Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

29
BAB I PENDAHULUAN Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing maupun kucing. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohisterectomy). Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal. Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae. 1

Transcript of Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

Page 1: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing maupun kucing. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohisterectomy).

Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.

Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya  tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae.

Efek yang muncul dari dilakukannya ovariohisterektomi adalah akan munculnya kondisi ketidak seimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium  merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Namun, keuntungan dari dilakukannya ovariohisterktomi adalah dapat mencegah terjadinya tumor mamae dan akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kasus pyometra.

1

Page 2: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ovariohisterektomi2. Untuk mengetahui tujuan Ovariohisterektomi pada kucing3. Untuk mengetahui jenis anastetik yang dapat diberikan pada kucing kasus

ovariohisterektomi4. Untuk mengetahui dosis dan teknik pemberian anestesi pada kasus ovariohisterektomi5. Untuk mengetahui mekanisme kerja anestesi umum pada kasus ovariohisterektomi6. Untuk mengetahui tentang operasi Ovariohisterektomi

Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh adalah kita dapat melakukan anestesi umum dengan benar sesuai prosedur pada kasus Ovariohisteerektomi.

2

Page 3: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Beberapa indikasi dilakukannya ovariohisterectomy adalah 1). Terapi, yaitu tumor, cysta ovarium dan tumor uterus, pyometra. 2). Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah populasi. 3). Penggemukan.

Pengertian ovariohisterectomy merupakan gabungan dari pengetian diatas yaitu tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri (Chandler 1985). Ovariohisterectomy dilakukan pada kasus-kasus pyometra, metritis, dan salphingitis ataupun keduanya (Meyer K 1959). Dalam istilah medis, desexing (kastrasi) kucing betina disebut

“SPAYING” dan pada jantan disebut “NEUTERING”. Keuntungan dari kastrasi anak kucing sejak usia 10-12 minggu adalah mencegah penyebaran kucing secara berlebihan dan mengurangi kemungkinan terkena penyakit kanker. Usia yang masih sangat mudah membutuhkan waktu bedah yang lebih singkat dan pendarahan lebih sedikit sehingga akan sembuh lebih cepat, pada akhirnya kucing dan pemiliknya akan mengalami stress yang lebih sedikit (Anonimus 2008a).

3

Page 4: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Ovariohisterektomi

Ovariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkanovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian,mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomymerupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampaidengan uterus.Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal(flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.Adapun indikasi dari ovariohisterectomy (OH) yaitu :

a.Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cysteovary)tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).

 b.Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina

c.Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.

d.Penggemukan.

Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah populasi

Keuntungan dan kerugian OvariohisterectomI

 a.Keuntungan

Secara umum keuntungan melakukan ovariohisterectomy adalah :

1. Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode estrus

2.Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.

3.Menghilangkan stress akibat kebuntingan.

4.Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.

5.Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.

6.Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium

4

Page 5: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

b.Kerugian

Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :

1.Terjadinya obesitas

2.Hilangnya potensi breed dan nilai genetic.

Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan makasecara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya :

1.Terjadinya komplikasi akibat perdarahan (hemoragi) karena pembuluh ovarium yangrupture ketika ligamentum suspensorium ditarik

2.Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidaksempurna.

3.Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.

4.Fistula pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasiterhadap material operasi (benang).

5.Urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karenaadanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsispincter vesica urinary

4.2 Tujuan Ovariohisterektomi

Ovariohisterectomy bertujuan untuk :

• Mencegah meningkatnya populasi hewan

• Terapi, karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada

uterus, atau terjadi pyometra.

