PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

36
PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER (Studi pada Kawasan Minapolitan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang) Disusun berdasarkan untuk memenuhi mata kuliah Seminar Pembangunan Kelas B Kelompok 2 Disusun oleh : Divi Agustina 105030100111133 Amida Pratiwi Setana 0910313063 Silvy Nihayah 105030107111048 St. Milatul Romlah 105030101111091 Fatikhatul Maghfiroh 105030100111095 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 1

description

PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Transcript of PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Page 1: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

(Studi pada Kawasan Minapolitan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)

Disusun berdasarkan untuk memenuhi mata kuliah Seminar Pembangunan

Kelas B

Kelompok 2

Disusun oleh :

Divi Agustina 105030100111133

Amida Pratiwi Setana 0910313063

Silvy Nihayah 105030107111048

St. Milatul Romlah 105030101111091

Fatikhatul Maghfiroh 105030100111095

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

20121

Page 2: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai

mencapai 104.000 km dan memiliki total luas laut sekitar 3,544 juta km2 atau

sekitar 70% dari wilayah Indonesia. Luasnya wilayah perairan Indonesia

mengandung potensi perikanan yang sangat melimpah dan terdapat peluang

potensi ekonomi. Potensi ekonomi pada sektor perikanan diperkirakan mencapai

US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi potensi perikanan tangkap

sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar

per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi

budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar

sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$

4 miliar per tahun (Bakosurtanal, 2006).

Salah satu daerah yang mengandung potensi perikanan adalah Kabupaten

Malang. Daerah ini memiliki potensi perikanan tangkap yang didukung dengan

luas potensi perairan laut Kabupaten Malang mencapai 570.801 km2 (setara

57.080 ha). Jika rata-rata produksi per hektar per tahun adalah 456,66 kg, maka

potensi produksi perikanan laut dapat mencapai 26.066,2 ton ikan per tahun.

Selain potensi perikanan tangkap, di daerah ini juga terdapat potensi perikanan

budidaya meliputi budidaya tambak, kolam, keramba, minapadi, dan jaring sekat

(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, 2009).

Berdasarkan potensi tersebut, dalam konsep otonomi daerah yang tertuang

didalam UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka Pemerintah

Kabupaten Malang melalui Keputusan Bupati Malang nomor

180/399/KEP/421.013/2008 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan

Minapolitan menetapkan Kecamatan Wajak sebagai kawasan Minapolitan di

Kabupaten Malang. Hal ini dikarenakan potensi perikanan di Kecamatan Wajak

cukup signifikan dengan komoditas unggulan Ikan Nila (Mossambicus Nilatica).

Di Kecamatan Wajak ini sebagai penghasil ikan Nila ada dua Desa yaitu Desa

Wajak dan Desa Blayu dengan jumlah komoditi/ hasil pertanian/ produk unggulan

2

Page 3: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

masing-masing desa menghasilkan 500 kg ikan Nila/bulan (Peraturan Bupati

Malang No.15 tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

tahun 2012).

Dalam hal ini dukungan pemerintah melalui Kementerian Perikanan dan

Kelautan mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Menteri nomor 12 tahun 2010

tentang Minapolitan dan Nomor 35 tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan

Minapolitan. Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk mengembangkan potensi

perikanan dan kelautan di seluruh Indonesia. Di antara 41 kabupaten/Kota lokasi

Program Minapolitan di seluruh Indonesia, Kabupaten Malang merupakan yang

pertama mendapatkan program tersebut (Huda, 2010). Hal ini dikarenakan potensi

perikanan di Kabupaten Malang sangat melimpah dan kepedulian dari pemerintah

daerah yang sudah menggulirkan kebijakan sejak tahun 2008.

Program Minapolitan yang sudah digulirkan sejak tahun 2008 hingga saat

ini telah memberikan dampak yang positif. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan

jumlah budidaya ikan yang semakin tahun semakin bertambah. Jumlah total

produksi perikanan dari budidaya air tawar sebesar 1.086,07 ton dari lahan seluas

114,82 Ha (2008).  Untuk tahun 2010 meningkat jumlah total produksi 1.455,78

ton dari luas lahan 141,95 Ha.  Sedangkan perikanan laut 2010 jumlah total

produksi 9.682,66 ton diseluruh daerah laut kabupaten Malang (Kantor

Penanaman Modal Kabupaten Malang, 2012).

