PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah...

102
PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS DALAM KASUS POLIGAMI ( Analisis Putusan Nomor 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Yayah Lutfiyah NIM : 107044100480 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H / 2011 M

Transcript of PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah...

Page 1: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS

DALAM KASUS POLIGAMI

( Analisis Putusan Nomor 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Yayah Lutfiyah

NIM : 107044100480

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H / 2011 M

Page 2: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas

Dalam Kasus Poligami

(Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

oleh:

Yayah Lutfiyah

NIM: 107044100480

Dibawah bimbingan

Prof. Dr. H. M. Atho’ Mudzhar, MSPD.

NIP: 150077526

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 3: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan
Page 4: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama mahasiswa : Yayah Lutfiyah

NIM : 107044100480

Fakultas : Syariah dan Hukum

Jurusan/ Konsentrasi : Ahwal Syakhsiyyah

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan plagiat maupun saduran dari hasil kaya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi ini dianggap gugur

dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan

serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian

hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 1 Juni 2011

(Yayah Lutfiyah)

Page 5: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

kemudahan, petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurah

kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umatnya

menuju zaman yang beradab dan penuh pencerahan.

Skripsi dengan judul Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas

Dalam Kasus Poligami (Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi)

disusun guna memenuhi syarat dalam meraih gelar Sarjana Syariah pada Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan

skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi dan juga telah membimbing penulis yaitu kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhamad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Drs., H. A. Basiq Djalil, SH, MA selaku Ketua Jurusan dan ibu Hj. Rosdiana,

MA., sebagai Sekertaris Jurusan Program Studi Ahwal Al-Syakhsyiah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 6: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

v

3. Prof. Dr. H. M. Atho’ Mudzhar, MSPD, selaku dosen pembimbing yang

sudah meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi penulis untuk

menjadi lebih baik.

4. Pansek Pengadilan Agama Bekasi beserta jajaran pegawai Pengadilan Agama

yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan

dalam penelitian.

5. Seluruh Dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum, terima

kasih atas ilmu dan bimbinganya. Seluruh Staf Akademik, Jurusan, Kasubag

Keuangan dan Perpustakaan terima kasih atas bantuan dalam upaya

membantu mempelancar penyelesaian skripsi ini.

6. Ayahanda H. Abdul Hamid (Alm) dan Ibunda tercinta Hj. Rodemah atas

pengorbanan dan cinta kasihnya baik moril dan materill, serta doa yang tak

terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi Penulis. Segala hormat

Penulis sembahkan.

7. Kakak dan adik-adikku tersayang, Robiatul Adawiyah, Humaidah, Ahmad

Syatirudin, Sulasatul Milati dan Ahmad Thantowi yang memberikan semangat

dan kehangatan di dalam keluarga serta Muhammad Syambuzi, terimakasih

atas pengorbanan baik moril maupun materil dan selalu setia menemani

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kalian semua di berikan

kesehatan dan kesuksesan.

8. Teman-teman seperjuangan kelas Pengadilan Agama 2007 Laila Wahdah,

Ratna Khuzaemah, Jainul Amidin, Tajul Muttaqin, Syawaludin, Ahmad

Page 7: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

vi

Syadhali, Riki Dian Saputra, dan lain-lain yang tidak penulis sebutkan satu-

persatu, yang telah banyak sedikitnya membantu, baik moril maupun materil,

dan semangat, semoga kesuksesan dan keberhasilan selalu menaungi dan

menyertai kita.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan Penulis, semoga

skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang

membacanya, Amin.

Ciputat, 13 Juni 2011

Penulis

Page 8: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah....................................... 6

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ................................................ 8

D. Studi Review Terdahulu ........................................................... 9

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 10

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II : PEMBATALAN PERKAWINAN

A. Pengertian Pembatalan Perkawinan ......................................... 15

B. Sebab Jatuhnya Pembatalan Perkawinan ................................. 21

C. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan .................................. 34

D. Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas.............. 37

Page 9: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

viii

BAB III : DESKRIPSI PENGADILAN AGAMA BEKASI DAN

DESKRIPSI KASUS PERKARA NO. 1513/ Pdt. G/ 2009/

PA. BEKASI

A. Sejarah dan Letak Geografis Pengadilan Agama Bekasi ........ 41

B. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Bekasi ............................... 43

C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Bekasi ...................... 44

D. Daftar Jumlah Pejabat Pengadilan Agama Bekasi ................... 44

E. Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Bekasi ........................ 45

F. Daftar Jumlah Perkara Yang Di Putus Pengadilan Agama

Bekasi ...................................................................................... 46

G. Deskripsi Kasus Perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi 48

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN NO. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

A. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ........ 60

B. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Hukum Perdata Indonesia ........................................ 68

C. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Kompilasi Hukum Islam .......................................... 70

Page 10: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

ix

BAB V : ANALISIS PUTUSAN NO. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

PERSPEKTIF HUKUM FIQH

A. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Madzhab Syafi’iyah ................................................. 76

B. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Madzhab Hanafiyah ................................................. 78

C. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Madzhab Malikiyah .................................................. 80

D. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Madzhab Hanibalah .................................................. 81

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 84

B. Saran-Saran ............................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hukum Islam dikenal istilah nikah. Menurut ajaran Islam

melangsungkan pernikahan berarti melaksanakan ibadah. Melakukan perbuatan

ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan

oleh Sunan Ibnu Madjah yang berbunyi:

“ barang siapa yang melaksanakan nikah berarti ia melaksanakan

separuh ajaran agamanya, yang separuh lagi hendaklah ia takwa kepada

Allah“.1

Demikian sunnah Qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah.

Rasulullah memerintahkan orang-orang yang telah mempunyai kesanggupan,

menikah dan hidup berumah tangga karena perkawinan atau memeliharanya dari

melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.2

Perkawinan memang merupakan salah satu subsistem dari kehidupan

beragama dan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat

1 Ali bin Ahmad bin Muhammad Al-Azizi, Al-Siraj Al-Munir Syarah Al-Jami’u Al-Shagir,

(Beirut: Dar Al-Fikr, 1405), Juz. 3, h. 347.

2 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta : Raja Grafindo

Perkasa, 1997), Cet. 1, h. 12.

Page 12: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

2

manusia. Dengan adanya perkawinan, rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina

sesuai dengan norma dalam tata kehidupan masyarakat. Melalui media

perkawinan yang merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri, esensi dan tujuan hidup berkeluarga ( rumah tangga )

barulah akan tercapai yaitu membentuk keluarga sakinah atau rumah tangga yang

penuh barokah, tentram, damai, rukun bahagia dan kekal.3

Masalah perkawinan merupakan permasalahan yang sangat penting dalam

sudut pandang agama maupun negara. Oleh karena itu, meskipun masalah

perkawinan telah diatur secara komprehensif dalam agama Islam namun pada

tataran pelaksanaan kehidupan bernegara perlu adanya Undang-undang yang

mengcover kebutuhan ini supaya tidak terjadi kesalahan mekanisme dalam

pelaksanaan perkawinan dan perangkat-perangkat lainnya.

Apabila dilihat dari sudut pandang agama, perkawinan mengandung unsur

perbuatan ibadah yang pada dasarnya merupakan sunnah Allah dan Rasul Nya.

Jika melihat pada tujuan perkawinan yang membentuk keluarga bahagia yang

kekal, tujuan ini dapat dielaborasikan menjadi tiga hal :

1. Suami isteri saling membantu dan saling melengkapi

2. Masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya dan untuk

pengembangan tersebut suami isteri harus saling membantu

3 Chandra Sabtian Irawan, Perkawinan dalam Islam : Monogami atau Poligami ?, (

Yogyakarta : An-Naba Islamic Media, 2007 ), cet Ke-1, h. 12.

Page 13: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

3

3. Tujuan terakhir yang ingin dicapai adalah keluarga bahagia yang sejahtera

spiritual dan material.4

Mengingat perkawinan bukan hanya sekedar hubungan antar individu

melainkan dapat merupakan perbuatan yang melibatkan orang lain yang pada

gilirannya akan menimbulkan hak dan kewajiban, maka pemerintah mencoba

mengakomodir dan mengatur pernikahan itu dengan lahirnya Undang-undang No.

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan

bahwa “ perkawinan merupakan ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( rumah tangga )

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.5

Pada prinsipnya, Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

berasaskan monogami yaitu suatu perkawinan dimana seorang pria hanya boleh

mempunyai satu orang isteri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

suami, hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum agama

dari yang bersangkutan mengizinkan, seorang suami dapat beristri lebih dari

seorang dan meskipun hal ini dikehendaki oleh yang bersangkutan, hanya dapat

dilakukan apabila dipenuhinya berbagai persyaratan tertentu dan atas putusan izin

Pengadilan.6

4 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 Tahun 1974 Sampai KHI, ( Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2006 ), Cet Ke-3, h. 57.

5 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, ( Jakarta : 2001 ), h. 131.

6 www.Legalitas.co.id, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pustaka

Yayasan Peduli Anak Negeri ( YPAN ), h. 2

Page 14: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

4

Meskipun pada prinsipnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan berasaskan monogami, akan tetapi Undang-Undang No. 1 tahun 1974

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Inpres No. 1 Tahun 1991)

sebenarnya menganut kebolehan Poligami walaupun terbatas hanya sampai empat

orang isteri saja. Kebolehan berpoligami tersebut memang tidaklah terlepas dari

berbagai persyaratan. Persyaratan-persyaratan seseorang dapat berpoligami yang

tercantum dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam memanglah sangat berat, sehingga menyebabkan orang

seringkali mengambil jalan pintas dengan melanggar Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku. Banyak cara yang dilakukan seseorang agar dapat

berpoligami, salah satunya yaitu dengan cara memalsukan identitas dirinya.

Apabila persyaratan-persyaratan bagi seorang suami untuk beristeri lebih

dari seorang tidak terpenuhi, maka perkawinan yang baru dapat diajukan

pembatalannya ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

berlangsungnya perkawinan atau tempat tinggal kedua suami isteri, ditempat

suami atau isteri. Hal ini telah dijelaskan dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan (Pasal 24) yaitu bahwa diantara sebab-sebab

dilakukannya pembatalan perkawinan jika terdapat suami atau isteri yang masih

mempunyai ikatan perkawinan melakukan perkawinan tanpa seizin dan

sepengetahuan pihak lainnya. Pemikiran tersebut juga terdapat dalam Kompilasi

Hukum Islam ( KHI ) “ bahwsannya perkawinan dapat dibatalkan apabila seorang

Page 15: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

5

suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama ( Pasal 71 ).7 Alasan

tersebut dapat menjadi sebuah landasan hukum untuk melakukan tindakan hukum

yang berupa permohonan pembatalan perkawinan oleh isteri yang mengetahui

suaminya telah menikah dengan orang lain tanpa sepengetahuan dan izin darinya

pada Pengadilan Agama yang berwenang.

Poligami memang merupakan salah satu polemik dalam perkawinan yang

paling banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. Satu sisi poligami ditolak

dengan berbagai macam argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis

bahkan selalu dikaitkan dengan ketidakadilan gender. Akan tetapi, pada sisi lain

poligami dikampanyekan karena dianggap memiliki sandaran normatif yang tegas

dan dipandang sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan fenomena

selingkuh dan prostitusi.

Perjalanan kehidupan berumah tangga memang tidaklah selalu berjalan

mulus dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Berbagai alasan seseorang untuk

beristri lebih dari seorang diantaranya yaitu kurangnya perhatian dari pasangan

hidupnya, adanya indikasi perselingkuhan dan adakalanya hanya untuk

melampiaskan hawa nafsu semata. Kebanyakan dari orang yang melakukan

poligami tanpa izin dari pihak lain (pihak isteri) dikarenakan isteri mengetahui

bahwa tidak terdapat indikasi persyaratan seorang suami dapat melakukan

poligami yang terdapat dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan. Dengan demikian, tidak ada peluang bagi seorang suami untuk

7 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Reneka Cipta 1991 dan Inpres Ri No.1 Th 1991

kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Depag RI 1998.hal

Page 16: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

6

melakukan poligami. Di Pengadilan Agama Bekasi terdapat kasus pembatalan

perkawinan poligami karena suami memalsukan identitas. Kajian pembatalan

perkawinan karena pemalsuan identitas dalam kasus poligami merupakan

fenomena yang menarik untuk dikaji.

Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap

pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama Bekasi dalam bentuk skripsi

dengan judul “PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN

IDENTITAS DALAM KASUS POLIGAMI ( Analisis Putusan Nomor 1513 /

Pdt. G / 2009 / PA. BEKASI )”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan sejumlah masalah sebagai berikut:

a. Pada dasarnya beberapa persyaratan bagi seseorang dapat melakukan

poligami sudah di jelaskan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ), akan tetapi

pada kenyataannya masih banyak orang yang melakukan poligami tidak

memenuhi persyaratan dalam Undang-undang tersebut.

b. Banyaknya cara yang dilakukan seseorang dalam melakukan poligami

agar dapat diakui keabsahan hukumnya, salah satunya yaitu dengan

memalsukan identitasnya.

Page 17: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

7

2. Perumusan Masalah

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa untuk beristeri lebih dari seorang,

maka seseorang harus mendapatkan izin dari isteri pada umumnya dan izin

dari pengadilan pada khususnya, sehingga bagi seorang suami yang

melakukan poligami tanpa mengikuti aturan hukum yang ada maka

perkawinan yang baru dapat diajukan permohonan pembatalan perkawinan ke

Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat berlangsungnya

perkawinan.

Sehubungan dengan permasalahan diatas dan untuk memudahkan

penulis dalam penulisan skripsi ini, maka rincian rumusan masalah skripsi ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

dan KHI yang mengatur hukum pembatalan perkawinan karena pemalsuan

identitas dalam kasus poligami, di terapkan oleh hakim Pengadilan Agama

Bekasi dalam putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi?

b. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

pembatalan perkawinan tersebut dan bagaimana akibat hukum dari

pembatalan perkawinan itu?

c. Bagaimana kekuatan dan kelemahan pertimbangan hakim dalam putusan

itu di tinjau dari hukum positif dan hukum fikih?

Page 18: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain :

a. Untuk memberikan penerangan kepada masyarakat banyak bahwa

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan KHI sudah

memberikan kejelasan hukum tentang seseorang yang beristeri lebih dari

satu orang yang tidak mematuhi aturan perundang-undangan.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

pembatalan perkawinan tersebut dan akibat hukumnya

c. Untuk lebih memahami kekuatan dan kelemahan pertimbangan hakim

dalam masalah pembatalan perkawinan karena pemalsuan identitas di

tinjau dari hukum positif dan hukum fikih

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

a. Manfaat Teoritis : untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang

hukum Islam, baik materiil maupun formil.

b. Manfaat Praktis : sebagai referensi bagi pencari keadilan serta

memberikan kejelasan pada masyarakat umunya tentang ketentuan hukum

dan perundang-undangan yang mengatur tentang pembatalan perkawinan.

