Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

133
:i:il:t::::=:iii': 1.:,-i1:j =., i1! ;:::a ; ..4 :; rr:!ra::rl:a- :::::::,:ji:: jll-:::::::i:::.i:, :::,: :.r: i.a:: : -.:: :::.i::i:i:iirr: :i:ir:l ir rr ::i r:. n.: j:r ::i: :. : : t''&:t,' ii' f*, F* T t - s 5= ; ry d &*G =-€ =Str= i= j *s== i #r* :s:#: =-5-==.ls * =a- *: i'=: :# ff= = }* i i: $+ = f. : : s to * r*jsj5.*ff=r€*e=J"aJ HAS I L KE RJASAMA. : : tt7 n lukum Nasional rlik Indonesia i Kejaksaan Agung Rl Foundation The Asia

Transcript of Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Page 1: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:i:il:t::::=:iii': 1.:,-i1:j =.,

i1! ;:::a ; ..4 :;rr:!ra::rl:a- :::::::,:ji:: jll-:::::::i:::.i:, :::,: :.r: i.a:: : -.:::::.i::i:i:iirr: :i:ir:l ir rr ::i r:. n.: j:r ::i: :. : :

t''&:t,'ii'

f*, F* T t -

s 5= ; ry d&*G =-€ =Str= i= j *s== i #r*

:s:#:

=-5-==.ls* =a- *: i'=: :# ff=

= }* i i: $+ = f. : : s to *r*jsj5.*ff=r€*e=J"aJ

HAS I L KE RJASAMA. :

:

tt7n

lukum Nasionalrlik Indonesia

i

Kejaksaan Agung Rl

€FoundationThe Asia

Page 2: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Hir//r4a0

r1

PEMBARUANTSFttriAN!EiAEiI DA.N::: TATA KER.,JA

KE.JAKSAAN Rl

HAEIL KERJASiAMA :

@mlanErrn

Komlsi Hukum NaslonalRepublik Indonesia

,I.AA

@t(olrlcarnAgupg Rl

{9TheAsia Foundation

arJt]5 ,ffi

Page 3: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI
Page 4: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaanmengamanatkan lembaga Kejaksaan sebagai institusi yang mewakilipublik khususnya di bidang penegakan hukum pidana yaitu penyidikanperkara teftentu, penuntutan dan ekekusi putusan pengadilan sertamewakili negara dan pemerintah dalam perkara perdata dan tata usahanegara. Untuk menjalankan amanat ini ini tentunya membutuhkansistem manajemen organisasi yang baik dalam tubuh Kejaksaan itusendiri.

StruKur Organisasi dan tata kerja Kejaksaan yang berlaku saat iniditetapkan berdasarkan undang-undang Kejalsaan )ang lama yang sudahtidak berlaku lagi pitu Undang-undang (UU) No. 5 Tahun 1991 dandijabarkan dengan Keppres No. 86 Tahun 1999: Dengan berlakunyaUndang-undang Kejaksaanyang baru Undang-undang,yaitu UU No. 16Tahun 2004 pada tanggal 15 Juli 2004; sudah sepatutnya pengaturanmengenaiorganisasi dan tata kerja Kejakaan mengacu pada undang-undang ini. Sayangnya sampai saat ini berbagai ketentuan mengenaiorganisasi dan tata kerja tersebut masih berpedoman pada undang-undang yang lama.

Melihat ketentuan yang termuat dalam Undang-undang No.16 Tahun2004 makin jelas tergambar bahwa lembaga Kejaksaan merupakanprofessional legal organization, oleh karena itu perlu disusunberbagai pembaharuan atas organisasi dan tata kerja Kejaksaanyang baru untuk melakanakan undang-undang tersebut. pembenahandalam organisasi dan tata kerja Kejaksaan tersebut tentunya harusdapat mewujudkan Kejaksaan sebagai professional legatorganization yang kaya akan fungsi, sederhana strulGumya , efisien,produktif, professional di bidangnya, sesuai dengan kebutuhan nyatadalam mewujudkan dan menjalankan visi, misi, tugas dan wewenangsebagai diamanatkan oleh undang-undang.

Organisasi dan tata kerja baru nantinya diharapkan juga menerapkanterjaminnya akses publik, dan asas-asas umum pemerintahan yangbaik lainnya, sehingga terpenuhi harapan masyarakat untuk memiliki

Page 5: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

lembaga Kejaksaan yang transparan dan akuntabel sehinggatterpel i hara kepercayaan masya rakat sefta citra masya ra kat terhada p

Kejaksaan.

Penelitian inidiselenggarakan dalam waKu enam bulan sesuaidengandana yang didukung oleh TheAsia Foundation Dalam penelitian ini,Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI FHUD yang memilikiprogram pemantauan atas kinerja Kejaksaan bekerjasama denganKomisi Hukum Nasional (KHN) terpanggil untukturut berperan dalamproses pembaruan Keiaksaan bersama dengan Kejaksaan Agungdengan melakukan penelitian atas organisasi dan tata kerja Kejaksaan.

Ketuaran dari penelitian ini berupa rekomendasi dalam formatRancangan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia untukmembentuk kelompok kerja guna penyempurnaan organisasi dan tatakerja Kejaksaan dengan penugasan seba ga imana teru ra i d i dalamnya.Keluaran yang implementatif tidak mungkin dicapai mengingatterbatasnya waktu dan dana yang tersedia, terkaitnya organisasidantata kerja Kejalaaan dengan berbagai sistem di instansi lain di luarKejaksaan, seperti Kantor Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara, Sekretariat Negara, Badan Kepegawaian Negara dansebagainya.

Jakarta, OKober 2005

Masprakat Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas Hukum UniversltasIndonesia(MaPPI FHUD

M

Page 6: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

DAFTAR ISI

KATAPENGANTARDAFTARISI

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

lB. Permasalahan'C. TujuanD. LuaranE. Kerangka Konsepsional ..............F. Metode PenelitianG. Sistematika Penulisan PenelitianH. JadwalI. Pelaksana

BAB IIORGANISASI DAN TATA KERJA KEIATGAAN REPUBLIKTNDONESTA ...............A. Kejaksaan Sebagai Suatu Organ isasi

A.1. Tinjauan Umum Mengenai OrganisasiA.2. Kedudukan Kejaksaan RI dalam Sistem Ketatanegaraan

IndonesiaA.2.1. Kedudukan Kejaksaan N dari masa ke masa ..........A,2,2, Kedudukan Kejaksaan R[ berdasarkan Undang-

undang Nomor. 16Tahun 2004Tentang KeajaksaanRI........,....

A.3. Tugas dan Wewenang Kejaksaan Republik Indonesia ....

B. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik

8.1. Susunan Organisasi dan Tugas Pokok, Wewenang serta

iiiV

1

1

45557

L27+14

151516

2121

2325

26

30Fungsi Kejaksaan Agung RI

Page 7: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

8.2. Susunan Organisasi dan Tugas Pokok, Wewenang sertaFungsi Kejaksaan Tinggi

8.3. Susunan Organisasi dan Tugas Pokok, Wewenang seftaFungsi Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan

C. Tata Kerja KejaKaan RlC.1. Tata Kerja Dalam Lingkup KejaKaan Agung RI ............C.2. Tata Ke{a Dalam Lingkup Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan

Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri

BAB IIIKEPEGAWAIAN KETAKSAANA. Pegawai Kejaksaan

1. Jaksaa. Jaksa Sebagai Pegawai Negerib. Jabatan Strukhrr Jaksa ...............c. Kepangkatan dan EselonisasiJaksa ........d. Pemberdayaan Jaksa Fungsional (Non Jabatan Struktural)

2. Pegawai Kejaksaan LainnyaB Peran StruKur Pembinaan Dalam Manajemen Kepegawaian

Kejaksaan

BAB IVANALISIS DAN REKOM EN DASIA. Pernyataan Visi dan Misi KejaksaanB. Pengaturan Mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Keja ksaan Republik IndonesiaC. Susunan Organisasi Kejaksaan Republik IndonesiaD. Kepegawaian Kejaksaan ............E Pola Hubungan Kerja Antar StruKurF. Desain Ulang(rduign) Posisi, Peran dan Tanggung Jawab

Struktur PembinaanG. Perincian Tugas dan Fungsi untuk Menghindari Tumpang

Tindih Tugas serta Fungsi Antar StruKur .............

47

53

5555

55

58596060&687881

83

8787

899195

t02

TM

105

vt

Page 8: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

BAB V

: : A. Kestmputan............ 1Og

B. Saran 109

Fq.gan lGputusan Jalsa Agung tentang pembenhrlon KelompoklGrja Pembaharuan Sistern pengawasan Kejalaaan Ul

.' DaftarNarasumber l}z:i DaflarpeneliU............. tz3

v[

l

Page 9: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI
Page 10: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia saat ini Kejaksaan merupakanlembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidangpenu ntuta n sefta kewenangan lai n berdasarka n u nda ng-u nda n9.1 Lebihlanjut ditegaskan bahwa kekuasaan negara tersebut dilaksanakansecara merdeka. Oleh karena itu, KejaKaan dalam melaksanakanfungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaanpemerintah dan kekuasaan lainn1a.2 Selanjutnya juga ditentukan bahwaJaksa Agung sebagai pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnyamerumuskan dan mengendalikan arah dan kebijakan penangananperkara untuk keberhasilan penuntutan.3 Dapat disimpulkan bahwa JaksaAgung berwenang menentukan kebijalon dalam menpsun organisasidantata kerja Kejaksaan sebagai tools untuk menunjang keberhasilanpenanganan perkara itu sendiri.

Apabila kita meneliti lebih lanjut berbagai peran yang dilakukanKejaksaan Republiklndonesia, baikdalam bidang hukum pidana, bidanghukum perdata, hukum tata usaha negara4, dan wewenang lainberdasarkan undang-undang,. dapat disimpulkan bahwa Kejaksaanmengemban fungsi yustisial dan non yustisial dalam melaksanakantugasnya.s Melihat hal ini maka Kejaksaan tidak sepenuhnla merupakanbagian dari kekuasaan kehakiman, namun berbagai tugas dan

1 Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 16 tahun 2004.

z Pasal 2 ayat (2) Jo Penjelasan Umum Undang-undang No. 16 tahun 20043 ibid.

1 Mengenai rinclan uraian tugas dan wewenang kejaksaan lihat Pasal 30hingga Pasal 37 Undang-undang No. 16 tahun 2004.

s Dr. T. Gayus Lumbun, S.Hf M.H, Standar Profesionalisme dan KemandirlanJal<sa Dalam Sistem Penegakan Hukum, Jakarta: Juli 2004.

Page 11: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

wewenang yang dijalankannya berkaitan erat dengan penegakan hukumserta kekuasaan kehakiman itu sendiri.

Susunan organisasi dan tata kerja Kejaksaan yang berlaku saat iniditetapkan berdasarkan Undang-undang (UU) No. 5 Tahun 1991dijabarkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.55Tahun 1991yang kemudian diganti dengan Keppres No. SSTahun 1999. Undang-undang No. 5 tahun 1991 sendiri telah diganti dengan UU No. 16 Tahun2004 yang disetujuioleh Dewan Perwakilan Ralqyat pada tanggal 15Juli 2004 dan diberlakukan pada tanggal 26 Juli 2004. Sayangnyapengaturan mengenai organisasidan tata kerja Kejaksaan sampaisaatini belum disesuikan dengan Undang-undang baru tersebut dan masihberpedoman pada ketentuan yang lama.

Dalam kurun waKu lebih dari 13 tahun sejak UU No. 5 tahun 1991 berlakutelah terjadi perubahan yang sangat berafti dalam kehidupan politik,ketatanegaraan dan pemerintahan yang menuntut perubahan lembaganegara dan lembaga pemerintahan untuk menyesuaikan organisasinyatermasuk lembaga Kejaksaan. Selain untuk menyesuaikan diri denganperubahan tersebut diatas, pembaharuan Kejalcsaan juga diperlukan untukmenanggapi mitos demokrasiyang mewajibkan setiap lembaga publikuntuk akuntabel, transparan dan profesional, serta untuk mewujudkanlembaga modern yang sederhana, efisien dan produKif.

Visi organisasi sanqat penting dalam memandu ke arah manaorganisasi harus digerakkan. Pada prinsipnya visisuatu organisasi harusdinyatakan secara jelas dan diinternalisasikan kepada seluruh anggotaorganisasi. Sedangkan misi organisasi memegang peranan pentingmenentukan tujuan pembentukan organisasi itu sendiri.6 Visidan misiorganisasi yang baik dan efektif harus dipahami, dihayati dandirefleksikan dalam perilaku organisasi.T Sehingga perumusannyasangat penting dalam menentukan model organisasi dan tata kerjasebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi Kejaksaan.

5 Sunarno, lulengkaji Ulang Kelembagaan Kejal€aan Republik Indonesia.Makalah disampaikan pada Dengar Pendapat Publik Pembaruan Kejakasaan yangdiselenggarakan oleh KHN dan Kejaksaan Agung RI di Hotel Sahid Jakarta pada 24Juni 2003, hal,3.

7 lbid., hal, 4.

Page 12: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Menitik Keppres No. 86 Tahun 1999, maka organisasi dan tata kerja.1 Kejaksaan disusun mengikuti format standar umum yang berlaku bagii lembaga depaftemen yang ada pada waKu itu. KaraKeristik khusus

organisasi Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yangmempunyai tugas utama litigasi yang sarat dengat masalah yuridis

, teknis dan dilaksanakan oleh personil profesional berstatus jabatan' fungsional, kurang tertampung.

Organisasi Kejaksaan dapat dikategorikan sebagai organisasi yangberlebihan dan tidak efisien (excessive and inefficient organization).eContoh: di Kejaksaan Agung terdapat 7 lapisan manajemen dengan

. kurang lebih 346 jabatan struKural; di Kejaksaan Tinggiada 5 lapisan.: jabatan manajemen; di Kejaksaan Negeri ada 5 lapisan manajemen

dan Cabang Kejaksaan Negeriada 4lapisan manajemen. Kebutuhantenaga yang selalu dikeluhkan KejaKaan perlu dikaji lebih lanjut, apakahpermasalahan memang terletak pada minimnya jumlah pegawaiataukah lebih disebabkan inefisiensi dan tidak efeKifnya kinerja seftastru ktu r orga n isasi Keja ksaa n send iri. Ind i kasi terjadi nya pengangg u ra nterselubung (disguise unemployment)e di Kejaksaan kemudianmengemuka, potensi kerugian pada dana dan sarana Kejakaan yangterbuang sia-sia menjadi tidak dapat dihindari.

Desain organisasi Kejaksaan hendaknya diarahkan pada formatorg a n isasi ya n g I ebi h tepat ( rig hBizi n g), a rti nya stru Ku r orga n isasi nyadiarahkan pada struKur sesederhana mu ngkin, proporsional denganhierarki yang pende& efeKif sefta efi sien. 10 Orga nisasi kejaksaan harusdisesuaikan dengan kebutuhan dan strategi organisasi sehingga tujuanorganisasi dapat tercapai dengan optimal.

Uraian tugas (iob description)yang ada saat ini sahgat sederhana dankurang jelas. Persyaratan tugas (iob requiremenfl tidak ada, sehinggasetiap Jaksa dinilai memenuhi syarat dan mempunyai kemampuan

E Suhadibroto, Pembaruan Kejal<saan. Makalah disampaikan pada RakerKejaksaan tanggal 27-29 Mei 2003. hal. 5.

e Hal senada dosampaikan oleh Menpan dalam Kompas tanggal 20 Mei'2003bahwa 53% PNS makan gaji buta.

Lo lbid,, hal.Ll.

Page 13: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

memegang jabatan struKural apapun, ibarat"kunci inggris"yang cocokuntuk ukuran semua baut. Penilaian kerja para Jaksa pada akhirnyamenjadi tidak jelas dan mempengaruhi pembinaan karir pegawaiatausumber daya manusia di Kejaksaan. Permasalahan inijuga dipersulitdengan tidak adanya jabatan pada tataran eselon I (Jaksa Agung Muda)yang fokus menangani sumber daya manusia (SDM) Jaksa sejakrekrutmen, mutasi, promosi, pendidikan, latihan, peni laian ki nerja ds[padahal kinerja Kejaksaan identik dengan kinerja SDM laKa.

Dari UU No.16 Tahun 20021 itu makin jelas tergambar bahwa lembagaKeja ksaa n meru pa ka n profession a I lega I o rga n ization,rr oleh ka rena

itu perlu disusun berbagai perubahan untuk melaksanakan tersebut.Pembenahan organisasi dan tata kerja tentunya harus dapatmewuj udkan Kejaksaan sebagai professional lega I orga n ization yangkaya akan fungsi, sederhana, efisien, produKif, menjamin profesional

dibidangnya, sesuai dengan kebutuhan nyata dalam mewujudkan danmenjalankan visi, misi, tugas dan wewenang sebagai diamanatkan olehundang-undang.

Organisasi dan tata kerja nantinya diharapkan iuga membuka aksespubli& sehingga harapan masyarakat untuk memiliki lembaga Kejakiaanyang transparan dan akuntabel terpenuhi. Kepercayaan masyarakatakan meningkat dan citra masyarakatterhadap Kejaksaan yang selamaini ku rang mengu ntungkan aka n terminima lisir.

B. Permasalahan

Organisasi dan tata kerja Kejaksaan yang ditetapkan berdasarkan UU

No.5 Tahun 1991 dan Keppres No. 86 Tahun 1999 itu perlu ditinjaukembali untuk disesuaikan dengan apa yang tersurat dan tersirat dalamUU lGjaksaan baru yaitu UU No.15Tahun 2004. Mengingat identitasKejaksaan yang tergambar dari visi, misi, tugas dan wewenangKejaksaan, maka organisasidan tata kerja Kejaksaan perlu ditetapkansecara khusus sesuai dengan kebutuhan nyata, misalnya perlunyakejelasan akan jabatan-jabatan fungsional dan jabatan-jabatanstruktural bagi Jaksa maupun pegawai Kejaksaan lainnya (non Jaksa).

11 Suhadibroto, Kualitas Aparat Kejalaaan Dalam Upaya Melal<sanakanPenegakan Hukum. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pemantauan Kejaksaandiselenggarakan oleh MaPPI FHUI tanggal 28-30 November di lakarta.

4

Page 14: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Organisasi dan tata kerja baru tersebut juga diharapkan dapatmenjawab meningkatnya permasalahan yang dihadapi Kejaksaan secarakua ntitatif maupun kualitatif.

Dalam hubungan ini permasalahafi yang akan dikajidalam penelitianini ialah:

1. Bagaimanakah organisasi dan tata kerja yang berlaku diKejaksaan saat ini?

Apakah organisasi dan tata kerja tersebut sesuai dan dapatmemenuhi kebutuhan nyata dan sejalan dengan Undang-undangNo.lSTahun 2004?

Bagaimana organisasidan tata kerja Kejakaan yang sesuaidengan kebutuhan nyata dan memenuhi kandungan Undang-undang No. 1 6 Tahun 2004?

C.Tujuan

1. Melakukan evaluasi terhadap organisasi dan tata kerja yang

.. .berlaku di Kejaksaan saat ini.

2. Melakukan perubahan pada organisasi dan tata kerja Kejaksaanagar menjadi organisasi yang efeKif efisien, dan profesional.

3. Perubahan atas Organisasi dan tata kerja Kejaksaan yang barutersebut harus memenuhi prinsip-prinsip organisasi dan tatakerja yang moderen dan dapat implemenhtif bagiinstansiterkait.

D. Luaran

Hasil penelitian ini akan direkomendasikan pada Jaksa Agung untukmenjadi bagian dari upaya pembaruan Kejakaan dan mendapatkanlandasan hukum sebagai landasan operasional berupa Surat KeputusanJaksa Agung mengenai Kelompk Kerja yang akan membahas Organisasidan Tata Kerja yang baru.

E. Kerangka Konsepsiona!

1. JaksaJaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang olehu ndang-undang untuk beftindak sebagai penu ntut umum danpelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

3.

Page 15: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang11.

KejaksaanKejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negara di bidang penuntutan sefta kewenangan lain

berdasarkan undang-undang secara merdeka dan terlepas daripengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaanlainnya.12

Organisasi adalah".. brga nisasi... meru pa kan kesatua n sosia I ya ng d ikoord inasi

secari sadar yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

befungsi pada sebuah landasan yang relatif kontinyu guna

mencapa i tuj ua n bersama ata u kelom pok tuj ua n 13."

Pegawai negeriPegawai Negeri adalah setiap warga negara Republiklndonesiayang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat olehpejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatujabatan negara atau diserahitugas negara lainnya, dan digaji-berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pegawai negeriterdiri dari pegawai negeri sipildan anggo!9Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian RepublikIndonesia.l4 Pegawai negeri Kejaksaan termasuk dalampegawai negerisipil.

Jabatan fungsionalJabatan fungsionaladalah adalah jabatan yang bersifat keahlian

teknis dalam organisasi Kejaksaan Republik Indonesia yang

ka rena fu n gsi nya memu ng kinka n kela nca ra n pelaksa naa n tugas

dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia.rs

ulndonesia, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16, LN

No. 67 Tahun 2004, TLN No. 4'l()l.Pasal 1 butir 1

D lbid., Pasal 2 dan PenjelasannYa.aSunaryo, Loc.cit. mengutiP dari Robbins, 1991.

14 Indonesia, Undang-undang Tentang Perubahan Atas undang-undang No.8

Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, uu No. 43, LN No. 169 Tahun 1999,

TLN No. 3890 Pasal I Angka 1 Pasal t huruf (a) dan Pasal 2 ayat (1).

s Berdasarkan pada Pasal I huruf c Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-

\73D.NO7lLg99 tentang Pola Jenjang Karir Pegawai Kejaksaan Republik Indonesia.

6

2.

Page 16: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

6. Jabahn strukturalJabatan struktural adalah adalah jabatan yang bersifat keahlianteknis dalam organisasi Kejaksaan Republik Indonesia : KEP-1151J.A11011999 tentang Susunan Organisasi dan Tata KefiaKejaksaan N.16

F. Metode Penelitian

1. Desain

Penelitian ini bersifat eksplanatoris. Sedangkan metode yang digunakanadalah normatif dan empiris. Metode normatif dimaksudkan untuk dapatrnengumpulkan data sekunder yang meliputi bahan peraturanperundang-undangan antara lain UU No. 16 Tahun 2004 tentangkejaKaan Republililndonesia, Keputusan Presiden No. 86 Tahun 1999,.keputusan dan instruksi Jaksa Agung yang berlaku serta peraturaninternal Kejaksaan. Bahan pustaka yang berkaitan dengan obyekpenelitian, bibliografi, kamus, dan lain-lain. Metode empiris dilakukandengan mencari data konkrit di lapangan untuk dapat menemukaninformasi yang akurat mengenai pelaKanaan organisasidan tata kerjaKejaksaan.

2. Daerah Penelitian dan Responden

Penelitian ini dilaksanakan di lima kota di Indonesia, yaitu di Jakarta,Manado, Denpasar, Padang dan Banjarmasin. Responden pada masing-masing kota tersebut dititikberatkan pada aparat Kejaksaan sebagaipihak yang terkait dan Akademisi yang dapat memberikan masukan

secara obyeKif berdasarkan keahllan yang dimiliki. Adapun kota-kotatersebut dlplllh karena mewakili tiga wilayah dl Indonesia, yaituIndonesia Barat, Tlmur dan Tengah, dan Juga dldasarkan pada tingglnya

Jumlah dan komplelaltas perkara yang ditanganloleh maslng-maslngKeJalaaan dl setiap kota.

16 Berdasarkan pada Pasal I huruf b Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-

0731J.N071t999 tentang Pola Jenjang Karir Pegawal Kejakaan Republik Indonesla.

Page 17: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Jumlah responden yang kami harapkan dalam penelitian ini adalah

i 1 sebagai berikut:.i--'

Adapun jumlah responden yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:

Prcfesi Jumlah Responden

Jakarta Manado Denpasar Padang Banjarmasin

Jaksa 20 20 20 20

Akademisi 5 5 5 5 5

Total 59 25 25 2S 5

Sedangkan yang dipilih sebagai nara sumber adalah para pakar danahliyang berkaitan dengan organisasi dan tata kerja Kejaksaan. Pakardan ahlitersebut berasal dari kalangan Akademisi dan Jaksa.

3. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa studiliteratur dan studi lapangan. Studi literatur digunakan untukmengumpulkan dan menganalisis bahan, baik bahan primer atau bahan

8

Proftsi Jumlah Responden

Jakarta Manado Denpasar Padang Banjarmasin

Jaksa 20 20 zo 20 20

Akademisi 5 5 5 5 5

Calon Jaksa(Peserta PPJ)

35

Total 60 25 25 25 z5

Page 18: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

sekunder. Bahan primer yang digunakan dalam penelitian ini antaralain sebagai berikut:

i t. Undang-undang No.5tahun 1991 tentang Kejaksaan.2. Undang-undang No. l5tahun 2004tentang Kejaksaan.3. Keputusan Presiden No. zl4tahun 1974tentang Pokok-pokok

, Organisasidam Departemen.r 4. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman

Organisasi Perangkat Daerah.5. Keputusan Presiden Nomor 85 tahun 1999 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia.5. Keputusan Presiden Nomor 87 tahun 1999 tentang Rumpun

'. 7. Keputusan Presiden No. 102 tahun 2001 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi dan Kewenangan, Susunan, Organisasi dan TataKerja Depaftemen.

8. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-I17lJ.Alt0ll995tentang Jabatan StruKuralyang Tidak Mengelola Fungsi Jaksa.

9. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: l(F;P{Szl).Al5lt996tentang- Pola Hubungan Kerja Antara Satuan Kerja Jaksa Agung Muda

Perdata dan Tata Usaha Negara dengan Satuan Kerja JaksaAgung Muda Pembinaan, Jaksa Agung Muda Intelijen, JaksaAgung Muda Pidana Umum dan Jaksa Agung Muda PidanaKhusus.

10. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-011P.A10L1L997tentang Kriteria Tipologi Kejaksaan NegeriTipe A dan Tipe B.

11. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-0731J.A1071L999tentang Pola Jenjang Karir Pegawai Kejaksaan RepublikIndonesia.

12. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-115/J.A/10/1999tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI.

13. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-2251A,1J.A10512003tentang Perubahan atas Keputusan Jaksa Agung RepublikIndonesia Nomor: KEP-I15/J.A/10/1999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI.

14. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-558/A/J,A|LZ|2003tentang Perubahan ataS Keputusan Jaksa Agung RepublikIndonesia Nomor KEP -225 I N J. Al 05 / 2003 tenta n g Pe ru ba ha n

atas Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-

Page 19: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

LLS|J.Alt0l1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata KerjaKejaksaan RI mengenai kedudukan Kejaksaan RI.

15. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor. KEP-L45lAlJ.Al02l20O3tentang Pedoman Pelaksanaan Kenaikan Pangkat PegawaiNegeriSipil.

16. Surat Per:intah Jaksa Agung Nomor: PRIN.007/AP.A/01/200517. Surat Edaran Bersama Jaksa Agung Republiklndonesia dengan

Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara NomorSE:005/JAl8 1990, No. 42lSE/1990 tentang Angka KreditJabatan Jaksa.

Dalam kurun waktu sembilan butan dilakukan beberapa kegiatan untukmengumpulkan data, baikyang diperoleh melaluistudi pustaka maupunstudilapangan.

Studi pustaka yang dilakukan berupa kajian atas berbagai literatur,ketentuan perundang-undangan dan studi perbandingan dengan polayang ada di negara lain (Thailand dan Filipina) yang dilakukan selamakurang lebih dua bulan. Selain itu wawancara dengan beberapanarasumber merupakan sumber dalam penelitian sebagai upayapembaruan kejaksaan.

Studi lapangan yang dilakukan berupa wawancara mendalam danpembagian kuesioner dengan diawali uji coba dan disertai analisisnyaselama kurang lebih empat bulan. Focus group dixusioniuga diadakandengan mengundang para ahli dan narasumber sehingga bentuknyasebagaiforum konsultatif. Diharapkan para ahli dan narasumber dapatmemberi kan masu ka n seca ra lebi h komprehensif.

Studi lapangan digunakan untuk mengumpulkan data berupa pendapatdari masyarakat hukum dan non hukum mengenai organisasi dan tatakerja di Kejaksaan. Studi lapangan inidilakukan dengan cara:

a. Wawancara mendalam (indepth interuiew)Metode ini bertujuan untuk menangkap pendapat dan pemikiranpara ahli yang menjadi narasumber dalam penelitian ini.Instrumen yang digunakan dalam wawancara mendalamadalah pedoman wawancara (interuiew guidelines) yangdisusun dengan mengacu pada masalah yang akan dikaji.Adapun narasumber dalam penelitian ini, adalah sebagaiberikut:

10

Page 20: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

72.

13.

14.15.

15.

Kepala Biro Kepegawaian Kejaksaan AgungKepala Biro Perencanaan Kejaksaan AgungKepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung RIKepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana BiroPerencanaan Kejaksaan Agung RIKepala Bagian Penyusunan, Penilaian dan PemantauanProgram, Biro Perencanaan Kejaksaan AgungAsisten Pembinaan Kejaksaan Tinggi Kalimantan SelatanKepala Kejaksaan Negeri BanjarmasinKepala Kejaksaa n Negeri Palu

Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera BaratKepala Sub Seki Intel Kejaksaan Tinggi Sumatera BaratAsisten Pengawasan Kejaksaan Tinggi Sumatera BaratKepala Seksi Ekonomi dan Keuangan Intel Kejaksaan TnggiSumatera BaratKepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan NegeriPadangKepala Sub Seksi Intel Kejaksaan Negeri Padang

Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera SelatanKepala Sub Bagian Kepegawaian Kejaksaan TinggiSulawesiUtara

17. Kepala Kejaksaan Negeri Menado18. Kepala Kejaksaan Tinggi Bali

19. Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Tinggi Bali

20. Kepala Kejaksaan Negeri Banjarmasin21. Kepala Kejaksaan NegeriPalu22. Staf Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara23. *nior *peft Public ProsecutorAttorney General Office of

Thailand24. Departtnent of the Public Prosecutor Commisison Thailand

Kuesioner

Metode yang dipakai dalam penyebaran kuesioner adalahmetode purposive. Dalam metode ini responden dipilihsesuai dengan kriteria responden penelitian yang telahditentukan sebelumnya, serta memiliki kaitan dengan objekpenelitian.

11

Page 21: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

4. Analisis Data

Hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan cara melakukanpenggabungan data hasil studi literatur dan studi lapangan. Datatersebut kemudian diolah dan dicari keterkaitan sefta hubungan antarasatu dengan yang lainnya, sehingga diperoleh hasilyang sesuaidengantujuan penelitian.

5. Lokakarya lWorlshop

Lokakary a/Worlchop da n a nal isisnya d i la kuka n serenta k da lam wa Kusatu bulan.Tujuan pelaksanaan workshop diantaranya untukmendapatkan masukan dari berbagai pihak masyarakat atas hasilpenelitian yang telah dilakukan. Pihak masyarakat yang diundangdiharapkan dapat menggali pemikiran dalam kerangka perubahan diKejaksaan sehingga masukan yang disampaikan dapat lebihmembangun dan menyempurnakan hasil penelitian.

Worlahopdilakukan selama kurang lebih satu haridi lima kota yangtelah menjadi tempat dalam pencarian data lapangan. Metode yangakan digunakan dalam wodahopadalah seminardan diskusi kelompok.Dalam diskusi kelompok, peserta dibagi dalam beberapa kelompoksesuai dengan tema penelitian dan dipandu oleh seorang fasilitatoruntuk setiap kelompok.

Penulisan laporan akhir akan dilakukan dalam waku kurang lebih satubulan. Laporan hasil penelitian akan dicetak dan didiseminasidalamwaktu kurang lebih satu bulan.

G. Sistematika Penulisan Penelitian

BAB I. Pendahuluan

Uraian pertama dalam bab kesatu adalah penjelasan mengenai latarbelakang penelitian, yang menguraikan dasar pemikiran dilakukannyapenelitian mengenai orga nisasi dan tata kerja Keja ksaan. Sela nj utnyajuga dijelaskan pokok permasalahan serta tujuan dan sasaran penelitiansebaga i titik tola k ura ian dalam bab-ba b selanj utnya. U raian mengenaikerangka konsepsionaljuga menjadi bagian penting dalam bab kesatu,yang menjelaskan beberapa istilah penting dalam organisasi dan tatakerja Kejaksaan. Bab ini juga mencakup uraian tentang metode

L2

Page 22: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

penelitian yang digunakan dimana diantaranya meliputi teknikpengumpulan data serta analisisnya sebagai pertanggungjawabanilmiah dari proses penelitian. Tidak lupa jadwal pelaksanaan penelitian,para pelaksana serta sistematika penulisan penelitian dicantumkandalam bab ini.

Bab II. Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

Bab kedua hasil penelitian inidiawalidengan Bagian Ayang menjelaskanKejaksaan sebagai suatu organisasi. Bagian A meliputi tinjauanmengenai organisasi pada umumnya, dilanjutkan dengan uraianmengenai kedudukan Kejaksaan dalam Sistem Ketatanegaraan Republik

i Indonesia dari masa ke masa hingga kini. Lebih lanjut bagian A juga' menjelaskan tugas dan wewenang Kejaksaan. Bagian selanjutnya dalam

bab kedua yaitu Bagian B terurai penjelasan secara singkat dan padattentang susunan organisasi, tugas pokokserta fungsidari struKur mulaidaritingkat pusatyaitu KejaKaan Agung RI, hingga struKur Kejaksaandi tingkat daerah yaitu Kejaksaan Tinggi, KejaKaan Negeri dan CabangKejaksaan Negeri. Bagian terakhir dalam bab kedua adalah Bagian B,yang menguraikan tata kerja yang ada dalam lingkup Kejaksaan Agung,Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri.Uraian mengenai hal-hal tersebut di atas tidak saja mencakup uraiannormatif dan empiris mengenai organisasi dan tata kerja KejaksaanRI namun mencakup juga beberapa permasalahan yang muncul dilapangan berdasarkan hasil kuesioner, wawancara dengan berbagainarasumber serta hasil studi banding.

