Pembahasan Kebijakan Pengembangan Food Estate di...

23
Pembahasan Kebijakan Pengembangan Food Estate di Merauke Yusman Syaukat Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Seminar Nasional “Food Estate di Indonesia: Mampukah Mewujudkan Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan, Berkedaulatan dan Berkeadilan?” Kementerian Pertanian dan FEMA IPB Bogor, 14 Desember 2010

Transcript of Pembahasan Kebijakan Pengembangan Food Estate di...

Pembahasan

Kebijakan Pengembangan Food Estate di Merauke

Y u s m a n S y a u k a t

D e k a n F a k u l t a s E k o n o m i d a n M a n a j e m e n

I n s t i t u t P e r t a n i a n B o g o r

Seminar Nasional“Food Estate di Indonesia: Mampukah Mewujudkan

Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan, Berkedaulatan dan Berkeadilan?”

Kementerian Pertanian dan FEMA IPBBogor, 14 Desember 2010

Pendahuluan

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 18/2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman, sebagai payung hukum berinvestasi di Food Estate di Indonesia.

Food Estate (FE) merupakan konsep pengembangan produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan yang berada di suatu kawasan lahan yang sangat luas (an integrated farming, plantation and livestock zone)

Tujuan pembangunan FE: mencapai ketahanan pangan nasional dan jika berlebih bisa dilakukan ekspor.

Untuk pertama kali, FE dikembangkan di Merauke, Papua: Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) program

Pertanyaan …

Apakah dengan pengembangan FE di Merauke dapatberkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat disana?

Apakah pengembangan FE di Merauke mampumewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, berkeadilan dan berdaulat di Kabupaten Merakue?

Masalah Pertanian

Status dan luas kepemilikan lahan yang rendah: sekitar 10 juta KK petani lahannya kurang dari 0.5 ha

Petani dengan segala ketidakberdayaannya (lahan kecil, keterbatasan kapital dan teknologi) dihadapkan kepada pasar bebas, tanpa diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang pro terhadap mereka.

Hunger and Poverty Problems: Kesejahteraan petani masih rendah. Dengan kepemilikan lahan seluas itu,

petani sulit untuk menjadi sejahtera Kemiskinan masih tinggi: Indonesia 14%, Papua 36% Ketahanan pangan Indonesia masih rapuh, saat ini sekitar 20% penduduk

masih mengkonsumsi enerji dan protein lebih rendah dari yang disarankan

Masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap imporpangan dari pasar internasional (tabel berikut)

Dengan dilegalkannya pengusaha besar lokal dan asing untuk bersaing dengan petani gurem, apa yang akan terjadi???

Total Produksi dan Persentase ImporKomoditas Utama Indonesia, 2007

Komoditas Produksi

(juta ton)

Persentase Impor dari

Total Supply

Kelapa sawit (CPO) 17.40 0.00

Beras 32.37 4.00

Jagung 13.30 8.10

Gula 2.45 13.50

Daging sapi 0.36 28.00

Kedelai 0.59 61.80

Gandum 0.00 100.00

Kondisi Merauke

Cadangan lahan pertanian Merauke 2,49 juta ha: Lahan basah sekitar 1,937 juta ha dan

Lahan kering 554,5 ribu ha.

Lahan yang ada hampir semua datar: low land and peatland

Pada tahap awal potensi lahan yang bisa dikembangkan untuk MIFEE sekitar 1,63 juta ha.

Luas lahan tersebut berada pada lahan hutan produksi konversi (HPK) sekitar 1,43 juta ha dan

Lahan alokasi penggunaan lainnya (APL) sekitar 202.869 ha.

Total penduduk Merauke 175 ribu jiwa

Pertimbangan dalam Menentukan Feasibility

Program MIFEE:

Teknis

Sosial

Ekonomi

Lingkungan

Pertimbangan Teknis

Asal-usul lahan: Hutan Primer (virgin forest) atau lahan terbuka (hutan yang

telah rusak)?

