PEMBAHASAN F T Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa … · Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit...

17
PEMBAHASAN Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil sekaligus penyalur benih kelapa sawit unggul mampu menghasilkan 40 juta kecambah setiap tahunnya. Produksi kecambah kelapa sawit di PPKS mengalami peningkatan dan penurunan setiap bulannya. Berdasarkan data produksi tahun 2008 produksi tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 4 967 953 butir. Produksi terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 3 584 048 butir. Tinggi rendahnya produksi kecambah tergantung pada pasokan benih dan minat pasar. Pada tahun 2008 PPKS mampu memproduksi 51 903 565 kecambah. Data produksi kecambah kelapa sawit di PPKS tahun 2008 disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Produksi Kecambah Kelapa Sawit tahun 2008 Bulan Jumlah Januari 4,058,405 Februari 3,931,430 Maret 4,032,438 April 4,417,749 Mei 4,377,500 Juni 4,588,985 Juli 4,967,953 Agustus 4,443,716 September 3,584,048 Oktober 4,213,546 November 4,429,399 Desember 4,858,396 Total 51,903,565 Rata-rata 4,325,297 Sumber : Divisi Produksi Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS Sistem pemasaran yang dilakukan PPKS adalah dengan cara menjual bahan tanaman secara langsung kepada konsumen. Pengguna kecambah yang dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta, PTPN, Koperasi, Dinas Perkebunan, dll. Pada gambar 18 dapat dilihat jumlah terbesar kecambah tersalur

Transcript of PEMBAHASAN F T Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa … · Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit...

PEMBAHASAN

Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil sekaligus

penyalur benih kelapa sawit unggul mampu menghasilkan 40 juta kecambah

setiap tahunnya. Produksi kecambah kelapa sawit di PPKS mengalami

peningkatan dan penurunan setiap bulannya. Berdasarkan data produksi tahun

2008 produksi tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 4 967 953 butir.

Produksi terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 3 584 048 butir.

Tinggi rendahnya produksi kecambah tergantung pada pasokan benih dan minat

pasar. Pada tahun 2008 PPKS mampu memproduksi 51 903 565 kecambah. Data

produksi kecambah kelapa sawit di PPKS tahun 2008 disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Produksi Kecambah Kelapa Sawit tahun 2008

Bulan Jumlah

Januari 4,058,405

Februari 3,931,430

Maret 4,032,438

April 4,417,749

Mei 4,377,500

Juni 4,588,985

Juli 4,967,953

Agustus 4,443,716

September 3,584,048

Oktober 4,213,546

November 4,429,399

Desember 4,858,396

Total 51,903,565

Rata-rata 4,325,297 Sumber : Divisi Produksi

Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS

Sistem pemasaran yang dilakukan PPKS adalah dengan cara menjual

bahan tanaman secara langsung kepada konsumen. Pengguna kecambah yang

dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta, PTPN, Koperasi, Dinas

Perkebunan, dll. Pada gambar 18 dapat dilihat jumlah terbesar kecambah tersalur

F

T

A

R

T

A

B

E

L

L

a

m

pi

ra

n

T

ab

el

1.

A

n

g

ga

ra

n

Bi

ay

a ............................................................................................................................... 8

T

ab

el

2.

R

en

ca

pada tahun 2008 adalah untuk perusahaan swasta dengan jumlah kecambah

tersalur sebanyak 25 953 061 butir. Kecambah tersebut digunakan untuk

pembukaan lahan baru dan replanting.

Gambar 18. Jumlah Kecambah yang Tersalur pada Tahun 2008

Saat ini PPKS telah menghasilkan 11 varietas dengan keunggulan

masing-masing. Pada tahun 2008 penjualan varietas SM-B lebih tinggi dibanding

10 varietas lainnya sebesar 13 457 800 kecambah.

Gambar 19. Histogram Penjualan Kecambah berbagai Varietas tahun 2008

Prospek Industri Benih Kelapa Sawit di Indonesia

Laju pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama tiga

tahun terakhir (2006-2008) mencapai 500 000 ha per tahun. Pada tahun 2006 luas

lahan kelapa sawit sebesar 6 594 914 ha meningkat menjadi 7 007 876 ha pada

tahun 2008. Luas areal kelapa sawit tahun 1980-2009 disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Luas Areal Kelapa Sawit Tahun 1980-2009.