• Perubahan tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak

• Melatih dan meningkatkan keterampilan mahasiswa PPDH dalam

persiapan preoperasi, operasi dan perawatan post operasi

5

Page 6: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

4.3 Premedikasi dan Anestesi

Premedikasi

Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yangdapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesidilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesilancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah.Premidikasi yang digunakan adalah Acepromazine dan Atropin. Acepromazine dengandosis 0,02 mg/kg BB secara intramuskuler (IM) sedangkan Atropin sulfat dengan dosis 0,04mg/kg BB secara subkutan selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamindengan dosis 10 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 2 mg/kgBB secara intramuskular.Sebelum dioperasi, kucing diberikan obat preanestetik. Obat-obatan preanastesik yang disebut juga dengan premedikasi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian obat anastesi baik itu anastesi lokal, regional maupun umum. Manfaat pemberian premedikasi adalah untuk membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali, mengurangi dosis anastesi, mengurangi efek-efek otonomik yang tidak diinginkan seperti saliva yang berlebihan, mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan seperti vomit, dan mengurangi rasa nyeri preoperasi.Agen anastesi digolongkan menjadi 4 yaitu: antikolinergik, morfin serta derivatnya, transquilizer, dan neuroleptanalgesik. Sementara menurut Sardjana dan Kusumawati (2004), obat-obat yang digunakan anastesi premidikasi meliputi antikolinergik. Analgesik, neuroleptanalgesik, transquilizer, obat dissodiatif dan barbiturate. Obat-obatan premedikasi diberikan maksimal 10 menit atau kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian anestesi umum atau anestesi lokal. Obat-obatan tersebut disuntikkan secara intramuskular, subkutan, dan bahkan intramuskular.Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) pada umumnya obat-obat preanastesi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.1. Atropin Sulfat

Atropin merupakan obat anestetikagen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatik, namun paling sering digunakan sebagai antikolinergik, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva. Atropin sebagai antimuskurinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase.Atropin sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0.02-0.04 mg/kg, yang diberikan baik secara subkutan, intra vena maupun intramuskuler (Plumb,1998), sedangkan menurut Rossof (1994), atropin sebagai premedikasi diberikan dosis 0,03-0,06 mg/kg. Pada dosis normal, atropin dapat mencegah bradikardia dan sekresi berlebih saliva serta mengurangi motilitas gastrointestinal.

Atropin dapat menimbulkan efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang medulla oblongata, dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsangan respirasi

6

Page 7: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi hidung, mulut, dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin (Ganiswarna, 2001).

2. Anestesi

Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah,tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung,tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik,kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Gan, 1987).Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat yaitu :1.Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,2.Cara pemberian mudah,3.Mulai kerja obat yang cepat dan4.Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.

Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestesi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar.Hampir semua obat anestetik menghambat aktivitas sistem saraf pusat secara bertahap diawali fungsi yang kompleks yang dihambat dan yang paling akhir dihambat adalah medula oblongatandimana terletak pusat vasomotor dan pusat respirasi yang vital. Depresi umum pada sistem saraf pusat tersebut akan menimbulkan hipnosis, analgesi, dan depresi pada aktivitas refleks.

Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat antara lain: pada dosis yang aman mempunyai analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain itu, obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.

3. Ketamin

7

Page 8: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk sistem visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.Ketamin dapat dipakai oleh ahmpir semua spesies hewan. Ketamin bersama xilazyne dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anestetik yang bagus.

4.4 Dosis dan Cara Pemberian Anestesi Umum pada kucing

Sebelumnya hewan di puasakan minimal 4 jam sebelum operasi untuk menghindari refleks vomit, sebelumnya dilakukan PE (Physical examination)

Atropine Sulfat = BB x dosis / kg BB

Sediaan (mg/ml)

= 3 kg x 0.02 mg/kg

0.25 mg/ml

= 0.24 ml

• Pembiusan dilakukan dengan anestesi umum.

Ketamin 10% = BB x dosis / kg BB

Sediaan (mg/ml)

= 3 kg x 15 mg/kg

100 mg/ml

= 0.45 ml

Xylazine 2% = BB x dosis / kg BB

Sediaan (mg/ml)

= 3 kg x 2 mg/kg

20 mg/ml

= 0.3 ml

• Pembiusan dilakukan dengan menyuntikan anestetikum secara intramuscular.

8

Page 9: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

• Pencukuran bulu dilakukan dilakukan 5-10 cm disekitar bidang sayatan, kemudian dicuci dengan air sabun dan dikeringkan dengan handuk.

• Daerah bidang sayatan dioleskan alkohol 70% dan iodine tinctur 3%.

4.5 Jenis-Jenis Anastetika Umum untuk Kucing

1. Ketamin

Ketamin merupakan suatu anestetika non barbiturat yang sering digunakan dalam terapi bedah pada anjing. Ketamin merupakan zat yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman (batas keamanan lebar): sifat anelgesiknya sangat kuat untuk sistem somatis, tetapi lemah untuk sistem visceral yang tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya tinggi (Ganiswarna, 1995). 

