PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN...

186
PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN FIDUSIA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG 1572K/PDT/2015) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: ANGGIT HANDOYO NIM 11140480000016 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Transcript of PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN...

Page 1: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN

FIDUSIA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

1572K/PDT/2015)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

ANGGIT HANDOYO

NIM 11140480000016

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

ii

PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN FIDUSIA

(STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG 1572K/PDT/2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh:

Anggit Handoyo

11140480000016

Pembimbing

Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H

NIP. 196702032014111001

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1 4 4 0 H / 2 0 1 8 M

Page 3: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN FIDUSIA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG 1572K/PDT/2015)” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 September 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, September 2018 Mengesahkan Dekan

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.

NIP. 196912161996031001

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. (.…………….) NIP. 196911211994031001

2. Sekretaris : Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. (.…………….) NIP. 1965090819955031001

3. Pembimbing: : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H (.…………….)

NIP. 196702032014111001

4. Penguji I : Indra Rahmatullah, S.H.I, M.H. (.…………….)

NIP.-

5. Penguji II : Dr. Nurhasanah, M.Ag (.…………….) NIP. 197408172002122013

Page 4: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bawa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Stata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah tercantum sesuai dengan ketentuan

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau

siplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Agustus 2018

Anggit Handoyo

Page 5: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

v

ABSTRAK

ANGGIT HANDOYO, NIM 11140480000016, “PEMBATALAN

EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN FIDUSIA (STUDI KASUS

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG 1572K/PDT/2015)”. Konsentrasi Hukum

Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1440 H/2018 M. x + 98 halaman + 4 halaman

daftar pustaka + 80 halaman lampiran.

Permasalahan pada skripsi ini adalah pembatalan eksekusi terhadap objek

perjanjian fidusia oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang diperkuat oleh putusan

Pengadilan Tinggi Jakarta dan Putusan Mahkamah Agung dan akibat hukum kepada

para pihak setelah adanya putusan pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian

fidusia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat normatif

yuridis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu

penelitian terhadap data sekunder yaitu mengacu pada norma hukum yang terdapat

pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.

Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah putusan hakim merupakan

salah satu yang bisa menghapuskan perjanjian. Hal inilah yang terjadi pada perjanjian

pinjam meminjam (Loan Agreement) sebagai perjanjian utama dan akta perjanjian

jaminan fidusia sebagai perjanjian ikutan (accesoir) yang terbukti melanggar

peraturan perundang-undangan. Akibat dari putusan tersebut para pihak dikembalikan

kepada keadaan semula seolah-olah tidak pernah ada perjanjian.

Kata Kunci : Putusan pengadilan, Pembatalan Eksekusi, perjanjian Fidusia

Dosen Pembimbing : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H

Daftar Pustaka : 1983-2017

Page 6: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT. Atas berkat rahmat,

hidayat dan juga anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN

FIDUSIA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

1572K/PDT/2015)”. Sholawat serta salam tidak lupa tercurah oleh peneliti

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia

dari zaman jahiliah, kepada zaman islamiyah pada saat ini

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini

tidak dapat diselesaikan oleh peneliti tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas para

pihak yang telah memberikan peranan secara langsung dan tidak langsung atas

pencampaian yang telah dicapai oleh peneliti, yaitu antara lain kepada yang

terhormat :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Dosen pembimbing Skripsi peneliti,

saya ucapkan banyak terimakasih atas kesempatan waktu, arahan dan kritik

serta saran yang diberikan demi penelitian yang saya lakukan.

5. Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum. Dosen Pembimbing Akademik Peneliti, saya

ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk dukungan yang

telah diberikan hingga saya mampu untuk menyelesaikan studi saya di

Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

vii

6. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh bahan referensi untuk

melengkapi hasil penelitian saya.

7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda Mu’id dan ibunda Robah

yang telah memberikan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini,

nafkah dan kasih saying selama ini, serta pengorbanan kepentingannya untuk

mendahulukan studi peneliti.

8. Terima kasih sebesar-besarnya kepada saudara-saudara kandung peneliti.

Dodo Prananda, Muhammad Khoiron dan Wiarti yang telah memberikan

dorongan berbentuk motivasi dan inspirasi kepada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman peneliti Ahmad Husein S.H., M. Rizki Ramadhan S.H., Sarah

Alzagladi S.H., Meti Indah Sari S.H., Gita Cheryl Barizqi S.H., Nauvald Fathu

Dzulfikar S.H., Martunis S.H., Abdul Muadz S.H., Ksatria Imam Nugraha

S.H., M. Dadi Dwiono, Novrizal Putra, Wahyu, Muh. Eddy Kurniawan, Andi

FH, Wahyu Agung N, Rivanda A, Aulia Pramana P, Nila Tari, Nur Rahmi

Febriani, Dalilah Hazimah, Farhana Thahira dan teman-teman Ilmu Hukum

Angkatan 2014 yang telah saling bantu-membantu selama proses perkuliahan

sehingga tugas-tugas dan skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya.

10. Keluarga besar Moot Court Community (MCC) dan KKN ADINATA

11. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada peneliti dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

Jakarta, 24 Agustus 2018

Anggit Handoyo

Page 8: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Indentifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6

D. Metode Penelitian ............................................................................ 7

E. Sistematika penulisan ....................................................................... 11

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13

A. Kerangka Konseptual ....................................................................... 13

1. Perjanjian Pada Umumnya ......................................................... 13

a. Pengertian Perikatan dan Perjanjian .............................. 13

b. Asas-asas Perjanjian ....................................................... 14

c. Unsur-Unsur Perjanjian ................................................. 15

d. Syarat Sahnya Perjanjian ............................................... 17

e. Hapusnya Perjanjian ...................................................... 19

2. Perjanjian Pinjam-Meminjam .................................................... 21

a. Pengertian Perjanjian Pinjam-Meminjam ...................... 21

Page 9: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

ix

b. Subjek dan Objek Pinjam Meminjam ............................ 22

c. Hak dan Kewajiban ........................................................ 22

d. Peminjaman dengan Bunga ............................................ 23

3. Lembaga Pembiayaan ................................................................ 24

a. Pengertian Lembaga Pembiayaan .................................. 24

b. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan .................................. 25

c. Prosedur Pembiayaan ..................................................... 26

4. Jaminan Fidusia ......................................................................... 27

a. Pengertian Jaminan Fidusia ........................................... 27

b. Sifat Jaminan Fidusia ..................................................... 28

c. Subyek Jaminan Fidusia ................................................ 31

d. Obyek Jaminan Fidusia .................................................. 32

e. Pendaftaran Jaminan Fidusia ......................................... 34

f. Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia ................... 35

g. Eksekusi Jaminan Fidusia .............................................. 37

5. Implikasi / Akibat Hukum Perjanjian dalam Penggunaan Bahasa

Asing dan Penanaman Modal Asing .......................................... 40

B. Kajian Teori ..................................................................................... 45

1. Teori Kepastian Hukum ............................................................. 45

2. Teori Keadilan ........................................................................... 47

3. Teori Itikad Baik ........................................................................ 50

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ................................................ 51

BAB III: PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN

FIDUSIA ANTARA NINE AM LTD DENGAN PT BANGUN

KARYA PRATAMA LESTARI .................................................... 54

A. Kedudukan Para Pihak ..................................................................... 54

1. Nine AM Ltd sebagai Kreditor .................................................. 54

2. PT Bangun Karya Pratama Lestari sebagai Debitor .................. 54

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak ........................................................ 55

Page 10: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

x

1. Hak dan Kewajiban Nine AM Ltd ............................................. 55

2. Hak dan Kewajiban PT Bangun Karya Pratama Lestari ............ 56

C. Kasus Posisi ..................................................................................... 57

1. Duduk Perkara ........................................................................... 57

2. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Mahkamah Agung

Nomor:1572K/Pdt./2015 ............................................................ 60

3. Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor: 1572K/Pdt./2015 ... 63

BAB IV: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN

FIDUSIA ANTARA NINE AM LTD DENGAN PT BANGUN

KARYA PRATAMA LESTARI .................................................... 64

A. Hal-Hal Yang Menghapuskan Perjanjian ......................................... 64

B. Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor:

1572K/Pdt./2015 ............................................................................... 66

C. Akibat Hukum Para Pihak Atas Putusan Mahkamah Agung Nomor:

1572K/Pdt./2015 ............................................................................... 85

BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 89

A. Kesimpulan ...................................................................................... 89

B. Rekomendasi .................................................................................... 90

Daftar Pustaka ................................................................................................. 92

Lampiran .......................................................................................................... 96

Page 11: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakan

roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

yang kelebihan dana, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk

mengusahakannya, dan di sisi lain ada kelompok masyarakat lain yang

memiliki kemampuan untuk berusaha namun terhambat pada kendala oleh

karena hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki dana sama sekali1.

Untuk pelaku usaha sendiri dalam memenuhi kebutuhan dananya

dapat diperoleh dari lembaga keuangan seperti: pegadaian, pasar modal, bank

dan sebagaianya. Namun dalam kenyataanya tidak semua pelaku usaha dapat

dengan mudah mengakses dana dari setiap sumber dana disebabkan oleh

masing-masing lembaga keuangan menerapkan ketentuan yang tidak dengan

mudah dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana.

Bank yang selama ini dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga

keuangan tidak mampu memenuhi kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh

masyarakat dikarenakan terbatasnya kemampuan permodalan bank sendiri.

Oleh karena itu, lembaga pembiayaan hadir sebagai salah satu alternatif

sumber dana yang penting dan potensial untuk dipertimbangkan.

Peran penting lembaga pembiayaan ini juga disadari oleh pemerintah

Republik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia yang

selanjutnya dipertegas dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014. Dalam pertimbangan (konsiderans)

1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet.3, h. 1.

Page 12: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

2

Huruf a Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988

Tentang Lembaga Pembiayaan2 dinyatakan

“bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya sebagi sumber dana pembangunan makin meningkat”.

Pengertian Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.

Dimana jenis-jenis lembaga pembiayaan itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu

perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan perusahaan

pembiayaan infrastruktur. Perusahaan pembiayaan inilah yang menjadi

intermediary yang akan bertindak selaku kreditor yang akan menyediakan

dana bagi debitor. Dari sinilah timbul perjanjian utang piutang atau pemberian

kredit.

Perjanjian utang piutang merupakan perjanjian yang mengatur

hubungan hukum pinjam meminjam dimana ketentuan tersebut diatur dalam

Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu perjanjian dengan

mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah

tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat

bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama

dari macam dan keadaan yang sama pula.

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang

memiliki kemampuan untuk itu, melalui perjanjian utang piutang antara

pemberi uang (kreditor) di satu pihak dan penerima pinjaman (debitor) di lain

pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada

2 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti Di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), h. 183.

Page 13: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

3

diri kreditor, yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada

debitor; dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitor pada

waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat

perjanjian pemberian kredit tersebut disetujui oleh para pihak3.

Hak dan kewajiban debitor adalah bertimbal balik dengan hak dan

kewajiban kreditor. Selama para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya

masing-masing sesuai dengan yang diperjanjikan maka persoalan pun tidak

akan muncul. Biasanya persoalan baru timbul jika debitor lalai

mengembalikan uang pinjaman pada saat yang telah ditentukan. Jika terjadi

demikian, Pasal 1311 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan

bahwa semua kebendaan yang menjadi milik seseorang, baik yang sudah ada

maupun yang akan ada dikemudian hari, akan menjadi jaminan bagi

perikatannya.

Jaminan pelunasan atas utang yang dimiliki oleh debitor, serta menjadi

pelunasan piutang bagi kreditor dinamakan dengan jaminan kebendaan.

Secara umum, ada dua jenis jaminan kebendaan yang bisa diterapkan terhadap

perjanjian pembiayaan yang telah dibuat, berdasarkan objek hak atas

tanah/rumah/bangunan/gedung yaitu jaminan kebendaan berdasarkan hak

tanggungan dan jaminan kebendaan berdasarkan jaminan fidusia4.

Jaminan fidusia berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 1 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia, adalah hak jaminan

atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan

benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak

tangungan sebagaimana dimakusd dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi

3 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia …, h. 2.

4 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti Di Indonesia …, h. 204.

Page 14: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

4

fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan uatang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor

lainnya.

Salah satu fungsi dari jaminan fidusia adalah untuk memberikan

perlindungan kepada kepentingan kreditor, yaitu kepentingan atas

terpenuhinya pemenuhan atas piutang yang dimiliki. Namun apabila debitor

atau pemberi fidusia melakukan cidera janji, eksekusi terhadap benda yang

menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara:

1. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Ayat (2)

oleh penerima fidusia

2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima

fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualan.

3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan para

pihak jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan para pihak.

Namun ketentuan tersebut tidak berlaku untuk Nine Am Ltd sebagai

kreditor terhadap PT Bangun Karya Pratama Lestari sebagai debitor dalam

perjanjian pinjam-meminjam uang sebesar US$ 4,999,500 (empat juta

sembilan ratus sembilan puluh Sembilan ribu lima ratus Dollar Amerika

Serikat) dengan jaminan fidusia lima Unit Truck Caterpillar Model 777 D.

Perjanjian tersebut dibuat dengan Akta Perjanjian Jaminan Fidusia Atas

Benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77 yang dibuat di hadapan Popie Savitri

Martosuhardjo Pharmanto, SH., Notaris & PPAT di Jakarta.

Setelah berjalannya satu tahun lebih tepatnya tanggal 30 September

2011 kreditor mengirim surat peringatan karena debitor tidak membayar

angsuran untuk setiap bulan tepatnya tanggal 11. Namun tidak ada jawaban

dari debitor yang kemudian pada tanggal 12 Juli 2012 mengirim surat

Page 15: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

5

peringatan kalau tidak membayar hutangnya akan dilakukan eksekusi karena

debitor telah melakukan cidera janji.

Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang

telah dijelaskan di atas, kasus antara Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya

Pratama Lestari seharusnya bisa dilakukan eksekusi, tetapi hal tersebut

dibatalkan oleh Pengadilan. Sedangkan kasus tersebut tidak termasuk ke

dalam Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang

mengatur tentang hapusnya jaminan fidusia.

Dari putusan Pengadilan tingkat pertama sampai dengan Mahkamah

agung isinya juga membatalkan eksekusi terhadap objek fidusia yang

dilakukan oleh Nine Am Ltd selaku kreditor terhadap PT Bangun Karya

Pratama Lestari. Oleh karenanya studi ini merasa perlu menelitinya dimana

penelitian ini merupakan hal yang baru atau belum pernah diteliti yang

hasilnya dituangkan dalam judul skripsi yang berjudul “PEMBATALAN

EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN FIDUSIA (STUDI KASUS

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1572K/PDT/2015)”.

B. Indentifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan di atas terdapat berbagai masalah yang dapat di

identifikasi, yang pada gilirannya akan di teliti sesuai batasan kemampuan

dalam studi ini, masalah yang dapat di identifikasi, yaitu:

a. Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata

b. Mekanisme perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan fidusia

yang dilakukan oleh Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya

Pratama Lestari

c. Benda-benda yang termasuk objek fidusia menurut Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999

Page 16: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

6

d. Mekanisme eksekusi terhadap objek jaminan fidusia menurut

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari apa yang telah peneliti identifikasi, karena begitu

luas cakupan penelitian ini, maka kajian ini hanya akan dibatasi pada

perihal pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian fidusia, yang mana

juga dibatasi pada studi kasus putusan Mahkamah Agung Nomor

1572K/Pdt./2015.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

dijabarkan sebelumnya yaitu adanya pembatalan eksekusi terhadap objek

perjanjian fidusia, maka dibuat perumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apa pertimbangan hukum oleh majelis hakim dalam memutus

pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian fidusia?

b. Bagaimana akibat hukum kepada para pihak setelah adanya

putusan pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian fidusia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum sebagi berikut :

a. Untuk memahami pertimbangan hukum oleh majelis hakim dalam

memutus pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian fidusia

b. Untuk memahami akibat hukum kepada para pihak setelah adanya

putusan pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian fidusia

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai di atas, ada beberapa hal yang

merupakan manfaat dari studi ini diantaranya:

a. Manfaat Teoritis

Page 17: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

7

1) Dapat menambah pengetahuan dan khazanah keilmuan tentang

hukum jaminan terutama tentang jaminan fidusia dan mekanisme

pelaksanaan eksekusi objek perjanjian fidusia

2) Sebagai acuan untuk memperdalam penelitian berikutnya terkait

permasalahan eksekusi objek perjanjian fidusia.

b. Manfaat Praktis

1) Menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya para pelaku

usaha dalam hal perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan

fidusia dan mekanisme pelaksanaan eksekusi objek perjanjian

fidusia.

2) Menjadi bahan masukan bagi penegak hukum agar menerapkan

hukum yang berlaku demi kelancaran bisnis di Indonesia.

D. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.

Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan5.

1. Pendekatan Penelitian

Penulis dalam melakukan proses penelitian ini menggunakan

pendekatan ilmu perundang-undangan (statute approach) yaitu dengan

menelaah semua Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani6.Dalam hal ini peraturan-

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, ( Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), 1986), cet.3, h. 43.

6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum …, h. 93.

Page 18: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

8

peraturan yang berkaitan dengan pembatalan eksekusi terhadap objek

perjanjian fidusia antara Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya Prata

Lestari, yaitu :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan Fidusia

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009

Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu

Kebangsaan.

d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009

Tentang Lembaga Pembiayaan

f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010

Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha

Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

2. Jenis Penelitian

Untuk jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian normatif

yuridis. Dimana penelitian ini mengacu kepada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan

pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam mastarakat7.

Dalam hal ini yang menjadi objek normatif yuridis yaitu menelaah,

menginterpretasikan, serta menganalisis putusan Mahkamah Agung yang

menguatkan putusan-putusan pengadilan sebelumnya mengenai

pembatalan eksekusi terhadap objek perjanjian fidusia antara Nine Am Ltd

dengan PT Bangun Karya Prata Lestari.

7 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), Cet. 2, h.

105.

Page 19: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

9

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang

artinya data yang sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data sekunder

ini antara lain: dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian

yang berbentuk laporan, buku harian dan lain-lain8. Data sekunder ini

meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum

tersier:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum

primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau

risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim. Bahan hukum primer yang digunakan antara lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan Fidusia

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009

Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu

Kebangsaan.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009

Tentang Lembaga Pembiayaan

6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010

Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha

Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum …, h. 12.

Page 20: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

10

7) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

1572K/Pdt./2015

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya

dangan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa,

memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer. Yang termasuk

dalam bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi9. Misalnya dapat

berupa hasil karya dari kalangan hukum, seperti skripsi, tesis dan

disertasi hukum. Disamping itu juga, kamus-kamus hukum dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan10.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi

untuk mendukung materi penelitian ini melalui berbagai literatur seperti

buku, bahan ajar perkuliahan, artikel, jurnal, skripsi, tesis dan undang-

undang di berbagai perpustakaan umum dan universitas.

5. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dikumpulkan lalu di kategorikan menjadi

bab dan sub-bab dalam penelitian secara rinci agar tersusun dengan runtut.

6. Analisis Data

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang tidak

membutuhkan populasi dan sampel karena jenis penelitian ini

menekankan pada aspek pemahaman suatu norma hukum yang terdapat di

dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma yang

berkembang di masyarakat. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan

9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum …, h. 141.

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum …, h. 155.

Page 21: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

11

yang menjadi penelitiannya sebagai sumber data. Maksudnya data dan

informasi lapangan dilakukan analisis sehingga memperoleh hasil

penelitian yang bersifat deskriptif analisis.

7. Teknik Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pola pikir deduktif, yaitu dengan menarik kesimpulan

khusus dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi.

E. Rancangan Sistematika penelitian

Skripsi ini disusun sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2017, yang terbagi dalam lima bab. Pada setiap bab terdiri dari sub bab yang

digunakan untuk memperjelas ruang lingkup dan inti permasalahan yang

diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta inti

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan, yang berisi Latar Belakang,

Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Merupakan kajian pustaka yang berisi kerangka konseptual

diantaranya definisi perjanjian, mekanisme perjanjian pinjam-

meminjam, definisi lembaga pembiayaan, definisi jaminan

fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 dan aturan terkait. Kemudian dilanjutkan dengan kajian

Page 22: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

12

teori diantaranya teori kepastian hukum dan teori itikad baik.

Pada bab ini juga dibahas review studi terdahulu yang relevan

yang fokus pembahasannya mendeskripsikan persamaan dan

studi-studi dengan rencana studi yang akan dilakukan.

BAB III DATA PENELITIAN

Merupakan penyajian data dan penelitian secara deskriptif

dimana data yang dimaksud yaitu Putusan Mahkamah Agung

Nomor: 1572K/Pdt./2015 yang membahas mengenai tentang

kasus, pertimbangan hakim dan putusan terhadap Nine Am Ltd

dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari.

BAB IV ANALISIS DATA PUTUSAN HAKIM TENTANG

PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK

PERJANJIAN FIDUSIA

Merupakan analisis permasalahan yang membahas dan

menjawab permasalahan pada penelitian ini diantaranya

menganalisis dan menjawab pertimbangan hukum oleh majelis

hakim dalam memutus pembatalan eksekusi terhadap objek

perjanjian fidusia dan akibat hukum kepada para pihak setelah

adanya putusan Mahkamah Agung Nomor: 1572K/Pdt./2015.

BAB V PENUTUP

Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang

dapat ditarik mengacu pada hasil penelitian sesuai dengan

perumusan masalah yang telah ditetapkan dan rekomendasi

yang akan lahir setelah pelaksanaan penelitian dan

pengulasannya dalam skripsi.

Page 23: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Perjanjian Pada Umumnya

a. Pengertian Perikatan dan Perjanjian

Perikatan merupakan suatu perkataan yang memiliki

pengertian yang abstrak. Kata “perikatan” berasal dari

terjemahan dari kata verbintenis (dalam bahasa Belanda), yang

dibedakan dari overeenkomst (dalam bahasa Belanda) yang

diterjemahkan sebagai “perjanjian”. Aturan-aturan hukum yang

berkaitan dengan perikatan terdapat dalam Buku III Burgerlijk

Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)1.

Ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menyatakan bahwa :

“Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, maupun

karena Undang-undang”.

Selanjutnya dalam ketentuan berikutnya dalam Pasal

1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa:

“Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”.

Dari kedua rumusan tersebut dapat diketahui bahwa

perikatan melahirkan kewajiban kepada orang perorangan atau

pihak tertentu, dimana dalam ilmu hukum istilah kewajiban

tersebut dikenal dengan sebutan “prestasi”. Sedangkan pihak

yang berkewajiban dinamakan “debitor” dan pihak yang

1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet.3, h. 11.

Page 24: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

14

berhak menuntut pelaksanaan kewajiban atau prestasi disebut

dengan “kreditor”2.

Pengertian perjanjian telah diatur dalam Pasal 1313

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan

bahwa:

“ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih”

Dari rumusan tersebut mengisyaratkan bahwa

perjanjian melahirkan suatu kewajiban atau prestasi dari satu

orang atau lebih kepada satu orang atau lebih lainnya, yang

berhak atas prestasi tersebut3.

b. Unsur-Unsur Perjanjian

Menurut para ahli (Sudikno Martokusumo, Mariam

Darus, Satrio) bersepakat bahwa unsur-unsur perjanjian itu

terdiri dari:

1) Unsur Esensialia

Yaitu unsur yang mutlak harus ada untuk terjadinya

perjanjian, agar perjanjian itu sah dan ini merupakan

syarat sahnya perjanjian. Dengan kata lain, sifat

esensialia perjanjian adalah sifat yang menentukan

perjanjian itu tercipta (Constructieve Oordeel).

2) Unsur Naturalia

Adalah unsur yang lazim melekat pada perjanjian

yaitu unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus

dalam perjanjian secara diam-diam dengan sendirinya

2 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia …, h. 12.

3 Gunawan widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia …, h. 13.

Page 25: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

15

dianggap ada dalam perjanjian. Unsur ini merupakan

sifat bawaan atau melekat pada perjanjian.

3) Unsur Aksidentalia

Yaitu unsur yang harus dimuat atau dinyatakan secara

tegas di dalam perjanjian oleh para pihak.

Namun secara umum, unsur-unsur yang harus ada

dalam perjanjian, yaitu:

(a) Pihak-pihak yang melakukan perjanjian atau subjek

perjanjian

(b) Consensus antar para pihak

(c) Objek perjanjian

(d) Tujuan dilakukannya perjanijan yang bersifat

kebendaan atau harta kekayaan yang dapat dinilai

dengan uang

(e) Bentuk perjanjian yang dapat berupa lisan maupun

tulisan4.

c. Syarat Sahnya Perjanjian

Tiap-tiap perjanjian mempunyai dasar pembentukannya

dan ilmu hukum mengenal empat unsur pokok yang harus ada

agar suatu perbuatan hukum dapat disebut dengan perjanjian

yang sah. Ke-empat unsur tersebut digolongkan menjadi dua,

yaitu:

1) Syarat subjektif

Yaitu syarat yang menyangkut subjek yang mengadakan

perjanjian, diantaranya :

4 Sangkoeno, Syarat-Syarat Perjanjian dan Unsur-Unsur Perjanjian, artikel diakses

pada tanggal 26 Mei 2018 dari http://www.sangkoeno.com/2015/01/syarat-syarat-perjanjian-dan-unsur.html

Page 26: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

16

a) Kesepakatan di antara para pihak yang telah diatur

dalam ketentuan Pasal 1321 sampai dengan Pasal 1328

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Ketentuan tersebut mengatakan bahwa kesepakatan

bebas dianggap terjadi pada saat perjanjian dibuat oleh

para pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa

kesepakatan tersebut terjadi karena kekhilafan, paksaan

maupun penipuan.

b) Kecakapan untuk bertindak telah diatur dalam

ketentuan Pasal 1329 sampai dengan Pasal 1331 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata.

Ketentuan tersebut menyatakan bahwa pada

prinsipnya semua orang dianggap cakap untuk

melakukan tindakan hukum, kecuali mereka yang

masih berada di bawah umur, yang berada di bawah

pengampuan dan mereka yang dinyatakan pailit (Pasal

1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)5.

Apabila syarat subjektif ini tidak terpenuhi maka

akibat hukumnya perjanjian yang telah dibuat dapat

dibatalkan. Tetapi jika tidak dimintakan pembatalan

kepda Hakim, perjanjian itu tetap mengikat pihak-

pihak, walau diancam pembatalan sebelum lampau

waktu lima tahun (Pasal 1454 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata)

2) Syarat Objektif

Yaitu syarat yang berhubungan langsung dengan objek

perjanjian, diantaranya:

5 Gunawan Djaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia …, h. 16

Page 27: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

17

a) Suatu hal tertentu diatur dalam ketentuan Pasal 1332

sampai dengan Pasal 1334 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

Ketentuan tersebut menyatakan keharusan adanya

suatu objek dalam perjanjian, yang merupakan tujuan

dari para pihak yang berisikan hak dan kewajiban dari

salah satu atau para pihak dalam perjanjian, tanpa

adanya objek dalam perjanjian maka perjanjian itu

sendiri absurb adanya.

b) Causa yang halal diatur dalam ketentuan Pasal 1335

sampai dengan Pasal 1337 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

Ketentuan tersebut menyatakan kewajiban adanya

suatu causa yang halal dalam setiap perjanjian yang

dibuat oleh para pihak. Causa yang halal ini maksudnya

sesuatu yang tidak dilarang oleh Undang-undang,

kesusilaan dan ketertiban umum yang berlaku dalam

masyarakat dari waktu ke waktu6.

Apabila syarat objektif ini tdak terpenuhi maka

akibat hukumnya perjanjian yang telah dibuat batal

demi hukum.

d. Asas-asas Perjanjian

Asas-asas umum yang terdapat dalam perjanjian, yaitu:

1) Asas kebebasan berkontrak

Yaitu asas yang memberikan hak kepada para pihak

untuk membuat dan melakukan kesepakatan apa saja

6 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia …, h. 18.

Page 28: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

18

dengan siapa saja, selama mereka memenuhi syarat-

syarat sahnya perjanjian.

Asas kebebasan berkontrak tercantum dalam

ketentuan Pasal 1338 Ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Ketentuan tersebut menyatakan

bahwa:

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai Undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”.

Dari maksud Pasal tersebut mempunyai

pengertian bahwa perjanjian yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak mengikat bagi pihak-pihak

yang bersangkutan (pactum sunt servanda).

2) Asas konsensualitas

Yaitu asas ini dimaksudkan bahwa perjanjian itu

terjadi (ada) sejak saat tercapainya kata sepakat antara

pihak-pihak. Dengan kata lain, perjanjian itu sudah

sah dan mempunyai akibat hukum sejak saat tercapai

kata sepakat antara pihak-pihak, mengenai pokok

perjanjian.

Asas sepakat ini mempunyai arti bahwa dalam

perjanjian yang dibuat berdasarkan para pihak, secara

tegas bahwa pihak-pihak telah menyetujui adanya

perjanjian itu dengan suatu consensus baik secara

lisan atau kemudian diikuti secara tertulis (Pasal 1320

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)7.

3) Asas personalia

7 Ria Safitri dan M. Yasir, Hukum Perikatan, (Ciputat : Program Studi Ilmu Hukum UIN Jakarta, 2011), h. 25.

Page 29: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

19

Asas ini terdapat dalam rumusan Pasal 1315 dan

Pasal 1340 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dari kedua rumusan tersebut dapat diketahui bahwa

pada dasarnya perjanjian hanya akan melahirkan hak-

hak dan kewajiban-kewajiban di antara para pihak

yang membuatnya.

e. Hapusnya Perjanjian

Hapusnya perjanjian harus benar-benar dibedakan

dengan hapusnya perikatan, karena suatu perikatan dapat

hapus, sedangkan perjanjiannya yang merupakan sumbernya

masih tetap ada. Misalnya:

Pada perjanjian jual-beli, dengan dibayarnya harga

maka perikatan mengenai pembayaran menjadi hapus,

sedangkan perjanjiannya belum hapus, karena perikatan

perikatan mengenai penyerahan barang belum terlaksana.

Hanya jika semua perikatan-perikatan dari perjanjian telah

hapus seluruhnya, maka perjanjian pun akan berakhir.

Hal tersebut merupakan hapusnya perjanjian sebagai

akibat dari hapusnya perikatan-perikatannya. Sebaliknya

hapusnya perjanjian dapat pula mengakibatkan hapusnya

perikatan-perikatanya, yaitu apabila suatu perjanjian hapus

dengan berlaku surut. Misalnya:

Sebagai akibat dari pembatalan berdasarkan

wanprestasi (Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata) maka semua perikatan yang telah terjadi menjadi

hapus. Perikatan-perikatan tersebut tidak perlu lagi dipenuhi

dan apa yang telah dipenuhi, harus pula ditiadakan.

Perjanjian dapat berakhir atau hapus karena beberapa

hal, diantaranya yaitu:

Page 30: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

20

1) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.

Misalnya perjanjian akan berlaku untuk waktu

tertentu.

2) Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu

perjanjian. Misal, menurut Pasal 1066 Ayat (3)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa para

ahli waris dapat mengadakan perjanjian untuk

selama waktu tertentu untuk tidak melakukan

pemecahan harta warisan. Akan tetapi waktu

persetujuan tersebut oleh pasal 1066 Ayat (4) Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata dibatasi

berlakunya hanya untuk lima tahun.

3) Para pihak atau Undang-undang dapat menentukan

bahwa dengan terjadinya suatu pertistiwa tertentu,

maka perjanian akan hapus. Misalnya, jika salah

satu pihak meninggal dunia, maka perjanjian akan

hapus. Hal tersebut diatur dalam Pasal 1646 Ayat

(4) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang

perjanjian perseroan, Pasal 1813 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata tentang pemberian kuasa,

dan Pasal 1603 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata tentang perjanjian kerja.

4) Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging).

Pernyataan tersebut dapat dilakukan oleh kedua

belah pihak atau oleh salah satu pihak. Opzegging

ini hanya ada pada persetujuan-persetujuan yang

bersifat sementara. Misalnya, perjanjian kerja,

perjanjian sewa-menyewa dan lain-lain.

5) Perjanjian hapus karena putusan hakim.

Page 31: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

21

6) Tujuan dari perjanjian telah tercapai.

7) Dengan persetujuan para pihak (herroeping)8

2. Perjanjian Pinjam-Meminjam

a. Pengertian Perjanjian Pinjam-Meminjam

Pengertian perjanjian pinjam-meminjam itu tercantum

dalam Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menyebutkan, bahwa:

“pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Berdasarkan ketentuan diatas bahwa orang yang

menerima pinjaman menjadi pemilik mutlak atas barang

pinjaman itu dan apabila barang tersebut musnah maka akan

menjadi tanggungjawab dari si penerima pinjaman.

Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa:

“Apabila dua pihak telah mufakat mengenai semua unsur dalam perjanjian pinjam-meminjam uang maka tidak berarti bahwa perjanjian tentang pinjam uang telah terjadi. Yang hanya baru terjadi adalah perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam uang. Apabila uang telah diserahkan kepada pihak peminjam, lahirlah perjanjian pinjam-meminjam

8 Abi Asmana, Hapusnya Suatu Perjanjian dan Akibat-akibat Perjanijan, artikel

diakses pada tanggal 29 Mei 2018 dari http://legalstudies71.blogspot.co.id/2015/09/hapusnya-suatu-perjanjian-dan-akibat.html?m=1

Page 32: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

22

uang dalam pengertian menurut bab XIII buku ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”9

b. Subjek dan Objek Pinjam Meminjam

Subjek dalam perjanjian pinjam meminjam itu ada dua

pihak yaitu pihak yang memberi pinjaman dan pihak yang

menerima pinjaman. Istilah yang sering digunakan dalam

perjanjian tersebut, untuk pihak yang memberikan pinjaman

adalah pihak yang berpiutang atau kreditur, sedangkan pihak

yang menerima pinjaman disebut pihak yang berutang atau

debitur.

Ketentuan mengenai objek perjanjian pinjam-

meminjam itu tercantum dalam Pasal 1754 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata dimana objeknya berupa barang-

barang yang habis karena pemakaian. Buah-buahan, minyak

tanah, pupuk, cat, kapur merupakan barang-barang yang habis

karena pemakaian. Uang dapat merupakan objek perjanjian

pinjam-meminjam, karena termasuk barang yang habis karena

pemakaian. Uang yang fungsinya sebagai alat tukar, akan habis

karena dipakai berbelanja10.

c. Hak dan Kewajiban

Pada dasarnya pemberian pinjaman dapat diberikan

oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu dengan

cara melalui perjanjian pinjam-meminjam antara pemberi

pinjaman (kreditor) dengan penerima pinjaman (debitor).

Setelah perjanjian itu disepakati, maka lahirlah hak dan

kewajiban diantara para pihak.

9 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Alumni, 1983), h.

24. 10 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 10.

Page 33: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

23

Hak dan kewajiban pemberi pinjaman itu bertimbal

balik dengan hak dan kewajiban penerima pinjaman. Ketentuan

mengenai hak dan kewajiban dari pemberi dan penerima

pinjaman itu tercantum dalam Pasal 1759 sampai dengan Pasal

1764 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kewajiban dari pemberi pinjaman yaitu untuk

menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada peminjam dan

tidak dapat meminta kembali sebelum lewatnya waktu yang

diperjanjikan, sedangkan haknya yaitu menerima kembali uang

yang dipinjam dari peminjam sesuai dengan jumlah dan

keadaan yang sama serta waktu yang telah ditentukan.

Kewajiban dari penerima pinjaman yaitu

mengembalikan uang yang dipinjam dari pemberi pinjaman

sesuai dengan jumlah dan keadaan yang sama serta waktu yang

telah ditentukan. Sedangkan hak dari penerima pinjaman yaitu

menerima uang yang diperjanjikan dari pemberi pinjaman.

d. Peminjaman dengan Bunga

Ketentuan mengenai peminjaman dengan bunga diatur

dalam Pasal 1765 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

menyatakan diperbolehkan memperjanjikan bunga atas

peminjaman uang atau barang yang habis karena pemakaian.

Akan tetapi, apabila tidak diperjanjikan maka peminjam tidak

ada kewajiban untuk membayar bunga tersebut.

Jika peminjam telah membayarkan bunga yang tidak

diperjanjikan tersebut, maka tidak dapat meminta kembali

bunga tersebut dan tidak dapat menguranginya dari pinjaman

pokok. Kecuali bunga yang dibayarkan melampaui bunga yang

ditentukan oleh Undang-undang.

Page 34: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

24

Ketentuan mengenai bunga diatur dalam Pasal 1767

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana bunga dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Bunga yang ditentukan oleh undang-undang

Yaitu bunga yang ditentukan oleh undang-undang,

yang besaran bunganya 6% pertahun. Sedangkan

dalam staatsblaad tahun 1976 Nomor 239, besaran

bunga yang ditetapkan itu 8% sampai 10%

pertahun. Dalam praktiknya, bunga perbankan yang

dikenakan berkisar antara 18% sampai 24%

pertahun.

2) Bunga yang ditentukan dalam perjanjian

Yaitu bunga yang besarannya ditentukan oleh para

pihak berdasarkan atas kesepakatan yang dibuat

oleh kedua belah pihak. Bunga berdasarkan

perjanjian ini boleh melampaui bunga menurut

undang-undang dalam segala hal yang dilarang oleh

Undang-undang11.

3. Lembaga Pembiayaan

a. Pengertian Lembaga Pembiayaan

Istilah lembaga pembiayaan merupakan padanan dari

istilah bahasa Inggris financing institution. Lembaga

pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada

fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau

11 Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), Cet.2, h. 79.

Page 35: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

25

barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari

masyarakat12.

Ketentuan mengenai lembaga pembiayaan diatur dalam

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009

Tentang Lembaga Pembiayaan, yang menyebutkan bahwa

lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau barang modal.

b. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

Pembiayaan, menyebutkan jenis-jenis lembaga pembiayaan,

yaitu:

1) Perusahaan Pembiayaan

Yaitu badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan sewa guna usaha, anjak piutang,

pembiayaan konsumen dan atau usaha kartu kredit

(Pasal 1 butir 2 Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

Pembiayaan).

2) Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital

Company)

Yaitu badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan atau penyertaan modal ke dalam suatu

perusahaan yang meneriam bantuan pembiayaan

(Investee Company) untuk jangka waktu tertentu

dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

12 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet.3, h. 1.

Page 36: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

26

pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan

berdasarkan pembagian atau bagi hasil (Pasal 1 butir

3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan).

3) Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur

Yaitu badan usaha yang didirikan khusus untuk

melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan

dana pada proyek infrastruktur (Pasal 1 butir 4

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan).

Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

Pembiayaan, menyebutkan bahwa perusahaan pembiayaan,

perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan

infrastruktur itu berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Dengan demikian, untuk dapat menjalankan kegiatan usaha di

bidang perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan

perusahaan pembiayaan infrastruktur harus berbentuk badan

hukum baik berbentuk perseroan terbatas (PT) atau Koperasi.

c. Prosedur Pembiayaan

Prosedur pembiayaan di masing-masing jenis lembaga

pembiayaan itu berbeda-beda sesuai dengan kegiatan usaha

lembaga pembiayaan. Dimana dalam menjalankan kegiatan

usahanya harus memenuhi ketentuan yang berlaku dalam

lembaga pembiayaan.

Agar lembaga pembiayaan ini tidak menyerupai lembaga

perbankan, maka lembaga pembiayaan menurut Pasal 9

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009

Page 37: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

27

Tentang Lembaga Pembiayaan, dilarang untuk menarik dana

secara langsung kepada masyarakat dalam bentuk:

1) Giro

2) Deposito

3) Tabungan13

4. Jaminan Fidusia

a. Pengertian Jaminan Fidusia

Kata fidusia didefinisikan menurut Pasal 1 Angka 1

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia sebagai pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas

dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan

pemilik benda14.

Sementara yang dimaksud dengan jaminan fidusia

berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia adalah hak

jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun

yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya

bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada

dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.

13 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, …, h. 9.

14 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia …, h. 223.

Page 38: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

28

Menurut pranata kepailitan, jika debitor pailit, pihak

penerima fidusialah yang terlebih dahulu menerima pelunasan

utangnya yang diambil dari penjualan barang objek jaminan

fidusia. Setelah itu, jika ada sisa baru diberikan kepada kreditor

lainnya.

b. Sifat Jaminan Fidusia

Jaminan fidusia memiliki beberapa sifat, diantaranya yaitu:

1) Sifat didahulukan (droit de preference)

Sifat didahulukan (droit de preference) dari

jaminan fidusia terkandung dalam pengertian jaminan

fidusia yang tercantum dalam Pasal 1 Angka 2

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang

menyatakan bahwa dalam hal pelunasan utang

penerima fidusia diberikan kedudukan utama

dibandingkan kreditor lainnya.

Ketentuan tersebut dipertegas kembali melalui

ketentuan Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa penerima

fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap

kreditor lainnya. Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 kemudian diinterpretasikan

secara otentik melalui Pasal 27 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999, bahwa hak yang

didahulukan adalah hak penerima fidusia untuk

mengambil pelunasan piutangnya, atas hasil eksekusi

benda yang menjadi objek jaminan fidusia15.