Page 19: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

9

D. Studi Review Terdahulu

No Nama Penulis/ Judul/

Tahun

Substansi Pembeda

01 Nur Ulfah Mariana/

pembatalan Perkawinan

akibat Poligami Tanpa

Izin Dari Istri Menurut

Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 Tentang

Perkawinan Dan KHI

(Studi Kasus Pengadilan

Agama Jakarta Selatan)/

Fakultas Syariah dan

Hukum/ 2007

skripsi ini menjelaskan

tentang Implikasi UU

No. 1 Tahun 1974 dan

KHI dalam menerapkan

hukum poligami yang

tidak memenuhi

persyaratan.

Skripsi yang penulis

bahsa tidak hanya

menjelaskan

implikasi UU No. 1

Tahun 1974 dan KHI

saja, akan tetapi

penulis juga

membahas perkara

pembatalan

perkawinan dari

beberapa sudut

pandang, yaitu dari

hukum positif dan

hukum fiqih

02 Arud Badrudin/

Pembatalan Perkawinan

Karena Poligami Liar

(Analisa Yurisprudensi

Skripsi ini menjelaskan

tentang argumentasi

hakim dalam

menetapkan hukum

Dalam skripsi ini

yang penulis bahas

lebih mengarah

kepada pembatalan

Page 20: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

10

Perkara No. 416/ Pdt. G/

1995/ PA. Sumedang)/

Fakultas Syariah dan

Hukum/ 2010

pembatalan perkawinan

akibat poligami liar

serta mengetahui pihak

mana yang akan di

untungkan atau di

rugikan dalam

pembatalan perkawinan

perkawinan akibat

pemalsuan identitas,

dan di lihat dari

beberapa sudut

pandang

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan

menggunakan metode deskriptif analitis yaitu metode yang menggambarkan

dan memberikan analisa terhadap kenyataan dilapangan, sedangkan yang

dimaksud penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu adalah

penelitian hukum yang dilakukan untuk mengkaji aturan hukum yang bersifat

mengutus baik tertulis maupun tak tertulis. Dalam hal ini objeknya ialah

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan sebuah putusan

hakim di Pengadilan Agama.

Page 21: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

11

a. Data Penelitian

1) Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan hakim Pengadilan

Agama Bekasi yang memutus perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA.

Bekasi.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil kajian hukum terhadap

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) terhadap putusan hakim Pengadilan

Agama Bekasi dalam perkara No. 1513 / Pdt. G / 2009 / PA. Bekasi

b. Teknik Pengumpulan Data

1) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi terdiri dari bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Bahan hukum primer dalam skripsi ini adalah data

hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Bekasi yang

memutus perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi. Sedangkan

bahan hukum sekundernya adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, KHI dan amar putusan Pengadilan Agama

Bekasi yang telah berkekuatan hukum tetap serta buku-buku hukum

lain yang mendukung dan memperjelas.

Page 22: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

12

2) Interview atau Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab semua permasalahan penelitian. Data

yang diperoleh dari wawancara ini akan disinergikan dengan data-data

yang diperoleh dari studi dokumentasi.

c. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan

untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan penelitian

baik melalui studi dokumentasi, maupun wawancara, lalu diperiksa

kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan.

2) Klasifikasi Data : setelah data dan bahan diperiksa lalu di

klasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil

kesimpulan.

d. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah content analysist dan

analisis wacana. Dalam hal ini, setiap data akan dianalisis dari beberapa

sudut pandang. Data yang dianalisis merupakan data yang bersumber dari

sumber data, baik yang didapat melalui wawancara maupun studi

dokumenter.

Page 23: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

13

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran secara garis besar dan menyeluruh skripsi

ini disusun atas enam bab dan tiap-tiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab

meliputi:

Bab pertama tentang Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi penelitian, Studi Review Terdahulu dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua berisi tinjauan umum tentang Pembatalan Perkawinan karena

pemalsuan identitas, yang didalamnya membahas pengertian pembatalan

perkawinan, sebab-sebab terjadinya pembatalan dalam perkawinan menurut

perspektif fiqih, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan,

Kompilasi Hukum Islam serta akibat hukum pembatalan perkawinan.

Bab ketiga berisi tentang deskripsi Pengadilan Agama Bekasidan deskripsi

putusan Pengadilan Agama Bekasi No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi. Bab ini

terdiri atas dua bagian. Bagian pertama membahas sejarah dan letak geografis

Pengadilan Agama Bekasi, Visi dan Misi, struktur organisasi Pengadilan Agama

Bekasi, Jumlah perkara yang di putus Pengadilan Agama dri tahun 2009-2011

serta wilayah yuridiksi Pengadilan Agama Bekasi. Bagian kedua berisi deskripsi

kasus yang hendak di bahas dalam skripsi ini.

Bab keempat merupakan Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA.

Bekasi menurut Perspektif Hukum Positif. Didalam bab ini penulis mengawalinya

dengan menganalisa putusan tersebut menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Page 24: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

14

Tentang Perkawinan, yang kedua penulis menganalisa putusan menurut Hukum

Perdata Indonesia (BW), kemudian yang terakhir penulis menganalisa putusan

menurut Kompilasi Hukum Islam.

Bab kelima berisi Analisis Pututsan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Menurut Perspektif Hukum Fiqih. Di dalam bab lima ini penulis mengalisis

menurut pendapat imam-imam Madzhab, diantaranya yaitu: Madzhab

Syafi’iyyah, Madzhab Hanafiyyah, Madzhab Malikiyyah dan Madzhab

Hanabalah.

Bab keenam merupakan bab terahir dalam skripsi ini yang berisi

kesimpulan serta saran-saran. Dalam bab penutup ini penulis menyimpulkan

semua yang telah di bahas dalam skripsi ini.

Page 25: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

15

BAB II

PEMBATALAN PERKAWINAN

A. Pengertian Pembatalan Perkawinan

Pengertian fasakh secara umum dapat dipahami sebagai memutuskan atau

membubarkan suatu ikatan pernikahan disebabkan suatu alasan yang telah di

tentukan oleh syara. Arti fasakh ialah merusak atau membatalkan ini berarti

bahwa perkawinan itu diputuskan atau dirusak atas permintaan salah satu pihak

oleh Pengadilan Agama.

Di dalam fikih, batalnya perkawinan disebut juga dengan fasakh. Yang

dimaksud fasakh, secara etimologi atau menurut bahasa adalah:

"Fasakh adalah merusak pekerjaan atau akad”1

Sedangkan secara terminology atau istilah syar‟i, fasakh adalah

pembatalan akad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat

antara suami dan istri.2

Menurut Ali Hasabillah, secara terminology fasakh adalah suatu yang

merusak akad (perkawinan) dan dia tidak dinamakan talaq.3

1 Firdaweri, hukum Islam Tentang Fasakh, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989), Cet Ke-

1, hal. 52

2 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, ( Beirut: Daarul Fikr, 1983), Cet ke-37, hal. 268.

Page 26: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

16

Sayyid Sabiq menyatakan bahwa memfasakh akad nikah adalah

membatalkan dan melepaskan ikatan pertalian antara suami istri, fasakh dapat

terjadi karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi pada akad nikah atau karena hal-

hal lain yang datang membatalkan kelangsungan perkawinan.4

Adapun contoh fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi dalam

akad perkawinan adalah:

1. Setelah akad nikah ternyata istri adalah saudara susuan,

2. Suami istri masih kecil diakadkan setelah dewasa, ia berhak untuk

meneruskan ikatan perkawinanya dahulu itu atau mengakhirinya. Khiyar ini

disebut dengan khiyar baliq. Jika yang dipilih mengakhiri ikatan suami istri,

hal ini disebut dengan fasakh akad.

Para ulama telah sepakat bahwa apabila salah satu pihak dari pasangan

suami istri mengetahui ada aib pada pihak lainnya sebelum aqad nikah dan ia

menerima secara tegas atau ada tanda yang menunjukan kerelaannya, maka hak

untuk meminta fasakh dengan alasan aib tersebut hilang.

Terdapat 8 (delapan) aib atau cacat yang membolehkan khiyar, yaitu:

Tiga berada dalam keduanya (suami atau istri) yaitu gila, penyakit kusta dan

supak, dua terdapat dalam laki-laki yaitu: unah ( lemah sahwat), dan impoten,

tiga lagi dari perempuan yaitu: tumbuh tulang dalam lubang kemaluan yang

3 Ali Hasabillah, al-furqan Baina Zaujani,( Kairo : Daarul fikr, 1949), cet ke 1, hal. 169.

4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terjemahan. Nor Hasanuddin, (Jakarta : Pena Pundi Aksara,

2006), hal. 211.

Page 27: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

17

menghalangi persetubuhan, dan tumbuh daging dalam kemaluan, atau basah

karena penyakit (keputihan) yang menyebabkan hilangnya kenikmatan

bersetubuh.5

Menurut ketentuan hukum Islam, siapa yang mengetahui dan melihat

akan adanya seseorang yang berkehendak untuk melangsungkan pernikahan,

padahal diketahui bahwa penikahan tersebut cacat hukum karena kurang syarat

dan rukun yang ditentukan, maka perkawinan tersebut wajib dicegah. Jika

pasangan suami istri mengetahuinya setelah akad nikah, maka pihak yang di

rugikan wajib mengajukan pembatalan perkawinan kepada instansi yang

berwenang.

Dalam literatur fikih tidak di kenal lembaga pencegah perkawinan akan

tetapi fikih Islam mengenal dua istilah yang berbeda walaupun hukumnya sama

yaitu nikah fasid dan nikah batil. Menurut Al-Jaziry6, nikah fasid adalah nikah

yang tidak memenuhi salah satu syarat dari syarat-syaratnya, sedangkan fasakh

atau nikah batil ialah nikah yang tidak memenuhi rukun nikah yang telah di

tetapkan oleh syara‟. Hukum nikah dari kedua bentuk pernikahan itu adalah

sama-sama tidak sah dan harus di batalkan. Meskipun kedua hal tersebut menjadi

ikhtilaf para ulama dan para ahli hukum Islam, tetapi kedua hal ini nuansanya

tidak bisa di pisahkan dan sangat sulit di bedakan di antara keduanya.

5 Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Madzhab, ( Lentera Basretama, 1999 ), h. 351.

6 Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz IV ( Beirut : Dar al-

Fikr ), h. 118.

Page 28: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

18

Ash Shan‟ani7 mengemukakan bahwa nikah fasid itu tidak ada dalam Al-

Qur‟an dan Al-Hadis, akan tetapi Ash Shan‟ani mengemukakan bahwa pada

dasarnya dalam Syari‟at Islam hanya ada nikah yang sah dan nikah yang bathil

saja, tidak ada nikah yang terletak di antara nikah sah dan nikah yang bathil itu.

Di kalangan mazhab Syafi‟iyyah nikah fasid itu adalah akad nikah yang

di lakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang wanita, tetapi kurang salah satu

syarat yang di tentukan oleh syara‟, sedangkan nikah batil adalah pernikahan

yang di laksanakan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan tetapi

kurang salah satu rukun syara‟. Menurut ahli hukum Islam mazhab Syafi‟iyyah,

nikah fasid dapat terjadi dalam bentuk:

(1) pernikahan yang di laksanakan oleh seorang laki-laki dengan seorang

perempuan tetapi wanita tersebut dalam masa iddah laki-laki lain

(2) pernikahan yang dilaksanakan dalam masa istibro‟ karena wathi syubhat

(3) pernikahan yang di laksanakan oleh seorang laki-laki dengan seorang wanita

tetapi perempuan tersebut di ragukan iddahnya karena ada tanda-tanda

kehamilan

Meskipun Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 hanya mengatur menyangkut

pembatalan saja, tetapi dalam praktik pelaksanaan undang-undang tersebut yang

7 Al-Imam Muhammad Ibn Ismail Al-Kahlani Ash Shan‟ani, Subulus Salam, terjemahan Abu

Bakar Muhammad, Jilid III, ( Surabaya : Al-Ikhlas ), 1995, h. 118.

Page 29: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

19

menyangkut hal pembatalan perkawinan mencakup substansi dalam nikahul fasid

dan nikahul bathil

Apabila nikah fasid dan nikah batil di kaitkan dengan dengan fasakh,

maka fasakh adalah sesuatu yang dapat menyebabkan hubungan suami istri

berhenti, baik di hentikan oleh hakim maupun di hentikan dengan sendirinya di

karenakan di ketahui tidak terpenuhinya rukun dan syarat perkawinan. Dengan

demikian putusnya perkawinan dalam bentuk fasakh dapat terjadi karena adanya

kesalahan yang terjadi waktu akad atau adanya sesuatu yang terjadi kemudian

yang mencegah kelangsungan hubungan perkawinan itu.8

Bentuk kesalahan yang terjadi waktu akad:

a. Di ketahui kemudian bahwa suami istri itu ternyata mempunyai hubungan

nasab atau sepersusuan

b. ketika di kawinkan umurnya masih kecil (belum dewasa) dan tidak punya hak

pilih, tetapi setelah dewasa dia menyatakan pilihan untuk membatalkan

perkawinan

c. ketika akad nikah berlangsung suatu kewajaran, kemudian ternyata ada

penipuan, baik dari segi mahar atau pihak yang melangsungkan perkawinan

Bentuk kesalahan terjadi setelah berlangsungnya akad perkawinan:

a. Salah seorang murtad dan tidak mau di ajak kembali kepada Islam

b. Salah seorang mengalami cacat fisik yang tidak memungkinkan melakukan

hubungan suami istri

8 Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet Ke-2, h. 133.

Page 30: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

20

c. Suami terputus sumber nafkahnya dan si istri tidak sabar menunggu pulihnya

kehidupan ekonomi si suami.9

Menurut Al-Jaziri jika perkawinan yang telah dilaksanakan oleh

seseorang tidak sah karena kekhilafan dan ketidaktahuan atau tidak sengaja dan

belum terjadi persetubuhan, maka perkawinan tersebut perlu dibatalkan, yang

melakukan perkawinan tersebut tidak berdosa, jika terjadi persetubuhan maka itu

dipandang sebagai wathi’syubhat, tidak dipandang sebagai perzinahan. Jika

perkawinan yang di lakukan oleh seseorang sehingga perkawinan itu menjadi

tidak sah karena sengaja melakukan kesalahan memberikan keterangan palsu,

persaksian palsu, surat-surat palsu atau hal lain yang tidak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, maka perkawinan yang demikian itu wajib di batalkan. 10

Jadi, ada dua jenis pembatalan dari segi kapan berlakunya yaitu:

a. Berlaku surut

Apabila pada waktu di langsungkannya akad telah di ketahui sebab

yang dapat menyebabkan aqad tidak sah atau perkawinan yang di langsungkan

tidak memenuhi syarat atau rukun perkawinan yang telah di tentukan oleh

syara.

b. Tidak berlaku surut

Pembatalan yang tidak berlaku surut yaitu apabila sebab yang dapat

membatalkan aqad di ketahui setelah berlangsungnya perkawinan, dengan

9 Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cet Ke-2, h. 134.

10

Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, jilid IV, hal.119.

Page 31: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

21

begitu aqadnya tetap di anggap sah. Seperti contoh setelah perkawinan telah

berlangsung, salah satu dari pasangan suami istri keluar dari Islam atau

murtad, dengan begitu akadnya tetap di anggap sah.