Bab III. Kepegawaian Kejaksaan

Bab ketiga hasil penelitian ini secara garis besar menjelaskan peranstrategis pegawai Kejaksaan dalam organisasidan tata kerja Kejaksaan.Bagian A dalam bab ini menguraikan jenis pegawai Kejaksaan yangterdiri dariJaksa dan pegawai Kejaksaan lainnya (non Jaksa). Dalamuraian mengenai Jaksa terkait erat dengan kedudukan JaKa sebagaipegawai negeri sefta jabatan fungsional dan jabatan struKural JaKa.Bagian A juga menjelaskan pemberdayaan Jaksa fungsionalyang harusdilakukan Kejaksaan. Selanjutnya diuraikan mengenai beberapapegawai Kejaksaan lainnya, seperti tenaga tata usaha dan tenagafungsional lainnya. Bab ini diakhiri dengan Bagian C yang menguraikan

13

Page 23: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

peran struktur pembinaan dalam manaiemen kepegawaian/sumberdaya manusia (SDM) Kejaksaan.

Bab IV. Analisis dan Rekomendasi

Berdasarkan seluruh uraian dalam bab-bab sebelumnya, kemudiandilakukan analisis secara mendalam atas berbagai temuan dan kondisiriilyang dihadapi organisasi lGjakaan saat iniyang dikaitkan denganpokok permasalahan sefta tujuan penelitian, Berdasarkan hasil analisisyang diperoleh selanjutnya disusun rekomendasi untuk menjadimasukan bagi pembenahan organisasi dan tata kerja. Uraian dalambab ini diklasifikasikan dalam beberapa pokok pikiran, yang terdiridari pernyataan Visi dan Misi Kejaksaan, Susunan OrganisasiKejaksaan, Kepegawaian Kejaksaan, Desain ulang (redesign) StrukturPembinaan, Pola Hubungan Kerja antar Struktur, serta Perincian fugasdan Fungsi Tiap StruKur. Pengklasifikasian dimaksudkan untukmemudahkan pembaca dalam mencari kistalisasi permasalahan sertarekomendasi yang diajukan.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

Bab kelima tentang kesimpulan dan saran, merupakan kesimpulan daridatadata yang telah dibahas dan dianalisis pada bab sebelumnya yang

diakhiri dengan saran yang diharapkan dapat berguna.

H.Iadwal

Penelitian inidilakukan mulai bulan Mei 2005 dan berakhir pada Oktober2005.

L Pelaksana

Penelitian ini dilakukan secara swakelola dengan melibatkan tim penelitiyang terdiri ketua tim peneliti, peneliti, dan staf administrasi.

L4

Page 24: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

BAB IIORGANISASI DAN TATA KERJA

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

sepetiyang telah kita ketahuisaat ini pengaturan mengenai Kejaksaan

Republik Indonesia telah mengalami perubahan dari Undang-undang

No. 5tahun 1991 menjadi Undang-undang No. lStahun 2004tentangKejaksaan. Perubahan undang-undang mengenai Kejaksaan sangat

. dinanti-nantikan oleh publik, sayangnya banyak pihak berpendapat

: bahwa tidak terdapat perubahan yang berarti dalam undang-undangKejaksaan yang baru. Pengaturan mengenai organisasi dan tata kerja

kejaksaan misalnya, tidak mengalami perubahan mendasar. Penyusunan

u ndang-unda ng Keja ksaa n ya ng ba ru kemudia n d isi nya lir terbu ru-bu ru

dan tanpa persiapan yang matang.17

Wataupun begitu berbagai ketentuan yang termuat dalam Undang-

unda'ng No. lStahun 2004 dapatdikatakan sebagai langkah awal menujupembiharuan organisasi Kejaksaan yang telah ditunggu oleh

masyarakat luas. Hal iniperlu ditindaklanjuti dengan segera melakukanpeninjauan atas ketentuan pelaksana yang ada dan seyogyanya disusun

berdasarkan Undang-undang tersebut.

selain mengacu pada undang-undang No. 15 tahun 2004, peraturan

pelaksana di atas juga perlu melihat pada kebutuhan dan kondisi di

organisasi Keja$aan saat ini, sefta apa yang dialami oleh personil

kejaksaan khususnp para Jaka. Tentunya banpk perubahan png tefiadi

dalam rentang waffiu dua tahun sejak perubahan terakiir atas Keputusan

Jaksa Agung RI (Kepja) tentang Organisasi dan Tata Kerja disusun.

Perubahan yang pada prinsipnya dapat duadikan masukan tidak hanya

dalam penyusunan Kepja, namun juga Peraturan Presiden (Perpres)

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan.

17 <http://antikorupsi.org/docs/catatanuukejaksaanbaru.pdf?PHPSESSID=e367f5030a6d09ib9e4b3620iZtZi6ZZ, www.hukumonline.com,> dan diakses pada

tanggal 10 Oktober 2005.

15

Page 25: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

A. KejaksaanSebagaiSuatuOrganisasi

A.1. Tinjauan Umum Mengenai Organisasi

Terdapat banyak definisi mengenai apa yang dimaksud denganorganisasi, diantaranya adalah :

18

"...Organisasidicirikan oleh perilaku yang diarahkan ke arahpencapaia n tujuan. Organisasi menca pai tujua n dan sasa ra n

secara lebih efisien dan efektif melalui kegiatan terpadusejumlah individu dan kelompok."

"...Orga nisasi...merupakan kesatuan sosia I ya ng dikoordinasisecara sadar yang terdiri dari dua orang atau lebih yangberfungsi pada sebuah landasan yang relatif kontinyu gunamenca pai tuj uan bersama ata u kelompok tuj uan."

"...Sebuah organisasi adalah suatu entitas yang terdiri dariseju mla h individ u yang membentu k kelompok-kelompok ya ng

" merupakan suatu keseluruhan yang saling mempengaruhi(baikdalam arti kata positif maupun dalam arti kata negatif) gunamelaKanakan pencapaian sasaran pribadi mereka, sasarankelompolg dan sasaran entitas yang kita namakan organisasi...'

"...Istilah organisasi mempunyai dua arti umum. Pertama,berka ita n dengan sebuah lembaga atau kelompok fu ngsional ;misalnya kita menghubungkannya dengan sebuah bisnis, rumahsakit, badan pemerintah, sebagai sebuah organisasi. Kedua,ia berhu b u nga n den ga n proses pen g orga n isa sian (o rg a n izing),yakni cara pekerjaan diatur dan dialokasi antara anggota-anggota organisasi yang bersangkutan sehingga tuiuanorganisasi tersebut dapat dicapai secara efisien."

Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua istilah yang saling terkait dalampembahasan di atas, yaitu "pengorganisasian' dan "organisasilPengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen dan

18 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manaiemen(Jakarta, PT. Raja Grafindo: 2005), hal. 161-162.

16

Page 26: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

merupakan suatu proses yang dinamis sedangkan organisasi

i + merupakan alat atau wadah yang bersifat statis.

' P.ngorga nisasian dapat diartika n penentuan pekerjaa n-pekerjaan ya ngharus dilakukan, pengelompokkan tugas-tugas dan membagi-bagikanpekerjaan pada tiap karyawan, penetapan departemen (sub sistem)

; serta penentuan hubungan diantaranya.le Organisasi kemudian dapatdisimpulkan sebagai hasil dari pengorganisasian. Sehingga apabilaproses pengorganisasian dilakukan denga n baik dan berdasa rka n i lmiahmaka pengorganisasian yang disusun akan baik, efektif, efisien dansesuai dengan kebutuhan sefta tujuan organisasi itu sendiri.

t.

' lSuatu organisasi yang baik dan efeKif pada hakekatnya memiliki ciri--'ciri antara lain:201. Tujuan organisasi itu jelas dan realistis2. Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit-unit,

sub sistem atau bagian-bagian harus baik dan jelas3. Organisasi itu harus menjadialatdan wadah yang efektif dalam

mencapai tujuan. 4. Tipe organisasi dan skukturnya harus sesuai dengan kebutuhan

organisasi5. Unit-unit kerja (departemen-bagian)-nya ditetapkan

berdasakan atas eratnya hubungan pekerjaan6. Job description setiap jabatan harus jelas dan tidak ada

tumpang tindih pekerjaan7. Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume

pekerjaan dan tidak boleh terlalu banyak8. Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melaluijarak

yang terpendek9. Jenis wewenang (authority) yang dimiliki setiap pejabat harus

jelas10. Tidakadanya mismanajemen dalam penempatan karyawan11. Hubungan antar bagian jelas dan serasi

1, Drs.H.P. Malayu Hasibuan, Manajemen: Dasar Pengertian dan Masalah,(Jakarta, Bumi Aksara:2001), ha|.118.

N lbld., ha1.125.

17

Page 27: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

12. Pendelegasian wewenang harus berdasarkan job descriptionkaryawan

13. Diferensiasi, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi harus baik14. Organisasi harus luwes dan fleKibel15. Organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga

Walaupun ciri-ciri di atas belum dapat dikatakan sempurna dan mampumen ga komod i r sel uruh kara Keristik berbaga i jen is orga n isasi, na mu n

beberapa ciri dapat digunakan dalam melakukan pengkajian terhadaporganisasi Kejakaan. Apakah organisasi Kejaksaan saat ini telahmemenuhi ciri suatu organisasircng baikdan efeKif, ataukah sebaliknya.Penilaian terhadap organisasi kejaksaan perlu dilakukan mengingatperan penting dan tanggung jawab besar yang diemban organisasiKejaksaan dalam penegakan hukum di Indonesia.

Sebagai langkah awal perlu dikaji lebih lanjut apa yang menjadi tujuandari organisasi KejaKaan. Pada prinsipnya tujuan dari Kejaksaansebagai suatu organisasi dapat kita lihat dalam visi dan misi KejaksaanRepublik Indonesia.

Visi dari Kejaksaan Republik Indonesia berdasarkan PerencanaanStratejik tah un 2005 adalah :21

"Mewujudkan Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yangmelaksanakan tugasnya secara independen denganmenjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam NegaraH u kum berdasarkan Pancasila.'

Sedangkan Misi dari KejaKaan adalah:

1. Menyatukan tata pikir, tata laku dan tata kerja dalam penegakanhukum

2. Optimalisasi pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme danpenuntasan pelanggaran HAM

21 Instruksi Jaksa Agung Nomor: INS-002/AP.AlLl2005 tentang PerencanaanStratejik dan Rencana Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2005.

18

Page 28: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

3. Menyesuaikan sistem dan tata laksana pelayanan danpenegakan hukum dengan mengingat norma keagamaan,kesusilaan, kesopanan, dengan memperhatikan rasa keadilandan nilai-n i la i kema nusiaa n da lam masya ra kat.

Lebih lanjutTujuan Pembangunan Hukum yang ingin dicapaioleh misiKejaksaan di atas adalah (Rencana Kerja Pembangunan Kejaksaan RItahun 2005):2

1. Terciptanya lembaga Kejaksaan yang independen dan penataankembali susunan organisasi dan tata kerja Kejaksaan;

2. Meningkatkan profesionalisme aparatur dengan didukungintegritas rnoralyang tinggi, sehingga akuntabel dan transparan

i dalam pelakanaan tugas;' 3. Meningkatkan peran Kejaksaan sebagai salah satu aparaturpenegak hukum dalam mewujudkan sistem hukum yangaspiratif dan memenuhi rasa keadilan masyarakat;

4. Meningkatkan operasional penegakan hukum khususnya padapemberantasan KKN dan pelanggaran HAM;

5. Meningkatkan pengembalian kekayaan negara dalam kasus- KIC,|;

6. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat termasukpenyelenggara negara.

Visi pada prinsipnya merupakan cita-cita ke arah mana suatu organisasiharus digerakkan atau dibawa. Visi suatu organisasi harus dinyatakansecara jelas dan diinternalisasikan kepada seluruh anggota organisasisehingga perilaku mereka baiksecara individu atau secara bersama-sama mengarah pada perwujudan visi organisasi tersebut.z3

u Abdul Rahman Saleh, S.H., M.H. (laksa Agung N), Penegakan HukumSebagai Komponen Integral Pembangunan Nasional, diambil dari <http://www.komlsihukum.go.idlnewsletter.php?act=detil&id=115> yang disarikan dariNaskah berJudul "Penlngkatan Peranan Penegak Hukum sebagai WuJud Pelayanankepada Pencari Keadllani yang disampaikan pada Semlnar dengan tema:"Pencegahan dan Pembennhsan Korupsi secan Sistematiki di Jakart+ 11 April2005.

E Sunarnot Mengkaji Ulang Kelembagaan Kejal<saan Republik Indonesia.Makalah disampaikan pada Dengar Pendapat Publik Pembaruan Kejakasaan yangdiselenggarakan oleh KHN dan Kejaksaan Agung RI di Hotel Sahid Jakarta pada 24Juni 2003, hal.3.

19

Page 29: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Selanjutnya misi suatu organisasi secara teoritis dapat digambarkansebagaisebuah pernyataan umum yang merumuskan tujuan intiataufalsafah dasar organisasi. Misi adalah sebuah pernyataan atas "Mengapasuatu organisasi ada?". Pada umumnya sebuah pernyataan misiorganisasi mencakup unsur-unsur customer atau masyarakat yangdilayani, produk atau jasa, teknologi, area, pegawai, citra umum, danfalsafah dasar dari organisasi tersebut. Pernyataan misi yang efeKifharus mempunyai ciri-ciri antara lain: menyatakan tujuan dasarorganisasi, mengkomun ikasi kan visi, batas-batas yang jelas sehinggaterfokus, memiliki makna yang jelas bagi setiap orang, memberikanpetunjuk dalam pengambilan keputusan, mengandung petunjuk nilai-n ila i orga n isasi serta mencermi n ka n ka raKer orga nisasi.2a

Visi dan misi Kejaksaan sebagai institusi publik yang memberikanpelayanan di bidang hukum dan peradilan bagi masyarakat harus pulamencerminkan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Hal ini secaraumum sebenarnya telah tergambar dalam Tujuan Pembangunan Hukumyang ingin dicapai KejaKaan pada Rencana Kerja PembangunanKejaksaan RI tahun 2005. Namun dalam praKeknya asas akuntabilitas,transpa ransi dan pa rtisipasi masya rakat bel um berjalan seperti yangdiharapkan. Beberapa sistem yang dijalankan dalam organisasiKejaksaan seperti sistem pengawasan, sistem pembinaan karir dansistem rekrutmen belum secara maksimal menerapkan asas-asastersebut.

Visi dan misi Kejaksaan juga harus dipahami oleh seluruh pegawaiKejaksaan baik di tingkat pimpinan maupun pelaKana di pusat dandaerah. Apabila tidak ada suatu pemahaman yang sama terhadap haltersebut maka hampir dapat dipastikan kinerja organisasi tidak dapatberjalan optimal, hal ini mengingat seluruh pegawai Kejaksaanmerupakan motor penggerak terpenting dalam organisasi. Harusterdapat kesepakatan khususnya dari segenap pimpinan satuanorganisasi untuk menjalankan tugasnya menuju terwujudnya visi danmisi tersebut. Para pimpinan satuan organisasi merupakan gardaterdepan dalam mewujudkan visi sefta misi Kejaksaan ini. Tindakan

1993.

20

24 fbid, Seperti yang dikutip Sunarno pada Cushaway dan Lodge tahun

Page 30: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

para pejabat.yang mencerminkan ni la i-n i lai orga nisasi dihara pka n da patmenjadi contoh bagi seluruh pegawai dalam organisasi.

A.2. Kedudukan Kejaksaan Dalam Sistem Ketatanegaraan RI

1) Kedudukan Kejaksaan RI Dari Masa ke Masa

Kejaksaan sebagai suatu organisasi berawal pada peftengahanabad 19 sewaKu pemerintahan jajahan Belanda mengundangkanl.R. (Indlandxh Reglemen4 atau "Reglemen Bumi Putera') yangantara lain mengatur hukum acara pidana. Pada masa ini jugaberlaku ketentuan yang disebutR.O. (Reglement op de RechterlijkeOrganisatie en Het Beleid DerJustitie) yang merumuskan adanyaBadan Penuntut Umum pada Pengadilan Bumi Putera maupunPengadilan Golongan Eropa di Hindia Belanda.2s Penuntut umum(Magistraafl dalam Pengadilan masa ini berasal dari kalanganBelanda yaitu para Resident alau Asisten Resident di tingkatka bu paten.26 Ma gistra atmembawa h i bebera pa Ja ksa ya n g berasaldari bumiputera yang disebut ajunct magistraaflPembantu JaksaPenuntut Umum.

Pada masa pendudukan Jepang akhirnya JaKa dan KejaksaanIndonesia menggantikan para Magistnat lPenuntut Umum Belanda(Officieren Van Justitie) dan Badan Penuntut Umumnya (OpenbaarMinisteriQ. Pada masa ini dibentuk Pengadilan Negeri, PengadilanTinggi serta Mahkamah Agung, dimana dalam lingkup pengadilan

tersebut masing-masing dibentuk Kejaksaan Pengadilan Negeri,Kejalaaa n Pengadilan Tin ggi da n Keja laaa n pada Mahlo ma h Agu n9.27

Jaksa kemudian memiliki wewenang penuh dalam menjalankan tugaspenyid ikan, penunfutan, pelaksa naan pufu san pengadi lan.

' Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, Kejaksaan yangawalnya berada di bawah Departemen Dalam Negeri, pindah

Surachman R.M dan Andi Hamzah,dan Kedudqkannyat Cet,t, (PT Sinar grafika;

25 lbid.27 lbid,

Jaksa di Berbagai Negara: PerananJakarta, 1996), hal 3Q.

27

Page 31: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

kedalam Departemen Kehakiman.28 Selanjutnya berdasarkanPeraturan Pemerintah tanggal 10 Oktober 1945 No.2, Jaksamenjalankan fungsi sebagai penuntut umum di Pengadilan Negeri.

Seiring dengan diberlakukannya UU No. 15 tahun 1951 tentangKetentu a n -ketentua n Po kok Keja Kaa n, ma ka ked u d u ka n Keja ksaa nlebih ditegaskan kembali. Pasal 1 undang-undang inimenetapkanbahwa Kejaksaan RI adalah alat negara penegak hukum yangutamanya beftugas sebagai penuntut umum. Kejaksaan kemudianmenjadi satu depa rtemen tersend iri den ga n d i kepalai oleh seora ngMenteriJaksa Agung.2e

Undang-undang No. 15 tahun 1951 kemudian digantikan denganUU No. 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan RI yang disahkan padatanggal 22 )uli 1991. Baik pada masa pemerintahan rezim ordebaru maupun orde lama, Kejaksaan kemudian lebih banyak menjadi"alat pemerintah" dibandingkan "alat negara". Kejaksaan tidakma mpu beftinda k independen.

. Serupa dengan perkembangan organisasi Kejaksaan di Indonesia,KeiaKaan I P u b lic P rosecu to r Offi ce d i Tha i I a n d me ru pa ka n s uatudepartemen yang disebut departemen Kejaksaan dan merupakanbag ian dari Min istryorl ustice/Depa rtemen Keha kima n. Na mu n padatahun L922, departemen ini dipindahkan menjadi bagian dariDepaftemen Dalam Negeridan akhirnya ditahun 1991 memisahkandiri menjadi lembaga independen yang beftanggung jawab secaralangsung pada Perdana Menteri. Pada saat yang bersamaan namadepa ftemen d i ru ba h menjadi Ofr ce of Th e Attomey @nenllKa ntorJaksa Agung. Salah satu alasan utama dariperubahan iniadalahuntuk menjamin keadilan dan menghindarkan adanya pengaruhpolitik yang menganggu jalannya fungsi penuntutan olehKejaksaan.30

28 lbid,hal.69,ze Lihat Pasal 5 Undang-undang No.15 tahun 1961.

rHasil Studi Banding ke Kejakaan Agung Thailand (The Attorney GenenlOffice ofThailandl pada tanggal 1-3 Agustus 2005.

22

Page 32: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Saat ini The Office of Attorney General (OAG) memiliki statussebagai lembaga independen namun harus memberikan laporanpada Menteri Kehakiman. Menteri Kehakiman dalam hal inimenjalankan fungsi pengawasan terbatas pada bidang administrasidan bukan kewenangan penanganan perkara yang dijalankan olehJaksa/Penuntut Umum.

Sebagai bahan perbandingan, Kejaksaan di Filipina yaitu NationalProsecution Seruice(NPS) merupakan bagian dari Departement ofJustice (DoJ). Kejaksaan dipimpin oleh seorang Jaksa Agung(Attorney Generall yang juga merupakan Secretary of Justice(Menteri Hukum) dan ketua DoJ sekaligus.3l Hal ini berbeda denganKejaksaan Republik Indonesia dan Kejaksaan di Thailand yang

organ isasinya terpisa h da ri Departemen H u ku m.

2) Kedudukan Kejaksaan RI berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan

Saat ini kedudukan Kejaksaan Republik Indonsia diatur dalam UU

No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. Undang-undang barupengganti UU No. 5 tahun 1991 ini menetapkan bahwa Kejaksaanmerupakan lem baga pemeri nta ha n ya n g mela Ka na kan kekuasaa n

" negaia di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkanundang-undsng.az'6"Ordukan Kejaksaan dalam UU No. 15 tahun2OO4 tidak mengalami perubahan dari apa yang ditetapkan olehUU No. s tahun i99t.

Pengaturan tentang Kejaksaan yang baru hanya menambahkan kata

"serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang" dan

3r Lihat Administrative Codq Book lV - The Erecutive Branch, Title III -Justice, Chapter 2 - Department Proper, Section 5 - 9.

a Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 16 tahun 2004. Berdasqrkan uraiandi atas maka dapat disimpulkan bahwa, baik pada masa Pemerintihan JajahanBelanda, Pemerintahan lepang, serta masa Pemerintahan RI sampai saat ini, Jaksa

dan Kejaksaan memiliki fungsi utama di bidang Penuntutan. Kedudukan Kejaksaan

tetap berada dalam lingkup kewenangan eksekutif. Baik ketika Kejaksaan berada di

bawah kekuasaan Kepala Karesidenan, Bupati, asisten Residentt hingga menjadidepartemen dan sekarang sebagai lembaga pemerintahan tersendiri.

23

Page 33: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

penekanan bahwa kewenangan yang diemban Kejaksaan tersebutdilakukan secara merdeka, KejaKaan dalam melaksanakan fungsi,tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaanpemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.B

Permasalahan mengenai independensi Kejaksaan RI oleh banyakpihak disinyalir terkait dengan kedudukannya sebagai bagian darikekuasaan eksekutif dan sebagai anggota kabinet yang diangkatdan diberhentikan Presiden. Pengaruh dari lembaga kepresidenanatas penyusunan kebijakan penuntutan KejaKaan RI dianggapsebagaisalah satu penyebab kurang optimalnya kinerja Kejaksaansendiri dalam menangani berbagai perkara yang kontroversialsaatini.

Undang-undang pada hakekatnya telah menegaskan bahwa JaksaAgung sebagai pimpinan Kejaksaan dapat sepenu h nya merumuska n

dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untukkeberhasilan penuntuta n.? Implementasi ketentuan in ilah ya ng ki ni

dinantikan oleh masyarakat luas.

Berdasa rka n wawa ncara na rasumber di Tha ila nd3s, permasa la ha nyang sama juga dihadapi oleh Kejaksaan di Thailand. Sebagailembaga yang berada di bawah Perdana Menteri, independensidan imparsialitas lembaga Kejaksaan merupakan suatu tantanganberat yang masih diperjuangkan. Terlebih lagi atas prosespenuntutan perkara yang terkait erat dengan pan peiabat elaekutif/pemerintahan atau peikara dimana anggota kabinet diduga terlibatd i da lamnya. Pena n ga nan perka ra-perkara tersebut sa rat den ga n

tekanan dan intervensi dari berbagai pihak khususnya daripemerintah.

Kebera nia n Keja ksaan da lam melaku ka n penan ga nan kasus-kasuskorupsi yang terkait dengan para pejabat di daerah dan nasional,

3 Penjelasan Pasal 2 UU No. 16 tahun 2004.t4 lbid.s Wawancara dilakukan dengan narasumber Pritiporn Natipodhi (Senior

*pert Public ProsecutoA Department of the Public Prosecutor Commisison) danKittisak Kittisimanont (Senior Expert Public Prosecutof) pada tanggal 2 Agustus2005.

24

Page 34: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

maupun para pengusaha yang disinyalir "dekat" denganpemerintahan adalah batu ujian bagi Kejaksaan. Kejaksaan harusdapat membuKikan pada masyarakat luas bahwa institusi besertasegenap personilnya mampu melaksanakan fungsi, tugas danwewena ngnya sesuai amanat undang-u ndang secara independen,bebas dari pengaruh kekuasaan pihak mana pun, termasuk

; merdeka dari pengaruh kekuasaan pemerintah.

Pelaksanaan kekuasaan negara sebagaimana dimaksud uraian diatas, diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung RI (dengan daerahh u ku mnya mel i puti wilayah kekuasaa n nega ra Repu bl i k Indonesia),KejaKaan tinggi yang berkedudukan di ibukota provinsi (daerah

. hukumnya meliputi wilayah provinsi), serta Kejaksaan negeri

daera h ka bupaten/kota ).3s

.A.3. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kejaksaan RI

Seperti yang telah diuraikan pada bagian awal penelitian, makaKejaksaan memilikitugas dan wewenang utama di bidang penuntutan.Dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai pemegang kekuasaannegara dalam bidang penuntutan, Kejaksaan memilikitugas, fungsidan wewenang yang sangat luas meliputi bidang hukum pidana, perdatadan tata usaha negara35. Secara ringkas maka tugas, fungsi danwewena ng Kejaksaa n mencakup :

a. Penuntut umum;b. Penyidik tindak pidana tertentu;c. Mewakili negara/pemerintah dalam perkara perdata dan tata

usaha negara;d. Memberi pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah;e. Mewakili kepentingan umum.

Selain itu, KejaKaan juga memiliki tugas dan wewenang lain yangdiberikan oleh undang-undang. Tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaantersebut adalah sebagai berikut:

3s Lihat Pasal 2 ayat (2) jo ayat (3) UU No. 15 tahun 2004

35 Lihat Pasal 30 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

25

Page 35: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

a. KejaKaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkanseorang terdakwa di rumah sakit, tempat perawatan jiwa, atautempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak mampuberdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapatmembahayakan orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri.3T

b. Tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang.38c. Membina hubungan kerja sama dengan badan penegak hukum

dan keadilan sefta badan negara atau instansi lainnya.3ed. Dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada

instansi pemerintah lainnya.4

Kejaksaan dan Jaksa dituntut untuk dapat melakukan seluruh tugasdan wewenangnya yang luas ini dengan sangat baik. Jaksa harusbeftindak berdasarkan hukum, baik itu Undang-undang, PeraturanPemerintah, Keputusan Presiden dan Peraturan PemerintahPengganti Undang-undang. Jaksa dalam menjalankan profesinyajuga harus mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan,kesusilaan, sefta wajib menggalidan menjunjung tinggi nilai-nilaikemanusiaan, yang hidup dalam masyarakat. Sebagai salah satuprofesi hukum maka Jaksa harus selalu menjaga kehormatan danma rta bat profesinya.4l

B Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Re p u b I i kIndonesia

Dengan disairkannya Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentangKejaksaan maka sudah sepatutnya kemudian berbagai peraturanpelaksana dari undang-undang tercebut khususnya pengaturan lebihlanjut mengenai organisasi dan tata kerja dari. Kejaksaan RI

, Pasal 31 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik lndonesia.

r Pasal 32 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

s Pasal 33 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

s Pasal 34 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.Republik Indonesia.

41 Standar Minimum Profesi laksa, Komisi Hukum Nasional, MasyarakatPemantau Peradilan Indonesia, dan Kejaksaan Agung, Pembaharuan KeJel<saan :Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa, (Jakarta : 2004) hal. 85.

26

Page 36: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

diperbaharui..Namun sampaisaat ini berbagai peraturan pelaksana diinternal Kejaksaan masih menggunakan peraturan lama yang

lberpedoman pada Undang-undang No. 5tahun 1991.

Peraturan-peraturan internal Kejaksaan tentang organisasi dan tatakerja Kejaksaan yang saat ini digunakan antara lain adalah:

i t. Keputusan Presiden Nomor 86 tahun 1999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;

2. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-115tJ.AttOt7999tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja KejaKaan RI;

3. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: YCP-225|NJ.A/2000tentang. Perubahan atas Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia., Nomor:KEP-115P.A/10/1999tentangSusunanOrganisasidan

Tata Kerja Kejaksaan RI;

4. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-558P.A/2003 tentangPerubahan atas Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor KEP-2251 AlJ.Al05l2000 tentang Perubahan atasKeputusan Jaksa Agung Republiklndonesia Nomor: KEP-I15/

. J.A/101t999 tentang Susunan Organisasi dan Tata KerjaKejaKaan RI mengenai kedudukan Kejaksaan RI.

Pasal 5 Undang-undang No. 16 tahun 2004 mengatur bahwa susunanKejaksaan terdiri dari Kejaksaan Agung, KejaKaan Tinggi danKejaksaan Negeri. Susunan organisasi dan tata kerja KejaKaanselanjutnya ditetapkan oleh Presiden atas usulJaksa Agung.42 Hal iniberbeda dengan apa yang diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun1991 yang tidak menyebutkan adanya usulan Jaksa Agung ataspenetapan susunan organisasi dan tata kerja Kejaksaan. Selain ituUndang-undang No. 5 tahun 1991 langsung menyebutkan bentukperaturan Keputusan Presiden sebagai dasar pembentukan susunanorganisasi dan tata kerja Kejaksaan 43, sedangkan UU No.16 tahun 2004titlak menetapkan hal tercebut.

a2 Pasal 6 ayat (1) UU No. 16 tahun 2004.

13 Lihat Pasal 6 ayat (1) UU No. 5 tahun 1991.

27

Page 37: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Penegasan adanya usulan Jaksa Agung terhadap penetapan susunanorganisasi dan tata kerja Kejaksaan merupakan halyang sangat penting

dalam menciptakan organisasi Kejaksaan yang profesional danindependen. Usulan Jaksa Agung memegang peranan menentukan atasarah kebijakan yang akan diterapkan Kejaksaan dalam mengelolaorgan isasinya.aa Penyusunan organ isasi Kejaksaan yang berpedoma n

pada Undang-undang No. 16tahun 2004 nantinya harus disesuaikandengan kebutuhan organisasi.as Perencanaan pembentukannya jangan

hanya didasarkan pada kebutuhan sesaat namun harus melihat pada

kebutuhan jangka pendek, menengah dan jangka panjang lembagaKeja ksaan seca ra menyeluruh.

Sebagai contoh mengenai ketentuan Pasal 7 Undang-undang No. 16

tahun 2004 dan penjelasannya menyebutkan bahwa pembentukanCabang Kejaksaan Negeri dapatdilakukan dalam hal tertentu antaralain dalam rangka percepatan layanan hukum kepada masyarakat,wilayah hukum Kejaksaan Negeri yang luas, kondisi geografis dandemografis, atau intensitas layanan tugas yang tinggisehingga perlu

dibentuksuatu Gbang Kejakaan Negeri. FaKor-faKor inilah yang harusdiperhatikan dalam pembentukan Cabang Kejaksaan Negeri kedepannya.

Ketentuan yang rinci seperti initidak diatur dalam pembentukan strukturorganisasi di Kejakaan Agung, Kejaksaan Tinggi maupun KejaKaanNegeri.46 StruKur Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri dibentuk

{ Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Organisasi dan

Tata Laksana Kejaksaan Agung N pada tanggal 17 OKober 2005 diketahui bahwa

tahapan penyusunan struldur organisasi Kejaksaan yang dilakukan oleh KejaksaanAgung diawali dengan analisis struktur masing-masing bidang (misl: Jaksa AgungMuda Tindak Pidana Umum Pampidum melakukan analisis struktur pidum pada tingkatpusat hingga daerah) kemudian diserahkan kepada Jaksa Agung Muda Pembinaan(Jambin) yang selanjutnya akan dibahas secara bersama dalam raPat Pimpinan(seluruh Jaksa Agung Muda/JAM) bersama dengan Jambin. Selanjutnya hasil raPatpimpinan dan struktur organisasi Kejaksaan yang akan diajukan diserahkan kepadaMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara untuk mendapatkan Persetujuan.

as Pada prinsipnya suatu tipe organisasi dan strukturnya harus sesuaidengan kebutuhan organisasi.

46 Lihat pasal 5 jo pasal 4 jo pasal 5 UU No. 16 tahun 2004.

28

Page 38: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

'' 4

dengan Keputusan Presiden atas usulJaksa Agung di wilayah ibukotaprovinsi dan wilayah kabupaten/kota.4i

Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1991 setanjutnya mengaturbahwa susunan Organisasi Kejaksaan pada das'arnya sama dengansusunan organisasi pemerintahan lainnya yang terdiri dari unsurpimpinan, pembantu pimpinan, pelaksana operasional dan pengawasan.Unsur yang membedakannya hanya ciri khusus dalam tugas danwewenang Kejaksaan. Melihat ketentuan initentunya bukan menjadihal yang mengejutkan jika kemudian struktur organisasi Kejaksaanmen gi kuti sta nda r u mu m suatu depaftemen/kementeria n.48

Apabila kita kaji ketentuan dalam UU No. 16Tahun 2004 maka dapatdisimpulkan bahwa rumusan susunan organisasi Kejaksaan berdasarkanketentuan Undang-undang initidak banyak berubah dari rumusan UUNo. 5 tahun 1991.4e Pertanyaannya kemudian adalah apakah susunanorganisasidan pengorganisasian Kejaksaan yang saat ini berpedomanpada standar umum departemen tersebut telah mengakomodir ciri danka raKeristik khusus Kejaksaan.

