Pembahasan Prak 24
-
Upload
amiy-amirah -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of Pembahasan Prak 24
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
1/7
Pembahasan
Anestesi spinal pada katak
Anestesi spinal (blockade subaraknoid atau intratekal) merupakan anestesi blok yang luas. Pada
penyuntikan anestesi spinal, yang dipengaruhi lebih dahulu yaitu saraf simpatis dan parasimpatis, diikuti
dengan saraf unutk rasa dingin, panas, raba dan tekan dalam. Yang mengalami blockade terakhir yaitu
serabut motoris, rasa getar dan proprioseptif.
Dalam praktikum ini dilakukan percobaan untuk melihat efek obat anestesi terhadap binatang
percobaan. Larutan prokain 1% digunakan sebagai obat anestesi, sementara larutan HCl dilutus N 1
digunakan sebagai perangsang rasa nyeri pada binatang percobaan. Pada praktikum ini percobaan
dilakukan dengan melihat refleks pada kedua kaki kodok.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebelum diberikan obat anestesi, kedua kaki kodok akan memberikan
refleks berupa penarikan kaki ketika kaki diberi rangsang nyeri. Kemudian, dilakukan penyuntikan 0,2 ml
larutan prokain 1% ke dalam salah satu sisi medulla spinalis (dapat diraba diantara ruas tulang belakangkodok). Satu menit setelah penyuntikan obat anestesi, kaki kodok dicelupkan dalam larutan HCl Dilutus
N 1. Setelah kaki dicelupkan, terjadi refleks penarikan kaki pada kedua kaki kodok dimana refleks pada
kaki yang dianestesi terjadi dalam 1 detik. Hal ini menandakan tidak adanya efek anestesi pada kedua
kaki pada menit pertama. Hal ini dilakukan kembali pada tiap menit berikutnya. Pada menit keempat
setelah penetesan obat anestesi, setelah kaki dicelupkan terjadi refleks penarikan kaki pada kedua kaki
kodok dimana refleks pada kaki yang dianestesi terjadi dalam waktu 7 detik. Hal ini menandakan belum
ada efek anestesi pada kedua kaki kodok, akan tetapi reaksi timbul beberapa detik lebih lama daripada
sebelumnya. Pada menit ke-6 setelah penetesan obat anestesi, dihasilkan refleks kodok adalah negatif,
yaitu kaki yang dicelupkan ke dalam larutan HCl Dilutus N 1 tidak ditarik lagi dalam waktu >25 detik.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa obat anestesi dapat membaalkan saraf sehingga tidak
akan terjadi refleks terhadap rangsangan nyeri. Efek anestesi mulai bekerja saat menit ke-4 setelah
pemberian obat anestesi, hal ini ditandai dengan lebih lambatnya refleks yang timbul yaitu pada detik ke
7. Pada anestesi spinal ini efek anestesi total (benar-benar baal) pada kodok baru timbul 6 menit setelah
pemberian obat anestesi. Onset of action pada anestesi spinal ini lebih lama karena butuh waktu untuk
anestesi tersebut terdistribusi ke seluruh bagian bawah tubuh katak berbanding anestesi blok yang efek
anestesi lebih cepat apabila ditetes langsung pada sarafnya.
Anestesi spinal pada katak
Percobaan menggunakan kodok Bufo sp yang sudah dewasa atau bertubuh besar karena jika masih kecil
dikhawatirkan akan lebih cepat mati. Antara daerah kepala dan dada ditusuk dengan jarum preparat, hal
ini bertujuan untuk merusak saraf spinal pada kodok. Kita ketahui bahwa pada daerah tersebut
merupakan ujung atau pangkal saraf spinal kodok. Perlakuan ini dimaksudkan agar saraf spinal kodok
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
2/7
sebagian akan rusak sehingga kita dapat mengetahui apa respon yang dilakukannya dari rangsangan
yang kita buat setelah saraf spinalnya rusak sebagian.
Setelah dilakukan penusukan keseimbangan gerakan kodok menjadi kacau. Saat kita membalikkan
tubuhnya ternyata responnya masih dapat membalikkan tubuhnya ke keadaan semula. Selanjutnya
dilakukan pemberian rangsang melalui tekanan. Pada tekanan yang lembut dan kuat terhadap kakikodok ternyata gerakan kakinya menarik dengan cepat. Kedua perlakuan tersebut membuktikan bahwa
rangsangan masih dapat ditanggapi oleh sistem saraf. Sum-sum tulang belakang masih dapat
menanggapi rangsang dan mengkoordinasikannya untuk diteruskan ke efektor dan menimbulkan
gerakan refleks, meskipun saraf spinal rusak. Hampir sama dengan kedua perlakuan tersebut perlakuan
selanjutnya yaitu dengan memasukkannya ke dalam larutan H2SO4 1% responnya masih dapat berfungsi
dengan baik yaitu menarik kakinya dengan cepat. H2SO4 1% merupakan asam kuat dan dijadikan sebagi
rangsangan kimia. Hal tersebut terjadi karena reseptor-reseptor dalam kulit dirangsang dan
menimbulkan impuls dalam neuron aferen. Neuron ini merupakan bagian dari suatu saraf spinal dan
menjulur ke dalam sum-sum tulang belakang, tempat neuron bersinapsis dengan interneuron.