Tahun Luas Areal

1980 290,000

1990 1,126,000

1995 2,026,000

1996 2,250,000

1997 2,922,000

1998 3,561,000

1999 3,902,000

2000 4,158,079

2001 4,713,535

2002 5,067,058

2003 5,283,557

2004 5,284,723

2005 5,453,817

2006 6,594,914

2007 6,766,836

2008 7,007,876

2009 7,135,331 Sumber : Departemen Pertanian (2009)

Peningkatan luas areal kelapa sawit diikuti dengan peningkatan

permintaan benih. Permintaan benih kelapa sawit meningkat signifikan semenjak

tahun 2007 yang mencapai 224 922 000 butir. Saat ini terdapat 11 produsen resmi

benih kelapa sawit dengan kapasitas 180 juta butir.

Upaya Penanganan Perbenihan Kelapa Sawit Ke Depan

Peningkatan kebutuhan benih sebagai akibat pengembangan areal baru

kelapa sawit yang cukup tinggi ini diperkirakan hanya akan berlangsung beberapa

tahun ke depan. Diperkirakan pada tahun 2020 lahan perkebunan kelapa sawit

telah memenuhi batas maksimum. Sehingga, kebutuhan akan benih hanya sebatas

replanting saja. Menurut Taher dalam Susila (2005) telah mengidentifikasi

ketersediaan lahan yang cocok untuk kelapa sawit mencapai sekitar 2 960 000 ha.

Ketersediaan lahan untuk perluasan kelapa sawit disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Ketersediaan Lahan untuk Perluasan Kelapa Sawit

Propinsi Luas (Ha)

Jambi 50,000

Kalimantan Tengah 310,000

Kalimantan Timur 370,000

Sulawesi Selatan 130,000

Sulawesi Tengah 200,000

Papua Barat 2,000,000

Total 2,960,000

Di Sumatera Utara lahan tersedia untuk perluasan lahan umumnya pada

status lahan kritis dengan kandungan hara yang rendah sehingga tidak potensial

untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Sehingga perluasan lahan terpusat

di bagian Indonesia Timur. Jika perluasan dilakukan antara tahun 2006-2020,

maka setiap tahun Indonesia harus melakukan perluasan sekitar 200 000-300 000

ha dengan kebutuhan benih sekitar 40 juta-60 juta butir. Selain itu, kebutuhan

peremajaan sebesar 5 % dari total areal perkebunan. Sehingga total kebutuhan

benih diperkirakan 120 juta-150 juta butir per tahun.

Selanjutnya kebutuhan benih hanya diperlukan untuk peremajaan yang

jumlahnya sekitar 100 juta kecambah per tahun. Untuk mengantisipasi kondisi

tersebut, PPKS terus melakukan inovasi yaitu dengan menghasilkan benih sesuai

permintaan konsumen. Salah satunya dengan mengembangkan program kultur

jaringan.

Analisis Internal Dan Eksternal

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

A. Analisis Matrik IFE (Internal Factor Evaluation)

Analisis internal PPKS terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan.

Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor Kekuatan

Faktor kekuatan yang dimiliki PPKS adalah sebagai berikut :

1) Sumber Daya Manusia yang handal

PPKS Marihat memiliki cukup banyak tenaga kerja yang tersebar dalam

Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman dan kebun komersial. Jumlah

keseluruhan tenaga kerja yang dimiliki oleh PPKS Marihat adalah sebanyak

734 orang yang terdiri dari 27 karyawan pimpinan dengan pendidikan

Sarjana-Doktor, 263 karyawan pelaksana dan 444 karyawan PKWT/KHL

dengan tingkat pendidikan yang beragam mulai SD-Sarjana. Pekerja di

perusahaan ini memiliki kelebihan yaitu tingkat kedisiplinan, loyalitas,

integritas dan kejujuran yang tinggi.

Perusahaan cukup memeperhatikan kesejahteraan para karyawannya

dengan memberikan berbagai fasilitas seperti fasilitas kesehatan, fasilitas

kendaraan, perumahan karyawan dan juga fasilitas berupa pemberian telur

dan susu. Karyawan di perusahaan juga memperoleh pendapatan lain di luar

gaji pokok per bulan untuk karyawan pimpinan, karyawan pelaksana dan

karyawan PKWT/KHL akan memperoleh IKUK (insentif kerja unit kerja)

dan insentif produksi setiap bulannya jika target yang diberikan perusahaan

tercapai.