15 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia …,

h. 224.

Page 39: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

29

Sifat didahulukan (droit de preference) dari

jaminan fidusia bahkan tidak dapat dihapus karena

adanya kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia.

Memori penjelasan Pasal 27 Ayat (3) Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 memberi penegasan

bahwa ketentuan dalam ayat ini berhubungan dengan

ketentuan bahwa jaminan fidusia merupakan hak

agunan atas kebendaan bagi pelunasan utang.

Di samping itu, ketentuan bahwa undang-

undang tentang kepailitan menentukan bahwa benda

yang menjadi objek jaminan fidusia berada diluar

kepailitan dan atau likuidasi.

2) Sifat mengikuti benda yang dibebani jaminan fidusia

(droit de suite)

Sifat mengikuti benda yang dibebani jaminan

fidusia (droit de suite) diatur dalam Pasal 20 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 berbunyi:

“Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia”.

Interpretasi otentik yang diberikan oleh memori

penjelasan tersebut menunjukan bahwa pasal ini

mengikuti prinsip “droit de suite” yang telah

merupakan bagian dari peraturan perundang-

Page 40: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

30

undangan Indonesia dalam kaitannya dengan hak

mutlak atas kebendaan (in rem)16.

3) Sifat dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima

fidusia

Pada prinsipnya, jaminan fidusia dapat diterima

oleh lebih dari satu penerima fidusia. Hal demikian

bisa saja terjadi, misalnya dalam hal pemberian kredit

atau pembiayaan sindikasi. Pasal 8 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 menegaskan bahwa jaminan

fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu

penerima fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari

penerima fidusia.

4) Sifat accessoir

Sama halnya dengan hak tanggungan, jaminan

fidusia merupakan perjanjian ikutan (accessoir) dari

perjanjian utang-piutang yang menjadi perjanjian

pokoknya. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999, jaminan fidusia

disebut sebagai perjanjian ikutan dari suatu perjanjian

pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak

untuk memenuhi suatu prestasi.

Yang dimaksud dengan prestasi dalam

ketentuan ini adalah memberikan seuatu, berbuat

sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai

dengan uang. Perjanjian kredit atau perjanjian

pembiayaan yang dibuat oleh debitor dan kreditor

16 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia …,

h. 225.

Page 41: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

31

merupakan perjanjian pokok yang melandasi

dibuatnya perjanjian ikutannya, yaitu jaminan fidusia.

5) Titel eksekutorial jaminan fidusia

Sifat istimewa dari jaminan fidusia adalah adanya

titel eksekutorial yang melekat. Hal ini termaktub

dalam bunyi Pasal 15 Ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999, dimana dalam

sertifikat jaminan fidusia dicantumkan kata-kata

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA”17, yang

mempunyai kekuatan eksekutorial sama dengan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.

Berdasarkan memori penjelasan Pasal 15 Ayat

(2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, yang

dimaksud dengan “kekuatan eksekutorial” adalah

langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui

pengadilan dan bersifat final serta mengikat para

pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.

c. Subyek Jaminan Fidusia

Subjek jaminan fidusia adalah para pihak yang terlibat

dalam jaminan fidusia yaitu pemberi dan penerima fidusia.

Pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi

pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Penerima

fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang

mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan

jaminan fidusia.

17Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia …, h. 226.

Page 42: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

32

Antara pemberi fidusia dengan penerima fidusia

terdapat ikatan hukum berupa perjanjian utang-piutang, dimana

pemberi fidusia merupakan debitor (orang atau badan hukum

yang memiliki utang), sedangkan penerima fidusia merupakan

kreditor (orang atau badan hukum yang memiliki piutang).

d. Obyek Jaminan Fidusia

Ketentuan yang mengatur tentang objek jaminan fidusia

diatur dalam Pasal 1 Ayat (4), Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia. Dalam Pasal 9 Undang-Undang jaminan fidusia

menyebutkan:

“Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian”

Dari ketentuan tersebut, objek jaminan fidusia bisa satu

benda tertentu atau lebih. Benda jaminan itu bisa merupakan

benda yang tertentu atau disebutkan berdasarkan jenis18.

Benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia

adalah:

1) Benda yang harus dapat dimiliki dan dialihkan secara

hukum.

2) Benda berwujud.

3) Benda tidak berwujud, termasuk di dalamnya berupa

piutang.

4) Benda bergerak.

18 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2007), Cet. V. h. 196.

Page 43: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

33

5) Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan

hak tanggungan.

6) Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan

hipotek.

7) Benda yang sudah ada, maupun terhadap benda yang

akan diperoleh kemudian. Dalam konteks benda yang

akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan suatu akta

pembebanan fidusia tersendiri.

8) Satu satuan atau jenis benda.

9) Lebih dari satu jenis atau satuan benda.

10) Hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia.

11) Hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek

jaminan fidusia.

12) Benda persediaan (inventori, stok perdagangan).

13) Pesawat terbang dan helikopter yang telah terdaftar di

Indonesia.

Menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 15

Tahun 1992 Tentang Penerbangan, pesawat udara

sipil maupun militer yang beroperasi di Indonesia

wajib didaftarkan, dengan ketentuan pendaftaran

yang akan diatur lebih lanjut dalam peraturan

pemerintah.

Selanjutnya, Pasal 12 Undang-Undang tersebut

mengatur bahwa pesawat terbang dan helikopter yang

telah terdaftar di Indonesia dapat diikat dengan

hipotek, kemudian hipotek itu harus didaftarkan

sebagaimana yang akan diatur lebih lanjut dalam

peraturan pemerintah. Akan tetapi, Undang-Undang

Penerbangan Nomor 15 Tahun 1992 tersebut telah

Page 44: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

34

dicabut dengan Undang-Undang Penerbangan Nomor

1 Tahun 2009, yang tidak lagi menyebut-nyebut

tentang hipotek atas pesawat udara dan helikopter.

Jadi, hipotek hanya dapat diikatkan pada kapal

laut, sedangkan pesawat terbang dan helikopter hanya

dapat diikat dengan jaminan fidusia19.

e. Pendaftaran Jaminan Fidusia

Pendaftaran jaminan fidusia pada prinsipnya dilakukan

guna memenuhi prinsip asas publisitas. Menurut Munir Fuady,

salah satu ciri jaminan utang yang modern adalah terpenuhinya

asas publisitas, dimana dengan semakin terpublikasinya

jaminan utang akan semakin baik karena kreditor atau

khalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya akses untuk

mengetahui informasi-informasi penting di sekitar jaminan

utang tersebut20.

Penerapan asas publisitas pada jaminan fidusia diatur

dalam ketentuan yang bersifat imperatif pada Pasal 11 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang berbunyi:

“Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib

didaftarkan”.

Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan

fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan

pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada di dalam

maupun di luar wilayah Negara Republik Indonesia untuk

memenuhi asas publisitas sekaligus merupakan jaminan

19 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 119.

20 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 30.

Page 45: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

35

kepastian terhadap kreditor lainnya mengenai benda yang telah

dibebani jaminan fidusia.

Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan pada kantor

pendaftaran fidusia, yang berada dalam ruang lingkup tugas

Departemen Kehakiman (sekarang Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia)21. Permohonan pendaftaran jaminan

fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya

dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia,

pernyataan pendaftaran itu memuat beberapa hal yaitu:

1) Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia.

2) Tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama, tempat

kedudukan notaris yang membuat akta jaminan

fidusia.

3) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia.

4) Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan

fidusia.

5) Nilai penjaminan

6) Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Atas permohonan sebagaimana di atas, kantor

pendaftaran fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada

penerima fidusia, sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang

sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.

Sertifikat jaminan fidusia merupakan salinan dari buku daftar

fidusia yang memuat catatan tentang hal-hal sebagaimana

dimaksud pada Pasal 13 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999.

21 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia …, h. 228.

Page 46: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

36

f. Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia

Pengalihan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 19 Ayat

(1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang menyatakan

bahwa pengalihan hak atas piutang yang djamin dengan fidusia

mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan

kewajiban penerima fidusia kepada kreditor baru. Pengalihan

hak atas piutang dalam ketentuan ini, dikenal dengan istilah

cessie, yaitu pengalihan piutang yang dilakukan dengan akta

otentik atau akta dibawah tangan.

Dengan adanya cessie ini, segala hak dan kewajiban

penerima fidusia lama beralih kepada penerima fidusia baru

dan pengalihan hak atas piutang tersebut diberitahukan kepada

pemberi fidusia. Selanjutnya, atas peralihan piutang tersebut,

yang membawa konsekuensi peralihan jaminan fidusia, si

kreditor baru wajib mendaftarkannya kepada kantor

pendaftaran fidusia.

Jaminan fidusia sendiri bisa hapus karena beberapa hal

dimana ketentuan ini diatur dalam Pasal 25 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999, yang menegaskan bahwa

jaminan fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut:

1) Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia.

2) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima

fidusia, atau

3) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan

fidusia.

Sesuai dengan sifat ikutan dari jaminan fidusia, adanya

jaminan fidusia bergantung pada adanya piutang yang dijamin

pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya

Page 47: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

37

utang atau karena pelepasan, dengan sendirinya jaminan

fidusia yang bersangkutan menjadi hapus.

Atas hapusnya jaminan fidusia, penerima fidusia

memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia dengan

melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan

hak atau musnahnya benda yang menjadi objeka jaminan

fidusia tersebut. Kemudian, Kantor Pendaftaran Fidusia akan

mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar fidusia22.

g. Eksekusi Jaminan Fidusia

Eksekusi merupakan pelaksanaan terhadap putusan

hakim baik keputusan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap maupun yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dalam praktik peradilan pada umumnya apabila suatu

putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van

gewijsde) dapat dilaksanakan eksekusi terhadap barang-barang

yang menjadi jaminan baik itu barang bergerak maupun tidak

bergerak, kecuali:

1) Terhadap putusan serta merta (uit voerbaar bij

voorraad)

2) Putusan provisional atau putusan yang dapat

dilaksanakan terlebih dahulu dengan alasan

mendesak23.

Salah satu ciri dari jaminan utang kebendaan yang baik

adalah manakala hak tanggungan tersebut dapat dieksekusi

22 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia …,

h. 231.

23 Sarwono, Hukum Acara Perdata; Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. 2, h. 316.

Page 48: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

38

secara cepat dengan proses yang sederhana, efisien dan

mengandung kepastian hukum.

Misalnya ketentuan eksekusi jaminan fidusia di Amerika

Serikat membolehkan pihak kreditor mengambil sendiri barang

objek jaminan fidusia, asal dapat menghindari perkelahian atau

percecokan (breaking the peace).

Fidusia sebagai salah satu jenis jaminan utang juga harus

memiliki unsur-unsur cepat, murah dan pasti. Inilah yang

dikeluhkan sejak lama dalam praktik, sebab selama ini

(sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999)

tidak ada kejelasan mengenai bagaimana mengeksekusi

fidusia24. Jadi, karena tidak ada ketentuan yang mengaturnya,

banyak yang menafsirkan bahwa eksekusi fidusia adalah

dengan memakai prosedur gugatan biasa (lewat pengadilan

dengan prosedur biasa) yang panjang, mahal dan melelahkan.

Namun, sejak berlakunya Undang-Undang Rumah Susun

Nomr 16 Tahun 1985 ada prosedur yang lebih mudah lewat

eksekusi di bawah tangan. Akan tetapi, di samping syaratnya

yang berat, eksekusi di bawah tangan versi Undang-Undang

Rumah Susun tentunya hanya berlaku atas fidusia yang

berhubungan dengan rumah susun saja. Karena itu, eksekusi

fidusia di bawah tangan sangat jarang digunakan dalam praktik

hukum.

Hal ini yang mendasari para pembentuk Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 membuat beberapa terobosan

diantaranya dengan mengambil pola eksekusi hak tanggungan

yang dikembangkan oleh Undang-Undang Hak Tanggungan

24 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang …, h. 141.

Page 49: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

39

Nomor 4 Tahun 1996; mengatur eksekusi fidusia secara

bervariasi, sehingga para pihak dapat memilih model eksekusi

mana yang mereka inginkan. Model-model eksekusi jaminan

fidusia menurut Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun

1999 adalah:

1) Secara sifat eksekusi (dengan memakai title eksekutorial),

yakni lewat suatu penetapan pengadilan.

Ada beberapa akta yang mempunyai title eksekutorial

yang disebut dengan istilah “grosse akta”25, dimana salah

satunya akta fidusia. Menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Perdata (HIR), setiap akta yang mempunyai

title eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi.

Sedangkan yang dimaksud fiat eksekusi adalah

eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi suatu

putusan pengadilan yang telah berkekuatan pasti, dengan

cara meminta “fiat” dari ketua pengadilan yaitu memohon

penetapan dari ketua pengadilan untuk melakukan

eksekusi, ketua pengadilan tersebut akan memimpin

eksekusi sebagaimana dimaksud dalam HIR.

Dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 juga menyatakan bahwa dalam sertifikat jaminan

fidusia terantum irah-irah yang berbunyi “DEMI

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG

MAHA ESA” dimana irah-irah tersebut memberikan title

eksekutorial, yakni title yang mensejajarkan kekuatan akta

tersebut dengan putusan pengadilan. Dengan demikian,

25 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang …, h. 142.

Page 50: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

40

akta tersebut dapat dieksekusi tanpa perlu lagi putusan

pengadilan26.

2) Secara parate eksekusi, yakni dengan menjual (tanpa perlu

penetapan pengadilan) di depan pelelangan umum27.

Eksekusi fidusia dapat juga dilakukan dengan jalan

eksekusi oleh penerima fidusia lewat lembaga pelelangan

umum (Kantor Lelang). Hasil pelelangan tersebut

kemudian diambil untuk melunasi pembayaran piutang-

piutangnya. Parate eksekusi lewat pelelangan umum ini

dapat dilakukan tanpa melibatkan pengadilan sama sekali

dan ini tercantum dalam Pasal 29 Ayat (1) Huruf b.

3) Dijual di bawah tangan oleh pihak kreditur sendiri

Jaminan fidusia dapat juga dieksekusi secara parate

eksekusi dengan cara menjual benda objek fidusia secara di

bawah tangan, asalkan terpenuhi syarat-syarat untuk itu.

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Pasal 29

menyebutkan syarat-syarat agar suatu fidusia dapat

dieksekusi secara di bawah tangan adalah:

a) Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara

pemberi dan penerima fidusia

b) Jika dengan cara penjualan di bawah tangan

tersebut dicapai harga tertinggi yang

menguntungkan para pihak

c) Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi atau

penerima fidusia kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

26 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang …, h. 143.

27 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang …, h. 144.

Page 51: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

41

Pihak kreditor tentunya dapat menempuh prosedur

eksekusi biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan, sekalipun

tidak disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999.

5. Implikasi / Akibat Hukum Perjanjian dalam Penggunaan Bahasa Asing

dan Penanaman Modal Asing

Pengaturan mengenai bahasa Indonesia telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa,

dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Dimana, salah satu

pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut adalah

bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaaan

merupakan sarana pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa

yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam Undang-Undang ini

bersinggungan dengan penyusunan kontrak. Keterkaitan ini

menimbulkan implikasi besar terhadap perkembangan dunia kontrak

di Indonesia28.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur penggunaan bahasa

Indonesia dalam penyusunan kontrak telah tercantum dalam Pasal 31

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009.

Ketentuan Pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2009 berbunyi:

28 Chandra Kurniawan, Catatan tentang Kewajiban Penggunaan Bahasa Indonesia

dalam Kontrak, artikel diakses pada tanggal 18 Juli 2018 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b84cb774f63b/catatan-tentang-kewajiban-penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-kontrak-broleh-chandra-kurniawan-

Page 52: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

42

“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga Negara, instansi pemerintahan Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia”.

Ketentuan Pasal 31 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2009 berbunyi:“Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga

dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa

Inggris”.

Ketentuan tersebut secara tegas mewajibkan penggunaan

bahasa Indonesia dalam perjanjian dan bila perjanjian tersebut

melibatkan pihak asing maka perjanjian tersebut juga ditulis dalam

bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 memang tidak

menyebutkan sanksi terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan

bahasa Indonesia dalam perjanjian. Hal inilah yang menimbulkan

banyak kekhawatiran terutama terkait dengan ancaman pembatalan

terhadap kontrak-kontrak yang dibuat dengan tidak menggunakan

bahasa Indonesia yang melibatkan pihak asing dan menggunakan

hukum Indonesia sebagai pilihan hukumnya.

Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007

mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman

modal asing dan penanaman modal dalam negeri dan tidak

mengadakan pemisahaan Undang-undang secara khusus, seperti

halnya Undang-Undang Penanaman Modal terdahulu yang terdiri dari

Page 53: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

43

dua Undang-undang, yaitu Undang-Undang Penanaman Modal Asing

dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri29.

Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 Angka 1

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 berbunyi:

“Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia”.

Selanjutnya disebutkan juga dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 berbunyi:

“Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melaksanakan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri”.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga memberikan

definisi yuridis tentang modal asing, dimana modal asing adalah

modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara

asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum

Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak

asing.

Penanaman modal dalam negeri boleh berbentuk badan hukum

atau tidak berbadan hukum. Akan tetapi, penanaman modal asing yang

berkedudukan di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 justru wajib dalam bentuk badan hukum perseroan

29 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT Radja Grafindo

Persada, 2007), h. 122-123.

Page 54: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

44

terbatas/PT. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 5 Ayat (1) dan

(2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Indonesia, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang”.

Tujuan atas hal tersebut diterangkan dalam bagian penjelasan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, yaitu merupakan salah satu

upaya pemerintah dalam memberikan kepastian hukum dalam

penyelenggaraan PMA.

Hal tersebut tidak lain bertujuan agar penanaman modal yang

menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dapat

ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan

pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan

kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi

kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu

sistem perekonomian yang berdaya saing30.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2007 Tentang Penanaman Modal, penanam modal asing yang tidak

memenuhi kewajiban seperti yang di sebutkan dalam Pasal 15 yang

berbunyi:

“Setiap penanam modal berkewajiban: a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

30 Eva Jayanti dan Mas Ariani, Kepastian Hukum Penanaman Modal Asing dalam Bentuk Perseroan Terbatas (Naamloze Vennotschap), artikel ini diakses pada tanggal 19 Juli 2018 dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/.../4029

Page 55: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

45

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Dapat menimbulkan akibat hukum yang juga diatur didalam pasal

34 yang berbunyi :

Ayat (1)

“Badan usaha atau usaha perorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaiman disebutkan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administrasi berupa:

(a) peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan atau fasilitas

penenman modal; (d) pencabutan kegiatan usaha dana atau fasilitas

penanaman modal.

Ayat (2)

“Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.

Ayat (3)

“Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha

perseorangan dapat dikenai sansi lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.

Ketentuan sanksi lainnya seperti yang dimaksud dalam Pasal

34 Ayat (3) dimaksudkan untuk merujuk pada Undang-Undang terkait

pelanggaran dari investor asing yang bersangkutan dilihat/ dikaji

secara kasuistis, misalnya investor asing tersebut melanggar hal-hal

yang dilarang di bidang pertambangan, maka investor tersebut akan

Page 56: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

46

dikenakan sanksi berdasarkan Undang-Undang dan peraturan

perundang-undangan terkait pertambangan. Sehingga pelanggar

tersebut dapat di kenakan sanksi administrasi, pidana maupun perdata

sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan31.

B. Kajian Teori

1. Teori Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.

Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya”

atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa

yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi

manusia yang deliberative. Undang-Undang yang berisi aturan-

aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah

laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama

individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-

aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau

melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan

pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum32.

Kepastian hukum secara normatif dapat dilihat ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti yang mengatur

mengenai sesuatu hal secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak

menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan menjadi suatu sistem

norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau

menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada

pemberlakuan hukum yang jelas, konsisten dan konsekuen yang

31 Hendy Prabawa Marwanto, Akibat Hukum Bagi Penanam Modal Asing Yang

Melakukan Pelanggaran Kontrak Dalam Berinvestasi Di Indonesia, artikel ini diakses pada tanggal 19 Juli 2018 dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/.../4695

32 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 158.

Page 57: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

47

pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya

subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral

melainkan secara faktual mencirikan hukum.

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua

pengertian, yaitu:

a. adanya aturan yang bersifat umum membuat individu

mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh

dilakukan.

b. berupa keamanan hukum bagi individu dari

kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan

yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa

saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara

terhadap individu33.

Jika dikaitkan teori kepastian hukum dalam suatu perjanjian sesuai

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta hak dan

kewajiban pemberi dan penerima fidusia, menekankan pada penafsiran

dan sanksi yang jelas agar suatu perjanjian/ kontrak dapat memberikan

kedudukan yang sama antarsubjek hukum yang terlibat (para pihak

yang melakukan perjanjian utang piutang dengan jaminan fidusia).

Kepastian memberikan kejelasan dalam syarat-syarat sahnya

suatu perjanjian dimana ada dua akibat hukum yang terjadi apabila

syarat-syaratnya tidak terpenuhui yaitu:

1) dapat dibatalkan

apabila syarat subjektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi

seperti kesepakatan dan kecakapan hukum.

2) batal demi hukum

33 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 1999), h. 23.

Page 58: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

48

apabila syarat objektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi

seperti suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

Kepastian memberikan kejelasan melakukan perbuatan hukum

saat pelaksanaan suatu perjanjian utang piutang dengan jaminan

fidusia, dalam bentuk prestasi bahkan saat perjanjian tersebut cidera

janji atau salah satu pihak ada yang dirugikan maka sanksi dalam

suatu perjanjian/kontrak tersebut harus dijalankan sesuai kesepakatan

para pihak baik kreditor maupun debitor.

2. Teori Keadilan

Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa

Indonesia adil adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak

berat sepihak34. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan

tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, jadi tidak

subjektif apalagi sewenang-wenang.

Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif,

setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil untuk

yang lainnya. Keadilan sendiri tentunya harus relevan dengan

ketertiban umum di mana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan

sangatlah bervariasi yang mana ditentukan oleh masyarakat sesuai

dengan ketertiban umum dari masyarakat tersebut35.

Istilah lain yang dimiliki oleh keadilan yaitu legal justice atau

keadilan hukum yang merujuk pada pelaksanaan hukum menurut

prinsip-prinsip yang ditentukan dalam negara hukum. Ada pula istilah

lain yaitu soial justice atau keadilan sosial yang didefinisikan sebagai

34 Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Jakarta: Akar Media, 2007), h., 227.

35 H. M. Agus Santoso, Hukum, Moral dan Keadilan; Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Cet. 3, (Jakarta: Prenanda Media Group, 2015), h., 85.

Page 59: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

49

konsepsi-konsepsi umum mengenai social firmnes36 atau keadilan

sosial yang mungkin dapat dan tidak berselisih dengan konsepsi

keadilan individu atau keadilan secara individu.

Ada beberapa definisi keadilan menurut para ahli yang dikutip

dari Curzon, diantaranya sebagai berikut:

a. “Justice is a political virtue, by the rules of it, the state is regulated and these rules the criterion of what is right”37. (Aristoteles)

b. “The virtue which results in each person receiving his due”. (Justianus)

c. “Justice has always weighted the scales solely in favour of the weak and prescuted. A justice decision is a decision based on grounds which appeal to a disinterested person”. (Eugen Ehrlich)

d. “Justice is the correct application of a law as opposed to arbitratines”38. (Ross)

Dari beberapa definisi di atas, pemahaman tentang keadilan itu

beraneka ragam. Ada yang mengkaitkan keadilan dengan peraturan

politik negara, sehingga ukuran apa yang menjadi hak atau bukan,

senantiasa didasarkan pada ukuran yang telah ditentukan oleh negara.

Ada juga yang memandang keadilan dalam wujud kemauan yang

sifatnya tetap dan terus-menerus, untuk memberikan apa yang menjadi

hak bagi setiap orang39.

36 H. M. Agus Santoso, Hukum, Moral dan Keadilan; Sebuah Kajian Filsafat Hukum

…, h., 86.

37 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), Cet. 5, (Jakarta: Kencana, 2013), h., 217.

38 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) …, h., 218.

39 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) …, h., 221.

Page 60: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

50

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum. Tujuan hukum

memang tidak hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan

kemanfaatan. Idealnya, hukum memang harus mengakomodasikan

ketiganya. Putusan hakim, misalnya sedapat mungkin merupakan

resultante dari ketiganya. Sekalipun demikian, tetap ada yang

berpendapat di antara ketiga tujuan hukum itu, keadilan merupakan

tujuan yang paling penting, bahkan ada yang berpendapat merupakan

tujuan hukum satu-satunya40. Contohnya ditunjukan oleh seorang

hakim Indonesia, Bismar Siregar dengan mengatakan, bila untuk

menegakan keadilan saya kobankan kepastian hukum, akan saya

korbankan hukum itu. Hukum hanya sarana, sedangkan tujuannya

adalah keadilan41.

3. Teori Itikad Baik

Pengaturan itikad baik di Indonesia diatur dalam Pasal 1338

Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal ini menentukan

bahwa perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik, namun ketentuan

ini sangat abstrak dikarenakan tidak ada tolak ukur dan makna dari

itikad baik tersebut42.

Di Negeri Belanda, Pengaturan itikad baik dalam kontrak

terdapat dalam Pasal 1374 Ayat (3) BW (lama) Belanda yang

menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Menurut P.L. Wery, makna pelaksanaan dengan itikad baik

(uitvoering tegoeder trouw) dalam Pasal 1374 Ayat (3) di atas masih

tetap sama dengan makna bona fides dalam hukum Romawi beberapa

40 Muhamad Erwin, Filsafat Hukum; Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Cet. 2,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h., 218.

41 Bismar Siregar, Rasa Keadilan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996), h., 7.

42 Ridwan Khairandy, Kebebasan Berkontrak & Pacta Sunt Servanda Versus Itikad Baik: Sikap Yang Harus Diambil Pengadilan, (Yogyakarta: FH UII Press, 2015), h., 51.

Page 61: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

51

abad lalu. Itikad baik bermakna bahwa kedua belah pihak harus

berlaku satu dengan lainnya tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa

mengganggu pihak lain, tidak hanya melihat kepentingan diri sendiri

saja, tetapi juga kepentingan pihak lainnya juga.

Produk legislatif terbaru yang berkaitan dengan itikad baik ini

terdapat di dalam Pasal 6.248.1 BW Baru Belanda. Menurut

Hartkamp, pembentuk Undang-Undang telah membedakan itikad baik

dalam makna ketaatan akan reasonable commercial standard of fair

dealing dari itikad baik dalam makna honesty in fat. Namun Belanda

menggunakan istilah itikad baik sebagai reasonableness dan equity.

Itikad baik dalam kontrak dibedakan menjadi itikad baik dua, yaitu:

1) Itikad baik pra kontrak (preontractual good faith) atau disebut

juga itikad baik subjektif, yaitu pengertian itikad baik yang

terletak dalam sikap batin seseorang. Di dalam hukum benda

itikad baik ini diartikan dengan kejujuran43.

2) itikad baik dalam pelaksanaan kontrak (good faith on contract

performane) disebut juga itikad baik objektif, bahwa suatu

perjanjian yang dibuat haruslah dilaksanakan dengan

mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan yang

berarti bahwa perjanjian itu harus dilaksanakan sedemikian

rupa sehingga tidak merugikan salah satu pihak.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Setelah penulis melakukan peninjauan terhadap kajian terdahulu terdapat

beberapa kajian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu;

1. Analisa Hukum Terhadap Kekuatan Eksekutorial Sertipikat Jaminan

Fidusia (berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

43 R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1983), h., 25

Page 62: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

52

Jaminan Fidusia). Skripsi yang ditulis oleh Ahamd Wahyudi, Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun

2014.

Pada skripsi tersebut membahas tentang kekuatan eksekutorial

sertipikat jaminan fidusia tanpa melalui proses pengadilan apabila debitor

telah melakukan wanprestasi. Perbedaannya pada skripsi tersebut lebih

fokus kepada cara mengeksekusi benda objek fidusia dengan sertipikat

jaminan fidusia sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti ini

lebih fokus pembatalan eksekusi terhadap benda objek perjanjian fidusia.

2. Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Benda Jaminan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada Pt. Kembang 88 Surakarta).

Skripsi yang ditulis oleh Netty Prahmaningtyastuti, Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015.

Pada skripsi tersebut hanya membahas tentang pelaksanaan eksekusi

objek yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, karena perjanjian

fidusianya tidak didaftarkan melalui Notaris,dan hanya dilakukan dibawah

tangan. Perbedaannya pada skripsi tersebut lebih fokus kepada

pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dengan akta dibawah tangan

sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti ini fokus kepada hal-

hal yang membatalkan eksekusi jaminan fidusia.

3. Jaminan Fidusia44. Buku yang ditulis oleh Gunawan Widjaja dan Ahmad

Yani yang membahas tentang hukum jaminan fidusia, sifat jaminan

fidusia, subjek dan obyek jaminan fidusia, mekanisme pendaftaran sampai

dengan eksekusi jaminan fidusia.

44 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia …, h. 9

Page 63: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

53

Perbedaannya pada buku tersebut lebih fokus kepada pembahsan

mengenai jaminan fidusia sebagai salah satu pranata jaminan yang

memiliki hak kebendaan sedangkan penelitian yang akan dilakukan

peneliti ini lebih fokus pada pembatalan eksekusi terhadap benda objek

perjanjian fidusia yang dilakukan oleh PT Bangun Karya Pratama Lestari

terhadap Nine Am Ltd.

4. Kajian Yuridis Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia Yang Dialihkan

Kepada Pihak Ketiga45. Jurnal yang ditulis oleh Kusumastuti Indri

Hapsari, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun

2017.

Pada jurnal tersebut membahas tentang obyek jaminan fidusia sebagai

jaminan kredit yang dialihkan kepada pihak ketiga dan eksekusi jaminan

fidusia yang beralih kepada pihak ketiga. Perbedaannya pada jurnal

tersebut lebih fokus kepada pengalihan obyek jaminan fidusia kepada

pihak ketiga sehingga eksekusi jaminan fidusia juga beralih ke pihak

ketiga, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti ini lebih fokus

kepada pembatalan eksekusi benda objek perjanjian fidusia yang diajukan

oleh debitor kepada pengadilan.

45 Kusumastuti Indri Hapsari, “Kajian Yuridis Eksekusi Jaminan Fidusia yang Dialihkan Kepada Pihak Ketiga”, Jurnal Repertorium Vol. IV (Januari, 2017), h. 45.

Page 64: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

54

BAB III

PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM (LOAN AGREEMENT) DENGAN

JAMINAN FEDUSIA ANTARA NINE AM LTD DENGAN PT BANGUN

KARYA PRATAMA LESTARI

A. Kedudukan Para Pihak

1. Nine AM Ltd sebagai Kreditor

Nine AM Ltd adalah suatu perusahaan kemitraan terbatas yang

didirikan dan berdasarkan hukum yang berlaku di Negara bagian

Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini berkedudukan di 16031 East

Freeway, Channelview, Texas 77530 USA.

Nine AM Ltd melakukan perjanjian pinjam-meminjam dengan

jaminan secara fidusia bersama PT Bangun Karya Pratama Lestari,

dimana Nine AM Ltd bertindak sebagai kreditor dengan memberikan

pinjaman berupa sejumlah uang kepada PT Bangu Karya Pratama

Lestari.

2. PT Bangun Karya Pratama Lestari sebagai Debitor

PT Bangun Karya Pratama Lestari adalah sebuah badan hukum

berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan hukum

Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Jakarta Barat dan

berkantor di Sentra Niaga Puri Indah Blok T 3 nomor 1, Puri

Kembangan, Jakarta Barat, yang memiliki kegiata usaha utamanya

dalam bidang penyewaan atau rental alat-alat berat.

PT Bangun Karya Pratama Lestari dalam perjanjian ini

bertindak sebagai debitor yang menerima pinjaman berupa sejumlah

uang dengan jaminan berupa lima unit Truck Caterpillar model 777 D

kepada Nine AM Ltd.

Page 65: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

55

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Hak dan kewajiban timbul setelah terjadinya kesepakatan antara Nine

AM Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari dalam perjanjian pinjam-

meminjam dengan jaminan secara fidusia. Hak dan kewajiban kreditur

bertimbal balik dengan hak dan kewajiban debitur.

1. Hak dan Kewajiban Nine AM Ltd

Hak Nine AM Ltd sebagai kreditur diantaranya:

a. Menerima kembali uang yang dipinjam dari debitur sesuai dengan

jumlah dan keadaan yang sama ditambah bunga yang telah disepakati

sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan.

b. Kepemilikan atas benda yang dijadikan obyek fidusia, namun secara

fisik benda tersebut tidak di bawah penguasaannya;

c. Dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual benda yang menjadi

obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri (parate eksekusi),

karena dalam Sertifikat Jaminan Fidusia terdapat adanya titel

eksekutorial, sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama

dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap;

d. Yang didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk mengambil

pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi obyek

jaminan fidusia;

e. Memperoleh penggantian benda yang setara yang menjadi obyek

jaminan dalam hal pengalihan jaminan fidusia oleh debitur;

f. Memperoleh hak terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

dalam rangka pelaksanaan eksekusi

g. Tetap berhak atas utang yang belum dibayarkan oleh debitur.

Sementara kewajiban Nine AM Ltd sebagai kreditur diantaranya:

a. Untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur dan tidak

dapat meminta kembali sebelum lewatnya waktu yang diperjanjikan

Page 66: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

56

b. Wajib mendaftarkan jaminan fidusia kepada Kantor Pendaftaran

Fidusia;

c. Wajib mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan dalam

Sertifikat Jaminan Fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia;

d. Wajib mengembalikan kepada Pemberi Fidusia dalam hal hasil

eksekusi melebihi nilai penjaminan;

e. Wajib memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai

hapusnya jaminan fidusia. Pengecualian: Penerima Fidusia tidak

menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian Pemberi

Fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual atau yang timbul

dari perbuatan melanggar hukum sehubungan dengan penggunaan dan

pengalihan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia

2. Hak dan Kewajiban PT Bangun Karya Pratama Lestari

Hak PT Bangun Karya Pratama Lestari sebagai debitur diantaranya:

a. Menerima uang yang diperjanjikan dari kreditur.

b. Tetap menguasai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia;

c. Dapat menggunakan, menggabungkan, mencampur atau mengalihkan

benda atau hasil dari benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, atau

melakukan penagihan atau melakukan kompromi atas utang apabila

Penerima Fidusia menyetujui.

Kewajiban PT Bangun Karya Pratama Lestari sebagai debitur

diantaranya:

a. Pemberi Fidusia wajib untuk membayar seluruh hutang ditambah

bunga yang telah disepakati sesuai dengan waktu yang diperjanjikan;

b. Pemberi Fidusia wajib untuk memelihara Objek Jaminan dengan

sebaik-baiknya;

c. Segala pajak, Bea, pungutan dan beban lainnya terhadap Objek

Jaminan (bila ada) merupakan beban dan tanggungan Pemberi Fidusia;

Page 67: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

57

d. Pemberi fidusia menjamin Penerima Fidusia dari semua gugatan yang

diajukan oleh pihak ke tiga sehubungan dengan objek jaminan;

e. Pemberi Fidusia tidak berhak untuk melakukan Fidusia ulang, Objek

Jaminan, tidak diperkenankan untuk membebankan dengan cara

apapun, atau mengalihkan dengan cara apapun Objek Jaminan kepada

pihak lain; dan

f. Menyerahkan Objek Jaminan kepada Penerima Fidusia apabila tidak

memenuhi kewajibannya dengan seksama seperti yang telah

ditentukan dalam Akta atau Perjanjian Pembiayaan.

C. Kasus Posisi

1. Duduk Perkara

a. Pada tanggal 30 Juli 2010 telah dibuat Perjanjian Pinjam-Meminjam

(Loan Agreement) oleh dan antara PT Bangun Karya Pratama Lestari

dengan Nine AM Ltd, dimana PT Bangun Karya Pratama Lestari

menerima pinjaman uang dari Nine AM Ltd sebesar US$ 4,999,500

(empat juta Sembilan ratus sembilan puluh Sembilan ribu lima ratus

dolar Amerika Serikat).

b. Perjanjian ini diatur oleh dan ditafsirkan menurut hukum yang berlaku

di Republik Indonesia. Mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya,

debitur memilih domisili hukum tetap di Kantor Panitera Pengadilan

Negeri Jakarta Barat.

c. Meskipun perjanjian ini dibuat dan ditandatangani serta tunduk pada

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia namun bahasa

yang digunakan dalam perjanjian ini menggunakan bahasa inggris. Hal

ini terjadi karena semua yang mempersiapkan perjanjian ini adalah

pihak Nine AM Ltd, dimana pihak PT Bangun Karya Pratama Lestari

tinggal menandatangani perjanjian tersebut.

d. Sebagai jaminan atas hutang tersebut, antara PT Bangun Karya

Pratama Lestari dengan Nine AM Ltd, telah dibuat Akta Perjanjian

Page 68: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

58

Jaminan Fidusia atas Benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77 yang

dibuat di hadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H.,

Notaris & PPAT di Jakarta.

e. Benda atau barang yang dijadikan jaminan secara fidusia tersebut

adalah berupa 5 Unit Truck Caterpillar Model 777 D dengan nomer

seri masing-masing FKR 00635, FKR 00636, FKR 00637, FKR

00638, FKR 4064.

f. Dalam perjanjian tersebut juga diatur mengenai pelunasan atau

pembayaran kembali pinjaman beserta bunganya yang bisa dilakukan

sebagai berikut:

1) 48 kali angsuran bulanan sebesar US$ 179,550 (serratus tujuh

puluh Sembilan lima ratus lima puluh dolar Amerika Serikat)

per bulan, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1, dimana

angsuran pertama wajib dibayar satu bulan setelah tanggal

transfer pinjaman ke rekening debitur sebagaimana dijelaskan

dalam Pasal 1 di atas, sedangkan angsuran sisanya akan

menyusul setelahnya.

2) Pembayaran bunga akhir sebesar US$ 1,500,000 (satu juta lima

ratus ribu dolar Amerika Serikat) yang wajib dibayar pada

tanggal pembayaran terakhir angsuran pinjaman.

g. Perihal pembayaran alternatif atas bunga terakhir juga diatur dalam

perjanjian ini yang berbunyi:

1) Pembayaran bunga akhir bisa dibayar tunai atau (berdasarkan

keputusan debitur) melalui pengalihan hak atas alat dan serah

terima alat kepada kreditur atau agennya di Jakarta;

2) Bilamana debitur memilih melakukan pengalihan hak atas alat

dan serah terimanya kepada kreditur di Jakarta, maka seluruh

alat wajib diserahkan kepada kreditur di Jakarta pada atau

sebelum tanggal, yaitu 30 hari setelah tanggal pembayaran

Page 69: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

59

angsuran terakhir sesuai ketentuan dan syarat pengembalian

sebagaimana diterapkan dalam lampiran 2, yang jika tidak

dipatuhi oleh debitur, maka kreditur berhak meminta

pembayaran bunga akhir tersebut seara langsung atau tunai.

h. Dalam perjanjian ini juga diatur perihal pembayaran atas penurunan

nilai jaminan yang berbunyi:

Kesepakatan kreditur untuk menerima pengalihan hak atas alat

sebagai pengganti pembayaran bunga pinjaman didasarkan pada

asumsi bahwa nilai residual (sisa) alat setelah digunakan selama empat

tahun adalah sebesar US$ 1,500,000 (satu juta lima ratus ribu dolar

Amerika Serikat). Asumsi ini didasarkan pula pada asumsi bahwa tiap

Truck Caterpillar 777 yang secara bersama-sama merupakan alat telah

dioperasikan maksimal 400 jam per bulan selama empat tahun masa

pinjaman.

Debitur sepakat bahwa bahwa bilamana salah satu dari Truck

Caterpillar 777 diopersikan selama lebih dari 400 jam dalam sebulan

selama masa pinjaman, maka debitur wajib melakukan pembayaran

kepada kreditur atas penurunan nilai jaminan sebesar 40,00 US$

(empat puluh dolar Amerika Serikat) untuk tiap jam kelebihan

pengoperasian ke lima Truk Caterpillar 777. Pembayaran atas

penurunan nilai jaminan tersebut wajib dilaksanakan bersama-sama

dengan pembayaran angsuran bulanan pada bulan setelah kelebihan

penggunaan dimaksud.

i. Namun setelah berjalan satu tahun lebih timbulah permasalahan

dimana kreditur mengirimkan surat tagihan pembayaran tanggal 30

November 2012 karena debitur melakukan cidera janji (wanprestasi)

dengan tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran

tanggal 11 September 2011, namun tidak ada balasan dari debitur atas

surat tagihan tersebut.