Meskipun program pengembangan sektor perikanan melalui program

minapolitan ini memiliki dampak yang positif terhadap masyarakat disekitarnya,

ternyata konsep ini juga memiliki dampak negatif disisi lainnya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Marina pada tahun 2010 di Pesisir Tatapaan,

Kabupaten Minahasa Selatan menyatakan bahwa implementasi program

Minapolitan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan yang menyebabkan

terjadinya degradasi sumber daya pesisir, marjinalisasi dan kemiskinan

masyarakat pesisir, konflik pemanfaatan dan/atau konflik kewenangan, bencana

alam dan/atau bencana akibat tindakan manusia, eksploitasi secara berlebihan,

pembuangan limbah maupun sampah hasil olahan ikan dan penggunaan teknologi

yang tidak ramah lingkungan seperti bom ikan, dan sering teknologi yang dipilih

mempercepat laju exploitasi yang berlebihan (Bustami, 2010).

3

Page 4: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Berdasarkan penelitian diatas maka di Kecamatan Wajak juga diramalkan

akan merasakan dampak negatif dari pengembangan program minapolitan ini. Hal

ini dikarenakan sampai saat ini pemerintah kabupaten Malang hanya

mengedepankan nilai ekonomi saja tidak melihat aspek lingkungan dalam

penetapan RT/RW atau program-program pembangunan wilayah atau kawasan,

hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Daerah Tentang RT/RW Kabupaten

Malang yang lebih condong untuk memajukan sektor ekonomi untuk

masyarakatnya. Hal ini juga diperkuat dengan tidak diterapkannya Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam pembuatan perda RT/RW dan

penetapan wilayah Kabupaten Malang sebagai Kawasan Minapolitan.

Berdasarkan UU No 32 tahun 2009 bahwa dalam penetapan RT/RW maupun

program pengembangan kawasan suatu daerah wajib menerapkan KLHS agar

pembangunan tidak merusak lingkungan dan dapat mewujudkan pembangunan

berwawasan lingkungan.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, seharusnya pemerintah

Kabupaten Malang selain memperhatikan pembangunan ekonomi juga pada

pembangunan yang berwawasan lingkungan agar dapat meminimalisir kerusakan

sumber daya perikanan dalam mengembangkan kawasan minapolitan. Dalam hal

ini pembangunan berwawasan lingkungan harus memperhatikan pembangunan

ekonomi, pembangunan sosial dan juga perlindungan lingkungan (Budimanta,

2005).

Dalam menjalankan pembangunan tersebut tentunya tidak lepas dari

keterlibatan dari beberapa aktor pembangunan agar konsep Minapolitan dapat

dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi.

Prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya

pembangunan yang telah direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau

holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik

instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, kalangan dunia usaha

maupun masyarakat dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh semua

pihak” (Sunoto, Tt). Sehingga dengan adanya peran dari stakeholder mampu

memperbaiki sistem kemitraan yang selama ini terjadi dalam rangka

mengembangkan program minapolitan yang berwawasan lingkungan .

4

Page 5: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka kami mengangkat

judul “Pembangunan program minapolitan dalam pendekatan KLHS Melalui

Peran Stakeholder (Studi pada Kawasan Minapolitan di Kecamatan Wajak,

Kabupaten Malang)”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pembangunan program minapolitan di kecamatan Wajak

ditinjau dari pendekatan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)?

2. Bagaimana peran stakeholder dalam pembangunan program minapolitan

di kecamatan wajak kabupaten Malang?

5

Page 6: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembangunan

Siagian dalam Suryono (2010:2) menjelaskan pembangunan sebagai suatu

arah atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan suatu bangsa, negara dan pemerintah secara sadar menuju moderinitas

dalam rangka pembinaan bangsa.

1. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Menurut Budimanta (2005) bahwa pembangunan berkelanjutan atau

Sustainable Development adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang

dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan

kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa

mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk

menikmati dan memanfaatkannya. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga

lingkup kebijakan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan

perlindungan lingkungan.

2. Indikator Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Budimanta (2005) menyatakan, untuk suatu negara agar berhasil dalam

mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan terdapat enam indikator yang

harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

a) Pro Lingkungan Hidup

Pro lingkungan dapat diukur dengan berbagai indikator. Salah satunya

adalah indeks kesesuaian,seperti misalnya nisbah luas hutan terhadap luas

wilayah (semakin berkurang atau tidak), nisbah debit air sungai dalam musim

hujan terhadap musim kemarau, kualitas udara, dan sebagainya. Berbagai

bentuk pencemaran lingkungan dapat menjadi indikator yang mengukur

keberpihakan pemerintah terhadap lingkungan.

b) Pro Rakyat Miskin

Pro rakyat miskin dalam hal ini memberikan perhatian pada rakyat miskin

yang memerlukan perhatian khusus karena tak terurus pendidikannya,

berpenghasilan rendah, tingkat kesehatannya juga rendah serta tidak memiliki

modal usaha sehingga daya saingnya juga rendah.

