Pembahasan Uji Disolusi.docx

16
Pembahasan Uji Disolusi (Tablet CTM) UJI DISOLUSI TABLET CTM I. Pendahuluan 1.2.Teori Disolusi parameter fisiko kimia dan fisikomekanik dari preformulasi obat yang melibatkan berbagai investigasi suatu bahan obat untuk mendapatkan informasi yang berguna, yang selanjutnya dimanfaatkan untuk membuat formulasi sediaannya yang secara fisiko stabil dan secara biofarmasi sesuai dengan tujuan dan bentuk sediaan. Menentukan kecepatan disolusi intrinsik obat pada rentang PH cairan fisiologis sangat penting karena dapat digunakan untuk melakukan preduksi absorpsi dan sifat fisiko kimia. Kecepatan disolusi ditentukan dengan berbagai cara. Nernst ( 1904 ) memodifikasi persamaan Neyes – Whitney ( 1897 ) yang secara umum diaplikasikan untuk disolusi sebagai berikut : dc = DA dt h.V ( Cs – C ) Dimana : D : Koefesien difusi h : Ketebalan lapisan difusi pada antarmuka padat cair A : Luas permukaan obat yang di ekspose pada medium disolusi C : Konsentrasi obat dalam larutan pada waktu t

Transcript of Pembahasan Uji Disolusi.docx

Page 1: Pembahasan Uji Disolusi.docx

Pembahasan Uji Disolusi (Tablet CTM)

UJI DISOLUSI TABLET CTM

I. Pendahuluan

1.2.Teori

Disolusi parameter fisiko kimia dan fisikomekanik dari preformulasi obat yang

melibatkan berbagai investigasi suatu bahan obat untuk  mendapatkan informasi yang berguna,

yang selanjutnya dimanfaatkan untuk membuat formulasi sediaannya yang secara fisiko stabil

dan secara biofarmasi sesuai dengan tujuan dan bentuk sediaan.

Menentukan kecepatan disolusi intrinsik obat pada rentang PH cairan fisiologis sangat

penting karena dapat digunakan untuk melakukan preduksi absorpsi dan sifat fisiko kimia.

Kecepatan disolusi ditentukan dengan berbagai cara. Nernst ( 1904 ) memodifikasi

persamaan Neyes – Whitney ( 1897 ) yang secara umum diaplikasikan untuk disolusi sebagai

berikut :

dc   =                   DA                                

dt            h.V ( Cs – C )

Dimana :         

            D : Koefesien difusi

            h : Ketebalan lapisan difusi pada antarmuka padat cair

            A : Luas permukaan obat yang di ekspose pada medium disolusi

            C : Konsentrasi obat dalam larutan pada waktu t

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera

dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan

bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak

kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa

sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu

hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara

pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat, kecuali

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Dari jenis alat yang diuraikan disini,

pergunakan salah satu sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi.

Page 2: Pembahasan Uji Disolusi.docx

Media disolusi biasanya bila berbentuk larutan dapar harus datur dahulu pH larutan

sedemikian hingga berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing–masing

monografi. Untuk dingat bahwa gas terlarut dapat membentuk gelembung yang dapat merubah

hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum

pengujian dimulai.

Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu

yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila

dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan

dengan toleransi + 2%.

           

1.1. Prinsip Percobaan

Berdasarkan kecepatan laju kelarutan suatu zat pada media disolusinya

1.2. Monografi

CTM (Chlorpeniramini Maleat)

Tablet klorfeniramin maleat mengandung klorfeniramin Maleat, C16H19ClN2.C4H4O4,

tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam

eter dan dalam benzena. (FI IV: 210 )

Inkomtabilitas : CTM akan mengendap bila direaksikan dengan meglumine iodipamide.

II. Metoda Disolusi

Metoda yang digunakan dengan uji disolusi dengan alat yang pengaduk berbentuk

dayung.

   

III. Prosedur Kerja

Page 3: Pembahasan Uji Disolusi.docx

1. Media disolusinya menggunakan air sebanyak 500 ml dengan alat tipe 2 (dayung) 50

rpm, selama 45 menit.

