memberi nasehat-nasehat dan meperhatikan pergaulan

anak-anaknya.

f. Sebagai umat Islam alangkah baiknya kita selalu senantiasa

mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar kita selalu diberi petunjuk

untuk tetap berjalan di jalan yang benar dan di ridhoi Allah SWT.

Amin Ya Rabbal „alamin.

Page 94: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

81

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia,

Jakarta: Sinar Grafika

Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Peradilan Agama Di Indonesia, Pasca Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 (Sejarah, Kedudukan, dan Kewenangan),

Yogyakarta: UII Press Yogyakarta (anggota IKAPI)

Arifin, Bey dan A. Syinqithy Djamaluddin. 1992. Tarjamah Sunan Abu Dawud

Jilid III, Semarang: CV. Asy Syifa‟

Arto, Mukti.t.t. Praktek Perkara Perdata, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat. 1992/1993. Pedoman Pegawai

Pencatat Nikah (PPN), Jakarta

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). 2009. Buku

Panduan Keluarga Muslim, Semarang

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Chafidh, Afnan M. dan A. Ma‟ruf Asrori. 2008. Tradisi Islami, Panduan Prosesi

Kelahiran-Perkawinan-Kematian, Surabaya: Khalista

Departemen Agama RI. 1985/1985. Ilmu Fiqh Jilid II, Proyek Pembinaan

Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Departemen Agama RI. 2005. Membina Keluarga Sakinah, Ditjen Bitmas Islam

dan Penyelenggaraan Haji, Direktorat Urusan Agama Islam

Departemen Agama RI. 2011. Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro

Djalil, A. Basiq. 2006. Peradilan Agama Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Fajar, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

Difa Publisher

Khalim. 2005. Menikahi Wanita Hamil Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi.

Salatiga. Jurusan Syariah

Page 95: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

82

Kompilasi Hukum Islam (KHI). Inpres Nomor 1 Tahun 1991/ Departemen Agama

RI. 2001. Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Direktorat Pembinaan

Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam

Laporan Tahunan Pengadilan Agama Boyolali, 2011.

Mahsun. 2005. Pembatalan Nikah Karena Menggunakan Wali Hakim. Skripsi,

Salatiga: Jurusan Syariah

Majah, Sunan Ibnu. t.t. Sunan Ibnu Majah. Semarang: Toha Putra Semarang, hal.

592

Mardani, Dr. 2009. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah

Syar’iyah, Jakarta: Sinar Grafika

Mathlub, Abdul Majid Mahmud. 2005. Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Solo:

Era Intermedia

Mertokusumo, Sudikno. 1983. Sejarah Peradilan dan Perundang-undangannya

Di Indonesia Sejak 1942 dan Apakah Kemanfaatannya Bagi Kita Bangsa

Indonesia, Yogyakarta: Liberty

Nawawi, Hadari dan H.M. Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang

Sosial, Gadjah Yogyakarta: Mada University Press

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Nazir, Moh, t.t. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam Zakat dan Wakaf .1996/1997.

Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu Pegawai Pencatat

Nikah, tkp

Putusan Pengadilan Agama Boyolali Nomor 0886, 2010.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fikih Sunah 6, Bandung: PT Al Ma‟arif

Saleh, H.E. Hassan. 2008. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UII Press

Page 96: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

83

Sofwan. 2001. Ideologi Tafsir Ahmadiyah (Kajian Wacana Kritis Atas Al-Qur’an

dengan Terjemahan dan Tafsir Singka ) Skripsi, Surakarta. Jurusan

Ushuludin

Sy, Musthofa. 2005. Kepaniteraan Peradilan Agama, Jakarta: Prenada Media

Tihami, dan Sahrani. 2009. Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Zuhriah, Erfaniah. t.t. Peradilan Agama Di Indonesia (Sejarah Pemikiran dan

Realita), Yogyakarta: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI)

(http://www.pa-boyolali.go.id/index.php/profil-pa-boyolali): Profil Pengadilan

Agama Boyolali

(http://www.pa-boyolali.go.id/index.php/struktur): Struktur Organisasi

Pengadilan Agama Boyolali

(Http://www.Pa-boyolali.Go.Id/index.Php/proses-perkara):Proses Berperkara di

Pengadilan Agama Boyolali

Page 97: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HAMIL DI LUAR NIKAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3170/1/Skripsi Astuti.pdf · Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Astuti Nur Halimah

Tempat/tanggal lahir : Boyolali, 14 November 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Klimas Rt 02/ Rw IV, Kelurahan Sendang, Kecamatan

Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah,

Indonesia

No Hp : 081387610226

Riwayat Pendidikan : MI Klimas masuk tahun 1992 lulus tahun 1998

SLTP Muhammadiyah 8 Karanggede masuk tahun 1998

lulus tahun 2001

SMA N 1 Karanggede masuk tahun 2001 lulus tahun

2004

STAIN Salatiga masuk tahun 2008 Lulus tahun 2012

Nama Ayah : Sumarno

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nama Ibu : Sudarsi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Suami : Mustakim

Pekerjaan : Swasta

Demikian daftar riwayat hidup ini yang penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 04 Agustus 2012

Penulis

Astuti Nur Halimah

NIM 21208019