Dalam praKeknya terdapat beberapa kendala dengan adanya ketentuandi atas. StruKuraparat pengawasan intenalditinglot Kejaksaan NegeriTipe A misalnya, saat ini hanya dijabat oleh satu orang pemeriksa.Dalam hasil wawancara dengan beberapa narasumber internalKejaksaan diketahui bahwa awalnya terdapat lebih dari 1 pemeriksapada tingkat Kejaksaan Negeri. Namun terdapat kebijakan dariKementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) yangmenetapkan bahwa struktur pengawasan pada semua lembagapemerintahan ditinglot kotamadya/lobupaten cukup diisioleh 1 orangsaja, seh ingga Kejaksaa npun mela kuka n perubahan.

47 lbid., Pasal 4 ayat (2), (3).48 Lihat pendapat Suhadibroto dalam makalah disampaikan pada Diskusi

Panel dengan Tema"Membedah Visi Capres dan Cawapres: Penegakan Hukum danAnh Pembaharuan Kejakaan RI', yang diselenggarakan oleh KRHN, FORWAKA,DPC IKADIN, AAI DKI Jakarta, di Hotel Mandarin, Jakarta 14 September 2004.

1e Lihat Pasal 18 ayat (3), (4) jo Pasal 26 ayat (2) jo Pasal 27 ayat (2). (3),(4). Struktur Organisasi Kejakaan pada intinya terdiri dari unsur pimpinan, unsurpembantu pimpinan dan unsur pelaksana.

29

Page 39: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Pada satu sisi kebijakan di atas merupakan konsekuensi logis kebijakanyang harus diterapkan oleh Kejaksaan dalam kedudukannya sebagaisalah satu lembaga pemerintahan. Namun disisi lain kebijakan tersebuttidak selamanya sejalan dengan kebutuhan KejaKaan atas jumlahpenEawas yang lebih banyak di tingkat Kejaksaan Negeri. Hal inimengingat lingkup kewenangan yang diemban Bara pengawas yangluas meliputi pemeriksaan di lingkup wilayah Kejaksaan Negeri sertaCabang-cabang Kejaksaan Negeri di bawahnya., Perlu digarisbawahibahwa Kejaksaan pada hakekatnya bukanlah lembaga pemerintahanbiasa mengingat ruang lingkup kewenangannya dalam proses peradilanyang juga berada di wilayah kekuasaan kehakiman.

Lebih lanjut perlu dipertimbangkan bahwa fleksibilitas strukturorganisasi dan tata kerja disesuaikan dengan perubahan situasi,tuntutan operasional dan kondisi yang dihadapi organisasi Kejaksaan.Keleluasaan Jaksa Agung dalam menyusun susunan organisasi dantata kerja Kejaksaan yang spesifik serta tidak harus mengikuti lembagapemerintahan pada umumnya merupakan kewenangan Jaksa Agungberlandaskan hukum.

B.1. Susunan Organisasi dan Tugas, Wewenang serta FungsiKejaksaan Agung RI

Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesiadan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara RepublikIndonesia.s0 Seperti yang telah dibahas dalam bagian awal makadiketahui bahwa susunan organisasi dan tata kerja Kejakaan termasukstruktu r orga n isasi Keja ksaa n Ag u n g RI d i bentuk berdasarkan suatuKeputusan Presiden atau Peraturan Presiden ttyang secrra garis besarterdiridari:s2

e Pasal 4 ayat (1) UU No. 16 tahun 2004.5r Pasal 6 UU No. 15 tahun 2004.a Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan jo Keputusan

Presiden No. 85 tahun 1999 jo Kepja 115 tahun 2000.

30

Page 40: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

1) Iaksa Agung

Jaksa Agung adalah pimpinan dan penanggung jawab tertinggiKejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, danwewenang Kejaksaan serta merupakan pimpinan dan penanggungjawab tedinggi dalam bidang penuntutan.s3 Jaksa Agung merupakanpejabat negarasa yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden 55

dan beftanggung jawab kepada Presiden.s5

Secara khusus tugas dan wewenang Jaksa Agung sebagai pimpinanKejaksaan berdasarkan Undang-undang No. 16tahun 2004adalah: s7

1. menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukumdan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenangkejaksaan;

2. mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan olehundang-undang;

3. mengesampingkan perkara demi kepentingan umumss sebagaipelaksanaan asas opoftunitas yang hanya dapat dilakukan

. setelah memperhatikan saran dan pendapat dari badan-badankekuasaan negara yang mempunyai hubungan dengan masalahtersebut.

$ Pasal 18 ayat (1) UU No. 16 tahun 2004jo Penjelasan Pasal 18 ayat (1).Tugas dan wewenang lGjaksaan sendiri diatur dalam Pasal 30-34 UU No. 15 Tahun2004. Untuk uraian lengkapnya lihat bagian A.3. hasil penelitian ini pada halaman24-25.

s Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) huruf k Undang-undang No. 43 tahun1999 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian dapat disimpulkan bahwa Jaksa Agung termasuk pejabat negaralain yang ditentukan oleh Undang-undang dalam hal ini Undang-undang No. 16tahun 2004 tentang Kejaksaan. .

ss Pasal 19 UU No. 16 tahun 2004.s5 Lihat Penjelasan Umum angka 4 Jo Pasal 37 UU No. 16 tahun 2004.

Laporan pertanggungjawaban Jaksa Agung disampaikan kepada Presiden dan DewanPerwakilan Rakyat sesuai dengan prinsip akuntabilitas. Laporan pertanggungjawabanyang disampaikan kepada DPR dilakukan melalui rapat kerja.

t Pasal 35, 35 dan 37 UU No. 16 tahun 2004.s8 Yang di maksud dengan "kepentingan umum" adalah kepentingan bangsa

dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas.

31

Page 41: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepadaMahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tatausaha negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepadaMahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk ataukeluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karenaketerl i bata nnya da la m perka ra pidana sesuai dengan peraturanperundang-undangan.memberikan izin kepada tersangka atau terdakwa untukberobat atau menjalani perawatan di rumah sakit dalamnegeri, kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilakukanperawatan di luar negeri. 5e

Jaksa Agung bertanggung jawab atas penuntutan yangdilaksanakan secara independen demi keadilan berdasarkanhukum dan hati nurani.

2) Wakil laksa Agung

Berdasarkan Pasal 18 ayat (3) undang-undang No. 16 tahun 2004WakilJaksa Agung merupakan satu kesatuan unsur pimpinan bersamaJaka Agung. Wakil Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan olehPresiden atas usul Jaksa Agung dan bertanggung jawab kepada JaksaAgung.60 Selanjutnya yang dimaksud dengan "kesatuan unsurpimpinanf'dalam Penjelasan pasal 18 ayat (3) diaftikan sebagai wujudketerpaduan dan kebersamaan antara Jaka Agung dan WakilJaksaAgung dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh JaksaAgung.

se lzin secara tertulls untuk berobat atau menjalani perawatan di dalamnegeri diberikan oleh Kepala Kejaksaan Negeri setempat atas nama Jaksa Agung,sedangkan untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit di luar negerihanya diberikan oleh Jaksa Agung. Izin tersebutjuga harus berdasarkan rekomendasidokter dan Juga ada jaminan tersangka atau terdakwa atau keluarganya berupauang seJumlah kerugian negara yang diduga dilakukan oleh tersangka atau terdakwa.Apabila tersangka atau terdalova tidak kembali tanpa alasan yang sah dalam jangkawaktu 1 (satu) tahun, uang jaminan tersebut menjadi milik negara. Pelaksanaannyadilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

60 Pasal 23 ayat (1) jo ayat (2) UU No. 15 tahun 2004.

32

5.

6.

Page 42: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Sayangnya Undang-undang No. 16 tahun 2004 selanjutnya tidak. mengatur secara rinci mengenai tugas dan wewenang apa saja yangi dijalankan oleh seorang wakilJaksa Agung kaitannya sebagai kesatuan

unsur pimpinan bersama dengan Jaksa Agung. Dalam penjelasanPasal 23 ayat (1) misalnya hanya disebutkan bahwa adanya jabatan

. WakilJaksa Agung akan sangat membantu Jaksa Agung khususnyai dalam pembinaan administrasi sehari-hari dan segi-segi teknis

operasional lainnya. Tida k jelas kegiatan pembinaan ad ministrasi danteknis operasional seperti apa yang kemudian menjadi tugas danwewenang dari Wakil Jaksa Agung.

Ketentuan mengenai WakilJaksa Agung dalam Undang-undang No.I 16 tahun 2004 selanjutnya hanya menjelaskan mengenai kriteria atau'' persyaratan untuk dapat menjabat sebagai Wakil Jaksa Agung,ketentuan pengangkatan, pemberhentian hormat dan tidak hormatserta pertanggungjawaban tugas dan wewenang yang dilakukan olehstruKur WakilJalaa Agung.51 Ketentuan ini tidak jauh berbeda denganapa yang diatur dalam Undang-undang Kejaksaan yang lama (UU No.5 tahun 1991). Perbedaan diantara keduanya hanya terletak padaketentuan mengenai pemberhentia dengan hormat Wakil Jaksa Agur,!g.Dalam Pasal 21 ayat (4) UU No. 5 tahun 1991 disebutkan bahwa WakilJaKa Agung diberhentikan dengan hormat apabila telah berumur 50tahun dan tidak cakap melakukan tugasnya, sedangkan dalam UUNo. 16 tahun 2004 tidak diatur mengenai batasan ini.

Pasal 23 ayat (4) Undang-undang No. 15 tahun 2004 mengatur bahwaWakilJalsa Agung dan Jaksa Agung Muda diberhentikan dengan hormatdari jabatannya karena:

a. meninggaldunia;

b. permintaan sendiri;

c. sakit jasmani atau rohaniterus menerus;

d. berakhir masa jabatannya;

51 Lihat ketentuan pada Pasal 23 Jo Pasal 24 Jo Pasal 25 UU No. 16 tahun2004.

33

Page 43: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

e. tidak lagi memenuhi salah satu syarat sebagaimana dimaksuddalam Pasal2l mengenai larangan rangkap jabatan.62

Apabila kita lihat ketentuan dalam Keppres No. 85 tahun 1999 tentangSusunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia yangmengacu pada Undang-undang Kejaksaan yang lama (Undang-undangNo. 5 tahun 1991), maka Wakil Jaksa Agung mempunyai tugas danwewenang:53

a. membantu Jaksa Agung dalam membina dan mengembangkanorganisasi, administrasi sehari-hari serta tugas-tugas teknisoperasional lainnya agar berdaya guna dan berhasil guna;

b. membantu Jalaa Agung dalam mengkoordinasikan pelaksanaan

tugas, wewenang, dan fungsi para JaKa Agung Muda, Pusatdan Kejaksaan di daerah;

c. mewakili Jaksa Agung dalam halJaksa Agung berhalangan;d. melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjukJaksa

Agung.

Berdasarkan uraian Keputusan Presiden di atas, peran Wakil JaKaAgung masih belum terlihat jelas dan rinci. Tugas dan wewenangseperti apakah yang termasuk melakukan pembinaan danpengembangan organisasi. Mengingat tugas ini merupakan salah satutugas pokokdan fungsi Jaksa Agung Muda Pembinaan yang beftanggungjawab secara langsung pada Jaksa Agung.

52Jaksa Agung dilarang merangkap menjadi:a. pejabat negara lain atau penyelenggara negara menurut peraturan

perundang-undangan;b. advokat;c. wali, kurator/pengampu, dan/atau pejabat yang terkait dalam perkara

yang sedang diperiksa olehnya;d. pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik negara/daerah,

atau badan usaha swastale. notaris, notaris pengganti, atau pejabat pembuat akta tanah; arbiter,

badan atau panitia penyelesaian sengketa yang dibentuk berdasarkanperaturan perundang-undangan;

f. pejabat lembaga berbentuk komisi yang dibentuk berdasarkan undang-undangl

g. atau pejabat pada jabatan lainnya yang ditentukan berdasarkan undang-undang.

a Pasal 6 Keputusan Jaksa Agung No. KEP: ttslJ.Nl0lL999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI.

34

Page 44: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Apakah dengan ketentuan ini secara tidak langsung tersirat adanyapembagian tanggung jawab antara tanggung jawab koordinasi

4 kewenangan teknis yang berada pada Jaksa Agung, dengan tanggungj jawab atas koordinasi kewenangan non teknis (pembinaan danpengembangan organisasi) berada di bawah WakilJaksa Agung sebagaikesatuan unsur pimpinan. Namun dalam pasal tersebut ternyata Wakil

, JaKa Agung juga diberikan wewenang untuk membantu Jaksa Agung'dalam pelaksanaan tugas-tugas teknis operasional sertamengkoordinasikan pelaksanaan tugas, wewenang, dan fungsi paraJaksa Agung Muda, Pusat dan Kejaksaan di daerah dimana merupakantanggung jawab yang bersifat teknis.

,Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-1154.A/10/1999 tentang-isusunan Organisasi dan Tata lGrja Kejaksaan RI juga tidak menjelaskanlebih lanjut mengenai struktur Wakil Jaksa Agung karena lebihmemfokuskan pada strukturJaksa Agung Muda, kelengkapan organisasidan struktur Kejaksaan di daerah. Dikhawatirkan peranan WakilJaksaAgung kemudian sepenuhnya diserahkan pada kebijakan dan "kebaikanhati"dariJaksa Agung sehingga semakin mengaburkan perannya dalamorganisasi, yaitu sebagai bagian dari kesatuan pimpinan Kejaksaan.Sehingga perlu disusun pembagian tugas, wewenang dan fungsiyanglebih rinci bagi Wakil Jaksa Agung dalam Peraturan presiden yangnantinya akan menggantikan Keputusan Presiden No. S6Tahun 1999mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI.

3) JaksaAgung Muda

Dalam struktur organisasi Kejaksaan Agung R[, Jaksa Agung Mudamerupakan unsur pembanfu pimpinan* yang diangkat dan diberhentikanoleh Presiden atas usulJaKa Agung.6s Jaksa Agung Muda adalah Jaksasebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 yang berpengalaman sebagaiKepala Kejaksaan Tinggi atau jabatan yang dipersamakan dengan

. t Pasal 18 ayat (4) UU No. 15 tahun 2004 jo Pasal 4 KEPPRES No. 86tahun 1999.

5s Pasal 24 ayat (1) UU No. 16 tahun 2004.

35

Page 45: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

jabatan lGpala Kejaksaan Tinggi.55 Jaksa Agung Muda juga dapatdiangkat dari luar lingkungan Kejaksaan dengan syarat mempunyaikeahlian teftentu.67

Saat ini berdasarkan Keppres No. 86 tahun 1999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan terdapat 5 struKur Jaksa AgungMuda di Kejaksaan yaitu Jaksa Agung Muda Pembinaan (Jambin), JaksaAgung Muda Intelijen (Jamintel), Jaksa Agung Muda Tindak PidanaUmum (Jampidum), Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus(Jampidsus), Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara(Jamdatun) dan laka Agung Muda Pengawasan (Jamwas).

Dalam masing-masing struKur Jaksa Agung Muda tersebut terdapatkelengkapan unit organisasi yang antara lain terdiri dari: 58

a. Sekretariat

StruKur ini pada intinya bertugas menjalankan kegiatan di bidangkesekretariatan di lingkungan masing-masing bidang (Jaksa AgungMuda[AM). Berdasarkan Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-115P.A/10/1999 dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya struktur Sekretariatdi tiap JAM melaksanakan fungsi antara lain:

1. pelalsanaan penyiapan rumusan keb'rjaksanaan teknis di bidangkesekreta riata n beru pa pem beria n bimbin ga n pembinaa n da npengamanan teknis;

2. pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja dalamrangka penyiapan rumusan rencana dan program kerja;

3. pelaksanaan pengumpulan, pencatatan, pengolahan danpenyajian data kegiatan;

4. pelaksanaan pemantauan, penilaian dan penyusunan laporanpelaKanaan rencana dan program kerja;

5. pelaksanaan urusan ketatausahaan;

6e Pasal 24 ayat (2) UU No. 16 tahun 2004.

57 Pasal 24 ayat (3) UU No. 16 tahun 2004.

58 Pasal 25 Keppres No. 85 tahun 1999.

35

Page 46: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

5. pelaKanaaan peningkatan kemampuan, keterampilan, disiplin

* dan integritas kepribadian aparatserta pelaksanaan pengamanan

I teknis atas pelaksanaan tugas, sesuai petunjukJAM.

Untuk melaksanakan fungsi kesekretariatan seperti yang diuraikan diatas, selanjutnya dilakukan pembagian tugas dan fungsi yang lebihrinci lagi ke dalam struKur di bawahnya yang terdiri dari:

1) Bagian penyusunan program, laporan dan penilaian, yangmembawahi:a. subbagian penyusunan program dan laporan.b. subbagian pemantauan dan penilaian.

2) Bagian Tata usahaa. subbagian tata persuratan dan kearsipan.b. subbagian umum.

b. Direktorat, Biro dan Inspektur

Dalam masing-masing struktur Jaksa Agung Muda membawahibeberapa struKur manajemen level menengah yang menjalankantugas, fungsisefta wewenang dari masing-masing JAM. Dalam strukturJaksa Agung Muda yang melaksanakan fungsi teknis (Jampidum,Jampidsus, Jamintel, Jamdatun), struKur tersebut disebut DireKoratdengan Direktur sebagai manajernya.

Dalam stru Kur Jampidum terdapat DireKorat Pra Pen untutan, Di rektoratPenuntutan, Direktorat Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi.Sedangkan dalam StruKur Jampidsus terdapat DireKorat Penyidikan,Direktorat Penuntutan, Direktorat Upaya Hukum, Eksekusi danEKaminasi. Selanjutnya dalam struftur Jamintel terdapat DireKoratSosialdan Politik, DireKorat Ekonomidan Keuangan sefta DireKoratProduksi dan Sarana Intelijen. Sedangkan dalam struKur Jamdatunterdapat Direktorat Perdata, Direktorat Tata Usaha Negara danDireKorat Pemulihan sefta Perlindungan Hak.

Lebih lanjut pada struktur Jaksa Agung Muda yang tidak melaksanakanfungsiteknis (Jambin dan Jamwas), maka struktur pada level di atasdisebut Biro atau Inspektur. Jambin membawahi struktur BiroPerencanaan, Biro Umum, Biro Kepegawaian, Biro Perlengkapan danBiro Hukum. Sedangkan Jamwas membawahi Inspektur Kepegawaiandan Tugas Umum, Inspektur Keuangan, Perlengkapan dan Proyek

37

Page 47: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

pembangunan, InspeKur Intelijen, InspekturTindak Pidana Umum serbInspekturTindak Pidana Khusus, Perdata dan Tata Usaha Negara.

Dalam struKur Direktorat selanjutnya dibantu oleh beberapa struKurSub DireKorat dan Seksi, sedangkan strukhrr Biro membawahi beberapastruKur Bagian dan Sub Bagian. Lebih lanjut Struktur InspeKurmembawahi beberapa Inspektur Pembantu dan PemeriKa. Masing-masing struktur bertanggung jawab secara hierarkis pada struKur yangpaling tinggi di masing-masing bidang. Pelaksanaan tugas danwewenang struKur berbeda satu sama lain tergantung bidang yangditanganinya, misalnya Sub Bagian Pengadaan Kepegawaian memilikitugas pokok dan fungsi dalam rekrutmen pegawai. Sub Bagian inibertanggung jawab secara langsung pada Bagian PengembanganKepegawaian di Biro Kepegawaian yang merupakan bagian dariJaksaAgung Muda Pembinaan.

c. Tenaga Pengkaji

Dalam struKur organisasi Kejaksaan Agung, Tenaga Pengkaji merupakanJaksa unsur pembantu yang berada dan beftanggungjawab langsungpada Jaksa Agung Muda Bidang Teknis seperti Jaksa Agung Muda Intelijen,JaKa Agung Muda Tindak Pidana Umum, Jaksa Agung Muda TindakPidana Khusus, dan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara.

Tugas dariTenaga Pengkaji secara umum adalah melaksanakan kajiandan berfungsi sebagai satuan tugas di bidang teknis terkait dalamrangka penyelenggaraan tugas-tugas penanganan perkara di bidangpidana, perdata dan tata usaha negara sefta bidang intelijen. Tenagapengkaji dibantu oleh beberapa orang (3 sampai dengan 5 orang)tenaga fungsional Jaksa dan tata usaha sesuai kebutuhan dan bebankerja.

4) Staf Ahli

StruKur Staf Ahli merupakan salah satu struKur dalam susunanorganisasi departemen atau lembaga pemerintahan pada umumnya,termasuk Kejaksaan. Dalam organisasi Kejaksaan, struktur ini dibentukuntuk memenuhi kebutuhan di bidang-bidang teftentu dalam rangkamembantu pelaksanaan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan.

38

Page 48: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

StruKur ini berada di bawah dan bertanggung jawab langsung padaJaKa Agung.6e Berdasarkan Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-I15/

' ).A11011999 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja KejaksaanRI, jumlah staf ahli yang ada di Kejaksaan maksimal 6 orang.

StruKur Staf Ahli sebenarnya tidak diatur secara spesifik dalam Undang-undang No. 16tahun 2004tentang Kejaksaan. Undang-undang ini hanyamengatur mengenai Tenaga Ahli yaitu Pegawai Negeri yang tidakmenduduki jabatan fungsional Jaksa, yang diangkat dan diberhentikanoleh Jaksa Agung menurut peraturan perundang-undanganTo untukmendukung pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan.Tr SelainTenaga Ahli yang merupakan Pegawai Negeri, Undang-undang No. 15

1 tahun 2004 juga memberikan peluang diangkatnya Tenaga Ahliyang' bukan berasal dari pegawai negeri.

Apabila kita mengkaji Pasal 495 Keputusan Jaksa Agung RI Nomor:KEP-1i5/J.A/10/1999 maka dapat disimpulkan bahwa staf ahli lebihmeru paka n ja batan struKur tetap da la m orga nisasi seda ng kan tena ga

ahli adalah pocisi non strulCuralyang diangkat berdasarkan kebutuhanCan waKu tertor"tir.z

Pengaturan Staf Ahliyang ada dalam departemen dibagi berdasarkanbidang-bidang tertentu. Ketentuan dalam Keppres No. 88 tahun 2003tentang Unit Organisasi dan Eselon I Departemen misalnyamengelompokan Staf Ahli dalam beberapa bidang diantaranya StafAhli Bidang Hukum dan Politik, Staf Ahli Bidang Pendidikan dan Pelatihan,

Staf Ahli Bidang Pemerintahan. Sayangnya dalam berbagai ketentuanmengenaiorganisasi dan tata kerja di KejaKaan tidakdiatur lebih lanjutmengenai pembagian bidang kerja-rnasing-masing Staf Ahliyang ada.

s Keputusan Preslden No. 86 Tbhun 1999, Pasal 26m UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan, Pasal 29 ayat (1)71 Pasal 29 ayat (2), Ibld,2 Keputusan laksa Agung No:KEP'115[.A/10/1999 Pasal 495 (2). Kepja lni

selanjutnya Juga menyebutkan pengangkatan tenaga ahli ke dalam kelompok kerjadalam waktu tertentu sesual kebutuhan.

39

Page 49: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Penyusuna'n bidang kerja ini menjadi penting agar kinerja Staf Ahlibenar-benar sesuai dengan kebutuhan organisasi Kejaksaan. Perlu juga

disusun parameter yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkandalam menilai knerja Staf Ahli. Selain untuk menghindari kemungkinanstruktur ini hanya digunakan sebagai"tempat menunggu" sebelum masapensiun para Jaksa senior, namun juga agar peran struKur ahli dapatmem beri ka n kontri busi optimal bag i kinerja organ isasi Keja ksaan.

5) StafJaksa Agung

Dalam Pasal 27 Keppre No. 86 tahun 1999 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Kejaksaan, diatur bahwa untuk menunjang kelancaranpelaksanaan tugas khusus Jaksa Agung yang sifatnya memerlukanpenanganan secara tertentu dan langsung, dapat diangkat seorangStaf Umum dan seorang Staf Khusus Jaksa Agung. Staf JaKa Agungbertanggung jawab langsung kepada Jaksa Agung, namun secaraadministratif berada dalam lingkungan Jaksa Agung Muda Pembinaan.Lebih lanjut diatur dalam Pasal 48 Kepja No. 115 bahwa tugas StafJaksa Agung ditentukan berdasarkan penugasan langsung oleh JaksaAgung.

Salah satu tugas dari Staf Umum Jaksa Agung adalah memberikanbahan pertimbangan kepada Pimpinan Kejaksaan mengenaipenyelenggaraan tugas-tugas yang menyangkut bidang pembinaan,dan manajemen Jaksa Agung. Sedangkan StafKhusus mempunyai tugasmemberikan bahan pertimbangan kepada Pimpinan Kejaksaanmengenai penyelenggaraan tugas-tugas yang menyangkut bidangfungsional Jaksa Agung.r Baik Staf Umum maupun Staf Khusus JaksaAgung dapat dibantu oleh beberapa JaKa yang secara administratifberada dalam lingkungan Jaksa Agung Muda Pembinaan.T4

6) Pusat, yang terdiridari:

Pusat merupakan unsur penunjang kegiatan Kejaksaan. PembentukanPusat ditetapkan oleh Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan

D fbid,, Pasal 4t!2.

71 rbid.

40

Page 50: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

teftulis dari Menteri yang bertanggung jawab di Bidang Pendayagunaan

, Aparatur Negara.Ts Masing-masing pusat membawahi beberapa Bidang

i dan setiap Bidang dapat membawahi beberapa Subbidang sesuaidengan kebutuhan. Saat ini terdapat 4 Pusat di Kejaksaan, yaitu:

a. Pusat Pendidikan dan Pelatihani Pusat Pendidikan dan Pelatihan melaksanakan berbagai tugas

dibidang penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di Kejaksaan,da la m ra ngka mela Ka na ka n peni ng katan kema mpuan profesional,i nteg ritas kepribadia n dan disi plin nasiona I d i I i ng kungan Keja ksaa n.

b. Pusat Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)I Pusat Penelitian dan Pengembangan yang selanjutnya disebut Pusat

LITBANG melaksanakan tugas di bidang penelitian, pengkajian,pengembangan kerjasama keilmuan dan kegiatan ilmiah lainnyayang berkaitan dengan tugas dan wewenang sefta fungsi Kejaksaanberdasarka n peratu ra n peru ndang-u ndangan da n kebijaksanaa nyang ditetapkan oleh JaKa Agung.

c. Pusat Penerangan HukumPusat Penerangan Hukum melaksanakan tugas dibidangpenerangan dan hubungan masyarakat seperti melaksanakankegiatan penyuluhan/penerangan hukum dan hubunganmasyarakat.

d. Pusat Informasi Data dan Statistik KriminalPusat Informasi Data dan Statistik Kriminal melaksanakantugas di bidang informasi data dan statistik seperti kegiatanpengumpulan, pengolahan dan penyajian data hukum serta kriminalberdasa rka n peraturan perundang-undangan dan kebijaKa naa nyang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

Berdasarkan uraian struktur organisasi di atas dapat dilihat jabatanstruKuratyang saat iniada di Organisasi KejaKaan Agung RepublikIndonesia berdasarkan Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-115/J.A/

75 Pasal 28 Keppres No. 86 tahun 1999 tentang Susunan organisasi danTata Kerja Kejaksaan.

4L

Page 51: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

1 0/ 1 99 9 jo KEP -22s I Al ) . Al 05 I 2003 jo KE P- 5 s B/ Al J. A I Lzl 2003 tenta n g

i- < Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI antara lain adalah:

Rekapitulasi Jabatan Struktural di Lingkungan Kejaksaan Agung

Jabatan Bin lntel Pidum Pidsu3 Datun Was Jumlah

Jaksa Agung Muda 1 1 1 1 6

Karo/Dir/lr 6 3 3 3 J 5 23

Kasubao TU 6 3 3 3 3 18

Kabag/Kasubdirilrban 22 1'l 6 6 6 15 66

Kasu bag/Kasi/Pemeriksa 4A 33 12 12 12 30 147

Sekretariat JAM 1 1,|

1 6

Kabag 2 2 2 2 2 2 12

Kasubag 4 4 4 4 4 4 24

Tenaga Pengkaji 1 1 1 1 5

JUMLAH 90 58 32 32 32 58 302

Pusdlkl.t Puslitbang Puspenkum Puslndeskrlm Jumlah

Kepala Pusat 1 1 1 1 4

Kabag TU 1 1 1 '| 4

Kasubag 3 3 3 2 11

Kabid 3 2 3 2 10

Kasubbid o 6 6 4 25

JUMLAH 17 13 14 10 44

#catatan: jumlah rekapitulasi tersebut belum termasuk struktur JaksaAgung RI, Wakil Jaksa Agung, Staf Ahli, dan Staf Jaksa Agung RI,sehingga jumlah keseluruhan adalah 346 posisi struktur,

Dapat disimpulkan dari uraian tersebut bahwa organisasi Kejaksaan

Agung RI sangat besar dan kompleks. Pada satu sisi hal ini menjadilumrah mengingat hampir seluruh proses pengambilan kebijakan baikyang bersifat teknis yudisial maupun kebijakan manajemen non teknistersentralisir di tingkat pusat yaitu di Kejaksaan Agung RI. Manajemen

Kepegawa ian Kejaksaan misal nya, tersentral isir pengelolaannya pada

Struktur Biro Kepegawaian diJaksa Agung Muda Pembinaan,

Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa data kepegawaian yang dikelolaoleh Biro Kepegawaian Kejaksaan Agung berasaldaridata pada struKurkepegawaian ditingkat daerah seperti Kepala Sub Bagian Kepegawaiandi Kejaksaan Negeri dan Asisten Pembinaan di Kejaksaan Tinggi, namun

42

Page 52: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

prosedur mutasi dan promosi personil kejaksaan secara keseluruhan

U

sepenuhnya dilakukan oleh Biro Kepegawaian Kejaksaan Agung RI.76

' Sentralisasi Kebijakan yang bersifat teknis misalnya dapat terlihat padafungsi struktur Sub DireKorat Keamanan, Ketertiban Umum dan TindakPidana Umum lainnya pada Direktorat Prapenuntutan Jaksa Agung Muda

i Pidana Umum. Fungsi struktur ini salahsatunya melakukanpengendalian, koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaanpenyidikan sefta usaha peningkatan penguasaan teknis penyidikan.Pelaksanaan penyidikan yang dilakukan Kejaksaan di tingkat daerahpada prinsipnya tetap diawasi oleh pusat.

iBerdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sentralisasi sistem''dalam organisasi menjadi salahsatu penyebab luasnya lingkupkewenangan struktur di Kejaksaan Agung dan berakibat langsung padaluasnya struktur organisasi di tingkat Kejaksaan Agung serta jumlahjabatan struKural di tingkat pusat.

Struktur organisasi Kejaksaan yang besar kemudian ditambah denganberbagai posisi atau jabatan yang sifatnya pelengkap organisasi. Halini dapat dilihat darijumlah jabatan non struktural sebanyak 208 posisihanya untuk tingkat Kejaksaan Agung saja. Jumlah ini belum ditambahdengan jumlah jabatan lain di Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri.Jumlah pegawai di Kejaksaan RI secara keseluruhan per 31 Desember2004 saja berjumlah 18.465 pegawai dengan diproyeksikan bertambahmenjadi 27.544 di periode 2005 ini.77

Pertanyaannya kemudian apakah sebenarnya jumlah posisi struKuryang luas di KejaKaan Agung memang perlu bagi kepentinganorganisasi. Apakah telah ada pembagian kerja yang jelas bagi tiappegawai sehingga kinerja menjadi efektif dan efisien sehingga tidakada indikasi "pengangguran terselubung".

75 Pasal 74 jo Pasal 76 jo Pasal 77 No. KEP-11i/J,AltllL999, mengenaiuraian tugas Bagian Pengembangan Kepegawaian dan Bagian Kepangkatan padaBiro Kepegawaian.

71 Laporan Penyusunan formasi PNS Kejaksaan RI tahun Anggaran 2005(disusun sampai dengan April 2005).

43

Page 53: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Selain itu perlu dirintis sejak kini pemberian tanggung jawab yanglebih besar pada Kejaksaan di tingkat daerah, misalnyakewenangan untuk melakukan mutasi Jaksa di wilayah KejaKaanTinggi, kewenangan penjatuhan sanksi atas penyimpangan perilakuyang dilakukan oleh oknum Jaksa, dsb. Pada satu sisi upaya inimemberikan peluang bagi daerah untuk mengelola daerahnyadengan maksima[ dan mengurangi sentralisasi dari pusat, namundi sisi lain dapat menimbulkan ketidakseragaman kebijakankhususnya dalam hal pengelolaan kepegawaian. Salah satu faktorpenting dalam mengembangkan kewenangan daerah adalahkesiapan dari personil Kejaksaan di daerah, baik dari segikemampuan, sarana dan prasarana serta integritas danprofesionalismenya.

Berbeda dengan Kejaksaan di Thailand dan Indonesia yangmengedepa nkan sentra I isasi da lam ma najemen orga n isasi nya, Fi lipi namemberikan peluang bagi daerah untuk mengelola manajemenkepegawaiannya sendiri khususnya dalam rekrutmen. Masing-masingKantor Kejaksaan daerah di Filipina (co: Regional State ProsecutionOffice) dapat merekrut Jaksa dan pegawai lainnya sesuai dengankebutuhannya.

Walau pun beg itu sel u ruh persyarata n/kua lifi kasi pegawa i yang akandirekrut merupakan kebijakan dari pusat. Setiap tahapan dalamproses seleksi kemudian dilakukan di kantor Departmentof Justicedan calon Jaksa kemudian diangkat oleh Presiden melalui suratpengangkatan. Sayangnya setiap kantor memiliki data sendiriyangtidak terhubung dengan kantor lain, sehingga Kantor pusat (Officeof The Chief Prosecutor) tidak mengetahui secara pasti datarekrutmen seluruh kantor daerah. NationalCrime Information Stotemsebagai pusat informasi Kejaksaan yang dimaksudkan untukmenyimpan data mengenai jumlah Jaksa masih belum berjalandengan optimal.