2. Buat pengenceran CTM untuk kurva Baku.

3. Timbang CTM 0.05 mg larutkan dengan 100 ml aquadest pada labu ukur.Ukur

Adsorbansinya pada spektrofotometri dengan λ 262 nm pada pengenceran beberapa kali

sampai menemukan absorbansi pada rentang 0,2 – 0,8 minimal enam titik absorbansi dari

hasil pengenceran yang didapat untuk membuat bentuk kurva baku.

4. Uji disolusi tablet CTM :

1 Tablet CTM yang kandungan zat aktifnya (CTM) 4 mg masukkan kedalam alat disolusi yang

telah diisi larutan aquadest 500 ml dan satu tabung lagi juga diisi dengan larutan aquadest 500

ml, atur suhunya 370 C. Setelah alat dinyalakan selang 1 menit larutan buffer asetat yang berisi

tablet CTM diambil 5 ml dengan pipet volum lakukan sampai menit kelima, kemudian untuk

selanjutnya diambil 5 ml dengan selang waktu 5 menit lakukan sampai menit ke 45 dan setiap

pengambilan 5 ml larutan aquadest yang berisi CTM harus ada penambahan 5 ml aquadest juga

dari tabung satunya yang telah berisi larutan aquadest agar larutan tersebut tetap 500 ml.

5. Dari larutan disolusi yang telah diambil 5 ml tersebut semuanya masukkan ke vial beri

tanda untuk selang waktu menitnya dan ada 12 cuplikan dengan selang waktu yang

berbeda yaitu: 1’, 2’, 3’, 4’, 5’, 10’, 15’, 20’, 25’, 30’, 35’, 40’, 45’.

6. Diamkan beberapa menit agar pengotor lainnya mengendap.

7. Setelah didiamkan masukkan kedalam kuvet dengan mengambil bagian atasnya supaya

pengotor tidak ikut kedalamnya, kemudian ukur Adsorbansinya pada spektrofotometri

dengan λ 262 nm.

IV. Hasil pengamatan

Page 4: Pembahasan Uji Disolusi.docx

            Pada kurva baku :

Konsentrasi (mg/ml) Absorbansi

0,00013 0,717

0,000104 0,550

0,0000624 0,344

0,0000416 0,279

0,0000312 0,185

Pada Uji disolusi tablet CTM :

Waktu (menit) Absorbansi

1 0,096

2 0,277

3 0,187

4 0,188

5 0,165

10 0,228

15 0,168

20 0,253

25 0,266

30 0,234

35 0,204

40 0,253

45 0,205

3.2. Perhitungan Evaluasi

Larutan induk 50 mg CTM dalam 100 ml air.

N = Gram x 1000

         BE         V

    = 0,05  x 1000

        391     100

    = 0,0013 mol/L                   A = 2,511

Page 5: Pembahasan Uji Disolusi.docx

Perhitungan konsentrasi dalam pembuatan kurva baku

a. 1 ml larutan induk + aquadest ad 10 ml

V1 . N1 = V2 . N2

1 . 0,0013 = 10 . N2

N2 = 0,00013 mol/L                A = 0,717

b. 4 ml larutan induk + aquadest ad 50 ml

V1 . N1 = V3 . N3

4 . 0,0013 = 50 . N3

N3 = 0,000104 mol/L              A = 0,550

c. 6 ml larutan 2 + aquadest ad 10 ml

V3 . N3 = V4 . N4

6 . 0,000104 = 10 . N

 N4 = 0,0000624 mol/L           A = 0,344

d. 4 ml larutan 2 + aquadest ad 10 ml

V3 . N3 = V5 . N5

4 . 0,000104 = 10 . N5

N5 = 0,0000416 mol/L            A = 0,279

e. 3 ml larutan 2 + aquadest ad 10 ml

V3 . N3 = V6 . N6

3 . 0,000104 = 10 . N6

N6 = 0,0000312 mol/L            A = 0,185

Page 6: Pembahasan Uji Disolusi.docx

Dari persamaan kurva baku didapat :

y = 0,002x – 0,000007

Untuk Absorbansi 0,096

y = 0,002x – 0,000007

y = 0,002 (0,096) – 0,000007

y = 0,000185                                       maka konsentrasi terukur = 0,000185