B. Sebab Jatuhnya Pembatalan Perkawinan

1. Perspektif fiqh

Fiqh Islam mengenal dua istilah yang berbeda kendati hukumnya sama,

yaitu nikah al-fasid dan nikah al-batil. Nikah fasid adalah nikah yang tidak

memenuhi salah satu syarat dari syarat-syaratnya, sedangkan nikah batil,

apabila tidak terpenuhi rukun-rukunnya. Hukum nikah fasid dan batil adalah

sama-sama tidak sah. Batalnya perkawinan menurut fiqih Islam antara lain

disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu: pertama, karena tidak terpenuhi rukun

perkawinan dan atau karena tidak terpenuhi syarat perkawinan dan kedua,

karena adanya sebab lain setelah perkawinan berlangsung. Pembatalan

dimaksud dikenal dengan istilah “fasakh”.11

Menurut pendapat kalangan madzhab Syafi’iyyah diantara perceraian di

sebabkan fasakh yaitu di sebabkan seorang suami berat memberikan maskawin

( sebelum di pergauli ), nafkah, tempat tinggal, dan pakaian, seorang istri

terdapat cacat ( dari kemaluannya), di sebabkan akad nikah yang fasid, dan

tidak sekufu. Kalangan madzhab Malikiyyah berpendapat bahwa di antara sebab

11

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2006), Cet

Ke-3, h. 243.

Page 32: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

22

yang dapat di fasakh yaitu di sebabkan akad nikah yang fasid, nikah sirri,

menikah tanpa wali, putusan hakim dengan talaq ba‟in dalam perceraian ( baik

di ceraikan atas putusan hakim atau atas perintah Istri). Menurut kalangan

madzhab Hanafiyyah di antara sebab yang dapat mengakibatkan fasakh yaitu

salah satu dari suami atau istri meninggalkan tempat peperangan ke Negara

Islam yang aman, karena fakta yang menyebabkan akad nikah fasid, dan salah

satu dari suami atau istri kafir, sedangkan menurut kalangan mazdhab

Hanabilah di antara sebab yang dapat menyebabkan fasakh yaitu seorang suami

tidak sanggup memberikan maskawin (sebelum di pergauli), nafkah, tempat

tinggal, dan pakaian, dan salah satu dari suami atau istri kafir.12

Adapun dalam hal fasakhnya suatu pernikahan di sebabkan karena

adanya cacat pada wanita yang di nikahi, dalam hal ini istri tetap berhak

mendapatkan mahar. Hal tersebut sesuai dengan hadis Sayyidina Umar yang

berbunyi:13

Umar bin Khattab berkata “laki-laki mana saja yang mengawini seorang

perempuan dan bergaul dengannya, lalu menemukan pada istrinya itu mengidap

12

Lihat Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz IV ( Beirut : Dar

al-Fikr ), h. 372.

13

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulug Al-Maram, (Surabaya: Syirkah Bengkulu Indah), h. 218

Page 33: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

23

penyakit sopak, gila atau kusta, maka berikanlah maharnya karena telah bergaul

dengannya (artinya setelah keduanya dipisahkan)”.

Penjelasan dari hadis tersebut bahwa laki-laki yang telah memfasakh

perkawinannya karena terdapat cacat pada istrinya tetap wajib membayar mahar

karena suami tersebut harus bertanggung jawab terhadap walinya, meskipun

sudah tertipu di dalam pernikahannya dan pernikahannya dapat di fasakh sesuai

dengan apa yang di tetapkan dalam aturan fasakh.14

Akan tetapi apabila seorang suami tertipu dengan sifat wanita yang

dinikahinya tersebut, seperti tertipu karena keperawanannya, ternyata wanita

tersebut tidak perawan, wanita tersebut mengaku muslim, ternyata wanita

tersebut bukan muslim, mengaku merdeka, dan mengaku bukan senasab tetapi

ternyata berbeda dengan kenyataannya, maka para ahli fiqih berbeda pendapat

dalam hal tersebut kecuali madzhab Hanafiyyah. Menurut pendapat Madzhab

Syafi’iyyah yaitu jika seorang laki-laki akan menikahi seorang perempuan, di

syaratkan sebelum atau di saat akad meneliti sifat wanita tersebut, seperti jelas

keislamannya, atau jelas nasabnya, dan jelas status kemerdekaannya. Apabila

setelah akad ternyata diketahui berbeda dengan kenyataannya, menurut qaul

yang lebih sahih pernikahannya tetap di anggap sah. Begitu pula menurut

Madzhab Hanabilah yaitu apabila seorang laki-laki menipu seorang wanita

dengan sesuatu yang merusak akad, seperti perkara sekufu, kemerdekaannya,

14

Ibid, hal. 522.

Page 34: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

24

keturunannya, maka bagi istri berhak untuk memilih antara fasakh atau tetap

berlangsung. Menurut pendapat Madzhab Hanafiyah yaitu tidak di bolehkan

adanya perceraian karena salah satu dari kedua suami istri tertipu oleh sifat dari

salah satu kedua suami istri tersebut kecuali terdapat cacat yang dapat

menyebabkan suami istri susah untuk bersenggama.15

Wahbah az-Zuhaili mengatakan bahwa putusnya akad meliputi fasakh

dan infisakh, hanya saja munculnya fasakh terkadang bersumber dari kehendak

sendiri, keridhaan dan terkadang berasal dari putusan hakim, sedangkan

infisakh muncul karena adanya peristiwa alamiah yang tidak memungkinkan

berlangsungnya akad.16

Sedangkan Sayyid Sabiq17

menggunakan istilah mem-fasakh akad nikah

yang berarti membatal-kannya dan melepaskan ikatan pertalian antara suami

isteri. Fasakh dapat terjadi karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi pada akad

nikah atau karena hal lain yang datang kemudian dan dapat membatalkan

kelangsungan perkawinan. Sayid Sabiq menambahkan bahwa fasakh itu terbagi

kepada dua macam, yaitu: pertama, fasakh yang berkehendak kepada keputusan

hakim, jika kondisi penyebab fasakh masih samar-samar dan kedua, fasakh

yang tidak berkehendak kepada keputusan hakim, jika kondisi penyebab

fasakh-nya jelas.

15

Ibid, hal. 526.

16

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Dar al-Fikr, Damaskus, 1984, hlm.

3150.

17

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, ( Beirut: Daarul Fikr, 1983), Cet ke-37.

Page 35: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

25

Berdasarkan pendapat Sayyid Sabiq tersebut, maka pembatalan

perkawinan (fasakh) dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Dilihat dari sisi sebab pembatalannya, terdiri dari:

1) Sebab yang telah ada pada saat perkawinan dilangsungkan, contohnya

perkawinan dilangsungkan tidak memenuhi rukun dan/atau syarat

perkawinan.

2) Sebab yang terjadi setelah akad perkawinan berlangsung, contohnya

setelah perkawinan berlangsung, salah satu dari suami atau isteri murtad.

b. Dilihat dari kewenangan pembatalannya, terdiri dari:

1) Pembatalan perkawinan melalui keputusan hakim, berarti suami isteri

tidak dibolehkan membatalkannya tanpa ada keputusan hakim, hal ini

dilakukan jika alasan yang dapat membatalkan perkawinan masih samar-

samar, contohnya karena isteri masih belum memeluk agama Islam,

sedangkan suaminya sudah. Ada kemungkinan, setelah perkara dibawa ke

pengadilan, isterinya mau memeluk agama Islam.

2) Pembatalan perkawinan yang tidak harus melalui keputusan hakim,

berarti suami isteri dapat langsung membatalkannya tanpa harus

menunggu keputusan hakim, hal ini dilakukan jika alasan yang

membatalkan perkawinan sudah jelas, seperti karena terdapat halangan

perkawinan di antara mereka disebabkan hubungan nasab atau sesusuan,

berhubung perkawinan yang demikian adalah haram menurut fiqih Islam.

Page 36: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

26

Dasar hukum Putusnya hubungan perkawinan dengan cara fasakh ini,

antara lain adalah:

a. Firman Allah SWT dalam surah An-Nisa Ayat 23 yang berbunyi :

Artinya : “ Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara

bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-

anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak

perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang

menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua),

anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu

campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah

kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan

bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan

(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah

terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”

b. Dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud,

yang berbunyi:

Page 37: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

27

Artinya: “Dan dari Abdurraman bin Hurmuz Al-A‟raj sesungguhnya Abbas

bin Abdullah bin Abbas tela mengawinkan Abdurahmnan bin Hakam dengan

anak putrinya dan sebaliknya Abdurahman mengawinkan Abbas dengan

anak putrinya dan mereka berdua menjadikan tukar menukar itu sebagai

maharnya kemudian Muawiyah bin Abi Sufyan mengirim surat kepada

Marwan bin Hakam yang isinya menyuruh Marwan agar menceraikan antara

mereka berdua, seraya berkata dalam suratnya itu inilah nikah syigar yang di

larang oleh Rasulullah SAW.” (HR ahmad dan abu daud).18

c. Dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Hakim, yang berbunyi:

سلم العا :بن كعب بن عجرة عن ابيو قال عن زيد ل اللو صلي اللو عليو ج رس تس

ضعت ثيا بيا رأي بكشحيا بيا ضا فقا ل البسي : ليت من بني غفا ر فلما دخلت عليو

امر ليا با لصداق الحقي بأىلك (راه الحاكم)ثيا بك

Artinya: “ Hadits dari Zaid bin Ka‟ab bin „Ujrah dari bapaknya dia berkata:

Rasulullah SAW mengawini seorang wanita dari bani Ghafar. Ketika Rasul

hendak bersetubuh dengannya, wanita itu membuka pakaiannya. Rasul

melihat warna putih di rusuknya. Lantas Rasul berkata: Pakailah pakaianmu

dan pergilah kerumah orang tuamu, dan Rasul memberinya mahar.” (HR.

Hakim).19

2. Perspektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Di dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tidak secara tegas dinyatakan

adanya lembaga nikahul fasid dalam hukum perkawinan di Indonesia. Akan

tetapi dalam praktik pelaksanaan undang-undang tersebut yang menyangkut hal

pembatalan perkawinan mencakup substansi dalam nikahul fasid dan nikahul

bathil. Dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

18

Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz. 34, h. 216, Hadis Ke-16253 19

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulug Al-Maram, (Surabaya: Syirkah Bengkulu Indah), h. 218

Page 38: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

28

Perkawinan dinyatakan bahwa pernikahan dapat dibatalkan apabila para pihak

tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Dalam penjelasannya kata “ dapat “ dalam pasal ini adalah bisa batal

bilamana menurut ketentuan hukum agamanya tidak menentukan lain.20

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa suatu perkawinan yang dilaksanakan

oleh seseorang dapat menjadi batal demi hukum dan dapat dibatalkan oleh

hakim apabila cacat hukum dalam pelaksanaannya. Pengadilan Agama dapat

membatalkan pernikahan tersebut atas permohonan pihak-pihak yang

berkepentingan.

Istilah dapat dibatalkan dalam Undang-Undang ini berarti dapat

difasidkan, sehingga bersifat relative neitig. Dengan demikian perkawinan

dapat dibatalkan berarti sebelumnya telah terjadi perkawinan lalu dibatalkan

karena adanya pelanggaran terhadap aturan-aturan tertentu.21

Menurut M. Yahya Harahap,22

secara teoritis Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan menganut prinsip bahwa tidak ada suatu

perkawinan yang dianggap sendirinya batal menurut hukum ( van

rechtswegwnietif ) sampai ikut campur tangan Pengadilan. Hal ini dapat

20

Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2004), Cet Ke-1,

h. 106.

21

Martiman Prodjohamidjodjo, Hukum Perkawinan Indonesia, ( Jakarta : Indonesia Legal

Center Publishing, 2002 ), h. 25.

22

Yahya Harahap, SH. Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, ( Medan : CV. Zahir Trading Co ), 1975,

Cet Ke-I, h. 74.

Page 39: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

29

diketahui dalam pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, dimana

dikatakan bahwa batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputus oleh

Pengadilan.

Secara sederhana ada dua sebab terjadinya pembatalan perkawinan.

Pertama, pelanggaran prosedural perkawinan. Kedua, pelanggaran terhadap

materi perkawinan. Misalnya perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman,

terjadi salah sangka mengenai calon suami dan isteri.23

Pihak-pihak yang berhak melakukan pembatalan perkawinan dalam

Undang-Undang Perkawinan yaitu:

1. Keluarga dalam garis lurus ke atas dan ke bawah dari masing-masing pihak

(Pasal 23 huruf a)

2. Suami istri itu sendiri (Pasal 23 huruf b)

3. Jaksa (Pasal 23 huruf c ayat (1) jo. Pasal 16)

4. Pejabat tertentu (Pasal 23 huruf d jo Pasal 16)

5. Setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap

perkawinan tersebut (Pasal 23 huruf c)

3. Perspektif Hukum Perdata Indonesia

Didalam hal seseorang tidak mengindahkan akan ketentuan-ketentuan

undang-undang tentang perkawinan dan pelangsungan perkawinan, dengan

23

Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Prenada Media, 2004 ), h.

107.

Page 40: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

30

begitu adanya dua macam akibat hukum yaitu kebatalan karena hukum atau

kemungkinan pernyataannya batal oleh hakim atas permohonan pihak-pihak

yang bersangkutan.24

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) dengan jelas

disebutkan pada pasal 85 yaitu:

Kebatalan suatu perkawinan hanya dapat dinyatakan oleh hakim.

Mengenai pembatalan dalam perkawinan yang terdapat dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yaitu di jelaskan dalam pasal 85-99.25

Adapun

bunyi dari pasal 85-99 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Suatu

perkawinan dapat di batalkan dengan alasan-alasan sebagai berikut:26

1. Karena adanya perkawinan rangkap (poligami)

2. karena tidak ada persetujuan yang bebas di antara para pihak

3. karena salah satu pihak di anggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum

4. karena salah satu pihak atau masing-masing pihak belum mencapai umur

yang di tentukan menurut Undang-Undang dan belum mendapat izin

5. karena adanya larangan perkawinan

6. karena perkawinan yang di langsungkan akibat dari suatu hubungan zina

(overspell)

24

H.F.A. Volmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, ( Jakarta: Rajawali, 1992 ), Cet Ke-3, h.

60. 25

Lihat, Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 22.

26

Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007),Cet Ke-1, h. 13.

Page 41: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

31

7. karena tidak adanya izin dari pihak yang berkepentingan, antara lain orang

tua dan wali.

Dalam hal perkawinan rangkap (poligami), pihak yang berwenang

melakukan permohonan pembatalan perkawinan adalah:

1. Suami atau istri dari perkawinan yang pertama

2. Suami atau istri dari perkawinan yang kedua

3. Jaksa

Dalam hal perkawinan yang dilangsungkan oleh pihak-pihak yang di

anggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum, permohonan pembatalan

perkawinan dapat di lakukan oleh:

1. Orang tua

2. Keluarga dalam garis lurus ke atas dan ke samping

3. Curator

Untuk melakukan pembatalan perkawinan harus dilakukan dengan

mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negri yang daerah hukumnya

meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan tersebut. Pembatalan

perkawinan tersebut baru terjadi setelah dinyatakan dalam putusan Pengadilan

yang telah in Kracht van gewijsde.27

27

Ibid, h. 14.