2) Produk yang berkualitas dan teruji

Produk yang dihasilkan PPKS berasal dari hasil penelitian pemuliaan

yang berkesinambungan, terukur dan setiap varietas yang dilepas selalu

dilakukan progeny test di lapangan.

3) Harga produk yang lebih kompetitif/pemberlakuan diskon

Harga produk yang relatif lebih murah dibanding produsen benih lain.

PPKS selain melayani permintaan dari kebun milik Negara, Swasta, Dinas

Perkebunan, juga memberikan alokasi produksi kecambahnya sebanyak 30 %

untuk petani. Setiap petani yang membeli kecambah dari PPKS ≤ 2 000 butir

akan diberikan diskon 10 %.

4) Citra dan reputasi

Citra dan reputasi PPKS sebagai satu-satunya produsen benih milik

pemerintah dan sebagai lembaga penelitian kelapa sawit merupakan salah

satu kekuatan daya tarik tersendiri bagi konsumen.

5) Ketersediaan plasma nutfah

Ketersediaan plasma nutfah dalam hal ini untuk calon pohon induk dan

pohon bapak untuk produksi benih juga merupakan faktor kekuatan yang

sangat mendukung.

6) Diversifikasi produk

Selain kecambah, PPKS juga memproduksi bibit kelapa sawit yang berasal

dari kultur jaringan dan benih kakao. Produk lainnya seperti Marihat

Fungicide (MARFU-P) untuk pengendalian Ganoderma, Feromonas untuk

pengendalian kumbang tanduk Oryctes rhinoceros, Kompos PALM BIONIC

dari tandan kosong kelapa sawit sebagai penyubur tanah, Pakan ternak, dan

Paket Teknologi Produksi Biodiesel Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Mini.

7) Layanan Purna jual

Setiap konsumen yang membeli kecambah > 100 000 butir mendapatkan

layanan purna jual gratis (mulai dari teknis budidaya sampai tanaman

menghasilkan). PPKS juga membebaskan biaya kirim hingga ke bandara

terdekat dimana kecambah tersebut ditanam.

8) Program waralaba

PPKS membuka program waralaba untuk benih, bibit dan varietas.

Program waralaba merupakan bentuk kerja sama dalam penggunaan hak atas

kekayaan intelektualnya antara pewaralaba dan terwaralaba. Terwaralaba

berhak menggunakan nama, merek usaha dagang, produk dan jasa dari

pewaralaba dalam kurun waktu tertentu. Terwaralaba membayar kompensasi

atas pemberian dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual tersebut.

Program ini dilakukan guna mempermudah petani pekebun yang jauh agar

lebih mudah untuk mendapatkan benih unggul. Waralaba dibuka pada daerah

sentra pengembangan kelapa sawit, sehingga dengan demikian dampak

penggunaan benih ilegitim (palsu) dapat dihindari.

9) Baiknya hubungan antara atasan dan bawahan

Keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari baiknya hubungan antara

atasan dan bawahannya, karena keberhasilan manajemen dilakukan dengan

mengunakan tenaga dan pikiran orang lain.

b. Faktor Kelemahan

1) Waktu produksi lama

Untuk menghasilkan kecambah kelapa sawit diperlukan waktu ± 9 bulan

(mulai penyerbukan hingga menjadi kecambah unggul), dikarenakan benih

kelapa sawit mengalami dormansi, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk

mempercepat proses pematahan dormansi benih kelapa sawit.

2) Pengelolaan SDM cenderung generalis

Untuk mendukung proses produksi dalam menghadapi persaingan, sumber

daya manusia merupakan salah satu faktor penting. PPKS selain sebagai

lembaga penelitian juga bergerak dalam bisnis kecambah sehingga ada

beberapa SDM yang merangkap sebagai peneliti tetapi juga harus mengurusi

bisnis sehingga tidak fokus pada satu pekerjaan.

3) Promosi belum maksimal

Promosi yang terus-menerus diperlukan untuk mendapatkan konsumen

lebih banyak lagi. Promosi bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti

jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu dilakukan sebagai

media promosi.

4) Lokasi kebun induk/bapak tidak satu hamparan

Lokasi yang digunakan PPKS dalam hal produksi benih, sumber pohon

induk dan pohon bapak tidak satu hamparan sehingga terkadang menyulitkan

dalam hal pengontrolan. Hal ini disebabkan karena pihak PPKS tidak

memiliki lahan sendiri dalam melakukan uji lapangan sehingga harus bekerja

sama dengan PTPN IV.