Page 70: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

60

j. Pada tanggal 10 Juli 2012 kreditur mengirimkan surat peringatan

(somasi) kepada debitur karena telah melakukan cidera janji

(wanprestasi) dengan tidak membayar kewajiban-kewajiban debitur

untuk membayar utangnya kepada kreditur yang dimulai sejak tagihan

tanggal 30 November 2011 (untuk pembayaran angsuran 11

September 2011) hingga saat ini dengan jumlah utang pokok secara

keseluruhan sebesar US$ 8,083,154 (delapan juta delapan puluh tiga

ribu serratus lima puluh empat dollar Amerika Serikat).

k. Setelah memberikan surat peringatan (somasi) namun tidak ada

balasan atau itikad baik dari debitur maka kreditur berupaya

melakukan eksekusi jaminan fidusia termasuk memperoleh penetapan

dari Pengadilan Negeri Tenggarong dan melalui Pengadilan Negeri

Jakarta Barat telah melakukan Aanmaning kepada debitur. Namun

debitur telah menolak untuk secara sukarela melakukan kewajiban

pembayaran utangnya kepada kreditur. Debitur bahkan telah

melakukan upaya-upaya untuk menghalangi kreditur dalam

melaksanakan haknya berdasarkan perjanjian fidusia, termasuk

mengajukan perlawanan terhadap pelaksanaan eksekusi terhadap Akta

Perjanjian Jaminan Fidusia Nomor 77 tanggal 30 Juli 2010 pada

Pengadilan Negeri Tenggarong, gugatan pembatalan di Pengadilan

Negeri Tenggarong.

l. Namun pada tanggal 30 agustus 2012, debitur mengajukan gugatan

pembatalan perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) kepada

Pengadilan Negeri Jakarta Barat agar mengeluarkan putusan bahwa

perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) tertanggal 30 Juli

2010 batal demi hukum dan membatalkan akta perjanjian jaminan

fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010 nomor 77.

2. Pertimbangan Hukum oleh Hakim Mahkamah Agung Nomor:

1572K/Pdt./2015

Page 71: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

61

a) Menimbang gugatan yang diajukan pada intinya berisi:

1) Karena Loan Agreement tidak memenuhi syarat formil tertentu

sebagaimana diwajibkan oleh Undang-undang, maka Loan

Agreement tersebut batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak

memiliki kekuatan hukum mengikat (null and void ; nietig).

2) karena isi Loan Agreement mengandung ketentuan-ketentuan yang

bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan (Pasal 1335 jo. Pasal 1337 kuhperdata) maka Loan

Agreement batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak memiliki

kekuatan mengikat (null & void ; nietig);

3) isi Loan Agreement mengindikasikan bahwa tergugat sebagai

perusahaan asing telah bertindak sebagai suatu perusahaan yang

bergerak dalam bidang penyewaan atau rental alat-alat berat yang

menurut Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 jo. Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah dilarang karena termasuk

dalam bidang yang tertutup bagi perusahaan asing;

4) tuntutan yang diminta oleh PT Bangun Karya Pratama Lestari

(debitur / penggugat) yang pada pokoknya berisi:

(a) Mengabulkan gugatan tergugat dalam Rekonvensi untuk

seluruhnya.

(b) Menyatakan perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 batal demi hukum dan membatalkan

akta perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli

2010 nomor 77.

b) Menimbang Eksepsi yang diajukan pada intinya berisi:

1) Menyatakan gugatan yang diajukan kabur karena dalam

gugatannya menggabungkan antara perbuatan melawan hukum

dan perbuatan cidera janji (wanprestasi).

Page 72: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

62

2) Penggugat (debitur) tidak mempunyai hak untuk mengajukan

gugatan kepada tergugat (kreditur) karena tergugat terbukti

melakukan wanprestasi.

c) Menimbang dalam Rekonvensi, tergugat dalam Konvensi disebut

Penggugat dalam Rekonvensi yang diajukan pada intinya berisi:

1) Mengabulkan gugatan Penggugat dalam Rekonvensi untuk

seluruhnya.

2) Menyatakan sah dan mengikat para pihak atas perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) tertanggal 30 Juli 2010 dan akta

perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010

nomor 77.

d) Menimbang Putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta

Barat dengan nomor: 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar yang berisi:

1) Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.

2) Menyatakan perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 batal demi hukum dan membatalkan akta

perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010

nomor 77.

3) Memerintahkan penggugat untuk mengembalikan sisa uang

pinjaman kepada tergugat sebesar US$ 1.176.730,50 (satu juta

serratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus tiga puluh, lima puluh

sen dollar Amerika Serikat)

4) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp

816.000,00 (delapan ratus enam belas ribu rupiah).

e) Menimbang Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dengan nomor:

662/Pdt/2014/PT.DKI yang putusannya menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

f) Menimbang permohonan kasasi yang pada pokoknya berisi:

Page 73: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

63

1) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti terbukti tidak sesuai

secara mendasar dengan hukum dan kurang dalam pertimbangan

karena tidak mempertimbangkan dalil-dalil yang diajukan oleh

pemohon kasasi, sehingga dianggap sebagai suatu kelalaian dalam

beracara (vormverzum).

2) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti telah secara nyata

memberikan putusan yang melebihi dari apa yang dimintakan oleh

termohon kasasi (penggugat) dalam petitumnya (Ultra Petita).

3) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti telah salah memberikan

pertimbangan hukum karena termohon kasasi telah melakukan

wanprestasi terlebih dahulu terhadap pemohon kasasi (Exceptio

Non Adimpleti Contractus).

4) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti telah mengabaikan asas

Audi et Alteram Partem dalam pertimbangan hukumnya.

g) Menimbang kontra memori kasasi yang pada pokoknya menyatakan

batal demi hukum terhadap perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tertanggal 30 Juli 2010 dan akta perjanjian jaminan fidusia

atas benda tertanggal 30 Juli 2010 nomor 77.

3. Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor: 1572K/Pdt./2015

Adapun putusan Mahkamah Agung yang dikeluarkan pada hari Jum’at

tanggal 23 Oktober 2015 oleh Soltoni Mohdally, S.H., M.H., Hakim

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua

Majelis, Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. dan Dr. H. Zahrul Rabain, S.H.,

M.H. Hakim-Hakim Agung sebagai Hakim Anggota, adalah sebagai

berikut:

a) Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Nine AM Ltd

tersebut

Page 74: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

64

b) Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat/Pembanding untuk membayar

biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp 500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah)

Page 75: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

64

BAB IV

PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP BENDA OBJEK PERJANJIAN

FEDUSIA ANTARA NINE AM LTD DENGAN PT BANGUN KARYA

PRATAMA LESTARI

A. Hal-Hal yang Menghapuskan Perjanjian

Perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine AM Ltd

dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari sama seperti perjanjian pada

umumnya yang dapat berakhir atau hapus karena beberapa hal, diantaranya

yaitu:

1. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.

Dimana hal tersebut telah diatur dalam perjanjian pinjam meminjam

(Loan Agreement) antara Nine AM Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama

Lestari yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bahwa PT

Bangun Karya Pratama Lestari harus melunasi hutangnya yang sebesar

US$ 4.999.500 (empat juta Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan ribu

lima ratus dolar Amerika Serikat) dalam 48 kali angsuran bulanan. Hal

tersebut menandakan bahwa perjanjian pinjam meminjam tersebut hanya

berlaku selama 4 tahun yang mana telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.

Dalam perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine

AM Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari secara tidak langsung

dalam pasal 1338 ayat (2) yang inti bunyi pasalnya bahwa perjanjian

didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak dimana batas berlakunya

perjanjian tersebut juga diatur dalam kesepakatan kedua belah pihak.

3. Para pihak atau Undang-undang dapat menentukan bahwa dengan

terjadinya suatu pertistiwa tertentu, maka perjanjian akan hapus.

Page 76: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

65

Dalam perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine

AM Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari jika debitur

melaksanakan prestasi, maka perjanjian akan hapus.

4. Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging).

Pernyataan tersebut dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau oleh

salah satu pihak. Opzegging ini hanya ada pada persetujuan-persetujuan

yang bersifat sementara.

5. Perjanjian hapus karena putusan hakim.

Perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine AM Ltd

dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari bisa hapus oleh putusan hakim

apabila salah satu pihak bisa membuktikan di persidangan bahwa

perjanjian tersebut telah melanggar syarat subjektif atau syarat objektif

dalam perjanjian.

6. Tujuan dari perjanjian telah tercapai.

Tujuan dari perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara

Nine AM Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari yaitu para pihak

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati di dalam

perjanjian. Apabila tujuan dari perjanjian tersebut telah tercapai maka

perjanjian bisa hapus.

7. Dengan persetujuan para pihak (herroeping)

Dalam perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine

AM Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari ada persetujuan para

pihak perihal melanjutkan atau menghentikan perjanjian.

Namun dari ketujuh hal tersebut yang menghapuskan perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) antara Nine AM Ltd dengan PT Bangun Karya

Pratama Lestari adalah putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar yang dikuatkan dengan Putusan

Pengadilan Tinggi Nomor 662/Pdt/2014/PT.DKI dan Putusan Mahkamah

Agung Nomor 1572 K/Pdt/2015 yang menyatakan bahwa perjanjian pinjam

Page 77: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

66

meminjam (Loan Agreement) antara Nine AM Ltd dengan PT Bangun Karya

Pratama Lestari tertanggal 30 Juli 2010 batal demi hukum dan membatalkan

akta perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77.

B. Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor:

1572K/Pdt./2015

Dalam hal ini peneliti akan menganalisis hal-hal yang menjadi

pertimbangan hakim dalam memutus perkara gugatan pembatalan perjanjian

pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine AM Ltd dengan PT Bangun

Karya Pratama Lestari dengan teori-teori yang telah dijelaskan di atas.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim, antara lain:

1. Menimbang gugatan yang diajukan pada intinya berisi:

a) Karena Loan Agreement tidak memenuhi syarat formil tertentu

sebagaimana diwajibkan oleh Undang-undang, maka loan

agreement tersebut batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak

memiliki kekuatan hukum mengikat (null and void ; nietig).

Bahwa Pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2009 Tentang bendera, bahasa, lambang dan lagu kebangsaan telah

secara tegas menyatakan bahwa:

“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga Negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga Negara Indonesia ”

Pasal tersebut secara tegas mewajibkan penggunaan bahasa

Indonesia dalam membuat suatu perjanjian dimana frasa kata wajib

disini merupakan suatu keharusan. Namun perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) antara Nine Am Ltd dengan PT

Page 78: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

67

Bangun Karya Pratama Lestari tidak dibuat dalam bahasa

Indonesia.

Hal tersebut secara jelas telah melanggar Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2009 yang mengakibatkan tidak terpenuhi syarat

formil yang diwajibkan Undang-Undang dan syarat sahnya

perjanjian yaitu sebab yang halal.

Berdasarkan kepastian hukum yang tercantum dalam Pasal

1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa apabila syarat

objektif yaitu “sebab yang halal” dalam suatu perjanjian tidak

terpenuhi maka akibat hukumnya batal demi hukum. Oleh karena

itu perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara Nine

Am Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari batal demi

hukum karena tidak terpenuhi syarat objektif yaitu “sebab yang

halal”.

b) karena isi Loan Agreement mengandung ketentuan-ketentuan yang

bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan (Pasal 1335 jo. Pasal 1337 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata) maka Loan Agreement batal demi hukum atau

setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan mengikat (null & void ;

nietig);

Bahwa ketentuan mengenai eksekusi terhadap objek fidusia

telah diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999, eksekusi tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1) pelaksanaan title eksekutorial

2) penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas

kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelalangan

umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil

penjualan

Page 79: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

68

3) penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan

kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan para pihak.

Namun dalam perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

antara Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari

tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999 melainkan menggunakan pembayaran alternatif

dengan cara pengalihan hak atas alat dan pembayaran atas

penurunan nilai jaminan yang tercantum dalam Pasal 3 dan Pasal 7

perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) tersebut.

Berdasarkan kepastian hukum yang tercantum dalam Pasal 32

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang menyatakan batal

demi hukum apabila pelaksanaan eksekusi terhadap objek fidusia

tidak sesuai dengan Pasal 29 dan Pasal 31 Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999.

Pasal 33 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 juga

mempertegas bahwa janji yang memberikan kewenangan kepada

penerima fidusia untuk memiliki objek fidusia apabila debitur

cidera janji, batal demi hukum.

Perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) tersebut juga

termasuk perjanjian yang tidak mempunyai kekuatan hukum

karena dibuat oleh suatu sebab yang palsu atau terlarang (Pasal

1335 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dimana suatu sebab

adalah terlarang apabila dilarang oleh Undang-undang, apabila

berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum (Pasal 1337

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

Bahwa dengan berpedoman Pasal 1320 Kitab Undang-Undang

hukum Perdata yang menentukan bahwa salah satu syarat sahnya

Page 80: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

69

perjanjian adalah “sebab yang halal”. Dimana jika tidak terpenuhi

syarat objektif yaitu “sebab yang halal” maka akibat hukumnya

batal demi hukum.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) antara Nine Am Ltd dengan PT

Bangun Karya Pratama Lestari batal demi hukum karena tidak

terpenuhi syarat objektif yaitu “sebab yang halal”.

c) isi Loan Agreement mengindikasikan bahwa tergugat sebagai

perusahaan asing telah bertindak sebagai suatu perusahaan yang

bergerak dalam bidang penyewaan atau rental alat-alat berat yang

menurut Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 jo. Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah dilarang karena termasuk

dalam bidang yang tertutup bagi perusahaan asing.

Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010

Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha

Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal,

kegiatan persewaan mesin konstruksi dan teknis sipil dan

peralatannya (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia kode

Nomor 77306) hanya terbuka bagi penanaman modal dalam negeri

dan karenanya tertutup bagi penanam modal asing.

Berdasarkan Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal menyebutkan:

“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas dan berdasrkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, keuali ditentukan lain oleh Undang-undang”.

Namun perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) antara

Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari

Page 81: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

70

bertentangan dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 dan Perpres Nomor 36 Tahun 2010

dimana Nine Am Ltd sebagai penanam modal asing tidak

mengikuti ketentuan yang mewajibkannya untuk berbentuk

perseroan terbatas (PT) melainkan masih berbentuk perusahaan

kemitraan.

Ketentuan mengenai jumlah pembayaran kembali dalam

perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) tersebut juga tidak

didasarkan dengan perjanjian pinjam meminjam/ perjanjian utang

piutang sebagaimana layaknya melainkan didasarkan atas

perjanjian sewa menyewa / rental atas “Alat” yang tercantum

dalam pasal 7 perihal pembayaran atas penurunan nilai jaminan,

sehingga jumlah yang harus dibayarkan kembali oleh PT Bangun

Karya Pratama Lestari kepada Nine Am Ltd sebesar US$

10.902.923 (sepuluh juta Sembilan ratuts dua ribu Sembilan ratus

dua puluh tiga dolar Amerika Serikat) untuk pembayaran dari

bulan September 2010 sampai bulan Maret 2014 dengan

prosentase bunga sebesar 48,7 % per tahun. Padahal besarnya

bunga pinjaman mata uang dlar Amerika Serikat yang berlaku di

lembaga Perbankan di Indonesia hanya 7% per tahun.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) antara Nine Am Ltd dengan PT

Bangun Karya Pratama Lestari batal demi hukum karena tidak

terpenuhi syarat objektif yaitu “sebab yang halal”.

d) Tuntutan yang diminta oleh PT Bangun Karya Pratama Lestari

yang pada pokoknya berisis:

1) Mengabulkan gugatan tergugat dalam Rekonvensi untuk

seluruhnya.

Page 82: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

71

2) Menyatakan perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 batal demi hukum dan membatalkan

akta perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli

2010 Nomor 77.

Bahwa tuntutan yang diminta oleh PT Bangun Karya

Pratama Lestari (debitur / penggugat) yaitu pembatalan

terhadap perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 dan akta perjanjian jaminan fidusia atas

benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77 karena telah terbukti

bahwa perjanjian yang dibuat oleh Nine Am Ltd telah

melanggar ketentuan yang tercantum dalam peraturan

perundang-undangan diantaranya:

(a) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang bendera,

bahasa, lambing dan lagu kebangsaan

(b) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

fidusia

(c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal

(d) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 Tentang daftar

bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka

dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

Di samping itu juga, PT Bangun Karya Pratama Lestari baru

mendapatkan salinan perjanjiannya dar Nine Am Ltd satu tahun

setelah perjanjian itu disepakati. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa Nine Am Ltd tidak mempunyai itikad baik dalam

melaksanakan kegiatan bisnisnya di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, tuntutan yang diajukan PT Bangun

Karya Pratama Lestari (debitur / penggugat) mempunyai dasar

Page 83: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

72

hukum yang kuat untuk mengajukan pembatalan perjanjian

pinjam meminjam (Loan Agreement) tersebut.

2. Menimbang Eksepsi yang diajukan pada intinya berisi:

a) Menyatakan gugatan yang diajukan kabur karena dalam

gugatannya menggabungkan antara perbuatan melawan hukum

dan perbuatan cidera janji (wanprestasi).

Bahwa gugatan yang diajukan oleh PT Bangun Karya Pratama

Lestari tidak menggabungkan antara perbuatan melawan hukum

(PMH) dan perbuatan cidera janji (wanprestasi), karena dilihat

dari struktur gugatannya itu terdiri dari dua teori dalam perumusan

fundamentum petendi atau dalil gugatan, yaitu:

1) Teori pertama disebut Substantierings theorie

Bahwa dalil gugatan tidak cukup hanya merumuskan

peristiwa hukum yang menjadi dasar tuntutan, tetapi juga

harus menjelaskan fakta-fakta yang mendahului peristiwa

hukum yang menjadi penyebab timbulnya peristiwa hukum.

Hal tersebut terlihat dalam gugatan PT Bangun Karya

Pratama Lestari dimana sebelum mengemukakan dasar

tuntutannya yaitu “pembatalan perjanjian pinjam meminjam

(Loan Agreement) terlebih dahulu menjelaskan fakta-fakta

yang menjadi penyebab timbulnya peristiwa hukum seperti

Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari

membuat perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement),

pinjaman yang diberikan sebesar US$ 4.999.500 dengan

jaminan lima Truck Caterpillar baru model 777 dan

sebagainya sampai dengan dasar tuntutan.

2) Teori kedua disebut Individualisering theorie

Bahwa teori yang menjelaskan peristiwa atau kejadian

hukum yang dikemukakan dalam gugatan, harus dengan jelas

Page 84: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

73

memperlihatkan hubungan hukum yang menjadi dasar

tuntutan1.

Hal tersebut terlihat dalam gugatan PT Bangun Karya

Pratama Lestari dimana peristiwa atau kejadian hukum

dikemukakan harus terlihat jelas hubungan hukumnya seperti

Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama Lestari

mempunyai hubungan hukum karena adanya perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) yang kemudian diberi pinjaman

sebesar US$ 4.999.500 dengan jaminan lima Truck Caterpillar

baru mode 777 dan pembayaran kembali dengan 48 kali

angsuran sampai dengan terjadinya permasalahan diantara

keduanya. Dimana PT Bangun Karya Pratama Lestari

menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nine Am

Ltd melanggar berbagai peraturan sehingga batal demi hukum.

Berdasarkan uraian di atas, gugatan PT bangun Karya

Pratama Lestari telah menggabungkan kedua teori dalam

perumusan gugatan untuk menghindari terjadinya perumusan

dalil gugatan yang kabur atau obscuur libel (gugatan yang gelap).

Sehubungan dengan itu, dalil gugatan dianggap lengkap apabila

memenuhi dua unsur, yaitu:

1) Dasar hukum

Memuat penegasan atau penjelasan mengenai hubungan

hukum antara:

(a) penggugat dengan materi dan atau objek yang

disengketakan,

(b) antara penggugat dengan tergugat berkaitan dengan

materi atau objek yang disengketakan.

1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1977), h. 35.

Page 85: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

74

2) Dasar fakta

Memuat penjelasan pernyataan mengenai:

(a) Fakta atau peristiwa yang berkaitan langsung dengan

hubungan hukum yang terjadi antara penggugat

dengan materi atau objek perkara maupun dengan

pihak tergugat.

(b) Penjelasan fakta-fakta yang berlangsung berkaitan

dengan dasar hukum atau hubungan hukum yang

didalilkan penggugat2.

Bahwa gugatan yang diajukan oleh PT Bangun Karya Pratama

Lestari telah memenuhi dua unsur tersebut sehingga terhindar dari

cacat (obscuur libel), karena gugatannya jelas sekaligus memuat

penjelasan dan penegasan dasar hukum yang menjadi dasar

hubungan hukum serta dasar fakta atau peristiwa yang terjadi

disekitar hubungan hukum.

Berdasarkan uraian di atas, eksepsi yang diajukan tergugat

yang menyatakan bahwa gugatan penggugat itu kabur (Obscuur

libel) yang mempersoalkan antara perbuatan melawan hukum

(PMH) dan perbuatan cidera janji (wanprestasi) itu tidak terbukti.

b) Penggugat (debitur) tidak mempunyai hak untuk mengajukan

gugatan kepada tergugat (kreditur) karena tergugat terbukti

melakukan wanprestasi.

Bahwa hak untuk mengajukan gugatan dapat dilakukan oleh

siapa saja, namun ada doktrin hukum yang dijelaskan oleh M.

Yahya Harahap dalam bukunya yang menyatakan seseorang tidak

2 M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata; Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian dan Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), h. 58.

Page 86: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

75

berhak menggugat apabila dia sendiri tidak memenuhi apa yang

menjadi kewajibannya dalam perjanjian3.

Perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh PT bangun Karya

Pratama Lestari (debitur) terhadap Nine Am Ltd (kreditur)

memang terbukti berdasarkan surat tagihan pembayaran untuk

angsuran bulan September 2011 sampai bulan agustus 2012.

Namun perbuatan wanprestasi tersebut tidak mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat karena didasarkan pada perjanjian yang

tidak halal atau perjanjian yang bertentangan dengan Undang-

undang.

Berdasarkan uraian di atas, PT Bangun Karya Pratama Lestari

(debitur) tetap mempunyai hak untuk mengajukan gugatan

terhadap Nine Am Ltd (tergugat).

3. Menimbang dalam Rekonvensi, tergugat dalam Konvensi disebut

Penggugat dalam Rekonvensi yang diajukan pada intinya berisi:

a) Mengabulkan gugatan Penggugat dalam Rekonvensi untuk

seluruhnya.

b) Menyatakan sah dan mengikat para pihak atas perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) tertanggal 30 Juli 2010 dan akta

perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010

Nomor 77.

Bahwa tuntutan yang diminta oleh Nine Am Ltd yaitu menolak

gugatan yang diajukan oleh PT Bangun Karya Pratama Lestari dan

menyatakan sah terhadap perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tertanggal 30 Juli 2010 dan akta perjanjian jaminan

fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77.

3 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata; Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian dan Putusan Pengadilan …, h. 461.

Page 87: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

76

Namun tuntutan tersebut tidak didasari dengan dasar hukum

yang kuat dimana Nine Am Ltd menganggap perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) tersebut sah dan tidak termasuk

perjanjian yang dilarang di Indonesia.

Nine Am Ltd juga menggunakan perjanjian pinjam meminjam

(Loan Agreement) sebagai dasar hukum untuk menyatakan cidera

janji (wanprestasi) terhadap PT Bangun Karya Pratama Lestari

padahal perjanjian tersebut terbukti telah melanggar peraturan

perundang-undangan sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dasar

hukum.

Berdasarkan uraian di atas, tuntutan Nine Am Ltd tidak

memiliki dasar hukum yang kuat untuk menyatakan gugatan PT

Bangun Karya Pratama Lestari kabur (obscuur libel) dan

perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) tersebut tetap sah.

4. Menimbang Putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta

Barat dengan Nomor: 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar yang berisi:

a) Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.

b) Menyatakan perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 batal demi hukum dan membatalkan akta

perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli 2010

Nomor 77.

c) Memerintahkan penggugat untuk mengembalikan sisa uang

pinjaman kepada tergugat sebesar US$ 1.176.730,50 (satu juta

serratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus tiga puluh, lima puluh

sen dollar Amerika Serikat)

d) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp

816.000,00 (delapan ratus enam belas ribu rupiah).

Bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat telah

mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya dalam pokok

Page 88: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

77

perkara karena tuntutan yang diajukan oleh PT Bangun Karya

Pratama Lestari memiliki dasar hukum yang kuat dibandingkan

tuntutan yang diajukan oleh Nine Am Ltd.

Putusan tersebut menyatakan bahwa perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) antara Nine Am Ltd dengan PT

Bangun Karya Pratama Lestari tertanggal 30 Juli 2010 batal demi

hukum karena tidak terpenuhinya syarat sahnya perjanjian yaitu

sebab yang halal (syarat objektif).

Hal ini terjadi karena dalam perjanjian pinjam meminjam

(Loan Agreement) tersebut terbukti melanggar ketentuan yang

tercantum dalam peraturan perundang-undangan, diantaranya:

(a) Pasal 31 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang

bendera, bahasa, lambing dan lagu kebangsaan.

Bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal tersebut

mewajibkan setiap perjanjian yang melibatkan lembaga

Negara/ swasta Indonesia atau perseorangan Indonesia

untuk menggunakan bahasa Indonesia.

Namun, perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) antara Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya

Pratama Lestari tidak menggunakan bahasa Indonesia

melainkan menggunakan bahasa asing yaitu bahasa Inggris.

Hal tersebut dengan jelas melanggar ketentuan Pasal 31

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009.

(b) Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan fidusia

Bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal tersebut

menyatakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek

jaminan fidusia apabila debitur cidera janji (wanprestasi)

dapat dilakukan dengan cara:

Page 89: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

78

(1) Pelaksanaan title eksekutorial

(2) Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia

atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui

pelelangan umum serta mengambil pelunasan utangnya

dari hasil penjualan

(3) Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan

kesepakatan pemberi dan penerima fidusia agar dapat

memperoleh harga tertinggi yang menguntungkan

kedua belah pihak.

Namun, perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tersebut tidak menggunakan cara-cara yang

ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

melainkan dengan cara pengalihan hak atas alat (objek

jaminan fidusia). Hal tersebut dengan jelas melanggar

ketentuan Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999.

Padahal dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999 menyatakan bahwa setiap janji untuk

melaksanakan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia

yang bertentangan dengan Pasal 29 dan Pasal 31 berakibat

batal demi hukum.

(c) Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

Bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal tersebut

mewajibkan penanaman modal asing harus berbentuk

perseroan terbatas (PT) dan berdasarkan hukum Indonesia

dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik

Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.

Page 90: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

79

Namun, perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) yang melibatkan pihak asing sebagai penyedia

dana yaitu Nine Am Ltd tidak berbentuk Perseroan

Terbatas melainkan perusahaan kemitraan terbatas. Hal ini

secara jelas telah melanggar ketentuan yang tercantum

dalam Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007. Adapun sanksi terhadap pelanggaran Pasal 5 ini

berbentuk peringatan tertulis sampai dengan pencabutan

kegiatan usaha.

(d) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 Tentang daftar

bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka

dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

Bahwa ketentuan yang tercantum dalam Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2010 menyatakan bahwa

kegiatan persewaan mesin konstruksi dan teknis sipil dan

peralatannya (klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia

kode Nomor 77306) hanya terbuka bagi penanaman modal

dalam negeri dan tertutup bagi penanaman modal asing.

Namun, perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tersebut dalam hal pembayaran kembali itu

tidak didasarkan pada perjanjian pinjam meminjam pada

umumnya melainkan didasarkan pada perjanjian sewa

menyewa/ rental atas alat (objek jaminan fidusia), sehingga

jumlah uang yang harus dibayarakan kembali dari bulan

September 2010 sampai bulan maret 2014 oleh PT Bangun

Karya Pratama Lestari sebesar US$ 10.902.923 dengan

prosentase bunga sebesar 48,7 % per tahun.

Padahal besarnya bunga pinjaman mata uang dollar

Amerika Serikat yang berlaku di lembaga perbankan

Page 91: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

80

Indonesia hanya 7% per tahun.Hal ini secara jelas

melanggar ketentuan yang tercantum dalam Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2010.

Berdasarkan uraian di atas, perjanjian pinjam

meminjam (Loan Agreement) secara jelas telah melanggar

peraturan perundang-undangan sehingga tidak memenuhi

syarat sahnya perjanjian yaitu sebab yang halal.

Pelanggaran peraturan perundang-undangan yang

ditemukan dalam perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tersebut mengindikasikan bahwa pembuat

perjanjian yaitu Nine Am Ltd tidak mempunyai itikad baik

dalam melaksanaan bisnis di Indonesia.

Putusan tersebut juga menyatakan bahwa akta

perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 30 Juli

2010 Nomor 77, batal demi hukum karena perjanjian

jaminan fidusia termasuk perjanjian ikutan (accesoir).

Perjanjian ini tidak bisa berdiri sendiri melainkan

mengikuti perjanjian pokok dimana apabila perjanjian

pokoknya batal otomatis juga berakibat batal bagi

perjanjian acesoir nya.

Hal inilah yang terjadi pada akta perjanjian jaminan

fidusia dimana perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) sebagai perjanjian pokok telah dinyatakan batal

demi hukum karena terbukti melanggar peraturan

perundang-undangan. Akibat batalnya perjanjian pokok

maka akta pejanjian jaminan fidusia sebagai perjanjian

accesoir nya pun batal demi hukum.

Konsekuensi dari pembatalan akta ini yaitu pelaksanaan

eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tidak bisa

Page 92: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

81

dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk tidak

mengabulkan tuntutan PT bangun Karya Pratama Lestari.

5. Menimbang Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dengan Nomor:

662/Pdt/2014/PT.DKI yang putusannya menguatkan putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Barat.

Bahwa putusan yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Barat sesuai dengan dasar hukum yang kuat. Hal ini terlihat dalam

penerapan hukum yang digunakan oleh hakim itu tepat dengan

mempertimbangkan dalil-dalil yang diajukan dalam persidangan. Sehinnga

tidak ada alasan Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta untuk membatalkan

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

6. Menimbang permohonan kasasi yang pada pokoknya berisi:

a) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti terbukti tidak sesuai

secara mendasar dengan hukum dan kurang dalam pertimbangan

karena tidak mempertimbangkan dalil-dalil yang diajukan oleh

pemohon kasasi, sehingga dianggap sebagai suatu kelalaian dalam

beracara (vormverzum).

Bahwa putusan Judex Facti sesuai dengan dasar hukum yang

kuat dan menggunakan dalil-dalil yang diajukan dalam

persidangan sebagai pertimbangan hakim sebelum menjatuhkan

putusan. Namun, dalil yang diajukan oleh pemohon kasasi tidak

memiliki dasar hukum yang kuat karena didasarkan pada

perjanjian yang tidak halal atau bertentangan dengan Undang-

undang. Sehingga hakim mengabulkan tuntutan termohon kasasi

yang mengajukan dalil dengan dasar hukum yang kuat

dibandingkan pemohon kasasi.

Berdasarkan uraian di atas, pernyataan bahwa putusan Judex

Facti tidak mendasar dengan hukum dan kurang

Page 93: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

82

mempertimbangkan dalil-dalil yang diajukan dalam persidangan

tidak terbukti.

b) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti telah secara nyata

memberikan putusan yang melebihi dari apa yang dimintakan oleh

termohon kasasi (penggugat) dalam petitumnya (Ultra Petita).

Bahwa putusan Judex Facti tersebut tidak termasuk ultra petita

dikarenakan hakim hanya mengabulkan tuntutan termohon kasasi

dalam pokok perkaranya saja dan tidak mengabulkan sesuatu yang

sama sekali tidak diajukan dalam petitum.

Dalam hal jumlah uang yang harus dikembalikan oleh

termohon kasasi juga tidak melebihi apa yang terantum dalam

petitum termohon kasasi. Sehingga pernyataan bahwa putusan

Judex Facti memberikan putusan yang melebihi apa yang diminta

(Ultra Petita) tidak terbukti

c) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti telah salah memberikan

pertimbangan hukum karena termohon kasasi telah melakukan

wanprestasi terlebih dahulu terhadap pemohon kasasi (Exceptio

Non Adimpleti Contractus).

Bahwa putusan Judex facti telah memberikan pertimbangan

hukum yang tepat terhadap dalil-dali yang diajukan dalam

persidangan. Sedangkan hakim dalam pertimbangan hukumnya

akan mencari dalil-dalil yang mempunyai dasar hukum yang kuat.

Dalil pemohon kasasi yang menyatakan bahwa termohon

kasasi melakukan wanprestasi memang diakui olehnya namun hal

tersebut harus dibuktikan lebih lanjut dalam persidangan karena

masuk dalam pokok perkara.

Setelah dilakukannya pembuktian dalam persidangan,

perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) yang dijadikan

dasar untuk menyatakan termohon kasasi melakukan wanprestasi

Page 94: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

83

itu terbukti melanggar peraturan perundang-undangan sehingga

perjanjian tersebut tidak memiliki dasar hukum untuk dijadikan

dalil.

Berdasarkan uraian di atas, pernyataan bahwa Judex Facti salah

memberikan pertimbangan hukum itu tidak terbukti.

d) Menyatakan bahwa putusan Judex Facti telah mengabaikan asas

Audi et Alteram Partem dalam pertimbangan hukumnya.

Bahwa asas Audi et Alteram Partem mewajibkan pemeriksaan

persidangan harus mendengar kedua belah pihak secara seimbang.

Pengadilan atau majelis yang memimpin pemeriksaan persidangan,

wajib memberikan kesempatan yang sama (to give the same

opportunity to each party) untuk mengajukan pembelaan

kepentingan masing-masing4.

Putusan Judex Facti tidak mengabaikan asas Audi et Alteram

Partem, hal tersebut bisa dilihat dalam pertimbangan hakim

sebelum amar putusan. Dimana hal-hal yang menjadi

pertimbangan hakim sebelum memutus perkara ini diantaranya;

(1) Gugatan yang diajukan penggugat (termohon kasasi)

(2) Eksepsi yang diajukan tergugat dan gugatan rekonvensi oleh

penggugat rekonvensi (pemohon kasasi)

(3) Pembuktian dari kedua belah pihak

(4) Fakta-fakta persidangan

Uraian di atas dengan jelas hakim telah memberikan

kesempatan yang sama kepada para pihak untuk menyampaikan

dalil-dalilnya untuk menyelesaikan perkara ini. Sehingga

pernyataan yang menyatakan bahwa putusan Judex Facti

4 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata; Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian dan Putusan Pengadilan …, h.72

Page 95: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

84

mengabaikan asas Audi et Alteram Partem dalam pertimbangan

hukum nya tidak terbukti.

7. Menimbang kontra memori kasasi yang pada pokoknya menyatakan batal

demi hukum terhadap perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 dan akta perjanjian jaminan fidusia atas benda

tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77.

Bahwa perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) yang dibuat

oleh Nine Am Ltd telah melanggar peraturan perundang-undangan yang

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang

bendera, bahasa, lambing dan lagu kebangsaan. Namun, perjanjian tersebut

dibuat dengan menggunakan bahasa asing setelah adanya Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2009 yang mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia

dalam perjanjian yang melibatkan lembaga negara/lembaga swasta

Indonesia atau perseorangan warga Indonesia.

Hal ini bertentangan sehingga perjanjian tersebut tidak memenuhi

syarat sahnya perjanjian yaitu “sebab yang halal” yang berakibat batal

demi hukum. Sebagai akibatnya akta perjanjian jaminan fidusia yang

merupakan perjanjian ikutan (accesoir) juga batal demi hukum.

Berdasarkan uraian di atas, setelah meneliti memori kasasi dan kontra

memori kasasi dengan menghubungkan pertimbangan Judex Facti tidak

terbukti atas dalil-dalil yang diajukan oleh pemohon kasasi. Sehingga

Majelis Hakim Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi yang

artinya menguatkan putusan sebelumnya yaitu putusan Pengadilan Tinggi

Jakarta dengan nomor 662/Pdt/2014/PT.DKI. Oleh karena itu, peneliti

berpendapat bahwa putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim

Mahkamah Agung dalam kasus ini masih sesuai dalam koridor hukum.

Hal ini terlihat dalam pertimbangan hukumnya dan telah terbukti

bahwa perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) telah melanggar

Page 96: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

85

peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dijatuhkan putusan

pembatalan terhadap perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement).

Namun putusan tersebut hanya lebih menitikberatkan pada kepastian

hukum tanpa melihat keadilan yang diharapkan oleh para pihak dalam

menyelesaikan kasusnya di pengadilan. Padahal kepastian hukum bukan

satu-satunya tujuan hukum melainkan ada keadilan dan kemanfaatan. Jika

dilihat dari duduk perkara sampai dengan isi putusan, kesalahan bukan

hanya terletak pada Nine Am Ltd selaku perusahaan asing (kreditor) tetapi

juga dilakukan oleh PT Bangun Karya Pratama Lestari selaku perusahaan

Indonesia (debitor). Hal ini seharusnya juga menjadi pertimbangan hakim

dalam memutus perkara ini dengan melihat nilai keadilan. Sehingga

putusan yang dijatuhkan dapat diterima oleh para pihak dan tidak ada

pihak yang merasa dirugikan.

C. Akibat Hukum Para Pihak atas Putusan Mahkamah Agung Nomor:

1572K/Pdt./2015

Hal-hal yang menghapuskan perjanjian salah satunya yaitu putusan

hakim. Dimana perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) telah hapus

oleh putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang diperkuat oleh putusan

pengadilan Tinggi Jakarta dan putusan Mahkamah Agung. Hal ini terjadi

karena salah satu pihak mengajukan pembatalan perjanjian ke pengadilan dan

membuktikan bahwa perjanjian tersebut telah melanggar peraturan

perundang-undangan sehingga tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu

“sebab yang halal”. Akibat hukum tidak terpenuhinya syarat objektif (sebab

yang halal) yaitu batal demi hukum.

Suatu prinsip dasar hukum perdata adalah jika suatu perjanjian batal

demi hukum, posisi hukum para pihak harus dikembalikan kepada keadaan

semula, seolah-olah perjanjian tersebut tidak pernah ada. Hal tersebut

menunjukan bahwa apabila suatu perjanjian diputuskan batal demi hukum

Page 97: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

86

(Pembatalan perjanjian) pada umumnya mengakibatkan keadaan antara kedua

belah pihak yang terikat dalam suatu perjanjian dikembalikan seperti keadaan

pada waktu perjanjian belum dibuat.

Maka konsekuensinya adalah tidak boleh ada pihak yang dirugikan

atau bisa disebut dengan “Kembali kepada keadaan semula” dimana perbuatan

hukum yang bersangkutan oleh hukum dianggap tidak pernah terjadi,

sehingga para pihak tidak boleh ada yang dirugikan, sebagai akibat dari

kembali kepada keadaan semula.

Akibat hukum yang diterima oleh para pihak diantaranya sebagai

berikut:

1. Akibat hukum kepada PT Bangun Karya Pratama Lestari atas putusan

Mahkamah Agung Nomor: 1572K/Pdt./2015.

Hubungan hukum yang terjadi antara PT bangun Karya Pratama

Lestari dan Nine Am Ltd hapus karena yang menjadi dasar telah

dibatalkan oleh putusan hakim. Pembatalan perjanjian tersebut

mengakibatkan posisi hukum para pihak kembali seperti keadaan semula

seolah-olah tidak ada perjanjian. Sehingga hak dan kewajiban yang timbul

dari perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement) menjadi hapus.

Namun, PT Bangun Karya Pratama Lestari diperintahkan oleh

pengadilan untuk mengembalikan sisa pinjaman kepada Nine Am Ltd

sebagai konsekuensi dari pembatalan perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tersebut.

2. Akibat hukum kepada Nine Am Ltd atas putusan Mahkamah Agung

Nomor: 1572K/Pdt./2015

Nine Am Ltd merupakan salah satu pihak yang paling dirugikan atas

putusan Mahkamah Agung Nomor: 1572K/Pdt./2015 dimana posisi

hukum para pihak dikembalikan seperti semula sebelum terjadinya

perjanjian. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Nine Am Ltd juga ikut

hapus.

Page 98: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

87

Sehingga keuntungan yang harusnya didapat dari pembayaran

angsuran (pinjaman dan bunga) tidak bisa diperoleh lagi. Hak untuk

mengeksekusi obyek jaminan fidusia karena debitur wanprestasi juga

hapus karena putusan Mahkamah Agung Nomor: 1572K/Pdt./2015.

Putusan tersebut berakibat tidak baik bagi pihak swasta asing yang dalam

hal ini Nine Am Ltd yang menginvestasikan modalnya di Indonesia.

Kerugian yang dialami oleh Nine Am Ltd itu berupa waktu dan keuangan,

karena dalam hal keuangan tentunya pada investor baik domestic maupun

asing tentu tidak dapat kembali secara penuh seperti semula. Hal ini

karena adanya biaya-biaya perizinan pada birokrasi di Indonesia yang

tidak dapat kembali yang tentunya akan merugikan pihak investor.

