Pembangunan Daulah Bani Abbas
-
Upload
angga-baxat-aresh -
Category
Documents
-
view
233 -
download
1
Transcript of Pembangunan Daulah Bani Abbas
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Abbasiyah
1. Pembangunan Daulah Bani Abbas
Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani
Umayah yang telah runtuh di Damaskus. Dinamakan kekhalifahan Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa daulah ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad saw.
Keluarga Abbas, Imam Muhammad bin Ali berpendapat bahwa pemindahan kekuasaan dari
keluarga yang satu ke keluarga yang lain harus memiliki kesiapan jiwa dan semangat rakyat.
Dia menyadari bahwa perubahan secara tiba-tiba, bisa berakhir dengan kegagalan. Oleh
karena itu, sangat diperlukan pemikiran yang dapat memperhitungkan keadaan untuk
melancarkanpropaganda (gerakan yang menentang pemerintahan untuk memperoleh
kekuasaan) dengan atas nama orang yang terpilih dari keluarga Nabi Muhammad.
Muhammad bin Ali meminta kepada masyarakat pendukungnya untuk membantu keluarga
Nabi. Propagandaini dilakukan dengan cara yang sangat cermat, sehingga banyak tokoh
masyarakat dan tokoh agama yang tertarik dengan propaganda itu.
Muhammad bin Ali menjadikan kota Kufah dan Khurasan sebagai pusat kekuatan penyebaran
propagandanya. Dua kota ini dianggap sangat strategis sebagai benteng pertahanan bila terjadi
serangan dari Bani Umayah. Di dalam kedua kota itu banyak bermukim masyarakat Islam yang
bukan Arab. Mereka sangat tidak puas terhadap kebijakansanaan pemerintahan Bani Umayah.
Ketidakpuasan masyarakat Muslim yang bukan Arab (‘Ajam) sangat besar pengaruhnya dalam
proses kehancuran Daulah Umayah, dan jumlah mereka semakin banyak.
Semula propaganda yang dilakukan Muhammad bin Ali, tidak memakai dan menonjolkan nama
Bani Abbas, tetapi menggunakan Bani Hasyim, dengan maksud untuk mencegah perpecahan
antara orang syi'ah pengikut Ali dan yang mendukung Bani Abbas, karena kedua golongan itu
masih termasuk keluarga Bani Hasyim. Dengan siasat demikian itu, maka propagandanya
mendapatkan simpati sangat besar dari berbagai kalangan.
Untuk melaksanakan propaganda itu mereka mengangkat dua belas orang propagandis
terkenal, yang disebar ke daerah-daerah Khurasan, Kufah, Irak dan bahkan sampak ke
Makkah. Dalam usaha menyebarkanpropaganda itu, dijelaskan tujuan mereka, yaitu untuk
menuntut keadilan dan kebijaksanaan dan pemerintahan Daulah Bani Umayah di Damaskus.
Di antara propagandis terkenal yang berhasil menarik banyak masyarakat, ialah Abu Muslim Al-
Khurasani. Dengan tekad kuat dan kerja keras, ia dapat meyakinkan rakyat Marwa, sehingga
mereka berada di pihak Bani Abbas. Setelah itu, Abu Muslim menyambut baiat (Sumpah Setia)
rakyat Marwa tersebut. Kemudian ia melanjutkan usahanya ke daerah Khurasan dan daerah-
daerah lain di sekitarnya. Di setiap daerah dibentuk perwakilan, sehingga berdatangan orang-
orang yang menyatakan sumpah setia kepada keluarga Bani Abbas.
Usaha propaganda yang dilakukan Abu Muslim al-Khurasani membawa hasil yang sangat
memuaskan. Banyak masyarakat mendukung gerakan propaganda itu.
Melihat perkembangan politik yang tidak menguntungkan pihak Muawiyah, akhirnya Marwan bin
Hakam berusaha menyelamatkan diri dari kejaran massa yang sedang mengamuk, menuntut
digulingkannya pemerintahan Daulah Bani Umayah. Dengan terbunuhnya Marwan bin Hakam
di Fustat, Mesir tahun 132 H / 750 M, resmilah keluarga Abbas menjadi penguasa baru.