Page 42: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

32

4. Perspektif kompilasi Hukum Islam

Mengenai sebab batalnya perkawinan dan permohonan pembatalan

perkawinan di Indonesia, Kompilasi Hukum Islam secara rinci menjelaskan

sebagai berikut :

Dalam pasal 70 dijelaskan bahwa suatu perkawinan dapat dibatalkan

apabila :

a. Suami melakukan perkawinan, sedangkan ia tidak berhak melakukan akad

nikah karena sudah mempunyai empat orang isteri, sekalipun satu dari

keempat isterinya itu dalam iddah talak raj‟i

b. Seseorang menikahi isterinya yang telah dili‟annya

c. Seseorang menikahi bekas isterinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak

olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut pernah menikah dengan pria lain

yang kemudian bercerai lagi ba‟da dukhul dari pria tersebut dan telah habis

masa iddahnya.

d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah,

semenda dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan

menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, yaitu :

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau keatas.

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara

saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang

dengan saudaranya neneknya.

Page 43: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

33

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau ayah

tirinya.

4) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan, saudara

sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

e. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri

atau isteri-isterinya.28

Sedangkan pasal 71 KHI menjelaskan tentang aturan dimana suatu

perkawinan dapat dibatalkan apabila seorang suami melakukan poligami tidak

mendapatkan izin dari Pengadilan Agama.

Di dalam pasal 72 KHI dijelaskan bahwa perkawinan dapat dibatalkan

apabila:

1) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang

melanggar hukum

2) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan perkawinan apabila

pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka

salah sangka mengenai calon suami atau istri.

Selanjutnya berkenaan dengan pihak-pihak yang dapat membatalkan

perkawinan diatur dalam pasal 73, yaitu :

28

Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata hukum Indonesia, (

Jakarta : Gema Insani Press, 1994 ), h. 97.

Page 44: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

34

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah dari suami

atau isteri,

b. Suami atau isteri,

c. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun

dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang-

undangan sebagaimana tersebut dalam pasal 67.

C. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

Pembicaraan pembatalan perkawinan bahwa perkawinan itu sebelumnya

telah berlangsung dan akibat dari perkawinan tersebut menghasilkan anak dan

harta bersama.29

Di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal

28 ayat (2) dinyatakan :

Keputusan tidak berlaku surut terhadap :

1. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut.

2. Suami atau isteri yang bertindak dengan beritikad baik, kecuali terhadap harta

bersama, bila pembatalan perkawinan didasarkan adanya perkawinan lain yang

lebih dahulu.

29

Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Prenada Media, 2004 ), h.

113.

Page 45: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

35

3. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam huruf a dan b sepanjang

mereka memperoleh hak-hak dengan itikad baik sebelum keputusan tentang

pembatalan mempunyai kekuatan hokum tetap.

Sedangkan menurut KHI seperti yang terdapat pada pasal 75, dijelaskan

keputusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap :30

1. Perkawinan yang batal karena salah satu dari suami isteri murtad;

2. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

3. Pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan beritikad baik,

sebelum keputusan pembatalan perkawinan mempunyai kekuatan hukum

yang tetap.

Sedangkan dalam pasal 76 KHI dinyatakan :

“Batalnya suatu perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukum antara anak

dengan orang tuanya.”

Dalam fiqih dijelaskan akibat hukum dari pembatalan perkawinan di

antaranya yaitu yang dijelaskan oleh Wahbah Zuhaili, yakni:

1. Apabila telah sempat bersenggama, maka senggama itu tidak di anggap zina

selama benar-benar tidak mengetahui bahwa perbuatan itu haram baginya, dan

oleh karena itu tidak dikenakan hukum dera seratus kali bagi yang masih

belum pernah menikah dan tidak pula hukuman rajam bagi yang sudah pernah

menikah

30

Ibid, h. 113.

Page 46: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

36

2. Wajib membayar mahar wanita seperti yang di sepakati, dan kalau belum ada

kesepakatan tentang jumlahnya maka harus membayar jumlah yang layak

baginya

3. Ibu wanita haram bagi laki-laki menikahinya karena sudah di anggap sebagai

mertuanya,

4. Jika senggama itu menghasilkan anak, maka anak itu di akui sebagai anak

ayahnya, baik hal yang menyebabkan batalnya itu di sepakati maupun di

perselisihkan.31

Dari penjelasan pasal-pasal diatas dapat ditarik suatu kesimpulan tentang

akibat hukum dari pembatalan perkawinan adalah sebagai berikut :

1. Anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang dibatalkan adalah anak sah dan

merupakan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaannya, kecuali

pembatalan perkawinan atas dasar kesengajaan para pihak, karena perkawinan

yang tidak sah karena unsur kesengajaan anak hanya mempunyai hubungan

nasab dengan ibunya.

2. Penyelesaian terhadap harta bersama yang didapat dalam perkawinan yang

dibatalkan atas dasar adanya ikatan perkawinan yang lebih dahulu atau

poligami aturan hukumnya belum jelas. Sedangkan terhadap harta bersama

yang didapat dalam perkawinan diselesaikan menurut hukumnya masing-

masing, baik menurut hukum agama, hukum adat atau hukum lainnya.

31

Satria Efendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, ( Jakarta: Kencana,

2004), Cet Ke-2, h. 26.

Page 47: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

37

D. Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas

Pemalsuan identitas atau biasa disebut dengan manipulasi identitas terdiri

dari dua suku kata yakni manipulasi dan identitas. Manipulasi merupakan kata

serapan yang berasal dari bahasa Inggris yaitu manipulation yang berarti “

penyalahgunaan atau penyelewengan “.32

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahsa

Indonesia, manipulasi diartikan sebagai “ upaya kelompok atau perseorangn untuk

mempengaruhi perilaku sikap dan pendapat orang lain tanpa orang itu

menyadarinya. “33

Definisi identitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti

ciri-ciri, keadaan khusus seseoroang, jati diri. Definisi lain dari identitas yakni

persamaan, tanda-tanda, ciri-ciri.34

Jadi, dapat disimpulkan manipulasi identitas dalam perkawinan adalah

suatu upaya penyelewengan atau penyimpangan yang dilakukan seseorang untuk

memalsukan data-data baik berupa status, tanda-tanda, ciri-ciri maupun keadaan

khusus seseorang atau jati diri yang dinilai sebagai suatu tindak pidana berupa

kebohongan kepada pejabat negara yang tujuannya untuk bisa melangsungkan

perkawinan.

32

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta: PT. Gramedia,

2000), h. 372.

33

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,

2005), h. 712.

34

Santoso, Ananda dan A.R Al-Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya,

Penerbit Alumni, t.th), h. 157.

Page 48: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

38

Manipulasi identitas terdiri dari berbagai macam diantaranya adalah

manipulasi nama, usia, alamat, agama bahkan status.

Ada beberapa penyebab terjadinya manipulasi identitas dalam perkawinan,

yaitu:

1. Sikap mental buruk pelaku yang pada dasarnya ingin mengeruk keuntungan

sebanyak-banyaknya hanya unuk kepentingan diri sendiri

2. Masih kurangnya pengetahuan sebagian anggota masyarakat tentang

perkawinan berikut peraturan pelaksanaannya dan peraturan perundang-

undangan lainnya yang berlaku serta hukum munakahat.

3. Masih kurangnya tertib pelaksanaan administrasi NTCR, akibat kurangnya

pengetahuan dan kemampuan teknis para petugas atau Pegawai Pencatat Nikah

(PPN) dan wakilnya.

4. Kurang mantapnya koordinasi diantara pejabat/petugas pelaksana NTCR yang

berwenang menanganinya.

5. Belum sepenuhnya diterapkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya, termasuk hukum munakahat belum

merata dikalangan masyarakat dan instansi-instansi yang mengakibatkan

kurangnya hukum.35

35

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2003 ),

cet. Ke-6, h. 111.

Page 49: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

39

6. Adanya keinginan untuk berpoligami tanpa harus diketahui oleh isterinya dan

untuk memudahkannya tanpa harus meminta izin dari Pengadilan Agama.36

Salah satu faktor perkawinan itu dapat dibatalkan apabila terjadi adanya

pemalsuan identitas terhadap diri suami atau istri yang melangsungkan

perkawinan. Pemalsuan identitas tersebut dapat berupa pemalsuan status, usia

maupun agama. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

mengatur pembatalan perkawinan karena pemalsuan identitas yaitu pada pasal 27

yang berbunyi:

1) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum

2) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah

sangka mengenai diri suami atau istri.

Sedangkan dalam Hukum Perdata Indonesia (BW) mengingat perkawinan

merupakan suatu perikatan, maka suatu perikatan dapat di batalkan apabila salah

satu dari para pihak yang melakukan perikatan tersebut melakukan penipuan maka

perikatan tersebut dapat dibatalkan. Hal ini sesuai dengan pasal 1449 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi:

“perikatan-perikatan yang dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau

penipuan, menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya.”

36

Ibid.

Page 50: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

40

Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga mengatur tentang pembatalan

perkawinan karena pemalsuan identitas, yaitu sesuai dengan pasal 72 yang

berbunyi:

1) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang

melanggar hukum

2) Seorang suami atau istri dapat mengajukan pembatalan perkawinan apabila

pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka

mengenai diri suami atau istri.

Page 51: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

41

BAB III

DESKRIPSI PENGADILAN AGAMA BEKASI DAN KASUS

PERKARA NO. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. BEKASI

A. Sejarah Dan Letak Geografis Pengadilan Agama Bekasi1

Pengadilan Agama Bekasi sesuai dengan tugas dan kewenangannya yaitu

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di

tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan,

warisan dan wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah, shodaqoh dan ekonomi syari’ah

dan tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh atau berdasarkan Undang-

undang. Sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan amanat Undang-Undang

No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dalam

melaksanakan tugasnya guna menegakkan hukum dan keadilan harus memenuhi

harapan dari para pencari keadilan yang selalu menghendaki peradilan yang

sederhana, cepat, tepat, dan biaya ringan, hal mana Pengadilan Agama Bekasi

sebagai pelaksana Visi dan Misi Mahkamah Agung RI yang menjabarkan oleh

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, yaitu: Visi “Terwujudnya putusan

yang adil dan berwibawa, sehingga kehidupan masyarakat menjadi tenang, tertib

dan damai di bawah lindungan Allah SWT” dan Misi : “Menerima, memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan oleh umat Islam.

1 http://www.pa-bekasi.go.id/profil-pa di akses pada tanggal 14 April 2011.

Page 52: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

42

Indonesia di bidang perkawinan, warisan dan wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah,

shodaqoh dan ekonomi syari’ah, secara cepat, sederhana dan biaya ringan”.

Institusi Pengadilan agama Bekasi terbentuk pada tahun 1950 yang

berkantor di Jl. Is Sirait Kampung Melayu Jatinegara dengan ketua Rd. H. Abu

Bakar kemudian terjadi pemekaran yaitu terbentuk Kabupaten Bekasi juga wilayah

hukumnya di pindah ke Kabupaten Bekasi. Seiring waktu wilayah Walikotamadya

Dati II Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1996 tanggal 19

Desember 1996 yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi, pada

tahun 1998 berdasarkan KEPRES No. 145 tahun 1998di bentuk Pengadilan

Agama Kabupaten Bekasi yang dikenal Pengadilan Agama Cikarang sebagai

konsekuensi atas pembentukan Walikotamadya tersebut, dimana wilayah hukum

Pengadilan Agama Bekasi yang semula meliputi Kabupaten dan Kotamadya sejak

diresmikannya Pengadilan Agama Cikarang hanya meliputi wilayah Kotamadya

Bekasi saja. Gedung Pengadilan Agama Bekasi saat ini terletak di Jl. Ahmad Yani

No. 10 Bekasi Telp. (021) 8841880 Kode Pos 17141 dengan Letak Geografis

Posisi antara 106°55' - Bujur Timur dan antara 6°7 - 6° 15' Lintang Selatan dengan

memiliki markaz Kiblat 64° 51' 29° 87'' dari Utara ke Barat atau 25° 08' 30 13''

dari Barat ke Utara. Kota Bekasi memiliki area seluas ± 16.175.21 HA dengan

batas-batas :

1. Sebelah Barat dengan Wilayah DKI Jakarta.

2. Sebelah Utara dengan Kec. Tarumajaya dan Babelan.

3. Sebelah Timur dengan Kec. Tambun dan Setu.

Page 53: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

43

4. Sebelah Selatan dengan Wilayah Kab. Bogor.

B. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Bekasi2

Visi : “ Adalah berusaha menciptakan dan menghadirkan Pengadilan Agama

Bekasi sebagai salah satu Judicial Power dalam melaksanakan tugas pokok dan

kewenangannya sebagai Peradilan Negara yang sejajar dengan Peradilan lainnya

serta bermartabat dan dihormati demi tegasnya hukum dan keadilan, ketertiban

dan kepastian hukum ditengah masyarakat yang religius menuju terlaksananya

Syari’at Islam yang efektif.”

Misi : “ adalah optimalisasi peran, kedudukan dan kewenangan Pengadilan Agama

sebagai lembaga Peradilan resmi agar lebih mampu dalam memberikan pelayanan

hukum dan keadilan terhadap masyarakat melalui putusan yang mencitrakan asas

keadilan, kepastian hukum dan manfaat. Menghadirkan Pengadilan Agama sebagai

Institusi Negara yang keberadaannya diterima sebagai milik masyarakat melalui

pelayanan hukum aparatur yang berkualitas dalam penyelenggaran Peradilan yang

sederhana, cepat dan biaya ringan dan meningkatkan pemahaman kepada

masyarakat fungsi dan tugas Pengadilan Agama sebagai salah satunya lembaga

resmi dalam penyelesaian sengketa antara ummat Islam terutama dalam hal kasus

rumah tangga sehingga masyarakat terhindar dari upaya proses penyelesaian

perceraian secara dibawah tangan.”

2 http://www.pa-bekasi.go.id/profil-pa, di akses pada tanggal 14 april 2011.

Page 54: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

44

C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Bekasi

Gambar 3.1

Struktur organisasi Pengadilan Agama Bekasi

Sumber: Subbag Umum Pengadilan Agama Bekasi

D. Daftar Jumlah Pejabat Pengadilan Agama Bekasi3

1. Daftar Jumlah Hakim Pengadilan Agama Bekasi

Jumlah Hakim Pengadilan Agama Bekasi yang telah memutus semua

perkara yang masuk pada Pengadilan Agama Bekasi dari tahun 2009-2011

yaitu sebanyak 15 (lima belas) hakim yang terdiri dari ketua, wakil, hakim

pratama utama serta hakim madya pratama.

3 Subbag Kepegawaian Pengadilan Agama Bekasi

HAKIM-HAKIM

KEPANITERAAN/KESEKRETARIATAN

WAKIL PANITERA WAKIL SEKRETARIAT

PANMUD

PERMOHONAN

PANMUD

HUKUM

PANMUD

GUGATAN

KAJUR

KEPEGAWAI

AN

KAJUR

UMUM

KAJUR

KEUANGAN

KETUA

WAKIL KETUA

Page 55: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

45

2. Daftar Jumlah Pegawai Pengadilan Agama Bekasi

Jumlah pegawai Pengadilan Agama Bekasi dari tahun 2009-2011 yaitu

sebanyak 27 pegawai yang terdiri dari Panitera / Sekretaris, Panitera Muda

Permohonan, Panitera Muda Gugatan, Panitera Muda Hukum, Kepala Sub

Bagian Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Keuangan, Panitera Pengganti.

E. Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Bekasi4

Beberapa wilayah yang masuk ke dalam wilayah Yuridiksi Pengadilan

Agama Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Pondok Gede,

2. Kecamatan Jati Sampurna,

3. Kecamatan Pondok Melati,

4. Kecamatan Jati Asih,

5. Kecamatan Bantar Gebang,

6. Kecamatan Mustika Jaya,

7. Kecamatan Bekasi Timur,

8. Kecamatan Rawa Lumbu,

9. Kecamatan Bekasi Selatan,

10. Kecamatan Bekasi Barat,

11. Kecamatan Medan Satria, dan

4 http://www.pa-bekasi.go.id/profil-pa, di akses pada tanggal 14 April 2011.

Page 56: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

46

12. Kecamatan Bekasi Utara.

F. Daftar Jumlah Perkara Yang Di Putus Dari Tahun 2009-2011

Jumlah perkara yang telah di putus Pengadilan Agama Bekasi dari tahun

2009-2011 yaitu sebanyak 4.887. Perkara yang telah di putus terdiri atas:

Tabel 3.1

Jenis dan Jumlah Perkara Yang Di Putus Pengadilan Agama Bekasi 2009-2011

No. Jenis Perkara Jumlah

01 Perkawinan

Izin Poligami 10

Pencegahan perkawinan -

Penolakan Perkawinan -

Pembatalan Perkawinan 3

Kelalaian atas Kewajiban Suami -

Perceraian 3.322

Harta Bersama 27

Penguasaan Anak 4

Nafkah Anak Oleh Ibu -

Hak-Hak Bekas Istri -

Pengesahan Anak 3

Pencabutan Kekuasaan Orang Tua -

Page 57: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

47

Perwalian 13

Penolakan Kawin Campur -

Isbat Nikah 136

Izin Kawin -

Dispensasi Kawin 1

Wali Adhol 9

02 Kewarisan 30

03 Wasiat 1

04 Hibah -

05 Wakaf -

06 Shodaqoh -

07 Lain-Lain 120

Jumlah 4.887

Dari semua perkara yang telah di putus oleh Pengadilan Agama Bekasi dari

tahun 2009-2011, di antaranya terdapat perkara banding yaitu berjumlah 27

perkara. Adapun perkara banding tersebut terdiri atas: Penguasaan Anak, harta

bersama, dan kewarisan. Di lihat dari perkara yang telah di putus Pengadilan

Agama Bekasi bahwa perkara perceraian adalah yang paling banyak di terima dan

di putus oleh Pengadilan Agama Bekasi.

Page 58: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

48

G. Deskripsi Kasus Perkara No.1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

1. Pihak-Pihak Yang Berperkara

Pengadilan Agama Bekasi yang memeriksa dan mengadili perkara

perdata dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara

pembatalan nikah antara:

Zakaria ( nama samaran ), umur 55 tahun, agama Islam, pekerjaan

Kepala Kantor Urusan Agama ( KUA ) kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi,

bertempat tinggal di Bekasi, selanjutnya disebut sebagai “Pemohon”, melawan

Renita ( nama samaran ), umur 28 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan

swasta, bertempat tinggal di Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai

Termohon I, Andika ( nama samaran ), umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan

Wiraswasta, bertempat tinggal di Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai

“Termohon II”.

Pengadilan Agama tersebut, setelah membaca dan mempelajari surat-

surat perkara, setelah mendengar pihak yang berperkara dan para saksi di muka

sidang.

2. Duduk Perkara

Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 25

November 2008 yang di daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi,

telah mengajukan permohonan pembatalan nikah dengan uraian/ alasan sebagai

berikut:

Page 59: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

49

a. Bahwa Termohon I dengan Termohon II telah Menikah pada tanggal 23

September 2005 dihadapan Pejabat KUA Kecamatan Bekasi Timur sebagai

mana teryata dalam kutipan Akta Nikah No 1379 / 186 / IX / 2005,

b. Bahwa selama berumah tangga Termohon I dan Termohon II belum

dikaruniai keturunan,

c. Bahwa Termohon I dan TermohonII dalam melakukan pernikahan tidak

terdapat hal – hal yang menghalangi sahnya pernikahan baik syarat dan

rukun pernikahan serta persyaratan administrasi telah terpenuhi sehingga

pernikahan di langsungkan,

d. Bahwa teryata pada Agustus 2008 diketahui adanya pemalsuan status

Termohon II dimana sebelumnya mengaku berstatus Jejaka teryata diketahui

Termohon II telah mempunyai seorang istri dengan 2 orang anak, dengan

demikian Termohon II telah melakukan tindakan melawan Hukum,

e. Bahwa pada tanggal 24 November 2008 orang tua Termohon I telah datang

di Kantor KUA Kecamatan Bekasi Timur dan mohon kepada Kepala KUA

Bekasi dengan alasan Termohon II telah memalsukan identitasnya,

f. Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, Pemohon mengajukan permohonan

pembatalan pernikahan Termohon I dan Termohon II karena bertentangan

dengan ketentuan yang berlaku, maka dengan uraian tersebut di atas

Pemohon mohon Pengadilan Agama Bekasi berkenan menjatuhkan putusan

sebagai berikut:

Page 60: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

50

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon

2. Menetapkan batal perkawinan antara Termohon I dengan Ternohon II

yang di laksanakan di Kantor urusan Agama Kecamatan Bekasi Timur

Kota Bekasi dengan Buku Kutipan Akta Nikah Nomor. 1379/ 186/ IX/

2005,

3. Menetapkan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Bilamana Pengadilan Agama Bekasi berpendapat lain mohon Putusan

yang seadil-adilnya.

Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal yang telah di tetapkan,

Pemohon dan Termohon I telah hadir sendiri di persidangan sedangkan

Termohon II tidak hadir meskipun telah di panggil secara rsemi dan patut dan

ketidak hadirannya tanpa alasan yang sah dan tidak pula mengutus orang lain

sebagai kuasa atau wakilnya,

Menimbang, dan oleh Ketua Majelis telah di usahakan perdamaian

namun tidak berhasil, lalu pemeriksaan di lanjutkan dengan membacakan surat

permohonan tersebut yang isinya tetap di pertahankan oleh Pemohon,

Menimbang, bahwa atas permohonan tersebut, Termohon I telah

mengajukan jawaban yang secara rinci sebagaimana tertuang dalam berita acara

perkara ini yang untuk mempersingkat putusan pada pokoknya adalah sebagai

berikut:

Page 61: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

51

g. Bahwa benar Termohon I dengan Termohon II telah menikah pada tanggal 23

September 2005 di hadapan Pejabat KUA Kecamatan Bekasi Timur

sebagaimana ternyata dalam Kutipan Akta Nikah Nomor 1379/ 186/ IX/ 2005,

h. Bahwa benar selama berumah tangga Termohon I dan Termohon II belum di

Karuniai keturunan,

i. Bahwa benar Termohon I dan Termohon II dalam melakukan pernikahan tidak

terdapat hal-hal yang menghalangi sahnya pernikahan baik syarat dan rukun

pernikahan, namun Agustus 2008 diketahui adanya pemalsuan status Termohon

II dimana sebelumnya mengaku sebagai jejaka ternyata diketahui Termohon II

telah mempunyai seorang istri dengan dua orang anak, dengan demikian

Termohon II telah melakukan tindakan melawan hokum, sedangkan Termohon

I tidak mengetahui status Termohon II sebenarnya,

j. Bahwa benar tanggal 24 November 2008 orang tua Termohon I telah dating di

kantor KUA Kecamatan Bekasi Timur dan Mohon kepada Kepala KUA

Bekasi dengan alasan Termohon II telah memalsukan identitasnya, dan

k. Bahwa Termohon I tidak keberatan dan menerima pembatalan pernikahan

tersebut.

Menimbang, bahwa atas keterangan Termohon I pihak Pemohon

menanggapi bahwa Pemohon menerima dan percaya setelah kelengkapan

administrasi sudah ada yang di ajukan anak buah Pemohon bernama Wasih

Abbas, S. Ag dan yang bersangkutan bertindak sebagai penghulu dalam

pernikahan tersebut sehingga di terbitkan buku nikah:

Page 62: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

52

1. Photocopy Kartu Tanda Penduduk a.n Pemohon Nomor

.10.5501.240754.1002 tanggal berlaku 24-07-2010 (bukti P.1),

2. Photocopy SK Kepala Kantor Wilayah Depag Prov. Jawa Barat No. KW.

101/2/KP.07.6/6017/2006 tentang penyesuaian dalam jabatan fungsional

penghulu dan angka kreditnya atas nama H. Abdullah (nama samaran)

tanggal 29 September 2006 (Bukti P.2),

3. Photocopy Akta Pencacatan Nikah Nomor 1379 tertanggal 23 September

2005 atas nama Renita dengan Andika (Bukti P.3),

4. Photocopy Akta Nikah Nomor. 1379/186/IX/2005 tanggal 23 September

2005 yang di keluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bekasi

Timur (Bukti T.4),

5. Photocopy Daftar Pemeriksaan Nikah Nomor. 1379/186/IX/2005 tanggal

20 Agustus 2005 a.n Renita dengan Andika (Bukti T.5),

6. Photocopy Kartu Tanda Penduduk a.n Termohon Nomor.

09.5104.910780.0274 tanggal berlaku 21 Juli 2013 (Bukti P.6),

7. Photocopy Kutipan Akta Nikah Termohon II Andika dengan Selvita (nama

samaran) Nomor. 043/ II/ V/ 1999 yang di keluarkan oleh KUA Kecamatan

Argomulyo Kabupaten Salatiga Jawa Tengah (Bukti P.7),

Menimbang, bahwa Pemohon telah menghadirkan saksi-saksi di muka

sidang yang telah di ambil keterangan di bawah sumpah sebagai berikut:

Page 63: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

53

Saksi I:

Ahmad Syatirudin (nama samaran), umur 39 tahun, agama Islam, pekerjaan

PNS, bertempat tinggal di Kel. Jati Bening Kec. Pondok Gede, Kota Bekasi,

1. Bahwa saksi adalah sebagai Pegawai KUA Kec. Bekasi Timur dan baru kenal

saat di langsungkan pernikahan dengan petugas yang dilaksanakan di kantor

KUA yang menjadi wali paman Termohon I bernama Tono (nama samara)

karena pengakuan Termohon I bapak kandungnya beragama Kristen di saksikan

oleh saksi bernama Riko (nama samara) dan Tari (nama samara) dengan mahar

seperangkat alat solat,

2. Bahwa ternyata setelah terjadi pernikahan dating orang tua istri Termohon I

bahwa Termohon II bukanlah berstatus jejaka tetapi sudah punya istri,

3. Bahwa adanya permohonan Pemohon untuk membatalkan pernikahan tersebut

karena Termohon II memalsukan identitas,

Saksi II:

Budi Haryanto, umur 26 tahun, agama Islam, pekerjaan sopir, bertempat

tinggal di Bogor,

1. Bahwa saksi kenal Termohon II karena tahu dari Termohon I karena bekerja

sebagai sopir pribadi Termohon I dan lebih dekat dengan orang tuanyadari

Termohon I,

2. Bahwa benar nikah ulang agar sah harus sesuai dengan KMA karena sebagai

Termohon I dan Termohon II telah menikah dan setelah menikah mereka

tinggal di Kwitang,

Page 64: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

54

3. Bahwa saya sekarang dengan Termohon I datang ke Pengadilan Agama

membatalkan pernikahan karena Termohon II di ketahui mempunyai istri,

Saksi III:

Muhammad Syambuzi, umur 45 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS,

bertempat tinggal di Kota Bekasi,

1. Bahwa saksi kenal Termohon I dan Termohon II di saat melangsungkan

pernikahan karena selain PNS juga amil yang menikahkan Termohon I dengan

Termohon II yang pernikahan di laksanakan di KUA Kec. Bekasi Timur karena

sesuai bukti yang ada Ternohon I tinggal di Bekasi dan Termohon II jejaka

tinggal di Bekasi Jaya sebagaimana pengantar dari kelurahan Bekasi Jaya,

2. Bahwa pernikahan di lakukan ada tenggang waktu dari pendaftaran ke tangga

pelaksanaan pernikahan setelah terlebih dulu mengecek kebenaran pernyataan

tersebut,

3. Bahwa pernikahan sesuai dengan syarat dan rukun pernikahan dengan wali

paman Termohon I Teguh dan saksi bernama Rudi dan Ria maskawin

seperangkat alat shalat,

4. Bahwa setelah berlangsungnya pernikahan tersebut datang orang tua Termohon

I yang menerangkan bahwa Termohon II bukanlah jejaka tetapi sudah beristri

dengan punya dua orang anak kepada Kepala KUA Kec. Bekasi Timur untuk

membatalkan pernikahan tersebut,

Menimbang, atas keterangan saksi-saksi tersebut Pemohon tidak

keberatan dan menambahkan terbitnya buku nikah adalah pemalsuan identitas

Page 65: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

55

Termohon II yang mengaku jejaka sebenarnya telah beristri dan Termohon I

juga membenarkannya,

Menimbang, bahwa selanjutnya untuk mempersingkat uraian putusan ini

di tunjuk kepada hal-hal sebagaimana tercantum dalam berita acara persidangan

perkara ini.

3. Pertimbangan Hukum

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

seperti di uraikan tersebut di atas,

Menimbang, bahwa dari posita permohonan Pemohon telah jelas

menunjukkan sengketa perkawinan dan dengan didasarkan kepada dalil

Pemohon sendiri tentang domisili Pemohon yang berada di wilayah Hukum

Pengadilan Agama Bekasi yang tidak ada bantahan, maka dengan didasarkan

pada ketentuan pasal 49 ayat ( 2 ) butir 6 penjelasan umum atas Undang –

Undang Nomor 7 tahun 1989 jo Pasal 25 Undang – Undang Nomor 1 tahun

1974, maka Pengadilan Agama Bekasi berwenang, menerima, memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan permohonan Pemohon.

Menimbang bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 82 Ayat ( 1 ) dan

Ayat ( 4 ) Undang – Undang No 7 tahun 1989 jo Pasal 31 Ayat ( 1 ) dan ( 2 )

PP No. 9 Tahun 1975, majlis Hakim telah berupaya menasehati kedua belah

pihak berpekara terutama kepada Pemohon agar berpikir ulang, namun usaha

tersebut tidak berhasil.

Page 66: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

56

Menimbang, bahwa dari posita permohonan Pemohon, majlis menilai

bahwa yang di jadikan alasan permohonan Pemohon pembatalan nikah

Termohon I dengan Termohon II adalah sebagaimana tersebut di atas,

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon sendiri dan juga

sebagaimana ternyata dari bukti berupa Buku Kutipan Akta Nikah atas nama

Termohon I dengan Termohon II ( Bukti P.3, 4 dan 5 ), harus dinyatakan

terbukti bahwa antara Termohon I dengan Termohon II telah terikat dalam

perkawinan yang sah.

Menimbang bahwa Termohon II tidak dapat didengar keterangannya

karena tidak pernah hadir di persidangan meskipun telah dipanggil dengan patut

dan resmi sedangkan ketidak hadirannya bukan disebabkan halangan yang sah

yang dibenarkan menurut hokum, maka majlis hakim menganggap ketidak

hadirannya maka Termohon II telah telah menerima dan mengakui kebenaran

dalil-dalil tersebut.