3. Akibat hukum kepada iklim bisnis di Indonesia

Factor-faktor yang mempengaruhi minat masuknya para investor asing

di Indonesia tidak hanya pada aturan regulasi saja melainkan kualitas

putusan pengadilannya. Dimana para investor asing sangat memperhatikan

kualitas putusan-putusan pengadilan baik tingkat pertama sampai dengan

kasasi di Mahkamah Agung dalam menyelesaikan kasus sengketa usaha

atau bisnis yang terjadi. Salah satunya putusan pembatalan perjanjian

pinjam meminjam (Loan Agreement) yang menjadi perhatian bagi para

pelaku usaha asing.

Hal ini terlihat saat training 'Study for the Amendment to the Law' di

Osaka, Jepang, yang dilaksanakan pada 12-22 Februari 20175, dimana

para investor jepang dan pengacara kenamaan jepang Kobayashi Kazuhiro

mengeluhkan kepada delegasi Kemenkumham atas putusan pembatalan

tersebut. Mengingat bahwa jepang adalah negara dengan relasi

perdagangan dan investasi yang cukup tinggi dengan Indonesia, putusan

5 Andi Saputra, Kala Putusan MA Indonesia Bikin Sentimen Negatif Investor

Jepang, artikel diakses pada tanggal 19 September 2018 dari https://news.detik.com/berita/d-3427698/kala-putusan-ma-indonesia-bikin-sentimen-negatif-investor-jepang

Page 99: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

88

pembatalan tersebut cukup mengejutkan para investor jepang. Hal

tersebut berakibat negatif kepada iklim bisnis di Indonesia dikarenakan

kurangnya rasa aman dan kenyamanan serta hilangnya kepercayaan

investor asing dalam melakukan bisnis di Indonesia.

Page 100: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

kaji pada setiap sup bab pembahasan, maka dalam hal ini peneliti memberikan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Putusan hakim merupakan salah satu dari tujuh hal yang bisa

menghapuskan perjanjian. Dimana hal tersebut bisa dilakukan oleh salah

satu pihak dalam perjanjian dengan mengajukan gugatan pembatalan ke

pengadilan dan dapat membuktikan bahwa perjanjian tersebut tidak

memenuhi syarat sahnya perjanjian.

Hal inilah yang terjadi pada perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) antara Nine Am Ltd dengan PT Bangun Karya Pratama

Lestari yang di batalkan oleh putusan Pengadilan Negeri Jakrta Barat yang

diperkuat oleh putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dan putusan Mahkamah

Agung. Putusan pembatalan perjanjian ini dijatuhkan karena dalam

pertimbangan hakim telah terbukti bahwa perjanjian pinjam meminjam

(Loang Agreement) telah melanggar peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Di samping itu juga, PT Bangun Karya Pratama Lestari baru

mendapatkan salinan perjanjiannya dar Nine Am Ltd satu tahun setelah

perjanjian itu disepakati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Nine Am

Ltd tidak mempunyai itikad baik dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya

di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, Hakim Pengadilan Negeri Jakrta Barat

memutus bahwa perjanjian pinjam meminjam (Loan Agreement)

tertanggal 30 Juli 2010 batal demi hukum karena tidak terpenuhinya syarat

sahnya perjanjian yaitu sebab yang halal (syarat objektif). Akibat hukum

Page 101: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

90

dari pembatalan perjanjian ini juga berimbas pada perjanjian ikutan

(accesoir) yaitu akta perjanjian jaminan fidusia ikut batal demi hukum

sehingga eksekusi terhadap objek fidusia tidak bisa dilakukan oleh Nine

Am Ltd.

2. Akibat hukum atas pembatalan perjanjian ini adalah posisi hukum para

pihak dikembalikan kepada keadaan semula sebelum adanya perjanjian,

seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian. Sehingga hak dan kewajiban

yang melekat pada para pihak menjadi hapus.

Namun, PT Bangun Karya Pratama Lestari diperintahkan oleh

Pengadilan untuk mengembalikan sisa pinjaman kepada Nine Am Ltd

sebagai konsekuensi dari pembatalan perjanjian pinjam meminjam (Loan

Agreement) tersebut.

Sedangkan Nine Am Ltd merasa paling dirugikan atas putusan ini

dikarenakan kehilangan keuntungan yang harusnya didapat dari

pembayaran angsuran (pinjaman dan bunga), hilangnya hak untuk

mengeksekusi obyek jaminan fidusia karena debitur telah wanprestasi dan

mengalami kerugian baik berupa waktu maupun keuangan. Dalam hal

keuangan tentunya pada investor baik domestik maupun asing tentu tidak

dapat kembali secara penuh seperti semula. Hal ini karena adanya biaya-

biaya perizinan pada birokrasi di Indonesia yang tidak dapat kembali yang

tentunya merugikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada permasalahan dalam bahasan pada penelitian ini,

maka peneliti mencoba untuk memberikan rekomendasi agar nantinya dalam

penyusunan perjanjian dengan pihak asing harus lebih memperhatikan syarat

sahnya perjanjian agar perjanjian tersebut tidak dibatalkan, adapun

rekomendasi tersebut ialah:

1. Kesepakatan dalam perjanjian untuk memilih domisili hukum dan aturan

hukum yang digunakan dalam perjanjian sering diabaikan oleh para pihak

Page 102: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

91

sehingga dalam penyusunan perjanjiannya tidak berpedoman pada aturan

hukum yang digunakan. Konsekuensinya banyak peraturan yang dilanggar

oleh perjanjian yang dibuat yang pada akhirnya dapat dibatalkan oleh

putusan pengadilan.

2. Tidak adanya kepastian hukum dalam hal pelanggaran Pasal 31 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 dimana sanksi atas

pelanggarannya diatur dalam peraturan presiden yang saat ini belum juga

diterbitkan. Hal inilah yang membuat ketidakpastian dan kebingungan

para pihak yang telah membuat perjanjian dengan bahasa asing atau

bahasa inggris.

Page 103: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

92

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Achmad. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence). Cet. 5. Jakarta: Kencana. 2013.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 2. 2010. Darus Badrulzaman, Mariam. Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Alumni.

1983. Erwin, Muhamad. Filsafat Hukum; Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Cet. 2.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Fuady, Munir. Hukum Jaminan Utang. Jakarta: Erlangga. 2013. Fuady,Munir. Jaminan Fidusia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003. H.S,Salim. Hukum Kontrak; Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta:

Sinar Grafika, Cet.2. 2004. Hadi Wiyono, Eko. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta: Akar Media.

2007. K. Harjono, Dhaniswara. Hukum Penanaman Modal. Jakarta: PT Radja

Grafindo Persada. 2007. Khairandy, Ridwan. Kebebasan Berkontrak & Pacta Sunt Servanda Versus

Itikad Baik: Sikap Yang Harus Diambil Pengadilan, Yogyakarta: FH UII Press. 2015.

M. Agus Santoso, M. Hukum, Moral dan Keadilan; Sebuah Kajian Filsafat

Hukum. Cet. 3,. Jakarta: Prenanda Media Group. 2015. Mahmud Marzuki, Peter. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana. 2008. Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta:

Liberty. 1977.

Page 104: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

93

Safitri, Ria dan M. Yasir, Hukum Perikatan. Ciputat : Program Studi Ilmu Hukum UIN Jakarta. 2011.

Sarwono. Hukum Acara Perdata; Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika,

Cet.2. 2011. Satrio, J. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, Cet. V. 2007. Siregar, Bismar. Rasa Keadilan. Surabaya: PT Bina Ilmu. 1996. Soekanto, Soerjono. Pengantar Peneltian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press), Cet. 3. 1986. Subekti, R. Hukum Perjanjian. Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1983 Sugiyono. Metode Penelitian Kulitatif, Kunatitatif,dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2005. Sunaryo. Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika, Cet.3. 2013. Supramono, Gatot. Perjanjian Utang Piutang. Jakarta: Kencana. 2013. Syahrani, Riduan. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung: Penerbit

Citra Aditya Bakti. 1999. Widjaja, Gunawan dan Ahmad yani. Jaminan Fedusia. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, Cet. 3. 2003. Wijaya, Andika dan Wida Peace Ananta. Hukum Bisnis Properti Di

Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. 2017. Yahya Harahap, M. Hukum Acara Perdata; Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika. 2015.

JURNAL Indri Hapsari, Kusumastuti. “Kajian Yuridis Eksekusi Jaminan Fidusia yang

Dialihkan Kepada Pihak Ketiga”. Jurnal Repertorium Volume IV. 1. 2017

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Page 105: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

94

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pertimbangan (konsiderans) huruf a Kepres RI Nomor 61 Tahun 1988

Tentang Lembaga Pembiayaan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera,

Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal INTERNET Asmana, Abi. Hapusnya Suatu Perjanjian dan Akibat-akibat Perjanijan, artikel

diakses pada tanggal 29 Mei 2018 dari http://legalstudies71.blogspot.co.id/2015/09/hapusnya-suatu-perjanjian-dan-akibat.html?m=1

Jayanti, Eva dan Mas Ariani, Kepastian Hukum Penanaman Modal Asing

dalam Bentuk Perseroan Terbatas (Naamloze Vennotschap), artikel ini diakses pada tanggal 19 Juli 2018 dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/.../4029

Kurniawan, Chandra. Catatan tentang Kewajiban Penggunaan Bahasa

Indonesia dalam Kontrak, artikel diakses pada tanggal 18 Juli 2018 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b84cb774f63b/catatan-tentang-kewajiban-penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-kontrak-broleh-chandra-kurniawan-

Prabawa Marwanto, Hendy. Akibat Hukum Bagi Penanam Modal Asing Yang

Melakukan Pelanggaran Kontrak Dalam Berinvestasi Di Indonesia, artikel ini diakses pada tanggal 19 Juli 2018 dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/.../4695

Sangkoeno, Syarat-Syarat Perjanjian dan Unsur-Unsur Perjanjian, artikel

diakses pada tanggal 26 Mei 2018

Page 106: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

95

dari http://www.sangkoeno.com/2015/01/syarat-syarat-perjanjian-dan-unsur.html

Saputra, Andi. Kala Putusan MA Indonesia Bikin Sentimen Negatif Investor

Jepang, artikel diakses pada tanggal 19 September 2018 dari https://news.detik.com/berita/d-3427698/kala-putusan-ma-indonesia-bikin-sentimen-negatif-investor-jepang

Page 107: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 1 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

P U T U S A N Nomor 1572

K/Pdt/2015

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut

dalam perkara:

NINE AM LTD, berkedudukan di 16031 East Freeway,

Channelview, Texas 77530 USA, dalam perkara ini diwakili oleh

Harold Alton selaku Wakil Nine Ltd., dalam hal ini memberi

kuasa kepada Emir Kusumaatmadja, S.H., LLM dan kawan-

kawan para Advokat berkantor di Mochtar Karuwin Komar

alamat Wisma Metropolitan II Lantai 14 Jalan Jend. Sudirman

Kav.31 Jakarta 12920, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tanggal 18 September 2013;

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding;

L a w a n

PT BANGUN KARYA PRATAMA LESTARI, beralamat di Sentra

Niaga Puri Indah Blok T.3 Nomor 1, Puri Kembangan, Jakarta

Barat, yang diwakili oleh Andi Sutedja sebagai Direktur Utama,

dalam hal ini diwakili Kuasa Hukumnya Antawirya Jaya, S.H.,

M.H., dan kawan para Advokat pada Kantor Hukum Antawirya &

Associates beralamat di Wisma Nugraha Lt.4 Jalan Raden Saleh

Nomor 6 Jakarta Pusat 10430, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tanggal 10 Maret 2015;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata sekarang

Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat/Terbanding telah menggugat

sekarang Pemohon dahulu sebagai Tergugat/Pembanding di muka persidangan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada pokoknya atas dalil-dalil:

I. Hubungan Hukum Yang Terjadi Antara Penggugat (PT Bangun Karya

Pratama Lestari) Dengan Tergugat (Nine Am Ltd.) Didasarkan Atas

Adanya Loan Agreement Tertanggal 30 Juli 2010;

1. Bahwa Penggugat adalah sebuah badan hukum berbentuk Perseroan

Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 108: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 2 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Indonesia, berkedudukan di Jakarta Barat dan berkantor di Sentra

Niaga Puri Indah Blok T 3 nomor 1, Puri Kembangan, Jakarta Barat,

yang memiliki kegiatan usaha utamanya dalam bidang Penyewaan/

Rental Alat-Alat Berat;

2.

Bahwa Tergugat adalah suatu perusahaan kemitraan terbatas yang

didirikan dan berdasarkan hukum yang berlaku di negara bagian Texas,

Amerika Serikat;

3. Bahwa berdasarkan Loan Agreement/Perjanjian Pinjam Meminjam

tertanggal 30 Juli 2010 yang dibuat oleh dan antara Penggugat

dengan Tergugat, (berdasarkan Loan Agreement yang telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penterjemah Resmi

dan Tersumpah) (selanjutnya disebut sebagai “Loan Agreement”),

Penggugat telah memperoleh pinjaman uang dari Tergugat sebesar

US$ 4,999,500 (empat juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan

ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat).(bukti P-1 dan P-2,);

4. Bahwa Pasal 18 Loan Agreement perihal Hukum Yang Mengatur Dan

Domisili Hukum, menentukan bahwa:

“Perjanjian ini diatur oleh dan ditafsirkan menurut hukum yang berlaku

di Republik Indonesia. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibatnya,

Debitur memilih domisili hukum tetap di Kantor Panitera Pengadilan

Negeri Jakarta Barat” ;

5. Bahwa sekalipun Loan Agreement tersebut dibuat dan ditandatangani

serta tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia,

namun bahasa yang digunakan pada Loan Agreement tersebut adalah

bahasa Inggris. Hal ini terjadi karena semua yang mempersiapkan Loan

Agreement tersebut adalah pihak Tergugat, dimana Penggugat tinggal

menandatangani saja Loan Agreement. Bahkan Loan Agreement yang

telah ditandatangani tersebut, baru Penggugat peroleh dari Tergugat, +

(kurang lebih) 1 (satu) tahun kemudian;

6. Bahwa sebagai jaminan atas hutang tersebut, antara Penggugat

dengan Tergugat, telah dibuat Akta Perjanjian Jaminan Fidusia Atas

Benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77 yang dibuat di hadapan Popie

Savitri Martosuhardjo Pharmanto, SH., Notaris & PPAT di

Jakarta.(bukti P-3);

7. Bahwa benda atau barang yang dijadikan jaminan secara fidusia

tersebut adalah berupa 5 Unit Truck Caterpillar Model 777 D dengan

nomer seri masing-masing berturut-turut, FKR 00635, FKR OO636,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 109: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 3 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

FKR 00637, FKR 00638 dan FKR 4064(selanjutnya barang jaminan

fidusia ini disebut sebagai “Alat”);

8.

Bahwa Pasal 2.1 Loan Agreement menentukan bahwa pelunasan atau

pembayaran kembali pinjaman beserta bunganya akan dilakukan

sebagai berikut:

(a) 48 kali angsuran bulanan sebesar US$ 179,550 (seratus tujuh

puluh sembilan ribu lima ratus lima puluh rupiah) per bulan,

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1, dimana angsuran

pertama wajib dibayar satu bulan setelah tanggal transfer pinjaman

ke rekening Debitur sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 di atas,

sedangkan angsuran sisanya akan menyusul setelahnya;

(b) Pembayaran bunga akhir sebesar US$ 1,500,000 (satu juta lima

ratus ribu Dolar Amerika Serikat) yang wajib dibayar pada tanggal

pembayaran terakhir angsuran pinjaman;

II. Karena Loan Agreement Tidak Memenuhi Syarat Formil Tertentu

Sebagaimana Diwajibkan Oleh Undang–Undang, Maka Loan Agreement

Tersebut Batal Demi Hukum Atau Setidak-Tidaknya Tidak Memiliki

Kekuatan Hukum Mengikat (Null And Void; Nietig); 9. Bahwa Pasal 31 ayat (1) Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009

tentang bendera, bahasa, lambang dan lagu kebangsaan telah secara

tegas menyatakan:

“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau

perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah

Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan

warga Negara Indonesia;

10. Bahwa oleh karena Loan Agreement dibuat dengan tidak menggunakan

bahasa Indonesia melainkan hanya dibuat dalam bahasa Inggris, maka

berdasarkan Pasal 31 ayat (1) Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009,

Loan Agreement Batal Demi Hukum atau setidak-tidaknya tidak

memiliki kekuatan hukum mengikat (Null and void; Nietig);

III. Karena Isi Loan Agrrement Mengandung Ketentuan-Ketentuan Yang

Bertentangan Dengan Undang-Undang, Ketertiban Umum Dan KesusilaaN

(Pasal 1335 juncto Pasal 1337 KUHPerdata.) Maka Loan Agreement Batal

Demi Hukum Atau Setidak - Tidaknya Tidak Memiliki Kekuatan Mengikat

(Null & Void; Nietig). 11. Bahwa Pasal 29 ayat (1) UU Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia menyatakan:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 110: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 4 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Apabila Debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap

benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan

cara:

a.

Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal

15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia;

b. Penjualan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas

kekuasaan Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta

mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;

c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan

Pemberi dan Penerima Fidusia jika dengan cara demikian dapat

diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak;

Selanjutnya Pasal 32 dan Pasal 33 UU Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan Fidusia masing-masing berturut – turut menyatakan:

“Setiap Janji untuk melaksanakan eksekusi terhadap Benda yang

menjadi obyek Jaminan Fidusia dengan cara bertentangan dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 31, batal

demi hukum”;

“Setiap janji yang memberikan kewenangan kepada Penerima Fiducia

untuk memiliki Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia apabila

debitur cedera janji, batal demi hukum”; 12. Bahwa, namun demikian Pasal 3 dan Pasal 7 Loan Agreement

menyatakan masing-masing berturut turut sebagai berikut:

“ Pasal 3 Pembayaran Alternatif Atas Bunga Akhir:

3.1. Pembayaran bunga akhir sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2.1

(b)di atas bisa dibayar tunai atau (atas keputusan Debitur

berdasarkan ketentuan Pasal 3,2 di bawah ini) melalui pengalihan

hak atas Alat dan serah terima Alat kepada Kreditur atau agennya

di Jakarta; 3.2. Bilamana Debitur (dalam hal pembayaran bunga akhir) memilih

melakukan pengalihan hak atas Alat dan serah terimanya kepada

Kreditur di Jakarta, maka seluruh Alat wajib diserahkan kepada

Kreditur di Jakarta pada atau sebelum tanggal, yaitu 30 hari

setelah tanggal pembayaran angsuran terakhir sesuai Ketentuan

dan Syarat Pengembalian sebagaimana diterapkan dalam

Lampiran 2, yang jika tidak dipatuhi oleh Debitur, maka Kreditur

berhak meminta pembayaran bunga akhir tersebut secara

langsung dan tunai.”

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 111: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 5 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

“Pasal 7 Pembayaran Atas Penurunan Nilai Jaminan;

Kesepakatan kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 di

atas untuk menerima pengalihan hak atas Alat sebagai pengganti

pembayaran bunga Pinjaman didasarkan pada asumsi bahwa nilai

residual (sisa) Alat setelah digunakan selama empat tahun adalah

sebesar US$ 1, 500,000. ........”;

Oleh karenanya, berdasarkan Pasal 29

juncto Pasal 32 dan Pasal

33 UU Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, cara

pengalihan “Alat” sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 dan

Pasal 7 Loan Agreement, adalah bertentangan dengan undang-

undang yang berlaku. 13. Bahwa dengan berpedoman pada Pasal 1320 KUHPerdata yang

menentukan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah

“Suatu Sebab Yang Halal” serta Pasal 1335 KUHPerdata yang isinya

menyatakan:

“Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu

sebab yang palsu atau terlarang,tidak mempunyai kekuatan hukum”;

serta Pasal 1337 KUHPerdata yang isinya menyatakan:

“Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-

undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau

ketertiban umum”;

Maka Loan Agreement adalah Batal Demi Hukum atau setidak-

tidaknya tidak memiliki kekuatan mengikat (null and void/nietig);

IV. Isi Loan Agreement Mengindikasikan Bahwa Tergugat Sebagai

Perusahaan Asing Telah Bertindak Sebagai Suatu Perusahaan Yang

Bergerak Dalam Bidang Penyewaan Atau Rental Alat-Alat Berat Yang

Menurut Per.Pres Nomor 36 Tahun 2010 juncto UU Nomor 25 Tahun 2007

Adalah Dilarang Karena Termasuk Dalam Bidang Yang Tertutup Bagi

Perusahaan Asing

14. Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010

tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang

Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (“Perpres

Nomor 36/2010”), kegiatan persewaan mesin konstruksi dan teknis

sipil dan peralatannya (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

kode Nomor 77306) hanya terbuka bagi penanaman modal dalam

negeri dan karenanya tertutup bagi penanaman modal asing;

15. Bahwa selanjutnya berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang Undang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 112: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 6 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Nomor

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya

disebut “UU Nomor 25/2007”):

“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas dan

berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah

negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-

undang”;

16. Bahwa berdasarkan atas kedua ketentuan tersebut di atas, maka

kegiatan persewaan/rental mesin konstruksi dan tehnik sipil dan

peralatannya (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia kode

Nomor 77306) adalah tertutup bagi perusahaan asing.

17. Bahwa, ternyata isi dari Loan Agreement sangat bertentangan

dengan ketentuan UU Nomor 25/2007 juncto Perpres Nomor 36

Tahun 2010, hal mana dapat dibuktikan sebagai berikut:

17.1. Isi konsiderans dari Loan Agreement menyatakan bahwa

Tergugat akan memberikan pinjaman sebesar US$ 4,999,500

(empat juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima

ratus Dollar Amerika Serikat)kepada Penggugat untuk

membeli 5 (lima) Unit Truck Caterpillar Model 777 D dengan

nomer seri masing-masing berturut-turut, FKR 00635, FKR

OO636, FKR 00637, FKR 00638 dan FKR 4064;

17.2. Isi Pasal 2.1 Loan Agreement berbunyi sebagai berikut:

“Pembayaran kembali Pinjaman beserta bunganya akan

dilakukan sebagai berikut:

(a) 48 kali angsuran bulanan sebesar US$ 179,550 (seratus

tujuh puluh sembilan ribu lima ratus lima puluh rupiah)per

bulan, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1,

dimana angsuran pertama wajib dibayar satu bulan

setelah tanggal transfer pinjaman ke rekening Debitur

sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 di atas,

sedangkan angsuran sisanya akan menyusul setelahnya;

(b) Pembayaran bunga akhir sebesar US$ 1,500,000 (satu

juta lima ratus ribu Dolar Amerika Serikat)yang wajib

dibayar pada tanggal pembayaran terakhir angsuran

pinjaman;

Isi Pasal 3 Loan Agreement perihal Pembayaran Alternatif

Atas Bunga Akhir, berbunyi sebagai berikut:

3.1. Pembayaran bunga akhir sebagaimana dijelaskan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 113: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 7 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

dalam Pasal 2.1 (b) di atas bisa dibayar tunaiatau

(atas keputusan Debitur berdasarkan ketentuan

Pasal 3.2 di bawah ini) melalui pengalihan hak atas

Alat dan serah terima Alat kepada Kredituratau

agennya di Jakarta;

3.2.

Bilamana Debitur (dalam hal pembayaran bunga

akhir) memilih melakukan pengalihan hak atas Alat

dan serah terimanya kepada Kreditur di Jakarta,

maka seluruh Alat wajib diserahkan kepada Kreditur

di Jakarta pada atau sebelum tanggal, yaitu 30 hari

setelah tanggal pembayaran angsuran terakhir

sesuai Ketentuan dan Syarat Pengembalian

sebagaimana diterapkan dalam Lampiran 2, yang jika

tidak dipatuhi oleh Debitur, maka Kreditur berhak

meminta pembayaran bunga akhir tersebut secara

langsung dan tunai”;

Isi Pasal 7 Loan Agreement perihal Pembayaran Atas

Penurunan Nilai Jaminan berbunyi:

Kesepakatan kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

di atas untuk menerima pengalihan hak atas alat sebagai

pengganti pembayaran bunga Pinjaman didasarkan pada

asumsi bahwa nilai residual (sisa) alat setelah digunakan

selama empat tahun adalah sebesar US$ 1,500,000 (satu

juta lima ratus ribu Dolar Amerika Serikat). Asumsi ini

didasarkan pula pada asumsi bahwa tiap Truk Caterpillar 777

yang secara bersama-sama merupakan alat telah dioperasikan maksimal 400 jam per bulan selama empat

tahun masa pinjaman. Debitur sepakat bahwa bilamana salah

satu dari Truk Caterpillar 777 dioperasikan selama lebih dari

400 jam dalam sebulan selama masa pinjaman, maka

Debitur wajib melakukan pembayaran kepada Kreditur atas

penurunan nilai jaminan sebesar US 40,00 (empat puluh

Dolar Amerika Serikat) untuk tiap jam kelebihan

pengoperasian ke lima Truk Caterpillar 777. Pembayaran

atas Penurunan Nilai Jaminan tersebut wajib dilaksanakan

bersama-sama dengan pembayaran angsuran bulanan pada

bulan setelah kelebihan penggunaan dimaksud.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 114: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 8 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Catatan

: Penebalan huruf serta garis bawah adalah dari

kami untuk menunjukkan bahwa Tergugat telah

bertindak sebagai suatu perusahaan Penyewaan/

Rental Alat-Alat Berat yang dilarang undang-

undang; 17.3. Mencermati hal-hal tersebut di atas, dihubungkan dengan

invoice/tagihan bulanan dari Tergugat kepada Penggugat,

dapat dipastikan bahwa Tergugat telah bertindak sebagai suatu

perusahaan yang bergerak dalam bidang penyewaan atau

rental alat-alat berat, namun dengan menggunakan perusahaan

Penggugat, hal mana dapat dibuktikan sebagai berikut:

a. Masing-masing jumlah tagihan/ invoice baik yang telah

dibayar maupun yang belum dibayar oleh Penggugat

(bukti P-4), telah didasarkan atas penjumlahan dari:

- Biaya Sewa Penggunaan “Alat”, ditambah

- Kelebihan Jam Penggunaan “Alat” (overtime), yang

menurut Pasal 7 Loan Agreement, dalam hal terjadi

penurunan nilai sebagai akibat dari adanya

penggunaan “Alat” yang melebihi 400 jam dalam

sebulan selama masa pinjaman, untuk kelebihan

dimaksud, Penggugat diharuskan membayar US$ 40

(empat puluh Dolar Amerika Serikat) untuk tiap jam

kelebihan pengoperasian ke enam Truk Caterpillar

777. Yang kemudian hasilnya barulah dialokasikan sebagai

penjumlahan dari:

- Hutang pokok (Principal), ditambah

- Bunga (interest), ditambah

- Uang Jaminan Perbaikan dan Perawatan;

Adapun mengenai “pengalokasian” tersebut juga

tercermin pada Financial Calculation tertanggal 10 Juli

2012 yang merupakan lampiran dari surat Tergugat

tertanggal 10 Juli 2012 perihal wanprestasi) PT Bangun

Karya Pratama Lestari (bukti P-5 dan P-6), dimana

Penggugat diharuskan untuk membayar “variable

amounts for extra hours of usage” atau “jumlah variabel

untuk jam ekstra/tambahan penggunaan”, disamping

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 115: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 9 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Angsuran Pokok (Principal) + Bunga (interest);

b.

Penentuan besarnya “Bunga Akhir” (“the final baloon payment of interest”) sebesar US$1,500,000. (satu juta

lima ratus ribu Dolar Amerika Serikat) yang harus dibayar

Penggugat kepada Tergugat, ternyata bukan ditentukan

berdasarkan prosentase sebagaimana layaknya suatu

perjanjian utang piutang, melainkan didasarkan atas

asumsi bahwa setelah “Alat” dipergunakan selama 4

tahun maka “Alat” dimaksud akan mengalami “Penurunan

Nilai” atau “Penyusutan Nilai” menjadi US$ 1,500,000;

c. Adanya opsi bagi Penggugat untuk memilih apakah akan

membayar “Bunga Akhir” sebesar US$ 1,500,000 atau

menyerahkan/ mengalihkan kepemilikan “Alat” kepada

Tergugat sebagaimana pada Pasal 3.2 Loan Agreement,

telah mengindikasikan bahwa Tergugat bertindak

layaknya sebagai suatu perusahaan Penyewaan/Rental

Alat-Alat Berat yang memberi kesempatan kepada

Penggugat untuk membeli atau memiliki “Alat” yang

nilainya telah menyusut menjadi US$ 1,500,000 akibat

pemakaian atau pengoperasian oleh Penggugat selama

4 (empat) tahun atau maksimal 400 (empat ratus) jam,

dengan cara membayar harga tersebut kepada Tergugat,

yang bila tidak dibayar maka “Alat” harus diserahkan

kepada Tergugat;

17.4. Memperhatikan hal tersebut di atas,dapat disimpulkan bahwa

jumlah Pembayaran Kembali oleh Penggugat kepada Tergugat

yang tercantum pada Loan Agreement, tidak didasarkan

sebagaimana layaknya suatu perjanjian pinjam meminjam/

perjanjian utang piutang, melainkan didasarkan atas perjanjian

sewa menyewa/rental atas “Alat”, sehingga jumlah yang harus

dibayarkan kembali oleh Penggugat kepada Tergugat

mencapai kurang lebih 48,7 % (empat puluh delapan koma

tujuh persen)/tahun dari besarnya pinjaman yang diperoleh, hal

mana dapat dibuktikan sebagai berikut:

- Jumlah Pinjaman yang diterima

Penggugat .................................................US$ 4,999,500;

- Jumlah yang harus dibayarkan Kembali kepada Tergugat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 116: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 10 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

sesuai tagihan sebagaimana tercantum pada Financial

Calculation yakni: (jumlah yang telah dibayar dari bulan

September 2010-September 2011 sebesar US$ 2,819,769

+ Jumlah yang belum dibayar hingga bulan Maret 2014

sebesar US$ 8,083,154 ..................... US$ 10,902,923 (-)

=======================================

Dalam hitungan Bunga sebesar US$ 5,903,423;

Atau dalam prosentase sebesar 48,7%/tahun. Padahal

besarnya bunga pinjaman mata uang Dolar Amerika

Serikat yang berlaku di lembaga perbankan di Indonesia

hanya 7% (tujuh) persen/tahun;

18. Bahwa oleh karena telah terbukti bahwa isi dari Loan Agreement

tersebut bertentangan dengan ketentuan UU Nomor 25/2007 juncto

Perpres Nomor 36/2010, maka berdasarkan Pasal 1320 juncto Pasal

1335 juncto Pasal 1337 KUHPerdata, Loan Agreement menjadi Batal

Demi Hukum atau setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan hukum

mengikat (null and void; nietig);

19. Bahwa oleh karena Loan Agreement tersebut telah terbukti tidak

memenuhi syarat formil tertentu sebagaimana diwajibkan oleh

Undang-Undang serta isinya pun bertentangan dengan peraturan

perundangan yang berlaku, maka sudah seyogyanyalah bahwa Majelis

Hakim Pengadilan Jakarta Barat menyatakan bahwa Loan Agreement

tertanggal 30 Juli 2010 yang dibuat oleh dan antara Penggugat

dengan Tergugat, batal demi hukum (null and void atau void ab initio

atau rechtswegenieteg) atau setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan

hukum yang mengikat (nieteg);

20. Bahwa untuk mencegah terjadinya kerugian Penggugat yang lebih

besar lagi akibat dari Loan Agreement yang bertentangan dengan

undang-undang, maka Penggugat mohon kiranya agar Majelis Hakim

pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang akan memeriksa,

mengadili serta memutus perkara a quo, berkenan untuk

mengeluarkan Putusan Provisi yang menyatakan bahwa untuk

sementara waktu Tergugat dilarang melakukan penagihan kepada

Penggugat sesuai dengan Loan Agreement tertanggal 30 Juli 2010

sampai dengan perkara a quo memiliki kekuatan hukum yang tetap (in

kracht van gewijsde);

21. Bahwa bilamana Majelis Hakim memutuskan bahwa Loan Agreement

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 117: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 11 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan hukum

mengikat, maka sudah seyogyanya pula bahwa Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Barat menyatakan pula bahwa Akta

Perjanjian Jaminan Fiducia atas benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor

77 yang merupakan perjanjian ikutan (accesoir) dari Loan

Agreement, batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak memiliki

kekuatan mengikat;

22. Bahwa apabila (quad non) Loan Agreement beserta Akta Perjanjian

Jaminan Fidusia atas Benda tertanggal 30 Juli Nomor 77 dinyatakan

batal demi hukum, maka baik posisi Penggugat maupun Tergugat

menurut hukum harus dikembalikan kepada keadaan semula. Demikian

pula dengan Loan Agreement berserta Perjanjian Jaminan Fidusia Atas

Benda tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77, harus dianggap tidak pernah

ada. Oleh karenanya, sudah seyogyanyalah bahwa Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Barat memerintahkan kepada Penggugat

untuk mengembalikan kepada Tergugat secara mencicil sesuai

kemampuan Penggugat, seluruh uang yang telah diterima dari Tergugat

setelah dikurangkan dengan jumlah uang yang telah dibayarkan oleh

Penggugat kepada Tergugat yakni sebagai berikut:

- Jumlah Pinjaman yang diterima Penggugat dari Tergugat

.................................................................................US$ 4,999,500

- Jumlah yang telah dibayar Penggugat sejak bulan September

2010 sampai bulan September 2011 (bukti P-7) .......US$

2,819,769 (-)

Sisa yang harus dikembalikan kepada Tergugat US$ 2,179,731 (Dua

juta seratus tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus tiga puluh satu

Dolar Amerika Serikat); 23 Bahwa adapun dasar dari Penggugat mengajukan pengembalian uang

pinjaman yang telah diberikan oleh Penggugat kepada Tergugat dengan

cara mencicil, karena perusahaan kontraktor yang sejenis dengan

perusahaan Penggugat telah mengalami penurunan pendapatan akibat

dari lesunya usaha jasa kontraktor pada saat ini di Indonesia. Hal mana

sangat berpengaruh sekali kepada perusahaan Penggugat;

24. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat telah didasarkan atas bukti-bukti

yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, maka sudah

seyogyanyalah bahwa gugatan Penggugat dikabulkan untuk seluruhnya,

sehingga segala biaya perkara yang akan timbul dikemudian hari dalam

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 118: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 12 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

perkara a quo dibebankan seluruhnya kepada Tergugat;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat

mohon supaya Pengadilan Negeri Jakarta Barat memberikan putusan yang

sebagai berikut:

I. Dalam Provisi:

Menyatakan bahwa untuk sementara waktu Tergugat dilarang melakukan

penagihan kepada Penggugat sesuai dengan Loan Agreement tertanggal

30 Juli 2010 sampai dengan perkara a quo memiliki kekuatan hukum yang

tetap (in kracht van gewisjde);

II. Dalam Pokok Pekara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan bahwa Loan Agreement tertanggal 30 Juli 2010 yang

dibuat oleh dan antara Penggugat dengan Tergugat,batal demi hukum

atau setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (Null and

Void atau void ab initio; Nietig);

3. Menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jaminan Fiducia atas benda

tertanggal 30 Juli 2010 Nomor 77 yang merupakan perjanjian ikutan

(accesoir) dari Loan Agreement, batal demi hukum atau setidak-

tidaknya tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (Null and Void atau

void ab initio; Nietig);

4. Memerintahkan kepada Penggugat untuk mengembalikan sisa uang

dari pinjaman yang belum diserahkan kembali kepada Tergugat

sebesar US$ 4,999,500 – US$ 2,819,769 = US$ 2,179,731 (dua juta

seratus tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus tiga puluh satu Dolar

Amerika Serikat) secara mencicil sesuai kemampuan Penggugat; 5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dari perkara

ini;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan

eksepsi dan gugatan rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

1. Bahwa Nine Am LTD. (dalam Bagian Konvensi ini selanjutnya disebut

”Tergugat”) secara tegas menolak segala dalil yang diajukan oleh PT

Bangun Karya Pratama Lestari (dalam Bagian Konvensi ini selanjutnya

disebut ”Penggugat”) dalam Surat Gugatannya tanggal 30 Agustus 2012

dalam perkara a quo, kecuali yang kebenarannya diakui secara tegas oleh

Tergugat dan terbukti menurut hukum;

2. Bahwa setelah Majelis Hakim memerintahkan para pihak dalam perkara a

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 119: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 13 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

quo untuk melakukan mediasi yang berlangsung mulai tanggal 8 Oktober

2013 sampai dengan tanggal 6 November 2013, para pihak tidak mencapai

kesepakatan dalam mediasi tersebut sehingga agenda persidangan

dilanjutkan dengan agenda jawab-menjawab antara para pihak;

3. Bahwa sebelum Tergugat membantah segala dalil yang diajukan Penggugat

dalam pokok perkara, perkenankanlah Tergugat mengajukan Eksepsi yang

kiranya Majelis Hakim yang Mulia dapat pertimbangkan dan diputuskan

dalam perkara a quo;

4. Sehubungan dengan Surat Gugatan Penggugat, Tergugat dengan ini

mengajukan eksepsi dengan dasar, alasan dan bukti-bukti sebagai berikut:

a. Gugatan Penggugat dalam perkara a quo adalah kabur (obscuur libel)

antara mempersoalkan perbuatan melawan hukum dan perbuatan cidera

janji (wanprestasi);

b. Penggugat dalam perkara a quo tidak mempunyai hak untuk mengajukan

gugatan terhadap Tergugat karena Penggugat terbukti telah wanprestasi

dengan tidak memenuhi kewajibannya terhadap Tergugat menurut

perjanjian (exceptio non adimplenti contractus).

Di bawah ini Tergugat akan menguraikan dalil-dalil eksepsi tersebut di atas

secara lebih terinci. Ad.a. Gugatan Penggugat dalam Perkara a quo adalah Kabur (Obscuur

Libel) antara Mempersoalkan Perbuatan Melawan Hukum dan

Perbuatan Cidera Janji (wanprestasi);

5. Bahwa pada Bagian I Surat Gugatan (halaman 2-4), dalil-dalil posita

Gugatan Penggugat pada pokoknya mendalilkan adanya hubungan hukum

kontraktual antara Penggugat engan Tergugat yang didasarkan dan

dibuktikan secara nyata dengan adanya Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan

Agreement) tanggal 30 Juli 2010 (bukti T-1a). Untuk lengkapnya kami kutip

gugatan Penggugat;

”2. Bahwa Tergugat adalah suatu perusahaan kemitraan terbatas yang

didirikan dan berdasarkan hukum yang berlaku di negara bagian Texas,

Amerika Serikat;

3. Bahwa berdasarkan Loan Agreement/Perjanjian Pinjam Meminjam

tertanggal 30 Juli 2010 yang dibuat oleh dan antara Penggugat dengan

Tergugat, (berdasarkan Loan Agreement yang telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonsesia [Indonesia] oleh Penterjemah Resmi dan

Tersumpah) (selanjutnya disebut sebagai "Loan Agreement"), Penggugat

telah memperoleh pinjaman uang dari Tergugat sebesar US$ 4.999.500

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 120: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 14 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

(empat juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus Dollar

Amerika Serikat) (bukti P-1 dan P-2,);”

6. Bahwa berdasarkan doktrin hukum yang dijelaskan oleh M. Yahya Harahap,

S.H. (mantan Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia)

dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata: Gugatan,

Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, Sinar

Grafika, Cetakan Kedelapan, Jakarta, 2008, halaman 454 (bukti T-2),

dinyatakan “wanprestasi) menurut Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata timbul dari persetujuan (agreement) yang berdasarkan Pasal 1320

KUH Perdata:…”

7. Bahwa dengan adanya hubungan hukum kontraktual sebagaimana

disampaikan oleh Penggugat dalam dalil-dalil posita Gugatan pada Bagian I

Surat Gugatan maka dalil posita Gugatan pada Bagian I Surat Gugatan

merupakan persoalan hukum wanprestasi);

8. Namun demikian, pada Bagian IV Surat Gugatannya (halaman 8) secara

inkonsisten Penggugat telah mendalilkan adanya perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh Tergugat, yaitu dengan menyatakan Tergugat sebagai

suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyewaan atau rental alat-

alat berat yang tertutup bagi perusahaan asing menurut Peraturan Presiden

Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal tanggal 25 Mei 2010 juncto Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal. Untuk lengkapnya kami kutip gugatan

Penggugat sebagai berikut:

”17. Bahwa ternyata isi dari Loan Agreement sangat bertentangan dengan

ketentuan UU Nomor 25/2007 juncto Perpres Nomor 36 Tahun 2010,

hal mana dapat dibuktikan sebagai berikut:

17.1. lsi konsiderans dari Loan Agreement menyatakan bahwa Tergugat

akan memberikan pinjaman sebesar US$ 4.999.500 (empat juta

sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus Dollar

Amerika Serikat) kepada Penggugat untuk membeli 5 (lima) unit truk

Caterpillar baru model 777 D dengan nomer seri masing-masing

berturut-turut: FKR 00635, FKR 00636, FKR 00637, FKR 00638 dan

FKR 4046;

17.2. Isi Pasal 2.1 Loan Agreement berbunyi sebagai berikut:

”Pembayaran kembali Pinjaman beserta bunganya akan dilakukan

sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 121: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 15 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

(a) 48 kali angsuran bulanan sebesar US$ 179.500 (seratus tujuh

puluh sembilan ribu lima Dollar Amerika Serikat) per bulan,

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1, dimana angsuran

pertama wajib dibayar satu bulan setelah tanggal transfer

pinjaman ke rekening Debitur sebagaimana dijelaskan dalam

Pasal 1 di atas, sedangkan angsuran sisanya akan menyusul

setelahnya;

(b) Pembayaran bunga akhir sebesar US$ 1.500.000 (satu juta lima

ratus ribu Dolar Amerika Serikat) yang wajib dibayar pada tanggal

pembayaran terakhir angsuran pinjaman;”

9. Bahwa berdasarkan uraian-uraian Tergugat di atas, dapat disimpulkan

bahwa materi dari Gugatan Penggugat adalah mengenai persoalan

Perbuatan Melawan Hukum (onrecht matigedaad), namun telah dicoba untuk

didasarkan pula pada adanya hubungan hukum kontraktual (wanprestasi).