Dinasti ini berkuasa selama lebih kurang lima abad, mulai dari tahun132-656 H / 750-1528.
Pusat pemerintahannya bertempat di kota Bagdad. Di antara para tokoh pendiri Daulah
Abbasiyah ialah
• Muhammad bin Ali
• Ibrahim bin Muhammad bin Ali
• Abul Abbas As-Shafah
• Abu Ja'far Al-Mansur
• Abu Muslim Al-Khurasani
2. Khalifah Bani Abbas yang Terkenal
Seperti yang telah dijelaskan tadi, bahwa Daulah Bani Abbasiyah berkuasa lebih kurang lima
abad, dan dipimpin oleh sekitar 37 orang khalifah. Di antara ke-37 orang khalifah yang terkenal
karena kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahannya dalam berbagai bidang, seperti
bidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya adalah sebagai berikut
• Abu Ja'far Al-Mansur (136-158 H / 754-775 M)
Abu Ja'far Al-Mansur adalah putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muthalib. Ia adalah saudara Ibrahim Al-Imam dan As-Shafah. Ketiganya sebagai tokoh pendiri
Daulah Bani Abbas. Abu ja'far Al-Mansur termasuk salah seorang pendiri Daulah Bani
Abbasiyah yang sebenarnya, karena dialah yang sebenarnya untuk pertama kali yang membuat
dan mengatur politik pemerintahan Daulah itu. Jalur-jalur administra pemerintahan mulai dari
pusat sampai kedaerah ditata dengan rapi. Pada waktu itu terjadi kerja sama yang baik antara
Kepala Qadhi, Kepala Polisi Rahasia, Kepala Jawatan Pajak, dan Kepala Jawatan Pos. Dengan
demikian, maka pemerintahan pada masa Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur menjadi tertib. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap system kehidupan masyrakat yang berada di bawah kekuasaan
pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Abu Ja'far Al-Mansur sangat besar jasanya dalam mengembangkan kebudayaan dan
peradaban islam. Ia adalah seorang yang cinta ilmu pengetahuan. Dengan kekuasaan dan
hartanya dia member dorogan dan kesempatan yang luas bagi para cendekiawan untuk
mengembangkan riset ilmu pengetahuan. Buku-buku yang dihasilkan oleh bangsa Romawi
telah terlupakan diperintahkan untuk di kumpulkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Ilmu Falak dan Filsafat mulai digali dan dikembangkan pada waktu itu.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Abu Ja'far Al-mansur untuk memajukan Daulah
Abbasiyah antara lain ialah
• Penertiban Pemerintahan
Dalam usaha memperkuat kedudukan dan kekuasaan Daulah Abbasiyah, Abu Ja'far Al-Mansur
mulai mengadakan penertiban dalam bidang administrasi dan mengadakan kerja sama di
antara para pejabat pemerintahan dengan system kerja sama lintas sektoral, seperti kerja sama
antara Qadhi dengan Kepla Polisi Rahasia, dengan Kepala Pajak, dan dengan Kepala Jawatan
Pos.
• Pembinaan Keamanaan dan Stabilitas Dalam Negeri
Untuk melaksanakan pembinaan dan stabilitas pemerintahan dalam negeri, Khalifah Abu Ja'far
Al-Mansur mengadakan pengamanan terhadap beberapa kelompok yang dianggapnya
berbahaya dan mengganggu stabilitas dalam negeri. Di antara kelompok yang di anggap
berbahaya adalah kelompok Abdullah bin Ali, kelompok Abu Muslim Al-Khurasani dan Kaum
Alawiyin.