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Termohon I yang diperkuat

dengan keterangan para saksi dan bukti-bukti tertulis yang diajukan oleh

Pemohon, maka majlis dapat menarik suatu kesimpulan yang merupakan fakta

adalah sebagai berikut:

a. Antara Termohon I dengan Termohon II telah terikat dalam perkawinan

yang sah;

b. Termohon I dengan Termohon II telah melakukan pernikahan di hadapan

Pejabat Pencatat Nikah KUA Kecamatan Bekasi Timur;

Page 67: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

57

c. Temohon I telah melakukan pernikahan dengan Termohon II sesuai dengan

syarat-syarat rukun nikah namun tanpa prosedur hukum berlaku karena

Termohon II telah beristeri.

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon dan Termohon

I dan juga keterangan saksi, majlis menemukan fakta bahwa perkawinan

Termohon I dengan Termohon II tanpa dilengkapi dengan surat Ijin Pengadilan

Agama untuk berpoligami dan karenanya pencacatan perkawinan antara

Termohon I dengan Termohon II telah melanggar ketentuan pasal 44 PP No. 9

Tahun 1975.

Menimbang, bahwa dengan telah ditemukannya fakta bahwa

perkawinan antara Termohon I dengan Termohon II tanpa dilengkapi dengan

ijin poligami dari Pengadilan, sedangkan bukti P 7 menunjukkan bahwa

Termohon II sebelumnya telah menikah dengan seorang perempuan dengan

kutipan akta nikah Nomor. 043/ II/ V/ 1999 yang dikeluarkan oleh KUA

Kecamatan Argomulyo Kabupaten Salatiga Jawatengah (Bukti P 7);

Maka sejalan dengan bunyi pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum

Islam, permohonan Pemohon agar perkawinan antara Termohon I dengan

Termohon II dibatalkan, patut diterima dan dikabulkan.

Menimbang, bahwa untuk menjaga kepastian hukum dan untuk

menghindari penyalahgunaan hokum, maka majlis berpendapat bahwa

permohonan Pemohon agar Termohon I dan Termohon II diperintahkan untuk

menyerahkan Kutipan Akta Nikah Nomor. 1379/ 186/ IX/ 2005 tanggal 23

Page 68: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

58

September 2005 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bekasi Timur kepada Pengadilan Agama Bekasi dan Kepala KUA Kecamatan

Bekasi Timur diperintahkan untuk mencoret buku Kutipan Akta Nikah tersebut

dari Register Akta Nikah, patut diterima dan dikabulkan.

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk bidang perkawinan, maka

sesuai pasal 89 ayat 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 dan perubahannya

biaya perkara di bebankan kepada Pemohon,

Mengingat, pasal 49 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 serta segala

ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dan dalil syar’I yang

bersangkutan dengan perkara ini.

4. Putusan

a. Mengabulkan permohonan Pemohon;

b. Menetapkan batal demi hukum perkawinan Termohon I dan Termohon II

yang dilaksanakan di KUA Bekasi Timur, Kota Bekasi dengan Akta Nikah

Nomor. 1379/ 186/ IX/ 2005;

c. Menyatakan Kutipan Akta Nikah Nomor. 1379/ 186/ IX/ 2005 tanggal 23

September 2005 bukti perkawinan antara Termohon I dengan Termohon II

yang dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, tidak

berharga atau tidak mempunyai kekuatan hukum;

d. Memerintahkan kepada Termohon II untuk menyerahkan Kutipan Akta

Nikah Nomor. 1379/ 186/ IX/ 2005 Tanggal 23 September 2005 yang

Page 69: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

59

dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Bekasi Timur kepada Pengadilan Agama

Bekasi;

e. Memberikan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara;

Demikianlah diputuskan pada hari selasa tanggal 03 Maret 2009

bertepatan dengan tanggal 06 Rabiul Awwal 1430 H, oleh kami Majlis Hakim

Pengadilan Agama Bekasi yang terdiri dari Dra. Lelita Dewi, SH. M. Hum

sebagai Ketua Majlis dan Drs. Humaidi Yusuf serta Dra. Hj. Nurwathon, SH

masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan tersebut oleh Ketua

Majlis pada hari itu juga diucapkan dalam siding terbuka untuk umum dengan

didampingi oleh Endoy Rohana, SH sebagai Panitera Pengganti Pengadilan

Agama tersebut dan dihadiri oleh Pemohon dan Termohon I tanpa hadirnya

Termohon II.

Page 70: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

60

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN NO. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. BEKASI

MENURUT HUKUM POSITIF

A. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dalam putusan perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi putusnya

pembatalan perkawinan tersebut didasarkan atas beberapa sebab yaitu :

1. Bahwa Termohon II diketahui telah memalsukan identitas dirinya dalam

perkawinannya dengan Termohon I yaitu berupa Pemalsuan status

2. Bahwa Termohon II diketahui telah mempunyai seorang istri dan dua orang

anak.

Perkawinan dapat batal demi hukum dan bisa dibatalkan oleh Pengadilan,

karena secara sederhana ada dua sebab terjadinya pembatalan perkawinan menurut

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan . Pertama, pelanggaran

prosedural perkawinan, contohnya yaitu tidak terpenuhinya syarat-syarat wali

nikah, tidak dihadiri para saksi, poligami tanpa izin dari pengadilan agama dan

alasan prosedural lainnya. Kedua, pelanggaran terhadap materi perkawinan,

contohnya yaitu perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman, terjadi salah

sangka mengenai calon suami dan istri.1

1 Amiur Nurudin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Prenada Media, 2004 ), hal.

107.

Page 71: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

61

Adapun perkawinan yang dapat dibatalkan secara rinci dijelaskan di dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu alasan-alasan

pembatalan perkawinan antara lain:2

1. Perkawinan yang di langsungkan tidak memenuhi syarat-syarat perkawinan

(Pasal 22 UU Perkawinan)

2. Salah satu pihak masih terikat dalam satu hubungan perkawinan (Pasal 24 UU

Perkawinan)

3. Perkawinan yang di langsungkan tidak di hadapan pejabat yang berwenang

(Pasal 26 Ayat (1) UU Perkawinan)

4. Perkawinan yang di langsungkan dengan tidak ada wali nikah yang sah dan

karena tidak ada dua orang saksi (Pasal 26 Ayat (2) UU Perkawinan)

5. Perkawinan yang di langsungkan karena adanya suatu ancaman yang melanggar

hukum (Pasal 27 Ayat (1) UU Perkawinan)

6. Perkawinan yang di langsungkan karena adanya penipuan atau salah sangka

mengenai diri suami atau istri (Pasal 27 Ayat (2) UU Perkawinan)

Dilihat dari sebab terjadinya pembatalan perkawinan pada putusan No.

1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi, bahwa Termohon II telah memalsukan

identitasnya dan ternyata Termohon II telah mempunyai istri dan dua orang anak,

dengan begitu perkawinannya dapat dibatalkan sesuai dengan bunyi Undang-

Undang Perkawinan pasal 24 dan pasal 27 ayat (2).

2 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007),Cet Ke-1, h. 14.

Page 72: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

62

Dalam pasal 24 di jelaskan bahwa barang siapa karena perkawinan masih

terikat dirinya dengan salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih

adanya perkawinan dapat mengajukan pembatalan perkawinan yang baru.

Sedangkan di dalam pasal 27 di jelaskan sebagai berikut:

1. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum.

2. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah

sangka mengenai diri suami atau istri.

M. Yahya Harahap mengatakan bahwa alasan pembatalan perkawinan

tersebut dalam pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan adalah alasan yang agak limitatif tetapi tidak secara mutlak. Alasan

tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya alasan-alasan lain yang dapat di

gunakan untuk mengajukan pembatalan perkawinan yang di dasarkan kepada

ketentuan dalam batas-batas perikemanusiaan dan kesusilaan, seperti penipuan,

penyakit gila dan impoten. Hal ini penting untuk mewujudkan tujuan perkawinan

sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Perkawinan yaitu mewujudkan

rumah tangga bahagia dan sejahtera serta kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Page 73: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

63

Maha Esa. Tujuan perkawinan tersebut tidak akan tercapai kalau dalam

pelaksanaan perkawinan terjadi cacat sehingga merugikan salah satu pihak.3

Dalam uji lapangan yang berkaitan dengan pembatalan perkawinan,

perkara yang di ajukan ke Pengadilan Agama se-Jawa Tengah yang menjadi

sampel penelitian, dapat di informasikan melalui tabel berikut:4

Tabel 4.1

Daftar Perkara Pembatalan Perkawinan Se-Jawa Tengah

No. Pengadilan Agama Jumlah

Perkara

Status Perkara

Diputus Ditolak Dicabut

1. PA Semarang 3 3 - -

2. PA Temanggung 4 3 1 -

3. PA Klaten 4 4 - -

4. PA Mungkid 13 13 - -

5. PA. Karanganyar 9 8 1 -

6. PA Magelang 1 1 - -

Jumlah 34 22 2 -

Dari data-data tersebut di atas yang berkaitan dengan alasan pembatalan

perkawinan yang paling dominan adalah karena poligami tanpa izin isteri. Dalam

3 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana,

2006), Cet Ke-1, h. 66.

4 Mu’allim Amir Bin, Yurisprudensi Peradilan Agama (Studi Pemikiran Hukum Islam Di

Lingkungan Peradilan Agama Se-Jawa Tengah Dan Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 1991-

1997).

Page 74: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

64

hal persetujuan seorang isteri di sebutkan dalam pasal 5 Undang-Undang

Perkawinan dan di ulang kembali dalam pasal 41 b, c, dan d dengan tambahan

penjelasan bahwa :

a. Persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila

persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus di ucapkan

di depan sidang Pengadilan

b. Kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-

anak, dengan memperlihatkan:

1) Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang di tanda tangani

oleh bendahara tempat bekerja; atau

2) Surat keterangan pajak penghasilan;

3) Surat keterangan lain yang dapat di terima oleh Pengadilan;

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang di buat dalam

bentuk yang di tetapkan untuk itu (maksudnya rumusan dan cara pengucapan

pernyataan atau janji itu).

Para Hakim di Pengadilan Agama dalam memutuskan untuk membatalkan

suatu perkawinan sudah barang tentu di dasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan hukum tertentu. Pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut

adakalanya secara eksplisit tertuang dalam naskah putusan, adakalanya di sebutkan

secara implisit dalam naskah putusan, serta yang menjadi pertimbangan hukum

Page 75: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

65

para hakim dalam memutus perkara adakalanya berupa nash Al-Quran dan Al-

Hadis.

Sebagai bukti pengggunaan mekanisme dan landasan hakim dalam

memutus perkara sebagaimana yang di ungkapkan di atas, dapat di cermati dari

perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

Hasil wawancara penulis dengan hakim Pengadilan Agama Bekasi yang

telah memutuskan perkara pembatalan perkawinan tersebut, menyatakan bahwa

Ketua Majlis menetapkan hukum pembatalan perkawinan karena pemalsuan

identitas dalam kasus poligami sesuai Undang-Undang No. 1 Tentang Perkawinan

pasal 24 yang telah dijelaskan diatas. Alasan yang di berikan oleh hakim bahwa

seorang suami apabila ingin berpoligami maka harus izin dari istri pertama pada

khususnya dan izin dari Pengadilan Agama pada umumnya.5

Berdasarkan pertimbangan hakim dalam menggunakan landasan hukum

perkara pembatalan perkawinan dapat di lihat dari putusan di Pengadilan Agama

Se-Jawa Tengah dalam tabel berikut ini:6

5 Hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Bekasi (Drs. Humaidi Yusuf, MH ) pada

tanggal 15 April 2011 di Pengadilan Agama Bekasi.

6 Amir Bin Mu’allim, Yurisprudensi Peradilan Agama (Studi Pemikiran Hukum Islam Di

Lingkungan Peradilan Agama Se-Jawa Tengah Dan Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 1991-

1997).

Page 76: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

66

Tabel 4.2

No.

Pengadilan Agama

Jum

lah sam

pel p

erkara

Landasan Hukum Atau Rujukan

Dalil Syar’i Peraturan Perundang-

undangan

Al-Q

ur’an

Al-H

adis

Kitab

Fiq

ih

UU

No. 1

4/1

970

UU

No.1

/1974

U

UU

No.7

/1989

KH

I

PP

No.9

/1075

Kep

men

HIR

1. Temanggung 2 1 - 1 - 1 1 2 - - -

2. Magelang 1 - - 1 - 1 1 1 - - -

3. Karanganyar 3 - - 1 - 2 2 2 - - -

4. Klaten 2 - - 1 - 1 1 1 - - -

5. Mungkid 4 - - - - 2 3 3 - - -

6. Semarang 1 - - - - 1 1 1 1 - -

Jumlah 15 4 - - 2 15 12 11 5 1 -

Kasus gugatan pembatalan perkawinan seperti yang tergambar dalam data-

data tersebut di atas menunjukkan bahwa:

a. Secara umum penekanan skala prioritas dalam hal penggunaan rujukan

sebagai dasar hukum dalam memutuskan perkara lebih menekankan peraturan

perundang-undangan dibandingkan dengan dalil syar’i.

b. Perujukan terhadap kitab-kitab fiqh sebagai dasar memutuskan perkara lebih

banyak dilakukan dari pada merujuk pada nash Al-Quran dan Al-Sunnah.

Page 77: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

67

Sedangkan dalam hal perujukan terhadap peraturan perundang-undangan,

penggunaan UU Nomor 7 Tahun 1989 dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 lebih

mendapat prioritas di banding yang lain.

c. Pengadilan Agama yang satu dengan Pengadilan Agama yang lain beragam

dalam hal penerapan rujukan sebagai dasar hukum memutus perkara.

Adanya keberagaman tersebut memberi kesan bahwa meskipun statusnya

sebagai Pengadilan Agama yang mestinya banyak berkaitan dengan nuansa

keagamaan namun dalam prakteknya ternyata cenderung lebih banyak menerapkan

peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam memutus perkara.

Menurut analisis penulis terhadap pertimbangan hakim dalam memutuskan

perkara pembatalan perkawinan tersebut kurang tepat apabila hakim menjatuhkan

putusan dengan pasal 24 saja, karena apabila dilihat dari duduk perkara pada

putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi, Pemohon mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan dengan sebab Termohon II telah memalsukan identitasnya

yang mengaku berstatus jejaka, dengan begitu hakim lebih tepat apabila

memutuskan perkara pembatalan perkawinan tersebut dengan menggunakan pasal

24 dan pasal 27 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, seperti

yang telah di kemukakan oleh M. Yahya Harahap bahwa perkawinan dapat di

batalkan apabila salah satu pihak melakukan penipuan dalam bentuk pemalsuan

identitas, seperti contoh pria tersebut sudah pernah kawin tetapi di katakannya

masih jejaka atau bentuk perbuatan licik lainnya sehingga perkawinan tersebut

dapat berlangsung.

Page 78: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

68

Adapun pasal 27 itu lengkapnya berbunyi sebagai berikut:

1. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum.

2. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah

sangka mengenai diri suami atau istri.

B. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Hukum

Perdata Indonesia

Di dalam Hukum Perdata Indonesia di jelaskan bahwa apabila seseorang

tidak mengikuti akan ketentuan-ketentuan undang-undang tentang perkawinan,

maka ada dua macam akibat hukumnya, yaitu batal demi hukum atau dapat di

batalkan oleh hakim.7 Kemudian mengenai sebab-sebab perkawinan dapat di

batalkan yaitu di jelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada pasal

86-91.8 Selengkapnya bunyi pasal 86-91, suatu perkawinan dapat di batalkan

dengan alasan-alasan sebagai berikut:9

1. Karena adanya perkawinan rangkap (poligami)

7 H.F.A. Volmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, ( Jakarta: Rajawali, 1992 ), Cet Ke-3, h.

60. 8 Lihat, pasal 86-91 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

9 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007),Cet Ke-1, h. 13.

Page 79: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

69

2. karena tidak ada persetujuan yang bebas di antara para pihak

3. karena salah satu pihak di anggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum

4. karena salah satu pihak atau masing-masing pihak belum mencapai umur

yang di tentukan menurut Undang-Undang dan belum mendapat izin

5. karena adanya larangan perkawinan

6. karena perkawinan yang di langsungkan akibat dari suatu hubungan zina

(overspell)

7. karena tidak adanya izin dari pihak yang berkepentingan, antara lain orang

tua dan wali.

Dalam perkara putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi bahwa

permohonan pembatalan perkawinan karena Termohon II telah melakukan

pemalsuan identitas, yang mengaku berstatus jejaka. Akan tetapi Termohon II

telah mempunyai istri dan dua orang anak.

Dalam pasal 26 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di jelaskan bahwa

Undang-Undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan

perdata. Dari pasal tersebut dapat di simpulkan bahwa perkawinan merupakan

hubungan antara dua orang. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang di atur

dan di akui oleh hukum, dengan begitu perkawinan merupakan suatu perikatan.

Mengingat perkawinan merupakan suatu perikatan, maka apabila suatu

perikatan tersebut dapat batal karena sebab-sebab yang dapat membatalkanya,

demikian pula dalam hal perkawinan juga dapat di batalkan.

Page 80: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

70

Sesuai dengan pasal 1449 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu

perikatan-perikatan yang dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan,

menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya.

Dengan demikian permohonan pembatalan perkawinan pada perkara No.

1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi, perkawinannya dapat di batalkan, karena

Termohon II telah melakukan penipuan di dalam perkawinannya, sesuai pasal

1449 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

C. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Kompilasi

Hukum Islam

Pada putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Hakim memutuskan

batalnya perkawinan disebabkan oleh poligami tanpa izin dari pengadilan agama,

yang didasarkan pada pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi:

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama

Menurut penjelasan hakim Pengadilan Agama Bekasi yang di dapat penulis

melalui wawancara, dalam kasus perkara putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA.

Bekasi bahwa kasus yang ada adalah masalah poligami tanpa izin dari Pengadilan

Agama, karena di ketahui bahwa Termohon II telah mempunyai istri dan dua

orang anak. Dengan begitu, dapat diputuskan sesuai dengan pasal 71 huruf (a).10

10

Hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Bekasi (Drs. Humaidi Yusuf) pada

tanggal 15 April 2011 di Pengadilan Agama Bekasi.

Page 81: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

71

Sedangkan apabila dilihat dari duduk perkara pada putusan No. 1513/ Pdt.

G/ 2009/ PA. Bekasi pemohon mengajukan permohonan pembatalan perkawinan

dengan alasan bahwa termohon II telah melakukan pemalsuan identitas, yang

dalam hal ini telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 72 ayat 2 yang

berbunyi:

1) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang

melanggar hukum

2) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan perkawinan apabila

pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka

salah sangka mengenai calon suami atau istri.

Sedangkan sebab kedua setelah diketahuinya Termohon II melakukan

pemalsuan identitas, diketahui bahwa Termohon II telah mempunyai istri dan dua

orang anak. Dengan begitu perkawinannya dapat di batalkan sesuai dengan pasal

71 huruf (a) yang berbunyi:

Perkawinan dapat dibatalkan apabila seorang suami melakukan poligami tanpa

izin Pengadilan Agama.

Kompilasi Hukum Islam tampaknya telah mengantisipasi kekurangan hal yang

tersebut dalam pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

melalui pasal 72 ayat (2). Di kemukakan bahwa perkawinan dapat di batalkan tidak hanya

salah sangka mengenai diri suami atau istri tetapi juga termasuk “penipuan”. Penipuan

yang tersebut di sini tidak hanya di lakukan oleh pihak pria saja, tetapi dapat juga

Page 82: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

72

dilakukan oleh pihak wanita. Dari pihak pria biasanya penipuan di lakukan dalam bentuk

pemalsuan identitas, misalnya pria tersebut sudah pernah kawin tetapi di katakannya

masih jejaka atau perbuatan licik lainnya sehingga perkawinan tersebut dapat berlangsung.

Penipuan yang di lakukan oleh pihak wanita biasanya menyembunyikan kekurangan yang

ada pada dirinya, misalnya di katakan tidak ada cacat fisik, tetapi kenyataannya tidak

demikian.11

Menurut analisis penulis melihat duduk perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/

PA. Bekasi seharusnya putusan tersebut lebih sesuai apabila diputuskan

berdasarkan pasal 72 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam yang telah di sebut di atas,

karena pemohon yang mengajukan permohonan pembatalan perkawinan tersebut

menjelaskan dengan tegas bahwa Termohon II telah melakukan pemalsuan

identitas dengan memalsukan statusnya sebagai jejaka, yang kemudian diketahui

bahwa Termohon II telah mempunyai istri dan dua orang anak. Selain itu

pengajuan permohonan tersebut di ajukan oleh wali dari Termohon I yang telah

mengetahui Termohon II melakukan pemalsuan identitas. Apabila kasus tersebut

di ajukan oleh istri pertama, maka baru bisa di anggap sebagai poligami liar karena

perkawinannya yang kedua tidak mendapatkan izin dari Pengadilan Agama. Hal

tersebut juga sesuai dengan apa yang telah di jelaskan oleh Abdul Manan dalam

bukunya Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia yang telah di

sebutkan di atas yang dengan jelas menyatakan bahwa pembatalan perkawinan

11

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana,

2006), Cet Ke-1, h. 67.

Page 83: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

73

karena pemalsuan identitas yaitu sesuai dengan pasal 72 ayat (2) Kompilasi

Hukum Islam.

Seperti pada putusan Mahkamah Agung Nomor 05 K/AG/2005 seorang

lelaki bernama Ton mengaku jejaka melangsungkan perkawinan dengan seorang

wanita bernama Masti pada tanggal 21 September 1983 dicatat oleh PPN yang

berwenang. Dari perkawinan tersebut belum di peroleh anak. Pada tanggal 25

April 1991 seorang wanita bernama Karti mengajukan pembatalan perkawinan

Ton dengan Masti karena tidak di lengkapi izin poligami dari Pengadilan,

sedangkan pada waktu mereka melangsungkan perkawinan Ton masih terikat

perkawinan sah dengan Karti. Gugatan tersebut di kabulkan oleh Pengadilan

Agama karena melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.12

Dalam tingkat banding putusan Pengadilan Agama tersebut di batalkan

oleh Pengadilan Tinggi dengan pertimbangan: “bahwa gugatan pembatalan

perkawinan seperti yang telah di ajukan oleh penggugat adalah merupakan hak

yang di berikan oleh undang-undang kepada isteri untuk mengajukan pembatalan

perkawinan yang kedua dari suami. Namun menurut kepatutan serta rasa keadilan

penggunaan hak tersebut bukanlah tidak di batasi waktu berlakunya. Sebab apabila

hak tersebut merupakan hak yang tidak di batasi oleh waktu maka berarti

walaupun isteri menyadari telah terjadi perkawinan suami tanpa izin Pengadilan

akan bisa di gunakan kapan saja walaupun perkawinan itu telah di ketahui puluhan

12

Lihat Putusan Mahkamah Agung No. 05 K/AG/2005 tanggal 28 Juli 2006.

Page 84: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

74

tahun yang lalu dan sudah mempunyai anak cucu dan ini berarti pula bukan akan

menimbulkan manfaat bagi keluarga, akan tetapi akan menimbulkan mafsadat bagi

keluarga. Oleh karena itu menurut Pengadilan Tinggi Agama Jakarta rasa keadila

akan terpenuhi baik terhadap hak Penggugat maupun Tergugat I dan Tergugat II

apabila terhadap gugatan pembatalan perkawinan a quo di lakukan kias (analog)

dengan Pasal 27 Undang-Undang Perkawinan, demikian pula dengan Pasal 72

KHI di mana harus di ajukan paling lambat 6 bulan sejak yang bersangkutan

menyadari dan atau mengetahui perkawinan di maksud.

Putusan Pengadilan Tinggi Agama tersebut di batalkan oleh Mahkamah

Agung dengan pertimbangan : “bahwa Pasal 27 Udang-Undang No.1 Tahun 1974

hanya berlaku bagi suami atau istri yang mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan dirinya sendiri dan bukan permohonan untuk pembatalan perkawinan

orang lain.13

Melihat Putusan Mahkamah Agung tersebut apabila di kaitkan dengan

Putusan Pengadilan Agama Bekasi maka seharusnya hakim lebih tepat

memutuskan perkara pembatalan perkawinan akibat pemalsuan identitas dengan

menggunakan pasal 27 Undang-Undang Perkawinan atau dengan Pasal 72 KHI.

Karena dalam Putusan No. 15/ PDT/G/2009/PA. Bekasi di ketahui bahwa

yang mengajukan Permohonan Pembatalan Perkawinan adalah wali dari

Termohon I dan persetujuan Termohon I, dengan begitu pembatalan perkawinan

13

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Mengenai Hukum Perdata Islam (Studi

Tentang Pergeseran Hukum Perkawinan dan Kewarisan Islam Tahun 1991-2007)

Page 85: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

75

tersebut untuk perkawinan Termohon I dengan Termohon II bukan pembatalan

perkawinan untuk Termohon II dengan isteri pertamanya atau untuk orang lain.

Page 86: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

76

BAB V

ANALISIS PUTUSAN NO. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. BEKASI

PERSPEKTIF HUKUM FIQH

A. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Madzhab

Syafi’iyyah

Dalam putusan perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi di ketahui

sebab perkawinan dapat di batalkan yaitu:

1. Bahwa Termohon II telah melakukan Pemalsuan identitas dalam

melangsungkan perkawinannya dengan Termohon I

2. Bahwa ternyata diketahui Termohon II telah mempunyai seorang istri dan

dua orang anak

Menurut pendapat Madzhab Syafi’iyyah di antara perceraian yang di

sebabkan fasakh yaitu:

1. Disebabkan seorang suami berat memberikan maskawin, nafkah, tempat

tinggal dan pakaian,

2. Seorang istri terdapat cacat pada kemaluannya,

3. Di sebabkan akad nikah yang fasid,1

1 Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz IV ( Beirut : Dar al-

Fikr ), h. 372.

Page 87: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

77

4. Karena seorang suami telah tertipu dengan sifat kewanitaannya, seperti

seorang wanita mengaku perawan tetapi pada kenyataannya tidak perawan,

mengaku merdeka ternyata budak.2

Melihat dari duduk perkara pada putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA.

Bekasi bahwa perkawinannya batal karena Termohon II telah melakukan

pemalsuan identitas, dengan begitu apabila di analisis menurut pendapat Madzhab

Syafi’iyyah maka perkawinan tersebut dapat di batalkan karena telah tertipu dari

pada sifat salah satu dari kedua suami istri tersebut.

Apabila di qiyaskan sifat tersebut kepada pendapat Madzhab Syafi’iyyah

bahwa pernikahan dapat di batalkan apabila salah satu keduanya tertipu oleh sifat

suami atau istri, seperti contoh wanita mengaku perawan akan tetapi

kenyataannya tidak perawan. Begitu pula pada kasus tersebut bahwa Termohon II

yang telah mengaku sebagai jejaka tetapi ternyata telah mempunyai seorang istri

dan dua orang anak.

Akan tetapi Madzhab Syafi’iyyah memberi keterangan lebih lanjut bahwa

di syaratkan bagi seseorang yang ingin menikah terlebih dahulu meneliti sifat dari

keduanya sebelum atau di saat dilakukannya akad. Dengan begitu apabila sesudah

akad diketahui adanya penipuan terhadap sifatnya maupun tertipu karena terdapat

cacat, maka pernikahannya tetap di anggap sah.

2 Wahbah Zuhaily, Al Fiqh Al Islam Wa Adilatuh, ( Beirut : Daarul Fikr, 1996 ), Juz VII, Cet

Ke-I, hal. 525.

Page 88: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

78

Menurut analisis penulis, melihat dari duduk perkara pada putusan No.

1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi bahwa perkawinannya batal disebabkan bahwa

Termohon II telah memalsukan identitasnya yang mengaku sebagai jejaka

ternyata di ketahui bawa Termohon II telah mempunyai seorang istri dan dua

orang anak. Dengan begitu, perkawinan tersebut sebenarnya memang dapat

dibatalkan karena telah melanggar aturan hukum perkawinan yang berlaku.

Apabila dikaitkan dengan pendapat Madzhab Syafi’iyyah maka

sebenarnya perkawinan tersebut tetap di anggap sah, akan tetapi di berikan pilihan

perkawinannya bisa di batalkan atau perkawinannya tetap berlangsung. Karena

menurut pendapat Madzhab Syafi’iyyah perkawinan dapat dibatalkan apabila

salah satu dari keduanya telah tertipu dengan sifat dari kedua suami istri.

B. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Madzhab

Hanafiyah

Dalam putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi diketahui sebab

terjadinya pembatalan perkawinan yaitu:

1. Di ketahui bahwa Termohon II telah melakukan pemalsuan identitas yaitu

mengaku sebagai jejaka

2. Bahwa Termohon II ternyata di ketahui telah mempunyai seorang istri dan dua

orang anak.

Menurut pendapat Madzhab Hanafiyah di antara sebab perkawinan dapat

di batalkan yaitu:

Page 89: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

79

1. Salah satu dari suami atau istri meninggalkan tempat peperangan ke Negara

Islam yang aman,

2. Di sebabkan akad nikah yang fasid,

3. Salah satu dari suami atau istri kafir3

Dalam hal perkawinan dapat di batalkan apabila salah satu dari kedua

suami istri telah tertipu oleh sifat dari salah satu kedua suami istri tersebut seperti

apa yang telah di kemukakan oleh pendapat Madzhab Syafi’iyyah, Madzhab

Hanafiyah berbeda pendapat. Menurut pendapat Madzhab Hanafiyah bahwa tidak

membolehkan adanya perceraian kecuali di sebabkan cacat yang menyebabkan

suami istri susah untuk bersenggama. Dalam hal perceraian di sebabkan adanya

cacat maka jika perceraian qabla dukhul, bagi istri mendapat setengah maharnya,

akan tetapi jika perceraian ba’da dukhul maka bagi istri wajib ber’iddah.4

Menurut analisis penulis, melihat duduk perkara pada putusan No. 1513/

Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi bahwa permohonan pembatalan perkawinan di

sebabkan karena Termohon II telah melakukan pemalsuan identitas, dengan

begitu Termohon II telah melakukan penipuan terhadap Termohon I, maka

apabila di analisis menurut pendapat Madzhab Hanafiyyah perkawinannya tidak

dapat di batalkan, karena bukan dengan sebab adanya cacat melainkan karena di

3 Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz IV ( Beirut : Dar al-

Fikr ), h. 372.