Matrik IFE PPKS disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Matrik IFE PPKS

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

Sumber daya manusia yang handal 0.081 4 0.32

Produk yang berkualitas dan teruji 0.087 4 0.35

Citra dan reputasi 0.077 4 0.31

Harga produk yang lebih kompetitif dan

pemberlakuan diskon harga 0.076 3.67 0.28

Ketersediaan plasma nutfah 0.085 3.33 0.28

Diversifikasi produk 0.079 3.33 0.26

Layanan purna jual 0.087 4 0.35

Program waralaba 0.077 3.67 0.28

Baiknya hubungan atasan dan bawahan 0.079 3.67 0.29

Kelemahan

Waktu produksi lama 0.063 2 0.13

Pengelolaan SDM cenderung generalis 0.070 2 0.14

Promosi belum maksimal 0.078 1.33 0.10

Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan 0.061 2 0.12

TOTAL 1 3.21 Keterangan :

Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa

sawit.

Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor kekuatan mempunyai nilai positif dari 1

sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor kelemahan mempunyai nilai negatif, jika ancamannya

besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4.

Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE pada tabel 16, yang menjadi faktor

kekuatan utama PPKS adalah produk yang berkualitas dan teruji dan layanan

purna jual dengan nilai sebesar 0.087 dengan rating skala 4, artinya bahwa faktor

kunci tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan. Dalam meningkatkan

kualitas produk, PPKS selalu melakukan inovasi dengan cara menghasilkan

berbagai produk sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan adanya produk yang

berkualitas dan teruji seperti 11 varietas unggul kelapa sawit yang memiliki

keunggulan masing-masing varietas. Layanan purna jual merupakan salah satu

bentuk pelayanan yang diberikan kepada konsumen yang telah menggunakan

produk PPKS.

Faktor yang menjadi kelemahan utama PPKS berdasarkan hasil

identifikasi dari matrik IFE yaitu promosi belum maksimal dengan nilai 0.078

dengan rating skala 1.33, artinya bahwa faktor tersebut merupakan kelemahan

utama perusahaan. Keterbatasan informasi tentang pemesanan kecambah unggul

seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih liar

dan benih palsu.

Promosi yang dilakukan PPKS masih bersifat personal dengan konsumen

yaitu setiap ada pembelian, pertemuan ataupun kegiatan lainnya, biasanya PPKS

memberikan brosur yang berisi tentang produk-produknya untuk disebarkan ke

konsumen. Cara promosi ini efektif bila dilakukan pada konsumen dari daerah

Medan, tetapi untuk promosi ke luar daerah akan lebih baik dilakukan melalui

media komunikasi seperti jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu

dilakukan sebagai media promosi.

Hasil analisis matrik IFE PPKS yang meliputi faktor kekuatan dan

kelemahan diperoleh nilai skor sebesar 3.21. Total nilai tersebut

mengidentifikasikan bahwa perusahaan berada pada tingkat kuat dalam

memanfaatkan kekuatan yang ada, sehingga dapat menutupi kelemahan yang

dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.

B. Analisis Matrik EFE (External Factor Evaluation)

Analisis eksternal produksi dan pemasaran benih PPKS terdiri dari faktor

peluang dan ancaman. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan

sebagai berikut :

a. Faktor Peluang

Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang dalam produksi benih adalah

sebagai berikut :

1) Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) permintaan akan benih

kelapa sawit dalam negeri mencapai 239 921 000 benih sedangkan produksi

dalam negeri benih kelapa sawit hanya 181 500 000 benih. Benih tersebut

dibutuhkan selain untuk perluasan lahan juga untuk replanting.

2) Peningkatan luas areal kelapa sawit

Peningkatan luas areal kelapa sawit juga merupakan peluang bagi produksi

benih kelapa sawit. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) sejak

2007, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat dari 6 766 836 ha

pada 2007 menjadi 7 135 331 ha pada tahun 2009.