• Pembinaan Politik Luar Negeri
Politik luar negeri Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur, yaitu dengan mengadakan serangan
terhadap Byzantium, penaklukan ke Afrika Utara dan mengadakan perjanjian kerja sama
dengan Raja Peppin dari bangsa Frank. Kerja sama ini dilakukan untuk menghalangi
melebarnya kekuasaan Bani Umayah di Andalusia yang dipimpin oleh Abdurrahman Al-Dakhil.
• Harun Al-Rasyid (170-193 H / 786-809 M)
Harun Al-Rasyid dilahirkan pada bulan Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya
Khaizurran. Waktu kecil ia dididik oleh Yahya bin Khalid Al-Barmaki. Ia menjadi khalifah bulan
September 786 M pada usia 23 tahun. Ia menggantikan kedudukan saudaranya Musa Al-Hadi.
Sewaktu menjadi khalifah ia dibantu oleh Yahya bin Khalid dan keempat putranya.
Harun Al-Rasyid adalah khalifah ke-6 dari Daulah Abbasiyah. Ia dikenal sebagai penguasa
terbesar di dunia pada waktu itu. Ia seorang yang taat beragama, saleh dan dermawan. Ia
sering turun ke jalan-jalan di kota Bagdad pada malam hari untuk mengadakan inspeksi melihat
keadaan yang sebenarnya untuk membantu kaum yang lemah dan memperbaiki keadaan.
Masa pemerintahan Harun Al-Rasyid adalah masa keemasan Daulah Abbasiyah. Sebab itu,
Bagdad menjadi mecusuar kota impian seribu satu malam yang tidak ada tandingannya di
dunia pada abad pertengahan. Di samping itu, keadilan dan kesejahteraan sangat diperhatikan
dan selalu diusahakan secara merata.
Wilayah kekuasaanya terbentang luas dari Afrika Utara sampai Hindu Kush, India. Kekuatan
militernya sangat dikagumi oleh lawan. Hal ini terbukti waktu mengadakan serangan balasan ke
Byzantium yang telah mengingkari perjanjian yang telah disepakati sebanyak 6 kali.
Peperangan ini banyak menewaskan tentara Byzantium, kota Matarah dan Enzyra dapat
direbut, Cyprus dapat ditaklukkan kembali dan Crette mendapat gempuran yang sangat dahsyat
dan akhirnya Byzantium minta damai. Permohonan itu dikabulkan Harun Al-Rasyid dengan
sebuah perjanjian, bahwa Byzantium harus membayar upeti yang telah ditentukan
sebagaimana perjanjian terdahulu. Hal ini terjadi pada tahun 791 M. Dalam serangan ini,
seluruh Byzantium termasuk ibu kotanya Konstatinopel dapat ditaklukkan. Keagungan sejati
Khalifah Harun Al-Rasyid terletak pada sikap politik damainya yang selalu terlihat. Hal itu
sangat besar pengaruhnya bagi kesejahteraan rakyatnya.
Ia mengumpulkan kaum cendikiawan dan para bijak yang mengatur pemerintahan Daulah
Abbaiyah. Perdana Menterinya, Yahya Barmaki dengan kasih sayang disebutnya “ayah”, serta
keempat anaknya terutama Ja'far dan Fazal, merupakan tokoh penting dalam pemerintahan
Harun Al-Rasyid, sehingga masa pemerintahannya dikenal dalam sejarah dunia sebagai masa
kejayaan dunia Islam.
Keadaan Daulah Abbasiyah yang aman membuat para pedagang, saudagar, kaum terpelajar,
dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan di seluruh wilayahnya yang sangat luas itu,
membuktikan juga betapa baik dan betapa kuatnya pemerintahan Harun Al-Rasyid. Masjid,
Perguruan Tinggi, Sekolah, Rumah Sakit, dan sebagainya didirikan. Semua itu bertujuan unutk
kesejahteraan masyarakatnya.