Untuk Absorbansi 0,277

y = 0,002 (0,277) – 0,000007

y = 0,000547                                       maka konsentrasi terukur  = 0,000547

Untuk Absorbansi 0,187

y = 0,002 (0,187) – 0,000007

y = 0,000367                                       maka konsentrasi terukur  = 0,000367

Untuk Absorbansi 0,188

y = 0,002 (0,188) – 0,000007

y =  0,000369                                     maka konsentrasi terukur = 0,000369

Untuk Absorbansi 0,165

y = 0,002 (0,165) – 0,000007

Page 7: Pembahasan Uji Disolusi.docx

y = 0,000323                                       maka konsentrasi terukur = 0,000323

Untuk Absorbansi 0,228

y = 0,002 (0,228) – 0,000007

y = 0,000449                                       maka konsentrasi terukur = 0,000449

Untuk Absorbansi 0,168

y = 0,002 (0,168) – 0,000007

y = 0,000329                                       maka konsentrasi terukur = 0,000329

Untuk Absorbansi 0,253

y = 0,002 (0,253) – 0,000007

y = 0,000499                                       maka konsentrasi terukur = 0,000499

Untuk Absorbansi 0,266

y = 0,002 (0,266) – 0,000007

y = 0,000525                                       maka konsentrasi terukur = 0,000525

Untuk Absorbansi 0,234

y = 0,002 (0,234) – 0,000007

y = 0,000461                                       maka konsentrasi terukur = 0,000461

Untuk Absorbansi 0,204

y = 0,002 (0,204) – 0,000007

y = 0,000401                                       maka konsentrasi terukur = 0,000401

Untuk Absorbansi 0,253

y = 0,002 (0,253) – 0,000007

y =  0,000499                                     maka konsentrasi terukur  = 0,000499           

Untuk Absorbansi 0,205

y = 0,002 (0,205) – 0,000007

y = 0,000403                                       maka konsentrasi terukur = 0,000403

Menentukan konsentrasi sebenarnya

Konsentrasi Sebenarnya = Konsentrasi terukur + [( ∑ konsentrasi terukur (n-1)) Vol ambil ]                                                                                                Vol esselDik :    Volume ambil = 5        mL            Volume essel  = 500    mL

Menentukan Persentase Kelarutan ( % Kelarutan )

Page 8: Pembahasan Uji Disolusi.docx

% Kelarutan = Konsentrasi sebenarnya                        Kadar zat terlarutDik :    Kadar Zat terlarut = 4 mg CTM dalam 500 mL air             Jadi kadar zat terlarut = 0,008 mg/mLWaktu Konsentrasi

terukur

Faktor

 koreksi

Faktor koreksi

komulatif

Konsentrasi

Sebenarnya

% Kelarutan

1

2

3

4

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0,000185

0,000547

0,000367

0,000369

0,000323

0,000449

0,000329

0,000499

0,000525

0,000461

0,000401

0,000499

0,000403

-

0,00000185

0,00000547

0,00000367

0,00000369

0,00000323

0,00000449

0,00000329

0,00000499

0,00000525

0,00000461

0,00000401

0,00000499

-

0,00000185

0,00000732

0,00001099

0,00001468

0,00001791

0,0000224

0,00002569

0,00003068

0,00003593

0,00004054

0,00004455

0,00004954

0,000185

0,00054885

0,00037432

0,00037999

0,00033767

0,00046691

0,0003514

0,00052469

0,00055568

0,00049693

0,00044154

0,00054355

0,00045254

2,31 %

6,86 %

4,67 %

4,79 %

4,22 %

5,83 %

4,39 %

6,56 %

6,95 %

6,21 %

5,52 %

6,79 %

5,66 %

Page 9: Pembahasan Uji Disolusi.docx

VI. Pembahasan

Pada pembuatan kurva baku diusahan absorbansi yang dihasilkan diantara 0,2 dan 0,8

karena pada absorbansi tersebut dihasilkan λ maksimum, dan pada absorbansi tersebut dihasilkan

konsentrasi yang lebih akurat.

Medium disolusi yang digunakan adalah aquadest karena CTM mudah sekali larut dalam

aquadest dan di dalam tubuh kita sebagian besar merupakan molekul air.