3) Munculnya teknologi baru

Munculnya teknologi baru yang diterapkan dalam bentuk penelitian

merupakan peluang yang sangat mendukung bagi pengembangan produk.

b. Faktor Ancaman

1) Bertambahnya jumlah produsen benih resmi

Tingkat daya saing produk di dalam perdagangan bahan tanaman kelapa

sawit tidak hanya ditentukan perbedaan harga, tetapi juga oleh aspek-aspek

lain seperti kualitas dan pelayanan. Bentuk persaingan bervariasi, tetapi yang

paling sering muncul adalah persaingan harga dan kualitas. Hingga tahun

2009 di Indonesia terdapat 11 produsen benih kelapa sawit yang secara resmi

diakui oleh pemerintah Indonesia. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya

porsi benih yang tersalur dari masing-masing produsen benih.

2) Krisis global

Krisis global diperkirakan akan berimbas pada lesunya permintaan benih

sehingga PPKS membuat target produksi pada tahun 2009 yaitu

35 juta butir kecambah, menurun dari kapasitas produksi pada tahun 2008

yang mencapai 51 juta butir kecambah.

3) Rawan pemalsuan produk

PPKS merupakan produsen benih unggul pertama dan terbesar

di Indonesia sehingga sering dijadikan contoh bagi para pemalsu produk guna

mengambil keuntungan bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Keterbatasan biaya maupun informasi tentang pemesan kecambah unggul

seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih

liar dan benih palsu yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang

berlanjut.

4) Pemerintah membuka kran impor benih

Perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia kebanyakan pemegang

saham/pemiliknya berasal dari luar negeri, oleh karena itu mereka

menginginkan penggunaan material dari Negara asal mereka. Misalnya dari

Malaysia, Papua Nugini, Thailand, Kamerun, dan Costa Rika. Para pengelola

kebun diizinkan melakukan impor benih dengan perjanjian mereka tidak akan

mengimpor yang varietasnya ada di Indonesia.

Matrik EFE PPKS disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Matrik EFE PPKS

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat 0.156 3.67 0.57

Peningkatan luas areal kelapa sawit 0.139 3.33 0.46

Munculnya teknologi baru 0.154 3.33 0.51

Ancaman

Bertambahnya jumlah produsen benih resmi 0.142 3.33 0.47

Krisis finansial global 0.150 2.67 0.40

Rawan pemalsuan produk 0.159 3 0.48

Pemerintah membuka kran impor benih 0.144 2.67 0.38

TOTAL 1 3.27 Keterangan :

Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa

sawit.

Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor peluang mempunyai nilai positif dari 1

sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor ancaman mempunyai nilai negatif, jika ancamannya

besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4.

Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.

Berdasarkan analisis matrik EFE pada tabel 17, yang menjadi faktor

peluang utama adalah pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat dengan

nilai sebesar 0.156 dengan rating skala 3.67. Pertumbuhan permintaan benih

kelapa sawit dipicu oleh peningkatan harga CPO yang luar biasa mulai tahun

2007, sampai dengan saat ini mengingat prospek pengembangan kelapa sawit

ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, oleokimia,

tetapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (biofuel). Sehingga memberikan

peluang untuk terus memproduksi benih kelapa sawit

Faktor yang menjadi ancaman perusahaan yang utama adalah rawannya

pemalsuan produk dengan nilai sebesar 0.159 dengan rating skala 3. Faktor ini

menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengatasi ancaman sedang.

Hasil analisis matrik EFE PPKS yang meliputi faktor peluang dan

ancaman diperoleh nilai skor sebesar 3.27. Total nilai tersebut

mengidentifikasikan bahwa eksternal perusahaan berada pada tingkat tinggi dalam

memanfaatkan peluang yang ada, sehingga dapat mengatasi ancaman yang

dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.

C. Analisis Matrik IE (Internal-Eksternal)

Hasil analisis matrik IE berguna untuk mengetahui posisi perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE skor nilai yang diperoleh sebesar 3.21,

artinya bahwa perusahaan mempunyai kekuatan yang kuat, sedangkan skor matrik

EFE tergolong tinggi yaitu sebesar 3.27, artinya bahwa perusahaan dapat

memanfaatkan peluang tinggi. Bila kedua hasil matrik digabung maka nilai

tersebut berada pada koordinat (3.21;3.27), bila dipetakan dalam matrik IE, maka

posisi perusahaan berada pada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth) dan

strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan

produk. Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk

produk yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar. Strategi

pengembangan produk berupaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki

atau memodifikasi produk yang sudah ada. Matrik Internal-Eksternal PPKS

disajikan pada Gambar 20.