Ibu Harun Al-Rasyid Khaizuran dan isterinya Zubaidah sangat besar sekali jasanya bagi
kesejahteraan Negara dan Rakyat. Waktu berkunjung ke kota Makkah dan Madinah yang pada
waktu itu rakyatnya sangat menderita kekurangan air, Zubaidah mengeluarkan uangnya sendiri
untuk membangun saluran air yang dikenal dengan sebutan “ Terusan Zubaidah” . Saluran itu
merupakan bantuan yang sangat penting artinya bagi penduduk kota suci tersebut.
Harun Al-Rasyid sama dengan Abu Ja'far Al-Mansur. Keduanya orang yang sangat cinta ilmu
pengetahuan. Khalifah ini melarang kepada tentaranya untuk merusak kitab apapun yang
ditemukan dalam medan perang. Ia sangat giat dalam usaha menterjemahkan buku-buku asing
ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemah didirikan secara resmi dan dipimpin oleh seorang
Anggota Majelis Ulama yang bernama Yuhana bin Musawaih.
Kitab-kitab kedokteran dari Yunani, kitab-kitab pengetahuan dari Euclides dan lain-lain telah
deterjemahkan ke dalam bahasa Arab yang pada saat itu sudah menjdai bahasa pengantar dari
berbagai suku bangsa yang telah memeluk agama Islam dan sekaligus sebagai ilmu
pengetahuan.
Ketika Harun Al-Rasyid berkunjuing ke Khurasan, ia menderita sakit. Setelah sekian lama
mengalami penderitaan, akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 4 Jumadi al-Tsani 193 H /
809 M. Setelah menjadi khalifah lebih kurang 23 tahun 6 bulan.
• Abdullah Al-Makmun (198-218 H / 809-833 M)
Abdullah Al-Makmun dilahirkan pada tanggal 15 Rabi'ul Awal 170 H / 786 M, bertepatan dengan
wafat kakeknya Musa Al-Hadi dan naik tahta ayahnya, Harun Al-Rasyid. Al-Makmun temasuk
putra yang jenius, sebelum usia 5 tahun ia dididik agama dan membaca Al-Qur'an oleh dua
orang ahli yang terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi.
Untuk belajar Hadits, Harun Al-Rasyid menyerahkan kedua puteranya Al-Makmun dan Al-Amin
kepada Imam Malik di Madinah. Kedua putranya itu belajar kitab Al-Muwattha, karangan Imam
yang sangat singkat, Al-Makmun telah menguasai Ilmu-ilmu kesusateraan, tata Negara, hokum,
hadits, falsafah, astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuaan lainnya. Ia hafal Al-Qur'an begitu
juga menafsirkannya.
Al-Makmun menjadi khalifah setelah saudaranya Al-Amin meninggal dunia, sebagai khalifah
yang ke-8 dari Daulah Abbasiyah, Ia terkenal sebagai seorang administrator yang termasyhur
karena kebijaksanaan dan kesabarannya. Ia mencurahkan perhatiannya yang besar pada tugas
reorganisasi pemerintahan ketika mengalami kemunduran selama pemerintahan Al-Amin. Ia
melakukan peninjauan pengurus rumah tangga istana. Ia mengangkat para administrator yang
ahli unuk menjadi gubernur di berbagai propinsi dan terus mengawasi langkah mereka.
Al-Makmun membentuk sebuah Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua
kalangan masyarakat. Tidak ada perbedaan kelas atau agama, pelayanan masyarakatnya
terbuka untuk siapa saja. Para wakil rakyat mendapat kebebasan penuh dalam mengemukakan
pendapat dan bebas berdiskusi di depan khalifah.
Al-Makmun mempunya banyak dinas rahasia baik di dalam negeri, maupun di luar negeri
terutama di wilayah jajahannya Byzantium. Dengan demikian ia banyak mengetahui berbagai
kejadian. Al-makmun terkenal sebagai seorang khalifah yang bijaksana dan pemaaf. Ia sering
kali memberikan ampunan kepada para pemberontak, seperti yang dilakukannya terhadap para
pemberontak Yaman. Ibrahim, pamannya pernah mengumumkan dirinya sebagai khalifah di
Bagdad, sewaktu Al-Makmun berada di Marwa. Setelah ditangkap Ibrahim diampuni dan
diberikan kebebasan hidup.