Suhu pada uji disolusi di setting 37 0C karena pada suhu tersebut sama dengan suhu tubuh

manusia karena diupayakan pada pengujian ini kondisi pada saat pengujian harus diupayakan

sama dengan kondisi pada saat 

Pada uji disolusi, 1 tablet CTM masukkan pada tabung yang telah berisi aquadest dan

tabung satunya juga berisi aquadest setelah alat dinyalakan pada selang waktu 1 menit diambil

cuplikannya 5 ml dilakukan sampai menit kelima kemudian dilanjutkan dengan selang waktu 5

menit sampai menit ke 45.

Setiap cuplikan yang diambil 5 ml diencerkan 2 kalinya mengikuti acuan pengenceran

pertama pada kurva baku.

Page 10: Pembahasan Uji Disolusi.docx

Setiap pengambilan cuplikan 5 ml harus ada penambahan 5 ml aquadest juga dari tabung

satunya supaya jumlah air sama dalam tabung pada menit pengukuran pertama sampai pada

pengukuran terakhir atau 45 menit.

Sebelum pengukuran, cuplikan dibiarkan dahulu beberapa menit supaya pengotor lainnya

dapat mengendap sehingga faktor kesalahan dalam pengukuran seminimal mungkin.

Seharusnya dalam pengambilan cuplikan harus disaring dahulu dengan mengunakan

bakteri filter sehinga dalam pengukuran nilai Absorbansi, faktor kesalahan dapat diminimalisasi,

berhubungan bakteri filternya tidak ada jadi cuplikan sebelum diukur dibiarkan beberapa menit

agar kotoran yang lain dapat mengendap.

Pada pengambilan cuplikan tempat pengambilan cuplikan harus di tempat yang sama

supaya kondisi juga sama karena jika kita ketika diambil di tempat yang berbeda kemungkinan

akan menghasilkan konsentrasi yang berbeda pula sehingga pada pengkuran ini tidak akurat hasil

yang didapat.

Pada pemipetan sebaiknya pengambilan sampel dengan pipet harus tegak lurus karena

dengan tegak lurus akan dihasilkan pemipetan tang baik karena cara pemipetan yang baik adalah

tegak lurus tidak boleh miring.

Pada grafik persentase kelarutan dihasilkan grafik naik turun akan tetapi sebaiknya grafik

yang diperoleh adalah naik yang kemudian konstan atau turun. Hal itu disebabkan karena adanya

beberapa kesalahan  diantaranya: pemipetan yang salah, pengambilan cuplikan ditempat yang

berbeda-beda dan waktu pengambilan yang tidak tepat.

Sebaiknya dalam proses disolusi untuk menghindari banyak kesalahan adalah dengan

pembagian tugas dengan teman-teman praktikan, yaitu satu orang mempunyai satu tugas,

misalnya ada orang yang khusus untuk mengambil  cuplikan, menambah air ke dalam cuplikan,

menghitang waktu, mengkur dalam spektrofotometri.

VII. Kesimpulan

Dalam proses disolusi CTM dihasilkan persentase  kelarutan terhadap waktu :

Waktu (menit) % Kelarutan

Page 11: Pembahasan Uji Disolusi.docx

1

2

3

4

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2,31 %

6,86 %

4,67 %

4,79 %

4,22 %

5,83 %

4,39 %

6,56 %

6,95 %

6,21 %

5,52 %

6,79 %

5,66 %

Dari hasil proses disolusi dapat ditarik kesimpulan semakin lama maka kelarutannya

semakin banyak akan tetapi pada titik tertentu kelarutannya turun lagi. Dan juga dapat ditarik

kesimpulan dalam pembuatan kurva baku bahwa absorbansi berbanding lurus dengan

konsentrasi. 

VIII. Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI.,1979., Farmakope Indonesia., edisi 3., Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.,1995., Farmakope Indonesia., edisi 4., Jakarta.

Howard C Ansel., 1989., Pengantar Bentuk Sediaan., Ed 4., Universitas Indonesia press., Jakarta.

Reynold, James E.F (editor)., 1882., Martindale, The Extra Pharmacopoeia., Twenty-eight edition., London., The Pharmaceutical.

Lachman, Leon., 1994., Teori dan Praktek Farmasi Industri., Jilid 2., Jakarta., UI-press.