Masalah persoalan hukum wanprestasi) dan Perbuatan Melawan Hukum

adalah dua hal yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam hal dasar

hukum, hubungan hukum, maupun akibat hukum yang ditimbulkannya.

Dengan demikian, kedua persoalan tersebut tidak dapat dicampuradukkan

atau digabungkan dalam satu gugatan;

10. Bahwa dalil Tergugat di atas dalam perkara a quo telah sesuai dengan

kaidah hukum dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 1875K/Pdt/1984

tanggal 24 April 1986 yang pada pokoknya menyatakan Perbuatan Melawan

Hukum yang berdasarkan kepada Pasal 1365 KUHPerdata tidak dibenarkan

digabungkan dengan Perbuatan Cidera Janji (wanprestasi)) berdasarkan

Pasal 1243 KUHPerdata dalam satu gugatan menurut tata tertib beracara

perdata. Untuk lengkapnya Tergugat mengutip Putusan Mahkamah Agung

Nomor 1875K/Pdt/1984 tanggal 24 April 1986 tersebut sebagai berikut (bukti

T-3):

“Perbuatan Melawan Hukum yang berdasarkan kepada Pasal 1365 KUH

Perdata tidak dibenarkan digabungkan dengan Perbuatan Ingkar Janji

(wanprestasi)) berdasarkan Pasal 1243 KUH Perdata dalam satu gugatan

menurut tertib beracara perdata. Keduanya harus diselesaikan secara

tersendiri.”

11. Bahwa dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 879 K/Pdt/1999 tanggal 29

Januari 2001 yang dimuat dalam Varia Peradilan Tahun XVIII Nomor 208

Januari 2003 pada halaman 22 alinea 1, Mahkamah Agung dalam

pertimbangan hukumnya menyatakan (bukti T-4):

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 122: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 16 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

“bahwa suatu gugatan yang didasarkan atas dasar perbuatan melawan

hukum tidak dapat juga diajukan sebagai akibat suatu ingkar janji, karena

kedua dasar hukum itu diatur dalam pasal-pasal yang berbeda dalam

KUHPerdata, yaitu perbuatan melawan hukum dalam pasal 1365

KUHPerdata dan wanprestasi dalam Pasal 1243 KUHPerdata, juga akibat hukum yang dapat dituntut dari akibat perbuatan itu adalah berbeda”;

12. Bahwa terhadap penggabungan dan pencampuradukan Gugatan Penggugat

yang secara nyata-nyata dalil-dalil positanya didasarkan pada materi

Gugatan wanprestasi) dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, akan tetapi

faktanya dalam perkara a quo Penggugat dengan sengaja tanpa alas hak

mengajukan Gugatan dengan judul dan materi Gugatan Pembatalan

Perjanjian. Gugatan yang demikian adalah Gugatan yang kabur dan

melanggar tata tertib beracara, yang pada pokoknya mewajibkan setiap

gugatan dengan materi perbuatan melawan hukum dan gugatan wanprestasi

tidak dapat digabungkan dan dicampuradukkan dalam satu gugatan seperti

halnya Gugatan Penggugat dalam perkara a quo. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya Majelis Hakim yang mulia menyatakan Gugatan Penggugat tidak

dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

Ad b. Penggugat dalam perkara a quo Tidak Mempunyai Hak untuk

Mengajukan Gugatan terhadap Tergugat karena Penggugat Terbukti

Telah wanprestasi) dengan Tidak Memenuhi Kewajibannya terhadap

Tergugat Menurut Perjanjian (Exceptio Non Adimplenti Contractus);

13. Bahwa Penggugat secara tanpa dasar dan tanpa hak telah mengajukan

Gugatan Pembatalan Perjanjian kepada Tergugat dengan Gugatan yang

sifatnya mengada-ada, tidak beralasan sama sekali dan hanya bertujuan

agar Penggugat dapat mangkir dari kewajibannya;

14. Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada serta

pengakuannya sendiri, justru pihak Penggugat yang telah melakukan

perbuatan wanprestasi kepada Tergugat dengan tidak memenuhi

kewajibannya dalam Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement). Lihat

butir 3 halaman 2-3 Surat Gugatan Penggugat yang memperlihatkan secara

jelas bahwa Penggugat telah mengakui secara tegas bahwa Penggugat

telah menerima pinjaman uang dari Tergugat dengan jumlah utang pokok

sebesar US$ 4.999.500 (empat juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan

ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat);

15.`Menurut ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata yang pada pokoknya

menyatakan bahwa untuk membuktikan bahwa salah satu pihak baru dapat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 123: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 17 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

dinyatakan telah melakukan cidera janji (wanprestasi) setelah pihak tersebut

berdasarkan surat perintah atau akta sejenis telah dinyatakan lalai atau

perjanjiannya sendiri menyatakan demikian. Untuk selengkapnya Tergugat

mengutip isi ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata sebagai berikut:

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan akta

sejenis telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya

waktu yang ditentukan” ;

16. Bahwa sehubungan dengan uraian dari ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata

tersebut dapat dibuktikan bahwa Penggugat sendiri yang telah melakukan

wanprestasi kepada Tergugat dengan tidak memenuhi kewajibannya untuk

membayar utang kepada Tergugat sesuai dengan Perjanjian Pinjam

Meminjam (Loan Agreement) sebagaimana Tergugat uraikan pada butir 14

di atas. Adapun bukti lainnya yang menunjukkan secara jelas Penggugat

sendiri telah melakukan wanprestasi kepada Tergugat adalah dengan

adanya surat peringatan (somasi) dari Tergugat kepada Penggugat pada

tanggal 10 Juli 2012 (bukti T-5); 17. Bahwa dengan dikirimkannya surat peringatan (somasi) sebagaimana

Tergugat sebutkan di atas, maka berdasarkan ketentuan Pasal 11 Perjanjian

Pinjam Meminjam (Loan Agreement), Penggugat dinyatakan telah Cidera

Janji (wanprestasi). Dengan demikian, Penggugat dalam hal ini telah terbukti

secara jelas telah melakukan Cidera Janji (wanprestasi), karena Penggugat

telah tidak memenuhi kewajiban-kewajiban Penggugat untuk membayar

utangnya kepada Tergugat yang dimulai sejak tagihan Tergugat tanggal 30

November 2011 (untuk pembayaran angsuran 11 September 2011) hingga

saat ini dengan jumlah utang pokok secara keseluruhan sebesar US$

8.083.154 (delapan juta delapan puluh tiga ribu seratus lima puluh empat

Dollar Amerika Serikat); 18. Berdasarkan bukti-bukti yang didukung dengan dalil-dalil yang diuraikan

Tergugat di atas, sangatlah jelas bahwa Penggugat sendiri secara nyata

telah terbukti melakukan wanprestasi kepada Tergugat. Dalil-dalil Tergugat

tersebutdiperkuat pula oleh doktrin hukum yang dijelaskan oleh M. Yahya

Harahap, S.H. dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata:

Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”,

Penerbit Sinar Grafika, Cetakan Kedua, Jakarta, 2005, halaman 461 (bukti

T-2) yang menyatakan ”seseorang tidak berhak menggugat; apabila dia

sendiri tidak memenuhi apa yang menjadi kewajibannya dalam perjanjian.”

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 124: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 18 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

19. Bahwa dengan mendasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum dan doktrin

hukum di atas, maka dengan adanya Peristiwa Cidera Janji (wanprestasi)

menurut Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) dan dengan

dikirimkannya surat peringatan (somasi) tanggal 10 Juli 2012 (bukti T-6)

sebagaimana telah Tergugat uraikan pada butir 16 di atas, Penggugat

terbukti secara jelas telah melakukan perbuatan cidera janji (wanprestasi) kepada Tergugat, dan sepatutnyalah Penggugat harus menyelesaikan

segala kewajibannya kepada Tergugat, termasuk kewajiban untuk

membayar utang pokok dan bunga, serta mengganti segala biaya yang

timbul sebagai akibat dari tindakan cidera janji (wanprestasi) Penggugat

kepada Tergugat; 20. Oleh karena itu, Penggugat sama sekali tidak mempunyai hak dan dasar

hukum untuk mengajukan Gugatan a quo terhadap Tergugat di Pengadilan

Negeri Jakarta Barat. Atas dalil-dalil yang diuraikan Tergugat tersebut,

sepatutnyalah Majelis Hakim yang Mulia dalam perkara a quo menyatakan

Gugatan Penggugat ditolak atau setidak-tidaknya menyatakan Gugatan

Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

21. Bahwa Tergugat telah pula berupaya untuk melakukan eksekusi jaminan

fidusia termasuk memperoleh penetapan dari Pengadilan Negeri

Tenggarong (bukti T-6a) dan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Barat telah

melakukan Aanmaning kepada Penggugat (bukti T-6b). Namun Penggugat

telah menolak untuk secara sukarela melakukan kewajiban pembayaran

utangnya kepada Tergugat. Penggugat bahkan telah melakukan upaya-

upaya untuk menghalang-halangi Tergugat dalam melaksanakan haknya

berdasarkan Perjanjian Fidusia, termasuk mengajukan perlawanan tehadap

Pelaksanaan Eksekusi terhadap Akta Perjanjian Jaminan Fidusia Nomor 77

tanggal 30 Juli 2010 (bukti T-7) pada Pengadilan Negeri Tenggarong,

gugatan pembatalan di Pengadilan Negeri Tenggarong, serta gugatan a quo;

22. Bahwa Penggugat telah pula melakukan tindakan-tindakan lain untuk

mencoba menghindari pembayaran dan pelunasan utang kepada Tergugat

berdasarkan Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak. Penggugat bahkan dengan tanpa dasar

telah melaporkan Tergugat ke Kepolisian Republik Indonesia atas tuduhan

penipuan yang sangat bertentangan dengan fakta sebenarnya. Hal-hal ini

dapat mengakibatkan adanya ketidak pastian hukum, yang memberikan

dampak yang sangat buruk terhadap iklim usaha di Indonesia di masa kini

maupun yang akan datang, dan dapat merugikan pihak peminjam lainnya

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 125: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 19 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

dari Indonesia yang jujur dan beriktikad baik;

23. Bahwa perlu Tergugat sampaikan untuk menjadi perhatian Majelis Hakim

yang Mulia mengenai adanya dugaan pemalsuan oleh Penggugat yang telah

dilaporkan oleh Pihak Ketiga kepada Kepolisian Republik Indonesia yang

pada pokoknya menyatakan bahwa dokumentasi berupa faktur-faktur

(invoices) atas pembelian alat-alat berat telah dipalsukan oleh Penggugat. Faktur-faktur pembelian tersebut kemudian diberikan oleh Penggugat

kepada Tergugat untuk menunjukkan bahwa Penggugat adalah pembeli alat-

alat berat tersebut dan sekaligus merupakan pemiliknya. Tindakan

Penggugat tersebut sangat bertentangan dengan pernyataan dan jaminan

yang disampaikan oleh Penggugat kepada Tergugat dalam Pasal 6.2.1.Akta

Perjanjian Jaminan Fidusia Nomor 77 tanggal 30 Juli 2010 (bukti T-6), yang

antara lain menyatakan bahwa:

“ 6.2. Pemberi Fidusia dengan ini menyatakan, berjanji dan menjamin

kepada dan untuk kepentingan Penerima Fidusia bahwa:

6.2.1.Selama masa berlakunya Perjanjian ini, Pemberi Fidusia adalah,

dan akan menjadi satu-satunya pemilik yang sah atas Benda, bebas

dari segala Jaminan Fidusia berdasarkan Perjanjian ini) atau hak-hak

atau kepentingan dari pihak ketiga manapun (kecuali Penerima

Fidusia)”;

Dalam Rekonvensi:

1. Bahwa semua dalil, bukti-bukti dan fakta-fakta sebagaimana yang telah

dimuat dalam Konvensi di atas mohon dianggap menjadi satu kesatuan dan

termasuk di dalam bagian Rekonvensi ini;

2. Bahwa Tergugat untuk selanjutnya dalam bagian Rekonvensi ini disebut

sebagai “Penggugat dalam Rekonvensi”, dan Penggugat selanjutnya dalam

Bagian Rekonvensi ini disebut sebagai “Tergugat dalam Rekonvensi”;

3. Penggugat dalam Rekonvensi dengan ini mengajukan Gugatan Rekonvensi

perihal Cidera Janji (wanprestasi)) terhadap Tergugat dalam Rekonvensi

berdasarkan fakta-fakta yang didukung dengan bukti-bukti yang sangat kuat

dan beralasan;

Fakta dan Hubungan Hukum antara Penggugat dalam Rekonvensi dan

Tergugat dalam Rekonvensi;

4. Bahwa sebagaimana telah Penggugat dalam Rekonvensi uraikan dalam

butir 21 sampai dengan butir 40 di atas, singkatnya hubungan hukum yang

terjadi antara Penggugat dalam Rekonvensi dan Tergugat dalam

Rekonvensi adalah berdasarkan Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 126: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 20 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Agreement) tanggal 30 Juli 2010;

5. Bahwa tanpa mengurangi dalil-dalil Penggugat dalam Rekonvensi di atas,

Penggugat dalam Rekonvensi merasa perlu untuk meluruskan fakta-fakta

yang terjadi serta menjelaskan latar belakangnya, semata-mata untuk

mempermudah Majelis Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara a

quo, khususnya berkaitan dengan Gugatan Rekonvensi Penggugat dalam

Rekonvensi;

Latar Belakang Hubungan Hukum antara Penggugat dalam Rekonvensi dan

Tergugat dalam Rekonvensi;

6. Bahwa latar belakang digugatnya Tergugat dalam Rekonvensi dalam

perkara a quo adalah pada awalnya Penggugat dalam Rekonvensi (in casu

Nine AM Ltd.) dan Tergugat dalam Rekonvensi (in casu PT Bangun Karya

Pratama Lestari) menandatangani Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan

Agreement) (bukti T-1a);

7. Bahwa dalam Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) tersebut

Penggugat dalam Rekonvensi bertindak sebagai Lender (Pemberi

Pinjaman)dan Tergugat dalam Rekonvensi bertindak sebagai Borrower

(Peminjam);

8. Bahwa berdasarkan Pasal 1 Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement),

jumlah pinjaman pokok berdasarkan Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan

Agreement) tersebut adalah sebesar US$ 4.999.500 (empat juta sembilan

ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat)

(selanjutnya disebut ”Pinjaman”);

9. Bahwa berdasarkan Perjanjian Pinjam Meminjam tersebut, Penggugat dalam

Rekonvensi dan Tergugat dalam Rekonvensi sepakat bahwa Pinjaman

tersebut digunakan oleh Tergugat dalam Rekonvensi untuk membeli 5 (lima)

unit truk Caterpillar baru model 777 D dengan nomor seri masing-masing

berturut-turut: FKR00635, FKR00636, FKR00637, FKR00638 dan FKR00645

(selanjutnya disebut “Peralatan”), dan Tergugat dalam Rekonvensi selaku

Peminjam berjanji untuk tidak menggunakan Pinjaman untuk tujuan lainnya;

10. Bahwa untuk menjamin pembayaran secara tepat waktu oleh Tergugat

dalam Rekonvensi (Peminjam) kepada Penggugat dalam Rekonvensi

(Pemberi Pinjaman), Tergugat dalam Rekonvensi menjaminkan Peralatan

yang dibeli oleh Tergugat dalam Rekonvensi melalui lembaga jaminan

sebagaimana dituangkan dalam Akta Perjanjian Jaminan Fidusia Nomor 77

pada tanggal 30 Juli 2010 yang dibuat di hadapan Popie Savitri

Martosuhardjo Pharmanto, S.H., Notaris di Jakarta (bukti T-7);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 127: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 21 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

11. Bahwa Tergugat dalam Rekonvensi telah menerima seluruh uang Pinjaman

tersebut dari Penggugat dalam Rekonvensi dan berdasarkan Perjanjian

Pinjam Meminjam (Loan Agreement) tersebut (bukti T-1a), lahirlah kewajiban

Tergugatdalam Rekonvensi untuk melaksanakan pembayaran utang kepada

Penggugat dalam Rekonvensi sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam

Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement);

12. Bahwa sesuai dengan Pasal 2 juncto Pasal 3 juncto Pasal 4 Perjanjian

Pinjam Meminjam (Loan Agreement), Tergugat dalam Rekonvensi wajib

melakukan pembayaran kembali pinjaman dengan bunganya (“Angsuran”)

dengan cara mengangsur sebanyak 48 (empat puluh delapan) kali sebesar

US$179.550 (seratus tujuh puluh sembilan ribu lima ratus lima puluh Dolar

Amerika Serikat), pembayaran terakhir bunga sebesar US$ 1.500.000 (satu

juta lima ratus ribu Dolar Amerika Serikat) dan uang jaminan pemeliharan

sebesar US$ 31.250 (tiga puluh satu ribu dua ratus lima puluh Dolar Amerika

Serikat) setiap tanggal 11 (sebelas) bulan berikutnya sejak tanggal

dicairkannya Pinjaman kepada Tergugat dalam Rekonvensi;

13. Bahwa Tergugat dalam Rekonvensi tidak hanya terlambat memenuhi

kewajibannya sejak tagihan tanggal 30 November 2011 untuk pembayaran

bulan September 2011 (bukti T-6), namun sama sekali tidak memenuhi apa

yang telah dijanjikannya kepada Penggugat dalam Rekonvensi dalam

Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement);

14. Bahwa atas cidera janji Tergugat dalam Rekonvensi tersebut, Penggugat

dalam Rekonvensi telah berulang kali mengingatkan Tergugat dalam

Rekonvensi untuk memenuhi kewajibannya tersebut. Namun Tergugat

dalam Rekonvensi tidak pernah menunjukkan iktikad baik untuk

melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Pinjam Meminjam

(Loan Agreement) tersebut. Selanjutnya, Penggugat dalam Rekonvensi

melalui Kuasa Hukumnya mengirimkan Surat Peringatan (somasi) mengenai

cidera janji (wanprestasi) yang dilakukan Tergugat dalam Rekonvensi

kepada Penggugat dalam Rekonvensi, yaitu pada tanggal 10 Juli 2012 (bukti

T-5). Namun atas Surat Peringatan (somasi) tersebut, Tergugat dalam

Rekonvensi tidak memberikan jawaban sama sekali kepada Penggugat

dalam Rekonvensi;

Tindakan Tergugat dalam Rekonvensi tersebut merupakan kelalaian

menurut Pasal 11.1 Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) dengan

tidak memenuhi kewajiban-kewajiban Tergugat dalam Rekonvensi dalam

membayar angsuran sejak September 2011 sampai dengan dikirimnya surat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 128: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 22 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

peringatan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

Tergugat dalam Rekonvensi Telah Melakukan Cidera Janji (wanprestasi))

terhadap Penggugat dalam Rekonvensi Terkait dengan Perjanjian Pinjam

Meminjam (Loan Agreement) pada tanggal 30 Juli 2010

15. Bahwa seperti yang Penggugat dalam Rekonvensi jelaskan di atas, Tergugat

dalam Rekonvensi mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran

kembali utang pokok beserta bunga atas Pinjamannya kepada Penggugat

dalam Rekonvensi sesuai dengan Pasal 2 Perjanjian Pinjam Meminjam

(Loan Agreement) (bukti T-1a), yang mengatur sebagai berikut:

“ 2. REPAYMENT

1.1 Repayment of the Loan

Repayment of the Loan together with interest thereon will be made in

the following manner:

(a) In 48 equals monthly installments of US$179,550 (one hundred and

seventy nine thousands five hundred and fifty United States Dollars)

as described in Appendix 1 hereto, with the first such installment to

be paid on the date one month after the date of the deposit of the

Loan into the Borrower’s account as provided for in Section 1 above

and the remaining installments to follow thereafter accordingly; and

(b) A final balloon payment of interest in the amount of US$1,500,000

(one million five hundred thousand United States Dollars) payable on

the scheduled date of payment of the last Loan repayment

installment.

1.2 All payments to be made by the Borrower to the Lender in cash

hereunder shall be made by the Lender on the date owing into such

bank account as may be from time to time be designated in writing to

the Borrower by the Lender. If the Borrower fails to pay any amount

owing under this Agreement on the date due, the Borrower shall pay

default interest in US Dollars on such amount from the date of default

up to the date of actual receipt of all amounts owing to the Lender

hereunder at the rate of two percent (2%) per annum above the

interest rate otherwise applicable to such amounts.”

Yang dalam Terjemahan resminya (bukti T-1b):

“2. Pembayaran Kembali

2.1 Pembayaran kembali Pinjaman bersama dengan bunganya akan

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(a) Dalam 48 angsuran bulanan sebesar US$179,550 (seratus tujuh

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 129: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 23 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

puluh sembilan ribu lima ratus lima puluh Dolar Amerika Serikat)

seperti diuraikan dalam Lampiran 1 pada Perjanjian ini, dengan

angsuran pertama yang akan dibayarkan pada tanggal satu bulan

setelah tanggal setoran Pinjaman kedalam Rekening Peminjam

seperti yang ditentukan dalam Ayat 1 diatas dan angsuran-

angsuran sisanya menyusul sesudahnya; dan

(b) Pembayaran terakhir bunga sebesar US$1,500,000 (satu juta lima

ratus ribu Dolar Amerika Serikat) harus dibayar pada tanggal

pembayaran yang dijadwalkan dari angsuran pembayaran kembali

Pinjaman yang terakhir.”;

2.2 Semua pembayaran harus dilakukan oleh Peminjam kepada

Pemberi Pinjaman secara tunai menurut Perjanjian ini harus

dilakukan oleh Pemberi Pinjaman (catatan penerjemah:

seharusnya Peminjam) pada tanggal jumlah tersebut terhutang

kepada rekening bank yang dari waktu ke waktu diberitahukan

secara tertulis kepada Peminjam oleh Pemberi Pinjaman. Apabila

Peminjam lalai untuk membayar jumlah yang terhutang menurut

Perjanjian ini pada tanggal jatuh temponya, Peminjam harus

membayar bunga atas kelalaian dalam Dolar Amerika Serikat atas

jumlah tersebut sejak tanggal kelalaian sampai tanggal

penerimaan yang sebenarnya atas semua jumlah terhutang

kepada Pemberi Pinjaman menurut Perjanjian ini sebesar dua

persen (2%) per tahun diatas suku bunga yang berlaku pada

jumlah tersebut.”;

16. Bahwa berdasarkan Pasal 2 Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement),

Tergugat dalam Rekonvensi mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai

berikut yaitu: 1) membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya

(“angsuran”) setiap tanggal 11 dari bulan-bulan berikutnya sejak Pinjaman

diberikan, dan 2) apabila Tergugat dalam Rekonvensi lalai dalam membayar

angsuran, maka Tergugat dalam Rekonvensi bersedia untuk membayar

bunga sebesar 2% (dua persen) di atas suku bunga yang berlaku untuk

jumlah tersebut;

17. Bahwa selain Pembayaran atas Pinjaman Pokok beserta Bunga, Tergugat

dalam Rekonvensi mempunyai kewajiban untuk memastikan pemeliharaan

peralatan dengan benar. Untuk menjamin pelaksanaan kewajiban tersebut,

Tergugat dalam Rekonvensi telah sepakat untuk memberi uang jaminan

pemeliharaan sebesar US$ 31.250 (Tiga puluh satu ribu dua ratus lima puluh

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 130: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 24 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Dolar Amerika Serikat) sesuai dengan Pasal 4.1 Perjanjian Pinjam

Meminjam (Loan Agreement) (bukti T-1a). Untuk lebih jelasnya, Penggugat

dalam Rekonvensi mengutip kembali pasal tersebut sebagai berikut:

“ 4. REPAIR AND MAINTENANCE/MAINTENANCE DEPOSIT

4.1 The equipment will at all times be maintained by the borrower

in good working in accordance with its relevant operating and

maintenance manuals, and all required maintenance checks

and repairs shall be made and carried out on a timely basis.

For the purpose of assuring proper maintenance of the

Equipment the Borrower will pay to the Lender a separate

amount of US$ 31.250 (thirty one thousand two hundred fifty

United State Dollars) per month into an escrow monthly

payments into the Maintenance Deposit shall be made on the

same date as the monthly Loan repayment installments;”;

Yang dalam terjemahan resminya berbunyi (bukti T-1b):

“4. Uang Jaminan Pemeliharaan/Perbaikan Dan Pemeliharaan

4.1 Peralatan pada setiap waktu harus dijaga oleh Peminjam

dalam keadaan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan buku

petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan terkait, dan semua

pemeriksaan pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan

harus dilakukan dan dilaksanakan pada waktunya. Untuk

tujuan memastikan pemeliharaan peralatan yang benar

Peminjam wajib membayar kepada Pemberi Pinjaman jumlah

terpisah sebesar US$31.250 (tiga puluh satu ribu dua ratus

lima puluh Dolar Amerika Serikat) setiap bulan kedalam

rekening escrow yang diperuntukkan dan dikelola oleh Pemberi

Pinjaman (“Uang Jaminan Pemeliharaan”). Pembayaran-

pembayaran bulanan kedalam Uang Jaminan Pemeliharaan

akan diberikan pada tanggal yang sama seperti angsuran-

angsuran bulanan pembayaran kembali Pinjaman.”;

18. Bahwa berdasarkan bukti-bukti (bukti T-5) yang ada, faktanya Tergugat

dalam Rekonvensi selalu membayar lewat dari tanggal yang disepakati

bersama dalam Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement). Namun

Penggugat dalam Rekonvensi memberikan dispensasi atas keterlambatan

tersebut. Akan tetapi, ternyata Tergugat dalam Rekonvensi tidak menghargai

itikad baik Penggugat dalam Rekonvensi dan tidak melakukan pembayaran

sama sekali kepada Penggugat dalam Rekonvensi sejak 30 November 2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 131: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 25 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

(untuk pembayaran angsuran bulan September 2011);

19. Bahwa atas cidera janji Tergugat dalam Rekonvensi tersebut, Penggugat

telah memberikan surat peringatan (somasi) (bukti T-5) kepada Tergugat

dalam Rekonvensi pada tanggal 10 Juli 2012 dan menyatakan dengan tegas

kelalaian yang telah dilakukan Tergugat dalam Rekonvensi terhadap

Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) terhitung sejak 30 November

2011 (untuk pembayaran angsuran bulan September 2011);

20. Bahwa berdasarkan Pasal 11.1 Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan

Agreement) Tergugat dalam Rekonvensi nyata-nyata telah melakukan cidera

janji (wanprestasi) kepada Penggugat dalam Rekonvensi karena tidak

melaksanakan kewajiban pembayaran angsuran pinjaman sejak 30

November 2011 (untuk pembayaran angsuran bulan September 2011).

Untuk membuat jelas, Penggugat dalam Rekonvensi mengutip kembali isi

Pasal 11.1 Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) tersebut:

“11. EVENT OF DEFAULT

11.1 Any of the following events or occurrences shall constitue an

event of default (the “Event of Default” of the Borrower under

this Agreement:

(a) The Borrower fails to make timely payment to the Lender of

any payment or repayment required hereunder;”

Yang dalam terjemahan resminya (bukti T-1b) berbunyi sebagai berikut:

“11. KEADAAN LALAI

11.1 Setiap keadaan atau kejadian berikut ini akan merupakan

sebuah keadaan lalai (“Keadaan Lalai”) dari Peminjam

berdasarkan Perjanjian ini:

(a) Peminjam lalai untuk melakukan pembayaran tepat pada

waktunya kepada Pemberi Pinjaman atas suatu

pembayaran atau pembayaran kembali yang disyaratkan

menurut perjanjian ini”

21. Bahwa dengan tidak dipenuhinya kewajiban Tergugat dalam Rekonvensi

kepada Penggugat dalam Rekonvensi sebagaimana dijelaskan di atas,

maka Tergugat dalam Rekonvensi secara jelas dan nyata telah

melakukan perbuatan cidera janji (wanprestasi) kepada Penggugat dalam

Rekonvensi sebagaimana diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang

menyatakan:

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau

dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 132: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 26 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang

harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”

22. Bahwa berdasarkan uraian fakta-fakta di atas, maka Tergugat dalam

Rekonvensi nyata-nyata telah lalai memenuhi kewajibannya (wanprestasi)

kepada Penggugat dalam Rekonvensi dengan tidak memenuhi

kewajibannya untuk membayar angsuran pinjaman berikut bunga seperti

yang telah disepakati dalam Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement)

sejak tanggal 30 November 2011 (untuk pembayaran angsuran bulan

September 2011) sampai dengan Gugatan Rekonvensi ini diajukan;

Tindakan Tergugatdalam Rekonvensi telah menimbulkan Kerugian

bagiPenggugat dalam Rekonvensi;

23. Bahwa akibat perbuatan dari Tergugat dalam Rekonvensi yang telah lalai

memenuhi kewajibannya terhadap Penggugat dalam Rekonvensi, jelas

merupakan perbuatan cidera janji (wanprestasi) berdasarkan Pasal 1238

KUH Perdata yang akibatnya sangat merugikan Penggugat dalam

Rekonvensi, baik secara materiil maupun immateriil. Oleh karena itu,

Tergugat dalam Rekonvensi harus bertanggung jawab terhadap Penggugat

dalam Rekonvensi;

24. Bahwa atas kelalaian Tergugat dalam Rekonvensi tersebut, Penggugat telah

mengalami kerugian material sebesar US$ 8.083.154 (delapan juta delapan

puluh tiga ribu seratus lima puluh empat Dollar Amerika Serikat) dengan

rincian sebagai berikut:

Dalam US$

No Uraian Jumlah

1

Angsuran yang telah jatuh tempo Oktober

2011-Juni 2012 US$1.914.854

2

Angsuran yang harus dibayarkan selama

Juli 2012-Agustus 2014 US$ 4.668.300

3

Pembayaran terakhir bunga (Ballon

Payment) US$ 1.500.000

Total US$ 8.083.154

25. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim yang mulia pada Pengadilan

Negeri Jakarta Barat agar menghukum Tergugat dalam Rekonvensi untuk

membayar utangnya kepada Penggugat dalam Rekonvensi sebesar US$

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 133: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 27 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

8.083.154 (delapan juta delapan puluh tiga ribu seratus lima puluh empat

Dollar Amerika Serikat);

Permohonan Sita Jaminan

26. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat dalam Rekonvensi didasarkan pada

alas hukum yang kuat dan didukung oleh bukti-bukti sah yang menunjukkan

Tergugat dalam Rekonvensi telah melakukan perbuatan cidera janji

(wanprestasi) kepada Penggugat dalam Rekonvensi sebagaimana diatur

dalam Perjanjian Pinjam Meminjam serta Pasal 1238 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, sementara terdapat dugaan yang beralasan bahwa

Tergugat dalam Rekonvensi akan mengalihkan harta kekayaannya untuk

menjauhkan harta kekayaan dari Penggugat dalam Rekonvensi, maka kami

mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk meletakkan sita

jaminan (conservatoir beslag) atas barang-barang bergerak dan barang-

barang tidak bergerak Tergugat dalam Rekonvensi berdasarkan Pasal 227

ayat (1) HIR, sebagai berikut:

27. Barang tidak bergerak yaitu:

(i) Bangunan dan tanah yang berlokasi di Sentra Niaga Puri Indah

Blok T3/1, Kembangan Jakarta Barat; dan

(ii) Bangunan dan tanah yang berlokasi di Jl. Green Ville AS 43 RT

008 RW 14, Duri Kepa, Jakarta Utara;

b. Barang bergerak yaitu:

Mobil Toyota Kijang Innova tahun 2007 plat Nomor B 1879 PVA;

Penggugat dalam Rekonvensi juga mencadangkan haknya untuk

meminta sita jaminan terhadap harta kekayaan Tergugat dalam

Rekonvensi lainnya;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat dalam

Rekonvensi mohon supaya Pengadilan Negeri Jakarta Barat memberikan

putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat dalam Rekonvensi untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) tanggal 30 Juli

2010 antara Penggugat dalam Rekonvensi dan Tergugat dalam Rekonvensi

adalah merupakan perjanjian yang sah dan mengikat para pihak dengan

segala akibat hukumnya;

3. Menyatakan Jaminan Fidusia atas benda sebagaimana dinyatakan dalam

Akta Perjanjian Jaminan Fidusia atas benda Nomor 77 pada tanggal 30 Juli

2010 yang dibuat di hadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H.,

Notaris di Jakarta, yang merupakan perjanjian ikutan (accesoir) dari

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 134: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 28 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) sah dan mengikat para pihak

dengan segala akibat hukumnya;

4. Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat dalam Rekonvensi telah

melakukan cidera janji (wanprestasi) kepada Penggugat dalam Rekonvensi;

5. Menghukum Tergugat dalam Rekonvensi karena telah melakukan cidera

janji (wanprestasi) untuk membayar seluruh kewajiban berdasarkan

Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) sebesar US$ 8.083.154

(Delapan juta delapan puluh tiga ribu seratus lima puluh empat Dollar

Amerika Serikat) secara tunai, sekaligus, dan seketika ditambah dengan

bunga serta denda keterlambatan sesuai dengan Perjanjian Pinjam

Meminjam;

6. Menyatakan sah dan berharga atas sita jaminan (Conservatoir Beslag) atas

harta kekayaan berupa barang-barang bergerak dan barang-barang tidak

bergerak Tergugat dalam Rekonvensi;

7. Menyatakan putusan dalam Gugatan Rekonvensi ini dapat dijalankan

terlebih dahulu (uitvoerbaar bijvoorraad verklaard) walaupun ada bantahan,

perlawanan (verzet), banding dan kasasi;

8. Menghukum Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi untuk

membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara;

Atau apabila Majelis Hukum Pengadilan Negeri Jakarta Barat berpendapat lain,

mohon putusan yang seadil-adilnya (ex a quo et bono);

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Barat telah

memberikan Putusan Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar., tanggal 6 Maret 2014

dengan amar sebagai berikut:

Dalam Konvensi;

Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

Dalam Provisi:

- Menolak tuntutan Provisionil Penggugat;

Dalam Pokok Perkara;

- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

- Menyatakan bahwa Loan Agreement tertanggal 30 Juli 2010 yang dibuat

oleh dan antara Penggugat dengan Tergugat, batal demi hukum;

- Menyatakan, bahwa Akta Perjanjian Jaminan Fiducia atas Benda tertanggal

30 Juli 2010 Nomor 77 yang merupakan Perjanjian ikutan (accesoir) dari

Loan Agreement tanggal 30 Juli 2010, batal demi hukum;

- Memerintahkan kepada Penggugat untuk mengembalikan sisa uang dari

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 135: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 29 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

pinjaman yang belum diserahkan kembali kepada Tergugat sebesar US $

1.176.730,50 (satu juta seratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus tiga puluh,

lima puluh sen Dollar Amerika);

Dalam Rekonvensi;

- Menolak Gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi untuk

seluruhnya;

- Menghukum Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi untuk membayar

ongkos perkara sebesar Nihil;

Dalam Konvensi Dan Rekonvensi;

- Menghukum Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi membayar ongkos

perkara sebesar Rp 816.000,00 (delapan ratus enam belas ribu rupiah,);

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat

putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi

dengan Putusan Nomor 662/Pdt/2014/PT.DKI. Tanggal 4 Desember 2014;

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Tergugat/Pembanding pada tanggal 6 Februari 2015 kemudian terhadapnya

oleh Tergugat/Pembanding dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal 11 September 2013 diajukan permohonan kasasi pada

tanggal 20 Februari 2015 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi

Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan

Negeri Jakarta Barat, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang

memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

tersebut pada tanggal 4 Maret 2015;

Bahwa memori kasasi dari Pemohon Kasasi/Tergugat/Pembanding

tersebut telah diberitahukan kepada Termohon Kasasi/Penggugat/Terbanding

pada tanggal 11 Maret 2015;

Kemudian Termohon Kasasi/Penggugat/Terbanding mengajukan

tanggapan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat pada tanggal 24 Maret 2015;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh

karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Tergugat/Pembanding dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya

sebagai berikut:

1. Sebagaimana akan diuraikan dibawah ini, Putusan Judex Facti terbukti tidak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 136: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 30 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

sesuai secara mendasar dengan hukum dan kurang dalam pertimbangan

karena tidak mempertimbangkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi, sehingga dipandang sebagai suatu kelalaian dalam

beracara (vormverzum) berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

A. Dalam Eksepsi a. Majelis Hakim Judex Facti telah keliru dan salah menerapkan hukum

dengan telah memutus melampaui Petitum dalam Gugatan Termohon

Kasasi tanggal 30 Agustus 2012 (Ultra Petita);

b. Majelis Hakim Judex Facti telah salah dalam memberikan

pertimbangan hukum karena Termohon Kasasi telah melakukan

wanprestasi terlebih dahulu terhadap Pemohon Kasasi (Exceptio Non

Adimpleti Contractus);

c. Majelis Hakim Judex Facti telah mengabaikan asas Audi et Alteram

Partem sehingga telah tidak tepat dalam memberikan pertimbangan

hukum terkait dengan peristiwa wanprestasi) yang dilakukan oleh

Termohon Kasasi. Hal ini terbukti dengan tidak dipertimbangkannya

bukti-bukti yang telah sangat jelas membuktikan fakta yang

sesungguhnya yang telah disampaikan oleh Pemohon Kasasi kepada

Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat;

B. Dalam Konvensi

a. Persyaratan formal mengenai kewajiban penggunaan bahasa

Indonesia dalam perjanjian yang diatur dalam Pasal 31 ayat (1)

Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 bukan merupakan persoalan

perjanjian yang dilarang oleh undang-undang;

b. Putusan Judex Facti telah keliru dan salah menerapkan hukum

dengan menganggap persoalan penggunaan bahasa Inggris dalam

Perjanjian Pinjam Meminjam tanggal 30 Juli 2010 (“Loan Agreement”)

sebagai persoalan “sebab yang halal”, yang dilarang undang-undang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1320, Pasal 1335 dan

Pasal 1337 KUH Perdata padahal menurut hukum, persoalan sebab

atau kuasa yang halal adalah berkenaan dengan isi perjanjian, dan

tidak ada satu pun ketentuan dalam Loan Agreement yang dilarang

oleh undang-undang;

c. Sesuai dengan Loan Agreement, Termohon Kasasi telah menjamin

Pemohon Kasasi bahwa Loan Agreement adalah sah dan tidak

melanggar undang-undang dan/atau hukum yang berlaku, dan

dengan demikian pengajuan gugatan pembatalan Loan Agreement

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 137: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 31 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

yang tanpa dasar tersebut juga telah bertentangan dengan janjidan

pernyataan yang diberikan oleh Termohon Kasasi sendiri

(wanprestasi) sebagaimana tersebut di atas;

d. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 tidak memberikan sanksi apa

pun, apalagi sanksi kebatalan, bagi perjanjian yang hanya

menggunakan bahasa Inggris karena Pembuat Undang-undang

tersebut memang bermaksud untuk tidak membuat batal perjanjian

yang demikian;

e. Menurut hukum, persoalan tidak dipenuhinya syarat formal suatu

perjanjian akan membuat perjanjian yang bersangkutan menjadi batal

demi hukum hanya jika undang-undang yang bersangkutan

meletakkan kewajiban tersebut secara tegas dengan menetapkan

sanksi kebatalan atas kelalaian memenuhi kewajiban tersebut;

f. Pertimbangan-pertimbangan hukum Judex Facti telah keliru

menetapkan hukum dengan menganggap bahwa seolah-olah setiap

kewajiban yang ditetapkan dalam suatu undang-undang selalu harus

mempunyai sanksi, padahal tidak demikian keadaannya dan dalam

Ilmu Pengetahuan Hukum juga dikenal adanya norma hukum yang

tanpa sanksi hukum;

g. Hakim berwenang untuk menambah ketentuan yang ada dalam

undang-undang, akan tetapi semata-mata hanya dapat dilakukan

untuk menciptakan keadilan, dan bukan malahan menciptakan

ketidakadilan seperti yang terjadi dengan putusan Judex Facti dalam

perkara a quo;

h. Seandainya pun Loan Agreement tersebut batal (quod non), Putusan

Judex Facti telah mengabaikan asas keadilan dalam putusannya dan

keliru dalam menerapkan hukum dengan menyatakan kedua belah

pihak kembali ke keadaan semula dengan semata-mata

memerintahkan Termohon Kasasi mengembalikan sisa uang

pinjaman sebesar US$ 1.176.730,50 (satu juta seratus tujuh puluh

enam ribu tujuh ratus tiga puluh lima puluh sen Dollar Amerika

Serikat) kepada Pemohon Kasasi, karena dalam perkara a quo

Termohon Kasasi telah menerima, menikmati dan mengunakan serta

mendapatkan manfaat dari Pinjaman yang diberikan oleh Pemohon

Kasasi, sehingga sudah sepatutnya dan sesuai dengan hukum yang

berlaku serta keadilan, bunga yang telah dibayar oleh Termohon

Kasasi kepada Pemohon Kasasi merupakan pembayaran yang sah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 138: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 32 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

atas bunga, dan bunga yang masih belum dibayar atas jumlah pokok

pinjaman yang sampai dengan Memori Kasasi ini disampaikan

kepada Pengadilan belum dilakukan oleh Termohon Kasasi kepada

Pemohon Kasasi, merupakan bunga yang sah sampai dengan jumlah

pinjaman pokok tersebut yang masih terutang dibayar secara lunas

oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi;

i. Judex Facti telah tidak memberikan pertimbangan hukum yang cukup

dalam putusannya (onvoldoende gemotiveerd);

j. Judex Facti telah salah menerapkan hukum karena tidak

mempertimbangkan keberatan-keberatan yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi (audi et alteram partem);

k. Judex Facti telah salah menerapkan hukum dalam memberikan

pertimbangan bahwa seolah-olah yang berwenang untuk menentukan

penafsiran terhadap kata “wajib” dalam Pasal 31 ayat 1 UU Nomor 24

Tahun 2009 adalah Mahkamah Konstitusi; C. Dalam Rekonvensi

Majelis Hakim pada Judex Facti Telah Keliru dan Tidak Cermat

Menerapkan Hukum berdasarkan Fakta-Fakta Hukum yang Terungkap

dalam Persidangan bahwa Termohon Kasasi/semula Terbanding/

Tergugat dalam Rekonvensi Telah Melakukan Cidera Janji terhadap

Pemohon Kasasi/semula Pembanding/Penggugat dalam Rekonvensi.