6

Page 7: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

c) Pro Kesetaraan Jender

Pro kesataraan dimaksudkan untuk lebih banyak membuka kesempatan

pada kaum perempuan untuk terlibat dalam arus utama pembangunan.

d) Pro Penciptaan Lapangan Kerja

Dapat diukur dengan menggunakan berbagai indikator seperti misalnya

indikator demografi (angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja, dan

sebagainya).

e) Pro Dengan Bentuk Negara Kesatuan RI

Merupakan suatu keharusan, karena pembangunan berkelanjutan yang

dimaksud adalah untuk bangsa Indonesia yang berada dalam kesatuan NKRI.

f) Harus Anti Korupsi, Kolusi Serta Nepotisme.

Indikator ini dapat dilihat dari berbagai kasus yang dapat diselesaikan serta

berbagai hal lain yang terkait dengan gerakan anti KKN yang digaungkan di

daerah bersangkutan.

B. Konsep Minapolitan

Minapolitan berasal dari kata mina berarti ikan dan politan berarti polis

atau kota, sehingga secara bebas dapat diartikan sebagai kota perikanan.

Pengembangan konsep dimaksudkan untuk mendorong percepatan pembangunan

ekonomi kelautan dan perikanan dengan pendekatan dan sistem manajemen

kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota. Minapolitan adalah konsepsi

pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan

prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Konseptual

Minapolitan mempunyai dua unsur utama yaitu, Minapolitan sebagai konsep

pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah dan minapolitan

sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas utama produk kelautan

dan perikanan.

1. Azas Minapolitan

a. Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat;

b. Keberpihakan pemerintah pada rakyat kecil melalui pemberdayaan masyarakat;

dan

7

Page 8: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

c. Penguatan peranan ekonomi daerah dengan prinsip daerah kuat maka bangsa

dan Negara kuat.

2. Tujuan Minapolitan

a. Meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas produk kelautan dan

perikanan;

b. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan yang

adil dan merata; dan

c. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di

daerah.

3. Sasaran Minapolitan

a. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala

mikro dan kecil.

b. Meningkatkan jumlah dan kualitas usaha kelautan dan perikanan skala

menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi.

c. Meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi

regional dan nasional.

4. Prinsip Minapolitan

a. Prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya

pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik

dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik

instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, kalangan dunia

usaha maupun masyarakat.

b. Adanya konsep minapolitan pembangunan infrastruktur dapat dilakukan secara

efisien dan pemanfaatannya diharapkan akan lebih optimal. Selain itu prinsip

efisiensi diterapkan untuk mendorong agar sistem produksi dapat berjalan

dengan biaya murah, seperti memperpendek mata rantai produksi, efisiensi,

c. Pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi

pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi,

teknologi maupun sumberdaya manusia.

d. Prinsip percepatan/berakselerasi tinggi diperlukan untuk mendorong agar target

produksi dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan

terobosan (Sunoto, 2010;3-6)

8

Page 9: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

5. Karakteristik dan Persyaratan Kawasan Minapolitan

a. Karakteristik Kawasan Minapolitan

1) Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan,

dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan

perdagangan;

2) Mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi;

3) Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan

dan daerah sekitarnya; dan

4) Mempunyai dampak positif terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.

b. Persyaratan Kawasan Minapolitan

1) Kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan

Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD) yang telah ditetapkan.

2) Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan

nilai ekonomi tinggi.

3) Letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi

persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan.

4) Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha

yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi

di suatu lokasi dan mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau

pemasaran yang saling terkait.

5) Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar,

permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau

pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha, dan fasilitas penyuluhan

dan pelatihan.

6) Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung

lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di

lokasi di masa depan.

7) Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas

pengelolaan dan pengembangan minapolitan.

9

Page 10: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

8) Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di

bidang kelautan dan perikanan.

9) Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan

(Permen No. 12, 2010;5-6).

C. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

1. Definisi KLHS

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis

yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program (UU

No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

2. Tujuan dan Manfaat KLHS

a. Tujuan KLHS

1) KLHS adalah untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah

menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan.