Ketamin (ketanest®) merupakan turunan sikloheksanon, dalam beberapa sifatnya berbeda dengan obat anestetika parenteral lainnya. Turunan sikloheksanon menimbulkan keadaan yang disebut anestesi disosiatif (Mutschler, 1991). Anestesi disosiatif ditandai dengan amnesia dan analgesik tanpa hilangnya kesadaran penuh (Katzung, 2002).Pemberian ketamin dapat menyebabkan halusinasi, hipersalivasi, hipertensi dan tidak adanya relaksasi otot, namun efek tersebut dapat diatasi dengan pemberian premedikasi (Keller and Bauman, 1978; Hall and Clark, 1983). Brander et al. (1991) menyatakan bahwa dosis ketamin untuk semua hewan kecil melalui injeksi intravena adalah 5-10 mg/ kg bb, sedangkan dosis untuk injeksi intramuskular adalah 10-40 mg/ kg bb.

2. Xylazin

Xylazin pertama sekali disintesa di Jerman Barat pada tahun enampuluhan oleh Bayer AG, dan dicoba dibawah nama kode Bay-Va 1470 (Holenweger, 1979). Xylazin (Rompun®) adalah anestetika umum yang relatif baru dikenal dalam bidang kedokteran hewan yaitu pada akhir tahun enampuluhan. Anestetika ini memiliki beberapa kelebihan dibanding anestetika generasi sebelumnya, antara lain penggunaannya praktis dan relatif aman. Walaupun xylazin dikatakan hampir memenuhi syarat sebagai anestetika umum yang ideal, namun seperti anestetika lainnya, xylazin juga masih memiliki beberapa kelemahan yang klasik, yaitu efek depresif pada sistem sirkulasi dan respirasi serta mempengaruhi suhu tubuh (Yusuf, 1987). 

Xylazin dapat mempengaruhi sistem sirkulasi darah (kardiovaskular) dan sistem pernafasan (respirasi). Xylazin dapat mengakibatkan penurunan denyut jantung (bradikardi), hipertensi selintas yang diikuti oleh hipotensi yang lama, depresi pernafasan dan penurunan suhu tubuh (Lumb and Jones. 1984).

9

Page 10: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

3. Farmakologi Kombinasi Ketamin-Xylazin

Pelaksanaan pembedahan tidak lepas dari pengaruh anestetika. Tidak jarang dalam suatu pembedahan anestetika yang digunakan lebih dari satu macam bahkan sering dikombinasikan antara anestetika umum dengan obat golongan transqualizer. Pada pelaksanaan bedah anestesiolog harus memilih obat dan prosedur anestesi yang sesuai untuk macam pembedahan dan kondisi pasien, karena efek pemberian anestesi umum menyangkut terganggunya fungsi vital tubuh. Agen anestesi yang sekarang banyak digunakan adalah kombinasi ketamin-xylazin. Anestetika ini mempunyai banyak keuntungan: yaitu ekonomis, mudah dalam pemberian, induksinya cepat begitu juga pemulihannya, mempunyai pengaruh relaksasi otot yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Benson et al., 1985).

Ketamin-xylazin mempunyai sifat kerja yang berbeda terhadap sistim saraf otonom. Ketamin merupakan obat yang bersifat simpatomimetik yang bekerja menghambat saraf parasimpatis pada sistim saraf pusat dengan neurotransmitter noradrenalin sehingga akan menimbulkan dilatasi pupil, dilatasi bronkiolus dan vasokonstriksi pembuluh darah. Xylazin merupakan obat parasimpatomimetik yang bekerja menghambat saraf simpatis dengan reseptor muskarinik (Katzung, 2002). Reseptor muskarinik xylazin akan menekan sistim saraf pusat, sehingga menimbulkan efek sedatif hipnotik (Ko et al., 1995).