Untuk lengkapnya, berikut adalah penjelasan lebih lanjut dalil-dalil

Pemohon Kasasi tersebut di atas:

A. Dalam Eksepsi

Ad.a. Judex Facti telah keliru dan salah menerapkan hukum dengan

telah memutus melampaui Petitum dalam Gugatan Termohon

Kasasi tanggal 30 Agustus 2012 (Ultra Petita);

2. Bahwa angka 4 petitum Gugatan Termohon Kasasi tanggal 30 Agustus 2012

yang didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

tanggal 30 Agustus 2012 sebagaimana dimuat dalam Putusan pada

halaman 15, berbunyi sebagai berikut:

“4. Memerintahkan kepada Penggugat untuk mengembalikan sisa uang dari

pinjaman yang belum diserahkan kembalikan kepada Tergugat sebesar

US$4,999,500 – US$ 2,819,769 = US$ 2,179,731 (dua juta seratus tujuh

puluh sembilan ribu tujuh ratus tiga puluh satu dollar Amerika Serikat)

secara mencicil sesuai kemampuan Penggugat;”

3. Bahwa pada bagian pertimbangan Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 139: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 33 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Jakarta Barat, yaitu pada halaman 97 alinea ke 3 angka 4, Majelis Hakim

pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat secara jelas merujuk pada petitum

Gugatan Termohon Kasasi, yang berbunyi sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa oleh karena sesuai petitum Penggugat pada angka 4

(empat) tersebut, maka diperintahkan kepada Penggugat untuk mengembalikan

sisa uang pinjaman Penggugat kepada Tergugat yang belum diserahkan

kepada Tergugat sejumlah US$ 1.176.730,50 (satu juta seratus tujuh puluh

enam ribu tujuh ratus tiga puluh lima puluh sen Dollar Amerika);”

4. Bahwa tanpa mengurangi dalil-dalil Pemohon Kasasi dalam Jawaban, Duplik

dan Kesimpulan Oleh Pemohon Kasasi yang pada intinya tetap merujuk

pada jumlah yang seharusnya dibayarkan oleh Termohon Kasasi sebesar

US$ 8.083.154 (delapan juta delapan puluh tiga ribu seratus lima puluh

empat Dollar Amerika Serikat) sesuai dengan Loan Agreement, Pemohon

Kasasi sangat keberatan terhadap Petitum dalam Gugatan Termohon Kasasi

yang intinya memohon agar dirinya sendiridihukum untuk mengembalikan

sisa pinjaman sebesar US$ 2.179.731 (dua juta seratus tujuh puluh sembilan

ribu tujuh ratus tiga puluh satu Dollar Amerika Serikat). Tampak sangat jelas

itikad buruk Termohon Kasasi yang mengingkari apa yang telah

disepakatinya dalam Loan Agreement;

5. Bahwa dengan keliru dan tanpa dasar Majelis Hakim pada Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dalam Putusannya Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar.

tanggal 6 Maret 2014 sebagaimana diuraikan di atas, justru memutus untuk

menghukum Termohon Kasasiuntuk membayar sejumlah nominal hanya

sebesar US$ 1.176.730,50 (satu juta seratus tujuh puluh enam ribu tujuh

ratus tiga puluh Dollar Amerika Serikat dan lima puluh sen), yang jauh lebih rendah daripada apa yang telah dituntut oleh Termohon Kasasi dalam Surat

Gugatannya, tanpa memperhatikan dalil-dalil atau bukti-bukti dari Pemohon

Kasasi (mengabaikan asas audi et alteram partem);

6. Bahwa Termohon Kasasi telah melakukan perubahan Petitum Gugatannya

tanpa persetujuan terlebih dulu dari Pemohon Kasasi. Hal mana

bertentangan dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku, termasuk

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan;

7. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Judex Facti telah secara

nyata memberikan putusan yang melebihi dari apa yang dimintakan oleh

Termohon Kasasi dalam petitumnya (Ultra Petita). Sesuai dengan Pasal 178

ayat (3) HIR, Hakim dilarang mengabulkan lebih daripada apa yang

diminta/digugat. Lihat pula pendapat Ny. Retnowulan Sutantio, S.H. (mantan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 140: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 34 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia) dan Iskandar

Oeripkartawinata, S.H., dalam bukunya “Hukum Acara Perdata dalam Teori

dan Praktek”, Cetakan X, Mandar Maju Bandung, 2005, halaman 112 yang

merujuk pula pada putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 29

K/Sip/1950 tanggal 24 Mei 1951 serta memberikan contoh-contoh dengan

menyatakan sebagai berikut:

“Apabila Penggugat lupa untuk, dalam petitum, menyebutkan, agar Tergugat

dihukum membayar biaya perkara, apabila ternyata Penggugat menang, tidak

diperkenankan, untuk menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.

Hal tersebut di atas telah tidak diminta oleh Penggugat dan karenanya

dilarang untuk dikabulkan. Apabila yang dituntut hanya berupa pembayaran

hutang pokok saja, tidaklah diperkenankan untuk menambah dengan

bunga.Dalam hal yang dimohonkan bunga menurut hukum, 6% (enam

persen) setahun, maka tidak dapat dikabulkan bunga yang diperjanjikan yang

besarnya adalah 5% (lima persen) sebulan. Oleh karena adanya ketentuan

ini, Penggugat harus berusaha menyusun petitum yang lengkap”;

Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim Mahkamah Agung

Republik Indonesia yang mulia membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI

Jakarta Nomor 662/PDT/2014 tanggal 4 Desember 2014 yang menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 450/Pdt.G/2012/PN

Jkt.Bar. tanggal 6 Maret 2014 beserta semua pertimbangan hukumnya;

8. Bahwa tanpa mengurangi dalil-dalil Pemohon Kasasi akan melanjutkan

keberatan-keberatannya terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar. tanggal 6 Maret 2014;

Ad.b Judex Facti telah salah dalam memberikan pertimbangan hukum

karena Termohon Kasasi telah melakukan wanprestasi terlebih dahulu terhadap Pemohon Kasasi (Exceptio Non Adimpleti

Contractus);

9. Bahwa Pemohon Kasasi keberatan dengan pertimbangan Judex Facti yang

menyatakan bahwa eksepsi Exceptio Non Adimpleti Contractus atau eksepsi

Termohon Kasasi kehilangan hak menggugat karena telah wanprestasi

terlebih dahulu adalah masuk pokok perkara yang tunduk pada hukum

pembuktian di persidangan. Lebih lengkapnya Pemohon Kasasi kutip

sebagai berikut (halaman 90 alinea terakhir – halaman 91 alinea 1 Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat):

“Menimbang, bahwa memperhatikan eksepsi pada poin b tersebut, dan

dihubungkan dengan gugatan Pengguga, Majelis Hakim berpendapat bahwa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 141: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 35 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

apa yang diuraikan dalam eksepsi tersebut adalah sudah merupakanbagian

dari pokok perkara, dan tidak dapat dikatakan sebagai eksepsi, oleh karena

kebenaran dari apa yang diuraikan dalam eksepsi tersebut masih harus

dibuktikan dalam acara pembuktian di persidangan.;”

10. Bahwa Judex Facti telah keliru dan salah memberikan pertimbangan hukum

dengan menganggap persoalan wanprestasi dari Termohon Kasasi telah

masuk pokok perkara yang memerlukan pembuktian lebih lanjut di

persidangan. Padahal dari Surat Gugatan Termohon Kasasi sendiri telah

jelas bahwa Termohon Kasasi mengakui secara tegas belum membayar

utang kepada Pemohon Kasasi sehingga persoalan wanprestasi tersebut

jelas sekali tidak memerlukan pembuktian lagi; 11. Bahwa Judex Facti telah keliru dan salah dengan tidak mempertimbangkan

syarat-syarat dan formalitas untuk mengajukan gugatan, karena Termohon

Kasasi tidakmemenuhi kualifikasi untuk mengajukan gugatan mengingat

Termohon Kasasi telah terlebih dahulu melakukan wanprestasi kepada

Pemohon Kasasi;

12. Bahwa dalil-dalil Pemohon Kasasi di atas telah sesuai dengan apa yang

pernah diputus oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam dalam

Putusan Nomor 995K/Sip/1975 tanggal 8 Agustus 1975 (bukti T-22) yang

menyatakan:

“bahwa Terbanding, semula Penggugat sebagai Debitur hanya sekedar

mempunyai kewajiban-kewajiban, ialah kewajiban untuk melunasi hutangnya

dan tidak mempunyai hak terhadap krediturnya, sedangkan bagi pengajuan

gugat haruslah ada sesuatu hak yang dilanggar oleh orang lain, untuk dapat

menarik yang bersangkutan sebagai tergugat dalam suatu proses peradilan;”

13. Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas dan juga sebagaimana termuat

dalam Putusan Judex Facti, sangat jelas fakta-fakta yang menunjukkan

bahwa peristiwa wanprestasi) terjadi lebih dahulu atau sebelum Termohon

Kasasi mengajukan gugatan perkara a quo. Namun demikian, fakta yang

terungkap dalam persidangan pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat

tersebut nyata-nyatatelah diabaikan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, sehingga mengakibatkan kesalahan dalam memberikan

pertimbangan. Kesalahan yang sama juga dilakukan oleh Pengadilan Tinggi

DKI Jakarta yang jelas-jelas sangat kurang pertimbangan hukumnya,

sebagaimana dinyatakan dalam halaman 4 alinea 3 Putusan Nomor

662/PDT/2014/PT DKI, yang menyatakan:

”Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding memeriksa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 142: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 36 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

dengan seksama berkas perkara yang bersangkutan yang terdiri dari berita

acara persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Barat, surat bukti dan surat-

surat lain yang berhubungan dengan perkara ini, dan salinan putusan akhir

Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 450/PDT.G/2012/PN Jkt.Bar.,

tanggal 4 Maret 2014, memori banding, kontra memori banding, maka

Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa pertimbangan hukum

Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam putusan perkara a quo sudah tepat

dan benar serta tidak bertentangan dengan hukum maka oleh Majelis Hakim

Tingkat Banding dapat disetujui dan diambil alih sebagai pertimbangan

sendiri dalam memutus perkara ini serta menjadi bagian dari dan telah

termasuk dalam putusan ini”;

14. Bahwa dalil-dalil Pemohon Kasasi mengenai eksepsi exceptio non adimpleti

contractus telah didukung oleh pendapat ahli,M. Yahya Harahap, S.H.,

dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata: Gugatan,

Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, Penerbit

Sinar Grafika, Cetakan Kedua, Jakarta, 2005, halaman 461(bukti T-2) yang

menyatakan: ”seseorang tidak berhak menggugat; apabila dia sendiri tidak

memenuhi apa yang menjadi kewajibannya dalam perjanjian.” (Huruf tebal

dari Pemohon Kasasi);

15. Bahwa sesuai dengan uraian-uraian Pemohon Kasasi di atas, pertimbangan

hukum dalam Judex Facti yang menyatakan eksepsi Pemohon Kasasi

tersebut (exceptio non adimpleti contractus) telah memasuki pokok perkara

yang tunduk pada hukum pembuktian di persidangan adalah salah. Oleh

karena itu, sudah sepatutnya Mahkamah Agung Republik Indonesia

menerima dalil-dalil Pemohon Kasasi dan membatalkan putusan Judex Facti

serta memutus sendiri menerima eksepsi exceptio non adimpleti

contractusyang diajukan oleh Pemohon Kasasi;

Ad.c. Judex Facti telah mengabaikan asas Audi et Alteram Partem

sehingga telah tidak tepat dalam memberikan pertimbangan hukum

terkait dengan peristiwa wanprestasi) yang dilakukan oleh Termohon

Kasasi. Hal ini terbukti dengan tidak dipertimbangkannya bukti-bukti

yang telah sangat jelas membuktikan fakta yang sesungguhnya yang

telah disampaikan oleh Pemohon Kasasi kepada Majelis Hakim pada

Pengadilan Negeri Jakarta Barat;

16. Bahwa fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan di Pengadilan Negeri

Jakarta Barat terkait dengan (i) pengakuan atas adanya hubungan

kontraktual, (ii) pengakuan atas kewajiban Termohon Kasasi sebesar US$

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 143: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 37 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

4.999.500 (empat juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima

ratus Dollar Amerika Serikat) berdasarkan Loan Agreement; (iii) somasi dari

Pemohon Kasasi; (iv) upaya untuk mengeksekusi Jaminan berdasarkan

Loan Agreement melalui Pengadilan Negeri Tenggarong; dan (v) Aanmaning

melalui Pengadilan Negeri Jakarta Barat agar Termohon Kasasi

melaksanakan pelunasan secara sukarela, tidak pernah dipertimbangkan

oleh Judex Facti;

17. Bahwa berdasarkan uraian-uraian Pemohon Kasasi di atas, sudah

sepatutnya gugatan Termohon Kasasi dinyatakan tidak dapat diterima oleh

Majelis Hakim yang mulia Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Berdasarkan dalil-dalil, bukti-bukti dan fakta-fakta yang telah diuraikan di

atas mengenai tidak berwenangnya Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk

memeriksa dan memberikan putusan dalam perkara perdata ini serta

eksepsi-eksepsi lainnya, maka Pemohon Kasasi memohon kepada Majelis

Hakim pada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang Mulia berkenan

untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

(1) Menyatakan gugatan Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi

tidak dapat diterima;

(2) Menghukum Termohon Kasasi untuk membayar segala ongkos dan

biaya perkara.

Namun, apabila Majelis Hakim pada Mahkamah Agung Republik Indonesia

yang Mulia berpendapat lain, maka tanpa mengurangi dalil-dalil Pemohon

Kasasi tersebut di atas, Pemohon Kasasi juga akan menyampaikan Memori

Kasasi dalam Pokok Perkara sebagaimana diuraikan di bawah ini.

B. Dalam Pokok Perkara

18. Bahwa Pemohon Kasasi mohon agar segala dalil yang telah diuraikan di

dalam Eksepsi tersebut di atas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

Memori Kasasi dalam Pokok Perkara ini; 19. Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan dengan Putusan Pengadilan

Tinggi Jakarta Nomor 662/PDT/2014/PT DKI yang menguatkan Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar.Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam pertimbangan-pertimbangan

hukumnya menyatakan (halaman 4 alinea 4-5):

“Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim tingkat banding mencermati

keberatan Pembanding semula Tergugat tersebut dihubungkan dengan

pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat Pertama, menurut pendapat

Majelis Hakim tingkat Banding dari materi keberatan Pembanding semula

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 144: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 38 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi tersebut pada

prinsipnya tidak terdapat hal-hal yang dapat membatalkan putusan banding

Majelis Hakim Tingkat Pertama karena telah dipertimbangkan dengan benar

oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama, sehingga Majelis Hakim Tingkat

Banding berpendapat bahwa putusan perkara a quo secara substansi sudah

tepat dan benar serta beralasan menurut hukum, maka oleh Majelis Hakim

Tingkat Banding disetujui dan diambil alih sebagai pertimbangan sendiri

dalam memutus perkara ini dalam tingkat banding serta menjadi bagian dari

dan telah termasuk dalam putusan ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 450/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar

tanggal 6 Maret 2014, yang dimohonkan pemeriksaan dalam tingkat banding

tersebut haruslah dikuatkan”;

20. Bahwa pada pokoknya putusan Judex Facti memuat pertimbangan-

pertimbangan hukum berikut:

1. Sesuai ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, salah satu syarat sahnya

perjanjian adalah adanya sebab yang halal (halaman 92 alinea 4

Putusan);

2. Sesuai ketentuan Pasal 1335 KUH Perdata, suatu perjanjian yang telah

dibuat karena suatu sebab yang terlarang tidak mempunyai kekuatan

hukum (halaman 94 alinea 1 Putusan);

3. Sesuai ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata, suatu sebab adalah

terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan

dengan kesusilaan yang baik atau ketertiban umum (halaman94 alinea 1

Putusan);

4. Loan Agreement tanggal 30 Juli 2010 antara Pemohon Kasasi dan

Termohon Kasasi dibuat dalam satu bahasa, yakni bahasa Inggris tanpa

bahasa Indonesia (halaman 94 alinea 2 Putusan);

5. Pasal 31 UU Nomor 24 Tahun 2009 menyatakan:

“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau

perjanjian yang melibatkan Negara, instansi Pemerintah Republik

Indonesia, Lembaga Swasta Indonesia atau perseorangan Warga

Negara Indonesia.”

(halaman 94 alinea 3 Putusan)

6. Perjanjian yang tidak menggunakan bahasa Indonesia bertentangan

dengan undang-undang, yang dalam hal ini UU Nomor 24 Tahun 2009

tersebut (halaman 94 alinea 4 Putusan);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 145: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 39 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

7. Surat Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH.UM.01.01.35 tanggal 28

Desember 2009 tidak dapat menghilangkan atau mengesampingkan

ketentuan dalam undang-undang oleh karena Surat Menteri tidak

termasuk dalam tata urutan peraturan perundang-undangan (halaman 95

alinea 2 Putusan);

8. Tidak dibuatnya Loan Agreement dalam bahasa Indonesia adalah

bertentangan dengan undang-undang, dalam hal ini UU Nomor 24 Tahun

2009 sehingga merupakan perjanjian yang terlarang karena dibuat

dengan sebab yang dilarang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1335

juncto Pasal 1337 KUH Perdata (halaman95 alinea 3 Putusan);

9. Oleh karena Loan Agreement tersebut tidak memenuhi salah satu syarat

esensial dari syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 1320 KUH Perdata, Loan Agreement adalah batal demi

hukum. Akta Perjanjian Jaminan Fudusia atas Benda yang merupakan

perjanjian ikutan (accesoir) dari Loan Agreement tersebut juga harus dinyatakan batal demi hukum (halaman 95 alinea 4 Putusan);

10. Karena itu diperintahkan kepada Pemohon Kasasi untuk mengembalikan

sisa uang Pinjaman yang belum diserahkan kembali kepada Termohon

Kasasi sebesar USD 3.999.500 dikurangi USD 2.822.769,50 sama

dengan USD 1.176.730,50 (halaman 96 alinea 3Putusan);

21. Bahwa tanpa mengurangi dalil-dalil Pemohon Kasasi tersebut di atas,

sebagaimana yang akan kami uraikan di bawah ini, sangat jelas bahwa

putusan Judex Facti tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang dan

telah menciptakan suatu keresahan di dalam masyarakat karena

mengabaikan prinsip kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan

(Zweckmassigheit), dan keadilan (Gerechtigheit). Lihat pendapat dan uraian-

uraian Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. dalam bukunya “Mengenal

Hukum Suatu Pengantar”, Edisi IV, Cetakan III, Liberty, Yogyakarta, 2002,

halaman 145, yang menyatakan:

“Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan

hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan

sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul

keresahan dalam masyarakat.”;

Lihat pula pendapat dan uraian-uraian Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.

dalam bukunya “Penemuan Hukum”, Cetakan V, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, halaman 52, yang menyatakan:

“... suatu putusan hakim tidak akan berisi atau meliputi lebih dari apa yang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 146: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 40 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

terdapat dalam undang-undang yang berhubungan dengan peristiwa

konkrit”;

22. Bahwa disamping itu Prof. Dr. H. Bagir Manan, S.H., MCL.dalam tulisannya

yang berjudul Hakim dan Prospek Hukum dalam buku “Perkembangan Hukum Di Indonesia Tinjauan Retrospeksi dan Prospektif Dalam Rangka 70

tahun Prof. Dr. Mieke Komar, S.H., MCL”, Cetakan I, PT Remaja

Rosdakarya bekerjasama dengan Bagian Hukum Internasional Fakultas

Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, 2012, halaman 149, yang

menyatakan:

“Ketika seorang hakim membuat putusan yang tidak memuaskan, tidak

selalu karena terlalu legalistik atau dogmatik. Putusan hakim tidak

memuaskan justru dapat terjadi karena tidak menerapkan hukum

sebagaimana mestinya.Hal ini dapat terjadi dengan kesengajaan, kelalaian,

memudah-mudahkan persoalan, atau karena pengetahuan hakim yang tidak

memadai”;

23. Berdasarkan hal tersebut di atas, sudah sepatutnya Mahkamah Agung

Republik Indonesia yang Mulia membatalkan Putusan Judex Facti dan

menolak Gugatan Termohon Kasasi atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak

dapat diterima.Tanpa mengurangi dalil-dalil Pemohon Kasasi yang diuraikan

di atas, Pemohon Kasasi juga akan menguraikan alasan-alasan permohonan

kasasi lebih lanjut di bawah ini;

Ad. a. Persyaratan Formal Mengenai Kewajiban Penggunaan Bahasa

Indonesia dalam Perjanjian yang Diatur dalam Pasal 31 Ayat (1)

Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 Bukan Merupakan

Persoalan Perjanjian yang Dilarang oleh Undang-undang

24. Bahwa Pasal 1335 dan Pasal 1337 KUH Perdata, sebagaimana dikutip pula

dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat (halaman 94 alinea 1),

menyatakan:

“ Menimbang, bahwa Pasal 1335 KUH Perdata menentukan sebagai berikut:

Suatu Perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sebab yang

palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan;

Sedangkan ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata menentukan sebagai

berikut: “Suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang undang

atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik, atau ketertiban umum”;

25. Bahwa dari ketentuan-ketentuan Pasal 1335 dan Pasal 1337 KUH Perdata,

dapat dilihat dengan jelas bahwa kewajiban penggunaan bahasa Indonesia

dalam perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 147: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 41 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Undang Nomor 24 Tahun 2009 bukan merupakan persoalan mengenai

sebab yang dilarang. Bahkan Pasal 31 ayat (2) Undang Undang Nomor 24

Tahun 2009 menyatakan bahwa dalam hal perjanjian dibuat dengan pihak

asing, perjanjian tersebut juga ditulis bahasa asing yang bersangkutan atau

bahasa Inggris. Jadi bagaimana mungkin penggunaan bahasa Inggris

semata-mata dalam perjanjian membuat perjanjian tersebut menjadi batal

demi hukum?;

26. Bahwa seandainya putusan Judex Facti dapat dibenarkan (quod non),

dengan analisis yang sama, perjanjian yang semata-mata dibuat dalam

bahasa daerah juga menjadi batal demi hukum. Padahal Pasal 32 Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan:

“(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam

memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya;

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai

kekayaan budaya nasional”;

27. Bahwa yang dimaksud dengan sebab yang dilarang oleh Undang-undang

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1335 dan Pasal 1337 KUH

Perdata adalah perjanjian yang isinya dilarang oleh undang-undang. Lihat

uraian-uraian Pemohon Kasasi lebih lanjut mengenai hal ini di bawah;

Ad.b. Putusan Judex Facti Telah Secara Keliru Menerapkan Hukum

dengan Menganggap Persoalan Penggunaan Bahasa Inggris

dalam Loan Agreement sebagai Persoalan “Sebab Yang Halal”,

yang Dilarang Undang-undang, sebagaimana yang Dimaksud

dalam Pasal 1320, Pasal 1335 dan Pasal 1337 KUH Perdata;

Padahal Menurut Hukum, Persoalan Sebab atau Causa yang

Halal Adalah Berkenaan dengan Isi Perjanjian, dan Tidak Ada

Satu pun Ketentuan dalam Loan Agreement yang Dilarang oleh

undang-undang;

28. Bahwa Judex Facti salah dalam memberikan pertimbangan hukum sehingga

menyebabkan kesalahan yang fatal dalam menerapkan hukum, karena

Judex Facti tidak menganalisa secara lebih dalam mengenai pengertian

“causa yang halal”. Hal yang sama terjadi pula pada tingkat Banding dimana

Judex Facti mengabaikan argumentasi-argumentasi hukum dari Pemohon

Kasasi yang didukung oleh pendapat-pendapat para ahli hukum sehubungan

dengan pengertian“causa yang halal”;

29. Bahwa dalam pertimbangannya Judex Facti (lihat halaman 95 alinea 3-4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 148: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 42 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat) menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa oleh karena Loan Agreement yang ditandatangani oleh

Penggugat dan Tergugat tertanggal 30 Juli 2010 tersebut dibuat setelah

tanggal diundangkannya UU Nomor 24 tahun 2009 tanggal 9 Juli 2009,

maka dengan tidak dibuatnya Perjanjian/Loan Agrement itu merupakan

perjanjian terlarang karena dibuat berdasarkan sebab yang terlarang (vide

Pasal 1335 KUHPerdata junctoPasal 1337 KUHPerdata);

Menimbang, bahwa dengan tidak terpenuhinya salah satu syarat essensial

dari syarat sahnya suatu perjanjian, sebagaimana ditentukan dalam

ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, maka dengan demikian Perjanjian/Loan

[A]greement tertanggal 30 Juli 2010 yang telah ditanda tangani oleh

Penggugat dan Tergugat adalah Batal Demi Hukum;”

30. Bahwa menurut hukum causa yang halal adalah berkenaan dengan isi

perjanjian (artinya mengenai substansi perjanjian), dan bukan berkenaan

dengan persoalan syarat formal (formalitas perjanjian) seperti penggunaan

bahasa. Lihat antara lain:

a. Pendapat dan uraian-uraian Prof. Subekti, S.H. (mantan Ketua

Mahkamah Agung RI) dalam bukunya “Hukum Perjanjian”, Cetakan XXI,

PT Intermasa, Jakarta, 2005, halaman 19-20, yang menyatakan:

“Akhirnya oleh Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

tersebut di atas, ditetapkan sebagai syarat keempat untuk suatu

perjanjian yang sah adanya suatu sebab yang halal. Dengan sebab

(bahasa Belanda oorzaak, bahasa latincausa) ini dimaksudkan tiada lain

dari pada isi perjanjian. Dengan segera harus dihilangkan suatu

kemungkinan salah sangka, bahwa sebab itu adalah sesuatu yang

menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang termaksud. Bukan itu

yang dimaksudkan oleh Undang-undang dengan sebab yang halal itu.

Sesuatu yang menyebabkan seorang membuat suatu perjanjian atau

dorongan jiwa untuk membuat suatu perjanjian pada asasnya tidak

diperdulikan oleh Undang-undang. Hukum pada asasnya tidak

menghiraukan apa yang berada dalam gagasan seseorang atau apa

yang dicita-citakan seorang. Yang diperhatikan oleh hukum atau undang-

undang hanyalah tindakan orang-orang dalam masyarakat. Misalnya,

saya membeli rumah karena saya mempunyai simpanan uang dan saya

takut kalau-kalau dalam waktu singkat akan ada suatu tindakan moneter

pemerintah atau nilai uang akan terus menurun. Atau menjual mobil

saya, karena harga alat-alat mobil sudah sangat mahal. Gagasan, cita-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 149: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 43 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

cita, perhitungan yang menjadi dorongan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tadi bagi undang-undang tidak penting;

Jadi, yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian

adalah isi perjanjian itu sendiri. Dalam suatu perjanjian jual beli isinya

adalah: Pihak yang satu menghendaki uang. Dalam perjanjian sewa-

menyewa: Satu pihak mengingini kenikmatan sesuatu barang, pihak yang

lain menghendaki uang. Dengan demikian, kalau seseorang membeli

pisau di toko dengan maksud untuk membunuh orang dengan pisau tadi,

jual beli pisau tersebut mempunyai suatu sebab atau causa yang halal,

seperti jual beli barang-barang lain. Lain halnya, apabila soal membunuh

itu dimasukkan dalam perjanjian, misalnya: Si penjual hanya bersedia

menjual pisaunya, kalau si pembeli membunuh orang. Isi perjanjian ini

menjadi sesuatu yang terlarang”;

b. Pendapat dan uraian-uraian Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. (mantan

Ketua Mahkamah Agung RI) dalam bukunya “Azas-azas Hukum

Perjanjian”, Cetakan ke-IX, Mandar Maju, Bandung, 2011, halaman 37-

38, yang menyatakan:

“Dalam pandangan saya, causa dalam Hukum Perjanjian adalah isi dan

tujuan suatu persetujuan, yang menyebabkan adanya persetujuan itu.

Pertama-tama harus dikemukakan, bahwa causa berlainan daripada

“motief”, alasan pendorong untuk sesuatu. Alasan pendorong ini berada

dalam batin seorang, maka dalam alam Hukum tidak berarti sebagai

hakekat. Seperti diketahui, hukum mengatur tingkah laku orang-orang

dalam masyarakat. Soal kebatinan menginjak lapangan keagamaan dan

kesusilaan, yang pada hakekatnya agak lain dari pada lapangan Hukum.

Bahwa selalu ada saling mempengaruhi diantara dua lapangan tersebut,

adalah betul, akan tetapi ini adalah perkara lain;

Dengan suatu penentuan arti kata dari causa, yang saya kemukakan di

atas, agaknya mudah dapat dimengerti, bahwa tidak mungkin ada suatu

persetujuan yang tidak mempunyai causa, oleh karena causa sebetulnya

isi dari persetujuan, dan tiap-tiap persetujuan tentu mempunyai isi,

bagaimanapun sedikit atau kecilnya. Suatu persetujuan bukanlah suatu

tempat yang diisi, melainkan berupa isi itu sendiri;

Kalau misalnya seorang A berjanji akan memberi uang kepada B, dengan

tidak disebutkan untuk apa pemberian uang itu, maka mungkin ada

setengah orang yang menamakan perjanjian itu tidak mempunyai causa.

Akan tetapi sebetulnya yang dimaksudkan oleh orang itu, bukan lah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 150: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 44 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

causa, melainkan “motief”.alasan pendorong, yang saya sebutkan diatas;

dan alasan pendorong itu pada hakekatnya tidak perlu dipedulikan, oleh

karena pada hakekatnya tidak masuk lapangan Hukum. Dan dalam hal

ini causanya tak lain tak bukan ialah janji Si A untuk memberikan uang

kepada B. Sebetulnya “motief” tentunya ada, kecuali kalau A adalah

orang gila. Dan motel ini tidak perlu diketahui. Barangkali motief ini ialah

keinginan belaka dari si A untuk melihat si B senang setelah menerima

uang itu;

Dalam Pasal 1320 ke-4 B.W. yang rnenyebutkan causa yang

diperbolehkan (geoorloofde corzaak) sebagai salah satu syarat dari suatu

persetujuan, titik berat berada pada perkataan “geoorloofde”

(diperbolehkan), tidak pada perkataan “oorzaak (causa). Maka pasal

tersebut berarti, bahwa untuk sahnya suatu persetujuan causanya harus

diperbolehkan.Dan sebagai penjelasan dapat dianggap Pasal 1337 B.W.

yang mengatakan, bahwa causa adalah tidak diperbolehkan, apabila

dilarang oleh undang-undang atau apabila bertentangan dengan

kesusilaan atau dengan ketertiban umum;

Suatu larangan dalam undang-undang yang selayaknya merupakan

halangan untuk membuat suatu persetujuan yang bersifat melanggar

larangan itu. Misalnya seorang berjanji akan membunuh orang lain atau

akan mencuri barang-barang milik orang lain. Dua-duanya perbuatan ini

dilarang dengan ancaman hukuman pidana dalam Pasal 338 dan Pasal

362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (K.U.H.P.): Maka larangan

causa seperti ini adalah terang layaknya dan mudah tampaknya”;

c. Mantan Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bidang

Yudisial, Mariana Sutadi yang menyatakan dalam diskusi bertajuk

“Pembatalan Kontrak Berbahasa Asing” yang diadakan oleh Hukum

online pada Rabu, 16 Desember 2012, bahwa kata ”causa” atau kausa

secara letterlijk diartikan sebagai sebab. Namun, menurut Beliau dilihat

dari riwayatnya, kata ”causa” berarti tujuan perjanjian yang dikehendaki

para pihak. Dengan demikian menunjuk pada materi perjanjian. Materi

perjanjian adalah isi perjanjian, karenanya bukan berkenaan dengan

penggunaan bahasa. Menurut mantan Hakim Agung Mariana Sutadi,

kausa yang tidak halal itu harus merujuk pada hal yang dilarang undang-

undang atau apabila bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban

umum. Rujukan itu ditentukan dalam Pasal 1337 KUH Perdata. Menurut

mantan Hakim Agung Mariana Sutadi, dalam konteks perjanjian

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 151: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 45 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

berbahasa asing, syarat tersebut tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk

melakukan pembatalan terhadap perjanjian tersebut;

31. Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas, jelas sekali bahwa persoalan

apakah suatu perjanjian telah memenuhi syarat sebab atau causa yang halal

atau apakah mengandung sebab yang dilarang oleh undang-undang

sebagaimana yang masing-masing diatur dalam Pasal 1320 dan Pasal 1335

KUH Perdata, bergantung pada isi atau ketentuan-ketentuan yang tercantum

dalam perjanjian yang bersangkutan;

32. Bahwa sebagaimana telah Pemohon Kasasi uraikan dalam Jawabannya

tanggal 9 Desember 2013, Dupliknya tanggal 20 Januari 2014 dan

Kesimpulannya tanggal 20 Februari 2014, tidak ada satupun ketentuan atau

isi dari Loan Agreement yang dilarang oleh undang-undang. Loan

Agreement memuat syarat dan ketentuan yang berkaitan dengan pinjam

meminjam uang yang akan dipergunakan untuk membeli Peralatan, dan

perjanjian yang demikian tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak

bertentangan dengan kesusilaan maupun ketertiban umum. Oleh karena itu,

seharusnya Loan Agreement merupakan perjanjian yang sah dan mengikat

antara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi. Demikian juga Akta

Perjanjian Jaminan Fidusia atas Benda sebagai perjanjian ikutannya,

seharusnya merupakan pula perjanjian yang sah dan mengikat antara

Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi;

33. Bahwa sebagaimana yang telah diuraikan oleh Pemohon Kasasi di atas,

menurut Hukum Perjanjian yang berlaku di Indonesia, yang dimaksud

dengan sebab yang halal sebagai persyaratan sahnya suatu perjanjian

menurut Pasal 1320 KUH Perdata adalah mengenai isi perjanjian itu sendiri,

apakah isi perjanjian tersebut dilarang oleh undang-undang atau

bertentangan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum, bukan

mengenai permasalahan persyaratan formalsuatu perjanjian;

34. Bahwa ketentuan UU Nomor 24 Tahun 2009 (sebagaimana didefinisikan di

bawah ini), tidak bermaksud untuk membuat batal suatu perjanjian karena

semata-mata menggunakan bahasa Inggris tanpa disertai dengan versi

bahasa Indonesianya;

35. Bahwa penggunaan bahasa Inggris dalam suatu perjanjian bilateral yang

melibatkan pihak asing tidak dilarang berdasarkan Pasal 31 ayat (2) UU

Nomor 24 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa perjanjian yang melibatkan

pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau

bahasa Inggris. Penjelasan UU Nomor 24 Tahun 2009, ketentuan Pasal 31

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 152: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 46 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

ayat (2) dijelaskan lebih lanjut, yaitu bahwa dalam perjanjian bilateral,

naskah perjanjian ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa nasional negara

lain tersebut, dan/atau bahasa Inggris, dan semua naskah itu sama aslinya.