Tidak meratanya penyebaran jumlah pegawai khususnya para Jaksasedikit banyak mengindikasikan adanya kendala dalam sistempenempatan Jaksa khususnya di daerah. Berdasarkan beberapawawancara mendalam Vang dilakukan dengan Jaka dan pegawaikejaksaan di tingkat Kejaksaan Negeri dan Kejaksaan Tinggi di luarJawa, diketahui bahwa sampai saat ini daerah masih sangat

44

Page 54: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

membutuhkan Jaksa dan banyak posisi kosong dalam struKur KejaKaandi daerah yang belum terisi.78t

;Terlihatjuga rentang kendali yang sangat panjang pada setiap bidang.Secara umum yang dimaksud dengan rentang kendali adalah jumlahbawahan langsung yang dapat dikendalikan secara efeKif oleh seorang

i manajer, idealnya berjumlah antara 3 sampai dengan 9 orang.Berdasa*a n gamba ra n di ta bel rekapitu lasi ja bata n stru Ku ra l, misa I nyaterlihat bahwa Jaksa Agung sebagai manajer tertinggi Kejaksaanmembawahi 11 bawahan langsung yang terdiri dari 6 Jaksa AgungMuda,4 Kepala Pusat ditambah Kepala Kejaksaan Tinggi dan KepalaKejaksaan Negeri.

'KejaKaan Agung memiliki kurang lebih 7 lapisan manajemen daripimpinan tertinggi hingga ke tingkat pelaksana, padahal salah satupiri organisasi yang baik dan efektif adalah struktur organisasi denganrentang kendalisetiap bagian seminimal mungkin. Sumber perintahdan tanggung jawab harus jelas melalui jarak yang terpendek. Halini dimaksudkan agar suatu pekerjaan atau tugas dapat selesai tanpamemakan jangka waKu yang terlalu lama dan tidak melalui saluranbirokratis yang terlalu panjang. Selain itu diharapkan pemberian tugasdari atasan pada bawahan lebih jelas dan pertanggungjawaban tugasyang dilaksanakan atau penilaian atas bawahan lebih mudahdilakukan.

Menarik untuk dicermati bahwa berdasarkan hasil kuesioner yang kamidapatkan, sebagian besar responden memberikan jawaban bahwastruKur organisasi di Kejaksaan Agung terlalu luas dan memilikijabatanatau posisi yang sangat banyak. Selanjutnya Responden memilih

7E Hal ini juga diutarakan oleh para Jaksa di daerah, Berdasarkan hasilwawancara mendalam dengan Muh. Amin Burdang, S.H. (Asisten PembinaanKejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan), Kepala Kejaksaan Negeri Banjarmasin padatanggal 25 Mei 2005, Wawancara dengan Kepala Kejakaan Negeri Palu tanggal 31Mei 2005, Refli Umar, S.H. (lGsiepidum Kejari Padang), Kepala Sub Seksi Intel diKejati Sumatera Barat pada tanggal 26 Mei 2005, Ramaidag, S.H. (AsistenPengawasan Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Selain itu masalah yang samadiungkapkan juga oleh para peserta workshop dalam hasil Workshop StudiPembaharuan Kejaksaan yang diadakan MaPPI pada tanggal 28 Agustus 2005 diBali dan Banjarmasin dan di Menado pada tanggal 2 Agustus 2005.

45

Page 55: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Keja ksaan Ti nggi sebaga i pi li ha n ked ua den ga n stru Kur organisasi ya ngluas.

Tabel 1.

Akademlsl

,:SEuKur organisasllGJaksaan Agung

Jakarta Denpasar Manado Padang

4 I 2 2

Struktur organlsasllGJaksaan Tlnggl

4 1 2 0

StruKur organlsasllGJaksaan Negerl

2 0 4 0

Struktur organlsaslCabang lGJaksaan Negerl

I 0 1 0

Semua rawaban dl atas 1 0 0 1

Jaksa

Struktur organlsasllGJaksaan Agung

0 6 4 5

Struktur organlsaslKeJaksaan Tlnggl

0 2 4 1

Struktur organlsasllcjaksaan Negerl

0 1 3 0

Struktur organlsaslCabang lcraksaan Negerl

0 0 0 0

Semua Jlwaban dl atas 0 0 0 0

*Responden dapat memllih lebih dari l jawaban.

Sebagal bahan perbandlngan, KeJaksaan dlThalland memlllkl strukturorganlsasl yang cukup sederhana. Wllayah Negara Thalland yang leblhsemplt d i ba nd i ng kan Indonesla menga klbatka n ll n g kup kewena nga norganlsasl KeJaksaan terbatas. Selaln ltu struktur organlsaslKejakaannya Juga tldak memlllkl struKur yang berlapis-lapls darltln gkat manajer/Kepala Depa ftemen hl ngga tl ngkat pela ksanapa ksa.

16

Page 56: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Hal tersebut kemudian menyebabkan rentang kendali tidakterlalu jauhdan pengambilan kebijakan dapat dilakukan dengan cepat.

Pada prinsipnya struktur organisasi di Kejaksaan Thailand hanyad i beda ka n a ntara stru Ku r ya ng menja la nka n fu ngsi I itigasi/pena nga na nperkara di peradilan dan struktur non litigasi. Strukturyang menanganilitigasi antara lain Criminal Litigation Department, Economic CrimeDepa rtment, Intelledual Property and International Trade Depa rtment,Special Litigation Epa ftment, Ovil Litigation Depaftment, Tax LitigationDep a rtm en t, L a b o u r L i ti g ati o n Dep a rtme n t, A d m i n istra ti ve L i ti g a ti o n,dan sebagainya. Sedangkan struKur yang menjalankan fungsi nonI iti gasi a nta ra I a i n a d ala h Inte rn a tiona I Affa i rs Depa rtme n t, Th a i la n dCriminal Institute, Department of Technical Affairs, Training andDevelopment Institute Department of Legal Counsel, Department ofCivil Righ9 Protection and Legal Aid.

Jaksa yang sudah menempati posisi dalam struktur organisasi yangmenjalankan fungsi litigasi hanya menjalankan tugas sesuai denganbidang dimana ia bekerja. Jaksa yang bersangkutan hanya menjalankantugas khusus seorang JaKa tanpa dibebani kegiatan administratif.Fungsi administrasi pada umumnya dijalankan oleh pegawaiadministrasi dan bukan Jaksa. Pegawai-pegawai ini dikoordinasikanoleh General Administrative Office. Pegawai administrasi yangmerupakan Pegawai Negeri Sipil direkrut dan diseleKi oleh CivilSeruiceCommission/Komisi Pegawai Negeri Sipil, sehingga proses pembinaankarir mereka berada di bawah kewenangan komisi ini.ie

8.2. Susunan Organisasi dan TugasrWewenang sefta FungsiKejaksaanTinggi

Kejaksaan Tinggi merupakan unit organisasi Kejaksaan di daerah yang

berkedudukan di Ibukota provinsidengan daerah hukum yang meliputiwilayah provinsi.so Pembentukan unit Kejaksaan Tinggi dilakukan

7e Berdasarkan wawancara dengan Kttisak Kittisimanol (Senior Expert PublicProsecutor Commission) pada tanggal 2 Agustus 2005.

s Pasal 4 ayat (2) Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan.

47

Page 57: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

melal ui Keputusa n Presiden atas usul Jaksa Agu ng. 81 Berdasarka n hasilwawancara dengan narasumber di Kejaksaans2, diketahui bahwapembentukan organisasi KejaKaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri didaerah dilakukan berdasarkan kebutuhan daerah yang bersangkutan,misalnya adanya pembentukan Pengadilan Negeri atau PengadilanTinggi baru, pemekaran wilayah provinsi atau kabupaten/kotamadya.

Kebutuhan akan kantor Kejaksaan baru di daerah umumnya datangdari pemerintah daerah, usulan masyarakat, maupun dari pejabatKejaKaan di wilayah daerah itu sendiri. Usulan tersebut kemudianditampung dan dibahas di tinglot Kejaksaan Agung untuk ditindaklanjutiapakah akan dibentuk kantor Kejaksaan baru atau tidak. Serupa denganpembentukan struktur organisasi Kejaksaan RI secara keseluruhan,maka hasil pembahasan selanjutnya didiskusikan dengan KementerianPendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), Sekretariat Negara seftaDepartemen Keuan gan untuk permasalahan anggaran.

Kejaksaan Tinggi pada prinsipnya merupakan penyelenggara kekuasaannegara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkanundang-undang di tingkat wilayah propinsi. Dengan kata lain, KejaksaanTinggi melaksanakan tugas, wewenang dan fungsi Kejaksaan didaerahhukum dimana Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan terletakberdasa rka n peratu ra n peru nda n g-unda ngan da n kebija ksanaa n ya n gditetapkan oleh Jaksa Agung.

Pasal 502 Kepja Nomor 115lJ.N1011999 menguraikan berbagai fungsiyang dUalankan oleh Kejaksaan Tinggi, yaitu:

a. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaanteknis pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberianperijinan sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Penyelenggaraan dan pelakanaan pembangunan prasaranadan sarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasidan tata laksana serta pengelolaan atas milik negara yangmenjadi tanggung jawabnya;

?n lbid, Paqal 6 ayat (2).82 Wawancara dengan narasumber Bambang R. Lany, Kepala Bagian

Olganisasi dan Tata Laksana pada Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan KejaksaanAgung RI pada tanggal 17 Oktober 2005 .

48

Page 58: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

c. Pela'ksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yangberintikan keadilan di bidang pidana;

d. Pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial,di bidang ketertiban dan ketentraman umum, pemberianbantuan, perlimbangan, pelayanan dan penegakan hukum dibidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukumdan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaanpemerintah dan penyelamatan kekayaan negara;

e. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakitatau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layakberdasarkan penetapan Hakim karena tidak mampu berdirisendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapatmembahaya ka n ora n g la in, lingku nga n ata u dirinya send i ri ;

f. Pemberian petimbangan hukum kepada instansi pemerintah,penyusu na n peraturan peru nda ng-unda ngan sefta pen i ng kata n

kesadaran hu kum masyarakat;g. Koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta

pengawasan, baik di dalam maupun di luar dengan instansiterkait atas pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan

- peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yangditetapkan oleh JaKa Agung.

Sebagai pelaksana tugas, wewenang dan fungsi Kejaksaan di tingkatprovinsi, struKur organisasi Kejaksaan Tinggi serupa dengan strukturditingkat KejaKaan Agung. KejaKaan Tinggi dipimpin oleh seorangKepala Kejaksaan Tinggi dan Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi sebagaikesatuan unsur pimpinan. Dalam pelaksanaan tugasnya, pimpinan

dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu pimpinan, dan unsurpelaksana.s3 StruKur Organisasi Kejaksaan Tinggi yang merupakanunsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksana berdasarkan Keputusan

Jaka Agung ini terdiri dari:1. Asisten (Asisten Pembinaan, Asisten IntelUen, Asisten Tindak

Pidana Umum, Asisten Tindak Pidana Khusus, Asisten Perdatadan Tata Usaha Negara, Asisten Pengawasan);

2. Bagian Tata Usaha;3. Tenaga Pengkaji.

B Pasal 25 Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan.

49

Page 59: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Selanjutnya Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-I15p.A/10/1999 joKEP -225 I Al J. Al 05 I 2003 j o KEP-558/ N J . Al t2 | 2003 te n ta n g S u su n a nOrganisasi dan Tata Kerja KejaKaan RI memuat rincian tugas poko&wewenang, fungsi dan susunan organisasi, serta tata kerja KejaksaanTinggi dan KejaKaan Negeri.

BaikstruKurAsisten, Bagian Tata Usaha maupun Tenaga Pengkaji padahakekatnya berkedudukan langsung di bawah Kepala Kejaksaan Tinggi.StruKurAsisten merupakan manajer level menengah yang umumnyaada di suatu organisasi, dalam hal ini di tinglot Kejaksaan Tinggi. Peranyang dijalankan sifatnya koordinatif atas pelaksanaan tugas dan fungsitiap staf di masing-masing bidang. Selain unsur pembantu pimpinandi atas, dalam struKur organisasi Kejaksaan Tinggi ditetapkan struKuryang merupakan unsur pelaksana, sepefti Kepala Sub Bagian/Seki/Pemeriksa dan Kepala Urusan/Sub Seksi/Pemeriksa Pembantu padamasing-masi ng stru Kur Asisten.

StruKur Sub Bagian dan Urusan berada di bawah struKur Asisten yanglingkup tugasnya bersifat non teknis yaitu struKur Asisten Pembinaan.StruKur Seksi dan Urusan berada di bawah struKur Asisten denganlingkup tugas teknis (tugas yang merupakan pelaksanaan langsungkewenan ga n kejaksaa n berdasa rka n u ndan g-u n da ng ), seperti AsistenPidana Umum, Asisten Pidana Khusus serta Asisten Perdata dan TataUsaha Negara. Khusus untuk StruKur Pemeriksa dan PemerikaPembantu, bekerja di bawah StrulGur Asisten Pengawasan yang lingkuptugasnya adalah pengawasan internal di Kejaksaan.

StrulGur Tenaga Pengkaji di tingkat KejaKaan Tinggi merupakanstruktur yang masih dipeftanyakan keberadaannya sampai saat ini.Tenaga Pengkaji Kejaksaan Tinggi adalah Jaksa unsur pembantu danbeftanggung jawab kepada Kepala Kejaksaan Tinggi. Tugas yangdilaksanakan Tenaga Pengkaji adalah melaksanakan lojian operasiintelijen yustisial, penyelesaian perkara pidana tertentu serta perdatadan tata usaha negara dan merupakan satuan tugas Kejaksaan Tinggi.Tenaga Pengkajiditempatkan di Kejaksaan Tinggiyang memilki lingkupwilayah hukum yang luas sepefti Sumatera Selatan, Sumatera Utara,DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Melihat uraian tugas dan fungsi Tenaga Pengkaji di atas, timbulpertanyaan apakah perbedaan tugasTenaga Pengkaji dengan Jaksa

50

Page 60: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

fungsional dan Asisten pada umumnya. Apakah Tenaga Pengkajidibentuk untuk mengatasi perkara-perkara tertentu yang memerlukanperhatian khusus dan penanganan yang lebih dibandingkan perkarabiasa? Penanganan khusus sebenarnya dapat dilakukan melaluipembentukan tim khusus oleh Kepala Kejaksaan Tinggitanpa harusmembentu k satu ja bata n stru ktu ra I tersendi ri.

Apabila hal ini sulit dilakukan mengingat kesibukan Jaksa fungsionaldan para Asisten, bukankah solusi yang seharusnya dilakukan adalahpenambahan jumlah JaKa dan bukan penambahan struKur. Sehinggaperanan Tenaga Pengkaji di Kejaksaan Tinggi perlu dikaji ulang secaramendalam. Apabila Kejaksaan masih memerlukan struktur ini, perludisusun tugas dan fungsi yang rinci dan jelas sehingga tidak tumpangtindih dengan struKuryang lain.

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan oleh responden akademisi,selurqhnya berpendapat bahwa Tenaga Pengkaji masih diperlukan,sedangkan untuk responden Jaksa setengahnya berpendapat bahwastruktur ini sudah tidak diperlukan lagi.

Tabel.2.

Q: Apakah Tenaga Pengkaji Masih Dibutuhkan?

Dcnpasar Menado Padang

Keputusa n Ja ksa Agung Nomor: KEP-1 1 5/J.A/1 0/1999 tentang Susu na n

Organisasi dan Tata lGrja Kejaksaan N selanjutnya menjelaskan uraiantugas yang dilaksanakan masing-masing struKur di KejaKaan Tinggi,Misalnya seora ng Asisten Pembi naan mempunyai tugas pelaKa na ka n

51

908070505040

Page 61: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

pembinaan atas manajemen, perencanaan dan pelaksanaanpembangunan sarana dan prasarana, pengelolaan pegawai,perlengkapan, organisasi dan tatalaksana, atas milik negara yangmenjadi tanggung jawabnya serta memberikan dukungan pelayananteknis dan administrasi bagi selpruh satuan kerja di lingkunganKejaksaan tinggi bersangkutan dalam rangka memperlancarpelaksanaan tugas.s

Pasal 506 Keputusan Jaksa Agung di atas selanjutnya mengaturfungsiyang diselenggarakan Asisten Pembinaan dalam melaksanakan tugassebagaimana di maksud, yaitu:s

a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidangpembinaan berupa bimbingan, pembinaan dan pengamananteknis;

b. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasiserta pembinaan kerjasama seluruh satuan kerja di bidang administrasi;

c. Penyiapan rencana dan koordinasi perumusan kebUaksanaandalam penyusunan rencana dan program pembangunanprasarana dan sarana, pemantauan, penilaian serta' pengendalian pelaksanaannya;

d. Pembinaan manajemen, organisasi tata laksana, analisis,jabatan fungsional Jaksa, urusan ketatausahaan danpengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapanperpustakaan, dan milik negara yang menjadi tanggung'jawabnya;

e. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan dani ntegritas kepribad ia n aparat Kejaksaan.

Perlu dicermati juga kondisi yang saat ini ada di Provinsi D.I AcehNaggroe Darussalam.86 Provinsi ini memiliki karaKeristik khusus yangberbeda dengan provinsi lain yaitu adanya penerapan hukum Islamdan sistem peradilan yang berbeda dengan peradilan lainnya diIndonesia. Dibentuknya Mahkamah Syariah sebagai pelaksana

4 lbid,, Pasal 5078s lbid,, Pasal 50836 Hal lni diutarakan oleh narasumber Kepala Baglan Organisasl dan Tbta

Kejaksaan Agung RI pada wawancara yang dllakukan tanggal 26 OKoberKerJa200s,

52

Page 62: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

kekuasaan kehakiman di wilayah ini perlu juga ditindaklanjuti olehorganisasi Kejaksaan.

B.3. Susunan Organisasi dan Tugas, Wewenang serta FungsiKejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri

Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri dipimpin oleh seorang KepalaKejaksaan Negeriyang bertugas mengendalikan pelaksanaan tugas danwewenang kejaksaan di daerah hukumnya. Kepala Kejaksaan Negeriselanjutnya dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu pimpinan

, yaitu Kepala Sub Bagian dan Kepala SeKi. Unsur pelaksana ditingkat. Kejaksaan Negeriterdiri dari Kepala Sub Seksi dan Kepala Bagian yangmembawahi beberapa Jaksa fungsional. Tiap unsur pembantu pimpinandan pelaksana di atas, menjalankan tugas dan fungsinya di masing-masing bidang.

StruKur Organisasi Cabang Kejaksaan Negeri dipimpin oleh KepalaCabang KejaKaan Negeri yang mengendalikan pelaksanaan tugas danwewenang Kejaksaan di sebagian daerah hukum Kejaksaan Negeri yangmembawahinya. Kepala Gbang Kejaksaan Negeri dibantu oleh beberapaorang unsur pembantu pimpinan yaitu Kepala Urusan dan Kepala SubSeKi.

Format struKur organisasi Kejaksaan pada prinsipnya sama bagi tiaporganisasi Kejaksaan di daerah (contoh: antara Kejaksaan Tinggi diProvinsi Sumatera Barat dengan KejaKaan Tinggi di Provinsi PapuastruKur drganisasi yang diterapkan sama). Hal ini dalam prakteknyatidak selamanya dapat diterapkan mengingat beban perkara dan kondisitiap provinsi berbeda-beda.87 Dapat dipeftimbangkan untuk menyusunsuatu struKur organisasi dan klasifikasi unit Kejaksaan di daerah yanglebih fleksibel agar mampu mengakomodasi kebutuhan penangananperkara ditiap daerah yang bersangkutan.

87 Format struktur organisasi yang rigiddan kurang fleksibel ini diakui olehnarasumber Gunawan, S.H (Kepala Bagian Penyusunan, Penilaian dan PemantauanProgram, Biro Perencanaan Kejaksaan Agung) dalam wawancara mendalam padabulan Oktober 2005, belum mampu mengakomodirkebutuhin serta kondisi riil yangada di Kejaksaan saat ini,,khususnya kejaksaan di daerah terpencil.

53

Page 63: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Penyusunan klasifikasi lebih rinci bagi Kejaksaan Tinggi dapat dUadikanalternatif solusi. Hal ini dapat dilakukan dengan membedakan KlasifikasiKejaksaan Tinggi yang memiliki beban kerja penanganan perkara sangattinggi, misalnya provinsi padat penduduk. Sebagai contoh KejaKaanTinggi DKI Jakarta, Kejaksaan TinggiJawa Timur, Kejaksaan TinggiMedan, dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan sebagainya, dibedakanformat strukur organisasinya dengan Kejaksaan Tinggi di wilayahprovinsi dengan beban penanganan perkara yang minim dan kurangpadat penduduk di wilayah Indonesia Timur sepefti KejaKaan TinggiPapua, Kejakaan Tinggi SulawesiTengah, Kejaksaan Tinggi Maluku.

Contoh konkrit pembedaan struKur organisasi tersebut misalnya tidaksemua Kejaksaan Tinggi memiliki struKur seksi perdata, seksi tatausaha negara pada Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara. Namunkeberadaan struktur ini harus lebih disesuaikan dengan kebutuhanmasing-masing daerah, sehingga apabila kemudian terjadiperkembangan di daerah dan kebutuhan dari masyarakat lokal ataspenyelenggaraan tugas dan wewenang Jaksa di bidang perdata dantata usaha negara maka Kejaksaan Tinggi kemudian dapatmenyesuaikan dengan menambahkan struKur yang dibutuhkan.Permasalahan yang mungkin timbuladalah kurang seragamnya struKurorganisasi dan perubahan organisasi yang terus menerus dapatmempengaruhi penyelenggaraan tugas dan fungsi lGjaksaan di daerahyang bersangkutan.

Lebih lanjut uraian tugas pokok dan fungsi yang dijelaskan di atasmasih terlalu umum sehingga job description dari tiap struKur tidakterlihat dengan rinci dan jelas. Menurut salah seoiang narasumber,Keputusan Jaksa Agung di atas merupakan pedoman umum yangmenjadi acuan bagi penyusunan job descrigtion masing-masingjabatan.

Berbagai Himpunan peraturan yang dikeluarkan masing-masing bidangsefta Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) ataupun PetunjukTeknis (Juknls)ternyata tidak juga menjelaskan mengenai job descripfibntersebut.Peraturan-peraturan internal ini lebih banyak menjelaskanadministrasi penanganan perkara atau pelaksanaan kegiatanKejaksaan lainnya (standard operational procedure pada masing-masing bidang), seperti prosedur pengawasan dl Kejaksaan, polajenja n g. ka rir'pegawai, prosed u r kena ikan pangkat, da n sebagainya.

54

Page 64: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

1J

'c

Adapun uraian tugas dan pekerjaan yang termuat dalam peraturan-peraturan tersebut belum memberikan gambaran yang rinci mengenai

l.tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan strukturalserta' pertanggungjawaban atas tugas yang dilaksanakan dan penilaian dari

pertangg ungjawaba n tersebut.

Tata Kerja Keja ksaan Repub! i k Indonesia

C.1. Tata Kerja Dalam Lingkup Kejaksaan Agung RI

Dalam Pasal 34 Keppres No. 86 Tahun 1999 disebutkan bahwa setiapsatuan organisasidi Kejaksaan dalam melaksanakan tugasnya wajiblmenerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di'lingkungan Kejaksaan sendiri maupun dalam hubungan antar lembagapemerintah, lembaga negara dan instansi lain yang terkait dengan tugasdari satuan organisasi yang bersangkutan.

Selanjutnya sebagai peraturan pelaksana Keppres di atas, KeputusanKejaksaan Agung Nomor KEP-115/A[.A/1999 secara umum mengatur

. mengenaitata kerja antar Pimpinan satuan kerja (atasan) dan setiapunsur pelaksana (bawahan).88 Pimpinan satuan kerja dan setiap unsurpelaksana dalam lingkungan Kejaksaan wajib memimpin danmengkoordinasikan bawahan masing-masing serta memberikanbimbingan sefta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.se Pimpinansatuan kerja dan setiap unsur pelaKana wajib mengikuti dan mematuhisemua petunjukatasan dan beftanggungjawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya.e0

Keputusan Jalsa Agung selanjutnya menguraikan pola hubungan kerjaantar unit organisasiyang memiliki keterkaitan kerja yang erat baik ditingkat Kejaksaan Agung dan maupun Kejaksaan daerah. Polahubungan antar unit kerja diantaranya dapat dilihat pada pola hubungan

88 Keputusan Jaksa Agung NomorOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan N, Pasal

ee lbld,, Pasal 485.

$ Pasal 487

KEP-1 15/J.A/1999 tentaflg Susunan484-487.

$'a5*&

.*

55

Page 65: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

kerja dalam struktur pengawasan dimana pelaporan yang dilakukanoleh Inspektur pada Jaksa Agung Muda Pengawasan dikoordinasikanoleh Sekretaris Jaksa Agung Muda Pengawasan.

Selain itu, Kepja juga memuat juga pola hubungan antara Kepala Pusat(Pusdiklat, Puspenkum, Instankrim, Puslitbang) dengan Jaksa AgungMuda terkait (Jambin, Jamintel). Koordinasi atas tenaga Widyaiswara,Pranata Komputer dan jabatan fungsiona! lain serta rapat berkalapimpinan dan bawahan dalam rangka pemberian bimbingan.

Pola hubungan kerja diatas perlu diperbaharuisesuaidengan kondisidan perkembangan tugas serta wewenang yang diemban Kejaksaandewasa ini. Hal ini dapat dilakukan dengan penekanan pola kerja yang

tersinkronisasi dan jelas antar satuan organisasi yang memiliki tugasyang terkait erat.

C.2. Tata Kerja Datam Lingkup Kejaksaan Tinggi, KejaksaanNegeri dan Cabang Kejaksaan Negeri

Bentuk pola hubungan kerja di Kejaksaan daerah pada prinsipnla serupadengan yang diterapkan di KejaKaan Agung. Pengaturan tata kerjadifokuskan pada strukturyang memiliki keterkaitan fugas dan wewenangyang sangat besar. Pelaporan yang dilakukan struKur di tingkatKejaksaan Tinggi misalnya diatur bahwa Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi,dan para Asisten dan para kepala Kejaksaan Negeri menyampaikanlaporan kepada kepala Kejaksaan Tinggi yang dikoordinasikan olehKepala Bagian Tata Usaha Kejaksaan Tinggi.el

Sedangkan para Kepala Subbagian, Kepala Seksidan Pemerika pada

Kejaksaan Negeri serta para Kepala Cabang Kejaksaan Negerimenyampaikan laporan kepada Kepala Keiaksaan Negeri yangdikoordinasikan oleh Kepala Subbagian Pembinaan. Tembusan darilaporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secarafungsional mempunyai hubungan kerja. Namun dalam uralan tata kerjadi daerah, tidak dijelaskan pola hubungan antara KejaKaan Negeri,

56

eL lbld, Pasal 591.

Page 66: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Kejaksaan Tinggi dengan Kejaksaan Agung. Hal ini perlu dimuat dalam

, perubahan Kepja mengenai Organisasi dan Tata Kerja nantinya, agari tata kerja antara unit kerja di daerah dan pusat dapat terlihat denganjelas dan memudahkan pelaKanaan koordinasi di lapangan.

Dalam Kqja Nomor: KEP-115/J.N1011999 tentang Susunan OrganisasiI dan Tata Kerja Kejaksaan N terdapat ketentuan mengenai mekanismedan hubungan kerja antara pimpinan satuan organisasi danbawahannya dalam organisasi Kejaksaan. Salah satu mekanismetersebut adalah Rapat berkala yang diwajibkan dalam Pasal 492 danPasal 693 Kepja. Sayangnya kedua Pasal tersebuttidak menguraikanlebih lanjut mekanisme rapat tersebut serta jangka waKu pelaksanaan

lrapat.

Dalam praKeknya rapat berkala tersebut tergantung dari masing-'.masing pimpinan satuan organisasi. Sebagai contoh, Rapat Pimpinanyang dilaksanakan di Kejaksaan saat ini tergantung dari kebfiakan JaksaiAgung dan Jaksa Agung Muda.e2 Mekanisme rapat sebagai salah satuupaya chskand balancedalam organisasi belum diatur secara khususdan dilembagakan di Kejaksaan.

a Berdasarkan pendapat seluruh peserta fucus Group Discussion PembaruanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI tanggal 11 Oktober 2006 di Hotel Sofyan Cikini,Jakarta.

57

Page 67: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

BAB IIIKEPEGAWAIAN KEIAKSAAN

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi keberlangsungansuatu organisasi. FaKor-faktor tersebut dapat berasal dari internalatau eksternal organisasi yang bersangkutan. Kaitannya denganpenelitian i ni terdapat fa Kor internal yang mengambi I peranan pentingterhadap kinerja organisasi Kejaksaan, yaitu faKor sumber dayamanusia Kejaksaan. Integritas, kualitas dan kuantitas sefta kinerja yangdi beri ka n oleh i ndivid u-i nd ividu dala m Kejaksaa n seba gai orga nisasitentunya sangat mempengaruhi performance keseluruhan yangdicerminkan oleh KejaKaan itu sendiri.

Perspektif masyarakat akan kinerja Kejaksaan sebagai suatu organisasiyang menjalankan penegakan hukum ternyata digambarkan secaraburuk. Hal ini terlihat dari tabel polling Harian Kompas yang dapatdilihat di bawah ini.

Dalam beberapa penelitian atau asessmentatas organisasi KejaKaanyang pernah dilakukan seperti GovernanceAudit oleh Price Waterhouse

58

Gcmbaran Kejal*saan saat ini

Sumber:Kompag 29 November 2004 (data dlm persentase)

Page 68: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Cooper(PWC) pada tahun 2001, penelitian Standar Minimum Profesi

- Jaksa, Asessment Sistem Rekrutmen Jaksa dan Penelitian Sistem

1 Pengawasan Kejaksaan yang dilakukan oleh MaPPI dan KHN, sertaberbagai penelitian lainnya, terdapat kesamaan temuan mendasar ataspermasalahan yang dihadapioleh Kejaksaan saat iniyang bermuara

, p?da kepegawaian atau sumber daya manusia (SDM) di Kejaksaan.

Selain itu, berbagai kalangan masyarakat juga mensinyalir kurangoptimalnya kinerja Kejaksaan dan rendahnya citra lembaga ini sedikitbanyak dipengaruhi oleh kinerja dan citra anggota Kejakaan dalam

menjalankan tugas serta wewenangnya. Peran penting pegawai dalam

mewujudkan visi serta misi lembaga Kejaksaan tidak dapat dipungkiri.'Pengelolaan sumber daya manusia yang mengedepankan prinsip

' ' efeKivitas, efisiensi dan the ight man in ffie right place sudah sepatutnya

diterapkan agar Kejaksaan benar-benar menjadi lembaga terdepandalam melaksanakan penegakan hukum di Indonesia saat ini.

Pembahasan mengenai Kepegawaian Kejaksaan dalam penelitian kaliini khusus pada isu kepegawaian yang terkait erat dengan susunan

organisasi dan tata kerja Kejaksaan, sepefti permasalahan jabatan

struKural dan fungsional Jaksa, pemberdayaan tenaga fungsional non

JaKa sefta peran struKur pembinaan dalam pengelolaan kepegawaian

Kejaksaan. Beberapa isu kepegawaian sepefti rekrutmen, sistempehbinaan karir Jiksa dibahai dalam penelitian tersen$1)F-H:*udilakukan oleh MaPPI FHUI bersama KHN. ffi',,.,fu*]u,*

<ii;!A. Pesawai Kejaksaan the ,3#.ffi$ i

'1i k='{^'*j

Secara umum di dalam Kejaksaan terdapat dua jenis peg$G,.ffiqry;u.Jaksa dan pegawai Kejaksian lainnya (co: tenaga tata usah{fe Bah'rhmelaksanakan tugas dan wewenang lGjaksaan, kinerja antara dua jenis

pegawai Kejaksaan di atas, saling mempengaruhi. Jaksa tidak dapatmel aksa na ka ntugasnya den g a n ma ksi ma I tan pa ba ntuan dari pegawa i

Kejaksaan lainnya seperLi tenaga tata usaha.

Proses penanganan perkara yang dilakukan oleh Jaksa misalnya tentumembutuhkan manajemen administrasi perkara yang baik agarpenyidikan, penuntutan dan kegiatan penanganan perkara lainnya dapat

dilakukan sesuai dengan target yang diharapkan. Walaupun JaKa pada

hakekatnya bertanggung jawab penuh atas administrasi perkara,

59

Page 69: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

r. 4ta

namun tidak mungkin Jaksa melaksanakannya seorang diri. Disinilahletak dukungan administrasi dari pegawai Kejaksaan lainnya (non Jaksa)dalam kelangsungan penanganan perkara tersebut. Sehinggapengelolaan atas kepegawaian Kejaksaan tidak hanya dititikberatkanpada pengelolaan SDM JaKa saja namun juga pada seluruh pegawaiyang mendukung kinerja organisasi Kejaksaan.

1. Jaksa

a. Jaksa Sebagai Pegawai Negeri

Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk be*indaksebagai penuntut umum dan pelalsana putusanpengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sertawewenang lain berdasarkan undang-undang.e3 Secara umum tugas dariseorang Jaksa berada diwilayah pidana, perdata dan tata usaha negaraserta keteftiban umum.s Sedangkan dalam Undang-undang Nomor. STahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana(KUHAP), yang dimaksudkan dengan Jaksa adalah pejabat yang diberiwewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai PenuntutUnium serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap.es

Kedudukan Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan saat inimempengaruhi status kepegawaian yang diemban oleh Jaksa. Terlihatdari salah satu syarat untuk dapat diangkat menjadi Jaksa adalahPegawai Negeri Sipil. Berbagai peraturan sefta sistem kepegawaianyang terkait dengan pengelolaan SDM Jaksa kemudian mengacu padaperaturan Pegawai Negerisipil pada umumnya.