Pengembangan MIFEE diperkirakan berpotensi merusak 30% peat swamp ecosystem di Papua.

Pembangunan sarana & prasarana

Ketersediaan & Kapabilitas Tenaga Kerja

Penyediaan Input Pertanian (benih, pupuk & pestisida, pembiayaan, tenaga penyuluh)

Pola pengembangan usaha: pertanian skala besar vskecil

Pertimbangan Teknis (2)

Jenis teknologi yang akan dikembangkan, apakahbersifat sustainable and environmentally friendly? Pengalaman Brazil dan negara maju lain – dalam mengatasi

masalah hama tanaman dilakukan penyemprotan pestidamenggunakan pesawat – yang menimbulkan korban manusiadan hewan

Integrated farming system? (crop/plant – livestock system)

GRAND DESIGN dari rencana pembangunan: bagaimana keterkaitan antar sistem yang ada diMIFEE?

Pertimbangan Ekonomi

Program FE menarik minat pemodal asing karena merekadiberi banyak kemudahan untuk “memiliki” dan mengelola lahan di Indonesia

36 pengusaha lokal dan asing tertarik: Apakah diantara investor akan bekerja sendiri-sendiri atau kerjasama?

Bagaimana sistem kerjasama: antar investor dan dengan petani(masyarakat)

Pengembangan food estate justru bertentangan dengan upaya pemerintah mendorong ekonomi kerakyatan, khususnya ekonomi kaum tani.

Fasilitas ekonomi apa saja yang akan diterima pengusaha?

Tujuan: pencapaian keuntungan perusahaan besar vspeningkatan kesejahteraan masyarakat

Pertimbangan Ekonomi (2)

Perkiraan manfaat vs biaya (benefits and costs) pembangunan, operasional dan pengelolaan dampakpengembangan FE (tangible maupun intangible)

Potensi eksternalitas negatif yang ditimbulkanakibat perubahan ekologi secara besar-besaran(rusaknya ekosistem, potensi banjir dan kekeringan, hilang/menurunnya biodiversitas, dll)

Pertimbangan Sosial

Masyarakat lokal Papua dihadapkan pada lompatan gayahidup, dari “pola meramu” menjadi “pola industri” yang berbasis tanaman pangan/perkebunan/peternakan - yang sebenarnya asing bagi mereka

Dengan pengembangan FE: masyarakat lokal mampubertahan dan menyesuaikan atau justru termarginalkan?

Penduduk lokal dan pendatang: bagaimana potensi konflikdan kerjasama?

Bagaimana dampaknya terhadap tingkat kemiskinan? (Papua 36%, Indonesia 14%)

Status hak-hak kepemilikan lahan masyarakat (lahan adat): harus dilepaskan kepada pengusaha?

Mengembangkan sistem feodalisme baru: petani kecil danmasyarakat sekitar hanya sebagai buruh bagi pemodal di FE

Pertimbangan Sosial (2)

Nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Merauke akan tergerus dengan adanya kegiatanindustrialiasi pangan skala besar

Pertimbangan Lingkungan

Pembukaan lahan seluas 1.6 juta ha (atau tahap awal500 ribu ha) akan berpengaruh pada perubahan ekosistem dan keseimbangan ekologinya

Potensi dampak negatif terhadap lingkungan: Sumber Emisi Karbon dari eks lahan gambut (peat swamp-

forest)

Mempercepat ancaman pemanasan global

Hilangnya Biodiversivitas

Hilangnya Water Catchment Area: banjir & kekeringan

Menimbulkan Abrasi dan Intrusui Air Laut

Ketahanan & Kedaulatan Pangan

Dikhawatirkan Indonesia akan semakin terbelenggu olehkapital asing dan meliberalisasi semuanya yang justru akan mengancam kedaulatan pangan.

Pengembangan FE & Ketahanan Pangan: jika pemerintah tidak mampu mengontrol distribusi produksi hasil dari FE, maka para pemodal akan menjadi penentu harga pasar - karena keputusanuntuk dijual di dalam negeri atau diekspor adalah harga yang menguntungkan bagi pemodal.