2) KLHS merupakan upaya untuk mencari terobosan dan memastikan bahwa

pada tahap awal penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipertimbangkan.

b. Manfaat KLHS

1) KLHS bermanfaat untuk menjamin bahwa setiap kebijakan, dapat

menghindarkan atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan

hidup.

2) KLHS bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses belajar

bersama antar pelaku pembangunan, dimana seluruh pihak yang terkait

penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat secara

aktif mendiskusikan seberapa jauh substansi kebijakan, rencana dan/atau

program yang dirumuskan telah mempertimbangkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan.

3. Prinsip-prinsip KLHS

a. Penilaian Diri (Self Assessment)

b. Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

c. Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial

10

Page 11: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

d. Memberi Pengaruh Pada Pengambilan Keputusan

e. Akuntabel.

f. Partisipatif (Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan

Hidup, 2009;1-5

4. Model pendekatan/kelembagaan KLHS

UNEP (2002) dan Sadler (2005) mengidentifikasi adanya 4 model

pendekatan/kelembagaan KLHS, antara lain sebagai berikut :

1. KLHS dengan kerangka dasar AMDAL (EIA Mainframe)

2. KLHS dalam model ini secara formal ditetapkan sebagai bagian dari

peraturan perundangan AMDAL atau melalui peraturan lain namun

memiliki prosedur yang terkain dengan AMDAL. KLHS sebagai kajian

penilaian keberlanjutan lingkungan (Enviromental Appraisal Style)

3. KLHS model ini menggunakan proses yang terpisah dengan system

AMDAL. Prosedur dan pendekatannya telah dimodifikasi hingga memiliki

karakteristik sebagai penilaian lingkungan. KLHS sebagai kajian terpadu

atau penilaian keberlanjutan (Integrated Assessment/Sustainability

Appraisal)

4. KLHS ditempatkan sebagai bagian dari kajian yang lebih luas untuk

menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup

secara terpadu. Banyak pihak menempatkan model ini bukan sebagai

KLHS melainkan Kajian Terpadu untuk Jaminan Keberlanjutan (ISA).

KLHS sebagai pendekatan untuk pengelolaan berkelanjutan sumberdaya

alam (Sustainable Resource Management) KLHS diaplikasikan dalam

kerangka pembangunan berkelanjutan dan dilaksanakan sebagai bagian tak

terpisahkan dari hierarki system perencanaan penggunaan lahan dan

sumberdaya alam serta sebagai bagian strategi spesifik pengelolaan

sumberdaya alam.

11

Page 12: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Program Minapolitan di Kecamatan Wajak Kabupaten

Malang

Kecamatan Wajak merupakan salah satu dari 33 kecamatan yang berada di

wilayah Kabupaten Malang bagian Timur. Kecamatan Wajak terletak di bagian

barat wilayah Kabupaten Malang dengan luas wilayah 94,56 Km2, jumlah

penduduk 81.055 orang, tingkat kepadatan penduduk 857 orang/Km2. Secara

geografis terletak di sebelah Timur 25 Km dari kota Malang, terletak pada

ketinggian wilayah 525 m/dpl, suhu maksimum/minimum : 32°C /20°C , dalam

rupa bumi terletak dikordinat sebelah timur pada 112″ 43″ dan garis lintang

selatan pada  08’06′, curah hujan  rata – rata  pertahun antara 1297 sampai dengan

1925 mm setiap tahunnya dengan batas Utara Kecamatan Poncokusumo, sebelah

Timur Kecamatan Tirtoyudo dan kawasan hutan, sebelah selatan Kecamatan

Turen dan Kecamatan Dampit, dan sebelah Barat Kecamatan Bululawang dan

Kecamatan Tajinan (Kecamatan Wajak, 2011).

Pada tahun 2008, pemerintah kabupaten Malang sudah menetapkan

Kecamatan Wajak sebagai kawasan Minapolitan di Kabupaten Malang. Kemudian

adanya dukungan kebijakan dari Kementerian perikanan dan kelautan dalam

Peraturan Menteri No 12 tahun 2010 tentang Minapolitan dan Nomor 35/2010

tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Dalam hal ini penetapan maupun

dukungan dari pemerintah ini tidak terlepas dari potensi perikanan yang ada.

Kecamatan Wajak memiliki luas 9.785 Ha, dengan potensi mina mendong kurang

lebih 200 Ha, potensi lahan mina padi 40 Ha, potensi kolam 40,5 Ha. Dalam hal

ini didukung dengan potensi kolam terpal dan sejenisnya 1000 Ha dan tambak 400

Ha di Kabupaten Malang.