Hal ini tentunya tidak selamanya sejalan dengan tugas, fungsi, visidan misi Kejaksaan yang memiliki karakteristik khusus sebagaiprofessional legal organization. Jaksa memiliki tugas, fungsi dan

s3 Pasal 1 butir 1 UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan.q Lihat Pasal 30 Undang-undang No. 16 tahun 2004 dan Bab lI bagian

A.3. dari hasil penelitian lni.

es Pasal 1 butir 5 huruf a Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KitabUndang-undang Hukum Acara Pidana.

60

Page 70: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

wewenang yang jauh lebih luas daripada PNS pada umumnya.o Berdasarkan penelitian mengenai "standar Minimum Profesi JaKa" yangi dilakukan oleh Komisi Hukum Nasional, Kejaksaan Agung dan Mappl

FHUI, Jaksa dikategorikan sebagai profesi hukum yang memilikitugasdan wewenang seperti yang telah diuraikan di atas. Beranjak dari bebankerja Jaksa yang sangat luas maka dapat dipahami bahwa Jaksa

i bukanlah PNS pada umumnya.eT

Sebagai bahan perbandingan, status kepegawaian Jaksa diThailandmisalnya bukan termasuk PNS (civil seruice) namun sebagai profesidan aparat hukum. Peraturan kepegawaian dan pengelolaan Jaksadiatur oleh Kejaksaan sendiri melalui Prosecutor ComissionlKomisi' Kejaksa3n.se

Salah satu cara menyesuaikan kedudukan Jaksa dalam menjalankan'" tugas dan wewenangnya dapat dilakukan melalui rcdesign status Jaksa

menjadi bagian dari pegawai negeri dan bukan bagian dari pegawainegerisipil.e3

eTBerdasarkan uraian seluruh peserta FGD Studi Pembaruan Kejaksaan:Pembaharuan Organisasi dan Tata Kerja Kejakaan RI yang diselenggarakan olehKejaksaan Agung RI, MaPPI FHUI, KHN dan The Asian Foundation di Hotel SofyanCikini Jakarta pada tanggal 11 OKober 2005. Hal yang sama juga diutarakan olehKajari Menado, Marbun, SH pada wawancara di Kantor Kejari Menado hari Kamis,25 Mei 2005 yang mengungkapkan kendala dalam status PNS Jaksa. Menurutnyastatus tersebut dirasakan tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan olehJaksa pada umumnya. Jam kerja Jaksa juga berbeda dengan PNS biasa. Statuskepegawaian ini juga berpengaruh pada sistem penggajian Jaksa yang sangat kecildibandingkan kebutuhan Jaksa. Penyesuaian dengan Hakim sebenarnya juga tidaksesuai, mengingat tugas dan wewenang Jaksa lebih luas sepertl pelakanaan fungsipenyelidikan, penyidikan dan pengamanan. Hakim terbatas pada penangananperkara saJa sehlngga pengeluaran dan blaya operasionalnyapun Jauh leblh sedlklt.

8 Prosecutor Comnlsslon merupakan lembaga yang berada di luar strukturKcJaksaan Thalland, namun Jaksa Agung menJadl anggota ex offlclo nya,Keanggotaan Komlsl lnl dlpillh darl perwakllan Senat (DPR), anggota kablnet dandarl lnternal Kejakaan. Wakll darl KeJaksaan dlplllh oleh seluruh Jaksa dl Thallandsehlngga benar-benar merupakan represcntasl. darl seluruh Jaksa.

te Hal lnl dlsampalkan oleh NurmadJlto, S.H, M.H Staf Mentcrl NegaraPemberdayaan Aparatur Negara pada FGD Studl Pembaruan KeJaksaan:Pembaharuan Organisasi dan Thta Kerja KeJaksaan RI. Dalam Workshop StudlPembaharuan Kejaksaan yang dllaksanakan dl Banjarmasin dan dl Menado padatanggal 2 Agustus 2005 mengemuka pula usulan perubahan status Jaksa menjadlPejabat Negara.

61

Page 71: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 43 tahun 1999 yangmenggantikan UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai NegeriSipil(PNS)b. Anggota Tentara Nasional Indonesiac. Anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Melihat uraian diatas, dimasa mendatang perlu dilakukan perubahanatas Undang-undang tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan ketentuandalam Undang-undang Nomor. 15 Tahun 2004 tentang KejaKaankaitannya dengan status kepegawaian Jaksa.100 Namun perubahantersebut di atas juga menuntut perubahan profesionalisme, sikap dankinerja dari para Jaksa sendiri. Hal ini merupakan konsekuensi logisdari sebuah organisasi dengan karaKeristik yang khusus sepertiKejaKaan.lor

Hal ini didukung juga oleh sebagian besar responden (Tabel 3) 1angsetuju dengan usulan penyusunan peraturan kepegawaian khusus bagiKejaksaan, terpisah dari peraturan Pegawai Negeri Sipil pada umumnya.

Tabe!.3.Q:Apakah pertu pcngaturan khusus bagijaksa tGrpbah dart

Denpasar Mcnado Padang

1@ SeJalan dengan pemlklran tersebut, saat lnl Kementerlan PendayagunaanAparatur Negara tengah menyusun Perubahan atas UU No. 43 tahun 1999 tentangPokokpokok Kepegawalan sehlngga masukan mengenal status kepegawalan Jaksaperlu diJadlkan masukan dalam perubahan UU tersebut, berdasarkan wawancaramendalam dengan NurmadJlto, S.H. M.H Staf Ahll Kementerlan PendayagunaanAparatur Negara pada bulan September 2005.

nL loc,cit

62

PltlS pada umumnya?

Page 72: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Dalam menanganikendala yang diakibatkan status kepegawaian Jaksa

, ini, dapat disusun solusi berdasarkan jangka pendek, menengah dani jangka panjang sesuai kebutuhan dan kondisi realistis terkini yang

dihadapi Kejaksaan.

b. Jabatan laksai

1) Jabatan Fungsional Jaksa

Berdasarkan definisiJaKa yang diuraikan di atas, Jaksa merupakanpejabat fungsional. Jabatan fungsional dalam hal ini mengandungmakna kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,

'wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan"' organisasi yang dalam pelaKanaan tugasnya didasarkan pada keahlian

dan/atau keterampilan tertentu yang bersifat mandiri.lo2 Jabatan. Fungsional Jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalamorganisasi Kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaranpelaksanaa n tugas Kejaksaan. 103

Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipilterdiri dari:1. Jabatan fitngsional keahlian, yaitu jabatan fungsional kualifikasi

profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinyamensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keahliannya. Tugas utama jabatan fungsional keahlianmeliputi pengembangan pengetahuan, penerapan konsep danteori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan pemberianpengajaran dengan cara yang sistematis.le

2. Jabatan fungsional keterampilan yaitu jabatan fungsionalkua I ifi kasi tekn isi atau pen u nja n g profesiona I ya n g pela ksa naa n

tugas dan fungsinya mensyaratkan pengetahuan teknis di satubidang ilmu pengetahuan atau lebih. Tugas utama jabatanfungsional keterampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis

r0z Keputusan Presiden No. 87 tahun 1999 tentang Rumpun JabatanFungsional Pegawal Negeri Sipil, Pasal 1 butir 1.

103 Pasal 1 butir 4 UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan.

tu lbid,, Pasal I butir 4.

63

Page 73: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

'' 4

yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metodeoperasional di bidang ilmu pengetahuan tersebut sertapemberia n pen gaja ra n d i ti ng kat pendid ikan tertentu. 10s

Jabatan fungsional yang diemban oleh para Jaksa termasuk padaja batan fun gsional kual ifi kasi keahlian. Hal ini ditegaska n da la m DaftarRumpun Jabatan Fungsional dan Penjelasannya yang merupakanLampiran atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentangRumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil106 yangmengkategorikan Jaksa sebagai bagian dari rumpun hukum danperadilan bersama-sama dengan jabatan perancang peraturanperundang-undangan.lo7

Kualifikasi profeional bagi Jaksa juga terlihat dari syarat pendidikan S1(Strata 1 atau Sarjana) Hukum bagicalon Jaksa sefta kualifikasi khususlainnya yang tidak dimiliki oleh otttng yang bergelar sarjana hukum padaumumnla. Misalnp kualifikasi lulus pendidikan dan pelatihan pembenfukanJaksa. Hal ini diperkuat dengan tugas, wewenang dan tanggung jawabyang diemban Jaksa di bidang hukum pidana, perdata dan tata usahanegara sefta keteftiban umum yang tentunya tidak dapat dilaksanakanoleh setiap orang. Selain itu Jaksa juga terikat pada etika profesinya,pitu kode etiklaksa Clata Krama Adhpksa) yang ditetapkan oleh Persajasebagai ikatan profesinya.

2) Jabatan Struktural Jaksa

Jabatan struktural adalah adalah jabatan yang bersifat keahlian teknisdalam orga nisasi Kejaksaan Repu bl ik Indonesia berdasarkan Keputusan

los lbld, Pasal 1 butlr 5.

106 Rumpun Jabatan fungslonal adalah himpunan Jabatan fungslonal keahllandan/atau Jabatan fungsional keterampllan yang yang mempunyal fungsl dan tugasyang berkaitan erat satu sama lalndalam melaksanakan salah satu tugas umumpemerintahan.

107 Rumpun Hukum dan peradilan merupakan rumpun Jabatan fungslonalPegawal Negerl Slpil yang kegiatannya berhubungan dengan penelltlan, peningkatanatau pengembangan konsep, teori, dan metode operaslonal serta penerapan llmupengetahuan di bidang hukum, perancangan peraturan perundang-undangan sertapemberian saran dan kosultasi pada para klien tentang aspek hukum, penyelidikankasus, pelaksanaan peradilan.

&

Page 74: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Jaksa Agung tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan

* RI.tot Keputusan Jaksa Agung tersebut ternyala tidak menjelaskani lebih lanjut apa yang dimaksud dengan keahlian teknis tersebut. Tidak

jelas apakah keahlian teknis yang wajib dimiliki Jaksa yang memegangjabatan struKural sama halnya dengan keahlian teknis yang dimiliki

.. oleh JaKa pada umumnya (Jaksa fungsional). Ataukah ada keahliani teknis lain yang dibutuhkan untuk memegang jabatan struKura!

tersebut.

Dalam Keputr.rsan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-073/J.A/0711999 tentangPola Jenjang Karir Pegawai Kejaksaan Republik Indonesia disebutkanbeberapa syarat khusus dalam menduduki suatu jabatan struktural

ltertentu, darijabatan struKural terendah (eselon V B) sampai dengan'eselon

teftinggi (eselon II A). Diantara syarat khusus tersebut misalnyapersyaratan pangkat fienjang jabatan fungsional), latar belakang

'pendidikan terakhir (S1, S2), jabatan yang terakhir atau sedangdipegang, serta pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh. Tidakjelas apakah kesatuan dari keseluruhan persyaratan di atas kemudiandapat disimpulkan sebagai keahlian teknis yang dimaKud dalammenjabat suatu jabata n struktu ral.

Bab II mengenai StruKur Organisasi dan'lbta Kerja Kejaksaan RI dalamhasil penelitian initelah menguraikan struKur apa saja yang terdapatdalam organisasi Kejaksaan di tingkat pusat (Kejaksaan Agung RI),dan di tingkat daerah (Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, CabangKejaksaan Negeri). Pada prinsipnya jabatan yang menyeftai tiapstruKur dalam organisasi Kejaksaan tersebut merupakan jabatanstrulCural.

Seorang Jaksa dapat memegang jabatan struktural dan jabatanfungsionalsekaligus. Hal iniditegaskan dalam Pasal 31 ayat (1) dan

10s Melihat pada Pasal t huruf b Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP'0731

J.Al07lL999 tentang Pola Jenjang Kair Pegawai Kejaksaan Republik Indonesia,Dalam PP No. 10 tahun 2OO0 tentang Pengangkatan PNS dalam jabatan strukturalyang dimaksud dengan jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukantugas, tanggung Jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam rangka memimpinsuatu satuan organlsasi negara,

65

Page 75: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

'' 4

(2) Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 1999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RL Dalam ketentuan ini Jaksamerupakan jabatan fungsional dan dapat menduduki jabatan strukturaldi lingkungan Kejaksaan sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.roeJabatan fungsional yang diembannya adalah jabatanJaksa dengan tugas dan wewenang yang diatur secara khusus olehUndang-undang No. l6tahun 2004tentang Kejaksaan dan peraturanperundang-undangan lainnya yang terkait.l10

Sedangkan jabatan struKural yang dapat diduduki oleh seorang Jaksamisalnya Kepala Sub Seksi di tingkat KejaKaan Negeri, Tinggi atauKejaksaan Agung, Kepala KejaKaan Negeri, Asisten, Kepala KejaksaanTinggi, Kepala Bagian/Sub Bidang/pemeriKa, Tenaga Pengkaji,DireKur/Kepala biro/InspeKur, Sekretaris Jaksa Agung Muda, Jaksa

10e Ketentuan Pasal 8 PP Nomor 100 Tahun 2000 tentang PengangkatanPNS dalam jabatan struktural mengatur bahwa PNS yang menduduki jabatanstruktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan strukturalmaupun dengan jabatan fungsional. Ketentuan ini pada hakekatnya sulit untukditerapkan di Kejaksaan, mengingat sebagian besar jabatan struKural yang ada diorganisasi Kejaksaan mensyaratkan Jaksa yang menduduki jabatan tersebutdibandingkan pegawai kejaksaan lainnya (nonjaksa). Hal ini terutama pada jabatan-jabatan yang mengelola fungsi jaksa dan terkait secara langsung dengan teknispenanganan perkara. Kendala yang timbul dengan adanya ketentuan di atas sedikitbanyak teratasi dengan adanya PP No. 29 tahun 1997 tentang Pegawai Negeriyang Menduduki Jabatan Rangkap. Melalui peraturan ini, jaksa sebagai jabatanfungsional diperbolehkan menjabatjabatan struktural di lingkungan Kejaksaan yangtugas pokoknya terkait erat dengan bidang penuntutan. Terlihat dengan jelas bahwapada prinsipnya Jaksa dan kejaksaan memiliki ciri dan karaKeristik khusus yangberbeda dari PNS pada umumnya.

110 Peraturan perundang-undangan yang mengatur kewenangan Jaksadan KeJaksaan misalnya Undang-undang No. 8 tahun 198lJentang KUHAA Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang No. I Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Undang-Undang No. 10 Tbhun1998 Tentang Perubahan Atas UU no. 7 Tbhun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 12 Tehun 2003 Tentang Pemllihan Umum Anggota Dewan PerwakllanRakyat, Dewan Perwakllan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Undang-Undang No, 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan'Tlndak Pldana Terorlsme,Peraturan Daerah (Perda) dan sebagalnya. Leblh lengkapnya Llhal PembaharuanKeJalaaan: Pembentukan Standar Minlmum Profesl JalsarBab lV baglan B.2 mengenalTUgas, Fungsi dan Wewenang Kejaksaan, hal. 90-103.

56

Page 76: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Agung Muda, Wakil Jaksa Agung, dan jabatan lainnya berdasarkan

. lGpja mengenaiOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI yang berlaku.i Penempatan seorang JaKa pada suatu jabatan struKural disatu sisi

diperlukan oleh organisasi khususnya pada struktur pimpinan Kejaksaandi tingkat daerah maupun pusat, seperti Kepala Kejaksaan Negeri,

. Kepala Kejaksaan Tinggi, JaKa Agung Muda, dan sebagainya.llli Beberapajabatanstrukturaldi Kejaksaan pada hakekatnya bukan hanya

bersifat administrasi saja, namun juga mencakup bimbingan teknisterkait dengan penanganan perkara sehingga diperlukan demikelancaran kinerja organisasi. Namun disisi lain, dapat membuat kinerjatidak efisien, efeKif, dan produKif yang berakibat pada profesionalismeseorang Jaksa berkurang, mengingat bahwa seorang jaksa yanglmenjabat jabatan struktural maka secara otomatis beban tugas jabatan-'fungsionalnya

juga berkurang. Besar kecenderungan seorang Jaksayang menjabat jabatan struktural kemudian jarang melakukan tugaspenuntutan.rrz

Selain itu, dalam wawancara mendalam dengan beberapa narasumberdi daerah1l3 terungkap bahwa dalam praKeknya di Kejakaan saat ini,penyelesa ia n tu gas-tu gas stru Ku ra I da pat men ga la h ka n tu gas-tugasfu ngsional. Orientasi struKu ral da ri seoran g Jaka d ikhawati rka n akansemakln berkembang karena tidak dapat dipungkirijabatan strukturaldapat memberikan kenikmatan berupa kekuasaan, kewenangan, tugas

ttt Beberapa narasumber sepertl Muh. Amln Burdang, S,H (AslstenPemblnaan KcJaksaan Tlnggl Kallmantan Selatan) yang diwawancaral tanggal 25Mel 2005 mengungkapkan bahwa seorang Jaksa yang memegang Jabatan strukturaltetap turun mcnanganl perkara dengan porsl yang sama dengan Jaksa fungslonal.Jabatan struktural yang dlemban tldak menghllangkan tanggung Jawabnya sebagalJaksa fungslonal. Mlsalnya seorang Jaksa dl Intel dlmungklnkan bergabung dengantlm yang dlbcntuk Kasl Pldsus untuk menanganl sebuah perkara dalam penyldlkandan secara opcraslonal Jaksa tersebut dl bawah Kasl Pldsus.

tu Bcrdasarkan hasll wawancara dengan narasumber, Prof.HakrlstutlHakrlsnowo pada tanggal 9 Jull 2004, Fakultas Hukum UI. Llhal PembaharuanKcJalgern: Pcmbentukan StandarMlnlmum ProlbslJal€a, Bab IV baglan B.2 mengenalTugas, Fungsl dan Wewenang KeJaksaan, hal, 150.

u! Narasumber tersebut dlantaranya: Nasrll Nalb (Kasubsl Intel KejarlPadang) yang dlwawancaral pada 28 Mel 2005 dan Kepala Kejaksaan Tlnggl SumateraSelatan, yang dlwawancaral pada tanggal 26 Mel 2005,

67

Page 77: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

'' 4

dan fungsi yang lebih.114 Diakui oleh seluruh narasumber dalampenelitian ini, jabatan struktural Jaksa jauh lebih berkembangd i ba nd i ngkan ja batan fu ngsional. lls Dikhawati rka n kondisi tersebutmengakibatkan investasi negara yang besar pada diriJaKa menjaditidak terpakai secara optimal. 115

Seorang Jaksa kemudian tidak mau lagi menjadi Jaksa yang profesional,

tapi selalu ingin menjadi manajer yang profesional. JaKa fungsional(yang tidak menduduki jabatan struKural) kemudian sepefti tidakmemiliki kewenangan dan menjadi sepeftijabatan buangan. Namun,masih ada Jaksa-JaKa yang mendudukijabatan struktural kemudiannaik pangkat dari angka kredit berdasarkan tugas fungsional yang

dikerjakannya. Sehingga perlu ditetapkan secara jelas pembagian beban

kerja fungsional dan struKural bagi tiap Jaksa dan parameter penilaian

kinerja bagi kedua jabatan tersebut.

c. Kepangkatan dan Eselonisasi Jaksa

Bagian 1.b di atas telah menguraikan definisi dan perbedaan mendasarantara jabatan fungsional dan jabatan struKural Jaksa sefta berbagaipermasalahannya. Selanjutnya dalam bagian ini akan dibahas secaragaris besar mengenai jenjang karir dalam kedua jabatan tersebut.Pembahasan mengenai hal inisecara mendalam akan dilakukan dalampenelitian mengenai pembaruan pembinaan karir Jaksa.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka Jaksa termasuk padajabatan fungsional keahlian. Jabatan fungsional keahlian berdasarkan

rr Berdasarkan hasll wawancara dengan Kepala KeJaksaan Tinggl SumateraSelatan pada tanggal 26 Mel 2005.

rs Permasalahan Jenjang karlr Jabatan fungslonal Jaksa lnl Juga dlakuloleh seluruh pcserta FGD Studl Pembiharuan KeJakaan: Pembaharuan Organlsaslden \rE KerJa yang dllaksanakan dl Hotel Sofyan Clklnl Jakafta pada tanggal 11

Olcobcr 2005. Hal serupa Juga dlungkapkan Bambang R. Lany (Kepala BaglanOrganliasl danTbta Laksana KeJaksaan) pada wawancara mcndalim yang dllakukandl bulan Oktober 2005,

Lr Loc, Clt,

68

Page 78: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Keputusan Presiden Nomor STTahun 1999 tentang Rumpun Jabatan. o Fungsional Pegawai Negeri Sipil dibagi dalam 4 (empat) jenjang

!jabatan, yEitu:ttz

1. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang

tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional dan

i mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengankepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golonganruang IV/d sampai dengan Pembina Utama, golongan ruangIV/e.

2. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang

. tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis seKoral yang

", mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengankepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampaidengan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.

3. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang

tugas dan fungsi utamanya bersifat taKis operasional yangmensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan

. kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai

4. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlianyang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang

mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengankepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/asampai dengan Penata Muda Tingkat I. golongan ruang III/b.

Penjenjangan jabatan seperti yang terurai di atas juga dilakukan di

Kejaksaa n. Meng i ngat pengatu ra n jenja n g ja batan fu ngsiona I tersebutmerupakan pedoman bagi semua lembaga pemerintahan termasukKejaksaan. Perbedaannya hanya terletak pada penyebutan pangkat dan

nama Jabatan fungslonal bagi Jaksa.

Untuk lebih jelasnya maka susunan pangkat terendah hingga pangkat

tertinggiJaksa berdasarkan Lampiran Keputusan Jaksa Agung RI Nomor

u7 Llhat Pasal 5 ayat (2).

69

Page 79: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

No Pangkat PIIS Gol Ruang Pangkat Jaksa

I Penata Muda III/a Ajun Jaksa MadYa

2. Penata MudaTingkatl III/b Ajun Jalca

3. Penata III/C Jaksa Pratama

4. Penata Tingkat I trld JaKa Muda

5. Pembina IV/a Jaksa Madya

6. Pembina Tirqkat I rv/b laksa Utama Pratama

7. Pembina Utama Muda lYlc Jaksa Utama Muda

8. Pembina Utama Madya Nid Jaksa Utama Madya

9. Pembina Utama IV/e Jaksa Utama

KEP -145 I Al J. At Ozt 2OO3 tenta ng Pedoma n Pela ksa naa n Kenaikan

Pangkat Pegawai Negerisipil adalah sebagai berikut:

Apabila kita bandingkan terdapat ketidaksinkronan antara pedoman

yang diberikan oleh Keputusan Presiden dan pengejewantahannya

dalam Keputusan Jaksa Agung (Kepja). Syaratjenjang jabatan utamayang diatur oleh Keppres adalah mulai dari Pembina Utama Madya,

iengan golongan ruang IV/d sampai dengan Pembina Utama, golongan

ruang IV/e. Sedangkan dalam Kepja jenjang utama dimulai darigolongan IV/b sampai dengan IV/e. Tidakielas apakah yang meniadi

itasan dari pembedaaan persyaratan tersebut, melihat status JaKayang juga sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Kaitan dengan jenjang jabatan fungsional Jaksa, terdapat juga

Keputusan Jaksa Agung No. KEP-0691J.A10611999 tentangPemberdayaan Jaksa yang Diperbantukan dan Jaksa Fungsional.Keputusan tersebut misalnya mengatur tingkatan-tingkatan bagi

seora ng Jaksa fungsional, yaitu : 118

1. Jaksa FungsionalTingkat III, yaitu Jaksa fungsional denganpangkat golongan III/a sampai dengan golongan III/d.

1r8 Pasal 10Pemberdayaan Jaksa

70

Keputusan Jaksa Agungyang Diperbantukan dan

No. KEP-069/J.A/06/1999 tentangJaksa Fungsional.

Page 80: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

2. Jaksa Fungsional Tingkat II, yaitu Jaksa fungsional dengan

. pangkat golongan IV/a sampai dengan golongan IV/c1 S. Jaksa Fungsional Tingkat I, yaitu JaKa fungsional dengan

pangkat golongan IV/d sampai dengan golongan IV/e.

Pada prinsipnya setiap Jaksa sejak pelantikannya menjadi JaksaI sampai kemudian ditetapkan sebagai JaKa Fungsional Tingkat II,

adalah seorang Jaksa Fungsional Tingkat III. sedangkan penetapan

seorang Jaksa menjadi Jaksa Fungsional Tingkat II dan Jaksa

FungsionalTingkat I adalah memenuhi syarat golongan minimal di

ataidan tulus dari ujian yang diselenggarakan oleh Tim Pengujiyang

akan menguji mengenai 10 perkara pidana dan atau 10 perkara

I perdata/tata usaha negara. Khusus ynluk menjadi Jaksa Fungsional"'Tingkat I, seorang Jaksa harus sudah ditetapkan dulu menjadiJaksa

FungsionalTingkat II.

Lebih lanjut tahapan jenjang jabatan struKural (eselonisasi) di

Kejaksaan RI adalah sebagai berikut:1le

1. Jenjang Kesatu adalah Jabatan StruKural Eselon V.b.

2, Jenjang Kedua adalah Jabatan StruKural Eselon V,a'

3. Jenjang Ketiga adalah Jabatan StruKural Eselon IV'b'

1, Jeniang Keempat adalah Jabatan StruKural Eselon IVa.

5. Jenjang Kelima adalah Jabatan StruKural Eselon IILb.5. Jenjang Keenam adalah Jabatan Struktural Eselon III.a.7. Jenjang Ketujuh adalah Jabatan Struktural Eselon II.b.

8. Jenjang Kedelapan adalah Jabatan StruKural Eselon II.a.

JenJang Jabatan tersebut apablla disandlngkan dengan Jabatanstriftuial yang ada pada Susunan Organlsasl dan.Tata Ker1a dl

KcJalaaan iOatan sebagalmana dluralkan dalam tabel berlkut inl'120

r1' Kcputunn J.ksa Agung Nomor: KEP'0731J,N071L999 tGntang P-olt

J.n1.ng Karlr pigawal KcJakrarn Rcpubllk Indoncsla, Pasal .l Jo Pasal 5 ayat (2),

uo Dlrlrlkrn darl 'llbcl Keadlln Estlonlsasl yrng dlrurun olch Baglan

orgrnhrsl drn llt! Llkrln! Blro P.rGnclnaan KrJakre.an Agung i[, KEPJA N0

ieF;itSlt,lliO/tgSS tGntlng Orgrnlrarl dln lltr lcrji K.Jat!!!n Rl, drn-DrftrrXiUutunrn Fegrwrt nrgcrl Stptl Mtnurut ]!b!_ten Tlhun AnEglr.n 2005 ylngal*riurrk.n Blio Kcpogawatrn Kclrbarn Agung RI per Aprll 2005.

7L

Page 81: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

.' 4

,:!:i:i1lliE!i{(qrir:i1!:i;i:::i:l:::jffim:i::::lf.iliri:i:il jl j:t:i: j:i::::t:;i:::;,:i:lii! liii,f$l#

A. Kcjaksaan Agung

2. uad JalsaAgog I.a. I Nld IV/e Ivlc

3. Jalca AgiJng lvlJda l.a. 6 Nld ry/e lVlc

4. StafAhll (denganKepr€s)

I.b 6 lvlc Nle u/t

s. SbfAhli (d€nganJatsa Agung)

II.a. 6 Nlc Nld ry/t

6. scladads JalGaAgtng Pluda

II.a. 6 rylc Nld IV/b

7. l<epala Ero IIa 6 Ivlc Nld Nh

E. l@da Pusat IIA 4 lvlc Nld IVA

9. UrdGr Ua 13 lvlc rv/d IV/b

10. lnspd(br IIa s lVlc Nld IV/D

11. PerElGJl ub L2 IV/b Nlc IV/a

t2. Kepale Baglan,Kepala Bldang,KepalaSubDlrcktorat,In?dGrr PernbauJ

UIa 94 Nla IV/b Ilyd

13. lcpala Sub Baglan,lcpala Sub gdang,K.palaSeksl,Pemerinsa

TA 279 llllc IIVd rrvt

B. KcJekremTlnggl

1. Kepala KeJaksaennrECl

Ua 30 Nlc Nld IV/b

2, wakllKcpalalcJdcaan Tlnggl

trb 30 lv/t IV/c Nla

3. AdsEn IUa 180 Nla v/t tuld

1, Kepala Baglan TaEUsaha

IIIb 30 uvd Nl. Intlc

s. lcpda grb Baglan,K.palaScksl,Pcmcrlksa

nl 660 uVc IIVd III,/b

6. Kcpala Urusan,lcpda 5l$ Sd<l

Va 1260 In/a III/t 11ld

72

Page 82: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Jumlah eselon di atas sebanyak 8925 eselon kemudian "diperebutkan"oleh sekitar 18.465 orang pegawai di Kejaksaan. Apabila dilakukanperbandingan secara acak antara jumlah pegawai dengan jumlah eselon

yang tersedia di atas, maka diperoleh angka 1:3, dimana tiap 3 orangpegawai bersaing untuk menduduki 1 eselon. Perbandingan tersebuttidak menjadi masalah apabila kompetisitiap pegawai berjalan dengan

seimbang, misalnya jumlah Jaksa yang menjabat sebagai Asisten di

lGjalaaan Tinggi (eselon III a dan berpa ng lot IV/a ) sei mbang dengan ju mlah

poiisi Wafit Kepala Keja Kaa n Tinggi yang mensyaratka n pangkat minimal

IV/a sebagaijenjang/posisi selanjutnya dalam pola jenjang karir Jaksa.

Iftir:i:!ti:::r:!;!::i: [Sdi::i::;:::i:ittrii:ill*iiH{9si-Ei siii:i;i::::l::::;i;i:ii::::i::#D.iti$ijiii:iii:iliiililiiiiiii:r,:::::::::::::ililillilli:i:i:i:::::.::::ji:::::::{:::i::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::!l::::::::::::::::: :::......::::::::::::j::t:i::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::il:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::':::::::::::::I::I::I:::I:::::::::::::;:::::::::::::::::::;:;:::::::::::;:;:;:;1:::;:::;:::;:i.jiii:.:.iiiiiir:i.:.ii:.i:'::::ll:::l:::::4!:::::::::::::::::::::;:::::::::::::::::::::;:::,:1;:::::;:;:;:,:;:.i:.i:.:.jiiiliiiil:iiiii:::::ii!:!:!liiiiiii:i::::::::::::::::::::::::::::::::::l::::::::::::l:::::::::::::::::i::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

c, Kejaksaan ilegeri Tipe A

1. Kepala KejaksaanNegeri

UIa 75 Nla IV/b iltld

?. l(epala Sub Bagian,Kepala Seksi

rya 375 III/c III/d III/b

3. Perneriksa IVa 11 IU/c I]I/d uub

1. Kepala UrusanKepala Sub Seksi

Va 900 III/a IIVb III/d

D. KeJaksaan Negcri Tipe B

1, Kepala KejakaanNegeri

iIIb 262 llvd Nla III/d

2. Kepala Sub Bagian,Kepala seksi

IVa 1.310 III/c 1111d ut/b

3. Perneriksa IVa 58 uI/c IIVd III/b

4 Kepala Urusan,Kepala Sub Sel<si

Va 2.882 lllla iuA lVd

E. Cabang lGjaksaan l{egeri

Kepala cabangKejakaan Negeri

IVa 108 UI/c tlud IU/b

2. Kepala Urusan,Kepala SrS seksi

Va 324 lllla ur/b tvd

,Ul,ll-AHTOTALESElolr

a925

Page 83: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

.' 4

Hal ini tentunya sulit tercapai mengingat di tiap KejaKaan Tinggiterdapat 6 orang Asisten, sedangkan hanya ada 1 posisi Wakil KepalaKejaksaan Tinggi sebagai posisi selanjutnya dalam lingkup KejaksaanTinggi. Sehingga hampir dipastikan tidak semua Asisten akan menjadiWakil Kepala Kejaksaan Tinggi di Kejaksaan Tinggiyang bersangkutan.Hal ini merupakan konsekuensi logis mengingat setiap organisasimemiliki sistem pembagian kerja antara pegawai yang beftugas sebagaipelaksana di lapangan dan pegawai yang menjalankan fungsiadministrasi ataupun manajerial, sehingga tidak mungkin seluruh posisiyang ada dalam organisasi merupakan posisistruktural.

Pada satu sisi, jumlah jabatan struKur yang terbatas dibandingkanpegawai di atas dapat memicu prestasi dan kinerja pegawai KejaKaanuntuk saling berkompetisi, namun di sisi lain orientasi struktural para

Jaksa dapat menghambat kinerja organisasi yang seharusnya lebihmengedepankan fungsi utamanya di bidang penuntutan. Terlebih lagisuatu organisasi yang baik pada hakekatnya memang harus memilikistruKur yang sedikit dan lebih berorientasi pada pengembangan fungsisesuai dengan "asas minim struKur kaya fungsi".

Perlu diingat pula bahwa tidak selamanya organisasi Kejaksaan didaerah memiliki pegawaiyang telah cukup pangkat minimalnya untukmendudukijabatan struKural dan eselon yang disyaratkan. Sebagaicontoh adalah kondisi KejaKaan Negeritertentu yang membutuhkansejumlah JaKa untuk menduduki suatu jabatan eselon, namun ternyatadi Kejaksaan tersebuttidakada pegawaiyang memenuhi syarat minimalpangkat yang diwajibkan. Sehingga Kepala Kejaksaan Tinggi harusmengajukan permohonan pegawai ke Kejaksaan Agung agar struKuryang dibutuhkan tersebut dapat terisi.121

Permasalahan di atas kemudian juga terkait dengan permasalahanpenempatan pegawai di Kejaksaan yang tidak merata antar satu daerahdengan daerah lain.lzJumlah Jaka di beberapa Kejaksaan daerah

ur Hal inl terungkap dalam wawancara mendalam dengan beberapanarasumber diantaranya Kepala Kejaksaan Negerl Palu pada tanggal 31 Mei 2005.

