Pembahasanpendingin revisi .docx

6
4.2 Pembahasan 1. Dari hasil perhitungan diperoleh perbedaan COP pada mesin pendingin kompresi uap secara mekanik sebesar : COP actual sebesar = 1,23dan COP ideal = 3,6. Hal ini disebabkan Karena pada siklus mesin pendingin kompresi uap ideal dianggap tidak mengalami perubahan tekanan pada kondensor dan evaporator (isobarik) sedangkan pada siklus mesin pendingin kompresi uap actual terjadi pressure drop pada kondensor maupun evaporator, dimana kompresor harus mengkompres iuap refrigerant dari tekanan hisap yang rendah, menyebabakan daya kompresor yang dibutuh kan meningkat. Selain itu mesin pendingin kompresi uap aktual terjadi : a. Super heating pada evaporator karena penguapan yang berlebihan, hal ini disebabkan oleh beban pendinginan yang berlebihan sehingga penguapan melewati garis saturated vapour. b. Berdasarkan perbedaan hasil perhitungan COP, disebabkan oleh beberapa hal : Rega volt: Semakin besar rega volt maka kapasitas aliran udara meningkat, sehingga meningkatkan kapasitas pendinginan pada evaporator, mengakibatkan COP menurun. Preheater: Preheater akan memanaskan udara yang mengalir sebelum masuk ke evaporator, pada preheater udara yang ditiupkan akan menambah kapasitas pendinginan mengakibatkan kalor yang dibutuhkan untuk mendinginkan udara sekitarnya lebih besar, mengakibatkan COP menurun. Evaporator: Di dalam evaporator terjadi perpindahan panas dari udara ke refrigerant, sehingga temperatur

Transcript of Pembahasanpendingin revisi .docx

4.2 Pembahasan1. Dari hasil perhitungan diperoleh perbedaan COP pada mesin pendingin kompresi uap secara mekanik sebesar : COP actual sebesar = dan COP ideal = . Hal ini disebabkan Karena pada siklus mesin pendingin kompresi uap ideal dianggap tidak mengalami perubahan tekanan pada kondensor dan evaporator (isobarik) sedangkan pada siklus mesin pendingin kompresi uap actual terjadi pressure drop pada kondensor maupun evaporator, dimana kompresor harus mengkompres iuap refrigerant dari tekanan hisap yang rendah, menyebabakan daya kompresor yang dibutuh kan meningkat. Selain itu mesin pendingin kompresi uap aktual terjadi : a. Super heating pada evaporator karena penguapan yang berlebihan, hal ini disebabkan oleh beban pendinginan yang berlebihan sehingga penguapan melewati garis saturated vapour. b. Berdasarkan perbedaan hasil perhitungan COP, disebabkan oleh beberapa hal : Rega volt: Semakin besar rega volt maka kapasitas aliran udara meningkat, sehingga meningkatkan kapasitas pendinginan pada evaporator, mengakibatkan COP menurun. Preheater: Preheater akan memanaskan udara yang mengalir sebelum masuk ke evaporator, pada preheater udara yang ditiupkan akan menambah kapasitas pendinginan mengakibatkan kalor yang dibutuhkan untuk mendinginkan udara sekitarnya lebih besar, mengakibatkan COP menurun. Evaporator: Di dalam evaporator terjadi perpindahan panas dari udara ke refrigerant, sehingga temperatur udara setelah lewat evaporator lebih rendah dibanding sebelum masuk evaporator ada yang berubah fase menjadi air kondensasi karena menurunnya temperatur. Massa aliran udara sebelum masuk evaporator sama dengan jumlah massa aliran udara di setelah evaporator dan massa aliran air kondensat. 2. Pada tiap tiap segmen, penampang C-D, penampang B-C, maupun penampang A-B. a. Pada penampang A-B Motor penggerak blower berdaya Pm menghisap fluida bermassa kedalam mesin pendingin hingga menumbuk uap bermassayang dihasilkan oleh boiler berdaya Pk. Kemudian fluida campuran bermassa tersebut mengalir dan di panasi oleh preheater berdaya PH1. Selama proses berlangsung, terjadi losses energy sebesar