Skor IFE

Kuat Rata-rata Lemah

4 3 2 1

4

Tinggi

3

Skor EFE

Medium

2

Rendah

1

Gambar 20. Matrik IE PPKS

1

2 3

4

5

6

7

8

9

D. Analisis Matrik SWOT

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dapat

diformulasikan alternatif strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini

dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT. Adapun alternatif strategi

tersebut sebagai berikut :

1. Strategi S-O

Strategi S-O atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang

menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang

eksternal yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan.

Alternatif strategi S-O yang dapat dikembangkan adalah meningkatkan

kapasitas produksi, mengoptimalkan kemampuan SDM untuk

mengembangkan teknologi baru dalam bentuk penelitian dan penambahan

pohon induk aktif.

Meningkatkan kapasitas produksi benih kelapa sawit di dalam negeri

melalui penambahan pohon induk aktif merupakan upaya mengantisipasi

kebutuhan benih kelapa sawit ke depannya.

2. Strategi S-T

Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk menghindari ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan. Alternatif strategi S-T yang dapat dikembangkan adalah

melayani permintaan konsumen sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu,

meningkatkan R & D untuk inovasi baru, pengembangan produk asal kultur

jaringan dan varietas yang tahan serangan Ganoderma sp. serta adaptif

terhadap lingkungan.

Salah satu sara untuk menghadapi persaingan dengan produsen benih

kelapa sawit lainnya adalah dengan meningkatkan penelitian dan

pengembangan (R & D) untuk inovasi baru yang menghasilkan benih sesuai

permintaan konsumen seperti mengembangkan program kultur jaringan yang

menghasilkan tanaman seragam dan toleran terhadap beberapa penyakit yang

bersifat genetik dapat dilakukan secara mudah, misalnya crowm disease,

genetic orange spott.

3. Strategi W-O

Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang

bertujuan memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada.

Alternatif strategi W-O yang dapat dikembangkan adalah mengusahakan

pengembangan dan pelatihan SDM, menjadi pemasar yang mendidik

(memberikan informasi dan meyakinkan konsumen), dan spesialisasi

pekerjaan (peneliti tidak mengurusi bisnis).

4. Strategi W-T

Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi yang

ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal. Alternatif strategi W-T yang dapat dikembangkan adalah

membentuk kemitraan, pengembangan program waralaba, dan sosialisasi

dampak pengunaan benih palsu ke petani.

Kemitraan dengan perusahaan-perusahaan perkebunan yang merupakan

pasar potensial, hal ini untuk mempertahankan pasar yang ada serta

memperluas pangsa pasar. Untuk mengatasi masalah penggunaan benih palsu,

PPKS sebagai Pusat Penelitian Kelapa Sawit bekerja sama dengan berbagai

pihak dapat mengembangkan program waralaba yang mempermudah petani

pekebun yang jauh agar lebih mudah untuk mendapatkan benih unggul dan

memberikan program penyuluhan kepada para pekebun mengenai dampak

dari penggunaan benih liar dan benih palsu yang dapat menurunkan produksi

minyak/ha sampai 50 %.

Matriks SWOT produksi dan pemasaran benih kelapa sawit yang berisikan

alternatif-alternatif strategi disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Matrik SWOT

IFE

EFE

Strength (S)

1. SDM yang handal

2. Produk yang berkualitas

dan teruji

3. Harga produk yang lebih

kompetitif dan

pemberlakuan diskon harga

4. Citra dan reputasi

5. Ketersediaan plasma

nutfah

6. Diversifikasi produk

7. Layanan purna jual

8. Program waralaba

9. Baiknya hubungan atasan

dan bawahan

Weakness (W)

1. Waktu produksi lama

2. Pengelolaan SDM

cenderung generalis

3. Promosi belum maksimal

4. Lokasi kebun induk/bapak

tidak satu hamparan

Opportunities (O)

1. Pertumbuhan

permintaan benih

nasional meningkat

2. Munculnya

teknologi baru

3. Meningkatnya

perluasan lahan

kelapa sawit

Strategi S-O

1. Meningkatkan kapasitas

produksi (S 3.5 & O1.3)

2. Mengoptimalkan

kemampuan SDM dalam

mengembangkan teknologi

baru dalam bentuk

penelitian (S1 & O2)

3. Penambahan pohon induk

aktif (S5 & O1.2.3)

Strategi W-O

1. Mengusahakan

pengembangan dan

pelatihan SDM (W2 & O2)

