Pembahasan Cara Kerja
description
Transcript of Pembahasan Cara Kerja
Pembahasan cara kerja
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar SGPT pada tikus yang terinduksi
paracetamol. Sala satu cara untuk mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan
memeriksa aktivitas dari SGPT. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel
hati. Bila terjadi kerusakan hati maka akan terjadi peningkatan permeabilitas membran
intraseluler seperti mitokondria rusak dan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya akan
mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Pemeriksaan kadar serum glutamik piruvit
transaminase atau alanin aminotransferase (SGPT atau ALT) dan kadar serum glutamik
oksaloasetik transaminase atau aspartat aminotransferase (SGOT atau AST) adalah salah satu
dari banyaknya tes fungsi hati lain. Kedua tes ini mengukur kadar enzim yang terdapat dalam
hati, jantung dan otot (Hasan, 2008).
Tahap pertama dari praktikum ini ialah dengan memberikan parasetamol secara per
oral pada tikus (dosis toksik parasetamol pada manusia adalah 8 gram) dalam pelarut CMC-
Na 1% satu hari sebelum pelaksanaan praktikum. Fungsi CMC-Na 1% sebagai suspending
agent dalam sediaan cair (pelarut air) yang ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau
parenteral (Reynold, 1982). Lalu sebanyak ±100 μl sampel darah yang diambil melalui sinus
orbitalis mata tikus ditampung dalam vacuutiner dan didiamkan 15 menit. Namun dalam
praktikum ini tidak menggunakan vacuutiner untuk menampung sampel darah, tetapi
menggunakan tabung sentrifuse yang telah diberi EDTA sebagai antikoagulan yang
mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam
proses pembekuan (Riswanto, 2009). Sampel darah disentrifugasi dengan kecepatan 6000
rpm selama 5 menit untuk diambil supernatannya (serum). Setelah itu, dilakukan analisis
kadar SGPT dengan mengambil serum darah yang diperoleh sebanyak ±100 μl menggunakan
mikropipet dengan skala yang sudah diatur sebelumnya dan direaksikan dengan piridoksal
fosfat. Pemipetan menggunakan mikropipet bertujuan supaya diperoleh volume yang lebih
akurat karena akurasi mikropipet ini sangat tinggi. Kemudian dicampur dengan 1000 μl
reagen 1 yang berisi buffer Tris pH 7,5 100 mmol/L, L-alanine 500 mmol/L, LDH ≥ 1800
U/L dan diinkubasi selama 5 menit. Buffer Tris pH 7,5 dalam reagen 1 berfungsi sebagai
dapar yang menjaga pH serum selama reaksi ini dan supaya menjaga kestabilan aktivitas
SGPT karena enzim ini sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-alanine berfungsi sebagai
asam amino yang akan diubah menjadi L-Glutamat dengan katalis enzim SGPT. LDH (Laktat
Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalis reaksi dari produk perubahan
L-alanine yang dikatalis oleh SGPT yaitu piruvat, yang akan diubah menjadi laktat. Tujuan
dari inkubasi sendiri agar serum dan reagen dapat bereaksi sempurna. Selanjutnya campuran
tersebut ditambah 250 μl reagen 2 yang berisi 2-oxoglutarat 15 mmol/L dan NADH 0,18
mmol/L. 2-oxoglutarat akan beraksi dengan L-alanine membentuk L-glutamat dan piruvat
dengan katalis oleh enzim SGPT. Enzim ini akan mengkatalis pemindahan gugus amino pada
L-alanine ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya
piruvat direduksi menjadi laktat. Rekasi tersebut dikatalisis oleh LDH yang membutuhkan
NADH dan H+. NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+. Campuran diinkubasi lagi
agar seluruh reagen bereaksi sempurna dengan sampel. Absorbansi sampel diukur
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm karena pada panjang
gelombang tersebut sampel akan memberikan serapan maksimum. Dilakukan pengukuran
dengan menggunakan spektrofotometer UV/Vis karena mempunyai sensitivitas yang relatif
tinggi, pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai
spesifitas yang baik. Selain itu, pada pembacaan aktivitas SGPT didasarkan pada NAD+
dimana absorbansi NAD+ sebanding jumlah piruvat yang dihaslikan dari reaksi antara L-
alanine dan 2-oxoglutarat yang dikalatis oleh SGPT. Jumlah piruvat sebanding dengan SGPT
dan aktivitas SGPT dinyatakan dalam U/L (unit/liter) (Yuliani dkk, 2011).
Kuvet berisi sampel dimasukkan ke dalam spektrofotometer UV/Vis untuk diukur
absorbansinya. Namun sebelumnya dilakukan pengukuran blanko terlebih dahulu. Pembuatan
larutan blanko sama dengan pembuatan larutan sampel yang akan diuji, tetapi hanya reagen I
dan II tanpa adanya sampel. Blanko ini berfungsi supaya alat spektrofotometer yang
mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank sehingga ketika
pengukuran hanya sampel yang akan diukur absorbansinya pada layar readout. Selama proses
pemeriksaan ini bagian bening kuvet tidak boleh disentuh oleh tangan karena sumber sinar
akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh
tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi karena protein-protein yang terdapat pada
tangan akan ikut menempel pada permukaan kuvet. Hal ini akan memungkinkan kesalahan
dalam menginterpretasikan data yang diperoleh. Hasil absorbansi yang diperoleh kemudian
dihitung menggunakan rumus berikut untuk memperoleh nilai x, dimana x adalah kadar
Y = 0,971x + 0,047
Dipakainya rumus tersebut karena perolehan nilai absorbansi yang didapat lebih besar kontrol
daripada sampel. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena pembacaan pada panjang
gelombang yang kurang tepat, menurut Yuliani dkk (2011) bahwa pembacaan NAD+ spesifik
pada panjang gelombang 365 nm, sedangkan pada praktikum ini dibaca pada panjang
gelombang 340 nm. Setelah nilai x didapat selanjutnya dimasukkan dalam rumus berikut :
Untuk kontrol : x 20
Untuk perlakukan :
Kadar SGPT yang diperoleh untuk sampel kontrol sebesar 16,347 U/L dan untuk sampel
perlakuan 27,2338 U/L.
Daftar pustaka
Hasan, I., 2008, Peran Albumin Dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati, Medicinus, Vol.21 No 2
Reynold, James EF., 1982, Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition, The
pharmaceutical press, London
Riswanto, 2009, Antikoagulan, http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/antikoagulan.html
diakses tanggal 18 April 2014
Yuliani, Sapto dkk., 2011, Effects Of Lycopene on SD (Sprague Dawley) Rat Paracetamol-
Induced By Determination Of Aminotransferase (SGPT) Activity in Blood, Jurnal
Ilmiah Kefarmasian, Vol.1 No.2 : 23-33