Sikapnya terhadap masyarakat yang bukan agama Islam, sangat toleran sekali. Mereka
mendapat hak dan kewajiban yang sama dalam pembelaan Negara. Mereka diberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat. Ia membentuk sebuah Dewan Negara yang anggotanya
terdiri dari berbagai agama, Islam, Kristen, Yahudi, dan Zoroater. Bahkan Sejumlah non muslim
pernah menduduki jabatan penting seperti Gibril bin Bakhtishu, seorang sarjana Kristen yang
posisi penting di kekhalifahannya.
Wilayah kekuasaan Al-Makmun sangat luas sekali, membentang dari pantai Atlantik di Barat
hingga ke Tembok Besar Cina di Timur. Usaha lain yang dilakukan Khalifah Al-Makmun
semasa pemerintahannya adalah mendirikan Bait al-Himkah. Untuk menghindari terjadinya
perselisihan antara sesama umat Islam(Khilafiyah), ia mengadakan Majlis Munadzarah untuk
mendiskusikan persoalan agama yang dianggap sukar dipecahkan. Hasil diskusi itu kemudian
disebarkan kepada masyarakat luas untuk diketahui dan kemudian mengamalkannya sesuai
dengan hukum Islam.
3. Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai
bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini umat Islam telah
banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan baik aqli
(rasional) ataupun yang naqli mengalami kemajuan dengan pesatnya.
Pada zaman pemerintahan Daulah Abasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan
dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-
buku karya bangsa-bangsa Yunani, Romawi dan Persia, serta sumber dari berbagai naskah
yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir.
Di antara banyak ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan adalah
kelompok Mawali atau orang-orang Non Arab, seperti orang-orang Persia. Pada masa itu,
pusat-pusat kajian ilmiah bertempat di masjid-masjid, misalnya Masjid Basrah. Di masjid ini
terdapat kelompok studi yang disebut Halaqat Al Jadl, halaqat Al Fiqh, halaqat Al-Tafsir wal
Hadits, halaqat Al-Riyadiyat, halaqat lil Syi'ri wal adab, dan lain-lain. Banyak orang dari berbagai
suku bangsa yang dating ke pertemuan itu. Dengan demikian berkembanglah kebudayaan dan
ilmu pengetahuan dalam Islam.
Pada permulaan Daulah Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti
sekolah-sekolah, yang ada hanya baru lembaga-lembaga non formal yang disebut
“ Ma'ahid”. Baru pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid didirikan lembaga pendidikan formal
seperti “ Darul Hikmah” yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Al-Makmun. Dari
lembaga inilah banyak melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang
membawa kejayaan Daulah Abbasiyah.
Di antara ilmu pengethuan yang berkembang pesat pada masa itu ialah
1. Ilmu tafsir
Pekembangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah mengalami kemajuan
dengan pesat. Tafsir pada zaman ini terdiri dari Tafsir bil Ma'tsur, yaitu Al-Qur'an yang
ditafsirkan dengan hadits-hadits Nabi dan Tafsir bil Ra'yi, yaitu penafsiran Al-Qur'an dengan
menggunakan akal pikiran.
Di antara para ahli Tafsir bil Ma'tsur adalah
• Ibnu Jarir al-Thabary
• Ibnu “Athiyah Al-Andalusy,
• As Sudai yang mendasarkan tafsirnya kepada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.
• Muqatil bin Sulaiman yang tafsirannya terpengaruh oleh kitab Taurat.
• Muhammad bin Ishak, dalam tafsirnya banyak mengutip cerita israiliyat.
Adapun para ahli tafsir bil Ra'yi antara lain ialah
• Abu Bakar Asam (Mu'tazilah),
• Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany (Mu'tazilah),
• Ibnu Jaru Al-Asady (Mu'tazillah),
• Abu Yunus Abdussalam (Mu'tazillah).