4 Wahbah Zuhaily, Al Fiqh Al Islam Wa Adilatuh, ( Beirut : Daarul Fikr, 1996 ), Juz VII, Cet

Ke-I, hal. 523.

Page 90: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

80

sebabkan salah satu dari suami istri tersebut tertipu oleh sifat dari salah satu

keduanya.

C. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Madzhab

Malikiyyah

Dalam putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi di ketahui sebab

terjadinya pembatalan perkawinan yaitu:

1. Di ketahui bahwa Termohon II telah melakukan pemalsuan identitas yaitu

mengaku sebagai jejaka

2. Bahwa Termohon II ternyata di ketahui telah mempunyai seorang istri dan dua

orang anak

Menurut pendapat Madzhab Malikiyyah di antara perceraian yang di

sebabkan fasakh yaitu:

1. Di sebabkan akad nikah yang fasid,

2. Nikah sirri

3. Menikah tanpa wali

4. Putusan hakim dengan talaq ba’in dalam perceraian ( baik di ceraikan atas

putusan hakim atau atas perintah Istri)5

Mengenai hal pembatalan perkawinan karena salah satu suami istri telah

tertipu oleh sifat salah satu dari keduanya, Madzhab Malikiyyah berpendapat

5 Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz IV ( Beirut : Dar al-

Fikr ), h. 372.

Page 91: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

81

bahwa keduanya boleh memilih antara fasakh atau tetap berlangsung, sama halnya

dengan pendapat Madzhab Syafi’iyyah. Mengenai mahar menurut pendapat

Madzhab Malikiyyah jika perceraian dilakukan qabla dukhul maka perempuan

yang di kawini tidak mendapat apa-apa.

Menurut analisis penulis, melihat duduk perkara pada putusan No. 1513/

Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi bahwa pernikahannya batal karena Termohon II telah

melakukan pemalsuan identitas, apabila di kaitkan dengan pendapat Madzhab

Malikiyyah maka perkawinannya dapat di batalkan karena salah satu dari kedua

suami istri telah melakukan penipuan terhadap sifat salah satu kedua suami istri

tersebut.

D. Analisis Putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi Menurut Madzhab

Hanabilah

Dalam putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi diketahui sebab

terjadinya permohonan pembatalan perkawinan disebabkan karena:

1. Bahwa Termohon II diketahui telah memalsukan identitasnya dalam

perkawinannya yang mengaku berstatus jejaka

2. Bahwa Termohon II telah diketahui mempunyai seorang istri dan dua orang

anak

Menurut pendapat Madzhab Hanabilah di antara sebab perkawinan dapat

di batalkan yaitu:

Page 92: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

82

1. Seorang suami berat memberikan maskawin (sebelum di pergauli), nafkah,

tempat tinggal, dan pakaian,

2. Salah satu dari suami atau istri bukan beragama Islam6

Madzhab Hanabilah juga berpendapat bahwa apabila seorang laki-laki

menipu seorang wanita dengan sesuatu yang dapat merusak akad seperti perkara

sekufu, perihal kemerdekaannya, keturunannya, maka bagi istri berhak memilih

antara fasakh dan tetap berlangsung.7

Melihat duduk perkara pada putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi

perkawinannya batal karena Termohon II telah melakukan pemalsuan identitas

dalam perkawinannya dengan Termohon I, dengan begitu apabila di kaitkan

dengan pendapat Madzhab Hanabilah, maka perkawinan tersebut dapat di

batalkan karena salah satu dari kedua suami istri tersebut telah melakukan sesuatu

yang dapat merusak akad, yaitu Termohon II telah melakukan pemalsuan identitas

yang mengaku sebagai jejaka tetapi ternyata diketahui bahwa Termohon II telah

mempunyai seorang istri dan dua orang anak.

Menurut analisis penulis, melihat duduk perkara pada putusan No. 1513/

Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi apabila dikaitkan dengan pendapat Madzhab Hanabilah,

perkawinannya dapat di batalkan karena dari kedua suami istri tersebut telah

melakukan sesuatu yang dapat merusak akad, kemudian bila di qiyaskan dengan

6Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz IV ( Beirut : Dar al-Fikr

), h. 372.

7 Wahbah Zuhaily, Al Fiqhu Al Islam Wa Adillatuh, ( Beirut : Daarul Fikr, 1996 ), Juz VII,

Cet Ke-I, hal. 526.

Page 93: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

83

contoh sesuatu yang dapat merusak akad seperti mengaku merdeka tetapi

kenyataannya budak, dengan begitu bila melihat sebab putusnya perkawinan pada

putusan tersebut Termohon II telah melakukan pemalsuan identitas yaitu

mengaku sebagai jejaka tetapi pada kenyataannya telah mempunyai seorang istri

dan dua orang anak.

Page 94: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

84

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai langkah

akhir setelah menganalisis dari beberapa sudut pandang dan kepustakaan untuk

melengkapi dan menyempurnakan sekaligus merupakan jawaban dari pernyataan

perumusan masalah yang telah di sebutkan terlebih dahulu. Maka dapat di tarik

beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Bahwa Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Telah

mengatur hukum pembatalan perkawinan karena adanya unsur penipuan yaitu

pada pasal 27 ayat 2. Begitu juga dengan Kompilasi Hukum Islam telah

mengatur hukum pembatalan perkawinan karena adanya unsur penipuan

dalam pasal 72 ayat 2.

2. Bahwa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No.

1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi dalam perkara pembatalan perkawinan karena

pemalsuan identitas dalam kasus poligami yaitu dengan menggunakan pasal

24 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan serta Kompilasi

Hukum Islam pasal 71 huruf (a). Mengenai Akibat hukum dari pembatalan

perkawinan yaitu terhadap anak yang dilahirkan adalah tetap dianggap anak

sah, mengenai harta bersama dapat di selesaikan menurut hukumnya masing-

masing, baik menurut hukum agama, hukum adat maupun hukum lainnya,

Page 95: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

85

kemudian di dalam fiqih di jelaskan bahwa apabila telah sempat bersenggama

maka bersenggamanya tidak di anggap zina selama benar-benar tidak

mengetahui bahwa perbuatan itu haram baginya.

3. Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA.

Bekasi dengan menggunakan pasal 24 UU Perkawinan dan KHI pasal 27

apabila di tinjau dari hukum positif maka di anggap telah berkekuatan hukum,

akan tetapi apabila di tinjau dari hukum fiqih hukumnya lemah karena dalam

hukum Islam masalah poligami telah di atur, tetapi apabila perkara tersebut di

putus dengan menggunakan pasal 27 UU Perkawinan atau dengan pasal 72

Kompilasi Hukum Islam yang mengatur tentang pembatalan perkawinan

karena adanya unsur penipuan, di tinjau dari hukum positif dan hukum fiqih

putusan tersebut telah berkekuatan hukum, karena dari hukum positif maupun

hukum fiqih telah mengatur pembatalan perkawinan karena adanya penipuan.

B. Saran-Saran

Mengingat betapa pentingnya masalah pernikahan bagi masyarakat

dengan adanya peraturan perundang-undangan yang telah mengatur semua hal

tentang perkawinan dan untuk mencegah terjadinya dampak negatif dalam

perkawinan, maka penulis akan mengajukan saran-saran kepada semua pihak

yang terkait antara lain:

1. Kepada hakim Pengadilan Agama Bekasi agar lebih memperhatikan semua

sebab permohonan, agar semua perkara yang telah di putus memberikan rasa

Page 96: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

86

keadilan bagi para pencari keadilan serta lebih tepat dalam menetapkan

pertimbangan hukumnya

2. Meningkatkan bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat agar selalu

memperhatikan aturan yang telah di tetapkan oleh undang-undang maupun

peraturan lainnya, agar tidak terjadi dampak negatif terhadap perkawinannya

3. Meningkatkan peran aktif dan fungsi KUA atau Kelurahan sebagai salah satu

wadah untuk kegiatan-kegiatan yang dapat membangkitkan semangat untuk

menggali ilmu lebih tinggi, juga bimbingan keagamaan yang lebih konstruktif

dan inovatif.

4. Kepada para pegawai Kantor Urusan Agama agar memperhatikan segala hal

yang berkaitan dengan kedua mempelai dan lebih berhati-hati dalam

menjalankan tugasnya agar tidak terjadi kekeliruan terhadap kedua mempelai

tersebut dan tidak ada penyelundupan terhadap sesuatu yang dapat merusak

perkawinan.

Page 97: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

90

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Dan Terjemahan. Departemen agama RI Bandung. Gema Risalah,

Press, 1993

Abdurrahman. Himpunan Peraturan UU Tentang Perkawinan. Jakarta :

Akademika presindo, 1986, Cet. 1

Abdurrahman SH. Ma. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta : Akademika

Presindo, 1996

Abdullah, Abdul Gani. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata hukum

Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1994

AH, Daud Muhammad. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta : Raja

Grafindo Perkasa, 1997, Cet. 1

Al Jaziri, Abdurrahman. Al Fiqhu Ala Madzahib Al Arba 'ah. Beirut: Daarul

Fikr, Juz IV

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta :

2001

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 2005

Effendi, Satria. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. Jakarta:

Kencana, 2004, Cet. 2

Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia, 2000

Harahap, Yahya SH. Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975, Medan : CV. Zahir Trading Co, 1975, Cet. I

http ://www.pa-bekasi. go. id/profil-pa

Irawan, Sabtian Chandra. Perkawinan dalam Islam : monogami atau Poligami

?. Yogyakarta: An-Naba Islamic Media, 2007, cet Ke-1, h. 12

Page 98: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

91

Mughniyyah, Muhammad Jawad. Fiqh Lima Madzhab, Lentera Basretama,

1999 Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di

Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006, Cet Ke-1

Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di

Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No.

1 Tahun 1974 Sampai KHI. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2006, Cet Ke-3

Prodjohamidjodjo, Martiman. Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta :

Indonesia Legal Center Publishing, 2002

Pedoman Penyusunan Skripsi, Fakultas Syar'iah dan Hukum, Jakarta 2007

Qudmah, Ibn. Al-Mugni (Al-Hijro At- Tauba'ah wa Nasr wa Taujia' wa I'lan).

Kairo, 1986

Ridho, Muhammad Rasyid. TafsirAl- Manor. Mesir : Al- Manar, 1325 H

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003. Cet 6

Rusdiana, Kama dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2007,Cet Ke-1

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Riyadh: Daar Al-Fath li Al- Alam Al- Arab, 1996

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera, 2007

Sohn'ani, Imam. Subulus salam : Syarah Bulughul Al-Maram. Beirut Lebanon:

Daru al-Fikr, 1991M/1411H.

Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2006. Cet. 3

Syarirudin, Amir, Garis-Garis Besarfiqh, Jakarta: Kencana, 2003. Cet. 2

Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita, 2008. Cet. 39

Syahrani, Riduan, Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung:

PT. Alumni, 2000. Cet Ke-4

Page 99: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

92

Salinan Putusan Pengadilan Agama Bekasi (No: 1513/Pdt. G/2009/PA.Bks)

Subbag Umum Pengadilan Agama Bekasi Subbag Kepegawaian

Pengadilan Agama Bekasi

Volmar, H.F.A. Pengantar Studi Hukum Perdata, Jakarta: Rajawali, 1992, Cet.

3

Zuhaily, Wahbah. Al Fiqhu Al Islam Wa Adilatuhu, Beirut: Daarul Fikr, 1996,

Juz VII, Cet, 1

Page 100: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

Nama : Drs. Humaidi Yusuf, SH. MH

Jabatan : Hakim Anggota

Tempat : Pengadilan Agama Bekasi

Tanggal : 15 April 2011

INSTRUMEN WAWANCARA

1. Dalam putusan No. 1513/ Pdt. G/ 2009/ PA. Bekasi, selain berpegang pada

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam, apakah ada pertimbangan hukum lain yang menjadi pertimbangan hakim

dalam memutuskan perkara pembatalan perkawinan tersebut?

Jawab:

Menurut Bapak Humaidi Yusuf selaku Hakim di Pengadilan Agama Bekasi, ia

mengatakan bahwa selama di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang perkara yang mau

diputuskan maka tidak mengambil dari sumber hukum lain yang paling penting

putusan tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat. Jadi setiap perkara di putus

menggunakan dasar hukum yang legal dan rasional, yaitu menggunakan dasar

hukum Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam dan juga unsur-unsur kemaslahatan dan kemanfaatan.

2. Faktor apa sajakah yang menjadikan suatu perkawinan dapat dibatalkan?

Jawab:

Page 101: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

Faktor yang dapat menjadikan suatu perkawinan dapat dibatalkan yaitu yang

diatur dalam Undan-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu yang

terdapat dalam pasal 22, 24, 26, 27 ayat (1) dan (2), dan seperti yang ada dalam

KHI yaitu pada pasal 70, 71 dan pasal 72.

3. Apa yang menjadi pertimbangan bapak dalam memutuskan perkara pembatalan

perkawinan akibat pemalsuan identitas?

Jawab:

Undang-Undang No.1 tahun 1974 Tentang Perkawinan mengatur dan

menjelaskan tentang sebab-sebab perkawinan dapat dibatalkan, pembatalan

perkawinan akibat pemalsuan identitas terdapat dalam Pasal 72 ayat 2 Undang-

Undang Perkawinan yang bunyinya “ Seorang suami atau istri dapat mengajukan

pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terdapat

salah sangka mengenai diri suami atau istri.

4. Bagaimana status perkawinan poligami yang dilakukan dengan memanipulasi

data akan tetapi perkawinannya tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) apakah

termasuk melanggar hukum?

Jawab:

Sesuai dengan pasal 22 Undang-Undang Perkawinan bahwa pernikahan dapat

dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan

perkawinan. Dengan begitu perkawinan yang dilakukan dengan memanipulasi

data termasuk melanggar hukum karena tidak memenuhi syarat-syarat untuk

melangsungkan perkawinan. Selain itu apabila seorang suami ingin melakukan

Page 102: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1614/1...ibadah berarti juga melaksankan ajaran agama, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Sunan

poligami harus izin Pengadilan Agama, hal ini sesuai dengan pasal 71 Undang-

undang Perkawinan.

5. Menurut bapak apakah putusan pembatalan menguntungkan penggugat atau

tergugat?

Jawab:

Permasalahan tidak terletak pada untung dan rugi, tetapai pada apakah perkara itu

sah atau tidak, Akan tetapi menurut saya selama perkawinan tersebut masih bisa

di pertahankan karena kesalahan prosedur yang bersifat formil, lebih baik

dipertahankan. Kecuali apabila perkawinan tersebut memang harus dibatalkan,

seperti halnya perkawinan tersebut dilakukan olah dua orang yang sedarah atau

sepersusuan.

Nara Sumber Bekasi, 15 April 2011

Drs. Humaidi Yusuf, SH. MH Yayah Lutfiyah Hamid