12 Hal ini dlungkapkan oleh Jeffrie, S.H (Kasl Ekonomi dan Keuangan IntelKejati Sumbar), Nasril Naib (Kasubsi Intel Kejari Padang), Marbun, SH, Pada Kamis,26 Mei 2005, Kasubagpek Kejati Sulawesl Utara Kajati Sumatera Selatan pada 25Mei 2005, I Wayan Suwila (Kasiepidum Kejati Bali) pada Senin, 30 Mei 2005.

74

Page 84: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

khususnya di luarJawa dirasakan sangat kurang padahal beban kerja

.yang ditangani Kejaksaan cukup padat. Diperlukan suatu analisis

lkeOutunan -pegawaiyang

mendalam dan rinci atas tiap Kejaksaan di

daerah, baik d fti ngkat provinsi ma u pun kabupaten/kotamadya. Anal isis

tersebut tida k terbatas pada kebutu ha n pegawai seba ga i ma na ditentu ka n

dalam pengaturan mengenai struktur organisasi Kejaksaan sajailKeputusan JaKa Agung RI Nomor: KEP-115/J.A/10/1999 tentang

iusunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI), namun juga harus

disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan riil dan beban kerja dari

Kejaksaan yang bersangkutan.

sistem mutasi dan formasi pegawai yang efeKif dan efisien perlu'dikembangkan agar kekosongan posisi struktural di suatu daerah tidak"berlangsung terialu lama dan menghambat kinerja Kejaksaan yang

bersangkutin. Sistem kaderisasi, pembinaan karir dan rekutmen yang

baikjuga sangat dibutuhkan untuk menghindari kurangnya pegawai.

sistem pembinaan karir sepefti yang telah diuraikan dalam bagian A.

bab ini, pada prinsipnya masih berpedoman pada ketentuan yang

digunakan dalam pengelolaan kepegawaian di lembaga pemerintahan

pala umumnya. Namun dalam beberapa hal, sistem tersebut ternyata

menimbulkan permasalahan di Kejaksaan. Dapat dijadikan contoh

misa I nya sistem eselonisasi Pemerinta han Daera h ti ng kat provi nsi da n

tingkat kabupaten/kota. Sistem yang sama juga digunakan oleh

Keiiksaan, namun jenjang jabatan struktural atau tingkat eselon pada

perangfai pemerintah daerah ternyata lebih tinggi dibandingkan

beng.-n Kejaksaan.l23 Berikut ini bagan perbandingan tingkat eselonperingkat-pemerintah Daerah Tingkat Provinsi dengan Kejaksaan

Tinggi: 124

E Sesuai hasil wawancara mendalam dengan Kepala Kejaksaan Negeri

Banjarmasinpadatanggal25mei2005,KepalaKejaksaanNegeriPalutanggal3lr.l"iioOs, Birmrn zitiir lrepata Kejaksaan Tin99i Bali), RJ Soehandoyo, S.H,

Marbun, sH (Kajari Menado), pada hari Kamis, 26 Mei 2005, serta seluruh peserta

FGD Pembaharuan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan'

124 Disarikan dari Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 2003 tentang

Pedoman organisasi Perangkat Daerah dan Tabel Keadaan Eselonisasi lGjaKaan.

Page 85: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:'{IJ

1. Gubemur, \Ahlikota/Bupati

Noneselon

1 Jaksa Agung Noneselon

2. Sekrctaris DaerahProvinsi & lGbupaEry'lGtamadya

Ib 2, Staf Ahli Ib

3. lcpala Dinas, AsisEnDaerah, lGpala LembagaTeknis Daerah yangberbentuk badan

Ua 3. lcpala lcjaksaanTinggi

IIa

4. Kepala Biro, KepalaDinas Daerah TK ll,dsb.

IIb 4 Vfikil lcpala lGjaksaanTinggi

IIb5. lcpala lGnbt l(epalaBagian, lGpala Elidang

dan lcpala UnitPdaksana Teknis,Dinas/Lernbaga TdcnisDaerah Provirsi,lGbupaEn/lGtsmadya

ITI a 5. AsisEn

6. lcpala Bagian TataUsaha

TTIb

6. l(epala Sdcsi, l(epala SubBagian, dan lGpala SubBidang di Provinsi &lGbupaEn/lGtamadyACamal Lurah, dsb

lVa 7, lGpala Sub Bagian,lGpala Seki,Pemerilaa

8. lcpala Urusan, lcpalaSub Seksi

Va

Melihat bagan di atas dapat disimpulkan bahwa eselon KepalaKejaksaan Tinggi sebagai perwakilan Kejaksaan N di tingkat provinsidisejajarkan dengan Kepala Dinas atau Asisten Daerah PemerintahProvinsi. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan tanggung jawab yangdiemban oleh Jaksa dalam mengemban tugas dan wewenangKejaksaan. Penanganan perkara korupsi yang dilakukan oleh pejabatpemerintah di tingkat Provinsi (mis: Gubernur) merupakan lingkupkewenangan Kejaksaan Tinggi, namun seringkali timbul kendalateknis dan psikologis bagi para Jaksa di tingkat Kejaksaan Tinggi

76

Page 86: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

sebagai apdrat pemeriksa terkait dengan eselon aparat yangdiperiksa.

Melihat uraian tersebut maka sistem eselonisasijabatan strukturaldi Kejaksaan perlu ditinjau ulang atau setidak-tidaknya disesuaikandengan lembaga pemerintahan atau aparat penegak hukum lainnya.Perubahan status kepegawaian Jaksa dari Pegawai Negeri Sipilmenjadi Pegawai Negeri saja serupa dengan Polisi dan TNI dapatdijadikan solusi atas permasalahan ini. Pengaturan kepegawaianKejaksaan, sistem kepangkatan dan eselonisasi di Kejaksaanselanjutnya dapat disesuaikan dengan tugas dan wewenang yang

diemban serta kondisi dan kebutuhan organisasi. Patut dicermati hasil'kuesioner dari para responden mengenai permasalahan di atas'sebagai berikut:

Tabel.4.

Q: Apakah esebnbasi di Kejaksaan saat inimasih d

100

80

Jakafta Denpasar Manado Padang

Berdasarkan Tabel. 4 di atas terlihat bahwa responden daerahsebagian besar masih setuju dengan adanya sistem eselonisasi diKejaksaan. Lebih lanjut responden setuju bahwa eselon diKejaksaan harus disesuaikan dengan instansi lain sesuai Tabel. 5berikut:

77

Page 87: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Tabel.5.Q: Apakah aturan esebn'lsasi di Kejaksaan perlu

dbesuaikan instansi hin?

d. Pemberdayaan Jaksa Fungsional (non jabatan struKural)

Melihat definisi Jaksa sebagai pejabat fungsional maka dapatdisimputkan bahwa garda terdepan dariorganisasi Keiaksaan adalahpara Jaka fungsional (Jaksa non struKural). Kualitas penangananperkara dan peiormance yang diperlihatkan oleh para Jaksa dilapangan merupakan cerminan organisasi KejaKaan yang langsung"menyentuh" masyarakat. Sayangnya sampai saat iniJaksa fungsionalbelum diberdayakan secara optimal oleh Kejaksaan, sehinggaberkembang adagium Jaksa fungsional sebagai "buangan".

Fasilitas dan tanggung Jawab besar diberikan begitu luas pada jabatanstruktural akhirnya menyebabkan orientasi struktural para Jaksaberkembang pesat, namun di sisi lain Jaksa fungsional kurangberkembang. Apabila permasalahan ini tidak diatasi secara cepat dantepat dikhawatirkan akan merugikan Kejakaan di masa mendatang.Adanya Keputusan Jaksa Agung No. KEP-0691J.A10611999 tentangPemberdayaan Jaksa yang Diperbantukan dan Jaka Fungsionalsebenarnya d i maksud ka n untu k mengemba ng kan Ja ksa fungsional.Sebelumnya tidak ada satupun peraturan yang secara khusus mengaturJaksa nonJabatan struKural di Kejaksaan.

78

Jakafta Denpasar Manado Padang

Page 88: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Ketentuan yang diatur dalam Keputusan tersebut diantaranya mengenai

. kualifikasi menjadiJaksa fungsional serta tingkatannya. Diatur jugai ketentuan mengenai penempatan Jaksa fungsional, dimana Jaksa

fu ngsional yang pa n g katnya seti n g g i -ti n gg i nya golongan III/c beft ugas

diCabang KejaKaan Negeri, Jaksa fungsionalyang pangkatnya setinggi-

, tingginya golongan III/d bertugas di Kejaksaan Negeri, JaKa fungsionali y.ng pangkatnya setinggi-tingginya golongan IV/c beftugas di Kejaksaan

Tinggi, dan Jaksa fungsional yang pangkatnya setinggi-tingginyagolongan IV/e bertugas di Kejaksaan Agung. Sayangya pengaturan

[ersebut tidak secara rinci mengatur hal-hal yang mampu meningkatkan

"citra" Jaksa fungsional di Kejaksaan.

. salah satu bentuk pengembangan yang juga dapat diupayakan misalnya.i memberikan insentif lebih bagi para Jaksa fungsional yang berprestasi

dalam penanganan perkara, misalnya melakukan percepatan kenaikan

. pangkat, muiasi Jaksa ke daerah dengan beban perkara yang lebih' banyak dan jenis perkara yang beragam, kesempatan lebih besar untuk

mengikuti pendidikan teknis maupun melanjutkan pendidikan formal,meningkatkan besar tunjangan bagi Jaksa fungsional dan sebagainya.

Selain itu, perlu disusun secara jelas, rinci dan sistematis uraian tugas

dan fungsi Jaksa fungsional. Sampai saat ini ketentuan mengenai tugas

dan wewenang jaKa tersebar di undang-undang Kejaksaan dan

berbagai peraturin perundangan lain yang terkait. Namun belum ada

job analysis atau analisis pekerjaan yang rinci mengenai apa yang

menjadiiugas pokok, fungsi dan tanggung jawab dari seorang Jaksa

fungiional. nai ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan

dalim ra ngka pertanggu n gjawaba n masin g-masi ng Jaksa.

Melalui langkah-langkah di atas diharapkan lebih mengoptimalkanjabatan fungsional Jaksa sesuai dengan amanat undang-undang yang

menegaskan peran Jaksa sebagai pejabat fungsional yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk betindalssebagai penuntut umum

dan pelaksana putusal pengidilan yang telah.memperoleh kekuatan

hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang'18

lE Hal ini sejalan dengan pendapat seluruh peserta FGD Studi.Pembaharuan

Kejaksaan: pembahiruan Organisai dan Tata Kerja Kejaksaan pada tanggal 11

Okiober 2005, serta pendapit peserta Workshop Studi Pembaharuan Kejaksaan

yang diselenggarakan oleh (HN,'K"laktaan Agung RI dan MaPPI FHUI pada tanggal

2e lgrrtr. idos ai Bali dan Banjarmasin dan di Menado pada tanggal 2 Agustus

2OO5 dan Padang pada tanggal 4 Agustus 2005.

79

Page 89: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Pengembangan juga dilakukan untuk menciptakan Jaksa yangprofesionaldan handal di bidangnya serta memotivasi para Jaksa untukmeningkatkan kinerjanya dan keahlian yang dimilikinya.

Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan menetapkanbahwa usia pensiun Jaksa yang semula 58 (lima puluh delapan) tahunditetapkan menjadi 62 (enam puluh dua) tahun. Dalam bagianpenjelasan UU No. 15 tahun 2004 dapat disimpulkan bahwa alasanperubahan ketentuan usia pensiun tersebut dilakukan dalam rangkamembentuk jaksa yang profesional dan mengingat JaKa merupakanjabatan fungsional.l2s Sayangnya dalam penjelasan tersebut tidakmemberikan uraian lebih lanjut bagaimana perubahan ketentuan usiapensiun Jaksa tersebut mampu meningkatkan profesionalisme Jaksa.

Pada umumnya, Jaksa yang berusia di atas 58 tahun merupakan JaKasenior yang telah menduduki berbagai jabatan struKural yang ada diKejaksaan baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Denganberlakunya UU No. 16 tahun z$O4,jumlah Jaksa ini menjadi sangatsignifikan, namun pengelolaannya masih belum jelas. Berbagai kendalakemudian ditemukan karena Kejaksaan belum mengeluarkan peraturanpelaksana untuk menindaklanjuti kondisi ini. Berdasarkan temuan kamidi daerah, beberapa Jaksa senior diperbantukan di berbagai bidangdan menjalankan tugas selayaknya Jaksa fungsional (non jabatanstruKural) pada umumnya.

Sampai saat ini pengelolaan JaKa-Jaksa senior ini masih tergantungpimpinan di daerah (Kepala Kejaksaan Negeri, Kepala Kejaksaan Tinggi)dan masing-masing pimpinan bidang di pusat. Tidak adanya satukebijakan yang jelas dan dapat diimplementasikan secara sinkron ditingkat daerah maupun pusat dikhawatirkan dapat menimbulkanpenumpukan jumlah Jaksa di berbagai tempat dan hanya akanmembebankan anggaran negara saja. Kondisi di atas pada hakekatnyadapat diatasi dengan menyusun kebUakan internal Kejaksaan dalambentuk Keputusan JaKa Agung yang mengatur mengenai pengelolaanpara Jaksa berusia di atas 58 tahun tersebut.

125 Lihat Angka 2 Penjelasan Umum Undang-undang No. 16 tahun 2004tentang Kejaksaan.

80

Page 90: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

2. Pegawai Kejaksaan Lainnya (NonJaksa)

Kejaksaan pada prinsipnya tidak saja mempekerjakan laksa namun jugapegawai Kejaksaan lainnya. Pegawai-pegawaiyang bekerja di KejaKaanpada umumnya adalah pegawai negeri yang tidak mendudukijabatanfungsional Jaksa, yang diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung

menurut peraturan perundang-undangan.127 Pegawai negeri sebagaimana

dimaksud diantaranya ada yang bekerja sebagai tenaga ahli atau tenaga

tata usaha u ntuk mendu ku n g pela ksanaan fu gas da n wewena ng Keja lsaa n.

Selain itu di Kejaksaan juga terdapat tenaga fungsional sepefti Peneliti,

Arsiparis, Pranata Komputer, Widyaiswara. Masing-masing tenagafungsional tersebut pada hakekatnya bertugas mendukung pelaksanaan

tugas Jaksa dan KejaKaan. Pengaturan jenjang jabatan fungsionaldan tugas yang diembannya diatur sdcara khusus dalam peraturanperundang-undangan ya ng terkait.

Kondisi yang ada saat ini adalah hampir semua pegawai Kejaksaanyang non Jaksa, lebih teftarik menjadi Jaksa dibandingkan menggaliketerampilan yang dimilikinya.l28 Hal ini tentu tidak sejalan dengan latarbelakang penerimaan pegawai dimana KejaKaan sebagai organisasi

merekrut calon pegawai dengan latar belakang pendidikan dan

keterampilan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan organisasi.penerimaan calon pegawai dengan latar belakang pendidikan selainhukum, seperti lulusan SMA, lulusan 51 bidang lain (komputer,administrasi, keuangan) diperlukan untuk menjalankan fungsipendukung tugas dan wewenang Kejaksaan.

Proses pengisian jabatan struffiural yang selama ini lebih memfokuskanpada Jaksa juga mempengaruhi kondisi di atas. Ketentuan KEPJA

Nomor: KEP-LL7lJ.Al10l1995 tentang labatan Struktural yang tidakmengelola fungsiJaksa menetapkan hampir seluruh jabatan struKuralyang ada di Kejaksaan untuk dijabat oleh Jaksa. Padahal terdapatbeberapa jabatan struktural yang dapat dipegang oleh pegawai

127 Pasal 29 ayat (1) UU No. 16 tahun 2004tentang Kejaksaan N'ue Hal ini diutarakan oleh Kepala Sub Bagian Umum Biro Kepegawaian

Kejaksaan Agung RI pada bulan September 2005.

81

Page 91: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Kejaksaan lain seperti tata usaha. Karir pegawai Kejaksaan sepertipegawai tata usaha, arsiparis, pranata komputer dan sebagainyahampir d ipastikan tidak berkembang.

Perkembangan karir dan prospek kerja yang baik pada hakekatnyaakan meningkatkan produKifitas kinerja setiap pegawai. Apabila halini terus menerus dibiarkan maka jumlah tenaga Kejaksaan lainnya(non JaKa) akan semakin berkurang dan profesionalisme pegawai dibida ng-bida ng ya ng sa ngat mend u ku ng kinerja Kejaksaan di khawatirkanakan menurun.

Saat ini beberapa Kejaksaan Negeri dan Kejaksaan Tinggi mulaimemberikan peluang pada pegawai tata usaha untuk mendudukijabatanstruktura I seperti Asisten Pembi naa n da n Kepa la Bag ian Kepegawaia n.Sayangnya upaya tersebut belum merata pada seluruh Kejaksaan didaerah. Ketentuan mengenaijabatan struKural dalam Kepja Nomor:KEP-7171J.A110l1995 perlu dikaji ulang dengan memberikan peluanglebih besar bagi pegawai Kejakaan untukdapat mengembangkan karirdan keterampilannya.

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-OT3IJ.NOTllgggtentang PolaJenjang Karir Pegawai Kejaksaan Republik Indonesia juga perlu ditinjaukembali, karena sebagian besar persyaratan untuk mendudukijabatanstruktural dalam organisasi Kejaksaan diperuntukkan bagi Jaksa.Walaupun beberapa jabatan r28 dapat diduduki oleh pegawai lain (co:tata usaha), ketentuan inijuga memberikan peluang bagi Jaksa untukmendudukijabatan yang sama.l2e Pada satu sisi peluang tersebut dapatditerapkan dalam kondisi dimana sama sekali tidak ada pegawai tatausaha atau tenaga fungsional lainnya yang mampu mendudukijabatanyang dibutuhkan baik dari sudut kualifikasi pangkat minimum maupunkemampuan. Namun di sisi lain peluang tersebut kemudian jugamenimbulkan perkembangan karir yang tidak sepadan antara Jaksadan Pegawai Kejaksaan lainnya (non Jaksa).

I Jabatan seperti Kepala Sub Seksi pada Cabang Kejaksaan Negeri, KepalaUrusan, Kepala Sub Seksi, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Seksi pada KejaksaanTinggi, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, dan Kepala Seksi pada KejaksaanAgung).

12e lbid., Pasal 5 ayat (2).

82

Page 92: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

B Peran strukturPembinaan Dalam Pengelolaan Kepegawaian

i t Kejaksaan

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Kejaksaan sebagai

organilasi sebagian besar bermuara pada permasalahan di bidang

, keiegawaian. Dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaant kepegawaian di Kejaksaan kemudian memegang peran penting dalam

miningkatkan kinerja Kejaksaan dan citra Kejaksaan sebagai, organiiasi di mata misyarakat. Stru6ur yang memegang.peran dan

taiggung jawab yang sentral dalam pengelolaan haltersebut adalah

. Jaksa Agung Muda Pembinaan (Jambin).

I ., Berdasarkan Keputusan Presiden No. S6tahun 1999tentang Susunan' organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan N, Jaksa Agung Muda Pembinaan

memilikitugas Pembinaan atas: 130

: 1. manajemen2.perencanaandanpelaksanaanpembangunansaranadan

prasarana

i 3. pengelolaan keuangan

4. kePegawaian

5. perlengkaPan

6. organisasi dan tatalaksana

T,melakukanpenelaahandanturutmenyusunperumusanperaturan Perundang-undangan

8.pengelolaanataskekayaanmiliknegarayangmenjaditanggungjawabnYa

9. memberikan dukungan pelayanan teknis dan administratif bagi

seluruh satuan organisasi Kejaksaan dalam rangka

memPerlancar Pelaksanaan tugas

Selain itu Jaksa Agung Muda Pembinaan menyelenggarakan fungsi :131

uePasal 8, Keppres No' 86 tahun 1999.

1s Pasal 9, Keppres No. 86 tahun 1999.

83

Page 93: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

.' 4

penyelenggaraan kooordinasi, integrasi dan sinkronisasi sertamembina kerjasama seluruh satuan organisasi Kejaksaan dibidang administrasi;

penyiapan rencana dan pelaKanaan koordinasi perumusankebijaksanaan dalam penyusunan rencana dan programpembangunan sarana dan prasarana di lingkungan Kejaksaan;

melakukan pemantauan, penilaian, serta pengendalianpelaksanaannya;

pemberian dukungan pelayanan ketatausahaan kepadapimpinan, pengelolaan urusan rumah tangga, penyelenggaraansandidan komunikasi, sefta pengamanan personil, materiil danketeftiban di lingkungan Kejaksaa n;

pembinaan organisasi dan tatalaksana, urusan tata usaha danpengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan,perpustakaan dan kekayaan milik negara yang menjaditanggung jawab Kejaksaan;

pemberian pertimbangan hukum kepada satuan organisasiKejaKaan dan instansi pemerintah, serta turut melakukanpenelaaha n da n penyusuna n perumusa n peratura n perundang-undangan;

pelaksanaan dan pembinaan hubungan dengan lembaganegara,lembaga pemerintah dan lembaga lain pada umumnyabaik di dalam maupun di luar negeri;

pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan danintegritas kepribadian aparat KejaKaan, khususnya aparatpembinaan;

pemberian saran pertimbangan kepada Jaksa Agung danpelaksanaan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjuk JaksaAgung.

al Hal lnl juga sesuai dengan hasil pendapat para peserta WorkshopPembaharuan Kejaksaan yang dladakan di Banjarmasin dan Bali pada tanggal 28Juli 2005. Selain itu mengemuka juga kualifikasi para personil yang diharapkanmenempati posisi di bidang pembinaan antara lain adalah para personil yangkompeten dan memiliki latar belakang pendidikan serta keahlian di bidang manajemendan pengelolaan Sumber daya manusia.

84

3.

Page 94: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

r?

organisasi sebesar dan sekompleks Kejaksaan RI sudah sepatutnyamemiliki bagian yang secara khusus dan fokus melakukan pengelolaan

sefta menyusun kebijakan kepegawaian yang ada.132 Hal ini mengingatjumlah pegawai/sumber daya manusia di Kejaksaan sangat banyak-dan

tersebar di wilayah yang cukup luas. Berdasarkan hasil kuesioner

dalam Tabel 6 di bawah ini terlihat bahwa hampir 90 persen responden

setuju dengan usulan pengkhususan peran dari struktur Pembinaan di

tingkat Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri yang

terbatas pada pengelolaan kepegawaian/sumber daya manusia

Kejaksaan.

Tabel6.Q. Apakah strulGur Pembinaan di Kejaksaan

sebaiknya difokus trca n kinerja nya pada penge blaa n

Dapat dijadikan perbandingan, di KejaKaan Thailand manajemenperconil jaksa dilakukan oleh Pubtic Prosecutor Commission atau Komisi

kejaksaan. Kewenangan komisi ini meliputi kewenangan mengelola

100

80

50

40

20

1'Uraian dalam Kepja dan Keppres tentang susunan organisasi dan Tata

Kerja hanya menambahkan penlelasan tugas wakil laksa A9un9 dalam membantu

,"iruini'dan mengembangkin organisasi, membantu Jaksa Agung dalam

mengkoordinasikan p-elaksanian tugas, wewenang, dan fungsi para.J-aksa Agung

MuJ5, pusat dan Kejiksaan di daerah, mewakili Jaksa Agung dalam hal Jaksa Agung

L"rnit.ng"n dan melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjuk laksa

Ag ung.

SDM?

Jakarta ElenPasar Menado Padang

85

Page 95: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

promosi, penempatan, mutasi, dan penjatuhan tindakan disiplin. Serupadengan Kejaksaan di Indonesia, manajemen kepegawaiannya dilakukanseca ra terpusat/tersentra lisir. Perbedaan nya d i Indonesia kewenan ga ntersebut dijalankan oleh struktur Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaanyang berada di bawah Jaksa Agung, sedangkan diThailand dilaksanakanoleh Komisi Kejaksaan yang berada di luar struKur AttorneyGeneralOffi ce of Th a i la n d ( Keja ksaa n Ag un g Tha i la nd). lR

Walaupun struKur Komisi Kejaksaan Thailand berada di luar Kejaksaan,komisi yang beranggotakan 15 orang tersebut dikepalai oleh seorangMantan pejabattinggi pemerintahan atau pejabat Kejaksaan rcng dipilihpara Jaksa sendiri. Anggota komisijuga dipilih secara langsung olehpara Jaksa, kecuali 2 orang anggota yang dipilih oleh Senat dan 1

orang ditunjuk oleh kabinet. Selainitu Attorney @nenldan para DepuUAttorne y Gen era I menjadi a n g gota ex officio dari Komisi Keja ksaa n.

Struktur Pembinaan di Kejaksaan diharapkan dapat menjadi struKurstrategis dalam meningkatkan kualitas profesi Jaksa, baik dari sudutpengetahuan maupun keahliannya. StruKur inijuga harus berperanda la m mengelola pemberia n peng h a rga a nl re wa rd kepada pa ra Jaksayang berprestasi. Hal inisangat penting dalam meningkatkan motivasikerja dan pada akhirnya meningkatkan kualitas kinerja Jaksa.

B Hasil Studi Banding ke Thailand (7he Attorney General Office ofThailandlpada tanggal 1-3 Agustus 2006.

85

Page 96: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

BAB IVi i ANALrsrs DAN REKoMENDAST

,;

' A. Pernyataan Visi dan Misi Kejaksaan

Permasalahan:

Sebagai suatu cita<ita, tujuan intidan falsafah dasar organisasi

maka visi dan misi Kejaksaan sudah sepatutnya merupakan

titik tolak dasar nilai-nilai organisasi yang mencerminkankaraKer organisasi. Visi dan misi Kejaksaan sebagai institusipublik yang memberikan pelayanan di bidang hukum danperadilan blgi masyarakat harus pula mencerminkan asas-

asas umum pemerintahan yang baik. Hal ini secara umum telah

tergambar dalam tujuan pembangunan hukum yang ingin

dicapai Kejaksaan pada Rencana Kerja PembangunanKejaksaan RI tahun 2005. Dalam praKeknya asas akuntabilitas,

transparansi dan partisipasi masyarakat belum berjalan sepertiyang diharapkan. Beberapa sistem yang ada dalam organisasi

Keja ksaan seperti sistem pen gawasa n, sistem pembi naa n ka ri rdan sistem rekrutmen belum secara optimal menerapkan asas-

asas tersebut.

Denga n ditandata ng an i nya tln i ted Natio ns Convention Aga i nstCorruption (Konvensi Anti Koru psi Persatua n Ba n gsa -ba ngsa )oleh pemerintah pada tanggal 18 Desember 2003, maka sudah

sepatutnya Indonesia sebagai negara penandatanganmempersiapkan berbagai instrumen agar pada saatnyaratifikasi dan implementasi konvensi ini berjalan sesuaiharapan. Beberapa perangkat telah diupayakan olehpemeri ntah bai k'berbentu k ketentua n h ukum ma u pun pera n g kat

organisasi dalam memberantas korupsi, namun implementasiperangkat tersebut belum berjalan secara optimal.

Kejaksaan sebagai penegak hukum dan institusi publik yang

menjalankan kewenangan penuntutan tentunya tidak luput dari

tanggungjawab upaya pemberantasan korupsi dan penerapan

87

Page 97: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' '(

berbagai amanat Konvensi Anti Korupsi. Salahsatu langkah awalyang dapat dilakukan oleh organisasi Kejaksaan adalah denganmemuat beberapa prinsip dasar konvensi ini dalam visi dan misiKejaksaan.

3. Lebih lanjut visi dan misi Kejaksaan sampai saat ini belumditerapkan secara maksimal dalam kinerja dan perilakuorganisasi Kejaksaan sendiri. Visi dan misitersebut nampaknyabelum dipahami oleh seluruh pegawai Kejaksaan baikditingkatpimpinan maupun pelaKana di pusat dan daerah. Apabila tidakada suatu pemahaman yang sama terhadap haltersebut makahampir dapat dipastikan kinerja organisasi tidak dapat berjalanoptimal, hal ini mengingat seluruh pegawai Kejaksaanmerupakan motor penggerak terpenting dalam organisasi.

Rekomendasi:

1. Asas-asas umum pemerintahan yang baik seperti asasakuntabilitas, transparansi dan paftisipasi masyarakat harusmenjadi bagian penting nilai dasar organisasi, yang dijabarkan

- dalam berbagai sistem yang ada di Kejaksaan dalampenyelenggaraan tugas dan wewenang Kejaksaan. Penerapanasas-asas tersebut di atas dalam sistem rekrutmen, pengawasan

dan sistem pembinaan karir Kejaksaan misalnya harus secaraeKplisit diatur dalam berbagai ketentuan pelaksana sistem itusendiri. Akses informasi publiksebagai bagian dari penerapanasas ini harus diakomodir oleh Kejaksaan. Tentunya denganbatas-batasan yang jelas dan tidak menghambat prosesperadilan serta kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangKejaksaan. Penerapan asas-asas tersebut dalam manajemenorganisasi pada hakekatnya harus seimbang antara kebutuhanorganisasi dan kepenti ngan umum.

2. Ketentuan dalam Afticlelt United Nations Convention AgainstCoruption (Konvensi Anti Koru psi Persatuan Ban gsa-ba ngsa )mengatur langkah-langkah yang perlu.dilakukan oleh lembagaperadilan dan Kejaksaan kaitannya dengan upayapemberantasan korupsi. Salah satu amanat penting dalam' konvensi adalah penguatan integritas dan pencegahankesempatan timbulnya korupsi dan suap di internal kedualembaga tersebut. Sebagai langkah awa! implementasi dari

88

Page 98: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:- ,!.

ketentuan ini perlu kiranya dicantumkan dalam salahsatu visidan misi Kejaksaan upaya Kejaksaan mewujudkan organisasidan jajaran yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotismesebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dan itikad baikorganisasi Kejaksaan kepada publik.

Namun perlu diingat bahwa upaya tersebut di atas harus sejalandengan upaya lain yang diamanatkan oleh Konvensi, yaituantara lain dengan adanya penguatan sistem rekrutmen,pengangkatan, pendidikan, pembinaan karir dan pensiun sertaadanya jaminan kesejahteraan dan tingkat gaji yang cukup,disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi Negara.

3. Para pimpinan satuan organisasipada hakekatnya merupakangarda terdepan dalam mewuj.udkan visi sefta misi Kejaksaanini. Tindakan para pejabat yang mencerminkan nilai-nilaiorganisasi harus menjadi contoh bagi seluruh pegawai dalamorganisasi. Lebih lanjut visi dan misi Kejaksaan yang telahdiperbaharui harus disebarluaskan pada seluruh personil

. Kejaksaan melalui berbagai media. Website KejaKaan sebagaisa la hsatu med ia sosia I isasi orga n isasi harus di updafe seca raberkala termasuk memperbaharui visidan misi Kejaksaan yangmasih menggunakan visi dan misi organisasi tahun 2004.Buletin Kejaksaan yang beredar secara terbatas perluditingkatkan baik dari segijumlah, kualitas maupun frekuensipenerbitan. Selain bertujuan untuk menambah informasi danpengetahuan para pegawai, buletin juga dapat digunakansebagai media sosialisasi nilai-nilai organisasi. Setiap personil

KejaKaan sepatutnya mendapat akses akan buletin ini agarselalu "diingatkan" bahwa selaku aparat publik kinerja danperilakunya harus mencerminkan visi dan misi Kejaksaan.

B Pengaturan Mengenai Susunan Organisasi dan Tata KerjaKejaksaan Republik Indonesia

Permasalahan:'

Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia pada tanggal 26 Juti 2004 disahkan untuk menggantikanUndang-undang Kejaksaan yang lama yaitu Undang-undang No. 5

89

Page 99: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

tahun 1991. Sampai saat ini berbagai peraturan mengenaiorganisasi dan tata kerja Kejaksaan seperti Keputusan PresidenNomor 86 tahun 1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata KerjaKejaksaan Republik Indonesia hingga Keputusan Jaksa Agung RINomor: KEP-115/J .A/10/1999 yang diperbaharui oleh KeputusanJaksa Agung RI Nomor:KEP-225|A|J.A/2000 jo Keputusan JaksaAgung RI Nomor: KEP-558P.A/2003 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Kejaksaan RI masih mengacu pada undang-undangKejaksaan yang lama.

Materi ketentuan dalam peraturan tentang susunan organisasidantata kerja Kejaksaan di atas harus disesuaikan denganperkembangan kondisi dan kebutuhan organisasi Kejaksaan.Perubahan organisasi dan tata kerja merupakan halyang lumrahterjadi dalam suatu organisasi terlebih lagi organisasi sebesar dansekompleks Kejaksaan. Kejaksaan juga belum melakukan analisisjabatan dan analisis kebutuhan secara mendalam dan menyeluruh.Hasil Audit Organisasi Kejaksaan yang dilakukan Price WaterhouseCooperpada tahun 2001 belum diterapkan secara optimal. Kondisi

-yang mendasari hasil audit yang dilakukan 4 tahun yang lalu initentunya telah mengalami banyak perubahan termasuk apabiladiloitkan dengan perubahan Undang-undang Kejaksaan No. 5 tahun1991.