Selain adanya potensi tersebut, di Kecamatan Wajak terdapat potensi

budidaya air tawar terutama jenis ikan Nila yang mempunyai nilai cukup tinggi

dan sebagai produk unggulan karena memiliki nilai protein yang tinggi (19%) dan

harga jual setelah berumur 4-5 bulan cukup mahal. Pada tahun 2008, produksi

ikan air tawar termasuk Nila mencapai 10.086 ton (Kanjuruhan, 2009).

12

Page 13: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Penetapan kecamatan Wajak sebagai kawasan minapolitan ini pernah di

tolak untuk dijadikan kawasan minapolitan karena pemerintah cenderung pada

pembangunan fisik saja.

Camat Wajak Kukuh Banendro mengatakan, penguatan dan pemberdayaan petani ikan seyogyanya menjadi prioritas utama. Sebab untuk mewujudkan sebuah minapolitan, butuh penciptaan kultur dan pengenalan bahwa Wajak adalah gudangnya ikan air tawar. Salah satu caranya dengan memperbanyak jumlah petani ikan, menguatkan pasokan bibit, dan memberikan sarana pendukung pasar ikan. "Kami sepakat kalau wujud minapolitan tidak hanya fisik. Namun didahului penguatan petani," kata Kukuh (Informasi Malang, 2009).

Sehingga dalam hal ini pemerintah harus memperhatikan kualitas sumber

daya manusia yang akan mengelolahnya terlebih dahulu karena berdasarkan data

dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang disebutkan, jumlah nelayan

di Kabupaten Malang mencapai 3.171 orang, pembudidaya sebanyak 5.118 orang,

dan pengolah 1.083 orang (Beritadaerah.com, 2012). Dalam hal ini apabila

sumber daya manusia yang ada belum bisa mengelolah sumber daya ikan secara

baik, maka bisa dikatakan dapat menghambat berjalannya program minapolitan

yang ada.

Selain sumber daya manusia, ternyata ditemukan pula kurangnya

manajemen dan jaringan pemasaran pada produk perikanan di Kecamatan Wajak

ini. Ha ini di sampaikan oleh Pemerintah ditingkat kecamatan:

Saat ini, ada sebelas desa yang sangat potensial untuk menjadi sentra produksi ikan air tawar. Selain terdapat kolam ikan, ratusan hektare adalah lahan budidaya mendong (bahan pembuat tikar). Lahan budidaya mendong yang selalu digenangi air saban tahun potensial untuk budidaya ikan air tawar. Apalagi, di sebelas desa itu, ada mata air pegunungan untuk mengairi kolam. "Mereka ini butuh bibit, manajemen, dan jaringan pemasaran. Kami sepakat kalau itu menjadi prioritas utama saat ini," katanya (Berita Daerah.com, 2012).

Selain itu pemerintah Kabupaten Malang juga pernah melakukan

sosialisasi kepada warga Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang

dengan tujuan agar mengerti tentang adanya Program Minapolitan di Wilayah

Kabupaten Malang yang meliputi lokasi, tujuan dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan Minapolitan. Dalam hal ini sosialisasi tidak melibatkan masyarakat

khususnya nelayan, pembudidaya, maupun pengelolah sebagai obyek dalam

13

Page 14: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

program minapolitan. Selain upaya pemerintah untuk mensosialisasikan tersebut,

untuk membangun kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak, anggaran yang

telah dikucurkan sekitar Rp4,5 miliar yang bersumber dari dana alokasi khusus

(DAK) dan dana tugas pembantuan (TP) APBD Kabupaten Malang 2011 (Berita

Daerah.com, 2012). Semua itu adalah digunakan untuk perkembangan wilayah

minapolitan di kecamatan wajak ini.

B. Pembangunan Program Minapolitan Di Kecamatan Wajak Ditinjau

dari Pendekatan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)

Berdasarkan uraian gambaran umum program minapolitan di Kecamatan Wajak

Kabupaten Malang tersebut, maka penulis ingin menganalisa kesesuaian program

ini dengan model KLHS yang dapat digunakan untuk menganalisis berbagai

dampak seperti dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang terjadi dalam

program minapolitan di Kecamatan Wajak. Menurut UNEP (2002) dan Sadler

(2005) mengidentifikasi adanya 4 model, salah satu modelnnya yaitu KLHS

sebagai kajian terpadu atau penilaian keberlanjutan (Integrated

Assessment/Sustainability Appraisal), hal tersebut mencegah agar kejadian di

Kabupaten Minahasa selatan tidak teerjadi lagi. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Marina pada tahun 2010 menyatakan bahwa implementasi