Penggunaan kata “dan/atau” pada ketentuan ini, khususnya pada kata

“atau”, berdasarkan analisa secara gramatikal menegaskan kehendak

pembuat undang-undang bahwa sesungguhnya suatu perjanjian bilateral

yang melibatkan pihak asing dapat dibuat dalam bahasa Inggris (dan bahwa

naskah perjanjian bilateral dalam bahasa asing atau Inggris tersebut adalah

sama aslinya);

36. Bahwa kehendak pembuat undang-undang untuk tidak membuat batal suatu

perjanjian yang dibuat hanya dalam bahasa asingatau Inggris telah

ditegaskan pula dalam undang-undang yang dibuat setelah berlakunya UU

Nomor 24 Tahun 2009, yaitu UU Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (“UU

2 Tahun 2014”). UU Nomor 2 Tahun 2014 tersebut tidak memberikan sanksi

batal bagi suatu perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris dalam

bahasa asing (termasuk bahasa Inggris). Pasal 43 ayat (3) UU Nomor 2

Tahun 2014 menyatakan:

“Jika para pihak menghendaki Akta dapat dibuat dalam bahasa asing”;

Ad. c. Sesuai dengan Loan Agreement, Termohon Kasasi Telah

Menjamin Pemohon Kasasi bahwa Loan Agreement Adalah Sah

dan Tidak Melanggar Undang-undang dan/atau Hukum yang

Berlaku; dan dengan demikian Pengajuan Gugatan Pembatalan

Loan Agreement yang Tanpa Dasar Tersebut juga Telah

Bertentangan dengan Janji Termohon Kasasi Sendiri

(wanprestasi));

37. Bahwa disamping itu, berdasarkan ketentuan Pasal 8 huruf (b) dan huruf (d)

Loan Agreement, Termohon Kasasi telah secara tegas menyatakan

memberikan pernyataan dan jaminan (representations and warranties)

kepada Pemohon Kasasi, antara lain, bahwa kewajiban-kewajibannya

kepada Pemohon Kasasi berdasarkan Loan Agreement tersebut adalah sah

dan tidak melanggar undang-undang dan/atau hukum yang berlaku. Berikut

adalah ketentuan Pasal 8 huruf (b) dan huruf (d) Loan Agreement

selengkapnya, yaitu:

“8. REPRESENTATION AND WARRANTIES

The Borrower has represents and warrants to Lender that: …

(b) The Borrower (i) is not in violation of its Articles of Association, (ii) is not

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 153: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 47 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

in default in any material respect which such would affect the

performance by the Borrower of its obligations under this Agreement, and

no event has occurred which, with notice or lapse of time or both, would

constitute such a default in the due performance or observance of any

term, covenant or condition contained in any other agreement, contract or

instrument to which it is a party or by which it is bound or to which any of

its property or assets is subject, (iii) has not violated in any material

respect any law, ordinance, governmental rule, regulation or court decree

to which it or its property may be subject, and (iv) has not failed to obtain

and maintain in full force and effect any material license, permit,

certificate or other approval or authorization necessary to the conduct of

its business. …

(d) The execution, delivery and performance of this Agreement by the

Borrower will not conflict with or result in a breach or violation of any of

the terms or provisions of, or constitute a default under any agreement,

contract or instrument to which the Borrower is a party or by which the

Borrower is bound or to which any of the property or assets of the

Borrower is subject, nor will such actions result in any violation of the

provisions of Articles of Association of the Borrower or any statute or any

order, rule or regulation of any court or governmental agency or body

having jurisdiction over the Borrower and no consent, approval,

authorization or order of, or filing or registration with, any such court or

governmental agency or body is required for the execution, delivery and

performance of this Agreement by the Borrower. …”

Sesuai dengan Terjemahan dari Penerjemah Tersumpah:

“8. Pernyataan Dan Jaminan

Peminjam menyatakan dan menjamin kepada Pemberi Pinjaman

bahwa:

(b) Peminjam (i) tidak melanggar Anggaran Dasarnya, (ii) tidak lalai

dalam hal penting yang akan dapat mempengaruhi pelaksanaan

oleh Peminjam atas kewajiban-kewajibannya berdasarkan

Perjanjian ini, dan tidak ada kejadian yang terjadi yang, dengan

pemberitahuan atau lewatnya waktu atau keduanya, akan

merupakan kelalaian tersebut dalam pelaksanaan atau kepatuhan

memenuhi setiap persyaratan, janji atau ketentuan yang termuat

dalam perjanjian lainnya, kontrak atau instrumen dalam mana dia

adalah pihak atau oleh mana dia terikat atau pada mana suatu milik

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 154: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 48 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

atau assetnya terkait, (iii) tidak melanggar suatu hal penting dan

hukum, ordonansi, aturan pemerintah, peraturan atau keputusan

pengadilan pada mana dia atau miliknya terkait, dan (iv) tidak lalai

untuk memperoleh dan menjaga sepenuhnya keberlakuan lisensi,

perijinan, pernyataan yang penting atau persetujuan atau wewenang

lainnya yang diperlukan untuk melakukan usahanya;

(d) Penandatanganan, penyerahan dan pelaksanaan Perjanjian ini oleh

Peminjam tidak bertentangan dengan atau mengakibatkan

pelanggaran atau pelanggaran atas syarat-syarat atau ketentuan-

ketentuan dari, atau merupakan sebuah kelalaian berdasarkan

suatu perjanjian, kontrak atau instrumen pada mana Peminjam

adalah pihak atau oleh mana Peminjam terikat atau pada mana

suatu milik atau aset Peminjam terkait, ataupun tindakan-tindakan

demikian tidak akan mengakibatkan suatu pelanggaran dan

ketentuan-ketentuan dan Anggaran Dasar Peminjam atau suatu

undang-undang atau perintah, aturan atau peraturan dari suatu

pengadilan atau badan pemerintahan atau badan yang mempunyai

kewenangan hukum atas Peminjam dan tidak ada ijin, persetujuan,

wewenang atau perintah dari, atau pengajuan tuntutan atau

pendaftaran pada sebuah pengadilan atau badan pemerintahan

atau badan yang diperlukan untuk penandatanganan, penyerahan

dan pelaksanaan Perjanjian ini oleh Peminjam;

Dengan demikian, Gugatan Termohon Kasasi telah diajukan dengan

melanggar janjinya sendiri (wanprestasi) dan tidak dilandasi dengan

iktikad baik;

Oleh karena itu, sudah sepatutnya serta sesuai dengan hukum dan

undang-undang yang berlaku apabila Majelis Hakim Mahkamah Agung

Republik Indonesia menerima dan mengabulkan permohonan kasasi

Pemohon Kasasi dan mengadili sendiri serta menolak gugatan Termohon

Kasasi atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Termohon Kasasi

tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

Ad.d. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tidak Memberikan

Sanksi Kebatalan bagi Perjanjian yang Hanya Menggunakan

Bahasa Inggris karena Pembuat Undang-undang Tersebut

Memang Bermaksud untuk Tidak Membuat Batal Perjanjian

yang Demikian;

38. Bahwa Judex Facti tidak tepat dalam memberikan pertimbangan hukum

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 155: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 49 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

mengenai sanksi kebatalan dalam Undang Undang Nomor 24 tahun 2009

berikut kaitannya dengan Peraturan Presiden dan Surat Menteri Hukum dan

HAM (lihat Putusan Nomor 450/Pdt.G.2012/PN Jkt.Bar. halaman 94 alinea 3-

6 dan halaman 95 alinea 1-2), yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa ketentuan pasal 31 ayat (1) UU Nomor 24 tahun 2009

tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan yang

diundangkan pada tanggal 9 Juli 2009 menyebutkan sebagai berikut:

“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau

perjanjian yang melibatkan Negara, Instansi Pemerintah Republik Indonesia,

Lembaga Swasta Indonesia atau Perseorangan Warga Negara Indonesia;

Menimbang, bahwa oleh karena Undang Undang Nomor 24 tahun 2009

tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan tersebut

diundangkan pada tanggal 9 Juli 2009, sehingga dengan demikian kekuatan

mengikat berlakunya undang undang tersebut ada sejak tanggal

diundangkan, dan oleh karena itu setiap kesepahaman atau Perjanjian yang

melibatkan Negara, Instansi Pemerintah Republik Indonesia, Lembaga

Swasta Indonesia atau Perseorangan Warga Negara Indonesia yang dibuat

sesudah tanggal diundangkannya UU Nomor 24 tahun 2009 tersebut yang

tidak menggunakan Bah[a]sa Indonesia adalah bertentangan dengan UU.

Nomor 24 tahun 2009;

Menimbang, bahwa mengenai dalil sangkalan Tergugat yang menyatakan

bahwa mendasarkan pada Pasal 40 UU Nomor 24 tahun 2009, maka

undang-undang tersebut pelaksanaanya pada Pasal 40 UU Nomor 24 tahun

2009, maka undang-undnag tersebut pelaksanaannya masih menunggu

Peraturan Presiden;

Menimbang, bahwa hal tersebut tidaklah dapat menghapuskan ketentuan

dalam undang- undang Nomor 24 tahun 2009 tersebut yang mewajibkan

setiap kesepahaman atau Perjanjian yang melibatkan Negara, Instansi

Pemerintah Republik Indonesia, lembaga Swasta Indonesia dan

Perseorangan Warga Negara Indonesia Wajib menggunakan Bahasa

Indonesia, karena suatu Peraturan Peresiden mempunyai kedudukan yang

lebih rendah dari Undang Undang, dan ketentuan dalam Peraturan Presiden

tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang ada diatasnya;

Menimbang, bahwa demikian pula dengan surat Menteri Hukum dan HAM

R.I. Nomor M.HH.UM.01.01.35 tanggal 28 Desember 2009, yang dijadikan

dasar dan alasan Tergugat (bukti T-13) yang pada intinya menyatakan

bahwa penggunaan bahasa inggris pada perjanjian tidak melanggar syarat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 156: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 50 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

formil, tidak dapat menghilangkan atau mengesampingkan ketentuan dalam

undang undang, oleh karena surat Menteri tidak termasuk dalam tata urutan

perundang-undangan”;

39. Bahwa sudah jelas Surat Menteri Hukum dan HAM bukan merupakan suatu

peraturan perundang-undangan, akan tetapi Menteri Hukum dan HAM

adalah pihak yang mewakili pemerintah RI dalam pembahasan Rancangan

Undang-undang tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu

Kebangsaan. Berdasarkan Pasal 14 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun

2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan

Tata Kerja Departemen Sebagaimana Telah Diubah dengan Keputusan

Presiden Nomor 45 Tahun 2002, tugas dan kewenangan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia adalah melakukan pembinaan hukum dan peraturan

perundangan-undangan nasional. Lihat pula website resmi Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yakni

www.kemenkumham.go.id, yang menyatakan bahwa tugas Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia adalah menyeleggarakan urusan di bidang hukum

dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden

dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara dan fungsi Menteri tersebut

adalah perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum

dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI adalah pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi di bawah

Presiden RI, sebagai perpanjangan tangan dari Presiden RI terkait dengan

hal-hal mengenai Hukum dan HAM, sehingga interpretasi dan pendapat

Menteri Hukum dan HAM RI sudah sepatutnyalah dijadikan dihargai dan

dijadikan acuan atau rujukan mengenai posisi Pemerintah RI berkenaan

dengan persoalan tersebut serta sudah seharusnya penjelasan Menteri

Hukum dan HAM tersebut berfungsi sebagai penafsiran sejarah pembuatan

undang-undang sehingga dapat membantu hakim dan pengadilan-

pengadilan dalam menerapkan undang-undang secara tepat;

40. Bahwa sebagaimana akan kami uraikan di bawah ini, tidak semua ketentuan

dalam undang-undang memiliki sanksi. Bilamana suatu undang-undang

memang bermaksud untuk memberikan sanksi kebatalan, maka sanksi

tersebut akan secara tegas diatur didalamnya;

41. Bahwa penggunaan Bahasa Inggris semata-mata dalam suatu perjanjian

tidak menyebabkan perjanjian tersebut batal, karena tidak ada satupun

ketentuan yang menyatakan hal tersebut mengakibatkan suatu perjanjian

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 157: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 51 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

menjadi batal demi hukum;

42. Bahwa pernyataan tersebut didukung dan ditegaskan pula dengan

dikeluarkannya UU Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Pada

intinya, Pasal 43 ayat (3) UU Nomor 2 Tahun 2014 menyatakan bahwa suatu

akta dapat dibuat dalam bahasa asing. Pasal 43 ayat (3) tersebut

selengkapnya menyatakan:

“(3) Jika para pihak menghendaki, Akta dapat dibuat dalam bahasa asing”;

43. Bahwa meskipun UU Nomor 2 Tahun 2014 ini belum berlaku pada saat

penandatangan Loan Agreement, namun UU Nomor 2 Tahun 2014 ini

menunjukkan maksud yang konsisten dari pembuat undang-undang

berkenaan dengan penggunaan bahasa asing, bahwa penggunaan bahasa

asing dalam suatu perjanjian dalam bentuk akta notaris diperkenankan, dan

tidak berakibat perjanjian yang terkandung di dalamnya menjadi serta merta

batal demi hukum;

44. Bahwa pembuat UU Nomor 24 Tahun 2009 memang tidak bermaksud untuk

memberikan sanksi kebatalan bagi perjanjian yang hanya menggunakan

bahasa Inggris. Judex Facti telah mengabaikan secara tanpa dasar

argumentasi hukum yang didukung dengan bukti-bukti berikut yang telah

Pemohon Kasasisampaikan dalam persidangan:

a. Surat resmi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

M.HH.UM.01.01-35 tanggal 28 Desember 2009 Perihal Permohonan

klarifikasi atas implikasi dan pelaksanaan Undang Undang Nomor 24

Tahun 2009 (bukti T-13) yang membuktikan bahwa Pemerintah RI

sendiri dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia sebagai bagian dari pembuat Undang-undang telah

menyatakan bahwa penggunaan bahasa asing dalam Perjanjian

bukanlah tindakan yang mengakibatkan Perjanjian batal demi hukum;

b. Pendapat Legal Drafter atau Pembuat undang-undang yaitu Dewan

Perwakilan Rakyat (”DPR”) seperti yang disampaikan oleh Lukman

Hakim, anggota Komisi X DPR, dalam artikel di Hukumonline, ”Kontrak

Non Berbahasa Indonesia Tak Batal Demi Hukum ” dalam Seminar

”Implikasi Hukum Kewajiban Kontrak Berbahasa Indonesia dalam Dunia

Usaha” yang diselenggarakan oleh Hukumonline tanggal 8 Oktober

2009, yang diunduh dari website www.hukumonline.com pada tanggal 8

Maret 2013, pukul 15.00 WIB (bukti T-14), yang menyatakan sebagai

berikut:

“Anggota Komisi X DPR, Lukman Hakim mengakui Penyusunan pasal

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 158: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 52 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

itu bersifat politis. Hanya untuk mendorong penggunaan bahasa

Indonesia dan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa

Persatuan. “Makanya tidak ada sanksi”... Lukman menerangkan kata

“wajib” dalam Pasal 31 lebih bersifat anjuran...”;

c. bukti Dokumen Proses Pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU)

Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,

serta Lagu Kebangsaan yang dilakukan sejak tahun 2007 hingga tahun

2009 (bukti T-32) menunjukkan bahwa pembuat Undang Undang Nomor 24

tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu

Kebangsaan, dalam hal ini Pemerintah dan DPR, memang tidak pernah

membahas atau bermaksud untuk memberikan larangan dan sanksi

(termasuk sanksi kebatalan perjanjian) bagi perjanjian yang tidak

menggunakanbahasa Indonesia. Dengan demikian, bukti ini membuktikan

bahwa sejak mulai dibahas pada tahun 2007 hingga diundangkan pada

tahun 2009, tidak ada satupun pembahasan dan pengaturan mengenai

larangan atau sanksikebatalan bagi perjanjian yang tidak menggunakan

bahasa Indonesia dalam UU Nomor 24 Tahun 2009;

Ad.e. Menurut Hukum, Persoalan Tidak Dipenuhinya Syarat Formal

Suatu Perjanjian Akan Membuat Perjanjian yang Bersangkutan

Menjadi Batal Demi Hukum Hanya Jika Undang-undang yang

Bersangkutan Meletakkan Kewajiban Tersebut Secara Tegas

dengan Menetapkan Sanksi Kebatalan atas Kelalaian

Memenuhi Kewajiban tersebut;

45. Bahwa Judex Facti salah dalam memberikan pertimbangan hukum sehingga

menyebabkan kesalahan yang fatal dalam menerapkan hukum, karena tidak

dipenuhinya syarat formal suatu perjanjian akan membuat perjanjian yang

bersangkutan menjadi batal demi hukum hanya jika undang-undang yang

bersangkutan meletakkan kewajiban tersebut secara tegas dengan

menetapkan sanksi kebatalan atas kelalaian memenuhi kewajiban tersebut;

46. Bahwa menurut hukum, persoalan tidak dipenuhinya syarat formal suatu

perjanjian akan membuat perjanjian yang bersangkutan menjadi batal demi

hukum hanya jika undang-undang yang bersangkutan yang meletakkan

kewajiban tersebut secara tegas menetapkan sanksi kebatalan atas

kelalaian memenuhi kewajiban tersebut. Lihat pendapat Elly Erawati dan

Herlien Budiono, ”Penjelasan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian”, National

Legal Reform Program, Jakarta, 2010, halaman 10 (bukti T-21) yang

menyatakan:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 159: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 53 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

“Untuk mengetahui ketentuan manakah dalam peraturan perundang-

undangan yang bersifat memaksa sehingga tidak boleh disimpangi para

pihak, perlu diperhatikan apakah rumusan ketentuan itu menyebut secara

eksplisit akibat hukum bila apa yang diatur dalam perundang-undangan itu

dilanggar”;

47. Bahwa memang terdapat beberapa undang-undang yang secara jelas dan

eksplisit menetapkan sanksi kebatalan bagi perjanjian yang tidak memenuhi

persyaratan yang disebutkan dalam undang-undang yang bersangkutan.

Akan tetapi, tidak ada satu pun undang-undang yang memberikan sanksi

kebatalan atas perjanjian yang semata-mata menggunakan bahasa asing

(bahasa Inggris). Berikut ini beberapa undang-undang di antaranya:

a. Pasal 33 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal:

”(1) Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang

melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas

dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang

menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas

untuk dan atas nama orang lain;

(2) Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing

membuat perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal

demi hukum”;

b. Pasal 124 ayat (3) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:

”Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), maka ketentuan yang bertentangan tersebut batal demi hukum dan

yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.”

c. Pasal 18 ayat (3) UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen:

”Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada

dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum” ;

d. Pasal 9 ayat (4) UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa:

“Perjanjian tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana dimaksud dalam

ayat (3) batal demi hukum”;

48. Bahwa Pemohon Kasasiakan memberikan pula contoh undang-undang yang

meletakkan kewajiban formal dan ketentuan sanksinya. Hal tersebut dapat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 160: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 54 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

dilihat antara lain dalam Pasal 57 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan. Pasal 57 ayat (1) Undang Undang Nomor 13

Tahun 2003 menetapkan persyaratan formal perjanjian kerja waktu tertentu

dengan menyatakan:

“Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus

menggunakan bahasa Indonesia dan huruf Latin.”

Selanjutnya, Pasal 57 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003

memberikan sanksi jika persyaratan formal tersebut tidak terpenuhi dengan

menyatakan:

“Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sebagai

perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.”

Dalam Undang-undang ketenagakerjaan tersebut bahkan tidak ada pula

sanksi mengenai penggunaan bahasa asing dalam perjanjian kerja;

49. Bahwa dari uraian-uraian Pemohon Kasasi di atas, dapat dilihat bahwa

undang-undang tidak selalu menetapkan sanksi kebatalan bagi perjanjian

yang tidak memenuhi kewajiban formal yang ditetapkan dalam undang-

undang yang bersangkutan.

Ad. f. Pertimbangan-pertimbangan Hukum Judex Facti Telah Keliru

Menerapkan Hukum dengan Menganggap Bahwa Seolah-olah

Setiap Kewajiban yang Ditetapkan dalam Suatu Undang-undang

Selalu Harus Mempunyai Sanksi; Padahal Tidak Demikian

Keadaannya dan dalam Ilmu Pengetahuan Hukum Juga Dikenal

Adanya Norma Hukum yang Tanpa Sanksi Hukum;

50. Bahwa Judex Facti salah dalam memberikan pertimbangan hukum sehingga

menyebabkan kesalahan yang fatal dalam menerapkan hukum, dengan

menciptakan hukum yang tidak adil dan menganggap bahwa semua

kewajiban yang ditetapkan dalam suatu Undang-undang selalu mempunyai

sanksi, karena dalam kenyataannya serta telah diakui pula oleh Ilmu

Pengetahuan Hukum tidak setiap norma hukum dalam undang-undang

disertai dengan sanksi;

51. Bahwa Hakim tidak dapat menciptakan sanksi kecuali dalam hal terdapat

perkosaan terhadap keadilan (untuk menciptakan keadilan). Dalam perkara

a quo, Putusan Judex Facti malah sebaliknya telah menciptakan sanksi

secara tanpa dasar dan yang secara jelas telah menimbulkan ketidakadilan

yang luar biasa;

52. Bahwa dalil Pemohon Kasasi tersebut di atas didukung pula oleh pendapat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 161: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 55 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

para ahli hukum sebagaimana telah Pemohon Kasasi sampaikan kepada

Judex Facti, yaitu antara lain:

a. Pendapat Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H, Mengenal Hukum Suatu

Pengantar, hal 23-24 dan halaman 25 alinea 2, Cahaya Atma Pustaka,

Yogyakarta, 2010, yang menyatakan (bukti T-17):

“Tidak setiap kaidah hukum disertai dengan sanksi. Kaidah hukum tanpa

sanksi ini disebut lex imperfecta. Ketentuan yang tercantum dalam Pasal

298 BW misalnya, yaitu bahwa seorang anak berapa pun umurnya wajib

menghormati dan menyegani orang tuanya, merupakan lex imperfect.

Ketentuan ini tidak ada sanksinya;

Tidak semua pelanggaran kaidah dapat dipaksakan sanksinya. Beberapa

kewajiban tidak dapat dituntut pemenuhannya menurut hukum secara

paksa. Ini terjadi, misalnya, dengan kewajiban yang berhubungan dengan

apa yang dinamakan perikatan alamiah (obligation naturalis, natuurlijke

verbintenis), suatu perikatan yang tidak ada akibat hukumnya. Jadi, ada

perikatan yang mempunyai akibat hukum, yang disebut perikatan perdata

(obligation civilis), yang apabila tidak dipenuhi dapat diajukan ke

pengadilan; da nada perikatan yang tidak mempunyai akibat hukum atau

disebut juga perikatan alamiah. Adapun yang dimaksudkan dengan

perikatan pada umumnya adalah hubungan hukum dalam hukum harta

kekayaan yang menimbulkan hak bagi pihak yang satu asas suatu

prestasi dari pihak yang lain, sedangkan pihak yang lain wajib melakukan

prestasi untuk pihak satunya. Jadi, perikatan alamiah adalah perikatan

yang boleh dikatakan tidak sempurna, yang tidak dapat dipaksakan

pelaksanaannya menurut hukum.Ini terjadi, misalnya, pada kewajiban

yang timbul dari perjanjian mengenai permainan dan pertaruhan, yang

lebih dikenal dengan perjudian;

Sekalipun pada umumnya kaidah hukum itu disertai sanksi, namun tidak

terhadap semua pelanggaran kaidah hukum dikenakan sanksi”;

b. Pendapat Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn, dalam bukunya “Pengantar

Ilmu Hukum,” (terjemahan Sadino Utarid), Cetakan ke-24, Pradnya

Paramita, Jakarta, 1990, halaman 33 dan 34 yang menyatakan (bukti T-

18):

“Ada peraturan-peraturan, yang umum diakui sebagai peraturan-

peraturan hukum, akan tetapi tidak dapat dipertahankan oleh paksaan

pemerintah.Paksaan yang teratur adalah sesuatu sifat dari hukum pada

umumnya, dari tertib hukum, tetapi bukan sifat dari tiap-tiap peraturan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 162: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 56 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

hukum.Sebagian dari peraturan hukum tidak mempunyai sifat-sifat

demikian, karena ada juga keadaan-keadaan yang mempersukar

dipertahankannya oleh paksaan yang teratur, tidak memungkinkannya

atau tidak dikehendakinya;

Dengan demikian maka patutlah kita menolak ajaran, bahwa hakekat

hukum terletak dalam sanctie yang dijalankan bilamana hukum tidak

diikuti. Ajaran tersebut selanjutnya bertentangan dengan dirinya sendiri,

karena ia mencari hal-hal yang essensiil dari kaidah hukum dalam

sanctie, dalam ancaman, yang dibubuhkan pada kaidah (atau lebih baik:

yang biasanya dibubuhkan). Jika itu benar, maka perintah yang diberikan

oleh sekawan penyamun dengan ancaman harus dipandang juga

sebagai kaidah hukum, dengan perkataan lain hukum dan kekerasan

akan menjadi identik;

Ajaran yang kita tentang itu antara lain dibela oleh J.M. Péritch, Quelques

observations sur le problemé des sources du Droit et la fonction de la loi,

dalam Sources du Droit II hal. 227 dst. Ia menulis (hal. 230): “L’essence

du droit consiste dans sa fonction, dans son exécution, c est-à-dire dans

sa sanction”;

Lihat selanjutnya, bab V;

Pembentuk undang-undang Belanda misalnya, tidak menghendaki

diadakan paksaan hukum pada utang yang berasal dari judi atau

pertaruhan.Ia mengakui utang-utang tersebut, dan tidak mengizinkan

penagihan kembali jika utang telah dibayar dengan sukarela, akan tetapi

ia tidak memberikan tuntutan untuk membayar kepada pemenang (Pasal

1825 B.W.). Hal sedemikian itu kita sebut “natuurlijke verbintenis”;

c. Pendapat Fernando Manullang (Pengajar Fakultas Hukum Universitas

Indonesia) dalam artikel Hukum online “Bahasa Hukum yang Mulai

Kehilangan Roh,” Kamis, 8 Oktober 2009, (bukti T-19) yang mengatakan

kata “wajib” tidak identik dengan sanksi. Menurutnya, jika suatu hukum

tidak mengandung sanksi maka hukum itu disebut tidak sempurna.

Dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tidak terdapat sanksi sehingga tidak

sempurna dan tidak dapat diimplementasikan dan dijadikan dasar untuk

menjadi syarat batal demi hukum suatu perjanjian;

53. Bahwa di samping itu, Dr. E. Utrecht, S.H. dalam bukunya “Pengantar Dalam

Hukum Indonesia”, Cetakan ke-9, 1996, halaman 23 alinea 1-3 memberikan

pula contoh-contoh norma hukum yang tidak mempunyai sanksi dengan

menyatakan sebagai berikut (ejaan masih seperti dalam teks aslinya):

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 163: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 57 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

“Tetapi kadang-kadang atas pelanggaran hukumpun tidak ada sanksinja.

Beberapa tjontoh:

Menurut Pasal 106 ajat 2 K.U.H Perdata, isteri wajib hidup bersana dengan

suaminja dan mengikutnja ke tempat kediamannja di mana-manapun

djuga.Tetapi kalau isteri tidak mau bertindak demikian maka pemerintah

tidak dapat memaksanja. Atas pelanggaran kaidah hukum ini tidak ada

sanksi (hukum)-nja. Tetapi mungkin ada sanksi sosial lain;

Menurut Pasal 34 K.U.H. Perdata, seorang perempuan belum boleh kawin

lagi selama 300 hari setelah pertjeraiannja dari suami pertama, belum liwat.

Apabila perempuan tidak mengindahkan waktu (idah) itu, maka pemerintah

tidak dapat memaksanja harus menunggu dulu”;

54. Bahwa berkaitan dengan kewajiban penggunaan bahasa Indonesia dalam

perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU Nomor 24 Tahun 2009,

banyak sarjana hukum lain yang berpendapat penggunaan bahasa Inggris

semata-mata dalam suatu perjanjian tidak mengakibatkan perjanjian tersebut

batal demi hukum.Hal ini dapat dilihat antara lain dari:

a. Pendapat Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M, Ph.D., Guru Besar Ilmu

Hukum Universitas Indonesia, yang menegaskan bahwa Penggunaan

bahasa asing dalam Perjanjian tidak serta merta membuat Perjanjian

batal demi hukum, dalam makalahnya yang berjudul “Kewajiban

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kontrak Bisnis Internasional”

dalam Seminar ”Implikasi Hukum Kewajiban Kontrak Berbahasa

Indonesia dalam Dunia Usaha” yang diselenggarakan oleh Hukum online

pada tanggal 8 Oktober 2009, halaman 6-7, yang menyatakan sebagai

berikut (bukti T-15):

“...Pertama, kata wajib dalam Pasal 31 tidak serta merta membatalkan

kontrak yang tidak menggunakan bahasa Indonesia atau melakukannya

dua bahasa. Wajib di sini harus diterjemahkan sebagai keharusan untuk

menggunakan bahasa Indonesia tanpa konsekuensi batalnya kontrak bila

belum atau tidak bahasa Indonesianya;

Dalam konteks ini Pengadilan sebagai pihak yang dimintai permohonan

dan harus memutus bila menerima permohonan untuk membatalkan

kontrak atas dasar kontrak tidak menggunakan bahasa Indonesia. Di

Indonesia, kerap bila salah satu pihak tidak dapat memenuhi prestasi

terhadap pihak lain, atau sebagai upaya untuk tidak mengakui putusan

arbitrase maka dilakukan upaya pembatalan atas kontrak yang dibuat;

Bila kontrak dibatalkan oleh Pengadilan maka konsekuensinya adalah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 164: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 58 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

kontrak dianggap tidak pernah ada. Tentu ini merupakan celah yang bisa

digunakan oleh pengacara. Sikap hakim harus jelas yaitu tidak akan

membatalkan kontrak atas dasar tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Keberatan atas kewajiban menggunakan Bahasa Indonesia tentu sama

sekali tidak berarti tidak bangga terhadap penggunaan bahasa Indonesia.

Keberatan lebih karena kewajiban penggunaan bahasa Indonesia akan

menimbulkan komplikasi dari segi hukum;

Untuk sementara waktu ada sejumlah solusi agar tidak memunculkan

ketidakpastian hukum. Inti dari solusi yang ditawarkan adalah kewajiban

penggunaan bahasa Indonesia bukan merupakan Kaedah Memaksa

yang dapat membatalkan kontrak;

Dalam kontrak terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia tidak ada

pihak yang lemah yang harus dilindungi layaknya UU Perlindungan

Konsumen atau UU Ketenagakerjaan.”

(Sebagaimana telah diuraikan oleh Pemohon Kasasi di atas, bahkan

dalam Undang-undang Ketenagakerjaan tidak ada sanksi mengenai

penggunaan bahasa asing dalam perjanjian kerja);

b. Frisca Cristi, “Akibat Hukum Berbahasa Indonesia terhadap Perjanjian

Berdasarkan Pasal 31 UU Nomor 24 tahun 2009,” Tesis pada Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2010, halaman 58-59, yang menyatakan

(bukti T-16):

“Sudah menjadi pengetahuan hukum yang umum bahwa jika syarat

objektif perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak dipenuhi

berakibat perjanjian tersebut Batal Demi Hukum. Hal ini sudah ditentukan

oleh KUHPerdata sendiri dalam Pasal 1335 yang berbunyi: Suatu

perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu causa

yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”;

Pengertian Causa bukanlah sebab seperti dalam pengertian Hukum

Pidana. Causa dalam hukum perjanjian adalah ini dari perjanjian.

Bandingkan dengan Pendapat Prof. Wirjono Prodjodikuro dan Prof.

Subekti. Hal ini dikarenakan apa yang menjadi motif atau alasan

seseorang untuk membuat perjanjian tidak diperhatikan oleh undang-

undang. Pada kenyataannya yang berwenang untuk menguji apakah isi

dari suatu perjanjian tidak bertentangan dengan undang-undang,

ketertiban umum dan kesusilaan adalah hakim;

Jadi yang dilarang oleh Pasal 1320 KUHPerdata adalah jika isi perjanjian

yang dibuat bertentangan dengan undang-undang tertentu. Dengan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 165: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 59 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

demikian jika suatu perjanjian, yang memenuhi ketentuan dalam Pasal 31

Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009, kemudian tidak dibuat dalam

Bahasa Indonesia tidak otomatis melanggar syarat sahnya perjanjian

kecuali jika isinya bertentangan dengan undang-undang tertentu yang

berlaku pada waktu tertentu, misalnya isi perjanjiannya adalah

melakukan aborsi dimana jelas-jelas aborsi dilarang oleh Kitab Undang-

undang Hukum Pidana;

Jadi kesimpulannya pelanggaran Pasal 31 Undang Undang Nomor 24

Tahun 2009 tidak melanggar syarat objektif sahnya suatu perjanjian,

yaitu causa yang halal, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320

KUHPerdata”;

55. Bahwa dari kutipan koran Kontan, tanggal 20 Juli 2013 dengan judul

“Bencana Beleid Bahasa” yang ditulis oleh Bobby R. Manalu, Alumni

Fakultas Hukum dan Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, dinyatakan

(bukti T-20):

“Terlepas dari pengajuan gugatan merupakan hak setiap orang, tidak dapat

dipungkiri bahwa badan peradilan Indonesia masih dinilai tak reliable karena

masih peka dengan aroma mafia pengadilan. Sudah menjadi rahasia umum

bahwa pengadilan sering dimanfaatkan oleh Debitor nakal melegitimasi

perbuatannya (vexatious proceedings). Untuk mengemplang pinjaman,

modus yang sering dipakai debitur nakal adalah meminjam tangan

pengadilan meminta pembatalan perjanjian tersebut bertentangan dengan

undang-undang (void ab initio atau rechtswegenieteg)… Tanpa beleid ini

saja, praktik pembatalan perjanjian telah marak terjadi. Debitur nakal

bertindak seolah-olah tidak mengerti isi perjanjian, sehingga merasa ditipu

oleh Kreditor, padahal faktanya debitur berstatus badan hukum yang berkala

nasional yang dalam proses negosiasi diwakili oleh penasihat hukum. Beleid

ini menambah amunisi bagi Debitor nakal untuk mencari keuntungan pribadi

dengan membahayakan kepentingan ekonomi nasional. Padahal sudah

lama diingatkan bahwa putusan pengadilan sangat mempengaruhi

perkembangan dan perbaikan ekonomi sebab putusan badan peradilan yang

tidak reliable itu berhubungan erat dengan kepercayaan publik (Himawan,

2003), khususnya para Investor”;

56. Bahwa berdasarkan sorotan media di atas, banyak Debitor nakal semata-

mata mencari keuntungan pribadi yang tidak dapat dibenarkan. Seandainya

tindakan Debitor yang demikian, seperti Termohon Kasasi, dibenarkan oleh

Pengadilan, hal tersebut dapat membahayakan kepentingan Investor dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 166: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 60 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

memperburuk iklim investasi di Indonesia yang pada gilirannya dapat

merugikan masyarakat secara keseluruhan khususnya para pengusaha

Indonesia yang beriktikad baik. Mereka akan menanggung biaya yang

teramat besar/mahal terkait dengan pembuatan terjemahan resmi atas

setiap perjanjian yang dibuatnya dengan pihak asing (meskipun kita ketahui

bahwa untuk hal ini Pemerintah pun belum pasti dengan belum

dikeluarkannya peraturan pelaksana terhadap UU Nomor 24 Tahun 2009

sampai dengan saat ini);

57. Bahwa berdasarkan uraian-uraian Pemohon Kasasi di atas, terbukti secara

jelas bahwa Loan Agreement merupakan perjanjian yang sah dengan segala

akibat hukumnya. Sebagai akibatnya, Akta Perjanjian Jaminan Fidusia

Nomor 77 tanggal 30 Juli 2010 yang merupakan perjanjian ikutannya, juga

merupakan perjanjian yang sah dengan segala akibat hukumnya;

58. Bahwa berdasarkan segala hal yang telah Pemohon Kasasi uraikan di atas,

jelas dan terbukti bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum serta Putusan

Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum dan undang-undang yang

berlaku;

59. Bahwa Putusan Judex Facti juga sangat tidak mencerminkan rasa keadilan

terhadap Pemohon Kasasi di mana faktanya Termohon Kasasi telah mencari

alasan-alasan belaka dan tidak berdasar bahkan seolah-olah tidak mengerti

Loan Agreement yang telah disepakati dengan Pemohon Kasasi. Bahkan

faktanya Termohon Kasasi telah terlebih dahulu wanprestasi. Hal tersebut

jelas sangat merugikan Pemohon Kasasi;

Ad.g. Hakim Berwenang untuk Menambah Ketentuan Undang-undang

akan tetapi Hanya Dapat Dilakukan untuk Menciptakan Keadilan;

dalam Perkara A Quo justru Sebaliknya, Putusan Judex Facti

Telah Menciptakan Ketidakadilan yang Sangat Nyata;

60. Sesuai dengan hukum yang berlaku dan telah menjadi Yurisprudensi, dan

telah diakui dalam doktrin dan ilmu hukum di Indonesia, Hakim dan

Pengadilan, mempunyai wewenang untuk menafsirkan ketentuan atau pasal

suatu undang-undang, termasuk untuk menambah atau mengurangi

ketentuan atau pasal suatu undang-undang jika memang sungguh-sungguh

diperlukan dalam rangka penegakan hukum yang adil dan semestinya. Hal

ini dapat dibuktikan dari uraian-uraian Pemohon Kasasi berikut ini.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Prof. R. Subekti, S.H. dalam

tulisannya mengenai “Peranan Mahkamah Agung dalam Pembinaan Hukum

Nasional” yang dimuat dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Hukum

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 167: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 61 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Nasional”, Alumni, Bandung, 1981, halaman 27-42:

(i) Dalam menerapkan hukum atau undang-undang yang berlaku

Pengadilan tidak hanya melakukannya dengan silogisme belaka dan

sering kali hukum yang tepat dan adil itu harus dicari dan hakim

merupakan pula penemu hukum (halaman 29);

(ii) Kata-kata dalam suatu undang-undang seringkali baru menemukan

artinya yang tepat dalam putusan-putusan hakim yang dengan

demikian hakimlah akhirnya yang memberikan arti pada suatu

perkataan atau pasal undang-undang. Apabila suatu undang-undang

tidak mencakup suatu hal atau persoalan yang disengketakan, maka

tidak jarang Hakim terpaksa memperluas ruang lingkup undang-undang

tersebut (halaman 29);

(iii) Sudah sejak dahulu kita telah menyaksikan terjadinya penyingkiran

atau perluasan terhadap berbagai ketentuan undang-undang (halaman

34-35) termasuk ketentuan Pasal 284 ayat (3) KUH Perdata dan Pasal

39 HIR;

(iv) Penyingkiran terhadap ketentuan undang-undang dalam hukum publik

terjadi pula, seperti terhadap Pasal 535 KUH Pidana (mempertunjukkan

atau menawarkan alat-alat untuk mencegah kehamilan) oleh Hakim

Pidana dapat dipertanggungjawabkan (halaman 35);

(v) Penyingkiran terhadap ketentuan hukum acara dalam Pasal 393 HIR

yang melarang Hakim Pengadilan Negeri untuk memakai bentuk-

bentuk lain dari yang diberikan dalam HIR. Pengadilan Negeri telah

menggunakan penggabungan (voeging) dan pencampuran (intervensi)

dalam perkara perdata yang mencontoh RV (halaman 40);

(vi) Juga Pengadilan telah menerima tentang adanya kemungkinan adanya

alasan-alasan yang menghapus sifat dapat dihukumnya suatu

perbuatan di luar KUH Pidana, demi memenuhi tuntutan keadilan

(antara lain kasus Machrus Effendi, putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor 42K/Kr./1965); diterapkannya syarat adanya

organisasi untuk kejahatan subversi; ditetapkannya norma bahwa di

dalam forum sidang Pengadilan seorang pembela dalam perkara

pidana mempunyai hak-hak yang sama seperti yang dimiliki oleh si

Terdakwa sendiri, yaitu bila terpaksa mengemukakan hal-hal yang bila

itu dilakukan di luar sidang ia dapat dituntut, tetapi dalam forum sidang

tidak dapat dituntut (kasus Yap Thiam Hien); kemudian juga

ditetapkannya bahwa penahanan rumah dapat pula dikurangkan dari

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 168: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 62 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

hukuman pokok, asal ada perintah tertulis, dan lain-lain yang

merupakan usaha-usaha dari Mahkamah Agung untuk menegakkan

keadilan (halaman 42);

61. Bahwa dalam perkara a quo, Putusan Judex Facti justru sebaliknya telah

menciptakan ketidakadilan yang sangat nyata bagi Pemohon Kasasi serta

keliru dalam menerapkan hukum. Oleh karena itu, sudah sepatutnya

Putusan Judex Facti yang demikian dibatalkan oleh Majelis Hakim pada

Mahkamah Agung Republik Indonesia yang mulia; Ad. h. Seandainya pun Loan Agreement Tersebut Batal (quod non),

Judex Facti Telah Mengabaikan Asas Keadilan dalam Putusannya

serta Keliru dalam Menerapkan Hukum dengan Menyatakan

Kedua Belah Pihak Kembali ke Keadaan Semula dengan Semata-

mata Memerintahkan Termohon Kasasi Mengembalikan Sisa

Uang Pinjaman kepada Pemohon Kasasi karena dalam Perkara a

quoTermohon Kasasi Telah Menggunakan, Menikmati dan

Mendapatkan Manfaat dari Uang Pinjaman yang diberikan oleh Pemohon Kasasi, sehingga Sudah Sepantasnya serta Sesuai

dengan Hukum yang Berlaku serta Keadilan, Bunga yang Telah

Dibayar oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi

Merupakan Pembayaran yang Sah atas Bunga, dan Bunga yang

Masih Belum Dibayar atas Jumlah Pokok Pinjaman yang sampai

dengan Memori Kasasi ini Disampaikan kepada Pengadilan Belum

Dilakukan oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi

Merupakan Bunga yang Sah sampai dengan Jumlah Pinjaman

Pokok tersebut yang Masih Terutang Dibayar secara Lunas oleh

Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi;

62. Bahwa halaman 96 alinea terakhir - halaman 97 alinea 1 Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar. tanggal

6 Maret 2014 berbunyi sebagai berikut:

”Menimbang, bahwa mengenai petitum pada angka 4 (empat) tersebut, oleh

karena Loan Agreement tertanggal 30 Juli 2010 (bukti PK/TR-1A yang sama

dengan T-1A) dan Akta perjanjian jaminan Fidusia atas benda Nomor .77

tanggal 30 Juli 2010 yang merupakan perjanjian ikutan (Accesoir) dari Loan

Agreement tanggal 30 Juli 2010 tersebut dinyatakan batal demi hukum,

maka segala sesuatunya harus kembali kepada keadaan semula, dan

kepada Penggugat berkewajiban untuk mengembalikan uang pinjaman

pokok tersebut kepada Tergugat”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 169: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 63 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

63. Bahwa pendapat Prof. Subekti S.H. dalam bukunya yang berjudul “Hukum

Perjanjian”, PT Intermasa, Jakarta, Cetakan XIV, 1992, halaman 51 aliena 3-

4 dan halaman 52 alinea 1, menyatakan:

“Dalam hal perjanjian dibatalkan, maka kedua belah pihak dibawa dalam

keadaan sebelum perjanjian diadakan. Dikatakan, pembatalan itu berlaku

surut sampai pada detik dilahirkannya perjanjian. Apa yang sudah terlanjur

diterima oleh satu pihak harus dikembalikan kepada pihak yang lainnya;

Di sini orang menghadapi kesulitan dalam hal pembatalan suatu perjanjian

sewa-menyewa. Apakah jika perjanjian sewa-menyewa itu dibatalkan,

pemilik barang harus mengembalikan uang sewa yang telah diterimanya dan

apakah ia berhak menuntut pembayaran tunggakan uang sewa, kalau

perjanjian itu dianggap dari semula tidak pernah ada? Untuk menjawab soal

ini, ada yang mengajarkan, bahwa berlaku surutnya pembatalan itu, suatu

hal yang dapat dilepaskan oleh penggugat (pemilik barang yang disewa).