Rekomendasi:

Semangat Undang-undang No. 15 tahun 1994 untuk meningkatkankinerja Kejaksaan yang akuntabel, transparan dan profesional perludUabarkan lebih lanjut melalui sinkronisasi antara ketentuan yangdiaturdalam Undang-undang No. 15 tahun 2004 dengan ketentuanpela ksana ya ng seyogya nya d isusu n berdasarka n Unda ng-unda ngtersebut (Peraturan Presiden dan Keputusan Jaksa Agung)khususnya mengenai organisasi dan tata kerja Kejaksaan. Selainmengacu pada Undang-undang No. 15 tahun 2004, peraturanpelaksana tersebut juga perlu melihat pada kebutuhan, kondisiorganisasi Kejaksaan saat ini, serta apa yang dialami oleh paraJaksa. Prinsip-prinsip organisasi modern pada umumnya harus pulamenjadi pedoman penyusunan dan pembentukan organisasi dan tatakerja Kejaksaan. Tentunya banyak perubahan yang terjadi dalamrentang waKu dua tahun sejak perubahan terakhir atas Kepja

90

Page 100: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' ttentang organisasi dan tata kerja dibuat. sehingga perlu dilakukan

analisls iiUatan dan kebutuhan secara mendalam sebelum

disusunnya peraturan pelarcana yang baru agar organisasi

Kejaksaan mampu menjawab tantangan yang dihadapi serta

tuntutan masyarakat saat ini.

Susunan Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia

Permasalahan:

,c.

Tenaga Pengkaji merupakan struKur yang diperkenalkan

melatui Keputusan Presiden No. 85 tahun 1999 tentang susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia. Saat

ini ierda pat 6 stru Kur Tena ga Peng kaji yang d ibentuk di tingkat

Kejaksaan Agung dan 42 Pengkaji di beberapa Kejaksqql

Tinggi. Oahm feputusan Jaksa Agung No. KEP-115 fi'N10lL?99yan6O iperOa ha ru i oleh Keputusa n J9!s1AO u ng No' KEP -225 Iil {N zOOO da n No. KEP-5 58P.A/2003, Tena g a Peng kaj i .padaprinsi pnya bertugas melaksanakan kajian dan befungsi sebagai

satuan tugas di dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugaspenanganln perkara di bidang pidana, perdata dan tata usaha

iregari serta bidang intelijen. Tugas pokgk dan fungsi yang

diaiur dalam ketentuan tersebut masih terlalu umum dan luas,

sehingga tidak terdapat perbedaan mendasar antara tugas

pokofian fungsi strui<turTenaga Pengkaji dengan Jaksa pada

lrurnyt. nal ini mengingat kegiatan pengkajian merupakan

hal penting yang dilakukan oleh setiap Jaksa pada penanganan

perkara.

Dalam susunan organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan terdapat

stirfCur Staf AhliyJng beftugas menuhi kebutuhan keahlian di

bidang teftentu guna membantu kelancaran pelalaana_an tugas

Ojn ,ie*enang serta fungsi Kejaksaan. Keputusan Pres.id.en

Jin feputusa riJaksa eg u ng mengenai Susu nan Organisasi da n

iiia (dt:. lGiaksaan ru, miupun Undang-undang No' 16 tahun

2004 tidlk mlngatur lebih lanjut kriteria disiplin ilmu da.n dalam

liOutrt,..n sepErti apakah sLorang Staf Ahli dapat diangkat

oleh Jaksa Agung. Parameter penilaian dan pertanggu.ng-

jiwaUan kinerja dari Staf Ahli juga tidak jelas. Dikhawatirkan

struKur ini klmudian hanya digunakan sebagai "tempat

,anrnggu"sebelummasapensiunparaJaksaseniorkarena

91

Page 101: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' t

peran yang dilakukan dalam organisasijuga tidakjelas, padahalhal ini akan membebani anggaran negara khususnya anggaranKejaksaan.

Jaksa Agung dan WakilJaksa Agung merupakan suatu kesatuanpi m p i na n orga n isasi Keja ksaan dala m mela ksa nakan kebija kanyang ditetapkan oleh Jaksa Agung. Baik Undang-undang No. 16tahun 2004 maupun berbagai peraturan pelaksana organisasidan tata kerja yang lama tidak mengatur secara rinci mengenaitugas dan wewenang apa saja yang dUalankan oleh WakilJaksaAgung kaitannya sebagai kesatuan unsur pimpinan. Uraianpenjelasan Pasal 23 ayat (1) Undang-undang No. 16 tahun 2004misalnya hanya menyebutkan pembinaan administrasi sehari-hari dan segi-segi teknis operasional lainnya sebagai tanggungjawab Wakil Jaksa Agung. Pembinaan administrasi dan teknisoperasional yang menjaditugas dan wewenang dari WakilJaksaAgungpun tidakjelas. Dikhawatirkan tugas dan wewenang WakilJaksa Agung kemudian sepenuhnya diserahkan pada kebfiakandan "kebaikan hati" dari Jaksa Agung sehingga semakinmengaburkan perannya sebagai bagian dari kesatuan pimpinanKejaksaan dalam orga nisasi.

Dengan diberlakukannya hukum Islam di Naggroe AcehDarussalam timbul berbagai kebutuhan penanganan perkarayang khusus dan berbeda dari penanganan perkara yang selamaini d iterapka n oleh a parat perad ila n. Pembentukan MahkamahSyariah sebagai Pengadilan Tlnggi Wilayah inijuga memberikandampak pada peran Kejaksaan Negeri dan Kejakaan TinggidiAceh dalam menangani perkara. Melihat kondisidan kebutuhanyang ada di wilayah khusus sepertiAceh maka perlu dilakukanbeberapa perubahan dalam peraturan organisasidan tata kerjaKejaksaan.

4.

92

Page 102: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

5. Formit struktur organisasi Kejaksaan yang harus mengacupada format umum departemen seringkali menimbulkanpermasalahan mengingat Kejaksaan memiliki ciri dankaraKeristik khusus yang sangat dipengaruhi oleh tugas dan

wewenangnya yang berbeda dengan lembaga pemerintahan

biasa. Salah satu permasalahan misalnya adanya kebijakanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang struKurpengawasan yang membatasi satu orang Pemerika pada

lembaga pemerintahan tingkat kabupaten/kotamadya. Pada

prakteknya kebijakan tersebut sulit diterapkan di Kejaksaan

Negeri khususnya yang memiliki Cabang Kejaksaan Negeri,

mengingat lingkup wilayah tugas struKur pemeriksa yang luas

dimana mencakup seluruh struKur di tingkat Kejaksaan Negeri

dan juga seturuh Cabang Keiaksaan Negeri yang ada di

bawahnya.

Rekomendasi:

1. Tenaga pengkaji yang ada saat ini baik di tingkat Kejaksaan

. Agung maupun Kejaksaan Tinggi perlu dikaji ulang. Hal ini

mengingat tugas pokok dan fungsinya yang prinsipnya sama

dengan tugas pokokdan fungsi Jaksa pada umumnya. Perlu

disulun uraian tugas pokok dan fungsi yang lebih rinci danjelas yang membedakannya dari struKur teknis lain dan jaksa

pada umumnya, misalnya kegiatan pengkaiian sepefti apa yang

dilakukan oleh tenaga pengkaji, kriteria perkara seperti apa

saja yang dapat dikaji oleh Tenaga Pengkaji, dsb. Apabilapembentukan Tenaga Pengkaji dimaksudkan untuk mengatasi

perkara-perkara tertentu yang memerlukan perhatian dan

penanganan yang lebih khusus dibandingkan perkara biasa

bukankah hal ini dapat dilakuka n dengan membentuk tim khusus

yang diketuaioleh salah satu Jaksa Agung Muda atau Kepala

kejaksaan finggi untuk menanganinya tanpa harus membentuk

satu jabatan struKural tersendi ri.

Apabila hal ini sulit dilakukan mengingat kesibukan Jaksa

fungsional dan para pejabat struktural teknis lainnya, perlu

dipikirkan untuk menambah jumlah Jaksa secara keseluruhan

dan mengurangi struktur Tenaga Pengkaji pada bidang

tertentu iang beban kerjanya tidak terlalu padat misalnya

93

Page 103: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' tTenaga Pengkaji pada struktur perdata dan tata usahanegara.

Perlu disusun suatu uraian tugas pokok dan fungsi yang lebihrinci dan jelas bagi Staf Ahli di Kejaksaan Agung dalamPeraturan Presiden dan Keputusan JaKa Agung mengenaiOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan yang baru. Hal ini dapatdilakukan dengan merinci bidang kerja Staf Ahli, misalnya StafAhli bidang pidana, perdata, tata usaha negara, dan intelUen.Melihat perkembangan globalisasi saat ini yang berakibatlangsung pada hukum serta tindakpidana yang ada di masyarakat,dapat dipertimbangkan untuk menambahlcn fungsi bagi Staf Ahliuntuk mencermatisecara intensif dan rnemberikan masukan pada

Jaksa Agung mengenai hal ini.

Lebih lanjut struKur inidengan persyaratan eselon dan pangkatyang cukup tinggi, perlu rasanya menyusun suatu parameterdan mekanisme pertanggungjawaban hasi! kinerja para StafAhli agar dapat terukur dan dievaluasi secara berkala.

Perlu disusun suatu uraian tugas pokok dan fungsi yang lebihrinci dan jelas bagi Wakil JaKa Agung. Misalnya uraian tugasWakilJaksa Agung dalam Kepja yaitu membantu Jaksa Agungdalam membina dan mengembangkan organisasi, administrasisehar:i-hari serta tugas-tugas teknis operasional lainnya agarberdaya guna dari berhasil guna dapat,dijadikan dasarpembagian koordinasikewenangan teknis dan non teknis antaraJaksa Agung dan Wakil Jaksa Agung. Wakil JaKa Agungkemud ia n d ifokrska n u ntu k meng koordi n i r pengelolaan tu gasnon teknis yaitu manajemen organisasi sepefti perencanaan,keuangan dan anggaran. Hal ini dapat dilakukan denganmemfokuskan tugas Jaksa Agung Muda Pembinaan padapengelolaan sumber daya manusia Keja ksaa n dan menga lihkantugas lainnya pada WakilJaksa Agung.

Kejaksaan perlu rnelakukan penyesuaian dalam menyikapipenerapan ketentuan hukum Islam di Aceh. Misalnya denganmenambah struKur khusus dalam Asisten Pidana Umum'diKejaksaan Tinggi dan struktur khusus pada Kepala Seksi PidanaUmum untuk menangani perkara yang menggunakan hukum

2.

94

Page 104: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Islam.' Alternatif lai n ada la h denga n menambahka n bebera pa

ketentuan prosedural penanganan perkara yang terkait denganpenerapan hukum Islam dalam pedoman administrasi perkara

pada Kejaksaan Tinggi dan Kejalaaan Negeri. Alternatif inidapatdilakukan untuk menghindari pembebanan anggaran negara

apabila dilakukan penambahan struktur. Perlu jugadi perti mba ng ka n u ntuk mena mba h kual ifi kasi Jaksa yang a ka n

bertugas di wilayah Aceh, misalnya harus memiliki pengetahuan

yang terkaitdengan hukum Islam. Selain ihr dibutuhkan pelatihan

khusus mengenai hukum Islam dan penerapannya bagi para

Jaksa yang bertugas di Aceh, penambah an mata kulia h/kuri ku I u m

tentang penerapan hukum Islam dalam Pendidikan dan Pelatihan

I bagicalon Jaksa, serta diklat bagi para Jaksa.

5. Diperlukan fleksibilitas struKur organisasi dan tata kerja yang

disesuaikan dengan perubahan situasi dan tuntutanoperasional pada kondisi yang dihadapi organisasi Kejaksaan.

Pemahaman akan ciri dan karaKeristik Kejaksaan yang khususperlu disosialisasikan dengan instansi yang lain terutama

' instansi yang mengkoordinir pengelolaan lembagapemerintahan seperti Menteri Pendayagunaan AparaturNegara. Sesuai dengan kebutuhan organisasi Kejaksaan saat

ini maka struKur Pemeriksa sebagai aparat pengawasan

internal ditingkat Kejaksaan Negeri khususnya yang memiliki

Cabang Kejaksaan Negeri perlu ditambah. Diharapkan melalui

perubahan ini maka proses pengawasan internal Kejaksaan

didaerah menjadi lebih optimalsehingga dapat mengurangi

beban kerja aparat pengawasan internal di tingkat pusat'

selain itu dengan penambahan jumlah pemeriksa akan lebih

memudahkan pemeriksaan lapora n masya rakat/pengad ua n

di daerah.

D. Kepegawaian Kejaksaan

1. Jaksa merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tundukdengan berbagaiketentuan mengenai PNS, namun disisi lain

Jakia juga merupakan salah satu profesi hukum yang

mengembln tugas dan wewenang penegalon hukum yang lebih

berat dibandingkan tugas dan wewenang yang diemban oleh

PNS biasa. Status kepegawaian diatas berdampak pada sistem

95

Page 105: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' {anggaran Jaksa yang sangat kecil dibandingkan kebutuhan riilJaksa khususnya kebutuhan operasional penanganan perkara.Tidak dapat dipungkiri hal ini kemudian mempengaruhioptimalisasi kinerja para Jaksa, Pengelolaan kepegawaian Jaksayang mengacu pada peraturan Pegawai Negeri Sipil padaumumnya ternyata tidak selamanya sejalan dengan tugas,fungsi, visi dan misi Kejaksaan yang memiliki karaKeristikkh us us seba gai p rofess iona I lega I o rga n iza tion.

Jenjang jabatan struktural (eselonisasi) di Kejataaan saatini berpedoman pada sistem yang sama dengan PNS padaum umnya. Na mu n terda pat ketida kseimba nga n eselon isasijaksa dibandingkan aparat penegak hukum lainnya (polisi,hakim yang merupakan Pegawai Negeri dan bukan pNS),serta aparat pemerintahan daerah yang merupakan paftnerKejaksaan di daerah. Hal ini misalnya terlihat pada eselonKepala Kejaksaan Tinggi yaitu eselon II A yang sejajardengan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kotamadya.Selanjutnya Kepala Kejaksaan NegeriTipe A saat ini memilikieselon III A, eselon ini sejajar dengan Kepala DinasKabupaten/Kotamadya, Asisten Sekretaris DaerahKabupaten/Kotamadya, Camat, dsb. Hal ini dalam praKeknyadirasakan tidak sesuai dimana Kepala KejaKaan Tinggi ditingkat Provinsi sejajar dengan Kepala Pemerintahan Daerahtingkat Ka bupaten/Kotamadya.

Jabatan stiuktural yang ada Kejaksaan terdiri dari jabatanstruktural yang mengelola fungsi Jaksa dan jabatan strukturalyang tidak mengelola fungsiJaka. Dalam praKeknya hampirseluruh jabatan yang ada di Kejaksaan masih dominan dUabatoleh Jaksa. Hal ini didasarkan pada pengaturan mengenaijabatan struktural di Kejaksaan seperti Keputusan Jaksa AgungNomor: KEP-tt7 I J. Al 1 0/1 995 tenta ng Ja bata n Stru Kural ya ngTidak mengelola Fungsi Jaksa dan Keputusan Jaksa Agung RINomor: KEP-0731J.A10711999 tentang pota Jenjang KarirPegawai KejaKaan. Kedua peraturan tersebut memberikanpeluang bagi Jaksa untuk menduduki jabatan struKuralstrategis walaupun jabatan tersebut tidak mengelola fungsiJaksa. Hal ini prinsipnya tidak sejalan dengan penerapan asas"the right man in the right placd'.

96

Page 106: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' tKondisi di atas menimbulkan ketidakielasan jenjang karir para

tenaga non JaKa sepertitenaga tata usaha karena pada saat

berbigai struKur yang tidak terkait dengan pengelolaan fungsi

Jaksa diduduki oleh Jaksa maka jenjang karir atas tenaga tata

usaha menjadi tidak berkembang. Jenjang kariryang strategis

merupakan salahsatu insentif bagi para pegawai yang

diharapkan dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan

kualitas kinerjanya.

Sebagian besar tenaga tata usaha dan pegawai lainnya (non

Jaksa) saat ini berlomba-lomba menjadi Jaksa daripada

konsiiten mendalami bidang keahlian dan keterampilannya'

Hal tersebut menyebabkan jumlah pegawai non Jaksa semakin

berkurang padahal keahlian dan keterampilan mereka sangat

dibutuhkan dalam mendukung kinerja Jaksa'

Ketentuan bahwa Jaksa yang menduduki jabatan struktural yang

tidak mengelola fungsijaksa dibebaskan dari kegiatan Jaksa

dalam Kep,-utusan Jaksa Agung Nomor KEP-7L7lJ'A110/1995

merugikan Kejaksaan sendiri karena investasi negara dalam

mere[rut dan mendidik calon Jaksa agar menjadi Jaksa yang

profesional menjadi sia-sia. Ketentuan ini juga.menjadi salah

iatu penyebab liurangnya jumlah tenaga Jaksa karena disatu

sisi.lifsi yang sehaiusnya menjalankan tugas utamanya di

UiO"nq penuniutan kemudian melaksanakan tugas struKuralyang ii;lar terkait profesinya padahal di sisi lain Kejaksaan

masih mengalami kekurangan JaKa.

Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang Kejaksaan

menetipkan bahwa usia pensiun Jaksa yang semula !8 (lima

puiun OJapan) tahun ditetapkan menjadi 62 (enam puluh.dua)

[.nun. Sebagli akibat dari ketentuan tersebut, saat ini di

k juto..n teldapat Jaksa senior yang berusia di atas 58 tahun

Oiiam jumlah yang cukup signifikan. Sayangnya pengelolaa.n

piri :ikt. tersebut masih belum jelas' Berbagai kendala

i<emudian ditemukan karena Kejaksaan juga tidak mengeluarkan

peraturanlebihlanjutsehubungandenganperubahanusiamaKimalJaksa tersebut. Berdasarkan temuan kami di daerah,

u"u"r.p. Jaksa senior kemudian diperbantukan di berbagai

bidil; menjalankan tugas sebagai Jaksa fungsional pada

5.

7.

97

Page 107: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

umumnya dan tidak lagi memegang jabatan struktural.Pengelolaan laksa-Jaksa senior tersebut masih tergantungpada pimpinap di daerah (Kepala Kejaksaan Negeri, KepalaKejaksaan Tinggi) dan masing-masing pimpinan bidang dipusat. Tidak adanya satu kebijakan yang jelas yang dapatdiimplementasikan secara sinkron di tingkat daerah maupunpusat dikhawatirkan dapat menimbulkan penumpukan jumlahJaksa di berbagai tempat, membebani anggaran negara dana kh irnya menimbu I ka n disguise u nemployment

Rekomendasi:

1. Menindaklanjuti permasalahan status kepegawaian Jaksa perlukiranya merubah status JaKa dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)

menjadi Pegawai Negeri saja serupa dengan Polisi dan TNI.Sehingga pengaturan kepegawaian Kejaksaan dapatdisesuaikan dengan tugas dan wewenang yang diemban seftakondisi dan kebutuhan organisasi Kejaksaan sendiri. Perubaha n

status kepegawaian dapat memudahkan Jaksa Agung dalam. mengelola organisasi Kejaksaan tanpa harus selalu

berpedoman pada peraturan organisasidan kepegawaian PNSpada umumnya yang seringkali tidak sesuai dengan kebutuhanKejaksaan sefta peran strategis yang diembannya. Perubahanketentuan Pasal 9 ayat(1) Undang-undang No. lStahun 2004yang menetapkan status PNS Jaksa perlu dilakukan. Hal inidiikuti dengan perubahan pada Undang-undang No. 43 tahun1999 tentang Peru ba ha n atas Undang-u ndang No. 8 ta h un 1974tentang Pokok-pokok Kepegawaia n.

Sebagai alternatif solusi permasalahan jangka pendek antaralain menyusun peraturan kepegawaian yang khusus bagiJaksadan terpisah dari peraturan Pegawai Negeri Sipil padaumumnya tanpa merubah status Pegawai Negeri Sipilnya. Halini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan analisismendalam atas berbagai ketentuan dalam peraturankepegawaian yang digunakan di Kejaksaan namun kurangsesuai dengan peran Jaksa. Penyusunan peraturan khususd i laksa naka n berkoord inasi den ga n i nstansi nega ra terkait sepeftiMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan BadanKepegawaian Negara.

98

Page 108: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Sistem eselonisasijabatan struktural yang ada di KeiaKaanperlu ditinjau ulang atau setidak-tidaknya disesuaikan dengan

iembaga pemerintahan atau aparat penegak hukum lainnya' "

Perublhan atas jenjang jabatan struktural tersebutdiantaranya dapat dilakukan dengan meningkatkan eselon

Kepala tcejaksaan Tinggi, sejajar dengan eselon Sekretaris

Daerah yaitu eselon I.b., Wakil Kepala dan Asisten Kejaksaan

Tinggi menjadi sejajar dengan Asisten Daerah Provinsi

Oengln eselon II.a. Sedangkan Kepala Kejaksaan NegeriTipe

A elelonnya menjadi eselon II.a. sejajar dengan eselon

Sekretaris Oaerih Kabupaten/Kotamadya. Eselonisasi

Sekretaris laksa Agung Muda, Kepala Biro, Kepala Pusat,

DireKur dan InspeKur menjadieselon I'b'

Dapat dipertimbangkan sebagai rekomendasi jangka panjang

yaitu perubahan sistem eselonisasi Kejaksaan secara

keseluiuhan. Hal ini dapat tercapai apabila rekomendasi

piruUanan status kepegawaian Jaksa dariPegawai Negeri Sipil

menjadi Pegawai Negeri saja berhasil dilakukan' Sehingga

jinjing jabitan :atcsi Oi Kejaksaan dapat disusun tersendiri'seperu

nitnya yang dilakukan di Kepolisian dan Pengadilan yang

tid'ak harus'menggunakan sistem eselonisasi PNS. Namun hal

ini perlu tentunyJdibahas lebih lanjut secara mendalam dengan

MenteriPendayagunaanAparaturNegara,BadanKepegawaianNegara serta bepartemen Keuangan sebagai instansi yang

terfait erat dalam pengelolaan kepegawaian negara'

Keputusan Jaksa Agung (Kepja) Nomor: KEP-LL7 lJ'Al10i 1995

t ,it.ng Jabatan stiu6ural yang tidak mengelola fungsiJaKapiriu O-irevisi karena pada hakekatnya Kepja tersebut.T3ti!,inga., pada Undang-undang Kejaksaan lama yaitu UU No' 5

t"hr; 1991serta Surat Edaran Bersama (SEB) JaKa Agu!-g-S

Oan fepafa BAKN No: SE-005/J'A/8i1990 dan Nomor: 4zlsEl

iggO iung sudah tidak sesuai lagi dengan semangatprofesibnaiisme termuat dalam Undang-undang No. 16 tahun

iOO+. feputusan Jaksa Agung yang telahdirevisitersebut harus

memuat pembatasan tegis bahwa Jaksa hanya dapat menjabat

jabatan struKural yang mengelola fungsi Jaksa' Jabatan yang

iiOif ."ng"lola fungsilaksa hanya dapat dUabat oleh pegawai

kejaksaan lainnya (non JaKa) dengan kesesuaian antara

99

Page 109: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' {.

pendidika n, keahlian, kemampuan pegawa i yan g bersangkutandenganjabatan struktural yang tersedia dan berpedoman padaasas "ffe right man in the right placd'. Pengisian jabatanstruktural ini harus disesuaikan dengan ketersediaan pegawaitata usaha dan pegawai Kejaksaan lainnya baik dari segikemampuan, pangkat minimal yang dibutuhkan bagi tiapjabatan struKural maupun jumlah pegawai Kejaksaan secarakeseluruhan.

Apabila rekomendasi no 3 di atas dapat dilakukan, karirpegawai kejaksaan non jaksa seperti tata usaha akan lebihberkembang. Sejalan dengan itu perlu disusun Keputusan JaksaAgung tersendiri yang mengidentifikasitenaga non JaKa apasaja yang saat ini ada dan dibutuhkan oleh Kejaksaan denganberpedoman pada Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.Keputusan Jaksa Agung tersebut harus mengatur secara jelasdan rincijenjang karir, posisi penting sefta peran yang dilakukantenaga fungsional non JaKa dalam organisasi Kejaksaan.Pengaturan ini diharapkan juga mampu mendorong pegawaiKejaKaan untuk meningkatkan kualitas kerjanya sehinggakinerja organisasi Kejaksaanpun menjadi lebih optimal.Keputusan Jaksa Agung tentang Susunan Organisasi dan TataKerja sebagai ketentuan'payung' harus mengidentifikasi danmemperjelas defi nisi dari masing-masing tenaga fungsional yangada di Kejaksaan beserta tugas dan fungsinya.

Dengan dikemba n gkan nya ka rir sel u ruh pegawai Kejaksaan ma kapegawai Kejaksaan lainnya (non Jaksa) seperti tenaga tatausaha tidak lagi berlomba-lomba unfuk menjadi Jalsa dan secarakonsisten menda la mi bidang keahlian serta keterampilannyayang sangat dibutuhkan dalam mendukung kinerja Jaksa.

Apabila ketentuan pembatasan yang disebut dalamrekomendasi nomer 3 di atas diterapkan dengan baik makatidak ada lagiJaksa yang mendudukijabatan struKural yangtidak mengelola fungsiJaksa. Sehingga diharapkan Jaksa lebihprofesional dalam menjalankan tugasnya dan investasi sertaanggaran negara dalam merekrut serta mendidik calon Jaksamenjadi tidak sia-sia. Selain itu permasalahan minimnya Jaksayang selama ini dihadapi KejaKaan sedikitnya dapat teratasi.

100

Page 110: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' t.

7. Sebagaiupaya menyikapiperubahan usia pensiun Jaksa, maka

perlu disusun suatu kebijakan internal Kejaksaan dalam bentuk

keputusan Jaksa Agung |ang mengatur mengenai pengelolaan

Jaksa berusia di atas 58 tahun yang tidak mendudukijabatanstruKural. Penyusunan kebijakan tersebut diawali denganpenghitungan secara jelas berapa jumlah Jaksa senior yang

iaalaat ini, jabatan terakhir yang mereka miliki, eselon dan

golongannya, serta lokasiatau wilayah dimana mereka saat

ini ditempatkan. setelah data ini didapat maka perlu dilihatjumlah riilJaksa yang saat iniada ditiap Cabang Kejaksaan-trlegeri,

Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan

egung.Jaksa senioryang berada di Kejaksaan daerah dengan

persetuluannya dapat dipindahkan ke daerah lain yang sangat

membuluhkan JaKa. Perpindahan ini dapat dilakukan antar

Kejaksaan Negeri di satu provinsi atau antara Kejaksaan

Negeri ke Kejaksaan Tinggi, serta antar Kejaksaan Tinggi yang

beiada di satu wilayah yang sama (co: antar Kejaksaan Tinggi

di Wilayah I, dst). Satu hal yang harus dipastikan adalah

kejelasin kebutuhan Jaksa di daerah dimana Jaksa senior' teisebut akan ditempatkan. Kejelasan ini termasuk posisi dan

fungsi yang nantinya akan dilaksanakan oleh Jaksa yang

bersangkutan.

Pada tingkat Kejaksaan Agung, misalnya dapat dibentuk suatu

satuan fugas yang terdiri dari ]aksa senior. satuan tugas

tersebut bersiiat iO noc untuk menangani perkara-perkara

te*entu yang menarik perhatian masyarakat, kontroversial

dan membututrtcan tenaga Jaksa dalam jumlah cukup banyak

dengan keahlian dan kompetensitinggi. Anggota satuan tugas

dipilitr oleh Jaksa Agung Muda yang membutuhkan dengan

persetuj uan da ri Jaksa Ag un g. Pemil i han Jaksa-Jaksa senior

harus melihat pada kompetensi Jaksa yang bersangkutan

dengan perkara yang akan ditangani. Selain itu juga harus

mengacu pada kualifikasi pengetahuan, kemampuan,pengllaman, serta track record kerja yang baik'

Hal yang sama dapat diterapkan di tingkat Kejaksaan Tinggi

oleh'Kepala Kejaksaan Tinggi denga n persetuj uan Jaksa Agung'

Melalui pengaluran ini diharapkan permasalahan minimnyajumlah jarcl ai daerah akan dapat diatasi dan pengelolaan

101

Page 111: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Jaksa senior dalam rangka meningkatkan produKifitas kerjaKejaksaan dapat berjalan optimal.

E. Pola Hubungan Kerja antar Struktur

Permasalahan:

1. Dalam Keputusan Presiden No. 36Tahun 1999 dan KeputusanJaksa Agung No. KEP-115/A[.A/2000 telah dimuat pola hubungankerja antar strukhrr di Kejaksaan Agung dan KejaKaan di daerah(Kejaksaan Negeri, KejaksaanTinggi).r's Pola hubungan yang jelas

sangat diperlukan bagi koordinasi dan efeKivitas kinerjaorganisasi. Sayangnya ketentuan di atas tidak menjelaskan pola

hubungan antara Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi denganKejaksaan Agung.

2. Dalam Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-115/J.A/10/1999tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RIterdapat ketentuan mengenai mekanisme dan hubungan kerjaantara pimpinan satuan organisasi dan bawahannya dalam' organisasi Kejaksaan. Salah satu bentuk mekanisme tersebutadalah Rapat berkala yang diwajibkan dalam Pasal 492 danPasal 693 Kepja. Sayangnya kedua Pasal tersebut tidakmenguraikan lebih lanjut mekanisme rapat tersebut sertajangka waKu pelaksanaan rapat. Dalam praKeknya rapatberkala tergantung dari kebijakan masing-masing pimpinansatua n orga n isasi ya n g d i la kuka n pada waKu-wa ktu tertentu(insidental) dan tidak dilembagakan di Kejaksaan.

6Lihat lctentuan Tata Kerja dalam Pasal 34 Keppres No. 86 Tahun 1999yang mengatur bahwa setiap satuan organisasi di Kejaksaan dalam melaksanakantugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkonisasi baik dilingkungan Kejaksaan sendiri maupun dalam hubungan antar lembaga Pemerintah,lembaga negara dan instansi lain yang terkait dengan tugas darl satuan organlsasiyang bersangkutan. Selanjutnya sebagai peraturan pelaksana Keppres di atas,Keputusan Kejaksaan Agung No. KEP-115/Ap.A/2000 Pasal 484-487 secara umummengatur mengenai tata kerja antar pimpinan satuan kerja (atasan) dan setiapunsur pelaksana (bawahan) serta ketepatan waktu pelaporan yang diberikan.Selanjutnya Kepja membagi pengaturan pola hubungan kerja di Kejaksaan Agungdan pola hubungan kerja pada Kejaksaan daerah.

102

Page 112: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Rekomendasi:

Perubahan mengenai tata kerja Kejaksaan dapat dilakukan

dengan penekanan pola kerja yang tersinkronisasi dan jelas

antal satuan organisasi yang memiliki tugas yang terkait erat.

Pengaturan pola hubungan kerja antar struKur di Kejaksaan

misilnya dapat dilakukan dengan mengatur pola hubungan

kerja antara Pusat Pendidikan dan Pelatihan dengan sub bagian

daia kepegawaian, serta bagian pengembangan pegawai pada

Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan pada satu ketentuan

khusus, mengingat bagian tersebut memilkitugas dan fungsiyang sangatErat dalam mengelola pegawai Kejaksaan' PerlujugJOimalu kkan pola kerja a ntar pi mpina n melalui meka nisme

iapat pimpinan Kejaksaan misalnya di tingkat Jaksa Agung

Muda. Pola hubungan kerja antara Kejaksaan Negeri,

Kejaksaan Tinggi dan KejaKaan Agung juga perlu dan disusun

secara komprehensif.

Mekanisme rapat sebagai salah satu upaya check and balace

dalam organisasi belum diatur secara khusus dan dilembagakan

di Kejaksaan. Rapat berkala pada hakekatnya sangat penting

dalam menyusun dan menerapkan kebUakan yang efeKif pada

suatu orgahisasi. Perlu kiranya menyusun mekanisme rapat

dengan Iebih rinci dalam Keputusan Jaksa Agung' Dapat

dipe*imOangkan untuk mengklasifikasikan 3 bentuk Rapat

berka la dalam organ isasi Kejaksaan, misalnya :

Rapat Pimpinan Pusatyang dihadiri oleh Jaksa Agung, Wakil

Jaksa Agung, para Jaksa Agung Muda dan bilamana

diperlukan dapat dihadiri oleh pejabat lainnya yang

diientukan oleh Jaksa Agung. Rapat ini misalnya wajib

dilakukan per 1 bulan sekali atau dalam haldiperlukan dapat

diselenggarakan dalam waKu lain yang ditentukan sesuai

kebutuhan.

Rapat Pleno yang dihadiri oleh laksa Agung, WakilJaksa

Agung, seluruh Jaksa Agung Muda, selyr.uh Kepala Biro,

Oiredur dan Kepala Pusat di lingkup Kejaksaan Agung RI

dan bilamana diperlukan dapat dihadiri oleh pejabgt lainnya

ving dit"ntut n ot.t't Jaksa Agung RI, Rapat ini dilakukan

ier-+ bulan sekali atau dalam hal diperlukan dapat

b.

103

Page 113: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' {.

diselenggarakan dalam waKu lain yang ditentukan sesuaikebutuhan.

c. Rapat Kerja Nasionalyang dihadirioleh laksa Agung, WakilJaksa Agung, Seluruh Kepala Biro, DireKur dan KepalaPusat di lingkup Kejaksaan Agung RI, seluruh KepalaKejaksaan Tinggi, seluruh Kepala Kejaksaan Negeri danKepala Cabang Kejaksaan Negeri. Rapat inidilakukan dalamwaKu l tahun sekali.

Perlu juga disusun mekanisme yang sama di tingkat daerah,khususnya di tingkat Kejaksaan Tinggi. Rapat dapat dilakukan ditingkat ini dengan mengundang seluruh Kepala Kejaksaan Negeridan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dalam lingkup wilayahKejaksaan Tinggi yang bersangkutan setiap 5 bulan sekali. Selainitu perlu disusun suatu Petunjuk Pelaksanaan dan PefunjukTeknis(Juklak dan Juknis) atas mekanisme rapat yang pada prinsipnyaberisi mengenai rincian prosedur rapat, materi pembahasan rapatdan tindak lanjut hasil rapat atau proses pelaporan hasil rapatyang telah dilakukan.