2. Ilmu Hadits
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an pada masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah muncullah ahli-ahli hadits yang ternama, antara lain
• Imam Bukhari, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Abil Hasan di Bagdad, karyanya antara
lain Shahih Bukary (Al-Jamius Shahih).
• Imam Muslim, yaitu Imam Abu Muslim bin Al Hajjaj Al-Qushairy Al-Naishabury, wafat 261 H di
Naishabury,. Karyanya yang terkenal adalah Shahih Muslim (Al-Jamius Shahih).
• Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
• Abu Daud, karyanya Sunan Abu Daud.
• Al- Nasai, karyanya Sunan Al-Nasai, dan lain-lain.
3. Ilmu Kalam
Ilmu kalam lahir karena dua sebab
• Karena musuh Islam melumpuhakan Islam dengan mempergunakan filsafat pula.
• Hampir semua masalah, termasuk masalah agama, telah berkisar pada polar as kepada pola
akal dan ilmu.
Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam ialah : Washil bin Atha, Abu Huzail Al-Allaf, Ad-Dhaham,
Abul Hasan Al-Asy'ary dan Imam Ghazali.
4. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu ilmu syariat. Inti ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan atau menjauhkan diri dari kesenangan dan perhiasan
dunia.
Di antara para ahli dan ulama tasawuf ialah
• Al-Qushairy, yaitu Abu Kasim Abdul Karim bin Hawazin Al Qushairy, wafat tahun 465 H. Ia
alim dalam ilmu fiqih, hadits, adab, syair dan lain-lain. Karyanya yang terkenal ialah Al-Risalatul
Qushairiyah .
• Imam Ghazali, yaitu Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali lahir di Thus tahun
1058 M dan wafat tahun 1111 M. Karyanya yang terkenal ialah Ihya Ulumuddin.
5. Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa ialah Nahwu, Sharaf, Bayan, Badi', Arudl, dan lain-lain. Ilmu bahasa pada masa
pemerintahan Daulah Abbasiyah berkembang dengan pesat, karena baasa Arab yang semakin
berkembang memerlukan ilmu bahasa yang menyelurah. Kota Basrah dan Kufah merupakan
pusat pertumbuhan dan kegiatan ilmu bahasa (Ilmu Lughah).
Di antara para ahli ilmu bahasa ialah
• Sibawaih, wafat tahun 183 H. Karyanya terdiri dari dua jilid setebal 1000 halaman.
• Al-Kisai, wafat tahun 198 H.
• Abu Zakaria Al-farra, wafat tahun 208 H. Kitab Nahwunya terdiri dari 6000 halaman.
6. Ilmu Fiqih
Para fuqaha yang terkenal antara lain ialah
• Imam Abu Hanifah, karyanya fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Mutaan, dan lain-lain.
• Imam Malik, dilahirkan di Madinah tahun 93 H dan wafat tahun 179 M. Karyanya yang terkenal
antara lain ialah Kitab Al-Muwatha.
• Imam Syafi'I, Lahir di Khaza Propinsi Askolah tahun 150 H/767 M, dan wafat di Mesir tahun
820 M/204 H. Di antara karyanya yang tekenal ialah Al Um, Ushul Fiqh.
• Imam Ahmad bin Hanbal, lahir di Bagdad tahun 164 H/780 M, dan wafat tahun 241 H/855 M.
Karyanya yang terkenal antara lain ialah : Musnad, yang memuat 2800 sampai 2900 hadits
Nabi.
Di samping ilmu-ilmu Naqli yang mengalami kemajuan pesat pada masa kejayaan Islam di
dalam kekuasaan Daulah Abbasiyah, ikut berkembang pula ilmu-ilmu Aqli (rasional). Di antara
ilmu-ilmu Aqli yang berkembang pada masa itu ialah
1. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir Daulah Abbasiyah I,
sedangkan puncaknya pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah II, III dan IV.