Juga diajarkan bahwa pemilik barang yang disewa itu menuntut pembatalan

perjanjian untuk waktu yang akan datang, untuk hari depan dengan tidak

menengok ke belakang. Menurut pendapat kami, ajaran-ajaran ini diperlukan

dalam suatu alam pikiran yang abstrak-teoritis. Sebenarnya, soalnya mudah

saja! Berlaku surutnya pembatalan itu adalah suatu pedoman yang harus

dilaksanakan, jika itu mungkin dilaksanakan;

Dalam hal suatu perjanjian jual beli atau tukar-menukar, barang hak milik

dapat dengan mudah dikembalikan kepada pemilik asli. Tetapi dalam hal

sewa-menyewa, bagaimanakah si penyewa dapat mengembalikan

kenikmatan yang sudah diperolehnya dari barang yang disewa itu. Dan

karena kenikmatan itu tidak mungkin dikembalikan, tentunya pemilik barang

dapat tetap memiliki uang sewa yang sudah diterimanya. Begitu pula halnya

dalam suatu perjanjian perburuhan.Bagaimanakah tenaga yang sudah

diberikan oleh pihak buruh dapat dikembalikan oleh majikan”;

64. Bahwa kembali ke keadaan semula bagi Pemohon Kasasi seharusnya berarti

masing-masing pihak kembali ke keadaan sebelum ditandatanganinya atau

diterimanya fasiltas pinjaman berdasarkan Loan Agreement;

65. Bahwa berdasarkan Loan Agreement, Pemohon Kasasi telah memberikan

Pinjaman kepada Termohon Kasasi untuk membeli Peralatan. Sebagaimana

telah disepakati pula dalam Loan Agreement bahwa Peralatan tersebut

selanjutnya akan disewakan oleh Termohon Kasasi kepada pihak ketiga,

dan untuk itu Termohon Kasasi mendapatkan sejumlah uang dari

penyewaan (leasing) Peralatan tersebut;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 170: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 64 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

66. Bahwa kembali ke keadaan semula sebagaimana diputus oleh Judex Facti

tidak mempertimbangkan kenikmatan dan manfaat yang diperoleh Termohon

Kasasi atas fasilitas pinjaman berdasarkan Loan Agreement, yaitu berupa: (i)

kepemilikan atas Peralatan (dengan sejumlah uang yang diterima dari fasilitas

pinjaman dengan tanpa bunga) dan (ii) sejumlah uang yang diperoleh

Termohon Kasasi dari hasil penyewaan Peralatan kepada pihak ketiga;

67. Bahwa tanpa mengurangi dalil-dalil Pemohon Kasasi mengenai keberatan-

keberatannya terhadap Judex Facti, berdasarkan uraian-uraian di atas,

Judex Facti telah lalai mempertimbangkan asas keadilan dan hukum yang

berlaku, khususnya bagi Pemohon Kasasi, yaitu dengan tidak

memperhitungkan kenikmatan dan manfaat yang diperoleh Termohon

Kasasi, yaitu berupa:

(i) Sejumlah uang yang diterimanya untuk membeli truk seolah-olah dengan

tanpa bunga (fasilitas yang gratis);

(ii) Hak kepemilikannya atas 5 (lima) unit truk Caterpillar model 777 Doff-

highway yang dibeli dengan uang yang diperolehnya dari Pemohon

Kasasiberdasarkan Loan Agreement; dan

(iii) Sejumlah uang yang diterimanya dari penyewaan (leasing) truk-truk

tersebut yang dilakukan oleh Termohon Kasasi dengan pihak ketiga;

68. Bahwa semua kenikmatan dan manfaat dari pinjaman yang telah diberikan

oleh Pemohon Kasasi kepada Termohon Kasasi, termasuk uang sewa yang

diperoleh Termohon Kasasi, tidak mungkin dapat dikembalikan oleh

Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya serta sesuai dengan hukum yang berlaku serta keadilan:

a. Bunga yang telah dibayarkan oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon

Kasasi merupakan pembayaran yang sah atas bunga; dan

b. Bunga yang masih belum dibayar atas jumlah pokok pinjaman yang

sampai dengan Memori Kasasi ini disampaikan kepada Mahkamah

Agung Republik Indonesiabelum dilakukan oleh Termohon Kasasi

merupakan bunga yang sah sampai dengan jumlah pokok tersebut yang

masih terutang dibayar secara lunas oleh Termohon Kasasi kepada

Pemohon Kasasi karena Termohon Kasasi dengan iktikad buruk tidak

pernah menunaikan kewajibannya;

69. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, sangat jelas bahwa Judex

Facti telah mengabaikan hukum yang berlaku serta asas keadilan, khususnya

bagi Pemohon Kasasi, dalam memutus perkara tersebut. Oleh karena itu,

sudah sepatutnya Mahkamah Agung Republik Indonesia yang Mulia

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 171: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 65 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor 662/PDT/2014/PT

DKI tanggal 4 Desember 2014 juncto Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Nomor 450/Pdt.G/2012/PN Jkt.Bar., tanggal 6 Maret 2014; Ad.i. Judex Facti Telah Tidak Memberikan Pertimbangan Hukum yang

Cukup dalam Putusannya (onvoldoende gemotiveerd);

70. Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan terhadap Putusan Judex Facti

tersebut, karena Judex Facti telah kurang dalam memberikan pertimbangan

hukum (onvoldoende gemotiveered). Dalam perkara a quo Judex Facti

Pengadilan Tinggi Jakarta langsung menyatakan bahwa alasan-alasan,

pertimbangan hukum dan kesimpulan dalam Putusan Judex Facti

Pengadilan Negeri Jakarta Barat sudah tepat dan benar serta tidak

bertentangan dengan hukum.Padahal secara jelas Putusan Judex Facti

banyak mengandung kekeliruan yang mendasar dalam menerapkan hukum

yang berlaku. Pertimbangan hukum Judex Facti tidak adil dan berat sebelah

serta saling bertentangan satu sama lain. Dengan demikian, Judex Facti

nyata-nyata tidak memberikan pertimbangan yang cukup (onvoldoende

gemotivereed), karena tidak mempertimbangkan dalil-dalil yang diajukan

oleh Pemohon Kasasi, sehingga dipandang sebagai suatu kelalaian dalam

beracara (vormverzuim);

71. Bahwa Judex Facti telah melanggar hukum yang berlaku karena Judex Facti

tidak mempertimbangkan sama sekali dalil-dalil Pemohon Kasasi dalam

tingkat banding sebagaimana yang terlihat dari halaman 3 sampai dengan 5

Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor 662/PDT/2014/PT DKI,

sehingga Putusan Judex Facti bersifat tidak memberikan pertimbangan yang

cukup (onvoldoende gemotiveerd);

72. Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 492

K/SIP/1970 tanggal 16 November 1970 dinyatakan bahwa suatu putusan

yang kurang cukup pertimbangannya (onvoldoende gemotiveerd) harus

dibatalkan karena dalam putusannya itu hanya mempertimbangkan soal

mengesampingkan keberatan-keberatan yang diajukan dalam memori

banding tanpa memeriksa perkara ini, baik fakta-faktanya maupun mengenai

soal penerapan hukumnya (Himpunan Kaidah Hukum Putusan Perkara

Dalam Buku Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun

1969-2001 dihimpun oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia 2002).

Dengan demikian, pertimbangan hukum Judex Facti tidak lengkap dan

karena itu putusan tersebut harus dibatalkan;

Ad.j. Judex Facti telah salah menerapkan hukum karena tidak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 172: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 66 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

mempertimbangkan keberatan-keberatan yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi (audi et alteram partem);

73. Suatu putusan yang kurang dalam pertimbangan hukum serta telah

mengabaikan asas keseimbangan (asas audi et alteram partem) dan asas

keadilan dapat mengakibatkan batalnya suatu putusan. Hal ini sesuai

dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 25

November 1974 Nomor M.A/Pemb.1154/74 yang menyatakan bahwa

putusan yang tidak disertai alasan yang jelas dikehendaki oleh Undang-

undang dapat menimbulkan suatu kelalaian dalam acara (Vormverzuim).

Selain itu, Judex Facti dalam memberikan pertimbangan-

pertimbanganhukum tidak melaksanakan dan tidak memperhatikan asas

audi et alteram partem dalam memeriksa perkara a quo. Dalam perkara a

quo, Judex Facti hanya mempertimbangkan dalil-dalil yang dibuat oleh

Termohon Kasasi yang bahkan tidak didukung oleh bukti-bukti yang relevan.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya apabila Mahkamah Agung Republik

Indonesia membatalkan Putusan Judex Facti;

Ad. k. Judex Facti telah salah menerapkan hukum dalam memberikan

pertimbangan bahwa seolah-olah yang berwenang untuk

menentukan penafsiran terhadap kata “wajib” dalam Pasal 31 ayat

1 UU Nomor 24 Tahun 2009 adalah Mahkamah Konstitusi;

74. Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti yang menyatakan bahwa “apabila

tidak sependapat dengan kata-kata “wajib” pada ketentuan Pasal 31 ayat (1)

UU Nomor 24 tahun 2009, maka prosedur yang harus ditempuh adalah

mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi atau

mengamandemen dan merevisi UU Nomor 24 tahun 2009 tersebut (halaman

61 alinea 2 Putusan Judex Facti), adalah keliru karena bukan wewenang

Mahkamah Konstitusi untuk menafsirkan kata-kata yang ada dalam suatu

undang-undang;

75. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 8 Tahun 2011

Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi (“UU Mahkamah Konstitusi”), diatur sebagai berikut:

“Permohonan adalah permintaan yang diajukan secara tertulis kepada

Mahkamah konstitusi mengenai:

1. Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan

oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 173: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 67 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

3. Pembubaran partai politik;

4. Perselisihan tentang hasil pemilihan umum; atau

5. Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara,

korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,

dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.”

76. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU Mahkamah Konstitusi, sangat jelas

Judex Facti tidak memiliki dasar serta keliru dalam memberikan

pertimbangan hukum dalam Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta

Barat (halaman 61 alinea 3);

C. Dalam Rekonvensi

77. Bahwa semua dalil, bukti dan uraian-uraian sebagaimana yang telah dimuat

dalam Bagian Konvensi di atas mohon dianggap menjadi satu kesatuan dan

termasuk di dalam Bagian Rekonvensi ini;

Majelis Hakim pada Judex Facti Telah Keliru dan Tidak Cermat Menerapkan

Hukum berdasarkan Fakta-Fakta Hukum yang Terungkap dalam

Persidangan bahwa Termohon Kasasi/semula Terbanding/Tergugat dalam

RekonvensiTelah Melakukan Cidera Janji terhadap Pemohon Kasasi/semula

Pembanding/Penggugat dalam Rekonvensi;

78. Bahwa Pemohon Kasasi/semulaPembanding/Penggugat dalam Rekonvensi

(untuk selanjutnya dalam bagian Rekonvensi ini disebut ”Pemohon Kasasi

dalam Rekonvensi”) menolak secara tegas kebenaran dalil-dalil Termohon

Kasasi/semula Terbanding/Tergugat dalam Rekonvensi (untuk

selanjutnya dalam bagian Rekonvensi ini disebut ”Termohon Kasasi

dalam Rekonvensi”) sehubungan dengan Gugatan Pemohon Kasasi

dalam Rekonvensi sebagaimana diuraikan dalam (1) Repliknya tanggal 6

Januari 2014, (2) Kesimpulannya tanggal 20 Februari 2014 dan (3) Kontra

Memori Bandingnya tanggal 22 Agustus 2014, kecuali yang kebenarannya

diakui secara tegas oleh Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi dan terbukti

menurut hukum;

79. Bahwa Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi tetap pada dalil-dalilnya

sebagaimana diuraikan dalam Bagian Rekonvensi dari: (1) Jawaban tanggal

9 Desember 2013, (2) Duplik tanggal 20 Januari 2014, (3) Kesimpulan

tanggal 20 Februari 2014, dan (4) Memori Banding tanggal 15 Juli 2014;

dalil-dalil mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Memori

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 174: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 68 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Kasasi ini, sehingga dianggap dimasukkan kembali dalam Memori Kasasi ini;

80. Bahwa Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi sangat keberatan terhadap

pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim pada Judex Facti berikut ini,

karena salah, keliru dan tidak cermat dalam menerapkan hukum sesuai

dengan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan:

a. Pertimbangannya Judex Facti pada halaman 4alinea 4 Putusan

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim tingkat banding mencermati

keberatan Pembanding semula Tergugat tersebut dihubungkan dengan

pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat Pertama, menurut pendapat

Majelis Hakim tingkat Banding dari materi keberatan Pembanding

semula Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi

tersebut pada prinsipnya tidak terdapat hal-hal yang dapat

membatalkan putusanbanding Majelis Hakim Tingkat Pertama,

sehingga Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa putusan

perkara a quo secara substansi sudah tepat dan benar serta beralasan

menurut hukum, maka oleh Majelis Hakim Tingkat Banding disetujui dan

diambil alih sebagai pertimbangan sendiri dalam memutus perkara ini

dalam tingkat bandingserta menjadi bagian dari dan telah termasuk

dalam putusan ini”;

b. Pertimbangannya Judex Facti pada halaman 4 alinea 5 Putusan

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 450/Pdt.G/2012/PN

Jkt.Bar., tanggal 6 Maret 2014, yang dimohonkan pemeriksaan dalam

tingkat banding tersebut haruslah dikuatkan”;

c. Pertimbangan Judex Facti pada halaman 99 alinea 2 Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Barat, yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa oleh karena petitum pada angka 2 dan petitum

pada angka 3 dalam gugatan Rekonvensi ini dinyatakan ditolak,

maka terhadap tuntutan/petitum pada angka 4 dalam gugatan

rekonvensi ini yang menuntut agar Pengadilan“Menyatakan secara

hukum bahwa Tergugat dalam Rekonvensi telah melakukan cidera

janji (wanprestasi) kepada Penggugat dalam Rekonvensi“ haruslah

dinyatakan ditolak pula”;

d. Pertimbangan Judex Facti pada halaman 99 alinea 3 Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Barat, yang menyatakan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Page 175: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 69 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

“Menimbang, bahwa oleh karena petitum pokok dalam gugatan

Rekonvensi sebagaimana tersebut pada petitum angka 2 , angka 3 dan

angka 4 tersebut telah dinyatakan ditolak, maka terhadap tuntutan

rekonvensi yang selebihnya haruslah dinyatakan ditolak pula“;

e. Pertimbangannya Judex Facti pada halaman 99 alinea 4 Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat, yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa berdasarkan pada pertimbangan pertimbangan

hukum tersebut diatas , maka dengan demikian seluruh tuntutan dalam

gugatan Rekonvensi dari Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi

haruslah dinyatakan ditolak untuk untuk seluruhnya”;

f. Pertimbangannya Judex Facti pada halaman 99 alinea 5 Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat, yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa mengenai bukti-bukti lain yang diajukan oleh

Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi dan Tergugat konvensi/

Penggugat Rekonvensi haruslah dikesampingkan”;

g. Pertimbangannya Judex Facti pada halaman 99 alinea 6 Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat, yang menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa oleh karena Gugatan Rekonvensi dari

Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi tersebut dinyatakan

ditolak seluruhnya dan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi

dinyatakan sebagai pihak yang kalah,…””

81. Bahwa berdasarkan satu dan lain hal sebagaimana akan diuraikan dibawah

ini akan tampak bahwa pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim pada

Judex Facti salah dan keliru serta tidak cermat dalam menerapkan hukum

sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan;

82. Bahwa Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi tetap pada pendirian bahwa

Loan Agreement tidak batal demi hukum dan merupakan perjanjian yang

sah. Sebagaimana telah Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi uraikan dalam

butir 48 sampai dengan butir 57 di atas, karena Loan Agreement tersebut

tetap sah dan mengikat para pihak yaitu antara Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi dengan Termohon Kasasidalam Rekonvensi, maka Pemohon

Kasasi dalam Rekonvensi dan Termohon Kasasi dalam Rekonvensi tetap

terikat dengan segala hak dan kewajiban berdasarkan Loan Agreement

tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada ketentuan pembayaran

Pinjaman yang harus dipenuhi oleh Termohon Kasasi dalam Rekonvensi

sebagai kewajibannya berdasarkan Loan Agreement kepada Pemohon

Kasasi dalam Rekonvensi;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Page 176: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 70 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

83. Bahwa dalil-dalil Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi didukung oleh

pendapat ahli hukum, Prof. R. Subekti, S.H., dalam bukunya yang berjudul

”Pokok-Pokok Hukum Perdata”, PT. Intermasa, Cetakan XXVIII, Jakarta,

1996, halaman 139, yang menyatakan bahwa:

“Pasal 1338 BW menetapkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai Undang-undang untuk mereka yang

membuatnya.Apakah maksudnya kalimat itu? Dengan kalimat ini

dimaksudkan, tidak lain, bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah

artinya tidak bertentangan dengan Undang-undang, mengikat kedua belah

pihak. Perjanjian itu pada umumnya tidak dapat ditarik kembali, kecuali

dengan persetujuan kedua belah pihak atau berdasarkan alasan-alasan

yang ditetapkan oleh Undang-undang”;

84. Bahwa dalil Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi didukung oleh pendapat

ahli, R. Setiawan, S.H., dalam bukunya yang berjudul ”Aneka Masalah Hukum Dan Hukum Acara Perdata”, Penerbit Alumni, Bandung, 1992,

halaman 179, yang menyatakan bahwa: “Hukum Perjanjian atau Hukum Kontrak di Negara kita, setidak-tidaknya

sebagaimana terdapat dalam buku ketiga KUHPerdata, dibangun di atas

fondasi asas kebebasan berkontrak bahwa, setiap orang bebas

memperjanjikan apapun dengan orang lain asalkan tidak bertentangan

dengan Undang-undang serta kesusilaan. Dan, setiap perjanjian yang dibuat

secara sah, mengikat Para Pihak bagaikan Undang-undang”;

85. Bahwa menurut Prof. R. Subekti, S.H., dalam bukunya yang berjudul ”Pokok-

Pokok Hukum Perdata”, PT. Intermasa, Cetakan XXVIII, Jakarta, 1996,

halaman 147, yang memberikan pengertian lalai dalam memenuhi suatu

perjanjian yaitu sebagai berikut:

”Seorang Debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya

atau terlambat memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang

diperjanjikan”;

86. Bahwa untuk mempermudah Majelis Hakim Mahkamah Agung Republik

Indonesia dalam perkara a quo, maka Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi

akan menguraikan fakta-fakta berikut ini, yang tidak pernah dibantah oleh

Termohon Kasasi dalam Rekonvensi, yang secara jelas dan tegas yang

membuktikan bahwa Loan Agreement tersebut sah dan mengikat para pihak

dan membuktikan Termohon Kasasi dalam Rekonvensi dengan sengaja

melakukan cidera janji (wanprestasi) terhadap Loan Agreement:

a. Bahwa latar belakang digugatbaliknya Termohon Kasasi dalam

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Page 177: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 71 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Rekonvensi dalam perkara a quo adalah pada awalnya Pemohon

Kasasidalam Rekonvensi (in casu Nine AM Ltd.) dan Termohon

Kasasidalam Rekonvensi (in casu PT Bangun Karya Pratama Lestari)

menandatangani Loan Agreement;

b. Bahwa dalam Loan Agreement tersebut Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi bertindak sebagai Lender (Pemberi Pinjaman) dan

Termohon Kasasi dalam Rekonvensi bertindak sebagai Borrower

(Peminjam);

c. Bahwa berdasarkan Pasal 1 Loan Agreement, jumlah pinjaman pokok

berdasarkan Loan Agreement tersebut adalah sebesar US$ 4.999.500

(empat juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus Dollar

Amerika Serikat);

d. Bahwa berdasarkan Loan Agreement tersebut, Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi dan Termohon Kasasi dalam Rekonvensi sepakat bahwa

oleh Termohon Kasasi dalam Rekonvensi Pinjaman tersebut digunakan

untuk membeli 5 (lima) unit truk Caterpillar baru model 777 Doff-highway

dengan nomor seri masing-masing berturut-turut: FKR00635, FKR00636,

FKR00637, FKR00638 dan FKR00645 (selanjutnya disebut “Peralatan”),

dan Termohon Kasasi dalam Rekonvensi selaku Peminjam berjanjiuntuk

tidak menggunakan Pinjaman untuk tujuan lainnya;

e. Bahwa untuk menjamin pembayaran secara tepat waktu oleh Termohon

Kasasi dalam Rekonvensi (Peminjam) kepada Pemohon Kasasidalam

Rekonvensi (Pemberi Pinjaman), Termohon Kasasi dalam Rekonvensi

memberikan jaminan secara fidusia atas Peralatan yang dibeli oleh

Termohon Kasasi dalam Rekonvensi sebagaimana tertuang dalam Akta

Perjanjian Jaminan Fidusia Nomor 77 tanggal 30 Juli 2010, dibuat di

hadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H., Notaris di Jakarta;

f. Bahwa sebagaimana telah diakui sendiri secara tegas oleh Termohon

Kasasi dalam Rekonvensi dan sesuai syarat-syarat dan ketentuan

berdasarkan Loan Agreement yang telah ditandatangani oleh Termohon

Kasasi dalam Rekonvensi, Termohon Kasasi dalam Rekonvensi telah

menerima seluruh uang Pinjaman tersebut dari Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi. Oleh karena itu, telah lahirlah kewajiban Termohon

Kasasidalam Rekonvensi untuk melaksanakan pembayaran utang

kepada Pemohon Kasasidalam Rekonvensi sesuai dengan ketentuan-

ketentuan dalamLoan Agreement;

g. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 juncto Pasal 3 juncto Pasal 4 Loan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Page 178: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 72 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Agreement, Termohon Kasasi dalam Rekonvensi wajib melakukan

pembayaran kembali pinjaman termasuk bunganya (“Angsuran”) dengan

cara mengangsur sebanyak 48 (empat puluh delapan) kali masing-

masing sebesar US$179.550 (seratus tujuh puluh sembilan ribu lima

ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat), yaitu pada setiap tanggal 11

(sebelas) bulan berikutnya sejak tanggal dicairkannya Pinjaman kepada

Termohon Kasasi dalam Rekonvensi;

h. Bahwa Termohon Kasasi dalam Rekonvensi tidak memenuhi apa yang

telah dijanjikannya kepada Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi

berdasarkan Loan Agreement sejak tagihan tanggal 30 November 2011

untuk pembayaran bulan September 2011;

i. Bahwa atas cidera janji Termohon Kasasi dalam Rekonvensi tersebut,

Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi telah berulang kali mengingatkan

Termohon Kasasi dalam Rekonvensi untuk memenuhi kewajibannya

tersebut. Namun,Termohon Kasasi dalam Rekonvensi tidak pernah

menunjukkan iktikad baik untuk melaksanakan kewajibannya

berdasarkan Loan Agreement tersebut. Selanjutnya, Pemohon Kasasi

dalam Rekonvensi melalui Kuasa Hukumnya mengirimkan Surat

Peringatan (somasi) mengenai cidera janji (wanprestasi) yang

dilakukan Termohon Kasasidalam Rekonvensi kepada Pemohon

Kasasi dalam Rekonvensi, yaitu pada tanggal 10 Juli 2012. Namun

atas Surat Peringatan (somasi) tersebut, Termohon Kasasidalam

Rekonvensi tidak memberikan jawaban sama sekali kepada Pemohon

Kasasi dalam Rekonvensi;

j. Bahwa tindakan Termohon Kasasi dalam Rekonvensi tersebut

merupakan kelalaian menurut Pasal 11.1 Loan Agreement dengan tidak

memenuhi kewajiban-kewajiban Termohon Kasasi dalam Rekonvensi

dalam membayar angsuran sejak September 2011 sampai dengan

dikirimnya surat peringatan;

k. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, sangat jelas pada faktanya

bahwa Termohon Kasasi dalam Rekonvensi telah lalai atau cidera janji

(wanprestasi) untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Loan

Agreement;

l. Bahwa fakta-fakta telah terjadi cidera janji (wanprestasi) yang dilakukan

oleh Termohon Kasasi dalam Rekonvensi sebagaimana tersebut di atas

telah pula terungkap dan terbukti secara jelas dalam persidangan di

Pengadilan Negeri Jakarta Barat;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Page 179: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 73 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

m. Bahwa telah terbukti pula dalam persidangan di Pengadilan Negeri

Jakarta Barat bahwa Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi telah

melakukan upaya-upaya berupa teguran (somasi) kepada Termohon

Kasasi dalam Rekonvensi, dan kemudian melakukan upaya eksekusi

terhadap jaminan dalam Akta Fidusia tanggal 30 Juli 2010 Nomor 77

yang bahkan telah melibatkan pula Pengadilan Negeri Jakarta Barat

untuk melakukan Aanmaning. Lebih lanjut, tidak dapat disangkal bahwa

Termohon Kasasi dalam Rekonvensi justru dengan iktikad buruk telah

menolak untuk melakukan kewajibannya bahkan selanjutnya mengajukan

gugatan a quo;

n. Bahwa Termohon Kasasi dalam Rekonvensi telah pula melakukan

tindakan-tindakan lain untuk mencoba menghindari kewajiban

pembayaran dan pelunasan utang kepada Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi berdasarkan Loan Agreement yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak. Termohon Kasasi dalam Rekonvensi bahkan

dengan tanpa dasar telah melaporkan Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi ke Kepolisian Republik Indonesia atas tuduhan penipuan

yang sangat bertentangan dengan fakta sebenarnya. Hal-hal ini jika

dibenarkan oleh Pengadilan dapat mengakibatkan adanya ketidak

pastian hukum, yang memberikan dampak yang sangat buruk terhadap

iklim usaha di Indonesia di masa kini maupun yang akan datang, dan

dapat merugikan pihak peminjam lainnya dari Indonesia yang jujur dan

beriktikad baik;

o. Bahwa akibat perbuatan dari Termohon Kasasi dalam Rekonvensi yang

telah lalai memenuhi kewajibannya terhadap Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi, jelas merupakan perbuatan cidera janji (wanprestasi)

berdasarkan Pasal 1238 KUH Perdata yang akibatnya sangat merugikan

Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi, baik secara materiil maupun

immateriil. Oleh karena itu, Termohon Kasasi dalam Rekonvensi harus

bertanggung jawab terhadap Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi;

p. Bahwa atas kelalaian Termohon Kasasi dalam Rekonvensi tersebut,

Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi mengalami kerugian material

sebesar US$8.083.154 (delapan juta delapan puluh tiga ribu seratus lima

puluh empat Dollar Amerika Serikat) dengan rincian sebagai berikut:

Dalam US$

No Uraian Jumlah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Page 180: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 74 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

1 Angsuran yang telah jatuh tempo Oktober

2011-Juni 2012 US$1.914.854

2 Angsuran yang harus dibayarkan selama

Juli 2012-Agustus 2014 US$ 4.668.300

3

Pembayaran terakhir bunga (Ballon

Payment) US$ 1.500.000

Total

US$

8.083.154

87. Bahwa berdasarkan fakta-fakta dalam butir 107 huruf a sampai dengan huruf

p tersebut di atas, terbukti secara jelas bahwa Termohon Kasasi dalam

Rekonvensi telah cidera janji (wanprestasi)kepada Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi berdasarkan Loan Agreement;

88. Bahwa cidera janji (wanprestasi) yang dilakukan oleh Termohon Kasasi

dalam Rekonvensi menyebabkan kerugian bagi Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi. Adapun jumlah kerugian yang diderita oleh Pemohon Kasasi

dalam Rekonvensi yaitu sebesar US$ 8.083.154 (delapan juta delapan puluh

tiga ribu seratus lima puluh empat Dollar Amerika Serikat);

89. Bahwa dalil Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi didukung oleh pendapat

ahli hukum, M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul ”Segi-

segi Hukum Perjanjian”, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, halaman 72, yang

menyatakan bahwa:

“… Kalau terjadi wanprestasi, kreditur dapat menuntut pembayaran bunga

tersebut, dan bukan bunga Undang-Undang. Ini sesuai dengan pasal 1338:

apa-apa yang telah diperjanjikan menjadi undang-undang bagi para pihak”;

90. Bahwa sesuai dengan prinsip peradilan cepat, sederhana dan biaya murah

adalah suatu hal yang tepat bagi Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi

untuk mengajukan gugat balik terkait ganti rugi kepada Termohon

Kasasi dalam Rekonvensi guna mendapatkan jumlah pengembalian

Pinjaman berdasarkan Loan Agreement;

91. Bahwa Judex Facti sama sekali tidak mempertimbangkan dengan baik dan

cermat mengenai apa yang menjadi hak dari Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi yaitu agar Termohon Kasasi dalam Rekonvensi memenuhi

pembayaran sesuai dengan Loan Agreement;

Jika pun Loan Agreement itu dibatalkan (quod non), karena Termohon

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

Page 181: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 75 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Kasasi dalam Rekonvensi telah menerima Pinjaman, menikmatinya dan

mendapatkan keuntungan serta manfaat dari Pinjaman tersebut, maka

sudah sepatutnya Termohon Kasasi dalam Rekonvensi mengembalikan

Pinjaman tersebut kepada Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi berikut

bunganya paling sedikit bunga sebagaimana ditetapkan dalam undang-

undang (Pasal 1250 KUH Perdata juncto Pasal 1767KUHPerdata), yaitu 6%

(enam persen) setahun (S.1848 Nomor 22). Hal mana tidak pernah

dipertimbangkan oleh Judex Facti;

92. Bahwa sebagaimana diuraikan oleh Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi di

atas tampak jelas kekeliruan dan ketidakcermatan Judex Facti dalam

menerapkan hukum berdasarkan fakta-fakta yang telah terungkap dan

terbukti dalam persidangan pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat;

93. Bahwa Majelis Hakim pada Judex Facti telah lalai dan mengabaikan fakta

yang terungkap dalam persidangan dan diakui sendiri serta tidak dibantah

oleh Termohon Kasasidalam Rekonvensi bahwa Termohon Kasasi dalam

Rekonvensi telah menerima, menggunakan dan menikmati serta mendapat

manfaat dari Pinjaman yang diperoleh dari Pemohon Kasasi dalam

Rekonvensi berdasarkan Loan Agreement;

94. Bahwa apabila Majelis Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia Yang

Mulia sependapat dengan uraian-uraian Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi

maka sudah sepatutnya dan berdasarkan hukum bila Majelis Hakim

Mahkamah Agung Republik Indonesia Yang Mulia mengabulkan seluruh

gugatan rekonvensi dari Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi dan berkenan

menyatakan Termohon Kasasi dalam Rekonvensi telah melakukan

wanprestasi terhadap Pemohon Kasasi dalam Rekonvensi dan menghukum

Termohon Kasasidalam Rekonvensi untuk membayar utangnya kepada

Pemohon Kasasidalam Rekonvensi sebesar US$ 8.083.154 (delapan juta

delapan puluh tiga ribu seratus lima puluh empat Dollar Amerika Serikat)

secara tunai, sekaligus, dan seketika ditambah dengan bunga serta denda

keterlambatan sesuai dengan Loan Agreement (Perjanjian Pinjam

Meminjam);

Permohonan Sita Jaminan

95. Bahwa berdasarkan segala hal yang telah Pemohon Kasasi/semula

Pembanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi,

uraikan di atas, jelas dan terbukti bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum

dan Putusan Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum dan undang-

undang yang berlaku;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75

Page 182: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 76 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

96. Bahwa Putusan Judex Facti juga sangat tidak mencerminkan rasa keadilan

terhadap Pemohon Kasasi/semulaPembanding/Tergugatdalam Konvensi/

Penggugat dalam Rekonvensi, di mana faktanya Termohon Kasasi/semula

Terbanding/Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi, telah

mencari alasan-alasan belaka dan tidak berdasar bahkan seolah-olah tidak

mengerti Loan Agreement yang telah disepakati dengan Pemohon

Kasasi/semula Pembanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam

Rekonvensi. Bahkan, faktanya Termohon Kasasi/semula Terbanding/

Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi, telah terlebih dahulu

wanprestasi. Hal tersebut jelas sangat merugikan Pemohon Kasasi/ semula

Pembanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi;

97. Bahwa gugatan Pemohon Kasasi/semula Pembanding/Tergugat dalam

Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi didasarkan pada alas hukum yang

kuat dan didukung oleh bukti-bukti sah yang menunjukkan Termohon Kasasi/

semula Terbanding/Tergugat dalam Rekonvensi telah melakukan perbuatan

cidera janji (wanprestasi) kepada Pemohon Kasasi/ semula Pembanding/

Penggugat dalam Rekonvensi sebagaimana diatur dalam Loan Agreement

serta Pasal 1238 KUH Perdata. Sementara, terdapat dugaan yang beralasan

bahwa Termohon Kasasi/semula Terbanding/ Tergugat dalam Rekonvensi

akan mengalihkan harta kekayaannya untuk menjauhkan harta kekayaan

dari Pemohon Kasasi/ semula Pembanding/Penggugat dalam Rekonvensi,

maka kami mohon kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk

meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas barang-barang bergerak

dan barang-barang tidak bergerak Termohon Kasasi/semula Terbanding/

Tergugat dalam Rekonvensi berdasarkan Pasal 227 ayat (1) HIR, sebagai

berikut:

a. Barang tidak bergerak, yaitu: (i) Bangunan dan tanah yang berlokasi di Sentra Niaga Puri Indah Blok

T3/1, Kembangan Jakarta Barat; dan

(ii) Bangunan dan tanah yang berlokasi di Jl. Green Ville AS 43 RT 008

RW 14, Duri Kepa, Jakarta Utara.

b. Barang bergerak, yaitu:

Mobil Toyota Kijang Innova Tahun 2007 plat nomor B 1879 PVA.

Pemohon Kasasi/semulaPembanding/Penggugat dalam Rekonvensi juga

mencadangkan haknya untuk meminta sita jaminan terhadap harta

kekayaan Termohon Kasasi/semula Terbanding/Tergugat dalam

Rekonvensi lainnya;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76

Page 183: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 77 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Berdasarkan segala sesuatu sebagaimana yang telah kami uraikan di

atas, Pemohon Kasasi/Pembanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat

dalam Rekonvensi, mohon kepada Majelis Hakim pada Mahkamah Agung

Republik Indonesia yang Mulia berkenan untuk menjatuhkan putusan sebagai

berikut:

Petitum

Berdasarkan alasan-alasan Permohonan Kasasi sebagaimana tersebut di atas,

maka dengan ini Pemohon Kasasi mohon kepada Mahkamah Agung Republik

Indonesia cq Majelis Hakim Agung Yang Terhormat yang memeriksa dan

mengadili perkara a quo ini menjatuhkan putusan sebagai berikut:

Mengadili:

1. Menerima Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi/semula Pembanding/

Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi, untuk seluruhnya;

2. Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor

662/PDT/2014/PT DKI tanggal 4 Desember 2014 juncto Pengadilan Negeri

Jakarta Barat Nomor450/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar. tanggal 6 Maret 2014 untuk

seluruhnya;

Dengan Mengadili Sendiri

Dalam Konvensi

Dalam Eksepsi

1. Menerima Eksepsi Pemohon Kasasi/semula Pembanding/Tergugat dalam

Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi untuk seluruhnya;

2. Menolak Gugatan Termohon Kasasi/semula Terbanding/Penggugat dalam

Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi untuk seluruhnya atau setidak-

tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

Dalam Pokok Perkara

1. Menolak Gugatan Termohon Kasasi/semula Terbanding/Penggugat dalam

Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi untuk seluruhnya atau setidak-

tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

2. Menyatakan Loan Agreement tanggal 30 Juli 2010 antara Termohon Kasasi/

semula Terbanding/Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi

dan Pemohon Kasasi/semula Pembanding/Tergugat dalam Konvensi/

Penggugat dalam Rekonvensi, sah dan mengikat para pihak dengan segala

akibat hukumnya;

3. Menyatakan Jaminan Fidusia atas Benda yang termuat dalam Akta Perjanjian

Jaminan Fidusia atas Benda Nomor 77 tanggal 30 Juli 2010, yang dibuat di

hadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H., Notaris di Jakarta,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77

Page 184: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 78 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

yang merupakan perjanjian ikutan (accesoir) dari Loan Agreement (Perjanjian

Pinjam Meminjam) yang telah didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia sah

dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya;

Dalam Rekonvensi

1. Mengabulkan gugatan Pemohon Kasasi/semula Pembanding/Tergugat dalam

Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi, untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Loan Agreement (Perjanjian Pinjam Meminjam) tanggal 30 Juli

2010 antara Pemohon Kasasi/semula Pembanding/Tergugat dalam

Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi, dan Termohon Kasasi/semula

Terbanding/Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi, adalah

merupakan perjanjian yang sah dan mengikat para pihak dengan segala

akibat hukumnya;

3. Menyatakan Jaminan Fidusia atas Benda sebagaimana dinyatakan dalam

Akta Perjanjian Jaminan Fidusia atas Benda Nomor 77 pada tanggal 30 Juli

2010 yang dibuat di hadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H.,

Notaris di Jakarta, yang merupakan perjanjian ikutan (accesoti) dari Loan

Agreement (Perjanjian Pinjam Meminjam) sah dan mengikat para pihak

dengan segala akibat hukumnya;

4. Menyatakan secara hukum bahwa Termohon Kasasi/semula Terbanding/

Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi, telah melakukan

cidera janji (wanprestasi) terhadap Pemohon Kasasi/semula Pembanding/

Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi;

5. Menghukum Termohon Kasasi/semula Terbanding/Penggugat dalam

Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi, karena telah melakukan cidera janji

(wanprestasi) untuk membayar seluruh kewajibannya berdasarkan Loan

Agreement (Perjanjian Pinjam Meminjam) kepada Pemohon Kasasi/semula

Pembanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi,

sebesar US$ 8.083.154 (Delapan juta delapan puluh tiga ribu seratus lima

puluh empat Dollar Amerika Serikat) secara tunai, sekaligus, dan seketika

ditambah dengan bunga serta denda keterlambatan sesuai dengan Loan

Agreement (Perjanjian Pinjam Meminjam);

6. Menyatakan sah dan berharga atas sita jaminan (conservatoir beslag) atas

harta kekayaan berupa barang-barang bergerak dan barang-barang tidak

bergerak Termohon Kasasi/semula Terbanding/Penggugat dalam

Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi;

7. Menyatakan putusan dalam Gugatan Rekonvensi ini dapat dijalankan terlebih

dahulu (uitvoerbaar bijvoorraad verklaard) walaupun ada bantahan,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78

Page 185: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 79 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

perlawanan (verzet), dan kasasi;

Dalam Konvensi Dan Rekonvensi

- Menghukum Termohon Kasasi/semula Terbanding/Penggugat dalam

Konvensi/ Tergugat dalam Rekonvensi, untuk membayar seluruh biaya yang

timbul dalam perkara ini;

Atau apabila Majelis Hakim pada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang

mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

Bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah

meneliti secara seksama memori kasasi tanggal 4 Maret 2015 dan kontra

memori kasasi tanggal 24 Maret 2015 dihubungkan dengan pertimbangan

Judex Facti dalam hal ini pertimbangan Pengadilan Tinggi yang menguatkan

putusan Pengadilan Negeri tidak salah menerapkan hukum, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa perjanjian yang dibuat para pihak ditandatangani pada tanggal 30

Juli 2010, dibuat setelah diundangkannya Undang Undang Nomor 24 Tahun

2009 tertanggal 9 Juli 2009 yang mengsyaratkan harus dibuat dalam bahasa

Indonesia;

Bahwa faktanya Loan Agreement tersebut tidak dibuat dalam bahasa

Indonesia, hal ini membuktikan bahwa perjanjian yang dibuat para pihak

bertentangan dengan ketentuan Pasal 31 ayat (1) Undang Undang Nomor 24

Tahun 2009 sehingga dengan demikian perjanjian/Loan Agreement a quo

merupakan perjanjian yang dibuat berdasarkan sebab yang terlarang, sehingga

sesuai ketentuan Pasal 1335 juncto Pasal 1337 KUHPerdata perjanjian tersebut

batal demi hukum;

Bahwa Akta perjanjian Jaminan Fiducia atas benda tertanggal 30 Juli

2010 Nomor 77, yang merupakan perjanjian ikutan (accesoir) juga harus

dinyatakan batal demi hukum;

Bahwa selain itu alasan kasasi hanya pengulangan atas semua yang

telah dipertimbangkan dengan benar oleh Judex Facti;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata putusan

Judex Facti/Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum

dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi NINE AM, LTD. tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79

Page 186: PEMBATALAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · daftar pustaka + 80 halaman lampiran. Permasalahan pada skripsi ini adalah

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 80 dari 80 hal. Put. Nomor 1572 K/Pdt/2015

Kasasi ditolak dan Pemohon Kasasi ada di pihak yang kalah, maka Pemohon

Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini;

Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang

Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang

Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I: 1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi NINE AM. LTD tersebut;

2. Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat/Pembanding untuk membayar biaya

perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada

hari Jum’at, tanggal 23 Oktober 2015 oleh Soltoni Mohdally, S.H., M.H., Hakim

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,

Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. dan Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H. Hakim-

Hakim Agung sebagai Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka

untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Para Hakim

Anggota tersebut dan Yusticia Roza Puteri, S.H., M.H. Panitera Pengganti dan

tidak dihadiri oleh para pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd/ Ttd/

Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. Soltoni Mohdally, S.H., M.H.

Ttd/

Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

Ttd/

Yusticia Roza Puteri, S.H.,M.H.

Biaya-biaya: 1. M e t e r a i ……………. Rp 6.000,00 2. R e d a k s i …………… Rp 5.000,00 3. Administrasi kasasi ……Rp489.000,00 Jumlah …….………………..Rp500.000,00

Untuk Salinan Mahkamah Agung RI

a.n. Panitera Panitera Muda Perdata

Dr.PRI PAMBUDI TEGUH,SH.,MH NIP 19610313 198803 1 003

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80