Hutan adalah sumber kehidupan, tempat tersedianya bahan pangan (tanaman & satwa) bagi masyarakat lokal. Hilangnya wilayah hutan dapat berdampak pada kerawanan pangan mereka.

Food Estate: Global Trend

FAO melalui laporan bertajuk "Lands Grab or Development Opportunity?: Agriculture Investment and International Land Deals in Africa” mengungkapkan: “sebuah negara berinvestasi di lahan pertanian negara lain ditujukan untuk mengamankan pasokan pangan dalam negerinya sendiri”. Konsekuensinya: Menempatkan negara-negara miskin pada posisi rentan dalam

menghadapi ancaman krisis pangan.

Selain petani akan terusir dari lahannya, dampak kerusakan ekologi karena pola intensive farming bakal sangat merugikan

Implikasi Pembangunan Food Estate

Potensi lahan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia tidak bisa maksimal dimiliki dan dikelola secarapenuh oleh petani Indonesia.

Karakter pertanian dan pangan Indonesia akanbergeser dari peasant-based and family-based agriculture menjadi corporate-based food dan agriculture production. Kondisi ini justru melemahkan kedaulatan pangan Indonesia.

Apabila peraturan yang mengatur Food Estate lebih berpihak kepada pemodal daripada petani, maka kemungkinan konflik seperti konflik di perkebunan besar akan terjadi juga di Food Estate.

Jalan Menuju ke Ketahanan Pangan…

Dibutuhkan perencanaan terintegrasi dan jangkapanjang untuk mencapai tujuan peningkatanketahanan pangan tersebut: bagaimana keterkaitanantara MIFEE, ketahanan pangan dan peningkatankesejahteraan masyarakat?

Bagaimana Roadmap mencapai tujuan tersebut: who does what, when, where, how?

Peran PEMDA dalam Pengembangan FE

Tujuan dan peran Pemerintah Daerah penting dalamprogram pengembangan FE: Bagaimana keterkaitan/peran Pemda dalam pelaksanaan

program pengembangan FE?

Bagaimana peran Pemda dalam mengendalikan dampakpengembangan FE?

Insentif ekonomi apa yang akan diterima Pemda dengandikembangkannya FE?

Rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) terkaitdengan perubahan kawasan hutan masih menjadi permasalahan?

Peran PEMDA dalam Pengembangan FE (2)

Pengalaman pengembangan lahan pertanian --program Transmigrasi, program padi sejuta hektardi Kalimantan Tengah (atau program lanjutannya), dll: what have we learned?

Masihkah digunakan paradigma dan pendekatanyang sejenis?

Pengembangan FE: Peran Individu (Petani) dan Masyarakat Adat

Apa permasalahan dan keinginan individu (petani) dan masyarakat Adat di Merauke?

Dengan melihat kondisi masyarakat setempat yang relatif belum berkembang, pendekatan sosial yang lebih intensif dalam pelaksanaan pembangunandiperlukan

Kita dapat belajar dari pengalaman sebelumnya, agar kegagalan yang sama tidak berulang kembali

Penutup

Pengembangan FE di Merauke tidak semata-matapengembangan teknologi dan investasi ekonomi, namundibutuhkan pendekatan dan penguatan sosial masyarakat yang lebih intensif

Potensi penguatan ketahanan pangan melalui pengembanganFE sangat ditentukan oleh komitmen pengusaha (investor) dan kontrol pemerintah terhadap mereka

Pola pembangunan yang berkelanjutan, berkeadilan, berkedaulatan tidak mungkin dicapai tanpa adanyaperencanaan dan implementasi yang baik dengan pendekatanyang terintegrasi, memperhatikan kepentingan semuastakeholders dan dengan mempertimbangkan aspek teknis, sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan dalam suatukesatuan

Terima Kasih

Faculty of Economics and Management

Bogor Agricultural University

[email protected]