program Minapolitan di Pesisir Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan,

berdampak negatif terhadap lingkungan dan menyebabkan terjadinya degradasi

sumber daya pesisir, marjinalisasi dan kemiskinan masyarakat pesisir, konflik

pemanfaatan dan/atau konflik kewenangan, bencana alam dan/atau bencana akibat

tindakan manusia, eksploitasi secara berlebihan, pembuangan limbah maupun

sampah hasil olahan ikan dan penggunaan teknologi yang tidak ramah

lingkungan seperti bom ikan, dan sering teknologi yang dipilih mempercepat laju

exploitasi berlebihan (Bustami, 2010).

Budimanta (2005) menyatakan bahwasanya ada enam indikator yang dapat

mengukur keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan, yaitu

1. Pro Lingkungan Hidup

14

Page 15: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Dalam hal ini berdasarkan pemaparan implementasi program minapolitan di

Kecamatan Wajak Kabupaten Malang pada gambaran umum di atas maka

dapat disimpulkan program minapolitan ini lebih condong pada sektor ekonomi

dari pada memperhatikan lingkungannya. Sehingga tidak menutup

kemungkinan bahwa program ini akan mengalami kerugian atau dampak

negatif karena pemerintah hanya melihat dari hasil produksi perikanan yang

ada di kawasan ini.

2. Pro Rakyat Miskin

Dalam hal ini bentuk pemerintah dalam pengembangan program minapolitan

ini sudah memeprhatikan rakyat miskin yang dibuktikan dengan adanya

pembangunan secara fisik serta adanya pembiayaan atau bantuan dari

pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan ini sebesar 4,5 Milyar.

Selain itu juga adanya peningkatan jumlah produksi perikanan yang semakin

tahun mengalami kenaikan. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan

perekonomian di daerah ini berpihak pada masyarakat.

3. Kesetaraan Jender

Dalam hal ini keterlibatan perempuan dalam program ini dapat dilihat dari

banyaknya jumlah nelayan, pembudidaya, serta pengelolah perikanan yang

tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.

4. Pro Penciptaan Lapangan Kerja

Dalam hal ini peningkatan jumlah perolehan ikan semakin tahun semakin

bertambah tentunya menjadikan masyarakat di daerah ini memiliki lapangan

pekerjaan. Di daerah ini lapangan pekerjaan yang ada yaitu sebagai nelayan,

pembudidaya, serta pengelola dan belum ada bentuk penciptaan lapangan

pekerjaan baru seperti menghasilkan produk olahan ikan atau industri

perumahan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Dalam hal ini

juga kurangnya dukungan untuk fasilitas pemasaran bagi produk perikanan ini.

5. Pro dengan Bentuk Negara Kesatuan RI

Dalam hal ini program minapolitan sudah dengan indikator ini, karena

merupakan kebijakan dari kementerian Perikanan dan Kelautan yang berada

dilingkungan pemerintahan Indonesia.

15

Page 16: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

6. Anti Korupsi, Kolusi serta Nepotisme

Sejauh ini belum ada permasalahan dalam indikator ini, karena program ini

belum lama bejalan sehingga belum ada audit terkait dengan anggaran

keuangan yang digunakan dalam mendukung program ini.

Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa program ini

tidak bersifat berkelanjutan dan tidak mengarah pada konsep pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, hal ini dikarenakan aspek lingkungan

tidak menjadi perhatian penting dalam implementasi program ini, namun disatu

sisi program ini telah berdampak positif terhadap aspek sosial dan ekonomi

walaupun tidak terjamin keberlanjutannya. Pembangunan berkelanjutan dikatakan

berhasil apabila tercapai keseimbangan antara sektor ekonomi, social dan

lingkungan.

Sehingga dalam implementasinya harus memperhatikan prinsip-prinsip

serta persyaratan yang tertuang dalam konsep minapolitan. Oleh karena itu dalam

rangka membangun kawasan perikanan dan kelautan atau minapolitan di

kecamatan Wajak dibutuhkan adanya sinergisitas kerjasama antara pemerintah

dengan swasta serta masyarakat. Sejauh ini pemerintah kabupaten Malang telah

mengadakan kerjasama dengan pihak swasta dengan cara memasukkan ikan Nila

segar ke Valor Co.Ltd yang membuka Supemarket di Kecamatan Dau. Dalam hal

ini tujuannya adalah agar pemasaran perikanan dapat berkembang dengan baik

(Wicaksono, 2009).