4.6 Cara Kerja Obat Anestesi Umum

Cara kerja Ketamin dan Xylazin

K e t a m i n

Farmakokinetik

Ketamin terdistribusi secara cepat ke dalam seluruh jaringan tubuh, khususnya di jaringan lemak, hati, paru-paru dan otak. Biotransformasi tejadi di hati oleh N-demetilasi dan hydroxylas cincin sikloheksanon, dengan pembentukan turunan glukoronat yang larut air dan di eliminasi pada urin. Waktu paruh ketamin bergantung kepada rute pemberian. Waktu paruh eliminasi diperpanjang dan penyembuhan dari ketamin ditunda dengan penggunaan premedikasi sedasi seperti diazepam atau secobarbital (Lo dan Cunning 1975 dalam Adam 2001).

Farmakodinamik

Sistem Saraf Pusat

10

Page 11: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

Efek ketamin terhadap system saraf pusat dikarakterisasi oleh EEG yang mengindikasikan penekanan system thalamoneocortical terjadi dalam hubungan pengaktivasian system limbik (Adam 2001). Ketamin sebagai anesthesia disosiatif, yang dikarakterisasi oleh catatonia, amnesia dan analgesia. Walaupun ketamin anestesi yang sering digunakan, ketamin disamakan dengan disorientasi, sensori dan persepsi ilusi (Katzung 1984).

Sistem Kardiovaskular

Ketamin meningkatkan c a r d i a c o u t p u t , tekanan aorta, tekanan arteri pulmonum, tekanan vena sentral, dan pacu jantung (Adam 2001). Puncak peningkatan pacu jantung, tekanan arteri dan c a r d i a c o u t p u t terjadi 2-4 menit setelah pemberian secara IV dan kemudian menurun menjadi normal sekitar 10-20 menit. Ketamin menghasilkan stimulasi kardiovaskular dengan eksitasi system saraf simpatis pusat (Katzung 1984). Pada kucing menunjukkan ketamin menghambat saraf eferen vagus jantung oleh aksi pada fungsi baroreseptor (Adam 2001).

Sistem Respirasi

Banyak anestetik berpotensi menekan ventilasi yang mengakibatkan terjadinya hipoksia, dimana hal tersebut tidak terjadi pada ketamin (Adam 2001). Ketamin menyebabkan reflex faring dan laring tetap normal atau sedikit meninggi. Pada dosis anestesi akan merangsang, sedangkan pada dosis yang berlebihan akan menekan pernafasan (Ganiswarna 1995). Jika ketamin digunakan sebagai monoanestetik, reflex faring dan laring tetap ada. Preservasi reflex tersebut mengakibatkan peningkatan laryngospasm, bronchospasm dan batuk (Adam 2001). Ketamin juga meningkatkan sekresi kelenjar mucus trakea-bronkus, yang memerlukan tambahan a n t i s i a l a g o g u e (Adam 2001).

Dosis

• Anjing: 5,5- 22 mg/kg IV, IM (Tilley dan Smith 2000)

• Kucing:11-33 mg/kg IM (Adam 2001), 2-25 mg/kg IM,IV (Tilley dan Smith 2000)

Indikasi : ketamin digunakan sebagai agen imobilisasi untuk pemeriksaan, prosedur radiografik, dan digunakan sebelum induksi anestesi umum (Adam 2001).

Kontraindikasi : ketamin sebaiknya tidak digunakan pada hewan yang mempunyai sejarah seizure. Ketamin kurang cocok digunakan untuk operasi endoskopi dan orofaringeal. Ketamin sebaiknya tidak diberikan pada hewan untuk konsumsi manusia. Ketamin tidak diberikan pada hewan dengan disfungsi renal. Tidak direkomendasikan penggunaan pada operasi abdomen dan orthopedic. Tidak digunakan sebagai agen tunggal pada operasi Caesar (Adam 2001).

11

Page 12: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

Kombinasi : Diazepam digunakan untuk meniadakan induksi ketamin yang menyebabkan seizure pada kucing. Penggunaan thiamylal atau thiopental pada kucing digunakan sebagai tambahan ketamin. Ketamin umum digunakan dengan acepromazin (0,2 mg/kg) dan butorphanol (0,4 mg/kg) sebagai anestesi pada ovariectomy. Xylazin juga digunakan sebelum ketamin pada kucing untuk mencegah hipertonus otot. Kombinasi xylazin dengan ketamin digunakan untuk menginduksi anestesi pada berbagai prosedur klinik pada kucing. Ketamin (22mg/kg) yang diberikan secara intramuscular berinteraksi dengan chloramphenicol (55mg/kg) yang diberikan secara parenteral mengakibatkan perpanjangan waktu tidur (Adam 2001).