Selanjutnya interneuron meneruskan impuls neuron eferen dan membawanya kembali melalui sarafspinal ke sekelompok otot ekstensor dalam kaki. Kontraksi otot-otot ini yang akan menarik kaki dari
rangsangan berupa tekanan atau asam H2SO4 1%.
Jalur perjalanan gerak refleks:
Rangsang neuron sensorik Sum-sum tulang belakang neuron motorik
efektor gerakan
Setelah dirusak daerah antara kepala dan punggungnya kemudian dirusak bagian punggung dan dirusaksampai tulang punggungnya. Keseimbangan tubuh katak terlihat semakin kacau, gerakannya tidak
terarah dan tidak dapat lagi melompat. Saat diposisikan telentang, ditekan dengan lembut, ditekan kuat,
dan diberi larutan H2SO4 1% ternyata responnya hampir sama dengan perlakuan yang sebelumnya.
Meskipun hampir seluruh saraf spinalnya sudah mengalami kerusakan ternyata gerakan refleks masih
dapat terjadi. Hal ini dikarenakan sistem koordinasi dari sistem saraf masih dapat berjalan, terutama
sumsum tulang belakang sebagai sistem utama gerak refleks selain otak.
Sejumlah gerakan refleks yang terjadi melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sumsum
tulang belakang. Sum-sum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke
otak tetapi juga berperan dalam memadukan gerak refleks.
Respon-respon yang dilakukan kodok dalam percobaan ini merupakan respon yang melibatkan sejumlah
otot yang bekerja secara terpadu. Seekor kodok yang mempunyai otak yang akan melakukan respon
tersebut dua atau tiga kali bahkan berulang kali. Hal ini membuktikan bahwa koordinasi sel-sel saraf
saling berhubungan dan berkesinambungan satu dengan lainnya yang membentuk suatu organisasi
fungsional sistem saraf. Dibuktikan juga bahwa sum-sum tulang belakang sangat berperan penting
dalam gerakan refleks suatu vertebrata.
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
3/7
Kesimpulan
Setelah percobaan ini dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Gerakan refleks merupakan gerakan spontan tanpa disadari akibat rangsangan yang dikoordinasi oleh
sistem saraf menjadi suatu gerakan.
Sel-sel saraf bekerja dalam suatu organisasi fungsional sistem saraf yang terpadu.
Dalam gerak refleks sum-sum tulang belakang memiliki peran penting yang menghubungkan banyak
interneuron.
Saraf spinal merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang berhubungan langsung dengan sum-sum
tulang belakang.
Rabu, 04 Maret 2009
ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik
lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/ subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok
spinal intradural atau blok intratekal.
Hal
hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek
vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi
tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat.
Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis dan parasimpatis, diikuti
dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu
serabut motoris, rasa getar (vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan
adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan
sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih.
Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat. Sebagian besar anestetik
lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran
getah bening. Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal.
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
4/7
Indikasi
Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum.
Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum,
perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak
kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum.
Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi lumbal, bakteremia,
hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan tekanan intracranial. Kontraindikasi relatf
meliputi neuropati, prior spine surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan
AINS, heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil, serta a resistant surgeon.
Persiapan Pasien
Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed concernt) meliputi pentingnya
tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan untuk menyingkirkan adanya
kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga adanya scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
5/7
yang perlu dilakukan adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin parsial
(PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah.
Perlengkapan
Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan operasi yang lengkap untuk
monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan tindakan resusitasi.
Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal memiliki permukaan yang rata dengan
stilet di dalam lumennya dan ukuran 16G sampai dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan
adalah prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi
aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari
berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil
(hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di
tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat jenis
1,003-1,008.
Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga harus disiapkan.
Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti ujung bamboo
runcing (Quincke-Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil (whitacre). Ujung
pensil banyak digunakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal.
Teknik Anestesi Spinal
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
6/7
Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain:
Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termudah untuk tindakan
punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi dengan kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan
tangan menyilang di depan. Pada posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi
tubuh berada di meja operasi.
Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara vertebrata lumbalis
(interlumbal).
Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien.
Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut 10o-30o
terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum,
ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan duramater, dan lapisan subaraknoid.
Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar.
Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang subaraknoid. Kadang-kadang untuk
memperlama kerja obat ditambahkan vasokonstriktor seperti adrenalin.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hipotensi, nyeri saat penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala,
retensio urine, meningitis, cedera pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total.
DAFTAR PUSTAKA
-
7/29/2019 Pembahasan Prak 24
7/7
Mansjoer, Arif. dkk. Anestesi spinal. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran edisi III hal.261-264. 2000.
Jakarta.
Dobridnjov, I., etc. Clonidine Combined With Small-Dose Bupivacaine During Spinal Anesthesia For
Inguinal Herniorrhaphy: A Randomized Double-Blind Study. Anesth Analg 2003;96:1496-1503.
Syarif, Amir. Et al. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi 5 hal.259-
272. 2007. Gaya Baru, jakarta.
http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/03/anestesi-spinal.html
Waktu Perangsangan Kaki Kodok dengan HCL Dilutus Refleks Penarikan Kaki KodokRefleks (+/-) Waktu (detik)
Sebelum prokain 1% + 1
Setelah prokain 1%
1 menit + 1
2 menit + 1
3 menit + 1
4 menit + 7
5 menit + 12
6 menit - >25
7 menit - >25
http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/03/anestesi-spinal.htmlhttp://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/03/anestesi-spinal.htmlhttp://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/03/anestesi-spinal.html