C. Peran Stakeholder dalam pembangunan program minapolitan di

kecamatan Wajak Kabupaten Malang.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis menawarkan model

kerjasama yang dapat dilakukan oleh masing-masing stakeholder dalam

mengembangkan program minapolitan agar terwujud pembangunan berkelanjutan

yang berwawasan lingkungan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.

Adapun peran dari masing-masing stakeholder tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

16

Page 17: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

1. Pemerintah

Pemerintah khususnya dalam hal ini pemerintah daerah melalui dinas

perikanan dan kelautan harus menjalin komunikasi dengan semua aktor yang akan

terlibat dalam program ini. Pemeritah harus membuat standard operational system

dalam mengimplementasikan program ini dan harus melakukan kajian lingkungan

hidup dan analisis potensi terlebih dahulu. Dalam rangka mensukseskan program

ini maka pemerintah daerah harus melakukan sosialisasi program ini dengan

diikuti oleh SOP (Standart Operational System) yang telah dibuat kepada seluruh

masyarakat dan aparat kecamatan maupun desa.

Selain itu pemerintah daerah khususnya dinas perikanan dan kelautan harus

melakukan upaya penyusunan rencana induk, rencana pengusahaan, dan rencana

tindak, melakukan koordinasi dengan provinsi dan pusat serta menjalin hubungan

kerjasama dengan pihak akademisi maupun pihak swasta agar dapat berinvestasi

di lokasi tersebut. Langkah selanjutnya pemerintah mengkampanyekan adanya

program ini melalui media cetak maupun media elektronik mulai dari tingkat

lokal dan terus dikembangkan hingga media mancanegara.

2. Masyarakat

Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini yaitu dengan

berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan program minapolitan. Selain itu

masyarakat juga dapat berkreasi mengembangkan program ini dengan usaha

mandiri menjalin kerjasama dengan pihak swasta dalam memasarkan produk –

produk dari program minapolitan keluar daerah. Selain itu masyarakat juga harus

mengantisipasi dari limbah yang ditimbulkan dari program ini agar nantinya tidak

menimbulkan dampak yang merugikan lingkungan sekitarnya.

3. Peran swasta

Pihak swasta memiliki peran sebagai investor, distributor, supplier dan

pendampingan. Fungsi investor disini dapat berupa penciptaan industri baru sesuai

potensi lokal yang ramah lingkungan sehingga mampu menciptakan lapangan

pekerjaan bagi masyarakat setempat. Selain itu memberikan bantuan modal

kepada dalam rangka mengembangkan industri kecil tersebut.

17

Page 18: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Fungsi Distributor yaitu mengembangkan wilayah pemasaran dari hasil

budidaya dan perikanan serta hasil produk olahan ke pasar lokal maupun

internasional. Kemudian Fungsi Supplier, bergerak dalam penyediaan bahan baku

tertentu dalam jumlah besar dengan menyediakan peralatan maupun bahan baku

bagi pembudidaya dan pengelolah ikan.

Sektor swasta disini juga melakukan peran yang telah dilakukan oleh

akademisi, dalam hal ini yaitu menjalankan peran pendampingan dan fungsi

corporate sosial responsibility (CSR) perusahaan khususnya perusahaan yang

terdapat dikawasan minapolitan. Contoh kegiatannya yaitu melakukan diskusi,

pelatihan, dan saling tukar menukar pengalaman keberhasilan dari kelompok yang

lain. Diharapkan adanya kerjasama ini maka dapat meningkatkan pembangunan di

Kecamatan Wajak dalam hal prikanan.

18

Page 19: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu daerah yang menerpakan program minapolitan adalah Kabupaten

Malang yang terfokus pada Kecamatan Wajak. Penetapan program ini tidak lepas

dari potensi yang ada di daerah ini. Dalam implementasi program ini tidak lepas

dari dampak positif maupun negatif. Implementasi program minapolitan di

kecamatan Wajak ini belum memenuhi semua prinsip dan persyaratan serta

karakter konsep minapolitan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perikanan

dan Kelautan dan juga konsep KLHS yang berwawasan lingkungan. Padahal

prinsip dan persyaratan tersebut sangat penting dilakukan dalam pengembangn

daerah minapolitan.