X y l a z i n H y d r o c h l o r i d e

Farmakokinetik

Xylazin diabsorpsi dengan cepat tetapi bioavailabilitas tidak lengkap dan bervariasi. Bioavailabilitas pada anjing 52-90% setelah pemberian secara intra muscular. Pada anjing dan kucing onset terjadi sekitar 10-15 menit setelah pemberian secara IM atau SC dan sekitar 3-5 menit setelah pemberian secara intra vena (Plumb 2005).

Farmakodinamik

Sistem Saraf Pusat

Xylazin memiliki karakter farmakologi yang umum dengan morfin, tetapi efeknya tidak antagonis dengan naloxone. Xylazin tidak menghasilkan eksitasi SSP biasanya diinduksi oleh analgesic narkotik pada tikus dan kucing. Xylazin juga menyebabkan relaksasi otot oleh penghambatan transmisi intraneuron pada SSP.

Xylazin menstimulasi langsung pusat muntah, sehingga menyebabkan muntah pada kucing dan anjing (Adam 2001). Xylazin menekan mekanisme termoregulator dan kemungkinan hipotermia dan hipertermia tergantung dari temperature udara (Plumb 2005).

Sistem Kardiovaskular

Xylazin memiliki efek yang bervariasi terhadap system kardiovaskular. Pada banyak spesies, injeksi IM atau IV menghasilkan tekanan arteri sementara diikuti oleh hipotensi dan bradikardi yang periodenya lebih panjang. Hipotensi arteri yang lebih panjang berhubungan dengan pusat aksi α2 adrenergic atau penurunan aktivitas system saraf pusat simpatis. Hipotensi arteri juga terjadi karena efek penekanan xylazin pada kontraktilitas jantung dan bersamaan dengan turunnya c a r d i a c o u t p u t . Pada anjing pemberian xylazin 20 menit sebelum anestesi, terjadi aritmia ventrikel temasuk fibrilasi ventrikel yang diinduksi oleh dosis norepinefrin yang lebih sedikit daripada anjing yang tidak menggunakan premedikasi. Pada anjing pemberian xylazin (1,1 mg/kg) menurunkan pacu jantung dan laju darah aorta; ada peningkatan tekanan arteri dan resistensi perifer. Peningkatan tekanan arteri sementara

12

Page 13: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

dan diikuti oleh penurunan tekanan. Sebagai tambahan, pH arteri, Pα O2 dan Pα Co 2 tidak mengalami perubahan pada anjing (Adam 2001). Bradikardi terlihat pada hewan yang memiliki derajat h e a r t - b l o c k dan aritmia (Plumb 2005).

Sistem Respirasi

Efek xylazin terhadap fungsi respirasi secara klinik tidak signifikan tetapi pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan tertekannya respirasi dengan penurunan volume tidal dan frekuensi respirasi (Plumb 2005).

Dosis

• Anjing : 1,1 mg/kg IV, 2,2 mg/kg IM dan SC. Anjing dengan berat lebih dari 22 kg 1,1 mg/kg IM.

• Kucing : 1,1 mg/kg IV, 2,2 mg/kg IM dan SC

Indikasi : Sebagai agen sedasi, sebagai pre anestetik, menginduksi muntah pada keracunan akibat toksin, dan efek analgesi yang pendek (Plumb 2005).

Kontraindikasi : Hewan yang menerima epinefrin atau ventrikel aritmia. Xylazin digunakan hati-hati pada pasien dengan disfungsi jantung, hipotensi atau shock, disfungsi respirasi, insufisiensi ginjal atau hati, seizure, hewan bunting pada trimester pertama (Plumb 2005).

Kombinasi: Barbiturat dan anestesi inhalasi IV. Xylazin (1 mg/kg) dengan ketamin (10 mg/kg) digunakan sebagai kombinasi umum pada anjing untuk anestesi umum (Adam 2001).