Daulah Abbsiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan. Banyak dokter asing yang dipakai
untuk praktek dan guru, begitu juga rumah sakit besar dan sekolah tinggi kedokteran banyak
sekali didirikan. Di antara para dokter yang terkenal ialah
• Abu Zakaria Yuhana bin Masiwaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur
• Sabur bin Sahal, direktur rumah sakit Yundishapur.
• Abu Zakaria Al-Razy kepala para dokter rumah sakit Bagdad.
• Ibnu Sina, karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi al Thibb .
2. Ilmu Perbintangan
Kaum Muslimin pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah mempunyai modal yang besar
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka mengkaji dan menganalisa berbagai aliran
ilmu perbintangan dari berbagai suku bangsa, seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kaldan, dan
ilmu falak Arab Jahiliyah. Ilmu bintang memegang peranan penting dalam menentukan garis
politik para khalifah dan Amir.
Di antara para ahli ilmu perbintangan yang terkenal pada waktu itu ialah
• Abu Ma'syur Al-Falaky, wafat tahun 272 H. Di antara karyanya yang terkenal ialah Isbatul
Ulum dan Haiatul Falak.
• Jabir Al-Batany, wafat tahun 319 H. Ia adalah pencipta alat peneropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal ialah Kitabu Ma'rifati Mathliil Buruj Arbail Falak.
• Raihan Al-Biruny, wafat tahun 440 H. Di antara karyanya yang tekenal ialah Al tafhim liawaili
Shina ‘atit Tanjim.
3. Ilmu Pasti (Riyadhiyat)
Di antara ara sarjana ilmu pasti Islam yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah
Abbasiyah ialah
• Tsabit bin Qurrah al-Hirany (211-288 H). Karyanya yang terkenal antara lain ialah Hisabul
ahliyah.
• Abdul Wafa Muhammad bin Ismail bin Abbas, lahir di Naishabur tahun 328 H. Karyanya yang
terkenal antara lain ialah Ma Yahtau Ilaihil Ummat Wal Kuttab min Shinaatil Hisab.
• Sinan Ali Muhammad bin Hasan
• Farmasi dan Kimia
Di antara para ahli farmasi dan kimia masa pemerintahan Daulah Abbsiyah ialah Ibnu Baithar.
Karyanya yang terkenal ialah Al-Mughni (tentang obat-obatan), Jami' Mufradtil Adwiyah Wa
Aghziyah (tentang obat-obatan dan makanan atau gizi), dan Mizanu Thabib.
• Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa
pemerintahan Harun Al-Rasyid dan Al Makmu, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat,
bahkan menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam.
Oleh sebab itu, lahirlah filsafat Islam yang akhirnya menjadi bintangnya dunia filsafat.
Di antara para filosuf terkenal pada masa itu ialah
• Abi Ishak Al-Kindy, seorang filosuf Arab, Karyanya tentang filsafat, ilmu mantiq, handasah
hisab, music, nujum dan lain-lain sejumlah 231 kitab.
• Abu Nashr Al-Faraby. Karyanya sebanyak 12 buah.
• Ibnu Sina, Ia menghidupkan jejak filsafat Pleno dan Aristoteles.
• Ibnu Bajjah,
• Ibnu Thufail,
• Ibnu Rusyd, dan
• A-Abhnary.
• Ilmu Sejarah
Dalam masa pemerintahan daulah Abbasiyah telah disusun buku-buku sejarah dalam berbagai
bidang, meliputi manusia dan peristiwa dan lain-lain. Di antara para sejarawan terkenal pada
masa itu ialah
• Abu Ismail Al-Azdy, Karyanya ialah Futuhus Syam.
• Al-Waqidy, Di antara karyanya yang terkenal ialah : Kitab Al-Magazy , Fath Afrika , Fathul
Ajam , Fath Misr Wal Iskandairiyah .
• Ibnu sa'ad, Karyanya antara lain ialah At Thabaqatul Kubra.
• Ibnu Hisyam, Karyanya yang terkenal antara lain ialah Sirah Ibnu Hisyam .