Arah kebijakan program minapolitan ini lebih condong pada pembangunan

berkelanjutan dari aspek ekonominya saja, sehingga untuk mengetahui

keberhasilan program ini maka ada beberapa indikator yang digunakan yaitu Pro

lingkungan hidup, Pro rakyat miskin, Pro kesetaraan gender, Pro penciptaan

lapangan pekerjaan, Pro dengan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

anti KKN. Dari analisis penilaian tersebut bahwa kecamatan Wajak bisa dikatakan

belum memenuhi indikator pembangunan berkelanjutan tersebut karena lebih

condong pada pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu, dalam implementasinya perlu adanya kerjasama antar

stakeholder dalam rangka membangun kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak

yang beerwawasan lingkungan yakni antara pemerintah khususnya pemerintah

daerah, masyarakat dan juga swasta dengan menjalankan peran masing-masing

aktor sesuai denagn pemaparan yang ada di konsep stakeholder.

B. Saran

1. Dalam program minapolitan perlu adanya perhatian terhadap aspek

lingkungan, aspek ekonomi, serta aspek social.

2. Adanya peran dari beberapa aktor yang saling mendukung agar kebijakan yang

dilakukan oleh pemerintah, tidak tersentral pada pemerintah saja yang

menjalankan kebijakan.

19

Page 20: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

3. Adanya partisipasi dari masyarakat agar aktif dalam setiap kegiatan yang

dilakukan oleh para aktor demi terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.

20

Page 21: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal. 2006. Luas Perairan dan Potensi Imdonesia. Diakses melalui:

suta.blogsport.com [03 Oktober 2012].

Beritadaerah.com. 2012. Produksi Tangkapan Ikan Laut Kabupaten Malang

Minim. www.beritadaerah.com, diakses pada tanggal 03 Oktober 2012.

Budimanta. A. 2005. Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan Melalui

Pembangunan Berkelanjutan Dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota

Indonesia Dalam Abad 21. Jakarta: Media Pustaka

Bustami, Marina. 2010. Minapolitan Tatapaan dan Pelestarian Kawasan

Konservasi. Diakses melalui www.marinabustami.blogsport.com [4

oktober 2012].

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang. 2009. Potensi Dinas Kelautan

dan Perikanan. Diakses melalui kelautan malangkab.go.id [30 September

2012].

Departemen Perdagangan RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia

2025. Jakarta: Kelompok Kerja Indonesia, Design Power.

Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Draft

Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Jakarta.

Dunn. William N. 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Gadjah Mada Universty Press

Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli Inklusif dan

Kolaboratif. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press.

Huda, Miftachul. 2010. Sosialisasi Program Minapolitan. Diakses melalui

pencarisenyum.blogspot.com [03 Oktober 2012].

Informasi Malang, 2009. Riset Kota Ikan (Minapolitan) Wajak ditolak. Diakses

melalui dimalang.blogspot.com [03 Oktober 2012].

Kanjuruhan. 2009. Kawasan Bisnis Baru Siap Diadu. Pemerintah Kabupaten

Malang. Diakses Melalui www.malangkab.go.id, pada tanggal 03

Oktober 2012.

21

Page 22: PEMBANGUNAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM PENDEKATAN KLHS MELALUI PERAN STAKEHOLDER

Kantor Penanaman Modal Kabupaten Malang, 2012. Sektor Perikanan: Potensi

Perikanan. Diakses melalui kpm.malangkab.go.id [03 Oktober 2012].

Kecamatan Wajak, Wajak Minapolitan. 2011. Batas Wilayah. Diakses melalui

wajak.malangkab.go.id [03 Oktober 2012].

Keputusan Bupati Malang nomor 180/399/KEP/421.013/2008 tentang Penetapan

Lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan.

Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Kep.18/Men/2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan

Noviandi, Nunu, dkk. 2012. Manajemen Pengetahuan Untuk Penguatan Sistem

Inovasi Daerah : Konsep dan Aplikasi. Jakarta : BPPT Press.

Nugroho, Rian. 2009. Public Policy. Jakarta: Elek Media Komputindo

Peraturan Bupati Malang No.15 tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD) tahun 2012.

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.12/Men/2010 Tentang Minapolitan

Savas, EE. 2000. Privaization and Public-Private Partnerships. Chatham, N.J:

Chatham House Publisher.

Sunoto. Tt . Arah Kebijakan Pengembangan Konsep Minapolitan Di Indonesia.

Suryono, Agus. 2010. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang: UB

Press.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Wahab, Solicin Abdul.2001. Analisis kebijaksanaa: dari formulasi ke

implementasi kebijaksanaan negara. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wicaksono, Ary. 2009. Wajak Bakal Jadi Kawasan Minapolitan. Diakses melalui

malangraya.web.id pada tanggal 03 oktober 2012.

22