4.7 Teknik Operasi Ovariohisterektomi

Banyak hal yang harus diperhatikan sebelum operasi dilakukan yaitu preparasi hewan, pembiusan, pencukuran/pembersihan daerah sayatan. Preparasi hewan dilakukan untuk memastikan hewan benar-benar dalam kondisi sehat dan layak untuk dilakukan operasi. Pemeriksaan meliputi umur hewan, suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan berat badan untuk menentukan dosis obat bius. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu kombinasi ketamin dan xylazine. Pemilihan anestesi umum ini harus sesuai dengan syarat anestesi umum yaitu antara lain; 1) tidak bergantung pada mekanisme metabolisme di dalam tubuh untuk menghancurkan dan mengeliminasinya, 2) proses pengindukan yang cepat , kedalaman anestesi yang dapat cepat dirubah dan masa pemulihan yang cepat, 3) tidak menekan pusat respirasi dan jantung, 4) tidak mengiritasi jaringan tubuh, 5) murah, stabil, tidak mudah meledak dan terbakar, 6) tidak membutuhkan peralatan tertentu untuk mengaplikasikannya, 7) durasi lama dan onset cepat.

Anestesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri. Pembiusan anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur hewan,

13

Page 14: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

dan kondisi fisik. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan. Anestesi diberikan secara intra muscular. Mengurangi efek dari anestetikum ini sebaiknya diberikan medikasi preanestetic yaitu dengan menggunakan sulfas atrophin. Sulfas atrophin merupakan anti cholinergica yang kerjanya memblokir kerja acetilcholin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom, mengurangi kerja kelenjar saliva dan bronkhial serta meningkatkan kerja jantung. Tujuan medikasi preanestetik adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan dan meningkatkan batas keamanan; mengurangi rasa takut, menenangkan pasien dan membantu terciptanya keadaan bebas cekaman sehingga mempermudah pemberian anestetikum; mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran pernafasan; mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika pasien dalam keadaan tidak sadar; menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan henti denyut jantung; mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan. Sedangkan menurut Ganiswara (1995), medikasi pre-anestetik bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari anestesi seperti mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradycardia, muntah sebelum dan sesudah operasi, kecemasan, memperlancar induksi, dan mengurangi keadaan gawat anestesi .

Penggunaan kombinasi ketamin dan xylazine ini harus hati-hati karena memberikan efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia, hipotensi, hipersalivasi, meningkatkan kontraksi dan konvulsi otot pada kucing serta mengakibatkan defisiensi hati dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting untuk memastikan hewan benar-benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi dari kedua anastesi ini juga bertujuan untuk mencegah v o m i t u s . Pelaksanaan operasi memakan waktu kurang lebih 2 jam dan selama itu tidak diberikan penambahan dosis anestesi. Selama operasi tidak terjadi pendarahan yang banyak, hal ini dikarenakan pasien masih muda dan tidak dalam kondisi estrus. Sayatan dibuat pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium (Gambar 1-3).

14

Page 15: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan ovarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau ruptur (Gambar 4-6).

Penjepitan, pengikatan, dan pemotongan bagian penggantung ovarium dan corpus uteri dilakukan sebagai berikut. Dengan menggunakan tang arteri anatomis, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua tang arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan. Pada bagian anterior dari tang arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi diantara dua tang arteri tadi. Tang arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan tang arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan. Pada bagian uterus sebelahnya juga dilakukan penjepitan, pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan doyen forceps kemudian

15

Page 16: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

dilakukan penjahitan corpus uteri menggunakan doble benang ke arah lateral. Setelah itu dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan benang silk. Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua doyen forceps tadi. Kemudian, uterus dan ovarium bisa diangkat keluar tubuh dan doyen forceps yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan (Gambar 7).

Tahap berikutnya adalah penjahitan peritoneum dan kulit. Sebelum dilakukan penjahitan maka dilakukan penyemprotan antibiotik terlebih dahulu ke dalam rongga abdomen. Setelah itu dilakukan penjahitan menggunakan cat gut pada peritoneum dengan tipe jahitan sederhana. Kemudian, dilanjutkan dengan dengan tipe jahitan sederhana. Penutupan dilakukan menggunakan kain kasa dan sebelumnya telah di tambahkan dengan betadine. Untuk memfiksir balutan tersebut maka kemudian dipasang gurita melingkari abdomen (Gambar 8-10).

Kondisi uterus yang telah dikeluarkan dari tubuh kucing seperti terlihat pada Gambar 11-12.