Desain Ulang (rcdesign) Posisi, Peran danTanggung jawabStruktur Pembinaan

Permasalahan:

Dalam rangka mewujudkan organisasi dengan kinerja yangoptimal, berbagai peran dan tanggung jawab yang dilaksanakanoleh struktur dalam organisasi yang bersangkutan perlu dikajisecara berkala untuk menilai apakah peran struKur tersebut masihsejalan dengan visi dan misi organisasi serta kebutuhan dankondisi yang dihadapi organisasi. Dalam hasil temuan baik dalampenelitian mengenai rekrutmen, pengawasan, pembinaan karirserta penelitian mengenai organisasi dan tata kerja mengemukapada berbaga i permasa la ha n dala m kepegawa ia n/su mber dayamanusia (SDM) di Kejaksaan saat ini. Melihat permasalahan diatas maka peran dan tanggung jawab Bidang Pembinaankhususnya Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan (Jambin) diKejaksaan perlu dikaji ulang.

L04

Page 114: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' t.

Rekomendasi:

Desain ulang peran dan tanggung jawab dari Bagian Pembinaan

khususnya Jaksa Agung Muda Pembinaan misalnya dapatdilakukandengan mengurangi fungsi-fungsi pada bagian ini yang tidakterkaitdengan pengelolaan kepegawaian Kejaksaan. Beberapa Biro yang

ada dalam strurcur ini seperti Biro Umum, Biro Perencanaan, Biro

Keuangan, Biro Perlengkapan dan Biro Hukum dapat dipindahkanpada struKur lain, misalnya di bawah struKur Wakil Jaksa Agung'

Apabila hal inidilakukan pada prinsipnya tidak bertentangan dengan

pengaturan mengenaitugas dan wewenang yang diemban oleh

bfulCur Wakl Jalaa Agung sendiri. 136 U ntuk mensinkronka n sel uru h

pengelolaan kepegawaian di Kejaksaan maka dapat dipikirkan untuk

menyatukan strurcur Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan

datam struktur pembinaan. Sehingga diharapkan proses

pengelolaan sejak rekrutmen, pelatihan dan pendidikan Jaksa., diklat

tefnis dan khusus (sebagai pendidikan berkelanjutan) hingga

proses pembinaan karir Jaksa dapat berjalan dengan optimal dalam

satu atap.

G Perincian Tugas dan Fungsi untuk MenghindariTumpangTindih Tugas serta Fungsi Antar Struktur

Permasalahan:

1. Melihat uraian ketentuan dalam organisasi dan tata kerja dalam

Kepja Nomor: KEP-115fl.Att0tL999)o Kepja Nomor: KEP-2251

ai.eps tzo03 jo KEP-S 58 I AlJ.Al LZl2003 tenta ng susu na n

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI dan perubahannya,

135 Lebih lanjut lihat juga ketentuan Pasal 5 KEPPRES No. 86 Tahun 1999

tentang Susunan Orginisasi ian tata Kerja Kejaksaan RI menyebutkan bahwa

wakil :iksa Agung mlmpunyai tugas dan wewenang antara lain:

1. memlini dan mengembingkan organisasi, administrasi sehari-hari serta

tugas-tugasteknisoperasional|ainnyaagarberdayagunadariberhasil9una;

2. iremilantu Jaksa Agung dalam mengkoordinasikan pelaksanaan tugas,

wewenang,danfun-gsiparaJaksaAgungMuda,PusatdanKejaksaandidaerah;

3. mewakili Jaksa Agung dalam hal Jaksa Agung berhalangan;

4. melaksanakan tuias-tugas lain sesuai dengan petunjuk Jaksa Agung.

105

Page 115: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

maka dapat disimpulkan bahwa uraian tugas dan fungsi dariberbagai strulctur yang diatur masih belum rinci dan jelas.intrepetasi pasal yang berbeda-beda dari tiap pengambilkebUakan pada akhirnya akan mempengaruhi tanggung jawabyang dUalankan dan pertanggungjawaban yang diharapkan daripara pelaksana tugas sendiri. Hal inijuga dapat menimbulkantumpang tindihloverlapping tanggung jawab kerja danpengulangan tanggung jawab antar satu struktur denganstruKur yang lain.

2. Dalam lGppres maupun Kepja mengenai Organisasi dan TataKerja yang ada kami belum menemukan job descriptionyangrinci untuk tiap pegawai yang tidak terbatas pada tugas danwewenang struktur saja yang sifatnya umum. Berbagaihimpunan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknisfiuknis), Surat Edaran Jaksa Agung, lebih banyak menjelaskanproses pelaksanaan kegiatan, mis: tata cara pelaksanaan tugasprapenuntutan, tata cara pembuatan surat dakwaan,administrasi peradilan pidana, administrasi intelijen, dsb.Sehingga belum terlihat uraian pekerjaan yang detil untuktiapJaksa atau tiap pegawai.

Rekomendasi:

1. Diperlukan analisis jabatan dan analisis keia Liob anatysis)yang mendalam atas seluruh posisi yang ada di Kejaksaan.Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas ruang lingkupkerja masing-masing pegawai dan peran yang dilakukannyadalam penyelesaian suatu kegiatan. Melalui analisis jabatandan pekerjaan tersebut kemudian disusun perincian tugas danfu ngsi u ntu k meng hi ndari tu m pan g tindih I oveda ppin gta nggu n gjawab kerja sefta pengulangan tanggung jawab antar satustruKur dengan struKur yang lain. Sebagai contoh ketentuanPasal419 dan Pasal420 dalam Kepja Nomor. KEP-I15f .AlL0l1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan.Kedua Pasal mengenai Bidang Diklat Luar Negeri pada PusatDiklat Kejaksaan Agung RI tersebut sama sekali tidakmenguraikan tugas sefta fungsidari bidang ini, sehingga perludiuraikan secara rinci tugas pokok dan fungsinya misalnyamelakukan kerjasama di bidang hukum dengan lembaga

106

Page 116: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:' t.

pemerintah maupun non pemerintah baik nasional maupun

internasional, melakukan program pendidikan luar negeri baikpendidikan formal(LevelS1, 52, 53, dsb), maupun pendidikan

non formal misalnya pelatihan, coursework, mahasiswa tamu,dsb.

2. Job Descriptionf{inciantugas pada prinsipnya sangat penting

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan

wewenang serta penilaian kinerja Jaksa dan pegawai Kejaksaan

lainnya. Job description yang rinci dan jelas meliputi tugas,

kewenangan, hubungan dalam lingkup internal maupun

et<sterna I kejaksaan, i nd ikator penyelesa ia n kerja, da n ja ng ka

waKu. Job descriptionsifatnya transparan dan dapat diakses

oleh para Jaksa sebagai bahan pedoman mereka untukmemantau kinerjanya masing-masing. Selain itu pengaturan

mengenaiha! inisebaiknya disusun pada satu peraturan saja

dan tida k terpisah-terpisah, misal nya dalam bentuk Keputusa n

Jaksa Agung untuk memudahkan para pegawai dalam

mela ksanaka n Pekerjaan nYa.

t07

Page 117: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:- t.

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis normatif dan empiris atas beberapa permasalahanyang menjadi inti dari penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan,yaitu :

1. Kejaksaan merupakan institusipublikyang berperan penting dalampenegakan hukum di Indonesia, namun sampai saat ini kinerjaKejaksaan masih dirasakan belum secara optimal menjawabtuntutan masyarakat luas. Permasalahan yang mendasari hal inidiantaranya timbul karena kurang efektifnya organisasidan tatakerja Kejaksaan sendiri. Ketentuan mengenai organisasidan tatakerja Kejaksaan yang saat ini berlaku misalnya masih berpedoman

. pada Undang-undang KejaKaan yang lama yaitu Undang-undangNo. 5 tahun 1991, padahal Undang-undang Kejaksaan yang baruyaitu Undang-undang No. 15 tahun 2004 telah disahkan. Suatuorganisasiyang baik pada prinsipnya harus selalu mengevaluasistruKur dan tata kerjanya secara berkala agar sesuai dengankebutuhan organisasi dan mampu menghadapi tuntutan sertatantangan yang dihadapi.

Beberapa struktur dalam organisasi Kejaksaan yang ada saat inipada prinsipnya perlu dikaji ulang secara mendalam efeKivitasdan kinerjanya. Pengaturan mengenaitata kerja dan pola hubungankerja antar struKur di tingkat Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi,Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri juga harusdisesuaikan dengan berba gai perkembangan kondisi masyara katsefta tatanan hukum yang ada saat ini. Kepegawaian Kejakaanyang merupakan bagian penting organisasi perlu diperbaharui,status kepegawaian Jaksa yang kurang mengakomodir beban kerjayang diemban Jaksa, permasalahan jabatan struKural JaKa yangtidak sepadan dengan penegak hukum dan lembaga pemerintahlai nnya perlu disesua ikan. Pem berdayaa n Jaksa fungsional seba gaiujung tombak organisasi serta pegawai Kejaksaari seperti tata

108

Page 118: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

usaha dan tenaga fungsional lainnya belum dilakukan secara optimal

juga memberikan pengaruh terhadap kinerja Kejaksaan secara

keseluruhan.

susunan organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan yang berlaku saat

ini ,.ng..u'pada standar format organisasi pemerintahan pad.a

,rr*nv.. Pada satu sisi hal ini merupakan konsekuensi logis

[.OrOrf..n Kejaksaan sebagai salah satu lembaga pemerintahan

sirta status liepegawaian jaksa sebagai Pegawai Negeri Sipil.

llirrn di sisi liin menimbulkan berbagai kendala yang sangat

,.iugilon dan menghambat kinerja Kejaksaan sendiri. Kedudukan

aan i]nO.p.ndensi kejaksaan dalam menjalankan tugas serta

*u*un.nbnya dapat tercapai melalui perubahan paradigma dalam

p*U..gJrin organisasid'an tata kerja kejaksaan kedepan. Sudah

iip.trtiy. dibangun Organisasi danTata Kerja Kejaksaan yang

,irp, mengat<oinodir iiri dan kara6eristik khusus Kejaksaan

seba g a i suatu p rofus io n a I leg a I o rg a n i za tio n'

organisasi dan tata kerja Kejaksaan yang sesuai dengan kebutuhan

;6; d;; memenuhi kindungan undang-undang No'16Tahun 2004

plOiprinsipnya dapat tercapli melalui serangkaian perubahan dan

pengemUangin Uaif Aatam struKur organisasi, tata kerja-malPun

[.pug-.*ii.i t<.ia Kaa n den ga n men ged epa n ka n pri nsi p efe6ifitas,

efi siensi dan Profesionalisme.

B Saran

saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini terkait dengan

FirnO.*an lGja'ksaan di bidang Organisasi dan Tata Kerja antara lain:

1. Pembentukan Susunan dan Organisasi Kejaksaan kedepannya perlu

diawali dengan menyusun perubahan atas Keputusan Presiden dan

(Jprtriiniaksa R6ung y'ang masih berpedoman pada undang-

uniang Kejaksaan ying-tdmalUndang-undang No. 5 tahun 1991).

ierlu iila(ukan eviluisi atas seluruh ketentuan pela6ana dari

unaing_unaang No. 5 tahun 1gg1 kaitannya denga.n organisasi dan

iiii-ier:a kejiksaan dan disesuaikan dengan ketentuan yang

i.ir.no,ing oitam undang-undang Kejaksaan yang baru (undang-

undang No. 16tahun 2004)

2.BeberapahalyangperludilakukandalampembenahanorganisasiaJn tata kerjakejiGaan dalam peraturan pelaksana baru (Keppres

109

Page 119: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

dan Kepja) mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja mendatangantara lain adalah:a. Penambahan pernyataan asas-asas umum pemerintahan yang

baik (good gove rn a n ce) serta p ri nsi p-pri n si p ya n g d ia ma natka ndalam UN Guidelines for Prosecutor, UN Convention AgainstCorruptio n (Konvensi Anti Koru psi Perserikata n Ba n gsa Ba ngsa),dan UN Convention on Code of Conduct for Law EnforcementOfficialsdalam Visi dan Misi Kejaksaan sebaga dasar nilai dantuj ua n organisasi Kejaksaan.

b. Menyusun analisis jabatan struktural yang mendalam sertamenyusun Tiof analysis dalam rangka mengevaluasi susunanorganisasidan tata kerja Kejaksaan yang berlaku saat inidenganberpedoman pada prinsip-prinsip organisasi modern.

c. Mengkaji ulang peran Tenaga Pengkaji dan kebutuhanorganisasi atas struKur ini serta menyusun uraian tugas yanglebin jelas dan rinci atas struKur Tenaga Pengloji.

d. Revitalisasi peran WakilJaksa Agung sebagai kesatuan unsurpimpinan dengan menguraikan secara rinci tugas pokok,wewenang serta fungsi WakilJaksa Agung dalam KeputusanJaksa Agung sefta Keputusan Presiden yang baru mengenaisusunan organisasi dan tata kerja.

e. Mengloji ulang peran Staf Ahlidan kebutuhan organisasiatasstruktur ini serta menyusun uraian tugas dan fungsiyang lebihjelas dan rinci, pengelompokkan Staf Ahli berdasarkan bidangkegiatan dan menyusun parameter penilaian danperta nggungjawaban kinerja Staf Ahli.

f. Penyusunan struKur atau administrasi khusus pada KejaksaanTinggi, Kejaksaan Negeri, Cabang Kejaksaan Negeri diWilayahAceh untuk menyikapi penerapan hukum islam danpembentulon Mahkamah Syariah di wilayah tersebut.

g. Penambahan struktur pemeriksa pada Kejaksaan Negerikhususnya yang membawahi beberapa Cabang KejaksaanNegeri.

h. Untuk kebutuhan organisasi jangka panjang perlu kiranyamerubah status kepegawaian Jaksa sebagai Pegawai NegeriSipil menjadi Pegawai Negeri melihat beban kerja Jaksa, tugasdan wewenang yang diemban Kejaksaan serta ciri dankarakteristik Jaksa sebagai salah satu penegak hukum danprofesihukum.

110

Page 120: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Jenjang jabatan struKural (eselonisasi) dan jabatan fungsional

:aksa iing ada di Kejaksaan saat ini perlu disesuaikan dengan

tugas dan wewenang yang diemban oleh KejaKaan' Hal ini

teimasuk penyusunan pengisian jabatan struktural sertajenjang kaiir pigawai Kejaksaan yang mengakomodir seluruh

be6a*l i Keja ksaa n da la m ran gka men i n gkatkan prod u Kifl tas

dan kinerja Kejaksaan.

Pengembangan peran dan tugas dari Jaksa fungsional sebagai

reR6fsi dari profesionalisme Jaksa sebagai pejabat fungsional

termasuk menyusun kebijakan pemberdayaan Jaksa senior

sebagai akibatberubahnya batas usia pensiun Jaksa'

Mendesign StruKur Pembinaan sebagai struKur yang secara

fokus belrtanggung jawab dalam pengelolaan kepegawaian/

sumber daya manusia Kejaksaan

Menyusun Pola Hubungan Kerja antar StruKur yang jelas dan

rinci serta mengakomodir perubahan kondisi serta kebutuhan

organisasi Kejaksaan.

Perincian tugas dan fungsi tiap struKur yang ada dalam

organisasi KJiaksaan melalui penyusunan job description d9n

job a natysisying menda la m untuk men g hi ndari tu mpang ti nd i h

lugas serta fungsi antar struKurjabatan'

Semua rekomendasi tersebut akan lebih baik jika tert.uang dalam

Ointrf Kepja revisi Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan yang

i rnpf irn.ntitif. pertu d ipeihatika n agar dalam penyusu nan Keputusan

:iflingung yang dimaKud tidak melanggar atau bertentangan dengan

ketentuan yang berada di atasnYa.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menyadarkan kita semua sebagai-saienbuer

Kejaksaan bahwa banyakyang perlu segera dibenahidalam

"ir*iriiiaan bta kerja Kejaksaan. Rekomendasiyang telah diusulkan

ainiiapfan akan menjadi pertimbang.an bagi Kejaksaan dalam

il;riraffin jati diri :iksa'yang mandiri dan mumpuni' memiliki

i.rjrpr.n profesional, inte'gritls pribadi dan disiplin tinggi dalam

,.ng.f,'Orn'ba6i profesi kepada masyarakat, bangsa, dan negara'

t.tti ,"n.iptakan organisasi Kejaksaan yang mamPu mengemban

imanat rakyat sefta indang-undang dalam melakukan penegakan

hukum di Indonesia dan meningkatkan citra Kejaksaan seperti yang

selama ini dicita-citakan.

m.

111

Page 121: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

DAFTAR PUSTAKA

Bul<rr .

Winardi, J. Pemiikinn Sistemik Dalam Bidang Organiasi dan Manajemen,Jakarta: PT. Raja Grafindo,2005.

Drs.H.P. Malayu Hasibuan, Manajemen: Dasar Pengertian dan Masalah,Jakafta: Bumi Aksara, 2001.

Surachman R.M dan Andi Hamzah, Jalaa di BerbagaiNegara: Perananda n Ked ud uka n n ya,,Ja ka fta : PT Si nar g rafi ka, 1996.

laporan Penelitian

Bambang Ariono, Nyoman Wiryana et.al., Laponn Hasil Penelitian"Penataan Organisasi Kejalaaan M Dalam Ranglo MenghadapiMilenium Ketiga", Pusat Penelitian dan Pengembangan Kejaksaan

. Agung RIJakarta - 1999

Biro Kepegawaian Kejaksaan Agung RI, Laponn Penyusunan FormasiPNS Kejalean RI bhun Anggaran 2005 (per periode April 2005)

Komisi Hukum Nasional et.al., Pembaharuan Kejalaaan: PembentukanSta n da r M i n i m u m Profesi Ja laa, KH N Ja lo rta - 20M.

Keja ksaa n Agu ng RI-ADB, Th e Report Of The Govern ance Aud it of ThePublic Prosecution Seruics of The Republic of Indonesia,PriceWaterHouseCooper Jakarta - 2001.

R.eferensi

Administntive Code 1987The Republicof The Philippinu

Code of Condud for Law Enforcement Officials Adopted by GenenlAssemblyresolution 34/169 of 17 Decemfur1979,

Guidelines on the Role of Prosecutorc, Eighth United Nations Congress'on

Ltz

Page 122: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

the Prevention of crime and the Treatment of offenders, Hauana, 27

{ - - August to 7 September $9A U'N' Doc' A/CONE144/28/ReVI

' at1s9 G99o).

omibus Rutes Imptementing Book v of Executive order No' 292 and

Other Pertinent Ciit 1eruice Laws of The Republic of The

i pnitippins

Presidential Decree No. 1275 The Republic of The Philippines,

ReorganizingTheProsecutionStaffofTheDepartementofJustice And The Offics Of The ProuincialAnd City

Prosecution,RegionatizingTheProsecutionService,And. Creating The National Prosecution Seruice'

": standards of professional ruponsibitity and statement of the essential

duties and iighi of brosecutors adopted ly the International

. Association 6f iroselutors on the twentythird dayofApril 1999

tJn ited Nations Convention a ga i nst Corruption

rvlatilah

Lumbu n, Gayus T. Sbnda r Profsion a lisme da n lG ma nd i ria n Ja le Da la m

cistem penegikan Hukum,makalah makalah disampaikan pada

wawancara irendalam pada bulan Juli 2004 di Jakafta.

Sunarno,MengkajitltangKelembagaanKejalsaanRepublklndonesia,makalah disampiit<an padJ Dengar Penda pat Publik Pembaruan

KejaksaanyangdisetenggarakanolehKHNdanKejaksaanAgungRI di Hotel'Sahid Jakarta pada24Juni 2003'

Prastowo,SidhartaPohan.StandarMinimumProfgiHukum:&buahrekomendasi iiuk penegan n disiplin profui h ukum,.makalah

disampaikan p.oi ror(arirya "standar Disiplin Profesi Hukum"

di notil Menara Peninsula, 18 Juli 2002' Jakafta'

Suhadibroto,"MembedahWsiCapresdanCawapres:PenegalanHukumdan Anh piiianiruai Keiat<saan R/" makalah disampaikan

pada diskusip.r.f V.ng diselenggarakan oleh KRHN' FORWAKA'

DpC IKADIN, eniOrul.karta,? Hotel Mandarin.Jakarta pada'tanggal

14 SePtember 2004'

113

Page 123: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Undang-Undang

Indonesia. {Jndang-lJndang Tenbng Penyelengganan Nqan png Betsihdan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme, UU No. 28, LN No. 75Tahun 1999, TLN No. 3851.

Undang-Undang Tentang Kejalaaan N,UU No. 15, LN No. 57Tahun 2004,TLN No. 440L.

Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang No.8tahun 1974 tentang Pokok-pokokKepegawaian, UU No.43, LN NO 169Tahun 1999,T1N 3890.

Undang-undang tentang Kejakaan RI, UU No. 5, LN No. 59Tahun 1991.

Peraturan Pemerintah

Indonesia, Penturan Pemerinfuh tenbng Penganglobn Pegawai NegeriSipil Dalam Jabatan Struktural. PP No. 100, LN No. 1999 Tahun

. 2000,T1N No.4018.

Pentunn Penreinbh tenbng Pqawai Nqeri yang Menduduki-Iabatan Rangl<ap, PP No. 29 tahun 1997

Peratunn Pemerintah tenbng Pdoman Organiasi PennglatDaenh. PP No. STahun 2003, LN No. 14Tahun 2003,TLN No.4262.

Keputusan Presiden

lGputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen.

Indonesia. lGputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1999 tentang Organisasidan Tata l(erja Kejaksaan

Keputusan Prcsiden No. 87 tahun 1999 tentang Rumpun JabatanFungsional Pegawai Negeri Sipil

.Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001, tentanglGdudukan,Tugas,Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasidan Tata Kerja Departemen.

114

Page 124: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Keputusan laksa Agung

1 Keputusan Jaksa Agung Nomor; KEP-LL7 lJAl 10/1995 tentang Jabatan: StruKural yang Tidak Mengelola Fungsi Jaksa

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-052p.A/5/1996 tentang Pola

Hubungan (erjJentara satuan Kefla Jaksa Ag_u119 Muda Perdata

; Oanfala Usahi Negara dengan Satuan KerjaJaksaAgung Muda

Pembinaan, JaksJAgung Muda intelijen, Jaksa Agung Muda

Pidana Umum dan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus'

Keputusan Jaksa Agung Nomor:. KEP-069/J.A/05/1999 tentangpemberdayaai :a[sa yang Diperbantuka n dan Jaksa Fu ngsional

lKeputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-073/J.A/0711999 tentang Pola

Jenjang farir pegawai Kejaksaan Republik Indonesia

KeputusanJaksaAgungNomor:Keol||5/n/JA/10/lgg9tentangSusunan. --- ---- Organisasl dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

Keputusa n Jaksa Ag u ng Nomor: KEP -L45 I N J. N 0Zl 2003 tenta n9 Pedoma n

pelaksanaari Kenaikan pangkat pegawai Negeri Sipil di

- LingkunganKejaksaan Republiklndonesia'

Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP.s 58/Ai JAI 121 2003-tenta ng

perubahan atis tieputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-225|Al

J.A/05/2o03TentangPerubahanAtasKeputusanJaksaAgungRINomor:KEP-115/M.A/10/lgggTentangsusunanorganisasidan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

KeputusanJalaaAgungNNomor:!g.P-01vJ.A/01i1997tentangKriteriaTipologi KEjaksaan NegeriTipe A dan Tipe B'

Situs Internet

httr://www.Kejaksaan.go.idlvisimisi'php,diakespadatanggalSFebruari2005

http://antikorupsi.org/docs caQ!llykejaksaanbaru' pdf?PHPSESSID

=e367f5030a6d091 b9e4b3620171 3c573

www.hukumonline.com,

115

Page 125: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

:. 4_

Abdul Rahman Saleh (Jaksa Agung Rl), Penegakan Huktm SebagaiKomponen Integral Pembangunan Nasional, httpzl Iwww.komisihukum.Oo. id/newsletter.php?act=detil&id=1 16,diakses OKober 2005, yang disarikan dari Naslah beriudul"Peninglabn Pmnan Penqak Hukun #agi Wuiud fula@nankeryda Pencari Keadilani yang disampaikan pada Seminardengan tema: "Pencegahan dan Pembenntasan l(orupsiseeraSistematik", diJakarta, 11 April 2005.

http://www. u n hch r.ch/htmUmen u3/b/h-comp42. htm d iakses pada

Agustus 2005

116

Page 126: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

R/ANAANGANKEPUTSANJAIGAAGUNG REPUBUK INDONESIA

M)MOR!IENTA]re

PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PEMBARUAN

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEIAI(SAAN REPUBUKINDq{ESIA

JAIGAAGUNG REPUBUK INDONESIA

Menimbang : a.

c.

Mengingat : 1.

b.

Bahwa dengan berlakunya Undang-undang No.

16 tahun 2004 tentang Kejaksaan maka

Organisasi dan Tata Kerja yang mengacu pada

Undang-undang No. 5 tahun 1991 dan berbagaiperatu ra n pela ksa na nya perl u diperbaha rui g u na

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan

wewenang serta fungsi Kejaksaan RepublikIndonesia.

Bahwa sejalan dengan upaya KejaKaan dalammeningkatkan profesionalisme, kinerja dan

integritas Kejaksaan dalam melaKanakan tugaspenegakan hukum yang bertumpu pada rasa

keadilan, sehingga perl u d ila kuka n pengkaj ian

dan penyempurnaan pada organisasi dan tatakerja Kejaksaan saat ini'

Bahwa sebaga i perwuj uda n nya perl u d iterbitka n

Keputusan laksa Agung Indonesia.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara

Tahun 19721 Nomor: 55, Tambahan Lembaran

Negara Nomor: 3a01);

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubihan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1974 Tentang Pokok pokok Kepegawaian(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor: 169,

iambahan Lembaran Negara Nomor: 3890)

2.

117

Page 127: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

3. Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentangKejaksaan Republik Indonesia Lembaran NegaraTahun 2004 Nomor: 67 Tahun 2004, TambahanLembaran Negara Nomor: 4401);

Keputusan Presiden Nomor 86 bhun 1999 tentangSusunan Organisasi dan Tata Kerja KejaksaanRepublik Indonesia;

Keputusan Presiden Nomor 87 tahun 1999 tentangRumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil ;

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-tt7lJ.N10/1995 tentang Jabatan Struktural yang TidakMengelola FungsiJaksa;

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-0731J.N0711999 tentang Pola Jenjang Karir PegawaiKeja ksaan Republik Indonesia;

Keputusan Jaksa Agung N Nomor: KEP-I15/J.A/10/1999 tentang Susunan Organisasi dan TataKerja Kejaksaan RI;

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-225|AlJ.A/2000 tentang Perubahan atas KeputusanJaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-lt5 fi .A11011999 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Kejaksaan RI;

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-558/J.A/2003 tentang Perubahan atas Keputusan JaksaAgung Republik Indonesia Nomor reP -225 I N J.N05/2000 tentang Perubahan atas KeputusanJaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-1151).A11011999 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Kejaksaan RI mengenaikedudukan KejaKaan RI;

Surat Edaran Bersama Jaksa Agung RepublikIndonesia dengan Kepala Badan AdministrasiKepegawa ian Negara Nomor SE: 005PA/8 1990,No. 42lSE/1990 tentang Angka Kredit JabatanJaksa;

i' {-

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

118

Page 128: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

7-

Menetapkan

Pertama

Kedua

MEMUTUSKAN:

KEPUTUSAN JAIGA AGUNG REPUBUK INDONESIA

TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA

PEMBARUAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

KE]AIGMN.

: Membentuk KelomPok Kerja untukmenyempurnakan Susunan Organisasi dan Tata

Kerja yang terdiri dari unsur Kejaksaan Agung

dan Tenaga Ahli yang dibentuk berdasarkanKeputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: 2351NJN0612005 tanggal 30Juni 2005

tentang Kelompok Kerja Percepatan Pembaruan

Kejaksaan RePublik Indonesia.: Kelompok kerja ini beftugas:

1. Melakukan penyempurnaan aspek yuridisyaitu:a. MemperbaharuiVisi dan Misi Kejaksaan

RI sebagai nilai-nilai dasar organisasidengan asas-asas umum pemerintahanyang baik (good governance), prinsip-prinsip Yang diamanatkan dalam UN

Guidelines for Prostrutor, UN ConventionAga inst Conuption(Konvensi Anti Korupsi

Perserikatan Bangsa Bangsa ), dan UNConvention on Code ofConduct for LawEnforcemen t Offi cia ls sebaga i sala h satu

upaya menciptakan Kejaksaan sebagaiProfs io na I Lega I Org a n iza tio n

b. Memperbaharui Keputusan Presiden No.

85 Tahun 1999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaanserta Keputusan Jaksa Agung N Nomor:KEP-1 15/J.A/10/1999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

sebagaimana telah diperbaharui olehKeputusanJaksa Agung RI Nomor: KEP-

558/J.A/2003 tentang Perubahan atas

119

Page 129: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

Keputusan Jaksa Agung RePublikIndonesia Nomor KEP 2ZS I N J. N 05 | 2000tentang Perubahan atas Keputusan JaksaAgung Republik Indonesia Nomor: KEP-

115 I J.Al L0l 7999 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Rl

Melakukan penyempurnaan aspek teknis yang

terkait dengan kebutuhan teknis organisasidan tata kerja, yaitu:a. Menetapkan suatu sistem analisis jabatan

struKural yang mendalam dan terukurserta job analysis dalam susunanorganisasi dan tata kerja Kejaksaan yang

berlaku saat ini.b. Mengevaluasi Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Kejaksaan Yang saat inimengacu pada Undang-undang No. 5

tahun 1991 dan menyesuaikannya denganketentuan dalam Undang-undang No. 16tahun 2004 tentang Kejaksaan serta hasilanalisis jabatan yang dilakukanberdasarkan sistem dalam hurur (a) diatas.

c. Menyusun Organisasi dan Tata KerjaKejaksaan yang efeKif, efisien danprofesional yang mengedepankan asas"minim struKur kaya fungsi"

d. menyusun sistem kepegawaian lGjaksaanyang mengakomodir kebutuhan seluruhpegawai Kejaksaan dalam rangkameningkatkan produKifitas dan kinerjaKejaKaan.

e. menyusun kebUakan pemberdayaan Jaksa

senior fungsional sebagai akibatperubahan batas usia pensiun Jaksa.

f. menyusun Pola Hubungan Kerja antarStruktur yang jelas dan rinci sertamengakomodir perubahan kondisi seftakebutuhan organisasi KejaKaan.

120

Page 130: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

T-

Ketiga

Keempat

Kelima

Keenam

g. Menyusun anggaran dana Yangdibutuhkan untuk menetapkan organisasidan tata kerja Kejaksaan;

Dalam melaksanakan tugasnla Kelompok Kerja

memperhatikan hasil penelitian PembaruanOrganisasi dan Tata Kerja yang dilaksanakanKejaksaan Agung, Komisi Hukum NasionaldanMasyarakat Pemantau Peradilan Indonesia tahun

2005.

Kelompok Kerja melakukan koordinasi dengan

Sekretariat Negara, Kantor Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara dan Badan

Kepegawaian Negara sefta instansi terkait.

Kelompok kerja ini dibentuk untuk masa kerjaenam bulan dan jika diperlukan maka masa kerja

tersebut dapat di Perpanjang.

Pembiayaan kelompok kerja ini dibebankankepada Angga ran Kejaksaan Republik Indonesia.

Ditetapkan di : JakaftaPada tanggal :

Jaksa Agung R.I

tzt

Page 131: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

DAFTAR NARASUMBERii

1. Kepala Biro Kepegawaian Kejaksaan Agung

i 2. KepalaBiroPerencanaanKejaksaanAgung

3. Kepala PusatPenerangan Hukum KejaksaanAgung RI4. lGpala Bagian Organisasi dan Tata Laksana Biro Perencanaan

Kejaksaan Agung N, 5. Kepala Bagian Penyusunan, Penilaian dan Pemanhuan Program,I . Biro Perencanaan Kejalaaan Agung

6. Asisten Pembinaan Kejaksaan T'inggi Kalimantan Selatan

7. Kepala Kejaksaan Negeri Banjarmasin

8. Kepala Kejaksaan NegeriPalu

9. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat10. Kepala Sub Seksi Intel Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat

.., '11. Asisten Pengawasan Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat12. Kepala Seksi Ekonomi dan Keuangan Intel Kejaksaan Tinggi

Sumatera Barat

13. Kepala SeksiPidana Umum Kejaksaan Negeripadang1zt. Kepala Sub Selsi Intel Kejaksaan Negeri padang

15. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan

16. Kepala Sub Bagian Kepegawaian KejaKaan T'inggisulawesi tJtan17. Kepala Kejakaan NegeriMenado

18. Kepala Kejaksaan Tinggi Bali

19. Kepala Seksi Pidana Umum KejaKaan TinggiBati20. Kepala Kejaksaan Negeri Banjarmasin21. Kepala Kejaksaan Negeripalu22, knior@rtPublic Pto ubrAttomey@nenl OficedThailand23. Deparbtent of the Public prosecutor Commisison Thaitand24. Nurmadjito, S.H, M.H Staf Menteri Negara pemberdayaan Aparatur

Negara

122

t*

Page 132: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

DAFTAR NAMA PENETMl-r

PenanggungJawab :

PendiU :

Suhadibrffi

Mujahid A. LaUef

Asep Rahmat Fajar

Meissy Sabardiah

HasrilHertanto :

Theodon Yuni Shah PuUi

Andri Gunawan Sumianb

Agus Sahbani

Rosyada

123

Page 133: Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI

BxFIvL

v,

HASIL KERdASAMA :

-Pqps$sl

ilt dttil",{,

{ukum Nasionaltlik Indonesia

i1;1:ilrj)1:..f ;ilitr:r. jt,::,iti

&Elyti?Efwmn

,\," .,r:. .1.

#ltff, , , ,r\c^r

Kojal{Baan Agung Rl

€rc Asia Foundation