(kJ/s). Kemungkinan terjadinya losses dikarenakan beberapa hal yaitu : Kerugian karena tahanan gesek antara fluida dengan dinding dinding saluran keluar blower sampai sebelum evaporator. Kerugian karena tahanan aliran lokal, yaitu karena tumbukan antara fluida dari boiler dengan blower. Isolasi yang kurang sempurna. b. Pada penampang B-C Aliran fluida bermassa kemudian didinginkan oleh evaporator yang memiliki energi Qref. Sebagian fluida berubah menjadi air kondensasi yang bermassadansebagian fluida lain terus mengalir dalam bentuk gas yang bermassa. Selama proses berlangsung terjadi energi losses sebesar (kJ/s), karena berharga positif dapat diartikan terjadi penambahan energy berupa panas pada penampang B-C. Hal ini terjadi kemungkinan beberapa hal : Isolasi yang kurang sempurna Tingkat ketelitian dan kesalahan dalam pembacaan alat ukur dan diagram juga berpengaruh terhadap perhitungan losses yang terjadi. c. Pada penampang C-D Aliran fluida bermassakemudian mengalami pemanasan kembali oleh reheater berdaya PH2 setelah itu fluida bermassatersebut keluar dari mesin pendingin melewati saluran penyempitan yaitu orifice. Selama proses berlangsung terjadi energi losses sebesar0,06304 (kJ/s). Hal ini terjadi kemungkinan karena beberapa hal antara lain: Kerugian karena tahanan gesek antara fluida dengan dindings aluran setelah evaporator sampai saluran keluar orifice. Kerugian karena tahanan aliran lokal yaitu karena adanya penyempitan saluran. Isolasi yang kurang sempurna. Tingkat ketelitian dan kesalahan dalam pembacaan alat ukur dan diagram juga berpengaruh terhadap perhitungan losses yang terjadi. 3. Komponen Boiler Dari perhitungan data hasil percobaan didapatkan efisiensi boiler sebesar %. Kecilnya harga efisiensi boiler pada mesin pendingin ini disebabkan rusaknya katup pengisi air pada boiler, sehingga air yang berada pada gelas ukur untuk pembacaan debit air tidak dapat masuk ke dalam boiler secara maksimal dan gesekan antara udara luar masuk ke blower dengan udara panas dari boiler.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan pada instalasi mesin pendingin maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Entalpi setiap titik pada P H mesin pendingin berdasarkan data pengujianh1 = 645 kJ/kgh2 = 690 kJ/kgh3 = 483 kJ/kgh4 = 483 kJ/kg2. Kapasitas pendinginan (refrigerant capacity)

3. Debit udara antar penampang air flow duct a. Debit udara antar penampang C D pada air flow duct

= = 0,019154 kg/s6704b. Debit udara antar penampang B C pada air flow duct

= 0,0673 kg/sc. Debit udara antar penampang A B pada air flow duct

4. Energi hilang pada setiap potongan ducta. Energi hilang pada potongan C D = 0,06704 kJ/s b. Energi hilang pada potongan B C = kJ/s c. Energi hilang pada potongan A B = kJ/s 5. COP ideal dan COP actual dari seluruh instalasi mesin pendingina. COP ideal = b. COP aktual = 6. Efisiensi boiler sebagai komponen pelengkap sebesarboiler = 14,7 % 7. COP actual lebih kecil dari COP ideal karena siklus pendingin kompresi uap ideal dianggap tidak mengalami perubahan tekanan.

5.2 Saran 1. Dalam pengambilan data dan pembacaan pada diagram / table hendaknya dilakukan dengan cermat dan teliti agar data yang didapatkan akurat. Dan menggunakan diagram P H sesuai dengan jenis refrigerant (bawaan pabrik) yang digunakan pada saat melakukan percobaan. 2. Agar menambah wawasan praktikan terhadap mesin pendingin sebaiknya diberi penjelasan lebih mendalam tentang komponen mesin pendingin dengan menggunakan komponen mesin pendingin yang telah rusak atau tidak dapat dipakai. 3. Kalibrasi dan perawatan mesin dilakukan secara rutin agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data.