Proses persembuhan luka dipengaruhi oleh umur, nutrisi, ada tidaknya kotoran yang menempel pada luka dan kebersihan selama operasi dan post operasi. Pemberian antibiotik untuk mencegah

16

Page 17: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

adanya kontaminasi bakteri selama operasi dan post operasi diberikan antibiotik peroral selama 5 hari berturut-turut setiap pagi dan sore.

Di bawah ini dapat dilihat tabel pengukuran suhu, frekuensi pernafasan,

dan frekunsi jantung selama tahap operasi :

Waktu (menit) Suhu/temperature(ºC) Frekuensi nafas Frekuensi jantung

15’ 38,6 24x/menit 68x/menit30 37,9 32x/menit 80x/menit45 37,6 28x/menit 60x/menit60 37,6 20x/menit 72/menit7590

37,537,4

20x/menit16x/menit

64x/menit68x/menit

b. Seizure

Seizure/konvulsi/fit/ictus adalah kontraksi hebat yang mempengaruhi sebagian atau seluruh tubuh dan terjadi dalam periode yang relatif singkat (Wulansari 2006). Seizure terjadi akibat pelepasan listrik yang tiba-tiba (abnormal) pada neuron dari otak bagian depan yang mencapai wilayah somatik, viseral motorik serta diawali dengan gerakan spontan, paroxysmal yang menghasilkan/menyebabkan hilangnya/kekacauan kesadaran, perubahan tonus otot, dagu bergetar, spasmus otot maseter (trismus), salivasi bahkan tanpa sadar terjadi urinasi dan defikasi. Seizure/konvulsi/fit/ictus dapat disebabkan oleh berbagai penyebab yang mempengaruhi otak seperti trauma, infeksi atau overdosis obat. Penyebab seizure yang biasa terdeteksi berhubungan toksin, infeksi, overdosis obat, trauma daerah kepala dan kelainan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus dan gagal ginjal atau gagal hati. Pada beberapa kasus seizure adalah bawaan. Kebanyakan kasus di kucing tidak disebabkan oleh trauma melainkan epilepsy idiopatik (Foster dan Smith 2007). Seizure merupakan salah satu gejala yang timbul pada kasus-kasus yang berhubungan dengan infeksi, tumor, toksik kimia dan epilepsi (Lowecamp 1999). Epilepsi merupakan suatu penyakit yang bersifat heterogenus dari segi causa, pola prilaku seizure, elektrofisiologis berubah-ubah dan respon terhadap terapi. Kerusakan yang kedua adalah gejala ataksia yang menyebabkan hewan tidak dapat berdiri tegak dan sering menggapai-gapai sesuatu yang jauh. Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan yang telah menyebabkan inervasi syaraf ke arah ektrimitas tidak berjalan dengan baik. Ataksia dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada syaraf sensorik, kerusakan vestibular dan kerusakan korteks serebri (Anonimous 2007). H e a d t il t (kepala miring) juga terlihat pada kasus ini. H e a d t il t Pada kasus kim-kim kemungkinan besar gejala yang tampak disebabkan oleh adanya kerusakan pada syaraf sensorik. Walaupun pada kejadian umum h e a d t il t disebabkan oleh kerusakan vestibular (Nelson dan Couto 2003).

17

Page 18: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

Menurut Nelson dan Couto (2003) faktor yang berhubungan dengan kematian fetus dan absorbsi pada hewan betina yaitu infeksi secara vertikal, hipotiroidisme, immune-mediated hemolityc, immune-mediated thrombophenia dan kelainan darah lainnya, hernia atau torsio uterus, dan trauma abdominal. Konsentrasi serum progesterone darah merupakan hal yang harus diperiksa pada kasus ini. kandungan dari obat yang digunakan sebagai terapi atau pencegahan penyakit induk, harus diketahui bisa menyebabkan keracunan pada hewan bunting yang dapat menyebabkan teratogenik, kematian fetus atau aborsi. Agen infeksius yang dapat menyebabkan kematian fetus dan aborsi melalui fetus atau plasenta. Penyebab lain yang menghambat kebuntingan adalah beberapa agen patogen yang memperlihatkan sedikit gejala klinis pada induk tetapi mempengaruhi fetus yang dikandung. Bakteri-bakteri yang menyebabkan kematian fetus dan aborsi antara lain B r u c e ll a a b o r t us, E s c h e r i c h i a c o li , β - h e m o li t y c S t r e p t o c o c c u s , L e p t o s p i r a , C a m p y l o b a c t e r , S a l m o n e ll a , dan M i c o p l a s m a spp. Agen virus penyebab kematian fetus dan aborsi pada kucing adalah feline leukemia virus(FeLV), feline infectious peritonitis virus (corona virus), feline herpes virus (rhinothraeitis) dan calicivirus.