2. Menjadi pemasar yang

mendidik (memberikan

informasi dan meyakinkan

konsumen) (W3 & O2)

3. Spesialisasi pekerjaan

(peneliti tidak mengurusi

bisnis) (W2 & O1)

Threats(T)

1. Bertambahnya

jumlah produsen

benih resmi

2. Krisis finansial

global

3. Rawan pemalsuan

4. Pemerintah

membuka kran

impor benih

Strategi S-T

1. Melayani permintaan

konsumen sesuai dengan

spesifikasi dan tepat waktu

(S2.3.5 & T1)

2. Meningkatkan R & D

untuk inovasi baru (S2.5 &

T1.2.4)

3. Pengembangan produk asal

kultur jaringan dan varietas

yang tahan serangan

Ganoderma sp. sertaadaptif

terhadap lingkungan (S6 &

T1.4)

Strategi W-T

1. Membentuk kemitraan

(W3 & T1.2.3.4)

2. Pengembangan program

waralaba (W3 & T1.2)

3. Sosialisasi dampak

penggunaan benih palsu ke

petani (W3 & T3)

Pengaruh Panjang Kecambah Terhadap Pertumbuhan

Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery

Daya tumbuh bibit yang mencerminkan persentase kecambah yang berhasil

tumbuh membentuk bibit pada media pembibitan. Dalam percobaan ini diketahui

bahwa kriteria kecambah tidak mempengaruhi daya tumbuh bibit. Namun terlihat

dari rata-rata persentase daya tumbuh bibit semakin rendah seiring dengan

semakin panjang kecambah. Kecambah asal Marihat perlakuan P3 memiliki

persentase terendah yaitu 98.33 % dibanding dengan perlakuan lainnya. Hal ini

dikarenakan semakin panjang kecambah semakin besar resiko untuk kecambah

patah ketika akan ditanam sehingga dapat menyebabkan kecambah menjadi luka

dan mati, terbukti dengan dijumpai kecambah yang tidak tumbuh pada perlakuan

P3 karena membusuk. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) bibit

yang mati dan abnormal dapat timbul karena perlakuan atau lingkungan, antara

lain karena kesalahan penanaman seperti terbalik, terlalu dalam atau tanah terlalu

padat, tercampur batu atau kayu, kurang penyiraman atau tergenang, gangguan

hama atau penyakit, kesalahan pemupukan dan jarak bibit yang terlalu rapat

sehingga kekurangan matahari.

Pertumbuhan merupakan hasil dari pembelahan sel dan pembesaran volume

sel, dalam pembelahan membutuhkan energi yang sangat tinggi yang diperoleh

dari proses respirasi. Hal ini sesuai dengan Gardner, et al. (1991) yang

menyatakan munculnya semai memerlukan energi yang tinggi lewat respirasi

cadangan makanan yang terdapat dalam biji. Laju respirasi tergantung pada

ketersediaan substrat, yakni senyawa yang akan diuraikan (karbohidrat, lemak,

protein). Biji kelapa sawit terdiri dari sebuah embrio yang berada di dalam

endosperm. Selama beberapa minggu awal perkembangannya, kecambah

bergantung pada suplai dari endosperm, kandungan utama berupa lemak (minyak

inti). Cadangan makanan yang cukup sehingga proses respirasi berjalan dengan

baik yang mengakibatkan laju pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang dan

jumlah daun tanaman lebih cepat.

Perbedaan tinggi bibit disebabkan karena adanya perbedaan dalam

kecepatan berkecambah atau muncul tunas dipermukaan tanah. Perlakuan P3

memiliki panjang plumula dan radikula lebih panjang daripada perlakuan lainnya

sehingga potensi untuk muncul ke permukaan lebih cepat. Semakin lambat

kecepatan muncul kecambah dipermukaan tanah menyebabkan tinggi bibit

semakin rendah. Tinggi bibit yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3,

sedangkan tinggi bibit terendah pada perlakuan P0.

Tanaman bersifat mencari cahaya (fototrop) untuk dapat menangkap cahaya

yang digunakan untuk proses fotosintesis tanaman. Menurut Lubis (2008)

fotosintesa dimulai pada umur 1 bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk

dan selanjutnya secara berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan

makanan mulai tergantikan. Perlakuan P3 lebih cepat dalam proses pembentukan

daun dibandingkan dengan perlakuan P0.