• Ilmu Geografi
Di antara para pengarang ilmu geografi pada masa pemerintahan Daulah Abbsiyah ialah
• Ibnu Khardazabah. Karyanya yang terkenal antara lain adalah Kitabul Masalik wal Mamalik .
• Ibnul Haik. Di antara karyanya yang terkenal ialah Kitabusyifati Jaziratil Arab dan Kitabul Iklim
• Ibnu Fadlan. Karyanya yang terkenal ialah Rihlah Ibnu Fadlan .
• Iimu Sastra
Di antara para penyair yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah ialah
• Abu Nuwas (145 – 198 H).
• Abul Atiyah (130 – 211 H).
• Abu Tanam (wafat 232 H).
• Al-Matannabby (303 – 363 H).
• Ibnu Hani (326 – 363).
Kesimpulan
Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani
Umayah yang telah runtuh di Damaskus. Dinamakan kekhalifahan Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa daulah ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Dinasti
ini berkuasa selama lebih kurang lima abad, mulai dari tahun132-656 H / 750-1528. Pusat
pemerintahannya bertempat di kota Bagdad. Di antara para tokoh pendiri Daulah Abbasiyah
ialah
Muhammad bin Ali, Ibrahim bin Muhammad bin Ali, Abul Abbas As-Shafah, Abu Ja'far Al-
Mansur, dan Abu Muslim Al-Khurasani
Selama dinasti ini berkuasa, pemerintah Bani Abbasiyah terbagi menjadi 5 periode:
1. Periode Pertama (132 H / 750 M – 232 H / 847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H / 847 M – 334 H / 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H / 945 M – 447 H / 1055 M), disebut masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H / 1055 M – 590 H / 1194 M), disebut masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H / 1194 M – 656 H / 1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota baghdad.
Pada periode pertama, pemerintah abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis, para
khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuatan politik dan
agama. Disisi lain, periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan dalam islam. Tidak hanya itu saja, kemakmuran masyarakat juga
mencapai tingkat tertinggi dimasa ini.
Adapun khalifah Bani Abbasiyah yang terkenal ialah
• Abu Ja'far Al-Mansur
• Harun Al-Rasyid
• Abdullah Al-Makmun
Pada permulaan Daulah Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti
sekolah-sekolah, yang ada hanya baru lembaga-lembaga non-formal yang disebut
“ Ma'ahid”. Baru pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid didirikan lembaga pendidikan formal
seperti “ Darul Hikmah” yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Al-Makmun. Dari
lembaga inilah banyak melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang
membawa kejayaan Daulah Abbasiyah. Di antara ilmu pengethuan yang berkembang pesat
pada masa itu ialah Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Bahasa, dan Ilmu
Fiqih. Selain itu ikut pula berkembang ilmu-ilmu Aqli (rasional). Di antara ilmu-ilmu Aqli yang
berkembang pada masa itu ialah Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan, Ilmu Pasti, Farmasi dan
Kimia, Filsafat, Ilmu Sejarah, Ilmu Geografi, dan Ilmu Sastra.
Daftar Pustaka
Hamka, Sejarah Umat Islam , Jakarta. Bulan Bintang, 2004.
Hasan, Ibahim Hasan , Sejarah dan Kebudayaan Islam , Yogya, Kota Kembang, 2000.
Hasymy, A. Sejarah Kebudayaan Islam , Jakarta, Bulan Bintang, 2000.
Yatim, Badry, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Hitti, PK History of the Arab , ed.9. New York. Collear by Club. 1966.
Yatim, Badry, Sejarah Peradaban Islam , Jakarta, Rajawali perss, 1993
www. Hitsuke.blogspot.com
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Abbasiyah
Nama Kelompok :
- Aldo Permana- Mochammad Indra Dwi Adrian- Tedi Nurbani Yusuf- Husni Kemal- Deni Sandiani- Rizal Koswandani- Riski Ilham- Shona Indra Prakosa