Sejarah yang diteliti dan tepat adalah penting untuk mengambil diagnose pada pasien seizure, yaitu adanya anamneses berdasarkan informasi keturunan, status vaksinasi, perjalanan, trauma dan terkena toksin yang berpotensial, terapi sebelumnya, masalah operatif dan sejarah obat. Phenobarbital merupakan obat pilihan untuk awal seizure yang sedang berlangsung. Dosis yang diberikan adalah 2 mg/kg BB dua kali sehari, setelah 2–4 minggu diberikan pengobatan hewan harus diperiksa dan ditentukan konsentrasi phenobarbital dalam darah. Jika kadarnya terlalu rendah maka perlu ditingkatkan 25% dan ditentukan konsentrasinya 2 – 4 minggu kemudian.

Potassium bromida dapat ditambahkan pada kasus yang tidak dapat disembuhkan. Selain obat-obatan di atas diazepam dapat diberikan sebagai antikonvulsan dengan dosis 0.1 – 0.8 mg/kg BB/tid/PO. Fisioterapi yang dapat lakukan untuk memperingan gejala klinis yang tampak antara lain adalah dengan akupuntur dan mikroradar. Kedua perlakuan ini bertujuan untuk memperlancar inervasi baik pembuluh darah maupun syaraf yang berada disekitar lesio sehingga keadaan tidak bertambah parah.

18

Page 19: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya  tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae.

Ovariohisterectomy dilakukan untuk beberapa indikasi antara lain 1) Terapi, yaitu tumor, cysta ovarium dan tumor uterus, pyometra. 2) perubahan tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak dan membatasi jumlah populasi. Obat bius yang digunakan adalah kombinasi ketamin 10% sebanyak 15mg/kg BB dengan xylazine 2% sebanyak 2mg/kg BB secara intramuscular. Untuk mencegah infeksi sekunder dilakukan pemberian antibiotik dan perawatan post operasi yang benar.

Sebaiknya penggunaan obat anestesi disesuaikan dengan kasus dan diketahui efek samping serta cara pemberiannya sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan serta memperhatikan teknik bedah ovariohisteroktomi sehingga tidak menyebabkan kematian hewan.

19

Page 20: Pembahasan Ovariohisterektomi.docx

DAFTAR PUSTAKA

Academia.edu/5439004/Laporan_Ovariohisterektomi?login=&email_was_taken=true

Anonimus a. 2008. Mengapa Kami Desexing Anak-anak Kucing Peliharaan Kami. www. blusoxcattery.com.

Anonimus b. 2005. Feline Spay. www.longbeachanimalhospital.com.

Asharicdvm.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-oh-pada-kucing.html

Deni, N., Gunanti dan Ni Rai, F.H.J. 2006. Pengaruh Anestesi Terhadap Saturasi Oksigen (SpO2) Selama Operasi Ovariohisterektomi Kucing. Jurnal Sain Veteriner. Bagian Bedah. FKH. IPB.

Gunanti sl, Bambang Pontjo Priosoeryanto, Ietje Wientarsih. 2009. Pengobatan Penyakit Tumor Mammae Melalui Operasi ( Mastektomi dan Ovariohesterektomi) dan Kombinasinya (Tanaman Herbal) pada Hewan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. ISSN: 0853-4217.

Ira, S.Y., Nusdianto Triakoso, Djoko Galijono. 2011. Analisis Gas Darah pada Kucing yang Mengalami Laparohisterotomi dengan Anestesi Xylazin-Ketamin dan Xylazin-Propofol. Jurnal Veteriner. ISSN: 1411 – 8327. Departemen Klinik Veteriner. FKH. Universitas Airlangga.

Meeevet.blogspot.com/2011/11/studi-kasus-penatalaksanaan.html

Medkes.com/2014/04/pengertian-teknik-dan-komplikasi-anestesi-umum.html

20